analisis kualitas air sungai aloo, sidoarjo berdasarkan

10
ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI ALOO, SIDOARJO BERDASARKAN KEANEKARAGAMAN DAN KOMPOSISI FITOPLANKTON SORAYA PRAMITHA A. NRP.1506100003 Aunurohim , S.Si. DEA Indah Trisnawati D. T, M.Si , Ph.D. Biologi FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember-Surabaya Email: [email protected] ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman, komposisi dan struktur komunitas fitoplankton serta status pencemaran limbah organik di Sungai Aloo, Sidoarjo. Pengambilan sampel fitoplankton dan sampel air dilakukan pada bulan Mei Juni 2010 di Sungai Aloo, Sidoarjo yaitu pada 4 stasiun. Parameter perairan yang diambil adalah fisik (suhu, TSS dan TDS) dan kimia (DO, BOD, COD, pospat dan nitrat). Dari hasil pengamatan, fitoplankton yang ditemukan di 4 titik sampling berkisar antara 30 41 spesies dengan kelimpahan berkisar antara 2.552.450 5.000.000 individu/m 3 dan didominasi oleh spesies Oscillatoria tenuis, Oscillatoria sp1 dan Oscillatoria sp2. Nilai indeks Keanekaragaman Shanon-Wiener yang diperoleh berkisar antara 0.6 1.46, indeks Kemerataannya berkisar antara 0.23-0.49 dan indeks Dominansi kisaran antara 0.26-0.73. mengacu pada nilai-nilai ketiga indeks diatas, Sungai Aloo memiliki kecenderungan kestabilan komunitasnya rendah. Dari hasil pengukuran parameter kualitas air di Sungai Aloo, Sidoarjo diperoleh nilai Indeks Pencemarannya (IP) dengan rata-rata 1.65-2.20, nilai yang menunjukkan bahwa Sungai Aloo berada dalam kondisi tercemar ringan. Kata Kunci : Fitoplankton, Struktur Komunitas, Indeks Pencemaran (IP) PENDAHULUAN Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem aquatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah sekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki oleh lingkungan sekitarnya (Suwondo dkk, 2004). Lingkungan perairan sungai terdiri dari komponen abiotik dan biotik yang saling berinteraksi melalui arus energi dan daur hara. Bila interaksi keduanya terganggu maka akan terjadi perubahan yang menyebabkan ekosistem perairan itu menjadi tidak seimbang (Ferianita, 2008). Sungai menjadi salah satu ekosistem yang mengalami pencemaran paling berat. Semua saluran pembuangan baik dari perumahan, pasar, pabrik dan kegiatan lain seperti rumah makan, rumah sakit, semuanya berakhir di sungai. Limbah tersebut berupa limbah padat dan cair, yang mungkin terdiri atas bahan organik, yang beracun maupun tidak beracun. Hal-hal tersebut dapat mengakibatkan turunnya kualitas air di sungai (Nirarita,1996). Sungai Aloo, Sidoarjo merupakan daerah yang di sekitarnya masih banyak terdapat pemukiman, pertanian, pertambakan atau perikanan budidaya, sedangkan daerah muaranya menjadi tempat tangkapan ikan. Bahkan sejak munculnya lumpur panas Sidoarjo di Kecamatan Porong tanggal 29 Mei 2006 dengan luapan lumpur antara 120.000 sampai 130.000 m 3 setiap harinya, turut memperparah beban Sungai Aloo terhadap polutan atau pencemar

Upload: nurhaeni-riski-mei-indarti

Post on 25-Nov-2015

80 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

kualitas air

TRANSCRIPT

  • ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI ALOO, SIDOARJO BERDASARKAN

    KEANEKARAGAMAN DAN KOMPOSISI FITOPLANKTON

    SORAYA PRAMITHA A.

    NRP.1506100003 Aunurohim , S.Si. DEA

    Indah Trisnawati D. T, M.Si , Ph.D. Biologi FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember-Surabaya

    Email: [email protected]

    ABSTRAK

    Penelitian bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman, komposisi dan struktur

    komunitas fitoplankton serta status pencemaran limbah organik di Sungai Aloo, Sidoarjo.

    Pengambilan sampel fitoplankton dan sampel air dilakukan pada bulan Mei Juni 2010 di Sungai Aloo, Sidoarjo yaitu pada 4 stasiun. Parameter perairan yang diambil adalah

    fisik (suhu, TSS dan TDS) dan kimia (DO, BOD, COD, pospat dan nitrat). Dari hasil

    pengamatan, fitoplankton yang ditemukan di 4 titik sampling berkisar antara 3041 spesies dengan kelimpahan berkisar antara 2.552.450 5.000.000 individu/m3 dan didominasi oleh spesies Oscillatoria tenuis, Oscillatoria sp1 dan Oscillatoria sp2. Nilai

    indeks Keanekaragaman Shanon-Wiener yang diperoleh berkisar antara 0.6 1.46, indeks Kemerataannya berkisar antara 0.23-0.49 dan indeks Dominansi kisaran antara 0.26-0.73.

    mengacu pada nilai-nilai ketiga indeks diatas, Sungai Aloo memiliki kecenderungan

    kestabilan komunitasnya rendah. Dari hasil pengukuran parameter kualitas air di Sungai

    Aloo, Sidoarjo diperoleh nilai Indeks Pencemarannya (IP) dengan rata-rata 1.65-2.20, nilai

    yang menunjukkan bahwa Sungai Aloo berada dalam kondisi tercemar ringan.

    Kata Kunci : Fitoplankton, Struktur Komunitas, Indeks Pencemaran (IP)

    PENDAHULUAN

    Sungai merupakan suatu bentuk

    ekosistem aquatik yang mempunyai

    peran penting dalam daur hidrologi dan

    berfungsi sebagai daerah tangkapan air

    (catchment area) bagi daerah sekitarnya,

    sehingga kondisi suatu sungai sangat

    dipengaruhi oleh karakteristik yang

    dimiliki oleh lingkungan sekitarnya

    (Suwondo dkk, 2004). Lingkungan

    perairan sungai terdiri dari komponen

    abiotik dan biotik yang saling

    berinteraksi melalui arus energi dan daur

    hara. Bila interaksi keduanya terganggu

    maka akan terjadi perubahan yang

    menyebabkan ekosistem perairan itu

    menjadi tidak seimbang (Ferianita,

    2008). Sungai menjadi salah satu

    ekosistem yang mengalami pencemaran

    paling berat. Semua saluran pembuangan

    baik dari perumahan, pasar, pabrik dan

    kegiatan lain seperti rumah makan,

    rumah sakit, semuanya berakhir di

    sungai. Limbah tersebut berupa limbah

    padat dan cair, yang mungkin terdiri atas

    bahan organik, yang beracun maupun

    tidak beracun. Hal-hal tersebut dapat

    mengakibatkan turunnya kualitas air di

    sungai (Nirarita,1996).

    Sungai Aloo, Sidoarjo

    merupakan daerah yang di sekitarnya

    masih banyak terdapat pemukiman,

    pertanian, pertambakan atau perikanan

    budidaya, sedangkan daerah muaranya

    menjadi tempat tangkapan ikan. Bahkan

    sejak munculnya lumpur panas Sidoarjo

    di Kecamatan Porong tanggal 29 Mei

    2006 dengan luapan lumpur antara

    120.000 sampai 130.000 m3 setiap

    harinya, turut memperparah beban Sungai

    Aloo terhadap polutan atau pencemar

  • dimana sejak akhir tahun 2009 air

    lumpur dialirkan ke Sungai Aloo.

    Pembuangan air lumpur panas

    Sidoarjo ke Sungai Aloo diduga akan

    menyebabkan perubahan kualitas atau

    peningkatan pencemaran perairan.

    BAPEDALDA Propinsi Jawa Timur dan

    KLH (Kementrian Lingkungan Hidup)

    pada tanggal 4 Juni 2006 melakukan uji

    kualitas air lumpur sesuai PP no.82 th

    2001 dan hasilnya melampaui baku

    mutu untuk parameter BOD, COD,

    Phenol, Amonia, TDS, dan TSS, dan

    sementara BPK-RI dan Universitas

    Brawijaya (2007), menyatakan pula

    bahwa kandungan air lumpur panas

    Sidoarjo untuk parameter COD, Phenol,

    dan ammonia, nilainya ambang batas

    baku mutu air sungai (Anonim, 2007).

    Sehingga diasumsikan bahwa

    pencemaran bahan organik di perairan ini

    menjadi cukup tinggi karena adanya

    penambahan buangan air lumpur setiap

    harinya.

    Keberadaan fitoplankton dapat

    dijadikan sebagai bioindikator adanya

    perubahan kualitas lingkungan perairan

    yang disebabkan ketidakseimbangan

    suatu ekosistem akibat beban

    pencemaran. Hal tersebut dapat dilihat

    berdasarkan keaneragaman jenis,

    komposisi dan keberadaan jenis

    fitoplankton yang mendominasi

    diperairan tersebut (Ferianita, 2008).

    Keberadaan fitoplankton sangat

    mempengaruhi kehidupan di perairan

    karena memegang peranan penting

    sebagai produsen primer bagi berbagai

    organisme laut. Hal ini dikarenakan

    fitoplankton memiliki klorofil yang

    berperan dalam fotosintesis yang

    menghasilkan bahan organik dan oksigen

    terlarut yang digunakan sebagai dasar

    mata rantai pada siklus makanan di laut.

    Selain berdasarkan kondisi fitoplankton,

    untuk memperkuat analisa kondisi

    lingkungan di Sungai Aloo ini dilakukan

    juga analisa parameter-parameter fisika

    kimia untuk menentukan status tingkat

    pencemaran yang terjadi. Penelitian ini

    bertujuan untuk mengetahui komposisi,

    keanekaragaman dan struktur komunitas

    fitoplankton serta mengetahui status

    pencemaran limbah organik di Sungai

    Aloo, Sidoarjo.

    METODOLOGI

    Lokasi dan Waktu Penelitian

    Pengambilan sampel dilakukan

    pada bulan Mei-Juni 2010 di Sungai

    Aloo, Sidoarjo dengan 4 stasiun dan

    dilanjutkan dengan analisis sampel di

    Laboratorium Ekologi Program Studi

    Biologi FMIPA ITS.

    Pengambilan dan Pengamatan Sampel

    Pengambilan sampel fitoplankton dengan

    menggunakan plankton net yang

    memiliki mesh 20 m, hingga diperoleh

    60 ml dari 100 liter air. Kemudian

    diawetkan dalam formalin 4%.

    Identifikasi fitoplankton hingga tingkat

    spesies menggunakan mikroskop dan

    Sedgwick Rafter pada semua bidang

    dengan 3 kali pengulangan. Acuan

    identifikasi dengan menggunakan buku

    dentifikasi Yamaji (1979) Ilustration of the Marine plankton in Japan dan W. T. Edmondson (1959) Freshwater Biology

    Pengukuran Faktor Fisik-kimia Sungai

    Aloo, Sidoarjo

    Parameter fisik air laut yang

    diamati untuk setiap titik sampling dan

    tiap pengambilan sampel yaitu:

    - suhu, menggunakan thermometer air

    raksa Pyrex dengan tingkat ketelitian hingga 1

    0C

    - TSS (Total Suspended Solid) dan TDS

    (Total Dissolved Solid) dilakukan dengan

    mengambil sampel air sebanyak 2 liter,

    dan uji dilakukan di Laboratorium

    Kualitas Lingkungan Teknik Lingkungan

    ITS

    Parameter kimia air laut yang

    diamati untuk setiap titik sampling yaitu:

    - kandungan oksigen terlarut,

    menggunakan DO meter Eutech seri

    4000

  • - kandungan fosfat, nitrat ,

    BOD(Biochemical Oxygen Demand),

    dan COD(Chemical Oxygen Demand)

    dilakukan dengan mengambil sampel

    air sebanyak 2 liter, dan uji dilakukan

    di Laboratorium Kualitas Lingkungan

    Teknik Lingkungan ITS

    - pH, menggunakan alat pH meter

    merk Leutron

    Analisa Data

    Data yang diperoleh dianalisis untuk

    mengetahui kepadatan, keanekaragaman,

    kemerataan dan dominansi dengan

    menggunakan rumus sebagai berikut:

    a. Kepadatan Fitoplankton

    Keterangan :

    K = kepadatan (individu/m3)

    n = jumlah individu dihitung

    dalam m tetes m = jumlah tetes contoh yang

    dihitung

    s= jumlah volume sampel dengan

    pengawetan (ml)

    a = volume tiap tetes contoh

    v = volume sample air tersaring

    (m3)

    b. Indeks diversitas dari ShannonWiener

    Keterangan:

    H = indeks diversitas ni = jumlah individu tiap jenis N = jumlah total individu

    semua jenis

    (Magurran, 1991)

    c. Indeks Dominansi Simpson

    Keterangan : D = indeks dominan simpson

    ni = jumlah individu jenis ke-1

    N = jumlah total individu

    S = jumlah spesies

    d. Indeks Kemerataan jenis dari ShannonWiener

    Indeks ini menunjukkan pola

    sebaran biota, jika nilai indeks

    kemerataan relatif tinggi maka

    keberadaan setiap jenis biota di perairan

    dalam kondisi merata (Ferianita, 2005).

    Keterangan:

    E = Indeks kemerataan jenis H = Indeks keragaman jenis

    S = Jumlah banyaknya spesies

    (Magurran, 1991)

    Analisa pencemaran bahan organik

    berpedoman pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan

    Status Mutu Air dengan metode Indeks

    Pencemaran (IP), yaitu dengan rumus sebagai berikut:

    Keterangan:

    IP = Indeks Pencemaran

    Ci = Konsentrasi parameter kualitas

    air (i) dari suatu perairan yang

    akan dinilai Lix = Konsentrasi parameter sesuai

    baku mutu air peruntukan (x)

    m = maksimum r = rata-rata

    HASIL

    Sampling dilakukan pada 4

    stasiun yang terletak di hilir Sungai Allo

    seperti pada gambar 4.1 dan 4 kali

    pengambilan perminggu pada bulan Mei-

    Juni dengan rincian sebagai berikut:

    Stasiun 1 (SA1) dengan koordinat S 073103.0 dan E 1124458.0: daerah yang mewakili lingkungan

    yang belum tercemar limbah buangan

  • air lumpur panas Sidoarjo, limbah

    pertanian dan limbah pertambakan,

    dimungkinkan limbah yang masuk

    pada stasiun ini hanya berasal dari

    limbah rumah tangga.

    Stasiun 2 (SA2) dengan koordinat S 073101.3 dan E 1124358.9: daerah yang mewakili lingkungan

    yang mendapat masukan limbah

    buangan air lumpur panas Sidoarjo.

    Stasiun 3 (SA3) dengan koordinat S 073039.8 dan E 1124227.4:

    mewakili daerah yang kondisi

    lingkungannya mendapat tambahan

    masukan limbah pertanian

    Stasiun 4 (SA4) dengan koordinat (S 073040.7 ; E 1124223.9) mewakili daerah yang kondisi

    lingkungannya mendapat tambahan

    masukan limbah pertanian dan

    pertambakan

    Gambar 4.1. Lokasi Pengambilan Sampel di Sungai Aloo, Sidoarjo Skala 1 : 100000

    Pengambilan sampel pertama

    dilakukan pada tanggal 11 mei 2010,

    selanjutnya pengambilan sampel kedua

    pada tanggal 18 Mei 2010, smaple ketiga

    tanggal 25 Mei 2010 dan yang terakhir

    pada tanggal 1 Juni 2010.

    Komposisi, Keanekaragaman dan

    Struktur Komunitas Fitoplankton di

    Sungai Aloo, Sidoarjo

    Fitoplankton yang ditemukan di 4

    titik sampling di Sungai Aloo, Sidoarjo

    berkisar antara 3041 spesies dengan kepadatan berkisar antara 2.552.450 5.000.000 individu/m

    3 seperti yang

    diperlihatkan pada Tabel 1. Fitoplankton

    yang ditemukan terdiri dari 4 kelas yaitu

    Bacillariophyceae, Dinophyceae,

    Cyanophyceae dan Chlorophyceae, yang

    komposisinya didominasi oleh

    Bacillariophyceae sedangkan

    kelimpahannya didominasi oleh

    Cyanophyceae (yang terwakili oleh

    Oscillatoria tenuis, Oscillatoria sp1 dan

    Oscillatoria sp2.) yaitu > 50% dari

    seluruh kelimpahan pada tiap spesies.

    Hasil Indeks Keanekaragaman

    Shanon-Wiener (H) berkisar antara 0.6 1.46. Menurut Wibisono (2005) nilai-

    nilai termasuk dalam kategori lingkungan

    yang buruk hingga sedang. Sedangkan

    Wilm dan Dorris (1968) dalam Dhani

    (2003) yang menggunakan indeks criteria

    berbeda (dari Krebs, 1985) menjelaskan

    bahwa kisaran nilai indeks

    keanekaragaman (H) < 2,3026 menunjukkan keanekaragaman dianggap

    kecil dan kestabilan komunitasnya

    rendah. Jika menilik dari literatur-

  • literatur tersebut diatas, kondisi perairan

    di hilir Sungai Allo, Sidoarjo dengan

    merujuk pada ke-empat stasiun sampling

    dapat dikategorikan keanekaragamannya

    kecil. Indeks Kemerataannya (E) berkisar antara 0.23-0.49. Menurut

    Wibisono (2005) nilai-nilai tersebut

    memperlihatkan kondisi lingkungan

    dalam kategori lingkungan yang buruk

    dan indeks Dominansi (D) berkisar antara

    0.26-0.73. Menurut Pirzan (2008) nilai-

    nilai indeks dominansi berkisar antara 0

    1, apabila D = 0 menunjukkan tidak

    terdapat spesies yang mendominasi

    spesies lainnya atau struktur komunitas

    dalam keadaan stabil, dan bila D = 1

    berarti terdapat spesies yang

    mendominasi spesies lainnya. Dengan

    mengacu pada nilai-nilai ketiga indeks

    diatas yaitu dengan rendahnya nilai

    keanekaragaman dan kemerataan, serta

    tingginya nilai didominasi oleh spesies

    Oscillatoria tenuis, Oscillatoria sp1 dan

    Oscillatoria sp2, menunjukkan bahwa

    Sungai Aloo memiliki kecenderungan

    kestabilan komunitasnya rendah.

    Tabel 1. Data kepadatan (rata-rata dari tiap minggu) fitoplankton di setiap stasiun

    SPESIES ST1 ST2 ST3 ST4

    Anabaena sp 1350 1350 - 1350

    Biddulphia sp 150 150 - -

    Bohlina echidna 4600 150 - -

    Caloneis amphisbaen - 350 300 250

    Ceratium macroceros - - - 150

    Chaetoceros elmores - - - 150

    Cladophora sp - 150 - -

    Closterium acerosum 1550 1800 1400 1050

    Closterium leibleinii 300 450 - 150

    Closterium setasium 100 600 350 400

    Coscinodiscus sp 500 1150 100 350

    Dinobryon sertularia - - - 150

    Dynobrion sp 200 150 250 300

    Eudorina sp 500 600 600 -

    Euglena acus - - - 800

    Euglena deses - - - 900

    Euglena proxima - - - 150

    Euglena spyrogira 900 7000 350 2000

    Fragilaria sp 5100 1620 - 16950

    Gloeomonas ovalis 2500 150 150 300

    Gomphoneis herculeanum - - 150 -

    Grammatophora sp - - - 150

    Menoidium falcatum 500 650 500 800

    Merismopedia elegans 1050 1250 2150 2500

    Merismopedia sp 850 500 - -

    Microcystis aeruginosa 700 1000 750 500

    Microcystis sp 1750 1000 800 3250

    Navicula sp 5300 300 1200 350

    Neidium sp 150 - - -

    Netrium sp 150 - - -

    Nitzschia obtusa 18550 1600 2150 2400

  • Analisa Kualitas Air Dari hasil pengukuran sampel selama

    4 kali pengambilan tiap minggu, menunjukkan nilai BOD (rata-rata tiap

    minggunya) berkisar 11.25 15.75 mg/L. Berdasarkan Perda Jatim no. 2 tahun 2008 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

    Pengendalian Pencemaran Air di Provinsi

    Jawa Timur kelas III, nilai BOD yang

    syaratkan maksimum 6 mg/l. Hampir keseluruhan nilai konsentrasi BOD di lokasi

    penelitian berada diatas nilai baku mutu. Hal

    ini menunjukkan bahwa Sungai Aloo, Sidorajo terindikasi adanya pencemaran

    bahan organik.

    Hasil pengukuran kandungan

    oksigen terlarut (DO) di Sungai Aloo,

    Sidoarjo selama 4 kali pengambilan sample,

    berkisar antara 2.34-2.63 mg/L. Berdasarkan Perda Jatim no. 2 tahun 2008 tentang

    Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

    Pencemaran Air di Provinsi Jawa Timur kelsa III, nilai DO yang diperkenankan > 3

    mg/l. Dengan demikian kadar DO di Sungai

    Aloo Sidoarjo masih berada dibawah nilai baku mutu yang diperkenankan.

    Konsentrasi COD di Sungai berkisar

    antara 22-30 mg/L. Berdasarkan Perda Jatim

    no. 2 tahun 2008 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran

    Air di Provinsi Jawa Timur kelsa III, nilai

    Nitzschia sigmodea 150 - - 150

    Nitzschia sp1 6350 1950 36150 2500

    Nitzschia sp2 - - 550 -

    Oscillatoria sp1 576800 582400 2021600 411400

    Oscillatoria sp2 251550 415350 415350 637650

    Oscillatoria tenuis 2085200 2121600 2449200 1352000

    Pediastrum calthratum 150 300 300 350

    Pediastrum simplex - 150 - -

    Phacus oscilians 150 500 250 -

    Phacus sp 150 250 - -

    Phacus triqueter - - - 300

    Pinnularia nobilis 300 150 - 450

    Pleurosigma sp 4050 1450 4450 1100

    Scenedesmus sp 150 - - -

    Sphaerotilus natans 150 - 150 -

    Spirullina sp 950 2600 100 2550

    Spyrogira sp 141200 81100 58550 106450

    Stauroneis sp 600 1100 500 600

    Suriella robusta 1400 2050 300 850

    Synedra ulna 1100 950 300 500

    Thalasioshira sp - 150 150 -

    Triceratium sp 150 150 - -

    Triploceras gracile 550 300 - -

    Uroglenopsis americana 150 - - -

    Zygnema insigne - - - 250

    Kepadatan (individu/m3) 3.115.750 3.242.750 5.000.000 2.552.450

    Jumlah Spesies 41 39 30 38

    H 1.00 1.12 0.93 0.99

    E 0.31 0.34 0.37 0.32

    D 0.51 0.44 0.44 0.52

  • COD yang diperkenankan maksimum 50

    mg/l. Secara keseluruhan nilai rata-rata yang

    diperoleh dari 4 stasiun sampel menunjukkan nilai dibawah baku mutu yang

    diperkenankan, hal ini menunjukkan bahwa

    Sungai Aloo, Sidoarjo mampu

    mendekomposisikan limbah organik secara kimiawi yang masuk ke perairan tersebut.

    Hasil analisis menunjukkan

    konsentrasi nitrat di Sungai Aloo, Sidoarjo selama 4 kali pengambilan sampel, berkisar

    antara 0 2.16 mg/L dan konsentrasi pospat berkisar antara 0 0.66 mg/L. Dimana nilai-nilai tersebut Berdasarkan pengelompokan kriteria perairan dengan melihat konsetrasi

    nitrat yang terukur , kategori perairan Sungai

    Aloo pada kondisi perairan oligotrofik yang artinya kurang subur (Effendi. 2003).

    Begitupula berdasarkan Perda Jatim no. 2

    tahun 2008 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di

    Provinsi Jawa Timur kelas III, nilai nitrat

    yang diperkenankan 20 mg/L dan pospat 1

    mg/L. Nilai TSS atau Total Padatan

    Tersuspensi yang diperoleh berkisar antara

    24 - 370 mg/L, nilai ini tidak melebihi ambang batas Baku Mutu air Perda Jatim no.

    2 /2008 kelas III yaitu 400 mg/L. Dan nilai

    TDS atau Total Padatan Terlarut berkisar 351 1220.5 mg/L. Berdasarkan Baku Mutu Air Perda Jatim no. 2/ 2008 kelas III nilai

    TDS yang dipersyaratkan 1000 mg/L. Pada

    SA 3 menunjukkan nilai melibihi ambang batas baku mutu, dimana pada SA 3 ini

    merupakan daerah yang banyak pemukiman

    penduduk dan daerah pertanian, dimungkinkan limbah yang masuk pada

    stasiun 3 ini air buangan rumah tangga yang

    mengandung melekul sabun/deterjen yang

    dapat meningkatkan nilai TDS diperairan.

    Analisa Pencemaran Limbah Organik di

    Sungai Aloo, Sidoarjo Dari hasil pengukuran parameter

    kualitas air di Sungai Aloo, Sidoarjo

    diperoleh nilai Indeks Pencemarannya (IP), pada SA1 dengan nilai rata-rata 2.04, SA2

    dengan nilai rata-rata 1.65, SA3 dengan nilai

    rata-rata 2.00, dan SA4 dengan nilai rata-rata

    2.20. Rata- rata kisaran nilai IP disemua stasiun menunjukkan Sungai Aloo berada

    dalam kondisi tercemar ringan dengan

    rentang nilai indeks 1< IP 5. SA 4 memiliki

    nilai IP yang cenderung paling tinggi

    dibandingkan dengan stasiun lain, yang

    ditunjukkan juga pula dari tingginya nilai BOD dengan nilai rata-rata 2.50 mg/L.

    Daerah pertanian, pertambakan dan

    pemukiman penduduk diduga berkontribusi

    terhadap pasokan limbah organik di SA4. Tingginya nilai IP ini didukung pula dengan

    rendahnya nilai H (dengan rata-rata 0.99), serta ketidak merataan individu pada tiap spesies yaitu rendahnya nilai E (dengan rata-

    rata 0.32). Rendahnya nilai H dan E juga didukung rendahnya konsentrasi nutrisi yaitu

    pospat ( rata-rata 0.16 mg/L) dan nitrat ( rata-rata 1.1 mg/L).

    SA1 merupakan lokasi yang

    dianggap mewakili lingkungan yang belum tercemar oleh buangan air Lumpur Panas

    Sidoarjo. Nilai IP pada SA1 cenderung tinggi

    dengan nilai rata-rata 2.04, didukung dengan tingginya nilai konsentrasi BOD dengan rata-

    rata 14.25 mg/L. Tingginya nilai IP pada

    SA1 ini didukung pula dengan rendahnya

    nilai H (dengan rata-rata 1.00) dan rendahnya nilai E (dengan rata-rata 0.31).

    Sedangkan SA2 yang merupakan stasiun

    yang mewakili lingkungan Sungai Aloo yang mendapat masukan buangan air Lumpur

    Panas Sidoarjo, memiliki nilai IP (dengan

    rata-rata 1.65 ) yang rendah dibanding dengan stasiun yang lain. Rendahnya nilai IP

    pada SA2 seiring dengan tinggi nilai

    H(dengan nilai rata-rata 1.12) dan tingginya nilai E (dengan rata-rata 0.34) dibanding stasiun lain. Hal ini menunjukkan bahwa ada

    sumber beban pencemar organik lain yang

    masuk ke Sungai Aloo, yang memiliki kontribusi lebih besar dibanding buangan air

    Lumpur Panas Sidoarjo. Dari uraian diatas

    menunjukkan adanya kecenderungan

    tingginya nilai Indeks Pencemaran (IP) seiring dengan rendahnya Indeks

    Keanekaragaman Shanon-Wiener (H) dan Indeks Kemerataan Shanon- Wiener (E).

    Oscillatoria Sebagai Bioindikator Kondisi

    Lingkungan Perairan Tercemar Bahan

    Organik

    Keanekaragaman Cyanophyceae di

    suatu perairan dapat dijadikan bioindikator

    dalam memonitoring kualitas air. Apabila dalam suatu perairan didominasi oleh spesies

    dari kelas Cyanophyceae atau alga biru hijau,

    maka perairan tersebut dapat diindikasikan

  • Gambar 1 Sel Pembungkus Pada

    Oscillatoria simplicissima yang

    diambil dengan menggunakan

    Transmission electron micrograph, CE

    = sel pembungkus, L = lapisan dari tiap

    sel pembungkus, PM = membran

    plasma, S = selubung (Venter, 2003)

    Gambar 2 Penampang filament

    Oscillatoria simplicissima yang

    diambil dengan menggunakan

    Transmission electron micrograph, PP

    = polyphosphate bodies, LD = Lipid

    droplet, PH = polyhedral bodies (Venter, 2003)

    adanya pencemaran (Lee, 2006). Salah satu

    contoh dari kelas Cyanophyceae adalah

    Oscillatoria, dimana dominansi dari golongan Oscillatoria ini dapat dijadikan indikasi

    turunnya kualitas air (pencemaran) oleh

    buangan limbah organik (Kumari, 2008;

    Rangpan, 2008; dan Panich-pat, 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    Sungai Aloo, Sidoarjo tergolong perairan

    dalam kondisi tercemar ringan oleh bahan organik. Dimana kelimpahan fitoplankton di

    Sungai Aloo didominasi oleh golongan

    Oscilatoria yaitu Oscillatoria tenuis,

    Oscillatoria sp1 dan Oscillatoria sp2. Hasil ini diperkuat oleh Rangpan (2008) yang

    menjelaskan bahwa Oscillatoria tenuis

    ditemukan mendominasi pada perairan dalam kondisi tercemar ringan, oleh organik dan

    Oscillatoria juga mampu hidup pada kondisi

    DO yang rendah. Hal ini juga sesuai dengan

    hasil penelitian ini, dimana kondisi Sungai

    Aloo yang memiliki konsentrasi DO yang

    rendah yaitu < 3 dan terjadi dominansi relatif Oscillatoria tenuis hingga mencapai 79,63

    %. Selain itu Panich-Pat (2008) juga

    menjelaskan bahwa dominasi golongan

    Oscillatoria akan seiring dengan tingginya nilai BOD. Dipertegas dari hasil penelitian

    ini kadar BOD di Sungai Aloo tergolong

    cukup tinggi hingga mencapai 21 mg/L , dimana nilai ini melebehi ambang batas yang

    dipersyaratkan yaitu < 6 mg/L.

    Oscillatoria juga diketahui memiliki

    kemampuan bertahan terhadap perubahan kondisi lingkungan yang tidak

    menguntungkan. Hal ini dimungkinkan

    karena Oscillatoria memiliki sel pembungkus (Cell Envelope = CE) yang berlapis dan

    selubung (Sheath = S) seperti ditunjukkan

    pada Gambar 1.

    Selubung atau sheath akan terbentuk pada kondisi lingkungan sub optimal atau dibawah

    cekaman (Conradie, 2008). Kondisi inilah

    yang diduga mampu mambuat Oscillatoria

    bertahan hidup dengan kondisi lingkungan perairan yang tercemar.

    Selain itu Oscillatoria juga mampu

    bertahan dalam lingkungan yang rendah

    nutrisi (oligotrifik) dengan konsentrasi nitrogen dan phospat rendah. Hal ini

    dikarenakan Oscillatoria mampu

    mengakumulasi nutrisi dan menyimpannya

    sebagai cadangan makanan dalam bentuk polimer yang tidak terlarut, seperti

    polyphosphate bodies (PP) yang ditunjukkan

    pada gambar 2 (Venter, 2003).

  • Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini :

    - Fitoplankton yang ditemukan di 4 titik sampling di Sungai Aloo,

    Sidoarjo berkisar antara 3041 spesies dengan kelimpahan berkisar

    antara 2.552.450 5.000.000 individu/m

    3

    - Hasil Indeks Keanekaragaman Shanon-Wiener (H) berkisar antara 0.6 1.46, Indeks Kemerataannya (E) berkisar antara 0.23-0.49 dan indeks Dominansi (D) berkisar antara

    0.26-0.73. Rendahnya nilai

    keanekaragaman dan kemerataan ini, disebabkan karena tingginya

    nilai didominasi oleh spesies

    Oscillatoria tenuis, Oscillatoria sp1 dan Oscillatoria sp2. Sehingga

    Sungai Aloo memiliki

    kecenderungan kestabilan

    komunitasnya rendah. - Hasil pengukuran parameter kualitas

    air (parameter bahan organik)

    menunjukkan Sungai Aloo, Sidoarjo berada dalam kondisi tercemar

    ringan, dengan nilai indeks

    Pencemarannya (IP) 1.65-2.20.

    Daftar pustaka Anonim. 2007. Dampak Lingkungan dari

    Genangan Lumpur Porong. BPK-RI dan Universitas Brawijaya. Malang.

    Anonim, 2010.

    http://www.wellesley.edu/Environment

    alStudies/ Curriculum/ES%20101/ Water%20quality.pdf diakses Jam

    1.03 Pada Tanggal 19 Januari 2011.

    Conradie,K.R.; S. Du Plessis and A. Venter. 2008. School of Environmental

    Sciences and Development: Botany.

    South Africa. South African Journal of Botany 74 (2008) 101110.

    Dianthani, Dhani. 2003. Identifikasi Jenis

    Plankton di Perairan Muara Badak,

    Kalimantan Timur. Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Bogor.

    Bogor.

    Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya

    danLingkungan Perairan. Kanisius.

    Yogyakarta

    Ferianita, Melati Fachrul; Herman Haeruman dan Listari C. Sitepu. 2005.

    Komunitas Fitoplankton Sebagai Bio-Indikator Kualitas Perairan Teluk

    Jakarta. Universitas Trisakti. Jakarta.

    Ferianita, Melati Fachrul; Setijati Hartinah E., dan Monika Wulandari. Komposisi dan Model Kelimpahan Fitoplankton

    di Perairan Sungai Ciliwung, Jakarta.

    Universitas Trisakti. Jakarta Keputusan Menteri Negara Lingkungan

    Hidup. 2003. Keputusan Menteri

    Negara Lingkungan Hidup Nomor

    :115, pada Lampiran II. Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Indeks

    Pencemaran.

    Kumara, Pramila, Sharda Dhadse, P.R. Chaudhari and S.R. Wate. 2008. A

    Biomonitoring of Plankton to Assass

    Quality of Water in the Lakes of Nagpur City. Proceedings of Taal

    2007:The 12th

    World Lake Conference:

    160-164.

    Panich-pat, Thanawan; Warin Yenwaree and Rattiya Ongmali. 2009. Department of

    Science, Faculty of Liberal Arts and

    Science, Kasetsart University, Kamphaeng Saen Campus, Nakhon

    Pathom. Journal Environ. Res 31

    (2):1-14 Pemerintah Provinsi Jawa Timur. 2008.

    Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur

    Nomor 2/ 2008/ Lampiran . Tentang

    Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air di Jawa

    Timur.

    Maguran, Anne E.. 1983. Ecological Diversity and Its Measurement.

    Department of Zoology. University of

    Oxford

    Nirarita, CH. Endah. 1996. Ekosistem Lahan Basah Indonesia. Wetlands Indonesia Indonesia Programme. Bogor.

    Nuhu, AA and S. Ahmad. 2008. Characterization of Biotic and Abiotic

    Profile of Greenhouse Evaporative

    Cooling System Fouling. Tropical Journal of Pharmaceutical Research,

    September 2008. Universytas Of Benin.

    Nigeria

    Pirzan, Andi Marsabuana dan Petrus Rani P..2008. Hubungan Keragaman

    Fitoplankton dengan Kualitas Air di

    Pulau Bauluang, kabupaten Takalar,

  • Sulawesi Selatan. Jurnal Biodiversias

    volume 9 no.3, hal 217 -221

    Prihantini, Nining Betawati. 2008. Biodiversitas Cyanobacteria Dari

    Beberapa situ/danau Di kawasan

    Jakarta-Depok-Bogor, Indonesia.

    Universitas Indonesia, Jakarta. Rangpan, Vichit. 2008. Effects of Water

    Quality on Periphyton in The Pattani

    River, Yala Municipality, Thailand. Thesis Submitted in Fulfillment of The

    Requirements For The Degree of

    Doctor of Philosophy, Universitas

    Sains Malaysia. Malaysia Suwondo, Elya Febrita, Dessy dan Mahmud

    Alpusari. 2004. Kualitas Biologi

    Perairan Sungai Senapelan, Sago dan Sail di Kota Pekanbaru Berdasarkan

    Bioindikator Plankton dan Bentos.

    Universitas Riau. Pekanbaru.

    Venter, A. A Jordaan and AJH Pieterse.

    2003. Oscillatoria simplicissima: A

    taxonomical study. School of Environmental Sciences and

    Development: Botany. South Africa.

    Journal Water SA Vol. 29 No. 1

    Wibisono, M. S.. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Grasindo. Jakarta.

    Yanti, Devie. 2009. Fitoplankton Penyebab

    Harmful Algae Blooms (HABs) di Perairan Sidoarjo.Tugas Akhir.

    Program Studi Biologi. FMIPA Institut

    Teknologi Sepuluh Nopember.

    Surabaya. Yuliana. 2007. Struktur Komunitas dan

    Kelimpahan Fitoplankton dalam

    Kaitannya dengan Parameter Fisika Kimia Perairan di Danau Laguna,

    Ternate, Maluku Utara. Universitas

    Khairun, Maluku Utara