analisis kesesuaian perairan untuk budidaya...

14
ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA) BERBASIS EKOLOGI DI MADONG, KELURAHAN KAMPUNG BUGIS, KECAMATAN TANJUNGPINANG KOTA Amdani Afrizal Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] Linda Waty Zen Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] Tengku Said Raza’i Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] ABSTRAK Amdani Afrizal. 2016. Analisis Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) di Keramba Jaring Apung (KJA) Berbasis Ekologi di Madong Kelurahan Kampung Bugis, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Skripsi. Tanjungpinang: Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing I: Ir. Linda Waty Zen, M. Sc. Pembimbing II : Tengku Said Raza’i, S. Pi, MP. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi kesesuaian perairan untuk pengembangan budidaya ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) di keramba jaring apung (KJA) di perairan madong. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei lapangan, yaitu melakukan pengamatan langsung ke lapangan terhadap kondisi perairan di Madong. Pengamatan kualitas perairan menggunakan dua parameter yaitu parameter fisika dan parameter kimia, adapun parameter fisika terdiri dari suhu, salinitas, kecerahan, kedalaman dan kecepatan arus, sedangkan parameter kimia terdiri dari oksigen terlarut (DO) dan derajat keasaman (pH). Prosedur penelitian menggunakan teknik pembobotan dan skoring, untuk mencapai tujuan penelitian dilakukan pendekatan dengan teknik analisis perhitungan kriteria ekologi. Pembobotan dan penilaian (skoring) nilai atau skor kesesuaian perairan untuk budidaya kerapu macan titik 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 14, 15, 16, dan 20 di Madong memiliki skoring 76%. Kesesuaian perairan titik 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 14, 15, 16, dan 20 di Madong yang mengacu pada Cornelia (2005) dalam Saka (2014) masuk ke dalam kelas cukup sesuai (S2). Pembobotan dan penilaian (skoring) nilai atau skor kesesuaian perairan untuk budidaya kerapu macan titik 2, 3, dan 18 di Madong memiliki skor 68 %. Pembobotan dan penilaian ( skoring) nilai atau skor kesesuaian perairan untuk budidaya kerapu macan titik 17 di Madong memiliki skor 70,66 %. Pembobotan dan penilaian (skoring) nilai atau skor kesesuaian perairan untuk budidaya kerapu macan titik 10, 11, dan 19 di Madong memiliki skor 73 %. yang mengacu pada Cornelia (2005) dalam Saka (2014) masuk ke dalam kelas sesuai marjinal (S3). Penilaian secara keseluruhan Madong memiliki tingkat kesesuaian lahan 65 % cukup sesuai (S2). Kata Kunci : Metode survei lapangan, parameter fisika dan parameter kimia, kesesuaian perairan, pembobotan dan skoring.

Upload: buihanh

Post on 04-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · A. Latar Belakang ... (BBPBL, 2001 dalam Saka dkk. 2014). Dampak

ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA KERAPU MACAN (Epinephelus

fuscoguttatus) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA) BERBASIS EKOLOGI DI MADONG,

KELURAHAN KAMPUNG BUGIS, KECAMATAN TANJUNGPINANG KOTA

Amdani Afrizal Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]

Linda Waty Zen Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]

Tengku Said Raza’i

Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]

ABSTRAK

Amdani Afrizal. 2016. Analisis Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Kerapu Macan (Epinephelus

fuscoguttatus) di Keramba Jaring Apung (KJA) Berbasis Ekologi di Madong Kelurahan

Kampung Bugis, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Skripsi. Tanjungpinang: Jurusan

Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas

Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing I: Ir. Linda Waty Zen, M. Sc. Pembimbing II : Tengku

Said Raza’i, S. Pi, MP.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi kesesuaian perairan untuk

pengembangan budidaya ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) di keramba jaring apung

(KJA) di perairan madong. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei lapangan,

yaitu melakukan pengamatan langsung ke lapangan terhadap kondisi perairan di Madong. Pengamatan

kualitas perairan menggunakan dua parameter yaitu parameter fisika dan parameter kimia, adapun

parameter fisika terdiri dari suhu, salinitas, kecerahan, kedalaman dan kecepatan arus, sedangkan

parameter kimia terdiri dari oksigen terlarut (DO) dan derajat keasaman (pH). Prosedur penelitian

menggunakan teknik pembobotan dan skoring, untuk mencapai tujuan penelitian dilakukan pendekatan

dengan teknik analisis perhitungan kriteria ekologi. Pembobotan dan penilaian (skoring) nilai atau skor

kesesuaian perairan untuk budidaya kerapu macan titik 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 14, 15, 16, dan 20 di

Madong memiliki skoring 76%. Kesesuaian perairan titik 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 14, 15, 16, dan 20

di Madong yang mengacu pada Cornelia (2005) dalam Saka (2014) masuk ke dalam kelas cukup sesuai

(S2). Pembobotan dan penilaian (skoring) nilai atau skor kesesuaian perairan untuk budidaya kerapu

macan titik 2, 3, dan 18 di Madong memiliki skor 68 %. Pembobotan dan penilaian (skoring) nilai atau

skor kesesuaian perairan untuk budidaya kerapu macan titik 17 di Madong memiliki skor 70,66 %.

Pembobotan dan penilaian (skoring) nilai atau skor kesesuaian perairan untuk budidaya kerapu macan

titik 10, 11, dan 19 di Madong memiliki skor 73 %. yang mengacu pada Cornelia (2005) dalam Saka

(2014) masuk ke dalam kelas sesuai marjinal (S3). Penilaian secara keseluruhan Madong memiliki

tingkat kesesuaian lahan 65 % cukup sesuai (S2).

Kata Kunci : Metode survei lapangan, parameter fisika dan parameter kimia, kesesuaian

perairan, pembobotan dan skoring.

Page 2: ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · A. Latar Belakang ... (BBPBL, 2001 dalam Saka dkk. 2014). Dampak

ABSTRACT

Amdani Afrizal. 2016. Water Suitability Analysis for Cultivation Tiger Grouper (Epinephelus

fuscoguttatus) in Floating Net Cage (KJA) Based Ecology in Madong, Kampung Bugis,

District of Tanjungpinang City, Thesis. Tanjungpinang : Water Resource Management

Department, Faculty of Marine Sciences and Fisheries, University of Maritime Raja Ali Haji.

Advisor I: Ir . Linda Waty Zen, M. Sc. Co-advisor II: Tengku Said Raza'i , S. Pi , MP.

The purpose of this research is to determine the condition of the suitability of water for the

cultivation of tiger grouper (Epinephelus fuscoguttatus) in floating net cages (KJA) in the waters

Madong. The method used in this research is a field survey methods, namely direct observation to the

field of the condition of waters in Madong. Observation of water quality parameters using two

parameters: physical and chemical parameters, while the physical parameters consisting of temperature,

salinity, brightness, depth and current speed, while chemical parameters consist of dissolved oxygen

(DO) and potential of hydrogen (pH). Research procedures using weighting and scoring techniques, to

achieve the purpose of the research used technical analysis approach in the calculation of the ecological

criteria. Weighting and assessment (scoring) value or suitability score tiger grouper aquaculture waters

to point 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 14, 15, 16, and 20 in Madong had scoring 76%. Suitability waters of

point 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 14, 15, 16, and 20 in Madong which refers to Cornelia (2005) in Saka

(2014) into the classroom quite appropriate ( S2). Weighting and assessment (scoring) value or

suitability score tiger grouper aquaculture waters to point 2, 3, and 18 in Madong has a score of 68%.

Weighting and assessment (scoring) value or suitability score tiger grouper aquaculture waters for 17

points in Madong has a score of 70.66%. Weighting and assessment (scoring) value or suitability score

tiger grouper aquaculture waters to point 10, 11, and 19 in Madong has a score of 73%. which refers to

Cornelia (2005) in Saka (2014) into the appropriate class of marginal (S3). An overall assessment of

land suitability Madong have a level of 65% is quite suitable (S2).

Keywords : Field survey methods, parameters of physical and chemical parameters, land

suitability, weighting and scoring.

Page 3: ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · A. Latar Belakang ... (BBPBL, 2001 dalam Saka dkk. 2014). Dampak

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki luas laut yang

lebih besar dari pada daratan, salah satu

contohnya Kepulauan Riau. Kepulauan Riau

merupakan salah satu kepulauan yang terdapat

di Indonesia. Kepulauan Riau terkenal dengan

sumberdaya laut dan pesisirnya yang beraneka

ragam jenis dan spesies. Dengan luas laut yang

begitu luas sehingga banyak dari kalangan

masyarakat melakukan pembudidayaan ikan,

terutama komoditas ikan air laut.

Seiring dengan perkembangan zaman

permintaan terhadap pasokan jumlah ikan

mengalami peningkatan, meningkatnya jumlah

permintaan terhadap pasokan ikan ini

disebabkan jumlah penduduk yang terus

menerus mengalami peningkatan, sehingga

tidak cukup hanya dengan memanfaatkan dari

segi penangkapan saja. Oleh karena itu

Direktorat Jendral Perikanan menerapkan

sistem pembudidayaan ikan yang bertujuan

agar dapat memenuhi pasokan ikan baik di

dalam negeri maupun di luar negeri.

Berdasarkan data Direktorat Jendral Perikanan

Budidaya pada tahun 2006 (Sudradjat, 2008),

potensi budidaya laut sebesar 24,5 juta ha.

Namun, tingkat pemanfaatannya masih rendah

karena baru dimanfaatkan seluas 74.500 ha.

Kampung Madong merupakan salah

satu wilayah yang terdapat di Kelurahan

Kampung Bugis. Kelurahan Kampung Bugis

memiliki luas wilayah ± 24,0 Km2 (Kantor

Kelurahan Kampung Bugis, 2013). Di

kampung Madong usaha pumbudidayaan

ikannya sudah tergolong maju dan lebih

berhasil dibandingkan dengan wilayah lain di

kelurahan Kampung Bugis.

Kerapu macan (Epinephelus

fuscoguttatus) memiliki kelebihan

dibandingkan kerapu jenis lain. Selain rasa

dagingnya yang enak, ikan ini juga memiliki

protein yang tinggi. Permintaan pasar domestik

maupun ekspor akan kerapu macan makin

meningkat dan belum dapat diimbangi dengan

hasil tangkapan, maka untuk mengantisipasi

peningkatan permintaan tersebut perlu

dilakukan usaha budidaya (BBPBL, 2001

dalam Saka dkk. 2014).

Dampak positif dari melakukan

budidaya tidak bisa terlepas dari kondisi

lingkungan yang strategis dan mendukung,

dapat ditinjau dari kondisi ekologis sehingga

dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk

melakukan kegiatan budidaya, dengan

melakukan analisis kesesuaian lokasi dengan

parameter-parameter yang dijadikan acuan

penelitian.

Terkait dengan permasalahan

tersebut, maka perlu dilakukan sebuah kajian

atau penelitian terhadap analisis kesesuaian

perairan untuk pengembangan budidaya ikan

kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus)

berbasis ekologi di Madong Kelurahan

Kampung Bugis tersebut.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui kondisi kesesuaian perairan

untuk pengembangan budidaya ikan kerapu

macan (Epinephelus fuscoguttatus) di keramba

jaring apung (KJA) di perairan madong.

C. Rumusan Masalah

Keberhasilan usaha budidaya

perairan sangat dipengaruhi oleh kondisi

ekologis, sehingga untuk pengembangan usaha

budidaya perairan diperlukan data apakah

kondisi ekologi di sekitar perairan Madong

sudah sesuai sebagai lahan untuk

pengembangan budidaya ikan kerapu macan

(Epinephelus fuscoguttatus) di keramba jaring

apung (KJA).

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini

adalah supaya dapat menjadi bahan

pertimbangan kepada pihak pengembang

ataupun pengelola untuk menjadikan lahan di

sekitar Madong menjadi lahan untuk budidaya

ikan kerapu macan (Epinephelus

fuscoguttatus).

BAB III METODE

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini berlokasi di Madong

Kelurahan Kampung Bugis Kecamatan

Tanjungpinang Kota Provinsi Kepulauan Riau

yang dilaksanakan pada bulan April sampai

dengan bulan Juli 2016. Peta titik stasiun

penelitian disajikan pada Gambar 3, koordinat

titik stasiun disajikan pada Lampiran 2.

Page 4: ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · A. Latar Belakang ... (BBPBL, 2001 dalam Saka dkk. 2014). Dampak

Gambar 3. Peta Titik Statiun Penelitian

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan

dalam penelitian ini dapat dilihat pada

Tabel 1:

Tabel 1. Alat dan bahan yang

digunakan

No. Alat yang digunakan Kegunaan

1. Kamera Untuk dokumentasi

2. Botol sampel &

kertas label

Sebagai wadah sampel

3. GPS Untuk menentukan titik

koordinat

4. Thermometer Untuk mengukur suhu

5. Multitester Untuk mengukur pH

Untuk mengukur oksigen

terlarut

6. Handrefraktometer Untuk mengukur salinitas

7. Current Meter Untuk mengukur kecepatan

arus

8. Secchi Disk Untuk mengukur kecerahan

C. Metode

Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode survei lapangan,

yaitu melakukan pengamatan langsung ke

lapangan terhadap kondisi perairan di Madong

Kelurahan Kampung Bugis Kecamatan

Tanjungpinang Kota.

Tahap yang dilakukan dalam

menentukan lokasi kesesuaian perairan

budidaya pada titik yang ingin diteliti

dengan pengumpulan data. Data yang

dikumpulkan adalah data primer dan data

sekunder. Data primer yaitu data yang

diperoleh secara langsung oleh peneliti

dilapangan, seperti pengukuran kualitas

perairan. Sedangkan data sekunder

diperoleh dari studi literatur, yaitu buku-

buku, jurnal, dan tesis.

D. Prosedur Kerja

1. Penentuan Titik Stasiun

Penentuan stasiun pengamatan adalah

secara purposive sampling yaitu dari luasan

perairan sekitar Madong didapat 20 titik

penelitian, yang akan dijadikan perbandingan

kesesuaian perairan untuk budidaya kerapu

macan (Epinephelus fuscoguttatus).

2. Pengamatan Kualitas Air

Pengamatan untuk kualitas perairan

dalam penelitian ini melalui dua parameter

yaitu parameter fisika dan kimia.

a. Parameter Fisika

Adapun pengamatan yang dilakukan

untuk parameter fisika ialah suhu, salinitas,

kecerahan, kedalaman, dan kecepatan arus.

Suhu

Adapun Prosedur pengukuran Suhu

menggunakan Thermometer adalah sebagai

berikut:

a. Buka penutup Thermometer,

b. Letakkan ujung Thermometer yang

berwarna silver ke dalam air,

c. Setelah ± 3 menit angkat thermometer ke

arah cahaya dan lihat berapa angka yang

ditunjukkan oleh air raksa di

Thermometer.

d. Catat hasilnya.

Salinitas

Adapun Prosedur pengukuran

Salinitas menggunakan Handrefraktometer

adalah sebagai berikut:

a. Ambil air sampel menggunakan pipet

tetes,

b. Teteskan air sampel ke prisma,

c. Tutup prisma, pastikan air sampel

menyebar secara merata dan tidak terdapat

gelembung udara pada permukaan prisma.

d. Lihat skala salinitas pada eyeplace dengan

cara diputar agar skala pembacaan terlihat

dengan jelas, dan dilihat pada tempat yang

terang (ada cahaya).

e. Catat hasil pembacaan skala,

f. Bilas prisma dengan aquades lalu

keringkan dengan tisu.

Page 5: ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · A. Latar Belakang ... (BBPBL, 2001 dalam Saka dkk. 2014). Dampak

Kecerahan

Adapun prosedur pengukuran

kecerahan menggunakan secchi disk

adalah seagai berikut:

a. Secchi disk dicelupkan ke dalam perairan

sampai batas pertama kali tidak tampak,

ukur panjang tali dan dicatat sebagai hasil

D1 (jarak tampak)

b. Kemudian tarik tali pelan-pelan sampai

batas pertama kali tampak dan catat

sebagai hasil D2 (jarak tidak tampak)

c. Kemudian masukkan hasil tadi kedalam

rumus , catat hasilnya.

Kedalaman

Pengukuran kedalaman dilakukan

dengan meggunakan tali penduga kedalaman

berskala, yaitu tali panajang yang berskala tiap

0,5 m dan di ujung tali diberikan pemberat.

Korelasi kedalaman dengan pasang surut

dengan menggunakan rumus (Ongkoson dan

Suryano, 1989 dalam Susetya, 2014):

d = dt = (ht – MSL) Ket :

∆d = Kedalaman suatu titik pada dasar perairan

(m)

dt = Kedalaman suatu titik pada dasar laut pada

waktu t (m)

ht = Ketinggian permukaan air laut pada

pukul t (m)

MSL = Means Sea Level (duduk

tengah muka air) (m)

Kecepatan Arus

Kecepatan arus diukur dengan

menggunakan current meter, caranya sebagai

berikut:

a. Pasangkan kipas pada batang besi yang

telah disediakan,

b. Sambungkan kabel jeck dengan kotak

pencatat (monitor),

c. Kemudian celupkan kipas ke dalam air,

d. Catat kecepatan arus yang tertera pada

layar dalam m/s.

b. Parameter Kimia

Adapun pengamatan yang dilakukan

untuk parameter kimia ialah oksigen terlarut

(DO) dan derajat keasaman (pH).

Oksigen Terlarut (DO)

Ada dua metode yang digunakan

untuk menentukan oksigen terlarut yang dapat

diandalkan, yaitu metode Winkler atau metode

titrasi atau disebut juga metode indiometri dan

metode elektrometris (DO Meter). Metode

Winkler berdasarkan sifat oksidasi oleh

oksigen yang terlarut dan metode elektrometris

berdasarkan jumlah oksigen yang berdifusi

melewati membran (Ghufran dkk 2007).

Adapun prosedur pengukuran

oksigen terlarut menggunakan Multitester

adalah seagai berikut:

a. Buka penutup ujung probe,

b. Hidupkan dengan menekan tombol on/off,

c. Dicelupkan probe kedalam air sampel,

d. Putar ujung probe di dalam air sampel

secara perlahan dan tunggu hingga muncul

tanda panah ke arah OK,

e. Ditekan tombol HOLD,

f. Di catat nilai DO (mg/l),

g. Matikan dengan menekan tombol on/off,

h. Bilas ujung probe dengan aquades lalu

keringkan dengan tisu,

i. Tutup kembali penutup ujung probe.

Derajat Keasaman (pH)

Untuk penggunaan aquamate test atau

pH meter, maka prosedurnya seperti pada

pengukuran oksigen. Sedangkan untuk

pengkalibrasian dimulai dengan membuka

tutup pH elektroda (karet ban hitam) pada

ujung elektroda dan geserlah karet ban putih

(transparan) yang menutupi lubang pada

bagian badan elektroda hingga lubang kecil

tersebut terlihat. Isilah cangkir polyhylene

dengan larutan buffer pH 6,86 sebanyak sekitar

1 cm (cangkir tersebut dicuci terlebih dahulu

dengan air aquadest, lalu hidupkan switch

knop pH). Kemudian masukkan sensor ke

dalam cangkir yang telah berisi larutan buffer

serta atur knop kalibrasi pH hingga angka 6,9.

Goyanglah sensor tersebut pelan-pelan, bila

selesai angkatlah sensor tersebut dari cangkir

lalu bilas dengan aquadest. Setelah itu

pasangkan pelindung elektroda (Electroda

Protector). Kemudian lubang kecil yang

dibuka tadi ditutup kembali. Bila segera

dioperasikan maka masukkan sensor secara

perlahan-lahan ke dalam air yang akan diukur,

alat dapat dioperasikan lagsung dengan

memutar pH.

Adapun prosedur pengukuran

pH menggunakan Multitester adalah

seagai berikut:

a. Buka penutup ujung probe,

b. Hidupkan dengan menekan tombol

on/off,

c. Dicelupkan probe kedalam air

sampel,

d. Ditekan tombol HOLD,

Page 6: ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · A. Latar Belakang ... (BBPBL, 2001 dalam Saka dkk. 2014). Dampak

e. Dicatat nilai pH mencapai angka yang

stabil,

f. Matikan dengan menekan tombol on/off,

g. Bilas ujung probe dengan aquades lalu

keringkan dengan tisu,

h. Tutup kembali penutup ujung probe.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dengan

menggunakan teknik pembobotan dan skoring,

maka untuk mencapai tujuan penelitian dalam

analisis ini dilakukan pendekatan dengan

teknik analisis dalam perhitungan kriteria

ekologi.

1. Kriteria Ekologi

Untuk penelitian kriteria ekologi

perairan menggunakan parameter fisika dan

kimia dengan rumusan yang dimodifikasi dari

jurnal Saka dkk. 2014 dengan mengurangi

beberapa parameter seperti posfat, nitrat,

kelimpahan plankton, dan klorofil-a.

Tabel 2. Parameter-parameter Kesesuaian Kawasan Budidaya KJA

No. Parameter Kelas Angka

Penilaian

Sumber Baku Mutu *

1. Oksigen

Terlarut

(mg/L)

≥ 5,0

≥ 4,0 – 4,9

≤ 3,9

5

3

1

Evalawati dkk

(2001)

> 5

2. Kedalaman

(m)

15,0 – 24,9

5,0 – 14,9 dan 25,34,9

≤ 4,9 dan ≥35

5

3

1

BBPBL

(2001)

-

3 Kecepatan

Arus (cm/dt)

20,0 – 49,9

10 – 19,9 dan 50

≥75

5

3

1

BBPBL

(2001)

20-25

4. Kecerahan (m) ≥ 5,0

≥3 – 4,9

≤ 2,9

5

3

1

Hargreaves

(1999)

> 3

5. Suhu Perairan

(oC)

27,0 – 30,9

25,0 – 28,9 dan 31 –

31,9

< 24,9 dan ≥ 32

5

3

1

Romimohtarto

dan Juwana

(1999)

26 – 32

6. Salinitas (ppt) 30,0 – 32,9

20,0 – 29,0

≤ 19,9 dan ≥33

5

3

1

Evalawati

dkk. (2001)

31 – 34

7. Derajat

Keasaman

(pH)

8,0 – 8,20

4,0 – 7,9 dan 8,20 – 8,9

≤3,90 dan ≥9.0

5

3

1

Effendi

(2003)

7 – 8,5

Sumber: Modifikasi Jurnal Saka dkk. (2014)

*(SNI 01-6488.4-2000)

Page 7: ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · A. Latar Belakang ... (BBPBL, 2001 dalam Saka dkk. 2014). Dampak

F. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini

menggunakan metode matching dan skoring.

Menurut Hartoko (2000) dalam Saka dkk.

(2014), tahapan analisis kesesuaian perairan

dengan pembuatan matrik kesesuaian diawali

dengan mengumpulkan berbagai referensi

mengenai kondisi wilayah perairan yang harus

dipenuhi untuk pembudidayaan kerapu macan

yang menggunakan keramba jaring apung

(KJA). Kemudian menentukan batas-batas

nilai (klasifikasi kelas kesesuaian) untuk setiap

parameter fisika, kimia perairan yang

memenuhi persyaratan budidaya kerapu

macan. Kelayakan perairan untuk budidaya

ikan diukur berdasarkan kualitas air laut (pH,

suhu, salinitas, kecerahan, kedalaman,

kecepatan arus, oksigen terlarut, pH).

Parameter tersebut akan digunakan sebagai

dasar skala penilaian dan bobot pada kelayakan

perairan budidaya laut. Pembobotan pada

setiap parameter ditentukan berdasarkan pada

dominannya parameter tersebut terhadap

suatuperuntukan kelayakan perairan budidaya

laut (Gerking, 1978 dalam Saka dkk. 2014).

Parameter yang dapat memberikan pengaruh

lebih kuat sebagai faktor pembatas bagi

organisme budidaya diberi bobot lebih tinggi.

Tingkat kesesuaian menurut (Cornelia, 2005

dalam Saka dkk. 2014) dibagi atas empat kelas

antara lain: sangat sesuai (highly suitable),

cukup sesuai (moderately suitable), sesuai

marginal (marginally suitable), tidak sesuai

(not suitable).

Matriks kesesuaian perairan disusun melalui

kajian pustaka dan pertimbangan teknis

budidaya, sehingga diketahui variabel syarat

yang dijadikan acuan dalam pemberian bobot

(Tabel 3).

Total skor matrik kesesuaian

selanjutnya dipakai untuk menentukan kelas

kesesuaian perairan budidaya ikan kerapu

macan berdasarkan karakteristik kualitas

perairan dan dapat dihitung dengan

perhitungan (DKP, 2005 dalam Saka dkk.

2014):

Total Skoring = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑥 x 100%

Page 8: ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · A. Latar Belakang ... (BBPBL, 2001 dalam Saka dkk. 2014). Dampak

Tabel 3. Parameter Penilaian Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Kerapu Macan (Epinephelus

Fuscoguttatus)

No. Parameter Kelas Angka

Penilaian

Bobot

(B)

Karakteristik

1. Oksigen Terlarut

(mg/L)

≥ 5,0

≥ 4,0 – 4,9

≤ 3,9

5

3

1

4

Sangat Berpengaruh

untuk Kerapu Macan

dapat hidup

2. Kedalaman (m) 15,0 – 24,9

5,0–14,9 dan 25,34,9

≤ 4,9 dan ≥35

5

3

1

3

Cukup Berpengaruh

untuk pemilihan lokasi

budidaya kerapu

macan

3 Kecepatan Arus

(cm/dt)

20,0 – 49,9

10 – 19,9 dan 50

≥75

5

3

1

2

Berpengaruh terhadap

pemilihan lokasi

budidaya kerapu

macan

4. Kecerahan (m) ≥ 5,0

≥3 – 4,9

≤ 2,9

5

3

1

2

Berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan

perkembangan kerapu

macan

5. Suhu Perairan

(oC)

27,0 – 30,9

25,0–28,9 dan 31–31,9

<24,9 dan ≥32

5

3

1

2

Berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan

perkembangan kerapu

macan

6. Salinitas (ppt) 30,0 – 32,9

20,0 – 29,0

≤ 19,9 dan ≥33

5

3

1

1

Berpengaruh

pertumbuhan dan

perkembangan kerapu

macan

7. Derajat

Keasaman (pH)

8,0 – 8,20

4,0 – 7,9 dan 8,20 – 8,9

≤3,90 dan ≥9.0

5

3

1

1

Berpengaruh

pertumbuhan dan

perkembangan kerapu

macan

Sumber : Evalawati dkk. (2001); BBPBL, (2001); Hargreaves, (1999); Romimohtarto dkk. (1999);

Effendi, (2003) dalam Saka dkk. 2014.

Berdasarkan rumus dan perhitungan di atas

diperoleh nilai (skor) kesesuaian perairan

menurut (Cornelia, 2005 dalam Saka dkk.,

2014), yaitu sebagai berikut:

85,00 % - 100 % = Sangat Sesuai (S1)

75,00 % - 84,99 % = Cukup Sesuai

(S2)

65,00 % - 74,99 % = Sesuai Marginal

(S3)

0 % - 64,99 % = Tidak Sesuai (N)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Madong

Wilayah Kampung Madong

merupakan wilayah yang terletak di Kelurahan

Kampung Bugis, Kecamatan Tanjungpinang

Kota, Provinsi Kepulauan Riau. Luas wilayah

yang dimiliki kelurahan Kampung Bugis yaitu

24,0 Km2. Adapun batas wilayah Kampung

Madong adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Tembeling

Sebelah Selatan: Kelurahan Tanjungpinang

Kota

Sebelah Barat : Kelurahan Air Raja

Sebelah Timur : Kelurahan Senggarang

Vegetasi yang tumbuh di wilayah

perairan Kampung Madong berupa hutan

mangrove, dan di perairan Kampung Madong

memiliki substrat dasar yaitu kerikil, pasir, dan

lumpur. Kampung Madong terdapat keramba

jaring apung yang digunakan nelayan sebagai

tempat memelihara atau membudidayakan

ikan. Terdapat 5 kelompok nelayan yang

melakukan pembudidayaan ikan di sekitar

perairan kampung madong, masing-masing

kelompok nelayan memiliki 10 anggota yang

bekerja secara bergantian untuk merawat dan

Page 9: ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · A. Latar Belakang ... (BBPBL, 2001 dalam Saka dkk. 2014). Dampak

menjaga ikan yang terdapat di dalam keramba.

Selain keramba jaring apung, juga terdapat

aktivitas penangkapan ikan (pancing, jaring,

dan bubu), pemukiman penduduk, alur

pelayaran, serta restoran seafood yang

merupakan tempat masyarakat Kampung

Madong menjual sebagian hasil tangkapannya

sehabis melaut.

Madong termasuk daerah yang

mendapatkan bantuan KJA HDPE ( High

Density Polyethylene) dari pemerintah,

keramba ikan ini terbuat dari bahan plastik

berkualitas tinggi, mempunyai daya tahan

lebih lama dan lebih kuat. Bantuan sarana

produksi berupa KJA HDPE yang telah

diberikan oleh pemerintah Provinsi Kepri

kepada masyarakat sampai dengan tahun

2014 adalah berjumlah 1.250 Kantong yang

tersebar di 7 kab/Kota dengan rincian Kota

Batam sebanyak 250, Tanjungpinang 40

Kantong, Kabupaten Bintan 280 kantong,

Kab. Karimun 150 kantong, Kab.Lingga 80

kantong, Kab. Natuna sebanyak 260 kantong

dan Kab.Kep. Anambas sebanyak 100

kantong. Bantuan-bantuan tersebut tidak lain

adalah bentuk kepedulian pemerintah daerah

Provinsi Kepulauan Riau kepada masyarakat

khususnya dalam hal pengembangan usaha

budidaya perikanan dalam rangka

peningkatan perekonomian masyarakat dan

perluasan lapangan kerja

(www.dkpkepri.info).

Sabagai bentuk apresiasi atas

keberhasilan masyarakat pembudidaya dalam

memanfaatkan fasilitas bantuan sarana

budidaya dari pemerintah maka Bapak

Gubernur Kepulauan Riau pada tanggal 12

Februari 2015 berkesempatan melakukan

panen raya ikan Bawal Bintang, Kerapu dan

Kakap pada Kelompok Pembudidaya Ikan di

Kampung Madong Kecamatan Tanjungpinang

Kota, Tanjungpinang. Kampung Madong

Kecamatan Tanjungpinang Kota berhasil

memanen ikan Bawal Bintang hasil bantuan

bibit dari BBI Pengujan dan Dinas Kelautan

dan Perikanan Provinsi Kepri sebanyak 2 ton,

dari bantuan Balai Perikanan Budidaya Laut

Batam juga sebanyak 2 ton. Disamping itu juga

dipanen ikan Kerapu ukuran panen hasil

bantuan dari Dinas KPPE dan PUMP-PB

sebanyak 2 ton dan panen ikan Kakap Putih

hasil bantuan BBI Pengujan sebesar 1 ton

sehingga total jumlah panen pada kesempatan

tersebut adalah sebanyak 7 ton yang berasal

dari 6 kelompok pembudidaya

(www.dkpkepri.info). Secara umum kawasan

perairan Kampung Madong dimanfaatkan oleh

masyarakat sebagai sumber pendapatan dari

hasil budidaya hewan laut yang memiliki nilai

ekonomis tinggi, salah satunya adalah kerapu

macan (Epinephelus fuscoguttatus).

B. Hasil Pengukuran Kondisi Ekologi

Mengacu pada prosedur penelitian,

pengukuran ekologi berdasarkan analisis

kesesuaian perairan untuk budidaya ikan

kerapu macan (Epinephalus fuscoguttatus)

menggunakan parameter fisika dan kimia

dengan menggunakan teknik pembobotan dan

skoring.

1. Parameter Fisika

a. Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor

untuk menentukan kelayakan lokasi untuk

budidaya ikan kerapu macan di KJA. Secara

tidak langsung, suhu perairan dapat

mempengaruhi laju tingkat pertumbuhan biota

yang dibudidayakan.

Hasil pengukuran suhu di perairan

Madong berkisar antara 29,9oC – 30,5oC, dari

hasil pengukuran yang dilakukan di 20 titik

didapati bahwa titik yang memiliki suhu

terendah terdapat pada titik 3 dan 4 sedangkan

yang memiliki suhu tertinggi terletak pada

titik 18.

Menurut Effendi (2003), suhu

perairan berhubungan dengan kemampuan

matahari menyampaikan panasnya ke dalam

air, meskipun lambat menyerap panas tetapi

air akan menyimpan panas lebih lama

dibandingkan dengan daratan.

Menurut Sudradjat (2008), ikan

kerapu macan dapat hidup dan tumbuh pada

air bersuhu antara 26 – 31oC. Berdasarkan dari

hasil penelitian, maka 20 titik yang di pilih

sudah sesuai dengan kriteria tersebut. Data

hasil pengukuran suhu disajikan pada Gambar

4.

Gambar 4. Grafik Hasil Pengukuran Suhu

b. Salinitas

Hasil pengukuran salinitas di perairan

Madong berkisar 18 – 23 ppt, dari hasil

pengukuran yang dilakukan di 20 titik didapati

bahwa titik yang memiliki salinitas terendah

29.6

29.8

30

30.2

30.4

30.6

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Page 10: ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · A. Latar Belakang ... (BBPBL, 2001 dalam Saka dkk. 2014). Dampak

adalah titik 11 dan 18 sedangkan titik ang

memiliki salinitas tertinggi ialah titik 7.

Menurut Sudradjat (2008), ikan

kerapu macan dapat hidup dan tumbuh pada air

berkadar garam antara 22 – 32 ppt.

Berdasarkan dari hasil penelitian, maka 20 titik

yang di pilih masih banyak titik yang belum

sesuai dengan kriteria tersebut. Data hasil

pengukuran salinitas disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik Hasil Pengukuran

Salinitas

c. Kecerahan

Kecerahan merupakan parameter

yang berhubungan erat dengan besarnya

penetrasi cahaya ke dalam perairan. Hasil rata-

rata pengukuran kecerahan di perairan Madong

berkisar 1,07 m – 1,60 m, dari hasil

pengukuran yang dilakukan di 20 titik didapati

bahwa titik yang memiliki kecerahan terendah

adalah titik 3 sedangkan titik yang memiliki

salinitas tertinggi ialah titik 13.

Intensitas sinar cahaya matahari yang

menembus ke dalam perairan sangat

bergantung dari kecerahan air. Semakin cerah

perairan tersebut akan semakin dalam cahaya

yang tembus ke dalamnya. Ketika kandungan

partikel tersuspensi di periran meningkat maka

penetrasi cahaya yang masuk akan berkurang

(Hutabarat dan Evans, 2008 dalam Susetya

2014).

Menurut Setianto (2015), pemilihan

lokasi untuk budidaya kerapu macan harus

memiliki kecerahan perairan > 3 m.

Berdasarkan dari hasil penelitian, maka 20 titik

yang di pilih masih belum sesuai dengan

kriteria tersebut. Data hasil pengukuran

kecerahan disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Grafik Hasil Pengukuran

Kecerahan

d. Kedalaman

Kedalaman perairan merupakan

aspek yang cukup penting untuk

diperhitungkan dalam penentuan lokasi

budidaya Keramba Jaring Apung, hal ini

dikarenakan apabila kedalaman kurang dari

atau lebih dari standar untuk melakukan

budidaya KJA dikhawatirkan akan berdampak

pada produktivitas hasil yang dibudidayakan

(Susetya, 2014).

Hasil pengukuran kedalaman di

perairan Madong berkisar 4,44 m – 8,00 m,

dari hasil pengukuran yang dilakukan di 20

titik didapati bahwa titik yang memiliki

kedalaman terendah adalah titik 3 sedangkan

titik yang memiliki kedalaman tertinggi ialah

titik 18.

Kedalaman perairan sangat

berpengaruh terhadap kualitas air pada lokasi

tersebut. Lokasi yang dangkal akan lebih

mudah terjadinya pengadukan dasar akibat dari

pengaruh gelombang yang pada akhirnya

menimbulkan kekeruhan. Sebagai dasar

patokan pada saat surut terendah sebaiknya

kedalaman perairan lebih dari 3 m dari dasar

waring/jaring (Setianto, 2015). Data hasil

pengukuran kedalaman disajikan pada Gambar

7.

Gambar 7. Grafik Hasil Pengukuran

Kedalaman

5

10

15

20

25

30

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Page 11: ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · A. Latar Belakang ... (BBPBL, 2001 dalam Saka dkk. 2014). Dampak

e. Kecepatan Arus

Arus merupakan faktor utama dalam

pemilihan lokasi budidaya KJA, karena arus

akan menghantarkan sedimen dalam perairan

yang pada akhirnya mempengaruhi cahaya dan

mempengaruhi laju pertumbuhan ikan dalam

keramba jarring apung.

Arus adalah penggerak massa air

secara vertikal dan horizontal sehingga menuju

keseimbangannya. Gerakan yang terjadi

merupakan hasil resultan dari berbagai macam

gaya yang bekerja pada permukaan, kolom,

dan dasar perairan (Susetya, 2014).

Hasil pengukuran kecepatan arus di

perairan madong berkisar 0,1 m/s – 0,3 m/s,

dari hasil pengukuran yang dilakukan di 20

titik didapati bahwa titik yang memiliki

kecepatan arus terendah adalah titik 17 – 20

sedangkan titik yang memiliki kecepatan arus

tertinggi ialah titik 1 – 3.

Arus air pada lokasi yang dipilih

diusahakan tidak terlalu kuat namun tetap ada

arusnya agar tetap terjadi pergantian air dengan

baik dan kandungan oksigen terlarut dalam

wadah budidaya ikan tercukupi, selain itu

dengan adanya arus maka dapat

menghanyutkan sisa-sisa pakan dan kotoran

ikan yang terjatuh di dasar perairan (Setianto,

2015). Data hasil pengukuran kecepatan arus

disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8. Grafik Hasil Pengukuran Kecepatan

Arus

2. Parameter Kimia

a. Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut adalah kandungan

oksigen yang terlarut dalam perairan yang

merupakan suatu komponen utama bagi

metabolism perairan yang digunakan untuk

pertumbuhan biota perairan. Oksigen terlarut

dianggap sebagai parameter yang primer

karena berhubgungan langsung dengan KJA

(Susetya, 2014).

Hasil pengukuran oksigen terlarut di

perairan Madong berkisar 5,3 mg/L – 7,7

mg/L, dari hasil pengukuran yang dilakukan di

20 titik didapati bahwa titik yang memiliki

oksigen terlarut terendah adalah titik 4

sedangkan titik yang memiliki kecepatan arus

tertinggi ialah titik 1. Data hasil pengukuran

oksigen terlarut disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9. Grafik Hasil Pengukuran

Oksigen Terlarut (DO)

b. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) adalah satu

parameter lingkungan yang sangat

mempengaruhi organisme dalam perairan.

Hasil pengukuran derajat keasaman di perairan

Madong berkisar 5,17 – 6,25, dari hasil

pengukuran yang dilakukan di 20 titik didapati

bahwa titik yang memiliki derajat keasaman

(pH) terendah adalah titik 15 sedangkan titik

yang memiliki derajat keasaman (pH) tertinggi

ialah titik 10. Data hasil pengukuran derajat

keasaman (pH) disajikan pada Gambar 10.

Gambar 10. Grafik Hasil Pengukuran

Derajat Keasaman (pH)

C. Kesesuaian Lingkungan untuk

Budidaya Kerapu Macan

(Epinephelus fuscoguttatus)

Dari hasil penelitian yang dilakukan,

jika dibandingkan dengan baku mutu (SNI 01-

6488.4-2000) madong memiliki prospek yang

cukup baik untuk lokasi budidaya, khususnya

kerapu macan. Analisis tentang kesesuaian

perairan pada penelitian ini menunjukkan

beberapa parameter yang dianggap penting

seperti oksigen terlarut, kecepatan arus, suhu,

dan pH memiliki angka penilaian yang sangat

baik untuk budidaya kerapu macan. Adapun

0

5

10

15

20

25

30

35

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

0

1

2

3

4

5

6

7

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Page 12: ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · A. Latar Belakang ... (BBPBL, 2001 dalam Saka dkk. 2014). Dampak

parameter kecerahan, salinitas, dan kedalaman

memiliki penilaian yang baik.

Untuk penelitian kriteria ekologi

perairan hanya menggunakan parameter fisika

dan kimia dengan rumusan yang mengacu pada

jurnal saka dkk. (2014) adalah sebagai berikut

:

Tabel 4. Total Skor Kelayakan di 20 titik

penelitian

Titik Total

Skor

Tingkat Kesesuaian

1 57 Cukup Sesuai (S2)

2 51 Sesuai Marjinal (S3)

3 51 Sesuai Marjinal (S3)

4 57 Cukup Sesuai (S2)

5 57 Cukup Sesuai (S2)

6 57 Cukup Sesuai (S2)

7 57 Cukup Sesuai (S2)

8 57 Cukup Sesuai (S2)

9 57 Cukup Sesuai (S2)

10 55 Sesuai Marjinal (S3)

11 55 Sesuai Marjinal (S3)

12 57 Cukup Sesuai (S2)

13 57 Cukup Sesuai (S2)

14 57 Cukup Sesuai (S2)

15 57 Cukup Sesuai (S2)

16 57 Cukup Sesuai (S2)

17 53 Cukup Marjinal (S3)

18 51 Sesuai Marjinal (S3)

19 55 Sesuai Marjinal (S3)

20 57 Cukup Sesuai (S2)

Hasil perhitungan kesesuaian

perairan dapat dilihat pada Lampiran 2.

Pembobotan dan penilaian (skoring) nilai atau

skor kesesuaian perairan untuk budidaya

kerapu macan titik 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 14,

15, 16, dan 20 di Madong memiliki skoring

76%. Kesesuaian perairan titik 1, 4, 5, 6, 7, 8,

9, 12, 13, 14, 15, 16, dan 20 di Madong yang

mengacu pada Cornelia (2005) dalam Saka

(2014) masuk ke dalam kelas cukup sesuai

(S2).

Pembobotan dan penilaian (skoring)

nilai atau skor kesesuaian perairan untuk

budidaya kerapu macan titik 2, 3, dan 18 di

Madong memiliki skor 68 %. Pembobotan dan

penilaian (skoring) nilai atau skor kesesuaian

perairan untuk budidaya kerapu macan titik 17

di Madong memiliki skor 70,66 %.

Pembobotan dan penilaian (skoring) nilai atau

skor kesesuaian perairan untuk budidaya

kerapu macan titik 10, 11, dan 19 di Madong

memiliki skor 73 %. yang mengacu pada

Cornelia (2005) dalam Saka (2014) masuk ke

dalam kelas sesuai marjinal (S3).

Artinya lokasi penelitian yang

titiknya belum memenuhi standar untuk

kesesuaian perairan kerapu macan, diperlukan

penanganan lebih lanjut dikarenakan terdapat

parameter yang belum memenuhi syarat untuk

budidaya kerapu macan seperti kedalaman dan

kecerahan yang hanya memiliki angka

penilaian 1. Kedalaman yang rendah dapat

berdampak pada rendahnya kecerahan.

Adapun penanganan untuk kedalaman adalah

dengan cara menggali tanah dasar perairan

agar dapat menambah kedalamannya,

sedangkan kecerahannya sangat rendah ini

dapat berakibat pada kotornya jaring/waring

sehingga sirkulasi air dapat terganggu dan akan

berakibat menurunya kesehatan ikan yang

akan dipelihara nantinya. Adapun penanganan

yang harus dilakukan adalah dengan sering

mengganti jaring/waring keramba, ini

bertujuan agar jarring/waring tidak kotor

tertutupi oleh lumpur sehingga sirkulasi air

bisa lancar. Salinitas sangat berpengaruh

dalam proses osmoregulasi organisme

perairan, salinitas yang terlalu tinggi dan

terlalu rendah dapat mengakibatkan

terganggunya tekanan osmotik kultivan

(Bocek dkk. 1991 dalam Erlina, 2006).

Penanganan yang dapat dilakukan untuk

mengatasi rendahnya salinitas adalah dengan

melakukan penggalian tanah dasar perairan

agar dapat menambah kedalamannya, karena

semakin dalam suatu perairan dapat

meningkatkan salinitas di kawasan tersebut.

Berikut adalah gambar titik lokasi

yang mendapatkan nilai skor sesuai (S2) dan

sesuai marjinal (S3):

Keterangan :

- Titik yang berwarna merah adalah titik

yang mendapatkan nilai sesuai (S2).

- Titik yang berwarna biru adalah titik yang

mendapatkan nilai sesuai marjinal (S3).

Gambar 11. Peta Titik Lokasi Sesuai (S2)

dan Sesuai Marjinal (S3)

Page 13: ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · A. Latar Belakang ... (BBPBL, 2001 dalam Saka dkk. 2014). Dampak

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari penelitian yang

telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan,

Madong memliliki prospek yang cukup baik

untuk di jadikan lokasi budidaya kerapu macan

(Epinephelus fuscoguttatus), seperti terdapat

pada titik 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 14, 15, 16,

20 mendapatkan total skor 57 dan skoring 76

% masuk ke dalam kelas cukup sesuai (S2).

Penilaian secara keseluruhan Madong

memiliki tingkat kesesuaian perairan 65 %

cukup sesuai (S2).

B. Saran

Adapun saran dalam penelitian ini

adalah:

a. Masyarakat harus bisa menjaga dan

melindungi ekosistem yang ada disekitar

Kampung madong, agar kualitas perairan

di Kampung Madong dapat terjaga dengan

baik, serta harus jeli melihat komoditas

yang akan dibudidayakan, utamakan

komoditas yang memiliki nilai jual tinggi.

b. Bagi para pembudidaya hendaknya dapat

melihat hasil penelitian ini untuk dijadikan

sebagai bahan pertimbangan sebelum

melakukan budidaya di sekitar perairan

Kampung Madong.

DAFTAR PUSTAKA

Arya., Wisnu., W. 2004. Dampak Pencemaran

Lingkungan (Edisi Revisi). Andi. Yogyakarta.

Cahyono., Bambang. 2011. Budidaya Ikan di

Perairan Umum. Kanisius. Yogyakarta.

Effendi., H. 2003. Telaah Kualitas Air.

Kanisius. Yogyakarta.

Effendi., Irzal. 2004. Pengantar Akuakultur.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Erlina., A. 2006. Kualitas Perairan Di Sekitar

BBPBAP Jepara Ditinjau Dari Aspek

Produktivitas Primer Sebagai Landasan

Operasional Pengembangan Budidaya Udang

Dan Ikan. Tesis. Universitas Diponegoro.

Semarang.

Evy., Ratna., K., Mujiutami., E., Sujono., K.

1997. Usaha Perikanan di Indonesia. PT.

Mutiara Sumber Widya. Jakarta.

Fatuchri., M., Sukadi. 2002. Peningkatan

Teknologi Budidaya Perikanan. Jurnal

lktiologi Indonesia. Vol. 2 (2).

Ghufran., H., Kordi, M. 2011. Marikultur

Prinsip dan Praktik Budi Daya Laut. Lily

Publisher. Yogyakarta.

Ghufran, H., Kordi, M., Andi, B.T. 2007.

Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya

Peraiaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Handajani., Hanny, Dwi Sri H., 2002.

Budidaya Perairan. Bayu Media dan UMM

Press. Malang.

Novriadi., R. 2013. Studi Komparasi Dan

Dampak Hasil Keputusan Gugatan Perdata

Pencemaran Lingkungan Budidaya Ikan Laut

Di Pulau Bintan. Riset Sosek Kelautan dan

Perikanan Vol. 8 (2). Pengendali Hama dan

Penyakit Ikan Ahli. Balai Budidaya Laut

Batam.

Rochdianto., A. 2002. Budidaya Ikan di Jaring

Terapung. Penebar Swadaya. Jakarta.

Saka., Dwi., R. Hasani, Q., Yulianto., H. 2014.

Analisis Ekologi Teluk Cikunyinyi Untuk

Budidaya Kerapu Macan (Epinephelus

Fuscoguttatus). E-Jurnal Rekayasa dan

Teknologi Budidaya Perairan. Vol. 3(1).

Setianto., D. 2015. Usaha Budidaya Ikan

Kerapu. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Sudradjat., A. 2008. Budidaya 23 Komoditas

Laut Menguntungkan. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Susetya., A. 2014. Analisis Perbandingan

Daya Dukung Kawasan Usaha Budidaya

Keramba Jaring Apung di Kabupaten Bintan.

Skripsi. Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Tanjungpinang.

Tim Penulis Penebar Swadaya. 2008.

Agribisnis Perikanan (Edisis Revisi). Penebar

Swadaya. Jakarta.

Wijayanti., Henni., M. 2007. Kajian Kualitas

Perairan Di Pantai Kota Bandar Lampung

Berdasarkan Komunitas Hewan

Makrobenthos. Tesis. Universitas Diponegoro.

Semarang.

Page 14: ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · A. Latar Belakang ... (BBPBL, 2001 dalam Saka dkk. 2014). Dampak

Yani, A. 1999. Analisis Ekonomi

Kelembagaan Usaha Budidaya Ikan dalam

Keramba Jaring Apung (Floating Cage Net) Di

Wilayah Kepulauan Riau. Program

Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

www.dkpkepri.info. 2015. Diakses tanggal 05

agustus 2016

www.google.co.id/search?q=Gambar+Kerapu

+Macan&rlz. Diakses tanggal 04 agustus 2016