ajining dhiri saka obahing driji - kemdikbud

12
Ajining Dhiri Saka Obahing Driji (Pei an Gum Dan Orang Tua Dalam Pendidikan Karakter)(Mudjijono) AJINING DHIRI SAKA OBAHING DRIJI (Pcran Guru dan Orang Tua dalam Pendidikan Karaktcr) Mudjijono Balai Pclcstarian Nilai Budaya D.I. Yogyakarta Jalan Brigjen Katamso 139 Yogyakarta [email protected] Naskah masuk: 10-08-2017 Rcvisi akhir: 27-10-2017 Disetujui terbit: 06-11-2017 AJINING DHIRI SAKA OBAHING DRIJI (The Role of Teachers and Parents in Character Education) Abstract Referring to the social conditions seen via social media today, this study has two research questions: 1) Are control and supervision needed for school age children using mobile phones?; and 2) Who are the right persons who would control them and provide the supervision? Using Malinowsky s functional approach, this research draw the data from observation and interviews from two schools in Yogyakarta. The results of the study indicate that school age children should be controlled in using mobile phones and this would be the responsibility of parents, elder members in the family, and teachers. Keywords: mobile phone, upload, hoax, control Abstrak Kajian ini ingin menjawab pertanyaan dasar, memperhatikan kondisi sosial dari media sosial ini apakah perlu adanya pengawasan dan bimbingan bagi pengguna hand phone atau telepon genggam yang masih usia sekolah? Kemudian, siapakah yang perlu melakukan pengawasan dan bimbingan pemakaian hand phone?Kajian ini dilakukan terhadap 10 orang informan dari dua sekolan yang ada di Yogyakarta dengan menggunakan meloae observasi, pengamatan, dan wawancara. Metodulogi fungsional Malinowski dipinjam untuk membantu memahami permasalahan ini, yakni dengan penekanan kebutuhan kebudayaan yang didasarkan atas kebutuhan instrumen (pendidikan, hukum, dan sosial kontrol) dan kebutuhan integrasi (ketenangan psikologis dan harmoni sosial). Hasil kajian menunjukkan, bahwa siswa dan anak-anak perlu adanya pengawasan dalam menggunakan telepon genggam dan tokoh yang perlu melakukan itu adalah orang tua dan anggota keluargayang suctah senior serta guru. saat Kata kunci: hand phone, upload, hoax, otw I.PENDAHULUAN Pada waktu lalu banyak ungkapan yang mengandung nilai pendidikan berperilaku yang dapat dipergunakan unluk pedoman bcrkchidupan dan membentengi ucapan- ucapan dan sikap yang kurang baik dari anak anak, misalnya ungkapan ajining dhiri ana ing pucuking lathi. Ungkapan tersebut mengandung nasehat bahwa terhormat atau tidaknya seseorang tergantung pada tutur katanya dalam pcrgaulan schari-hari. Sclain itu, ada pula falsafah orang Jawa yang menyatakan tetembungan iku \\>ayanganing batin atau tutur kata itu ccrminan hati. Ungkapan lain terkait dengan perilaku yaitu beeik ketitik, ala ketara yang mempunyai makna bahwa orang yang baik watak, tabiat, dan perilakunya akan ketahuan kebaikamiya, demikian pula sebaliknya orang yang burak kclakuan dan perangainya akan juga diketahui oleh orang lain.1 Ungkapan- ungkapan yang ada pada waktu lalu biasanya Soepanto, dkk ., Ungkapan Tradisional Sebagai Sumber tnformasi Kebudayaan Daernh Istimewa Yogyakarta (Yogyakarta: Dcpartcmcn Pendidikan dan Kcbudayaan Proyck lnvcntarisasi Dan Dokumcntasi Kebudayaan Dacrah, 1985), him. 39-40, hihal pula Surya Yuga, Btmga Rampai. Nilai Nilai Ktika dalam Ungkapan (Jakarta: Kemenlrian Kebudayaan dan Pariwisala. 2010), 107-108. him. 127

Upload: others

Post on 07-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: AJINING DHIRI SAKA OBAHING DRIJI - Kemdikbud

Ajining Dhiri Saka Obahing Driji (Pei an Gum Dan Orang Tua Dalam Pendidikan Karakter)(Mudjijono)

AJINING DHIRI SAKA OBAHING DRIJI(Pcran Guru dan Orang Tua dalam Pendidikan Karaktcr)

MudjijonoBalai Pclcstarian Nilai Budaya D.I. Yogyakarta

Jalan Brigjen Katamso 139 [email protected]

Naskah masuk: 10-08-2017Rcvisi akhir: 27-10-2017

Disetujui terbit: 06-11-2017

AJINING DHIRI SAKA OBAHING DRIJI(The Role of Teachers and Parents in Character Education)

AbstractReferring to the social conditions seen via social media today, this study has two research

questions:1)Are control and supervision needed for school age children using mobile phones?; and 2)Who are the right persons who would control them and provide the supervision? Using Malinowsky sfunctional approach, this research draw the data from observation and interviews from two schools inYogyakarta. The results of the study indicate that school age children should be controlled in usingmobile phones and this would be the responsibility of parents, elder members in the family, andteachers.

Keywords: mobile phone, upload, hoax, control

AbstrakKajian ini ingin menjawab pertanyaan dasar, memperhatikan kondisi sosial dari media sosialini apakah perlu adanya pengawasan dan bimbingan bagi pengguna hand phone atau telepon

genggam yang masih usia sekolah? Kemudian, siapakah yang perlu melakukan pengawasan danbimbingan pemakaian hand phone?Kajian ini dilakukan terhadap 10 orang informan dari duasekolan yang ada di Yogyakarta dengan menggunakan meloae observasi, pengamatan, danwawancara. Metodulogi fungsional Malinowski dipinjam untuk membantu memahami permasalahanini, yakni dengan penekanan kebutuhan kebudayaan yang didasarkan atas kebutuhan instrumen(pendidikan, hukum, dan sosial kontrol) dan kebutuhan integrasi (ketenangan psikologis dan harmonisosial). Hasil kajian menunjukkan, bahwa siswa dan anak-anak perlu adanya pengawasan dalammenggunakan telepon genggam dan tokoh yang perlu melakukan itu adalah orang tua dan anggotakeluargayang suctah senior serta guru.

saat

Kata kunci: hand phone, upload, hoax, otw

I.PENDAHULUAN

Pada waktu lalu banyak ungkapan yangmengandung nilai pendidikan berperilakuyang dapat dipergunakan unluk pedomanbcrkchidupan dan membentengi ucapan-ucapan dan sikap yang kurang baik dari anakanak, misalnya ungkapan ajining dhiri anaing pucuking lathi. Ungkapan tersebutmengandung nasehat bahwa terhormat atautidaknya seseorang tergantung pada tuturkatanya dalam pcrgaulan schari-hari. Sclain

itu, ada pula falsafah orang Jawa yangmenyatakan tetembungan iku \\>ayanganingbatin atau tutur kata itu ccrminan hati.Ungkapan lain terkait dengan perilaku yaitubeeik ketitik, ala ketara yang mempunyaimakna bahwa orang yang baik watak, tabiat,dan perilakunya akan ketahuan kebaikamiya,demikian pula sebaliknya orang yang burakkclakuan dan perangainya akan jugadiketahui oleh orang lain.1 Ungkapan-ungkapan yang ada pada waktu lalu biasanya

Soepanto, dkk.,Ungkapan Tradisional Sebagai Sumber tnformasi Kebudayaan Daernh Istimewa Yogyakarta (Yogyakarta:Dcpartcmcn Pendidikan dan Kcbudayaan Proyck lnvcntarisasi Dan Dokumcntasi Kebudayaan Dacrah, 1985), him. 39-40,

hihal pula Surya Yuga, Btmga Rampai. Nilai Nilai Ktika dalam Ungkapan (Jakarta: Kemenlrian Kebudayaan dan Pariwisala. 2010),107-108.him.

127

Page 2: AJINING DHIRI SAKA OBAHING DRIJI - Kemdikbud

Jahtra Vol. 1 2, No. 2, Desembcr 2017 ISSN 1907-9605

bahkan hingga berujung ke pertikaian.'1Savitri dalam lulisamiya tentang Masyarakatdan Pustakawan Melek Digital sangat pas.Mcnurutnya, saat ini kita bcrada pada suatuera dimana informasi mengalir tanpa henti,melewati batas negara, multi layar, dan dapatdiakscs olch scmua orang.5 Bcrsamaandengan makin berkembangnya komunikasilewat media sosial, maka muncul berbagaiistilah di dalamnya scpcrti hoax, gamon,botw,1 kudet, ' dan memed Hoax atau beritabohong kian diterima dan dipercaya sebagaikcbcnaran, ujar Yudi Latif saat bcrbicaradalam Seminar Nasional Kebangsaan.Menurutnya, saat menerima informasimasyarakat malas untuk mcmbaca sccarautuh, menyaring, memilah, mengedepankan,mengecek apalagi menggugat keakuratandan kcbcnarannya. Namun, di sisi lainmereka gagal menahan hasrat atau tergesa-gesa menyebarkan informasi secara luasmclalui media sosial dengan harapan diang-gap sebagai yang terdepan.semacam itu menggejala pada berbagaibidang kchidupan di masyarakat dan sangatcepat menyebar karena mudahnya seseorangmengirim berita atau informasi yang belmnmengerti benar akan kcbcnaran berita itu.

berupa bahasa lisan biasanya didefinisikansebagai bahasa manusia (bahasa alamiah)yang disampaikan dengan menggunakanalat-alat bicara atau alat-alat artikulasi yangada pada manusia. Di samping itu, bahasalisan karena digunakan dalam komunikasilisan, mempunyai sifat yang berbeda denganbahasa dalam komunikasi tubs.’ Komunikasilisan tersebut mempunyai sifat-sifat khusus,1) produksinya menggunakan alat bicara,sedangkan penerimanya menggunakan indrapendengaran; 2) kecuali dalam komunikasitclcpon atau komunikasi lisan dalamkegelapan, pengirim dan penerima salingmelihat wajah dan tubuh masing-masing; 3).Kccuali dalam mcncrima komunikasimelalui rekaman, pada dasarnya tidak adajarak waktu antara produksi dan penerima-

3an.Namun semenjak dua dekade ini,

kemajuan tcknologi komunikasi yang sangatpesat menjadikan hanyak orang memilikihand phone.Hand phone mudah didapat olehanak sckolah dan yang masih bclum dewasa,ditambah kurang banyak pihak yangmemberi pemahaman akan sopan santundalam menggunakannya untuk berkomutii-kasi, maka banyak memunculkan persoalan

0 Kondisi

B. 11. llocd. “Komunikasi Lisan sebagai Dasar Tradisi Lisan,’’ dalam Pudcntia MPSS, (liditor), Metodologi Fujian Trudisi Lisan(Jakarta: YayasanObor Indonesia dan Yayasati Asosiasi Tradisi Lisan, 1998), bltn. 185.

3 Ibid,1998,him. 186.Sumarti Suprayilna, “Ungkapan Tradisional Jawa. Sebuah Tinjauan Awal,” Seminar Kebudayaan Jawa. (YogyakarLa 23-26 Jaruari,

Dcpartcmcn Pcndidikan dan Kebudayaan Dircktorat Jcndcral Kebudayaan Proyck Pcnclitian dan Pcngkajian Kebudayaan Nusantara(Javanologi, 1 986), him. 4: mcnurul Braascm pada folk tortutup ungkapan tradisional sangai banyak. Ini bcrlaku bagi scmua kolcklil'yangrelatif masih tertutup, bercorakhomogen

Dyah Savitri, “Pustakawan dan Masyarakat Mcick Digital,” dalam Kompus, 10 Pcbruari (Jakarta: PT Konipas Media Nusantara,20 1 7), him. 7kolom 1-3.

Gagal min'nonOn Ike wayKurang up to dateB. I rawanto,“ Pokok-Pokok Pikiran,” disampaikan pada Forum Umar Kayam Nasional PKKH UGM dengan tajuk?

“ Meme dan Persebarannya: Diskusi Krilis mengenai Fenomena Duma Maya” disclcnggarakan olch Pusat. KebudayaanKocsnadi [lardiasocmantri Univcrsitas Gadjah Mada, Flail PKKII UGM, Bulaksumur, Yogyakarta, 2017: lstilab “meme”perlamakali dikenal pada 1976 sebagai penyebaran gagasan yang bersi fat viral (Dawkins, 2006). Meme berakar dari babasaYunani “ minema” y ang aninya sesuatu yang diliru atau diimitasi. Ta analog dengan istilah “gen” (gene) dalam biologi. Baikmeme maupun gen, kednanya mclakukan rcplikasi diri dan ditransmisikan dari satu individu kc individu yang lain.Karenanya, proses penyebaran (diffusion) merupakan bentuk pcnularan atau viral dari gagasan mimetis yang ditransmisikanlewat teks, objek, image, suara atau perilaku. Begilu pula, memes mengusung beragam gagasan atau konten budaya sepertimisalnya ideologi komunisme alatt istilah-islilah popular. Memes kerap kali dilihat sebagai gagasan yang organis karenasclalu dalam prosesmembedakan, bcikompctisi danmempertahankan dirinya.

Sulit dipungkiri, memetelah.berbiakdan men jalar lewat Internet maupun media sosial. Jika kita mengetik kata kunci '‘meme” dalammesin pcncari Google, maka akan kitatemukan ribuan taulan yang tuemiliki kalakutici itu beserta kata bentukannya seperti“memetic” danseterusnya. Beragam merre itu barangkali menggelitik urat tawa kita. menyentil kondisi sosial, rreledek kelompok sosial tertentu ataumcrangkum identitas bersanta. Kcndatipun mcttic memiliki karakteristik yang relatif universal, ia dibentuk oleh kontoks lokal dalam prosespemaknaanyamengingal meme sesunnguhnyamencerminkandanmembeniukpolapiklr sosial secara umum

Kompas, “Siswa Diajari Bermedsos,” isAamKompas,8 Pebruari (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2017),him. 12 kolom1-4,

128

Page 3: AJINING DHIRI SAKA OBAHING DRIJI - Kemdikbud

Ajining Dhiri Saka Obahing Driji (Pei an Gum Dan Orang Tua Dalam Pendidikan Karakter)(Mudjijono)

optimismenya memang beralasan. Mesir diambang revolusi yang akan menggulingkanpemerintahan otoliter Mubarak. Berkatmedia sosial, rakyat mcncmukan kclalimanpemerintah dan bergerak menuntutperubahan. Kemudian sewaktu Tmmpmcmcnangi pemilu tempo hari, mata tidakhanya tertuju pada kebangkitan populismeekstrem yang melalap berbagai belahandunia hari ini. Berbagai pihak menuntutMark Zuckerberg, CEO Facebook untukbertanggungjawab atas maraknya beritapalsu yang menguntungkan kandidat yangmengecernasionalisme dan sensasionalismevulgar itu di media sosialnya.l i Dua tabiatbam, berkata bohong {hoax) dan berajardengan kebencian {hate speech) yang tengahdipraktikkan sebagian (besar) penggandmngmedia social {netizen) kini tclah menjadi“wabah” buruk baliasa. Serangan kabarbohong dan ujaran kebencian tidak hanyabcrasal dari dan tertuju kepada individu ataukelompok, tetapi telah menjadi “alat perang”politik dan ideologi antar bangsa, antar-negara.14

Menurut Abdul Aziz (1998), pada saatini di jajaran normatif dan kesusilaan BangsaIndonesia sebagai bangsa yang terkenalramah tamah dan sopan santun mcngalamipembalikan citra yang luar biasa manakalaberlangsung peristiwa kekejaman danpclanggaran hak asasi, baik oleh negaramaupun niasyarakat, penjarahan, pembakar-an fasilitas umum termasuk mmah ibadah,pclccchan hukum serta bentrokan fisikantarwarga. Nilai-nilai luhur yang Panc-a-silais sebagai kristalisasi dari nilai-nilaikcarifan lokal berbagai sukubangsa yangmendiami Nusantara dan digali oleh thefounding father sebagai dasar negara danpandangan hidup bagi Indonesia merdeka 17Agustus 1945 pada gilirannya sepertikehilangan makna.1 1

Ada pula yang menilai BangsaIndonesia sedang mengalami krisismultidimensi atau terdapat pergeseran polapikir. Pergeseran pola pikir itu dapat dilihatdari munculnya fenomena barn sepertikonflik antarsuku bangsa, kckcrasan,ketidakjujuran, melemahnya rasa malu,memudarnya rasa tanggung jawab, tidakdisiplin, dan mementingkan diri sendiri.14

Betapa besar pengaruh media sosialpada kehidupan saat ini, ide, informasi, danberita dapat dengan ccpatmcnjangkau setiaporang yang memiliki dan menggunakanmedia sosial. Berita yang buruk dan beritayang baik dapat scgcra diketahui olehmasyarakat luas. Terkait dengan media sosialRiyanto menuturkan, “Apabila anda inginmcmcrdckakan scbuah masyarakat, yanganda butuhkan adalah internet. ’’SewaktuGhonim mencetuskan ini pada 2011

Kita semua tahu, bahwa menyebarkanberita bohong dan menyebarkan kebencian didunia maya melalui media sosial dapatdiluntut pidana. Apabila orang menyebarkanberita bohong dapat dikenakan pidana enamtahun penjara dan atau denda 1 milyarrupiah. " Orang yang mengandung kebencianatau permusuhan individu maupun kelompokjuga dapat dikenakan tuntutan yang sama.lsSelain itu, juga perlu diketahui, bahwakeberadaan informasi elektronik ataudokumcn clcktronik mengikat dan diakuisebagai alat bukti yang sah. 1

Tim Al:. l.t. Strategi Pemhangiman Karkter dan Pekerti Bangsa. Jakarta Direk Loral Pern hangunaii Karakter dan PekerLi Bungsa,DirektoratJenderalNilaiBudayaSenidanFilm,KementerianKebudayaandanPariwisataRepublik Indonesia.Him: 2

Nunns Sopardi. dkk., Pendidikan Karakler Bangsa di Kalangan Birokral (Jakarta: Dcputi Bidang Pclcstarian daii PcngcmbanganKcbudayaan, Kcmcntcrian Kcbudayaan dan Pariwisala,2004), him, 3,

( ieger Riyanlo,"Algoritrne Kebencian,” dalarn Kompas, 7 Febmari(.lakarta: PT Kompas MediaNusanlara, 20 1 7 ),hhn. 7, kolorn 4-7.Outran A Tbrahim. “Berluhir di Ujung Jempol,” dalam Kompas Xfinggu, 7 Pehriairi. (Jakarta: PT Kompas MediaNnsanlara, 2017),

him.6kolom2.Undang-undang Rcpublik Indonesia Nomor 19Tahmi2016TciitaiigPcrubahanAtas Undang-iindang Nomor 11 Tahiui2008Teiitang

Inlbnnasi Dan Transaksi Fdcklronik Pasal 45A (l): Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bobong danmenyesatkan yang mengakibatkankeiugian konsumendalam iransaksi hlektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2S ayat (1) dipidanadengan pidana penjarapaling lama 6 (cnam) tahun dan/atau dendapaling banyak Rp 1 .000.000.000,00 (salu miliar rupiah).

Ibid.,(2): Sebap Orang yang dengan sengaja dan lanpa hak menyebarkan inlbnrmsi yang dilujukan untuk rnenimbalkan rasakebencian atau permusuhan individu dan atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA)sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 28 aval (2) dipidanadengan pidana penjara paling lama 6 (cnam) lahun dan/atau denda paling banvak Rp1 ,000.000.000,00 (satu m i Iiar rupiah ).

129

Page 4: AJINING DHIRI SAKA OBAHING DRIJI - Kemdikbud

Jahtra Vol. 1 2, No. 2, Descmbcr 2017 ISSN 1907-9605

Oleh karena itu, agar kondisi sosialmasyarakat tidak menjadi semakin parahdengan perkembangan media sosial saat ini,maka pcrlu dilakukan kajian tcrkaititu.Untuk melakukan kajian perlu dibatasipada lingkup yang paling dekat denganpcngguna tclcpon gcnggam, yaitu lingkung-an keluarga dan sekolah. Kedua lingkup ituditekankan mengingat dari golongan usiaanak sckolab dan masih tinggal bcrsamakeluarga merupakan usia yang representatifuntuk dilakukan pendidikan karaktemya.

Pertanyaan dasar dari kajian mengguna-kan media sosial melalui telepon genggamyakni, dengan memperhatikan kondisi sosialdari media sosial saat ini apakah perlu adanyapengawasan dan bimbingan bagi penggunahand phone atau tclcpon genggam yangmasih usia sekolah? Kemudian, siapakahyang perlu melakukan pengawasan danbimbingan pemakaian hand phone! Mctodckajian yang dipakai adalah observasi,pengamatan, dan wawancara denganmengambil sampcl pada dua sckolah terdiridari satu Sekolah Menengah Pertama danSekolah Menengah Atas di Kola Yogyakarta.Dari dua sekolah tersebut masing-masingdiambil lima anak yang pernah dihukumkarena kelahuan guru membawa hand phonesaat di sekolah. Kesepuluh informan tersebuttclah diwawancarai tcrkait dengan pengeta-huannya memakai hand phone. Selain itu,juga dilakukan pengamatan dari pemakaiansiswa dalam menggunakan alat komunikasitersebut.

inasyarakat tergabung menjadi kompleks-kompleks gagasan yang lebih tinggi yaitugagasan kolektif tadi. Gagasan kolektif olehDurkhcim dianggap berada di luar diri paraindividu. Karena sesudah tercetuskan,mendapat formasi, dikembangkan, dandimantapkan, maka gagasan kolcktif biasa-nya terumuskan dan tersimpan dalam bahasadari masyarakat yang bersangkutan. Dengandemikian, gagasan kolcktif tersebut dapatdilanjutkan kepada generasi berikutnya. Bilagenerasi warga masyarakat yang pertamamcncctuskan dan mengembangkan gagasankolektif itu meninggal, maka ada generasibarn yang dapat meneruskan gagasankolcktif tersebut. Gagasan kolcktif jugadianggap berada di atas para individu karenamempunyai kekuatan untuk mengaturpcrilaku, dan menjadi pedoman bagikehidupan warga masyarakat.11 Oleh karenaitu, berbagai gagasan yang sama dariberbagai individu dalam masyarakat dapatpula dikategorikan dalam kebudayaan.Walaupun kebudayaan termaksud beradadalam tataran media sosial yang tersusun darikata, kalimat yang terangkai dalam tahapanidea.

Kajian terkait penuangan pemikiransiswa dalam media sosial ini meminjamkonsep kebudayaan non material dariGoodcnough. Mcnurutnya kebudayaanbukan suatu fenomena-fenomena material;kebudayaan bukan terdiri dari barang-barang, orang, pcrilaku atau emosi-emosi.Kebudayaan seperti pengorganisasian daribarang-barang tersebut. Bentuk-bentukbarang (baca: kebendaan atau material) iniberada dalam benak (pikiran) orang-orangtersebut, model-model perasaan mereka,interpretasi hubungan diantara rncrcka dansejenis lainnya.1" Studi kebudayaan dankepribadian sudah banyak dilakukan kajian.Ada tiga kajian tcrkait dengan kepribadiandalam kerangka suatu kebudayaan. Pertama,kajian terkait proses belajar (pengasuhan),

Bcrtutur di media sosial tentunya jugaberkaitan dengan kondisi alam pikir personalyang bersangkutan. Gagasan-gagasanpersonal yang sama dari berbagai individudapat dikategorikan sebagai gagasan kolektifmasyarakat. Menurul Durkheim dalam suatumasyarakat ada banyak manusia hidupbersama, maka gagasan-gagasan darisebagian besar individu yang menjadi warga

' Ibid., pasal 5 ayat (1 ).KoerLjararirgral,Sejarah Teori Antropologi /(Jakarta; UniversiiasTntlonesiaPress,1980). him. 91."Culture is not a material phenomenon; it does not consist of things, people, behavior or emotions. It is rather the organization of

these things. It is the forms of.things that people have in mind, their models for perceivings, relating and otherwise interpreting them as such.The things that people way and do. their social arrangement and events are products or by products of their culture as they apply it to the taskofperceiving anddealing with theircircumstances......"(Goodcnough. 1964), him. 3C disitir dariAliimsa Putra, 1985:107).

130

Page 5: AJINING DHIRI SAKA OBAHING DRIJI - Kemdikbud

Ajining Dhiri Saka Obahing Driji (Pei an Gum Dan Orang Tua Dalam Pendidikan Karakter)(Mudjijono)

transfer dari generasi ke generasi, danperilaku kelompok masyarakat. Ke dua,kajianperilaku individu yang lebih menekan-kan pcnggunaaan mctodologi psikologi,seperti learning theory, analisa psikologis,dan aliran psikologi Gestald. Ke tiga, yaknikajian tcntang karaktcr yang lcbib mcnckan-kan pada studi budaya.'0 Mencermati konseptersebut, maka kajian tentang perilaku anakdalam media sosial mclalui tclcpon gcng-gamnya dapat dikategorikan sebagai kajiankarakter. Mengingat bertutur di media sosialjuga tcrkait dcngan alam pikir yangbersangkutan'1 yang berarti juga merupakankarakter dari yang bersangkutan.

Dalam kajian ini, yang disebut sebagaikarakter dimaknai sebagai sifat-sifatkcjiwaan, budipckcrti, tabiat, dan watakyangmembedakan seseorang dari orang lain.22Karakter dan pekerti merupakan aspek yangsaling tcrkait dalam hal pcrwujudan ataumempraktekkan nilai-nilai dalam tingkahlaku seseorang, baik berupa pikiran,pcrkataan maupun pcrbuatan, dimanapckcrtimerupakan dasar terbentuknya karakterdalam sualu kesaluan yang sulit unlukdipisabkan. Budi pekerti tumbuh melaluiproses didirikan sejak kanak kanak, dimanalambat laun menjadi suatu ciri yang menetapdan konsisten sehingga disebut karakter.Kctika pekerti menjadi karakter maka sulituntuk berubah lagi, karena telah tertanamsebagai pola dalam seseorang berperilakusebari-bari. Olch karena karakrer dan pekertiterkait dengan pendidikan, niaka dapat

ditumbuhkan lewat pembentukan aspekkognitif dan afektif.2’ Meminjam konseppemikiran Malinowski terkait kebudayaanyang bersandar pada tiga kebutuhan, makaalasan kebutuhan instrumen dan integrasisangat pasuntuk memahaminya:

Malinowski's theory of culture rested onthree types of individual human needs:basic needsl such as food, protection,and sexual outlet; instrumental needs,such as the need for education, law, andsocial control; and integrative needs,such as he need for psychologicalsecurity, sosial harmony, and commonworldview.2'Oleh karena kebutuhan akan pendidikan

karakter sangat penting, maka tidak beranjikalau masyarakat generasi yang lalumenerapkan penanaman budi pekerti melaluiberbagai cara seperti, dolanan anak,dongeng, dan tembang. Sebagai contoh, lagugundul pacul merupakan lagu dari daerahJawa Tcngab. Lagu ini mcrupakan lagu yangacapkali didendangkan yang tidak disadarijuga mengandung nilai untuk pengasuhananak, dimana si anak yang masih kccil(balita) sedang diasuh dan diajari menyanyioleh orang tuanya maupun kakaknya. Pesanyang ingin disampaikan mclalui lagu tersebutyakni apabila melaksanakan tanggung jawabsebagai tugas yang diberikan hendaknyaberhati-bati. Apabila diberi tugas oleh orangtua atau guru di sekolah hendaknya dilaksa-nakan dengan hati-hati, karena apabila tidakhati-bati akan mendapatkan malapctaka.25Harapan orang tua dan guru agar nilai-nilai

M. Mead, “National Character” dalam Anthropology Today. Selections, edited by Soi Tax from The Classic “cnyclopacdicinventory” prepared under the chairmanship ol'A.L. Krocber. (Chichago and London: University ol'Chichago Press,IQ62),him. 396-421.

Amieh Alhumami “Kualilas Belanja Puhlik Untuk T’ernlidikar” dalam Kompas, 6 Februari,. Halaman 6 kolom 2-3. (Jakarta: PTKompas Media Nusantara.2017): Lepas dari semua analisis mengenai relasi antara pettyebar(-an) berita bohong dan ujaran kebenciandengan inlrik, motif, kecakapan sosial, ketnatangan psikokognilili, kualiLas keterdidikan, kernbangan pcngctaliuan, dan derajad kcadabansuatu bangsa. bertutursesunggiihnyaberkaitandengan alam pikir.

James Danandjaja,“Folkhlor dan Pctnbangunan Kalimantan Tcngah: Mcrckonstruksi Nilai Budaya Orang Dayak Ngajn dan OtDanum melalui CeritaTCakyatMereka,” Pudenda MPSS, (editor), Metodologi Kajian Tradisi T.isan (Jakarta: Yayasan Obor Tndonesia danYayasan Asosiasi Tradisi Lisan,1998), him. 115: Bcntuk fonetik yang ditulis mcmpcrlihatkan bahwa tulisan tidak lain adalah pcnjumlahanlenomena lisanyang diliksasikanke dalam benLuk Lulisan, dan inilah yangdisebuloleh Rieoeur sebagai inskripsi itu

BNMarbun, Karmts Politik (Jakarta: CV.Muliasari,2003), him. 258.Ibid, t.t.,hlm. 18.G . Ferraro, CulturalAnthropology:AnAppliedPerspective." Second Lid. (New York: West Publishing Company. 1995),him. 64.Made Purna, Pengukuhan Milai biilai Budaya Melalui Dendang Pengasuhan Artak (Jakarta: Dopartcmcn Pendidikan dan

Kebudayaan, Dircktoral Scjarah dan Nilai Tradisional, Proyck Pcnclitian Pcngkajian dan Pcmbinaan Nilai-nilai Budava.1992 1993). him.62-64: '

Gtmdul-gimdul pucul citlgelelengan((.iundul gundul pacul gclclcngan)Nyunggi nyunggi wakulgembelengan (Menopangbak ultidak bali-hali)IJafet/ segu/te e/ur# (Bakntl tumpahnasmya mcmcnuhi jalan)Wa/cul ngglimpartgseganedadi sakratan(Baku\ Lumpah nasinyamemenuhi jalan)

131

Page 6: AJINING DHIRI SAKA OBAHING DRIJI - Kemdikbud

Jahtra Vol. 1 2, No. 2, Descmbcr 2017 ISSN 1907-9605

kehidupan dapat diresapi dan menjadi bahanacuan bagi putra putrinya, bahwa ajiningdhiri ana ingpucuking lathi.

tinggal dan lingkup bermainnya.Kemudian,Dar yang dalam setiap pembicaraannyaselalu saja mengumpat dengan kata-katakotor juga dilakukan dalam setiap kalimenuangkan ketidaksenangannya, jikasedang berkomunikasi dalam media sosialmclalui tclcpon genggamnya. Kcluarga dantemannya sangat hafal akan hal itu.

Gcjala senang akan scbuah permainanmenjadi alasan siswa kelas 9 di sebuahsekolah di Yogyakarta membawa telepongenggam. Eric, Rio, Uta, dan Dimas saatmewabahnya game lets get rich pernahketahuan guru sedang memainkannya.Mcrcka semna ketahuan gum dan disitatelepon genggamnya karena saat jampelajaran keluar kelas untuk memainkangame tersebut. Walaupun hari ketahuandisitanya telepon genggam, dan guru yangmenyita telepon genggamnya juga berbeda-beda. Tiap gum juga memberi hukumandengan lama menyita telepon genggam padatiap siswa juga berbeda-beda. Eric pertamakali disita tclcpon genggamnya sclama duaminggu. Setelah itu ketahuan lagi oleh gurulaimiya, lama penyitaannya tiga minggu.Kemudian Rio cukup dua minggu telepongenggamnya disita dan Uta serta Dimastelepon genggamnya disita selama tigaminggu.

II. AJINING DHIRI SAKA OBAHINGDRIJI“Sebuah upload film pendek telah

dikirim scorang anggauta group pada sebuahgroup WA (Whats App),beberapa orang telahmembuka dan komentamya macam-macam,satu diantaranya ada yang meng-uploudgambar tangan dengan mengacungkan kartumerah. Ketua perkumpulan yang lerwadahidengan WA tersebut langsung meng-uploudtata tertib group yang sudah seringkaliditampilkan, kemudian disusul denganmengeluarkan peng-uploud. Tcmyata filmtersebut merupakan film sepasang manusiayang sedang melakukan hubungan intim.Scbclum dikeluarkan peng-uploud masihsempat mengirim penjelasan, maaf salahkirim.”

Pcrlu dipahami, bahwa Pak Ud sebagaisatu diantara beberapa orang yang bertang-gungjawab atas WA group tersebut tentunyasudah sangat hafal dengan para anggotanyadan sudah mencermati karakter masing-masing anggotanya. Oleh karena itu,keputusan untuk mengeluarkan saudara Bandari group itu sudah didasari oleh penilaianpersonal tersebut pada pergaulan sehari-hari.Walaupun yang bersangkutan sudahmeminta maaf karena kiriman film pendektersebut salah kirim. Artinya, bahwa Bansebagai pengunggah film tersebut mcmangmempunyai kebiasaan menonton ataumengirim film semacam itu.

Lain lagi dengan Sum (bukan namasebenarnya) yang acapkali mengirimkanfoto-foto bugil, blue film, dan kata-kata yangkurang senonoh kepada teman WA-nya danbalikan pada orang yang barn dikenalnya.Oleh karena itu, ia dicap sebagai orang yangsuka akan hal-hal yang berkaitan dengan filmdan foto seperti itu. Selain kata-kata tidaksenonoh yang selalu ditulis dalam WA yangdikirimkannya. Karakter Sum sudahdiketahui oleh banyak orang di sekitar tempat

Walaupun ada siswa yang menggunakantelepon genggam bukan untuk kepentinganyang positif, namun ada juga siswa yangmenggunakan telepon genggam sebagai-mana perlunya dan tidak ikut-ikutanmengirim berita bohong atau untuk bermain.Kum (bukan nama sebenarnya) yang selalumengirim dengan kata-kata atau kalimathalus dan santun. Kalaupun ada teman WAnya yang meng-aploud foto dan filmseronok, Kum akan langsung menghapus dantidak bcrkomcntar.Kum lebih banyakmenggunakan telepon genggamnya untukkeperluan mencari informasi terkait lugassckolah. Kum saat ini masih sekolah diSekolah Menengah Tingkat Pertama swastadi belahan baral Malioboro Kota Yogyakarta.Ilampir sama dengan Da, saat kclas $ disekolah yang sama ia memakai kamera yang

132

Page 7: AJINING DHIRI SAKA OBAHING DRIJI - Kemdikbud

Ajining Dhiri Saka Obahing Driji (Pei an Gum Dan Orang Tua Dalam Pendidikan Karaktetj(Mudjijono)

ada di telepon genggamnya untuk meng-ambil gambar judul buku, halaman, dan lugasdari buku pelajaran milik temannya. Tugastersebut dibcrikan olch guru Bahasa Jawasekolahnya. Ia tidak mau mencatat dalambuku catatannya akan tetapi merekam dalamtclcpon genggamnya. Tcrnyata apa yangdilakukan Da diketahui oleh Mam gurupengampu pelajaran itu. Saat itu juga,tclcpon genggamnya diambil dan disitaselama dua minggu oleh gurutersebut.

Scbcnarnya masib banyak contobberbagai perilaku seseorang dalam mediasosial ini. Akan tetapi kesemuanyamengisyaratkan akan pcnccrminan alampikir tiap personalnya.Beberapa kasustersebut merupakan contoh, bahwa sebuahgcrak jari dalam tclcpon genggam dapatmenyiratkan baik dan buruknya pemikirandan sikap seseorang. Oleh karena ilu, dapatdiutarakan ajining dhiri seka obahing driji.Sebuah tulisan dari seseorang yang acapkalidilakukan merupakan hasil penuangan daripemikirannya. Kalau diperhatikan dandicermati secara terus menerus dapat dinilaiapakah seseorang berperilaku baik atauburuk dilibat dari kata, kalimat, foto, dan filmyang selalu dikirimnya dalam media sosial.

Beberapa kasus tersebut dan berdasarpengamatan pemakaian tclcpon genggamyang tidak mengenal tempat dan waktucukup menjadi alasan, bahwa perlu adabimbingan untuk pemakai tclcpon genggampada para siswa atau anak-anak. Mengingatpada usia tersebut masih perlu pengawasanuntuk kegunaan pcralatan komunikasi itu.Pengawasan pemakaian telepon genggamoleh mereka masih perlu dilakukan agarpemahaman penggunaan tclcpon genggamterpateri dalam alam pikirannya. Pemaham¬an akan berita bohong, permainan yangkurang pas, film yang semestinya bukanuntuk usia mereka, dan tuntutan pidana jikamenggunakan telepon genggam untuk hal-bal yang tidak baik.

III. KAPAN DAN S1APA YANGBERPERAN MENGAWASIPENGGUNAAN TELEPONGENGGAM

A. Di Rumah“....pak .... endi hp ku (pak ... mana hpku), tanya Aji kepada bapak (namanyapakYudb'i).Yudi menjawab, “...llaaahhh....lha Aw/ toJik (llaaahhh...lha itu to Jik),” sambilmenunjuk di scbclab tempat duduk Ajik.

Kejadian tersebul selalu terulang jikaAjik sedang mencari sesuatu seperti hp,koran, kunci, atau barang lainnya.Pcrsoalannya barang yang dicari sclaluberada di dekatnya.Ajik saat ini kelas 11 di sualu sekolah diKota Yogyakarta. Postur tubuhnyagemuk besar dan memakai kacamata

ayahnya scring menyebut dialodhong ... (tempat ku

tcbal ....mcmakaiterbuat dari kaca)~

c yang

Saat duduk di bangku sekolah dasar Ajisudah memakai kacamata dengan minus8. Scjak kccil dia sudah dibebaskan“main game” dan mcmcgang tclcpongenggam dengan segala permainannya

Scgala permainan dan berbagai filmuntuk usia dewasa mudah diperoleh melaluitelepon genggam dengan memanfaatkaninternet. Walaupun saat ini sudah ada sedikitpengendalian dari pemerintah. MenurutIrawati, permainan game masa kini sebenar-nya tidak sebagus permainan tradisionalyang lebili memiliki makiia. Permainantradisional selain membuat anak-anakberpikir, juga mclatih fisik, serta mcrckatkankekerabatan dan toleransi diantara mereka.Seni dan dolanan tradisional memilikibanyak nilai-nilai positif membentukkarakter manusia. '6 Akan tetapi, kebebasananak memakai telepon genggam hingga tidakada batas waktunya pasti akan mempunyaipengaruh yang kurang baik. Anak akan lebihbanyak kontak dengan sarana komunikasitersebut dibandingkan bertatap muka danberkomunikasi dengan orang tua dan

Dahlia Irawati “Permainan Tradisional: Bcntuk Karaktcr Atiak Lowat Dolanan,” dalam Kompas Sabtu, 15 Doscnibcr (Jakarta: PTKompas MediaNusanlara,2012), hlm.23,kolom5:hlm.25,kolom 5.

133

Page 8: AJINING DHIRI SAKA OBAHING DRIJI - Kemdikbud

Jahtra Vol. 1 2, No. 2, Desembcr 2017 ISSN 1907-9605

keluarganya. Belum lagi jika mereka terkon-taininasi dengan tatacara berkomunikasiyang tidak baik dan terbiasa denganpcngiriman kata, kalimat, dan bcrita yangkurang baik.

Pada masa lalu scbcnamya masyarakattelah mempunyai banyak jalan untukmembentuk karaktaer anak, cucu, dankcturunan scrta gcncrasi masyarakat sccarakeseluruhan. Cara itu dituangkan ataumelalui jalan ntendongeng, permainantradisional, nngkapan tradisiotial, dan masihbanyak lagi yang hingga sekarang masih adayang masih berjalan. Masyarakal Jaton'7hingga kini masih mcmiliki tradisi puputan,khitanan, khatam, Quran, midadareni,sumsuman, selawat jawa, ketupat, danambeng. Sclain itu, masih ada pula hadrah-an yang antar lain berisi himbauan atauajakan kepada warga terutama pemuda danpcmudi untuk hiduprukun.21'

Pada masa sekarang jika diamatimemang pemakaian hp sudah mewabah danbanyak mcnyita waktu anak-anak kita.Apabila itu didiamkan terus menerus niscayakesenjangan sosial di antara anggotakcluarga yang akan bcrujung pada kcrctakansosial pada anggota keluarga juga dapatterjadi. Oleh karena itu, orang tua dananggota kcluarga scbaiknya mempunyaiwaktu untuk duduk bersama dan berbicaradengan hati untuk kebijaksanaan pemakaianhp oleh anak dan orang tua atau anggautakeluarga lainnya. Didorong ada kesepakatanbersama untuk waktu yang disepakati tidakmcmakai hp saat di rumah. Kalaupun bisasebaiknya hp tetap on namun kita pasif yaituhanya menerima yang penting dengan skalaprioritas. Dalam mcrumuskan kesepakatanpemakaian hp oleh keluarga juga memper-timbangkan sisi fungsional dari liap anggolakcluarga dan juga memberi contoh untuk hal-

hal yang kurang baik untuk dihindari. Selainilu, uiiluk usia terlentu sebaiknya orang tuadan anggota keluarga lain yang lebih seniorjuga acapkali mcngkontrol pemakaian hpoleh adik-adiknya, akan lebili baik merekajuga memberi contoh agar anak-anaknyamemperhatikan sisi baik dan cara menyikapipesatnya kemajuan peralatan kontunikasidewasa ini.B. DiSekolah

Berbagai kasus disitanya hp siswa olehguru dan bcrulang-ulang tetap saja siswameinbawanya. Suatu ketika pada saatpelajaran sedang berlangsung Oda lupamcrubah hp yang disimpan dalam tas tcr-silent. Pada saat itu hp nya berbunyi dan gurumendengamya, saat itu hp disita oleh gurudan csok harinya semua siswa dipcrbolchkanmembawa hp asal saat jam pelajaran tidakdipergunakan. Mengingat rumah siswabanyak yang jauh dan untuk komunikasi saatdijemput. Namun, setelah muncul peraturanitu siswa memang tidak ada yang membukahp pada saat jam pelajaran bcrlangsung.Selain itu, ternyata dengan adanya hp jugadapat mempermudah siswa mencariinformasi akan scgala sesuatu yang terkaittugas sekolah dan niata pelajaran. Terutamasekali siswa-siswa kelas 7 hingga 9 dengankeberadaan hp yang diperbolchkan untukdibawa ke sekolah sangat membantu. Adabeberapa mata pelajaran yang pengumpulantugasnya mcncari informasi mclalui mediasosial. Pengumpulan tugas tersebut jugamemanfaatkan jaringan internet karenadikirim dengan email.

Sekolah yang akltirnya memperboleh-kan siswanya membawa telepon genggamdan mclarang jika saat jam pelajaranmenggunakanya merupakan keputusan yangbijaksana. Siswa tetap membutuhkankomunikasi dengan orang tuanyakapan akan

Rosijanih Arbie, “Hadrah dalam MullikulLur Masyarakat Jalon di Minahasa Sulawesi Uiara sebagai PembenLukan KarakterBangsa,”dalam Kearifan Lohal dan Pelestarian Milai Budaya dalam Pembentukan Karakter Bangsa (Mcnado: Kcmcntcrian Pcndidikan danKcbudayaan, Balai Pclcstarian Nilai Budaya Manado, 2015), him. 5: la/irn dikcnal dengan tou kampung, Tou Jawa atau orang KatnpungJawa yang kini lebih populer dengan sapaan orang Jaton. Oikutip dariYayasanKyai Mojo (1979), orang Jaton awalnya terdiri atassckclompokkaum muslinyyailu Kyai Modjodan 63pcngikulnya, disusul bcbcrapapcjuangpcngikul Pcrang Diponcgara. Sctclah mcnctap diTondano, sebagian pejuang merikah dengan gadis-gadis Minahasa yang pada waktu itu perdudukrya belum mengenal agama, pengikutalifuru. Salah satu bukti yang dapat ditunjukkan adalah pntrea Kyai Modjo bernama Kyai Tumonggung Pajang tnenikah dengan gadisMinahasa berrama Wulan Nendo (bulan yang bersinar pada siang hari), Kama gadis ilu disebul wurenga yang artinya telur idenlik dengankulitnyayang ptitih mulus dan parasnyayang cantik, anak scorang Walak ra ja yang mempunyai wilayah tortentu di Tonsca.

2S Ibid.2015, him. 7-9.

134

Page 9: AJINING DHIRI SAKA OBAHING DRIJI - Kemdikbud

Ajining Dhiri Saka Obahing Driji (Pei an Gum Dan Orang Tua Dalam Pendidikan Karakter)(Mudjijono)

pendidikan tinggi mengunggah foto,karikatur, ungkapan, atau laimiya yang dapatmemicu kebencian dan ketersinggungan.Pcmbiaran kctidaksopanan (incivility)dipastikan akan berdampak negatif bagiIndonesia. Pengabaian terhadap fenomenaini bukan mustahil akan berdampak jauh bagikehidupan bangsa dan negara di masadepan.>J

dijemput karena acapkali ada perubahanacara. Semeslinya sudah ada kesepakaiandenganyang menjemput saatpulang sekolah,akan tetapi jika ada perubahan dapatmenginformasikan perubahan itu. Selain itu,orang tua selalu dapat mengontrol keberada-an anak dan kondisinya. Apabila anak sakitpun dapat dengan cepat diketahui oleh orangtuanya.

Razia telepon genggam yang dilakukanacak oleh pihak sekolah untuk sesekalimcngontrol penggunaannya juga baik untukdilakukan. Hal ini agar perketnbangankeadaan siswa lerkait penggunaan alatkomunuikasi tersebut dapat terpantau.Apabila guru menemukan pelanggaran yangdilakukan siswa seperti menggunakantclcpon genggam pada saat jam pelajaranmaka telepon genggam siswa disita dandiserahkan ke guru BP (BimbinganPcnyuluhan).

Beberapa waktu lalu diperbineangkanpersoalan hoax yang banyak terjadi di mediasosial. Pada awalnya sambutan terhadapgerakan masyarakat anti hoax sangat positif,yang kemudian memuncak pada 9 Januari2017, schari sctclah dcklarasi gcrakan inidigelar di sejumlah kota. Namun, hariberikulnya di beberapa tempat gerakan iniditanggapi sccara negatif dan tidak menjadiisu lagi. Walaupun begitu fenomena hoaxini masih banyak muncul di media sosial.Kalau hanya terkait informasi yang tidakberdampak masih mending, akan tetapibanyak informasi dan statemen hoax yangmembahayakan atau mcrugikan pihak lain.Masih segar dalam ingatan kita kasussaracen yang merupakan kesengajaandilakukan untuk tujuan tertentu. Persoalan dimedia sosial, Panea RD mengutarakanbahwa, terkait media sosial dalam soalteknologi dan kemajuannya, akan menjadibijaksana dan produktif juga konstruktif jikakita mampu seleksi, apresiasi, dan aplikasiseluruh potensi kebaikannya secara optimal.Bukan potensi negatif dcstruktifnya.31Bahkan, Lembaga Katahanan Nasional(Lemhanas) meminta pemerintah mem-perkuat sistem tcknologi informasi untukmenangkal hoaxs yang disebarkan melaluimedia sosial. Selain itu, pemerintahdiharapkan berani mcncgakkan hukumterhadap penyebar berita bohong yangintensitasnya bisa membahayakan keamanannasional.32

IV. MEDIA SOSIAE YANGB E R P E N D I D 1 K A N DANBERKARAKTER

Kondisi sekarang jauh berbeda, dapatdiamati di sekitar kita baik orang tua, orangdewasa, dan anak-anak begitu bangun tiduryang dicari pertama di mana mclctakkantelepon genggamnya. Begitu pula saat dipertemuan, olah raga, jalan, dan di sekolahdapat sclalu dilihat orang yang sedangmenggunakan telepon genggam. Betapabebasnya media sosial digunakan berkomu-nikasi kepada siapapun yang sama-samamenggunakan media itu. Akhir-akhir inihujatan, hinaan, makian, bahkan ancamandemikian mudah ditemui di sembarangtempat pada ranah publik di sejumlahwilayah negeri tercinta ini. Di media sosial,banyak orang bahkan sebagian di antaramereka dari kalangan yang mengenyam

29 Abda'la, "Mcmudamya Kcadaban Publik,” dalam Kompas,7 Fcbruari (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara,20 1 7), hltn.6kolom 2-

M Kompas, “Perangi TToax Bersama, Gerakan Perlawanan Masih Terpisah-pisah,” dalaru Kompas, Kabul Februari (Jakarta: PTKompas McdiaNusantara,2017), him. llkolom2-5.

Panca RD, "Mcdsos, Pantaskah DilarangT dalam Kompas, Sctiin 1 3 Fcbruari (Jakarta: PT Kotnpas Media Nusantara, 2017), him. 6kolom 2-3,

Republika, “Butuh Teknologi Cegab TToaxs,” dalam Republika Selasa 29 Agustus (Jakarta: PT Republika Media Mandiri, 2017),him. 3 kolom 1-4.

135

Page 10: AJINING DHIRI SAKA OBAHING DRIJI - Kemdikbud

Jahtra Vol. 1 2, No. 2, Desembcr 2017 ISSN 1907-9605

Oleh karena itu, pendidikan dalampengeriian yang sangal luas perlu ditekankanpada orang tua dan guru di sekolah bahwatncrcka mcrupakan ujung tombak untukterbentuknya sebuah pendidikan yangmenyatu dan berkesinambungan. Pendidikanmcnjamin kctckunan dalam bcrbagaiperbedaan kebutuhan dengan menjadikandiri kita berbeda dan memiliki spesialisasi.Hal ini mcmiliki makna bahwa satu aspckatau aspek-aspek yang lainnya, sistematikasosialisasi dari para generasi muda. Masing-masing dari individu, menjadikan cksis yangdidaiamnya terdapat dua hal yang penerima-annya tidak dapat dipisahkan melaluiabstraksi dan bekas yang jelas. Satudibcntukatau dibangun melalui keseluruhan statusmental yang diperlukan oleh dirinya sendiridan pada cvcn-cvcn kchidupan sccarapersonel. Hal ini disebut pembentukanindividu. Aspek lainnya yakni sistem idea,scntimcn-scntimcn, dan praktek-praktekyang mengekspresikan keberadaannya,bukan personaliti individu, tetapi kelompokatau pembedaan dari kclompok-kclompokyang menunjukkan individu bagian darikelompok. Hal ini antara lain berupa agama,keyakinan moral dan praktek-prakteknya,nasional atau tradisi-tradisi yang ada,pendapat kolektif. Bentuk-bentuk totalitaskchidupan menjadi makhluk sosial.Penyatuan kejadian ini menjadikan setiapdari kita berujung pada pendidikan. ”

Apabila konsep pendidikan sceara luastetap diterapkan dalam kehidupan sehari-hariterutama dalam penggunaan saranakomunikasi berupa tclcpon genggam niscayakarakter siswa dan anak-anak lama kelamaantetap akan baik. Jikalau karakter itu selalutcipc1ihara maka h i ngga mcrcka dewasa akantetap memegang teguh prinsip-prinsip

kehidupan yang baik. Membuka telepongenggam atau menggunakan pada lenipatyang semestirrya dan fitur-fitur yang dimilikisesuai kebutuhan yang positif. Karakterbersumber pada olah hati, pikir, olah raga,rasa, dan karsa akan dapat terwujud.Pcmahaman karakter disini mcrupakan nilai-nilai yang Idias baik (tahu nilai kebaikan,mau berbuat baik, nyata berkehidupan baikdan berdampak baik terhadap lingkungan)yang terpateri dalam diri dan terejawan-tahkan dalam perilaku. Dalam tataranindividu karakter yang diharapkan adalahkarakter yang bersumber dari olah hati(antara lain beriman dan bertaqwa, jujur,amanah, adil, tertib, taat aturan, bertanggungjawab, berempati, berani mengambilrisiko,pantang menyerah, berani berkorban,dan patriotik); karakter yang bersumber dariolah pikir (antara lain cerdas, kritis, kreatif,inovatif, ingin tahu, produktif, berorientasiiptek, rcflcktif); karakter yang bersumberdari olah raga (antara lain bersih dan sehat,sportif, tangguh, andal, berdaya tahan,bersahabat, kooperatif, kompetitif, ccria, dangigih); dan karakter yang bersumber dariolah rasa dan karsa (antara lain lcemanusiaan,saling menghargai, gotong royong, keber-samaan, ramah, hormat, toleran, nasionalis,peduli, mengutamakan kepentingan umum,danbcrctoskcrja.'4

V. PENLJTUPPenggunaan hp perlu kontrol orang tua

jika anak berada di rumah dan kontrol pihaksckolah jika berada di sckolah. Scmuanyajuga tergantung dengan kebutuhan yangterkait fungsi sosial dan pendidikkan.Langkah scmacam itu mcrupakan langkahawal yang bagus dalam mendidik anak

J' Emile Durklicim, “Pedagogy and Sociology,” dalatn School and Society: A Sociological Reader. Second Edition, Editor: BR Cosin,T.R. Dale, G,M, F.sland. D. Mack in non and D.F. Swill lor the Schooling and Society Course at The Open University. (London and Henley:Routlcdgc and Kogan Paul in Association with The Open University Press.1977) hlniXO .Education assures the persistence of this necessarydiversity by becoming itself diversifiedandhy specializing. JT consists, then, in one.or another of its aspects, of systematic socialization of theyoung generations. In each of us, it may be said, there exist two beings which, white inseparable except by abstraction, remaindistinct. Onesis made up of all the mental states which apply only to ourselves and to the events of our personal lives. This is what might he called theindividual being, 'lheother is asystem of ideas, sentiments, and practices which express in us, not our personality, but the group or differentgroups ofwhich we are part; these are religiousbeliefs,moral beliefs and practices, national oroccupational traditional, collective opinionsof every kind. Their totality forms the social being.Toconstitute this being in each of us is the end ofeducation

N, Sandiah, “Pclcstarian Nilai Budaya dan Pcmbcntukan Karakter Bangsa: Tantangan bag! Program Studi Antropolog,” dalamKectrifan Lokal dan Pelesiarian Milai Budaya dalam Pembentukan Karakter Bangsa (Vlcnado: Kctnenlcrian Pendidikan dan Kcbudayaan,Balai Pelestarian Nilai Budaya Manado,2015).

136

Page 11: AJINING DHIRI SAKA OBAHING DRIJI - Kemdikbud

Ajining Dhiri Saka Obahing Driji (Pei an Gum Dan Orang Tua Dalam Pendidikan Karakter)(Mudjijono)

terkaitmenyikapi penggunaan hp. Selain itu,perlu juga teguran dan saran jika memanganak dalam menggunakan kata, kalimat, danupload foto atau film yang kurang pas.Apabila di rumah dan sekolah kontrol orangtua dan keluarga serta gum dan pamongsangat baik dalam anak atau siswamenggunakan hp, maka sudah sangatmembantu dan akan membentuk sikap anakdalam bcrmcdia sosial.

Rasa hormat, ramah, peduli yang

merupakan perwujudan dari karakter dariolah rasa dan karsa dapal pula terekspresidalam penggunaan media sosial saatbcrkomunikasi masa scsama anggota grup.Sikap yang tercermin dalam kata dan kalimatyang tertuang dalam telpun genggamnyaakan dapat dinilai olch person lain yangmenggunakannya. Baik dan buruknyaseseorang dapat dilihat, dirasakan, dandinilai terkait ujaran atau tulisannya di mediasosial, yang lebih tepat dapat disebut ajiningdhiri seka ubahhig driji.

DAFTARPUSTAKA

Abda'la, 2017. “Memudarnya Keadaban Publik,” dalam Kompas, 7 Februari. Jakarta: PTKompas Media Nusantara. Him. 6 kolom 2-5.

Ahimsa, P. H. S., 1985. “Rtnosains dan Etnometodologi,” dalam Masyarakal IndonesiaMajalah llmu-Ilmu Sosial Indonesia.Agustus Jilid XII Nomor2. Jakarta: L1PI.

Alhumami, A., 2017. “Kualilas Belanja Publik Untuk Pendidikan,” dalam Kompas, 6Februari. Him. 6 kolom 2-6. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Arbie, R., 2015. “Hadrah dalam Multikultur Masyarakat Jaton di Minahasa Sulawesi Utarasebagai Pembentukan Karakter Bangsa,” dalam Kearifan Lokal dan PelestarianNilai Budaya dalam Pembentukan Karakter Bangsa. Menado: KementerianPendidikan Dan Kcbudayaan Balai Pclcstarian Nilai Budaya Manado.

Durkheim, E., 1977. “Pedagogy and Sociology,” dalam School and Society: A SociologicalReader. Second Edition. Editor: BR Cosin, I.R. Dale, G.M. Esland, D. Mackinnonand D.F. Swift for the Schooling and Society Course at The Open University.London and Henley: Routledge and Kegan Paul in Association with The OpenUniversityPress.

Ferraro, G., 1995. “ Cultural Anthropology: An Applied Perspective” . Second Ed. New York:West Publishing Company.

Hoed, B. H., 1998. “Komunikasi Lisan sebagai Dasar Tradisi Lisan,” dalam MetodologiKajian Tradisi Lisan. Editor: Pudcntia MPSS. Jakarta: Yayasan Obor IndonesiadanYayasanAsosiasi Tradisi Lisan.

Ibrahim, GA., 2017. “Bertutur di Ujung Jempol,” dalamKompasMinggu, 8 Pebruari. Him. 6kolom 2-5. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Irawanto, B., 2017.“Pokok-Pokok Pikiran,” disatnpaikan pada Forum Umar KayamNasionalPKKH UGM dengan idjuklFMeme dart Persebarannya: Diskusi Kritis mengenaiFenomena Dunia Maya, ” disclcnggarakan olch Pusat Kcbudayaan KocsnadiHardjasoemantri Universitas Gadjah Mada, Hall PKKH UGM, Bulaksumur,Yogyakarta.

Irawati, D., 2012. “Pcrmainan Tradisional: Bcntuk Karakter Anak Lcwat Dolanan,” dalamKompas. Sabtu, 15 Desember. Him. 23, kolom 5. Jakarta: PT Kompas MediaNusantara.

Kocntjaraningrat, 1980. Sejarah TeoriAntropologi l.Jakarta: Universitas Indonesia Press.Marbun, BN., 2003. Kamus Politik.Jakarta: CV.Muliasari.Mead, M., 1962. “National Character,” dalam Anthropology Today. Selections. Edited by Sol

Tax from The Classic “ cnyclopacdic inventory” prepared under thechairmanship of A.L. Kroeber. Chichago and London: University of Chichago

137

Page 12: AJINING DHIRI SAKA OBAHING DRIJI - Kemdikbud

Jahtra Vol. 1 2, No. 2, Descmbcr 2017 ISSN 1907-9605

Press.PancaRD., 2017. “Medsos, Panlaskah Dilarang?” dalam Kompas,Senin 13 Februari. Jakarta:

PTKompas Media Nusantara. Him.6 kolom 2-5.Purna, M.,1992/1993.Pengukuhan Nilai Nilai Budaya Melalui Dendang Pengasuhan

Nr/tA.Denpasar: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah danNilai Tradisional, Proyek Penelitian Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilaiBudaya.

Riyanto, G., 2017. “AlgoritmeKebencian,” dalamKompas, 7 Februari. Him. 7 kolom 4-7.Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Sandiab, N., 2015. “Pclcstarian Nilai Budaya dan Pcmbcntukan Karaktcr Bangsa: Tantanganbagi Program Studi Antropolog,” dalam Kearifan Lokal dan Pelestarian NilaiBudaya dalam Pembentukan Karakter Bangsa. Menado: KementerianPendidikan Dan Kebudayaan, Balai Pclcstarian Nilai Budaya Manado.

Savitri, D., 2017. “Pustakawan dan Masyarakat Melek Digital,” dalam Kompas,10 Pebruari.Him. 7 kolom 1-3. Jakarta: PTKompas Media Nusantara.

Socpanto, dkk., 1985.Ungkapan Tradisional sebagai Sumber Informasi Kebudayaan DaerahIstimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Depadtemen Pendidikan Dan Kebudayaan,Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.

Supardi, N., dkk., 2004.Pendidikan Karakter Bangsa di Kalangan Birokrat. Jakarta: DcputiBidang Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan, Kementerian KebudayaandanPariwisata.

Suprayitna, S., 1 9X6.Ungkapan Tradisional Jawa, Sebuah Tinjauan Awat. SeminarKebudayaan Jawa. Yogyakarta 23-26 Januari. Departemen Pendidikan danKebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Proyek Penelitian dan PengkajianKebudayaan Nusantara (Javanologi).

Tim Ahli, t.t., Strategi Pembangunan Karkter dan PekertiBangsa. Jakarta: DirektoratPembangunan Karakter dan Pekerti Bangsa, Direktorat Jenderal Nilai BudayaScni dan Film, Kcmcntcrian Kebudayaan dan Pariwisata Rcpublik Indonesia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan AtasUndang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan TransaksiElcktronik

Yuga, S., 2010 Bimga Rampai Nilai Nilai Etika dalam Ungkapan (Jakarta: KementrianKebudayaan danPariwisata.

Majalah dan Surat Kabar

Kompas 2017 “Perangi Hoax. Bersama, Gerakan Perlawanan Masih Terpisah pisah,” dalamKompas, 1 Februari. Ilalaman 11 kolom 2-5. Jakarta: PT Kompas MediaNusantara.

Kompas, 2017. “SiswaDiajari Bermedsos,” dalam Kompas,8 Februari. Halaman 12 kolom 1-4. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Republika, 2017. “Butuh Teknologi Cegah Hoaks,” dalam Republika Selasa 29 Agustus.Halaman 3 kolom 1-4. Jakarta: PT Republika Media Mandiri.

138