universitas indonesia kelompok pendukung saka

261
UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA SEBAGAI STRATEGI INTERVENSI KEPERAWATAN KOMUNITAS DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA AGGREGATE BALITA DI WILAYAH CISALAK, PASAR-CIMANGGIS KOTA DEPOK KARYA ILMIAH AKHIR OLEH ASTI NURAENI 1006755260 PROGRAM STUDI SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DEPOK, JULI 2013 Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Upload: tranthuan

Post on 17-Jan-2017

238 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

UNIVERSITAS INDONESIA

KELOMPOK PENDUKUNG SAKA SEBAGAI STRATEGI

INTERVENSI KEPERAWATAN KOMUNITAS DALAM

PENCEGAHAN DIARE PADA AGGREGATE BALITA

DI WILAYAH CISALAK, PASAR-CIMANGGIS

KOTA DEPOK

KARYA ILMIAH AKHIR

OLEH

ASTI NURAENI

1006755260

PROGRAM STUDI SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

DEPOK, JULI 2013

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

i

UNIVERSITAS INDONESIA

KELOMPOK PENDUKUNG SAKA SEBAGAI STRATEGI

INTERVENSI KEPERAWATAN KOMUNITAS DALAM

PENCEGAHAN DIARE PADA AGGREGATE BALITA

DI WILAYAH CISALAK, PASAR-CIMANGGIS

KOTA DEPOK

KARYA ILMIAH AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Ners Spesialis Keperawatan Komunitas

OLEH

ASTI NURAENI

1006755260

PEMBIMBING

Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., Mapp.Sc., P.hD

Henny Permatasari, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.Kom

PROGRAM STUDI SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

DEPOK, JULI 2013

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir yang

berjudul ”Kelompok Pendukung SAKA sebagai Strategi Intervensi Keperawatan

Komunitas Dalam Pencegahan Diare Pada Aggregate Balita Di Wilayah Cisalak,

Pasar-Cimanggis Kota Depok”, sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar

Ners Spesialis Keperawatan Komunitas di Universitas Indonesia.

Pada proses penyusunan KIA ini, penulis menyadari banyak mendapat hambatan,

namun berkat bantuan dan bimbingan dari:

1. Dra. Junaiti Sahar, S.Kp.,Mapp.Sc., P.hD., selaku Pembimbing I dan Wakil

Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Indonesia

2. Henny Permatasari, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.Kom., selaku Pembimbing II

Penulis menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada kedua

pembimbing yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, memotivasi dan

senantiasa memberikan arahan yang inspiratif demi kesempurnaan hasil KIA ini.

Selain itu penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Dewi Irawaty, MA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia.

2. Wiwin Wiarsih, MN sebagai Manajer Pendidikan Fakultas Ilmu Keperawatan

dan Pembimbing Akademik yang telah memberikan motivasi kepada penulis

untuk menyelesaikan penyusunan KIA dan program pendidikan Spesialis

Keperawatan Komunitas.

3. Astuti Yuni Nursasi, S.Kp., MN, selaku Ketua Program Studi Magister

Fakultas Ilmu Keperawatan dan Pembimbing Praktek Residensi I dan yang

telah memberikan masukan dan arahan untuk kesempurnaan penyusunan

KIA.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

vi

4. Etty Rekawati, S.Kp., MKM, selaku Pembimbing Praktek Residensi I yang

telah memberikan masukan dan arahan untuk kesempurnaan penyusunan

KIA.

5. Widyatuti, M.Kep., Sp.Kep.Kom, selaku Pembimbing Praktek Residensi II

yang telah memberikan masukan dan arahan untuk kesempurnaan

penyusunan KIA.

6. Poppy Fitriyani, M.Kep., Sp.Kep.Kom, selaku Pembimbing Praktek

Residensi II yang telah memberikan masukan dan arahan untuk

kesempurnaan penyusunan KIA.

7. Dinas Kesehatan Kota Depok yang telah memberikan ijin pelaksanaan

Praktik Residensi di wilayah Cisalak Pasar.

8. Seluruh staf dan kader Posyandu di Kelurahan Cisalak Pasar yang telah

membantu dalam pelaksanaan Praktik Residensi.

9. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia.

10. Suamiku Lutfhi Risya, ST yang dengan kesabaran dan keikhlasan

mendampingi dan membantu penulis dalam menyelesaikan KIA ini serta

jagoanku Dastin Risya yang selalu memotivasi penulis dalam segala hal.

11. Kedua orang tuaku, kedua mertuaku dan saudara-saudara yang selalu

mendoakan kelancaran proses pendidikan penulis.

12. Rekan-rekan residen 2 SAMA HATI (Sany, Pak Muin, Pak Aspian, Pak

Hasbi, Pak Taufik dan Erjin) serta residen 1 (Pak Jajang, Bu Uswa, Lina,

Ratna dan Intan) spesialis keperawatan komunitas yang senantiasa membantu

dan memotivasi selama pelaksanaan praktik residensi.

13. Rekan-rekan di STIKES Telogorejo Semarang, khususnya di Prodi S.1

Keperawatan yang selalu memberi semangat.

14. Semua pihak yang telah membantu penulis dan tidak bisa disebutkan satu

persatu.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

vii

Akhirnya, semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan semua

pihak yang telah membantu. Penulis mengharapkan masukan dan saran untuk

menyempurnkan KIA ini, karena penulis menyadari KIA ini masih jauh dari

sempurna. Penulis berharap KIA ini dapat bermanfaat untuk perkembangan Ilmu

Keperawatan khususnya Keperawatan Komunitas.

Depok, Juni 2013

Penulis

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Nama : Asti Nuraeni

Program Studi : Ners Spesialis Keperawatan Komunitas

Judul : Kelompok pendukung SAKA sebagai strategi intervensi

keperawatan komunitas dalam pencegahan diare pada aggregat

balita di wilayah Cisalak Pasar, Cimanggis Kota Depok

ABSTRAK

Upaya deteksi dan pencegahan dini di keluarga menjadi salah peran perawat spesialis

komunitas untuk mengatasi permasalahan diare balita. Karya Ilmiah Akhir ini

bertujuan untuk menggambarkan kegiatan Kelompok Pendukung Sanitasi Anak

Keluarga dan Area (SAKA) dalam pencegahan diare balita. SAKA merupakan

integrasi dari program pencegahan diare yang sudah ada yaitu LINTAS diare dan

Sanitation and Family Education (SAFE). Hasil p value 0.000 menunjukkan ada

hubungan antara perilaku keluarga dalam penerapan SAKA terhadap penurunan

angka kejadian diare balita di Kelurahan Cisalak Pasar. Kegiatan Kelompok

Pendukung SAKA disarankan dilaksanakan sebagai upaya pemberantasan penyakit

menular oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan karena efektif mengendalikan diare.

Kata kunci: Kelompok Pendukung, diare, balita, keluarga

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Name : Asti Nuraeni

Study Program : Community Nursing Specialist

Title : SAKA support group as a community health nursing

intervention strategy for diarrhea prevention among under

five children in Cisalak Pasar, Cimanggis, Kota Depok.

ABSTRACT

Early detection and prevention efforts in the family became one of the role of

specialist community nurses to overcome the problems of toddlers’ diarrhea. This

final scientific paper aims to describe support group activities of Children-Family-

Neighborhood-Sanitation (CFNS) in the prevention of diarrhea in toddlers. CFNS is

an integration of diarrhea prevention program uses existing LINTAS diarrhea and

Sanitation and Family Education (SAFE). The result shows there is no relationship

between family behavior in SFNS implementation to the decrease of diarrhea

incidence among under five children at Cisalak Pasar (p value= 0.000). CFNS

support group is suggested activities to be implemented.

Key words : Support Groups, diarrhea, under five children, family.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

ix

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL........................................................................ i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS........................... ii

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................. iv

KATA PENGANTAR...................................................................... v

HALAMAN ABSTRAK.................................................................. viii

DAFTAR ISI.................................................................................... ix

DAFTAR TABEL............................................................................. xi

DAFTAR SKEMA ........................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................... 1

1.2 Tujuan ...................................................................................... 10

1.3 Manfaat .................................................................................... 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Balita sebagai Populasi Berisiko ..............................................14

2.2 Manajemen Pelayanan Keperawatan....................................... 20

2.3 Asuhan Keperawatan Komunitas............................................. 24

2.4 Asuhan Keperawatan Keluarga.................................................33

2.5 Model Intervensi LINTAS Diare..............................................40

2.6 Model Intervensi SAFE............................................................ 42

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

x

BAB 3 KERANGKA KERJA DAN PROFIL WILAYAH

3.1 Kerangka Konsep KIA......................................................... 46

3.2 Profil Wilayah....................................................................... 48

3.3 SAKA Diare......................................................................... 50

BAB 4 PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengelolaan Manajemen........................................................... 53

4.2 Pengelolaan Asuhan Keperawatan Keluarga............................ 75

4.3 Pengelolaan Asuhan Keperawatan Komunitas........................ 88

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Analisis Pencapaian Kesenjangan........................................... 98

5.2 Keterbatasan dalam Intervensi Keperawatan........................... 110

5.3 Implikasi Keperawatan............................................................. 111

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan.................................................................................. 115

6.2 Saran......................................................................................... 116

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

xi

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Hal

Tabel 4.1 Tingkat Kemandirian Keluarga................................................. 87

Gambar 2.1 Pengkajian Komunitas.............................................................. 25

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

xii

DAFTAR SKEMA

Hal

Skema 2.1 Skema Kerangka Kerja.............................................................. 52

Skema 2.2 Skema Fish Bone........................................................................ 63

Skema 3.1 Skema Web of Caution Keluarga .............................................. 77

Skema 3.1 Skema Web of Caution Komunitas ............................................ 91

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Penapisan Masalah Pengelolaan Manajemen Keperawatan

Lampiran 3. Penapisan Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga

Lampiran 2. Penapisan Masalah Asuhan Keperawatan Komunitas

Lampiran 4. Kuesioner Pengkajian Asuhan Keperawatan Komunitas

Lampiran 5. Modul KPS

Lampiran 6. Petunjuk Pelaksanaan Pemantauan Penerapan SAKA Diare

Lampiran 8. Kontrak Pembelajaran Praktek Residensi

Lampiran 7. Foto Kegiatan Residensi

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Universitas Indonesia

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Bab 1 Pendahuluan menguraikan latar belakang beserta evidence based yang

mendukung latar belakang, tujuan yang meliputi tujuan umum dan khusus, serta

manfaat penulisan Karya Ilmiah Akhir.

1.1 Latar Belakang

Balita merupakan populasi yang berisiko terhadap masalah kesehatan, salah

satunya adalah masalah diare pada balita. Balita merupakan kelompok yang

memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami masalah kesehatan dibandingkan

dengan kelompok karena beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang

mempengaruhi hal tersebut antara lain kurang keterpaparan terhadap informasi,

tingkat pendidikan rendah, keterpaparan dengan lingkungan serta akibat perilaku

manusia itu sendiri (Stanhope dan Lancaster, 2010). Stanhope dan Lancaster

(2010) menjelaskan lebih lanjut karakteristik risiko yakni usia dan biologis,

sosial, ekonomi, gaya hidup, serta kejadian dalam hidup.

Karakteristik pertama pertambahan usia dan perubahan biologis. Pertambahan

usia balita berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbahan balita

merupakan pertambahan jumlah dan ukuran sel yang tampak pada peningkatan

berat badan dan tinggi badan. Perkembangan balita merupakan peningkatan

kapasitas untuk berfungsi yang dicapai melalui proses pertumbuhan, pematangan

dan pembelajaran (Whaley dan Wong, 1998). Pertumbuhan dan perkembangan

balita merupakan masa yang paling berisiko terhadap timbulnya masalah

kesehatan. Kondisi dapat berdampak pada gangguan pertumbuhan dan

perkembangan balita. Masalah kesehatan yang masih perlu diwaspadai

menyerang balita adalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat

diare (Warman, 2008).

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Universitas Indonesia

2

Risiko tersebut akibat perkembangan balita yang senang memasukkan segala

sesuatu yang kurang terjaga kebersihannya kedalam mulut, sehingga terjadi

peningkatan risiko masuknya mikroorganisme yang menyebabkan balita

mengalami diare (Stanhope dan Lancaster, 2010). Diare salah satunya disebabkan

karena masuknya makanan yang terkontaminasi oleh bakteri. Bakteri yang masuk

dalam saluran pencernaan tidak dapat diserap oleh usus menyebabkan tekanan

osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan

elektrolit ke dalam rongga usus. Toksin pada dinding usus akan meningkat

sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus sehingga terjadi peningkatan isi

rongga usus. Keadaan dalam usus akan terjadi hiperperistaltik atau pergerakan

usus yang terlalu cepat sehingga akan menurunkan absorbsi usus menyerap

makanan. Dampak diare lebih lanjut adalah kehilangan air dan elektrolit (terjadi

dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (Whaley dan

Wong, 1998).

United Nations Children's Fund (UNICEF) dan World Health Organization

(WHO) pada tahun 2009, menjelaskan bahwa diare merupakan penyebab

kematian ke-3 pada bayi dan ke-2 pada balita di dunia. Penyakit diare merupakan

penyakit endemis di Indonesia dan merupakan penyakit potensial terjadi KLB

yang disertai dengan kematian. Penyakit diare merupakan penyebab kematian

nomor satu pada bayi (31.4%) dan pada balita (25.2%) (Profil Kesehatan

Indonesia, 2012). Profil Puskesmas Cimanggis kota Depok tahun 2010

berdasarkan pola penyakit penderita rawat jalan di Puskesmas Cimanggis (< 1

tahun) diare menempati urutan 2 yaitu 37,81%. Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa balita termasuk dalam kelompok umur yang berisiko terkena

diare di Indonesia.

Kejadian diare pada balita juga banyak dipengaruhi oleh faktor risiko sosial

diperoleh dari lingkungan, terutama lingkungan terdekat balita. Lingkungan

internal keluarga yang sehat merupakan pendukung tercapainya kesehatan untuk

balita (Friedman, 2003). Faktor lingkungan yang mempunyai risiko balita terkena

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Universitas Indonesia

3

diare seperti penggunaan air bersih, mencuci tangan, serta penggunaan jamban

saat balita BAB. Penggunaan air bersih merupakan salah satu upaya agar

terhindar dari diare. Sumber air minum utama penting untuk diperhatikan

sanitasinya. Kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal oral.

Diare pada balita bisa disebabkan oleh masyarakat yang masih mengelola air

minum rumah tangga yang tidak menggunakan sumber air minum yang bersih.

Penggunaan air bersih yang sesuai dengan syarat kesehatan seperti penggunaan

sumber air minum yang berasal dari PDAM dapat mengurangi resiko balitanya

terkena diare (Apriyanti, 2009).

Balita di negara ASEAN mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian diare per tahun

atau hampir 15-20% waktu hidup anak dihabiskan untuk diare (Soebagyo, 2008).

Hal yang sama juga terjadi di Indonesia. Survei morbiditas yang dilakukan oleh

Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000-2010 menemukan

kecenderungan peningkatan insiden diare. Pada tahun 2000 angka kesakitan

balita 1.278 per 1.000 penduduk turun menjadi 1.100 per 1.000 penduduk pada

tahun 2003. Namun pada tahun 2006 naik menjadi 1.330 per 1.000 penduduk dan

turun kembali di tahun 2010 menjadi 1.310 per 1.000 penduduk (Buletin diare,

2011).

Buletin Diare tahun 2011 memberikan gambaran peta diare di Indonesia

menunjukkan bahwa prevalensi diare adalah 9.0% dengan rentang antara 4.2%-

18.9%. Angka tertinggi di provinsi NAD yaitu 18.9% dan terendah di DI

Yogyakarta 4.2%. Salah satu provinsi yang mempunyai prevalensi diare lebih

dari 9.0% adalah Jawa Barat yaitu 10.2%. Hasil ini juga menunjukkan bahwa

prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16.7% dan pada

bayi kurang dari 1 tahun yaitu 16.5%. Kondisi ini sejalan dengan Profil

Kesehatan Indonesia tahun 2012 yang menunjukkan Jawa Barat sebagai salah

satu dari 7 provinsi yang setiap tahun mengalami KLB diare pada tahun 2010 dan

2011.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Universitas Indonesia

4

Faktor risiko ekonomi diperoleh dari orang tua yang hidup dalam kemiskinan

tidak dapat memenuhi kebutuhan kesehatan untuk mengatasi balita yang terkena

diare. Risiko ekonomi adalah ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan

penghasilan atau pendapatan dengan beban tanggungan, krisis ekonomi yang

berkepanjangan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan perumahan, pakaian,

makanan, pendidikan dan kesehatan (Stanhope dan Lancaster, 2010).

Permasalahan penyakit diawali masalah kesehatan berakar dari kemiskinan yang

disebabkan oleh krisis ekonomi yang belum membaik (Khomsan, 2004). Sumber

pendapatan keluarga menentukan kesanggupan untuk memperoleh pelayanan

kesehatan bagi anggota keluarganya (Notoatmodjo, 2003).

Faktor risiko gaya hidup diperoleh dari keluarga yang tidak menerapkan perilaku

hidup bersih dan sehat sejak dini akan berisiko balita terkena diare (Friedman,

2003). Balita merupakan kelompok yang memiliki kemungkinan lebih tinggi

mengalami masalah kesehatan dibandingkan dengan kelompok lain karena

beberapa faktor yang mempengaruhinya. Balita memiliki resiko lebih besar

mengalami masalah diare dikarenakan perilaku ibu dalam perawatan masalah

kesehatan yang belum optimal. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut antara

lain kurang keterpaparan terhadap informasi, tingkat pendidikan rendah,

keterpaparan dengan lingkungan serta akibat perilaku manusia itu sendiri

(Stanhope dan Lancaster, 2010).

Hasil survey yang dilakukan di wilayah Kelurahan Cisalak Pasar dengan jumlah

responden 97 orang pendidikan ibu rendah (55 %). Penyakit 3 bulan terakhir

balita diare (51 %) sedangkan penyakit 6 bulan terakhir balita diare (47.4%).

Perilaku ibu dalam pencegahan diare balita yang terdiri dari 3 domain

menunjukkan pengetahuan kurang tentang pencegahan diare balita (36.1 %),

sikap kurang 43 %, dan tindakan untuk pencegahan diare pada balita kurang (49

%.). Permasalah balita berisiko diare hasilnya tersebar di RW 1 (29%), RW 3

(26%) dan RW 5 (27%). Balita yang terkena diare sebagian besar umur 1-5 tahun

(79 %).

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Universitas Indonesia

5

Faktor risiko kejadian dalam hidup dapat berisiko terjadinya masalah kesehatan

seperti kehilangan anggota keluarga (Stanhope dan Lancaster, 2010). Keluarga

yang kehilangan balita karena diare akan lebih memperhatikan pencegahan diare

pada balita. Hal sebaliknya keluarga tidak ada perhatian khusus terhadap

pencegahan diare serta menganggap diare balita suatu hal yang biasa. Pengaruh

dari kurang keterpaparan informasi dan kurang kepedulian masyarakat tentang

pencegahan diare pada balita akan berakibat kematian balita karena tidak

dilakukan pencegahan diare secara dini. Pencegahan dan perawatan secara dini di

dalam keluarga yang tidak diketahui oleh masyarakat mengakibatkan jumlah

kematian balita diare akan semakin meningkat. Dampak lebih lanjut apabila

kejadian diare balita tidak segera diatasi akan menyebabkan dehidrasi yang

mengakibatkan kematian.

Kejadian diare pada anak di dunia mencapai 1 miliar kasus tiap tahun, kematian

akibat diare sekitar 5 juta jiwa. Angka kematian balita di negara berkembang

akibat diare ini sekitar 3,2 juta setiap tahun. Statistik menunjukkan bahwa setiap

tahun diare menyerang 50 juta penduduk Indonesia, duapertiganya adalah balita

dengan korban meninggal sekitar 600.000 jiwa (Warman, 2008). Target

Pembangunan Milenium yang sedang diupayakan untuk dicapai di Indonesia

adalah menurunkan kematian anak-anak dibawah usia lima tahun. Salah satu

penyebab utama kematian balita adalah diare. Diare yang menyerang balita

apabila tidak ditangani dengan serius akan berdampak pada pertumbuhan

perkembangan balita. Penyakit diare di masyarakat Indonesia dikenal dengan

istilah “Muntaber”. Penyakit ini menimbulkan kecemasan dan kepanikan apabila

tidak segera diobati, dalam waktu singkat (± 48 jam) tidak segera diatasi akan

menyebabkan kematian (Triatmodjo, 2008).

Pedoman Pengendalian Penyakit Diare merupakan sebuah model pelayanan

kesehatan yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan melalui Direktorat

Jendral P2PL (Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan) untuk

pencegahan penyakit diare. Pedoman pengendalian penyakit diare dapat

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Universitas Indonesia

6

dilaksanakan di Puskesmas, Rumah Sakit, atau wilayah komunitas. Program

Pencegahan dan Penanggulangan Diare (P2D) memiliki perencanaan target dan

waktu pelaksanaan program, sebagai pedoman dalam pelaksanaannya. Program

P2D ini dapat berfungsi dan berjalan secara optimal, maka dibutuhkan tenaga

kerja minimal seorang dokter, seorang perawat dan seorang petugas administrasi.

Hal ini memang terpenuhi secara kuantitas, namun adanya tenaga kerja yang

merangkap program puskesmas lainnya menjadikan pelaksanaan program P2D

belum dapat terlaksana secara meyeluruh dan optimal. Petugas kesehatan yang

masih merangkap program lain salah satu dampak karena keterbatasan sumber

daya manusia. Kondisi ini akan mengakibatkan program tidak bisa berjalan

secara optimal.

Pelaksanaan program P2D yang meliputi: pengobatan diare, penyuluhan, dan

pelatihan serta pembinaan kader, merupakan faktor penentu keberhasilan

program. Pengobatan diare yang kurang memenuhi standar pelayanan dapat

mengakibatkan munculnya stigma yang buruk mengenai pelayanan diare di

puskesmas sehingga masyarakat tidak mau berkunjung ke Puskesmas. Hal ini

berimbas pada rendahnya angka cakupan pelayanan diare. Tidak adanya

penyuluhan kesehatan mengenai diare juga berdampak pada kurangnya

pengetahuan masyarakat terhadap pencegahan dan penanganan diare di rumah,

serta kapan waktu yang tepat untuk berobat. Kurangnya kader yang terlatih

menyulitkan pelaksanaan program terutama dalam melakukan tugas eksternal

seperti penyuluhan di masyarakat dan penanganan awal diare.

Upaya untuk pencegahan diare di tingkat rumah tangga khususnya dalam

memberdayakan peran keluarga belum mencapai tujuan yang diharapkan, karena

kejadian penyakit diare masih belum menurun secara optimal. Penanganan diare

pada balita bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja tetapi masyarakat pun

diharapkan dapat ikut serta menanggulangi dan mencegah terjadinya diare pada

balita. Keluarga memiliki peran penting dalam pencegahan diare. Keluarga harus

mampu memenuhi tugas perkembangan keluarga salah satunya balita adalah

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Universitas Indonesia

7

melakukan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak (Duvall, 2001).

Usaha yang dilakukan keluarga dengan optimalisasi pertumbuhan anak dalam

pencegahan diare. Keluarga memiliki tanggungjawab untuk dapat melakukan

pencegahan diare yang tepat untuk balita. Keluarga yang mampu melaksanakan

tanggungjawab tersebut maka balita tidak berisiko terkena diare.

Strategi pengendalian penyakit diare yang dilaksanakan pemerintah meliputi

melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana kesehatan

melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS Diare), meningkatkan tata

laksana penderita diare di rumah tangga yang tepat dan benar, dan

penanggulangan KLB diare, melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang

efektif serta melaksanakan monitoring dan evaluasi (Buletin Diare, 2011).

Menurut Kemenkes RI (2011) prinsip tatalaksana diare pada balita adalah

LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare). Rehidrasi bukan satu satunya

cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat

penyembuhan menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat

diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS

DIARE yaitu (1) Rehidrasi menggunakan Oralit. (2) Zinc diberikan selama 10

hari berturut-turut. (3) Teruskan pemberian ASI dan Makanan. (4) Pemberian

antibiotik secara selektif dan (5) Nasehat pada orang tua tentang tanda-tanda

lebih lanjut bahaya diare.

Strategi untuk pencegahan diare juga dikembangkan oleh USAID untuk proyek

inovasi dalam mencegah penyakit diare pada balita. Model intervensi SAFE

adalah suatu proyek inovasi yang dikembangkan di Bangladesh untuk

menurunkan angka kejadian diare pada balita. Program ini akan mengembangkan

strategi intervensi yang bisa diterapkan di masyarakat. SAFE merupakan inovasi

yang sudah dilakukan di Bangladesh yang efektivitas program ini sangat

bermakna hasilnya dengan penurunan angka kejadian diare pada balita.

Komponen dalan SAFE adalah penggunaan air bersih, penggunaan jamban,

kebersihan makanan, pemberian ASI, dan pemberian oralit.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Universitas Indonesia

8

Program pencegahan dan penanggulangan diare pada balita dengan menggunakan

LINTAS diare mempunyai kelebihan yaitu komponen pengobatan redehidrasi

yang lebih diunggulkan. Kelemahan yang bisa dilihat bahwa LINTAS diare tidak

memberikan secara jelas upaya yang bisa dilakukan keluarga untuk pencegahan

diare. Hal yang sama juga pada program SAFE mempunyai kelebihan program ini

sudah spesifik menjelaskan upaya keluarga dalam pencegahan diare balita.

Hambatan yang yang ditemukan untuk program SAFE lebih menonjolkan faktor

lingkungan yang lebih dominan untuk pencegahan diare pada balita. Berdasarkan

hal yang positif dari pencegahan diare dengan LINTAS dan SAFE, penulis

mencoba melakukan inovasi dalam pencegahan diare yang diberi nama SAKA.

SAKA merupakan inovasi pencegahan diare pada balita yang memodifikasi

program pencegahan diare antara LINTAS dan SAFE diharapkan mampu

menghasilkan inovasi terbaru yang lebih aplikatif bisa dilakukan keluarga dalam

menurunkan insiden balita diare di masyarakat.

SAKA diare adalah suatu inovasi yang terdiri dari 10 langkah atasi diare. SAKA

terdiri empat komponen yaitu sanitasi, anak, keluarga dan area. Komponen

sanitasi terdiri dari penggunaan air minum, penggunaan jamban. Komponen anak

yang harus difokuskan disini adalah pemberian ASI, pemberian makanan serta

terapi gurita dan senam balita. Komponen keluarga sebagai pendukung terbesar

yaitu kebiasaan mencuci tangan, pengolahan makan dan pemberian cairan

pengganti oralit dan pemberian zink selama 10 hari. Komponen yang terakhir

yang diperhatikan adalah area yaitu pembuangan sampah dan pembuangan

limbah.

Perawat komunitas mempunyai peranan besar untuk melakukan upaya

pencegahan diare pada balita. Peran perawat komunitas sebagai pemberi asuhan

keperawatan, pendidik, manajer, kolabolator, pemimpin, dan peneliti (Helvie,

1998). Perawat sebagai pemberi perawatan memberikan perawatan langsung pada

balita yang terkena diare dan balita yang berisiko terkena diare. Perawat dapat

memberikan informasi pada kelompok pendukung SAKA tentang penerapan

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Universitas Indonesia

9

SAKA diare pada balita dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang

manfaat, cara penerapan SAKA diare. Perawat sebagai manajer berperan dalam

monitoring dan evaluasi pelaksanaan penerapan SAKA diare yang dilakukan oleh

kader kesehatan.

Penemuan kasus termasuk penemuan balita diare, perawat harus dapat

mengidentifikasi komunitas yang mempunyai populasi balita terbanyak serta

menentukan wilayah yang mempunyai angka kejadian diare balita tertinggi.

Perawat sebagai pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk mengarahkan

dan mempengaruhi komunitas untuk melakukan perubahan terhadap perilaku

yang kurang mendukung penerapan SAKA diare. Perawat berperan dalam

mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan SAKA diare

sehingga dapat ditemukan strategi intervensi keperawatan yang sesuai untuk

mengoptimalkan penerapan SAKA diare pada balita

Intervensi dalam keperawatan komunitas yang terdiri dari Proses kelompok

adalah suatu bentuk intervensi keperawatan komunitas yang dilakukan bersamaan

dengan masyarakat melalui pembentukan peer atau social support berdasar

kondisi dan kebutuhan masyarakat (Stanhope dan Lancaster, 2010, Hitchock,

Schuber dan Thomas, 1999). Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan dalam

rangka upaya promotif dan preventif dengan melakukan penyebaran informasi

dan meningkatkan motivasi masyarakat untuk berperilaku sehat (Stanhope dan

Lancaster, 2010). Empowering adalah suatu kegiatan keperawatan komunitas

dengan melibatkan masyarakat secara aktif untuk menyelesaikan masalah yang

ada di komunitas, masyarakat sebagai subjek dalam menyelesaikan masalah

(Stanhope dan Lancaster, 2010, Hitchock, Schuber dan Thomas, 1999).

Kelompok pendukung merupakan karakteristik intervensi dan implementasi

dalam keperawatan komunitas yang berfokus pada pengembangan suatu

kreativitas dan visi melalui suatu pendekatan yang baru (Ervin, 2002). Kelompok

Pendukung SAKA merupakan inovasi terhadap berbagai istilah kelompok yang

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Universitas Indonesia

10

memberikan dukungan dalam pencegahan diare pada balita, yang lebih

menekankan penanganan secara dini balita diare terhadap dampak yang

ditimbulkannya secara fisik, psikososial dan ekonomi bagi keluarga dengan balita

diare. Pelayanan yang diberikan berupa dukungan secara fisik, informasi, dan

sosial untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku dalam pencegahan

diare pada balita.

Kegiatan Kelompok Pendukung SAKA dalam pencegahan diare pada balita di

dalam keluarga memberikan kontribusi yang besar terhadap penurunan angka

kejadian diare pada balita. Kegiatan kelompok pendukung SAKA melakukan

kunjungan rumah dengan pemantauan kartu penerapan SAKA diare keluarga.

Kelompok Pendukung SAKA melakukan pemberian asuhan langsung pada balita

diare serta melakukan penyuluhan SAKA diare. Kelompok pendukung sebagai

salah satu bentuk intervensi keperawatan yang dapat meningkatkan pengetahuan,

sikap dan perilaku hidup dengan melakukan penerapan SAKA untuk mengatasi

masalah balita dengan diare. Berdasarkan fenomena tersebut penulis mencoba

membuat inovasi pencegahan dan deteksi dini diare dengan menggunakan

Kelompok Pendukung SAKA sebagai strategi intervensi keperawatan komunitas

di Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok.

1.2 Tujuan Umum dan Tujuan Khusus

1.2.1 Tujuan Umum

Memberikan gambaran tentang implementasi pelaksanaan Kelompok

Pendukung SAKA pada aggregat balita dengan diare mencakup

manajemen pelayanan dan asuhan keperawatan di Kelurahan Cisalak

Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat.

1.2.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penulisan karya ilmiah akhir adalah teridentifikasi:

1.2.2.1 Terbentuknya Kelompok Pendukung SAKA untuk balita diare.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Universitas Indonesia

11

1.2.2.2 Peningkatan kemampuan (pengetahuan, keterampilan dan sikap)

Kelompok Pendukung SAKA tentang pencegahan diare pada balita.

1.2.2.3 Peningkatan kemampuan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) keluarga

dalam pencegahan diare pada kelompok ibu balita dengan penerapan

SAKA Diare di Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota

Depok.

1.2.2.4 Peningkatan kemandirian keluarga dalam pencegahan dan perawatan

balita dengan diare di Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis,

Kota Depok.

1.2.2.5 Penurunan insiden diare pada aggregate balita yang dibina dalam

keluarga dan komunitas di Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan

Cimanggis, Kota Depok.

1.3 Manfaat

1.3.1 Pelayanan Kesehatan Dalam Keperawatan

1.3.1.1 Dinas Kesehatan Kota Depok

Kelompok Pendukung SAKA sebagai salah satu intervensi keperawatan

untuk pengembangan program pencegahan penyakit diare. Kelompok

Pendukung SAKA sebagai upaya preventif dan promotif untuk

menurunkan angka kejadian diare balita. Kelompok Pendukung SAKA

sebagai dasar merumuskan kebijakan pengembangan program pencegahan

dan penanggulangan diare.

1.3.1.2 Puskesmas Kecamatan Cimanggis

Kelompok Pendukung SAKA dapat memberikan pelayanan secara

menyeluruh baik itu promotif, preventif dan kuratif dengan melakukan

penerapan SAKA diare. Kegiatan Kelompok Pendukung SAKA dapat

dijadikan sebagai salah satu kegiatan pokok Posyandu yaitu kegiatan

pencegahan diare dengan sasaran pembinaan kepada ibu balita di

Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, kota Depok.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Universitas Indonesia

12

1.3.1.3 Perawat Komunitas

Perawat komunitas dapat merancang pembinaan kesehatan balita dengan

sasaran pembinaan ibu balita dan keluarga lebih komprehensif melalui

kegiatan penerapan SAKA Diare. Kelompok Pendukung SAKA sebagai

bentuk intervensi dalam upaya pembinaan keperawatan keluarga dan

kelompok balita dengan diare. Kelompok Pendukung SAKA dapat

memperluas jangkauan pelayanan dalam pencegahan dan deteksi dini

diare, sehingga masalah diare dapat tertangani sedini mungkin dan dapat

menekan angka kematian akibat diare di Kelurahan Cisalak Pasar,

Kecamatan Cimanggis, kota Depok..

1.3.1.4 Keluarga dan Masyarakat

Pelaksanaan kegiatan penerapan SAKA Diare dapat meningkatkan

pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu balita serta kemandirian keluarga

dalam pencegahan diare pada balita. Program Kelompok Pendukung

SAKA juga dapat meningkatkan peran, fungsi serta pemberdayaan

kader secara optimal melalui kegiatan Posyandu dalam memberikan

pengetahuan, sikap dan perilaku pencegahan diare pada balita di tingkat

masyarakat dalam berpartisipasi mensukseskan program pemerintah

LINTAS diare di Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, kota

Depok.

1.3.2 Perkembangan Ilmu Keperawatan

Pengembangan program praktik keperawatan komunitas, melalui

Kelompok Pendukung SAKA sebagai strategi intervensi keperawatan

komunitas yang efektif dengan sasaran keluarga dan komunitas dalam

upaya promotif, preventif, dan kuratif pada balita diare. Kelompok

Pendukung SAKA dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan

intervensi keperawatan komunitas yang lebih efektif dalam upaya

menurunkan angka kejadian diare pada balita. Penerapan SAKA diare di

keluarga dan komunitas melalui Kelompok Pendukung SAKA dapat

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Universitas Indonesia

13

memberikan dampak yang positif terhadap penurunan angka kejadian

diare balita. Kelompok Pendukung SAKA sebagai salah satu strategi

intervensi keperawatan komunitas yang pelaksanaannya melalui

pemberdayaan kader kesehatan melalui pembinaan keluarga dan

komunitas dengan balita diare.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

14

Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bab II Tinjauan Pustaka menguraikan berbagai teori dan konsep yang berkaitan

dengan balita sebagai populasi berisiko, kejadian diare balita, model Community

as Partner, Model Intervensi SAFE dan teori Family Center Nursing, Kelompok

Pendukung SAKA sebagai bentuk intervensi keperawatan komunitas pada

aggregate balita dengan diare dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas

pada agregat balita dengan diare.

2.1. Balita Sebagai Populasi Berisiko

2.1.1. Definisi Populasi Berisiko

Populasi yang berisiko adalah kelompok populasi yang berisiko lebih tinggi

menderita suatu penyakit dibandingkan dengan populasi yang lain (Stanhope dan

Lancaster, 2010). Populasi yang berisiko adalah sekelompok orang yang berisiko

masalah kesehatan tertentu akibat interaksi berbagai faktor yang

mempengaruhinya (Allender dan Spradley, 2010). Berdasarkan beberapa

pendapat dapat disimpulkan bahwa populasi berisiko adalah kelompok populasi

yang berisiko lebih tinggi mempunyai masalah kesehatan dibandingkan

kelompok lain. Kelompok yang memiliki risiko tinggi terhadap masalah

kesehatan akibat dari interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-

faktor tersebut meliputi kurang keterpaparan terhadap informasi, tingkat

pendidikan rendah, keterpaparan dengan lingkungan serta akibat perilaku

manusia sendiri. Kelompok berisiko meliputi bayi , anak-anak, remaja dan

dewasa muda, dewasa menengah, lanjut usia (Stanhope dan Lancaster, 2010).

2.1.2. Karakteristik Balita sebagai Populasi Berisiko

Stanhope dan Lancaster (2010) menjelaskan bahwa faktor risiko kesehatan adalah

faktor yang mempengaruhi atau menentukan terjadinya penyakit atau kondisi

yang tidak sehat. Faktor risiko kesehatan terdiri dari risiko usia dan biologis

(biological and age risk), risiko sosial (social risk), risiko ekonomi (economic

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

15

Universitas Indonesia

risk), risiko gaya hidup (lifestyle risk), dan risiko yang peristiwa dalam kehidupan

(life events risk). Kontribusi faktor risiko tersebut terhadap munculnya masalah

kesehatan pada balita adalah sebagai berikut:

2.1.2.1. Risiko Usia dan Biologi

Faktor biologi merupakan faktor genetik atau fisik yang berkontribusi terhadap

timbulnya risiko tertentu yang mengancam kesehatan (Stanhope dan Lancaster,

2010). Balita berisiko mengalami masalah kesehatan jika dilihat dari faktor usia.

Kelompok balita terbagi menjadi neonatus (0-1 bulan), infant (1 bulan-1 tahun),

toddler (1-3 tahun), dan preschool (3-5 tahun) (Stanhope dan Lancaster, 2010).

Faktor usia seringkali dihubungkan dengan tahapan perkembangan, tahapan

perkembangan yang terjadi dapat berkontribusi terhadap timbulnya risiko

masalah kesehatan. Pada usia balita pertumbuhan dan perkembangan dilihat dari

aspek fisik, kognitif, dan psikososial. Pada usia ini balita senang memasukkan

segala sesuatu kedalam mulutnya sehingga terjadi peningkatan risiko masuknya

mikroorganisme seperti virus dan bakteri yang mengakibatkan balita memiliki

risiko lebih besar untuk mengalami masalah kesehatan (Stanhope dan Lancaster,

2010). Perkembangan secara fisik untuk sistem kekebalan tubuh pada balita

belum matang.

Usia merupakan karakter yang memiliki pengaruh paling besar dalam hal

hubungannya dengan penyakit, kondisi cidera, penyakit kronis, dan penyakit lain.

Usia merupakan salah satu variabel yang dipakai untuk memprediksikan

perbedaan dalam hal penyakit, kondisi dan peristiwa kesehatan dan jika saling

diperbandingkan maka kekuatan umur menjadi lebih mudah dilihat (Widyastuti,

2005). Pada usia balita terjadi keseimbangan antara perkembangan yang juga

diikuti dengan meningkatnya risiko terhadap terjadinya masalah kesehatan.

Pertumbuhan dan perkembangan pada balita terdiri dari fisik, kognitif dan

psikososial (Potter dan Perry, 2003). Usia balita mengalami perkembangan

motorik yang pesat seperti ketrampilan balita dalam berjalan, berlari dan

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

16

Universitas Indonesia

berlompat. Sistem kekebalan tubuh balita yang belum matang meningkatkan

risiko balita untuk mengalamai masalah kesehatan (Whaley dan Wong, 1995).

Faktor biologi pada balita yang mengalami masalah kesehatan akan

meningkatkan risiko terjadinya masalah kesehatan lainnya. Penyakit diare ini

penularannya dapat melalui kontaminasi agent (penyebab penyakit) seperti virus,

bakteri dan sebagainya dengan makanan, minuman yang kemudian dimakan oleh

orang sehat. Penyakit ini biasanya juga termasuk dalam penyakit yang sumber

penularannya melalui perantaraan air atau sering disebut sebagai water borne

diseases. Agent penyebab penyakit diare sering dijumpai pada sumber-sumber air

yang sudah terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit, air yang sudah

tercemar apabila digunakan oleh orang sehat bisa membuat orang tersebut

terpapar dengan agent penyebab penyakit diare (Whaley dan Wong, 1995).

Kuman penyebab diare dapat ditularkan melalui kontaminasi makanan atau air

dari tinja atau muntahan penderita yang mengandung kuman penyebab. Kuman

pada kotoran dapat langsung ditularkan pada orang lain apabila melekat pada

tangan dan kemudian dimasukkan ke mulut atau dipake untuk memegang

makanan. Kontaminasi dari alat-alat rumah tangga yang tidak terjaga

kebersihannya, tidak memakai sabun pada saat mencuci alat-alat makan dan

minum, mencuci pakaian penderita di sekitar sungai dan sumber air lainnya

(Departemen Kesehatan, 2007).

2.1.2.2. Risiko Sosial

Faktor sosial yaitu lingkungan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya

masalah kesehatan. Lingkungan sosial anak terdiri dari lingkungan keluarga dan

lingkungan disekitarnya. Peranan ibu sangat dominan dalam hal pengasuhan dan

perawatan balita. Karakteristik ibu sepert usia dan pendidikan ibu mempengaruhi

perilaku kesehatan balita (Friedman, 2003). Usia ibu yang sudah dewasa

berpengaruh pada peningkatan motivasi untuk merubah perilaku tidak baik

menjadi baik (Siagian, 1995). Tingkat pendidikan ibu mempengaruhi kesadaran

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

17

Universitas Indonesia

akan pentingnya arti kesehatan untuk balita dan lingkungan sehingga akan

mendorong kebutuhan akan pelayanan kesehatan (Muhaimin, 1996).

Lingkungan yang tidak sehat seperti penggunaan sumber air yang tercemar,

pembuangan sampah dan limbah sembarangan dan minimnya fasilitas kesehatan

merupakan salah satu faktor yang berisiko terjadinya masalah kesehatan pada

keluarga (Stanhope dan Lancaster, 2010). Paparan virus dan bakteri di

lingkungan yang tidak sehat pada saat bermain dapat meningkatkan risiko balita

mengalami masalah kesehatan (Stanhope dan Lancaster, 2010). Lingkungan

internal keluarga yang sehat merupakan sistem pendukung tercapainya kesehatan

fisik dan psikologis bagi seluruh anggota keluarga (Friedman, 2003). Lingkungan

sebagai karakteristik orang-orang disekitar tempat tinggal beserta sumber dan

faislitas yang tersedia (Bowden dan Jones, 2003).

Usia balita terjadi peningkatan kemampuan sosial dan sosialisasi dengan teman

sebaya dalam aktivitas bermain (Whaley dan Wong, 1998). Lingkungan yang

terbuka meningkatkan terpaparnya virus dan bakteri sehingga saaat anak bermain

risiko tinggi balita mengalami masalah kesehatan (Stanhope dan Lancaster,

2010). Risiko sosiakultural meliputi tingkat pendidikan dan akses pelayanan

kesehatan (Allender dan Spradley, 2010). Pendidikan memegang peranan cukup

penting dalam kesehatan masyarakat. Pendidikan masyarakat yang rendah

menjadikan mereka sulit menerima informasi tentang pentingnya kebersihan

perorangan dan sanitasi lingkungan untuk mencegah diare. Masyarakat yang

pendidikannya rendah sulit menerima penyuluhan, menyebabkan mereka tidak

peduli terhadap upaya pencegahan diare (Sander, 2005).

2.1.2.3. Risiko Ekonomi

Risiko ekonomi adalah ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan penghasilan

atau pendapatan dengan beban tanggungan, krisis ekonomi yang berkepanjangan

mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan perumahan, pakaian, makanan,

pendidikan dan kesehatan (Stanhope dan Lancaster, 2010). Faktor ekonomi

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

18

Universitas Indonesia

merupakan faktor yang memiliki hubungan secara langsung terhadap kemampuan

keluarga dalam pemenuhan kebutuhan (Friedman, 2003). Keluarga yang

memiliki sumber keuangan yang cukup dapat memenuhi kebutuhan anggota

keluarganya khususnya dalam masalah kesehatan. Balita yang tumbuh dalam

keluarga yang mengalami kesulitan masalah ekonomi lebih berisiko mengalami

masalah kesehatan (Stanhope dan Lancaster, 2010).

Permasalahan penyakit diawali masalah kesehatan berakar dari kemiskinan yang

disebabkan oleh krisis ekonomi yang belum membaik (Khomsan, 2004). Sumber

pendapatan keluarga menentukan kesanggupan untuk memperoleh pelayanan

kesehatan bagi anggota keluarganya (Notoatmodjo, 2003). Faktor risiko ekonomi

pada balita diperoleh dari orang tua yang hidup dalam kemiskinan yang

menyebabkan keluarga tidak mampu melakukan perawatan kesehatan (Maitland,

2011).

2.1.2.4. Risiko Gaya Hidup

Risiko gaya hidup adalah kebiasaan atau gaya hidup yang berdampak terhadap

risiko terjadinya penyakit termasuk keyakinan terhadap kesehatan, kebiasaan

hidup sehat, pengaturan pola makan, dan kegiatan atau aktivitas keluarga.

Keluarga merupakan faktor utama pembentuk gaya hidup positif anggotanya

(Stanhope dan Lancaster, 2010). Keluarga merupakan faktor penentu

keberhasilan dalam penanaman perilaku hidup sehat bagi keluarganya. Keluarga

yang tidak menerapkan dan memperkenalkan perilaku hidup sehat sejak dini akan

berisiko mempunyai masalah kesehatan lebih besar jika dibandingkan keluarga

yang mampu menerapkan perilaku hidup sehat sejak dini (Friedman, 2003).

Perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita adalah tidak

memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada balita

yang tidak diberi ASI risiko menderita diare lebih besar daripada balita yang

diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.

Menggunakan botol susu. Penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

19

Universitas Indonesia

kuman karena botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau

sudah dipakai selama berjam-jam dan dibiarkan di lingkungan yang panas, sering

menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar oleh kuman-

kuman atau bakteri penyebab diare (Departemen Kesehatan, 2007).

Pengolahan makan terkait menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila

makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercermar dan

kuman akan berkembang biak. Penggunaan air minum yang tercemar dan Tidak

mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau

sebelum makan dan menyuapi anak. Kebiasaan balita BAB disembarang tempat

meningkatkan risiko balita terkena diare (Buletin Diare, 2011). Pembuangan air

limbah yang tidak dikelola dengan baik dan memenuhi syarat kesehatan dapat

mengkontaminasi air permukaan maupun air tanah dan dapat digunakan

perindukan vektor penyakit, sehingga dapat menjadi sumber penularan penyakit

(Departemen Kesehatan, 2007).

2.1.2.5. Risiko Peristiwa dalam Kehidupan

Risiko life events adalah kejadian dalam kehidupan yang dapat beresiko

terjadinya masalah kesehatan seperti kehilangan anggota keluarga (Stanhope dan

Lancaster, 2010). Transisi peristiwa kehidupan dapat meningkatkan risiko

terjadinya penyakit. Transisi peristiwa kehidupan yang dapat dilalui dengan baik

oleh keluarga jika keluarga mampu mengidentifikasi sumber-sumber yang

dibutuhkan, atau mengantisipasi dan mempersiapkan peristiwa yang terjadi

beserta akibatnya (Stanhope dan Lancaster, 2010). Faktor risiko terjadinya

masalah kesehatan bukan dari faktor risiko tunggal namun kombinasi beberapa

faktor risiko lain yang lebih meningkatkan terjadinya penyakit. Jumlah anggota

keluarga yang bertambah khususnya balita membuat bertambahnya risiko

mengalami masalah kesehatan (Murage, 2012). Proporsi balita yang mengalami

kejadian diare lebih banyak terjadi pada balita yang keluarganya mempunyai

balita lebih dari 2 orang (Hamdani, 2001).

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

20

Universitas Indonesia

Berdasarkan penjelasan karakteristik balita sebagai populasi berisiko terkena

masalah kesehatan khususnya diare diperlukan suatu pengelolaan manajemen

pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan keluarga, komunitas dalam

pencegahan dan penanggulangan penyakit diare.

2.2. Manajemen Pelayanan Keperawatan dan Asuhan Keperawatan

Komunitas dalam Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Diare

Manajemen keperawatan adalah suatu proses koordinasi dan integrasi sumber-

sumber melalui fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian,

pengarahan, dan pengontrolan di suatu unit pelayanan keperawatan. Manajemen

keperawatan ini melibatkan penerapan keterampilan dan penggunaan sumber-

sumber yang ada untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Proses dalam

manajemen keperawatan akan bekerja melalui individu, kelompok ataupun

sumber lain seperti peralatan dan teknologi untuk mencapai tujuan organisasi

(Huber, 2010). Menurut Swansburg (1993) manajemen keperawatan yaitu

manajemen yang berhubungan dengan semua kegiatan perencanaan,

pengorganisasian, pengaturan staf, kepemimpinan dan pengendalian.

Pengetahuan manajemen keperawatan meliputi konsep-konsep, prinsip dan teori

yang berlaku di semua situasi manajemen keperawatan. Berdasarkan beberapa

pendapat yang disampaikan bahwa manajemen adalah manajemen adalah ilmu

atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif,

dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Fungsi manajemen terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, personalia,

pengarahan dan pengawasan (Swansburg 1999). Fungsi manajemen keperawatan

yang dilakukan seorang manajer harus melaksanakan empat fungsi manajemen

yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), mengarahkan

(coordinating or directing), dan pengendalian (controlling) (Robins dan Coulter,

2007). Manajemen keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang

menggunakan konsep-konsep manajemen yang di dalamnya meliputi

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

21

Universitas Indonesia

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dalam rangka

mencapai tujuan tertentu. Unsur-unsurnya dikelola oleh seorang manajer yang

meliputi orang, metode, materi, anggaran, waktu dan pemasaran (Kusnanto,

2006). Fungsi manajemen yang lazim digunakan dalam keperawatan komunitas

adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.

Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang

hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang selama periode tertentu dalam

rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sampai dengan menyusun dan

menetapkan rangkaian kegiatan untuk mencapainya (Gillies, 2000). Tujuan yang

dilakukan selama perencanaan adalah analisis, pengkajian suatu sistem,

penyusunan tujuan jangka panjang (strategi) dan jangka pendek (operasional)

serta memprioritaskan aktivitas termasuk alternatif (Swansburg, 1999). Elemen

dalam perencanaan terdiri dari (1) visi dan misi (2) penetapan tujuan (3) rencana

operasional (4) biaya (5) SDM dan SDA (6) metode dan kegiatan (7) penentuan

strategi (8) kebijakan program (Marquis dan Huston, 2006).

Fungsi pengorganisasian suatu program berupa pembentukan struktur sebagai

pelaksana rencana program, menentukan program pelayanan yang sesuai,

pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan masing-masing unit, bekerja

dalam struktur organisasi, memahami, menggunakan kekuatan yang sesuai

(Marquis dan Huston, 2006). Tujuannya adalah mendapatkan SDM,

perlengkapan, sumber material untuk menggerakkan, mengorganisasi, dan

bekerja, sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan hubungan erat antara

tenaga kerja dengan lingkungan (Fayol, 2010). Pengorganisasian meliputi proses

memutuskan tingkat organisasi yang diperlukan untuk mencapai objektif divisi

keperawatan, departemen atau pelayanan, dan unit (Swansburg, 2000).

Huber (200) menyatakan bahwa pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang

berhubungan dengan mengalokasi dan mengatur sumber daya untuk

menyelesaikan tujuan yang dicapai. Peran manajer dalam fungsi

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

22

Universitas Indonesia

pengorganisasian adalah menentukan, tugas yang akan dikerjakan, individu yang

akan mengerjakan, pengelompokkan tugas, struktur pertanggungjawaban, dan

proses pengambilan keputusan. Manajer bertanggung jawab juga dalam

merancang pekerjaan staf yang digunakan untuk mencapai sasaran organisasi

(Robins dan Coulter, 2007). Elemen dalam pengorganisasian adalah struktur

organisasi, uraian tugas, kerjasama lintas sektor dan program, serta koordinasi

(Marquis dan Huston, 2006).

Fungsi pengarahan lebih menekankan pada kemampuan manajer dalam

mengarahkan dan menggerakkan semua sumber untuk mencapai tujuan yang

telah disepakati (Gillies, 2000). Pengarahan yang diberikan dapat berupa motivasi

melalui komunikasi yang baik dalam suatu organisasi sebagai suatu umpan balik

dari implementasi kegiatan organisasi (Marquis dan Huston, 2006). Pengarahan

dan bimbingan adalah kegiatan menciptakan, memelihara, menjaga atau

mempertahankan dan memajukan organisasi melalui setiap personil, baik secara

struktural maupun fungsional, agar langkah-langkah operasionalnya tidak keluar

dari usaha mencapai tujuan organisasi. Handoko (2000) menyatakan pada

dasarnya fungsi pengarahan adalah membuat atau mendapatkan para karyawan

melakukan apa saja diinginkan dan harus mereka lakukan.

Elemen dalam pengarahan meliputi proses komunikasi, motivasi, pelatihan,

pendelegasian, supervisi dan rujukan (Marquis dan Huston, 2006). Pengarahan

yang diberikan dapat berupa motivasi melalui komunikasi yang baik dalam suatu

organisasi sebagai suatu umpan balik dari implementasi kegiatan organisasi.

Pemberikan umpan balik yang berupa penguatan ataupun penghargaan yang

efektif dalam organisasi yaitu (1) penguatan positif dapat diberikan untuk kinerja

yang relevan dengan perencanaan (2) penguatan positif dapat diberikan sesegera

mungkin setiap kinerja positif dimunculkan (3) adanya sistem penghargaan yang

dapat dicapai oleh setiap anggota organisasi dan (4) penghargaan dapat diberikan

secara tidak terduga ataupun secara terus menerus. Pengarahan yang baik melalui

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

23

Universitas Indonesia

komunikasi dan motivasi dapat mengarahkan pada delegasi tugas yang baik

sehingga akan mencegah konflik dalam suatu organisasi.

Fungsi pengawasan merupakan evaluasi dalam manajeman keperawatan. Fungsi

pengawasan bertujuan agar penggunaan sumber daya dapat lebih efisien, dan

tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat lebih diefektifkan

(Marquis dan Huston, 2006). Elemen dalam pengawasan terdiri dari monitoring

evaluasi program, kendali mutu dan penilaian kinerja. Pengawasan sebagai suatu

program evaluasi dalam suatu manajemen pelayanan dapat dilakukan dengan

kontrol pelayanan organisasi. Kontrol organisasi dapat dilakukan melalui (1)

penentuan kriteria standar evaluasi, (2) menginformasikan setiap penyusunan

standar kerja organisasi, dan (3) adanya proses pembelajaran melalui monitor dan

evaluasi dari setiap pencapaian standar yang ditentukan (Marquis dan Huston,

2006).

Manfaat fungsi pengawasan untuk mengetahui sejauhmana kegiatan program

sudah dilaksanakan oleh staf sesuai standar atau rencana kerja. Adanya kegiatan

pengawasan dalam manajemen keperawatan akan membantu identifikasi

efisiensi kegiatan program, adanya penyimpangan-penyimpangan selama proses

kegiatan dan penyebabnya sehingga dapat disusun rencana tindak lanjut untuk

memperbaiki dan keberlanjutan program (Swansburg, 1999). Kegiatan yang

dapat dilakukan dalam pengawasan adalah monitoring dan evaluasi (Marquis dan

Huston, 2006). Monitoring dapat dilakukan oleh pihak dalam maupun luar

organisasi. Tahapan yang dapat dilakukan dalam monitoring adalah (1)

memutuskan informasi apa yang akan dikumpulkan (2) mengumpulkan data dan

menganalisisnya (3) memberikan umpan balik hasil monitoring (Marquis &

Huston, 2006). Pengawasan merupakan usaha yang sistematik membandingkan

kerja nyata dengan tujuan dan standar yang disusun serta menilai penyimpangan-

penyimpangan yang terjadi. Kegiatan evaluasi untuk melihat efektifitas dan

efisiensi program yang sedang atau yang telah dilakukan, sehingga dapat

mengidentifikasi masalah atau hambatan yang muncul selama pelaksanaan

program (Evin, 2002).

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

24

Universitas Indonesia

Pengelolaan manajemen pelayanan keperawatan dalam pencegahan dan

penanggulangan diare balita akan dilanjutkan dengan pemberian asuhan

keperawatan komunitas.

2.3. Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Aggregate Balita

2.3.1. Pengkajian

Model pengkajian yang akan dikembangkan pada aggregate balita adalah aplikasi

dari community as partner yang dikembangkan oleh Anderson dan Mc Farlan

dari teori Betty Neuman (Anderson dan Mc Farlane, 2004). Model ini lebih

berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat adalah praktek, keilmuan, dan

metodenya melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi penuh dalam

meningkatkan kesehatannya. Pada pengkajian model ini mempunyai dua

komponen utama yaitu core dan subsistem. Pada model community as partner

terdapat dua faktor utama yaitu fokus pada komunitas sebagai mitra dan proses

keperawatan (Anderson dan Mc Farlane, 2004).

Pada pengkajian komunitas terdapat core dan 8 (delapan) subsistem dari

masyarakat. Core yang terdiri dari riwayat terbentuknya aggregat, demografi,

suku, nilai, dan kepercayaan. Sedangkan pada subsistem terdapat lingkungan

fisik, pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi, transportasi dan keamanan,

politik dan pemerintahan, komunikasi, pendidikan, dan rekreasi. Pada model

community as partner masyarakat dikelilingi oleh tiga garis pertahanan, yaitu;

garis pertahanan fleksibel, normal, resisten. Garis pertahanan fleksibel adalah

kesehatan yang dinamis hasil dari respon terhadap stressor yang tidak menetap

seperti mobiliasi tetangga dan stressor lingkungan. Garis pertahanan normal

adalah angka kematian, tingkat ekonomi masyarakat. Garis pertahanan resisten

adalah mekanisme internal terhadap stressor (Anderson dan Mc Farlane, 2004).

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

25

Universitas Indonesia

Sumber: Anderson McFarlan, Community as Partner, 2004

Gambar 2.1

2.3.2. Diagnosa Keperawatan Komunitas

Diagnosa keperawatan yaitu respon individu pada masalah kesehatan baik yang

aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan komunitas akan memberikan

gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan

yang mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat masalah

komunitas terhadap stresor yang ada. Diagnosa keperawatan dirumuskan dalam

tiga komponen, yaitu problem atau masalah (P), etiologi atau penyebab (E), dan

symptom atau manifestasi atau data penunjang (S) (Nanda, 2010). Problem

merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang

seharusnya terjadi. Etiologi merupakan penyebab masalah kesehatan atau

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

26

Universitas Indonesia

keperawatan yang dapat memeberikan arah terhadap intervensi keperawatan.

Symptom merupakan tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang

terjadi. Diagnosis keperawatan komunitas memberikan arah terhadap tujuan dan

intervensi keperawatan. Tujuan berasal dari stressor, pengurangan stressor dan

penguatan resistensi komunitas melalui garis pertahanan. Berdasarkan derajat

reaksi, perawat dapat merencanakan intervensi untuk menguatkan garis resistensi

dengan menerapkan salah satu jenis pencegahan (Anderson dan Mc Farlane,

2004).

2.3.3. Perencanaan Keperawatan Komunitas

Perencanaan program kesehatan komunitas pada aggregate balita dengan diare

berdasarkan Community as Partner Model difokuskan pada tiga tingkat

pencegahan yaitu primer, sekunder, dan tersier (Anderson dan McFarlane, 2004).

Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta rencana

tindakan untuk mengatasi masalah yang ada. Tujuan dirumuskan untuk mengatasi

atau meminimalkan stresor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat

pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel,

pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan normal, dan

pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan resisten (Anderson dan

Mc Farlane, 2000). Aktivitas dari program kesehatan komunitas yang

direncanakan difokuskan untuk memperkuat tiga garis pertahanan pada

komunitas yaitu garis pertahanan normal, fleksibel, dan resisten melalui tiga

tingkat pencegahan. Aktivitas dalam perencanaan tersebut dapat dijalankan

melalui strategi intervensi program yaitu pendidikan kesehatan, proses kelompok,

empowering, dan partnership.

Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah (1) kemitraan (partnership), (2)

pemberdayaan (empowerment), (3) pendidikan kesehatan, dan (4) proses

kelompok (Hitchcock, Schubert dan Thomas 1999, Helvie, 1998).

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

27

Universitas Indonesia

Kemitraan memiliki definisi hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau

lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau

memberikan manfaat ((Departemen Kesehatan, 2005). Perawat komunitas perlu

membangun dukungan, kolaborasi, dan koalisi sebagai suatu mekanisme

peningkatan peran serta aktif masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan, dan evaluasi implementasi. Mekanisme kolaborasi perawat

komunitas dengan masyarakat adalah hubungan kemitraan yang dibangun

memiliki dua manfaat sekaligus yaitu meningkatnya partisipasi aktif masyarakat

dan keberhasilan program kesehatan masyarakat (Lezin dan Young, 2000).

Mengikutsertakan masyarakat dan partisipasi aktif mereka dalam pembangunan

kesehatan dapat meningkatkan dukungan dan penerimaan terhadap kolaborasi

profesi kesehatan dengan masyarakat (Sienkiewicz, 2004). Dukungan dan

penerimaan tersebut dapat diwujudkan dengan meningkatnya sumber daya

masyarakat yang dapat dimanfaatkan, meningkatnya kredibilitas program

kesehatan, serta keberlanjutan kemitraan perawat komunitas dengan masyarakat

(Bracht, 1990).

Pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses pemberian

kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada

masyarakat, adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan

mandiri untuk membentuk pengetahuan baru (Hitchcock, Scubert dan Thomas,

1999). Pemberdayaan dan kemitraan memiliki hubungan yang kuat dan

mendasar. Perawat ketika menjalin suatu kemitraan dengan masyarakat maka

dirinya juga harus memberikan dorongan kepada masyarakat. Membangun

kesehatan masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk meningkatkan

kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi masyarakat (Nies dan Mc Ewan, 2001).

Pemberdayaan adalah suatu bentuk kemitraan dan kerjasama dalam membantu

keluarga mengambil keputusan yang tepat dalam kehidupan. Pemberdayaan

keluarga memberikan kesempatan pada keluarga untuk memilih dan mengambil

keputusan secara bebas dan bertanggungjawab. Pemberdayaan keluarga bertujuan

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

28

Universitas Indonesia

untuk meningkatkan pengetahuan, kapasitas dan ketrampilan sehingga keluarga

mampu mengambil keputusan yang tepat terkait masalah kesehatan (Friedman,

2003). Peberdayaan keluarga akan menghasilkan kekuatan dan hubungan saling

ketergantungan yang sehat serta meningkatkan rasa saling menghargai otonomi

dan menhormati antar anggota keluarga (Friedman, 2003).

Pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan

mengurangi disabilitas serta mengaktualisasikan potensi kesehatan yang dimiliki

oleh individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Swanson dan Nies, 1997).

Pendidikan kesehatan dapat dikatakan efektif apabila dapat menghasilkan

perubahan pengetahuan, menyempurnakan sikap, meningkatkan ketrampilan, dan

bahkan mempengaruhi perubahan di dalam perilaku atau gaya hidup individu,

keluarga, dan kelompok (Pender, Murdaugh dan Parsons, 2002). Pendidikan

kesehatan dapat dilakukan secara individu, kelompok, maupun komunitas. Upaya

pendidikan kesehatan di tingkat komunitas penting dilakukan dengan beberapa

alasan yaitu individu akan mudah mengadopsi perilaku sehat apabila

mendapatkan dukungan sosial dari lingkungannya terutama dukungan keluarga,

intervensi di tingkat komunitas dapat mengubah struktur sosial yang kondusif

terhadap program promosi kesehatan, unsur-unsur di dalam komunitas dapat

membentuk sinergi dalam upaya promosi kesehatan (Meillier, 1996).

Proses kelompok merupakan salah satu strategi intervensi keperawatan yang

dilakukan bersama-sama dengan masyarakat melalui pembentukan sebuah

kelompok atau kelompok swabantu. Intervensi keperawatan di dalam tatanan

komunitas menjadi lebih efektif dan mempunyai kekuatan untuk melaksanakan

perubahan pada individu, keluarga dan komunitas apabila perawat komunitas

bekerja bersama dengan masyarakat. Kelompok di masyarakat dapat

dikembangkan sesuai dengan inisiatif dan kebutuhan masyarakat. Kegiatan pada

kelompok ini disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai

(Depkes RI, 1992).

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

29

Universitas Indonesia

Berdasarkan strategi intervensi keperawatan komunitas yang sudah dijabarkan,

penulis akan membahas lebih fokus pada kelompok pendukung. Pembentukan

kelompok merupakan suatu bentuk intervensi keperawatan komunitas yang

melibatkan keluarga, masyarakat serta kelompok berisiko atau bekerja sama

dengan kelompok yang telah ada untuk meningkatkan kualitas kerja (Stanhope

dan Lancaster, 2010). Sistem dukungan sosial diketahui berfungsi signifikan

dalam memberi perawatan profesional melalui promosi kesehatan, pencegahan

penyakit dan perawatan penyakit (Pender, 2006). Sistem dukungan sosial yang

relevan terhadap kesehatan meliputi sistem kelompok pendukung alamiah,

sistem kelompok pendukung organisasi keagamaan, sistem kelompok pendukung

organisasi pemberi pelayanan atau asisten tenaga kesehatan, dan organisasi

kelompok pendukung tidak langsung melalui tenaga kesehatan professional.

Sistem dukungan terorganisir yang tidak diarahkan dari tenaga kesehatan

meliputi kelompok pelayanan sukarela dan kelompok bantuan saling

menguntungkan antara lain berasal dari masyarakat yang peduli terhadap

kesehatan balita seperti kader kesehatan. Kelompok pendukung adalah

sekelompok orang secara sukarela berbagi pengalaman, situasi, atau masalah dan

setiap orang memberikan dukungan emosional dan dukungan lainnya seperti

pengetahuan, keterampilan, dan pengambilan keputusan. Kegiatan kelompok

meliputi diskusi, berbagi informasi dan pengalaman, dan kegiatan lain yang

meningkatkan motivasi dan pemberdayaan (Heisler, 2006). Kelompok

pendukung merupakan sekumpulan orang-orang yang berencana, mengatur dan

berespon secara langsung terhadap isu-isu dan tekanan yang khusus maupun

keadaan yang merugikan. Tujuan awal didirikan kelompok ini adalah

memberikan dukungan dan memfasilitasi masalah isolasi sosial terhadap

anggotanya (Hunt, 2004).

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

30

Universitas Indonesia

Fasilitator kelompok pendukung merupakan petugas yang terlatih dalam

pekerjaan sosial, psikologi, keperawatan dan lainnya yang dapat memberikan arti

dan aturan kepemimpinan yang benar dalam kelompok. Kelompok pendukung

merupakan karakteristik intervensi dan implementasi dalam keperawatan

komunitas yang berfokus pada pengembangan suatu kreativitas dan visi melalui

suatu pendekatan yang baru (Ervin, 2002). Berikut ini akan diuraikan mengenai

tahapan pembentukan kelompok melalui lima fase yaitu (Hitchcock, 1999):

2.3.3.1. Fase Orientasi.

Pada tahap ini, perawat diharapkan mampu melihat hal-hal yang dinginkan oleh

masyarakat, mengidentifikasi faktor pendukung maupun faktor penghambat

terbentuknya suatu kelompok. Fungsi dari fase ini adalah untuk mengkaji arah,

tujuan, bentuk kelompok pendukung yang diinginkan dari kelompok.

2.3.3.2. Fase Konflik

Fase ini menggambarkan sebagai masa perjuangan antar anggota. Pada tahap ini

terjadi banyak perbedaan antar kelompok dan adanya keinginan yang berbeda

sering menjadi penyebab konflik pada kelompok baru yang dibentuk. Tahap ini

sangat memerlukan seorang pemimpin yang untuk menyelesaikan konflik.

2.3.3.3. Fase KohesifTahapan ini mulai terjadi proses adaptasi terhadap peran, aturan kelompok yang

diekspresikan melalui adanya hubungan yang harmonis antar anggota kelompok.

Pemimpin kelompok hanya sebagai pemberi petunjuk dan membantu mencapai

tujuan dengan mengarahkan anggotanya.

2.2.2.4. Fase Kerja.

Fase ini adalah tahapan utama kelompok, dimana proses terapi dimulai. Setiap

anggota kelompok mulai menjalankan peranannya masing-masing untuk

memberikan dukungan terhadap keluarga yang balitanya terkena diare. Perawat

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

31

Universitas Indonesia

perlu memfasilitasi anggota kelompok untuk menjaring dan membina sejumlah

keluarga untuk mengoptimalkan kerja kelompok pendukung.

2.2.2.5. Fase Terminasi.Tahap terminasi merupakan tahap terakhir dan dapat dilakukan secara individual

atau kelompok. Beberapa hal yang dilakukan dalam tahap terminasi adalah

mengeksplorasi perasaan anggota kelompok, mengevaluasi pencapaian harapan,

eksplorasi perasaan kehilangan kelompok dan umpan balik.

3.2.3. Peran Perawat dalam Keperawatan Komunitas Pada Aggregate

Balita Diare.

Peran perawat komunitas sebagai pemberi asuhan keperawatan, pendidik,

manajer, kolabolator, pemimpin, dan peneliti. Dalam keperawatan komunitas,

perawat mempunyai 5 peran (Helvie, 1998), yaitu :

3.2.3.1. Pemberi Asuhan Keperawatan

Perhatian pelayanan pada seting perawatan di masyarakat menyangkut pelayanan

primer, pelayanan kesehatan fisik dan support emosional atau pendidikan pada

level individu, keluarga dan komunitas. Memberikan asuhan keperawatan melalui

mengkaji masalah keperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan,

melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang telah

diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Perawat sebagai

pemberi perawatan memberikan perawatan langsung pada balita yang terkena

diare dan balita yang berisiko terkena diare.

3.2.3.2. Peran Pendidik dan Konselor

Peran perawat melakukan tindakan pencegahan yang dilakukan sebelum terjadipenyakit sehingga derajat kesehatan masyarakat pada kondisi sehat optimal

(Potter dan Perry, 2003). Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu,keluarga, kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

32

Universitas Indonesia

masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat untukpencegahan diare, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan

dalam menurunkan angka kejadian diare balita.

3.2.3.3. Peran sebagai Case Manager

Fungsi pengelola kasus adalah perawat mengelola kasus, dan melaksanakan 5

(lima) tahap proses dalam pengambilan keputusan dalam pelayanan keperawatan

pada individu, keluarga, dan kelompok usia dewasa yaitu pengkajian,

perencanaan, mengadakan kerjasama (merujuk, koordinasi dan advokasi),

memonitoring dan melakukan evaluasi. Perawat komunitas diharapkan dapat

mengelola berbagai kegiatan pokok dalam Posyandu salah satunya pencegahan

diare pada balita.

2.2.3.4. Peran sebagai Penemu Kasus

Penemuan kasus termasuk penemuan balita diare, yang membutuhkan pelayanan

kesehatan. Dalam melakukan penemuan pada kasus diare balita, perawat harus

dapat mengidentifikasi komunitas yang mempunyai populasi balita terbanyak

serta menentukan wilayah yang mempunyai angka kejadian diare balita tertinggi.

Pengkajian secara komprehensif yang dilakukan kemudian akan dilakukan

tindakan keperawatan sesuai prioritas masalah untuk mengatasi masalah diare

pada balita. Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang

terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut

masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak

terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan,

observasi dan pengumpulan data.

2.2.3.5. Peran sebagai Peneliti

Perawat sebagai peneliti berperan menemukan kasus baru atau permasalahan baru

terkait pencegahan diare pada balita. Perawat sebagai peneliti berperan dalam

mengidentifikasi masalah kesehatan balita dan faktor-faktor yang mempengaruhi

terjadinya diare pada balita sehingga dapat ditentukan strategi intervensi yang

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

33

Universitas Indonesia

tepat dan efektif untuk mencegah terjadinya diare pada balita. Perawat berperan

sebagai peneliti dalam mengembangkan intervensi keperawatan untuk melakukan

pencegahan diare pada balita.

Pencegahan dan penanggulangan diare balita yang diberikan melalui pelaksanaan

asuhan keperawatan komunitas akan dilanjutkan pada pemberian asuhan

keperawatan keluarga.

2.4. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Aggregate Balita Diare

2.4.1. Pengkajian

Perawat keluarga adalah perawat yang berperan membantu individu dan keluarga

untuk menghadapi penyakit dan disabilitas kronik dengan meluangkan sebagian

waktu bekerja di rumah pasien dan bersama keluarganya. Keperawatan keluarga

dititik beratkan pada kinerja perawat bersama dengan keluarga karena keluarga

merupakan subyek. Menurut Neis dan Mc Ewen (2007). Keperawatan keluarga

dapat difokuskan pada anggota keluarga individu, dalam konteks keluarga, atau

unit keluarga. Terlepas dari identifikasi klien, perawat menetapkan hubungan

dengan masing-masing anggota keluarga dalam unit dan memahami pengaruh

unit pada individu dan masyarakat. Perawat yang melakukan kunjungan ke rumah

memiliki perhatian yang menyeluruh terhadap masalah kesehatan yang

ditemukan atau diidentifikasi dari keluarga tertentu atau sekelompok keluarga.

Keluarga mempunyai peranan besar dalam pencegahan diare pada bayi dan

balita. Keluarga sebagai entry point untuk melakukan pencegahan diare pada

balita. Model Family Center Nursing merupakan model yang dapat digunakan

dalam menerapkan strategi intervensi pemberdayaan keluarga. Pengkajian

individu sebagai anggota keluarga yang meliputi biologis, psikologis, sosial,

spiritual. Pengkajian keluarga terkait sosiokultural, data lingkungan, struktur,

fungsi dan strategi koping yang digunakan untuk menentukan rencana tindakan

untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga (Friedman, 2003).

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

34

Universitas Indonesia

Perawat bekerjasama dengan keluarga untuk meningkatkan derajat kesehatan

keluarga dengan mengiptimalkan struktur dan fungsi dan tugas perawatan

kesehatannya. Struktur keluarga merupakan pola organisasi dalam keluarga.

Struktur keluarga terdiri dari empat unsur yaitu struktur peran, nilai, proses

komunikasi dan pengambilan keputusan (Friedman, 2003). Struktur keluarga

bertujuan untuk memfasilitasi pencapaian fungsi keluarga.

2.2.3. Fungsi keluarga dalam pencegahan kejadian diare meliputi

(Friedman, 2003):

2.2.3.1. Fungsi Afektif

Fungsi afektif merupakan suatu fungsi internal keluarga yang menjadi dasar

pembentukan dan kesinambungan keluarga (Friedman, 2003). Keluarga berfungsi

sebagai sumber kasih sayang, dukungan, pengakuan dan penghargaan bagi

anggota keluarga lainnya. Fungsi afektif dalam keluarga dapat menunjukkan

kasih sayang dengan memberikan kondisi yang nyaman untuk perkembangan

perilaku yang sehat.

2.2.3.2. Fungsi Sosialisasi

Keluarga merupakan tempat untuk belajar bersosialisasi. Sosialisasi dalam

keluarga untuk mengajarkan anak mengenal bahasa, peran, norma, budaya dan

moral yang akan mempengaruhi perilaku. Lingkungan keluarga merupakan

tempat anak untuk mengembangkan kemampuan sosialisasinya (Friedman,

2003). Sosialisasi dengan lingkungan dapat memberikan dampak atau

memungkinkan anak terpapar hal positif dan negatif.

2.2.3.3. Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga terkait pencegahan

diare yang meliputi:

a. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah diare, yang perlu

dikaji adalah sejauhmana keluarga mengetahui mengenai fakta-fakta dari

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

35

Universitas Indonesia

masalah diare yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan

yang mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap diare balita.

b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai

tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji sejauhmana kemampuan

keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah diare. Masalah

kesehatan keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami, merasa

takut akan akibat dari tindakan penyakit diare. Keluarga mempunyai sikap

negatif terhadap masalah diare. Keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan

yang ada, keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan serta keluarga

mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah

diare.

c. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat balita diare,

yang perlu dikaji adalah keluarga mengetahui keadaan penyakit diare (sifat,

penyebaran, komplikasi, prognosa dan cara perawatannya). Keluarga

mengetahui tentang sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan untuk

mencegah diare. Keluarga mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan

untuk perawatan balita diare. Keluarga mengetahui sumber-sumber yang ada

dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, sumber keuangan

atau financial, fasilitas fisik, psikososial).

d. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga memelihara lingkungan

rumah yang sehat, hal yang perlu dikaji adalah keluarga mengetahui sumber-

sumber keluarga yang dimiliki, melihat keuntungan atau manfaat

pemeliharaan lingkungan. Keluarga mengetahui pentingnya kebersihan

sanitasi untuk pencegahan diare. Keluarga mengetahui upaya pencegahan

diare.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

36

Universitas Indonesia

e. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas

atau pelayanan kesehatan di masyarakat, hal yang perlu dikaji adalah keluarga

mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan dan yang dapat diperoleh dari

fasilitas kesehatan terkait diare.

2.4.2. Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosa keperawatan keluarga ialah respon keluarga pada masalah kesehatan

baik yang aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan keluarga akan

memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan keluarga baik yang

nyata dan yang mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat

masalah keluarga terhadap stresor yang ada. Diagnosa keperawatan dirumuskan

dalam tiga komponen, yaitu problem atau masalah (P), etiologi atau penyebab

(E), dan symptom atau manifestasi atau data penunjang (S) (Nanda, 2010).

Problem atau masalah mengacu pada respon keluarga terhadap gangguan

pemenuhan kebutuhan dasar. Etiologi merupakan penyebab masalah kesehatan

mengacu pada pelaksanaan lima tugas kesehatan keluarga. Symptom merupakan

tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang terjadi di keluarga.

2.4.3. Intervensi Keperawatan

Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan

adalah (Buletin Diare, 2011):

2.3.2.1.Pemberian ASI eksklusif

ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia

dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal

oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6

bulan. Bayi harus diberikan ASI sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan

dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan dengan

makanan lain (proses menyapih). ASI mempunyai khasiat preventif secara

imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI

turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir,

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

37

Universitas Indonesia

pemberian ASI eksklusif mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap

diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Hal ini sejalan

dengan penelitian Tumbelaka (2008) yang menyebutkan bahwa angka kejadian

infeksi pada balita lebih sedikit bila dbandingkan dengan yang tidak mendapatkan

ASI. Selain itu, menurut Matondang (2008) ASI merupakan komponen penting

pada sistem imun mukosa gastrointestinal maupun mukosa lain. Karena alasan-

alasan itulah angka kejadian diare balita yang mendapatkan ASI eksklusif lebih

rendah apabila dibandingkan dengan tidak mendapatkan ASI.

2.3.2.2. Menggunakan air bersih

Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui fecal oral. Kuman

tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan, minuman

atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan yang

wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat

yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai risiko

menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak

mendapatkan air bersih (Departemen Kesehatan, 2007). Masyarakat dapat

mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang

bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai

penyimpanan di rumah. Sumber air minum tidak terlindungi seperti sumur, harus

memenuhi syarat kesehatan sebagai air bagi rumah tangga, maka air harus

dilindungi dari pencemaran (Departemen Kesehatan, 2007). Sumur yang baik

harus memenuhi syarat kesehatan yaitu jarak sumur dengan lubang kakus, jarak

sumur dengan lubang galian sampah, saluran pembuangan air limbah, serta

sumber-sumber kotoran lainnya (Sukarni, 2002).

2.3.2.3. Mencuci tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam

penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun,

terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum

menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan,

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

38

Universitas Indonesia

mempunyai dampak dalam kejadian diare dapat menurunkan angka kejadian

diare sebesar 47%. Hubungan kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare

dikemukakan oleh Bozkurt (2003) di Turki menyatakan bahwa orang tua yang

tidak mempunyai kebiasaan mencuci tangan sebelum merawat anak,anak

mempunyai resiko lebih besar terkena diare. Hal ini, sejalan dengan penelitian

yang mengatakan bahwa salah satu bentuk perilaku yang efektif dan efisien

dalam upaya pencegahan diare adalah mencuci tangan dengan sabun dan air

mengalir (Wijayanti, 2009).

2.3.2.4. Menggunakan jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban

mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko diare. Keluarga yang

tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga harus buang air

besar di jamban. Upaya keluarga yang harus dilakukan untuk pencegahan diare

pada balita harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh

seluruh anggota keluarga, membersihkan jamban secara teratur, menggunakan

alas kaki bila akan buang air besar. Pembuangan tinja yang tidak memenuhi

syarat sanitasi akan meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita sebesar 2,55

kali lipat dibandingkam dengan keluarga yang membuang tinja secara saniter

(Wibowo, 2003).

2.3.2.5. Membuang tinja bayi dengan benar

Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak

benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan

orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar. Keluarga dapat melakukan

beberapa hal untuk mengurangi resiko diare pada balita dengan mengumpulkan

segera tinja bayi dan buang di jamban, membantu anak buang air besar di tempat

yang bersih dan mudah di jangkau olehnya. Keluarga yang tidak ada jamban,

pilih tempat untuk membuang tinja seperti di dalam lubang atau di kebun

kemudian ditimbun. Keluarga membersihkan dengan benar setelah buang air

besar dan cuci tangan dengan sabun.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

39

Universitas Indonesia

2.3.2.6. Pemberian imunisasi campak

Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah agar bayi

tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering disertai diare,

sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena

itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan. Diare sering

timbul menyertai campak, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat

mencegah diare. Oleh karena itu segera memberikan anak imunisasi campak

setelah berumur 9 bulan. Diare sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak

yang sedang menderita campak, hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan

tubuh penderita.

2.3.2.7. Pembuangan air limbah

Air limbah rumah tangga merupakan air buangan yang tidak mengandung

kotoran atau tinja manusia yang dapat berasal dari buangan air kamar mandi,

aktivitas dapur, cuci pakaian dan lain-lain yang mungkin mengandung

mikroorganisme patogen dalam jumlah kecil serta dapat membahayakan

kesehatan manusia. Air limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan, mengingat

air limbah rumah tangga dapat bersumber dari sisa aktivitas dapur, kamar mandi

maupun pembuangan kotoran. Pembuangan air limbah yang tidak dikelola

dengan baik dan memenuhi syarat kesehatan dapat mengkontaminasi air

permukaan maupun air tanah dan dapat digunakan perindukan vektor penyakit,

sehingga dapat menjadi sumber penularan penyakit.

2.3.2.8. Sarana pembuangan sampah

Pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat juga sebagai

media bagi kehidupan vektor penyakit yang dapat mengganggu kesehatan. Tikus,

lalat dan vektor penyakit lain dapat hidup pada tempat pembuangan sampah yang

terbuka yang pada akhirnya dapat menyebarkan penyakit seperti penyakit kulit,

jamur dan penyakit kontak langsung, kontaminasi makanan dan minuman

maupun melalui udara yang bersumber pada sampah.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

40

Universitas Indonesia

2.4. LINTAS Diare

Kemenkes RI (2011) menjelaskan prinsip tatalaksana diare pada balita adalah

LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare) dengan rekomendasi WHO.

Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki

kondisi usus serta mempercepat penyembuhan atau menghentikan diare dan

mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati

diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu (1) Rehidrasi menggunakan Oralit

osmolalitas rendah. (2) Pemberian Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut.

(3) Teruskan pemberian ASI dan Makanan. (4) Pemberian antibiotik secara

selektif. (5) Memberikan nasihat kepada orang tua atau pengasuh.

Oralit untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah

tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia

berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat

ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang

rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan

yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila

penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk

mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada

derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat

menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi

enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus.

Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan

morfologi dan fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011). Pemberian

Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare,

mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta

menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan

bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

41

Universitas Indonesia

Pemberian ASI atau makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi

pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah

berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di

beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari

biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan

makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan

sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan

ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan

(Kemenkes RI, 2011).

Pemberian antibiotika hanya atas indikasi antibiotika tidak boleh digunakan

secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh

bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah

(sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera (Kemenkes RI, 2011). Obat-

obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare

karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali

muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan

status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang

berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti

diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia) (Kemenkes RI, 2011). Pemberian

nasihat menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat

dengan balita harus diberi nasehat tentang Cara memberikan cairan dan obat di

rumah. Balita diare harus ke petugas kesehatan bila diare lebih sering, muntah

berulang, sangat haus , makan atau minum sedikit, timbul demam.

Penatalaksanaan LINTAS diare (Lima langkah tuntaskan diare) yang bisa

dilakukan oleh ibu balita untuk pencegahan diare adalah (1) Oralit diberikan

segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi. (2) ZINC

diberikan selama 10 hari berturut-turut, mengurangi lama dan beratnya diare,

mencegah berulangnya diare selama 2-3 bulan. ZINC juga dapat mengembalikan

nafsu makan anak. (3) ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

42

Universitas Indonesia

dengan menu yang sama pada waktu anak sehat, untuk mencegah kehilangan

berat badan serta pengganti nutrisi yang hilang. (4) Antibiotik hanya diberikan

pada diare berdarah, kolera dan diare dengan masalah lain. (5) Segera kembali ke

petugas kesehatan jika ada demam, tinja berdarah, muntah berulang, makan atau

minum sedikit, sangat haus diare makin sering atau belum membaik dalam 3 hari.

2.5. Model Intervensi SAFE (Sanitation and Family Education)

Model intervensi SAFE adalah suatu proyek inovasi yang dikembangkan di

Bangladesh untuk menurunkan angka kejadian diare pada balita. Program ini

akan mengembangkan strategi intervensi yang bisa diterapkan di masyarakat.

Tujuan dari proyek inovasi ini adalah kelanjutan dari proyek inovasi sebelumnya

yang hanya melihat faktor sanitasi yang mempengaruhi kejadian diare balita.

SAFE merupakan inovasi yang sudah dilakukan di Bangladesh yang efektivitas

program ini sangat bermakna hasilnya dengan penurunan angka kejadian diare

pada balita. Metode yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Metode

wawancara dan survei langsung di 5 area komunitas yaitu sekolah, rumah tangga,

tempat-tempat umum, pabrik dan tempat sosial.

Komponen dalan SAFE adalah:

2.5.1. Penggunaan air bersih

Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui fecal-oral kuman

tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan, minuman

atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan yang

wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat

yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai risiko

menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak

mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan

diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari

kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah. Hal-hal yang

harus diperhatikan oleh keluarga tentang penggunaan air bersih (1) Ambil air dari

sumber air yang bersih. (2) Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

43

Universitas Indonesia

serta gunakan gayung khusus untuk mengambil air. (3) Jaga sumber air dari

pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak. (4) Minum air yang sudah

matang (dimasak sampai mendidih). (4) Cuci semua peralatan masak dan

peralatan makan dengan air yang bersih dan cukup.

2.5.2. Penggunaan jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban

mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare.

Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga

harus buang air besar di jamban. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh keluarga

(1) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai

oleh seluruh anggota keluarga. (2) Bersihkan jamban secara teratur dan gunakan

alas kaki bila akan buang air besar. Membuang tinja bayi dengan benar karena

tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Hal-

hal yang harus diperhatikan keluarga (1) Kumpulkan segera tinja bayi dan buang

di jamban. (2) Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di

jangkau olehnya. (3) Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja

seperti di dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun. (4) Bersihkan dengan

benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan sabun.

2.5.3. Kebersihan makanan

Sanitasi makanan adalah suatu pencegahan yang menitik beratkan pada kegiatan

dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala

bahaya yang dapat mengganggu kesehatan mulai dari sebelum makanan diproses,

selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, penyajian sampai

pada makanan dan minuman itu dikonsumsi oleh masyarakat. Penyelenggaraan

sanitasi makanan bertujuan untuk menyingkirkan resiko terkontaminasi oleh

mikroorganisme pada tahap-tahap yang berbeda dalam produksi dan pemprosesan

makanan (Bress,1995). Cara pengolahan makanan haruslah semua kegiatan

pengolahan makanan harus terlindung dari kontak langsung dengan tubuh,

misalnya dengan menggunakan sarung tangan plastik, penjepit makanan, sendok

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

44

Universitas Indonesia

atau garpu. Serta menghindari pencemaran makanan dengan menggunakan

celemek, tutup kepala/tutup rambut dan tutup mulut, serta memakai sepatu

khusus dapur.

Bahan makanan yang disimpan berupa bahan padat, ketebalan maksimum 10 cm

dan syarat kelembaban ruang penyimpanan berkisar 80-90%. Penyimpan

makanan jadi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: (1) Terlindung dari debu,

bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lainnya. (2) Makanan yang cepat

busuk sebaiknya disimpan dalam suhu 65.5oC atau lebih atau disimpan dalam

suhu dingin sekitar 4oC atau kurang. (3) Makanan yang cepat busuk untuk

digunakan dalam waktu lama (lebih dari 6 jam) sebaiknya disimpan dalam suhu

dingin sekitar 5oC sampai 1oC, (4) Tidak menempel pada lantai, dinding atau

langit-langit dengan ketentuan jarak makanan dengan lantai 15 cm, jarak

makanan dengan dinding 5 cm dan jarak makanan dengan langit-langit 60 cm.

2.5.4. Pemberian ASI

ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi karena selain komposisinya

tepat, murah dan juga terjaga kebersihannya. ASI tersedia dalam bentuk yang

ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI

mempunyai khasiat pencegahan secara imunologik dan turut memberikan

perlindungan terhadap diare pada bayi yang mendapat makanan tercemar. Bayi

yang diberi ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar

terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu formula. Flora

usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare. Pemberian

ASI selama diare dapat mengurangi akibat negatif terhadap pertumbuhan dan

keadaan gizi bayi serta mengurangi keparahan diare. ASI turut memberikan

perlindungan terhadap diare, pemberian ASI kepada bayi yang baru lahir secara

penuh mempunyai daya lindung empat kali lebih besar terhadap diare dari pada

pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Pada bayi yang tidak diberi ASI

pada enam bulan pertama kehidupannya, risiko mendapatkan diare adalah 30 kali

lebih besar dibanding dengan bayi yang tidak diberi ASI.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

45

Universitas Indonesia

2.5.5. Pemberian oralit

Dehidrasi yang terjadi pada penderita diare karena usus bekerja tidak sempurna

sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut didalamnya dibuang

bersama tinja sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan. Oleh karena itu

penanggulangannya dilakukan dengan cara mencegah timbulnya dehidrasi dan

rehidrasi intensif bila telah terjadi dehidrasi. Rehidrasi adalah upaya

menggantikan cairan tubuh yang keluar bersama tinja dengan cairan yang

memadai melalui minum. Minuman pengganti cairan tubuh tersebut dapat

diperoleh dengan minum larutan oralit. Oralit mempunyai komposisi campuran

Natrium Klorida, Kalium Klorida, Glukosa dan Natrium Bikarbonat atau Natrium

Sitrat. Rehidrasi adalah upaya menggantikan cairan tubuh yang keluar bersama

tinja dengan cairan yang memadai melalui oral atau parenteral (Rubin, 1985).

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

46

Universitas Indonesia

BAB 3

KERANGKA KERJA DAN PROFIL WILAYAH

Bab III Kerangka konsep menguraikan dan menjelaskan keterkaitan antar konsep

yang mendasari praktek keperawatan komunitas pada aggregat balita diare.

Kerangka konsep dalam perawatan aggregat balita diare menggunakan integrasi

model community as partner, family center nursing, model SAFE dan LINTAS

diare serta manajemen pelayanan keperawatan

3.1 Kerangka Kerja Praktik Keperawatan Komunitas

Pengkajian menggunakan model community as partner yang mempunyai dua

komponen yaitu core dan subsistem. Pengkajian Community as Partner Model

terdapat core dan 8 (delapan) subsistem dari masyarakat. Core yang terdiri dari

riwayat terbentuknya aggregat, demografi, suku, nilai, dan kepercayaan.

Sedangkan pada subsistem terdapat lingkungan fisik, pelayanan kesehatan dan

sosial, ekonomi, transportasi dan keamanan, politik dan pemerintahan,

komunikasi, pendidikan, dan rekreasi. Variabel yang digunakan dalam integrasi

model ini berasal dari Community As Partner: Core : riwayat kesehatan,

mortalitas dan morbiditas, kebiasaan hidup. Subsistem yang perlu dikaji adalah

lingkungan fisik terutama kondisi rumah, pelayanan kesehatan yang digunakan.

Subsistem lain yang berkaitan dengan balita adalah ekonomi, dan edukasi.

Model family centered nursing didasarkan pada pandangan bahwa keluarga

adalah unit dasar perawatan individu dari anggota keluarga serta dari unit yang

lebih luas sebagai konteks. Keluarga mempunyai peranan besar dalam

pencegahan diare pada bayi dan balita. Fungsi keluarga yang terkait dengan

kejadian diare pada bayi dan balita adalah fungsi afektif dan perawatan

kesehatan. Konsep Family Centered Nursing variabel yang digunakan adalah

tahapan perkembangan keluarga, struktur peran, tugas perawatan kesehatan

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

47

Universitas Indonesia

keluarga, dan pola kebiasaan keluarga yang berkaitan dengan balita. Tingkat

kemandirian keluarga dalam melakukan perawatan kesehatan untuk mengatasi

masalah kesehatan balita.

Manajemen keperawatan sebagai suatu tugas khusus yang dilaksanakan oleh

perawat komunitas untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta

mengawasi sumber-sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana, sehingga

dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif, baik kepada individu,

keluarga dan masyarakat (Swansburg, 1999). Teori manajemen keperawatan yang

dipakai adalah perencananaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.

Variabel perencanaan menggunakan elemen SDM, anggaran, dan kebijakan.

Perencanaan variabel yang digunakan uraian tugas, kerjasama, dan koordinasi.

Variabel pengarahan terdiri dari komunikasi, pelatihan dan supervisi.

Pengawasan variabel yang digunakan monitoring dan evaluasi program dan

penilaian kinerja. Model intervensi keperawatan yang digunakan untuk

pencegahan diare pada balita yang digunakan untuk mengintegrasikan pengkajian

komunitas, keluarga dan manajemen pelayanan keperawatan. Model pencegahan

diare yang dipakai adalah menggunakan SAFE dan LINTAS diare. Variabel

SAFE terdiri dari sanitasi, dan pemberian ASI. Program pemerintah adalah

LINTAS diare terdiri dari variabel pemberian oralit, pemberian zink dan

pemberian makanan.

Berdasarkan beberapa variabel yang diambil dari fungsi manajemen,

mengintegrasikan dari dua model community as partner model dan family center

nursing model serta model SAFE dan LINTAS diare akan muncul masalah baik

itu untuk pengelolaan manajemen keperawatan, asuhan keperawatan komunitas

dan keluarga. Permasalahan yang ada diperlukan suatu intervensi untuk

pengelolaan manajemen diperlukan suatu kelompok pendukung untuk melakukan

pencegahan dan deteksi dini diare balita. Kegiatan dalam kelompok pendukung

salah satunya melakukan pembinaan tentang pencegahan dan deteksi dini diare

balita di keluarga dan komunitas.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

48

Universitas Indonesia

Proses kelompok merupakan salah satu bentuk intervensi keperawatan komunitas

yang melibatkan masyarakat seperti keluarga dan kelompok berisiko tinggi

melalui pembentukan kelompok atau bekerja sama dengan kelompok yang telah

ada untuk meningkatkan kualitas kerja (Stanhope dan Lancaster, 2010).

Kelompok Pendukung SAKA diare diharapkan dapat memberikan bantuan

pelayanan, informasi dalam upaya pencegahan diare dengan penerapan SAKA

diare pada balita. Kelompok Pendukung SAKA diharapkan dapat meningkatkan

derajat kesehatan balita dengan meningkatnya pengetahuan, sikap dan perilaku

ibu dalam penerapan SAKA diare dengan upaya-upaya promotif dan preventif di

Kelurahan Cisalak Pasar Kota Depok.

3.2 Profil Wilayah

Batas wilayah Kelurahan Cisalak Pasar sebelah utara adalah Kelurahan

Mekarsari, sebelah selatan adalah Kelurahan Curug, sebelah timur adalah

Kelurahan Harjamukti, dan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Cisalak.

Keadaan udara di Kelurahan Cisalak Pasar bersih, bebas dari polusi udara.

Kebersihan wilayah Cisalak Pasar pada umumnya bersih, tetapi ada beberapa

wilayah di Kelurahan Cisalak Pasar yang kurang bersih seperti Pasar. Fasilitas

umum di Kelurahan Cisalak Pasar beragam dan mudah dijangkau oleh warga.

Fasilitas umum yang ada di sekitar Kelurahan Cisalak Pasar antara lain: pasar,

fasilitas olah raga, tempat rekreasi, dan pasar swalayan. Fasilitas kesehatan

seperti rumah sakit dan bidan terdapat di wilayah Kelurahan Cisalak Pasar.

Puskesmas yang membawahi wilayah kerja Cisalak Pasar terletak kurang lebih 1

km dari Kelurahan Cisalak Pasar bagian selatan.

Hasil pengkajian dengan metoda winshield survey adalah survey dengan cara

mengelilingi lingkungan komunitas. Melihat komunitas secara keseluruhan pada

lingkungan dimana terdapat balita dengan risiko terkena diare sangat penting

untuk mengarahkan pengkajian dan mempelajari komunitas secara keseluruhan.

Tujuan survey adalah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan komunitas,

yang dapat dijadikan faktor pendukung atau penghambat terjadinya masalah

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

49

Universitas Indonesia

risiko penyebaran diare pada balita. Pada saat survey ditemukan perumahan yang

padat dimana sebagian besar rumah kurang memperhatikan kebersihan

lingkungan, lingkungan rumah yang kotor dan sampah yang dibuang

sembarangan. Lalat yang berterbangan disekitar rumah, banyak tempat sampah

terbuka di sekitar rumah. Keadaan saluran pembuangan air limbah rumah tangga

yang terbuka sehingga menimbulkan bau yang tidak enak. Balita yang sering

bermain di tempat yang terbuka seperti lapangan, halaman rumah yang lantainya

masih tanah. Pemukiman yang banyak ditemukan adanya kandang ternak ayam

dan burung yang tidak dibersihkan.

Kelurahan Cisalak Pasar mempunyai 9 RW dimana untuk RW 1-7 merupakan

pemukiman penduduk dan untuk RW 8-9 adalah perumahan. Posyandu sudah

terbentuk di pemukiman penduduk yang terdiri dari 12 Posyandu. Wilayah

binaan yang difokuskan untuk kegiatan Kelompok Pendukung SAKA adalah RW

01 dan RW 03. Penentuan wilayah RW 01 dan RW 03 sebagai wilayah

percontohan karena wilayah tersebut merupakan kantong masalah diare pada

balita. Pencegahan diare merupakan salah satu kegiatan pokok Posyandu tetapi

pada kenyataannya kegiatan tentang pencegahan diare pada balita di Posyandu

tidak berjalan secara optimal. Penyuluhan kesehatan tentang pencegahan balita

diare tidak pernah dilakukan. Kegiatan pembinaan kader untuk pencegahan balita

diare tidak optimal. Tidak adanya penyuluhan kesehatan mengenai diare dalam

kegiatan Posyandu juga berdampak pada kurangnya pengetahuan masyarakat

terhadap pencegahan, penanganan diare di rumah, serta kapan waktu yang tepat

untuk berobat. Kader yang tidak terlatih menyulitkan pelaksanaan program

pencegahan tentang pencegahan diare balita. Posyandu yang tidak mempunyai

data balita diare. Pencatatan dan pelaporan yang masih kurang baik.

Ketidaktersediaan oralit yang harus ada di Posyandu atau kader. Permasalahan

dalam manajemen pelayanan pencegahan diare yang memerlukan strategi

intervensi keperawatan yang tepat dan efektif yang dapat menurunkan angka

kejadian diare balita.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

50

Universitas Indonesia

3.3 SAKA Diare

Komponen SAKA diare terdiri dari Sanitasi, Anak, Keluarga dan Area. SAKA

merupakan suatu upaya promotif dan preventif serta kuratif dimana komponen

SAKA terdiri dari 10 langkah cara mengatasai diare pada balita.

Komponen Sanitasi dilakukan sebagai upaya promotif, preventif terdiri dari :

1. Penggunaan air minum terdiri dari : menggunakan air dari sumber

terlindungi, memelihara sumber air agar terhindar dari pencemaran, dan

menutup tempat penampungan air, minum air putih yang sudah dimasak.

2. Penggunaan jamban terdiri dari : buang air besar hanya dijamban, buang tinja

balita di jamban, menutup lubang jamban, memelihara kebersihan jamban

dari binatang dan membersihkan jamban 1 minggu sekali.

Komponen Anak dilakukan sebagai upaya kuratif terdiri dari :

3. Pemberian ASI terdiri dari : memberikan ASI saja sampai 6 bulan,

memberikan ASI sampai 2 tahun ditambah makanan pendamping ASI.

4. Pemberian makanan terdiri dari : memberikan makanan lunak seperti bubur

tempe, menghindari makanan pedas, santan, sayur dan buah, memberikan

makanan sedikit-sedikit tapi sering, menyajikan menu makanan yang

bervariasi dan membuat jadwal menu setiap hari.

5. Terapi anak terdiri dari : senam balita untuk anak usia 1-5 tahun dimana

tujuan untuk memperlancar peredaran darah pada sistem pencernaan. Terapi

gurita diberikan pada anak usia kurang dari 1 tahun terapi ini dengan

menggunakan bawang merah dicampur minyak kayu putih fungsinya untuk

menghangatkan supaya balita tidak kembung.

Komponen Keluarga dilakukan sebagai upaya promotif dan preventif, serta

kuratif diberikan saat balita diare diare khusus untuk pemberian cairan dan

elektrolit terdiri dari :

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

51

Universitas Indonesia

6. Kebiasaan mencuci tangan terdiri dari : mencuci tangan sebelum makan,

buang air besar dan memegang balita, mencuci tangan setelah menceboki

balita dan sebelum menyiapkan makan.

7. Pemberian cairan elektrolit terdiri dari : pemberian oralit dan pemberian zink

selama 10 hari.

8. Pengelolaan makanan dan minuman terdiri dari : mencuci sayuran dan buah-

buahan yang akan dimakan dengan air bersih sebelum dipotong-potong,

merebus botol dan alat makanan balita dengan air panas atau mendidih

selama 10-15 menit, memberikan jajanan balita yang nilai gizinya baik,

harga terjangkau dan bersih, memberikan makanan dalam keadaan panas

atau hangat, menutup makanan dengan tudung saji.

Komponen Area dilakukan sebagai upaya promotif, preventif terdiri dari :

9. Pengelolaan sampah terdiri dari : memisahkan sampah kering dan sampah

yang basah, menimbun ban, kaleng, dan botol atau gelas bekas, jarak

kandang ternak jauh dari rumah, tempat sampah dalam keadaan tertutup,

serta sampah pampers balita dimasukkan dalam kantong tersendiri.

10. Pengelolaan limbah terdiri dari : membersihkan saluran air limbah 1 minggu

sekali, membersihkan kandang burung 1 minggu sekali dan menutup saluran

pembuangan air limbah.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

52

Universitas Indonesia

Manajemen- Perencanaan: SDM, biaya,

kebijakan.- Pengorganisasian: uraian

tugas, kerjasama,koordinasi

- Pengarahan: komunikasi,pelatihan , supervisi

- Pengawasan: monev,penilaian kinerja

Community As Partner- Core : riwayat kesehatan,

mortalitas dan morbiditas,kebiasaan hidup

- Sub sistem: lingkunganfisik, pelayanan kesehatan,ekonomi, dan edukasi

Family Center Nursing- Tahap perkembangan- Pola komunikasi- Struktur- Tugas perawatan- Pola kebiasaan

LINTAS : Pemberian oralit,zink dan makananSAFE : Sanitasi danpemberian ASI

Masalah Keperawatan- Manajemen- Keluarga- Komunitas

KELOMPOKPENDUKUNG SAKA

Manajemen- Pembentukan KPS- Pelatihan KPS- Supervisi,

pengarahan danbimbingan

Keluarga- Demonstrasi

penerapan SAKAdiare (Senam balita,terapi gurita, nutrisi )

- Konseling- Modifikasi

lingkungan

Komunitas- Pendidikan

kesehatan- Kampanye SAKA

diare- Demonstrasi

pnerapan SAKAdiare

Keluarga- Peningkatan

pengetahuan,ketrampilan dansikap

- Kemandirian tingkatIV

Komunitas- Peningkatan

pengetahuan,ketrampilan dansikap dalampenerapan SAKAdiare

Manajemen- Terbentuk KPS diare- Peningkatan

pengetahuan,ketrampilan dansikap KPS dalampenerapan SAKA

INPUTPROSES OUTPUT

Kerangka KerjaSkema 3.1

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

53

Universitas Indonesia

BAB 4

PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

PADA AGGREGATE BALITA DIARE DI RW 01 DAN 03

KELURAHAN CISALAK PASAR

Bab IV akan menguraikan analisis situasi manajemen pelayanan keperawatan

komunitas, asuhan keperawatan komunitas dan asuhan keperawatan keluarga.

4.1. Pengelolaan Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas

4.1.1. Analisis Situasi

Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas di identifikasi melalui empat

fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan.

4.1.1.1. Fungsi Perencanaan

Fungsi perencanaan dalam upaya program P2D elemen yang akan dilihat adalah

sumber daya manusia yang ada dalam pelaksanaan program kegiatan P2D.

Sumber Daya Manusia (SDM) yang diperlukan untuk menjalankan program P2D

di Puskesmas adalah dokter umum sebagai pemeriksa dan perawat sebagai

pelaksana program diare dan petugas perawatan kesehatan masyarakat. Perawat

harus mampu memberikan penyuluhan dan pemeriksaan di Posyandu. Kegiatan

Posyandu diperlukan kader atau toma yang membantu perawat atau bidan dalam

memberikan penyuluhan. Program P2D ini dapat berfungsi dan berjalan secara

optimal maka dibutuhkan tenaga kerja minimal seorang dokter, seorang perawat

dan seorang petugas administrasi. Hal ini memang terpenuhi secara kuantitas,

namun adanya perawat yang merangkap program puskesmas lainnya menjadikan

pelaksanaan program P2D belum dapat terlaksana secara meyeluruh dan optimal.

Tidak adanya sarana khusus pojok oralit dan tidak ada penyuluhan ke

masyarakat, menjadikan perhatian masyarakat terhadap diare menjadi tidak

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

54

Universitas Indonesia

berkembang. Hal ini juga dapat dikarenakan tidak adanya kegiatan pembinaan

kader. Semua hal diatas juga harus ditunjang oleh dana yang memadai. Tidak

adanya dana khusus juga merupakan masalah yang mendasar. Keterbatasan SDM

untuk perencanaan di Dinas Kesehatan Kota Depok berakibat pada belum ada

perencanaan program P2D yang terinci jelas di Puskesmas. Dampak ini juga

terlihat di Posyandu tidak ada perencanaan program kegiatan P2D.

Fungsi perencanaan yang dibahas berkaitan dengan sumber daya manusia yang

tidak terpenuhi juga berdampak pada tidak adanya alokasi dana untuk

pelaksanaan program P2D. Alokasi anggaran untuk program P2D sumber dana

berasal dari APBD yang jumlahnya terbatas dan menyebabkan beberapa kegiatan

untuk rencana kegiatan program P2D tidak bisa rutin diadakan setiap tahun.

Sasaran kegiatan belum mencakup seluruh wilayah terutama Kelurahan Cisalak

Pasar. Anggaran pembinaan program P2D tidak ada, anggaran pelaksanaannya

termasuk dalam anggaran Posyandu. Anggaran Posyandu lebih banyak berasal

dari Biaya Operasional Kesehatan (BOK) Puskesmas. Alokasi dana yang

diberikan Posyandu digunakan untuk kebutuhan dan keperluaan pelaksanaan

Posyandu setiap bulan seperti pengadaan makanan sehat untuk balita, serta

peralatan dan kelengkapan untuk 5 meja Posyandu seperti timbangan, meteran

dan buku serta alat tulis untuk pencatatan dan pelaporan.

Anggaran untuk kegiatan program P2D di tingkat Kelurahan melalui kegiatan

Posyandu bersifat swadaya masyarakat dan sebagian berasal dari Kecamatan

yaitu Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BP2KB).

Pembiayaan untuk program P2D tidak ada secara khusus tetapi pendanaannya

dijadikan satu dengan program penyakit menular lainnya. Belum tersedia dana

untuk pelatihan kader tentang program P2D dikarenakan tidak terjadi wabah

penyakit diare di Kota Depok. Sosialisasi untuk program P2D juga tidak

dilakukan karena kejadian diare pada balita tidak mengalami peningkatan serta

tidak menyebabkan kematian. Kondisi ini berakibat program untuk P2D di

Kelurahan Cisalak Pasar kurang terpantau. Keterbatasan anggaran pada program

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

55

Universitas Indonesia

P2D akan berdampak pada sosialisasi program P2D yang belum optimal sampai

di tingkat Puskesmas. Perencanaan tahunan untuk memperoleh hasil yang efektif

dalam pemakaian SDM dan material untuk produk dan layanan serta pengaturan

lingkungan untuk peningkatan produktivitas. Perencanaan meliputi beberapa

faktor diantaranya perencanaan, perubahan, perencanaan waktu dan anggaran

(Marquis dan Huston, 2006).

Perencanaan anggaran yang tidak ada berdampak pada tidak adanya kegiatan

sosialisasi program P2D di tingkat Puskesmas. Sosialisasi tentang pelaksanaan

kegiatan program P2D harusnya dilakukan mulai dari Dinas Kesehatan sampai ke

tingkat Puskesmas. Salah satu kegiatan sosialisasi dengan penyebaran buku

panduan tentang kegiatan P2D. Buku panduan tentang kegiatan program P2D

yang ada di Dinas Kesehatan Kota Depok sangat terbatas. Pelaksanaan kegiatan

program P2D di Puskesmas lebih banyak bersifat pengobatan. Pemberian

penyuluhan kesehatan terkait program P2D tidak dilakukan. Penanggungjawab

program P2D lebih banyak untuk kegiatan pencatatan dan pelaporan jumlah

kasus diare balita. Komunikasi yang tidak berjalan optimal tentang program P2D

dari tingkat Dinas Kesehatan Kota Depok berdampak pada koordinasi dengan

Kelurahan dan Puskesmas belum optimal terkait kegiatan P2D. Fungsi

perencanaan merupakan fungsi manajerial untuk menentukan prioritas, hasil,

metode yang akan dicapai, ditata sebagai petunjuk suatu sistem. Perencanaan

adalah serangkaian proses pelaksanaan fungsi manajemen untuk mencapai tujuan

berdasarkan prioritas, hasil dan metode, strategi tindakan sebagai petunjuk yang

ditetapkan organisasi untuk mencapai tujuan panjang dan jangka pendek. (Huber,

2010).

Program promosi kesehatan terkait pencegahan dan penanggulangan diare belum

optimal dilaksanakan. Kegiatan masih berfokus pada penimbangan, pencatatan

dan pemberian makanan tambahan. Kegiatan di Posyandu untuk pencegahan dan

penanggulangan diare terkait konseling secara individu faktor risiko terjadinya

diare, atau home care perawatan balita diare tidak ada. Indikator jangka pendek

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

56

Universitas Indonesia

dan jangka panjang terkait pencegahan dan penanggulangan faktor risiko belum

ada. Hal ini berimplikasi pada tidak jelasnya tujuan yang ingin dicapai dan

perencanaan program yang ditetapkan tidak memungkinkan untuk dilakukan

evaluasi dan modifikasi program baik selama proses maupun hasil intervensi

yang dilakukan. Komunikasi yang tidak berjalan optimal mulai dari Puskesmas

sampai ke tingkat kelurahan untuk kegiatan pencegahan diare pada balita. Hal

tersebut dikarenakan koordinasi yang belum terjalin antara Kelurahan dan

Puskesmas sehingga kegiatan pencegahan diare di Posyandu tidak berjalan sesuai

dalam perencanaan.

Berdasarkan uraian fungsi perencanaan maka dapat disimpulkan bahwa

perencanaan program pencegahan dan penanggulangan diare dalam upaya

promotif dan preventif belum dilakukan secara optimal. Analisis masalah dalam

perencanaan adalah keterbatasan SDM untuk perencanaan di Dinkes

mengakibatkan sosialisasi program pencegahan diare belum optimal sampai ke

Puskesmas. Keterbatasan anggaran yang berdampak pada belum ada perencanaan

program pencegahan diare terinci secara jelas di Puskesmas dan Posyandu.

Komunikasi tidak berjalan optimal sehingga koordinasi dengan Puskesmas dan

Kelurahan belum ada.

4.1.1.2. Fungsi Pengorganisasian

Pengorganisasian untuk program P2D di tingkat Dinas Kesehatan dan Puskesmas

telah ditentukan, tetapi tupoksi yang ada masih merangkap dengan program lain.

Fungsi pengorganisasian program P2D yang belum optimal karena keterbatasan

SDM di Puskesmas Cimanggis. Perawat yang merangkap jabatan untuk beberapa

program mengakibatkan kegiatan program P2D tidak dilakukan secara optimal.

Perawat untuk program P2D yang masih merangkap program lain berdampak

pada keterbatasan perawat yang ada di Puskesmas terkait program P2D. Tidak

ada sistem pemantauan kasus diare balita di seluruh wilayah binaan Puskesmas.

Jumlah kader Posyandu yang terbatas dan masih merangkap sebagai kader

Posbindu. Fungsi pengorganisasian adalah mengembangkan material dan struktur

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

57

Universitas Indonesia

SDM ke dalam infrastruktur. Tujuannya adalah mendapatkan SDM,

perlengkapan, sumber material untuk menggerakkan, mengorganisasi, dan

bekerja, sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan hubungan erat antara

tenaga kerja dengan lingkungan (Fayol, 2010).

Posyandu yang tidak melaksanakan fungsi lima meja secara optimal karena

kurangnya pemahaman kader tentang program P2D. Pelatihan dan penyegaran

program P2D belum dilakukan secara kontinu berakibat pada perawat yang tidak

mengetahui program P2D. Posyandu yang tidak melaksanakan kegiatan

pencegahan diare sebagai kegiatan pokok Posyandu. Kader kesehatan tidak ada

yang terlatih khusus untuk program P2D berakibat pada kegiatan P2D belum

berjalan di Posyandu. Program P2D melibatkan program lain dalam

pelaksanaannya untuk mencapai tujuan yang optimal. Program yang di Puskemas

adalah program KIA serta gizi keluarga, tetapi pada kenyataannya program lain

tidak mengetahui tentang kegiatan program P2D. Kerjasama dengan program lain

kurang dilaksanakan berdampak pada sosialisasi program P2D tidak efektif.

Jangkauan binaan untuk wilayah Puskesmas Cimanggis yang sangat luas serta

banyak program lainnya yang juga harus berjalan meningkatkan beban kerja dan

menyebabkan perawat tidak mampu bertanggungjawab secara optimal. Fungsi

pengorganisasian program P2D masih bisa berjalan dengan baik meskipun

dengan sumber daya dan dana yang terbatas. Penanggungjawab program P2D

jumlahnya 1 orang yang hanya melakukan kegiatan didalam gedung yaitu fokus

untuk pengobatan dan pelaporan kasus diare balita. Penanggungjawab wilayah

seorang bidan desa yang harus menjangkau seluruh wilayah yang terdapat di

Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis. Pembinaan untuk kegiatan

Posyandu dilakukan oleh bidan sehingga tidak sinkron karena asuhan

keperawatan keluarga tidak bisa dilakukan. Hal ini berdampak pada proses tindak

lanjut untuk kegiatan kunjungan rumah untuk pengelolaan balita diare tidak

optimal dilakukan.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

58

Universitas Indonesia

Fungsi pengorganisasian suatu program berupa pembentukan struktur sebagai

pelaksana rencana program, menentukan program pelayanan yang sesuai,

pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan masing-masing unit, bekerja

dalam struktur organisasi, memahami, menggunakan kekuatan dan kekuasaan

yang sesuai (Marquis dan Huston, 2006). Salah satu komponen proses yaitu

pengorganisasian, masih didapatkan masalah berupa petugas pelaksana program

yang masih merangkap program yang lain sehingga tidak optimal dalam

melaksanakan tugasnya.

Peran kader dalam membantu mengatasi masalah kesehatan balita belum optimal.

Hal ini berdasarkan data jumlah kader yang aktif sebanyak 70 orang (58.3%) dari

jumlah kader keseluruhan 120 orang. Kader kesehatan yang sudah mengikuti

pelatihan dan penyegaran kader sebanyak 58 orang (48.3%). Pelatihan kader

diberikan selama 2 hari dengan materi terkait pelaksanaan lima meja psoyandu.

Pengetahuan dan ketrampilan kader terkait pencegahan dan penanggulangan

penyakit diare belum diberikan secara optimal. Kegiatan pencegahan diare yang

harusnya melibatkan program lain dalam hal ini tidak ada kerjasama khusus

dengan program lain seperti kesling atau promkes. Kerjasama dengan program

lain kurang dikarenakan sosialisasi tentang program pencegahan diare tidak

efektif sehingga program lain tidak mengetahui kegiatan pencegahan diare.

Berdasakan uraian fungsi pengorganisasian maka dapat disimpulkan bahwa peran

kader dalam pencegahan dan penanggulangan diare belum berjalan dengan

optmal. Hal ini terlihat dari petugas yang masih merangkap program lain karena

keterbatasan SDM. Kader kesehatan khusus program pencegahan diare belum

terbentuk karena program pencegahan diare belum berjalan di Posyandu.

Penyegaran program pencegahan diare tidak dilakukan secara kontinu karena

keterbatasan petugas yang mendalami program pencegahan diare. Kerjasama

dengan program lain kurang optimal karena sosialisasi program pencegahan diare

tidak efektif dilakukan.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

59

Universitas Indonesia

4.1.1.3. Fungsi Pengarahan

Fungsi pengarahan kegiatan Posyandu secara umum belum maksimal

dilaksanakan terutama program P2D. Supervisi kinerja Puskesmas dalam

pelaksanaan program P2D hanya berdasarkan pencatatan dan pelaporan setiap

bulan. Proses pengarahan dan supervisi dilakukan saat kader melaksanakan

kegiatan Posyandu tetapi kegiatan P2D tidak optimal dilakukan. Motivasi untuk

kader dilakukan dalam kegiatan Posyandu hanya melihat pelaksanaan kegiatan

Posyandu secara rutin yang dilakukan setiap bulan. Keterbatasan SDM di

Puskesmas mengakibatkan tidak ada penyuluhan baik untuk individu, keluarga

dan komunitas tentang program P2D. Tidak ada alokasi dana untuk melakukan

penyuluhan dan kunjungan rumah keadaan ini mengakibatkan tidak ada

penghargaan terhadap kinerja perawat dalam melaksanakan program P2D. Fungsi

pengarahan memungkinkan tindakan untuk supervisi dan sebagai petunjuk bagi

yang lain dalam melaksanakan tanggungjawab. Fungsi pengarahan menggunakan

ketrampilan interpersonal yang dibutuhkan untuk arahan melakukan supervisi

langsung dan memotivasi sehingga akan tercipta lingkungan yang kondusif

(Huber, 2010).

Pemberian pelayanan diare di Puskesmas juga diharapkan mampu melakukan

pencegahan diare, salah satunya dengan mengadakan penyuluhan untuk

meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat. Rendahnya angka

kunjungan penderita diare ke puskesmas, dapat diartikan masih banyak yang

kasus diare yang tidak teridentifikasi sehingga tindak lanjut berupa penyuluhan

pencegahan diare tidak sampai pada penderita dan keluarga. Ketidaktersediaan

oralit di Posyandu atau kader. Kurangnya pengetahuan penderita dan keluarga

mengenai pencegahan diare dapat meningkatkan risiko penularan ke keluarga dan

bahkan ke masyarakat sekitar, terlebih lagi jika kegiatan penyuluhan ke

masyarakat tidak berjalan. Kader yang bersentuhan langsung dengan masyarakat

sebenarnya diharapkan mampu memperluas daya jangkau program P2D di

puskesmas. Proses komunikasi belum berjalan dengan intensif berdampak pada

pengarahan dan bimbingan yang belum dilakukan ke tingkat masyarakat. Fungsi

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

60

Universitas Indonesia

pengarahan lebih menekankan pada kemampuan manajer dalam mengarahkan

dan menggerakkan semua sumber untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.

Pengarahan yang diberikan dapat berupa motivasi melalui komunikasi yang baik

dalam suatu organisasi sebagai suatu umpan balik dari implementasi kegiatan

organisasi (Marquis dan Huston, 2006).

Fungsi pengarahan menunjukkan bahwa belum ada jalur koordinasi yang jelas

terkait lintas program, belum ada upaya untuk mengintegrasikan pihak-pihak

terkait dalam jalur komunikasi yang efektif dengan program lain. Proses

pemberian motivasi, pengarahan, bimbingan dan supervisi terkait program mulai

tingkat Dinkes, Puskesmas sampai kader Posyandu belum berjalan secara

optimal. Hal ini ditunjukkan dengan pengarahan, bimbingan dan pemberian

motivasi dilakukan pada saat kegiatan supervisi ke Posyandu sebulan sekali

masih sebatas pelaksanaan dan proses kegiatan Posyandu.

Berdasarkan fungsi pengarahan maka dapat disimpulkan bahwa keterbatasan

SDM di Puskesmas sehingga tidak ada penyuluhan di masyarakat terkait

pencegahan diare. Alokasi dana yang terbatas sehingga tidak ada penghargaan

terhadap kinerja perawat. Proses komunikasi yang belum intensif sehingga

pengarahan dan bimbingan belum dilakukan di tingkat masyarakat. Pencatatan

dan pelaporan kegiatan pencegahan diare kurang optimal sehingga fungsi umpan

balik tidak berjalan optimal.

4.1.1.4. Pengawasan

Pencatatan dan pelaporan tidak berjalan dengan optimal berakibat pada fungsi

fungsi umpan balik yang tidak berjalan dengan optimal. Pencatatan dan pelaporan

merupakan elemen yang sangat penting dalam sistem pencegahan diare.

Pencatatan dan pelaporan dilakukan berdasarkan golongan umur dan dilakukan

berjenjang dalam kurun waktu harian, bulanan, triwulanan, semesteran, dan

tahunan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mencatat, menilai, dan

melaporkan hasil kegiatan penanggulangan diare yang telah dilakukan serta

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

61

Universitas Indonesia

sebagai acuan dalam penyusunan rencana kegiatan tahun berikutnya. Posyandu

yang tidak mempunyai data penderita diare. Permasalahan yang ada pencatatan

dan pelaporan yang masih kurang baik. Fungsi pengawasan membandingkan

hasil pekerjaan dengan standar penampilan kerja serta melakukan perbaikan

terhadap tindakan. Aspek manajerial pengawasan adalah pengawasan keuangan,

kepatuhan, kualitas dan manajemen risiko, mekanisme umpan balik, penelitian

dan analisis terbaru (Huber, 2010). Kegiatan yang dilakukan dalam pengawasan

adalah monitoring dan evaluasi (Marquis dan Huston, 2006). Fungsi pengawasan

sebagai informasi umpan balik mengenai hasil dan pencapaian aktivitas

pekerjaan, membandingkan aktivitas pekerjaan dengan perencanaan (Huber,

2010).

Sistem dan format pelaporan program P2D belum optimal berdampak pada

evaluasi pelaksanaan program P2D belum berjalan. Format evaluasi yang

terstruktur untuk program P2D belum ada yang berdampak pada pelaksanaan

penilaian keberhasilan program P2D belum optimal. Tidak ada pelaporan

pelaksanaan program P2D di Posyandu berdampak pada proses sosialisasi

program P2D di Puskesmas belum efektif tersosialisasikan. Pelaksanaan program

yang meliputi pengobatan diare, penyuluhan, dan pelatihan serta pembinaan

kader, merupakan faktor penentu keberhasilan program. Pengetahuan masyarakat

yang kurang, kader yang tidak melakukan penyuluhan kesehatan mengenai

pencegahan diare diare balita berdampak pada rendahnya angka cakupan

pelayanan diare. Kegiatan supervisi untuk program P2D belum efektif berakibat

pada program P2D kegiatan utamanya hanya pelaporan kasus balita diare. Fungsi

pengawasan dalam manajemen pelayanan keperawatan sebagai proses untuk

mengevaluasi perencanaan dan standar yang sudah ditentukan dalam tujuan.

Tujuan utama dari pengawasan adalah pada elemen produktivitas dari organisasi

(Kepler,1998).

Kegiatan penilaian penampilan kerja belum dilakukan, pengawasan yang

dilakukan hanya terkait kuantitas pelayanan belum kualitas pelayanan, monitor

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

62

Universitas Indonesia

dan evaluasi dari Puskesmas ke tingkat kader yang belum optimal. Kegiatan

pengawasan dilakukan bersamaan dengan pertemuan kader di Kelurahan setiap

bulan. Kegiatan pengawasan yang dilakukan menilai tentang pelaksanaan

kegiatan Posyandu, penyampaian informasi terkait kegiatan tentang kesehatan

dari Dinkes maupun dari Puskesmas. Kegiatan belum digunakan untuk menilai

kinerja kader maupun evaluasi program pencegahan dan penanggulangan diare.

Berdasarkan uraian fungsi pengawasan tidak berjalan dengan baik disebabkan

sistem dan format pelaporan program pencegahan diare belum optimal karena

tidak berjalan evaluasi pelaksanaan program pencegahan diare. Kegiatan

supervisi belum efektif karena kegiatan pencegahan diare hanya pelaporan kasus

diare. Format evaluasi yang digunakan secara terstruktur belum ada sehingga

pelaksanaan penilaian keberhasilan program belum optimal. Tidak ada pelaporan

pelaksanaan kegiatan pencegahan diare di Posyandu karena proses sosialisasi

program pencegahan diare di Puskesmas belum efektif tersosialisasi.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

53

Universitas Indonesia

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

54

Universitas Indonesia

KeterbatasanSDM untukperencanaandi Dinkes KotaDepok

Sosialisasi programP2D yang belumoptimal sampai kePuskesmas

Keterbatasananggaranpada programP2D

Belum adaperencanaanprogramP2D terinci jelas diPuskesmas

Petugasyang masihmerangkapprogramlain

KeterbatasanSDM untuk diPuskesmas

Komunikasitidakberjalanoptimal

TidaksemuamengertiprogramP2D

Belum adaperencanaanprogram P2D diPosyandu

Kegiatan supervisibelum efektif

Format evaluasiyang terstrukturbelum ada

Proseskomunikasibelum intensif

Pencatatan danpelaporankurang baik

Pengarahan danbimbinganbelum dilakukanke tingkatmasyarakat.

Fungsi umpanbalik yang tidakberjalan optimal

Keterbatasan SDM diPuskesmas

Tidak adaalokasidana untukpeyuluhan

Tidak ada penyuluhankomunitas terkaitprogram P2D

Tidak ada “reward” thdkinerja perawat

Tidak ada alokasidana

Program P2D kegiatanutama hanyapelaporan kasus

Pelaksanaanpenilaian keberhasilanprogram belumoptimal

Sistem dan formatpelaporanprogram P2Dbelum optimal

Evaluasipelaksanaanprogram P2Dbelum berjalan

PENGARAHAN PENGAWASAN

PERENCANAAN

PPENGORGANISASIAN

KoordinasidenganKelurahan danPuskesmasbelum ada

Kader kesehatankhusus programP2D belumterbentuk

Penyegaranprogram P2Dtidak dilakukansecara kontinu

Kerjasamadengan programlain kurang

Program P2Dbelum berjalan diPosyandu

Petugas yangkurangmendalamiprogram P2D

Sosialisasiprogram P2Dtidak efektif

Tidak adalaporanpelaksanaanP2D diPosyandu

Proses sosialisasiprogram P2D diPuskesmas belumefektif tersosialisasi

- Belum optimalnya

peran kader dalam

pelaksanaan

program P2D.

- Belum adanya

kerjasama lintas

program dan lintas

sektoral dalam

pengontrolan dan

pengembangan

Posyandu.

- Belum optimalnya

supervisi

pelaksanaan

program pembinaan

kesehatan balita

dengan diare.

- Belum optimalnya

perencanaan

tahunan program

preventif dan

promotif

pencegahan dan

penanggulangan

diare pada balita

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

64

Universitas Indonesia

4.1.2. Fish Bone

Analisis dengan diagram fish bone tentang manajemen pelayanan kesehatan

komunitas dengan aggregate balita diare dengan merumuskan masalah

manajemen pelayanan keperawatan komunitas. Perumusan dan prioritas masalah

yang muncul ditentukan melalui proses penapisan masalah. Analisis fish bone

memberikan penjelasan manajemen P2D masih belum optimal. Beberapa kendala

yang terjadi permasalahan pada berbagai tingkat manajemen di berbagai tatanan.

Masalah-masalah tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:

Diagnosa manajemen pelayanan keperawatan komunitas yaitu (1) Belum

optimalnya peran kader dalam pelaksanaan program P2D berhubungan dengan

keterbatasan sumber daya dan tenaga. (2) Belum adanya kerjasama lintas

program dan lintas sektoral dalam pengontrolan dan pengembangan Posyandu

berhubungan dengan alur komunikasi dan koordinasi yang jelas untuk pembinaan

pelayanan balita dengan diare. (3) Belum optimalnya supervisi pelaksanaan

program pembinaan kesehatan balita dengan diare berhubungan dengan belum

ada pedoman supervisi dan format supervisi yang jelas. (4) Belum optimalnya

perencanaan tahunan program preventif dan promotif pencegahan dan

penanggulangan diare pada balita berhubungan dengan tidak adanya perencanaan

spesifik jangka pendek dan jangka panjang untuk program pencegahan dan

penanggulangan diare pada balita.

4.1.3. Penapisan Masalah

Proses penapisan masalah manajemen pelayanan kesehatan balita diare yang

teridentifikasi sesuai prioritas adalah (1) Belum optimalnya peran kader dalam

pelaksanaan program P2D berhubungan dengan keterbatasan sumber daya dan

tenaga. (2) Belum adanya kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam

pengontrolan dan pengembangan Posyandu berhubungan dengan alur komunikasi

dan koordinasi yang jelas untuk pembinaan pelayanan balita dengan diare

Penapisan terlampir pada lampiran 1.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

65

Universitas Indonesia

4.1.4. Masalah Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas

Diagnosa manajemen pelayanan keperawatan komunitas yang muncul

berdasarkan penapisan yaitu (1) Belum optimalnya peran kader dalam

pelaksanaan program P2D berhubungan dengan keterbatasan sumber daya dan

tenaga. (2) Belum adanya kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam

pengontrolan dan pengembangan Posyandu berhubungan dengan alur komunikasi

dan koordinasi yang jelas untuk pembinaan pelayanan balita dengan diare. (3)

Belum optimalnya supervisi pelaksanaan program pembinaan kesehatan balita

dengan diare berhubungan dengan belum ada pedoman supervisi dan format

supervisi yang jelas. (4) Belum optimalnya perencanaan tahunan program

preventif dan promotif pencegahan dan penanggulangan diare pada balita

berhubungan dengan tidak adanya perencanaan spesifik jangka pendek dan

jangka panjang untuk program pencegahan dan penanggulangan diare pada balita.

4.1.5. Penyelesaian Masalah Pengelolaan Pelayanan Komunitas

Masalah I

Belum optimalnya peran kader dalam pelaksanaan program P2D berhubungan

dengan keterbatasan sumber daya terutama tenaga.

Tujuan Umum

Setelah intervensi keperawatan selama 8 bulan diharapkan peran kader dalam

pelaksanaan program P2D pada balita di Kelurahan Cisalak Pasar dapat

terlaksana dan terorganisasi secara optimal.

Tujuan Khusus

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 13 minggu diharapkan:

1. Terselenggara kegiatan pelatihan dan penyegaran kader Posyandu di

Kelurahan Cisalak Pasar (target jumlah kader yang dilatih minimal 70% yaitu

minimal 8 orang dari 12 kader yang ada masing-masing RW baik di RW 01

dan RW 03).

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

66

Universitas Indonesia

2. Terjadi peningkatan pengetahuan kader tentang fungsi lima meja dan

pencegahan dan penanggulangan diare pada balita sebesar 2 SD, nilai SD 4.18

( rerata nilai pretest 75.27 sampai 83.36).

3. Terbentuk kelompok pendukung dan terselenggaranya kegiatan KPS di RW 01

dan RW 03 minimal 4x pertemuan dengan durasi setiap pertemuan 2 jam.

4. Terdapat peningkatan pengetahuan kader KPS diare pada balita sebesar 2 SD,

nilai SD 8.94 (rerata pretest 53.33 sampai 72.21).

5. Terdapat peningkatan ketrampilan kader KPS diare pada balita sebesar 2 SD,

nilai SD 4.82 (rerata pretest 51.67 sampai 61.31).

6. Terdapat peningkatan sikap kader KPS diare pada balita sebesar 2 SD, nilai

SD 5.21 (rerata pretest 67.92 sampai 78.34).

7. Terlibatnya 25% kader dalam kegiatan KPS (Kader Posyandu yang terlibat

berjumlah 12 orang, keterlibatan kader diharapkan minimal 3 orang).

Rencana Tindakan Keperawatan

1. Pelatihan dan penyegaran kader Posyandu di Kelurahan Cisalak Pasar terkait

pelayanan atau kegiatan Posyandu serta peran dan fungsi kader dalam

pencegahan serta penanggulangan diare pada balita. Pelatihan kader di

rencanakan pada minggu kedua bulan November 2012 selama 2 hari.

2. Sosialisasi pembentukan KPS di RW 01 dan RW 03 dilakukan minimal 2 kali

pertemuan pada kegiatan Posyandu.

3. Penyelenggaraan kegiatan KPS dilakukan selama 4x pertemuan dengan

pertemuan 2 jam. Kegiatan KPS meliputi pemberian materi tentang

pencegahan dan penanggulangan diare pada balita meliputi pemberian materi

penerapan SAKA diare keluarga, serta peningkatan sikap kader anggota KPS

dalam pembinaan keluarga dengan balita diare.

4. Supervisi kegiatan Posyandu di RW 01 dan RW 03 dan supervisi kemampuan

kader dalam melakukan pemantauan penerapan SAKA diare keluarga.

5. Lakukan pendampingan dan penilaian kinerja kader dalam melakukan

pemantauan penerapan SAKA diare dengan kunjungan rumah pada keluarga

dengan balita diare.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

67

Universitas Indonesia

Pembenaran :

Kelompok pendukung merupakan sekumpulan orang-orang yang berencana,

mengatur dan berespon secara langsung terhadap isu-isu dan tekanan yang khusus

maupun keadaan yang merugikan. Tujuan awal didirikan kelompok ini adalah

memberikan dukungan dan memfasilitasi masalah isolasi sosial terhadap

anggotanya (Hunt, 2004). Fasilitator kelompok pendukung merupakan petugas

yang terlatih dalam pekerjaan sosial, psikologi, keperawatan dan lainnya yang

dapat memberikan arti dan aturan kepemimpinan yang benar dalam kelompok.

Kelompok Pendukung SAKA merupakan inovasi yang diberikan untuk

melakukan penerapan SAKA diare sebagai salah satu upaya yang dilakukan

untuk pencegahan diare pada balita. Kelompok pendukung merupakan

karakteristik intervensi dan implementasi dalam keperawatan komunitas yang

berfokus pada pengembangan suatu kreativitas dan visi melalui suatu pendekatan

yang baru (Ervin, 2002).

Fungsi kelompok pendukung dalam mempromosikan dan melindungi kesehatan

ada empat cara (Pender, 2001) yaitu (1) mewujudkan promosi kesehatan

lingkungan dengan mendukung perilaku sehat, (2) meningkatkan harga diri dan

meningkatkan kesehatan, (3) mengurangi kemungkinan ancaman kehidupan dan

stress, (4) memberikan umpan balik terhadap tindakan yang telah di lakukan di

masyarakat dan mencegah efek dari stress. Keberadaan KPS dapat dimanfaatkan

oleh petugas kesehatan untuk mengembangkan program P2D dan terpantau

tentang pencegahan diare balita serta berperan aktif dalam menurunkan angka

kejadian diare pada balita.

Pelaksanaan

1. Pelatihan dan penyegaran kader Posyandu terkait kegiatan Posyandu serta

peran dan fungsi kader dalam pencegahan dan penanggulangan diare pada

balita. Pelatihan dan penyegaran kader dilakukan selama 2 hari pada tanggal

13 dan 14 November 2012.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

68

Universitas Indonesia

2. Sosialisasi kegiatan Kelompok Pendukung SAKA (KPS) dilakukan

bersamaam dengan kegiatan Posyandu untuk 12 kader masing-masing kader

membina 10 keluarga.

3. Pembentukan KPS di RW 1 dan RW 3 sebagai RW percontohan dengan

pembentukan struktur organisasi yang dilakukan di Rumah Ibu S RW 3 pada

tanggal 20 November 2012. Proses pemilihan RW percontohan berdasarkan

kantong masalah diare terbanyak terdapat di RW 01 dan RW 03.

4. Melakukan kegiatan KPS dengan memberikan pelatihan selama 2 jam materi

yang diberikan tentang pembentukan karakter anggota KPS. Menggunakan

modul penerapan SAKA diare yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

Kegiatan pertama pada hari Selasa tanggal 18 Desember 2012 dimulai

permainan dengan menggunakan tali rafia yang menggambarkan tentang

permasalahan yang ada di komunitas, dan pipet minum menggambarkan

seorang pemimpin yang bekerja dengan anggota untuk mencapai suatu

tujuan. Permainan terakhir tentang kata berkait yang menggambarkan

tentang komunikasi. Keseluruhan permainan itu menggambarkan tentang

suatu dinamika kelompok. Diskusi yang selanjutnya membahas makna dari

permainan yang dilakukan. Materi yang diberikan adalah kelompok

pendukung, dinamika kelompok, kepemimpinan, dan komunikasi.

5. Kegiatan kedua selama 2 jam pada hari Rabu 26 Desember 2012

memberikan materi tentang penerapan SAKA diare di keluarga tentang

pengertian, manfaat, dan penjelasan komponen SAKA diare. Pertemuan

ketiga selama 2 jam pada hari Rabu 2 januari 2012 melakukan senam balita

dan terapi gurita untuk mencegah balita diare di RW 3. Pertemuan keempat

selama 2 jam pada hari selasa tanggal 8 Januari 2013 melakukan praktek

pembuatan bubur tempe untuk nutrisi balita diare. Pertemuan KPS yang

setiap kegiatannya dilakukan evaluasi baik itu aspek pengetahuan dengan pre

dan post test serta untuk aspek sikap dan ketrampilan dengan melakukan

demonstrasi langsung.

6. Pelaksanaan kegiatan KPS dalam upaya peningkatan pengetahuan, sikap, dan

perilaku dalam pencegahan diare balita di masyarakat. Kegiatan dimulai

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

69

Universitas Indonesia

dengan 1 kader KPS mengelola 10 keluarga yang berisiko balita diare.

Pemilihan keluarga yang dibina jika balita dalam 3 bulan dan 6 bulan

terakhir terkena diare, balita tidak diberikan ASI, memakai susu formula dan

minum dengan dot. Keluarga yang dibina kader akan dilakukan pemantauan

setiap minggu dalam pelaksanaan SAKA diare keluarga.

7. Pendampingan KPS dalam melakukan pendidikan kesehatan, kegiatan

pemantauan SAKA diare yang dilakukan keluarga di rumah dalam

pencegahan diare balita. Kader yang melakukan pemantauan SAKA diare

keluarga sebelumnya diberi contoh cara penerapan SAKA diare di keluarga.

Kegiatan pemantauan penerapan SAKA diare dilakukan mulai dari persiapan

sampai pelaksanaan kunjungan rumah ke keluarga binaan balita diare.

8. Pelaksanaan kegiatan KPS secara mandiri dilakukan dengan pendampingan

mahasiswa residen sebagai supervisor kader dan peran kader sebagai

supervisor keluarga dalam kegiatan pemantauan penerapan SAKA diare

keluarga dilakukan pada bulan Februari sampai dengan April 2012.

Evaluasi

1. Kegiatan pelatihan dan penyegaran kader Posyandu telah dilaksanakan

selama 2 hari. Kehadiran kader Posyandu dalam pelatihan adalah rata-rata

80% (44 orang dari 50 kader Posyandu yang diundang).

2. Terdapat peningkatan pengetahuan kader sebesar 10.3% tentang pelayanan

Posyandu, tentang pencegahan dan penanggulangan diare (rerata nilai pretest

adalah 75.27 dan rerata nilai posttest adalah 83.93).

3. Terbentuk KPS di RW 01 dan RW 03 kegiatan KPS dilaksanakan sebanyak

4x pertemuan dengan durasi masing-masing pertemuan 2 jam.

4. Terjadi peningkatan pengetahuan anggota KPS sebelum dan sesudah

kegiatan penerapan SAKA diare sebesar 28.09% (dari rata-rata nilai 53.33

menjadi 74.17). Pengetahuan tersebut meliputi rata-rata pengetahuan tentang

diare balita, pengetahuan SAKA diare, dan penerapan SAKA diare keluarga.

5. Terjadi peningkatan ketrampilan penerapan SAKA diare balita sebesar

16.22%. Ketrampilan anggota KPS yang sebelum dilakukan pelaksanaan

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

70

Universitas Indonesia

penerapan SAKA diare dengan rata-rata nilai 51.67 menjadi meningkat

setelah pelaksanaan penerapan SAKA diare dengan nilai rata-rata 61.67.

6. Terjadi peningkatan sikap anggota KPS untuk pemantauan penerapan SAKA

diare keluarga sebesar 10.83%. Kemampuan 12 kader anggota KPS sebelum

dilakukan pemantauan penerapan SAKA diare 67.92 dan setelah dilakukan

menjadi 78.75. Pada uji statistik dengan wilcoxon test didapatkan nilai p

value 0.005 maka dapat disimpulkan adanya perbedaan signifikan sebelum

dan sesudah pemantauan penerapan SAKA diare keluarga yang dilakukan

oleh kader.

7. Kegiatan yang dilakukan selama 13 minggu peran serta Dinas Kesehatan

dalam melakukan pengarahan dalam pelaksanaan kegiatan belum optimal

8. Peran serta pihak Puskesmas dalam melakukan supervisi terkait kegiatan

hanya dilakukan saat kegiatan Posyandu untuk kegiatan supervisi dan

melakukan pembinaan dengan kader belum optimal.

9. Peran serta pihak Kelurahan belum optimal dalam kegiatan pembinaan untuk

kader dan penghargaan terhadap kinerja kader.

10. Peran serta dan keaktifan kader dalam kegiatan KPS belum optimal masih

ada 2 kader yang tidak aktif mengikuti kegiatan selama 13 minggu.

Rencana Tindak Lanjut

Kegiatan Kelompok Pendukung SAKA perlu ditindak lanjut oleh :

1. Dinas Kesehatan

Meningkatkan kualitas pelayanan untuk program P2D dengan melakukan

pengarahan terhadap penanggungjawab program P2D di Puskesmas untuk

melaksanakan kegiatan pencegahan diare balita. Melakukan supervisi untuk

program P2D yang sudah dilakukan di Puskesmas.

2. Puskesmas

Melakukan pengarahan dan supervisi secara terjadwal rutin setiap bulan

terkait pelaksanaan SAKA diare yang termasuk dalam kegiatan program

P2D. Melakukan bimbingan dan kerjasama dengan kader kesehatan dalam

melakukan kegiatan KPS yang berkelanjutan.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

71

Universitas Indonesia

3. Kelurahan Cisalak Pasar

Kerjasama dengan RW siaga dalam upaya kesehatan melalui kegiatan

Posyandu. Melakukan supervisi kegiatan pembinaan di setiap RW untuk

kegiatan KPS dan memberikan penghargaan terhadap kinerja kader.

4. Kader Kesehatan

Melakukan kegiatan secara mandiri KPS setiap bulan dan memotivasi RW

yang lain untuk membuat KPS di RW yang lain. Meningkatkan upaya

penerapan SAKA diare melalui kegiatan Posyandu dan melakukan

kunjungan rumah setiap bulan untuk melakukan penerapan SAKA diare pada

keluarga yang baru untuk dilakukan pembinaan.

Masalah II

Belum adanya kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam pengontrolan

dan pengembangan Posyandu berhubungan dengan alur komunikasi dan

koordinasi yang jelas untuk pembinaan pelayanan balita dengan diare.

Tujuan Umum

Setelah intervensi keperawatan selama 8 bulan diharapkan adanya kerjasama

lintas program dan lintas sektor yang efektif dalam pengontrolan dan

pengembangan Posyandu di Kelurahan Cisalak Pasar Kota Depok.

Tujuan Khusus

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 13 minggu diharapkan:

1. Terlibatnya Dinas Kesehatan dan Puskesmas dalam kegiatan pembinaan

pelayanan kesehatan balita diare dan kegiatan KPS diare balita. Keterlibatan

Dinas Kesehatan dan Puskesmas dalam bentuk kehadiran dan pemberian

pengarahan pada kegiatan lokakarya mini di Kelurahan Cisalak Pasar

minimal 50%.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

72

Universitas Indonesia

2. Terlibatnya Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

(DPPKB) dalam bentuk dukungan dana untuk kegiatan operasioanal KPS

dan Posyandu di RW 01 dan RW 03 minimal 1 kali setahun.

3. Terbinanya kerjasama dengan Dinkes dan Puskesmas dalam pengadaan

media informasi tentang pencegahan dan penanggulangan diare dalam

bentuk poster, leaflet dan buku panduan bagi kader Posyandu, serta

penyediaan sarana prasarana Posyandu di RW 01 dan RW 03.

4. Adanya keterlibatan RW siaga RW 01 dan RW 03 Kelurahan Cisalak Pasar

dalam peningkatan motivasi dan kinerja kader Posyandu untuk meningkatkan

derajat kesehatan balita minimal 3x dari 4x pertemuan.

Rencana Tindakan Keperawatan

1. Penyelanggaraan lokakarya mini masyarakat dengan melibatkan Dinkes,

Puskesmas Cimanggis, Kelurahan Cisalak Pasar dan kader Posyandu Cisalak

Pasar untuk koordinasi dan meningkatkan pembinaan terhadap pelayanan

kesehatan balita dengan diare. Kegiatan lokarya mini masyarakat dilakukan

sebanyak 1 bulan sekali.

2. Penyelenggaraan lokarya mini kesehatan untuk koordinasi dan meningkatkan

pembinaan terhadap pelayanan kesehatan balita diare dilakukan pada bulan

Desember 2012, Januari 2013 dan Juni 2013.

3. Koordinasi dengan Dinkes dan Puskesmas dalam pengadaan media informasi

tentang pencegahan dan penanggulangan balita diare. Koordinasi dilakukan

sebulan sekali.

4. Fasilitasi pendampingan dari Puskesmas dan Dinkes dalam kegiatan KPS

diare dengan meminta kesediaan menjadi narasumber minimal 1 kali dari 4

kali pertemuan.

5. Fasilitasi kegiatan supervisi dari Puskesmas dan Dinkes dalam kegiatan

Posyandu dan KPS diare minimal 1 kali selama 3 bulan.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

73

Universitas Indonesia

Pembenaran :

Kemitraan memiliki definisi hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau

lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau

memberikan manfaat (Depkes RI, 2005). Perawat komunitas perlu membangun

dukungan, kolaborasi, dan koalisi sebagai suatu mekanisme peningkatan peran

serta aktif masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan

evaluasi implementasi. Mekanisme kolaborasi perawat komunitas dengan

masyarakat adalah hubungan kemitraan yang dibangun memiliki dua manfaat

sekaligus yaitu meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dan keberhasilan

program kesehatan masyarakat (Lezin, dan Young, 2000).

Pelaksanaan

1. Melakukan koordinasi dengan Dinkes, Puskesmas Cimanggis, Kelurahan

Cisalak Pasar dan kader Posyandu untuk menghadiri lokakarya mini

masyarakat sebanyak satu kali dalam sebulan.

2. Melakukan koordinasi dengan Dinkes, Puskesmas Cimanggis, Kelurahan

Cisalak Pasar dan kader Posyandu untuk menghadiri lokakarya mini

kesehatan untuk koordinasi dan meningkatkan pembinaan terhadap

pelayanan kesehatan balita dengan diare. Kegiatan Lokmin kesehatan

dilakukan sebanyak 4 kali yaitu bulan Oktober, Desember 2012, Januari dan

Juni 2013.

3. Melakukan koordinasi dengan Dinkes dan Puskesmas dalam pengadaan

media informasi tentang kesehatan balita dalam bentuk poster, leaflet, dan

buku panduan bagi kader Posyandu.

4. Memfasilitasi kegiatan supervisi dari Puskesmas dan dinkes dalam kegiatan

Posyandu dan KPS minimal 1 kali selama 3 bulan. Spervisi dari Puskesmas

terhadap kemampuan kader melakukan kegiatan Posyandu dilakukan di RW

01 pada tanggal 28 Maret 2013.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

74

Universitas Indonesia

Evaluasi

1. Keterlibatan langsung Puskesmas dalam lokmin masyarakat kurang optimal

hal ini ditunjukkan ketidakhadiran pihak Puskesmas selama 3 bulan kegiatan

pemantauan penerapan SAKA diare.

2. Keterlibatan Dinkes dan Puskesmas pada kegiatan lokmin kesehatan untuk

menghadiri kegiatan sangat tinggi. Ditunjukkan dengan kehadiran dalam

setiap kegiatan pertemuan lokmin kesehatan hal ini tidak sama peran serta

Kelurahan yang saat akhir-akhir kegiatan peran serta dalam lokmin tidak

optimal.

3. Diperoleh media informasi berupa poster dan leaflet tentang P2D dari Dinkes

dan Puskesmas sedangkan untuk peralatan pemantauan penerapan SAKA

diperoleh dari anggaran Posyandu.

4. Supervisi dari Puskesmas dalam kegiatan Posyandu dan KPS melihat

kemampuan kader melakukan kegiatan penyuluhan d meja V menjadi

terlaksana secara individu dan berkelompok oleh kader KPS secara

bergantian.

Rencana Tindak Lanjut

1. Dinas Kesehatan Kota Depok

Penyusunan proposal bantuan dana operasional Posyandu untuk tahun 2014

ke PMKP Dinas Kesehatan Kota Depok.

2. Puskesmas

Melakukan supervisi secara berkala kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan

Posyandu di RW 03. Melakukan supervisi kemampuan kader Posyandu

dalam kegiatan KPS tentang pemantauan penerapan SAKA diare.

3. Kelurahan Cisalak Pasar

Memberikan penghargaan untuk kinerja kader dalam melakukan kegiatan

penerapan SAKA diare.

4. Kader Kesehatan

Membagikan ilmunya untuk kader lain yang belum merasa percaya diri

dalam melakukan kegiatan penerapan SAKA diare.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

75

Universitas Indonesia

Pengelolaan manajemen pelayanan khususnya untuk pencegahan balita diare juga

akan digambarkan lebih lanjut tentang pengelolaan asuhan keperawatan keluarga.

Keperawatan keluarga sebagai entry point dalam penerapan SAKA diare yang

dilakukan oleh 10 keluarga.

4.2. Pengelolaan Asuhan Keperawatan Keluarga

4.2.1. Analisis Situasi

Pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga di wilayah Kelurahan Cisalak Pasar

dilakukan pada 10 keluarga dengan balita berisiko terkena diare, pada dua

periode, yaitu pembinaan 5 keluarga dilakukan mulai bulan Oktober sampai

Desember 2012 dan 5 keluarga selanjutnya pada bulan Januari sampai Mei 2013.

Asuhan keperawatan keluarga dilakukan melalui kunjungan rumah yang

dilakukan sebanyak 2 kali dalam seminggu atau minimal 1 kali seminggu selama

delapan minggu. Asuhan keperawatan pada keluarga dengan balita diare

dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan keluarga

meliputi pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun rencana

tindakan, melakukan implementasi dan evaluasi terhadap asuhan keperawatan

yang diberikan. Pada tahap pengkajian melakukan identifikasi terhadap faktor

risiko terjadinya diare pada balita yaitu penggunaan air bersih, penggunaan

jamban, kebersihan lingkungan sekitar termasuk pembuangan sampah dan

limbah. Perilaku ibu dalam merawat balita yaitu pemberian ASI, pemberian dan

pengolahan makan, kebiasaan mencuci tangan serta kemampuan dalam

pembuatan oralit.

Pengkajian yang dilakukan pada keluarga Bp. E terhadap adalah An.K satu bulan

yang lalu berobat ke Puskesmas Cimanggis karena sakit diare, saat ini

keluhannya sulit makan. Menurut ibu M An.K umur 2 tahun 9 bulan mempunyai

kebiasaan minum susu formula dan cara memberikannya dengan botol, menurut

Ibu M botol yang digunakan untuk minum sudah dicuci. Saat ini Ibu M tidak tahu

resiko yang dapat menyebabkan anaknya terkena diare, serta tidak tahu cara

pencegahan diare pada balita. Ibu.M mengatakan An.K sering terkena diare

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

76

Universitas Indonesia

hampir setiap bulan. Keadaan rumah secara umum tampak berantakan mainan

anak, perabot tidak rapi, lantai rumah dan teras tampak kotor. Pembuangan

sampah berada diseberang rumah dan samping rumah dalam keadaan terbuka.

Pembuangan limbah sudah tertutup tetapi masih dijumpai banyak vektor yang

masuk dalam rumah seperti lalat, kecoa bahkan tikus.

Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa balita memiliki risiko tinggi terkena

diare berulang karena kurangnya pengetahuan keluarga terkait pencegahan dan

penanggulangan diare pada balita serta kurangnya dukungan keluarga dalam

merawat dan mencegah terulangnya diare pada balita (Ariyanti, 2009).

Pengetahuan dan kemampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan

masalah kesehatan tertentu memiliki korelasi yang signifikan dengan status

kesehatan anggota keluarga yang dirawat (Sahar, 2002). Data diatas juga

menunjukkan bahwa sebagian besar balita dengan diare biasanya karena tidak

diberiak ASI secara eksklusif dan pengaruh lingkungan seperti penggunaan air

bersih, penggunaan jamban dan kondisi lingkungan lainnya (Nuraeni, 2012).

Ibu M mengatakan An.K saat ini susah makan. Keluarga tidak tahu pengertian,

penyebab, tanda gejala dan akibat sulit makan. Keluarga hanya menuruti anak

setiap hari untuk jajan makanan keliling disekitar rumah. Keluarga tidak tahu cara

pencegahan dan perawatan anak dengan sulit makan. Keluarga tahu membuat

makanan anak sendiri akan lebih sehat dibandingkan sering jajan tetapi jarang

membuat makanan sendiri di rumah untuk mengatasi anak dengan sulit makan.

Ibu M mengatakan tidak tahu bagaimana caranya agar anaknya mau makan dan

berat badannya naik. An.K umur 2 tahun 9 bulan, tampak kurus, BB/TB = 11 Kg,

98 cm seharusnya 12 kg sesuai dengan standar WHO (2005) menunjukkan bahwa

An.K termasuk dalam gizi kurang tampak kurus dengan hasil ≥ - 3 SD - < - 2 SD.

Status gizi balita dinilai berdasarkan parameter antropometri yang terdiri dari

berat badan dan panjang badan atau tinggi badan. Indikator status gizi yang

digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

77

Universitas Indonesia

(TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Menilai status gizi balita

digunakan standar antropometri yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2005

yang dipakai adalah BB/U dan angka prevalensi status “Underweight” gizi

kurang dan buruk atau disingkat Gizi Burkur dijadikan dasar untuk menilai

pencapaian MDGs.

Pendapatan keluarga diperoleh dari Bpk.E sebagai buruh bangunan yang saat

dilakukan pengkajian sedang tidak ada pekerjaan. Ibu. M sebagai isteri membantu

mencari nafkah sehari-hari dengan jualan minuman dan makanan kecil di rumah

dan sebagai buruh cuci di perumahan RW 08. Saat Ibu.M bekerja yang mengasuh

An.K adalah orang tua Bpk.E yang bekerja di pasar sebagai penjual buah. Status

ekonomi tercermin dari penghasilan keluarga, dalam arti bahwa apabila status

sosial ekonominya baik maka kesejahteraan akan meningkat sehingga masalah

kesehatan akan diperhatikan oleh keluarga (Nuraeni, 2010).

WEB OF CAUTION ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA BALITADENGAN DIARE

Skema 4.2

Sistem DukunganKeluarga Tidak

Efektif

Kemampuan KeluargaDalam PenangananBalita Diare Tidak

Optimal

Perilaku Ibu BalitaDalam Penanganan

Balita Diare danpemenuhan nutrisi

Tidak Optimal

BB menurun

Kondisi lingkunganyang tidak sesuaisyarat kesehatan

Nutrisi kurang darikebutuhan tubuh

PemeliharaanKesehatan Keluarga

Tentang Balita Diare diKeluarga Meningkat

Status gizi rendahPendapatan atauekonomi keluarga

menurun

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

78

Universitas Indonesia

4.2.2. Masalah Pengelolaan Asuhan Keperawatan Keluarga

Diagnosa keperawatan keluarga yang muncul berdasarkan penapisan yaitu (1)

Manajemen terapeutik diare tidak efektif pada keluarga. (2) Pemenuhan

kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga. Penapisan masalah

terlampir pada lampiran 3.

4.2.3. Penyelesaian Masalah Pengelolaan Asuhan Keperawatan Keluarga

Masalah I

Manajemen terapeutik tidak efektif diare pada keluarga Bpk.E khususnya An.K

Tujuan Umum

Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 8 bulan, tidak terjadi diare

pada keluarga.

Tujuan Khusus

Setelah pertemuan 3 x 45 menit, keluarga mampu (1) Mengenal masalah Diare

dengan: menjelaskan pengertian diare, menyebutkan penyebab diare,

menyebutkan tanda dan gejala diare, mengidentifikasi anggota keluarga dengan

diare. (2) Keluarga memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan diare,

menyebutkan akibat diare, ungkapan keinginan untuk merawat anggota keluarga

dengan diare. (3) Merawat anggota keluarga dengan SAKA diare,

meredemonstrasi cara perawatan diare dan melakukan perawatan diare. (4)

Keluarga mampu memodifikasi lingkungan dalam perawatan diare dengan cara

menyebutkan cara pencegahan diare, menyebutkan cara memodifikasi

lingkungan untuk pencegahan diare, melakukan modifikasi lingkungan untuk

pencegahan diare. (5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mencegah diare

dengan cara mengidentifikasi fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat digunakan

dalam penanganan diare, memanfaatkan pelayanan kesehatan dalam penanganan

diare.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

79

Universitas Indonesia

Rencana Tindakan Keperawatan

1. Pendidikan kesehatan menjelaskan tentang pengertian diare adalah frekuensi

buang air besar cair lebih dari 3x sehari. Penyebab utama diare 3 dari 2

penyebab diare yaitu virus, bakteri, alergi susu formula atau makanan,

menyebutkan tanda dan gejala diare yaitu BAB cair muntah, demam mata

cekung, BB turun dan nafsu makan turun. 3 dari 4 akibat diare dehidrasi

yaitu tum-bang terhambat, biaya berobat mahal dan meninggal dunia.

2. Coaching tentang SAKA diare terdiri dari pengelolaan sanitasi, anak,

keluarga dan area. SAKA diare yang diajarkan pada keluarga tentang

merebus botol susu yang digunakan balita dengan benar, kebiasaan cuci

tangan dengan sabun setelah bab dan memberikan makan pada anak,

pembuatan oralit, senam balita, terapi gurita dan pembuatan formula bubur

tempe. Cara pencegahan diare dengan penerapan SAKA diare dengan

menggunaan sumber air bersih yang terlindungi, menjaga kebersihan jamban,

pemberian ASI, pemberian formula bubur tempe, pemberian oralit serta

pemberian zink selama 10 hari, terapi gurita dan senam balita, kebiasaan

keluarga mencuci tangan mengolahan bahan makanan, sampah, limbah. Cara

memodifikasi lingkungan untuk perawatan diare dengan pemeliharaan rumah

dan lingkungan bersih, selalu merebus air minum yang dikonsumsi balita,

kondisi lantai yang bersih dan sarana pembuangan sampah dan limbah yang

selalu dalam keadaan tertutup.

3. Direct Care dilakukan pada 4 keluarga yang saat dilakukan pengakajian

balita sedang terkena diare. Hal pertama yang dilakukan adalah pengkajian

faktor risiko penyebab utama balita terkena diare. Perawatan yang diberikan

langsung adalah perawatan kulit karena terjadi ganggan integritas kulit,

selanjutnya memberikan terapi gurita untuk mengurangi kembung.

Pemberian cairan oralit untuk mengatasi terjadinya dehidrasi dan pemberian

zink selama 10 hari. Pada pertemuan selanjutnya observasi frekuensi dan

konsistensi buang air besar balita selama 24 jam. Pemberian nutrisi balita

diare dengan pembuatan bubur tempe. Kegiatan selanjutnya adalah

pemantauan penerapan SAKA diare selama 1 minggu.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

80

Universitas Indonesia

Pembenaran :

Pendidikan kesehatan sebagai sekumpulan pengalaman yang mendukung

kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan individu,

masyarakat dan ras (Wood, 1996). Pendidikan kesehatan merupakan upaya yang

ditekankan pada terjadinya perubahan perilaku, baik pada individu maupun

masyarakat. Area Pendidikan Kesehatan adalah pada Knowledge (pengetahuan),

Attitude (sikap) dan Practice (perilaku). pendidikan kesehatan merupakan satu

bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu,

kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui

kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat

pendidik. Pelaksanaan pendidikan kesehatan dalam keperawatan merupakan

kegiatan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut : pengkajian

kebutuhan belajar klien, penegakan diagnosa keperawatan, perencanaan

pendidikan kesehatan, implementasi pendidikan kesehatan, evaluasi pendidikan

kesehatan, dan dokumentasi pendidikan kesehatan (Suliha, 2002). Coaching atau

bimbingan merupakan proses belajar intensif melalui bimbingan perorangan,

demonstrasi, dan praktik yang diikuti dengan pemberian umpan balik segera

(Departemen Kesehatan, 2007). Coaching yang diberikan kepada keluarga berupa

pemberian bimbingan secara langsung dengan metode demonstrasi dan praktek

langsung penerapan SAKA keluarga untuk pencegahan diare.

Pelaksanaan

TUK : 1-2 dengan menggunakan lembar balik dan leaflet (1) Mendiskusikan

bersama keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala diare, akibat

langsung dari diare, cara pencegahan diare, cara perawatan diare, memberikan

penyuluhan pada keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala diare.

(2) Memberi kesempatan pada keluarga untuk mengidentifikasi penyebab, tanda

dan gejala yang dimiliki oleh keluarga dan tindakan yang telah dilakukan oleh

keluarga untuk mengatasi masalah diare. (3) Memberikan pujian atas kemampuan

keluarga. (4) Mengevaluasi pengetahuan keluarga tentang apa yang telah

diajarkan dan memberikan kesempatan pada keluarga untuk membandingkan

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

81

Universitas Indonesia

pengetahuan yang dimiliki keluarga dengan standar. (5) Memberikan

motivasi/dukungan keluarga mengambil keputusan untuk menghindari akibat

lanjut dari diare.

TUK : 3-4 dengan (1) mendemonstrasikan cara perawatan balita dengan SAKA

diare yaitu mendemonstrasikan cara penerapan SAKA diare, memberikan

kesempatan kepada keluarga untuk melakukan redemonstrasi cara menerapkan

SAKA diare di rumah dan memberikan pujian atas kemampuan keluarga. (2)

Mendiskusikan dengan keluarga cara mengurangi kembung anak dengan

melakukan terapi gurita dan senam balita pada anak, mendiskusikan dengan

keluarga tentang terapi gurita dan pembuatan bubur tempe, memberikan

kesempatan kepada keluarga untuk menanyakan hal yang belum jelas,

mengevaluasi pengetahuan keluarga tentang terapi gurita dan pembuatan bubur

tempe dan memberikan pujian atas kemampuan keluarga. (3) mendemonstrasi

cara melakukan terapi gurita dan pembuatan bubur tempe.

Evaluasi

Manajemen terapeutik efektif pada keluarga Bpk.E khususnya pada An.K tidak

terjadi diare dengan dilakukan pencegahan diare dan pemantauan penerapan

SAKA diare sampai akhir waktu pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga

selama 8 bulan. Keluarga menunjukkan peningkatan pengetahuan dan

kemampuan dalam merawat anggota keluarga dengan diare yang ditunjukkan

dengan : 1) Keluarga mampu mengenal masalah dengan menyebutkan pengertian,

penyebab, tanda dan gejala diare, akibat langsung dari diare, cara pencegahan

diare, cara perawatan diare balita. 2) Keluarga mampu mengambil keputusan

untuk merawat anggota keluarga dengan balita diare dan menyebutkan akibat

lanjut atau komplikasi jika diare tidak dilakukan pencegahan secara dini serta

mengungkapkan keinginan merawat balita dengan diare. 3) Keluarga mampu

merawat balita dengan diare dan menyebutkan cara pencegahan dengan

penerapan SAKA diare dirumah dengan keluarga mampu mendemostrasikan cara

penerapan SAKA diare dengan melakukan cara mencuci tangan dengan sabun

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

82

Universitas Indonesia

dan air bersih, cara membuat oralit, cara melakukan senam balita dan terapi gurita

serta dapat membuat nutrisi balita diare dengan pembuatan bubur tempe. 4)

Keluarga mampu memodifikasi lingkungan dengan mendemonstrasikan cara

menggunakan air bersih yang dimasak terlebih dahulu untuk dikonsumsi balita,

membersihkan sekitar jamban, selokan dan pembuangan sampah serta

membersihkan kandang ayam dan burung yang berada di sekitar rumah. 5)

Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan teratur

setiap bulan ke Posyandu dan berobat saat balita sakit ke Puskesmas.

Rencana Tindak Lanjut

1. Membuat kesepakatan dengan keluarga untuk selalu melakukan penerapan

SAKA diare di keluarga.

2. Mendelegasikan pada kelompok pendukung untuk melakukan pemantauan

penerapan SAKA diare yang dilakukan keluarga.

Masalah II

Pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga Bpk.E

khususnya pada An.K.

Tujuan Umum

Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 8 bulan, terpenuhi

kebutuhan nutrisi pada keluarga bapak E khususnya anak K.

Tujuan Khusus

Setelah pertemuan 3 x 45 menit, keluarga mampu (1) Mengenal masalah gizi

kurang dengan: menjelaskan pengertian gizi seimbang, menyebutkan penyebab

gizi kurang, menyebutkan tanda dan gejala gizi kurang, mengidentifikasi anggota

keluarga dengan gizi kurang. (2) Keluarga memutuskan untuk merawat anggota

keluarga dengan gizi kurang, menyebutkan akibat gizi kurang, ungkapan

keinginan untuk merawat anggota keluarga dengan gizi kurang. (3) Merawat

anggota keluarga dengan memodifikasi menu gizi anak balita, meredemonstrasi

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

83

Universitas Indonesia

cara membuat nugget sayur dan membuat modisco. (4) Keluarga mampu

memodifikasi menu gizi seimbang dengan membuat nugget sayur dan membuat

modisco. (5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk melakukan pemantauan

gizi pada balita dengan cara mengidentifikasi fasilitas pelayanan kesehatan yang

dapat digunakan aeperti Puskesmas.

Rencana Tindakan Keperawatan

1. Pendidikan kesehatan menjelaskan tentang pengertian gizi kurang, penyebab

utama gizi kurang 3 dari 2, menyebutkan tanda dan gejala gizi kurang, 3 dari

4 akibat gizi kurang.

2. Coaching tentang memodifikasi menu gizi seimbang balita yang diajarkan

pada keluarga tentang membuat nugget sayur dan modisco. Cara pencegahan

gizi kurang dengan memodifikasi menu seimbang. Cara memodifikasi

lingkungan untuk mengatasi balita sulit makan.

Pembenaran :

Pelaksanaan pendidikan kesehatan dalam keperawatan merupakan kegiatan

pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut : pengkajian kebutuhan

belajar klien, penegakan diagnose keperawatan, perencanaan pendidikan

kesehatan, implementasi pendidikan kesehatan, evaluasi pendidikan kesehatan,

dan dokumentasi pendidikan kesehatan (Suliha, 2002). Coaching atau bimbingan

merupakan proses belajar intensif melalui bimbingan perorangan, demonstrasi,

dan praktik yang diikuti dengan pemberian umpan balik segera (Departemen

Kesehatan, 2007). Coaching yang diberikan kepada keluarga berupa pemberian

bimbingan secara langsung dengan metode demonstrasi dan praktek langsung

penerapan SAKA keluarga untuk pencegahan diare.

Pelaksanaan

TUK : 1-2 dengan menggunakan lembar balik dan leaflet (1) Mendiskusikan

bersama keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala gizi kurang,

akibat langsung dari gizi kurang, cara pencegahan gizi kurang, cara perawatan

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

84

Universitas Indonesia

balita sulit makan, memberikan penyuluhan pada keluarga tentang pengertian,

penyebab, tanda dan gejala gizi kurang. (2) Memberi kesempatan pada keluarga

untuk mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala yang dimiliki oleh keluarga

dan tindakan yang telah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah gizi

kurang. (3) Memberikan pujian atas kemampuan keluarga. (4) Mengevaluasi

pengetahuan keluarga tentang apa yang telah diajarkan dan memberikan

kesempatan pada keluarga untuk membandingkan pengetahuan yang dimiliki

keluarga dengan standar. (5) Memberikan motivasi atau dukungan keluarga

mengambil keputusan untuk menghindari akibat lanjut dari gizi kurang.

TUK : 3-4 dengan (1) mendemonstrasikan cara perawatan balita sulit makan

yaitu mendemonstrasikan cara membuat menu variasi yaitu nugget sayur dan

modisco, memberikan kesempatan kepada keluarga untuk melakukan

redemonstrasi cara membuat variasi menu gizi seimbang balita. (2)

Mendiskusikan dengan keluarga cara mengatsi balita sulit makan, mendiskusikan

dengan keluarga tentang membuat variasi menu seimang, memberikan

kesempatan kepada keluarga untuk menanyakan hal yang belum jelas,

mengevaluasi pengetahuan keluarga tentang pembuatan nugget sayur dan

pembuatan modisco dan memberikan pujian atas kemampuan keluarga. (3)

mendemonstrasi cara membuat nugget sayur dan pembuatan modisco.

Evaluasi

Pemenuhan nutrisi terpenuhi pada keluarga Bpk.E khususnya pada An.K

mengalami kenaikan BB 0,75 kg setelah dilakukan pemantauan pemenuhan

nutrisi sampai akhir waktu pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga selama 8

bulan. Keluarga menunjukkan peningkatan pengetahuan dan kemampuan dalam

merawat anggota keluarga dengan gizi kurang yang ditunjukkan dengan : 1)

Keluarga mampu mengenal masalah dengan menyebutkan pengertian, penyebab,

tanda dan gejala gizi kurang, akibat langsung dari gizi kurang, cara pencegahan

dan cara perawatan gizi kurang. 2) Keluarga mampu mengambil keputusan untuk

merawat anggota keluarga dengan balita gizi kurang dan menyebutkan akibat

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

85

Universitas Indonesia

lanjut atau komplikasi jika gizi kurang tidak dilakukan pencegahan secara dini

serta mengungkapkan keinginan merawat balita dengan gizi kurang. 3) Keluarga

mampu merawat balita dengan gizi kurang dan menyebutkan cara pencegahan

dengan modifikasi menu seimbang dirumah dengan keluarga mampu

mendemostrasikan membuat nugget sayur dan modisco untuk mengatasi masalah

nutrisi serta mengatur menu jadwal yang beragam dalam 1 minggu. 4) Keluarga

mampu memodifikasi lingkungan dengan mendemonstrasikan cara membuat

lingkungan yang nyaman untuk mengatasi balita sulit makan. 5) Keluarga mampu

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan teratur setiap bulan ke

Posyandu untuk pemantauan BB.

Rencana Tindak Lanjut

1. Membuat kesepakatan dengan keluarga untuk membuat variasi menu gizi

seimbang lainnya untuk setiap minggu.

2. Mendelegasikan pada kelompok pendukung untuk melakukan pemantauan

kenaikan BB An.K setiap kegiatan Posyandu.

Hasil pengkajian pada 10 keluarga ada 2 keluarga mempunyai riwayat 1 bulan

terakhir balita masuk RS karena diare. Kondisi balita yang dirawat ke RS sudah

terjadi dehidrasi karena diare. Keluarga yang dibina 10 keluarga mempunyai

riwayat penyakit diare 3 bulan terakhir lebih dari 2x terjadi diare. Faktor risiko

lain yang ada adalah riwayat tidak diberikan ASI secara eksklusif, pemberian

makanaan tambahan sebelum balita usia 6 bulan, penggunaan susu formula dan

menggunakan dot. Pengkajian lain yang didapatkan bahwa selain risiko balita

terkena diare masalah kesehatan yang muncul adalah ada 4 keluarga yang

balitanya terjadi pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan antara lain:

1. Pendidikan kesehatan tentang pencegahan diare balita, media yang digunakan

adalah lembar balik, leaflet, metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

86

Universitas Indonesia

2. Coaching tentang penerapan SAKA diare keluarga dengan mengajarkan cara

mencuci tangan, membuat oralit, melakukan senam balita, terapi gurita dan

pembuatan bubur tempe. Semua kegiatan tersebut dilakukan bersama dengan

anggota kelompok pendukung SAKA dan mahasiswa residen. Media yang

digunakan adalah peralatan untuk pemantauan penerapan SAKA diare di

keluarga.

Hasil yang diperoleh setelah melakukan asuhan keperawatan pada 10 keluarga

adalah 10 keluarga tidak terjadi diare pada balita selama 8 bulan. Pengetahuan

keluarga meningkat sebesar 80%, terjadi peningkatan sebesar 75% ketrampilan

keluarga baik dalam melakukan penerapan SAKA diare. Peningkatan sikap

sebesar 70% yaitu dapat mencuci tangan dengan benar, membuat oralit,

melakukan senam balita dan terapi gurita serta pembuatan bubur tempe untuk

nutrisi balita diare. Tahap terminasi akhir masih ada 2 keluarga yang tingkat

kemandirian tingkat III. Pada keluarga ini masih belum bisa secara mandiri untuk

melakukan penerapan SAKA diare secara aktif.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

87

Universitas Indonesia

Tingkat kemandirian Keluarga Dalam Mengatasi Masalah Diare Balita

Tabel 4.1No Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Menerima petugas(Perkesmas)

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

2 Menerima pelayanankesehatan sesuai rencanakeperawatan

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

3 Tahu dan dapatmengungkapkan masalahkesehatannya secara benar

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

4 Memanfaatkan fasilitaspelayanan kesehatan sesuaianjuran

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

5 Melakukan tindakankeperawatan sederhanasesuai anjuran

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

6 Melakukan tindakanpencegahan secara aktif

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

7 Melakukan tindakanpeningkatan kesehatan(promotif) secara aktif

√ √ - √ √ √ - √ √ √

Tingkat KemandirianKeluarga Akhir

IV IV III IV IV IV III IV IV IV

Hasil dari pengelolaan asuhan keperawatan keluarga terjadi peningkatan tingkat

kemandirian keluarga yang dibina oleh Kelompok Pendukung SAKA di RW 01

dan RW 03, tingkat kemandirian keluarga III sebesar 25% dan kemandirian

keluarga IV sebanyak 75%. Proses asuhan keperawatan pada keluarga dengan

risiko balita terkena diare bahwa strategi intervensi penerapan SAKA diare yang

dilakukan dengan pemantauan penerapan SAKA diare selama 2 minggu dapat

menurunkan insiden diare serta risiko diare berulang pada balita. Pemantauan

penerapan SAKA diare dilakukan pembinaan secara rutin 2x seminggu selam 2

minggu akan mencegah balita terkena diare. Keluhan lain selain diare pada

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

88

Universitas Indonesia

keluarga terbanyak adalah pemenuhan nutrisi dan terjadi ISPA pada balita.

Asuhan keperawatan keluarga secara lengkap terlampir.

Kelompok Pendukung SAKA sebagai salah satu bentuk strategi keperawatan

yang sudah dijelaskan dalam pengelolaan manajemen keperawatan dan dalam

asuhan keperawatan keluarga selanjutnya akan diterapkan dalam asuhan

keperawatan komunitas.

4.3. Pengelolaan Asuhan Keperawatan Komunitas

4.3.1. Pengumpulan Data

Jenis pengambilan data untuk pengkajian yang digunakan adalah kuantitatif

dengan rancangan deskriptif analitik. Metode yang digunakan adalah metode

survey dengan pendekatan cross sectional yaitu mengamati variable yang diteliti

di suatu populasi pada suatu saat (Sabri dan Hastono, 2006). Pengkajian

dilakukan dengan beberapa metode pengkajian pada sumber data yang dirasa

tepat untuk jenis data yang diperlukan. Metode pengkajian pada sumber data

yang dilakukan angket, disebarkan pada 97 orang tua dengan balita yang beresiko

terkena diare di RW 1-7 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota

Depok. Wawancara dilakukan kepada orang tua balita terkena diare, kader

posyandu, dan penanggung jawab P2P di Puskesmas Cisalak Pasar. Observasi

kondisi lingkungan yang mempengaruhi kejadian diare pada balita di Kelurahan

Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Studi literatur program-

program terkait kejadian diare pada balita melalui pencarian internet.

Metode pengkajian yang digunakan dalam mengali data-data yang terkait dengan

diare pada balita di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok

ini adalah winsheld survey, literatur review, interview, dan survey. Sumber data

yang digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam praktik ini adalah: Data

primer merupakan data yang didapatkan secara langsung di lapangan dengan

menggunakan alat bantu kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

89

Universitas Indonesia

pengkaji. Data dikumpulkan secara langsung dari berbagai pihak yang terkait

dengan diare pada balita. Data sekunder merupakan data yang didapatkan secara

tidak langsung melalui Dinas Kesehatan yang terkait dengan diare pada balita.

Pengumpulan data dalam pengkajian komunitas dan keluarga ini adalah

menggunakan instrumen berupa kuesioner. Kuesioner sebagai alat pengumpul

data dalam penelitian ini berisikan sejumlah item pertanyaan untuk mengukur

variabel dalam inti komunitas dan 8 sub sistem dari model community as partner

pada populasi balita dengan diare di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan

Cimanggis Kota Depok.

4.3.2. Analisis Situasi

Berdasarkan hasil angket dengan jumlah responden 97 orang kantong masalah

balita terbanyak tersebar di RW 1 sebanyak 29%, RW 3 sebanyak 26% danRW 5

sebanyak 27%. Balita terbanyak terkena diare pada umur 1-5 tahun sebanyak 79

%. Status imunisasi balita lengkap sebanyak 68 %. Pekerjaan Ibu sebagian besar

tidak bekerja sebanyak 96 %. Pendapatan keluarga sebagian besar rendah

sebanyak 51 %. Perilaku ibu dalam pencegahan diare balita terdiri dari 3 domain

yaitu pengetahuan kurang 36.1 %, ketrampilan kurang 43 % dan sikap kurang 49

%. Hasil FGD yang dilakukan pada ibu balita yang datang ke Posyandu RW 3

didapatkan hasil : sebagian besar balita pernah mengalami diare, ibu tidak pernah

memberikan oralit saat anak diare, kebiasaan mencuci tangan jarang dilakukan.

Ibu tidak pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang balita diare. Ibu

balita tidak tahu cara pencegahan balita diare.

Pengkajian yang dilakukan terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian diare pada balita meliputi karakteristik keluarga dan perilaku ibu dalam

pengasuhan anak balita. Karakteristik keluarga terdiri dari umur dan pendidikan

ibu serta pendapatan keluarga. Perilaku ibu dalam pengasuhan balita yang

berisiko terkena diare yaitu pemberian ASI, penggunaan air bersih, mencuci

tangan dan penggunaan jamban (Nuraeni, 2012). Faktor lingkungan juga

mempunyai peranan besar dalam kejadian diare pada balita. Lingkungan yang

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

90

Universitas Indonesia

tidak sehat dan tidak diperhatikan mempunyai hubungan yang signifikan

terahadap kejadian diare pada balita (Yulia, 2010).

Hasil wawancara dengan kader posyandu di RW 1 dan RW 3 di dapatkan data

banyak balita yang sekarang ini karena perubahan musim terkena diare akan

tetapi belum ada kegiatan untuk cara mengatasi masalah kesehatan balita diare.

RW 1 dan RW 3 belum ada kegiatan khusus untuk tatalaksana diare balita.

Kegiatan balita lebih banyak untuk kegiatan penimbangan, imunisasi dan

pelayanan gizi. Pendidikan kesehatan untuk balita tidak pernah dilakukan di

kegiatan Posyandu, TK ataupun PAUD. Keadaan lingkungan RW 01 dan RW 03

banyak sekali ditemukan tempat pembuangan sampah dan limbah dalam keadaan

terbuka. Balita sering bermain di lapangan yang terbuka dan banyak lalat

disekitarnya. Perumahan penduduk yang banyak ditemukan kandang tempat

menyimpan hewan ternak seperti ayam dan burung yang jarang dibersihkan.

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat melakukan

apa yang diharapkan oleh seseorang. Pendidikan adalah suatu proses belajar yang

berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan

atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik, dan matang pada diri

individu, kelompok dan masyarakat (Notoatmodjo, 2003). Kemiskinan dan

keterbatasan dukungan sosial yang membahayakan merupakan contoh dari

sumber fisik dan sumber lingkungan. Perubahan status kesehatan yang normal

merupakan predisposisi terjadinya penyakit (Stanhope dan Lancaster, 2004).

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

91

Universitas Indonesia

WEB OF CAUTION ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADABALITA DENGAN DIARE

Skema 4.3

4.3.3. Masalah Pengelolaan Asuhan Keperawatan Komunitas

Permasalahan diare pada balita sebagai masalah atau diagnosis komunitas pada

agregat balita di Kelurahan Cisalak Pasar dapat diatasi melalui pendekatan

asuhan keperawatan komunitas. Penyusunan diagnosis keperawatan sesuai

dengan prioritas kegiatan yang akan dilakukan dapat dilihat dibawah ini (1)

Resiko peningkatan kejadian diare pada balita di Kelurahan Cisalak Pasar

Kecamatan Cimanggis Kota Depok. (2) Resiko pemeliharaan kesehatan balita

diare tidak efektif di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota

Depok. Penapisan masalah terlampir lampiran 2.

Risiko pemeliharaankesehatan tidak

efektif: pencegahandiare balita di

Kelurahan CisalakPasar

Pemahaman KurangTentang Penanganan

Balita Diare

Sistem DukunganMasyarakat Kurang

Kurang optimalpemanfaatan

Posyandu untukkegiatan pencegahan

diare balita

Perilaku Ibu BalitaDalam PenangananBalita Diare Tidak

Optimal

PeningkatanKejadian Diare Pada

Balita

Penyebaran DiarePada Balita diMasyarakatMeningkat

Tumbuh KembangBalita Terganggu

Kurang sistempendukung dalampencegahan diarebalita yang ada di

masyarakat

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

92

Universitas Indonesia

4.3.4. Penyelesaian Masalah Pengelolaan Asuhan Keperawatan Komunitas

Masalah I

Resiko peningkatan kejadian diare pada balita di Kelurahan Cisalak Pasar

Kecamatan Cimanggis Kota Depok.

Tujuan Umum

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 8 bulan diharapkan tidak terjadi

peningkatan insiden diare pada balita di kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan

Cimanggis Kota Depok.

Tujuan Khusus

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 8 bulan diharapkan:

1. Terjadi peningkatan pengetahuan pengetahuan kelompok ibu balita tentang

penerapan SAKA diare sebesar 2 SD, nilai SD 8.12 (rerata pretest 64.38

sampai 80.67).

2. Terjadi peningkatan ketrampilan kelompok ibu balita dalam penerapan SAKA

diare sebesar 2 SD, nilai SD 7.14 (dari 64.09 sampai 78.90).

3. Terjadi peningkatan sikap kelompok ibu balita dalam penerapan SAKA diare

sebesar 2 SD, nilai SD 11.61 ( dari 50.75 menjadi minimal 73.97).

4. Terjadi penurunan insiden diare pada balita sebesar 10%.

Rencana Tindakan

(1) Menyiapkan materi dan media pendidikan kesehatan tentang diare balita

(penyebab, tanda dan gejala,akibat, pencegahan diare balita). (2) Menyiapkan

materi tentang penerapan SAKA diare sebagai salah satu upaya untuk

pencegahan balita diare. (3) Koordinasi tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan

di Posyandu dan TK Arrafah. (3) Demontrasikan cara penerapan SAKA diare di

kegiatan Gerakan Ibu Sayang Anak Diare (GEISAD). (4) Kegiatan pemantauan

penerapan SAKA diare dikomunitas.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

93

Universitas Indonesia

Pembenaran

Pendidikan Kesehatan merupakan salah satu kegiatan dalam rangka tindakan

promotif dan preventif melalui penyebaran informasi untuk meningkatkan

motivasi masyarakat agar dapat berperilaku sehat (Stanhope dan Lancaster,

2004). Tindakan promosi kesehatan untuk balita diare di masyarakat diperlukan

untuk mencegah akibat lanjut dari diare yaitu dehidrasi. Kejadian dehidrasi pada

balita yang sangat cepat menyebabkan kematian balita karena diare harus segera

ditangai secara dini. Pendidikan kesehatan yang dilakukan sebagai salah satu

upaya untuk melakukan deteksi secara dini balita yang terkena diare agar tidak

terjadi dehidrasi.

Pelaksanaan

1. Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu balita tentang balita diare di

kegiatan Posyandu setiap bulan di RW 01 setiap tanggal 24 dan RW 03 setiap

tanggal 7. Pelaksanaan sebelum kegiatan Posyandu selama 1 jam materi

tentang pencegahan balita dengan penerapan SAKA diare di keluarga.

2. Melakukan demonstrasi penerapan SAKA diare pada kegiatan Gerakan Ibu

Sayang Anak Diare (GEISAD) yang diikuti oleh ibu balita di RW 03 pada hari

Kamis 13 Desember 2012 dengan waktu 2 jam materi yang diberikan cara

perawatan balita diare dengan melakukan senam balita dan terapi gurita.

3. Melakukan demonstrasi penerapan SAKA diare pada kegiatan Gerakan Ibu

Sayang Anak Diare (GEISAD) yang diikuti oleh ibu balita di RW 03 pada hari

Selasa 19 Maret 2013 dengan waktu 2 jam materi yang diberikan pemenuhan

nutrisi balita diare dengan membuat bubur tempe.

4. Melakukan pemantauan penerapan SAKA diare yang dilakukan oleh ibu balita

dengan peran serta KPS. Pemantauan penerapan SAKA dipantau melalui

stiker yang dipasang didepan rumah untuk melihat perkembangan yang

dilakukan pembinaan selama 13 minggu.

5. Membuat media dan sarana untuk kegiatan pemantauan penerapan SAKA

diare serta kegiatan pendidikan kesehatan dengan kerjasama dengan

Puskesmas.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

94

Universitas Indonesia

6. Menyebarkan media pendidikan kesehatan melalui kegiatan Posyandu serta

pertemuan arisan RT dan RW yang berisi poster dan leaflet tentang penerapan

SAKA diare.

Evaluasi

1. Terjadi peningkatan pengetahuan ibu balita sebelum dan sesudah kegiatan

pemantauan penerapan SAKA diare rata-rata mengalami peningkatan 23.22%

(dari rata-rata nilai 64.43 menjadi 83.85). Pengetahuan tersebut meliputi rata-

rata pengetahuan tentang diare balita, pengetahuan SAKA diare, dan

penerapan SAKA diare keluarga.

2. Terjadi peningkatan ketrampilan ibu balita dalam melakukan penerapan

SAKA diare balita sebesar 23.23%. Ketrampilan ibu balita yang sebelum

dilakukan pemantauan penerapan SAKA diare dengan rata-rata nilai 64.09

menjadi 80.96 setelah pemantauan.

3. Terjadi peningkatan sikap ibu balita untuk melakukan penerapan SAKA diare

keluarga sebesar 23.22%. Kemampuan 120 ibu balita sebelum dilakukan

penerapan SAKA diare 50.75 dan setelah dilakukan menjadi 74.54. Pada uji

statistik dengan uji wilxocon test didapatkan nilai p value 0.000 maka dapat

disimpulkan adanya perbedaan signifikan sikap keluarga dalam melakukan

penerapan SAKA diare sebelum dan sesudah dilakukan pemantauan

penerapan SAKA diare selama 13 minggu.

4. Terjadi penurunan kejadian diare pada balita sebesar 43,3% dari kejadian 1

bulan pertama 23% menjadi 13% pada 3 bulan terakhir.

Rencana Tindak lanjut

1. Pengelolaan berkelanjutan kegiatan komunitas untuk penerapan SAKA diare

yang dilakukan oleh KPS dengan kontinu mendampingi pelaksanaan kegiatan

penerapan SAKA diare di RW 01 dan RW 03.

2. Pengelolaan berkelanjutan kegiatan kelompok dilakukan dengan cara

terintegrasi dengan kegiatan Posyandu.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

95

Universitas Indonesia

3. Penyegaran secara kontinu tentang pencegahan dan penanggulangan diare

pada balita dengan penerapan SAKA diare.

Masalah II

Resiko pemeliharaan kesehatan balita diare tidak efektif di Kelurahan Cisalak

Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.

Tujuan Umum

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 8 bulan, pemeliharaan

kesehatan balita diare di Kelurahan Cisalak Pasar menjadi efektif.

Tujuan Khusus

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 8 bulan diharapkan :

1. Tersedianya pelayanan pencegahan dan penanggulangan balita diare di

Posyandu.

2. Tersedianya kelompok pendukung dalam pemantauan penerapan SAKA diare

yang dilakukan ibu balita.

3. Terlaksananya pemantauan penerapan SAKA diare yang dilakukan ibu balita.

Rencana Tindakan

1. Lakukan intervensi pendidikan kesehatan tentang pencegahan diare pada

kegiatan KPS dengan memberikan materi penerapan SAKA diare.

2. Fasilitasi ibu balita membuat jadwal kegiatan pemantauan SAKA diare secara

rutin dirumah seminggu sekali selama 2 minggu.

3. Fasilitasi pelaksanaan pemantauan SAKA diare ibu balita pada kegiatan KPS.

4. Fasilitasi pendampingan kegiatan penerapan SAKA diare ibu balita oleh kader

Posyandu.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

96

Universitas Indonesia

Pembenaran

Keberadaan kelompok pendukung dimasyarakat dapat dimanfaatkan oleh petugas

kesehatan untuk terus memantau kegiatan penerapan SAKA diare dalam upaya

pencegahan dan penanggulangan diare pada balita. Kader Posyandu yang

berperan aktif dalam kegiatan kelompok pendukung dapat menurunkan insiden

diare pada balita.

Pelaksanaan

1. Jadwal kegiatan pendidikan kesehatan tentang penerapan SAKA diare yang

dilakukan di Posyandu dilakukan setiap tanggal 7 untuk RW 03 dan tanggal 24

untuk RW 01 dengan penanggungjawab ketua Posyandu.

2. Memonitor kemampuan ibu balita dalam penerapan SAKA diare secara rutin

setiap seminggu sekali.

3. Tersedianya leaflet dan poster serta media untuk kader melakukan pendidikan

kesehatan tentang penerapan SAKA diare di Posyandu.

4. Menyebarluaskan media pendidikan kesehatan dan melakukan penyuluhan

kesehatan pada masyarakat tentang penerapan SAKA diare.

5. Koordinasi dengan Puskesmas untuk penyediaan oralit di Posyandu.

Evaluasi

1. Pelaksanaan pelayanan pencegahan dan penanggulangan balita diare di

Posyandu terlaksana di RW 01 dan RW 03.

2. Kelompok pendukung dalam pemantauan penerapan SAKA diare yang

dilakukan ibu balita terjadwal seminggu sekali.

3. Kegiatan pemantauan penerapan SAKA diare yang dilakukan ibu balita efektif

dilakukan setiap minggu selama 13 minggu.

Rencana Tindak Lanjut

1. Lakukan penyuluhan tentang pencegahan diare dengan penerapan SAKA diare

pada kegiatan Posyandu, arisan RT dan RW dengan metode dan cara yang

lebih menarik.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

97

Universitas Indonesia

2. Lakukan penyegaran dan kegiatan secara berkala tentang penerapan SAKA

diare.

3. Kader atau anggota KPS yang sudah melakukan kegiatan penerapan SAKA

secara aktif dapat membagikan ilmu dan ketrampilan kepada kader di wilayah

lain.

4. Puskesmas dapat melakukan supervisi secara berkala terhadap upaya berbasis

masyarakat seperti kelompok pendukung dalam upaya pencegahan dan

penanggulangan penyakit diare balita.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

98

Universitas Indonesia

BAB 5

PEMBAHASAN

Bab 5 akan menguraikan hasil pengelolaan pelayanan manajemen keperawatan,

asuhan keperawatan keluarga dan asuhan keperawatan komunitas serta

kesenjangan data yang ditemukan selama melakukan praktik keperawatan

komunitas.

5.1 Analisis Pencapaian dan Kesenjangan

5.1.1 Pelayanan keperawatan komunitas pada aggregate balita diare

5.1.1.1 Masalah Manajemen 1

Kelompok Pendukung SAKA sebagai salah satu bentuk strategi intervensi

keperawatan yang digunakan dalam melakukan penerapan SAKA diare keluarga.

Inovasi ini digunakan untuk mengembangkan program P2D untuk kegiatan

pencegahan diare pada balita. Hasil evaluasi kegiatan KPS pengetahuan anggota

KPS sebelum dan sesudah kegiatan penerapan SAKA diare rata-rata mengalami

peningkatan 28.09%. Peningkatan ketrampilan penerapan SAKA diare balita

sebesar 16.22%. Peningkatan sikap anggota KPS untuk pemantauan penerapan

SAKA diare keluarga sebesar 10.83%. KPS melakukan kegiatan pemantauan

penerapan SAKA diare yang dilakukan oleh keluarga sebagai salah satu upaya

untuk deteksi secara dini diare pada balita dan pencegahan diare pada balita.

Program kebijakan pemerintah dalam pengendalian penyakit diare di Indonesia

bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian karena diare

bersama lintas program dan lintas sektor terkait. Kebijakan yang ditetapkan

pemerintah dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare adalah

melaksanakan tata laksana penderita diare yang sesuai standar, baik di sarana

kesehatan maupun di rumah tangga, melaksanakan surveilans epidemiologi dan

penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB), mengembangkan pedoman

Pengendalian Penyakit Diare, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan

petugas dalam pengelolaan program yang meliputi aspek manajerial dan teknis

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

99

Universitas Indonesia

medis, mengembangkan jejaring lintas sektor dan lintas program, pembinaan

teknis dan monitoring pelaksanaan pengendalian penyakit diare serta

melaksanakan evaluasi sabagai dasar perencanaan selanjutnya (Buletin Diare,

2011).

Kelompok pendukung merupakan karakteristik intervensi dan implementasi

dalam keperawatan komunitas yang berfokus pada pengembangan suatu

kreativitas dan visi melalui suatu pendekatan yang baru (Ervin, 2002). Kelompok

pendukung sebagai bentuk intervensi pengendalian TB berbasis pemberdayaan

masyarakat diharapkan dapat dapat mengatasi masalah TB. Kelompok pendukung

terbukti efektif untuk memantau dan membantu klien TB diklinik (Felton, 1999).

Pembentukan kelompok merupakan suatu bentuk intervensi keperawatan

komunitas yang melibatkan masyarakat, keluarga dan kelompok berisiko tinggi

atau bekerja sama dengan kelompok yang telah ada untuk meningkatkan kualitas

kerja (Stanhope dan Lancaster, 2004). Kelompok peduli merupakan adaptasi

istilah kelompok pendukung yang disesuaikan dengan kondisi lokal dari

sekelompok orang yang menggunakan istilah tersebut supaya lebih familier

(Suhadi, 2012). Menurut Snyder dan Lindquist (2002) intervensi dalam bentuk

kelompok biaya perawatan bisa menjadi lebih efektif dengan hasil terapeutik

yang positif. Kelompok pendukung efektif terutama dalam kunjungan rumah

untuk deteksi kasus secara dini, pendidikan kesehatan dan rujukan ke pelayanan

kesehatan (Rejeki, 2012). Berdasarkan hasil beberapa studi tersebut KPS

merupakan program pencegahan dan deteksi dini diare pada balita sebagai salah

satu bentuk strategi intervensi keperawatan komunitas yang efektif.

Hasil analisis penulis pengetahuan, ketrampilan dan sikap KPS dalam melakukan

penerapan SAKA diare menunjukkan hasil yang bermakna dari tujuan khusus

yang diharapkan. Hasil dari domain pengetahuan yang hasilnya tinggi

dibandingkan domain ketrampilan dan sikap. Pengetahuan merupakan domain

yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmojo, 2010).

Pengetahuan tentang kesehatan dapat diukur dengan menggunakan tehnik

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

100

Universitas Indonesia

wawancara atau angket. Indikator menilai pengetahuan seseorang adalah baik dan

kurangnya pengetahuan responden tentang kesehatan (Dewi, 2012). Sikap secara

sederhana didefinisikan sebagai ekspresi sederhana terkait suka atau tidak suka

terhadap beberapa hal (Rahayuningsih, 2008). Ketrampilan merupakan

kemampuan menggunakan koordinasi otak dan otot serta mengutamakan

ketrampilan motorik (Notoatmojo, 2010). Hasil dari ketiga domain akan

menunjukkan bahwa pengetahuan akan lebih tinggi nilainya dibandingkan sikap

dan ketrampilan karena sikap dan ketrampilan butuh waktu dan proses yang lebih

lama dalam pencapaiannya. Hal ini sejalan dengan hasil dari kegiatan KPS yang

menunjukkan bahwa pengetahuan nilainya lebih tinggi dibandingkan ketrampilan

dan sikap.

KPS mempunyai struktur organisasi dan pembagian tugas untuk masing-masing

pengurus dalam melakukan pemantauan penerapan SAKA diare. Fungsi

pengorganisasian suatu program berupa pembentukan struktur organisasi sebagai

pelaksana rencana program, menentukan program pelayanan yang sesuai,

pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan masing-masing unit, bekerja

dalam suatu struktur organisasi, serta memahami, menggunakan kekuatan dan

kekuasaan dengan tepat (Marquis & Huston, 2006). Keterlibatan kader melalui

KPS dapat secara struktural masuk dalam kegiatan pokok Posyandu.

Pengorganisasian dalam program Posyandu sangat penting dalam upaya

melakukan kegiatan KPS secara optimal.

5.1.1.2 Masalah Manajemen 2

Pengarahan dan supervisi yang dilakukan kader terhadap penerapan SAKA diare

efektif dilakukan dengan menggunakan strategi intervensi keperawatan

pemberdayaan keluarga. Pengetahuan keluarga sebelum dan sesudah kegiatan

pemantauan penerapan SAKA diare rata-rata mengalami peningkatan 23.22%.

Peningkatan sikap untuk melakukan penerapan SAKA diare balita sebesar

23.23%. Peningkatan sikap keluarga untuk melakukan penerapan SAKA diare

keluarga sebesar 23.22%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dari ketiga domain

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

101

Universitas Indonesia

mengalami peningkatan yang sama. Pemberdayaan kader secara tidak langsung

telah membentuk hubungan antara struktur yang dibangun dengan lingkungan di

sekitar struktur karena kader merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri (Huber

2006). Kelompok pendukung sebagai bentuk intervensi pengendalian TB berbasis

pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat dapat mengatasi masalah TB (Rejeki,

2012). Kelompok pendukung terbukti efektif untuk memantau dan membantu

klien TB diklinik (Felton, 1999).

Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen yang meliputi proses

pendelegasian, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah

diorganisasikan (Swanburg, 2000). Fungsi pengarahan lebih menekankan pada

kemampuan manajer dalam mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya

untuk mencapai tujuan yang telah disepakati termasuk di dalamnya memotivasi

bawahan supaya bekerja dengan maksimal (Gillies, 2000). Adanya kegiatan

pengawasan dalam manajemen keperawatan akan membantu teridentifikasi

efisiensi kegiatan program, adanya penyimpangan-penyimpangan selama proses

kegiatan dan penyebabnya sehingga dapat disusun rencana tindak lanjut untuk

memperbaiki dan keberlanjutan program (Swansburg, 1999).

Belum terlaksana secara optimal kegiatan pemantauan penerapan SAKA diare

balita sebagai dampak terbatasnya sumber daya (tenaga dan dana) yang dimiliki

oleh Dinkes dan Puskesmas Kelurahan Cisalak Pasar. Kegiatan supervisi yang

dapat dilaksanakan oleh pihak Dinkes dan Puskesmas hanya kegiatan Posyandu.

Monitor dan evaluasi dari puskesmas terhadap kinerja kader serta laporan

kegiatan Posyandu yang dilakukan sebulan sekali di Kelurahan Cisalak Pasar.

Fungsi pengarahan dilakukan dengan meningkatkan motivasi kerja, komunikasi

interpersonal, pendelegasian, manajemen konflik, dan aturan kerja (Marquis dan

Huston, 2006).

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

102

Universitas Indonesia

5.1.2 Asuhan Keperawatan Keluarga

5.1.2.1 Diagnosis Keperawatan Keluarga I

Asuhan keperawatan pada keluarga Tn.E khususnya An.K membutuhkan

intervensi keperawatan secara langsung karena masalah yang ada di keluarga

membutuhkan perhatian yang khusus. An.K hampir setiap bulan terkena diare

faktor resiko terbesar ada pada Ibu sebagai pengasuh utama yang kurang

memperhatikan masalah kesehatan balita. Keluarga tidak mampu memenuhi tugas

perkembangan keluarga dengan anak usia pra sekolah. Tugas perkembangan

keluarga dengan anak usia pra sekolah adalah keluarga mampu memberikan

rumah untuk memberikan perlindungan dari bahaya luar, keluarga mampu

memberikan kebutuhan untuk anaknya yang masih balita dengan memberikan

mereka mainan sesuai usianya. Keluarga ini sudah mampu mensosialisasikan anak

dalam masyarakat. Fokus keluarga hanya memenuhi kebutahan untuk An.K

karena baru mempunyai 1 anak. Masalah kesehatan yang harus diperhatikan

adalah pencegahan diare karena hampir tiap bulan An.K terkena diare.

Tugas perkembangan keluarga pada keluarga Bpk. E yang belum terpenuhi adalah

keluarga Bpk.E belum bisa mempunyai rumah sendiri karena status rumah saat ini

terlalu sempit dan masih kontrak. Pembagian peran yang belum optimal dilakukan

dalam keluarga ini. Peran Bpk.E sebagai KK yang harus mencari nafkah

terkadang saat tidak ada pekerjaan harusnya membantu menjaga An.K memilih

merawat bintang peliharaannya dirumah. Hal ini juga terjadi pada Ibu.M yang

peran utamanya harus merawat An.K saat ada panggilan pekerjaan harus

menitipkan anaknya di rumah mertua. Hal ini membuat keluarga ini kurang

optimal dalam memenuhi kebutuhan An.K khususnya memperhatikan masalah

kesehatan. Orang tua sebagai orang yang bertanggungjawab terhadap kesehatan

anak berupaya untuk memberikan pengaruh postif dengan tujuan agar anak

berperilaku sehat (Nurrahima, 2012).

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

103

Universitas Indonesia

Karakteristik pendidikan ibu yang rendah juga mempengaruhi dalam melakukan

pengasuhan dan perawatan balita. Pendidikan secara umum adalah segala upaya

yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau

masyarakat melakukan apa yang diharapkan oleh seseorang. Pendidikan adalah

suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses

pertumbuhan dan perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih

baik, dan matang pada diri individu, kelompok dan masyarakat (Notoatmodjo,

2003). Pengalaman sehari-hari sering didapati bahwa pendidikan berperan penting

dalam meningkatkan kesejateraan seseorang. Pendidikan yang lebih baik

dibandingkan mereka yang berpendidikan kurang (Gatti, 1999). Pendidikan ibu

yang baik mampu memberikan perawatan balita yang terkena diare dengan baik

karena kemampuan ibu balita yang berpendidikan menengah secara optimal dapat

menerima informasi kesehatan terkait diare dengan baik. Kejadian diare pada

balita dapat menurun dengan pendidikan ibu yang relative berpendidikan

menengah.

Intervensi yang diberikan adalah pendidikan kesehatan tentang deteksi dini balita

diare dan pencegahan diare dengan penerapan SAKA diare. Hasil intervensi yang

diberikan efektif terjadi peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap ibu

dalam penerapan SAKA diare serta kemandirian keluarga tahap mandiri IV.

Pendidikan kesehatan adalah kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap

dan keterampilan yang dapat dilihat melalui perilaku dengan melalui penyebaran

leaflet dan booklet serta media masssa, melakukan guidance, coaching, maupun

konseling (Ervin, 2002). Kemandirian keluarga diukur melalui 7 aspek dalam

pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga, yaitu (1) penerimaan keluarga

terhadap petugas kesehatan dan pengetahuan keluarga tentang balita diare. (2)

penerimaan keluarga untuk memutuskan tindakan keperawatan pada balita diare.

(3) mampu mengungkapkan permasalahan yang dihadapi keluarga tentang

penerapan SAKA diare balita. (4) keluarga mampu memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan seperti Posyandu atau Puskesmas. (5) Keluarga melakukan

tindakan keperawatan sesuai anjuran perawat termasuk terapi modalitas. (6)

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

104

Universitas Indonesia

Keluarga mampu mengambil keputusan yang tetap untuk mengatasi balita diare.

(7) Keluarga mampu meningkatkan status kesehatannya melalui tindakan

promotif (Departemen Kesehatan, 2006).

5.1.2.2 Diagnosis Keperawatan Keluarga 2

Pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang dialami An.K

karena kebiasaan jajan makanan yang tidak ada nilai gizi dan susah makan sayur

serta buah-buahan. Kebiasaan keluarga menuruti kemauan anak makan makanan

sesuai yang diminta anak tanpa melihat nilai gizi dari makanan tersebut. Orang

tua merupakan pihak yang berperan penting dalam penyediaan makanan

dilingkungan rumah (Widita, 2012). Anak akan semakin sulit untuk menerima

suatu makanan bila orang tua tidak pernah menyediakan dan memberikan

makanan tersebut (Campbell dan Crawford, 2001). Peran keluarga sebagai orang

terdekat anak sangat diperlukan untuk memenuhi seluruh kebutuhan anak dalam

mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Pemenuhan nutrisi pada

balita merupakan tanggungjawab keluarga (Freidman, 2003). Pemenuhan

kebutuhan nutrisi pada anak dipengaruhi oleh sumber daya yang dimiliki

keluarga. Pendapatan keluarga mempengaruhi kemampuan keluarga dalam

pemenuhan kebutuhan nutrisi anggota keluarganya. Keluarga yang memiliki

tingkat pendapatan kurang menunjukkan bahwa keluarga tersebut tidak mampu

menyediakan makanan yang mengandung gizi yang baik untuk tubuh (Soetardjo

dan Soekatri, 2011).

Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah pemenuhan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh pada balita dilakukan edukasi tentang pemenuhan gizi

seimbang balita. Hasil intervensi yang diberikan efektif terjadi peningkatan

pengetahuan, ketrampilan dan sikap ibu dalam pemenuhan nutrisi balita serta

kemandirian keluarga tahap mandiri IV. Pendidikan kesehatan diberikan pada ibu

balita sebagai pengasuh utama balita. Pengajaran tentang zat gizi dan makanan

sehat pada anak lebih baik diberikan oleh ibu karena pengetahuan ibu lebih baik

terkait kandungan gizi dalam makanan dibandingkan ayah (Widita, 2012).

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

105

Universitas Indonesia

Coaching terhadap ibu balita cara membuat variasi makanan dengan

memperhatikan sumber daya yang dimiliki oleh keluarga. Coaching atau

bimbingan merupakan proses belajar intensif melalui bimbingan perorangan,

demonstrasi, dan praktik yang diikuti dengan pemberian umpan balik segera

(Departemen Kesehatan, 2007). Coaching yang diberikan kepada keluarga berupa

pemberian bimbingan secara langsung dengan metode demonstrasi dan praktek

langsung tentang cara memodifikasi menu gizi seimbang balita. Penyediaan

makanan sehat bagi anak akan membentuk kebiasaan perilaku makan yang sehat

pada anak. Ketersediaan makanan sehat di rumah antara lain dengan buah dan

sayuran berhubungan dengan peningkatan jumlah konsumsi makanan tersebut

(Widita, 2012).

Usia balita merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan balita.

Gangguan saat pertumbuhan karena proses pemenuhan gizi sehingga proses

pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental akan langsung

berpengaruh. Gangguan pemenuhan gizi karena kekurangan kalori protein, dapat

dicegah sedini mungkin dengan pemberian MODISCO (makanan atau minuman

bergizi tinggi). Modisco adalah makanan penggemuk bagi anak. Modisco

singkatan dari Modified Disco yaitu suatu makanan atau minuman bergizi tinggi

untuk memenuhi balita yang terjadi gangguan pemenuhan nutrisi.

Kemandirian keluarga yang dinilai berdasarkan dilaksanakan kelima tugas

kesehatan keluarga (Depkes RI, 2006). Pendidikan kesehatan yang dilakukan di

keluarga sebagain besar diikuti oleh ibu balita dan hanya dua keluarga yang

diikuti kepala keluarga karena rata-rata kepala keluarga bekerja. Intervensi

keperawatan yang diberikan keluarga untuk meningkatkan kesehatan keluarga

harus secara menyeluruh beserta anggota keluarga lainnya (Freidman, 1998).

Hasil kemandirian keluarga dari 10 keluarga hanya 2 keluarga yang masih 2

keluarga tingkat kemandirian III hal ini disebabkan karena sistem dukungan

dalam keluarga tidak diberikan secara optimal. Dukungan keluarga tidak optimal

karena ibu harus bekerja dan balita dititipkan saudara untuk mengasuh dan

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

106

Universitas Indonesia

merawat serta untuk kegiatan kelompok pendukung SAKA keluarga tidak efektif

melakukan secara mandiri di rumah dalam penilaian masih banyak bimbingan dan

arahan. Keluarga dalam memberikan intervensi harus melalui pemberdayaan

sumber-sumber dan potensi yang ada termasuk sumber perawatan diri, sistem

dukungan dalam keluarga, sumber bantuan fisik serta sumber-sumber yang ada di

komunitas (Friedman, 2003). Keluarga sebagai sistem pendukung perawatan

balita diharapkan mamapu memberikan dukungan dan memiliki jaringan sosial

dalam komunitas untuk menjalankan fungsi keluarga yang efektif (Suhadi, 2012).

5.1.3 Asuhan Keperawatan Komunitas

5.1.3.1 Diagnosis Keperawatan Komunitas 1

Peningkatan pengetahuan ibu balita sebelum dan sesudah kegiatan pemantauan

penerapan SAKA diare rata-rata mengalami peningkatan 23.22%. Peningkatan

ketrampilan ibu balita dalam melakukan penerapan SAKA diare balita sebesar

23.23%. Peningkatan sikap ibu balita untuk melakukan penerapan SAKA diare

keluarga sebesar 23.22%. Penurunan kejadian diare pada balita sebesar 43,3%

dari kejadian 1 bulan pertama 23% menjadi 13% pada 3 bulan terakhir.

Peningkatan pengetahuan yang signifikan berdampak pada penurunan insiden

kejadian diare pada balita. Masyarakat berperan serta dalam pencapaian

keberhasilan pembengunan kesehatan bukan hanya sebagai objek tetapi sebagai

subjek pembengunan kesehatan (Departemen Kesehatan, 2005). Peran serta

masyarakat berkontribusi langsung terhadap perumusan atau proses musyawarah

untuk mencapai mufakat bersama terkait upaya pencegahan penularan penyakit

(Suratini, 2012). Individu mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk mengubah

perilaku sehat atau melakukan modifikasi gaya hidup sehat dengan adanya

peningkatan pengetahuan melalui pendidikan kesehatan (Pender, Murdaugh &

Parson, 2006).

Pendidikan kesehatan dalam bentuk pelatihan merupakan suatu kegiatan

memberikan pengetahuan dalam upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan

mencakup berbagai upaya baik itu dalam bentuk mencegah terjadinya penyakit

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

107

Universitas Indonesia

(health prevention) maupun melindungi diri dari berbagai masalah kesehatan

(health protection) dengan cara melakukan penyebaran informasi dan peningkatan

motivasi masyarakat untuk berperilaku hidup sehat (Pender, Murdaugh, & Parson,

2006). Pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan

mengurangi disabilitas serta mengaktualisasikan potensi kesehatan yang dimiliki

oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Swanson dan Nies, 2011).

Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan

seseorang melalui tehnik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah

atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok amaupun

masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat

(Departemen Kesehatan, 2002). Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai

kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk

mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat

secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa

yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dengan

meminta pertolongan (Effendi, 2003).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (Notoatmojo, 2010). Penelitian tenteng praktik pemberian makan yang

dilakukan dalam keluarga jika tidak didasari pengetahuan yang baik maka akan

menghasilkan praktik yang kurang tepat (Widita, 2012). Program pemerintah

yang hanya berfokus untuk pengobatan pada balita diare tidak dibarengi dengan

perhatian terhadap pentingnya melakukan oraktik pencegahan diare pada balita.

Dampak kader Posyandu, keluarga serta masyarakat pada umumnya tidak

memiliki pengetahuan yang baik yang dapat dijadikan sebagai landasan dalam

melakukan praktik pencegahan diare pada balita sedini mungkin.

Pendidikan kesehatan termasuk pelatihan merupakan upaya program yang

multidimensial dalam upaya untuk pemeliharaan dan peningkatan pengetahuan

kesehatan (Pender, 2006). Perilaku baru terjadi jika diawali dengan pengalaman-

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

108

Universitas Indonesia

pengalaman dan faktor dari luar (lingkungan) yang diketahui, dipersepsikan,

diyakini sehingga menimbulkan motivasi untuk bertindak (Notoatmodjo,2005).

Dukungan lingkungan termasuk dukungan yang diberikan oleh petugas kesehatan

Puskesmas dan dokter puskesmas atau kelompok peduli di masyarakat dalam

memberikan motivasi bagi penderita hipertensi dan keluarganya agar mau dan

mampu berperan serta secara aktif sebagai motivator diri sendiri dan keluarganya

yang menderita hipertensi. Upaya ini bermakna untuk penyakit kronis seperti

hipertensi yang memerlukan pengobatan jangka panjang bahkan seumur hidupnya

(Pujiyanto, 2008).

Kegiatan penyuluhan yang dilakukan lebih mengoptimalkan peran dan fungsi

kader dalam melakukan penyuluhan kesehatan yang tujuannya adalah untuk

pemberdayaan kader dalam menyelesaikan masalah kesehatan (Suratini, 2012).

Pendidikan kesehatan merupakan salah satu kegiatan yang ditujukan dalam

rangka promosi kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan

penyampaian pesan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok ataupun

masyarakat agar mereka memperoleh pengetahuan kesehatan yang nantinya

berpengaruh pada sikap, perilaku sehat (Rejeki, 2012). Perubahan yang terjadi di

masyarakat dapat dipengaruhi oleh perawat komunitas dalam menyampaikan

pesan kesehatan (Suhadi, 2012).

Pendidikan kesehatan yang secara rutin dilakukan oleh KPS dalam kegiatan

Posyandu setiap bulan memberikan dampak yang positif terhadap penurunan

kejadian diare pada balita yaitu 43.3%. Penurunan insiden diare pada balita masih

tinggi dibandingkan insiden nasional yaitu 10.2%. Analisis penulis hal ini

disebabkan fokus intervensi keperawatan yang diberikan hanya 2 RW sedangkan

cakupan wilayah Kelurahan Cisalak Pasar luas. Pendidikan kesehatan yang

diberikan di RW lain sebatas kampanye dan penyebarluasaan informasi tentang

penerapan SAKA diare. Analisis lain adalah waktu singkat untuk mengubah

perilaku yang menetap.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

109

Universitas Indonesia

5.1.3.1 Diagnosis Keperawatan Komunitas 2

Pelaksanaan pelayanan pencegahan dan penanggulangan balita diare di Posyandu

terlaksana di RW 01 dan RW 03. Kelompok pendukung dalam pemantauan

penerapan SAKA diare yang dilakukan ibu balita terjadwal seminggu sekali.

Kegiatan pemantauan penerapan SAKA diare yang dilakukan ibu balita efektif

dilakukan setiap minggu selama 13 minggu. Asuhan keperawatan komunitas

pada balita perlu lebih ditingkatkan dan ditindaklanjuti dengan penguatan pada

kunjungan rumah sehingg lebih optimal. Peran penting kader dalam kunjungan

tindak lanjut adalah untuk memastikan perilaku yang diterapkan oleh keluarga

adalah perilaku positif. Teori perubahan perilaku menyatakan bahwa untuk

membentuk sebuah kebiasaan diperlukan paling sedikit 6 bulan untuk

mempraktikkan perilaku baru.

Proses kelompok merupakan salah satu strategi intervensi keperawatan yang

dilakukan bersama-sama dengan masyarakat melalui sebuah kelompok (Suratini,

2012). Intervensi keperawatan di dalam tatanan komunitas menjadi lebih efektif

dan mempunyai kekuatan untuk melaksanakan perubahan pada individu, keluarga

dan komunitas apabila perawat komunitas bekerjasama dengan masyarakat.

Berbagai kelompok di masyarakat dapat dikembangkan sesuai dengan inisiatif

dan kebutuhan masyarakat setempat. Kegiatan kelompok ini disesuaikan dengan

kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai (Depkes, 1992). Dukungan yang

diterima lansia dapat meningkatkan pemanfaatan dan kepatuhan individu terhadap

pelayanan yang diinginkan dengan mengikuti informasi yang diberikan, ikut serta

dalam kelompok dan meningktakan perilaku mencari bantuan kesehatan (Cohen,

1998). Proses kelompok dalm kegiatannya dilaksanakan pendidikan secara

kontinu untuk membantu individu, kelompok dalam mengatsi masalah kesehatan.

Pelaksanaan pendidikan kesehatan yang dilakukan pada anggota kelompok peduli

lansia hipertensi berdampak positif terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan

ketrampilan lansia hipertensi dan keluaraganya (Suhadi, 2010). Dampak lansgung

keterlibatannya dalam pengendalian faktor risiko hipertensi bagi lansia yaitu

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

110

Universitas Indonesia

terbukti hasilnya dapat menurunkan tingkat keluhan lansia akibat tekanan

darahnya meningkat, menurunnya derajat hipertensi dan meningkatkan

pengetahuan, sikap dan perilaku lansia hipertensi terhadap kemampuan

melakukan penatalaksanaan hipertensi di rumah. Hal ini juga sejalan dengan hasil

pelaksanaan pendidikan kesehatan yang dilakukan KPS diare berdampak positif

terhadap peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap ibu balita dalam

melakukan deteksi dini dan pencegahan diare pada balita dengan penerapan

SAKA diare. Dampak langsung keterlibatannya dalam deteksi ini diare pada

balita dengan melihat faktor risiko terbukti hasilnya dapat menurunkan angka

kejadian diare balita dan meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap dalam

melakukan penerapan SAKA diare di rumah.

Dampak pendidikan kesehatan, kunjungan rumah dan pendidikan kesehatan bagi

kelompok balita berisiko terkena diare di keluarga dapat meningkatkan

pengetahuan, sikap dan ketrampilan keluarga, yang dapat meningkatkan status

kemandiriannya dalam tugas perawatan kesehatan keluarga. Keberhasilan tersebut

secara umum dapat mendeteksi secara dini balita diare sehingga tidak terjadi

dehidrasi yang akan berakibat fatal pada gangguan pertumbuhan dan

perkembangan balita bahkan menyebabkan kematian.

5.1.4 Keterbatasan dalam Intervensi Keperawatan

Sosialisasi terkait pencegahan diare tidak dilakukan pembinaan secara kontinu

dilakukan di Posyandu. Kader yang harusnya melaksanakan fungsi pencegahan

diare pada balita dalam kegiatan Posyandu tidak pernah mengikuti pelatihan

tentang pencegahan diare pada balita. Keterbatasan media informasi yang tersedia

untuk melakukan kegiatan pencegahan diare balita di Posyandu. Kelompok

Pendukung SAKA diare berkontribusi dalam menurunkan angka kejadian diare

pada balita, program inovasi KPS belum dikenal masyarakat, pihak Puskesmas

dan Dinas Kesehatan. Sosialisasi saat kegiatan Lokarya Mini Kesehatan yang

dihadiri pihak Puskesmas dan Dinas Kesehatan tidak semua menyebarkan

informasi tentang KPS kepada yang lain.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

111

Universitas Indonesia

Kader kesehatan yang ada di masyarakat mempunyai kesadaran yang tinggi untuk

berperan aktif dalam kegiatan KPS. Dukungan pihak Kelurahan dalam pemberian

penghargaan terhadap kegiatan yang sudah dilakukan kader tidak ada. Hal ini

membuat kader tidak optimal dalam melakukan penerapan SAKA diare karena

kurangnya motivasi dan pembinaan terhadap kegiatan yang sudah dilakukan.

Kerjasama kegiatan KPS untuk koordinasi dengan pihak Puskesmas belum

berjalan secara optimal. Tenaga kesehatan yang ditunjuk sebagai pembina wilayah

Cisalak Pasar hanya fokus pada kegiatan KIA serta latar belakang pendidikan

bidan desa. Kerjasama yang berjalan hanya komunikasi mengenai KPS yang

terlaksana pada saat kegiatan Lokakarya Mini Kesehatan dan tidak ada umpan

balik terhadap kegiatan yang sudah dilakukan.

Kelompok Pendukung SAKA dalam melakukan pembinaan terhadap keluarga

mempunyai hambatan masalah waktu yang harus dibagi untuk kegiatan yang lain

seperti arisan dan pengajian. Hambatan yang lain adalah anggaran untuk

menunjang kegiatan pemantauan SAKA seperti stiker dan format pencatatan dan

pelaporan. Keluarga yang dilakukan pembinaan tidak semua menerima dengan

baik masih banyak keluarga menolak untuk dibina dengan alasan kesibukan

bekerja dan merasa keluarga tidak ada yang terkena diare. Pihak Puskesmas dalam

melakukan pengarahan dan supervisi kegiatan KPS tidak optimal. Tenaga

kesehatan yang ada adalah Bidan desa yang latar belakang ilmu keperawatannya

tidak ada sehingga kesulitan untuk melakukan kegiatan pengarahan dan supervisi

secara kontinu. Kegiatan KPS hanya dilakukan pengarahan dan supervisi saat

kegiatan Posyandu.

5.1.4 Implikasi Pelayanan Kesehatan dan Keperawatan

Diare pada balita dapat menimbulkan dampak buruk bagi pertumbuhan dan

perkembangan anak pada tahap kehidupan berikutnya. Kejadian diare pada balita

merupakan suatu fenomena yang sudah dianggap biasa terjadi di masyarakat.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

112

Universitas Indonesia

Kematian diare pada balita yang terjadi karena tidak dilakukan deteksi dan

pencegahan diare secara dini sehingga terjadi dehidrasi. Keadaan yang seperti ini

jika tidak segera mendapat perhatian khusus dari tenaga kesehatan khususnya

perawat maupun masyarakat luas maka akan menimbulkan risiko peningkatan

masalah diare pada balita dan berakibat fatal menimbulkan kecatatan dan

kematian. Dampak hasil intervensi keperawatan yang secara rinci dibahas mulai

pengelolaan manajemen keperawatan komunitas, asuhan keperawatan keluarga

dan asuhan keperawatan komunitas menunjukkan penurunan kejadian diare pada

balita. Deteksi dini dan pencegahan diare balita yang dilakukan berdampak pada

pencapaian pertumbuhan dan perkembangan balita secara optimal sehingga angka

kematian dan insiden kejadian diare menurun.

Kelompok Pendukung SAKA dapat berkontribusi secara aktif terhadap target

pelayanan kesehatan khususnya promosi kesehatan di masyarakat, penemuan

kasus baru, deteksi dan pencegahan secara dini serta pencatatan dan pelaporan.

Peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap kader terhadap penerapan

SAKA diare melalui kegiatan Kelompok Pendukung SAKA. Kegiatan Kelompok

Pendukung SAKA berupa pemberian pendidikan kesehatan, kunjungan rumah

untuk melakukan pembinaan pada keluarga secara langsung keluarga yang yang

terkena diare. Hasil Kelompok Pendukung SAKA efektif menurunkan angka

kejadian diare pada balita.

Kelompok Pendukung SAKA sebagai suatu inovasi dari program pencegahan

diare yang sudah ada yaitu LINTAS diare. Kelompok Pendukung SAKA ini dapat

dijadikan sebagai inovasi pengembangan dari program pokok Posyandu dalam

kegiatan tahap keempat atau meja meja ke empat yaitu melakukan pendidikan

kesehatan kepada kelompok atau masyarakat. Kegiatan pokok Posyandu tersebut

adalah pencegahan diare dengan pemberian informasi tentang diare pada balita

dan penyediaan oralit. Keberhasilan dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan

ketrampilan ibu balita dalam penerapan SAKA diare di keluarga, merupakan

kontribusi yang besar dari kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Pendukung

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

113

Universitas Indonesia

SAKA di RW 01 dan 03. Keberhasilan peran Kelompok Pendukung SAKA

termasuk dalam hal memberikaan umpan balik dan pembinaan terhadap faktor

risiko kejadian diare pada balita, melakukan senam balita, terapi gurita dan

pemberian bubur tempe untuk melakukan perawatan balita diare, serta

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan seperti Posyandu maupun

Puskesmas.

Kelompok pendukung dapat melakukan kerjasama lintas sektor dan lintas

program yang lebih kuat antara Kelurahan, Puskesmas dan Dinas Kesehatan jika

peran dan fungsi kelompok pendukung dilaksanakan dengan baik. Tindak lanjut

penetapan mekanisme koordinasi perlu dituangkan dalam SK bersama antara

pihak-pihak yang terkait dalam pencegahan diare balita dengan pembentukan

Kelompok Pendukung SAKA. Petugas Puskesmas tidak bertanggung jawab pada

satu program tetapi memegang beberapa program sehingga perhatian dan

konsentrasi tersebar untuk beberapa program, akibatnya kegiatan pencegahan

diare program tidak optimal.

Pelatihan dan pendampingan oleh Kelompok Pendukung SAKA memberikan

motivasi yang tinggi bagi keluarga, serta menimbulkan kepercayaan diri yang

tinggi sebagai bagian dari tenaga kesehatan yang ada di masyarakat. Motivasi

kader dalam kegiatan KPS memerlukan dukungan dari keluarga dan masyarakat

serta penanggung jawab keperawatan di lapangan. KPS sebagai pendukung

kelompok sosial dapat meningkatkan peran dan fungsi dalam melakukan deteksi

dini dan pencegahan diare pada balita serta melakukan evaluasi dan monitoring

perkembangan kesehatan balita diare di keluarga dan masyarakat.

5.1.5 Perkembangan Ilmu Keperawatan

Kelompok Pendukung SAKA menunjukkan hasil yang bermakna terhadap

penurunan insiden diare pada balita serta peningkatan pengetahuan, ketrampilan

dan sikap kader serta keluarga dalam melakukan penerapan SAKA diare. Hal

tersebut dapat dijadikan sebagai evidance based bagi pengembangan ilmu

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

114

Universitas Indonesia

keperawatan komunitas dan keluarga. Variabel yang perlu diteliti lebih lanjut

adalah variabel untuk anak dan keluarga. Fenomena kejadian diare pada balita

merupakan permasalahan yang lazim ditemui sehingga diperlukan suatu inovasi

yang tepat dan efektif untuk melakukan pencegahan dan deteksi secara dini diare

pada balita.

Salah satu strategi intervensi komunitas yang digunakan adalah Kelompok

Pendukung SAKA. Inovasi KPS diare pada balita hanya menggambarkan strategi

kelompok pendukung saja sedangkan untuk strategi lain dibutuhkan juga suatu

penelitian lebih lanjut sejauhmana keluarga menjalankan penerapan SAKA diare

di keluarga dengan strategi intervensi pemberdayaan keluarga. Pemberdayaan

keluarga secara spesifik dalam melaksanakan penerapan SAKA diare tersebut

dapat mempengaruhi insiden penurunan diare.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

115

115Universitas Indonesia

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dijelaskan tentang simpulan dan saran dari uraian bab

sebelumnya terhadap hasil dan pembahasan pengelolaan manajemen keperawatan

komunitas, asuhan keperawatan keluarga, dan asuhan keperawatan komunitas.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penjelasan dan uraian pembahasan pada bab sebelumnya,

bahwa kegiatan Kelompok Pendukung SAKA sebagai intervensi keperawatan

kompunitas pada aggregate balita dengan diare dapat memberikan gambaran yang

aplikatif untuk dilakukan ditempat lain yang mempunya permasalahan yang sama.

Berdasarkan tujuan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

6.1.1 Telah terbentuk Kelompok Pendukung SAKA untuk melakukan deteksi

dini dan pencegahan diare secara dini di RW 01 dan RW 03. Kegiatan

Kelompok Pendukung SAKA berupa pemberian pendidikan kesehatan,

kunjungan rumah serta pembinaan terhadap keluarga yang balitanya

terkena diare.

6.1.2 Pengetahuan anggota KPS sebelum dan sesudah kegiatan penerapan

SAKA diare mengalami peningkatan. Pengetahuan tersebut meliputi rata-

rata pengetahuan tentang diare balita, pengetahuan SAKA diare, dan

penerapan SAKA diare keluarga.

6.1.3 Peningkatan ketrampilan anggota KPS dalam penerapan SAKA diare.

Sikap anggota KPS yang sebelum dilakukan pelaksanaan penerapan

SAKA diare mengalami peningkatan setelah pelaksanaan penerapan

SAKA diare.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

116

Universitas Indonesia

6.1.4 Peningkatan sikap anggota KPS untuk pemantauan penerapan SAKA diare

keluarga. Pada uji statistik dengan test wilcoxon didapatkan hasil adanya

perbedaan signifikan sebelum dan sesudah pemantauan penerapan SAKA

diare keluarga yang dilakukan oleh kader.

6.1.5 Pengetahuan keluarga sebelum dan sesudah kegiatan pemantauan

penerapan SAKA diare mengalami peningkatan. Pengetahuan tersebut

meliputi rata-rata pengetahuan tentang diare balita, pengetahuan SAKA

diare, dan penerapan SAKA diare keluarga.

6.1.6 Peningkatan ketrampilan dalam melakukan penerapan SAKA diare balita.

Ketrampilan keluarga yang sebelum dilakukan pemantauan penerapan

SAKA diare mengalami peningkatan setelah pemantauan.

6.1.7 Peningkatan sikap keluarga untuk melakukan penerapan SAKA diare

keluarga. Pada uji statistik dengan test wilxocon didapatkan hasil adanya

perbedaan signifikan sikap keluarga dalam melakukan penerapan SAKA

diare sebelum dan sesudah dilakukan pemantauan oleh kader selama 13

minggu.

6.1.8 Terjadi peningkatan tingkat kemandirian keluarga yang dibina oleh

Kelompok Pendukung SAKA di RW 01 dan RW 03.

6.1.9 Penurunan insiden diare di Kelurahan Cisalak Pasar pada 3 bulan terakhir

menunjukkan hasil yang bermakna bahwa Kelompok Pendukung SAKA

efektif digunakan untuk kegiatan deteksi dini dan pencegahan diare pada

balita.

6.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan

permasalahan aggregate balita diare di masyarakat yaitu:

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 134: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

117

Universitas Indonesia

6.1.1 Bagi Pelayanan Kesehatan

6.1.1.1 Mengadakan sosialisasi untuk perencanaan pencegahan diare

menjadi prioritas dalam renstra Dinas Kesehatan Kota depok.

6.1.1.2 Menempatkan perawat spesialis komunitas untuk mengembangkan

program inovasi yang sudah dilakukan di tingkat Dinas Kesehatan.

6.1.1.3 Menempatkan perawat yang latar belakang pendidikannya sarjana

keperawatan yang berada di tingkat Puskesmas untuk melakukan

pembinaan terhadap suatu wilayah.

6.1.1.4 Menetapkan anggaran untuk supervisi dan monitoring berkala

pelaksanaan kegiatan pokok pencegahan diare, baik di tingkat Dinas

Kesehatan maupun di tingkat Puskesmas.

6.1.1.5 Melakukan supervisi dan monitoring berkala yang dilakukan oleh

penanggung jawab balita Puskesmas, untuk meningkatkan motivasi

kinerja kader dalam kegiatan KPS.

6.1.1.6 Meningkatkan peran serta masyarakat khususnya kader Posyandu

untuk terlibat dalam kegiatan KPS.

6.1.2 Bagi perawat komunitas

6.1.2.1 Meningkatkan kemampuan melakukan pengarahan dan pembinaan

dalam KPS sebagai wadah kegiatan perkesmas pada aggregate

balita diare dalam asuhan keperawatan kelompok dan keluarga

serta kunjungan rumah.

6.1.2.2 Melakukan pembinaan kegiatan KPS, bekerjasama dengan perawat

puskesmas atau kader Posyandu dan terlibat dalam kegiatan

pelatihan, kunjungan rumah, dan pembinaan langsung keluarga

dengan balita diare.

6.1.3 Perkembangan Riset Keperawatan

6.1.3.1 Riset kualitatif

Pengembangan penelitian lebih lanjut yang dapat dikembangkan

yaitu studi fenomenologi mengenai persepsi keluarga terhadap

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 135: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

118

Universitas Indonesia

Kelompok Pendukung SAKA dalam melakukan penerapan SAKA

diare. Pengalaman keluarga dalam melakukan penerapan SAKA

diare sebagai salah satu dukungan sosial yang diberikan terhadap

penurunan insiden diare pada balita.

6.1.3.2 Riset kuantitatif

Mengembangkan studi penelitian untuk melihat variabel SAKA

yang paling dominan dalam mengatasi masalah kejadian diare pada

balita. Strategi intervensi keperawatan komunitas yang lebih efektif

pengaruhnya terhadap kejadian diare pada balita.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 136: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito. (2007). Sistem Kesehatan. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

Allender, Judith Ann, & Spradley, Barbara Walton. (2005). Community HealthNursing: Concepts and Practice. 7th edition. Philadelphia : Lippincott.

Amiruddin. (2007). Distribusi Penyakit Diare. Jakarta: Rineka Cipta.

Anderson & Mc.Farlane. (2000). Community as partner: Theory and practice innursing. (Third edition). Philadelphia: Lippincot.

Andrianto P. (2006). Diare Akut. Jakarta: EGC.

Anggraeni. (2006). Hubungan antara Pemberian Susu Formula dengan KejadianDiare pada Bayi di Puskesmas Sidoarjo. Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Airlangga. Diakses dari http://repository.usu.ac.id padatanggal 10 Januari 2012.

Apriyanti, Ikob dan Fajar (2009). Faktor-faktor yang Berhubungan denganKejadian Diare pada anak usia 6-24 bulan di Palembang. TidakDipublikasikan. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sriwijaya.

Ariawan, I. (1998). Besar dan Metode Sampel Pada Penelitian KesehatanJurusan Biostatistik dan Kependudukan. Fakultas Ilmu KesehatanMasyarakat: Universitas Indonesia.

Arikunto S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, cetakanketigabelas. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Atmojo SM. (1998). Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare anakbalita di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah. FK UGM. Yogyakarta.Diakses dari http://sanitasi.or.id pada tanggal 3 Juni 2012.

Badan penelitian dan pengembangan Kesehatan . (2002). Survei KesehatanRumah tangga 2001, Laporan Studi mortalitas 2001: Pola PenyebabKematian di Indonesia. Departemen Kesehatan RI.

______. (2002). Survei Kesehatan Rumah tangga 2001. Laporan SKRT 2001:Studi Morbiditas dan Disabilitas Departemen Kesehatan RI.

______. (2007). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Departemen Kesehatan RI.

Badan Pusat Statistik. (2003). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 137: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Beaglehola, R., dkk. (1993). Dasar-dasar Epidemiologi. Gadjah Mada UniversityPress, Yogyakarta.

Badan Human Statistik. (2006). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia2002-

2003. Badan Human Statistik, Jakarta.

Boediarso, A. (1985). Sindroma Klinik Penyakit Diare. Bagian Ilmu Kesehatan.Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Budiarto, Eko. (2002). Biostatistika untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat.Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Buletin Jendela dan Data Informasi. (2011). Situasi Diare di Indonesia. TriwulanII. ISSN 2088-270X. Kementerian Kesehatan RI.

Baltazar. (1993). Hygiene Behaviour and Hospitalized Severe ChildhoodDiarrhoe. Bulletin of WHO.

Bozkurt. (2003). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta:EGC

Chandra. (2007). Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan KejadianDiare pada Balita. Universitas Sumatera Utara. Diakses darihttp://repository.usu.ac.id pada tanggal 3 Juli 2012.

Choirunnisa. (2009). Peranan Air Bersih dan Sanitasi dalam PemberantasanPenyakit Menular. Jakarta: YLKI.

Creswell, J. W. (2009). Research Design : Qualitative, Quantitative, and MixedMethods Approaches. Third Edition. California.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1990). Peraturan Menteri KesehatnRI Nomor : 416/Menkes/Per/IX/1999 tentang Syarat-syarat danPengawasan Kualitas Air.Depkes RI, Jakarta.

_____.(1993). Materi Program P2 Diare pada Pelatihan P2ML Terpadu BagiDokter Puskesmas. Dirjen P2M & PLP, Depkes RI, Jakarta.

______.(1995). Pedoman Pelaksanaan Pengawasan KualitasAir Minum. Dirjen PPM & PLP, Depkes RI, Jakarta.

______.(1999). Indonesia Sehat 2010. Depkes RI, Jakarta.

______.(2000). Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta :Ditjen PPM dan PL.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 138: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

______.(2002). Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat . Jakarta : DitjenPPM dan PL

______.(2005). Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare . Jakarta : DitjenPPM dan PL.

______.(2006). Pedoman Pelaksanaan Pencegahan Penyakit Diare. Jakarta:Ditjen PPM dan PL.

______. (2007). Buku Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI. Jakarta:Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat.

______.(2007). Buku Pedoman Pelaksanaan Program Pemberantasan PenyakitDiare. Jakarta: Ditjen PPM dan PL.

______.(2007). Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Ditjen PPMdan PL.

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengan. (2007). Profil Dinas Kesehatan PropinsiJawa Tengah 2007. Jawa Tengah: Dinas Propinsi Jawa Tengah.

Dinas Kesehatan Kota Semarang. (2007). Profil Dinas Kesehatan Kota Semarang2007. Semarang: DKK Semarang

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. (2010).Buku Saku Lintas Diare untuk Petugas Kesehatan. KementerianKesehatan RI. Jakarta.

Ervin, NF. (2002). Advanced community health nursing : Concept and practice.(5 th ed). Philadelphia: Lippincot.

Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E.G. (2003). Family Nursing: ResearchTheory & Practice. New Jersey: Prentice Hall.

Gatti. (1999). Pengaruh Strategi Promosi Kesehatan terhadap PHBS di Serdang.Universitas Sumatera Utara. Diakses dari http://repository.usu.ac.id padatanggal 20 Maret 2012.

Gerald T. Keusch, Olivier Fontaine, Alok Bhargava. Dkk (2010). DiarrhealDiseases. di unduh dari Disease Control Priorities Project.http://www.dcp2.org/pubs/DCP/19/, 15 Desember 2011.

Hamdani. (2009). Pengaruh Faktor Upaya Pencegahan dan Pengobatan yangdilakukan Ibu pada Balita dengan Penyakit Diare di Puskesmas Bandar

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 139: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Baru Kabupaten Pidie. Universitas Sumatera Utara. Diakses darihttp://repository.usu.ac.id pada tanggal 3 Juli 2012.

Haryoto. (1993). Perilaku Ibu terhadap Diare pada Balita. Jakarta: LembagaPenelitian Universitas Indonesia.

Hastono, S.P. (2007). Analisis Data Kesehatan. Modul Pengajaran. UI: FKM.

Heller. (1998). Health, Safe Water and Sanitation. Bulletin of WHO.

Henny. (2003). Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian DiareBalita. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro. Diaksesdari http://eprints.undip.ac.id pada tanggal 20 April 2012.

Hidayat. (2005). Pengantar ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba Medika.

Hitchcock, J.E., Schubert, P.E., Thomas, S.A. (1999). Community health nursing:caring in action. Albani : Delmas Publisher.

Howard and Bartram. (2003). The burden of diarrhoea, shigellosis, and cholerain North Jakarta. Indonesia: findings from 24 months surveillance.BMC Infectious Diseases.

Irianto, J., Soesanto. S., Supraptini, Inswiasri, Irianti, S., dan Anwar, A. (1996).Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Anak Balita(Analisis Lanjut Data SDKI 1994). Buletin Penelitian Kesehatan. Vol 24(2 dan 3) 1996 : 77-96.

Khomsan. (2004). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Balita.Buletin Penelitian Kesehatan. Diakses dari http://eprints.undip.ac.id padatanggal 20 April 2012.

Kusumaningrum, Hepriyani, dan Nurhalinah (2011). Pengaruh PHBS TatananRumah Tangga terhadap Diare Balita di Palembang. TidakDipublikasikan Universitas Sriwijaya.

Lanata. (1991). Faktor Risiko yang Mempengaruhi Penyakit Diare pada Balita.Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia.

Lembaga Demografi FE UI.2000. Dasar-Dasar Demografi. Jakarta : LembagaPenerbit FE UI.http://www.bbkbn.go.id

Lemeshow, S., dkk. (1997). Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. GadjahMada University Press, Yogyakarta.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 140: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Magdarina D Agtini, Rooswanti Soeharno, Murad Lesmana, dkk. (2005). Theburden of diarrhoea, shigellosis, and cholera in North Jakarta.Indonesia: findings from 24 months surveillance. BMC InfectiousDiseases.

Mantra, I. B. (2000). Demografi Umum. Jakarta : Pustaka Pelajar.

Matondang. (2008). Aspek Imunologi air Susu Ibu. Buku ajar Imunologi Anak.Jakarta: IDI

Mc. Murray, A. (2003). Community Health and Wellness: a Sociologicalapproach. Toronto: Mosby.

Muhajirin. (2007). Hubungan antara Praktek Personal hygiene Ibu Balita danSanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Balita di KelurahanMaos Kabupaten Cilacap. Universitas Diponegoro Semarang. Diaksesdari http://eprints.undip.ac.id pada tanggal 20 April 2012.

Muhidin, S. A., dan Abdurahman, M. (2007). Analisis Korelasi, Regresi, danJalur

dalam Penelitian. Bandung : Pustaka Setia.

Muhimin. (1996). Manusia, Kesehatan dan Lingkungan. Bandung.

Murti, B. (2006). Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif danKualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta.

_____. (2003). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Edisi Kedua, JilidPertama, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Nababan. (2009). Perilaku Higinitas Ibu Balita dalam Penanggulangan ResikoDiare Pada Keluarga di Bantaran Sungai Deli Kota Medan. UniversitasSumatera Utara. Diakses dari http://repository.usu.ac.id pada tanggal 10Januari 2012.

Nies, M.A., & McEwen, M. (2007). Community/ Public Health Nursing:Promoting the Health of Populations. St. Louis, Missouri: SaundersElsevier.

Nilto. (2008). Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kesakitan Diare pada Balita.Buletin Penelitian Kesehatan.

Notoatmodjo, S . (1996). Metodologi Penelitian Kesehatan. (Edisi Revisi).Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 141: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

_____ . (2003). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu PerlakuKesehatan. Andi Offset, Yogyakarta.

_____ . (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. (Edisi Revisi). Jakarta:Penerbit Rineka Cipta.

_____ . (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. (Edisi Revisi). Jakarta:Penerbit Rineka Cipta.

Nurrahima Artika. (2012). Hubungan Struktur Kekuatan Dan PengambilanKeputusan Dengan Penerapan KADARZI Di Kelurahan Cisalak PasarKota Depok. Jakarta: Universitas Indonesia.

Pitono. (2006). Penatalaksanaan Diare di Rumah Pada Balita. Jurnal Kedokteran

Polit, D.F., & Hungler, B.P . (1990). Nursing Research: Principles andMethods Fourth Edition. Philadelphia: Lippincott.

_____ . (2001). Essential of Nursing Research: Methods, Appraisal, andUtilization. Philadelphia: Lippincott.

Profil Puskesmas Cimanggis. (2010).

Profil Kesehatan Indonesia. (2012).

Proverawati, Atikah., & Eni Rahmawati. (2012). Perilaku Hidup Bersih danSehat (PHBS). Nuha Medika. Yogyakarta.

Pusat Promosi Kesehatan . (2008). Pedoman Pelatihan Pembinaan PerilakuHidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga. Departemen Kesehatan RI.

_____ . (2009). Panduan Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat diRumah Tangga. Departemen Kesehatan RI.

_____. (2011). Rumah Tangga Ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.Kementerian Kesehatan RI.

Potter & Perry. (2005). Fundamentals of Nursing: Concepts, Proccess, andPractice. St. Louis: Mosby Year Book Inc.

Rejeki Herni. (2012). Kelompok Pendukung: Strategi Pengendalian TB BerbasisPemberdayaan Masyarakat Di Keluarahan Pasir Gunung SelatanKecamatan Cimanggis Kota Depok. Jakarta: Universitas Indonesia.

Ronardy. (1995). Kartu Menuju Sehat. Jakarta: EGC

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 142: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Sabri, L., & Hastono, S.P. (2006). Statistik Kesehatan. (Edisi Revisi). Jakarta: PTRaja Grafindo Persada.

Sander, M. A. (2005). Hubungan Faktor Sosio Budaya dengan Kejadian Diare diDesa Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo. Jurnal Medika . Vol 2.No.2. Juli-Desember 2005 : 163-193.

Sanropie. (1998). Diare Akut pada Anak. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Soemirat. (1996). Kesehatan Lingkungan. Cetakan lima. Yogyakarta : UniversitasGajah Mada

Shinthamurniwaty. (2006). Faktor-faktor Resiko Kejadian Diare Akut PadaBalita di Kabupaten Semarang. Universitas Diponegoro Semarang.Diakses dari http://eprints.undip.ac.id pada tanggal 10 Januari 2012.

Soebagyo. (2008). Hubungan antara PHBS dengan Kejadian Diare yang Berobatke Puskesmas Purwokerto Barat. Diakses dari http://eprints.undip.ac.idpada tanggal 10 Januari 2012.

Soetjiningsih. (2006). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Suhadi. (2012). Kelompok Peduli Lansia Hipertensi Sebagai Bentuk IntervensiKeperawatan Komunitas Pada Aggregate Lansia Di Kelurahan TuguKecamatan Cimanggis Kota Depok. Jakarta:Universitas

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Penerbit Alfabeta.

Supartini. (2004). Hubungan anatara Praktek Ibu dengan Penyiapan Makanan danMinuman bagi Balita dengan Kejadian Diare Balita. Yogyakarta:UGM

Suratini. (2012). Kelompok Pendukung sebagai Bentuk Intervensi DalamPencegahan Kekambuhan Gastritis Pada Aggregate Lanjut Usia DiWilayah Kelurahan Tugu Cimanggis Kota Depok. Jakarta:UniversitasIndonesia.

Sutomo. (1995). Mau Sehat Cuci Tangan pakai sabun. Bandung: Pionir Jaya

Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004). Community health nursing : Promotinghealth of agregates, families and individuals. (5 th ed). St.Louis: Mosby,inc.

Triatmodjo. (2008). Pengaruh Air Bersih kaitannya dengan Kejadian DiareBalita. Yogyakarta:UGM

Tumbeleka. (2008). ASI dan Pengendalian Infeksi. Jakarta:IDI

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 143: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

UNICEF . (2002). Pedoman Hidup Sehat. Diadaptasi dari Facts for Life. (ThirdEdition).

_____ . (2005). Rekomendasi tentang Pemberian Makan Balita Diare. Diaksespada tanggal 5 Mei 2012.

WHO . (2009). Prevalensi Diare Balita . WHO. Diakses dari http://www.who.intpada tanggal 4 Januari 2012.

_____ . (2011). Diarrhoeal disease . WHO. Diakses dari http://www.who.intpada tanggal 4 Januari 2012.

Wibowo, T., Soenarto, S., dan Pramono, D. (2004). Faktor-Faktor RisikoKejadian Diare Berdarah pada Balita di Kabupaten Sleman. Jurnal BeritaKedokteran Masyarakat. Vol. 20. No.1. maret 2004 : 41-48.

Widita Putri. (2012). Hubungan Praktik Pemberian Makan Dalam KeluargaDengan Kejadian Sulit Makan Pada Populasi Balita Di Kelurahan KutoBatu Kota Palembang. Jakarta: Universitas Indonesia.

Widjaja. (2002). Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta : KawanPustaka.

Widyastuti, P., (ed). (2005). Epidemiologi Suatu Pengantar. edisi 2. Jakarta :EGC.

Wijayanti. (2009). Usia Tepat Mendapatkan Makanan Tambahan. Jakarta: kawanPustaka

Wulandari. (2009). Hubungan antara Faktor Lingkungan & FaktorSosiodemografi dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa BlimbingKabupaten Sragen. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Yulianti. (2010). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada AnakBalita (Studi pada Masyarakat Etnis Dayak Kelurahan Kasongan BaruKecamatan Kentingan Hilir Kabupaten Kentingan Kalimantan Tengah).(Skripsi) Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro.

Yulisa. (2008). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Diare pada Anak Balita.Fakultas Kesehatan Masyarakat: Universitas Diponegoro. Diakses darihttp://eprints.undip.ac.id pada tanggal 10 Januari 2012.

Zubir, Juffrie, M., dan Wibowo, T. (2006). Faktor-Faktor Risiko Kejadian DiareAkut pada Anak 0-35 Bulan (BATITA) di Kabupaten Bantul. SainsKesehatan. Vol 19. No 3. Juli 2006. ISSN 1411-6197 : 319-332.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 144: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 145: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Lampiran 1

KRITERIA PRIORITAS MASALAH MANAJEMEN PELAYANAN KEPERAWATANNoDX

Masalah NO KRITERIA BERATNYA

MASALAH(1-10)

KRITERIARANKING

(1-10)

RASIONAL PRIORITASMASALAH

( BM X Rank)

1 Belum optimalnyaperan kader dalampelaksanaan programP2D berhubungandengan keterbatasansumber daya dantenaga

1 Perhatian komunitas terhadapmasalah

8 7 Pelayanan kesehatan, jenis-jenis masalahkesehatan

56

2 MotIvasi komunitas untukmenyelesaikan masalah

8 8 Kurang yakin masalah dapat diselesaikan karenalebih kompleks

64

3 Kemampuan perawat untukmempengaruhi penyelesaianmasalah

8 8 Perawat dilatih meningkatkan kesadaran dandukungan

64

4 Kesiapan untuk menyelesaikanmasalah

8 8 Tenaga kader menyadari kesiapan sebagaipembaharu

64

5 Hasil penyelesaian masalah sulitdicapai

7 7 Masalah dapat dikontrol dengan baik 49

6 Kecepatan pencapaianpenyelesaian masalah

7 7 Waktu untuk mobilisasi penduduk mendapatkandukungan dan kegiatan soaial lainnya

49

JUMLAH 3462 Belum adanya

kerjasama lintasprogram dan lintassektoral dalampengontrolan danpengembanganPosyanduberhubungan denganalur komunikasi dankoordinasi yang jelasuntuk pembinaanpelayanan balitadengan diare.

1 Perhatian komunitas terhadapmasalah

7 7 Pelayanan kesehatan, guru, jenis-jenis masalahkesehatan

49

2 Motivasi komunitas untukmenyelesaikan masalah

7 7 Kurang yakin masalah dapat diselesaikan karenalebih komplek

49

3 Kemampuan perawat untukmempengaruhi penyelesaianmasalah

8 8 Perawat dilatih meningkatkan kesadaran dandukungan

64

4 Kesiapan untuk menyelesaikanmasalah

8 8 Tenaga kader menyadari kesiapan sebagaipembaharu

64

5 Hasil penyelesaian masalah sulitdicapai

7 7 Masalah dapat dikontrol dengan baik 49

6 Kecepatan pencapaianpenyelesaian masalah

7 7 Waktu untuk mobilisasi penduduk mendapatkandukungan dan kegiatan soaial lainnya

49

JUMLAH 324

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 146: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

NoDX

Masalah NO KRITERIA BERATNYA

MASALAH(1-10)

KRITERIARANKING

(1-10)

RASIONAL PRIORITASMASALAH

( BM X Rank)

3 Belum optimalnyasupervisi pelaksanaanprogram pembinaankesehatan balitadengan diareberhubungan denganbelum ada pedomansupervisi dan formatsupervisi yang jelas.

1 Perhatian komunitas terhadapmasalah

7 7 Pelayanan kesehatan, jenis-jenis masalahkesehatan

49

2 Motivasi komunitas untukmenyelesaikan masalah

8 7 Kurang yakin masalah dapat diselesaikan karenalebih komplek

56

3 Kemampuan perawat untukmempengaruhi penyelesaianmasalah

8 7 Perawat dilatih meningkatkan kesadaran dandukungan

56

4 Kesiapan untuk menyelesaikanmasalah

8 7 Tenaga kader menyadari kesiapan sebagaipembaharu

56

5 Hasil penyelesaian masalah sulitdicapai

6 6 Masalah dapat dikontrol dengan baik 36

6 Kecepatan pencapaianpenyelesaian masalah

6 6 Waktu untuk mobilisasi penduduk mendapatkandukungan dan kegiatan soaial lainnya

36

JUMLAH 2894 Belum optimalnya

perencanaan tahunanprogram preventif danpromotif pencegahandan penanggulangandiare pada balitaberhubungan dengantidak adanyaperencanaan spesifikjangka pendek danjangka panjang untukprogram pencegahandan penanggulangandiare pada balita.

1 Perhatian komunitas terhadapmasalah

7 7 Pelayanan kesehatan, jenis-jenis masalahkesehatan

49

2 Motivasi komunitas untukmenyelesaikan masalah

7 7 Kurang yakin masalah dapat diselesaikan karenalebih komplek

49

3 Kemampuan perawat untukmempengaruhi penyelesaianmasalah

7 7 Perawat dilatih meningkatkan kesadaran dandukungan

49

4 Kesiapan untuk menyelesaikanmasalah

7 7 Tenaga kader menyadari kesiapan sebagaipembaharu

49

5 Hasil penyelesaian masalah sulitdicapai

6 6 Masalah dapat dikontrol dengan baik 36

6 Kecepatan pencapaianpenyelesaian masalah

6 6 Waktu untuk mobilisasi penduduk mendapatkandukungan dan kegiatan soaial lainnya

36

JUMLAH 268

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 147: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Lampiran 2SKORING DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN PEMBOBOTAN JMLA B C D E F G H I J K

1 Belum terlaksananya tatalaksanadiare pada agregat balita diKelurahan Cisalak Pasar.

4 4 4 3 3 4 3 3 2 3 3 36

2 Resiko peningkatan kejadiandiare pada balita di KelurahanCisalak Pasar KecamatanCimanggis Kota Depok.

4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 33

3 Resiko penyebaran diare padabalita di Kelurahan CisalakPasar Kecamatan CimanggisKota Depok.

3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 31

4 Pemeliharaan kesehatan tidakefektif pada balita dengan diaredi Kelurahan Cisalak PasarKecamatan Cimanggis Depok.

4 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 30

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 148: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Keterangan Pembobotan:1. Sangat Rendah2. Rendah3. Cukup4. Tinggi5. Sangat Tinggi

A. Risiko terjadi F. Sesuai program pemerintah K. Sumber dayaB. Risiko parah G. TempatC. Potensial penkes H. WaktuD. Minat masyarakat I. DanaE. Kemungkinan diatasi J. Fasilitas kesehatan

DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS BERDASARKAN SKORING

1. Resiko peningkatan kejadian diare pada balita di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.2. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada balita dengan diare di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Depok.3. Resiko penyebaran diare pada balita di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.4. Belum terlaksananya tatalaksana diare pada agregat balita di Kelurahan Cisalak Pasar.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 149: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Balita dengan Diaredi Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok 2012

No DiagnosaKeperawatan

Komunitas

Tujuan Rencana Kegiatan EvaluasiStrategi Kegiatan Kriteria Standar Evaluator

1. Belum terlaksananyatatalaksana diarepada agregat balita diKelurahan CisalakPasar.

Tujuan Umum:Programtatalaksana diarebalita di KelurahanCisalak Pasarberjalan optimalsetelah dilakukanpembinaan selama8 bulan.

Tujuan Khusus:

1. Tersedianyapelayanankesehatan untuktatalaksanabalita diaredalam KegiatanPosyandu dandifasilitasi olehkaderkesehatan.

2. Tersedianyasarana danprasarana sertadana untukmenunjangkegiatan

PendidikanKesehatan

Pelatihan kader Posyandudalam pelaksanaan lima mejadan melakukan penyuluhankesehatan pada balita dalamkegiatan pencegahan diare.

Afektif

Kognitif

Afektif

Psikomotor

- Teridentifikasi pesertapelatihan kaderPosyandu yang akanmengikuti pelatihanperwakilan tiap RW.

- Peningkatan pengetahuantentang pencegahan diarepada balita khususnyakader kesehatan.

- Peningkatan atauperbaikan sikap kaderdalam pencegahan diare

- Mampu memberikan

Mahasiswa

Kader

Puskesmas

Supervisor

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 150: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

kesehatan balitadiare

Psikomotor

Psikomotor

Psikomotor

pendidikan kesehatanpada balita dengan diare.

- Mampu merubahperilaku yangmenerapkan hidup bersihdan sehat untukmencegah diare balita.

- Melakukan perawatandan pencegahan diare dirumah.

- Mampu melakukanrujukan untuk balita yangsudah terjadi dehidrasi.

2 Resiko peningkatankejadian diare padabalita di KelurahanCisalak PasarKecamatanCimanggis KotaDepok.

Tujuan UmumAngka kejadiandiare balitamenurun setelahdilakukanpembinaan selama8 bulan.

Tujuan Khusus:

1. MeningkatkanpemahamankeluargatentangpenerapanSAKA diare.

2. Meningkatkan

PendidikanKesehatan 1. Penyuluhan tentang

penerapan SAKA diare padabalita di tingkat RW dalambentuk kegiatan GEISAD“Gerakan Ibu Sayang AnakDiare”.

2. Penyebarluasaan leaflet,

Kognitif

Afektif

- Terjadi peningkatanpengetahuan peserta ibubalita yang mengikutipenyuluhan.

- Peningkatan atauperbaikan sikap ibu

Mahasiswa

Kader

Supervisor

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 151: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

pengetahuankeluargatentangpenerapanSAKA diare.

3. MeningkatkanketerampilankeluargatentangpenerapanSAKA diare.

poster penerapan SAKAdiare pada balita di RW 1dan RW 3

Psikomotor

balita terhadappencegahan diare padabalita dengan penerapanSAKA diare.

- Mampu melakukanpenerapan SAKA diare

- Tersebarnya leaflet danposter tentang penerapanSAKA diare.

3 Resiko penyebarandiare pada balita diKelurahan CisalakPasar KecamatanCimanggis KotaDepok

Tujuan UmumSetelah dilakukantindakankeperawatanselama 8 bulantidak terjadipenyebaranpenyakit diare padabalita di wilayahCisalak Pasar.

Tujuan KhususKader dapatberperan aktifdalam menanganimasalah diare padabalita denganadanya KelompokPendukung SAKA(KPS).

Proses Kelompok 1. Rekruitmen peserta KPS(Kelompok PendukungSAKA).

2. Pelatihan KPS (KelompokPendukung SAKA).

Afektif

Kognitif

- Teridentifikasi pesertaKPS balita yaitu kaderposyandu.

- Peningkatan pengetahuanpeserta KPS tentangpenerapan SAKA diare

Supervisor

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 152: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Afektif

Psikomotor

Psikomotor

Psikomotor

Afektif

pada balita.

- Peningkatan atauperbaikan sikap terhadapbalita diare.

- Mampu memberikanpendidikan kesehatanpada ibu balita.

- Mampu merubahperilaku yangmenyebabkan balitadiare.

- Mampu mengaksessumber informasi yangtepat dan pelayanankesehatan untukpenerapan SAKA diare.

- Mampu menjadimotivator bagi ibu balitadalam penerapan SAKAdiare pada balita.

4 Pemeliharaankesehatan tidakefektif pada balitadengan diare diKelurahan CisalakPasar Kecamatan

Tujuan UmumSetelah dilakukantindakan peawatanselama 8 bulanpemeliharaankeseahatan pada

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 153: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Cimanggis Depok balita di wilayahCisalak Pasar dapatefektif kembali.

Tujuan Khusus1.Meningkatkan

pengetahuan ibutentang diarebalita.

2.MeningkatkandukunganPuskesmasterhadap programSAKA diare.

3. Meningkatnyakemampuankader dalampemantauanterhadap balitayang terkenadiare.

PendidikanKesehatan

Partnership

Pemberdayaan

Proses kelompok

1. Melakukan pendidikankesehatan kepada balitayang terkena diare.

2. Penerapan SAKA diare.

3. Melakukan skrening balitayang terkena diare melaluikegiatan Posyandu

4. Pembinaan ibu yangbalitanya diare

5. Pendampingan kader dalampenerapan SAKA diare padabalita diare.

Afektif

Psikomotor

Psikomotor

Afektif

Psikomotor

Meningkatnya pengetahuanibu tentang SAKA diare.

Meningkatnya kemampuanibu dalam pelaksanaanSAKA diare.

Teridentifikasi faktor risikobalita yang terkena diare.

Terbinanya masalah diarepada balita yang melibatkanperan serta keluarga dalammelakukan penerapanSAKA diare.

Terpantaunya masalahdiare pada balita.

Supervisor

Kader

Mahasiswa

Puskesmas

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 154: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Rencana Kerja (Plan Of Action/POA) Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Balita dengan Diaredi Kelurahan Cisalak Pasar Kecamtan Cimanggis Kota Depok 2012

No Rencana Kegiatan Tujuan Kegiatan SumberdayaPenanggungjawab Waktu

PelaksanaanAlokasiDana

TempatPelaksanaan

1 Pembentukan kelompokpendukung balita dengandiare (KPS).

- Terbentuknya bukupanduan kelompokpendukung (KPS) balitadengan diare termasukpencatatn dan pelaporanprogram.

- Terlaksananya programkelompok pendukung bagiibu balita dengan diare(KPS).

ResidenKetua RWPuskesmasKetua PosyanduKader

Minggu 1 bulanNovember 2012

Swadanamasyarakatdonatur

Rumah KetuaPosyandu RT 05RW 03

2 Pelaksanaan kegiatankelompok pendukung (KPS)balita dengan diare.

- Terbentuknya danterbinanya anggotakelompok pendukungbalita dengan diareminimal selama 6 kalipertemuan di RW.

- Anggota kelompokpendukung dapatmelakukan pendidikankesehatan dan penerapanSAKA diare.

- Terjadi perubahanpengetahuan, sikap, danketrampilan anggotakelompok pendukungdalam mengatasi masalahbalita dengan diare denganpenerapan SAKA diare.

ResidenKetua RWPuskesmasKetua PosyanduKader

Minggu 2 bulanNovember 2012

Swadanamasyarakatdonatur

Rumah KetuaPosyandu RT 05RW 03

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 155: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

3 Terlaksananya pemantauandan pencatatan oleh anggotakelompok pendukung (KPS)terhadap balita yangmengalami diare.

- Tersosialisasinya programkelompok pendukung dimasyarakat yang dilakukansupervisi oleh Puskesmas.

- Proses penyelesaianmasalah terhadap balitayang mengalami diare olehmasyarakat yang dilakukanpendampingan oleh ketuaPosyandu.

ResidenKetua RWPuskesmasKetua PosyanduKader

Minggu 1 s/d 4bulan Desember2012

Swadanamasyarakatdonatur

Rumah KetuaPosyandu RT 05RW 03

4 Presentasi referatmodel/bentuk intervensikeperawatan komunitas.

- Tergambarnyamodel/bentuk intervensikeperawatan komunitasyang mendukungpelaksanaan inovasi SAFEpada balita dengan diare.

ResidenKetua RWPuskesmasKetua PosyanduKader

Minggu 1 bulanDesember 2012

Residen Posko Residen

5 Supervisi kegiatan kelompokpendukung (KPS).

- Terevaluasinya kegiatankelompok pendukungmelalui kegiatan supervisiterencana oleh KetuaPosyandu, Puskesmas danKetua RW Siaga.

- Teridentifikasinyapendukung danpenghambat kegiatankelompok pendukung(KPS) di RW 03.

- Terselesaikannyapermasalahan yang ada diwilayah RW 03 terutamabalita dengan diare.

ResidenKetua RWPuskesmasKetua PosyanduKader

Minggu IV tiapbulannya

Swadanamasyarakatdonatur

RW 03

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 156: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

6 Lokakarya KesehatanKelurahan Cisalak Pasar

- Terevaluasinya kegiatankelompok pendukung.

- Terselesaikannyapermasalahan balita dengandiare dan pelaksanaankegiatan kelompokpendukung ibu balita.

- Terdokumentasikan danterlaporkan kegiatankelompok pendukung.

ResidenKetua RWPuskesmasKetua PosyanduKader

Minggu IV tiapbulannya.

Swadanamasyarakatdonatur

Balai KelurahanCisalak Pasar.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 157: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Rencana Kerja (Plan Of Action/POA) Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Balita dengan Diaredi Kelurahan Cisalak Pasar Kecamtan Cimanggis Kota Depok 2012

No Rencana Kegiatan Tujuan Kegiatan SumberdayaPenanggungjawab Waktu

PelaksanaanAlokasiDana

TempatPelaksanaan

1 Identifikasi keluarga denganbalita yang mengalami diareatau riwayat pernah diare 3bulan terakhir.

- Teridentifikasi limakeluarga binaan denganbalita yang mengalamidiare di wilayah CisalakPasar.

ResidenKader

Minggu 2 bulanOktober 2012

Residen RW 01 dan RW03

2 Pengkajian keluarga binaanbalita yang mempunyairiwayat diare 3 bulanterakhir.

- Terkajinya lima keluargabinaan dengan balita yangmengalami diare denganpendekatan model FamilyCenter Nursing.

Residen Minggu 1-3 bulanNovember 2012

Residen RW 01 dan RW03

3 Perumusan permasalahankeluarga binaan denganbalita yang mempunyairiwayat penyakit diare.

- Terumuskannya diagnosakeperawatan keluargadengan balita yangmengalami diare pada limakeluarga binaan denganpendekatan NANDA.

ResidenKader

Minggu 4 bulanNovember 2012

Residen RW 01 dan RW03

4 Penyusunan perencanaanasuhan keperawatan keluargadengan balita yangmempunyai riwayat diare.

- Tersusunnya perencanaanasuhan keperawatankeluarga dengan balitayang mempunyai riwayatdiare.

ResidenKader

Minggu 4 bulanNovember 2012

Residen RW 01 dan RW03

5 Implementasi asuhankeperawatan keluarga dengan

- Terimplementasi tindakankeperawatan spesialistik

ResidenKader

Minggu IV-XI Residen RW 01 dan RW03

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 158: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

balita diare keluarga dengan balitayang mempunyai riwayatdiare:1. Pendidikan Kesehatan2. Coaching3. Conseling4. Penerapan SAKA diare

6 Evaluasi asuhan keperawatankeluarga dengan balita yangmempunyai riwayat diare.

Terevaluasinya asuhankeperawatan keluarga denganbalita yang mempunyairiwayat diare melalui tingkatkemandirian keluarga 1 s/d IV

ResidenKader

Minggu XII Residen RW 01 dan RW03

7 Penyusunan laporan akhirasuhan keperawatan keluarga

Terlaporkannya lima asuhankeperawtan keluarga binaandengan balita yang mempunyairiwayat diare.

Residen Minggu XIII Residen

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 159: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Balita dengan Diaredi Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok 2013

SEMESTER II

No DiagnosaKeperawatan

Komunitas

Tujuan Rencana Kegiatan EvaluasiStrategi Kegiatan Waktu Kriteria Evaluasi Evaluator

1. Resiko peningkatankejadian diare padabalita di KelurahanCisalak PasarKecamatanCimanggis KotaDepok.

Tujuan Umum:Programtatalaksana diarebalita di KelurahanCisalak Pasarberjalan optimalsetelah dilakukanpembinaan selama8 bulan.

Tujuan Khusus:

3. Tersedianyapelayanankesehatan untuktatalaksanabalita diaredalam KegiatanPosyandu dandifasilitasi olehkaderkesehatan.

4. Tersedianyasarana danprasarana sertadana untukmenunjang

PemberdayaanMasyarakatPendidikanKesehatan

Supervisi pelaksanaankegiatan penerapan SAKAdiare yang dilakukan olehkader dan petugas KPS di RW01, 03 dan 04

SetiapkegiatanPosyandu dimasing-masing RW

- Teridentifikasi kaderPosyandu yang akanmelakukan kegiatanpenerapan SAKA diaredi RW 01, 03 dan 04.

- Peningkatan pengetahuantentang penerapanSAKA diare pada balitakhususnya kaderkesehatan.

- Peningkatan atauperbaikan sikap kaderdalam melakukanpenerapan SAKA diare.

Mahasiswa

Kader

Puskesmas

Supervisor

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 160: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

kegiatankesehatan balitadiare

- Mampu memberikanpendidikan kesehatanpada balita dengan diare.

- Mampu merubahperilaku yangmenerapkan hidup bersihdan sehat untukmencegah diare balita.

- Melakukan perawatandan pencegahan diare dirumah.

- Mampu melakukanrujukan untuk balita yangsudah terjadi dehidrasi.

2 Pemeliharaankesehatan tidakefektif pada balitadengan diare diKelurahan CisalakPasar KecamatanCimanggis Depok

Tujuan UmumAngka kejadiandiare balitamenurun setelahdilakukanpembinaan selama8 bulan.

Tujuan Khusus:

4. MeningkatkanpemahamankeluargatentangpenerapanSAKA diare.

PendidikanKesehatan

3. Penyuluhan tentangpenerapan SAKA diare padabalita di Paud “ABATASA”dalam bentuk kegiatanGEISAD “Gerakan IbuSayang Anak Diare”.

4. Penyebarluasaan leaflet,poster penerapan SAKA

Minggu 1Maret

- Terjadi peningkatanpengetahuan peserta ibubalita yang mengikutipenyuluhan.

- Peningkatan atauperbaikan sikap ibubalita terhadap

Mahasiswa

Kader

Supervisor

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 161: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

5. MeningkatkanpengetahuankeluargatentangpenerapanSAKA diare.

6. MeningkatkanketerampilankeluargatentangpenerapanSAKA diare.

diare pada balita di Pauddan TK di RW 01, 03 dan04

pencegahan diare padabalita dengan penerapanSAKA diare.

- Mampu melakukanpenerapan SAKA diare

- Tersebarnya leaflet danposter tentang penerapanSAKA diare.

3 Resiko penyebarandiare pada balita diKelurahan CisalakPasar KecamatanCimanggis KotaDepok

Tujuan UmumSetelah dilakukantindakankeperawatanselama 8 bulantidak terjadipenyebaranpenyakit diare padabalita di wilayahCisalak Pasar.

Tujuan KhususKader dapatberperan aktifdalam menanganimasalah diare padabalita denganadanya KelompokPendukung SAKA(KPS).

Proses Kelompok 3. Monitoring evaluasikegiatan KPS

Minggu IVMaret

- Teridentifikasi pesertaKPS yang akandilakukan evaluasiterhadap kegiatan KPSyang sudah dilakukan

- Peningkatan pengetahuanpeserta KPS tentangproses evaluasi tentangpelaksanaan SAKA

Supervisor

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 162: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

diare.

- Peningkatan atauperbaikan sikap terhadapproses umpan balikterhadap evaluasi yangdilakukan.

- Mampu memberikanpendidikan kesehatanpada ibu balita.

- Mampu merubahperilaku yangmenyebabkan balitadiare.

- Mampu mengaksessumber informasi yangtepat dan pelayanankesehatan untukpenerapan SAKA diare.

- Mampu menjadimotivator bagi ibu balitadalam penerapan SAKAdiare pada balita.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 163: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

4 Penatalaksanaandiare tidak efektifpada aggregate balitadi Kelurahan CisalakPasar

Tujuan UmumSetelah dilakukantindakan peawatanselama 8 bulanpemeliharaankeseahatan padabalita di wilayahCisalak Pasar dapatefektif kembali.

Tujuan Khusus1.Meningkatkan

pengetahuan ibutentang diarebalita.

2.MeningkatkandukunganPuskesmasterhadap programSAKA diare.

3. Meningkatnyakemampuankader dalampemantauanterhadap balitayang terkenadiare.

PendidikanKesehatan

Partnership

Pemberdayaan

Proses kelompok

6. Melakukan pendidikankesehatan kepada balitayang terkena diare di RW04.

7. Penerapan SAKA diare.

8. Melakukan skrening balitayang terkena diare melaluikegiatan Posyandu

9. Pembinaan ibu yangbalitanya diare

10. Pendampinganpengurus KPS dalampenerapan SAKA diare padabalita diare.

Minggu 1April

Meningkatnya pengetahuanibu tentang SAKA diare.

Meningkatnya kemampuanibu dalam pelaksanaanSAKA diare.

Teridentifikasi faktor risikobalita yang terkena diare.

Terbinanya masalah diarepada balita yang melibatkanperan serta keluarga dalammelakukan penerapanSAKA diare.

Terpantaunya masalahdiare pada balita.

Supervisor

Kader

Mahasiswa

Puskesmas

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 164: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Rencana Asuhan Keperawatan Manajemen Pelayanan Kesehatan Komunitas Pada Balita dengan Diaredi Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok 2012

Semester II

No Diagnosa Tujuan Umum Tujuan Khusus Intervensi Evaluasi Standar Evaluator1. Belum optimalnya

peran kader dalampelaksanaan programP2D berhubungandengan keterbatasansumber daya dantenaga

Setelahdilakukanrencana programP2D selama 3bulan di wilayahCisalak Pasardiharapkandibuatnyaperencanaankegiatan.

a. RevitalisasipelaksanaanPosyandu 5meja untukpelayanan P2D.

b. Terbentuknyastrukturorganisasikelompokpendukung.

c. Dibuatnyarencanaprogramkegiatankelompokpendukungpertahun

1. Pelaksanaan penerapan SAKAdiare di Posyandu RW 01, 03 dan04.

2. Proses pengurusan SK untukkegiatan KPS yang diakui ditingkat Puskesmas danKelurahan.

3. Pembuatan rencana programkegiatan KPS secara kontinuuntuk 1 tahun kedepan

1. Terlaksananya penerapanSAKA yang dilakukankader di Posyandu RW01, 03 dan 04.

2. Diterbitkan SK kegiatanKPS di KelurahanCisalak Pasar.

3. Tersusun rencanaprogram 1 tahun kedepanuntuk kegiatan KPS

PuskesmasKelurahanSupervisorMahasiswa

2. Belum adanyakerjasama lintasprogram dan lintassektoral dalampengontrolan danpengembanganPosyandu

Setelahdilakukanrencana programP2D selama 3bulandiharapkanadanya

a. Berjalannyametode inovatifpenerapanSAKA diare.

b. Tersosialisa-sinya program

1. Simulasi cara melakukanpencatatan dan pelaporankegiatan penerapan SAKA olehkader di keluarga.

1. Terlaksananya simulasiuntuk pelaksanaanpencatatan dan pelaporankegiatan penerapanSAKA diare.

PuskesmasKelurahanSupervisorMahasiswa

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 165: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

berhubungan denganalur komunikasi dankoordinasi yang jelasuntuk pembinaanpelayanan balitadengan diare.

pengarahan danbimbingansecara optimal.

P2D melaluipenerapanSAKA diare.

c. Dibuatnyaformatpeloporankegiatan SAKAdiare.

d. Berjalannyasistempengawasankegiatan.

e. Dibuatnya hasillaporankegiatan.

2. Supervisi kegiatan penerapanSAKA diare yang dilakukankader.

3. Pelaporan hasil kegiatan keKelurahan, Puskesmas, danDinkes.

2. Terlaksananya supervisiyang dilakukan olehpetugas Puskesmas danKelurahan sebagai prosesevaluasi terhadapkegiatan KPS.

3. Desiminasi kegiatan KPSdan rencana tindak lanjut

3 Belum optimalnyasupervisi pelaksanaanprogram pembinaankesehatan balitadengan diareberhubungan denganbelum ada pedomansupervisi dan formatsupervisi yang jelas.

Setelahdilakukanrencana programP2D selama 3bulandiharapkanadanyakomunikasiyang bisaberjalan secaraefektif.

a.Dilakukanpraktekkomunikasiefektif antarpengurus KPS.

b.Dibuatkan alurjaringankomunikasiyang efektifantara pengurusKPS.

c.Pencatatan danpelaporan yangbaik tentang

1. Simulasi antara pengurus KPStentang pelaksanaan komunikasiefektif.

2. Terbentuk alur komunikasiantara pengurus KPS.

3. Adanya buku yntuk pencatatandan pelaporan kegiatan KPS

1. Terlaksananya simulasikomunikasi efektif yangdapat berjalan secaraoptimal denganpenambahan perilakupengurus KPS dalammelakukan komunikasiefektif.

2. Tersusun bagankomunikasi efektif antarapengurus KPS.

3. Tersedianya buku laporandan pencatatan yang

PuskesmasKelurahanSupervisorMahasiswa

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 166: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

kegiatan KPS. dilakukan berkaitandengan kegiatan KPS.

4 Belum optimalnyaperencanaan tahunanprogram preventifdan promotifpencegahan danpenanggulangandiare pada balitaberhubungan dengantidak adanyaperencanaan spesifikjangka pendek danjangka panjang untukprogram pencegahandan penanggulangandiare pada balita.

Setelahdilakukanintervensiselama 3 bulankoordinasi dapatberjalan secaraoptimal antarapengurus KPSdi tiap RW.

a.Monitoring danevaluasi yangdilakukan.

b.Proses umpanbalik tentangkegiatan KPS.

1. Supervisi yang dilakukan secarabergantian dari pihakPuskesmas atau Kelurahanterhadap kegiatan KPS.

2. Proses umpan balik secaratertulis yang akan mengevaluasikegiatan KPS.

3. Pemberiaan reward atas kinerjayang sudah dilakukan secaraoptimal oleh pengurus KPS.

1. Dilakukan supervisiterkait pelaksanaanprogram yang dilakukanPuskesmas pada kegiatanPosyandu tiap RW.

2. Adanya bukti secaratertulis evaluasi yangsegera akan ditindaklanjuti untuk perbaikanprogram pelaksanaanKPS.

3. Penggunaan sebagiananggaran di Posyanduuntuk kelancarankegiatan KPS.

PuskesmasKelurahanSupervisorMahasiswa

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 167: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Lampiran 4

SKORING

Diagnosa Keperawatan : Manajemen terapeutik diare tidak efektif pada keluarga Bpk E

khususnya An.K

Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran

Sifat Masalah :Aktual

KemungkinanMasalah dapatdiubah :

sebagian

Potensi masalahuntuk dicegah :cukup

Menonjolnyamasalah : masalahdirasakan tapi tidakurgen

3/3 x 1

½ x 2

2/3 x 1

½ x 1

1

1

2/3

½

Keluarga mengatakan masalah inisudah dirasakan oleh An.K walaupunsudah sembuh tetapi masih ada resikolain yang dapat mengakibatkan An.Kbisa terkena diare lagi

Rumah keluarga Bpk.E dekat denganfasilitas kesehatan, keluarga dari segiekonomi cukup menjangkau upayauntuk mengatasi masalahkesehatannya, keluarga lebihmementingkan kesehatan anaknya.

Masalah diare pada An.K sudahdiketahui oleh bapak E, namun tidahtahu cara pencegahan danperawatannya.

Keluarga merasakan masalah diarepada An.K sudah diatasi namunmenurut keluarga harus tahubagaimana pencegahannya supayatidak terulang lagi diare pada An.K

TOTAL SKOR = 2 1/6

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 168: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Resiko pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga Bpk.E

khususnya pada An.K

Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran

Sifat Masalah :aktual

KemungkinanMasalah dapatdiubah :

sebagian

Potensi masalahutuk dicegah :cukup

Menonjolnyamasalah : masalahdirasakan tapiurgen

3/3 x 1

1/2 x 2

2/3 x 1

2/2 x 1

1

1

2/3

1

Keluarga mengatakan masalah saat inisangat dirasakan oleh keluargakhususnya An.K yang sulit makan,ibu M takut anaknya jadi mudah sakit.

Tempat tinggal keluarga dekat denganfasilitas kesehatan, keluarga dari segiekonomi cukup menjangkau upayauntuk mengatasi masalah, dankeluarga lebih mementingkankesehatan anaknya tetapi untukmasalah masak Ibu M malas karenatidak sempat atau repot ngurusianakanya.

Masalah kurang nutrisi atau gizidialami oleh An.K sudah lama, lebihsuka jajan, jarang makan nasi tetapikalau dibujuk dan dipaksa makanAn.K masih mau makan

Masalah sangat dirasakan danmembuat keluarga khawatir sehinggaharus segera diatasi

TOTAL SKOR = 3 2/3

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 169: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Ketidakefektifan pola komunikasi pada keluarga Bpk. E

Kriteria Bobot Pembenaran

Sifat Masalah

Resiko

2/3 x 1 = 1 Masalah yang dirasakan Ibu.M apabilatidak segera diatasi akan mempengaruhimasalah kesehatan pada An.K karenakurang perhatian.

Kemungkinan untuk diubah

Sebagian

1/2 x 2 = 1 Keluarga mempunyai kemauan untukmenyelesaikan masalah dengan adikiparnya. Tetapi hambatan yang dirasakansaat ini Bpk.E masih berpikir untuk bisadiajak konsultasi dengan perawat.

Potensial dicegah

Cukup

2/3 x 1 = 2/3 Masalah keluarga yang dialami masihringan dan ada usaha yang telah dilakukanIbu.M dalam berkomunikasi dengan adikipar sudah baik.

Menonjolnya masalah

Masalah dirasakan tapi tidakurgen

1/2 x 1 = 1/2 Keluarga merasakan masalah tetapi tidakharus segera ditangani, dan meminta padamahasiswa untuk membantu dalamperawatan masalah yang dialami.

TOTAL SKORE = 2 1/2

Prioritas Diagnosa Keperawatan

1. Resiko pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga Bpk.E

khususnya pada An.K.

2. Manajemen terapeutik diare tidak efektif pada keluarga Bpk E khususnya An.K

3. Ketidakefektifan pola komunikasi pada keluarga Bpk. E

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 170: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

RENCANA ASUHAN KEPERAWATANPADA KELUARGA BAPAK E

NO DIAGNOSAKEPERAWATAN

TUPAN TUPEN KRITERIA STANDAR INTERVENSI

1 Resikopemenuhankebutuhan nutrisikurang darikebutuhan tubuhpada keluargaBpk.E khususnyapada An.K.

Terpenuhikebutuhannutrisi padakeluargabapak Ekhususnyaanak K

Setelah 2 x 45 mntpertemuan keluargadapat :

1. Mengenal masalahkurang gizi :a. Menyebutkan

arti kurang gizi

Respon VerbalMenyebutkan

Arti kurang gizi : kekuranganzat-zat atau bahan-bahan yangdibutuhkan tubuh sehinggaterjadi perubahan dalam tubuhmisalnya tubuh menjadi kurus

1. Jelaskan pada keluarga artikurang gizi, yaitu kurangzat-zat atau bahan-bahanyang di butuhkan olehtubuh sehingga terjadiperubahan dalam tubuhmisal: tubuh jadi kurus,lemah dan pucat, contoh:pohon yang di tanam ditanah kurang subur makapohon itu akan kerdil dandaunya sedikit.

2. Beri kesempatan padakeluarga untukmenanyakan hal-hal yangbelum dimengerti olehkeluarga.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 171: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

b. Menyebutkanpenyebab kuranggizi

c. Menyebutkantanda-tandakurang gizi

Respon Verbal

Menyebutkandanmenunjukkanjenis bahanmakanan yangditanyakan.

Respon Verbal

Menunjukkan

2 dari 4 penyebab kurang gizi

1. Jumlah makanan yangdimasukan kurang

2. Jenis bahan makanan tidakseimbang

3. Makan tidak tertur4. Penyakit

3 dari 6 tanda kurang gizi yaitu

1. Badan kurus

2. Rambut tipis mudah dicabut

3. Lemah/pucat

3. Tanyakan kembali artikurang gizi menurutpemahaman keluarga.

4. Beri reinforcement positifatas jawaban keluargadalam bentuk pujian.

1. Jelaskan pada keluargapenyebab kurang gizidengan menggunakanlembar balik dan leaflet

2. Berikan kesempatankepada keluarga untukmenanyakan hal-hal yangbelum dimengerti olehkeluarga

3. Tanyakan kembalipenyebab kurang gizimenurut pemahamankeluarga

4. Beri reinforcement positifatas jawaban keluarga

1. Jelaskan pada keluargatanda-tanda kurang gizidengan menggunakanlembar balik dan leaflet

2. Beri kesempatan padakeluarga untukmenanyakan hal-hal yang

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 172: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

d. Mengidentifikasistatus gizi anak

Respon Verbal

Menunjukaspek yangmasih kurangatau perludiperbaiki.

Respon Verbal

Komitmenverbal denganmengutarakan

4. Kulit kering dan kusam

5. Pusing

6. Kaki dan tangan bengkak

Ungkapan bahwa An.K kuranggizi

Akibat dari kurang gizi adalah :

1. Pertumbuhan danperkembangan anakterganggu

belum dimengerti olehkeluarga

3. Tanyakan kembali padakeluarga tentang tanda-tanda kurang gizi menurutpemahaman keluarga

4. Beri reinforcement positifatas jawaban keluarga

1. Diskusikan dengankeluarga tentang anggotakeluarga yang mempunyaitanda-tanda kurang gizi

2. Fasilitasi keluarga untukmenyebutkan keluhan-keluhan yang ada pada an.K sesuai dengan tanda-tanda kurang gizi yangsudah dijelaskan

3. Beri kesempatan padakeluarga untukmengungkapkanpendapatnya

4. Beri reinforcement positifatas ungkapan keluarga

1. Jelaskan pada keluargatentang akibat dari kuranggizi pada anak denganmenggunakan lembar balik

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 173: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

2. Mengambilkeputusan untukmengatasi masalahkurang gizi padaanak

a. Menyebutkanakibat darikurang gizi padaanak

keinginan

Respon Verbal

Komitmenverbal denganmengutarakankeinginan

2. Mudah terkena penyakit3. Berkurangnya daya fikir

Keputusan keluarga untukmengurangi kurang gizi padaanak K melalui :

1. Memberi jenis makananyang seimbang pada anaksehat dan sakit

2. Memberikan makanansesuai dengan kebutuhananak

3. Makan yang teratur

dan leaflet2. Beri kesempatan pada

keluarga untukmenanyakan hal-hal yangbelum dimengerti

3. Tanyakan kembali akibatkurang gizi pada anaksesuai dengan pamahamankeluarga

4. Beri reinforcement positifatas jawaban keluarga.

1. Motivasi keluarga untukmemutuskan tentangmakanan apa yangdilakukan untuk mengatasimasalahnya,memberikananak makan sesuai dengankebutuhan.makan teratur,tatap memberikan makananpada anak sewaktu anaksehat mau sakit

2. Jika anak sukar makan,berikan dalam porsi sedikittapi sering

3. Beri kesempatan keluargauntuk mengungkapkanperasaannya

4. Beri reinforcement positifatas keputusan keluargauntuk mengatasi masalahpada anaknya

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 174: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

b. Memutuskanuntukmengatasimasalah kuranggizi

Responpsikomotor

Menunjukkancontoh bahanmakanan

Responpsikomotor

Menunjukkancontoh bahanmakanan

Keluarga dapat menyebutkankembali triguna zat gizi yaitu :

1. Zat tenaga untuk bekerja2. Zat pembangun untuk

pertumbuhan3. Zat pengatur untuk

melindungi dari penyakit

Bahan-bahan makanan yangmengandung tri gizi yaitu :

1. Zat tenaga seperti : nasi,roti, ubi, talas

2. Zat pembangun seperti :tempe, tahu, telur, daging

3. Zat pelindung seperti :sayuran dan buah-buahan

1. Jelaskan manfaat zat gizipada keluarga denganmenggunakan gambar danlembar balik

2. Beri kesempatan padakeluarga untukmenanyakan hal-hal ayngbelum dimengerti

3. Tanakan kembali manfaatzat gizi menurutpemahaman keluarga

4. Beri reinforcement positifatas jawaban keluarga

1. Jelaskan contoh-contohbahan makanan yangmengandung trigizi padakeluarga denganmenggunakan gambarlembar balik

2. Beri kesempatan padakeluarga untukmenanyakan hal-hal yangbelum dimengerti

3. Tanyakan kembali contoh-contoh bahan-bahanmakanan yangmengandung tri gizimenurut pemahamankeluarga

4. Beri reinforcement positif

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 175: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

3. Melakukan tindakankeperawatan untukmengatasi kuranggizi :a. Menyebutkan tri

guna zat gizipada tubuh

b. Menyebutkanbahan-bahanmakanan yangmengandung trigizi

Respon Verbal

menyebutkan

Responpsikomotor

Mengelompok

kan bahanmakan

2 dari 4 cara memilih bahanmakanan :

1. harganya terjangkau

2. Nilai gizinya baik

3. Tidak busuk

4. Mudah didapat

Keluarga mendemonstrasikancara memilih bahan makananyang baik

atas jawaban keluarga

1. Jelaskan cara memilihbahan makanan yang benarpada keluarga denganmenggunakan lembarbalik, leaflet

2. Beri kesempatan padakeluarga untukmenanyakan hal-hal yangbelum dimengerti

3. Tanyakan kembali caramemilih bahan makananyang baik menurutpemahaman keluarga

4. Beri reinforcement positifatas jawaban keluarga

1. Demonstrasikan caramemilih bahan makananyang baik

2. Beri kesempatan keluargauntuk mendemonstrasikancara memilih bahanmakanan

3. Beri reinforcement positifats usaha keluarga

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 176: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

c. Menyebutkancara memilihbahan makanan

d. Meredemonstrasikan caramemilih bahanmakanan

Respon Verbal

dan psikomotor

menyebutkansambilmemperagakan

Responpsikomotor:

Memilih bahanmakanan

Cara mengolah bahan makananyang benar yaitu :

1. Sayuran, buah dicuci dahulubaru dipotong-potong

2. Sayuran dimasak janganterlalu lama

3. Alat-alat masak bersih4. Cuci tangan sebelum masak

Keluarga mendemonstrasikancara memilih mengolahmakanan yang baik

1. Jelaskan cara mengolahbahan makanan yang benarpada keluarga denganmenggunakanlembar balik,leaflet

2. Beri kesempatan padakeluarga untukmenanyakanhal-hal yangbelum dimengerti

3. Tanyakan kembali caramengolah bahan makananyang benar menurutpemahaman keluarga

4. Beri reinforcement positifatas jawaban keluarga

1. Demonstrasikan caramengolah bahan makanansesuai dengan bahanmakanan yang telah dibelioleh keluarga

2. Beri kesempatan keluargauntuk mendemonstrasikancara mengolah bahanmakanan

3. Beri reinforcement positifatas usaha keluarga

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 177: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

e. Menyebutkancara mengolahbahan makananyang benar

f. Meredemonstrasikan caramengolah bahanmakanan yangbaik

Respon Verbal

menyebutkan

Responpsikomotormemilih danmengelompokkan sesuaikebutuhankebutuhanbalita

Prinsip menyajikan makanan :

1. Bervariasi jenismakanannya

2. Kombinasi makanan hewanidan nabati

3. Perhatikan jadwal menu4. Jumlah makanan sesuai

dengan kebutuhan

Jumlah makanan yangdibutuhkan balita

nasi : 3 piring sedang

tempe : 3 potong sedang

ikan : 3 potong sedang

sayur : 3 mangkuk sedang

buah : 3 potong sedang

susu : 250 cc/1 gelas

1. Jelaskan prinsipmenyajikan makanan padakeluarga denganmenggunakan lembarbalik,leaflet

2. Beri kesempatan padakeluarga untukmenanyakan hal-hal yangbelum dimengerti

3. Tanyakan kembali prinsipmenyajikan makananmenurut pemahamankeluarga

4. Beri reinforcement positifatas jawaban keluarga

1. Jelaskan jumlah makananyang dibutuhkan balitasehari-hari pada keluargadengan menggunakanlembar balik, leaflet

2. Beri kesempatan padakeluarga untukmenanyakan hal-hal yangbelum dimengerti

3. Tanyakan kembali jumlahmakanan yang dibutuhkananak sekolah sehari-harimenurut pemahaman

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 178: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

g. Menyebutkanprinsipmenyajikanmakanan

h. Menyebutkanmenu simbang

ResponPsikomotor

Memperagakan

Respon Verbal

menyebutkan

Keluarga dapat menyusunmenu seimbang sesuai dengankebutuhan balita sehari-hari

3 dari 5 prinsip mengatasi anaktidak mau makan :

1. Jangan paksa anak bila tidakmau makan

2. Jangan memberikan anakmakan yang manis-manissebelum makan

3. Sajikan makanan dalambentuk menarik

4. Makan bersama

keluarga4. Beri reinforcement positif

atas jawaban keluarga

1. Demonstrasikan caramenyusun menu seimbangsesuai dengan balita

2. Berikesempatan apdakeluarga untuk menyusunmenu seimbang sesuaidengan jumlah kebutuhanbalita

3. Beri reinforcement positifatas udaha keluarga untukmenyusun menu

1. Jelaskan prinsip-prinsipdalam mengatasi anaktidak mau makan padakeluarga denganmenggunakan lembarbalik, leaflet

2. Beri kesempatan padakeluarga untukmenanyakan hal-hal yangbelum dimengerti

3. Tanyakan kembali prinsip-prinsip dalam mengatasianak tidak mau makanmenurut pemahaman

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 179: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

i. Meredemonstrasikan caramenyusun menuseimbang

j. Menyebutkanprinsip-prinsipdalam mengatasianak tidak maumakan

k. Meredemonstrasikan caramengatasikesulitan anakmakan

Responpsikomotor

Memperagakancara memberimakan

Respon Verbal

menyebutkan

5. Berikan makan dalam porsikecil tapi sering

Keluarga dapatmendemonstrasikan caramemberi makan pada anakyang susah makan

2 dari 4 lingkungan yang dapatmeningkatkan selera makananak :

1. Makan bersama anggotakeluarga

2. Menggunakan alat makanyang menarik

keluarga4. Beri reinforcement positif

atas jawaban keluarga

1. Motivasi keluarga untukmengatasi anak yang sulitmakan dengan prinsip-prinsip yang telahdijelaskan

2. Memberikan kesempatankepada keluarga untukmendemonstrasikan caramemberi makan pada anakyang sulit makan

3. Beri reinforcement positifatas usaha keluargamengatasi anak yang sulitmakan

1. Jelaskan suasana yangdapat meningkatkan seleramakan anak denganmenggunakan lembar balikbergambar, dan leaflet

2. Beri kesempatan keluargauntuk menanyakan hal-halyang belum difahami

3. Tanyakan kembali padakeluarga suasana yangdapat meningkatkan selera

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 180: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

4. Memodifikasi lingkuntuk mengatasikurang gizi padaanak :

a. Menyebutkansuasana yangdapatmeningkatkanselera makananak

Respon Verbal

menyebutkan

Respon Verbalmenyebutkandan memilihfasilitaskesehatan yangsesuai

3. Makan sambil bercerita

4. Jenis makanan yangbervariasi dengan bentukdan warna yang menarik

Manfaat kunjungan ke fasilitaskesehatan :

1. Mendapatkan pelayanankesehatan

2. Mendapatkan penkes

2 dari 4 fasilitas kesehatanyang dapat dikunjungi untukmengatasi kurang gizi :

1. Posyandu

2. Puskesmas

makan anak sesuai denganpemahaman keluarga

4. Beri reinforcement positifatas usaha keluarga

1. Jelaskan pada keluargamanfaat kunjungan kefasilitas kesehatan denganmenggunakan lembar balik

2. Beri kesempatan padakeluarga untukmenanyakan hal-hal yangbelum dimengerti

3. Tanyakan kembali padakeluarga tentang manfaatkunjungan ke fasilitaskesehatan sesuai denganpemahaman keluarga

1. Diskusikan dengankeluarga fasilitaskesehatan yang dapatdigunakan untukmengatasi masalah kuranggizi pada anak

2. Minta keluarga untukmengidentifikasi fasilitaskesehatan yang ada disekitar tempat tinggal

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 181: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

5. Menggunakanfasilitas kesehatanyang ada untukmengatasi kuranggizi pada anak

a. Menyebutkanmanfaatkunjungan kefasilitaskesehatan

b. Menyebutkanfasilitaskesehatan yang

3. RS

4. dr praktek

3. Beri reinforcement positifatas jawaban keluarga

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 182: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

NoDiagnosa

Keperawatan

Tujuan EvaluasiIntervensi

Umum Tujuan khusus Kriteria Standar

2 Manajementerapeutik diaretidak efektif padakeluarga bpk.Ekhususnya anakK

Setelahdilakukantindakankeperawatandalam waktu5 minggu,tidak terjadidiare padakeluarga

Setelah pertemuan 3 x45 menit, keluargamampu :1. Mengenal masalah

Diare dengan:a. Menjelaskan

pengertian diareVerbalmenyebutkan

Diare adalah frekuensi buangair besar cair lebih dari 3xsehari

Dengan menggunakan Leaflet1. Diskusikan dengan keluarga

tentang pengertian diare.2. Tanyakan kembali pada

dapat digunakanuntuk mengatasikurang gizi padaanak

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 183: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

NoDiagnosa

Keperawatan

Tujuan EvaluasiIntervensi

Umum Tujuan khusus Kriteria Standar

Bpk. Eterutama an.K tidakterjadi.

b. Menyebutkanpenyebabdiare

c. Menyebutkantanda dan gejaladiare

d. Mengidentifikasianggota keluargadengan diare

Verbalmenyebutkan

Verbalmenyebutkan

Penyebab utama diare 3 dari 2Penyebab diare1. Virus2. Bakteri3. Alergi susu formula atau

makanan

Menyebutkan tanda dan gejaladiare :1. BAB cair2. Muntah3. Demam4. Mata cekung5. BB turun dan6. Nafsu makan turun

keluarga tentang pengertiandiare

3. Beri pujian atas jawabankeluarga yang tepat

1. Jelaskan kepada keluargapenyebab diare

2. Anjurkan keluarga untukmenyebutkan penyebab diare

3. Jelaskan kembali penyebabdiare jika di perlukan.

4. Beri pujian atas pencapaiankeluarga

1. Diskusikan tanda dan gejaladiare

2. Tanyakan kembali diaresesuai tanda dan gejala.

3. Beri reinforcement positifatas jawaban keluarga.

1. Anjurkan keluargamengidentifikasi tanda dangejala diare pada anggotakeluarga.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 184: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

NoDiagnosa

Keperawatan

Tujuan EvaluasiIntervensi

Umum Tujuan khusus Kriteria Standar

2.Keluarga memutuskanuntuk merawatanggota keluargadengan diare.a.Menyebutkan akibat

diare

b. Ungkapankeinginan untukmerawat anggotakeluarga dengandiare

3 dari 4 akibat diare1. Dehidrasi2. Tum-bang terhambat3. Biaya berobat mahal4. Meninggal dunia

Ungkapan keinginan merawatanggota keluarga dengan diare.

2. Beri reinforcement positifatas kemampuan keluargamengidentifi-kasi kondisianggota keluarga.

1. Diskusikan akibat diaredengan keluarga.

2. Tanyakan kembali pada kel.tentang akibat diare

3. Beri reinforcement positifatas jawaban kel.

1.Tanyakan kepada keluargakeinginan untuk merawatanggota keluarga dengan diare

2.Fasilitasi keluarga dalammembuat keputusan terkaitperawatan diare.

3.Motivasi keluarga untukmerawat anggota keluargayang sakit.

4.Beri penguatan ataspencapaian keluarga.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 185: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

NoDiagnosa

Keperawatan

Tujuan EvaluasiIntervensi

Umum Tujuan khusus Kriteria Standar

3. Merawat anggotakeluarga dengandiare

a. SAKA diare

Verbal

menyebutkan

Verbal

Menyebutkan

Dan komitmen

SAKA diare:

1. Sanitasi2. Anak3. Keluarga4. Area

Lakukan “Coaching” :

1. Jelaskan kepada keluargatentang cara perawatandiare.

2. Anjurkan keluarga untukmenyebutkan caraperawatan diare

3. Jelaskan kembali caraperawatan diare jika diperlukan.

4. Beri pujian atas pencapaiankeluarga.

1. Latih keluarga cara-caramerawat anak dengan diare

2. Anjurkan keluarga untukredemonstrasi cara-caraperawatan diare denganpenerapan SAKA di rumah

3. Beri pujian atas usahakeluarga.

4. Ingatkan keluarga untukmelakukan perawatan diarejika bab cair lebih dari 3xsehari muncul kembali.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 186: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

NoDiagnosa

Keperawatan

Tujuan EvaluasiIntervensi

Umum Tujuan khusus Kriteria Standar

b. Meredemonstrasicara perawatandiare

c. Melakukanperawatan diare

Verbal

Menyebutkandanmengelompok

kan komponenSAKA

SAKA diare:

1. Merebus botol susu yangdigunakan balita denganbenar

2. Kebiasaan cuci tangandengan sabun setelah babdan memberikan makanpada anak

3. Pembuatan oralit4. Senam balita5. Terapi gurita

Pada kunjungan tidak terencanakeluarga melakukan perawatandiare.

1. Kaji kemampuan keluargamelakukan perawatan diareyang telah diajarkan.

2. Beri pujian atas usaha yangtelah dilakukan keluarga.

Lakukan “Coaching” kepadakeluarga

1. Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan diare padaanak dengan penerapan SAKA.

2. Anjurkan keluarga untukmenyebutkan kembali SAKAdiare.

3. Beri pujian atas usahakeluarga.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 187: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

NoDiagnosa

Keperawatan

Tujuan EvaluasiIntervensi

Umum Tujuan khusus Kriteria Standar

4. Keluarga mampumemodifikasilingkungan dalamperawatan diaredengan cara :a. Menyebutkan cara

pencegahan diare

Memperagakanpenerapan SAKAdi rumah yangdilakukan olehibu balita

Melakukanpenerapan SAKAdiare secaramandiri untukterapi gurita dan

Cara pencegahan diare denganpenerapan SAKA diare:

a. Penggunaan sumber air bersihyang terlindungi

b. Kebersihan jambanc. Pemberian ASId. Pemberian makanan yang

bergizie. Pemberian oralit serta

pemberian zink selama 10 harif. Terapi gurita dan senam balitag. Kebiasaan keluarga mencuci

tanganh. Pengolahan bahan makanani. Pembuangan sampahj. Pembuangan limbah

Cara memodifikasi lingkunganuntuk perawatan diare.

1. Rumah dan lingkunganbersih.

2. Selalu merebus air minumyang dikonsumsi balita

3. Kondisi lantai yang bersih

1. Diskusikan dengan keluargacara memodifikasilingkungan dalam perawatandiare

2. Anjurkan keluarga untukmenyebutkan kembali caramemodifikasi lingkunganuntuk perawatan diare

3. Beri kesempatan kepadakeluarga untuk bertanya.

4. Jawab setiap pertanyaanyang ditanyakan keluarga.

5. Beri pujian atas jawabanyang diberikan keluarga.

Kaji kemampuan keluargamemodifikasi lingkunganuntuk pencegahan diareyang telah diajarkan.

Beri pujian atas usaha yangtelah dilakukan kel.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 188: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

NoDiagnosa

Keperawatan

Tujuan EvaluasiIntervensi

Umum Tujuan khusus Kriteria Standar

b. Menyebutkan caramemodifikasilingkungan untukpencegahan diare

c. Melakukanmodifikasilingkungan untukpencegahan diare

5. Memanfaatkanfasilitas kesehatanguna mencegah diaredengan cara:a. Mengidentifikasi

fasilitas pelayanan

senam balita

Kunjungan tidakterencana

MemperagakanSAKA diare

4. Sarana pembuangan sampahdan limbah yang selalu dalamkeadaan tertutup

Pada kunjungan tidak terencanakeluarga melakukan modifikasilingkungan untuk pencegahnadiare.

1. Diskusikan dengan keluargafasilitas kesehatan yangdapat digunakan untukpenanganan diare.

2. Anjurkan keluarga untukmenyebutkan kembali

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 189: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

NoDiagnosa

Keperawatan

Tujuan EvaluasiIntervensi

Umum Tujuan khusus Kriteria Standar

kes. yang dapatdigunakan dalampenanganan diare

b. Memanfaatkanpelayanankesehatan dalampenanganan diare

Psikomotor

Memperagakancara modifikasilingkungan Fasilitas pelayanan kesehatan

yang dapat digunakan:puskesmas, RS, Praktek perawat,dokter praktek dan praktekbidan.

fasilitas kesehatan yangdapat digunakan.

3. Tanyakan kepada keluargafasilitas kesehatan yang akandigunakan dalam perawatandiare pada anggota keluarga.

4. Beri pujian atas usahakeluarga.

1. Anjurkan keluarga untukmenggunakan fasilitaskesehatan untuk mengatasidiare sesuai kemampuannya.

2. Tanyakan kepada klgtentang pemanfaatan

fasilitas kesehatan dalam

penanganan diare.

3. Minta kepada keluarga kartuberobat yang telahdigunakan untukpenanganan diare

4. Beri pujian jika keluarga telahmemanfaatkan fasilitaskesehatan.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 190: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

NoDiagnosa

Keperawatan

Tujuan EvaluasiIntervensi

Umum Tujuan khusus Kriteria Standar

Afektif

Kunjungandirencanakan

Afektif

Pada kunjungantidak terencana

Adanya kartu berobat, tanggalkunjungan dan obat yangdiperoleh.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 191: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

NoDiagnosa

Keperawatan

Tujuan EvaluasiIntervensi

Umum Tujuan khusus Kriteria Standar

Verbal

Menyebutkan

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 192: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

NoDiagnosa

Keperawatan

Tujuan EvaluasiIntervensi

Umum Tujuan khusus Kriteria Standar

Kunjungan tidakterencana

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 193: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

KUISIONER PENELITIAN

“Survei Masalah Kesehatan Balita Kelurahan Cisalak Pasar

Kecamatan Cimanggis Kota Depok”

Petunjuk Pengisian

Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang menurut Anda benar

NO PERNYATAAN BENAR SALAH

1. Diare adalah berak encer atau bahkan dapat berupa air

saja (mencret) biasanya lebih dari 2 kali sehari.

2. Penyebab diare pada balita biasanya karena minum air

mentah atau penggunaan botol susu yang tidak bersih.

3. Faktor resiko terjadinya diare pada balita karena ibu tidak

membiasakan cuci tangan dengan sabun, BAB

sembarangan, serta sanitasi air dan jamban yang tidak

bersih.

4. Akibat diare yang tidak segera diatasi balita akan

kekurangan cairan dan berakhir sampai terjadi kematian.

5. Cara pencegahan diare dengan memberikan balita oralit,

pemberian ASI, makan bergizi, serta kebersihan diri dan

menjaga lingkungan yang sehat.

6. Oralit adalah campuran gula garam yang berguna untuk

mengganti cairan tubuh saat balita diare.

7. Zink adalah zat gizi mikro dalam tubuh yang berfungsi

meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga dapat

mencegah resiko terulangnya diare selama 2-3 bulan

setelah anak sembuh dari diare.

8. Antibiotik adalah obat anti kuman yang diberikan saat

anak diare.

9. Pemberian ASI pada balita bisa menyebabkan diare.

10. ASI yang diberikan pada bayi dibawah 6 bulan dapat

mencegah terjadinya diare.

11. ASI mengandung zat kekebalan untuk mencegah diare.

12. Saat terjadi diare pemberian ASI tetap diteruskan.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 194: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

NO PERNYATAAN BENAR SALAH

13. Pemberian makan seperti biasa saat balita terjadi diare

dengan frekuensi lebih sering.

14. Pemberian makan sedikit tapi sering dan tidak membatasi

makan anak akan membantu proses penyembuhan,

pemulihan dan mencegah malnutrisi.

15. Syarat air bersih adalah air tidak berwarna harus jernih,

tidak keruh, tidak berasa dan tidak berbau.

16. Sumber air bersih berasal dari mata air, air sumur,

PDAM, air hujan dan air dalam kemasan.

17. Menggunakan air bersih dapat terhindar dari penyakit

diare.

18. Cara menjaga kebersihan sumber air bersih adalah tidak

ada genangan air disekitar sumber, tidak ada bercak

kotoran, tidak berlumut dan ember atau gayung untuk

mengambil air tidak diletakkan dilantai.

19. Jarak sumber air dengan pembuangan tinja dirumah ± 5

meter.

20. Air yang tidak bersih untuk cuci tangan dapat

menyebabkan terjadinya diare.

21. Sabun yang digunakan dapat membunuh mikroorganisme

yang menyebabkan penyakit diare.

22. Mencuci tangan tangan saja dengan air tanpa sabun dapat

terhindar dari penyakit diare.

23. Tidak benar cara mencuci tangan hanya dengan air

mengalir tanpa menggunakan sabun.

24. Jamban adalah fasilitas pembuangan kotoran manusia.

25. Jenis jamban sehat yaitu jenis jamban cemplung dan

jamban tangki septic/leher angsa

26. Jarak antara sumber air minum dengan lubang

pembuangan tinja ± 10 meter.

27. Syarat jamban sehat adalah tidak mencemari tanah

disekitarnya, tidak berbau, lantai kedap air dan tersedia

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 195: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

NO PERNYATAAN BENAR SALAH

air, sabun serta alat pembersih.

28. Cara memelihara jamban sehat dibersihkan secara teratur.

29. Jamban yang bersih tidak ada kotoran yang terlihat.

30. Jamban tidak ada serangga dan bila terjadi kerusakan

segera diperbaiki.

Petunjuk Pengisian

Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia. Ungkapkan pendapat Anda

dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), dan tidak

setuju (TS) terhadap pernyataan yang diajukan.

NO PERNYATAAN SS S KS TS

1. Saya berikan ASI saja hingga bayi berusia 6

bulan.

2. Saya berikan ASI hingga balita umur 2 tahun.

3. Saya pertama kali memberikan makanan

pendamping ASI saat bayi berusia 4 bulan.

4. Saya tidak memberikan ASI saat balita diare.

5. Saya mengkonsumsi makanan bergizi setiap hari

ada nasi, sayur, lauk, buah dan susu untuk

memperlancar produksi ASI.

6. Saya memberikan oralit saat balita diare.

7. Saya membuat larutan gula garam sendiri saat

balita diare.

8. Saya memberikan balita tablet zink saat diare.

9. Saya memberikan obat antibiotic untuk

mencegah balita diare.

10. Saya memperoleh sumber air bersih dari air

sumur atau air sumur pompa.

11. Bangunan sumur gali dalam keadaan terbuka.

12. Bangunan sumur gali dalam keadaan tidak ada

genangan air disekitarnya.

13. Saya membersihkan telapak tangan tanpa

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 196: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

NO PERNYATAAN SS S KS TS

membersihkan jari-jari tangan saat mencuci

tangan.

14. Saya mengeringkan tangan setelah mencuci

tangan dengan baju yang saya pakai.

15. Saya dan keluarga menggunakan jenis jamban

tangki septik atau leher angsa.

16. Seluruh anggota keluarga harus menggunakan

jamban untuk buang air besar atau buang air

kecil.

17. Menggunakan jamban agar tidak mengundang

lalat yang dapat menyebabkan terjadinya

penyakit diare.

Petunjuk Pengisian

Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia. Ungkapkan kebiasaan yang

Anda lakukan dengan jawaban selalu, sering, jarang, dan tidak pernah terhadap

pernyataan yang diajukan.

NO PERNYATAAN Selalu Sering Jarang Tidak

Pernah

1. Saya memberikan ASI pada bayi/balita

sejak lahir sampai dengan usia 6 bulan.

2. Saya memberikan ASI pada bayi/balita

terkena diare.

3. Saya memberikan makanan seperti biasa

saat balita diare.

4. Saya memberikan susu formula saat balita

diare.

5. Saya memberikan makan balita dengan

frekuensi lebih sering selama 2 minggu

setelah berhenti diare.

6. Saya membatasi balita makan saat diare.

7. Saya memberikan oralit saat balita diare .

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 197: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

NO PERNYATAAN Selalu Sering Jarang Tidak

Pernah

8. Saya memberikan larutan gula garam yang

dibuat sendiri saat balita diare.

9. Saya memberikan balita antibiotic untuk

mencegah disentri pada balita.

10. Saya menggunakan air bersih untuk

kebutuhan sehari-hari di rumah.

11. Saya menggunakan air yang tidak

berwarna, tidak keruh, tidak berasa dan

tidak berbau.

12. Saya memasak air untuk minum keluarga

sampai mendidih.

13. Saya mencuci tangan hanya dengan air.

14. Saya mencuci tangan sebelum dan

sesudah memberikan makan bayi/balita.

15. Saya mencuci tangan setelah menceboki

anak bayi/balita selesai buang air besar.

16. Saya hanya mencuci tangan saat tangan

kotor saja.

17. Saya memiliki pembuangan tinja yang

berjarak antara sumber air minum dengan

lubang pembuangan tinja ± 5 meter.

18. Saya mempunyai bangunan untuk jamban

yang lantainya kedap air dan dilindungi

dinding atau pelindung.

19. Saya mempunyai tempat pembuangan

jamban yang sudah tersedia air.

20. Saya membersihkan jamban setiap kali

kotor saja sudah cukup.

Terima Kasih atas Kesediaan Anda Mengisi Kuisioner ini.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 198: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 199: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

KUMPULAN MODUL

KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)

Kontributor materi:ASTI NURAENI

PROGRAM SPESIALIS PEMINATAN KOMUNITASFAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA2012

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 200: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)

SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 2

KUMPULAN MODUL

KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

(KSP)

KONTRIBUTOR MATERI :ASTI NURAENI

SUPERVISORDra. Junaiti Sahar SKp, M.App.Sc, Ph.D

Etty Rekawati, S.Kp., MKMAstuti Yuni Nursasi, S.Kp., M.N

Henny Permatasari, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom

PROGRAM SPESIALIS PEMINATAN KOMUNITASFAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA2012

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 201: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)

SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karenaatas berkat-Nya, modul ini dapat tersusun. Modul ini merupakan panduanyang dapat digunakan dalam peningkatan pengetahuan tentang KelompokPendukung SAKA. Modul ini diharapkan dapat memberikan informasikepada kader Posyandu di wilayah Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis,Depok.

Dengan adanya modul ini diharapkan kader memiliki sumber informasi yanglebih akurat, terkait penanganan maupun pencegahan DIARE yangditemukan pada balita. Modul ini memuat informasi terkait KelompokPendukung (SAKA)

Kami menyadari, bahwa modul ini masih banyak kekurangan dan jauh darikesempurnaan, sehingga masukan dari semua pihak sangat kami harapkan.

Depok, 12 Desember 2012

Penyusun

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 202: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)

SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 4

DAFTAR ISI

HalamanJudul .............................................................................................. 1Kata Pengantar............................................................................... 3Daftar Isi......................................................................................... 4

Kelompok Pendukung....................................................................6Kepemimpinan...............................................................................7Komunikasi.....................................................................................8Dinamika Kelompok........................................................................10Diare Balita.....................................................................................12SAKA Diare.....................................................................................15

Lembar Evaluasi dan Observasi

Daftar Pustaka

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 203: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)

SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 5

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 204: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)

SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 6

KELOMPOK PENDUKUNG

A. PengertianKelompok yang terdiri dari beberapa individu yang mempunyai tujuandan keinginan untuk peduli terhadap permasalahan terkait penyakitdiare pada balita serta aktif untuk membantu untuk mengatasinya.

B. TujuanMemberikan bantuan dalam perawatan dengan penerapan SAKA diareterhadap balita yang mengalami diare.

C. Anggota- Petugas Puskesmas- Kader Posyandu

D. Tugas Anggota Kelompok Pendukung SAKA

1. Memberikan informasi kesehatan kepada ibu-ibu yang balitanyadiare.

2. Melakukan penerapan SAKA diare yang terdiri dari :

- Sanitasi- Anak- Keluarga- Area

E. Pendampingan Kelompok Pendukung SAKA

Petugas Puskesmas melaksanakan pendampingan pada anggota KPSdalam melaksanakan tugas-tugasnya. Pendampingan ini dilaksanakansaat KPS melaksanakan kegiatan :

- Memberikan penyuluhan oleh perawat Puskesmas saat balita diareberobat ke Puskesmas atau saat kunjungan rumah.

- Memberikan penyuluhan oleh kader pada saat balita diare datang kePosyandu atau saat kunjungan rumah.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 205: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)

SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 7

KEPEMIMPINAN

A. Pengertian1. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi

tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapaisatu atau beberapa tujuan tertentu.

2. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaanaktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

3. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitaskelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama.

B. Tujuan1. Mengupayakan kesejahteraan bagi orang banyak sehingga menjadi

berguna bagi semua orang. Bukan sebaliknya.2. Menolong setiap anggota mengembangkan potensinya secara

penuh sehingga bisa lebih produktif dan efisien.3. Menolong kelompok dalam pencapaian tujuan atau visi-misi

pelayanan melalui kerja tim yang efektif.

C. Peranan Pemimpin1. Sebagai Pelaksana2. Sebagai Perencana3. Sebagai Seorang Ahli4. Mewakili Kelompok5. Merupakan bagian dari Kelopmpok6. Merupakan Lambang Kelompok7. Pemegang Tanggungjawab

D. Tugas Pemimpin

1. Bersikap Adil2. Mendukung Tercapainya Tujuan3. Menciptakan Rasa Aman4. Sebagai Wakil Organisasi5. Sumber Inspirasi6. Bersikap Menghargai

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 206: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)

SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 8

E. Sifat Pemimpin

Sifat-sifat yang diperlukan seorang pemimpin agar dapat sukses dalamkepemimpinannya, lima sifat pemimpin menurut Ghizeli dan Stogdil:1. Kecerdasan2. Kemampuan mengawasi3. Inisiatif4. Ketenangan diri5. Kepribadian

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 207: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)

SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 9

KOMUNIKASI

A. Pengertian Komunikasi1. Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti/makna

yang perlu dipahami bersama oleh pihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi.

2. Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau

informasi tentang pikiran atau perasaan.

3. Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang

ke orang lain.

B. Tujuan1. Mempelajari atau mengajarkan sesuatu

2. Mempengaruhi perilaku seseorang

3. Mengungkapkan perasaan

4. Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain

5. Berhubungan dengan orang lain

6. Menyelesaian sebuah masalah

7. Mencapai sebuah tujuan

8. Menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik

9. Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain

C. Proses KomunikasiKomunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai komponen dasar

sebagai berikut :

Pengirim pesan , penerima pesan dan pesan

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 208: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)

SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 10

Diagram 1 : Proses Komunikasi

D. Jenis komunikasi terdiri dari:

1. Komunikasi verbal dengan kata-kata

2. Komunikasi non verbal disebut dengan bahasa tubuh

E. Hambatan Komunikasi

Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan

belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh

perasaan atau situasi emosional.

Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan

media komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik

sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.

Gangguan Gangguan

Balikan

Pengirim

Pesan

Penerima

Pesan

Simbol/Isyarat Mengartikan

Kode/Pesan

Media

(Saluran)

( Saluran )

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 209: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)

SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 11

Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada

saat menerima /mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang

keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.

Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak

menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif,

tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 210: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)

SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 12

DINAMIKA KELOMPOK

A. Pengertian Dinamika KelompokDinamika kelompok adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebihindividu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggotasatu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami.

Dinamika kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok. Dinamikaberati interaksi atau interdependensi antara kelompok satu dengan yanglain, sedangkan Kelompok adalah kumpulan individu yang salingberinteraksi dan mempunyai tujuan bersama.

B. Fungsi1. Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi

masalah kesehatan.2. Memudahkan pekerjaan.

Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah danmengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga seleseai lebihcepat, efektif dan efisien. Salah satunya dengan membagi pekerjaanbesar sesuai bagian kelompoknya masing-masing atau sesuai keahlian

3. Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat denganmemungkinkan setiap individu memberikan masukan, berinteraksi, danmemiliki peran yang sama dalam masyarakat.

C. Ciri Kelompok Sosial1. Memiliki motif yang sama antara individu satu dengan yang lain2. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan antara individu satu

dengan yang lain3. Adanya penugasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok

yang jelas dan terdiri dari peranan serta kedudukan masing-masing4. Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok

yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untukmencapai tujuan bersama.

D. Keunggulan dan Kelemahan dalam Kelompok1. Kelebihan Kelompok

* Keterbukaan antar anggota kelompok untuk memberi dan menerimainformasi & pendapat anggota yang lain.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 211: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)

SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 13

* Kemauan anggota kelompok untuk mendahulukan kepentingankelompoknya dengan menekan kepentingan pribadi demi* Kemampuan secara emosional dalam mengungkapkan kaidah dan telahdisepakati kelompok.

2. Kekurangan Kelompok Kelemahan pada kelompok bisa disebabkankarena waktu penugasan, tempat atau jarak anggota kelompok yangberjauhan yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas pertemuan.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 212: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)

SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 14

DIARE BALITA

A. Pengertian DiareDiare adalah berak encer atau bahkan dapat berupa air saja(mencret) biasanya lebih dari 3kali.

B. Penyebab Diare1. Makanan atau minuman yang tercemar kuman penyakit,

basi,dihinggapi lalat dan kotor.2. Minum air mentah atau tidak dimasak.3. Botol susu dan dot yang tidak bersih.

C. Bahaya Diare1. Penderita akan kehilangan cairan tubuh.2. Penderita menjadi lesu dan lemas.3. Penderita bisa meninggal jika tidak segera di tolong.

D. Cara penularan Diare dan faktor resiko1.Cara penularan

a. Penularan diare melalui mulut dan anus dengan perantaraanlingkungan dan perilaku yang tidak sehat.

b. Tinja penderita atau orang sehat yang mengandung kumanbila berak sembarangan dapat mencemari lingkunganterutama air.

c. Melalui makanan dan atau alat dapur yang tercemar olehkuman dan masuk melalui mulut, kemudian terjadi diare.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 213: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)

SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 15

2.Faktor risikoa. Kondisi lingkungan yang buruk (tidak memenuhi syarat

kesehatan) misalnya tidak tersedia sarana air bersih danjamban/WC.

b. Buang Air Besar sembarangan (BAB).c. Tidak merebus air minum sampai mendidih.d. Tidak membiasakan cuci tangan dengan sabun sebelum

menjamah makanan.

E. Perawatan bila sudah kena diare1.Tindakan di rumah

a. Berikan ASI lebih sering.b. Berikan segera cairan oralit setiap anak buang air besar.c. Agar meminumkan sedikit-sedikit tapi sering dari mangkuk/

cangkir/gelas.d. Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi

dengan lebih lambat.e. Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare

berhenti.f. Jika tidak ada oralit, berikan air matang, kuah sayur atau air

tajing. Jangan beri obat apapun kecuali dari petugas kesehatan.h. Mencari pengobatan lanjutan dan anjurkan ke puskesmas

untuk mendapatkan tablet zinc.2.Tanda-tanda bahaya

a. Timbul demam.b. Ada darah dalam tinja.c. Diare makin sering.d. Muntah terus menerus.e. Bayi terlihat sangat haus.f. Bayi tidak mau makan dan minum.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 214: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)

SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 16

F. Tingkatan Diare1.Diare tanpa dehidrasi

- Anak sadar keadaan umum baik.- Anak minum biasa dan tidak kelihatan haus.- Kalau kulit dibagian perut dicubit, akan kembali kebentuk

semula dengan cepat.- Mata kelihatan normal.- Air mata ada, mulut dan lidah basah.

2.Diare dehidrasi ringan- Anak kelihatan gelisah dan rewel.- Anak kelihatan sangat haus dan ingin minum banyak.- Jika kulit perut dicubit, lambat kembali ke bentuk semula.- Mata kelihatan cekung.- Air mata tidak ada, mulut dan lidah kelihatan kering.

3.Diare dehidrasi berat- Anak lesu, lunglai atau tidak sadar.- Malas minum atau tidak bisa minum.- Kalau kulit perut dicubit akan sangat lambat kembali

kebentuk semula.- Mata sangat cekung dan kering.- Air mata tidak ada, mulut dan lidah sangat kering.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 215: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)

SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 17

SAKA DIARE (10 Langkah Atasi Diare)

A. PengertianSAKA diare merupakan suatu inovasi dalam intervensikeperawatan yang digunakan untuk mengatasi masalah diarepada balita. SAKA diare merupakan 10 langkah untuk mengatasidiare yang terdiri dari 4 komponen utama yang harusdiperhatikan yaitu sanitasi, anak, keluarga dan lingkungan.

B. Manfaat1. Mengatasi masalah diare pada balita di rumah.2. Mengatasi masalah diare pada balita supaya tidak bertambah

parah.3. Menurunkan angka kejadian diare pada balita.

C. SAKA DIARE (10 Langkah Atasi Diare)S: Sanitasi

1. Penggunaan air minum- Menggunakan air dari sumber terlindung.- Memelihara dan menutup sumber air agar terhindar dari

pencemaran.- Minum air putih yang sudah dimasak.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 216: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)

SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 18

2. Penggunaan jamban- Buang air besar hanya di jamban.- Buang tinja bayi di jamban.- Menutup lubang jamban.- Membersihkan jamban 1 minggu sekali

A: Anak

1. Pemberian ASI- Memberikan ASI saja sampai 6 bulan.- Memberikan ASI sampai 2 tahun ditambah makanan

pendamping ASI.- Mengurangi pemberian susu formula untuk balita umur

kurang dari 2 tahun dan menggantinya dengan ASI.- Pemberian susu formula dianjurkan jika balita umur lebih

dari 2 tahun.- Jika balita diare umurnya kurang dari 2 tahun ASI tetap

diberikan.- Jika balita diare umurnya lebih dari 2 tahun pemberian susu

formula diencerkan 1 takar susu untuk pemberian 60 cc air.

2. Pemberian makanan- Memberikan makanan lunak seperti bubur tetap diberikan

lauk seperti ikan, telur, ayam, tahu dan tempe.- Menghindari makanan pedas, santan, sayur dan buah.- Memberikan makan sedikit-sedikit tapi sering.- Menyajikan menu makan yang bervariasi dan membuat

jadwal menu setiap hari.- Menghindari memberikan makanan ataupun minuman yang

manis sebelum balita makan makanan utama.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 217: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)

SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 19

3. Pengelolaan makanan dan minuman anaK-Memilih bahan makanan yang segar, baik dan utuh-Makanan yang sudah rusak/kadaluwarsa tidak dimakan-Mencuci sayuran dan buan-buahan yang akan dimakandengan air bersih sebelum dipotong-potong

-Memasak makanan sampai matang kecuali sayuran jangandimasak terlalu matang.

--Merebus botol dan alat makan balita dengan airpanas/mendidih selama 10-15 menit

-Memberikan jajanan balita yang nilai gizinya baik, hargaterjangkau dan bersih.

-Memberikan makanan dalam keadaan panas/hangat.-Tempat penyimpanan makanan matang dan mentah terpisah.-Menutup makanan dengan tudung saji.

4. Terapi Balita­Senam balita­Terapi gurita

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 218: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)

SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 20

K: Keluarga

5. Kebiasaan mencuci tangan (5 Waktu Penting Cuci Tangan PakaiSabun)- Mencuci tangan sebelum makan- Mencuci tangan setelah buang air besar- Mencuci tangan sebelum memegang balita- Mencuci tangan setelah menceboki anak- Mencuci tangan sebelum menyiapkan makan

6.Pemberian cairan- Pemberian oralit satu bungkus bubuk oralit dilarutkan

kedalam 1 gelas air matang- Pemberian oralit untuk 3 jam pertama 1,5 gelas pada balita

umur kurang dari 1 tahun sedangkan lebih dari 1 tahunsampai 5 tahun 3 gelas

- Pemberian oralit setiap habis bab pada balita umur kurangdari 1 tahun 0,5 gelas sedangkan balita umur 1-4 tahun 1gelas.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 219: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)

SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 21

Pemberian Zink selama 10 hari- Memberikan zink tidak boleh diberikan hanya saat balita

diare- Memberian zink tetap dilanjutkan walaupun balita sudah

sembuh dari diare- Memberikan zink selama 10 hari

A: Area

1. Pengelolaan sampah- Memisahkan sampah kering dan sampah yang basah- Menimbun ban, kaleng, dan botol/gelas bekas- Jarak kandang ternak jauh dari rumah- Tempat sampah dalam keadaan tertutup

2. Pengelolaan limbah- Membersihkan saluran air limbah 1 minggu sekali- Membersihkan kandang hewan 1 minggu sekali

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 220: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)

SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 22

- Mengganti air tempat minum burung dan membersihkankandang burung 1 minggu sekali

- Menutup saluran pembuangan air limbah

“SAKA cara efektif atasi balita DIARE”

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 221: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)

SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 23

FORMAT KEGIATAN YANG DILAKUKAN KELUARGA DALAM PENERAPAN SAKA DIARE

Nama KK :

Nama Balita :

Umur Balita :

Petunjuk : Berikanlah tanda ceklist (√) untuk keluarga yang melakukan sesuai komponen yang

ada.

NO KOMPONEN DILAKUKAN TIDAK

DILAKUKAN

KETERANGAN

Penerapan SAKA untuk komponen yang akan dilakukan pada balita:

1. Pemberian ASI

Memberikan ASI saja sampai 6 bulan

Memberikan ASI sampai 2 tahunditambah makanan pendamping ASI

Mengurangi pemberian susu formulauntuk balita umur kurang dari 2 tahundan menggantinya dengan ASI

Pemberian susu formula dianjurkan jikabalita umur lebih dari 2 tahun

Jika balita diare umurnya kurang dari 2tahun ASI tetap diberikan

2 Pemberian makanan

Memberikan makanan lunak sepertibubur tetap diberikan lauk seperti ikan,telur, ayam, tahu dan tempe

Menghindari makanan pedas, santan,sayur dan buah

Memberikan makan sedikit-sedikit tapisering

Menyajikan menu makan yangbervariasi dan membuat jadwal menusetiap hari

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 222: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)

SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 24

Menghindari memberikan makananataupun minuman yang manis sebelumbalita makan makanan utama

3 Terapi anak

Senam balita untuk anak usia 1-5 tahun

Terapi gurita

Penerapan SAKA untuk komponen yang akan dilakukan pada keluarga:

4 Kebiasaan mencuci tangan (5 Waktu Penting Cuci Tangan Pakai Sabun)

Mencuci tangan sebelum makan

Mencuci tangan setelah buang air besar

Mencuci tangan sebelum memegang balita

Mencuci tangan setelah menceboki anak

Mencuci tangan sebelum menyiapkan

makan

5 Penggunaan oralit

Pemberian oralit satu bungkus bubukoralit dilarutkan kedalam 1 gelas airmatang

Penggunaan zink dalam 10 hari

6 Pengelolaan makanan dan minumananak

Memilih bahan makanan yang segar, baik

dan utuh

Makanan yang sudah rusak/kadaluwarsa

tidak dimakan

Mencuci sayuran dan buan-buahan yang

akan dimakan dengan air bersih sebelum

dipotong-potong

Memasak makanan sampai matang kecuali

sayuran jangan dimasak terlalu matang.

Merebus botol dan alat makan balita

dengan air panas/mendidih selama 10-15

menit

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 223: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)

SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 25

Memberikan jajanan balita yang nilaigizinya baik, harga terjangkau danbersih.Memberikan makanan dalam keadaan

panas/hangat

Tempat penyimpanan makanan matang

dan mentah terpisah

Menutup makanan dengan tudung saji

Depok, ............................2012

Penilai

(...............................................)

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 224: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)

SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 26

FORMAT OBSERVASI YANG DILAKUKAN KELUARGA DALAM PENERAPAN SAKA DIARE

Nama KK :

Nama Balita :

Umur Balita :

Petunjuk : Berikanlah tanda ceklist (√) untuk keluarga yang melakukan sesuai komponen yang

ada.

NO KOMPONEN SESUAI TIDAK SESUAI KETERANGAN

Penerapan SAKA untuk komponen yang ada di keluarga tentang Sanitasi:

1. Penggunaan air minum

Menggunakan air dari sumberterlindungMemelihara dan menutup sumber airagar terhindar dari pencemaranMenutup tempat penampungan air

Minum air putih yang sudah dimasak

2 Penggunaan jamban

Buang air besar hanya di jamban

Buang tinja bayi di jamban

Menutup lubang jamban

Membersihkan jamban 1 minggu sekali

Penerapan SAKA untuk komponen yang ada di keluarga tentang kebersihan area sekitar:

4 Pengelolaan sampah

Memisahkan sampah kering dansampah yang basah

Menimbun ban, kaleng, dan botol/gelasbekas

Jarak kandang ternak jauh dari rumah

Tempat sampah dalam keadaan tertutup

5 Pengelolaan limbah

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 225: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)

SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 27

Membersihkan saluran air limbah 1minggu sekali

Membersihkan kandang hewan 1minggu sekali

Mengganti air tempat minum burungdan membersihkan kandang burung 1minggu sekali

Menutup saluran pembuangan air limbah

Depok, ............................2012

Penilai

(...............................................)

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 226: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)

SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012 28

Daftar Pustaka

Depkes RI, 2011 Lintas Diare , Dirjen P2PL Departemen KesehatanRI

Friedman, M., Bowden, V., Jones, E. (2003). Family NursingResearch, Theory & Practice. New Jersey: Pearson Education

Mc Murray. 2003. Community Health And Wellness: ASocioecological Approach. Australia: Harcourt, Mosby.

Stanhope, M., & Lancaster, J. (2004). Community And Public HealthNursing. 5th edition. St. Louis: Mosby-Year Book, Inc

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 227: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

PAKET PERLENGKAPAN

KADER DALAM MELAKUKAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH

TENTANG PENERAPAN SAKA DIARE

KELURAHAN CISALAK PASAR

NAMA KADER :

NO KPS :

PROGRAM SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA

2013

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 228: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

FORMAT PENILAIAN

KADER DALAM MELAKUKAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH

TENTANG PENERAPAN SAKA DIARE

KELURAHAN CISALAK PASAR

NO KOMPONEN PENILAIAN BOBOT NILAIFASE PRA INTERAKSI1. - Persiapan alat : Kartu penerapan SAKA, rekapitulasi kartu, laporan

mingguan dan stiker penilaian, alat tulis

10

- Persiapan kader : Cek kembali keluarga yang akan dikunjungi

- Persiapan lingkungan : Persiapkan lingkungan yang mendukung

untuk pelaksanaan kesiapan alat sudah lengkap dan lingkungan

yang aman dan nyaman untuk dilakukan kegiatan tanpa ada

gangguan dari luar

FASE ORIENTASI2 - Pemberian salam pada keluarga 20

- Perkenalan yang melakukan supervisi

- Kontrak waktu selama 30 menit

- Tujuan kegiatan untuk melakukan pemantuan penerapan SAKA

diare yang dilakukan keluarga

FASE KERJA3 - Kegiatan observasi untuk komponen sanitasi dan area 40

- Kegiatan tanya jawab untuk komponen anak dan keluarga

- Kegiatan penilaian yang dicapai keluarga untuk tiap komponen

- Kegiatan pemberian umpan balik pada keluarga terhadap penerapan

SAKA diare keluarga dengan pemberian warna di stiker

- Kegiatan pemberian saran dan masukan terhadap keluarga untuk

penerapan SAKA diare yang dilakukan keluarga

FASE TERMINASI4 - Evaluasi keluarga terhadap kegiatan yang dilakukan oleh kader 30

- Rencana tindak lanjut yang akan dilakukan selanjutnya

- Berpamitan

- Dokumentasi

TOTAL NILAI 100

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 229: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Catatan :....................................................................................................................................

....................................................................................................................................................

....................................................................................................................................................

....................................................................................................................................................

....................................................................................................................................................

....................................................................................................................................................

Depok, 5 April 2013

Penilai

( )

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 230: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

KARTU PENERAPAN SAKA DIARE (KARTU RASA DIARE)

Nama KK :

Nama Balita :

Umur Balita :

Jumlah Anggota Keluarga :

Alamat :

Waktu Terkena Diare Umur :

___________________________________________________________________________

Petunjuk Pengisian Kartu RASA Diare

1. Kartu ini digunakan untuk memantau kegiatan penerapan SAKA diare yang dilakukankeluarga di rumah

2. Kartu ini ditempelkan didepan rumah yang terlindungi dari hujan dan mudah dilihatoleh kader kesehatan

3. Tanda bintang (*) pada komponen anak dan keluarga dilakukan bila anak diare kalautidak dilakukan saat tidak diare tidak dinilai

4. Tanda bintang (*) pada komponen area bila keluarga tidak mempunyai fasilitaskandang ayam dan burung tidak dinilai

5. Penilaian setiap item yang dilakukan yaitu:- Nilai 1 bila dilakukan- Nilai 0 bila tidak dilakukan- Total tiap komponen SAKA 10

6. Tanda-tanda yang akan diberikan pada keluarga ada 3 jenis yaitu:- Merah nilai < dari 4 : Keluarga tidak dapat melakukan penerapan SAKA diare

dengan benar dan masih perlu bimbingan dan arahan kader- Kuning nilai 4 – 6 : Keluarga dapat melakukan penerapan SAKA diare dengan

benar dan masih perlu bimbingan dan arahan kader- Hijau nilai > 7 : Keluarga dapat melakukan penerapan SAKA diare dengan benar

dan dapat melakukan secara mandiri

___________________________________________________________________

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 231: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

10 LANGKAH ATASI DIARE BALITA

ANITASI

NAK

No Komponen Nilai Keterangan1 Penggunaan air minum terdiri dari :

Menggunakan air dari sumber terlindungMemelihara sumber air agar terhindar dari binatangMenutup sumber air agar terhindar dari pencemaranMenutup tempat penampungan airMinum air putih yang sudah dimasak

2 Penggunaan jamban terdiri dari :Buang air besar hanya di jambanBuang tinja balita di jambanMenutup lubang jambanMemelihara kebersihan jamban dari binatangMembersihkan jamban 1 minggu sekali

TOTAL

No Komponen Nilai Keterangan3 Pemberian ASI terdiri dari :

Memberikan ASI saja sampai 6 bulanMemberikan ASI sampai 2 tahun ditambah makanan pendampingASIMengurangi pemberian susu formula untuk balita umur kurangdari 2 tahun dan menggantinya dengan ASI

4 Pemberian makanan terdiri dari :Memberikan makanan lunak seperti bubur tempeMenghindari makanan pedas, santan, sayur dan buahMemberikan makan sedikit-sedikit tapi seringMenyajikan menu makan yang bervariasi dan membuat jadwalmenu setiap hariMenghindari memberikan makanan ataupun minuman yang manissebelum balita makan makanan utama

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 232: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

ELUARGA

REA

5 Terapi anak terdiri dari :Senam balita untuk anak usia 1-5 tahun *Terapi gurita *

TOTAL

No Komponen Nilai Keterangan6 Kebiasaan mencuci tangan (5 Waktu Penting Cuci Tangan Pakai

Sabun) terdiri dari :Mencuci tangan sebelum makan, buang air besar dan memegangbalitaMencuci tangan setelah menceboki balita dan sebelummenyiapkan makan

7 Pemberian cairan elektrolit terdiri dari :Pemberian oralit*Penggunaan zink dalam 10 hari*Penggunaan air kelapa*

8 Pengelolaan makanan dan minuman balita terdiri dari:Mencuci sayuran dan buan-buahan yang akan dimakan dengan airbersih sebelum dipotong-potongMerebus botol dan alat makan balita dengan air panas/mendidihselama 10-15 menitMemberikan jajanan balita yang nilai gizinya baik, hargaterjangkau dan bersih.Memberikan makanan dalam keadaan panas/hangatMenutup makanan dengan tudung saji

TOTAL

No Komponen Nilai Keterangan9 Pengelolaan sampah terdiri dari :

Memisahkan sampah kering dan sampah yang basahMenimbun ban, kaleng, dan botol/gelas bekas

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 233: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

“SAKA cara efektif atasi balita DIARE”

Jarak kandang ternak jauh dari rumahTempat sampah dalam keadaan tertutupSampah pampers balita dimasukkan dalam kantong tersendiri

10 Pengelolaan limbah terdiri dari :Membersihkan saluran air limbah 1 minggu sekaliMembersihkan kandang hewan 1 minggu sekali*Mengganti air tempat minum burung setiap hari*Membersihkan kandang burung 1 minggu sekali*Menutup saluran pembuangan air limbah

TOTAL

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 234: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

REKAPITULASI TIAP KELUARGA

KARTU PENERAPAN SAKA DIARE KELUARGA (KARTU RASA DIARE)

KELURAHAN CISALAK PASAR

NAMA KK :

NAMA BALITA:

UMUR :

ALAMAT :

KJ K O M P O N E N TOTALS A N I T A SI A N A K K E L U A R G A A R E A

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10BULAN FEBRUARI

1234

BULAN MARET1234

BULAN APRIL1234

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 235: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 236: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

REKAPITULASI

KARTU PENERAPAN SAKA DIARE KELUARGA (KARTU RASA DIARE)

KELURAHAN CISALAK PASAR

NAMA KADER :

NO KPS :

ALAMAT :

Petunjuk Pengisian Setiap item yang dinilai yang sudah diberi warna akan diberipenilaian yaitu :

- Baik jika tidak ada tanda merah disemua item (B)

- Cukup jika ada 1 tanda merah disemua item (C)

- Kurang jika lebih dari 2 tanda merah disemua item (K)

NO NAMA KK FEBUARI MARET APRIL

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 237: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 238: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

BalitaBAB cairlebihdari 3xsehari

Balitaberesikoterkenadiare

- Dilakukan kunjungan rumah

- Melakukan observasi komponen Sanitasi danArea

- Melakukan wawancara untuk komponenKeluarga dan Anak

- Melakukan penilaian penerapan SAKA dikeluarga

- Melakukan umpan balik terhadap hasil yangdilakukan

- Pendidikan kesehatan tentang balita diare

- Demonstrasi cara mencuci tangan

- Demonstrasi kreasi pembuatan LGG danoralit

- Demonstrasi tentang senam balita

- Demonstrasi tentang terapi gurita

- Demonstrasi nutrisi balita diare denganpembuatan bubur tempe

DilakukanIntervensiKeperawatan secaraindividu ataukelompok

PERIODE WAKTU 13 MINGGU (3 BULAN)

Penilaian penerapan SAKA diare adalah

1. Penilaian untuk setiap item SAKA

- Nilai 1 jika item dilakukan- Nilai 0 jika item tidak dilakukan

2. Penilaian untuk setiap komponen SAKA

- Total keselurahan item untuk setiap komponen nilai 10- Jika nilai < dari 4 artinya kurang dan diberi warna merah- Jika nilai 4-6 artinya cukup dan diberi warna kuning- Jika nilai > 7 artinya baik dan diberi warna hijau

3. Penilaian untuk keseluruhan komponen SAKA

- Dikatakan baik jika keempat komponen SAKA tidak ada

warna merah

- Dikatakan cukup jika keempat komponen SAKA ada 1 warna

merah

- Dikatakan kurang jika keempat komponen SAKA ada > dari 1

warna merah

ALUR KEGIATAN PENERAPAN SAKA DIARE KELUARGA

KELURAHAN CISALAK PASAR 2013

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 239: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

SOAL PRE DAN POST TESTKegiatan Kelompok Pendukung SAKA (KPS)

1. Kelompok Pendukung SAKA (KPS) yang dibentuk mempunyai tujuan yaitu?a. Memberikan contoh yang baik cara merawat balita diare.b. Memberikan contoh kader yang mampu merawat balita diare.c. Memberikan bantuan dalam perawatan dengan penerapan SAKA diare terhadap balita

diare.

2. Tugas kader dalam kegiatan KPS adalah?a. Memberikan penyuluhan dan penerapan langsung SAKA diareb. Memberikan penyuluhan SAKA diarec. Memberikan penerapan SAKA diare

3. Kader adalah seorang pemimpin dalam masyarakat?a. Setujub. Tidak setujuc. Sangat seuju

4. Komunikasi yang dilakukan kader saat balita terkena diare adalah menyalahkan ibukarena memberikan susu formula?a. Selalub. Jarangc. Tidak pernah

5. Hambatan yang dirasakan kader saat memberikan penyuluhan ada pada ibu balita salahsatunya adalah?a. Pengirim pesan yaitu kaderb. Media yang digunakanc. Penerima pesan yaitu ibu balita

6. Komponen SAKA diare terdiri dari?a. 4b. 5c. 6d. 2

7. Saya kader posyandu selalu bertanya saat penimbangan balita tentang masalah kesehatankhususnya diare?a. Selalub. Tidak pernah

8. Pelaksanaan SAKA diare terdiri dari?a. 4b. 8c. 10d. 12

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 240: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

9. Yang tidak termasuk komponen dalam sanitasi adalah?a. Pembuangan sampahb. Penggunaan air bersihc. Penggunaan jamband. Kebersihan jamban

10. Cara pencegahan diare pada balita dirumah dengan diberikan cairan elektrolit yaitu?a. LGGb. Santanc. Sayurd. Buah

11. Cara pencegahan diare dengan inovasi terbaru yaitu?a. SAKA diareb. LINTAS diarec. Pemberian zinkd. Pemberian oralit

12. Komponen SAKA diare untuk mengatasi kembung balita dapat dilakukan terapi yaitu?a. Terapi guritab. Senam balitac. Pijat bayid. Terapi air kelapa

13. Penerapan SAKA diare balita yang dilakukan di keluarga merupakan salah satu upayadini pencegahan diare.a. Benarb. Salah

14. Pemberiaan oralit pada balita dapat digantikan dengan pemberiaan air kelapa karenafungsinya sama untuk pengganti cairan tubuh.a. Benarb. Salah

15. Kebiasaan mencuci tangan ibu hanya dengan air mengalir salah satu cara pencegahandiare.a. Benarb. Salah

16. Cara pengolahan makan yang benar adalah Mencuci sayuran dan buan-buahan yang akandimakan dengan air bersih sebelum dipotong-potong

a. Setujub. Tidak setuju

17. Saya mengajarkan balita mencuci tangan sebelum makan.a. Selalub. Tidak pernah

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 241: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

18. Saya akan berhenti memberikan balita ASI saat diare.a. Selalub. Tidak pernah

19. Saya beranggapan bahwa balita terkena diare karena akan bertambah pintar.a. Setujub. Tidak setuju

20. Akibat lanjut diare pada balita yang tidak segera diatasi adalah?a. Dehidrasib. Kurang cairanc. Semua benar

SELAMAT MENGERJAKAN

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 242: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

LEMBAR JAWABAN

HARI/TANGGAL :JAM :NAMA KADER :NILAI :

1. A. B. C. D. 11. A. B. C. D.

2. A. B. C. D. 12. A. B. C. D.

3. A. B. C. D. 13. A. B. C. D.

4. A. B. C. D. 14. A. B. C. D.

5. A. B. C. D. 15. A. B. C. D.

6. A. B. C. D. 16. A. B. C. D.

7. A. B. C. D. 17. A. B. C. D.

8. A. B. C. D. 18. A. B. C. D.

9. A. B. C. D. 19. A. B. C. D.

10. A. B. C. D. 20. A. B. C. D.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 243: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

SOAL PRE DAN POST TEST

1. Salah satu yang bisa diterapkan dikeluarga untuk pencegahan diare pada balitaadalah...a. SAKA diareb. Lintas diarec. Oralit

2. Komponen dalam penerapan SAKA diare di keluarga yaitu memberikan terapi untukmengurangi kembung yaitu...a. Terapi guritab. Terapi bawang merahc. Terapi kunyit

3. Terapi untuk balita yang bisa diajak untuk bekerjasama salah satunya adalah senambalita yang gerakannya terdiri dari...a. Senam balitab. Senam sehatc. Pijat bayi

4. Komponen pemberian makan pada balita adalah dengan pemberian bubur yaitu...a. Tempeb. Singkongc. Ayam

5. Bahan dasar pembuatan bubur tempe dipilih karena...a. Kandungan zink tinggib. Kandungan kalsium tinggic. Kandungan serat tinggi

6. Salah satu tujuan pemberian bubur tempe adalah...a. Meringankan kerja usus pada balitab. Meringankan kerja lambung pada balitac. Meringankan kerja usus besar pada balita

7. Formula bubur tempe diberikan pada usia...a. 6 bulan-5 tahunb. 0-5 tahunc. 1-5 tahun

8. Penyajian bubur tempe sebaiknya...a. Semenarik dan sedini mungkinb. Saat balita mau makanc. Disimpan terlebih dahulu

9. Bahan-bahan lain yang diperlukan untuk pembuatan bubur tempe adalah...a. Margarineb. Garamc. Penyedap rasa

10. Takaran air putih yang digunakan pembuatan bubur tempe adalah...a. 200 ccb. 300 ccc. 400 cc

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 244: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

LEMBAR JAWABAN

NAMA IBU:

ALAMAT:

1. 6.

2. 7.

3. 8.

4. 9.

5. 10

LEMBAR JAWABAN

NAMA IBU:

ALAMAT:

1. 6.

2. 7.

3. 8.

4. 9.

5. 10

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 245: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

1

KONTRAK PEMBELAJARAN SEMESTER I RESIDENSI SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITASPADA AGGREGATE BALITA DENGAN DIARE

DI KELURAHAN CISALAK PASAR KOTA DEPOK, 7 September 2012 s.d Januari 2013

No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu SumberA Manajemen pelayanan

keperawatan komunitas1. Pengembangan kontrak

residen (Learningcontract)

2. Penyusunan frameworkdan instrumenpengkajian

3. Penyusunan latarbelakang dan studipustaka terkait balitadiare

4. Orientasi dan magangdi Dinas Kesehatanserta memaparkantarget yang harusdicapai dan melakukanpengkajian

5. Penelaahan RenstraDinKes Kota Depokterkait programpencegahan diare balita

6. Penelaahan kebijakanprogram pengendalianpenyakit diare dansistem rujukan janjaminan pemeliharaan

Membantu pencapaiantujuan pembelajaran

Sebagai landasan dalammencapai tujuanpembelajaran

Sebagai tahapan awaldalam mencapai tujuanpembelajaran

Sebagai latar belakang dantahap awal dalam mencapaitujuan pembelajaran

Diketahui rencana,pelaksanaan, evaluasi(kendala) dan operasionalprogram balita diare(perbandingan dengantingkat nasional)

Diketahuinya kebijakan(sasaran, target,pencapaian, evaluasi)pengendalian diare(perbandingan tingkat

Adanya dokumen kontrakbelajar sesuai pedoman

Adanya dokumenframework dan instrumenpengkajian

Adanya dokumen latarbelakang

Adanya dokumen targetyang harus dicapai

Adanya dokumen tentangRenstra DinKes Kota DepokAdanya kesepakatankerjasama lintas sektor danprogram

Adanya dokumen tentangpengendalian penyakit diare

3.1

3.2

3.3

3.4

3.5

3.5

Residen

Residen

Residen

Pejabat DinasKesehatan KotaDepok

PJ ProgramP2L

PJ ProgramP2L

Studi literaturKonsultasi

Studi literaturKonsultasi

Studi literaturKonsultasi

WawancaraTelaah dokumenObservasiOrientasi lapangan

WawancaraTelaah dokumenOrientasi lapangan

WawancaraTelaah dokumen

Minggu I

Minggu I

Minggu I

MingguII

MingguII

MingguIII

Pedomanresidensi

Studi literatur

Studi literatur

Profil Kes KotaDepok, LaporanTahunanProgram BidangKesehatanMasyarakat

Laporantahunan

Buku PedomanPengendalianPenyakit Diare

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 246: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

2

No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumberkesehatan.

7. Penelaahan kebijakanCHN dan programpengendalian diare ditingkat DinKes,Puskesmas danmasyarakat

8. Orientasi dan magangdi PuskesmasKecamatan Cimanggis

a. Penelaahankebijakanoperasional programpengendalian diarebalita di PuskesmasCimanggis.

b. Melakukan promosikesehatan padakelompok Ibu balitadan keluarga denganbalita diare.

c. Penelaahanpengelolaanperencanaan,pengorganisasian,pengarahan danpengawasanpengendalianpenyakit diareterkait programinovasi LINTASdiare

nasional)

Diketahui kebijakan CHNdan program P2L

Diketahui kebijakanoperasional pengendalianpenyakit diare

Mensosialisasikanpengendalian penyakitdiare pada balita

Diketahui tahapperencanaan sampaidengan pengawasanprogram LINTAS diare

Adanya dokumen tentangkebijakan atau rencanastrategis program khususnyaterkait balita diare

Adanya dokumentasitentang kebijakanoperasional program

Adanya kegiatan danLaporan tertulis hasilanalisis kebijakan danimplementasi program balitadi tingkat dinas, Puskesmasdan wilayah.

Tersusunnya perencanaansampai dengan pengawasanprogram pelayanankeperawatan komunitas.

3.5

3.6

3.6

3.6

Residensi

KepalaPuskesmasCimanggisPJ P2L

Residen

Lintas program,lintas sektor,TOMA, Kader,Masyarakatyang beresikobalitanyamengalami diare

Studi literatur

Studi literatur dandokumen

Kerja timPendidikankesehatanPeran sertamasyarakat

Studi litaratur dandokumen

MingguIII

MingguIV

MingguIV

MingguV

Dokumen

RencanaoperasionalPuskesmas

Studi literatur

LaporantahunanRekapitulasikegiatan balita

.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 247: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

3

No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumberd. Desiminasi terkait

peran dan fungsiCHN dan kegiatanyang akan dilakukan

9. Orientasi danpengkajian di wilayahKelurahan CisalakPasar

10. Uji coba instrumen

11. Pengkajianmanajemen kesehatandiintegrasikan denganaskep komunitas

12. Analisis danidentifikasikesenjangan konsep

13. Perumusan masalah

14. Menetapkan alternatifsolusi serta negosiasiprogram yang dapatdiaplikasikan secaraberjenjang

15. Penetapan rencanaserta lobby untukimplementasi

Mensosialisasikanperencanaan program

Mengetahui kebutuhan dansumber daya yang adadiwilayah untuk dilakukanprogram inovasi

Mengetahui validitas danreliabilitas instrumen yangakan digunakan

Mengidentifikasikebutuhan dan sumberdaya manusia

Mengidentifikasikesenjangan yang ada

Menetapkan masalahmanajemen keperawatan

Menetapkan solusi untukprogram LINTAS diare

Mengkomunikasikankepada kader kesehatan,Menyusun rencana

Tersosialisasinya rencanaprogram yang akandilaksanakan

Identifikasi kebutuhan dansumber daya yang adadiwilayah

Adanya instrumen yangvalid dan reliabel

Pengembangan perencanaanprogram

Adanya telaah hasil analisis

Teridentifikasi masalahmanajemen keperawatanterkait program yang belumterlaksana secara optimal

Adanya inovasi untukprogram LINTAS diare

Adanya kegiatan yangterjadual dan direncanakandi masyarakat dalam upaya

3.6

3.7

3.7

3.7

3.8

3.8

3.9

Kader kesehatanTokohmasyarakatIbu balita

Kader kesehatanTokohmasyarakatIbu balita

Ibu balita

Ibu balita

Residen

Residen

Residen

Kader kesehatanTokohmasyarakat

Curah pendapatWawancara

WawancaraAngket

WawancaraAngket

WawancaraAngket

Studi literatur

Studi literatur

Studi literatur

Diskusi

MingguV

MingguVI

MingguVI

MingguVI

MingguVII

MingguVII

MingguVIII

MingguIX-XV

KepalaPuskesmasPJ ProgramP2PLKader kesehatanTokohmasyarakat

KepalaKelurahanTokohmasyarakat

Tokohmasyarakat

Tokohmasyarakat

Studi literatur

Studi literatur

Studi literatur

KepalaKelurahanTokoh

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 248: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

4

No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber

16. Desiminasiperencanaan kepadalintas program, sektordan masyarakat terkait

17. Pelaksanaan atauimplementasi rencanayang telah disusunberjenjang mulai dariDinKes, puskesmasdan masyarakat

18. Ujian praktik inovasimanajemen

19. Lokmin LP datatemuan yangberpontensi menjadihambatanimplementasi

20. Implementasi lanjutan

21. Evaluasi

22. Penyusunan RTLsemester II

kegiatan

Mensosialisasikan programLINTAS diare melalui peergroup

Terlaksananya programpelayanan keperawatankomunitas.Terlaksananya programyankep keluarga

Evaluasi kemampuan diridalam pelaksanaan inovasimanajemen

Mengidentifikasi hambatanprogram

Terlaksananya programpelayanan keperawatankomunitas

Teridentifikasinya faktorpendukung danpenghambat program yangsudah dilakukan

Teridentifikasi programyang akan dilaksanakan disemester 2

pencegahan diare balita .

Tersosialisasi programpemgendalian diare

Pelaksanaan programpelayanan keperawatankomunitas sesuai dengantujuan dengan terkontrolsecara kontinu.

Nilai evaluasi yang baik

Adanya hambatanpelaksanaan progran

Berbagai kegiatan programYan kep kom

Program yang perlu monitorevaluasi program ditindaklanjuti

Tersusun RTL program disemester 2

3.10

3.10

3.10

3.10

3.10

3.10

3.10

Ibu balita

Kader kesehatanTokohmasyarakatIbu balita

Kader kesehatanIbu balita

Kader kesehatan

Ibu balita

Ibu balita

Residen

Presentasi dandiskusi

Praktik lapangan

Lokakarya minikesehatan.

Studi lapangan

Curah pendapatLembar cek list

Studi lapangan

MingguX

MingguX

MingguXVI

MingguXVI

MingguXVI

MingguXVU

masyarakat

Kaderkesehatan,tokohmasyarakat

Kaderkesehatan,tokohMasyarakat

Kader kesehatantokohmasyarakat

Ibu balita

Ibu balita

Residen

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 249: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

5

No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu SumberB Asuhan keperawatan

pada aggregate balitadiare1. Pengkajian pada

aggregate balitaberesiko mengalamidiare: Identifikasimasalah kesehatan danskreening balita yangberisiko terkena diare.

2. Perencanaan bersamaaggregate dalam upayapencegahan diare balitamelalui programLINTAS diare denganpembentukan peergroup (kelompoksayang balita diare)

3. Pelaksanaan programkerja hasil kesepakatanbersama pembentukankelompok pendukungsayang balita diare

4. Evaluasi bersamaaggregate hasilpelaksanaan programLINTAS diare danSAFE untukpengendalian diarebalita

5.Penyusunan RTL

Mengkaji danmengidentifikasi masalahdan sumber daya kesehatanpada aggregate balita denganrisiko terkena diare

2.1 Menyusun rencanaasuhan keperawatankomunitas secarakomprehensif.2.2. Mensosialisasikanrencana program

Terlaksananya berbagaiprogram kerja secaraterstruktur dan terjadwal

Menilai tingkat keberhasilanpemberian asuhankeperawatan pada agregatebalita diareMengidentifikasi faktorpendukung dan penghambatpada asuhan keperawatanagregate balita diare

Adanya hasil analisis datapengkajian (faktor yangberkonstribusi dan buktihasil skreening) terhadapbalita diare

Hasil konsultasi dan revisi(melalui proses).

Form perencanaan yang siapdilaksanakan (timetable/ganchart)

Program kerja dilaksanakansesuai dengan jadual yangtelah disepakati.

Adanya rencana tindaklanjut yang disepakati.Teridentifikasi programyang perlu ditindak lanjuti

1.1.

1.2.

1.3.

1.4.

1.6.

Aggregate balitadiare

Residensi

LurahKetua RW/RTTokohmasyarakatKader kesehatan

LurahKetua RW/RTTokohmasyarakatKader kesehatanAggregate .

PJ P2PLLurahKetua RW/RTTokoh masyKader kesehatan

SurveyFGDPemeriksaan fisikObservasi

Studi literaturKonsultasiPembimbingan

Lokakarya minimasyarakat.

PenyuluhanSharing/diskusiPembentukan SG

Curah pendapatSelf evaluationLembar cek listWawancara

MingguIII, IV

MingguIV-VI

MingguVI

MingguVIII -XVI

MingguXVI

Studi literaturBalita yangresiko terkenadiare

Studi literaturSupervisor

SupervisorStudi literaturRENOP bidangkesehatan KotaDepok

Hasil LokminSupervisorStudi literaturAgenda kerjatahunanPuskesmas.

SupervisorStudi literatur

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 250: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

6

No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu SumberC Asuhan keperawatan

keluarga :1. Pengkajian pada 5

keluarga yangmengalami atauberesiko terkena diarepada balita

2. Melakukan analisisdata dan menetapkanmasalah keperawatankeluarga yang balitanyaberesiko terkena diare

3. Bersama keluargamerumuskan intervensidalam pengendaliandiare

4. Melakukan intervensikeperawatan keluargaberupa kognitif, afektifdan perilaku LINTASdiare:a. Pemberian Oralitb. Pemberian ASIc. Gizid. Latihan massage

pada balitae. SAFE (The

Sanitation FamilyEducation)

f. Modifikasi dietbubur tempe

Mengidentifikasi berbagaikebutuhan dan sumber dayayang ada dalam keluargayang beresiko denganmenggunakan modelPRECEDE PROCEED danFriedman.

Mengidentifikasi masalahkeperawatan keluargaberesiko terkena diare untuk5 keluarga.

Menyusun rencana asuhankeperawatan keluargadengan balita diare bersamadengan keluarga

Melaksanakan berbagaiintervensi keperawatan yangtelah disusun dan disepakatidengan keluarga.

Adanya hasil pengkajiankeluarga dengan resikobalita diare sejumlah 5keluarga.

Adanya rumusan masalahkeperawatan keluargadengan berdasarkanpenapisan masalah yang adapada 5 keluarga.

Adanya bukti fisik beruparencana asuhan keperawatankeluarga yang siapdilaksanakan denganditandatangani residen,keluarga dan supervisor.

Intervensi yang telahdisusun dilakukan bersamakeluarga sesuai dengan hasilkesepakatan bersama.

1.1.

1.2.

1.3.

1.4.

Keluargadengan balitaberesiko terkenadiare

Keluargadengan balitadiare

Keluargadengan resiko

Keluargadengan resiko

WawancaraPemeriksaan fisikObservasiKonsultasi

KonsultasiDiskusiKunjungan rumah

KonsultasiDiskusiKunjungan rumah 2kali seminggu.

SimulasiDemonstrasiEvaluasiKunjungan rumah 2kali seminggu.

MingguV

MingguV-X

MingguV- X

MingguV-XVI

Studi literaturKader kesehatanKeluargaKetua RT/RW

Studi literaturSupervisorKeluarga

Studi literaturSupervisorKeluarga.

Studi literaturSupervisorKeluarga

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 251: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

7

No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber5. Penyerahan laporan

keluarga binaan

6. Ujian ketrampilan dikeluarga

7. Referat askep keluargaProgram SAFE padakeluarga dengan balitadiare

8. Menilai hasil asuhankeperawatan keluargaberdasarkan tingkatkemandirian keluarga

9. Penyerahan draflaporan praktek kepadasupervisor

10. Penyerahan laporanakhir

Melaporkan perkembanganproses asuhan keperawatankeluarga

Menilai ketrampilan dalampengelolaan asuhankeperawatan keluarga

7.1. Mensosialisasikanmetode atau model terkiniterkait dengan askep padakeluarga dengan balita diare7.2. Mensosialisasikanmetode atau model terkiniterkait dengan askep padakeluarga dengan balita diare

Mengidentifikasi pencapaiankemandirian keluarga.

Adanya dokumen laporankeluarga binaan

Evaluasi ketrampilan dalambentuk nilai

Tersosialisasinya metodeatau model terkini terkaitdengan askep pada keluargadengan balita diare

Pencapaian kemandiriankeluarga berada pada tingkatIV (mandiri penuh).

1.6.

Residen

Residen

Pesertaresidensi danaplikasiKeluargadengan balitadiare

Presentasi seminar(bahasa Inggris danIndonesia)

Evaluasi diriLembar ceklistCurah pendapatHome visit

MingguVII-VIII

MingguIX-X

MingguVII-VIII

MingguIX-X

MingguVII-VIII

MingguIX-X

MingguXII-XIII

Studi literatur

SupervisorKeluarga

Studi literatur

SupervisorKeluarga

Studi literaturSupervisorKeluarga

Depok, 13 September 2012MenyetujuiSupervisor utama, Residen,

Dra. Junaiti Sahar, SKp, M.App.Sc, PhD Asti Nuraeni

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 252: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

1

UNIVERSITAS INDONESIA

KONTRAK PEMBELAJARAN SEMESTER II SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITASPADA AGGREGAT BALITA DENGAN DIARE DI KELURAHAN CISALAK PASAR

KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK

OLEH:ASTI NURAENI

1006755260

PROGRAM STUDI SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITASFAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIATAHUN AJARAN 2012/2013

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 253: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

2

KONTRAK PEMBELAJARAN SEMESTER IISPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGGREGAT BALITA DENGAN DIARE

DI KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK

A. MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN KOMUNITAS

No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber

1 Penyusunan kontrak belajarresidensi semester 2.

Membantu pencapaiantujuan pembelajaranresidensi.

Adanya kontrak belajar sesuaipedoman pembelajaran residensi.

3.1 Residen. Studi Literatur.Konsultasi.

MingguKetigaJanuari.

BPKMsemester 2.

2 Pembuatan programkegiatan pembinaanKelompok PendukungSAKA (KPS) di RW 01dan 03 Kelurahan CisalakPasar.

2.1 Pengembanganprogram kegiatan KPSsebagai salah satukegiatan Posyandu diRW 01 dan RW 03Kelurahan CisalakPasar.

2.2 Tersosialisasikannyaperencanaan programkegiatan KPS di RW 01dan 03 KelurahanCisalak Pasar.

Tersusunnya perencanaan programkegiatan KPS di RW 01 dan 03Kelurahan Cisalak Pasar.

2.1.1 Tersusunnya rencanaprogram kegiatan KPS diRW 01 dan 03 KelurahanCisalak Pasar.

2.1.2 Tersosialisasi rencanaprogram kegiatan KPS diRW 01 dan 03 KelurahanCisalak Pasar.

3.2

3.4

Residen.Pengurus KPS.Kader.

Residen.Pengurus KPS.Kader.

Puskesmas.Pengurus KPS.Kader.Masyarakatyang beresiko.

Studi Literatur.Diskusibersama kaderdan pengurusKPS.

Studi Literatur.Diskusibersama kaderdan pengurusKPS.

Studi Literatur.Diskusibersama kader,puskesmas danpengurus KPS.

Minggu IIdan IIIFebruari.

Minggu IIdan IIIPebruari.

MingguIVPebruaris.d IMaret.

Buku PedomanPengendalianPenyakit Diare(P2D).

Buku PedomanPengendalianPenyakit Diare(P2D).

KepalaPuskesmas.P.J. P2P.Kader.Pengurus KPS.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 254: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

3

3 Pelaksanaan kegiatan KPSdi RW 01 dan 03 sebagaisalah satu kegiatanPosyandu untukmenerapkan SAKA diaresebagai salah satu caramelakukan pencegahandiare pada balita.

3.1 Terlaksananya programkegiatan KPS yang akandilakukan melaluikegiatan Posyandu diRW 01 dan 03.

3.1.1 80% tersusunnya kegiatanKPS di RW 01 dan 03Kelurahan Cisalak Pasar.

3.1.2 Terbinanya 5 keluargabinaan denganpemasalahan diare padabalita di RW 01 dan 03.

3.9 Kader.Pengurus KPS.

Kader.Pengurus KPS.Ibu balita.

Diskusi.KIE.PSM.

Diskusi.KIE.PSM.

MingguIVFebruari.

Minggu IMaret s/dMingguIV April.

KepalaPuskesmas.PJ P2P.Kader kesehatan.Pengurus KPS.

Kader kesehatan.Pengurus KPS.

4 Evaluasi pelaksanaankegiatan KPS di RW 01dan 03 dalam pelaksanaanSAKA diare di rumah.

Terpantaunya kegiatan KPSdi RW 01 dan 03 untukmeningkatkan kopingadaptif penanganan diarebalita di RW 01 dan 03melalui supervisi, bimbingandan pengarahan.

4.1 Kader melakukansupervisi setiap bulansekali pada kegiatanKPS di RW 01 dan 03untuk meningkatkankoping adaptif di RW01 dan 03.

4.2 Petugas puskesmasmelakukan supervisisetiap bulan sekali padakegiatan KPS di RW 01dan 03

- 75% pelaksanaan programkegiatan KPS terkontrol secarakontinu

- 75% tersusun pelaporankegiatan KPS untuk puskesmas

- 75% ada rujukan dari kader kepuskesmas dan adanyapelaporan kegiatan KPS.

3.10 PJ P2PPuskesmas.Kader.Pengurus KPS.

PJ P2PPuskesmasKaderPengurus KPS

PJ P2PPuskesmasKaderPengurus KPS

FormatsupervisiDiskusi

FormatsupervisiDiskusi

FormatsupervisiFormat rujukanDiskusi

BulanApril danMei

BulanApril danMei

BulanApril danMei

KepalaPuskesmasPJ P2PKader kesehatanPengurus KPS

KepalaPuskesmasPJ P2PKader kesehatanPengurus KPS

KepalaPuskesmasPJ P2PKader kesehatanPengurus KPS

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 255: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

4

B. KEPERAWATAN KOMUNITAS

No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber

1 Penyusunan program upayapembinaan kesehatan balitadiare bersama masyarakatmelalui kegiatan “GerakanIbu Sayang Anak Diare”(GEISAD) sebagai salahsatu upaya pencegahandiare pada balita.

Menyusun rencana asuhankeperawatan komunitassecara komprehensif padaaggregate balita diare melaluikegiatan GEISAD.

Mensosialisasikan rencanasalah satu program Posyanduyaitu pelaksanaan asuhankeperawatan pada balita diaremelalui kegiatan GEISAD diRW 01 dan 03.

1.1.1 Adanya rencana asuhankeperawatan komunitashasil konsultasi dan revisi.

1.1.2 Adanya kegiatan GEISADdi RW 01 dan 03.

1.1.3 Adanya praktik penerapanSAKA diare pada kegiatanGEISAD di RW 01 dan 03.

1.1.4 Kegiatan dilakukan dalamupaya meningkatkanpencegahan diare balita.

1.1.5 Promosi kesehatan padaaggregate balita tentangcara pencegahan diaremelalui penerapan SAKAdiare di “TK Arrafah” dan“PAUD Abatasa”.

1 Pengurus KPS.Kader.Ibu balita.

Pengurus KPS.Kader .Ibu balita.Residen.Aggregat balita.

Studi literature.Diskusi.

KIE.

Minggu IIIFebruari.

Minggu IMaret s/dMingguIV April.

Supervisor.Studi literatur.

Supervisor.Studi literatur.

2 Pelaksanaan program kerjadalam upaya pencegahan diarepada balita dengan penerapanSAKA diare.

2.1 Menyusun jadwal danprogram kerja kegiatanGEISAD di RW 01 dan RW03.

2.2 Terlaksananya kegiatanGEISAD di RW 01 dan RW03 dengan penerapan SAKAdiare sebagai satu upayadalam pencegahan diarepada balita.

2.1.1 Tersusunnya jadwal kegiatanGEISAD di RW 01 dan 03.

2.1.2 75% kegiatan GEISAD dapatmelakukan penerapan SAKAdiare sebagai salah satu upayadalam pencegahan diare balita.

2 Pengurus KPS.Kader.Ibu balita.

Residen.Ibu balita.Kader.

PSM.KIE.KP.

PSM.KIE.KP.

MingguIVPebruaris/dMingguIV April.

MingguIVPebruaris/dMinggu IVApril.

Supervisor.Studi literatur.

Supervisor.Studi literatur.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 256: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

5

2.3 Terlaksananya kegiatanpromosi kesehatan padakelompok balita sebagaifaktor resiko terjadinyadiare.

2.3.1 Peserta kegiatan GEISAD diRW 01 dan 03 mampumelakukan kegiatan secaramandiri dengan supervisi darikader dan pengurus KPS.

2.3.2 Terjadi peningkatanpengetahuan, sikap, danketrampilan ibu balita tentangpenerapan SAKA diare untukpencegahan diare pada balita.

Residen.Ibu balita.Kader.Pengurus KPS.

KIE. Minggu IVMaret.

Studi Literatur.

3 Evaluasi hasil kegiatanpembinaan kesehatan balitadiare melalui GEISAD.

Evalusia tingkatkeberhasilan asuhankeperawatan komunitaspada aggregat balita diaremelalui kegiatan GEISAD.

3.1.1 80% program kegiatanGEISAD dilakukan melaluiPosyandu.

3.1.2 80% ibu balita yang ikutGEISAD dapat melakukanpenerapan SAKA diare secaramandiri.

3.1.3 Terjadi perubahan tingkatpengetahuan, sikap, danketrampilan ibu balita tentangpenerapan SAKA diare.

3 KepalaPuskesmas.Pengurus KPS.Kaderkesehatan.

Diskusi.Wawancara.Lembarevaluasi.

Minggu Is/d IIMei.

Supervisor.Studi literatur.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 257: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

6

C. KEPERAWATAN KELUARGA

No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber

1 Pengkajian pada 5 keluargadengan anggota keluargadengan balita diare.

Mengidentifikasi berbagaimasalah kesehatan sesuaidengan model Friedman.

Adanya hasil pengkajiankeluarga dengan balita diaresejumlah 5 keluarga.

1.1 Keluarga dengandengan balitadiare.

Wawancara.Observasi.Pemeriksaan fisik.Kunjungan rumah.

Minggu IIIs/d IVFebruari.

Studi literatur.Kader kesehatan.Keluarga.Pengurus KPS.

2 Melakukan analisis datadan menetapkan masalahkeperawatan keluarga.

Mengidentifikasi masalahkeperawatan keluarga yangmuncul berdasarkan hasilpengkajian.

Adanya rumusan masalahkeperawatan keluargaberdasarkan NANDA.

1.2 Keluarga denganbalita diare.

Diskusi.Kunjungan rumah.

Minggu IIIs/d IVFebruari.

Studi literatur.Keluarga.

3 Bersama keluargamerumuskan intervensiyang sesuai.

Menyusun rencana asuhankeperawatan keluargabersama keluarga.

Adanya rencana asuhankeperawatan keluarga untuksemua masalah keperawatanyang muncul.

1.3 Keluarga denganbalita diare.

Diskusi.Kunjungan rumah.

Minggu IIIs/d IVFebruari.

Studi literatur.Keluarga.

4 Melakukan intervensikeperawatan keluargakriteria kognitif, afektifdan perilaku dalampenerapan SAKA diare :a. Praktik pengolahan

LGG dengan modifikasiyang menarik.

b. Terapi gurita.c. Senam balita.

Melaksanakan intervensikeperawatan yang telahdisusun dan disepakatibersama keluarga.

90% intervensi dilakukanbersama keluarga untukmenyelesaikan masalah.

1.4 Keluarga denganbalita diare.

Demonstrasi.Coaching.Konseling.Pendidikankesehatan.Kunjungan rumah.

Minggu IVPebruaris/d IVApril.

Studi literatur.Keluarga.

5 Penyerahan laporankeluarga binaan.

Mengevaluasi kegiatan yangtelah dilaksanakan.

Adanya dokumen laporankeluarga kelolaan danresume.

11 Residen. Konsultasi.Diskusi.

Minggu IMei.

Studi literatur.Keluarga.

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 258: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

7

7 Referat askep komunitas. 7.1 Mensosialisasikan modelatau intervensi terkait dgasuhan keperawatan padakomunitas denganmasalah diare pada balita.

Tersosialisasikannya modelatau intervensi terkait dgasuhan keperawatan padakomunitas dengan masalahdiare pada balita.

8 Residen. Presentasi( bahasa inggris).

Minggu Is/d IIApril.

Studi Literatur.

8 Mengevaluasi asuhankeperawatan keluargaberdasarkan tingkatkemandirian keluarga.

Mengidentifikasi pencapaiankemandirian keluarga.

75% pencapaian kemandiriankeluarga berada pada tingkatIV.

9 Keluarga.Residen.

Format evaluasi.Diskusi.Kunjungan rumah.

Minggu IVApril.

Studi Literatur.

9 Penyerahan laporanpraktek semester II kepadaSupervisor.

Mendokumentasikan hasilkegiatan praktek residensisemester II.

Tersusunnya laporan semesterII praktek manajemen,komunitas, dan keluarga.

11 Residen.Supervisor.

Studi literatur.Konsultasi.

Minggu Is/d IIMei.

Studi Literatur.

10 Penyerahan laporan akhir. Mendokumentasikan hasilkegiatan praktek residensisemester II.

Tersusunnya laporan semesterII praktek manajemen,komunitas, dan keluargasetelah dikonsultasikan.

11 Residen.Supervisor.

Studi literatur.Konsultasi.

Minggu Is/d IIMei.

Studi Literatur.

11 Sidang terbuka. Mendesiminasikan hasilpraktek residensi keperawatankomunitas.

Tersosialisasikannya kegiatanpraktek dengan masukan daritim perkesmas di luar FIK UI.

3 Residen.Supervisor.Tim Perkesmas.

Seminar. MingguIII s/d IVMei.

Studi Literatur.

12 Sidang tertutup. Mempertanggungjawabkanhasil kegiatan praktekresidensi .

Hasil kegiatan praktekresidensi selama 2 semesterdapat dipertanggungjawabkandidepan tim penguji.

4 Residen.Supervisor.Tim penguji.

Studi literatur.Konsultasi.

Minggu Is/d IIJuni.

Studi Literatur.

13 Penyerahan laporan KIA. Mendokumentasikan danmempublikasikan hasilpraktek residensi.

Dokumentasi dan publikasihasil praktek residensikeperawatan komunitas.

4 Residen.Supervisor.

Studi literatur.Konsultasi.

Minggu Is/d IIJuni.

Studi Literatur.

Depok, 16 Januari 2013Menyetujui:

Supervisor Utama, Supervisor, Residen

(Dra. Junaiti Sahar, S.Kp, M.App.Sc, Ph.D) (Henny Permatasari, SKp. M.Kep, Sp.Kep.Kom) (Asti Nuraeni)

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 259: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

FOTO KEGIATAN KONSELING KELUARGA

FOTO KEGIATAN PELATIHAN KADER POSYANDU

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 260: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

FOTO KEGIATAN KOMUNITAS GERAKAN IBU SAYANGANAK DIARE (GEISAD)

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013

Page 261: UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA

FOTO KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)

KEGIATAN DINAMIKA KELOMPOK

Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013