analisis kesesuaian medan untuk bangunan …eprints.ums.ac.id/56057/16/naskah publikasi.pdfpada...

16
ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN PAJANGAN KABUPATEN BANTUL Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Geografi Fakultas Geografi Oleh : HABIB IRSYAD KUSUMA PUTRA E100160048 PROGRAM STUDI GEOGRAFI FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN …eprints.ums.ac.id/56057/16/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada Jurusan Geografi Fakultas Geografi Oleh : HABIB IRSYAD KUSUMA PUTRA E100160048 ... 4

ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN

MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI

GEOGRAFIS DI KECAMATAN PAJANGAN KABUPATEN BANTUL

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Jurusan Geografi Fakultas Geografi

Oleh :

HABIB IRSYAD KUSUMA PUTRA

E100160048

PROGRAM STUDI GEOGRAFI

FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN …eprints.ums.ac.id/56057/16/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada Jurusan Geografi Fakultas Geografi Oleh : HABIB IRSYAD KUSUMA PUTRA E100160048 ... 4
Page 3: ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN …eprints.ums.ac.id/56057/16/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada Jurusan Geografi Fakultas Geografi Oleh : HABIB IRSYAD KUSUMA PUTRA E100160048 ... 4

ii

Page 4: ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN …eprints.ums.ac.id/56057/16/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada Jurusan Geografi Fakultas Geografi Oleh : HABIB IRSYAD KUSUMA PUTRA E100160048 ... 4
Page 5: ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN …eprints.ums.ac.id/56057/16/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada Jurusan Geografi Fakultas Geografi Oleh : HABIB IRSYAD KUSUMA PUTRA E100160048 ... 4

1

ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN MENGGUNAKAN

PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

DI KECAMATAN PAJANGAN KABUPATEN BANTUL

INTISARI

Analisis kesesuaian medan dilakukan agar dapat memberikan

rekomendasi yang baik terhadap pembangunan yang terus meningkat akibat

pertumbuhan penduduk. Rekomendasi berupa sebaran tingkat kesesuaian untuk

bangunan di daerah penelitian. Analisis ini menyangkut aspek seperti kestabilan

bangunan dan terhindar dari kerawanan bencana.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode Sistem Informasi

Geografis secara kuantitatif berjenjang untuk mencari sebaran tingkat

kesesuaian medan di daerah penelitian. Penginderaan jauh digunakan dalam

pengambilan data parameter kemiringan lereng karena membutuhkan waktu

yang singkat dengan keakuratan data yang tinggi. Faktor yang berpengaruh kuat

dalam tingkat kesesuaian medan untuk bangunan diperoleh melalui analisis

statistik sederhana menggunakan tabel frekuensi.

Analisis ini menghasilkan sebaran tingkat kesesuaian medan untuk

bangunan yang ada di Kecamatan Pajangan. Tingkat kesesuaian tersebut terdiri

dari klasifikasi kelas sesuai (S2) dengan luas 478 ha (14,39%), kelas cukup

sesuai (S3) dengan luas 565 ha (17,01%) dan kelas tidak sesuai (N1) dengan luas

2.278 ha (68,59%). Kelas kesesuaian tertinggi adalah kelas sesuai yang tersusun

oleh dominasi parameter kelas 1 dengan nilai harkat 5.

Kata kunci : Bangunan, Analisis, Kesesuaian Medan, Sistem Informasi

Geografis.

ABSTRACT

The analysis of terrain suitability was done to give some recommendation

or suggestions toward the increasing of development as the society growth. The

recommendation was the range level of suitability for buildings in the research

area. It also included some aspects such as building stability and the aspects to

avoid the vulnerability of natural disasters.

The research methods were the analysis of gradual quantitative geographic

information system. It was used to get the range level of terrain suitability in the

research area. In addition, remote sensing was used to gain the slope data since

the time needed was short but the accuracy was high. Then, the most important

factors for terrain suitability for buildings were gain through simple statistical

analysis using frequency table.

The result of this research was the range of terrain suitability for buildings

in Pajangan sub-district. The levels of its appropriateness consisted of

appropriate classification (S2) with the area of 478 hectares (14,39%), quite

appropriate classification (S3) with the area of 565 hectares (17,01%) and not

appropriate classification (N1) with the area of 2278 hectares (68,95). The

highest point for the appropriateness classification was the classification which

Page 6: ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN …eprints.ums.ac.id/56057/16/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada Jurusan Geografi Fakultas Geografi Oleh : HABIB IRSYAD KUSUMA PUTRA E100160048 ... 4

2

was suitable and it was composed by the parameter dominance classification 1

with the value of 5.

Keywords : buildings, analysis, terrain suitability, geographic information

system.

1. PENDAHULUAN

Jumlah penduduk yang meningkat di Kabupaten Bantul diikuti bertambahnya

lahan terbangun. Dampak pertumbuhan penduduk ini terlihat pada berkurangnya

lahan non terbangun seperti sawah, kebun atau tegalan yang berubah menjadi lahan

terbangun. Bertambahnya lahan terbangun terkadang tidak diikuti dengan

meningkatnya kualitas dan cenderung memaksakan sebuah pembangunan demi

memenuhi permintaan, mengingat di Kecamatan Pajangan pernah terjadi tanah

longsor pada tahun 2016. Sebuah analisis kesesuaian medan dianggap penting untuk

dilakukan agar dapat mengetahui tingkat kesesuaian daerah penelitian untuk dibangun

sebuah Bangunan.

Berdasarkan masalahan terkait pembangunan yang terus bertambah, kemudian

dapat dibuat rumusan terkait cara untuk mengetahui tingkat kesesuaian daerah

penelitian bila digunakan untuk bangunan. Rumusan selanjutnya mengetahui faktor –

faktor apa saja yang memiliki pengaruh terhadap tingkat kesesuaian medan di

Kecamatan Pajangan. Analisis dilakukan menggunakan Sistem Informasi Geografis

dan Pengindaeraan Jauh sebagai alat yang mendukung proses penelitian. Sistem

Informasi Geografis digunakan untuk mengetahui sebaran kesesuaian medan secara

spasial. Sebaran kesesuaian medan ini berasal dari penilaian karakter fisik dari

parameter yang dideskripsikan melalui tabel atribut. Penginderaan Jauh digunakan

sebagai alat untuk mendapatkan informasi salah satu karakter fisik. Karakter fisik

tersebut adalah kemiringan lereng, dengan adanya penginderaan jauh maka informasi

sebaran kemiringan lereng dapat lebih cepat dan akurat diperoleh. Kecepatan

perolehan informasi pada penginderaan jauh berasal dari perekaman suatu daerah

dengan gelombang elektromagnetik yang diterima oleh wahana satelit, sehingga pada

suatu luasan daerah dapat langsung diperoleh informasinya tanpa harus datang

langsung ke lapangan.

Analisis yang dilakukan bertujuan untuk mencari sebaran tingkat kesesuaian

medan secara fisik untuk bangunan. Sebaran kesesuaian ini tidak hanya berupa zonasi

Page 7: ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN …eprints.ums.ac.id/56057/16/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada Jurusan Geografi Fakultas Geografi Oleh : HABIB IRSYAD KUSUMA PUTRA E100160048 ... 4

3

tiap kesesuaian medan, namun juga faktor yang berpengaruh terhadap kesesuaian di

daerah penelitian. Analisis yang dilakukan dapat memberikan rekomendasi

pembangunan ke daerah yang lebih baik berdasarkan tingkat kesesuaian medan.

Analisis ini menyangkut beberapa aspek seperti kestabilan bangunan dan terhindar

dari kerawanan bencana seperti tanah longsor. Menurut Erni Suharini (2013) Medan

adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan keadaan suatu wilayah di permukaan

bumi yang mencakup keadaan relief, penggunaan lahan, dan sifat tanah maupun

batuanya. Penelitian menggunakan satuan medan dapat memudahkan mengkaji suatu

daerah terkait bentuklahan. Hal ini disebabkan karena melalui satuan medan, peneliti

mampu mengkorelasi bentuklahan daerah penelitian dengan sifat atau karakter fisik

medan lainya. Proses survei yang dilakukan juga dapat dilakukan secara lebih efisien

dan efektif, khususnya kesesuaian medan untuk kegunaan tertentu. Bentuklahan

digunakan sebagai variabel utama dalam penelitian ini. Variabel utama yang

dimaksud adalah bentuklahan digunakan sebagai unit analisis yang kemudian

diturunkan dalam unit medan. Unit medan tersusun dari variable bentuklahan,

kemiringan lereng dan tekstur tanah. Kesesuaian medan adalah proses pelaksanaan

penilaian medan untuk keperluan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi

survei dan studi mengenai karakter fisik, dalam rangka mengidentifikasi dan

membandingkan macam-macam kemungkinan penggunaan lahan yang sesuai dengan

tujuannya (Van Zuidam, 1979).

2. METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode survei. Metode penelitian survei

ini digunakan karena dalam penelitian ini

melibatkan sampel-sampel pada tiap karakter

fisik. Metode pengambilan sampel menggunakan

metode stratified sampling, dimana sampel-

sampel yang diambil berdasarkan strata satuan

medan yang dihasilkan. Strata yang dimaksud

dalam metode pengambilan sampel secara

stratified sampling ini merujuk pada tingkatan

Klasifikasi Harkat

Kemiringan lereng

Datar 5

Landai 4

Miring 3

Terjal 2

Sangat terjal 1

Tekstur Tanah

Pasir, Pasir geluhan 5

Geluh pasiran, Geluh

pasiran halus. 4

Tabel 1. Parameter Kesesuaian Medan untuk Bangunan

Page 8: ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN …eprints.ums.ac.id/56057/16/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada Jurusan Geografi Fakultas Geografi Oleh : HABIB IRSYAD KUSUMA PUTRA E100160048 ... 4

4

karakter fisik yang dimiliki tiap satuan

bentuklahan. Pengambilan sampel berdasarkan

strata ini dilakukan dengan melihat komposisi

yang mewakili dari satuan medan yang dihasilkan

melalui overlay peta bentuklahan, kemiringan

lereng dan tekstur tanah.

Metode kolekting data yang digunakan

adalah metode kolekting data primer dan data

sekunder. Kolekting data primer dilakukan

dengan melakukan pengamatan langsung di

lapangan maupun pengolahan citra satelit.

Pengolahan citra satelit digunakan dalam salah

satu metode pengumpulan data karena waktu

yang dibutuhkan lebih singkat dengan hasil

perolehan data yang akurat. Kolekting data

sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data

yang dibutuhkan melalui instansi pemerintah.

Instansi Pemerintah yang akan dituju antaralain

BAPPEDA, Dinas Pertanahan dan Tata Ruang,

dan instansi terkait lainya.

Metode analisis yang digunakan terdiri dari

dua metode, dimana metode ini mengikuti tujuan

pada penelitian yang akan dilakukan. Tujuan

pertama menggunakan metode analisis Sistem

Informasi Geografis kuantitatif berjenjang, untuk

mengetahui sebaran tingkat kesesuaian medan

untuk bangunan di daerah penelitian. Tujuan

kedua menggunakan metode analisis statistik

sederhana dengan tabel frekuensi, untuk

mengetahui faktor fisik apa yang berpengaruh

kuat. Parameter yang digunakan dalam penelitian

ini kemudian dapat dijelaskan melalui Tabel 1 di

Geluh pasiran sangat halus,

Geluh debuan, Debu 3

Geluh lempungan, Geluh

lempung pasiran, geluh

lempung debuan

2

Lempung pasiran, Lempung

debuan, Lempung 1

Kerawanan Longsor

Tanpa ada bahaya longsor 5

Ada gerakan massa

batuan/tanah dengan ukuran

kecil

4

Gerakan massa

batuan/tanah resiko sedang 3

Gerakan massa

batuan/tanah resiko tinggi 2

Gerakan massa

batuan/tanah resiko sangat

tinggi

1

Daya dukung tanah

> 1,4 5

1,3 – <1,4 4

1,2 - <1,3 3

1,1 - <1,2 2

<1,1 1

Lama Penggunangan Banjir

Tidak pernah tergenang 5

1 – 2 hari/tahun 4

3 – 6 hari/tahun 3

7 – 14 hari/tahun 2

Kedalaman air tanah

>1 bulan/tahun 1

<7 m 5

7 - <15 m 4

15 - <25 m 3

25 - <50 m 2

>50 m 1

Page 9: ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN …eprints.ums.ac.id/56057/16/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada Jurusan Geografi Fakultas Geografi Oleh : HABIB IRSYAD KUSUMA PUTRA E100160048 ... 4

5

atas. Metode perhitungan parameter agar mendapatkan nilai kesesuaian adalah

sebagai berikut:

HKB = HKL + HTT + HKL + HDD + HLP + HAT

Keterangan :

HKB = Harkat Kesesuaian Bangunan

HKL = Harkat Kemiringan Lereng

HTT = Harkat Tekstur Tanah

HRL = Harkat Kerawanan Longsor

HDD = Harkat Daya Dukung Tanah

HLB= Harkat Lama Penggenangan

HAT = Harkat Kedalaman Air Tanah

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengolahan data parameter – parameter penyusun, tingkat

kesesuaian medan untuk bangunan di Kecamatan Pajangan ini terdiri dari 3 kelas.

Kelas kesesuaian tersebut meliputi kelas 2 atau sesuai, kelas 3 cukup sesuai, dan kelas

4 atau tidak sesuai. Keempat kelas tersebut tersebar dengan karakter atau ke khas an

fisik medan masing-masing. Kelas kesesuaian memiliki nilai terendah 15 dengan

kelas kesesuaian tidak sesuai, dan nilai tertinggi 26 dengan kelas kesesuaian sesuai.

Berdasarkan luasnya tingkat kesesuaian tersebut terdiri dari klasifikasi kelas sesuai

(S2) dengan luas 478 ha (14,39%), kelas cukup sesuai (S3) dengan luas 565 ha

(17,01%) dan kelas tidak sesuai (N1) dengan luas 2278 ha (68,59%). Klasifikasi

kesesuaian medan untuk bangunan secara keseluruhan dapat dilihat melalui tabel 2.

berikut.

Tabel 2. Klasifikasi dan Luas Kesesuaian Medan untuk Bangunan

No Simbol Nilai Klasifikasi Luas (Ha)

1 S1 >30 Sangat sesuai 0

2 S2 25 – 30 Sesuai 478

3 S3 19 – 24 Cukup Sesuai 565

4 N1 13 – 18 Tidak Sesuai 2278

5 N2 6 – 12 Sangat Tidak Sesuai 0

Sumber: Hasil pemrosesan SIG, 2017

Page 10: ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN …eprints.ums.ac.id/56057/16/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada Jurusan Geografi Fakultas Geografi Oleh : HABIB IRSYAD KUSUMA PUTRA E100160048 ... 4

6

3.1. Agihan kesesuaian medan untuk bangunan

Persebaran tingkat kesesuaian medan pada kelas sesuai berada di bagian selatan

dan bagian barat Kecamatan Pajangan. Tepatnya memanjang di tepi barat Desa

Triwidadi dan tepi selatan Desa Sendangsari. Nilai total untuk kesesuaian medan

untuk bangunan pada kelas sesuai ini adalah 25 dan 26 yang dihasilkan oleh

klasifikasi parameternya. Kelas ini merupakan kelas yang baik bila digunakan sebagai

lahan untuk bangunan. Tingginya nilai kesesuaian medan pada kelas ini salah satunya

didukung oleh tingkat kemiringan yang di kemiringan <2%. Nilai kemiringan tersebut

memiliki kenampakan fisik yang datar, dan tanpa perbedaan ketinggian yang berarti.

Jenis tanah yang tersebar pada kelas sesuai ini adalah grumusol dan regosol.

Kedua jenis tanah ini memiliki tekstur yang berbeda. Jenis tanah grumusol memiliki

tekstur tanah geluh lempung, geluh lempung pasiran dan geluh lempung debuan.

Sedangkan jenis tanah regosol memiliki tekstur tanah lempung pasiran, lempung

debuan, dan lempung. Kedua jenis tanah ini sebenarnya memiliki nilai yang buruk

dalam klasfikasi kesesuaian medan untuk bangunan.

Tingginya kelas kesesuaian medan pada daerah juga didukung dengan tingkat

kerawanan bencana yang rendah. Hal ini dapat dilihat melalui parameter longsor yang

ada pada daerah ini menunjukkan klasifikasi tidak ada gerakan massa. Klasfikasi

memiliki arti bahwa daerah pada kelas sesuai ini tidak pernah terjadi peristiwa

longsor. Rendahnya kelas kerawanan terhadap longsor ini dapat berhubungan dengan

kelas lereng yang telah dijelaskan sebelumnya. Daya dukung tanah yang terukur

memiliki nilai diatas 1,4 Kg/cm2 , sehingga membuat tanah yang tersebar memiliki

kekerasan yang tinggi. Hal ini berdampak pada kualitas pondasi yang berada di

atasnya. Daya dukung tanah yang tinggi juga berhubungan dengan stabilitas

bangunan. Tanah yang memiliki kekerasan yang tinggi ini jenisnya seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya. Lama penggenangan oleh banjir di Kecamatan Pajangan

secara keseluruhan menunjukan klasifikasi yang baik. Klasifikasi yang ditemukan

pada daerah ini antara tidak pernah terjadi banjir dan lama penggenangan 1-2

hari/tahun. Potensi air yang terdapat pada kelas sesuai ini menunjukan klasifikasi

yang baik pula. Kedalam air tanah yang terukur berada pada kedalaman 7-15 m.

Page 11: ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN …eprints.ums.ac.id/56057/16/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada Jurusan Geografi Fakultas Geografi Oleh : HABIB IRSYAD KUSUMA PUTRA E100160048 ... 4

7

Persebaran tingkat kesesuaian

medan pada kelas cukup sesuai

lebih banyak berada di bagian

selatan dan timur, dan juga sedikit

pada bagian tengah Kecamatan

Pajangan. Daerah dengan kelas

cukup sesuai ini memiliki tingkat

kemiringan lereng yang lebih

bervariasi. Keadaan ini

menyebabkan persebaranya

berada diantara kedua daerah

dengan kelas kesesuaian yang

berbeda. Nilai yang menghasilkan

kelas kesesuaian cukup sesuai ini

paling rendah adalah 19 dan paling

tinggi adalah 23. Kelas ini

merupakan kelas yang masih

cukup baik digunakan untuk bangunan namun dengan kualitas yang sedikit lebih

buruk dari kelas sesuai.

Daya dukung tanah yang terukur pada daerah pun juga lebih bervariasi dari tingkat

kesesuaian sebelumnya. Nilai yang terukur berkisar 1,2 hingga 3,5 Kg/cm2 . Karakter

fisik dengan nilai di atas masih cukup baik digunakan untuk bangunan. Pondasi yang

akan dibuat dapat memiliki kualitas yang baik karena ditanam pada daerah yang kuat

tanpa perlu membuat rekayasa guna memperkuat pondasi dari bangunan. Tingkat

kesesuaian pada kelas cukup sesuai ini salah berada pada kelas kemiringan lereng

yang lebih bervariasi daripada kelas yang telah dijelaskan sebelumnya. Klasifikasi

lereng paling rendah berada pada kemiringan <2% dan juga lereng yang berada pada

kemiringan 8 – 30%. Selain memiliki penurunan beberapa nilai kemiringan lereng,

parameter kerawanan longsor pada kelas ini juga mengalami penurunan nilai. Hal ini

dipengaruhi pada fenomena longsor yang pernah terjadi pada daerah ini. Berdasarkan

survey lapangan, longsor yang terjadi pada daerah ini masuk dalam klasifikasi

gerakan massa kecil.

Gambar 1. Peta Kesesuaian Medan untuk Bangunan

Page 12: ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN …eprints.ums.ac.id/56057/16/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada Jurusan Geografi Fakultas Geografi Oleh : HABIB IRSYAD KUSUMA PUTRA E100160048 ... 4

8

Kedalaman air tanah yang dapat dimanfaatkan pada daerah ini lebih dalam dari

kelas kesesuaian sebelumnya. Kedalaman air tanah yang ada di kelas cukup sesuai ini

berada pada kedalaman antara 15m sampai 50m. Kedalaman air tanah yang dalam

tidak selalu berada di daerah dengan ketinggian yang tinggi pula, namun dapat

ditemukan pada daerah dengan ketinggian dan kemiringan lereng yang rendah.

Persebaran tingkat kesesuaian medan pada kelas tidak sesuai berada di sebagian

besar daerah utara dan tengah dari Kecamatan Pajangan. Persebaran dari kelas tidak

sesuai ini hampir memenuhi 3 Desa yang ada di Kecamatan karena memiliki nilai luas

terbesar. Nilai dari kelas tidak sesuai ini paling rendah memiliki nilai 15, sedangkan

paling tinggi memiliki nilai 18. Nilai yang menghasilkan kelas kesesuaian tidak sesuai

ini merupakan nilai total yang masuk dalam kelas kesesuaian yang buruk dalam

penelitian ini. Hal ini disebabkan oleh karakter fisik yang dikombinasi dari satuan

medan merupakan karakter fisik yang buruk, sehingga nilai harkat yang dimilikinya

rendah. Tekstur tanah yang berada pada kelas tidak sesuai ini tidak jauh berbeda

dengan tekstur yang telah dijelaskan sebelumnya. Tekstur dari jenis tanah litosol dan

regosol memiliki kesamaan yaitu lempung pasiran, lempung debuan, dan lempung.

Sedangkan untuk jenis tanah grumosol memiliki tekstur tanah geluh lempung, geluh

lempung pasiran, dan geluh lempung debu. Tiga jenis tanah ini memiliki kelas tekstur

yang sama rendahnuya.

Kelas kesesuaian tidak sesuai ini juga memiliki kerawanan longsor yang lebih

tinggi dari dua kelas kesesuaian sebelumnya. Hasil survey lapangan yang didapatkan

adalah daerah dengan kemiringan lereng diatas 8% memiliki kerawanan longsor

sedang. Hal ini ditunjukan dengan pernah terjadi fenomena longsor pada tahun 2016

yang berdampak pada rusaknya jalan di Desa Triwidadi. Selain itu pada salah satu

yang disurvey terdapat papan himbauan yang dibuat oleh Badan Penanggulangan

Bencana Daerah Kabupaten Bantul yang menyatakan bahwa daerah tersebut rawan

terjadi tanah longsor. Keadaan ini membuat menurunya kualitas lahan bila akan

digunakan untuk bangunan. Daya dukung tanah yang berada pada kelas tidak sesuai

ini memiliki kualitas yang rendah. Hal ini ditunjukan dengan nilai yang terukur saat

kegiatan survey lapangan. Nilai tertinggi yang diketahui pada kelas tidak sesuai ini

adalah 1,2 Kg/Cm2 , sedangkan nilai terendahnya adalah 0,5 Kg/Cm2 . Nilai tersebut

menunjukkan bahwa pada kelas tidak sesuai ini memiliki kualitas lahan yang buruk.

Page 13: ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN …eprints.ums.ac.id/56057/16/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada Jurusan Geografi Fakultas Geografi Oleh : HABIB IRSYAD KUSUMA PUTRA E100160048 ... 4

9

Disamping nilai parameter yang menunjukan kelas yang rendah, parameter lama

penggenangan banjir menunjukan hal yang sebaliknya. Parameter lama

penggenangan pada kelas tidak sesuai ini memiliki klasifikasi dengan nilai yang

tinggi. Klasifikasi lama penggenangan banjir yang terdapat pada kelas tidak sesuai ini

menunjukan bahwa fenomena banjir jarang terjadi. Banjir yang terjadi tidak pernah

lebih dari 2 hari dalam setahun, sehingga memberikan nilai harkat yang tinggi melalui

karakter ini. Potensi air tanah pada kelas tidak sesuai perlu dikelola lebih lanjut agar

mampu dimanfaatkan. Hal ini merujuk pada kedalaman air tanah yang tersebar pada

kelas tidak sesuai ini adalah 25-50 m. Pengelolaan lebih lanjut yang dimaksud adalah

air tanah perlu digali atau dibor lebih dalam sehingga mencapai air tanahnya. Selain

itu, dapat juga menggunakan jasa PDAM sebagai penyedia air.

3.2. Faktor fisik yang berpengaruh kuat

Berdasarkan tabel frekuensi yang telah ditampilkan sebelumnya, faktor yang

berpengaruh kuat terdiri dari beberapa karakter fisik. Karakter fisik dengan frekuensi

dan nilai tertinggi menjadi faktor utama yang berpengaruh dalam kesesuaian medan.

Hal ini disebabkan karena tinggi rendahnya frekuensi pada suatu karakter fisik

berhubungan dengan kelas kesesuaian yang terbentuk.

Kelas sesuai dalam satuan medan terbentuk dari 4 parameter dengan harkat kelas

1 tiap satuan medan dan 2 parameter dengan kelas harkat yang bervariasi namun

bukan pada karakteristik yang baik. Parameter lereng pada kelas sesuai di dominasi

oleh harkat kelas 1 dengan nilai harkat 5. Kelas harkat ini muncul dari 3 satuan medan

yang memiliki karakteristik lereng <2% atau klasifikasi datar. Karakter ini

mempengaruhi kelas sesuai ini karena pada karakter ini, bangunan yang akan

dibangun akan memiliki kualitas yang baik. Hal ini berhubungan dengan kestabilan

dan kemudahan pembangunan yang akan dilakukan.

Karakter lereng yang datar kemudian mempengaruhi karakter fisik lahan lainya.

Seperti pada kerawanan longsor di daerah penelitian, dengan lereng yang datar makan

kerawanan longsor yang ada juga semakin rendah. Hal ini ditunjukan melalui tabel

frekuensi yang menunjukan bahwa kerawanan longsor pada kelas sesuai ini berada

pada kelas 1 atau tanpa ada bahaya longsor. Tentu dengan dominasi kelas 1 ini dari 3

Page 14: ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN …eprints.ums.ac.id/56057/16/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada Jurusan Geografi Fakultas Geografi Oleh : HABIB IRSYAD KUSUMA PUTRA E100160048 ... 4

10

satuan medan yang memiliki karakter ini akan memiliki kualitas yang baik pula,

dengan skor 5 tiap satuan medan.

Parameter daya dukung tanah pada kelas sesuai juga dipengaruhi oleh dominasi

kelas 1 atau >1,4 Kg/Cm2 . Nilai ini menunjukan bahwa kesesuaian medan dengan

kelas sesuai memiliki daya dukung tanah yang tinggi. Hal ini berhubungan dengan

kemapuan tanah menopang pondasi yang akan dibuat. Semakin tinggi daya dukung

tanah yang terukur semakin baik kualitas satuan medanya, sehingga pada karakter ini

harkat yang diberikan adalah 5 meningkatkan nilai kesesuaianya.

Karakter parameter lama penggenangan menunjukan pengaruh yang baik pada

dalam kelas sesuai ini. Sama seperti parameter sebelumnya, 3 satuan medan pada

kelas sesuai ini menunjukan lama penggenangan didominasi harkat kelas 1. Harkat

kelas 1 atau tidak pernah terjadi banjir tentu meningkatkan kualitas dari satuan medan.

Karakter tersebut menunjukan bahwa satuan medan dengan kelas sesuai memiliki

kemampuan untuk kering yang tinggi. Hal ini membuat pondasi yang akan dibuat

lebih baik karena tidak terendam oleh air. Karakter lama penggenangan kelas 1 ini

biasa ditemui pada daerah dengan lereng yang datar.

Kelas kesesuaian sesuai ini tidak seluruhnya dipengaruhi oleh karakter fisik yang

baik. Karakter pada parameter tekstur tanah dan kedalaman air tanah memiliki kelas

kesesuaian yang rendah. Kedalaman air tanah di dominasi oleh karakter kelas 2 atau

kedalaman air tanah 7 – 15m. Karakter kedalaman air tanah ini sebenarnya masih

masuk dalam klasifikasi yang baik untuk bangunan, namun nilainya tidak setinggi

karakter pada kelas 1. Karakter ini masih baik digunakan karena pemanfaatan air

tanah yang dilakukan masih tergolong mudah dengan kedalaman yang masih

tergolong dangkal.

Karakter fisik yang memiliki kualitas terendah adalah parameter tekstur tanah.

Susunan satuan medan yang terdapat pada tekstur tanah menunjukan karakter dengan

harkat kelas 4 dari 3 satuan medan yang ada. Hal ini disebabkan oleh dominasi jenis

tanah grumusol yang cukup luas di Kecamatan Pajangan ini. Pengaruh dari tekstur

tanah kelas 4 ini adalah satuan medanya memiliki dominasi tanah lempung yang

kurang baik untuk bangunan. Tekstur tanah ini tidak cukup baik karena kualitas satuan

medan akan menurun dan memiliki nilai yang rendah karena harkat kelas ini sebesar

2.

Page 15: ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN …eprints.ums.ac.id/56057/16/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada Jurusan Geografi Fakultas Geografi Oleh : HABIB IRSYAD KUSUMA PUTRA E100160048 ... 4

11

4. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

1) Kesesuaian Medan di Kecamatan Pajangan terdiri dari 3 tingkat kesesuaian

yaitu Sesuai, Cukup sesuai dan Tidak sesuai. Tingkat kesesuaian medan

kelas sesuai didominasi oleh daerah dengan lereng yang datar, daya dukung

tanah tinggi dan bebas dari kerawanan longsor dan banjir. Tingkat

kesesuaian medan kelas cukup sesuai didominasi oleh daerah dengan lereng

landai hingga miring dengan kerawanan longsor kecil, daya dukung tanah

menengah kebawah, dan kedalaman air tanah cukup dalam. Tingkat

kesesuaian medan kelas tidak sesuai didominasi oleh daerah dengan lereng

miring, kerawanan longsor tinggi, daya dukung tanah rendah, potensi air

yang sulit untuk dimanfaatkan, namun memiliki risiko banjir yang rendah.

2) Faktor fisik yang berpengaruh kuat dalam kesesuaian medan adalah

parameter kemiringan lereng <2% (datar), kerawanan longsor tidak pernah

ada bahaya, daya dukung tanah <1.4 Kg/Cm2, dan lama penggenangan tidak

pernah tergenang. Hal ini menyebabkan satuan medan memiliki kualitas

yang tinggi untuk pondasi bangunan dengan tingkat kestabilan dan

kerawanan bencana yang rendah.

4.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah saya lakukan, dapat memberi saran dalam

beberapa hal yaitu :

1) Pembangunan yang akan dilakukan di daerah Kecamatan Pajangan lebih

baik menempati daerah dengan kesesuaian sesuai dan cukup sesuai. Dua

kelas kesesuaian ini masih memiliki karakter fisik lahan yang baik. Hal ini

memerhatikan pada kemudahan dan keawetan bangunan yang lebih tinggi

pada daerah dengan kesesuaian sesuai. Berbeda dengan bangunan yang

dibangun pada daerah dengan kelas kesesuaian tidak sesuai. Pembangunan

akan sulit dilakukan karena karakter fisik lahan membutuhkan rekayasa agar

tetap sesuai. Sedangkan rekayasaya yang dilakukan pastinya membutuhkan

biaya lebih yang harus dianggarkan pada saat pembangunan dilaksanakan.

Page 16: ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN …eprints.ums.ac.id/56057/16/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada Jurusan Geografi Fakultas Geografi Oleh : HABIB IRSYAD KUSUMA PUTRA E100160048 ... 4

12

2) Penggunaan data dalam sebuah penelitian baiknya selalu melelaui proses

survei lapangan. Hal ini bermanfaat untuk meningkatkan kualitas data yang

digunakan dalam analisis seperti informasi yang ditampilkan selalu sesuai

dengan keadaan terkini dan juga ketepatan informasi yang sesuai dengan

karakter asli di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Prahasta, Eddy. 2001. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung:

Informatika.

Statistik Daerah Kabupaten Bantul. 2016. Bantul: Badan Pusat Statistik

Suharini, Erni dan Abraham Palangan. 2014. Geomorfologi Gaya, Proses, dan

Bentuklahan. Yogyakarta : Penerbit Ombak.

Van Zuidam, and Cancelado, 1979, ITC Textbook of Photo Interpretation Vol 7 :

Terrain Analysis and Classification Using Aerial Photograph. Netherland : ITCs

Yunus, Hadi Sabari. 2016. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta

: Pustaka Pelajar

Zuharnen. 2004. Fotogrametri Dasar. Yogyakarta: Bahan Ajar Jurusan Kartografi dan

Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.