analisis kesalahan berbahasa

16
KESALAHAN LEKSIKAL PADA KARANGAN MAHASISWA BAHASA INDONESIA UNTUK PENUTUR ASING (BIPA) DARMASISWA UNJ : SEBUAH STUDI KASUS ANALISIS KESALAHAN 1. Pendahuluan Kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar dalam proses pembelajaran merupakan hal yang lumrah terjadi. Fase ini merupakan fase umum sebagai bukti nyata bahwa pembelajaran telah berlangsung sebagai sebuah proses yang berjalan secara bertahap. Demikian halnya dengan pembelajaran bahasa sebagai sebuah proses dari belajar bahasa. Belajar bahasa merupakan sebuah proses untuk dapat menggunakan bahasa yang dipelajari (bahasa target). Dalam prosesnya, pembelajaran ini akan diarahkan pada kegiatan menerima bahasa (reseptif) hingga akhirnya akan sampai pada kegiatan memproduksi bahasa (produktif). Kedua proses ersebut –reseptif-produkif- merupakan proses yang saling mempengaruhi satu sama lain. Pembelajar akan mampu memproduksi bahasa dengan baik bila pada awalnya telah melalui proses reseptif secara baik. Dalam pembelajaran bahasa, pembelajar diarahkan pada empat keterampilan berbahasa yang merupakan bagian dari proses reseptif dan proses produktif. Termasuk dalam proses reseptif adalah kegiaan membaca dan menyimak (mendengar), sementara yang termasuk dalam kegiatan produkif adalah kegiaan menulis dan berbicara. Demikianlah keempat kegiatan tersebut akan saling mendukung dan saling mempengaruhi hasil dari pembelajaran bahasa. Salah satu proses produktif berbahasa yang dapat menunjukkan hasil dari kegiatan belajar bahasa adalah kegiaan menulis. Menulis sebagai sebuah bentuk produktif berbahasa dapat menjadi pengukur kemampuan pembelajar dalam penguasaan

Upload: marliena-an

Post on 28-May-2015

7.698 views

Category:

Education


0 download

DESCRIPTION

Analisis kesalahan leksikal yang ditemukan pada karangan mahasiswa Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) Program Darmasiswa di Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta.

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Kesalahan Berbahasa

KESALAHAN LEKSIKAL PADA KARANGAN MAHASISWA BAHASA

INDONESIA UNTUK PENUTUR ASING (BIPA) DARMASISWA UNJ :

SEBUAH STUDI KASUS ANALISIS KESALAHAN

1. Pendahuluan

Kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar dalam proses pembelajaran merupakan

hal yang lumrah terjadi. Fase ini merupakan fase umum sebagai bukti nyata

bahwa pembelajaran telah berlangsung sebagai sebuah proses yang berjalan secara

bertahap. Demikian halnya dengan pembelajaran bahasa sebagai sebuah proses

dari belajar bahasa.

Belajar bahasa merupakan sebuah proses untuk dapat menggunakan bahasa yang

dipelajari (bahasa target). Dalam prosesnya, pembelajaran ini akan diarahkan pada

kegiatan menerima bahasa (reseptif) hingga akhirnya akan sampai pada kegiatan

memproduksi bahasa (produktif). Kedua proses ersebut –reseptif-produkif-

merupakan proses yang saling mempengaruhi satu sama lain. Pembelajar akan

mampu memproduksi bahasa dengan baik bila pada awalnya telah melalui proses

reseptif secara baik.

Dalam pembelajaran bahasa, pembelajar diarahkan pada empat keterampilan

berbahasa yang merupakan bagian dari proses reseptif dan proses produktif.

Termasuk dalam proses reseptif adalah kegiaan membaca dan menyimak

(mendengar), sementara yang termasuk dalam kegiatan produkif adalah kegiaan

menulis dan berbicara. Demikianlah keempat kegiatan tersebut akan saling

mendukung dan saling mempengaruhi hasil dari pembelajaran bahasa.

Salah satu proses produktif berbahasa yang dapat menunjukkan hasil dari kegiatan

belajar bahasa adalah kegiaan menulis. Menulis sebagai sebuah bentuk produktif

berbahasa dapat menjadi pengukur kemampuan pembelajar dalam penguasaan

Page 2: Analisis Kesalahan Berbahasa

bahasa yang dipelajarinya. Melalui hasil tulisan itu pula pengajar dapat melihat

dan menilai kemampuan bahasa pembelajarnya.

Pembelajar BIPA adalah pembelajar asing yang mempelajari bahasa Indonesia

sebagai bahasa keduanya. Penguasaan dalam penggunaan bahasa Indonesia yang

baik dan sesuai kaidah menjadi target pembelajaran yang ingin dicapai oleh para

pembelajar. Dalam prosesnya, pembelajaran BIPA ini sama halnya dengan

pembelajaran bahasa asing bagi para pembelajar Indonesia.

Secara umum, para pembelajar BIPA juga melakukan berbagai kesalahan dalam

menggunakan kaidah bahasa Indonesia dalam penggunaan bahasa. Hal ini bisa

dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat interlingual maupun

intralingual. Kesalahan-kesalahan ini juga dapat terlihat dari berbagai aspek

kebahasaan seperti kesalahan substansi (meliputi kesalahan penggunaan ejaan dan

tanda baca), kesalahan leksikal, kesalahan tingkat tatabahasa, sampai pada

kesalahan tingkat wacana.

Namun, pada studi kasus berikut, analisis kesalahan akan dilakukan hanya pada

tingkat leksikal yang berhubungan dengan kesalahan pemilihan kata. Mengingat

bahwa pemilihan kata berkenaan dengan penguasaan kosakata pembelajar.

Penguasaan kosakata pembelajar yang diaplikasikannya dalam memilih kata yang

tepat dalam konteks tulisannya akan sangat mempengaruhi makna tulisan tersebut.

Oleh karena itulah, kesalahan tingkat ini menjadi pilihan untuk dianalisis.

2. Pembahasan

Analisis kesalahan menurut James merupakan sebuah paradigma yang hadir

setelah adanya analisis kontrastif. Dinyatakan oleh James perihal analisis

kesalahan secara jelas sebagai berikut:

This paradigm involves first independently or ‘objectively’ describing the learner’s IL (that is, their version of the TL) and the TL it self, followed by a comparison of the two, so as to locate mismatches. The novelty of Error

Page 3: Analisis Kesalahan Berbahasa

Analysis, distinguishing it from CA, was that the mother tongue was not supposed to enter the picture. The claim was made that errors could be fully described in terms of the TL, without the need to refer to the L1 of the learners.(James, 1998:5)

Dalam penjelasan tersebut James mengatakan bahwa analisis kesalahan

merupakan sebuah paradigma yang memiliki kebebasan atau bersifat objektif

dalam menggambarkan interlanguge pembelajar yang dalam hal ini disebut

sebagai bahasa taget. Dalam pandangan ini dikatakan bahwa secara keseluruhan

analisis ini digambarkan berdasarkan bagian dari bahasa target pembelajar dan

tidak menghubungkannya dengan bahasa pertama (bahasa ibu) pembelajar.

Berdasarkan pandangan tersebut maka dapat diketahui bahwa analisis kesalahan

yang akan dilakukan berikut ini merupakan sebuah analisis yang bersifat objektif

dan merupakan upaya penggambaran secara utuh kemampuan pembelajar dalam

menggunakan bahasa targetnya. Dengan demikian, latar belakang bahasa pertama

pembelajar (L1) dapat menjadi pertimbangan saja bahwa salah satu penyebab dari

kesalahan yang terjadi adalah karena pengaruh bahsa ibu pembelajar, namun bisa

lebih dikarenakan adanya factor-faktor lain, tergantung pada bentuk asli atau

tampilan dari pembelajar tersebut dalam menggunakan bahasa targetnya.

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam membuat analisis kesalahan

ini adalah sebagai berikut:

1) Tahap elisitasi

2) Tahap pendaftaran

3) Tahap penerimaan

4) Tahap identifikasi

5) Tahap description errors

6) Tahap penentuan status

7) Tahap diagnosis

Tahapan-tahapn di atas merupakan tahapan yang disarankan oleh James dalam

melakukan analisis kesalahan.

Page 4: Analisis Kesalahan Berbahasa

Berdasarkan tahapan-tahapn di atas maka analisis berikut ini dapat digambarkan

sebagai berikut:

1) Tahap Elisitasi

Pada tahap pertama ini, elisitasi diartikan sebagai adanya upaya pemunculan

kesalahan. Pada prosesnya, tahap elisitasi ini dilakukan dengan memberikan

penugasan kepada pembelajar untuk menghasilkan bahasa dalam bahasa target.

Dalam kasus ini, pembelajar diminta untuk membuat sebuah karangan bebas

dengan tema yang tidak ditentukan. Hasil dari tulisan atau karangan pembelajar

inilah yang akan menjadi bahan analisis.

2) Tahap Pendaftaran

Karangan yang akan dianalisis pada kasus ini adalah sebuah karangan yang dibuat

oleh seorang pembelajar BIPA dengan latar belakang kebangsaan Brazil.

Pembelajar ini telah mengikuti pembelajaran bahasa selama dua semester dalam

program BIPA Darmasiswa di Universitas Negeri Jakarta. Program Darmasiswa

merupakan program pengenalan bahasa dan budaya Indonesia kepada pembelajar-

pembelajar asing yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional

(Depdiknas) Republik Indonesia.

Karangan berikut dibuat oleh pembelajar BIPA tingkat menengah yang diperoleh

dari kelas membaca-menulis yang diselenggarakan dalam program ini. Judul dari

karangan ini adalah “Tiga Saat di Bawah Kepanasan Jakarta”. Pendaftaran pada

karangan ini dilakukan dengan memberikan identitas tulisan berupa pembagian

paragraf-paragraf dengan penomoran pada baris pada tiap-tiap paragraf.

Page 5: Analisis Kesalahan Berbahasa

3) Tahap Penerimaan

Berdasarkan analisis selanjutnya, karangan ini merupakan karangan “normal”

yang dibuat oleh pembelajar dengan menggunakan bahasa target pembelajar,

yakni bahasa Indonesia. Karangan ini juga dibuat untuk keperluan pembelajaran

dalam kelas membaca-menulis BIPA.

4) Tahap Identifikasi

Seperti telah disebutkan bahwa kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi dalam hal

ini meliputi beberapa level atau tingkat, antara lain kesalahan tingkat substansi,

kesalahan tingkat tatabahasa, kesalahan tingkat leksikal, dan kesalahan tingkat

wacana. Namun demikian, analisis ini dikhususkan pada kesalahan tingkat

leksikal saja.

Adapun dinyatakan James perihal kesalahan tingkat leksikal adalah “One

convenient way to classify lexical errors is in terms of the sorts knowledge of

words that people have”. (James, 1998: 144)

Kesalahan-kesalahan yang dapat diklasifikasikan dalam kesalahan tingkat leksikal

adalah istilah sedikitnya pengetahuan tentang bahasa dalam bahasa target.

Dalam hal ini, terdapat beberapa kategori kesalahan leksikal secara fomal, yakni

misselection (salah dalam pemilihan kata), misformation (salah dalam

penempatan), dan distortion (penyimpangan). (James, 1998: 145-151)

Sementara dari sisi kesalahan semantik atau makna, terdapat dua jenis kesalahan

yang termasuk dalam kesalahan leksikal, yakni confusion of sense relations dan

collocational errors. (James, 1998: 151-154)

5) Tahap Pendeskripsian Kesalahan

Kesalahan leksikal yang ditemukan dalam tulisan dapat dideskripsikan sebagai

berikut:

Page 6: Analisis Kesalahan Berbahasa

1) Pemilihan tulisan dengan judul “Tiga Saat di Bawah Kepanasan Jakarta”

memperlihatkan beberapa kesalahan pemilihan kata. Pilihan kata saat oleh

penulis dianggap kurang tepat. Penulis mengambil sinonim dari kata saat

yakni kata waktu. Dalam bahasa Indonesia kata saat yang menggambarkan

waktu biasanya dipasangkan dengan kata suatu saat yang bersinonim dengan

suatu waktu. Meskpun dalam konteks tersebut kata saat bersinonim dengan

kata waktu, untuk konteks judul di ataskata tersebut dirasa tidak dapat saling

menggantikan. Penggunaan Tiga Saat pada judul tersebut tidak tepat secara

makna karena yang tepat adalah menggunakan Tiga Waktu.

2) Kata Kepanasan yang digunakan dalam judul dianggap kurang tepat. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kepanasan bermakna sebagai suatu hal

(keadaan panas); keadaan merasa panas; kena panas matahari; dan terlampau

panas. Kata kepanasan dalam konteks judul kurang tepat digunakan karena

sebenarnya maksud dari tulisan tersebut adalah menyatakan tempat. Oleh

karena itu, pilihan kata yang tepat seharusnya adalah udara panas. Dengan

demikian, judul yang tepat dari tulisan tersebut seharusnya “Tiga Waktu di

Bawah Udara Panas Jakarta”.

3) Pada paragraf pertama baris ke-1 Terdapat kalimat Semenjak saat saya

keluar….

Pada kalimat tersebut terdapat kata semenjak yang diikuti kata saat dianggap

mubazir, karena sebenarnya kata saat dalam kalimat itu bisa dihilangkan.

4) Pada baris ke-6 di paragraf pertama terdapat kalimat Meskipun kami

menghampiri jam duabelas…. Kata menghampiri pada kalimat tersebut

dianggap kurang tepat, karena makna kata menghampiri dalam KBBI adalah

mendekati; datang mendekat yang biasanya diikuti nomina, sehingga jam

duabelas yang menyatakan waktu tidak tepat diawali dengan kata

menghampiri. Kata yang lebih tepat untuk mengganti kata tersebut adalah

menginjak.

5) Pada paragraf ke-2 baris pertama terdapat kalimat Pada berbagai saat,

saya….Penggunaan Pada berbagai saat tersebut tidak tepat. Perhatikan

analisis pertama penggunaan kata saat sebagai sinonim kata waktu itu

Page 7: Analisis Kesalahan Berbahasa

dianggap kurang tepat sehingga maknanya menjadi rancu. Demikian halnya

dengan penggunaan pada berbagai saat tersebut yang sebenarnya mengacu

pada di setiap waktu atau di setiap kesempatan. Bilapun akan digunakan kata

depan pada, kalimat yang tepat untuk kalimat tersebut sebaiknya

menggunakan Pada setiap kesempatan atau Pada berbagai kesempatan. Kata

berbagai kurang tepat jika dipasangkan dengan kata saat, sehingga jika

dipasangkan maknanya akan menjadi rancu.

6) Pada paragraf ke-3 baris ke-4 terdapat kalimat Berdiam di sana……., orang-

orang yang berwarna kulitnya berbeda…..Pemilihan kata berwarna pada

kalimat tersebut merupakan kesalahan. Kata berwarna merupakan hasil dari

pengimbuhan kata warna menggunakan imbuhan ber-. Makna kata tersebut

adalah memiliki makna mempunyai warna. Oleh karena itu, kata tersebut

harus diikuti oleh kata sifat warna seperti putih, merah, hitam, dsb. Dapat juga

kata tersebut menjadi frase warna kulitnya. Oleh karena itu, untuk menjadi

tepat, pemilihan kata berwarna harus diganti dengan kata warna saja.

7) Pada paragraf 3 baris ke-8 terdapat kalimat …………..sampai paru-paru saya

mulai disakiti. Pemilihan kata disakiti pada kalimat tersebut salah karena kata

disakiti merupakan kata kerja yang bersifat pasif dan membutuhkan pelaku.

Sementara kalimat tersebut sebenarnya bermaksud memberikan makna bahwa

paru-paru saya mulai sakit.Dengan demikian, penggunaan kata dasar sakit

sebenarnya akan memberikan makna yang dimaksudkan oleh penulis.

8) Pada paragraf 3 baris ke-12 terdapat kata diucapi pada kalimat Satu kalimat

yang diucapi….. Kata diucapi dalam kamus bahasa Indonesia tidak

ditemukan, karena kata tersebut tidak ada dalam bahasa Indonesia.

Berdasarkan konteks kalimat yang ada, penulis sebenarnya bermaksud

menyampaikan kata diucapkan.

9) Pada paragraf 4 baris ke-3, penulis tidak menggunakan kata depan dari dalam

kalimatnya, padahal kata tersebut memerlukan kata depan dari untuk kalimat

…berbagai orang yang pakai ilmu hitam untuk mencuri orang lain. Sebelum

kata orang lain sebenarnya dibutuhkan kata depan dari.

Page 8: Analisis Kesalahan Berbahasa

10) Pada paragraf 5 baris ke-5 terdapat sebenarnya terdapat kalimat langsung yang

berbunyi “Kalau kamu berjalan sendiri, menjagalah kesadaran pada diri

sendiri….” Kata menjagalah dalam bahasa Indonesia itu tidak ada. Kata yang

ada adalah kata menjaga, dijaga, dan kata jagalah. Untuk kata yang

bermaksud memberikan perintah atau peringatan sebagai kata yang tepat

untuk mengganti kata menjagalah tersebut dapat digunakan kata jagalah.

11) Pada paragraf 6 baris ke-2 terdapat kata kepanasan pada kalimat Campuran

kain kepanasan….Kata kepanasan tersebut tidak tepat digunakan karena

makna kepanasan mengacu pada makna keadaan atau sifat. Sementara itu

yang dimaksudkan oleh penulis sebenarnya adalah Campuran kain dengan

bahan yang panas.

12) Pada paragraf yang sama di baris ke-5 terdapat kata merasa yang tidak tepat.

Karena kata merasa merupakan kata kerja transitif yang memerlukan objek.

Namun, pada kalimat tersebut kata merasa diikuti oleh kata keterangan tempat

di tempat lain. Oleh karena itu, kata merasa lebih tepat diganti dengan kata

rasakan.

13) Pada paragrapf 7 baris ke-3 terdapat kata menyala yang tidak tepat

penggunaannya. Dalam KBBI, makna kata menyala adalah tampak keluar

nyalanya. Untuk konteks kalimat …..menyala sebatang Djarum Coklat…. Itu

merupakan sebuah kesalahan, karena makna yang ingin disampaikan adalah

penulis membuat nyala. Untuk makna tersebut, kata yang tepat adalah kata

menyalakan.

14) Pada paragraf 10 baris ke-5 terdapat kata bersia-sia. Dalam bahasa Indonesia,

tidak terdapat kata bersia-sia. Oleh karena itu, imbuhan ber- pada kata

tersebut memang tidak dibenarkan dalam bahasa Indonesia dan harus

dihilangkan, sehingga penulis cukup menggunakan kata dasarnya, yakni kata

sia-sia.

15) Pada paragraf yang sama di baris ke-6 terdapat kata muntah yang tidak tepat

penggunaannya. Makna yang ingin disampaikan oelh penulis dalam konteks

kalimat tersebut adalah mengeluarkan kembali apa-apa yang sudah masuk ke

Page 9: Analisis Kesalahan Berbahasa

dalam perut. Oleh karena itu, kata yang tepat untuk kalimat tersebut adalah

memuntahkan.

16) Pada paragraf yang sama baris ke- 9 terdapat penggunaan kata pada yang

tidak tepat. Mengacu pada tatabahasa Indonesia, penggunaan kata depan pada

yang benar adalah untuk menyatakan tempat atau tempat keberadaan.

Sementara itu, pada konteks kalimat tersebut, makna yang ingin disampaikan

adalah penggunaan kata depan yang menyatakan sasaran. Oleh Karena itu,

penggunaan kata depan untuk lebih tepat.

17) Pada paragraf 11 baris ke-5 terdapat penggunaan kata sebesar yang diikuti

oleh kata enam. Penggunaan kata sebesar tersebut salah karena kata sebesar

digunakan untuk menyatakan ukuran. Sementara itu, pada kalimat tersebut

digunakan untuk menyatakan jumlah. Dengan demikian, kata sebesar

sebaiknya diganti dengan kata sebanyak.

18) Pada paragraf yang sama di baris ke-8 terdapat penggunaan kata depan untuk

yang sebenarnya tidak perlu.

19) Pada paragraf yang sama baris ke-9 terdapat kata dikurangi yang sebenarnya

kurang tepat. Kata yang dibutuhkan untuk kalimat tersebut adalah kata kerja

intransitif atau kata yang tidak memerlukan objek, sehingga kata dikurangi

lebih baik diganti dengan kata berkurang.

20) Pada baris selanjutnya di paragraf yang sama terdapat kata dilindungi. Kata

dilindungi yang digunakan oleh penulis tidak tepat, karena kata dilindungi

merupakan kata kerja pasif yang memerlukan objek, sehingga diperlukan

objek yang melindungi dalam konteks kalimat tersebut. Sementara itu, penulis

membuat kalimat …dilindungi dari matahari….Pada konteks kalimat tersebut

imbuhan di-I tidak tepat karena kata selanjutnya dimulai dengan kata dari,

bukan kata oleh. Oleh karena itu, penggunaan kata berimbuhan yang tepat

untuk kalimat tersebut seharusnya adalah terlindung.

21) Pada pargraf 12 baris ke-3 terdapat kata yang benar. Pemilihan kata tersebut

dianggap salah, karena bila menggunakan kata yang benar itu berarti mengacu

pada yang salah. Sementara makna yang ingin disampaikan bahwa penulis

mengenal ibu tersebut dengan nama “Mbah” dan tidak mengetahui nama

Page 10: Analisis Kesalahan Berbahasa

sebenarnya dari ibu tersebut. Oleh karena itu, kata yang benar sebaiknya

diganti dengan kata sebenarnya.

22) Pada paragraf 14 baris pertama terdapat kata dihancur yang sebenarnya tidak

ada dalam bahasa Indonesia. Kata tersebut sebenarnya dapat diganti dengan

menggunakan kata dasarnya saja, yakni kata hancur.

23) Pada paragraf yang sama di baris ke-7 terdapat pemilihan kata sabar yang

digunakan oleh penulis dalam menggambarkan kondisi jenazah. Pemilihan

kata sabar untuk konteks tersebut tidak tepat karena kata sabar mengacu pada

sifat manusia yang tahan menghadapi cobaan dan tidak lekas marah.

Sementara itu, yang digambarkn oleh penulis adalah kondisi jenazah, sehingga

kata tersbut tidak tepat. Oleh karena itu, untuk menggambarkan kondisi

jenazah penulis sebaiknya memilih kata tenang atau damai.

24) Pada baris selanjutnya penggunaan kata mengatakan tidaklah tepat karena

yang diperlukan dalam kalimat tersebut adalah kata kerja pasif dikatakan.

25) Pada baris ke-11 terdapat kata mengenai yang digunakan oleh penulis. Kata

mengenai bermakna tentang dan tidak tepat digunakan pada konteks kalimat

tersebut. Kata mengenai pada kalimat tersebut dapat diganti dengan kata

menimpa.

26) Pada baris selanjutnya terdapat kata menghiburinya. Dalam bahasa Indonesia,

imbuhan me-I bermakna melakukan berulang-ulang. Sementara untuk kata

hibur, imbuhan tersebut tidak dapat digunakan. Imbuhan yang dapat

digunakan hanyalah imbuhan me- menjadi menghibur. Oleh karena itu, kata

menghiburinya dapat diganti dengan kata menghiburnya.

27) Pada baris selanjutnya terdapat penggunaan kata sedikit yang sebenarnya

mengacu pada makna waktu. Penggunaan kata sedikit tidak tepat dan dapat

digantikan dengan kata sebentar.

28) Pada paragraf 14 baris ke-2 terdapat kata mancingan yang sebenarnya

dimaksudkan untuk menyatakan tempat. Dalam bahasa Indonesia, imbuhan

yang tepat untuk menyatakan tempat adalah imbuhan pe-an, sehingga kata

yang benar untuk mengganti kata tersebut adalah kata pemancingan.

Page 11: Analisis Kesalahan Berbahasa

6) Tahap Penentuan Status / Pengategorian Kesalahan

Berdasarkan kesalahan-kesalahan yang ditemukan dalam karangan yang

dianalisis, adanya penyimpangan-penyimpangan dari kaidah bahasa Indonesia

yang terjadi dalam karangan tersebut secara umum dapat dikategorikan sebagai

kesalahan karena penulis atau pembelajar melakukan pengulangan dari kesalahan-

kesalahan tersebut.

Contoh yang dapat dilihat adalah pada penggunaan kata kepanasan yang

digunakan oleh pembelajar secara berulang-ulang dan konsisten. Kata kepanasan

tersebut digunakan pembelajar karena pembelajar tersebut memang tidak

mengetahui penggunaan kata kepanasan yang tepat untuk mewakili makna yang

ingin disampaikannya.

Demikian juga dengan kesalahan penggunaan kata berimbuhan. Penggunaan kata

berimbuhan yang bersifat pasif banyak digunakan oleh penulis untuk kata-kata

yang seharusnya menggunakan kata kerja intransitif.

Secara garis besar, status yang ditemukan dalam karangan tersebut lebih banyak

merupakan kesalahan atau errors.

7) Tahap Diagnosis

Kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar dalam karangannya,

khususnya dalam tingkat leksikal berkenaan dengan kesalahan pemilihan kata

pada umumnya bukanlah terletak pada kurangnya penguasaan kosakata

pembelajar. Indikasi yang menunjukkan kurangnya kosakata pembelajar dapat

ditemukan hanya dalam beberapa kesalahan saja, seperti pemilihan kata sabar

yang seharusnya damai atau tenang.

Page 12: Analisis Kesalahan Berbahasa

Adapun kesalahan-kesalahan yang lebih banyak ditemukan dalam tingkat leksikal

ini adalah kesalahan pemilihan kata berimbuhan dalam kalimat. Pembelajar

cenderung menggunakan kata-kata dengan imbuhan yang kurang tepat sehingga

makna dari kalimat yang dibuatnya menjadi tidak jelas. Selain itu, pembelajar

juga sering melakukan kesalahan menggunakan kata kerja transitif untuk kata-kata

yang seharusnya menggunakan kata kerja intransitif. Ada juga kesalahan

pembelajar menggunakan kata-kata berimbuhan yang seharusnya tidak

memerlukan imbuhan.Di sinilah terjadi salah penempatan yang dilakukan oleh

pembelajar.

Kesalahan yang lebih fatal adalah pembelajar menggunakan kata berimbuhan

yang tidak ada dalam bahasa Indonesia. Di sini terlihat adanya penyimpangan

terhadap pemahaman penggunaan imbuhan yang dilakukan oleh pembelajar.

Selain kesalahan leksikal yang bersifat formal, kesalahan tingkat leksikal dari segi

semantik berupa kebingungan dalam menentukan hubungan makna dan kesalahan

menyandingkan kata juga terjadi dalam tulisan pembelajar. Secara semantik,

pembelajar melakukan kesalahan dalam menyandingkan kata misalnya pada kata

berbagai saat, tiga saat, maupun pada sebesar enam yang seharusnya berbagai

kesempatan, tiga waktu, dan sebanyak enam.

3. Penutup

Berdasarkan analisis kesalahan yang dilakukan pada karangan bebas yang dibuat

oleh mahasiswa BIPA berkebangsaan Brazil, ditemukan kesalahan tingkat leksikal

yang bersifat formal baik berupa misselection, misformation, maupun distortion.

Demikian juga untuk kesalahan tingkat leksikal yang berkenaan dengan makna,

ditemukan kesalahan berupa kebingungan dalam menentukan hubungan makna

dan kesalahan dalam menyandingkan kata dalam bahasa Indonesia.

Page 13: Analisis Kesalahan Berbahasa

Pada umumnya, kesalahan-kesalahan yang ditemukan dapat dikategorikan sebagai

kesalahan dan bukan merupakan kekeliruan, karena kesalahan-kesalahan tersebut

terjadi secara berulang-ulang dan konsisten dilakukan oleh pembelajar.

Berdasarkan studi kasus tersebut, saran yang dapat diberikan kepada para pengajar

bahasa, khususnya dalam pembelajaran BIPA adalah agar lebih memperbanyak

latihan atau praktik dalam menggunakan kata-kata, sehingga pembelajar akan

terbiasa dan lebih memahami segala bentuk pemilihan kata, penempatan kata,

maupun pengidentifikasian kata-kata dalam bahasa Indonesia. Pembelajar juga

harus lebih banyak diberi latihan dalam menggunakan kata-kata tersebut dalam

suatu konteks sehingga pembelajar tak lagi merasa kebingungan dan tak merasa

kesulitan untuk menyandingkan kata-kata dalam bahasa Indonesia.

Page 14: Analisis Kesalahan Berbahasa

Daftar Pustaka

Chaer, Abdul. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia Edisi Revisi. Jakarta:

Rineka Cipta. 2006.

Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Balai

Pustaka.2008.

James, Carl. Errors in Language Learning and Use. London and New York:

Longman. 1998.

Page 15: Analisis Kesalahan Berbahasa

KESALAHAN LEKSIKAL PADA KARANGAN MAHASISWA BAHASA

INDONESIA UNTUK PENUTUR ASING (BIPA) DARMASISWA UNJ :

SEBUAH STUDI KASUS ANALISIS KESALAHAN

(Tugas Akhir Mata Kuliah Analisis Kontrastif dan Analisis Kesalahan)

Dosen Pengampu:1. Prof. Dr. Emzir, M.Pd.

2. Prof. Dr. Jenny

Disusun Oleh

Marlina (7316080108)

PROGRAM STUDI S-2 PENDIDIKAN BAHASA

PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2009

Page 16: Analisis Kesalahan Berbahasa

Filename: Anakes UAS

Directory: D:\Marlien\akademik\Pasca\Anakon

Template: C:\Documents and Settings\marlin\Application

Data\Microsoft\Templates\Normal.dotm

Title:

Subject:

Author: user

Keywords:

Comments:

Creation Date: 8/30/2009 4:15:00 AM

Change Number: 2

Last Saved On: 8/30/2009 4:15:00 AM

Last Saved By: user

Total Editing Time: 1 Minute

Last Printed On: 11/13/2012 5:19:00 PM

As of Last Complete Printing

Number of Pages: 15

Number of Words: 3,035

Number of Characters: 19,798 (approx.)