analisis kepatuhan wajib pajak sebelum dan …

73
ANALISIS PENGARUH KEPATUAHN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN PROGRAM e-SPT DALAM MELAPORKAN SPT MASA PPN (Studi Kasus KPP Pratama Pasar Minggu) Oleh: SITI HAWA KAMELIA NIM: 204082002333 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429H/2008M

Upload: others

Post on 20-Nov-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

ANALISIS PENGARUH KEPATUAHN WAJIB PAJAK

SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN PROGRAM e-SPT

DALAM MELAPORKAN SPT MASA PPN

(Studi Kasus KPP Pratama Pasar Minggu)

Oleh:

SITI HAWA KAMELIA

NIM: 204082002333

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429H/2008M

Page 2: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN SESUDAH

PENERAPAN PROGRAM e-SPT DALAM MELAPORKAN SPT MASA

PPN

Skripsi

Ditunjukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

untuk memenuhi syarat-syarat untuk meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Siti Hawa Kamelia

NIM: 204082002333

Di bawah Bimbingan

Dr. Yahya Hamja, MM Afif Sulfa, SE, Ak, M.Si

Pembimbing I Pembimbing II

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429H/2008M

Page 3: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

Hari ini Rabu Tanggal Sepuluh Bulan September Tahun Dua Ribu Delapan telah

dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Siti Hawa Kamelia NIM:

204082002333 dengan judul skripsi “ANALISIS KEPATUHAN WAJIB

PAJAK SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN PROGRAM e-SPT

DALAM MELAPORKAN SPT MASA PPN” (Studi kasus pada KPP Pratama

Jakarta Pasar Minggu). Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama

ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 10 September 2008

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Drs. Abdul Hamid Cebba,Ak.,MBA Amilin,SE,Ak.,M.Si Ketua Sekretaris

Prof. DR. Abdul Hamid, MS

Penguji Ahli

Page 4: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Siti Hawa Kamelia

2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 05 Oktober 1984

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Kewarganegaraan : Indonesia

5. Alamat : Jl. RE Martadinata, Rt. 011/03 No. 15 Kel.

Ketapang Kec. Mauk-Tangerang

6. Telepon : (021) 59331878/92591832

II. PENDIDIKAN

A. Formal

1. SDN Kebon Baru (1992-1997)

2. SLTP Islam Daar Er-Arqom (1997-2000)

3. SMU Paradigma (2000-2003)

4. D1 Politeknik Negeri Jakarata (Poltek UI) (2003-2004)

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Rohandi

2. Ibu : Sulhiyah

3. Alamat : Jl. RE Martadinata, Rt. 011/03 No. 15 Kel.

Ketapang Kec. Mauk-Tangerang

4. Telepon : (021) 59331878

5. Anak ke/dari : 4/6

Page 5: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the difference before and after

application of e-SPT in conveying of SPT in PPN period. To analyze the data,

this research use statistical test for Nonparametric method With Rank Spearman

Correlation On and Wilcoxon Match Pairs Test.

The result of rank spearman test show that there is a signification

correlation between the amount SPT in PPN period before and after application

of e-SPT for about 1,000

From the Wilcoxon Match Pairs Test, there is a difference between the

amount SPT in PPN period before and after application of e-SPT for about

2,824

Keyword: SPT in PPN period, e-SPT, Tax Payer Obedience

Page 6: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kepatuhan

wajib pajak sebelum dan sesudah penerapan program e-SPT dalam melaporkan

SPT Masa PPN dan seberapa besar perbedaanya. Untuk menganalisis data,

penelitian ini menggunakan metode Statistik Nonparametrik Spearman Rank dan Wilcoxon Match Pairs Test.

Hasil penelitian dengan menggunakan Spearman Rank menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah SPT masa PPN yang

diterima sebelum dan sesudah penerapan program e-SPT sebesar 0,804.

Pada uji Wilcoxon Match Pairs Test, terdapat perbedaan antara jumlah

SPT masa PPN yang diterima sebelum dan sesudah penerapan program e-SPT

sebesar 2,824.

Kata Kunci: SPT Masa PPN, e-SPT, Kepatuhan Wajib Pajak

Page 7: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

Hari ini Kamis Tanggal 4 Bulan Desember Tahun Dua Ribu Delapan telah

dilakukan Ujian Skripsi atas nama Siti Hawa Kamelia NIM: 204082002333

dengan judul skripsi “ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM

DAN SESUDAH PENERAPAN PROGRAM e-SPT DALAM

MELAPORKAN SPT MASA PPN” (Studi kasus pada KPP Pratama Jakarta

Pasar Minggu). Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian

berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 4 Desember 2008

Tim Penguji Ujian Skripsi

Dr. Yahya Hamja, MM Afif Sulfa, SE, Ak, M. Si

Pembimbing I Pembimbing II

Rini SE, Ak, M.Si

Penguji Ahli

Page 8: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil `alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada

ALLAH SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Kepatuhan Wajib

Pajak Sebelum dan Sesudah Penerapan Program e-SPT Dalam Melaporkan SPT

Masa PPN” (Studi Kasus Pada KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu) ini dengan

baik. Semoga sholawat dan salam selalu tercurah pada habibullah Muhammad

SAW kepada keluarganya, sahabatnya dan kita selaku umatnya.

Banyak sekali kendala yang penulis hadapi dalam menulis skripsi ini,

tapi berkat semua pihak yang telah membantu, memotivasi, dan meluangkan

waktunya untuk penulis sehingga skripsi ini dapat terwujud. Tapi banyak pihak

yang turut serta dalam mewujudkannya. Untuk karenanya izinkan penulis,

mengucapkan ribuan maaf dan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penelitian ini, yang

antar lain:

1. Yang terkasih Ibunda tercinta dan Kakakku Rizal, serta keluarga atas kasih

sayang dan pengorbanan baik moril dan material serta do`a yang telah

diberikan, perhatian dan kesabaran yang telah mendidik penulis seperti

sekarang ini tidak akan terbalas sampai kapanpun, semoga lindungan Allah

selalu menyertai kalian.

2. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM, selaku dosen pembimbing I, terima kasih atas

semua waktu, nasihat, masukkan dan bimbingannya.

3. Bapak Afif Sulfa, SE, Ak.,M. Si, selaku dosen pembimbing II, yang amat

baik dalam memberikan pengarahan selama penulisan.

4. Bapak Drs. Mohammad Faisal. MBA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Ilmu Sosial UIN Jakarta

5. Ketua Jurusan Akuntansi, Bapak Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak, MBA

6. Semua staf dan pegawai TU dan Perpus FEIS UIN Syarif Hidayatullah

Page 9: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

7. Semua staf dan pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasar Minggu

terutama Bapak Musindra yang telah berbaik hati membantu dan

memberikan pengarahan kepada penulis selama observasi.

8. Buat sepupuku Sri dan Tatu yang cute dan baik. Makasih ya. Tuk semangat

dan perhatiannya.

9. Teman-teman kost Eka, Caum, Zulfa, Rahma dan Ega thank`s tuk

kesediaanya menampung penulis selama penulisan skripsi.

10. Teman-teman FEIS UIN Jakarta Nida, Neza, Yuli, Fahmi, Febri, Zamal,

Ama, Agis, lily dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu

persatu, terima kasih atas persahabatan dan kenangan yang tak terlupakan.

11. Teman-teman Jurusan Akuntansi angkatan 2004

Penulis sangat menyadari kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu

penulis menerima segala saran dan kritik yang ditunjukan pada skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Jakarta, November 2008

Penulis

Page 10: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

DAFTAR ISI

Daftar Riwayat Hidup ............................................................................... i

Abstract ........ ........................................................................................... ii

Abstrak .................................................................................................... iii

Kata Pengantar........................................................................................... iv

Daftar Isi ................................................................................................... vi

Daftar Tabel .............................................................................................. ix

Daftar Gambar ........................................................................................... x

Daftar Lampiran......................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ........................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian, Fungsi dan Penggolongan Pajak Secara

Umum ................................................................................ 8

1. Pengertian Pajak Secara Umum..................................... 8

2. Fungsi Pajak Secara Umum........................................... 9

3. Penggolongan Pajak...................................................... 10

B. Asas dan Sistem Pemungutan Pajak .................................... 11

1. Asas Pemungutan Pajak ................................................ 11

2. Sistem Pemungutan Pajak ............................................. 12

C. PPN (Pajak Pertambahan Nilai) ......................................... 13

1. Pengertian PPN (Pajak Pertambahan Nilai) .................. 13

2. Dasar Hukum PPN (Pajak Pertambahan Nilai) .............. 14

3. Subjek dan Objek Pajak PPN (Pajak Pertambahan

Nilai) ............................................................................ 14

4. Jenis Barang dan Jasa Yang Tidak Kenakan PPN.......... 16

5. Sifat Pemungutan PPN.................................................. 18

6. Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai (PPN).................. 18

Page 11: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

D. SPT (Surat Pemberitahuan) ................................................. 19

1. Pengertian SPT (Surat Pembaritahuan).......................... 19

2. Fungsi SPT (Surat Pembaritahuan)................................ 19

3. Jenis-Jenis SPT (Surat Pemberitahuan) ......................... 20

4. Karakteristik Pelaporan SPT (Surat Pemberitahuan)...... 20

5. Prosedur Pelaporan SPT (Surat Pemberitahuan) ............ 21

6. Batas Waktu Penyampaian SPT (Surat

Pemberitahuan) ............................................................. 22

7. Batas Waktu Pembayaran (Penyetoran Pajak) ............... 24

8. Sanksi Adminnistrasi .................................................... 25

E. e-SPT .................................................................................. 26

1. Pengertian e-SPT .......................................................... 26

2. Dasar Hukum e-SPT ..................................................... 26

3. Tujuan Dibangunnya e-SPT .......................................... 27

4. Proses Utama Dalam e-SPT dan Tata Cara Pelaporan

e-SPT............................................................................ 28

5. Kegunaan Aplikasi e-SPT ............................................. 30

6. Karakteristik Pelaporan e-SPT ...................................... 32

7. Kelebihan e-SPT ........................................................... 32

F. Kepatuhan Wajib Pajak

. 1. Pengertian Kepatuhan ................................................... 33

2. Syarat-syarat Menjadi Wajib Pajak Patuh...................... 34

G. Kerangka Pemikiran............................................................ 36

H. Hipotesis............................................................................. 36

BAB III METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian................................................... 37

B. Metode Penentuan Sampel .................................................. 38

C. Metode Pengumpulan Data ................................................. 38

D. Metode Analisis.................................................................. 39

E. Operasional Variabel Penelitian .......................................... 42

Page 12: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian......................... 43

1. Sejarah Singkat Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Pratama Jakarta Pasar Minggu....................................... 43

2. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta

Pasar Minggu .............................................................. 44

3. Kedudukan, dan Tugas Pokok....................................... 45

4. Fungsi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta

Pasar Minggu ................................................................ 45

5. Struktur Organisasi ....................................................... 46

B. Analisis dan Pembahasan.................................................... 51

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan......................................................................... 56

B. Implikasi............................................................................. 57

C. Saran .................................................................................. 57

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 58

Page 13: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Batas Waktu Penyampaian SPT Tahunan 22

2.2 Batas Waktu Penyampaian SPT Tahunan 23

4.1 Jumlah SPT Masa PPN Yang Diterima

Sebelum Dan Sesudah Penerapan Program

e-SPT

51

4.2 Jumlah Wajib Pajak PPN Yang Terdaftar

52

4.3 Tingkat Kepatuhan SPT Masa PPN Yang

Diterima Sebelum dan Sesudah Penerapan

Program e-SPT

52

4.4 Hasil Uji Korelasi Spearman Rank 53

4.5 Hasil Uji Wilcoxon Match Pairs Test 54

4.6 Test Statistics(b) 54

Page 14: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Diagram Aplikasi e-SPT 31

2.2 Skema Kerangkan Pemikiran 36

4.1 Struktur Organisasi KPP Pratama

Jakarta Pasar Minggu

50

Page 15: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Surat Keterangan Riset 60

2 Surat Pernyataan 61

3 Tabel Nilai-Nilai RHO 62

4 Uji Spearman Rank 63

5 Uji Wilcoxon Match Pairs Test 64

Page 16: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perjalanan reformasi birokrasi nampaknya tak terasa sudah dimulai sejak

tahun 2002 yang dimasinisi oleh Departemen Keuangan dan Direktorat

Jenderal Pajak (DJP) sebagai lokomotifnya. Tentunya hal ini tidak

mengagetkan dengan dimulainya DJP sebagai instansi percontohan reformasi

birokrasi dalam memberikan pelayanan prima dan pelaksanaan good

governance mengingat kedudukan DJP sebagai instansi yang sangat strategis.

Pada tahun 2007 DJP berkewajiban untuk memasukkan penerimaan APBN

yang bersumber dari sektor pajak sekitar 70% dan diharapkan setelah

reformasi birokrasi berlangsung, penerimaan pajak dapat memberikan

kontribusi pada penerimaan APBN hingga mendekati 100%, dengan

meningkatnya penerimaan dari sektor perpajakan, diharapkan pula pemerintah

mampu meningkatkan pelayanan publik kepada masyarakat dengan tanpa

mengadahkan tangan kepada negara lain. (Danny Darussalam, 2007)

Adapun syarat mutlak menuju kemandirian bangsa adalah dengan

meningkatkan peran serta seluruh masyarakat melalui pembayaran pajak.

Reformasi birokrasi di tubuh DJP yang lebih dikenal dengan kata modernisasi

yang tidak hanya sebatas peraturan (kebijakan) perpajakan seperti yang

terdahulu, tertuang dalam Amandemen Undang-Undang Pajak, melainkan

secara komprehensif dan simultan menyentuh instrumen perpajakan lainnya.

Page 17: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

Modernisasi perpajakan ditandai dengan adanya tingkat pelayanan, hal

ini terlihat pada tersedianya Account Representatives (AR) sebagai ujung

tombak pelayanan dan perantara antara Direktorat Jenderal Pajak dengan

Wajib Pajak yang mengemban tugas melayani setiap Wajib Pajak dalam hal

membimbing atau menghimbau Wajib Pajak, memberikan konsultasi teknis

perpajakan, memonitor penyelesaian pemeriksaan pajak, melakukan

pemuktahiran data dan menyusun profil Wajib Pajak. Setiap Wajib Pajak

dapat menanyakan hak dan kewajiban perpajakannya kepada setiap AR di

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang telah ditunjuk untuk masing-masing

Wajib Pajak sesuai dengan wilayah kelurahan.

e-Registration, e-SPT, e-Filling dan e-Payment merupakan salah satu

bagian dari proses modernisasi administrasi perpajakan, agar wajib pajak

memperoleh kemudahan dalam memenuhi kewajibannya, sehinggga

pemenuhan kewajiban perpajakan dapat lebih mudah dilaksanakan dan tujuan

untuk menciptakan administrasi perpajakan yang lebih tertib dan transparan

dapat dicapai. Kemudahan untuk memenuhi kewajiban diharapkan dapat

meningkatkan kepatuhan wajib pajak, oleh karena itu perlu dukungan semua

pihak dan sosialisasi secara intens serta terus-menerus agar peningkatan

pelayanan kepada wajib pajak terus berjalan, tercapainya administrasi

perpajakan yang modern.

Sementara di sisi lain dari peningkatan pelayanan kepada wajib pajak

masing-masing departemen ada permasalahan di lapangan kerja:

Page 18: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

1. Pada prinsipnya e-Registration, e-SPT, e-Filling dan e-Payment untuk

memudahkan Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya.

Tanpa adanya persentuhan dengan petugas pajak (fiskus), namun di lain

pihak bahwa Wajib Pajak wajib menyampaikan Induk SPT yang memuat

tanda tangan basah dan Surat Setoran Pajak serta bukti penerimaan secara

elektronik ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar

melalui Kantor Pos tercatat atau disampaikan langsung.

2. Proses perekaman SPT secara manual ke Program perekaman SPT secara

elektronik (e-SPT) belum terintegrasi, sehingga data yang direkam secara

manual tidak muncul dalam Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak.

(Anonim http://www.ditjen.depkeu.go.id)

Secara fungsional SPT merupakan sarana komunikasi antara wajib pajak

dan fiskus. Bagi wajib pajak SPT merupakan sarana pertanggungjawaban

kewajiban perpajakan selama satu periode fiskal, sedangkan bagi fiskus

sebagai sarana pamantauan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan wajib

pajak. Secara fisik SPT adalah formulir yang telah disiapkan fiskus untuk

diisi wajib pajak guna melaporkan pemenuhan kewajiban perpajakannya.

Proses pengisian SPT secara benar dan lengkap sesuai undang-undang

perpajakan merupakan tahap yang penting dalam administrasi pajak, sebab

timbulnya sanksi fiskal baik yang bersifat administratif maupun pidana dapat

berawal dari pengisian SPT yang tidak benar dan tidak lengkap. Eksistensi

SPT dalam sistem perpajakan yang menganut self assessment merupakan

Page 19: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

suatu hal yang mutlak, sebab tanpa SPT maka sistem perpajakan yang

menganut self assessment akan berubah menjadi official assessment dimana

perhitungan jumlah pajak yang terutang hanya akan didasarkan pada

perkiraan fiskus semata-mata. (Sofa:2008)

Tujuan utama layanan pelaporan pajak ini adalah untuk menyediakan

fasilitas pelaporan SPT secara elektronik kepada wajib pajak, sehingga wajib

pajak orang pribadi dapat melakukannya dari rumah atau tempatnya bekerja,

sedangkan wajib pajak badan dapat melakukannya dari lokasi kantor atau

usahanya. Pelaporan dapat berupa pelaporan SPT masa PPN dan SPT masa

PPh

Adapun yang dimaksud dengan pelaporan e-SPT masa PPN merupakan

SPT PPN dalam bentuk program aplikasi yang merupakan fasilitas dari

Direktorat Jenderal Pajak kepada Wajib Pajak yang digunakan untuk

merekam SPT beserta lampirannya, memelihara data SPT beserta

lampirannya, generate data SPT digital serta mencetak SPT dan dapat

dilaporkan melalui media elektronik ke Kantor Pelayanan Pajak. menurut

penelitian Tri Juwita (2007) yang berjudul “Analisis Pengaruh Sebelum dan

Sesudah Adanya Program e-Filling Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam

Peyampaian SPT Masa PPN” hasil penelitian ini menjelaskan bahwa

penyampaian SPT masa PPN secara manual PKP (Pengusaha Kena Pajak)

cenderung tidak patuh, tapi setelah ada program e-filling PKP cenderung

patuh dalam menyampaikan SPT masa PPN

Page 20: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

Sedangkan peneliti Leli Agesti yang berjudul “Analisis Kepatuhan Wajib

Pajak Sebelum dan Sesudah Modernisasi Kantor Pelayanan Pajak” yang

hasilnya menyatakan bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan antara

jumlah SPT masa PPh Badan dan Orang Pribadi sebelum dan sesudah

modernisasi Kantor Pelayanan Pajak, tetapi terdapat hubungan yang

signifikan pada jumlah wajib pajak PPh Badan dan Orang Pribadi. peneliti

Dian Purnama Sari yang berjudul “ Analisis Perbedaan Penerimaan Pajak

Sebelum dan Sesudah Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern

Pada KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Tahun 2004, 2005 dan 2006”

adapun hasil penelitiannya adalah menunjukan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan terhadap penerimaan pajak tahun 2004, 2005 dan 2006

sebelum dan sesudah adanya penerapan sistem administrasi perpajakan

modern. Penelitian Ana Juniszariah Ramsi yang berjudul “Analisis

Ketepatan Wajib Pajak Badan Dalam Melaporkan SPT Tahunan PPh Badan

Sebelum dan Sesudah Penerapan e-SPT” hasil penelitian ini adalah adanya

penerapan e-SPT tidak berpengaruh terhadap tingkat ketepatan waktu wajib

pajak badan dalam melaporkan SPT Tahunan PPh Badan, walaupun

penerapan e-SPT tidak berpengaruh terhadap tingkat ketepatan waktu wajib

pajak badan dalam melaporkan SPT Tahunan PPh badan tetapi masih

terdapat wajib pajak badan yang melaporkan e-SPT secara tepat waktu.

Mengacu kepada penelitian sebelumnya, maka penulis mencoba untuk

meneliti kembali mengenai program pemerintah yang ada kaitannya dengan

modernisasi perpajakan yang berjudul

Page 21: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

“Analisis Kepatuhan Wajib Pajak Sebelum dan Sesudah Penerapan

Program e-SPT Dalam Melaporkan SPT Masa PPN”

B. Perumusan Masalah

Bertitik tolak pada latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan

dibahas adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan kepatuhan wajib pajak sebelum dan sesudah

penerapan program e-SPT dalam melaporkan SPT Masa PPN

2. Seberapa besar perbedaan kepatuhan wajib pajak sebelum dan sesudah

penerapan program e-SPT dalam melaporkan SPT Masa PPN

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah untuk menganalisis

perbedaan kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan pelaporan SPT

sebelum dan sesudah Penerapan program e-SPT

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Penulis

Dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dibidang ekonomi,

dan perpajakan khususnya mengenai pengetahuan pelaporan SPT masa

PPN sebelum dan sesudah Penerapan program e-SPT

b. Bagi Wajib Pajak

Diharapkan wajib pajak dapat mengetahui penerapan pelaporan e-SPT,

melalui elektronik sehingga wajib pajak lebih fleksibel serta efisien

dalam pembayaran dan pelaporan SPT masa PPN

Page 22: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

c. Bagi Ilmu Pengetahuan

Di harapkan dapat memberikan sumbangan berupa informasi yang berarti

bagi masyarakat luas yang ada hubungannya dengan Pelaporan SPT

Masa sesudah dan sebelum program e-SPT

Page 23: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian, Fungsi, Penggolongan Pajak Secara Umum

1. Pengertian Pajak Secara Umum

Apabila membahas penerimaan pajak banyak para ahli yang

menyajikan definisi pajak, diantaranya adalah:

a. Menurut pasal 1 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 berbunyi:

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang-undang, dengan tidak memdapat timbal balik secara langsung. Dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat “

b. Soeparman Soemahadjaja, dalam R. Santoso Brotodihardjo (2003:5)

yaitu:

“Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut

oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup

biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai

kesejahteraan umum”

c. Rochmat Soemitro, dalam Achyar Rusli (2005:3) adalah sebagai

berikut:

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-

undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan

untuk membayar pengeluaran umum”

Page 24: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

Kemudian dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang

melekat pada pengertian pajak adalah:

a. Pajak dipungut berdasarkan/dengan kekuatan undang-undang serta

aturan pelaksanaanya.

b. Dalam pembayaran pajak tidak ditunjukan adanya kontraprestasi

individual oleh pemerintah.

c. Pajak dipungut oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun

daerah.

d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang

bila dari pemasukkannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk

membiayai public investment

e. Pajak dapat pula membiayai tujuan yang tidak budgeter, yaitu

mengatur melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan

sosial

2. Fungsi Pajak Umum

Pajak memiliki fungsi utama, diantaranya:

a. Fungsi Penerimaan (Budgetair) yaitu memasukkan uang sebanyak-

banyaknya ke kas negara, dengan tujuan untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran negara.

b. Fungsi Mengatur (Regulerend) yaitu pajak yang digunakan sebagai

alat untuk mengatur baik masyarakat di bidang ekonomi, sosial

maupun politik dengan tujuan tertentu.

Page 25: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

c. Fungsi Stabilitas, yaitu dengan adanya pajak, pemerintah memiliki

dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan

stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa

dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di

masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan

efesien.

d. Fungsi Redistribusi Pendapatan, yaitu pajak yang sudah dipungut

oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan

umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat

membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat

3. Penggolongan Pajak dan Pembagiannya

Berdasarkan dari masing-masing sifatnya pajak dapat digolongkan

sebagai berikut :

a. Pajak Subjektif dan Pajak Objektif

1) Pajak Subjektif, adalah yang memperhatikan pertama-tama

keadaan pribadi wajib pajak. dalam menentukan pajaknya yang

harus dicari lebih dulu atau ditentukan siapa yang akan membayar

pajak (subjek), kemudian dicari atau ditentukan objek yang akan

dikenakan pajak dengan memperhatikan keadaan pribadi subjek

pajak.

2) Pajak Objektif, adalah pertama-tama melihat kepada objeknya

yang selain dari pada benda dapat pula berupa keadaan, perbuatan

Page 26: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban

membayar, kemudian barulah dicari subjeknya orang atau badan

hukum yang bersangkutan langsung dengan tiada mempersoalkan

apa subjek ini berkedudukan di Indonesia atau pun tidak. (Rusli

Achyar, 2005:13)

b. Pajak Langsung dan Pajak Tidak Langsung

1) Pajak Langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung

sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak dapat

dialihkan kepada pihak lain. Dalam hal ini pajak penghasilan

termasuk pengertian pajak langsung karena yang diwajibkan

untuk membayar pajak adalah penanggung pajak.

2) Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang bebannya dapat

dialihkan atau digeserkan kepada pihak lain sehingga sering

disebut juga sebagai pajak tidak langsung. Dalam hal ini pajak

pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah

termasuk pajak tidak langsung karena beban pajaknya dapat

digeserkan dari produsen atau penjual ke pembeli atau konsumen

B. Asas dan Sistem Pemungutan Pajak

1. Asas Pemungutan Pajak

Pemerintah dapat memungut bermacam-macam pajak, asalkan

berdasarkan undang-undang. Pemungutan pajak yang diambil oleh

berbagai negara banyak didasari oleh asas-asas yang dikemukakan oleh

Page 27: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

Adam Smith yang dikenal dengan nama, “ the four maxims”. Dengan

uraian sebagai berikut:

a. Asas Equality (Asas Keseimbangan Dengan Kemampuan Atau Asas

Keadilan), pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus

sesuai dengan kemampuan dan penghasilan wajib pajak. Negara tidak

boleh bertindak diskriminatif terhadap wajib pajak.

b. Asas Certainty (Asas Kepastian Hukum), semua pungutan pajak

harus berdasarkan UU, sehingga bagi yang melanggar akan dapat

dikenai sanksi hukum.

c. Asas Convinience of Payment (Asas Pemungutan Pajak Yang Tepat

Waktu Atau Asas Kesenangan), pajak harus dipungut pada saat yang

tepat bagi wajib pajak (saat yang paling baik), misalnya disaat wajib

pajak baru menerima penghasilannya atau disaat wajib pajak

menerima hadiah.

d. Asas Economic of collections (Asas Efesien Atau Asas Ekonomis),

biaya pemungutan pajak diusahakan sehemat mungkin, jangan

sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil

pemungutan pajak.

2. Sistem Pemungutan Pajak

Pada dasarnya terdapat tiga sistem pemungutan pajak yang berlaku

yaitu :

a. Official Assesment System, adalah sistem pemungutan pajak di mana

jumlah pajak yang dilunasi atau terutang oleh wajib pajak dihitung

Page 28: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

dan ditetapkan oleh fiskus atau aparat pajak. jadi dalam sistem ini

wajib pajak bersifat pasif sedangkan fiskus bersifat aktif. Menurut

sistem ini utang pajak timbul apabila telah ada ketetapan pajak dari

fiskus

b. Self Assesment System, adalah sistem pemungutan pajak di mana

wajib pajak harus menghitung, memperhitungkan, membayar, dan

melaporkan jumlah pajak yang terutang. Aparat pajak (fiskus) hanya

bertugas melakukan penyuluhan dan pengawasan untuk mengetahui

kepatuhan wajib pajak. Dengan demikian jika dihubungkan dengan

ajaran timbulnya utang pajak, maka self assesment system sesuai

dengan timbulnya utang pajak menurut ajaran materiil, artinya utang

pajak timbul apabila ada yang menyebabkan timbulnya utang pajak.

c. With holding System, adalah sistem pemungutan pajak yang dimana

besarnya pajak terutang dihitung dan dipotong oleh pihak ketiga.

Pihak ketiga yang dimaksud di sini antara lain pemberi kerja, dan

bendaharawan pemerintah

C. PPN (Pajak Pertambahan Nilai)

1. Pengertian PPN (pajak Pertambahan Nilai)

Pajak pertambahan nilai adalah pajak yang dikenakan terhadap

penyerahan atau impor barang kena pajak yang dilakukan oleh pengusaha

kena pajak, dan dapat dikenakan berkali-kali setiap ada pertambahan nilai

dan dapat dikreditkan (Suandy Erly, 59:2005)

Page 29: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

2. Dasar Hukum PPN (Pajak Pertambahan Nilai)

a. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 lalu dirubah menjadi undang-

undang Nomor 18 Tahun 2000 Tentang PPN dan PPnBM

b. Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 Tentang Pelaksanaan

Undang-undang PPN Tahun 2000

c. Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 Tentang Jenis Barang

dan Jasa Yang Tidak Dikenakan PPN

d. Peraturan Pemerintah Nomor 146 Tahun 2000 Tentang Impor atau

Penyerahan BKP (Barang Kena Pajak) dan JKP (Jasa Kena Pajak)

Tertentu Yang Dibebaskan Dari PPN

3. Subjek dan Objek Pajak PPN (Pajak Pertambahan Nilai)

Subjek Pajak PPN adalah Pengusaha kena pajak (PKP), Pengusaha

Kena Pajak (PKP) ialah Pengusaha yang dalam kegiatan usaha atau

pekerjaannya melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau

penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-

undang Pajak Pertambahan Nilai, tidak termasuk Pengusaha Kecil, yang

batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali

Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha

Kena Pajak.

Sedangkan Objek Pajak PPN adalah sebagai berikut:

a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean yang

dilakukan dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan oleh

pengusaha kena pajak.

Page 30: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

b. Impor Barang Kena Pajak.

c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan

dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan oleh Pengusaha Kena

Pajak.

d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar daerah

pabean di dalam daerah pabean.

e. Pemanfaatan Jasa kena Pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah

pabean.

f. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak

g. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak di dalam

lingkungan perusahaan atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan

yang baik hasilnya akan digunakan sendiri atau digunakan oleh pihak

lain.

h. Penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan

semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan, sepanjang

Pertambahan Nilai yang dibayar pada saat perolehannya menurut

ketentuan dapat dikreditkan.

Jenis-jenis PPN Berdasarkan perlakuan terhadap perolehan

barang modal, PPN dibedakan ke dalan tiga jenis, yaitu:

a. Consumption Type VAT (Value Added Tax)

b. Net Income Type VAT (Value Added Tax)

c. Gross Product Type VAT (Value Added Tax)

Page 31: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

4. Jenis Barang dan Jasa Yang Tidak Kenakan PPN

Pada dasarnya semua barang dan jasa merupakan Barang Kena Pajak

dan Jasa Kena Pajak, sehingga dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN),

kecuali jenis barang dan jenis jasa sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 4

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai

Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana

telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 tidak

dikenakan PPN, yaitu:

a. Jenis Barang Tidak Kenakan PPN

1) Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil

langsung dari sumbernya, meliputi :

- Minyak mentah

- Gas bumi

- Panas bumi

- Pasir dan kerikil

- Batu bara sebelum diproses menjadi briket batu bara

- Bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, dan

bijih perak, serta bijih bauksit

2) Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh

rakyat banyak, seperti:

- Beras

- Gabah

- Jagung

Page 32: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

- Sagu

- Kedelai

- Garam baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium

3) Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah

makan, warung dan sejenisnya

4) Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga

b. Jenis Jasa Yang Tidak Dikenakan PPN

1) Jasa dibidang Pelayanan Kesehatan Medik

2) Jasa dibidang pelayanan sosial

3) Jasa dibidang pengiriman surat dengan perangko

4) Jasa dibidang perbankan, asuransi, dan sewa guna dengan hak

opsi

5) Jasa dibidang keagamaan

6) Jasa dibidang pendidikan

7) Jasa dibidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak

tontonan

8) Jasa dibidang penyiaran yang bukan bersifat iklan

9) Jasa dibidang angkutan umum didarat dan di air

10) Jasa dibidang tenaga kerja

11) Jasa dibidang perhotelan

12) Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan

pemerintah secara umum

Page 33: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

5. Sifat Pemungutan PPN

Pajak Pertambahan Nilai mempunyai beberapa sifat pemungutan,

yaitu:

e. PPN sebagai pajak objek, artinya pemungutan PPN didasarkan pada

objeknya tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

f. PPN sebagai pajak tidak langsung, artinya secara ekonomis beban

PPN dapat dialihkan kepada pihak lain.

g. Pemungutan PPN Multi Stage Tax, artinya pemungutan PPN

dilakukan pada setiap mata rantai jalur yang menghasilkan nilai

tambah dari pabrikan, pedagang besar, sampai dengan pengecer.

h. PPN dipungut dengan menggunakan Faktur Pajak, artinya sebagai

bukti pemungutan PPN pengusaha kena pajak harus menerbitkan

faktur pajak sebagai bukti pemungutan PPN.

i. PPN bersifat netral, artinya Netralitas dapat dibentuk karena PPN

dikenakan atas konsumsi barang atau jasa dan PPN dipungut

menggunakan prinsip tempat tujuan.

j. PPN tidak menimbulkan pajak ganda, artinya pajak masukan dapat

dikreditkan.

k. PPN dikenakan terhadap konsumsi dalam negeri berupa penyerahan

Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak. (Suandy Erly, 272:2006)

6. Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

a. Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya

sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang

Page 34: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

Kena Pajak dan atau penerimaan Jasa Kena Pajak dan atau

pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah

Pabean dan atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah

Pabean dan atau impor Barang Kena Pajak.

b. Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib

dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan

Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang

Kena Pajak (Suandy Erly, 277:2006)

D. SPT (Surat Pemberitahuan)

1. Pengertian SPT (Pemberitahuan)

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh wajib pajak

digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang

terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

Mardiasmo (2001:17). Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 6

Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan yang

telah diubah dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007.

2. Fungsi SPT (Surat Pmberitahuan)

Adapun fungsi SPT (Surat Pembaritahuan) adalah sebagai berikut:

a. Sebagai sarana wajib pajak untuk melaporkan dan

mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sederhana

terutang. Laporan tentang pemenuhan pembayaran pajak yang telah

dilaksanakan sendiri dalam satu tahun pajak atau bagian tahun pajak.

Page 35: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

b. Laporan pembayaran dari pemotongan atau pemungut tentang

pemotongan atau pemungutan pajak orang atau badan lain dalam satu

masa pajak yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan

perpajakan yang berlaku.

c. Merupakan sarana penelitian atas kebenaran perhitungan pajak yang

terutang yang dilaporkan oleh para wajib pajak (Marsyahrul Tony,

46:2005)

3. Jenis-Jenis SPT (Surat Pemberitahuan)

Secara garis besar SPT (Surat Pemberitahuan) dibedakan menjadi

dua, yaitu:

a. SPT Masa, adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk

melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak yang terutang

dalam suatu masa pajak atau pada suatu saat.

b. SPT Tahunan, adalah surat yang oleh digunakan untuk melaporkan

penghitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam suatu tahun

pajak.

4. Karakteristik Pelaporan SPT (Surat Pemberitahuan)

SPT (Surat Pemberitahuan) Manual memiliki karakteristik yang

berbeda dengan SPT Digital atau e-SPT dalam pelaporan. karakteristik

SPT manual ialah sebagai berikut:

a. Wajib pajak masih berhubungan langsung dengan petugas pajak

b. Dibutuhkan waktu yang lama untuk merekam data SPT di KKP,

khususnya data lampiran SPT

Page 36: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

c. Sering terjadi kesalahan pada saat perekaman data, sehingga data

yang dituangkan WP dalam SPT tidak sama dengan yang ada pada

Direktorat Jenderal Pajak

d. Perekaman data SPT masih membutuhkan sumber daya manusia yang

banyak

e. Pemborosan tempat untuk menyimpan dokumen SPT

f. Pemborosan kertas

g. Memperlambat pelanggan lainnya (Juwita Tri, 31:2007)

5. Prosedur Pelaporan SPT (Surat Pemberitahuan)

Setiap WP diwajibkan untuk melaporkan serta mengisi surat

pemberitahun (SPT) dengan jelas, benar, dan ditandatangani oleh WP

atau kuasanya. Adapun prosedur pelaporan surat pemberitahuan adalah

sebagai berikut:

a. Wajib pajak harus mengambil sendiri blangko SPT pada kantor

pelayanan pajak setempat (dengan menunjukan NPWP)

b. SPT harus diisi dengan benar dan lengkap sesuai dengan petunjuk

yang diberikan. Pengisian formulir SPT yang tidak benar

mengakibatkan pajak yang terutang kurang bayar, dan akan

dikenakan sanksi perpajakan

c. SPT diserahkan kembali ke Kantor Pelayanan Pajak yang

bersangkutan dalam batas waktu yang ditentukan, dan akan diberikan

tanda terima tertanggal. Apabila SPT dikirim melalui Kantor Pos

Page 37: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

harus dilakukan secara tercatat, dan tanda bukti serta tanggal

pengiriman dianggap sebagai tanda bukti dan tanggal penerimaan

d. Bukti-bukti yang harus dilampirkan pada SPT, antara lain:

1). Untuk wajib pajak yang mangadakan pembukuan, laporan

keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi serta keterangan-

keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung besarnya

penghasilan kena pajak.

2). Untuk SPT Masa PPN sekurang-kurangnya memuat jumlah

dasar pengenaan pajak, jumlah keluaran, jumlah pajak masukan

yang dapat dikreditkan, dan jumlah kekurangan atau kelebihan.

3). Wajib pajak yang menggunakan norma perhitungan, perhitungan

jumlah peredaran yang terjadi dalam tahun pajak yang

bersangkutan.

6. Batas Waktu Penyampaian SPT (Surat Pemberitahuan)

Adapun batas waktu penyampaian SPT diatur sebagai berikut:

Tabel 2.1

Batas Waktu Penyampaian SPT Tahunan

Jenis Pajak Yang menyampaikan Batas Waktu penyampaian

SPT Terakhir

SPT Tahunan

PPh

Wajib Pajak Paling lambat 3 bulan akhir

tahun pajak

SPT Tahunan

Pasal 21

Pemotongan PPh

Pasal 21

Paling lambat 3 bulan setelah

akhir tahun pajak

Page 38: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

Tabel 2.2

Batas Waktu Penyampaian SPT Masa

Jenis Pajak Yang Menyampikan

SPT

Batas Waktu Penyampaian

SPT-masa

PPh Pasal 21 Pemotongan PPh Pasal

21

Paling lambat tanggal 20

setelah akhir masa pajak

PPh pasal 22

Impor PPN dan PPn BM

atas Impor

Wajib Pajak paling lambat 20 bulan

berikutnya setelah masa pajak

PPh pasal 22

Impor PPN dan PPn BM

atas Impor (Dirjen Bea

Cukai)

Direktorat Bea dan

Cukai

Paling lambat 7 hari setelah

batas waktu penyetoran pajak berakhir

PPh pasal 22

Bendaharawan

Bendaharawan Paling lambat tanggal 14

bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir

PPh pasal 22 Bahan Bakar

Pertamina Paling lambat tanggal 20 hari setelah masa pajak

berikutnya

PPh pasal 22

Pemungutan oleh badan

tertentu

Pemungut Pajak Paling lambat 20 hari

setelah masa pajak berakhir

PPh pasal 23 Pemotongan PPh pasal

23

Paling lambat 20 bulan

berikutnya setelah masa pajak berakhir

PPh pasal 25 Wajib Pajak yang mempunyai NPWP

Paling lambat 20 bulan setelah masa pajak berakhir

PPh pasal 26 Pemotongan PPh pasal 26

Paling lambat 20 bulan setelah masa pajak berakhir

PPN dan PPn

BM

Pengusaha Kena Pajak Paling lambat 20 bulan

setelah masa pajak berakhir

PPN dan PPn

BM

Bendaharawan

Bendaharawan

Pemerintah

Paling lambat 14 hari

setelah masa pajak berakhir

PPN dan PPn

BM selain

Bendaharawan

Selain Bendaharawan

Pemerintah

Paling lambat 20 hari

setelah masa pajak berakhir

Page 39: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

7. Batas Waktu Pembayaran (Penyetoran Pajak)

Pembayaran pajak diatur dalam Pasal 9 KUP, juga dengan Keputusan

Menteri Keuangan RI Nomor 541/KMK04/2000 tanggal 22 desember

2000. Surat untuk membayar pajak ialah surat setoran pajak (SSP).

Tempat pembayaran yang ada pada saat ini adalah kantor pos dan giro,

serta bank-bank yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Anggaran. Dan

untuk jangka waktu pembayaran sebagai berikut:

a. Untuk PPh, Pasal 21 harus disetor paling lambat tanggal 10 bulan

berikutnya.

b. Untuk PPh, Pasal 22 harus disetor paling lambat tanggal 7 bulan

berikutnya(Bukan Bea Cukai)

c. Untuk PPh, Pasal 22 impor yang dipungut Bea Cukai harus disetor

dalam jangka waktu satu hari setelah pemungutan.

d. Untuk PPh, Pasal 23 dan 26 harus disetor paling lambat tanggal 10

bulan berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak.

e. Untuk PPh, Pasal 25 harus disetor paling lambat tanggal 15 bulan

berikutnya.

f. Untuk SPT, SKPKB dan SKPKBT, SK pembetulan, SK keberatan,

putusan banding, harus dibayar lunas paling lambat satu bulan sejak

tanggal diterbitkan. Untuk SK pembetulan, SK keberatan, putusan

banding mengakibatkan pajajk yang harus dibayar bertambah. Tentang

tanggal jatuh tempo pembayaran telah diubah dengan Kep.Men. Nomor

541/KMK.04/2000 tanggal 22 Desember 2000.

Page 40: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

8. Sanksi Adminnistrasi

SPT yang tidak disampaikan atau disampaikan tidak sesuai dengan

batas waktu yang ditentukan, dikenakan sanksi administrasi berupa denda:

a. Apabila penyampaian surat pemberitahuan tidak disampaikan sesuai

dengan batas waktu yang ditentukan, maka dikenakan sanksi berupa

administrasi sebesar Rp 500.000,00 (SPT Masa PPN), Rp 100.000,00

(SPT Masa Lainnya), Rp 100.000,00 (SPT Tahunan PPh Orang

Pribadi) dan Rp 1.000.000,00 (SPT Tahunan PPh Badan)

b. Wajib pajak dikenakan sanksi berupa bunga 2% atau jumlah pajak

yang kurang bayar. Pengenaan sanksi ini dilakukan hanya jika SPT-

nya telah disampaikan dibetulkan sendiri.

c. Apabila karena kealpaannya tidak menyampaikan Surat

Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap atau

melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga dapat

menimbulkan kerugian pada negara, dipidana dengan pidana

kurungan paling lama satu tahun dan denda paling tinggi 2 (dua) kali

jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang dibayar (Pasal 38)

d. Apabila perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud pada pasl 39

yang dilakukan dengan sengaja maka yang bersangkutan akan

dipidana dengan penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda

paling tinggi sebesar 4 (empat) kali jumlah pajak yang terutang yang

kurang atau tidak dibayar (Pasal 39 ayat 1)

Page 41: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

e. Melakukan percobaan untuk melakukan tindakan tindak pidana

penyalahgunaan tanpa hak NPWP/NPPKP atau menyampikan SPT

yang isinya tidak benar/lengkap dalam rangka pengajuan restitusi/

kompensasi, dipidana dengan penjara paling lama dua tahun dan denda

paling tinggi 4 x (400%) jumlah restitusi yang dimohon atau

dikompensasi wajib pajak.

E. e-SPT

1. Pengertian e-SPT

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.03/2007 yang

dimaksud dengan e-SPT adalah data SPT Wajib Pajak dalam bentuk

elektronik yang dibuat oleh Wajib Pajak dengan menggunakan aplikasi e-

SPT yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Sedangkan yang

dimaksud dengan Aplikasi e-SPT ialah aplikasi dari Direktorat Jenderal

Pajak yang dapat digunakan Wajib Pajak untuk membuat e-SPT.

2. Dasar Hukum e-SPT

a. Undang-undang KUP (Ketetapan Undang-undang Pajak) Tahun 2007

b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Kep-756/PJ/2001 Tentang

Penyampaian Lampiran Surat Pemberitahuan Masa PPN Dalam

Bentuk Media Elektronik

c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor Per-145/PJ./2005 Tentang

Bentuk, Isi, Dan Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan

Elektronik (e-SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN)

Page 42: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

3. Tujuan Dibangunnya e-SPT

Dengan latar belakang masalah yang telah ada, maka tujuan utama

dibangunnya e-SPT adalah sebagai berikut:

a. Penerapan sistem administrasi perpajakan modern pada KPP di

lingkungan Kanwil Direktorat Jendral Pajak Wajib Pajak Besar dapat

diukur dan dipantau, mengingat sistem tradisional sangat sulit untuk

dilakukan.

b. Penerapan sistem administrasi perpajakan modern yang meliputi

modernisasi struktur organisasi, modernisasi prosedur organisasi,

modernisasi strategi organisasi, dan modernisasi budaya organisasi

KPP dilingkungan Kanwil Dirjen Pajak Wajib Pajak Besar terhadap

kepatuhan wajib pajak pada KPP di lingkungan Kanwil Dirjen Wajib

Pajak Besar dapat di telaah dan dikaji untuk pencapaian tujuan utama.

c. Sebagai informasi dan bahan evaluasi atas penerapan sistem

administrasi perpajakan modern di lingkungan Kanwil Dirjen Pajak

Wajib Pajak Besar sebagai prototipe Kanwil dan KPP percontohan

sehingga dapat mendorong digulirkannya reformasi administrasi

perpajakan jangka menengah oleh Ditjen Pajak yang menjadi

prioritas dalam reformasi perpajakan terutama dalam melanjutkan

penerapan sistem administrasi perpajakan modern pada kantor-kantor

pajak lainnya diseluruh Indonesia.

d. Sebagai informasi yang perlu diperhatikan bagi Direktorat Pajak

dalam memahami aspek-aspek yang berpengaruh terhadap kepatuhan

Page 43: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

wajib pajak sebagai salah satu tujuan dari modernisasi administrasi

perpajakan melalui penerapan sistem administrasi perpajakan

modern.

e. Sebagai informasi yang bermanfaat bagi masyarakat perpajakan di

Indonesia.

f. Sebagai informasi yang bermanfaat bagi masyarakat secara umum

dan secara khusus bermanfaat dalam mendorong kepercayaan

masyarakat terhadap administrasi perpajakan di Indonesia (Wijayanti

Riska)

4. Proses Utama Dalam e-SPT dan Tata Cara Pelaporan e-SPT

Surat pemberitahuan (SPT) dengan menggunakan media komputer (e-

SPT) adalah SPT beserta lampiran-lampirannya dalam bentuk digital dan

dilaporkan secara elektronik atau dengan menggunakan media komputer

ke KPP dimana wajib pajak terdaftar. Aplikasi e-SPT merupakan aplikasi

yang diberikan secara cuma-cuma oleh Ditjen Pajak kepada WP. Dengan

menggunakan aplikasi e-SPT wajib pajak merekam, memelihara, dan

mengenerate data digital SPT serta mencetak SPT beserta lampirannya.

Dan untuk Tata Cara Pelaporan e-SPT adalah sebagai berikut:

a. Wajib pajak melakukan instalasi aplikasi e-SPT pada sistem

komputer yang digunakan untuk keperluan administrasi

perpajakannya.

b. Wajib pajak menggunakan aplikasi e-SPT untuk merekam data-data

perpajakan yang akan dilaporkan, yaitu antara lain :

Page 44: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

1) Data identitas wajib pajak pemotong/pemungut dan identitas

wajib pajak yang dipotong/dipungut seperti NPWP, nama, alamat,

kode pos, nama KPP, pejabat penandatangan, kota, format nomor

bukti potong/pungut, nomor awal bukti potong/pungut, kode kurs

mata uang yang digunakan.

2) Bukti pemotongan/pemungutan PPN.

3) Faktur pajak.

4) Data perpajakan yang terkandung dalam SPT.

5) Data Surat Setoran Pajak (SSP) seperti : masa pajak, tahun pajak,

tanggal setor, NTPP, kode MAP/KJS dan jumlah pembayaran

pajak.

c. Wajib pajak yang telah memiliki sistem administrasi keuangan/

perpajakan sendiri dapat melakukan proses impor data dari sistem

yang dimiliki wajib pajak ke dalam aplikasi e-SPT dengan mengacu

kepada format data yang sesuai dengan aplikasi e-SPT.

d. Wajib pajak mencetak bukti pemotongan/pemungutan dengan

menggunakan aplikasi e-SPT dan menyampaikannya kepada pihak

yang dipotong.

e. Wajib pajak mencetak formulir induk SPT masa PPh dan atau SPT

masa PPn dan/SPT tahunan PPh menggunakan aplikasi e-SPT.

f. Wajib pajak menandatangani formulir induk SPT masa PPh dan atau

SPT masa PPn dan atau SPT tahunan PPh hasil cetakan aplikasi e-

SPT.

Page 45: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

g. Wajib pajak membentuk file data SPT dengan menggunakan aplikasi

e-SPT dan disimpan dalam media komputer (disket, CD, dan

sebagainya).

h. Wajib pajak melaporkan SPT dengan menggunakan media elektronik

ke KPP dengan membawa formulir induk SPT masa PPh dan atau

SPT masa PPn dan atau SPT tahunan Ph hasil cetakan e-SPT yang

telah ditandatangani beserta file data SPT yang tersimpan dalam

media komputer sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang

berlaku.

i. Wajib pajak melaporkan SPT secara elektronik ke KPP dengan

membawa formulir induk SPT masa PPh dan atau SPT masa PPn

dana atau SPT tahunan PPh hasil cetakan e-SPT yang telah

ditandatangani dengan membawa berita acara serah terima informasi

SPT yang dikirim secara elektronik sesuai dengan perundang-

undangan yang berlaku.

5. Kegunaan Aplikasi e-SPT

Sistem aplikasi e-SPT data digunakan untuk:

a. Perekaman data SPT beserta lampirannya dan Pembetulan atau koreksi

Sistem aplikasi e-SPT data digunakan untuk merekam data e-SPT

beserta lampirannya dan dapat malakukan perhitungan-perhitungan

secara otomatis pada saat perekaman. Dengan adanya sistem aplikasi

ini, WP dapat secara langsung melakukan pembetulan atau koreksi

pada SPT induk maupun lampiran SPT bila terdapat kesalahan

Page 46: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

pemasukan data karena sistem aplikasi e-SPT memiliki fasilitas

checking

b. Pembuatan data digital SPT

Sistem aplikasi e-SPT akan menghasilkan data SPT dalam bentuk

digital dan data digital yang dihasilkan oleh program aplikasi e-SPT

merupakan data yang akan dilaporkan kepada KPP dalam bentuk

media penyimpanan seperti disket/CD

c. Cetak SPT

Sistem aplikasi e-SPT ini mempunyai fasilitas yang dapat mencetak

SPT induk (Ramzi, 25:2007)

Adapun untuk proses aplikasi e-SPT dapat dilihat pada gambar

dibawa ini:

Gambar 2.1

Diagram Apliksai e-SPT

Page 47: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

6. Karakteristik Pelaporan e-SPT

a. Wajib Pajak masih harus berhubungan langsung dengan petugas

pajak

b. Waktu lebih cepat untuk merekam data SPT, karena pada prinsipnya

WP merekam SPT nya sendiri dan KPP hanya men”load” saja

c. Kesalahan langsung terdeteksi pada saat proses “load” data yang

dituangkan WP dalam e-SPT sama dengan data yang ada pada Dirjen

Jenderal Pajak

d. Pelaporan SPT melalui media komputer (disket-CD), kadangkala

rusak sehingga menghambat proses “load” di KPP

e. Proses “load” membutuhkan waktu yang lama karena jenis media

yang digunakan (Juwita Tri, 38:2007)

7. Kelebihan e-SPT

a. Penyampaian SPT dapat dilakukan secara cepat dan aman, karena

lampiran dalam bentuk media CD/disket.

b. Data Perpajakan Terorganisasi dengan baik

c. Sistem aplikasi e-SPT mengorganisasikan data perpajakan

perusahaan dengan baik dan sistematis

d. Penghitungan dilakukan secara cepat dan tepat karena menggunakan

sistem komputer

e. Kemudahan dalam membuat Laporan Pajak

Page 48: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

f. Data yang disampaikan WP selalu lengkap, karena penomoran

formulir dengan menggunakan sistem komputer.

g. Menghindari pemborosan penggunaan kertas

h. Berkurangnya pekerjaan-pekerjaan klerikal perekaman SPT yang

memakan sumber daya yang cukup banyak. (Anonim

http://www.kanwilpajakkhusus.depkeu.go.id)

F. Kepatuhan Wajib Pajak

1. Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan perpajakan didefinisikan sebagai “Suatu keadan dimana

wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak

perpajakannya.” (Nurmantu Safri, 148:2003).

Kepatuhan dibagi menjadi dua macam yaitu:

a. Kepatuhan formal, yaitu adalah suatu keadaan dimana wajib pajak

memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan

ketentuan dalam undang-undang perpajakan.

b. Kepatuhan material, yaitu yang meliputi kepatuhan formal yakni, wajib

pajak yang memenuhi kepatuhan material adalah wajib pajak yang

mengisi dengan jujur, lengkap, dan benar Surat Pemberitahuan (SPT)

sesuai ketentuan dan menyampaikannya ke KPP sebelum batas waktu

berakhir.

Misalnya ketentuan batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan

Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan tanggal 31 Maret. Apabila

wajib pajak telah melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan

Page 49: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

(SPT PPh) Tahunan sebelum atau pada tanggal 31 Maret maka wajib

pajak telah memenuhi ketentuan formal, akan tetapi isinya belum tentu

memenuhi ketentuan material, yaitu suatu keadaan dimana wajib pajak

secara substantif memenuhi semua ketentuan material perpajakan,

yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Kepatuhan

material dapat meliputi kepatuhan formal. Wajib pajak yang

memenuhi kepatuhan material adalah wajib pajak yang mengisi

dengan ujur, lengkap, dan benar Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai

ketentuan dan menyampaikannya ke KPP sebelum batas waktu

berakhir (Nurmantu Safri, 148:2003).

2. Syarat-syarat Menjadi Wajib Pajak Patuh

Kepatuhan pajak merupakan salah satu indikator penting dalam

mengukur berapa besar kinerja administrasi perpajakan oleh institusi

pemungut pajak. Untuk itu, dengan adanya penerapan sistem apliksi e-

SPT ini diharapkan dapat berpengaruh terhadap peningkatan kepatuhan

wajib pajak. Adapun syarat-syarat menjadi wajib patuh sebagai berikut:

a. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan

dalam 2 (dua) tahun terakhir;

b. Dalam tahun terakhir penyampaian SPT Masa yang terlambat tidak

lebih dari 3 (tiga) masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak

berturut-turut;

c. SPT Masa yang terlambat itu disampaikan tidak lewat dari batas

waktu penyampaian SPT Masa masa pajak berikutnya

Page 50: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

d. Tidak mempunyai tunggakan Pajak untuk semua jenis pajak:

1) Kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda

pembayaran pajak

2) Tidak termasuk tunggakan pajak sehubungan dengan STP yang

diterbitkan untuk 2 (dua) masa pajak terakhir

e. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di

bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir

G. Kerangka Pemikiran

Sebelum Adanya Program e-SPT

Sesudah adanya Program e-SPT

Gambar 2.2

Skema Kerangka Pemikiran

H. Hipotesis

Ho: Tidak terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah dilakukannya

program e-SPT terhadap kepatuhan wajib pajak

Ha: Terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah dilakukannya program

e-SPT terhadap kepatuhan wajib pajak

Jumlah SPT Masa PPN yang diterima

Jumlah SPT Masa PPN

yang diterima

Kepatuhan

Wajib Pajak

Page 51: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian skripsi ini, dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Pasar Minggu yang berlokasi di JL. TB Simatupang Kav. 39, Jakarta

Selatan 12510. Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah seberapa besar

perbedaan kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan SPT Masa PPN sebelum

dan sesudah penerapan program e-SPT pada Kantor Palayanan Pajak

Pratama Pasar Minggu.

Adapun data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa data

sekunder, diantaranya meliputi:

1. Profil kantor pelayanan pajak pratama pasar minggu yang mencakup

a. Sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasar Minggu

b. Struktur organisasi yang ada pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Pasar Minggu

2. Data yang digunakan adalah data pada 12 bulan sebelum dan 12 bulan

sesudah dilakukanya program e-SPT pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Pasar Minggu.

3. Data yang diperoleh berasal dari data yang dimiliki Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Pasar minggu

Page 52: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

B. Metode penentuan Sampel

Metode sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive

sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pengambilan data tertentu

yang dianggap sesuai dan terkait dengan penelitian yang akan dilakukan,

artinya data yang diambil adalah data yang berhubungan dengan tema

penulisan. Teknik purposive sampling digunakan untuk memudahkan

pengolahan data, karena hanya mengambil data yang berkaitan dengan tema

penulisan saja.

Metode Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian

ini antara lain:

1. Studi Lapangan

a. Observasi (pengamatan)

Peneliti mengumpulkan bukti, catatan atau laporan histories yang

telah tersusun dalam arsip (data dokumen) yang dipublikasikan dan

yang tidak dipublikasikan. (Indriantoro, 2002:147)

b. Interview (Wawancara)

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang

berhubungan dengan judul skripsi dan untuk mendapatkan gambaran

yang lebih lengkap, maka penulis perlu melakukan wawancara

kepada pihak yang mewakili berbagai tingkatan dalam objek yang

diteliti.

Page 53: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

2. Studi Kepustakaan

Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan,

membaca, dan memahami buku, literatur, catatan perkuliahan, artikel,

data dari internet, ketentuan dalam undang-undang perpajakan yang

relevan dengan permasalahan.

C. Metode Analisis

1. Metode Analisis

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan cara mengelompokkan dan menyederhanakan data yang diperoleh

agar tujuan pengisian kepatuhan ini dapat dianalisis dengan mudah

Metode analisis dilakukan dengan pengujian data statistik

nonparametrik, yaitu pengujian statistik dengan kondisi penelitian tertentu

berdasarkan informasi dan sample. Uji hipotesis diolah dan dianalisis

dengan bantuan komputer program SPSS.V.12 (Santoso Singgih: 2004)

Hipotesis yang dilakukan adalah jenis hipotesis komparatif dua

sampel yang berkorelasi. Uji hipotesis yang dilakukan adalah uji dua

pihak hipotesis yang diajukan yaitu:

Ho : Tidak terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah dilakukan

program e-SPT terhadap kapatuhan wajib pajak

Ha : Terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah dilakukannya

program e-SPT terhadap kapatuhan wajib pajak

Page 54: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

Uji hipotesis akan dilakukan dengan menggunakan metode statistik

nonparametrik yaitu:

1. Korelasi Sperman Rank

Untuk mencapai hubungan antara variabel akan ditentukan

dengan menghitung korelasinya. Korelasi merupakan angka yang

menunjukan arah dan kuatnya hubungan antar variabel arah

dinayatakan dalam bentuk positif atau negatif. Sedangkan kuatnya

hubungan dinyatakan dalam besarnya (Sugiyono, 2007 : 210)

Dalam penelitian ini, teknik statistik yang akan digunakan untuk

menguji hubungan asosiatif antar variabel adalah metode korelasi

sperman rank. Metode ini merupakan metode besar distribusi yang

digunakan untuk data berbentuk ordinal atau berjenjang.

a. Dengan membandingkan nilai rho hitung dengan rho tabel,

dengan nilai rho tabel pada taraf kesalahan 5% atau 1% dengan

ketentuan:

a. Jika hasil rho hitung > rho tabel Ho ditolak

b. Jika hasil rho hitung < rho tabel Ho diterima

Dengan menggunakan rumus:

Dimana: koefisien korelasi

b. Uji signifikan yang lain dapat menggunakan rumus z :

)1(

612

2

Σ−=

nn

biρ

1

1

=

n

Z h

ρ

Page 55: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

Jika hasil z hitung > z tabel Ho ditolak

Jika hasil z hitung < z tabel Ho diterima

2. Wilcoxon Match Pair test

Teknik Wilcoxon Match Pair test digunakan pada data yang

berbentuk ordinal sebagai penyempurnaan dan uji ganda (sign test)

yang diperhitungkan selisih nilai positif dan negatif dalam pengujian

dua sampel berpasangan (Sugiyono, 2007 : 131)

Uji Wilcoxon Match Pair test dilakukan dengan menggunakan

rumus:

Dimana: T = Jumlah jenjang/rangking yang lebih kecil

Τµ = 4

)1( +nn

Τσ = 24

)12)(1( ++ nnn

Dengan demikian

24

)12)(1(

4

)1(

++

+−Τ=

−Τ=

Τ

Τ

nnn

nnZ

σ

µ

Adapun dasar pengambilan keputusan:

a. Dengan membandingkan nilai z hitung dengan z tabel, dengan nilai z

tabel = -1.96

Jika hasil z hitung > z tabel, maka Ho ditolak

Jika hasil z hitung < z tabel, maka Ho diterima

Τ

Τ−Τ

µZ

Page 56: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

b. Dengan melihat nilai probabilitas 5%, dengan ketentuan:

Probabilitas < 0.05 maka Ho ditolak

Probabilitas > 0.05 maka Ho diterima

Adapun rumus untuk mencari % (Persentase) Tingkat kepatuhan adalah

sebagai berikut:

D. Operasional Variabel Penelitian

Untuk menguji kepatuhan wajib pajak sebelum dan sesudah adanya

program e-SPT dalam melaporkan SPT masa PPN pada kantor pelayanan

pajak pasar minggu, ditetapkan beberapa variabel untuk diteliti yang terdiri

dari:

1. Surat Pemberitahuan Elektronik (e-SPT) adalah aplikasi (program

komputer) yang dikembangkan oleh dirjen pajak yang digunakan untuk

mengadministrasikan data SPT dan digunakan oleh wajib pajak dalam

melaporkan SPT

2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan terhadap

penyerahan atau impor barang kena pajak yang dilakukan oleh pengusaha

kena pajak, dan dapat dikenakan berkali-kali setiap ada pertambahan nilai

dan dapat dikreditkan.

3. Kepatuhan Wajib Pajak adalah kepatuhan wajib pajak Pertambahan Nilai

yaitu PKP (Pengusaha Kena Pajak) yang terdaftar pada kantor pelayanan

pajak (KPP) dalam melaporkan SPT Masa PPNnya dalam sifat patuh atau

ketaatan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan

Page 57: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta

Pasar Minggu

KPP Jakarta Pasar Minggu mulai beroperasi sejak 29 Maret 1994 di

bawah Kantor Wilayah Jakarta IV yang berlokasi di Komplek Pajak

Kalibata Jl. Taman Makam Pahlawan Kalibata. Seiring dengan reorganisasi

Direktorat Jenderal Pajak, keberadaan KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu

saat ini di bawah Kantor Wilayah DJP Jakarta III. Sejak tanggal 14

September 2004, KPP Jakarta Pasar Minggu menempati sebuah gedung di

JL. TB Simatupang Kav. 32 Jakarta Selatan bersama dengan KPP Jakarta

Cilandak.

pada tanggal 09 Juni 2005 KPP Jakarta Pasar Minggu menempati

gedung baru bersama Karikpa 7 di Jl. TB Simatupang Kav. 39 Jati Padang

Poncol, Jakarta Selatan.

Pada saat ini. Sehubungan dengan reorganisasi di lingkungan

Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

55/PMK.01/2007 tentang Tahapan Penerapan Sistem Administrasi

Perpajakan Modern DJP di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta selain

Page 58: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat, pada tanggal 12 Juni 2007 KPP Jakarta

Pasar Minggu berubah nama menjadi KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu.

2. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pasar Minggu

a. Visi

1). Menjadi model pelayanan masyarakat yang merefleksikan cita-cita

untuk menjadi contoh pelayanan masyarakat bagi unit-unit instansi

pemerintah lainnya.

2). Berkelas dunia (World Class) yang mereflesikan cita-cita untuk

mencapai tingkatan standar dunia atau internasional baik untuk

kualitas aparatnya maupun kualitas kinerja dan hasil-hasilnya.

3). Dipercaya dan dibanggakan masyarakat, yang merefleksikan cita-cita

untuk mendapatkan pengakuan dari masyarakat bahwa eksistensi

dan kinerjanya memang benar-benar berkualitas tinggi dan akurat,

mampu memenuhi harapan masyarakat serta memiliki citra yang

baik dan bersih.

b. Misi

1). Segala upaya dan kegiatan harus sesuai dengan peraturan perundang-

undangan perpajakan yang berlaku

2). Jumlah penerimaan pajak yang dihimpun harus mampu

memenuhi harapan masyarakat dan pemerintah yaitu mendukung

kemandirian pembiayaan pemerintah.

3). Pelaksanaannya harus dengan tingkat efektivitas dan efisiensi

yang tinggi sehingga Cost of Collection dan Cost of Complience

Page 59: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

dapat ditekan serendah mungkin serta mampu mencegah dan

menangkal Tax Evasion dan tax Avoidance secara optimal.

4). Mampu mengantipasi dan beradaptasi dengan perubahan-

perubahan lingkungan serta aspirasi masyarakat dan membangun

dirinya secara terus menerus sesuai dengan perkembangan

teknologi dan administrasi perpajakan Mutakhir.

5). Melakukan upaya untuk meningkatkan secara terus menerus

terhadap kualitas SDM, sarana, prasarana, organisasi, sistem dan

sistem prosedur kerja

3. Kedudukan, dan Tugas Pokok

KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu merupakan instansi vertikal

Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab

langsung kepada Kepala Kantor Wilayah DJP Jakarta III. Tugas pokok

KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu adalah melaksanakan pelayanan,

pengawasan administrasi dan pemeriksaan sederhana terhadap wajib

pajak dibidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN),

Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB) dan pajak tidak langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 60: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

4. Fungsi Kantor Pelayanan Pajak (KKP) Pratama Jakarta Pasar

Minggu

Dalam melaksanakan tugasnya, Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Pratama Jakarta Pasar Minggu menyelenggarakan fungsi antara lain:

a. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi

perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan

subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan.

b. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.

c. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan

pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.

d. Penyuluhan perpajakan

e. Pelaksanaan registrasi wajib pajak.

f. Pelaksanaan ekstensifikasi.

g. Penatausahan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.

h. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.

i. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak.

j. pelaksanaan konsultasi perpajakan.

k. Pelaksanaan intensifikasi.

l. Pelaksanaan administrasi KPP Pratama.

5. Struktur Organisasi

Dalam penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern,

terdapat perubahan yang mendasar, diantaranya perubahan struktur

organisasi di KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu yaitu:

Page 61: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

a. Bagian Umum

Bagian Umum, mempunyai tugas:

1). Kepegawaian

2). Keuangan

3). Tata Usaha Rumah Tangga

b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI), mempunyai tugas:

1). Penatausahaan

2). Pemeliharaan dan Pengawasan Data

3). Pemeliharaan Bank Data

4). Pengelolaan akses dan keamanan sistem komputer

5). Pelayanan dukungan teknis komputer

6). Penyiapan pencetakan dan pengiriman laporan kerja

c. Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan, mempunyai tugas:

1). Layanan Terpadu (Pelaporan Surat Masuk)

2). Pendaftaran Wajib Pajak (WP), Objek Pajak (OP) dan

Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)

3). Pengajuan usul penghapusan NPWP, NPPKP, dan NOP PBB

4). Perubahan identitas WP dan OP PBB

5). Perpindahan WP, Mutasi dan Balik Nama OP PBB

6). Perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan PPh

Page 62: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

d. Seksi Penagihan

Seksi Penagihan, mempunyai tugas:

1). Penatausahan piutang pajak

2). Penundaan dan angsuran tunggakan pajak

3). Penerbitan dan penyampaian surat teguran, surat paksa dan surat

perintah melakukan penyitaan

4). Pembuatan usulan pelelangan dan penghapusan piutang pajak

5). Penyimpanan dokumen-dokumen penagihan

e. Seksi Pemeriksaan

Seksi Pemeriksaan, mempunyai tugas melakukan urusan:

1). Penyusunan rencana pemeriksaan, penerimaan dan perekaman

serta penyaluran data/alat keterangan.

2). Pengawasan pelaksanaan jadwal pemeriksaan.

3). Penerbitan dan penyaluran surat perintah melakukan

pemeriksaan pajak.

f. Seksi Ekstensifikasi

Seksi Ekstensifikasi, mempunyai tugas:

1). Pelaksanaan penilaian individual objek pajak PBB

2). Pelaksanaan penilaian massal penyusunan ZNT dan NIR

3). Pembuatan daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB)

4). Pendataan dan penatusahaan hasil pendataan

Page 63: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

5). Pencarian data potensi perpajakan dalam rangka intensifikasi

dan ekstensifikasi

6). Pencairan data pihak ketiga

7). Penyusuna monografi perpajakan

8). Penelitian oleh pejabat fungsional penilaian PBB dalam

rangka penyelesaian keberatan atau pengurangan PBB

9). Penerbitan surat teguran pengembalian SPOP

10). Penerbitan surat penundaan pengembalian SPOP

11). Penyelesaian mutasi objek dan subjek pajak

12). Pendaftaran objek pajak baru

13). Permohonan surat keterangan NJOP

14). Pembatalan SPPT/SKP/STP

15). Penerbitan Daftar Nominatif untuk usulan

16). Tata cara penerbitan himbauan untuk ber-NPWP

g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon)

Mempunyai tugas:

1). Pengawasan kepatuhan WP

2). Pemantaun proses administrasi perpajakan

3). Bimbingan atau himbauan kepada WP dan konsultasi teknis

perpajakan bagi WP

4). Melakukan penerbitan, pembetulan dan penyimpangan produk-

produk hukum

5). Rekonsiliasi data WP

Page 64: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

Gambar 4.1

Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KKP) Pratama Jakarta Pasar

Minggu

KEPALA KANTOR

Seksi Ekstensifikasi

Perpajakan

Seksi Pelayanan Seksi Pengawasan Dan Konsultasi

Seksi Penagihan Seksi Pemeriksaan

Kelompok Jabatan Fungsional

Subbagian Umum

Kantor Pelayanan Pajak

KPP PRATAMA

Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Page 65: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

B. Analisis dan Pembahasan

Dalam melaporkan SPT masa PPN secara manual Pengusaha Kena Pajak

mencatat, menghitung, menyetor dan melaporkan seluruh hal yang terkait

dengan kewajiban pajaknya kepada KPP sesuai dengan domisilinya secara

langsung. Sedangkan untuk mekanisme pembayaran dan pelaporan SPT Masa

PPN secara manual, antara Pengusaha Kena Pajak dengan Aparat Pajak (fiskus)

berinteraksi secara langsung. Dan dalam pelaporan SPT harus disertai seluruh

lampiran yang mendukung dalam pengisian SPT tersebut.

Dan dalam melaporkan SPT Masa PPN lampiran pendukungnya berjumlah

sangat banyak sehingga pelaporan SPT ini sedikit merepotkan. Pelaporan SPT

Masa PPN secara elektronik (e-SPT) yang merupakan fasilitas direktorat jenderal

pajak diharapkan dapat memberikan kemudahan kepada Pengusaha Kena Pajak

dalam melaporkan SPT Masa PPN. Berikut ini disajikan data hasil olah dalam

melaporkan SPT Masa PPN

Tabel 4.1

Jumlah SPT Masa PPN Yang Diterima Sebelum Dan Sesudah Penerapan

Program E-SPT

Bulan Sebelum (Manual) Sesudah (e-SPT) 1 10 23

2 7 25

3 10 27

4 6 29

5 14 36

6 15 34

7 23 25

8 17 18

9 19 30

10 19 21

11 20 18

12 19 23

Sumber: KPP Pratama Pasar Minggu, diolah

Page 66: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

Tabel 4.2 Jumlah Wajib Pajak PPN Yang Terdaftar

Bulan Jumlah Wajib Pajak

PPN 1 33

2 32

3 37

4 35

5 50

6 49

7 48

8 35

9 49

10 40

11 38

12 42

Sumber: KPP Pratama Pasar Minggu, diolah

Untuk mengukur tingkat kepatuhan digunakan rumus sebagai berikut:

Tabel 4.3

Tingkat Kepatuhan SPT Masa PPN Yang Diterima Sebelum dan

Sesudah Penerapan Program e-SPT (dalam %)

Bulan Sebelum (Manual) Sesudah (e-SPT)

1 30.30 69.70

2 21.88 78.13

3 27.03 72.97

4 17.14 82.86

5 28.00 72.00

6 30.61 69.39

7 47.92 52.08

8 48.57 51.43

9 38.78 61.22

10 42.50 57.50

11 52.63 47.37

12 45.24 54.76

Sumber: KPP Pratama Pasar Minggu, diolah

Page 67: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

Tabel 4.4

Hasil Uji Korelasi Spearman Rank

Correlations

sebelum sesudah

Spearman's rho Sebelum Correlation Coefficient

1.000 1.000(**)

Sig. (2-tailed) . .000

N 12 12

Sesudah Correlation

Coefficient 1.000(**) 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 12 12

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil uji korelasi spearman di atas menunjukan

bahwa dengan sampel yang digunakan (N) berjumlah 12, koefisien korelasi

yang dihasilkan sebesar 1.000. Tingkat signifikansi ini sesuai dengan tingkat

signifikansi ditetapkan 0,01 yaitu, setelah ditetapkan taraf kesalahan sebesar

1% dan N = 12 maka harga tabel rho = 0.777. ternyata harga rho hitung > rho

tabel (1.000 > 0,777), Maka keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha

diterima.

Ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kepatuhan

wajib pajak sebelum dan sesudah penerapan program e-SPT. hubungan yang

sangat kuat dan negatif antara data sebelum dan sesudah penerapan program

e-SPT disebabkan rangking yang saling berkebalikan antara keduanya. Jika

suatu data memiliki tingkat yang tinggi, maka pasangan datanya memiliki

peringkat yang rendah sebagai hasil yang didapat sangat signifikan.

Page 68: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

Tabel 4.5

Hasil Uji Wilcoxon Match Pairs Test

Ranks

N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Sesudah-Sebelum Negative Ranks 1(a) 3.00 3.00

Positive Ranks 11(b) 6.82 75.00

Ties 0(c)

Total 12

a. Sesudah < Sebelum b. Sesudah > Sebelum

c. Sesudah = Sebelum

Tabel 4.6

Test Statistics(b)

sesudah - sebelum

Z -2.824(a)

Asymp. Sig. (2-

tailed) .005

a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Berdasarkan hasil diatas dapat di lihat bahwa uji wilcoxon match

pairs test dua arah menunjukan nilai z hitung 2,824. Untuk tingkat

kepercayaan 95% dan uji dua sisi, maka nilai z tabel 1,96. harga z hitung

2,824 ternyata lebih besar dari 1,96. Dengan demikian, maka Ha diterima.

Jadi terdapat perbedaan yang signifikan mengenai kepatuhan wajib pajak

sebelum dan sesudah penerapan program e-SPT .

Dan ini berarti penerapan program e-SPT tersebut efektif bagi

kepatuhan wajib pajak khususnya bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Hal

Page 69: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

ini disebabkan karena, wajib pajak lebih suka melaporkan SPT Masa

PPNnya dengan menggunakan program e-SPT dari pada manual.

Fenomena semacam ini terjadi karena beberapa faktor yang melatar

belakanginya diantaranya penyampaian SPT melalui sistem aplikasi e-SPT

dilakukan secara cepat, mudah, dan aman. Karena lampirannya dalam bentuk

media CD/disket, maka data perpajakan dapat terorganisasi dengan baik.

Di samping itu, sistem aplikasi e-SPT Memiliki kelebihan yang tidak

dimiliki pelaporan secara manual yaitu: selain dapat mengorganisasikan data

perpajakan perusahaan dengan baik dan sistematis, penghitunganya pun

dilakukan secara cepat dan tepat karena menggunakan sistem komputer.

Kelebihan lain dari sistem aplikasi e-SPT ini dapat memberikan

kemudahan bagi wajib pajak dalam membuat laporan pajak, dan WP dapat

secara langsung melakukan pembetulan atau koreksi pada SPT induk

maupun lampiran SPT bila terdapat kesalahan pemasukan data karena sistem

aplikasi e-SPT memiliki fasilitas checking.

Page 70: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan peningkatan kepatuhan

wajib pajak sebelum dan sesudah diterapkannya program e-SPT dalam

melaporkan SPT Masa PPN. Penelitian ini menggunakan data sekunder

berupa data penerimaan jumlah data SPT Masa PPN sebelum dan sesudah

program e-SPT. Pengujian dalam penelitian ini menggunakan uji statistik

non parametrik yang khusus digunakan untuk dua sampel yang berhubungan

yaitu uji wilcoxon match pairs test dan korelasi spearman rank. Dari hasil

pengujian data, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kepatuhan wajib pajak

sebelum dan sesudah program e-SPT dalam melaporkan SPT Masa PPN

yang diterima. Karena nilai signifikansinya dibawah 0,05 yaitu 0,005.

Jadi penerapan program e-SPT sangat efektif bagi wajib pajak. Adapun

perbedaan yang dimilikinya sebesar 2,824

2. Jumlah sampel (N) yang digunakan berjumlah 12 sampel (jumlah

sebelum dan sesudah SPT Masa PPN yang diterima), dengan tingkat

continuity corrected (kelanjutan koreksi) untuk melihat seberapa besar

pengaruh e-SPT terhadap kepatuhan wajib pajak PPN Masa, dalam

penelitian ini pengaruhnya sebesar 1,000.

Page 71: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

B. Implikasi

Dari kesimpulan diatas dapat dituliskan beberapa implikasi yang

diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Penerapan program e-SPT yang dilakukan KPP Pratama Pasar Minggu

sebagai usaha meningkatkan kepatuhan wajib pajak ternyata mampu

meningkatkan Pengusaha Kena Pajak hal ini dikarenakan KPP Pratama

Pasar Minggu selalu meningkatkan mutu layanannya kepada masyarakat

2. Jaringan komunikasi perpajakan untuk menjaring data pemilik kan

NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), dan penyelesaian laporan

perpajakan dan lain-lain semakin baik dan bisa dipercaya.

C. SARAN

1. Dengan adanya peningkat kepatuhan wajib pajak setelah adanya program

e-SPT dalam melaporkan SPT Masa PPN, maka diharapkan kinerja

Direktorat Jenderal Pajak beserta kantor wilayahnya untuk dapat

meningkatkan kinerjanya lebih baik lagi kedepan, salah satunya dengan

memberikan penyuluhan-penyuluhan mengenai pentingnya membayar

pajak tepat waktu. Serta memberikan pelayanan terbaiknya khususnya

Wajib Pajak

2. Dari penelitian ini diharapkan dapat memacu peningkatan penerimaan

pajak mengingat pajak merupakan sumber pendapatan pemerintah

3. Pemerintah harus mendukung program-program yang berhubungan

dengan peningkatan penerimaan pajak dan bekerjasama dengan Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) khususnya Direktorat Jenderal Pajak (DJP)

Page 72: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

DAFTAR PUSTAKA

Agesti, Leli. “Analisis Kepatuhan Wajib Pajak Sebelum dan Sesudah

Modernisasi Kantor Pelayanan Pajak”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007

Anomim. “Peran e-Registration, e-SPT, e-Filling dan e-Payment dalam

Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak,” artikel diakses tanggal 29 Maret 2008 dari http://www.ditjen.depkeu.go.id/TW0105_E-Registration.asp

Anonim “Pelaporan SPT Masa PPN Elektronik (e-SPT Masa PPN),” artikel

diakses tanggal 14 Mei 2008, dari http://www.kanwilpajakkhusus.depkeu. go.id/eSPT.asp

Anonim

http://www.pajak.go.id/index.php?view=category&id=105&option=com_content&Itemid=41

Brotodihardjo, R., Santoso, S., H. “Pengantar Ilmu Hukum Pajak”, Edisi

Keempat, Refika Aditama, Bandung, 2003

Darussalam, danny. Jumat, 28 Desember 2007. “Wajah Baru Pelayanan Prima

Ditjen Pajak,” artikel diakses tanggal 29 Maret 2008, dari

http://www.dannydarussalam.com/engine/artikel/art.php?artid=1240

Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Skripsi,” FEIS UIN Press, Jakarta, 2004

Indriantoro Nur, Bambang Supomo “Metodelogi Penelitian Bisnis Untuk

Akuntansi dan Manajemen”, BPFE Yogyakarta, 2002.

Juwita, Tri. “Analisis Pengaruh Sebelum dan Sesudah Adanya Program E-

Filing Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Penyampaian SPT Masa

PPN”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, Jakarta, 2007

Masyahrul, Tony. “Pengantar Perpajakan”, Cetakan Kedua, PT Grasindo,

Jakarta, 2005

Nurmantu, Safri, Drs., Msi. “Pengantar Perpajakan”. Jakarta, Kelompok

Yayasan Obor, 2003.

Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 Tentang Pelaksanaan Undang-

undang PPN Tahun 2000

Page 73: ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN …

Peraturan Pemerintah Nonor 146 Tahun 2000 Tentang Impor atau Penyerahan BKP (Barang Kena Pajak) dan JKP (Jasa Kena Pajak) Tertentu yang Di

Bebaskan dari PPN

Ramsi Juniszariah, Ana. “Analisis Ketepatan Wajib Pajak Badan Dalam

Melaporkan SPT Tahunan PPh Badan Sebelum dan Sesudah Penerapan e-

SPT”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, Jakarta, 2007

Rusjdi, Muhammad. “KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)”,

Edisi Keempat, PT INDEKS, 2007

Rusli Achyar, ”Pengantar Perpajakan,” Dosen Fakultas Ekonomi UIN Jakarta,

(Diktat)

Santoso, Singgih. “Buku Latihan SPSS Statistik Nonparametrik”, Cetakan

Ketiga,PT Elexmedia Komputindo, Jakarta, 2004

Sari Purnama, Dian. “Analisis Perbedaan Penerimaan Pajak Sebelum dan

Sesudah Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Pada KPP

Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Tahun 2004,2005,dan 2006”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,

Jakarta, 2007 Sofa, S.IP, M.Pd. Selasa, 05 Februari 2008. “Pengertian Administrasi

Perpajakan, Kepatuhan dan Pajak Internasioanal,” artikel diakses tanggal

25 Maret 2008, dari http://massofa.wordpress.com/2008/02/05/pengertian-

administr asi-perpajakan- kepatuhan-dan-pajak-internasional/

Suandy, Erly. ”Perpajakan” Edisi Kedua, Salemba Empat, 2006

Sugiyono. “Statistik Untuk Penelitian”, Bandung, Alfabeta, 2007

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 dirubah Undang-undang Nomor 18 Tahun

2000 Tentang PPN dan PPnBM

Wijayanti Riska dkk. “Menuju Good Governance Melalui Modernisasi (e-SPT)

Pajak,” artikel diakses dari 14 Mei 2008, dari http://uniblog.stie-

mce.ac.id/wpcontent/uploads/2007/01/bis0008.pdf