analisis kasus preskes gdd

8
BAB III ANALISIS KASUS Kami setuju dengan diagnosis Global Delay Development pada kasus ini berdasarkan alloanamnesis pada orang tua pasien yaitu pasien belum dapat berjalan dan berdiri sendiri serta terlambat bicara. Hal ini diperkuat dengan hasil pemeriksaan Denver II yang telah dilakukan dengan hasil terdapat speech delay dan delay motorik kasar pada pasien. Sesuai dengan pengertian Global Delay Development yaitu merupakan suatu keadaan ditemukannya keterlambatan yang bermakna pada lebih atau sama dengan 2 domain perkembangan (Sari Pediatri, 2008). Beberapa domain perkembangan tersebut antara lain motorik halus, motorik kasar, bahasa, personal sosial/interaksi sosial, kognitif dan aktivitas sehari-hari. Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa pada pasien ditemukan speech delay dan delay motorik kasar sehingga sudah ada keterlambatan pada 2 domain perkembangan yaitu bahasa dan motorik kasar. Oleh karena itu pada pasien ini telah terjadi Global Delay Development. Penatalaksanaan pada pasien ini adalah 1. Konsultasi bagian THT Dilakukan konsultasi ke bagian THT untuk dilakukan pemeriksaan OAE dan BERA pada pasien untuk menyingkirkan dugaan bahwa terdapat kelainan pendengaran pada pasien sehingga dapat dipastikan bahwa keterlambatan bicara yang dialami pasien bukan disebabkan oleh gangguan pendengaran. OAE atau Oto Acoustic Emission adalah

Upload: anindita-ratna-gayatri

Post on 28-Sep-2015

227 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

ANALISIS

TRANSCRIPT

BAB IIIANALISIS KASUS

Kami setuju dengan diagnosis Global Delay Development pada kasus ini berdasarkan alloanamnesis pada orang tua pasien yaitu pasien belum dapat berjalan dan berdiri sendiri serta terlambat bicara. Hal ini diperkuat dengan hasil pemeriksaan Denver II yang telah dilakukan dengan hasil terdapat speech delay dan delay motorik kasar pada pasien. Sesuai dengan pengertian Global Delay Development yaitu merupakan suatu keadaan ditemukannya keterlambatan yang bermakna pada lebih atau sama dengan 2 domain perkembangan (Sari Pediatri, 2008). Beberapa domain perkembangan tersebut antara lain motorik halus, motorik kasar, bahasa, personal sosial/interaksi sosial, kognitif dan aktivitas sehari-hari. Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa pada pasien ditemukan speech delay dan delay motorik kasar sehingga sudah ada keterlambatan pada 2 domain perkembangan yaitu bahasa dan motorik kasar. Oleh karena itu pada pasien ini telah terjadi Global Delay Development.Penatalaksanaan pada pasien ini adalah 1. Konsultasi bagian THTDilakukan konsultasi ke bagian THT untuk dilakukan pemeriksaan OAE dan BERA pada pasien untuk menyingkirkan dugaan bahwa terdapat kelainan pendengaran pada pasien sehingga dapat dipastikan bahwa keterlambatan bicara yang dialami pasien bukan disebabkan oleh gangguan pendengaran. OAE atau Oto Acoustic Emission adalah gelombang yang dihasilkan oleh sel rambut halus bagian luar dari rumah siput, setelah diberi stimulus. Munculnya gelombang ini sebagai indikasi bahwa rumah siput bekerja dengan baik, yang berhubungan langsung dengan fungsi pendengaran. Pemeriksaan OAE banyak dilakukan di rumah sakit pada bayi yang baru lahir, sebagai screening awal adanya gangguan pendengaran atau tidak. Apabila dari hasil pemeriksaan OAE didapatkan hasil bahwa cochlea dalam keadaan tidak baik, maka perlu dilakukan pemeriksaan BERA. Pemeriksaan BERA atau istilah lainnya ABR (Auditory Brainstem Response) adalah untuk mengetahui ambang batas pendengaran yang umumnya dilakukan pada anak-anak atau orang dewasa yang tidak dapat diandalkan hasil audiometrinya menggunakan Audiometer biasa. Pemeriksaan harus dilakukan dalam keadaan pasien tenang / tertidur, sehingga respons saraf pendengaran dapat terpetakan dengan akurat. Oleh karena itu sangat cocok untuk anak-anak yang masih kecil. Bagan pemeriksaan audiometri pada anak :

2. Konsultasi sub neurologi anakKonsultasi ke bagian sub neurologi anak dilakukan untuk lebih memastikan apakah ada kelainan saraf yang mendasari gangguan perkembangan pada pasien seperti apakah terdapat lesi UMN ataupun lesi UMN dan juga apakah terdapat gangguan tonus pada anak sehingga menyebabkan terjadinya motoric delay pada pasien. Dapat dilakukan pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan reflek fisiologis maupun patologis untuk mengetahuinya.3. Konsultasi Rehabilitasi MedikSetelah disingkirkan kemungkinan adanya gangguan pendengaran dengan OAE/BERA dan disingkirkan kemungkinan adanya kelainan neurologis yang mendasari gangguan perkembangan pada kasus ini, pasien dapat dikonsulkan untuk mendapatkan:a. Terapi okupasiTerapi okupasi adalah terapi untuk membantu seseorang menguasai keterampilan motorik halus dengan lebih baik. Keterampilan motorik halus adalah kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu dengan otot-otot kecil yang ada di dalam tangan.Contoh kemampuan motorik halus : menulis dan menggambar mewarnai menggunting dan menempel mengancing baju mengikat tali sepatu melipat dllAnak-anak yang memerlukan bantuan terapi seperti diuraikan di atas antara lain adalah : Anak dengan gangguan perilaku Autism Spectrum Disorder (ASD) Down Syndrome Attention Deficit /Hyperactivity Disorder (ADD/ADHD) Aspergers Syndrome Kesulitan Belajar Keterlambatan wicara Gangguan perkembangan (Cerebal Palsy/CP) Pervasive Developmental Disorder (PDD) dan keterlambatan perkembangan lainnya

b. Terapi wicaraTerapi wicara adalah terapi untuk membantu seseorang menguasai komunikasi bicara dengan lebih baik. Terapi ini biasa diberikan kepada: Anak-anak yang mengalami keterlambatan bicara (speech delay). Ini merupakan salah satu hambatan tumbuh kembang yang paling umum dialami anak, di mana seorang anak masih belum mencapai kemampuan bicara yang semestinya sudah dikuasai pada usia tertentu. Tentu sebab dari keadaan ini bisa bermacam-macam, dan harus melalui proses 'screening' untuk bisa mengevaluasi sebab dan solusinya. Anak-anak dan orang dewasa yang baru selesai menjalani operasi celah bibir (cleft lip/sumbing) dan celah langit-langit (cleft palate). Dengan perubahan anatomi sistem bicara, pasien post operasi celah bibir dan langit-langit sangat penting untuk menjalani terapi wicara untuk mendapatkan hasil yang optimal dari operasi tersebut. Anak-anak dengan hambatan tumbuh kembang khusus (autisma, down syndrome, tuna rungu, cerebral palsy) Anak-anak/orang dewasa yang mengalami gangguan bicara lainnya : gagap (stuttering), cadel, dll. Pasien stroke terkadang kehilangan kemampuan bicara, dan terapi wicara bisa membantu pasien melatih kemampuan bicaranya lagic. FisioterapiFisioterapi adalah terapi yang dilakukan untuk membantu anak mengembangkan kemampuan motorik kasar (gross motor skill). Kemampuan motorik kasar meliputi otot-otot besar pada seluruh tubuh yang memungkinkan tubuh melakukan fungsi berjalan, melompat, jongkok, lari, menendang, duduk tegak, mengangkat, dan melempar bola.Kemampuan motorik kasar sangat penting karena membuat tubuh bisa melakukan aktivitasnya, menjaga keseimbangan, koordinasi, dan lain-lain. Kemampuan motorik kasar juga sangat berhubungan dengan fungsi fisik lainnya. Contohnya, kemampuan anak untuk menopang tubuh bagian atasnya akan berpengaruh pada kemampuannya menulis (motorik halus, fine motor skill).Anak-anak dengan kemampuan motorik kasar yang kurang, akan mempunyai kesulitan dengan kemampuan lain seperti menulis, duduk segera dari keadaan berbaring, memperhatikan aktivitas kelas, dan menulis di papan tulis. Bagi mereka, aktivitas-aktivitas ini sangat memeras tenaga.4. Edukasi orang tua atau pengasuhEdukasi pada orang tua atau pengasuh perlu dilakukan mengingat penyakit yang diderita pasien merupakan suatu penyakit yang membutuhkan waktu lama untuk pengobatannya dan juga membutuhkan kesabaran dan ketelatenan terutama dari orang tua untuk mendukung kesembuhan pasien. Edukasi yang dapat dilakukan :a. Anak membutuhkan perhatian khusus dari orang tua dan juga orang-orang i sekelilingnya karena dengan perhatian dan kasih sayang orang di sekitarnya akan memberikan pengaruh yang positif pada anak b. Kebutuhan nutrisi pada anak harus tetap terjaga oleh karena selama proses pengobatan anak harus menjalani terapi yang akan menguras tenaganya, oleh sebab itu asupan nutrisi pada anak harus tetap terjaga dengan baikc. Anak harus mendapatkan terapi sedini mungkin karena apabila dilakukan lebih dini maka prognosisnya akan menjadi lebih baik. Selain itu terapi harus dilakukan dengan rutin sesuai dengan jadwal yang telah diberikan oleh pihak Rehabilitasi Medik. Apabila memungkinkan, frekuensi terapi dapat ditambah.d. Orang tua dapat ikut memberikan latihan dan dorongan yang akan merangsang perkembangan anak. Hal ini bisa dilakukan setiap hari di rumah. Sehingga semakin banyak rangsangan dan dorongan yang didapatkan anak tentunya akan bertambah baik prognosisnya.