analisis izin dan penyelenggaraan praktek mandiri …

35
i ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI PERAWAT Disusun Oleh : Ns. I Gusti Ayu Pramitaresthi, S.Kep., M.Kep PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR, BALI 2017

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

i

ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN

PRAKTEK MANDIRI PERAWAT

Disusun Oleh :

Ns. I Gusti Ayu Pramitaresthi, S.Kep., M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR, BALI

2017

Page 2: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

ii

PRAKATA

Puja dan puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatNyalah

penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Analisis Izin Dan Penyelenggaraan

Praktek Mandiri Perawat” ini tepat pada waktunya.

Adapun penyelesaian laporan dengan judul “Analisis Izin Dan Penyelenggaraan Praktek

Mandiri Perawat” ini diharapkan dapat memberikan konstribusi di dunia kesehatan khususnya

dalam aspek legalitas hukum keperawatan dan menjadi acuan untuk laporan selanjutnya. Selain

itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sehingga

penyusunan laporan ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna baik dari isi maupun

dalam penyusunan kata-kata. Oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima segala saran

dan kritik yang membangun.

Akhirnya, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Denpasar, 10 Juli 2017

Penulis

Page 3: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

iii

DAFTAR ISI

PRAKATA ...................................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 4

B. Tujuan .................................................................................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 7

A. Praktek Mandiri Keperawatan ............................................................................................. 7

4. Unsur-unsur Praktek Mandiri Keperawatan ..................................................................... 7

1. Pengertian Etika ............................................................................................................... 9

2. Kode Etik Keperawatan ................................................................................................... 9

3. Tujuan Kode Etik Keperawatan ..................................................................................... 13

1. Fungsi Hukum dalam Praktek Keperawatan .................................................................. 14

2. Undang-Undang Praktek Keperawatan .......................................................................... 14

3. Tujuan Undang- Undang praktek Keperawatan : ........................................................... 17

BAB III ANALISA DAN SINTESA FAKTA ............................................................................. 18

A. IDEALITY PRAKTIK MAN DIRI KEPERAWATAN.................................................... 18

B. REALITY PRAKTIK MAN DIRI KEPERAWATAN ..................................................... 21

BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 35

Page 4: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan keperawatan merupakan ujung tombak utama pelayanan kesehatan dan

merupakan cermin utama dari keberhasilan pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Pelayanan

ini berbentuk biopsikososiospiritual komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan

manusia ( Lokakarya Keperawatan Nasional 1983, dalam Asmadi, 2008 ).

Perawat merupakan salah satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian

tujuan pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia, sehingga pelayanan

keperawatan yang bermutu tinggi harus dilaksanakan oleh tenaga keperawatan professional

dengan cara yang professional juga.

Pelayanan keperawatan yang professional dan bermutu ini menuntut perawat

untuk memiliki kompetensi dan memenuhi standar praktik keperawatan, serta memperhatikan

kode etik dan moral profesi agar masyarakat menerima pelayanan dan asuhan keperawatan yang

bemutu.

Saat ini, terkait pelayanan asuhan keperawatan, di keperawatan dunia mengalami

perkembangan yang sangat pesat. Para perawat menginginkan perubahan yang mendasar dalam

kegiatan profesinya, dimana awalnya hanya membantu tugas pelaksanaan tugas dokter, yang

menjadi bagian dari upaya pencapaian tujuan asuhan medis, kini para perawat menginginkan

pelayanan keperawatan mandiri sebagai upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan.

Keperawatan sebagai profesi mempunyai hak untuk memberikan layanan

keperawatan mandiri, baik kelompok maupun perorangan. Tentunya pelaksanaan praktek

keperawatan mandiri tersebut harus ditopang oleh kebijakan pemerintah terkait dengan

perlindungan hukum agar praktik praktek keperawatan mandiri mendapatkan legalitas. Dengan

adanya legalitas bagi profesi keperawatan untuk menyelenggarakan praktek mandiri, baik

kelompok maupun perorangan, ini membuktikna adanya pengakuan pemerintah yang

mensejajarkan profesi keperawatan dengan profesi kesehatan lainnya.

Page 5: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

5

Berdasarkan undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 23

menyebutkan bahwa tenaga kesehatan mempunyai kewenangan untuk menyelenggarakan

pelayanan kesehatan dan wajib memiliki ijin (mendapatkan registrasi) dari pemerintah yang

diatur oleh peraturan menteri. Upaya pelaksanaan amanat undang-undang tersebut selanjutnya

ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan. Adapun peraturan menteri kesehatan yang

mengatur tentang perubahan atas peraturan menteri kesehtan Nomor HK 02.02 / Menkes / 148/ 1

/ 2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktek mandiri perawat yaitu Permenkes

No.17/MenKes/2013. Dalam permenkes ini juga diatur bagaimana perawat yang melaksanakan

praktik mandiri harus bertindak sesuai dengan kewenangannya yang ada dan sesuai dengan

standar praktek keperawatan.

Pelaksanaan peraturan menteri kesehatan tersebut, pada kenyataannya belum terlaksana

sesuai dengan apa yang telah tertuang didalam permenkes. Hal ini terlihat dari belum

terlaksananya uji kompetensi di seluruh Indonesia sehingga tenaga kesehatan tidak mendapatkan

Surat Tanda Registrasi (STR) secara merata. Selain itu, terlihat juga dari berbagai fenomena

“gray area” pada berbagai jenis dan jenjang keperawatan yang ada maupun dengan profesi

kesehatan lainnya masih sulit dihindari. Berdasarkan hasil kajian (Depkes & UI, 2005)

menunujukkan bahwa terdapat perawat yang menetapkan diagnosis penyakit (92,6%), membuat

resep obat (93,1%), melakukan tindakan pengobatan didalam maupun diluar gedung puskesmas

(97,1%), dan lain-lain.

Berdasarkan latar belakang tersebut, kelompok tertarik untuk membahas tentang Ideals

dan Reality tentang izin dan penyelenggaraan praktek mandiri perawat.

B. Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah :

1. Mengetahui Ideals tentang izin dan penyelenggaraan praktek mandiri perawat

2. Menganalisa Pelaksanaan/Reality tentang izin dan penyelenggaraan praktek mandiri perawat

berdasarkan fakta-fakta yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.

Page 6: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

6

3. Menyusun alternative penyelesaian masalah yang relevan secara operasional terhadap

pelaksanaan izin dan penyelenggaraan praktek mandiri perawat.

Page 7: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Praktek Mandiri Keperawatan

1. Pengertian Praktek Mandiri Keperawatan

Menurut konsorsium ilmu-ilmu kesehatan (1992) praktek keperawatan adalah tindakan

mandiri perawat profesional atau ners melalui kerjasama yang bersifat kolaboratif baik dengan

klien maupun tenaga kesehatan lain dalam upaya memberikan asuhan keperawatan yang holistic

sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan, termasuk praktik

keperawatan individu dan berkelompok. Sementara pengetahuan teoritik yang mantap dan

tindakan mandiri perawat profesional dengan menggunakan pengetahuan teoritik yang mantap

dan kokoh mencakup ilmu dasar dan ilmu keperawatan sebagai landasan dan menggunakan

proses keperawatan sebagai pendekatan dalam melakukan asuhan keperawatan (pojok

keperawatan CHS, 2002).

Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian

integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk

pelayanan bio-psiko-soiso-spiritual yang komprehensif, di tujukan kepada individu, keluarga,

dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

Pelayanan keperawatan yang di berikan berupa bantuan karena adaya kelemahan fisik dan

mental, keterbatasan pengetahuan dan kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan

melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.

4. Unsur-unsur Praktek Mandiri Keperawatan

Walaupun praktik keperawatan itu kompleks, ia juga dinamis, selalu merespon terhadap

perubahan kebutuhan kesehatan, dan terhadap kebutuhan-kebutuhan perubahan sistem pelayanan

kesehatan. Menurut WHO (1996), unsur-unsur inti keperawatan tergambarkan dalam kegiatan-

kegiatan berikut :

1. Mengelola kesehatan fisik dan mental serta kesakitan, kegiatannya meliputi pengkajian,

monitoring, koordinasi dan mengelola status kesehatan setiap saat bekerjasama dengan

Page 8: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

8

individu, keluarga maupun masyarakat. Perawatan mengkaji kesehatan klien, mendeteksi

penyakit yang akut atau kronis, melakukan penelitian dan menginterpretasikannya,

memilih dan memonitor interprensi tarapeutik yang cocok, dan melakukan semua ini

dalam hubungan yang suportif dan carring. Perawat harus bisa memutuskan kapan klien

dikelola sendiri dan kapan harus dirujuk ke profesi lain.

2. Memonitor dan menjamin kualitas praktik pelayanan kesehatan. Tanggung jawab

terhadap kegiatan-kegiatan praktik professional, seperti memonitor kemampuan sendiri,

memonitor efek-efek intervensi medis, mensupervisi pekerjaan-pekerjaan personil yang

kurang terampil dan berkonsultasi dengan orang yang tepat. Karena ruang lingkup dan

kompleksitas praktik keperawatan maka diperlukan keterampilan-keterampilan dan

pemecahan masalah, berfikir kritis serta bertinfak etis dan legal terhadap kualitas

pelayanan yang diberikan dan tidak diskriminatif.

3. Memberikan bantuan dan caring. Caring adalah bagian yang terpenting dalam praktik

keperawatan. Bantuan termasuk menciptakan suasana penyembuhan, memberikan

kenyamanan membangun hubungan dengan klien melalui asuhan keperawatan. Peran

membantu seharusnya menjamin partisipasi penuh dari klien dalam perencanaan asuhan,

pencegahan, dan treatmen dan asuhan yang diberikan. Perawat memberikan informasi

penting mengenai proses penyakit, gejala-gejalanya, dan efek samping pengobatan.

4. Penyuluhan-penyuluhan kepada individu, keluarga maupun masyarakat mengenai

masalah-masalah kesehatan adalah fungsi penting dalam keperawatan.

5. Mengorganisir dan mengola sistem pelayanan kesehatan. Perawat berpartisipasi dalam

membentuk dan mengola sistem pelayanan kesehatan, ini termasuk menjamin kebutuhan

klien terpenuhi, mengatasi kekurangan staf, menghadapi birokrasi, membangun dan

memelihara tim terapeutik, dan mendapatkan asuhan spesialis untuk pasien. Perawat

bekerja intersektoral dengan rumah sakit, puskesmas, institusi pelayanan kesehatan lain,

dan sekolah. Profesi keperawatan harus mempengaruhi strategi kebijaksanaan kesehatan,

baik tingkat local, regional maupun internasional, aktif terlibat dalam program

perencanaan, pengalokasian dana, mengumpulkan, menganalisis dan memberikan

informasi kepada semua level

Page 9: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

9

B. Etika Keperawatan

1. Pengertian Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethikos yang berarti adat istiadat atau kebiasaan.

Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perilaku seseorang

yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang merupakan suatu kewajiban dan

tanggung jawab moral. Etika kesehatan merupkan penerapan nilai etika terhadap bidang

pemeliharaan/pelayanan kesehatan masyarakat. Etika keperawatan dapat diartikan sebagai

filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktek

keperawatan

Dari pengertian di atas, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan

bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau

prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu :

1. Baik dan buruk

2. Kewajiban dan tanggung jawab

Etik mempunyai arti dalam penggunaan umum. Pertama, etik mengacu pada metode

penyelidikan yang membantu orang memahami moralitas perilaku manuia; yaitu, etik adalah

studi moralitas. Ketika digunakan dalam acara ini, etik adalah suatu aktifitas; etik adalah cara

memandang atau menyelidiki isu tertentu mengenai perilaku manusia. Kedua, etik mengacu pada

praktek, keyakinan, dan standar perilaku kelompok tertentu (misalnya : etik dokter, etik

perawat).

Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat dan

hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi (Ismani,2001).

2. Kode Etik Keperawatan

Kode etik adalah suatu pernyataan formal mengenai suatu standar kesempurnaan dan

nilai kelompok. Kode etik adalah prinsip etik yang digunakan oleh semua anggota kelompok,

Page 10: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

10

mencerminkan penilaian moral mereka sepanjang waktu, dan berfungsi sebagai standar untuk

tindakan profesional mereka.

Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang membina profesi

tertentu baik secara nasional maupun internasional. Kode etik keperawatan di Indonesia telah

disusun oleh Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia melalui Musyawarah

Nasional PPNI di jakarta pada tanggal 29 November 1989.

Kode etik keperawatan Indonesia tersebut terdiri dari 4 bab dan 16 pasal.

1. Bab 1, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap

individu, keluarga, dan masyarakat.

2. Bab 2, terdiri dari lima pasal menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap

tugasnya.

3. Bab 3, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tanggung jawab perawat terhadap sesama

perawat dan profesi kesehatan lain.

4. Bab 4, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap

profesi keperawatan.

5. Bab 5, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap

pemerintah, bangsa, dan tanah air.

Dengan penjabarannya sebagai berikut :

1) Tanggung Jawab Perawat Terhadap Klien

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan masyarakat, diperlukan peraturan tentang

hubungan antara perawat dengan masyarakat, yaitu sebagai berikut :

1. Perawat, dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa berpedoman pada tanggung

jawab yang bersumber pada adanya kebutuhan terhadap keperawatan individu, keluarga,

dan masyarakat.

2. Perawat, dalam melaksanakan pengabdian dibidang keperawatan, memelihara suasana

lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup

beragama dari individu, keluarga dan masyarakat.

3. Perawat, dalam melaksanakan kewajibannya terhadap individu, keluarga, dan

masyarakat, senantiasa dilandasi rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi

luhur keperawatan.

Page 11: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

11

4. Perawat, menjalin hubungan kerjasama dengan individu, keluarga dan masyarakat,

khususnya dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan, serta upaya

kesejahteraan pada umumnya sebagai bagian dari tugas dan kewajiban bagi kepentingan

masyarakat.

2) Tanggung Jawab Perawat Terhadap Tugas

1. Perawat, memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran

profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai

dengan kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat.

2. Perawat, wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan dengan

tugas yang dipercayakan kepadanya, kecuali diperlukan oleh pihak yang berwenang

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Perawat, tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang

dimilikinya dengan tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.

4. Perawat, dalam menunaikan tugas dan kewajibannya, senantiasa berusaha dengan

penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan,

warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, agama yang dianut, dan kedudukan

sosial.

5. Perawat, mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien/klien dalam

melaksanakan tugas keperawatannya, serta matang dalam mempertimbangkan

kemampuan jika menerima atau mengalih-tugaskan tanggung jawab yang ada

hubungannya dengan keperawatan.

3) Tanggung Jawab Perawat Terhadap Sejawat

Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lain sebagai berikut :

1. Perawat, memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan tenaga kesehatan lainnya,

baik dalam memelihara keserasiaan suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai

tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluru.

2. Perawat, menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya kepada

sesama perawat, serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari Profesi Dalam

Rangka Meningkatkan Kemampuan Dalam Bidang Keperawatan.

Page 12: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

12

4) Tanggung Jawab Perawat Terhadap Profesi

1. Perawat, berupaya meningkatkan kemampuan profesionalnya secara sendiri-sendiri dan

atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan, keterampilan dan

pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan keperawatan.

2. Perawat, menjungjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan menunjukkan

perilaku dan sifat-sifat pribadi yang luhur.

3. Perawat, berperan dalammenentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan keperawatan,

serta menerapkannya dalam kagiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan.

4. Perawat, secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi

keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.

5) Tanggung Jawab Perawat Terhadap Negara

1. Perawat, melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijsanaan yang telah digariskan

oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.

2. Perawat, berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam

meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada masyarakat.

Kode etik keperawatan menurut American Nurses Association (ANA) adalah sebagai berikut.

1. Perawat memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi martabat kemanusiaan dan

keunikan klien yang tidak dibatasi oleh pertimbangan-pertimbangan status sosial atau

ekonomif atribut personal, atau corak masalah kesehatannya.

2. Perawat melindungi hak klien akan privasi dengan memegang teguh informasi yang

bersifat rahasia.

3. Perawat melindungi klien dan publik bila kesehatan dan keselamatannya terancam oleh

praktik seseorang yang tidak berkompeten, tidak etis, atau ilegal.

4. Perawat memikul tanggung jawab atas pertimbangan dan tindakan perawatan yang

dijalankan masing-masing individu.

5. Perawat memelihara kompetensi keperawatan.

Page 13: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

13

6. Perawat melaksanakan pertimbangan yang beralasan dan menggunakan kompetensi dan

kualifikasi individu sebagai kriteria dalam mengusahakan konsultasi, menerima tanggung

jawab, dan melimpahkan kegiatan keperawatan kepada orang lain.

7. Perawat turut serta beraktivitas dalam membantu pengembangan pengetahuan profesi.

8. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melaksanakan dan meningkatkan

standar keperawatan.

9. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk membentuk dan membina kondisi

kerja yang mendukung pelayanan keperawatan yang berkualitas.

10. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi publik terhadap

informasi dan gambaran yang salah serta mempertahankan integritas perawat.

11. Perawat bekerjasama dengan anggota profesi kesehatan atau warga masyarakat Iainnya

dalam meningkatkan upaya-upaya masyarakat dan nasional untuk memenuhi kebutuhan

kesehatan publik.

12. Tanggung jawab Keperawatan

3. Tujuan Kode Etik Keperawatan

Pada dasarnya, tujuan kode etik keperawatan adalah upaya agar perawat, dalam menjalankan

setiap tugas dan fungsinya, dapat menghargai dan menghormati martabat manusia. Tujuan

kode etik keperawatan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien, teman

sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan maupun dengan

profesi lain di luar profesi keperawatan.

2. Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang silakukan oleh praktisi keperawatan

yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya.

3. Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya diperlakukan

secara tidak adil oleh institusi maupun masyarakat.

4. Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan kepoerawatan agar dapat

menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional keperawatan.

5. Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai/pengguna tenaga keperawatan

akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas praktek keperawatan.

Page 14: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

14

C. Hukum Keperawatan

1. Fungsi Hukum dalam Praktek Keperawatan

Hukum mempunyai beberapa fungsi bagi keperawatan :

1. Hukum memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana

yang sesuai dengan hukum.

2. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi yang lain.

3. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri.

4. Membantu dalam mempertahankan standar praktek keperawatan dengan

meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas di bawah hukum (Kozier, Erb,

2010)

2. Undang-Undang Praktek Keperawatan

A. Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan

1. BAB I ketentuan Umum, pasal 1 ayat 3 : Tenaga kesehatan adalah setiap

orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki

pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan

yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya

kesehatan.

2. Pasal 1 ayat 4, Sarana kesehatan adalah tempat yang dipergunakan untuk

menyelenggarakan upaya kesehatan.

B. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :

1239/MENKES/SK/XI/2001tentang Registrasi dan Praktek Perawat (sebagai revisi

dari SK No. 647/MENKES/SK/IV/2000)

C. BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 : Dalam ketentuan menteri ini yang dimaksud

dengan :

Page 15: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

15

i. Perawat adalah orang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun

di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

ii. Surat ijin perawat selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis pemberian

kewenangan untuk menjalankan pekerjaan keperawatan diseluruh Indonesia.

iii. Surat ijin kerja selanjutnya disebut SIK adalah bukti tertulis untuk menjalankan

pekerjaan keperawatan di seluruh wilayah Indonesia.

D. BAB III perizinan,

1) Pasal 8, ayat 1, 2, dan 3 :

a. Perawat dapat melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan

kesehatan, praktek perorangan atau kelompok.

b. perawat yang melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan

kesehatan harus memiliki SIK

c. Perawat yang melakukan praktek perorangan/berkelompok harus memiliki

SIPP

2) Pasal 9, ayat 1

SIK sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 2 diperoleh dengan mengajukan

permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.

3) Pasal 10

SIK hanya berlaku pada 1 (satu) sarana pelayanan kesehatan.

4) Pasal 12

SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 3 diperoleh dengan

mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

setempat.

SIPP hanya diberikan kepada perawat yang memiliki pendidikan ahli madya

keperawatan atau memiliki pendidikan keperawatan dengaan kompetensi

yang lebih tinggi.

Surat ijin praktek Perawat selanjutnya disebut SIPP adalah bukti tertulis

yang diberikan perawat untuk menjalankan praktek perawat.

5) Pasal 13

Page 16: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

16

Rekomendasi untuk mendapatkan SIK dan atau SIPP dilakukan melalui penilaian

kemampuan keilmuan dan keterampilan bidang keperawatan, kepatuhan terhadap

kode etik profesi serta kesanggupan melakukan praktek keperawatan.

6) Pasal 15

Perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan berwenang untuk :

1. Melaksanakan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, penetapan

diagnosa keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan

dan evaluasi keperawatan.

2. Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada butir (i) meliputi:

intervensi keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling

kesehatan.

3. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud huruf

(i) dan (ii) harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang

ditetapkan organisasi profesi.

4. Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakuakn berdasarkan permintan

tertulis dari dokter.

7) Pengecualian pasal 15 adalah pasal 20 :

1. Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa pasien/perorangan, perawat

berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 15.

2. Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 ditujukan

untuk penyelamatan jiwa.

8) Pasal 21

1. Perawat yang menjalankan praktek perorangan harus mencantum SIPP di ruang

prakteknya.

2. Perawat yang menjalankan praktek perorangan tidak diperbolehkan memasang

papan praktek.

9) Pasal 31

Perawat yang telah mendapatkan SIK atau SIPP dilarang :

1. Menjalankan praktek selain ketentuan yang tercantum dalam izin tersebut.

Page 17: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

17

2. Melakukan perbuatan bertentangan dengan standar profesi.

3. Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau

menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain,

dikecualikan dari larangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 butir a.

3. Tujuan Undang- Undang praktek Keperawatan :

1) Tujuan utama

Memberikan landasan hukum terhadap praktik keperawatan untuk melindungi baik

masyarakat maupun perawat

2) Tujuan Khusus

Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan kesehatan

yang diberikan oleh perawat.

Melindungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan perawat.

Menetapkan standar pelayanan keperawatan

Menapis ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan

Menilai boleh tidaknya perawat untuk menjalankan praktik keperawatan

Menilai ada tidaknya kesalahan dan atau kelalaian yang dilakukan perawat dalam

memberi pelayanan.

Page 18: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

18

BAB III

ANALISA DAN SINTESA FAKTA

A. IDEALITY PRAKTIK MAN DIRI KEPERAWATAN

UU.NO. 23 Tahun 1992 ttg KESEHATAN Pasal 32 ayat 4: “Pelaksanaan pengobatan dan atau

perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan, hanya dapat dilaksanakan

oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu

UU.NO. 36 Tahun 2009 ttg KESEHATAN Pasal 63 ayat 3:Pengendalian, pengobatan, dan/ atau

perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain

yang dapat dipertanggungjawabkan kemanfaatan dan keamanannya.

UU.NO. 36 Tahun 2009 ttg KESEHATANPasal 63 ayat 4:Pelaksanaan pengobatan dan/atau

perawatan berdasarkan ilmukedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan olehtenaga

kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untukitu lahir KepMenKes No.1239/2001

tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan

PERMENKES RI No. Hk.02.02/Menkes/148/2010 Tentang Praktik Keperawatan

“Tindakan Mandiri Perawat Profesional melalui kerjasamayang bersifat kolaborasi

dengan klien dan tenagakesehatan lainnya dalam memberikan AsuhanKeperawatan secara

komprehensif pada berbagai tatananpelayanan kesehatan yang dilandasi dengan keilmuankhusus,

pengambilan keputusan dan keterampilanperawat berdasarkan aplikasi ilmu sesuai

lingkupkewenangan dan tanggungjawab”.

Praktik Mandiri“Praktik Perawat swasta yang dilakukan secaraperorangan atau secara

berkelompok”.

Lingkup Kewenangan

Sistem klien sebagai individu, keluarga, kelompokkhusus dan masyarakat dalam rentang sehat

dan sakit, sepanjang daur kehidupan baik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam

melakukan asuahan keperawatan; pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan,

implementasi dan evaluasi.

Model/ Bentuk Praktik Keperawatan

Page 19: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

19

1. Praktik di Rumah Sakit

2. Praktik di Rumah (Home Care)

3. Praktik Berkelompok (Nursing Home)

4. Praktik Perorangan (Individual Practice)

Tindakan Keperawatan

PPNI Menetapkan Tindakan Keperawatan yang dimaksud dalam PerMenKes No.

HK.02.02/Menkes/148/2010 Pasal 8 :

1. Memenuhi kebutuhan oksigen

2. Memenuhi kebutuhan nutrisi

3. Memenuhi kebutuhan integritas jaringan

4. Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit

5. Memenuhi kebutuhan eliminasi; BAB dan BAK

6. Memenuhi kebutuhan kebersihan diri danlingkungan

7. Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur

8. Memenuhi kebutuhan obat-obatan

9. Memenuhi kebutuhan sirkulasi

10. Memenuhi kebutuhan rasa nyaman, aman dan keselamatan

11. Memenuhi kebutuhan manajemen nyeri

12. Memenuhi kebutuhan aktivitas dan exercise

13. Memenuhi kebutuhan psikososial/spiritual dan interaksi

14. Memenuhi kebutuhan perasaan kehilangan, menjelang ajal dan kematian

15. Memenuhi kebutuhan seksual

16. Memenuhi kebutuhan lingkungan sehat lingkungan

17. Memenuhi kebutuhan ibu hamil, melahirkan dan post partum

18. Memenuhi kebutuhan bayi baru lahir

19. Memenuhi kebutuhan PUS

20. Memenuhi kebutuhan remaja putri keselamatan

21. Memenuhi kebutuhan Pra nikah

22. Memenuhi kebutuhan menopause KEBUTUHAN INDIVIDU

Kebutuhan Intervensi Keperawatan Komplementer

Page 20: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

20

1. Mind body intervention : Yoga, Thai Chi, Musik, Meditasi, Hypnoterapi

2. Biological based therapy : Herbal, Terapi Diit, Food Suplement, Aromaterapi

3. Manipulative & body based method : Acupressure, Acupuncture, Reflexology, Massage

4. Energy therapy : Healing touch, Reiki, Holistic medicine, Bioresonansi

Bagaimana Dalam Kondisi Gadar??

UU No. 36 tahun 2009 Pasal 83

(1) Setiap orang yang memberikan pelayanan kesehatan pada bencana harus ditujukan untuk

penyelamatan nyawa, pencegahan kecacatan lebih lanjut, dan kepentingan terbaik bagi pasien

(2) Pemerintah menjamin perlindungan hukum bagi setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

PERMENKES RI No. Hk.02.02/Menkes/148/2010 Pasal 10

“Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seseorang/pasien dan tidak ada di tempat

kejadian, perawat dapat melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 8”

Persyaratan Praktik Keperawatan

Kewajiban

a. Harus : Registrasi, Sertifikasi dan Lisensi

b. Melaksanakan prinsip etika

c. Meningkatkan kemampuan profesionalisme lewat pendidikan dan pelatihan

d. Melakukan rujukan

e. Mematuhi standar

f. Ikut membantu program A pemerintah di bidang kesehatan

Administratif

a. Pendidikan minimal D 3 Keperawatan

b. Memiliki SIP atau STR

c. Memiliki Surat Izin Praktek Perawat (SIPP)

d. Dokumen tentang fasilitas pelayanan yang ada

Fasilitas Fisik

a. Memiliki gedung (ruang tindakan, ruang adm, ruang tunggu dan kamar mandi)

Page 21: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

21

b. Memiliki peralatan yang siap pakai (alat tenun, alat kesehatan, alat rumah tangga dan alat untuk

pencatatan/laporan)

c. Memasang Papan Nama Praktik Keperawatan

Hak

a. Memperoleh perlindunganhukum

b. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan keluarga

c. Melaksanakan tugassesuai kompetensi

d. Menerima imbalan jasa

e. Memperoleh jaminanperlindungan terhadaprisiko kerja berkaitan tugas

Untuk memperoleh SIKP atau SIPP, Pprawat harus mengajukan permohonan kepada pemerintah

daerah kabupaten/kota dengan melampirkan:

a. Fotocopy STR yang masih berlaku dan dilegalisasi;

b. Surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik;

c. Surat pernyataan memiliki tempat di praktik mandiri atau difasilitas pelayanan kesehatan di luar

praktik mandiri;

d. Pas fotoberwarna terbaru ukuran 4X6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar;

e. Rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau pejabat yang ditunjuk; dan

f. Rekomendasi dari organisasi profesi.

B. REALITY PRAKTIK MAN DIRI KEPERAWATAN

Peraturan telah diundangkan sesuai pasal 1 ayat 3 selama ini masih banyak perawat yang

membuka praktik mandiri tapi belum mempunyai SIPP

Berarti perawat yang baru dan belum memiliki SIPP termasuk legalkah?

Bagaimana dengan pemutihan?

Kasus : ada ancaman ditutup tempat praktiknya bagi perawat yang yang membuka praktik

mandiri yang belum mempunyai SIPP. Sehingga dari kasus ini siapa yang perlu dibenahi?

Praktik mandiri keperawatan yang ada sekarang masih ada yang memberikan obat yang harus

dibeli dengan resep dokter padahal seharusnya yang berhak diberikan perawat adalah obat bebas

dan obat bebas terbatas walaupun di daerah perawat

Page 22: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

22

Masih minimnya sosialisasi tentang praktik mandiri keperawatan terutama di daerah-daerah,

sehingga masih ada masyarakat atau profesi lain yang tidak mengetahui bahwa ada aturan hukum

yang mengizinkan perawat untuk membuka praktek mandiri.

Terjadinya kesalahpahaman dalam penyelenggaraan praktik keperawatan. Bukan hanya caring

tetapi juga cure yang mengakibatkan kerugian untuk perawat itu sendiri karena menjadi lemah di

mata hukum.

Banyak perawat yang belum mempunyai SIKP dan SIPP baik yang di RS maupun yang praktik

mandiri karena peraturan yang rumit serta minimnya sosialisasi.

STR diperoleh melalui uji kompetensi yang dikeluarkan MTKI dalam bentuk sertifikat

kompetensi dan prosesnya lama (kurang lebih satu tahun) dan rumit sehingga dapat

menghambat perawat khususnya perawat fresh graduate mendapatkan pekerjaan (meningkatnya

waktu tunggu untuk bekerja) dan memperoleh SIKP ataupun SIPP sehingga mengakibatkan ada

perawat bekerja tanpa SIKP.

Masih adanya perawat yang enggan untuk memperpanjang karena sudah terbayang proses yang

menjemukan dari MTKP, maka asal sudah ada ijin untuk praktik mandiri maka proses untuk

memperpanjang tidak dilakukan.

SIKP dan SIPP berlaku hanya 5 tahun jika jangka waktunya habis harus diperpanjang dan wajib

mengikuti uji kompetensi

Adanya praktik mandiri perawat yang tidak sesuai dan tidak mendapatkan penanganan yang jelas

sehingga membuat muncul lagi praktik mandiri yang tidak sesuai dengan aturan.

Walaupun ada proses pemutihan dengan jangka waktu 1 tahun terkesan adanya ketidak

konsistensian aturan (perubahan nama dari SIK menjadi SIKP) sehingga membuat perawat

menjadi “kemrungsung” karena menyiapkan sesuatu hal yang baru, padahal perbedaan tersebut

hanya istilah saja.

Belum adanya sistem kolaborasi atau rujukan antar praktek mandiri keperawatan dengan praktek

mandiri profesi lainnya ( dokter, bidan dll)

Terapi komplementer yang termasuk dalam ruang lingkup praktek mandiri keperawatan belum

dimasukkan dalam kurikulum perkuliahan keperawatan

Idealnya praktek mandiri keperawatan berbeda dengan dokter. Seharusnya praktek mandiri

keperawatan bukan solo karir ( seperti dokter) tetapi berupa home health care.

Page 23: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

23

BAB IV

PEMBAHASAN

Praktik keperawatan adalah praktik yang kompleks dan juga dinamis, selalu merespon

terhadap perubahan kebutuhan kesehatan, dan terhadap kebutuhan-kebutuhan perubahan sistem

pelayanan kesehatan. Menurut WHO (1996), unsur-unsur inti keperawatan mandiri

tergambarkan dalam kegiatan-kegiatan berikut :

1. Mengelola kesehatan fisik dan mental serta kesakitan, kegiatannya meliputi pengkajian,

monitoring, koordinasi dan mengelola status kesehatan setiap saat bekerjasama dengan individu,

keluarga maupun masyarakat. Perawat mengkaji kesehatan klien, mendeteksi penyakit yang akut

atau kronis, melakukan penelitian dan menginterpretasikannya, memilih dan memonitor

intervensi tarapeutik yang cocok, dan melakukan semua ini dalam hubungan yang suportif dan

carring. Perawat harus bisa memutuskan kapan klien dikelola sendiri dan kapan harus dirujuk ke

profesi lain. Karena praktik mandiri keperawatan bukan berarti praktik sendiri tetapi diperlukan

adanya proses kolaborasi dengan profesi kesehatan lain atau sesama profesi

2. Memonitor dan menjamin kualitas praktik pelayanan kesehatan. Tanggung jawab terhadap

kegiatan-kegiatan praktik professional, seperti memonitor kemampuan sendiri, memonitor efek-

efek intervensi medis, mensupervisi pekerjaan-pekerjaan personil yang kurang terampil dan

berkonsultasi dengan orang yang tepat. Karena ruang lingkup dan kompleksitas praktik

keperawatan maka diperlukan keterampilan-keterampilan dan pemecahan masalah, berfikir kritis

serta bertinfak etis dan legal terhadap kualitas pelayanan yang diberikan dan tidak diskriminatif.

3. Memberikan bantuan dan caring. Caring adalah bagian yang terpenting dalam praktik

keperawatan. Bantuan termasuk menciptakan suasana penyembuhan, memberikan kenyamanan

membangun hubungan dengan klien melalui asuhan keperawatan. Peran membantu seharusnya

menjamin partisipasi penuh dari klien dalam perencanaan asuhan, pencegahan, dan treatmen dan

asuhan yang diberikan. Perawat memberikan informasi penting mengenai proses penyakit,

gejala-gejalanya, dan efek samping pengobatan..

4. Penyuluhan-penyuluhan kepada individu, keluarga maupun masyarakat mengenai masalah-

masalah kesehatan adalah fungsi penting dalam keperawatan.

Page 24: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

24

5. Mengorganisir dan mengelola sistem pelayanan kesehatan. Perawat berpartisipasi dalam

membentuk dan mengelola sistem pelayanan kesehatan, ini termasuk menjamin kebutuhan klien

terpenuhi, mengatasi kekurangan staf, menghadapi birokrasi, membangun dan memelihara tim

terapeutik, dan mendapatkan asuhan spesialis untuk pasien. Perawat bekerja intersektoral dengan

rumah sakit, puskesmas, institusi pelayanan kesehatan lain, dan sekolah. Profesi keperawatan

harus mempengaruhi strategi kebijaksanaan kesehatan, baik tingkat local, regional maupun

internasional, aktif terlibat dalam program perencanaan, pengalokasian dana, mengumpulkan,

menganalisis dan memberikan informasi pada semua level.

Menjelang dijalankannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada tahun 2014,

pemerintah berusaha untuk menyiapkan kelengkapan fasilitas dan kualitas layanan medis, baik

itu pusat kesehatan masyarakat (Puskemas) maupun rumah sakit (RS) milik pemerintah.

Nantinya, tidak ada lagi dokter yang berpraktik pribadi di rumah karena semua standarnya adalah

klinik. Pada tahun yang akan datang semua yang akan menjadi mitra BPJS harus berstandar

klinik. Itu berarti minimal ada tiga dokter yang berpraktik selama 24 jam, ada apotek,

laboratorium, sehingga semua terintegrasi di satu tempat. Jika SJSN sudah dijalankan, pelayanan

kesehatan harus dilakukan secara berjenjang. Ini berarti peserta Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN) harus berobat mulai dari layanan dasar, yakni ke puskesmas atau klinik terdekat yang

menjadi mitra BPJS.

Melihat dan memperhatikan trend yang berkembang dewasa ini, para perawat yang saat ini

sedang giat untuk mendirikan dan membangun praktik keperawatan mandiri selayaknya harus

segera mengadaptasikan rencana yang telah dibuat agar sesuai dengan era kekinian. Artinya

bahwa perencanaan yang ada, dimana setiap perawat berupaya untuk membentuk praktik

keperawatan mandiri secara individual, ke depan harus berkompromi dengan program

pemerintah. Artinya adalah mau tidak mau para perawat yang ingin menjalankan praktik

keperawatan mandiri harus mencari cara agar dapat terlibat bersama dengan profesi kesehatan

lain untuk membentuk klinik swasta bersama lintas profesi yang mampu memberikan pelayanan

kesehatan yang komprehensif, baik diagnosis terapi dan rawatannya, juga tetap menjalin

kerjasama dengan lembaga yang mengelola BPJS agar biaya pelayanan yang diberikan ter-cover

dan dapat dibayarkan melalui program JKSN tersebut.

Page 25: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

25

Ini artinya bahwa peluang berusaha bagi perawat tetap terbuka lebar, hanya saja ke depan

para perawat yang mempunyai praktik keperawatan mandiri harus mampu

mengintegrasikan praktik keperawatan mandiri yang dikelolanya masuk kedalam layanan

kesehatan yang diberikan oleh klinik swasta. Sehingga secara bersama-sama memberikan

pelayanan kesehatan bersama profesi kesehatan yang lain. Beberapa bentuk praktik mandiri

keperawatan yang sudah berlangsung di Indonesia antara lain:

1. Praktik Keperawatan di Rumah (Home Versing Practice/Home Care)

a. Pengertian

Di beberapa negara maju, “home care” (perawatan di rumah), bukan merupakan konsep

yang baru tapi telah dikembangkan oleh William Rathbon sejak tahun 1859 yang dinamakan

perawatan di rumah dalam bentuk kunjungan tenaga keperawatan ke rumah untuk mengobati

klien yang sakit dan tidak bersedia dirawat di rumah sakit. Dari beberapa literatur pengertian

“home care” adalah perawatan di rumah merupakan lanjutan asuhan keperawatan di rumah sakit

yang sakit termasuk dalam rencana pemulangan (discharge planning) dan dapat dilaksanakan

oleh perawat dari rumah sakit semula, oleh perawat komunitas dimana pasien berada, atau tim

keperawatan khusus yang menangani perawatan di rumah.

Menurut Warola, 1980 dalam pengembangan Model Praktik Mandiri Keperawatan di

rumah yang disusun oleh PPNI dan Depkes, home care adalah pelayanan yang sesuai dengan

kebutuhan pasien individu dan keluarga, direncanakan, dikoordinasikan, disediakan oleh pemberi

pelayanan yang diorganisir untuk memberi pelayanan di rumah melalui staf atau pengaturan

berdasarkan kerja (kontrak).

b. Mekanisme Perawatan Kesehatan Di Rumah

Pasien atau klien yang memperoleh pelayanan keperwatan di rumah dapat merupakan

rujukan dari klinik rawat jalan, unit rawat inap rumah sakit, maupun puskesmas. Namun pasien

atau klien dapat langsung menghubungi agensi pelayanan keperawatan di rumah atau praktik

keperawatan perorangan untuk memperoleh pelayanan. Mekanisme yang harus dilakukan adalah

sebagai berikut :

1) Pasien atau klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih dahulu oleh dokter

untuk menentukan apakah secara medis layak untuk di rawat di rumah atau tidak.

Page 26: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

26

2) Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak dirawat di rumah, maka di

lakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang merupakan staf dari pengelola atau agensi

perawatan kesehatan dirumah, kemudia bersama-sama klien dan keluarga, akan menentukan

masalahnya, dan membuat perencanaan, membuat keputusan, membuat kesepakatan mengenai

pelayanan apa yang akan diterima oleh klien, kesepakatan juga mencakup jenis pelayanan, jenis

peralatan, dan jenis sistem pembayaran, serta jangka waktu pelayanan.

3) Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksanaan keperawatan dirumah baik dari

pelaksana pelayanan yang dikontrak atau pelaksana yang direkrut oleh pengelola perawatan di

rumah. Pelayanan dikoordinir dan dikendalikan oleh koordinator kasus, setiap kegiatan yang

dilaksanakan oleh tenaga pelaksana pelayanan harus diketahui oleh koordinator kasus.

4) Secara periodik koordinator kasus akan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelayanan

yang diberikan apakah sudah sesuai dengan kesepakatan.

c. Lingkup Praktik Keperawatan Di Rumah

Lingkup praktik keperawatan mendiri meliputi asuhan keperawatan perinatal, asuhan

keperawatan neonantal, asuhan keperawatan anak, asuhan keperawatan dewasa, dan asuhan

keperawatan maternitas, asuhan keperawatan jiwa dilaksanakan sesuai dengan lingkup

wewenang dan tanggung jawabnya. Keperawatan yang dapat dilakukan dengan :

1) Melakukan keperawatan langsung (direct care) yang meliputi pengkajian bio-psiko-sosio-

spiritual dengan pemeriksaan fisik secara langsung, melakukan observasi, dan wawancara

langsung, menentukan masalah keperawatan, membuat perencanaan, dan melaksanakan tindakan

keperawatan yang memerlukan ketrampilan tertentu untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia

yang menyimpang, baik tindakan-tindakan keperawatan atau tindakan-tindakan pelimpahan

wewenang (terapi medis), memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan dan melakukan

evaluasi.

2) Mendokumentasikan setiap tindakan pelayanan yang di berikan kepada klien, dokumentasi ini

diperlukan sebagai pertanggungjawaban dan tanggung gugat untuk perkara hukum dan sebagai

bukti untuk jasa pelayanan keperawatan yang diberikan.

3) Melakukan koordinasi dengan tim yang lain kalau praktik dilakukan secara berkelompok.

4) Sebagai pembela atau pendukung (advokat) klien dalam memenuhi kebutuhan asuhan

keperawatan klien di rumah dan bila diperlukan untuk tindak lanjut kerumah sakit dan

Page 27: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

27

memastikan terapi yang klien dapatkan sesuai dengan standart dan pembiayaan terhadap klien

sesuai dengan pelayanan atau asuhan yang diterima oleh klien.

5) Menentukan frekwensi dan lamanya keperawatan kesehatan di rumah dilakukan, mencakup

berapa sering dan berapa lama kunjungan harus dilakukan.

d. Jenis Pelayanan Keperawatan Di Rumah

Jenis pelayanan keperawatan di rumah di bagi tiga kategori yaitu :

1) Keperawatan klien yang sakit di rumah merupakan jenis yang paling banyak di laksanakan pada

pelayanan keperawatan di rumah sesuai dengan alasan kenapa perlu di rawat di rumah. Individu

yang sakit memerlukan asuhan keperawatan untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah

tingkat keparahan sehingga tidak perlu dirawat di rumah sakit.

2) Pelayanan atau asuhan kesehatan masyarakat yang fokusnya pada pomosi dan prevensi.

Pelayanannya mencakup mempersiapkan seorang ibu bagaimana bayinya setelah melahirkan,

pemeriksaan berkala tumbuh kembang anak, mengajarkan lansia beradaptasi terhadap proses

menua, serta tentang diit mereka.

3) Pelayanan atau asuhan spesialistik yang mencakup pelayanan pada penyakit-penyakit terminal

misalnya kanker, penyakit-penyakit kronis seperti diabet, stroke, hipertensi, masalah-masalah

kejiwaan, dan asuhan pada anak.

2. Terapi Komplementer/Pengobatan Tradisional

Terapi komplementer yaitu sistem pengobatan dan perawatan kesehatan, praktek dan

produk yang menjadi bagian dari pengobatan konvensional (National Institute of Health, 2005).

Salah satu bentuk tata cara penggunaan pengobatan tradisional adalah bahwa obat tradisional

sering dipilih oleh pasien pada saat awal mengeluh sakit, baik dengan menggunakan obat

tradsional maupun dengan menggunakan cara-cara pengobatan tradisional (Supardi, 2001).

Persentase terbesar penduduk Indonesia yang melakukan pengobatan tradisional (57,7%)

cenderung menurun dibandingkan dengan hasil Susenas tahun-tahun sebelumnya. Hal ini

mungkin berhubungan dengan adanya krisis ekonomi yang dimulai tahun 1997, kemudian

pemerintah melakukan intervensi melalui program JPS-BK (Jaring Pengaman Sosial Bidang

Kesehatan) antara lain pemberian kartu sehat kepada kelompok miskin sehingga terjadi

peningkatan pengobatan medis melalui Puskesmas dan rumah sakit.

Page 28: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

28

Penduduk Indonesia yang menggunakan obat (82,7%) cenderung menurun, tetapi

penggunaan obat tradisional (31,7%) dan cara tradisional (9,8%) cenderung meningkat

dibandingkan dengan hasil Susenas tahun-tahun sebelumnya. Penggunaan obat menurun

mungkin berkaitan dengan peningkatan kesadaran masyarakat untuk menggunakan pengobatan

alternatif, seperti obat tradisional dan cara tradisional. Peningkatan penggunaan cara tradisional,

seperti pijat, kerokan, akupresur, dan senam olah pernapasan mungkin disebabkan meningkatnya

pelatihan ketrampilan teknik pengobatan tersebut sebagai pengobatan alternatif untuk

kemandirian hidup sehat. Pengobatan secara medisi semakin mahal dan adanya efek samping

pemakaian obat kimiawi jangka panjang. Persentase terbesar (51%) penduduk Indonesia yang

menggunakan obat dalam pengobatan sendiri adalah kelompok usia sekolah dan usia kerja 15-55

tahun. Hal ini mungkin menunjukkan bahwa penduduk pada kelompok usia sekolah dan usia

kerja lebih menyukai pengobatan sendiri untuk menanggulangi keluhan sakit karena dapat

menghemat waktu dan biaya.

Kebijakan penggunaan TM/CAM/CAT sebagai pilihan pengobatan sudah menjadi

kebijakan dunia, yang tertuang dalam srategi “WHO Traditional Medicine Strategy 2002-2005”.

Dasar dari kebijakan ini adalah penghargaan terhadap nilai-nilai budaya, adat, keyakinan dan

sumber daya yang berkembang di seluruh wilayah dunia yang telah menjadi pedoman turun

temurun dalam memberikan pelayanan kesehatan. Hal ini juga diakibatkan oleh banyaknya obat,

cara, maupun system kesehatan tradisional yang dalam prakteknya mampu memberikan

kontribusi terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Namun demikian ada beberapa hal yang harus diperhatikan terkait upaya peningkatan

penggunaan TM/CAM antara lain:

a. Perlunya kebijakan untuk mengadopsi TM/CAM sebagai bagian dari system kesehatan dengan

mengeluarkan aturan-aturan yang mendukung penggunaan TM/CAM dalam system pelayanan

kesehatan

b. Perlunya dilakukan upaya peningkatan kualitas, efektivitas dan efisasi dari TM/CAM dengan

melakukan penelitian dan menetapkan standar kualitas produk-produk TM/CAM

c. Meningkatkan akses penggunaan TM/CAM bagi masyarakat dengan mendirikan berbagai sarana

kesehatan yang menyelenggarakan TM/CAM

Page 29: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

29

d. Menggunakan TM/CAM secara rasional dengan cara meningkatkan kemampuan pengobat

tradisional, melakukan pelatihan terhadap tenaga kesehatan dan melakukan eduksi dan

pemberian informasi tentang TM/CAM ke masyarakat.

Kebijakan WHO ini selanjutnya di ratifikasi oleh oleh Indonesia dalam bentuk penerbitan

aturan perundang-undangan yang mengadopsi kebijakan WHO tentang TM/CAM. UU no 23

1992 secara tegas memberikan batasan dan garis terkait pentingnya penggunaan TM/CAM

dalam pelayanan kesehatan. Namun sangat disayangkan jika dalam Undang-undang ini definisi

pengobatan tradisional dibuat sebagai tatacara pengobatan diluar ilmu kedokteran atau

keperawatan, padahal mestinya dibuat suatu pengertian yang bisa menjadikan TM/CAM sebagai

bagian yang terintegrasi dalam pelayanan kesehatan modern. Dalam Renstra Depertemen

Kesehatan 2005-2009 juga mencantumkan strategi pengunaan TM/CAM yang terintegrasi dalam

pelayanan kesehatan baik di rumah sakit maupun komunitas.

Namun dalam aturan yang lebih khusus yakni Permenkes 381/Menkes SK/11/2007 tentang

Kebijakan Obat Tradisional Nasional tidak diatur secara khusus tentang pengobatan tradisional,

tetapi hanya memuat obat tradisional. Padahal jika berbicara tentang TM/CAM maka kebijakan

tersebut seharusnya memuat tentang obat, system dan cara-cara pengobatan tradisional.

Kondisi yang lebih memprihatinkan adalah tidak diakomodasinya TM/CAM dalam UU no

29/2004 tentang Praktek Kedokteran kondisi ini memberikan bukti bahwa tenaga medis dalam

melakukan praktek hanya didasarkan pada model pendekatan barat, padahal WHO sendiri

menganjurkan perlu adanya strategi mensinergikan antara pengobatan modern dengan

pengobatan tradisional sebagai salah satu strategi dalam upaya meningkatkan kesehatan

masyakat.

Dari beberapa aturan tentang TM/CAM tampaknya perlu ada upaya yang lebih nyata

dalam mengiplementasikan kebijakan WHO, kebijakan UU Kesehatan dan Renstra Depkes agar

adanya kesamaan pola fikir, strategi dan langkah dalam menjadikan TM/CAM sebagai salah satu

upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Pemerintah perlu membuat indicator kunci yang

ditujukan kepada seluruh lembaga pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, pribadi

maupun kelompok agar bisa digunakan sebagai pedoman dalam mengaplikasikan penggunaan

TM/CAM di dalam pelayanan kesehatan.

Page 30: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

30

Perawat sebagai bagian integral pelayan kesehatan hendaknya memahami bahwa

TM/CAM yang diadopsi menjadi TM/CAT merupakan salah satu unsur penting dalam

pemberian pelayanan kesehatan. Pemberian asuhan keperawatan dengan mengkobinasikan

berbagai tindakan konvensional dengan TM/CAT sangat penting dilakukan. Hal ini mengingat

bahwa sebagian filsafat dari Holistic Nursing yang dijadikan pola fikir oleh ahli-ahli

keperawatan bergerak dari konsep TM/CAT (Snyder et all, 2006).

Konsep manusia sebagai makhluk holistik, terbuka dan beradaptasi dengan lingkungan,

lingkungan sebagai Energy Field yang mempengaruhi kesehatan manusia merupakan bentuk

pola fikir abstrak, yang dilandasi oleh filsafat TM/CAT. Oleh karena itu perawat tidak boleh

apriori ketika berbicara dan mencoba mengaplikasikan TM/CAT dalam praktek keperawatan

sebagai bagian dari Nursing Therapi. Selain itu WHO member petunjuk bahwa perawat dan

dokter adalah tenaga kesehatan yang menjadi sasaran yang harus menguasai dam mampu

mempraktkkan ketrampilan TM/CAM (WHO,2002). Hal ini juga didukung oleh adanya

kebijakan pemerintah Indonesia terkait TM/CAM dalam UU No 23 tahun 1992 tentang

kesehatan, meskipin secara ekplisit tidak menjelaskan siapa dan bagaimana aplikasi TM/CAM

itu dalam praktek pelayanan kesehatan.

Harapan akomodasi organisasi profesi terhadap penerapan TM/CAM dalam praktek

keperawatan tertuang dalam RUU Praktek keperawatan Bab III Pasal 4 bagian b RUU Praktek

Keperawatan tentang lingkup Praktek Keperawatan bahwa lingkup praktek keperawatan adalah

memberikan tindakan keperawatan langsung, terapi komplementer. Kalau disimak kalimat

tentang tindakan yang bisa dilakukan hendaknya ditambahkan dengan pemberian Therapi

tradisional/ Komplementer dan Alternatif. Hal ini menyesuaikan dengan rumusan-rumusan yang

tercantum, baik dalam kebijakan WHO maupun kebijakan pemerintah Indonesia.

Dukungan kebijakan ini hendaknya diantisipasi oleh tenaga perawat, terutama perawat

komunitas, karena seni dan aplikasi TM/CAM sangat mungkin diterapkan dalam praktek

komunitas bila dibandingkan dengan praktek klinik di rumah sakit, mengingat kebijakan tentang

TM/CAM oleh RS maupun profesi kedokteran hingga saat ini belum ada. Upaya-upaya yang

dapat dilakukan adalah:

1. Memahami filsafat dari konsep TM/CAT

2. Mempelajari TM/CAM melalui kurikulum yang lebih komprehensif

Page 31: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

31

3. Mempraktekkan TM/CAT yang terintegrasi dengan nursing therapy lain dalam menangani

pasien.

4. Mensosialisasikan penggunaan TM/CAT kepada masyakat untuk meningkatkan rasionalisasi

penggunaan TM/CAT

5. Melakukan kajian tentang berbagai TM/CAT yang berkembang di masyarakat

6. Melakukan penelitian tentang Efektivitas, Kualitas dan Efisasi dari TM/CAT yang ada di

masyarakat.

7. Mensosialisaikan penggunaan TM/CAT terhadap tenaga keperawataN

8. Membantu pemerintah merumuskan penataan TM/CAT

Berdasarkan UU No 36 tahun 2009 BAB V tentang sumber daya dibidang kesehatan

dijelaskan bahwa perawat bisa melakukan praktik mandiri keperawatan, aturan lebih lengkap

tentang praktik mandiri keperawatan diatur dalam Permenkes No 17 tahun 2013. Berarti idealnya

praktik keperawatan mandiri berdasar aturan perundangan yang berlaku di Indonesia. Secara

singkat terdapat aturan yang jelas untuk dapat menyelenggarakan praktik mandiri keperawatan

yakni perawat yang memiliki jenjang pendidikan minimal D3 keperawatan, mempunyai STR,

SIKP dan SIPP, harus mencamtukan tentang praktik keperawatan, jika memberikan obat hanya

obat berlogo hijau, melakukan praktik sesuai dengan SOP dan kode etik profesi.

Namun terdapat beberapa permasalahan pada pelaksanaan Permenkes No.17 Tahun 2013

tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat di Indonesia, berikut adalah permasalahan

beserta saran dari penulis sebagai alternatif penyelesaiannya:

1. Tentang SIPP, SIKP, STR, dan pelaksanaan praktik mandiri perawat

Usulan penyelesaian:

a. Dinas Kesehatan Kabupaten bekerjasama dengan PPNI di setiap Kabupaten untuk

meningkatkan sosialisasi peraturan pembuatan STR, SIKP, SIPP.

b. Dinas kesehatan berkoordinasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas pendidikan

keperawatan untuk pemutihan. Pemutihan hanya diberlakukan dengan kriteria tertentu

yang telah ditetapkan (sudah memiliki SIP melalui uji kompetensi), sedangkan bagi

perawat yang baru lulus harus mengikuti uji kompetensi untuk pembuatan STR.

c. Dinas kesehatan setiap kabupaten di seluruh wilayah Indonesia mensosialisasikan tentang

Page 32: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

32

syarat dan proses penyelenggaraan praktik mandiri keperawatan.

d. Pemerintah daerah dan dinas kesehatan perlu membentuk tim khusus untuk melakukan

penyusuran dan inspeksi pada setiap praktik mandiri keperawatan yang berada

didaerahnya. Dari hasil penyusuran tersebut kemudian didaftar perawat yang sudah

mempunyai SIPP dan yang belum. Bagi yang belum mempunyai SIPP, wajib segera

membuat SIPP untuk dapat melanjutkan praktik mandiri keperawatannya. Pemerintah

dan dinas kesehatan memberikan sanksi yang tegas kepada penyelenggara praktik

mandiri keperawatan di kabupaten yang tidak memenuhi persyaratan izin penyelenggraan

pratik mandiri keperawatan.

e. Pemerintah mempertegas peraturan yang lebih rinci tentang tidak bolehnya perawat

member obat keras.

f. Dalam pemberian obat harus diberi ketegasan aturan bahwa obat yang boleh diberikan

adalah obat bebas dan obat bebas terbatas, dimana pemerintah dan dinas kesehatan harus

bekerjasama dengan pihak farmasi/apoteker untuk ijin pembelian obat selain obat bebas

dan obat bebas terbatas harus menggunakan identitas.

g. Pelaksanaan praktik mandiri perawat lebih meningkatkan pada terapi komplementer.

Terapi komplementer merupakan pelayanan kesehatan tradisional dalam undang-undang

kesehatan no 36 tahun 2009 menyatakan bahwa pelayanan kesehatan tradisional adalah

pengobatan atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan

keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan

diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

h. Pemerintah dapat menetapkan regulasi yang mendukung pelayanan kesehatan

komplementer pada praktik mandiri perawat.

i. Pelaksanaan praktik mandiri perawat dapat terintegrasi dengan tenaga kesehatan lain

seperti dokter.

j. Pembinaan dan pengawasan dari pemerintah berkaitan dengan praktik mandiri perawat

yang berbasis terapi komplementer.

2. Tentang sosialisasi aturan pelaksanaan praktik mandiri perawat

Usulan penyelesaian:

a. Pemerintah bekerjasama dengan dinas kesehatan, PPNI di setiap kabupaten bekerjasama

Page 33: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

33

untuk dapat berdiskusi dengan perawat yang ada diwilayahnya, memberikan sosialisasi

mengenai dasar hukum, aturan, perijinan, dan pelaksanaan praktik mandiri keperawatan.

b. Perawat perlu meningkatkan kompetensi dan pendidikan untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan pada praktek mandiri keperawatan.

c. Dinas kesehatan setiap kabupaten melakukan supervisi secara rutin terhadap

penyelenggaraan praktik mandiri keperawatan sehingga dapat diketahui praktik mandiri

keperawatan yang sudah sesuai peraturan dan yang belum sesuai kemudian dilakukan

penanganan lebih lanjut agar semua penyelenggara praktik mandiri keperawatan dapat

memahami dan melaksanakan peraturan yang berlaku dengan menyeluruh dan penertiban

terhadap praktik mandiri keperawatan.

d. Pemerintah perlu mensosialisasikan praktik mandiri keperawatan yang berbasis home

health care.

e. Pemerintah perlu memfasilitasi pelaksnaan parktik mandiri keperawatan yang berbasis

home helath care karena pada kenyataannya praktik mandiri keperawatan yang berbasis

home health care masih jarang di Indonesia.

3. Tentang kepemilikan SIKP dan SIPP

Usulan penyelesaian:

Dinas Kesehatan dan pihak SDM rumah sakit mendata perawat yang belum mempunyai SIKP.

Setiap pelayanan kesehatan yang memiliki tenaga kerja perawat wajib melaporkan data perawat

yang sudah dan belum mempunyai SIKP kemudian bagian SDM rumah sakit segera mengurus

pembuatan SIKP secara kolektif untuk pegawainya.

4. Tentang penerbitan STR

Usulan penyelesaian:

Waktu dalam memproses STR diatur secara professional sehingga diterbitkannya STR tidak

memakan waktu yang lama seharusnya STR bias dipakai untuk mengurus Surat Ijin Perawat

(SIP) & Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP).

5. Tentang waktu berlakunya SIKP dan SIPP

Usulan penyelesaian:

Jika setiap perpanjangan SIKP dan SIPP setiap perawat harus mengikuti uji kompetensi maka

sangat banyak waktu yang dihabiskan untuk uji kompetensi karena keduanya hanyaberlaku 5

Page 34: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

34

tahun. Sebaiknya pasal 7 perlu direvisi dalam perpanjangan SIKP dan SIPP perlu

mempertimbangkan kinerja harian selama 5 tahun seperti adanya rapot pegawai seperti halnya

system akreditasi untuk perawat berdasarkan dokumentasi-dokumentasi yang dapat

memperlihatkan kualitas kinerja serta kelayakannya untuk tetap mempunyai SIKP dan SIPP.

Page 35: ANALISIS IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK MANDIRI …

35

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, 2008. Konsep Dasar Keperawatan. EGC, Jakarta.

Ismani, Nila. 2001. Etika Keperawatan. Widya Medika, Jakarta.

Kozier, Erb. 2010. Fundamental Of Nursing : Consept, Process and Practice. Jakarta : EGC

Permenkes 381/Menkes SK/11/2007 tentang Kebijakan Obat Tradisional Nasional diakses

dari www. depkes.go.id, tanggal 7 Oktober 2013

Permenkes No.17 Tahun 2013 tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat di Indonesia

diakses dari www. depkes.go.id, tanggal 7 Oktober 2013

PERMENKES RI No. Hk.02.02/Menkes/148/2010 Tentang Praktik Keperawatan diakses dari

www. depkes.go.id, tanggal 7 Oktober 2013

Snyder, M. dan Lindquist, R. (2002). Complementary/ alternative therapies in nursing, (4th

ed). New York : Springer Publishing Company.

Supardi S, jamal S, Loupahy AM. 2003. Beberapa Faktor Yang berhubungan Dengan

Penggunaan Obat Tradisional Dalam Pengobatan Sendiri di Indonesia. Buletin

Penelitian Kesehatan 30(1) : 25-32

UU.NO. 23 Tahun 1992 ttg KESEHATAN diakses dari www. depkes.go.id, tanggal 7

Oktober 2013

UU.NO. 36 Tahun 2009 ttg KESEHATAN diakses dari www. depkes.go.id, tanggal 7

Oktober 2013