analisis inflasi dengan pendekatan panel dinamis: …

13
Tahun XXVI, No. 3 Desember 2015 Jurnal Ekonomi dan Bisnis - 197 - ANALISIS INFLASI DENGAN PENDEKATAN PANEL DINAMIS: (Studi Kasus Di Kawasan Jawa, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Bali) ABSTRAK Masalah ekonomi makro dalam jangka pendek yang tidak mudah untuk diatasi yaitu masalah inflasi. Permasalahan inflasi muncul ditandai dengan meningkatnya harga-harga secara umum dan bersifat terus menerus. Untuk melihat permasalahan inflasi, maka dibuatlah suatu penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan menganalisis signifikansi dari variabel PDRB Riil, Upah Minimum, dan lag inflasi terhadap inflasi di daerah DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Bali. Penelitian ini menggunakan model panel dinamis dengan data observasi 11 provinsi periode 2009-2013. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa secara parsial variabel PDRB riil, variabel UMP, dan variabel lag inflation terhadap inflasi berpengaruh signifikan sedangkan secara simultan (secara bersama-sama) variabel PDRB riil, variabel UMP, dan variabel lag inflation juga berpengaruh signifikan terhadap inflasi. Implikasi dari temuan ini adalah variabel PDRB riil, UMP, dan lag inflation merupakan instrumen yang tepat untuk mempengaruhi inflasi di daerah DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Bali Kata Kunci: PDRB Riil, UMP, Lag Inflation, Inflasi, Panel Dinamis. ABSTRACT Macroeconomic problems in the short term is not easy to overcome is the problem of inflation. The problem of inflation appears marked by rising prices in general and is continuous. To see the problem of inflation, then made a study. This study aims to look at and analyze the significance of variables PDRB Real, Minimum Wage, and lag inflation to inflation in the region of Jakarta, Banten, West Java, Central Java, Yogyakarta and East Java, North Sumatra, South Sumatra, South Sulawesi, Kalimantan South and Bali. This study uses a dynamic panel models with observational data of 11 provinces 2009-2013. The results of this study states that in partial real GRDP, UMP variables and variable lag inflation have a significant effect on inflation while simultaneously (together) real GRDP variables, variables UMP, and variable lag inflation is also a significant effect on inflation. The implications of these findings are variable real GRDP, UMP, and lag inflation is an appropriate instrument to influence inflation in the region of Jakarta, Banten, West Java, Central Java, Yogyakarta and East Java, North Sumatra, South Sumatra, South Sulawesi, Kalimantan South and Bali. Keywords: Real GRDP, UMP, Lag Inflation, Inflation, Dynamic Panel. Thomy Andryas Bank Indonesia

Upload: others

Post on 13-Nov-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS INFLASI DENGAN PENDEKATAN PANEL DINAMIS: …

Tahun XXVI, No. 3 Desember 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis

- 197 -

ANALISIS INFLASI DENGAN PENDEKATAN PANEL DINAMIS: (Studi Kasus Di Kawasan Jawa, Sumatera Utara, Sumatera Selatan,

Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Bali)

ABSTRAK

Masalah ekonomi makro dalam jangka pendek yang tidak mudah untuk diatasi yaitu masalah inflasi. Permasalahan inflasi muncul ditandai dengan meningkatnya harga-harga secara umum dan bersifat terus menerus. Untuk melihat permasalahan inflasi, maka dibuatlah suatu penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan menganalisis signifikansi dari variabel PDRB Riil, Upah Minimum, dan lag inflasi terhadap inflasi di daerah DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Bali. Penelitian ini menggunakan model panel dinamis dengan data observasi 11 provinsi periode 2009-2013. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa secara parsial variabel PDRB riil, variabel UMP, dan variabel lag inflation terhadap inflasi berpengaruh signifikan sedangkan secara simultan (secara bersama-sama) variabel PDRB riil, variabel UMP, dan variabel lag inflation juga berpengaruh signifikan terhadap inflasi. Implikasi dari temuan ini adalah variabel PDRB riil, UMP, dan lag inflation merupakan instrumen yang tepat untuk mempengaruhi inflasi di daerah DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Bali

Kata Kunci: PDRB Riil, UMP, Lag Inflation, Inflasi, Panel Dinamis.

ABSTRACT

Macroeconomic problems in the short term is not easy to overcome is the problem of inflation. The problem of inflation appears marked by rising prices in general and is continuous. To see the problem of inflation, then made a study. This study aims to look at and analyze the significance of variables PDRB Real, Minimum Wage, and lag inflation to inflation in the region of Jakarta, Banten, West Java, Central Java, Yogyakarta and East Java, North Sumatra, South Sumatra, South Sulawesi, Kalimantan South and Bali. This study uses a dynamic panel models with observational data of 11 provinces 2009-2013. The results of this study states that in partial real GRDP, UMP variables and variable lag inflation have a significant effect on inflation while simultaneously (together) real GRDP variables, variables UMP, and variable lag inflation is also a significant effect on inflation. The implications of these findings are variable real GRDP, UMP, and lag inflation is an appropriate instrument to influence inflation in the region of Jakarta, Banten, West Java, Central Java, Yogyakarta and East Java, North Sumatra, South Sumatra, South Sulawesi, Kalimantan South and Bali.

Keywords: Real GRDP, UMP, Lag Inflation, Inflation, Dynamic Panel.

Thomy AndryasBank Indonesia

Page 2: ANALISIS INFLASI DENGAN PENDEKATAN PANEL DINAMIS: …

Tahun XXVI, No. 3 Desember 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis

Inflasi dalam sejarah perekonomian Indonesia sudah nyai hubungan yang erat dengan tingkat inflasi. menjadi masalah secara terus menerus dari satu Menurut teori internasional fisher effect terjadinya pemerintahan ke pemerintahan berikutnya perbedaan tingkat bunga antar kedua negara (Atmadja, 1999). Indonesia pernah mengalami disebabkan adanya perbedaan ekspektasi terhadap inflasi yang sangat tinggi (hiperinflasi) mencapai tingkat inflasi. Ketika tingkat inflasi naik, maka 635,5% yang disebabkan anggaran belanja tingkat bunga cenderung semakin tinggi. Jika tingkat pemerintah pusat mengalami defisit, solusi untuk bunga domestik lebih rendah dari tingkat bunga mengatasi hal itu pemerintah melakukan internasional maka akan terjadi Capital out flow.pemotongan nilai mata uang rupiah dari Rp1.000

Namun demikian, inflasi dalam kategori ringan menjadi Rp1 (Atmadja, 1999). Inflasi yang terburuk memiliki efek positif bagi perekonomian. Para selanjutnya terjadi pada tahun 1998, efek dari krisis penerima fixed income seperti PNS, karyawan swasta, keuangan Asia yang mempengaruhi depresiasi nilai serta buruh semakin semangat dalam bekerja untuk tukar rupiah dari Rp2.800 menjadi Rp16.000 meningkatkan kualitas hidupnya. Inflasi yang stabil terhadap dolar Amerika, sehingga turut mendorong membuat financial planning di tingkat perusahaan kenaikan inflasi Indonesia hingga mencapai 77,5%. dan lapisan masyarakat menjadi lebih baik, Inflasi tinggi dan nilai tukar yang terdepresiasi cukup purchasing power parity terjangkau, kebutuhan hidup tajam diiringi dengan ketidakstabilan situasi sosial terpenuhi, investasi lancar karena investasi tidak politik pada saat itu, berakhir dengan bergantinya bersifat spekulasi dan kredit lancar (Silvia dkk., 2013). kepemimpinan nasional dari Presiden Soeharto ke Dalam jangka panjang (long run) akan menyebabkan Presiden B.J. Habibie.income real masyarakat tetap stabil, standar hidup

Dampak lain dari inflasi seperti kerugian bagi penyim- layak lebih baik dan lebih sejahtera.pan uang tunai, kerugian kreditur dengan bunga

Oleh karena itu, inflasi perlu dikendalikan dan salah pinjaman lebih rendah dari tingkat naik lebih dahulu satu strategi mengatasi permasalahan inflasi melalui daripada kenaikan gaji (Priyono dan Setiasih, 2009). penetapan sasaran atau target inflasi. Jika inflasi Sedangkan pada tingkat inflasi, proses produksi melampui target yang ditetapkan, dapat mengakibat-menjadi tidak efisien dan kenaikan produksi dapat kan terjadinya overheating economy dan mengarah menyebabkan harga inflasi yang sangat parah, pada kondisi resesi (penurunan output). Tugas beberapa produksi tidak dapat berjalan sampai pengendalian inflasi diamanahkan kepada Bank pemberhentian kerja sepihak dari perusahaan (PHK). Indonesia yang ditegaskan dalam Undang-Undang Secara otomatis pengangguran bertambah dan daya Bank Indonesia No.23 Tahun 1999 sebagaimana beli masyarakat semakin menurun, berdampak telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No.6 peningkatan angka kemiskinan.Tahun 2009.

Lebih jauh dampak inflasi juga membuat harga barang impor lebih murah daripada barang produksi domestik dan bisa menyebabkan neraca perdagangan menjadi defisit. Tingginya tingkat inflasi membuat harga barang domestik relatif lebih mahal dibanding-kan dengan harga barang-barang impor. Harga barang domestik yang lebih mahal menyebabkan daya saing barang domestik menurun di pasar internasional. Adanya fenomena harga barang domestik relatif lebih mahal dibandingkan dengan harga barang-barang impor, masyarakat cenderung untuk membeli barang impor yang harganya relatif lebih murah. Hal ini berdampak pada turunnya nilai ekspor dan naiknya nilai impor sehingga menyebabkan neraca perda-gangan menjadi defisit. Selain itu, tingkat inflasi yang Gambar 1 di atas menunjukan perkembangan inflasi tinggi akan mendorong terjadinya capital out flow Indonesia dari tahun 2001-2013 yang cenderung yang lebih cepat daripada capital in flow, sehingga berfluktuasi. Menurut Laporan Perekonomian mengakibatkan kemerosotan nilai mata uang Indonesia, fluktuasi inflasi dipengaruhi antara lain (Mankiw, 2007:340). Tingkat suku bunga mempu- kenaikan harga minyak dunia, peningkatan atau

PENDAHULUAN

Gambar 1Perkembangan Inflasi dan Pertumbuhan

UMP di Indonesia Periode 2001-2013

Sumber: BPS, diolah

- 198 -

Page 3: ANALISIS INFLASI DENGAN PENDEKATAN PANEL DINAMIS: …

Tahun XXVI, No. 3 Desember 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis

penurunan harga komoditas global, ketidaklancaran meningkat drastis dari sebesar 9,91% (2012) menjadi pasokan komoditas pangan dampak anomali cuaca sebesar 18,55% (2013), tidak diikuti dengan dan depresiasi kurs rupiah. pertumbuhan ekonomi yang kembali menurun dari

6,28% (2012) menjadi 5,90% (2013). Secara statistik, Perkembangan inflasi pada Gambar 1 di atas, memi- hubungan kedua variabel ini menunjukan tidak liki kecenderungan diikuti oleh rata-rata kenaikan searah dengan angka korelasi negatif yang cukup UMP (Upah Minimim Provinsi) pada periode tinggi sebesar 0,71.berikutnya. Secara rata-rata angka pertumbuhan UMP dalam kurun waktu 2001-2013 tersebut lebih Ketiga indikator di atas yaitu inflasi, PDRB dan tinggi 1,71 kali dari realisasi angka inflasi pada UMP tersebut menarik perhatian bagi penulis untuk periode sebelumnya. Kondisi ini mencerminkan mendalami lebih lanjut pengaruh ketiga variabel bahwa setiap 1% kenaikan inflasi mempengaruhi tersebut secara simultan maupun secara parsial di kenaikan upah 1,71% pada periode berikutnya. tingkatan regional. Penulis mengambil sampel Hubungan searah kedua indikator tersebut juga sebanyak 11 (sebelas) provinsi dari 33 (tiga puluh ditunjukkan dari tingkat korelasi positif 0,38. tiga) provinsi populasi di Indonesia.

Bahkan kenaikan UMP di tahun 2012 dan 2013 Sebelum memilih provinsi sampel, penulis terlebih mencapai rasio 3,52 kali atau melebihi dua kali dari dahulu membagi wilayah Indonesia ke dalam lima pola normalnya (1,71 kali), diperkirakan tidak lagi kawasan yaitu kawasan Sumatera, Jawa, Kalimantan, hanya faktor inflasi dari tahun sebelumnya tetapi Bali dan Nusa Tenggara atau disingkat Balnusra, dan adanya pengaruh faktor lainnya antara lain adanya terakhir kawasan Sulawesi, Maluku dan Papua atau pilkada (pemilihan kepala daerah) di beberapa daerah disingkat Sulampua, sebagaimana tercermin dalam pada tahun 2012 dan 2013 seperti DKI Jakarta, Gambar 3.Sulawesi Selatan dan Bali. UMP DKI Jakarta tahun 2013 (paska pilkada 2012) naik sebesar 43,88% (rata-rata 17,93%), Sulawesi Selatan (pilkada 2013) naik 20,00% dan Bali (pilkada 2013) naik 22,07%, sementara pola normalnya (atau rata-rata 2001 s.d 2013) masing-masing hanya 17,93%, 16,86% dan 14,48%.

Dari Gambar 3 di atas, seluruh provinsi di kawasan Jawa menjadi objek sampel karena menempati proporsi terbesar baik aspek jumlah populasi maupun proporsi PDRB dan inflasi, yaitu DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur. Selanjutnya untuk kawasan Sumatera diwakili 2 propinsi sampel yaitu Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Sedangkan untuk kawasan Sulampua,

Selain itu, keyakinan tingginya kenaikan upah (UMP) Kalimantan dan Balnusra diwakili 1 provinsi yaitu mempengaruhi produktivitas, tidak tercermin seperti Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Bali. pada Gambar 2 di atas. Kenaikan UMP di tahun 2006 Pemilihan provinsi sampel di kawasan Sumatera, mencapai sebesar 18,61% atau meningkat dibanding- Sulampua, Kalimantan dan Balnusra, selain memper-kan tahun 2005 sebesar 10,73%, tidak diiringi timbangkan proporsi terbesar dari masing-masing kenaikan pertumbuhan ekonomi dan justru terjadi kawasan, juga mempertimbangkan adanya Kantor sebaliknya yang menurun dari 5,37% di tahun 2005 Perwakilan Bank Indonesia Wilayah di provinsi menjadi 5,19% (tahun 2006). Hal yang sama juga tersebut yang membawahi beberapa provinsi lainnya, terjadi di tahun 2013, pertumbuhan UMP yang sehingga memudahkan pelaksanaan koordinasi

Sumber: BPS, diolah

Gambar 2Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan

Pertumbuhan UMP di IndonesiaPeriode 2001-2013

Gambar 3Proporsi Inflasi, PDRB, Populasi Penduduk dan

Sebaran Provinsi di 5 kawasan di Indonesia

Sumber: BPS, diolah

- 199 -

Page 4: ANALISIS INFLASI DENGAN PENDEKATAN PANEL DINAMIS: …

Tahun XXVI, No. 3 Desember 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis

pengendalian inflasi di kawasan, seperti Sumatera menggunakan lag inflasi karena lag inflasi tahun lalu Selatan dan Kalimantan Selatan. sangat berpengaruh terhadap inflasi tahun sekarang.

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:atas, maka penulis membuat judul penelitian ini (1) Menguji dan menganalisis pengaruh variabel tentang “Analisis Inflasi Dengan Pendekatan Panel PDRB, Upah Minimum Provinsi, dan laju inflasi Dinamis: Studi Kasus Kawasan Jawa, Sumatera tahun sebelumnya secara simultan terhadap laju Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, inflasi daerah DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Kalimantan Selatan dan Bali”. Penelitian ini meng- Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur, gunakan variabel dependen inflasi dengan variabel Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi independennya PDRB riil, UMP dan lag inflation Selatan, Kalimantan Selatan dan Bali;periode tahun 2009-2013 dengan metodologi panel

(2) Menguji dan menganalisis pengaruh variabel dynamic analysis. PDRB, Upah Minimum Provinsi, dan laju inflasi tahun sebelumnya secara parsial terhadap laju Alasan penggunaan variabel PDRB dan UMP untuk inflasi daerah DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, mempengaruhi inflasi karena PDRB riil dan UMP Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur, sangat berkaitan dengan inflasi di daerah. PDRB riil Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi berkaitan dengan perilaku konsumsi kemudian Selatan, Kalimantan Selatan dan Bali.berpengaruh ke inflasi, sedangkan UMP berkaitan

dengan pengangguran yang kemudian berpengaruh ke inflasi juga sehingga secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap inflasi. Alasan

Inflasi dan Indeks Harga naik menyebabkan kurva AD bergeser ke kanan menjadi AD dengan output sebesar Y dan harga Inflasi merupakan tingkat perubahan dalam harga- 2 2

naik dari P menjadi P Jika masyarakat atau hatga, dan tingkat harga adalah akumukasi dari 1 2.

pemerintah masih tetap menambah pengeluarannya inflasi-inflasi terdahulu (Dornbusch, 2008:39). maka kurva AD akan bergeser lagi ke kanan sehingga Tidak ada indeks harga yang sempurna, indeks harga menjadi AD dengan ouput menjadi Y dan harga naik yang utama adalah GDP deflator, Consumer Price 3 3

Index, dan Producer Price Index. CPI mengukur dari P ke P . Inilah wujud dari inflasi yang 2 3

biaya pembelian sekelompok barang dan jasa yang disebabkan oleh kenaikan permintaan agregat. mempresentasikan pembelian konsumen perkotaan. Gambar 4 (b) jika upah naik maka biaya produksi GDP deflator dan CPI memberikan informasi yang akan naik, hal ini menyebabkan kurva AS bergeser ke berbeda tentang apa yang terjadi pada seluruh kiri yaitu dari AS ke AS sehingga output turun dari 1 2

tingkat harga dalam perekonomian (Mankiw, Y ke Y dan harga naik dari P ke P . Kenaikan harga 1 2 1 2

2007:31). menyebabkan pekerja menuntut kenaikan upah lagi, hal ini akan mengakibatkan kurva AS bergeser ke kiri Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflationlagi dari AS ke AS , output semakin berkurang 2 3

menjadi Y dan harga naik ke level yang lebih tinggi 3

yaitu dari P ke P2 3.

Teori Kuantitas Klasik

Secara garis besar teori kuantitas uang klasik menga-takan bahwa perubahan-perubahan money supply akan menyebabkan kenaikan harga yang sama tingkatnya dengan tingkat money supply. Penyebab terjadinya inflasi karena peningkatan money supply yang dapat diterangkan dengan menggunakan persamaan pertukaran menurut Irving Fisher. Jika kuantitas uang meningkat dan perputaran uang tidak

Gambar 4 bagian (a) permintaan agregat awal di AD 1 berubah, maka baik harga maupun jumlah transaksi dan P serta output sebesar Y , permintaan agregat 1, 1 harus meningkat (Mankiw, 2007:86).

LANDASAN TEORI

(a) (b)

Sumber: Gordon, 2006:213

Gambar 4Demand Pull Inflation Curve dan

Cost Push Inflation Curve

- 200 -

Page 5: ANALISIS INFLASI DENGAN PENDEKATAN PANEL DINAMIS: …

Teori Keynes terhadap distribusi pendapatan disebut dengan equity effect. Kedua, efek terhadap alokasi faktor produksi Menurut teori Keynes inflasi terjadi jika permintaan disebut dengan efficiency effect. Ketiga, efek terhadap agregat melebihi jumlah barang yang mampu produk nasional disebut dengan output effect. Efek ditawarkan oleh perekonomian sehingga timbul inflasi terhadap pendapatan, inflasi meningkat inflationary gap. Menurut teori Keynes inflasi pendapatan riil masyarakat akan menurun. Efek terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup diluar inflasi terhadap alokasi input, inflasi meningkat biaya batas ekonomisnya. Permintaan masyarakat akan produksi meningkat, maka kenaikan biaya produksi barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang pada gilirannya akan merubah pola alokasi barang yang tersedia sehingga timbul apa yang input yang sudah ada. Efek inflasi terhadap output, disebut inflationary gap”. Secara umum mereka inflasi meningkat, pendapatan riil turun, konsumsi yang penghasilannya tidak naik secepat kenaikan turun, output turun.harga harus menerima bagian barang yang lebih

kecil (Boediono, 1980:110).Kebijakan Mengatasi Inflasi

Philips Curve Menurut Bank Indonesia, salah satu cara mengatasi inflasi dengan kebijakan pemerintah dan otoritas Persamaan Philips secara umum dapat dirumuskan moneter yaitu melalui kebijakan fiskal dan kebijakan dalam persamaan sebagai berikut:moneter. Cara ini dilakukan pemerintah dan otoritas moneter agar tidak menyebabkan dampak inflasi

Persamaan 1. menjelaskan bahwa inflasi tergantung seperti meningkatnya harga-harga secara umum dan pada inflasi tahun lalu, pengangguran siklis dan terus menerus (pengertian inflasi), menjadi tidak guncangan penawaran. Simbol π menunjukkan meluas. Karena inflasi dapat menurunkan pertum-t-1

bahwa inflasi memiliki inersia. Inersia ini muncul buhan ekonomi suatu negara. Sebaliknya, kebijakan karena inflasi masa lalu mempengaruhi ekspektasi yang diambil juga harus dapat mencegah penyebab inflasi masa depan dan karena ekspektasi ini inflasi maupun timbulnya deflasi.mempengaruhi upah serta harga yang ditetapkan.

n Contoh kebijakan fiskal pemerintah, misalnya adalah Simbol β(u-u ) menunjukkan bahwa pengangguran menurunkan pungutan pajak secara dinamis, siklis (penyimpangan dari pengangguran alamiah) menaikkan insentif bagi dunia usaha yang melakukan memberi tekanan pada inflasi. Jika pengangguran perdagangan internasional, kebijakan ekspor-impor rendah maka akan menarik inflasi ke atas. Peramater β yang secara positif dapat menurunkan tingkat inflasi, mengukur sejauh mana responsivitas inflasi terhadap kebijakan pembangunan infrastruktur yang tidak pengangguran siklis. Selanjutnya v menunjukkan menekan dunia usaha. Contoh kebijakan moneter bahwa inflasi juga naik turun karena guncangan misalnya adalah open market operation, discount penawaran. Contoh guncangan ini misalnya kenaikan rate policy, cash ratio policy, dan moral suasion.harga minyak dunia yang pada akhirnya menyebakan

kenaikan hagrga barang.

Efek Inflasi

Dampak inflasi dalam suatu perekonomian negara dapat dikelompokkan menjadi tiga. Pertama efek

Tahun XXVI, No. 3 Desember 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis

np = p -b(u - u ) + vt-1 ................................... (1)

Hasil yang diperoleh dari penelitian Nagayasu lebih kuat dibandingkan dengan melalui transmisi (2010) adalah secara statistik, tingkat signifikansi nilai tukar riil.inflasi regional di 10 provinsi negara Jepang berbeda

Kesimpulan yang didapat dari penelitian Donggori dan tidak ada konvergensi harga di semua provinsi dkk., (2014) adalah perubahan Indeks Harga Konsu-negara Jepang. Arnold and Kool (2003) juga men di kota Jayapura dan kota Manokwari saling meneliti tentang perbedaan inflasi regional. Hasil mempengaruhi dan kedua kota tersebut memiliki yang diperoleh dari peelitian Arnold and Kool karakeristik inflasi yang hampir sama sehingga (2003) adalah kenaikan tingkat inflasi regional hubungan antara keduanya dapat dijelaskan dengan akibat efek pro-cyclical, dalam jangka pendek model koreksi kesalahan (ECM). Berbeda dengan melalui transmisi tingkat bunga riil dan kekayaan

PENELITIAN TERDAHULU

- 201 -

Page 6: ANALISIS INFLASI DENGAN PENDEKATAN PANEL DINAMIS: …

Donggori dkk., (2014), Kesimpulan dari penelitian jangka pendek dan jangka panjang. Harga komoditas Apriliawan dkk., (2013) adalah variabel IHK dan berpengaruh signifikan dalam mempengaruhi inflasi. pertumbuhan PDRB berpengaruh signifikan dan Dengan menggunak metodologi yang sama, yaitu berbanding lurus terhadap laju inflasi di Provinsi VAR. Kesimpulan yang didapat dari penelitian Jawa Tengah. Variabel UMK berpengaruh signifikan Gabrijelčič dkk., (2012) adalah inflasi harga pangan di dan berbanding terbalik terhadap laju inflasi di Slovenia dipengaruhi oleh faktor lonjakan permintaan Provinsi Jawa Tengah. pangan domestik dan peningkatan HICP.

Kesimpulan dari penelitian Hidayati (2013), inflasi di Manggi dan Saraswati (2013) menganalisis inflasi di Jawa Timur memiliki derajat persistensi yang tinggi. Indonesia adalah ECM. Kesimpulan yang didapat Persistensi inflasi yang tinggi mengindikasikan adalah suku bunga PUAB berpengaruh signifikan bahwa inflasi membutuhkan waktu yang cukup lama terhadap inflasi dalam jangka panjang dan jangka untuk kembali kenilai alamiahnya setelah adanya pendek. JUB dan harga minyak dunia dalam jangka shock. Persistensi inflasi Jawa Timur dipengaruhi oleh panjang berpengaruh positif. Variabel dummy musim shock yang terjadi pada komponen administered price tidak berpengaruh terhadap inflasi baik dalam jangka dan volatile foods. Adanya pembentukan Tim Pengen- panjang maupun jangka pendek. Hasil penelitian Irz dali Inflasi Daerah (TPID) memiliki pengaruh meng- dkk., (2012) menunjukkan bahwa hubungan urangi persistensi inflasi Jawa Timur. Metode yang keseimbangan jangka panjang yang signifikan secara digunakan oleh Hidayati (2013) menggunakan PAM, statistik terjadi antara harga makanan, pertanian, metode ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan tenaga kerja dan energi. Hasil penelitian Ahsan dkk., oleh Apriliawan, dkk (2013), Nagayasu (2010), dan (2011) menunjukkan agricultural subsidy dan world Arnold dan Kool (2003), serta Donggori, dkk (2014). food prices berdampak signifikan pada harga

makanan di Pakistan. Hasil penelitian dari Widiarsih (2012) adalah variabel harga dasar gabah berpengaruh signifikan terhadap Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu Inflasi bahan makanan baik dalam jangka panjang meliputi penggunaan variabel, periode, dan tempat maupun jangka pendek. Variabel jumlah impor beras penelitian, serta metode penelitian. Penelitian ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel menggunakan variabel dependen inflasi di kawasan inflasi bahan makanan dalam jangka pendek namun Jawa. Untuk variabel independennya UMP di tidak untuk jangka panjang. Dalam jangka panjang, kawasan Jawa, dan PDRB di kawasan Jawa. Sedang-variabel jumlah produksi padi berpengaruh signifikan kan jurnal terdahulu lebih membahas IHK, inflasi terhadap inflasi bahan makanan. Namun dalam jangka bahan makanan, dan banyak yang menggunakan pendek, variabel ini tidak memiliki pengaruh variabel moneter untuk mempengaruhi inflasi. Untuk signifikan terhadap inflasi bahan makanan. alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini Kesimpulan penelitian Wei (2013) adalah Harga adalah panel dynamic analysis. Selain itu, persamaan komoditas dan harga barang-barang manufaktur dapat penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah memprediksi fluktuasi jangka pendek dan panjang sama-sama membahas mengenai inflasi.dari inflasi. Harga barang-barang manufaktur masih signifikan dalam mempengaruhi inflasi baik dalam

Tahun XXVI, No. 3 Desember 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis

Secara sistematis hubungan antara keempat variabel Kerangka konseptual dalam penelitian ini disajikan tersebut dalam mempengaruhi inflasi dapat untuk mengarahkan pelaksanaan penelitian dan dituangkan ke dalam kerangka konseptual pemikiran memudahkan pembaca dalam memahami alur proses pada gambar berikut: penelitian. Penelitian ini membahas pengaruh secara

parsial dan secara simultan variabel output yang diproxikan PDRB, upah tenaga kerja yang di proxikan Upah Minimum Provinsi (UMP), dan lag inflasi tahun sebelumnya terhadap inflasi daerah dengan metode regresi panel dinamis. Cross section berjumlah 11 yaitu DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi

KERANGKA KONSEPTUAL

PDRB Riil (LPDRB )it

UMP (LUMP )it

Inflasi sebelumnya (INF )it-1

INFLASI(INF )it

Gambar 5: Kerangka Konseptual

- 202 -

Page 7: ANALISIS INFLASI DENGAN PENDEKATAN PANEL DINAMIS: …

Selatan, Kalimantan Selatan dan Bali, dengan diproksikan PDRB, maka kenaikan permintaan total menggunakan time series periode tahun 2009-2013. akan meningkatkan PDRB, tetapi juga meningkatkan Dalam penelitian ini inflasi dipengaruhi oleh PDRB, inflasi.UMP, dan lag inflasi sebelumnya, dimana terlihat

Efek kenaikan upah pada laju inflasi dapat ditinjau bahwa pengaruhnya secara simultan dan secara baik dari sisi penawaran maupun permintaan. Dari parsial. sisi penawaran, upah sebagai salah satu biaya input

Hubungan antara output dengan inflasi melalui teori produksi dapat berpotensi menyebabkan peningkatan AD-AS, dimana ketika harga semula dan ouput dititik inflasi, terutama jika peningkatan upah tidak yang seimbang, kenaikan permintaan total menyebab- dibarengi oleh peningkatan produktivitas tenaga kan pergeseran kurva AD ke kanan atas dan output kerja. Sementara dari sisi permintaan, peningkatan meningkat sehingga ada sebagian permintaan yang upah berpotensi mendorong peningkatan daya beli.tidak dapat dipenuhi oleh penawaran (asumsi kurva AS konstan). Akibat dari shortage harga mengalami kenaikan, atau yang disebut dengan inflasi. Jika output

Tahun XXVI, No. 3 Desember 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis

Hipotesis yang dapat ditarik berdasarkan latar 2. PDRB riil, UMP, dan laju inflasi sebelumnya belakang, tujuan penelitian dan landasan teori yang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap telah dipaparkan adalah sebagai berikut: laju inflasi daerah DKI Jakarta, Banten, Jawa

Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa 1. PDRB riil, UMP, dan laju inflasi sebelumnya Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Bali.laju inflasi daerah DKI Jakarta, Banten, Jawa

Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Bali.

HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan hipotesis di atas, dengan menggunakan pmetode regresi panel dinamis dengan model yang digunakan adalah sebagai berikut:

pit

= lag inflasiit-1

L = Logaritma= Intercept

b b b = Koefisien regresi1, 2, 3

µ = error term (residu)t = menunjukkan time seriesKeterangan:I = menunjukkan cross section= Inflasi

PDRB = Produk Domestik Regional Bruto riilit

UMP = Upah Minimum Provinsiit

MODEL ANALISIS

p = a + b L PDRB + b LUMP + b p + µit 1 it 2 it 3 it-1 it

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kaliman-Pendekatan kuantitatif menitikberatkan pada tan Selatan dan Bali, selanjutnya akan dilakukan pengujian hipotesa secara statistik, data yang diguna- penjelasan deskriptif untuk membahas intepretasi kan harus terukur dan akan menghasilkan kesimpulan lebih lanjut dari temuan yang diperoleh dalam analisis yang dapat digeneralisasikan. Selain itu, penelitian ini kuantitatif sehingga dapat diperoleh kesimpulan.menggunakan teknik analisis dynamic panel untuk mencoba membuat penelitian secara umum mengenai pengaruh PDRB, UMP, dan lag inflasi terhadap inflasi daerah DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur, Sumatera

METODE PENELITIAN

- 203 -

Page 8: ANALISIS INFLASI DENGAN PENDEKATAN PANEL DINAMIS: …

Tahun XXVI, No. 3 Desember 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam salahan. Data yang dikumpulkan ditabulasi untuk penelitian ini adalah dokumentasi, yaitu pengum- selanjutnya diolah dan di analisis secara kuantitatif. pulan data dengan cara membaca bahan-bahan yang Pengumpulan data yang digunakan dalam peneli-menjadi sumber data baik yang berasal dari laporan tian ini adalah pengumpulan data secara online yang penelitian, laporan kajian ekonomi regional, jurnal, bersumber dari Bank Indonesia dan BPS.maupun artikel yang berhubungan dengan perma-

PROSEDUR PENGUMPULAN DATA

Arellano dan Bond (1991) (AB) mengajukan metode dinamis. Model yang digunakan dalam estimasi harus dengan prosedur estimasi yang lebih efisien yaitu dilakukan uji robust yaitu sargan test, di mana uji ini metode generalized method of moments (GMM), akan menentukan valid atau tidaknya model yang estimator AB dapat dilakukan dengan one-step dan digunakan dalam estimasi. Hipotesis nol (H0) dalam two-step. Estimasi GMM dapat digunakan pada data sargan test adalah overidentifying restriction are valid. dengan cross-section N tak terhinggadan dalam Dalam uji ini terdapat nilai probabilitas chi-square, periode T yang tetap (fixed). Arellano dan Bond dimana jika nilai probabilitasnya signifikan (dibawah (1991) menderivasi estimator GMM yang konsisten level 1%, 5%, atau 10%) maka mengindikasikan untuk parameter di dalam model sebagai estimator. penolakan terhadap hipotesis nol (H0). Penolakan H0 Estimator ini didesain untuk dataset dengan banyak menyatakan bahwa perlu dipertimbangkan kembali cross section dan periode yang pendek, dengan syarat model dan instrument yang digunakan dalam estimasi.bahwa tidak ada autokorelasi pada idiosyncratic

Post estimation dalam panel dinamis selanjutnya errors. Estimator untuk model yang menggunakan adalah uji parsial dan simultan. Dalam uji ini terdapat additional moment conditions dan dengan syarat nilai probabilitas z dan nilai probabilitas wald test, di bahwa tidak ada autokorelasi pada idiosyncratic mana jika nilai probabilitasnya signifikan (di bawah errors dapat menggunakan estimator yang level 1%, 5%, atau 10%) maka mengindikasikan dikembangkan oleh Arellano-Bover/Blundell-Bond, penolakan terhadap hipotesis nol (H0). Penolakan sedangkan estimator untuk model yang mengijinkan (H0) menyatakan bahwa menerima H1 dan dapat adanya autokorelasi pada idiosyncratic error Arellano disimpulan signifikan secara parsial maupun dan Bond (1991) menyatakan dapat digunakan simultan.sebagai estimator.

Terdapat beberapa prosedur ekonometrik yang dapat dilakukan sebagai post estimation dalam panel

TEKNIS ANALISIS

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Variabel Independen KeteranganProb.

LPDRBitLUMPitINFit-1Prob. Wald test

0,025**0,015**0,000**0,000**

SignifikanSignifikanSignifikanSignifikan

Sumber: Hasil pengolahan dengan STATA 13

Keterangan:** = Signifikan pada 5%Prob. Wald test = Probabilitas untuk uji simultan

Tabel 1. dan hipotesis satu diterima, sehingga secara statistik Hasil Uji Statistik Panel Dinamis variabel LPDRBit daerah DKI Jakarta, Banten, Jawa

Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Bali berpengaruh signifikan terhadap INFit daerah DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Bali.

Pengaruh Upah Minimum Provinsi terhadap inflasi dapat dilihat pada tabel 1. Nilai probabilitas LUMPit sebesar (0,015) yang kurang dari 5% (0,05). Hal ini Diuji secara general pengaruh PDRB riil terhadap dapat simpulkan bahwa hipotesis nol ditolak dan inflasi dapat dilihat pada Tabel 1. Nilai probabilitas hipotesis satu diterima sehingga secara statistik LPDRBit sebesar 0,025 yang kurang dari 5% (0,05). variabel UMPit daerah DKI Jakarta, Banten, Jawa Hal ini dapat simpulkan bahwa hipotesis nol ditolak Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur,

- 204 -

Page 9: ANALISIS INFLASI DENGAN PENDEKATAN PANEL DINAMIS: …

Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Melalui pengujian dengan metode panel dynamic Kalimantan Selatan dan Bali berpengaruh signifikan pengaruh PDRB riil terhadap inflasi signifikan. Nilai terhadap INFit daerah DKI Jakarta, Banten, Jawa probabilitas LPDRB sebesar 0,025 yang kurang dari it

Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur, 5% (0,05). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Apriliawan dkk., (2013), dimana pertumbuhan Kalimantan Selatan dan Bali. ekonomi yang diproksikan oleh PDRB riil berpenga-

ruh signfikan terhadap inflasi di kabupaten/kota Jawa Pengaruh lag inflasi terhadap inflasi dapat dilihat pada Tengah. Signifikansi pengaruh PDRB riil daerah DKI Tabel 1. nilai probabilitas INFit-1 sebesar 0,000 yang Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI kurang dari 5% (0,05). Hal ini dapat simpulkan bahwa Yogyakarta dan Jawa Timur, Sumatera Utara, hipotesis nol ditolak dan hipotesis satu diterima Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan sehingga secara statistik variabel INFt-1 daerah DKI Selatan dan Bali terhadap inflasi daerah DKI Jakarta, Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogya- Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan karta dan Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Bali Bali berpengaruh signifikan terhadap INFt daerah tahun 2009-2013 disebabkan oleh peningkatan DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI PDRB riil yang didorong oleh komponen demand Yogyakarta dan Jawa Timur, Sumatera Utara, side dan supply side. Dari komponen demand side, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan PDRB riil didorong oleh konsumsi rumah tangga Selatan dan Bali. untuk barang dan jasa. Permintaan barang dan jasa

yang tinggi menyebabkan tingkat harga barang dan Begitu juga dengan pengujian secara simultan yang jasa meningkat atau inflasi. Dari komponen supply dilihat dari wald test. Tabel 1. menunjukkan proba-side, PDRB riil didorong oleh sektor industri bilitas wald test sebesar 0,000 yang kurang dari 5%. manufaktur, meningkatnya Tarif Daya Listrik (TDL) Hal ini dapat simpulkan bahwa hipotesis nol ditolak dan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan hipotesis satu diterima sehingga secara simultan menyebabkan biaya-biaya operasional meningkat (secara bersama-sama) variabel LPDRBit, LUMPit, sehingga harga barang yang dihasilkan oleh industri dan INFit-1 daerah DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, manufaktur meningkat dan menyebabkan inflasi.Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur,

Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Nilai probabilitas LUMP sebesar 0,015 yang kurang itSelatan, Kalimantan Selatan dan Bali berpengaruh dari 5% (0,05), sehingga LUMP daerah DKI Jakarta, itsignifikan terhadap INFit daerah DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Bali Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Bali.terhadap inflasi daerah DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur, Pengujian yang tidak kalah penting adalah melihat Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, valid tidaknya model panel dinamis digunakan. Kalimantan Selatan dan Bali berpengaruh signifikan. Valid tidaknya model panel dinamis dapat dilihat UMP berpengaruh signifikan terhadap inflasi dari probabilitas uji sargan. Berdasarkan Gambar 6 disebabkan oleh peningkatan UMP yang didasarkan diketahui bahwa probabilitas uji Sargan sebesar pada tuntukan kebutuhan hidup layak oleh para 0,0861 sedangkan tingkat signifikansi yang diguna-pekerja (buruh), meningkatnya produktivitas dibebe-kan adalah 5%. Dengan demikian, probabilitas uji rapa sektor, dan meningkatnya PDRB Riil di daerah sargan (0,0861) lebih besar dari 0,05. Kesimpulan-DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI nya adalah model panel dinamis yang digunakan Yogyakarta dan Jawa Timur, Sumatera Utara, dalam penelitian ini valid sehingga model panel Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan dinamis sudah tepat digunakan.Selatan dan Bali. Menurut Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Internasional Februari 2014, konsumsi rumah tangga meningkat seiring dengan peningkatan UMP. Dengan demikian, peningkatan UMP menyebabkan peningkatan konsumsi rumah tangga sehingga menyebabkan peningkatan inflasi di daerah DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur, Sumatera Utara,

Tahun XXVI, No. 3 Desember 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis

Sargan test of overidentifying restrictionsH0 : overidentifying restrictions are valid

chi2 (5) = 9.640816Prob > chi2 = 0.0861

Sumber: Hasil diolah dengan STATA 13

Gambar 6: Uji Sargan

- 205 -

Page 10: ANALISIS INFLASI DENGAN PENDEKATAN PANEL DINAMIS: …

Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Bali Selatan dan Bali. terhadap inflasi daerah DKI Jakarta, Banten, Jawa

Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur, Faktor lain yang menyebabkan UMP di daerah DKI Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Kalimantan Selatan dan Bali tahun 2009-2013, Yogyakarta dan Jawa Timur, Sumatera Utara, disebabkan permintaan barang di 11 provinsi tersebut Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan meningkat didorong naiknya sifat konsumtif Selatan dan Bali meningkat karena UMP di 11 masyarakat di 11 provinsi tersebut. Sifat konsumtif provinsi masih di bawah titik keseimbangan permin- masyarakat meningkat jika tidak diimbangi oleh taan dan penawaran tenaga kerja di pasar tenaga persediaan barang yang diproduksi lebih banyak, kerja, sehingga tidak terjadi sticky wage. Kenaikan maka harga barang di 11 provinsi tersebut akan naik UMP tersebut lebih mendorong tenaga kerja untuk karena terjadi kelangkaan atau keterbatasan pada mendapatkan pekerjaan dan begitu juga bagi sektor barang tersebut. Apabila masyarakat di 11 provinsi usaha, kenaikan UMP tidak disikapi oleh manajemen tersebut masih terus menambah pengeluarannya maka perusahaan untuk mengurangi jumlah pekerja, tetapi harga akan naik secara umum dan terjadi inflasi. dijadikan sebagai strategi penting dalam meningkat- Kondisi ini juga disebabkan karena meningkatnya kan kinerja pekerja secara nyata, mendorong inflasi periode-periode sebelumnya yang akan terpeliharanya kelangsungan hidup satuan kerja, mendorong harga-harga barang di 11 provinsi tersebut terwujudnya visi misi, dan untuk pencapaian sasaran pada periode berikutnya.kerja melalui produktivitas yang tinggi yang pada akhirnya akan mengurangi tingkat pengangguran Variabel LPDRB , LUMP , dan INF daerah DKI it it it-1

yang ada. Kenaikan UMP menyebabkan kenaikan Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI biaya produksi sehingga perusahaan terasa terbebani. Yogyakarta dan Jawa Timur, Sumatera Utara, Secara teori, kenaikan biaya produksi yang ditandai Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan dengan pergesaran kurva AS ke kiri atas akan Selatan dan Bali secara bersama-sama (simultan) menyebabkan kenaikan harga output. Oleh sebab itu, berpengaruh signifikan terhadap inflasi (INF )daerah it

peningkatan UMP di daerah DKI Jakarta, Banten, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Yogyakarta dan Jawa Timur, Sumatera Utara, Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Selatan dan Bali akan Selatan dan Bali. Hal ini dapat ditunjukkan dengan meningkatkan biaya produksi bagi perusahan- nilai probabilitas wald test sebesar 0,000 yang kurang perusahan di 11 provinsi dan untuk selanjutnya dari 5% (0,05). Hal ini dapat simpulkan bahwa perusahaan akan meningkatkan harga, peningkatan hipotesis nol ditolak dan hipotesis satu diterima harga menyebabkan peningkatan inflasi. sehingga secara simultan (secara bersama-sama)

variabel LPDRB , LUMP , dan INF berpengaruh it it it-1Melalui pengujian dengan metode panel dynamic terhadap INF . Hasil diatas tidak jauh berbeda dengan tpengaruh inflasi tahun sebelumnya (INF ) terhadap it-1 pengujian secara parsial, yang menyatakan bahwa inflasi signifikan. Nilai probabilitas INF sebesar it-1 secara masing-masing (terpisah) pengaruh variabel

0,000 yang kurang dari 5% (0,05). Hal ini dapat independen (LPDRB , LUMP , dan INF ) i t i t i t-1simpulkan bahwa hipotesis nol ditolak dan hipotesis berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen satu diterima sehingga secara statistik variabel INF t-1 (inflasi).

berpengaruh signifikan terhadap INF . Hasil yang t

signifikan ini sesuai dengan teori dari Philips curve, Signifikansi pengaruh secara bersama-sama antara dimana inflasi tahun sebelumnya akan berdampak LPDRB , LUMP , dan INF dengan INF daerah it it it-1 it

langsung pada inflasi tahun t. Dengan demikian, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI kenaikan inflasi tahun sebelumnya akan memberikan Yogyakarta dan Jawa Timur, Sumatera Utara, dampak yang signifikan pada inflasi tahun Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan berikutnya. Proses ini berjalan secara bergantian dan Selatan dan Bali disebabkan oleh peningkatan PDRB mencerminkan bahwa inflasi antarperiode sifatnya riil dari sisi permintaan didorong oleh konsumsi tidak stabil (Priyono dan Setiasih, 2009). rumah tangga untuk bahan pangan, peningkatan sifat

konsumsi rumah tangga diikuti oleh meningkatnya Siginifikasi pengaruh lag inflation daerah DKI Jakarta,

UMP sehingga daya beli masyarakat juga ikut Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan

meningkat. Peningkatan daya beli masyarkat tidak Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan,

Tahun XXVI, No. 3 Desember 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis

- 206 -

Page 11: ANALISIS INFLASI DENGAN PENDEKATAN PANEL DINAMIS: …

Tahun XXVI, No. 3 Desember 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis

diimbangi oleh persediaan barang lebih banyak yang perusahaan-perusahaan di daerah DKI Jakarta, diproduksi oleh perusahaan maka harga barang Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan tersebut akan naik karena di pasar terjadi shortage Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, (excess demand). Apabila masyarakat di 11 provinsi Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Bali tersebut masih terus menambah pengeluarannya, dibebankan oleh keputusan pemerintah daerah terkait maka harga akan naik secara umum dan terjadi inflasi. peningkatan UMP. Dampak negatif bagi perusahaan Selain itu, meningkatnya inflasi tahun sebelumnya dari kenaikan UMP yaitu kenaikan biaya produksi. akan mendorong harga-harga barang di 11 provinsi Hal ini mempengaruhi peningkatan inflasi akibat dari tersebut pada tahun berikutnya. Misalnya, dorongan biaya produksi. Peningkatan biaya produksi peningkatan inflasi tahun 2013 akan dipengaruhi oleh di perusahaan akan menggeser kurva agregat supply kondisi inflasi tahun 2012. Selanjutnya, peningkatan bergeser ke kiri dan di ikuti oleh peningkatan harga. PDRB riil dari sisi penawaran didorong oleh sektor Kenaikan biaya produksi bagi perusahan-perusahan industri manufaktur. Meningkatnya Tarif Daya Listrik di 11 provinsi akan diiringi kenaikan harga yang (TDL) dan kenaikan harga bahan bakar minyak mendorong peningkatan inflasi.(BBM) menyebabkan biaya-biaya operasional meningkat sehingga harga barang yang dihasilkan oleh industri manufaktur meningkat. Disisi lain

Simpulan meningkatkan inflasi. Salah satu variabel yang mempengaruhi inflasi dalam teori kurva Philips Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan adalah inflasi tahun sebelumnya (?t-1), pengaruh maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian inflasi tahun sebelumnya dengan inflasi tahun t ini antara lain:berdampak secara langsung, dengan demikian, 1. Variabel LPDRBit, LUMPit, dan INFit-1 secara kenaikan inflasi tahun sebelumnya akan simultan berpengaruh signifikan terhadap inflasi memberikan dampak yang signifikan pada inflasi (INFit) daerah DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, tahun berikutnya. Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur,

Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi 4. Pengaruh PDRB riil terhadap inflasi dalam Selatan, Kalimantan Selatan dan Bali. penelitian ini didukung dari hasil penelitian

Apriliawan dkk., (2013) yang menunjukkan 2. Variabel LPDRBit, LUMPit, dan INFit-1 secara bahwa pertumbuhan ekonomi yang diproksikan parsial berpengaruh signifikan terhadap inflasi oleh PDRB riil berpengaruh signfikan terhadap (INFit) daerah DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, inflasi. Pengaruh UMP terhadap inflasi dalam Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur, penelitian ini juga didukung dari hasil penelitian Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Apriliawan dkk., (2013). Penelitian Apriliawan Selatan, Kalimantan Selatan dan Bali.dkk., (2013) menunjukkan UMP berpengaruh

3. Pengaruh PDRB riil terhadap inflasi sesuai teori signifikan terhadap inflasi. Pengaruh lag inflasi demand pull inflation yang ditunjukkan dengan terhadap inflasi dalam penelitian ini didukung peningkatan PDRB riil yang mencerminkan penelitian yang dilakukan oleh Apriliawan dkk., peningkatan daya beli konsumen, mempengaruhi (2013), hasil menunjukkan lag inflation memiliki peningkatan permintaan masyarakat terhadap pengaruh signifikan dan berbanding lurus barang dan jasa, jika tidak dibarengi dengan terhadap laju inflasi.peningkatan penawaran barang dan jasa akan menyebabkan shortage (kurva AD bergeser ke Sarankanan atas), sehingga harga barang dan jasa Berdasarkan simpulan di atas maka penulis membe-meningkat dan akhirnya menimbulkan masalah rikan beberapan saran sebagai berikut:inflasi. Pengaruh Upah Minimum Provinsi sesuai

1. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan melakukan dengan teori yang ditunjukkan dengan kenaikan

pengujian dengan metode lain, menambah UMP menyebabkan kenaikan biaya produksi.

variabel makroekonomi lainnya untuk Secara teori, kenaikan biaya produksi yang

mempengaruhi inflasi, menambah jumlah data ditandai dengan pergesaran kurva AS ke kiri atas

observasi serta memasukkan variabel dummy akan menyebabkan kenaikan harga output yang

misalnya dummy krisis.

SIMPULAN DAN SARAN

- 207 -

Page 12: ANALISIS INFLASI DENGAN PENDEKATAN PANEL DINAMIS: …

2. Hasil penelitian ini mencerminkan bahwa variabel sebelumnya dan memperhatikan arah peneta-PDRB riil, Upah Minimum Provinsi (UMP) dan pan target inflasi dari otoritas moneter, agar inflasi tahun sebelumnya (lag inflation), merupa- mempermudah pelaku usaha menetapkan kan instrumen yang kuat mempengaruhi inflasi rencana bisnis dan terus menjaga daya saing baik secara simultan maupun parsial. Oleh sebab serta iklim investasi di daerah setempat. itu, penting bagi institusi terkait untuk mengana- • Bekerja sama dengan industri meningkatkan lisis lebih lanjut pengaruh variabel-variabel ter- kapasitas dan kapabilitas tenaga kerja melalui sebut, agar formulasi dan implementasi kebijakan pelatihan secara berkala dan berkesinambungan.baik jangka pendek maupun jangka panjang

4. Sedangkan untuk daerah dengan tingkat pengaruh menjadi efektif dan tepat sasaran dalam menjaga yang kuat terhadap inflasi tahun sebelumnya (lag stabilitas harga. Misal untuk daerah dengan signi-inflation) seperti provinsi Banten dan Jawa Timur, fikansi PDRB riil yang kuat seperti Bali dan DI perlu mengantisipasi faktor anomali iklim agar Yogyakarta, agar terus menjaga daya saing melalui menjaga kelancaran dan kesinambungan produksi peningkatan produktivitas. Sedangkan untuk khususnya komoditas pangan. Sementara untuk provinsi Kalimantan Selatan dapat meningkatkan daerah konsumen seperti DKI Jakarta, agar proporsi belanja modal untuk mendorong efek melakukan kerjasama dengan daerah produsen multiplier, mengingat konsumsi pemerintah dalam untuk menjaga kelancaran pasokan dan distribusi. struktur PDRB relatif cukup besar.Selain itu, kebijakan administered price dapat

3. Sementara untuk daerah dengan tingkat signifi- diterapkan secara prorata, agar tidak mempenga-kansi yang kuat antara Upah Minimum Provinsi ruhi pergerakan harga komoditas lainnya. (UMP) dengan inflasi seperti di provinsi Kalimantan Selatan, Bali dan Jawa Timur, perlu mempertimbangan antara lain hal-hal berikut:

• Kebijakan penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP) mempertimbangkan realisasi inflasi

Tahun XXVI, No. 3 Desember 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis

DAFTAR PUSTAKA

Achsani, dkk. 2009. Keterkaitan Inflasi dengan Nilai Tukar Riil: Analisis Komparatif antara Asean+3, Uni Eropa dan Amerika Utara. Majalah Ekonomi. Tahun XIX. No. 3.

Ahsan, dkk. 2011. The Determinants of Food Prices: A Case Study of Pakistan. PIDE Working Papers. Page 76.

Apriliawan, dkk. 2013. Pemodelan Laju Inflasi Di Provinsi Jawa Tengah Menggunakan Regresi Data Panel. Jurnal Gaussian. Volume 2. Nomor 4. Tahun 2013. Halaman 301-321.

Atmadja. 1999. Inflasi di Indonesia: Sumber-Sumber Penyebab dan Pengendaliannya. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 1. No. 1. Page 54-67.

Arellano, M. dan S. Bond. 1991. Some Test of Spesification for Panel Data: Monte Carlo Evidence and an Application to Employee Equations. Review of Economic Studies 58, 277-297.

Arnold dan Kool. 2003. The Role of Inflation Differentials in Regional Adjustment: Evidence from the United States. Discussion Paper Series 04-13.

Bank Indonesia. Kajian Regional Laporan Nusantara Bulan November 2014.

____________ Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Timur Tahun 2009-2013.

____________ Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Tengah Tahun 2009-2013.

____________ Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Barat Tahun 2009-2013.

____________ Kajian Ekonomi Regional Wilayah DKI Jakarta Tahun 2009-2013.

____________ Kajian Ekonomi Regional Wilayah Sumatera Utara Tahun 2009-2013.

____________ Kajian Ekonomi Regional Wilayah Sumatera Selatan Tahun 2009-2013.

- 208 -

Page 13: ANALISIS INFLASI DENGAN PENDEKATAN PANEL DINAMIS: …

____________

____________ Kajian Ekonomi Regional Wilayah Banten Tahun 2009-2013.

____________ Kajian Ekonomi Regional Wilayah D. I. Yogyakarta Tahun 2009-2013.

____________ Kajian Ekonomi Regional Wilayah Kalimantan Selatan Tahun 2009-2013.

____________ Kajian Ekonomi Regional Wilayah Sulawesi Selatan Tahun 2009-2013.

Boediono. 1985. Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE.

Donggori, dkk. 2014. Model Koreksi Kesalahan pada Data Runtun Waktu Indeks Harga Konsumen Kota-kota di Papua. JdC. Vol. 3. No. 1. Maret 2014.

Dornbusch, Rudiger, dkk. Makroekonomi. Terjemahan Oleh Mirazudin. 2008. Media Global Edukasi: Jakarta.

, dkk. 2012. Food Prices Pass-Through In Slovenia. Prikazi In Analize.

Gordon, Robert J. 2006. Macroeconomics. USA: PEARSON.

Hidayati, Fatimah. 2013. Analisis Persistensi Inflasi Jawa Timur : Suatu Pendekatan Sisi Penawaran. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

Irz, dkk. 2012. Determinants Of Food Price Inflation In Finland. MTT Agrifood Research, Economic Research Unit.

Manggi dan Saraswati. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia: Model Demand Pull Inflation. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan. Vol. 6. No. 2 Agustus 2013.

Mankiw, N. Gregory. Makroekonomi. Nurmawan. 2000. Erlangga: Jakarta.

____________ Teori Makroekonomi. Terjemahan Oleh Liza dan Nurmawan. 2007. Erlangga: Jakarta.

Nagayasu, Jun. 2010. Regional Inflation (Price) Behaviors: Heterogeneity and Convergence. MPRA.

Priyono dan Setiasih. 2009. Deteksi Faktor Penyebab Inflasi di Purwokerto. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan. Volume 10. Nomor 1.: Hal. 65 ? 76.

Silvia dkk,. 2013. Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Investasi, dan Inflasi di Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi. Vol. I. No. 02.

Syahriani dkk. 2014. Dampak Peningkatan Upah Minimum Provinsi Terhadap Inflasi Dan Pasar Kerja di Provinsi Aceh. Agrisep. Vol (15) No. 2.

Wei, Yanfeng. 2013. Commodity Price, Manufactured Good Prices And Inflation: Evidence From Japan. Economics Bulletin. Vol. 33. No. 2. pp. 986-992.

Widiarsih. 2012. Pengaruh Sektor Komoditi Beras Terhadap Inflasi Bahan Makanan. Jurnal Sosial Ekonomi Pembangunan. Tahun II No. 6. Juli 2012.

Kajian Ekonomi Regional Wilayah Bali Tahun 2009-2013.

Gabrijelčič

Tahun XXVI, No. 3 Desember 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis

- 209 -