analisis implementasi prinsip akuntabilitas, …digilib.unila.ac.id/58778/3/skripsi tanpa bab...

78
ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, TRANSPARANSI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN DANA DESA (STUDI DI KECAMATAN KOTAAGUNG TIMUR, KABUPATEN TANGGAMUS) Skripsi Oleh Apriansyah FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Upload: others

Post on 01-Aug-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS,

TRANSPARANSI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM

PENGELOLAAN DANA DESA (STUDI DI KECAMATAN KOTAAGUNG

TIMUR, KABUPATEN TANGGAMUS)

Skripsi

Oleh

Apriansyah

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 2: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

ii

ABSTRAK

ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS,

TRANSPARANSI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM

PENGELOLAAN DANA DESA (STUDI DI KECAMATAN KOTAAGUNG

TIMUR, KABUPATEN TANGGAMUS)

OLEH

APRIANSYAH

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis implementasi prinsip

akuntabilitas, transparansi dan partisipasi dalam pengelolaan Dana Desa di

Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pendekatan metode campuran atau kombinasi (mixed

methods). Sedangkan sumber data adalah data primer yang diperoleh dari hasil

penyebaran kuesioner yang dibagikan kepada responden, dan informasi yang

diperoleh dari wawancara terhadap tim pengelola keuangan desa dan unsur terkait

lainnya yang sudah mengisi instrument survei dalam pengumpulan data. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan Dana Desa di Kecamatan Kotaagung

Timur, Kabupaten Tanggamus cukup baik untuk menerapkan prinsip dan aturan

mengenai akuntabilitas, namun dalam hal pelaporan seringkali terlambat,

dikarenakan penyesuaian terhadap Perbup tentang Pengelolaan Dana Desa yang

berubah-ubah. Prinsip transparansi, dan partisipasi dalam pengelolaan Dana Desa

masih belum maksimal dilaksanakan baik dari sisi pemerintah desa maupun dari

sisi masyarakat. Hal tersebut ditunjukkan dari tertutupnya akses publik dalam

memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

dilibatkan dalam penyusunan RAB dan RAPBDes.

Page 3: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS,

TRANSPARANSI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM

PENGELOLAAN DANA DESA (STUDI DI KECAMATAN KOTAAGUNG

TIMUR, KABUPATEN TANGGAMUS)

Oleh

Apriansyah

1211031008

Skripsi

Sebagai salah satu syarat mencapai gelar

SARJANA EKONOMI

Pada Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 4: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak
Page 5: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak
Page 6: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak
Page 7: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pasar Madang, Kotaagung, Tanggamus pada tanggal 17

April 1994, merupakan anak kedua dari empat bersaudara buah hati dari Bapak

Hermansyah dan Ibu Sa’imah.

Pendidikan formal yang telah ditempuh oleh penulis sebagai berikut:

1. TK Dharmawanita Kotaagung Lulus Tahun 2000.

2. SD Negeri 4 Kuripan, Kotaagung, Tanggamus Lulus Tahun 2006.

3. SMP Negeri 1 Kotaagung, Tanggamus, Lulus 2009.

4. SMA Negeri 1 Kotaagung, Tanggamus, Lulus tahun 2012.

Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Program Studi S1 Akuntansi di Universitas Lampung, selama menjadi

Mahasiswa penulis Aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan sebagai Anggota

Biasa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Ekonomi Unila tahun 2013,

Kepala Divisi Litbang UKPM-F Pilar Periode 2013-2014, Pemimpin Umum

UKPM-F Pilar Periode 2014-2015, Serta penulis juga menjadi Wasekum. PTKP

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Ekonomi Unila 2015

Penulis melakukan penelitian skripsi di Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten

Tanggamus Tahun 2019.

Page 8: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

vii

MOTTO

“SETINGGI-TINGGI ILMU, SEMURNI-MURNI TAUHID, SEPINTAR-

PINTAR SIASAT”

(RADEN HADJI OEMAR SAID TJOKROAMINOTO)

“BARANG SIAPA INGIN MUTIARA HARUS BERANI TERJUN DI LAUTAN

YANG DALAM”

(IR. SOEKARNO)

BUKAN ANAK PEJABAT ATAU NINGRAT, HANYA SEORANG PEMIMPI

YANG INGIN HEBAT KARENA KERINGAT

(APRIANSYAH)

HILANGKAN KEGELISAHAN DI DALAM HATI, SERAHKAN KEPADA

ALLAH. YANG PENTING, NIKMATI APA YANG DIBERIKAN ALLAH

KEPADA KITA. JANGAN MENCIPTAKAN KEGELISAHAM KARENA

MEMIKIRKAN MASA DEPAN. JANGAN MENGHIDUPKAN KESEDIHAN

KARENA MENGENANG MASA LALU. NIKMATI SAJA SEKARANG APA

YANG ADA. KATAKANLAH ALHAMDULILLAH

(KH. BUYA SYAKUR YASIN)

Page 9: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

viii

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahhmanirrahim

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, ku persembahkan karya ilmiahku ini,

buah dari kerja keras dan kesabaran teruntuk:

Kedua Orang Tua Tercinta Ayahanda Hermansyah dan Ibunda Tercinta

Sa’imah

Uwo Emaliya Safithri dan Adikku Tersayang Rizki Astuti yang selalu

memberi keceriaan dan semangat di dalam hidupku, semoga kita bisa

menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama manusia.

Keluarga Besar Amir Hamzah, Keluarga Besar Abdurrahim yang senantiasa

mendukung dan memberi semangat selama ini.

Bos terbaik, tercantik dan terhebat Indah Suci Lestari, Kawan-kawan

seperjuangan S1 Akuntansi 2012, Saudara seperjuangan Insting Meeting,

Teman-teman seperjuangan HMI Komisariat Ekonomi Unila dan kanda

yunda adinda HMI komisariat ekonomi Unila yang tiada habisnya

memotivasi, memberikan semangat serta nilai juang pada diri ini untuk

dapat berkembang menjadi individu yang lebih baik.

Terimakasih untuk kalian semua yang selalu memberikan semangat motivasi

dan nilai juang dalam diri ini, semoga kita senantiasa dalam penjagaan-Nya

serta lindungan-Nya

Almamater tercinta yang telah mendidik dan mendewasakanku.

Page 10: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

ix

SANWACANA

Puji syukur dan rasa syukur mendalam penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,

karena berkat limpahan rahmat dan hidayahnya maka skripsi ini dapat diselesakan

dengan baik. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah pada baginda

Rasulullah Muhammad SAW. Skripsi berjudul “Analisis Implementasi Prinsip

Akuntabilitas, Transparansi, Dan Partisipasi Masyarakat Dalam

Pengelolaan Dana Desa (Studi Di Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten

Tanggamus)” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

di Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak akan selesai

tanpa bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan

ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :

1. Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Dr. Farichah, S.E., M.Si., Akt., selaku Ketua Program Studi Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si, Selaku Sekertaris Jurusan Akuntansi fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Page 11: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

x

4. Dr. Rindu Rika Gamayuni, S.E., M.si.,Akt selaku Ketua Penguji saat penulis

melaksanakan sidang kompre.

5. Pigo Nauli, S.E., M.Sc., selaku Sekretaris Penguji saat penulis melaksanakan

sidang kompre.

6. Dr. Fitra Dharma, S.E., M.Si., selaku Penguji Utama saat penulis

melaksanakan sidang kompre.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah

memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama mengikuti pendidikan

di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

8. Staf Program Studi Akuntansi, atas segala bantuan baik secara langsung

maupun tidak langsung selama penulis menjadi mahasiswa.

9. Apartur Pemerintah Kecamatan Kotaagung Timur dan seluruh aparatur

Pemerintah Desa yang telah memberikan kesempatan dan kerja sama selama

penulis mengadakan penelitian untuk menyusun skripsi ini.

10. Ayah tercinta Hermansyah dan untuk Ibu tercinta Sa’imah yang senantiasa

memberi tanpa harap, berdoa tanpa henti, mendidik dengan penuh cinta dan

kasih. Semoga Allah SWT menempatkan Ayah dan Ibu dalam kebahagiaan di

limpahan rahmat-Nya.

11. Keluarga besar tercinta yang telah menjadi semangat dan motivasi dalam

sebuah arti hidup.

12. Uwo Emaliya Safithri dan Adikku Tersayang Rizki Astuti yang telah

memberikan dukungan berupa semangat dan doa agar penulis menyelesaikan

skripsi ini.

Page 12: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

xi

13. Bos terbaik, tercantik dan terhebat Indah Suci Lestari yang telah membantu

dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Himpunan Mahasiswa Islam yang telah memberikan saya pelajaran tentang

Nilai Juang, Komitmen, tanggung jawab, kehidupan yang benar lagi baik,

sehingga penulis bisa menjadi pribadi yang lebih baik.

15. Teman-Teman S1 Akuntansi yang secara langsung memberikan motivasi

untuk penulis mampu menyelesaikan Skripsi ini.

16. Alumni dan senior HMI, Kanda Albuhari Muslim yang senantiasa menjadi

inspirasi dalam kebaikan, Kanda Jevri Afrizal yang senantiasa membimbing

dan mengajarkan dalam kebaikan, sahabat saya Iqromal Akbar yang

membantu memberi semangat penulis menyelesaikan skripsi ini.

17. Adinda-Adindaku di HMI Komisariat Ekonomi Unila yang telah ikhlas

memberikan semangat kepada penulis dan membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

18. Almamater Universitas Lampung.

Semoga bantuan, dukungan serta semangat yang diberikan dicatat sebagai amal

ibadah dan mendapatkan imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis

berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan pemikiran terhadap

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang akuntansi.

Bandar Lampung, 22 Agustus 2019

Penulis

APRIANSYAH

Page 13: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

ABSTRAK ........................................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ v

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi

MOTTO ............................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ................................................................................................ viii

SANWACANA .................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 7

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 7

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori ................................................................................. 9

2.1.1. Dana Desa .............................................................................. 9

Page 14: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

xiv

2.1.2. Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Desa ........................... 12

2.1.2.1. Pengertian Pengelolaan Keuangan Desa ................... 12

2.1.2.2. Asas dan Nilai Pengelolaan Keuangan Desa ............. 13

2.1.3. Tahapan Pengelolaan Keuangan Desa ................................... 14

2.1.3.1. Tahap Perencanaan Keuangan Desa .......................... 15

2.1.3.2. Tahap Pelaksanaan Keuangan Desa .......................... 17

2.1.3.3. Tahap Penatausahaan Keuangan Desa ...................... 19

2.1.3.4. Tahap Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan

Desa ........................................................................................ 21

2.1.4. Tim Pengelola Keuangan Desa .............................................. 23

2.1.5. Konsep Akuntabilitas ............................................................. 26

2.1.5.1. Pengertian Akuntabilitas ........................................... 26

2.1.5.2. Indikator Akuntabilitas dalam Pengelolaan Keuangan

Desa ........................................................................................ 28

2.1.6. Konsep Transparansi .............................................................. 32

2.1.6.1. Pengertian Transparansi ............................................ 32

2.1.6.2. Prinsip Dasar Transparansi ........................................ 33

2.1.6.3. Indikator Transparansi dalam Pengelolaan Keuangan

Desa ........................................................................................ 34

2.1.7. Konsep Partisipasi Masyarakat .............................................. 37

2.1.7.1. Pengertian Partisipasi Masyarakat ............................. 37

2.1.7.2. Indikator Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan

Keuangan Desa ....................................................................... 38

Page 15: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

xv

2.2. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 40

2.3. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 41

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian ................................................................................ 42

3.2. Lokasi dan Subjek Penelitian ............................................................. 47

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 49

3.3.1. Populasi .................................................................................. 49

3.3.2. Sampel ................................................................................... 50

3.4. Sumber Data ....................................................................................... 50

3.5. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 51

3.6. Analisis Data ...................................................................................... 53

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................................ 55

4.1.1. Gambaran Umum Kecamatan Kotaagung Timur..................... 55

4.1.2. Kondisi Geografis Kecamatan Kotaagung Timur .................... 57

4.1.3. Kondisi Demografi Kecamatan Kotaagung Timur .................. 58

4.2. Deskripsi Data .................................................................................... 59

4.2.1. Deskripsi Data Hasil Kuesioner dan Profil Responden ........... 59

4.2.1.1. Statistik Deskriptif ..................................................... 62

4.2.2. Deskripsi Data Hasil Wawancara ............................................. 63

4.3. Pembahasan ........................................................................................ 64

4.3.1. Akuntabilatas Pengelolaan Dana Desa Kecamatan Kotaagung

Timur .................................................................................................. 64

Page 16: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

xvi

4.3.2. Transparansi Pengelolaan Dana Desa Kecamatan Kotaagung

Timur .................................................................................................. 67

4.3.3. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Dana Desa Kecamatan

Kotaagung Timur ............................................................................... 69

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ............................................................................................ 71

5.2. Keterbatasan ....................................................................................... 72

5.3. Saran ................................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 17: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengelolaan dana desa merupakan salah satu komponen penting dalam

mewujudkan cita-cita pembangunan desa. Pengelolaan dana desa adalah hal yang

sensitif dan menjadi sorotan utama dalam tata kelola pemerintahan desa. Oleh

karena itu, dana desa harus dikelola secara transparan, partisipatif dan akuntabel

sesuai dengan prinsip-prinsip good governance.

Dalam pengelolaan dana desa, unsur transparansi atau keterbukaan dari

perencanaan hingga pertanggungjawaban berpengaruh penting terhadap aspek

lainnya seperti partisipasi dan akuntabilitas. Pemerintah yang transparan dalam

tata kelola keuangan akan mendorong warga terlibat aktif dalam pengelolaan

keuangan desa, sehingga pemerintah desa akan siap menjelaskan dan

mempertanggungjawabkan.

Prinsip-prinsip dalam tata kelola keuangan desa diatur dalam Permendagri No.

113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Transparansi ialah prinsip

keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan

mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan desa. Partisipatif

Page 18: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

2

adalah bahwa pengelolaan keuangan desa harus memberikan ruang seluas-luasnya

kepada masyarakat untuk secara aktif terlibat dalam setiap tahapan proses

pengelolaan keuangan desa.

Sedangkan, akuntabel artinya prinsip dari sebuah perwujudan kewajiban

seseorang untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian

sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam

rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Dana desa merupakan mandat UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa kepada

Pemerintah untuk dialokasikan dalam APBN sebagai sumber keuangan desa, guna

mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi desa dalam penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan sesuai dengan kewenangan yang dimiliki.

Pengertian keuangan desa sebagaimana dimaksud pada pasal 71, ayat 1, UU No. 6

Tahun 2014 tentang Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat

dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang

berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.

Sumber keuangan desa sebagaimana yang tertuang dalam UU No. 6 Tahun 2014

tentang Desa, pasal 76 ayat 1 terdiri dari Pendapatan Asli Desa, Dana Transfer

(Dana Desa, Alokasi Dana Desa, Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah), Bantuan

Keuangan, dan lain-lain pendapatan desa yang sah. Perbedaan yang cukup

signifikan mengenai sumber keuangan desa berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014

tentang Desa dengan peraturan sebelumnya dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dan diperjelas dalam PP No. 72 Tahun 2005 tentang Desa

ialah bertambahnya Dana Desa sebagai sumber keuangan desa.

Page 19: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

3

Pemerintah menganggarkan Dana Desa yang cukup besar secara nasional dalam

APBN setiap tahun. Pada tahun 2015, Dana Desa dianggarkan sebesar Rp 20,7

triliun, dengan rata-rata setiap desa mendapatkan alokasi sebesar Rp 280 juta.

Pada tahun 2016, Dana Desa meningkat menjadi Rp 46,98 triliun dengan rata-rata

setiap desa sebesar Rp 628 juta. Tahun 2017 dan 2018 meningkat kembali dengan

besaran yang sama yaitu Rp 60 triliun dengan rata-rata setiap desa sebesar Rp 800

juta.

Dana Desa yang dianggarkan adalah bentuk afirmasi pemerintah kepada desa

dalam menjalankan kewenangannya. Namun, optimalisasi pemanfaatan Dana

Desa harus berorientasi terhadap kesejahteraan masyarakat desa guna terwujudnya

desa mandiri. Peningkatan besaran Dana Desa yang dianggarkan dalam APBN

mendorong aparatur pemerintah desa untuk mengedepankan asas tata kelola

keuangan yang baik dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Secara rinci, pengelolaan keuangan desa diatur dalam Permendagri No. 113

Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Pengelolaan keuangan desa

adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa. Pengelolaan

Keuangan Desa dikelola dalam masa 1 (satu) tahun anggaran yakni mulai tanggal

1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Dengan demikian, prinsip

transparansi, partisipatif, dan akuntabel harus menjadi landasan aparatur

pemerintah desa sejak tahapan perencanaan hingga pertanggungjawaban.

Menurut pandangan Indonesia Corruption Watch (ICW) korupsi di desa, terutama

yang berkaitan dengan anggaran desa, merupakan salah satu problem mendasar.

Page 20: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

4

Permasalahan ini disebabkan pengelolaan anggaran desa yang besar, namun tidak

diiringi prinsip transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas dalam tata kelola

politik, pembangunan, dan keuangan desa (ICW, 2018).

Hasil pemantauan ICW atas kasus korupsi yang terjadi di desa semakin meningkat

pada 2015-2017. Pada tahun 2015 sebanyak 17 kasus, menjadi 41 kasus tahun

2016, dan pada tahun 2017 melonjak sebesar 96 kasus. Total kasus korupsi pada

rentang tahun tersebut sebanyak 154 kasus, diantaranya 127 kasus merupakan

kasus dengan objek anggaran desa, yang mencakup korupsi Alokasi Dana Desa

(ADD), Dana Desa, Kas Desa dan lain-lain.

Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang

baik (good governance), telah mendorong Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah untuk menerapkan akuntabilitas publik (Putra, 2011). Masyarakat sebagai

pihak yang memberi kepercayaan kepada pemerintah untuk mengelola keuangan

publik berhak untuk mendapatkan informasi keuangan pemerintah untuk

melakukan evaluasi terhadap pemerintah (Mardiasmo, 2009). Masyarakat tidak

hanya memiliki hak untuk mengetahui pengelolaan keuangan tetapi berhak untuk

menuntut pertanggungjawaban atas pengaplikasian serta pelaksanaan keuangan

daerah tersebut, karena kegiatan pemerintah adalah dalam rangka melaksanakan

amanat rakyat (Halim, 2007).

Desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur

dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/ atau hak tradisional yang

Page 21: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

5

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Selanjutnya Adisasmita (2010) menerangkan bahwa Desa merupakan

sebuah komunitas kecil yang terikat pada lokalitas tertentu baik sebagai tempat

tinggal dan juga tempat pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat desa yang

bergantung kepada pertanian.

Penyebutan desa disesuaikan dengan penyebutan yang berlaku di daerah setempat.

Sebutan lain untuk desa misalnya huta/nagori di Sumatera Utara, gampong di

Aceh, nagari di Minangkabau, marga di Sumatera bagian selatan, negeri di

Maluku, desa pakraman/desa adat di Bali, lembang di Toraja, banua dan wanua di

Kalimantan, dan tiuh atau pekon di Lampung.

Dalam penelitian ini, penulis meneliti Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupatern

Tanggamus. Hal ini dikarenakan, Kabupaten Tanggamus tergolong sebagai desa

tertinggal dengan Indeks Desa Membangun sebesar 0,5618 menempati urutan ke-

11 dari 13 kabupaten di Provinsi Lampung berdasarkan perhitungan Indeks Desa

Membangun yang dikeluarkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi tahun 2015. Sementara, berdasarkan proses

pengelolaan Dana Desa di pekon-pekon Kecamatan Kotaagung Timur terindikasi

kurang transparan dan sempitnya ruang partisipasi masyarakat, serta pelaporan

yang tidak tepat waktu.

Adapun pekon-pekon yang berada di wilayah Kecamatan Kotaagung Timur yaitu,

Pekon Teba, Pekon Karta, Pekon Kagungan, Pekon Tanjung Anom, Pekon Talang

Rejo, Pekon Kampung Baru, Pekon Umbul Buah, Pekon Mulang Maya, Pekon

Sukabanjar, Pekon Menggala, Pekon Tanjung Jati, dan Pekon Batu Keramat.

Page 22: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

6

Penelitian yang relevan pernah dilakukan oleh Lestari (2016) yang melakukan

penelitian tentang “Analisis Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Studi

Kasus di Wilayah Kecamatan Banyudono)”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pertanggungjawaban pengelolaan Alokasi Dana Desa tahun 2015 di

Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali. Hasil penelitian ini menunjukan

bahwa sistem akuntabilitas perencanaan dan pelaksanaan telah menerapkan

prinsip transparansi dan akuntabilitas. Sedangkan, pertanggungjawaban Alokasi

Dana Desa baik secara teknis maupun administrasi sudah baik, namun harus tetap

mendapat atau diberikan bimbingan dari pemerintah kecamatan.

Dana Desa merupakan sebuah program pemerintah yang belum dapat diuji

pengaruhnya. Hal ini dikarenakan pengaruh program dapat dievaluasi setelah 5

tahun berjalan, dan kemudian data yang dijadikan sebagai bahan evaluasi

merupakan data yang belum terintegrasi dengan pemerintah pusat dan belum

seragam. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus pada analisis implementasi

program, menguji kesesuaian realisasi dengan peraturan dan prinsip yang berlaku.

Sesuai dengan mandat konstitusi, rincian Dana Desa yang besar harus diiringi

dengan asas-asas pengelolaan yang berlaku, yaitu transparan, partisipatif, dan

akuntabel serta berorientasi pada kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan uraian

latar belakang di atas, penulis merasa perlu melakukan penelitian denagn judul

“Analisis Implementasi Prinsip Akuntabilitas, Transparansi, dan Partisipasi

Masyarakat dalam Pengelolaan Dana Desa (Studi di Kecamatan Kotaagung

Timur, Kabupaten Tanggamus)”.

Page 23: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

7

1.2. Rumusan Masalah

Menurut Tanzeh (2011) rumusan masalah merupakan hulu dari hilir penelitian

serta upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang hendak

dicari jawabannya. Berdasarkan masalah penelitian yang telah diuraikan di atas,

maka penulis merumuskan pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana implementasi prinsip akuntabilitas dalam pengelolaan Dana

Desa di Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus?

2. Bagaimana implementasi prinsip transparansi dalam pengelolaan Dana

Desa di Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus?

3. Bagaimana implementasi prinsip partisipasi masyarakat dalam pengelolaan

Dana Desa di Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus?

1.3. Tujuan Penelitian

Apabila problematika penelitian menunjukkan pertanyaan mengenai apa yang

tidak diketahui oleh peneliti untuk dicari jawabannya melalui kegiatan

penelitiannya (Arikunto, 2013), maka tujuan penelitian menyebutkan tentang apa

yang ingin diperoleh. Sehingga tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis implementasi prinsip akuntabilitas dalam pengelolaan Dana

Desa di Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus.

2. Menganalisis implementasi prinsip transparansi dalam pengelolaan Dana

Desa di Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus.

3. Menganalisis implementasi prinsip partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan Dana Desa di Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten

Tanggamus.

Page 24: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

8

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain :

1. Bagi akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan bagi

kemajuan akademisi dan dapat dijadikan acuan referensi bagi penelitian

selanjutnya.

2. Bagi instansi

Sebagai masukan kepada Pemerintah Desa di Kecamatan Kotaagung

Timur, Kabupaten Tanggamus dalam meningkatkan akuntabilitas,

transparansi dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan keuangan desa,

sehingga dapat mendorong kemajuan desa dalam kerangka pembangunan

desa.

Page 25: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Dana Desa

Menurut PP No. 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan

Pemerintah No. 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari APBN,

Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja

Negara (APBN) yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota dan digunakan untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,

pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan menyusun indikasi kebutuhan dana

dan rencana dana pengeluaran Dana Desa dengan memperhatikan persentase Dana

Desa yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan dan kinerja

pelaksanaan Dana Desa menjadi dasar penganggaran Dana Desa.

Page 26: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

10

Pengalokasian Dana Desa Setiap Kabupaten/Kota

Sesuai dengan peraturan yang beralaku, rincian Dana Desa setiap daerah

Kabupaten/Kota dialokasikan secara merata dan berkeadilan berdasarkan Alokasi

Dasar, Alokasi Afirmasi, dan Alokasi Formula.

Berdasarkan PMK No. 119/PMK.07/2017 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah,

pengalokasian Dana Desa setiap Kabupaten/Kota dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

DD Kab/Kota = AD Kab/Kota + AA Kab/Kota + AF Kab/Kota

Keterangan :

DD Kab/Kota : Dana Desa setiap Kabupaten/Kota

AD Kab/Kota : Alokasi Dasar setiap Kabupaten/Kota

AA Kab/Kota : Alokasi Afirmasi setiap Kabupaten/Kota

AF Kab/Kota : Alokasi Formula setiap Kabupaten/Kota

Alokasi Dasar adalah alokasi minimal Dana Desa yang akan diterima oleh setiap

desa secara merata yang besarnya dihitung berdasarkan persentase tertentu dari

anggaran Dana Desa yang dibagi dengan jumlah desa secara nasional. Besaran

Alokasi Dasar setiap kabupaten/kota dihitung dengan cara mengalikan Alokasi

Dasar setiap desa dengan jumlah desa di daerah kabupaten/kota.

Alokasi Afirmasi adalah alokasi yang dihitung dengan memperhatikan status Desa

terttinggal dan Desa sangat tertinggal, yang memiliki jumlah penduduk miskin

tinggi. Besaran Alokasi Alokasi Afirmasi setiap kabupaten/kota dihitung dengan

menggunakan rumus:

AA Kab/Kota = (AA DST*DST Kab/Kota) + (AA DT*DT Kab/Kota)

Page 27: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

11

Alokasi Formula adalah alokasi yang dihitung dengan memperhatikan jumlah

penduduk desa, angka kemiskinan desa, luas wilayah desa, dan tingkat kesulitan

geografis desa setiap kabupaten/kota. Besaran Alokasi Formula setiap

kabupaten/kota dihitung dengan menggunakan rumus:

AF kab/kota = {(0,10*Y1)+ (0,50*Y2) + (0,15*Y3) + (0,25*Y4)} * (0,20*DD)

Perhitungan Rincian Dana Desa Setiap Desa

Berdasarkan rincian Dana Desa setiap daerah kabupaten/kota, bupati/walikota

menetapkan rincian Dana Desa untuk setiap desa di wilayahnya. Tata cara

pembagian dan penetapan besaran Dana Desa setiap desa ditetapkan dengan

peraturan bupati/walikota.

Berdasarkan PMK No. 119/PMK.07/2017 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah,

Kabupaten/kota menghitung rincian Dana Desa setiap desa berdasarkan Alokasi

Dasar setiap desa, Alokasi Afirmasi setiap desa, dan Alokasi Formula setiap desa.

Besaran Alokasi Dasar setiap desa dihitung dengan cara membagi Alokasi Dasar

kabupaten/kota dengan jumlah desa di kabupaten/ kota yang bersangkutan.

Besaran Alokasi Afirmasi setiap desa dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

AA Desa = (0,03*DD) / {(2*DST) + (1*DT)}

Besaran Alokasi Formula setiap desa dihitung dengan bobot sebagai berikut:

a. 10% (sepuluh persen) untuk jumlah penduduk;

b. 50% (lima puluh persen) untuk angka kemiskinan;

c. 15% (lima belas persen) untuk luas wilayah; dan

Page 28: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

12

d. 25% (dua puluh lima persen) untuk tingkat kesulitan geografis.

Besaran Alokasi Formula setiap desa dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

AF Desa = {(0,10*z1) + (0,50*Z2) + (0,15*Z3) + 0,25*Z4)} * AF kab/kota

2.1.2. Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Desa

2.1.2.1. Pengertian Pengelolaan Keuangan Desa

Pengertian keuangan desa sebagaimana dimaksud pada pasal 71, ayat 1, UU No. 6

Tahun 2014 tentang Desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat

dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang

berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Hak dan kewajiban

sebagaimana dimaksud menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan, dan

pengelolaan keuangan desa.

Permendagri No. 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa

menerangkan bahwa pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan

yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan

pertanggungjawaban keuangan desa. Pengelolaan Keuangan Desa dikelola dalam

masa 1 (satu) tahun anggaran yakni mulai tanggal 1 Januari sampai dengan

tanggal 31 Desember.

Page 29: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

13

Adapun tujuan dalam pengelolaan keuangan desa antara lain:

1. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan keuangan desa.

2. Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan keuangan desa yang didasarkan

pada perencanaan anggaran dalam APB Desa.

3. Membangun konsistensi antar tahapan dalam satu mekanisme dan siklus

pengelolaan keuangan desa.

4. Memberikan dasar dan arahan pelaksanaan kegiatan.

2.1.2.2. Asas dan Nilai Pengelolaan Keuangan Desa

Pengelolaan keuangan desa tidak hanya sekadar memperlihatkan tersedianya

alokasi anggaran untuk mengakomodasi kebutuhan harus mengutamakan asas tata

kelola keuangan yang baik dan sesuai dengan peraturan perundangan yang

berlaku. Oleh karena itu, aparatur pemerintah desa dituntut untuk memperhatikan

secara serius asas-asas pengelolaan keuangan, yaitu transparan, partisipatif, dan

akuntabel (Murtiono, 2016).

Transparansi ialah prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk

mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan

desa. Partisipatif adalah bahwa pengelolaan keuangan desa harus memberikan

ruang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk secara aktif terlibat dalam setiap

tahapan proses pengelolaan keuangan desa. Sedangkan, akuntabel artinya prinsip

dari sebuah perwujudan kewajiban seseorang untuk mempertanggungjawabkan

pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang

dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Page 30: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

14

Adapun nilai yang terkandung dalam pengelolaan keuangan desa ialah menuntut

uang desa yang berasal dari rakyat tersebut untuk dapat kembali dinikmati

sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat. Aparatur pemerintah desa

merupakan pihak yang diberikan mandat untuk mengelola dan mendistribusikan

kembali pada rakyat sebagai pemegang kekuasaan keuangan desa.

Pemerintah Desa dalam mengelola keuangan desa dituntut memiliki nilai-nilai

keadilan untuk semua dalam rangka keberpihakan anggaran. Nilai-nilai tersebut

yaitu, berpihak pada kelompok miskin, berpihak pada keadilan gender, berpihak

pada kelompok disabilitas, berpihak pada kelompok tereksklusi.

2.1.3. Tahapan Pengelolaan Keuangan Desa

Secara ringkas pengelolaan keuangan desa sebagaimana yang diatur Permendagri

No. 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa ialah perencanaan,

pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban dapat

digambarkan dengan siklus di bawah ini.

Gambar 2.1

Siklus Pengelolaan Keuangan Desa

Sumber: Diadaptasi dari Permendagri No. 113 Tahun 2014

Siklus Pengelolaan Keuangan Desa

Perencanaan

Pelaksanaan

Penatausahaan

Pelaporan

Pertanggungjawaban

1

2

3

4

5

Page 31: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

15

Penjelasan:

1. Tahap perencanaan keuangan desa merupakan tahapan awal pengelolaan

keuangan desa yang dimulai dari penyusunan Rancangan APB Desa

sampai menjadi peraturan desa dan dituangkan dalam lembaran desa.

2. Tahap pelaksanaan keuangan desa adalah tahap dimana APB Desa yang

sudah menjadi peraturan desa dilakukan sosialisasi dan dilaksanakan

dalam bentuk kegiatan sampai disusun peraturan Kepala Desa tentang

perubahan APB Desa.

3. Tahap penatausahaan keuangan desa adalah tahap pencatatan seluruh

transaksi keuangan, baik penerimaan maupun pengeluaran uang dalam

satu tahun anggaran.

4. Tahap pelaporan keuangan desa adalah salah satu alat pengendalian untuk

mengetahui kemajuan pelaksanaan kegiatan, dan mengevaluasi berbagai

aspek terkait pelaksanaan kegiatan.

5. Tahap pertanggungjawaban keuangan desa adalah laporan realisasi

pelaksanaan APB Desa yang disampaikan oleh Kepala Desa kepada

Bupati/Walikota setelah tahun anggaran berakhir.

2.1.3.1. Tahap Perencanaan Keuangan Desa

Sesuai dengan Permendagri No. 113 Tahun 2014, perencanaan pengelolaan

keuangan desa identik dengan proses penyusunan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Desa (APB Desa). Proses penyusunan APB Desa merujuk pada Rencana

Kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya yang telah

Page 32: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

16

ditetapkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa). Struktur APB

Desa terdiri dari pendapatan desa, belanja desa, dan pembiayaan desa.

APB Desa adalah rencana keuangan pemerintahan desa yang secara formal

ditetapkan dengan peraturan desa. Peraturan Desa sebelum disahkan oleh

Pemerintah Desa terlebih dahulu dibahas dan disepakati bersama oleh Kepala

Desa dan BPD paling lambat tanggal 31 Desember tahun berjalan.

APB Desa disusun sebagai dasar pengambilan kebijakan berkaitan dengan

anggaran, penentuan prioritas program, kegiatan dan menjaga kesesuaian dengan

(konsistensi) program jangka panjang dan jangka pendek sebagaimana yang

menjadi visi dan misi desa, menjadi arahan operasional bagi Kepala Desa, dan

menciptakan akuntabilitas, serta mempermudah pengendalian dan pengawasan.

Proses penyusunan APB Desa sesuai dengan Permendagri No. 113 Tahun 2014:

1. Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa

(RAPB Desa) berdasarkan RKP Desa tahun berkenaan dan menyampaikan

kepada Kepala Desa.

2. Kepala Desa, selanjutnya menyampaikan kepada Badan Permusyawaratan

Desa (BPD) untuk dibahas dan disepakati bersama. Rancangan Peraturan

Desa tentang APB Desa disepakati bersama paling lambat bulan Oktober

tahun berjalan antara Kepala Desa dan BPD.

3. Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa yang telah disepakati

bersama, selanjutnya disampaikan oleh Kepala Desa Kepada

Bupati/Walikota melalui Camat paling lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati

untuk dievaluasi.

Page 33: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

17

4. Bupati/Walikota menetapkan hasil evaluasi Rancangan APB Desa paling

lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan

Desa tentang APB Desa. Dalam hal Bupati/Walikota tidak memberikan

hasil evaluasi dalam batas waktu, maka Peraturan Desa tersebut berlaku

dengan sendirinya.

Dalam hal Bupati/Walikota menyatakan hasil evaluasi Rancangan

Peraturan Desa tentang APB Desa tidak sesuai dengan kepentingan umum

dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, maka Kepala Desa

melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak

diterimanya hasil evaluasi. Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh

Kepala Desa dan Kepala Desa tetap menetapkan Rancangan Peraturan

Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan Desa, Bupati/Walikota

membatalkan Peraturan Desa dengan Keputusan Bupati/Walikota yang

sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBDesa tahun anggaran

sebelumnya.

5. Peraturan Desa tentang APB Desa ditetapkan paling lambat tanggal 31

Desember tahun anggaran berjalan.

2.1.3.2. Tahap Pelaksanaan Keuangan Desa

Sesuai Permendagri No. 113 Tahun 2014, pelaksanaan serangkaian program dan

kegiatan yang telah ditetapkan di awal tahun yang berkaitan dengan penerimaan

pendapatan maupun kegiatan pengeluaran belanja dan pembiayaan. Kegiatan yang

dilakukan sesuai kewenangan desa yang diolah melalui rekening desa. Artinya,

Page 34: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

18

seluruh penerimaan dan pengeluaran desa harus dikelola melalui rekening desa

yang didukung dengan bukti yang lengkap dan sah.

Pelaksanaan pendapatan desa adalah proses penerimaan berbagai sumber

pendapatan desa, antara lain Pendapatan Asli Desa yang berasal dari masyarakat

dan lingkungan desa (misalnya penerimaan pungutan dan sewa), Pendapatan

Transfer yang berasal dari pemerintah supra desa (misalnya Dana Desa, Alokasi

Dana Desa, Bagi Hasil Pajak/Retribusi Daerah, dan Bantuan Keuangan), serta

Lain-lain Pendapatan Desa berupa hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang

sebelumnya telah ditetapkan dalam APB Desa.

Pelaksanaan belanja desa adalah proses pengeluaran dari rekening kas desa untuk

melaksanakan berbagai program dan kegiatan yang telah ditetapkan sebagaimana

tercantum dalam APB Desa. Dalam pelaksanaan berbagai kegiatan tersebut,

Bendahara Desa melakukan pengeluaran belanja desa atas kegiatan yang

dimaksud. Transaksi yang dilakukan misalnya pengeluaran belanja pegawai

berupa penghasilan tetap (yang dianggarkan dalam kelompok belanja

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa), pengeluaran belanja barang dan jasa

berupa pembelian alat tulis kantor (yang dianggarkan pada kelompok belanja

Pemberdayaan Masyarakat Desa), pengeluaran belanja barang dan jasa berupa

pembayaran biaya perjalanan dinas (yang dianggarkan pada kelompok belanja

Pembinaan Kemasyarakatan Desa) dan lain-lain.

Pelaksanaan pembiayaan desa yaitu proses penerimaan dan pengeluaran

pembiayaan desa sebagaimana yang telah tercantum dalam APB Desa.

Pembiayaan desa meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau

Page 35: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

19

pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang

bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

2.1.3.3. Tahap Penatausahaan Keuangan Desa

Sesuai dengan Permendagri No. 113 Tahun 2014, penatausahaan keuangan desa

yang merupakan bagian dari proses pengelolaan keuangan desa adalah proses

administrasi pencatatan kegiatan keuangan desa dengan menggunakan

formulir/dokumen/buku yang dilakukan oleh Bendahara Desa, pelaksana kegiatan

yang melibatkan pihak terkait lainnya. Bendahara desa wajib melakukan

pencatatan terhadap seluruh transaksi yang ada, yaitu berupa penerimaan

pendapatan desa dan pengeluaran belanja desa serta pembiayaan desa. Pelaksana

kegiatan melakukan penatausahaan terkait kegiatan yang dilakukannya.

Dokumen penatausahaan adalah dokumen resmi milik pemerintah desa. Dokumen

tersebut dapat berfungsi sebagai sumber data untuk keperluan pemeriksaan/audit,

dan sebagai barang bukti apabila diperlukan dalam proses hukum, manakala

terjadi dugaan penyelewengan keuangan atau tindak pidana lain terkait keuangan

desa.

Penatausahaan pendapatan desa adalah proses pencatatan yang dilakukan oleh

Bendahara Desa terhadap seluruh transaksi penerimaan pendapatan desa. Buku

yang terkait dengan penatausahaan pendapatan desa terdiri dari Buku Kas Umum,

Buku Bank dan Buku Rincian Pendapatan. Selain Bendahara Desa, Pelaksana

Kegiatan juga melakukan penatausahaan terkait penerimaannya khususnya terkait

swadaya, partisipasi dan gotong royong melalui Buku Kas Pembantu Kegiatan.

Page 36: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

20

Penatausahaan belanja desa adalah proses administrasi pencatatan terhadap

seluruh transaksi pengeluaran belanja desa yang dilakukan oleh Bendahara Desa

ataupun Pelaksana Kegiatan. Belanja desa meliputi semua pengeluaran dari

rekening kas desa yang merupakan kewajiban desa dalam masa satu tahun

anggaran yang tidak akan pernah diperoleh pembayarannya kembali oleh desa.

Dokumen yang terkait dengan penatausahaan belanja desa terdiri dari Rencana

Anggaran Biaya (RAB), Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Pernyataan

Tanggung Jawab Belanja (SPTJB), dan bukti kuitansi. Adapun buku yang

digunakan dalam penatausahaan belanja desa diantaranya Buku Kas Umum

(Tunai), Buku Bank dan Buku Kas Pembantu Pajak yang dikelola oleh Bendahara

Desa serta Buku Kas Pembantu Kegiatan yang dikelola Pelaksana Kegiatan.

Penatausahaan pembiayaan desa ialah pencatatan yang dilakukan oleh Bendahara

Desa terhadap seluruh transaksi pembiayaan desa yang meliputi penerimaan dan

pengeluaran pembiayaan. Dalam hal penerimaan pembiayaan yang diterima

secara tunai maupun transfer, Bendahara Desa harus membuat bukti kuitansi tanda

terima dan dicatat pada Buku Kas Umum Desa dan Buku Bank Desa. Demikian

pula dengan pengeluaran pembiayaan, harus dilakukan pencatatan pada Buku Kas

Umum Desa dan Buku Bank Desa. Pencatatan penerimaan maupun pengeluaran

pembiayaan baik berupa kas maupun nonkas/transfer harus disertai dengan bukti-

bukti yang lengkap dan sah, serta dicatat secara benar dan tertib.

Meskipun penatausahaan merupakan kerja-kerja administrasi yang seakan-akan

tidak memiliki ruang partisipasi masyarakat, prinsip akuntabilitas dan transparansi

Page 37: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

21

tetap menjadi hal utama. Sehingga, aparatur pemerintah desa tetap harus taat asas

dalam menjalankan tugasnya.

2.1.3.4. Tahap Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa

1. Pelaporan Keuangan Desa

Guna memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

desa, maka Kepala Desa wajib menyusun dan menyampaikan laporan atas

pelaksanaan tugas, kewenangan, hak, dan kewajibannya dalam pengelolaan

keuangan desa. Laporan tersebut bersifat periodik semesteran/tahapan dan

tahunan, yang disampaikan kepada Bupati/Walikota.

Sesuai Permendagri No. 113 Tahun 2014, laporan yang harus disusun terdiri dari:

1. Laporan Realisasi Pelaksanaan APB Desa.

2. Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa.

Laporan Realisasi Pelaksanaan APB Desa disampaikan Kepala Desa kepada

Bupati/Walikota tiap semester tahun berjalan. Untuk laporan semester pertama

disampaikan paling lambat akhir bulan Juli tahun berjalan, sementara untuk

laporan semester akhir tahun disampaikan paling lambat akhir bulan Januari tahun

berikutnya.

Laporan Realisasi Pelaksanaan APB Desa semester pertama menggambarkan

realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan untuk seluruh sumber dana yang

dikelola pemerintah desa selama semester I yang dibandingkan dengan

target/anggarannya. Laporan Realisasi Pelaksanaan APB Desa Semester Akhir

Page 38: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

22

Tahun menggambarkan akumulasi realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan

sampai dengan akhir tahun anggaran.

Selain Laporan Realisasi Pelaksanaan APB Desa untuk seluruh sumber dana yang

dikelola desa, khusus Dana Desa dibuatkan laporan tersendiri. Laporan Realisasi

Penggunaan Dana Desa disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota

sebagai persyaratan untuk setiap tahapan (pasal 25 Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 49/PMK.07/2016 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran,

Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa). Laporan Realisasi

Penggunaan Dana Desa teridiri atas Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa

tahun anggaran sebelumnya dan Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa Tahap

1.

2. Pertanggungjawaban Keuangan Desa

Sesuai Permendagri No. 113 Tahun 2014, pertanggungjawaban adalah suatu sikap

atau tindakan untuk menanggung segala akibat dengan perbuatan atau segala

konsekuensinya. Kepala Desa sebagai pemimpin penyelenggara pemerintahan

desa juga harus melakukan pertanggungjawaban baik kepada Bupati, BPD, dan

terutama kepada masyarakat. Pada dasarnya pertanggungjawaban ini dilakukan

dalam rangka meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan yang baik.

Permendagri No. 113/2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, Bab V, Bagian

Kelima Pertanggungjawaban, Pasal 38 menegaskan bahwa selain Kepala Desa

melaporkan pertanggungjawaban APB Desa terkait Laporan Realisasi

Pelaksanaan APB Desa kepada Bupati/Walikota melalui Camat, juga

Page 39: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

23

berkewajiban memberikan laporan kepada masyarakat secara tertulis dan dengan

media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat, karena Bagi masyarakat

desa, pertanggungjawaban diarahakan untuk mewujudkan harapan dan

kepercayaan terhadap kualitas penyelenggaraan pemerintahan desa.

Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa merupakan

laporan yang disampaikan kepada BPD setiap akhir tahun anggaran. Laporan

pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APB Desa terdiri dari pendapatan,

belanja, dan pembiayaan. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan

APBDesa ditetapkan dengan Peraturan Desa. Peraturan Desa tentang laporan

pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APB Desa dilampiri:

a. Format Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun Anggaran

berkenaan; dan

b. Format Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang masuk

ke desa.

2.1.4. Tim Pengelola Keuangan Desa

Pengelolaan keuangan desa merupakan tugas yang melekat pada seluruh aparatur

pemerintah desa mulai dari Kepala Desa, Sekretaris Desa, Bendahara Desa sampai

dengan perangkat desa lainnya yang menjad bagian dari pelaksanaan keuangan

desa. Sebagai tim pengelola keuangan desa, seluruh tanggung jawab untuk

menjaga ketertiban pengelolaan keuangan desa menjadi tugas kolektif.

Adapaun struktur organisasi pengelola keuangan desa berdasarkan Permendagri

No. 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa adalah sebagai berikut:

Page 40: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

24

Gambar 2.2

Bagan Struktur Organisasi Pengelola Keuangan Desa

Sumber: Diadaptasi dari Permendagri No. 113 Tahun 2014

Masing-masing tim pengelola keuangan desa sebagaimana struktur di atas

mempunyai tugas pokok masing-masing sebagai berikut:

1. Pemegang Kekuasaan Pengelola Keuangan Desa (PKPKD).

Kepala Desa selaku Pemegang kekuasaan Pengelola Keuangan Desa

(PKPKD) secara umum berwenang menyelenggarakan keseluruhan

pengelolaan keuangan desa. Secara rinci wewenang Kepala Desa sebagai

berikut:

a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APB Desa;

b. menetapkan PTPKD;

c. menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan

desa;

d. menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang ditetapkan dalam APB

Desa; dan

e. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban

APB Desa.

Kepala Desa (PKPKD)

Sekretaris Desa (Koordinator)

Kaur/Kasi (Pelaksana Kegiatan)

Staf kaur/Kasi (Bendahara)

PTPKD

Page 41: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

25

2. Pelaksana Teknis Pengelola Keuangan Desa (PTPKD)

Pelaksana Teknis Pengelola Keuangan Desa (PTPKD) memiliki tugas

membantu pelaksanaan pengelolaan keuangan desa oleh PKPKD. Adapun

masing-masing anggota PTPKD memiliki tugasnya tersendiri.

Sekretaris Desa selaku Koordinator PTPKD bertugas untuk:

a. menyusun dan melaksanakan Kebijakan Pengelolaan APB Desa;

b. menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa,

perubahan APB Desa dan pertanggung jawaban pelaksanaan

APB Desa;

c. melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan yang

telah ditetapkan dalam APB Desa;

d. menyusun pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APB

Desa; dan

e. melakukan verifikasi terhadap bukti-bukti penerimaan dan

pengeluaran APB Desa.

Kaur/Kasi selaku pelaksana kegiatan memiliki tugas meliputi:

a. menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang menjadi tanggung

jawabnya;

b. melaksanakan kegiatan dan/atau bersama Lembag

Kemasyarakatan Desa yang telah ditetapkan di dalam APB

Desa;

c. melakukan tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban

anggaran belanja kegiatan;

d. mengendalikan pelaksanaan kegiatan;

Page 42: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

26

e. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Kepala

Desa; dan

f. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran

pelaksanaan kegiatan.

Bendahara Desa mempunyai tugas:

menerima, menyimpan, menyetorkan/membayar, menatausahakan,

dan mempertanggungjawabkan penerimaan pendapatan desa dan

pengeluaran pendapatan desa dalam rangka pelaksanaan APBDesa.

2.1.5. Konsep Akuntabilitas

2.1.5.1. Pengertian Akuntabilitas

Konsep akuntabilitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pertanggungjawaban aparatur pelaksana pengelolaan keuangan desa kepada

masyarakat, dimana Kepala Desa sebagai penangggung jawab utama.

Menurut Halim dan Ikbal (2012) akuntabilitas adalah kewajiban untuk

memberikan pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan

tindakan seseorang/badan hukum atau pimpinan suatu organisasi kepada pihak

yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau

pertanggungjawaban. Hal yang senada juga dikemukakan Mardiasmo (2002)

bahwa akuntabilitas adalah sebuah kewajiban melaporkan dan bertanggungjawab

atas keberhasilan ataupun kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai

Page 43: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

27

hasil yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui media pertanggungjawaban yang

dikerjakan secara berkala.

Sementara sesuai dengan Permendagri No. 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan

Keuangan Desa, salah satu asas dalam pengelolaan keuangan desa adalah

akuntabel. Akuntabel artinya prinsip dari sebuah perwujudan kewajiban seseorang

untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan

pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian

tujuan yang telah ditetapkan.

Secara garis besar mengenai penjelasan akuntabilitas dapat diambil kesimpulan

bahwa akuntabilitas adalah merupakan pertanggungjawaban oleh lembaga yang

diberi wewenang dalam mengelola sumber daya publik. Dalam pelaksanaan

akuntabilitas di lingkungan instansi pemerintah, perlu diperhatikan prinsip-prinsip

sebagai berikut:

a. Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi untuk

melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel.

b. Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber-

sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

c. Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang

telah ditetapkan.

d. Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat

yang diperoleh.

Page 44: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

28

e. Harus jujur, objektif, transparan daninovatif sebagai katalisator perubahan

manajemen instansi pemerintah dalam bentuk pemutakhiran metode dan

teknik pengukuran kinerja dan penyusunan laporan akuntabilitas (LAN

dan BPKP 2000).

Menurut Andrianto (2007), pemerintah yang accountable mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut :

a. Mampu menyajikan informasi penyelenggaraan pemerintah secara terbuka,

cepat, dan tepat kepada masyarakat.

b. Mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi publik.

c. Mampu memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam proses

pembangunan dan pemerintahan.

d. Mampu menjelaskan dan mempertanggungjawabkan setiap kebijakan

publik secara proporsional.

e. Adanya sarana bagi publik untuk menilai kinerja pemerintah. Dengan

pertanggungjawaban publik, masyarakat dapat menilai derajat pencapaian

pelaksanaan program/kegiatan pemerintah.

2.1.5.2. Indikator Akuntabilitas dalam Pengelolaan Keuangan Desa

Menurut Solihin (2007) indikator minimum akuntabilitas yaitu:

1. Adanya kesesuaian antara pelaksanaan dengan standar prosedur

pelaksanaan.

2. Adanya sanksi yang ditetapkan atas kesalahan atau kelalaian dalam

pelaksanaan kegiatan.

Page 45: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

29

3. Adanya output dan outcome yang terukur.

Menurut Kurniawan dalam Lalolo (2003) akuntabilitas dalam penyelenggaraan

pemerintahan terdiri dari beberapa elemen antara lain:

1. Adanya akses publik terhadap laporan yang telah dibuat.

2. Penjelasan dan pembenaran terhadap tindakan pemerintah.

3. Penjelasan harus dilakukan dalam sebuah forum terbuka.

4. Aktor harus memiliki kewajiban untuk hadir.

Untuk menjamin terciptanya akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan desa

dibutuhkan prasyarat yaitu, tim pengelola keuangan desa memiliki kesadaran

bahwa uang desa adalah uang rakyat yang harus dipertanggungjawabkan kepada

rakyat secara langsung. Sehingga, tim harus memiliki kemampuan teknis

mengelola keuangan desa sesuai tahapan dengan baik. Sementara itu masyarakat

dituntut untuk memiliki pengetahuan melakukan pengawalan secara kolektif dan

kritis serta memahami tata cara penyampaian pengaduan manakala terjadi

penyimpangan dengan tetap menjaga kondisi yang aman di desa (Murtiono,

2016).

Murtiono (2016) juga menerangkan bahwa apabila prasyarat akuntabilitas

pengelolaan keuangan desa tersebut di atas terpenuhi, maka masyarakat desa

mendapat peluang untuk melakukan pengawasan secara partisipatif, baik aktif

maupun pasif dalam setiap tahapan pengelolaan keuangan desa. Momen

pelaporan dan pertanggungjawaban Kepala Desa merupakan ruang paling

strategis yang harus dijadikan forum publik di desa.

Page 46: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

30

Adapun indikator akuntabilitas dalam penilitian ini mengacu pada Permendagri

No.113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, yaitu:

Tabel 2.1

Indikator Akuntabilitas dalam Tahap Perencanaan

No. Indikator

1. Kepala Desa menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

(RPJM Desa).

2. Aparatur Pemerintah Desa menyusun Rencana Kerja Pemerintah Desa

(RKP Desa) sebagai penjabaran RPJM Desa.

3. Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan tentang APBDesa

berdasarkan RKP Desa dan disampaikan kepada Kepala Desa.

4. Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) membahas

Rancangan Peraturan tentang APBDesa untuk disepakati bersama paling

lambat bulan Oktober tahun berjalan.

5. Rancangan Peraturan APBDesa yang telah disepakati oleh Kepala Desa

bersama BPD disampaikan kepada Camat untuk dievaluasi, disempurnakan

kembali dan disahkan paling lambat tanggal 31 Desember tahun berjalan.

Sumber: Diadaptasi dari Permendagri No. 113 Tahun 2014

Tabel 2.2

Indikator Akuntabilitas dalam Tahap Pelaksanaan

No. Indikator

1. Semua penerimaan dan pengeluaran desa dilaksanakan menggunakan

Rekening Kas Desa (RKD) melalui bank.

2. Bendahara Desa tidak menyimpan uang kas Desa di luar kebutuhan

operasional Pemerintah Desa.

3. Pemerintah Desa tidak melakukan pungutan sebagai pemasukan di luar dari

peraturan desa.

4. Kaur/Kasi Pelaksana Kegiatan menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB)

berdasarkan APBDesa yang diverifikasi Sekretaris Desa dan disahkan

Kepala Desa.

5. Pengeluaran desa dilakukan melalui pengajuan Surat Permintaan

Pembayaran (SPP), yang diverifikasi Sekretaris Desa, disetujui Kepala

Desa, dan kemudian dilakukan pembayaran oleh Bendaraha Desa.

Sumber: Diadaptasi dari Permendagri No. 113 Tahun 2014

Page 47: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

31

Tabel 2.3

Indikator Akuntabilitas dalam Tahap Penatausahaan

No. Indikator

1. Rekening Desa dibuka oleh Pemerintah Desa pada bank pemerintah atas

nama pemerintah desa.

2. Spesimen tanda tangan pada rekening desa atas nama Kepala Desa dan

Bendahara Desa dengan jumlah rekening sesuai kebutuhan.

3. Bendahara Desa melakukan penatausahaan berupa Buku Kas Umum, Buku

Bank Desa, Buku Rincian Pendapatan dan Buku Kas Pembantu Pajak serta

Buku Rincian Pembiayaan disertai kuitansi dan bukti tanda terima.

4. Pemerintah Desa melakukan penatausahaan berupa Rencana Anggaran

Biaya (RAB), Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Pernyataan

Tanggung Jawab Belanja (SPTJB) lengkap dengan bukti kuitansi.

5. Kaur/Kasi Pelaksana Kegiatan melakukan penatausahaan kegiatan berupa

Buku Kas Pembantu Kegiatan dan laporan kegiatan yang telah dilakukan.

Sumber: Diadaptasi dari Permendagri No. 113 Tahun 2014

Tabel 2.4

Indikator Akuntabilitas dalam Tahap Pelaporan dan Pertanggungjawaban

No. Indikator

1. Kepala Desa menyampaikan Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa

Semester Pertama kepada Camat paling lambat bulan Juni tahun berjalan.

2. Kepala Desa menyampaikan Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa

Semester Akhir Tahun kepada Camat paling lambat bulan Januari tahun

berikutnya.

3. Kepala Desa menyampaikan Laporan Penggunaan Dana Desa Tahun

Anggaran Sebelumnya kepada Camat paling lambat minggu kedua bulan

Februari tahun berjalan.

4. Kepala Desa menyampaikan Laporan Penggunaan Dana Desa Tahap 1

Tahun Berjalan Sebelumnya kepada Camat paling lambat minggu kedua

bulan Juli tahun berjalan.

5. Kepala Desa menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban Realisasi

Pelaksanaan APBDesa kepada BPD dengan lampiran; Laporan Kekayaan

Milik Desa dan Laporan program pemerintah yang masuk ke desa.

6. Peraturan Desa tentang Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan

APBDesa disampaikan kepada Bupati melalui Camat.

Sumber: Diadaptasi dari Permendagri No. 113 Tahun 2014

Page 48: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

32

2.1.6. Konsep Transparansi

2.1.6.1. Pengertian Transparansi

Konsep transparansi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terbukanya akses

bagi masyarakat dalam memperoleh informasi mengenai perencanaan,

pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan desa.

Mardiasmo (2006) menerangkan transparansi adalah keterbukaan (opennesess)

pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas

pengelolaan sumber daya publik kepada pihak-pihak yang membutuhkan

informasi. Pemerintah berkewajiban memberikan informasi keuangan dan

informasi lainnya yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan oleh pihak-

pihak yang berkepentingan. Sementara menurut Tanjung (2011) transparansi

adalah keterbukaan dan kejujuran kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan

bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan

menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintahan dalam sumber daya yang

dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.

Sabarno (2007) mengemukakan bahwa transparansi merupakan salah satu aspek

mendasar bagi terwujudnya penyelenggaraan pemerintah yang baik. Perwujudan

tata pemerintahan yang baik mensyaratkan adanya keterbukan, keterlibatan, dan

kemudahan akses bagi masyarakat terhadap proses penyelenggaraan pemerintah.

Kristianten (2006) menerangkan transparansi akan memberikan dampak positif

dalam tata pemerintahan. Transparansi akan meningkatkan pertanggungjawaban

Page 49: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

33

para perumus kebijakan sehingga kontrol masyarakat terhadap para pemegang

otoritas pembuat kebijakan akan berjalan efektif.

Dengan demikian, transparansi adalah informasi keuangan yang terbuka dan

jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki

hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban

dalam mengelola sumber daya yang dipercayakan.

2.1.6.2. Prinsip Dasar Transparansi

Menurut Meuthia (2008) Transparansi yakni adanya kebijakan terbuka bagi

pengawasan. Sedangkan yang dimaksud dengan informasi adalah informasi

mengenai setiap aspek kebijakan pemerintah yang dapat dijangkau oleh publik.

Keterbukaan informasi diharapkan akan menghasilkan persaingan politik yang

sehat, toleran, dan kebijakan dibuat berdasarkan pada referensi publik. Prinsip ini

memiliki 2 aspek, yaitu komunikasi publik, dan hak masyarakat terhadap akses

informasi.

Komunikasi publik menuntut usaha afirmatif untuk membuka dan mendiseminasi

informasi maupun aktivitasnya yang relevan. Transparansi harus seimbang, juga

dengan kebutuan akan kerahasiaan lembaga maupun informasi-informasi yang

mempengaruhi data dalam jumlah besar, maka dibutuhkan petugas profesional,

bukan untuk membuat dalih atas keputusan pemerintah, tetapi untuk

menyebarluaskan keputusan-keputusan yang penting kepada masyarakat serta

menjelaskan alasan dari setiap kebijakan tersebut.

Page 50: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

34

Peran media juga sangat penting bagi transparansi pemerintah atauorganisasi,

baik sebagai sebuah kesempatan untuk berkomunikasi pada publik maupun

menjelaskan berbagai informasi yang relevan, juga sebagai “watchdog” atas

berbagai berbagai aksi pemerintah dan perilaku menyimpang dari aparat birokrasi.

Didjaja (2003) prinsip transparansi tidak hanya berhubungan dengan hal-hal yang

menyangkut keuangan, transparansi pemerintah dalam perencanaan juga meliputi

5 (lima) hal sebagai berikut:

1. Keterbukaan dalam rapat penting di mana masyarakat ikut memberikan

pendapatnya.

2. Keterbukaan informasi yang berhubungan dengan dokumen yang perlu

diketahui oleh masyarakat.

3. Keterbukaan prosedur (pengambilan keputusan atau prosedur penyusunan

rencana).

4. Keterbukaan register yang berisi fakta hukum (catatan sipil, buku tanah,

dll.)

5. Keterbukaan menerima peran serta masyarakat.

2.1.6.3. Indikator Transparansi dalam Pengelolaan Keuangan Desa

Transparansi merujuk pada ketersediaan informasi pada masyarakat umum dan

kejelasan tentang peraturan perundang-undangan dan keputusan pemerintah,

dengan indikator sebagai berikut:

a. Akses pada informasi yang akurat dan tepat waktu.

b. Penyediaan informasi yang jelas tentang prosedur dan biaya.

Page 51: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

35

c. Kemudahan akses informasi.

d. Menyusun suatu mekanisme pengaduan jika terjadi pelanggaran.

Kristiante (2006) menyebutkan bahwa transparansi dapat diukur melalui beberapa

indikator:

a. Ketersediaan dan aksesbilitas dokumen.

b. Kejelasan dan kelengkapan informasi.

c. Keterbukaan proses.

d. Kerangka regulasi yang menjamin transparansi.

Murtiono (2016), menjelaskan bahwa ada prasyarat yang harus terpenuhi guna

mewujudkan transparansi, yaitu tim pengelola keuangan desa harus memiliki

kemampuan mengelola informasi keuangan desa menjadi informasi publik yang

mudah diakses dan dipahami masyarakat desa, sedangkan masyarakat desa harus

memiliki kapasitas pengetahuan dan keterampilan membaca kebijakan keuangan

desa. Sehingga, terciptanya kondisi dimana masyarakat mendapatkan informasi

atas rencana tahapan dan proses pengelolaan keuangan desa, mulai dari

penyusunan RAPB Desa, pelaksananaan APB Desa, penatausahaan keuangan

desa, laporan kemajuan pendapatan dan pengeluaran keuangan desa yang

diumumkan secara berkala oleh pemerintah desa melalui Bendahara Desa kepada

warga desa serta ringkasan pertanggungjawaban realisasi APB Desa.

Page 52: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

36

Berdasarkan indikator-indikator yang telah disebutkan di atas, indikator prinsip

transparansi dalam penelitian ini adalah:

Tabel 2.5

Indikator Transparansi dalam Pengelolaan Dana Desa

No. Indikator

1. Aparatur Pemerintah Desa melakukan sosialisasi penyusunan RPJM Desa

kepada warga desa dan unsur terkait.

2. Aparatur Pemerintah Desa melakukan sosialisasi penyusunan RKP Desa

kepada warga desa dan unsur terkait.

3. Aparatur Pemerintah Desa melakukan sosialisasi penyusunan Rancangan

APBDesa kepada warga desa dan unsur terkait.

4. Aparatur Pemerintah Desa memberikan pelayanan dan membuka akses

informasi publik kepada warga desa mengenai RPJM Desa.

5. Aparatur Pemerintah Desa memberikan pelayanan dan membuka akses

informasi publik kepada warga desa mengenai RKP Desa.

6. Aparatur Pemerintah Desa memberikan pelayanan dan membuka akses

informasi publik kepada warga desa mengenai APBDesa.

7. Aparatur Pemerintah Desa memberikan pelayanan dan membuka akses

informasi publik kepada warga desa mengenai Pelaksanaan APBDesa.

8. Aparatur Pemerintah Desa memberikan pelayanan dan membuka akses

informasi publik kepada warga desa mengenai dokumen-dokumen

penatausahaan keuangan Desa.

9. Aparatur Pemerintah Desa memberikan pelayanan dan membuka akses

informasi publik kepada warga desa mengenai Laporan kemajuan

pendapatan dan pengeluaran desa yang diumumkan secara berkala.

10. Aparatur Pemerintah Desa memberikan pelayanan dan membuka akses

informasi publik kepada warga desa mengenai Ringkasan

Pertanggungjawaban Realisasi APBDesa dan Pelaksanaan Penggunaan

Dana Desa.

Sumber: Diadaptasi dari Permendagri No. 113 Tahun 2014

Page 53: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

37

2.1.7. Konsep Partisipasi Masyarakat

2.1.7.1. Pengertian Partisipasi Masyarakat

Peran serta dan kontribusi masyarakat dalam pembangunan merupakan bagian

dalam mewujudkan tujuan dari pembangunan itu sendiri yang berorientasi pada

kesejahteraan rakyat. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat tidak bisa hanya

mengandalkan pemerinah dan swasta semata. Namun, partipasi masyarakat dalam

berbagai aktivitas pembangunan juga sangatlah diperlukan. Hal ini dikarenakan

masyarakat yang punya kehendak, punya suara dan mempunyai sumber daya.

Partispasi masyarakat harus menjadi bagian utama dalam upaya mewujudkan

good governance. Ini sebagai upaya percepatan untuk menjadikan masyarakat

yang mandiri dan berdaya.

Banyak ahli memberikan pengertian mengenai konsep partisipasi. Bila dilihat dari

asal katanya, kata partisipasi berasal dari kata bahasa Inggris “participation” yang

berarti pengambilan bagian, pengikutsertaan (Echols & Shadily, 2000).

Pengertian tentang partisipasi dikemukakan oleh Djalal dan Supriadi (2001),

dimana partisipasi dapat juga berarti bahwa pembuat keputusan menyarankan

kelompok atau masyarakat ikut terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan

pendapat, barang, keterampilan, bahan dan jasa. Partisipasi dapat juga berarti

bahwa kelompok mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka,

membuat keputusan, dan memecahkan masalahnya.

Partisipasi adalah peran serta seseorang masyarakat dalam proses pembangunan

dalam bentuk kegiatan dengan member masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian,

Page 54: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

38

modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil

pembangunan (Sumaryadi, 2010).

Dari definisi yang telah diurai dapat dijelaskan bahwa yang partisipasi adalah

peran serta seseorang atau kelompok masyarakat dalam proses pembuatan

keputusan (Arifin, 2014). Konsep partisipasi yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah bahwa pengelolaan keuangan desa harus memberikan ruang seluas-luasnya

kepada masyarakat untuk secara aktif terlibat dalam setiap tahapan proses

pengelolaan keuangan desa.

2.1.7.2. Indikator Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Keuangan Desa

Menurut Juliantara (2002) substansi dari partisipasi adalah bekerjanya suatu

sistem pemerintahan dimana tidak ada kebijakan yang diambil tanpa adanya

persetujuan dari rakyat, sedangkan arah dasar yang akan dikembangkan adalah

proses pemberdayaan.

Pendapat Suryono (2001) partisipasi merupakan ikut sertanya masyarakat dalam

pembangunan, ikut dalam kegiatan pembangunan, dan ikut memanfaatkan serta

menikmati hasil-hasil pembangunan.

Sementara Murtiono (2016) berpendapat bahwa diperlukannya prasyarat dalam

peningkatan partisipasi masyarakat, yaitu tim pengelola keuangan desa memiliki

komitmen dan mau bekerja sama dengan masyarakat untuk meningkatkan kualitas

pengelolaan keuangan desa. Bagi masyarakat, harus memiliki pengetahuan dan

kemampuan teknis dalam setiap tahapan pengelolaan keuangan desa. Dengan

Page 55: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

39

demikian, Murtiono menerangkan bahwa akan adanya peluang masyarakat desa

dapat menjadi bagian dari keanggotaan tim penyusunan RAPB Desa, sebagai

anggota pelaksana kegiatan, tim monitoring dan pengawasan, tim pemeliharaan,

dan dapat membantu dalam penyusunan RAB serta menyelaraskan laporan

kemajuan penyerapan dana kegiatan pada Buku Kas Pembantu Kegiatan dan

Buku Kas Umum di desa.

Berdasarkan indikator-indikator yang telah disebutkan di atas, indikator prinsip

partisipasi masyarakat dalam penelitian ini adalah:

Tabel 2.6

Indikator Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Dana Desa

No. Indikator

1. Warga Desa menjadi bagian dari keanggotaan dan ikut serta dalam

penyusunan RPJM Desa.

2. Warga Desa menjadi bagian dari keanggotaan dan ikut serta dalam

penyusunan RKP Desa.

3. Warga Desa menjadi bagian dari keanggotaan dan ikut serta dalam

penyusunan Rancangan APBDesa.

4. Warga Desa diberi ruang untuk menjadi Anggota Pelaksana Kegiatan dalam

Proses Pelaksanaan APBDesa oleh Aparatur Pemerintah Desa.

5. Warga Desa diberi ruang untuk menjadi Tim Monitoring dan Pengawasan

dalam Proses Pelaksanaan APBDesa oleh Aparatur Pemerintah Desa.

6. Warga Desa diberi ruang untuk menjadi Tim Pemeliharaan atas aset Desa

dan hasil pelaksanaan kegiatan Pemerintah Desa oleh aparatur pemerintah

Desa.

7. Warga Desa diberi ruang untuk menjadi bagian keanggotaan dan ikut serta

membantu aparatur pemerintah Desa dalam proses penyusunan RAB oleh

Aparatur Pemerintah Desa.

8. Warga Desa diberi ruang untuk menyelaraskan Laporan kemajuan

penyerapan dana kegiatan pada Buku Kas Pembantu Kegiatan dan Buku

Kas Umum di Desa oleh Aparatur Pemerintah Desa.

Sumber: Diadaptasi dari Permendagri No. 113 Tahun 2014

Page 56: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

40

2.2. Penelitian Terdahulu

Di bawah ini ada beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian

ini yaitu sebagai berikut :

1. Subroto (2009), meneliti tentang Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa

(Studi Kasus Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa-desa dalam Wilayah

Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung Tahun 2008). Dari hasil

penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa perencanaan, pelaksanaan,

dan pertanggungjawaban kegiatan ADD telah akuntabel dan transparan.

Namun, dari sisi administrasi masih diperlukan adanya pembinaan lebih

lanjut, karena belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan.

2. Lestari (2016) melakukan penelitian tentang Analisis Akuntabilitas

Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Studi Kasus di Wilayah Kecamatan

Banyudono). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sistem akuntabilitas

perencanaan dan pelaksanaan telah menerapkan prinsip transparansi dan

akuntabilitas. Sedangkan pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa baik

secara teknis maupun administrasi sudah baik, namun harus tetap

mendapat atau diberikan bimbingan dari pemerintah kecamatan.

3. Nafidah dan Suryaningtyas (2015) melakukan penelitian tentang

Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam Upaya Meningkatkan

Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Penelitian ini berfokus pada

pengelolaan alokasi dana desa (ADD) dalam upaya peningkatan

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Hasil dari penelitian ini

Page 57: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

41

Pengelolaan Dana Desa

menunjukan bahwa akuntabilitas ADD secara teknik dan administrasi

berjalan dengan baik sesuai dengan peraturan yang berlaku.

4. Tumbel (2016) melakukan penelitian atas partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan Dana Desa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi

masyarakat dalam perencanaan pembangunan, pelaksanaan pembangunan,

dan evaluasi masih sangat rendah.

2.3. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran analisis implementasi prinsip akuntabilitas, transparansi, dan

partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Dana Desa (Studi di Kecamatan

Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus) dapat digambarkan dalam bagan

berpikir sebagaimana gambar berikut :

Gambar 2.3

Kerangka Pemikiran

Akuntabilitas Transparansi Partisipasi Masyarakat

Page 58: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan metode campuran atau kombinasi (mixed

methods). Konsep untuk “mencampur metode-metode yang berbeda” ini pada

hakikatnya muncul pada 1959, ketika Campbell dan Fisk menggunakan metode

jamak (multimethods) dalam meneliti kebenaran watak-watak psikologis. Berawal

dari inilah, kemudian banyak orang mencampur metode-metode, sekaligus

pendekatan-pendekatan yang berhubungan dengan metode-metode tersebut,

misalnya seperti yang Sieber kemukakan, mereka menggabungkan metode

observasi dan wawancara (data kualitatif) dengan data kuantitatif melalui metode

survei tradisional (Creswell, 2012).

Metode campuran ini merupakan pendekatan penelitian yang mengkombinasikan

atau mengasosiasikan bentuk kualitatif dan bentuk kuantitatif (Creswell, 2012).

Sugiyono (2011) menyatakan bahwa metode penelitian kombinasi (mixed

methods) adalah suatu metode penelitian yang mengkombinasikan atau

menggabungkan antara kuantitatif dengan metode kualitatif untuk digunakan

secara bersama-sama dalam suatu kegiatan penelitian, sehingga diperoleh data

Page 59: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

43

yang lebih komprehensif, valid, reliabel, dan obyektif. Peneliti memilih

menggunakan pendekatan metode campuran untuk dapat memahami implementasi

prinsip akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan

Dana Desa secara lebih luas dan mendalam.

Strategi-strategi dalam penelitian metode campuran menurut Creswell (2012),

yaitu:

1. Strategi Eksplanatoris Sekuensial

Strategi ini diterapkan dengan pengumpulan dan analisis data kuantitatif

pada tahap pertama yang diikuti oleh pengumpulan dan analisis data

kualitatif pada tahap kedua yang dibangun berdasarkan hasil awal

kuantitatif. Rancangan eksplanatoris sekuensial biasanya digunakan untuk

menjelaskan dan menginterprestasikan hasil-hasil kuantitatif berdasarkan

hasil pengumpulan dan analisis data kualitatif serta hubungan-

hubungannya.

2. Strategi Eksploratoris Sekuensial

Strategi ini mirip dengan strategi sebelumnya, hanya tahap pengumpulan

dan analisis datanya saja yang dibalik. Strategi eksploratoris sekuensial

melibatkan pengumpulandan analisis data kualitatif pada tahap pertama,

yang kemudian diikuti pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada

tahap kedua yang didasarkan pada hasil-hasil tahap pertama. Tujuan dari

strategi ini adalah menggunakan data hasil kuantitatif untuk menafsirkan

fenomena-fenomena kualitatif dan mengeksplorasinya.

Page 60: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

44

3. Strategi Transformatif Sekuensial

Strategi transformatif sekuensial merupakan proyek dua tahap dengan

perspektif teoretis tertentu yang turut membentuk prosedur-prosedur di

dalamnya. Strategi ini terdiri dari tahap pertama (baik itu kuantitatif

ataupun kualitatif) yang diikuti oleh tahap kedua (baik itu kuantitatif

maupun kualitatif). Tujuan dari strategi transformatif sekuensial adalah

untuk menerapkan perspektif teoritis si peneliti.

4. Strategi Triangulasi Konkuren

Dalam strategi triangulasi konkuren, peneliti mengumpulkan data

kuantitatif dan kualitatif secara konkuren (dalam satu waktu), kemudian

membandingkan dua database ini untuk mengetahui apakah ada

konvergensi, perbedaan-perbedaan, atau beberapa kombinasi.

5. Strategi Embedded Konkuren

Seperti halnya strategi triangulasi konkuren, strategi embedded konkuren

juga menerapkan satu tahap pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif

dalam satu waktu. Meski demikian, yang membedakan strategi ini dengan

strategi konkuren sebelumnya adalah bahwa strategi embedded konkuren

memiliki metode primer yang memandu proyek dan database sekunder

memainkan peran pendukung dalam prosedur-prosedur penelitian. Metode

sekunder yang kurang diprioritaskan (kuantitatif atau kualitatif)

ditancapkan (embedded) atau disarangkan (nested) ke dalam metode yang

lebih dominan (kualitatif atau kuantitatif). Strategi ini digunakan agar

peneliti memperoleh perspektif-perspektif yang lebih luas karena mereka

Page 61: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

45

tidak hanya menggunakan metode yang dominan saja, melainkan juga

menggunakan dua metode yang berbeda.

6. Strategi Transformatif Konkuren

Strategi transformatif konkuren ini diterapkan dengan mengumpulkan data

kuantitatif dan kualitatif secara serempak serta didasarkan pada perspektif

teoretis tertentu. Perspektif ini bias berorientasi pada ideologi-ideologi

seperti teori kritis, advokasi, penelitian partisipatoris, atau pada kerangka

konseptual tertentu.

Berdasarkan strategi-strategi yang diuraikan di atas, penelitian ini memilih

menggunakan metode campuran dengan strategi embedded konkuren. Peneliti

memilih strategi embedded konkuren dengan pertimbangan waktu, karena data

kuantitatif dan kualitatif dapat dikumpulkan dalam satu waktu di lokasi penelitian.

Ilustrasi strategi embedded konkuren dapat dilihat dalam bentuk model visual di

bawah ini:

Gambar 3.1

Strategi Embedded Konkuren

Analisis penemuan Analisis penemuan

Sumber: Diadaptasi dari Cresswell (2012)

KUAN

KUAL

Kual Kuan

Page 62: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

46

Keterangan:

(1) Pengapitalan (“KUAN” atau “KUAL”) mengindikasikan suatu bobot atau

prioritas yang diberikan pada data, analisis, dan interpretasi kuantitatif atau

kualitatif. Dalam penelitian metode campuran, data kualitatif dan

kuantitatif dapat diprioritaskan secara seimbang, atau salah satu data dapat

diutamakan ketimbang data yang lain. Pengapitalan ini mengindikasikan

adanya satu pendekatan atau metode yang lebih diprioritaskan.

(2) “Kuan” dan “Kual” merupakan kependekatn dari kuantitatif dan kualitatif.

Keduanya menggunakan jumlah kata yang sama untuk menunjukkan

keseimbangan antara dua jenis data.

(3) Notasi KUAN/kual mengindikasikan bahwa metode kualitatif ditancapkan

ke dalam rancangan kuantitatif.

(4) Kotak-kotak mengindikasikan analisis dan pengumpulan data kuantitatif

dan kualitatif.

Yusuf (2014) menerangkan lebih spesifik bahwa strategi embedded konkuren

adalah strategi penelitian kualitatif di dalam/menginduk/melekat pada penelitian

kuantitatif. Paradigma penelitian ini digambarkan Yusuf seperti di bawah ini:

Gambar 3.2

Model Embedded Konkuren

Sumber:Yusuf (2014)

Analisis Temuan

Analisis Temuan

Kuantitatif

Kualitatif

Integrasi Temuan

Page 63: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

47

Keterangan: Pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif dilakukan secara

bersamaan. Analisis temuan dilakukan secara bertahap kemudian diintegrasikan

yaitu semua hasil temuan disatukan/dihubungkan untuk memperkuat masing-

masing hasil temuan (Yusuf, 2014).

Strategi embedded konkuren yang digunakan dalam penelitian ini merupakan satu

teknik primer melalui survei dengan penyebaran kuesioner untuk mengetahui

implementasi prinsip akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan Dana Desa di Kecamatan Kotaagung Timur, dan teknik sekunder

dengan cara sedikit mewawancarai beberapa partisipan yang sudah mengisi

instrumen survei dalam pengumpulan data tersebut. Sehingga, peneliti dapat

memperoleh perspektif-perspektif yang lebih luas dari jenis-jenis data yang

berbeda dalam satu penelitian.

3.2. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti melakukan penelitian dalam

melihat fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi dari subjek yang diteliti

dalam rangka mendapatkan data-data penelitian yang akurat. Lokasi penelitian ini

ialah pekon-pekon yang berada Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten

Tanggamus. Adapun pekon-pekon yang berada di wilayah Kecamatan Kotaagung

Timur yaitu, Pekon Teba, Pekon Karta, Pekon Kagungan, Pekon Tanjung Anom,

Pekon Talang Rejo, Pekon Kampung Baru, Pekon Umbul Buah, Pekon Mulang

Maya, Pekon Sukabanjar, Pekon Menggala, Pekon Tanjung Jati, dan Pekon Batu

Keramat.

Page 64: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

48

Peneliti tertarik untuk memilih lokasi penelitian di Kecamatan Kotaagung Timur,

Kabupaten Tanggamus, dikarenakan berdasarkan IDM yang dikeluarkan oleh

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi tahun

2015, Kabupaten Tanggamus tergolong dalam desa tertinggal. Sementara itu,

Kabupaten Tanggamus setiap tahunnya mendapatkan anggaran Dana Desa yang

cukup besar diantara Kabupaten lainnya di Provinsi Lampung. Namun, menurut

laporan yang dilansir dari beberapa media elektronik, pekon-pekon di kecamatan

Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus terindikasi kurang mengedepankan

prinsip-prinsip good governance dalam pengelolaan keuangan desa.

Subjek penelitian adalah sumber utama data penelitian, yaitu yang memiliki data

mengenai variabel-variabel yang diteliti (Azwar, 2010). Sementara Arikunto

(2010) berpendapat bahwa subjek penelitian adalah suatu benda, hal atau orang

tempat data variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan. Jadi, subjek

merupakan sesuatu yang posisinya sangat penting, karena pada subjek itulah

terdapat data tentang variabel yang diteliti dan diamati. Subjek penelitian dapat

juga disebut sebagai responden, yaitu pihak yang dijadikan sebagai sampel dalam

sebuah penelitian.

Subjek yang dijadikan responden dan informan dalam penelitian ini ialah seluruh

tim pengelola keuangan desa dan unsur-unsur terkait yang diatur dalam

Permendagri No. 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

Pemillihan didasarkan atas pertimbangan bahwa responden dan informan

memiliki pemahaman terhadap fenomena penelitian. Berdasarkan peraturan

Page 65: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

49

perundangan yang berlaku, maka peneliti menyusun subjek penelitian yang

menjadi sumber data penelitian antara lain:

1. Kepala Desa;

2. Sekretaris Desa;

3. Bendahara Desa;

4. Kaur/Kasi Pelaksana Kegiatan;

5. Badan Permusyawaratan Desa; dan

6. Unsur Masyarakat Desa.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian merupakan wilayah yang ingin diteliti oleh si peneliti.

Sebagaimana yang dikatakan Sugiyono (2011) bahwa populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.

Pendapat tersebut di atas menjadi acuan bagi peneliti untuk menentukan populasi.

Adapun populasi target yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 12 pekon

di wilayah Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus yang berjumlah

36 orang sebagai tim pengelola keuangan dan unsur terkaitnya.

Page 66: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

50

3.3.2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti oleh si peneliti.

Menurut Sugiyono (2011) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sehingga, untuk pengambilan sampel harus

menggunakan cara tertentu yang didasarkan oleh pertimbangan-pertimbangan

yang ada.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel jenuh, dimana dalam

penelitian ini anggota populasi merupakan anggota sampel. Sebagaimana

pengertian sampel jenuh menurut Sugiyono (2011), sampel jenuh adalah teknik

penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sampel

yang dipilih dalam penelitian ini adalah tim pengelola keuangan dan unsur

terkaitnya dengan jumlah sampel sebanyak 36 orang dengan jabatan Kepala Desa,

Sekretaris Desa, Bendahara Desa, Badan Permusyawaratan Desa, atau Unsur

Masyarakat Desa di pekon-pekon Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten

Tanggamus.

3.4. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu informasi yang

diperoleh langsung dari pelaku yang melihat dan terlibat langsung dalam

penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi data

primer yaitu data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner yang dibagikan

kepada responden, dan informasi yang diperoleh dari wawancara terhadap tim

Page 67: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

51

pengelola keuangan desa dan unsur terkait lainnya yang sudah mengisi instrument

survei dalam pengumpulan data.

Dalam pencarian data primer ada tiga dimensi penting yang perlu diketahui yaitu :

a. Kerahasiaan mengenai apakah tujuan penelitian untuk diketahui oleh

responden atau tidak.

b. Stuktur yang berkaitan dengan tingkat formalitas, seperti dalam mencari

data peneliti menggunakan alat penelitian misalnya kuesioner.

c. Metode koleksi harus menunjuk pada sarana untuk mendapatkan data.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2011) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang

paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data.

Untuk mendapatkan data yang tepat dan benar-benar akurat, peneliti

mengumpulkan sumber data dengan beberapa teknik berikut:

1. Kuesioner

Dalam penelitian ini, teknik primer pengumpulan data yang dipakai

peneliti adalah kuesioner. Menurut Sugiyono (2011) kuesioner merupakan

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya.

Page 68: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

52

Tipe pernyataan dalam kuesioner penelitian ini adalah tipe tertutup yang

merupakan indikator-indikator akuntabilitas, transparansi, partisipasi

masyarakat dalam pengelolaan Dana Desa, dengan 5 (lima) jawaban yang

telah disediakan guna melihat kesesuaian antara indikator yang mengacu

pada aturan yang berlaku dengan pelaksanaannya di lapangan. Sehingga,

peneliti dapat memperoleh data tentang implementasi prinsip akuntabilitas,

transparansi, partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Dana Desa di

Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus.

2. Wawancara

Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu, yang

dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan yang telah diberikan (Moelong,

2014).

Peneliti menggunaka teknik wawancara sebagai teknik sekunder dalam

penelitian ini, sebagaimana yang dianjurkan Creswell (2012), dalam

penelitian metode campuran yang menggunakan strategi embedded

konkuren, bahwa hasil wawancara akan diintegrasikan dengan hasil teknik

primer pengambilan data melalui penyebaran kuesioner untuk memperkuat

hasil temuan.

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara semi

terstruktur , yaitu wawancara yang dalam pelaksanaannya lebih bebas

dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Pewawancara memberikan

Page 69: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

53

pertanyaan kepada informan, namun dapat berkembang lebih bebas sesuai

dengan situasi dan informasi yang dibutuhkan. Wawancara semi

terstruktur bertujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka,

dimana pihak yang diwawancarai diminai pendapat dan ide-idenya

(Sugiyono, 2011).

Peneliti akan melakukan wawancara langsung secara mendalam kepada

informan yang telah mengisi kuesioner mengenai implementasi prinsip

akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Dana

Desa di Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus. Wawancara

yang dilakukan oleh peneliti dibantu dengan alat catatan. Alat catatan ini

digunakan untuk bahan cross check pada saat analisa data.

3.6. Analisis Data

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah implementasi prinsip

good governance atau asas dalam pengelolaan Dana Desa di Kecamatan

Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus yang meliputi prinsip akuntabilitas,

transparansi, dan partisipasi masyarakat.

Untuk mengetahui implementasi prinsip akuntabilitas, transparansi, partisipasi

masyarakat dalam pengelolaan Dana Desa di Kecamatan Kotaagung Timur,

Kabupaten Tanggamus, analisis yang digunakan untuk data kuantitatif yang

diperoleh melalui penyebaran kuesioner adalah analisis dengan menggunakan

statistik deskriptif.

Page 70: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

54

Analisis deskriptif menurut Sugiyono (2011) yaitu teknik analisis yang digunakan

untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud untuk membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis deskriptif

merupakan analisis yang dilakukan untuk menilai karakteristik dari sebuah data.

Adapun karakteristik data dalam penelitian ini berupa, nilai mean, median, mode,

minimal, dan maximal dengan menggunakan software Microsoft Excel 2010.

Sedangkan untuk memaparkan data hasil wawancara mengenai implementasi

prinsip akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Dana

Desa di Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus, analisis yang

digunakan adalah metode kualitatif. Data dianalisis secara tekstual untuk

mengetahui implementasi prinsip akuntabilitas, transparansi, partisipasi

masyarakat dalam pengelolaan Dana Desa di Kecamatan Kotaagung Timur,

Kabupaten Tanggamus.

Tahap-tahap analisis data pada penelitian ini yaitu:

1. Melakukan analisis statistik deskriptif data dari hasil kuesioner penelitian

implementasi prinsip akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat

dalam pengelolaan Dana Desa di Kecamatan Kotaagung Timur,

Kabupaten Tanggamus menggunakan software Microsoft Excel 2010.

2. Hasil wawancara dianalisis dengan menggunakan analisis triangulasi

untuk memperoleh data yang valid.

3. Hasil penelitian diinterpretasikan, disimpulkan dan ditafsirkan dengan

kalimat yang bersifat naratif deskriptif.

Page 71: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang secara eksplisit tertuang dalam hasil dan

pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan akhir dari penelitian analisis

implementasi prinsip akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan Dana Desa di Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus,

yaitu sebagai berikut:

1. Implementasi prinsip akuntabilitas yang dilakukan aparatur pemerintah

desa yang ada di Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus

sudah cukup baik dalam hal administrasi dan sesuai dengan prosedur

aturan yang berlaku. Namun, masih ada beberapa indikator akuntabilitas

yang belum maksimal diterapkan terutama dalam tahapan pelaporan yang

terlambat.

2. Implementasi prinsip transparansi yang dilakukan oleh aparatur

pemerintah desa yang ada di Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten

Tanggamus sudah cukup baik dalam penyampaian informasi umum.

Namun, untuk indikator transparansi dalam proses pengelolaan Dana Desa

Page 72: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

72

masih belum maksimal diterapkan, seperti yang utama jarang dibuka akses

informasinya ialah tentang dokumen-dokumen penatausahaan,

pelaksanaan RAPB Desa, dan RAB Desa.

3. Implementasi partisipasi yang dilakukan pemerintah desa yang ada di

Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus masih belum

maksimal, karena beberapa indikator untuk membuka ruang partisipasi

masyarakat belum diterapkan dan masih kurangnya inisiasi untuk

partsipasi aktif dari masyarakat sendiri.

Dari kesimpulan di atas dapat dikatakan bahwa pengelolaan Dana Desa di

Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus cukup baik untuk

menerapkan prinsip dan aturan mengenai akuntabilitas. Namun, untuk prinsip

transparansi, dan partisipasi dalam pengelolaan Dana Desa masih belum maksimal

dilaksanakan baik dari sisi pemerintah desa maupun dari sisi masyarakat.

5.2. Keterbatasan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan di

atas, terdapat keterbatasan dari penelitian ini yaitu :

1. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara deskriptif tidak dapat

mendapatkan informasi dan data secara komprehensif.

2. Metode survei yang belum optimal.

Page 73: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

73

5.3. Saran

Mengacu kepada hasil penelitian dan keterbatasan penelitian yang telah diuraikan

di atas, selanjutnya dapat diajukan saran sebagai berikut:

1. Peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan teknik pengumpulan data

melalui wawancara mendalam kepada seluruh tim pengelolaan keuangan,

dan observasi lapangan serta dokumentasi, sehingga data yang

dikumpulkan merupakan sesuatu yang komprehensif dan objektif.

2. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan teknik kuesioner

dengan metode penyaringan data berupa pilihan ya atau tidak beserta

levelnya masing-masing.

3. Sinergitas antara aparatur Pemerintah Desa dengan sivitas akademika perlu

dilakukan dalam proses pengelolaan Dana Desa melalui pelatihan dan

pendampingan yang terstruktur dan sistematis.

4. Penyusunan Perda tentang pengelolaan keuangan desa, sehingga dapat

menjadi rujukan peraturan yang tidak berubah-ubah.

Page 74: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

DAFTAR PUSTAKA

Page 75: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2010. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan.

Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.

Andrianto, Nico. 2007. Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui e-

government. Malang: Bayumedia Publishing.

Arifin, Zainal. 2014. Penelitian Pendidikan : Metode dan Paradigma Baru.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Arikunto, S. 2013. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Creswell, John W. 2012. Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan

Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Didjaja, Mustofa. 2003. Transparansi Pemerintah. Jakarta: Rineka Cipta.

Djalal, Fasli dan Dedi Supriadi. 2001. Reformasi Pendidikan dalam Konteks

Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Echols, John M dan Hassan Shadily. 2000. Kamus Inggris Indonesia An English-

Indonesia Dictionary. Jakarta: PT. Gramedia.

Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah, Edisi

Revisi. Jakarta: Salemba Empat.

Page 76: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

Halim, Abdul dan Muhammad Iqbal, 2012. Pengelolaan Keuangan Daerah: Seri

Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah Edisi 3.Yogyakarta: UPP

STIM YKPN.

Indonesia Corruption Watch. 2018. “Outlook Dana Desa 2018, Potensi

Penyalahgunaan Anggaran Desa Di Tahun Politik”. Kajian ICW, Jakarta.

Juliantara, Dadamg. 2002. Menggeser Pembangunan, Memperkuat Rakyat.

Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama.

Kecamatan Kotaagung Timur. 2016. Profil Kecamatan Kotaagung Timur.

Kotaagung Timur: Kecamatan Kotaagung Timur.

Kristianten. 2006. Transparansi Anggaran Pemerintah. Jakarta: Rineka Cipta.

LAN dan BPKP. 2000. Akuntabilitas dan Good Governance. Jakarta: Lembaga

Administrasi Negara.

Laolo, Krina Loina. 2003. Indikator Alat Ukur Akuntabilitas, Transparansi dan

Partisipasi. Jakarta: Badan Perencana Pembangunan Nasional.

Lestari, Sri. 2016. “Analisis Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Studi

Kasus di Wilayah Kecamatan Banyudono)”. Skripsi. Institut Agama Islam

Negeri Surakarta.

Mardiasmo. 2002. Otonomi daerah dan manajemen keuangan

daerah.Yogyakarta: Andi.

Mardiasmo. 2006. “Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik melalui

Akuntansi Sektor Publik: Suatu Sarana Good Governance”. Jurnal

Akuntansi Pemerintahan. 2 (1).

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik.Yogyakarta: Andi.

Meuthia, Ganie Rochman. 2008. “Good governance : Prinsip, Komponen dan

Penerapannya”. Artikel yang dimuat dalam buku HAM. Komnas HAM.

Page 77: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

Moelong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Murtiono, Yusuf. 2016. Modul Tata Kelola Keuangan Desa. Yogyakarta: Infest.

Nafidah, L.N., dan M. Suryaningtyas. 2015 “Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi

Dana Desa dalam Upaya Meningkatkan Pembangunan dan Pemberdayaan

Masyarakat”. Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam, 3 (1): 27.

Putra, Hikmawan S. 2011. Pelaksanaan Prinsip-prinsip Good Governance dan

Reinventing Government dalam Pelayanan Publik. Government Science.

Knowledge and Islamic.

Republik Indonesia. 2004. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 125. Jakarta: Kementerian Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. 2014. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7. Jakarta:

Kementerian Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang

Desa. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158.

Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Republik Indonesia. 2016. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang

Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014

Tentang Dana Desa yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor

57. Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun

2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 2093. Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak

Asasi Manusia.

Page 78: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS, …digilib.unila.ac.id/58778/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · memperoleh RPJM Des, RAPBDes, dokumen penatausahaan, dan warga tidak

Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Keuangan Nomor

119/PMK.07/2017 Tahun 2017 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah.

Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1202. Jakarta:

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Sabarno, Hari. 2007. Memandu Otonomi Daerah Menjaga Kesatuan Bangsa.

Jakarta: Sinar Grafika.

Solihin, Dadang. 2007. Penerapan Good Governance di Sektor Publik untuk

Meningkatkan Kinerja Lembaga Publik. Jakarta: Badan Perencana

Pembangunan Nasional.

Subroto, A. 2009. “Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa (Studi Kasus

Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa-desa dalam Wilayah Kecamatan

Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung Tahun 2008)”. Tesis. Program Studi

Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sumaryadi, I Nyoman, 2010. Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan

Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Citra Utama.

Suryono, Agus. 2001. Teori dan Isu Pembangunan. Malang: UM Press.

Tanjung, Abdul Hafiz. 2011. Penatausahaan dan Akuntansi Keuangan Daerah.

Jakarta: Salemba Empat.

Tanzeh, A. 2011. Metodologi Penelitian Praktis. Yogyakarta: Sukses Offset.

Tumbel, Satria Mentari. 2016. “Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Dana

Desa di Desa Tulumaluntung Satu Kecamatan Tareran Kabupaten Minahasa

Selatan”. Tesis. Program Studi PSP Pascasarjana UNSRAT.

Yusuf, A Muri. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian

Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group.