analisis hukum kedudukan rapat umum · pdf fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang...

128
ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PADA PERSEROAN TERBATAS DILIHAT DARI ANGGARAN DASAR TESIS Oleh LAURA GINTING 057011044/MKn S E K O L A H P A S C A S A R J A N A SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Upload: hoangdang

Post on 06-Feb-2018

239 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PADA PERSEROAN TERBATAS

DILIHAT DARI ANGGARAN DASAR

TESIS

Oleh

LAURA GINTING

057011044/MKn

S

EK O L A

H

PA

SC A S A R JANA

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 2: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PADA PERSEROAN TERBATAS

DILIHAT DARI ANGGARAN DASAR

T E S I S

Oleh

LAURA GINTING

057011044/MKn

S

EK O L A

H

PA

SC A S A R JANA

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 3: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PADA PERSEROAN TERBATAS

DILIHAT DARI ANGGARAN DASAR

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam Program Studi Kenotariatan pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

LAURA GINTING

057011044/MKn

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 4: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

Judul Tesis : ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PADA PERSEROAN TERBATAS DILIHAT DARI ANGGARAN DASAR

Nama Mahasiswa : LAURA GINTING Nomor Pokok : 057011044 Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H.,M.S.,C.N) Ketua

(Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S.H., C.N., M.Hum) Anggota

(Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum) Anggota

Ketua Program Studi

Direktur

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H.,M.S.,C.N) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)

Tanggal Lulus : 30 Januari 2008

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 5: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

Telah Diuji Pada Tanggal: 30 Januari 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H., M.S., C.N.

Anggota : 1. Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S.H., C.N., M.Hum.

2. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum.

3. Chairani Bustami, S.H., Sp.N., M.Kn.

4. Syafnil Gani, S.H., M.Hum.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 6: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

ABSTRAK Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah organ perseroan yang

mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang dan/atau anggaran dasar sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 4 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT). RUPS merupakan tempat berkumpulnya para pemegang saham untuk membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan perseroan, yang pelaksanaannya mengacu pada anggaran dasar selama belum diatur dalam UUPT. Oleh karena itu, dilakukan penelitian tentang pengaturan RUPS di dalam anggaran dasar, dan pengaturan serta kedudukan RUPS tersebut di dalam UUPT.

Penelitian ini bersifat dekriptif analitis dengan pendekatan secara yuridis normatif dari ketentuan Anggaran Dasar dan Undang-Undang Perseroan Terbatas dalam kaitannya dengan pengaturan RUPS.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa: anggaran dasar suatu perseroan adalah menetapkan hal-hal yang dianggap perlu dan yang belum diatur dalam peraturan yang ada. Oleh karena itu, dalam menyusun akta pendirian atau anggaran dasar harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya sehingga masalah mendasar dapat dituangkan secara jelas dan lengkap Anggaran Dasar merupakan hukum positif yang mengikat semua pemegang saham, dewan direksi dan dewan komisaris dalam pelaksanaan RUPS, dan kekuatan mengikat itu tidak dapat dikesampingkan oleh siapa pun juga, sekali pun diambil keputusan oleh RUPS dengan suara bulat. RUPS adalah organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam UUPT, dan RUPS mengangkat Direksi dan Komisaris. Kemudian keputusan-keputusan yang menyangkut struktur organisasi Perseroan, yaitu perubahan anggaran dasar, penggabungan, peleburan, pemisahan, pembubaran dan likuidasi Perseroan, hak kewajiban para pemegang saham, pengeluaran saham baru dan pembagian/ penggunaan keuntungan yang dibuat Perseroan sepenuhnya menjadi wewenang RUPS.

Disarankan agar para pihak yang terikat dalam perjanjian pada perseroan wajib mengetahui status pendirian dari suatu perseroan terbatas yang termuat dalam Anggaran Dasar, sehingga dalam pelaksanaan RUPS jelas terlihat kewenangan-kewenangan dari Direksi dalam pengelolaan perusahaan dan kewajiban untuk melakukan RUPS. Kata kunci: Rapat Umum Pemegang Saham; Perseroan Terbatas; Anggaran Dasar.

iLaura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 7: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

ABSTRACT Shareholder Meeting (RUPS) is the liability limited organ of corporate having

authority which do not be passed to Board of Directors or Board of Commissioner in authority which is determined in statutes and/or law as arranged in Section 1 Number 4 UU No.40 Year 2007 about Limited Liability Corporate (UUPT). RUPS represent place gather all shareholder to study everything related to corporation, which is its execution relate at statutes during not yet been arranged in UUPT. Therefore, conducted by research about arrangement of RUPS in statutes, and arrangement RUPS in UUPT.

This research have the character of analytical descriptive with approach by juridical normative of the Limited Liability Corporate Laws in its bearing with arrangement of RUPS.

Pursuant to result of research known that: statutes of the Limited Liability Corporate is to specify assumed things need and which not yet been arranged in existing regulation. Therefore, in compiling bill of establishment or statutes have to be drawn up as well as possible so that the problem of base can be poured clearly and complete Association of representing positive law of obligatory all stockholder, board of directors council and board of commissioner in execution of RUPS, and strength fasten that cannot be overruled by whom also, once is even also taken by decision by unanimous RUPS. RUPS have authority to decide something that concerning corporate organization chart, that is change of statutes, merger, forge, dissociation, corporate liquidation and disbandment, obligation rights all shareholders, expenditure of new share and division/usage of made by advantage the limited liability corporate.

It is suggested that by the parties which tied in agreement at the limited liability corporate is obliged to know founding status from the limited liability corporate which included in statutes, so that in execution of seen clear RUPS of authority of board of directors in management of obligation and company to conduct RUPS. Keywords: Shareholder Meeting; The Limited Liability Corporate; Statute.

iiLaura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 8: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

KATA PENGANTAR

Pertama dan terutama, dengan segala kerendahan hati penulis panjatkan

kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugrah-Nya, diselesaikan tesis ini,

bukan hanya karena kepintaran ataupun kemampuan saya, melainkan dengan segala

keterbatasan yang dimiliki, tetapi karena limpahan karunia-Nya sehingga menambah

keyakinan dan kekuatan dalam penyelesaian tesis ini.

Judul tesis ini “ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM

PEMEGANG SAHAM PADA PERSEROAN TERBATAS DILIHAT DARI

ANGGARAN DASAR” yang merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk

memperoleh gelar Magister Kenotariatan (M.Kn.) pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan,

dorongan moril, masukan dan saran, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan

tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan secara khusus kepada

yang terhormat dan amat terpelajar Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H., M.S., C.N.,

Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S.H., C.N., M.Hum., dan Ibu Dr. Sunarmi, S.H.,

M.Hum., atas kesediaannya dalam memberikan bimbingan, petunjuk serta arahan

demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada para dosen penguji di luar komisi

pembimbing, yaitu yang terhormat dan amat terpelajar Ibu Chairani Bustami, S.H.,

Sp.N., M.Kn., dan Bapak Notaris/PPAT Syafnil Gani, S.H., M.Hum., yang telah

berkenan memberi masukan dan arahan yang konstruktif demi penyempurnaan

iiiLaura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 9: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

penulisan tesis ini sejak tahap kolokium, seminar hasil sampai pada tahap ujian

tertutup sehingga penulisan tesis ini menjadi lebih sempurna dan terarah.

Selanjutnya ucapan terima kasih penulis yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Chairudin P. Lubis, DTM&H., Sp.A (K), selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc., selaku Direktris Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara, dan para Asisten Direktris serta seluruh Staf atas

bantuan, kesempatan dan fasilitas yang diberikan, sehingga dapat menyelesaikan

studi pada Program Magister Kenotariatan (M.Kn.) Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H., M.S., C.N., selaku Ketua Program

Magister Kenotariatan (M.Kn.) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

beserta seluruh Staf atas bantuan dalam memberikan kesempatan dan fasilitas

sehingga dapat menyelesaikan studi pada Program Magister Kenotariatan (M.Kn.)

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Para pegawai/karyawan pada Program Studi Magister Kenotariatan (M.Kn.)

Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara yang selalu membantu dengan

sepenuh hati dan memberi senyuman yang terbaik kepada penulis, terutama saran

guna memperlancar manajemen administrasi yang dibutuhkan.

5. Kepada seluruh rekan-rekan mahasiswa Magister Kenotariatan (M.Kn) Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan (Ridho, T.M. Ali Bahar, Edi

Syahputra, Novi) dan khususnya rekan-rekan sekelas di Grup A-2005 maupun

rekan-rekan seangkatan umumnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu-satu

ivLaura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 10: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

yang selalu memberikan bantuan semangat, dorongan, dan motivasi kepada

penulis dalam rangka penyelesaian studi Program Magister Kenotariatan (M.Kn).

6. Kepada sahabat-sahabat karibku Miar Simarmata, S.H., C.N., Midah, S.H., Tuti

Las Suriani, dan Rudi Hartono. yang telah memberikan dorongan semangat

sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Teristimewa dengan tulus hati penulis ucapkan terima kasih kepada kepada

kedua orang tua yang selalu mengasihiku, Ayahanda Almarhum Comat Ginting dan

Ibunda yang tercinta Tringani Tarigan, S.H., Sp.N., yang selalu memberikan

limpahan kasih sayang, cinta kasih dalam memberikan semangat bagi penulis untuk

berbuat sesuatu yang terbaik demi masa depan penulis. Juga, kepada kakanda

Ngobarita Ginting, Sertamin Ginting, abangda Elieser Dolson Ginting, dan adinda

Frans Cory Meilando, S.H., yang memberikan motivasi kepada penulis untuk

menyelesaikan studi ini.

Ucapan terima kasih yang tulus kepada suami tercinta Harry Immanuel, S.H.,

dan anak-anakku tersayang Fernando Edwin Parla dan Meika yang menjadi

motivasi penulis untuk menyelesaikan studi pada Program Magister Kenotariatan

(M.Kn) ini.

Akhir kata kepada semua sahabat, saudara/i, dan rekan-rekan yang tidak dapat

disebutkan satu per satu, terima kasih buat semua doa, kebaikan, ketulusan, dan

dukungan kepada penulis selama proses penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini dapat

bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, Maret 2008 Penulis,

Laura Ginting

vLaura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 11: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi

Nama : Laura Ginting

Tempat/ Tgl. Lahir : Medan, 29 Juni 1977

Status : Menikah

Alamat : Jl. Gatot Subroto No.38

Agama : Kristen Protestan

II. Orang Tua

Nama Ayah : Alm. Comat Ginting

Nama Ibu : Tringani Tarigan, S.H., Sp.N.

III. Pendidikan

1. SD Swasta Masehi

2. SMP Swasta Methodis I Medan

3. SMA Negeri 13 Medan

4. S-1 Fakultas Hukum Universitas Panca Budi Medan

5. S-2 Program Studi Magister Kenotariatan (M.Kn)

Sekolah Pascasarjana USU Medan.

Medan, Maret 2008

Penulis,

Laura Ginting

viLaura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 12: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ........................................................................................................ i ABSTRACT ..................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix DAFTAR ISTILAH ......................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................. 7

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 7

E. Keaslian Penelitian ................................................................... 8

F. Kerangka Teori dan Konsepsi .................................................. 9

1. Kerangka Teori .................................................................. 9

2. Konsepsi ............................................................................. 13

G. Metode Penelitian .................................................................... 14

1. Sifat Penelitian ................................................................... 14

2. Metode Penelitian .............................................................. 15

3. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 15

4. Alat Pengumpulan Data ..................................................... 16

5. Analisis Data ...................................................................... 17

BAB II PENGATURAN RUPS DI DALAM ANGGARAN DASAR PERSEROAN TERBATAS ......................................................... 18

A. Rapat Umum Pemegang Saham ............................................... 18

viiLaura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 13: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

1. Kekuasaan dan Kewenangan RUPS .................................. 20

2. Pemanggilan RUPS ............................................................ 22

3. Hak Suara .......................................................................... 25

4. Korum RUPS .................................................................... 26

B. Anggaran Dasar Perseroan Terbatas ...................................... 28

BAB III PENGATURAN RUPS DI DALAM KETENTUAN UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS .................. 32

A. Perseroan Terbatas .................................................................... 32

B. Pendirian Perseroan Terbatas ................................................... 39

C. Prinsip Hukum Perseroan Terbatas........................................... 45

D. Pengaturan RUPS dalam UUPT ............................................... 52

BAB IV KEDUDUKAN HUKUM RUPS DI DALAM UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS ...................................... 57

A. Organ Perseroan Terbatas ....................................................... 57

B. Kewajiban Pelaksanaan RUPS.................................................. 93

C. Keputusan RUPS....................................................................... 102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 107

A. Kesimpulan .............................................................................. 107

B. Saran ......................................................................................... 108

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 109

viiiLaura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 14: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Struktur Dewan Direktur (Board of Directors) dalam Sistem Satu Dewan Direktur (One Tier System) ................................................. 65

2. Struktur Dewan Direktur (Board of Directors) dalam Sistem Dua Badan Terpisah (Two Tiers System) ............................................... 66

3. Struktur Organ Perseroan Terbatas di Indonesia ............................ 67

ixLaura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 15: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

DAFTAR ISTILAH

Artificial person : Manusia semu Beneficiary : Pihak yang memberikan kepercayaan yang

harus dipegang untuk kepentingannya Best interest : Yang terbaik bagi perseroan Business Judgment Rule : Peraturan Pertimbangan Bisnis Chairman : Presiden komisaris Conflict of interest : Konflik kepentingan Constituences : Pihak berkepentingan Corporate opportunity : Kesempatan perseroan Decision market : Pengambil keputusan Derivative action : Gugatan derivatif dalam perseroan terbatas Directory : Pedoman Disclosure : Keterbukaan informasi Doctrinal research : Penelitian doktrinal Dubius : Penafsiran mendua Due care : Kehati-hatian Exclusive authorities : Wewenang eksklusif Fiduciary duty : Tugas dan kedudukan yang dipercayakan

(pemegang amanah) For cause or no cause : Dengan atau tanpa menunjukkan alasan

pemberhentian Fraud : Penipuan Guardian : Perwalian Insider trading : Orang dalam Law as it is decided by the judge through judicial process

: Hukum yang yang muncul dari proses pengadilan

Law as it written in the book : Hukum sebagaimana yang tertulis Lawyer : Penasehat hukum Legal entity : Badan Hukum Liability of Promotors : Tanggung jawab promotor perseroan Library research : Penelitian kepustakaan Limited liability : Tanggung jawab terbatas Limited Liability Company : Perseroan Terbatas Mandatory : Kewajiban Mandatory element : Unsur wajib Naamloze Vennootschap : Perseroan Terbatas Non executive : Tidak mempunyai otoritas manajemen Operational definition : Konsepsi Personal standi in judicio : Subjek hukum mandiri

xLaura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 16: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

Piercing the Corporate Veil : Penyingkapan tirai perusahaan Primary right : Hak utama Proper purpose : Tujuan yang layak Rational basis : Dasar-dasar yang rasional Reasonable belief : Cara yang layak dipercayai Self dealing : Transaksi dengan perseroan Sense of business : Pertimbangan bisnis Shadow director : Direktur bayangan Stakeholder : Pihak yang berkepentingan The Act of Australia Company Act : Hukum Perusahaan Australia Top management : Dewan Direksi Ultra vires : Tindakan di luar kewenangan

xiLaura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 17: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan perangkat hukum untuk menciptakan dan melindungi hak manusia sebagai anggota masyarakat terus mengalami perkembangan. Misalnya dalam kegiatan ekonomi perusahaan hak seseorang sebagai pelaku ekonomi dalam menjalankan perusahaan berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat. Karena pada akhir-akhir ini telah muncul pemikiran-pemikiran mengenai sifat dan hakikat hukum perusahaan yang berperan menampung kebutuhan masyarakat yang berkepentingan (stakeholder) dari perusahaan. Hal yang menjadi pemikiran dalam hukum perusahaan adalah kondisi perusahaan yang berbentuk badan hukum "Perseroan Terbatas" atau Limited Liability Company .1

Di Indonesia perangkat hukum yang mengatur perusahaan berbentuk badan

hukum "Perseroan Terbatas" atau Limited Liability Company (selanjutnya disingkat

PT). Pembaharuan hukum perusahaan menurut UUPT ditujukan untuk memberi

jawaban atas tuntutan perkembangan pesat dari eksistensi dan peranan PT sebagai

salah satu bentuk badan hukum dari pelaku ekonomi.2 Karena itu UUPT ditujukan

untuk memberi perlindungan kepentingan bagi setiap pemegang saham, kreditur dan

para pihak ketiga yang berhubungan dengan aktivitas perseroan terbatas. Salah satu

1 Bismar Nasution, Diktat Hukum Perusahaan, Program Magíster Ilmu Hukum USU, 2003 ,

h 1-2 2 Perusahaan adalah bentuk yang sangat fleksible dari alat untuk melakukan kegiatan bisnis.

Dalam hubungannya dengan aktivitas bisnis, bentuk perusahaan memungkinkan untuk melakukan berbagai ukuran dan jenis usaha dibandingkan dengan bentuk lainnya. Perusahaan dapat digunakan untuk untuk mengakomodasikan kegiataan usaha dari yang terkecil yaitu bisnis perorangan (one-person business) sampai yang terbesar yaitu bisnis multinasional. Selain itu perusahaan juga dapat digunakan untuk kegiatan non profit yang bertujuan usaha tidak untuk membuat keuntungan. Lihat Paul L. Davies, Gower and Davies’ Principles of Modern Company Law, Thomson Sweet &Maxwell, 2003, h 1

1 Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 18: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

2

permasalahan yang penting dalam kaitannya dengan aktivitas perusahaan terbatas

tersebut adalah mengenai kedudukan hukum RUPS pada perseroan terbatas.

Pasal 1 ayat (2) UUPT menjelaskan bahwa organ perseroan adalah rapat

umum pemegang saham (RUPS), direksi, dan komisaris. Kemudian dalam Pasal 1

Ayat (3) dinyatakan bahwa RUPS adalah organ perseroan pemegang kekuasaan

tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak diarahkan

kepada direksi atau komisaris. RUPS adalah rapat yang diselenggarakan oleh direksi

perseroan setiap tahun dan setiap waktu berdasarkan kepentingan perseroan, ataupun

atas permintaan pemegang saham sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.3

Salah satu pemikiran yang muncul dalam UUPT dalam hal RUPS adalah

Pertama, bahwa RUPS memiliki segala wewenang yang tidak diberikan kepada

direksi dan komisaris dalam batas yang ditentukan oleh UUPT dan atau anggaran

dasar perseroan. Kedua, bahwa RUPS berhak memperoleh keterangan yang berkaitan

dengan kepentingan perseroan dari direksi dan komisaris.

RUPS merupakan tempat berkumpulnya para pemegang saham untuk membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan perseroan. Forum ini yang memutuskan hal-hal yang penting dari suatu perusahaan, termasuk pengangkatan atau pemberhentian komisaris dan direktur, mengesahkan neraca rugi laba, memutuskan pembagian dividen, mengubah anggaran dasar, menyetujui atau tidak menyetujui merjer, akuisisi dan konsolidasi, bahkan membubarkan perusahaan. Dalam RUPS juga mempunyai hak untuk memperoleh segala keterangan dari pengurus perseroan dalam hal ini direksi dan komisaris yang berkaitan dengan kepentingan perseroan.4

3 Ibid, h. 259 4 Hal ini dapat dicontohkan jika terdapat keraguan laporan tahunan, maka sebelum sampai

mengambil keputusan sah tidaknya laporan tersebut, RUPS berhak menanyakan kepada direksi dan komisaris tentang kebenaran laporan itu.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 19: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

3

Dapat diketahui bahwa RUPS terbagi dalam dua macam. Pertama, RUPS

tahunan, yang diselenggarakan setahun sekali menurut waktu dan tempat yang

ditentukan dalam anggaran dasar. Kedua, RUPS luar biasa, yang diselenggarakan

sewaktu-waktu, atas permintaan pemegang saham, komisaris, direktur, bahkan juga

atas perintah pengadilan.

Perseroan terbatas adalah wadah kerja sama dari pada pemilik modal atau

pemegang saham yang dijelmakan dalam RUPS. Artinya bahwa RUPS sebagai organ

perseroan terbatas memiliki kekuasaan dan kewenangan yang tertinggi yang tidak

dimiliki atau diserahkan kepada organ perseroan lainnya dalam batas yang ditentukan

dalam UUPT maupun anggaran dasarnya. Inilah yang dinamakan dengan wewenang

eksklusif (exclusive authorities) RUPS.5

Wewenang eksklusif RUPS yang ditetapkan dalam UUPT tidak dapat

ditiadakan selama tidak ada perubahan UUPT. Sedangkan wewenang eksklusif dalam

anggaran dasar semata-mata berdasarkan kehendak RUPS yang disahkan dan

disetujui oleh Menteri Kehakiman yang dapat diubah melalui perubahan anggaran

dasar sepanjang tidak bertentangan dengan UUPT.6

UUPT yang telah ada jika dibandingkan dengan peraturan yang lama isinya

cukup maju, ketentuan-ketentuan dalam UUPT dapat dikatakan lengkap dan

5 Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, (Bandung : Alumni,

2004), hal. 128 Lihat juga dalam Pasal 63 UUPT yang menyatakan : 1. RUPS mempunyai segala wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Komisaris dalam

batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini data atau anggaran dasar. 2. RUPS berhak memperoleh segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan perseroan dari

direksi atau komisaris 6 Ibid., h. 130

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 20: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

4

terperinci. Di dalamnya dikenal perbedaan perseroan tertutup dengan perseroan

terbuka, diatur tentang bagaimana perlindungan modal dan kekayaan perusahaan,

juga tentang penggunaan laba, pengambilalihan perseroan, juga bagaimana jika

perseroan melakukan perbuatan melanggar hukum. Namun sebagaimana diketahui

bahwa sampai saat ini UUPT lebih terkonsentrasi pada pembahasan mengenai

Anggaran Dasar, RUPS dan cara pendirian PT. Masalah yang paling signifikan yang

tidak tergambar dalam UUPT ini adalah pertanggungjawaban pengurus apakah itu

pertanggungjawab secara perdata maupun pertanggungjawaban secara pidana.

Dalam UUPT terdapat pengaturan yang berkenaan dengan organ perseroan.

Adapun yang menjadi organ perseroan tersebut yaitu Pertama rapat umum pemegang

saham, Kedua, direksi dan Ketiga, komisaris. Rapat umum pemegang saham

(selanjutnya disingkat dengan RUPS) adalah organ perseroan yang memegang

kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak

diserahkan oleh direksi dan komisaris.7 RUPS adalah rapat yang diselenggarakan

oleh direksi perseroan setiap tahun dan setiap waktu berdasarkan kepentingan

perseroan, ataupun atas permintaan pemegang saham sesuai dengan ketentuan

anggaran dasar.8

Salah satu pemikiran yang muncul dalam UUPT dalam hal RUPS adalah

Pertama, bahwa RUPS memiliki segala wewenang yang tidak diberikan kepada

direksi dan komisaris dalam batas yang ditentukan oleh UUPT dan atau anggaran

7 I. G, Rai Widjaya, Hukum Perusahaan, (Jakarta: Megapoin Kesaint Blanc, 2002). h. 257 8 Ibid, h. 259

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 21: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

5

dasar perseroan. Kedua, bahwa RUPS berhak memperoleh keterangan yang berkaitan

dengan kepentingan perseroan dari direksi dan komisaris.

Perseroan Terbatas (United Company by “Shares, Naamloze Vennooschap”) adalah “asosiasi modal” yang oleh Undang-undang diberi status badan hukum. Hakim Agung John Marshal dari Mahkamah Agung (MA) Amerika Serikat mendefinisikan PT sebagai keberadaan semu, tidak terlihat, tidak berbentuk nyata dan hanya ada dalam pertimbangan hukum. Selanjutnya lebih jelas MA ini mendefinisikan PT sebagai “asosiasi” sejumlah individu yang bersatu untuk maksud tertentu dan oleh Undang-Undang diperbolehkan menggunakan modal bersama tersebut dan mengganti anggota yang terdapat dalam asosiasi tanpa harus membubarkan asosiasi tersebut.9

Dalam hal ini, PT merupakan kreasi hukum dan subyek hukum mandiri. PT sebagai subyek hukum mandiri keberadaannya tidak tergantung dari keberadaan para pemegang saham. Sekalipun terjadi pergantian tersebut tidak mengubah keberadaan PT selaku “personal standi in judicio” (subyek hukum mandiri). Di sinilah letak perbedaan hakiki antara PT sebagai asosiasi modal dengan persekutuan perdata, seperti Firma dan CV sebagai asosiasi perorangan. “Keberadaan dan Kemandirian Perseroan Terbatas sebagai Badan Usaha Tunggal dan Sebagai Anggota Group” yaitu berbentuk perseroan yang berdiri untuk menjalankan suatu perusahaan dengan modal terbagi atas saham-saham, dalam hal ini para pemegang saham (pesero) hanya bertanggung-jawab untuk perikatan-perikatan PT sebesar jumlah saham yang mereka miliki. Selanjutnya PT sekaligus adalah wadah yang di dalamnya diwujudkan kerjasama para pemegang saham (asosiasi saham).10

Berdasarkan hal tersebut maka organ yang terdapat dalam PT harus dapat

memiliki kewajiban masing-masing dalam menjalankan PT. Artinya dapat

dicontohkan dimana dalam pemikiran UUPT ini sebagai penyelenggara RUPS adalah

direksi. Direksi menyelenggarakan RUPS tahunan dan untuk kepentingan perseroan

berwenang menyelenggarakan RUPS lainnya. Namun jika direksi berhalangan atau

antara direksi dengan perseroan terjadi suatu pertentangan maka yang

9 Bismar Nasution, Diktat Hukum Perusahaan, Program Magister Ilmu Hukum Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara. h. 2-3 10 Ibid, h. 5

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 22: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

6

menyelenggarakan RUPS adalah komisaris. Kemudian juga akan timbul pertanyaan

bagaimana jika komisaris juga tidak dapat menyelenggarakan RUPS, padahal RUPS

tahunan wajib diselenggarakan?

Untuk mengatasi tersebut, UUPT memberikan kewenangan kepada pemegang

saham untuk menyelenggarakan RUPS atau dapat juga dilakukan atas satu pemegang

saham atau lebih yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu persepuluh) bagian dari

jumlah yang lebih kecil sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar perseroan

yang bersangkutan.11 Tetapi prosedurnya harus meminta bantuan Pengadilan Negeri

terlebih dahulu yaitu dengan cara pemegang saham mengajukan permohonan kepada

Ketua Pengadilan Negeri agar mereka diberikan izin untuk melakukan pemanggilan

RUPS.12

Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengambil judul “analisis Hukum

kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari

Anggaran Dasar ” sebagai judul dalam penulisan tesis ini. Hal ini dikarenakan bahwa baik

RUPS maupun Anggaran Dasar memilki wewenang eklusif di dalam Perseroan Terbatas.

Perlu ditegaskan di sini, bahwa penelitian ini telah selesai dilaksanakan

sebelum keluarnya undang-undang baru tentang perseroan terbatas yaitu Undang-

Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Namun begitu penelitian

ini telah diupayakan disesuaikan dengan undang-undang terbaru tersebut.

11 I.G. Rai Widjaja, Loc.cit. 12 Pasal 67 ayat (1) UUPT menentukan bahwa Ketua Pengadilan Negeri yang daerah

hukumnya meliputi tempat kedudukan perseroan dapat memberikan izin kepada pemohon untuk : a. Melakukan sendiri pemanggilan RUPS tahunan, atas permohonan pemegang saham apabila direksi

atau komisaris tidak menyelenggarakan RUPS tahunan pada waktu yang telah ditentukan. b. Melakukan sendiri pemanggilan RUPS lainnya, atas permohonan pemegang saham sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2), apabila direksi atau komisaris setelah lewat waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak permintaan tidak melakukan pemanggilan RUPS lainnya.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 23: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

7

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan diteliti dan

dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pengaturan RUPS di dalam Anggaran Dasar Perseroan Terbatas?

2. Bagaimanakah pengaturan serta kedudukan hukum RUPS di dalam ketentuan

Undang-Undang Perseroan Terbatas?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan

ingin dicapai dari penelitian tesis ini adalah:

1. Untuk dapat mengetahui dan memahami pengaturan RUPS di dalam Anggaran

Dasar Perseroan Terbatas.

2. Untuk dapat mengetahui dan memahami pengaturan serta kedudukan hukum

RUPS di dalam ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas.

D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

ilmu pengetahuan, khususnya hukum perusahaan di Indonesia. Penelitian ini juga

diharapkan bisa memberikan masukan bagi penyempurnaan perangkat peraturan

mengenai perusahaan khususnya dalam kedudukan hukum Rapat Umum Pemegang

Saham pada perseroan.

Secara praktis penelitian ini ditujukan kepada kalangan pelaku ekonomi yaitu

praktisi yang bergerak di bidang usaha yang berbadan hukum perseroan terbatas, agar

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 24: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

8

dapat lebih mengetahui dan memahami tentang kedudukan Rapat Umum Pemegang

Saham pada Perseroan Terbatas.

E. Keaslian Penulisan

Sepanjang yang diketahui dan berdasarkan informasi, maupun data yang ada

dan penelusuran lebih lanjut pada kepustakaan pada khususnya pada Program Studi

Magister Kenotariatan, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan

bahwa belum ada penelitan sebelumnya dengan judul “Analisis Hukum Kedudukan

Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran

Dasar”. Namun ada penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh saudari

Ervina, mahasiswi Program Studi Magister Kenotariatan, Sekolah Pasca Sarjana,

USU dengan judul “Tinjauan Yuridis Terhadap Sengketa Mengenai Keabsahan Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS) Yang Diselenggarakan Berdasarkan Penetapan Izin

Ketua Pengadilan Negeri” Tahun 2007 dengan rumusan masalah sebagai berikut :

a. Faktor apa yang menyebabkan diajukannya gugatan oleh pemegang saham yang

keberatan terhadap RUPS yang telah dilaksanakan berdasarkan Penetapan Izin

Pengadilan Negeri?

b. Apabila suatu RUPS yang telah dilaksanakan melalui penetapan izin Pengadilan

Negeri berdasarkan permintaan pemegang saham, ternyata adanya perbuatan

melawan hukum dalam mengajukan permohonan penetapan tersebut,

bagaimanakah akibat hukum dalam keadaan tersebut diatas?

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 25: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

9

c. Apa yang menjadi pertimbangan Pengadilan Negeri Medan dalam menolak

gugatan pemegang saham yang keberatan tentang putusan – putusan yang

dihasilkan dalam RUPS yang dilaksanakan berdasarkan Penetapan Izin

Pengadilan Negeri Medan?

Penelitian ini apabila dikonfrontatir dengan penelitian – penelitian terdahulu, maka

baik judul, rumusan masalah, maupun substansi pembahasan serta pengkajian

hukumnya sangat berbeda samasekali oleh karena itu judul penelitian ini belum

pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu, dengan demikian, penelitian ini dapat

dipertanggung jawabkan secara akademis.

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik

atau proses tertentu terjadi13, dan sutu teori harus diuji dengan menghadapkan pada

fakta–fakta yang dapat menunjukkan ketidak kebenarannya14. Kerangka teori adalah

kerangka pemikiran atau butir–butir pendapat, teori thesis mengenai sesuatu kasus

atau permasalahan (problem) yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis.

13 J.J.J M. Wuisman, Penelitian Ilmu – ilmu Sosial, Asas – asas. (Penyunting : M. Hisyam).

(Jakarta : FE UI, 1996), h. 203 lihat M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian. (Bandung : CV Mandar Maju, 1994), h.27 menyebutkan, bahwa teori yang dimaksud disini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut tetapi merupakan suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya dijelaskannya. Suatu penjelasan biar bagaimanapun meyakinkan. Tetapi harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.

14 Ibid, h. 16

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 26: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

10

Untuk mengetahui tentang analisis hukum kedudukan rapat umum pemegang

saham pada perseroan terbatas dilihat dari anggaran dasar didasarkan kepada teori yang

saling berkaitan, artinya teori yang belakangan merupakan reaksi atau perbaikan dari

teori sebelumnya.

Dalam kaitan teori yang dipergunakan dalam penulisan ini berawal pada hak

perorangan yang lahir dari perjanjian dalam mendirikan Badan Hukum yang

berbentuk Perusahan Terbatas. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No.1 Tahun 1995

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas, menyatakan bahwa Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut

Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan

berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang

seluruhnya terbagi dalam saham dan mewakili persyaratan yang ditetapkan dalam

undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

Ilmu hukum mengenal dua macam subjek hukum, yaitu subjek hukum pribadi

(orang perorangan), dan subjek hukum berupa badan hukum. Undang-undang

perseroan terbatas mendefenisikan perseroan terbatas sebagai badan hukum yang

didirikan berdasarkan perjanjian, yang melakukan kegiatan usaha dengan modal

tertentu, yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang

ditetapkan didalam undang-undang serta peraturan pelaksanaannya15.

Terhadap masing-masing subjek hukum tersebut berlaku ketentuan hukum

yang berbeda satu dengan lainnya, meskipun dalam hal-hal tertentu terhadap

15 Ahmad Yani dan Gunawan Wijaya, seri hukum bisnis,“perseroan terbatas”, (Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 7

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 27: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

11

keduanya dapat diterapkan suatu aturan yang berlaku umum. Salah satu ciri khas

yang membedakan sujek hukum pribadi dengan subjek hukum berupa badan hukum

adalah saat lahirnya subjek hukum tersebut, yang pada akhirnya menentukan saat

lahirnya hak-hak dan kewajiban bagi masing-masing subjek hukum tersebut.

Pada subjek hukum pribadi, status subjek hukum telah ada bahkan pada saat

pribadi orang perseorangan tersebut berada dalam kandungan16. Sedangkan pada

badan hukum, keberadaan status badan hukumnya baru diperoleh setelah ia

memperoleh pengesahan dari pejabat yang berwenang yang memberikan hak-hak,

kewajian dan harta kekayaan sendiri bagi badan hukum tersebut, terlepas dari hak-

hak, kewajiban dan harta kekayaan pendiri, pemegang saham, maupun para

pengurusnya.

Undang–undang perseroan terbatas secara tegas menyatakan bahwa perseroan

adalah badan hukum.17 Ini berarti perseroan terbatas memiliki syarat keilmuan

sebagai pendukung kewajiban dan hak, antara lain memiliki harta kekayaan sendiri

terpisah dari harta kekayaan pendiri atau pengurusnya.

Sebagai badan hukum, perseroan memenuhi unsur-unsur badan hukum yang

ditentukan dalam UUPT. Unsur-unsur tersebut adalah:

a. organisasi yang teratur

Oragisasi yang teratur ini dapt dilihat dari adanya organ perusahaan yang terdiri

atas Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi, dan Komisaris. Keteraturan

16 Pasal 1 ayat 2 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 17 Pasal 1 butir 1 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 28: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

12

organisasi perusahaan dapat diketahui melalui ketentuan UUPT, Angaran Dasar

Perseroan, Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, Keputusan Dewan

Komisaris, Keputusan Direksi dan Peraturan-Peraturan Perusahaan lainnya yang

dikeluarkan dari waktu ke waktu.

b. harta kekayaan sendiri

Harta kekayaan sendiri ini berupa modal dasar yang terdiri atas seluruh nilai

nominal saham yang terdiri atas uang tunai dan harta kekayaan dalam bentuk

lain18

c. melakukan hubungan hukum sendiri

Sebagai badan hukum, perseroan melakukan sendiri hubungan hukum denga

pihak ketiga yang diwakili oleh pengrus yang disebut Direksi dan Komisaris.

Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan

dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik didalam maupun diluar

pengadilan. Dalam melaksanakan kegiatannya tersebut, direksi berada dalam

pengawasan dewan komisaris, yang dalam hal-hal tertentu membantu direksi

dalam menjalankan tugasnya tersebut.

d. mempunyai tujuan hukum sendiri

Tujuan tersebut ditentukan dalam angggaran dasar perseroan. Karena perseroan

menjalankan perusahaan, maka tujuan utama perusahaan adalah memperoleh

keuntungan.

18 Pasal 31 ayat (1) dan Pasal 34 ayat (1) UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 29: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

13

Perseroan terbatas dalam ketentuan Pasal 7 ayat (1) menyatakan bahwa perseroan didirikan oleh dua orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia. Hal ini berarti bahwa perseroan terbatas didirikan berdasarkan perjanjian. Perjanjian pendirian perseroan terbatas yang dilakukan oleh para pendiri dituangkan dalam suatu akta notaris yang disebut dengan akta pendirian. Akta pendirian ini pada dasarnya mengatur berbagai macam hak-hak dan kewajiban para pihak pendiri perseroan dalam mengelola dan menjalankan perseroan terbatas tersebut. Hak-hak dan kewajiban-kewajiban tersebut yang merupakan isi perjanjian selanjutnya disebut dengan anggaran dasar perseroan19.

Pendirian perseroan sebagai suatu bentuk perjanjian wajib memiliki objek

tertentu. Objek tersebut dicerminkan dalam bentuk pendirian perseroan dengan tujuan

untuk menjalankan kegiatan usaha tertentu yang halal. Perseroan tidak dapat

didirikan dan dijalankan jika ia tidak memiliki tujuan dan kegiatan usaha yang jelas.

2. Konsepsi

Konsep adalah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi diterjemahkan

sebagai usaha membawa sesuatu dari asbtrak menjadi suatu yang konkrit, yang

disebut dengan operational definition20. Pentingnya definisi operasional adalah untuk

menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu

istilah yang dipakai21. Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan Analisis

Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat

Dari Anggaran Dasar harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara

19 Pasal 8 ayat (1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 20 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi

Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta : Institut Bankir Indonesia, 1993), h. 10

21 Tan Kamelo, Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia : Suatu Tinjauan Putusan Pengadilan dan Perjanjian di Sumatera Utara, (Medan : PPs – USU, 2002), h. 35

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 30: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

14

operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah

ditentukan :

1. Rapat umum pemegang saham (selanjutnya disingkat dengan RUPS) adalah

organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan

memegang segala wewenang yang tidak diserahkan oleh direksi dan komisaris.

2. RUPS adalah rapat yang diselenggarakan oleh direksi perseroan setiap tahun dan

setiap waktu berdasarkan kepentingan perseroan, ataupun atas permintaan

pemegang saham sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

3. Direksi adalah pengurus perseroan yang bertanggung jawab penuh atas

pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili

perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan

anggaran dasar.

4. Komisaris merupakan pengurus perseroan yang mempunyai tugas melakukan

pengawasan dan memberi nasehat kepada direksi dalam menjalankan perseroan.

Dalam menjalankan tugasnya tersebut komisaris juga dibatasi oleh anggaran

dasar. Komisaris diharapkan bukan hanya dapat memberikan koreksi kepada

direksi, melainkan diharapkan pula untuk memberikan jalan keluar jika terdapat

kelemahan-kelemahan yang dialami direksi.

G. Metode Penelitian

1. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat Deskriptif Analistis, artinya bahwa penelitian ini

termasuk lingkup penelitian yang menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 31: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

15

tepat serta menganalisis peraturan perundang-undang yang berkaitan dengan analisa

hukum kedudukan rapat umum pemegang saham pada perseroan terbatas dilihat dari

anggaran dasar. Bersifat deskriptif analistis dalam penelitian ini oleh karena

penelitian ini akan menggambarkan dan melukiskan azas-azas atau peraturan-

peraturan yang berhubungan dengan tujuan penelitian ini.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif terutama untuk mengkaji

peraturan Perundang-undangan dan Putusan Pengadilan. Metode penelitian hukum

normatif adalah penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat

dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan. Ronald Dworkin

menyebut metode penelitian tersebut juga sebagai penelitian doktrinal (doctrinal

research), yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum sebagai law as it

written in the book, maupun hukum sebagai law as it is decided by the judge through

judicial process.22

3. Teknik Pengumpulan Data

Sebagai Penelitian hukum normatif, teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah melalui penelitian kepustakaan (library research) untuk

mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pendapat atau pemikiran konseptual dan

penelitian terdahulu yang berhubungan dengan objek telaahan penelitian ini yang

22 Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum,

disampaikan pada dialog Interaktif Tentang penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Hukum pada Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum USU, Tanggal 18 Februari 2003, h. 2.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 32: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

16

dapat berupa peraturan perundang-undangan, buku, tulisan ilmiah dan karya-karya

ilmiah lainnya. Penelitian kepustakaan (library research) dalam penelitian ini

ditekankan pada pengambilan data sekunder yang dilakukan dengan menghimpun

bahan-bahan berupa :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Hukum

Perusahaan dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan

dengan obyek penelitian adalah merupakan bahan hukum primer.

b. Bahan-bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer,

berupa hasil penelitian para ahli, hasil karya ilmiah, buku-buku ilmiah, ceramah

atau pidato yang berhubungan dengan penelitian ini adalah merupakan bahan

hukum sekunder.

c. Bahan hukum tertier, kamus hukum, kamus ekonomi, kamus bahasa Inggris,

Indonesia, Belanda dan artikel-artikel lainnya baik yang berasal dari dalam

maupun luar negeri, baik yang berdasarkan civil law maupun common law yang

bertujuan untuk mendukung bahan hukum primer dan sekunder.

4. Alat Pengumpulan Data

Seluruh data sekunder yang dipergunakan dalam penelitian ini, dikumpulkan

dengan mempergunakan studi dokumen atau studi kepustakaan sebagai alat

pengumpul data. Penelitian Pustaka dimaksud merupakan penelitian bahan hukum

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 33: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

17

primer yaitu peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hukum

perusahaan, khususnya mengenai analisis hukum kedudukan rapat umum pemegang

saham pada perseroan terbatas di lihat dari anggaran dasar.

Pada tahap awal pengumpulan data, dilakukan inventaris seluruh data dan

atau dokumen yang relevan dengan topik pembahasan. Selanjutnya dilakukan

pengkategorian data-data tersebut berdasarkan rumusan permasalahan yang telah

ditetapkan. Data tersebut selanjutnya dianalisis dengan metode analisis yang sudah

dipilih.

5. Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dengan studi kepustakaan tersebut selanjutnya

dianalisis dengan mempergunakan metode analisis kualitatif yang didukung oleh

logika berpikir secara deduktif. Dipilihnya metode analisis deduktif adalah agar

gejala-gejala normatif yang diperhatikan dapat dianalisis dari berbagai aspek secara

mendalam dan terintegral antara aspek yang satu dengan yang lainnya.

Setelah data dikumpulkan, data tersebut kemudian diabstraksi untuk

menentukan konsep-konsep yang lebih umum. Konsep yang lebih umum sebagai

hasil abstraksi merupakan jawaban-jawaban dari permasalahan yang dalam

pendiskripsiannya didukung oleh argumentasi-argumentasi yang diperoleh dari data-

data sekunder yang sudah ada. Dengan demikian data yang dikumpulkan, termasuk

kaidah-kaidah hukum merupakan data berkarakter khusus sedangkan hasil abstraksi

dari data tersebut adalah konsep yang bersifat lebih umum, sesuai dengan pendekatan

logika deduktif.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 34: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

BAB II

PENGATURAN RUPS DI DALAM ANGGARAN DASAR PERSEROAN TERBATAS

A. Rapat Umum Pemegang Saham

Secara teoritis Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah organ tertinggi

dalam suatu perseroan terbatas dan memegang segala wewenang yang tidak

diserahkan kepada organ perusahaan lainnya.23 RUPS merupakan tempat

berkumpulnya para pemegang saham untuk membahas segala sesuatu yang

berhubungan dengan perseroan. Forum ini yang memutuskan hal-hal yang penting

dari suatu perusahaan, termasuk (tetapi tidak terbatas hanya kepada) pengangkatan

atau pemberhentian komisaris dan direktur, mengesahkan neraca rugi laba,

memutuskan pembagian dividen, mengubah anggaran dasar, menyetujui atau tidak

menyetujui merjer, akuisisi dan konsolidasi, bahkan membubarkan perusahaan.

Dalam RUPS juga mempunyai hak untuk memperoleh segala keterangan dari

pengurus perseroan dalam hal ini direksi dan komisaris yang berkaitan dengan

kepentingan perseroan.24

Dapat diketahui bahwa RUPS terbagi dalam dua macam. Pertama, RUPS

tahunan, yang diselenggarakan setahun sekali menurut waktu dan tempat yang

ditentukan dalam anggaran dasar. Kedua, RUPS luar biasa, yang diselenggarakan

23 Misal dalam Pasal 63 ayat (2) ditetapkan, RUPS berhak memperoleh segala Keterangan

yang berkaitan dengan kepentingan perseroan dari direksi dan komisaris. Artinya kewenangan RUPS tersebut tidak mungkin dilimpahkan kepada organ-organ lainnya.

24 Hal ini dapat dicontohkan jika terdapat keraguan laporan tahunan, maka sebelum sampai mengambil keputusan sah tidaknya laporan tersebut, RUPS berhak menanyakan kepada direksi dan komisaris tentang kebenaran laporan itu.

18 Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 35: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

19

seaktu-waktu, atas permintaan pemegang saham, komisaris, direktur, bahkan juga

atas perintah pengadilan.

Oleh karena, RUPS sebagai organ yang memegang kekuasaan tertinggi dalam

perseroan terbatas, maka RUPS sangat penting kehadiran dan kedudukannya. Dengan

demikian penyelenggaraan RUPS merupakan sesuatu keharusan dan wajib dilakukan.

Selain itu juga bahwa segala putusan-putusan yang dibuat oleh RUPS wajib untuk

ditaati dan dilaksanakan oleh direksi atau komisaris perseroan terbatas.

Setiap organ dalam perseroan terbatas diberi kebebasan bergerak untuk

melakukan tindakan dengan catatan bahwa hal tersebut dilakukan dengan dasar dan

tujuan untuk kepentingan perseroan terbatas.

Selanjutnya, Pasal 64 UU No.1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan

Pasal 76 UU No.1 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, menentukan tempat

RUPS. Ayat (1) menyebutkan, bahwa RUPS diadakan di tempat kedudukan

perseroan atau tempat perseroan melakukan kegiatan usahanya, kecuali ditentukan

lain dalam Anggaran Dasar. Tempat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus

terletak di wilayah Negara Republik Indonesia [ayat (2)]. Jadi RUPS tidak dapat

dilakukan di luar wilayah Negara Republik Indonesia, walaupun, umpamanya,

perseroan terbatas yang bersangkutan 100% sahamnya dimiliki oleh investor asing.

UUPT tidak mencantumkan acara rapat dalam RUPS tahunan dan RUPS lainnya

yang diselenggarakan sewaktu-waktu secara spesifik. Dengan demikian boleh saja

acara rapat mengenai, umpamanya, perubahan Anggaran Dasar, mengalihkan atau

menjadikan jaminan harta perusahaan, atau merjer, akuisisi dan konsolidasi

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 36: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

20

diputuskan dalam rapat tahunan, asal korum dan pemungutan suara dilakukan sesuai

dengan apa yang dicantumkan dalam UUPT.

1. Kekuasan dan Kewenangan RUPS

Berdasarkan uraian diatas bahwa perseroan terbatas merupakan kumpulan

atau asosiasi modal, yang oleh UUPT diberi status sebagai badan hukum. Dengan

demikian pada hakikatnya perseroan terbatas itu adalah wadah kerja sama dari pada

pemilik modal atau pemegang saham yang dijelmakan dalam RUPS. Artinya bahwa

RUPS sebagai organ perseroan terbatas memiliki kekuasaan dan kewenangan yang

tertinggi yang tidak dimiliki atau diserahkan kepada organ perseroan lainnya dalam

batas yang ditentukan dalam UUPT maupun anggaran dasarnya. Inilah yang

dinamakan dengan wewenang eksklusif (exclusive authorities) RUPS.25

Wewenang eksklusif RUPS yang ditetapkan dalam UUPT tidak dapat

ditiadakan selama tidak ada perubahan UUPT. Sedangkan wewenang eksklusif dalam

anggaran dasar semata-mata berdasarkan kehendak RUPS yang disahkan dan

disetujui oleh Menteri Kehakiman yang dapat diubah melalui perubahan anggaran

dasar sepanjang tidak bertentangan dengan UUPT.26

Adapun kewenangan RUPS yang dinyatakan dalam UUPT dapat dilihat

dalam Pasal-Pasal yang mengatur tentang, yaitu :

25 Racmadi Usman, Op.Cit, h. 128 Lihat juga dalam Pasal 63 UUPT yang menyatakan :

1. RUPS mempunyai segala wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini data atau anggaran dasar.

2. RUPS berhak memperoleh segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan perseroan dari direksi atau komisaris

26 Ibid., hal. 130

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 37: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

21

a. Penetapan perubahan anggaran dasar.27

b. Pembelian kembali saham yang telah dikeluarkan perseroan terbatas atau

pengalihannya.28

c. Penetapan dan penambahan dan pengurangan modal perseroan terbatas.29

d. Persetujuan laporan dan pengesahan perhitungan tahunan.30

e. Penetapan penggunaan laba bersih termasuk penentuan jumlah penyisihan untuk

cadangan perseroan terbatas.31

f. Pengangkatan, pemberhentian dan pembagian tugas wewenang Direksi dan

Komisaris perseroan terbatas.32

g. Persetujuan atas penggabungan, peleburan dan pengambilalihan perseroan

terbatas.33

h. Penetapan pembubaran perseroan terbatas.34

Wewenang RUPS tersebut terwujud dalam bentuk jumlah suara yang

dikeluarkan dalam setiap rapat. Hak suara dalam RUPS dapat digunakan untuk

berbagai maksud dan tujuan diantaranya ialah menyutujui atau menolak, yaitu :35

27 Pasal 14 UU No.1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Pasal 19 UU No.40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 28 Pasal 31 UU No.1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Pasal 38 UU No.40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 29 Pasal 34 dan Pasal 37 UU No.1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Pasal 41 dan

Pasal 44 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 30 Pasal 60 UU No.1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Pasal 66 UU No.40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 31 Pasal 61 dan Pasal 62 UU No.1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Pasal 70 dan

Pasal 71 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 32 Pasal 81, 91, 92, 95 dan Pasal 101 UU No.1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan

Pasal 94, 105, 111, 113 dan 118 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 33 Pasal 103 UU No.1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Pasal 122 UU No.40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 34 Pasal 114 UU No.1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Pasal 127 UU No.40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 35 Rachmadi Usman, Op. Cit, hal. 131

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 38: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

22

a. Rencana perubahan anggaran dasar.

b. Rencana penjualan aset dan pemberian jaminan hutang

c. Pengangkatan dan pemberhentian anggota direksi dan/atau komisaris

d. Laporan Keuangan yang disampaikan oleh direksi

e. Pertanggungjawaban direksi

f. Rencana penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan

g. Rencana pembubaran perseroan

2. Pemanggilan RUPS

Pada dasarnya, penyelenggaraan RUPS dilaksanakan oleh direksi, baik RUPS

tahunan maupun RUPS lainnya untuk kepentingan perseroan terbatas. Baik RUPS

tahunan maupun RUPS lainnya dapat dipanggil oleh direksi, komisaris, pemegang

saham, termasuk pemegang saham minoritas yang mewakili 1/10 bagian dari jumlah

seluruh saham, atau pun Ketua Pengadilan Negeri.

Kewajiban pelaksanaan RUPS oleh direksi tidak hanya dianut oleh UUPT

Indonesia namun sebahagian besar UUPT di berbagai negara juga mengatur hal yang

sama dengan UUPT di Indonesia. Hal ini dapat dillihat dalam The Act of Australia

Company Law 1992. Dimana dalam UUPT Australia tersebut juga menyebutkan

mengenai kewajiban pelaksanaan RUPS oleh direksi. Pengaturan hal ini dinyatakan

dalam dalam Pasal 245 Ayat (1). Section 245 (1) The Act of Asutralia Corporation

Law menytakan bahwa :36

36 Phillip Lipton, Understanding Company Law (Sydney: The Law Book Company Limited,

1993), h. 419

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 39: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

23

All companies must hold an annual general meeting at least once in every calender year and within five months after the end of the company’s finacial year. In the case of an exempt proprietary company, it must be held within six months after the end of the financial year : s.245(1). The first annual general meeting, however, may be held at any time within 18 months after incorporation, as long as it is within five months (or in the case of an exemptproprietary company, within six months) after the end of the company’s financial year

UUPT Australia juga mengatur tentang adanya permohonan dari pemegang

saham untuk pelaksanaan RUPS sendiri dengan melalui mekanisme Penetapan

Pengadilan. Hal tersebut diatur dalam Pasal 1311 UUPT Australia. The meaning of

Section 1311 are default in holdingan annual general meeting is an offence by the

company and any defaulting under s.1311. The court may also order that a general

meeting be convened on the application of any member37

Penyelenggaraan RUPS secara tahunan dan secara sewaktu-waktu pada

prinsipnya yang berwenang menyelenggarakan adalah direksi, kecuali direksi

berhalangan atau ada pertentangan kepentingan antara direksi dan perseroan, maka

pemanggilan dilakukan oleh komisaris. Penyelenggaraan RUPS tersebut menurut

Pasal 79 ayat (2) UUPT No. 40 Tahun 2007 dapat dilakukan atas permintaan 1 (satu)

orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu

persepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, kecuali anggaran

dasar menentukan suatu jumlah yang lebih kecil, atau Dewan Komisaris. Jadi

prakarsa menyelenggarakan RUPS di sini datang dari pemegang saham. Bahkan

menurut Pasal 80 ayat (2) UUPT No. 40 Tahun 2007 bahwa dalam hal Direksi atau

Dewan Komisaris tidak melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka waktu yang

37 Ibid, h 420

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 40: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

24

ditentukan maka pemegang saham yang meminta penyelenggaraan RUPS dapat

mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya

meliputi tempat kedudukan Perseroan untuk menetapkan pemberian izin kepada

pemohon melakukan sendiri pemanggilan RUPS tersebut.

Ketentuan ini merupakan kontrol dari pemegang saham yang diberikan oleh

undang-undang atas pengurusan dan pengawasan yang dilakukan oleh direksi dan

komisaris melalui ketua pengadilan negeri yang berwenang memberi izin. Ketua

pengadilan negeri dapat memerintahkan direksi dan atau komisaris untuk hadir dalam

RUPS tersebut bahkan dapat juga menentukan bentuk, isi, dan jangka waktu

pemanggilan RUPS serta menunjuk ketua rapat tanpa terikat pada ketentuan Undang-

undang perseroan terbatas dan anggaran dasar.38

Selanjutnya dengan mengacu pada Pasal 82 UUPT No.40 Tahun 2007, guna

kepentingan penyelenggaraan RUPS, direksi melakukan pemanggilan kepada para

pemegang saham, dengan ketentuan sebagai berikut:

(1) Pemanggilan RUPS dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum tanggal RUPS diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal pemanggilan dan tanggal RUPS.

(2) Pemanggilan RUPS dilakukan dengan Surat Tercatat dan/atau dengan iklan dalam Surat Kabar.

(3) Dalam pemanggilan RUPS dicantumkan tanggal, waktu, tempat, dan mata acara rapat disertai pemberitahuan bahwa bahan yang akan dibicarakan dalam RUPS tersedia di kantor Perseroan sejak tanggal dilakukan pemanggilan RUPS sampai dengan tanggal RUPS diadakan.

(4) Perseroan wajib memberikan salinan bahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada pemegang saham secara cuma-cuma jika diminta.

(5) Dalam hal pemanggilan tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dan panggilan tidak sesuai dengan ketentuan

38 Agus Budiarto, op. cit., h. 59.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 41: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

25

ayat (3), keputusan RUPS tetap sah jika semua pemegang saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan tersebut disetujui dengan suara bulat.

Bagi perseroan terbuka, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 83 UUPT No.40

Tahun 2007, sebelum pemanggilan RUPS dilakukan wajib didahului dengan

pengumuman mengenai akan diadakan pemanggilan RUPS dengan memperhatikan

peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal, dan pengumuman tersebut

dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum

pemanggilan RUPS.

3. Hak Suara

Pasal 84 UUPT No.40 Tahun 2007 menyatakan setiap saham yang

dikeluarkan mempunyai satu hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan lain. Hak

suara sebagaimana dimaksud tidak berlaku untuk:

a. saham Perseroan yang dikuasai sendiri oleh Perseroan; b. sahan Induk Perseroan yang dikuasai oleh anak perusahaannya secara

langsung atau tidak langsung; atau c. saham Perseroan yang dikuasai oleh Perseroan lain yang sahamnya secara

langsung atau tidak langsung telah dimiliki oleh Perseroan.

Pemegang saham baik sendiri maupun diwakili berdasarkan surat kuasa

berhak menghadiri RUPS dan menggunakan hak suaranya sesuai dengan jumlah

saham yang dimilikinya, tetapi tidak berlaku bagi pemegang saham dari saham tanpa

hak suara. Dalam pemungutan suara, suara yang dikeluarkan oleh pemegang saham

berlaku untuk seluruh saham yang dimilikinya dan pemegang saham tidak berhak

memberikan kuasa kepada lebih dari seorang kuasa untuk sebagian dari jumlah

saham yang dimilikinya dengan suara yang berbeda (Pasal 85 ayat (1), (2) dan (3)).

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 42: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

26

Dalam pemungutan suara, anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan

karyawan Perseroan yang bersangkutan dilarang bertindak sebagai kuasa dari

pemegang saham. Dalam hal pemegang saham hadir sendiri dalam RUPS, surat kuasa

yang telah diberikan tidak berlaku untuk rapat tersebut. Ketua rapat berhak

menentukan siapa yang berhak hadir dalam RUPS dengan memperhatikan ketentuan

UUPT dan Anggaran Dasar Perseroan (Pasal 85 ayat (4), (5), dan (6)).

4. Kuorum RUPS

Korum yang harus dicapai bagi sahnya suatu RUPS berdasarkan UUPT ini

berbeda-beda, tergantung kepada materi atau masalah yang akan diputuskan. Begitu

juga besarnya pemegang saham yang harus memberikan persetujuan agar putusan

rapat menjadi sah berbeda-beda menurut materi atau masalah yang diputuskan.

Secara umum menurut Pasal 86 UUPT No.40 Tahun 2007 dan Anggaran

Dasar PT dapat menetapkan bahwa:

(1) RUPS dapat dilangsungkan jika dalam RUPS lebih dari ½ (satu suara) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili, kecuali Undang-Undang dan/atau anggaran dasar menentukan jumlah kuorum yang lebih besar.

(2) Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, dapat diadakan pemanggilan RUPS kedua.

(3) Dalam pemanggilan RUPS kedua harus disebutkan bahwa RUPS pertama telah dilangsungkan dan tidak mencapai kuorum.

(4) RUPS kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sah dan berhak mengambil keputusan jika dalam RUPS paling sedikit 1/3 (satu pertiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili, kecuali anggaran dasar menentukan jumlah kuorum yang lebih besar.

(5) Dalam hal kuorum RUPS kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak tercapai, Perseroan dapat memohon kepada ketua pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Perseroan atas permohonan Perseroan agar ditetapkan kuorum untuk RUPS ketiga.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 43: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

27

(6) Pemanggilan RUPS ketiga harus menyebutkan bahwa RUPS kedua telah dilangsungkan dan tidak mencapai kuorum dan RUPS ketiga akan dilangsungkan dengan kuorum yang telah ditetapkan oleh ketua pengadilan negeri.

(7) Penetapan ketua pengadilan negeri mengenai kuorum RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (5) bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap.

(8) Pemanggilan RUPS kedua dan ketiga dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum RUPS kedua atau ketiga dilangsungkan.

(9) RUPS kedua dan ketiga dilangsungkan dalam jangka waktu paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari setelah RUPS yang mendahuluinya dilangsungkan.

Selanjutnya keputusan RUPS diambil berdasarkan musyawarah untuk

mufakat. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak

tercapai, keputusan adalah sah jika disetujui lebih dari ½ (satu per dua) bagian dari

jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali UUPT dan Anggaran Dasar menentukan

bahwa keputusan adalah sah jika disetujui oleh jumlah suara setuju yang lebih besar

(Pasal 87).

RUPS untuk mengubah anggaran dasar dapat dilangsungkan jika dalam rapat

paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara

hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui paling

sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali anggaran

dasar menentukan kuorum kehadiran dan/atau ketentuan tentang pengambilan

keputusan RUPS yang lebih besar. Dalam hal kuorum tidak tercapai, maka dapat

dilaksanakan RUPS kedua bahkan RUPS ketiga yang dilakukan dengan permohonan

kepada ketua pengadilan negeri (Pasal 88).

Selanjutnya RUPS untuk menyetujui penggabungan, peleburan,

pengambilalihan, atau pemisahan, pengajuan permohonan agar Perseroan dinyatakan

pailit, perpanjangan jangka waktu berdirinya, dan pembubaran Perseroan dapat

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 44: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

28

dilangsungkan jika dalam rapat paling sedikit ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah

seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan

adalah sah jika disetujui paling sedikit ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah suara

yang dikeluarkan, kecuali anggaran dasar menentukan kuorum kehadiran dan/atau

ketentuan tentang persyaratan pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar

(Pasal 89).

Dalam hal setiap kuorum tidak tercapai, maka dapat dilakukan RUPS kedua

bahkan RUPS ketiga dengan permohonan kepada Pengadilan Negeri sebagaimana

berlaku ketentuan-ketentuan dalam Pasal 86 ayat (5), (6), (7), (8) dan ayat (9) pada

setiap jenis RUPS secara mutatis mutandis.

Pada dasarnya Keputusan RUPS diambil berdasarkan musyawarah untuk

mufakat. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak

tercapai, keputusan adalah sah jika disetujui lebih dari ½ (satu per dua) bagian dari

jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali undang-undang dan/atau anggaran dasar

menentukan bahwa keputusan adalah sah jika disetujui oleh jumlah suara setuju yang

lebih besar (Pasal 87 UUPT No.40 Tahun 2007).

B. Anggaran Dasar Perseroan Terbatas

Anggaran Dasar suatu PT merupakan hukum positif bagi PT, dan apabila di

langgar akan mengakibatkan transaksi yang dibuat menjadi batal. Dalam hal

pengaturan mengenai perseroan terbatas dalam perundang-undangan masih belum

sempurna maka hal-hal lain yang belum cukup diatur dalam peraturan perundang-

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 45: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

29

undangan, dibenarkan kepada PT untuk mengatur sendiri Anggaran Dasarnya hal-hal

yang masih dianggap perlu namun tidak hal-hal yang diatur tersebut tidak

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan kata lain

bahwa hal-hal yang diatur dalam Anggaran Dasar PT terdapat suatu keleluasan bagi

PT untuk menetapkan hal-hal yang dianggap perlu dan yang belum diatur dalam

peraturan yang ada. Oleh karena itu, dalam menyusun akta pendirian atau anggaran

dasar PT, harus benar-benar dipersiapkan dengan sebaik-baiknya sehingga masalah-

masalah yang perlu dan dianggap mendasar dapat dituangkan secara jelas dan

lengkap dalam anggaran dasar PT.

Dalam prateknya apabila hendak mendirikan sebuah PT para pendiri cukup

mengutarakan keinginannya kepada notaris, dan selanjutnya notarislah yang akan

merumuskan atau memformulasikan semua keinginannya dan kemudian dituangkan

dalam akta. Sehubungan dengan hal ini, biasanya notaris telah menyiapkan suatu

konsep yang sebahagian sudah baku dan kemudian ditambah serta diubah sesuai

dengan kebutuhan yang dihadapi, baik mengenai hal-hal khusus yang merupakan

kehendak para pendiri yang juga ingin dimasukkan di dalam anggaran dasar

perseroan. Hal-hal yang dikehendaki oleh para pendiri yang masih dimungkinkan

atau sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku kemudian

dirumuskan oleh notaris menjadi suatu naskah yang secara hukum adalah benar dan

sah.

Dalam Proses Pendidrian Perseroan hal yang subtansi untuk dijadikan

perhatian adalah anggaran dasar perseroan, dimana anggaran dasar pada awalnya

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 46: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

30

merupakan suatu akte pendirian yang disepakati oleh para pendiri, untuk itu maka

dapat disimpulkan bahwa:

a. Anggaran dasar merupakan bagian dari akta pendirian perseroan terbatas;

b. Sebagai bagian dari akta pendirian, yang menentukan setiap hak dan kewajiban

dari pihak-pihak dalam anggaran dasar, baik perseroan itu sendiri, pemegang

saham, pengurus (Direksi maupun Komisaris) perseroan;

c. Anggaran dasar perseroan baru berlaku bagi pihak ketiga setelah akta pendirian

perseroan disetujui oleh menteri kehakiman.

Kenyataan bahwa anggaran dasar merupakan aturan main dalam perseroan

diperkuat oleh ketentuan pasal 4 Undang-Undang Perseroan Terbatas yang

menyatakan:”terbadap perseroan berlaku undang-undang ini, anggaran dasar

perseroan, dan peraturan perundang-undangan lainnya”, termasuk didalamnya asas

itikad baik, asas kepantasan, dan asas kepatutan dalam menjalankan perseroan.

Selanjutnya Anggaran Dasar sebagai Undang-undang dalam perseroan,

sebagaimana dijelaskan berikut ini:

Sebelum akta pendirian perseroan memperoleh pengesahan dari menteri

kehakiman, anggaran dasar perseroan tidak berlaku bagi pihak ketiga, dan hanya

mengikat para pendiri yang mengadakan perjanjian untuk mendirikan perseroan

terbatas tersebut.

Dengan diperolehnya pengesahan dari menteri kehakiman yang berarti

berlakunya anggaran dasar perseroan secara menyeluruh terhadap semua pihak, baik

pihak pendiri maupun pihak ketiga lainnya yang berkepentingan dengan perseoan

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 47: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

31

maka praktis anggaran dasar perseroan telah menjadi “Undang-undang” bagi semua

pihak, dan bukan hanya menjadi “undang-undang” bagi para pembuatnya. Walaupun

demikian secara hirarkis anggaran dasar tidak dapat menyimpang dari ketentuan

peraturan perundang-undangan lebih tinggi yang membentuknya. Demikian lah

rumus Pasal 25 ayat (1) undang-undang perseroan terbatas (akta pendirian perseoan

yang telah disahkan oleh atau anggaran dasar yang perubahannya telah disetujui

sebelum undang-undang ini berlaku, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan

dengan undang-undang lain) yang secara implisit membatalkan setiap ketentuan

dalam anggaran dasar yang bertentangan dengan undang-undang perseroan terbatas

Ini berarti anggaran dasar merupakan aturan main perseroan, yang tidak hanya

mengikat para pihak yang mengadakannya, tapi juga pihak ketiga lainnya yang

berhubungan hukum dengan perseroan, termasuk didalamnya para pemegang saham,

pengurus (direksi dan komisaris) perseroan.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 48: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

BAB III

PENGATURAN RUPS DI DALAM KETENTUAN UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

A. Perseroan Terbatas

Perseroan terbatas (PT) adalah suatu badan hukum yang terpisah dengan

individu yang memilikinya (pemegang saham) atau pengurusnya (komisaris dan

direksi). Sebagai badan hukum perseroan terbatas memiliki hak dan kewajiban

sendiri. Perseroan Terbatas sebagai suatu badan hukum dinyatakan telah berdiri

setelah persyaratan yang ditetapkan oleh undang-undang dipenuhi. Proses pendirian

dimulai dengan membuat akta pendirian PT yang dilakukan dengan akta otentik.

Setelah akta pendirian PT selesai dibuat maka selanjutnya adalah mengajukan

permohonan ke Menteri Hukum dan HAM untuk memperoleh pengesahan, agar PT

memperoleh status badan hukum. Dalam akta pendirian pada umumnya memuat

anggaran dasar, yang mengatur hal-hal antara lain, Pertama, nama perusahaan.

Kedua, tujuan perusahaan. Ketiga, kegiatan usaha. Keempat, lokasi kantor pusat.

Kelima, jumlah direksi dan komisaris. Dan Keenam, struktur permodalan.

Perseroan terbatas atau Naamloze Vennootschap adalah sesuatu perseroan

yang modalnya terbagi atas suatu jumlah surat andil atau sero, yang lazimnya

disediakan untuk orang yang hentak turut. Perkataan “terbatas” ditujukan pada

tanggung jawab atau resiko dari para pesero atau pemegang andil, yang hanya

terbatas pada harga surat andil atau sero yang mereka ambil.39

39 Subekti, Pokok Pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta, 1987, h. 202 – 203.

32 Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 49: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

33

H.M.N. Purwosutjipto berpendapat bahwa perseroan terbatas adalah

persekutuan yang berbentuk badan hukum. Badan hukum ini tidak disebut

“persekutuan” tetapi “perseroan”, sebab modal badan hukum itu terdiri dari sero –

sero atau saham – saham. Istilah “terbatas” tertuju pada tanggung jawab persero atau

pemegang saham yang luasnya terbatas pada nilai nominal semua saham yang

dimilikinya.40

Ali Rido berpendapat bahwa perseroan terbatas adalah suatu bentuk

perusahaan yang berbentuk badan hukum yang menjalankan perusahaan, didirikan

dengan suatu perbuatan hukum bersama oleh beberapa orang dengan modal tertentu

yang terbagi atas saham – saham di mana para anggota dapat memiliki satu atau lebih

saham dan bertanggung jawab terbatas samapai bagian saham yang dimiliki.41

Agus Budiarto berpendapat bahwa perseroan terbatas adalah suatu badan

usaha yang mempunyai unsur – unsur :

a. adanya kekayaan yang terpisah;

b. adanya pemegang saham;

c. adanya pengurus.42

I.G. Rai Widjaya berpendapat bahwa Perseroan Terbatas merupakan badan

hukum (legal intity), yaitu badan hukum “mandiri” (persona standi in judicio) yang

40 H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 2, Djambatan,

Jakarta, 1991, h. 90. 41 Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan,

Koperasi, Yayasan, Wakaf, PT. Alumni, Bandung, 1983, h.214. 42 Agus Budiarto, Kedudukan Hukum & Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas,

Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002, h. 26.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 50: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

34

memiliki sifat dan cirri khusus yang berbeda dari bentuk usaha yang lain, yang

dikenal sebagai karakteristik suatu PT yaitu sebagai berikut :

1. Sebagai asosiasi modal; 2. Kekayaan dan utang PT adalah terpisah dari kekayaan dan utang Pemegang

Saham; 3. Pemegang Saham :

a. bertanggung jawab hanya pada apa yang disetorkan, atau tanggung jawab terbatas (limited liability;

b. tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan (PT) melebihi nilai saham yang telah diambilnya;

c. tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan;

4. Adanya pemisahan fungsi antara Pemegang Saham dan Pengurus atau Direksi;

5. Memiliki Komisaris yang berfungsi sebagai pengawas; 6. Kekuasaan tertinggi berada pada Rapat Umum Pemegang Saham atau

RUPS.43 Disamping itu, ada juga yang memberikan arti pereroan terbatas sebagai suatu

asosiasi pemegang saham (atau bahkan seorang pemegang saham jika dimungkinkan untuk itu oleh hukum di Negara tertentu) yang diciptakan oleh hukum dan diberlakukan sebagai manusia semu (artificial person) oleh pengadilan, yang merupakan badan hukum karenanya sama sekali terpisah dengan orang–orang yang mendirikannya, dengan mempunyai kapasitas untuk bereksistensi yang terus menerus, dan sebagai suatu badan hukum, perseroan terbatas bewenang untuk menerima, memegang atau mengalihkan harta kekayaan, menggugat atau digugat, dan melaksanakan kewenangan – kewenangan lainya yang diberikan oleh hukum yang berlaku.44

Pengertian Perseroan Terbatas menurut Pasal 1 UU No.40 Tahun 2007 adalah

badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,

melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham

43 I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan Undang – undang dan Peraturan Pelaksanaan di Bidang Usaha, Kesaint Blane,,Jakrta, 2003, h. 142 – 143.

44 Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, Inc, New York, USA, 1984, h. 100.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 51: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

35

dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang – undang ini serta

peraturan pelaksanaannya.

Berdasarkan rumusan–rumusan dapatlah disimpulkan bahwa unsur–unsur

perseroan terbatas adalah sebagai berikut :

1. Perseroan terbatas adalah badan hukum; 2. Selalu menjalankan perusahaan; 3. Didirikan dengan suatu perbuatan hukum oleh beberapa orang; 4. Modal terdiri atas/dibagi dalam saham – saham; 5. Para pesero bertanggung jawab terbatas; 6. Adanya pengurus.45

Anggaran dasar juga dapat mengatur hal-hal berikut:46

a. Preemptive rights, pemegang saham memiliki hak untuk membeli terlebih dahulu

atas saham yang dikeluarkan perusahaan berikutnya.

b. Hak untuk menilai, komisaris dapat menilai tambahan dana yang disetor

pemegang saham

c. Aturan lainnya yang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan.

Berdasarkan uraian-uraian diatas maka timbul pertanyaan apakah secara

hukum perusahaan telah berdiri ? dan apabila belum konsekuensi hukum apa yang

terjadi?. Apabila salah satu persyaratan formal pendirian tidak dipenuhi atau tidak

45 Bandingkan dengan Munir Fuady, Ibid.., h. 3 – 4, dikatakan “Setidak – tidaknya ada 15 (lima belas) elemen yuridis dari suatu perseroan terbatas. Ke -15 elemem yuridis dari perseroan terbatas tersebut adalah sebagai berikut: 1. Dasarnya adalah perjanjian; 2. Adanya para pendiri; 3. Pendiri/pemegang saham bernaung di bawah suatu nama bersama; 4. Merupakan asosiasi dari pemegang saham atau hanya seorang pemegang saham; 5. Merupakan badan hukum atau manusia semu atau badan intelektual; 6. Diciptakan oleh hukum; 7. Mempunyai kegiatan usaha; 8. Berwenang melakukan kegiatan usaha; 9. Kegiatannya termasuk dalam ruang lingkup yang ditentukan oleh perundang – undangan yang berlaku; 10. Adanya modal dasar (dan juga modal ditempatkan dan modal setor); 11. Modal perseroan dibagi ke dalam saham – saham; 12. Eksistensinya terus berlangsung, meskipun pemegang sahamnya silih berganti; 13. Berwenang menerima, mengalihkan dan memegang aset – asetnya; 14. Dapat menggugat dan digugat di pengadilan; 15. Mempunyai oran perusahaan.”

46 Pasal 12 Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 52: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

36

lengkap akibat apa yang ditimbulkannya?. Pertanyaan ini muncul ketika pihak di luar

perusahaan (misalnya kreditur) ingin menembus tirai perusahaan (corporate shield)

dan meminta tanggungjawab pribadi pemegang saham atas kewajiban perseroan.

Terdapat dua konsep berkenaan dengan masalah ini yaitu:47

a. Perseroan de jure. Suatu perseroan yang telah melengkapi seluruh ketentuan

formal untuk pendirian secara hukum telah menjadi badan hukum. Hal-hal apa

saja yang dikategorikan sebagai kewajiban (mandatory) dan hal yang bagaimana

dikategorikan sebagai pedoman (directory) tergantung aturan yang ditetapkan

oleh peraturan perundang-undangan.

b. Perseroan de facto. Teori ini mengajarkan bahwa meskipun suatu perseroan

belum memenuhi seluruh kewajiban untuk mendapatkan status de jure, perseroan

tersebut dapat dianggap telah cukup untuk mendapatkan status sebagai badan

hukum apabila berhadapan dengan pihak ketiga (kecuali pemerintah). Untuk

mendapatkan status de facto suatu perseroan harus memenuhi syarat-syarat

tertentu. Pertama, iktikad baik untuk memenuhi persyaratan perundangundangan.

Kedua, iktikad baik dalam menjalankan perseroan seakan-akan perseroan telah

berdiri. Misalnya suatu perseroan belum memenuhi seal sebagaimana yang

ditentukan oleh undang-undang atau tidak memberikan alamat yang benar.

Apabila suatu perseroan telah mendapatkan status de facto maka semua pihak

harus memperlakukannya sebagai badan hukum. Hanya saja pemerintah tetap

berwenang menyatakan perseroan tersebut tidak sah.

47 I.G. Rai Widjaja, Log.Cit

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 53: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

37

Perseroan sebagai badan hukum memiliki hak dan tanggung jawab terpisah

dengan pemegang sahamnya. Sebagai badan hukum memiliki utang dan kewajiban

lainnya atas namanya sendiri dan bukan tanggung jawab pemegang saham.

Sebaliknya perseroan tidak bertanggung jawab terhadap utang dan kewajiban para

pemegang saham. Ketentuan ini dapat dikecualikan apabila telah terjadi suatu situasi

yang dikenal dengan piercing the corporate veil. Situasi tersebut adalah.48 Pertama,

terdapatnya fraud atau ketidakadilan bagi pihak ketiga (misalnya kreditur) dalam

pengelolaan perusahaan. Kedua, pemegang saham tidak memperlakukan perusahaan

sebagai badan yang terpisah akan tetapi menggunakannya untuk tujuan pribadi.

Misalnya tidak melaksanakan pembukuan dengan baik, tidak melaksanakan Rapat

Umum Pemegang saham sebagaimana telah ditentukan dan pengelolaan keuangan

secara sembrono. Ketiga, perseroan kekurangan modal dibandingkan dengan utang

dan kewajiban lainnya sehingga secara rasional risiko menjadi tinggi.Keempat, situasi

lainnya yang menimbulkan ketidakadilan (fair) apabila perseroan tetap diakui sebagai

badan hukum.

Di dalam beberapa teori hukum dan teori-teori bisnis yang berkenaan dengan

perseroan sepakat bahwa suatu perseroan haruslah memiliki tujuan. Akan tetapi tidak

tercapai kesepakatan tentang bagaimana persisnya tujuan tersebut. Teori bisnis

cenderung menjelaskan tujuan sebagai strategi. Strategi adalah penentuan tujuan

dasar jangka panjang dari perseroan, langkah tindakan dan alokasi sumber daya yang

diperlukan untuk mencapai tujuan. Strategi menyangkut hal-hal berikut:49

48 Ibid, hal. 45 49 Ibid, hal. 51

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 54: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

38

a. Pemilihan target pasar, definisi produk-produk dasar untuk menjawab permintaan pasar dan penentuan sistem ditribusi.

b. Pencocokan sumber daya dan kemampuan perusahaan dengan sumber daya dan kemampuan yang diinginkan sesuai dengan kesempatan pasar. Setelah dilakukan pilihan pasar disusun perencanaan alokasi sumber daya dan kemampuan.

c. Pemilihan keinginan dan nilai yang dibutuhkan dan d. Penentuan segmen sesuai dengan pandangan pengurus.

Sementara itu teori hukum lebih tertarik pada tujuan apa yang sesuai dengan

ketentuan dalam anggaran dasar perseroan dan peratutan perundang-undangan yang

berlaku. Alasannya adalah anggaran dasar adalah kontrak antara pendiri dengan

pemerintah. Pada awalnya masalahnya adalah apakah perusahaan telah melampaui

kewenangan yang ditentukan dalam anggaran dasar. Masalahnya kemudian

berkembang menjadi apakah perseroan masih dalam batas tujuan sebagaimana yang

telah ditetapkan. Terkait erat dan masalah tujuan adalah masalah kewenangan. Dalam

hukum perusahaan seringkali ditetapkan tindakan-tindakan yang dapat dilakukan oelh

suatu perseroan. Jika perusahaan melakukan kegiatan tidak sesuai dengan tujuan atau

kewenangan maka secara hukum perusahaan telah ultra vires (diluar kewenangan

perseroan).

Dalam kaitannya dengan tujuan terdapat dua konsep.50

Pertama, kewenangan yang secara tegas ditentukan. Perseroan memiliki kewenangan sesuai dengan yang telah ditentukan oleh hukum perusahaan dan anggaran dasar. Kewenangan umum menentukan misalnya perusahaan dapat bertindak di dalam dan diluar pengadilan, mimiliki kekayaan serta berutang dan meminjamkan uang. Kedua, kewenangan terbatas menyangkut pengalihan aset perusahaan yang umumnya harus dengan persetujuan RUPS. Disamping kedua kewenangan tersebut perusahaan juga memiliki kewenangan yang tersirat (implied power). Perusahaan dapat melakukan segala tindakan yang dianggap perlu untuk kepentingan perusahaan kecuali hukum secara tegas melarang perbuatan tersebut.

50 Ibid

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 55: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

39

Setiap tindakan di luar kewenangan perusahaan adalah ultra vires. Suatu

perbuatan atau tindakan dikatakan ultra vires apabila melampaui kewenangan

perusahaan, baik kewenangan yang secara tegas maupun implisit atau dilakukan

tanpa ijin RUPS. Oleh karena itu, terdapat tiga konsekwensi hukum apabila terjadi

ultra vires. Pertama, ganti rugi, Kedua, pidana dan ketiga perjanjian. Umumnya ultra

vires tidak dapat digunakan sebagai pembelaan atas tuntutan ganti rugi terhadap

perusahaan akibat tindakan salah seorang karyawannya yang bertindak dalam

cakupan pekerjaannya. Demikian pula halnya dalam hal terjadi dakwaan pidana.

Sementara itu, dalam situasi tertentu tradisi common law membolehkan diajukannya

gugatan ultra vires atas dasar kontrak yang dilakukan perusahaan. Meskipun hal ini

tidak begitu diinginkan karena dapat mengganggu transaksi komersial. Penggunaan

alasan ultra vires dibatasi. Gugatan ultra vires misalnya tidak dapat dilakukan apabila

kontrak sudah dijalankan. Namun demikian perusahaan atau pemegang saham

melalui gugatan derivatif dapat menggugat direksi dengan dasar direksi telah

bertindak melampaui kewenangan. Sedangkan tindakan illegal bukan merupakan

ultra vires dan perusahaan bertanggung jawab atas tindakan tersebut.

B. Pendirian Perseroan Terbatas

Undang-undang memungkinkan perseroan untuk mengambil alih kegiatan dan

pertanggung jawaban dari:

1. Perseroan dalam rencana (atas segala kegiatan dan pertanggung jawaban dari

badan usaha lainnya,baik itu orang-orang perorangan, persekutuan perdata,

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 56: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

40

persekutuan dengan firma, persekutuan komanditer dan bentuk2 usaha lainnya,

baik yang telah berbadan hukum maupun yang belum/tidak berbadan hukum,

yang hendak mengubah bentuk usahanya manjadi perseroan terbatas);

2. Perseroan dalam masa pendirian (perseroan terbatas yang telah didirikan namun

belum memperoleh pengesahan sebagai badan hukum yang oleh menteri

kehakiman).

Seperti yang diketahui bahwa suatu perseroan terbatas baru dapat dikatakan

ada demi hukum, dengan pengertian telah memiliki hak-hak, kewajiban-kewajiban

dan harta kekayaan tersendiri, dan karenanya berhak dan berwewenang untuk

bertindak dalam hukum, jika perseoan tersebut telah memperoleh pengesahan dari

menteri kehakiman. Sebelum pengesahan diperoleh perseroan hanyalah merupakan

suatu persekutuan di antara para pendiri (dengan firma) dengan para pengurus.

Dalam hal ini setiap perbuatan hukum yang dilakukan dengan mengatas namakan

perseroan belum mengikat perseroan secara hukum, melainkan hanya mengikat

pengurus dan atau pendiri perseroan yang melakukan perbuatan hukum tersebut.

Undang-undang mewajibkan diadakannya pengukuhan oleh perseroan atas setiap dan

seluruh perbuatan hukum yang dilakukan oleh para pengurus dan atau pendiri

perseroan sebelum perseroan memperoleh pengesahan, segera setelah perseroan

memperoleh pengesahan. Perbuatan hukum yang tidak dikukuhkan akan menjadi

tanggung jawab pribadi sepenuhnnya dari masing-masing pengurus dan atau pendiri

yang melakukannya.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 57: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

41

Pasal 12 ayat (1) UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

menyatakan bahwa: “Perbuatan hukum yang berkaitan dengan kepemilikan saham

dan penyetorannya yang dilakukan oleh calon pendiri sebelum Perseroan didirikan,

harus dicantumkan dalam akta pendirian”

Ketentuan ini pada prinsipnya mengakomodasikan kepentingan para pendiri

mengenai besarnya penyertaan dari semua pihak dalam perseroan. Perbuatan hukum

ini biasanya disertai atau diikuti dengan dokumen tertulis berupa perjannjian kerja

sama usaha, atau yang lebih popular dengan nama “joint venture Agreement”, yang

antara lain memuat keterangan mengenai kesepakatan atau persetujuan dari para

pendiri untuk melakukan penyetoran saham selain dengan/dalam bentuk uang tunai

(seperti dijelaskan dalam penjelasan Pasal 12 ayat (1) tersebut)

Selanjutnya ketentuan Pasal 12 ayat (2) UU No.40 Tahun 2007 mensyaratkan

bahwa “Dalam hal perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

dinyatakan dengan akta yang bukan akta otentik, akta tersebut dilekatkan pada akta

pendirian”. Dengan pengertian bahwa dokumen yang memuat perbuatan hukum yang

terkait dengan pendirian tersebut harus ditempatkan sebagai satu kesatuan dengan

akta pendirian. Ketentuan ini memperjelas akan hak dan kewajiban serta komitmen

dari masing-masing pendiri terhadap perseroan, segera setelah perseroan tersebut

didirikan dan disahkan oleh pejabat yang berwenang.

Dalam hal ketentuan dalam kedua ayat (1) dan (2 ) Pasal 12 tersebut tidak

dipenuhi, maka perbuatan hukum tersebut tidak menerbitkan hak dan kewajiban bagi

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 58: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

42

perseroan (Pasal 12 ayat (3) UU No.40 Tahun 2007). Ini berarti, selama perbuatan

hukum tersebut tidak dicantumkan dalam akta pendirian dan dokumen pendukung

tidak dilampirkan, maka perbuatan hukum tersebut tidak mengikat perseroan, kecuali

jika perbuatan hukum tersebut kemudian dikukuhkan menurut ketentuan dalam Pasal

13 UU No. 40 Tahun 2007 tersebut. Artinya pengurus perseroan berhak untuk tidak

menerima segala macam penyetoran saham dari pemegang saham selain dengan uang

tunai jika menurut penilaiaannya hal tersebut dapat merugikan perseroan, kecuali jika

penyertaan yang demikian telah disebutkan secara tegas dalam dokumen yang

menyertai akta pendirian/anggaran dasar perseroan.

Pasal 13 UU No.40 Tahun 2007, memungkinkan memungkinkan setiap

perbuatan hukum yang dilakukan oleh para pendiri untuk kepentingan perseroan

sebelum perseroan disahkan, mengikat perseroan setelah perseroan tersebut disahkan

menjadikan badan hukum apabila :

a. perseroan secara tegas menyatakan menerima semua perjanjian yang dibuat oleh

pendiri atau orang lain yang di tugaskan pendiri dengan pihak ketiga.

b. Perseroan secara tegas menyatakan mengambil alih semua hak dan kewajiban

yang timbul dari perjanjian yang dibuat pendiri atau orang lain yang ditugaskan

pendiri, walaupun perjanjian tidak dilakukan atas nama perseroan; atau

c. Perseroan mengukuhkan secara tertulis semua perbuatan hukum yang dilakukan

atas nama perseroan

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 59: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

43

Seperti yang telah disebut terdahulu dalam bagian Pendahuluan ketentua ini

mempertegas kembali tata cara yang harus ditempuh oleh para pengurus maupun

pendiri perseroan untuk mengalihkan kepada perseroan, segala hak dan atau

tanggung jawab yang terbit dari perbuatan hukum para pengurus maupun pendiri

perseroan yang dilakukan setelah perseroan didirikan namun belum disahkan menjadi

badan hukum; yaitu dengan cara mewajibkan perseroan melakukan pengukuhan

secara tegas atas pengambilalihan hak serta tanggung jawab tersebut (penjelasan

Pasal 13 ayat (1) UU No.40 Tahun 2007).

Dalam hal perbuatan hukum sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 13

tidak diterima, tidak diambil alih, atau tidak dikukuhkan oleh perseroan, maka

masing-masing pengurus atau pendiri yang melakukan perbuatan hukum tersebut

bertanggung jawab secara pribadi atas segala akibat yang timbul dari perbuatan

hukum tersebut. Pada dasarnya pengukuhan hanya dapat dilakukan dalam suatu rapat

umum pemegang saham perseroan, namun dengan mengingat bahwa pada umumnya

Rapat Umum Pemegang Saham sulit atau tidah dapat dilselenggarakan segera setelah

perseroan disahkan, maka undang-undang membuka kemungkinan bahwa

pengukuhan tersebut dapat dilakukan oleh seluruh pendiri, pemegang saham dan

pengurus perseroan secara bersama-sama tanpa melalui suatu rapat umum pemegang

saham. Sebelum pengukuhan dilakukan, baik karena perseroan tidak jadi didirikan

atau disahkan ataupun karena perseroan tidak berkehendak untuk melakukan

pengukuhan, maka perseroan sama sekali tidak terikat pada perbuatan-perbuatan

hukum yang tidak dikukuhkan tersebut.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 60: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

44

3. Perbuatan Hukum Lainnya Yang Dilakukan Oleh Pendiri Sebelum Perseroan

Terbatas Di Dirikan.

Jika di lihat kedua ketentuan dalam Pasal 12 dan 13 UU No. 40 Tahun 2007

memang tidak secara tegas ditemui adanya ketentuan yang mengatur mengenai

pengambil alihan oleh perseroan atas perbuatan hukum lainnya (selain yang disebut

dalam Pasal 12) yang dilakukan oleh pendiri perseroan sebelum perseroan didirikan,

pada saat didirikan maupun pada saat perseroan memperoleh pengesahan dari pihak

yang berwenang. Walaupun demikian jika di simak ketentuan yang termuat dalam :

a. Pasal 12 ayat (3) Undang-Undang Perseroan Terbatas

b. Pasal 13 ayat (1) huruf b Undang-Undang Perseroan Terbatas

c. Pasal 122 ayat (3) Undang-Undang Perseroan Terbatas mengenai sifat pengalihan

demi hukum atasa semua aktiva dan pasiva, yang meliputi perbuatan-perbuatan

hukum, haka-hak, kewajiban-kewajiban, dan harta kekayaan, dari perseroan yang

menggabungkan diri maupunmeleburkan diri kepada perseroan hasil

penggabungang maupun peleburan;

Maka dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa pada prinsipnya Undang-Undang

Perseroan Terbatas tidak melarang atau katakanlah memungkinkan dilakukannya

pengalihan secara hukum dari semua perbuatan hukum para pendiri perseroan kepada

perseroan pada saat perseroan tersebut didirikan atau sebelum perseroan memperoleh

pengesahan dari pejabat yang berwenang. Tentunya pengalihan tersebut baru dapat

dilangsungkan jika tidak terdapat keberatan-keberatan dari pihak ketiga yang

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 61: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

45

berkepentingan, seperti halnya yang dipersyaratkan dalam ketentuan-ketentuan

mengenai penggabungan dan peleburan yang diatur dalam Undang-Undang Perseroan

Terbatas dan bahwa pengalihan tersebut juga secara tegas telah diterima dan

dikukuhkan oleh perseroan sebagaimana diwajibkan dalam Pasal 12 dan Pasal 13 UU

No.40 Tahun 2007 tersebut.

C. Prinsip Hukum Perseroan Terbatas

Dalam hukum perseroan terdapat beberapa prinsip yang harus dipedomani

sebagi doktrin. Beberapa doktrin dalam hukum perseroan adalah sebagai berikut:

1. Doktrin Penyingkapan Tirai Perusahaan (Piercing The Corporate Veil)

Secara harafiah, istilah “Piercing The Corporate Veil” berarti

mengoyak/menyingkapi tirai/kerudung perusahaan. Dalam ilmu hukum

perusahaan, istilah Piercing The Corporate Veil merupakan suatu doktrin atau

teori yang diartikan sebagai suatu proses untuk membebani tanggung jawab ke

pundak orang atau perusahaan lain, atas perbuatan hukum yang dilakukan oleh

suatu perusahaan pelaku (badan hukum), tanpa melihat kepada fakta bahwa

perbuatan tersebut sebenarnya dilakukan oleh perseoan pelaku tersebut. Dalam

hal seperti ini pengadilan akan mengabaikan status badan hukum dari perusahaan

tersebut dan membebankan tanggung jawab kepada pihak “organizers” dan

“Managers” dari perseroan tersebut dengan mengabaikan prinsip tanggung jawab

terbatas dari perseroan sebagai badan hukum yang biasanya dinikmati mereka.

Dalam melakukan hal tersebut, biasanya dikatakan bahwa pengadilan telah

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 62: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

46

mengoyak/menyingkapi tirai/kerudung perusahaan (to Pierce The Corporate

Veil).51 Secara sederhana dapat dikatakan bahwa tanggung jawab terbatas

pemegang saham (juga pengurus/direksi dan komisaris) dapat menjadi tidak

terbatas dalam hal – hal tertentu.52

2. Doktrin Fiduciary Duty terhadap Direksi

Prinsip Fiduciary Duty berlaku bagi direksi dalam menjalankan tugasnya, baik

dalam menjalankan fungsinya sebgai manajemen maupun sebagai reprensasi dari

perseroan. Istilah Fiduciary Duty berasal dari kara “Fiduciary” dan “ Duty”.

Istilah “Duty” banyak dipakai di mana – mana yang berarti “tugas”. Istilah

“Fiduciary” (bahasa Inggris) berasal dari bahasa latin “Fiduciarius” dengan akar

kata “Fiducia” yang berarti “kepercayaan” (“trust”) atau dengan kata kerja

“Fidere” yang berarti “mempercayai” (“to trust”). Sehingga dengan istilah

“Fiduciary” diartikan sebagai “memegang suatu dalam kepercayaan” atau

“seseorang yang memgang sesuatu dalam kepercayaan untuk kepentingan orang

lain”. Dengan demikian, dalam bahasa Inggris, orang yang memegang sesuatu

51 Munir Fuady, Doktrin – doktrin Modern Dalam Corporate Law dan Eksistensinya Dalam

Hukum Indonesia, Indoneisa, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, h.8., dikutip dari Jack P. Friedman, Dictionary of Business Terms, Baron’s Educational Sevices Inc., New York, USA, 1987, h.432.

52 Chatammarrasjid Ais, Penerobosan Cadar Perusahaan dan Soal – soal Aktual Hukum Perusahaan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, h.8. Selanjutnya lihat Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, west Publishing Co, St.Paul, 1990, h.8.1147, dikatakan, “Piercing corporate veil: Judicial process whereby court will disregard usual immunity of corporate officers or entities from liability of wrongful corporate activities; e.g. when incorporation exists for sole purpose of perpetrating fraud. The doctrine which holds that the corporate structure with its attendant limited liability of stockholders may be disregarded and personal liability imposed on stockholders, officers and directors in the case of fraud or other wrongful acts done in name of corporation. The court, however, may look beyond the corporate from only for the fraud or wrong or the remedying of injustice.”

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 63: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

47

secara kepercayaan untuk kepentingan orang lain tersebut disebut dengan istilah

“trustee” sementara pihak yang dipegang untuk kepentingannya tersebut disebut

dengan istilah “beneficiary”.53 Dengan demikian, yang dimaksud dengan

Fiduciary Duty adalah suatu tugas dari seseorang yang disebut dengan “trustee”

yang terbit dari suatu hubungan hukum antara trustee tersebut dengan pihak lain

yang disebut dengan beneficiary, dimana pihak beneficiary memiliki kepercayaan

yang tinggi kepada pihak trustee, dan sebaliknya pihak trustee juga mempunyai

kewajiban yang tinggi untuk melaksanakan tugasnya dengan sebaik mungkin

dengan itikad baik yang tinggi, fair dan penuh tanggung jawab dalam

menjalankan tugasnya atau untuk mengelola harta/asset milik beneficiary dan

untuk kepentingan beneficiary, baik yang terbit dari hubungan hukum atau

jabatannya selaku trustee (secara teknikal), atau dari jabatan – jabatan lain seperti

lawyer (dengan kliennya), perwalian (guardian), executor, broker, kurator,

pejabat public, atau direktur dari suatu perusahaan.

Beberapa pedoman dasar bagi direksi dalam menjalankan fiduaciary duty

terhadap perseroan yang dipimpinnya adalah sebagai berikut:54

a. Fiduaciary duty merupakan unsure wajib (mandatory element) dalam hukum perseroan.

b. Dalam menjalankan tugasnya, seorang direksi tidak hanya harus memenuhi unsure itikad baik, tetapi juga harus memenuhi unsur “tujuan yang layak” (proper purpose).

53 Munir Fuady, Doktrin – doktrin Modern Dalam Corporate Law dan Eksistensinya Dalam

Hukum Indonesia, op.cit., h.33, dikutip dari Noah Webster, Webster’s New Universal Unabridged Dictionary, Simon & Schuster, New York, USA, 1979, h.681.

54 Ibid., h.61 – 62.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 64: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

48

c. Pada prisipnya direktur dibebani prinsip fiduaciary duty terhadap perseroan, bukan terhadap pemegang saham. Karena itu, hanya perusahaanlah yang dapat memaksakan direksi untuk melaksanakan tugas fiduaciary duty.

d. Akan tetapi, dalam menjalankan fungsinya sebagai direktur, secara umum dia juga harus memperhatikan kepentingan stake holders, seperti pihak pemegang saham dan buruh perusahaan.

e. Sungguhpun menyandang tugas sebagai direktur, direktur tetap bebas dalam memberikan suara dan pendapat sesuai dengan ketakinan dan kepentingannya dalam setiap rapat yang dihadirinya.

f. Direksi tetap bebas dalam mengambil keputusan sesuai pertimbangan bisnis dan “sense of business” yang dimilikinya. Bahkan, pihak pengadilan tidak boleh ikut campur mempertimbangkan sense of business dari pihak direksi.

g. Dalam hal – hal dimana terdapat conflict of interest, seorang direksi dilarang atau setidak – tidaknya dibatasi atau diawasi dalam menjalankan tugasnya. Pengawasan tersebut misalnya dengan memberlakukan prinsip keterbukaan informasi (disclosure) terhadap setiap transaksi yang ada conflict of interest.

Disamping itu, teori fiduaciary duty dari direksi perseroan akan sangat terasa

eksistensinya takkala direksi melakukan hal – hal sebagai berikut:

a. Transaksi dengan perseroan (self dealing)

b. Transaksi kesempatan perseroan (corporate opportunity)

c. Transaksi yang mengandung benturan kepentingan (conflict of interest)

d. Transaksi orang dalam (insider trading).55

3. Doktrin Gugatan Derivatif Dalam Perseroan Terbatas (Derivative Action)

Derivative Action merupakan suatu gugatan yang berdasarkan atas hak utama

(primary right) dari perseroan, tetapi dilaksanakan oleh pemegang saham atas

nama perseroan, gugatan mana dilakukan karena adanya suatu kegagalan dalam

perseroan, atau dengan perkataan lain, derivative action merupakan suatu gugatan

yang dilakukan oleh para pemegang saham untuk dan atas nama perseroan.

55 Ibid., h. 62.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 65: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

49

Dikatakan derivative (turunan) karena gugatan tersebut diajukan oleh pemegang

saham untuk dan atas nama perseroan, gugatan mana sebenarnya berasal

(diturunkan dari) gugatan yang seharusnya dilakukan oleh perseroan. Dengan

bahasa sederhana, dapat dikatakan bahwa gugatan derivative adalah suatu gugatan

perdata yang diajukan oleh 1 (satu) atau lebih pemegang saham yang bertindak

untuk dan atas nama perseroan (jadi bukan untuk kepentingan pribadi pemegang

saham), gugatan mana diajukan terhadap pihak lain (misalnya direksi) karena

telah melakukan tindakan yang merugikan perseroan, sungguhpun untuk

kepentingan procedural, pihak perseroan kadang – kadang menjadi pihak

tergugat.

4. Doktrin Pelampauan Kewenangan Perseroan (Ultra Vires Doctrine)

Terminologi pelampauan kewenangan perseroan (ultra vires) dipakai khususnya

terhadap tindakan perseroan yang melebihi kekuasaanya sebagaimana diberikan

oleh anggaran dasarnya atau oleh peraturan yang melandasi pembentukan

perseroan tersebut. Berbagai pihak yang berkepentingan agar tindakan ultra vires

dilarang oleh hukum adalah sebagai berikut:

a. Pihak Pemegang Saham

b. Pihak Kreditur

c. Pihak Pekerja

d. Pihak Constituences (berkepentingan) lainya.56

56 Ibid., h. 112.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 66: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

50

5. Doktrin Tanggung Jawab Promotor Perseroan (Liability of Promotors)

Yang dimaskud dengan promotor adalah orang yang mendirikan, mengorganisir

dan membiayai suatu perseroan, tidak termasuk pihak profesional yang membantu

pembentukan perseroan seperti lawyer atau notaries. Secara umum dapat

dikatakan promotor adalah setiap mereka yang melakukan formalitas yang

diperlukan terhadap registrasi perseroan, mendapatkan direksi (dan komisaris)

serta pemegang saham untuk perseroan baru, mendapatkan aset bisnis untuk

digunakan oleh perseroan, melakukan negosiasi kontrak untuk dan atas nama

perseroan baru, dan melakukan pekerjaan – pekerjaan lain yang serupa

dengan itu.

Adapun yang merupakan ruang lingkup tugas dari promotor adalah:

a. Kewajiban Pengurus Pendirian Perseroan

b. Kewajiban Pendanaan

c. Kewajiban Pengaturan Binis

d. Kewajiban tentang Pendirian Perseroan57

6. Doktrin Putusan Bisnis (Business Judgement Rule)

Doktrin Putusan Bisnis (Business Judgement Rule) merupakan suatu doktrin yang

mengajarkan bahwa suatu putusan direksi mengenai aktivitas perseroan tidak

boleh diganggu gugat oleh siapapun, meskipun putusan tersebut kemudian

ternyata salah atau merugikan perseroan, sepanjang putusan tersebut memenuhi

syarat sebagai berikut:

57 Ibid., h. 156.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 67: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

51

a. Putusan sesuai hukum yang berlaku

b. Dilakukan dengan itikad baik

c. Dilakukan dengan tujuan yang benar (proper purpose)

d. Putusan tersebut mempunyai dasar – dasar yang rasional (rational basis)

e. Dilakukan dengan kehati – hatian (due care) seperti dilakukan oleh orang

yang cukup hati – hati pada posisi yang serupa.

f. Dilakukan dengan cara yang secara layak dipercayainya (reasonable belief)

sebagai yang terbaik (best interest) bagi perseroan.58

7. Doktrin Transaksi Untuk Diri Sendiri (self Dealing)

Transaksi utnuk diri sendiri (self dealing transaction) merupakan perwujudan dari

transaksi yang melekat kepentingan (interested transaction) oleh direksi suatu

perseroan yang merupakan suatu transaksi yang dilakukan oleh direksi (langsung

atau tidak langsung) dengan perseroan itu sendiri. Terhadap transaksi self dealing,

direksi diwajibkan untuk melakukan keterbukaan serta dapat membuktikan bahwa

transaksi tersebut berjalan fair dan businesslike.

8. Doktrin Oportunitas Perseroan (Corporate Opportunity)

Pada prinsipnya oportunitas perseroan (Corporate Opportunity) merupakan suatu

doktrin yang mengajarkan bahwa seorang direktur, komisaris atau pegawai

perseroan lainya ataupun pemegang saham utama, tidak diperkenankan

mengambil keuntungan pribadi manakala tindakan yang dilakukannya tersebut

58 Ibid., h. 198.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 68: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

52

sebenarnya merupakan perbuatan yang semestinya dilakukan oleh perusahaan

dalam menjalankan bisnisnya itu.59 Jadi sebenarnya yang hendak dicegah oleh

doktrin oportunitas perseroan adalah jangan sampai pihak direksi atau pejabat

lainya dalam perusahaan mangambil keuntungan atau manfaat pribadi dari bisnis

perseroan atau bisnis yang seharusnya menjadi hak perseroan.

D. Pengaturan RUPS dalam UUPT

1. Hakikat dan Wewenang

Di atas telah dikemukakan bahwa Perseroan adalah hakikatnya adalah dan

hukum hukum/subjek hukum mandiri dan wadah perwujudan kerjasama para

pemegang saham (persekutuan modal). Kenyataan tersebut berakibat bahwa demi

kelangsungan keberadaannya Perseroan mutlak membutuhkan organ, yang terdiri dari

RUPS, Direksi dan Komisaris (Pasal 1 angka 4 UUPT). Kemudian dengan RUPS

para pemilik modal sebagai pihak yang berkepentingan berwenang sepenuhnya untuk

menentukan Direksi yang akan dipercayakan dalam pengurusan Perseroan,

sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 1 angka 5 kemudian dalam Pasal 92 dan

Pasal 97 UUPT bahwa Direksi ditugaskan mengurus dan mewakili Perseroan,

kemudian dalam Pasal 1 angka 6 dan Pasal 108 UUPT menetukan Dewan Komisaris

ditugaskan untuk melakukan pengawasan serta memberi nasihat kepada Direksi.

Memperhatikan keadaan tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa keputusan-

keputusan yang menyangkut struktur organisasi Perseroan (misalnya perubahan

59 Ibid., h. 224.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 69: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

53

anggaran dasar, penggabungan, peleburan, pemisahan, pembubaran dan likuidasi

Perseroan), hak kewajiban para pemegang saham, pengeluaran saham baru dan

pembagian/penggunaan keuntungan yang dibuat Perseroan sepenuhnya termasuk

wewenang RUPS. Sebaliknya, apa saja yang tercakup dalam kegiatan perseroan.

Perseroan yang dibuat untuk mencapai maksud dan tujuan perseroan sepenuhnya

menjadi wewenang Direksi dan Dewan Komisaris. Oleh karena itu pengangkatan dan

pemberhentian karyawan Perseroan, membuka cabang dan melakukan aktivitas lain

berkenaan dengan organisasi Perseroan selaku badan usaha berada dalam wewenang

Direksi dan Dewan Komisaris.

Pemisahan jelas antara fungsi pemegang saham dan fungsi Direksi (artinya

antara pemilikan modal (ownership) dan pengurusnya (power), sesungguhnya

merupakan ciri khas Perseroan dan membedakannya secara hakiki dan Persekutuan

Perdata, Firma dan CV. RUPS selaku wadah di mana para pemegang saham

berwenang menjalankan hak-hak mereka dapat disebut sebagai pengejawantahan

pluralitas (para pemegang saham) dan oleh karena itu adalah pembela kepentingan

para pemegang saham.60

Sering dikatakan bahwa RUPS mempunyai kekuasaan tertinggi dalam

Perseroan, maka menilai benar tidaknya pernyataan tersebut perlu dibedakan antara

di satu pihak kewenangan yang oleh UUPT yang secara de jure diberikan kepada

60 Fred B.G. Tumbuan, “Tugas dan Wewenang Organ Perseroan Terbatas Menurut Undang-

Undang Tentang Perseroan Terbatas”, disampaikan pada Acara “Sosioalisasi Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas” yang diselenggarakan oleh Ikatan Notaris Indonesia (INI) pada tanggal 22 Agustus 2007 di Jakarta, h. 8

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 70: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

54

pemegang saham dan di lain pihak kekuasaan yang secara de facto dijalankan oleh

RUPS dalam Perseroan. Dengan lain kata, perlu dibedakan antara kewenangan RUPS

yang secara eksklusip diberikan oleh UUPT dengan yang diatur dalam anggaran

dasar Perseroan.

Pasal 69 UUPT No.40 Tahun 2007, menentukan bahwa persetujuan laporan

keuangan termasuk pengesahan laporan keuangan serta laporan tugas pengawasan

Dewan Komisaris dilakukan oleh RUPS. Keputusan atas pengesahan laporan

keuangan dan persetujuan laporan tahunan ditetapkan berdasarkan ketentuan dalam

UUPT dan atau anggaran dasar. Dalam hal laporan keuangan yang disediakan

ternyata tidak benar dan/atau menyesatkan, anggota Direksi dan anggota Dewan

Komisaris secara tanggung jawab renteng bertanggung jawab terhadap pihak yang

dirugikan. Anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris dibebaskan dari tanggung

jawab dimaksud apabila terbukti bahwa keadaan tersebut bukan karena kesalahannya.

Kemudian RUPS juga mengangkat anggota Direksi, serta menentukan

pembatasan-pembatasan tertentu bagi Direksi yang memerlukan persetujuan RUPS

sebagaimana diatur dalam Pasal 94, 102 dan Pasal 104.

Dari ketentuan pasal-pasal tersebut terlihat kewenangan dan kekuasaan RUPS

dalam perseroan, sekalipun demikian kewenangan yang dimiliki RUPS, dalam

kegiatan-kegiatan perseroan yang tercakup dalam bidang pengurusan dan perwakilan

perseroan di dalam maupun di luar pengadilan tidak termasuk wewenang RUPS.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 71: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

55

2. Pengaturan oligarkis dan hak suara

Pengaturan oligarkis adalah pembagian saham dalam saham prioritas dan

saham biasa. Yang dimaksud dengan saham prioritas adalah jenis saham yang

lazimnya memberi kepada pemegangnya kekuasaan tertentu berkenaan dengan hal

ihwal Perseroan, seperti misalnya membuat pencalonan yang mengikat dalam hal

pengangkatan anggota Direksi dan Dewan Komisaris. Perlu diperhatikan bahwa

saham preferen tidak sama dengan saham prioritas. Saham preferen adalah saham

yang memberi kepada pemiliknya hak untuk didahulukan berkenaan dengan

pembagian laba dan atau suplus likuidasi (Pasal 53)

Berkaitan dengan pengaturan oligarkis tersebut perlu diperhatikan bahwa

UUPT tidak membenarkan adanya ketentuan dalam anggaran dasar Perseroan yang

mensyaratkan bahwa anggota Direksi dan atau Dewan Komisaris hanya dapat

diberhentikan apabila hal itu disetujui oleh jenis saham tertentu (saham prioritas).

Pengaturan demikian memberikan hak veto kepada jenis saham tertentu, hal mana

bertentangan dengan hak RUPS untuk sewaktu-waktu memberhentikan mereka (Pasal

105 dan Pasal 119).

Pengaturan hak suara melalui suatu perjanjian antara para pemegang saham

(voting agreement) pada dasarnya dapat dibenarkan. Mengingat bahwa hak suara

diberikan kepada pemegang saham oleh UUPT agar pemegang saham dapat menjaga

kepentingannya sebagaimana yang kehendaki, sehingga pemegang saham pada

dasarnya bebas mengikat dirinya berkenaan dengan cara pelaksanaan hak suara yang

dimiliki dalam suatu perjanjian hak suara.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 72: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

56

Sekalipun kelihatannya perjanjian semacam ini membatasi kebebasan

pemegang saham, akan tetapi sesungguhnya kebebasan itu tetap ada. Pemegang

saham yang telah membuat perjanjian hak suara tetap bebas mengeluarkan suaranya

sebagaimana yang dikehendaki. Juga apabila dalam mengeluarkan suaranya tidak

sesuai dengan perjanjian hak suara, suaranya tetap sah sekalipun pemegang saham

telah melanggar perjanjian yang bersangkutan dan oleh karena itu cidera janji. Ini

penting diperhatikan, teristimewa dalam hal pemberian kuasa. Tidak jarang dalam hal

gadai saham, kepada pemegang gadai diberikan kuasa mutlak untuk mengeluarkan

suara atas saham-saham yang digadainya. Seyogianya diketahui bahwa kuasa

dimaksud tidak mempunyai “privatieve werking” artinya tidak dapat meniadakan hak

suara pemberi gadai (Pasal 60 ayat (4). Oleh karena itu pemberi gadai senantiasa

dapat hadir sendiri pada RUPS dan kehadirannya tersebut dengan sendirinya karena

hukum akan membatalkan hak pemegang gadai untuk mengeluarkan suara.

Kenyataan ini bersumber pada ketentuan bahwa hanya pemegang saham mempunyai

hak suara dan oleh karena itu hak suara tidak dapat dialihkan terlepas dari pemilikan

saham, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 60 ayat (1), Pasal 52 ayat (1)a, dan

Pasal 85 ayat (5).61

61 Ibid., h. 9-10.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 73: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

BAB IV

KEDUDUKAN HUKUM RUPS DI DALAM UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

A. Organ Perseroan Terbatas

Perseroan Tebatas sebagai salah satu bentuk usaha ekonomi memiliki organ-

organ spesifik. Organ pertama disebut Rapat Umum Pemegang (RUPS), yang secara

umum bertugas untuk menentukan segala kebijaksanaan umum perseroan. Organ

kedua adalah Direksi yang bertugas menjalankan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang

telah ditetapkan RUPS. Organ ketiga adalah Komisaris yang bertugas sebagai

pengawas untuk dan atas nama pemegang saham.62

Menurut Pasal 1 angka 3 UU No.1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah

dengan Pasal 1 angka 4 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,

dinyatakan: Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disebut RUPS, adalah

Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi

atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini

dan/atau anggaran dasar.

Selanjutnya Pasal 1 angka 4 UUPT mengatur bahwa yang dimaksud dengan

Direksi adalah organ perseroan yang bertanggung jawab penuh untuk pengurusan

62 Anisitus Amanat, Pembahasan Undang – undang Perseroan Terbatas 1995 dan

Penerapannya dalam Akta Notaris, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, h.103, dikutip dari Erman Rajagukguk, Indonesianisasi Saham, Bina Aksara, Jakarta, 1985, h.35-36.

57 Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 74: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

58

perseroan63 untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di

dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar.

Adapun beberapa karakteristik pokok dari direksi perseroan adalah sebagai

berikut:

1. Direksi haruslah orang perorangan. 2. Direksi bertugas untuk mewakili perseroan dan melaksanakan, mengurus dan

mengarahkan kegiatan dari perseroan. 3. Direksi bertanggung jawab untuk melaksanakan pengontrolan terhadap

pegawai perseroan 4. Direksi diangkat atau dipilih berdasarkan hukum yang berlaku. Dalam hal ini

Direksi diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), tetapi untuk pertama kalinya Direksi diangkat oleh pendiri dan disebutkan dalam akta pendirian perusahaan.

5. Direksi merupakan organ perseroan, di samping organ perseroan lainya berupa Komisaris dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

6. Kepengurusan dilaksanakan untuk kepentingan dan tujuan perseroan. 7. Direksi mewakili dan bertindak untuk dan atas nama perseroan. 8. Direksi mewakili dan bertindak di dalam maupun di luar pengadilan. 9. Direksi melaksanakan tugasnya sesuai dengan perundang – undagan yang

berlaku dan ketentuan dalam anggaran dasar dari perseroan tersebut.64 Menurut sifatnya, Direktur perseroan dapat diklasifikasikan atas 4 (empat),

yaitu sebagai berikut :

1. Direktur biasa, yakni Direktur yang dipilih oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau oleh anggaran dasar. Inilah Direktur yang paling lazim dan banyak sekali terdapat dalam praktek.

2. Direktur de facto, yaitu Direktur yang tidak dipilih oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau anggaran dasar.

63 Lihat Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, op.cit., h.51, dikatakan, “Karena

direksi merupakan organ yang mengurus kegiatan perseroan (karena itu disebut juga dengan istilah “pengurus”), maka setiap perseroan terbatas “wajib” memiliki direksi, minimal 1 (satu) orang. Akan tetapi, beberapa jenis perseroan wajib memiliki minimal 2 (dua) orang direksi yakni perseroan – perseroan sebagai berikut: Perseroan yang bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat; Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan hutang; Perseroan terbuka.”

64 Ibid., h. 50 – 51.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 75: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

59

3. Direktur substitusi atau Direktur alternative, yaitu Direktur penggangti yang sifatnya sementara atau yang ditugaskan khusus untuk perbuatan tertentu.

4. Direktur bayangan (shadow director), yaitu Direktur yang bertugas hanya menjadi pajangan belaka, dimana setiap pekerjaan dilakukan atas suruhan pihak lain, atau bahkan pihak lain yang melakukan tugas – tugas Direksi. Misalnya Direksi yang diangkat dengan perjanjian trustee, yang dalam hal ini lebih tepat disebut sebagai “Direktur boneka”.65

Keempat jenis direktur pambagian direktur tersebut di atas tidaklah dapat

diidentifikasi secara yuridis namun seringkali ditemukan dalam kenyataannya. Secara

yuridis yang diketahui dan diakui hanyalah satu jenis direktur saja yakni direktur

biasa sebagaimana dijelaskan diatas.

Sedangkan Pasal 1 angka 5 UU No.1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah

dengan Pasal 1 angka 6 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

memberikan pengertian Komisaris sebagai organ yang bertugas melakukan

pengawasan secara umum dan atau khusus serta memberikan nasihat kepada Direksi

dalam menjalankan perseroan.66 Berdasarkan Pasal 96 UU No.1 Tahun 1995

sebagaimana telah diubah dengan Pasal 110 ayat (1) UU No.40 Tahun 2007,

menyatakan yang dapat diangkat menjadi anggota Dewan Komisaris adalah orang

perserorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu 5

(lima) tahun sebelum pengangkatannya pernah:

1. dinyatakan pailit;

65 Ibid., h. 51 – 52. 66 Selanjutnya lihat juga Ibid., h. 106, dikatakan, “Setiap perusahaan wajib memiliki seorang

komisaris. Bahkan terhadap perusahaan terbatas tertentu wajib memiliki sedikit – dikitnya 2 (dua) orang komisaris, yang dalam hal ini akan menjadi suatu majelis (dewan), yaitu terhadap perusahaan terbatas sebagi berikut: (1) Perusahaan yang mengerahkan dana masyarkat; (2) Perusahaan yang menerbitkan surat hutang; (3) Perusahaan terbuka.”

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 76: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

60

2. menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang dinyatakan

bersalah menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan pailit, atau

3. dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara

dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan.

Ketentuan persyaratan tersebut tidak mengurangi kemungkinan instansi teknis yang

berwenang menetapkan persyaratan tambahan berdasarkan peraturan perundangan-

undangan (ayat 2). Pemenuhan persyaratan dimaksud dibuktikan dengan surat yang

disimpan oleh perseroan (ayat 3).

Beberapa prinsip yuridis yang berlaku untuk komisaris adalah sebagai

berikut:67

1.. Komisaris Merupakan Badan Pengawas

Komisaris dimaksudkan sebagai badan pengawas (badan supervisi), baik

mengawasi tindakan direksi. Yang mempunyai konsekuensi juga sebagai

pengawas perseroan secara umu.

2. Komisaris Merupakan Badan Independen68

Sama dengan direksi dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), pada

prinsipnya komisaris merupakan badan yang independent, tidak tunduk pada

kekuasaan siapapun, dan harus melihat semata-mata kepentingan peseroan,

67 Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, op,cit., h. 110 – 112 68 Selanjutnya lihat juga Ibid., h.107, dikatakan, “Meskipun kedudukan komisaris adalah

mandiri dan terlepas dari kekuasaan direksi dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), tetapi tidak ada larangan jika yang menduduki jabatan komisaris adalah pihak pemegang saham itu sendiri. Hanya untuk perusahaan terbuka, perundang – undangan di bidang pasar modal mengharuskan perusahaan untuk memiliki yang namanya “komisaris independent” yakni yang tidak terafiliasi dengan pihak direksi maupun pemegang saham.”

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 77: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

61

meskipun sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS) dapat mengangkat dan memberhentikan komisaris.

3. Komisaris tidak mempunyai Otoritas Manajemen (Non – executive)

Meskipun ada ditemukan yang namanya komisaris “pengambil keputusan”

(decision maker), tetapi pada prinsipnya badan komisaris tidak memiliki otoritas

manajemen (non executive). Yang diberikan tugas manajemen.eksekutif adalah

direksi.

4. Komisaris Tidak Biasa Memberikan Instruksi kepada Direksi

Meskipun tugas utama dari komisaris adalah untuk melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaan tugas – tugas direksi, tetapi komisaris tidak berwenang

untuk memberikan instruksi – instruksi langsung kepada direksi. Sebab, jika

kewenangan ini diberikan kepada komisaris, posisinya akan berubah wajah, dari

badan pengawas menjadi badan eksekutif. Karena itu, fungsi pengawasan dari

komisaris dilakukan dengan jalan sebagi berikut :

a. Menyetujui tindakan – tindakan tertentu yang diambil direksi.

b. Memberhentikan direksi untuk sementara.

c. Memberi nasehat kepada direksi, diminta atau tidak, dalam rangka

pelaksanaan fungsi pengawasan.

5. Komisaris Tidak Bisa Diinstruksikan oleh Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS).

Sebagai konsekuensi dari kedudukan komisaris yang independen, maka komisaris

tidak bisa diinstruksikan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), meskipun

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 78: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

62

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) memiliki kekuasaan tertinggi dalam

suatu perseroan. Dan, sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS) dapat memberhentikan komisaris, dengan atau tanpa

menunjukkan alasan pemberhentian (for cause or no cause).

Meskipun komisaris pada prinsipnya menjalankan fungsi pengawasan

terhadap direksi dan jalannya perseroan, tetapi tingkat pengawasan yang

dilakukannya berbeda – beda. Dilihat dari level pengawasan sebagai berikut:69

1. Komisaris Minimum

Yang dimaksud dengan komisaris minimum adalah bahwa komisaris tersebut

dipergunakan karena disyaratkan oleh undang–undang dan anggaran dasar dari

perseroan, padahal dia tidak melakukan apa–apa untuk perseroan. Jadi,

keberadaan komisaris seperti ini hanya untuk memenuhi syarat yuridis formal.

2. Komisaris Kosmetik

Yang dimaksud dengan komisaris kosmetik adalah komisaris yang hanya

bertugas untuk melegitimasi segala putusan dari direksi. Jadi, fungsinya hanya

sekedar stempel saja.

3. Komisaris Pajangan

Yang dimaksud dengan komisaris pajangan adalah memasang orang – orang yang

seram/ditakuti, disegani sebagai komisaris untuk menakut – nakuti jika ada pihak-

pihak tertentu yang ingin memprotes kebijaksanaan perseroan. Pihak komisaris

seperti ini sama sekali tidak bekerja dan sama sekali tidak mengawasi jalannya

perseroan.

69 Ibid., h. 115 – 116.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 79: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

63

4. Komisaris Oversight

Yang dimaksud dengan komisaris Oversight adalah komisaris yang berfungsi

semata–mata mengawasi kegiatan dan kebijaksanaan dari direksi dan perseroan.

Sebetulnya, inilah fungsi yang sebenarnya dari komisaris menurut Undang –

undang Perseroan Terbatas.

5. Komisaris Independen

Yang dimaksud dengan komisaris independent adalah komisaris yang tidak ada

hubungan keluarga atau hubungan bisnis dengan direksi maupun pemegang

saham. Karena tidak ada hubungan seperti itu, maka komisaris independent ini

diharapkan dapat bertindak objektif dan dapat melihat persoalan perseroan secara

lebih jernih. Beberapa jenis perseroan mensyaratkan adanya komisaris

independent ini, misalnya untuk perseroan terbatas terbuka.

6. Komisaris Pengambil Keputusan

Yang dimaksud dengan komisaris pengambil keputusan (decision maker) adalah

konsep komosaris di mana di samping dia mengawasi hal – hal tertentu, terutama

dalam hal – hal penting, diajak pula untuk mengambil keputusan (misalnya

dengan format surat persetujuan komisaris) untuk kegiatan–kegiatan tertentu dari

perseroan. Kegiatan– kegiatan penting tersebut misalnya:

a. Mengambil loan dari bank

b. Meminjamkan aset perseroan

c. Menjual aset – aset penting dari perseroan

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 80: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

64

d. Merger, akuisisi atau konsolidasi

e. Go public

f. Likuidasi

g. Mengeluarkan dana melebihi jumlah tertentu

h. Memberhentikan direksi untuk sementara waktu

i. Mengubah anggaran dasar

Dari uraian–uraian di atas dapat disimpulkan bahwa suatu perseroan terbatas

memiliki tiga organ yakni Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Komisaris.

Namun sebenarnya, hal ini adalah sangat dipengaruhi oleh struktur kepengurusan

(board structure) yang dianut oleh suatu negara.

Secara global, board structure dapat dibagi atas dua bagian besar yakni One Tier Board System dan Two Tiers Board System. One Tier Board System banyak dianut oleh negara yang cendrung mengikuti hukum Anglo – Saxon (common law) dan Two Tiers Board System banyak diterapkan oleh negara – negara Eropa (Continental Europe) dan negara – negara lain yang menganut Civil Law termasuk Indonesia. Struktur kepengurusan (board structure) yang dianut oleh suatu negara sangat dipengaruhi oleh beragam faktor. Selain model system yang dianut oleh suatu negara, faktor budaya nasional serta sosial politik juga menjadi suatu kekuatan yang menentukan bagaimana bentuk dan proses struktur kepengurusan secara menyeluruh dapat diterapkan. Sebagai contoh, meskipun Inggris dan Amerika Serikat menganut system hukum common law dengan basis yang sama yaitu one tier board system, namun posisi Chairman dan CEO (Chief Executive Officer) di perusahaan – perusahaan Inggris hampir selalu terpisah, sedangkan di Amerika Serikat mayoritas menganut CEO duality (CEO dan Chairman oleh individu yang sama).70

Dalam One Tier Board System perusahaan hanya memiliki satu Dewan

Direksi yang pada umumnya merupakan kombinasi antara manajer atau pengurus

senior (Direktur Eksekutif) dan Direktur Independen yang bekerja dengan prinsip

70 Antonius Alijoyo dan Subarto Zaini, op.cit., h.10.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 81: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

65

paruh waktu (non Direktur Eksekutif) yang umumnya diangkat karena kebijakannya,

pengalaman dan relasinya.

General Marketing of the Shareholders

(GMoS) Board of Directors

Sumber: Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan

Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan), Seri Tata Kelola Perusahaan (Corporate) Jilid II, FCGI (Forum for Corporate Governance in Indonesia).

Gambar 1. Struktur Dewan Direktur (Board of Directory) dalam One Tier

System.

Dalam Two Tiers Board System perusahaan mempunyai dua badan terpisah,

yaitu Dewan Pengawas (Dewan Komisaris) dan Dewan Manajemen (Dewan Direksi)

yang mengelola dan mewakili perusahaan di bawah pengaruh dan pengawasan

Dewan Komisaris. Dalam sistem ini, anggota Dewan Direksi diangkat dan setiap

waktu dapat diganti oleh badan pengawas (Dewan Komisaris). Dewan Direksi juga

memberikan informasi kepada Dewan Komisaris dan menjawab hal – hal yang

diajukan oleh Dewan Komisaris, sehingga Dewan Komisaris terutama bertanggung

jawab untuk megawasi tugas – tugas manajemen. Dalam hal ini Dewan Komisaris

tidak boleh melibatkan diri dalam tugas – tugas manajemen dan tidak boleh mewakili

Executive Diector

Non Executive Diector

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 82: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

66

perusahaan dalam transaksi – transaksi dengan pihak ketiga. Anggota Dewan

Komisaris diangkat dan diganti dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

General Marketing of the Shareholders (GMoS)

Board of Commissioners (BoC)

Board of Directors (BoD)

Sumber: Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata kelola Perusahaan), Seri Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) Jilid II, FCGI (Forum for Corporate Governance in Indonesia).

Gambar 2. Struktur Board of Directors dalam Two Tiers System

Akan tetapi dalam sistem hukum dewasa ini terjadi perbedaan-perbedaan

yang cukup penting termasuk didalamnya hak dan kewajiban Dewan Komisaris

dimana dalam keadaan umum tidak termasuk dalam kewenangan Dewan Komisaris

untuk menunjuk dan memberhentikan direksi.

Sebagaimana halnya Belanda yang menganut Two Tiers Board System,

Indonesia seperti terlihat dalam UUPT juga pada dasarnya mengadopsi Two Tiers

Board System namun dengan modifikasi dimana baik dewan komisaris maupun

dewan direksi bertanggung jawab langsung kepada RUPS sehingga keberadaan

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 83: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

67

dewan komisaris di Indonesia tidak sekuat organ Supervisory Board yang terdapat

dalam Two Tiers System model Eropa Kontinental atau Board of Director dalam One

Tier Board System model Anglo – Saxon.

General Marketing of the Shareholders

(GMoS)

Dewan Komisaris

Dewan Direksi

Supervisi/ Pengawasan

Sumber: Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan), Seri Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) Jilid II, FCGI (Forum for Corporate Governance in Indonesia).

Gambar 3. Struktur Organ Perseroan Terbatas di Indonesia

Dari perbandingan gambar di atas terlihat jelas bahwa sistem organ perseroan

dengan adanya organ pengawas/Komisaris adalah sistem dua tingkat (Two – tier

Board System). Sedangkan organ perseroan tanpa adanya organ pengawas/Komisaris

adalah system satu tingkat (One Board System).71

Sistem Two Tiers Board System memiliki beberapa kelebihan dibandingkan

One Tier Board System:

71 Hardijan Rulsi, op.cit.,h.114.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 84: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

68

1. Pengaruh pemegang saham dalam two – tier board system dapat dijalankan melalui dewan komisaris sehingga tidak harus menganggu (interfence) aktifitas normal manajemen, dan memungkinkan pemegang saham meningkatkan pengaruhnya tanpa harus menunggu terjadinya skandal publik atau ketidaksepakatan publik. Dalam hal ini persepsi manajemen mengenai pangaruh pemegang saham tidak harus menunggu saat – saat krisis. Sebaliknya, two – tier board system memungkinkan tekanan terhadap manajemn untuk menghasilkan kinerja yang baik.

2. Dewan Direksi (top management) dapat mempertahankan tingkat independendi yang lebih besar pada aras operasional. Pemisahan antara para amatir dan para profesional dalam pengelolaan, atau lebih halusnya antara dewan komisaris dan dewan eksekutif, merupakan hal yang cukup penting. Ini sulit dilakukan dalam model single – board system, karena dalam model ini seseorang dapat menjalankan salah satu atau kedua peran itu sekaligus.

3. Dewan direksi, karena pengaruh pemegang saham yang kuat melalui dewan komisaris, harus memperhatikan dengan serius pandangan para pemegang saham.

4. Memungkinkan masuknya lebih banyak komisaris independent, tanpa harus menunggu kerja normal perusahaan.

5. Tidak mungkin bagi seseorang untuk berperan sebagai presiden komisaris sekaligus presiden direktur sebuah perusahaan, dan kedua dewan tersebut tidak saling mendominasi Chaiman (presiden komisaris) dan Chief Executive (CEO) mungkin dijabat oleh satu orang.72

Perseroan terbatas mempunyai alat yang disebut organ perseroan, gunanya

untuk menggerakkan perseroan agar badan hukum dapat berjalan sesuai dengan

tujuannya. Organ perseroan terdiri dari tiga macam, yaitu :

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

2. Direksi

3. Komisaris

72 I Nyoman Tjager, et. al., Corporate Governance Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Bisnis Indonesia, PT. Prenhallindo, Jakarta, 2003, h.31, dikutip dari Tricker, International Corporate Governance : Text, Readings and Cases, Prentice Hall and Simon Schuster Asia, Pte., Ltd., Singapore, 1994, h.78.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 85: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

69

Berdasarkan teori organisme dari Otto von Gireke, pengurus adalah organ

atau alat perlengkapan dari badan hukum. Seperti halnya manusia mempunyai organ-

organ seperti kaki, tangan, panca indera dan karena setiap gerakan organ-organ itu

dikehendaki atau diperintahkan oleh otak manusia, berarti setiap gerakan atau

aktivitas pengurus badan hukum dikehendaki atau diperintah oleh badan hukum

sendiri, sehingga pengurus adalah personafikasi dari badan hukum itu sendiri.

Sebaliknya menurut Paul scholten dan Bregstein, pengurus mewakili badan hukum.

Berdasarkan analog pendapat Gierke dan Paul Schoulten maupun Brengstein tersebut,

direksi bertindak mewakili perseroan sebagai badan hukum. Hakikat dari perwakilan

bahwa seseorang melakukan melakukan sesuatu perbuatan untuk kepentingan orang

lain atas tanggung jawab dari orang itu.73

Ketiga organ dan PT tersebut memiliki tugas dan wewenang yang berbeda

satu sama lain di dalam UUPT. Namun, perbedaan dimaksud memiliki fungsi yang

terkait dengan tujuan untuk menjalankan PT dengan sebaik-baiknya. Direksi

kedudukannya sebagai eksekutif dalam perseroan, tindakannya dibatasi oleh

anggaran dasar perseroan. Apabila dalam pengurusan perseroan bertindak melampui

wewenangnya, maka berdasarkan Pasal 85 ayat (1) maka direksi yang demikian

bertanggung jawab penuh secara pribadi.

Sedangkan komisaris merupakan organ yang mempunyai tugas melakukan

pengawasan dan memberi nasihat kepada direksi dalam menjalankan perseroan.

Dalam menjalankan tugasnya tersebut komisaris juga dibatasi oleh anggaran dasar.

73 Rachmadi Usman, Op. Cit, h. 164

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 86: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

70

Komisaris yang melakukan kesalahan dapat digugat ke Pengadilan oleh pemegang

saham atas nama perseroan.74

1. Direksi

a. Tugas dan Wewenang Direksi

Direksi sebagai organ PT adalah mewakili kepentingan PT selaku subjek

hukum mandiri. Karena keberadaan PT adalah sebab keberadaannya Direksi.75

Karena apabila tidak ada PT, Direksi juga tidak akan pernah ada. Ini menjadi alasan

bahwa Direksi harus selamanya mengabdi kepada kepentingan PT. Dengan perkataan

lain, Direksi wajib mengabdi kepada kepentingan semua pemegang saham tetapi

bukan mengabdi kepada kepentingan satu atau beberapa pemegang saham saja untuk

keuntungan perusahaan. Artinya Direksi bukan wakil pemegang saham. Tetapi

merupakan wakil PT selaku Personal Standi In Judicio.76

Menurut Pasal 79 ayat 1 UU No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatasa

sebagamana telah diubah dengan Pasal 92 ayat (1) UU No.40 Tahun 2007 UUPT

pengurusan PT dipercayakan kepada Direksi, dengan tugas dan wewenang direksi

sebagai berikut:77

74 Gatot Supramono, Op. Cit, h 4 75 Direksi adalah organ/badan yang mewakili kepentingan perseroan dengan menjalankan

pe.rseroan untuk memgimpin dan mengemudikan perseroan dalam melakukan usaha-usahanya sesuai dengan kehendak RUPS.

76 Bismar Nasution, Op.Cit, h. 17. 77 Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD )Pengumuman PT oleh Direksi

diatur dalam Pasal 44 ayat 1 yang menyatakan bahwa tiap-tiap Perseroan Terbatas harus diurus oleh beberapa pengur.us, kawan-kawan peserta atau lain-l.ainnya yang semua itu harus diangkat oleh para pesero, dengan atau tidak dengan mendapat upah dan dengan atau tidak dengan diawasi oleh beberapa komisaris.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 87: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

71

(1) Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.

(2) Direksi berwenang menjalankan pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar

(3) Direksi Perseroan terdiri dari 1 (satu) orang anggota Direksi atau lebih (4) Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dan/atau

mengelola dana masyarakat, Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat, atau Perseroan Terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang anggota Direksi.

(5) Dalam hal Direksi terdiri atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih, pembagian tugas dan wewenang pengurusan di antara anggota Direksi ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS.

(6) Dalam hal RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak menetapkan, pembagian tugas dan wewenang anggota Direksi ditetapkan berdasarkan keputusan Direksi.

Kemudian Pasal 93 UU No.40 Tahun 2007 menyatakan:

(1) Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang perseorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatannya pernah: a. dinyatakan pailit; b. menjadi anggota Direksi atau anggota Deawn Komisaris yagn dinyatakan

bersalah menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan pailit; atau c. dihukum karena melakukan tindak pidana yagn merugikan keuangan

negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan. (2) Ketentuan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi

kemungkinan instansi teknis yang berwenang menetapkan persyaratan tambahan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

(3) Pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)_ dibuktikan dengan surat yang disimpan oleh Perseroan.

Pasal 93 di atas, menetapkan bahwa peraturan tentang pembagian tugas dan

wewenang setiap anggota direksi serta besar dan jenis penghasilan direksi ditetapkan

oleh RUPS. Dalam Anggaran Dasar dapat ditetapkan bahwa kewenangan RUPS

dilakukan oleh komisaris atas nama RUPS. Lebih jelasnya dinyatakan, bahwa Direksi

bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 88: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

72

perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Atas

pengurusan Direksi ini dapat memberi kesimpulan bahwa Direksi ditugaskan dan

berwenang untuk hal-hal sebagai berikut mengatur atau mengelola kegiatan-kegiatan

PT, mengurus kekayaan PT, serta mewakili PT di dalam dan di luar Pengadilan.

Selanjutnya Pasal 97 UU No.40 Tahun 2007, dinyatakan:

(1) Direksi bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1).

(2) Pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dilaksanakan setiap anggaota Direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab.

(3) Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang berasngkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(4) Dalam hal Direksi terdiri atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih, tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku secara tanggung jawab bagi setiap anggota Direksi.

(5) Anggota Direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila dapat membuktikan: a. kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalainnya; b. telah melaukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk

kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. c. tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak

langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan keugian; dan d. telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya

kerugian tersebut. (6) Atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10

(satu persepuluh) bagian dari jumlah saham dengan hak suara dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan.

(7) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak mengurangi hak anggota Direksi lain dan/atau anggota Dewan Komisaris untuk mengajukan gugatan atas nama Perseroan.

Ketentuan Pasa1 97 di atas ini secara jelas memberikan hak derivatif

(derivative right) kepada pemegang saham, yang selama ini tidak diatur dalam

K.U.H.D. Dengan perkataan lain undang-undang perseroan terbatas memberikan hak

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 89: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

73

kepada pemegang saham minoritas untuk mewakili kepentingan perseroan mengaju-

kan gugatan ke Pengadilan Negeri terhadap anggota Direksi yang merugikan

Perseroan dengan memenuhi persyaratan untuk itu.

Tugas Direksi dalam mengatur atau mengelola kegiatan-kegiatan usaha PT

diatas tidak dapat dipisahkan karena pengurusan kekayaan PT harus menunjang

terlaksananya kegiatan usaha PT tersebut. Oleh karena itu direksi mempunyai 2 (dua)

tugas yaitu, pengelolaan dan perwakilan PT, Untuk pelaksanaan kedua tugas Direksi

itu perlu menjadi perhatian bahwa pengelolaan PT pada hakekatnya adalah tugas dari

semua anggota Direksi tanpa kecuali. Hal ini dapat diartikan dari ketentuan hukum

Perseroan. Tugas dan wewenang Direksi ini dapat dilihat dari ketentuan pasal 85 UU

No.1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Pasal 97 UU No.40 Tahun 2007

yang jelas diuraikan di muka.

b. Tanggung jawab Direksi

Perlu diperhatikan bahwa terjadi perubahan yang sangat mendasar antar

K.U.H.D dan UUPT mengenai tanggung jawab Direksi terhadap tugas dan

wewenangnya dalam mengelola PT. Karena K.U.H.D menetapkan hahwa tanggung

jawab pribadi Direksi adalah secara tanggung renteng, sebagaimana yang diatur

dalam pasal 45 ayat 2 K.U.H.D78. Sedangkan dalam UUPT tanggung jawab tersebut

adalah secara terbatas, kecuali Direksi tersebut bertindak dengan tidak beritikad baik.

78 Pasal 45 ayat 2 K.U.H.D menyatakan bahwa sementara itu, apabila mereka melanggar

sesuatiu ketentuan dalam akta, atau tentang perubahan yang kemudian di dalamnya mengenai syarat syarat pendirian, maka atas kerugian yang karenanya telah diderita oleh pihak ketiga, mereka itu pun masing-masing dengan diri sendiri bertanggung jawab untuk seluruhnya.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 90: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

74

Ditelusuri lebih jauh mengenai tanggung jawab pribadi Direksi secara

tanggung renteng ini adalah bersumber dari pada kenyataan, bahwa pertama, PT

adalah subjek hukum mandiri. Kedua, PT sebagai. ciptaan hukum mutlak

memerlukan Direksi yang ditugaskan untuk mengelola dan mewakilinya. Berarti

tanggung jawab Direksi dalam mengelola PT adalah akibat dari tugas dan, wewenang

yang dipercayakan padanya. Jadi selama Direksi menjalankan kewajibannya dalam

batas-batas kewenangan dalam menjalankan tugasnya itu dibebankan kepada PT.

Prinsip ini berlaku di berbagai negara, Seperti di Amerika Serikat dan Indonesia.

Jika Direksi dalam menjalankan tugasnya berada di luar batas-batas

kewenangannya (melanggar ketentuan Anggaran Dasar), maka semua anggota

Direksi bertanggung jawab secara pribadi. Dalam hal. ini PT tidak ikut bertanggung

jawab, oleh karena Direksi yang melanggar.

Di Amerika Serikat Direksi juga akan bertanggung jawab secara pribadi jika

dia mengeluarkan saham sebagai saham yang disetor penuh padahal secara faktual,

saham tersebut belum disetor sama sekali.79 Tanggung jawab Direksi secara pribadi

tidaklah terjadi hanya karena kedudukannya sebagai Direksi. Tetapi untuk

dibebankan tanggung jawab, Direksi tersebut harus telah melakukan hal-hal sebagai

berikut ini terhadap tindakan perusahaan, yaitu:80

1. Direksi mengizinkan perbuatan tersebut

2. Direksi meratifikasi perbuatan

3. Ikut berpartisipasi dengan cara apapun dalam perbuatan tersebut

79 Munir Fuady, Hukum Bisnis, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1994, hal, 58 80 Ibid.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 91: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

75

UUPT secara detail juga mengatur Direksi dalam melaksanakan tugas dan

wewenang serta tanggung jawabnya. Pasal 66 UU No.40 Tahun 2007 menyatakan,

bahwa Direksi menyampaikan laporan tahuna kepada RUPS setelah ditelaah oleh

Dewan Komisaris dalam jangka waktu lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku

Perseroan berakhir. Laporan tahunan harus memuat sekurang-kurangnya:

a. laporan keuangan yang terdiri atas sekurang-kurangnya neraca akhir tahun buku

yang baru lampau dalam perbandingan dengan tahun buku sebelumnya, laporan

laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan, laporan arus kas, dan laporan

perubahan ekuitas, sreta catatan atas laporan keuangan tersebut;

b. laporan mengenai kegiatan Perseroan;

c. laporan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

d. rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan

usaha Perseroan;

e. laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan oleh Dewan

Komisaris selama tahun buku yang baru lampau;

f. nama anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris;

g. gaji dan tunjangan bagi anggota Direksi dan gaji atau honorarium dan tunjangan

bagi anggota Dewan Komisaris Perseroan untuk tahun yang baru lampau.

Laporan keuangan sebagaimana dimaksud di atas, disusun berdasarkan standar

akuntansi keuangan. Neraca dan laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan

bagi Perseroan yang wajib diaudit, harus disampaikan kepada Menteri sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 66 ayat (3) dan ayat (4) UU No.40

Tahun 2007).

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 92: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

76

Selanjutnya dalam Pasal 67 UU No.40 Tahun 2007 dinyatakan:

(1) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1) ditandatangani

oleh semua anggota Direksi dan semua anggota Dewan Komisaris yang menjabat

pada tahun buku yang bersangkutan dan disediakan di kantor Perseroan sejak

tanggal panggilan RUPS untuk dapat diperiksa oleh pemegang saham.

(2) Dalam hal terdapat anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang tidak

menandatangani laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang

bersangkutan harus menyebutkan alasannya secara tertulis, atau alasan tersebut

dinyatakan oleh Direksi dalam surat tersendiri yang dilekatkan dalam laporan

tahunan.

(3) Dalam hal terdapat anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang tidak

menandatangani laporan tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tidak

memberi alasan secara tertulis, yang bersangkutan dianggap telah menyetujui isi

laporan tahunan.

Pasal 68 UU No.40 Tahun 2007 menyatakan:

(1) Direksi wajib menyerahkan laporan keuangan Perseroan kepada akuntan publik

untuk diaudit apabila:

a. Kegiatan usaha Perseroan adalah menghimpun dan/atau mengelola dana

masyarakat;

b. Perseroan menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat;

c. Perseroan merupakan Perseroan Terbuka;

d. Perseroan merupakan persero;

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 93: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

77

e. Perseroan mempunyai aset dan/atau jumlah peredaran usaha dengan jumlah

nilai paling sedikit Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah); atau

f. Diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.

(2) Dalanm hal kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dipenuhi,

laporan keuangan tidak disahkan oleh RUPS.

(3) Laporan atas hasil audit akuntan publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disampaikan secara tertulis kepada RUPS melalui Direksi.

(4) Neraca dan laporan laba rugi dari laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c setelah mendapat pengesahan RUPs

diumumkan dalam 1 (satu) Surat Kabar.

(5) Pengumuman neraca dan laporan laba rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah mendapat pengesahan RUPS.

(6) Pengurangan besarnya jumlah nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e

ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 69 UU No.40 Tahun 2007 menyatakan:

(1) Persetujuan laporan tahunan termasuk pengesaan laporan keuangan serta laporan

tugas pengawasan Dewan Komisaris dilakukan oleh RUPS.

(2) Keputusan atas pengesahan laporan keuangan dan persetujuan laporan tahunan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan ketentuan dalam

Undang-undang ini dan/atau anggaran dasar

(3) Dalam hal laporan keuangan yang disediakan ternyata tidak benar dan/atau

menyesatkan, anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris secara tanggung

renteng bertanggung jawab terhadap pihak yang dirugikan.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 94: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

78

(4) Anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris dibebaskan dari tanggung jawab

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila terbukti bahwa keadaan tersebut

bukan karena kesalahannya.

Pasal 92 UU No.40 Tahun 2007 menyatakan:

(1) Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan

sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.

(2) Direksi berwenang menjalankan pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan

dalam Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar;

(3) Direksi Perseroan terdiri atas 1 (satu) orang anggota Direksi atau lebih.

(4) Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dan/atau

mengelola dana masyarakat, Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang

kepada masyarakat, atau Perseroan Terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2

(dua) orang anggota Direksi.

(5) Dalam hal Direksi terdiri atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih, pembagian

tugas dan wewenang pengurusan di antara anggota Direksi ditetapkan

berdasarkan keputusan RUPS.

(6) Dalam hal RUPS sebagaimana pada ayat (5) tidak menetapkan, pembagian tugas

dan wewenang anggota Direksi ditetapkan berdasarkan keputusan Direksi.

Selanjutnya undang-undang perseroan terbatas menegaskan, Direksi mewakili

Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Dalam hal anggota Direksi

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 95: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

79

terdiri lebih dari 1 (satu) orang, yang berwenang mewakili Perseroan adalah setiap

anggota Direksi, kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar. Kewenangan Direksi

untuk mewakili Perseroan adalah tidak terbatas dan tidak bersyarat, kecuali

ditentukan lain dalam undang-undang, anggaran dasar, atau keputusan RUPS.

Keputusan RUPS tidak boleh bertentangan dengan ketentuan undang-undang dan

atau anggaran dasar Perseroan (Pasal 98 UU No.40 Tahun 2007).

Pasal 99 UU No.40 Tahun 2007 menyatakan:

(1) Anggota Direksi tidak berwenang mewakili Perseroan apabila:

a. terjadi perkara di pengadilan antara Perseroan dengan anggota Direksi yang

bersangkutan; atau

b. anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingan dengan

Perseroan.

(2) Dalam hal terdapat keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang berhak

mewakili Perseroan adalah:

a. anggota Direksi lainnya yang tidak mempunyai benturan kepentingan dengan

Perseroan;

b. Dewan Komisaris dalam hal seluruh anggota Direksi mempunyai benturan

kepentingan dengan Perseroan; atau

c. Pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal seluruh anggota Direksi atau

Dewan Komisaris mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan.

Selanjutnya Pasal 100 UU No.40 Tahun 2007 menyebutkan:

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 96: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

80

(1) Direksi Wajib:

a. membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS, dan risalah

rapat Direksi;

b. membuat laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 dan

dokumen keuangan Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

tentang Dokumen Perusahaan; dan

c. memelihara seluruh daftar, risalah, dan dokumen keuangan Perseroan

sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b dan dokumen Perseroan

lainnya.

(2) Seluruh daftar, risalah dokumen keuangan Perseroan, dan dokumen Perseroan

lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disimpan di tempat kedudukan

Perseroan.

(3) Atas permohonan tertulis dari pemegang saham, Direksi memberi izin kepada

pemegang saham untuk memeriksa daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah

RUPS sebagaiman dimaksud pada ayat (1) dan laporan tahunan, serta

mendapatkan salinan risalah RUPS dan salinan laporan tahunan.

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak menutup kemungkinan

peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal menentukan lain.

Pasal 101 UU No.40 Tahun 2007 menyatakan, bahwa Anggota Direksi wajib

melaporkan kepada perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan atau keluarganya

pada perseroan terebut dan perseroan lain.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 97: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

81

Selanjutnya Undang-undang juga mengatur tentang kewajiban Direksi dalam

hubungannya dengan peralihan dan penjamin kekayaan perseroan, sebagaimana

diatur dalam Pasal 102 UU No. 40 Tahun 2007, yaitu:

(1) Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk:

a. Mengalihkan kekayaan Perseroan, atau

b. Menjadikan jaminan utang kekayaan Perseroan;

yang merupakan lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah kekayaan bersih

Perseroan dalam 1 (satu) transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain

maupun tidak.

(2) Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah transaksi

pengalihan kekayaan bersih Perseroan yang terjadi dalam jangka waktu 1 (satu)

tahun buku atau jangka waktu yang lebih lama sebagaimana diatur dalam

anggaran dasar Perseroan.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak berlaku terhadap tindakan

pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan yang dilakukan oleh Direksi

sebagai pelaksanaan kegiatan usaha Perseroan sesuai dengan anggaran dasarnya.

(4) Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tanpa persetujuan RUPS,

tetap mengikat Perseroan sepanjang pihak lain dalam perbuatan hukum tersebut

beritikad baik.

(5) Ketentuan kourum kehadiran dan/atau ketentuan tentang pengambilan keputusan

RUPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 mutatis mutandis berlaku bagi

keputusan RUPS untuk menyetujui tindakan Direksi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1).

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 98: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

82

Direksi dapat memberikan kuasa tertulis kepada 1 (satu) orang karyawan

perseroan atau lebih atau orang lain untuk dan atas nama porseroan melakukan

perbuatan hukum tertentu (Pasal 103). Sedangkan Pasal 104 mengatur tanggung

jawab Direksi sehubungan dengan kepailitan akibat kesalahan atau kelalaian Direksi,

sebagai berikut:

(1) Direksi tidak berwenang mengajukan permohonan pailit atas Perseroan sendiri

kepada Pengadilan Niaga sebelum memperoleh persetujuan RUPS, dengan tidak

mengurangi ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-undang tentagn

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

(2) Dalam hal kepailitan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terjadi karena

kesalahan atau kelalaian Direksi dan harta pailit tidak cukup untuk membayar

seluruh kewajiban Perseroan dalam kepailitan tersebut, setiap anggota Direksi

secara tanggung jawab renteng bertanggung jawab atas seluruh kewajiban yang

tidak terlunasi dari harta pailit tersebut.

(3) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku juga bagi anggota

Direksi yang salah atau lalai yang pernah menjabat sebagai anggota Direksi

dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan.

(4) Anggota Direksi tidak bertanggungjawab atas kepailitan Perseroan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) apabila dapat membuktikan:

a. Kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;

b. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, kehati-hatian dan penuh

tanggung jawab untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan

tujuan Perseroan;

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 99: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

83

c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak

langsung atas tindakan pengurusan yang dilakukan; dan

d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kepailitan.

(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) berlaku

juga bagi Direksi dari Perseroan yang dinyatakan pailit berdasarkan gugatan

pihak ketiga.

Merupakan ketentuan umum bahwa sepanjang beritikad baik anggota direksi

(direktur) dari suatu perseroan yang mengalami kerugian pada dasarnya tidak dapat

dimintai pertanggungjawabannya secara finansial. Hal ini berkenaan dengan asas

bahwa suatu perseroan debitor adalah suatu subjek hukum yang terpisah dari pada

pengurusnya. Semua utang-utang perseroan dilunasi dari hasil penjualan harta

kekayaan perseroan itu sendiri, bukan dari harta kekayaan pengurusnya.

Seperti halnya terhadap harta kekayaan pemegang saham, harta kekayaan

pengurus tidak dapat dijangkau secara hukum oleh para Kreditor untuk dijadikan

sumber pelunasan utang-utang perseroan tersebut. Namun prinsip tersebut bukan

tanpa pengecualian. Dalam hal-hal tertentu anggota Direksi (Direktur) dan komisaris

suatu perseroan dapat harus bertanggung jawab secara pribadi apabila karena

kesalahannya perseroan mengalami kerugian.

Dalam teori perseroan terbatas yang mutakhir mengenai kewajiban Pengurus

perseroan, dianut pendapat bahwa Pengurus perseroan memiliki 2 (dua) macam

kewajiban, yaitu kewajiban yang secara tegas ditentukan oleh undang-undang

(statutory duties) dan fiduciary duties. Di samping memiliki fiduciary duties, dalam

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 100: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

84

comman law seorang Direktur juga “owes a duty of care to the company not to act

negligently in managing is affairs”.81 Beberapa kewajiban yana harus diperhatikan

oleh direksi adalah :82

1. Kewajiban untuk secara optimal memupuk keuntungan bagi perseroan dan tidak

mengambil keuntungan pribadi dari transaksi yang dibuat oleh perusahaan dengan

pihak lain. Direksi tidak boleh membuat apa yang dimaksud secret profits and

benefits from office. Dalam kaitan ini harus dihindari terjadinya conflict of

interest.

2. Direksi harus menggunakan kewenangannya untuk tujuan yang seharusnya (

proper purpose), yaitu for the benefit of the company and not to further thier own

interest.

3. Direksi suatu perseroan dalam melaksanakan fungsi-fungsinya termasuk pula

memperhatikan kepentingan pegawainya.

4. Direksi suatu perseroan dalam melaksanakan fungsi-fungsinya juga harus

memperhatikan kepentingan para pemegang saham.

5. Direksi suatu perseroan harus memperhatikan kepentingan para kreditor.

Apakah yang dimaksudkan oleh Pasal 85 UU No.1 Tahun 1995 maupun

dalam perubahannya yaitu Pasal 104 UU No.40 Tahun 2007 dengan “itikad baik dan

penuh tanggung jawab” tersebut?. Oleh karena UUPT tidak memberikan jawaban

lebih jauh mengenai maksud atau kandungan dari konsep “itikad baik dan

81 Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan, (Jakarta : PT. Pustaka Utama Grafiti, 2002),

h.. 425 82 Ibid, h. 428

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 101: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

85

bertanggung jawab penuh” itu, maka perlu dilakukan kajian mengenai konsep

tersebut. Kajiannya dapat dilakukan dengan menggali pustaka hukum dan putusan-

putusan pengadilan mengenai prinsip yang serupa yang dianut di negara-negara lain.

Karena yurispudensi Indonesia belum menampilkan doktrin mengenai apa yang

dimaksudkan dengan “itikad baik dan penuh tanggung jawab” yang dimaksud dalam

UUPT sedangkan pustaka hukum Indonesia belum banyak pula yang

mengungkapkan doktrin-doktrin mengenai asas tersebut, maka pengkajiannya harus

dilakukan dengan menggali pustaka-pustaka hukum dan yurispudensi pengadilan luar

negeri.

2. Komisaris

a. Tugas dan Wewenang Komisaris

Ketentuan-ketentuan mengenai komisaris pada UU No.40 Tahun 2007 diatur

dalam Pasal 108 s/d Pasal 121. Menurut undang-undang perseroan terbatas

Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara

umum dan atau khusus serta memberikan nasehat kepada Direksi dalam menjalankan

perseroan. Selanjutnya UUPT menetapkan persyatan untuk dapat diangkat menjadi

Komisaris yaitu orang perseorangan yang mampu melaksanakan perbuatan hukum

dan tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota direksi atau komisaris yang

dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit, atau orang yang

pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara

dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan. Komisaris diangkat dan

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 102: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

86

diberhentikan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk jangka waktu

tertentu. Tata cara pengangkatan Komisaris ditentukan dalam Anggaran Dasar

perseroan. Tata cara pengangkatan tersebut tidak boleh mengurangi hak pemegang

saham dalam mencalonkan Komisaris.

Jumlah Komisaris yang harus dimiliki oleh perseroan tidak diatur oleh UUPT.

Hanya saja untuk perusahaan yang bergerak di bidang keuangan dan perusahaan yang

telah go public UUPT mensyaratkan perusahaan tersebut memiliki minimal dua

Komisaris. Dengan pengaturan seperti itu maka dapat disimpulkan bahwa untuk

perusahaan yang tidak bergerak di bidang keuangan dan bukan perusahaan publik,

jumlah Komisaris dapat satu orang atau lebih sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Mengenai wewenang dan kewajiban komisaris, UUPT tidak mengatur secara rinci.

Tugas dan wewenang Komisaris diatur dalam Anggaran Dasar Perseroan masing-

masing perusahaan. Setelah krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1997,

berkembang pemikiran untuk mewajibkan perusahaan memiliki komisaris

independen (outside director). Meskipun pada dasarnya semua Komisaris bersifat

independen. Artinya dalam menjalankan tugasnya Komisaris harus melakukannya

untuk kepentingan terbaik perusahaan. Dalam praktik, tidak jarang Komisaris

menjalankan tugas bukan untuk kepentingan perusahaan, khususnya Komisaris yang

sekaligus pemegang saham. Untuk mencegah hal tersebut dibutuhkan kehadiran

Komisaris independen yang tujuannya memberikan keseimbangan antarakepentingan

pemegang saham mayoritas, pemegang saham minoritas dan para stakeholder.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 103: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

87

Komisaris terdiri dari dua golongan.83 Pertama, komisaris orang dalam.

Kedua, komisaris yang berasal dari luar atau sering pula disebut dengan komisaris

independen. Peranan komisaris dalam pengelolaan perusahaan dibatasi oleh hak-hak

tertentu pemegang saham meskipun pemegang saham tidak memiliki kewenangan

langsung terhadap pengelolaan perusahaan. Misalnya resolusi oleh pemegang saham

atas masalah yang berada di bawah kewenagan komisaris adalah batal demi hukum.

Pemegang saham sebagai pemilik memiliki kontrol tidak langsung terhadap

perusahaan karena mereka berwenang memberhentikan dan mengganti komisaris.

Apabila komisaris sekaligus juga pemegang saham sebagaimana yang umum terjadi

pada perusahaan tertutup, maka komisaris dan pemegang saham adalah mitra

(partner). Konsekwensinya adalah perjanjian yang dibuat oleh pemegang saham juga

mengikat perusahaan dan tindakan yang dilakukan komisaris juga dianggap sebagai

perbuatan perusahaan. Perubahan-perubahan penting yang menyangkut perusahaan

harus mendapat persetujuan pemegang saham. Merger, penjualan asset perusahaan

yang signifikan, pembubaran perusahaan misalnya harus disetujui oleh pemegang

saham. Perubahan anggaran dasar, bahkan perubahan yang diwajibkan oleh hukum

juga memerlukan persetujuan pemegang saham.

Keputusan yang dikeluarkan oleh Komisaris agar mengikat perusahaan

haruslah keputusan yang diambil atas nama dewan komisaris dalam suatu rapat resmi.

Rapat tersebut harus memenuhi qourom sebagaimana yang telah ditentukan dalam

anggaran dasar dan undang-undang.

83 Pasal 108 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 104: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

88

Dalam hal kompensasi bagi komisaris meskipun tidak diatur dalam anggaran

dasar atau undang-undang, komisaris dapat menerima penghasilan atas jasa yang

mereka berikan kepada perusahaan. Komisaris juga dapat menagih kepada

perusahaan biaya-biaya yang dikeluarkannya dalam rangka menjalankan tugas.

Umumnya komisaris juga meminta diberikan perlindungan hukum (indemnification)

atas setiap gugatan terhadap dirinya yang timbul dalam rangka menjalankan tugas.

Apabila komisaris digugat oleh pihak ketiga, maka biaya-biaya perkara ditanggung

oleh perusahaan. Namun demikian, apabila komisaris digugat oleh pemegang saham

(gugatan derivatif), umumnya komisaris tidak mendapatkan indemnification. Untuk

mengurangi risiko, perusahaan juga dapat mengasuransikan komisaris atas setiap

kerugian yang diakibatkan oleh gugatan dari pihak ketiga, selain gugatan derivatif.84

Dalam kaitannya dengan pemberian kompensasi kepada komisaris perlu diperhatikan

prinsip no-profit rule. Menurut prinsip ini pemegang fiducia tidak dibenarkan

mengambil keuntungan dari kedudukannya tersebut. Prinsip ini utamanya berkaitan

dengan keuntungan yang didapat secara gelap.

b. Tanggung jawab Komisaris

Komisaris perusahaan dan pengelola perusahaan adalah pemegang amanah

(fiduciaries) yang harus berperilaku sebagaimana layaknya pemegang kepercayaan.85

Pertanyaan yang muncul adalah kepada siapa komisaris harus melaksanakan

84 Pasal 114 ayat (6) UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, menetapkan: “atas

nama perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu per sepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri terhadap komisaris yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan.”

85 Pasal 108 UU No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 105: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

89

kewajiban fiducianya dan kewajiban-kewajiban apa yang diembannya sebagai

fiduciary ? Pada dasarnya prinsip fiduciary tidak lazim dalam suatu hubungan yang

terjadi karena kontrak. Para pihak yang bertransaksi dapat bernegosiasi secara ketat

dan menuliskan kesepakatan hasil negosiasi tersebut dalam suatu kontrak, terlepas

dari besar kecilnya kewajiban yang harus diemban oleh salah satu pihak. Suatu

kontrak yang dapat ditulis secara sangat detail, tidak memerlukan adanya prinsip

fiduciary duties. Sementara itu, perusahaan dapat diperlakukan sebagai suatu

kumpulan kontrak yang rumit, sehingga timbul pertanyaan mengapa ada fiduciary

duties dalam perusahaan. Jawaban atas pertanyaan ini dimulai dari anggapan bahwa

manusia tidak dapat melihat masa depan secara baik untuk mampu menyelesaikan

hal-hal yang menjadi masalah dikemudian hari. Hak beberapa pihak tertentu

mungkin dapat dibuat secara spesifik, misalnya hak para supplier, hak pekerja dan

hak kreditur. Para pekerja dan kreditur harus memperhatikan hak-hak mereka yang

tertuang dalam suatu kontrak. Namun demikian, kontrak suatu perusahaan

menyisakan ketidakpastian kepada pemegang saham. Pemegang saham menerima

sangat sedikit janji-janji yang tertulis secara eksplisit dalam kontrak. Oleh karena itu,

pemegang saham memperoleh hak suara dan perlindungan berdasarkan prinsip

fiduciary. Janji yang tertuang dalam kontrak hanya menyatakan bahwa pengelola

perusahaan akan bekerja keras dan jujur. Ringkasnya, kontrak perusahaan

menetapkan pengelola perusahaan sebagai agen dari pemegang saham, namun tidak

secara spesifik mengatur kewajiban agen tersebut. Hal ini menyebabkan pengelola

perusahaan harus bersumpah mereka akan melakukan pekerjaannya secara hati-hati

dan jujur.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 106: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

90

Komisaris memiliki posisi fiducia kepada perusahaan dan manajemen dalam

pengurusan perusahaan. Artinya komisaris memiliki hubungan fiducia dengan

perusahaan. Prinsip-prinsp hubungan fiducia tersebut adalah: Pertama, komisaris

terikat dengan aturan fairness, moralitas,kejujuran dan iktikad baik dalam

berhubungan dengan pengurusan perusahaan. Kedua, komisaris dalam melakukan

pengurusan harus secara reasonable care, prudence dan diligence. Ketiga, business

judgement. Dalam kaitan dengan business judgement tidak terdapat ukuran yang

akurat pada praktil di pengadilan tentang standard negligence (kesembronoan) yang

dapat diterapkan kepada komisaris. Apakah komisaris sesungguhnya terlibat dalam

kepengurusan perusahaan? Atau keterlibatan mereka sangat terbatas. Kalau demikian

maka kesembronoan, yaitu kegagalan menjalankan reasonable care, merupakan

kegagalan melaksanakan kehati-hatian sebagai komisaris, bukan kegagalan berhati-

hati sebagaimana apabila mereka bertindak untuk kepentingan pribadi. Keengganan

pengadilan mewajibkan komisaris bertanggung jawab dalam pengurusan perusahaan

akibat adanya ketidakpastian ukuran kehati-hatian yang dapat dipergunakan

menyebabkan pengadilan menetapkan business judment rule. Prinsip ini mengatakan

apabila melibatkan business judment maka komisaris telah memenuhi

tanggungjawabnya menjalankan tugas secara berhati-hati dengan syarat mereka

melaksanakan tugasnya dengan jujur dan membuat keputusan yang tidak bias. Untuk

dapat meminta pertanggung jawaban komisaris, harus dapat dibuktikan bahwa

komisaris telah gagal menjalankan reasonable care dan akibatnya perusahaan

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 107: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

91

menderita kerugian secara langsung. Dalam hal seperti ini maka Komisaris dapat

diminta bertanggung jawab pribadi atau secara keseluruhan.86

Beberapa alasan dapat digunakan sebagai bantahan oleh komisaris yang

diminta bertanggung jawab atas kerugian yang diderita perusahaan. Pertama,

business judgement. Kedua, telah melaksanakan reasonable care. Pengadilan

menerapkan standard due care yang lebih longgar kepada komisaris dibandingkan

dengan yang diterapkan kepada direksi. Standard of care yang dipergunakan untuk

komisaris adalah: Pertama, percaya atas laporan eksekutif perusahaan. Komisaris

tidak perlu melakukan investigasi sendiri tentang kebenaran laporan yang diberikan

oleh direksi atau eksekutif perusahaan. Kedua, keputusan diambil atas dasar nasehat

yang diberikan pihak yang memiliki kompetensi untuk memberikan nasehat seperti

penasehat hukum, akuntan atau penasehat lainnya. Ketiga, beragam situasi lainnya

juga dipertimbangkan. Misalnya usia, kesehatan.87

Sementara itu, dua prinsip fiducia yang berkaitan dengan self dealing yaitu

no-conflict rule dan no-profit rule. Masing-masing prinsip ini berhubungan dengan

aspek yang berbeda dari self dealing. Prinsip no-conflict rule intinya melarang

komisaris melakukan transaksi yang memiliki benturan kepentingan antara

86 Bandingkan dengan Pasal 114 ayat (5) UU No.40 Tahun 2007 “anggota dewan komisaris

tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila dapat membuktikan: a. Telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan, b. Tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan direksi yang mengakibatkan; dan c. Telah memberikan nasihat kepada direksi untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.

87 Sutan Remy sjahdeini, Op.Cit, hal. 430

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 108: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

92

kepentingan pribadi dan kepentingan perusahaan. Menghindari benturan tersebut

adalah suatu isi penting dari kewajiban fiducia. Prinsip no-profit rule, melarang

komisaris mengambil keuntungan pribadi dari posisinya sebagai komisaris.88

Komisaris memiliki kewajiban loyal (duty of loyalty) kepada perusahaan.

Artinya komisaris harus mendahulukan kepentingan perusahaan di atas kepentingan

sendiri. Permasalahan timbul apabila komisaris juga terlibat usaha lainnya.

Kesulitan terjadi dalam menetapkan yang dapat menghindari terjadinya benturan

kepentingan.

Duty of loyalty kepada perusahaan mencegah komisaris mengambil

kesempatan menguntungkan yang seharusnya dimiliki oleh perusahaan. Dalam

penggunaan properti misalnya komisaris secara tegas dilarang menggunakan aset

perusahaan dalam membangun usahanya pribadi. Komisaris juga tidak diperkenankan

memanfaatkan properti atau keuntungan lainnya untuk kepentingan pribadi apabila

perusahaan berkepentingan atau perusahaan memiliki keinginan (expectancy) atas

properti tersebut. Sebagai contoh, apabila perusahaan telah menyewa suatu properti

maka komisaris tidak boleh membeli properti tersebut untuk dirinya. Suatu

perusahaan dikatakan memiliki ekspektasi apabila secara rasional dapat dilihat bahwa

perusahaan memiliki kepentingan atas properti tersebut. Dalam hal suatu kesempatan

terkait erat dengan bisnis perusahaan maka itu juga berarti suatu ekspektasi.

88 Munir Fuady, Op.Cit, hal.25

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 109: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

93

B. Kewajiban Pelaksanaan RUPS

Sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa RUPS adalah organ

tertinggi dalam suatu perseroan terbatas dimana forum ini memutuskan hal-hal yang

penting dari suatu perusahaan, sehingga pelaksanaannya atau penyelenggaraannya

sangat penting untuk dilaksanakan. Dapat dipahami bahwa RUPS merupakan media

bagi seluruh pemegang saham dan pengurus perseroan untuk mengevaluasi dan

membawa perseroan tersebut berjalan dengan baik serta mewujudkan peningkatan

yang berkelanjutan. Filosofi dalam perseroan terbatas juga menyatakan bahwa

dengan penuh itikad yang baik maka pemegang saham dan pengurus perseroan

bertindak untuk kepentingan perseroan.

Pelaksanaan RUPS dalam perseroan merupakan kewajiban bagi pengurus

dalam hal ini direksi. Kewajiban ini merupakan amanah yang diberikan undang-

undang kepada direksi untuk melaksanakan RUPS. Selain itu juga bahwa RUPS

dapat dilaksanakan atas pemanggilan oleh komisaris, begitu juga dengan pemegang

saham. Hal ini dinyatakan dalam UUPT No.40 Tahun 2007, Direksi

menyelenggarakan RUPS tahunan dan RUPS lainnya dengan didahului pemanggilan

RUPS (Pasal 79 ayat 1). Selain atas pemanggilan Direksi tersebut, penyelenggaraan

RUPS dapat dilakukan atas permintaan 1 (satu) orang atau lebih pemegang saham

yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu persepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh

saham dengan hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan suatu jumlah yanag

lebih kecil (ayat 2 butir a), dan juga dapat dilaksanakan atas permintaan Dewan

Komisaris (ayat 2 butir b).

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 110: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

94

Permintaan dari pemegang saham untuk penyelenggaraan RUPS harus

diajukan kepada Direksi dengan Surat Tercatat disertai alasannya, dan pemegang

saham harus menyampaikan tembusannya kepada Dewan Komisaris (Pasal 79

ayat (3) dan ayat (4)). Yang dimaksud dengan alasan yang menjadi dasar permintaan

diadakan RUPS, antara lain karena Direksi tidak mengadakan RUPS tahunan sesuai

dengan batas waktu yang telah ditentukan atau masa jabatan anggota Direksi dan/atau

anggota Dewan Komisaris akan berakhir.

Selanjutnya kewajiban mengadakan RUPS dapat terlihat dengan adanya

kewajiban untuk melakukan pemanggilan RUPS, yang dinyatakan dalam Pasal 79

UUPT No.40 Tahun 2007, bahwa Direksi wajib melakukan pemanggilan RUPS

dalam jangka waktu paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak tanggal

permintaan penyelenggaraan RUPS diterima (ayat 5). Dalam hal Direksi tidak

melakukan pemanggilan RUPS dimaksud, maka permintaan penyelenggaraan

RUPS diajukan kembali kepada Dewan Komisaris; atau Dewan Komisaris

melakukan pemanggilan sendiri RUPS (ayat 6) dalam jangka waktu paling lambat

15 (lima belas) hari terhitung sejak tanggal permintaan penyelenggaraan RUPS

diterima (ayat 7).

Dalam hal Direksi atau Dewan Komisaris tidak melakukan pemanggilan

RUPS dalam jangka waktu sebagaimana disebutkan dalam Pasal 79 ayat (5) dan

ayat (7) di atas, maka pemegang saham yang meminta penyelenggaraan RUPS

dapat mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang daerah

hukumnya meliputi tempat kedudukan Perseroan untuk menetapkan pemberian

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 111: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

95

izin kepada pemohon melakukan sendiri pemanggilan RUPS tersebut (Pasal 80

ayat 1).

Dengan demikian bahwa pelaksanaan RUPS merupakan kewajiban bagi

perseroan yang dilaksanakan oleh organ perseroan terbatas tersebut. Sehingga dalam

hal tidak dilaksanakannya RUPS oleh pengurus harus mempunyai alasan hukum yang

rasional bukan merupakan kesengajaan. Jika dengan sengaja RUPS tidak

dilaksanakan oleh pengurus maka pengurus tersebut dapat diminta

pertanggungjawabannya. Petanggungjawaban yang dimaksud adalah kapasitas

pengurus dalam perseroan yang pada dasarnya dilandasi oleh dua prinsip yang

penting, yaitu prinsip yang lahir karena tugas dan kedudukan yang dipercayakan

oleh perseroan kepadanya (fiduciary duty) dan prinsip yang merujuk kepada

kemampuan serta kehati-hatian tindakan direksi (duty of care). Kedua prinsip ini

menuntut pengurus untuk bertindak secara hati-hati dan disertai dengan itikad baik

semata-mata untuk kepentingan dan tujuan perseroan, yang dituangkan dalam

RUPS tersebut.

Hubungan kerja antara pengurus yang diwakilkan kepada direktur dan

perseroan yang memberikan pekerjaan adalah hubungan yang berdasarkan

kepercayaan (fiduciary duty). Direktur dalam melakukan tugasnya harus

menggunakan wewenang yang dimilikinya untuk tujuan yang patut. Pengurus tidak

dapat atau tidak boleh memperoleh keuntungan untuk dirinya pribadi, bila

keuntungan ini diperoleh karena kedudukannya sebagai direktur perseroan tersebut.

Oleh karena itu berdasarkan prinsip kepercayaan ini, maka direktur harus berbuat

bonafide untuk kepentingan perseroan secara keseluruhan. Direktur tidak boleh

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 112: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

96

memperoleh keuntungan pribadi karena posisi yang dijabatnya. Di antara tindakan

direktur yang dapat merugikan perseroan adalah transaksi self dealing dan ajaran

corporate opportunity.

Dengan demikian dari pembahasan di atas dapat dipahami bahwa RUPS

merupakan suatu kewajiban untuk dilaksanakan, dengan tidak dilaksanakannya

RUPS tersebut akan memberikan akibat bagi pengurusan perseroan tersebut.

Sebagai contoh kasus dapat dilihat dari kasus PT. FAGUCO berikut ini.

Dalam kasus ini, bahwa Penggugat adalah Direktur Utama PT. Fajar Agung

dahulu bernama PT. Fadjar Agung Company (PT. FAGUCO) sekaligus pemegang

200 lembar saham sebagaimana tertuang dalam Akta Berita Acara Rapat PT. Fadjar

Agung Company No.7 tanggal 18 September 2001, yang dibuat oleh Jose Rizal

Firdaus, SH dengan pengganti dari Notaris Darwin Zainuddin, SH.

Bahwa pada tanggal 23 Januari 2003 PT. Fadjar Agung Company telah

berubah nama menjadi PT. Fajar Agung sesuai dengan Akta No.255 tanggal 23

Januari 2003 yang diperbuat oleh Ruslan, SH., sebagai pengganti dari Notaris Idham,

SH., yang berkedudukan di Medan.

Sesuai Akta Berita Acara Rapat PT. FAGUCO Nomor 7 tanggal 18

September 2001, modal PT. FAGUCO sebesar Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta

rupiah) yang terbagi atas 1.500 (seribu lima ratus) saham dengan nilai nominal

Rp. 400.000,- (empat ratus ribu) per lembar saham yang dipegang oleh beberapa

pemegang saham dengan komposisi sebagai berikut:

a. Ahli waris Alm. H. Adnan Matkudin sebanyak 700 (tujuh ratus) saham;

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 113: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

97

b. Ahli waris Alm. Hj. Badi’ah sebanyak 100 (seratus) saham;

c. O.K. Eddyarsyah, SE., sebanyak 300 (tiga ratus) saham;

d. Ny. Hj. Elliswita sebanyak 100 (seratus) saham;

e. Ny. Hj. Amnah sebanyak 100 (seratus) saham;

f. H. Muhammad Natsir Adnan, SH., sebanyak 200 (dua ratus) saham;

Kasus ini berawal dari Penggguat sangat berkeberatan dengan tindakan

Tergugat yang telah mengajukan permohonan izin ke Pengadilan Negeri Medan

untuk melaksanakan RUPSLB, dan kemudian oleh Pengadilan Negeri Medan telah

mengabulkan permohonan Tergugat dengan menerbitkan Penetapan

No.38/Pdt.P.2004/PN.Mdn tertanggal 07 April 2004. Dan pada tanggal 24 Mei 2004

bertempat di Medan Club Jalan Kartini No.36 Medan, Tergugat telah melaksanakan

RUPSLB yang didasari dengan Penetapan Pengadilan Negeri Medan

No.38/Pdt.P/2004/PN-Mdn tanggal 07 April 2004. Menurut Penggugat bahwa

pelaksanaan RUPSLB tanggal 24 Mei 2004 tersebut telah bertentangan dengan

ketentuan Akta Berita Acara No.7 tertanggal 18 September 2001 jo UU No.1 Tahun

1995, dan di samping itu penyelenggaraan RUPSLB dimaksud untuk memenuhi

kuorum. Oleh karena pelaksanaan RUPSLB tanggal 24 Mei 2004 bertentangan

dengan ketentuan hukum yang berlaku, maka selayaknya Majelis Hakim untuk

menyatakan tidak sah menurut hukum RUPSLB yang dilaksanakan pada tanggal 24

Mei 2004 tersebut demikian juga RUPSLB lanjutan yang akan dilaksanakan oleh

Tergugat.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 114: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

98

Dalam kasus PT. FAGUCO ini diketahui bahwa direktur utama PT. Faguco

antara tahun 1998 sampai dengan pertengahan tahun 2004 tidak berjalan

sebagaimana suatu perseroan terbatas yang sehat dan memenuhi segala kewajiban

dan tata cara yang diatur dalam anggaran dasar maupun berdasarkan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku. Hal ini antara lain tidak dilaksanakannya

RUPS tahunan sebagaimana yang diamanatkan dalam anggaran dasar maupun

tentang Undang-undang perseroan terbatas. Oleh sebab itu selama kurun waktu

tersebut tidak pernah ada laporan pertanggungjawaban direksi maupun komisaris

atas jalannya perusahaan, sehingga tidak pernah dilakukan pembagian keuntungan

kepada para pemegang saham. Di samping itu juga direksi PT. FAGUCO telah

menjalankan kekuasaanya secara sewenang-wenang, seolah-olah perseroan

dilakukan oleh pribadinya 100%. Salah satu bentuk kesewenangan tersebut adalah

dengan memberhentikan secara sepihak salah seorang direktur tanpa memenuhi

prosedur yang berlaku bagi suatu keputusan pemberhentian seorang direktur

dalam perseroan terbatas.

Para pemegang saham PT. FAGUCO telah bekali-kali meminta agar

diselenggarakannya RUPS kepada direktur utama yang bersangkuta. Namun

direktur utama tersebut tidak melakukan pemanggilan untuk RUPS. Sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undang yang berlaku maka beberapa pemegang

saham mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri di Medan untuk

menyelenggarakan sendiri RUPS yang dimaksud dan permohonan tersebut

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 115: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

99

dikabulkan oleh Pengadilan Negeri Medan dengan Penetapan Pengadilan Negeri

Medan Nomor 38/Pdt.G/2004/PN.Mdn tanggal 7 April 2004.

Berdasarkan Penetapan Pengadilan Negeri Medan tersebut maka

diselenggarakan RUPS Luar Biasa PT. FAGUCO dan selanjutkan dengan RUPS

lainnya. Dalam acara RUPS Luar Biasa tersebut para pemegang saham sepakat

dengan mufakat untuk meminta laporan pertanggungjawaban atas penyelenggaran

perusahaan dan keuangan perusahan kepada direktur utama. Namun direktur

utama tersebut tidak mau menghadiri RUPS Luar Biasa tersebut dan tidak

melaporkan pertanggungjawabannya sebagai pengemban fiduciary duty.

Bahwa kemudian dalam RUPS Luar Biasa tersebut memutuskan dengan

kesepakatan dan mufakat dari pemegang saham untuk memberhentikan direktur

Utama yang dimaksud dan membentuk manajemen baru PT. FAGUCO alasan

pembenar untuk memberhentikan direktur utama tersebut adalah agar tidak ada

RUPS yang lain atau dualisme RUPS. Dualisme RUPS dimaksud adalah apabila

tidak adanya pemberhentian direktur maka direktur tersebut akan melaksanakan

RUPS lainnya karena kapasitasnya sebagai direktur dapat melaksanakan RUPS.

Sehingga pada akhirnya nanti akan terdapat dua RUPS yang berbeda. Dalam hal

ini juga RUPS mengamanatkan untuk membuat laporan kepada pihak yang

berwajib atas ketidakterlaksanakannya semua kewajiban direksi maupun

komisaris untuk membuat dan menyampaikan laporan atas perjalanan perusahaan

selam kurun waktu tersebut.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 116: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

100

Bahwa hasil RUPS Luar biasa tersebut telah dilaporkan dan disahkan

dengan Surat Penerimaan Laporan Akta Perubahan Anggaran dasar PT. FAGUCO

yang diterbitkan oleh Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI Nomor

C-18966 HT.01.04.TH.2004 tertanggal 29 Juli 2004.

Dalam kasus tersebut dapat dilihat bahwa Pengadilan berpendapat untuk

mengizinkan pemanggilan sendiri pelaksanaan RUPS berdasarkan Penetapan yang

dikeluarkan oleh Pengadilan tersebut. Kemudian implikasi dari kasus di atas maka

timbul permasalahan hukum yang kongruen pada diri direktur utama tersebut yaitu

dengan membuat laporan pengaduan ke pihak berwajib dan memohon kepada pihak

kepolisian yang berkompetensi berkenan untuk melakukan penyidikan. Hal ini berarti

pertanggungjawaban yang diminta adalah pertanggungjawaban secara hukum

pidana.pertanggungjawaban pidana ini dialaskan pada dasar hukum dengan tidak

mengenyampingkan asas praduga tak bersalah maka patut diduga selama menjabat

menjadi direktur utama terdapat dugaan tindak pidana penggelapan dalam jabatan

dan/atau penggelapan terhadap atas harta milik PT. FAGUCO.

Pengadilan yang berkompetensi dalam menangani kasus tersebut berpendapat

dengan menghukum direktur utama. Hal ini juga dikuatkan dengan Keputusan tingkat

banding Pengadilan Tinggi. Hal yang perlu diperhatikan dalam kasus ini adalah

pemberhentian direktur utama tersebut secara administratif dengan melalui

mekanisme RUPS Luar biasa. Bahwa kemudian dalam kesepakatan yang dituangkan

dalam RUPS luar biasa tersebut menyepakati dan mufakat untuk menempuh

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 117: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

101

mekanisme hukum pidana sebagai implikasi dari permintaan pertanggungjawaban

yang tidak dapat dipertanggungjawabjan oleh direktur utama sebagai pengurus

perseroan merupakan kesepakatan dan keputusan dari RUPS Luar biasa tersebut.

Doktrin piercing corporate veil berdampak pada pertanggungjawaban sampai ke

pribadi dari seorang direktur utama perseroan terbatas.

Jika dilihat dari UUPT maka aspek pertanggungjawaban pidana seorang

direktur tidak diatur. Namun indikasi yang diamanatkan dalam Pasal 85 Ayat (1)

dimana direktur dituntut serta wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab

menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan. Dalam Pasal 85 ayat (2)

dinyatakan bahwa direktur tersebut bertanggungjawab penuh secara pribadi apabila

bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan Pasal

85 Ayat (1). Yang menjadi pertanyaan apakah yang dimaksud oleh Pasal 85 Ayat (1)

dengan ”itikad baik dan penuh tanggungjawab” tersebut? UUPT tidak memberikan

tolak ukur mengenai hal ini, oleh karena itu maka perlu diciptakan tolak ukur yang

dapat dijadikan pegangan buat masyarakat dan hakim. Tolak ukur ini disebut ”standar

kehati-hatian (standard of care). Sebagai contoh dari standar kehati-hatian tersebut

adalah ”bahwa pengurus perseroan dalam hal ini direksi dengan sengaja atau karena

kelalainnya telah tidak melakukan atau telah tidak cukup melakukan upaya atau

tindakan yang perlu diambil untuk mencegah timbulnya kerugian bagi perseroan dan/

atau bahwa direksi dengan sengaja atau kelalaiannya telah tidak melakukan atau telah

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 118: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

102

tidak cukup melakukan upaya atau tindakan yang perlu diambil untuk meningkatkan

keuntungan perseroan”89

Dengan tolak ukur tersebut unsur perbuatan melawan hukum yang dilakukan

oleh direktur utama pada kasus di atas adalah karena lalainya atau kesengajaannya

yang berindikasi pada unsur perbuatan melawan hukum pidana yaitu penggelapan

dalam jabatan dan penggelapan harta milik PT. FAGUCO.

C. Keputusan RUPS

Pasal 87 UUPT No.40 Tahun 2007 menyatakan, Keputusan RUPS diambil

berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Dalam hal keputusan berdasarkan

musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan adalah sah jika

disetujui lebih dari ½ (satu per dua) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan,

kecuali undang-undang dan/atau anggaran dasar menentukan bahwa keputusan

adalah sah jika disetujui oleh jumlah suara setuju yang lebih besar.

Yang dimaksud dengan musyawarah untuk mufakat adalah hasil

kesepakatan yang disetujui oleh pemegang saham yang hadir atau diwakili dalam

RUPS. Sedangkan yang dimaksud dengan disetujui lebih dari ½ (satu perdua)

bagian adalah bahwa usul dalam mata acara rapat harus disetujui lebih dari ½

(satu perdua) jumlah suara yang dikeluarkan. Jika terdapat 3 (tiga) usul atau calon

dan tidak ada yang memperoleh suara lebih dari ½ (satu perdua) bagian,

pemungutan suara atas 2 (dua) usul atau calon yang mendapatkan suara terbanyak

89 Sutan Remy Sjahdeini, Tanggung jawab direksi, komisaris, dan pemegang saham terhadap perseroan yang pailit, Makalah disajikan pad Lokakarya Hukum Kepailitan yang diselenggarakan oleh Ikatan Notaris Indonesia, sabtu, 224 Oktober 1998, di Hotel Sahid jaya, Jakarta. hal. 9-10

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 119: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

103

harus diulang sehingga salah satu usul atau calon mendapatkan suara lebih dari ½

(satu perdua) bagian.

Mengenai jumlah suara yang dikeluarkan ini juga berbeda-beda

berdasarkan materi keputusan rapat tersebut, misalnya RUPS untuk mengubah

anggaran dasar dapat dilangsungkan jika dalam rapat paling sedikit 2/3 (dua

pertiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili

dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui paling sedikit 2/3 (dua

pertiga) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali anggaran dasar

menentukan kuorum kehadiran dan/atau ketentuan tentang pengambilan keputusan

RUPS yang lebih besar (Pasal 88 ayat (1)). Sedangkan RUPS untuk menyetujui

penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan, pengajuan

permohonan agar Perseroan dinyatakan pailit, perpanjangan jangka waktu

berdirinya, dan pembubaran Perseroan dapat dilangsungkan jika dalam rapat

paling sedikit ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak

suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui

paling sedikit ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan,

kecuali anggaran dasar menentukan kuorum kehadiran dan/atau ketentuan tentang

persyaratan pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar (Pasal 89 ayat (1)).

Pasal 77 ayat (4) menyatakan setiap penyelenggaraan RUPS harus

dibuatkan risalah rapat yang disetujui dan ditandatangani oleh semua peserta

RUPS. Kemudian dipertegas lagi dalam Pasal 90 setiap penyelenggaraan RUPS,

risalah RUPS wajib dibuat dan ditandantangani oleh ketua rapat dan paling sedikit

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 120: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

104

1 (satu) orang pemegang saham yang ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS.

Penandatanganan oleh ketua rapat dan paling sedikit 1 (satu) orang pemegang

saham yang ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS dimaksudkan untuk menjamin

kepastian dan kebenaran isi risalah RUPS tersebut (ayat 1). Namun, tanda tangan

ini tidak disyaratkan apabila risalah RUPS tersebut dibuat dengan akta notaris

(ayat 2).

Dalam prakteknya risalah rapat tersebut dibuat dengan akta notaris,

mengingat Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta

otentik sejauh pembuatan akta otentik tertentu tidak dikhususkan bagi pejabat umum

lainnya. Pembuatan akta otentik ada yang diharuskan oleh peraturan perundang-

undangan dalam rangka menciptakan kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum.

Selain akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris, bukan saja karena

diharuskan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga karena dikehendaki oleh

pihak yang berkepentingan untuk memastikan hak dan kewajiban para pihak demi

kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum bagi pihak yang menyelenggarakan

RUPS untuk kepentingan perseroan sekaligus bagi pihak ketiga secara keseluruhan.

Pada dasarnya suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh pihak-pihak

terkandung maksud tertentu yaitu mengharapkan terjadinya suatu akibat hukum yang

dikehendaki. Dahulu orang dalam melakukan perbuatan hukum cukup dengan adanya

kata sepakat dari kedua belah pihak secara lisan, dengan dilandasi atas saling percaya

mempercayai berbeda halnya dengan zaman sekarang, di mana orang (pihak-pihak)

biasanya lebih cenderung melakukan perbuatan hukum tersebut dengan

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 121: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

105

merealisasikannya dalam bentuk perjanjian secara tertulis atau lebih dikenal dengan

sebutan akta otentik,90 demikian halnya dengan risalah keputusan RUPS tersebut.

Selain dari penyelenggaraan RUPS di atas, dapat juga dilakukan melalui

media telekonferensi, video konferensi, atau sarana media elektronik lainnya yang

memungkinkan semua peserta RUPS saling melihat dan mendengar secara langsung

serta berpartisipasi dalam rapat (Pasal 77 ayat 1). Penyelenggaraan RUPS tersebut

juga dibuatkan risalah rapat yang disetujui dan ditandatangani oleh semua peserta

RUPS (ayat 4). Yang dimaksud dengan “disetujui dan ditandangani” adalah disetujui

dan ditandatangani secara fisik atau secara elektronik (penjelasan Pasal 4)

Selanjutnya dalam Pasal 91 UUPT No.40 Tahun 2007 dinyatakan bahwa

pemegang saham dapat juga mengambil keputusan yang mengikat di luar RUPS

dengan syarat semua pemegang saham dengan hak suara menyetujui secara tertulis

dengan menandantangani usul yang bersangkutan.

Pengambilan keputusan di luar RUPS dalam praktek dikenal dengan usul

keputusan yang diedarkan (circular resolution). Pengambilan keputusan seperti ini

dilakukan tanpa diadakan RUPS secara fisik, tetapi keputusan diambil dengan cara

mengirimkan secara tertulis usul yang akan diputuskan kepada semua pemegang

saham dan usul tersebut disetujui secara tertulis oleh seluruh pemegang saham.

Keputusan ini merupakan keputusan yang mengikat yaitu keputusan yang

mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan keputusan RUPS (Pasal 91).

90 Hartono Hadisoeprapto, Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan, Penerbit

Liberty, Yogyakarta, 1984, hal. 42.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 122: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

106

Dengan demikian dapat dipahami UUPT menentukan bahwa keputusan RUPS

diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat, namun jika tidak tercapai, maka

keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak biasa dan jumlah suara yang

dikeluarkan, dan hasil keputusan harus dibuatkan risalah rapat yang disetujui oleh

semua peserta RUPS.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 123: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dari bab-bab sebelumnya, maka dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Anggaran dasar suatu perseroan adalah menetapkan hal-hal yang dianggap perlu

dan yang belum diatur dalam peraturan yang ada. Oleh karena itu, dalam

menyusun akta pendirian atau anggaran dasar harus dipersiapkan dengan sebaik-

baiknya sehingga masalah mendasar dapat dituangkan secara jelas dan lengkap

Anggaran Dasar merupakan hukum positif yang mengikat semua pemegang

saham, dewan direksi dan dewan komisaris dalam pelaksanaan RUPS, dan

kekuatan mengikat itu tidak dapat dikesampingkan oleh siapa pun juga, sekali pun

diambil keputusan oleh RUPS dengan suara bulat.

2. RUPS adalah organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan

kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam UUPT,

dan RUPS mengangkat Direksi dan Komisaris. Kemudian keputusan-keputusan

yang menyangkut struktur organisasi Perseroan, yaitu perubahan anggaran dasar,

penggabungan, peleburan, pemisahan, pembubaran dan likuidasi Perseroan, hak

kewajiban para pemegang saham, pengeluaran saham baru dan pembagian/

penggunaan keuntungan yang dibuat Perseroan sepenuhnya menjadi

wewenang RUPS.

107 Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 124: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

108

B. Saran

Adapun hal-hal yang dapat disarankan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Para pihak yang terikat dalam perjanjian pada perseroan wajib mengetahui status

pendirian dari suatu perseroan terbatas yang termuat dalam Anggaran Dasar,

sehingga dalam pelaksanaan RUPS jelas terlihat kewenangan-kewenangan dari

Direksi dalam pengelolaan perusahaan dan kewajiban untuk melakukan RUPS.

2. UUPT menyatakan setiap penyelenggaraan RUPS, risalah RUPS wajib dibuat dan

ditandatangani oleh ketua rapat dan paling sedikit 1 (satu) orang pemegang saham

yang ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS. Tanda tangan dimaksud tidak

disyaratkan apabila risalah RUPS tersebut dibuat dengan akta notaris. Dari

pernyataan ini masih memberikan opsi bahwa pembuatan risalah rapat tidak harus

dibuat di hadapan Notaris. Maka disarankan perlu adanya ketegasan dalam UUPT

bahwa risalah rapat RUPS tersebut wajib dilaksanakan di hadapan Notaris, karena

notaris adalah pejabat umum pembuat akta otentik.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 125: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

109

DAFTAR PUSTAKA

Ais, Chatamarrasjid, Menyingkap Tabir Perseroan (Piercing The Corporate Veil), Kapita Selekta Hukum Perusahaan, (Bandung :Penerbit PT. Citra Aditya, Bakti, 2000).

------------------------, Pengaruh Doktrin piercing The Corporate Veil dalam Hakum Perseroan Indonesia " Jurnal Hukum Bisnis, Volume 22 No. 6 Tahun 2003.

-----------------------, Penerobosan Kadar Perusahaan dan Soal – soal Aktual Huku Perusahaan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004.

Amanat, Anisitus, Pembahasan Undang – Undang Perseroan Terbatas 1995 dan Penerapannya dalam Akta Notaris, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1996.

Budiarto, Agus, Kedudukan Hukum & Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002.

Djaidir, Undang-Undang Perseroan Terbatas, Disajikan dalam Seminar Sehari Mengenai Undang-Undang Tentang Hak Tanggungan dan Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas Kantor Wilayah BRI Sumatera Utara, Medan, 21 Juni 1997.

Fuady, Munir, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law & Eksisten.sinya Dalam Hukum Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002).

----------------, Hukum Bisnis, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1994).

---------------, Hukum Perusahaan dalam Paradigma Hukum Bisnis, (Bandung:PT. Citra Aditya Bakti, 1999).

--------------, Perseroan Terbatas - paradigma Baru, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2003).

FCGI (Forum for Corporate Governance in Indonesia), Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan), Seri Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) Jilid I, 2001.

-------, (Forum for Corporate Governance in Indonesia), Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan), Seri Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance), Jilid II, tanpa tempat, tanpa tahun.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 126: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

110

Fuady, Munir, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996.

----------------, Doktrin – doktrin Modern Dalam Corporate Law dan Eksistensinya Dalam Hukum Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. 2002.

----------------, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003.

---------------, Perlindungan Pemegang Saham Minoritas, CV. Utomo, Bandung, 2005.

Ismail, Chairuddin, Direksi dan Komisaris dalam Perbuatan Melawan Hukum Oleh Perseroan terbatas, (Jakarta: Merlyn Lestari, 2005)

Keenan, Denis & Josephine Biscare, Smith & Keenan’s Company Law For Students, Financial Times, Pitman Publishing, 1999

Kesowo, Bambang, Kedudukan Direksi : Suatu Tinjauan Berdasarkcm Konsep Fiduciary Duties, Makalah dalam Panel Diskusi Hubungan Antara Pemegaag Saham, Direksi dan Komisaris : Hak, Wewenang dan Tanggung Jawabnya, Jakarta, 12 Juni 1995

Lipton, Philip dan Abraham Herzberg, Understanding Company Law, Brisbane, The Book Law Company Ltd, 1992.

Lipton, Phillip, Understanding Company Law (Sydney: The Law Book Company Limited, 1993)

Nasution, Bismar, Diktat Hukum Pasar Modal : Good Corporate Governance, Perlindungan Lingkungan Hidup dan Insider Trading, Universitas Sumatera Utara, 2002

--------------------, Diktat Hukum Perusahaan, Program Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

-----------------, KeterbukaanDalam Pasar Modal, (Jakarta:Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Program Pasca Sarjana, 2001)

-------------------, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum, disampaikan pada dialog Interaktif Tentang penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Hukum pada Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum USU, Tanggal 18 Februari 2003.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 127: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

111

------------------, Kejahatan Korporasi dan Pertanggung Jawabannya, Makalah pada Ceramah di Jajaran Kepolisian Daerah Sumatera Utara, Tanjung Morawa, tanggal 27 April 2006

Nasution, Bismar dan Zulkarnain Sitompul, Hukum Perusahaan, (Bandung: BooksTerrace & Library, 2005).

Prasetya, Rudhi, Kedudukan Mandiri dan Pertcmggurtgjawaban Terbatas dari Perseroan Terbatas, (Surabaya: Airlangga University Pres, 1983).

Purwosutjipto, H.M.N., Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 2, Djambatan, Jakarta, 1991.

Rasjidi, Lili, Hukum Sebagai Suatu Sistem, (Bandung: Mandar Maju, 2003).

Rido, Ali, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf, PT. Alumni, Bandung, 1983.

Rusli, Hardijan, Pereroan Terbatas dan Aspek Hukumnya, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1997.

Ryan, Christopher L., Company Directors, Liabilities, Rights and Duties, CCH Editions Limited, Third Edition, 1990.

Seligman, Joel, Corporations Cases and Materials, Little Brown and Company Boston New York Toronto London, 1995.

Sjahdeini, Sutan Remmy, Tanggung Jawab Pemegang Saham Perseroan Pailit, (Jakarta : Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, 2001).

------------------, Tanggung jawab direksi, komisaris, dan pemegang saham terhadap perseroan yang pailit, Makalah disajikan pad Lokakarya Hukum Kepailitan yang diselenggarakan oleh Ikatan Notaris Indonesia, sabtu, 224 Oktober 1998, di Hotel Sahid jaya, Jakarta

----------------, Tanggung Jawab Pemegang Saham Perseroan Pailit, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 14, Ju1i 2001.

------------------, Hukum Kepailitan, (Jakarta : PT. Pustaka Utama Grafiti, 2002).

Subekti, Pokok – pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta, 1987.

Supramono, Gatot, Hukum Perseroan Terbatas Yang Baru, (Jakarta : Djambatan, 1996).

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008

Page 128: ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM · PDF fileanalisis hukum kedudukan rapat umum . pemegang saham pada perseroan terbatas . dilihat dari anggaran dasar . t e s i s . oleh . laura

112

Tjager, I Nyoman, et, al., Corporate Governance Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Bisnis Indonesia, PT. Prenhallindo, Jakarta 2003.

Tumbuan, Fred BG, Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris serta RUPS Perseroan Terbatas menrurut Undang-undang No. l Tahun 1995, Makalah Kuliah S2 Fakultas Hukum Universitas Indonesia Tahun Ajaran 2001-2002.

Usman, Marzuki, Djoko Koesnadi, Arys Ilyas, Hasan Zein M., I Gede Putu Ary Suta, I Nyoman Tjager, Srihandoko, ABC Pasal Modal Indonesia, Jakarta : Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia/Institut Bankir Indonesia & Ikatan Sarjana Ekonomi DKI Jaya, 1990.

Usman, Rachmadi, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, (Bandung : Alumni, 2004).

Widjaya, I. G, Rai, Hukum Perusahaan, (Jakarta: Megapoin Kesaint Blanc, 2002).

---------------------, Hukum Perusahaan – Undang – undang dan Peraturan Pelaksanaan di Bidang Usaha, Kesaint Blanc, Jakarta, 2003.

Winardi, Asas-asas Manajemen, (Bandung: Alumni, 1983).

Yani, Ahmad & Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003.

Laura Ginting: Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar, 2008. USU e-Repository © 2008