analisis hukum islam terhadap perjanjian antara...
TRANSCRIPT
ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERJANJIAN
ANTARA CALON TKI DAN PJTKI DI PT PELITA KARYA
JUHARI CABANG KENDAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
Dalam Ilmu Syari’ah
Oleh :
MUSTOFA
052311173
JURUSAN MUAMALAH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
ii
Drs. Mohamad Solek, M.A
Jl. Segaran Baru Rt/Rw 04/XI, Purwoyoso, Ngaliyan, Semarang
NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lam : 4 (empat) eks
Hal : Naskah Skripsi
a.n. Sdr. Mustofa
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syari’ah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum Wr Wb.
Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka
bersama ini saya kirimkan naskah saudara:
Nama : Mustofa
NIM : 052311173
Jurusan : Muamalah
Judul Skripsi : Analisis Hukum Islam Terhadap Perjanjian Antara
Calon TKI dan PJTKI di PT Pelita Karya Juhari
Cabang Kendal
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi tersebut dapat segera
dimunaqasahkan.
Demikian atas perhatiannya, harap maklum adanya dan kami
ucapakan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Semarang, 14 Juni 2012
Pembimbing
Drs. Mohamad Solek, M.A
NIP.19660318 199303 1004
iii
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SYARI’AH
Jl. Prof. Dr. Hamka KM 02 Ngaliyan Telp. (024) 7601291 Semarang
PENGESAHAN
Nama : Mustofa
NIM : 052311173
Jurusan : Muamalah
Judul : Analisis Hukum Islam Terhadap Perjanjian Antara Calon
TKI dan PJTKI di PT Pelita Karya Juhari Cabang Kendal
Telah memunaqasahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syari'ah IAIN Walisongo
Semarang dinyatakan lulus pada tanggal:
Juli 2012
Dan dapat diterima sebagai pelengkap ujian akhir Program Sarjana Strata Satu (1)
guna memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Syari'ah.
Semarang, Juli 2012
Mengetahui
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Dr. H. Imam Yahya, M.Ag Drs. Mohamad Solek, M.A
NIP. 19700410 199503 1001 NIP. 19660318 199303 1004
Penguji I Penguji II
H. Khairul Anwar, M.Ag Nur Hidayati Setyani, S.H.M.H
NIP. 19690420 199603 1002 NIP. 19670320 199303 2001
Pembimbing
Drs. Mohamad Solek, M.A
NIP. 19660318 199303 1004
iv
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan
bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain
atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-
pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang
dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 14 Juni 2012
Deklarator
MUSTOFA
NIM. 052311173
v
ABSTRAK
Perjanjian kerja dalam PJTKI di PT. Pelita Karya Juhari adalah
perjanjian dengan mana pihak buruh mengikatkan diri untuk dibawah
pimpinan majikan untuk waktu tertentu melakukan pekerjaan dengan
menerima upah. Perumusan ini adalah kurang lengkap karena disini yang
mengikat diri hanyalah pihak buruh saja tidak juga pihak lainnya yaitu
majikan, padahal pada tiap perjanjian yang mengikatkan diri adalah kedua
belah pihak yang bersangkutan. Jadi perjanjian tertulis disini hanya antara
PJTKI dengan calon TKI tidak disertakan majikan (pihak yang akan
mempekerjakan), akan tetapi majikan telah memberi kuasa pada agen dari
PT. Pelita Karya Juhari untuk mencarikan TKI sesuai kriteria. Dengan biaya
sebesar Rp. 21.000.000 sebagai biaya keberangkatan dan keperluan dan yang
lain-lain dikenakan pada calon TKI dan untuk pembayarannya melalui
potongan gaji perbulan dari TKI. Adapun perjanjian kerja tertulis yang dibuat
tidaklah diserahkan pada para TKI, tetapi dibawa oleh pihak PJTKI dengan
alasan untuk keamanan. Sampai batas waktu yang telah ditentukan, dokumen
administrasi termasuk perjanjian kerja TKI dan PJTKI dapat diambil.
Dari latar belakang tersebut timbul permasalahan bagaimana praktek
perjanjian kerja antara calon Tenaga Kerja Indonesia(TKI) dengan
Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) di PT. Pelita Karya Juhari
Cabang Kendal? dan Bagaimana Analisis Hukum Islam terhadap pelaksanan
perjanjian kerja antara calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dengan
Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) di PT. Pelita Karya Juhari
Cabang Kendal?.
Dalam penelitian ini, jenis penelitiannya adalah field research dan
metode pengumpulan datanya adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.
Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah metode diskriptif analisis.
Hasil penelitian ini menunjukkan pandangan bahwa akad perjanjian
kerja yang ada antara calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dengan Perusahaan
Jasa Tenaga kerja Indonesia (PJTKI) di PT. Pelita Karya Juhari Cabang
Kendal dilihat dari segi Hukum Islam menggunakan akad Ijaratul ajir yaitu
bekerja dalam rangka memberikan jasa (berupa tenaga maupun keahlian)
kepada pihak tertentu dengan imbalan sejumlah upah tertentu. Analisis
Hukum Islam terhadap pelaksanaan perjanjian kerja antara calon Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) dengan Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia
(PJTKI) di PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal, sudah sesuai dengan
Hukum Islam.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya. Sholawat diiringi salam selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah membawa pencerahan dalam kehidupan seluruh
ummat manusia.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini tidak akan
berhasil tanpa dukungan dari semua pihak dengan berbagai bentuk kontribusi
yang diberikan, baik secara moril ataupun materiil. Dengan kerendahan dan
ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Syari`ah IAIN Walisongo Semarang, Dr. H. Imam Yahya,
M.Ag beserta seluruh stafnya yang telah memberikan berbagai kebijakan
untuk memanfaatkan segala fasilitas di Fakultas Syari`ah.
2. Bapak Drs. Moh Solek, MA selaku Dosen Pembimbing penulisan skripsi ini,
yang telah mencurahkan waktu, pikiran, dan perhatian serta dengan penuh
kesabaran membimbing dalam proses penulisan skripsi.
3. Bapak Moh. Arifin, S.Ag, M. Hum selaku Ketua Jurusan Muamalah Fakultas
Syari’ah IAIN Walisongo Semarang.
4. Seluruh dosen Fakultas Syari`ah IAIN Walisongo yang telah memberikan
pelajaran dan pengajaran kepada penulis sehingga dapat mencapai akhir
perjalanan di kampus IAIN Walisongo Semarang.
vii
5. Direktur utama dan Kepala Cabang PT. Pelita Karya Juhari beserta stafnya
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
Terima kasih atas izin dan waktu yang diberikan.
6. Bapak dan Ibuku tercinta yang senantiasa memberikan semangat, doa restu
kalian menjadi kekuatan untukku. Terima kasih atas segala pengorbanan yang
telah dilakukan untuk anakmu ini.
7. Kakak tercinta beserta istri, Adikku Muhibin yang selalu menjadi motivasi
bagi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas cinta
dan kasih kalian.
8. Temen-temen senasib seperjuangan kos’’Munto sorry’’Tompel, Bendot,
Kacung, Kajine, Maman, Ngemplik, Syafiq, Jamal, Ijong, dan Alumni kos
angkatan lawas yang telah menemani penulis dalam suka dan duka dalam
mengarungi kehidupan anak kos. Terima kasih atas canda dan tawa kalian.
9. Kawan-kawan sekelas MUB’05 dan seluruh teman seangkatan. Terima kasih
atas ketulusan dan kehangatan pertemanan kalian.
10. My soulmete tercinta yang selalu menemaniku dalam suka maupun duka dan
tidak bosan-bosan selalu mengingatkan, memberikan motivasi, serta
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas
ketulusan cinta kasihmu.
11. Teman-teman KKN Desa Kebonsari (Bu Murniati, Mbak Sarodah, Dini,
Rifan, Zainul), walaupun kebersamaan kita hanya sebentar tapi membekas
dihati.
viii
12. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima
kasih atas segala bentuk kontribusi yang diberikan.
Semoga kebaikan dan keikhlasan kalian mendapat balasan dari Allah
Yang Maha Kuasa. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu penulis sangat mengharapkan
masukan baik berupa saran maupun kritik demi kelengkapan dan sempurnanya
skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan bagi pembaca yang budiman pada umumnya.
Semarang, 14 Juni 2012
Penulis,
MUSTOFA
NIM. 052311173
ix
PERSEMBAHAN
Dengan segala kebahagiaan serta kerendahan hati, penulis persembahkan
buah karya ini untuk :
Almamaterku IAIN Walisongo Semarang
Ayah dan Bundaku tercinta yang selalu mendukungku, mendo’akan dan membantuku
Kakak dan Adikku yang senantiasa membantu dan memberikan motivasi
Seluruh keluarga besarku yang selalu mendo’akan kesukseanku
My Soulmate yang selalu ada dalam setiap suka dan dukaku
Orang-orang yang telah memberikan dukungan dalam hidupku
Teman-teman semua seperjuangan. Thank’s for all.
x
MOTTO
نهى عن اء ستاءجر حتى بين له اجره ) رواه احمد (
“Sesengguhnya Rosulullah SAW, melarang mempekerjakan buruh, sehinggah
diketahui kejelasan upahnya”.1 (HR. Ahmad)
1 Muhammad Ibn Yazid al-Qowain, Sunan Ibn Majjah, Juz II, Dar al-Fikr, Beirut, tth.,
h. 817.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………...i
HALAMAN NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………….ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………..iii
HALAMAN DEKLARASI……………………………………………………..iv
HALAMAN ABSTRAK………………………………………………………...v
HALAMAN KATA PENGANTAR……………………………………………vi
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………...ix
HALAMAN MOTTO……………………………………………………………x
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang……………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………7
C. Tujuan Penelitian………………………………………………….8
D. Kegunaan Penelitian………………………………………………8
E. Telaah Pustaka…………………………………………………….9
F. Metode Penelitian………………………………………………...10
G. Sistematika Penulisan…………………………………………….14
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN IJARAH
A. Pengertian Akad………………………………………………….16
A.1. Pengertian Akad……………………………………………..16
A. 2. Rukun dan Syarat Akad…………………………………….19
A. 3. Macam-macam Akad……………………………………….23
xii
B. Pengertian Ijarah………………………………………………….27
B.1. Pengertian Ijarah…………………………………………….27
B. 2. Dasar Hukum Ijarah………………………………………...30
B. 3. Rukun dan Syarat Ijarah…………………………………….33
B. 4. Bentuk Ijarah………………………………………………..38
BAB III GAMBARAN UMUM PERJANJIAN KERJA ANTARA CALON
TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DENGAN PERUSAHAAN
JASA TENAGA KERJA INDONESIA (PJTKI) PT PELITA
KARYA JUHARI CABANG KENDAL
A. Profil PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal…………………...41
B. Struktur Organisasi Perusahaan………………………………….42
C. Bentuk Perjanjian dan Prosedur Pelaksanaan Perjanjian………...44
D. Prosedur Perekrutan………………………………………………52
E. Dokumen Perjanjian……………………………………………...54
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERJANJIAN KERJA
ANTARA CALON TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DAN
PERUSAHAAN JASA TENAGA KERJA INDONESIA (PJTKI)
PT PELITA KARYA JUHARI CABANG KENDAL
A. Analisis Akad Ijarah Terhadap Perjanjian Kerja………………...57
B. Analisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Kerja…63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………72
B. Saran-saran……………………………………………………….73
C. Penutup…………………………………………………………...73
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran
Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia terlahir sebagai individu yang saling berhubungan dengan
sesamanya, karena manusia disebut sebagai makhluk sosial. Setiap individu
memiliki beraneka ragam kebutuhan yang harus dipenuhi dalam hidupnya.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus saling berinteraksi satu
sama lain, saling bertukar keperluan, bahkan tidak hanya terbatas soal materi
saja, melainkan juga jasa dan keahlian atau ketrampilan.1
Salah satu wujud manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia
saling membutuhkan antara satu orang dengan orang yang lain, maka dari itu
Allah menyuruh kita untuk saling tolong menolong sebagaimana dinyatakan
dalam Al- Qur‟an surat Al-Ma‟idah ayat 2:
Artinya : “….dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan,
kebajikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam perbuatan
dosa dan pelanggaran…” (Q.S. Al-Ma‟idah: 2).2
1 Soerjono Soekanto, Sosiologi (Suatu Pengantar), Jakarta: Radja Grafindo Persada,
Cet.ke-38, 2005, h. 57. 2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya, Bandung: J-ART, 2005, h. 107.
2
Allah SWT berfirman dalam surat lain yaitu surat Az-Zukhruf ayat 32:
Artinya : “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami
telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam
kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian
mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian
mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat
Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.
( Q.S. Az-Zukhruf: 32 ).3
Dalam rangka memenuhi kebutuhan dan meningkatkan taraf hidup
serta kesejahteraannya manusia diwajibkan untuk bekerja4, karena Islam
memerintahkan pemeluknya untuk bekerja dan berusaha, menyebar di seluruh
penjuru bumi guna mencari anugerah Allah, karena Allah telah menyediakan
segala fasilitas di muka bumi ini diperuntukkan hanya untuk manusia. Maka
3 Ibid, h. 492.
4 Bekerja ditinjau dari segi kepentingan individu adalah pengerahan tenaga dan fikiran
seseorang dengan mana yang bersangkutan akan memperoleh sesuatu yang bermanfaat bagi
kelangsungan hidupnya.
Ditinjau dari segi kepentingan masyarakat, bekerja adalah pengerahan tenaga dan fikiran
seseorang dalam lingkungan masyarakat, untuk menghasilkan barang atau jasa yang akan
disuguhkan kepada masyarakat guna mencukupi sesuatu kebutuhan para anggota masyarakat,
dengan mana yang bersangkutan akan memperoleh pendapatan guna kepentingan kelangungan
hidupnya. Dengan demikian para anggota masyarakatakan terpenuhi kebutuhannya dan yang
bersangkutanpun demikian pula sama halnya.
Ditinjau dari segi spiritual, bekerja adalah hak-hak dan kewajiban seseorang dalam
memuliakan serta mengabdi kepada Tuhan YME dengan bersungguh-sungguh penuh ketekunan
untuk memperoleh ridho-Nya. Baca G. Kartasapoetra dalam Hukum Perburuhan di Indonesia,
Jakarta: Sinar Grafika, Cet. 4, 1994, h. 15.
3
dalam perspektif Hukum Islam, tidak ada nilai bagi hidup seseorang tanpa
pekerjaan, karena bekerja adalah ibadah dan salah satu kewajiban.5
Setiap orang berhak mendapat pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan, hal inilah yang melandasi buruh migran Indonesia
mengadu nasib di Negeri asing.
Sempitnya lapangan kerja ditanah air dan tingginya angka kemiskinan
juga rendahnya skill (keahlian) yang dimiliki serta besarnya gaji yang diterima
menjadi salah satu pemicu utama meningkatnya angka buruh migran
Indonesia yang keluar Negeri setiap tahunnya, tapi adanya kondisi seperti ini
malah tidak jarang dimanfaatkan oleh beberapa perusahaan penyalur tenaga
kerja untuk mencari keuntungan yang dapat merugikan buruh migran.6
Salah satunya dalam kontrak kerja yang dibuat tidak disebutkan secara
jelas, sehingga kerap kali kurang menjelaskan akan hak dan kewajiban buruh
migran. Dibuatnya kontrak perjanjian kerja sangat penting karena memiliki
kekuatan hukum dan juga menjadi bukti tertulis apabila suatu hari nanti terjadi
pelanggaran-pelanggaran, baik antara TKI dan pihak majikan atau PJTKI
maupun antar negara.
Hubungan kerja terjadi setelah adanya perjanjian kerja antara buruh
dan majikan yaitu suatu perjanjian dimana pihak kesatu (buruh) mengikatkan
diri untuk bekerja dengan menerima upah. Pihak kedua (majikan)
mengikatkan diri untuk mempekerjakan buruh itu dengan membayar upah
5 Saifudin Mujtaba‟, Istri Menafkahi Keluarga (Dilema Perempuan Antara Mencari,
Menerima dan Memberi), Surabaya: Pustaka Progresif. 2001, h. 112. 6 Wawancara, calon TKI Hongkong Ratih Lusiana Ningrum asal Kaliwungu Kendal, di
tempat pelatihan pembekalan, PT Pelita Karya Juhari Cabang Kendal, 20 April 2012 jam 10.00
WIB.
4
sesuai perjanjian. Jika sudah terjadi suatu perjanjian, secara otomatis timbul
suatu ikatan, maka para pihak berhak untuk menjalankan hak dan kewajiban
yang sudah ditentukan.7
Dalam pembuatan perjanjian kerja harus memenuhi syarat-syarat yang
telah ditentukan yaitu mengenai subyek, obyek atau isinya dan bentuk-bentuk
perjanjian. Dalam membuat perjanjian apapun bentuknya ada unsur yang
harus dipenuhi yaitu salah satunya merupakan hasil kesepakatan kedua belah
pihak.8 Seseorang sebelum melakukan hubungan kerja dengan orang lain,
terlebih dahulu akan diadakan sesuatu perjanjian kerja baik dalam bentuk
sederhana yang pada umumnya dibuat lisan atau dibuat secara formal yaitu
dalam bentuk tertulis. Semua upaya tersebut dibuat untuk maksud
perlindungan dan kepastian akan hak dan kewajiban dari masing-masing
pihak.
Hubungan kerja9 sebagaimana realisasi dari perjanjian kerja
hendaknya menunjukkan kedudukan masing-masing pihak yang pada
dasarnya akan menggambarkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban pengusaha
terhadap pekerja yang berpangkal pada melakukan pekerjaan dan pembayaran
7 Iman Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, (Penerbit Djambatan), 2003, h. 52.
8 Toha, Halili, Hubungan Kerja antara Majikan dan Buruh, Jakarta: Rineka Cipta, 1991,
h. 9. 9 Berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 14 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, hubungan
kerja adalah hubungan antara penguasaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang
mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah.Unsur-unsur perjanjian kerja yang menjadi dasar
hubungan kerja sesuai dengan ketentuan pasal 1 angka 4 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
adalah: Adanya pekerjaan, di bawah perintah/gezag ver houding (maksdunya buruh melakukan
pekerjaan atas perintah majikan, sehingga bersifat subordinasi), adanya upah tertentu/loan, dalam
waktu (tijd) yang ditentukan (dapat tanpa batas waktu/pensiun atau berdasarkan waktu tertentu).
Baca selengkapnya Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
5
upah. Mengenai orang-orang, hanya orang dewasa yang mempunyai
kemampuan untuk menyelenggarakan perjanjian kerja.
Perjanjian10
dalam Hukum Islam digolongkan kepada perjanjian sewa-
menyewa yaitu ijarah amal yang artinya sewa-menyewa tenaga manusia untuk
melakukan perjanjian-perjanjian.11
Ijarah yang berupa perjanjian kerja12
, adakalanya merupakan
perjanjian dengan orang-orang tertentu untuk mengerjakan pekerjaan-
pekerjaan khusus bagi seorang atau beberapa orang musta‟jir tertentu, tidak
untuk musta‟jir lain dan adakalanya merupakan perjanjian dengan orang-orang
tertentu untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak khusus bagi seorang
atau beberapa orang musta‟jir tertentu.13
Dalam istilah Hukum Islam pihak yang melakukan pekerjaan disebut
“ajir” (ajir ini terdiri dari ajir khas yaitu seseorang atau mustarak yaitu orang-
orang yang bekerja untuk kepentingan orang banyak). Sedangkan orang yang
memperoleh manfaat dari pekerjaan ajir disebut “musta‟jir” dimana, ijarah
merupakan transaksi terhadap jasa tertentu dengan disertai kompensasi.14
10
Perjanjian secara etimologis adalah perbuatan dimana seseorang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap seseorang lain atau lebih. Dalam bahasa arab perjanjian diistilahkan
dengan aqad. Baca Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian dalam Islam, Jakarta: Sinar Grafika,
1996, hlm. 1. 11
Lubis, Suhrawardi, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2000, h. 152. 12
Perjanjian kerja adalah perjanjian yang diadakan oleh 2 orang pihak atau lebih yang
mana satu pihak berjanji untuk memberikan pekerjaan dan pihak yang lain berjanj untuk
melakukan pekerjaan tersebut. Baca Chairuman Pasaribu et. al, Hukum Perjanjian dalam Islam,
Jakarta : Sinar Grafika,1996. h.153.
Perjanjian Kerja menurut pasal 1601 a KUH Perdata adalah suatu persetujuan bahwa
pihak kesatu yaitu buruh/pekerja mengikatkan diri untuk menyerahkan tenaganya kepada pihak
lain, yaitu majikan/pengusaha dengan upah selama waktu tertentu. 13
Ahmad Azar Basyir, Hukum tentang Wakaf, Ijarah dan Syirkah, Bandung: Ma‟arif,
1987, h. 31. 14
Ibid., h. 153.
6
Perjanjian kerja dalam Hukum Islam harus memuat beberapa
ketentuan dan kesepakatan bersama minimal mencantumkan pokok yaitu:
Pertama, bentuk atau jenis pekerjaan merupakan unsur utama yang tidak bisa
tidak harus dimuat dalam perjanjian kerja. Hal ini karena mempekerjakan
sesuatu pekerjaan yang masih belum diketahui hukumnya tidak boleh dan
batal menurut jenis pekerjaan yang akan dikerjakan. Kedua, kejelasan gaji
atau upah. Hukum Islam sangat memperhatikan tentang upah untuk para
pekerja. Hal ini kewajiban yang harus dipenuhi oleh majikan atau pengusaha,
oleh karenanya upah yang diberikan kepada pekerja haruslah jelas dan bisa
diketahui. Ketiga, batas waktu pekerjaan, merupakan hal yang ada dalam
perjanjian kerja, karena dapat menimbulkan hal- hal yang positif bagi kedua
belah pihak seperti majikan akan tahu persis berapa upah yang akan dibayar
pada pekerjaan dan relatif memperhitungkan dana yang akan dikeluarkannya
untuk biaya pekerja tersebut.15
Tapi perselisihan antara pengusaha dan buruh
atau pekerja sering terjadi dalam dunia ketenagakerjaan di tanah air.
Dari kondisi ini ada ketidakseimbangan posisi antara TKI dan PJTKI
di satu sisi, ada pihak yang berkuasa penuh, yang bebas menentukan peraturan
semau mereka dan pihak lain yaitu calon TKI mempunyai posisi yang lemah,
yang harus mematuhi peraturan yang diberikan oleh pihak pengusaha.
Dalam suatu hubungan kerja, perjanjian harus dibuat atas kesepakatan
kedua belah pihak dan keduanya memiliki posisi yang sama tidak ada pihak
15
Izzuddin Khatib Al-Tamimi, Nilai Kerja dalam Islam, Jakarta: Fikahayati
Aneska,1992, h.119.
7
yang lebih penting karena pengusaha dan TKI (Pekerja) masing-masing saling
membutuhkan.
Perjanjian kerja ini harus diwujudkan dengan seadil-adilnya sesuai
dengan hak dan kewajiban masing-masing yang telah diatur dengan ketentuan
hukum dan perundang-undangan atau kebiasaan-kebiasaan yang baik.16
Dari berbagai uraian tersebut penulis tertarik mengangkat masalah ini
menjadi penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “ Analisis Hukum
Islam Terhadap Perjanjian Antara Calon TKI dan PJTKI di PT Pelita
Karya Juhari Cabang Kendal”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas dapat ditarik beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Praktek Perjanjian Kerja antara Calon Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) dengan PJTKI di PT Pelita Karya Juhari Cabang Kendal?
2. Bagaimana Analisis Hukum Islam terhadap pelaksanaan perjanjian kerja
antara Calon TKI dengan PJTKI di PT Pelita Karya Juhari Cabang
Kendal?
16
G. Kartasapoetra, et al., Hukum Perburuhan di Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika,
Cet. 4, 1994, h. 73.
8
C. Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah mendiskripsikan dan mengkaji
secara kritis masalah perjanjian kerja antara TKI dengan PJTKI di PT. Pelita
Karya Juhari Cabang Kendal secara spesifik, deskripsi mencakup:
1. Untuk mengetahui bagaimana praktek perjanjian kerja antara calon TKI
dengan PJTKI di PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal
2. Untuk mengetahui bagaimana Analisis Hukum Islam terhadap perjanjian
kerja antara calon TKI dengan PJTKI di PT. Pelita Karya Juhari Cabang
Kendal.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat pembahasan permasalah dan penulisan ini,
diharapkan berguna dan memiliki nilai guna sebagai berikut:
1. Sebagai kepentingan ilmiah diharapkan studi ini menjadi kontribusi penulis
dalam akad perjanjian khususnya dalam hal perjanjian kerja antara PJTKI
dengan calon TKI.
2. Sebagai kepentingan, harapan studi ini diharapkan menjadi sumbangan
pemikiran bagi CTKI dan PJTKI dalam hal akad perjanjian kerja.
3. Dapat digunakan bahan kajian lebih lanjut bagi yang berminat berkaitan
dengan skripsi ini dalam bentuk dan aspek lain.
9
E. Telaah Pustaka
Persoalan tentang perjanjian kerja merupakan suatu permasalahan
yang sangat sering terjadi di masyarakat, tetapi dalam akadnya masih banyak
yang tidak sesuai dengan norma-norma Islam, kajian pustaka ini pada
dasarnya adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hubungan
antara judul yang akan diteliti dengan penelitian sejenis yang pernah
dilakukan oleh peneliti sebelumnya, sehingga tidak terjadi pengulangan.
Adapun topik yang pernah diteliti sebelumnya adalah:
Skripsi Umi Zaidah Alumnus Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo
(2196151) yang berjudul: „’Perjanjian Kerja dan Hak Pensiun Pegawai
Negeri Sipil (PNS) Dalam Perspektif Hukum Islam”. Pada intinya
penyusun skripsi menjelaskan perjanjian kerja (untuk selanjutnya di tulis PK)
bagi PNS, merupakan pertemuan antara dua kehendak, kehendak negara
(pemerintah) di satu pihak dan kehendak warga negara yang ingin menjadi
PNS. Dalam hubungan keduanya, PNS sebagai ‘amil (pekerja), sedangkan
pemerintah sebagai shohibul ‘amal (pemberi pekerjaan). Bagi kedua belah
pihak ini harus tunduk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.17
Skripsi Nailis Sa‟adah, Alumnus Fakultas Syari‟ah Iain Walisongo
Semarang tahun 2008 yang berjudul: “Analisis Perjanjian Kerja Antara
Pengusaha Bus dengan Serikat Pekerja (Studi Kasus Jaminan Sosial
Tenaga Kerja di PT. Pahala Kencana Kudus)’’ membahas mengenai
pelaksanaan perjanjian kerja bersama adalah hak dan kewajiban masing-
17
Umi Zaidah, Perjanjian Kerja dan Hak Pensiun Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dalam
Perspektif Hukum Islam, Skripsi Sarjana Fakultas Syari‟ah Jurusan Muamalah, Semarang :
Perpustakaan Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo Semarang, 1999.
10
masing pihak. Salah satu kewajiban pengusaha antara lain memberikan
kesejahteraan sosial bagi tenaga kerja yang meliputi jaminan kecelakaan
kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua, dan jaminan pemeliharaan
kesehatan.18
Skripsi Andi Riswan, Alumnus Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo
Semarang tahun 2005 yang berjudul: “Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Pelaksanaan Kontrak Kerja Karyawan di PT. Laksana Kurnia Mandiri
Sejati Kabupaten Tegal” membahas mengenai mekanisme kontrak kerja
(sewa-menyewa) antara karyawan dengan perusahaan yang meliputi
pelaksanaan pemberian upah, jaminan sosial serta pemberian tunjangan
lainnya bagi tenaga kerja19
F. Metode Penelitian
Untuk mempermudah penelitian ini, maka peneliti menggunakan
metode-metode sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam pengumpulan data yang penulis pakai
adalah penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang datanya
18
Nailis Sa‟adah, Analisis Perjanjian Kerja Antara Pengusaha Bus dengan Serikat
Pekerja (studi kasus jaminan sosial tenaga kerja di PT. Pahala Kencana Kudus), Skripsi Sarjana
Fakultas Syari‟ah Jurusan Muamalah, Semarang : Perpustakaan Fakultas Syari‟ah IAIN
Walisongo Semarang, 2008. 19
Andi Riswan, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Kontrak Kerja Karyawan
di PT. Laksana Kurnia Mandiri Sejati Kabupaten Tegal, Skripsi Sarjana Fakultas Syari‟ah Jurusan
Muamalah, Semarang : Perpustakaan Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo Semarang, 2005.
11
diambil atau dikumpulkan dari lapangan dimana kasus itu berada, termasuk
dokumen-dokumen yang memuat akad perjanjian.20
2. Sumber Data
a. Sumber Primer adalah data yang diperoleh penulis secara langsung dari
keterangan pimpinan dan karyawan yang ada di PT. Pelita Karya Juhari
Cabang Kendal.21
Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab
pertanyaan penelitian. Data primer dapat berupa opini subyek (orang) secara
individual atau kelompok. Penelitian dengan menggunakan data primer ini
dapat memperoleh data sesuai yang diinginkan.
Data primer ini dapat dikumpulkan dengan dua metode, yaitu: metode
survei dan metode observasi. Metode survei ini dapat dilakukan antara lain
dengan metode wawancara. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh
dengan wawancara antara lain dengan wawancara secara langsung dengan
pimpinan atau karyawan di PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal dan arsip-
arsip atau dokumen-dokumen yang berkaitan dengan perjanjian kerja.
b. Sumber Sekunder
Sumber data yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah data-
data yang diperoleh dari data tertulis atau buku serta karya ilmiah lainnya
yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini.22
20
Sumardi Suryabrata, metodelogi penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. 2,
1998, h. 22. 21
Amirudin, Abidin Zaenal, Pengantar Metode dan Peneltian Hukum, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2003, h. 30. 22
Sumardi Suryabrata, Op. Cit, h. 85.
12
3. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
a. Observasi
Dalam pengertian psikologi observasi atau yang disebut pula dengan
pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek
dengan menggunakan seluruh alat indera. Metode ini digunakan agar masalah
pokok dapat dilihat secara langsung pada PT. Pelita Karya Juhari Cabang
Kendal baik secara formal atau informal di lapangan.
b. Interview
Interview yang sering disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan,
adalah sebuah dialog yang dilakukan pewawancara (interviewer) untuk
memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer).23
Interview ini digunakan untuk memperoleh yang tidak dapat diperoleh
dengan data dokumenter. Dalam hal ini penulis mengadakan interview
dengan pimpinan, karyawan atau staf di PT Pelita Karya Juhari Cabang
Kendal yang sekira bisa dijadikan dan dapat dimintai keterangan yang ada
kaitannya dengan yang penulis kaji. Ditinjau dari segi pelaksanaannya
interview, dibedakan atas :
1. Interview bebas (inguided interview), dimana pewawancara bebas
menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan
dikumpulkan.
23
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka
Cipta, Cet. ke-12, 2002, h. 132.
13
2. Interview terpimpin (guided interview) yaitu interview yang dilakukan
pewawancara dengan membawa sederet pertanyaan lengkap dan terperinci
seperti yang dimaksud dalam interview terstruktur.
3. Interview bebas terpimpin yaitu kombinasi antara interview bebas dan
interview terpimpin.24
c. Dokumentasi
Yaitu pengambilan data yang dilakukan dengan jalan mempelajari
dokumen-dokumen dan berkas-berkas pada Instansi dan pihak-pihak yang
digunakan sebagai tahap penelitian sehingga data itu diperoleh sebagai
masukan yang berhubungan dengan pokok pembahasan.25
4. Metode Analisis Data
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analisis, yaitu dengan memaparkan data-data tentang prosedur perjanjian
kerja yang disertai dengan analisis untuk kemudian diambil kesimpulan, cara
ini digunakan karena penulis ingin memaparkan, menjelaskan dan
menguraikan data-data yang terkumpul kemudian disusun dan dianalisis
untuk diambil kesimpulan.26
Data yang diperoleh dalam peneliti kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis
24
Ibid, 25
Ibid, h. 133. 26
Deni Saibani, Metode Penelitian Hukum, Bandung: Pustaka Setia, 2009, h. 57.
14
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati akan dianalisis
dengan cara berfikir deduktif.
Deduktif adalah analisis dari pengertian dan fakta-fakta yang bersifat
umum, yaitu ketentuan hukum Islam mengenai perjanjian kerja kemudian
diteliti dan hasilnya dapat memecahkan tentang masalah perjanjian kerja
antara calon TKI dengan PJTKI di PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal.
G. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam memahami skripsi yang akan penulis
buat sebagai hasil penelitian, maka sebagai gambaran garis besar dari
keseluruhan Bab yang perlu dikemukakan sistematika pembahasan sebagai
berikut :
BAB I : Pendahuluan ini meliputi : Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Hasil Penelitian, Telaah
Pustaka, Metode Penelitian, Sistematika Pembahasan.
BAB II : Tinjauan Umum Tentang Ijarah meliputi : Pengertian Akad,
Rukun dan Syarat Akad, Macam-macam Akad, Pengertian Ijarah,
Dasar Hukum Ijarah, Rukun dan Syarat Ijarah, Bentuk Ijarah.
BAB III : Gambaran Umum Perjanjian Kerja Antara Calon Tenaga Kerja
Indonesia dengan Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia PT
Pelita Karya Juhari Cabang Kendal yang meliputi: Profil PT
Pelita Karya Juhari, Struktur Organisasi Perusahaan, Bentuk
Perjanjian dan Prosedur Perekrutan, Dokumen Perjanjian Kerja.
15
BAB IV : Bab keempat merupakan Analisis Akad Ijarah Terhadap
Perjanjian Kerja antara Calon TKI dan PJTKI.
Analisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Kerja
antara Calon TKI dengan PJTKI di PT. Pelita Karya Juhari
Cabang Kendal.
BAB V : Bab kelima merupakan bab penutup meliputi : Kesimpulan,
Saran-saran dan Penutup.
16
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN IJARAH
A. Pengertian Akad dan Ijarah
1. Pengertian Akad
Menurut bahasa Akad mempunyai beberapa arti, antara lain :
a. Mengikat ( انزتط ) yaitu :
احذ كقطعح جثه شذ احذا تالخز حت تصال فصثحا طزفجع
“Mengumpulkan dua ujung tali dan mengikat salah satunya dengan
yang lain sehingga bersambung, kemudian keduanya menjadi
sebagai sepotong benda.“27
b. Sambungan ( عقذج ) yaitu :
ا سك ا تق صم انذ ان
“Sambungan yang memegang kedua ujung itu dan mengikatnya.”28
c. Janji ( العهد ) sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur‟an :
“sebenarnya, barang siapa yang menepati janji dan bertakwa, maka
sungguh Allah mencintai orang-orang yang bertakwa‟‟.
(QS. Ali Imron : 76).29
Jadi dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan
bahwa akad menurut bahasa yaitu apabila ada 2 (dua) orang membuat suatu
27
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Cet. I, 2002, h. 44 28
Ibid. 29
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya, Bandung: J-ART, 2005, h. 59.
17
perjanjian dan kedua orang tersebut setuju maka keduanya harus menepati
janji dan mempertanggungjawabkannya. Dalam terminologi hukum Islam
akad didefinisikan sebagai berikut :
ارتثاط تقثل عه ج يشزع ثثت اثز يحه
“Akad adalah pertalian antara ijab dan qabul yang dibenarkan oleh
syara‟ yang menimbulkan akibat hukum terhadap obyeknya.”
Ijab dalam definisi akad adalah ungkapan atau pernyataan kehendak
melakukan perikatan (akad) oleh suatu pihak, biasanya disebut pihak
pertama. Sedangkan qabul adalah pernyataan atau ungkapan yang
menggambarkan kehendak pihak lain, biasanya dinamakan pihak kedua,
menerima atau menyetujui pernyataan ijab.30
Menurut Rachmat Syafe‟i bahwa : akad secara etimologi adalah ikatan
antara dua perkara, baik ikatan secara nyata maupun ikatan secara maknawi,
dari satu segi maupun dua segi. Menurut terminologi ulama‟ fiqh, akad dapat
ditinjau dari dua segi yaitu secara umum dan secara khusus.
Secara umum pengertian akad menurut pendapat ulama‟ Syafi‟iyyah,
Malikiyyah dan Hanafiyyah yaitu segala sesuatu yang dikerjakan oleh
seseorang berdasarkan keinginannya sendiri, seperti wakaf, falak,
pembebasan atau sesuatu yang pembentukkannya membutuhkan keinginan
dua orang seperti jual-beli, perwakilan dan gadai.
30
Ghufron A. Mas‟adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, Jakarta : Raja Grafindo Persada,
Cet. I., 2002, h. 76-77.
18
Secara khusus pengertian akad adalah perikatan yang ditetapkan
dengan ijab qabul berdasarkan ketentuan syara‟ yang berdampak pada
objeknya.31
Menurut T. M. Hasbi Ash-Shiddieqy akad menurut lughah ialah :
انزتط : جع طزف جثه شذ احذا تال خز حت تصال فصثحا
كقطعح احذ
“Rabath (mengikat) yaitu : mengumpulkan dua tepi tali dan mengikat
salah satunya dengan yang lain hingga bersambung, lalu keduanya
menjadi satu benda.”
Menurut fuqaha ialah :
ط االجاب قثل عه ج يشزع ثثت انتزا ضارتثا
“Perikatan antara ijab dan qabul yang dibenarkan syara‟ dan
menetapkan persetujuan kedua belah pihak”.32
Menurut M. Ali Hasan akad (arab : انعقذ yaitu perikatan, perjanjian
dan pemufakatan), pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan qabul
(pernyataan menerima ikatan), sesuai dengan kehendak syari‟at yang
berpengaruh pada obyek ikatan. Semua perikatan (transaksi) yang dilakukan
oleh dua pihak atau lebih, tidak boleh menyimpang dan harus sejalan dengan
kehendak syari’at. Tidak boleh ada kesepakatan untuk menipu orang lain,
transaksi barang-barang yang diharamkan dan kesepakatan untuk membunuh
orang.33
31
Rachmat Syafe‟i, Fiqh Muamalah, Bandung : Pustaka Setia. Cet. Ke-3, 2006, h. 43-44. 32
Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, Semarang. Pustaka Rizki Putra. Cet.
Ke-4, 2001, h. 26. 33
Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Cet. I., 2003, h. 101.
19
2. Rukun dan Syarat Akad
a. Rukun Akad
Terdapat perbedaan pandangan di kalangan fuqaha’ berkenaan dengan
rukun akad yang terdiri atas :
a. Al-‘Aqidain, yaitu para pihak yang terlibat langsung dengan akad
b. Mahallul ‘aqd, yaitu obyek akad, yaitu sesuatu yang hendak
diakadkan.
c. Sighat al-‘aqd, yaitu pernyataan kalimat akad, yang lazimnya
dilaksanakan melalui pernyataan ijab dan qabul.
Menurut fuqaha‟ Hanafiyyah, rukun akad hanya satu yaitu sighat al-
‘aqd. Menurutnya al-‘aqidain dan mahallul ‘aqd bukan sebagai rukun akad,
melainkan sebagai syarat.
Adapun rukun menurut istilah fuqaha’ dan ahli ushul adalah sesuatu
yang menjadikan tegaknya dan adanya sesuatu sedangkan ia bersifat internal
(dakhiliy) dari sesuatu yang ditegakkannya.
Berdasarkan pengertian diatas maka rukun akad adalah kesepakatan
dua kehendak yakni ijab dan qabul. Seorang pelaku tidak dapat dipandang
sebagai rukun dari perbuatannya, karena pelaku bukan merupakan bagian
internal dari perbuatannya. Sebagaimana yang berlaku pada ibadah, misalnya
shalat, di mana orang yang melakukan shalat tidak dapat dipandang sebagai
rukun shalat. Atas dasar ini al-‘aqid (orang atau pihak yang melakukan aqad)
tidak dapat dipandang sebagai rukun akad. Namun sebagian fuqaha‟ seperti
20
Imam Ghazali, seorang ulama dari mazhab syafi‟iyyah memandang ‘aqid
sebagai rukun akad dalam pengertian karena ia merupakan salah satu dari
pilar ulama dalam tegaknya akad. Demikian juga pendapat Syihab al-Karakhi
dari kalangan Mazhab Malikiyyah.34
Menurut T. M. Hasbi Ash-Shiddieqy bahwa rukun akad adalah ijab
dan qabul (shighatul ‘aqdi) atau ucapan yang menunjukkan kepada kehendak
kedua belah pihak.
Ada tiga syarat dalam Shighatul ‘Aqdi yaitu :
1. Harus terang pengertiannya.
2. Harus bersesuaian antara ijab dan qabul
3. Memperlihatkan kesungguhan dari pihak-pihak yang bersangkutan.35
Ulama Hanafiyyah berpendapat bahwa rukun akad adalah ijab dan
qabul. Adapun orang yang mengadakan atau tidak dikategorikan rukun sebab
keberadaannya sudah pasti.
Ulama selain Hanafiyyah berpendapat bahwa akad memiliki tiga rukun
yaitu :
1. Orang yang akad (‘aqid)
2. Sesuatu yang diakadkan (ma’qud alaih)
3. Sighat yaitu ijab dan qabul
Definisi ijab menurut ulama Hanafiyyah adalah penetapan perbuatan
tertentu yang menunjukkan keridhaan yang diucapkan oleh orang pertama,
baik yang mengerahkan maupun yang menerima, sedangkan qabul adalah
34
Ghufron A. Mas‟adi, loc.cit. 78-79. 35
Hasbi Ash-Shiddieqy, Op. Cit., h. 29.
21
orang yang berkata setelah orang mengucapkan ijab, yang menunjukkan
keridhaan atas ucapan orang pertama.36
Berbeda dengan pendapat ulama selain Hanafiyyah bahwa ijab adalah
pernyataan yang keluar dari orang kedua. Sedangkan qabul adalah pernyataan
dari orang yang menerima barang. Pendapat ini merupakan pengertian umum
yang dipahami orang bahwa ijab adalah ucapan orang yang menyerahkan
barang (penjual dalam jual beli), sedangkan qabuladalah pernyataan dari
penerima barang.37
Mustafa Ahmad al-Zarqa‟ sebagaimana dikutip oleh Ghufron A.
Mas‟adi menyimpulkan pendapat para fuqaha jumhur dengan menawarkan
istilah lain yaitu (unsur penegak akad) muqawimat aqad atau rukun akad :
1. Al-‘Aqidain (dua orang aqid)
2. Mahallul ‘aqad (obyek akad)
3. Maudhu’ul ‘aqad (tujuan akad)
4. Shighat aqad (ijab dan qabul).38
b. Syarat Akad
Adapun syarat menurut pengertian fuqaha dan ahlul ushul adalah :
كم ا يزرتط غز غذيا الجدا خا رج ع يا ت
“Segala sesuatu yang dikaitkan pada tiadanya sesuatu yang lain, tidak
pada adanya sesuatu yang lain, sedang ia bersifat eksternal
(kharijiy).‟‟39
36
Rahmat Syafe‟i, Op. Cit., h. 45. 37
Ibid. h. 46. 38
Ghufron A. Mas‟adi, Op. Cit., h. 80-81. 39
Ibid., h. 79.
22
Syarat-syarat terjadinya aqad, ada dua macam yaitu : pertama, syarat-
syarat yang bersifat umum yaitu syarat-syarat yang wajib sempurna wujudnya
dalam segala macam aqad. Kedua, syarat-syarat yang sifatnya khusus, yaitu
syarat-syarat yang disyaratkan wujudnya dalam sebahagian aqad, tidak dalam
sebahagian yang lain.Syarat khusus ini bisa juga disebut syarat idhafi
(tambahan) yang harus ada disamping syarat-syarat yang umum, seperti
syarat adanya saksi dalam pernikahan. Syarat-syarat umum yang harus
dipenuhi dalam berbagai macam akad adalah :
1. Ahliyatul ‘aqidaini (kedua belah pihak cakap berbuat)
2. Qabiliyatul mahalil aqdi li hukmihi (yang dijadikan obyek akad, dapat
menerima hukumnya)
3. Al wilyatus syar’iyah fi maudhu’il ‘aqdi (aqad itu diizinkan oleh syara‟,
dilakukan oleh orang yang mempunyai hak melakukannya dan
melaksanakannya, walaupun dia bukan si aqid sendiri)
4. Alla yakunal ‘aqdu au maudlu’uhu mamnu’an binashshin syar’iyin
(janganlah akad itu aqad yang dilarang syara‟).
5. Kaunul ‘aqdi mufidan (aqad itu memberi faedah)
6. Baqaul ijabi shalihan ila mauqu’il qabul (ijab itu berjalan terus, tidak
dicabut sebelum terjadi qabul)
7. Ittihadu majlisil ‘aqdi (bersatunya majlis aqad).40
Menurut T. M. Hasbi Ash-Shiddieqy bahwa syarat-syarat yang
diperlukan dalam mengadakan akad terdiri :
40
Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, Jakarta : Bulan Bintang. Cet. Ke-3.,
1989, h. 27-28.
23
1. Al-‘Aqidain (dua orang aqid)
2. Mahallul ‘aqad (tempat akad)
3. Maudlu’ul ‘aqad (obyek akad)
4. Rukun-rukun aqad.
Menurut Rahmat Syafe‟i ada empat macam syarat-syarat dalam obyek
akad (al-ma’qud ‘alaih) yaitu :
1. Ma’qud ‘alaihi (barang) harus ada ketika akad
2. Ma’qud ‘alaihi harus masyru’ (sesuai ketentuan syara‟)
3. Dapat diberikan waktu akad
4. Ma’qud ‘alaih harus diketahui oleh kedua pihak yang akad
5. Ma’qud ‘alaih harus suci.41
3. Macam-macam Akad
Pembagian macam dan jenis akad dapat dilakukan dari berbagai aspek
dan sudut pandang yang berbeda-beda sebagaimana berikut ini :
a. Akad Shahih dan Ghairu Shahih
1. Akad Shahih
Akad shahih adalah akad yang memenuhi seluruh persyaratan yang
berlaku pada setiap unsur akad (aqidain, shighatul ‘aqad, maudlu’ul ‘aqad
dan mahallul ‘aqad). Akibat hukum yang ditimbulkan berlaku semenjak
berlangsungnya akad. Misalnya : Akad jual beli yang dilakukan oleh para
pihak yang cakap hukum atas mal al-mutaqawwim.
41
Ibid, h. 33.
24
2. Akad Ghairu Shahih
Akad ghoiru shahih adalah akad yang sebagian unsurnya atau
sebagian rukunnya tidak terpenuhi. Seperti : akad jual beli bangkai dan
daging babi atau jual beli yang dilakukan oleh orang yang tidak memenuhi
syarat kecakapan.
Dalam konsep fuqaha Hanafiyyah akad ghoiru shahih dibedakan
menjadi dua macam yaitu akad fasid dan akad bathil. Namun konsep jumhur
fuqaha tidak membedakan antara keduanya. Yang dimaksud dengan akad
bathil dalam pandangan fuqaha Hanafiyyah adalah akad yang cacat rukun dan
tujuannya, atau karena prinsip dan sifat-sifat akadnya bertentangan dengan
ketentuan syari‟at seperti orang gila, atau cacat pada sighat akadnya, atau
karena obyeknya tidak dapat dikenai hukum akad.42
Menurut mereka akad bathil ini sama sekali tidak menimbulkan akibat
hukum. Sedangkan akad fasid menurut mereka adalah akad yang pada
prinsipnya tidak bertentangan dengan syarat, namun terdapat sifat-sifat
tertentu yang dilarang oleh syara’ yang dapat menyebabkan cacatnya irodah
seperti adanya unsur tipuan atau paksaan.
Fuqaha Hanafiyah dan Malikiyah selanjutnya membedakan akad
shahih menjadi 2 (dua) yaitu akad nafidz dan akad mauquf yang mempunyai
kewenangan (wilayah) melakukan akad. Akibat hokum yang ditimbulkannya
berlaku seketika berlangsungnya akad. Sedangkan akad mauquf adalah yang
dilakukan oleh orang yang cakap namun tidak mempunyai kewenangan
42
Ghufron A. Mas‟adi, Op. Cit., h. 103-104.
25
melaksanakan akad. Akibat hukum yang ditimbulkan digantungkan (mauquf)
pada izin dari pihak yang berwenang. Jika pihak yang berwenang tidak
mengizinkannya maka akad batal.43
Dalam pandangan fuqaha Syafi‟iyah dan Hanabilah akad mauquf ini
dinamakan sebagai akad yang batal.
b. Akad Musamma dan Ghoiru Musamma
Perbedaan jenis akad ini adalah dari segi kenamaan yang dinyatakan
oleh syara’ antara lain :
1. Akad Musamma
Adalah sejumlah akad yang disebutkan oleh syara‟ dengan
terminologi tertentu beserta akibat hukumnya, misalnya akad bai’, ijarah,
syirkah, hibah, kafalah, hawalah, rahn, wasiat, qord dan lain-lain.
2. Akad Ghoiru Musamma
Adalah akad yang mana syara’ tidak menyebutkan dengan
terminologi tertentu beserta akibat hukum yang ditimbulkannya. Seperti akad
istishna’, bai’ al-wafa’ dan bai’ istijrar dan lain sebagainya.44
Akad istishna’ yaitu akad pemesanan sebuah produk tertentu, seperti
jual beli perburuhan dan perjanjian. Bai’ al-wafa’ adalah akad jual beli benda
tidak bergerak dalam batas waktu tertentu dengan keharusan menjualnya
kembali kepada pihak yang memiliki sebelumnya, seperti jual beli dan gadai.
Sedangkan Bai’ istijrar adalah akad mempersewakan denda sekaligus
penjualnya dalam mempertimbangkan sewa yang telah dibayarkan.45
43
Ibid, h. 104-105. 44
Hendi Suhendi, Op. Cit., h. 52-53.
26
c. Berdasarkan maksud dan tujuannya, akad dibedakan menjadi tujuh
macam sebagaimana berikut :
1. Akad al-tamlikiyyah, yakni akad yang dimaksud sebagai proses
kepemilikan, baik kepemilikan benda maupun pemilikan manfaat jika
akad ini dilaksanakan secara cuma-cuma dinamakan akad tabbaru’
seperti hibah, wakaf dan ariyah (pinjam meminjam).
2. Akad al-isqoth, yakni akad yang dimaksudkan untuk menggugurkan
hak, baik disertai imbalan atau tidak. Seperti akad menjatuhkan khulu’
tanpa iwadh, pemaafan terhadap qishash, pembebasan hutang.
3. Akad al-ithlaq, adalah akad yang menyerahkan suatu urusan dalam
tanggung jawab orang lain, seperti : wakalah (perwakilan) dan tawliyah
(penyerahan kuasa).
4. Akad al-taqyid, yaitu akad yang bertujuan untuk mencegah seseorang
bertasyaruf, seperti wasiat, pengampuan atas seseorang lantaran gila
atau cacat mental.
5. Akad al-tawtsiq, yaitu akad yang dimaksudkan untuk menanggung
piutang seseorang atau menjaminnya, seperti : akad kafalah, hawalah,
rahn.
6. Akad al-isytirak, yaitu akad yang bertujuan untuk bekerja sama dan
berbagi hasil, seperti : akad syirkah, mudharabah.
7. Akad al-hifdh, yaitu akad yang dimaksudkan untuk menjaga harta
benda, seperti akad wadiah.
45
Ghufron A. Mas‟adi, Op. Cit., h. 106-107.
27
d. Akad ‘Ainiyah dan Akad Ghoiru ‘Ainiyah
1. Akad ‘Ainiyah yaitu akad yang disyaratkan dengan penyerahan barang-
barang, seperti jual beli.
2. Akad Ghoru ‘Ainiyah yaitu akad yang tidak disertai dengan penyerahan
barang-barang, karena tanpa penyerahan barang-barang pun akad sudah
berhasil, seperti akad amanah.46
B. Pengertian al-Ijarah
1. Pengertian Ijarah
Sebelum dijelasakan pengertian al-Ijarah, penulis tekankan dalam
pembahasan ini yang akan penulis uraikan adalah al-Ijarah dalam arti
perjanjian jasa atau tenaga. Ijarah berasal dari kata “al-ajru” yang arti
menurut bahasannya ialah al- „iwad yang arti dalam bahasa Indonesia ialah
ganti dan upah.47
Dalam fiqih muamalah, al-Ijarah mempunyai dua
pengertian yaitu:
1. Perjanjian sewa-menyewa barang
2. Perjanjian sewa-menyewa jasa atau tenaga (perburuhan).48
Al-Ijarah (perjanjian kerja) ini sering juga diistilahkan dengan
perjanjian untuk melakukan pekerjaan dan lazim juga digunakan istilah
perjanjian perburuhan.49
46
Hendi Suhendi, Op. Cit., h. 53. 47
Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Pustaka
Progresif, 1984, h.751. 48
Rachmat Syafe‟i,Op. Cit, h.122. 49
Chairuman Pasaribu, et al., Hukum Perjanjian dalam Islam, Jakarta: Sinar Grafika,
Cet. 2, 1996, h. 154.
28
Kitab Undang-undang Hukum Perdata karangan Ninik Suparni,
dengan (ed: Andi Hamzah), menerangkan bahwa perjanjian kerja adalah
dimana pihak kesatu, yaitu buruh mengikatkan diri untuk menyerahkan
tenaganya kepada pihak lain, yaitu majikan selama waktu tertentu, untuk
melakukan pekerjaan dengan menerima upah.50
Berikut beberapa definisi Ijarah yang dikemukakan para ulama‟
a. Menurut Mazhab Hanafiyah :
عقذ عه يا فع تعض
„‟Transaksi terhadap suatu manfaat dengan suatu imbalan‟‟.
b. Menurut Mazhab Syafi‟i :
حح تعض يعهوعقذ عه يفعح يقصدج يعهيح يثا حح قثهح نهثذ ل االء تا
„‟Transaksi terhadap manfaat yang dituju, tertentu bersifat bisa
dimanfaatkan, dengan suatu imabalan tertentu‟‟.
c. Menurut Mazhab Malikiyah dan Hanbaliyah
هك يا فع شئ يثا حح يذج يعهو تعضت
„‟Pemilikan manfaat yang dibolehkan dalam waktu tertentu dengan suatu
imbalan‟‟.51
d. Menurut Syaikh Syihab al-Din dan Syaikh Umairah :
عقذعه يفعح يعهيح يقصدج قا تهح نهثذل االء تاحح تعض ضعا
50
Niniek Suparni, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Jakarata: Rineka Cipta, 1991,
h. 383. 51
Hasan Ali, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqh Muamalah), Jakarta : Raja
Grafindo Persada, Cet . 1, 2003, h. 227-228.
29
„‟Akad atas manfaat yang diketahui dan disengaja untuk memberi dan
membolehkan dengan imbalan yang diketahui ketika itu‟‟.
e. Menurut Hasbi Ash-Shiddiqie :
عقذ يضعح انثا دنح عه يفعح انشئ تذج يحذدج ا تهكا تعض تع انا فع
„‟Akad yang obyeknya ialah penukaran manfaat untuk masa tertentu,
yaitu pemilikan manfaat dengan imbalan, sama dengan menjual
manfaat‟‟.52
f. Menurut Sayyid Sabiq ijarah ialah suatu jenis akad untuk mengambil
manfaat dengan jalan penggantian.53
Drs. Ghufron A. Mas‟adi M.Ag dalam bukunya yang berjudul Fiqh
Muamalah Kontekstual menjelaskan bahwa ijarah dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu ijarah yang mentransaksikan manfaat harta benda yang lazim
disebut persewaan, dan ijarah yang mentransaksikan manfaat SDM yang
lazim disebut perburuhan.54
Dari sini dapat disimpulkan bahwa dalam menerjemahkan ijarah
tersebut janganlah diartikan menyewa sesuatu barang untuk diambil
manfaatnya saja, tetapi harus dipahami dalam arti luas. Dalam arti luas, ijarah
bermakna suatu akad yang berisi penukaran manfaat sesuatu dengan jalan
memberikan imbalan dalam jumlah tertentu yang dalam hal ini dapat
dikategorikan ke dalam perjanjian kerja.
52
Hendi Suhendi, Op.Cit, h. 114-115. 53
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Juz 13, alih bahasa Kamaluddin A. Marzuki, Bandung :
Al-Ma‟arif, 1988, h. 15. 54
Ghufron A. Mas‟adi. Fiqh Muamalah Kontekstual, Jakarta : Raja Grafindo Persada,
Cet. 1, 2002, h. 183.
30
Perjanjian kerja ini dalam Hukum Islam digolongkan kepada
perjanjian sewa-menyewa untuk melakukan pekerjaan. Dalam istilah Hukum
Islam pihak yang melakukan pekerjaan disebut dengan mu‟ajir, pada
lapangan perburuhan mu‟ajirnya adalah pemilik usaha, sedangkan buruhnya
disebut musta‟jir, objek yang dijadikan sasaran yang berwujud imbalan dalam
berijarah disebut alma‟qud „alaih.55
Secara umum yang dimaksud dengan perjanjian kerja adalah
perjanjian yang diadakan oleh dua orang (pihak) atau lebih, yang mana pihak
satu berjanji untuk memberikan pekerjaan dan pihak yang lain berjanji untuk
melakukan pekerjaan tersebut.56
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa perjanjian kerja itu
harus memuat ketentuan yang berkenaan dengan hubungan kerja tersebut,
yaitu hak dan kewajiban buruh serta hak dan kewajiban majikan, adapun
pernyataan tersebut membuktikan adanya kesanggupan dan kesungguhan dari
masing-masing pihak untuk menjalankan hak dan kewajiban.57
2. Landasan Hukum Ijarah.
a. Landasan Al-Qur‟an firman Allah SWT surat Al-Baqarah ayat 233:
55
Helmi Karim, Fiqih Muammalah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997, h. 34. 56
Taqiyuddin An-Nabani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif (Terjemahan),
Surabaya: Risalah Gusti, Cet. 7, 2002, h. 83. 57
Djumialdji, Perjanjian Kerja, Jakarta: Sinar Grafika, Cet 1, 2005, h. 7.
31
Artinya : …..“ Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka
tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran
menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu
kerjakan.” (Q.S: Al-Baqarah: 233).58
Allah SWT menjelaskan bahwa membolehkan sewa menyewa pada
penyusuan, dan apabila sewa menyewa seperti itu diperbolehkan maka
diperbolehkan juga sewa menyewa yang sama seperti dimaksud dalam dalil
tersebut, dalam artian seorang manusia diperbolehkan untuk menyewakan
tenagananya sebagai pekerja untuk melakukan suatu pekerjaan.
Firman Allah, surat al-Qashas ayat: 26-27
Artinya : “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata “Ya Bapakku,
ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena
sesungguhnya orang yang paling baik yang kami ambil untuk
bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.
Berkatalah dia (Syu‟aib) “Sesungguhnya aku bermaksud
menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini,
atas dasar bahwa bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu
cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari
58
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahanya, Bandung: J-ART, 2005, h. 38.
32
kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu dan kamu insya
Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang benar”.
(Q.S. Al-Qashas: 26-27).59
Allah SWT menyebutkan, bahwa salah seorang dari Nabi-Nya
mempersewakan dirinya (bekerja mencari upah) beberapa tahun untuk
menggembala kambing, dan yang menjadi bayarannya adalah dikawinkannya
nabi tersebut dengan putri Nabi Syu‟aib. Dari cerita tersebut maka itu
menunjukkan atas pembolehan sewa-menyewa antara seorang pekerja dengan
majikan.
b. Landasan Sunah Ijarah
1. Dirwiyatkan oleh Imam Abu Dawud
ع ات عز رضئ اهلل ع انث صه اهلل عه سهى قال اعطا االجزاجز قثم
ا حف عزق ) را ات ياج (
Artinya : “ Diriwayatkan dari Umar ra. Bahwasanya Nabi Muhammad SAW
bersabda: “Berikanlah upah pekerja sebelum kering keringatnya”.60
(HR. Ibnu Majah).
Menerangkan bahwa seorang pengusaha atau majikan harus
bertanggung jawab dalam pembayaran upah pekerja sesuai dengan
kesepakatan yang telah dibuatnya.
59
Ibid. h. 389. 60
Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram hadist nomor 937, Surabaya:
Darul „Ilm, h. 934.
33
2. Dalam hadist lain disebutkan :
ى عع ات يسعد انحذر ا انث صه اهلل عه سه
( را احذ ) اء ستاءجز حت ت ن اجز
Artinya : “Sesengguhnya Rosulullah SAW, melarang mempekerjakan buruh,
sehinggah diketahui kejelasan upahnya”.61
(HR. Ahmad)
Maksudnya adalah pihak pengusaha wajib memberitahukan besarnya
upah yang akan diberikan kepada seorang pekerja atas pekerjaannya, dan
membayarkannya sesuai dengan isi perjanjian tersebut.
3. Rukun dan Syarat-Syarat Al-Ijarah
a. Rukun Ijarah
Para ulama‟ berbeda pendapat tentang rukun Ijarah secara garis besar,
perbedaan pendapat ulama‟ itu sebagai berikut:
1. Menurut ulama‟ Hanafi rukun al-ijarah itu hanya satu, yaitu ijab (ungkapan
menyewakan) dan qobul (persetujuan terhadap sewa-menyewa).
2. Adapun golongan Syafi‟iyah, Malikiyah, dan Hambali berpendirian bahwa
rukun ijarah itu terdiri atas :
a. Mu'ajir (pihak yang memberikan ijarah atau orang yang
menyewakan).
b. Musta‟jir (orang yang membayar ijarah atau orang yang
menyewa).
c. Al-Ma‟qud „alaih (adanya objek ijarah).
61
Muhammad Ibn Yazid al-Qowain, Sunan Ibn Majjah, Juz III, Dar al-Fikr, Beirut, tth.,
h. 817.
34
Ma‟qud alaih dijadikan rukun karena kedua belah pihak agar
mengetahui wujud barangnya, sifat, keadaannya, serta harganya.
Sesuatu yang dijadikan obyek perjanjian kontrak kerja adalah berupa
tenaga manusia atau keterampilan, karena tanpa adanya obyek, maka tidak
akan terwujud suatu akad, hal ini untuk menghindari adanya unsur penipuan
dalam bidang pekerjaan dan pemberian upah.
d. Ujrah (upah atau imbalan).
e. Sighat (ijab dan qabul), serah terima antara kedua pihak.62
Dalam hal perjanjian kerja ini, ulama‟ juga mensyaratkan untuk
mengambil bentuk tertentu, cara apa pun yang menunjukkan adanya ijab dan
qobul sudah dianggap sebagai akad dan akad tersebut tetap dianggap
berpengaruh selamanya, asal dilakukan oleh mereka yang berhak
melakukannya dan memenuhi syarat-syarat utuk boleh menyelenggarakan
akad.
Syarat orang yang berakad adalah kedua belah pihak yang melakukan
akad disyaratkan berkemampuan, yaitu kedua-duanya berakal dan dapat
membedakan. Jika seseorang yang berakad itu gila atau anak kecil yang
belum dapat membedakan, maka akad menjadi tidak sah.63
Demikian pula orang yang mabuk dan orang yang kadang-kadang
datang sakit ingatan, maka tidak sah pula melakukan ijarah ketika ia dalam
keadaan sakit.64
62
Helmi Karim, Fiqih Muammalah, Op. cit. h. 34. 63
Sayyid Sabid, Fiqih Sunah, Jilid13, Op. cit. h. 11. 64
Helmi Karim, Fiqih Muamalah, Op. cit h. 35.
35
Ulama‟ Hanafiyah dan Malikiyah berpendapat bahwa kedua orang
yang berakad itu tidak harus mencapai usia baligh, tetapi anak yang sudah
mumayyiz (sudah dewasa) boleh melakukan akad ijarah. Namun mereka
mengatakan, apabila seorang anak mumayyiz melakukan akad al-ijarah
terhadap harta atau dirinya, maka akad tersebut baru dianggap sah apabila
telah disetujui oleh walinya.65
Akan tetapi imam Syafi‟i dan Hambali satu syarat lagi, yaitu baligh.
Perjanjian sewa-menyewa dilakukan oleh orang yang belum dewasa menurut
mereka adalah tidak sah, walaupun mereka sudah berkemampuan untuk
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk (berakal).66
Ijarah sebagai sebuah transaksi umum, baru dianggap sah apabila telah
memenuhi syarat dan rukunnya.
b. Adapun syarat-syarat Ijarah adalah sebagai berikut:
1. Adanya kerelaan dari dua belah pihak.67
Dalam hal ini, tidak boleh dilakukan akad ijarah oleh salah satu pihak
atau kedua-duanya atas dasar keterpaksaan dari pihak yang berakad atau
pihak yang lain, sehingga penyelenggaraan akad ijarah didasarkan atas
kemauan sendiri dengan penuh kerelaan.
65
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000, h. 232. 66
Chairuman Pasaribu, et al, Hukum Perjanjian dalam Islam, Op. cit, h. 53. 67
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, Op. cit. h, 232.
36
Sesuai dengan firman Allah dalam surat An-Nisa‟: 29 adalah:
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu” (Q.S: An-Nisa‟: 29).68
2. Ma‟qud „alaih bermanfaat dengan jelas.
Adanya kejelasan pada Ma‟qud „alaih (barang) menghilangkan
pertentangan diantara „aqid. Diantara cara untuk mengetahui „alaih (barang)
adalah dengan menjelaskan manfaatnya, pembatasan waktu, atau menjelaskan
jenis pekerjaan, jika ijarah atas pekerjaan atau jasa seseorang.
3. Objek al-Ijarah sesuai yang dihalalkan oleh syara‟.69
Para ulama‟ fiqih sepakat bahwa tidak boleh menyewa seseorang
untuk mengajarkan ilmu sihir, menyewa seseorang untuk membunuh orang
lain (pembunuh bayaran), dan orang Islam tidak boleh menyewakan rumah
kepada non muslim untuk dijadikan tempat ibadah mereka, menurut mereka
objek sewa-menyewa dalam contoh diatas termasuk maksiat.
4. Mengetahui manfaat dengan sempurna barang yang diakadkan,
sehingga mencegah terjadinya perselisihan. Dengan jalan menyaksikan
68
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahanya, Op. cit, h. 84. 69
Hasan Ali, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqh Muamalah), Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2003, h. 233.
37
barang itu sendiri, atau kejelasan sifat-sifatnya jika dapat hal ini dilakukan
menjelaskan pekerjaan yang diharamkan.
5. Tidak menyewa untuk pekerjaan yang diwajibkan kepadanya.
Diantara contohnya adalah menyewa orang untuk shalat fardu, puasa, haji,
dan lain-lain. Para ulama‟ fiqih sepakat menyatakan bahwa sewa-menyewa
orang untuk melakukan shalat untuk diri penyewa dan menyewa orang belum
haji untuk menggantikan haji penyewa tidaklah sah, karena shalat dan haji
merupakan kewajiban bagi orang yang disewa.
6. Manfaat ma‟qud „alaih sesuai dengan keadaan yang umum. Tidak
boleh menyewa pohon untuk dijadikan jemuran atau tempat berlindung sebab
tidak sesuai dengan manfaat pohon yang dimaksud dalam ijarah.
7. Objek al-ijarah itu boleh diserahkan dan dipergunakan secara
langsung.70
Para ulama‟ fiqih sepakat menyatakan bahwa tidak boleh
menyewakan sesuatu yang tidak boleh diserahkan dan dimanfaatkan langsung
oleh penyewa. Misalnya, apabila seseorang menyewa rumah, maka rumah itu
langsung ia terima kuncinya dan langsung boleh ia manfaatkan. Apabila
rumah itu masih berada ditangan orang lain, maka akad al-ijarah berlaku
sejak rumah itu boleh diterima dan ditempati oleh penyewa kedua. Apabila
atap rumah itu bocor dan sumurnya kering , sehingga membawa mudarat bagi
penyewa, maka pihak penyewa berhak memilih apakah akan melanjutkan
akad itu atau membatalkan.
70
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, loc. cit.
38
8. Pemberian upah atau imbalan dalam ijarah berupa sesuatu yang
bernilai, baik berupa uang ataupun jasa, yang tidak bertentangan dengan
kebiasaan yang berlaku dan dilakukan atas kerelaan dan kejujuran.71
Pada dasarnya Hukum Islam telah memberikan petunjuk yang benar
dan ketetapan yang adil sehingga dapat memberikan jaminan bagi
terwujudnya keadilan serta tercegahnya perselisihan yang mungkin terjadi
antara para pekerja dan para pemilik usaha. Islam mensyariatkan adanya
ikatan perjanjian kerja dengan dasar saling mengikhlaskan antara dua belah
pihak yang terlibat, bukan karena unsur terpaksa.
4. Bentuk Ijarah
Ijarah dapat di bagi menjadi dua, yaitu:
1. Ijarah ‘Ayan, yaitu ijarah atau sewa-menyewa dalam bentuk benda atau
binatang di mana orang yang menyewakan mendapat imbalan dari
penyewa.
2. Ijarah ‘Amal, yaitu ijarah yang terjadi karena perikatan tentang pekerjaan
atau buruh manusia di mana pihak penyewa memberikan upah kepada pihak
yang menyewakan.
Berdasarkan pembagian ijarah tersebut di atas perlu diperhatikan
adanya ijarah „amal , yaitu:
a. Pihak yang harus melakukan pekerjaan (ajir).
b. Pihak yang memberikan pekerjaan (penyewa).
71
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, loc. cit.
39
Ajir adalah pihak yang melakukan pekerjaan atau melaksanakan tugas
sesuai dengan perjanjian kerja yang telah ditetapkan bersama antara pemberi
pekerjaan (penyewa) dengan ajir sendiri.
Dilihat dari segi pekerjaan yang harus dilakukan, ajir ada dua macam,
yaitu:
1. Ajir Khas, yaitu pihak yang harus melakukan pekerjaan dan sifat
pekerjaannya ditentukan dalam hal yang khusus dan dalam waktu
tertentu, artinya sifat pekerjaannya tertentu dan waktunya tertentu,
misalnya menjaga toko, mengasuh bayi dan sebagainya.
2. Ajir Musytarak, yaitu pihak yang harus melakukan pekerjaan yang sifat
pekerjaannya umum dan tidak terbatas pada hal-hal (pekerjaan) tertentu
yang bersifat khusus.72
Dalam perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu, perjanjian kerja
meliputi, yaitu:
a. Perjanjian Kerja untuk waktu tertentu, yaitu perjanjian kerja antara pekerja
atau buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam
waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu. Selanjutnya disebut dengan
PKWT
Perjanjian Kerja untuk waktu tertentu dapat dibuat :
1) Berdasarkan jangka waktu
2) Berdasarkan selesainya suatu pekerjaan tertentu
72
Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. 1, 1993, h. 426-427.
40
b. Perjanjian Kerja untuk waktu tidak tertentu, yaitu perjanjian kerja antara
pekerja atau buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja
tetap. Selanjutnya disebut dengan PKWTT.
41
BAB III
GAMBARAN UMUM PERJANJIAN KERJA ANTARA CALON TENAGA
KERJA INDONESIA (TKI) DENGAN PERUSAHAAN JASA TENAGA
KERJA INDONESIA (PJTKI) DI PT PELITA KARYA JUHARI
CABANG KENDAL
A. Profil PJTKI PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal
PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal berdiri tanggal 23 Agustus
2010 sebagai Penyalur Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) keluar negeri yang
didirikan oleh bapak Juhari yang beralamatkan ds. Cepiring 06/02 kec.
Cepiring kab. kendal No. Siup PJTKI: KEP. 139/MEN/III/2007.73
PJTKI ini berdiri bermula dari minimnya lapangan kerja di Indonesia
yang mengakibatkan banyaknya pengangguran yang terjadi di Indonesia pada
umumnya dan khususnya di Kendal. Menindaklanjuti dari banyaknya calon-
calon tenaga kerja Indonesia yang ingin mencari kerja keluar negeri, bapak
Juhari sebagai pendiri sekaligus Direktur Utama PT. Pelita Karya Juhari
hingga sekarang mempunyai inisiatif untuk memfasilitasi para calon tenaga
kerja Indonesia tersebut untuk memberangkatkan dan menempatkan kerja
keluar negeri.
Awal berdirinya PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal tentu tidak
mulus begitu saja, melainkan banyak kendala yang mesti dihadapi diantaranya
banyaknya PJTKI yang bermunculan hingga menuntut persaingan diantara
73
Wawancara langsung dengan bapak Juhari Pimpinan PT. Pelita Karya Juhari (Kantor
PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal, Kamis 5 April 2012, jam 14.40 WIB).
42
PJTKI yang ada. Hal demikian terbukti dengan eksistensi PT. Pelita Karya
Juhari baik yang ada di kantor pusat atau cabang Kendal yaitu dengan cara
memberikan pelayanan yang terbaik dan kemulusan perjalanan
pemberangkatan kenegara tujuan kepada calon TKI.74
B. Struktur Organisasi PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal
1. Kepala Cabang
a. Bertanggung jawab segala keperluan perusahaan, meliputi;
percetakan inventaris kantor serta mengadakan hubungan dengan
intansi lain yang berhubungan dengan perusahaan.
2. Bagian Administrasi
a. Bertugas menerima dan mempersiapkan semua surat-surat serta
arsip-arsip mulai blanko pendaftaran calon tenaga kerja hingga
surat perjanjian kerja antar calon TKI dengan PJTKI PT. Pelita
Karya Juhari Cabang Kendal.
b. Bertugas menyiapkan dan mengamankan surat berharga (dokumen-
dokumen penting) berkaitan dengan hal pembayaran serta
memproses dan mengontrol pengambilan gaji (upah) tenaga kerja
diluar Negeri.
3. Bagian Pengiriman (staf pekerja lapangan) calon TKI
a. Bertugas menangani calon TKI yang telah resmi direkrut oleh
PJTKI PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal untuk ditempatkan
74
Ibid, (Wawancara langsung dengan bapak Juhari).
43
dipenampungan PJTKI, para calon tersebut diberi program
pembekalan disini, calon TKI diberi pengarahan dan pembekalan
yang sekiranya dibutuhkan diluar Negeri serta mengatur
keberangkatan.75
STRUKTUR ORGANISASI PT PELITA KARYA JUHARI CABANG
KENDAL
HADI MULYANTO
KA CABANG
SUPARTINI YOSI
BAG. ADMINISTRASI STAF GURU HONGKONG
WANTI INUNG BAKIR
BAG. LAPANGAN STAF GURU TAIWAN BAG. LAPANGAN
MUNAWIR HARTI
BAG. LAPANGAN BAG. LAPANGAN
75
Dokumen, PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal.
44
C. Bentuk Perjanjian dan Prosedur Pelaksanaan Perjanjian Calon TKI di
PT Pelita Karya Juhari Cabang Kendal
Perjanjian kerja di PT. Pelita Karya Juhari adalah perjanjian dengan
mana pihak yang buruh mengikatkan diri untuk dibawah pimpinan pihak
majikan untuk waktu tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima upah.
Dalam perjanjian kerja disini yang mengikat diri hanyalah pihak buruh saja
tidak disertakan pihak majikan, akan tetapi majikan telah memberi kuasa pada
agen dari PT. Pelita Karya Juhari untuk mencarikan TKI sesuai kriteria
majikan.
Dalam melakukan pekerjaan TKI harus tunduk pada majikan, sebagai
pihak memberi pekerjaan. Hal tersebut didalam prakteknya, tenaga kerja
diwajibkan untuk mentaati peraturan-peraturan kerja yang berlaku. Jika
setelah tenaga kerja melakukan pekerjaannya dengan tunduk pada perintah
majikan dalam rangka memenuhi prestasinya seperti yang telah mereka buat
dalam perjanjian maka tenaga kerja tersebut berhak untuk mendapatkan upah.
Bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja tersebut harus dilakukan
dalam waktu tertentu dan tidak boleh diharuskan untuk dikerjakan selama
hidupnya.
Pekerjaan tersebut dikerjakan oleh pekerja sesuai dengan waktu yang
telah tercantum dalam perjanjian, yakni dua tahun. Perjanjian penempatan
calon TKI ditidak sekurang-kurangnya rangkap 2 (dua) dengan bermaterai
cukup, tapi perjanjian tersebut hanya dipegang oleh pihak PJTKI tidak TKI
45
yang berlaku sebagai buruh. Ini yang mengakibatkan kurang tahunya
kewajiban dan hak TKI.76
Dalam ketentuan Perjanjian penempatan calon TKI dalam Undang-
undang No. 39 tahun 2004 tentang Penempatan & Perlindungan TKI memuat:
a. Nama dan alamat pelaksana penempatan calon TKI.
b. Nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan dan alamat calon
TKI.
c. Nama dan alamat calon pengguna.
d. Hak dan kewajiban para pihak dalam rangka penempatan calon
TKI diluar negeri yang harus sesuai dengan kesempatan dan
syarat-syarat yang dtentukan oleh calon pengguna tercantum dalam
perjanjian kerjasama penempatan.
e. Jabatan dan jenis pekerjaan calon TKI sesuai permintaan
pengguna.
f. Waktu keberangkatan calon TKI
g. Biaya penempatan yang harus ditanggung oleh calon TKI dan cara
pembayarannya.
h. Tanggung jawab pengurusan penyelesaian masalah.
i. Akibat atas terjadinya pelanggaran perjanjian penempatan TKI
oleh satu pihak.
j. Tanda tangan para pihak dalam perjanjian penempatan TKI.
76
Wawancara langsung Hadi Mulyanto, Kepala Cabang PT. Pelita Karya Juhari Cabang
Kendal (Kantor PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal Jum‟at 20 April 2012, jam 09.15 WIB).
46
Ketentuan dalam perjanjian penempatan TKI tidak boleh bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan. Perjanjian penempatan calon TKI
dibuat sekurang-kurangnya rangkap 2 (dua) dengan bermaterai cukup dan
masing-masing pihak mendapat 1 (satu) perjanjian penempatan calon TKI
yang menpunyai kekuatan hukum yang sama.77
Prosedur perjanjian kerja di PT Pelita Karya Juhari yaitu merupakan
ikatan perjanjian kerja, dimana calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) berhak
menerima upah sesuai dengan yang ditentukan atau disepakati oleh kedua
belah pihak. Sedangkan pelaksanaan perjanjian kerja di PT Pelita Karya
Juhari yaitu TKI wajib melaksanakan pekerjaan yang sesuai dengan
perjanjian kerjanya dan menerima upah atau gaji sebagai haknya.
Prosedur perjanjian kerja di PT Pelita Karya Juhari yaitu dengan
tahapan pra perjanjian antar kerja antar negara (AKAN) yang disebut dengan
perjanjian pengerahan (Recruitment Agreement). Menurut pasal 1 huruf J
PMPK No. PER-05 / MEN / 1988 yang dimaksud dengan perjanjian
pengerahan adalah “perjanjian kerja sama secara tertulis antara peminta
tenaga kerja Indonesia Indonesia yang mengatur hak dan kewajiban serta
kedudukan masing-masing pihak.” Atas dasar perjanjian pengerahan ini,
perusahaan pengerah tenaga kerja Indonesia (PPTKI) selanjutnya akan
mengajukan permohonan kepada Departemen Tenaga Kerja (Dalam hal ini
pusatnya AKAN di Jakarta) untuk mengadakan pengerahan TKI keluar
negeri. Selanjutnya pusat AKAN memerintahkan Kanwil Depnaker (Balai
77
Wawancara langsung R. Fathony, Marketing dan Konseling PT Pelita Karya Juhari
(kantor PT Pelita Karya Juhari Cabang Kendal, 25 Juni 2012 jam 15.30 wib).
47
AKAN) di daerah yang dianggap mampu memenuhi permintaan tenaga kerja
untuk mengumumkan permintaan itu kepada masyarakat.
Pengumuman kepada masyarakat ini merupakan undangan kepada
pencari kerja karena dengan adanya pengumuman inilah para pencari kerja
akan mendaftarkan diri kepada kantor Departemen Tenaga Kerja yang ada di
Kabupaten atau Kota madya tempat tinggalnya. Untuk keperluan pendaftaran
para pencari kerja harus membawa :
1. Kartu tanda penduduk atau Surat keterangan penduduk
2. Ijazah atau surat keterangan kursus atau latihan kerja (kalau ada)
3. Surat keterangan pengalaman kerja (kalau ada)
Para pencari kerja yang datang memenuhi panggilan diberi
penyuluhan oleh para petugas dari Kantor Tenaga Kerja, Balai AKAN dan
PPTKI yang bersangkutan. Penyuluhan-penyuluhan yang akan diberikan
adalah :
1. Jumlah, jenis kelamin dan jabatan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
dipekerjakan ke luar negeri
2. Berbagai persyaratan yang harus dipenuhi oleh para calon tenaga kerja
Indonesia
3. Proses dan tata cara pengerahan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri
4. Hak dan kewajiban tenaga kerja Indonesia
5. Berbagai kemungkinan yang dapat terjadi sewaktu tenaga kerja Indonesia
dipekerjakan di luar negeri.
48
Setelah selesai mengikuti penyuluhan, para pencari kerja sebagai
calon tenaga kerja Indonesia yang akan dikirim ke luar negeri harus
mengikuti seleksi awal yang meliputi :
a. Seleksi Administrasi
Seleksi ini berupa kelengkapan surat-surat, dokumen, serta, persyaratan
lain yang diperlukan calon TKI.
b. Seleksi Keterampilan
Seleksi ini berupa persyaratan keterampilan yang harus dipenuhi oleh para
tenaga kerja Indonesia untuk melaksanakan pekerjaan untuk melaksanakan
pekerjaan atau jabatan ke luar negeri.
c. Seleksi Fisik
Seleksi ini berupa penelitian fisik yang harus dipenuhi untuk dapat bekerja
di luar negeri.
d. Seleksi Mental
Seleksi mental ini adalah berupa penelitian sikap, motivasi dan kesiap
siagaan calon tenaga kerja Indonesia.
Untuk keperluan calon seleksi administrasi, masing-masing calon
tenaga kerja Indonesia harus menyerahkan surat-surat sebagai berikut :
1. Kartu tanda penduduk atau Surat keterangan penduduk
2. Akta kelahiran atau surat kenal lahir
3. Surat keterangan berkelakuan baik dari kepolisian
4. Surat nikah yang beristeri atau bersuami, atau surat keterangan duda atau
49
janda, atau bujangan atau gadis, bagi yang tidak beristeri atau bersuami
dari Lurah atau Kepala Desa.
5. Surat izin dari suami atau isteri atau orang tua atau wali yang sah di atas
kertas yang bermaterai yang diketahui oleh Lurah atau Kepala Desa.
6. Surat keterangan dokter
7. Surat keterangan tentang keterampilan atau keahlian dan pengalaman kerja
yang sesuai dengan jabatan di luar negeri yang diinginkan
8. Kartu pendaftaran pencari kerja.
9. Pas foto.
Apabila kegiatan-kegiatan seleksi awal telah selesai maka tahap
berikutnya adalah pelaksanaan seleksi akhir yang dilakukan oleh pusat di
Jakarta atau oleh Kantor wilayah Departemen tenaga kerja yang ditunjuk oleh
Menteri Tenaga Kerja. Kegiatan seleksi akhir ini meliputi :
1. Syarat-syarat administrasi calon TKI
2. Daftar identitas TKI
3. Surat keterangan atau sertifikat lulus mengikuti program keterampilan dan
keahlian serta orientasi pra-pemberangkatan
Seleksi akhir ini sangat menentukan bagi calon TKW, karena dengan
telah lulusnya dari tahap seleksi akhir ini maka calon TKW mendapat surat
rekomendasi yang dapat digunakan untuk pembuatan pasport kepada Dirjen
Imigrasi.78
78
Zainal Asikin, et al, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2004, h. 274-277.
50
Di dalam PT Pelita Karya Juhari yang mengusahakan rekomendasi
pasport adalah cabang PJTKI di wilayah Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
tersebut atau rekomendasi pasport dari Departemen Tenaga Kerja, (Depnaker)
daerah. Setelah mendapatkan rekomendasi pasport dari Depnaker diserahkan
kepada Kepala Kantor Tangerang. Rekomendasi passport dilengkapi dengan :
1. Kartu Tanda Penduduk (KTP)
2. Kartu Keluarga (KK)
3. Akta kelahiran
4. Ijin keluarga
5. Perjanjian penempatan diantara PJTKI dengan Tenaga Kerja Indonesia
(TKI)79
Apabila calon TKI telah mempunyai pasport maka pihak PPTKI akan
mengurus visa ke perwakilan (kedutaan besar) negara tujuan. Visa ini
kemudian dibubuhi dalam passport.
Setelah selesai pembuatan visa, maka akhirnya dibuatlah suatu
perjanjian kerja, yang ditandatangani oleh masing-masing pihak, yaitu PPTKI
yang bertindak untuk dan atas nama pemberi kerja oleh TKI itu sendiri.
Penandatanganan dilakukan dihadapan pejabat Departemen Tenaga Kerja
yang kemudian turut menyerahkan perjanjian tersebut. Pelaksanaan kerja PT
Amri Margatama Cabang Grobogan yaitu setelah tahapan-tahapan prosedur
kontrak kerja telah selesai dilakukan semua selanjutnya pelaksanaannya yaitu
antara lain :
79
Wawancara langsung dengan bapak Juhari Pimpinan PT. Pelita Karya Juhari (Kantor
PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal, Kamis 5 April 2012, jam 14.40 WIB).
51
1. Perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI) wajib menempatkan tenaga
kerja Indonesia sesuai perjanjian kerja
2. Perjanjian kerja sekurang-kurangnya harus memuat :
a. Nama, alamat pengguna
b. Jenis uraian pekerjaan atau jabatan, dan
c. Kondisi dan syarat kerja yang meliputi antara lain : jam kerja, upah,
dan cara pembayarannya, upah lembur, cuti dan waktu istirahat serta
jaminan sosial.
3. PJTKI dilarang mengganti atau mengubah perjanjian kerja yang telah
ditandatangani oleh para pihak
4. Perjanjian kerja berlaku untuk waktu 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang
paling lama dalam jangka dua tahun
5. Dalam pengguna adalah perseorangan, maka perjanjian kerja harus sudah
di tandatangani terlebih dahulu oleh para calon pengguna
6. Dalam hal pengguna adalah instansi atau badan hukum, perjanjian kerja
dapat berbentuk rancangan baku perjanjian kerja (master perjanjian kerja)
7. PJTKI atau mitra usaha atau Perwalu wajib melegalisir perjanjian kerja
sama penempatan
8. PJTKI wajib membuat perjanjian penempatan dengan calon TKI
9. Perjanjian penempatan TKI sekurang-kurangnya harus memuat :
a. Jabatan atau pekerjaan calon TKI
b. Batas waktu pemberangkatan calon TKI
c. Biaya penempatan calon TKI ke negara tujuan, dan
52
d. Hak dan kewajiban PJTKI dan calon TKI.80
D. Prosedur Perekrutan
Agar program penempatan TKI keluar negeri lebih terkoordinir,
pemerintah berkoordinasi dengan pihak-pihak PJTKI, pemerintah daerah,
Depnaker dan Transmigrasi, Imigrasi, Benapenta, perusahaan transportasi dan
polisi. Adapun tahapan-tahapan dalam penempatan TKI keluar Negeri yaitu
departemen tenaga kerja bertugas untuk mengawasi setiap PJTKI di
Indonesia. Sementara itu PJTKI harus memberikan menyuluhan atau kriteria-
kriteria TKI yang dapat direkrut. Setelah para calon TKI mendaftar, mereka
akan dibawa ke RS (klinik) untuk tes kesehatan. Jika calon TKI dinyatakan
sehat, maka mereka diterima di balai latihan kerja luar negeri, kemudian
PJTKI bertugas untuk mengurus paspor, visa kerja dari negara tujuan,
mengurus tiket penerbangan dan lain sebagainya. Setelah semua keperluan
lengkap maka TKI diserahkan ke PJTKI PT. Pelita Karya Juhari pusat di Pati
untuk dapat diberangkatkan keluar negeri.
Tugas PJTKI PT. Pelita Karya Juhari pusat dalam mencarikan
pekerjaan calon TKI diwakilkan kepada agency-agency mereka, setelah agen
tersebut mendapat pekerjaan, maka mereka menghubungi PJTKI PT. Pelita
Karya Juhari pusat untuk mengirimkan para TKI keluar negeri. Sedangkan
peraturan Depnaker Indonesia mengenai prosedur keberangkatan dan
kepulangan TKI adalah sebagai berikut:
80
Zaenal Asikin, Op.Cit, h. 278.
53
Ketika para TKI tiba di Negara tujuan mereka dijemput oleh “agency”
PJTKI diluar negeri, agen inilah yang bertugas melaporkan kedatangan TKI
pada KBRI di Negara tersebut. Di sana para TKI bekerja selama dua tahun
atau sesuai perjanjian kerja. Setelah masa kontrak habis, agen PJTKI diluar
negeri menghubungi PJTKI di Indonesia tentang rencana kepulangan TKI
kemudian agen yang berkewajiban mengantar TKI ke Air Port dengan
menyerahkan tiket, setelah semua dokumen TKI diperiksa oleh petugas
imigrasi, maka TKI tersebut bisa kembali ke Indonesia. Setelah tiba para TKI
ini diantar oleh PJTKI pulang kedaerah asal.81
Seandainya dari pihak keluarga
tenaga kerja Indonesia sudah berkoordinasi terlebih dahulu dengan pihak
PJTKI yang memberangkatkanya, ingin menjemput sendiri kepulangan TKI
di bandara, maka pihak PJTKI tidak berkewajiban untuk menjemput
kepulangan TKI ke Negara asal.
Perusahaan yang akan menjadi pelaksana penempatan TKI swasta
wajib mendapat izin tertulis berupa SIPPTKI dari Menteri. SIPPTKI yaitu
Surat Izin Pelaksana Penempatan TKI yang selanjutnya disebut SIPPTKI
adalah izin tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada perusahaan yang akan
menjadi pelaksana penempatan TKI swasta.
Dalam Undang-undang No. 39 tahun 2004 tentang Penempatan &
Perlindungan TKI, menimbang Penempatan tenaga kerja Indonesia di luar
negeri merupakan suatu upaya untuk mewujudkan hak dan kesempatan yang
sama bagi tenaga kerja untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang
81
Wawancara langsung R. Fathony, Marketing dan Konseling PT Pelita Karya Juhari
(kantor PT Pelita Karya Juhari Cabang Kendal, 25 Juni 2012 jam 15.30 wib).
54
layak, yang pelaksanaannya dilakukan dengan tetap memperhatikan harkat,
martabat, hak asasi manusia dan perlindungan hukum serta pemerataan
kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan hukum
Nasional, maka dari itu dalam penempatan calon TKI harus dibuat:
1. Pelaksana penempatan TKI swasta membuat dan menandatangani
perjanjian penempatan calon TKI yang telah dinyatakan memenuhi
persyaratan administrasi dalam proses perekrutan.
2. Perjanjian penempatan diketahui oleh Instansi yang bertanggung jawab
dibidang ketenagakerjaan Kabupaten atau Kota.
3. Segala biaya yang diperlukan dalam kegiatan perekrutan calon TKI
dibebankan dan menjadi tanggung jawab pelaksana TKI swasta.82
E. Dokumen Perjanjian
Sesuia dengan pasal 1320 KUHPerdata, maka agar setiap perjanjian
kerja yang diadakan itu sah harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Adanya kesepakatan antara kedua belah pihak yang mengadakan
perjanjian itu (antara buruh atau tenaga kerja dan majikan). Jadi
tidak boleh ada suatu paksaan dari salah satu pihak, jika ada
paksaan maka perjanjian tersebut adalah batal.
2. Adanya kemampuan atau kecakapan pihak-pihak untuk membuat
perjanjian.
82
Wawancara langsung dengan bapak Juhari Pimpinan PT. Pelita Karya Juhari (Kantor
PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal, Kamis 5 April 2012, jam 14.40 WIB).
55
3. Suatu hal tertentu, artinya bahwa isi dari perjanjian itu tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, ketertiban
umum maupun kesusilaan.
Isi dari perjanjian kerja adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban
tenaga kerja serta hak-hak dan kewajiban-kewajiban majikan.
Hak dari si tenaga kerja merupakan kewajiban dari si majikan ,yaitu
upah sebaliknya apa yang merupakan kewajiban tenaga kerja adalah hak dari
majikan (yaitu pekerjaan, dimana tenaga kerja wajib melakukan dan majikan
mempekerjakan tenaga kerja).
Perjanjian kerja memuat antara lain :
a. Nama dan alamat pengusaha atau perusahaan
b. Nama, alamat, umur dan jenis kelamin tenaga kerja,
c. Jabatan atau macam pekerjaan
d. Syarat-syarat kerja, yang memuat tentang :
1. Adanya pengakuan terhadap organisasi pekerja atau serikat pekerja,
2. Fasilitas yang diberikan
3. Jaminan sosial (tunjangan kematian, tunjangan sakit, pensiun atau
hari tua)
4. Bagaimana sistem upahnya
5. Perselisihan hubungan industrial, dan sebagainya.83
e. Hak dan kewajiban pekerja atau tenaga kerja :
Hak-hak tenaga kerja antara lain :
83
Manulang, Senjdun, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Jakarta: PT
Renika Cipta, Cet. Ke-3, 2001, h. 67-69.
56
1. Berhak atas upah
2. Berhak atas pekerjaan
3. Berhak atas perlindungan.
Kewajiban-kewajiban tenaga kerja antara lain :
1. Melakukan pekerjaan dengan baik
2. Mengikuti perintah atasan (pengusaha).
f. Hak dan kewajiban Pengusaha
Hak-hak Pengusaha antara lain :
1. Berhak atas hasil pekerjaan
2. Berhak untuk mengatur atau memerintah tenaga kerja.
Kewajiban Pengusaha antara lain :
1. Membayar upah tenaga kerja
2. Menyediakan atau memberi pekerjaan
3. Memberi perlindungan.
g. Tempat atau Lokasi Pekerjaan.
h. Tempat dan Tanggal Perjanjian Kerja dibuat serta tanggal mulai
berlakunya perjanjian kerja tersebut.84
84
Wawancara langsung R. Fathony, Marketing dan Konseling PT Pelita Karya
Juhari (kantor PT Pelita Karya Juhari Cabang Kendal, 25 Juni 2012 jam 15.30 wib).
57
BAB IV
ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERJANJIAN KERJA
ANTARA CALON TKI DENGAN PJTKI DI PT. PELITA KARYA
JUHARI CABANG KENDAL
A. Analisis Akad Ijarah Terhadap Perjanjian Kerja
Dalam melakukan setiap transaksi apapun bentuknya harus didasarkan
kepada kesepakatan orang-orang yang bertransaksi, begitu juga dengan
Ijarah. Terjadinya perjanjian kerja antara calon TKI dengan PJTKI PT.Pelita
Karya Juhari Cabang Kendal dalam rukun dan syarat yang berakad telah
sesuai dengan hukum Islam meskipun dalam salah satu syarat calon TKI yang
ditentukan oleh pihak PJTKI yaitu cukup dengan latar belakang lulusan SD
(Sekolah Dasar) atau sederajat tidak sesuai dengan ketentuan Undang-undang
bahwa pendidikan yang disyaratkan pada calon TKI menyandang, minimal
lulus SLTP (Sekolah Lanjutan Tahap Pertama) atau sederajat, namun dalam
hukum Islam syarat bagi yang berakad tidak ditentukan seberapa tinggi
pendidikan yaitu kedua belah pihak memiliki kecakapan bertindak sempurna,
Para ulama‟ berpendapat kecakapan bertindak disini ditentukan oleh
hal-hal yang bersifat fisik dan kejiwaan serta yang melakukan akad
disyaratkan berkemampuan, yaitu kedua-duanya berakal dan dapat
membedakan.85
85
Helmi Karim, Fiqih Muammalah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997, h. 35.
58
Sedangkan sahnya Ijarah salah satunya yaitu objek yang diperjanjikan
harus jelas dan terang, sehingga mencegah terjadinya perselisihan, dengan
jalan menyaksikan barang itu sendiri.86
Dalam perjanjian kerja di PT. Pelita Karya Juhari tidak disertakan
majikan, akan tetapi majikan telah memberi kuasa pada (agen) dari PT. Pelita
Karya Juhari untuk mencarikan TKI sesuai kiteria.
Perjanjian kerja harus dibuat secara tertulis, karena perjanjian kerja
berhubungan dengan perkara-perkara yang melibatkan uang, harta benda atau
benda lain yang bernilai. Supaya kontrak tersebut dapat menghindarkan
terjadinya perselisihan yang tidak dikehendaki dan sebagai jaminan
kebenaran yang telah ditegakkan kedua pihak.87
Seperti disebutkan dalam Al-Qur‟an QS. Al-Baqarah ayat 282 :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis diantara kamu
menuliskannya dengan benar." (QS.Al-Baqarah: 282).88
Dalam ayat di atas menerangkan pentingnya dalam perjanjian untuk
dibuat secara tertulis agar lebih adil disisi Allah dan lebih menguatkan
86
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Juz 13, alih bahasa Kamaluddin A. Marzuki, Bandung: Al-
Ma‟arif, 1988, h. 11. 87
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam Jilid 1, Jakarta: Dana Bakti Wakaf, 1995,
h. 30. 88
Departemen agama RI, Al-Quran dan Terjemahanya, Bandung: J-ART, h. 49.
59
persaksian agar tidak menimbulkan kecurangan yang bisa mengakibatkan
kerugian salah satu pihak.
Dari segi kejelasan upah, bentuk kerja dan waktu, dalam perjanjian
kerja telah memuat ketiganya, yaitu kontrak kerja adalah 24 bulan (2 tahun).
Jika setelah pekerja menyelesaikan pekerjaannya dengan tunduk pada
perintah majikan seperti yang telah mereka sepakati maka pekerja tersebut
berhak untuk mendapat upah, dalam hal ini telah ada di dalam perjanjian
kerja.
Berkaitan dengan perjanjian kerja PT. Pelita Karya Juhari Cabang
Kendal bila dilihat dari aspek (TKI) wajib melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan perjanjian kerja yang sudah disepakati antara Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) dengan Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) sudah setuju,
dengan diberlakukannya kesepakatan kedua belah pihak sebagai syarat
mutlak dalam sahnya suatu perjanjian kerja, maka kata sepakat yang
merupakan unsur utama dalam suatu perjanjian telah terpenuhi.
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) berhak menerima upah atau gaji
sebagai haknya selama dia bekerja dan sudah ada perjanjian kerja antara
majikan dan buruh yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak.
Masalah yang sering muncul dewasa ini dalam dunia ketenagakerjaan
adalah masalah yang menyangkut pemenuhan hak-hak pekerja terutama hak
untuk diperlakukan secara baik dalam lingkungan pekerjaan, hak atas jaminan
sosial dan hak atas upah yang layak. Menyangkut penentuan upah kerja,
syari‟at Islam tidak memberikan ketentuan yang rinci secara tekstual, baik
60
dalam ketentuan Al-Qur‟an maupun sunnah Rasul. Secara umum ketentuan
Al-Qur‟an yang ada kaitannya dengan upah kerja adalah :
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
(Q.S. An-Nahl : 90).89
Menurut hemat penulis jika ditinjau dari aspek pengupahan, maka
dalam perjanjian kerja di PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal yang paling
utama dari kewajiban pemberi kerja atau majikan dalam perjanjian kerja
adalah membayar upah. Seperti dalam Hadist Rasullah SAW, dari Abdullah
bin Umar bahwa Nabi bersabda :
عط انسه عثذاانزح ت ت سعذة ,ثا حذ ثا انعثاس ت اننذ انذ يشق
عطا ا : قال رسل اهلل صه عه سهى قال سذ ت ا سهى ع ات ع عثذاهلل ت عز
(ات ياج ) را عزقح حف االجز اجز قثم ا
Artinya : “Berkata kepada kami Abbas Ibnu Walid Ad-Dimasqy, berkata
kepada kami Wahab Ibnu Atiyyah Al-Salami, berkata kepada
kami Abdurrahman Ibnu Zaid Ibnu Aslam, dari ayahnya, dari
Abdullah Ibnu Umar; dia berkata: bersabda Rasulullah SAW:
89
Ibid, h. 415.
61
“Berikanlah upah seorang buruh sebelum kering keringatnya, dan
beritahukan upahnya sewaktu dia bekerja.‟‟ (HR. Ibnu majah).90
Dalam hadist lain juga disebutkan :
ت سعا عم ات اي ع سعذ ا ع ح ت سهى ثاسف ت يحذ حذث حذ ثتا
اا ات ززج قال : قال رسل اهلل صه عه سهى ثال ثح سعذانقثز ع عات
ثى غذر خصى و انقا يح ي كت خص خصت و انقا يح رجم اعطث
اجز ف ستف ي نىزا فا رجم تاع حزافاءكال ث رجم استاءجزاج
(را ات ياج(
Artinya : “Berkata kepada kami Suwaid Ibnu Sa`id, berkata kepada kami
Yahya Ibnu Salim, dari Ismail Ibnu Umayyah, dari Sa`id Ibnu Abi
Sa`id Al-Maqbury, dari Abi Hurairah berkata: bersabda Rasulullah
SAW: “ada tiga orang yang Aku menjadi musuh mereka di hari
kiamat. Dan barang siapa menjadikan-Ku musuhnya, Aku
memusuhinya di hari kiamat, yaitu: orang yang berjanji dengan
nama-Ku kemudian ia berkhianat, orang yang menjual manusia
merdeka dan ia makan harganya, dan seseorang yang
mempekerjakan buruh lalu ia ambil (tenaganya) dengan cukup
tetapi ia tidak membayar gajinya”. (HR. Ibnu Majah).91
Hadist tersebut menerangakan bahwa Rosulullah menyuruh kepada
orang yang mempekerjakan seorang buruh agar segera membayar upahnya
dan tidak menunda-nundanya.
90
Al Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid Al Qozwini, Sunan Ibnu Majah, (Beirut:
Darul Fikr, Juz II. 1994), h. 816. 91
Ibid, h. 817.
62
Upah calon TKI yang akan disalurkan oleh PJTKI PT. Pelita Karya
Juhari Cabang Kendal ditetapkan diawal, artinya sebelum menandatangani
kontrak para calon TKI mengetahui upah yang akan diberikan.
Dalam Ijarah memanfaatkan jasa sesuatu yang dikontrak harus
ditentukan bentuk kerjanya, waktu dan upah diawal agar tidak kabur karena
transaksi Ijarah yang masih kabur fasid hukumnya.92
Perjanjian kerja ini berakhir apabila perjanjian kerja telah habis yaitu
24 bulan atau 2 tahun, maka TKI akan dipulangkan oleh pihak agen PJTKI
diluar negeri kekampung halaman, setelah menghubungi pihak PJTKI di
Indonesia. Adapun dalam hukum Islam hal-hal yang mengakhiri perjanjian
Ijarah adalah objek yang disewakan terdapat kecacatan, tenggang waktu yang
disepakati dalam akad al-Ijarah telah berakhir, salah satu pihak meninggal
dunia, atau terdapat penyalah gunaan sesuatu yang disewakan.93
Menurut hemat penulis bahwa dalam praktek perjanjian kerja di PT.
Pelita Karya Juhari Cabang Kendal ada 2 (dua) bentuk perjanjian kerja yaitu :
pertama, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) wajib melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan perjanjian kerjanya yang sudah disepakati kedua belah pihak antara
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dengan Perusahaan Jasa Tenaga Kerja
Indonesia (PJTKI). Kedua, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) berhak menerima
upah atau gaji sebagai haknya selama dia bekerja dan sudah ada perjanjian
kerja antara majikan dan buruh yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak.
92
Taqiyuddin An-Nabani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Terjemahan, Surabaya:
Risalah Gusti, Cet. 7, 2002, h. 85. 93
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, h. 122.
63
Selain dua bentuk perjanjian kerja yang ada di PT Pelita Karya Juhari
Cabang Kendal di atas, selanjutnya penulis menganalisa akad perjanjian kerja
yang ada calon Tenaga Kerja Indonesia (TK) dengan perusahaan jasa tenaga
kerja Indonesia (PJTKI) di PT pelita karya juhari cabang kendal dilihat dari
segi Hukum Islam menggunakan akad Ijaratul ajir yaitu bekerja dalam
rangka memberikan jasa (berupa tenaga maupun keahlian) kepada pihak
tertentu dengan imbalan sejumlah upah tertentu.
B. Analisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Kerja
Dalam perjanjian kerja antara TKI dengan PJTKI PT. Pelita Karya
Juhari Cabang Kendal termasuk pada bab Ijarah karena merupakan akad yang
memberi manfaat yang diketahui dan disengaja dengan adanya imbalan.
Dalam teori akad Ijarah yang memuat aturan-aturan tentang akad atau
perjanjian kerja. Dalam kasus ini konsep sewa-menyewa ditetapkan pada
disewanya tenaga TKI berdasarkan pada perjanjian seorang TKI dengan
lembaga atau PT yang menjadi perantara dengan pihak penyewa tenaga kerja
tersebut, untuk lebih jelasnya tentang perjanjian kerja antara TKI dengan
PJTKI dapat disimpulkan sebagai berikut:
Mengenai persayaratan yang ditentukan PJTKI PT. Pelita Karya
Juhari Cabang Kendal bagi calon TKI yaitu:
a. Kartu Tanda Penduduk
b. Ijazah pendidikan terakhir minimal SD
c. Akte kelahiran atau surat keterangan kenal lahir
64
d. Surat keterangan status perkawinan bagi yang telah menikah
melampirkan copy buku nikah
e. Surat keterangan izin suami atau istri, izin orang tua, atau izin wali.
Adapun syarat keberangkatan calon TKI yaitu:
a. Sertifikat kompetensi kerja
b. Surat keterangan sehat berdasarkan hasil hasil pemeriksaan
kesehatan dan psikologi
c. Paspor yang diterbitkan oleh Kantor Imigrasi setempat, dan visa
kerja.
Perjanjian kerja dalam PJTKI di PT. Pelita Karya Juhari adalah
perjanjian dengan mana pihak buruh mengikatkan diri untuk dibawah
pimpinan majikan untuk waktu tertentu melakukan pekerjaan dengan
menerima upah. Perumusan ini adalah kurang lengkap karena disini yang
mengikat diri hanyalah pihak buruh saja tidak juga pihak lainnya yaitu
majikan, padahal pada tiap perjanjian yang mengikatkan diri adalah kedua
belah pihak yang bersangkutan. Jadi perjanjian tertulis disini hanya antara
PJTKI dengan calon TKI tidak disertakan majikan (pihak yang akan
mempekerjakan), akan tetapi majikan telah memberi kuasa pada agen dari
PT. Pelita Karya Juhari untuk mencarikan TKI sesuai kriteria. Dengan biaya
sebesar Rp. 21.000.000 sebagai biaya keberangkatan dan keperluan dan yang
lain-lain dikenakan pada calon TKI dan untuk pembayarannya melalui
potongan gaji perbulan dari TKI.
65
Adapun perjanjian kerja tertulis yang dibuat tidaklah diserahkan pada
para TKI, tetapi dibawa oleh pihak PJTKI dengan alasan untuk keamanan.94
Sampai batas waktu yang telah ditentukan, dokumen administrasi termasuk
perjanjian kerja TKI dan PJTKI dapat diambil.
Menurut fatwa MUI, mengesahkan berdasarkan pernyataan Ulama
Syafi‟iah bahwa suatu ungkapan yang mengandung suatu pendelegasian
sesuatu oleh seseorang kepada orang lain supaya orang lain itu melaksanakan
apa yang boleh dikuasakan atas nama pemberi kuasa.95
Hal ini sesuai dengan Hadist dari Rasulullah SAW yang diriwayatkan
oleh Al-Bukhari yaitu :
استاءجزرسل اهلل صه عه سهى اتتكزرجال ي ت انذم ادا خزتا عه
تزاحهتا اافات د كفار قزش فذفعا ان راحهتا اعذا غارثرتعذ ثالث نال
طزق تى خذرتحال طهق يعا عايز ت فز انذه فاثالث فا صثحح نال
)را انثخار( انساحم
Artinya : “Rasulullah SAW dan Abu Bakar menyewa seseorang penunjuk
jalan ahli dari Bani Dail sebagai penunjuk jalan karena
keahliannya, sedang orang tersebut memeluk agama orang-orang
kafir Quraisy, kemudian keduanya (Rasul SAW dan Abu Bakar)
memberikan kendaraan keduanya kepada orang tersebut dan
menjanjikan di gua tsaur sesudah tiga malam dengan kendaraan
keduanya. Maka laki-laki itu datang membawa dua ekor
94
Dokumen, PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal. 95
Dewan Syariah Nasional, Fatwa tentang Wakalah, No.10 /DSN-MUI/IV/2000, Majelis
Ulama Indonesia.
66
kendaraannya pada pagi malam yang ketiga. Lalu laki-laki itu
membawa mereka melalui jalan pantai‟‟. (HR. Bukhari).96
Sesuai pengamatan penulis praktek perjanjian kerja di PT Pelita Karya
Juhari Cabang Kendal mempunyai aspek yang perlu dicermati yaitu aspek
syarat. Menurut Djumadi dalam buku Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja
menyebutkan syarat perjanjian kerja yaitu :
a. Sepakat mereka yang mengingatkan diri
Maksudnya adalah kedua belah pihak atau para pihak yang mengadakan
perjanjian tersebut haruslah bersepakat, setuju dan setia sekata atas hal-hal
yang diperjanjikan.
b. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian
Maksud membuat perjanjian adalah melakukan suatu hubungan hukum
dan bisa melakukan suatu hubungan hukum adalah mereka yang bisa
dikategorikan sebagai pendukung hak dan kewajiban, pihak yang dikatakan
sebagai pendukung hak dan kewajiban adalah orang dan badan hukum.
c. Suatu hal tertentu
Maksudnya adalah sesuatu yang di dalam perjanjian tersebut harus telah
ditentukan dan disepakati.
d. Suatu sebab yang halal
Menurut Undang-Undang, sebab yang halal adalah jika tidak dilarang oleh
Undang-Undang, tidak bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban
umum. Ketentuan ini disebutkan disebutkan pada pasal 1337 KUHPerdata.
96
Imam Abi Abdillah Muhammad Ibnu Isma'il al-Bukhari al-Ja'fy, Shahih Bukhari, Darul
Kutub, Juzz III, tth, Hadist No. 2263, h. 68.
67
Suatau perjanjian yang dibuat dengan atau kausa yang tidak halal,
misalnya jual beli ganja, untuk mengacaukan ketertiban umum,
memberikan kenikmatan seksual tanpa nikah yang sah.97
Menurut Sayyid Sabiq syarat perjanjian kerja diatas sudah sesuai
dengan hukum Islam yang berlaku yakni segala bentuk persyaratan yang
tidak ada dalam kitab Allah (hukum Allah) adalah bathil, sekalipun seribu
syarat.
Jadi menurut penulis jika perjanjian kerja tidak memenuhi syarat
seperti di atas maka perjanjiannya tidak sah. Dalam Praktek perjanjian kerja
apabila salah satu syaratnya tidak ada atau tidak terpenuhi maka pelaksanaan
perjanjian kerja batal, untuk lebih jelasnya perlu kiranya dipaparkan beberapa
syarat perjanjian kerja dengan praktek perjanjian kerja PT Pelita Karya Juhari
Cabang Kendal sebagai berikut :
1. Sepakat Mereka Mengikatkan Diri
Di dalam prakteknya perjanjian kerja PT Pelita Karya Juhari Cabang
Kendal adalah kedua belah pihak antara pekerja (buruh) dengan majikan,
sepakat untuk mengadakan perjanjian kerja, dan harus dituliskan dalam
buku perjanjian kerja, akan tetapi pencatatan bermu‟amalah dalam Islam
tidak merupakan keharusan tetapi hanya bersifat anjuran.
97
Djumadi, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004,
Cet. Ke-5, h. 17-21.
68
Sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 282 :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis diantara kamu
menuliskannya dengan benar." (QS.Al-Baqarah: 282).98
2. Kecakapan Membuat Perjanjian
Di dalam prakteknya tidak selamanya perjanjian kerja berjalan dengan
lancar dengan tidak adanya konflik yang memunculkan masalah hukum
yang baru.
Menurut penulis sebaiknya dalam melakukan perjanjian kerja dalam
prakteknya harus dituangkan ke dalam akta tertulis serta dicantumkan saksi
terhadap perjanjian tersebut, untuk menghindari adanya salah satu pihak yang
akan mengkhianati perjanjian yang sudah disepakati tersebut, karena sesuatu
perkara atau permasalahan hukum yang tanpa adanya bukti itu mudah
diselewengkan dan dipalsukan, karena tidak adanya bukti yang sah.
Dalam praktek perjanjian kerja di PT Pelita Karya Juhari Cabang
Kendal menurut analisis penulis sudah sesuai dengan paparan tersebut dan
penulis juga setuju (sepakat) dengan pendapat Djumadi tersebut karena sudah
memenuhi syarat dan dapat mengantisipasi terhadap suatu permasalahan yang
baru. Perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja adalah perjanjian
98
Departemen agama RI, Al-Quran dan Terjemahanya, Bandung: J-ART, h. 49.
69
kerjasama yang harusnya saling menguntungkan. Pengusaha diuntungkan
karena ia memperoleh jasa dari pekerja untuk melaksanakan pekerjaan
tertentu yang dibutuhkan pengusaha. Sebaliknya pekerja diuntungkan karena
ia memperoleh penghasilan dari imbalan yang diberikan pengusaha karena ia
memberikan jasa kepada pengusaha. Karena itulah hubungan ketenagakerjaan
di dalam pandangan Hukum Islam adalah hubungan kemitraan yang harusnya
saling menguntungkan. Tidak boleh satu pihak mendzalimi dan merasa
didzalimi oleh pihak lainnya.
Kecenderungan yang terjadi sekarang ini, para pemberi pekerjaan atau
majikan jarang memperhatikan kebutuhan pekerjaannya. Lazimnya mereka
selalu berhasrat untuk memperkaya diri sendiri diatas kesengsaraan orang lain
(pekerjanya). Maka untuk menghindari kesewenang-wenangan dan
penindasan, serta dalam rangka menciptakan kesejahteraan masyarakat,
Negara (pemerintah) harus memberikan perhatian terhadap upah minimum
yang harus dibayarkan kepada pekerjanya. Sebab kesejahteraan masyarakat
sangat menentukan terhadap stabilitas suatu Negara.
Agar hubungan kemitraan tersebut dapat berjalan dengan baik dan
semua pihak yang terlibat saling diuntungkan, maka Hukum Islam
mengaturnya secara jelas dan rinci dengan hukum-hukum yang berhubungan
dengan ijaratul ajir (perjanjian kerja).
Pengaturan tersebut mencakup penetapan ketentuan-ketentuan Hukum
Islam dalam perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja, penetapan
ketentuan yang mengatur penyelesaian perselisihan yang terjadi antara
70
pengusaha dan pekerja. Termasuk ketentuan yang mengatur bagaimana cara
mengatasi tindakan kedzaliman yang dilakukan salah satu pihak (pengusaha
dan pekerja) terhadap pihak lainnya. Untuk itu ada beberapa langkah yang
ditawarkan Islam untuk dapat mengatasi dan menyelesaikan permasalahan
ketenagakerjaan yang berhubungan dengan perjanjian kerja antara pengusaha
dan pekerja. Langkah-langkah tersebut adalah :
1. Mengharuskan perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja
sesuai dengan ketentuan Islam dalam akad ijaratul ajir Salah satu
bentuk pekerjaan yang halal untuk dilakukan adalah apa yang
disebut dengan ijaratul ajir, yakni bekerja dalam rangka
memberikan jasa (berupa tenaga maupun keahlian) kepada pihak
tertentu dengan imbalan sejumlah upah tertentu.
2. Negara akan mencegah tindak kedzaliman yang dilakukan salah
satu pihak kepada pihak lainnya, termasuk kedzaliman pengusaha
terhadap pekerja adalah tindakan mereka yang tidak membayar
upah pekerja dengan baik, memaksa pekerja bekerja di luar kontrak
kerja yang disepakati, melakukan pemutusan hubungan kerja secara
semena-mena termasuk tidak memberikan hak-hak pekerja seperti
hak untuk dapat menjalankan kewajiban ibadah, hak untuk istirahat
jika dia sakit dan lain sebagainya.99
Sedangkan kedzaliman yang dilakukan pekerja terhadap pengusaha
adalah jika pekerja tidak menunaikan kewajibannya yang menjadi hak
99
Muhammad Riza Rosadi, Solusi Islam Terhadap Masalah Ketenagakerjaan,
(http://politisimuslim.wordpress.com/2007/04/21/solusi-islam-terhadap-masalah ketenagakerjaan)
71
pengusaha seperti bekerja sesuai jam kerja yang ditentukan, tidak melakukan
pengrusakan terhadap asset milik pengusaha dan lain sebagainya.100
Dalam analisis Hukum Islam tentang praktek perjanjian kerja di PT
Pelita Karya Juhari Cabang Kendal sudah sesuai dengan Hukum Islam, dan
yang menjadi landasan hukum yaitu Al-Qur‟an dan Sunnah.
Hubungan yang terjadi setelah terjadinya perjanjian kerja antara
pekerja dan majikan adalah suatu hubungan kerja dan hubungan hukum.
Dengan kata lain, bahwa hubungan kerja terjadi setelah adanya kesepakatan
kerja, dengan ketentuan pekerja melakukan pekerjaan dengan menerima upah
sebagaimana ketentuan pokok dalam perjanjian kerja.
Menurut ajaran Islam, hubungan antara majikan dan pekerja bukanlah
semata-mata hubungan untuk mendapatkan keuntungan kedua belah pihak
saja. Akan tetapi tidak kalah pentingnya bahwa Islam menetapkan hubungan
kerja yang terjadi antar pekerja dan majikan senantiasa didasari atas kasih
sayang, saling membutuhkan, saling tolong menolong, saling setia dan
bersifat kekeluargaan.
Sehingga dari prinsip dan sebab hubungan hukum inilah hak-hak dan
kewajiban-kewajiban kedua belah pihak yang harus dipenuhi. Adapun dari
perspektif fiqh dan jumhur ulama‟, perjanjian kerja antara calon tenaga kerja
Indonesia (TKI) dengan perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI)
tentunya berdasarkan ketentuan syarat dan rukun sudah sesuai yang telah
ditetapkan oleh fiqh.
100
Muhammad Riza Rosadi, ibid.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuai dengan rumusan masalah yang dibahas secara lebih lanjut
dalam karya tulis ini, maka Bab ini merupakan kesimpulan dari uraian
bab-bab terdahulu, yang penulis arahkan untuk menjawab pokok-pokok
permasalahan yang telah terangkai dari bab pertama.
Adapun kesimpulan dari permasalahan yang muncul adalah
sebagai berikut :
1. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) wajib melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan perjanjian kerjanya yang sudah disepakati kedua belah pihak
antara Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dengan Perusahaan Jasa Tenaga
Kerja Indonesia (PJTKI). Tenaga Kerja Indonesia (TKI) berhak menerima
upah atau gaji sebagai haknya selama dia bekerja dan sudah ada perjanjian
kerja antara majikan dan buruh yang sudah disepakati oleh kedua belah
pihak.
2. Bahwa dalam praktek perjanjian kerja antara Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) dengan Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) di PT
Pelita Karya Juhari Cabang Kendal dilihat dari Hukum Islam
menggunakan akad Ijaratul ajir yang bersifat ijaratul ‘Amal yaitu bekerja
dalam rangka memberikan jasa (berupa tenaga maupun keahlian) kepada
pihak tertentu dengan imbalan sejumlah upah tertentu.
73
3. Berdasarkan analisis Hukum Islam terhadap pelaksanan perjanjian kerja
antara Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dengan Perusahaan Jasa Tenaga
Kerja Indonesia (PJTKI) di PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal, sudah
sesuai dengan Hukum Islam tentunya berdasarkan ketentuan syarat dan
rukun yang telah ditetapkan oleh fiqh.
B. Saran
Kinerja PJTKI PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal ini telah cukup
membantu pengangguran yang ada di Indonesia dan khususnya di Kendal,
tapi sebaiknya PJTKI PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal dan lebih
memperhatikan hak-hak TKI yang sering kali diabaikan dengan lebih
memperbaiki dalam sistem pelaksanaan perjanjian kerja dengan TKI, karena
merupakan suatu kewajiban dengan mendatangkan kemaslahatan umat serta
menghilangkan kemadharatan dan juga dapat menambah kepercayaan
masyarakat terhadap keberadaan perusahaan.
C. Penutup
Dengan segala bentuk rahmat dan pertolongan Allah SWT serta atas
bimbingan dan dorongan dari pihak yang terkait, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini sampai pada akhir pembahasan. Maka
kiranya hanya rasa syukur atas segala nikmatNya, kemudian bukan hal yang
berlebihan, apabila penulis mengucapkan terimah kasih yang sedalam-
dalamnya serta penghargaan setinggi-tingginya pada para pihak yang berbuat
banyak demi kesuksesan penulis.
74
Dalam penulisan skripsi ini penulis sadar akan segala kekurangan
yang ada. Namun semua itu bukanlah penulis yang dimaksudkan,
melainkan keterbatasan kemampuan serta daya nalar penulis belaka. Maka
sekiranya dijumpai hal itu para pihak memberikan tanggapan itulah jua
harapan penulis.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri semoga
jerih payah penulis selama penyusunan skripsi ini membuahkan manfaat
bagi semua. Amiin.
DAFTAR PUSTAKA
Al Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid Al Qozwini, Sunan Ibnu Majah,
Beirut: Darul Fikr, Juz II. 1994
Amirudin, Abidin Zaenal, Pengantar Metode dan Peneltian Hukum, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2003
Andi Riswan, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Kontrak Kerja
Karyawan di PT. Laksana Kurnia Mandiri Sejati Kabupaten Tegal,
Skripsi Sarjana Fakultas Syari’ah Jurusan Muamalah, Semarang :
Perpustakaan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang, 2005
An-Nabani, Taqiyuddin, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Terjemahan,
Surabaya: Risalah Gusti, Cet. 7, 2002
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 2006
Ash-Shiddieqy, Hasbi , Pengantar Fiqh Muamalah, Jakarta : Bulan Bintang. Cet.
Ke-3., 1989
Ash-Shiddieqy, Hasbi, Pengantar Fiqh Muamalah, Semarang. Pustaka Rizki
Putra. Cet. Ke-4, 2001
Asikin, Zainal, et al, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2004
Azar Basyir, Ahmad, Hukum tentang Wakaf, Ijarah dan Syirkah, Bandung:
Ma’arif, 1987
Djumialdji, Perjanjian Kerja, Jakarta: Sinar Grafika, Cet I, 2005
Djumadi, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, Jakarta : Raja Grafindo Persada,
Cet. Ke-5, 2004
Dokumen, PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya, Bandung: J-ART, 2005
Dewan Syariah Nasional, Fatwa tentang Wakalah, No.10 /DSN-MUI/IV/2000,
Majelis Ulama Indonesia
G. Kartasapoetra, et al., Hukum Perburuhan di Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika,
Cet. 4, 1994
Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, Jakarta : Raja Grafindo
Persada, Cet. I., 2002
Hasan M. Ali, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqh Muamalah),
Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram hadist nomor 937, Surabaya: Darul
‘Ilm
Imam Abi Abdillah Muhammad Ibnu Isma'il al-Bukhari al-Ja'fy, Shahih Bukhari,
Darut Kutub, Juz III, tth
Iman, Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, Penerbit Djambatan, 2003
Izzuddin Khatib Al-Tamimi, Nilai Kerja dalam Islam
Karim, Helmi, Fiqih Muammalah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997
Rahman, Afzalur, Doktrin Ekonomi Islam Jilid 1, Jakarta: Dana Bakti Wakaf,
1995
Manulang, Senjdun, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Jakarta :
Renika Cipta, Cet. Ke-3, 2001
Nailis Sa’adah, Analisis Perjanjian Kerja Antara Pengusaha Bus dengan Serikat
Pekerja (studi kasus jaminan sosial tenaga kerja di PT. Pahala Kencana
Kudus), Skripsi Sarjana Fakultas Syari’ah Jurusan Muamalah, Semarang :
Perpustakaan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang, 2008.
Niniek, Suparni, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Jakarata : Rineka Cipta,
1991
Pasaribu, Chairuman, et al., Hukum Perjanjian dalam Islam, Jakarta : Sinar
Grafika, Cet. 2, 1996
Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah Juz 13, alih bahasa Kamaluddin A. Marzuki,
Bandung: Al-Ma’arif, 1988
Saibani, Deni, Metode Penelitian Hukum, Bandung: Pustaka Setia, 2009
Saifudin, Mujtaba’, Istri Menafkahi Keluarga (Dilema Perempuan Antara
Mencari, Menerima dan Memberi), Surabaya: Pustaka Progresif. 2001
Soekanto, Soerjono, Sosiologi (suatu Pengantar), Jakarta: Radja Grafindo
Persada, Cet. ke-38, 2005
Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam, Jakarta: Rineka Cipta, Cet 1, 1993
Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002
Suhrawardi, K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2000
Suryabrata, Sumardi, metodelogi penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet.
2, 1998
Syafe’i, Rachmat, Fiqih Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, Cet. 4, 2001
Toha, Halili, Hubungan Kerja antara Majikan dan Buruh, Jakarta: Rineka Cipta,
1991
Umi Zaidah, Perjanjian Kerja dan Hak Pensiun Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Dalam Perspektif Hukum Islam, Skripsi Sarjana Fakultas Syari’ah Jurusan
Muamalah, Semarang : Perpustakaan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo
Semarang, 1999
Undang-undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia
Warson Munawir, Ahmad, Al-Munawir Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Pustaka
Progresif, 1984
Wawancara langsung dengan bapak Juhari Pimpinan PT. Pelita Karya Juhari.
Wawancara langsung Hadi Mulyanto, Kepala Cabang PT. Pelita Karya Juhari
Cabang Kendal
Wawancara, calon TKI Hongkong (Ratih Lusiana Ningrum asal Kaliwungu
Kendal)
Wawancara dengan Bag. Staf Pengajar ibu Yosi (Staf Guru Hongkong)
Wawancara langsung R. Fathony, Marketing dan Konseling PT Pelita Karya
Juhari
Wigulo, Metode Penelitian, Jakarta: Grafindo, 2002
Muhammad Riza Rosadi, Solusi Islam Terhadap Masalah Ketenagakerjaan,
(http://politisimuslim.wordpress.com/2007/04/21/solusi-islam-terhadap
masalah ketenagakerjaan)
BIODATA MAHASISWA
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Mustofa
Tempat/tanggal lahir : Kendal, 11 Mei 1983
Alamat : Karang Malang 02/03 Kec. Kangkung Kab. Kendal 51353
Nama orang tua
Bapak : Miftah
Ibu : Musripah
Alamat : Karang Malang 02/03 Kec. Kangkung Kab. Kendal 51353
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya .
Semarang, 14 Juni 2012
Penulis,
Mustofa
NIM. 052311173
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Mustofa
Tempat/tanggal lahir : Kendal, 11 Mei 1983
Alamat : Karang Malang 02/03 Kec. Kangkung Kab. Kendal 51353
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Jenjang pendidikan :
1. SDN 02 Karang Malang Tahun lulus 1996
2. SMPN 02 Cepiring Tahun lulus 1999
3. MAN 1 Semarang Tahun lulus 2003
4. Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang Tahun lulus 2012
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya dan semoga
dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, 14 Juni 2012
Penulis,
Mustofa
NIM. 052311173
Nama : Ratih Lusiana Ningrum
Tempat/tanggal lahir : Kendal, 25 Januari 1985
Alamat : Perumahan Kaliwungu Permai
Jabatan : Calon TKI Hongkong
Pertanyaan
1. Apa alasan Anda memilih bekerja ke luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia?
Ya, karena di sana gajinya lebih besar dari pada kerja di Indonesia dan mau
mencari pengalaman kerja di luar Negeri.
2. Anda mendaftar diri sebagai calon tenaga kerja Indonesia atas keinginan sendiri atau
dorongan dari orang lain?
Atas keinginan saya sendiri.
3. Dimana Anda mendaftar sebagai calon tenaga kerja Indonesia?
Saya mendaftarkan diri sebagai tenaga kerja Indonesia di PT Pelita Karya Juhari
Cabang Kendal.
4. Mengapa Anda memilih PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal?
Karena setelah saya survei, PT Pelita Karya Juhari dalam memfasilitasi dan
memberangkatkan calon TKI lebih bagus dari PT yang lain.
5. Dari mana Anda mengetahui informasi tentang PT. Pelita Karya Juhari Cabang
Kendal?
Saya mengetahuinya dari informasi teman, brosur dan PL (Penyalur TKI).
6. Siapa yang mendaftarkan Anda di PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal?
Saya mendaftar di PT Pelita Karya Juhari dibawa oleh PL (penyalur TKI).
7. Syarat-syarat apa saja yang Anda bawa untuk mendaftar sebagai calon tenaga kerja
Indonesia di PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal?
Kartu keluarga, akte, KTP, ijazah, surat izin orang tua.
8. Lokal area Negara mana Anda diberangkatan sebagai Tenaga Kerja Indonesia?
Negara Hongkong.
9. Bekerja disektor apa Anda di luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia?
Bekerja di sektor informal sebagai PRT.
10. Berapa gaji yang nanti Anda terima?
Saya, mendapatkan gaji 3740 dolar Hongkong.
11. Menurut Anda, apakah cukup gaji yang diterima nanti untuk memenuhi kebutuhan
Anda?
Cukup tidak cukup ya mas, diterima saja apa yang sudah ada memang segitu
gajinya.
12. Sebelum Anda diberangkatkan ke luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia, apakah
Anda diberi pembekalan ketrampilan tenaga kerja terlebih dahulu?
Ya, saya mendapatkan pembekalan ketrampilan kerja.
13. Di mana Anda mendapatkan pembekalan ketrampilan tenaga kerja?
Saya mendapatkan pembekalan ketrampilan kerja di PT Pelita Karya Juhari Pusat
dan Cabang Kendal, serta BLK-N.
14. Sudah Berapa lama anda mendapatkan pembekalan ketrampilan kerja?
Kurang lebih sudah 2 bulanan.
15. Berapa lama biasanya pembekalan ketrampilan kerjanya?
Tergantung ya mas, ada yang 3 bulan yang sudah pengalaman kerja, 6 bulan, ada
juga yang sampai 1 tahun lebih baru bisa diberangkatkan.
16. Pembekalan ketrampilan apa yang Anda dapatkan?
Pembekalan ketrampilan yang saya dapatkan yang paling utama, yaitu
pembelajaran tentang bahasa, etika, adat istiadat/ kebiasaan Negara tujuan,
Khusus untuk PRT pembekalan tentang mengurus rumah, seperti memasak,
mencuci, bersih-bersih rumah dan lain sebagainya.
17. Sebagai calon Tenaga kerja Indonesia Apakah Anda mengetahui tentang perjanjian
Tenaga Kerja Indonesia dengan Perusahaan Tenaga Kerja Indonesia?
Ya, saya mengetahuinya.
18. Apa isi perjanjiannya?
Dalam perjanjian kerja harus dicantumkan Negara tujuan, sektor kerja/pekerjaan,
gaji atau upah kerja, serta hak-hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Kendal, 16 Mei 2012
Calon TKI Hongkong
Ratih Lusiana Ningrum
Nama : Lia Novita
Tempat/tanggal lahir : Kendal, 14 September 1987
Alamat : Karangmulyo 02/02 Kec. Pegandon Kab. Kendal
Jabatan : Calon TKI Hongkong
Pertanyaan
1. Apa alasan Anda memilih bekerja ke luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia?
Ya, karena di sana gajinya lebih besar dari pada kerja di Indonesia dan mau
mencari pengalaman kerja di luar Negeri.
2. Anda mendaftar diri sebagai calon tenaga kerja Indonesia atas keinginan sendiri atau
dorongan dari orang lain?
Atas keinginan saya sendiri dan orang tua.
3. Dimana Anda mendaftar sebagai calon tenaga kerja Indonesia?
Saya mendaftarkan diri sebagai tenaga kerja Indonesia di PT Pelita Karya Juhari
Cabang Kendal.
4. Mengapa Anda memilih PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal?
Karena setelah saya survei, PT Pelita Karya Juhari dalam memfasilitasi dan
memberangkatkan calon TKI lebih bagus dari PT yang lain.
5. Dari mana Anda mengetahui informasi tentang PT. Pelita Karya Juhari Cabang
Kendal?
Saya mengetahuinya dari informasi teman, brosur dan PL (Penyalur TKI).
6. Siapa yang mendaftarkan Anda di PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal?
Saya mendaftar di PT Pelita Karya Juhari dibawa oleh PL (penyalur TKI).
7. Syarat-syarat apa saja yang Anda bawa untuk mendaftar sebagai calon tenaga kerja
Indonesia di PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal?
Kartu keluarga, akte, KTP, ijazah, surat izin orang tua.
8. Lokal area Negara mana Anda diberangkatan sebagai Tenaga Kerja Indonesia?
Negara Hongkong.
9. Bekerja disektor apa Anda di luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia?
Bekerja di sektor informal sebagai PRT.
10. Berapa gaji yang nanti Anda terima?
Saya, mendapatkan gaji 3740 dolar Hongkong.
11. Menurut Anda, apakah cukup gaji yang diterima nanti untuk memenuhi kebutuhan
Anda?
Cukup tidak cukup ya mas, diterima saja apa yang sudah ada memang segitu
gajinya.
12. Sebelum Anda diberangkatkan ke luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia, apakah
Anda diberi pembekalan ketrampilan tenaga kerja terlebih dahulu?
Ya, saya mendapatkan pembekalan ketrampilan kerja.
13. Di mana Anda mendapatkan pembekalan ketrampilan tenaga kerja?
Saya mendapatkan pembekalan ketrampilan kerja di PT Pelita Karya Juhari Pusat
dan Cabang Kendal, serta BLK-N.
14. Sudah Berapa lama anda mendapatkan pembekalan ketrampilan kerja?
Kurang lebih sudah 1 bulanan.
15. Berapa lama biasanya pembekalan ketrampilan kerjanya?
Tergantung ya mas, ada yang 3 bulan yang sudah pengalaman kerja, 6 bulan, ada
juga yang sampai 1 tahun lebih baru bisa diberangkatkan.
16. Pembekalan ketrampilan apa yang Anda dapatkan?
Pembekalan ketrampilan yang saya dapatkan yang paling utama, yaitu
pembelajaran tentang bahasa, etika, adat istiadat/ kebiasaan Negara tujuan,
Khusus untuk PRT pembekalan tentang mengurus rumah, seperti memasak,
mencuci, bersih-bersih rumah dan lain sebagainya.
17. Sebagai calon Tenaga kerja Indonesia Apakah Anda mengetahui tentang perjanjian
Tenaga Kerja Indonesia dengan Perusahaan Tenaga Kerja Indonesia?
Ya, saya mengetahuinya.
18. Apa isi perjanjiannya?
Dalam perjanjian kerja harus dicantumkan Negara tujuan, sektor kerja/pekerjaan,
gaji atau upah kerja, serta hak-hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Kendal, 16 Mei 2012
Calon TKI Hongkong
Lia Novita
Nama : Sujiati
Tempat/tanggal lahir : Kendal, 7 Juni 1986
Alamat : Turunrejo 03/01 Kec. Brangsong Kab. Kendal
Jabatan : Calon TKI Taiwan
Pertanyaan
1. Apa alasan Anda memilih bekerja ke luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia?
Ya, karena di sana gajinya lebih besar dari pada kerja di Indonesia dan mau
mencari pengalaman kerja di luar Negeri.
2. Anda mendaftar diri sebagai calon tenaga kerja Indonesia atas keinginan sendiri atau
dorongan dari orang lain?
Atas keinginan saya sendiri.
3. Dimana Anda mendaftar sebagai calon tenaga kerja Indonesia?
Saya mendaftarkan diri sebagai tenaga kerja Indonesia di PT Pelita Karya Juhari
Cabang Kendal.
4. Mengapa Anda memilih PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal?
Karena setelah saya survei, PT Pelita Karya Juhari dalam memfasilitasi dan
memberangkatkan calon TKI lebih bagus dari PT yang lain.
5. Dari mana Anda mengetahui informasi tentang PT. Pelita Karya Juhari Cabang
Kendal?
Saya mengetahuinya dari informasi teman, brosur dan PL (Penyalur TKI).
6. Siapa yang mendaftarkan Anda di PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal?
Saya mendaftar di PT Pelita Karya Juhari dibawa oleh PL (penyalur TKI).
7. Syarat-syarat apa saja yang Anda bawa untuk mendaftar sebagai calon tenaga kerja
Indonesia di PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal?
Kartu keluarga, akte, KTP, ijazah, surat izin orang tua.
8. Lokal area Negara mana Anda diberangkatan sebagai Tenaga Kerja Indonesia?
Negara Hongkong.
9. Bekerja disektor apa Anda di luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia?
Bekerja di sektor informal sebagai house maid (PLRT)
10. Berapa gaji yang nanti Anda terima?
Saya, mendapatkan gaji NT 15840 atau 4.740.000 (Empat Juta Tujuh Ratus Empat
Puluh Ribu Rupiah).
11. Menurut Anda, apakah cukup gaji yang diterima nanti untuk memenuhi kebutuhan
Anda?
Cukup tidak cukup ya mas, diterima saja apa yang sudah ada memang segitu
gajinya.
12. Sebelum Anda diberangkatkan ke luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia, apakah
Anda diberi pembekalan ketrampilan tenaga kerja terlebih dahulu?
Ya, saya mendapatkan pembekalan ketrampilan kerja.
13. Di mana Anda mendapatkan pembekalan ketrampilan tenaga kerja?
Saya mendapatkan pembekalan ketrampilan kerja di PT Pelita Karya Juhari Pusat
dan Cabang Kendal, serta BLK-N.
14. Sudah Berapa lama anda mendapatkan pembekalan ketrampilan kerja?
Kurang lebih sudah 2 bulanan.
15. Berapa lama biasanya pembekalan ketrampilan kerjanya?
Tergantung ya mas, ada yang 3 bulan yang sudah pengalaman kerja, 6 bulan, ada
juga yang sampai 1 tahun lebih baru bisa diberangkatkan.
16. Pembekalan ketrampilan apa yang Anda dapatkan?
Pembekalan ketrampilan yang saya dapatkan yang paling utama, yaitu
pembelajaran tentang bahasa, etika, adat istiadat/ kebiasaan Negara tujuan,
Khusus untuk PRT pembekalan tentang mengurus rumah, seperti memasak,
mencuci, bersih-bersih rumah dan lain sebagainya.
17. Sebagai calon Tenaga kerja Indonesia Apakah Anda mengetahui tentang perjanjian
Tenaga Kerja Indonesia dengan Perusahaan Tenaga Kerja Indonesia?
Ya, saya mengetahuinya.
18. Apa isi perjanjiannya?
Dalam perjanjian kerja harus dicantumkan Negara tujuan, sektor kerja/pekerjaan,
gaji atau upah kerja, serta hak-hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Kendal, 16 Mei 2012
Calon TKI Hongkong
Sujiati
Daftar Pertanyaan dan Jawaban Hasil Wawancara
di PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal
Nama : Juhari
Jabatan : Direktur Utama PT. Pelita Karya Juhari
Alamat : Jl. Winong-Gabus km 5 Pati ds. Winong Kec. Winong Kab.
Pati.
1. Kapan PT. Pelita Karya Juhari cabang Kendal didirikan?
PT. Pelita Karya Juhari Cabang Kendal berdiri pada tanggal 23 Agustus
2010 oleh bapak Juhari.
2. Sudah berapa lama PT. Pelita Karya Juhari didirikan di Kendal?
Sejak tanggal didirikan sampai sekarang kurang dari 2 tahun.
3. Mengapa namanya PT. Pelita Karya Juhari?
Karena ada makna dari nama PT tersebut yaitu: Pelita artinya (terang),
Karya (karya, kreasi), Juhari (nama pemilik perusahaan), jadi PT. Pelita
Karya Juhari adalah perusahaan PJTKI yang dimiliki oleh bapak juhari
sendiri yang sudah lama dikenal oleh masyarakat.
4. Mengapa PT. Pelita Karya Juhari didirikan di Kendal? Apa yang
melatarbelakanginya?
PJTKI ini berdiri bermula dari minimnya lapangan kerja di Indonesia
yang mengakibatkan banyaknya pengangguran yang terjadi di Indonesia
pada umumnya dan khususnya di Kendal. Dari banyaknya calon-calon
tenaga kerja Indonesia yang ingin mencari kerja keluar negeri, terutama
yang ada di Kendal, maka bapak Juhari sebagai pendiri sekaligus kepala
PT. Pelita Karya Juhari hingga sekarang mempunyai inisiatif untuk
memfasilitasi para calon tenaga kerja Indonesia tersebut untuk
memberangkatkan dan menempatkan kerja keluar negeri.
5. Dimanakah alamat kantor pusat PT. Pelita Karya Juhari?
Jl. Winong-Gabus km 5 Pati ds. Winong kec. Winong kab. Pati.
6. Lokal area Negara mana saja PT. Pelita Karya Juhari dalam
memberangkatkan calon tenaga kerja Indonesia?
Malaysia, Singapore, Hongkong, Taiwan.
7. Berapa jumlah biaya yang harus ditanggung PT. Pelita Karya Juhari dalam
membiayai keberangkatan calon tenaga kerja Indonesia?
Jumlah keselurahan biaya yang dikeluarkan Rp: 21.000.000,00 (dua
puluh satu juta rupiah) untuk satu orang.
8. Berapa masa kontrak kerja TKI?
Periode kontrak kerja 2 tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan
aturan perundangan yang berlaku.
9. Bagaimanakah prosedur pendaftaran calon tenaga kerja Indonesia?
Proses pendaftaran menjadi calon tenaga kerja Indonesia syaratnya
sangat mudah yaitu: mendaftarkan diri menjadi CTKI, mengisi formulir
pendaftaran dengan menyertakan (KTP, Kartu Keluarga,
Akte/Ijazah/Surat Nikah asli, Surat izin suami/isteri/keluarga).
10. Bagaimana prosedur perjanjian kerja antara calon TKI dan PJTKI?
Prosedurnya yaitu, Pengurusan surat izin pengerahan, Perekrutan calon
TKI, pendidikan dan pelatihan kerja calon TKI, Uji kompetensi,
Pemeriksaan kesehatan dan spikologi, Pengurusan dokumen, Pembekalan
akhir pemberangkatan, Pemberangkatan.
11. Bagaimanakah proses perjanjian kerja antara calon TKI dan PJTKI?
Dalam perjanjian kerjanya harus dicantumkan Negara tujuan dan sektor
kerjanya, masa kontrak kerja, gaji/upah tenaga kerja, dan baik pihak
pertama (PJTIKI) dan (TKI) mengetahui akan hak dan kewajibannya
masing-masing.
Kendal, 05 April 2012
Direktur Utama PT Pelita Karya Juhari
Juhari
PERJANJIAN PENEMPATAN ANTARA PERUSAHAAN JASA TENAGA
KERJA INDONESIA (PJTKI) DENGAN CALON TENAGA KERJA
INDONESIA
Perjanjian penempatan tenaga kerja Indonesia ini dibuat pada hari Senin tanggal
19 bulan Maret tahun 2012 oleh :
Nama : Juhari
Alamat : Jl. Winong-Gabus km 5 Pati ds. Winong Kec. Winong Kab. Pati
Telepon : (0295) 5500350 Hp. 0811297866
Fax : (0295) 5516575
Yang selanjutnya akan disebut sebagai Pihak Pertama.
Pihak pertama dan pihak kedua telah sepakat untuk membuat perjanjian dalam hal
penempatn TKI dengan ketentuan sebagai berikut:
Nama : Afif Sugiyanti
Tempat/Tanggal lahir : Kendal, 23 Januari 1985
Alamat : Tanjung Mojo 04/02 Kec. Kangkung Kab. Kendal
No. Paspor :
Yang selanjutnya akan disebut sebagai Pihak Kedua.
Pasal 1
1. Pihak pertama adalah perusahaan tenaga kerja Indonesia yang
melaksanakan penempatan tenga kerja Indonesia.
2. Pihak kedua adalah calon tenaga kerja Indonesia yang akan ditempatkan
ke Negara tujuannya.
Pasal 2
Pra Penempatan
Pihak Pertama
1 Pihak pertama telah memberi penjelasan pihak kedua tentang seluruh
proses penempatan TKI, Negara tujuan, kualifikasi TKI, syarat kerja,
kondisi kerja, resiko pekerjaan, peraturan perundangan, hak dan
kewajiban, biaya yang harus ditanggung oleh TKI serta jaminan sosial
yang berlaku dan dijalani oleh calon TKI.
2 Pihak kedua tidak pernah mendapatkan pemaksaan apapun dari pihak
manapun dan telah mendapatkan izin dari keluarga atau suami untuk
menjalani proses penempatan TKI.
3 Pihak kedua tidak sedang atau pernah menderita sakit yang berbahaya dan
rawan kambuh seperti, maag, darah tinggi, segala penyakit kulit, pernah
operasi, pernah patah tulang, kelainan fisik dan psikologis, TBC, tumor,
kanker, dan penyakit-penyakit berbahaya dan rawan kambuh lagi.
Pihak Kedua
1. Pihak pertama bersedia menempatkan pihak kedua sebagai TKI Negara
tujuan dan sektor kerja sesuai dengan kualifikasi dan persyaratan calon
TKI.
Pasal 3
Negara Tujuan dan Sektor Kerja
Pihak kedua bersedia ditempatkan sebagai TKI dinegara (Hongkong) bekerja
disektor informal.
Pasal 4
Masa Kontrak Kerja
Periode kontrak kerja pihak kedua dengan pengguna jasa berlaku selama 2
tahun, terhitung sejak dikeluarkannya permit kerja oleh Negara pengguna jasa
dan dapat diperpanjang sesuai dengan aturan perundangan Negara Indonesia
dan negara pengguna jasa.
Pasal 5
Gaji
Pihak kedua mendapatkan gaji minimum dari pengguna jasa sebesar :
Negara (ex; Hongkong) : HK$ 3740 (Tiga Ribu Tujuh Ratus Empat Puluh
Dollar Hongkong).
Pasal 6
Proses Penempatan
1. Pihak kedua bersedia menjalani seluruh proses penempatan TKI setelah
lolos seleksi awal oleh pihak pertama, dimulai dari medical chek up,
kelengkapan dokumen, pelatihan dan penampungan di PT. Pelita Karya
Juhari sampai dengan berangkat ke Negara tujuannya.
2. Apabila proses penempatan pihak kedua gagal karena pihak kedua telah
masuk daftar hitam di Negara pengguna jasa, maka segala resiko termasuk
biaya penempatan menjadi tanggung jawab pihak kedua.
3. Pihak pertama menyediakan seluruh fasilitas proses penempatan TKI dan
pelaksanaannya untuk memberikan pelayanan terhadap TKI.
4. Pihak pertama akan memberangkatkan pihak kedua setelah TKI mendapat
visa kerja Negara pengguna jasa.
5. Pihak pertama memberikan pelatihan yang cukup, baik bahasa,
ketrampilan kerja, iklim dan budaya kerja, dan hal-hal lain yang perlu
dilakukan sejak masa pra penempatan sampai dengan purna penempatan.
Pasal 7
Kewajiban dan Hak
Pihak Pertama
Kewajiban
1. Pihak pertama wajib memberi penjelasan kepada pihak kedua tentang
seluruh proses penempatan TKI, Negara tujuan, kualifikasi TKI, syarat
kerja, kondisi kerja, resiko pekerjaan, peraturan perundangan , hak dan
kewajiban, biaya yang harus ditanggung oleh TKI, serta jaminan sosial
yang akan berlaku dan dijalani oleh calon TKI.
2. Pihak pertama wajib menempatkan pihak kedua di Negara tujuan dan
sektor pekerjaan sesuai dengan pasal Negara tujuan dan sektor pekerjaan
pada perjanjian penempatan ini.
3. Pihak pertama wajib memberikan pelatihan kepada pihak kedua di BLK-
LN yang telah diakui Disnakertrans Kabupaten Pati.
4. Pihak pertama wajib memberikan pelayanan dan perlindungan kepada
pihak kedua, sesuai dengan pasal pelayanan dan perlindungan pada
perjanjian ini.
Hak
1. Pihak pertama berhak mendapatkan informasi dari pihak kedua sejak masa
pra penempatan sampai dengan masa purna penempatan untuk keperluan
penempatn, pelayanan, dan perlindungan pihak kedua sebagai TKI di luar
negeri.
2. Pihak pertama berhak menghentikan proses penempatan pihak kedua
sebagai TKI, apabila pihak kedua melanggar aturan dan prosedur
penempatan, aturan BLK-LN dan pasal-pasal dalam perjanjian
penempatan ini.
3. Pihak pertama berhak menuntut ganti rugi biaya proses penempatan
kepada pihak kedua dan keluarganya sesuai dengan pasal pembiayaan dan
pembayaran.
Pihak Kedua
Kewajiban
1. Pihak kedua wajib mengetahui segala hal yang berkaitan dengan proses
penempatan.
2. Pihak kedua wajib memberikan segala informasi dan keterangan tentang
dirinya yang dibutuhkan untuk seluruh proses penempatan TKI secara
benar dan jujur.
3. Pihak kedua wajib mentaati seluruh aturan dan prosedur penempatan TKI,
serta aturan BLK-LN.
4. Pihak kedua wajib mengikuti seluruh pelatihan di PT. Pelita Karya Juhari.
5. Pihak kedua wajib menjalankan seluruh aturan kontrak kerja dan
perjanjian penempatan, sesuai dengan Negara tujuan, sektor kerja, dan
biodata yang telah ditanda tangani.
6. Pihak kedua wajib membayar seluruh biaya proses yang telah dikeluarkan
oleh pihak pertama.
Hak
1. Pihak kedua berhak mendapatkan penjelasan tentang seluruh proses
penempatan TKI, Negara tujuan, kualifikasi TKI, syarat kerja, kondisi
kerja, resiko pekerjaan, peraturan perundangan, hak dan kewajiban, biaya
yang harus ditanggung oleh TKI, serta jaminan sosial yang berlaku dan
dijalani oleh calon TKI.
2. Pihak kedua berhak untuk menetukan Negara tujuan dan sektor kerja yang
dikehendaki, sesuai dengan bakat dan kemampuannya berdasarkan aturan
standarisasi kemampuan dan ketrampilan yang ditetapkan oleh pemerintah
Indonesia dan Negara pengguna jasa.
3. Pihak kedua berhak untuk mendapatkan perlakuan dan pekerjaan yang
wajar serta manusiawi, selama masa pra penempatan sampai dengan purna
penempatan sesuai dengan aturan perundangan dan adat istiadat wilayah
dan Negara setempat dimana pihak pertama berada.
4. Pihak kedua berhak mendapatkan pelayanan dan perlindungan dari pihak
pertama, berdasarkan pasal tentang pelayanan dan perlindungan pada
perjanjian penempatan ini.
Pati, 19 Maret 2012
Pihak Kedua Pihak Pertama
Afif Sugiyanti