analisis hubungan gaya kepemimpinan dengan … · analisis hubungan gaya kepemimpinan dengan...
TRANSCRIPT
ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN
KINERJA KELOMPOK TANI
(Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera,
Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong,
Kabupaten Bandung Barat)
DHARMA SIDDIQ
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Hubungan
Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Kelompok Tani (Studi Kasus: Kelompok
Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong,
Kabupaten Bandung Barat) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Dharma Siddiq
NIM H34080005
ABSTRAK DHARMA SIDDIQ. Analisis Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja
Kelompok Tani. Dibimbing oleh WAHYU BUDI PRIATNA.
Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) merupakan salah
satu dari Triple Track Strategy dari pemerintah dalam rangka pengurangan
kemiskinan dan pengangguran serta peningkatan daya saing ekonomi nasional dan
menjaga kelestarian sumber daya pertanian, perikanan dan kehutanan. Pembinaan
kelompok tani menjadi bagian penting dengan cara mengarahkan pada penerapan
sistem agribisnis, peningkatan peranan kepemimpinan, peran serta petani dan
anggota masyarakat pedesaan lainnya. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
gaya kepemimpinan, faktor-faktor yang mengarahkan gaya kepemimpinan,
kinerja kelompok tani, dan hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja
kelompok tani Karya Sejahtera, di Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong,
Kabupaten Bandung Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Non-Probability Sampling, analisis statistik deskriptif, dan uji korelasi Rank
Spearman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang
diterapkan oleh ketua kelompok tani Karya Sejahtera adalah gaya kepemimpinan
partisipatif. Faktor individual pemimpin dan faktor kelompok dapat mengarah
gaya kepemimpinan. Berdasarkan analisis statistik dekskriptif kinerja kelompok
tani Karya Sejahtera memiliki rata-rata skor sedang (3.45). Berdasarkan uji
korelasi Rank spearman terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan ketua
kelompok dengan kinerja kelompok tani Karya Sejahtera.
Kata kunci: kepemimpinan, kelompok tani, kinerja
ABSTRACT DHARMA SIDDIQ. The Analysis Of Leadership Relation With The Performance
Of Farmer Groups. Supervised by WAHYU BUDI PRIATNA.
Revitalization of Agriculture, Fisheries and Forestry (RPPK) is one of the
Triple Track Strategy of the government in order to reduce poverty and
unemployment and improving the competitiveness of the national economy and
preserve agricultural resources, fisheries and forestry. Development of farmer
groups become an important part of the application by directing the agribusiness
system, an increase in the role of leadership, the participation of farmers and other
rural community members. This research was conducted to analyze the leadership
style, the factors which drive leadership style, performance farmer groups, and the
relationship with the leadership style of performance Karya Sejahtera farmer
groups, in Karyawangi Village, Parongpong Subdistrict, West Bandung. The
method used in this study is the Non-Probability Sampling, descriptive statistical
analysis, and the Spearman rank correlation test. The results of this study indicate
that the leadership style adopted by the laeder of Karya Sejahtera farmer group is
a participative leadership style. Based on the descriptive statistical analysis of
Karya Sejahtera farmer groups had an average score of moderate (3.45). Based on
rank spearman test there are any relation betwen leaddership style of the group
leader and Karya Sejahtera farmer group.
Keywords: leadership, farmer group, performance
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN
KINERJA KELOMPOK TANI
(Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera,
Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong,
Kabupaten Bandung Barat)
DHARMA SIDDIQ
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Analisis Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja
Kelompok Tani (Studi Kasus : Kelompok Tani Ternak Karya
Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong,
Kabupaten Bandung Barat)
Nama : Dharma Siddiq
NIM : H34080005
Disetujui oleh
Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2012 ini ialah gaya
kepemimpinan dengan judul Analisis Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan
Kinerja Kelompok Tani (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera,
Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Wahyu Budi Priatna,
MSi sebagai Dosen Pembimbing atas semua bimbingan, arahan, waktu, motivasi,
dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
Begitu juga dengan Bapak Ir. Burhanuddin, MM dan Ibu Ir. Narni Farmayanti,
MSc sebagai dosen penguji sidang, serta seluruh staf Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor yang telah banyak
membantu selama penulisan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dikdik dan Ibu
Nenden beserta keluarga yang telah bersedia memberikan bantuan berupa tempat
tinggal selama penelitian. Bapak Ayi Maman, dan Bapak Agus beserta seluruh
anggota kelompok tani ternak Karya Sejahtera yang telah banyak direpotkan dan
banyak membantu penulis selama berada di Desa Karyawangi. Teman-teman
Agritrash, HIPMA, “ORASI” BEM FEM 2010, anggota Gladikarya Karyawangi,
teman-teman sebimbingan skripsi, teman-teman agribisnis (angkatan 42, 43, 44,
45, 46 dan 47). Teman-teman kostan Wisma Alma dan kontrakan “Naga Ganteng”
Cecep, Ikhsan, Febri, Hendri, Rasyd, Imam, Husein, Buyung, Joko, Malik, Ryan
S, dan Tsamaniatul serta seluruh pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini
saya ucapkan terima kasih.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014
Dharma Siddiq
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 6
Manfaat Penelitian 7 Ruang Lingkup Penelitian 7
TINJAUAN PUSTAKA 7
Studi Empiris terkait Gaya Kepemimpinan 7
Studi Empiris terkait Kinerja kelompok 10
KERANGKA PEMIKIRAN 11
Kerangka Pemikiran Teoritis 11
Kerangka Pemikiran Operasioanal 18
Hipotesis 20
METODE PENELITIAN 20 Lokasi dan Waktu Penelitian 20 Metode Penentuan Sampel 20 Data dan Instrumentasi 21
Metode Pengumpulan Data 22
Metode Pengolahan dan Analisis Data 23
Depenisi Operasional 23
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27
Kecamatan Parongpong 27
Desa Karyawangi 28
Kelompoktani Ternak Karya Sejahtera 30
Karakteristik Peternak Responden 32
HASIL DAN PEMBAHASAN 34
Analisis Gaya Kepemimpinan 34 Analisis Fakto-Faktor yang Mengarahkan Gaya Kepemimpinan 36 Analisis Kinerja Kelompok Tani 43
Analisis Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Kelompok Tani 45
SIMPULAN DAN SARAN 48
Simpulan 48 Saran 48
DAFTAR PUSTAKA 49
LAMPIRAN 50
RIWAYAT HIDUP 65
DAFTAR TABEL
1 Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian Indonesia tahun
2005-2009 1 2 Studi penelitian terdahulu berkaitan dengan penelitian 11 3 Keadaan agroklimat Kecamatan Parongpong 27 4 Keadaan penduduk Kecamatan Parongpong 28 5 Jumlah penduduk Desa Karyawangi tahun 2010 29 6 Rataan skor dan persentase tingkatan penilaian terhadap gaya ke
pemimpinan ketua kelompok tani Karya Sejahtera 35 7 Rataan skor dan persentase tingkatan penilaian terhadap faktor
individual ketua kelompok tani Karya Sejahtera 37 8 Hubungan faktor individual dengan gaya kepemimpinan 39 9 Rataan skor dan persentase tingkatan penilaian aspek tujuan kelompok 41
10 Rataan skor dan tingkat penilaian aspek struktur kelompok 41 11 Hubungan faktor kelompok dengan gaya kepemimpinan 42 12 Rataan skor dan persentase tingkat penilaian aspek kinerja kelompok
tani Karya Sejahtera 44 13 Hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja kelompok tani 46
DAFTAR GAMBAR
1 Strategi pengembangan kelembagaan petani 2 2 Paradigma pengembangan kelembagaan pertanian 4
3 Kerangka pemikiran operasional 19
4 Sebaran peternak responden berdasarkan umur 32
5 Sebaran peternak responden berdasarkan tingkat pendidikan formal 33
6 Sebaran peternak responden berdasarkan pengalaman berternak 34
DAFTAR LAMPIRAN
1 Populasi sapi perah menurut provinsi tahun 2008-2012 50 2 Ketersediaan konsumsi susu tahun 2006-2010 51 3 Wilayah pengembangan kawasan peternakan, Kabupaten Bandung
Barat 52 4 Masalah dalam pengembangan kawasan peternakan dan perikanan
Kabupaten Bandung Barat 53 5 Hasil uji validitas terhadap 30 responden 54 6 Hasil uji reliabilitas terhadap 30 Responden 58 7 Dokumentasi penelitian di Kelompok Karya Sejahtera 60 8 Struktur organisasi kelompok tani ternak sapi perah Karya Sejahtera 61
9 Hasil korelasi uji Rank Spearman‟s antara faktor individual pemimpin
dengan gaya kepemimpinan 62 10 Hasil korelasi uji Rank Spearman‟s antara faktor kelompok dengan
gaya kepemimpinan 63 11 Hasil korelasi uji Rank Spearman‟s antara gaya kepemimpinan dengan
kinerja kelompok tani 64
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam kegiatan perekonomian
di Indonesia. Pertanian juga dipandang sebagai suatu sektor yang memiliki
kemampuan khusus dalam memadukan pertumbuhan dan pemerataan (growth
with equity) atau pertumbuhan yang berkualitas. Hal ini ditunjukkan bahwa sekitar
45 persen tenaga kerja bergantung pada sektor pertanian maka tidak heran
pertanian dapat menjadi basis pertumbuhan terutama di pedesaan (Daryanto 2009).
Kontribusi PDB (Produk Domestik Bruto) sektor pertanian juga menunjukkan
bahwa pentingnya membangun pertanian yang berkelanjutan secara konsisten
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Pada tahap awal periode 2005 sampai
2009 pertumbuhan PDB masih di bawah target, tetapi pertumbuhan PDB terus
meningkat bahkan di tahun 2008 berhasil melampaui target yang ditetapkan. Hal
ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian Indonesia tahun
2005-2009
Tahun Target (%) Capaian (%)
2005 3.20 2.50
2006 3.40 3.20
2007 3.60 3.40
2008 3.60 5.16
2009 3.80 3.57*
Rata-rata 3.52 3.30 Sumber : Kementrian pertanian. (2009)
*Angka sementara
Menurut Mosher (1967) tujuan pembangunan pertanian adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya. Upaya pembangunan
pertanian erat kaitannya dengan upaya pengembangan sumber daya manusia
khususnya para petani, karena para petani yang mengatur dan menggiatkan
pertumbuhan tanaman dan hewan dalam usahataninya.
Pemerintah dalam hal ini Presiden RI terus mengupayakan pembangunan
pertanian untuk peningkatan kesejahteraan petani. Pencanangan Revitalisasi
Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) pada tanggal 11 Juni 2005
merupakan salah satu dari Triple Track Strategy dari pemerintah dalam rangka
pengurangan kemiskinan dan pengangguran serta peningkatan daya saing
ekonomi nasional dan menjaga kelestarian sumber daya pertanian, perikanan dan
kehutanan. Arah RPPK mewujudkan pertanian tangguh untuk pemantapan
ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian
serta peningkatan kesejahteraan petani. Untuk itu, diperlukan dukungan sumber
daya manusia berkualitas melalui penyuluhan pertanian dengan pendekatan
kelompok yang dapat mendukung sistem agribisnis berbasis pertanian (tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan). Salah satu bagian penting
dalam program RPPK adalah pembinaan dalam rangka penumbuhan dan
2
pengembangan kelompok tani menjadi kelompok yang kuat dan mandiri untuk
meningkatkan pendapatan petani dan keluarganya. Pembinaan kelompok tani
masih menjadi bagian penting ketika akan melanjutkan revitalisasi tersebut
dengan cara mengarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peranan,
peran serta petani dan anggota masyarakat pedesaan lainnya, dengan
menumbuhkembangkan kerja sama antar petani dan pihak lainnya yang terkait
untuk mengembangkan usahataninya. Selain itu, pembinaan kelompok tani
diharapkan dapat membantu menggali potensi, memecahkan masalah usahatani
anggotanya secara lebih efektif, dan memudahkan dalam mengakses informasi,
pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya 1)
.
Secara umum pertanian (mencakup tanaman pangan, holtikultura,
perkebunan, dan peternakan) dalam perkembangannya yang biasa kita disebut
agribisnis merupakan satu kesatuan sistem yang saling terintegrasi satu sama lain,
mulai dari usaha hulu, on farm (usaha tani), pengolahan (agroindustri), hingga
pemasaran dan lembaga penunjang pertanian. Kelembagaan penunjang pertanian
sangat dibutuhkan untuk membangun sistem agribisnis. Kelembagaan penunjang
pertanian tersebut meliputi kelembagaan keuangan (modal), pendidikan (tenaga
kerja), penelitian (teknologi), koperasi, kelompok tani, serta gabungan kelompok
tani.
Kelembagaan pertanian di Indonesia seperti kelompok tani hingga kini telah
banyak berkembang. Pemerintah terus melakukan strategi pengembangan
kelembagaan petanian khususnya kelompok tani. Strategi tersebut diantaranya;
sosialisasi kebijakan penumbuhan kepedulian masyarakat, penataan kelembagaan
penguatan akuntabilitas kelembagaan, pelembagaan sistem perencanaan
partisipatif, pengembangan jaringan serta pengembangan kemampuan advokasi
kelembagaan (Gambar 1).
Kelompok tani dibentuk atas dasar kepentingan yang sama dan asas
kekeluargaan. Selain itu, berdasarkan karakteristiknya, kelompok tani pada
dasarnya organisasi non formal di pedesaan yang ditumbuhkembangkan “dari,
1)
Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan kehutanan (RPPK). www.deptan.go.id [diakses tanggal
31 Maret 2012]
Gambar 1. Strategi pengembangan kelembagaan petani Sumber: Peraturan Menteri Pertanian No. 273/kpts/Ot.160/4/2007
5
6
7
8
0 20 40 60 80
Dia
met
er b
unga
(cm
)
Tingkat naungan (%)
3
oleh dan untuk petani”. Kelompok tani sudah seharusnya mengambil peranan
lebih dalam peningkatan kesejahteraan petani, akan tetapi pada umumnya masih
banyak petani yang enggan bergabung atau ikut menjadi anggota kelompok tani.
Para petani masih merasa tidak ada perbedaan secara signifikan keuntungan yang
diperoleh antara petani yang berkelompok dan petani pada umumnya. Hal ini
kemungkinan besar disebabkan oleh kelompok tani belum menjalankan fungsi
maupun kinerjanya secara maksimal.
Dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 273/kpts/Ot.160/4/2007 disebutkan
bahwa: Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk
atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi,
sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha
anggota. Ciri kelompok tani adalah (1) saling mengenal, akrab dan saling percaya
diantara sesama anggota; (2) mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama
dalam berusaha tani; (3) memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman,
hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan,
dan ekologi; (4) ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota
berdasarkan kesepakatan bersama. Unsur pengikat kelompok tani terdiri dari; (1)
adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya; (2) adanya kawasan
usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama diantara para anggotanya; (3)
adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani dan
kepemimpinannya diterima oleh sesama petani lainnya; (4) adanya kegiatan yang
dapat dirasakan manfaatnya oleh minimal sebagian besar anggota; dan (5) adanya
dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk menunjang
program yang telah ditentukan. Kelompok tani berfungsi sebagai (1) wadah
belajar dan pembinaan petani guna meningkatkan PKS (pengetahuan,
keterampilan dan sikap), (2) wahana kerjasama diantara sesama anggota dan antar
kelompok tani serta pihak lain, (3) unit produksi (usaha tani) dari masing-masing
anggota kelompok tani untuk mencapai skala ekonomi dari segi kuantitas maupun
kontinuitas.
Terkait dengan berbagai keuntungan yang diperoleh dari pembentukan
kelompok tani, kinerja kelompok tani juga harus diperhatikan guna menjaga
keberlangsungan kelompok tani. Kinerja kelompok tani yang efektif menjadi
salah satu pendukung tercapainya Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan
Kehutanan (RPPK). Menurut SK Mentan No. 41/Kpts/OT.210/1992 dalam
Wahyuni (2003) indikator kinerja kelompok tani meliputi: (1) Kemampuan
merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas usahatani (termasuk
pascapanen dan analisis usahatani) dengan menerapkan rekomendasi yang tepat
dan mamfaat sumber daya alam secara optimal. (2) Kemampuan melaksanakan
dan menaati perjanjian dengan pihak lain. (3) Kemampuan memupuk modal dan
memamfaatkannya secara rasional. (4) Kemampuan meningkatkan hubungan
yang melembaga antara kelompok dengan KUD . (5) Kemampuan menerapkan
teknologi dan memamfaatkan informasi serta kerja sama kelompok yang
dicerminkan oleh tingkat produktivitas dari usahatani anggota kelompok tani.
Paradigma dalam pengembangan kelembagaan petani mencakup berbagai
elemen diantaranya; kepemimpinan, kewirausahaan dan menejerial (Gambar 2).
Pemimpin dalam kelompok memiliki peranan yang penting dalam perkembangan
kelompok. Pemimpin dalam kelompok tani menggerakkan anggota atau petani
untuk mengembangkan usahanya. Pemimpin adalah seorang yang dengan cara
4
apapun, mampu mempengaruhi pihak orang lain untuk berbuat sesuatu sesuai
dengan kehendak orang itu sehingga tujuan yang telah ditentukan tercapai
(Wiriadihardja 1987). Gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh pemimpin dalam
kelompok tani memiliki peran penting dalam mengembangkan keberadaan
kelompok tani. Gaya kepemimpinan yang tepat dalam menjalankan aktifitas
kelompok dapat menunjang tercapainya kinerja kelompok tani yang efektif.
Salah satu kelompok tani yang bergerak di bidang peternakan adalah
kelompok tani ternak Karya Sejahtera. Kelompok tani ini berada di Desa
Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat yang fokus
mengembangkan usaha agribisnis sapi perah. Kelompok tani ternak Karya
Sejahtera berdiri pada tanggal 10 Maret 2008 dengan anggota awal 13 orang
hingga sekarang menjadi 33 anggota dan populasi sapi perah mencapai 85 ekor.
Kelompok ini bekerjasama dengan KUD Puspa Mekar dan Koperasi Peternak
Sapi Bandung Utara (KPSBU) untuk pemasaran produk susu sapi segar.
Kelompok tani telah memiliki berbagai prestasi di tingkat Jawa Barat, seperti ikut
berbagai kontes ternak di Jawa Barat. Adapun tujuan dibentuknya kelompok ini
adalah agar kegiatan usaha kelompok dapat berjalan lebih maju, sehingga
kesejahteraan anggota akan lebih meningkat. Akhirnya, diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan anggota dalam hal bekerjasama dan bermitra usaha
dengan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.
Perumusan Masalah
Provinsi Jawa Barat dalam kurun tahun 2008 sampai 2012 tercatat berada di
urutan ketiga setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah untuk jumlah populasi sapi
perah se Indonesia (Lampiran 1) . Ketersediaan konsumsi akan susu di Jawa Barat
juga menjadi yang tertinggi pada tahun 2010 sebesar 715 350 ton per tahun
(Lampiran 2). Di samping itu, Kabupaten Bandung Barat masih tercatat sebagai
populasi peternakan sapi perah terbesar di Jawa Barat dengan 30 146 sapi perah.
Kawasan Lembang masih menjadi produsen terbanyak dengan 18 ribu sapi perah
yang dikelola oleh 7 ribu peternak 2)
.
Gambar 2. Paradigma pengembangan kelembagaan pertanian Sumber: Peraturan Menteri Pertanian No. 273/kpts/Ot.160/4/2007
5
6
7
8
0 20 40 60 80
Dia
met
er b
unga
(cm
)
Tingkat naungan (%)
2)
Pikiran Rakyat Online. 2011. KBB Zonasi Peternakan Sapi Perah.
http://www.pikiranrakyat.com [ diakses tanggal 31 Maret 2012]
5
Selain Lembang, daerah Kecamatan Parongpong juga mempunyai potensi
dalam mengembangkan agribisnis sapi perah khususnya di Desa Karyawangi
(Lampiran 3). Potensi agribisnis yang ada di Desa Karyawangi yang menonjol
adalah usaha bunga potong dan usaha ternak sapi perah. Khusus untuk ternak sapi
perah, jumlah populasinya menurut data tahun 2011 berjumlah 1 680 ekor,
terdapat peningkatan dibandingkan data tahun 2010 yang berjumlah 1 045 ekor.
Produksi susu sapi di desa ini mencapai 4 590 000 kg/tahun. Agroklimat yang
mendukung merupakan salah satu faktor yang membuat Desa Karyawangi
memiliki prospek yang baik untuk menjadi salah satu sentra produksi sapi perah
di Jawa Barat. Berdasarkan agroklimat, Desa Karyawangi Kecamatan Parongpong
berada pada ketinggian dari permukaan laut 150 dpl/mdl serta memiliki suhu 80C
Dilihat dari segi ekonomi, peternak sapi perah sebenarnya mempunyai
peluang usaha yang sangat besar dalam hal penyiapan sarana peralatan,
pembibitan, dan pemeliharaan. Permintaan masyarakat terhadap susu mulai
meningkat dan bertambah, sedangkan populasi sapi perah tidak seimbang dengan
permintaan tersebut. Permintaan susu segar tidak hanya berasal dari masyarakat,
tetapi industri pengolahan susu nasional. Permintaan pasokan susu segar oleh
industri terus bertambah hingga 10 persen setiap harinya. Hal ini menyebabkan
kebutuhan susu tidak dapat terpenuhi. Artinya prospek usaha ternak sapi perah
cukup baik dan menjanjikan 3)
.
Peluang dan potensi tersebut dimanfaatkan oleh para anggota kelompok tani
ternak Karya Sejahtera untuk mengembangkan agribisnis sapi perah, akan tetapi
para peternak sapi perah menghadapi beberapa kendala dan masalah dalam
melakukan budidaya sapi perah. Kendala dan masalah tersebut secara umum juga
dirasakan oleh pemerintah Kabupaten Bandung Barat (Lampiran 4). Untuk
kelompok tani ternak Karya Sejahtera kendala yang dihadapi antara lain; harga
pakan yang mahal, adanya bakteri E. Coli yang menjangkit susu sapi perah
sehingga susu mudah basi, kurangnya pengetahuan peternak untuk memberikan
nilai tambah pada komoditas susu sapi perah seperti produk turunan susu sapi,
serta kurangnya pengetahuan akan usaha-usaha sampingan yang berasal dari
beternak sapi perah seperti pembuatan pupuk kompos. Untuk pakan, peternak
menggunakan pakan sapi perah berupa hijauan (rumput), ampas tahu dan
singkong serta konsentrat. Peternak menilai harga pakan masih terlalu mahal
sehingga dapat mempengaruhi biaya produksi para peternak. Beberapa kendala
tersebut nanti akan berdampak timbulnya masalah baru. Masalah tersebut
diantaranya peternak akan beralih kepekerjaan lain dan menjual sapi mereka. Hal
ini dikhawatirkan akan mengurangi populasi sapi dan produksi susu di Indonesia.
Kelompok tani (sebagai wahana belajar, wahana kerjasama dan unit
produksi) sangat dibutuhkan sebagai kelembagaan pertanian yang dapat
meminimalisir kendala dan masalah dalam beternak sapi perah. Efektifitas
kelompok tani dapat diukur dengan mengukur kinerjanya. Indikator kinerja
kelompok tani meliputi: (1) Kemampuan merencanakan kegiatan untuk
meningkatkan produktivitas usahatani. (2) Kemampuan melaksanakan dan
menaati perjanjian dengan pihak lain. (3) Kemampuan memupuk modal dan
3)
Pikiran Rakyat Online. 2011. KBB Zonasi Peternakan Sapi Perah. http://www.pikiran-
rakyat.com [ diakses tanggal 31 Maret 2012]
6
memamfaatkannya secara rasional. (4) Kemampuan meningkatkan hubungan
yang melembaga antara kelompok dengan KUD . (5) Kemampuan menerapkan
teknologi dan memamfaatkan informasi serta kerja sama kelompok yang
dicerminkan oleh tingkat produktivitas dari usahatani anggota kelompok tani.
Kinerja suatu organisasi seperti kelompok tani dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satunya adalah faktor kepemimpinan seorang ketua kelompok.
Kinerja yang dihasilkan oleh suatu organisasi ataupun kelompok merupakan
gambaran kepemilikan hasil yang diberikan oleh pemimpin yang mengolah
organisasi atau kelompok tersebut. Stakeholder biasanya menjadikan kinerja
sebagai salah satu ukuran dalam mendukung pengambilan keputusan (Fahmi
2012).
Kepemimpinan dalam kelompok tani mencakup gaya kepemimpinan
seorang ketua dalam menjalankan dan mengelola kelompok tani untuk mncapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Hause dan Mitchell (1974) dalam
Yukl (1994) menerangkan gaya kepemimpinan (teori path-goal) meliputi hal-hal
berikut: (1) directive leadership; (2) supportive leadership; (3) participative
leadership; (4) achievement-oriented leadership. Selain itu, gaya kepemimpinan
juga dipengauhi oleh beberapa faktor seperti faktor individual seorang pemimpin
dan faktor kelompok. Faktor individual meliputi sikap toleransi seorang pemimpin,
keuletannya, kesungguhan, ketenangan, keterarahan, sikap tanggap dan terampil
serta kecakapan dan keluwesannya. Sedangkan faktor kelompok meliputi tujuan
kelompok dan struktur kelompok. Berdasarkan uraian di atas dirumuskan
beberapa rumusan permasalahan yang dikaji di dalam penelitian ini, sebagai
berikut:
1) Apa gaya kepimimpinan yang diterapkan oleh ketua pada kelompok tani
Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten
Bandung Barat?
2) Apa faktor-faktor yang mengarahkan gaya kepemimpinan dalam kelompok
tani Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten
Bandung Barat?
3) Bagaimana kinerja kelompok tani Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,
Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat?
4) Bagaimana hubungan gaya kepemimpinan ketua dengan kinerja kelompok
tani Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten
Bandung Barat?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian yang diuraikan, penelitian ini memiliki
beberapa tujuan sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh ketua pada
kelompok tani Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong,
Kabupaten Bandung Barat.
2) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mengarahkan gaya kepemimpinan
ketua dalam kelompok tani Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan
Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.
7
3) Menganalisis kinerja kelompok tani Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,
Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat
4) Menganalisis hubungan gaya kepemimpinan ketua dengan kinerja kelompok
tani Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten
Bandung Barat.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang telah dilaksanakan diharapkan mampu memberikan
informasi dan manfaat bagi berbagai pihak, di antaranya :
1) Bagi peneliti, sebagai sarana pembelajaran dan melatih kemampuan untuk
dapat berfikir analitis dalam menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan yang
diperoleh selama masa perkuliahan.
2) Bagi kelompok tani Karya Sejahtera, sebagai salah satu bahan masukan agar
dapat meningkatkan kapasitas kepemimpinan dari ketua sehingga tercapai
kinerja kelompok tani yang baik yang bertujuan akhir untuk
mensejahterakan anggota.
3) Bagi pembaca, sebagai bahan referensi, pedoman, literatur dalam
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis gaya kepemimpinan
dan hubunggannya dengan kinerja sebuah kelompok tani.
Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan dan tujuan penelitian serta adanya
keterbatasan sumber daya menimbulkan beberapa keterbatasan dalam penelitian
ini, yaitu : (1) Analisis yang dilakukan karena potensi agribisnis khususnya
komoditas sapi perah di Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten
Bandung Barat yang dinaungi oleh kelompok tani Karya Sejahtera, (2) Analisis
dilakukan pada tingkat hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja kelompok
tani serta faktor yang mengarahkan gaya kepemimpinan ketua kelompok tani
Karya Sejahtera, (3) Penelitian ini terbatas pada data yang tersedia dari kelompok
tani Karya Sejahtera, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.
TINJAUAN PUSTAKA
Studi Empiris terkait Gaya Kepemimpinan
Pemimpin dan kepemimpinan adalah ibarat sekeping mata uang logam yang
tak bisa dipisahkan, dalam artian bisa dikaji secara terpisah namun harus dilihat
sebagai satu kesatuan. Seorang pemimpin harus memiliki jiwa kepemimpinan, dan
jiwa kepemimpinan yang dimilki seorang pemimpin tidak bisa diperoleh dengan
cepat dan segera namun sebuah proses yang terbentuk dari waktu hingga akhirnya
mengkristal dalam sebuah karakteristik. Dalam artian, ada sebagian orang yang
memiliki sifat kepemimpinan namun dengan usahanya yang gigih mampu
membantu lahirnya penegasan sikap kepemimpinan pada dirinya tersebut (Fahmi
2012).
8
Karakteristik kepemimpinan yang biasa kita sebut gaya kepemimpinan
dapat mempengaruhi keberlangsungan organisasi atau kelompok. Dengan kata
lain, kinerja suatu organisasi atau kelompok menjadi efektif jika ditunjang dengan
efektivitas kepemimpinan. Sedangkan efektivitas kinerja organisasi atau
kelompok seperti kinerja keuangan (financial performance) dan kinerja non
keuangan (non financial performance) berujung kepada tingkat kesejahteraan
anggota (peternak dan petani). Fahmi (2012) menyatakan bahwa kinerja yang
dihasilkan oleh suatu organisasi atau kelompok merupakan gambaran hasil
kepemimpinan yang diberikan oleh pemimpin dalam mengolah organisasi atau
kelompok tersebut. Stakeholder biasanya menjadikan kinerja sebagai salah satu
ukuran dalam mendukung pengambilan keputusan.
Adapun metode yang dapat digunakan untuk menghitung atau menilai
tingkat gaya kepemimpinan dan faktor-faktor yang mengarahkan serta kinerja di
suatu kelompok tani antara lain metode survey, pendekatan kualitatif, analisis
statistik deskriptif, uji korelasi Rank Sperman (SPSS).
Gaya kepemimpinan yang erat kaitannya dengan tinggkah laku pemimpin
dan kaitannya dengan para anggota kelompok seperti iklim sosial serta
produktivitas terdiri dari tiga diantaranya; gaya kepemimpinan demokratis, gaya
kepemimpinan otoriter, dan gaya kepemimpinan laissez faire. Sedangkan teori
kontingensi tentang kepemimpinan antara lain: teori path goal, teori leader
substitute, model multiple-linkage, teori LPC contingency, dan teori cognitive
resources. Teori Path-goal yang dikemukakan oleh House dan Mitchell (1974)
dalam Yukl (1994) menjelaskan ada empat prilaku seorang pemimpin, diantaranya
Directive Leadership (Kepemimpinan yang instruktif), Supportive Leadership
(kepemimpinan yang mendukung), Participative Leadership (kepemimpinan
partisipatif), Achievement-oriented Leadership (kepemimpinan berorientasi
kepada keberhasilan). Untuk faktor yang dapat mengarahkan suatu gaya
kepemimpinan dapat dilihat melalui pendekatan faktor karakteristik individual
pemimpin dan faktor kelompok.
Penelitian tentang gaya kepemimpinan bukanlah yang pertama kali, Yunasaf
(2005) melakukan penelitian mengenai hubungan kepemimpinan ketua kelompok
dan hubungannya dengan keefektifan kelompok pada kelompok tani ternak sapi
perah di Wilayah Kerja Koperasi Serba Usaha Tandangsari Kabupaten Sumedang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepemimpinan ketua kelompok,
keefektifan kelompok, dan keeratan hubungan dari kedua hal tersebut. Penelitian
dilakukan dengan metode survei. Unit analisis adalah kelompok tani sapi perah
yang ada di Wilayah Kerja KSU Tandangsari Kabupaten Sumedang. Pengambilan
contoh responden dilakukan secara gugus bertahap. Jumlah responden 30 orang
dari 4 kelompok terpilih. Uji keeratan hubungan yang digunakan adalah uji
korelasi rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan
ketua kelompok tani ternak sapi perah sebanyak 46.67% tergolong cukup, 43.33%
tergolong tinggi, dan 10.00% tergolong sangat tinggi. Keefektifan kelompoktani
ternak sapi perah sebanyak 50.00% tergolong cukup, 40% tergolong tinggi, dan
10% tergolong sangat tinggi. Derajat hubungan kepemimpinan ketua kelompok
tani ternak sapi perah dengan keefektifan kelompok menunjukkan adanya
hubungan positif yang kuat.
Sedangkan Randhita (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh gaya
kepemimpinan terhadap kinerja pegawai dalam organisasi pemerintahan
9
kelurahan di Kelurahan Cipagari, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. Penelitian
ini bertujuan untuk mengidentifikasi gaya kepemimpinan lurah yang diterapkan di
berbagai kegiatan, menelaah faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan gaya
kepemimpinan lurah, menelaah kinerja pegawai pada organisasi Kelurahan
Ciparigi, serta menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja
pegawai pada Kelurahan Ciparigi. Penelitian ini menggunakan kombinasi
pendekatan kuantitatif (metode survei) dan pendekatan kualitatif. Penelitian ini
dilaksanakan di Kelurahan Ciparigi, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa
Barat.
Hasil dari penelitian ini dapat diketahui Penerapan gaya kepemimpinan
yang dominan digunakan lurah berkaitan dengan berbagai kegiatan di Kelurahan
adalah gaya kepemimpinan konsultatif dan gaya kepemimpinan partisipatif. Pada
kegiatan tertentu, diterapkan pula gaya kepemimpinan delegatif dan gaya
kepemimpinan direktif. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan gaya
kepemimpinan lurah di Kelurahan Ciparigi adalah karakteristik pemimpin,
karakteristik pegawai dan situasi di lingkungan organisasi. Pertama, karakteristik
pemimpin dalam hal ini meliputi latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh
pemimpin, kepribadian pemimpin, pengalaman serta nilai-nilai yang dianut
pemimpin dalam mengambil keputusan sesuai tugas pokok dan fungsi lurah.
Kedua, karakteristik pegawai meliputi pendidikan, pengalaman bekerja yang
dimiliki pegawai, motivasi kerja pegawai dan tanggung jawab pegawai terhadap
pekerjaannya. Ketiga, situasi yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
penerapan gaya kepemimpinan lurah dalam pengambilan keputusan meliputi
situasi atau keadaan lingkungan kerja serta situasi masalah yang mempengaruhi
pemimpin dalam pengambilan keputusan.
Tingkat kinerja pegawai pada organisasi Kelurahan Ciparigi secara
keseluruhan cukup tinggi yakni mencapai 75 persen pegawai, sedangkan sisanya
berkinerja sedang. Pada penilaian kinerja tersebut, tidak ada perbedaan antara
penilaian kinerja berdasarkan penilaian pegawai yang bersangkutan serta
penilaian warga masyarakat. Pengaruh penerapan gaya kepemimpinan tertentu
lurah berkaitan dengan berbagai kegiatan di Kelurahan, dirasakan pegawai
berpengaruh terhadap kinerja yang dihasilkan. Penerapan gaya kepemimpinan
konsultatif dan gaya kepemimpinan partisipatif lurah berpengaruh menghasilkan
kinerja pegawai tinggi. Disamping itu, pada kegiatan-kegiatan tertentu dan pada
pegawai-pegawai dengan karakteristik tertentu penerapan gaya kepemimpinan
direktif dan gaya kepemimpinan delegatif juga mampu menghasilkan kinerja
pegawai tinggi.
Selain itu, Hafizhoh (2011) melakukan penelitian mengenai hubungan gaya
kepemimpinan terhadap efektivitas kelompok pada kelompok tani Mekarsari,
Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Tujuan dari penelitian
ini adalah mendeskripsikan gaya kepemimpinan ketua, mengidentifikasi faktor-
faktor apa yang mengarahkan gaya kepemimpinan ketua, menganalisis efektivitas
kelompok, dan menganalisis hubungan gaya kepemimpinan ketua dengan
efektivitas Kelompok Tani Mekarsari, Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor.
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia.
Analisis statistik deskripstif yang digunakan untuk menggambarkan masing-
masing peubah adalah tabel distribusi frekuensi dan persentase. Analisis statistik
10
inferensia dilakukan dengan uji korelasi Rank Spearman yang diolah
menggunakan komputer dengan program SPSS for Windows versi 16.0.
Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara faktor
individu pemimpin dengan gaya kepemimpinan. Faktor individu pemimpin lebih
berhubungan dengan penerapan gaya kepemimpinan suportif dan partisipatif pada
Ketua Kelompok Tani Mekarsari. Selain itu juga diketahui terdapat hubungan
antara faktor kelompok dengan gaya kepemimpinan dari ketua kelompok. Struktur
kelompok memiliki hubungan yang sangat nyata dengan gaya kepemimpinan
direktif, suportif, dan partisipatif. Selain struktur kelompok, tujuan kelompok
memiliki hubungan yang nyata dengan gaya kepemimpinan partisipatif.
Sedangkan umur dari anggota kelompok tani berhubungan nyata dengan gaya
kepemimpinan suportif dan partisipatif. Pada penelitian ini juga dapat diketahui
bahwa terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan ketua kelompok dengan
tercapainya efektivitas kelompok. Gaya kepemimpinan suportif memiliki
hubungan yang sangat nyata dengan wawasan keanggotaan, keberhasilan anggota,
dan moral kelompok, dibandingkan dengan gaya kepemimpinan yang lain.
Studi Empiris terkait Kinerja Kelompok
Negara (2008) meneliti tentang analisis persepsi anggota terhadap kinerja
organisasi Kelompok Usaha Tanaman Hias Akuarium (KUTHA) “bunga air” di
Desa Ciawi Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan antara lain yaitu (1)
Mengidentifikasi karakteristik anggota yang berpengaruh terhadap perkembangan
KUTHA ”Bunga Air”, dan (2) Manganalisis persepsi anggota terhadap kinerja
organisasi KUTHA ”Bunga Air” dalam melaksanakan aspek – aspek kemampuan
kelompok. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif, Importance Performance Analysis (IPA) dan Costumer Satisfaction
Index (CSI). Berdasarkan metode analisis tersebut diharapkan mampu melihat
secara objektif kinerja yang dilakukan oleh pengurus organisasi KUTHA ”Bunga
Air”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik anggota KUTHA
„BungaAir‟ menurut umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan utama,
jumlah luas lahan, serta kepemilikannya, memberikan gambaran menyeluruh
tentang karakteristik invididu anggota. Tingkat pendidikan menjadi faktor yang
mempengaruhi perkembangan kelompok. Latar belakang pendidikan yang masih
rendah dari anggota menyulitkan pengurus dalam memberikan informasi dan
petunjuk - petunjuk lainnya yang berkaitan dengan kegiatan operasional kelompok.
Sehingga tidak jarang menimbulkan rasa memiliki keanggotaan yang rendah dari
anggota terhadap kegiatan kelompok khususnya yang bersifat administratif.
Persepsi anggota KUTHA ”Bunga Air” terhadap pelaksanaan aspek–aspek
kemampuan kelompok berdasarkan analisis IPA menunjukan bahwa atribut yang
perlu ditingkatkan adalah kemampuan meregenerasi kepengurusan organisasi,
transparansi pelaporan keuangan kelompok, dan adanya peningkatan jumlah
anggota setiap tahun. Sedangkan aribut yang perlu dipertahankan adalah
kemampuan dalam membina hubungan dengan pihak lain, kemampuan dalam
memberikan ORDER bagi anggota, ketepatan dalam memberikan kredit, daya
11
serap dan pemamfaatan informasi pasar, dan kemampuan dalam meningkatkan
produktivitas usaha tanaman hias akuarium.
Secara keseluruhan anggota merasa cukup puas terhadap pelaksanaan aspek-
aspek kemampuan kelompok yang dilakukan oleh pengurus organisasi pada
selang kepuasan 56 persen. Meskipun demikian nilai tersebut masih belum
maksimal untuk ukuran kepuasan anggota sehingga pengurus organisasi KUTHA
“Bunga Air” harus terus meningkatkan kinerjanya agar kepuasan anggota
terhadap atribut aspek kemampuan kelompok mendekati 100 persen atau pada
taraf sangat puas.
Hasil studi penelitian terdahulu mengenai gaya kepemimpinana dan kinerja
kelompok dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Studi penelitian terdahulu berkaitan dengan penelitian
Studi empiris terkait gaya kepemimpinan
No Penulis Judul Alat analisis
1 Yunasaf
(2005)
Kepemimpinan ketua kelompok dan
hubungannya dengan keefektifan
kelompok di kelompok tani ternak
sapi perah wilayah kerja koperasi
serba usaha Tandangsari Sumedang
(1) Metode survey
(2) Uji korelasi Rank
Sperman(SPSS)
2 Randhita
(2009)
Pengaruh gaya kepemimpinana
terhadap kinerja pegawi dalam
organisasi pemerintahan kelurahan di
Kelurahan Ciparigi, Kecamatan
Bogor Utara, Kota Bogor
(1) Metode Suvey
(2) Pendekatan
kualitatif
3 Hafizhoh
(2011)
Hubungan gaya kepemimpinan
terhadap efektivitas kelompok di
kelompok tani Mekarsari, Desa
Purwasai, Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor
(1) Analisis deskriptif
(2) Uji korelasi Rank
Sperman (SPSS)
Studi empiris terkait kinerja kelompok
1 Negara
(2008)
Analisis persepsi anggota terhadap
kinerja organisasi Kelompok Usaha
Tanaman Hias Akuarium (KUTHA)
“Bunga Air” di Desa Ciawi
Kabupaten Bogor
(1) Analisis deskriptif
(2) IPA (Importance
Performance
Analysis)
(3) CSI (Costumer
Satisfaction
Index)
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Pemimpin dan Kepemimpinan
Pemimpin dan kepemimpinan itu tidak dapat dipisahkan, karena setiap
pemimpin dengan sendirinya pula (baik sadar maupun tidak sadar) membawa
12
kepemimpinan itu sendiri dalam tindakan kesehariannya. Pemimpin mengacu
pada orangnya (individunya), sedangkan pengertian kepemimpinan mengacu
kepada kemampuan individu tersebut. Suatu usaha yang dilakukan seorang
pemimpin, tidak lah efektif jika tidak diikuti dengan kepemimpinan tersebut
(Yusuf 1989).
Menurut Griffin (2003) dalam Fahmi (2012) pemimpin adalah individu
yang mampu mempengaruhi prilaku orang lain tanpa harus mengandalkan
kekerasan dan merupakan individu yang diterima oleh orang lain sebagai
pemimpin.
Pemimipin di suatu organisasi, baik yang bersifat profit oriented maupun
non profit oriented memiliki posisi dominan dalam menentukan maju mundurnya
suatu kelompok atau perusahaan yang dipimpinnya. Kinerja yang dihasilkan oleh
suatu organisasi ataupun kelompok merupakan gambaran kepemilikan hasil yang
diberikan oleh pemimpin yang mengolah organisasi atau kelompok tersebut.
Stakeholder biasanya menjadikan kinerja sebagai salah satu ukuran dalam
mendukung pengambilan keputusan (Fahmi 2012).
Kepemimpinan mempunyai arti yang berbeda pada orang-orang yang
berbeda. Fahmi (2012) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu ilmu
yang mengkaji secara komprehensif tentang bagaimana mengarahkan,
mempengaruhi, dan mengawasi orang lain untuk mengerjakan tugas sesuai dengan
perintah yang direncanakan. Robbins (2003) dalam Fahmi (2012) menyatakan
bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok
kearah tercapainya suatu tujuan. Selain itu, menurut Daft (2003) dalam Fahmi
(2012) kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan mempengaruhi orang yang
mengarah kepada pencapaian tujuan.
Tannenbaum et al.(1961) dalam Yukl (1994) menyatakan kepemimpinan
adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam situasi tertentu serta
diarahkan melalui proses komunikasi kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan
tertentu. Menurut Yukl (1994) kepemimpinan telah didefinisikan dalam kaitannya
dengan ciri-ciri individual, perilaku, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola
interaksi, hubungan peran, tempatnya pada suatu posisi administrasi, serta
persepsi oleh orang lain mengenai keabsahan dari pengaruh seorang pemimpin.
Wiriadihardja (1987) memaparkan beberapa esensi kepemimpinan, yaitu:
1) Kemampuan mempengaruhi tata laku orang lain, apakah dia pegawai
bawahan, rekan sekerja, atau atasan;
2) Adanya pengikut yang dapat dipengaruhi baik oleh ajakan, anjuran, bujukan,
sugesti, perintah atau bentuk lainnya;
3) Adanya tujuan yang hendak dicapai.
Ukuran yang biasanya digunakan mengenai efektivitas pemimpin adalah
sejauh mana unit organisasi dari pemimpin tersebut melaksanakan tugas secara
berhasil dan mencapai tujuan-tujuannya. Didalam beberapa hal, ukuran-ukuran
objektif tentang kinerja atau pencapaian tujuan sudah tersedia, seperti misalnya
laba, margin laba, peningkatan penjualan, pangsa pasar, biaya per unit dari yang
dihasilkan, biaya dengan hubungannya dengan pengeluaran-pengeluaran yang
dianggarkan, dan sebagainya (Yukl 1994).
13
Sifat, Watak, Perangai Kepemimpinan
Yukl (1994) menyatakan bahwa salah satu pendekatan paling dini dalam
mempelajari kepemimpinan adalah pendekatan mengenai ciri trait. Dengan
asumsi bahwa beberapa orang mempunyai ciri-ciri dan keterampilan-keterampilan
teretentu yang membuat mereka mencari dan memperoleh kedudukan
kepemimpinan dan akan efektif dalam posisi tersebut. Ciri trait menunjukkan
kepada sejumlah atribut individual, termasuk aspek-aspek kepribadian,
temperamen, kebutuhan, motivasi, serta nilai-nilai.
Seorang pemimpin yang efektif pasti memiliki sejumlah trait atau
karakteristik tertentu. Teori trait tentang kepemimpinan ialah usaha identifikasi
karakter khusus (fisik, mental, kepribadian) terkait kesuksesan pemimpin
(Ivancevich et al. 2007). Karakteristik kepribadian pemimpin dapat ditelususri
melalui sifat, watak, dan perangai dari pemimpin. Sifat, watak dan perangai yang
dimiliki oleh seorang pemimpin dapat menunjang tercapainya kepemimpinan
yang efektif.
Wiriadihardja (1987) menjabarkan beberapa sifat, watak dan perangai
kepemimpinan sebagai berikut:
1) Toleransi
Seorang pemimpin yang berhasil, tidak menutup diri terhadap berbagai ide
dari luar. Dia terbuka bagi segala pandangan atau gagasan dengan asumsi,
bahwa setiap pengusul gagasan bertanggung jawab dan dapat menjelaskan
atau mempertahankan sifat kepraktisan dari gagasan yang dimajukan.
2) Keuletan
Seorang pemimpin yang sukses digambarkan sebagai memiliki keuletan dan
kestabilan emosi. Dia memiliki kepercayaan terhadap diri. Berusaha demi
kemajuan, dengan memberi informasi dan keahliannnya. Kedudukannya
sebagai pemimpin mendorong sifatnya serba ingin tahu.
3) Rasa Kesungguhan
Pemimpin yang berhasil mencerminkan tanda-tanda kepribadian yang
memiliki rasa kesungguhan mengenai pekerjaannya, organisasi, dan masa
depannya. Kepuasan dirinya terletak pada hasil kemajuan yang dicapai oleh
usahanya atau usaha organisasinya. Dia berpegang pada tugasnya, belajar
serta menarik pengalaman sebaik-baiknya dari pekerjaannya dan melatih
secara baik-baik bawahannya untuk dapat diserahi tanggung jawab.
4) Tenang
Penelitian kepemimpinan, menunjukkan adanya ciri dan sifat yang tidak
menonjolkan kekakuan, tidak pasif dan selalu tanggap terhadap segala
ketidaktertiban. Hambatan dan tantangan dalam tugas, dianggapnya sebagai
yang wajar dan harus diperhitungkan dalam setiap perjuangan hidupnya.
Kesetabilan emosi serta tidak mudah terprovokasi.
5) Terarah
Cakap mengarahkan para pekerja dan pekerjaannya. Mempunyai wibawa,
kesetiaan, dan dukungan kerjasama dari bawahannya. Mempunyai nama
baik dalam menyelesaikan tugas secara efisien dan efektif. Serta peduli
terhadap keadaan anggota.
6) Tanggap dan Terampil
Cepat mengerti dan cepat menangkap instruksi dan penjelasan. Cepat
menilai situasi, kondisi, dan lingkungan baru secara tepat. Cepat
14
menentukan fakta dan situasi serta berdasarkan itu membuat putusan yang
tepat.
7) Cakap dan Luwes
Memiliki daya kemampuan untuk tumbuh dan berkembang. Memiliki ilmu
pengetahuan, pengalaman, dan kecakapan yang diperlukan untuk
menyukseskan tanggung jawabnya. Mampu mengubah perhatian dari
permasalahan yang satu kepada yang lain, sehingga semua memperoleh
perhatian manajemen secara merata. Memiliki imajinasi, menyetujui
pertanggung jawab, melaksanakan dan menjamin prestasi pekerjaan serta
memilih para pembantunya yang cakap.
Dengan menganalisis dan mengidentifikasi karakter pemimpin tersebut
tersebut akan diperoleh berbagai karakter yang dominan yang dimiliki seorang
ketua kelompok. Selain itu, juga diperoleh karakter-karakter yang dapat
mengarahkan gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh ketua kelompok, sehingga
karakter pemimpin pemimpin dapat menentukan gaya kepemimpinan ketua.
Gaya Kepemimpinan
Cara pemimpin dalam menggunakan kontrol atas anggota kelompoknya
disebut dengan gaya kepemimpinan (Hybels dan Weaver 2003, dalam Hafizhoh
2011). Selanjutnya, Yusuf (1989) menyatakan bahwa tingkah laku seorang
pemimpin dalam kelompoknya terhadap para anggota, bisa menentukan bentuk
gaya kepemimpinan yang dominan yang dipegangnya, sesuai dengan penggunaan
sumber kekuasaan yang dipilihnya (seorang pemimpin).
Yusuf (1989) menyatakan bahwa para ahli yang berkecimpung dalam
psikologi sosial, seperti Lewin, Lippit dan White menentukan ada tiga gaya
kepemimpinan yang erat kaitannya dengan tinggkah laku pemimpin dan kaitannya
dengan para anggota kelompok seperti iklim sosial serta produktivitas. Ketiga
gaya tersebut sebagaian sudah umum diketahui, antara lain:
1) Gaya kepemimpinan Demokratis
Secara singkat, bahwa otoritas ada di tangan kelompok secara keseluruhan.
Pemimpin berpendapat bahwa para anggota mampu mengarahkan diri
sendiri dan berusaha menyajikan kepada para anggotanya suatu kesempatan
untuk tumbuh, dan mengaktualisasikan diri.
2) Gaya Kepemimpinan Otoriter
Dalam gaya kepemimpinan ini kekuasaan terpusat pada satu orang, yaitu
sang pemimpin. Mengekploitir ketergantungan pengikutnya dengan cara
menentukan kebijakan kelompok tanpa melalui konsultasi terlebih dahulu
kepada para anggota kelompoknya, mengkritik anggota kelompok secara
subyektif dan lain sebagainya.
3) Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Berlainan dengan gaya otoriter dan demokratis, gaya kepemimpinan ini
memberi kebebasan penuh dengan cara mengabaikan, dan menghindari
tanggung jawab dari seorang pemimpin terhadap para pengikutnya (anggota
kelompok). Selain non partisipatif dan sikap acuh tak acuh, pemimpin juga
hanya menyediakan materi dan informasi apabila diminta, serta jarang
memberikan pujian ataupun kritikan kepada setiap anggotanya.
15
Yukl (1994) menyatakan bahwa dampak kepemimpinan bervariasi dari
situasi kesituasi. Efektivitas kepemimpinan dalam hubungannya dengan variable-
variabel dapat di jelaskan dengan teori kontingensi. Teori kontingensi tentang
kepemimpinan antara lain: teori path goal, teori leader substitute, model multiple-
linkage, teori LPC contingency, dan teori cognitive resources.
Dari beberapa teori diatas efektivitas kepemimpinan yang berhubungan
dengan variabel-variabel serta kepuasan dan kinerja bawahan yang dipengaruhi
oleh prilaku seorang pemimpin, dapat dikaji dari teori path goal (jalan - tujuan).
Teori Path-goal yang dikemukakan oleh House dan Mitchell (1974) dalam Yukl
(1994) menjelaskan ada empat prilaku seorang pemimpin, antara lain:
1) Directive Leadership (Kepemimpinan yang instruktif)
Memberitahukan kepada para bawahan apa yang diharapkan dari mereka,
memberi pedoman spesifik, meminta kepada bawahan untuk mengikuti
peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur, mengatur waktu, dan
mengkoordinasi pekerjaan mereka. Dalam hal ini pimpinan berfungsi
sebagai petunjuk terhadap anggota kelompok sehingga pimpinan kurang
berpartisipasi penuh. Directive leadership sama dengan gaya otoriter.
2) Supportive Leadership (kepemimpinan yang mendukung)
Memberi perhatian kepada kebutuhan para bawahan, memperlihatkan
perhatian kesejahetraan bawahan, serta menciptakan suasana yang
bersahabat dalam unit kerja mereka. Dalam hal ini, pimpinan memiliki sifat
ramah, mudah mengadakan pendekatan, serta memperhatikan kesadaran
kemanusiaan yang tinggi kepada anggota kelompoknya.
3) Participative Leadership (kepemimpinan partisipatif)
Berkonsultasi dengan para bawahan dan memperhitungkan opini serta saran
mereka. Dalam hal ini, pimpinan tidak hanya meminta dan menggunakan
saran-saran anggota, tetapi juga membuat keputusan dalam rangka
pemecahan persoalan yang ada dalam kelompok. Gaya kepemimpinan
partisipatif ini diartikan sebagai gaya kepemimpinan yang rendah
pengarahan namun tinggi dukungan. Posisi kontrol atas pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan dipegang secara bergantian. Dalam penggunaan
gaya ini pemimpin dan pengikut saling tukar menukar ide dalam pemecahan
masalah dan pembuatan keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan dan
peranan pemimpin adalah secara aktif mendengar.
4) Achievement-oriented Leadership (kepemimpinan berorientasi kepada
keberhasilan)
Menetapkan tujuan-tujuan yang menantang, mencari perbaikan dalam
kinerja, menekankan keunggulan dalam kierja, dan memperlihatkan
kepercayaan bahwa para bawahan akan mencapai standar yang tinggi.
Dalam hal ini, pimpinan menanamkan kesadaran akan tantangan tujuan
kelompok untuk anggota-anggota kelompok dan menunjukkan sikap pada
anggota bahwa anggota dapat mencapai tujuan tersebut.
Keempat gaya kepemimpinan diatas dianalisis dan diidentifikasi untuk
mendapatkan gaya kepemimpinan yang dominan yang dimiliki ketua kelompok.
Gaya ketua kelompok tersebut dapat mengarahkan kinerja kelompok. Oleh karena
itu, perlu analisis mendalam untuk mengetahui gaya-gaya kepemimpinana mana
saja yang dapat mengarahkan variabel kinerja kelompok tani.
16
Definisi Kelompok
Konsep kelompok menurut Ivancevich et al. (2007) adalah dua atau lebih
individu yang saling berinteraksi untuk mencapai sebuah sasaran bersama.
Selanjutnya, Robbins (2002) mendefinisikan kelompok sebagai dua atau lebih
individu, yang berinteraksi dan saling bergantung antara satu dengan yang lain,
yang bersama-sama ingin mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Kelompok tidak sekedar terbentuk oleh adanya gerombolan orang banyak.
Kelompok memiliki suatu struktur yang membentuk perilaku dari anggotanya.
Kelompok itu adalah kumpulan yang terdiri dari dua atau lebih individu, dan
kehadiran masing-masing individu mempunyai arti serta nilai bagi orang lain, dan
ada dalam situasi saling mempengaruhi. Pada setiap anggota kelompok didapati
aksi-aksi dan reaksi-reaksi yang timbal balik (Kartono 2006).
Cartwright dan Zander (1968) dalam Negara (2008) mengemukakan sepuluh
ciri kelompok, yaitu:
1) Kelompok ditandai oleh adanya interaksi.
2) Adanya pembatasan tertentu sebagai anggota.
3) Menyadari bahwa mereka adalah kepunyaan kelompok.
4) Berpartisifasi sesuai dengan kedudukannya terhadap objek model ideal yang
sesuai dengan super egonya.
5) Adanya ganjaran dari kelompok terhadap anggota yang melanggar norma
dan ketentuan kelompok lainnya.
6) Adanya norma sesuai dengan kepentingan umum.
7) Harus ada identifikasi terhadap objek modelnya.
8) Mempunyai sifat saling ketergantungan antar sesama anggota kelompok
dalam mencapai tujuan bersama.
9) Mempunyai persepsi kolektif yang sama tentang segala sesuatu hal
sepanjang menyangkut kelangsungan hidup kelompok, dan
10) Adanya kecenderungan berperilaku yang sama terhadap lingkungan
kelompok.
Pengertian kelompok juga dikemukakan oleh Mardikanto (1993), bahwa
kelompok dapat diartikan sebagai himpunan yang terdiri dari dua atau lebih
individu (manusia) yang memiliki ciri – ciri : (1) memiliki ikatan yang nyata, (2)
memiliki interaksi dan interelasi sesama anggotanya, (3) memiliki struktur dan
pembagian tugas yang jelas, (4) memiliki kaidah atau norma tertentu yang
disepakati bersama, dan (5) memiliki keinginan dan tujuan bersama.
Jika tarik suatu garis tegas untuk menetapkan karakteristik kelompok yang
seperti yang diajukan oleh Reitz (1977) dalam Yusuf (1989), seperti:
1) Suatu kelompok terdiri atas dua orang atau lebih
2) Yang berinteraksi satu sama lainnya.
3) Yang saling membagi beberapa tujuan yang sama
4) Dan melihat dirinya sebagai suatu kelompok.
Kelompok sedikit banyak akan berpengaruh terhadap sikap atau
karakteristik seorang ketua kelompok. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis
mendalam mengenai faktor kelompok seperti diantaranya tujuan kelompok dan
struktur kelompok. Dengan demikian, dapat diperoleh faktor-faktor kelompok
yang lebih dominan dalam mengarahkan gaya kepemimpinan seorang ketua
kelompok.
17
Definisi Kelompok Tani
Secara konsepsional kelompok tani diartikan sebagai kumpulan petani yang
terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok, atas dasar keserasian dan
kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang
kontak tani (Soebiyanto 1998, dalam Negara 2008).
Menurut Peraturan Menteri Pertanian NO: 273/Kpts/OT.160/4/2007,
Kelompoktani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar
kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber
daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.
Kelompok tani pada dasarnya adalah organisasi non formal di pedesaan yang
ditumbuhkembangkan “dari, oleh dan untuk petani”.
Pembentukan kelompok tani - nelayan bersifat fleksibel, anggota kelompok
dapat sehamparan (terutama supra insus), dapat sesuai domisili dan dapat pula
berdasar komoditi dengan jumlah kelompok berkisar antara 10 sampai 20 orang
(Abbas 1995, dalam Negara 2008).
Peran Kelompok Tani
Kelompok tani mempunyai peran yang sangat besar dalam mengembangkan
ekonomi berbasiskan pertanian. Menurut Peraturan Menteri Pertanian NO:
273/Kpts/OT.160/4/2007, kelompok tani mempunyai peran/fungsi sebagai:
1) Kelas Belajar; Kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi
anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS)
serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani
sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta
kehidupan yang lebih sejahtera.
2) Wahana Kerjasama; Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat
kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok
tani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha taninya
akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan,
3) Unit Produksi; Usahatani yang dilaksanakan oleh masing masing anggota
kelompoktani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan
usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik
dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.
Indikator Kinerja Kelompok Tani
Fahmi (2012) menyatakan bahwa kinerja yang dihasilkan oleh suatu
organisasi atau kelompok merupakan gambaran hasil kepemimpinan yang
diberikan oleh pemimpin dalam mengolah organisasi atau kelompok tersebut.
Stakeholder biasanya menjadikan kinerja sebagai salah satu ukuran dalam
mendukung pengambilan keputusan. Di samping itu, Bastian (2001) dalam Fahmi
(2012) menyatakan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis
(strategic palning) suatu organisasi.
Fahmi (2012) juga menyatakan bahwa salah satu tugas seorang pemimpin di
organisasi adalah memberikan peningkatan pada manajemen kinerja organisasi
yang besangkutan. Selain itu, Nasucha (2004) dalam Fahmi (2012)
18
mengemukakan bahwa kinerja organisasi merupakan efektifitas organisasi secara
menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan yang ditetapkan dari setiap kelompok
yang berkenaan dengan usaha-usaha yang sistemik dan meningkatkan
kemampuan organisasi secara terus menerus mencapai kebutuhannya secara
efektif.
Indikator penilaian kinerja kelompok tani didasarkan pada SK Mentan No.
41/Kpts/OT. 210/1992 dalam Wahyuni (2003) yang indikatornya:
1) Kemampuan merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas
usahatani (termasuk pascapanen dan analisis usahatani) dengan menerapkan
rekomendasi yang tepat dan mamfaat sumber daya alam secara optimal.
2) Kemampuan melaksanakan dan menaati perjanjian dengan pihak lain.
3) Kemampuan memupuk modal dan memamfaatkannya secara rasional.
4) Kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga antara kelompok
dengan KUD .
5) Kemampuan menerapkan teknologi dan memamfaatkan informasi serta
kerja sama kelompok yang dicerminkan oleh tingkat produktivitas dari
usahatani anggota kelompok tani.
Dari keempat variabel kinerja kelompok tani diatas dilakukan analisis untuk
mengetahui tingkatan kinerja kelompok. Tingkatan tersebut nantinya akan
digunakan sebagai acuan untuk mengetahui kinerja kelompok lebih dominan pada
variabel mana sehingga diperoleh kelebihan dan kekurangan kelompok. Kelebihan
dan kekurangan tersebut dapat digunakan sebagai solusi atas segala kendala dan
masalah yang dihadapi kelompok sehingga kelompok tani dapat memanfaatkan
segala peluang dengan maksimal.
Kerangka Pemikiran Operasional
Mengacu pada permasalahan yang telah diuraikan, tujuan dari penelitian ini
adalah mengidentifikasi gaya yang diterapkan ketua, mengidentifikasi faktor-
faktor yang mengarahkan gaya kepemimpinan ketua, menganalisis kinerja
kelompok, serta menganalisis hubungan gaya kepemimpinan ketua dengan
kelompok tani ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong,
Kabupaten Bandung Barat.
Untuk mengidentifikasi gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh ketua
kelompok pada penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif.
Analisis statistik deskripstif yang digunakan untuk menggambarkan masing-
masing peubah adalah tabel distribusi frekuensi, persentase, dan rataan skor.
Variabel-variabel gaya kepemimpinana yang dianalisis diantaranya Directive
Leadership (Kepemimpinan yang instruktif), Supportive Leadership
(kepemimpinan yang mendukung), Participative Leadership (kepemimpinan
partisipatif), Achievement-oriented Leadership (kepemimpinan berorientasi
kepada keberhasilan). Gaya kepemimpinan ketua kelompok juga dapat dilihat dari
analisis statistik deskriptif pada faktor-faktor yang mengarahkan gaya
kepemimpiman ketua. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor
karakteristik individual pemimpin dan faktor kelompok. Faktor karakteristik
individual pemimpin dengan menganalisis variabel-variabel seperti sikap toleransi
seorang pemimpin, keuletannya, kesungguhan, ketenangan, keterarahan, sikap
19
tanggap dan terampil serta kecakapan dan keluwesannya. Sedangkan faktor
kelompok dengan menganalisis seperti diantaranya tujuan kelompok dan struktur
kelompok. Selain itu, kinerja kelompok tani juga dianalisis dengan menggunakan
metode statistik deskriptif dengan variabel seperti Kemampuan merencanakan
kegiatan, Kemampuan melaksanakan dan menaati perjanjian dengan pihak lain,
Kemampuan memupuk modal dan memamfaatkannya secara rasional,
Kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga dengan KUD,
Kemampuan menerapkan teknologi dan memamfaatkan informasi serta kerja
sama kelompok.
Tahapan analisis selanjutnya adalah analisis dengan uji korelasi Rank
Spearman menggunakan komputer dengan program SPSS for Windows versi 19,0.
Uji korelasi ini untuk mengetahui variabel faktor karakteristik individual dan
variabel faktor kelompok yang mengarahkan gaya kepemimpinan ketua kelompok
serta gaya kepemimpinan yang mengarahkan kinerja kelompok tani. Untuk lebih
memperjelas penjabaran mengenai kerangka pemikiran operasional dapat dilihat
pada Gambar 3.
Gambar 3. Kerangka pemikiran operasioanal
Faktor kelompok:
1. Tujuan kelompok
2. Struktur kelompok
Gaya kepemimpinan:
1. Direktif
2. Suportif
3. Partisipatif
4. Achievement-oriented
Indikator kinerja kelompok tani:
1. Kemampuan merencanakan kegiatan,
2. Kemampuan melaksanakan dan menaati perjanjian
dengan pihak lain,
3. Kemampuan memupuk modal dan memamfaatkannya
secara rasional,
4. Kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga
dengan KUD,
5. Kemampuan menerapkan teknologi dan memamfaatkan
informasi serta kerja sama kelompok.
Faktor individual pemimpin:
1. Toleransi
2. Keuletan
3. Rasa kesungguhan
4. Tenang
5. Terarah
6. Tanggap dan terampil
7. Cakap dan luwes
20
Hipotesis
Untuk kepentingan penelitian ini, sesuai dengan tujuannya diajukan
hipotesis pengarah sebagai berikut:
1) Diduga gaya kepemimpinan tertentu dominan terjadi di kelompok tani
ternak Karya Sejahtera
2) Diduga faktor-faktor yang berhubungan nyata dengan gaya kepemimpinan
seorang ketua adalah faktor individual pemimpin dan faktor kelompok
3) Diduga terdapat keragaman kinerja kelompok tani pada kelompok tani
ternak Karya Sejahtera.
4) Diduga terdapat hubungan yang nyata antara gaya kepemimpinan dengan
kinerja kelompok tani.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong,
Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat dengan responden peternak sapi
perah anggota kelompok tani ternak Karya Sejahtera. Pemilihan lokasi ini
dilakukan secara sengaja (purposive) karena Kabupaten Bandung Barat
merupakan salah satu sentra pertanian dan peternakan di Jawa Barat. Pemilihan
Kecamatan Parongpong juga dilakukan secara sengaja (purposive) karena potensi
komoditas agribisnis sangat menjanjikan seperti bunga potong dan peternakan
khususnya sapi perah. Potensi agribisnis ini perlu dikembangkan dengan baik.
Untuk mengembangkan potensi agribisnis tersebut diperlukan kelembagaan
pertanian seperti kelompok tani. Kelompok tani ternak Karya Sejahtera masuk
dalam kategori lanjut. Produksi susu sapi di kelompok tani ternak Karya
Sejahtera cukup besar serta menjanjikan. Kelompok tani ternak tersebut juga
memiliki berbagai prestasi khususnya di bidang peternakan, seperti juara kontes
ternak se-Jawa Barat.
Dengan demikian, kelompok tani ternak Karya Sejahtera merupakan
kelembagaan pertanian yang dapat dijadikan contoh untuk melakukan analisis
hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja kelompok tani. Pembuatan proposal
dilakukan selang sebulan antara Februari sampai Maret sedangkan penelitian
lapang dilakukan selama satu bulan (April sampai Mei 2012) untuk pengumpulan
dan analisis data.
Metode Penentuan Sampel
Unit analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah individu, yaitu
anggota kelompok tani ternak Karya Sejahtera. Populasi dalam penelitian ini
adalah kelompok tani Karya Sejahtera, Kecamatan Parongpong, Kabupaten
Bandung Barat. Pemilihan sampel secara purposive (ditentukan). Teknik yang
digunakan untuk mengambil sampel adalah Non-Probability Sampling. Jumlah
sampel yang diambil sebesar 33 responden yang merupakan peternak sapi perah
21
anggota kelompok tani Karya Sejahtera. Pemilihan responden dalam penelitian ini
berdasarkan pertimbangan bahwa responden adalah peternak yang masih aktif dan
merupakan anggota dari kelompok tani ternak Karya Sejahtera.
Data dan Instrumentasi
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer didapatkan dari hasil pengambilan data di lapangan yaitu
wawancara langsung dengan peternak sapi perah anggota kelompok tani ternak
Karya Sejahtera di lokasi masing-masing dengan menggunakan daftar pertanyaan
(kuesioner) yang telah disediakan.
Data skunder diperoleh dengan cara mempelajari buku-buku yang relevan
dengan topik penelitian dan data administrasi dari kelompok tani ternak Karya
Sejahtera, serta data dari buku Laporan Profil Desa Kryawangi. Selain itu, data
sekunder juga diperoleh dari literature-literatur yang terdapat di perpustakaan
maupun tempat lain berupa penelitian terdahulu mengenai kajian kepemimpinan,
gaya kepemimpinan, kinerja kelompok tani serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Media elektronik (internet) juga digunakan untuk memperoleh
data sekunder berupa data yang mendukung penelitian yang terdapat di dinas
pemerintahan.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, daftar
pertanyaan, penyimpanan data elektronik, dan alat pencatat. Untuk memastikan
bahwa kuesioner dapat dipercaya dan valid maka dilakukan uji validitas dan uji
reliabilitas.
Effendi dan Singarimbun (2006), dalam Hafizhoh (2011) menyatakan
bahwa validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur mengukur sesuatu yang
ingin diukur. Validitas instrument penelitian ini diusahakan dengan cara: (1)
mengacu pada apa yang pernah dilakukan oleh para peneliti terdahulu; (2)
mengacu teori atau konsep dankenyataan yang telah dikemukakan ahli pada
kepustakaan empiris; (3) menyesuaikan isi pertanyaan dengan kondisi responden;
(4) konsultasi kepadapara ahli, khususnya pembimbing penelitian. Dengan
demikian dipandang dari validitas logik, isi, dan pendapat ahli, instrumen yang
digunakan mempunyai validitas yang dapat dipercaya. Sedangkan, reliabilitas
kuesioner adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat
dipercaya atau dapat diandalkan.
Uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini dilakukan terhadap 30
responden sebagai pengujian awal dengan program SPSS for Windows versi 19.0.
Jumlah pertanyaan awal dari masing-masing aspek faktor individual pemimpin,
faktor kelompok, gaya kepemimpinan dan kinerja kelompok tani adalah 61
pertanyaan. Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas maka jumlah
pertanyaan berjumlah 45 pertanyaan dengan masing variabel terdiri dari 1 sampai
5 pertanyaan. Hasil uji validitas menunjukkan nilai korelasi lebih besar dari 0.300
(Lampian 5). Sedangkan untuk hasil uji reliabilitas menunjukkan Cronbach's
Alpha lebih besar dari 0.600 (Lampiran 6). Hal ini berarti semua pertanyaan yang
diujikan sudah valid dan reliabel untuk digunakan dalam penelitian. Setelah
melalui tahap uji validitas dan reliabilitas, kuesioner disebar kepada responden
lainnya.
22
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian mengenai Analisis Hubungan
Gaya Kepemimpinan dengan kinerja kelompok tani ternak Karya Sejahtera ini
dilakukan melalui beberapa tahap. Beberapa hal yang dilakukan untuk
mengumpulkan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Kuesioner
Kuesioner yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini
terdiri dari empat bagian. Empat bagian tersebut adalah faktor individual
pemimpin, faktor kelompok, dan gaya kepemimpinan serta kinerja
kelompok. Pada kuesioner bagian faktor karakteristik individual pemimpin
dibagi lagi menjadi tujuh bagian yang terdiri dari: (1) toleransi dengan satu
pertanyaan, (2) keuletan dengan tiga pernyataan, (3) rasa kesungguhan
dengan dua pernyataan, (4) tenang dengan tiga pertanyaan, (5) terarah
dengan tiga pertanyaan, (6) tanggap dan terampil dengan satu pertanyaan,
(7) cakap dan luwes dengan satu pertanyaan. Pada kuesioner bagian faktor
kelompok dibagi menjadi dua bagian yang terdiri dari: (1) tujuan kelompok
dengan lima pertanyaan, (2) struktur kelompok dengan empat pertanyaan.
Pada kuesioner gaya kepemimpinan dibagi menjadi empat bagian yang
terdiri dari: (1) gaya kepemimpinan direktif dengan tiga pertanyaan, (2)
gaya kepemimpinan suportif dengan lima pertanyaan, (3) gaya
kepemimpinan partisipatif dengan empat pertanyaan, (4) gaya
kepemimpinan achievement-oriented dengan dua pertanyaa. Selain itu, pada
kuesioner kinerja kelompok tani terdiri dari lima pertanyaan. Kuesioner
tersebut digunakan untuk mengetahui faktor karakteristik individual
pemimpin, faktor kelompok dan gaya kepemimpinan dari ketua kelompok
serta kinerja kelompok tani.
2) Wawancara mendalam
Wawancara mendalam dilakukan berdasarkan panduan pertanyaan yang
telah disiapkan. Wawancara ini digunakan untuk mengetahui kepemimpinan
dari ketua kelompok tani. Informan yang menjadi sasaran wawancara
mendalam yaitu ketua kelompok tani, penyuluh pertanian, dan semua
anggota kelompok tani Karya sejahtera.
3) Data sekunder
Data sekunder didapatkan dari pihak-pihak yang berkaitan dengan lokasi
penelitian seperti data demografi Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong,
Kabupaten Bandung Barat dan data kelompok yang didapatkan dari BP3K
di Kecamatan Parongpong. Data tersebut digunakan untuk menjadi acuan
dalam penelitian.
4) Observasi langsung kegiatan kelompok
Dengan mengikuti dan mengamati kegiatan kelompok tani ternak Karya
Sejahtera didapatkan data yang berfungsi melengkapi data primer, sekunder,
dan wawancara mendalam.
Dalam metode pengumpulan data, dibutuhkan data-data lengkap dan
persiapan yang baik untuk melengkapi kuesioner, wawancara mendalam, data
skuder serta observasi langsung kegiatan kelompok.
23
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia.
Analisis statistik deskripstif yang digunakan untuk menggambarkan masing-
masing peubah adalah tabel distribusi frekuensi, persentase, dan rataan skor.
Analisis statistik inferensia dilakukan dengan uji korelasi Rank Spearman yang
diolah menggunakan komputer dengan program SPSS for Windows versi 19.0.
Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari pengolahan data mengenai
tingkat rataan skor faktor Individual pemimpin, faktor kelompok, gaya
kepemimpinan ketua kelompok, dan kinerja kelompok tani. Selanjutnya,
pengolahan data melalui uji korelasi Rank Spearman untuk mengetahui faktor-
faktor yang mengarahkan gaya kepemimpinan ketua kelompok dan hubungan
gaya kepemimpinan ketua kelompok dengan kinerja kelompok tani ternak Karya
Sejahtera.
Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk menentukan hubungan antara
kedua variabel yang ada (variabel independen dan variabel dependen), yaitu
menguji hubungan faktor individual pemimpin (skala ordinal), faktor kelompok
(skala ordinal) dengan gaya kepemimpinan (skala ordinal), dan hubungan antara
gaya kepemimpinan (skala ordinal) dengan kinerja kelompok tani (skala ordinal).
Koefisien korelasi Rank Spearman (rs) mengukur kedekatan hubungan antara dua
peubah nominal (Mulyono 1991, dalam Karim 2012). Untuk menganalisis
hubungan tersebut digunakan rumus berikut:
Keterangan : rs = Nilai korelasi Rank Spearman
di2
= Selisih setiap pasangan rank.
n = Jumlah pasangan rank untuk Spearman (5<n<30)
Koefisien korelasi merupakan pengukuran tentang derajat keeratan
hubungan antara dua peubah, X dan Y, dan derajat keeratan tersebut tergantung
pada variasi yang bersifat simultan dari peubah X dan Y. Tingkat keeratan
hubungan dilihat berdasarkan koefisien korelasi yang menurut Gulford (2005)
dalam Hafizhoh (2011) sebagai berikut:
1) Kurang dari 0,20 hubungan rendah sekali; lemas sekali
2) 0,20 - <0,40 hubungan rendah tetapi pasti
3) 0,40 - <0,70 hubungan yang cukup berarti
4) 0,70 - <0,90 hubungan yang tinggi; kuat
5) ≥0,90hubungan sangat tinggi; kuat sekali, dapat diandalkan
Definisi Operasional
Faktor individual pemimpin berdasarkan sifat dapat diartikan sebagai hal
atau keadaan yang melekat pada pribadi pemimpin secara fisiologi. Faktor
individual dari seorang pemimpin dapat dilihat dari sifat, watak, dan perilaku
kepemimpinan. Sifat, watak, dan perilaku kepemimpinan dapat ditentukan melalui
24
tujuh elemen yaitu tingkat ketoleransian, tingkat keuletan, tingkat rasa
kesungguhan, tingkat ketenangan, tingkat keterarah, tingkat ketanggapan dan
keterampilan, kemudian tingkat kecakapan dan keluwesan. Oleh karena itu, faktor
karakteristik individual pemimpin dapat diukur dengan mengetahui jumlah skor
dari ketujuh indikator tersebut, sedangkan pengukuran dirumuskan dalam bentuk
pernyataan yang mengacu “skala berjenjang” atau skala ordinal dengan memberi
empat alternatif jawaban dengan skala 1 sampai 4. Alternatif jawaban yang
disediakan terdiri dari empat, yaitu sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3,
kurang setuju diberi skor 2, tidak setuju diberi skor 1. Elemen-elemen tersebut
akan di jelaskan sebagai berikut:
1) Toleransi adalah sikap terbuka bagi segala pandangan atau gagasan dengan
asumsi bahwa setiap pengusul gagasan bertanggung-jawab dan dapat
menjelaskan atau mempertahankan sifat kepraktisan dari gagasan yang
dimajukan serta mau menerima perbedaan pendapat. Ketoleransian diukur
kemauan ketua menerima perbedaan. Terdiri dari satu pertanyaan dengan
empat alternatif jawaban, maka nilai sikap toleransi berkisar antara 1 sampai
4.
2) Keuletan adalah sikap kepercayaan terhadap diri sendiri dan menguasai
dirinya sendiri. Kedudukannya sebagai pemimpin mendorong sifatnya serba
ingin tahu demi kemajuan kelompok. Keuletan diukur berdasarkan usaha
memajukan kelompok, memberikan informasi, dan menggunakan
keahliannya dalam memajukan kelompok. Terdiri dari tiga pertanyaan
dengan empat alternatif jawaban, maka nilai sikap keuletan berkisar antara 3
sampai 12.
3) Rasa kesungguhan adalah sikap keteguhan untuk berpegang pada tugas,
belajar serta menarik pengalaman sebaik-baiknya dari pekerjaannya dan
melatih secara baik-baik bawahannya untuk dapat diserahi tanggung jawab.
Rasa kesungguhan diukur berdasarkan ketua menjadi pemimpin yang baik,
dan minat pada posisinya sebagai pemimpin. Terdiri dari dua pertanyaan
dengan empat alternatif jawaban, maka nilai sikap rasa kesungguhan
berkisar antara 2 sampai 8.
4) Tenang adalah sikap kemampuan mengendalikan emosi pada situasi tertentu,
terutama situasi kritis seperti bila diperolok-olokkan. Pemimpin bisa juga
marah akan tetapi dengan cara yang dapat dikendalikan. Hambatan dan
tantangan dalam tugas, dianggapnya sebagai yang wajar dan harus
diperhitungkan dalam setiap perjuangan hidupnya. Tenang diukur
berdasarkan kemampuan mengendalikan emosi, tidak mudah terprovokasi,
dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Terdiri dari tiga
pertanyaan dengan empat alternatif jawaban, maka nilai sikap tenang
berkisar antara 3 sampai 12.
5) Terarah adalah sikap cakap mengarahkan para pekerja dan pekerjaannya.
Mempunyai wibawa, kesetiaan dan dukungan kerjasama dari bawahannya.
Mempunyai reputasi sebagai pemimpin tangguh, teguh pendirian tetapi adil.
Mempunyai nama baik dalam menyelesaikan tugas secara efisien dan efektif.
Terarah diukur berdasarkan kemampuan mengarahkan anggota, dukungan
dan kerjasama dari bawahan dalam menyusun kinerja kelompok, dan peduli
terhadap kesejahteraan anggota. Terdiri dari tiga pertanyaan dengan empat
alternatif jawaban, maka nilai sikap terarah berkisar antara 3 sampai 12.
25
6) Tanggap dan terampilan adalah cepat dalam memahami, mengikuti dan
merespon instruksi dan penjelasan. Cepat menilai situasi, kondisi dan
lingkungan baru secara tepat. Cepat menentukan fakta dan situasi serta
berdasarkan itu membuat putusan yang tepat. Tanggap dan terampil diukur
berdasarkan sikap tanggap situasi dan merespon permasalahan. Terdiri dari
satu pertanyaan dengan empat alternatif jawaban, maka nilai sikap tanggap
dan terampil berkisar antara 1 sampai 4.
7) Cakap dan luwes adalah sikap kemampuan teknis dan adaptasi terhadap
berbagai perkembangan. Mampu mengubah perhatian dari permasalahan
yang satu kepada yang lain, sehingga semua memperoleh perhatian
manajemen secara merata. Memiliki imajinasi, menyetujui pertanggung-
jawab, melaksanakan dan menjamin prestasi pekerjaan serta memilih para
pembantunya yang cakap. Cakap dan luwes diukur berdasarkan kemampuan
mensukseskan tanggung jawab. Terdiri dari satu pertanyaan dengan empat
alternatif jawaban, maka nilai sikap cakap dan luwes berkisar antara 1
sampai 4.
Faktor kelompok adalah keadaan yang melekat pada kelompok. Faktor kelompok
terdiri dari, tujuan kelompok dan struktur kelompok. Diukur dengan skala ordinal
dengan rentan nilai 1 sampai 4 : sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3,
kurang setuju diberi skor 2, tidak setuju diberi skor 1. Faktor kelompok dijabarkan
sebagai berikut:
1) Tujuan kelompok adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh kelompok. Tujuan
kelompok diukur berdasarkan pemahaman anggota terhadap tujuan
kelompok, tercerminnya tujuan individu anggota pada tujuan kelompok,
tujuan kelompok yang baik sesuai dengan harapan anggota, persetujuan
anggota terhadap tujuan kelompok dan dibutuhkan partisipasi anggota, dan
pelaksanaan tujuan sesuai dengan keadaan petani saat ini. Terdiri dari lima
pertanyaan dengan empat alternatif jawaban, maka nilai tujuan kelompok
berkisar antara 5 sampai 20.
2) Struktur kelompok adalah pengetahuan anggota tentang susunan pengurus,
kelengkapan susunan kelompok yang meliputi para pengurus, pengetahuan
pengurus akan tugasnya masing-masing, pengurus telah melaksanakan
tugasnya dengan baik. Terdiri dari empat pertanyaan dengan empat
alternatif jawaban, maka nilai struktur kelompok berkisar antara 4 sampai
16.
Terdapat empat gaya kepemimpinan yaitu direktif, suportif, partisipatif, dan
achievement-oriented. Empat gaya kepemimpinan diukur dengan skala ordinal
dengan rentan nilai 1 sampai 4 : sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3,
kurang setuju diberi skor 2, tidak setuju diberi skor 1. Masing-masing gaya
kepemimpinan dengan indikator sebagai berikut:
1) Direktif diukur berdasarkan kemampuan pemimpin dalam pembuatan
keputusan tanpa melibatkan anggota, pengarahan tugas dan kontrol terhadap
pengerjaan tugas, serta mengawasi dengan ketat kinerja anggota. Terdiri
dari tiga pertanyaan dengan empat alternatif jawaban, maka nilai direktif
berkisar antara 3 sampai 12.
2) Suportif diukur berdasarkan cara pemimpin memperlakukan secara adil
anggota, tidak membeda-bedakan status ekonomi anggota, sikap ramah
terhadap anggota, bertanya dan member bantuan terhadap kebutuhan
26
anggota. Terdiri dari lima pertanyaan dengan empat alternatif jawaban,
maka nilai suportif berkisar antara 5 sampai 20.
3) Partisipatif diukur berdasarkan pemberian kesempatan dari pemimpin
kepada anggota untuk membuat keputusan, pelaksanaan diskusi dengan
anggota dan penerimaan ide/saran, pemberian motivasi kepada anggota, cara
memperlakukan anggota dan menghargai anggota. Terdiri dari empat
pertanyaan dengan empat alternatif jawaban, maka nilai partisipatif berkisar
antara 4 sampai 16.
4) Achievement-Oriented diukur dari memepercayakan tugas/pekerjaan
sepenuhnya pada anggota, kurang tegas dalam membuat keputusan. Terdiri
dari dua pertanyaan dengan empat alternatif jawaban, maka nilai
Achievement-Oriented berkisar antara 2 sampai 8.
Kinerja kelompok tani adalah tercapainya tujuan kelompok serta bagaimana
kelompok tersebut menjalankan perannya dengan baik yaitu sebagai wadah petani
agar kesejahteraannya semakin baik. Kinerja kelompok tani diukur menggunakan
skala ordinal dengan rentan nilai 1 sampai 4 : sangat setuju diberi skor 4, setuju
diberi skor 3, kurang setuju diberi skor 2, tidak setuju diberi skor 1. Penjabaran
variabelnya sebagai berikut:
1) Kemampuan merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas
usahatani (termasuk pasca panen dan analisis usahatani) dengan menerapkan
rekomendasi yang tepat dan mamfaat sumber daya alam secara optimal.
Terdiri dari satu pertanyaan dengan empat alternatif jawaban, maka
nilainya berkisar antara 1 sampai 4.
2) Kemampuan melaksanakan dan menaati perjanjian dengan pihak lain.
Terdiri dari satu pertanyaan dengan empat alternatif jawaban, maka
nilainya berkisar antara 1 sampai 4.
3) Kemampuan memupuk modal dan memamfaatkannya secara rasional.
Terdiri dari satu pertanyaan dengan empat alternatif jawaban, maka
nilainya berkisar antara 1 sampai 4.
4) Kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga antara kelompok
dengan KUD. Terdiri dari satu pertanyaan dengan empat alternatif jawaban,
maka nilainya berkisar antara 1 sampai 4.
5) Kemampuan menerapkan teknologi dan memamfaatkan informasi serta
kerja sama kelompok yang dicerminkan oleh tingkat produktivitas dari
usahatani anggota kelompok tani. Terdiri dari satu pertanyaan dengan
empat alternatif jawaban, maka nilainya berkisar antara 1 sampai 4.
Selain keempat aspek diatas (faktor individual pemimpin, faktor kelompok, gaya
kepemimpinan serta kinerja kelompok) perlu juga menganalisis karakteristik
peternak responden. Karakteristik peternak responden adalah ciri-ciri khusus yang
dimiliki oleh anggota kelompok. Untuk keperluan pengolahan dan anailisis data
maka karakteristik kelompok dijadikan sebagai skala ordinal. Karakteristik
anggota kelompok terdiri dari:
1) Umur peternak anggota adalah lama hidup peternak sejak dilahirkan sampai
saat wawancara dilakukan. Skala yang digunakan pada kuesioner adalah
skala nominal. Untuk kepentingan pengolahan dan analisis data maka
digunakan skala ordinal dengan pengkategorian sebagai berikut: (1) 18
sampai 28 tahun, (2) 29 sampai 39 tahun, (3) 40 sampai 50 tahun, (4) lebih
dari 51 tahun.
27
2) Tingkat pendidikan formal peternak anggota adalah jenjang sekolah formal
tertinggi yang pernah diikuti sampai saat wawancara dilakukan.Untuk
kepentingan pengolahan dan analisis data maka skala ordinal pendidikan
formal dikategorikan sebagai berikut: (1) SD, (2) SMP, (3) SMA, (4)
Perguruan Tinggi
3) Pengalaman berternak anggota adalah jumlah tahun lamanya peternak telah
beternak sapi perah sampai saat wawancara dilakukan. Skala yang
digunakan pada kuesioner adalah skala nominal. Untuk kepentingan
pengolahan dan analisis data maka digunakan skala ordinal dengan
pengkategorian sebagai berikut: (1) ≤ 10 tahun, (2) 11 sampai 20 tahun, (3)
21 sampai 30 tahun, (4) ≥ 30 tahun.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kecamatan Parongpong
Kecamatan Parongpong merupakan bagian dari Kabupaten Bandung Barat
memiliki luas wilayah sebesar 3 502.213 ha yang berupa dataran tinggi. Sebagian
besar wilayahnya berupa dataran sampai berombak, berombak sampai berbukit,
dan berbukit sampai bergunung. Untuk lebih mengetahui tentang keadaan
agroklimat Kecamatan Parongpong dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Keadaan agroklimat Kecamatan Parongpong
Keadaan Agroklimat Nilai
Luas Wilayah (ha):
- Persawahan
- Tanah kering
- Tanah Basah
- Tanah Hutan
- Tanah Perkebunan
- Tanah Fasilitas Umum
- Lain-lain (tanah tandus, tanah pasir, dll)
Ketinggian dpl (m)
Curah hujan (mm/tahun)
Bentuk Wilayah (%) :
- Dataran sampai berombak
- Berombak sampai berbukit
- Berbukit sampai bergunung
Suhu udara (0C)
3 502.213
10.000
2 430.906
6.050
710.924
259 040
22.024
63.269
1 350
1 565
40.00
55.00
5.00
17-24 Sumber : Monografi Kecamatan Parongpong (2008)
Jumlah penduduk pria dan wanita hampir seimbang yaitu sebesar 40 582
orang dan 41 481 orang. Sebagian besar penduduk di kecamatan ini berusia
produktif, yakni 19 sampai 55 tahun. Mata pencaharian utama di Kecamatan
Parongpong yaitu peternak, pedagang, dan petani. Selain itu, latar belakang
pendidikan penduduk di Kecamatan Parongpong rata-rata adalah lulusan Sekolah
28
Dasar (SD). Untuk lebih mengetahui tentang keadaan penduduk Kecamatan
Parongpong dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Keadaan penduduk Kecamatan Parongpong
Keadaan penduduk Jumlah (orang) Persentase (%)
Pria
Wanita
40 582
41 481
49.45
50.55
Jumlah 82 063 100
Usia (tahun) :
0-18
19-55
>55
32 283
38 818
10 962
39.34
47.30
13.36
Jumlah 82 063 100
Mata Pencaharian :
- Pertanian
- Pengusaha sedang/besar
- Pengrajin/industri kecil
- Buruh
- Pedagang
- Pengangkutan
- PNS
- ABRI
- PensiunanPEGNEG,ABRI
- Peternak
- Lain-lain
7 648
26
29
5 931
7 917
1 764
2 024
536
482
13 804
128
18.98
0.07
0.07
14.72
19.65
4.38
5.02
1.33
1.20
34.26
0.32
Jumlah 40 289 100
Pendidikan :
- Belum sekolah
- Tidak tamat sekolah
- SD
- SMP
- SMA
- Akademi
- Perguruan tinggi
12 265
2 981
26 345
15 362
12 452
5 391
5 192
15.33
3.72
32.94
19.21
15.57
6.74
6.49
Jumlah 79 988 100 Sumber : Monografi Kecamatan Parongpong (2008)
Desa Karyawangi
Di Kecamatan Parongpong terdapat 7 desa, salah satunya adalah
Karyawangi. Luas wilayah desa ini adalah 1 737.7 Ha, yang merupakan wilayah
terluas di Kecamatan ini. Berbanding terbalik dengan luasnya, penduduknya
paling sedikit yaitu berjumlah 8 446 orang dengan 2 452 kepala keluarga. Luas
daerah Desa Karyawangi secara keseluruhan terdiri dari dari: pemukiman 50.6 ha,
29
perkebunan 248 ha, kuburan 1.78 ha, pekarangan 15.5, perkantoran 11.82 ha,
prasarana umum lainnya 50 ha, hutan dan kebun teh 1 370 ha.
Desa Karyawangi memiliki curah hujan rata-rata per tahun sebesar 2 500
Mm. Suhu rata-rata harian di desa ini yaitu 8ºC, dengan kelembaban udara
28%/HGm dan jumlah hujan sebanyak enam bulan. Selain itu, Desa Karyawangi
memiliki ketinggian 150 m di atas permukaan laut. Warna tanah di desa ini
seluruhnya hitam, dengan tekstur tanah debuan, serta memiliki kemiringan tanah
sebesar 30 derajat.
Desa ini berbatasan dengan Desa Cibodas di sebelah utara, dengan Desa
Sariwangi di sebelah selatan, dengan Desa Cigugur Girang di sebelah timur dan
dengan Desa Cihanjuang Rahayu di sebelah barat. Jarak dari desa ke ibu kota
kecamatan adalah 2 km. Jarak dari desa ke ibu kota kabupaten adalah 15 km.
Selain itu, jarak dari desa ke ibu kota provinsi adalah 25 km.
Desa Karyawangi memiliki jumlah penduduk total berdasarkan daftar isian
potensi desa tahun 2010 sebesar 8 446 orang. Data penduduk Desa Karyawangi
pada tahun 2010 berdasarkan komposisi jumlah penduduk laki-laki dan
perempuan serta kelompok umurnya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah penduduk Desa Karyawangi tahun 2010
Kelompok umur
(tahun)
Laki-laki
(orang)
Perempuan
(orang)
Jumlah
(orang)
0 - 4 356 340 696
5 – 9 344 332 676
10-14 266 255 521
15-19 306 293 599
20-24 362 350 712
25-29 480 464 944
30-34 385 369 754
35-39 362 346 708
40-44 288 267 555
45-49 268 249 517
50-54 213 197 410
55-59 175 164 339
60-64 157 145 302
65-69 164 148 312
70-74 163 130 293
75 ke atas 57 51 108
Jumlah 4 346 4 100 8 446
Sumber: Daftar Isian Potensi Desa dan Tingkat Perkembangan Desa Karyawangi (2010)
Penduduk di Desa Karyawangi digolongkan berdasarkan pendidikannya
yaitu masyarakat yang belum masuk TK dengan usia 3 sampai 6 tahun sebanyak
324 orang, masyarakat usia 3 sampai 6 tahun yang telah bersekolah TK atau play
group sebanyak 393 orang. Masyarakat usia 7 sampai 18 tahun yang sedang
bersekolah sebanyak 1 314, sedangkan masyarakat yang tamat SD/sederajat
sebanyak 2 349 orang. Masyarakat yang tidak tamat SLTP dengan usia 12 sampai
56 tahun sebanyak 852, sedangkan masyarakat yang tidak tamat SLTA dengan
30
usia 18 sampai 56 tahun 995 orang. Masyarakat yang telah tamat SMP/sederajat
berjumlah 1 357 orang, telah tamat SMA/sederajat berjumlah 617 orang, D-1
berjumlah 120 orang, D-2 berjumlah 92 orang, D-3 berjumlah 160 orang, S-1
berjumlah 130 orang, S-2 berjumlah 70 orang, S-3 berjumlah 8 orang.
Mata pencaharian masyarakat pada umumnya sebagai petani sebanyak 2
475 orang, mata pencaharian masyarakat yang lainnya yaitu buruh tani sebanyak 1
001 orang, pegawai negeri sipil sebanyak 280 orang, pedagang keliling sebanyak
25, swasta sebanyak 9 orang, pembantu rumah tangga 49 orang, pensiunan
PNS/TNI/POLRI sebanyak 54 orang, pengusaha kecil dan menengah 15 orang,
dukun kampung terlatih sebanyak 4 orang, dosen swasta 10 orang, seniman/artis
sebanyak 10 orang, karyawan perusahaan swasta 290 orang, karyawan perusahaan
pemerintah 280 orang. Mayoritas agama yang dianut oleh masyarakat Desa
Karyawangi yaitu beragama Islam dengan total 8 125 orang. Agama lainnya yaitu
Kristen, Katholik, Hindu, Budha yang berjumlah sebanyak 321 orang.
Potensi agribisnis yang diusahakan di Desa Karyawangi adalah sektor
pertanian, sektor perkebunan, sektor peternakan, sektor industri dan pengolahan.
Subsektor pertanian yang diusahakan di desa ini yaitu tanaman jagung dengan
luas tanam sebesar 10 ha. Selain tanaman jagung terdapat sayur-sayuran dan
bunga potong dengan masing-masing luas lahan 165 ha dan 45 ha. Total jumlah
keluarga di Desa Karyawangi yang memiliki tanah pertanian adalah 992 keluarga.
Untuk sektor perkebunan terdapat perkebunan teh yang mendominasi dengan luas
lahan 230 ha dan pengembangan rumput gajah sebesar 30 ha.
Peternakan merupakan bidang agribisnis yang dominan diusahakan oleh
masyarakat di Desa Karyawangi. Jenis ternak yang diusahakan oleh penduduk
Desa Karyawangi yaitu sapi perah dan kambing. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan, ternak yang banyak diusahakan yaitu ternak sapi perah. Pemilik sapi
perah di Desa Karyawangi yaitu sebanyak 574 orang dengan total kepemilikan
sapi perah di desa tersebut sebanyak 8 901 ekor. Total jumlah keluarga di Desa
Karyawangi yang memiliki ternak berjumlah 440 keluarga. Selain usaha
peternakan, terdapat sektor industri pengolahan berupa pakan ternak yang
diusahakan di Desa Karyawangi sebagai penunjang dari sektor peternakan.
Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera
Kelompok “KARYA SEJAHTERA” merupakan kelompok tani ternak yang
dibentuk atas dasar keinginan dan kesepakatan anggota kelompok pada tanggal 10
Maret 2008, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada dokumentasi pada saat
penelitian (Lampiran 7). Pada saat kelompok ini dibentuk, hanya beranggotakan
13 orang sebagian besar adalah sanak saudara. Seiring dengan berjalannya waktu
dan kepercayaan peternak disekitar kelompok, pada bulan Juni 2008 mendapat
pengukuhan dari Kepala Desa Karyawangi dan Penyuluh Peternakan Kecamatan
Parongpong sebagai kelompok dengan kelas kemampuan pemula. Tahun 2009
jumlah anggota kelompok bertambah menjadi 20 orang, hal ini menunjukkan
bahwa dengan bergabung ke kelompok sangat besar manfaat yang dirasakan
anggota. Bulan Juni 2010 kembali kelompok kami dikukuhkan oleh Camat
Parongpong dan Penyuluh Peternakan Kecamatan Parongpong sebagai kelompok
dengan kelas kemampuan lanjut dengan jumlah anggota ada penambahan
menjadi 24 orang dan populasi sapi perah mencapai 85 ekor. Pada tahun 2011, ada
31
penambahan anggota kelompok sebanyak 5 orang, sehingga jumlah anggota
kelompok menjadi 29 orang. Pada pengamatan terakhir tahun 2012, jumlah
keseluruhan anggota menjadi 33 orang dengan jumlah populasi sapi perah 104
ekor dan produksi rata-rata per ekor 13.4 liter.
Adapun tujuan dibentuknya kelompok ini adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan kemampuan anggota kelompok dalam hal bekerjasama dan
bermitra usaha dengan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan
saling menguntungkan.
2) Populasi, produksi dan produktivitas sapi perah di Desa karyawangi
khususnya dan Kecamatan Parongpong pada umumnya dapat meningkat.
3) Agar kegiatan usaha kelompok dapat berjalan lebih maju, sehingga
kesejahteraan anggota akan lebih meningkat.
4) Tujuan akhir yang diharapkan adalah Desa Karyawangi dapat menjadi
sentra penghasil susu segar yang berkualitas di Kabupaten Bandung Barat.
Bagan struktur organisasi kelompok Karya Sejahtera terdiri dari Mitra Kerja,
Dewan Pengurus, serta Pembina. Mitra kerja terdiri dari KUD Puspa Mekar,
GAPOKNAK Mitra PM, Perhutani dan PT. Bintang Mentari Lembang. Pembina
terdiri dari PPL Peternakan Parongpong, Camat Parongpong, Kepala Desa
Karyawangi. Selain itu, Dewan pengusrus terdiri dari ketua, sekretaris, dan
bendahara. Dewan pengurus membawahi seksi-seksi pelaksana kelompok, seperti
seksi produksi dan pemasaran, seksi sarana produksi, seksi kesehatan hewan, serta
seksi usaha dan HUMAS (Lampiran 8).
Pelaksanaan kegiatan usaha di kelompok tani ternak sapi perah Karya
Sejahtera dilakukan dalam upaya menciptakan sistem usaha yang profesional
dengan menjalin kerjasama, baik antar anggota dalam kelompok maupun
kemitraan dengan pihak lain yang saling menguntungkan, secara umum kegiatan-
kegiatan usaha yang dimaksud antara lain :
1) Mengembangkan usaha ternak sapi perah yang berwawasan lingkungan
2) Meningkatkan produktivitas usaha sapi perah dengan tidak menjual pedet
betina
3) Menyediakan produk susu yang berkualitas dan berdaya saing tinggi
4) Meningkatkan kemitraan dengan pihak lain dalam upaya meningkatkan
mutu bibit, penyediaan pakan hijauan maupun konsentrat, penjualan
kompos
5) Menambah jenis usaha dalam bentuk pengolahan hasil produk susu dan
pengolahan limbah menjadi pupuk organik/kompos
6) Meningkatkan sumber daya manusia/peternak melalui pengembangan
kemampuan penerapan teknologi sapi perah baik aspek teknis, sosial
maupun ekonomi
7) Mengupayakan penyediaan sarana /alat perah seperti Milkcan, ember
aluminium, lap pembersih, celup putting
8) Mengoptimalkan sarana kandang seperti karpet lantai dan pakaian khusus
kerja di kandang
9) Pemanfaatan biogas untuk mengganti bahan bakar minyak
10) Penyediaan mesin pemotong rumput.
Rantai Pemasaran Produk Susu Anggota Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera
Peternak TPS/Kelompok KUD KPSBU/GKSI IPS
32
Kelompok tani ternak Karya Sejahtera dalam perkembangannya
memperoleh berbagai prestasi diantaranya:
1) Tahun 2008: - Peserta kontes ternak tk. Prov Jabar sapi FH betina 24-30bl
2) Tahun 2009: - Peserta kontes ternak tk. Prov Jabar sapi FH betina 24-30bl
- Piagam penghargaan dalam HUT Koperasi KUD Puspa
Mekar Kec. Parongpong.
3) Tahun 2010: - Peserta kontes ternak tk. Prov Jabar sapi FH betina 24-30bl
- Juara harapan 1 lomba kelompok tk. Kab.Bandung Barat
- Piagam Penghargaan dalam HUT Koperasi KUD Puspa
Mekar Kec. Parongpong.
4) Tahun 2011: - Juara 1 lomba kelompok tk. Kec. Parongpong
- Juara 1 Lomba kelompok tk. Kab.Bandung Barat
- Piagam Peserta kontes ternak tk. Prov Jabar sapi pedet
betina 5-6 bl.
Karakteristik Peternak Responden
Peternak responden dalam penelitian ini merupakan anggota kelompok tani
ternak Karya Sejahtera. Selain itu, dalam penelitian ini identitas responden yang
diperoleh meliputi beberapa aspek yang dapat dilihat dari umur responden, tingkat
pendidikan formal, dan pengalaman beternak. Untuk lebih jelasnya mengenai
karakteristik responden dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Umur
Umur merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi kinerja peternak
dalam beternak sapi perah. Pada umumnya peternak yang memiliki umur lebih
muda yang dapat bekerja lebih optimal dan memiliki produktivitas yang tinggi.
Umur peternak anggota adalah lama hidup peternak sejak dilahirkan sampai saat
wawancara dilakukan. Sebaran peternak responden anggota kelompok tani ternak
Karya Sejahtera dapat dilihat pada Gambar 4.
Berdasarkan Gambar 4, dapat diketahui kelompok tani Karya Sejahtera
didominasi oleh peternak responden yang memiliki rentang umur 29 sampai 39
tahun dengan jumlah 19 peternak atau 57.58 persen. Sebaliknya, proporsi terkecil
30.3%
57.58%
9.09% 3.03%
Gambar 4. Sebaran peternak responden berdasarkan umur
18 – 28
29 – 39
40 –50
>51
33
terdapat pada rentang umur lebih dari 51 tahun dengan jumlah satu peternak atau
3.03 persen. Selain itu, untuk rentang umur 18 sampai 28 tahun jumlah peternak
responden sebanyak 10 orang atau 30.30 persen. Untuk rentan umur 40 sampai 50
tahun jumlah peternak sebanyak 3 orang atau 9.09 persen dari total jumlah
peternak responden. Hal ini, membuktikan bahwa sebagian besar peternak sapi
perah anggota kelompok tani ternak Karya Sejahtera berada dalam umur produktif.
2) Tingkat Pendidikan Formal
Tingkat pendidikan merupakan salah satu karakteristik yang akan
berpengaruh terhadap pembentukan pola fikir dan sikap, terutama terhadap
penyerapan teknologi baru. Semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan lebih
cepat dalam mengadopsi teknologi yang dianjurkan. Tingkat pendidikan formal
peternak adalah jenjang sekolah formal tertinggi yang pernah diikuti peternak
responden sampai saat wawancara dilakukan. Sebaran peternak responden
anggota kelompok tani ternak Karya Sejahtera berdasarkan tingkat pendidikan
formal dapat dilihat pada Gambar 5.
Berdasarkan Gambar 5, dapat diketahui tingkat pendidikan formal peternak
responden di kelompok tani ternak Karya Sejahtera didominasi oleh lulusan
Sekolah Dasar (SD) yaitu 17 orang atau 51.52 persen. Di samping itu, untuk
responden yang mempunyai pendidikan formal SMP dan SMA mempunyai
jumlah yang sama yaitu 8 orang atau 24.24 persen. Selanjutnya tidak ada
responden yang mempunyai pendidikan lulusan Perguruan Tinggi. Hal ini bisa
dikatakan bahwa responden tidak ada yang “buta huruf” karena seluruh responden
telah menempuh pendidikan formal minimal jenjang Sekolah Dasar.
3) Pengalaman Beternak
Pada umumnya semakin lama beternak semakin banyak pengalaman
berternak sapi perah yang dimiliki peternak anggota kelompok tani ternak Karya
Sejahtera. Pengalaman berternak anggota adalah jumlah tahun lamanya peternak
telah beternak sapi perah sampai saat wawancara dilakukan. Untuk lebih jelas
mengenai sebaran responden peternak anggota kelompok tani ternak Karya
Sejahtera berdasarkan pengalaman berternak dapat dilihat pada Gambar 6.
51.52%
24.24%
24.24%
Gambar 5. Sebaran peternak responden berdasarkan tingkat
pendidikan formal
SD
SMP
SMA
Perguruan
tinggi
34
Berdasarkan Gambar 6, dapat diketahui kelompok tani Karya Sejahtera
umumnya didominasi oleh responden dengan pengalaman beternak selama 11
sampai 20 tahun yaitu sebanyak 18 orang atau 54.55 persen dari jumlah total
responden. Selain itu, untuk responden dengan pengalaman beternak selama ≤ 10
tahun yaitu sebanyak 10 orang atau 30.30 persen dari jumlah total responden.
Untuk responden dengan pengalaman peternak selama 21 sampai 30 tahun
sebanyak 2 orang atau 6.06 persen dari total jumlah responden. Untuk responden
dengan pengalaman beternak selama ≥ 30 tahun sebanyak 3 orang atau 9.09
persen dari total jumlah responden.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Gaya Kepemimpinan
Yusuf (1989) menyatakan bahwa tingkah laku seorang pemimpin dalam
kelompoknya terhadap para anggota bisa menentukan bentuk gaya kepemimpinan
yang dominan yang dipegangnya sesuai dengan penggunaan sumber kekuasaan
yang dipilihnya (seorang pemimpin). Ada empat gaya kepemimpinan menurut
teori Path-Goal (House dan Mitchell 1974, dalam Yukl 1994) yaitu; direktif,
suportif, partisipatif, dan achievement-oriented.
Dilihat dari Tabel 6, sebanyak 56.07 persen peternak responden menyatakan
bahwa penerapan gaya kepemimpinan ketua kelompok Karya Sejahtera berada
dikategori sedang. Artinya, sebagian besar peternak responden menyatakan bahwa
ketua kelompok sudah cukup menerapkan gaya kepemimpinan direktif, suportif,
partisipatif, dan achievement-oriented. Jika lihat dari rataan skor, maka dapat
dikatakan gaya kepemimpinan yang paling dominan/sering diterapkan oleh ketua
kelompok tani Karya Sejahtera adalah gaya kepemimpinan partisipatif dengan
rataan skor 3.70, Sedangkan gaya kepemimpinan yang paling jarang diterapkan
adalah gaya kepemimpinan achievement-oriented dengan rataan skor 2.27. Selain
itu, ketua kelompok juga menerapkan gaya kepemimpinan suportif dengan rataan
skor 3.67 dan gaya kepemimpinan direktif dengan rataan skor 2.84.
30.3%
54.55%
6.06%
9.09%
Gambar 6. Sebaran peternak responden berdasarkan
pengalaman berternak
≤ 10
11 – 20
21 – 30
≥ 30
35
Tabel 6. Rataan skor dan persentase tingkatan penilaian terhadap gaya
kepemimpinan ketua kelompok tani Karya Sejahtera
Gaya kepemimpinan Persentase (%)
Rataan skor* Rendah Sedang Tinggi
Direktif 12.12 57.58 30.30 2.84
Suportif 24.24 48.49 27.27 3.67
Partisipatif, 21.21 48.49 30.30 3.70
Achievement-oriented 9.09 69.70 21.21 2.27
Total rata-rata 16.66 56.07 27.27 3.12
*Skor Pengukuran: 1-2.43 = Rendah, 2.44-3.81 = Sedang, 3.82-4.00 =Tinggi
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari responden dan penelusuran
selama melakukan penelitian, dengan rataan skor 3.70 sebagian besar peternak
responden (48.49 persen) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling
sering diterapkan oleh ketua kelompok tani Karya Sejahtera adalah gaya
kepemimpinan partisipatif. Hal ini dapat dilihat ketika akan mengambil keputusan
dalam memecahkan suatu permasalahan ketua kelompok tidak segan-segan untuk
bertanya secara langsung kepada anggota untuk mencari solusi yang terbaik ketika
dalam forum resmi seperti kumpul rutin setiap lima belas hari sekali. Kumpul
rutin (disamping kumpul yang diadakan oleh Petugas Teknis Lapangan Dinas
Peternakan Bandung Barat setiap tiga bulan sekali) dilakukan untuk pembagian
uang hasil dari penjualan susu sapi perah yang dititipkan di KUD Puspa Mekar.
Ketua kelompok dan anggota saling tukar menukar ide sehingga terjadi
komunikasi dua arah.
Dilain sisi, dengan rataan skor 3.67 sebagian besar responden (48.49 persen)
menyatakan bahwa ketua kelompok juga sering menerapkan gaya kepemimpinan
suportif. Hal ini dapat dilihat ketika ketua kelompok sering memperhatikan akan
kebutuhan dari anggota, antara lain ; kebutuhan pakan ternak sapi, baik hijauan
(rumput) maupun pakan dari limbah industri (ampas tahu dan singkong). Ketua
kelompok juga menyediakan pakan pabrikan (konsentrat/ mako) dan vitamin
untuk sapi perah setiap anggota. Ketua kelompok peduli akan kesejahteraan
anggota, seperti mendatangkan dan bekerjasama dengan Petugas Teknis Lapangan
Dinas Peternakan Bandung Barat serta petugas KESWAN / mantri hewan. Semua
kebutuhan tersebut diperoleh melalui bermitra dengan KUD Puspa Mekar dan
Dinas Peternakan dan Perikanan Bandung Barat. Suasana kekeluargaan kelompok
tani Karya Sejahtera sangat terjaga dalam interaksi sehari-hari, seperti ketika
proses pemerahan susu sapi (dipagi dan sore hari), kegiatan pemberian pakan
(pagi dan siang hari) maupun dalam kegiatan lainnya.
Penerapan gaya kepemimpinan suportif dan partisipatif yang diterapkan
oleh ketua kelompok diperkuat oleh salah satu pernyataan anggota kelompok tani
Karya Sejahtera.
“Ketua selama ini adil dalam pembagian pakan sapi maupun yang
lainnya, tidak membeda-bedakan setiap anggota, tegas, bijaksana
mengambil keputusan yang tentunya dengan usulan/saran anggota,
tapi juga santai dan suka bercanda orangnya”. AS (36 tahun)
36
Dengan rataan skor 2.84 sebagian besar peternak responden (57.58 persen)
menyatakan bahwa gaya kepemimpinan direktif cukup sering diterapkan oleh
ketua kelompok tani Karya Sejahtera. Akan tetapi, ketua kelompok kurang begitu
menyukai gaya kepemimpinan direktif. Hal ini dikarenakan ketua kelompok tani
tidak terlalu menyukai untuk memakasakan kehendak dan memberikan aturan-
aturan yang berlebihan. Ketua kelompok tani beranggapan bahwa pada intinya
adalah kelompok dibentuk dari rasa kekeluargaan dan perasaan senasib sebagai
peternak sapi yang hidupnya bergantung pada penghasilan dari susu sapi. Aturan
yang terpenting adalah bagaimana cara beternak sapi yang benar dan produksi
susu meningkat sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan anggota .
Dengan rataan skor 2.27 sebagian besar peternak responden (69.70 persen)
menyatakan bahwa gaya kepemimpinan achievement-oriented merupakan gaya
kepemimpinan yang paling jarang diterapkan oleh ketua kelompok tani Karya
Sejahtera. Gaya kepemimpinan achievement-oriented merupakan gaya
kepemimpinan yang berorientasi kepada keberhasilan dan standar tujuan yang
sangat tinggi. Dalam hal ini, ketua mempunyai pemikiran bahwa tujuan
berkelompok adalah untuk mensejahterakan serta mempermudah dalam
menyelesaikan permasalahan dalam beternak sapi perah bukan untuk membebani
setiap anggota dengan menerapkan tujuan yang sangat tinggi. Disamping itu,
dikhawatirkan anggota akan menjadi malas mengikuti segala kegiatan yang
diadakan oleh kelompok. Kegiatan tersebut seperti kumpul rutin lima belas hari
sekali, dan tiga bulan sekali serta kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh
Petugas Teknis Lapangan Dinas Peternakan Bandung Barat.
Dari uraian diatas, tidak memungkiri bahwa banyak faktor yang
mengarahkan/mempengaruhi gaya kepemimpinan ketua kelompok tani Karya
Sejahtera. Faktor tersebut diantaranya adalah kepribadian (faktor individual)
ketua kelompok itu sendiri dan lingkungan sekitar (faktor kelompok).
Analisis Faktor-Faktor yang Mengarahkan Gaya Kepemimpinan
Analisis Faktor Individual
Atribut faktor individual merupakan ciri trait kepribadian pemimpin yang
kemungkinan dapat mengarahkan gaya kepemimpinan seorang ketua kelompok.
Ciri trait pemimpin antara satu kelompok dengan kelompok lain tidak selalu sama
karena setiap individu mempunyai kepribadian masing-masing. Secara umum ciri
trait atau karakteristik kepribadian setiap pemimpin dapat dilihat dari berdasarkan
sifat, watak dan perangai kepemimpinan (Hafizhoh 2011). Sifat, watak dan
perangai kepemimpinana (Wiriadihardja 1987, dalam Hafizoh 2011) antara lain;
sikap toleransi seorang pemimpin, keuletannya, kesungguhan, ketenangan,
keterarahan, sikap tanggap dan terampil serta kecakapan dan keluwesannya.
Dilihat pada Tabel 7, sebanyak 47.62 persen peternak responden
menyatakan bahwa aspek faktor individual ketua kelompok Karya Sejahtera
berada dikategori sedang. Artinya, sebagian besar peternak responden menyatakan
bahwa ketua kelompok sudah cukup mempunyai kriteria yang cocok untuk
menjadi seorang pemimpin di kelompoknya. Jika dilihat dari rataan skor, masing-
masing aspek faktor individual menunjukkan rataan skor dikategori sedang,
berarti dapat dikatakan bahwa ketua kelompok sudah cukup mempunyai sikap
37
kepribadian yang tanggap dan terampil, terarah, cakap dan luwes, keuletan,
kesungguhan, ketenangan serta berjiwa toleransi.
Tabel 7. Rataan skor dan persentase tingkatan penilaian terhadap faktor
individual ketua kelompok tani Karya Sejahtera
Faktor individual Persentase (%)
Rataan skor* Rendah Sedang Tinggi
Toleransi 24.24 60.61 15.15 3.15
Keuletan 15.15 45.46 39.39 3.66
Rasa kesungguhan 30.30 42.42 27.28 3.65
Tenang 30.30 54.55 15.15 3.50
Terarah 27.27 39.40 33.33 3.76
Tanggap dan terampil 21.21 48.49 30.30 3.79
Cakap dan luwes 30.30 42.43 27.27 3.70
Total rata-rata 25.54 47.62 26.84 3.60 *Skor Pengukuran: 1-2.43 = Rendah, 2.44-3.81 = Sedang, 3.82-4.00 =Tinggi
Ketua kelompoktani lebih bersikap tanggap dan terampil dilihat dari rataan
skor 3.79 yang merupakan rataan skor tertinggi bila dibandingkan dengan rataan
skor sikap yang lain. Sikap tanggap dan terampil ketua kelompok berada
dikategori sedang, artinya sebagian besar peternak responden (48.49 persen)
menyatakan bahwa ketua sudah cukup tanggap dan terampil. Hal ini dapat dilihat
ketika ketua kelompok cepat mengerti instruksi dari penyuluh maupun saran dari
anggotanya. Ketua kelompok juga lebih tanggap terhadap situasi dan kondisi yang
dialami anggota kelompok seperti mengenai kenaikan harga pakan ternak sapi
(seperti ampas tahu dan singkong, rumput, konsentrat/mako vitamin serta
kebutuhan lainnya), harga susu yang tidak stabil, dan serangan penyakit serta
produktivitas susu yang menurun. Untuk itu, ketua kelompok semakin terampil
dengan mengusahakan untuk bermitra dengan koperasi susu yaitu KUD Puspa
Mekar dan Dinas Peternakan Kabupaten Bandung Barat. KUD Puspa Mekar
berfungsi diantarannya: menampung susu, menyediakan pakan pabrikan
(konsentrat/mako), menyediakan layanan petugas KESWAN (dalam hal
inseminasi buatan/pencegahan penyakit/pemberian vitamin) yang bekerjasama
dengan Dinas Peternakan Kabupaten Bandung Barat. Ketua kelompok juga
mengusahakan pembuatan food supplement yaitu UMB (urea molases blok) untuk
meningkatkan produktivitas susu sapi perah. Kelompok bekerjasama dengan
pihak PT. Bintang Mentari Lembang dalam pengadaan pakan hijauan seperti
rumput.
Sikap terarah memiliki rataan skor 3.76 berada dikategori sedang, artinya
sebagian besar peternak responden (39.40 persen) menyatakan bahwa ketua sudah
cukup terarah. Sikap terarah ini dapat dilihat ketika ketua kelompok tani selalu
menyelesaikan pekerjaannya secara efektif dan efisien demi meningkatkan
kesejahteraan anggotanya. Selain itu, juga dapat dibuktikan dengan kemampuan
mengarahkan anggota untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi dalam
proses berternak sapi. Hal ini tidak terlepas dari dukungan dari anggota dalam
menjalankan kinerja kelompok serta bimbingan penyuluh dari Dinas Peternakan
Kabupaten Bandung Barat.
38
Sikap cakap dan luwes memiliki rataan skor 3.70 berada dikategori sedang,
artinya sebagian besar peternak responden (42.43 persen) menyatakan bahwa
ketua kelompok sudah cukup cakap dan luwes. Sikap cakap dan luwes dari ketua
kelompok ini merupakan pendukung dari sikap tanggap dan terampil. Sikap
kecakapan sering terlihat ketika ketua kelompok tani mampu menjawab
pertanyaan dari anggota. Tidak menutup kemungkinan menyelesaikan masalah
anggota dengan penerapan teknologi, seperti menggunakan biogas untuk
menggantikan bahan bakar minyak dan kayu bakar. Selanjutnya, sikap keluwesan
dilihat dari kemampuan ketua kelompok menyesuaikan diri dengan semua
anggota, serta terbuka akan segala pandangan dan saran.
Sikap keuletan memiliki rataan skor 3.66 juga berada dikategori sedang,
artinya sebagian besar peternak responden (45.46 persen) menyatakan bahwa
ketua sudah cukup ulet. Sikap keuletan dapat dilihat dari ketua kelompok tani
yang selalu termotivasi untuk memajukan kelompok tani walaupun masih bisa
dikatakan belum maksimal. Ketua menggunakan keahliannya untuk memberikan
setiap informasi yang bermanfaat kepada anggotanya dan tak pernah bosan belajar
dari penyuluh Dinas Peternakan Kabupaten Bandung Barat.
Sikap rasa kesungguhan memiliki rataan skor 3.65 berada dikategori sedang,
artinya sebagian besar peternak responden (42.42 persen) menyatakan bahwa
ketua sudah cukup bersungguh-sungguh. Sikap ini membuktikan bahwa ketua
kelompok tani benar-benar ingin memajukan kelompok, dan mau menjalankan
tugasnya sebagai ketua kelompok. Ketua kelompok baru merasa puas ketika hasil
kemajuan yang dicapai kelompok sudah dirasakan oleh semua anggota kelompok.
Sikap kesungguhan juga dapat dikatakan mendukung akan sikap keuletan karena
tindakan dan prilaku ketua mempunyai kemiripan.
Sikap ketenangan memiliki rataan skor 3.50 berada di kategori sedang,
artinya sebagian besar peternak responden (54.55 persen) menyatakan bahwa
ketua sudah cukup tenang. Hal ini membuktikan bahwa ketua kelompok tani tidak
tergesa-gesa dalam mengambil keputusan serta lebih memilih untuk berdiskusi
dengan anggotanya. Hal ini berhubungan dengan sikap toleransi dengan rataan
skor 3.15 sebagian besar peternak responden (60.61 persen) menyatakan bahwa
ketua kelompok terbuka bagi segala pandangan dan gagasan. Akan tetapi ketua
kelompok tani sedikit emosional dan mudah terprovokasi.
Analisis Hubungan Faktor Individual dengan Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh ketua kelompok dapat diarahkan
oleh faktor individual pemimpin. Hasil uji rank spearman antara hubungan faktor
individual pemimpin (sikap toleransi, keuletan, rasa kesungguhan, tenang, terarah,
tanggap dan terampil, cakap dan luwes) dengan gaya kepemimpinan (direktif,
suportif, partisipatif dan Achievement Oriented) dapat dilihat pada Tabel 8. Dapat
diketahui bahwa tidak semua aspek faktor individual mempunyai hubungan yang
nyata dengan masing-masing gaya kepemimpinan. Beberapa aspek faktor
individual pemimpin berperan mengarahkan gaya kepemimpinan suportif dan
partisipatif karena gaya kepemimpinan tersebut paling tinggi interaksinya dengan
anggota kelompok.
Berdasarkan informasi dari responden dan penelusuran dilapangan pada
waktu penelitian diperoleh gaya kepemimpinan yang memiliki hubungan nyata
dengan beberapa aspek faktor individual, diantaranya:
39
Tabel 8. Hubungan faktor individual dengan gaya kepemimpinan
Faktor individual
Gaya kepemimpinan
Direktif Suportif Partisipatif Achievement-
orinted
Toleransi -0.165 -0.450**
-0.346* -0.534
**
Keuletan -0.418* 0.138 0.674
** 0.425
*
Rasa kesungguhan 0.543**
0.801**
0.588**
0.144
Tenang 0.044 0.278 0.322 -0.183
Terarah 0.326 0.535**
0.366* -0.157
Tanggap dan terampil 0.118 0.483**
0.639**
0.167
Cakap dan luwes 0.176 0.670**
0.569**
0.067
Keterangan : *Berhubungan nyata (p<0.05)
** Berhubungan nyata (p< 0.01)
Gaya kepemimpinan direktif memiliki hubungan nyata bersifat positif
dengan sikap rasa kesungguhan, serta berhubungan nyata bersifat negatif dengan
sikap keuletan. Artinya, semakin sering ketua kelompok menerapkan gaya
kepemimpinan direktif maka akan semakin memerlukan sikap kesungguhan dan
sebaliknya kurang memerlukan sikap keuletan. Hubungan gaya kepemimpinan
direktif dengan sikap kesungguhan (rs=0.543) dan sikap keuletan (rs=-0.418)
adalah cukup berarti. Dengan bersungguh-sungguh ketua kelompok pastinya akan
lebih berkordinasi dengan anggota untuk meningkatkan kinerja kelompok. Dilain
sisi, sikap keuletan menyebabkan ketua kelompok tani jarang menerapkan gaya
kepemimpinan direktif karena ketua kelompok tani tidak terlalu menyukai untuk
memakasakan kehendak dan memberikan aturan-aturan yang berlebihan.
Gaya kepemimpinan suportif memiliki hubungan nyata bersifat positif
dengan sikap rasa kesungguhan, sikap terarah, sikap tanggap dan terampil, sikap
cakap dan luwes, serta berhubungan nyata bersifat negatif dengan sikap toleransi.
Artinya, semakin sering ketua kelompok menerapkan gaya kepemimpinan
suportif maka semakin memerlukan sikap rasa kesungguhan, sikap terarah, sikap
tanggap dan terampil, serta sikap cakap dan luwes. Sebaliknya, semakin sering
ketua kelompok menerapkan gaya kepemimpinan suportif maka akan jarang
memerlukan sikap toleransi. Hubungan gaya kepemimpinan suportif dengan
sikap toleransi (rs=-0.450), sikap terarah (rs=0.535), sikap tanggap dan terampil
(rs=0.483), serta sikap cakap dan luwes (rs=0.670) adalah cukup berarti.
Sebaliknya, hubungan gaya kepemimpinan suportif dengan sikap rasa
kesungguhan (rs=0.801) adalah tinggi dan kuat. Rasa kesungguhan membuat
ketua kelompok tani benar-benar ingin memajukan kelompok tani, fokus pada
tujuannya menjadi pemimpin, sehingga lebih memperhatikan kesejahteraan
anggota berperilaku adil dan tidak mebeda-bedakan status ekonomi anggota.
Contohnya, seperti terjaganya keakraban ketika saat berkumpul pada pagi dan
sore hari untuk menjual susu sapi kepada KUD Puspa Mekar. Selain itu,
keterarahan membuat ketua kelompok tani lebih efektif dan efisien dalam
menyelesaikan pekerjaannya serta lebih memperhatikan kebutuhan para anggota.
Gaya kepemimpinan partisipatif memiliki hubungan nyata bersifat positif
dengan sikap keuletan, sikap rasa kesungguhan, sikap terarah, sikap tanggap dan
terampil, sikap cakap dan luwes, serta berhubungan nyata bersifat negatif dengan
40
sikap toleransi. Artinya, semakin sering ketua kelompok menerapkan gaya
kepemimpinan partisipatif maka semakin memerlukan sikap keuletan, sikap rasa
kesungguhan, sikap terarah, sikap tanggap dan terampil, serta sikap cakap dan
luwes. Sebaliknya, semakin sering ketua kelompok menerapkan gaya
kepemimpinan partisipatif maka akan jarang memerlukan sikap toleransi.
Hubungan gaya kepemimpinan partisipatif dengan sikap keuletan (rs=0.674),
sikap rasa kesungguhan (rs=0.588), sikap tanggap dan terampil (rs=0.639), serta
sikap cakap dan luwes (rs=0.569) adalah cukup berarti. Sedangkan , hubungan
gaya kepemimpinan partipatif dengan sikap toleransi (rs=-0.346), dan sikap
terarah (rs=0.366) adalah rendah tapi pasti. Sikap keuletan ketua kelompok tani
yang penuh percaya diri dan selalu termotivasi untuk memajukan kelompok tani
yaitu dengan meminta ide, saran dan peran serta anggotanya. Rasa kesungguhan
juga dapat membuat seorang ketua kelompok lebih memperhatikan setiap
keluhan atau saran dari anggota. Ketua kelompok lebih tanggap terhadap
permasalahan yang terjadi serta terampil dalam memecahkannya tentunya dengan
bantuan para anggota. Kecakapan dan keluwesan ketua kelompok tani dapat
dilihat ketika ketua lebih suka berdiskusi dengan anggota dan lebih banyak
melibatkan anggota, mudah berinteraksi dan tidak membeda-bedakan setiap
anggota.
Gaya kepemimpinan Achievement Oriented memiliki hubungan nyata
bersifat positif dengan sikap keuletan, serta berhubungan nyata bersifat negatif
dengan sikap toleransi. Artinya, semakin sering ketua kelompok menerapkan
gaya kepemimpinan Achievement Oriented maka akan semakin memerlukan
sikap keuletan dan sebaliknya kurang memerlukan sikap toleransi. Hubungan
gaya kepemimpinan Achievement Oriented dengan sikap toleransi (rs=-0.534)
dan sikap keuletan (rs=0.425) adalah cukup berarti. Hal ini dapat dilihat dari
sikap keuletan ketua kelompok tani yang penuh percaya diri dan selalu
termotivasi untuk memajukan kelompok tani sehingga mencari perbaikan dalam
kinerja agar tercapai tujuan-tujuan kelompok tani.
Analisis Faktor Kelompok
1) Tujuan Kelompok
Hemhill dan Coon (1957) dalam Hafizhoh (2011) menyatakan bahwa gaya
kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-
aktivitas suatu kelompok ke arah tujuan yang dicapai bersama. Tujuan kelompok
adalah keadaan masa depan yang dikejar oleh kelompok sebagaimana yang
diharapkan bersama. Tujuan nantinya akan menentukan seberapa besar kinerja
kelompoktani berjalan dengan baik, indikatornya adalah kemampuan kelompok
tersebut mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Berdasarkan Tabel 9, sebanyak 66.64 persen peternak responden
menyatakan bahwa aspek tujuan kelompok dikategori sedang. Artinya, sebagian
besar peternak responden menyatakan bahwa tujuan kelompok tani karya
sejahtera sudah cukup bagus dan telah mewakili dari tujuan setiap anggota.
Dilihat dari rataan skor, dapat diketahui bahwa partisipasi anggota dalam
mencapai tujuan memiliki rataan skor tertinggi 3.64, berada di kategori sedang.
Artinya sebagian besar anggota kelompok (62.70 persen) sudah cukup
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani.
41
Tabel 9. Rataan skor dan persentase tingkatan penilaian aspek tujuan kelompok
Tujuan kelompok Pesentase (%) Rataan
Skor* Rendah Sedang Tinggi
Pemahaman anggota terhadap
tujuan kelompok 17.65 63.70 18.65 3.27
Keterwakilan tujuan individu
pada tujuan kelompok 2.94 82.35 14.71 3.58
Kesesuaian tujuan kelompok 7.89 86.24 5.87 3.36
Partisipasi anggota dalam
mencapai tujuan kelompok 19.62 62.70 17.68 3.64
Kualitas tujuan 32.35 38.24 29.41 3.18
Total rata-rata 16.09 66.64 17.27 3.40 *Skor Pengukuran: 1-2.43 = Rendah, 2.44-3.81 = Sedang, 3.82-4.00 =Tinggi
Keterwakilan tujuan individu pada tujuan kelompok memiliki rataan skor
3.58, berada dikategori sedang. Artinya, sebagian besar anggota kelompok (83.35
persen) menyatakan bahwa tujuan dari setiap anggota sudah cukup terwakili pada
tujuan kelompok.
Kesesuaian tujuan kelompok memiliki rataan skor 3.36 berada dikategori
sedang, artinya sebagian besar anggota kelompok (86.24 persen) menyatakan
bahwa tujuan dari setiap anggota sudah cukup sesuai dengan tujuan kelompok.
Pemahaman anggota terhadap tujuan kelompok memiliki rataan skor 3.27
berada dikategori sedang, artinya sebagian besar anggota (63.70 persen) mengerti
akan tujuan dibentuknya kelompok tani serta manfaat menjadi anggota kelompok
tani. Kualitas tujuan kelompok memiliki rataan skor terendah yaitu 3.18 berada
dikategori sedang, artinya sebagian besar anggota kelompok (38.24 persen)
menyatakan bahwa tujuan-tujuan dari kelompok tani masih perlu diperbaharui.
2) Struktur Kelompok
Setiap kelompok memiliki struktur kepengurusan yang berfungsi mengatur
kinerja anggota kelompok untuk mencapai tujuan kelompok. Begitu juga dengan
kelompok tani Karya Sejahtera yang juga memiliki struktur kepengurusan
kelompok. Pada Tabel 10 dapat dilihat persentase rata-rata skor dari aspek
struktur kelompok.
Tabel 10. Rataan skor dan tingkat penilaian aspek struktur kelompok
Struktur kelompok Persentase (%) Rataan
skor* Rendah Sedang Tinggi
Pengetahuan anggota terhadap struktur
dan pengurus kelompok 26.47 67.65 5.88 3.42
Kelengkapan struktur pengurus
kelompok 11.76 73.53 14.71 3.46
Pengetahuan pengurus kelompok
terhadap tugasnya 25.53 53.88 20.59 3.30
Pelaksanaan tugas oleh pengurus
kelompok 32.35 44.12 23.53 3.64
Total rata-rata 24.02 59.80 16.18 3.50
*Skor Pengukuran: 1-2.43 = Rendah, 2.44-3.81 = Sedang, 3.82-4.00 =Tinggi
42
Berdasarkan Tabel 10, sebanyak 59.80 persen peternak responden
menyatakan aspek struktur kelompok berada dikategori sedang. Artinya, sebagian
besar peternak responden menyatakan bahwa struktur kelompok sudah cukup
lengkap dan telah bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing.
Dilihat dari rataan skor, pelaksanaan tugas oleh pengurus kelompok
memiliki rataan skor tertinggi yaitu 3.64 dan berada dikategori sedang. Artinya,
sebagian besar anggota kelompok (44.12 persen) menyatakan bahwa pengurus
sudah cukup melaksanakan tugas dengan baik.
Kelengkapan struktur pengurus kelompok memiliki rataan skor 3.46 berada
dikategori sedang. Artinya, sebagian besar anggota kelompok (73.53 persen)
menyatakan bahwa struktur pengurus sudah cukup lengkap.
Pengetahuan anggota terhadap struktur dan pengurus kelompok memiliki
rataan skor 3.42 berada dikategori sedang, artinya sebagian besar anggota
kelompok (67.65 persen) sudah cukup mengetahui dan mengenal pengurus
kelompok tani.
Pengetahuan pengurus kelompok terhadap tugasnya memiliki rataan skor
3.30 berada dikategori sedang, artinya sebagian besar angota kelompok (53.88
persen) menyatakan bahwa pengurus kelompok sudah cukup mengetahui tugasnya
masing-masing. Angota berpendapat bahwa kelompok tani telah mengalami
kemajuan walaupun tidak secara signifikan, akan tetapi jika dilihat berbagai
prestasi yang diperoleh kelompok maka sangat wajar apabila anggota kelompok
meganggap bahwa kinerja pengurus telah baik.
Analisis Hubungan Faktor Kelompok dengan Gaya Kepemimpinan
Hasil uji rank spearman antara hubungan antara faktor kelompok (tujuan
kelompok dan struktur kelompok) dengan gaya kepemimpinan dari ketua
kelompok (direktif, suportif, partisipatif, achievement-oriented) dapat dilihat pada
Tabel 11.
Tabel 11. Hubungan faktor kelompok dengan gaya kepemimpinan
Faktor kelompok
Gaya kepemimpinan
Direktif Suportif Partisipatif Achievement-
oriented
Tujuan kelompok -0.241 0.356* 0.642
** 0.726
**
Struktur kelompok -0.134 0.424* 0.532
** 0.594
**
Keterangan : *Berhubungan nyata (p<0.05)
** Berhubungan nyata (p< 0.01)
Berdasarkan hasil uji rank spearman pada Tabel 11, dapat diketahui bahwa
tidak semua aspek faktor kelompok memiliki hubungan yang nyata dengan
masing-masing gaya kepemimpinan. Tujuan kelompok dan struktur kelompok
diketahui memiliki hubungan nyata dengan gaya kepemimpinan suportif,
partisipatif dan achievement-oriented. Akan tetapi, tujuan kelompok dan struktur
kelompok tidak memiliki hubungan nyata dengan gaya kepemimpinan direktif.
43
Berdasarkan informasi dari responden dan penelusuran dilapangan pada
waktu penelitian diperoleh beberapa aspek faktor kelompok yang memiliki
hubungan nyata dengan gaya kepemimpinan, diantaranya:
Tujuan kelompok memiliki hubungan yang nyata dengan gaya
kepemimpinan suportif, partisipatif dan Achievement-Oriented. Hubungannya
bersifat positif, artinya semakin tujuan kelompok dipahami oleh anggota, tujuan
kelompok dapat lebih mewakili tujuan anggota, anggota semakin setuju dengan
tujuan kelompok, anggota semakin berpartisipasi mewujudkan tujuan kelompok,
dan anggota menganggap tujuan kelompok sudah semakin baik, maka gaya
kepemimpinan, suportif, partisipatif serta Achievement-Oriented lebih sering
diterapkan oleh ketua kelompoktani. Hubungan tujuan kelompok dengan gaya
kepemimpinan suportif (rs=0.356) adalah rendah tapi pasti. Selanjutnya,
hubungan tujuan kelompok dengan gaya kepemimpinan partisipatif (rs=0.642)
dan Achievement-Oriented (rs=0.726) adalah cukup berarti.
Struktur kelompok memiliki hubungan nyata dengan gaya kepemimpinan
suportif, partisipatif dan Achievement-Oriented. Hubungannya bersifat positif,
artinya semakin anggota kelompok tani mengetahui struktur pengurus dan merasa
pengurus yang ada sekarang sudah memadai, pengurus mengetahui tugasnya,
pengurus kelompok menjalankan tugasnya dengan baik maka ketua kelompok
akan sering menerapkan gaya kepemimpinan suportif, partisipatif dan
Achievement-Oriented. Hubungan struktur kelompok dengan gaya kepemimpinan
suportif (rs=0.424), partisipatif (rs=0.532) dan Achievement-Oriented (rs=0.594)
adalah cukup berarti.
Analisis Kinerja Kelompok Tani
Kinerja kelompok dapat dilihat seberapa besar kelompok mampu mencapai
tujuan untuk memenuhi kebutuhannya secara efektif. Indikator penilaian kinerja
kelompok tani didasarkan pada SK Mentan No. 41/Kpts/OT.210/1992 dalam
Wahyuni (2003) yang indikatornya: (1) Kemampuan merencanakan kegiatan
untuk meningkatkan produktivitas usahatani (termasuk pascapanen dan analisis
usahatani) dengan menerapkan rekomendasi yang tepat dan mamfaat sumber daya
alam secara optimal, (2) Kemampuan melaksanakan dan menaati perjanjian
dengan pihak lain, (3) Kemampuan memupuk modal dan memamfaatkannya
secara rasional, (4) Kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga antara
kelompok dengan KUD, (5) Kemampuan menerapkan teknologi dan
memamfaatkan informasi serta kerja sama kelompok yang dicerminkan oleh
tingkat produktivitas dari usahatani anggota kelompok tani.
Dilihat pada Tabel 12, sebanyak 38.79 persen peternak responden
menyatakan aspek kinerja kelompoktani berada dikategori sedang. Artinya,
sebagian besar peternak responden menyatakan bahwa kinerja dari kelompok tani
Karya Sejahtera sudah cukup baik dan cukup efektif dalam pencapaian tujuannya.
Jika dilihat dari rataan skor, kemampuan merencanakan kegiatan untuk
meningkatkan produktivitas memiliki rataan skor tertinggi yaitu 3.70, sedangkan
kemampuan memupuk modal dan memanfaatkaanya secara rasioanal memiliki
rataan skor terendah yaitu 2.91.
44
Tabel 12. Rataan skor dan persentase tingkat penilaian aspek kinerja kelompok
tani Karya Sejahtera
Kinerja kelompok tani Persentase (%) Rataan
Skor * Rendah Sedang Tinggi
1. Kemampuan merencanakan
kegiatan 33.33 39.40 27.27 3.70
2. Kemampuan melaksanakan dan
menaati perjanjian dengan pihak
lain
27.28 30.30 42.42 3.42
3. Kemampuan memupuk modal dan
memamfaatkannya secara rasional 9.09 54.55 36.36 2.91
4. Kemampuan meningkatkan
hubungan yang melembaga
dengan KUD
42.42 36.37 21.21 3.58
5. Kemampuan menerapkan
teknologi dan memamfaatkan
informasi serta kerja sama
kelompok
36.36 33.34 30.30 3.64
Total rata-rata 29.70 38.79 31.51 3.45
*Skor Pengukuran: 1,-2,43 = Rendah, 2,44-3,81 = Sedang, 3,82-4, = Tinggi
Kemampuan merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas
usahatani memiliki rataan skor tertinggi yaitu 3.70 berada dikategori sedang.
Artinya, sebagian besar anggota kelompok (39.40 persen) menyatakan bahwa
kelompok sudah cukup mampu merencanakan kegiatan yang dapat meningkatkan
produktivitas usahataninya. Hal ini dapat dilihat dari banyak kegiatan-kegiatan
yang dilakukan kelompok untuk menambah wawasan dan penghasilan anggota
diantaranya adalah pembuatan pupuk kompos (Kompos Organik LISPER) yang
berasal dari limbah sapi perah dan telah mampu berproduksi dua ton per minggu,
dengan harga sekitar Rp700 per kilogram, maka kelompok akan mendapat
keuntungan sekitar Rp764 000 per minggu. Pembuatan UMB (Urea Molases
Blok), pakan suplemen sapi perah yang berguna untuk memperbaiki dan
meningkatkan daya cerna serta daya serap makanan dalam tubuh sapi perah.
Selain itu, kelompok juga telah mampu mengadakan kegiatan pelatihan kepada
anggotanya mengenai produk turunan susu sapi perah seperti olahan yogurt,
karamel, kerupuk susu, dan dodol susu, akan tetapi kelompok belum mampu
mampu untuk mengembangkan secara luas seperti produksi secara berkelanjutan
dikarenakan kelompok lebih cenderung untuk menjual susu segar secara langsung
ke KUD Puspa Mekar. Kegiatan-kegiatan tersebut didukung dengan adanya
pertemuan secara rutin dua minggu sekali yang dihadiri oleh petugas Dinas
Peternakan, KUD Puspa Mekar dan Dinas terkait untuk membahas budidaya sapi
perah. Dalam pertemuan ini juga dilakukan pembayaran hasil susu oleh KUD
Puspa Mekar.
Kemampuan menerapkan teknologi dan memamfaatkan informasi serta
kerja sama kelompok memiliki rataan skor 3.64 berada dikategori sedang. Artinya,
sebagian besar anggota kelompok (33.34 persen) menyatakan bahwa kelompok
sudah cukup mampu menggunakan teknologi dan informasi untuk meningkatkan
45
produktivitas kelompok. Hal ini dapat dilihat dari dimilikinya 12 unit biogas
diperoleh dari bantuan Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Bandeng Barat. Selain manfaat gas untuk mengganti bahan
bakar minyak dan kayu bakar, juga berguna untuk kebersihan lingkungan di
sekitar kandang. Kotoran sapi dipakai untuk biogas serta limbahnya sangat bagus
sebagai pupuk kompos. Kelompok juga telah memiliki mesin pengolah limbah
dan rumah kompos untuk menampung limbah dari biogas yang diolah menjadi
kompos. Untuk bibit sapi perah, diperoleh dari hasil inseminasi buatan yang
dilaksanakan oleh petugas keswan KUD Puspa Mekar dan Petugas Teknis
Lapangan Dinas Peternakan kabupaten Bandung Barat.
Kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga dengan KUD
memiliki rataan skor 3.58 berada dikategori sedang. Artinya, sebagian besar
anggota kelompok (36.37 persen) menyatakan bahwa kelompok sudah cukup
mampu bekerjasama dengan KUD. Hal ini dapat dilihat dari kelompok menjadi
anggota dari KUD Puspa Mekar. Kebutuhan untuk keperluan peternakan sapi
perah yang dimiliki anggota sebagian besar diperoleh dari KUD Puspa Mekar
seperti pakan yang berupa konsentrat (mako), kesehatan maupun bibit hasil
inseminasi buatan juga dilakukan oleh petugas keswan KUD Puspa Mekar yang
bekerja sama dengan Petugas Teknis Lapangan Dinas Peternakan Kabupaten
Bandung. Selain itu, untuk pemasaran produk susu segar kelompok juga bermitra
dengan KUD Puspa Mekar sehingga jaminan penjualan dan harga susu dapat
terjamin.
Kemampuan melaksanakan dan menaati perjanjian dengan pihak lain
memiliki rataan skor 3.42 berada dikategori sedang. Artinya, sebagian besar
anggota kelompok (30.30 persen) menyatakan bahwa kelompok sudah cukup
mampu dan terlibat dalam sistem agribisnis. Hal ini dapat dilihat juga dari
kemampuan kelompok memenuhi jika ada permintaan akan pupuk kompos dari
petani bunga yang berada di Desa Karyawangi dan sekitar Kecamatan
Parongpong. Begitu juga perjanjian dengan KUD Puspa Mekar mengenai
pemasaran hasil produk susu segar.
Akan tetapi untuk indikator kemampuan memupuk modal dan
memamfaatkannya secara rasional memiliki rataan skor terendah 2,91 berada
dikategori sedang. Sebagian besar anggota kelompok (54.55 persen) menyatakan
bahwa kelompok belum mengelola modal secara mandiri. Kelompok selama ini
masih lebih banyak mendapat bantuan Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Bandung Barat.
Dengan demikian kinerja kelompok tani Karya Sejahtera telah berjalan
dengan baik karena kebutuhan dan tujuan-tujuan dari kelompok hampir semuanya
tercapai dan kelompok tani telah menjalankan fungsinya dengan baik yaitu
sebagai kelas belajar, wahana kerjasama, dan unit produksi.
Analisis Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Kelompok Tani
Untuk mengetahui hubungan gaya kepemimpinan ketua kelompok dengan
kinerja kelompok tani dapat dilihat dari hasil uji rank spearman. Gaya
kepemimpinan meliputi; direktif (X1), suportif (X2), partisipatif (X3),
achievement-oriented (X4). Kinerja kelompok tani meliputi; kemampuan
merencanakan kegiatan (Y1), Kemampuan melaksanakan dan menaati perjanjian
46
dengan pihak lain (Y2), Kemampuan memupuk modal dan memamfaatkannya
secara rasional (Y3), Kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga
dengan KUD (Y4), dan Kemampuan menerapkan teknologi dan memamfaatkan
informasi serta kerja sama kelompok (Y5). Dari uji tersebut dapat dilihat bahwa
hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja kelompoktani dapat diterima. Uji
korelasi rank spearman yang diperoleh akan membuktikan bahwa gaya
kepemimpinan yang diterapkan oleh ketua kelompok mempunyai hubungan
dengan kinerja kelompok tani. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja kelompok tani
Gaya Kepemimpinan Kinerja kelompok tani
(Y1) (Y2) (Y3) (Y4) (Y5)
Direktif (X1) 0.494**
0.341 0.399* 0.352
* 0.403
*
Suportif (X2) 0.811**
0.176 0.454**
0.381* 0.651
**
Partisipatif (X3) 0.633**
0.047 0.187 0.237 0.540**
Achievement-oriented
(X4) 0.479
** 0.121 0.285 0.328 0.458
**
Keterangan : *Berhubungan nyata (p<0.05)
** Berhubungan nyata (p< 0.01)
Dilihat pada Tabel 13, tidak semua gaya kepemimpin berhubungan nyata
dengan masing-masing aspek kinerja kelompok tani Karya Sejahtera. Aspek gaya
kepemimpinan memiliki hubungan nyata dengan kemampuan merencanakan
kegiatan (Y1), kemampuan memupuk modal dan memamfaatkannya secara
rasional (Y3), kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga dengan
KUD (Y4), dan Kemampuan menerapkan teknologi dan memamfaatkan informasi
serta kerja sama kelompok (Y5). Sedangkan gaya kepemimpinan tidak memiliki
hubungan nyata dengan kemampuan melaksanakan dan menaati perjanjian dengan
pihak lain (Y2).
Gaya kepemimpinan direktif memiliki hubungan nyata dengan kemampuan
merencanakan kegiatan, kemampuan memupuk modal dan memamfaatkannya
secara rasional, kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga dengan
KUD, serta Kemampuan menerapkan teknologi dan memamfaatkan informasi
serta kerja sama kelompok. Hubungannya bersifat positif, artinya semakin ketua
kelompok menerapkan gaya kepemimpinan direktif maka kelompok tani akan
semakin mampu merencanakan kegiatan, mandiri dalam pengelolaan permodalan,
bekerjasama dengan KUD serta lebih memanfaatkan teknologi dan informasi.
Hubungan gaya kepemimpinan direktif dengan dengan kemampuan
merencanakan kegiatan (rs=0.494) dan Kemampuan menerapkan teknologi dan
memamfaatkan informasi serta kerja sama kelompok (rs=0.403) adalah cukup
berarti. Akan tetapi, hubungan gaya kepemimpinan direktif dengan kemampuan
memupuk modal dan memamfaatkannya secara rasional (rs=0.399) dan
kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga dengan KUD (rs=0.352)
adalah rendah tapi pasti.
Gaya kepemimpinan suportif memiliki hubungan nyata dengan kemampuan
merencanakan kegiatan, kemampuan memupuk modal dan memamfaatkannya
47
secara rasional, kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga dengan
KUD, Kemampuan menerapkan teknologi dan memamfaatkan informasi serta
kerja sama kelompok. Hubungannya bersifat positif, artinya semakin ketua
kelompok menerapkan gaya kepemimpinan direktif maka kelompok tani akan
semakin mampu merencanakan kegiatan, mandiri dalam pengelolaan permodalan,
bekerjasama dengan KUD serta lebih memanfaatkan teknologi dan informasi.
Hubungan gaya kepemimpinan suportif dengan kemampuan merencanakan
kegiatan (rs=0.811) adalah tinggi dan kuat. Selanjutnya, hubungan gaya
kepemimpinan suportif dengan kemampuan memupuk modal dan
memamfaatkannya secara rasional (rs=0.454) serta kemampuan menerapkan
teknologi dan memamfaatkan informasi serta kerja sama kelompok (rs=0.651)
adalah cukup berarti. Akan tetapi, hubungan gaya kepemimpinan suportif dengan
kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga dengan KUD (rs=0.381)
adalah rendah tapi pasti. Dari hasil wawancara diperoleh bahwa kemampuan
merencanakan kegiatan kelompok tani Karya Sejahtera didukung oleh ketua
kelompok yang peduli dengan kesejahteraan anggota sehingga diadakanlah
kegiatan-kegiatan yang sangat bermanfaat seperti pembuatan produk turunan susu
sapi, dan pembuatan pupuk kompos. Selain itu, ketua kelopok tani merasa peduli
terhadap kebutuhan anggotanya dengan bekerjasama dengan KUD Puspa Mekar
dan memanfaatkan teknologi yang dapat membantu peternakan sapi seperti bibit
inseminasi buatan.
Gaya kepemimpinan partisipatif memiliki hubungan nyata dengan
kemampuan merencanakan kegiatan dan Kemampuan menerapkan teknologi dan
memamfaatkan informasi serta kerja sama kelompok. Hubungannya bersifat
positif, artinya semakin ketua kelompok menerapkan gaya kepemimpinan
partipatif maka kelompok tani akan mampu merencanakan kegiatan serta lebih
memanfaatkan teknologi informasi. Hubungan gaya kepemimpinan partisipatif
dengan kemampuan merencanakan kegiatan (rs=0.633) dan Kemampuan
menerapkan teknologi dan memamfaatkan informasi serta kerja sama kelompok
(rs=0.540) adalah cukup berarti. Hal ini dapat dilihat ketika ketua kelompok selalu
bertanya dan memperhatikan saran dari anggota untuk merencanakan dan
menjalankan semua kegiatan. Selain itu, ketua kelompok tani juga membutuhkan
kerjasama dari anggota untuk bersama-sama menerapkan teknologi dan informasi
yang dibutuhkan dalam beternak sapi.
Gaya kepemimpinan Achievement-oriented memiliki hubungan nyata
dengan kemampuan merencanakan kegiatan dan Kemampuan menerapkan
teknologi dan memamfaatkan informasi serta kerja sama kelompok. Hubungannya
bersifat positif, artinya semakin ketua kelompok menerapkan gaya kepemimpinan
partipatif maka kelompok tani akan mampu merencanakan kegiatan serta lebih
memanfaatkan teknologi dan informasi. Hal ini dilakukan ketua untuk mencari
perbaikan dalam kinerja kelompok. Hubungan gaya kepemimpinan Achievement-
oriented dengan kemampuan merencanakan kegiatan (rs=0.479) dan Kemampuan
menerapkan teknologi dan memamfaatkan informasi serta kerja sama kelompok
(rs=0.458) adalah cukup berarti.
48
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Gaya kepemimpinan yang paling sering diterapkan oleh ketua kelompok
tani Karya Sejahtera adalah gaya kepemimpinan partisipatif dengan rataan skor
3.70, sedangkan gaya kepemimpinan yang paling jarang diterapkan adalah gaya
kepemimpinan achievement-oriented dengan rataan skor 2.27. Selain itu, ketua
kelompok juga menerapkan gaya kepemimpinan suportif dengan rataan skor 3.67
dan gaya kepemimpinan direktif dengan rataan skor 2.84.
Faktor individual pemimpin dan faktor kelompok mengarah gaya
kepemimpinan dalam kelompok tani Karya Sejahtera. Dari ketujuh faktor
individual pemimpin, ketua kelompok dinilai lebih mempunyai rasa tanggap dan
terampil, terarah, cakap dan luwes, bersungguh-sungguh, ulet serta berjiwa
toleransi. Selain itu, faktor kelompok yang mengarahkan gaya kepemimpinan
adalah tujuan kelompok dan struktur kelompok.
Berdasarkan analisis dekskriptif kinerja kelompok tani Karya Sejahtera
memiliki rata-rata skor sedang 3.45. Aspek kinerja kelompok tani tersebut
diantaranya; kemampuan merencanakan kegiatan untuk meningkatkan
produktivitas usahatani, kemampuan melaksanakan dan menaati perjanjian
dengan pihak lain, kemampuan memupuk modal dan memamfaatkannya secara
rasional, kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga dengan KUD,
dan kemampuan menerapkan teknologi dan memamfaatkan informasi serta kerja
sama kelompok. Rataan skor tertinggi adalah kemampuan merencanakan kegiatan
untuk meningkatkan produktivitas usahatani 3.70 dan rataan skor terendah adalah
kemampuan memupuk modal dan memanfaatkaanya secara rasioanal 2.91.
Terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan ketua kelompok dengan
kinerja kelompok tani Karya Sejahtera. Gaya kepemimpinan suportif dan direktif
memiliki hubungan yang nyata dengan kemampuan merencanakan kegiatan,
kemampuan memupuk modal dan memanfaatkannya secara rasional, kemampuan
meningkatkan hubungan yang melembaga dengan KUD, Kemampuan
menerapkan teknologi dan memamfaatkan informasi serta kerja sama kelompok.
Sebaliknya, gaya kepemimpinan partisipatif dan achievement-oriented memiliki
hubungan nyata dengan kemampuan merencanakan kegiatan serta kemampuan
menerapkan teknologi dan memanfaatkan informasi.
Saran
Disarankan ketua kelompok menerapkan gaya kepemimpinan suportif
secara maksimal, karena gaya kepemimpinan tersebut dapat membuat kelompok
tani Karya Sejahtera lebih berkembang.
Kelompok tani Karya Sejahtera yang keberadaannya sudah cukup lama
memerlukan pembaharuan tujuan agar lebih sesuai dengan kebutuhan anggota
kelompok.
Perlu ditingkatkannya kinerja kelompok tani Karya Sejahtera agar peranan
kelompok tani lebih terasa dalam hal peningkatan kesejahteraan anggota
kelompok.
49
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto A. 2009. Posisi Dayasaing Pertanian Indonesia Dan Upaya
Peningkatannya. Di dalam: Seminar Nasional. Peningkatan Daya saing
Agribisnis Berorientasi Kesejahteraan Petani; 14 Oktober 2009; Bogor,
Indonesia. Bogor (ID): Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen
Pertanian.
Fahmi I. 2012. Manajemen Kepemimpinan (Teori dan Aplikasi). Handi D, editor.
Bandung (ID): CV. Alfabeta.
Hafizhoh A. 2011. Hubungan gaya kepemimpinan terhadap efektivitas kelompok
(kasus: kelompok tani Mekarsari, Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Ivancevich JM, Konopaske R, Matteson MT. 2007. Perilaku dan Manajemen
Organisasi. Jilid 2. Jakarta (ID): Erlangga.
Karim B. 2012. Analisis faktor-faktor yang berkorelasi dengan sikap
kewirausahaan peternak kelinci (kasus: koperasi peternak kelinci Kabupaten
Bogor, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kartono K. 2006. Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan
Abnormal Itu?. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada.
Mardikanto T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta (ID):
Sebelas Maret University Press.
Mosher AT. 1967. Menggerakan Pembangunan Pertanian. Jakarta (ID): CV.
Yasaguna.
Negara TC. 2008. Analisis persepsi anggota terhadap kinerja organisasi kelompok
usaha tanaman hias akuarium (KUTHA) “bunga air” di Desa Ciawi,
Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Randhita R. 2009. Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai dalam
organisasi pemerintahan kelurahan (kasus Kelurahan Ciparigi, Kecamatan
Bogor Utara, Kota Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Robbins SP. 2002. Perilaku Organisasi. Edisi ke-5. Jakarta (ID): Erlangga.
Wahyuni S. 2003. Kinerja Kelompok Tani Dalam Sistem Usaha Tani Padi dan
Metode Pemberdayaannya. Jurnal Litbang Pertanian. 22(1): 2-4
Wiradihardja M. 1987. Dimensi Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta (ID):
Balai Pustaka.
Yukl G. 1994. Kepemimpinan dalam Organisasi. Udaya J, penerjemah;
Iskandarsyah K, editor. Jakarta (ID): Prenhallindo. Terjemahan dari:
Leadership in Organisations. Ed ke-3.
Yunasaf U. 2005. Kepemimpinan Ketua Kelompok dan Hubungannya dengan
Keefektifan Kelompok (Kasus pada Kelompok tani Ternak Sapi Perah di
Wilayah Kerja Koperasi SerbaUsaha Tandangsari Sumedang). JIPI, siap
terbit.
Yusuf Y. 1989. Dinamika Kelompok (Kerangka Studi dalam Perspektif Psikologi
Sosial). Bandung (ID): CV. Armico.
. 2007. Peraturan Menteri Pertanian No. 273/kpts/Ot.160/4/2007 Tentang
Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani. [onlaine].
(http://www.deptan.go.id, Diakses tanggal 31 Maret 2012)
50
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, Kementrian Pertanian, 2012
Keterangan : *) Angka Sementara
Lampiran 1. Populasi sapi perah menurut provinsi tahun 2008-2012*
51
Sumber : Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementrian Pertanian, 2010
Lampiran 2. Ketersediaan konsumsi susu tahun 2006-2010
52
Lampiran 3. Wilayah pengembangan kawasan peternakan, Kabupaten Bandung
Barat
No Segmen usaha pada
kawasan peternakan Kecamatan Komoditas
1 Budidaya 1. Lembang
2. Parongpong
3. Cisarua
4. Ngamprah
5. Cikalong Wetan
6. Cipendeuy
7. Batujajar
8. Cililin
9. Cihampelas
10. Sindangkerta
11. Cipongkor
12. Saguling
Sapi Perah
Sapi Potong
Domba
Kambing PE
Kelinci
Ayam Buras
Itik
2 Pembibitan 1. Gunung Halu
2. Cipendeuy
3. Cikalong Wetan
4. Rongga
5. Cililin
6. Batujajar
7. Lembang
Sapi Perah
Sapi Potong
Domba
Ayam Buras
Itik
Kelinci
3 Pembesaran
(Rearing)
1. Gunung Halu
2. Cipatat
3. Ngamprah
4. Lembang
5. Cipongkor
6. Padalarang
7. Cisarua
8. Parongpong
Sapi Potong
Sapi Perah
Domba
Ayam Buras
Kerbau
Sumber : Pemerintah Kabupaten Bandung Barat, 2012 [diolah]
53
Lampiran 4. Masalah dalam pengembangan kawasan peternakan dan perikanan
Kabupaten Bandung Barat
Sumber : Pemerintah Kabupaten Bandung Barat, 2012 [diolah]
Masalah:
1. Belum optimalnya fungsi kelembagaan masyarakat yang mandiri dan
berdaya saing
2. Masih terbatasnya aparatur yang propesional
3. Masih rendahnya sekala usaha peternakan dan perikanan
4. Belum terciptanya tata niaga dan lingkungan pasar peternakan dan
perikanan yang kondusif
5. Masih rendahnya produksi dan produktivitas komoditas peternakan
dan perikanan
6. Belum optimalnya penerapan teknologi peternakan dan perikanan
7. Masih rendahnya kualitas produk peternakan dan perikanan
8. Masih rendahnya pencegahan dan pengendalian terhadap serangan
penyakit hewan menular dan pengawasan kesehatan masyarakat
veteriner.
54
Lampiran 5. Hasil uji validitas terhadap 30 responden 5.1 Faktor Individual Pemimpin (p)
Correlations P1
p11
Pearson Correlation .333
VALID Sig. (2-tailed) .072
N 30
Correlations P2
p21
Pearson Correlation .451*
VALID Sig. (2-tailed) .012
N 30
p22
Pearson Correlation .825**
VALID Sig. (2-tailed) .000
N 30
p23
Pearson Correlation .412*
VALID Sig. (2-tailed) .024
N 30
Correlations P3
p31
Pearson Correlation .957**
VALID Sig. (2-tailed) .000
N 30
p32
Pearson Correlation .699**
VALID Sig. (2-tailed) .000
N 30
Correlations P4
p41
Pearson Correlation .478**
VALID Sig. (2-tailed) .008
N 30
p42
Pearson Correlation .957**
VALID Sig. (2-tailed) .000
N 30
p43
Pearson Correlation .957**
VALID Sig. (2-tailed) .000
N 30
Correlations P5
p51
Pearson Correlation .782**
VALID Sig. (2-tailed) .000
N 30
p52
Pearson Correlation .361
VALID Sig. (2-tailed) .050
N 30
p53
Pearson Correlation .809**
VALID Sig. (2-tailed) .000
N 30
Correlations P6
p61
Pearson Correlation .825**
VALID Sig. (2-tailed) .000
N 30
Correlations P7
p71
Pearson Correlation .927**
VALID Sig. (2-tailed) .000
N 30
55
5.2 Faktor Kelompok (q)
Correlations Q1
q11 Pearson Correlation .406
* VALID Sig. (2-tailed) .026
N 30
q12 Pearson Correlation .655
** VALID Sig. (2-tailed) .000
N 30
q13
Pearson Correlation .522**
VALID Sig. (2-tailed) .003 N 30
q14
Pearson Correlation .642**
VALID Sig. (2-tailed) .000 N 30
q15 Pearson Correlation .381
* VALID Sig. (2-tailed) .038
N 30
Correlations Q2
q21 Pearson Correlation .852
** VALID Sig. (2-tailed) .000
N 30
q22 Pearson Correlation .859
** VALID Sig. (2-tailed) .000
N 30
q23 Pearson Correlation .767
** VALID Sig. (2-tailed) .000
N 30
q24 Pearson Correlation .344
VALID Sig. (2-tailed) .062 N 30
56
5.3 Gaya Kepemimpinan (x)
Correlations X1
x11 Pearson Correlation .379
* VALID Sig. (2-tailed) .039
N 30
x12 Pearson Correlation .379
* VALID Sig. (2-tailed) .039
N 30
x13 Pearson Correlation .710
** VALID Sig. (2-tailed) .000
N 30
Correlations X2
x21 Pearson Correlation .932
** VALID Sig. (2-tailed) .000
N 30
x22 Pearson Correlation .920
** VALID Sig. (2-tailed) .000
N 30
x23 Pearson Correlation .914
** VALID Sig. (2-tailed) .000
N 30
x24 Pearson Correlation .914
** VALID Sig. (2-tailed) .000
N 30
x25 Pearson Correlation .637
** VALID Sig. (2-tailed) .000
N 30
Correlations X3
x31 Pearson Correlation .490
** VALID Sig. (2-tailed) .006
N 30
x32 Pearson Correlation .589
** VALID Sig. (2-tailed) .001
N 30
x33 Pearson Correlation .549
** VALID Sig. (2-tailed) .002
N 30
x34 Pearson Correlation .465
** VALID Sig. (2-tailed) .010
N 30
Correlations X4
x41 Pearson Correlation .470
** VALID Sig. (2-tailed) .009
N 30
x42 Pearson Correlation .350
VALID Sig. (2-tailed) .058 N 30
57
5.4 Kinerja Kelompok Tani (y)
Correlations Y1
y1 Pearson Correlation .896
** VALID Sig. (2-tailed) .000
N 30
Correlations Y2
y2 Pearson Correlation .647
** VALID Sig. (2-tailed) .000
N 30
Correlations Y3
y3 Pearson Correlation .354
VALID Sig. (2-tailed) .055 N 30
Correlations Y4
y4 Pearson Correlation .734
** VALID Sig. (2-tailed) .000
N 30
Correlations Y5
y5 Pearson Correlation .867
** VALID Sig. (2-tailed) .000
N 30
Keterangan :
Dari keriga tabel di atas (faktor individual, faktor kelompok, gaya
kepemimpinan, serta kinerja kelompok tani) tampak seluruh indikator (P,Q,X,Y)
dikatakan valid karena memiliki nilai korelasi diatas 0.3
58
Lampiran 6. Haji uji reliabilitas terhadap 30 Responden
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted Scale Variance
if Item Deleted Corrected Item-
Total Correlation Cronbach's Alpha if
Item Deleted p11 153.2667 119.444 -.548 .892 p21 152.8000 112.855 .219 .886 p22 152.6000 111.766 .406 .884 p23 152.8333 113.247 .179 .886 p31 152.7000 110.355 .495 .883 p32 152.8000 106.648 .828 .878
p41 153.2667 117.582 -.250 .891
p42 152.7000 110.355 .495 .883 p43 152.7000 110.355 .495 .883 p51 152.8333 109.661 .373 .884
p52 152.5000 114.052 .196 .886
p53 152.5667 111.220 .508 .883
p61 152.6000 111.766 .406 .884
p71 152.6667 109.816 .573 .882
q11 153.1333 118.395 -.325 .892 q12 152.8000 114.303 .082 .888 q13 153.0333 108.033 .701 .880 q14 152.7333 113.720 .144 .887 q15 153.2333 102.392 .731 .876
q21 152.9667 106.999 .390 .884 q22 152.9333 109.995 .347 .884 q23 153.0667 107.582 .432 .883
q24 152.7667 106.116 .898 .877
x11 154.1333 113.706 .158 .887
x12 153.1333 113.706 .158 .887 x13 153.5333 110.878 .607 .882 x21 152.6667 107.540 .823 .879
x22 152.7667 104.047 .801 .876
x23 152.7667 106.116 .898 .877
x24 152.7667 106.116 .898 .877
x25 152.6333 109.620 .623 .881
x31 152.9333 109.513 .532 .882
x32 152.5667 111.220 .508 .883
x33 152.5333 111.913 .463 .884
x34 152.7333 110.478 .468 .883
x41 153.5667 105.564 .459 .883
x42 154.6667 112.230 .231 .886
y1 152.7333 106.616 .866 .878 y2 153.0333 112.930 .216 .886 y3 153.5000 112.879 .378 .885
y4 152.8667 110.602 .427 .883
y5 152.8000 107.131 .780 .879
59
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.886 46
Keterangan :
Hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai Cronbach's Alpha = 0.886 lebih
besar dari 0.60 berarti instrument penelitian dikatakan reliabel.
60
Lampiran 7. Dokumentasi penelitian di Kelompok Karya Sejahtera
Gambar 1&2 : Sekretariat kelompok tani ternak Karya Sejahtera
Gambar 3&4 : Pertemuan rutin dan penyuluhan PPL
Gambar 5&6 : Proses pemerahan susu sapi dan pengambilan susu oleh KUD
Puspa Mekar.
61
Lampiran 8. Struktur organisasi kelompoktani ternak sapi perah Karya Sejahtera
Mitra Kerja:
1. KUD Puspa
Mekar
2. GAPOKNAK
Mitra PM
3. Perhutani & PT.
Bintang Mentari
Lembang
Pembina:
1. PPL Peternakan
Parongpong
2. Camat
Parongpong
3. Kepala Desa
Karyawangi
Dewan pengurus :
1. Ketua
2. Sekretaris
3. Bendahara
Seksi
Produksi &
Pemasaran
Seksi
Sarana
Produksi
Seksi
Usaha &
Humas
Seksi
Kesehatan
Hewan
Anggota
Program:
1. Program Penyuluhan dan Pelatihan
2. Program Pelayanan Keswan
3. Program Pengembangan Kelembagaan dan Kemitraan
62
Lampiran 9. Hasil korelasi uji Rank Spearman‟s antara faktor individual
pemimpin dengan gaya kepemimpinan
Keterangan :** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed)
Spearman's rho Direktif Suportif Partisipatif Achievement
Oriented
Toleransi Correlation
coefficient -.165 -.450
** -.346
* -.534
**
Sig. (2-tailed) .359 .009 .049 .001
N 33 33 33 33
Keuletan Correlation
coefficient -.418
* .138 .674
** .425
*
Sig. (2-tailed) .015 .443 .000 .014
N 33 33 33 33
Rasa
kesungguhan
Correlation
coefficient .543
** .801
** .588
** .144
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .425
N 33 33 33 33
Tenang Correlation
coefficient .044 .278 .322 -.183
Sig. (2-tailed) .809 .117 .068 .307
N 33 33 33 33
Terarah Correlation
coefficient .326 .535
** .366
* -.157
Sig. (2-tailed) .064 .001 .036 .383
N 33 33 33 33
Tanggap dan
terampil
Correlation
coefficient .118 .483
** .639
** .167
Sig. (2-tailed) .512 .004 .000 .352
N 33 33 33 33
Cakap dan
luwes
Correlation
coefficient .176 .670
** .569
** .067
Sig. (2-tailed) .328 .000 .001 .711
N 33 33 33 33
63
Lampiran 10. Hasil korelasi uji Rank Spearman‟s antara faktor kelompok dengan
gaya kepemimpinan
Spearman's rho Direktif Suportif Partisipatif Achievement
Oriented
Tujuan
kelompok
Correlation
coefficient -.241 .356
* .642
** .726
**
Sig. (2-tailed) .177 .042 .000 .000
N 33 33 33 33
Struktur
kelompok
Correlation
coefficient -.134 .424
* .532
** .594
**
Sig. (2-tailed) .456 .014 .001 .000
N 33 33 33 33
Keterangan: ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed)
64
Lampiran 11. Hasil korelasi uji Rank Spearman‟s antara gaya kepemimpinan (x)
dengan kinerja kelompoktani (y)
Keterangan: ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed)
(Y1) Kemampuan merencanakan kegiatan,
(Y2) Kemampuan melaksanakan dan menaati perjanjian dengan pihak lain,
(Y3) Kemampuan memupuk modal dan memamfaatkannya secara rasional,
(Y4) Kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga dengan KUD,
(Y5) Kemampuan menerapkan teknologi dan memamfaatkan informasi serta kerja
sama kelompok.
Spearman's rho (Y1) (Y2) (Y3) (Y4) (Y5)
Direktif (X1) Correlation
coefficient .494
** .341 .399
* .352
* .403
*
Sig. (2-tailed) .003 .052 .021 .045 .020
N 33 33 33 33 33
Suportif (X2) Correlation
coefficient .811
** .176 .454
** .381
* .651
**
Sig. (2-tailed) .000 .328 .008 .029 .000
N 33 33 33 33 33
Partisipatif (X3) Correlation
coefficient .633
** .047 .187 .237 .540
**
Sig. (2-tailed) .000 .793 .299 .184 .001
N 33 33 33 33 33
Achievement-
oriented (X4)
Correlation
coefficient .479
** .121 .285 .328 .458
**
Sig. (2-tailed) .005 .502 .107 .062 .007
N 33 33 33 33 33
65
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Meranti Paham, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera
Utara pada tanggal 4 September 1989. Penulis adalah anak pertama dari dua
bersaudara dari pasangan Bapak Jamiluddin dan Ibu Darti.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 116248 Meranti
Paham pada tahun 2002 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada
tahun 2005 di MTs Swasta PTPN IV Perkebunan Sawit Ajamu. Pendidikan
lanjutan menengah atas di SMA Negeri 3 Rantau Prapat diselesaikan pada tahun
2008.
Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) pada tahun 2008.
Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai anggota KOPMA
(Koperasi Mahasiswa) periode 2008-2009, serta anggota club kajian pertanian di
Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA) periode 2008-2009.
Penulis juga tercatat sebagai Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Manajemen di Departemen Perekonomian periode 2009-2010.
Selain itu, penulis juga mengikuti beberapa kegiatan kepanitiaan yang
diselenggarakan di IPB, diantaranya Green Festival BEM KM IPB tahun 2009,
Sportakuler FEM tahun 2009-2010, Esdisco (economi discussion and essay
competition) tahun 2010, Politik Ceria tahun 2010, dan Masa Perkenalan
Departermen dan Fakultas tahun 2010.