analisis hubungan antara gaya kepemimpinan manajer proyek ... · pdf filemanajemen dan...
TRANSCRIPT
Manajemen dan Rekayasa Konstruksi
335
KNPTS 2013
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN
MANAJER PROYEK DENGAN KINERJA PROYEK BIDANG
KONSTRUKSI JALAN DI WILAYAH CIREBON (STUDI : PROYEK
JALAN PROVINSI DI WILAYAH CIREBON)
Boy Bob Agustan Nyinang
1
1Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil, Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi, Universitas
Katolik Parahyangan, Bandung, Email: [email protected]
ABSTRAK
Keberhasilan penyelenggaraan suatu proyek konstruksi akan sangat bergantung kepada
kemampuan dari orang-orang yang menanganinya, terutama mereka yang memegang posisi
penting yaitu manajer proyek yang mempunyai tugas dan tanggung jawab memimpin
pelaksanaan proyek sesuai dengan perencanaan dan sesuai kontrak yang telah disepakati
bersama antara perusahaan kontraktor dengan pemilik proyek. Gaya kepemimpinan
merupakan salah satu kemampuan yang penting untuk dimiliki oleh seorang manajer proyek
untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan proyek. Menurut Goodwin (1993) dikutip dari
Kamalesh P, Rizwan U. F and Syed M. A. An Investigation of the Leadership Style of
Construction Managers in South Florida menekankan pentingnya kepemimpinan yang
efektif yang dibutuhkan manajer proyek. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar hubungan antara gaya kepemimpinan manajer proyek dengan kinerja proyek (mutu,
waktu, biaya) konstruksi pada bidang konstruksi jalan, dengan studi kasus proyek jalan
provinsi di wilayah Cirebon. Gaya kepemimpinan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
gaya kepemimpinan dari studi kepemimpinan Ohio State University yang berusaha untuk
menetukan perilaku pemimpin yang efektif. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan
data dengan metode kuesioner kepada para manajer proyek yang pernah melaksanakan
proyek konstruksi bidang jalan pada jalan provinisi di wilayah Cirebon sebagai data primer.
Kemudian sebagai data sekunder didapatkan dari hasil laporan proyek konstruksi jalan (final
report) yang dilaksanakan oleh para manajer proyek tersebut sebagai data kinerja proyek. Uji
hipotesis dengan menggunakan analisis assosiatif dengan uji Chi-Square dan derajat
hubungannya dengan uji Cramer’s V. Hasil analisis menunjukan bahwa terdapat hubungan
yang sangat signifikan antara gaya kepemimpinan manajer proyek dengan kinerja proyek,
dimana hasil analisis derajat hubungan antara gaya kepemimpinan manajer proyek dengan
kinerja proyek (mutu, waktu, biaya) kuat. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa antara gaya
kepemimpinan dengan kinerja proyek (mutu, waktu, biaya) mempunyai hubungan yang
sangat erat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kinerja proyek konstruksi bidang jalan
pada jalan provinsi di wilayah Cirebon.
Kata kunci : gaya kepemimpinan, manajer proyek, kinerja proyek, proyek konstruksi bidang
jalan.
1. PENDAHULUAN
Keberhasilan penyelenggaraan suatu proyek konstruksi akan sangat bergantung kepada kualitas dari orang-
orang yang menanganinya, terutama mereka yang memegang posisi penting yaitu manajer proyek. Manajer
proyek mempunyai tugas dan tanggung jawab memimpin pelaksanaan proyek sesuai dengan perencanaan.
Manajer proyek harus mampu mengelola berbagai macam kegiatan untuk mencapai tujuan proyek. Beberapa
penelitian yang berhubungan dengan gaya kepemimpinan manajer proyek dalam pelaksanaan proyek
konstruksi, yaitu: Herbert et al (1970) dikutip dari Kamalesh P, Rizwan U. F and Syed M. A. An
Investigation of the Leadership Style of Construction Managers in South Florida telah mengukur bahwa
melalui manajer yang berkualitas baik dapat melakukan penghematan biaya sebesar 10%, Goodwin (1993)
dikutip dari Kamalesh P, Rizwan U. F and Syed M. A. An Investigation of the Leadership Style of
Construction Managers in South Florida menekankan pentingnya kepemimpinan yang efektif yang
Manajemen dan Rekayasa Konstruksi
344
KNPTS 2013
SISTEM SAMBUNGAN PADA PONDASI TAPAK BETON
BERTULANG
Sentosa Limanto1 dan Johanes Suwono
2, Alesandro Sejo L.
3, Rangga Prakarsa
4
1 Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra Surabaya,
Email: [email protected] 2 Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra Surabaya,
Email: [email protected] 3Alumni Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra,
Email: [email protected] 4Alumni Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra,
Email: [email protected]
ABSTRAK
Pondasi adalah bagian struktur bawah yang pelaksanaannya memerlukan pengawasan dan
perhatian khusus. Kebutuhan rumah tinggal satu lantai untuk keluarga sederhana dan kondisi
ekonomi medium makin meningkat. Oleh karena itu pelaksanaan pembangunan yang cepat
dan tepat adalah sebuah keharusan bagi pengembang perumahan. Penelitian pada struktur
sambungan pondasi tapak yang terbuat dari material beton bertulang terhadap komponen
kolom dan sloof yang terbuat dari beton bertulang juga, agar dapat membantu mempercepat
penyelesaian pekerjaan struktur bawah. Komponen yang terkait dengan pondasi tapak beton
bertulang nantinya dibuat secara beton cetak-jadi. Pondasi tapak beton bertulang cetak-jadi
bisa meminimalkan waktu pelaksanaan, mutu terkendali dan konstruksi tetap stabil. Hasil
eksprimen ini menunjukkan bahwa sistem sambungan pondasi tapak beton bertulang
tersebut dapat menerima beban vertikal dari kolom sebesar 2000 kg dan beban horisontal
yang diasumsikan 10% dari beban vertikal yaitu sebesar 200 kg.
Kata kunci: beton cetak-jadi, pengembang perumahan, pondasi tapak, sistem sambungan
1. PENDAHULUAN
Struktur bagian bawah sebuah gedung/rumah merupakan suatu bagian yang utama padaproses konstruksi
pembangunan rumah tinggal yang waktu pengerjaannya cukup lama. Saat ini sangat menuntut
pembangunan yang cepat dan tepat. Ciarlini (1952) meneliti bagaimana sambungan antara pedestal pondasi
dengan sloof dengan maksud untuk mempercepat proses konstruksinya. Ciarlini membuat pondasi pedestal
dengan sloof menjadi sistem sambungan dengan memberi coakan secara dua arah yaitu arah horisontal dan
vertikal. Dimana fungsi dari coakan tersebut untuk menggabungkan pondasi tapak dengan sloof dan kolom.
Lubang/ coakan tersebut harus kuat untuk menahan gaya – gaya yang terjadi sehingga lubang tersebut tidak
retak. Namun saat ini dengan teknologi cetak-jadi (precast), sistem sambungan pondasi tapak bisa diolah di
pabrik.konstruksi beton pracetak. Sistem pracetak dapat mendukung pembangunan rumah khususnya rumah
sederhana yang berkualitas, cepat dan ekonomis. Sinergi antara pihak Pemerintah, perguruan tinggi/peneliti,
maupun lembaga penelitian serta dunia Industri perlu disemarakkan dan saling menunjang. Sistem precast
ini sangat mudah dan cepat serta bisa menjadikan ramah lingkungan karena sisa bahan kontruksi di lapangan
bisa diminimalkan. Pengerjaan kontruksinya tidak memerlukan bekisting (papan kayu). Selain itu mutu beton
pada beton cetak-jadi bisa dikontrol langsung di pabrik. Sistem sambungan pondasi tapak yang dipakai
konstruksi-konstruksi rumah sederhana satu lantai, sebagai studi kasus adalah tiga rumah sederhana satu
lantai ( Gambar 1.) dan denah organisasi rumah tersebut dapat diketahui pada Gambar 2. Rumah contoh yang
dipakai sebagai tolok ukur penelitian/studi kasus terletak pada perumahan wilayah Surabya Barat.
Diharapkan studi kasus pada ketiga rumah contoh tersebut bisa memwakili perhitungan beban-beban yang
ada pada sebuah rumah sederhana. Hasil yang diperoleh beban yang diterima oleh sebuah kolom 15 cm x 15
cm berkisar antara 2 ton sampai 3 ton dan beban horizontal diasumsikan sebesar antara 200 kg sampai
dengan 300 kg pada komponen sloof berdimensi 10 cm x 20 cm.
Manajemen dan Rekayasa Konstruksi
352
KNPTS 2013
KESEDIAAN PEKERJA KONSTRUKSI GEDUNG MENGIKUTI
ASURANSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
MANDIRI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
Sunarjito1 dan Andreas Wibowo
2
1Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan Bandung,
Email: [email protected] 2 Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan Bandung, Email:
ABSTRAK
Selama ini sebagian pekerja konstruksi mendapatkan perlindungan atas risiko K3 melalui
program asuransi yang ditawarkan perusahaan asuransi yang preminya ditanggung oleh
perusahaan kontraktor tempat mereka bekerja. Tulisan ini bertujuan memaparkan hasil
survei kesediaan pekerja konstruksi mengikuti program asuransi K3 secara mandiri di mana
mereka harus membayar sendiri premi asuransi dan mengivestigasi faktor-faktor yang
berpengaruh pada keputusan mereka bersedia atau tidak bersedia mengikuti asuransi
mandiri. Analisis untuk mengetahui hubungan antar faktor menggunakan metode Chi-
Squared Automatic Interaction Detector (CHAID). Beberapa proyek konstruksi gedung di
Kota Bandung dipilih sebagai lokus penelitian. Dari 151 pekerja konstruksi yang disurvei,
70,9% pekerja konstruksi menyatakan kesediaannya. Analisis CHAID menunjukkan lama
proyek menjadi prediktor yang baik bagi pengambilan keputusan kesediaan mereka
dikaitkan dengan premi dan nilai pertanggungannya, diikuti dengan usia dan status pekerja
konstruksi. Kelompok pekerja konstruksi gedung yang memiliki kecenderungan untuk
bersedia mengikuti program asuransi kecelakaan kerja adalah kelompok pekerja dengan
lama proyek lebih dari 12 bulan, berumur kurang dari atau sama dengan 30 tahun.
Sementara itu, kelompok yang memiliki kecenderungan untuk tidak bersedia adalah mereka
yang bekerja untuk proyek berdurasi kurang dari 12 bulan, berumur kurang dari atau sama
dengan 40-50 tahun dan yang sudah menikah. Tulisan ini menyimpulkan bahwa setidaknya
sebagian pekerja konstruksi bersedia mengikuti program asuransi mandiri dan membayar
premi sebanding dengan nilai pertanggungan.
Kata kunci : premi asuransi kecelakaan kerja, pekerja konstruksi gedung, CHAID
1. PENDAHULUAN
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih kurang menjadi perhatian
dan cenderung diabaikan. Sebagai contoh, sepanjang tahun 2012 terjadi 103.000 kasus kecelakaan kerja, dan
setiap hari ada 9 orang peserta Jamsostek yang meninggal akibat kecelakaan kerja tersebut (PT Jamsostek,
2013). Jumlah yang sangat besar dan menimbulkan kekhawatiran, karena sebenarnya pekerja adalah aset bagi
suatu perusahaan. Bahkan, ditengarai data yang tercatat masih belum menggambarkan kenyataan di lapangan
yaitu kurang dari setengah angka kecelakaan kerja sebenarnya (Wirahadikusumah dan Ferial, 2005). Data
kasus kecelakaan kerja menunjukkan proyek konstruksi menempati urutan tertinggi yakni 32% dari semua
kecelakaan yang terjadi (PT Jamsostek, 2010).
Sebagai proteksi bagi mereka dari risiko K3, perusahaan konstruksi biasa mengasuransikan pekerjanya.
Menurut Rahayu (2003), untuk perusahaan berskala besar, biaya asuransi dimasukkan dalam komponen
perhitungan upah bagi buruh atau pekerja. Namun pada perusahaan konstruksi, potongan iuran asuransi atau
pemberian asuransi baru dilakukan kepada staf perusahaan konstruksi saja. Sedangkan untuk pekerja
konstruksi belum sepenuhnya dilakukan karena sifatnya sebagai buruh lepas.
Banyak pekerja konstruksi, terutama tenaga kerja lepas, belum sepenuhnya dilibatkan dalam dalam program
perlindungan Jamsostek, apalagi untuk pekerjaan yang nilainya kecil. Padahal, sesuai Undang-Undang (UU)
No. 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, mereka yang bekerja sebagai pekerja kontraktor utama maupun
subkontraktor harus diikutkan dalam program Jamsostek. Dari jumlah pekerja di sektor konstruksi sebesar 6
juta tahun 2010, menurut PT Jamsostek, baru 3,4 juta yang terdaftar.
Manajemen dan Rekayasa Konstruksi
361
KNPTS 2013
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA CHANGE ORDER
PADA PROYEK JALAN DI KALIMANTAN TENGAH
Lendra1, Apria B. P. Gawei
2 dan Jermias Tjakra
3
1Staf Pengajar Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya, Email:
[email protected] 2Staf Pengajar Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya, Email:
[email protected] 3Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado, Email:
ABSTRAK
Change order sering terjadi dalam pelaksanaan proyek konstruksi yang dapat menyebabkan terjadinya
penambahan waktu dan biaya, serta berdampak buruk pada kinerja dan produktifitas baik bagi owner,
konsultan dan kontraktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor–faktor utama yang menyebabkan
terjadinya change order pada Proyek Pekerjaan Jalan di Kalimantan Tengah serta mengetahui perbedaan
faktor dominan dari sudut pandang responden. Data diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner kepada
responden dengan tiga kategori di Palangka Raya yang terdiri dari owner, kontraktor, dan konsultan. Data
dianalisis dengan menggunakan Metode Severity Index (SI) dan diambil tiga peringkat tertinggi untuk
mendapatkan faktor dominan menurut kategori responden. Hasil Penelitian berdasarkan Metode Severity
Index menunjukan tiga peringkat tertinggi faktor dominan yang menyebabkan terjadinya change order yaitu
ketidaksesuaian gambar dengan keadaan lapangan, perubahan desain, dan kesalahan atau kekeliruan dalam
perencanaan dan desain. Berdasarkan hasil analisa One Way ANOVA terhadap pengujian hipotesis
menunjukan bahwa Ho diterima atau tidak ada perbedaan pendapat dari ketiga responden terhadap faktor
dominan penyebab terjadinya change order pada proyek jalan di Kalimantan Tengah.
Kata Kunci : Change Order, Owner, Kontraktor, Konsultan, Proyek Jalan, Kalimantan Tengah.
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Change order sering terjadi dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Adanya change order dapat menyebabkan
terjadinya penambahan waktu dan biaya proyek, serta dapat memberikan dampak buruk pada performa dan
produktifitas, baik konsultan maupun kontraktor. Selain itu, change order merupakan salah satu kontributor
utama pada pembengkakan biaya dan keterlambatan.
Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan atau mengetahui faktor–faktor utama yang
menyebabkan timbulnya change order pada Proyek Pekerjaan Jalan di Kalimantan Tengah. Dengan
menggunakan Metode Severity Index (SI) akan di peroleh faktor dominan penyebab terjadinya change order.
Penelitian ini diharapkan dapat meminimalkan adanya change order pada Proyek Pekerjaan Jalan di
Kalimantan Tengah pada masa yang akan datang. Pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner kepada
responden yaitu owner, kontraktor, konsultan atau pelaku jasa konstruksi yang berkompeten untuk mengisi
kuisioner tersebut.
Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan di bahas pada penelitian ini yaitu:
1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya change dan faktor apa yang dominan
menimbulkan change order pada Proyek Jalan di Kalimantan Tengah?
2. Apakah terdapat perbedaan, antara faktor dominan penyebab terjadinya change order baik menurut
Owner, Kontraktor dan Konsultan?
Batasan Masalah
Agar pembahasan lebih terarah dan memperjelas ruang lingkup penelitian, maka perlu dilakukan pembatasan
penelitian, meliputi :
Manajemen dan Rekayasa Konstruksi
371
KNPTS 2013
ANALISA RESIKO PADA PROYEK KONSTRUKSI PERUMAHAN DI
KOTA MANADO
Jermias Tjakra
1, Freyke Sangari
2, Apria B. P. Gawei
3, dan Lendra
3
1Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado, Email:
[email protected] 2Alumni Program Studi Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado, Email:
[email protected] 3Staf Pengajar Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya, Email:
[email protected], Email: [email protected]
ABSTRAK
Peningkatan jumlah penduduk akan menyebabkan kebutuhan rumah tinggal semakin meningkat, hal
ini diriingi dengan peningkatan permintaan masyarakat akan rumah tinggal jika dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada saat pelaksanaan proyek konstruksi, pengembang akan
dibebani oleh berbagai situasi ketidakpastian kondisi di lapangan sebagai konsekuensi adanya resiko.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi resiko yang terjadi pada saat pelaksanaan konstruksi
perumahan, dan menganalisis resiko yang paling berpengaruh pada kegagalan proyek. Penelitian
dilakukan dengan metode survai menggunakan kuisioner. Data ditabulasikan dalam bentuk matriks,
kemudian diuji validitas dan reliabilitas. Selanjutnya dilakukan proses ekstraksi terhadap variabel
yang telah lolos uji dengan menggunakan Analisis Komponen Utama (Principle Component
Analysis). Variabel yang sejenis akan cenderung berkelompok dan membentuk satu komponen baru,
dan dinamakan sesuai dengan variabel yang berkelompok di dalamnya. Hasil penelitian
menunjukan : identifikasi resiko berdasarkan kejadian menghasilkan aspek resiko, berupa : aspek
sosial dan lokasi, K3L dan birokrasi, eksternal, perencanaan, manajemen pelaksanaan, alam dan
peralatan, dan material. Sedangkan identifikasi resiko berdasarkan konsekuensi menghasilkan aspek
resiko, berupa : aspek sosial, lokasi, dan internal, alam dan kebijakan, dan peralatan. Resiko yang
paling berpengaruh berdasarkan kejadian, yaitu : high risk terdiri atas aspek K3L dan birokrasi,
aspek alam dan informasi; significant risk terdiri atas aspek sosial dan lokasi, eksternal, perencanaan,
manajemen pelaksanaan; sedangkan yang termasuk low risk adalah aspek material. Resiko yang
paling berpengaruh berdasarkan konsekuensi, yaitu : high risk terdiri atas aspek alam dan kebijakan
pemerintah; significant risk terdiri atas aspek sosial, lokasi dan internal; sedangkan yang termasuk
low risk adalah aspek budaya dan peralatan. Berdasarkan hasil penelitian resiko yang terjadi
merupakan pengulangan dari proyek sebelumnya, disarankan untuk melakukan dokumentasi
dan pengarsipan yang lengkap dan jelas pada setiap proyek konstruksi perumahan yang
dilaksanakan, sehingga dapat dijadikan acuan untuk proyek yang akan datang.
Kata kunci : resiko, proyek perumahan, analisis komponen utama, Manado
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk di Indonesia berada dalam angka positif. Hal itu berarti jumlah penduduk secara
umum selalu bertambah dari waktu ke waktu. Demikian juga halnya dengan Provinsi Sulawesi Utara dengan
Manado sebagai ibukota yang pertumbuhan penduduknya tergolong pesat. Peningkatan jumlah penduduk itu
menyebabkan kebutuhan akan rumah tinggal meningkat, karena rumah adalah kebutuhan dasar (basic need)
disamping kebutuhan akan sandang dan pangan.
Bidang properti khususnya sektor perumahan cenderung menunjukkan perkembangan dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya karena permintaan masyarakat akan rumah tinggal meningkat cukup pesat. Proyek
pembangunan perumahan oleh pengembang juga semakin banyak bermunculan untuk memenuhi kebutuhan
pasar.
Proyek konstruksi termasuk perumahan memiliki karakteristik unik karena merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang berlangsung dalam waktu terbatas dengan alokasi sumber daya tertentu untuk menghasilkan
Manajemen dan Rekayasa Konstruksi
381
KNPTS 2013
ANALISIS KEPUASAN PEMILIK PERUMAHAN DENGAN
MENGGUNAKAN METODA IMPORTANCE PERFORMANCE
ANALYSIS (IPA)
Yasinta Dwijayanti 1, Yohanes L. D. Adianto
2
1Mahasiswa Program Magister Tenik Sipil, Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi, Universitas Katolik
Parahyangan, Bandung, Email: [email protected] 2 Staf Pengajar, Program Magister Tenik Sipil, Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi, Universitas
Katolik Parahyangan, Bandung, Email : [email protected]
ABSTRAK
Salah satu kebutuhan paling penting dalam kehidupan manusia selain makanan, pakaian,
kesehatan adalah tempat tinggal/perumahan. Perumahan atau hunian berfungsi sebagai
tempat berlindung, untuk mendapatkan keamanan dan kenyamanan, terhindar dari cuaca
yang tidak menentu, hewan buas, berkomunikasi keluarga, sosialisasi dengan lingkungan,
tempat untuk mendidik anak – anak serta tempat untuk beristirahat. Jumlah penduduk
Indonesia sudah melebihi 200 juta jiwa penduduk, sehingga jumlah penduduk semakin
meningkat setiap tahunnya. Dimana peningkatan jumlah penduduk berbanding lurus dengan
peningkatan kebutuhan perumahan, sehingga kebutuhan perumahan semakin tinggi. Hal ini
menimbulkan bisnis properti di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan perkembangan
yang cukup signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kepuasan dan tingkat
kepentingan pemilik perumahan berdasarkan 5 (lima) variabel yaitu desain, kualitas, sarana
dan prasarana, lokasi, dan harga. Selain itu, dalam penelitian ini akan dicari strategi
peningkatan kualitas jasa yang semestinya dilakukan oleh pihak pengembang dalam
menanggapi hasil analisis tingkat kepuasan dan tingkat kepeningan pemilik. Metode survei
yang digunakan dalam pengambilan data dengan menyebarkan kuesioner secara langsung
kepada responden. Gambaran hasil yang diharapkan.penelitian ini adalah adanya tingkat
kepuasan dan tingkat kepentingan dari pemilik perumahan terhadap desain, kualitas, sarana
dan prasarana, lokasi, dan harga. perumahan tersebut.
Kata kunci: tingkat kepuasan pemilik, tingkat kepentingan, perumahan,
1. LATAR BELAKANG
Salah satu kebutuhan paling penting dalam kehidupan manusia selain makanan, pakaian, kesehatan adalah
tempat tinggal/ perumahan. Perumahan atau hunian pada masa lalu berfungsi sebagai tempat berlindung,
untuk mendapatkan keamanan dan kenyamanan, terhindar dari cuaca yang tidak menentu, hewan buas,
berkomunikasi keluarga, sosialisasi dengan lingkungan, tempat untuk mendidik anak-anak serta tempat untuk
beristirahat.
Jumlah penduduk Indonesia sudah melebihi 200 juta jiwa penduduk yang cukup tinggi, sehingga jumlah
penduduk semakin meningkat setiap tahunnya. Dimana peningkatan jumlah penduduk berbanding lurus
dengan peningkatan kebutuhan perumahan, sehingga kebutuhan perumahan semakin tinggi. Hal ini
menimbulkan bisnis properti di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan perkembangan yang cukup
signifikan. Daya minat masyarakat Indonesia untuk berinvestasi pada bisnis property mulai tampak sejak
awal tahun 1980-an sampai dengan pertengahan tahun 1990-an, disaat hampir seluruh kota besar di Indonesia
mulai marak dengan kehadiran perumahan. Maraknya pembangunan perumahan mengakibatkan kompetisi
bisnis properti di Indonesia semakin ketat, sehingga pengembang berlomba-lomba membuat perencanaan
proyek perumahan lebih menarik.
Pengembang sebagai produsen produk perumahan harus cerdik dalam menyikapi kebutuhan pasar. Konsep
memandang pelanggan sebagai pimpinan dalam suatu proses produksi, telah menempatkan kepuasan
pelanggan sebagai tujuan utama proyek (Barkelay and Saylor, 1994). Untuk dapat mengetahui apakah
pengembang dapat memenuhi harapan pemilik perumahan, maka diperlukan pengukuran tingkat kepuasan
dan tingkat kepentingan pelanggan dalam hal ini pemilik perumahan. Kepuasan pemilik sangat terkait dengan
kualitas jasa yang diberikan. Terkait dengan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kepuasan pemilik,
Manajemen dan Rekayasa Konstruksi
389
KNPTS 2013
BENCHMARKING EFISIENSI KONTRAKTOR NASIONAL DENGAN
DATA ENVELOPMENT ANALYSIS
Muhammad Arsyad1 dan Andreas Wibowo
2
1Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan Bandung,
Email: [email protected] 2 Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan Bandung, Email:
ABSTRAK
Industri konstruksi memegang peranan penting dalam pembangunan di indonesia. Data
lima tahun terakhir (2007-2012) memperlihatkan bahwa sektor konstruksi tumbuh sangat
pesat, yaitu sekitar 34% per tahun. Melalui kesepakatan multilateral seperti ASEAN Free
Trade Area (AFTA), perusahaan konstruksi dari negara lain dapat berkompetisi merebut
pangsa pasar konstruksi nasional. Untuk dapat bertahan pada pasar yang sangat kompetitif,
efisiensi menjadi kuncinya. Tidak ada perusahaan yang bisa bertahan dalam suatu
lingkungan yang kompetitif kecuali sanggup beroperasi secara efisien. Efisien atau
tidaknya suatu perusahaan barulah akan terlihat jelas apabila dilakukan benchmarking
terhadap perusahaan lain yang sejenis, dengan kata lain benchmarking memperlihatkan
posisi suatu perusahaan terhadap perusahaan lain atau kompetitor. Makalah ini
memaparkan penelitian awal tentang perhitungan dan benchmarking efisiensi secara relatif
perusahaan konstruksi nasional. Melaui pendekatan ini keadaan ideal tidak ditentukan
sendiri oleh perusahan yang bersangkutan, tetapi dengan merujuk kepada perusahaan-
perusahaan yang menghasilkan kinerja terbaik (frontier analysis). Metode yang digunakan
adalah Data Envelopment Analysis (DEA). Objek studi meliputi perusahaan konstruksi
yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) dan yang tidak terdaftar di BEI.
Pemilihan perusahaan yang tidak terdaftar dilakukan dengan purposive sample. Dengan
benchmarking diharapkan dapat diketahui efisiensi perusahaan konstruksi nasional. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan dan
laporan tahunan.
Kata kunci : benchmarking, efisiensi, kontraktor, data envelopment analysis (DEA)
1. PENDAHULUAN
Industri konstruksi memegang peranan penting dalam pembangunan. Data 5 (lima) tahun terakhir (2007-
2012) memperlihatkan bahwa sektor konstruksi bertumbuh dengan sangat pesat, yaitu sekitar 34% per tahun.
Hal ini juga terlihat pada jumlah perusahaan konstruksi di Indonesia yang pada tahun 2007 masih 77.901
perusahan sementara pada tahun 2012 menjadi 182.800 perusahan konstruksi domestik, 1.742 merupakan
kontraktor besar. Sementara itu perusahaan asing tumbuh dari 94 perusahaan pada tahun 2007 menjadi 271
perusahaan pada 2012.
Melalui kesepakatan multilateral seperti ASEAN Free Trade Area (AFTA), perusahaan konstruksi dari negara
lain dapat berkompetisi merebut pangsa pasar konstruksi nasional. Pasar bebas pada akhirnya tidak dapat
dihindari lagi yang menghadapkan perusahaan konstruksi nasional harus bersaing head-to-head dengan
perusahaan konstruksi asing. Apabila tidak disikapi dengan tepat keberlangsungan perusahaan konstruksi
nasional dapat terancam. Bahkan, hal tersebut dapat dikatakan sudah terjadi saat ini. Terlihat dari pangsa
pasar industri nasional justru dikuasai asing sebesar 60% sedangkan perusahaan nasional hanya 40%.
Pertumbuhan perusahaan konstruksi juga berarti semakin ketatnya kompetisi industri konstruksi di Indonesia.
Untuk dapat bertahan pada pasar yang sangat kompetitif efisiensi menjadi kuncinya. Tidak ada perusahaan
yang bisa bertahan dalam suatu lingkungan yang kompetitif kecuali ia sanggup beroperasi secara efisien.
Dengan demikian kompetisi di antara perusahaan konstruksi menyangkut efisiensi.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai efisiensi di bidang konstruksi (e.g., Mayo et al., 1995;
Wang, 1998; Carr and Pearson,1999; Janda and Seshadri, 2001; Hadad, 2003; Jang, 2007; Sudarto, 2007;
Xue, 2008; Frodell, 2010; Park, 2011) menyepakati pentingnya efisiensi bagi perusahaan konstruksi.
Manajemen dan Rekayasa Konstruksi
399
KNPTS 2013
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PENGELOLAAN
PELAKSANAAN KONSTRUKSI MENGGUNAKAN METODE
ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DENGAN BENEFITS,
OPPORTUNITIES, COSTS AND RISKS (BOCR) (STUDI KASUS PADA
PT. XYZ DI KOTA MANADO)
Apria B. P. Gawei 1, Jermias Tjakra
2, dan Lendra
3
1Alumni Program Studi Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado, Staf Pengajar
Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya, Email:
[email protected] 2Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado, Email:
3Staf Pengajar Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya, Email:
ABSTRAK
Pengambilan keputusan ialah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode
yang efisien sesuai situasi dan merupakan aspek yang paling penting dari kegiatan
manajemen. Pengambilan keputusan akhir sering kali seseorang atau sekelompok pengambil
keputusan harus mempertimbangkan kriteria majemuk. Ketidakefisienan pada kontraktor di
Indonesia disebabkan antara lain karena keterlambatan dalam pengambilan keputusan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara lebih jelas faktor dan sub faktor lingkungan
organisasi yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam pengelolaan pelaksanaan
konstruksi pada suatu organisasi berdasarkan kondisi dan kendala yang sedang dihadapi
melalui suatu analisa sistem dengan menggunakan alat bantu sehingga diperoleh skala
prioritas dari faktor/sub faktor lingkungan organisasi yang akan menjadi perhatian serta
alternatif keputusan yang harus dipilih untuk mengatasi kendala yang ada dengan
mempertimbangkan keuntungan, peluang, biaya dan resiko. Penentuan objek dalam
penelitian ini berdasarkan purposive sampling dengan proses pengambilan sampel informasi
menggunakan teknik snowball sampling. Tahap pengumpulan informasi dilakukan melalui
kajian literatur, observasi, wawancara terstandar dan tidak terstandar, triangulasi serta diskusi.
Informasi yang diperoleh diolah dengan direduksi, dipilah dan dianalisis pengaruhnya
terhadap masing-masing informasi. Berdasarkan hasil pengolahan informasi diidentifikasi
ada 5 faktor dan 63 sub faktor lingkungan organisasi serta 4 alternatif keputusan yang
dimiliki oleh PT. XYZ untuk mengatasi kendala yang dihadapi, yaitu, menjual asset,
refinance asset, meminjam dana dan restrukturisasi. Hasil dari pengolahan informasi ini
kemudian dianalisa dengan menggunakan metode Analytic Network Process (ANP) dengan
Benefits, Opportunities, Costs and Risks (BOCR). Kesimpulan dari penelitian ini yaitu secara
global dari 63 sub faktor lingkungan organisasi yang diperoleh, yang harus menjadi prioritas
perhatian ialah operasional berjalan, pengendalian pembiayaan, menurunnya profit, jaminan
mutu, biaya komunikasi dengan owner, pengendalian penerimaan, produktivitas menurun,
karena dari 7 sub faktor inilah jaringan keputusan dibangun. Alternatif keputusan yang harus
dipilih untuk mengatasi kendala yaitu menjual asset karena memiliki prioritas tertinggi dari
alternatif yang lain dengan memberikan nilai benefits (keuntungan) dan opportunities
(peluang) tertinggi dengan costs (biaya) terendah serta risks (resiko) rendah.
Kata Kunci : Pengambilan keputusan, lingkungan organisasi, alternatif keputusan, ANP, BOCR
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengambilan keputusan ialah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien
sesuai situasi dan merupakan aspek yang paling penting dari kegiatan manajemen (Salusu, 2006).
Pengambilan keputusan akhir sering kali seseorang atau sekelompok pengambil keputusan harus
Manajemen dan Rekayasa Konstruksi
410
KNPTS 2013
KEBERADAAN PERUSAHAAN JASA KONSULTAN DALAM
PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA BANDA ACEH
Buraida
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Email :
ABSTRAK
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi melibatkan berbagai unsur
didalamnya, salah satunya keberadaan perusahaan jasa konsultan. Bertindak sebagai
konsultan organisasi proyek konstruksi dalam hal memberikan usulan dan solusi
perencanaan dan pengawasan proyek. Keberadaan konsultan masih dan terus dibutuhkan
seiring dengan lajunya pembangunan infrastruktur kota. Perusahaan jasa konsultan yang
berhasil didukung oleh sumber daya manusia, keuangan dan pengalaman kerja perusahaan.
Bergerak dari hal tersebut ingin diketahui keberadaan perusahaan jasa konsultan yang diawali
dengan karakteristik alasan pendirian perusahaan dan bagaimana dari sisi sumber daya
manusia, keuangan dan pengalaman kerja yang dimiliki oleh perusahaan dalam
keikutsertaannya dalam proyek konstruksi di Kota Banda Aceh. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui karakteristik keberadaan perusahaan dan keberlanjutannya dengan
sumberdaya yang dimiliki sejalan roda perusahaan. Penelitian deskriptif ini dilakukan dengan
menyebarkan kuesioner kepada direktur /pemilik perusahaan jasa konsultan di Kota Banda
Aceh. Kuesioner dirancang berdasarkan pada karakteristik alasan awal berupa status
pendidikan dan keahlian yang dimiliki, penghasilan yang lebih baik dan memuaskan serta
keberadaan sumberdaya yang digunakan. Data kuesioner tersebut diolah berdasarkan tingkat
aspirasi dan nilai yang dominan muncul. Hasil karakteristik alasan berdirinya perusahaan
berupa pendidikan dan keahlian yang dimiliki. Sedangkan sumber daya manusia yang terlibat
berpendidikan S1 Teknik dan mempunyai pengalaman kerja 6 sampai 10 tahun.
Kata kunci: karakteristik, sumber daya manusia dan pengalaman kerja perusahaan jasa
konsultan
1. PENDAHULUAN
Perkembangan desain dan rancangan dari proyek konstruksi semakin hari terlihat semakin dinamis,
mengikuti kebutuhan dan perkembangan zaman. Konstruksi tidak hanya direncanakan dalam bentuk-bentuk
biasa tapi sudah menjadi bangunan yang modern. Begitu juga pengawasan terhadap pelaksanaan proyek
konstruksi harus terus dilakukan secara lebih ketat dan tepat sasaran. Inilah sebagian dari tugas jasa
konsultansi yang ada dalam pembangunan. Keberadaan jasa ini sangat diperlukan dalam siklus proyek
konstruksi. Mengingat kebutuhannya bersamaan dengan kebutuhan jasa pelaksana maka kehadiran
perusahaan penyedia jasa ini terus tumbuh dan berkembang. Melihat fenomena dalam pembangunan yang
terus berlangsung, keberadaan penyedia jasa terlihat selalu meraih kesuksesan dengan meningkatnya jati diri
dari pemilik perusahaan. Ini menjadi menarik untuk teliti untuk memperoleh gambaran bagaimana
keberadaan perusahaan jasa konsultansi di Kota Banda Aceh. Sumber dari LPJK Aceh (2013) memperkirakan
ada seratus perusahaan jasa konsultan yang ada di Kota Banda Aceh. Ada karakteristik alasan dan dorongan
pada awal pendirian perusahaan dan terus berjalan yang dilengkapi dengan sumberdaya manusia, keuangan
dan pengalaman kerja. Sumberdaya manusia di dalam perusahaan jasa ini memerlukan keahlian teknik agar
dapat menjalankan tugas dalam merancang dan mengawasi konstruksi. Keuangan menitikberatkan nilai
pekerjaan, kekayaan perusahaan dan sumber modal. Pengalaman kerja sebagai suatu prestasi perusahaan
memaparkan tentang jumlah paket pekerjaan, lamanya pengalaman kerja dan siapa pengguna jasa perusahaan.
Penelitian ini dilakukan di Kota Banda Aceh melalui penyebaran kuesioner kepada pemilik perusahaan.
Adapun tujuan ini dicapai adalah untuk mengetahui alasan pendirian perusahaan dan kinerja perusahaan
sehingga dapat menggambarkan keberadaan perusahaan yang dapat mencerminklan profil dari perusahaan
tersebut. Menyambut era perdagangan bebas 2015 tentulah diharapkan bahwa perusahaaan konsultan lokal
tetap bisa menunjukan jati diri perusahaan dalam persaingan memperoleh pekerjaan proyek konstruksi di-
Kota Banda Aceh.
Manajemen dan Rekayasa Konstruksi
417
KNPTS 2013
KAJIAN ALTERNATIF DUKUNGAN PEMERINTAH PADA JALAN
TOL YANG TIDAK LAYAK SECARA FINANCIAL DI INDONESIA
Iris Mahani
1 , Rizal Z. Tamin
2
1Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL), Bandung Institute of Technology (ITB) Tamin, Rizal
Email : [email protected] 2 Guru Besar Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL), Bandung Institute of Technology(ITB)
Email : [email protected]
ABSTRAK
Transportasi merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya
dan pertahanan keamanan nasional. Sampai saat ini di Indonesia transportasi masih
didominasi oleh jalan karena memiliki fleksibilitas yang tinggi. Berdasarkan beberapa
penilaian diantaranya Logistic Performance Index (LPI), Road Density dan Road quality dari
global competitive index, kondisi infrastruktur jalan di Indonesia masih tertinggal
dibandingkan beberapa negara di Asia. Sesuai dengan UU No.38 tahun 2004 tentang Jalan,
penyelenggaraan jalan secara umum dan jalan nasional adalah wewenang Pemerintah, namun
untuk menambah jaringan jalan pemerintah tidak memiliki anggaran yang cukup, oleh karena
itu pemerintah menyelenggaran public private partnership(PPP) di bidang jalan yaitu jalan
tol. Sejak tahun 1978 sampai dengan tahun 2012 Indonesia telah membangun dan
mengoperasikan 774,06 km jalan tol yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi dan
Bali, Lambatnya pertumbuhan jalan tol terjadi karena swasta merasa risiko yang harus
diterimanya terlalu besar, sehingga perlu dukungan pemerintah untuk sharing risiko
penyelenggaraan jalan tol tersebut. Pemerintah sudah memberikan dukungan investasi jalan
tol dalam beberapa bentuk diantaranya land capping, land revolving, pembangunan sebagian
konstruksi, penjaminan infrastruktur dan infrastruktur funding melalui PT Sarana Multi
Infrastruktur. Pada akhir tahun 2012 melalui PMK 223 tahun 2012 pemerintah mengeluarkan
kebijakan baru berupa Dukungan Kelayakan untuk proyek pembangunan infrastruktur di
Indonesiaa melalui PPP dalam bentuk construction grant. Sedangkan pengalaman negara-
negara maju banyak bentuk dukungan lain untuk meningkatkan kelayakan investasi
infrastruktur diantaranya unitary payment, operation grant, minimum revenue guarantee dll.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka tujuan penelitian ini adalah melakukan kajian dan
mengembangkan bentuk-bentuk dukungan pemerintah untuk merealisasikan jalan tol yang
tidak layak financial di Indonesia serta memberikan alternatif yang terbaik bagi badan usaha
dan pemerintah.Untuk mencapai tujuan tersebut maka metode yang digunakan adalah
semikualitatif berdasarkan kajian pustaka, data sekunder dan wawancara. Tahapan penelitian
yang dilakukan meliputi kajian pustaka, wawancara untuk merumuskan masalah dan
identifikasi risiko investasi jalan tol di Indonesia untuk menetukan ruang lingkup kemudian
melakukan analisis terhadap beberapa alternative dukungan dan diakhiri dengan validasi dan
perumusan rekomendasi kebijakan bentuk dukungan pemerintah yang sesuai untuk
merealisasikan jalan tol yang tidak layak secara financial di Indonesia.
Kata kunci : Dukungan, pemerintah, jalan tol, layak financial
1. PENDAHULUAN
Transportasi merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan
keamanan nasional. Sistem transportasi yang handal memiliki kemampuan daya dukung struktur tinggi serta
jaringan yang efektif dan efisien, dibutuhkan untuk mendukung pengembangan wilayah, pembangunan
ekonomi, mobilitas manusia, barang dan jasa. Sampai saat ini di Indonesia transportasi masih didominasi
oleh jalan karena memiliki fleksibilitas yang tinggi.
Berdasarkan beberapa penilaian diantaranya Logistic Performance Index(LPI), Road Density dan Road
quality dari global competitive index, kondisi infrastruktur jalan di Indonesia masih tertinggal dibandingkan
beberapa negara di Asia.
Manajemen dan Rekayasa Konstruksi
427
KNPTS 2013
DESAIN PERKERASAN JALAN RAYA YANG MEMPUNYAI DAYA
DUKUNG LINGKUNGAN
Setiyo Daru Cahyono1, Sobriyah
2,Ary Setyawan
3 dan Prabang Setyono
4
1 Mahasiswa Program Studi Doktor Ilmu Lingkungan, PPs Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Email: [email protected] 2 Dosen Teknik Sipil, PPs Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Email: [email protected] 3 Dosen Teknik Sipil, PPs Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Email: [email protected] 4 Dosen Ilmu Lingkungan, PPs Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Email: [email protected]
ABSTRAK
Pertumbuhan ekonomi masyarakat selalu diikuti oleh pertumbuhan jumlah kendaraan yang
sangat besar. Hal ini terjadi kerena setiap harinya masyarakat melakukan distribusi barang,
jasa dan manusia sebagai salah satu kegiatan untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi. Setiap
hari setidaknya 1000 kendaraan bermotor turun kejalan raya. Kemudahan untuk mendapatkan
kendaraan bermotor ini dikerenakan adanya fasilitas mudah dan cepat dalam pengambilan
kredit kendaraan bermotor serta adanya program mobil murah dari pemerintah. Sehingga
terjadinya kepadatan jumlah kendaraan dijalan raya yang menyebabkan terus bertamdahnya
pembangunan jalan raya di Indonesia. Pembangunan jalan raya di Indonesia selalu mengikuti
jumlah kendaraan yang turun kejalan raya. Pembangunan jalan raya yang terus bertambah
dapat merusak lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya desain jalan raya yang ramah
lingkungan. Kerusakan lingkungan terjadi kerena adanya penambangan material untuk jalan
raya yang berlebihan dari alam, metode konstruksi yang tidak ramah lingkungan, serta
dampak yang ditimbulkan setelah jalan raya tersebut beroperasi. Komponen jalan raya terdiri
dari bangunan pelengkap, geometrik jalan, perkerasan jalan dan struktur jalan raya. Penelitian
ini fokus di perkerasan jalan raya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriftif kualitatif, kuantitatif serta eksperimen. Dari penelitian ini dapat ditemukannya
material perkerasan jalan raya yang mempunyai kualitas baik dan ramah lingkungan,
ditemukannya metode konstruksi yang ramah lingkungan serta mix desain perkerasan jalan
kuat menahan beban yang bekerja diatasnya dan ramah lingkungan. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk membuat desain perkerasan jalan raya yang mempunyai daya dukung
lingkungan. Sehingga diharapkan dengan adanya pembangunan jalan raya yang terus
meningkat setiap tahunnya, tidak akan terjadi kerusakan lingkungan.
Kata kunci: Desain, Perkerasan Jalan Raya, Daya Dukung Lingkungan
1. PENDAHULUAN
Pada era pembangunan sekarang ini pertumbuhan ekonomi masyarakat selalu diikuti oleh pertumbuhan
jumlah kendaraan yang sangat besar. Setiap hari hampir seribu kendaraan bermotor yang turun ke jalan
memenuhi ruas jalan yang ada. Kemudahan untuk mendapatkan kredit kendaraan bermotor dari perusahaan
produsen kendaraan bermotor dan adanya program mobil murah dari pemerintah sekarang ini juga memicu
bertambahnya kendaraan bermotor yang turun ke jalan raya. Walaupun sekarang pemerintah sudah berusaha
untuk menekan jumlah kendaraan bermotor yang turun ke jalan raya untuk beralih ke moda tranportasi massa
atau MRT, itu belum dapat terlaksana. Keberadaan moda transportasi masal yang belum layak, belum aman
dan nyaman menjadi penghambat peralihan dari moda tranportasi pribadi ke moda transportasi umum massa.
Oleh karena itu kendaraan bermotor pribadi masih disukai atau diidolakan oleh masyarakat di Indonesia.
Kedaraan bermotor ini digunakan dalam pendistribusian barang dan jasa untuk pemenuhan kebutuhan
ekonomi masyarakat. Untuk mengimbangi pertumbuhan kendaraan yang sangat besar, pemenuhan sarana
infrastruktur jalan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan sarana transportasi.
Ketersediaan jalan yang baik dengan jumlah yang cukup, ternyata berpengaruh terhadap kelancaran arus lalu
Manajemen dan Rekayasa Konstruksi
434
KNPTS 2013
PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN RISIKO BENCANA
GEMPA BUMI PADA RUAS JALAN DI INDONESIA
Mona Foralisa Toyfur1, Krishna Suryanto Pribadi
2, Sony Sulaksono Wibowo
3, dan I Wayan Sengara
4
1Mahasiswa Program Doktor, Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung & Staf Pengajar
Jurusan Teknik Sipil Universitas Sriwijaya, Email : [email protected] 2 Promotor & Staf Pengajar KK MRK Program Studi Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung, Email :
[email protected] 3 Co-Promotor & Staf Pengajar KK Rekayasa Transportasi Program Studi Teknik Sipil Institut Teknologi
Bandung, Email : [email protected] 4 Co-Promotor & Staf Pengajar KK Rekayasa Geoteknik Program Studi Teknik Sipil Institut Teknologi
Bandung, Email : [email protected]
ABSTRAK
Indonesia merupakan negara yang menghadapi banyak jenis bencana alam. Bencana alam
tersebut mengakibatkan kerugian dan kerusakan pada masyarakat. Salah satu bidang yang
mengalami kerugian dan kerugian akibat bencana adalah jalan dan jembatan. Bencana yang
mengakibatkan kerusakan dan kerugian yang signifikan adalah bencana gempa bumi.
Karakter bencana gempa bumi merupakan jenis bencana yang sulit untuk diprediksi waktu
kejadian dan magnitudnya. Ruas jalan yang rusak akibat bencana akan menyebabkan
gangguan pergerakan dari masyarakat, bahkan dapat membuat daerah terkena bencana
menjadi daerah yang tidak dapat diakses baik untuk pemberian bantuan maupun untuk jalur
evakuasi. Berdasar pertimbangan kerugian yang diakibatkan oleh bencana gempa bumi pada
ruas jalan maka penelitian ini dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
model penilaian risiko bencana gempa bumi pada ruas jalan. Model penilaian risiko ini
dikembangkan dengan mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan risiko bencana pada
jalan. Faktor-faktor risiko dikembangkan dengan mengembangkan indikator-indikator yang
berkontribusi terhadap nilai risiko. Metodologi yang diusulkan adalah dengan memberikan
bobot pada indikator-indikator dalam faktor risiko. Pembobotan dilakukan dengan
menganalisis indikator dengan kajian literatur, ketersediaan data sekunder dan wawancara
dengan pihak pengelola jalan serta para expert.
Kata kunci: bencana gempa bumi, ruas jalan, model risiko bencana
1. PENDAHULUAN
Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng
tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik
(Gambar 1). Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang
memanjang dari Pulau Sumatera – Jawa - Nusa Tenggara – Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan
vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat
berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah
longsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan
yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat (Arnold, 1986).
Manajemen dan Rekayasa Konstruksi
443
KNPTS 2013
MENGURAI RISIKO POLITIK, KINERJA DAN PERMINTAAN
DALAM KONSESI INFRASTRUKTUR AIR MINUM DENGAN
PENDEKATAN FAULT TREE ANALYSIS
Moch Husnullah Pangeran1, Saiful Deni
2 dan Santospriadi
3
1 Staf Pengajar Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Ternate.
Email: [email protected] 2 Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik , Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Ternate.
3 Staf Pengajar Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Ternate.
ABSTRAK
Pemerintah Indonesia memandang perlu adanya dukungan (government support) untuk
mendorong keikutsertaan sektor swasta dan meningkatkan investasi dalam penyediaan
infrastruktur di Indonesia melalui skema-skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS).
Agar dukungan yang diberikan sejalan dengan prinsip pengelolaan dan pengendalian risiko
keuangan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), pemerintah melalui
Menteri Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan No. 38/PMK.O1/2006 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pengendalian dan Pengelolaan Risiko Atas Penyediaan Infrastruktur.
Peraturan tersebut telah mengindikasikan keberadaan dukungan Pemerintah dalam hal
kompensasi finansial dan/atau kompensasi dalam bentuk lain yang diberikan oleh Pemerintah
kepada Badan Usaha (Swasta) melalui skema pembagian risiko dalam rangka pelaksanaan
proyek KPS penyediaan infrastruktur. Peraturan ini menitikberatkan pada tiga risiko utama,
yaitu risiko politik, kinerja dan permintaan. Dalam menerapkan peraturan tersebut diperlukan
kerangka analisis risiko yang terstruktur dan komprehensif untuk menyediakan basis yang
beralasan, khususnya untuk menetapkan bentuk dukungan yang dapat diberikan kepada pihak
swasta. Studi ini mendemonstrasikan penggunaan pendekatan Fault Tree Analysis (FTA)
untuk memodelkan (secara konseptual) risiko politik, kinerja dan permintaan, dengan
mengambil studi kasus proyek konsesi infrastruktur air minum. Secara umum, sebagai
sebuah metodologi deduktif untuk menentukan penyebab potensial dari kejadian atau
kegagalan sistem, pendekatan FTA dinilai dapat mengurai faktor-faktor risiko dengan kadar
kerincian yang lebih spesifik guna melengkapi keterbatasan berbagai faktor penyebab risiko
politik, kinerja, dan permintaan yang telah diidentifikasi di dalam Peraturan Menteri
Keuangan No. 38/PMK.O1/2006.
Kata kunci: konsesi, infrastruktur air minum, risiko, politik, kinerja, permintaan, FTA
1. PENDAHULUAN
Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk tujuan pembangunan dan/atau pengelolaan infrastruktur air
minum telah menjadi kecenderungan global. KPS dapat dilakukan mulai dari service contract yang sederhana
hingga Kontrak Konsesi (concession contract) untuk kemitraan yang lebih luas dan kompleks. Konsesi
menawarkan banyak potensi manfaat karena melibatkan dua pendekatan dasar pemerintah dalam melakukan
KPS, yaitu memobilisasi investasi swasta dalam rangka mengatasi keterbatasan pendanaan infrastruktur
Pemerintah, dan untuk meningkatkan efisiensi pelayanan yang merupakan permasalahan utama para
penyedia layanan infrastruktur publik. Konsesi tidak seperti management contract yang tidak akan pernah
melibatkan investasi swasta atau kontrak lease contract yang memungkinkan perbaharuan fasilitas tapi tidak
akan sampai memperluas sistem yang ada (Hall dan Lobina, 2002). Kontrak BOT (build operate transfer)
juga dapat memobilisasi investasi swasta dalam skala besar. Tapi BOT biasanya diterapkan pada
pembangunan infrastruktur baru di sisi hulu seperti fasilitas pengolahan (treatment plant) dan reservoir (Ress,
1998; Budds dan McGranahan, 2003).
Konsesi diklaim menarik karena skema ini mendelegasikan tanggungjawab sepenuhnya untuk investasi dan
operasional kepada sektor swasta, termasuk risiko-risiko yang berkaitan dengan investasi dan komersial
(Silva dkk, 1998). Namun di sisi lain, skema konsesi juga mempunyai kerentanan tinggi untuk terpapar oleh
risiko ketidakpastian di sepanjang periode kontrak yang berdurasi panjang (biasanya lebih dari 25 tahun).
Manajemen dan Rekayasa Konstruksi
452
KNPTS 2013
AZAS KEBEBASAN BERKONTRAK PADA PROYEK KONSTRUKSI:
PERSPEKTIF MANAJEMEN RISIKO
Riza Susanti1, M. Agung Wibowo
2 dan
Bambang Pudjianto
3
1Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Email:
[email protected] 2Staf Pengajar, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Email: [email protected]
3Alumni Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi
Bandung, Email: [email protected]
ABSTRAK
Permasalahan yang seringkali muncul dalam pelaksanaan proyek konstruksi adalah akibat
adanya ketidakpastian dan perbedaan tingkat risiko antara pemilik pekerjaan (owner) dan
penyedia jasa (konsultan dan konstraktor). Perjanjian merupakan salah satu bentuk respon
terhadap risiko yang mungkin terjadi akibat adanya ketidakpastian dan sebagai upaya
negosiasi pihak-pihak yang memiliki perbedaan tingkat risiko dalam mencapai kesepakatan.
Melalui perjanjian hak dan kewajiban termasuk alokasi risiko yang harus ditanggung oleh
masing-masing pihak seharusnya diakomodir secara proporsional. Namun dalam praktik
ditemukan perjanjian yang dianggap cenderung berat sebelah, dimana salah satu pihak
mempunyai bargaining position lebih kuat dibanding pihak lain. Hal ini biasanya terjadi jika
salah satu pihak bertindak untuk dan atas nama pemerintah. Ketidakseimbangan dapat
membatasi kebebasan berkontrak salah satu pihak yang dapat berpengaruh pada penentuan isi
perjanjian terutama dalam penentuan pertukaran hak dan kewajiban terkait alokasi risiko
yang harus ditanggung oleh masing-masing pihak, padahal kebebasan berkontrak merupakan
salah satu azas pokok hukum perjanjian. Indonesia belum memiliki standar khusus yang
mengatur pertukaran hak dan kewajiban masing-masing pihak, di negara-negara Eropa
FIDIC digunakan sebagai standar kontrak karena dinilai telah menerapkan proporsionalitas
hak dan kewajiban masing-masing pihak yang terlibat dalam perjanjian. Tujuan penelitian ini
adalah menganalisis sejauh mana penerapan azas kebebasan berkontrak di instansi
pemerintah dari perspektif manajemen risiko sebagai bahan evaluasi agar keberadaan kontrak
di instansi pemerintah lebih fair dan obyektif. Metode penelitian yang digunakan adalah
survey lapangan dan studi kepustakaan, penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
berisi identifikasi risiko kepada owner dan kontraktor untuk selanjutnya dianalisis alokasi
dan tingkat kepentingan risiko dari perspektif masing-masing pihak dan FIDIC. Harapan dari
hasil penelitian adalah tidak adanya perbedaan yang signifikan pada tingkat kepentingan
risiko antara owner dan kontraktor serta klausul-klausul pada kontrak konstruksi di instansi
pemerintah telah mendekati atau sama dengan FIDIC dari sisi alokasi risiko terkait
proporsionalitas pertukaran hak dan kewajiban masing-masing pihak. Penelitian ini
merupakan on going research dimana pilot project telah sebagian dilakukan pada owner di
lingkungan Universitas Diponegoro, hasil penelitian sementara menunjukkan bahwa alokasi
risiko dibagi menjadi 2 (dua) yaitu ditanggung bersama (sharing) dan dialokasikan kepada
kontraktor.
Kata kunci: Perjanjian, Risiko, Alokasi Risiko, Azas Kebebasan Berkontrak
1. PENDAHULUAN
Pelaksanaan proyek konstruksi yang melibatkan beberapa pihak yaitu pemilik pekerjaan (owner) dan
penyedia jasa (konsultan dan kontraktor) dalam pelaksanaannya seringkali terdapat permasalahan yang harus
dihadapi akibat ketidakpastian dan perbedaan tingkat risiko dari masing-masing pihak. Ketidakpastian dapat
disebabkan oleh karakteristik proyek yang unik artinya tidak ada proyek yang sama identik satu dengan lain,
hal ini dapat meningkatkan faktor terjadinya risiko yang tidak diinginkan pada suatu proyek (Santoso, 2004)
sementara tingkat risiko akan berbeda bagi masing-masing pihak tergantung persepsi dari para stakeholders
dalam suatu proyek (Nurdiana, 2011).