analisis hubungan antara gaya kepemimpinan manajer proyek ... · pdf filemanajemen dan...

14
Manajemen dan Rekayasa Konstruksi 335 KNPTS 2013 ANALISIS HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN MANAJER PROYEK DENGAN KINERJA PROYEK BIDANG KONSTRUKSI JALAN DI WILAYAH CIREBON (STUDI : PROYEK JALAN PROVINSI DI WILAYAH CIREBON) Boy Bob Agustan Nyinang 1 1 Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil, Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Email: [email protected] ABSTRAK Keberhasilan penyelenggaraan suatu proyek konstruksi akan sangat bergantung kepada kemampuan dari orang-orang yang menanganinya, terutama mereka yang memegang posisi penting yaitu manajer proyek yang mempunyai tugas dan tanggung jawab memimpin pelaksanaan proyek sesuai dengan perencanaan dan sesuai kontrak yang telah disepakati bersama antara perusahaan kontraktor dengan pemilik proyek. Gaya kepemimpinan merupakan salah satu kemampuan yang penting untuk dimiliki oleh seorang manajer proyek untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan proyek. Menurut Goodwin (1993) dikutip dari Kamalesh P, Rizwan U. F and Syed M. A. An Investigation of the Leadership Style of Construction Managers in South Florida menekankan pentingnya kepemimpinan yang efektif yang dibutuhkan manajer proyek. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara gaya kepemimpinan manajer proyek dengan kinerja proyek (mutu, waktu, biaya) konstruksi pada bidang konstruksi jalan, dengan studi kasus proyek jalan provinsi di wilayah Cirebon. Gaya kepemimpinan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu gaya kepemimpinan dari studi kepemimpinan Ohio State University yang berusaha untuk menetukan perilaku pemimpin yang efektif. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data dengan metode kuesioner kepada para manajer proyek yang pernah melaksanakan proyek konstruksi bidang jalan pada jalan provinisi di wilayah Cirebon sebagai data primer. Kemudian sebagai data sekunder didapatkan dari hasil laporan proyek konstruksi jalan (final report) yang dilaksanakan oleh para manajer proyek tersebut sebagai data kinerja proyek. Uji hipotesis dengan menggunakan analisis assosiatif dengan uji Chi-Square dan derajat hubungannya dengan uji Cramer’s V. Hasil analisis menunjukan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara gaya kepemimpinan manajer proyek dengan kinerja proyek, dimana hasil analisis derajat hubungan antara gaya kepemimpinan manajer proyek dengan kinerja proyek (mutu, waktu, biaya) kuat. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa antara gaya kepemimpinan dengan kinerja proyek (mutu, waktu, biaya) mempunyai hubungan yang sangat erat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kinerja proyek konstruksi bidang jalan pada jalan provinsi di wilayah Cirebon. Kata kunci : gaya kepemimpinan, manajer proyek, kinerja proyek, proyek konstruksi bidang jalan. 1. PENDAHULUAN Keberhasilan penyelenggaraan suatu proyek konstruksi akan sangat bergantung kepada kualitas dari orang- orang yang menanganinya, terutama mereka yang memegang posisi penting yaitu manajer proyek. Manajer proyek mempunyai tugas dan tanggung jawab memimpin pelaksanaan proyek sesuai dengan perencanaan. Manajer proyek harus mampu mengelola berbagai macam kegiatan untuk mencapai tujuan proyek. Beberapa penelitian yang berhubungan dengan gaya kepemimpinan manajer proyek dalam pelaksanaan proyek konstruksi, yaitu: Herbert et al (1970) dikutip dari Kamalesh P, Rizwan U. F and Syed M. A. An Investigation of the Leadership Style of Construction Managers in South Florida telah mengukur bahwa melalui manajer yang berkualitas baik dapat melakukan penghematan biaya sebesar 10%, Goodwin ( 1993) dikutip dari Kamalesh P, Rizwan U. F and Syed M. A. An Investigation of the Leadership Style of Construction Managers in South Florida menekankan pentingnya kepemimpinan yang efektif yang

Upload: nguyentu

Post on 30-Jan-2018

232 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN MANAJER PROYEK ... · PDF fileManajemen dan Rekayasa Konstruksi 352 KNPTS 2013 KESEDIAAN PEKERJA KONSTRUKSI GEDUNG MENGIKUTI ASURANSI KESELAMATAN

Manajemen dan Rekayasa Konstruksi

335

KNPTS 2013

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN

MANAJER PROYEK DENGAN KINERJA PROYEK BIDANG

KONSTRUKSI JALAN DI WILAYAH CIREBON (STUDI : PROYEK

JALAN PROVINSI DI WILAYAH CIREBON)

Boy Bob Agustan Nyinang

1

1Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil, Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi, Universitas

Katolik Parahyangan, Bandung, Email: [email protected]

ABSTRAK

Keberhasilan penyelenggaraan suatu proyek konstruksi akan sangat bergantung kepada

kemampuan dari orang-orang yang menanganinya, terutama mereka yang memegang posisi

penting yaitu manajer proyek yang mempunyai tugas dan tanggung jawab memimpin

pelaksanaan proyek sesuai dengan perencanaan dan sesuai kontrak yang telah disepakati

bersama antara perusahaan kontraktor dengan pemilik proyek. Gaya kepemimpinan

merupakan salah satu kemampuan yang penting untuk dimiliki oleh seorang manajer proyek

untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan proyek. Menurut Goodwin (1993) dikutip dari

Kamalesh P, Rizwan U. F and Syed M. A. An Investigation of the Leadership Style of

Construction Managers in South Florida menekankan pentingnya kepemimpinan yang

efektif yang dibutuhkan manajer proyek. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa

besar hubungan antara gaya kepemimpinan manajer proyek dengan kinerja proyek (mutu,

waktu, biaya) konstruksi pada bidang konstruksi jalan, dengan studi kasus proyek jalan

provinsi di wilayah Cirebon. Gaya kepemimpinan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

gaya kepemimpinan dari studi kepemimpinan Ohio State University yang berusaha untuk

menetukan perilaku pemimpin yang efektif. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan

data dengan metode kuesioner kepada para manajer proyek yang pernah melaksanakan

proyek konstruksi bidang jalan pada jalan provinisi di wilayah Cirebon sebagai data primer.

Kemudian sebagai data sekunder didapatkan dari hasil laporan proyek konstruksi jalan (final

report) yang dilaksanakan oleh para manajer proyek tersebut sebagai data kinerja proyek. Uji

hipotesis dengan menggunakan analisis assosiatif dengan uji Chi-Square dan derajat

hubungannya dengan uji Cramer’s V. Hasil analisis menunjukan bahwa terdapat hubungan

yang sangat signifikan antara gaya kepemimpinan manajer proyek dengan kinerja proyek,

dimana hasil analisis derajat hubungan antara gaya kepemimpinan manajer proyek dengan

kinerja proyek (mutu, waktu, biaya) kuat. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa antara gaya

kepemimpinan dengan kinerja proyek (mutu, waktu, biaya) mempunyai hubungan yang

sangat erat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kinerja proyek konstruksi bidang jalan

pada jalan provinsi di wilayah Cirebon.

Kata kunci : gaya kepemimpinan, manajer proyek, kinerja proyek, proyek konstruksi bidang

jalan.

1. PENDAHULUAN

Keberhasilan penyelenggaraan suatu proyek konstruksi akan sangat bergantung kepada kualitas dari orang-

orang yang menanganinya, terutama mereka yang memegang posisi penting yaitu manajer proyek. Manajer

proyek mempunyai tugas dan tanggung jawab memimpin pelaksanaan proyek sesuai dengan perencanaan.

Manajer proyek harus mampu mengelola berbagai macam kegiatan untuk mencapai tujuan proyek. Beberapa

penelitian yang berhubungan dengan gaya kepemimpinan manajer proyek dalam pelaksanaan proyek

konstruksi, yaitu: Herbert et al (1970) dikutip dari Kamalesh P, Rizwan U. F and Syed M. A. An

Investigation of the Leadership Style of Construction Managers in South Florida telah mengukur bahwa

melalui manajer yang berkualitas baik dapat melakukan penghematan biaya sebesar 10%, Goodwin (1993)

dikutip dari Kamalesh P, Rizwan U. F and Syed M. A. An Investigation of the Leadership Style of

Construction Managers in South Florida menekankan pentingnya kepemimpinan yang efektif yang

Page 2: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN MANAJER PROYEK ... · PDF fileManajemen dan Rekayasa Konstruksi 352 KNPTS 2013 KESEDIAAN PEKERJA KONSTRUKSI GEDUNG MENGIKUTI ASURANSI KESELAMATAN

Manajemen dan Rekayasa Konstruksi

344

KNPTS 2013

SISTEM SAMBUNGAN PADA PONDASI TAPAK BETON

BERTULANG

Sentosa Limanto1 dan Johanes Suwono

2, Alesandro Sejo L.

3, Rangga Prakarsa

4

1 Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra Surabaya,

Email: [email protected] 2 Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra Surabaya,

Email: [email protected] 3Alumni Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra,

Email: [email protected] 4Alumni Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra,

Email: [email protected]

ABSTRAK

Pondasi adalah bagian struktur bawah yang pelaksanaannya memerlukan pengawasan dan

perhatian khusus. Kebutuhan rumah tinggal satu lantai untuk keluarga sederhana dan kondisi

ekonomi medium makin meningkat. Oleh karena itu pelaksanaan pembangunan yang cepat

dan tepat adalah sebuah keharusan bagi pengembang perumahan. Penelitian pada struktur

sambungan pondasi tapak yang terbuat dari material beton bertulang terhadap komponen

kolom dan sloof yang terbuat dari beton bertulang juga, agar dapat membantu mempercepat

penyelesaian pekerjaan struktur bawah. Komponen yang terkait dengan pondasi tapak beton

bertulang nantinya dibuat secara beton cetak-jadi. Pondasi tapak beton bertulang cetak-jadi

bisa meminimalkan waktu pelaksanaan, mutu terkendali dan konstruksi tetap stabil. Hasil

eksprimen ini menunjukkan bahwa sistem sambungan pondasi tapak beton bertulang

tersebut dapat menerima beban vertikal dari kolom sebesar 2000 kg dan beban horisontal

yang diasumsikan 10% dari beban vertikal yaitu sebesar 200 kg.

Kata kunci: beton cetak-jadi, pengembang perumahan, pondasi tapak, sistem sambungan

1. PENDAHULUAN

Struktur bagian bawah sebuah gedung/rumah merupakan suatu bagian yang utama padaproses konstruksi

pembangunan rumah tinggal yang waktu pengerjaannya cukup lama. Saat ini sangat menuntut

pembangunan yang cepat dan tepat. Ciarlini (1952) meneliti bagaimana sambungan antara pedestal pondasi

dengan sloof dengan maksud untuk mempercepat proses konstruksinya. Ciarlini membuat pondasi pedestal

dengan sloof menjadi sistem sambungan dengan memberi coakan secara dua arah yaitu arah horisontal dan

vertikal. Dimana fungsi dari coakan tersebut untuk menggabungkan pondasi tapak dengan sloof dan kolom.

Lubang/ coakan tersebut harus kuat untuk menahan gaya – gaya yang terjadi sehingga lubang tersebut tidak

retak. Namun saat ini dengan teknologi cetak-jadi (precast), sistem sambungan pondasi tapak bisa diolah di

pabrik.konstruksi beton pracetak. Sistem pracetak dapat mendukung pembangunan rumah khususnya rumah

sederhana yang berkualitas, cepat dan ekonomis. Sinergi antara pihak Pemerintah, perguruan tinggi/peneliti,

maupun lembaga penelitian serta dunia Industri perlu disemarakkan dan saling menunjang. Sistem precast

ini sangat mudah dan cepat serta bisa menjadikan ramah lingkungan karena sisa bahan kontruksi di lapangan

bisa diminimalkan. Pengerjaan kontruksinya tidak memerlukan bekisting (papan kayu). Selain itu mutu beton

pada beton cetak-jadi bisa dikontrol langsung di pabrik. Sistem sambungan pondasi tapak yang dipakai

konstruksi-konstruksi rumah sederhana satu lantai, sebagai studi kasus adalah tiga rumah sederhana satu

lantai ( Gambar 1.) dan denah organisasi rumah tersebut dapat diketahui pada Gambar 2. Rumah contoh yang

dipakai sebagai tolok ukur penelitian/studi kasus terletak pada perumahan wilayah Surabya Barat.

Diharapkan studi kasus pada ketiga rumah contoh tersebut bisa memwakili perhitungan beban-beban yang

ada pada sebuah rumah sederhana. Hasil yang diperoleh beban yang diterima oleh sebuah kolom 15 cm x 15

cm berkisar antara 2 ton sampai 3 ton dan beban horizontal diasumsikan sebesar antara 200 kg sampai

dengan 300 kg pada komponen sloof berdimensi 10 cm x 20 cm.

Page 3: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN MANAJER PROYEK ... · PDF fileManajemen dan Rekayasa Konstruksi 352 KNPTS 2013 KESEDIAAN PEKERJA KONSTRUKSI GEDUNG MENGIKUTI ASURANSI KESELAMATAN

Manajemen dan Rekayasa Konstruksi

352

KNPTS 2013

KESEDIAAN PEKERJA KONSTRUKSI GEDUNG MENGIKUTI

ASURANSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

MANDIRI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

Sunarjito1 dan Andreas Wibowo

2

1Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan Bandung,

Email: [email protected] 2 Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan Bandung, Email:

[email protected]

ABSTRAK

Selama ini sebagian pekerja konstruksi mendapatkan perlindungan atas risiko K3 melalui

program asuransi yang ditawarkan perusahaan asuransi yang preminya ditanggung oleh

perusahaan kontraktor tempat mereka bekerja. Tulisan ini bertujuan memaparkan hasil

survei kesediaan pekerja konstruksi mengikuti program asuransi K3 secara mandiri di mana

mereka harus membayar sendiri premi asuransi dan mengivestigasi faktor-faktor yang

berpengaruh pada keputusan mereka bersedia atau tidak bersedia mengikuti asuransi

mandiri. Analisis untuk mengetahui hubungan antar faktor menggunakan metode Chi-

Squared Automatic Interaction Detector (CHAID). Beberapa proyek konstruksi gedung di

Kota Bandung dipilih sebagai lokus penelitian. Dari 151 pekerja konstruksi yang disurvei,

70,9% pekerja konstruksi menyatakan kesediaannya. Analisis CHAID menunjukkan lama

proyek menjadi prediktor yang baik bagi pengambilan keputusan kesediaan mereka

dikaitkan dengan premi dan nilai pertanggungannya, diikuti dengan usia dan status pekerja

konstruksi. Kelompok pekerja konstruksi gedung yang memiliki kecenderungan untuk

bersedia mengikuti program asuransi kecelakaan kerja adalah kelompok pekerja dengan

lama proyek lebih dari 12 bulan, berumur kurang dari atau sama dengan 30 tahun.

Sementara itu, kelompok yang memiliki kecenderungan untuk tidak bersedia adalah mereka

yang bekerja untuk proyek berdurasi kurang dari 12 bulan, berumur kurang dari atau sama

dengan 40-50 tahun dan yang sudah menikah. Tulisan ini menyimpulkan bahwa setidaknya

sebagian pekerja konstruksi bersedia mengikuti program asuransi mandiri dan membayar

premi sebanding dengan nilai pertanggungan.

Kata kunci : premi asuransi kecelakaan kerja, pekerja konstruksi gedung, CHAID

1. PENDAHULUAN

Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih kurang menjadi perhatian

dan cenderung diabaikan. Sebagai contoh, sepanjang tahun 2012 terjadi 103.000 kasus kecelakaan kerja, dan

setiap hari ada 9 orang peserta Jamsostek yang meninggal akibat kecelakaan kerja tersebut (PT Jamsostek,

2013). Jumlah yang sangat besar dan menimbulkan kekhawatiran, karena sebenarnya pekerja adalah aset bagi

suatu perusahaan. Bahkan, ditengarai data yang tercatat masih belum menggambarkan kenyataan di lapangan

yaitu kurang dari setengah angka kecelakaan kerja sebenarnya (Wirahadikusumah dan Ferial, 2005). Data

kasus kecelakaan kerja menunjukkan proyek konstruksi menempati urutan tertinggi yakni 32% dari semua

kecelakaan yang terjadi (PT Jamsostek, 2010).

Sebagai proteksi bagi mereka dari risiko K3, perusahaan konstruksi biasa mengasuransikan pekerjanya.

Menurut Rahayu (2003), untuk perusahaan berskala besar, biaya asuransi dimasukkan dalam komponen

perhitungan upah bagi buruh atau pekerja. Namun pada perusahaan konstruksi, potongan iuran asuransi atau

pemberian asuransi baru dilakukan kepada staf perusahaan konstruksi saja. Sedangkan untuk pekerja

konstruksi belum sepenuhnya dilakukan karena sifatnya sebagai buruh lepas.

Banyak pekerja konstruksi, terutama tenaga kerja lepas, belum sepenuhnya dilibatkan dalam dalam program

perlindungan Jamsostek, apalagi untuk pekerjaan yang nilainya kecil. Padahal, sesuai Undang-Undang (UU)

No. 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, mereka yang bekerja sebagai pekerja kontraktor utama maupun

subkontraktor harus diikutkan dalam program Jamsostek. Dari jumlah pekerja di sektor konstruksi sebesar 6

juta tahun 2010, menurut PT Jamsostek, baru 3,4 juta yang terdaftar.

Page 4: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN MANAJER PROYEK ... · PDF fileManajemen dan Rekayasa Konstruksi 352 KNPTS 2013 KESEDIAAN PEKERJA KONSTRUKSI GEDUNG MENGIKUTI ASURANSI KESELAMATAN

Manajemen dan Rekayasa Konstruksi

361

KNPTS 2013

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA CHANGE ORDER

PADA PROYEK JALAN DI KALIMANTAN TENGAH

Lendra1, Apria B. P. Gawei

2 dan Jermias Tjakra

3

1Staf Pengajar Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya, Email:

[email protected] 2Staf Pengajar Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya, Email:

[email protected] 3Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado, Email:

[email protected]

ABSTRAK

Change order sering terjadi dalam pelaksanaan proyek konstruksi yang dapat menyebabkan terjadinya

penambahan waktu dan biaya, serta berdampak buruk pada kinerja dan produktifitas baik bagi owner,

konsultan dan kontraktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor–faktor utama yang menyebabkan

terjadinya change order pada Proyek Pekerjaan Jalan di Kalimantan Tengah serta mengetahui perbedaan

faktor dominan dari sudut pandang responden. Data diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner kepada

responden dengan tiga kategori di Palangka Raya yang terdiri dari owner, kontraktor, dan konsultan. Data

dianalisis dengan menggunakan Metode Severity Index (SI) dan diambil tiga peringkat tertinggi untuk

mendapatkan faktor dominan menurut kategori responden. Hasil Penelitian berdasarkan Metode Severity

Index menunjukan tiga peringkat tertinggi faktor dominan yang menyebabkan terjadinya change order yaitu

ketidaksesuaian gambar dengan keadaan lapangan, perubahan desain, dan kesalahan atau kekeliruan dalam

perencanaan dan desain. Berdasarkan hasil analisa One Way ANOVA terhadap pengujian hipotesis

menunjukan bahwa Ho diterima atau tidak ada perbedaan pendapat dari ketiga responden terhadap faktor

dominan penyebab terjadinya change order pada proyek jalan di Kalimantan Tengah.

Kata Kunci : Change Order, Owner, Kontraktor, Konsultan, Proyek Jalan, Kalimantan Tengah.

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Change order sering terjadi dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Adanya change order dapat menyebabkan

terjadinya penambahan waktu dan biaya proyek, serta dapat memberikan dampak buruk pada performa dan

produktifitas, baik konsultan maupun kontraktor. Selain itu, change order merupakan salah satu kontributor

utama pada pembengkakan biaya dan keterlambatan.

Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan atau mengetahui faktor–faktor utama yang

menyebabkan timbulnya change order pada Proyek Pekerjaan Jalan di Kalimantan Tengah. Dengan

menggunakan Metode Severity Index (SI) akan di peroleh faktor dominan penyebab terjadinya change order.

Penelitian ini diharapkan dapat meminimalkan adanya change order pada Proyek Pekerjaan Jalan di

Kalimantan Tengah pada masa yang akan datang. Pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner kepada

responden yaitu owner, kontraktor, konsultan atau pelaku jasa konstruksi yang berkompeten untuk mengisi

kuisioner tersebut.

Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan di bahas pada penelitian ini yaitu:

1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya change dan faktor apa yang dominan

menimbulkan change order pada Proyek Jalan di Kalimantan Tengah?

2. Apakah terdapat perbedaan, antara faktor dominan penyebab terjadinya change order baik menurut

Owner, Kontraktor dan Konsultan?

Batasan Masalah

Agar pembahasan lebih terarah dan memperjelas ruang lingkup penelitian, maka perlu dilakukan pembatasan

penelitian, meliputi :

Page 5: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN MANAJER PROYEK ... · PDF fileManajemen dan Rekayasa Konstruksi 352 KNPTS 2013 KESEDIAAN PEKERJA KONSTRUKSI GEDUNG MENGIKUTI ASURANSI KESELAMATAN

Manajemen dan Rekayasa Konstruksi

371

KNPTS 2013

ANALISA RESIKO PADA PROYEK KONSTRUKSI PERUMAHAN DI

KOTA MANADO

Jermias Tjakra

1, Freyke Sangari

2, Apria B. P. Gawei

3, dan Lendra

3

1Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado, Email:

[email protected] 2Alumni Program Studi Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado, Email:

[email protected] 3Staf Pengajar Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya, Email:

[email protected], Email: [email protected]

ABSTRAK

Peningkatan jumlah penduduk akan menyebabkan kebutuhan rumah tinggal semakin meningkat, hal

ini diriingi dengan peningkatan permintaan masyarakat akan rumah tinggal jika dibandingkan

dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada saat pelaksanaan proyek konstruksi, pengembang akan

dibebani oleh berbagai situasi ketidakpastian kondisi di lapangan sebagai konsekuensi adanya resiko.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi resiko yang terjadi pada saat pelaksanaan konstruksi

perumahan, dan menganalisis resiko yang paling berpengaruh pada kegagalan proyek. Penelitian

dilakukan dengan metode survai menggunakan kuisioner. Data ditabulasikan dalam bentuk matriks,

kemudian diuji validitas dan reliabilitas. Selanjutnya dilakukan proses ekstraksi terhadap variabel

yang telah lolos uji dengan menggunakan Analisis Komponen Utama (Principle Component

Analysis). Variabel yang sejenis akan cenderung berkelompok dan membentuk satu komponen baru,

dan dinamakan sesuai dengan variabel yang berkelompok di dalamnya. Hasil penelitian

menunjukan : identifikasi resiko berdasarkan kejadian menghasilkan aspek resiko, berupa : aspek

sosial dan lokasi, K3L dan birokrasi, eksternal, perencanaan, manajemen pelaksanaan, alam dan

peralatan, dan material. Sedangkan identifikasi resiko berdasarkan konsekuensi menghasilkan aspek

resiko, berupa : aspek sosial, lokasi, dan internal, alam dan kebijakan, dan peralatan. Resiko yang

paling berpengaruh berdasarkan kejadian, yaitu : high risk terdiri atas aspek K3L dan birokrasi,

aspek alam dan informasi; significant risk terdiri atas aspek sosial dan lokasi, eksternal, perencanaan,

manajemen pelaksanaan; sedangkan yang termasuk low risk adalah aspek material. Resiko yang

paling berpengaruh berdasarkan konsekuensi, yaitu : high risk terdiri atas aspek alam dan kebijakan

pemerintah; significant risk terdiri atas aspek sosial, lokasi dan internal; sedangkan yang termasuk

low risk adalah aspek budaya dan peralatan. Berdasarkan hasil penelitian resiko yang terjadi

merupakan pengulangan dari proyek sebelumnya, disarankan untuk melakukan dokumentasi

dan pengarsipan yang lengkap dan jelas pada setiap proyek konstruksi perumahan yang

dilaksanakan, sehingga dapat dijadikan acuan untuk proyek yang akan datang.

Kata kunci : resiko, proyek perumahan, analisis komponen utama, Manado

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk di Indonesia berada dalam angka positif. Hal itu berarti jumlah penduduk secara

umum selalu bertambah dari waktu ke waktu. Demikian juga halnya dengan Provinsi Sulawesi Utara dengan

Manado sebagai ibukota yang pertumbuhan penduduknya tergolong pesat. Peningkatan jumlah penduduk itu

menyebabkan kebutuhan akan rumah tinggal meningkat, karena rumah adalah kebutuhan dasar (basic need)

disamping kebutuhan akan sandang dan pangan.

Bidang properti khususnya sektor perumahan cenderung menunjukkan perkembangan dibandingkan dengan

tahun-tahun sebelumnya karena permintaan masyarakat akan rumah tinggal meningkat cukup pesat. Proyek

pembangunan perumahan oleh pengembang juga semakin banyak bermunculan untuk memenuhi kebutuhan

pasar.

Proyek konstruksi termasuk perumahan memiliki karakteristik unik karena merupakan suatu rangkaian

kegiatan yang berlangsung dalam waktu terbatas dengan alokasi sumber daya tertentu untuk menghasilkan

Page 6: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN MANAJER PROYEK ... · PDF fileManajemen dan Rekayasa Konstruksi 352 KNPTS 2013 KESEDIAAN PEKERJA KONSTRUKSI GEDUNG MENGIKUTI ASURANSI KESELAMATAN

Manajemen dan Rekayasa Konstruksi

381

KNPTS 2013

ANALISIS KEPUASAN PEMILIK PERUMAHAN DENGAN

MENGGUNAKAN METODA IMPORTANCE PERFORMANCE

ANALYSIS (IPA)

Yasinta Dwijayanti 1, Yohanes L. D. Adianto

2

1Mahasiswa Program Magister Tenik Sipil, Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi, Universitas Katolik

Parahyangan, Bandung, Email: [email protected] 2 Staf Pengajar, Program Magister Tenik Sipil, Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi, Universitas

Katolik Parahyangan, Bandung, Email : [email protected]

ABSTRAK

Salah satu kebutuhan paling penting dalam kehidupan manusia selain makanan, pakaian,

kesehatan adalah tempat tinggal/perumahan. Perumahan atau hunian berfungsi sebagai

tempat berlindung, untuk mendapatkan keamanan dan kenyamanan, terhindar dari cuaca

yang tidak menentu, hewan buas, berkomunikasi keluarga, sosialisasi dengan lingkungan,

tempat untuk mendidik anak – anak serta tempat untuk beristirahat. Jumlah penduduk

Indonesia sudah melebihi 200 juta jiwa penduduk, sehingga jumlah penduduk semakin

meningkat setiap tahunnya. Dimana peningkatan jumlah penduduk berbanding lurus dengan

peningkatan kebutuhan perumahan, sehingga kebutuhan perumahan semakin tinggi. Hal ini

menimbulkan bisnis properti di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan perkembangan

yang cukup signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kepuasan dan tingkat

kepentingan pemilik perumahan berdasarkan 5 (lima) variabel yaitu desain, kualitas, sarana

dan prasarana, lokasi, dan harga. Selain itu, dalam penelitian ini akan dicari strategi

peningkatan kualitas jasa yang semestinya dilakukan oleh pihak pengembang dalam

menanggapi hasil analisis tingkat kepuasan dan tingkat kepeningan pemilik. Metode survei

yang digunakan dalam pengambilan data dengan menyebarkan kuesioner secara langsung

kepada responden. Gambaran hasil yang diharapkan.penelitian ini adalah adanya tingkat

kepuasan dan tingkat kepentingan dari pemilik perumahan terhadap desain, kualitas, sarana

dan prasarana, lokasi, dan harga. perumahan tersebut.

Kata kunci: tingkat kepuasan pemilik, tingkat kepentingan, perumahan,

1. LATAR BELAKANG

Salah satu kebutuhan paling penting dalam kehidupan manusia selain makanan, pakaian, kesehatan adalah

tempat tinggal/ perumahan. Perumahan atau hunian pada masa lalu berfungsi sebagai tempat berlindung,

untuk mendapatkan keamanan dan kenyamanan, terhindar dari cuaca yang tidak menentu, hewan buas,

berkomunikasi keluarga, sosialisasi dengan lingkungan, tempat untuk mendidik anak-anak serta tempat untuk

beristirahat.

Jumlah penduduk Indonesia sudah melebihi 200 juta jiwa penduduk yang cukup tinggi, sehingga jumlah

penduduk semakin meningkat setiap tahunnya. Dimana peningkatan jumlah penduduk berbanding lurus

dengan peningkatan kebutuhan perumahan, sehingga kebutuhan perumahan semakin tinggi. Hal ini

menimbulkan bisnis properti di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan perkembangan yang cukup

signifikan. Daya minat masyarakat Indonesia untuk berinvestasi pada bisnis property mulai tampak sejak

awal tahun 1980-an sampai dengan pertengahan tahun 1990-an, disaat hampir seluruh kota besar di Indonesia

mulai marak dengan kehadiran perumahan. Maraknya pembangunan perumahan mengakibatkan kompetisi

bisnis properti di Indonesia semakin ketat, sehingga pengembang berlomba-lomba membuat perencanaan

proyek perumahan lebih menarik.

Pengembang sebagai produsen produk perumahan harus cerdik dalam menyikapi kebutuhan pasar. Konsep

memandang pelanggan sebagai pimpinan dalam suatu proses produksi, telah menempatkan kepuasan

pelanggan sebagai tujuan utama proyek (Barkelay and Saylor, 1994). Untuk dapat mengetahui apakah

pengembang dapat memenuhi harapan pemilik perumahan, maka diperlukan pengukuran tingkat kepuasan

dan tingkat kepentingan pelanggan dalam hal ini pemilik perumahan. Kepuasan pemilik sangat terkait dengan

kualitas jasa yang diberikan. Terkait dengan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kepuasan pemilik,

Page 7: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN MANAJER PROYEK ... · PDF fileManajemen dan Rekayasa Konstruksi 352 KNPTS 2013 KESEDIAAN PEKERJA KONSTRUKSI GEDUNG MENGIKUTI ASURANSI KESELAMATAN

Manajemen dan Rekayasa Konstruksi

389

KNPTS 2013

BENCHMARKING EFISIENSI KONTRAKTOR NASIONAL DENGAN

DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

Muhammad Arsyad1 dan Andreas Wibowo

2

1Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan Bandung,

Email: [email protected] 2 Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan Bandung, Email:

[email protected]

ABSTRAK

Industri konstruksi memegang peranan penting dalam pembangunan di indonesia. Data

lima tahun terakhir (2007-2012) memperlihatkan bahwa sektor konstruksi tumbuh sangat

pesat, yaitu sekitar 34% per tahun. Melalui kesepakatan multilateral seperti ASEAN Free

Trade Area (AFTA), perusahaan konstruksi dari negara lain dapat berkompetisi merebut

pangsa pasar konstruksi nasional. Untuk dapat bertahan pada pasar yang sangat kompetitif,

efisiensi menjadi kuncinya. Tidak ada perusahaan yang bisa bertahan dalam suatu

lingkungan yang kompetitif kecuali sanggup beroperasi secara efisien. Efisien atau

tidaknya suatu perusahaan barulah akan terlihat jelas apabila dilakukan benchmarking

terhadap perusahaan lain yang sejenis, dengan kata lain benchmarking memperlihatkan

posisi suatu perusahaan terhadap perusahaan lain atau kompetitor. Makalah ini

memaparkan penelitian awal tentang perhitungan dan benchmarking efisiensi secara relatif

perusahaan konstruksi nasional. Melaui pendekatan ini keadaan ideal tidak ditentukan

sendiri oleh perusahan yang bersangkutan, tetapi dengan merujuk kepada perusahaan-

perusahaan yang menghasilkan kinerja terbaik (frontier analysis). Metode yang digunakan

adalah Data Envelopment Analysis (DEA). Objek studi meliputi perusahaan konstruksi

yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) dan yang tidak terdaftar di BEI.

Pemilihan perusahaan yang tidak terdaftar dilakukan dengan purposive sample. Dengan

benchmarking diharapkan dapat diketahui efisiensi perusahaan konstruksi nasional. Data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan dan

laporan tahunan.

Kata kunci : benchmarking, efisiensi, kontraktor, data envelopment analysis (DEA)

1. PENDAHULUAN

Industri konstruksi memegang peranan penting dalam pembangunan. Data 5 (lima) tahun terakhir (2007-

2012) memperlihatkan bahwa sektor konstruksi bertumbuh dengan sangat pesat, yaitu sekitar 34% per tahun.

Hal ini juga terlihat pada jumlah perusahaan konstruksi di Indonesia yang pada tahun 2007 masih 77.901

perusahan sementara pada tahun 2012 menjadi 182.800 perusahan konstruksi domestik, 1.742 merupakan

kontraktor besar. Sementara itu perusahaan asing tumbuh dari 94 perusahaan pada tahun 2007 menjadi 271

perusahaan pada 2012.

Melalui kesepakatan multilateral seperti ASEAN Free Trade Area (AFTA), perusahaan konstruksi dari negara

lain dapat berkompetisi merebut pangsa pasar konstruksi nasional. Pasar bebas pada akhirnya tidak dapat

dihindari lagi yang menghadapkan perusahaan konstruksi nasional harus bersaing head-to-head dengan

perusahaan konstruksi asing. Apabila tidak disikapi dengan tepat keberlangsungan perusahaan konstruksi

nasional dapat terancam. Bahkan, hal tersebut dapat dikatakan sudah terjadi saat ini. Terlihat dari pangsa

pasar industri nasional justru dikuasai asing sebesar 60% sedangkan perusahaan nasional hanya 40%.

Pertumbuhan perusahaan konstruksi juga berarti semakin ketatnya kompetisi industri konstruksi di Indonesia.

Untuk dapat bertahan pada pasar yang sangat kompetitif efisiensi menjadi kuncinya. Tidak ada perusahaan

yang bisa bertahan dalam suatu lingkungan yang kompetitif kecuali ia sanggup beroperasi secara efisien.

Dengan demikian kompetisi di antara perusahaan konstruksi menyangkut efisiensi.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai efisiensi di bidang konstruksi (e.g., Mayo et al., 1995;

Wang, 1998; Carr and Pearson,1999; Janda and Seshadri, 2001; Hadad, 2003; Jang, 2007; Sudarto, 2007;

Xue, 2008; Frodell, 2010; Park, 2011) menyepakati pentingnya efisiensi bagi perusahaan konstruksi.

Page 8: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN MANAJER PROYEK ... · PDF fileManajemen dan Rekayasa Konstruksi 352 KNPTS 2013 KESEDIAAN PEKERJA KONSTRUKSI GEDUNG MENGIKUTI ASURANSI KESELAMATAN

Manajemen dan Rekayasa Konstruksi

399

KNPTS 2013

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PENGELOLAAN

PELAKSANAAN KONSTRUKSI MENGGUNAKAN METODE

ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DENGAN BENEFITS,

OPPORTUNITIES, COSTS AND RISKS (BOCR) (STUDI KASUS PADA

PT. XYZ DI KOTA MANADO)

Apria B. P. Gawei 1, Jermias Tjakra

2, dan Lendra

3

1Alumni Program Studi Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado, Staf Pengajar

Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya, Email:

[email protected] 2Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado, Email:

[email protected]

3Staf Pengajar Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya, Email:

[email protected]

ABSTRAK

Pengambilan keputusan ialah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode

yang efisien sesuai situasi dan merupakan aspek yang paling penting dari kegiatan

manajemen. Pengambilan keputusan akhir sering kali seseorang atau sekelompok pengambil

keputusan harus mempertimbangkan kriteria majemuk. Ketidakefisienan pada kontraktor di

Indonesia disebabkan antara lain karena keterlambatan dalam pengambilan keputusan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara lebih jelas faktor dan sub faktor lingkungan

organisasi yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam pengelolaan pelaksanaan

konstruksi pada suatu organisasi berdasarkan kondisi dan kendala yang sedang dihadapi

melalui suatu analisa sistem dengan menggunakan alat bantu sehingga diperoleh skala

prioritas dari faktor/sub faktor lingkungan organisasi yang akan menjadi perhatian serta

alternatif keputusan yang harus dipilih untuk mengatasi kendala yang ada dengan

mempertimbangkan keuntungan, peluang, biaya dan resiko. Penentuan objek dalam

penelitian ini berdasarkan purposive sampling dengan proses pengambilan sampel informasi

menggunakan teknik snowball sampling. Tahap pengumpulan informasi dilakukan melalui

kajian literatur, observasi, wawancara terstandar dan tidak terstandar, triangulasi serta diskusi.

Informasi yang diperoleh diolah dengan direduksi, dipilah dan dianalisis pengaruhnya

terhadap masing-masing informasi. Berdasarkan hasil pengolahan informasi diidentifikasi

ada 5 faktor dan 63 sub faktor lingkungan organisasi serta 4 alternatif keputusan yang

dimiliki oleh PT. XYZ untuk mengatasi kendala yang dihadapi, yaitu, menjual asset,

refinance asset, meminjam dana dan restrukturisasi. Hasil dari pengolahan informasi ini

kemudian dianalisa dengan menggunakan metode Analytic Network Process (ANP) dengan

Benefits, Opportunities, Costs and Risks (BOCR). Kesimpulan dari penelitian ini yaitu secara

global dari 63 sub faktor lingkungan organisasi yang diperoleh, yang harus menjadi prioritas

perhatian ialah operasional berjalan, pengendalian pembiayaan, menurunnya profit, jaminan

mutu, biaya komunikasi dengan owner, pengendalian penerimaan, produktivitas menurun,

karena dari 7 sub faktor inilah jaringan keputusan dibangun. Alternatif keputusan yang harus

dipilih untuk mengatasi kendala yaitu menjual asset karena memiliki prioritas tertinggi dari

alternatif yang lain dengan memberikan nilai benefits (keuntungan) dan opportunities

(peluang) tertinggi dengan costs (biaya) terendah serta risks (resiko) rendah.

Kata Kunci : Pengambilan keputusan, lingkungan organisasi, alternatif keputusan, ANP, BOCR

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengambilan keputusan ialah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien

sesuai situasi dan merupakan aspek yang paling penting dari kegiatan manajemen (Salusu, 2006).

Pengambilan keputusan akhir sering kali seseorang atau sekelompok pengambil keputusan harus

Page 9: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN MANAJER PROYEK ... · PDF fileManajemen dan Rekayasa Konstruksi 352 KNPTS 2013 KESEDIAAN PEKERJA KONSTRUKSI GEDUNG MENGIKUTI ASURANSI KESELAMATAN

Manajemen dan Rekayasa Konstruksi

410

KNPTS 2013

KEBERADAAN PERUSAHAAN JASA KONSULTAN DALAM

PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA BANDA ACEH

Buraida

Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Email :

[email protected]

ABSTRAK

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi melibatkan berbagai unsur

didalamnya, salah satunya keberadaan perusahaan jasa konsultan. Bertindak sebagai

konsultan organisasi proyek konstruksi dalam hal memberikan usulan dan solusi

perencanaan dan pengawasan proyek. Keberadaan konsultan masih dan terus dibutuhkan

seiring dengan lajunya pembangunan infrastruktur kota. Perusahaan jasa konsultan yang

berhasil didukung oleh sumber daya manusia, keuangan dan pengalaman kerja perusahaan.

Bergerak dari hal tersebut ingin diketahui keberadaan perusahaan jasa konsultan yang diawali

dengan karakteristik alasan pendirian perusahaan dan bagaimana dari sisi sumber daya

manusia, keuangan dan pengalaman kerja yang dimiliki oleh perusahaan dalam

keikutsertaannya dalam proyek konstruksi di Kota Banda Aceh. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui karakteristik keberadaan perusahaan dan keberlanjutannya dengan

sumberdaya yang dimiliki sejalan roda perusahaan. Penelitian deskriptif ini dilakukan dengan

menyebarkan kuesioner kepada direktur /pemilik perusahaan jasa konsultan di Kota Banda

Aceh. Kuesioner dirancang berdasarkan pada karakteristik alasan awal berupa status

pendidikan dan keahlian yang dimiliki, penghasilan yang lebih baik dan memuaskan serta

keberadaan sumberdaya yang digunakan. Data kuesioner tersebut diolah berdasarkan tingkat

aspirasi dan nilai yang dominan muncul. Hasil karakteristik alasan berdirinya perusahaan

berupa pendidikan dan keahlian yang dimiliki. Sedangkan sumber daya manusia yang terlibat

berpendidikan S1 Teknik dan mempunyai pengalaman kerja 6 sampai 10 tahun.

Kata kunci: karakteristik, sumber daya manusia dan pengalaman kerja perusahaan jasa

konsultan

1. PENDAHULUAN

Perkembangan desain dan rancangan dari proyek konstruksi semakin hari terlihat semakin dinamis,

mengikuti kebutuhan dan perkembangan zaman. Konstruksi tidak hanya direncanakan dalam bentuk-bentuk

biasa tapi sudah menjadi bangunan yang modern. Begitu juga pengawasan terhadap pelaksanaan proyek

konstruksi harus terus dilakukan secara lebih ketat dan tepat sasaran. Inilah sebagian dari tugas jasa

konsultansi yang ada dalam pembangunan. Keberadaan jasa ini sangat diperlukan dalam siklus proyek

konstruksi. Mengingat kebutuhannya bersamaan dengan kebutuhan jasa pelaksana maka kehadiran

perusahaan penyedia jasa ini terus tumbuh dan berkembang. Melihat fenomena dalam pembangunan yang

terus berlangsung, keberadaan penyedia jasa terlihat selalu meraih kesuksesan dengan meningkatnya jati diri

dari pemilik perusahaan. Ini menjadi menarik untuk teliti untuk memperoleh gambaran bagaimana

keberadaan perusahaan jasa konsultansi di Kota Banda Aceh. Sumber dari LPJK Aceh (2013) memperkirakan

ada seratus perusahaan jasa konsultan yang ada di Kota Banda Aceh. Ada karakteristik alasan dan dorongan

pada awal pendirian perusahaan dan terus berjalan yang dilengkapi dengan sumberdaya manusia, keuangan

dan pengalaman kerja. Sumberdaya manusia di dalam perusahaan jasa ini memerlukan keahlian teknik agar

dapat menjalankan tugas dalam merancang dan mengawasi konstruksi. Keuangan menitikberatkan nilai

pekerjaan, kekayaan perusahaan dan sumber modal. Pengalaman kerja sebagai suatu prestasi perusahaan

memaparkan tentang jumlah paket pekerjaan, lamanya pengalaman kerja dan siapa pengguna jasa perusahaan.

Penelitian ini dilakukan di Kota Banda Aceh melalui penyebaran kuesioner kepada pemilik perusahaan.

Adapun tujuan ini dicapai adalah untuk mengetahui alasan pendirian perusahaan dan kinerja perusahaan

sehingga dapat menggambarkan keberadaan perusahaan yang dapat mencerminklan profil dari perusahaan

tersebut. Menyambut era perdagangan bebas 2015 tentulah diharapkan bahwa perusahaaan konsultan lokal

tetap bisa menunjukan jati diri perusahaan dalam persaingan memperoleh pekerjaan proyek konstruksi di-

Kota Banda Aceh.

Page 10: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN MANAJER PROYEK ... · PDF fileManajemen dan Rekayasa Konstruksi 352 KNPTS 2013 KESEDIAAN PEKERJA KONSTRUKSI GEDUNG MENGIKUTI ASURANSI KESELAMATAN

Manajemen dan Rekayasa Konstruksi

417

KNPTS 2013

KAJIAN ALTERNATIF DUKUNGAN PEMERINTAH PADA JALAN

TOL YANG TIDAK LAYAK SECARA FINANCIAL DI INDONESIA

Iris Mahani

1 , Rizal Z. Tamin

2

1Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL), Bandung Institute of Technology (ITB) Tamin, Rizal

Email : [email protected] 2 Guru Besar Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL), Bandung Institute of Technology(ITB)

Email : [email protected]

ABSTRAK

Transportasi merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya

dan pertahanan keamanan nasional. Sampai saat ini di Indonesia transportasi masih

didominasi oleh jalan karena memiliki fleksibilitas yang tinggi. Berdasarkan beberapa

penilaian diantaranya Logistic Performance Index (LPI), Road Density dan Road quality dari

global competitive index, kondisi infrastruktur jalan di Indonesia masih tertinggal

dibandingkan beberapa negara di Asia. Sesuai dengan UU No.38 tahun 2004 tentang Jalan,

penyelenggaraan jalan secara umum dan jalan nasional adalah wewenang Pemerintah, namun

untuk menambah jaringan jalan pemerintah tidak memiliki anggaran yang cukup, oleh karena

itu pemerintah menyelenggaran public private partnership(PPP) di bidang jalan yaitu jalan

tol. Sejak tahun 1978 sampai dengan tahun 2012 Indonesia telah membangun dan

mengoperasikan 774,06 km jalan tol yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi dan

Bali, Lambatnya pertumbuhan jalan tol terjadi karena swasta merasa risiko yang harus

diterimanya terlalu besar, sehingga perlu dukungan pemerintah untuk sharing risiko

penyelenggaraan jalan tol tersebut. Pemerintah sudah memberikan dukungan investasi jalan

tol dalam beberapa bentuk diantaranya land capping, land revolving, pembangunan sebagian

konstruksi, penjaminan infrastruktur dan infrastruktur funding melalui PT Sarana Multi

Infrastruktur. Pada akhir tahun 2012 melalui PMK 223 tahun 2012 pemerintah mengeluarkan

kebijakan baru berupa Dukungan Kelayakan untuk proyek pembangunan infrastruktur di

Indonesiaa melalui PPP dalam bentuk construction grant. Sedangkan pengalaman negara-

negara maju banyak bentuk dukungan lain untuk meningkatkan kelayakan investasi

infrastruktur diantaranya unitary payment, operation grant, minimum revenue guarantee dll.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka tujuan penelitian ini adalah melakukan kajian dan

mengembangkan bentuk-bentuk dukungan pemerintah untuk merealisasikan jalan tol yang

tidak layak financial di Indonesia serta memberikan alternatif yang terbaik bagi badan usaha

dan pemerintah.Untuk mencapai tujuan tersebut maka metode yang digunakan adalah

semikualitatif berdasarkan kajian pustaka, data sekunder dan wawancara. Tahapan penelitian

yang dilakukan meliputi kajian pustaka, wawancara untuk merumuskan masalah dan

identifikasi risiko investasi jalan tol di Indonesia untuk menetukan ruang lingkup kemudian

melakukan analisis terhadap beberapa alternative dukungan dan diakhiri dengan validasi dan

perumusan rekomendasi kebijakan bentuk dukungan pemerintah yang sesuai untuk

merealisasikan jalan tol yang tidak layak secara financial di Indonesia.

Kata kunci : Dukungan, pemerintah, jalan tol, layak financial

1. PENDAHULUAN

Transportasi merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan

keamanan nasional. Sistem transportasi yang handal memiliki kemampuan daya dukung struktur tinggi serta

jaringan yang efektif dan efisien, dibutuhkan untuk mendukung pengembangan wilayah, pembangunan

ekonomi, mobilitas manusia, barang dan jasa. Sampai saat ini di Indonesia transportasi masih didominasi

oleh jalan karena memiliki fleksibilitas yang tinggi.

Berdasarkan beberapa penilaian diantaranya Logistic Performance Index(LPI), Road Density dan Road

quality dari global competitive index, kondisi infrastruktur jalan di Indonesia masih tertinggal dibandingkan

beberapa negara di Asia.

Page 11: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN MANAJER PROYEK ... · PDF fileManajemen dan Rekayasa Konstruksi 352 KNPTS 2013 KESEDIAAN PEKERJA KONSTRUKSI GEDUNG MENGIKUTI ASURANSI KESELAMATAN

Manajemen dan Rekayasa Konstruksi

427

KNPTS 2013

DESAIN PERKERASAN JALAN RAYA YANG MEMPUNYAI DAYA

DUKUNG LINGKUNGAN

Setiyo Daru Cahyono1, Sobriyah

2,Ary Setyawan

3 dan Prabang Setyono

4

1 Mahasiswa Program Studi Doktor Ilmu Lingkungan, PPs Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Email: [email protected] 2 Dosen Teknik Sipil, PPs Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Email: [email protected] 3 Dosen Teknik Sipil, PPs Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Email: [email protected] 4 Dosen Ilmu Lingkungan, PPs Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Email: [email protected]

ABSTRAK

Pertumbuhan ekonomi masyarakat selalu diikuti oleh pertumbuhan jumlah kendaraan yang

sangat besar. Hal ini terjadi kerena setiap harinya masyarakat melakukan distribusi barang,

jasa dan manusia sebagai salah satu kegiatan untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi. Setiap

hari setidaknya 1000 kendaraan bermotor turun kejalan raya. Kemudahan untuk mendapatkan

kendaraan bermotor ini dikerenakan adanya fasilitas mudah dan cepat dalam pengambilan

kredit kendaraan bermotor serta adanya program mobil murah dari pemerintah. Sehingga

terjadinya kepadatan jumlah kendaraan dijalan raya yang menyebabkan terus bertamdahnya

pembangunan jalan raya di Indonesia. Pembangunan jalan raya di Indonesia selalu mengikuti

jumlah kendaraan yang turun kejalan raya. Pembangunan jalan raya yang terus bertambah

dapat merusak lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya desain jalan raya yang ramah

lingkungan. Kerusakan lingkungan terjadi kerena adanya penambangan material untuk jalan

raya yang berlebihan dari alam, metode konstruksi yang tidak ramah lingkungan, serta

dampak yang ditimbulkan setelah jalan raya tersebut beroperasi. Komponen jalan raya terdiri

dari bangunan pelengkap, geometrik jalan, perkerasan jalan dan struktur jalan raya. Penelitian

ini fokus di perkerasan jalan raya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriftif kualitatif, kuantitatif serta eksperimen. Dari penelitian ini dapat ditemukannya

material perkerasan jalan raya yang mempunyai kualitas baik dan ramah lingkungan,

ditemukannya metode konstruksi yang ramah lingkungan serta mix desain perkerasan jalan

kuat menahan beban yang bekerja diatasnya dan ramah lingkungan. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk membuat desain perkerasan jalan raya yang mempunyai daya dukung

lingkungan. Sehingga diharapkan dengan adanya pembangunan jalan raya yang terus

meningkat setiap tahunnya, tidak akan terjadi kerusakan lingkungan.

Kata kunci: Desain, Perkerasan Jalan Raya, Daya Dukung Lingkungan

1. PENDAHULUAN

Pada era pembangunan sekarang ini pertumbuhan ekonomi masyarakat selalu diikuti oleh pertumbuhan

jumlah kendaraan yang sangat besar. Setiap hari hampir seribu kendaraan bermotor yang turun ke jalan

memenuhi ruas jalan yang ada. Kemudahan untuk mendapatkan kredit kendaraan bermotor dari perusahaan

produsen kendaraan bermotor dan adanya program mobil murah dari pemerintah sekarang ini juga memicu

bertambahnya kendaraan bermotor yang turun ke jalan raya. Walaupun sekarang pemerintah sudah berusaha

untuk menekan jumlah kendaraan bermotor yang turun ke jalan raya untuk beralih ke moda tranportasi massa

atau MRT, itu belum dapat terlaksana. Keberadaan moda transportasi masal yang belum layak, belum aman

dan nyaman menjadi penghambat peralihan dari moda tranportasi pribadi ke moda transportasi umum massa.

Oleh karena itu kendaraan bermotor pribadi masih disukai atau diidolakan oleh masyarakat di Indonesia.

Kedaraan bermotor ini digunakan dalam pendistribusian barang dan jasa untuk pemenuhan kebutuhan

ekonomi masyarakat. Untuk mengimbangi pertumbuhan kendaraan yang sangat besar, pemenuhan sarana

infrastruktur jalan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan sarana transportasi.

Ketersediaan jalan yang baik dengan jumlah yang cukup, ternyata berpengaruh terhadap kelancaran arus lalu

Page 12: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN MANAJER PROYEK ... · PDF fileManajemen dan Rekayasa Konstruksi 352 KNPTS 2013 KESEDIAAN PEKERJA KONSTRUKSI GEDUNG MENGIKUTI ASURANSI KESELAMATAN

Manajemen dan Rekayasa Konstruksi

434

KNPTS 2013

PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN RISIKO BENCANA

GEMPA BUMI PADA RUAS JALAN DI INDONESIA

Mona Foralisa Toyfur1, Krishna Suryanto Pribadi

2, Sony Sulaksono Wibowo

3, dan I Wayan Sengara

4

1Mahasiswa Program Doktor, Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung & Staf Pengajar

Jurusan Teknik Sipil Universitas Sriwijaya, Email : [email protected] 2 Promotor & Staf Pengajar KK MRK Program Studi Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung, Email :

[email protected] 3 Co-Promotor & Staf Pengajar KK Rekayasa Transportasi Program Studi Teknik Sipil Institut Teknologi

Bandung, Email : [email protected] 4 Co-Promotor & Staf Pengajar KK Rekayasa Geoteknik Program Studi Teknik Sipil Institut Teknologi

Bandung, Email : [email protected]

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara yang menghadapi banyak jenis bencana alam. Bencana alam

tersebut mengakibatkan kerugian dan kerusakan pada masyarakat. Salah satu bidang yang

mengalami kerugian dan kerugian akibat bencana adalah jalan dan jembatan. Bencana yang

mengakibatkan kerusakan dan kerugian yang signifikan adalah bencana gempa bumi.

Karakter bencana gempa bumi merupakan jenis bencana yang sulit untuk diprediksi waktu

kejadian dan magnitudnya. Ruas jalan yang rusak akibat bencana akan menyebabkan

gangguan pergerakan dari masyarakat, bahkan dapat membuat daerah terkena bencana

menjadi daerah yang tidak dapat diakses baik untuk pemberian bantuan maupun untuk jalur

evakuasi. Berdasar pertimbangan kerugian yang diakibatkan oleh bencana gempa bumi pada

ruas jalan maka penelitian ini dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan

model penilaian risiko bencana gempa bumi pada ruas jalan. Model penilaian risiko ini

dikembangkan dengan mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan risiko bencana pada

jalan. Faktor-faktor risiko dikembangkan dengan mengembangkan indikator-indikator yang

berkontribusi terhadap nilai risiko. Metodologi yang diusulkan adalah dengan memberikan

bobot pada indikator-indikator dalam faktor risiko. Pembobotan dilakukan dengan

menganalisis indikator dengan kajian literatur, ketersediaan data sekunder dan wawancara

dengan pihak pengelola jalan serta para expert.

Kata kunci: bencana gempa bumi, ruas jalan, model risiko bencana

1. PENDAHULUAN

Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng

tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik

(Gambar 1). Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang

memanjang dari Pulau Sumatera – Jawa - Nusa Tenggara – Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan

vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat

berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah

longsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan

yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat (Arnold, 1986).

Page 13: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN MANAJER PROYEK ... · PDF fileManajemen dan Rekayasa Konstruksi 352 KNPTS 2013 KESEDIAAN PEKERJA KONSTRUKSI GEDUNG MENGIKUTI ASURANSI KESELAMATAN

Manajemen dan Rekayasa Konstruksi

443

KNPTS 2013

MENGURAI RISIKO POLITIK, KINERJA DAN PERMINTAAN

DALAM KONSESI INFRASTRUKTUR AIR MINUM DENGAN

PENDEKATAN FAULT TREE ANALYSIS

Moch Husnullah Pangeran1, Saiful Deni

2 dan Santospriadi

3

1 Staf Pengajar Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Ternate.

Email: [email protected] 2 Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik , Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Ternate.

3 Staf Pengajar Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Ternate.

ABSTRAK

Pemerintah Indonesia memandang perlu adanya dukungan (government support) untuk

mendorong keikutsertaan sektor swasta dan meningkatkan investasi dalam penyediaan

infrastruktur di Indonesia melalui skema-skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS).

Agar dukungan yang diberikan sejalan dengan prinsip pengelolaan dan pengendalian risiko

keuangan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), pemerintah melalui

Menteri Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan No. 38/PMK.O1/2006 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Pengendalian dan Pengelolaan Risiko Atas Penyediaan Infrastruktur.

Peraturan tersebut telah mengindikasikan keberadaan dukungan Pemerintah dalam hal

kompensasi finansial dan/atau kompensasi dalam bentuk lain yang diberikan oleh Pemerintah

kepada Badan Usaha (Swasta) melalui skema pembagian risiko dalam rangka pelaksanaan

proyek KPS penyediaan infrastruktur. Peraturan ini menitikberatkan pada tiga risiko utama,

yaitu risiko politik, kinerja dan permintaan. Dalam menerapkan peraturan tersebut diperlukan

kerangka analisis risiko yang terstruktur dan komprehensif untuk menyediakan basis yang

beralasan, khususnya untuk menetapkan bentuk dukungan yang dapat diberikan kepada pihak

swasta. Studi ini mendemonstrasikan penggunaan pendekatan Fault Tree Analysis (FTA)

untuk memodelkan (secara konseptual) risiko politik, kinerja dan permintaan, dengan

mengambil studi kasus proyek konsesi infrastruktur air minum. Secara umum, sebagai

sebuah metodologi deduktif untuk menentukan penyebab potensial dari kejadian atau

kegagalan sistem, pendekatan FTA dinilai dapat mengurai faktor-faktor risiko dengan kadar

kerincian yang lebih spesifik guna melengkapi keterbatasan berbagai faktor penyebab risiko

politik, kinerja, dan permintaan yang telah diidentifikasi di dalam Peraturan Menteri

Keuangan No. 38/PMK.O1/2006.

Kata kunci: konsesi, infrastruktur air minum, risiko, politik, kinerja, permintaan, FTA

1. PENDAHULUAN

Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk tujuan pembangunan dan/atau pengelolaan infrastruktur air

minum telah menjadi kecenderungan global. KPS dapat dilakukan mulai dari service contract yang sederhana

hingga Kontrak Konsesi (concession contract) untuk kemitraan yang lebih luas dan kompleks. Konsesi

menawarkan banyak potensi manfaat karena melibatkan dua pendekatan dasar pemerintah dalam melakukan

KPS, yaitu memobilisasi investasi swasta dalam rangka mengatasi keterbatasan pendanaan infrastruktur

Pemerintah, dan untuk meningkatkan efisiensi pelayanan yang merupakan permasalahan utama para

penyedia layanan infrastruktur publik. Konsesi tidak seperti management contract yang tidak akan pernah

melibatkan investasi swasta atau kontrak lease contract yang memungkinkan perbaharuan fasilitas tapi tidak

akan sampai memperluas sistem yang ada (Hall dan Lobina, 2002). Kontrak BOT (build operate transfer)

juga dapat memobilisasi investasi swasta dalam skala besar. Tapi BOT biasanya diterapkan pada

pembangunan infrastruktur baru di sisi hulu seperti fasilitas pengolahan (treatment plant) dan reservoir (Ress,

1998; Budds dan McGranahan, 2003).

Konsesi diklaim menarik karena skema ini mendelegasikan tanggungjawab sepenuhnya untuk investasi dan

operasional kepada sektor swasta, termasuk risiko-risiko yang berkaitan dengan investasi dan komersial

(Silva dkk, 1998). Namun di sisi lain, skema konsesi juga mempunyai kerentanan tinggi untuk terpapar oleh

risiko ketidakpastian di sepanjang periode kontrak yang berdurasi panjang (biasanya lebih dari 25 tahun).

Page 14: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN MANAJER PROYEK ... · PDF fileManajemen dan Rekayasa Konstruksi 352 KNPTS 2013 KESEDIAAN PEKERJA KONSTRUKSI GEDUNG MENGIKUTI ASURANSI KESELAMATAN

Manajemen dan Rekayasa Konstruksi

452

KNPTS 2013

AZAS KEBEBASAN BERKONTRAK PADA PROYEK KONSTRUKSI:

PERSPEKTIF MANAJEMEN RISIKO

Riza Susanti1, M. Agung Wibowo

2 dan

Bambang Pudjianto

3

1Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Email:

[email protected] 2Staf Pengajar, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Email: [email protected]

3Alumni Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi

Bandung, Email: [email protected]

ABSTRAK

Permasalahan yang seringkali muncul dalam pelaksanaan proyek konstruksi adalah akibat

adanya ketidakpastian dan perbedaan tingkat risiko antara pemilik pekerjaan (owner) dan

penyedia jasa (konsultan dan konstraktor). Perjanjian merupakan salah satu bentuk respon

terhadap risiko yang mungkin terjadi akibat adanya ketidakpastian dan sebagai upaya

negosiasi pihak-pihak yang memiliki perbedaan tingkat risiko dalam mencapai kesepakatan.

Melalui perjanjian hak dan kewajiban termasuk alokasi risiko yang harus ditanggung oleh

masing-masing pihak seharusnya diakomodir secara proporsional. Namun dalam praktik

ditemukan perjanjian yang dianggap cenderung berat sebelah, dimana salah satu pihak

mempunyai bargaining position lebih kuat dibanding pihak lain. Hal ini biasanya terjadi jika

salah satu pihak bertindak untuk dan atas nama pemerintah. Ketidakseimbangan dapat

membatasi kebebasan berkontrak salah satu pihak yang dapat berpengaruh pada penentuan isi

perjanjian terutama dalam penentuan pertukaran hak dan kewajiban terkait alokasi risiko

yang harus ditanggung oleh masing-masing pihak, padahal kebebasan berkontrak merupakan

salah satu azas pokok hukum perjanjian. Indonesia belum memiliki standar khusus yang

mengatur pertukaran hak dan kewajiban masing-masing pihak, di negara-negara Eropa

FIDIC digunakan sebagai standar kontrak karena dinilai telah menerapkan proporsionalitas

hak dan kewajiban masing-masing pihak yang terlibat dalam perjanjian. Tujuan penelitian ini

adalah menganalisis sejauh mana penerapan azas kebebasan berkontrak di instansi

pemerintah dari perspektif manajemen risiko sebagai bahan evaluasi agar keberadaan kontrak

di instansi pemerintah lebih fair dan obyektif. Metode penelitian yang digunakan adalah

survey lapangan dan studi kepustakaan, penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner

berisi identifikasi risiko kepada owner dan kontraktor untuk selanjutnya dianalisis alokasi

dan tingkat kepentingan risiko dari perspektif masing-masing pihak dan FIDIC. Harapan dari

hasil penelitian adalah tidak adanya perbedaan yang signifikan pada tingkat kepentingan

risiko antara owner dan kontraktor serta klausul-klausul pada kontrak konstruksi di instansi

pemerintah telah mendekati atau sama dengan FIDIC dari sisi alokasi risiko terkait

proporsionalitas pertukaran hak dan kewajiban masing-masing pihak. Penelitian ini

merupakan on going research dimana pilot project telah sebagian dilakukan pada owner di

lingkungan Universitas Diponegoro, hasil penelitian sementara menunjukkan bahwa alokasi

risiko dibagi menjadi 2 (dua) yaitu ditanggung bersama (sharing) dan dialokasikan kepada

kontraktor.

Kata kunci: Perjanjian, Risiko, Alokasi Risiko, Azas Kebebasan Berkontrak

1. PENDAHULUAN

Pelaksanaan proyek konstruksi yang melibatkan beberapa pihak yaitu pemilik pekerjaan (owner) dan

penyedia jasa (konsultan dan kontraktor) dalam pelaksanaannya seringkali terdapat permasalahan yang harus

dihadapi akibat ketidakpastian dan perbedaan tingkat risiko dari masing-masing pihak. Ketidakpastian dapat

disebabkan oleh karakteristik proyek yang unik artinya tidak ada proyek yang sama identik satu dengan lain,

hal ini dapat meningkatkan faktor terjadinya risiko yang tidak diinginkan pada suatu proyek (Santoso, 2004)

sementara tingkat risiko akan berbeda bagi masing-masing pihak tergantung persepsi dari para stakeholders

dalam suatu proyek (Nurdiana, 2011).