analisis fundamental terhadap return saham lq 45 di bursa efek indonesia periode 2007-2011

Upload: erick-minson-conellius

Post on 02-Nov-2015

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Analisis Fundamental terhadap return saham dengan CR, DER, ROE, PER

TRANSCRIPT

  • 1

    ANALISIS FUNDAMENTAL TERHADAP RETURN SAHAM LQ-45

    PROPOSAL

    Oleh:

    Erick Minson Conellius

    117110362

    PROGRAM STUDI MANAJEMEN

    SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

    MIKROSKIL

    MEDAN

    2014

  • 2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pasar modal Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi

    perhatian banyak pihak, khususnya masyarakat bisnis. Hal ini disebabkan oleh

    kegiatan pasar modal yang semakin berkembang dan meningkatnya keinginan

    masyarakat bisnis untuk mencari alternatif sumber pembiayaan usaha selain bank.

    Suatu perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjualnya di pasar modal untuk

    mendapatkan dana yang diperlukan, tanpa harus membayar beban bunga tetap

    seperti jika meminjam ke bank. Disamping itu, perkembangan pasar modal juga

    dipengaruhi oleh meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berinvestasi atau

    menjadi investor.

    Dalam melakukan investasi pada saham, harapan yang diinginkan investor

    adalah memperoleh return. Penilaian investor terhadap suatu saham perusahaan

    diantaranya adalah dengan memperhatikan kinerja perusahaan yang menerbitkan

    saham. Oleh karena itu, return saham sangat penting bagi perusahaan karena

    digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari suatu perusahaan, sehingga

    perusahaan berusaha menjaga dan memperbaiki kinerjanya yang dapat

    mempengaruhi return saham agar portofolio saham yang diinvestasikan meningkat.

    Untuk memprediksi return saham banyak faktor yang dapat digunakan

    sebagai parameter, salah satunya adalah informasi keuangan perusahaan. Laporan

    keuangan merupakan informasi yang penting bagi calon investor, karena dari

  • 3

    laporan keuangan inilah dapat diketahui kinerja dari suatu perusahaan. Kinerja

    adalah ukuran keberhasilan dari setiap bisnis. Berbagai teknik pengukuran kinerja

    telah dikembangkan untuk memberikan gambaran yang tepat dari setiap bisnis.

    Kinerja manajemen dan kegiatan operasional yang baik dapat meningkatkan laba

    bersih sehingga membuat harga per saham menjadi tinggi. Dalam menanamkan

    modalnya, investor akan mempertimbangkan dengan sebaik-baiknya ke perusahaan

    mana modal akan ditanamkan. Perusahaan yang dipilih tentu saja perusahaan yang

    sehat dan menghasilkan kinerja yang baik

    Pada dasarnya harga saham terbentuk dari interaksi antara penjual dan

    pembeli yang terjadi di lantai bursa yang akan bergerak sesuai dengan kekuatan

    permintaan dan penawaran atas saham di bursa. Dengan demikian, semakin

    banyak investor yang meminati saham suatu perusahaan maka semakin tinggi

    pula harga saham yang ditawarkan. Perkembangan harga saham perusahaan

    tertentu dapat menjadi point perusahaan tersebut apakah sesuai dengan penilaian

    para investor atau tidak. Dalam melakukan investasi di pasar modal para

    investor dapat melakukan pendekatan investasi dengan menggunakan

    analisis fundamental. Ang (1997) menyatakan bahwa analisis fundamental

    pada dasarnya adalah bagaimana investor melakukan analisis historis atas

    kekuatan keuangan dari suatu perusahaan, dimana proses ini sering juga disebut

    sebagai analisis perusahaan (company analysis).

    Informasi fundamental dapat dijadikan sebagai dasar bagi investor untuk

    memprediksi return, resiko atau ketidakpastian, jumlah, waktu, dan faktor lain

  • 4

    yang berhubungan dengan aktivitas investasi di pasar modal (Husnan,2004). Jika

    prospek suatu perusahaan publik sangat kuat dan baik, maka harga saham

    perusahaan tersebut diperkirakan meningkat pula ( Ang, 1997). Dengan adanya

    kenaikan harga saham maka diharapkan return (pengembalian saham) juga

    akan meningkat. Rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk menjelaskan

    kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan serta mempunyai peranan untuk

    memprediksi harga atau return saham di pasar modal.

    Rasio menggambarkan suatu hubungan pertimbangan antara suatu jumlah

    tertentu dan jumlah yang lain. Hasil analisis laporan keuangan yang menunjukkan

    kinerja perusahaan tersebut dipakai sebagai dasar penentu kebijakan bagi pemilik,

    manajer dan investor. Menurut Kasmir (2008) rasio keuangan merupakan kegiatan

    membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara

    membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara

    satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar

    komponen yang ada di antara laporan keuangan. Dengan analisis rasio keuangan,

    dapat diperoleh informasi dan memberikan penilaian terhadap kondisi keuangan

    suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu.

    Rasio keuangan sebagai instrumen analisis prestasi perusahaan yang

    menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk

    menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu

    dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut, untuk kemudian

    menunjukkan resiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang

  • 5

    bersangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa analisis rasio keuangan, meskipun

    didasarkan pada data dan kondisi masa lalu tetapi dimaksudkan untuk menilai

    resiko dan peluang di masa yang akan datang.

    Menurut Hanafi dan Halim (2009) rasio keuangan terdiri dari beberapa jenis

    yaitu: likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan rasio pasar. Rasio likuiditas

    merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban

    jangka pendeknya. Rasio solvabilitas merupakan rasio yang mengukur sejauh mana

    kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio

    profitabilitas merupakan rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan

    laba. Dan rasio pasar melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai

    buku perusahaan. Rasio-rasio tersebut ingin melihat prospek dan risiko perusahaan

    pada masa yang akan mendatang. Faktor prospek dalam rasio tersebut akan

    mempengaruhi harapan investor terhadap perusahaan pada masa-masa mendatang.

    Alasan peneliti memilih saham LQ 45 sebagai obyek penelitian karena

    saham LQ 45 merupakan saham-saham yang paling aktif diperdagangkan dalam

    Bursa Efek Indonesia dan merupakan saham-saham unggulan yang dipilih dari tiap-

    tiap sektor industri sehingga dapat lebih akurat dalam analisisnya secara runtut

    waktu (time series). Peneliti memilih variabel Current Ratio (CR) karena

    merupakan ukuran yang umum digunakan untuk melihat kemampuan suatu

    perusahaan memenuhi kebutuhan utang ketika jatuh tempo.

  • 6

    Menurut Subramanyam dan Jhon dalam Fahmi (2011) Current Ratio (CR)

    mampu untuk mengukur kemampuan memenuhi kewajiban lancar, sebagai

    penyangga kerugian, dan merupakan cadangan dana.

    Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai

    utang dengan ekuitas, yang berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal yang

    dijadikan untuk jaminan utang.

    Return On Equity (ROE) merupakan ukuran profitabilitas dari sudut

    pandang pemegang saham yang mengkaji sejauh mana suatu perusahaan

    mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas

    ekuitas, dan berguna untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh

    perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik.

    Price Earning Ratio (PER) menunjukkan hubungan antara harga pasar

    saham biasa dan earning per share, bagi para investor angka rasio ini digunakan

    untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa

    mendatang.

    Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan

    penelitian dengan judul: Analisis Fundamental terhadap Return Saham LQ-

    45.

  • 7

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah yang akan

    diteliti dalam penelitian ini adalah :

    1. Apakah rasio keuangan yang terdiri dari Current Ratio (CR), Debt to Equity

    Ratio (DER), Return On Equity (ROE) dan Price Earning Ratio (PER)

    secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham

    LQ 45?

    2. Apakah rasio keuangan yang terdiri dari Current Ratio (CR), Debt to Equity

    Ratio (DER), Return On Equity (ROE) dan Price Earning Ratio (PER)

    secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return

    saham LQ-45?

    1.3 Hipotesis Penelitian

    Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    H1 : Current Ratio (CR) mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham.

    H2 : Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai pengaruh signifikan terhadap

    return saham.

    H3 : Return On Equity (ROE) mempunyai pengaruh signifikan terhadap return

    saham.

    H4 : Price Earning Ratio (PER) mempunyai pengaruh signifikan terhadap return

    saham.

  • 8

    H5 : Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE)

    dan Price Earning Ratio (PER) mempunyai pengaruh signifikan terhadap

    return saham.

    1.4 Ruang Lingkup Penelitian

    Adapun batasan dan ruang lingkup masalah penelitian yang ditetapkan oleh penulis

    adalah sebagai berikut :

    a. Variabel Terikat ( dependent variable ) : Return Saham (Y)

    b. Variabel Bebas ( independent variable ) : Current Ratio (X1), Debt to

    Equity Ratio (X2), Return On Equity (X3) dan Price Earning Ratio (X4)

    1.5 Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan yang terdiri dari Current Ratio

    (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE) dan Price

    Earning Ratio (PER) secara parsial terhadap return saham LQ-45.

    2. Untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan yang terdiri dari Current Ratio

    (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE) dan Price

    Earning Ratio (PER) secara simultan terhadap return saham LQ-45.

  • 9

    1.6 Manfaat Penelitian

    Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat

    sebagai berikut:

    a. Manfaat Teoritis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan

    dalam kajian Ilmu Administrasi Bisnis khususnya yang berkaitan dengan

    manajemen keuangan tentang pengaruh analisis fundamental terhadap return

    saham.

    b. Manfaat Praktis

    1. Bagi Emiten yaitu khususnya perusahaan-perusahaan yang masuk dalam

    kelompok Indeks LQ-45, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

    dalam rangka pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan kinerja

    keuangan perusahaan.

    2. Bagi Investor, dapat digunakan sebagai bahan pengambil keputusan dalam

    menginvestasikan dananya pada sekuritas yang menghasilkan return saham

    yang optimal. Dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

    return saham diharapkan investor mampu memprediksi return saham, dan

    menilai kinerja saham suatu perusahaan.

    3. Bagi Penulis, dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam

    melakukan penganalisaan tentang pasar modal, khususnya mengenai return

    saham.

  • 10

    4. Bagi Pembaca dan peneliti lain, dapat digunakan sebagai referensi

    khususnya yang tertarik meneliti mengenai return saham, khususnya saham

    Indeks LQ-45.

  • 11

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Pasar Modal

    Menurut Samsul (2006), pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya

    antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang,

    umumnya lebih dari satu tahun. Sedangkan menurut Fahmi dan Hadi (2011), pasar

    modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham

    (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya

    akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat dana

    perusahaan. Dari dua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pasar modal

    adalah tempat bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen

    keuangan jangka panjang yang biasanya diperjualbelikan umumnya lebih dari satu

    tahun yang dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat dana

    perusahaan.

    2.2 Rasio Keuangan

    Menurut Kasmir (2008) rasio keuangan merupakan kegiatan

    membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara

    membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara

    satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau

    antarkomponen yang ada di antara laporan keuangan. Menurut Prastowo dan Juliaty

  • 12

    (2005) analisis rasio bertujuan untuk menilai efektivitas keputusan yang telah

    diambil oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas usahanya.

    Menurut J. Fred Weston dalam Kasmir (2008) kelemahan rasio keuangan

    adalah sebagai berikut:

    1. Data keuangan disusun dari data akuntansi.

    2. Prosedur pelaporan yang berbeda, mengakibatkan laba yang dilaporkan

    berbeda pula, (dapat naik atau turun), tergantung prosedur pelaporan

    keuangan tersebut.

    3. Adanya manipulasi data, artinya dalam menyusun data, pihak penyusun

    tidak jujur dalam memasukkan angka-angka ke laporan keuangan yang

    mereka buat. Akibatnya hasil perhitungan rasio keuangan tidak

    menunjukkan hasil yang sesungguhnya.

    4. Perlakuan pengeluaran untuk biaya-biaya antara satu perusahaan dengan

    perusahaan lainnya berbeda.

    5. Penggunaan tahun fiscal yang berbeda, juga dapat menghasilkan perbedaan.

    6. Pengaruh musiman mengakibatkan rasio komperatif akan ikut terpengaruh.

    7. Kesamaan rasio keuangan yang telah dibuat dengan standar industry belum

    menjamin perusahaan berjalan normal dan telah dikelola dengan baik.

    Menurut Prastowo dan Juliaty (2005) rasio merupakan alat analisis yang

    dapat memberikan jalan keluar dan menggambarkan simptom (gejala-gejala yang

    tampak) suatu keadaan. Rasio juga dapat menunjukkan area-area yang memerlukan

    penelitian dan penanganan yang lebih mendalam.

  • 13

    2.2.1 Rasio Likuiditas

    Menurut Kasmir (2008) rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan

    untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah dengan

    membandingkan komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancer dengan

    total pasiva lancer (utang jangka pendek). Terdapat dua hasil penilaiaan terhadap

    pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu memenuhi

    kewajibannya, dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Sebaliknya

    apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut, dikatakan

    perusahaan dalam keadaan illikuid. Tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari

    hasil rasio likuiditas yaitu:

    1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang

    yang segera jatuh tempo pada saat ditagih.

    2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka

    pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan.

    3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka

    pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang.

    4. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu

    dengan membandingkannya untuk beberapa periode.

    Rasio likuiditas yang sering digunakan adalah Current Ratio (CR). Current

    Ratio (CR) mengukur kemampuan perusahaan memenuhi utang jangka pendeknya

    dengan menggunakan aktiva lancarnya (aktiva yang berubah menjadi kas dalam

    waktu satu tahun atau satu siklus bisnis). Menurut Subramanyam dan Jhon dalam

  • 14

    Fahmi (2011) Current Ratio (CR) mampu untuk mengukur kemampuan memenuhi

    kewajiban lancar, semakin tinggi jumlah aset lancar terhadap kewajiban lancar

    maka semakin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar tersebut akan dibayar.

    Current Ratio (CR) sebagai penyangga kerugian, semakin besar penyangga maka

    semakin kecil risikonya. Current Ratio (CR) juga merupakan cadangan dana lancar,

    yaitu ukuran tingkat keamanan terhadap ketidakpastian dan kejutan atas arus kas

    perusahaan.

    2.2.2 Rasio Solvabilitas

    Menurut Kasmir (2008) rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan

    rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai

    dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan

    dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas

    digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh

    kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan

    dibubarkan (dilikuidasi).

    Beberapa tujuan perusahaan dengan menggunakan rasio solvabilitas yakni:

    1. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak

    lainnya.

    2. Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.

    3. Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap

    pengelolaan aktiva.

  • 15

    4. Untuk menilai atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal

    sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.

    5. Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih.

    Rasio solvabilitas yang sering digunakan adalah Debt to Equity Ratio

    (DER). Rasio ini merupakan ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan

    keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditur.

    Rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi

    utang-utang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini semakin baik. Rasio ini

    disebut juga rasio leverage. Untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah

    modal lebih besar dari jumlah utang atau minimal sama. Namun bagi pemegang

    saham atau manajemen, rasio leverage ini sebaiknya besar.

    2.2.3 Rasio Profitabilitas

    Menurut Kasmir (2008) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai

    kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Profitabilitas merupakan

    kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan,

    total aktiva maupun modal sendiri. Kondisi kemampuan menghasilkan laba

    perusahaan merupakan informasi penting bagi berbagai pihak. Bagi para pekerja

    merupakan gambaran besarnya kompensasi (gaji) yang akan diterima. Sedangkan

    pihak pemegang saham berkepentingan guna mengetahui bagian laba yang menjadi

    hak pemegang saham.

  • 16

    Rasio profitabilitas yang sering digunakan adalah Return on Equity (ROE).

    ROE mengkaji sejauh mana suatu perusahaan menggunakan sumber daya yang

    dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas. Rasio ini berguna untuk

    mengetahui seberapa besar kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap

    rupiah modal dari pemilik. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut

    pandang pemegang saham.

    2.2.4 Rasio Pasar

    Menurut Hanafi dan Mamduh (2009) rasio pasar adalah rasio yang

    mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih

    banyak berdasar pada sudut pandang investor (calon investor), meskipun pihak

    manajemen juga berkepentingan terhadap rasio ini.

    Rasio pasar yang sering digunakan adalah Price Earning Ratio (PER). PER

    menunjukkan hubungan antara harga pasar saham biasa dan earning per share.

    Bagi investor angka rasio ini digunakan untuk memprediksi kemampuan

    perusahaan dalam menghasilkan laba di masa mendatang. Perusahaan dengan

    peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi biasanya memiliki PER yang tinggi,

    sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung

    memiliki PER yang rendah pula (Prastowo dan Juliaty, 2005).

    2.3 Saham

    Saham biasa merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling

    dikenal. Saham biasa lebih umum disebut saham saja. Dengan adanya saham

  • 17

    investor dapat menikmati keuntungan yang diperoleh perusahaan. Saham adalah

    surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi

    dalam suatu perusahaan (Ang, 1997).

    Sedangkan menurut Rusdin (2006) saham adalah sertifikat yang

    menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki

    hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan. Berdasarkan manfaat yang

    diperoleh pemegang saham, dibedakan menjadi:

    a. Saham biasa (Common Stock)

    Merupakan efek yang paling sering digunakan oleh emiten dalam

    memperoleh dana dari masyarakat dan juga merupakan efek yang paling dikenal di

    pasar modal. Saham biasa memiliki karakteristik seperti :

    1. Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan dilikuidasi.

    2. Hak suara proporsional pada pemilihan direksi serta keputusan lain yang

    ditetapkan pada Rapat Umum Pemegang Saham.

    3. Dividen, jika perusahaan memperoleh laba dan disetujui di dalam RUPS.

    4. Hak tanggung jawab yang terbatas.

    5. Hak memesan efek terlebih dahulu sebelum efek tersebut ditawarkan kepada

    masyarakat.

  • 18

    b. Saham preferen (Preferen Stock)

    Saham preferen adalah yang berbentuk gabungan antara obligasi dan saham

    biasa. Jenis saham ini sering disebut dengan sekuritas campuran. Saham preferen

    sama dengan saham biasa karena tidak memiliki tanggal jatuh tempo dan juga

    mewakili kepemilikan dari modal. Di lain pihak saham preferen sama dengan

    obligasi karena jumlah devidennya tetap selama masa berlaku dari saham, memiliki

    klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, memiliki hak tebus, dan dapat dipertukarkan

    dengan saham biasa (Rusdin, 2006).

    2.3.1 Return Saham

    Menurut Fahmi dan Hadi (2009), return adalah keuntungan yang diperoleh

    oleh perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang

    dilakukannya. Sedangkan menurut Hartono (2009), return merupakan hasil yang

    diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasian (realized return)

    atau return ekspektasian (expected return). return realisasian adalah return yang

    telah terjadi yang dihitung menggunakan data historis. Return realisasian penting

    karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahan dan juga

    digunakan sebagai dasar penentuan return ekspektasian dan risiko di masa

    mendatang. beberapa pengukuran return realisasian yang banyak digunakan adalah

    return total, relatif return, kumulatif return dan return disesuaikan. Return

    ekspektasian adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa

    mendatang. Return ekspektasian dapat diukur berdasarkan beberapa cara yaitu

  • 19

    berdasarkan nilai ekspektasian masa depan, nilai return historis dan model return

    ekspektasian yang ada.

    Menurut Usman (2004), komponen return terdiri dari dua jenis: current

    income (pendapatan lancar), dan Capital Gain (keuntungan selisih harga). Current

    income merupakan keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat

    periode seperti: pembayaran bunga deposito, bunga obligasi, dividen dan

    sebagainya. Current income disebut sebagai pendapatan lancar, karena keuntungan

    yang diterima biasanya dalam bentuk kas, sehingga dapat diuangkan secara cepat,

    seperti bunga atau jasa giro, dividen tunai, juga dapat dalam bentuk setara kas

    seperti bonus atau dividen saham yaitu dividen yang dibayarkan dalam bentuk

    saham dan dapat dikonversikan menjadi uang kas.

    Komponen kedua dari return adalah capital gain, yaitu keuntungan yang

    diterima karena adanya selisih antara harga jual dengan harga beli saham suatu

    instrumen investasi. Capital gain sangat bergantung dari harga pasar instrument

    investasi, yang berarti bahwa instrumen investasi harus diperdagangkan dipasar.

    Dengan adanya perdagangan maka akan timbul perubahan nilai suatu instrument

    investasi yang memberikan captal gain. Besarnya capital gain dilakukan dengan

    analisis return histories yang terjadi pada periode sebelumnya, sehingga dapat

    ditentukan besarnya tingkat kembalian (expected return).

  • 20

    2.4 Indeks LQ 45

    Indeks ini dibentuk hanya terdiri dari 45 saham saham yang paling aktif

    diperdagangkan. Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan likuiditas yang tinggi

    dan kapitalisasi pasar. Berikut adalah kriteria indeks LQ 45 (Jogiyanto, 2008) :

    1. Selama 12 bulan terakhir, rata rata transaksi sahamnya masuk dalam

    urutan 60 terbesar di pasar reguler.

    2. Selama 12 bulan terakhir, rata rata nilai kapitalisasi pasarnya masuk dalam

    urutan 60 terbesar di pasar regular.

    3. Telah tercatat di BEI paling tidak selama 3bulan.

    2.5 Pengaruh Current Ratio (CR) terhadap return saham

    Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk

    memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Current Ratio (CR) digunakan untuk

    mencari nilai likuiditas tersebut. Current Ratio (CR) didapatkan dengan

    membandingkan nilai aktiva lancar dengan kewajiban lancar perusahaan. Semakin

    tinggi nilai Current Ratio (CR) berarti semakin baik kemampuan perusahaan untuk

    melunasi kewajiban jangka pendeknya. Semakin baik kemampuan perusahaan

    untuk melunasi kewajibannya berarti semakin kecil resiko likuidasi yang dialami

    perusahaan, dengan kata lain semakin kecil resiko yang harus ditanggung oleh

    pemegang saham perusahaan. Investor akan menganggap perusahaan beroperasi

    dengan baik dan menutupi kewajiban jangka pendeknya ketika Current Ratio (CR)

    meningkat maka nilai return saham juga mengalami peningkatan. Hasil ini

  • 21

    didukung oleh penelitian Widiyanti dan Dianita (2012), dan Ulupui (2005) yang

    mengatakan bahwa Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap return saham.

    2.6 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap return saham

    Rasio Debt to Equity Ratio (DER) diperoleh dari pembandingan antara total

    utang dengan total modal sendiri. Debt to Equity Ratio (DER) memberikan

    gambaran kemampuan perusahaan melunasi seluruh utangnya bila dibandingkan

    dengan modal yang dimiliki. Meningkatnya nilai Debt to Equity Ratio (DER)

    berarti meningkatnya jumlah utang yang dimiliki oleh perusahaan. Disisi lain,

    peningkatan Debt to Equity Ratio (DER) bisa juga disebabkan karena nilai modal

    sendiri yang dimiliki jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan utang dari pihak

    eksternal. Hal ini akan menyebabkan perusahaan sangat tergantung pada kreditur.

    Hal ini menyebabkan para investor ragu menanamkan modalnya pada perusahaan

    karena resiko utang yang tinggi. Debt to Equity Ratio (DER) yang terlalu tinggi

    mempunyai dampak buruk terhadap kinerja perusahaan, karena tingkat utang yang

    semakin tinggi berarti beban bunga perusahaan akan semakin besar dan akan

    mengurangi keuntungan. Namun sampai batas tertentu besarnya Debt to Equity

    Ratio (DER) dapat mengakibatkan tax saving yang dapat digunakan untuk

    meningkatkan arus kas bagi perusahaan yang berdampak pada meningkatnya

    performa dan kinerja perusahaan. Bila performa dan kinerja perusahaan meningkat,

    maka minat investor terhadap perusahaan menjadi tinggi dan dampaknya terhadap

    return saham akan meningkat. Berdasarkan konsep tersebut maka dimungkinkan

    adanya pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap return saham. Hal tersebut

  • 22

    didukung oleh penelitian yang diakukan oleh Sari (2012), Susilawati dan Turyanto

    (2009) yang mengemukakan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh

    terhadap return saham.

    2.7 Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap return saham

    Return On Equity (ROE) merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam

    menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal sendiri, sehingga Return

    On Equity (ROE) sering disebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Tingkat Return

    On Equity (ROE) yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

    menghasilkan laba bagi pemegang saham. Jika perusahaan dapat menghasilakn laba

    yang tinggi, maka permintaan akan saham akan meningkat dan selanjutnya akan

    berdampak pada meningkatnya harga saham perusahaan. Ketika harga saham

    semakin meningkat maka return saham juga akan meningkat. Penelitian yang

    dilakukan oleh sari (2012), Widodo (2007), Jauhari dan Wibowo (2004)

    menunjukkan bahwa Return On Equity (ROE) mempunyai pengaruh terhadap

    return saham.

    2.8 Pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap return saham

    Price Earning Ratio (PER) merupakan perbandingan antara harga pasar

    suatu saham dengan Earning Per Share (EPS) dari saham yang bersangkutan.

    Makin besar Price Earning Ratio (PER) suatu saham maka menyatakan saham

    tersebut semakin mahal terhadap pendapatan bersih per saham. Jika Price Earning

    Ratio (PER) meningkat maka harga saham juga akan semakin besar begitu juga

  • 23

    dengan return saham. Penelitian yang dilakukan oleh Savitri (2012) dan Pasaribu

    (2007) menyatakan bahwa Price Earning Ratio (PER) mempunyai pengaruh

    terhadap return saham.

  • 24

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Populasi dan Sampel Penelitian

    Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEI. Pada

    penelitian ini saham yang digunakan adalah saham LQ 45 karena saham-saham

    tersebut merupakan saham-saham unggulan yang dipilih dari tiap-tiap sektor

    industri sehingga dapat lebih akurat dalam analisisnya secara runtut waktu (time

    series).

    Pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik

    penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2007). Kriteria

    penentuan sampel adalah sebagai berikut:

    1. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan tahunan dari periode 31

    Desember 2007 sampai 31 Desember 2011.

    2. Perusahaan selalu masuk dalam LQ 45 selama periode 2007-2011.

    3. Ketersediaan dan kelengkapan data selama penelitian. Apabila ada

    perusahaan yang tidak bisa dihitung rasionya, maka akan dikeluarkan.

    4. Perusahaan perbankan tidak dimasukkan ke dalam sampel karena perbedaan

    dalam perhitungan rasio.

  • 25

    Dari kriteria pengambilan sampel di atas, jumlah sampel yang memenuhi

    kriteria adalah sebanyak 14 perusahaan.

    Tabel 3.1

    Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel

    No Kode Efek Nama Emiten

    1 AALI Astra Argo Lestari Tbk

    2 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk

    3 ASII Astra Internasional Tbk

    4 BNBR Bakrie & Brothers Tbk

    5 ENRG Energi Mega Persada Tbk

    6 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk

    7 ISAT Indosat Tbk

    8 MEDC Medco Energi International Tbk

    9 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk

    10 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk

    11 SMCB Holcim Indonesia Tbk

    12 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk

    13 UNSP Bakrie Sumatra Plantations Tbk

    14 UNTR United Tractors Tbk

    Sumber: http://www.idx.co.id

  • 26

    3.2 Jenis dan Sumber Data

    Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dokumenter, sehingga

    data yang diperlukan untuk mendukung penelitian ini adalah data sekunder, yaitu

    data yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh peneliti.

    Data laporan keuangan dan harga saham LQ 45 diperoleh dari www.idx.com dan

    Indonesia Capital Market Directory (ICMD).

    3.3 Operasionalisasi Variabel

    Definisi Operasional Variabel adalah definisi dari variabelvariabel yang

    digunakan dalam penelitian ini, dan menunjukkan cara pengukuran dari masing

    masing variabel tersebut, pada setiap indikator dihasilkan dari data sekunder dan

    dari suatu perhitungan terhadap formulasi yang mendasarkan pada konsep teori.

    Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan

    variabel dependen. Variabel independen yaitu rasio keuangan yang terdiri dari CR,

    DER, ROE, dan PER. Variabel dependen yaitu return saham. Masing-masing

    variabel penelitian secara operasional dapat didefinisikan sebagai berikut:

    Tabel 3.2

    Definisi Operasional Variabel

    Variabel Definisi Operasional Metode Pengukuran Skala

  • 27

    Return

    Saham (Y)

    Hasil yang diperoleh dari

    peroleh dari investasi di

    dalam saham LQ-45.

    (Pt Pt-1)

    Rit =

    Pit-1

    Rasio

    CR (X1) Rasio yang mengukur

    kemampuan perusahaan

    memenuhi utang jangka

    pendeknya dengan

    menggunakan aktiva

    lancarnya.

    o

    Rasio

    DER (X2) Rasio ini menggambarkan

    sejauhmana modal pemilik

    dapat menutupi utang

    kepada pihak luar.

    Rasio

    ROE (X3) Rasio ini untuk

    mengetahui seberapa besar

    kembalian yang diberikan

    oleh perusahaan untuk

    setiap rupiah modal dari

    pemilik.

    Rasio

  • 28

    PER (X4) PER melihat harga saham

    relatif terhadap earning-

    nya.

    Rasio

    3.4 Teknik Analisis Data

    Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif,

    untuk memperkirakan secara kuantitatif pengaruh dari beberapa variable

    independen secara bersamasama maupun secara sendirisendiri terhadap variable

    dependen. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

    regresi data panel.

    3.5 Analisis Regresi dengan Data Panel

    Menurut Winarno (2009), data panel dapat didefinisikan sebagai gabungan antara

    data silang (cross section) dengan data runtut waktu (time series). Nama lain dari

    panel adalah pool data, kombinasi data time series dan cross section, micropanel

    data, longitudinal data, analisis even history dan analisis cohort.

    Pada dasarnya penggunaan metode data panel memiliki beberapa keunggulan.

    Berikut adalah keunggulan metode data panel:

    1. Panel data mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara eksplisit

    dengan mengizinkan variabel spesifik individu.

  • 29

    2. Kemampuan mengontrol heterogenitas individu ini selanjutnya menjadikan

    data panel dapat digunakan untuk menguji dan membangun model perilaku

    yang lebih kompleks.

    3. Data panel mendasarkan diri pada observasi cross section yang berulang-

    ulang (time series), sehingga metode data panel cocok untuk digunakan

    sebagai study of dynamic adjustment.

    4. Tingginya jumlah observasi memiliki implikasi pada data yang lebih

    informatif, lebih variatif, kolinearitas antar variabel yang semakin

    berkurang, dan peningkatan derajat bebas (degrees of freedom-df), sehingga

    dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih efisien.

    5. Data panel dapat digunakan untuk mempelajari model-model perilaku yang

    kompleks.

    6. Data panel dapat meminimalkan bias yang mungkin ditimbulkan oleh

    agregasi data individu.

    Keunggulan-keunggulan tersebut memiliki implikasi pada tidak harus dilakukan

    pengujian asumsi klasik dalm model data panel (Ajija, dkk : 2011) Persamaan

    regresi dengan data panel adalah sebagai berikut:

    Yit = 0+ 1X1it+ 2X2it +3X3it + 4X4it + eit

    Keterangan:

    Yit : Return saham

    0 : Konstanta

  • 30

    1, 2, 3, 4, : Koefisien variabel independent

    X1it : CR

    X2it : DER

    X3it : ROE

    X4it : PER

    eit : Error

    Terdapat tiga pendekatan dalam mengestimasi regresi data panel yang dapat

    digunakan yaitu model Common Effect, model Fixed Effect, dan model Random

    Effect.

    3.5.1 Common Effect

    Estimasi Common Effect (koefisien tetap antar waktu dan individu) merupakan

    teknik yang paling sederhana untuk mengestimasi data panel. Hal ini karena hanya

    dengan mengkombinasikan data time series dan data cross secsion tanpa melihat

    perbedaan antara waktu dan individu, sehingga dapat menggunakan metode OLS

    dalam mengestimasi data panel.

    Dalam pendekatan estimasi ini, tidak diperlihatkan dimensi individu maupun

    waktu. Diasumsikan bahwa perilaku data antar perusahaan sama dalam berbagai

    kurun waktu. Dengan mengkombinasikan data time series dan data cross section

  • 31

    tanpa melihat perbedaan antara waktu dan individu, maka model persamaan

    regresinya adalah:

    Yit = 0 + 1X1it+ 2X2it +3X3it + 4X4it + eit

    3.5.2 Fixed Effect

    Pendekatan estimasi common effect (slope konstan tetapi intersep berbeda antar

    individu) sangat jauh berbeda dari realita sebenarnya. Karakteristik antar

    perusahaan jelas akan berbeda, misalnya budaya perusahaan, gaya manajerial,

    sistem insentif, dan sebagainya. Salah satu cara paling sederhana mengetahui

    adanya perbedaan adalah dengan mengasumsikan bahwa intersep berbeda antar

    perusahaan sedangkan slopenya tetap sama antar perusahaan.

    Model yang mengasumsikan adanya perbedaan intersep biasa disebut dengan

    model regresi Fixed Effect. Teknik model Fixed Effect adalah teknik mengestimasi

    data panel dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya

    perbedaan intersep. Pengertian Fixed Effect ini didasarkan adanya perbedaan

    intersep antara perusahaan namun intersepnya sama antar waktu. Di samping itu,

    model ini juga mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar

    perusahaan dan antar waktu. Model Fixed Effect dengan teknik variabel dummy

    dapat ditulis sebagai berikut:

    Yit = 0 + 1X1it+2X2it +3X3it +4X4it+ 5d1it+ 6d2it +7d3it +.+ ndnit + eit

    3.5.3 Random Effect

  • 32

    Pada model Fixed Effect terdapat kekurangan yaitu berkurangnya derajat

    kebebasan (Degree Of Freedom) sehingga akan megurangi efisiensi parameter.

    Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dapat menggunakan pendekatan estimasi

    Random Effect. Pendekatan estimasi random effect ini menggunakan variabel

    gangguan (error terms). Variabel gangguan ini mungkin akan menghubungkan

    antar waktu dan anatar perusahaan. Penulisan konstanta dalam model random effect

    tidak lagi tetap tetapi bersifat random sehingga dapat ditulis dengan persmaan

    sebagai berikut:

    Yit = 0 + 1X1it+ 2X2it +3X3it + 4X4it+ eit + i

    Dalam memilih model data panel yang akan digunakan, pertama dilakukan uji

    Chow untuk menentukan apakah pengolahan data panel menggunakan metode

    Common Effect atau Fixed Rffect. Jika signifikan maka dilanjutkan dengan uji

    Hausman untuk memilih antara Fixed Effect dan Random Effect. Jika hasil uji

    Hausman signifikan maka disimpulkan pengolahan dilakukan dengan metode

    Fixed Effect. Namun, jika uji Hausman tidak signifikan maka dilanjutkan dengan

    uji Breusch-Pagan LM test untuk memilih antara metode Random Effect dan

    Common Effect.

    3.6 Pengujian Hipotesis

    Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen

    baik secara simultan maupun secara parsial mempengaruhi variabel dependen yang

  • 33

    mana dilakukan dengan ujit t (t-test) dan uji F (F-test) dengan tingkat signifikasi ()

    5% atau = 0,05.

    3.6.1 Uji t

    Uji statistik t ini digunakan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh masing-

    masing variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Kesimpulan

    yang diambil dalam uji t ini adalah dengan melihat signifikansi () dengan

    ketentuan :

    < 5% : Ha diterima. Berarti variabel independen secara parsial

    berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

    > 5% : Ha ditolak. Berarti variabel independen secara parsial tidak berpengaruh

    signifikan terhadap variabel dependen.

    3.6.2 Uji F

    Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen yang

    terdapat dalam persamaan regresi secara bersama-sama berpengaruh terhadap nilai

    variabel dependen. Dalam uji F kesimpulan yang diambil adalah dengan melihat

    signifikansi () dengan ketentuan :

    < 5% : Ha diterima. Berarti variabel independen secara simultan

    berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

  • 34

    > 5% : Ha ditolak. Berarti variabel independen secara simultan tidak berpengaruh

    signifikan terhadap variabel dependen.

    3.6.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)

    Uji koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk melihat seberapa jauh kemampuan

    model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005). Nilai R2

    berada antara 0 dan 1. Semakin mendekati 1 atau 100% maka semakin besar

    pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

    Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap

    jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan

    satu variabel independen maka R2 pasti meningkat tidak perduli apakah variabel

    tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (memiliki nilai

    t yang signifikan atau tidak). Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk

    menggunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi yang

    terbaik. Tidak seperti R2, nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu

    variabel independen ditambahkan ke dalam model (Kuncoro, 2003).