analisis finansial pemanfaatan ampas tebu …digilib.unila.ac.id/55054/3/skripsi tanpa bab...

86
ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU (BAGASSE) SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG MADU PLANTATIONS (Skripsi) Oleh Silva Anggun Larasati PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: dinhkhue

Post on 21-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

i

ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU (BAGASSE)

SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG

MADU PLANTATIONS

(Skripsi)

Oleh

Silva Anggun Larasati

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

ii

ABSTRACT

FINANCIAL ANALYSIS OF BAGASSE PROCESSING TO BE

ELECTRICITY AT GUNUNG MADU PLANTATION COMPANY

By

Silva Anggun Larasati

This research aimed to analyse the financially of feasibility and break even point

of power plant. This is a case study at PT Gunung Madu Plantations, Lampung.

Data collecting was conducted in May 2017. Data were analyzed using

financially analysis and break even point analysis. The investment of power plant

at PT Gunung Madu Plantations financially is feasible, with NPV velue of

Rp1.437.425.146.844, Net B/C of 7,00 , Gross B/C of 1,81 , IRR of 34,84 percent,

and payback periode of 1,75. Amount of revenue and electricity produced by PT

Gunung Madu Plantations has reached break even point. The result of this

analysis shows that the average of BEP revenue is Rp32.548.133.618 and BEP

electricity production is 49.994.808 KWh.

Key words : Bagasse, Break Even Point, Financially analysis.

Page 3: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

iii

ABSTRAK

ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU (BAGASSE)

SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG

MADU PLANTATIONS

Oleh

Silva AnggunLarasati

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan finansial dan titik impas

pembangkit listrik. Penelitian ini merupakan studi kasus pada PT Gunung Madu

Plantations, Lampung. Penelitian dilakukan pada Mei 2017. Data dianalisis

menggunakan analisis kuantitatif. Penelitian ini menggunakan analisis finansial

dan analisis Break Even Point (BEP). Investasi pembangkit listrik di PT Gunung

Madu Plantations secara finansial layak dilaksanakan, dengan NPV sebesar

Rp1.437.425.146.844, Net B/C sebesar 7,00, Gross B/C sebesar 1,81, IRR 34,84

persen, payback periode 1,75. Jumlah pendapatan dan listrik yang dihasilkan PT

Gunung Madu Plantations telah mencapai titik impas. Hasil analisis ini

menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan BEP adalah Rp32.548.133.618 dan

produksi listrik BEP adalah 49.994.808 KWh.

Kata kunci: Ampas tebu, Break Even Point, Analisis finansial.

Page 4: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

iv

ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU (BAGASSE)

SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG

MADU PLANTATIONS

Oleh

Silva Anggun Larasati

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2018

Page 5: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan
Page 6: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan
Page 7: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gunung Madu pada tanggal 9 Juni

1995, penulis merupakan anak pertama dari empat

bersaudara pasangan Bapak Hasan Bakri dan Ibu Maya Eni

Setyawati. Penulis telah menyelesaikan pendidikan Taman

Kanak-Kanak (TK) di TK Satya Dharma Sudjana pada

tahun 2001, pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SDN 1

Gunung Madu pada tahun 2007, Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di

SMP Satya Dharma Sudjana lulus pada tahun 2010, kemudian melanjutkan

pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung

lulus pada tahun 2013. Penulis diterima di Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Lampung pada tahun 2013 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN).

Semasa kuliah di Universitas Lampung, penulis pernah aktif sebagai anggota

bidang 2 (Pengkaderan dan Pengabdian Masyarakat) pada organisasi

HIMASEPERTA tahun 2013/2017. Pada tahun 2013 penulis meraih Juara 1 pada

Kejuaraan Internasional 7th

Jakarta Taekwondo Festival (JTF), tahun 2014 meraih

Juara 3 pada Kejuaraan Pekan Olahraga Provinsi (PORPROV) Lampung, tahun

2014 meraih Juara 1 pada Kejuaraan Internasional 10th

Jakarta Taekwondo

Page 8: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

viii

Festival (JTF), dan di tahun 2015 mendapatkan Juara 2 pada Kejuaraan

Taekwondo Lampung Tengah.

Pada tahun 2014, penulis mengikuti kegiatan homestay (Praktik Pengenalan

Pertanian) di Desa Pancasila Natar Kabupaten Lampung Selatan. Pada tahun

2016 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 60 hari di Desa

Pampangan Kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat. Pada tahun 2016,

penulis juga melaksanakan Praktik Umum (PU) di KGM (Koprasi Gunung Madu)

KM. 90 Gunung Batin Lampung Tengah.

Page 9: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

ix

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdullilahirobbil‘alamin, rasa syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT

atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisis Finansial Pemanfaatan Ampas Tebu (Bagasse) Sebagai

Bahan Bakar Pembangkit Listrik Di PT Gunung Madu Plantations” ini

dengan baik. Banyaknya pihak yang memberikan sumbangsih dukungan,

bimbingan, nasihat serta doa ,sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh sebab

itu dengan segala hormat, penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga

kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

2. Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si. selaku Ketua Jurusan Agribisnis, Fakultas

Pertanian, Universitas Lampung.

3. Dr. Ir. Zainal Abidin, M.E.S. sebagai pembimbing pertama, yang

memberikan bimbingan, saran, pengarahan, motivasi, kritik dan nasihat

kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si. sebagai pembimbing kedua dan

Pembimbing Akademik, yang memberikan bimbingan, saran, pengarahan,

motivasi, kritik dan nasihat kepada penulis hingga dapat menyelesaikan

skripsi ini.

Page 10: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

x

5. Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, M.Sc. selaku Penguji Bukan Pembimbing, yang

telah memberikan saran, arahan, kritik dan masukan untuk perbaikan skripsi.

6. Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si. selaku Pembimbing Akademik, atas

bimbingan, petunjuk, saran dan arahan, selama penulis menjadi mahasiswa.

7. Seluruh dosen di Jurusan Agribisnis yang telah memberikan ilmu

pengetahuan, dan pengalaman selama penulis menjadi mahasiswa Universitas

Lampung.

8. Seluruh karyawan di Jurusan Agribisnis yang telah membantu memperlancar

proses administrasi serta pengertiannya.

9. Keluargaku tercinta ayah Hasan dan IbuMaya, ketiga adikku Rika Qonita

Saniyawati, Trisya Fatimah Azzahra dan Azizah Putri Hasanah yang telah

memberikan dukungan, doa dan bantuan hingga tercapainya gelar Sarjana

Pertanian bagi penulis.

10. Bapak Iwan Kurniawan dan Bapak R. Agung Wibowo yang telah

memberikan kemudahan dalam mendapatkan informasi serta pengalaman

selama penulis melakukan penelitian.

11. Terimakasih untuk sahabat “Long Trip” yang terdiri dari Irma Indriani,

Muhammad Izzuddin, Ahmad Andis, Pangat, Prama Dwi, Cholil Issudi yang

telah memberikan waktubersama disaat penulis mengalami gejolak suka

maupun duka dalam penyusunan skripsi.

12. Sodik Azzar Anas, Fren Oktabeni, Sufridi, Syukron Hakan S, Imam Khanfi

yang telah membantu dan mendukung dalam kelancaran penulisan skripsi.

13. Terima Kasih untuk saudara “Vita kost” yang terdiri dari Rendi, Rama,

Arman, Santo, Jepri, tante Nanda, om Jun yang sering menemani begadang

pada saat penulisan skripsi.

Page 11: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

xi

14. Terima Kasih untuk sahabat SMA: Hanggita, Rizky, , Eka, Meita, Melisa,

Rahmi, Raya, Rian, Sri Suryani, Terry, Viryanda atas persahabatannya, telah

memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

15. Terimakasih untuk pahlawan Zilong, Nana, Lyla, Miya, dan Belerick, yang

telah mengisi waktu luang penulis disaat penulis mengalami stagnasi dalam

menyusun skripsi.

16. Terimakasih untuk PUBG Mobile yang telah meluangkan waktu untuk

menemani penulis jalan-jalan ke Erangel, Miramar dan Sanhok dalam

mengembalikan mood booster penulis pada saat menyusun skripsi.

17. Sahabat dan rekan seperjuangan semasa kuliah, Rika Agustina, Rani Satiti,

Shima Uturza Basiroh, Stella Ayu Anggraeni, Selvy Friana Sary, Bella

Aldila, Rahma Lalita, Gita Marinda dan seluruh rekan seperjuangan

Agribisnis 2013 yang lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu

yang telah memberikan doa, semangat, dan dukungan.

18. Kakak-kakak dan abang-abang Agribisnis 2012, serta adik-adik Agribisnis

2014 yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang terbaik atas segala dukungan,

bimbingan, nasihat serta doa. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas

dari kesalahan, oleh karena itu penulis meminta maaf. Semoga skripsi ini dapat

berguna dan bermanfaat. Aamiin yaa Rabbalalaamiin.

Bandar Lampung, September 2018

Penulis

Silva Anggun Larasati

Page 12: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................................... i

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 7

1. Ampas Tebu Bernilai Ekonomi .................................................. 7

2. Proses Pabrikasi Gula dari Tebu ................................................. 9

3. Sistem Kogenerasi di Pabrik Gula .............................................. 13

4. Proses Konversi Energi dari Ampas Tebu Menjadi

Energi Listrik .............................................................................. 14

5. Teori Biaya ................................................................................. 16

6. Perhitungan Biaya Pembangkitan Total ..................................... 16

7. Penerimaan .................................................................................. 18

8. Pendapatan .................................................................................. 19

9. Analisis Kelayakan Finansial ...................................................... 19

10. Analisis Sensitivitas .................................................................... 24

11. Analisis Break Even Point (BEP) .............................................. 25

B. Kajian Penelitian Terdahulu .............................................................. 28

C. Kerangka Pemikiran........................................................................... 31

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian .............................................................................. 34

B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ............................................ 34

C. Lokasi Penelitian, Responden dan Waktu Penelitian ........................ 38

D. Jenis dan Metode Pengumpulan Data ................................................ 39

E. Metode Analisis Data ......................................................................... 40

Page 13: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

ii

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Singkat PT Gunung Madu Plantations .................................... 50

B. Lokasi Perusahaan ................................................................................ 52

C. Struktur Organisasi Perusahaan ........................................................... 53

D. Visi dan Misi Perusahaan ..................................................................... 57

E. Ketenagakerjaan ................................................................................... 57

F. Fasilitas Kesejahteraan ......................................................................... 58

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Poduksi Tebu di PT GMP .................................................................... 60

B. Proses Pengolahan Tebu Menjadi Gula di PT GMP ............................ 61

C. Penanganan Limbah Pada PT GMP ..................................................... 69

D. Analisis Kelayakan Finansial PLTU Berbahan Bakar Bagasse .......... 74

1. Perhitungan Biaya Pembangkit Total .............................................. 74

2. Produksi dan Penerimaan ................................................................ 79

3. Analisis Kriteria Investasi ............................................................... 80

4. Analisis Sensitivitas ......................................................................... 84

5. Analisis Break Even Point ............................................................... 87

VI. KESIMPULAN A. Kesimpulan ......................................................................................... 92

B. Saran ................................................................................................... 93

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Definisi Operasional................................................................................... 36

2. Jumlah karyawan PT GMP (PT GMP, 2017). ........................................... 58

3. Fasilitas penunjang untuk karyawan PT GMP, (PT GMP,2017). .............. 59

4. Gambaran jumlah tebu giling, produksi gula, kapasitas giling dan

rendemen gula di PT GMP ......................................................................... 61

5. Spesifikasi boiler ....................................................................................... 72

6. Biaya investasi PLTU bagasse di PT GMP ............................................... 75

7. Hasil analisis finansial PLTU berbahan bakar bagasse di PT GMP .......... 81

8. Analisis sensitivitas PLTU berbahan bakar bagasse di PT GMP .............. 86

9. Nilai BEP penerimaan PLTU berbahan bakar bagasse ............................. 88

10. Nilai BEP KWh listrik PLTU berbahan bakar bagasse ............................. 90

11. Biaya investasi PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations ............. 100

12. Biaya penyusutan per tahun PLTU Bagasse di PT Gunung Madu

Plantations .................................................................................................. 101

13. Biaya penyusutan dan pajak PLTU Bagasse pada PT Gunung Madu

Plantation ................................................................................................... 102

14. Perhitungan peramalan jumlah tebu giling ................................................ 103

15. Perhitungan peramalan produksi bagasse real .......................................... 104

16. Perhitungan peramalan konsumsi bagasse real ......................................... 105

Page 15: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

iv

17. Perhitungan jumlah listrik yang dihasilkan ................................................ 106

18. Perhitungan peramalan biaya valve ............................................................ 107

19. Perhitungan peramalan biaya rell bagasse carrier .................................... 108

20. Perhitungan peramalan biaya rante bagasse carrier .................................. 109

21. Perhitungan peramalan biaya spare part ................................................... 110

22. Perhitungan peramalan biaya super heater ................................................ 111

23. Perhitungan peramalan biaya side header.................................................. 112

24. Perhitungan peramalan biaya rear header ................................................. 113

25. Perhitungan peramalan biaya front header ................................................ 114

26. Perhitungan peramalan harga oli Mesin ..................................................... 115

27. Perhitungan peramalan harga bagasse ....................................................... 116

28. Perhitungan peramalan harga listrik industry ............................................ 117

29. Perhitungan peramalan harga listrik rumah tangga .................................... 118

30. Perhitungan peramalan suku bunga korporasi ........................................... 119

31. Biaya servis per tahun mesin PLTU Bagasse di PT Gunung Madu

Plantations .................................................................................................. 120

32. Konsumsi bagasse ...................................................................................... 121

33. Konsumsi bagassereal ............................................................................... 122

34. Biaya bahan bakar per tahun PLTU Bagasse di PT Gunung Madu

Plantations .................................................................................................. 123

35. Biaya bahan bakar per tahun PLTU Bagasse di PT Gunung Madu

Plantations (Setelah Kenaikan 11%) .......................................................... 124

36. Biaya bahan bakar per tahun PLTU Bagasse di PT Gunung Madu

Plantations (Setelah Kenaikan 22%) .......................................................... 125

Page 16: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

v

37. Biaya bahan bakar per tahun PLTU Bagasse di PT Gunung Madu

Plantations (Setelah Kenaikan 33%) .......................................................... 126

38. Biaya pelumas Turbin PLTU Bagasse di PT Gunung Madu

Plantations .................................................................................................. 127

39. Biaya tenaga kerja mesin PLTU Bagasse di PT Gunung Madu

Plantations .................................................................................................. 128

40. Penerimaan PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations ................... 129

41. Penerimaan PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations (harga

listrik rumah tangga) .................................................................................. 130

42. Penerimaan PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations (setelah

penurunan harga listrik 9%) ....................................................................... 131

43. Cashflow PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations ...................... 132

44. Cashflow PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations

(penurunan harga listrik 9%) ...................................................................... 135

45. Cashflow PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations (setelah

kenaikan harga Bagasse 11%) ................................................................... 138

46. Cashflow PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations (setelah

kenaikan harga Bagasse 22%) ................................................................... 141

47. Cashflow PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations (setelah

kenaikan harga Bagasse 33%) ................................................................... 144

48. Cashflow PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations (harga

listrik rumah tangga) .................................................................................. 147

49. Analisis finansial PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations .......... 150

50. Analisis finansial PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations

(harga listrik rumah tangga) ....................................................................... 152

51. Analisis sensitivitas PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations

(penurunan harga listrik 9%) ...................................................................... 154

52. Analisis sensitivitas PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations

(kenaikan harga bagasse 11%) .................................................................. 156

Page 17: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

vi

53. Analisis sensitivitas PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations

(kenaikan harga bagasse 22%) .................................................................. 158

54. Analisis sensitivitas PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations

(kenaikan harga bagasse 33%) .................................................................. 160

55. Analisis finansial PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations

(kenaikan tingkat suku bunga sebesar 5%) ................................................ 162

56. Analisis finansial PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations

(kenaikan tingkat suku bunga sebesar 10%) .............................................. 164

57. Analisis finansial PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations

(kenaikan tingkat suku bunga sebesar 15%) .............................................. 166

58. Laju Kepekaan PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations ............. 168

59. Laju Kepekaan PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations ............. 169

60. Laju Kepekaan PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations ............. 170

61. Analisis sensitivitas PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations ...... 171

62. Analisis sensitivitas PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations ...... 172

63. Analisis sensitivitas PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations ...... 173

64. Analisis finansial PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations .......... 174

65. Analisis finansial PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations

setelah menggunakan tarif listrik rumah tangga ........................................ 174

66. Analisis sensitivitas PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations

setelah penurunan harga listrik 9% ............................................................ 175

67. Analisis sensitivitas PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations

setelah kenaikan bagasse 11% ................................................................... 175

68. Analisis sensitivitas PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations

setelah kenaikan bagasse 22% ................................................................... 176

69. Analisis sensitivitas PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations

setelah kenaikan bagasse 33% ................................................................... 176

70. Analisis finansial PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations

setelah kenaikan suku bunga 5% ............................................................... 177

Page 18: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

vii

71. Analisis finansial PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations

setelah kenaikan suku bunga 10% ............................................................. 177

72. Analisis finansial PLTU Bagasse di PT Gunung Madu Plantations

setelah kenaikan suku bunga 15% ............................................................. 178

73. Break event point (unit) PLTU di PT GMP ............................................... 179

74. Break event point (rupiah) PLTU di PT GMP ........................................... 180

Page 19: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram alir proses pabrik gula dengan sistem kogenerasi lama

(Rifai, 2015) .............................................................................................. 10

2. Diagram alir proses di pabrik gula dengan sistem kogenerasi terbaru

(Rifai, 2015) .............................................................................................. 12

3. Gambaran umum proses dan sistem pembangkit yang digunakan

di pabrik gula (Rifai, 2015) ....................................................................... 13

4. Sistem kogenerasi di pabrik gula yang saat ini umum digunakan

(Rifai, 2015) .............................................................................................. 14

5. Proses konversi energi dari ampas tebu menjadi energi listrik

(Saputra, 2010.) ......................................................................................... 16

6. Kerangka pemikiran analisis manfaat ekonomi pengolahan ampas

tebu/bagasse(Studi kasus pada PT Gunung Madu Plantations) ............... 33

7. Areal perkebunan PT.GMP (PT GMP, 2017) ........................................... 53

8. Struktur organisasi PT GMP (PT GMP, 2017) ......................................... 54

9. Peralatan penanganan tebu di pabrik gula PT GMP (PT GMP, 2017) ..... 62

10. Pengisian dan preparasi tebu di PT GMP (PT GMP, 2017) ..................... 63

11. Stasiun gilingan PT GMP (Data diolah, 2017) ......................................... 64

12. Boiler dan pembangkit tenaga listrik di PT GMP (Data diolah, 2017) ... 65

13. Clarifier danvacuum filter PT GMP (Data diolah, 2017) ........................ 65

14. Evaporator PT GMP (Data diolah, 2017) ................................................ 66

15. Vacuum pans PT GMP (data diolah, 2017) ............................................. 67

16. Batch centrifugal dan continuous centrifugal PT GMP(data diolah, 2017) 68

Page 20: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

ix

17. Pengemasan produk PT GMP (Data diolah, 2017) ................................... 69

18. Instalasi pengolahan air limbah PT GMP (Data diolah, 2017) ................. 70

19. Surplus bagasse di PT GMP (Data diolah, 2017) ..................................... 71

20. Proses pembuatan pupuk organik di PT GMP (Data di olah, 2017) ......... 73

Page 21: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat dan industri yang

saat ini masih terus menjadi masalah karena kekurangan produksi dalam negeri,

sementara kebutuhan terus meningkat.Direktorat Jenderal Perkebunan (2016)

menyatakan bahwa produksi gula di Indoesia pada tahun 2015 mencapai 2,3 juta

ton, produksi tersebut masih dianggap jauh dari target. Hasil pengamatan yang

didapat dari Direktorat Jenderal Perkebunan (2016)menyatakan bahwa terdapat

tiga status pengusahaan yang berbeda yaitu Perkebunan Besar Swasta (PBS),

Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Rakyat (PR).PBS lebih unggul

dalam memproduksi tebu dibandingkan dengan PBN dan PR.

Provinsi Lampung menduduki peringkat pertama dalam memproduksi gula

dengan rincian yaitu luas areal tanam seluas 96.876 ha dengan luas panen 96.766

ha yang menghasilkan produksi gula hablur sebanyak 616.080 ton dengan

produktivitas 6.367 kg/ha.Industri swasta di Provinsi Lampung berpotensi dalam

memproduksi gula, ditunjukkan dengan banyaknya luas areal yang dimiliki dan

produktivitas yang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan provinsi

lainnya.Proses produksi yang dilakukan di pabrik gula tidak hanya menghasilkan

gula saja, tetapi terdapat produk sampingan berupa limbah.

Page 22: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

2

Limbah merupakan produk buangan yang terbuang percuma dan jarang di

manfaatkan, sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan yang secara tidak

langsung akan menambah pengeluaran pabrik gula. Proses pembuatan gula dari

tebu menghasilkan beberapa jenis limbah atau produk samping. Menurut Pusat

Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI, 2008) komposisi rata-rata hasil dari

pengolahan tebu industri di Indonesia terdiri dari limbah cair sebesar 52,9 persen,

ampas tebu (Bagasse) sebesar 32 persen, gula sebesar 7,05 persen, tetes sebesar

4,5persen, blotong sebesar 3,5 persen, dan abu sebesar 0,1 persen.Satu ton tebu

dapat menghasilkan sekitar 300 kg bagasse dan satu ton bagassebisa untuk

membangkitkan listrik dengan cogeneration sebesar 220-240 KWh(Agrofarm,

2014).Industri gula yang berada di luar Pulau Jawa khususnya, di pandang

memiliki hasil Bagasse yang cukup melimpah.

Bagasse merupakan limbah selulosik yang banyak sekali potensi

pemanfaatannya.Bagasse dapatdimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak

berserat.Dalam prosesnya,bagasse harus mengalami perlakuan fisik dan biologis

terlebih dahulu karena tekstur ampas tebu yang keras, nilai gizi yang rendah dan

rendahnya kecernaan membuat penggunaan pakan dari bagasse kurang

baik.Bagasse memiliki kadar pentosan cukup tinggi, yaitu sebesar 18,86 persen

dengan kadar air sebesar 6,76 persen, sehingga memungkinkan ampas tebu untuk

diolah menjadi furfural. Pembuatan fulfural belum ada di Indonesia, selama ini

Indonesia masih mengimpor fulfural dari Cina(Andaka, 2011).Berdasarkan riset

yang dilakukan selama tiga tahun (1999-2002), PT PG Rajawali II menemukan

bahwa bagasse merupakan bahan yang lebih baik dibandingkan jerami atau

jagung, untuk menggantikan asbesdalam pembuatan kanvas rem (Pratama, 2011).

Bagasse juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kompos, pulp,

dan particle board namun dalam pembuatannya, pabrik gula memerlukan

Page 23: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

3

penambahan peralatan, tenaga kerja dan bahan tambahan lainnya sehingga sangat

jarang perusahaan yang memanfaatkan bagasse dengan mengolahnyasendiri.

Perusahaan gula cenderung menjual bagasse secara langsung dengan harga

Rp50/kg.Etanol, CMC (carboxymethyl cellulose), dan bahan penyerap (adsorbent)

zat warna juga merupakan hasil pengolahan bagasse yang masih dalam taraf

penelitian (Misran, 2005).

Beberapa pabrik gula hanya memanfaatkan bagasse sebagai bahan

bakupembuatan kompos dan bahan bakar pada katel uap (boiler),pemanfaatan

bagasse tersebut masih dalam skala kecil sehingga hanya menghabiskanbagasse

sedikit.Penggunaan bagasse yang sedikit sebagai bahan bakar pada boiler

menyebabkan jumlah limbah bagasse yang menumpuk dan dapat menimbulkan

masalah dalam penyimpanannya. Salah satu cara perusahaan dalam menangani

limbah bagasse adalah dengan caradibakar. Pembakaran bagasse oleh pabrik

dapat menyebabkan pencemaran udara dan menyebabkan kebakaran pada pabrik.

Kasus kebakaranyang pernah terjadi pada beberapa pabrik gula diantaranya PG

Cukir (11 November 2013), PTPN X (2 Februari 2015), PG Candi (31 Juli 2015),

PG Rajawali (10 September 2015) dan PT LPI (5 Januari 2017). Kebakaran

tersebut disebabkan oleh kurangnya kepedulian perusahaan terhadap penanganan

bagasse (Dinata, 2017).Salah satu kontribusi perusahaan industri gula terhadap

penekanan dampak pencemaran lingkungan adalah dengan memanfaatkan limbah

bagasse sebagai bahan bakar pembangkit listrik.

Saat ini bagassedigunakan sebagaisalah satu sumber energi alternatif pengganti

fosil dalam pembuatan energi listrik.Kementerian Energi dan Sumber Daya

Page 24: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

4

Mineral (2015) menunjukkan rasio elektrifikasi kelistrikan nasional hingga akhir

tahun 2014 yang tercatat hanya sebesar 84,35 persen. Kondisi tersebut dinilai

belum cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional.Menurut pasal 11 ayat

(1) UU 30 Tahun 2009, tidak hanya BUMN saja yang berhak untuk melakukan

usaha penyediaan tenaga listrik, namun sekarang BUMD, badan usaha swasta,

koperasi, dan swadaya masyarakat yang berusaha di bidang penyediaan tenaga

listrik juga punya hak yang sama dalam hal melakukan usaha penyediaan tenaga

listrik.Jumlah bagasse yang melimpah dan sukar disimpan memberikan peluang

perusahaan industri gula untuk terus dapat memanfaatkan ketersediaan bahan

bakar tersebut untuk diolah menjadi listrik.

Pemanfaatan limbah di PT GMP dianggap cukup optimal dibuktikan dengan

pengolahanbagasse sehingga terpenuhinya kebutuhan akan listrik secara mandiri

dan menghasilkan surplus listrik, oleh sebab itu pada tahun 2015 PT GMP

menerima penghargaan energi. Menurut Direktorat Jenderal Energi Baru

Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE, 2015) penghargaan tersebut

merupakan apresiasi pemerintah untuk menghargai jasa perusahaan yang berjasa

dan berdampak besar dalam kegiatan usaha pengembangan, penyediaan dan

pemanfaatan energi dengan prinsip diversifikasi atau konservasi energi dengan

menghasilkan produk nyata sebagai hasil inovasi dan pengembangan teknologi

baru.Tidak hanya itu, PT GMP juga bersertifikat PROPER (Program Penilaian

Peringkat Kinerja Perusahaan dalam pengelolaan Lingkungan Hidup) hijau, Itu

artinya perusahaan telah berupaya dalam pengendalian pencemaran atau

kerusakan lingkungan hidup dan mencapai hasil lebih baik dari persyaratan yang

ditentukan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang- undangan yang

berlaku.

Page 25: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

5

PT Gunung Madu Plantations merupakan pionir industri gula di Lampung yang

menerapkan teknologi maju di kebun dan di pabrik termasuk pemanfaatan produk

sampingan yang berupa limbah. PT GMP memanfaatkan limbah padatnya yang

berupa bagasse sebagai bahan bakar boiler sumber utama bahan pembangkit

listrik. Bagasse di manfaatkan sebagai bahan bakar 4 unit boiler dengan kapasitas

terpasang masing-masing No.1 = 120 ton/jam; No.2 = 120 ton/jam; No.3 = 80

ton/jam; No.4 = 120 ton/jam. Energi potensial uap yang dibangkitkan digunakan

untuk menggerakkan 4 buah back pressure turbo-alternator yang masing-masing

mampu membangkitkan tenaga listrik sebesar 5MW, menggerakkan turbin uap

penggerak unit preparasi (cane cutter dan shredder) dan unit ekstraksi (gilingan).

Pada masa tidak giling (off-season) boiler4 tetap beroperasi dan memanfaatkan

bahan bakar bagasse kelebihan dari masa giling untuk melayani kebutuhan uap

penggerak turbine generator dalam memenuhi kebutuhan listrik perumahan divisi

I s/d divisi VII,perkantoran, maintenance peralatan di pabrik dan pompa irigasi

pertanian.

Upaya pengendalian pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup dengan cara

memanfaatkan limbah bagasse menjadi energi listrik merupakan tindakan

alternatif yang menguntungkan bagi perusahaan.Hal tersebut yang melatar

belakangi untuk dilaksanakannya penelitian yang lebih mendalam tentang

investasi pembangkit listrik berbahan bakar bagasse. Oleh karna itu diperlukan

penelitian mengenai analisis finansial, analisis sensitivitas dan analisis break even

point (BEP) pada pengolahan bagasse di PT Gunung Madu Plantations.

Page 26: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan tersebut, dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kelayakan finansial investasi pembangkit listrik berbahan bakar

bagasse pada PT GMP.

2. Apakah besarnya penerimaan dan produksi listrik yang dihasilkan PT GMP

dapat mencapai break even point apabila energi listrik yang dihasilkan PT

GMP dikonsumsi golongan rumah tangga.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang disusun, maka tujuan penelitian adalah

1. Menganalisis kelayakan finansial investasi pembangkit listrik berbahan bakar

bagasse pada PT GMP.

2. Menganalisis besarnya penerimaan dan produksi listrik PT GMP dalam

keadaan mencapai break even pointapabila energi listrik yang dihasilkan PT

GMP dikonsumsi golongan rumah tangga.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Perusahaan yang diteliti, sebagai bahan evaluasi kinerja perusahaan dalam

upaya memanfaatkan potensi energi listrik.

2. Perusahaan lain, sebagai pertimbangan dalam menekan dampak pencemaran

lingkungan dan pemanfaatan potensi listrik.

3. Pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dan informasi mengenai dampak

yang ditimbulkan oleh pemanfaatan limbah bagasse.

4. Peneliti lain, sebagai bahan referensi penelitian yang sejenis.

Page 27: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Ampas Tebu Bernilai Ekonomi

Kemampuan alam untuk mengelola limbah semakin berkurang karena

terlalubanyaknya limbah yang harus ditampung melebihi daya tampung

lingkungan, dan kemampuan alam menyediakan kesenangan juga semakin

berkurang karena banyak sumber daya alam dan lingkungan yang telah diubah

fungsinya atau karena meningkatnya pencemaran.Limbah adalah bahan sisa pada

suatu kegiatan atau proses produksi. Limbah dapat dibedakan berdasarkan nilai

ekonomisnya dapat digolongkan dalam 2 golongan yaitu (1) Limbah yang

memiliki nilai ekonomis, limbah yang dengan proses lebih lanjut/diolah dapat

memberikan nilai tambah. (2) Limbah non ekonomis, limbah yang tidak akan

memberikan nilai tambah walaupun sudah diolah, pengolahan limbah ini sifatnya

untuk mempermudah sistem pembuangan(Suparmoko dan Suparmoko, 2000).

Bagassemerupakan limbah selulosik yang banyak sekali potensi

pemanfaatannya.Bagasse dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak

berserat.Dalam prosesnya, bagasse harus mengalami perlakuan fisik dan biologis

terlebih dahulu karena tekstur ampas tebu yang keras, nilai gizi yang rendah dan

rendahnya kecernaan membuat penggunaan pakan dari bagasse kurang baik.

Page 28: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

8

Upaya mengatasinya dengan melakukan pemecahan ikatan lignin selulosa dan

hemiselulosa pada ampas tebu. Pemasakan ampas tebu dengan kadar air 30%

pada tekanan 1,5 kg/cm2 menggunakan autoclave dan fermentasi menggunakan

starter berupa kapang Trichodermaviride mampu menurunkan kadar serat dinding

sel (NDF/Neutral Detergent Fiber) dan kadar selulosa pada ampas tebu sehingga

sesuai digunakan sebagai pakan ternak berserat (Christiyanto, 2005).

Bagasse memiliki kadar pentosan cukup tinggi, yaitu sebesar 18,86% dengan

kadar air sebesar 6,76% (Andaka, 2011), sehingga memungkinkan ampas tebu

untuk diolah menjadi furfural. Hasil studi menunjukkan yield furfural mencapai

titik maksimum pada suhu 100 oC sebesar 5,07% dan yield furfural mencapai titik

optimum pada waktu reaksi hidrolisis selama 120 menit sebesar 5,67%. Furfural

memiliki aplikasi cukup luas dalam berbagai industri, seperti pengolahan minyak

bumi, pembuatan nilon, pelapisan, farmasi, dan serat sintetik. Pembuatan furfural

belum ada di Indonesia, selama ini Indonesia masih mengimpor

furfural dari Cina(Wijanarko, 2006).

Berdasarkan riset yang dilakukan selama tiga tahun (1999-2002), PT PG Rajawali

II menemukan bahwa bagasse merupakan bahan yang lebih baik dibandingkan

jerami atau jagung, untuk menggantikan asbes dalam pembuatan kanvas rem

(brake pad). Kanvas rem jenis ini belum banyak diminati karena kotoran dari

pengikisan kampas berwarna hitam dapat mengotori pelek, harganya pun lebih

mahal dan tidak pakem pada panas tinggi (Pratama, 2011).Bagasse juga dapat

dimanfaatkan sebagai bahan baku pulp, dan particle board. Etanol , CMC

(carboxymethyl cellulose), dan bahan penyerap (adsorbent) namun masih dalam

taraf penelitian (Misran, 2005).

Page 29: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

9

Menurut hasil penelitian Saputra (2010), memanfaatkan limbah industri gula

berupa ampas tebu (bagasse)sebagai bahan bakarPLTU bernilai ekonomis bila

dibandingkan dengan PLTU batu bara dalam hal biaya modal dan biaya bahan

bakar. Selain itu, dengan harga jual Rp 795,00/ KWh, dengan suku bunga 6%,

biaya modal untuk pembangunan PLTU Ampas tebu ini dapat kembali setelah 17

tahun.Jenis konversi energi pembangkit listrik dengan menggunakan biomassa,

mempunyai biaya pembangkitan yang sedikit relative lebih murah dibanding

dengan PLTU batubara karena PLTU biomassa menggunakan bahan bakar limbah

ampas tebu, sehingga biayanya sangat murah. Selain memiliki harga

pembangkitan yang relative murah, biaya bahan bakar dari biomassa merupakan

energy renewable, sehingga tidak dapat habis.

2. Proses Pabrikasi Gula dari Tebu

Menurut Rifai (2015), proses pabrikasi gula dari tebu setelah tebu dipanen dan

sudah berada di halaman pabrik (cane yard) untuk diproses pada dasarnya

dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu ekstraksi, pemurnian, penguapan,

kristalisasi, sentrifugasi dan penyelesaian.Diagram alir proses pabrik gula dengan

sistem kogenerasinya (lama)akan disajikan pada Gambar 1.

Diagram alir di bawah merupakan porses dan energi di pabrik gula dengan sistem

kogenerasi model lama yang sebagian masih ada di pabrik gula di Indonesia.

Ampas tebu dari proses ekstraksi digunakan sebagai bahan bakar di stasiun

pembangkit untuk menghasilkan energi uap dan energi listrik yang diperlukan

untuk menjalankan semua peralatan proses pabrikasi gula, hal ini diistilahkan

sebagai sistem kogenerasi. Definisi dari kogenerasi (co- generation) yaitu

Page 30: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

10

memproduksi energi listrik dan energi termal secara bersamaan dari suatu proses

pembakaran bahan bakar. Pada proses di bawah, ampas tebu dari stasiun ekstrasi

digunakan sebagai bahan bakar boiler di stasiun pembangkit, uap dari boiler

sebagian digunakan untuk menggerakkan turbin alternator untuk menghasilkan

listrik dan sebagian digunakan oleh turbin penggerak gilingan di stasiun

ekstraksi.Uap tereduksi yang keluar dari turbin penggerak turbin alternator

maupun turbin penggerak gilingan digunakan sebagai pemanas baik di stasiun

pemurnian, penguapan dan kristalisasi.

Gambar 1.Diagram alir proses pabrik gula dengan sistem kogenerasi lama (Rifai,

2015).

TEBU

GULA PRODUK

Nira Mentah

Nira Jernih

Nira Kental

AMPAS TEBU

Listrik

untuk proses

Blotong

(Filter Cake) Lahan/ Kebun

PABRIK

ETANOL

EKSTRAKSI Cutting, shredding &

Extraction with Milling or

Diffuser

PEMURNIAN

Juice treament &

Clarification

PENGUAPAN

Multiple Effect

Evaporotion

KRISTALISASI

Boiling & Collung

Crystallization

SENTRIFUGASI

Sugar Crystal Separation

by Centrifugal

Masakan

Kristal Gula

PENYELESAIAN

Sugar Crystal Drying,

Weighing & Pockoging

AIR IMBIBIS

Ca(OH)2,SO2

TETES

(FINAL MOLASSES)

3

PEMBANGKIT

Cogeneration System

(Boiler + Steam

Turbine)

1

2

2

Keterangan :

Uap tekanan menengah untuk mesin turbin

penggerak gilingan (+20

kg/cm2)

Uap tekanan rendah untuk proses (Uap Jenuh

1,4 – 2 kg/cm2)

Strop (molasses) & Gula

Low Grade

2

1

3

Page 31: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

11

Potensi surplus listrik dari proses pabrikasi gula dari tebu dapat dicapai bila

pembangkitan, distribusi dan penggunaan energi baik energi uap maupun energi

listrik dilakukan lebih efisien. Pemilihan skema dan peralatan proses yang

digunakan sangat menentukan pencapaian efisiensi yang ingin dicapai. Terdapat

beberapa pilihan skema proses yang dapat diterapkan di pabrik gula untuk

meningkatkan efisiensi energi, yaitu:

a. Stasiun penguapan menggunakan sistem quintiple, yaitu sistem penguapan

multi efek dengan jumlah efek sebanyak 5. Semakin banyak jumlah efek maka

semakin ekonomis penggunaan uap, hal ini telah diteliti oleh Norbert Rillieux

di Lousiana (US) dan dipatenkan pada tahun 1840 dimana pada prinsip

pertama Rillieux pada penguapan multi efek menyatakan bahwa dalam

penguapan sistem multi efek dengan jumlah N efek maka 1 kg uap akan dapat

menguapkan sejumlah N kg air.

b. Mengoptimalkan penggunaan uap bleeding, yaitu penggunaan uap hasil

penguapan nira di stasiun evaporator untuk digunakan sebagai media pemanas

di pemanas nira (juice heater) dan media pemanas di stasiun kristalisasi

(masakan). Hal ini sesuai dengan prinsip Rillieux yang kedua yaitu bila

sejumlah uap diambil dari efek ke i dari penguapan multi efek sebanyak N

efek dan digunakan sebagai pemanas ditempat lain maka akan mendapatkan

penghematan uap sebanyak i/N dikalikan dengan jumlah uap yang digunakan.

c. Mengganti mesin-mesin penggerak turbin uap (steam turbine drive) terutama

untuk penggerak gilingan dengan mesin penggerak yang lebih efisien seperti

penggerakelektromotor (electrical drive) atau penggerak hidraulik (hydraulic

drive). Peter Rein(2007), mengungkapkan bahwa efisiensi energi penggerak

turbin-turbin uap dapat mencapai 70 – 75 persen, sedangkan penggerak elektro

motor dapat mencapai 80 – 90 persen dan penggerak hidraulik berkisar 80 –

85 persen.

Page 32: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

12

Dengan menerapkan skema dan pemilihan peralatan yang tepat maka dapat

diperkirakan jumlah penghematan energi yang akan diperoleh. Diagram alir

proses di pabrik gula dengan sistem kogenerasi terbaruakan disajikan pada

Gambar 2. Diagram alir tersebut menunjukkan bahwa semua ampas tebu

dioptimalkan untuk menghasilkan listrik di stasiun pembangkit dimana uap boiler

difokuskan untuk menggerakkan turbin alternator, semua mesin penggerak diganti

dengan sistem elekromotor kemudian kebutuhan uap pemanas dalam proses

dicukupi dengan uap tereduksi yang keluar dari turbin uap penggerak turbin

alternator sebagai penghasil listrik.

Gambar 2.Diagram alir proses di pabrik gula dengan sistem kogenerasi terbaru

(Rifai, 2015).

TEBU

EKSTRAKSI

PEMURNIAN

PENGUAPAN

KRISTALISASI

SENTRIFUGASI

PENYELESAIAN

Cutting, Shredding &

Extraction with milling

or Diffuser

Juice treoment &

Clarification

Multiple Effect

Evaporotion

Boiling & Cooling

Crystalization

Sugar Crystal Seporotion

By Centrifugal

Sugar Crystal Drying

Weighing &

Pockoging

GULA PRODUK TETES

(FINAL MOLASSES)

AIR IMBIBISI

Ca(OH)2,SO2

Uap

Bleeding

Nira Mentah

Nira Jernih

Nira Kental

Masakan

Kristal Gula

Listrik

untuk proses

Surplus

Listrik

Ke PLN PEMBANGKIT

Cogeneration System

(Boiler + Stream Turbine)

2

Blotong

(Filter Cake)

PABRIK

ETANOL

Lahan/

Kebun

Keterangan:

Uap tekanan rendah

untuk proses

(Uap Jenuh 1,4-2 kg/cm2)

Strop (molasses) &

Gula Low Grade

2

1

1

AMPAS TEBU

Page 33: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

13

Gambaran umum proses dan sistem pembangkit yang digunakan di pabrik gula

disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3.Gambaran umum proses dan sistem pembangkit yang digunakan di

pabrik gula (Rifai, 2015).

Tebu sebagai bahan baku produksi diproses pertama kali di stasiun gilingan untuk

diambil cairan gula (nira) dengan dibantu penambahan air imbibisi. Nira tebu dari

stasiun gilingan yang diperoleh selanjutnya diproses untuk menghasilkan produk

gula, hasil samping stasiun gilingan berupa bagasse digunakan sebagai bahan

bakar boileruntuk menghasilkan uap baru yang digunakan sebagai energi

penggerak turbin-turbin baik turbin generator maupun turbin penggerak

gilingan.Uap sisa yang keluar dari turbin-turbin tersebut yang disebut dengan uap

bekas kemudian digunakan sebagai pemanas di dalam produksi (Rifai, 2015).

3. Sistem Kogenerasi di Pabrik Gula

Kogenerasi adalah memproduksi energi listrik dan energi termal secara bersamaan

dari suatu proses pembakaran bahan bakar. Proses kogenerasi ini merupakan

sebuah sub sistem tersendiri dari pabrik gula, oleh karena itu dalam sub sistem ini

juga terdapat peluang untuk peningkatan efisiensi.Efisiensi penggerak gilingan

Ampas

Tebu Bahan Baku

Tebu Gilingan

Uap baru untuk

penggerak Turbin

Penggerak Gilingan

Boller (Kabel)

Bahan Bakar Ampas

Uap baru untuk

penggerak Turbin

Generator

Proses

Produksi Gula

Air Imbibisi

Nira

Tebu

Uap Bekas

untuk Proses

Uap Baru

Air Ketel

(BFW)

Stasiun Pembangkit Stasiun Gilingan

Listrik untuk

Kebutuhan

Pabrik

Page 34: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

14

dengan motor dapat lebih tinggi dari efisiensi penggerak gilingan dengan mesin

uap, kemudian dari sisi distribusi energi listrik juga lebih efisien dibandingkan

distribusi energi dalam bentuk uap. Oleh karena itu efisiensi sistem kogenerasi di

pabrik gula dapat ditingkatkan dengan merubah sebagian besar energi uap dari

boiler untuk diutamakan menghasilkan listrik dan mengganti turbin penggerak

gilingan dengan elektromotor.Sistem kogenerasi di pabrik gula saat ini umumnya

terdiri dari boiler sebagai penghasil uap dengan bahan bakar ampas kemudian uap

dari boiler tersebut sebagian digunakan untuk menggerakkan turbin alternator

(generator) untuk menghasilkan listrik dan sebagian digunakan untuk

menggerakkan turbin penggerak gilingan (Rifai, 2005).Sistem kogenerasi di

pabrik gula yang saat ini umum digunakan akan disajikan pada Gambar 5.

Gambar 4.Sistem kogenerasi di pabrik gula yang saat ini umum digunakan (Rifai,

2015).

4. Proses Konversi Energi dari Ampas Tebu Menjadi Energi Listrik

Energi listrik dapat diperoleh dengan melalui proses yang bertahap dari sumbar

bahan bakar menjadi energi listrik. Proses konversi energi dari ampas tebu

menjadi energi listrikakan disajikan pada Gambar 5. Ampas tebu dimasukkan ke

dalam furnace chamber melalui bagian atas lalu ampas tebu tersebut dimasukkan

BOILER

BOILER

Gilingan

Uap bekas 1-2 Bar

T/A

(bp)

Listrik

Untuk

proses

Uap baru + 20 bar

Page 35: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

15

ke dalam furbace chamber dengan menggunakan grate sehingga ampas tebu

benar-benar terbakar sempurna. Ampas tebu yang terbakar sempurna itu jatuh ke

bagian bawah furnace chamber.

Boiler terdiri dari dua drum yang berada di bagian atas dan berada di bagian

bawah. Dua drum tersebut dihubungkan dengan pipa yang melewati bagian dalam

furnace chamber, sehingga air dari drum bawah yang dialirkan ke drum bagian

atas akan langsung menjadi uap saat pipa melewati bagian dalam furnace

chamber. Uap yang dihasilkan tersebut lalu dialirkan ke drum bagian atas. Uap

yang dihasilkan bersuhu 325°C dengan tekanan sedang, yaitu 18 kg/cm2 lalu, uap

yang dihasilkan ditimbun terlebih dahulu di Steam Header, supaya terkumpul

banyak, lalu setelah itu digunakan untuk memutar turbin.

Turbin yang berputar dengan kecepatan yang cukup tinggi direduksi kecepatan

putarnya oleh reduction gear yang dipasang antara turbin dan generator sehinggga

diperoleh sinkronisasi kecepatan antara turbin dan generator. Generator yang

berputarakan menimbulkan medan listrik sehingga akan membangkitkan tenaga

listrik. Siklus yang tepat digunakan untuk system pembangkit biomassa ampas

tebu adalah siklus topping dengan uap exhaust yang dihasilkan bertekanan rendah.

Uap bertekanan rendah tersebut digunakan untuk menggerakkan mesin uap pada

penggilingan satu, dua dan tiga serta digunakan untuk proses pembuatan gula.

Page 36: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

16

Gambar 5. Proses konversi energi dari ampas tebu menjadi energi listrik (Saputra,

2010).

5. Teori Biaya

Biaya dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: biaya total (Total Cost), biaya

tetap total (Total Fixed Cost) dan biaya variabel total (Total Variabel Cost).

Biaya total merupakan biaya keseluruhan yang digunakan untuk menghasilkan

output tertentu, biaya tetap merupakan biaya yang tidak akan berubah meskipun

tingkat output berubah, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang akan berubah

apabila tingkat output berubah (Sukirno, 2008).Secara matematis hubungan biaya

total, biaya tetap, dan biaya variabel dapat dituliskan sebagai berikut:

TC = TFC + TVC .............................................................. (1)

Keterangan :

TC = biaya total (Total Cost)

TFC = biaya tetap total (Total Fix Cost)

TVC = biaya variabel total (Total Variable Cost)

6. Perhitungan Biaya Pembangkitan Total

Menurut perhitungan biaya untuk mesin dan bidang industri dikenal dua

komponen biaya, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap disebut juga

dengan fixed cost atau owning cost, dan biaya tidak tetap di sebut juga variable

Page 37: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

17

cost atau operating cost. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya pembangkitan

energi listrik, biaya bahan bakar dan biaya opresi (Maksum, 2015).

Biaya modal (Cost Capital) adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh

perusahaan untuk memperoleh dana baik yg berasal dari hutang, saham preferen,

saham biasa, dan laba ditahan untuk mendanai suatu investasi atau operasi

perusahaan.Penentuan besarnya biaya modal ini dimaksudkan untuk mengetahui

berapa besarnya biaya riil yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh

dana yang diperlukan (Saputra, 2010).

Biaya modal / Capital Cost (CC) menurut Saputra (2010), dapat diperoleh dengan

rumus :

CC=

..................... (2)

Perhitungan biaya pembangunan (Rp/KWh) merupakan biaya yang dikeluarkan

dalam memperoleh modal investasi berdasarkan Daya terpasang.

Perhitungan biaya pembangunan (Rp/KWh) menurut Aziz (2010), dapat diperoleh

menggunakan rumus :

Biaya Pembangunan =

........................ (3)

Keterangan:

Capital Investmen Cost = Biaya modal investasi

Installed capacity = Daya terpasang

Capital Recovery Factor (CRF)adalah faktor pengali (pengembalian modal) untuk

menghitung jumlah dari setiap pembayaran (A) yang terjadi pada akhir dari

periode ke n pada tingkat bunga i.

Page 38: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

18

Capital Recovery Factor (CRF) menurut Giatman (2006) dapat diperoleh dengan

rumus :

CRF =

.................................................................. (4)

Keterangan :

I = Suku bunga

n = Umur Pembangkit

Sementara untuk mendapatkanperhitungan Jumlah Pembangkitan Tenaga Listrik

(KWh/Tahun)menurut Luhur (2013), di perlukan perhitungan sebagai berikut:

Jumlah Pembangkit

Tenaga Listrik = Daya Terpasang X Faktor Kapasitas X Hari Giling (Jam)

(KWh/Tahun)

Menurut Nasrullah (2013), berdasarkan beberapa biayamaka persamaan biaya

pembangkitan total dalam pembangkitan tahunan dapat dinyatakan dengan rumus

sebagai berikut :

TC = CC + FC + OM ......................................................... (5)

Keterangan :

TC = Biaya Total

CC = Biaya Modal

FC = Biaya Bahan Bakar

O&MC = Biaya Operasi dan Perawatan

7. Penerimaan

Penerimaan adalah perkalian antara output yang dihasilkan dengan harga jual.

Secara sistematis menurut Sukartawi (2006):dapat ditulis sebagai berikut:

TR = Q x P......................................................................... (6)

Dimana :

TR = Penerimaan total (total revenue)

Q = Jumlah produk yang dihasilkan (quantity)

P = Harga (price)

Page 39: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

19

Semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin tinggi harga per unit

produk bersangkutan, maka penerimaan total yang diterima produsen

akansemakin besar. Sebaliknya jika produk yang dihasilkan sedikit dan harganya

rendah maka penerimaan total yang diterima oleh produsen semakin kecil.

Penerimaan total yang dikeluarkan akan memperoleh pendapatan bersih yang

merupakan keuntungan yang diperoleh produsen.

8. Pendapatan

Pendapatan merupakan selisih penerimaan dengan semua biaya

produksi.Pendapatan meliputi pendapatan kotor (penerimaan total) dan

pendapatan bersih.Pendapatan kotor adalah nilai produksi komoditas pertanian

secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi (Rahim, 2007).

Pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut :

π= TR – TC ........................................................................ (7)

π= Y . Py – {(ƩXi . Pxi) – BTT

Keterangan :

Π = keuntungan / pendapatan (Rp)

TR = total penerimaan (Rp)

TC = total biaya (Rp)

Y = jumlah produksi (satuan)

Py = harga satuan produksi (Rp)

X = faktor produksi (satuan)

Px = harga faktor produksi (Rp/satuan)

N = banyaknya input yang dipakai

BTT = biaya tetap total (Rp)

9. Analisis Kelayakan Finansial.

Pasaribu (2012), menjelaskan tentang menilai suatu proyek dalam rangka

memperoleh suatu tolak ukur yang mendasar dalam kelayakan investasi, telah

dikembangkan suatu metode analisis, yaitu dengan kriteria investasi maka dapat

Page 40: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

20

ditarik beberapa kesimpulan apakah manfaat bersih atau kesempatan dalam

berinvestasi.

Suatu kriteria investasi adalah suatu alat apakah proyek yang akan dilaksanakan

go atau no go. Adapun kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

a. Net Present Value (NPV)

Menurut Pasaribu (2012), nilai bersih sekarang atau Net Present Value dari

suatu proyek merupakan nilai sekarang dari selisih antara benefit dengan cost

pada discountrate tertentu. Net Present Value menunjukkan kelebihan benefit

dibandingan cost.

Perhitungan NPV menurut Pasaribu (2012) adalah

........................................................... (8)

Keterangan :

Bt = manfaat (benefit) pada tahun ke-i

Ct = biaya (cost) pada tahun ke-i

n = umur proyek(tahun)

t = tahun ke 1,2,3 dst

i = discount rate (%)

Indikator kelayakan NPV antara lain yaitu:

1) Jika NPV lebih dari 0 maka investasi layak dilaksanakan

2) NPV kurang dari 0 maka investasi tidak layak untuk dilaksanakan.

b. Net Benefit Cost Rasio (Net B/C)

Perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPV negatif. Hal ini

menunjukkan bahwa besarnya benefit berapa kali besarnya biaya dan investasi

untuk memperoleh suatu manfaat.

Perhitungan Net B/C rasio menurut Kadariah (2001):

Page 41: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

21

..................................................... (9)

Keterangan :

Bt = manfaat (benefit) pada tahun ke-i

Ct = biaya (cost) pada tahun ke-i

n = umur proyek(tahun)

t = tahun ke 1,2,3 dst

i = discount rate (persen)

Indikator kelayakan Net Benefit Cost Rasio (Net B/C) yaitu:

1) Jika Net Benefit Cost Rasio (Net B/C) lebih dari 1 maka proyek layak

dilaksanakan

2) Net Benefit Cost Rasio (Net B/C) kurang dari 1 maka proyek tersebut tidak

layak untuk dilaksanakan.

c. Gross Benefit Cost Rasio (Gross B/C)

Analisis benefit cost yaitu rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif

dengan manfaat bersih yang bersifat negatif. Penerapan analisis B/C rasio

diperlukan untuk melihat sejauhmana perbandingan antara nilai manfaat

terhadap biaya.

Persamaan B/C Rasiomenurut Pasaribu (2012) yaitu

∑ ........................................................ (10)

Keterangan :

Bt = manfaat (benefit) pada tahun ke-i

Ct = biaya (cost) pada tahun ke-i

i = suku bunga (persen)

t = tahun ke 1,2,3 dst

Page 42: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

22

Indikator kelayakan Gross Benefit Cost Rasio (Gross B/C) yaitu:

1) Jika Gross Benefit Cost Rasio (Gross B/C) lebih dari 1 maka proyek layak

dilaksanakan.

2) Gross Benefit Cost Rasio (Gross B/C) kurang dari 1 maka proyek tersebut

tidak layak untuk dilaksanakan.

d. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) digunakan untuk mengetahui dan sebagai alat

ukur kemampuan proyek dalam pengembalian bunga pinjaman dari lembaga

internal keuangan yang membiayai proyek tersebut.Internal Rate of Return

(IRR) menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa

datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal (Umar,

2005).

Pada dasarnya Internal Rate of Return (IRR) memperlihatkan bahwa present

value benefitsama dengan present value cost. Dengan kata lain IRR

menunjukkan NPV sama dengan nol.

Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) menurut Kadariah (2001) yaitu:

)(21

1121 ii

NPVNPV

NPViIRR

........................... (11)

Keterangan:

NPV 1 = net present value percobaan pertma

NPV 2 = net present value percobaan kedua

i1 = discount factor percobaan pertama

i2 = discount factor percobaan kedua

Indikator kelayakan Internal Rate of Return (IRR) yaitu:

1) Jika Internal Rate of Return (IRR) lebih dari tingkat suku bunga yang

berlaku maka proyek akan memberikan keuntungan jika dilaksanakan.

Page 43: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

23

2) Internal Rate of Return (IRR) kurang dari tingkat suku bunga yang berlaku

maka proyek tersebut tidak memberikan keuntungan tapi menyebabkan

kerugian untuk dilaksanakan.

e. Profitabiity Ratio (PR)

Analisis kelayakan investasi dengan menggunakan Profitabiity Ratio (PR)

adalah untuk menghitung perbandingan nilai uang sekarang dari manfaat bersih

di luar investasi.

Cara penghitung Profitabiity Ratio (PR) menurut Pasaribu (2012) yaitu:

....................................................... (12)

f. Payback Periode (PP)

Payback Periode (PP) menurut Umar (2005) merupakan jangka waktu

pengembalian modal investasi yang akan dibayarkan melalui keuntungan yang

diperoleh proyek tersebut. Semakin cepat waktu pengembalian semakin baik

untuk diusahakan.

Perhitungan Payback Periode (PP)menurut Umar (2005) yaitu:

............................................... (13)

Indikator kelayakan Payback Periode (PP) yaitu:

1) Jika Payback period lebih pendek dari umur ekonomis usaha, maka

proyek tersebut layak untuk dijalankan

2) Jika Payback period lebih lama dari umur ekonomis usaha,maka proyek

tersebut tidak layak untuk dijalankan

Page 44: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

24

10. Analisis Sensitivitas

Seberapa sensitif suatu keputusan terhadap perubahan faktor atau parameter yang

mempengaruhinya maka setiap pengambilan keputusan seharusnya disertai

dengan analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas akan memberikan gambaran

sejauhmana suatu keputusan akan konsisten meskipun terjadi perubahan pada

faktor-faktor atau parameter yang mempengaruhinya. Analisis sensitivitas

dilakukan dengan mengubah nilai suatu parameter pada suatu saat untuk

selanjutnya dilihat bagaimana pengaruhnya terhadap akseptabilitas suatu alternatif

investasi. Parameter yang biasanya berubah dan perubahannya dapat

mempengaruhi keputusan adalah biaya investasi, aliran kas, nilai sisa, tingkat

bunga, tingkat pajak, kondisi ekonomi dan sebagainya (Umar, 2005).

Menurut Gittinger (2008), pada bidang pertanian perubahan kriteria investasi

dapat terjadi akibat adanya perubahan harga output, keterlambatan pelaksanaan,

kenaikan biaya, dan jumlah produksi.

a. Harga output, apabila penetapan harganya berbeda dengan kenyataan yang

terjadi.

b. Keterlambatan pelaksanaan, hal ini dapat terjadi akibat keterlambatan inovasi,

pemesanan dan penerimaan teknologi.

c. Kenaikan biaya input, pada umumnya suatu proyek sangat sensitif terhadap

perubahan biaya terutama biaya input produksi.

d. Hasil produksi, penurunan hasil produksi dapat terjadi akibat gangguan hama

dan musim atau terjadi kesalahan pada penaksiran hasil produksi

Page 45: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

25

Secara matematis Menurut Gittinger (2008), laju kepekaan dapat dirumus sebagai

berikut:

|

|

|

|

....................................... (14)

Keterangan :

Xi = Gross B/C/ Net B/C/ NPV IRR/PP setelah perubahan

Xo = Gross B/C/ Net B/C/ NPV IRR/PP sebelum perubahan

X = rata-rata perubahan Gross B/C/ Net B/C/ NPV IRR/PP

Yi = biaya produksi/harga jual setelah perubahan

Yo = biaya produksi/harga jual sebelum perubahan

Y = rata-rata perubahan biaya produksi/harga jual.

Kriteria laju kepekaan:

a. Jika laju kepekaan lebih dari satu, maka usaha sensitif terhadap perubahan.

b. Jika laju kepekaan kurang dari satu, maka usaha tidak sensitif terhadap

perubahan.

11. Analisis Break Even Point (BEP)

Break Even Point (BEP) atau titik impas, dimana perusahaan tidak memperoleh

laba dan tidak menderita kerugian. Titik impas atau BEP sangat penting bagi

manajemen untuk mengambil keputusan untuk menarik produk atau

pengembangan produk, atau untuk menutup anak perusahaan yang profit center

atau mengembangkannya. Seyogyanya semua produk harus dihitung titik

impasnya, terutama divisi untuk meraih pasar yang profitable. Titik impas juga

sangat penting untuk mengukur manajemen dalam efisiensi biaya dan efektivitas

dalam memperoleh pangsa pasar yang menguntungkan. Untuk menghitung titik

impas atau BEP, biaya harus diklasifikasikan kedalam biaya tetap dan biaya

variable (Purwanti, 2013).

Page 46: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

26

Rumus BEP dapat disajikan sebagai berikut (Purwanti, 2013):

........................................................ (15)

................................... (16)

....................................... (17)

Metode Penghitungan Analisa Break Even Point Dalam menghitung Titik Impas

(Break Even) dapat dipergunakan tiga pendekatan,yaitu :

1. Pendekatan Persamaan

Pendekatan persamaan adalah laba sama dengan hasil penjualan dikurangi dengan

biaya, atau dapat dinyatakan dengan persamaan. Persamaan ini diturunkan dari

laporan laba/rugi keuangan perusahaan, menurut Garrison, (2006:334) disajikan

dengan persamaan berikut yaitu :

................ (18)

Atau dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :

– – ................................................ (19)

Dimana :

Y = Laba

c = Harga jual per satuan

x = Jumlah produk yang di jual

b = Biaya variabel per satuan

a = Biaya tetap

– ................ (20)

Hubungan tersebut dapat dirumuskan dalam persaman secara matematis

dalam bentuk persamaan linear, sebagai berikut :

Page 47: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

27

– .............................. (21)

– .............................. (22)

– ........................ (23)

.................................................. (24)

– ...................................................... (25)

Dalam keadaan Break Even, apabila laba sama dengan nol, dapat dinyatakan

dalam persamaan sebagai berikut :

⁄ ..................................... (26)

Atau

.................................... (27)

Dimana :

P = Total Penjualan

BT = Total Biaya Tetap

Vc = Biaya Variabel

L = Laba

Ps = Penjualan Satuan

Vs = Biaya Variabel satuan

2. Pendekatan Marjin Kontribusi

Pendekatan marjin Kontribusi adalah perhitungan biaya, volume dan laba dengan

menghitung Marjin Kontribusi terlebih dahulu. Marjin Kontribusi diperoleh

dengan pengurangan total penjualan dengan total biaya variabel, sehingga

diperoleh marjn kontribusi per unit dan marjin kontribusi rasio menurut (Abdul

Halim dan Bambang S, 2005) disajikan dengan persamaan sebagai

berikut :

– ............................................. (28)

.................................. (29)

Page 48: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

28

maka :

......................... (30)

................................ (31)

Dimana :

MK = Marjin Kontribusi

P = Total Penjualan

BEP (unit) = Titik Impas dlm unit

BT = Biaya Tetap

BEP (Rp) = Titik Impas dlm rupiah

VC = Biaya variable

3. Pendekatan Grafik

Pendekatan Grafik adalah perhitungan biaya, volume dan laba dengan

menggunakan grafik. Pada pendekatan ini, titik impas ( Break Even )

digambarkan sebagai titik perpotongan antara garis penjualan dengan garis biaya

total. Dengan grafik break even point manajemen akan dapat mengetahui

hubungan antara biaya, penjualan ( volume penjualan ) dan laba selain dari itu

dengan grafik break even point manajemen juga akan mengetahui besarnya biaya

yang tergolong biaya tetap dan biaya variabel, serta mengetahui tingkat volume

penjualan yang masih menimbulkan kerugian dan tingkat penjualan yang

menimbulkan laba.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian Saputra (2010) menganalisistentang studi pemanfaatan biomassa ampas

tebu dan perbandingan dengan batu barasebagai bahan bakar pembangkit listrik

tenaga uap 1x3MW di Asembagus, Kabupaten Situbondo. Metode penelitian yang

digunakan adalah metode penelitian studi kasus.Hasil penelitian ini yaituPLTU

Ampas tebu ini lebih ekonomis bila dibandingkan dengan PLTU Batu Bara dalam

Page 49: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

29

hal biaya modal dan biaya bahan bakar. Namun, lebih mahal bila dibandingkan

dengan biaya operasional dan maintenance PLTU Batu Bara. Sehingga

didapatkan, biaya pembangkitan total PLTU Ampas tebu ini adalah US$ 0,03253/

KWh lebih ekonomis bila dibandingkan dengan PLTU Batu bara, yaitu US$

0,0425/ KWh. Selain itu, dengan harga jual Rp 795,00/ KWh, dengan suku

bunga enam persen, biaya modal untuk pembangunan PLTU Ampas tebu ini

dapat kembali setelah 17 tahun..

Kurniawan dan Santoso (2009), menganalisis tentang listrik sebagai ko-produk

potensial pabrik gula.Hasil penelitian mengungkapkan di beberapa negara,

industri gula menghasilkan surplus listrik sehingga dapat dijual ke perusahaan

listrik setempat. Dengan menggunakan teknologi condensing/extraction turbines

(TCE), pabrik gula berpotensi menghasilkan listrik 150 KWh/t tebu, bahkan

dengan teknologi biomass integrated gasification to gas turbines (BIG-GT)

mampu memproduksi 300 KWh/t tebu. Produksi listrik dengan teknologi TCE

berpotensi untuk diterapkan pada sebagian PG di Indonesia. Potensi produksi

listrik yang bisa digali dalam jangka pendek atau menengah diperkirakan sebesar

379.310 MWH dari surplus ampas tebu dan 1.029.630 MWH dari daun tebu

kering, sehingga total potensi produksi listrik dari tebu sebesar 1.408.940 MWH.

Misran (2005) menganalisis industri tebu menuju zero waste industry. Merubah

paradigma industri gula menjadi industri tebu dengan mengoptimalkan

pemanfaatan setiap buangan atau hasil samping dari tebu maupun proses

pengolahannya. Hasil peneliti ini perusahaan gula mampu memanfaatkan setiap

buangan atau hasil samping secara optimal Harga Pokok Produksi (HPP) dapat

Page 50: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

30

ditekan.Penurunan HPP akan memungkinkan produk gula bias bersaing dengan

pasar internasional.

Pramithasari (2011), menganalisis tentang analisis ekonomi pengolahan limbah

pohon jati.Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pemanfaatan limbah pohon jati

menghasilkan beberapa produk.Pendapatan rata-rata bagi usaha yang dihasilkan

adalah sebesar Rp 35,40 juta sehingga pendapatan usaha secara agregat adalah

sebesar Rp 9,77 milyar. Pendapatan bagi tenaga kerja dalam bentuk biaya upah

tenaga kerja yang harus dikeluarkan bagi setiap pelaku usaha adalah sebesar Rp

16,11 juta, sehingga pendapatan bagi tenaga kerja secara agregat adalah sebesar

Rp 4,44 milyar. Manfaat ekonomi lainnya dari kegiatan pengolahan limbah

tunggak pohon jati adalah terciptanya penyerapan tenaga kerja sehingga dapat

mengurangi angka pengangguran di wilayah setempat.

Prasetyo (2010), menganalisis tentang Break Even Point (BEP) pada industri

pengolahan tebu di Pabrik Gula (PG) Mojo Kabupaten Sragen. Hasil penelitian

mengungkapkan bahwa secara keseluruhan penerimaan dan produksi gula PG

Mojo pada tahun 2004 – 2008 telah mencapai BEP, hal tersebut dapat diketahui

dari rata-rata penerimaan dan produksi gula yang lebih besar dari rata-rata BEP.

Luas lahan PG Mojo pada tahun 2004 – 2008 telah mencapai BEP dan hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa meskipun mengalami perubahan variabel

yaitu peningkatan maupun penurunan harga gula sebesar 1,5 persen, jumlah

produksi 13,2 persen dan biaya produksi 4,7 persen luas lahan yang dimilki PG

Mojo masih melampaui BEP luas lahan.

Page 51: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

31

Rizky (2016), menganalisis tentang analisisi usaha dan strategi pengembangan

Ternak Kalkun Mitra Alam Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung.

Berdasarkan hasil penelitian usaha ternak kalkunMitra Alam yang melakukan

kegiatan pembibitandan pembesaran kalkun lokal layak untuk dikembangkan.

Keuntungan usaha ternak kalkunMitra Alam dalam satu periode produksi

mencapaiRp24.674.614 dengan nilai R/C rasio yaitu 1.29.

C. Kerangka Pemikiran

Permintaan gula di Indonesia tidak hanya berasal dari kalangan rumah tangga

melainkan digunakan sebagai bahan bakudalam proses industri pangan.

Permintaan gula meningkat seiring pesatnya pertumbuhan industri makanan dan

minuman.Kebutuhan konsumsi gula nasional yang terus meningkat menyebabkan

permintaan akan gula tinggi.Guna memenuhi kebutuhan akan permintaan gula

dibutuhkan produksi tebu yang tinggi. Setiap kegiatan produksi, akan

menghasilkan berbagai macam hasil produk, baik produk utama maupun produk

sampingan.

Produksi gula yang tinggi akan menghasilkan hasil produksi yang tinggi pula. PT

Gunung Madu Plantations menghasilkan gula sebagai produk utama dan limbah

sebagai produk sampingan.Proses pemerahan nira akan dihasilkan ampas

tebu/bagasse. Pengkristalan nira menjadi gula menghasilkan beberapa limbah

yaitu berupa air yang akan dimurnikan dan dialirkan ke sungai, berupa blotong

yang digunakan sebagai pupuk pengganti kompos dan berupa molasses yang di

jual sebagai bahan baku industri lain dan campuran pakan ternak.

Page 52: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

32

PT Gunung Madu Plantations memanfaatkan bagasse sebagai bahan bakar dalam

menghasilkan listrik baik di masa on season maupun pada masa off

season.Pengolahanbagasse tersebut, memiliki manfaat-manfaat ekonomi yang

dapat menambah keuntungan bagi perusahaan. Penelitian ini menganalisis

manfaat-manfaat ekonomi yang dihasilkan dari kegiatan pengolahan limbah tebu

berupa bagasse menjadi listrik.Berdasarkan penerimaan dan biaya yang

dikeluarkan dapat menjadi dasar dalam menganalisis kelayakan dan analisis break

even point (BEP) pada pengolahanbagasse. Analisis BEP dan kelayakan dilihat

berdasarkan nilaititik impas yang dihasilkan serta aspek NPV, Net B/C rasio,

Gross B/C rasio, IRR, PR, PP dan analisis sensitivitas. Apabila hasil analisis

BEP dan analisis finansial dari pengolahanbagasse menjadi listrik layak maka

dapat dilakukakan pengembangan pada pengolahanbagasse menjadi listrik

sebagai alternatif dalam potensi penghasil surplus listrik.Namun, jika hasil analisis

BEP dan analisis finansial menunjukkan hasil yang tidak layak maka dapat

dilakukan evaluasi terhadap kegiatan pengolahanbagasse menjadi listrik dalam

kegiatan pengolahanbaik dari segi biaya maupun produktivitas mesin pembangkit

listrik.

Page 53: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

33

Keterangan: Tidak diteliti

Gambar 6.Kerangka pemikiran analisis finansial pengolahan ampas

tebu/bagassedi PT Gunung Madu Plantations.

Listrik Bahan

Baku

Pulp

CMC Kompos Kanvas

Rem Etanol Furfural Pakan

Particle

Board

Tidak

Layak Layak

Analisis Finansial

1. NPV

2. Net B/C rasio

3. Gross B/C rasio

4. IRR

5. PR

6. PP

7. Analisis Sensitivitas

Manfaat

Ekonom

i Pengembangan Evaluasi

Analisis Break

Even Point (BEP)

Nira

Gula Molasses Limbah Cair

Bagasse /

Ampas Tebu

Permintaan Gula Tinggi Produksi Tebu Tinggi PT Gunung Madu Plantations

Page 54: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

34

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode studi

kasus.Menurut Singaribun (2009), metode penelitian studi kasus merupakan

penelitian yang dilakukan secara mendalam dan menyeluruh terhadap seseorang

atau suatu unit selama kurun waktu tertentu. Metode penelitian studi kasus ini

dipilih karena objek yang akan diteliti memiliki ruang lingkup yang terbatas yaitu

pada suatu perusahaan. Selain itu, studi kasus memiliki keunggulan yaitu mampu

mengungkap hal-hal secara spesifik dan lebih detail.

B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan suatu aspek dalam penelitian yang berguna

memberikan informasi tentang cara dalam melakukan pengukuran suatu variable.

Singarimbun (2009) mengatakan bahwa dengan membaca definisi operasional

dalam suatu penelitian seseorang dapat mengetahui pengukuran suatu

variable.Konsep dasar dan definisi opersional bersifat spesifik, rinci, tegas dan

pasti yang menggambarkan karakteristik variabel-variabel penelitian dan hal-hal

yang dianggap penting.

Pemanfaatan bagasse sebagai bahan bakar pembuatan listrik merupakan upaya

pengendalian pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang ditimbulkan

Page 55: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

35

oleh industri gula.Respeonden dalam penelitian ini merupakan staf ahli bidang

kelistrikan pada PT Gunung Madu Plantations.

Bagassedi manfaatkan sebagai bahan bakar 4 unit boiler dengan kapasitas

terpasang masing-masing No.1 = 120 ton/jam; No.2 = 120 ton/jam; No.3 = 80

ton/jam; No.4 = 120 ton/jam.Penelitian ini dilakukan hanya pada satu pembangkit

saja yaitu pembangkit no 4 dikarenakan keterbatasan pada ketersediaan data.

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis finansial, analisis sensitivitas

dan analisis BEP. Analisis finansial digunakan dalam menilai keberhasilan dan

kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan manfaat. Umur ekonomis yang

digunakan adalah 25 tahun dengan mempertimbangkan tingkat suku bunga

sebesar 9,95 persen (Bank Mandiri, 2017). Analisis sensitivitas digunakan untuk

mengetahui seberapa sensitif suatu keputusan terhadap perubahan parameter yang

mempengaruhinya. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini yaitu terjadi

penurunan harga listrik sebesar sembilan persen, terjadi kenaikan biaya bahan

bakar sebesar 11 persen, 22 persen, 33 persen dan terjadi kenaikan discounting

factor sebesar 5 persen, 10 persen 15 persen.Analisis BEP digunakan untuk

melihat titik keseimbangan apabila tenaga listrik yang dihasilkan PLTU berbahan

bakar bagasse pada PT GMP di perjual belikan untuk konsumsi rumah tangga.

Pengolahanbagassesebagai bahan bakar pembuatan listrik adalah kegiatan

memproduksi listrik dengan memanfaatkan limbah tebu berupa ampas

tebu/bagasse sebagai bahan bakar boiler yang uapnya akan menggerakkan turbin

sehingga dapat menghasilkan listrik.Definisi operasional mengenai analisis

finansial PLTU berbahan bakar bagasse disajikan pad Tabel 1.

Page 56: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

36

Tabel 1. Definisi Operasional.

NO Variabel Devinisi Operasional Satuan Rumus

1 Biaya

Biaya yang dikeluarkan

perusahaan dalam

pengolahan bagasse.Biaya

ini diperoleh dari jumlah

pengeluaran perusahaan

selama proses operasional

berlangsung.

(Rp/th) TC = CC + FC + OM

2 Biaya modal

(Cost Capital)

Biaya modal (Cost Capital)

adalah biaya riil yang harus

dikeluarkan oleh perusahaan

untuk memperoleh dana baik

yg berasal dari hutang,

saham preferen, saham

biasa, dan laba ditahan untuk

mendanai suatu investasi

atau operasi perusahaan.

(Rp/th)

Biaya pembangunan X

kapasitas pembangkit X

CRF

Jumlah Pembangkit Tenaga

Listrik

3 Biaya

pembangunan

Perhitungan biaya

pembangunan merupakan

biaya yang dikeluarkan

dalam memperoleh modal

investasi berdasarkan Daya

terpasang.

(Rp/KWh) (Capital Investmen Cost)

(Installed Capacity)

4

Capital

Recovery

Factor (CRF)

Capital Recovery Factor

(CRF) adalah faktor pengali

(pengembalian modal) untuk

menghitung jumlah dari

setiap pembayaran (A) yang

terjadi pada akhir dari

periode ke n pada tingkat

bunga .

CRF =

5

Jumlah

Pembangkit

Tenaga Listrik

Jumlah alat yang digunakan

perusahaan dari bagian

industri yang digunakan

untuk menghasilkan tenaga

listrik

(KWh/th)

Daya Terpasang X Faktor

Kapasitas X Hari Giling

(Jam)

6 Fuel Cost

(FC)

Fuel Cost (FC) merupakan

biaya yang dikeluarkan

perusahaan untuk

penggunaan bahan bakar.

Pembangkit ini

menggunakan bahan bakar

tampas tebu / bagasse

(Rp/th) Konsumsi bahan bakar per

tahun X Harga (Rp/Kg)

7

Biaya

operasional

dan

maintenance

(OM)

Biaya operasional dan

maintenance (OM) adalah

biaya yang dikeluarkan

perusahaan dalam

melakukan pengoprasian

dan perawatan berkala pada

pembangkit listrik

(Rp/th)

Page 57: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

37

Tabel 1. Lanjutan

8 Penerimaan

Penerimaan adalah sejumlah

uang yang diterima dari

perkalian antara jumlah

produksi yang dihasilkan

dengan harga jual.

(Rp/th)

TR = Q x P

9 Pendapatan

Seluruh pendapatan

perusahaan yang berasal dari

pengolahan bagasse setelah

dikurangi dengan

pengeluaran tunai yang

diukur dalam satuan rupiah

per tahun

(Rp/th) π= TR – TC

10 Net Present

Value (NPV)

Net Present Value (NPV)

merupakan selisih nilai

sekarang dari besarnya

penerimaan dengan biaya

yang dikeluarkan dari suatu

proyek yang dihitung pada

tingkat suku bunga tertentu.

(RP)

n

tt

i

CtBtNPV

1 1

11 Net B/C Ratio

Net B/C Rasio merupakan

perbandingan antara NPV

positif dan NPV negatif yang

dapat menunjukkan besarnya

manfaat yang diperoleh dari

penggunaan biaya dan

investasi.

n

t

t

n

t

t

iBtCt

iCtBt

CNetB

0

0

1

1

/

12 Gross B/C

Ratio

Gross B/C Rasio merupakan

perbandingan antara besarnya

manfaat yang diterima dalam

suatu proyek berdasarkan

besar biaya yang telah

dikeluarkan

n

t

t

n

t

t

iCt

iBt

CGrossB

0

0

1

1

/

13

Internal Rate

of Return

(IRR)

Internal Rate of Return (IRR)

sebagai alat ukur kemampuan

proyek dalam pengembalian

bunga pinjaman dari lembaga

internal proyek. Internal Rate

of Return (IRR)

memperlihatkan bahwa

present value benefit sama

dengan present value cost

atau NPV sama dengan nol.

)(

21

1121 ii

NPVNPV

NPVi

14 Profitability

ratio

Profitability rasio

menghitung perbandingan

nilai uang sekarang dengan

manfaat bersih yang akan

diperoleh di luar investasi

proyek.

15 Payback

periode

Payback periode

menunjukkan kemampuan

proyek dalam pengembalian

atas modal investasi dari

keuntungan proyek.

Tahun

Page 58: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

38

Tabel 1. Lanjutan.

16 Sensitivitas

Sensitivitas adalah analisis

yang dilakukan untuk

mengetahui akibat dari

perubahan parameter-

parameter produksi terhadap

perubahan kinerja system

produksi dalam

menghasilkan keuntungan.

|

|

|

|

17 Break Even

Point (BEP)

Break Even Point (BEP)

merupakan keadaan dimana

suatu operasi perusahaan

tidak mendapat untung

maupun rugi melainkan

impas.

(Penghasilan = Total Biaya)

18 BEP Rupiah

BEP Rupiah adalah titik

impas pokok yg dinyatakan

oleh jumlah penjualan atau

harga penjualan tertentu.

19 BEP Unit

BEP unit adalah titik impas

pokok yang dinyatakan oleh

jumlah produk yang dijual.

20

Contribution

Margin Ratio

(CMR),

CMR adalah Persentase

Kontribusi atas Pendapatan

Total (Total Revenue), yang

mana dapat dihitung dari

kontribusi satuan terhadap

harga satuan atau jumlah

kontribusi terhadap jumlah

Pendapatan:

C. Lokasi Penelitian, Responden dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di PT Gunung Madu Plantations (PT GMP),Desa

Gunung Batin KM 90, Kecamatan Terusan Nunyai, Kabupaten Lampung Tengah,

Lampung.Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

(purposive).Metode purposivesampling yaitu pemilihan sampel melalui pilihan-

pilihan, berdasarkan kesesuaian karakteristik yang dimiliki sampel dengan kriteria

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti, sesuai dengan tujuan penelitiannya

(Mardikanto dan Irianto, 2011).

Page 59: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

39

Pemilihan lokasi penelitian pada PT Gunung Madu Plantations (PT GMP) dengan

pertimbangan bahwa PT Gunung Madu Plantations memanfaatkan ampas

tebu/bagassesebagai bahan bakar pembangkit listrik.Pengolahan bagasse di

lakukan PT Gunung Madu Plantations pada dua musim yaitu pada saat on season

dan off season. PT Gunung Madu Plantations di anggap cukup optimal dalam

memanfaatkan limbahnya dibuktikan dengan terpenuhinya kebutuhan akan listrik

secara mandiri dan menghasilkan surplus listrik

Responden yang dipilih dalam penelitian ini ialah para ahli yang bekerja di PT

Gunung Madu Plantations yang paham tentang bagaimana proses

pengolahanamapas tebu/bagassemenjadi listrik yang ada di perusahaan gula

tersebut. Responden tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa mereka

memahami tentang mekanisme pembangkit tenaga listrik berbahan bakar bagasse

yang ada di perusahaan sehingga dapat memberikan data dan informasi yang

relevan.Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2017.

D. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder.

Data primer merupakan data yang diambil secara langsung dari responden yang di

dapatkan dengan cara wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder

adalah data yang diperoleh dari lembaga pengumpul data yang telah

dipublikasikan kepada masyarakat yang dapat diperoleh melalui lembag-lembaga

penelitian, sumber literature yang berisihasil penelitian terdahulu atau publikasi

yang relevan dengan tujuan penelitian.

Page 60: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

40

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa wawancara dengan

teknik wawancara mendalam. Wawancara adalah percakapan dengan maksud

tertentu, percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)

yang mengajukan pertanyaan dan pewawancara (interviewee) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan yang diberikan. Wawancara dipergunakan untuk

mengadakan komunikasi dengan subjek penelitian sehingga diperoleh data-data

yang diperlukan.Teknik wawancara mendalam ini diperoleh langsung dari subyek

penelitian melalui serangkaian tanya jawab dengan pihak-pihak yang terkait

langsung dengan pokok permasalahan(Moloeng, 2007). Wawancara dilakukan

dengan menggunakan pedoman wawancara bebas terpimpin.Wawancara bebas

terpimpin yaitu cara mengajukan pertanyaan yang dikemukakan bebas, artinya

pertanyaan tidak terpaku pada pedoman wawancara tentang masalah-masalah

pokok dalam penelitian kemudian dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi di

lapangan ( Hadi, 1994).Responden pada penelitian ini yaitu seorang kadiv BAS &

GA, kadiv Technical Enginering, kadiv Processing, dan kadiv Mill Boiler.

Responden dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa mereka memahami secara

mendalam mengenai pengolahan bagasse menjadi listrik.

E. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua cara

yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif.Analisis deskriptif kualitatif digunakan

untuk menjelaskan secara rinci hasil yang diperoleh dalam penelitian.Analisis

deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengetahuihasil analisis kelayakan

financial, analisis sensitivitas dan analaisis BEP pada pengolahan bagasse di

PTGMP.

Page 61: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

41

1. Analisis Kelayakan Finansial

Untuk menjawab tujuan pertama yaitu analisis kelayakan finansial investasi

pembangkit listrik berbahan bakar bagasse pada PT GMP digunakan metode

analisis deskriptif kuantitatif. Penilaian kriteria investasi finansial terdiri dari

analisis Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C ratio), Net Benefit-Cost Ratio

(Net B/C Ratio), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan

Payback Period (PP).Perhitungan biaya untukpengolahanbagassebesar

biayanya terdiri dari biaya pembangkitan energi listrik, biaya bahan bakar serta

biaya operasional dan perawatan (Pasaribu, 2012).

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value dari suatu proyek merupakan nilai sekarang dari selisih

antara benefit dengan cost pada discount rate tertentu. Net Present Value

menunjukkan kelebihan benefit dibandingan cost.

Secara matematis menurut Pasaribu (2012),NPV dapat dirumuskan

sebagaiberikut :

n

tt

i

CtBtNPV

1 1

Keterangan :

Bt = benefit tahun ke t

Ct = cost tahun ke t

i = discount factor (9,95 persen)

n = waktu umur proyek (25 tahun)

Indikator kelayakan NPV antara lain yaitu:

1) Jika NPV lebih dari 0 maka investasi layak dilaksanakan

2) NPV kurang dari 0 maka investasi tidak layak untuk dilaksanakan.

Page 62: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

42

b. Net Benefit Cost Rasio (Net B/C)

Perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPV negatif. Hal

ini menunjukkan bahwa besarnya benefit berapa kali besarnya biaya dan

investasi untuk memperoleh suatu manfaat.

Secara matematis menurut Kadariah (2001),Net B/C dapat dirumuskan

sebagai berikut :

n

t

t

n

t

t

iBtCt

iCtBt

CNetB

0

0

1

1

/

Keterangan :

Bt = benefit tahun ke t

Ct = cost tahun ke t

I = discount factor (9,95 persen)

N = waktu umur proyek (258 tahun)

Indikator kelayakan Net Benefit Cost Rasio (Net B/C) yaitu:

1) Jika Net Benefit Cost Rasio (Net B/C) lebih dari 1 maka proyek layak

dilaksanakan,

2) JikaNet Benefit Cost Rasio (Net B/C) kurang dari 1 maka proyek

tersebut tidak layak untuk dlaksanakan.

c. Gross Benefit Cost Rasio (Gross B/C)

Analisis benefit cost yaitu rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif

dengan manfaat bersih yang bersifat negatif. Secara matematis menurut

Pasaribu (2010), Net B/C dapat dirumuskan sebagai:

n

t

t

n

t

t

iCt

iBt

CGrossB

0

0

1

1

/

Page 63: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

43

Keterangan :

Bt = benefit tahun ke t

Ct = cost tahun ke t

I = discount factor (9,95 persen

N = waktu umur proyek (25 tahun)

Indikator kelayakan Gross Benefit Cost Rasio (Gross B/C) yaitu:

1) Jika Gross Benefit Cost Rasio (Gross B/C) lebih dari satu maka proyek

layak dilaksanakan

2) JikaGross Benefit Cost Rasio (Gross B/C) kurang dari satu maka proyek

tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.

d. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) menyamakan nilai sekarang dari arus kas

yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas, dengan

mengeluarkan investasi awal (Umar, 2005)

Secara matematis menurut Umar (2005),Net B/C dapat dirumuskan sebagai:

)(21

1121 ii

NPVNPV

NPViIRR

Keterangan:

NPV’ = net present value percobaan pertma

NPV” = net present value percobaan kedua

i’ = discount factor percobaan pertama

i” = discount factor percobaan kedua

Indikator kelayakan Internal Rate of Return (IRR) yaitu:

1) JikaInternal Rate of Return (IRR) lebih dari tingkat suku bunga yang

berlaku maka proyek akan memberikan keuntungan jika dilaksanakan.

2) JikaInternal Rate of Return (IRR) kurang dari tingkat suku bunga yang

berlaku maka proyek tersebut tidak memberikan keuntungan tapi

menyebabkan kerugian untuk dilaksanakan.

Page 64: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

44

e. Profitabiity Ratio (PR)

Analisis kelayakan investasi dengan menggunakan Profitabiity Ratio (PR)

adalah untuk menghitung perbandingan nilai uang sekarang dari manfaat

bersih di luar investasi.Menurut Pasaribu (2012) secara matematis

Profitabiity Ratio (PR) dapat dirumuskan sebagai:

f. Payback Periode (PP)

Payback Periode (PP) merupakan jangka waktu yang diperlukan umtuk

pengembalian modal investasi yang akan dibayarkan melalui keuntungan

yang diperoleh proyek tersebut.

Secara matematis menurut Umar (2005), Payback Periode (PP) dapat

dirumuskan sebagai

Indikator kelayakan Payback Periode (PP) yaitu:

1) Jika Payback period lebih pendek dari umur ekonomis usaha, maka

proyek tersebut layak untuk dijalankan.

2) Jika Payback period lebih lama dari umur ekonomis usaha,maka proyek

tersebut tidak layak untuk dijalankan

2. Analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas digunakan ntuk melihat kepekaan dari analisisGross B/C

ratio, Net B/C Ratio, NPV, IRRdanPPterhadap perubahan-perubahan pada

dasar perhitungan penerimaan dan biaya pengolahanbagassemenjadi

listrik.Adapun perubahan-perubahan yang akan dikaji pada analisis sensitivitas

adalah

Page 65: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

45

a. Terjadi penurunan harga listrik sebesar sembilan persen , perubahan

penurunan harga listrik tersebut berdasarkan perubahan penurunan harga

listrik maksimal yang pernah terjadi selama investasi PLTU berbahan bakar

bagasse dilaksanakan.

b. Terjadi kenaikan biaya bahan bakar sebesar 11 persen, perubahan kenaikan

biaya bahan bakar tersebut berdasarkan inflasi tertinggi yang pernah terjadi

selama investasi PLTU berbahan bakar bagasse dilaksanakan, perubahan

sebesar 22 persen berdasarkan asumsi apabila terjadi kenaikan dua kali dari

nilai inflasi tertinggi, serta perubahan dengan asumsi apabila terjadi

kenaikan biaya bahan bakar hingga 33 persen.

c. Terjadi kenaikan discounting factor sebesar lima persen, perubahan

kenaikan discounting factor tersebut berdasarkan perubahan kenaikan

discounting factor maksimal yang pernah terjadi selama investasi PLTU

berbahan bakar bagasse dilaksanakan, perubahan sebesar 10 persen

berdasarkan asumsi apabila terjadi kenaikan dua kali dari kenaikan

discounting factor maksimal yang pernah terjadi selama investasi, serta

perubahan dengan asumsi apabila terjadi kenaikan discounting factor

hingga 15 persen.

Analisis sensitivitas dilakukan dengan memperhitungkan kemungkinan

terjadinya perubahan-perubahan tersebut Gittinger (2008).

Secara matematis menurut Gittinger (2008), laju kepekaan dapat dirumus

sebagai berikut:

|

|

|

|

Page 66: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

46

Keterangan :

Xi = Gross B/C/ Net B/C/ NPV IRR/PP setelah perubahan

Xo = Gross B/C/ Net B/C/ NPV IRR/PP sebelum perubahan

X = rata-rata perubahan Gross B/C/ Net B/C/ NPV IRR/PP

Yi = biaya produksi/harga jual setelah perubahan

Yo = biaya produksi/harga jual sebelum perubahan

Y = rata-rata perubahan biaya produksi/harga jual.

Kriteria laju kepekaan:

a. Jika laju kepekaan lebih darisatu, maka usaha sensitif terhadap perubahan.

b. Jika laju kepekaan kurang dari satu, maka usaha tidak sensitif terhadap

perubahan

3. Analisis Break Even Point (BEP)

Titik impas adalah suatu kondisi dimana pelaku bisnis tidak memperoleh laba

dan tidak menderita kerugian. Secara akuntansi, titik impas adalah margin

kontribusi sama dengan biaya tetap, atau total pendapatan sama dengan total

biaya operasi. Apabila perusahaan memiliki beban bunga, maka harus

dimasukkan kedalam biaya tetap operasi (Purwanti, 2013). Untuk menghitung

besarnya penerimaan dan produksi PLTU berbahan bakar bagasse di PT GMP

dalam keadaan mencapai break even pointdigunakan rumus sebagai berikut :

Rumus BEP dapat disajikan sebagai berikut (Purwanti, 2013):

Metode Penghitungan Analisa Break Even Point Dalam menghitung Titik Impas

(Break Even) dapat dipergunakan tiga pendekatan,yaitu :

Page 67: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

47

a. Pendekatan Persamaan

Pendekatan persamaan adalah laba sama dengan hasil penjualan dikurangi dengan

biaya, atau dapat dinyatakan dengan persamaan. Persamaan ini diturunkan dari

laporan laba/rugi keuangan perusahaan, menurut Garrison, (2006:334) disajikan

dengan persamaan berikut yaitu :

Atau dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :

– –

Dimana :

Y = Laba

c = Harga jual per satuan

x = Jumlah produk yang di jual

b = Biaya variabel per satuan

a = Biaya tetap

Hubungan tersebut dapat dirumuskan dalam persaman secara matematis

dalam bentuk persamaan linear, sebagai berikut :

Dalam keadaan Break Even, apabila laba sama dengan nol, dapat dinyatakan

dalam persamaan sebagai berikut :

Page 68: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

48

Atau

Dimana :

P = Total Penjualan

BT = Total Biaya Tetap

Vc = Biaya Variabel

L = Laba

Ps = Penjualan Satuan

Vs = Biaya Variabel satuan

b. Pendekatan Marjin Kontribusi

Pendekatan marjin Kontribusi adalah perhitungan biaya, volume dan laba dengan

menghitung Marjin Kontribusi terlebih dahulu. Marjin Kontribusi diperoleh

dengan pengurangan total penjualan dengan total biaya variabel, sehingga

diperoleh marjn kontribusi per unit dan marjin kontribusi rasio menurut (Abdul

Halim dan Bambang S, 2005) disajikan dengan persamaan sebagai

berikut :

maka :

Dimana :

MK = Marjin Kontribusi

P = Total Penjualan

BEP (unit) = Titik Impas dlm unit

BT = Biaya Tetap

BEP (Rp) = Titik Impas dlm rupiah

Page 69: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

49

VC = Biaya variable

c. Pendekatan Grafik

Pendekatan Grafik adalah perhitungan biaya, volume dan laba dengan

menggunakan grafik. Pada pendekatan ini, titik impas ( Break Even )

digambarkan sebagai titik perpotongan antara garis penjualan dengan garis biaya

total. Dengan grafik break even point manajemen akan dapat mengetahui

hubungan antara biaya, penjualan ( volume penjualan ) dan laba selain dari itu

dengan grafik break even point manajemen juga akan mengetahui besarnya biaya

yang tergolong biaya tetap dan biaya variabel, serta mengetahui tingkat volume

penjualan yang masih menimbulkan kerugian dan tingkat penjualan yang

menimbulkan laba.

Page 70: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

50

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Singkat PT Gunung Madu Plantations

Indonesia (Jawa) merupakan salah satu penghasil dan pengekspor gula terbesar di

dunia setelah Kuba, sebelum Perang Dunia II (1930-1940). Pada tahun 1931

tercapailah puncak produksi dengan hasil produksi sebesar 3juta ton, sekitar 2 juta

ton diantaranya diekspor. Kemajuan tersebut tercapai berkat pengaruh teknologi

yang efektif dan adanya peraturan kolonial yang sangat mengeksploitas petani

tebu.

Indonesia mengalami penurunan produktifitas dan produksi gula menjadi sekitar

80-90 ton tebu perhektar pada tahun 1967. Sejak saat itu Indonesia menjadi

negara pengimpor dikarnakan produksi gula di dalam negeri tidak mencukupi

kebutuhan konsumsi gula didalam negeri. Industri gula yang masih terkonsentrasi

di Pulau Jawa dan tanaman tebu masih diusahakan di atas tanah-tanah sawah

petani yang disewa oleh pabrik gula juga menjadi alasan terjadinya penurunan

produktifitas dan produksi gula. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan

bertambahnya jumlah penduduk mengakibatkan impor gula yang semakin

meningkat. Pemerintah mulai mencari solusi untuk meningkatkan kembali

Page 71: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

51

produktifitas dan produksi gula nasional yaitu dengan mencanangkan

pengembangan industri gula dipulau jawa.

Menjawab pencanangan tersebut, pemerintah mengundang pihak swasta untuk

ikut dalam pengembangan industri gula ini. PT Gunung Madu Plantations (PT

GMP) didirikan pada 20 Oktober 1975. PT GMP merupakan perusahaan

patungan antara perusahaan swasta asing dan swasta nasional berstatus PMA,

yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Kuok Investment (Mauritius) Co.,Ltd.

Investasi didanai dengan dana pinjaman luar negeri yang diperoleh melalui

perusahaan Kuok. Mitra asing ini menguasai saham terbanyak. Selain itu,

perusahaan Kuok juga telah sangat berpengalaman di bidang pergulaan

internasional serta mempunyai perkebunan tebu dan pabrik gula yang cukup

sukses di Malaysia.

PT Gunung Madu Plantations merupakan pabrik gula sederhana yang mulanya

berkapasitas giling 4000 TCD (Ton Cane per Day). Secara bertahap PT GMP

mengalami peningkatan kini PT GMP menjadi pabrik yang modern dengan

kapasitas giling 18.000 TCD. PT Gunung Madu Plantations telah diakui sebagai

pelopor industri gula di luar Pulau Jawa karena berhasil membuktikan bahwa

industri gula yang efisien dan menguntungkan dapat dikembangkan di luar Pulau

Jawa. PT GMP menjadi rujukan bagi berbagai pihak di lingkungan industri gula

nasional khususnya yang berada di luar Pulau Jawa. PT GMP juga bersikap

terbuka terhadap pihak luar yang ingin mempelajari teknik atau sistem yang

dipakai dalam aktivitas produksi sebagai upaya pengembangan ilmu pengetahuan

terutama terkait tentang proses produksi gula.

Page 72: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

52

B. Lokasi Perusahaan

PT Gunung Madu Plantations memiliki kantor pusat di Jl. Kebon Sirih No. 39

Jakarta, dengan kantor cabang di Jl. Gatot Subroto 108 Bandar Lampung serta

area pabrik dan perkebunan di KM. 90 Gunung Batin Lampung Tengah. Pada

tahun 1975 PT Gunung Madu Plantations (GMP) didirikan, PT GMP merupakan

pelopor usaha perkebunan dan pabrik gula di luar Jawa, khususnya Lampung.

Perusahaan ini berstatus PMA. Lokasi perkebunan tebu dan pabrik gula terletak

pada 105012’9” sampai 105

021’29” Bujur Timur dan 4

039’37” sampai 4

048’17”

Lintang Selatan. Areal perkebunan tebu dan pabrik gula PT GMP terletak di Desa

Gunung Batin, Lampung Tengah sekitar 90 km arah utara kota Bandar Lampung.

Secara garis besar sebelah utara PT GMP berbatasan dengan PT Gula Putih

Mataram dan areal bekas PT Multi Agro Crops. Sebelah Barat berbatasan dengan

PT Great Giant Pineapple dan Desa Bandar Agung. Sebelah Timur berbatasan

dengan PT Gula Putih Mataram dan areal kehutanan (PT UNHUTANI). Sebelah

selatan berbatasan dengan Way Pangubuan dan Way Seputih Banyak.

Areal PT GMP dilalui oleh dua jalan lintas Sumatera, yaitu jalan Lintas Timur

Pantai Sumatera melewati areal divisi III dan jalan Lintas Timur Sumatera

melewati areal divisi I, V, dan R&D.

Luas areal perkebunan PT GMP sebesar 34.371 hektar, dengan luas areal tanam

sebesar 23.700 hektar sisanya berupa areal pabrik, kantor , jalan, perumahan, dan

irigasi. Areal perkebunan PT GMP dikelola oleh Departemen Plantation yang

terdiri dari tujuh divisi, masing-masing divisi mengelola seluas 3.500-4.000

hektar. Areal perkebunan PT.GMP akan disajikan pada Gambar 7.

Page 73: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

53

Gambar 7. Areal perkebunan PT.GMP (PT GMP, 2017)..

C. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi digunakan dalam suatu organisasi atau perusahaan, yang

terdiri dari susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada

suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan oprasional untuk

mencapai tujuan. Komisaris merupakan posisi kepemimpinan tertinggi pada

struktur organisasi PT GMP. Dewan Komisaris PT GMP terdiri dari tiga orang

yang berasal dari masing-masing perusahaan penyokong saham yaitu Kuok

Investmen Co. Ltd, PT Rejo Sari Bumi, dan PT Pipit Indah. Dewan Direksi

dipimpin oleh Presiden Direktur yang diangkat oleh Dewan Komisaris. Prsiden

Direktur berperan sebagai pemberi arahan dan mengawasi investasi secara

keseluruhan, investasi perijinan dan menjalani kerjasama dengan pihak luar.

Dewan direksi mengangkat seorang General Manager yang mengatur dan

memimpin langsung PT GMP. General Manager dalam menjalankan tugasnya

dibantu oleh beberapa Manager Department.

Page 74: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

54

Ada 4 (empat) departemen di PT GMP, yaitu Department Plantations,

Department Factory, Department ServiceBussines and Finance, dan Department

Research and Development. Struktur organisasi PT GMP akan disajikan pada

Gambar 8.

Gambar 8. Struktur organisasi PT GMP (PT GMP, 2017).

Berikut perincian tugas yang dikerjakan oleh masing-masing departemen

1. Factory Departmen

Bertugas dan bertanggung jawab dalam seluruh proses pembuatan gula. Factory

Departmen di bagi atas tiga devisi yaitu:

a. Divisi processing

Bertugas dalam kelancaran aktivitas produksi gula dari bahan baku hingga

pengemasan produk.

b. Divisi Engineering Services

Bertugas melakukan perawatan dan perbaikan alat-alat Produksi di pabrik.

c. DivisiElektrik dan Instrumen

Bertugas Melakukan pengawasan dan pemeliharaan sistem kelistrikan dan

mengontrol instrumen di pabrik.

KOMISARIS

DIREKSI

GENERAL MANAGER

R&D DEPT PLANTATIONS DEPT FACTORY DEPT SBF DEPT

Page 75: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

55

2. Plantation Department

Departemen ini bertanggung jawab sepenuhnya atas penyediaan bahan baku bagi

pabrik. Berjalan atau tidaknya pabrik bergantung pada keberadaan tebu yang siap

untuk digiling. Terdiri atas tiga divisi yaitu:

a. Divisi Pertanian (1-7)

Mengelola serta melakukan berbagai teknis operasional di perkebunan.

Mencakup penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan lahan tebu pra-panen

sampai siap panen.

b. Divisi Workshop

Mempersiapkan, memperbaiki, dan merawat alat-alat kebutuhan pertanian.

c. Divisi Harvesting

Melayani kebutuhan tenaga kerja dan melaksanakan pemanenan tebu di divisi

produksi serta bertanggung jawab mensuplai tebu ke pabrik.

3. Research and Development( R&D) Department

Melakukan penelitian dan pengembangan untuk memperoleh varietas tebu unggul,

mencari teknik pengolahan tanah yang lebih baik sesuai dengan kondisi tanah dan

memberikan dosis pemupukan pada setiap divisi produksi serta mencegah dan

meminimalisir kehilangan hasil akibat hama dan penyakit. Disamping itu,

departemen ini juga memberikan dukungan dengan melakukan analisa

laboratorium sebagai bentuk pengawasan kualitas dari proses produksi dan

menyajikan informasi berupa data-data pelaporan dari proses produksi. Pada

departemen ini juga terdapat divisi khusus yang menangani limbah produksi,

dalam hal ini pemantauan pengelolaan berada di bawah kendali laboratorium

Sugar Technology.

Page 76: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

56

4. Services Bussines and Finance (SBF) Department

Departemen ini mengelola berbagai aspek, terdiri dari 8 divisi yaitu :

a. Divisi Pemasaran (Sales)

Melakukan kegiatan pemasaran hasil produksi dari perusahaan ke konsumen.

b. Divisi Accounting & Treasure

Melakukan pencatatan seluruh pengeluaran perusahaan (biaya operasional),

penyusunan laporan, dan tugas lain dalam hal kebendaharaan.

c. Divisi Budget dan Material Control

Menyusun anggaran belanja perusahaan, mengatur neraca keuangan,

mengawasi pembelian bahan-bahan yang diperlukan untuk menunjang kegiatan

perusahaan berdasarkan besar dana anggaran.

d. Divisi Sistem dan Audit

Melakukan pemeriksaan keuangan perusahaan dan pertanggung jawaban

keuangan perusahaan.

e. Divisi Central Personil

Melakukan seleksi tenaga kerja, mengatur kebutuhan dan penempatan kerja

karyawan.

f. Divisi Klinik Pelayanan Kesehatan (Medical Clinic)

Melakukan berbagai aktivitas pelayanan kesehatan bagi karyawan dan keluarga

karyawan.

g. Divisi Community & General Services

Bertugas di bidang kemasyarakatan, berhubungan dengan pemerintah

kecamatan dan memberikan pelayanan umum termasuk di dalamnya seksi

keamanan (security) yang bertugas menjaga keamanan perusahaan dan segala

aktivitasnya.

Page 77: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

57

h. Divisi Community School

Melakukan berbagai pelayanan pendidikan yang dibutuhkan karyawan dan

masyarakat sekitar.

D. Visi dan Misi Perusahaan

Adapun visi pabrik gula PT GMP sebagai berikut:

Menjadi produsen gula yang paling efisien dan kompetitif di ASEAN dengan

menerapkan sistem pertanian berkelanjutan dan menciptakan peluang usaha

berbasis pertanian serta pengembangan produk (diversifikasi).Misi pabrik gula PT

GMP sebagai berikut:

1. Mendukung program pemerintah dalam usaha mencapai swasembada gula

nasional.

2. Membantu pengembangan daerah sekitar

3. Meningkatkan kesejahteraan karyawan

4. Meningkatkan keuntungan pemegang saham

E. Ketenagakerjaan

Penyerapan tenagakerja yang dilakukan PT GMP cukup besar sehingga dapat

mengurangi tingkat pengangguran daerah. Tenaga kerja yang bekerja di PT GMP

tidak hanya berasal dari daerah lokal banyak diantaranya berasal dari luar daerah

dan luar pulau. Karyawan tetap yang diserap oleh PT GMP sekitar 1800 orang,

sedangkan untuk tenaga kerja harian dan musiman sebanyak 8500 orang.

Penambahan tenaga kerja biasa dilakukan pada waktu musim giling , yaitu sekitar

Page 78: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

58

bulan April hingga Oktober setiap tahunnya. Pembagian tenagakerja pada PT

GMP di bagi menjadi dua yaitu:

1. Shift, terbagi menjadi tigashift (Pagi, Siang, Malam) dengan masing-masing

jumlah jam kerja delapan jam kerja

2. Non-shift, dengan jumlah jam kerja sebanyak tujuh jam dan satu jam 30menit

istirahat.

Jumlah karyawan PT GMP dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah karyawan PT GMP (PT GMP, 2017).

Tahun Staff & IV III II I

Total Harian Manager Supervisor Skilled Semi Skilled Non Skilled

2000 153 269 606 631 20 1679 8500

2001 152 272 615 646 16 1701 8500

2002 151 279 608 640 15 1693 8500

2003 149 283 632 602 14 1680 8500

2004 148 286 620 582 12 1648 8500

2005 167 287 611 689 8 1762 8500

2006 160 281 803 625 20 1889 8500

2007 159 270 689 728 21 1867 8500

2008 163 290 701 729 21 1904 8500

2009 166 304 712 738 20 1940 8500

2010 162 295 724 740 22 1943 8500

2011 160 288 735 741 26 1950 8500

2012 150 299 658 735 23 1865 8500

2013 147 302 640 737 19 1845 8500

2014 150 293 613 665 20 1741 8500

2015 168 307 785 650 20 1930 8500

2016 171 309 798 631 20 1929 8500

2017 146 286 622 583 11 1648 8500

Sumber : Data diolah, 2018.

F. Fasilitas Kesejahteraan

Mengingat lokasi perkebunan dan pabrik jauh dari pusat kota, PT Gunung Madu

Plantations memberikan fasilitas untuk menunjang kesejahteraan karyawannya.

Page 79: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

59

Fasilitas yang diberikan bertujuan untuk mencukupi kebutuhan para karyawan.

Fasilitas penunjang untuk karyawan PT GMP dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Fasilitas penunjang untuk karyawan PT GMP, (PT GMP,2017).

Fasilitas Site A Perum

I

Perum

II

Perum

III

Perum

IV

Perum

VI

Total

Perumahan

Type B (185 m2) - - 4 - - - 4

Type C(145m2) 5 6 30 4 4 4 53

Mess Lajang (52m2) - - 8 - - - 8

Type D (104m2) 10 12 44 8 12 6 92

Type E+ (80m2) 12 32 144 20 24 26 258

Type E (59m2) 12 120 342 54 54 112 694

Type F (52m2) 12 144 336 144 48 - 684

Total 51 314 908 230 142 148 1793

Bedeng (10lk/blok) 4 99 58 73 49 42 325

Fasilitas Sosial

TK (Yayasan) - 1 1 1 1 1 5

SD (Negeri) - 1 1 1 1 - 4

SMP (Yayasan) - - 1 - - - 1

Masjid 1 1 1 1 1 1 6

Mushalla (di bedeng) 1 2 1 1 1 2 8

Gereja - 1 1 1 1 - 4

Rumah Sakit - - 1 - - - 1

Klinik 1 1 - 1 1 1 5

Kantin - 1 1 1 1 1 5

Toko Koperasi 1 1 1 1 1 1 6

Gedung Serba Guna - 1 1 1 1 1 5

Lapangan Sepak Bola 1 1 3 1 1 1 8

Lapangan Tenis 1 1 2 1 1 1 7

Lapangan Volley 1 1 4 1 1 1 9

Lapangan Bulu Tangkis - 1 3 1 1 1 7

Lapangan Basket - 1 1 - - - 2

Kolam Renang - - 1 - - - 1

Sumber : Data diolah, 2018.

Page 80: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

92

VI. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagi

berikut :

1. Investasi pembangkit listrik berbahan bakar bagassepada PT Gunung Madu

Plantations secara finansial layak untuk dilaksanakan. Dibuktikan dengan

hasil analisis finansial yang menunjukkan nilai NPV bernilai positif sebesar

Rp1.437.425.146.844,25, Net B/C lebih dari satu sebesar 7,00Gross B/C lebih

dari satu sebesar 1,81, IRR lebih dari tingkat suku bunga yang berlaku yaitu

34,84 persen, Payback periode kurang dari umur ekonomis pembangkit listrik

yaitu 1,75.

2. Besarnya penerimaan dan produksi listrik yang dihasilkan PT Gunung Madu

Plantations telah mencapai BEP (break even point) , hal tersebut dapat

diketahui dari rata-rata penerimaan dan produksi listrik yang lebih besar dari

rata-rata Rp362.466.867.046 dan 242.193.858 KWh lebih besar dari

Rp32.548.133.618 dan 49.994.808 KWh.

Page 81: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

93

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat

diberikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan, investasi PLTU berbahan bakar bagasse sangat

menguntungkan bagi pabrik gula, hendaknya PT GMP menularkan

kesuksesannya kepada pabrik gula lainnya dengan cara memberikan seminar

terbuka atau dengan mengadakan pelatihan sehingga pabrik gula lainnya

khususnya di Provinsi Lampung dapat meningkatkan produksi listrik dan

secara umum dapat membantu dalam pengadaan listrik Provinsi.

2. Bagi pemerintah, sebaiknya pemerintah daerah memberikan dorongan bagi

pabrik gula lain untuk mengolah limbah bagasse menjadi bahan bakar listrik,

dengan cara memberikan kebijakan berupa penghargaan agar pabrik gula

lainnya tertarik untuk mengolah Bagasse menjadi listrik sehinga hasil listrik

dari pabrik gula yang berada di Provinsi Lampung dapat menjadi potensi

listrik daerah.

3. Bagi peneliti lain, sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang analisis

manfaat lingkungan pengolahan bagasse menjadi energi listrik di PT GMP.

Page 82: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

94

DAFTAR PUSTAKA

Agrofarm. 2014. Agar Pabrik Gula Efisien, PTPN X Optimalkan Ampas Tebu.

http://www.agrofarm.co.id/read/perkebunan/753/agar-pabrik-gula-efisien-

ptpn-x-optimalkan-ampas-tebu/#.VD-_0WeSyn0. Diakses pada tanggal 5

Januari 2017.

Andaka, G. 2011. Hidrolisis ampas tebu menjadi furfural dengan katalisator

asam sulfat. Jurnal Teknologi. Vol 4(2): 180-188.

http://jurtek.akprind.ac.id/sites/default/files/180-188_andaka.pdf. Diakses

pada tanggal 16 Januari 2017.

Aziz, Asruldin. 2010. Studi Pemanfaatan Energi Listrik Tenaga Arus Laut Di

Selat Alas Kabupaten Lombok, NTB. Jurnal Teknik Elektro-

FTI.digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-10413-Paper.pdf. Diakses

pada tanggal 13Maret 2017.

Bank Mandiri. 2017. Suku Bunga Dasa

Keredit.https://www.bankmandiri.co.id/documents/20143/32587/RLHR44

277881_SBDK+per+30+November+2017+Bahasa.pdf/d629df38-e226-

34e7-8bc2-29d9cf6f42a6. Diakses pada tanggal 14 Desember 2017.

Christiyanto, M. dan A. Subrata.2005. Perlakuan Fisik dan Biologis pada

Limbah Industri Pertanian terhadap Komposisi Serat. Universitas

Diponegoro. Semarang.

Deitiana, Tita. 2011. Manajemen Operasional Strategi dan Analisa Services dan

Manufaktur. (Edisi Pertama). Mitra Wacana Media. Jakarta.

Departemen Perindustrian. 2004. Pohon Industri Tebu.

http://www.dprin.go.id.Diakses pada tanggal 25 Januari 2017.

Dinata, Dadang. 2017. http://koran-sindo.com/news.php?r=5&n=47&date=2017-

01-05.Diakses pada tanggal 25 Januari 2017.

Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi.2015.

Menteri ESDM Serahkan Penghargaan

Energi2015.http://ebtke.esdm.go.id/post/2015/10/23/983/menteri.esdm.ser

ahkan.penghargaan.energi.2015. Diakses pada tanggal 5 januari 2017.

Page 83: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

95

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2016. Kebutuhan Gula Nasional Mencapai

5700 Juta Ton Tahun

2014.http://ditjenbun.pertanian.go.id/setditjenbun/berita-172-dirjenbun--

kebutuhan-gula-nasional-mencapai-5700-juta-ton-tahun-2014.html.

Diakses pada tanggal 11 September 2016.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2016. Statistik Perkebunan Indonesia

Komoditas Tebu 2014-

2016.http://ditjenbun.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/statistik/2016/

TEB U%202014-2016.pdf.Diakses pada tanggal 11 September 2016.

Febriyanti, AffandiM I, Kalsum U. 2017. Analisis Finansial dan Nilai Tambah

Aghroindustri Keripik Pisang Skala UMK di Kota Metro. JIIA, 5 (1):49-

56. http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/download/1674/1500.

Diakses pada 27 maret 2018.

Garrison, Ray. H dan Eric W. Noreen. 2006.Akuntansi ManajerialEdisi

KesebelasBuku Satu. Salemba Empat. Jakarta.

Gaspersz, Vincent. 2000. Manajemen Produktivitas Total. Cetakan Kedua.

PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Giatman, M. 2006.Ekonomi Teknik.PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Gittinger, J.P.2008. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian.Terjemahan. Edisi

Kedua. UI-Press dan John Hopkins.Jakarta.

Hadi, Sutrisno. 2004. Metodologi Research 2. Andi Offset. Yogyakarta

Hamawi, Mahmudah.. 2005. Blotong Limbah Busuk Berenergi. PradyaParamita.

Jakarta.

Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Lembaga Penerbit

FakultasEkonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Kurniawan Y dan H. Santoso. 2009. Listrik Sebagai Ko-Produk Potensial Pabrik

Gula. Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia.Jurnal Litbang

Pertania, Vol 28 (1): 23-

28.pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/p3281094.pdf. Diakses pada

tanggal 13 September 2016.

Kuswandi. 2007. Teknologi Pakan Untuk Limbah Tebu (Fraksi Serat) Sebagai

Pakan Ternak Ruminansia. Wartazoa,17(2): 82-

92.http://download.portalgaruda.org/article.php?article=277904&val=7169

&title=Feed%20Technology%20of%20Fibrous%20Sugarcane%20Residue

s %20for%20Ruminants.Diakses pada tanggal 25 Januari 2017.

Page 84: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

96

Luhur ES, Rizky Muhartono dan Siti Hajar Suryawati. 2013. Analisis Finansial

Pengembangan Energi Laut di Indonesia. Jurnal Sosek 8(1): 25-

37.bbpse.litbang.kkp.go.id/publikasi/jsosek/jurnal_2013_v8_no1_(3)_full.

pdf. Diakses pada tanggal 13Maret 2017.

Maksum, Hasan dan Abdul Rivai. 2015. Komponen Penentu Harga Jual Tenaga

Listrik Dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara Skala Kecil (PLTU

B-SK). Jurnal Mineral dan Energi, 13(2): 76-

84.www.litbang.esdm.go.id/images/stories/majalah_juni_2015/4.pdf.

Diakses pada tanggal 7Maret 2017.

Mardikanto Totok, Heru Irianto. 2010. Metoda Penelitian Dan Evaluasi

Agribisnis. Agribisnis UNS. Solo.

Misran, E.2005. Industri Tebu Menuju Zero Waste Industry.Jurnal Teknologi

Proses, 4(2): 6-10.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/15389/tkp-jul2005-

%20%282%29.pdf?sequence=1&isAllowed=y.Diakses pada tanggal 11

Januari 2017.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja

Rosdakarya Offset. Bandung.

Murti H, Zakaria WA, Lestari DAH 2017. Analisis Kelayakan Finansial Unit

Usaha Mesin Pemanen Padi (Combine Harvester) Di Kecamatan Seputih

Raman Kabupaten Lampung Tengah. JIIA, 5(3): 220-

227.http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/download/1633/1459.

Diakses pada tanggal 21 desember 2017.

Nasrullah, Mochamad dan Nuryati. 2013. Studi Perbandingan Biaya

Pembangkitan Listrik Teraras Pada Pembangkit Energi Terbarukan Dan

PLTN. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi

Nuklir.https://energinuklirblog.files.wordpress.com/2016/01/sem-senten-

2013.pdf. Diakses pada tanggal 7Maret 2017.

Pasaribu, Ali Musa. 2012. Perencanaan dan Evaluasi proyek. Lily PublicSher

Jakarta

Peter Rein. 2007. Cane Sugar Engineering. Verlag Dr. Albert Bartens

KG.Berlin.

Pramithasari, Citra Anggun. 2011. Analisis Manfaat Ekonomi Pengolahan

Limbah Pohon Jati.

Skripsi.repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/52046/1/H11cap.pd

f. Diakses pada tanggal 11 September 2016.

Page 85: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

97

Prasetyo, Wahyudi. 2010. Analisis Break Even Point (BEP) Pada Industri

Pengolahan Tebu di Pabrik Gula (Pg) Mojo Kabupaten Sragen. Skripsi.

https://eprints.uns.ac.id/9779/1/126950308201008511.pdf. Diakses pada

tanggal 30 januari 2018.

Pratama. 2011. Analisa Sifat Mekanik Komposit Bahan Kampas Rem Dengan

Penguat Fly Ash Batubara. Tugas Akhir.

https://core.ac.uk/download/pdf/25484889.pdf. Diakses pada tanggal 18

Januari 2017.

Purwanti, Ari dan Darsono Prawironegoro. 2013. Akuntansi Manajemen Edisi 3

Revisi. Mitra Wacana Media. Jakarta.

Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI).2008. Konsep Peningkatan

Rendemen untuk Mendukung Program Akselerasi Industri Gula

Nasional.Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI).Pasuruan,

Jawa Timur. PT Perkebunan Nusantara X. 2015. Awal Mula Perkebunan Tebu di Nusantara.

http://ptpn10.co.id/blog/awal-mula-perkebunan-tebu-di-nusantara. Diakses pada tanggal 11 September 2016.

Rahim dan Diah Retno Dwi Hastuti. 2007. Ekonomika Pertanian, Pengantar

Teori dan Kasus. Penebar Swadaya. Jakarta. Rifai, F R. 2015. Studi Potensi Energi Terbarukan Dari Sistem Kogenerasi di

Pabrik Gula.Tesis.etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88341/potongan/S2-2015-342477-abstract.pdf. Diakses pada tanggal 11 Januari 2017.

Rizky, Adelia. 2016. Analisis Usaha dan Strategi Pengembangan Ternak Kalkun

Mitra Alam Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung. JIIA, 4 (3) : 235-242. http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/download/1497/1351.Diakses pada tanggal 28 Januari 2018.

Saputra, Pressa Perdana Putra. 2010. Studi Pemanfaatan Biomassa Ampas Tebu

(dan Perbandingan dengan Batu Bara) Sebagai Bahan Bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap 1x3mw Di Asembagus, Kabupaten Situbondo. Prosiding Seminar Tugas Akhir.digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-16514-2206100068-Paper.pdf. Diakses pada tanggal 25 Januari 2017.

Singarimbun, Masri dan Effendi Sofian. 2009. Metode Penelitian Survai. LP3ES.

Jakarta Susila, Wayan R & Darma Setiawan. 2007. PeranIndustri Berbasis Perkebunan

DalamPertumbuhan Ekonomi.Jurnal Agro Ekonomi, 25(2) : 125-

147.http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/jae/article/download/4

717/3983. Diakses pada tanggal 22 April 2018.

Page 86: ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN AMPAS TEBU …digilib.unila.ac.id/55054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT GUNUNG ... (Praktik Pengenalan

98

Sukartawi.2006.Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta.

Sukirno, Sadono. 2008. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. PT Raja Grafindo

Persada. Jakarta

Suparmoko, dan Maria R. Suparmoko, 2000. Pokok-Pokok Ekonomika. Penerbit

BPFE. Yogyakarta.

Tarwaka. 2010. Dasar – Dasar Pengetahuan Ergonomi Dan Aplikasi Di

TempatKerja. Harapan Press Solo. Solo.

Umar, Husein. 2005. Studi Kelayakan Bisnis Edisi 3 Revisi.Gramedia

PustakaUtama. Jakarta

Undang-undang Kelistrikan Nomer 30 Tahun 2009 tentang Kelistrikan.Arsip DPR

RI. Jakarta

Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomer 23 Tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup.Arsip DPR RI. Jakarta.

Waluyo,2011.Perpajakan Indonesia.Edisi 10 Buku 1. Salemba Empat. Jakarta.

Wijanarko A., WitonoJA, dan WigunaMS . 2006. Tinjauan Komprehensif

Perancangan Awal Pabrik Furfural Berbasis Ampas Tebu Di

Indonesia.Journal of the Indonesian Oil and Gas Community,.

http://staff.ui.ac.id/system/files/users/anondho.wijanarko/publication/01pa

brikfurfural-wijanarkoantonmade.pdf. Diakses pada tanggal 16 Januari

2017.