analisis film calon presiden

7
 KOMUNIKASI POLITIK | INDRI RAMANITYA 0811223029 1 ANALISIS FILM CALON PRE S IDEN Jenis Film : Drama/comedy Sutradara : Toto Hoedi Penulis : Toto Hoedi Produser : Shankar Rs, Hasnan Abdullah Produksi : Ninefx Production Durasi : 90 menit Pemain Peran Dwi Sasono Hartono, SE. Happy SalmaNingsih Catherine Wilson Priti Sujiwo Tejo Sugiarto Butet Kertaradjasa Pak Prakoso / Ayah Hartono

Upload: indri-ramanitya

Post on 14-Jul-2015

84 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Film Calon Presiden

5/12/2018 Analisis Film Calon Presiden - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-film-calon-presiden 1/7

KOMUNIKASI POLITIK | INDRI RAMANITYA 0811223029

ANALISIS FILM CALON PRESIDEN

Jenis Film : Drama/comedy

Sutradara : Toto Hoedi

Penulis : Toto Hoedi

Produser : Shankar Rs, Hasnan Abdullah

Produksi : Ninefx Production

Durasi : 90 menit

Pemain Peran

Dwi Sasono Hartono, SE.

Happy Salma  Ningsih

Catherine Wilson Priti

Sujiwo Tejo Sugiarto

Butet Kertaradjasa Pak Prakoso / Ayah Hartono

Page 2: Analisis Film Calon Presiden

5/12/2018 Analisis Film Calon Presiden - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-film-calon-presiden 2/7

KOMUNIKASI POLITIK | INDRI RAMANITYA 0811223029

Ucup Kelik Ucup Kelik

Denny Chandra  Denny Chandra

Remy Silado   Dr. Gondo Wijoyo, SH., MBA., M.Ber.

Effendi Ghazali Dek Pendi

Febby Febiola Febby / Penyiar Berita

Rupanya parodi politik memang menjanjikan karena politik memang selalu kaya

dengan karakter-karakter istimewa. Senang sekali melihat awal film yang penuh dengan

referensi tokoh-tokoh yang diplesetkan dan dilebih-lebihkan dari diri mereka yang

Sino sis Film Calon Presiden

Page 3: Analisis Film Calon Presiden

5/12/2018 Analisis Film Calon Presiden - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-film-calon-presiden 3/7

KOMUNIKASI POLITIK | INDRI RAMANITYA 0811223029

sesungguhnya. Tapi tentu saja sepanjang film tidak bisa berkisah melulu meledeki

orang lain tanpa plot, maka dibuatlah kisah tentang Hartono (Dwi Sasono).

Berawal dari sebuah penangkapan oleh KPK yang mengakibatkan penahanan

seorang pemimpin partai politik yang maju sebagai calon presiden. Akhirnya mereka

memutuskan mencari orang yang bisa dijadikan boneka dengan kriteria yang kacangan

dan tidak masuk akal mereka mencari pemimpin yang bisa menjadi tumbal dan hanya

sebagai alat mereka mencari keuntungan dengan criteria lugu yang diperankan Hartono

(Dwi Sasono)..

Hartono adalah anak pendiri partai, Prakoso (Butet Kertaredjasa), yang sangat

bodoh sehingga menjadi staf  office boy  (tentu lebih rendah ketimbang office boy  itu

sendiri) di partai itu. Kerja sampingannya adalah membuatkan kopi dan teh atau

Page 4: Analisis Film Calon Presiden

5/12/2018 Analisis Film Calon Presiden - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-film-calon-presiden 4/7

KOMUNIKASI POLITIK | INDRI RAMANITYA 0811223029

membersihkan jendela kantor partai, sedangkan tugas utamanya adalah menabrakkan

diri ke meja atau dinding atau jatuh dari tangga supaya penonton tertawa. Tapi

alangkah mujurnya dia mendapat Ningsih (Happy Salma), si cantik yang mungkin

kesengsem pada gigi tonggosnya sehingga bersedia menunggu Hartono menjadi orang

sukses.

Dan Hartono pun menjadi orang sukses.

Lantaran petinggi Partai ASU (singkatan dari

  Anggaran Semuanya Untukmu) memerlukan

tokoh boneka yang bisa mereka setir untuk

ambisi rakus mereka. Maka diangkatlah Hartono

menjadi ketua partai dan digadang pula jadi calonpresiden. Sekali lagi entah kenapa Hartono yang

diperkenalkan super bodoh di awal itu tiba-tiba

ternyata tidak bodoh-bodoh amat ketika sudah jadi ketua partai. Tiba-tiba ia tak lagi

menabrak-nabrak meja atau dinding dan pintar membual kepada Ningsih.

Parodi terus berjalan dalam film ini, baik parodi terhadap para tokoh dunia nyata

maupun parodi terhadap kehidupan partai politik secara umum. Para pemimpin partai

politik ternyata adalah penggoda wanita yang sok bicara tentang keteguhan hati dan

sikap percaya berlebihan pada mistik dan dukun tanpa dasar atau preman yang mudah

sekali membunuh orang.

Page 5: Analisis Film Calon Presiden

5/12/2018 Analisis Film Calon Presiden - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-film-calon-presiden 5/7

KOMUNIKASI POLITIK | INDRI RAMANITYA 0811223029

Maka Hartono pun mendapatkan pencerahan sungguh-sungguh dalam batinnya

ketika melihat itu semua. Namun ia terlanjur berada dalam dunia politik ini dan bingung

kemana ia harus mencari panduan hidup. Akhirnya calon presiden tersebut juga

memenangkan pemilihan, namun pada saat akan dilantik menjadi presiden dia

mendapatkan acaman dan terror.

Pertama, film ini percaya pada tahayul

sekalipun dibungkus dengan istilah d oppelganger  

yang seakan ingin mengelak dari tuduhan

kampungan dan menegaskan tahayul adalah

sesuatu yang universal. Dengan logika serupa

dengan yang digunakan oleh para diktator seperti

Saddam Hussein dan Adolf Hitler, jagoan dalam

film ini pun mengorbankan sang d oppelganger -nya

sekalipun bukan untuk jadi korban pembunuhan politik, tapi dengan logika

pengorbanan, bisa saja untuk pembunuhan politik.

Kedua, film ini sangat sexist , bahkan melecehkan perempuan. Tokoh-tokoh

perempuan dalam film ini hanya bisa pasrah menanti laki-laki atau semata-mata jadi

gula-gula dan ditampilkan dengan baju yang membuat dada mereka tampak menonjol

atau rok pendek yang memperlihatkan kaki mereka. Kalau begitu film ini harus

dihentikan dari promosi sebagai sebuah menyadarkan bahwa politik itu tidak kotor. Tak

perlu menjadi seorang feminis untuk protes bahwa kebersihan politik jalannya selalu

beriringan dengan penghargaan terhadap perempuan.

 Analisis Calon Presiden

Page 6: Analisis Film Calon Presiden

5/12/2018 Analisis Film Calon Presiden - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-film-calon-presiden 6/7

KOMUNIKASI POLITIK | INDRI RAMANITYA 0811223029

Ketiga, penyelesaian problem dalam film

ini ternyata hanya lewat pidato. Ketika sang

  jagoan sudah tersadar dan mendapat

pencerahan, yang ia lakukan adalah pidato yang

mungkin dianggap penulisnya sebagai pidato

politik paling cerdas yang pernah ada di

Indonesia sehingga membuat orang

menghentikan kegiatannya untuk mendengarkan

pidato itu. Betapa simplistisnya pandangan terhadap persoalan bangsa dalam film ini.

Soal keempat itu adalah Effendi Ghazali yang mempahlawankan dirinya sendiri

di film itu. Namanya tercantum sebagai pembuat cerita, tentu ia sadar bahwa di film itu

ia menempatkan diri sebagai k ingmak er  dan penjaga moral sang pemimpin. Ia

(bersama Ucup Kelik) menjadi penasehat yang menunjukkan jalan yang benar yang

harus diambil oleh Hartono ketika calon pemimpin itu mengalami kebimbangan. Segala

kebaikan sang pemimpin ternisbahkan pada nasehat-nasehatnya. Perhatikan

bagaimana ia dan Ucup menilai pidato politik Hartono memberi kesan bahwa ialah

patron moral yang membuat Hartono menjadi seorang yang baik. Padahal yang ia

ajarkan hanyalah 7X7 = 49 atau setuju tidak setuju yang penting penampilan.

Dan bagian ini bukanlah bagian di mana film sedang bercanda atau berparodi.

Ini adalah bagian resolusi film dimana ³kebenaran akhirnya terungkap´ alias moral

cerita. Akhirnya parodi yang mengejek moral politik orang lain ini sama sekali tak

introspeksi terhadap moral politiknya sendiri. Film ini menjadikan orang lain bahan

Page 7: Analisis Film Calon Presiden

5/12/2018 Analisis Film Calon Presiden - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-film-calon-presiden 7/7

KOMUNIKASI POLITIK | INDRI RAMANITYA 0811223029

tertawaan padahal mengusulkan narsisme dan klaim atas jasa pribadi sebagai moral

utama yang diusung. Bahkan substansi yang diusulkan guna membenahi kepolitikan

yang carut-marut dan tak bermoral pun adalah komunikasi politik dalam arti sempit yaitu

pencitraan.

Maka dengan situasi seperti ini, penampilan para tokoh politik sebagai cameo 

  jadi tak mengasyikkan terutama bagi mereka yang sempat-sempatnya menyelipkan

slogan kampanye tanpa dimaksudkan sebagai lelucon. Selipan ini bisa jadi merupakan

hasil tawar menawar Effendi ketika membujuk mereka untuk tampil di film ini tentu guna

mendongkrak pemasaran. Namun sadarkah ia bahwa penonton membeli tiket dan ingin

terbebas dari kampanye politik untuk uang yang dikeluarkannya? Jika saya boleh

memilih, saya memilih tak melihat JK atau Andi Malarangeng di film ini (karenakemunculan mereka tak penting sama sekali) ketimbang melihat mereka berkampanye

di jasa hiburan yang saya nikmati dengan membayar ini. Ternyata pemimpin politik dan

korporasi sama saja: diam-diam menyusup promosi di tengah keasyikan orang yang

sedang menonton.