analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

91
TESIS ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI DAN NILAI PENAWARAN PESERTA LELANG ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT) JASA KONSTRUKSI DI KABUPATEN BULELENG MADE RESPAWAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Upload: tranliem

Post on 31-Dec-2016

247 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

TESIS

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI DAN NILAI PENAWARAN PESERTA

LELANG ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT) JASA KONSTRUKSI DI KABUPATEN BULELENG

MADE RESPAWAN

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2015

Page 2: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

TESIS

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI DAN NILAI PENAWARAN PESERTA

LELANG ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT) JASA KONSTRUKSI DI KABUPATEN BULELENG

MADE RESPAWAN NIM 1191561027

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2015

Page 3: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

ii

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI DAN NILAI PENAWARAN PESERTA

LELANG ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT) JASA KONSTRUKSI DI KABUPATEN BULELENG

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister Program Studi Teknik Sipil

Program Pascasarjana Universitas Udayana

MADE RESPAWAN NIM 1191561027

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2015

Page 4: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

iii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 3 AGUSTUS 2015

Pembimbing I,

I Ketut Sudarsana, ST, PhD NIP. 19691016 199601 1 001

Pembimbing II,

Ir. Mayun Nadiasa, MT NIP. 19570801 198702 1 001

Mengetahui Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil

Program Pascasarjana Universitas Udayana

Putu Alit Suthanaya, ST, MEngSc, PhD NIP. 19690805 199503 1 001

Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) NIP. 19590215 198510 2 001

Page 5: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

iv

Lembar Penetapan Panitia Penguji

Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai

Pada Tanggal 3 Agustus 2015

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No : 2337/UN.14.4/HK/2015, Tanggal : 3 Agustus 2015 Ketua : I Ketut Sudarsana, ST, PhD Anggota : 1. Ir. Mayun Nadiasa, MT.

2. Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA

3. Ir. I.B. Rai Adnyana, MT.

4. Ir. I Gusti Ketut Sudipta, MT.

Page 6: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

NAMA : MADE RESPAWAN NIM : 1191561027 PROGRAM STUDI : MAGISTER TEKNIK SIPIL JUDUL TESIS : ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PARTISIPASI DAN NILAI PENAWARAN PESERTA LELANG ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT) JASA KONSTRUKSI DI KABUPATEN BULELENG.

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas dari plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sangsi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan peraturan perundangan yang berlaku.

Denpasar, 3 Agustus 2015 Yang menyatakan,

Made Respawan

Materai Rp.6.000,

Page 7: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji dan syukur ke

hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa , karena hanya atas asung wara nugraha-

Nya, tesis ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini pula, perkenankanlah penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada I Ketut Sudarsana, ST, PhD sebagai Dosen

Pembimbing I dan Ir. Mayun Nadiasa, MT, sebagai Dosen Pembimbing II yang

dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan

saran selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyelesaian

Tesis ini.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Bapak

Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD.KEMD, atas kesempatan dan fasilitas yang

diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program

Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada

Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr.

dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis

untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana

Universitas Udayana. Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima

kasih kepada Bapak Putu Alit Suthanaya, ST, MEngSc, PhD selaku Ketua

Program Studi Magister Teknik Sipil.

Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada para penguji Tesis Prof.

Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA, Ir. I.B. Rai Adnyana, MT dan Ir. I

Gusti Ketut Sudipta, MT yang telah memberikan saran, masukan, sanggahan dan

koreksi sehingga Tesis ini dapat terwujud seperti ini. Ucapan terima kasih kepada

Rektor Universitas Pendidikan Ganesha atas ijin dan kebijakan kepada penulis

selama menempuh pendidikan Magister di Universitas Udayana.

Terima kasih kepada kedua orang tua terkasih, Istriku tercinta Novi, putra-

putriku tersayang Fajar dan Indah dan seluruh keluarga besar atas segala restu,

doa, cinta, dukungan dan pengorbanannya sehingga penulis mampu

menyelesaikan Tesis ini.

Page 8: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

vii

Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada kepada rekan-rekan

Manajemen Konstruksi Angkatan 2011 dan seluruh staff sekretariat jurusan

Program Magister, Program Studi Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas

Udayana.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat-Nya

kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian Tesis

ini, serta kepada penulis sekeluarga.

Denpasar, 3 Agustus 2015

Penulis

Page 9: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

viii

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI DAN NILAI PENAWARAN PESERTA LELANG ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT)

JASA KONSTRUKSI DI KABUPATEN BULELENG

Mulai tahun 2012 pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah di Kabupaten Buleleng dilakukan secara elektronik (e-procurement) dengan tata cara e-tendering. Dalam pelaksanaannya partisipasi dan nilai penawaran peserta lelang cenderung menurun baik pada saat lelang konvensional maupun pada saat lelang elektronik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran peserta lelang elektronik jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng, dan faktor apa yang pengaruhnya paling dominan.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 53 kontraktor di Kabupaten Buleleng, anggota asosiasi GAPENSI yang pernah mengikuti lelang elektronik. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik non-probability sampling dengan purposive sampling dan pengumpulan datanya menggunakan kuesioner dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan analisis faktor.

Hasil penelitian dengan analisis faktor membentuk 11 faktor baru yang berpengaruh terhadap partisipasi peserta lelang dengan komulatif variance 79,198%, yang terbentuk dari 42 variabel. Kesebelas faktor tersebut merupakan peringkat yang mempengaruhi partisipasi sesuai hasil pembahasan yang dinamai faktor I, faktor II, faktor III dan seterusnya sampai dengan faktor XI. Faktor I merupakan faktor yang pengaruhnya paling dominan dengan eigenvalues sebesar 20,738 dan variance 42,323% terbentuk oleh 11 variabel yaitu, lokasi proyek, besar nilai proyek/HPS, keamanan lingkungan proyek, mulai proyek mendekati akhir tahun, tanpa tatap muka meminimalkan peluang kolusi, korupsi dan nepotisme, jangka waktu pelaksanaan akses jalan menuju lokasi proyek, pelaksanaan saat musim hujan, syarat sertifikat ISO, syarat dukungan keuangan bank dan variabel penyelenggara lelang. Sedangkan analisis faktor yang mempengaruhi nilai penawaran peserta lelang menghasilkan 10 faktor baru dengan komulatif variance 78,925%, yang terbentuk dari 43 variabel. Kesepuluh faktor tersebut merupakan peringkat yang mempengaruhi nilai penawaran sesuai hasil pembahasan yang dinamai faktor I, faktor II, faktor III dan seterusnya sampai dengan faktor X. Faktor yang pengaruhnya paling dominan adalah faktor I dengan eigenvalues sebesar 22,756 dan variance 47,409% terbentuk oleh sembilan variabel yaitu, fluktuasi harga material, tingkat pengembalian investasi, fluktuasi kurs mata uang asing (dolar), akses jalan menuju lokasi proyek, peluang memperoleh proyek lebih besar, resiko berinvestasi, tingkat inflasi, biaya lebih hemat tanpa biaya cetak dokumen dan biaya transportasi dan kemampuan dalam estimasi penawaran. Kata kunci: partisipasi, pilai penawaran, e-procurement, pekerjaan konstruksi

Page 10: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

ix

ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE PARTICIPATION AND VALUE OFFERS ELECTRONIC BIDDERS (E - PROCUREMENT)

CONSTRUCTION SERVICES IN BULELENG REGENCY

Starting in 2012 the procurement of government goods / services in Buleleng done electronically (e-procurement) to the procedure e-tendering. In the implementation of participation and the bid price tends to decrease the auction participants both during the auction at the current conventional and electronic auctions. This study aims to determine the factors that influence participation and value of the electronic auction participants offer construction services in Buleleng, and what factors influence most dominant. The sample used in this study as many as 53 contractors in Buleleng, GAPENSI association members who attended the electronic auction. Sampling was done by using a non-probability sampling with purposive sampling and data collection using questionnaires and interviews. Data was analyzed using factor analysis. Results of research by factor analysis to form 11 new factors that influence the participation of bidders with cumulative variance 79.198%, which is made up of 42 variables. Eleventh these factors are affecting participation ranked according to the results discussion called factor I, factor II, factor III and so on up to a factor XI. The first factor is the most dominant factor that influence the eigenvalues of 20.738 and 42.323% variance is formed by 11 variables, namely, project location, great value for the project / HPS, environmental security projects, from projects nearing the end of the year, without face-to-face to minimize the chances of collusion, corruption and nepotism, period of implementation of the access road to the project site, implementation of the rainy season, the terms of ISO certificate, the terms of financial support of banks and variable auctioneer. While the analysis of the factors affecting the bid price auction participants generate 10 new factors with cumulative variance 78.925%, which is formed of 43 variables. Tenth these factors are affecting the bid ranked according to the results discussion called factor I, factor II, factor III and so on up to a factor X. The most dominant factor that influence is a factor I with eigenvalues at 22.756 and 47.409% variance is formed by nine variables, namely, fluctuations in material prices, the return on investment, fluctuations in foreign exchange rates (dollars), the access road to the project site, the opportunity to gain a larger project , the risk of investing, inflation, cost efficient document without printing costs and transportation costs and the ability to offer estimates. Keywords: participation, value offer, e-procurement, construction work.

Page 11: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

x

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM ............................................................................................... i PRASYARAT GELAR ........................................................................................ ii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. . iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI ..................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. v UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................ vi ABSTRAK ........................................................................................................... viii ABSTRACT ......................................................................................................... ix DAFTAR ISI ........................................................................................................ x DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 7 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 7 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 8 1.5 Batasan Masalah ..................................................................................... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi .................................................................................. 9

2.1.1 Karakteristik Proyek Konstruksi ................................................ 9 2.1.2 Sasaran Proyek dan Tiga Kendala (Triple Constain).................. 10 2.1.3 Tahapan Proyek Konstruksi ....................................................... 10

2.2 Pengertian Lelang dan Peserta Lelang ................................................... 12 2.3 Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ....................................................... 13

2.3.1 Pengadaan Barang/Jasa Secara Konvensional ............................ 14 2.3.2 Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik (E–Procurement) .... 14 2.3.3 Para Pihak Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ............. 15

2.3.3.1 Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran .. 16 2.3.3.2 Pejabat Pembuat Komitmen ......................................... 17 2.3.3.3 Unit Layanan Pengadaan .............................................. 18 2.3.3.4 Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan .................... 20

2.4 Tata cara E-Tendering ............................................................................ 20 2.4.1 Metode E-Tendering .................................................................. 21 2.4.2 Proses Pemilihan metode E-Tendering ...................................... 21

2.5 Pelelangan Gagal dan Tindak Lanjut Pelelangan Gagal ........................ 24 2.6 Harga Perkiraan Sendiri ......................................................................... 26

2.6.1 Komponen Harga Perkiraan Sendiri ........................................... 27 2.6.2 Kegunaan dan Waktu Penetapan HPS ........................................ 28

Page 12: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

xi

2.7 Teknik Sampling .................................................................................... 28 2.7.1 Populasi dan Sampel ................................................................... 28 2.7.2 Menentukan Ukuran Sampel ...................................................... 31 2.7.3 Skala Pengukuran Variabel ........................................................ 32

2.7.3.1 Jenis Skala Pengukuran ................................................ 32 2.7.3.2 Tipe Skala Pengukuran ................................................. 33

2.8 Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen Pengumpulan Data ................... 35 2.8.1 Uji Validitas ................................................................................ 36 2.8.2 Uji Realibilitas ............................................................................ 38

2.9 Analisa Statistika .................................................................................... 40 2.9.1 Analisa Deskriptif ....................................................................... 40 2.9.2 Analisis Faktor ............................................................................ 41 2.9.3 Analisis Korelasi Product Momen .............................................. 46

2.10 Penelitian – Penelitian Sebelumnya ....................................................... 47

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian .................................................................................... 49 3.2 Data ........................................................................................................ 49

3.2.1 Jenis Data ................................................................................... 49 3.2.1.1 Data Primer .................................................................. 49 3.2.1.2 Data Sekunder .............................................................. 50 3.2.2 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ................................ 50

3.3 Identifikasi Variabel Penelitian .............................................................. 52 3.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian ............................................... 56 3.5 Instrumen Penelitian .............................................................................. 57 3.6 Pengolahan dan Analisa Data ................................................................ 58 3.7 Diagram Alur Penelitian ........................................................................ 60

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ...................................................... 61 4.1.1 Sampel Perusahaan Kontraktor .................................................. 61

4.1.2 Data Informasi Responden ......................................................... 61 4.2 Hasil Uji Instrumen Penelitian ............................................................... 62

4.2.1 Uji validitas ................................................................................ 62 4.2.2 Uji Realibilitas ............................................................................ 66

4.3 Data Profil Responden ........................................................................... 67 4.3.1 Jabatan Responden Dalam Perusahaan ...................................... 68 4.3.2 Pendidikan Responden .............................................................. 68 4.3.3 Pengalaman Responden Dalam Lelang ...................................... 69 4.3.4 Kepemilikan SKA/SKT Responden .......................................... 69

4.4 Deskripsi Jawaban Responden mengenai Pengaruh Perubahan Sistem Lelang Terhadap Partisipasi dan Nilai Penawaran ..................... 70

Page 13: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

xii

4.5 Deskripsi Jawaban Responden mengenai Partisipasi Dan Persentase Nilai Penawaran Dalam Lelang Elektronik .................. 73

4.6 Analisis Faktor ....................................................................................... 76 4.6.1 Hasil Kelayakan Data Untuk Analisis Faktor ............................ 77 4.6.1.1 Uji KMO (Kaiser – Meyer – Olkin) ............................. 77 4.6.1.2 Uji Barlett ..................................................................... 78 4.6.1.3 Uji Korelasi Anti Image ............................................... 78 4.6.2 Analisis dan Pembahasan Faktor Tingkat Pengaruh Partisipasi . 83 4.6.2.1 Ekstraksi Faktor Pengaruh Partisipasi .......................... 83 4.6.2.2 Rotasi Kelompok Faktor dan Loading Faktor Pengaruh Partisipasi ..................................................................... 84 4.6.2.3 Faktor Utama, Penamaan Kelompok Faktor dan Deskripsi Faktor Pengaruh Partisipasi ......................... 88 4.6.3 Analisis dan Pembahasan Faktor Tingkat Pengaruh Nilai Penawaran ................................................................................... 94 4.6.3.1 Ekstraksi Faktor Pengaruh Nilai Penawaran ................ 94 4.6.3.2 Rotasi Kelompok Faktor dan Loading Faktor Pengaruh Nilai Penawaran ........................................................... 96 4.6.3.3 Faktor Utama, Penamaan Kelompok Faktor dan Deskripsi Faktor Pengaruh Nilai Penawaran ............... 99

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ................................................................................................. 104 5.2 Saran ...................................................................................................... 107

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 109 LAMPIRAN LAMPIRAN ................................................................................. 111

Page 14: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

xiii

DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian .................................................................... 60 Gambar 4.1 Jumlah dan Kualifikasi Responden ................................................. 67 Gambar 4.2 Jabatan Responden ........................................................................... 68 Gambar 4.3 Profil Pendidikan Responden ........................................................... 69 Gambar 4.4 Pengalaman Responden Dalam Lelang Jasa Konstruksi .................. 69 Gambar 4.5 Kepemilikan SKA/SKT Responden ................................................. 70 Gambar 4.6 Pengaruh Perubahan Sistem Lelang Terhadap Partisipasi ............... 72 Gambar 4.7 Pengaruh Perubahan Sistem Lelang Terhadap Nilai Penawaran ...... 73 Gambar 4.8 Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Partisipasi Peserta Lelang. 75 Gambar 4.9 Flow Chart Analisis Faktor ............................................................... 76

Page 15: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data paket pekerjaan konstruksi dengan lelang konvensional dan Lelang elektronik di Kabupaten Buleleng ........................................... 5 Tabel 2.1 Nilai - Nilai r Product Moment ............................................................ 37 Tabel 3.1 Sumber Data Sekunder ........................................................................ 50 Tabel 3.2 Variabel yang mempengaruhi partisipasi peserta lelang elektronik .... 53 Tabel 3.3 Variabel yang mempengaruhi nilai penawaran peserta lelang elektronik ............................................................................................. 55 Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Instrument Penelitian Pengaruh Partisipasi .......... 62 Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Instrument Penelitian Pengaruh Nilai Penawaran . 64 Tabel 4.3 Hasil Uji Realibilitas Instrument Penelitian ....................................... 67 Tabel 4.4 Nilai KMO dan Barlett Test ................................................................. 77 Tabel 4.5 Nilai Uji MSA Tingkat Pengaruh Partisipasi ...................................... 78 Tabel 4.6 Nilai Uji MSA Tingkat Pengaruh Nilai Penawaran ............................. 81 Tabel 4.7 Hasil Ekstraksi Faktor Pengaruh Partisipasi ........................................ 83 Tabel 4.8 Hasil Rotasi Faktor Pengaruh Partisipasi ............................................. 85 Tabel 4.9 Hasil Loading Faktor Pengaruh Partisipasi .......................................... 87 Tabel 4.10 Hasil Ekstraksi Faktor Pengaruh Nilai Penawaran .............................. 94 Tabel 4.11 Hasil Rotasi Faktor Pengaruh Nilai Penawaran ................................... 96 Tabel 4.12 Hasil Loading Faktor Pengaruh Nilai Penawaran ................................ 98

Page 16: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

xv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ..................................................................... 111 Lampiran 2. Daftar Anggota GAPENSI Kabupaten Buleleng .......................... 118 Lampiran 3. Faktor – faktor yang mempengaruhi kontraktor untuk Mengikuti lelang ........................................................................... 124 Lampiran 4. Faktor – faktor yang mempengaruhi kontraktor untuk Mengikuti lelang dalam kondisi elektronik .................................. 125 Lampiran 5. Data Paket Kegiatan Pekerjaan Jasa Konstruksi dengan e-procurement di Kabupaten Buleleng Tahun Anggaran 2012 dan Tahun Anggaran 2013 ............................................................ 126 Lampiran 6.1 Tabulasi Data Kuesioner Tingkat Pengaruh Partisipasi ............... 139 Lampiran 6.2 Tabulasi Data Kuesioner Tingkat Pengaruh Nilai Penawaran ...... 145 Lampiran 7.1 Hasil Uji Instrumen Penelitian Tingkat Pengaruh Partisipasi ...... 151 Lampiran 7.2 Hasil Uji Instrumen Penelitian Tingkat Pengaruh Nilai Penawaran ............................................................................ 153 Lampiran 8 Partisipasi dan Persentase Nilai Penawaran dalam Lelang Elektronik ...................................................................................... 155 Lampiran 9.1 Hasil Uji KMO – MSA Pengaruh Partisipasi ............................. 157 Lampiran 9.2 Hasil Uji KMO – MSA Pengaruh Nilai Penawaran ................... 165

Page 17: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan

pemenuhan/penyediaan sumber daya (barang atau jasa) pada suatu proyek tertentu.

Pengadaan barang/jasa atau yang lebih dikenal dengan lelang (procurement) telah

banyak dilakukan oleh semua pihak baik dari pemerintah maupun swasta.

Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa

oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi (K/L/D/I)

yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya

seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa.

Pemerintah mengatur tentang pengadaan barang/jasa yang dituangkan ke

dalam Peraturan Presiden (Perpres) nomor 70 tahun 2012, yang merupakan

perubahan kedua dari Perpres nomor 54 tahun 2010. Menurut Perpres nomor 70

tahun 2012, pengadaan barang/jasa pemerintah dapat digolongkan menjadi

pengadaan barang, pengadaan jasa konsultansi, pekerjaan konstruksi dan

pengadaan jasa lainnya. Perpres nomor 70 tahun 2012 tentang pengadaan

barang/jasa pemerintah mengamanatkan bahwa semua proses pengadaan

barang/jasa pemerintah menerapkan prinsip-prinsip efisien, efektif, transparan,

terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel, sehingga nanti dapat

diperoleh penyedia barang/jasa yang mempunyai kualifikasi dan diharapkan

mampu menyediakan barang/jasa sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan.

Selama ini proses pengadaan barang/jasa dilakukan dengan cara

konvensional dimana langsung mempertemukan pihak pihak yang terkait dalam

Page 18: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

2

pengadaan seperti penyedia barang/jasa dan pengguna barang/jasa. Pengadaan yang

dilakukan secara konvensional dinilai memiliki beberapa kelemahan yang banyak

merugikan seperti mudahnya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) berkembang,

serta kurang transparan (Lubis, 2006). Pengadaan konvensional juga membutuhkan

waktu yang lama, sehingga dipandang menyia-nyiakan waktu dan biaya, kurangnya

informasi serta kompetisi yang kurang sehat yang berakibat terhadap kualitas

pengadaan, sering terjadi eksklusi terhadap penyedia barang/jasa potensial dan

pemberian hak khusus terhadap penyedia barang/jasa tertentu.

Dalam usaha untuk mengatasi kelemahan - kelemahan dan kesulitan dalam

proses pengadaan serta untuk lebih meningkatkan transparansi dan akuntabilitas,

akses pasar dan persaingan usaha yang sehat, memperbaiki tingkat efisiensi proses

pengadaan, mendukung proses monitoring dan audit serta memenuhi akses

informasi yang real time maka dilakukanlah pengadaan barang/jasa pemerintah

secara elektronik (e-procurement) yang dilakukan dengan cara e-tendering yaitu

tata cara pemilihan penyedia barang/jasa yang dapat diikuti oleh penyedia

barang/jasa yang terdaftar pada sistem pengadaan secara elektronik dengan cara

menyampaikan satu kali penawaran dalam waktu yang telah ditentukan. Proses

pengadaan barang dan jasa dengan sistem elektronik memanfaatkan penggunaan

internet sebagai sarana informasi dan komunikasi. Dengan sistem lelang elektronik

ini, maka intensitas pertemuan antara panitia/kelompok kerja pengadaan dengan

penyedia barang/jasa atau peserta lelang dapat diminimalisir.

Sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) nomor 17 Tahun 2011 tentang

percepatan pemberantasan korupsi yang mewajibkan sekurang-kurangnya 40%

belanja Pemerintah Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) yang dipergunakan untuk

Page 19: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

3

pengadaan barang/jasa dengan nilai pengadaan di atas Rp. 200.000.000,- (dua ratus

juta rupiah) untuk pengadaan barang, pengadaan konstruksi dan jasa lainnya serta

diatas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) untuk pengadaan jasa konsultansi

mulai tahun 2012 wajib menggunakan Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE)

melalui unit kerja khusus Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) sendiri

atau yang terdekat. Untuk memenuhi Inpres nomor 17 Tahun 2011, pada bulan

agustus tahun 2012 pemerintah Kabupaten Buleleng sudah membentuk LPSE

sendiri untuk menyelenggarakan pengadaan barang/jasa pemerintah di lingkungan

pemerintah Kabupaten Buleleng secara elektronik.

Data yang tercatat dan dikumpulkan pada instansi teknis di Kabupaten

Buleleng saat lelang dilaksanakan secara konvensional, pada tahun anggaran 2011

terdapat 44 paket pekerjaan konstruksi yang dilelangkan dengan jumlah peserta

yang memasukkan penawaran sebanyak 229 penyedia jasa konstruksi yang

selanjutnya disebut kontraktor dari 389 pendaftar (60,32%). Rata-rata harga

penawaran pemenang adalah 93,06% terhadap Harga Perkiraan Sendiri (HPS),

dengan jumlah pemenang yang menawar di bawah 80% HPS terdapat empat paket

pekerjaan (9,09%), dan tidak terdapat paket yang gagal lelang akibat rendahnya

partisipasi yang disebabkan kurang dari tiga peserta. Pada tahun anggaran 2012

saat masih menggunakan lelang konvensional, sampai bulan Juli terdapat 62 paket

pekerjaan konstruksi yang dilelangkan dengan jumlah peserta yang memasukkan

penawaran sebanyak 416 kontraktor dari 762 pendaftar (58,67%). Rata-rata harga

penawaran pemenang adalah 90,10% HPS, dengan jumlah pemenang yang

menawar di bawah 80% HPS terdapat tujuh paket pekerjaan (11,29%). Dari jumlah

Page 20: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

4

paket tersebut yang dilelangkan terdapat dua paket pekerjaan yang gagal lelang

akibat rendahnya partisipasi yang disebabkan kurang dari tiga peserta.

Untuk pekerjaan konstruksi yang dilelangkan secara elektronik, data yang

tercatat pada LPSE Kabupaten Buleleng pada tahun anggaran 2012 dari bulan

Agustus sampai bulan Desember terdapat 22 paket pekerjaan konstruksi yang

dilelangkan secara elektronik dengan jumlah peserta yang memasukkan penawaran

sebanyak 112 kontraktor dari 311 pendaftar (41,56%). Rata-rata harga penawaran

pemenang adalah 88,92% HPS, dengan jumlah pemenang yang menawar di bawah

80% HPS terdapat enam paket pekerjaan (27,27%). Dari jumlah paket tersebut

yang dilelangkan terdapat dua paket pekerjaan yang gagal lelang akibat rendahnya

partisipasi yang disebabkan kurang dari tiga peserta. Pada tahun anggaran 2013

terdapat 59 paket pekerjaan konstruksi yang dilelangkan secara elektronik dengan

jumlah peserta yang memasukkan penawaran sebanyak 269 kontraktor dari 949

pendaftar (28,35%), Rata-rata harga penawaran pemenang adalah 83,55% HPS,

dengan jumlah pemenang yang menawar di bawah 80% HPS terdapat 23 paket

pekerjaan (38,89%). Dari paket tersebut yang dilelangkan terdapat 10 paket

pekerjaan yang gagal lelang akibat rendahnya partisipasi yang disebabkan kurang

dari tiga peserta. Dari keseluruhan paket tersebut, baik yang berupa lelang

konvensional maupun yang sudah menggunakan lelang elektronik jumlah

kontraktor yang mendaftar, yang berpartisipasi menjadi peserta lelang dan

memasukkan penawaran, nilai penawaran pemenang lelang serta pemenang dengan

penawaran di bawah 80% HPS seperti pada Tabel 1.1.

Page 21: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

5

Tabel 1.1 Data paket pekerjaan konstruksi

dengan lelang konvensional dan lelang elektronik di Kabupaten Buleleng

No Uraian Konvensional Elektronik

2011 Jan s/d Juli

Agst s/d Des

2013

1 Jumlah paket kegiatan pekerjaan konstruksi

44 62 22 59

2 Jumlah yang mendaftar lelang 389 762 311 949

3 Jumlah peserta yang memasukkan penawaran

229 416 112 269

4 Persentase peserta yang memasukkan penawaran terhadap pendaftar

60,32% 58,67% 41,56% 28,35%

5 Persentase nilai penawaran pemenang rata-rata terhadap HPS

93,02% 90,01% 88,92% 83,55 %

6 Jumlah paket dengan pemenang di bawah 80 % HPS

4 7 6 23

7 Persentase paket dengan pemenang di bawah 80 % HPS terhadap jumlah paket

9,09% 11,29% 27,27% 38,98 %

8 Rentang nilai penawaran pemenang di bawah 80% HPS

72,61% s/d

77,95%

70,49% s/d

78,73%

68,67% s/d

79,99%

62,92% s/d

79,95% 9 Jumlah paket gagal lelang 0 2 2 10

10 Persentase paket gagal lelang terhadap jumlah paket

0% 3,23% 9,09% 16,95%

(Sumber : Data diolah, 2014)

Data lelang konvensional menunjukkan partisipasi kontraktor memasukkan

penawaran mengalami sedikit penurunan yaitu 60,32% pada tahun 2011, menjadi

58,67% sampai bulan juli pada tahun 2012. Partisipasi kontraktor memasukkan

penawaran terlihat mengalami penurunan yang lebih besar saat sudah

menggunakan lelang elektronik, data dari bulan agustus sampai desember pada

tahun 2012 menunjukkan partisipasi sebesar 41,56% dan menjadi 28,35% pada

tahun 2013. Nilai penawaran pemenang lelang terhadap HPS juga terlihat menurun,

baik saat lelang konvensional maupun lelang elektronik. Saat lelang konvensional

Page 22: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

6

pada tahun 2011 nilai penawaran rata-rata pemenang terhadap HPS sebesar 93,02%

HPS menjadi 90,01% HPS sampai bulan juli pada tahun 2012. Saat lelang

elektronik dari bulan agustus sampai desember pada tahun 2012 nilai penawaran

rata-rata 88,92% HPS menjadi 83,55% HPS di tahun 2013.

Kondisi ini berdampak terhadap keseluruhan proses lelang dan proses

pelaksanaan seperti; resiko terjadinya gagal lelang dimana tahun 2011 tidak

terdapat gagal lelang menjadi 10 paket yang gagal lelang pada tahun 2013 akibat

jumlah peserta yang memasukkan penawaran kurang dari tiga, berkurangnya waktu

pelaksanaan konstruksi akibat gagal lelang, berkurangnya pilihan dari pengguna

barang/jasa terhadap calon pemenang lelang yang potensial untuk memperoleh

penyedia jasa yang terbaik dan berkualitas, mengurangi kualitas konstruksi dimana

pada tahun 2013 terdapat tiga kontraktor yang di masukkan daftar hitam (black list)

karena meninggalkan pekerjaan sebelum selesai, banyak kontraktor yang

mengalami kerugian akibat penawaran yang terlalu rendah dan tidak tertutup

kemungkinan akan berujung pada kasus hukum jika penawaran di bawah 80% HPS

(forum lintas rekanan pengadaan barang dan jasa konstruksi, 2013), karena

dikhawatirkan kualitas konstruksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknis.

Berdasarkan permasalahan rendahnya partisipasi dan nilai penawaran

terhadap HPS pada lelang elektronik jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng, maka

perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

partisipasi dan nilai penawaran peserta lelang elektronik jasa konstruksi di

Kabupaten Buleleng.

Page 23: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dirumuskan pokok masalah

penelitian ini adalah :

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi peserta lelang elektronik

pekerjaan jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng.

2. Faktor apa yang dominan mempengaruhi partisipasi peserta lelang elektronik

pekerjaan jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng.

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai penawaran peserta lelang

elektronik pekerjaan jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng

4. Faktor apa yang dominan mempengaruhi nilai penawaran peserta lelang

elektronik pekerjaan jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng.

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi peserta lelang

elektronik pekerjaan jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng

2. Mengetahui faktor-faktor dominan yang mempengaruhi partisipasi peserta

lelang elektronik pekerjaan jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng.

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai penawaran peserta lelang

elektronik pekerjaan jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng.

4. Mengetahui faktor-faktor dominan yang mempengaruhi nilai penawaran

peserta lelang elektronik pekerjaan jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng.

Page 24: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

8

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Sebagai bahan evaluasi dan strategi bagi kontraktor yang akan mengikuti

proses lelang secara elektronik paket pekerjaan jasa konstruksi.

2. Sebagai bahan informasi dan evaluasi bagi pemerintah dalam proses

pengadaan secara elektronik.

3. Sebagai referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5 Batasan Masalah

Agar penelitian terarah dan tidak terlalu meluas, maka dalam penelitian ini

penulis memberikan batasan permasalahan :

1. Sampel penelitian dilakukan pada kontraktor yang tergabung pada asosiasi

Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (GAPENSI) di Kabupaten

Buleleng, yang pernah mengikuti lelang elektronik.

2. Dalam penelitian ini tidak meninjau korelasi antara partisipasi dengan nilai

penawaran peserta lelang.

Page 25: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Proyek Konstruksi.

Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling

berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu (bangunan/konstruksi) dalam batasan

waktu, biaya dan mutu tertentu.

Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan dimana

ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Proyek biasanya bersifat lintas

fungsi organisasi sehingga membutuhkan berbagai keahlian (skills) dari berbagai

profesi dan organisasi. Setiap proyek adalah unik, bahkan tidak ada dua proyek

yang persis sama. Proyek adalah aktivitas sementara dari personil, material, serta

sarana untuk menjadikan/mewujudkan sasaran-sasaran (goals) proyek dalam kurun

waktu tertentu yang kemudian berakhir (PT. PP, 2003).

Rangkaian kegiatan dalam proyek konstruksi diawali dengan lahirnya suatu

gagasan yang muncul dari adanya kebutuhan dan dilanjutkan dengan penelitian

terhadap kemungkinan terwujudnya gagasan tersebut (studi kelayakan).

Selanjutnya dilakukan desain awal (preliminary design), desain rinci (detail

design), pengadaan (procurement) sumber daya, pembangunan di lokasi yang telah

disediakan (konstruksi) dan pemeliharaan bangunan yang telah didirikan

(maintenance) sampai dengan penyerahan bangunan kepada pemilik proyek.

2.1.1 Karakteristik Proyek Konstruksi

Dari pengertian diatas terlihat bahwa ciri pokok proyek adalah :

1. Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau akhir hasil kerja

Page 26: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

10

2. Jumlah biaya, kriteria mutu dalam proses mencapai tujuan diatas telah

ditentukan.

3. Mempunyai awal kegiatan dan mempunyai akhir kegiatan yang telah

ditentukan atau mempunyai jangka waktu tertentu.

4. Rangkaian kegiatan hanya dilakukan sekali (non rutin), tidak berulang – ulang,

sehingga menghasilkan produk yang bersifat unik (tidak identik tapi sejenis).

5. Jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang kegiatan proyek berlangsung.

2.1.2 Sasaran Proyek dan Tiga Kendala (Triple Constraint)

Telah disebutkan bahwa tiap proyek memiliki tujuan khusus, misalnya

rumah tinggal, bangunan perkantoran, bangunan pendidikan, jalan raya, jembatan,

instalasi pabrik dan lain - lain. Dapat pula berupa produk hasil kerja pengembangan

dan penelitian. Di dalam proses mencapai tujuan tersebut telah ditentukan batasan

yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, dan jadwal serta mutu yang harus

dipenuhi. Ketiga batasan tersebut diatas disebut tiga kendala (Triple Constaint).

Ketiga batasan tersebut bersifat tarik menarik, artinya jika ingin meningkatkan

kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka umumnya harus diikuti

dengan menaikkan mutu, yang selanjutnya berakibat pada naiknya biaya melebihi

anggaran. Sebaliknya bila ingin menekan biaya, maka biasanya harus berkompromi

dengan mutu dan jadwal.

2.1.3 Tahapan Proyek Konstruksi

Tahapan proyek konstruksi terdiri dari :

1. Tahap Perencanaan (Planning)

a. Gagasan dan ide (needs)

b. Studi kelayakan

Page 27: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

11

Aspek yang ditinjau dalam studi kelayakan adalah teknis, ekonomi,

lingkungan dan lain – lain.

Pihak yang terlibat adalah pemilik dan dapat dibantu oleh konsultan studi

kelayakan atau konsultan manajemen konstruksi.

2. Tahap Perekayasaan dan Perancangan (Engineering and Design).

a. Tahap pra rancangan, mencakup kriteria desain, skematik desain, estimasi

biaya konseptual

b. Tahap pengembangan rancangan, merupakan pengembangan dari tahap

pra rancangan, estimasi terperinci.

c. Tahap desain akhir, dengan hasil gambar detail, spesifikasi, daftar volume,

rencana anggaran biaya, syarat – syarat administrasi dan peraturan –

peraturan umum.

Pihak- pihak yang terlibat adalah konsultan perencana, konsultan manajemen

konstruksi, konsultan rekayasa nilai dan atau konsultan quantity surveyor.

3. Tahap pengadaan/pelelangan (procurement)

a. Pengadaan jasa konstruksi

b. Pengadaan material dan peralatan

Pihak yang terlibat adalah pemilik, kontraktor dan konsultan manajemen

konstruksi.

4. Tahap pelaksanaan (construction)

a. Merupakan pelaksanaan hasil perancangan dengan surat perintah kerja dan

kontrak.

b. Perlu manajemen proyek.

Page 28: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

12

Pihak yang terlibat adalah konsultan pengawas dan atau konsultan manajemen

konstruksi, kontraktor, sub kontraktor, suplier dan instansi terkait.

5. Tahap test operasional (commissioning)

Pengujian dari fungsi masing – masing bagian bangunan.

Pihak yang terlibat adalah konsultan pengawas dan atau konsultan manajemen

konstruksi, pemilik, kontraktor, sub kontraktor, suplier.

6. Tahap pemanfaatan dan pemeliharaan (operasional and maintenance)

a. Operasional setelah dilakukan pembayaran total sebesar 95% dari nilai

kontrak.

b. Pemeliharaan umumnya dilakukan selama enam bulan dengan jaminan

pemeliharaan yang ditahan oleh pemilik.

Pihak yang terlibat adalah konsultan pengawas dan atau konsultan manajemen

konstruksi, pemilik dan pemakai.

2.2 Pengertian Lelang dan Peserta Lelang

Lelang merupakan serangkaian kegiatan untuk menyediakan barang/jasa

dengan cara menciptakan persaingan yang sehat diantara penyedia barang/jasa

yang setara dan memenuhi syarat, berdasarkan metode dan tata cara tertentu yang

telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak-pihak yang terkait secara taat azas sehingga

terpilih penyedia terbaik. (Ervianto, 2005).

Lelang merupakan salah satu cara bagi pengguna barang dan jasa untuk

mencari penyedia barang dan jasa, sedangkan bagi penyedia jasa mengikuti lelang

merupakan salah satu cara untuk menjaga agar perusahaan tetap memiliki

pekerjaan sehingga adanya arus pemasukan kas, memperoleh laba dan keuntungan,

mendapatkan pengalaman dan teknologi baru, menjaga kelangsungan kontak

Page 29: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

13

dengan pemilik pekerjaan, subkontraktor, serta mempertahankan ikatan kerja

dengan staf dan pekerja yang cakap (Soeharto, 1997).

Peserta diartikan sebagai turut berperan serta dalam suatu kegiatan.

Selanjutnya penyedia jasa sebagai peserta didalam lelang diartikan sebagai peran

penyedia jasa mulai dari proses pendaftaran untuk ikut lelang, proses pemasukan

penawaran, hingga akhirnya penetapan pemenang lelang (proses awal sampai akhir

lelang). Penyedia jasa yang hanya berperan serta sampai pada pendaftaran saja

tidak dikategorikan sebagai peserta lelang.

Menurut Standar Dokumen Pengadaan (SDP) barang/jasa pemerintah secara

elektronik dengan e-tendering yang dimaksud sebagai peserta lelang adalah

penyedia jasa yang menyampaikan dokumen penawaran yang dapat dibuka dan

dapat dievaluasi yang sekurang kurangnya memuat harga penawaran, daftar

kuantitas dan harga, jangka waktu penawaran dan spesifikasi barang/bahan yang

ditawarkan. Kontraktor sebagai penyedia jasa tentunya memiliki pertimbangan

untuk ikut atau tidaknya didalam kegiatan lelang. Pertimbangan tersebut

didasarkan pada pengalaman, penilaian dan persepsi masing-masing orang yang

berperan dalam proses lelang terhadap faktor-faktor yang dihadapi seperti misalnya

kondisi ekonomi, karakteristik proyek yang dilelangkan, dokumen proyek, kondisi

lelang, dan karakteristik kontraktor itu sendiri.

2.3 Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh

barang/jasa oleh K/L/D/I yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan

sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa, yang

Page 30: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

14

menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah (APBD) (Anonim, 2012).

2.3.1 Pengadaan Barang/Jasa Secara Konvensional

Pengadaan barang/jasa secara konvensional atau manual adalah pengadaan

barang/jasa yang dilaksanakan dengan tatap muka biasa (manual), yaitu dengan

cara korespondensi secara manual tanpa menggunakan teknologi informasi dan

transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan perundang - undangan, yaitu :

a. Pengumuman melalui media massa (koran nasional), dan papan

pengumuman K/L/D/I bersangkutan.

b. Pendaftaran bagi peserta yang berminat mendaftar wajib secara fisik untuk

melakukan proses pendaftaran.

c. Dokumen lelang dalam bentuk hard copy dan peserta yang mengambil

dokumen lelang wajib datang langsung.

d. Penjelasan pekerjaan (aanwijzing) dilakukan melalui tatap muka pada

waktu dan tempat yang sudah ditentukan.

e. Pemasukan dokumen penawaran dibawa langsung ke tempat dan waktu

yang sudah ditentukan dalam pelelangan dalam bentuk hard copy.

f. Pembukaan dokumen penawaran dilakukan secara tatap muka pada tempat

dan waktu yang sudah ditentukan pada pelelangan.

g. Sanggahan lelang bisa dilakukan dengan datang langsung ke tempat

pelelangan.

2.3.2 Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik

Pengadaan barang/jasa secara elektronik adalah pengadaan barang/jasa

yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi

Page 31: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

15

elektronik sesuai dengan ketentuan perundang- undangan, yang tata cara pemilihan

penyedia barang/jasanya dilakukan dengan tata cara e-tendering yaitu tata cara

pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti

oleh semua penyedia barang/jasa yang terdaftar pada sistem pengadaan secara

elektronik dengan cara menyampaikan satu kali penawaran dalam waktu yang telah

ditentukan (Anonim, 2012).

2.3.3 Para Pihak Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Menurut Perpres nomor 70 tahun 2012, menerangkan bahwa ada beberapa

pihak dan organisasi yang berperan dalam proses pengadaan barang/jasa

pemerintah yang pengadaannya melalui penyedia barang/jasa diantaranya :

a. Pengguna Anggaran (PA) atau Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).

b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

c. Unit Layanan Pengadaan (ULP)/Pejabat Pengadaan.

d. Panitia/ Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.

Dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa para pihak yang terkait diatas

harus mematuhi etika- etika :

a. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk

mencapai sasaran, kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan

barang/jasa.

b. Bekerja secara profesional dan mandiri, serta menjaga kerahasiaan

dokumen pengadaan barang/jasa yang menurut sifatnya harus dirahasiakan

untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengadaan barang/jasa.

c. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang

berakibat persaingan tidak sehat.

Page 32: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

16

d. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan

sesuai dengan kesepakatan tertulis para pihak.

e. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak

yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung.

f. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran

keuangan negara dalam pengadaan barang/jasa.

g. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi

dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang

secara langsung atau tidak langsung merugikan Negara.

h. Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi

atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat dan berupa apa saja dari atau

kepada siapapun yang diketahui atau patut diduga berkaitan dengan

pengadaan barang/jasa.

2.3.3.1 Pengguna Anggaran (PA) atau Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

Pengguna Anggaran (PA) merupakan pejabat pemegang kewenangan

penggunaan anggaran K/L/D/I atau pejabat yang disamakan pada instansi lain

pengguna APBN/APBD. Sesuai dengan Perpres Nomor 70 tahun 2012, PA

memiliki tugas pokok dan kewenangan sebagai berikut :

a. Menetapkan Rencana Umum Pengadaan.

b. Mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan paling kurang di

website K/L/D/I.

c. Menetapkan PPK.

d. Menetapkan Pejabat Pengadaan.

e. Menetapkan Panitia/Pejabat penerima hasil pekerjaan.

Page 33: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

17

f. Menetapkan pemenang pada pelelangan atau penyedia pada penunjukan

langsung untuk paket pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya

dengan nilai di atas Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).

g. Menetapkan pemenang pada seleksi atau penyedia pada penunjukan

langsung untuk paket pengadaan jasa konsultasi dengan nilai di atas Rp.

10.000.000.000,00 ( sepuluh miliar rupiah).

h. Mengawasi penggunaan anggaran.

i. Menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang - undangan.

j. Menyelesaikan perselisihan antara PPK dengan ULP/Pejabat Pengadaan,

dalam hal terjadi perbedaan pendapat.

k. Mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan seluruh dokumen pengadaan

barang/jasa.

Dengan pertimbangan besarnya beban pekerjaan atau rentang kendali

organisasai maka, PA pada Pemerintah Daerah dapat mengusulkan satu atau

beberapa KPA yang memiliki kewenangan sesuai pelimpahan oleh PA kepada

Kepala Daerah untuk ditetapkan.

2.3.3.2 Pejabat Pembuat Komitmen

Pejabat Pembuat Komitmen adalah pejabat yang bertanggung jawab atas

pelaksanaan pengadaan barang dan jasa, yang mempunyai tugas pokok dan

kewenangan :

a. Menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/ jasa yang meliputi,

spesifikasi teknis, harga perkiraan sendiri dan rancangan kontrak.

b. Menerbitkan surat penunjukan penyedia barang/ jasa.

Page 34: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

18

c. Menandatangani kontrak.

d. Malaksanakan kontrak dengan penyedia barang/jasa.

e. Mengendalikan pelaksanaan kontrak.

f. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan barang/jasa kepada PA

atau KPA.

g. Menyerahkan hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa kepada PA atau KPA.

dengan berita acara penyerahan.

h. Melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan

hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada PA atau KPA.

i. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan

pengadaan barang/jasa.

Selain tugas pokok dan kewenangan tersebut diatas, PPK juga dapat :

a. Mengusulkan kepada PA atau KPA untuk melakukan perubahan paket

pekerjaan dan perubahan jadwal kegiatan

b. Menetapkan tim pendukung.

c. Menetapkan tim atau tenaga ahli pemberi penjelasan teknis (aanwijzer)

untuk membantu pelaksanaan tugas ULP.

d. Menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada penyedia

barang/jasa.

2.3.3.3 Unit Layanan Pengadaan

Unit Layanan Pengadaan adalah unit organisasi pemerintah yang berfungsi

melaksanakan pengadaan barang/jasa di K/L/D/I yang bersifat permanen,dapat

berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada, yang mempunyai tugas

pokok dan kewenangan:

Page 35: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

19

a. Menyusun rencana pemilihan penyedia barang/jasa.

b. Menetapkan dokumen pengadaan.

c. Menetapkan besaran nominal jaminan penawaran.

d. Mengumumkan pelaksanaan pengadaan barang/jasa di website K/L/D/I

masing - masing dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta

menyampaikan ke LPSE untuk diumumkan dalam portal pengadaan

nasional.

e. Menilai kualifikasi penyedia barang/jasa melalui prakualifikasi atau

pascakualifikasi.

f. Melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran

yang masuk.

g. Menjawab sanggahan.

h. Menetapkan penyedia barang/jasa untuk pelelangan atau penunjukan

langsung paket pengadaan barang, pekerjaan konstruksi dan jasa lainnya

yang bernilai paling tinggi Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah)

dan menetapkan seleksi atau penunjukan langsung untuk paket pengadaan

jasa konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh

miliar rupiah).

i. Menyerahkan salinan dokumen pemilihan penyedia barang/jasa kepada

PPK.

j. Menyimpan dokumen asli pemilihan penyedia barang/jasa.

k. Membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan kepada Menteri,

Pimpinan Lembaga, Kepala Daerah atau Pimpinan Instansi.

Page 36: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

20

l. Memberikan pertangungjawaban atas pelaksanaan kegiatan pengadaan

barang/jasa kepada PA.

2.3.3.4 Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan

Panitia/Pejabat penerima hasil pekerjaan adalah panitia/pejabat yang

ditetapkan oleh PA atau KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil

pekerjaan, yang mempunyai tugas pokok dan kewenangan :

a. Melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa sesuai

dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak.

b. Menerima hasil pengadaan barang/jasa setelah melalui

pemeriksaan/pengujian.

c. Membuat dan menandatangani berita acara serah terima hasil pekerjaan.

2.4 Tata Cara E- Tendering

Menurut Perpres Nomor 70 Tahun 2012, e-tendering adalah tata cara

pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti

oleh semua penyedia barang/jasa yang terdaftar pada SPSE dengan cara

menyampaikan satu kali penawaran dalam waktu yang telah ditentukan. Sesuai

dengan peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

(LKPP) Nomor 18 Tahun 2012 tentang tata cara e-tendering, ruang lingkup tata

cara e-tendering meliputi :

a. Pengadaan barang/jasa di lingkungan K/L/D/I yang pembiayaannya baik

sebagian atau seluruhnya bersumber dari APBN/APBD.

b. Pengadaan barang/jasa untuk investasi di lingkungan Bank Indonesia,

Badan Hukum Milik Negara dan Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha

Page 37: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

21

Milik Daerah yang pembiayaannya sebagian atau seluruhnya dibebankan

pada APBN/APBD.

c. Pengadaan barang/jasa yang dananya baik sebagian atau seluruhnya berasal

dari Pinjaman/Hibah Luar Negeri yang berpedoman pada ketentuan Perpres

nomor 70 tahun 2012 tentang pengadaan barang/jasa Pemerintah.

2.4.1 Metode E-Tendering

Metode e-tendering terdiri dari :

a. E-lelang untuk untuk pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa

lainnya

b. E-seleksi untuk pemilihan penyedia jasa konsultansi.

2.4.2 Proses Pemilihan metode E-Tendering

Dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa dengan tata cara e-tendering

ada beberapa pihak yang terlibat diantaranya; PPK, ULP, penyedia barang/jasa dan

LPSE. Secara umum proses tata cara e-tendering dapat dibagi menjadi beberapa

tahap aktivitas:

a. Tahap persiapan pemilihan

1. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Pada tahap persiapan pemilihan, PPK menyerahkan yang berisikan

paket, spesifikasi teknis, HPS dan rancangan umum kontrak kepada

ULP.

2. Unit Layanan Pengadaan (ULP)

a. ULP menerima, menyimpan dan melaksanakan pemilihan

berdasarkan surat yang disampaikan oleh PPK.

Page 38: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

22

b. ULP menyerahkan surat keputusan tentang kepanitiaan untuk paket

pemilihan kepada LPSE untuk mendapatkan kode akses untuk

masing – masing nama yang tertera dalam kepanitian.

c. ULP membuat dokumen pengadaan dalam softcopy.

3. Penyedia barang/jasa

a. Penyedia barang/jasa yang belum mendapat kode akses aplikasi

SPSE wajib melakukan pendaftaran pada aplikasi SPSE dan

melaksanakan verifikasi pada LPSE untuk mendapatkan kode akses

aplikasi SPSE.

b. Untuk penyedia barang/jasa yang saling bergabung dalam suatu

konsorsium atau bentuk kerjasama lain, maka semua anggota berhak

untuk mendapatkan kode akses aplikasi SPSE.

4. Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)

a. LPSE menerima, menyimpan dan menerbitkan kode akses terhadap

nama - nama yang tercantum dalam surat keputusan tentang

penunjukan/pengangkatan PPK, Kelompok Kerja Unit ULP,

kepanitian untuk paket pemilihan.

b. LPSE melakukan verifikasi jati diri pimpinan perusahaan terhadap

penyedia barang/jasa yang telah melaksanakan pendaftaran melalui

aplikasi SPSE namun belum tercatat sebagai pengguna SPSE.

b. Pelaksanaan Pemilihan

1. Unit Layanan Pengadaan (ULP)

a. Pembuatan paket dan pendaftaran

Page 39: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

23

Kelompok Kerja ULP membuat paket dengan informasi sistem

pengadaan yang digunakan beserta jadwal serta dokumen

pengadaan.

b. Pemberian penjelasan

Proses penjelasan pekerjaan dilakukan secara online, sesuai jadwal

yang telah ditetapkan.

c. Pemasukan kualifikasi

Data kualifikasi disampaikan oleh penyedia barang/jasa ke dalam

form isian elektronik kualifikasi.

d. Pemasukan penawaran.

Dokumen penawaran diunggah (upload) berbentuk file yang sudah

dienkripsi menggunakan Aplikasi Pengaman Dokumen (APENDO)

e. Pembukaan penawaran dan evaluasi.

Dokumen penawaran peserta lelang di unduh (download) dan

dideskripsi dengan menggunakan APENDO.

f. Sanggahan

Peserta pemilihan yang dapat menyanggah adalah yang

menyampaikan dokumen penawaran.

2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

a. Surat penunjukan penyedia barang/jasa

b. Penandatangan kontrak

c. Aturan Lain

1. Pengumuman pemilihan dan pengumuman pemenang

Page 40: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

24

2. Evaluasi ulang, penyampaian ulang dokumen penawaran atau pemilihan

ulang

3. Surat jaminan penawaran

4. Perubahan jadwal

5. Pengenaan sanksi

6. Persiapan dan pelaksanaan audit.

2.5 Pelelangan Gagal dan Tindak Lanjut Pelelangan Gagal

Pihak – pihak yang dapat menyatakan bahwa suatu pelelangan gagal yaitu

ULP, PA atau KPA, Menteri/Kepala Lembaga/Pimpinan Instansi lainnya dan

Kepala Daerah.

ULP menyatakan pelelangan gagal apabila :

a. Jumlah peserta yang lulus kualifikasi pada proses prakualifikasi kurang dari

tiga peserta.

b. Jumlah peserta yang memasukkan dokumen penawaran kurang dari tiga.

c. Sanggahan dari peserta terhadap hasil prakualifikasi ternyata benar.

d. Tidak ada penawaran yang lulus evaluasi penawaran.

e. Dalam evaluasi penawaran ditemukan bukti atau indikasi terjadi persaingan

tidak sehat.

f. Harga penawaran terendah terkoreksi untuk kontrak harga satuan dan kontrak

gabungan lumpsum dan harga satuan lebih tinggi dari HPS.

g. Seluruh harga penawaran yang masuk untuk kontrak lumpsum diatas HPS.

h. Sanggahan dari peserta atas pelaksanaan pelelangan yang tidak sesuai dengan

ketentuan Perpres dan dokumen pengadaan ternyata benar.

Page 41: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

25

i. Sanggahan dari peserta atas kesalahan substansi dokumen pengadaan ternyata

benar.

j. Calon pemenang dan calon pemenang cadangan satu dan dua, setelah

dilakukan evaluasi dengan sengaja tidak hadir dalam klarifikasi dan/atau

pembuktian kualifikasi.

PA atau KPA menyatakan pelelangan gagal apabila:

a. PA atau KPA sependapat dengan PPK yang tidak bersedia menandatangani

surat penunjukan penyedia barang/jasa karena proses pelelangan tidak sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

b. Pengaduan masyarakat adanya dugaan KKN yang melibatkan ULP atau PPK

ternyata benar

c. Dugaan KKN dan/atau pelanggaran persaingan sehat dalam pelaksanaan

pelelangan dinyatakan benar oleh pihak berwenang.

d. Sanggahan dari penyedia barang/jasa atas kesalahan prosedur yang tercantum

dalam dokumen pengadaan penyedia barang/jasa ternyata benar.

e. Pelaksanaan pelelangan tidak sesuai atau menyimpang dari dokumen

pengadaan.

f. Calon pemenang dan calon pemenang cadangan satu dan dua mengundurkan

diri.

Menteri/Kepala Lembaga/Pimpinan Instansi lainnya menyatakan pelelangan gagal,

apabila:

a. Sanggahan banding dari peserta atas terjadinya pelanggaran prosedur dalam

pelaksanaan pelelangan yang melibatkan KPA, PPK dan ULP ternyata benar.

Page 42: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

26

b. Pengaduan masyarakat atas terjadinya KKN yang melibatkan KPA ternyata

benar.

Kepala Daerah menyatakan pelelangan gagal apabila :

a. Sanggahan banding dari peserta atas terjadinya pelanggaran prosedur dalam

pelaksanaan pelelangan yang melibatkan PA, KPA dan ULP ternyata benar.

b. Pengaduan masyarakat atas terjadinya KKN yang melibatkan KPA, ternyata

benar.

Pelelangan gagal dapat diartikan gagal terpilihnya penyedia barang/jasa

dalam suatu proses pemilihan penyedia barang/jasa pemerintah sehingga untuk

memperoleh penyedia barang/jasa harus dilakukan proses pemilihan penyedia

barang/jasa ulang.

Apabila pelelangan dinyatakan gagal maka selanjutnya ULP

memberitahukan kepada seluruh peserta dan mencari tahu penyebab terjadinya

pelelangan gagal, untuk bisa diambil tindakan selanjutnya. Tindakan selanjutnya

bisa berupa evaluasi ulang, penyampaian ulang dokumen penawaran, pelelangan

ulang atau penghentian proses lelang dan tindakan lainnya tergantung dari

penyebab gagalnya pelelangan.

2.6 Harga Perkiraan Sendiri

HPS diatur dalam Perpres nomor 70 tahun 2012, tentang tata cara

pengadaan barang/jasa pemerintah, pasal 66, yang menguraikan tentang komponen

HPS, kegunaan, waktu penyusunan dan dasar penyusunan HPS. HPS adalah harga

barang/jasa yang dikalkulasikan secara keahlian dan berdasarkan data yang dapat

dipertanggungjawabkan. Nilai total HPS terbuka dan tidak rahasia. Yang dimaksud

dengan nilai total HPS adalah hasil perhitungan seluruh volume pekerjaan

Page 43: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

27

dikalikan dengan harga satuan ditambah dengan seluruh beban pajak dan

keuntungan. Berdasarkan HPS yang ditetapkan oleh PPK (kecuali HPS untuk

kontes/sayembara), ULP/Pejabat Pengadaan mengumumkan nilai total HPS.

Rincian harga satuan dalam perhitungan HPS bersifat rahasia.

2.6.1 Komponen Harga Perkiraan Sendiri

HPS disusun dengan memperhitungkan keuntungan dan biaya overhead

yang dianggap wajar. Penyusunan HPS ini dikalkulasikan secara keahlian

berdasarkan data yang dapat dipertanggung jawabkan meliputi :

1. Harga pasar setempat yaitu harga barang/jasa di lokasi barang/jasa

diproduksi/diserahkan/dilaksanakan, menjelang dilaksanakannya pengadaan

barang/jasa;

2. Informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh Badan Pusat

Statistik (BPS);

3. Informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh asosiasi terkait

dan sumber data lain yang dapat dipertanggungjawabkan;

4. Daftar biaya/tarif barang/jasa yang dikeluarkan oleh pabrikan/distributor

tunggal;

5. Biaya kontrak sebelumnya atau yang sedang berjalan dengan

mempertimbangkan faktor perubahan biaya;

6. Inflasi tahun sebelumnya, suku bunga berjalan dan/atau kurs tengah Bank

Indonesia;

7. Hasil perbandingan dengan kontrak sejenis, baik yang dilakukan dengan

instansi lain maupun pihak lain;

Page 44: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

28

8. Perkiraan perhitungan biaya yang dilakukan oleh konsultan perencana

(engineer’s estimate);

9. Norma indeks; dan/atau

10. Informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan.

2.6.2 Kegunaan dan Waktu Penetapan HPS

Kegunaan HPS adalah :

1. Alat untuk menilai kewajaran penawaran termasuk rinciannya;

2. Dasar untuk menetapkan batas tertinggi penawaran yang sah;

3. Dasar untuk menetapkan besaran nilai jaminan pelaksanaan bagi penawaran

yang nilainya lebih rendah dari 80% (delapan puluh persen) nilai total HPS.

4. HPS bukan sebagai dasar untuk menentukan besaran kerugian negara.

Waktu Penetapan HPS :

a. Paling lama 28 (dua puluh delapan) hari kerja sebelum batas akhir

pemasukan penawaran untuk pemilihan dengan pascakualifikasi; atau

b. Paling lama 28 (dua puluh delapan) hari kerja sebelum batas akhir

pemasukan penawaran ditambah dengan waktu lamanya proses

prakualifikasi untuk pemilihan dengan prakualifikasi.

2.7 Teknik Sampling

2.7.1 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiyono, 2013). Bila hasil

penelitian akan digeneralisasikan (kesimpulan data sampel untuk populasi) maka

sampel yang digunakan sebagai sumber data harus representatif, hal ini dapat

Page 45: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

29

dilakukan dengan cara mengambil sampel dari populasi secara random sampai

jumlah tertentu (Riduwan, 2009).

Dalam melaksanakan penelitian, walaupun tersedia populasi yang terbatas

dan homogen, ada kalanya peneliti tidak melakukan pengumpulan data secara

populasi, tetapi mengambil sebagian dari populasi yang dianggap mewakili

populasi (representatif). Hal ini berdasarkan pertimbangan yang logis, seperti

kepraktisan, keterbatasan biaya, waktu, tenaga dan adanya percobaan yang bersifat

merusak (destruktif). Dengan meneliti secara sampel diharapkan hasil yang telah

diperoleh akan memberikan kesimpulan dan gambaran yang sesuai dengan

karakteristik populasi. Jadi, hasil kesimpulan dari penelitian sampel dapat

digeneralisasikan terhadap populasi (Riduwan, 2009).

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulanya akan dapat

diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus

betul-betul representatif (mewakili) (Sugiyono, 2013).

Pengambilan data dalam penelitian dapat dilakukan dengan sampling.

Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel atau suatu cara

mengambil sampel yang representatif dari populasi. Ada dua macam teknik

pengambilan sampling dalam penelitian yang umum dilakukan (Riduwan, 2009)

yaitu :

1) Probability Sampling

Probability Sampling adalah teknik sampling untuk memberikan peluang yang

sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Yang tergolong teknik probability sampling yaitu :

Page 46: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

30

a. Simple Random Sampling adalah cara pengambilan sampel dari anggota

populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan)

dalam anggota populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila anggota populasi

dianggap homogen (sejenis).

b. Proportionate Stratified Random Sampling adalah pengambilan sampel dari

anggota populasi secara acak dan berstrata secara proporsional, dilakukan

sampling ini apabila anggota populasinya heterogen (tidak sejenis).

c. Disproportionate Stratified Random Sampling ialah pengambilan sampel

dari anggota populasi secara acak dan berstrata tetap sebagian ada yang

kurang proporsional pembagiannya, dilakukan sampling ini apabila anggota

populasinya heterogen (tidak sejenis).

d. Area Sampling/Cluster Sampling (sampling daerah/wilayah) ialah teknik

sampling yang dilakukan dengan cara mengambil wakil dari setiap wilayah

geografis yang ada.

2) Non Probability Sampling

Non Probability Sampling adalah teknik sampling yang tidak memberi

kesempatan (peluang) pada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota

sampel. Antara lain :

a. Systematic Sampling ialah pengambilan sampel berdasarkan atas urutan dari

anggota populasi yang telah diberi nomor urut.

b. Quota Sampling ialah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang

mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan

c. Accidental Sampling ialah penentuan sampel berdasarkan faktor

spontanitas, artinya siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan

Page 47: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

31

peneliti dan sesuai dengan karakteristiknya (ciri-cirinya), maka orang

tersebut dapat digunakan sebagai sampel (responden).

d. Purposive Sampling ialah teknik sampling yang digunakan jika peneliti

mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan

sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu.

e. Saturated Sampling ialah pengambilan sampel apabila semua populasi

digunakan sebagai sampel

f. Snowball Sampling ialah penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya

kecil, kemudian membesar.

Menurut Riduwan (2009) sampling pertimbangan ialah bentuk sampling

non random di mana penentuan sampelnya dilakukan atau ditentukan oleh peneliti

sendiri atau berdasarkan pertimbangan atau kebijaksanaan yang dianggap ahli

dalam hal yang diteliti.

2.7.2 Menentukan Ukuran Sampel

Surakhmad (1994) dalam Riduwan (2009) berpendapat apabila ukuran

populasi sebanyak kurang lebih dari 100, maka pengambilan sampel sekurang –

kurangnya 50% dari ukuran populasi. Apabila ukuran populasi sama dengan atau

lebih dari 1000, ukuran sampel diharapkan sekurang – kurangnya 15% dari ukuran

populasi.

Penentuan jumlah sampel dapat dirumuskan sebagai berikut :

S = 15% + (50%− 15%) ..................................................(2.1)

Dimana :

S = Jumlah sampel yang diambil

n = Jumlah anggota populasi

Page 48: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

32

2.7.3 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan

untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur sehingga

alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data

kuantitatif.

2.7.3.1 Jenis Skala Pengukuran

Maksud dari skala pengukuran ini untuk mengklasifikasikan variabel yang

akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan

langkah penelitian selanjutnya.

Jenis -jenis skala pengukuran ada empat yaitu :

1. Skala Nominal

Skala nominal yaitu skala yang paling sederhana disusun menurut jenis atau

fungsi bilangan hanya sebagai simbol untuk membedakan sebuah karakteristik

dengan karakteristik lainnya.

Contoh data nominal :

Jenis kulit: Hitam (1), Kuning (2), Putih (3), angka 1, 2, 3 sebagai label saja

2. Skala Ordinal

Skala ordinal adalah skala yang didasarkan pada ranking diurutkan dari jenjang

yang lebih tinggi sampai jenjang terendah atau sebaliknya.

Contoh : Mengukur tingkat prestasi

3. Skala Interval

Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan

data yang lain dan mempunyai bobot yang sama.

Contoh : Skor ujian perguruan tinggi, A, B, C, D dan E

Page 49: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

33

4. Skala Ratio

Skala ratio adalah skala pengukuran yang mempunyai nilai nol mutlak dan

mempunyai jarak yang sama. Misalnya umur manusia dan ukuran timbangan

keduanya tidak memiliki angka nol negatif.

2.7.3.2 Tipe Skala Pengukuran

Para ahli sosiologi membedakan dua tipe skala pengukuran menurut gejala

sosial yang di ukur, yaitu:

1. Skala pengukuran untuk mengukur perilaku susila dan kepribadian. Termasuk

dalam tipe ini adalah: skala sikap, skala moral, test karakter, skala partisipasi

sosial.

2. Skala pengukuran untuk mengukur berbagai aspek budaya lain dan lingkungan

sosial. Termasuk tipe ini adalah: skala sikap, skala mengukur status sosial

ekonomi, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, kemasyarakatan, kondisi

rumah tangga dan lain - lain.

Selanjutnya akan dibahas hanya tentang skala sikap. Ada lima macam skala sikap

yang sering dipergunakan dalam penelitian, yaitu (Riduwan, 2009) :

1. Skala Likert

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala

Likert ini maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator

variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk

menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan

(Sugiyono, 2013).

Page 50: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

34

Jawaban setiap pertanyaan/pernyataan mempunyai gradasi dari sangat positif

sampai sangat negatif yang dapat berkata-kata antara lain:

a. Sangat Tinggi/Sangat Penting/Sangat Benar/Sangat Berpengaruh : 5

b. Tinggi/Penting/Benar/Berpengaruh : 4

c. Cukup Tinggi/Cukup Penting/ Cukup Benar/ Cukup Berpengaruh : 3

d. Rendah/Kurang Penting/Salah/Tidak Berpengaruh : 2

e. Sangat Rendah/Tidak Penting/Sangat Salah/Sangat Tidak Berpengaruh :1

Dengan demikian, semakin besar nilai yang di dapat individu, maka semakin

mempengaruhi nilai variabel yang bersangkutan.

2. Skala Guttman

Skala Guttman adalah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat

tegas, jelas dan konsisten. Misanya, yakin - tidak yakin, ya-tidak, benar-salah,

positif-negatif dan lain sebagainya.

3. Skala Simantict defferensial

Skala Simantict defferensial atau skala perbedaan semantic berisikan

serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub), seperti panas-dingin, popular-

tidak popular dan sebagainya.

4. Rating Scale

Dalam rating scale data mentah yang di dapat berupa angka kemudian

ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

5. Skala Thurstone

Skala Thurstone meminta responden untuk memilih pertanyaan yang ia setujui

dari beberapa pertanyaan yang menyajikan pandangan yang berbeda - beda.

Page 51: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

35

Pada umumnya setiap item mempunyai asosiasi nilai antara 1 sampai dengan

10, tetapi nilai-nilainya tidak diketahui oleh responden.

2.8 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian harus berkualitas yang sudah distandarkan sesuai

dengan kriteria teknik pengujian validitas dan reliabilitas. Sebelum instrumen/alat

ukur digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, maka perlu dilakukan uji

coba kuesioner untuk mencari kevalidan dan reliabilitas alat ukur tersebut.

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan

data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang hendak di ukur. Instrumen yang reliabel berarti instrument

yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan

menghasilkan data yang sama. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan

pada suatu kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

kuesioner tersebut. Sedangkan suatu kuisioner dikatakan reliabel (andal) jika

jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke

waktu.

Dengan menggunakan instrumen yang valid dan realibel dalam

pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan

realibel. Jadi instrument yang valid dan realibel merupakan syarat untuk

mendapatkan hasil penelitian yang valid dan realibel.

Pengujian validitas dan reliabilitas adalah proses menguji butir-butir

pertanyaan yang ada dalam sebuah angket, apakah isi dari butir pertanyaan tersebut

sudah valid dan reliabel. Analisis dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu,

baru diikuti oleh uji reliabilitas. Jadi jika sebuah butir tidak valid, baru otomatis

Page 52: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

36

dibuang. Butir-butir yang sudah valid baru kemudian secara bersama diukur

reliabilitasnya.

2.8.1 Uji Validitas

Uji validitas sering digunakan untuk mengukur ketepatan suatu item dalam

kuesioner, apakah item-item pada kuesioner tersebut sudah tepat dalam mengukur

apa yang ingin diukur. Validitas item ditunjukkan dengan adanya korelasi atau

dukungan terhadap item total (skor total). Perhitungan dilakukan dengan cara

mengkorelasikan antara skor item dengan skor total item. Dari hasil perhitungan

korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi yang digunakan untuk mengukur

tingkat validitas suatu item dan untuk menentukan apakah suatu item layak

digunakan atau tidak. Pada program Statistical Package for the Social Sciences

(SPSS) teknik pengujian yang sering digunakan untuk uji validitas adalah

menggunakan korelasi Bivariate Pearson (Produk Momen Pearson) dan Corrected

Item-Total Correlation (Priyatno, 2010).

Pada uji validitas dengan menggunakan Corrected Item-Total Correlation

dilakukan dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor total item dengan

skor total dan melakukan koreksi terhadap nilai koefisien korelasi yang over

estimasi (estimasi nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya). Atau dengan kata

lain, analisis ini menghitung korelasi tiap item dengan skor total tetapi skor total ini

tidak termasuk skor item yang akan dihitung. Kriteria pengujian adalah sebagai

berikut:

a. Jika Rhitung ≥ Rtabel maka instrumen atau item pertanyaan berkorelasi

signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid)

Page 53: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

37

b. Jika Rhitung < Rtabel maka instrumen atau item pertanyaan tidak berkorelasi

signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid) (Priyatno, 2010)

Ketentuan nilai r tidak lebih dari harga ( -1 ≤ r ≤ +1 ) :

1. Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna

2. r = 0 artinya tidak ada korelasi

3. r = 1 berarti korelasinya sangat kuat.

(Riduwan, 2009 ).

Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan,

biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05,

artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total.

Untuk pembahasan ini dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi dengan kriteria

r kritis pada taraf signifikansi 0,05 atau 5%. Dibawah ini Tabel nilai r Product

Moment.

Tabel 2.1 Nilai – Nilai r Product Moment

N Taraf Signifikan 5% N Taraf Signifikan

5% N Taraf Signifikan 5%

3 0,997 27 0,381 56 0,263 4 0,950 28 0,374 60 0,254 5 0,878 29 0,387 65 0,244 6 0,811 30 0,361 70 0,235 7 0,754 31 0,355 75 0,227 8 0,707 32 0,349 80 0,220 9 0,688 33 0,344 85 0,213 10 0,632 34 0,339 90 0,207 11 0,602 35 0,334 95 0,202 12 0,576 36 0,329 100 0,195 13 0,553 37 0,325 125 0,176 14 0,532 38 0,320 150 0,159 15 0,514 39 0,316 175 0,148 16 0,497 40 0,312 200 0,138 17 0,482 41 0,308 300 0,113 18 0,468 42 0,304 400 0,098 19 0,458 43 0,301 500 0,088

Page 54: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

38

Lanjutan Tabel 2.1 Nilai – Nilai r Product Moment

N Taraf Signifikan 5% N Taraf Signifikan

5% N Taraf Signifikan 5%

20 0,444 44 0,297 600 0,080 21 0,433 45 0,294 700 0,074 22 0,423 46 0,291 800 0,070 23 0,413 47 0,288 900 0,065 24 0,404 48 0,284 1000 0,062 25 0,396 49 0,281 26 0,388 50 0,279

Sumber: Sugiyono, 2013

Signifikansi artinya meyakinkan atau berarti dalam penelitian mengandung

arti bahwa hipotesis yang telah terbukti pada sampel dapat diberlakukan pada

populasi. Jika tidak signifikan berarti kesimpulan pada sampel tidak berlaku pada

populasi (tidak ada generalisasi) atau hanya berlaku pada sampel saja. Tingkat

signifikansi 5% atau 0,05 artinya kita mengambil risiko salah dalam mengambil

keputusan untuk menolak hipotesis yang benar sebanyak-banyaknya 5% dan benar

dalam mengambil keputusan sedikit-dikitnya 95% (tingkat kepercayaan). Atau

dengan kata lain kita percaya bahwa 95% dari keputusan untuk menolak hipotesa

yang salah dan benar. Ukuran 0,05 atau 0,01 adalah ukuran yang umum sering

digunakan dalam penelitian. Taraf kesalahan yang lebih kecil atau lebih teliti

biasanya digunakan untuk penelitian-penelitian tertentu, misalnya untuk meneliti

makanan, minuman atau obat (Priyatno, 2010).

2.8.2 Uji Realibilitas

Reliabilitas adalah keandalan/konsistensi alat ukur (keajegan alat ukur)

tersebut dalam mengukur apa yang hendak diukur, artinya kapanpun alat ukur itu

digunakan akan memberikan hasil yang sama. Sehingga reliabilitas merupakan

ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang

Page 55: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

39

berkaitan dengan bentuk-bentuk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu

variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner.

Pengukuran reliabilitas pada dasarnya bisa dilakukan dengan cara:

1. Repeated Measure atau ukur ulang. Disini seseorang akan disodori

pertanyaan yang sama pada waktu berbeda, dan kemudian dilihat apakah dia

tetap konsisten dengan jawabannya. Jadi kuesioner diberikan beberapa kali

kepada responden.

2. One short atau sekali saja. Di sini pengukuran hanya sekali dan kemudian

hasilnya dibandingkan dengan hasil pertanyaan lain.

Ada beberapa metode pengujian reliabilits diantaranya metode tes ulang,

formula belah dua dari Spearman-Brown, formula Rulon, formula Flanagan,

Cronbach’s Alpha, metode formula KR-20, KR-21, dan metode Anova Hoyt.

Dalam penelitian ini, uji reliabilitas menggunakan cara one-short dengan

menggunakan skala Likert. Sedangkan metode penilaian yang digunakan adalah

Cronbach’s Alpha.

Rumus reliabilitas dengan metode Cronbach’s Alpha (Arikunto, 2002)

adalah :

푟 = 1 − .................................................................(2.2)

dimana:

푟 = Reliabilitas instrumen

∑ 푠 = jumlah varians skor tiap item

푠 = jumlah varians

k = Jumlah item

Page 56: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

40

Metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan skala Alpha Cronbach 0

sampai 1. Jika skala itu dikelompokan kedalam lima kelas dengan ring yang sama,

maka ukuran kemantapan alpha dapat diinterprestasikan sebagai berikut :

1. Nilai alpha Cronbach 0,00 s.d. 0,20, berarti kurang reliabel

2. Nilai alpha Cronbach 0,21 s.d. 0,40, berarti agak reliabel

3. Nilai alpha Cronbach 0,42 s.d. 0,60, berarti cukup reliabel

4. Nilai alpha Cronbach 0,61 s.d. 0,80, berarti reliabel

5. Nilai alpha Cronbach 0,81 s.d. 1,00, berarti sangat reliabel

(Triton, 2005).

Metode alpha Cronbach untuk menentukan apakah setiap instrumen

reliabel atau tidak, dengan memanfaatkan bantuan dari software SPSS yang mampu

melakukan perhitungan lebih cepat dan akurat. Instrumen dikatakan reliabel

apabila nilai Alpha Cronbach ≥ 0,6.

2.9 Analisis Statistik

2.9.1 Analisis Deskriptif

Menurut Sugiyono (2013), statistik deskriptif adalah statistik yang

digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud

membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Statistik deskriptif

dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak

ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil.

Statistik deskriftif adalah metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan

penyajian data sehingga menaksir kualitas data berupa jenis variabel, ringkasan

Page 57: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

41

statistik (mean, median, modus, standar deviasi, frequencies, etc). Modus

digunakan untuk memperoleh jumlah data pada nilai-nilai sebuah variabel tunggal.

2.9.2 Analisis Faktor (FaktorAnalysis)

Faktor analisis termasuk variasi seperti analisis komponen dan faktor

analisis umum adalah pendekatan statistik yang dapat digunakan untuk

menganalisis hubungan diantara beberapa variable dan menjelaskan variabel-

variabel ini dalam keadaan umumnya berdasarkan dimensi (faktor). Tujuannya

adalah untuk mencari cara menyingkat informasi yang terdapat dalam beberapa

variabel asal menjadi serangkaian variabel yang lebih kecil (faktor) dengan

meminimalkan kehilangan informasi (Hair dkk, 1995) dalam (Yamin dan

Kurniawan, 2009).

Faktor analisis adalah salah satu keluarga analisis multivariat yang

bertujuan untuk meringkas atau mereduksi variabel amatan secara keseluruhan

menjadi beberapa variabel atau dimensi baru, akan tetapi variabel atau dimensi

baru yang terbentuk tetap mampu mempresentasikan variabel utama. Dalam

analisis faktor dikenal ada dua pendekatan utama, yaitu exploratory factor analysis

dan confirmatory factor analysis. Kita menggunakan exploratory factor analysis

bila banyaknya faktor yang akan terbentuk tidak ditentukan terlebih dahulu.

Sebaliknya confirmatory factor analysis digunakan apabila faktor yang terbentuk

telah ditetapkan terlebih dahulu (Yamin dan Kurniawan, 2009).

Secara prinsip, analisis faktor mencoba menemukan hubungan (inter-

relationship) antar sejumlah variable-variabel yang awalnya saling independen satu

dengan yang lain, sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang

lebih sedikit dari jumlah variabel awal (Santoso, 2012).

Page 58: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

42

Oleh karena prinsip utama analisis faktor adalah korelasi, maka asumsi -

asumsi terkait dengan korelasi yang akan digunakan (Santoso, 2012) antara lain:

1. Besar korelasi atau korelasi antar independen variabel harus cukup kuat,

misalnya diatas 0,5.

2. Besar korelasi parsial, korelasi antar dua variabel dengan menganggap tetap

variabel yang lain, justru harus kecil. Pada SPSS, deteksi terhadap korelasi

parsial diberikan lewat pilihan Anti-Image Correlation.

3. Pengujian seluruh matrik korelasi (korelasi antar variabel) yang diukur

dengan besaran Bartlett Test of Sphericity atau Measure Sampling Adequancy

(MSA). Pengujian ini mengharuskan adanya korelasi yang signifikan diantara

paling sedikit beberapa variabel.

Selain asumsi diatas dapat juga dilihat nilai determinant of corelation

matrix, dimana nilai determinan yang mendekati nol menunjukkan bahwa korelasi

antara variabel mempunyai nilai koefisien korelasi antar variabel yang cukup

tinggi.

Berikut tahapan analisis faktor adalah sebagai berikut (Santoso, 2012) :

1. Menilai variabel yang layak

Tahap pertama pada analisis faktor adalah menilai mana saja variabel yang

dianggap layak (appropriateness) untuk dimasukkan dalam analisis

selanjutnya. Pengujian ini dilakukan dengan memasukkan semua variabel

yang ada, kemudian pada variabel – variabel tersebut dikenakan sejumlah

pengujian. Logika pengujian adalah jika sebuah variabel memang

mempunyai kecenderungan mengelompok dan membentuk sebuah faktor,

maka variabel tersebut akan mempunyai korelasi yang cukup tinggi dengan

Page 59: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

43

variabel lain. Sebaliknya, variabel dengan korelasi yang lemah dengan

variabel lain cenderung tidak akan mengelompok dalam faktor tertentu.

Beberapa pengukuran yang dapat dilakukan antara lain dengan

memperhatikan, angka Kaiser Meyer Oikin (KMO) and Bartlett’s test dan

nilai Measure of Sampling Adequancy (MSA)

a. Kaiser Meyer Oikin (KMO)

Uji KMO bertujuan untuk mengetahui apakah semua data yang telah

terambil telah cukup untuk difaktorkan. Nilai KMO harus lebih besar

dari 0,5 dengan signifikansi < 0,05 memberikan indikasi bahwa korelasi

diantara pasangan variabel dapat dijelaskan oleh variabel lainnya,

sehingga analisis faktor layak digunakan. Sebaliknya nilai KMO yang

lebih kecil dari 0,5 memberikan indikasi bahwa korelasi diantara

pasangan - pasangan variabel tidak dapat dijelaskan oleh variabel lainnya

sehingga analisis faktor tidak layak digunakan.

b. Measure of Sampling adequacy (MSA)

Tujuan pengukuran MSA adalah untuk menentukan apakah proses

pengambilan sampel telah memadai atau tidak. Angka MSA berkisar

antara 0 sampai 1 dengan kriteria yang digunakan sebagai interpretasi

adalah:

1. Jika MSA = 1, maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa

kesalahan oleh variabel yang lain.

2. Jika MSA > 0,5, maka variabel tersebut dapat diprediksi dan bisa

dianalisis lebih lanjut.

Page 60: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

44

3. Jika MSA < 0,5 variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa

dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya

(Santoso, 2012).

Apabila dalam pengujian ada variabel dengan nilai MSA dibawah 0,5

maka variabel tersebut dikeluarkan dan dilakukan pengujian ulang.

Seandainya ada lebih dari satu variabel yang mempunyai MSA dibawah

0,5 maka yang dikeluarkan adalah variabel dengan MSA terkecil.

Kemudian proses pengujian tetap diulang lagi.

2. Susun ekstraksi variabel

Setelah sejumlah variabel terpilih maka dilakukan ekstraksi terhadap variabel

- variabel tersebut sehingga terbentuk beberapa kelompok faktor. Metode

yang digunakan adalah Principal Component Analysis (PCA). Penentuan

terbentuknya jumlah kelompok faktor dilakukan dengan melihat nilai eigen

(Eigen value) yang menyatakan kepentingan relatif masing - masing faktor

dalam menghitung varian dari variabel - variabel yang dianalisis. Eigen value

dibawah 1 tidak dapat digunakan dalam menghitung jumlah faktor yang

terbentuk.

3. Rotasi kelompok faktor

Setelah faktor – faktor terbentuk, dengan sebuah faktor berisi sejumlah

variabel, mungkin saja sebuah variabel sulit untuk ditentukan akan masuk ke

dalam faktor yang mana. Atau, jika yang terbentuk dari proses faktoring

hanya satu faktor, bisa saja sebuah variabel diragukan apakah layak

dimasukkan dalam faktor yang terbentuk atau tidak. Untuk mengatasi hal

tersebut, bisa dilakukan proses rotasi pada faktor yang terbentuk, sehingga

Page 61: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

45

memperjelas posisi sebuah variabel, apakah dimasukkan pada faktor yang

satu atau kefaktor lainnya. Beberapa metode rotasi yang popular dilakukan:

a. Orthogonal Rotation, yakni memutar sumbu 90°. Proses rotasi dengan

metode orthogonal masih bisa dibedakan menjadi: Quartimax, Varimax

dan Equimax.

b. Oblique Rotation, yakni memutar sumbu ke kanan, namun tidak harus

90°. Poroses rotasi dengan metode oblique masih bisa dibedakan menjadi

oblimin, promax, orthoblique dan lainnya.

Metode varimax adalah metode yang paling sering digunakan dalam praktik.

Angka loading faktor menunjukkan besar korelasi antara suatu variabel

dengan faktor-faktor yang terbentuk. Proses penentuan variabel mana akan

masuk ke faktor yang mana dilakukan dengan melakukan perbandingan besar

korelasi antara variabel dengan faktor yang terbentuk. Variabel dengan faktor

loading dibawah 0,5 dikeluarkan dari model.

4. Menamakan kelompok faktor

Pada tahap ini, faktor – faktor yang terbentuk diberikan nama berdasarkan

faktor loading suatu variabel terhadap faktor terbentuknya. Analisa faktor

tidak menentukan nama tiap faktor dan konsep untuk faktor-faktor yang

dihasilkan sehingga penamaan faktor dalam analisis faktor bersifat subyektif.

Nama dan konsep atau makna tiap faktor bisa ditentukan berdasarkan teori

Surrogate atau bisa diberi nama sesuai dengan variabel tersebar yang

berkelompok pada faktor tersebut.

Page 62: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

46

2.9.3 Analisis Korelasi Product Moment

Korelasi produk moment merupakan suatu teknik korelasi yang digunakan

untuk mencari hubungan dan pembuktian hipotesis hubungan dua variabel

(Sugiyono 2013). Untuk mendapatkan nilai hubungan kedua variabel tersebut atau

nilai koefisien korelasi sampel dapat digunakan rumus

)YX(

XYrxy

22 ............................................................... (2.3)

Dimana :

rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan y

X = deviasi rata-rata variabel X = (Xi- X)

Y = deviasi rata-rata variabel Y = (Yi-Y)

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi tersebut,

dibandingkan dengan tabel interpretasi nilai r

Bila sekaligus untuk menghitung persamaan regresi digunakan rumus

]y)(y][n)x(x[n

y)x)((xynrxy

2222 ......................... (2.4)

Dimana

rxy = koefisien korelasi

x = variabel bebas

y = variabel terikat

n = jumlah sampel

Korelasi Product moment dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak

lebih dari harga (-1≤ r ≤ +1) apabila nilai r = -1 berarti korelasinya negatif

Page 63: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

47

sempurna, apabila nilai r = 0 berarti tidak ada korelasi dan bila r = 1 berarti

korelasinya sangat kuat.

Berikut rumus uji signifikansi korelasi product momen

2r1

2nrt

............................................................. (2.5)

Dimana :

t = nilai t hitung

r = nilai koefisien korelasi hasil r hitung

n = jumlah sampel

Distribusi hasil perhitungan (t) atau harga t hitung untuk kesalahan

(α) = 5% uji dua pihak dan derajat kebebasan (dk) = n-2 memiliki kaedah

keputusan yaitu jika t hitung > t tabel berarti valid dan apabila sebaliknya t hitung <

t tabel berarti tidak valid.

2.10 Penelitian – Penelitian Sebelumnya.

Yuniawati dan Yessy (2005) meneliti faktor – faktor yang mempengaruhi

kontraktor untuk mengikuti tender yang berlokasi di Kota Surabaya. Sampel yang

dipilih fokus pada kontraktor dengan kualifikasi menengah dan besar. Dengan

menggunakan analisis deskriptif dan analisis varian, disimpulkan faktor-faktor

yang paling mempengaruhi keputusan kontraktor untuk mengikuti tender adalah

kemampuan finansial owner, identitas owner,nilai kontrak, ketersediaan proyek,

hubungan dengan owner, fluktuasi harga material dan kelengkapan dokumen.

Suciptapura (2012), meneliti partisipasi kontraktor di kota Denpasar dalam

lelang pengadaan barang dan jasa pemerintah secara elektronik. Sampel yang

dipilih mencakup semua kualifikasi kontraktor dari kualifikasi kecil, menengah dan

Page 64: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

48

besar. Variabel yang dipakai dibagi menjadi dua kelompok yaitu kondisi lelang

secara umum dan kondisi lelang elektronik, dengan menggunakan analisis

deskriptif dan analisis faktor menghasilkan faktor dominan yang mempengaruhi

partisipasi kontraktor di kota Denpasar adalah tingkat kesulitan konstruksi proyek,

tingkat keselamatan dan keamanan selama proses pekerjaan, tingkat kepercayaan

diri perusahaan dalam melaksanakan proyek, ketersediaan pekerja proyek, beban

proyek yang sedang dilaksanakan selama lelang berlangsung dan ketersediaan sub

kontraktor yang kompeten di bidangnya.

Page 65: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

49

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada kontraktor di Kabupaten Buleleng. Kontraktor

yang menjadi objek penelitian merupakan kontraktor dari Asosiasi GAPENSI,

yang merupakan asosiasi kontraktor dengan jumlah anggota terbesar di Kabupaten

Buleleng. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode kuesioner yang

ditujukan kepada pimpinan/staf yang memiliki pengalaman dalam pengadaan

barang dan jasa pemerintah sebagai instrumen penelitian, dan wawancara yang

bertujuan mendapatkan opini dari expert atau pihak pihak yang berpengalaman

dalam lelang pengadaan barang dan jasa pemerintah secara elektronik.

3.2 Data

Pada penelitian ini diperlukan data yang akan dipakai untuk mendapatkan

tujuan akhir dari penelitian yaitu data untuk menentukan faktor – faktor yang

mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran peserta lelang elektronik jasa

konstruksi di Kabupaten Buleleng.

3.2.1 Jenis Data

3.2.1.1 Data Primer

Data primer didapat dari responden melalui penyebaran kuesioner dan

wawancara langsung. Responden adalah perusahaan kontraktor yang diwakili oleh

direktur perusahaan atau staff yang menangani proses lelang di masing – masing

perusahaan yang diwakili.

Page 66: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

50

3.2.1.2 Data Sekunder

Data sekunder didapat dari literatur – literatur, LPSE Kabupaten Buleleng,

Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng, asosiasi GAPENSI serta penelitian

penelitian yang berkaitan sebelumnya. Data sekunder tersebut berupa data paket

kegiatan pekerjaan jasa konstruksi dengan sistem elektronik di Kabupaten

Buleleng, data kontraktor yang mendaftar pada kegiatan pekerjaan jasa konstruksi

dengan sistem elektronik di Kabupaten Buleleng, data paket kegiatan pekerjaan

konstruksi dengan sistem konvensional di Kabupaten Buleleng, data anggota

asosiasi GAPENSI Kabupaten Buleleng, serta faktor - faktor yang mempengaruhi

partisipasi peserta lelang mengikuti lelang. Data sekunder yang diperoleh dan

dipakai seperti dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Data Sekunder

No Sumber Data Data Yang Dipakai

1 LPSE

Paket kegiatan pekerjaan konstruksi dengan sistem elektronik Peserta lelang paket kegiatan pekerjaan konstruksi dengan sistem elektronik.

2 Dinas PU Paket kegiatan pekerjaan konstruksi dengan sistem konvensional

3 GAPENSI Anggota asosiasi GAPENSI

4 Penelitan sebelumnya

Faktor - faktor yang mempengaruhi partisipasi peserta lelang mengikuti lelang

Sumber : Instansi Terkait

3.2.2 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

a. Populasi Penelitian

Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah usaha jasa konstruksi yang

tergabung dalam asosiasi GAPENSI Kabupaten Buleleng. Dari data yang

Page 67: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

51

diperoleh, anggota GAPENSI Kabupaten Buleleng berjumlah 188 kontraktor.

Dilihat dari kepemilikan/manajemen, total 188 kontraktor tersebut dimiliki oleh

107 orang seperti pada Lampiran 2. (Gapensi, 2013).

b. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-

probability sampling dilakukan dengan purposive sampling, yaitu teknik

pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013).

Surakhmad (1994) dalam (Riduwan, 2010) berpendapat apabila ukuran

populasi sebanyak kurang lebih dari 100, maka pengambilan sampel sekurang-

kurangnya 50% dari ukuran populasi. Penentuan jumlah sampelnya dapat

dirumuskan sebagai berikut :

S = 15% + (50%− 15%) ................................................... (3-1)

Dimana :

S = Jumlah sampel yang diambil

n = Jumlah anggota populasi

Sehingga :

S = 15% + (50%− 15%)

= 15% +893900

(35%)

= 49,73%

Jadi jumlah sampel yang diambil berdasarkan jumlah pemilik perusahaan

kontraktor dengan mempertimbangkan ada satu orang/manajemen memiliki lebih

dari satu perusahaan yaitu sebesar 107 pemilik/manajemen perusahaan x 49,73 % =

53,2 ~ 53 responden.

Page 68: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

52

Sampel yang dipakai sebanyak 53 responden yang mewakili 53 kontraktor

dengan mempertimbangkan:

1. Respondennya orang yang mengerti dan menangani proses lelang di masing

- masing perusahaan yang diwakili.

2. Kontraktor yang pernah mendaftar ataupun menjadi peserta pada paket

kegiatan konstruksi yang dalam proses lelangnya menggunakan lelang

elektronik.

3. Dari 53 kontraktor yang diambil sebagai sampel sudah mewakili kualifikasi

usaha kecil dan non kecil dengan rincian sebanyak 47 perusahaan kecil dan

enam perusahaan non kecil.

3.3 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel merupakan gejala yang bervariasi, atau dapat juga berupa faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi variabel lain. Variabel yang dapat diidentifikasi

dalam penelitian ini adalah : partisipasi peserta lelang, nilai penawaran peserta

lelang dan variabel - variabel yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

kontraktor dalam lelang elektronik

Dalam penelitian ini ada beberapa situasi kejadian yang akan digunakan

sebagai variabel untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi

dan nilai penawaran peserta lelang elektronik yang telah dirangkum dari varibel -

variabel yang telah diteliti pada penelitian terdahulu untuk mendapatkan faktor-

faktor yang mendasari kontraktor untuk mengikuti lelang antara lain penelitian

Yuniawaty dan Yessy (2005) mendapatkan faktor - faktor yang mendasari

kontraktor untuk mengikuti lelang seperti pada Lampiran 3. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kontraktor untuk mengikuti lelang sesuai dengan penelitian

Page 69: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

53

Yuniawaty dan Yessy (2005), kemudian dijadikan dasar untuk penelitian

Suciptapura (2012) untuk mendapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi peserta

lelang elektronik seperti pada Lampiran 4.

Berdasarkan pengamatan, wawancara dan diskusi dengan berbagai pihak

(expert) yang terlibat dalam proses pengadaan barang dan jasa yang berhubungan

dengan lelang elektronik, variabel-variabel yang diambil dari penelitian Yuniawaty

dan Yessy (2005) dan penelitian Suciptapura (2012) tidak seluruhnya dipakai

dalam penelitian ini yang disesuaikan dengan keadaan saat ini, kemudian

ditambahkan dengan beberapa variabel-variabel dari hasil diskusi yang

mempengaruhi partisipasi peserta lelang elektronik, seperti pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Variabel yang mempengaruhi partisipasi peserta lelang elektronik

No Variabel Referensi A Karakteristik Proyek 1 Besar nilai proyek / HPS

Yuniawaty dan Yessy (2005)

2 Lokasi proyek 3 Akses jalan lokasi proyek 4 Keamanan lingkungan proyek 5 Jangka waktu pelaksanaan 6 Mulai proyek mendekati akhir tahun

Hasil Diskusi 7 Pelaksanaan saat musim hujan

8 Tingkat kesulitan konstruksi B Dokumen Lelang 1 Syarat personil dan SKA/SKT

Hasil Diskusi

2 Syarat jumlah, kapasitas dan jenis alat 3 Syarat brosur dan surat dukungan distributor 4 Syarat dukungan keuangan bank

5 Syarat lelang mengarah pada produk atau perusahaan tertentu.

6 Jaminan penawaran 7 Syarat sertifikat ISO C Karakteristik Perusahaan 1 Ketersediaan modal awal Yuniawaty dan Yessy

(2005) 2 Ketersediaan staff ber SKA dan SKT

Page 70: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

54

Lanjutan Tabel 3.2 Variabel yang mempengaruhi partisipasi peserta lelang elektronik.

No Variabel Referensi

3 Ketersediaan pekerja yang memadai

Yuniawaty dan Yessy (2005)

4 Ketersediaan peralatan yang memadai 5 Dukungan sub kontraktor yang memadai 6 Kemampuan dalam estimasi penawaran 7 Kebutuhan akan pekerjaan 8 Beban proyek yang sedang dikerjakan 9 Pengalaman proyek sejenis Hasil Diskusi D Kondisi Lelang/Penawaran 1 Perkiraan Jumlah Kompetitor Yuniawaty dan Yessy

(2005) 2 Tingkat Kompetisi Lelang Sebelumnya 3 Pengumuman Lelang Sejenis Saat Bersamaan

Hasil Diskusi

4 Rekayasa Calon Pemenang Sudah Ditentukan 5 Aturan dan Pengawasan yang Ketat 6 Sorotan / Liputan Media Massa 7 Penyelenggara Lelang 8 Batas Upload Penawaran Sempit E Kondisi Ekonomi 1 Ketersediaan proyek

Yuniawaty dan Yessy (2005)

2 Resiko berinvestasi 3 Tingkat pengembalian investasi 4 Kebijakan ekonomi pemerintah 5 Fluktuasi harga material 6 Fluktuasi kurs mata uang asing (Dolar)

Hasil Diskusi 7 Tingkat inflasi F Kondisi Lelang Elektronik 1 Proses pendaftaran lelang lebih mudah

Suciptapura (2012)

2 Biaya lebih hemat tanpa biaya cetak dokumen dan biaya transportasi.

3 Keamanan data lelang terjamin 4 Tanpa tatap muka minimalkan peluang KKN 5 Peluang memperoleh proyek lebih besar

6 Tanpa batasan lokasi proyek berdasarkan daerah / lokasi usaha

7 Kemampuan staff dalam teknologi informasi, komputer dan internet

8 Pemahaman Aturan Lelang Elektronik Hasil Diskusi 9 Pelatihan dan Sosialisasi Lelang Elektronik

10 Proses Lelang Lebih Transparan

11 Upload Penawaran Tergantung Kualitas Koneksi Internet

Suciptapura (2012)

Page 71: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

55

Sedangkan variabel yang mempengaruhi nilai penawaran peserta lelang elektronik,

yang dipakai dalam penelitian ini seperti pada Tabel 3.3 berikut :

Tabel 3.3. Variabel yang mempengaruhi nilai penawaran peserta lelang elektronik

No Variabel Referensi

A Karakteristik Proyek 1 Besar nilai proyek / HPS

Yuniawaty dan Yessy (2005)

2 Lokasi proyek 3 Akses jalan lokasi proyek 4 Keamanan lingkungan proyek 5 Jangka waktu pelaksanaan 6 Mulai proyek mendekati akhir tahun

Hasil Diskusi 7 Pelaksanaan saat musim hujan

8 Tingkat kesulitan konstruksi B Dokumen Lelang 1 Syarat personil dan SKA/SKT

Hasil Diskusi

2 Syarat jumlah, kapasitas dan jenis alat 3 Syarat brosur dan surat dukungan distributor 4 Syarat dukungan keuangan bank

5 Syarat lelang mengarah pada produk atau perusahaan tertentu.

6 Jaminan penawaran 7 Sistem pembayaran C Karakteristik Perusahaan 1 Ketersediaan modal awal

Yuniawaty dan Yessy (2005)

2 Ketersediaan staff ber SKA dan SKT 3 Ketersediaan pekerja yang memadai 4 Ketersediaan peralatan yang memadai 5 Dukungan sub kontraktor yang memadai 6 Kemampuan dalam estimasi penawaran 7 Kebutuhan akan pekerjaan 8 Keuntungan proyek sebelumnya 9 Beban proyek yang sedang dikerjakan

10 Pengalaman proyek sejenis Hasil Diskusi

11 Biaya overhead D Kondisi Lelang/Penawaran 1 Perkiraan jumlah kompetitor Yuniawaty dan Yessy

(2005) 2 Tingkat kompetisi lelang sebelumnya

Page 72: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

56

Lanjutan Tabel 3.3 Variabel yang mempengaruhi nilai penawaran peserta lelang elektronik.

No Variabel Referensi

3 Pengumuman lelang sejenis saat bersamaan

Hasil Diskusi 4 Rekayasa calon pemenang sudah ditentukan 5 Aturan dan pengawasan yang ketat 6 Budaya setoran kepada pejabat E Kondisi Ekonomi 1 Ketersediaan proyek

Yuniawaty dan Yessy (2005)

2 Resiko berinvestasi 3 Tingkat pengembalian investasi 4 Kebijakan ekonomi pemerintah 5 Fluktuasi harga material 6 Fluktuasi kurs mata uang asing (Dolar)

Hasil Diskusi 7 Tingkat inflasi F Kondisi Lelang Elektronik 1 Proses pendaftaran lelang lebih mudah

Suciptapura (2012)

2 Biaya lebih hemat tanpa biaya cetak dokumen dan biaya transportasi.

3 Keamanan data lelang terjamin 4 Tanpa tatap muka minimalkan peluang KKN 5 Peluang memperoleh proyek lebih besar

6 Tanpa batasan lokasi proyek berdasarkan daerah / lokasi usaha

7 Kemampuan staff dalam teknologi informasi, komputer dan internet

8 Pemahaman aturan lelang elektronik Hasil Diskusi 9 Pelatihan dan sosialisasi lelang elektronik

10 Proses lelang lebih transparan

11 Peserta lelang tidak bisa saling intervensi Suciptapura (2012)

3.4. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah : partisipasi

peserta lelang, nilai penawaran peserta lelang, dan variabel yang mempengaruhi

kontraktor untuk berpartisipasi dan nilai penawaran dalam lelang elektronik.

Adapun definisi operasional dari masing-masing variabel adalah :

Page 73: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

57

1. Partisipasi peserta lelang elektronik merupakan banyaknya kontraktor yang

berperan serta dalam proses lelang elektronik dari mulai pendaftaran,

pemasukkan penawaran sampai penetapan pemenang.

2. Nilai penawaran peserta lelang merupakan total nilai penawaran peserta

lelang elektronik dalam paket pekerjaan jasa konstruksi.

3. Variabel yang mempengaruhi kontraktor untuk berpartisipasi dan nilai

penawaran dalam lelang elektronik merupakan pertimbangan yang

mendasari kontraktor untuk ikut didalam lelang elektronik serta besaran

nilai penawaran kontraktor dalam lelang elektronik.

3.5 Instrumen Penelitian

Penelitian menggunakan instrumen berupa kuesioner kepada pihak yang

ahli di bidang proses pengadaan barang dan jasa pemerintah. Pihak yang ahli ini

adalah orang - orang yang berpengalaman menangani proses pengadaan barang dan

jasa/proses lelang dari pihak kontraktor. Kuesioner penelitian terdiri dari

penjelasan singkat mengenai latar belakang dan tujuan penelitian, data responden

dan identitas perusahaan serta dua model pertanyaan seperti pada Lampiran 1.

Adapun data yang diperoleh adalah:

1. Data profil responden

2. Pendapat responden mengenai pengaruh perubahan sistem lelang dari

sistem konvensional menjadi sistem elektronik terhadap partisipasi dan nilai

penawaran perusahaan.

3. Partisipasi, perolehan proyek dan nilai penawaran kontraktor dalam lelang

pengadaan barang dan jasa pemerintah secara elektronik

Page 74: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

58

4. Variabel yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran kontraktor

dalam mengikuti lelang elektronik jasa konstruksi.

Pengukuran menggunakan skala likert dengan lima alternatif jawaban untuk

menentukan tingkat pengaruh dari variabel terhadap partisipasi dan nilai penawaran

peserta lelang, yaitu :

1. Responden yang menjawab sangat tidak berpengaruh dengan nilai 1

2. Responden yang menjawab tidak berpengaruh dengan nilai 2

3. Responden yang menjawab cukup berpengaruh dengan nilai 3

4. Responden yang menjawab berpengaruh dengan nilai 4

5. Responden yang menjawab sangat berpengaruh dengan nilai 5

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

a. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Sebelum dilakukan penyebaran kuesioner untuk pengumpulan data, terlebih

dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrument penelitian yang dilakukan

dengan menyebarkan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk

mengetahui tingkat pengaruh faktor-faktor terhadap partisipasi dan nilai penawaran

peserta lelang elektronik jasa konstruksi. Untuk menguji validitas, terlebih dahulu

dicari harga korelasi antara bagian – bagian dari alat ukur secara keseluruhan

dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang

merupakan jumlah tiap skor butir, dengan analisis Corrected Item-Total

Correlation. Jawaban responden (dalam bentuk skala likert dari 1 sampai 5)

dengan mengkorelasikan skor butir pada kuesioner dengan skor totalnya.

Uji reliabilitas menggunakan cara one-short dengan menggunakan skala

Likert. Sedangkan metode penilaian yang digunakan adalah Alpha Cronbach. Pada

Page 75: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

59

penelitian ini perhitungan validitas dan reliabilitas dilakukan dengan

memanfaatkan bantuan dari software SPSS.

b. Input Data

Setelah didapat instrumen pengumpulan data yang valid dan reliabel, maka

selanjutnya dilakukan pengumpulan data dengan penyebaran kuesioner dan input

data. Input data dilakukan dengan memasukkan data yang didapat dari responden

ke dalam program SPSS

c. Analisis Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk mengungkapkan dan memberikan gambaran

mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan partisipasi dan nilai penawaran

peserta lelang. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari 53 kontraktor

anggota GAPENSI yang ditampilkan dengan statistik deskriptif dengan mencari

modus untuk memperoleh jumlah jawaban responden pada tiap-tiap variabel

pertanyaan yang berpengaruh terhadap partisipasi dan nilai penawaran peserta

lelang.

d. Analisis Faktor

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai

penawaran peserta lelang elektronik jasa konstruksi digunakan analisis faktor.

Analisis faktor merupakan suatu metode analisis yang bertujuan mereduksi data

dan untuk menemukan hubungan antara variabel yang saling independen yang

kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, sehingga bisa terbentuk

satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari variabel awal.

Analisis faktor sebagai alat analisis data menggunakan alat bantu program SPSS.

Page 76: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

60

LATAR BELAKANG

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

IDENTIFIKASI POPULASI DAN SAMPEL

DESAIN KUESIONER

PEMBAHASAN Faktor-faktor yang mempengaruhi Partisipasi

dan Nilai Penawaran Peserta Lelang Elektronik

SIMPULAN & SARAN

KAJIAN LITERATUR Literatur, Jurnal, Paper, Penelitian Sebelumnya

PENYEBARAN KUESIONER DAN PENGUMPULAN SELURUH DATA

ANALISIS DATA Analisis Deskriptif dan Analisis Faktor

PENGUMPULAN DAN TABULASI DATA PENDAHULUAN

3.7 Diagram Alur Penelitian

Gambar 3.1.

Diagram Alur Penelitian

MULAI

DATA VALID DAN

RELIABEL

Tidak

Ya

SELESAI

Page 77: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

61

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

Penelitian dilakukan pada kontraktor di Kabupaten Buleleng. Kontraktor

yang menjadi objek penelitian merupakan kontraktor dari asosiasi GAPENSI.

Sesuai dengan data tahun 2013, jumlah kontraktor yang tergabung dalam asosiasi

GAPENSI berjumlah 188 kontraktor yang terdiri dari 182 perusahaan kualifikasi

kecil dan enam perusahaan dengan kualifikasi non kecil (menengah). Dilihat dari

kepemilikan/manajemen perusahaan tersebut dimiliki oleh 107 orang.

4.1.1 Sampel Perusahaan Kontraktor

Pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner ke

perusahaan kontraktor, dengan mengambil sampel beberapa perusahaan kontraktor

anggota GAPENSI Kabupaten Buleleng yang pernah mendaftar dan mengikuti

kegiatan lelang elektronik proyek konstruksi di Kabupaten Buleleng sebanyak 53

kontraktor.

4.1.2 Data Informasi Responden

Responden dalam penelitian ini adalah orang - orang yang menangani

proses lelang ditiap-tiap perusahaan yang dijadikan sampel dengan menggunakan

teknik non-probability sampling dengan purposive sampling yang dikenal juga

dengan sampling pertimbangan, yaitu teknik pengambilan sampel untuk tujuan

tertentu. Sesuatu atau seseorang ditetapkan sebagai sampel karena dengan

pertimbangan memiliki informasi (information rich) dan keahlian yang diperlukan

dalam bidang tersebut.

Page 78: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

62

4.2 Hasil Uji Instrumen Penelitian.

4.2.1 Uji Validitas

Uji Validitas dilakukan dengan membandingkan korelasi antara

variabel/item dengan skor total variabel dilakukan dengan mengambil 27 sampel

responden dengan taraf signifikansi 5%. Kriteria pengujian adalah, jika Rhitung ≥

Rtabel maka instrumen atau item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor

total atau dinyatakan valid, jika Rhitung < Rtabel maka instrumen atau item

pernyataan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total atau dinyatakan tidak

valid. Dengan bantuan program SPSS 17.0, uji validitas instrumen penelitian untuk

tingkat pengaruh partisipasi dapat dilihat pada lampiran 7.1, hasilnya disajikan

pada Tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Hasil uji validitas instrument penelitian tingkat pengaruh partisipasi

No Variabel Rtabel Partisipasi

Rhitung Keterangan A Karakteristik Proyek 1 Besar Nilai Proyek / HPS 0,381 0,487 Valid 2 Lokasi Proyek 0,381 0,531 Valid 3 Akses Jalan Lokasi Proyek 0,381 0,655 Valid 4 Keamanan Lingkungan Proyek 0,381 0,553 Valid 5 Jangka Waktu Pelaksanaan 0,381 0,503 Valid 6 Mulai Proyek Mendekati Akhir Tahun 0,381 0,664 Valid 7 Pelaksanaan Saat Musim Hujan 0,381 0,764 Valid 8 Tingkat Kesulitan Konstruksi 0,381 0,651 Valid B Dokumen Lelang 1 Syarat Personil dan SKA/SKT 0,381 0,591 Valid 2 Syarat Jumlah, Kapasitas dan Jenis Alat 0,381 0,517 Valid

3 Syarat Brosur dan Surat Dukungan Distributor 0,381 0,488 Valid

4 Syarat Dukungan Keuangan Bank 0,381 0,603 Valid

5 Syarat Lelang Mengarah Pada Produk atau Perusahaan Tertentu. 0,381 0,597 Valid

6 Jaminan Penawaran 0,381 0,412 Valid 7 Syarat Sertifikat ISO 0,381 0,446 Valid

Page 79: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

63

Lanjutan Tabel 4.1 Hasil uji validitas instrument penelitian tingkat pengaruh partisipasi

No Variabel Rtabel Partisipasi

Rhitung Keterangan C Karakteristik Perusahaan 1 Ketersediaan Modal Awal 0,381 0,529 Valid 2 Ketersediaan Staff ber SKA dan SKT 0,381 0,719 Valid 3 Ketersediaan Pekerja Yang Memadai 0,381 0,634 Valid 4 Ketersediaan Peralatan Yang Memadai 0,381 0,587 Valid 5 Dukungan Sub Kontraktor yang Memadai 0,381 0,439 Valid 6 Kemampuan Dalam Estimasi Penawaran 0,381 0,632 Valid 7 Kebutuhan Akan Pekerjaan 0,381 0,573 Valid 8 Beban Proyek Yang Sedang Dikerjakan 0,381 0,485 Valid 9 Pengalaman Proyek Sejenis 0,381 0,400 Valid D Kondisi Lelang/Penawaran 1 Perkiraan Jumlah Kompetitor 0,381 0,596 Valid 2 Tingkat Kompetisi Lelang Sebelumnya 0,381 0,593 Valid

3 Pengumuman Lelang Sejenis Saat Bersamaan 0,381 0,651 Valid

4 Rekayasa Calon Pemenang Sudah Ditentukan 0,381 0,624 Valid

5 Aturan dan Pengawasan yang Ketat 0,381 0,436 Valid 6 Sorotan / Liputan Media Massa 0,381 0,504 Valid 7 Penyelenggara Lelang 0,381 0,501 Valid 8 Batas Upload Penawaran Sempit 0,381 0,630 Valid E Kondisi Ekonomi 1 Ketersediaan proyek 0,381 0,608 Valid 2 Resiko Berinvestasi 0,381 0,675 Valid 3 Tingkat Pengembalian Investasi 0,381 0,797 Valid 4 Kebijakan Ekonomi Pemerintah 0,381 0,640 Valid 5 Fluktuasi Harga Material 0,381 0,458 Valid 6 Fluktuasi Kurs Mata Uang Asing (Dolar) 0,381 0,569 Valid 7 Tingkat inflasi 0,381 0,497 Valid F Kondisi Lelang Elektronik 1 Proses Pendaftaran Lelang Lebih Mudah 0,381 0,497 Valid

2 Biaya Lebih Hemat Tanpa Biaya Cetak Dokumen dan Biaya Transportasi. 0,381 0,416 Valid

3 Keamanan Data Lelang Terjamin 0,381 0,408 Valid

4 Tanpa Tatap Muka Minimalkan Peluang KKN 0,381 0,639 Valid

5 Peluang Memperoleh Proyek Lebih Besar 0,381 0,714 Valid

6 Tanpa Batasan Lokasi Proyek Berdasarkan Daerah / Lokasi Usaha 0,381 0,669 Valid

Page 80: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

64

Lanjutan Tabel 4.1 Hasil uji validitas instrument penelitian tingkat pengaruh partisipasi

No Variabel Rtabel Partisipasi

Rhitung Keterangan

7 Kemampuan Staff Dalam Teknologi Informasi, Komputer dan Internet 0,381 0,679 Valid

8 Pemahaman Aturan Lelang Elektronik 0,381 0,445 Valid 9 Pelatihan dan Sosialisasi Lelang Elektronik 0,381 0,483 Valid

10 Proses Lelang Lebih Transparan 0,381 0,430 Valid

11 Upload Penawaran Tergantung Kualitas Koneksi Internet 0,381 0,540 Valid

Pada Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa dari 50 variabel yang diteliti, untuk

tingkat pengaruh partisipasi menghasilkan korelasi yang terkecil sebesar 0,400 dan

korelasi terbesar adalah 0,797. Rtabel dicari pada signifikansi 0,05 dengan jumlah

data (n) sebanyak 27, maka didapat Rtabel sebesar 0,381 sesuai Tabel 2.1. Ini berarti

seluruh variabel mempunyai nilai Rhitung lebih besar dari Rtabel. Dari hasil uji

validitas dapat diketahui bahwa pengumpulan data yang dilakukan dengan

kuesioner dalam penelitian ini adalah valid sehingga dapat dilaksanakan ke analisa

selanjutnya.

Sedangkan uji validitas instrumen penelitian untuk tingkat pengaruh nilai

penawaran dapat dilihat pada Lampiran 7.2, hasilnya disajikan pada Tabel 4.2 di

bawah ini.

Tabel 4.2 Hasil uji validitas instrument penelitian tingkat pengaruh nilai penawaran

No Variabel Rtabel Nilai Penawaran

Rhitung Keterangan A Karakteristik Proyek 1 Besar Nilai Proyek / HPS 0,381 0,627 Valid 2 Lokasi Proyek 0,381 0,509 Valid 3 Akses Jalan Lokasi Proyek 0,381 0,473 Valid 4 Keamanan Lingkungan Proyek 0,381 0,787 Valid 5 Jangka Waktu Pelaksanaan 0,381 0,576 Valid

Page 81: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

65

Lanjutan Tabel 4.2 Hasil uji validitas instrument penelitian tingkat pengaruh nilai penawaran

No Variabel Rtabel Nilai Penawaran

Rhitung Keterangan 6 Mulai Proyek Mendekati Akhir Tahun 0,381 0,593 Valid 7 Pelaksanaan Saat Musim Hujan 0,381 0,399 Valid 8 Tingkat Kesulitan Konstruksi 0,381 0,632 Valid B Dokumen Lelang 1 Syarat Personil dan SKA/SKT 0,381 0,806 Valid 2 Syarat Jumlah, Kapasitas dan Jenis Alat 0,381 0,612 Valid

3 Syarat Brosur dan Surat Dukungan Distributor 0,381 0,449 Valid

4 Syarat Dukungan Keuangan Bank 0,381 0,722 Valid

5 Syarat Lelang Mengarah Pada Produk atau Perusahaan Tertentu. 0,381 0,442 Valid

6 Jaminan Penawaran 0,381 0,619 Valid 7 Sistem Pembayaran 0,381 0,740 Valid C Karakteristik Perusahaan 1 Ketersediaan Modal Awal 0,381 0,519 Valid 2 Ketersediaan Staff ber SKA dan SKT 0,381 0,631 Valid 3 Ketersediaan Pekerja Yang Memadai 0,381 0,531 Valid 4 Ketersediaan Peralatan Yang Memadai 0,381 0,478 Valid 5 Dukungan Sub Kontraktor yang Memadai 0,381 0,485 Valid 6 Kemampuan Dalam Estimasi Penawaran 0,381 0,465 Valid 7 Kebutuhan Akan Pekerjaan 0,381 0,513 Valid 8 Beban Proyek Yang Sedang Dikerjakan 0,381 0,441 Valid 9 Pengalaman Proyek Sejenis 0,381 0,544 Valid

10 Keuntungan Proyek Sebelumnya 0,381 0,767 Valid 11 Biaya Overhead 0,381 0,668 Valid D Kondisi Lelang/Penawaran 1 Perkiraan Jumlah Kompetitor 0,381 0,451 Valid 2 Tingkat Kompetisi Lelang Sebelumnya 0,381 0,569 Valid 3 Pengumuman Lelang Sejenis Saat Bersamaan 0,381 0,609 Valid 4 Rekayasa Calon Pemenang Sudah Ditentukan 0,381 0,401 Valid 5 Aturan dan Pengawasan yang Ketat 0,381 0,445 Valid 6 Budaya Setoran Kepada Pejabat 0,381 0,483 Valid E Kondisi Ekonomi 1 Ketersediaan proyek 0,381 0,719 Valid 2 Resiko Berinvestasi 0,381 0,543 Valid 3 Tingkat Pengembalian Investasi 0,381 0,597 Valid

Page 82: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

66

Lanjutan Tabel 4.2 Hasil uji validitas instrument penelitian tingkat pengaruh nilai penawaran

No Variabel Rtabel Nilai Penawaran

Rhitung Keterangan 4 Kebijakan Ekonomi Pemerintah 0,381 0,674 Valid 5 Fluktuasi Harga Material 0,381 0,551 Valid 6 Fluktuasi Kurs Mata Uang Asing (Dolar) 0,381 0,568 Valid 7 Tingkat inflasi 0,381 0,572 Valid F Kondisi Lelang Elektronik 1 Proses Pendaftaran Lelang Lebih Mudah 0,381 0,456 Valid

2 Biaya Lebih Hemat Tanpa Biaya Cetak Dokumen dan Biaya Transportasi. 0,381 0,590 Valid

3 Keamanan Data Lelang Terjamin 0,381 0,543 Valid

4 Tanpa Tatap Muka Minimalkan Peluang KKN 0,381 0,516 Valid

5 Peluang Memperoleh Proyek Lebih Besar 0,381 0,520 Valid

6 Tanpa Batasan Lokasi Proyek Berdasarkan Daerah / Lokasi Usaha 0,381 0,785 Valid

7 Kemampuan Staff Dalam Teknologi Informasi, Komputer dan Internet 0,381 0,607 Valid

8 Pemahaman Aturan Lelang Elektronik 0,381 0,440 Valid 9 Pelatihan dan Sosialisasi Lelang Elektronik 0,381 0,492 Valid 10 Proses Lelang Lebih Transparan 0,381 0,492 Valid

11 Peserta Lelang Tidak Bisa Saling Intervensi 0,381 0,424 Valid

Pada Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa dari 50 variabel yang diteliti, untuk

tingkat pengaruh nilai penawaran menghasilkan korelasi yang terkecil sebesar

0,399 dan korelasi terbesar adalah 0,806. Ini berarti seluruh variabel mempunyai

nilai Rhitung lebih besar dari Rtabel yaitu 0,381. Dari hasil uji validitas dapat diketahui

bahwa pengumpulan data yang dilakukan dengan kuesioner dalam penelitian ini

adalah valid sehingga dapat dilaksanakan ke analisis selanjutnya.

4.2.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah mengukur keandalan suatu instrumen, pada

penelitian ini digunakan koefesien Alpha Cronbach, menyatakan bahwa nilai suatu

instrumen dikatakan reliabel bila nilai Alpha Cronbach ≥ 0,6. Metode uji

Page 83: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

67

reliabilitas dengan menggunakan bantuan program SPSS, seperti pada lampiran 7.1

dan 7.2, hasil uji reliabilitas disajikan dalam Tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3 Hasil uji reliabilitas instrument penelitian

No Kuisoner Jumlah Butir

Cronbach Alpha Keterangan

1 Tingkat Pengaruh Partisipasi 50 0,959 Reliabel

2 Tingkat Pengaruh Nilai Penawaran 50 0,960 Reliabel

Pada Tabel 4.3 diatas hasil perhitungan untuk tingkat pengaruh partisipasi,

didapatkan koefesien Alpha Cronbach adalah sebesar 0,959 dan untuk tingkat

pengaruh nilai penawaran, didapatkan koefesien Alpha Cronbach adalah sebesar

0,960 yang berarti lebih besar dari 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur

dalam penelitian ini reliabel atau dengan kata lain pengukuran tersebut dapat

memberikan hasil yang konsisten apabila dilakukan pengukuran kembali terhadap

subyek yang sama.

4.3 Data Profil Responden

Dalam penelitian ini kontraktor yang dijadikan responden sebanyak 53

perusahaan. Distribusi penyebaran kuesioner dapat dilihat pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Jumlah dan kualifikasi responden

47

6

53

0102030405060

Kecil Non Kecil Total

Kualifikasi Kontraktor

Kualifikasi Kontraktor

Page 84: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

68

4.3.1. Jabatan Responden Dalam Perusahaan

Dari hasil survey didapatkan prosentase jabatan responden sesuai Gambar

4.2. Responden sebagian besar adalah direktur/direktris perusahaan yaitu sebanyak

40 orang atau 75,5%, sedangkan sisanya adalah staff perusahaan yaitu sebanyak 13

orang atau 24,5% dari responden. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar

kontraktor belum memiliki sumber daya khusus untuk menangani proses lelang

elektronik sehingga ditangani langsung oleh direktur/direktris, yang disebabkan

sebagian besar kontraktor berkualifikasi kecil.

Gambar 4.2. Jabatan Responden

4.3.2. Pendidikan Responden

Prosentase pendidikan responden sesuai Gambar 4.3. Responden

berpendidikan SLTA/SMK yaitu sebanyak 27 orang atau 50,9%, berpendidikan

Diploma sebanyak empat orang atau 7,5%, Sarjana (S1) sebanyak 21 orang atau

39,6% dan Pascasarjana sebanyak 1 orang atau 1,9%. Dari prosentase pendidikan

menunjukkan responden memiliki tingkat pendidikan yang cukup untuk

memberikan jawaban faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran di

dalam lelang pengadaan secara elektronik.

Staff24,5%

Direktur75,5%

Jabatan Responden

StaffDirektur

Page 85: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

69

Gambar 4.3. Profil pendidikan responden

4.3.3. Pengalaman Responden dalam Lelang

Pengalaman responden dalam lelang jasa konstruksi sesuai Gambar 4.4.

Responden yang mempunyai pengalaman 1 - 5 tahun yaitu sembilan orang atau

17%, berpengalaman 6 - 10 tahun sebanyak 17 orang atau 32,1%, sisanya sebanyak

27 orang atau 50,9% mempunyai pengalaman diatas 10 tahun, hal ini menunjukkan

sebagian besar responden mempunyai pengalaman yang cukup didalam lelang dan

dianggap sudah sangat memahami tentang proses lelang.

Gambar 4.4. Pengalaman responden dalam lelang jasa konstruksi

4.3.4. Kepemilikan SKA/SKT Responden

Dari Gambar 4.5, dapat dilihat bahwa dominan responden tidak memiliki

Sertifikat Keahlian (SKA) ataupun Sertifikat Keterampilan (SKT) yaitu 29 orang

SLTA/SMK50,9%

Diploma7,5%

Sarjana (S1)39,6%

Pascasarjana1,9%

Profil Pendidikan Responden

SLTA/SMKDiplomaSarjana (S1)Pascasarjana

1 - 5 Tahun17%

6 - 10 Tahun32,1%

> 10 Tahun50,9%

Profil Pengalaman Responden

1 - 5 Tahun6 - 10 Tahun> 10 Tahun

Page 86: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

70

atau 54,7%, sedangkan yang memiliki Sertifikat Keahlian (SKA) ataupun Sertifikat

Keterampilan (SKT) yaitu 24 orang atau 45,3%.

Gambar 4.5. Kepemilikan SKA/SKT Responden

4.4. Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Pengaruh Perubahan Sistem

Lelang Terhadap Partisipasi dan Nilai Penawaran.

Deskripsi jawaban responden mengenai pengaruh perubahan sistem lelang

terhadap partisipasi dan nilai penawaran dalam lelang pengadaan barang dan jasa

pemerintah secara elektronik dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengaruh perubahan sistem lelang terhadap partisipasi lelang

a. Sebanyak 40 responden (75,5%) menyatakan perubahan sistem lelang

menurunkan jumlah partisipasi mereka dalam proses lelang pengadaan.

Dengan sistem lelang elekronik, kontraktor belum mempunyai staff

perusahaan yang khusus menangani lelang elektronik, informasi dan

pengumuman lelang sejenis pada waktu yang bersamaan membuat

kontraktor lebih selektif dan cenderung memilih paket lelang sesuai

dengan kemampuan kontraktor, jadwal upload penawaran yang terbatas

serta persyaratan lelang yang cukup berat terutama terkait persyaratan

SKA/SKT, akibatnya partisipasi dalam lelang menjadi menurun.

Memiliki SKA/SKT

45,3%Tidak Memiliki

SKA/SKT54,7%

Profil Kepemilikan SKA/SKT Responden

Memiliki SKA/SKTTidak Memiliki SKA/SKT

Page 87: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

71

b. Sebanyak lima responden (9,4%) menyatakan perubahan sistem lelang

tidak memberi pengaruh terhadap partisipasi didalam lelang. Partisipasi

didalam lelang pemerintah tidak dipengaruhi oleh sistem lelang baik

konvensional ataupun elektronik. Sebelum lelang elektronik dan

sesudah lelang elektronik hampir tidak mempengaruhi partisipasi

karena alur pengadaan hampir sama hanya medianya saja yang

berbeda, selain itu kontraktor juga tidak hanya mengandalkan proyek-

proyek pemerintah, saat lelang berlangsung responden mendapatkan

pekerjaan pada sektor swasta atau proyek pribadi sehingga lelang

proyek pemerintah cenderung tidak besar pengaruhnya jika ada

perubahan sistem lelang.

c. Sebanyak delapan responden (15,1%) menyatakan perubahan sistem

lelang dapat meningkatkan partisipasi mereka dalam lelang. Dalam

sistem lelang elekronik, kontraktor memiliki akses yang lebih luas

terhadap informasi pengadaan barang dan jasa pemerintah. Informasi

lelang dapat diperoleh dari manapun dan kapanpun sepanjang ada

koneksi internet. Dengan sistem lelang elektronik hampir semua

tahapan lelang bisa diikuti tanpa kehadiran secara fisik direktur atau

staff perusahaan di Unit Layanan Pengadaan. Bahkan dengan kemajuan

teknologi kini informasi lelang dan proses pendafaran bisa dilakukan

menggunakan telepon genggam.

Page 88: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

72

Gambar 4.6. Pengaruh perubahan sistem lelang terhadap partisipasi

2. Pengaruh perubahan sistem lelang terhadap nilai penawaran

a. Sebanyak 38 responden (71,7%) menyatakan perubahan sistem lelang

menurunkan persentase nilai penawaran, ini berkaitan dengan tingkat

kompetisi dalam lelang yang sangat tinggi serta tidak adanya peluang

untuk mengatur lelang dan nilai penawaran karena antar peserta lelang

tidak saling mengetahui dan tidak bisa saling intervensi, dimana

sebelum lelang elektronik peluang pengaturan nilai penawaran masih

bisa dilakukan akibat masih adanya tatap muka dan saling mengetahui

antara peserta maupun penyelenggara lelang.

b. Sebanyak 9 responden (17%) menyatakan perubahan sistem lelang

tidak berpengaruh terhadap persentase nilai penawaran. Responden

beranggapan bahwa besar kecil nilai penawaran tidak dipengaruhi oleh

perubahan sistem lelang, faktor lain yang mempengaruhi adalah

karakteristik proyek serta kemampuan perusahaan untuk memenuhi

persyaratan yang ditentukan dalam dokumen pengadaan.

75,5%

9,4% 15,1%

0,0%10,0%20,0%30,0%40,0%50,0%60,0%70,0%80,0%

Menurunkan Partisipasi

Tidak Ada Pengaruh Meningkatkan Partisipasi

Pengaruh perubahan sistem lelang terhadap partisipasi

Pengaruh perubahan sistem lelang terhadap partisipasi

Page 89: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

73

c. Sebanyak enam responden (11,3%) menyatakan perubahan sistem

lelang dapat meningkatkan persentase nilai penawaran ini disebabkan

semakin luas dan mudahnya akses terhadap lelang pengadaan barang

dan jasa pemerintah sehingga bisa dipilih paket lelang yang lebih

memungkinkan untuk dimenangkan sehingga tidak perlu untuk terlalu

menekan besaran nilai penawaran, hal ini mendorong meningkatkan

persentase nilai penawaran.

Gambar 4.7. Pengaruh perubahan sistem lelang terhadap nilai penawaran

4.5. Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Partisipasi dan Persentase

Nilai Penawaran Dalam Lelang Elektronik

Deskripsi jawaban responden mengenai partisipasi dan persentase nilai

penawaran dalam lelang elektronik bisa dijelaskan sebagai berikut:

1. Sebanyak 41 responden (77,4%) menyatakan jumlah lelang jasa konstruksi

secara elektronik yang pernah diikuti sebanyak lebih dari 10 kali paket

lelang, sebanyak lima responden (9,4%) menyatakan mengikuti lelang

71,7%

17,0%11,3%

0,0%10,0%20,0%30,0%40,0%50,0%60,0%70,0%80,0%

Menurunkan Nilai Penawaran

Tidak Ada Pengaruh Meningkatkan Nilai Penawaran

Pengaruh perubahan sistem lelang terhadap Nilai Penawaran

Pengaruh perubahan sistem lelang terhadap Nilai Penawaran

Page 90: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

74

secara elektronik 6 - 10 kali paket lelang sedangkan sisanya sebanyak tujuh

responden (13,2%) mengikuti lelang elektronik 1 - 5 kali paket lelang.

2. Dilihat dari partisipasi responden mengikuti lelang elektronik diluar

kabupaten/kota tempat domisili perusahaan, sebagian besar responden

pernah berpartisipasi 1–5 kali saja yaitu sebanyak 34 responden (64,2%),

sisanya sebanyak 11 responden (20,7%) pernah mengikuti lebih dari enam

kali dan sisanya sebanyak delapan responden (15,1%) tidak pernah

mengikuti lelang elektronik diluar kabupaten/kota tempat domisili

perusahaan.

3. Responden yang menyatakan pernah ditunjuk sebagai pemenang lelang

sebanyak 41 responden (77,4%) pernah ditunjuk sebagai pemenang 1-5 kali

paket lelang saja, sebanyak enam responden (11,3%) pernah ditunjuk

sebagai pemenang 6-10 kali, sebanyak enam responden (11,3%)

menyatakan tidak pernah ditunjuk sebagai pemenang dan tidak ada yang

menang lebih dari 10 kali paket lelang.

4. Jika dilihat responden yang pernah menawar di bawah 80% HPS

menyatakan sebanyak 39 responden (73,6%) pernah menawar di bawah

80% HPS sebanyak 1-5 kali paket lelang, sisanya sebanyak enam responden

(11,3%) pernah menawar di bawah 80% HPS sebanyak lebih dari enam kali

paket lelang dan sebanyak delapan responden (15,1%) menyatakan tidak

pernah menawar di bawah 80% HPS.

5. Responden menyatakan pernah ditetapkan sebagai pemenang saat menawar

dibawah 80% HPS, sebanyak 28 responden (52,8%) menyatakan pernah

menang 1-5 kali saat menawar kurang dari 80% HPS, dan sisanya sebanyak

Page 91: analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran

75

25 responden (47,2%) menyatakan tidak pernah ditunjuk sebagai pemenang

saat menawar dibawah 80% HPS.

Dari deskripsi jawaban responden menunjukkan bahwa dari segi

pengalaman responden mengikuti lelang elektronik sudah cukup banyak, akan

tetapi meskipun akses terhadap pengumuman lelang diluar domisili perusahaan

semakin mudah akan tetapi partisipasi terhadap lelang diluar kabupaten/kota

tempat domisili perusahaan tidak terlalu besar. Jika dilihat dari perolehan proyek,

tidak ada perusahaan yang dominan mendapatkan pekerjaan di dalam lelang

elektronik menunjukkan transparansi dan kecil indikasi pengaturan pemenang. Dari

data juga dapat dilihat bahwa pemenang lelang dengan penawaran lelang dibawah

80% nilai HPS cukup tinggi lebih dari 50% responden.

Deskripsi jawaban responden mengenai partisipasi peserta lelang disajikan

dalam Gambar 4.8 berikut :

Gambar 4.8. Deskripsi jawaban responden mengenai partisipasi lelang

05

1015202530354045

Jumlah lelang yang diikuti

Jumlah lelang di luar Kab/Kota

domisili yang diikuti

Jumlah lelang yang

dimenangkan

Menawar kurang dari 80% HPS

Sebagai pemenang menawar

kurang dari 80% HPS

7

3441 39

28

5 6 6 60

41

50 0 0

Deskripsi jawaban responden mengenai partisipasi peserta lelang

1-5 Kali 6-10 kali > 10 Kali