faktor–faktor yang mempengaruhi penawaran rokok kretek di indonesia

33
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang (PJP II) Mengamanatkan bahwa pembangunan industri harus terus ditingkatkan dan diarahkan agar sektor industri menjadi penggerak utama ekonomi. Dengan sasaran, terwujudnya sektor industri yang kuat dan maju sehingga mampu menunjang terciptanya perekonomian yang mandiri dan handal (GBHN, 1993). Agar terciptanya dan tercapainya sasaran pembangunan industri, maka prioritas pengembangan industri mengarah kepada agroindustri. Salah satu agroindustri yang sangat strategis dalam perekonomian nasional adalah industri rokok. Industri rokok kretek baik di sisi hulu maupun hilir telah terbukti memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Efek pelipatgandaan yang ada di dalam rantai panjang mulai dari hulu ke hilir 1 1

Upload: dinda-aira

Post on 01-Dec-2015

174 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

Faktor–faktor yang mempengaruhi penawaran rokok kretek di Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Faktor–faktor yang mempengaruhi penawaran rokok kretek di Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan jangka panjang (PJP II) Mengamanatkan bahwa

pembangunan industri harus terus ditingkatkan dan diarahkan agar sektor

industri menjadi penggerak utama ekonomi. Dengan sasaran, terwujudnya

sektor industri yang kuat dan maju sehingga mampu menunjang terciptanya

perekonomian yang mandiri dan handal (GBHN, 1993). Agar terciptanya dan

tercapainya sasaran pembangunan industri, maka prioritas pengembangan

industri mengarah kepada agroindustri.

Salah satu agroindustri yang sangat strategis dalam perekonomian

nasional adalah industri rokok. Industri rokok kretek baik di sisi hulu maupun

hilir telah terbukti memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

nasional. Efek pelipatgandaan yang ada di dalam rantai panjang mulai dari

hulu ke hilir telah menciptakan aliran ekonomi yang besar. Beberapa indikator

penting yang dapat digunakan untuk mengukur tentang besarnya peranan dan

kontribusi sektor agroindustri ini misalnya dapat dilihat dari sumbangan

devisa hasil eksport, sektor cukai pita rokok, pembayaran berbagai pajak,

jumlah tenaga kerja yang dapat diserap serta bentuk–bentuk sumbangan

pembangunan dan kontribusi yang bersifat sosial lainnya. Sehingga baik

secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi peta perekonomian

nasional.

1

1

1

Page 2: Faktor–faktor yang mempengaruhi penawaran rokok kretek di Indonesia

Rokok kretek ini merupakan industri yang sangat khas dan spesifik.

Dapat dikatakan tidak satupun negara yang memiliki jaringan industri rokok

kretek setua dan seluas Indonesia. Rokok kretek ini produk industri yang

terbukti tangguh mampu bersaing dengan rokok putih yang buatan luar negeri.

Produksi rokok kretek selama enam tahun terakhir selalu mengalami

peningkatan. Pada tahun 1995 produksi rokok kretek sebanyak 162,619 milyar

batang, kemudian pada tahun 1996 produksi meningkat sebesar 170,436

milyar batang. Kemudian tahun 1997 meningkat menjadi 179,051 milyar

batang. Pada tahun 1998 kembali mengalami peningkatan menjadi 188,265

milyar batang. Sedangkan tahun 1999 meningkat menjadi 198,995 milyar

batang dan tahun 2000 kembali meningkat menjadi 203,103 milyar batang.

Hal tersebut dapat di lihat pada tabel. 1.1 di bawah ini :

Tabel .1.1 Jumlah Produksi Rokok kretek Indonesia tahun1995 -2000No Tahun Jumlah Produksi yang di hasilkan1.2.3.4.5.6.

199519961997199819992000

162,619 milyar batang170,436 milyar batang179,051 milyar batang198,265 milyar batang198,995 milyar batang203,103 milyar batang

Sumber : Jurnal Pasar Modal Indonesia April 2000

Sebagai suatu industri, sumbangan rokok kretek terhadap perekonomian

tidak kecil, terutama dari pembelian pita cukai dan penyerapan tenaga kerja.

Cukai rokok telah menjadi salah satu sumber penerimaan negara yang

potensial. Bahkan dibandingkan pajak lainnya, cukai rokok memiliki proporsi

menentukan dalam penerimaan negara di luar minyak bumi dan gas alam.

2

Page 3: Faktor–faktor yang mempengaruhi penawaran rokok kretek di Indonesia

Selain cukai, sumbangan industri rokok juga diperoleh dari ekspor

rokok. Perkembangan ekspor rokok kretek ini terus meningkat sesuai dengan

permintaan dan mulai diterimanya produk rokok kretek di dunia internasional.

Industri rokok kretek merupakan industri yang mempunyai rantai

produksi yang panjang. Penyerapan tenaga kerja pada industri hasil tembakau

dan rokok kretek dapat di pilah menjadi dua bagian. Pertama, penyerapan

tenaga kerja langsung (agribisnis primer) kurang lebih 3,5 juta orang bekerja

di sektor perkebunan (tembakau dan cengkeh) mulai dari penanaman,

pengolahan, dan sortasinya. Kedua penyerapan tenaga kerja tidak langsung

(agribisnis sekunder) di industri hilirnya mulai dari produksi (buruh pabrik

rokok kretek) sebanyak 226.175 orang pada tahun 1997, pemasaran (pedagang

dan pengecer lainnya) lebih dari satu juta tenaga kerja, sampai kepada

transportasi dan tenaga kerja di bidang periklanan lebih dari 500 tenaga kerja.

Industri rokok kretek sampai saat ini masih menjadi sandaran akhir bagi

petani tembakau dan cengkeh untuk menampung hasil jerih payahnya. Sebab

selama ini hampir seratus persen produksi tembakau, cengkeh rakyat diserap

untuk industri tersebut, yang merupakan bahan baku utama. Menurut ketua

umum Gappri, Ismanu Sumiran, setiap tahunnya pabrik rokok di Indonesia

yang berjumlah hampir 150 pabrik, rata–rata memproduksi rokok kretek

mencapai 120 miliar batang, dengan kebutuhan tembakau dan cengkeh tidak

kurang dari 200.000 ton dan 100.000 ton.

Dengan sumbangan ekonomi dan sosial seperti tersebut di atas, sulit

untuk dibantah bahwa industri rokok kretek telah berkembang menjadi

industri yang mapan. Kepulan asap di atas cerobong dan di ujung rokok kretek

3

Page 4: Faktor–faktor yang mempengaruhi penawaran rokok kretek di Indonesia

bukan sekedar asap semata, melainkan telah menjadi saksi tentang peran

industri rokok di dalam pembangunan ekonomi baik di daerah maupun pada

skala nasional.

Industri rokok kretek di Indonesia selain menjadi suatu industri yang

mempunyai peran besar dalam perekonomian, terutama penerimaan

pemerintah dari cukai, devisa dari ekspor, juga dalam penyerapan tenaga

kerja. Tetapi pada sisi lain komoditi rokok, termasuk rokok kretek adalah

merupakan suatu komoditi yang merugikan kesehatan, baik bagi perokok

maupun bagi orang lain yang ada di sekitarnya.

Dalam mengembangkan usahanya rokok kretek tidak lepas dari ancaman

yang menghadang. Seperti gerakan anti rokok yang sedang gencar di

laksanakan baik oleh pemerintah maupun kelompok–kelompok yang

mendukung ini. Gemuruh gelombang anti rokok yang terus mencoba

menghempaskan industri rokok diberbagai belahan dunia, agaknya tetap

menjadi arus yang sangat besar. Dengan di komandani oleh WHO, gelombang

anti rokok terus mencoba menyudutkan industri rokok. Berbagai laporan

kesehatan dikeluarkan untuk memperkuat argumentasi tentang buruknya

rokok bagi kesehatan. Selain itu langkah–langkah pembatasan rokok

dilakukan untuk mereduksi konsumsi rokok di masyarakat luas.

Negara–negara industri maju merupakan sponsor utama kampanye anti

penggunaan produk rokok ini. Kampanye ini akhirnya juga di ikuti oleh

negara–negara berkembang melalui tekanan–tekanan yang dilakukan oleh

WHO.

4

Page 5: Faktor–faktor yang mempengaruhi penawaran rokok kretek di Indonesia

Ada berbagai cara yang dilakukan di beberapa negara untuk membatasi

laju pertumbuhan rokok. Diantaranya dengan menaikkan harga penjualan

rokok, cara yang efektif lain dengan cara membatasi promosi dan iklan rokok

di sejumlah media, pembatasan lainnya adalah dengan mempersempit ruang

gerak penjualan rokok, hal tersebut efektif untuk menghindarkan perluasan

konsumsi rokok. Selain itu pencantuman tanda peringatan bahaya merokok

pada bungkus rokok maupun iklan dan promosi. Meskipun gerakan anti rokok

ini di Indonesia masih lemah, tetapi dampaknya setidaknya mengurangi

kesempatan para konsumen rokok. Di masa–masa yang akan datang gerakan

ini akan terus.

Di Indonesia, pemerintah melalui regulasi–regulasinya yang meliputi

hampir seluruh proses produksi rokok, seperti dalam hal pengenaan harga pita

cukai rokok, pengadaan bahan baku cengkeh, penetapan harga jual eceran

(HJE), penentuan pemakaian mesin dan lainnya. Regulasi–regulasinya

pemerintah ini sering berganti–ganti, sehingga hal ini menyulitkan industri

rokok kretek, karena rokok kretek mempunyai karakteristik pasar yang

spesifik dan sensitif.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dalam

penelitian ini saya tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil

judul “ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENAWARAN ROKOK KRETEK DI INDONESIA PERIODE

1990–2000 “.

5

Page 6: Faktor–faktor yang mempengaruhi penawaran rokok kretek di Indonesia

B. Perumusan Masalah

Dalam penulisan skripsi di atas serta telah dikemukakan latar belakang

masalah, maka timbullah beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Seberapa besar pengaruh input (biaya yang dikeluarkan untuk tenaga

kerja, harga tembakau dan harga cengkeh) terhadap jumlah rokok kretek

yang ditawarkan ?

2. Seberapa besar pengaruh kebijaksanaan pemerintah terhadap jumlah rokok

kretek yang ditawarkan ?

3. Seberapa besar pengaruh teknologi terhadap jumlah rokok kretek yang

ditawarkan ?

4. Diantara variabel input (biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja, harga

tembakau, harga cengkeh), Kebijaksanaan Pemerintah dan Teknologi,

(model regresi dalam penelitian ini) Manakah yang paling dominan

berpengaruh terhadap penawaran rokok kretek ?

Penelitian menggunakan data sekunder, tahun yang diambil antara

tahun 1990–2000. Rentang waktu tersebut diambil untuk mengetahui kondisi

penawaran rokok kretek di Indonesia dari masa sebelum krisis ekonomi dan

memasuki krisis ekonomi.

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang

faktor–faktor yang mempengaruhi penawaran rokok kretek di Indonesia.

Setelah mengetahui latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan di

atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

6

Page 7: Faktor–faktor yang mempengaruhi penawaran rokok kretek di Indonesia

1. Untuk mengetahui pengaruh input (biaya tenaga kerja, harga tembakau

dan harga cengkeh) terhadap jumlah rokok kretek yang ditawarkan.

2. Untuk mengetahui pengaruh kebijaksanaan pemerintah terhadap jumlah

rokok kretek yang ditawarkan.

3. Untuk mengetahui pengaruh teknologi terhadap jumlah rokok kretek yang

ditawarkan.

4. Untuk mengetahui variabel input (biaya yang dikeluarkan untuk tenaga

kerja, harga tembakau, harga cengkeh), kebijaksanaan pemerintah dan

teknologi yang paling dominan berpengaruh terhadap penawaran rokok

kretek.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

sebagai pertimbangan :

1. Bagi Produsen rokok kretek .

Menentukan kebijaksanaan dalam menentukan produksi.

2. Bagi Petani Cengkeh dan Tembakau.

– Sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas hasil tembakau.

Mengetahui harga cengkeh dan tembakau.

3. Bagi Pemerintah

Berguna menentukan kebijaksanaan yang banyak memainkan peran

bagi industri tersebut.

7

Page 8: Faktor–faktor yang mempengaruhi penawaran rokok kretek di Indonesia

E. Kerangka Pemikiran

Harga Tenaga Kerja (P1)

Harga Tembakau (Pt)

Harga Cengkeh (Pc)

Kebijaksanaan Pemerintah (D)

Gambar.1.1. Kerangka Pemikiran

Dari teori dan model yang digunakan di atas, maka dapat di buat suatu

kerangka pemikiran penawaran rokok kretek di Indonesia, seperti pada

gambar1.1. Pada gambar tersebut dijelaskan jika harga input yang terdiri dari

biaya atau harga tenaga kerja, harga tembakau dan harga cengkeh mengalami

kenaikan maka jumlah rokok yang ditawarkan akan berkurang. Sedangkan

jika kebijaksanaan pemerintah dan teknologi mengalami kenaikan maka

jumlah rokok yang ditawarkan (Qs) akan meningkat. Jadi faktor yang

mempengaruhi jumlah rokok yang ditawarkan (Qs) yaitu biaya atau harga

tenaga kerja (P1), harga tembakau (Pt) dan harga cengkeh (Pc), kebijaksanaan

pemerintah (D) dan teknologi (T).

8

Teknologi (T)

Jumlah yang ditawarkan(Qs)

Page 9: Faktor–faktor yang mempengaruhi penawaran rokok kretek di Indonesia

F. Hipotesis

Untuk mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi penawaran rokok

kretek di Indonesia diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga input (harga atau biaya tenaga kerja, harga tembakau, harga

cengkeh) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah

rokok kretek yang ditawarkan.

2. Diduga kebijaksanaan pemerintah mempunyai pengaruh positif dan

signifikan terhadap jumlah rokok kretek yang ditawarkan.

3. Diduga teknologi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap

jumlah rokok kretek yang ditawarkan.

4. Diduga diantara variabel input (biaya yang digunakan untuk tenaga kerja,

harga tembakau, harga cengkeh), kebijaksanaan pemerintah dan teknologi

yang paling dominan berpengaruh adalah variabel harga tembakau.

G. Metode Penelitian

1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bersifat analisis deskritif dengan cara mengumpulkan data,

mengklasifikasikan data kemudian menginterprestasikan. Dalam hal ini

penulis mengambil lokasi seluruh Indonesia. Metode yang penelitian ini

adalah data sekunder dari tahun1990–2000.

2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari

tahun 1990 sampai 2000, dan sumber yang diambil dari:

a. Badan Pusat Statistik (BPS).

9

Page 10: Faktor–faktor yang mempengaruhi penawaran rokok kretek di Indonesia

b. Gabungan Perusahaan Pabrik Rokok Indonesia (GAPPRI).

c. Departemen Pertanian dan Departemen Perdagangan serta

Perindustrian.

d. Jenis data yang digunakan data sekunder dari tahun 1990 sampai 2000.

3. Definisi Operasional Variabel

Variabel–variabel yang akan digunakan untuk penelitian secara

operasional dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Harga atau biaya tenaga kerja (P1) adalah besarnya pengeluaran yang

dikeluarkan oleh produsen untuk biaya tenaga kerja pada industri besar

dan sedang dalam satuan rupiah.

b. Harga input tembakau (Pt) adalah tingkat harga tembakau pada

perdagangan besar di propinsi seluruh Indonesia dalam satuan rupiah

per ton.

c. Harga input cengkeh (Pc) adalah tingkat harga cengkeh pada

perdagangan besar di propinsi seluruh Indonesia dalam satuan rupiah

per ton.

d. Kebijaksanaan Pemerintah (D) adalah suatu kebijaksanaan dimana

pemerintah melalui regulasinya dalam produksi rokok, untuk

menentukan cukai rokok dalam satuan rupiah.

e. Teknologi (T) adalah suatu alat proses produksi dimana perusahaan

tersebut menggunakan teknologi mesin dalam satuan unit.

10

Page 11: Faktor–faktor yang mempengaruhi penawaran rokok kretek di Indonesia

f. Jumlah rokok kretek yang ditawarkan (Qs) adalah banyaknya rokok

kretek yang ditawarkan oleh perusahaan di Indonesia selama kurun

waktu tahun 1990 sampai dengan tahun 2000 dan dinyatakan dalam

satuan batang.

4. Metode Analisis Data

Dalam melakukan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan analisis data,

yaitu :

a. Mengumpulkan data–data yang menjadi obyek penelitian.

b. Menentukan bentuk persamaan yang digunakan untuk penawaran

rokok kretek di Indonesia.

c. Melakukan analisis data.

d. Mengevaluasi dan menganalisa model yang dihasilkan dari analisis

data.

Evaluasi model dalam penelitian ini menggunakan metode

kualitatif dan kuantitatif. Analisa kualitatif dimaksudkan untuk memberi

gambaran lebih jelas tentang perkembangan industri rokok kretek di

Indonesia dan faktor–faktor yang mempengaruhinya. Sedangkan analisa

kuantitatif dengan model ekonometrik dimaksudkan untuk mengetahui

hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini

sebagai variabel terikatnya adalah variabel jumlah rokok yang ditawarkan

dimana satuan yang digunakan yaitu satuan batang. Sedangkan untuk

variabel bebas dalam penelitian ini adalah variabel input (biaya yang

digunakan untuk tenaga kerja, harga tembakau dan harga cengkeh),

kebijaksanaan pemerintah dan teknologi.

11

Page 12: Faktor–faktor yang mempengaruhi penawaran rokok kretek di Indonesia

Untuk membuktikan hipotesis yang telah diuraikan di atas maka

akan digunakan model regresi Double Log. Model tersebut merupakan

pengembangan dari fungsi Cobb–Douglas. Fungsi Cobb–Douglas adalah

suatu fungsi persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel dependen

(merupakan variabel yang dijelaskan yaitu: Variabel Y) dan yang lain

disebut variabel independen (merupakan Variabel yang menjelaskan yaitu

Variabel X). Penyelesaian hubungan antara Y dan X adalah biasanya

dengan cara regresi dimana variasi dari variabel Y akan dipengaruhi

variasi dari variabel X. Bila fungsi Cobb–Douglas tersebut dinyatakan

oleh hubungan Y dan X maka :

Y = f (X1, X2, X3,…….Xn).

Adapun model fungsi Cobb–Douglas secara matematis dapat

dituliskan sebagai berikut : (Soekartawi, 1990 : 160)

Y = aX1b1, X2

b2, X3b3,…….Xn

bn…..en

Dimana :

Y = Variabel yang dijelaskan

X = Variabel yang menjelaskan

a, b = Besaran yang akan diduga

u = Kesalahan (disturbance term)

e = Logaritma Natural

Selanjutnya bentuk persamaan tersebut diubah menjadi bentuk

persamaan linier melalui transformasi logaritma sebagai berikut :

Dimana :

12

Y = Ln α0 + B1 Ln X1+ B2 Ln X2+ B3 Ln X3+ Bn Ln Xn+ ei

Page 13: Faktor–faktor yang mempengaruhi penawaran rokok kretek di Indonesia

Y = Out put

Xn = Input

α0 = Konstanta atau intersep

B1, B2, ….., Bn = Koefisien regresi

ei = Variabel penganggu

Sedangkan dalam penelitian ini model yang digunakan adalah

sebagai berikut :

Dimana : Qs = Jumlah rokok kretek yang ditawarkan (batang)

α0 = Konstanta atau intersep

B1, B2, B3 ,B4, B5 = Koefisien regresi yang ditransformasikan dalam bentuk

logaritma masing–masing variabel, menunjukkan

elastisitas dari masing–masing variabel X terhadap

variabel Y .

P1 = Biaya upah tenaga kerja yang dikeluarkan (Rp)

Pt = Harga input tembakau (Rp/ton).

Pc = Harga input cengkeh (Rp/ton).

D = Kebijaksanaan Pemerintah (Rp).

T = Teknologi (Unit).

ei = Kesalahan Penganggu.

Jenis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan variabel–

variabel tersebut di atas adalah data sekunder, dari tahun 1990 sampai

dengan tahun 2000.

13

Qs = Ln α0 + + B1 Ln P1 + B2 Ln Pt + B3 Ln Pc + B4 Ln D + B5 Ln T + ei

Page 14: Faktor–faktor yang mempengaruhi penawaran rokok kretek di Indonesia

Dalam analisa regresi yang ditransformasikan dalam bentuk

logaritma kita mengenal variabel dependent dan variabel independen.

Penilaian terhadap variabel independen dapat dilihat dari besarnya

koefisien regresi yang ditransformasikan dalam bentuk logaritma. Semakin

besar koefisiennya maka semakin besar pengaruh masing–masing variabel

independen terhadap variabel dependen, atau sebaliknya.

Untuk mengetahui persamaan di atas benar–benar signifikan antara

variabel dependen dan variabel independen maka diperlukan uji statistik

yaitu: t–test dan F–test, selain itu akan di uji dengan uji asumsi klasik

antara lain uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji

autokorelasi. Serta di interprestasikan koefisien determinasi. Hal ini akan

diuraikan sebagai berikut:

1. Uji – t

T–test digunakan untuk menguji signifikansi koefisien secara

individu (dimana n ≤ 30). Pengujian ini dimaksudkan untuk

mengetahui apakah masing–masing variabel independen berpengaruh

signifikan atau tidak terhadap variabel dependen. Dengan langkah–

langkah pengujiannya sebagai berikut:

1. Ho : ßı = 0

Ha : βı ≠ 0

2. Nilai t tabel t = α / 2 (N – K)

di mana :

N = Jumlah data yang diobservasi

K = Jumlah parameter dalam model termasuk intersep

14

Page 15: Faktor–faktor yang mempengaruhi penawaran rokok kretek di Indonesia

3. Daerah kritis

Hо ditolak Hο ditolak

Hο diterima

(-α/2; n–k) (α/2;n–k)

Gambar 1.2. Daerah kritis Uji – t

4. t–hitung

Rumus :

βi

t = Se(βi)

Di mana :

ı = koefisien regresi

Sе(βı) = Standart error koefisien regresi

5. Kriteria pengujian

a) .Apabila nilai t hitung < t tabel, maka Hо diterima. Artinya

variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen

secara signifikan.

b). Apabila nilai t hitung > t tabel, maka Hо ditolak. Artinya variabel

independen mampu mempengaruhi variabel dependen secara

signifikan.

15

Page 16: Faktor–faktor yang mempengaruhi penawaran rokok kretek di Indonesia

2. Uji – F

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui secara serentak

variabel independent berpengaruh terhadap variabel dependent secara

signifikan atau tidak. Dimana langkah–langkah pengujian adalah :

1. Hо : β0 = β1 = β2 = β 3 = β 4 = β 5 = 0

Ha : β0 ≠ β1 ≠ β2 ≠ β 3 ≠ β 4 ≠ β 5 ≠ 0

2. Nilai F tabel

F = α ,( N – k ) ;( k – 1 )

Dimana :

N = jumlah data yang di observasi

k = jumlah parameter dalam model termasuk intersep

3. Daerah Kritis

Hoditolak

Ho diterima Ho ditolak

0 α,(n-k);(k-1)

gambar .1.3. Daerah Kritis Uji F

4. F–hitung

Rumus : R2 / ( k – 1) F =

( 1 – R2 ) / ( N – k )

Di mana:

R2 = koefisien determinasi berganda

N = jumlah data yang diobservasi

16

Page 17: Faktor–faktor yang mempengaruhi penawaran rokok kretek di Indonesia

k = jumlah parameter dalam model termasuk intersep

5 . Kriteria Pengujian

a). Apabila nilai F hitung < F tabel, maka Ho diterima, artinya

variabel independen secara serentak tidak mempengaruhi

variabel dependen dengan signifikan.

b). Apabila nilai F hitung > F tabel, maka Ho ditolak, artinya

variabel independen secara serentak mempengaruhi

variabel dependen dengan signifikan.

3. Koefisien Determinasi (R2)

Analisis koefisien determinasi dilakukan untuk mengukur

kebaikan sesuai goodness of fit dari model yang digunakan untuk

proporsi variasi independen. Nilai R2 yaitu angka yang menunjukkan

besarnya kemampuan menerangkan dari variabel independen

terhadap variabel dependen dalam suatu model regresi. Nilai R2 yaitu

angka yang menunjukkan besarnya kemampuan menerangkan dari

variabel independen terhadap variabel dependen dalam suatu model

regresi. Atau dengan kata lain untuk melengkapi analisa regresi

berganda, digunakan analisa korelasi berganda yaitu untuk mengukur

derajat hubungan antara variabel dependen dan variabel independen,

nilai R2 berkisar antara 0<R2<1 dan kecocokan model dikatakan lebih

baik kalau nilai R2 mendekati 1, bila R2 = 1 berarti prosentase

sumbangan variabel X1, X2, X3, terhadap variabel Y adalah 100%.

Apabila sumbangan R2 = 0 berarti tidak dapat digunakan untuk

17

Page 18: Faktor–faktor yang mempengaruhi penawaran rokok kretek di Indonesia

membuat ramalan. Definisi koefisien determinasi (Damodar

Gujarat,1995: 10)

ESS RSS R2 = atau R2 = 1 ─

TSS TSS

Σ eı R2 = 1 ─

Σ yı2

Keterangan :

ESS = Explained Sum of Square (jumlah kuadrat yang di

jelaskan)

TSS = Total Sum of Square

RSS = Residual Sum of Square (jumlah kuadrat residual)

4. Uji Penyimpangan Asumsi

Agar penelitian dapat dipakai sebagai bahan informasi, maka

diharapkan koefisien–koefisien yang diperoleh menjadi penaksir

terbaik dan tidak bisa (BLUE = Best Linier Unbias Estimat). Hal

tersebut hanya dapat terjadi bila dalam pengujian tidak melanggar uji

asumsi klasik, yaitu :

1) Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah keadaan di mana satu variabel atau lebih

variabel independen terdapat kolerasi atau hubungan dengan

variabel independen lainnya, di samping itu masalah ini juga

timbul bila antara variabel independen berkolerasi dengan

18

Page 19: Faktor–faktor yang mempengaruhi penawaran rokok kretek di Indonesia

variabel pengganggu. Multikolinearitas sendiri diartikan sebagai

suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel independen

mempunyai suatu fungsi linier dari variabel independen yang

lain. Menurut L.R. Klein, masalah multikolinearitas baru menjadi

masalah apabila derajatnya lebih tinggi di bandingkan dengan

kolerasi di antara seluruh variabel secara serentak. Metode Klein

membandingkan nilai (r2), X1, X2, X3, ….Xn dengan nilai R2

(Adjusted R Square). Apabila R2 > (r2) berarti tidak ada gejala

multikolinearitas. Apabila R2 < (r2) berarti ada gejala

multikolinearitas (Damodar Gujarati, 1991:157 – 168).

2) Pengujian Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah keadaan di mana faktor pengganggu

bervarian tidak sama, E(eı2) ≠ e ini ditunjukkan dengan nilai F

yang relatif kecil. Apabila hal ini terjadi maka akibatnya prediksi

akan menjadi salah (bias). Untuk menguji ada tidaknya

heteroskedastisitas dalam model.

3) Pengujian autokorelasi

Autokorelasi adalah keadaan di mana faktor pengganggu eı pada

model dalam periode tertentu berkorelasi dengan kesalahan

pengganggu sebelumnya hal ini mengakibatkan terjadinya

autokorelasi maka kita akan memperoleh nilai bias dalam

mengestimasikan (α) ditunjukan adanya varian yang besar alat

yang digunakan adalah uji Durbin Watson test (DW) untuk

menguji gejala autokorelasi lebih dulu ditentukan nilai kritis dL

19

Page 20: Faktor–faktor yang mempengaruhi penawaran rokok kretek di Indonesia

dan dU berdasarkan jumlah observasi dan banyaknya variabel

bebas. Jika Ho diterima baik positif maupun negatif maka tidak

ada autokorelasi. Pengujian dengan uji Durbin Watson yaitu nilai

Durbin Watson dihitung dan dibandingkan dengan nilai Durbin

Watson tabel, pada derajat kebebasan (N,k – 1) dan tingkat

signifikansi tertentu. Angka dalam Durbin Watson menunjukkan

nilai distribusi antara batas bawah (dL) dan batas atas (dU).

(Damodar Gujarati,1991:201 – 218)

Adapun langkah–langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:

1. Lakukan regresi OLS dan dapatkan residual eı

2. Hitung nilai d

d = Σ(et – et – 1)

Σet2

Di mana:

et = Simpangan pada variabel independen

3. Dapatkan nilai kritis dL, dan dU, yang lebih dahulu

menentukan nilai k terlebih dahulu.

4. Merumuskan Hipotesis, yaitu :

a). Jika hipotesa Ho tidak ada serial korelasi positif :

d < dL = menolak Ho

d > dU = tidak menolak Ho

d ≤ d ≤ dU = pengujian tidak meyakinkan.

b). Jika hipotesis Ho tidak ada serial korelasi negatif :

d > 4 – dl = menolak Ho

d < 4 – dU = tidak menolak Ho

20

Page 21: Faktor–faktor yang mempengaruhi penawaran rokok kretek di Indonesia

4 – dU ≤ d ≤ 4 – dL = pengujian tidak meyakinkan

c). Jika hipotesa Ho tidak ada serial autokorelasi positif

ataupun negatif :

d < dL = menolak Ho

d > 4 – dL = menolak Ho

dU < d < 4 – dU = menerima Ho

dL ≤ d ≤ dU = pengujian tidak meyakinkan

4 – dU ≤ d ≤ 4 – dL = pengujian tidak meyakinkan

menol

ak Ho bukti daerah daerah Menolak H*o

autokorelasi Keragu- menerima Ho atau Keragu- bukti autokorelasi

positif raguan H*o atau kedua-duanya raguan negatif d

0 dL dU 2 4 – dU 4 – dL 4

Gambar 1.4. Pengujian Autokorelasi

21