analisis faktor risiko ergonomi pada pekerja dibagian
TRANSCRIPT
i
i
ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA
DIBAGIAN PANEN KELAPA SAWIT DI PT GADING CEMPAKA
GRAHA KABUPATEN OKI TAHUN 2019
Oleh
FAHMI SEPWILL YONI
15.13201.10.37
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
2019
ii
ii
ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DI
BAGIAN PANEN KELAPA SAWIT PT GADING CEMPAKA
GRAHA KABUPATEN OKI TAHUN 2019
Skripsi ini diajukan sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar
SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
Oleh
FAHMI SEPWILL YONI
15.13201.10.37
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
2019
iii
iii
ABSTRAK SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)
BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, 9 Agustus 2019
FAHMI SEPWILL YONI
Analisis Faktor Risiko Ergonomi pada Pekerja di bagian Panen Kelapa Sawit di
PT Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI Tahun 2019
(xiv + 57 halaman, 10 tabel, 3 bagan, 4 lampiran)
Penerapan ergonomi di lingkungan kerja merupakan salah satu upaya kesehatan
dan keselamatan kerja. Pelayanan kesehatan kerja yang diberikan melalui penerapan
ergonomi, diharapkan dapat meningkatkan mutu kehidupan kerja. Berdasarkan hasil
studi pendahuluan yang dilakukan pada 15 pekerja di bagian panen terdapat keluhan
yang dirasakan pekerja diketahui bahwa 93,3% atau 14 pekerja merasakan adanya
keluhan dibeberapa anggota tubuh mereka, keluhan terbesar dirasakan pada bagian
punggung, lengan, leher, dan kaki.
Penelitian ini bertujuan diketahuinya analisis faktor risiko ergonomi pada
pekerja dibagian panen kelapa sawit di PT Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI
Tahun 2019. Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja dibagian panen yaitu 60
pekerja. Sampel penelitian ini berjumlah 60 responden, metode pengambilan sampel
menggunakan total sampling. Instrumen penelitian menggunakan checklist dan
dianalisa dalam foto, video, menggunakan alat ukur ergonomic criteria. Analisis
bivariat menggunakan uji chi square dengan tingkat kemaknaan (α=0.05). penelitian
ini dilaksanakan pada tanggal 22-27 Juli 2019.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan antara postur kerja
(p=0,016), frekuensi (p=0,007), durasi kerja (p=0,026) dan beban kerja (p=0,033),
dengan resiko ergonomi pada pekerja dibagian panen sawit.
Simpulan penelitian ini ada hubungan antara postur kerja, frekuensi, durasi
kerja dan beban kerja dengan risiko ergonomi pada pekerja dibagain panen sawit.
Disarankan untuk agar lebih memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja dalam
bekerja dan lebih meningkatkan kesadaran tentang bahaya resiko ergonomi yang
dapat diakibatkan karena beban kerja, lingkungan kerja dan kapasitas kerja yang tidak
sesuai.
Kata Kunci : Resiko, Ergonomi, Pekerja, Sawit
Daftar Pustaka : 25 (2002-2019)
iv
iv
ABSTRACT BINA HUSADA COLLEGE OF HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
Student Thesis, August 9, 2019
FAHMI SEPWILL YONI
Ergonomic Risk Factor Analysis for Workers in the Oil Palm Harvest Section at
PT Gading Cempaka Graha, OKI Regency in 2019
(xiv + 57 pages, 10 tables, 3 charts, 4 attachments)
The application of ergonomics in the work environment is one of the
occupational health and safety efforts. Occupational health services provided through
the application of ergonomics, are expected to improve the quality of work life. Based
on the results of a preliminary study conducted on 15 workers in the harvest section
there were complaints that were felt by workers known that 93.3% or 14 workers felt
complaints in some of their body parts, the biggest complaint was felt in the back,
arms, neck, and legs.
This study aims to know the ergonomic risk factor analysis for workers in the
palm oil harvest at PT Gading Cempaka Graha, OKI Regency in 2019. The design of
this research is quantitative with cross sectional approach. The population of this
study were all workers in the harvest section, namely 60 workers. The research
sample consisted of 60 respondents, the sampling method using total sampling. The
research instrument uses a checklist and is analyzed in photographs, videos, using
ergonomic criteria. Bivariate analysis used chi square test with significance level (α =
0.05). this research was conducted on July 22-27, 2019.
The results of this study indicate that there is a relationship between work
posture (p = 0.016), frequency (p = 0.007), duration of work (p = 0.026) and
workload (p = 0.033), with the risk of ergonomics in workers in the palm oil crop.
The conclusion of this research is the relationship between work posture,
frequency, duration of work and workload with the risk of ergonomics in workers in
palm oil harvests. It is recommended to pay more attention to occupational health and
safety at work and to increase awareness about the dangers of ergonomic risks that
can be caused by workload, work environment and work capacity that are not
appropriate.
Keywords : Risk, Ergonomics, Workers, Palm
References : 25 (2002-2019)
v
v
Palembang, Agustus 2019
Pembimbing
vi
vi
vii
vii
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Fahmi Sepwill Yoni
Tempat/Tanggal Lahir : Sekayu, 09 September 1997
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Kapten A Rivai No. 410 RT 003 Kel. Balai Agung
Sekayu
Orang Tua
- Ayah : Alm. Sudianto
- Ibu : Susi Masito
Handphone : 082175407070
Email : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Islamiah Sekayu Tahun 2004-2009
2. SMP Negeri 2 Sekayu Tahun 2009-2012
3. SMANegeri 4 Sekayu Tahun 2012-2015
4. STIK Bina Husada Palembang Tahun 2015-2019
viii
viii
PERSEMBAHAN DAN MOTTO
Skripsi ini saya persembahkan khusus kepada :
Kedua orang tua saya yaitu Bapak Alm. Sudianto dan Ibu
Susi Masito terima kasih untuk semua doa, cinta dan dukungan
yang telah diberikan dan kepada kakak pertama dan satu-
satunya, Utami Berlina terima kasih untuk setiap nasihat dan
dukungan yang selalu berikan.
Motto :
“Bertaqwalah kepada Allah, maka Dia akan membimbingmu.
Sesungguhnya Allah mengetahui segala sesuatu”.
(QS. Al-Baqarah: 282)
ix
ix
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan di Program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan (STIK) Bina Husada.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, peneliti mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Heriziana Hz, SKM, M.Kes sebagai pembimbing yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan selama penulisan skripsi ini. Peneliti juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. dr. Chairil Zaman, M.Sc selaku Ketua
STIK Bina Husada, Ibu Dian Eka Anggreny, SKM, M.Kes selaku Ketua Program
Studi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan kemudahan dalam pengurusan
administrasi penulisan skripsi ini.
Selain itu peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Akhmad Dwi
Priyatno, S.Pd, M.Kes dan Ibu Dewi Sayati SE, M.Kes, selaku penguji dalam
penyusunan skripsi, dan kepada Ibu Atma Deviliawati, SKM, M. Kes selaku
pembimbing akademik selama mengikuti pendidikan di Program Studi Kesehatan
Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada.
Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat peneliti harapkan untuk
perbaikan dan kesempurnaan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang
memerlukan dan bagi siapa saja yang membacanya.
Palembang, 09 Agustus 2019
Peneliti
x
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ......................................... ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
ABSTRACT ..................................................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI .......................................................... vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS ...................................................................... vii
PERSEMBAHAN DAN MOTTO ................................................................. viii
UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................................ 5
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.4.1 Tujuan umum ............................................................................. 5
1.4.2 Tujuan khusus ............................................................................ 5
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
1.5.1 Bagi peneliti ............................................................................... 6
1.5.2 Bagi perusahaan ......................................................................... 6
1.5.3 Bagi STIK Bina Husada ............................................................. 6
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ergonomi ................................................................................. 7
2.2 Standar-standar Terkait dalam Ergonomi ................................................. 10
2.3 Tujuan Ergonomi ....................................................................................... 11
2.4 Manfaat Ergonomi .................................................................................... 12
2.5 Penerapan Ergonomi ................................................................................. 12
2.6 Sikap Tubuh Dalam Bekerja ..................................................................... 13
2.7 Postur Kerja Dalam Ergonomi .................................................................. 14
2.7.1 Postur kerja berdiri ..................................................................... 15
2.7.2 Postur kerja duduk ..................................................................... 16
2.7.3 Postur tubuh kombinasi .............................................................. 17
2.8 Faktor Risiko Pekerjaan ............................................................................ 19
xi
xi
2.9 Kelapa Sawit ............................................................................................. 22
2.9.1 Sejarah kelapa sawit di indonesia ............................................... 22
2.9.2 Pemanen ...................................................................................... 25
2.9.3 Pengolahan hasil panen ............................................................... 26
2.10 Desain Stasiun Kerja ............................................................................... 28
2.11 Pendekatan Dalam Desain Stasiun Kerja ................................................. 28
2.12 Alat Ukur Ergonomi ................................................................................. 30
2.12.1 Checklist ................................................................................... 30
2.12.2 Ergonomic criteria .................................................................... 31
2.12.3 Metode WAC Equation (Washington Administration Code) .... 32
2.13 Prioritas Pengendalian Risiko ................................................................. 32
2.14 Kerangka Teori ........................................................................................ 33
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ....................................................................................... 34
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 34
3.2.1 Lokasi ......................................................................................... 34
3.2.2 Waktu ......................................................................................... 36
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................. 36
3.3.1 Populasi ...................................................................................... 36
3.3.2 Sampel ........................................................................................ 36
3.4 Kerangka Konsep ...................................................................................... 37
3.5 Definisi Operasional ................................................................................. 38
3.6 Pengumpulan Data .................................................................................... 39
3.6.1 Data primer ................................................................................. 39
3.6.2 Data sekunder ............................................................................. 39
3.7 Analisis Data .............................................................................................. 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ................................................................... 40
4.1.1 Identitas Perusahaan/Kebun ........................................................ 40
4.2 Hasil Penelitian ......................................................................................... 41
4.2.1 Analisis univariat ........................................................................ 41
4.2.2 Analisis bivariat .......................................................................... 44
4.3 Pembahasan ............................................................................................... 47
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ................................................................................................... 56
5.2 Saran .................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
2.1 Definisi Operasional ........................................................................ 38
4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Resiko Ergonomi
pada Pekerja di bagian Panen Kelapa Sawit di PT Gading
Cempaka Graha Tahun 2019 ........................................................... 41
4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Postur Kerja pada
Pekerja di bagian Panen Kelapa Sawit di PT Gading Cempaka
Graha Tahun 2019 ........................................................................... 42
4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi pada
Pekerja di bagian Panen Kelapa Sawit di PT Gading Cempaka
Graha Tahun 2019 ........................................................................... 42
4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Durasi Kerja pada
Pekerja di bagian Panen Kelapa Sawit di PT Gading Cempaka
Graha Tahun 2019 ........................................................................... 43
4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Beban Kerja pada
Pekerja di bagian Panen Kelapa Sawit di PT Gading Cempaka
Graha Tahun 2019 ........................................................................... 43
4.6 Hubungan antara postur kerja dengan resiko ergonomi pada
Pekerja di bagian Panen Kelapa Sawit di PT Gading Cempaka
Graha Tahun 2019 ........................................................................... 44
4.7 Hubungan antara frekuensi dengan resiko ergonomi pada Pekerja
di bagian Panen Kelapa Sawit di PT Gading Cempaka Graha
Tahun 2019 ...................................................................................... 45
4.8 Hubungan antara durasi kerja dengan resiko ergonomi pada
Pekerja di bagian Panen Kelapa Sawit di PT Gading Cempaka
Graha Tahun 2019 ........................................................................... 46
4.9 Hubungan antara beban kerja dengan resiko ergonomi pada
Pekerja di bagian Panen Kelapa Sawit di PT Gading Cempaka
Graha Tahun 2019 ........................................................................... 46
xiii
xiii
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan Halaman
2.1 Interaksi Dalam Sistem Kerja .................................................................... 30
2.2 Kerangka Teori........................................................................................... 33
3.1 Kerangka Konsep ....................................................................................... 37
xiv
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 2 : Hasil Uji Statistik
Lampiran 3 : Surat Selesai Penelitian
Lampiran 4 : Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penerapan ergonomi di lingkungan kerja merupakan salah satu upaya
kesehatan dan keselamatan kerja. Pelayanan kesehatan kerja yang diberikan melalui
penerapan ergonomi, diharapkan dapat meningkatkan mutu kehidupan kerja.
Ergonomi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah manusia dalam
kaitan dengan pekerjaannya. Ergonomi mempelajari cara-cara penyesuaian pekerjaan,
alat kerja, dan lingkungan kerja dengan manusia, dengan memperhatikan kemampuan
dan keterbatasan manusia yang bersangkutan sehingga tercapai suatu keserasian antaa
manusia dan pekerjaannya yang akan meningkatkan kenyamanan dan produktivitas
kerja. Alat kkerja dan lingkungan fisik yang tidak sesuai dengan kemamapuan
alamiah tenaga kerja akan menyebabkan hasil kerja tidak optimall, bahkan berpotensi
menimbulkan keluhan kesehatan dan penyakit akibat kerja. (Utari & Kalsum, 2015).
Dalam upaya pelaksanaan kesehatan kerja, perbaikan ergonomi merupakan
upaya preventif agar pekerja dapat bekerja nyaman dan terhindar dari penyakit akibat
kerja. Perbaikan lingkungan dengan menyesuaikan tuntutan tugas dengan
kemampuan fisik dan mental pekerja serta mengendalikan faktor risiko ergonomi
yang bersumber dari pekerjaan. Sebagai contoh, desain mesin, desain work station,
posisi duduk, alat bantu tangan, beban angkat angkut diupayakan agar pekerja
terhindar dari postur janggal yang dapat menimbulkan gangguan muskuloskeletal
1
2
(trauma kumulatif). Upaya yang kompleks ini telah berkembang menjadi ilmu
Ergonomi. (Kurniawidjaja, 2012).
Salah satu kunci dari kemajuan dibidang kesehatan dan keselamatan kerja
(K3) yakni perbaikan lingkungan kerja untuk ini dibutuhkan pengelolaan berbagai
ancaman bahaya (potensi heakth hazard) di tempat kerja baik secara kimiawi, fisik,
biologi, psikologi dan ergonomi. Untuk memperbaiki kapasitas kerja dibutuhkan
promosi kesehatan para pekerja agar mereka lebih cukup dan mampu bekerja dengan
aman, nyaman dan produktif. (Malaka, 2016).
Bahaya Ergonomik terjadi ketika jenis pekerjaan, posisi tubuh, dan kondisi
kerja meletakkan beban pada tubuh. Penyebabnya paling sulit untuk di definisikan
secara langsung karna kita tidak selalu segera melihat ketegangan pada tubuh atau
bahaya bahaya ini saat melakukan. Paparan jangka pendek dapat menyebabkan
’’nyeri otot’’ hari berikutnya atau pada hari hari setelah terekspos, tetapi paparan
jangka panjang dapat mengakibatkan cedera jangka panjang yang serius di antara
contoh yang sering di dapatkan adalah cara mengangkat atau lifting, postur tubuh
yang kurang memadai gerakan canggung terutama jika harus berulang ulang, dan
posisi kerja yang kurang tepat.(Kuswana, 2016).
Saat ini mesin-mesin sebagian besar sudah didesain untuk disesuaikan dengan
kemampuan manusia, namun tugas yang diberikan dapat berlebihan sehingga
probabilitas terjadi human error akan meningkat. Faktor ergonomi yang sering
ditemukan dalam melakukan pekerjaan adalah pekerjaan yang berulang-ulang
(repetitive), posisi/posture yang salah (awkward posture), mengangkat (lifting),
3
menarik (pulling), mendorong (pushing), kekurangan cahaya (lighting), waktu paruh
kerja (shift work). (Panggabean, 2014 dalam Yoga 2016).
Data penyakit akibat kerja (PAK) dari Depkes RI menunjukkan jumlah kasus
PAK di Indonesia pada tahun 2011-2014 terjadi penurunan (tahun 2011 = 57.929,
tahun 2012 = 60.322, tahun 2013 =97,144, tahun 2014 = 40.694). Provinsi dari
jumlah kasus panyakit akibat kerja tertinggi pada tahun 2011 adalah Provinsi Jawa
Tengah, Sulawesi Utara dan Jawa Timur, tahun 2012 adalah Provinsi Sumatera Utara,
Sumatera Selatan dan Jawa Barat, tahun 2013 adalah Provinsi Banten, Gorontalo dan
Jambi, tahun 2014 adalah Provinsi Bali, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. (Depkes
RI, 2015).
Data kasus penyakit akibat kerja (PAK) di Provinsi Sumatera Selatan pada
tahun 2011-2013. Di tahun 2011 berjumlah 1.423 kasus PAK, tahun 2012 berjumlah
9.009 kasus PAK, tahun 2013 didapati 2.166 kasus PAK. Data kasus PAK tertinggi
Provinsi Sumatera Selatan yaitu tahun 2012 dengan jumlah 9.009 kasus PAK.
(Depkes RI, 2015).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Elvis Dio Prayoga yaitu
Analisis Faktor Risiko Ergonomi pada Pekerja Bagian Panen Kelapa Sawit Divisi
Sidomulyo PT TBL Kabupaten Banyuasin 2016, dilihat dari hasil penelitian terdapat
faktor risiko ergonomi yang menimbulkan bahaya dari Divisi Sidomulyo, diantaranya
beban kerja,postur kerja, frekuensi dan durasi. (Prayoga, 2016).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi Romi Fatriansyah
yaitu Analisis Risiko Ergonomi di Bagian Produksi PT. SS Pabrik Palembang Tahun
4
2015, dari hasil penelitian didapatkan faktor risiko ergonomi yang menimbulkan
bahaya dari 7 stasiun kerja, yaitu berdasarkan beban kerja, postur kerja, frekuensi,
durasi dan mengangkat (Lifting). (Fatriansyah, 2015).
Salah satu pekerja yang rentan terhadap risiko ergonomi adalah pekerja di
bagian panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha itu sendiri bergerak di bidang
perkebunan kelapa sawit, Penelitian ini dilakukan di bagian panen kelapa sawit
Mengenai keluhan yang dirasakan pada pekerja di PT. Gading Cempaka Graha yaitu
keluhan dibeberapa tubuh yang di lakukan pada 15 pekerja. Berdasakan hasil studi
pendahuluan diketahui bahwa 93,3% atau 14 pekerja merasakan adanya keluhan
dibeberapa anggota tubuh mereka, keluhan terbesar dirasakan pada bagian punggung,
lengan, leher, dan kaki. Hingga saat ini di PT. Gading Cempaka Graha belum pernah
dilakukan penelitian mengenai resiko ergonomi.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti risiko
ergonomi di PT. Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI belum pernah dilakukan
penelitian tentang analisis risiko ergonomi, khususnya di bagian panen kelapa sawit.
Apabila perbaikan ergonomi tidak betul-betul diperhatikan tentu akan mengurangi
produktivitas pekerja dan efektivitas kerja. Untuk itu perlu adanya penelitian
mengenai “analisis faktor risiko ergonomi pada pekerja di bagian panen kelapa sawit
di PT. Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI tahun 2019.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang dikemukakan
diatas, maka masalah yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah belum
5
diketahuinya faktor risiko ergonomi pada pekerja di bagian panen kelapa sawit di PT.
Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI tahun 2019.
1.3 Pertanyaan penelitian
Berdasarkan data-data pada latar belakang diatas, maka peneliti ingin melihat
apa saja yang menjadi faktor risiko ergonomi pada pekerja di bagian panen kelapa
sawit di PT. Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI tahun 2019 ?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya faktor risiko ergonomi pada pekerja di bagian panen kelapa
sawit di PT. Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI tahun 2019.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya risiko ergonomi berdasarkan postur kerja di bagian panen
kelapa sawit di PT. Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI tahun 2019.
2. Diketahuinya risiko ergonomi berdasarkan beban kerja di bagian panen kelapa
sawit di PT. Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI tahun 2019.
3. Diketahuinya risiko ergonomi berdasarkan frekuensi di bagian panen kelapa
sawit di PT. Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI tahun 2019.
4. Diketahuinya risiko ergonomi berdasarkan durasi kerja di bagian panen kelapa
sawit di PT. Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI tahun 2019.
6
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Penulis
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan pengetahuan serta wawasan dibidang
keselamatan dan kesehatan lingkungan kerja khususnya mengenai risiko ergonomi.
1.5.2 Bagi Perusahaan
Melalui penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi
serta meningkatkan pengetahuan tentang pengaruh risiko ergonomi, khususnya di
bagian panen kelapa sawit di PT. Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI.
1.5.3 Bagi STIK Bina Husada
Penelitian ini sebagai umpan balik terhadap penerapan teori di lahan praktek,
guna peningkatan mutu pendidikan serta dapat menambah bahan kepustakaan di
STIK Bina Husada Palembang.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian tentang analisis risiko ergonomic di bagian panen kelapa sawit di di
PT. Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI tahun 2019. Penelitian ini dilakukan
pada tanggal 22-27 Juli 2019. Sampel dalam penelitian ini adalah pemanen kelapa
sawit di di PT. Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI dengan jumlah sampel
pekerja berjumlah 60 orang dan penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan pengamatan langsung dari hasil wolk through survey dibuat checklist dan di
analisa dalam foto, video, menggunakan alat ukur ergonomic criteria dan (lifting).
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ergonomi
Ergonomi pada dasarnya adalah ilmu yang mempelajari beberapa aspek dan
karakteristik manusia (kemampuan, kelebihan, keterbatasan, dan lain-lain) yang
relevan dalam konteks kerja, serta memanfaatkan informasi yang diperoleh dalam
upaya merancang produk, mesin, alat, lingkungan, serta system kerja yag terbaik.
(Iridiastadi, 2014).
Ergonomi adalah suau aturan atau normal dalam system kerja. Di Indonesia
memakai istilah ergonomi, tetapi di beberapa negara seperti di Skandinavia
menggunakan istilah “bioteknologi” sedangkan di negara America menggunakan
istilah “huma eenginering” atau “human Factor eenginering” namun demikian,
kesemuanya membahas hal hal yang sama yaitu tentang optimalisasi fungsi manusia
terhadap aktifitas yang di lakukan. (Tarwaka 2015).
Ergonomik atau Ilmu Ergonomi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
karakteristik (kemampuan atau kapabilitas, keterbatasan, motivasi dan tujuan)
manusia dalam menentukan desain yang tepat bagi lingkungan kerja dan kehidupan
pekerja sehari-hari. Pada tahun 2000, International Ergonomic Association
mendefinisikan ilmu ergonomi atau Human Factor Science sebagai disiplin ilmu
yang mempelajari interaksi antara manusia dan elemen-elemen dalam sistem yang
7
8
terkait, dan merupakan profesi yang mengaplikasikan teori, prinsip, data dan metode
untuk mendesain kerja dalam mengoptimalkan kesejahteraan manusia dan kinerja
system secara keseluruhan. (Kurniawidjaja, 2012).
Jadi ergonomic pada hakikatnya berarti ilmu tentang kerja, yaitu bagaimana
pekerjaan di lakukan dan bagaimana bekerja lebih baik, sehingga ergonomic sangat
berguna dalam desain pelayanan atau proses dengan demikian, ergonomic membantu
menentukan bagaimana digunakan, bagaimana memenuhi kebutuhan, dan membuat
nyaman, serta efisien. Berbicara ergonomic mengenai desain system terutama system
kerja agar sesuai dengan atribut atau karakteristik manusia. (suma’mur 2014).
Ergonomi juga dapat diartikan sebagai ilmu, seni, dan penerapan teknologi
untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan
baik dalam beraktifitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan
manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan
menjadi lebih baik. (Tarwaka, 2004).
Ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia.
Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi
tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan
agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. (Anisyah, 2015).
Istilah ergonomi dikenal dalam Bahasa Yunani, dari kata ergos dan nomos
yang memiliki arti “kerja” dan “aturan atau kaidah”, dari dua kata tersebut secara
pengertian bebas sesuai dengan perkembangannya, yakni suatu aturan atau kaidah
yang ditaati dalam lingkungan pekerjaan. Ditinjau dari kata fakta historis, ergonomi
9
telah menyatu dengan budaya manusia sejak zaman megalitik, dalam proses
perancangan dan pembuatan benda-benda seperti alat kerja dan barang buatan sesuai
dengan kebutuhan manusia pada zamannya. Kita dapat mengobservasi benda-benda
zaman megalitik, bagaimana benda tersebut memberikan informasi implisit mengenai
eksistensinya makna fungsi dan keindahan. (Kuswana, 2014).
Ergonomi merupakan aplikasi ilmu biologi manusia bersama dengan ilmu
engineering untuk mendapatkan penyesuaian manusia terhadap pekerjaannya atau
perkerjaan terhadap manusianya, untk mendapatkan suatu proses kerja yang sehat,
aman, produktif dan nyaman. Ergonomi memperhitungkan kemampuan fisik dan
psikologik manusia dalam bekerja. Dalam ergonomi dipelajari Biomekanik yakni
yang menyangkut fungsi dan struktur dari tubuh terhadap berbagai pengaruh dalam
dan luar pada saat bekerja.
Stress ergonomik yang berlebihan dapat menimbulkan kelainan pada tubuh
berupa tenosynovitis, bursitis, carpal tunnel syndrome. Faktor-faktor yang dapat
menyebabkan stress ergonomik berlebihan antara lain,
- Cara mengangkat (lifting) yang salah;
- Beban statis;
- Desain tempat kerja, misanya tempat duduk, dll.;
- Data anthropometrik;
- Pencahayaan;
- Kerja bergilir (shift).
Pengendalian faktor ergonomik secara umum adalah menyesuaikan pekerjaan
terhadap kemampuan fisik dan psikologik para pekerja. (Malaka, 2015).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas tentang ergonomi maka penulis menyimpulkan
bahwa ergonomi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara pekerja
10
danlingkungan pekerjaannya dengan merancang sistem kerja agar pekerja dapat lebih
produktif dalam mencapai tujuan, serta menjalankan visi-misi perusahaan dengan
aman, nyaman, efisien dan optimal.
2.2 Standar-Standar Terkait dalam Ergonomi
Perkembangan ergonomi tidak dapat dilepaskan dari sejumlah faktor, seperti
kesadaran akan peran ergonomi dalam meningkatkan kesehatan dan keselamatan
kerja yang tumbuh diantara para peneliti, praktisi, maupun managemen. Ergonomi
memiliki kaitan yang erat dengan undang-undang, peraturan, standar, serta panduan
yang berhubungan dengan keharusan dan kewajiban moral dalam menyiapkan tempat
kerja yang nyaman dan terbebas dari potensi bahaya. Diantaranya :
1. Pada 1970, sebuah undang-undang (occupational safety and health act)
diterbitkan Amerika Serikat. Undang-undang tersebut memutuskan
pembentukan OSHA (occupational safety and health administration).
2. Undang-undang diatas juga memutuskan perlunya dibentuk NIOSH (National
Institute for Occupational Safety and Health), suatu Institusi yang berada
dibawah Departement of Health and Human Services.
3. Pada tahun 1919, badan duni Perserikatan Bangsa-Bangsa membentuk
International Labour Organization sebagai suatu institusi yang membawahi
permasalahan-permasalahan terkait ketenagakerjaan. ILO juga mengeluarkan
berbagai panduan dan standar yang terkait dengan evaluasi ergonomi di
tempat kerja.
11
Pertumbuhan ergonomi didorong oleh berdirinya berbagai organisasi profesi
ergonomi di dunia. Pada tahun 1949 berdiri Ergonomics society yang bergati nama
Institute of Ergonomics and Human Factors (IEHF), pada tahun 1957 di Amerika
Serikat didirikan Human Factors and Ergonomics Society (HFES), organisasi
Internasional lainnya adalah International Ergonomics Association (IEA) yang
menjadi paying organisasi-organisasi regional seperti South East Asia Network of
Ergonomics Society maupun Nasional termasuk Indonesia Perhimpunan Ergonomi
Indonesia (PEI). (Iridiastadi, 2014).
2.3 Tujuan Ergonomi
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah:
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,
mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial,
mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan
jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak
produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknik,
ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan
sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi. (Tarwaka,
2015).
12
2.4 Manfaat Ergonomi
Mengurangi injuri penyakit dan biaya konpensasi pekerja
Meningkatkan efesiensi kerja, kondisi fisik dan semangat kerja
Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dan kualitas serta
produktifitas produk.
Mengurangi biaya medis, material, potensi error dalam bekerja dan
potensi error dalam bekerja
Meningkatkan kualitas kerja kariawan dan daya saing (Anisa 2012).
2.5 Penerapan Ergonomi
Permasalahan yang berkaitan dengan faktor ergonomi umumnya disebabkan
oleh adanya ketidak sesuaian pekerja dan lingkungan secara menyeluruh termasuk
peralatan kerja. Penerapan ergonomi dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu:
(Anies, 2005).
1. Pendekatan Kuratif
Pendekatan ini dilakukan pada suatu proses yang sudah atau sedang
berlangsung. Kegiatan berupa intervensi/ perbaikan/ modifikasi dari proses yang
sedang/ sudah berjalan. Sasaran kegiatan ini adalah kondisi kerja dan lingkungan
kerja dan dalam pelaksanaannya harus melibatkan pekerja yang terkait dengan
proses kerja yang sedang berlangsung.
13
2. Pendekatan Konseptual
Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan sistem dan hal ini akan sangat
efektif dan efisien bila dilakukan pada saat perencanaan. Bila berkaitan dengan
teknologi, maka sejak proses pemilihan dan alih teknologi, prinsip-prinsip
ergonomi sudah selayaknya di manfaatkan bersama-sama dengan kajian lain yang
juga diperlukan, seperti kajian teknis, ekonomi, sosial, budaya, hemat energi dan
melestarikan lingkungan. Pendekatan holistik ini dikenal dengan pendekatan
Teknologi Tepat Guna. Jika dilakukan dengan penyelidikan lapangan kerja,
pendekatan ergonomi secara konseptual dilakukan sejak awal perencanaan dengan
mengetahui kemampuan adaptasi pekerja sehingga dalam proses kerja selanjutnya
berada dalam batasan kemampuan yang dimiliki. (Anies, 2005).
2.6 Sikap Tubuh dalam Bekerja
Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana kerja
akan menentukan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja, selain SOP (Standard
Operating Procedures) yang terdapat pada setiap jenis pekerjaan. Semua sikap tubuh
yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau barang yang melebihi
jangkauan tangannya harus dihindarkan. Apabila hal ini tidak memungkinkan maka
harus diupayakan agar beban statiknya diperkecil. (Budiono, 2005).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh
dalam melakukan pekerjaan.
14
1. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap berdiri
secara bergantian;
2. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini
tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statis diperkecil;
Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membebani
melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang tidak dipakai
untuk bekerja tidak menimbulkan penekanan pada bagian paha. (Anies, 2005).
2.7 Postur Kerja dalam Ergonomi
Postur kerja yang ergonomi ada 3 yaitu postur kerja duduk, berdiri dan
kombinasi (duduk-berdiri) pemilihan postur kerja dilihat pada Tabel 2.1. (Tarwaka,
2004).
Tabel 2.1
Pemilihan Postur Kerja Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Jenis Pekerjaan Sikap Kerja Yang Dipilih
Pilihan Pertama Pilihan kedua
Menjangkau lebih dari 5 kg Berdiri Duduk-Berdiri
Bekerja dibawah tinggi siku Berdiri Duduk-Berdiri
Menjangkau horizontal di luar
daerah jangkauan optimum Berdiri Duduk-Berdiri
Pekerjaan ringan dengan
pergerakan berulang Duduk Duduk-Berdiri
Pekerjaan perlu ketelitian Duduk Duduk-Berdiri
Inspeksi dam monitoring Duduk Duduk-Berdiri
Sering berpindah-pindah Duduk-Berdiri Berdiri
Sumber: (Tarwaka, 2004).
15
2.7.1 Postur Kerja Berdiri
Bekerja dengan posisi berdiri, banyak ditemukan di perusahaan. Posisi kerja
berdiri mempunyai keuntungan maupun kerugian. Sikap berdiri merupakan sikap
siaga baik fisik maupun mental, sehingga kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan
teliti.
Postur kerja merupakan titik penentu dalam menganalisa keefektivan dari
suatu pekerjaan. Apabila postur kerja yang dilakukan oleh operator sudah baik dan
ergonomis maka dapat dipastikan hasil yang diperoleh oleh operator tersebut akan
baik. (Said, 2014).
Postur kerja berdiri yang ergonomis disajikan gambar 2.1
Gambar 2.1
Postur Kerja Berdiri yang Ergonomi
Sumber : (Tarwaka, 2004).
16
2.7.2 Postur Duduk
Posisi kerja duduk merupakan pilihan utama semua perkerja, dan dianggap
paling nyaman dan tidak melelahkan. Stasiun kerja untuk operator duduk menjadi
pilihan utama ketika salah satu kondisi berikut terpenuhi. (Iridiastadi, 2014).
1. Pekerjaan tangan tidak membutuhkan gaya atau kerja otot yang besar.
2. Item-item utama yang dibutuhkan dalam bekerja (komponen, alat, dan lain-
lain) dapat diambil dengan mudah dalam posisi duduk dan berada dalam
jangkauan tangan dalam posisi duduk normal.
3. Pekerjaan dominan berupa kegiatan tulis-menulis.
Gambar 2.2
Postur Kerja Duduk yang Ergonomi
Sumber : Tarwaka 2004
Pada pekerja yang dilakukan pada posisi duduk, tempat duduk yang dipakai
harus memungkinkan untuk dilakukan variasi perubahan posisi. Ukuran tempat
duduk harus disesuaikan dengan dimensi ukuran antropometri pemakaiannya. Fleksi
17
lutut membentuk 900 dengan telapak kaki bertumpu pada lantai atau injakkan kaki.
(Tarwaka, 2004).
2.7.3 Postur Tubuh Kombinasi
Jika pekerjaan merupakan kombinasi dari elemen-elemen kerja yang cocok
untuk kedua tipe stasiun kerja diatas, maka elemen-elemen kerja tersebut dapat
difasilitasi dengan penerapan rancangan stasiun kerja duduk atau berdiri.
Pedoman posisi kerja sangat ditentukan oleh jenis dan sifat pekerjaan yang
dilakukan, baik posisi kerja duduk maupun berdiri keduanya mempunyai keuntungan
dan kerugian. Keuntungan dari kedua posisi tersebut dapat dikombinasikan dengan
pedoman posisi kerja duduk dan berdiri menjadikan desain dengan batasan sebagai
berikut:
1. Pekerjaan dilakukan dengan duduk pada suatu saat dan pada saat lainnya
dilakukan dengan berdiri saling bergantian;
2. Perlu menjangkau sesuatu lebih dari 40 cm kedepan dan atau 15 cm diatas
landasan kerja;
3. Tinggi landasan kerja dengan kisaran antara 90 - 105 cm merupakan
ketinggian yang paling tepat, baik untuk posisi duduk berdiri. (Tarwaka,
2004).
18
Gambar 2.3
Postur Kerja Kombinasi yang Ergonomi
Sumber : (Tarwaka, 2004).
Untuk batasan ukuran yang ergonomi pada posisi kerja kombinasi mempunyai
batasan kerja untuk pekerjaan yang memerlukan sedikit penekanan yaitu 15 cm di
bawah tinggi siku untuk kedua posisi kerja. Selanjutnya dibuat kursi tinggi yang
menyesuaikan ketinggian landasan kerja posisi berdiri dengan dilengkapi sandaran
kaki agar posisi kaki tidak menggantung. Mengingat dimensi ukuran tubuh manusia
berbeda-beda, maka perancangan tempat kerja harus selalu mempertimbangkan
antropometri pemakainya.
Posisi duduk berdiri yang telah banyak dicobakan di industri, menunjukkan
adanya keuntungan secara biomekanis dimana tekanan pada tulang belakang dan
pinggang 30% lebih rendah dibandingkan dengan posisi duduk maupun berdiri secara
terus menerus.(Tarwaka, 2004).
19
2.8 Faktor Risiko Pekerjaan
Faktor risiko pekerjaan berkaitan dengan beban kerja yang bersifat mekanikal
yang dihadapai oleh seseorang dalam kurun waktu masa kerjanya. Faktor risiko
pekerjaan yang turut berkontribusi terhadap kejadian nyeri pinggang bawah:
1. Postur Kerja
Postur kerja yang berisiko untuk terjadinya nyeri pinggang bawah adalah
postur kerja yang janggal, yaitu deviasi atau pergeseran dari gerakan tubuh atau
anggota gerak yang dilakukan pekerja saat melakukan aktifitas dengan postur
normal. (Anies, 2005).
Postur dan pergerakan memegang berperan penting dalam ergonomi.
Salah satu penyebab utama dalam gangguan otot rangka adalah postur janggal
(Awkward posture), hal-hal yang dapat mempengaruhi postur kerja adalah
karakteristik pekerjaan (kebutuhan pekerja), desain tempat kerja, dan faktor
personal pekerja. (Anies, 2005).
Postur normal atau yang sering disebut postur netral yaitu postur dalam
proses yang sesuai dengan anatomi tubuh, sehingga tidak terjadi pergeseran atau
penekanan pada bagian penting tubuh seperti organ tubuh, saraf, tendo, otot, dan
tulang, membuat keadaan menjadi rileks dan menyebabkan kelelahan sistem
musculoskeletal /sistem tubuh lainnya. Sedangkan postur janggal adalah deviasi
(pergerakan) dari gerakan tubuh/anggota gerak yang dilakukan oleh pekerja pada
saat melakukan aktivitas dari postur/posisi normal secara berulang-ulang dan
dalam waktu yang relatif lama. Gerakan postur janggal ini adalah salah satu faktor
20
terjadinya gangguan, penyakit, atau cidera pada sistem musculoskeletal. (Anies,
2005).
2. Beban Kerja
Beban berat menimbulkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot serta
kerusakan otot, tendon dan jaringan sekitarnya. Kekuatan berasal dari peningkatan
ketegangan otot, ligamen dan tendon. Pengerahan tenaga terberat terjadi saat
mengangkat benda berat. Contoh dari beban berat dengan dimensi waktu seperti
berikut.
a. Mengangkat beban lebih dari 35 kg satu kali per hari atau lebih dari 25 kg
lebih dari 10 kali per hari.
b. Objek yang diangkat beratnya lebih dari 5 kg bila dikerjakan lebih dari 2
kali per menit, totalnya lebih dari 2 jam per hari.
c. Objek yang beratnya lebih dari 12,5 kg diangkat diatas bahu, dibawah
dengkul atau sepanjang pelukan lebih dari 25 kali per hari.
(Kurniawidjaja, 2012).
3. Frekuensi
Frekuensi yang tinggi atau gerakan yang berulang dengan sedikit variasi,
dapat menimbulkan kelelahan dan ketegangan pada otot dan tendon oleh karena
kurang istirahat untuk pemulihan penggunaan yang berlebihan pada otot, tendon
dan sendi, akibat terjadinya inflamasi atau radang sendi dan tendon. Radang ini
meningkatkan tekanan pada saraf.
21
Contoh tingkat kekerapan bekerja dengan postur janggal, misalnya
seorang pekerja digudang mengangkat beban lebih dari 5 kg, lebih dari 2 kali per
menit dan lebih dari 2 jam per hari, mengetik lebih dari 7 jam per hari.
(Kurniawidjaja, 2012).
4. Durasi
Durasi kerja yaitu lama waktu bekerja yang dihabiskan pekerja dengan
postur janggal, memebawa atau mendorong beban, atau melakukan pekerjaan
repetitiv tanpa istirahat. (Kurniawidjaja, 2012).
jam kerja selama 8 jam per hari. Diusahakan sedapat mungkin tidak di
lampaui. Apabila hal ini tidak dapat dihindari, perlu diusahakan grup kerja baru
atau pengadaan kerja gilir. (Anies, 2005).
5. Mengangkat (Lifting)
Beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan mengangkat antara lain
sebagai berikut :
a. Beban yang diperbolehkan, jarak dan intensitas pembebanan kondisi
lingkungan kerja
b. Keterampilan
c. Peralatan kerja serta keamanannya
Jika seorang tenaga kerja mengangkat barang dengan sikap tubuh
membungkuk, keadaan ini akan menyebabkan tekanan yang besar pada ruas-ruas
tulang belakang bagian pinggang sebagai akibat dari gaya pengungkit. Apabila bobot
dari bagian tubuh 40 kg dan lengan ungkitan berjarak 30 cm, beban yang bekerja
22
pada ruas tulang pinggang ke-5 besarnya lebih dari 250 kg. seandainya berat beban
yang diangkat 50 kg, maka besarnya tekanan akan meningkat sampai di atas 600 kg.
2.9 Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit ( Elaeis guinensis Jack ) berasal dari Nigeria, Afrika
Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit banyak berasal
dari Amerika selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit
di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataanya tanaman kelapa sawit
hidup subur diluar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua
Nugini. bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi.
(Fuazi, 2002).
2.9.1 Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah
kolinial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada 4 batang bibit kelapa sawit yang
dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di kebun Raya Bogor. Tanaman
kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911.
Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Andien Hallet, seorang
Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Budi daya yang
dilakukannya diikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit
di Indonesia. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di pantai timur sumatera
(Deli) di Aceh. Luas areal perkebunannya mencapai 5.123 ha. Indonesia mulai
mengekspor minyak sawit pada tahun 1919 sebesar 576 Ton ke negera-negara Eropa,
9
23
kemudian tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 Ton. (Fuazi,
2002).
2.9.2 Pemanenan
Panen dan pegolahan hasil merupakah rangkaian terakhir dari kegitan budi
daya kelapa sawit. Kegiatan memerlukan tehnik tersendiri untk mendapatkan hasil
yang berkualitas. Hasil panen utama dari tanaman kelapa sawit adalah buah kelapa
sawit, sedangkan hasil pengolahan buah adalah minyak sawit. Tanaman kelapa sawit
mulai berbunga danmembentuk buah setelah umur 2-3 tahun. Buah akan menjadi
masak sekitar 5-6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit
dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya. Buah akan berubah menjadi merah
jingga ketika masak. Pada saat buah masak kandungan minyak pada daging buah
telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan jatuh dan jatuh dari
tangkai tandanya. Buah yang jatuh tersebut disebut membrondol. ( Fuazi, 2002 ).
1. Kriteria Matang Panen
Kriteria matang panen merupakah indikasi yang dapat membantu pemanen
agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada
saat kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty
acid (ALB atau FFA ) minimal. Pada kreteria ini berdasarkan jumlah brondolan,
dengan umur kurang dari 10 tahun , dengan jumlah brondolan kurang lebih 10 butir.
2. Cara Panen
Berdasarkan tinggi tanaman, ada 3 cara panen yang umum dilakukan oleh
perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Unutk tanaman yang tingginya 2-5 m
24
digunakan cara panen jongkok dengan alat dodos, sedangkan tanaman dengan
ketinggian 5-10 m dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan alat kampak siam.
Cara engrek digunakan untuk tanaman yang tingginya lebih dari 10 m dengan
menggunakan alat arit bergagang panjang. Untuk memudahkan pemanen, sebaiknya
pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur di tengah
gawangan.
3. Rotasi dan Sistem Panen
Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai
panen berikutnya pada tempat yang sama. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada
umumnya menggunakan rotasi panen 7 hari, artinya satu areal panen yang harus
dimasuki ( diacak ) oleh pemetik tiap 7 hari. Rotasi panen dianggap baik bila buah
tidak lewat matang, yaitu dengan menggunkan sistem 5/7. Artinya, dalam satu
minggu terdapat 5 hari panen dan masing-masing acak panen diulangi ( dipanen ) 7
hari berikutnya. Dikenal dua system ancak panen, yaitu sistem siring dan sistem
tetap.
a. Sistem Giring
Pada sistem ini, apabila suatu ancak telah selesai dipanen, pemanen pindah ke
ancak berikutnya yang telah di tunujuk oleh mandor, begitu seterusnya.
b. Sistem Tetap
Sistem ini sangat baik diterapkan pada areal perkebunan yang sempit, topografi
berbukit atau curam dan dengan tahun tanam yang berbeda.
25
4. Kerapatan Panen
Kerapatan panen adalah sejumlah angka yang menunjukan tingkat kerapatan
pohon matang panen di dalam suatu areal, baik itu pada sistem blok maupun pada
sistem group. Tujuannya untuk mendapatkan minimal satu tandan yang matang
panen. Sebagai contoh kerapatan panen 1 : 5, artinya setiap pohon akan ditemukan
minimal 1 tandan yang matang panen.
5. Kebutuhan Tenaga Panen
Untuk menghitung penggunaan tenaga kerja pemanenan buah dapat digunakan
rumus sebagai berikut :
Kebutuhan tenaga panen = A x B x C x D
E
Keterangan :
A : Luas ancak ( kappel ) yang akan dipanen ( ha )
B : Kerapatan panen 1 : 5
C : Rata-rata berat buah 10 kg
D : populasi tanaman 143 batang/ ha
E : Kapasitas panen 750 kg/HK
Kebutuhan tenaga panen sebanyak
= 100 ha x ( 1 : 5 ) x 10 kg x 143 batang/ha = 38 pemanen/ hari kerja
750/ Hk
26
2.9.3 Pengolahan Hasil Panen
Pengolahan TBS di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit yang
berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan control
yang cermat, dimulai dari pengangkutan TBS atau brondolan dari TPH ke pabrik
proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak diuraikan sebagai berikut :
1. Pengangkutan TBS
TBS harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah , yaitu maksimal 8 jam
setelah panen harus segera diolah. Buah yang tidak segera diolah , akan mengalami
kerusakan. Pemilihan alat angkut yang tepat dapat membantu mengatasi kerusakan
buah selama pengangkutan.
2. Perubusan TBS
TBS yang telah ditimbang beserta lorinya selanjutnya direbus di dalam
sterilizer atau dalam ketel rebus . perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas
selama 1 jam atau tergantung besarnya tekanan uap. Pada umumnya, besarnya
tekanan uap yang digunakan adalah 2,5 atmosfer dengan suhu 125° C.
3. Perontokan dan Pelumatan Buah
Lori-lori berisi TBS ditarik keluar dan diangkat dengan alat hoisting crane
Yang digerakan dengan motor. Hoiting crane akan membalikan TBS ke atas mesin
perontok buah ( thresber ) dari thresber, buah yang telah rontok di bawa kemesin
pelumat ( digester ).
27
4. Peremasan atau Ekstraksi Minyak Sawit
Untuk memisahkan biji sawit dari hasil lumatan TBS , perlu dilakukan
pengadukan selama 25-30 menit. Setelah lumatan buah bersih dari biji sawit, langkah
berikutnya adalah peremasan atau ekstraksi. Tujuan ekstraksi untuk mengambil
minyak dari masa adukan . ada beberapa cara dan alat digunakan dalam proses
ekstraksi minyak :
a. Ekstraksi dengan sentrifugasi
b. Ekstraksi dengan cara srew press
5. Pemurnian dan Penjernihan Minyak Sawit
Minyak sawit yang keluar dari tempat peremasan atau pengepresan masih
berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikel-
partikel dari tempurung dan serat serta 40-50% air. Agar diperoleh minyak sawit yang
bermutu baik, minyak sawit kasar tersebut diolah lebih lanjut yaitu dialirkan dalam
tangki minyak kasar ( crude oil tank ) setelah dilakukan pemurnian beberapa tahap
akan diperolehanya minyak sawit yang berkualitas baik.
6. Pengeringan dan Pemecahan Biji
Biji sawit yang telah dipisah pada proses pengadukan, diolah lebih lanjut
untuk diambil minyaknya. Sebelum dipecah, biji-biji sawit dikeringkan dalam silo,
minimal 14 jam dengan sirkulasi udara kering pada suhu 50°C. akibat proses
pengeringan ini ,inti sawit akan mengerut sehingga memudahkan pemisahan inti
sawit dari tempurungnya
28
7. Pemisahan Inti Sawit dari Tempurungnya
Pemisahan inti sawit dari tempurungnya berdasarkan perbedaan berat jebis
antara inti sawit dan tempurung. Alat yang digunakan adalah hydrocyclone separator
. Inti dan tempurung dipisahkan oleh aliran air berputar dalam sebuah tabung atau
dapat juga dengan mengapungkan biji-biji yang pecah dalam larutan lempung yang
mempunyai berat jenis 1,16.dalam keadaan tersebut inti sawit akan terpisah dengan
tempurungnya ( Fuazi, 2002 ).
2.10 Desain Stasiun Kerja
Agar desain produk dapat memenuhi keinginan pemakainya maka haru
dilakukan melalui beberapa pendekatan sebagai berikut :
1. Mengetahui kebutuhan pemakai.
2. Fungsi produk secara detail.
3. Melakukan analisis pada tugas-tugas desain produk.
4. Mengembangkan produk.
5. Melakukan uji terhadap pemakai produk. (Tarwaka, 2004).
2.11 Pendekatan Dalam Desain Stasiun Kerja
Secara umum baik dalam memodifikasi atau meredesain stasiun kerja yang
sudah ada maupun mendesain stasiun kerja baru, para perancang sering dibatasi oleh
faktor finansial maupun teknologi, seperti; keleluasaan modifikasi, ketersediaan
29
ruangan, lingkungan, ukuran frekuensi alat yang digunakan, kesinambungan
pekerjaan dan populasi yang menjadi target.(Tarwaka, 2004).
Teknik dalam mendesain stasiun kerja harus dimulai dengan identifikasi
variabilitas populasi pemakaian yang didasarkan pada faktor-faktor seperti etnik,
jenis kelamin, umur dan lain-lain. Menurut Das dan Sangupta pendekatan secara
sistematik untuk menentukan dimensi stasiun kerja dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut: (Tarwaka, 2004).
1. Mengidentifikasi variabilitas populasi pemakai yang didasarkan pada etnik,
jenis kelamin dan umur;
2. Mendapatkan data antropologi yang relevan dengan populasi pemkai;
3. Pengukuran antropometri perlu mempertimbangkan pakaian, sepatu dan posisi
normal;
4. Menentukan kisaran ketinggian dari pekerjaan utama. Penyediaan kursi dan
meja kerja yang dapat distel, sehingga operator dikemungkinkan bekerja
dengan sikap duduk maupun berdiri secara bargantian;
5. Tata letak dari peralatan, kontrol harus dalam kisaran jangkauan optimum;
6. Menempatkan disiplin yang tepat sehingga operator dapat melihat objek
dengan pendangan yang tepat dan nyaman;
7. Review terhadap desain stasiun kerja secara berkala.
Setiap sistem kerja mengandung beberapa atau seluruh komponen kerja.
Masing-masing saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Menurut Corlett
dan Clark (1995) bahwa ergonomi baik sebagai ilmu maupun teknologi selalu konsen
30
dengan interface dan interaksi antara operator dengan komponen-komponen kerja,
serta konsen terhadap pengaruh dari interaksi pada performansi sistem kerja. Secara
bagan hubungan atau interaksi antara operator dengan komponen kerja dapat dilihat
pada Bagan 2.1 di bawah ini. (Tarwaka, 2004).
Bagan 2.1
Interaksi Dalam Sistem Kerja
Sumber: (Tarwaka: 2004).
2.12 Alat Ukur Ergonomi
Ada beberapa cara yang diperkenalkan dalam melakukan evaluasi ergonomi
untuk mengetahui hubungan antara tekanan fisik dengan risiko keluhan otot skeletal.
Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena melibatkan berbagai faktor
subjektif seperti kinerja, motivasi, harapan, dan toleransi kelelahan. (Tarwaka, 2014).
1.12.1 Checklist
Checklist terdiri dari daftar pernyataan yang diarahkan untuk mengidentifikasi
sumber keluhan/penyakit. Untuk mengetahui sumber keluhan otot, pada umumnya
daftar pertanyaan yang diajukan dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertanyaan yang
SOFTWARE
HARDWARE LINGKUNGAN
FISIK OPERATOR
ORGANISASI
31
bersifat umum dan khusus. Pertanyaan umum biasanya mengarah pada pengumpulan
data tentang tingkat beban kerja. Sedangkan pernyataan khusus diarahkan untuk
memperoleh data yang lebih spesifik seperti berat beban, jarak angkat, jenis pekerjaan
dan frekuensi kerja. (Tarwaka, 2004).
2.12.2 Ergonomic Criteria
Ergonomic criteria digunakan untuk mengurangi bahaya seperti Work-related
musculosceletal disorders (WMSD) untuk perusahaan yang memilih pendekatan
kinerja tertentu, bila ditemukan faktor risiko yang berkaitan. Menentukan semua
kondisi dalam kegiatan kerja jika terdapat bahaya. (WAC, 2012 dalam Fatriansyah,
2015).
2.12.3 Metode WAC Equation (Washington Administration Code)
Washington Administration Code merekomendasikan suatu cara untuk
menghitung apakah beban diberikan pada pekerja berada pada batasan yang masih
diperoleh untuk diangkat sesuai dengan kondisi kerja pada pekerjaan tersebut.
Washington Administration Code adalah untuk mengurangi terpaparnya
pekerja terhadap bahaya tempat kerja tertentu yang dapat menyebabkan atau
memperburuk pekerjaan yang berhubungan dengan gangguan musculoskeletal.
Ditempat kerja di mana bahaya yang ada, pengusaha harus menguranginya.
Melakukan hal ini akan mencegah gangguan musculoskeletal seperti tendinitis,
carpal tunnel syndrome dan gangguan punggung bawah. Aturan ini tidak dirancang
untuk mencagah cedera dari slip, perjalanan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor
32
atau sedang terkena atau terjebak dalam objek. (WAC, 2012 dalam Fatriansyah,
2015).
2.13 Prioritas Pengendalian Risiko
Tahapan atau prioritas pengendalian risiko adalah begai berikut :
1. Eliminasi
Yaitu dengan menghilangkan sumber bahaya di tempat kerja.
2. Substitusi
Mengganti bahan atau proses yang lebih aman, sebagai contoh
“mengganti bahan bentuk serbuk dengan pasta atau mengganti proses pengecatan
dengan spray diganti dengan pencelupan”.
3. Rekayasa Enginering
Dengan melakukan proses modifikasi dari suatu peralatan. Contohnya
“pemasangan alat pelindung mesin atau guarding, penambahan alat sensor
otomatis”.
4. Pengendalian administratif
Dengan melakukan pengontrolan dari sistem administrasi. Contohnya
“pemisahan lokasi kerja atau penempatan material, izin kerja atau working permit,
training”.
5. Alat Pelindung Diri
Dengan menggunakan alat pelindung seperti kacamata, helm, sarung
tangan dan masker. (Anisyah, 2015)
33
2.14 Kerangka Teori
Bagan 2.2
Kerangka Teori
Sumberx : Modifikasi Tarwaka, 2014 dan Malaka 2015
FAKTOR LINGKUNGAN
1. Temperatur, kelembaban,
dan sirkulasi udara
2. Vibrasi
FAKTOR RISIKO
PEKERJAAN
1. Beban kerja
2. Postur kerja
3. Frekuensi
4. Durasi
RISIKO
ERGONOMI FAKTOR
KARAKTERISTIK
INDIVIDU
1. Umur
2. Masa kerja
3. Jenis kelamin
4. Merokok
34
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, pengumpulan data dilakukan
dengan survey deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan objek dalam jangka
waktu tertentu (Notoadmodjo, 2012). Pada umumnya survey bertujuan untuk
membuat penelitian terhadap suatu kondisi penyelenggaraan suatu program di masa
sekarang, kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun rencana, perbaikan program
tersebut, (Notoadmodjo, 2012). Yaitu pengamatan langsung menggunakan teknik
(walk through survey), survey melalui pengamatan langsung, dari hasil walk through
survey dibuat checklist dan di analisa dalam foto, video, menggunakan alat ukur
ergonomic criteria dan mengangkat (lifting) di bagian panen kelapa sawit di PT.
Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI tahun 2019. dikonsultasikan dengan
pembimbing.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi
Penelitian dilakukan di bagian panen kelapa sawit di PT. Gading Cempaka
Graha Kabupaten OKI tahun 2019. Diambil pada beberapa titik lokasi Tanaman
Menghasilkan (TM), yaitu ;
34
35
1. Tanaman Menghasilkan (TM) 1 dengan 7 workstation yaitu5 :
a. mendodos TBS,
b. mengumpulkan dan menyusun pelepah sawit,
c. mengutip berondolan sawit,
d. mengangkat TBS ke gerobak dorong (angkong),
e. mendorong angkong ke TPH,
f. menumpahkan TBS dari angkong,
g. menyusun TBS di TPH.
2. Tanaman Menghasilkan (TM) 2 dengan 7 workstation yaitu :
a. mendodos TBS,
b. mengumpulkan dan menyusun pelepah sawit,
c. mengutip berondolan sawit,
d. mengangkat TBS ke gerobak dorong (angkong),
e. mendorong angkong ke TPH,
f. menumpahkan TBS dari angkong,
g. menyusun TBS di TPH.
3. Tanaman Menghasilkan (TM) 3 dengan 7 workstation yaitu :
a. mengegrek TBS,
b. mengumpulkan dan menyusun pelepah sawit,
c. mengutip berondolan sawit,
d. mengangkat TBS ke gerobak dorong (angkong),
e. mendorong angkong ke TPH,
f. menumpahkan TBS dari angkong,
g. menyusun TBS di TPH.
36
4. Tanaman Menghasilkan (TM) 4 dengan 7 workstation yaitu :
a. mengegrek TBS,
b. mengumpulkan dan menyusun pelepah sawit,
c. mengutip berondolan sawit,
d. mengangkat TBS ke gerobak dorong (angkong),
e. mendorong angkong ke TPH,
f. menumpahkan TBS dari angkong,
g. menyusun TBS di TPH.
3.2.2 Waktu
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 22-27 Juli 2019.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016).
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh titik lokasi Tanaman Menghasilkan (TM)
di bagian panen di PT. Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI. Yaitu TM 1, TM 2,
TM 3 dan TM 4 berjumlah 60 pekerja.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan
dapat mewakili seluruh populasi. Apabila subjek kurang dari 100 maka lebih baik
diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi (Riduwan,
2015). Yaitu seluruh pemanen di PT. Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI yang
sebanyak 60 sampel.
37
3.4 Kerangka Konsep
Pada kerangka konsep ini menunjukkan aktivitas pekerja di bagian panen
kelapa sawit terdapat faktor risiko ergonomi dan di pengaruhi oleh faktor postur
kerja, beban kerja, frekuensi, dan durasi. Aktifitas tersebut dilakukan identifikasi,
evaluasi, pengendalian dan pemulihan serta komunikasi pada pekerja di bagian panen
kelapa sawit di PT. Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI , maka kerangka
konsepnya adalah sebagai berikut
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Keterangan : a. ( ) Variabel yang diteliti
b. ( ) Variabel yang tidak diteliti
Faktor Pekerjaan :
- Postur kerja
- Beban kerja
- Frekuensi
- Durasi Kerja
Risiko Ergonomi
Ergonomic Tools
-Ergonomic Criteria
-lifting
38
3.5 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variable yang dimaksud,
atau tentang apa yang diukur oleh variable yang bersangkutan. (Notoatmodjo, 2012).
Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat
Ukur Hasil Ukur
Skala
Ukur
Variabel Dependen
Risiko
Ergonomi
Suatu yang memicu terjadinya
bahaya ergonomi dalam suatu
pekerjaan
Checklist,
foto,
1. Berisiko ergonomic
>78%
2. Tidak Berisko
Ergonomic <78%
Ordinal
Variabel Independen
Postur
Kerja
Menekuk atau memutar bagian
tubuh
Checklist,
foto,
1. Berisiko ergonomic
>8,8%
2. Tidak Beresiko
Ergonomic< 8,8%
Ordinal
Beban
Kerja
Beban fisik yang berlebihan
selama kerja (menarik,
mencengkram, mengait,
mendorong) semakin banyak
energi yang dikeluarkan maka
semakin berat beban bagi
tubuh.
Checklist,
foto,
1. Berisiko ergonomic
>2KG
2. Tidak Beresiko
Ergonomic <2KG
Ordinal
Frekuensi Gerakan postur janggal > 2x
per menit merupakan factor
risiko terhadap bahu, kaki,
leher, dan pinggang
Checklist,
foto,
1. Berisiko
ergonomic>1,25%
2. Tidak Beresiko
Ergonomic<1,25%
Ordinal
Durasi Waktu yang dilakukan dalam
melakukan proses pekerjaan
seorang pemanen
Checklist,
foto,
1. Berisiko >3Jam
2. Tidak Beresiko
Ergonomic <3Jam
Ordinal
Sumber : (Hastono, 2016).
39
3.6 Pengumpulan Data
3.6.1 Data Primer
Data diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung yang dilakukan pada
seluruh titik lokasi Tanaman Menghasilkan (TM) di bagian panen kelapa sawit di PT.
Gading Cempaka Graha PKS Kabupaten OKI Yaitu TM 1, TM 2, TM 3 dan TM 4
3.6.2 Data Sekunder
Didapatkan dari dokumen yang ada di di PT. Gading Cempaka Graha
Kabupaten OKI, yaitu seperti demografi di PT. Gading Cempaka Graha Kabupaten
OKI, struktur organisasi dan karakteristik responden.
3.7 Analisis Data
1. Mempelajari hasil walk through survey dalam bentuk checklist serta penilaian;
2. Mengidentifikasi seluruh faktor risiko ergonomi yaitu postur tubuh, beban
kerja, frekuensi, durasi dengan penentuan Departemen Perusahaan dan
dikembangkan dengan Ergonomic Criteria AND Checklist;
3. Mengevaluasi seluruh bahaya kesehatan yang ada pada analisis data;
4. Pembuatan Ergonomic Criteria dan Washington Administration Code (WAC)
pada pekerja di bagian panen kelapa sawit;
5. Perhitungan risiko ergonomi dengan menggunakan rumus :
Faktor Risiko Ergonomi Perbagian Panen Kelapa Sawit
% ∑
∑
Faktor Risiko Ergonomi Seluruh bagian Panen Kelapa Sawit
% ∑
∑
40
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian
4.1.1 Identitas Perusahaan/Kebun
1. Nama Perusahaan : PT. Gading Cempaka Graha
2. Status Perusahaan : Swasta PMA
3. Alamat Perusahaan :
Kantor Pusat : Wisma 77 Tower I LT.18 Jln. Letjen S
Parman Kav. 77 RT/RW 00/00 Kel. Slipi
Kec. Palang Merah Kota
Administrasi Jakarta Barat
No. Telp. : 021-536 0825
Email : [email protected]
Kantor Cabang : Jln By Pass Alang Alang Lebar Komplek
Citra Grand City Blok B8/28 Kota Palembang,
Sumsel
No. Telp. : 0711-5645947 / 0815-2236 678
Email : [email protected]
4. Nama Kebun : Talang Sepucuk Estate
5. Lokasi Kebun :
Desa : Cinta Jaya
Kecamatan : Pedamaran
Kabupaten : Ogan Komering Ilir
6. Lingkup Usaha : Budidaya Kelapa Sawit
7. NPWP : 01.104.134.0-308.000
8. Luas Kebun : 10.000 Ha
40
41
9. Nama Pengurus Direksi :
Direktur Utama : Ir. Nanang Ibnur Rosyid Sumardjo
Direktur : Nursyodik, SE
Dewan Komisaris : Afrizal
10. Group Perusahaan : CEMPAKA MAS ABADI GROUP
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis univariat
Analisis ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang distribusi
responden menurut semua variabel penelitian, baik variabel dependen (resiko
ergonomi) maupun variabel independen (postur tubuh, frekuensi, durasi kerja, dan
beban kerja) yang dikumpulkan dalam tabel dan teks seperti di bawah ini :
4.2.1.1 Resiko ergonomi
Distribusi responden berdasarkan variabel resiko ergonomi pada pekerja di
bagian panen kelapa sawit dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Resiko Ergonomi pada Pekerja di
bagian Panen Kelapa Sawit di PT Gading Cempaka Graha
Tahun 2019
No Resiko Ergonomi Jumlah Persentase (%)
1 Beresiko 22 36,7
2 Tidak Beresiko 38 63,3
Total 60 100,0
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan hasil distribusi frekuensi variabel yang
menunjukkan bahwa dari 60 responden yang memiliki resiko ergonomi berjumlah 22
42
responden (36,7%) lebih sedikit dibandingkan dengan responden yang tidak beresiko
ergonomi berjumlah 38 responden (63,3%).
4.2.1.2 Postur Kerja
Distribusi responden berdasarkan variabel postur kerja pada pekerja di bagian
panen kelapa sawit dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Postur Kerja pada Pekerja di
bagian Panen Kelapa Sawit di PT Gading Cempaka Graha
Tahun 2019
No Postur Kerja Jumlah Persentase (%)
1 Beresiko 30 50,0
2 Tidak Beresiko 30 50,0
Total 60 100,0
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil distribusi frekuensi variabel postur
kerja yang menunjukkan bahwa dari 60 responden yang memiliki postur kerja
beresiko berjumlah 30 responden (50,0%) sama dengan responden yang tidak
beresiko berjumlah 30 responden (50,0%).
4.2.1.3 Frekuensi
Distribusi responden berdasarkan variabel frekuensi pada pekerja di bagian
panen kelapa sawit dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
43
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi pada Pekerja di bagian
Panen Kelapa Sawit di PT Gading Cempaka Graha
Tahun 2019
No Frekuensi Jumlah Persentase (%)
1 Beresiko 26 43,3
2 Tidak Beresiko 34 56,7
Total 60 100,0
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan hasil distribusi frekuensi variabel frekuensi
yang menunjukkan bahwa dari 60 responden yang memiliki frekuensi kerja tidak
beresiko berjumlah 34 responden (56,7%) lebih banyak dibandingkan dengan
responden yang beresiko berjumlah 26 responden (43,3%).
4.2.1.4 Durasi kerja
Distribusi responden berdasarkan variabel durasi kerja pada pekerja di bagian
panen kelapa sawit dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Durasi Kerja pada Pekerja di
bagian Panen Kelapa Sawit di PT Gading Cempaka Graha
Tahun 2019
No Durasi Kerja Jumlah Persentase (%)
1 Beresiko 17 28,3
2 Tidak Beresiko 43 71,7
Total 60 100,0
Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan hasil distribusi frekuensi variabel durasi
kerja yang menunjukkan bahwa dari 60 responden yang memiliki durasi kerja tidak
beresiko berjumlah 43 responden (71,7%) lebih banyak dibandingkan dengan
responden yang beresiko berjumlah 17 responden (28,3%).
44
4.2.1.5 Beban kerja
Distribusi responden berdasarkan variabel beban kerja pada pekerja di bagian
panen kelapa sawit dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Beban Kerja pada Pekerja di
bagian Panen Kelapa Sawit di PT Gading Cempaka Graha
Tahun 2019
No Beban Kerja Jumlah Persentase (%)
1 Beresiko 46 76,7
2 Tidak Beresiko 14 23,3
Total 60 100,0
Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan hasil distribusi frekuensi variabel bban kerja
yang menunjukkan bahwa dari 60 responden yang memiliki beban kerja beresiko
berjumlah 46 responden (76,7%) lebih banyak dibandingkan dengan responden yang
tidak beresiko berjumlah 14 responden (23,3%).
4.2.2 Analisis bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan kedua variabel yaitu
variabel dependen (resiko ergonomi) maupun variabel independen (postur kerja,
frekuensi, durasi kerja, dan beban kerja). Dalam penelitian ini digunakan uji Chi-
Square dengan derajat kepercayaan atau kemaknaan α = 0,05.
45
4.2.2.1 Hubungan antara postur kerja dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian
panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019
Tabel 4.6
Hubungan antara postur kerja dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian
panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019
No
Postur Kerja
Resiko Ergonomi
Jumlah
P
Value
OR Beresiko Tidak
Beresiko
n % n % n %
1 Beresiko 16 53,3 14 46,7 30 100 0,016
4,571
2 Tidak
Beresiko
6 20,0 24 80,0 30 100
Jumlah 22 36,7 38 63,3 60 100
Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan bahwa hasil uji statistik p value = 0,016, ini
berarti ada hubungan antara postur kerja dengan resiko ergonomi pada pekerja di
bagian panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha tahun 2019. Dari hasil analisis
diperoleh pula nilai OR = 4,571, artinya pekerja yang postur kerja beresiko
mempunyai peluang 4,571 kali untuk mengalami resiko ergonomi dibandingkan
pekerja yang postur kerja tidak beresiko.
46
4.2.2.2 Hubungan antara frekuensi dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian
panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019
Tabel 4.7
Hubungan antara frekuensi dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian
panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019
No
Frekuensi
Resiko Ergonomi
Jumlah
P
Value
OR Beresiko Tidak
Beresiko
n % n % n %
1 Beresiko 4 15,4 22 84,6 26 100 0,007
0,162
2 Tidak
Beresiko
18 52,9 16 47,1 34 100
Jumlah 22 36,7 38 63,3 60 100
Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan bahwa hasil uji statistik p value = 0,007, ini
berarti ada hubungan antara frekuensi dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian
panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha tahun 2019. Dari hasil analisis
diperoleh pula nilai OR = 0,162, artinya pekerja yang frekuensi kerja beresiko
mempunyai peluang 0,162 kali untuk mengalami resiko ergonomi dibandingkan
pekerja yang frekuensi kerja tidak beresiko.
47
4.2.2.3 Hubungan antara durasi kerja dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian
panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019
Tabel 4.8
Hubungan antara durasi kerja dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian
panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019
No
Durasi Kerja
Resiko Ergonomi
Jumlah
P
Value
OR Beresiko Tidak
Beresiko
n % n % n %
1 Beresiko 2 11,8 15 88,2 17 100 0,026
0,153
2 Tidak
Beresiko
20 46,5 23 53,5 43 100
Jumlah 22 36,7 38 63,3 60 100
Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan bahwa hasil uji statistik p value = 0,026, ini
berarti ada hubungan antara durasi kerja dengan resiko ergonomi pada pekerja di
bagian panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha tahun 2019. Dari hasil analisis
diperoleh pula nilai OR = 0,153, artinya pekerja yang durasi kerja beresiko
mempunyai peluang 0,153 kali untuk mengalami resiko ergonomi dibandingkan
pekerja yang durasi kerja tidak beresiko.
48
4.2.2.4 Hubungan antara beban kerja dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian
panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019
Tabel 4.9
Hubungan antara beban kerja dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian
panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019
No
Beban Kerja
Resiko Ergonomi
Jumlah
P
Value
OR Beresiko Tidak
Beresiko
n % n % n %
1 Beresiko 13 28,3 33 71,7 46 100 0,033
0,219
2 Tidak
Beresiko
9 64,3 5 35,7 14 100
Jumlah 22 36,7 38 63,3 60 100
Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan bahwa hasil uji statistik p value = 0,033, ini
berarti ada hubungan antara beban kerja dengan resiko ergonomi pada pekerja di
bagian panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha tahun 2019. Dari hasil analisis
diperoleh pula nilai OR = 0,219, artinya pekerja yang beban kerja beresiko
mempunyai peluang 0,219 kali untuk mengalami resiko ergonomi dibandingkan
pekerja yang beban kerja tidak beresiko.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Hubungan antara postur kerja dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian
panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi variabel postur kerja yang menunjukkan
bahwa dari 60 responden yang memiliki postur kerja beresiko berjumlah 30
49
responden (50,0%) sama dengan responden yang tidak beresiko berjumlah 30
responden (50,0%).
Berdasarkan hasil uji statistik p value = 0,016, ini berarti ada hubungan antara
postur kerja dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian panen kelapa sawit PT
Gading Cempaka Graha tahun 2019. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR =
4,571, artinya pekerja yang postur kerja beresiko mempunyai peluang 4,571 kali
untuk mengalami resiko ergonomi dibandingkan pekerja yang postur kerja tidak
beresiko.
Postur kerja merupakan titik penentu dalam menganalisa keefektivan dari
suatu pekerjaan. Apabila postur kerja yang dilakukan oleh operator sudah baik dan
ergonomis maka dapat dipastikan hasil yang diperoleh oleh operator tersebut akan
baik. (Said, 2014).
Postur kerja yang berisiko untuk terjadinya nyeri pinggang bawah adalah
postur kerja yang janggal, yaitu deviasi atau pergeseran dari gerakan tubuh atau
anggota gerak yang dilakukan pekerja saat melakukan aktifitas dengan postur normal.
(Anies, 2005).
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Fajriany dan Maarifah (2018) hasil statistik dengan mengunakan fisher’s exact test
diperoleh ( p value =0,149) karena nilai p > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima.
Interpretasinya bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap tubuh dalam
bekerja dengan keluhan otot dan tulang yang dialami pekerja pemintalan tali.
50
Menurut hasil penelitian, teori dan penelitian terkait, peneliti berpendapat
bahwa ada hubungan antara postur kerja dengan resiko ergonomi dikarenakan postur
tubuh saat bekerja sangat berpengaruh terhadap terjadinya resiko ergonomi, postur
tubuh saat bekerja seharusnya disesuaikan dengan anatomi tubuh agar tidak terjadi
penekanan dan pergeseran pada bagian tertentu yang diakibatkan karena postur tubuh
yang salah terutama pada pekrja bagian panen sawit.
4.3.2 Hubungan antara frekuensi dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian
panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi variabel frekuensi yang menunjukkan
bahwa dari 60 responden yang memiliki frekuensi kerja tidak beresiko berjumlah 34
responden (56,7%) lebih banyak dibandingkan dengan responden yang beresiko
berjumlah 26 responden (43,3%).
Berdasarkan hasil uji statistik p value = 0,007, ini berarti ada hubungan antara
frekuensi dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian panen kelapa sawit PT
Gading Cempaka Graha tahun 2019. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR =
0,162, artinya pekerja yang frekuensi kerja beresiko mempunyai peluang 0,162 kali
untuk mengalami resiko ergonomi dibandingkan pekerja yang frekuensi kerja tidak
beresiko.
Frekuensi yang tinggi atau gerakan yang berulang dengan sedikit variasi,
dapat menimbulkan kelelahan dan ketegangan pada otot dan tendon oleh karena
kurang istirahat untuk pemulihan penggunaan yang berlebihan pada otot, tendon dan
sendi, akibat terjadinya inflamasi atau radang sendi dan tendon. Radang ini
51
meningkatkan tekanan pada saraf. Contoh tingkat kekerapan bekerja dengan postur
janggal, misalnya seorang pekerja digudang mengangkat beban lebih dari 5 kg, lebih
dari 2 kali per menit dan lebih dari 2 jam per hari, mengetik lebih dari 7 jam per hari.
(Kurniawidjaja, 2012).
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Entianopa, Putri dan Devita (2019) hasil penelitian mengenai variabel aktivitas
berulang diperoleh hasil uji statistik diketahui p-Value = 0,72 (p-Value< 0,05) maka
Hₒ diterima. Hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang singnifikan
antara aktivitas berulang dengan kelelahan otot pada pekerja penyadap getah.
Menurut hasil penelitian, teori dan penelitian terkait, peneliti berpendapat
bahwa ada hubungan antara frekuensi kerja dengan resiko ergonomi dikarenakan
terdapat pengulangan gerak pada saat memanen sawit melakukan satu atau dua
batang pohon yang akan di panen. Pada saat melakukan pemanenan pekerja dapat
melakukan gerakan yang selalu berulang dari atas kebawah sebanyak kurang lebih 30
kali. Hal inilah yang dapat menyebabkan ada beberapa pekerja yang mengalami
resiko ergonomi akibat gerakan yang sering berulang dengan jarak bekerja sekitar 1
hektar–5 hektar.
4.3.3 Hubungan antara durasi kerja dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian
panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi durasi kerja yang menunjukkan bahwa
dari 60 responden yang memiliki durasi kerja tidak beresiko berjumlah 43 responden
52
(71,7%) lebih banyak dibandingkan dengan responden yang beresiko berjumlah 17
responden (28,3%).
Berdasarkan hasil uji statistik p value = 0,026, ini berarti ada hubungan antara
durasi kerja dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian panen kelapa sawit PT
Gading Cempaka Graha tahun 2019. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR =
0,153, artinya pekerja yang durasi kerja beresiko mempunyai peluang 0,153 kali
untuk mengalami resiko ergonomi dibandingkan pekerja yang durasi kerja tidak
beresiko.
Durasi kerja yaitu lama waktu bekerja yang dihabiskan pekerja dengan postur
janggal, memebawa atau mendorong beban, atau melakukan pekerjaan repetitiv tanpa
istirahat. (Kurniawidjaja, 2012). Jam kerja selama 8 jam per hari. Diusahakan sedapat
mungkin tidak di lampaui. Apabila hal ini tidak dapat dihindari, perlu diusahakan
grup kerja baru atau pengadaan kerja gilir. (Anies, 2005).
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Entianopa, Putri dan Devita (2019) bedasarkan variabel lama kerja diperoleh hasil uji
statistik diketahui p-Value = 0,01 (p-Value < 0,05) maka Hₒ ditolak. Hal ini
menunjukan bahwa terdapat hubungan yang singnifikan antara lama kerja dengan
kelelahan otot pada pekerja penyadap getah karet di Desa Suka Jaya Kecamatan
Bayung Lencir Sumatera Selatan 2018.
Menurut hasil penelitian, teori dan penelitian terkait, peneliti berpendapat
bahwa ada hubungan antara durasi kerja dengan resiko ergonomi dikarenakan hasil
wawancara pada salah satu pekerja terdapat keluhan resiko ergonomi yang berkaitan
53
dengan lama kerja dari jam kurang lebih 07.00 sampai 10.00 dan jam 14.00 sampai
17.00, di temukannya beberapa keluhan nyeri otot pada beberapa anggota tubuh
mereka setelah bekerja. Ini di buktikan dengan waktu kerja seorang pekerja bekerja
dari pukul kurang lebih 07.00 hingga pukul 17.00 tidak optimal lagi yang seharusnya
maksimal bagi pekerja kurang dari 8 jam/hari. Pekerja dibagian panen diharapkan
dapat melakukan istirahat yang teratur serta dapat melakukan peregangan beberapa
kali ketika melakukan pekerjaan sehingga tubuh tidak kelelahan dengan keadaan
yang dinamis dan agar pekerja bisa mengatur waktu istirahat yang seimbang.
4.3.4 Hubungan antara beban kerja dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian
panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi variabel beban kerja yang menunjukkan
bahwa dari 60 responden yang memiliki beban kerja beresiko berjumlah 46
responden (76,7%) lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak beresiko
berjumlah 14 responden (23,3%).
Berdasarkan hasil uji statistik p value = 0,033, ini berarti ada hubungan antara
beban kerja dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian panen kelapa sawit PT
Gading Cempaka Graha tahun 2019. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR =
0,219, artinya pekerja yang beban kerja beresiko mempunyai peluang 0,219 kali
untuk mengalami resiko ergonomi dibandingkan pekerja yang beban kerja tidak
beresiko.
Beban berat menimbulkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot serta kerusakan
otot, tendon dan jaringan sekitarnya. Kekuatan berasal dari peningkatan ketegangan
54
otot, ligamen dan tendon. Pengerahan tenaga terberat terjadi saat mengangkat benda
berat. Contoh dari beban berat dengan dimensi waktu seperti berikut.
d. Mengangkat beban lebih dari 35 kg satu kali per hari atau lebih dari 25 kg
lebih dari 10 kali per hari.
e. Objek yang diangkat beratnya lebih dari 5 kg bila dikerjakan lebih dari 2
kali per menit, totalnya lebih dari 2 jam per hari.
f. Objek yang beratnya lebih dari 12,5 kg diangkat diatas bahu, dibawah
dengkul atau sepanjang pelukan lebih dari 25 kali per hari.
(Kurniawidjaja, 2012).
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ratunuman, Lerry dan Woodford (2018) hasil uji statistic Sperman rank diperoleh
nilai p value sebesar 0,03. Jadi terdapat hubungan di antara beban kerja dengan
keluhan muskuloskeletal pada Kelompok Tani di Desa Rok-rok Kecamatan Kema
Kabupaten Minahasa Utara dimana kekuatan hubungan lemah (r = 0,358 ). Beban
kerja yang berlebihan menyebabkan pelemasan otot yang berlebihan dapat
mengurangi ketebalan interverebral disc atau elemen yang berada diantara segmen
tulang belakang yang akan dapat menimbulkan risiko nyeri paada tulang belakang.
Menurut hasil penelitian, teori dan penelitian terkait, peneliti berpendapat
bahwa ada hubungan antara beban kerja dengan resiko ergonomi dikarenakan
semakin berat beban kerja yang dilakukan maka semakin beresiko untuk mengalami
resiko ergonomi karena pada dasarnya beban kerja dipengaruhi oleh kemampuan
setiap pekerja yang berbeda walaupun pekerja bekerja di tempat yang sama dan
55
pengalaman yang sama. Perbedaan ini disebabakan karena kapasitas orang tersebut
berbeda. Menurut ILO, beban maksimum yang diperbolehkan untuk diangkat oleh
seseorang adalah 23-25 kg.
56
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Distribusi frekuensi berdasarkan hasil univariat dari 60 responden yang beresiko
ergonomi sebanyak 22 responden (36,7%), responden yang postur kerja beresiko
sebanyak 30 responden (50,0%), responden yang frekuensi kerja beresiko
sebanyak 26 responden (43,3%), responden yang durasi kerja beresiko sebanyak
17 responden (28,3%), dan responden yang beban kerja beresiko sebanyak 46
responden (76,6%)
2. Ada hubungan antara postur kerja dengan dengan resiko ergonomi pada pekerja
di bagian panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019
3. Ada hubungan antara frekuensi kerja dengan dengan resiko ergonomi pada
pekerja di bagian panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019
4. Ada hubungan antara durasi kerja dengan dengan resiko ergonomi pada pekerja
di bagian panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019
5. Ada hubungan antara beban kerja dengan dengan resiko ergonomi pada pekerja
di bagian panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019
56
57
5.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan maka beberapa saran dapat dikemukakan
sebagai berikut :
5.2.1 Bagi PT Gading Cempaka Graha
Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti menyarankan untuk pekerja agar
lebih memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja dalam bekerja dan lebih
meningkatkan kesadaran tentang bahaya resiko ergonomi yang dapat diakibatkan
karena beban kerja, lingkungan kerja dan kapasitas kerja yang tidak sesuai, sehingga
dapat menggurangi produktivitas kerja serta diharapkan untuk selalu memberikan
sosialisasi atau pelatihan tentang penanggulangan resiko ergonomi dapat
meningkatkan kinerja dan produktivitas kerja.
5.2.2 Bagi STIK Bina Husada Palembang
Bagi STIK Bina Husada diharapkan agar mengikutsertakan mahasiswa/i
program studi ilmu kesehatan masyarakat dalam kegiatan praktek kerja lapangan atau
pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan menjalin kerjasama kepada
pihak-pihak yang terkait seperti perusahaan–perusahaan serta instansi lainnya.
5.2.3 Bagi Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat di jadikan dasar pengembangan bagi
peneliti selanjutnya untuk membahas tentang pengendalian resiko ergonomi dengan
metode kuantitatif dan kualitatif. Sehingga dapat membantu pekerja untuk
meningkatkan wawasan tentang pengendalian resiko ergonomi.
1
DAFTAR PUSTAKA
Anies. 2005.
Seri kesehatan umum penyakit akibat kerja, berbagai penyakit akibat
lingkungan kerja dan upaya penanggulangannya. PT Gramedia : Jakarta.
Anisyah. 2015.
Bahan Ajar. Health Risk Assesment Faktor Risiko Ergonomi dan Psikologi,
Palembang.
Anisyah. 2015.
Bahan Ajar. Management Risk, Palembang.
Budiono, A.M. Sugeng. 2005.
Hiperkes dan KK. Universitas Diponegoro : Semarang.
Depkes RI, 2015.
Pusat data dan informasi kementrian RI http://www.depkes.go.id diakses 09
april 2016.
Entianopa, Putri Sahara Harahap, Devita Rahma. 2019
Hubungan Aktivitas Berulang, Sikap Kerja Dan Lama Kerja Dengan Keluhan
Kelelahan Otot Pada Pekerja Getah Karet (Online)
Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ibnu Sina Batam
DK – Vol.1 No.1 2019 ǀ e-issn: ǀ p-issn: 2089-2284
(http://ejurnal.stikesibnusinabatam.ac.id/index.php/DK/article/view/12/10,
diakses pada tanggal 25 Juli 2019 pukul 13.45 WIB)
Fajriany. BM, Nur Indah dan Maarifah Dahlan. 2019
Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Otot Dan Tulang Pada Pekerja
Pemintalan Tali Di Dusun Lambe Desa Karama Kecamatan Tinambung
Kabupaten Polewali Mandar (Online)
Jurnal Kesehatan Masyarakat
Vol. 4, No. 2, Nopember 2018 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542 J-
Kesmas
(http://journal.lppm-unasman.ac.id/index.php/jikm/article/view/250/239,
diakses pada tanggal 25 Juli 2019 pukul 15.20 WIB)
Fatriansyah, Dwi Romi. 2015.
Analisis Risiko Ergonomi di Bagian Produksi PT SS Pabrik Palembang Tahun
2015. Skripsi Bina Husada.
2
Fauzi, yan. 2002.
Kelapa sawit, budi daya, pemanfaatan hasil dan limbah, analisis usaha dan
pemasaran. Penebar Swadaya : Jakarta.
Hadiguna, Rika Ampuh. 2009.
Manajemen Pabrik: Pendekatan Sistem untuk Efisiensi dan Efektifitas.
Jakarta: Bumi Aksara.
Iridiastadi, Hardianto. 2014.
Ergonomi Suatu Pengantar. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung.
Kurniawidjaja, L. Meily, 2012.
Teori dan aplikasi kesehatan kerja. Universita Indonesia : Jakarta.
Malaka, Tan. 2015.
Bahan Ajar. OccuPational Safety (Keselamatan Kerja), Palembang.
. 2015.
Bahan ajar. Pengantar Hygiene Idustry, Palembang.
. 2016.
Pidato pengukuhan sebagai guru besar tetap dalam bidang ilmu kesehatan
masyarakat fakultas kedokteran universitas sriwijaya.
Prayoga, Elvis Dio. 2016.
Analisis Faktor Risiko Ergonomi pada Pekerja Bagian Panen Kelapa Sawit
Divisi Sidomulyo PT TBL Kabupaten Banyuasin 2016. Skripsi Dio Prayoga
Profil. 2019.
Profil Perusahaan. PT. Tania Selatan PKS, Oki
Ratunuman, Yunike Monica, Lerry F. Suoth, dan Woodford B. S. Joseph. 2018
Hubungan Antara Sikap Dan Beban Kerja Dengan Keluhan Muskuloskeletal
Pada Kelompok Tani Di Desa Rok-Rok Kecamatan Kema Kabupaten Minahasa
Utara
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4
(https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/article/view/23165/22858,
diakses pada tanggal 25 Juli 2019 pukul 14.44 WIB)
Riduwan. 2015
Metode&tekhnik menyusun proposal penelitian, Alfabeta CV: Bandung
3
Sugiyono. 2016.
Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. CV: Bandung
Said, marsidi. 2014.
Postur Kerja Yang Ergonomis Jurnal Kesehatan Bina Husada Pusat Kajian
Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang. Printed in
United States of America.
Sari, Suci Paramita 2014.
Analisis Faktor Risiko Ergonomi pada Pekerja di Bengkel Utama PT. Bukit
Asam Tahun 2014. Jurnal Kesehatan Bina Husada Pusat Kajian Kesehatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palemban, Volume 10, No. 2.
Tarwaka. 2004.
Ergonomi untuk K3 dan Produktivitas. UNIBA PRESS : Surakarta.
. 2014.
Ergonomi industri dasar-dasar pengetahuan ergonomi dan aplikasi di tempat
kerja. Harapan Press : Surakarta.
Utari, F. Y., & Kalsum. 2015.
Hubungan Sikap Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal pada Penyortir
Tembakau Di Gudang Sortasi Tembakau Kebun Klumpang SUTK PTPN II
Tahun 2015. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.
https://media.neliti.com/media/publication/14576-ID-hubungan-sikap-
kerjadengan-keluhan-musculoskeletal-pada-penyortir-tembakau-di-g.pdf.
4
Postur Kerja di Lokasi Tanaman Menghasilkan (TM)
5
Postur Kerja di Lokasi Tanaman Menghasilkan (TM)
6
Bersama pengurus lapangan PT. Gading Cempaka Graha
7
KRITERIA ERGONOMI
POSTUR JANGGAL
Bagian
Tubuh Faktor Risiko Fisik Durasi
Bantuan
Visual
Hasil Keterangan
Ya Tdk
Bahu Bekerja dengan tangan di atas
kepala atau kedua siku diatas
kedua bahu
Totalnya
lebih dari
4 jam per
hari
Secara berulang-ulang
mengangkat tangan di atas
kepala atau kedua siku di atas
kedua bahu lebih dari sekali
permenit
Totalnya
lebih dari
4 jam per
hari
Leher Bekerja dengan leher
membungkuk lebih dari 45
(tanpa dukungan atau
kemampuan untuk merubah
postur tubuh)
Totalnya
lebih dari
4 jam per
hari
Punggung Bekerja dengan punggung
membungkuk kedepan lebih
dari 30 (tanpa dukungan atau
kemampuan untuk merubah
postur tubuh)
Totalnya
lebih dari
4 jam per
hari
Bekerja dengan punggung
membungkuk kedepan lebih
dari 45 (tanpa dukungan atau
kemampuan untuk merubah
postur tubuh)
Totalnya
lebih dari
2 jam per
hari
Lutut
Jongkok
Totalnya
lebih dari
4 jam per
hari
Berlutut
Totalnya
lebih dari
4 jam per
hari
TOTAL Ya
=
Tdk
=
8
GERAKAN PAKSA PADA TANGAN
Bagian
Tubuh Faktor Risiko Fisik
Kombinasi
Dengan Durasi
Bantuan
Visual
Hasil Keterangan
Ya Tdk
Lengan
,
pergela
ngan
tangan,
Tangan
Menjepit objek
yang tidak
dianjurkan yang
berbobot 2 pounds
atau lebih per
tangan, atau
menjepit dengan
paksa dengan bobot
4 pounds atau lebih
per tangan (setara
dengan menjepit
setengah rim
kertas)
Gerakan
cepat secara
berulang-
ulang
Totalny
a lebih
dari 3
jam per
hari
pergelangan
tangan
tertekuk
fleksi
30atau
lebih, atau
ekstensi 45
atau lebih,
atau ulnar
deviasi 30
atau lebih
Totalny
a lebih
dari 3
jam per
hari
Tidak ada
faktor risiko
lainnya
Totalny
a lebih
dari 4
jam per
hari
Lengan
,
pergela
ngan
tangan,
Tangan
Menggenggam
suatu objek yang
tidak dianjurkan
yang bermassa 10
ponds atau lebih
pertangan, atau
menggenggam
paksa 10 pounds
atau lebih
pertangan (setara
dengan menjepit
mengencangkan
tali pelompat ke
sebuah baterai)
Gerakan
cepat secara
berulang-
ulang
Totalny
a lebih
dari 3
jam
perhari
Pergelangan
tangan
membengko
k dengan
lengkungan
300 atau
lebih atau
dengan
perluasan
450 atau
lebih, atau
dengan
Totalny
a lebih
dari 3
jam
perhari
9
deviasi
ulnar 300
atau lebih
Tidak ada
faktor risiko
lainnya
Totalny
a lebih
dari 4
jam
perhari
TOTAL Ya
=
Tdk
=
GERAKAN CEPAT BERULANG
Bagian
Tubuh Faktor Risiko Fisik
Kombinasi
Dengan Durasi
Hasil Keterangan
Ya Tdk
Leher,
bahu,
siku,
pergelan
gan
tangan,
tangan
Menggunakan gerakan
yang sama dengan
sedikit atau tanpa
variasi setiap beberapa
detik (tidak termasuk
aktivitas mengetik)
Tidak ada
faktor risiko
lainnya
Totalnya
lebih dari
6 jam per
hari
Menggunakan gerakan
yang sama dengan
sedikit atau tanpa
variasi setiap beberapa
detik (tidak termasuk
aktivitas mengetik)
Pergelangan
tangan
membungkuk
dalam fleksi
30 atau
lebih, atau
dalam
ekstensi 45
atau lebih,
atau ulnar
deviasi
30atau lebih
dan
prnggunaan
tenaga penuh
dengan kedua
tangan
Totalnya
lebih dari
2 jam per
hari
TOTAL Ya
=
Tdk
=
10
FREQUENCIES VARIABLES=Posturtubuh Frekuensi Durasi beban Resikoergonomi /ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Notes
Output Created 08-Aug-2019 04:28:58
Comments
Input Data E:\SKRIPSI FAHMI\Input Chi square
Fahmi.sav
Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File
60
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with
valid data.
Syntax FREQUENCIES
VARIABLES=Posturtubuh Frekuensi
Durasi beban Resikoergonomi
/ORDER=ANALYSIS.
Resources Processor Time 0:00:00.000
Elapsed Time 0:00:00.000
[DataSet0] E:\SKRIPSI FAHMI\Input Chi square Fahmi.sav
11
Statistics
Postur Tubuh Frekuensi Durasi Kerja Beban Kerja Resiko Ergonomi
N Valid 60 60 60 60 60
Missing 0 0 0 0 0
Frequency Table
Postur Tubuh
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Beresiko 30 50.0 50.0 50.0
Tidak Beresiko 30 50.0 50.0 100.0
Total 60 100.0 100.0
Frekuensi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Beresiko 26 43.3 43.3 43.3
Tidak Beresiko 34 56.7 56.7 100.0
Total 60 100.0 100.0
12
Durasi Kerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Beresiko 17 28.3 28.3 28.3
Tidak Beresiko 43 71.7 71.7 100.0
Total 60 100.0 100.0
Beban Kerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Beresiko 46 76.7 76.7 76.7
Tidak Beresiko 14 23.3 23.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
Resiko Ergonomi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Beresiko 22 36.7 36.7 36.7
Tidak Beresiko 38 63.3 63.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
13
CROSSTABS /TABLES=Posturtubuh Frekuensi Durasi beban BY Resikoergonomi /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT EXPECTED ROW /COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
Notes
Output Created 08-Aug-2019 04:27:09
Comments
Input Data E:\SKRIPSI FAHMI\Input Chi square
Fahmi.sav
Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File
60
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on all
the cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=Posturtubuh Frekuensi
Durasi beban BY Resikoergonomi
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT EXPECTED ROW
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 0:00:00.031
Elapsed Time 0:00:00.046
Dimensions Requested 2
14
Notes
Output Created 08-Aug-2019 04:27:09
Comments
Input Data E:\SKRIPSI FAHMI\Input Chi square
Fahmi.sav
Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File
60
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on all
the cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=Posturtubuh Frekuensi
Durasi beban BY Resikoergonomi
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT EXPECTED ROW
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 0:00:00.031
Elapsed Time 0:00:00.046
Dimensions Requested 2
Cells Available 174762
15
[DataSet0] E:\SKRIPSI FAHMI\Input Chi square Fahmi.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Postur Tubuh * Resiko
Ergonomi
60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Frekuensi * Resiko Ergonomi 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Durasi Kerja * Resiko
Ergonomi
60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Beban Kerja * Resiko
Ergonomi
60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Postur Tubuh * Resiko Ergonomi
Crosstab
Resiko Ergonomi
Beresiko Tidak Beresiko Total
Postur Tubuh Beresiko Count 16 14 30
Expected Count 11.0 19.0 30.0
% within Postur Tubuh 53.3% 46.7% 100.0%
Tidak Beresiko Count 6 24 30
Expected Count 11.0 19.0 30.0
% within Postur Tubuh 20.0% 80.0% 100.0%
Total Count 22 38 60
Expected Count 22.0 38.0 60.0
% within Postur Tubuh 36.7% 63.3% 100.0%
16
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 7.177a 1 .007
Continuity Correctionb 5.813 1 .016
Likelihood Ratio 7.379 1 .007
Fisher's Exact Test .015 .007
Linear-by-Linear Association 7.057 1 .008
N of Valid Cases 60
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Postur Tubuh
(Beresiko / Tidak Beresiko)
4.571 1.452 14.389
For cohort Resiko Ergonomi
= Beresiko
2.667 1.210 5.876
For cohort Resiko Ergonomi
= Tidak Beresiko
.583 .382 .890
N of Valid Cases 60
17
Frekuensi * Resiko Ergonomi
Crosstab
Resiko Ergonomi
Beresiko Tidak Beresiko Total
Frekuensi Beresiko Count 4 22 26
Expected Count 9.5 16.5 26.0
% within Frekuensi 15.4% 84.6% 100.0%
Tidak Beresiko Count 18 16 34
Expected Count 12.5 21.5 34.0
% within Frekuensi 52.9% 47.1% 100.0%
Total Count 22 38 60
Expected Count 22.0 38.0 60.0
% within Frekuensi 36.7% 63.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 8.949a 1 .003
Continuity Correctionb 7.405 1 .007
Likelihood Ratio 9.518 1 .002
Fisher's Exact Test .003 .003
Linear-by-Linear Association 8.800 1 .003
N of Valid Cases 60
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,53.
b. Computed only for a 2x2 table
18
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Frekuensi
(Beresiko / Tidak Beresiko)
.162 .046 .570
For cohort Resiko Ergonomi
= Beresiko
.291 .112 .756
For cohort Resiko Ergonomi
= Tidak Beresiko
1.798 1.214 2.662
N of Valid Cases 60
Durasi Kerja * Resiko Ergonomi
Crosstab
Resiko Ergonomi
Beresiko Tidak Beresiko Total
Durasi Kerja Beresiko Count 2 15 17
Expected Count 6.2 10.8 17.0
% within Durasi Kerja 11.8% 88.2% 100.0%
Tidak Beresiko Count 20 23 43
Expected Count 15.8 27.2 43.0
% within Durasi Kerja 46.5% 53.5% 100.0%
Total Count 22 38 60
Expected Count 22.0 38.0 60.0
% within Durasi Kerja 36.7% 63.3% 100.0%
19
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 6.334a 1 .012
Continuity Correctionb 4.926 1 .026
Likelihood Ratio 7.143 1 .008
Fisher's Exact Test .017 .011
Linear-by-Linear Association 6.229 1 .013
N of Valid Cases 60
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,23.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Durasi Kerja
(Beresiko / Tidak Beresiko)
.153 .031 .754
For cohort Resiko Ergonomi
= Beresiko
.253 .066 .967
For cohort Resiko Ergonomi
= Tidak Beresiko
1.650 1.188 2.291
N of Valid Cases 60
20
Beban Kerja * Resiko Ergonomi
Crosstab
Resiko Ergonomi
Beresiko Tidak Beresiko Total
Beban Kerja Beresiko Count 13 33 46
Expected Count 16.9 29.1 46.0
% within Beban Kerja 28.3% 71.7% 100.0%
Tidak Beresiko Count 9 5 14
Expected Count 5.1 8.9 14.0
% within Beban Kerja 64.3% 35.7% 100.0%
Total Count 22 38 60
Expected Count 22.0 38.0 60.0
% within Beban Kerja 36.7% 63.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 5.998a 1 .014
Continuity Correctionb 4.547 1 .033
Likelihood Ratio 5.833 1 .016
Fisher's Exact Test .025 .018
Linear-by-Linear Association 5.898 1 .015
N of Valid Cases 60
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,13.
b. Computed only for a 2x2 table
21
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Beban Kerja
(Beresiko / Tidak Beresiko)
.219 .062 .778
For cohort Resiko Ergonomi
= Beresiko
.440 .240 .804
For cohort Resiko Ergonomi
= Tidak Beresiko
2.009 .972 4.151
N of Valid Cases 60
22
EXAMINE VARIABLES=Posturtubuh Frekuensi Resikoergonomi /PLOT BOXPLOT STEMLEAF HISTOGRAM NPPLOT /COMPARE GROUP /STATISTICS DESCRIPTIVES /CINTERVAL 95 /MISSING LISTWISE /NOTOTAL.
Explore
Notes
Output Created 08-Aug-2019 03:40:31
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File
60
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values for
dependent variables are treated as
missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no
missing values for any dependent
variable or factor used.
Syntax EXAMINE VARIABLES=Posturtubuh
Frekuensi Resikoergonomi
/PLOT BOXPLOT STEMLEAF
HISTOGRAM NPPLOT
/COMPARE GROUP
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Resources Processor Time 0:00:05.944
Elapsed Time 0:00:06.132
23
[DataSet0]
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Posturtubuh 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Frekuensi 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Resikoergonomi 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Posturtubuh Mean 8.8667 .23586
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 8.3947
Upper Bound 9.3386
5% Trimmed Mean 8.8519
Median 9.0000
Variance 3.338
Std. Deviation 1.82698
Minimum 6.00
Maximum 12.00
Range 6.00
Interquartile Range 3.00
Skewness .049 .309
Kurtosis -1.006 .608
Frekuensi Mean 1.2500 .09692
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 1.0561
Upper Bound 1.4439
24
5% Trimmed Mean 1.2778
Median 1.0000
Variance .564
Std. Deviation .75071
Minimum .00
Maximum 2.00
Range 2.00
Interquartile Range 1.00
Skewness -.451 .309
Kurtosis -1.081 .608
Resikoergonomi Mean 88.4000 2.73657
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 82.9241
Upper Bound 93.8759
5% Trimmed Mean 87.5556
Median 78.0000
Variance 449.329
Std. Deviation 21.19738
Minimum 59.00
Maximum 133.00
Range 74.00
Interquartile Range 18.00
Skewness .996 .309
Kurtosis .190 .608
25
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Posturtubuh .130 60 .013 .935 60 .003
Frekuensi .274 60 .000 .783 60 .000
Resikoergonomi .321 60 .000 .803 60 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Posturtubuh
26
Posturtubuh Stem-and-Leaf Plot Frequency Stem & Leaf 7,00 6 . 0000000 10,00 7 . 0000000000 7,00 8 . 0000000 15,00 9 . 000000000000000 7,00 10 . 0000000 9,00 11 . 000000000 5,00 12 . 00000 Stem width: 1,00 Each leaf: 1 case(s)
27
28
29
30
Frekuensi
Frekuensi Stem-and-Leaf Plot Frequency Stem & Leaf 11,00 0 . 00000000000 ,00 0 . 23,00 1 . 00000000000000000000000 ,00 1 . 26,00 2 . 00000000000000000000000000 Stem width: 1,00 Each leaf: 1 case(s)
31
32
33
34
Resikoergonomi
Resikoergonomi Stem-and-Leaf Plot Frequency Stem & Leaf 6,00 5 . 999999 ,00 6 . 32,00 7 . 88888888888888888888888888888888 ,00 8 . 10,00 9 . 6666666666 3,00 10 . 555 9,00 Extremes (>=124) Stem width: 10,00 Each leaf: 1 case(s)
35
36
37