analisis faktor-faktor yang mempengaruhi dividen kas1

Upload: rizky-kiki

Post on 07-Jul-2015

150 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEN KAS DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat ujian akhir guna memperoleh gelar Sarjana Strata-1 di Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia

oleh Nama Nomor Mahasiswa Program Studi Bidang Konsentrasi : Tsaniyah : 04312334 : Akuntansi : Keuangan

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI YOGYAKARTA 2009

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEN KAS DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

ditulis oleh

Nama Nomor Mahasiswa Program Studi Bidang Konsentrasi

: Tsaniyah : 04312334 : Akuntansi : Keuangan

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI YOGYAKARTA 2009

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEN KAS DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat ujian akhir guna memperoleh gelar Sarjana Strata-1 di Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia

oleh Nama Nomor Mahasiswa Program Studi Bidang Konsentrasi : Tsaniyah : 04312334 : Akuntansi : Keuangan

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI YOGYAKARTA 2009

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Apabila kemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, saya sanggup menerima hukuman/sanksi apapun sesuai peraturan yang berlaku.

Yogyakarta, 20 Desember 2008 Penulis,

Tsaniyah

Alhamdulillahirobbil alamiiin

Tak lelah ku berucap syukur padamu ya Allah, atas segala kemudahan dan kelancaran yang telah engkau berikan untukku sehingga aku dapat menyelesaikan skripsi ini.. Terimakasih abahku H. Muhammad Musbir dan Mamaku Hj. MIsnawati serta kakak-kakakku dan adik-adikku yang teramat kusayangi.. atas semua do a, semangat, kesabaran serta kasih sayang yang tak hentinya keluarga berikan padaku selama ini.. Tanpa kalian aku tak tau kan jadi apa.. Dan Seseorang yang tlah banyak mengajariku tentang arti kedewasaan, mengajariku bahwa hidup ini keras dan harus punya prinsip..Seseorang yang tlah menemaniku selama ini..Makasi buat semua yang tlah kamu berikan untukku.. Maafkan aku jika aku belum sempurna.. Adith .. You r The best I ever had..

Kupersembahkan Skripsi ini Untuk semua orang yang menyayangiku..

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEN KAS DI BURSA EFEK INDONESIA

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dividen kas di bursa efek Indonesia periode 2004-2006. Variabelvariabel yang mempengaruhinya yaitu Return on Investment (ROI), cash ratio, current ratio, Debt to Total Assets (DTA), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Manufaktur yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sesuai dengan publikasi dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2007 menunjukkan bahwa jumlah perusahaan yang terdaftar pada periode 2004-2006 sejumlah 343 emiten, dengan diperoleh sampel 27 perusahaan Manufaktur selama tiga tahun. Sehingga data pooling sejumlah 81. Metode analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Berdasarkan penelitian ini, secara parsial hanya variabel EPS berpengaruh signifikan terhadap Cash dividen (Y) pada level 5%, sedangkan ROI, Cash Ratio, Current Ratio, DTA, PER tidak berpengaruh signifikan terhadap Cash dividend. Variabel EPS, ROI, Cash Ratio, Current Ratio, DTA, PER secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Cash dividen (Y). Hal ini dibuktikan dengan hasil sig-F lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% (0,000 < 0,05), hasil ini juga didukung dengan besarnya pengaruh keenam variabel independen tersebut yaitu sebesar 68,1% dan sisanya sebesar 31,9% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak masuk dalam model penelitian ini. Kemungkinan faktor lain tersebut adalah faktor fundamental lainnya (seperti rasio solvabilitas, leverage dan aktivitas) serta variabel makro ekonomi ( seperti tingkat bunga, kurs rupiah terhadap valuta asing, neraca pembayaran, ekspor-impor dan kondisi ekonomi lainnya) dan faktor ekonomi lain seperti kondisi politik. Kata kunci : Cash Dividend, Eerning per Share, Return on Investment, Cash Ratio, Current Ratio, Debt to Total Assets, Price Earning Ratio.

KATA PENGANTAR

Assalam mualaikum WR. WB. Alhamdulillahirabbil alamin dengan mengucap segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividen Kas di Bursa Efek Indonesia . Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa dalam memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1) pada progam studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia. Penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan yang baik ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Drs. Asmai Ishak,M.Bus, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. 2. Ibu Dra. Reni Yendrawati, M.Si, selaku pembimbing skripsi yang telah mencurahkan perhatian, pengarahan serta kesabaran dalam membantu penyelesaian skripsi ini. 3. Bapak Drs. Muqodim, MBA, Ak., selaku dosen penguji skripsi yang turut memberikan bimbingan kepada saya.

4. Keluarga besarku di Banjarmasin, Abah dan Mama yang selalu memberiku kasih sayang dan perhatian, kakak-kakakku yang kusayangi, Ka dina dan suami di malang, Bang jun dan istri di Sumbawa, Ka yuli dan suami di tanjung, Bang Apri dan istri di sampit, adik-adikku yang cantik aku mencintai kalian berdua dania dan yasmin, keponakan-keponakanku yang lucu-lucu Daffa, Kiki, Abi, Daniar, Farrel dan Sari, Om Aan dan Acil Lilis di balikpapan, terima kasih banyak atas segala perhatian, kesabaran, dan kasih sayangnya. 5. Ka wiwi dan kel., Eyi dan Kel., yang telah menjagaku selama aku berada di Jogja.. 6. Sahabat terbaikku di Banjarmasin.. Ling-ling (Kiki), walaupun kita jauh tapi kita selalu saling berbagi.. 7. Teman-teman seperjuanganku dari semester satu : Uli Depe dan Wentul.. Terlalu banyak keceriaan yang telah kita lewati selama 4 tahun ini, sukses buat kalian semua.. terima kasih banyak sudah menemaniku hingga detik terakhirku disini,. 8. Teman-teman di kost Perum. Citra kedaton No.17..Geral (terima kasih sudah mau meminjamkan aku printer), Dania (adikku sayang maaf sering buat kamu marah), Rina (Semangat bu), Lina, dan Dili. Terimakasih banyak atas kebahagiaan yang telah kalian berikan untukku selama ini....Dikost ini aku banyak mendapatkan pelajaran hidup yang sangatsangat berharga.. 9. Teman-teman Kelas b angkatan 2004 dimanakah kalian berada??

10. Jogjaku tercintaKota dengan sejuta kenangan..Bagaimana mungkin aku bisa melupakanmu Jogjaku..Karena disinilah aku bertemu dengan mereka semua dan DIA... 11. Seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu..Terimakasih banyak.. Tanpa dukungan dari berbagai pihak diatas, maka penulis tidak akan menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih. Semoga amal ibadah dan kebaikan yang diberikan mendapatkan imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Amiieen.. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan mampu menjadi sedikit tambahan bagi ilmu pengetahuan. Wassalammualaikum.. Yogyakarta, 20 Desember 2008 Penulis,

TSANIYAH

DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Halaman Sampul Depan Skripsi Halaman Judul Skripsi Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian Skripsi Halaman Persembahan Halaman Motto Abstrak Kata Pengantar Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar.. Daftar Lampiran i ii iii iv v vi vii viii ix x xiii xvii xix xx

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. 1.2. Rumusan Masalah .. 1 5

1.3. Tujuan Penelitian . 6 1.4. Manfaat Penelitian.... 6 1.5. Sistematika Penulisan...... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian dan Tujuan Pembagian Dividen... 10 2.1.2. Teori kebijakan Dividen. 11 2.1.3. Faktor-faktor yang berpengaruhi Terhadap Kebijakan Dividen.18 2.2. Cash Dividen 28 2.2.1. Pengaruh Return on Investment (ROI) dan Cash Dividend .. 31 2.2.2. Pengaruh Cash Ratio dan Cash Dividend 2.2.3. Pengaruh Current Ratio dan Cash dividend 2.2.4. Pengaruh Debt to Total Asset dan Cash dividend 2.2.5. Pengaruh Earning Per Share dan Cash Dividend .. 32 . 32 33 . 34

2.2.6. Pengaruh Price Earning Per Share dan Cash Dividend 35 2.3. PenelitianTerdahulu.. 36 2.4. Pengujian Hipotesis.. 37

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data 39 3.2. Objek Penelitian, Populasi, dan Sampel..... 39 3.3. Metode Pengumpulan Data 40 3.4. Definisi Operasional Variabel 41 3.5. Metode Analisis Data. 44 3.6. Uji Asumsi Klasik.. 46

3.6.1. Uji Multikolinieritas.. 46 3.6.2. Uji Heteroskedastisitas.. 47 3.6.3. Uji Autokorelasi. 47 3.7. Pengujian Hipotesis.. 48 3.7.1. Uji Parsial (Uji t) 49 3.7.2. Uji F.. 50

BAB IV ANALISIS dan PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian.. 52 4.2. Analisis Deskriptif .... 53 4.3. Analisis Statistik 58 4.3.1. Uji Asumsi Klasik.. 58 4.3.2. Analisis Regresi Linier Berganda.. 61 4.3.3. Interprestasi Persamaan Regresi. 62 4.3.4. Pengujian Hipotesis 65

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan 74 5.2. Saran.. 75

DAFTAR PUSTAKA.. 77 LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

1. Tabel 4.1 : Hasil Uji Deskriptive.. 53 2. Tabel 4.2 : Hasil Uji Multikolinieritas.. 58 3. Tabel 4.3 : Hasil Uji Autokorelasi. 60 4. Tabel 4.4 : Hasil Regresi Faktor-faktor yang mampengaruhi variabel bebas terhadap Cash Dividend 61 5. Tabel 4.5 : Hasil Uji F... 65 6. Tabel 4.6 : Nilai dari Koefisien Determinasi, Koefisien Korelasi, dan Standar Error of Estimate dari Hasil Analisa Regresi... 66

DAFTAR GAMBAR

1.

Gambar 4.1 : Hasil Uji Heteroskedasitas (Scatterplot SRESID terhadap ZPRED). 59

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 2. Lampiran 2 3. Lampiran 3 4. Lampiran 4 5. Lampiran 5 6. Lampiran 6

: Daftar Perusahaan dan Data Variabel Sampel Perusahaan : Hasil Uji Deskriptif : Hasil Uji Regresi Linier Berganda : Hasil Uji Autokorelasi : Hasil Uji Multikolinearitas : Hasil Uji Heterokedastisitas

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini tidak dapat dipisahkan dari peran investor yang melakukan transaksi di BEI. Sebelum seorang investor memutuskan akan menginvestasikan dananya di pasar modal ada kegiatan penting yang perlu untuk dilakukan, yaitu penilaian dengan cermat terhadap emiten (dengan membeli sekuritas yang diperdagangkan di bursa). Investor mempunyai tujuan utama dalam menanamkan dananya kedalam perusahaan yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return) baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Pilihan perusahaan untuk membayar atau tidak membayar dividen kas kepada pemegang saham dan pilihan lebih lanjut untuk menambah dividen, mengurangi dividen ataupun menjaganya pada jumlah yang sama, merupakan salah satu bidang yang menantang dan membingungkan dari kebijakan keuangan perusahaan. Karena hasil bagi pemegang saham hanya datang dalam bentuk: perubahan harga saham dan dividen kas diterima, maka keputusan dividen secara langsung mempengaruhi kekayaan

pemegang saham. Para investor umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil, karena dengan stabilitas deviden dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan sehingga mengurangi ketidakpastian investor dalam menanamkan dananya kedalam perusahaan. Pembayaran deviden dalam bentuk tunai lebih banyak diinginkan investor daripada dalam bentuk lain, karena pembayaran dividen tunai membantu mengurangi ketidakpastian investor dalam aktivitas

investasinya kedalam perusahaan. Demikian pula stabilitas dividen yang dibayarkan juga akan mengurangi ketidakpastian dari profitabilitas perusahaan, sehingga stabilitas dividen juga merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan manajemen perusahaan. Parthington (1989) dalam penelitiannya menunjukkan beberapa variabel yang mempengaruhi penentuan dividen yaitu: (1) profitabilitas, (2) stabilitas dividen dan earning, (3) likuiditas dan cash flow, (4) investasi, dan (5) pembiayaan. Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba merupakan indikator utama dari kemampuan perusahaan untuk membayar dividen, sehingga profitabilitas sebagai faktor penentu terpenting terhadap dividen (Litner, 1956). Bukti empiris yang menghubungkan profitabilitas dengan dividen yang dilakukan oleh Brittain (1966), (dalam Parthington, 1989 menunjukkan bahwa profit sebagai pengganti variabel cash flow secara signifikan berpengaruh terhadap dividen. Parthington (1989) menunjukkan bukti bahwa stabilitas dividen dan earning merupakan variabel yang

penting (berarti) mempengaruhi preferensi investor untuk memperoleh dividen dimasa mendatang pada level signifikasi 0,001 (kurang dari 1%). Sementara variabel likuiditas dan investasi berada pada peringkat dibawahnya (setelah) variabel stabilitas dividen dan earning yang berpengaruhi terhadap pendapatan dividen dimasa depan. Sementara variabel cash flow (kas bersih yang diperoleh dari aktifitas Operasi, aktifitas Investasi dan aktivitas Pendanaan) bersifat saling mengganti (komplementer) dengan variabel profit (Brittain, 1966 dalam Parthington, 1989). Sedangkan variabel pembiayaan (external finance) dianggap sebagai kendala para manajer terhadap pembayaran dividen, sehingga para manajer cenderung tidak mempertimbangkan pembiayaan pada saat pembayaran dividen. Dengan kata lain variabel pembiayaan tidak signifikan berpengaruh terhadap dividen. Investor mengharapkan untuk mendapatkan tingkat kembalian (return) baik berupa dividen maupun capital gain tidak didasarkan pada kebijakan manajemen (intern) perusahaan tetapi didasarkan pada hasil/kinerja yang telah dicapai oleh perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan yang dipublikasikan. Kebijakan apapun yang ditempuh oleh manajemen hanya dapat diketahui oleh pihak intern perusahaan. Lagipula, bagi investor yang terpenting adalah melihat bagaimana perkembangan perusahaan terutama dari kinerja keuangannya. Sebagaimana hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen terdiri dari:

profitabilitas, stabilitas dividen dan earning, likuiditas, investasi dan pembiayaan. Sementara berdasarkan laporan keuangan variabel-variabel tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut: (1) profitabilitas (diukur dengan laba bersih setelah pajak), (2) likuiditas (diukur dari cash ratio dan current ratio), (3) investasi (diukur dari jumlah dana yang ditanamkan pada aktiva tetap operasi), dan (4) pembiayaan (terutama dana yang diperoleh dari utang jangka panjang plus utang jangka pendek) yang diukur dengan rasio leverage. Sementara earning dapat dilihat dari earning per share (EPS), sedangkan dividen (terutama cash dividend) merupakan tujuan yang diinginkan oleh investor dalam rangka memperoleh pendapatan dalam bentuk dividen dari hasil investasinya. Perusahaan yang menunjukkan kendala pembayaran (kekurangan likuiditas) mengarahkan manajemen untuk membatasi pertumbuhan dividen. Hasil penelitian tersebut masih menunjukkan hasil yang kontradiktif, sehingga perlu dilakukan penelitian hubungan antara ROI dengan dividen serta hubungan antara cash ratio dan current ratio dengan dividen. Terlebih hasil penelitian terdahulu, pengujiannya tidak didasarkan dari kinerja keuangan perusahaan, tetapi lebih ditekankan pada respon (tanggapan) manajemen dalam kebijakan dividen. Berdasarkan

pertimbangan dan tujuan investasi dari investor, maka perlu dilakukan perluasan penelitian untuk mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap dividen (pendapatan dividen per lembar saham) berdasarkan

informasi keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan, dan bukan didasarkan pada kebijakan yang ditempuh oleh manajemen perusahaan. Berdasarkan uraian diatas dan untuk mengetahui lebih lanjut faktor-faktor yang mempengaruhi dividen kas, oleh sebab itu penulis mengambil judul : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividen Kas di Bursa Efek Indonesia

1.2. Perumusan Masalah Sebagaimana diuraikan dimuka, bahwa yang terpenting bagi investor adalah memperoleh tingkat kembalian (return) dari hasil investasinya baik berupa dividen kas maupun capital gain. Berdasarkan analisis laporan keuangan dan indentifikasi sementara yang telah diuraikan di muka, maka variabel-variabel yang mungkin berpengaruh terhadap dividen kas perlembar saham adalah: (1) earning per share (EPS), (2) return on investment (ROI), (3) cash ratio, (4) current ratio, (5) debt to total asset (DTA) dan (6) price earning ratio (PER). Berdasarkan uraian tersebut, maka pertanyaan penelitian terdiri dari: (1) Bagaimana pengaruh EPS, ROI, Cash Ratio, Current Ratio, DTA dan PER secara parsial terhadap Dividen Kas pada Perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?

(2) Bagaimana pengaruh EPS, ROI, Cash Ratio, Current Ratio, DTA dan PER secara simultan terhadap Dividen Kas pada Perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang dibuat maka tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk menguji besarnya pengaruh faktor-faktor EPS, ROI, Cash Ratio, Current Ratio, DTA dan PER secara individual (parsial) terhadap Dividen Kas pada Perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. 2. Untuk menguji besarnya pengaruh faktor-faktor EPS, ROI, Cash Ratio, Current Ratio, DTA dan PER secara bersama-sama (simultan) terhadap Dividen Kas pada Perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

1.4. Manfaat penelitian Penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan terutama investor sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Secara terperinci manfaat penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) Bagi manajemen perusahaan dapat dijadikan pertimbangan dalam penentuan kebijakan dividen. Perhitungan kuantitatif diharapkan dapat

menunjukkan hubungan atau pengaruh faktor-faktor fundamental seperti EPS, ROI, Cash Ratio, Current Ratio, DTA dan PER terhadap kebijakan dividen. Faktor-faktor tersebut diharapkan dapat membantu manajer keuangan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan besarnya dividen yang dibayarkan terutama dalam bentuk dividen kas bagi perusahaan manufaktur yang sahamnya terdaftar dan aktif diperdagangan di Bursa Efek Indonesia 2004-2006. (2) Bagi akademis penelitian ini dapat memberikan bukti empiris mengenai Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembayaran dividen perlembar saham sehingga dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih mendalam serta sebagai dasar penelitian selanjutnya tentang kebijakan dividen. (3) Bagi investor sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan investasi di pasar instrument saham). Dengan menganalisis modal (khususnya faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap pembayaran dividen per lembar saham di harapkan investor dapat melakukan prediksi dividen (terutama dividen kas) yang akan diterima oleh para pemegang saham biasa.

1.5. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang ada dalam penelitian ini dibagi dalam lima bab, secara garis besar materi masing-masing bab tersebut adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN Bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistemetika penelitian. BAB II : KAJIAN PUSTAKA Terdiri dari pengertian dan tujuan pembagian Dividen, teori Kebijakan Dividen, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen, Cash dividend, pengaruh Return on Investment (ROI) dan Cash Dividend, pengaruh Cash Ratio dan Cash Dividend, pengaruh Current Ratio dan Cash Dividend, pengaruh Debt to Total Asset dan Cash Dividend, pengaruh Earning Per Share dan Cash Dividend, pengaruh Price Earning Ratio dan Cash Dividend, penelitian terdahulu. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini diuraikan mengenai jenis dan sumber data, objek penelitian, populasi, dan sampel, metode pengumpulan data, definisi operasional variable, metode analisis data, uji asumsi klasik. BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini disajikan proses analisis data yang berhubungan dengan pengujian hipotesis-hipotesis penelitian dan pembahasan hasil analisis data. BAB V : PENUTUP

Merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran penelitian berikutnya serta implikasi penelitian yang dilakukan

berdasarkan analisis data pada bab sebelumnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian dan Tujuan Pembagian Dividen Dividen adalah distribusi yang bisa berbentuk kas, aktiva lain, surat atau bukti lain yang menyatakan utang perusahaan, dan saham, kepada pemegang saham suatu perusahaan sebagai proporsi dari jumlah saham yang dimiliki oleh pemilik. Pengumuman dividen merupakan salah satu informasi yang akan direspon oleh pasar. Menurut Arifin (1993), pengumuman dividen dan pengumuman laba pada periode sebelumnya adalah dua jenis pengumuman yang paling sering digunakan oleh para manajer untuk menginformasikan prestasi dan prospek perusahaan. Menurut Aharony dan Swary (1980) dalam Mutamimah dan sulistyo (2000) mengemukakan bahwa informasi yang diberikan pada saat pengumuman dividen lebih berarti daripada pengumuman earning. Bagi para investor, dividen merupakan hasil yang diperoleh dari saham yang dimiliki, selain capital gain yang didapat apabila harga jual saham lebih tinggi dibanding harga belinya. Dividen tersebut didapat dari perusahaan sebagai distribusi yang dihasilkan dari operasi perusahaan. Dalam pembayaran dividen, perusahaan dapat menggunakan bentuk-bentuk tertentu pembayaran dividen. Dividen dapat dibayarkan dalam bentuk dividen tunai (cash dividend), dividen dalam bentuk aktiva yang lain

(property dividend), dividen dalam bentuk surat utang (notes), ataupun dividen dalam bentuk saham (stock dividend). Adapun tujuan dari pembagian dividen adalah sebagai berikut: a. Untuk memaksimumkan kemakmuran bagi para pemegang saham, karena tingginya dividen yang dibayarkan akan mempengaruhi harga saham. b. Untuk menunjukkan likuiditas perusahaan. Dengan dibayarkannya dividen, diharapkan kinerja perusahaan dimata investor bagus dan dapat diakui bahwa perusahaan mampu menghadapi gejolak ekonomi dan mampu memberikan hasil kepada investor. c. Sebagian investor memandang bahwa resiko dividen adalah lebih rendah dibanding resiko capital gain. d. Untuk memenuhi kebutuhan para pemegang saham akan pendapatan tetap yang digunakan untuk keperluan konsumsi. e. dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara manajer dan pemegang saham.

2.1.2. Teori Kebijakan Dividen Kebijakan deviden (dividend policy) adalah suatu keputusan untuk menentukan berapa besar bagian dari pendapatan perusahaan akan dibagikan kepada para pemegang saham dan akan diinvestasikan kembali (reinvesment) atau ditahan (retained) didalam perusahaan. Dari pengertian tersebut, kebijakan dividen didasarkan pada rentang pertimbangan atau

kepentingan pemegang saham di satu sisi dan kepentingan perusahan disisi lain. Menurut Kolb (1983), kebijakan dividen penting karena dua alasan yaitu : a. Pembayaran dividen akan mempengaruhi harga saham. b. Pendapatan yang ditahan (retained earning) biasanya

merupakan sumber tambahan modal sendiri yang terbesar dan terpenting untuk pertumbuhan perusahaan. Kedua alasan tersebut merupakan dua sisi kepentingan yang agak kontroversial. Agar kedua kepentingan tersebut dapat terpenuhi, secara optimal manajemen perusahaan seharusnya memutuskan secara hati-hati dan teliti terhadap kebijakan dividen yang akan dipilih. Robbert Ang (1997) menyatakan bahwa dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan (retaind earnings) yang ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan. Dividen ini dibagikan untuk para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Cadangan yang diambil dari EAT dilakukan sampai cadangan mencapai minimum dua puluh persen dari modal yang ditempatkan. Modal yang ditempatkan adalah modal yang disetor penuh ditambah dengan modal yang belum disetor sehubungan dengan penerbitan saham baru seperti rights dan warran. Keputusan mengenai jumlah laba yang ditahan dan dividen yang akan dibagikan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Menurut Brigham (1983) menyebutkan ada tiga teori dari preferensi investor yaitu: 1. Teori ketidakrelevanan Dividen (Devidend irrelevance Theory) adalah suatu teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Teori ini mengikuti pendapat Modigliani dan Miller (MM) yang menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya Devidend Payout Ratio (DPR) tetapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak (EBIT) dan risiko bisnis. Dengan demikian kebijakan dividen sebenarnya tidak relevan untuk dipersoalkan. MM menyatakan bahwa dividen tidak relevan berdasarkan asumsiasumsi dibawah ini: 1. Pasar modal sempurna, dimana para investor mempunyai kesamaan informasi, tidak ada biaya transaksi dan tidak ada pajak. 2. Para investor bersifat rasional. 3. Semua peserta pasar bersifat price-taker. 4. Adanya unsur ketidakpastian bagi arus pendapatan masa datang dan para informasi yang sama. investor mempunyai

5. Manajer dalam pengambil keputusannya mengenai produksi dan investasinya disesuaikan dengan informasi tersebut. 6. Untuk memisahkan leverage pengaruh maka dividend dan

pengaruh

semua

perusahaan

dianggap memiliki rasio D/S sama. 7. Perusahaan-perusahaan semestinya memiliki kelas resiko yang sama. 8. Perusahaan dengan produksi yang sekarang

memiliki yield yang sama. 2. Teori Bird-In-The-Hand, sependapat dengan Gordon dan Lintner yang menyatakan bahwa biaya modal sendiri akan naik jika Devidend Payout Ratio (DPR) rendah. Hal ini dikarenakan investor lebih suka menerima dividen daripada capital gains. MM dalam hal ini tidak setuju bahwa ekuitas atau nilai perusahaan tergantung pada kebijakan dividen, yang menyiratkan bahwa investor tidak perduli antara dividen dengan keuntungan modal. Mereka menamakan pendapat teori Gordon-Lintner sebagai kekeliruan bird-in-the-hand, yakni mendasarkan pada pemikiran bahwa investor memandang satu burung di udara. Dengan demikian, perusahaan yang mempunyai dividend payout ratio yang tinggi akan mempunyai nilai peusahaan yang tinggi pula. Namun menurut pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen

mereka dalam saham dari perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis dan dalam banyak kasus, tingkat risiko dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan dividennya. 3. Teori Preferensi Pajak (Tax preference theory) Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen rendah dari pada yang tinggi, yaitu: 1. Keuntungan modal dikenakan tarif pajak lebih rendah dari pada pendapatan dividen untuk itu investor yang kaya (yang memiliki sebagian besar saham) mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba ke dalam

perusahaan. Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan kenaikan harga saham, dan

keuntungan modal yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya tinggi. 2. Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual sehingga ada efek nilai waktu. 3. Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang.

Karena adanya keuntungan-keuntungan pajak ini, para investor mungkin lebih suka perusahaan menahan

sebagian besar laba perusahaan. Jika demikian, para investor akan mau membayar lebih tinggi untuk

perusahaan yang pembagian dividennya rendah dari pada untuk perusahan sejenis yang pembagian dividennya tinggi. Kebijakan dividen merupakan keputusan pembayaran dividen yang mempertimbangkan maksimalisasi harga saham saat ini dan periode mendatang. Dalam penentuan besar kecilnya deviden yang akan dibayarkan ada perusahaan yang sudah merencanakan dengan menetapkan target Devidend Payout Ratio didasarkan atas perhitungan keuntungan yang diperoleh setelah dikurangi pajak. Untuk dapat membayar dividen dapat dibuat suatu rencana pembayaran dividen sebagai berikut: 1) Perusahaan mempunyai target Devidend Payout Ratio jangka panjang 2) Manajer memfokuskan pada tingkat perubahan dividen dari pada tingkat absolut. 3) Perubahan dividen yang meningkat dalam jangka panjang, untuk penghasilan menjaga penghasilan. Perubahan sementara tidak untuk

yang

mempengaruhi Devidend Payout Ratio.

4) Manager bebas membuat perubahan dividen untuk keperluan cadangan. Penentuan besarnya Devidend Payout Ratio akan menentukan besar kecilnya laba yang ditahan. Setiap ada penambahan laba yang ditahan berarti ada penambahan modal sendiri dalam perusahaan dengan biaya murah. Dalam keputusan pembagian dividen, perusahaan harus

mempertimbangkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaannya. Laba yang diperoleh perusahaan pada umumnya tidak dibagikan seluruhnya sebagai dividen karena sebagian disisihkan untuk

diinvestasikan kembali atau sebagian ditahan dalam retained earning. Besar kecilnya dividen yang di bayarkan kepada pemegang saham tergantung pada kebijakan dividen masing-masing perusahaan sehingga pertimbangan manajemen sangat diperlukan. Kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan ada beberapa macam, yaitu (Van Horne,1995): 1. Kebijakan dividen yang stabil Artinya jumlah dividen per lembar saham (DPS) yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun laba per lembar saham setiap tahunnya berfluktuasi. Beberapa alasan yang mendorong perusahaan menjalankan kebijakan dividen tersebut antara lain karena, (a) akan memberikan kesan kepada para pemodal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang dan (b)

adanya golongan pemodal tertentu yang menginginkan kepastian dividen yang akan dibayarkan. 2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal ditambah dividen ekstra. Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham setiap tahunnya, dan jika terjadi peningkatan laba secara drastis atau keadaan keuangan yang lebih baik maka jumlah tersebut ditambah lagi dengan dividen ekstra. 3. Kebijakan dividen yang konstan. Berarti jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan laba bersih yang diperoleh setiap tahunnya. Hal ini berarti dividen dianggap mempunyai isi informasi sebagai indikator prospek perusahaan (membaik atau

memburuk), maka perubahan kebijakan dividen akan meningkatkan atau menurunkan harga saham hanya apabila hal tersebut ditafsirkan sebagai terjadinya perubahan prospek perusahaan. 4. Kebijakan Dividen yang fleksibel Kebijakan dividen yang fleksibel berarti besarnya dividen per lembar saham setiap tahunnya disesuaikan dengan posisi keuangan dan kebijakan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan.

2.1.3. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kebijakan Dividen Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen dapat

diidentifikasi sebagai berikut: a. Profitabilitas Daya tarik utama bagi pemilik perusahaan (pemegang saham) dan para calon investor dalam suatu perusahaan adalah profitabilitas. Dalam konteks ini profitabilitas berarti hasil yang diperoleh melalui usaha manajemen terhadap dana yang diinvestasikan pemilik dan investor. Semakin besar tingkat laba atau profitabilitas yang diperoleh perusahaan akan mengakibatkan semakin besar dividen yang akan dibagikan dan sebaliknya. Theobald (1978) yang diacu oleh Florentina (2001) menemukan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh positif dengan dividen payout ratio. Profitabilitas diukur dari laba bersih setelah pajak, yang dapat dihitung dengan menggunakan ROI (Return On Investment). b. Likuiditas Menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban-kewajiban jangka pendek. Rasio likuiditas dapat diukur dengan cash ratio dan current ratio. Perusahaan dalam membayar dividen memerlukan aliran kas keluar, sehingga harus tersedia likuiditas yang cukup. Semakin tinggi likuiditas yang dimiliki, perusahaan semakin mampu membayar dividen. Menurut Gill dan Green (1993) yang diacu Adedeji (1998) menemukan bahwa likuiditas suatu perusahaan

mempunyai pengaruh positif dengan dividen payout ratio. c. Investasi Tujuan kegiatan investasi adalah untuk memperoleh penghasilan

atau kembalian dari investasi. Penghasilan tersebut dapat berupa penerimaan kas dan atau kenaikan investasi. Perusahaan dengan perkembangan cepat membutuhkan lebih besar dana untuk pelaksanaan investasi. Kebutuhan dana pertama kali dipenuhi oleh internal equity, karena banyak dana yang dialokasikan untuk retained earning maka menyebabkan dana untuk membayar dividen semakin berkurang. Barclay, 1995 menyatakan bahwa dengan pertumbuhan tinggi banyak memerlukan dana, menyebabkan dividen yang dibayarkan menjadi rendah. Menurut Adedeji (1998) menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara investasi dan dividen payout ratio. Investasi diukur dari jumlah dana yang ditanamkan pada aktiva tetap operasi. d. Pembiayaan Pembiayaan ini terutama dana yang diperoleh dari utang jangka panjang plus utang jangka pendek, yang diukur dengan rasio leverage. Semakin tinggi tingkat hutang semakin banyak dana yang tersedia untuk membayar dividen yang lebih tinggi karena akan memberikan sinyal positif dan menyebabkan nilai perusahaan naik. Frank dan Goyal (2000) menyatakan bahwa perusahaan besar akan menambah hutang untuk mendukung pembayaran dividen. Adedeji, (1998) menemukan bahwa financial leverage berhubungan positif dengan dividen. Berdasarkan hal tersebut maka financial leverage mempunyai pengaruh positif dengan dividen payout ratio.

Menurut Bambang Riyanto (1998) faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden suatu perusahaan antara lain: a. Posisi Likuiditas Perusahaan Posisi likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan selama mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya deviden yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu deviden merupakan cash outflow, maka makin kuatnya posisi likuiditas perusahaan, berarti makin besar kemampuannya untuk membayar dividen. Suatu perusahaan yang sedang tumbuh mungkin tidak begitu kuat posisi likuiditasnya karena sebagian besar dari dananya tertanam dalam aktiva dan modal kerja dengan demikian kemampuannya untuk membayar cash dividend pun sangat terbatas. Dengan sendirinya likuiditas suatu perusahaan ditentukan oleh keputusan-keputusan di bidang investasi dan cara pemenuhan kebutuhan dananya. b. Kebutuhan Dana untuk membayar Hutang Apabila suatu perusahaan menetapkan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang ini berarti bahwa hanya sebagian kecil saja dari pendapatan atau earning yang dapat dibayarkan sebagai dividen. c. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan

Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut, biasanya lebih senang untuk menahan earningnya daripada dibayarkan sebagai dividen kepada para pemegang saham. Dengan demikian dapatlah bahwa semakin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan makin besar dana yang dibutuhkan, makin besar bagian dari pendapatan yang ditahan dalam perusahaan. d. Pengawasan terhadap Perusahaan Variabel penting lainnya adalah pengawasan terhadap perusahaan. Ada perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya membiayai

ekspansinya dengan dana yang berasal dari sumber intern saja. Kebijakan tersebut dijalankan atas dasar pertimbangan bahwa tingkat ekspansinya dibiayai dengan dana yang berasal dari penjualan saham baru akan melemahkan control dari kelompok dominan didalam perusahaan. Demikian pula kalau membiayai ekspansi dengan hutang akan memperbesar resiko financialnya. Mempercayakan pada pembelanjaan intern dalam rangka usaha mempertahankan control terhadap perusahaan, berarti mengurangi dividend pay-out-rationya. Menurut Wetson dan Lopeland (1997) faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen yaitu: a. Undang-undang

Mengenai peraturan laba bersih yang menyatakan bahwa dividen dapat dibayar dari laba saat ini atau laba tahun lalu. Adanya larangan pengurangan modal untuk membayar dividen, hal ini dimaksudkan untuk melindungi pemberi kredit. Peraturan kepailitan yang menyatukan bahwa jika perusahaan membayar dividen pada kondisi pailit artinya dana tersebut berasal dari pemberi kredit bukan dari laba perusahaan. b. Posisi Likuiditas Meskipun perusahaan mempunyai catatan mengenai laba,

perusahaan mungkin tidak dapat membayar tunai dividen karena posisi likuiditasnya. c. Kebutuhan Pelunasan Hutang Suatu perusahaan memutuskan melunasi hutang yang jatuh tempo dengan mengganti surat berharga lain. Atau membayar dengan menggunakan laba ditahan, maka perusahaan lebih mendahulukan untuk membayar dividen. d. Pembatasan dalam Perjanjian Hutang Dividen pada masa yang akan datang hanya dapat dibayar dari laba yang diperoleh sesudah perjanjian hutang (jadi dividen tidak dapat dibayar dari laba tahun-tahun lalu). Dari tidak dapat dibayarkan apabila modal kerja (aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar) berada dibawah suatu jumlah yang telah ditentukan. e. Tingkat Ekspansi Aktiva

Semakin cepat sebuah perusahaan berkembang, semakin besar kebutuhannya untuk membiayai ekspansi aktivanya. Jika kebutuhan dana di masa depan semakin besar, perusahaan akan cenderung untuk menahan laba dari pada membayar dividen. f. Tingkat Laba Tingkat hasil pengambilan yang diharapkan akan menentukan pilihan relatif untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen atau menggunakannya diperusahaan tersebut. g. Stabilitas Laba Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil seringkali dapat memperkirakan berupa besar laba di masa datang. Dan biasanya cenderung membayarkan laba dengan persentase yang lebih tinggi dari pada perusahaan yang labanya berfluktuasi. Perusahaan yang tidak stabil, tidak yakin apakah laba pada tahun-tahun yang akan datang dapat tercapai, sehingga perusahaan cenderung untuk menahan sebagian besar laba saat ini. Dividen yang lebih rendah akan lebih mudah untuk dibayar apabila laba menurun di masa yang akan datang. h. Akses ke Pasar Modal Suatu perusahaan yang besar dan telah berjalan baik, dan mempunyai catatan profitabilitas dan stabilitas, akan mempunyai akses yang mudah ke pasar modal. Sedangkan perusahaan yang baru, kecil dan bersifat coba-coba akan lebih banyak mengandung resiko bagi penanam

modal potensial. Kemampuan perusahaan untuk menaikkan modalnya atau dana pinjaman dari pasar modal akan terbatas, dan perusahaan ini harus menahan lebih banyak laba untuk membiayai operasinya. Jadi perusahaan yang sudah mapan cenderung untuk memberi tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi dari pada perusahaan kecil atau baru. i. Kendali Perusahaan Pentingnya pembiayaan internal dalam usaha untuk

mempertahankan kendali perusahaan, sehingga memperkecil pembayaran dividen. j. Posisi Pemegang Saham sebagai Pembayaran Pajak Pemilik memilih untuk menempatkan pendapatan mereka dalam bentuk peningkatan modal dari pada dividen, karena akan terkena pajak penghasilan yang tinggi. Akan tetapi, pemegang saham suatu perusahaan yang dimiliki oleh orang banyak akan memilih pembayaran dividen yang tinggi. k. Pajak atau Laba yang diakumulasikan secara salah Untuk mencegah pemegang saham hanya menggunakan

perusahaan yang dapat digunakan untuk menghindari tarif penghasilan yang tinggi. Peraturan perpajakan perusahaan menentukan suatu pajak tambahan khusus terhadap penghasilan yang diakumulasikan secara tidak benar.

Menurut Martono dan Agus Harjito (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen yaitu: a. Kebutuhan dana bagi perusahaan Semakin besar kebutuhan dana perusahaan semakin kecil kemampuan untuk membayar dividen. Penghasilan perusahaan akan digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan dananya (semua proyek investasi yang menguntungkan) baru sisanya untuk pembayaran dividen. b. Likuiditas perusahaan Likuiditas perusahaan merupakan salah satu pertimbangan utama dalam kebijakan dividen. Karena dividen merupakan arus kas keluar, maka semakin besar jumlah kas yang tersedia dan likuiditas perusahaan, semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Apabila manajemen ingin memelihara likuiditas dalam mengantisipasi adanya ketidakpastian dan agar mempunyai fleksibilitas keuangan, kemungkinan perusahaan tidak akan membayar dividen dalam jumlah yang besar. c. Kemampuan untuk meminjam Posisi likuiditas bukanlah satu-satunya cara untuk menunjukkan fleksibilitas dan perlindungan terhadap ketidakpastian. Apabila perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mendapatkan pinjaman, hal ini merupakan fleksibilitas keuangan yang tinggi

sehingga kemampuan untuk membayar dividen juga tinggi. Jika perusahaan memerlukan pendanaan melalui hutang, manajemen tidak perlu mengkhawatirkan pengaruh dividen kas terhadap likuiditas perusahaan. d. Pembatasan-pembatasan dalam perjanjian hutang Ketentuan perlindungan (protective covenant) dalam suatu perjanjian hutang sering mencantumkan pembatasan terhadap

pembayaran dividen. Pembatasan ini digunakan oleh para kreditur untuk menjaga kemampuan perusahaan tersebut membayar hutangnya. Biasanya, pembatasan ini dinyatakan dalam persentase maksimum dari laba kumulatif. Apabila pembatasan ini dilakukan, maka manajemen perusahaan dapat menyambut baik pembatasan dividen yang

dikenakan para kreditur, karena dengan demikian manajemen tidak harus mempertanggungjawabkan penahanan laba kepada para

pemegang saham. Manajemen hanya perlu menaati pembatasan tersebut. e. Pengendalian perusahaan Apabila suatu perusahaan membayar dividen yang sangat besar, maka perusahaan mungkin menaikkan modal di waktu yang akan datang melalui penjualan sahamnya untuk membiayai kesempatan investasi yang menguntungkan. Dengan bertambahnya jumlah saham yang beredar, ada kemungkinan kelompok pemegang saham tertentu tidak lagi dapat mengendalikan perusahaan karena jumlah saham yang

mereka kuasai menjadi berkurang dari seluruh saham yang beredar. Oleh karena itu dianggap berbahaya bila perusahaan terlalu besar membayar dividennya, sehingga pengendalian perusahaan menjadi berpindah tangan.

2.2. Cash dividend Stice et al. (2005) mengartikan dividen sebagai pembagian laba kepada para pemegang saham perusahaan sebanding dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik. Dividen dapat berupa uang tunai maupun saham. Terkait dengan dividen terdapat 3 tanggal penting, yaitu pengumuman, pencatatan, dan pembayaran/pembagian. Dividen tunai (cash dividend) umumnya lebih menarik bagi pemegang saham dibandingkan dengan dividen saham (stock dividend). Ikatan Akuntan Indonesia (2004), dalam PSAK No. 23, merumuskan dividen sebagai distribusi laba kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu. Laba bersih perusahaan akan berdampak berupa peningkatan saldo laba (retained earnings) perusahaan. Apabila saldo laba didistribusikan kepada pemegang saham maka saldo laba akan berkurang sebesar nilai yang didistribusikan tersebut. Dividen merupakan hak pemegang saham biasa (common stock) untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan untuk membagi keuntungan dalam dividen, semua pemegang

saham biasa mendapatkan haknya yang sama. Pembagian dividen untuk saham biasa dapat dilakukan jika perusahaan sudah membayar dividen untuk saham preferen (jogiyanto, H.M, 2003: pp. 67). Arus dividen dapat dianggap sebagai arus kas yang diterima oleh investor, dengan alasan bahwa dividen satu-satunya arus kas yang diterima oleh investor. Jika dividen merupakan satu-satunya arus kas, maka model diskonto dividen dapat digunakan sebagai pengukur arus kas untuk menghitung nilai intrinsik saham. Lebih lanjut, Jogiyanto HM (2003) menyatakan bahwa pembayaran dividend dapat dikelompokkan ke dalam tiga kemungkinan yaitu: (1) pembayaran dividen tidak teratur, (2) dividen konstan tidak tumbuh, dan (3) pertumbuhan dividen yang konstan. Pembayaran dividen tidak teratur merupakan dividen dimana tiaptiap periode tidak mempunyai pola yang jelas bahkan untuk periodeperiode tertentu tidak membayar dividen sama sekali, karena perusahaan menderita rugi atau kesulitan likuiditas. Dividen konstan tidak bertumbuh merupakan pembayaran dividen dari periode ke periode relatif konstan. Perusahaan umumnya tidak melakukan pemotongan atau pengurangan dividen, sekalipun perusahaan mengalami sedikit kesulitan likuiditas. Hal ini dilakukan oleh perusahaan untuk menjaga kesan para pemegang saham atas stabilitas likuiditas perusahaan. Dan pertumbuhan dividen yang konstan merupakan dividen yang tumbuh secara konstan yang umumnya ditunjukkan dengan pertumbuhan sebesar g (Jogiyanto HM, 2003: pp. 91-97).

Sawidji Widoadmodjo (1996) juga menyatakan bahwa dividen adalah bagian laba yang diberikan emiten kepada pemegang saham, baik dalam bentuk dividen tunai (cash dividend) dan dividen saham (stock dividend). Dividen tunai (cash dividend) merupakan dividen yang dibayar oleh emiten kepada para pemegang saham secara tunai untuk setiap lembarnya (dividend per share). Sedangkan dividen saham (stock dividend) merupakan dividen yang dibayar atau dibagi dalam bentuk saham, yang diperhitungkan untuk setiap lembarnya. Robbert Ang (1997) juga menyatakan bahwa dividen tunai (cash dividend) merupakan dividen yang dibayarkan dalam bentuk uang tunai. Sedangkan dividen saham (stock dividend) merupakan dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu. Nilai dari suatu dividen tunai sesuai dengan nilai tunai yang diberikan, sedangkan nilai suatu dividen saham dapat dihitung dengan rumusan sebagai berikut: Vd = (Ps / Rd); dimana Vd adalah nilai suatu dividen saham per lembar saham (value of stock dividend per share), Ps merupakan harga wajar dividen saham (declaration price), dan Rd adalah rasio dividen saham (stock dividend ratio). Harga wajar dividen saham merupakan harga yang diputuskan di dalam rapat umum pemegang saham (RUPS), dan merupakan harga penutupan yang tersedia sebelum RUPS yang akan memutuskan dividen saham (umumnya pada sesi terakhir hari bursa sebelumnya atau sesi terakhir sebelum RUPS dimulai).

2.2.1. Pengaruh Return on Investment (ROI) dan Cash Dividend ROI merupakan ukuran efektivitas perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva tetap yang digunakan untuk operasi. Semakin besar ROI menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, karena tingkat kembalian investasi (return) semakin besar. Seperti diuraikan sebelumnya, bahwa return yang diterima oleh investor berupa pendapatan dividend dan capital gain. Dengan demikian meningkatnya ROI juga akan meningkatkan pendapatan dividen (terutama Cash dividend). Parthington (1989) menunjukkan bahwa variabel investasi yang diukur dari aktiva tetap (bersih) operasi dapat digunakan untuk memprediksi kebijakan dividen kas (cash dividend). Namun Fama (1974) dalam Parthington (1989) menunjukkan bahwa kebijakan dividen tidak dipengaruhi oleh keputusan investasi. Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Edi Susanto (2002) juga menunjukkan bahwa ROI tidak signifikan terhadap dividen.

2.2.2. Pengaruh Cash Ratio dan Cash Dividend Cash ratio merupakan salah satu ukuran dari rasio likuiditas (liquidity ratio) yang merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya (current liability) melalui sejumlah kas (dan setara kas, seperti giro atau simpanan lain di bank yang dapat ditarik setiap saat) yang dimiliki peusahaan. Semakin tinggi cash ratio menunjukkan

kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi (membayar) kewajiban jangka pendeknya (Brigham, 1983: p.p. 211). Dengan semakin meningkatnya cash ratio juga dapat meningkatkan keyakinan para investor untuk membayar dividen tunai (cash dividend) yang diharapkan oleh investor (Parthington, 1989: p.p. 169). Sementara Surasni (1998) menunjukkan bahwa cash ratio tidak signifikan berpengaruh terhadap dividend per share.

2.2.3. Pengaruh Current Ratio dan Cash dividend Current ratio juga merupakan salah satu ukuran rasio likuiditas (liquidity ratio) yang dihitung dengan membagi aktiva lancar (current assets) dengan hutang/kewajiban lancar (current liability). Semakin besar current ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (termasuk didalamnya kewajiban membayar dividen kas yang terutang). Sebagaimana cash ratio, maka tingginya current ratio juga menunjukkan keyakinan investor terhadap kemampuan perusahaan membayar dividen yang dijanjikan. Dipisahkannya kedua rasio likuiditas kedalam cash ratio dan current ratio dimaksudkan untuk mengetahui mana yang lebih berpengaruh terhadap pendapatan dividen kas per lembar saham (cash dividend per share). Parthington (1989) tidak dilihat dari rasio likuiditasnya, tetapi didasarkan pada penting tidaknya manajemen mempertimbangkan likuiditas dalam kebijakan dividen, sehingga tidak

dapat ditemukan bagaimana hubungan antara besarnya current ratio dengan cash dividend. Sementara Edi Susanto (2002) menunjukkan bahwa current ratio tidak signifikan berpengaruh terhadap dividen pada perusahaan yang listing di BEI periode 1999.

2.2.4. Pengaruh Debt to Total Asset dan Cash dividend Rasio ini menunjukkan besarnya hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya. Semakin besar rasio DTA menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditur) dan semakin besar pula beban biaya hutang (biaya bunga) yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Dengan semakin meningkatnya rasio DTA (dimana beban hutang juga semakin besar) maka hal tersebut berdampak terhadap profitabilitas yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Dengan biaya bunga yang semakin besar, maka profitabilitas (earning after tax) semakin berkurang (karena sebagian digunakan untuk membayar bunga), maka hak para pemegang saham (dividen) juga semakin berkurang (menurun). Teori ini didukung oleh Parthington (1989) yang menunjukkan bahwa tingkat hutang yang tinggi akan mempengaruhi pembayaran dividen yang semakin rendah. Dengan kata lain debt to total assets berpengaruh negatif terhadap terhadap deviden.

Sementara Pujiono (2002) meneliti tentang dampak kebijakan dividen terhadap harga saham pada waktu ex-dividend day menunjukkan bahwa leverage yang diukur dengan debt to equity ratio terbukti bahwa untuk sampel Indonesia leverage berpengaruh positif terhadap harga saham pada waktu ex-dividend day.

2.2.5. Pengaruh Earning Per Share dan Cash Dividend Pendapatan per lembar saham (earning per share) merupakan total keuntungan yang diperoleh oleh investor untuk setiap lembar sahamnya. Total keuntungan tersebut diukur dari rasio antara laba bersih setelah pajak (earning after tax EAT) terhadap jumlah lembar saham yang beredar (outstanding share). Laba bersih yang diperhitungkan tersebut setelah dikurangi dengan dividen untuk para pemegang saham prioritas/minoritas (preffered stock). Semakin besar earning after tax (EAT) maka pendapatan dividen per lembar saham (cash dividend per share) yang akan diterima oleh para pemegang saham biasa (common stock) juga semakin besar. Hal tersebut dengan asumsi jika dividen para pemegang saham minoritas dan jumlah saham yang beredar (saham biasa) relatif tetap. Teori ini juga didukung oleh Surasmi (1998) yang menunjukkan bahwa EPS berpengaruh signifikan terhadap dividend per share pada perusahaan manufaktur yang listing di BEI periode 1993-1995.

2.2.6. Pengaruh Price Earning Ratio dan Cash Dividend Menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. PER dihitung dalam satuan kali. Ratio menunjukkan seberapa besar PER

investor menilai harga saham terhadap

kelipatan dari earnings. Ratio ini kerap digunakan oleh perusahaan penjamin emisi atau yang dikenal sebagai underwriter untuk menentukan harga saham di pasar perdana. Hal ini karena PER dapat dihitung dengan PER perusahaan sejenis dan mengalikannya dengan proyeksi laba bersih per saham sehingga didapatkan harga saham. Bagi investor, semakin kecil PER semakin bagus karena berarti saham tersebut relatif murah. PER melihat harga saham relative terhadap earningnya. Perusahaan yang diharapkan akan tumbuh tinggi (mempunyai prospek yang baik) mempunyai PER yang tinggi, sebaliknya perusahaan yang diharapkan mempunyai pertumbuhan rendah akan mempunyai PER yang rendah. Dari segi investor, PER yang terlalu tinggi barangkali tidak akan naik lagi, yang berarti kemungkinan memperoleh capital gain akan lebih kecil. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi PER : (1) Dividen

payout ratio, (2) Tingkat keuntungan yang diharapkan investor, (3) Pertumbuhan dividen. Dengan demikian maka, semakin tinggi dividen payout ratio, akan semakin tinggi PER, Semakin tinggi tingkat keuntungan yang disyaratkan r akan semakin rendah PER, Semakin tinggi pertumbuhan dividen, semakin tinggi pula PER.

2.3. Penelitian Terdahulu Sunarto dan Andi Kartika (2003) meneliti tentang Analisis faktorfaktor yang mempengaruhi Dividen Kas di Bursa Efek Indonesia Periode 1999-2000. Penelitian ini bertujuan untuk Untuk menguji besarnya pengaruh faktor-faktor ROI, Cash Ratio, Current Ratio, DTA, EPS dan PER secara individual (parsial) dan bersama-sama (simultan) terhadap pendapatan dividen (cash dividend) di Bursa Efek Indonesia. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa rasio keuangan terutama EPS digunakan oleh manajemen perusahaan dalam menentukan pembayaran besarnya Cash Dividend di Bursa Efek Jakarta pada periode 1999 2000. Sisi positif dari hasil penelitian ini adalah memperluas hasil penelitian sebelumnya terutama digunakannya variabel-variabel yang tercermin dalam laporan keuangan. Bahkan dari hasil pengujian menunjukkan bahwa EPS sangat signifikan berpengaruh terhadap Cash Dividend pada level kurang dari 1 % yaitu sebesar 0,001. Nur Hidayati (2006) dengan judul yang sama yakni tentang Analisis factor-faktor yang mempengaruhi Dividen Kas di Bursa Efek Indonesia Periode 2001-2004. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa analisis berdasar data pooling selama periode pengamatan (20012004) menunjukkan bahwa data pooling merupakan data yang lebih panjang dari pada analisis yang didasarkan pada data tahunan. Pada penelitian ini nur hidayati menambah 1 (satu) variabel independen yaitu size. Dimana Current

Ratio dan EPS signifikan berpengaruh positif terhadap dividen kas di BEJ, terbukti dapat diterima. Kemampuan keenam variabel tersebut (ROI, cash ratio, current ratio, DTA, EPS dan Size) secara bersama-sama signifikan berpengaruh posotif terhadap dividen kas sebesar 0,729 seperti yang ditunjukkan dalam Adjusted R Square. Hal ini berarti besarnya pengaruh variabel bebas tersebut terhadap dividen kas sebesar 72,9% sedangkan sisanya sebesar 27,1% dipengaruhi faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam model analisis regresi.

2.4.

Pengujian Hipotesis Dari permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah : H1 : Return On Investment (ROI) signifikan berpengaruh positif terhadap dividen kas. H2 : Cash Ratio signifikan berpengaruh positif terhadap dividen kas. H3 : Current Ratio signifikan berpengaruh positif terhadap dividenb kas. H4 : Debt to Total Asset signifikan berpengaruh negatif terhadap dividen kas. H5 :Earning Per Share (EPS) signifikan berpengaruh positif terhadap dividen kas. H6 : Price Earning Ratio (PER) signifikan berpengaruh Positif terhadap dividen kas

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2007. Berdasarkan publikasi dari ICMD tersebut data yang digunakan adalah data yang berasal dari laporan keuangan pada perusahaan manufaktur untuk periode 2004 sampai dengan 2006 dengan jumlah perusahaan 142.

3.2. Objek Penelitian, Populasi, dan Sampel Penelitian ini dilakukan di pojok Bursa Efek Indonesia (BEI) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Didalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah perusahaan manufaktur yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2006. Tehnik penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, yang artinya perusahaan yang dividen kasnya akan dijadikan sampel penelitian ini dipilih menggunakan pertimbangan dengan memasukkan unsur-unsur tertentu yang dianggap memiliki kriteria sebagai berikut: a. Perusahaan yang terdaftar di BEI yang telah menyampaikan laporan keuangan per 31 desember secara rutin selama tiga tahun sesuai dengan periode penelitian yang diperlukan, yaitu 2004, 2005, dan 2006 (laporan keuangan per 31 Desember merupakan laporan yang telah diaudit

sehingga laporan keuangan tersebut dapat dipercaya). b. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang menyampaikan datanya secara lengkap sesuai dengan informasi yang diperlukan, yaitu Earning Per Share (EPS), Return on Investment (ROI), cash ratio, current ratio, Debt to Total Assets (DTA), Price Earning Ratio (PER) dan cash dividend. c. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI yang secara konsisten membagikan dividen kas selama tahun penelitian yaitu tahun 2004, 2005, dan 2006. Sesuai dengan publikasi dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2007 menunjukkan bahwa jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar pada periode 2004-2006 sejumlah 142 emiten. Berdasarkan Kriteria tersebut diperoleh sampel 27 perusahaan selama tiga tahun. Sehingga data pooling sejumlah 81 sampel. (Lampiran 1)

3.3.Metode Pengumpulan Data a. Sumber Data Data yang diperlukan adalah data sekunder yaitu data yang sudah diolah pihak perusahaan dan sudah diterbitkan dalam bentuk laporan keuangan atau dengan kata lain data yang tidak secara langsung diambil dari perusahaan yang bersangkutan yaitu melalui Indonesian Capital market Directory (ICMD) 2007. Untuk kepentingan analisis maka

digunakan pooling data (data pooled) selama 3 tahun dari perusahaan sampel. c. Cara Pengumpulan Data Dokumentasi, yaitu dengan mengadakan catatan berupa Summary of Financial Statement yang tercantum dalam Indonesian Capital market Directory (ICMD) 2007 dari masing-masing perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI yang diperoleh di perpustakaan UII Yogyakarta dan mempelajari buku-buku, karya tulis lainnya dan informasi yang diperoleh dari internet yang berkaitan dengan penelitian ini. d. Data yang Diperlukan antara lain: Earning Per Share (EPS), Return on Investment (ROI), cash ratio, current ratio, Debt to Total Assets (DTA), Price Earning Ratio (PER) dan Cash Dividen yang diperoleh dalam Summary of Financial Statement yang tercantum dalam Indonesian Capital market Directory (ICMD) 2007.

3.4. Definisi Operasional Variabel Variabel-variabel yang dibutuhkan dalam penelitian ini ada tujuh jenis yang terdiri dari 6 (enam) variabel independen yaitu EPS, ROI, Cash Ratio, Current Ratio, DTA dan PER, serta 1 (satu) variabel dependen yaitu Dividen Kas. 1. Variabel Dependen

Dalam penelitian ini adalah Dividen Kas. Dividen Kas merupakan dividen yang dibayarkan secara tunai oleh perusahaan kepada setiap pemegang saham. Untuk menghitung besarnya Dividen Kas, dapat diperoleh dengan cara : Tot. Div. Kas Dividen Kas = Jumlah Lembar Saham 2. Variabel Independen Dalam penelitian ini ada 6 (enam) variabel Independen yaitu : a) Earning Per Share (EPS) Rasio ini digunakan untuk mengukur pendapatan per lembar saham yang dihitung dari total keuntungan (EAT) terhadap jumlah lembar saham yang beredar dengan formula sebagai berikut. Laba Bersih Setelah Pajak EPS = Jumlah Lembar Saham beredar b) Return on Investment (ROI) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba setelah pajak dari total investasi yang digunakan oleh perusahaan.

EAT ROI = Total Investasi c) Cash Ratio

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya melalui sejumlah kas dan setara kas yang dimiliki perusahaan. Kas + Ekuivalen Cash Ratio = Utang Jangka pendek d) Current Ratio Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya melalui jumlah aktiva lancarnya. Aktiva Lancar Current Ratio = Utang Jangka pendek e) Debt to Total Asset (DTA) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi total hutang dari total aktiva yang dimiliki perusahaan.

Total Hutang DTA = Total Assets a) Price to Earning Ratio (PER) Rasio ini digunakan untuk menunjukkan apresiasi pasar terhadap kemampuan emiten dalam menghasilkan laba, semakin kecil rasio semakin bagus. Harga Saham PER = Earning Per Share

3.5. Metode Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah di baca dan di interprestasikan. Prosedur pengolahan data dalam penelitian ini dimulai dengan memilahkan data kedalam variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini. Dari hasil operasionalisasi variabel yang akan diuji, nilai varibel tersebut dimasukkan dalam program SPSS. Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara 2 variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Untuk menguji hipotesis tentang kekuatan variabel penentu (independen variabel) terhadap Cash Dividen, dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan model dasar sebagai berikut: Cash Div. = a + b1 EPS + b2 ROI + b3 Cash Ratio + b4 Current Ratio + b5 DTA + b6 PER + e Dalam Hal ini: Cash Dividen : Dividen kas per lembar saham EPS : Rasio antara laba setelah pajak terhadap jumlah saham beredar ROI : Rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap total investasi Cash Ratio : Rasio antara kas dan setara kas (ekuivalen) terhadap hutang jangka pendek

Current Ratio : ratio antara aktiva lancer terhadap hutang jangka pendek DTA : Rasio antara total hutang terhadap total aktiva (total assets) PER : Rasio antara harga saham terhadap earning per share 3.6. Uji Asumsi Klasik. Pengujian asumsi klasik merupakan syarat utama untuk menilai apakah persamaan regresi yang digunakan sudah memenuhi syarat. dua asumsi klasik yang melandasi analisis regresi adalah asumsi tidak terjadinya

multikolinieritas, dan tidak terjadinya heterokedastisitas. Pelanggaran asumsi berarti model yang diperoleh tidak banyak bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Menurut Algifari, model regresi yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square/OLS) merupakan metode regresi yang menghasilkan estimator linier tidak bias (Best Linier Unbias

Estimator/BLUE). Kondisi ini akan terjadi jika dipenuhi beberapa asumsi, yang disebut asumsi klasik, sebagai berikut: a. Nonmultikoleniaritas, artinya antar variabel independen yang satu dengan independen yang lainnya dalam model regresi tidak saling berhubungan secara sempurna atau mendekati sempurna. b. Homoskedastisitas, artinya varians semua variabel adalah konstan (sama). c. Nonautokorelasi, artinya tidak terdapat pengaruh dari variabel dalam model melalui tenggang waktu (time lag). Misalnya, nilai suatu variabel saat ini akan berpengaruh terhadap nilai variabel lain pada masa yang akan datang. Menurut metode klasik ini tidak mungkin terjadi.

3.6.1. Uji Multikolinieritas. Multikolinieritas berarti antar variabel independen yang ada dalam model memiliki hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien korelasi tinggi atau bahkan sama dengan satu). Menurut Rahayu (2004;87), umumnya Multikolinieritas dapat diketahui dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) atau Tolerance value. Batas Tolerance value adalah 0,10 dan batas Variance Inflation Factor (VIF) adalah 10. Apabila hasil analisis menunjukkan nilai Variance Inflation Factor (VIF) dibawah 10 dan Tolerance value diatas nilai 0,10 maka tidak terjadi Multikolinieritas sehingga model reliable sebagai dasar analitis. 3.6.2. Uji Heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas berarti varian gangguan berbeda dari satu observasi ke observasi lainnya. Deteksi adanya

heteroskedastisitas dengan melihat kurva heteroskedastisitas atau diagram pencar (chart), dengan dasar pemikiran sebagai berikut: a) Jika titik-titik terikat menyebar secara acak membentuk pola tertentu yang beraturan (bergelombang), melebar kemudian menyempit maka terjadi heteroskedostisitas. b) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar baik dibawah atau diatas 0 ada sumbu Y maka hal ini tidak terjadi heteroskedostisitas. 3.6.3. Uji Autokorelasi

Autokorelasi dalam analisis regresi linier

berganda

bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi di antara variabel bebas dalam penelitian. Autokorelasi disebabkan oleh data penelitian yang berurutan sepanjang waktu (time series) saling menganggu antara satu observasi ke observasi lainnya.

Autokorelasi biasanya lebih lazim ditemukan dalam dua deret waktu, observasi diurutkan dalam urutan kronologis. Penelitian yang menggunakan data cross section kemungkinan besar gejala autokorelasi tidak terjadi. Pengujian ada tidaknya autokorelasi dilakukan dengan menggunakan metode Durbin-Watson. Adapun cara mendeteksi terjadi autokorelasi dalam model analisis regresi dengan

menggunakan Durbin-Watson menurut Algifari (2000), dapat dijelaskan sebagai berikut: Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi

berdasarkan uji Durbin Watson sebagai berikut: Kurang dari 1,08 1,08 s.d. 1,66 1,66 s.d. 2,34 2,34 s.d. 2,92 Lebih dari 2,92 Ada Autokerelasi Tanpa Kesimpulan Tidak ada Autokorelasi Tanpa Kesimpulan Ada Autokorelasi

3.7. Pengujian Hipotesis Selanjutnya untuk menguji hipotesis yang diajukan tentang pengaruh variabel terikat dapat digunakan alat analisis statistik uji t dan uji F.

3.7.1. Uji Parsial (Uji t) Uji parsial bertujuan untuk membuat kesimpulan mengenai pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat (Algifari, 2000). Ha : b1 EPS, b2ROI, b3CR, b4CrR, b5DTA, b6PER Artinya masing-masing variabel bebas EPS, ROI, CR, CrR, DTA, PER merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel yang terikat Cash Dividend. Menguji hipotesis dengan rumus menentukan level signifikan dengan menggunkan derajat kepercayaan 5%. Untuk menguji kedua hipotesis ini digunakan statistic t . Statistik t hitung dalam kuncoro (2001) dari formula sebagai berikut:

t = (bi-0) / s = bi / SDimana s = standar deviasi, yang dilihat dari akar varians. Varians (Variance) atau S2, diperoleh dari SSE dibagi dengan jumlah derajat kebebasan ( degree of Freedom ). Dengan kata lain:

S2 =Nilai dari penelitian (t hitung) yang didapat selanjutnya dibandingkan dengan t tabel sebesar 5%, sehingga ditarik kesimpulan berupa: Ho = tidak dapat ditolak bila t hitung < t tabel Ha = tidak dapat ditolak bila t hitung > t tabel 3.7.2. Uji F

Uji statistik F bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variable bebas yang terdapat didalam model secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat (Algifari, 2000). Ha : b1 EPS, b2 ROI, b3CR, b4CrR, b5DTA, b6PER 0

Artinya EPS, ROI, CR, CrR, DTA, PER secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap cash dividend. Menentukan level signifikan dengan menggunakan F tabel sebesar 5%. Untuk menguji kedua hipotesis ini digunakan statistic F. statistik F yang dikutif dalam Kuncoro (2001) dihitung dari formula sebagai berikut:

F=Dimana:

=

SSR : Sum of square due to regression = SSE : Sum of square error = n k : Jumlah observasi : Jumlah parameter ( -y)2

( -y)

MSR : Mean of square due to regression MSE : Mean of square due to error Jika nilai F hitung lebih besar dari F tabel, maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel bebas secara bersama-sama dapat mempengaruhi variabel terikat (Algifari, 2000). Sehingga nilai F hitung dibandingkan dengan F tabel dengan kriteria: Ha = tidak dapat ditolak bila F hitung < F tabel

Ho = tidak dapat ditolak bila F hitung > F tabel

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian Dalam bab ini penulis akan menganalisis data yang telah terkumpul. Data yang telah dikumpulkan tersebut berupa laporan keuangan dari seluruh perusahaan manufaktur yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2006. Hasil pengolahan data berupa informasi untuk mengetahui apakah Cash dividen dipengaruhi oleh rasio keuangan yang meliputi Earning per Share, Return On Investment, Current Ratio, Cash Ratio, Debt to Total Asset, Price Earning Ratio seberapa besar pengaruhnya. Hasil pengujian juga membuktikan dalam menentukan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Cash dividen (Dividen kas). Sesuai dengan permasalahan dan perumusan model yang telah dikemukakan, serta kepentingan pengujian hipotesis, maka teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptive dan analisis regresi linier berganda. Analisis analisis deskriptive merupakan analisis yang menjelaskan gejala-gejala yang terjadi pada variabel-variabel penelitian untuk mendukung hasil analisis regresi linier berganda. Sedangkan analisis regresi linier berganda merupakan analisis yang menghubungkan beberapa variabel independen.

4.2. Analisis Deskriptive Berikut akan dijelaskan analisis deskriptif yaitu menjelaskan deskripsi data dari seluruh variabel yang akan dimasukkan dalam model penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut : Tabel 4.1 Hasil perhitungan Mean dan Standar Deviasi dari variabel-variabel penelitianDescriptive Statistics N 81 81 81 81 81 81 81 81 Minimum -163.000 -1.460 .010 .530 .100 -49.020 .000 Maximum 4530.000 40.150 2.490 8.780 .800 69.300 3300.000 Mean 598.11111 9.95728 .45074 2.27481 .45346 13.37123 272.01235 Std. Deviation 974.308280 8.549996 .521092 1.519062 .168924 13.158695 629.405444

EPS ROI CashRatio CurrentRatio DTA PER CashDividend Valid N (listwise)

Sumber : Lampiran II Variabel Earning Per Share selama periode penelitian memiliki nilai minimum sebesar -163,00. Artinya perusahaan

mempunyai laba terendah per lembar saham sebesar Rp. 163. Nilai maksimum sebesar 4530 artinya bahwa perusahaan menghasilkan laba per lembar saham sebesar Rp.4530. Nilai rata-rata sebesar 598,11111 artinya rata-rata perusahaan menghasilkan laba per lembar saham sebesar Rp. 598,11111. Sedangkan standar deviasi sebesar 974,308280 artinya selama periode penelitian, ukuran penyebaran dari variabel

Earning Per Share adalah sebesar 974,308280 dari 81 kasus yang terjadi. Pada variabel Return On Invesment (ROI), menunjukkan bahwa, selama periode penelitian variabel ini memiliki nilai minimum sebesar -1,46% artinya bahwa perusahaan memperoleh laba terendah sebesar -1,46% dari total asset yang dimiliki. Nilai maksimum sebesar 40,15% artinya kemampuan aktiva dalam menghasilkan keuntungan setelah pajak terbesar bagi perusahaan adalah sebesar 40,15%. Nilai ratarata sebesar 9,95728% artinya dari 81 observasi pada 27 perusahaan yang termasuk dalam manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian, rata rata nilai keuntungan perusahaan adalah sebesar 9,95728% dari total aktiva yang dimiliki perusahaan. Sedangkan standar deviasi sebesar 8,549996 artinya selama periode penelitian, ukuran penyebaran dari variabel Return On Invesment (ROI), adalah sebesar 8,549996 dari 81 kasus yang terjadi. Pada variabel Cash Ratio (CR), menunjukkan bahwa, selama periode penelitian variabel ini memiliki nilai minimum sebesar 0,01% artinya bahwa kemampuan terendah perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya adalah sebesar 0,01% dari kas dan setara kas yang dimiliki perusahaan. Nilai maksimum sebesar 2,490% artinya kemampuan tertinggi perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya adalah sebesar 2,490% dari kas dan setara kas yang dimiliki perusahaan. Nilai rata-rata sebesar 0,45074% artinya dari 81 observasi

pada 27 perusahaan yang termasuk dalam manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian, rata rata kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya adalah sebesar 0,45074% dari kas dan setara kas yang dimiliki perusahaan. Sedangkan standar deviasi sebesar 0.521092 artinya selama periode penelitian, ukuran penyebaran dari variabel Cash Ratio (CR), adalah sebesar 0,521092 dari 81 kasus yang terjadi. Pada variabel Current Ratio (CR), menunjukkan bahwa, selama periode penelitian variabel ini memiliki nilai minimum sebesar 0,53% artinya bahwa kemampuan terendah perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya adalah sebesar 0,53% dari aktiva yang dimiliki perusahaan. Nilai maksimum sebesar 8,78% artinya kemampuan tertinggi perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya adalah sebesar 8,78% dari aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Nilai rata-rata sebesar 2,27481% artinya dari 81 observasi pada 27 perusahaan yang termasuk dalam manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian, rata rata kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya adalah sebesar 2,27481% dari aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Sedangkan standar deviasi sebesar 1,519062 artinya selama periode penelitian, ukuran penyebaran dari variabel Current Ratio (CrR), adalah sebesar 1,519062 dari 81 kasus yang terjadi.

Pada variabel Debt to Total Asset (DTA), menunjukkan bahwa, selama periode penelitian variabel ini memiliki nilai minimum sebesar 0,1% artinya bahwa kemampuan terendah perusahaan dalam memenuhi total hutang adalah sebesar 0,1% dari total aktiva yang dimiliki perusahaan. Nilai maksimum sebesar 0,80% artinya kemampuan tertinggi perusahaan dalam memenuhi total hutangnya adalah sebesar 0,80% dari total aktiva yang dimiliki perusahaan. Nilai rata-rata sebesar 0,45346% artinya dari 81 observasi pada 27 perusahaan yang termasuk dalam manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian, rata rata kemampuan perusahaan dalam memenuhi total hutangnya adalah sebesar 0,45346% dari total aktiva yang dimiliki perusahaan. Sedangkan standar deviasi sebesar 0,168924 artinya selama periode penelitian, ukuran penyebaran dari variabel Debt to Total Asset (DTA), adalah sebesar 0,168924 dari 81 kasus yang terjadi. Dari tabel 4.1 diatas dapat dijelaskan bahwa variabel PER menunjukkan bahwa, selama periode penelitian variabel ini memiliki nilai minimum sebesar 49,090 kali artinya bahwa kemampuan harga per lembar saham untuk menghasilkan pendapatan atau laba dari setiap lembar saham yang dijual kepada investor minimal adalah sebesar 49,09 kali. Nilai maksimum sebesar 69,300 kali artinya harga per lembar saham untuk menghasilkan pendapatan atau laba dari setiap lembar saham yang dijual kepada investor adalah maksimal sebesar 69,300 kali. Nilai rata-rata sebesar 13,37123 artinya dari 81 observasi pada 27

perusahaan yang termasuk dalam manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian, kemampuan rata-rata harga per lembar saham untuk menghasilkan pendapatan atau laba dari setiap lembar saham yang dijual kepada investor adalah sebesar 13,37123 kali. Sedangkan standar deviasi sebesar 13,158695 artinya selama periode penelitian, ukuran penyebaran dari variabel Price Earning Ratio (PER), adalah sebesar 13,158695 dari 81 kasus yang terjadi. Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa variabel Cash Dividen (CD), menunjukkan bahwa, selama periode penelitian variabel ini memiliki nilai minimum sebesar 0,0001 artinya bahwa besarnya total dividen tunai yang dibagikan kepada pemegang saham hanya sebesar Rp. 0,0001. Nilai maksimum sebesar 3300 artinya total dividen tunai tertinggi yang dibagikan kepada pemegang saham adalah sebesar Rp. 3300 per lembar sahamnya. Nilai rata-rata sebesar 272,01235 artinya dari 81 observasi pada 27 perusahaan yang termasuk dalam manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian, rata rata total dividen tunai yang dibagikan kepada pemegang saham adalah sebesar 272,01235 per lembar sahamnya. Sedangkan standar deviasi sebesar 629,405444 artinya selama periode penelitian, ukuran

penyebaran dari variabel Cash Dividen (CD), adalah sebesar 629,405444 dari 81 kasus yang terjadi.

4.3. Analisis Statistik 4.3.1. Uji Asumsi Klasik Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan uji F dan uji t terlebih dahulu dilakukan uji penyimpangan asumsi klasik. Pengujian ini dilakukan untuk menguji validitas dari hasil analisis regresi linier berganda. Adapun pengujian yang digunakan adalah Uji Autokorelasi, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas. a. Multikolinieritas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Dimana model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen atau tidak terjadi Multikolinearitas. Pengujian Multikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2 Hasil Pengujian MultikolinearitasCoefficients(a) Standardize d Coefficients Beta t -1.126 .822 .029 -.013 .080 .085 .025 11.432 .402 -.146 .700 .860 .370 Sig. .264 .000 .689 .884 .486 .392 .713 .835 .803 .554 .334 .442 .969 1.198 1.246 1.805 2.994 2.261 1.032

(Consta nt) EPS ROI CashRa -15.567 106.528 tio Current 32.958 47.070 Ratio DTA 316.526 367.853 PER 1.180 3.190 a Dependent Variable: CashDividend

Model 1

Unstandardized Coefficients Std. B Error 261.248 294.283 .531 .046 2.171 5.394

Collinearity Statistics Toleran ce VIF

Sumber : Lampiran V

Berdasarkan tabel 4.2 diatas, terlihat bahwa semua variabel independen memiliki angka VIF tidak lebih besar dari 10. Demikian juga Tolerance value kurang dari 1. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut tidak terdapat problem Multikolinearitas. b. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskesdastisitas, dan jika varians berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil pengujian

heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar berikut ini: Scatterplot SRESID terhadap ZPREDScatterplot Dependent Variable: DPS6

R g s io S d n e R s u l e re s n tu e tiz d e id a

4

2

0

-2

-4 -6 -2 -1 0 1 2 3 4 5

Regression Standardized Predicted Value

Sumber : Lampiran VI

Pada gambar terlihat titik-titik menyebar secara acak, dan tidak membuat sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. hal ini berarti tidak terjadi heteroskedasitas pada model regresi. c. Uji Autokorelasi Autokorelasi dalam analisis berganda linier bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi di antara variabel bebas dalam penelitian. Pengujian ada tidaknya autokorelasi dilakukan dengan menggunakan metode Durbin-Watson. Tabel 4.3 Pengujian AutokorelasiModel Summary(b) Change Statistics R Adjuste Std. Error Square F dR of the Mod R Chang Chang el R Square Square Estimate e e df1 df2 1 .825(a) .681 .655 369.62 .681 26.329 6 74 a Predictors: (Constant), PER, Cash Ratio, EPS, ROI, DTA, Current Ratio b Dependent Variable: CashDividend

Sig. F Change .000

DurbinWatso n 1.724

Sumber : Lampiran IV Hasil analisis regresi seperti pada lampiran diperoleh DW Statistik sebesar 1,724. Dengan demikian nilai Durbin Watson tersebut berada pada interval 1,66 sampai dengan 2,34, sehingga dapat dipastikan bahwa model regresi linier berganda tersebut tidak terjadi gejala autokorelasi.

4.3.2. Analisis Regresi Linier Berganda Hasil pengujian terhadap model regresi berganda terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi Cash dividen pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2004 2006 dapat dilihat dalam tabel 4.4 berikut. Tabel 4.4 Hasil Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Variabel Bebas Terhadap Cash dividen (dividen kas) Variabel Koefisien Regresi (Constant) -294,283 EPS 0.531 ROI 2,171 Cash Ratio -15,567 Current Ratio 32,958 DTA 316,526 PER 1,180 F hitung 26,329 Sig-F 0,000 R Square 0,681 Sumber : Lampiran III Sig-t 0.000 0,689 0,884 0,486 0,392 0,713

4.3.3. Interpretasi Persamaan Regresi Pada penelitian ini digunakan model persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 Dengan memperhatikan model regresi dan hasil regresi linier berganda maka didapat persamaan faktor-faktor yang mempengaruhi Cash dividen pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia sebagai berikut :

Y = -294,283+ 0.531X1 + 2,171X2 - 15,567X3 + 32,958X4 + 316,526X5 + 1,180X6 Berdasarkan berbagai parameter dalam persamaan regresi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Cash dividen, maka dapat diberikan interpretasi sebagai berikut: a. Konstanta (Koefisien a) Nilai konstanta sebesar -294,283 yang berarti bahwa jika variabel bebas yang terdiri Earning Per Share, Return On Investment, Cash Ratio, Current Ratio, Debt To Total Asset, dan Price Earning Ratio sama dengan nol, maka besarnya Cash dividen akan sebesar -Rp. 294,283 per lembar sahamnya. Hal ini berarti perusahaan dalam kondisi rugi tetap membayar dividen. Dan hal ini bisa saja terjadi terbukti dari laporan ICMD ada beberapa perusahaan dalam keadaan rugi (Loss) namun tetap membayar dividen (Sumber : ICMD 2005) b. Koefisien Earning per share (b1) Earning per share (X1) mempunyai pengaruh yang positif terhadap Cash dividen, dengan koefisien regresi sebesar 0,531. Dengan adanya pengaruh yang positif ini, berarti bahwa antara Earning per share (X1) dan Cash dividen menunjukkan hubungan yang searah. Earning per share (X1) yang semakin meningkat mengakibatkan Cash dividen meningkat, begitu pula sebaliknya jika Earning per share (X1) yang semakin menurun maka Cash dividen akan menurun.

c. Koefisien Return on investment (b2) Return on investment (X2) mempunyai pengaruh yang positif terhadap Cash dividen, dengan koefisien regresi sebesar 2,171. Dengan adanya pengaruh yang positif ini, berarti bahwa antara Return on investment (X2) dan Cash dividen menunjukkan hubungan yang searah. Return on investment (X2) yang semakin meningkat mengakibatkan Cash dividen meningkat, begitu pula sebaliknya jika Return on investment (X2) yang semakin menurun maka Cash dividen akan menurun. d. Koefisien Cash ratio (b3) Cash ratio (X3) mempunyai pengaruh yang negatif terhadap Cash dividen, dengan koefisien regresi sebesar -15,567. Dengan adanya pengaruh yang negatif ini, berarti bahwa antara Cash ratio (X3) dan Cash dividen menunjukkan hubungan yang berlawanan. Cash ratio (X3) yang semakin meningkat mengakibatkan Cash dividen menurun, begitu pula dengan Cash ratio (X3) yang semakin menurun maka Cash dividen akan meningkat. e. Koefisien Current ratio (b4) Current ratio (X4) mempunyai pengaruh yang positif terhadap Cash dividen, dengan koefisien regresi sebesar 32,958. Dengan adanya pengaruh yang positif ini, berarti bahwa antara Current ratio (X4) dan Cash dividen menunjukkan hubungan yang searah. Current ratio (X4) yang semakin meningkat mengakibatkan Cash dividen meningkat, begitu pula sebaliknya jika Current ratio (X4) yang semakin menurun maka Cash dividen akan

menurun. f. Koefisien Debt to total asset (b5) Debt to total asset (X5) mempunyai pengaruh yang positif terhadap Cash dividen, dengan koefisien regresi sebesar 316,526. Dengan adanya pengaruh yang positif ini, berarti bahwa antara Debt to total asset (X5) dan Cash dividen menunjukkan hubungan yang searah. Debt to total asset (X5) yang semakin meningkat mengakibatkan Cash dividen meningkat, begitu pula sebaliknya jika Debt to total asset (X5) yang semakin menurun maka Cash dividen akan menurun. g. Koefisien Price Earning Ratio (X6) Price earning ratio (X6) mempunyai pengaruh yang positif terhadap Cash dividen, dengan koefisien regresi sebesar 1,180. Dengan adanya pengaruh yang positif ini, berarti bahwa antara Price earning ratio (X6) dan Cash dividen menunjukkan hubungan yang searah. Price earning ratio (X6) yang semakin meningkat mengakibatkan Cash dividen meningkat, begitu pula sebaliknya jika Price earning ratio (X6) yang semakin menurun maka Cash dividen akan menurun.

4.3.4. Pengujian Hipotesis a. Uji Model Regresi dengan Uji F dan R2 Tabel di bawah ini merupakan hasil dari uji F yang menggunakan program SPSS for Windows, yaitu : Tabel 4.5

Hasil Uji AnovaANOVA(b) Sum of Squares df Mean Square F Regressio 21582285. 6 3597047.604 26.329 n 626 Residual 10109957. 74 136621.041 053 Total 31692242. 80 679 a Predictors: (Constant), PER, Cash Ratio, EPS, ROI, DTA, Current Ratio b Dependent Variable: CashDividend Model 1

Sig. .000(a)

Dari tabel 4.5 di atas di dapat F

hitung

sebesar 26.329 dengan sig-F

sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa sig-F lebih kecil dari tingkat signifikansi 5%. Karena sig-F < 0,05 (0,000 < 0,05), maka Ha diterima dan menolak Ho. Ini menunjukkan bahwa Earning Per Share, Return On Investment, Cash Ratio, Current Ratio, Debt To Total Asset, dan Price Earning Ratio secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap Cash dividen pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Kemudian untuk menunjukkan berapa persen Cash dividen yang dapat dijelaskan oleh kelima variabel bebasnya dapat dilihat dari tabel 4.6 dibawah ini: Tabel 4.6 Nilai dari Koefisien Determinasi, Koefisien Korelasi, dan Standar Error of Estimate dari Hasil Analisa RegresiModel Summary

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

.825(a) .681 .655 369.62 a Predictors: (Constant), PER, Cash Ratio, EPS, ROI, DTA, Current Ratio

1

Sumber : Lampiran III Dari tabel 4.6 di atas dapat diketahui koefisien determinasi (R square) sebesar 0,681. Dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,681, maka dapat diartikan bahwa hanya sebesar 68,1% Cash dividen dapat dijelaskan oleh keenam variabel bebas yang terdiri dari Earning Per Share, Return On Investment, Cash Ratio, Current Ratio, Debt To Total Asset, dan Price Earning Ratio. Sedangkan sisanya sebesar 31,9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian. Dalam kolom yang paling kanan terlihat nilai Standard Error of the Estimate (Standar eror penaksiran) sebesar 369.62. Nilai ini lebih kecil dari pada standar deviasi pada Cash dividen sebesar 629,405444 (terlihat pada lampiran II). Hal ini dapat menjelaskan bahwa model regresi lebih baik dalam bertindak sebagai prediktor Cash dividen dari pada rata-rata Cash dividen itu sendiri. b. Uji Koefisien Regresi dengan Uji t Seperti telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, hasil dari perbandingan antara sig-t dengan tingkat signifikansi 5% akan dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan. Tabel 4.4 yang berisi hasil persamaan regresi pada variabel-variabel penelitian akan memperlihatkan hasil dari sig-t yang dikeluarkan oleh output olah data dengan menggunakan SPSS for Windows. Dari tabel tersebut terlihat nilai sig-t untuk masing-masing

variabel bebasnya telah diketahui dan dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan dengan cara membandingkannya dengan tingkat signifikansi 5%. 1). Pengujian terhadap koefisien regresi Earning per share Hasil perhitungan pada regresi diperoleh nilai sig-t sebesar 0,000. Dengan demikian sig-t lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% (0,000 < 0,05) maka H1 didukung artinya Earning Per Share secara parsial mempunyai pengaruh yang positid dan signifikan terhadap Dividen Kas. Hal ini mengindikasikan bahwa Earning Per Share dipertimbangkan oleh manajemen dalam pembayaran dividen kas. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sunarto dan Andi Kartika (2003), yang menyatakan bahwa rasio keuangan terutama EPS digunakan oleh manajemen perusahaan dalam menetukan pembayaran besarnya Cash Dividend di Bursa Efek Indonesia pada periode 1999-2000. EPS sangat signifikan berpengaruh terhadap Cash Dividend pada level kurang dari 1% yaitu 0,001. Earning Per Share berpengaruh signifikan positif terhadap Dividen Cash, hal ini disebabkan karena pendapatan per lembar saham (earning per share) merupakan total keuntungan yang diperoleh o