analisis deiksis pada novel “catatan dari penjara

74
ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA PEREMPUAN” KARYA NAWAL EL SAADAWI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Ujian Skripsi Pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh Kasmawati. B NIM 10533 6941 12 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2016

Upload: others

Post on 05-Nov-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI

PENJARA PEREMPUAN” KARYA NAWAL EL SAADAWI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Ujian Skripsi

Pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

Kasmawati. B

NIM 10533 6941 12

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2016

Page 2: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA
Page 3: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA
Page 4: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : KASMAWATI. B

NIM : 10533 6941 12

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Analisis Deiksis pada novel Catatan dari Penjara perempuan

karya Nawal El Saadawi.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji

adalah hasil karya sendiri dan bukan ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh

siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi

apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Oktober 2016

Yang Membuat Pernyataan

KASMAWATI. B

Page 5: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertandatangan di bawahini:

Nama : KASMAWATI. B

NIM : 10533 6941 12

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakulta : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya

akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan

pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjuplakan (Plagiat) dalam penyusunan skripsi.

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya bersedia

menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Oktober 2016

Yang Membuat Perjanjian

KASMAWATI. B

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Dr. Munirah, M.Pd

NBM: 951 576

Page 6: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Hiduplah seolah engkau mati besok. Belajarlah seolah engkau hidup selamanya”

Pengalaman adalah guru, menjadikan pengalaman jatuh dan bangun

sebagai proses dalam membangun pendidikan yang berkarakter untuk diri

sendiri dan orang lain. Usaha dan doa yang tiada henti agar bisa

mengalahkan musuh dalam hidup (malas). Menjadikan hari ini baik dan

hari esoknya lebih baik lagi.

Persembahan

Setiap goresan tinta ini adalah wujud dari keagungan dan kasih saying

yang diberikan Allah Swt kepada semua umatnya.

Setiap waktu untuk menyelesaikan karya tulis ini adalah dorongan

motivasi dari kedua orang tua dan keluarga yang memberikan doa yang

tiada hentinya.

Setiap usaha yang tergores dalam tulisan ini merupakan dorongan dan

semangat dari teman-teman seperjuanganku.

Page 7: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

ABSTRAK

Kasmawati B. 2016. “Penggunaan Deiksis pada Novel“Catatan dari Penjara Perempuan”

Karya Nawal El Saadawi”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing

I Drs. H. Tjoddin, SB, M. Pd. dan pembimbing II Syekh Adiwijaya Latief, S. Pd., M. Pd.

Masalah utama dalam penelitian ini adalah memahami situasi pembicaraan dalam

karya sastra terutama novel untuk mengetahui, biasanya pembaca kurang memahami maksud

sebenarnya yang ingin disampaikan penulis, untuk itu penggunaan deiksis sangatlah perlu

dikaji untuk memahami situasi penutur dan lawan tutur dan tujuan penelitian ini adalah

mendeskripsikan penggunaan deiksis dalam sebuah karya sastra.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, maksudnya peneliti hanya menjelaskan

dan mendeskripsikan tentang penggunaan deiksis persona, tempat, dan waktu. Sedangkan

data yang dikumpulkan peneliti berasal dari sebuah novel “Catatan dari Penjara

Perempuan” Karya Nawal El Saadawi, berupa korpus-korpus data yang diambil setelah

membaca berulang-ulang novel.

Hasil penelitian ini ditemukan penggunaan deiksis “penunjukan” dalam beberapa

kutipan parargraf, seperti contoh deiksis persona yang merujuk pada orang atau

menggantikan seseorang (ia, dia, kita, mereka dan kamu), selanjutnya penggunaan deiksis

tempat (di sana dan di sini), penggunaan deiksis waktu ( pagi tadi, sejam yang lalu dan

sekarang).

Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, dapat disimpulkan penggunaan deiksis

pada novel ini ditemukan banyak penggunaan deiksis yang menjelaskan siapa dan untuk

siapa tuturan itu.

Kata Kunci: Deiksis persona, tempat, dan waktu.

Page 8: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan yang Maha Esa karena

berkat rahmat dan karunia-Nyalah skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktu

yang telah ditentukan.

Kesempurnaan hanya milik Allah, tetapi penulis dengan segala ketekunan

ingin memperoleh hasil yang memuaskan, dan untuk itu dengan segala tekad yang

kuat penulis membuat tulisan ini ingin bermanfaat dalam dunia pendidikan,

khususnya dalam lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Motivasi dari berbagai pihak yang sangat membantu dalam penyusunan

penelitian ini mulai dari penyusunan proposal hingga skripsi. Penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada Drs. H. Tjoddin, SB, M. Pd. Selaku

pembimbing 1 dan Syekh Adiwijaya Latief, S. Pd., M. Pd. pembimbing II, yang

telah memberikan bimbingan dan motivasi sejak awal penyusunan proposal

hingga selesainya skripsi ini.

Kepada Bapak Dr. H. Abdul Rahman Rahim, S.E., M.M Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar, Dr. A. Syukri Syamsuri, M. Hum., Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr.

Munirah, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang

telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat

bermanfaat bagi penulis.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada

kedua orang tua saya yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan,

mendidik dan membiayai penulis dalam pencarian ilmu. Demikian pula, penulis

mengucapkan kepada para keluarga yang tak henti-hentinya memberikan

motivasi, kepada sahabat serta teman-teman seperjuangan dari kampus dan juga

Page 9: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

viii

terkhusus teman-teman kelas A Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan 2012 yang

telah berbagi suka duka selama empat tahun bersama menekuni pendidikan ini

dan yang telah memberikan motivasi dan masukan selama proses penyusunan dan

selesainya skrispi ini, Serta semua pihak yang telah memberikan semangat,

inspirasi dan motivasi yang tidak sempat disebutkan namanya.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan

saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa

suatu masalah tidak akan berarti tanpa adanya kritikan dan saran. Semoga

penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi mahasiswa Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Makassar, 2016

Kasmawati B

Page 10: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

ix

Page 11: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................iii

SURAT PERNYATAAN....................................................................................iv

SURAT PERJANJIAN .......................................................................................v

MOTO DAN PERSEMBAHAN.........................................................................vi

ABSTRAK ..........................................................................................................vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka ...................................................................................7

1. Penelitian yang Relevan ....................................................................7

2. Kajian Teori .......................................................................................8

3. Pragmatik dan Ruang lingkup ...........................................................9

4. Konsep dan Teori Pragmatik .............................................................11

5. Pengertian deiksis.............................................................................13

6. Karya Sastra ......................................................................................18

7. Hakikat Novel ...................................................................................19

8. Bahasa Novel .....................................................................................19

9. Jenis-jenis deiksis ..............................................................................21

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ...................................................................................23

B. Data dan Sumber Data ........................................................................22

Page 12: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

C. Teknik Pengumpulan Data .................................................................23

D. TteknikAnalisis Data ..........................................................................23

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1. Deiksis Persona.......................................................................................27

2. Deiksis tempat.........................................................................................32

3. Deiksis waktu........................................................... ..............................46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan..............................................................................................47

B. Saran........................................................................................................47

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 13: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia senantiasa mendambakan komunikasi. Komunikasi ini terjadi

baik antar sesamanya maupun pada makhluk lain. Komunikasi dapat dilakukan

dengan berbagai cara yang sifatnya komunikatif. Artinya, antara orang yang satu

sebagai pemberi informasi dengan orang yang lain sebagai penerima informasi

(Simpen, 1987: 2).

Apabila dilihat dari perkembangannya, maka bahasa pertama kali

disampaikan secara lisan. Dalam hal ini bahasa sebagai alat komunikasi yang

disampaikan secara langsung terhadap lawan bicaranya. Pada dasarnya yang kita

terima melalui pendengaran adalah bunyi.

Kehidupan manusia sangat kompleks. Bersamaan dengan hal itu banyak

kegiatan harus diwarnai oleh penggunaan bahasa. Otak manusia memiliki

kemampuan yang amat terbatas, untuk mengingatkan semua gejala, peristiwa,

fakta, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan hidupnya. Oleh karena itu,

pergaulan antar manusia telah mencapai kepesatan yang luar biasa (Simpen, 1987:

4-5).

Untuk menjamin kelangsungan akan warisan budaya yang amat berarti

bagi generasinya, maka manusia mulai menyadari pentingnya bahasa tulis, selain

bahasa lisan. Bahasa tulis senantiasa membawa misi agar dapat mengabadikan

segala peristiwa manusia di dalam hidupnya.

Page 14: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

2

Sastra merupakan wujud gagasan seseorang melalui pandangan terhadap

lingkungan sosial yang berada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa

yang indah. Sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena

yang ada. Sastra sebagai karya fiksi memiliki pemahaman yang lebih mendalam,

bukan hanya sekadar cerita khayal atau angan dari pengarang saja, melainkan

wujud dari kreativitas pengarang dalam menggali dan mengolah gagasan yang ada

dalam pikirannya.

Karya sastra merupakan hasil pemikiran tentang kehidupan manusia yang

perwujudannya dalam fiksi serta keberadaannya merupakan pengalaman manusia.

Suatu karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dibaca, dipahami dan

dinikmati. Melalui karyanya, pengarang ingin mengungkapkan masalah manusia

dan kemanusiaan, penderitaan, perjuangan, kasih sayang, kebencian, nafsu, segala

sesuatu yang dialami manusia di dunia ini. Pengarang dengan cipta sastra ingin

menampilkan nilai-nilai yang lebih tinggi dan mampu menafsirkan tentang makna

dan hakikat hidup.

Selanjutnya karya sastra tidak saja lahir dari fenomena-fenomena

kehidupan lugas, tetapi juga kesadaran penulisnya bahwa sastra sebagai sesuatu

yang imajinatif dan fiktif, sehingga harus melayani misi-misi yang dapat

dipertanggungjawabkan. Sastrawan ketika menciptakan karya sastranya tidak saja

didorong oleh hasrat untuk menciptakan keindahan, tetapi juga berkehendak untuk

menciptakan pikiran-pikirannya, dan kesan-kesan perasaannya terhadap sesuatu.

Setiap pengarang dalam membuat karya akan memperlihatkan penggunaan bahasa

dengan ciri-ciri dan pola-pola tersendiri yang membedakannya dengan pengarang

Page 15: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

3

lainnya. Penggunaan bahasa yang khas dalam karyanya tentu akan

memperlihatkan ciri-ciri individualisme, originalitas, dan gaya masing-masing

pengarang.

Bahasa mempunyai peran di bidang komunikasi dalam berbagai konteks.

Konteks yang dimaksud adalah konteks bahasa, baik tulisan maupun lisan. Dalam

hal ini ilmu kebahasaan, konteks serta peristiwa tutur dikaji dalam sebuah ilmu

yang disebut pragmatik. Pendekatan pragmatik dipergunakan untuk memahami

srategi pemahaman konteks yang biasanya diluar konteks penutur dan lawan tutur.

Kajian pragmatik ada beberapa aspek yang dibahas yaitu: teori tindak tutur,

teori implikatur, teori relevansi, deiksis, praanggapan. Dari beberapa aspek yang

dibahas penulis hanya mengkaji dari segi penggunaan deiksis.

Penggunaan deiksis yang jelas dapat membuat pembaca mengerti ide yang

akan disampaikan oleh pengarang, sebaliknya penggunaan deiksis yang kabut

akan membuat pembaca tidak tanggap akan ide yang akan disampaikan oleh

pengarang. Penggunaan deiksis sangat penting dalam sebuah tuturan agar maksud

yang disampaikan oleh pembicara dapat dimengerti oleh lawan tutur.

Penelitian tentang deiksis perlu dilakukan karena dapat memahami tuturan

tidak hanya secara lateral, tetapi juga dengan pemahaman berbagai bentuk dan

fungsi deiksis yang dihubungkan dengan konteks (berkaitan dengan siapa yang

berbicara, apa yang dibicarakan kepada siapa pembiacaraan itu ditujukan, kapan,

dan di mana pembicaraan itu dilakukan) yang ada dan pengetahuan yang dimiliki

penutur. Penelitian deiksis dilakukan dengan menggambarkan fungsi kata

persona, fungsi ganti demonstrative, fungsi waktu, dari bermacam-macam ciri

Page 16: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

4

gramatikal dan leksikal lainnya yang menghubungkan ujaran dengan jalinan ruang

dan waktu dalam tindak ujar (Purwo: 1984: 25).

Novel catatan dari penjara perempuan Nawal El Sadawi adalah seorang

dokter sekaligus seorang aktifis perempuan. Dalam masa pemerintahan Anwar

Sadat yang sedang berkomfrontasi dan disusul dengan proses perjalanan damai

dengan negara israel. Mesir tidak mengijinkan bentuk aksi protes maupun

pemikiran kritis warga negaranya. Nawal El Saadawi yang juga dikenal sebagai

perempuan yang cendekiawan dan berdarah kritis yang tidak mempedulikan

rambu-rambu yang telah ada. Dengan pasal melawan pemerintahan yang sah dan

menimbulkan permusuhan bersifat sectarian, hingga diseret kedalam penjara.

Di tangan seorang feminis macam Nawal El Sadawi, peristiwa itu

dijalaninya dengan suatu cerita-cerita yang memikat menyentuh dasar hubungan

kaum perempuan dengan kekuasaan politik maupun kekuasaan kaum pria baik

yang berasal dari pembenaran teologis maupun pembenaran lainnya tak terkecuali

perempuan kalangan atas maupun kalangan bawah.

Sajian Nawal El Saadawi pada novel Catatan Dari Penjara Perempuan ia

menyajikan luapan-luapan analisisnya terhadap peristiwa yang benar-benar

dialaminya sendiri.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik menganalisis pragmatik

khususnya Analisis deiksis pada novel Catatan dari Penjara Perempuan karena

melibatkan bagaimana orang saling memahami satu sama lain secara linguistik,

namun dapat juga merupakan ruang lingkup studi yang mematahkan semangat

karena studi ini mengharuskan kita untuk memahami orang lain dan apa yang ada

Page 17: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

5

dalam pikirannya. Dalam kajian pragmatik ada beberapa aspek yang dibahas

yaitu: teori tindak tutur, teori implikatur, teori relevansi, deiksis, praanggapan.

Dari beberapa aspek yang dibahas penulis hanya mengkaji dari segi penggunaan

deiksis yang terdiri dari deiksis persona, deiksis tempat, dan deiksis waktu.

B. Rumusan Masalah

Penelitian mengenai deiksis dalam novel Catatan dari Penjara Perempuan

belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian tentang deiksis dalam novel

ini perlu dilakukan. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan

permasalahan yaitu: Bagaimanakah penggunaan deiksis pada Novel “Catatan dari

Penjara Perempuan” karya Nawal El Saadawi?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan

penggunaan deiksis pada Novel “Catatan dari Penjara Perempuan” Karya

Nawal El Saadawi.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik manfaat

secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan memperkaya

teori pengetahuan tentang pragmatik terutama penggunaan deiksis (penunjukkan)

untuk memahami makna yang disampaikan penutur.

Page 18: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

6

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi mengenai penggunaan deiksis atau penunjukkan;

b. Dapat membantu pengembangan ilmu pragmatik, khususnya pada penggunaan

deiksis yang merupakan bagian dari pragmatik.

c. Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian berikutnya dengan

substansi yang sama.

E. Definisi istilah

1. Karya sastra merupakan hasil pemikiran tentang kehidupan manusia yang

perwujudannya dalam fiksi serta keberadaannya merupakan pengalaman

manusia. Suatu karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dibaca,

dipahami dan dinikmati(Badrun, 1983:19).

2. Novel adalah prosa baru yang menceritakan tentang perjalanan hidup

pelaku utamanya yang mengandung konflik dan sangat menarik minat

pembaca melanjutkan ceritanya. Novel lebih panjang dan kompleks

daripada cerpen (Badrun, 1983:98).

3. Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur

(atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Pragmatik

adalah studi tentang maksud penutur (Yule :1996: 3).

4. Deiksis adalah suatu gejala semantis yang terdapat pada kata atau

kontruksi yang acuannya dapat ditafsirkan sesuai dengan situasi

pembicaraan dan menunjuk pada sesuatu di luar bahasa seperti kata

tunjuk, pronomina, dan sebagainya(Yule, 1996:13).

Page 19: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai deiksis bukanlah hal yang baru pertamakali ini

dilakukan, sudah ada penelitian terdahulu mengenai deiksis. Penelitian yang

relevan mengenai penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Penelitian deiksis dalam naska Drama Sawerigading baru dilakukan oleh

Slamet Riyadi (2013) berjudul “Penggunaan Deiksis dalam”Drama

Sawerigading karya Nunding Ram”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

penggunaan deiksis dalam drama Sawerigading dibuktikan dengan banyaknya

pemakaian kata ganti diri, baik kata ganti orang pertama, kedua dan ketiga.

Sebuah kata dikategorikan sebagai bentuk deiksis apabila acuan atau

rujukannya berbeda-beda, bergantung pada saat, di mana dan siapa yang

menuturkan kata tersebut.

b. Penelitian yang relevan juga pernah diteliti oleh Hasria (2012) berjudul

“penggunaan Deiksis dalam novel Bercinta dalam Tahajjudku” karya Anshela.

Dalam penelitian ini ditemukan penggunaan deiksis “Penunjukkan” seperti

contoh deiksis persona yang merujuk pada orang atau menggantikan seseorang

(ia, dia, kita, mereka dan kamu).

Hasil penelitian sebelumnya mengenai deiksis dapat menjadi informasi dan

acuan bagi peneliti saat ini dalam menganalisis deiksis pada novel Catatan dari

Penjara Perempuan karya Nawal El Saadawi.

Page 20: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

8

2. Kajian Teori

Kajian teori yang diuraikan dalam penelitian ini pada dasarnya dijadikan

acuan untuk mendukung dan memperjelas penelitian ini. Sehubungan dengan

masalah yang diteliti, teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini diuraikan

lebih lanjut.

3. Pragmatik dan Ruang Lingkupnya

Bahasa merupakan suatu sistem yang sistematis dan sistemis. Di dalam

ketiga sub sistem – fonologi, gramatikal, dan leksikon- dunia bunyi dan dunia

makna bertemu dan membentuk struktur. Di dalam dunia bunyi dan dunia makna

terdapatlah konteks. Konteks mempengaruhi keserasian sistem suatu bahasa.

Konteks, yaitu unsur di luar bahasa, dikaji dalam pragmatik. Pragmatik

merupakan cabang linguistik yang memperlajari bahasa yang digunakan untuk

berkomunikasi dalam situasi tertentu Nadar (2013: 2).

Pertimbangan definisi pragmatik berikut yang diajukan Cummings(1999: 2).

Pragmatik dapat dianggap berurusan dengan aspek-aspek informasi (dalam

pengertian yang lebih luas) yang disampaikan melalui bahasa yang tidak

dikodekan oleh konvensi yang diterima secara umum dalam bentuk-bentuk

linguistik yang digunakan, namun juga muncul secara alamiah dan tergantung

pada makna-makna yang dikodekan secara konvensional dengan konteks tempat

penggunaan bentuk-bentuk tersebut [penekanan ditambahkan]. Tentang makna

yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar

(atau pembaca). Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan

analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada

Page 21: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

9

dengan makna terpisah dari kata atau frase yang digunakan dalam tuturan itu

sendiri. Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur.

Tipe studi ini perlu melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan

orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh

terhadap apa yang dikatakan. Diperlukan suatu pertimbangan tentang bagaimana

cara penutur mengatur apa yang ingin mereka katakan yang disesuaikan dengan

orang yang mereka ajak bicara, di mana, kapan, dan dalam keadaan apa.

Pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual.

Pendekatan ini juga perlu menyelidiki bagaimana cara pendengar dapat

menyimpulkan tentang apa yang dituturkan agar dapat sampai pada suatu

interpretasi makna yang dimaksudkan oleh penutur. Tipe studi ini menggali

betapa banyak sesuatu yang tidak dikatakan ternyata menjadi bagian yang

disampaikan, kita boleh mengatakan bahwa studi ini adalah studi pencarian

makna yang tersamar. Pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar lebih

banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan.

Pandangan ini kemudian menimbulkan pertanyaan tentang apa yang

menentukan pilihan antara yang dituturkan dengan yang tidak dituturkan. Jawaban

yang mendasar terikat pada gagasan jarak keakraban, baik keakraban fisik, sosial,

atau konseptual, menyiratkan adanya pengalaman yang sama. Pada asumsi

tentang seberapa dekat atau jauh jarak pendengar, penutur menentukan seberapa

banyak kebutuhan yang dituturkan. Pragmatik adalah studi tentang ungkapan

dari jarak hubungan.

Page 22: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

10

Pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik

dan pemakaian bentuk-bentuk itu. Di antara tiga bagian perbedaan ini hanya

pragmatik sajalah yang memungkinkan orang ke dalam suatu analisis. Manfaat

belajar bahasa melalui pragmatik ialah bahwa seseorang dapat bertutur kata

tentang makna yang dimaksudkan orang, asumsi mereka, maksud atau tujuan

mereka, dan jenis-jenis tindakan (sebagai contoh : permohonan) yang mereka

perlihatkan ketika mereka sedang berbicara.

Jadi, pragmatik itu menarik karena melibatkan bagaimana orang saling

memahami satu sama lain secara linguistik, tetapi pragmatik dapat juga

merupakan ruang lingkup studi yang mematahkan semangat karena studi ini

mengharuskan kita untuk memahami orang lain dan apa yang ada dalam pikiran

mereka (Yule : 1996: 6).

Istilah pragmatik itu sendiri lahir dari filsuf Charles Morris yang mengolah

kembali pemikiran-pemikiran filsuf-filsuf pendahulunya mengenai ilmu tanda dan

lambang yang disebut semiotika. Oleh Morris, semiotika dibagi menjadi tiga

cabang, yaitu semantik, sintaksis dan pragmatik (Levinson, 1983:1).

Menurut kamus linguistik pragmatik adalah syarat-syarat yang

mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi; aspek-aspek

pemakaian bahasa atau konteks luar bahasa yang memberikan sumbangan kepada

makna ujaran.

Dari banyaknya pengertian pragmatik di samping definisi tersebut,

sejumlah definisi lain juga dicatat oleh Levinson (1983:1) dari berbagai sumber,

antara lain : Pragmatics is one of those words that gives the impression that

Page 23: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

11

something quite specific and techincal is being talked about when often infact it

has no clear meaning (“pragmatik merupakan suatu istilah yang mengesankan

bahwa sesuatu yang sangat khusus dan teknis sedang menjadi objek pembicaraan,

padahal istilah tersebut tidak mempunyai arti yang jelas.

1. Konsep dan Teori Pragmatik

a. Teori tindak tutur.

b. Teori implikatur.

c. Teori relevansi

d. Deiksis

e. Praanggapan

Dari beberapa konsep dan teori pragmatik yang dituliskan, penelitian ini lebih

berfokus pada penggunaan deiksis yang akan dibahas selanjutnya.

2. Pengertian Deiksis

Deiksis adalah cara merujuk pada suatu hal yang berkaitan erat dengan

konteks penutur. Dengan demikian ada rujukan yang berasal dari penutur, dekat

dengan penutur dan jauh dari penutur.

Deiksis berasal dari kata Yunani kuno yang berarti “menunjukkan atau

menunjuk”. Dengan kata lain informasi kontekstual secara leksikal maupun

gramatikal yang menunjuk pada hal tertentu baik benda, tempat, ataupun waktu

itulah yang disebut dengan deiksis, misalnya dia,di mana, sekarang. Ketiga

ungkapan itu memberi perintah untuk menunjuk konteks tertentu agar makna

ujaran dapat di pahami dengan tegas. Deiksis adalah gejala semantis yang terdapat

Page 24: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

12

pada kata atau konstruksi yang hanya dapat ditafsirkan acuannya dengan

memperhitungkan situasi pembicaraan (Alwi, 1998:42).

Dalam KBBI (2005:245), deiksis diartikan hal atau fungsi menunjuk sesuatu

di luar bahasa atau kata yang mengacu kepada persona, waktu, dan tempat suatu

tuturan. Dalam kegiatan berbahasa kata-kata atau frasa-frasa yang mengacu

kepada beberapa hal tersebut penunjukannya berpindah-pindah atau berganti-

ganti, tergantung kepada siapa yang menjadi pembicara, saat dan tempat

dituturkannya kata-kata itu. Kata-kata seperti saya, dia, kamu merupakan kata-

kata yang penunjukannya berganti-ganti. Rujukan kata-kata tersebut barulah dapat

diketahui siapa, di mana, dan kapan kata-kata itu diucapkan. Sedangkan deiksis

menurut kamus linguistik adalah hal atau fungsi yang menunjuk sesuatu di luar

bahasa ; kata tunjuk pronomina, ketakrifan dan mempunyai fungsi deiktis..

Pengertian deiksis dibedakan dengan pengertian anafora. Deiksis dapat

diartikan sebagai luar tuturan, dimana yang menjadi pusat orientasi deiksis

senantiasa si pembicara, yang tidak merupakan unsur di dalam bahasa itu sendiri,

sedangkan anafora merujuk pada tuturan baik yang mengacuh kata yang berada di

belakang maupun mengacuh kata yang berada di depan.

Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa deiksis adalah bentuk bahasa

baik berupa kata maupun yang lainnya yang berfungsi sebagai penunjuk hal atau

fungsi tertentu di luar bahasa. Dengan kata lain, sebuah bentuk bahasa bisa

dikatakan bersifat deiksis apabila acuan/rujukan/referennya dapat berpindah-

pindah atau berganti-ganti pada siapa yang menjadi sipembicara dan bergantung

Page 25: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

13

pula pada saat dan tempat dituturkannya kata itu. Jadi deiksis merupakan kata-

kata yang tidak memiliki referen yang tetap. Seperti contoh dialog berikut ini:

Ani : saya akan ke bandung minggu depan, kalau kamu?

Ali : kalau saya santai di rumah.

Kata saya di atas sebagai kata ganti dua orang. Kata pertama adalah kata

ganti dari ani sedangkan kata kedua sebagai kata ganti ali. Dari contoh di atas,

tampak kata saya memiliki referen yang berpindah-pindah sesuai dengan konteks

pembicaraan serta situasi berbahasa.

Fenomena deiksis merupakan cara yang paling jelas untuk mengambarkan

hubungan antara bahasa dan konteks dalam struktur bahasa itu sendiri. Kata

seperti saya, sini, sekarang adalah kata-kata deiksis, kata-kata ini tidak memiliki

referen yang tetap. Referen kata saya, sini, sekarang, baru dapat diketahui

maknanya jika diketahui pula siapa, ditempat mana, dan waktu kapan kata-kata itu

diucapkan. Jadi, yang menjadi pusat orientasi deiksis adalah penutur atau

pembicara.

3. Karya Sastra

Sastra bukanlah sebuah benda yang kita jumpai, tetapi sastra adalah

sebuah nama yang dengan alasan tertentu diberikan kepada sejumlah hasil tertentu

dalam satu lingkungan. Karya sastra adalah perwujudan dari pengalaman jiwa,

bahasa, garis atau simbol-simbol lain yang unsur-unsurnya dipadukan pengarang

dengan kekuatan imajinasi.

Page 26: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

14

Sastra, seperti halnya karya seni lain hampir pada setiap zaman

memegang peranan penting selalu mengekspresikan nilai-nilai kemanusian dan

berfungsi sebagai alat meneruskan tradisi suatu bangsa. Sastra merupakan bagian

dari kehidupan yang sering dikaji untuk menyingkap misteri kehidupan,

membantu manusia menyingkap rahasia keadaannya, memberikan makna kepada

eksistensinya, serta membuka jalan menuju kebenaran. Oleh karena itu, sastra

sebagai ilmu pengetahuan memegang peranan yang sangat penting karena

berusaha menyelidiki dengan mengupas berbagai aspek (Aziz, 2011: 1).

Karya sastra bernilai seni adalah karya sastra yang bersifat imajinatif dan

seni. Artinya, karya sastra yang bermutu ialah karya sastra yang menunjukkan

kreaktivitas/ penciptaan baru dan menunjukkan keaslian cipta serta bersifat seni.

Sifat kegunaan karya sastra lebih banyak berhubungan dengan pemberian

konsumsi batin penikmat. Karya sastra dapat berguna karena memancarkan

pengalaman jiwa yang tinggi, hebat, agung sehingga dapat bermanfaat dalam

memberikan pengalaman jiwa kepada penikmat. Dengan demikian fungsi seni

sastra adalah menyenangkan dan berguna. Salah satu bentuk karya sastra prosa

adalah novel (Badrun, 1983: 19).

Novel

1) Hakikat Novel

Novel ialah suatu cerita dengan plot yang cukup panjang mengenai satu

atau lebih buku yang menggarap kehidupan laki-laki dan wanita yang bersifat

imajinatif.

Page 27: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

15

Kalau ditinjau dari segi kata-kata, biasanya novel mengandung kata-kata

yang berkisar antara 3500 sampai tidak terbatas. Sedangkan jika diukur dengan

kertas kuarto yang jumlah barisnya 35 buah dan tiap baris sepuluh kata, maka

jumlah kata dalam satu lembar kuarto adalah 35 x 10 = 350 buah. Novel yang

paling pendek 100 halaman, berarti 35 x 10 x100 = 35000 kata.

Jika diukur dengan kecepatan membaca maka untuk membaca sebuah

novel diperlukan dua jam.

Ciri-ciri lain novel yaitu: tergantung kepada pelaku, menyajikan lebih dari

satu impresi, menyajikan lebih dari satu efek, menyajikan lebih dari satu emosi

(Badrun, 1983: 98).

2) Bahasa Novel

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, manusia memerlukan

berbagai macam kebutuhan pokok; diantaranya ialah bahasa (Junus, 2010: 1).

Bahasa indonesia sudah ditetapkan sebagai bahasa negara, seperti tercantum

dalam Pasal 36, Undang-undang Dasar 1945. Oleh karena itu, semua warga

negara indonesia wajib menggunakan bahasa indonesia itu dengan baik dan benar

(Arifin, 1993: 1).

Bahasa adalah salah satu kebutuhan pokok diantara sejumlah kebutuhan

manusia sehari-hari. Betapa pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi yang

primer dapat dirasakan oleh setiap pengguna.

Definisi bahasa yang tidak hanya menunjukkan fungsi sosial namun

bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para

anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan

Page 28: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

16

mengidentifikasikan diri. Bahasa sebagai sistem lambang bunyi oral yang arbitrer

yang digunakan oleh sekelompok manusia atau masyarakat sebagai alat

komunikasi atau berinteraksi. Sebagai alat komunikasi verbal bahasa merupakan

suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer. Maksudnya, tidak ada

hubungan wajib antara lambang sebagai hal yang menandai yang berwujud kata

atau leksem dengan benda atau konsep yang ditandai, yaitu referen dari kata atau

leksem tersebut (Chaer, 2009: 1).

Bahasa merupakan salah satu ciri kekhususan seni sastra khususnya novel.

Oleh sebab itu, kita perlu mengenal ciri bahasa seni sastra. Bahasa novel berbeda

dengan bahasa ilmu pengetahuan. Bahasa ilmu pengetahuan berhubungan dengan

pikiran dan mengandung satu pengertian (denotatif). Sedangkan bahasa seni sastra

bersifat perasaan dan mengandung banyak tafsir. Selain itu bahasa seni sastra

tidak hanya menunjuk, tetapi bersifat ekspresif dan membawa nada dan sikap

penulisnya, juga tidak hanya menerangkan dan menyatakan apa yang dikatakan

namun bermaksud mempengaruhi sikap pembaca, membujuk dan mengubah

pendirian pembaca.

Perlu diketahui bahasa seni sastra merupakan hasil penggalian dan

peresapan secara teratur seluruh kemungkinan yang dikandung bahasa itu,

sehingga tidak jarang banyak penyair atau pengarang yang menggunakan sesuatu

yang telah diolah oleh generasi sebelumnya (Badrun, 1983: 17).

Page 29: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

17

Bahan untuk mewujudkan bentuk sastra adalah bahasa. Bahasa dalam

sastra dapat berwujud lisan dan melahirkan sastra lisan. Tetapi, juga dapat

berwujud tulisan dan melahirkan sastra tulis.

Baik sastra tulis maupun sastra lisan mewujudkan dirinya dalam suatu

bentuk yang bermacam ragam. Namun, apa pun bentuknya, setiap bentuk itu

terdiri dari satuan unsur-unsur yang membentuk satu susunan atau struktur

sehingga menjadi sesuatu wujud yang bulat dan utuh (Aziz, 2011: 1).

Bahasa dalam bentuk tertulis merupakan catatan pikiran dan budaya

manusia dari zaman ke zaman sepanjang zaman yang dapat memperkenalkan

setiap karya-karya sastra kepada generasi berikutnya. Sehingga, anak dapat

menumbuhkan apresiasi keindahan bahasa sebagai media komunikasi di dalam

berkarya.

Bahasa merupakan sarana pengarang agar leluasa dalam mengungkapkan

gagasan, pikiran, dan perasaannya. Penelitian menggunakan bahasa yang

memungkinkan bunyi bahasa yang dituturkan pengarang mungkin selalu berubah,

kadang-kadang secara teratur dan kadang tidak dengan faktor-faktor pendorong

yang bermacam-macam pula.

Semua bentuk ekspresi kejiwaan dalam karya sastra khususnya novel,

disalurkan melalui bahasa yang lebih ruwet, membahasakan ekspresi pengarang

yang ditujukan kepada pembacanya misalnya meyakinkan, menyindir, mengkritik,

menghibur, dan sebagainya. Seorang sastrawan, memerlukan kalimat yang

Page 30: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

18

sanggup menggugah perasaan yang halus dari manusia dan kemanusiaan, dan

mampu membahasakan ekspresi kejiwaannya.

4. Jenis-Jenis Deiksis

Dalam kajian pragmatik, deiksis dapat dibagi menjadi beberapa jenis berikut

ini.

a. Deiksis Persona

Istilah persona berasal dari kata Latin persona sebagai terjemahan dari kata

Yunani prosopon, yang artinya topeng (topeng yang dipakai seorang pemain

sandiwara), berarti juga peranan atau watak yang dibawakan oleh pemain

sandiwara. Istilah persona dipilih oleh ahli bahasa waktu itu disebabkan oleh

adanya kemiripan antara peristiwa bahasa dan permainan bahasa.

Deiksis perorangan (persona deixis); menunjuk peran dari partisipan dalam

peristiwa percakapan misalnya pembicara, yang dibicarakan, dan entitas yang

lain. Deiksis orang ditentukan menurut peran peserta dalam peristiwa bahasa.

Peran peserta itu dapat dibagi menjadi tiga. Pertama ialah orang pertama, yaitu

kategori rujukan pembicara kepada dirinya atau kelompok yang melibatkan

dirinya, misalnya saya, kita, dan kami. Kedua ialah orang kedua, yaitu kategori

rujukan pembicara kepada seorang pendengar atau lebih yang hadir bersama

orang pertama, misalnya kamu, kalian, saudara. Ketiga ialah orang ketiga, yaitu

kategori rujukan kepada orang yang bukan pembicara atau pendengar ujaran itu,

baik hadir maupun tidak, misalnya dia dan mereka.

Page 31: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

19

Contoh:

Ada 2 orang di kebun. Mereka sedang menanam ketela.

Pada kalimat di atas, terdapat deiksis persona berbentuk kata “mereka” yang

mengacu pada dua orang.

Selain itu juga terdapat beberapa jenis penggunaan deiksis persona dan

digunakan untuk membedakan pembentukan kata ganti orang yaitu : deiksis

persona pertama tunggal berupa kata aku dan saya, kata aku digunakan pada

situasi formal dan kata saya juga digunakan pada situasi formal, deiksis persona

pertama jamak yaitu penggunaan kata kami dan kita. Kata kami digunakan untuk

orang yang dimaksud adalah dirinya dan orang yang mewakilinya, sedangkan kata

kita digunakan jika yang dimaksud adalah dirinya sendiri; deiksis persona kedua

tunggal dapat berupa engkau, kamu, anda, dikau, kau- dan mu-; deiksis persona

kedua jamak hanya memiliki satu bentuk yaitu kalian ; deiksis persona ketiga

tunggal dapat berupa ia, dia, nya, beliau ; deiksis persona ketiga jamak dan tidak

memiliki variasi bentuk yaitu penggunaan kata mereka.

Deiksis persona merupakan deiksis asli, sedangkan deiksis waktu, deiksis

tempat adalah deiksis jabaran, deiksis persona merupakan dasar orientasi bagi

deiksis ruang dan tempat serta.

Deiksis perorangan menunjukkan subjektivitas dalam stuktur semantik.

Deiksis perorangan hanya dapat ditangkap jika kita memahami peran dari

pembaca, sumber ujaran, penerima, target ujaran, dan pendengar yang bukan

Page 32: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

20

dituju atau ditarget. Dengan demikian kita dapat mengganti kata ganti dan kata

sifat.

Jenis-jenis deiksis persona dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1

Deiksis Persona Tunggal Jamak

Pertama Aku, saya, -ku Kita, Kami

Kedua Kamu, Anda, Saudara, -

mu

Kalian

Ketiga Dia, ia, -Nya, Beliau Mereka

b. Deiksis Tempat

Deiksis tempat yaitu pemberian bentuk kepada lokasi ruang (tempat)

dipandang dari lokasi orang dalam peristiwa berbahasa. Istilah deiksis ruang

digunakaan oleh (Purwo 1984: 37) untuk deiksis tempat . Verhaar (1996: 407)

membicarakan deiksis tempat sebagai bagian dari deiksis adverbial, yaitu

adverbial yang mengacu pada ruang (adverbial lokatif).

c. Deiksis Waktu

Deiksis waktu berkaitan dengan waktu relatif penutur atau penulis atau

mitra tutur. Bahasa indonesia mengungkapkan waktu sekarang untuk waktu

kini, tadi dan dulu untuk waktu yang lampau, nanti untuk waktu yang akan

datang. Hari ini, kemarin, dan besok juga merupakan hal yang relatif, dilihat

dari kapan suatu ujaran diucapkan.

Page 33: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

21

Di dalam bahasa Inggris pengungkapan waktu didukung di dalam verbanya,

yaitu di dalam tense. Verba pada kalimat-kalimat berikut dengan kata bantunya

menunjukkan referensi yang berpindah-pindah, bergantung dari kapan kalimat-

kalimat itu diucapkan.

Deiksis waktu ialah pemberian bentuk pada rentang waktu seperti yang

dimaksudkan penutur dalam peristiwa bahasa.

a) Kita harus berangkat sekarang.

b) Harga barang naik semua sekarang.

Kata sekarang pada kalimat (a) mengacu pada waktu yang sempit (ke jam atau

menit). Pada kalimat (b), acuannya pada waktu yang lebih luas, mungkin sejak

bulan lalu sampai hari ini.

d. Deiksis Wacana

Dalam deiksis wacana, ungkapan linguistik digunakan untuk mengacu pada

suatu bagian tertentu dari wacana yang lebih luas (baiki teks tertulis maupun/teks

lisan) tempat terjadinya ungkapan-ungkapan ini. Teks tertulis di samping

menempati ruang juga disusun dan dibaca pada saat-saat tertentu dalam waktu.

Dimensi waktu serupa diberikan pada teks lisan melalui tindakan produksi teks

oleh penutur dan tindak penerimaan teks oleh mitra tutur dalam waktu khusus.

Mengingat adanya aspek-aspek ruang dan waktu teks lisan.

Page 34: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

22

Contoh:

a) “Paman datang dari desa kemarin dengan membawa hasil palawijanya”.

b) “Karena aromanya yang khas, mangga itu banyak dibeli”.

Dari kedua contoh di atas dapat kita ketahui bahwa “-nya” pada contoh (a)

mengacu ke paman yang sudah disebut sebelumnya, sedangkan pada contoh (b)

mengacu ke mangga yang disebut kemudian.

e. Deiksis Sosial

Social deixis concerns “that aspect of sentences which reflect or establish or

are determined by certain realities of social situation in which the speech act

occurs.

Deiksis sosial ialah rujukan yang dinyatakan berdasarkan perbedaan

kemasyarakatan yang mempengaruhi peran pembicara dan pendengar. Perbedaan

itu dapat ditunjukkan dalam pemilihan kata. Dalam beberapa bahasa, perbedaan

tingkat sosial antara pembicara dengan pendengar yang diwujudkan dalam seleksi

kata dan/atau sistem morfologi kata-kata tertentu. Dalam bahasa Jawa

umpamanya, memakai kata nedo dan kata dahar (makan), menunjukkan

perbedaan sikap atau kedudukan sosial antara pembicara, pendengar dan/atau

orang yang dibicarakan/bersangkutan. Secara tradisional perbedaan bahasa (atau

variasi bahasa) seperti itu disebut “tingkatan bahasa”, dalam bahasa

Jawa, ngoko dan kromo. Aspek berbahasa seperti ini disebut “kesopanan

berbahasa”, “unda-usuk”, atau ”etiket berbahasa.

Page 35: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

23

Di dalam bahasa Indonesia kita menyebut demontratif (kata ganti

penunjuk): ini untuk menunjuk sesuatu yang dekat dengan penutur, dan itu untuk

menunjuk sesuatu yang jauh dari pembicara. “Sesuatu” itu bukan hanya benda

atau barang melainkan juga keadaan, peristiwa, bahkan waktu. Perhatikan

penggunaannya dalam kalimat-kalimat berikut.

a) Masalah ini harus kita selesaikan segera.

b) Ketika peristiwa itu terjadi, saya masih kecil.

c) Saat ini saya belum bisa berbicara.

d) Contoh-contoh di atas menunjukan, penggunaan deiksis ini dan itu tampaknya

bergantung kepada sikap penutur terhadap hal-hal yang ditunjuk; jika dia

“merasa” sesuatu itu dekat dengan dirinya, dia akan memakai ini,

sebaliknya itu digunakan untuk menyatakan sesuatu yang jauh darinya.

B. Kerangka Pikir

Salah satu karya sastra yang tidak pernah habisnya untuk dikaji yaitu Novel,

dengan berbagai pendekatan dan berbagai macam kajian bahasa digunakan oleh

peneliti untuk menghasilkan sebuah penelitian yang belum ada maupun yang

sudah ada dengan melengkapi penelitian selanjutnya, terciptalah sebuah ide-ide

baru dalam melakukan penelitian dan memperdalam bidang kajian bahasa.

Novel “Catatan dari Penjara Perempuan” merupakan salah satu novel yang

akan diteliti dalam penggunaan deiksis. Ada beberapa jenis-jenis deiksis yang

akan dikaji yaitu: deiksis persona, tempat, dan waktu. Dalam hal ini penulis akan

mendeskripsikan contoh penggunaan deiksis dalam novel.

Page 36: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

24

Bagan Kerangka Pikir

Deiksis

is

Deiksis

Persona

Deiksis

Tempat

Deiksis

Waktu

Sastra

Novel Nawal El Saadawi “Catatan

dari Penjara Perempuan”.

Analisis

Temuan

Page 37: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian merupakan cara yang teratur untuk mencapai tujuan.

Metode yang merumuskan ide dan pikiran untuk mencapai sasaran penelitian,

seperti pendapat Sudaryanto (1993: 25) yang mengatakan bahwa metode

penelitian sangat dibutuhkan untuk menuntun seorang peneliti menuju kebenaran

dan juga menuntun pada kajian penelitian. Untuk dapat menentukan suatu hasil

maka perlu dilakukan rancangan penelitian. Rancangan penelitian yang digunakan

adalah deskriptif kualitatif, deskriptif kualitatif adalah prosedur penelitian

berdasarkan data deskriptif, yaitu berupa lisan atau kata tertulis dari seseorang

subjek yang telah diamati dan memiliki karakteristik bahwa data yang diberikan

merupakan data yang digunakan secara sistematis, maksudnya peneliti hanya

menjelaskan dan mendeskripsikan tentang penggunaan deiksis persona, tempat,

waktu, wacana dan sosial pada novel “Catatan dari Penjara Perempuan” karya

Nawal El Saadawi.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian yang dipilih oleh peneliti ialah penelitian kualitatif, peneliti

ini ingin memahami bagaimana penggunaan deiksis yang terdapat dalam novel

Catatan dari penjara Perempuan karya nawal El Saadawi. Fokus berikut ini

peneliti buat setelah mengkaji kepustakaan yang relevan, dan mengamati

Page 38: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

26

bagaimana penggunaan deiksis, seperti deiksis persona, deiksis tempat dan deiksis

waktu.

C. Data dan Sumber Data

1. Data

Data penelitian ini adalah penggunaan deiksis persona, tempat, waktu,

sosial, wacana, pada novel “Catatan dari Penjara Perempuan” karya Nawal El

Saadawi.

2. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah novel “Catatan dari Penjara

Perempuan” karya Nawal El Saadawi, diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia

anggota IKAPI DKI Jakarta, Jl. Plaju No.10, Jakarta 10230, (021) 326978.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah menggunakan teknik catat yaitu

mencatat jenis-jenis deiksis yang terdapat dalam novel tersebut ke dalam kartu-

kartu data (korpus data) selain itu teknik yang digunakan untuk mengumpulkan

data dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi dengan cara sebagai

berikut:

1. Membaca berulang-ulang novel “Catatan dari Penjara Perempuan” karya

Nawal El Saadawi sampai menemukan data yang sesuai dengan rumusan

masalah.

2. Mencatat seluruh bagian yang relevan dengan rumusan masalah yang akan

diteliti kemudian memisahkan penggunaan deiksis sesuai jenisnya.

Page 39: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

27

3. Mengumpulkan bahan bacaan yang berhubungan dan mendukung dalam

pengambilan kesimpulan tentang objek yang diteliti.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menganalisis,

mempelajari serta mengolah data tertentu. Sehingga dapat diambil kesimpulan

yang konkret tentang persoalan yang diteliti. Berdasarkan teknik pengumpulan

data yang dipergunakan maka data yang dianalisis secara deskriptif kualitatif,

deskriptif selanjutnya dideskripsikan berdasarkan pengertian deiksis dan jenis-

jenis deiksis yang dijadikan acuan penelitian meliputi:

1. Menelaah seluruh data yang telah diperoleh berupa isi novel “Catatan dari

Penjara Perempuan” karya Nawal El Saadawi.

2. Penulis menganalisis penggunaan deiksis pada novel Catatan dari Penjara

Perempuan” karya Nawal El Saadawi.

3. Penulis mengidentifikasi semua data yang terdapat penggunaan deiksis dalam

novel Catatan dari Penjara Perempuan” karya Nawal El Saadawi.

Page 40: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

Berdasarkan penjelasan mengenai deiksis atau penunjukkan ditemukan

banyak penggunaan deiksis pada novel “Catatan dari Penjara Perempuan” karya

Nawal El Saadawi sebagai berikut :

1. Penggunaan Deiksis dalam Novel Catatan dari Penjara Perempuan

a). Deiksis Persona

Adapun contoh dari hasil penelitian yaitu :

1. Deiksis persona ketiga tunggal

konteks : Ia menghendaki segala-galanya atau tidak sama sekali, persis

sebagaimana diriku (Hal 3) .

Berdasarkan kutipan di atas penggunaan deiksis persona ketiga

tunggal “ia” yang mengacu pada Nawal dan menceritakan dirinya

pada novel ini.

2. Deiksis persona ketiga tunggal

Konteks : Sejauh aku memberikan seluruh diriku kepadanya, ia pun berserah diri.

Selain ia tak mau ada saingan terhadap hati dan pikiranku apakah dari

pihak suami, putra atau putriku, ia pun tidak menerima sama sekali

Page 41: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

29

keterlibatan diriku dalam pekerjaan lain sekali pun dalam kegiatan demi

cita-cita wanita.( Hal 4).

Penggunaan deiksis “ia” termasuk deiksis persona ketiga tunggal

karena melibatkan penutur, yang dituturkan sebagai kata ganti orang

ketiga dan mengacu pada Nawal.

3. Deiksis persona ketiga jamak

Konteks : Pada kesempatan tersebut, ruangan kuliah dipenuhi oleh ratusan atau

bahkan ribuan mahasiswa, dan mereka semua merasa senang. (Hal 6)

Penggunaan deiksis persona “mereka” termasuk deiksis persona

ketiga jamak. Yang dirujukkan pembicara kepada seorang pendengar

atau lebih yang hadir bersama orang pertama.

4. Deiksis persona ketiga tunggal

Konteks : Segala sesuatu di negeri kami dipegang oleh pemerintah dan

dikendalikan olehnya secara langsung ataupun tidak langsung. (hal 7).

Penggunaan deiksis “nya” termasuk deiksis ketiga tunggal yang

merujuk pada pemerintah.

5. Deiksis persona ketiga tunggal

Konteks : Ia menjawab, jika Al Ahram memecatku, apakah Anda menghidupi

dan menyekolahkan anak-anakku? (Hal 7).

Page 42: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

30

Pada kutipan tersebut penggunaan deiksis “ia” termasuk deiksis

persona ketiga tunggal.

Konteks : Ia pun menoleh ke salah seorang pemimpin penjara utama yang

bergegas menyahut, „memang begitu. Ia tak menyinggung butir-butir

yang kukemukakan itu. Ia mengemukakan beberapa komentar.(Hal.

141).

Pada kutipan di atas penggunaan deiksis “ia” termasuk deiksis

persona ketiga tunggal.

Konteks : Ia sekonyong-konyongnya bertanya. Ia tak ingin perempuan manapun

melebihinya. Katanya ia cemburu. (Hal. 142).

Pada kutipan di atas penggunaan deiksis “Ia” termasuk deiksis

persona ketiga tunggal.

Konteks : Ia mengamatiku dengan matanya. Apa ia tetap aktif setelah suaminya

tidak jadi penguasa lagi? (Hal. 143)

Kutipan di atas merupakan penggunaan deiksis persona ketiga

tunggal yaitu “Ia”.

Konteks : Ia seorang mata-mata yang bekerja pada polisi. Ia mendekatiku. Ia

membaca Al.qur‟an. Ia bertanya cemas. (Hal. 151)

Kutipan di atas merupakan penggunaan deiksis persona ketiga

tunggal yaitu “Ia”.

Page 43: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

31

Konteks : Ia menghentakkan tumitnya yang kuat ke tanah. Sekalipun Ia

berbadan lebih besar.(Hal.153)

Kutipan diatas merupakan deiksis persona ketiga tunggal yaitu

“Ia”

Konteks : Ia akan masuk mencium bau kertas terbakar. Ia tidak mengatakan

apa-apa.(Hal.153)

Kutipan diatas merupakan deiksis persona ketiga tunggal yaitu “Ia”

Konteks : Ia akan masuk mencium bau kertas terbakar. Ia tidak mengatakan

apa-apa. (163)

Kutipan diatas merupakan deiksis persona ketiga tunggal yaitu “Ia”

Konteks : Waktu ia memegang pacul dan memukulkannya.(Hal.211)

Pada kutipan di atas penggunaan deiksis “Ia” termasuk deiksis

persona ketiga tunggal.

Konteks : Ia segera mengeluarkan perintah, Ia tetap berdiri di depan pintu.Ia

tetap pada tempatnya. Ia telah meminum susu dan jus bua. Ia telah

tidur nyenyak.(221)

Kutipan diatas merupakan deiksis persona ketiga tunggal yaitu “Ia”

Page 44: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

32

Konteks : Ia tersenyum. Ia berseru. Ia mengatakan dengan suara keras-keras.

(223)

Pada kutipan di atas penggunaan deiksis “Ia” termasuk deiksis

persona ketiga tunggal.

Konteks : Ia menyeka mulut. Ia meluruskan kerah jasnya. Ia tersenyum dan

memberikan semangat. (266)

Pada kutipan di atas penggunaan deiksis “Ia” termasuk deiksis

persona ketiga tunggal.

Konteks : Ia pun sahabatku semenjak berrtahun-tahun lamanya.(64)

Pada kutipan di atas penggunaan deiksis “Ia” termasuk deiksis

persona ketiga tunggal.

6. Deiksis persona pertama jamak

Konteks : Saat ini tak terbawa oleh kami. (Hal 11)

konteks ini termasuk penggunaan deiksis persona pertama jamak

“kami” Yang mengacu pada seorang polisi.

7. Deiksis persona kedua tunggal

Konteks : Saya tak mungkin membuka pintu bagi Anda tanpa melihat surat

perintah dari kantor kejaksaan (Hal 11)

Page 45: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

33

Pada kutipan tersebut penggunaan deiksis “Anda” termasuk deiksis

persona kedua tunggal.

8. Deiksis persona pertama jamak

Konteks : Begitulah undang-undang kita (Hal 11).

Pada kutipan tersebut penggunaan deiksis “kita” termasuk deiksis

persona pertama jamak, yang melibatkan orang kedua.

9. Deiksis persona pertama jamak

Konteks : Foto kami berdua di atas meja tulis (Hal13).

Penggunaan deiksis “kami” sebagai deiksis persona pertama jamak,

yang melibatkan pada Nawal dan Suaminya.

10. Deiksis persona ketiga tunggal

Konteks : Tadi ia berangkat pagi benar dan belum membaca koran(Hal 13).

Pada kutipan tersebut penggunaan deiksis “ia” termasuk deiksis

persona ketiga tunggal, yang dirujukkan pada suaminya. Dan

sekaligus deiksis waktu yaitu “tadi”.

11. Deiksis persona kedua jamak

Konteks : Kalian merusak pintuku. Itu suatu kejahatan (hal 14).

Konteks ini termasuk penggunaan deiksis persona kedua jamak

“kalian”.

Page 46: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

34

12. Deiksis persona ketiga tunggal, deiksis persona kedua tunggal.

Konteks : Memeriksa rumahku sedang aku tak di sini? Aku bertanya kepadanya.

Ini tindakan kriminal ketiga! Jika sampai ada yang hilang, kamulah

yang bertanggung jawab (Hal 15).

Pada kutipan di atas menunjukkan pada penggunaan deiksi “nya”

yaitu deiksis persona ketiga tunggal. Dan penggunaan deiksis “kamu”

menunjukkan deiksis persona kedua tunggal.

13. Deiksis persona pertama tunggal, deiksis persona pertama jamak.

Konteks : kulihat Dr. Awatib Abd al-Rahman masuk ke sel kami (Hal. 65)

Pada kutipan di atas penggunaan “ku” termasuk deiksis persona

pertama tunggal dan sekaligus kata “kami” termasuk deiksis pertama

jamak.

14. Deiksis persona ketiga tunggal

Konteks : Ia pun sahabatku semenjak berrtahun-tahun lamanya(Hal 64)

Kata “ia” termasuk penggunaan deiksis persona ketiga tunggal.

15. Deiksis persona pertama tunggal, deiksis persona ketiga tunggal.

Konteks : Aku sangat senang melihatnya, merangkulnya dan sambil tertawa

bertanya, „Lambat betul kau datang, Awatib? mengapa begitu?‟ Ia

pun tertawa. „Aku sedang bepergian, mereka menahanku di bandara.

Aku keluar dari kapal terbang, lalu melihat polisi menunggu. Putraku

Page 47: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

35

sedang menjemputku dan berjalan di sebelahku sewaktu polisi

mengepung kami. Ia tidak terkejut atau merasa malu, melah berjalan

di sisiku, bangga akan ibunya (Hal 65-66).

Pada kutipan di atas kata “Aku” termasuk penggunaan deiksi persona

pertama tunggal dan pada kata “Ia” termasuk penggunaan deiksis

persona ketiga tunggal.

16. deiksis persona pertama tunggal

Konteks : Di manapun ku pergi, ke manapun aku melakukan perjalanan,

betapapun jauhnya tempat, betapapun tidak ramahnya, aku akan

mengamati sekelilingku dalam kegembiraan dan konsentrasi, seolah-

olah aku tidak pernah mengetahui wujud tempat itu (Hal 66).

Pada kutipan tersebut penggunaan “ku” termasuk deiksis persona

pertama tunggal.

17. Deiksis persona pertama jamakku.

Konteks : Beberapa orang di antara kami duduk di lantai, ada yang duduk di

bangku tidur, memandang nanar dengan mata terbuka lebar-lebar, baik

yang tanpa kerudung, maupun yang berhijab, atau mengintip dari

balik celah-celah dalam cadar (Hal 90).

Pada kutipan di atas penggunaan kata “kami” termasuk deiksis

persona pertama jamak.

Page 48: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

36

18. Deiksis persona ketiga tunggal

konteks : Ia menoleh ke salah seorang pemimpin penjara utama yang bergegas

menyahut, „Memang begitu, Tuan.(Hal 91).

Pada kutipan tersebut penggunaan kata “ia” termasuk deiksis persona

ketiga tunggal.

b. Deiksis Tempat

Adapun deiksis tempat dari hasil penelitian ini adalah :

konteks : Aku sedang duduk menghadapi meja tulis kecil di kamar tidurku, larut

dalam penulisan novel baru. (Hal.3)

Pada kutipan tersebut menunjukkan deiksis tempat yaitu meja tulis dan

kamar tidur.

Konteks : Ia jadi kelihatan putus asa. Dengan mendahuluiku ia naik mobil, lalu

duduk d:i sebelah supir. Aku segera naik setelah dia, dan duduk di sisi

pintu (Hal 17).

Berdasrakan kutipan tersebut penggunaan deiksis “ia” termasuk

deiksis persona ketiga tunggal karena melibatkan penutur, yang

dituturkan sebagai kata ganti orang ketiga. Selain itu penggunaan

deiksis di sebelah, di sisi termasuk deiksis tempat yang di mana

Nawal dan Polisi sedang duduk di atas mobil.

Page 49: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

37

Konteks : Di belakang gedung kami turun melalui sebuah tangga sempit, lalu aku

di bawa masuk ke suatu ruangan lantai bawah tanah dan sambil

menunjuk kepada sebuah kursi kayu kecil di tengah-tengah ruangan,

perwira itu berkata,‟Duduklah sebentar, saya segerah kembali (Hal

22).

Pada kutipan di atas menunukkan penggunaan deiksis tempat yaitu

“di belakang”

konteks : Apakah di sini ada telepon yang dapat saya pinjam untuk menelepon ke

rumah? Saya ingin menenangkan hati keluarga saya, memberitahukan

bahwa saya di sini. (Hal 24)

Berdasarkan kutipan tersebut penggunaan deiksis “di sini” termasuk

deiksis tempat karena menunjukkan tempat di mana Nawal

disembunyikan.

Konteks : Pekerjaan di sini serius dan Direktur bertanggungjawab penuh. Bahkan

saya orang kecil begini, mempunyai tanggungjawab atas segala

sesuatu, apakah masalahnya besar ataupun kecil. Di sini tak ada

masalah kecil, saya diharapkan tahu hal-hal kecil dari masalah-

masalah yang besar tersebu, namun di rektur sendiri tak mengetahui

hal-hal demikian (Hal 27) .

Berdasarkan kutipan di atas penggunaan deiksis “di sini” termasuk

deiksisi tempat karena menunjukkan di mana Nawal berada dan

Page 50: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

38

keberadaan kakek tua itu yang menceritakan apa yang dia ketahui

selama hidupnya di penjara.

Konteks : Aku masih jalan sekeliling kamar, mondar-mandir laksana hewan

dalam kurungan. Sekonyong-konyongnya aku berhenti, „Aku ingin ke

kamar kecil.‟ „Hanya satu kamar kecil di sini,‟ jawab orang tua itu

langsung, „di lantai satu, di sebelah kantor Direktur (Hal 31)

Berdasarkan kutipan di atas penggunaan deiksis “di sini” termasuk

deiksis tempat karena menunjukkan di mana tempat kamar kecil itu.

Konteks : Aku tak tahu apa yang telah terjadi, tetapi kulihat seorang petugas baru

masuk ruangan. „Ayo pergi.‟ „ke mana?‟ „ Tak masalah, sama sekali tak

apa-apa, satu dua jam, lalu Anda pulang.‟(hal 33).

Berdasarkan konteks di atas penggunaan deiksis “ke mana” merupakan

deiksis tempat karena menanyakan ke mana ia harus pergi.

Konteks : Kukatupkan bibirku rapat-rapat dan beberapa saat aku berdiam diri,

lalu dengan marah bertanya, „Kita ini ke mana?‟(Hal 39).

Berdasarkan kutipan tersebut penggunaan deiksis “ke mana”

termasuk deiksis tempat karena bertanya mengenai di mana tempat

yang akan dia tuju.

Konteks : kulihat kaca kecilku di atas meja dan kujulurkan tangan kearahnya.

Hampir kubawa sampai ke depan wajahku, namun tangan pejabata itu

lebih cepat.

Page 51: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

39

Berdasarkan kutipan di atas penggunaan deiksis “ di atas, depan,”

termasuk deiksis tempat karena menunjukkan tempat di mana kaca itu

berada.

Konteks : Cacat yang memalukan ialah penindasan, bohong serta penghapusan

daya pikir manusia, baik daya pikir manusia perempuan ataupun laki-

laki,‟ kataku.‟kehadiran kita dalam penjara ini, padahal kita tak

melakukan kejahatan, dan tanpa diadakan pemeriksaan, itulah yang

merupan cacat (Hal 55).

Berdasarkan kutipan di atas penggunaan deiksis ”ini” merupakan

deiksis tempat karena Nawal sedang berbicara dan mengatakan

keberadaan dirinya.

Konteks : Aminah kembali menaiki bangku tidurnya di sebelah atas, di samping

seorang gadis Kristen dengan wajah yang kelihatan sangat muda, yang

bernama Nur (Hal 57).

Dengan deiksis “di sebelah atas” merupakan deiksis tempat yang

ditujukkan kepada Aminah.

Konteks : Kupejamkan mataku, lalu kubuka kembali. Aku ini di mana? Kuraba

kepalaku. Apakah ini, yang di bawah kepalaku? Lantai semen (Hal

64)

Page 52: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

40

Menurut uraian di atas menunjukkan pemakaian deiksis tempat yaitu

“ di mana” karena seakan-akan Nawal menanyakan di mana dirinya

berada.

d. Deiksis Waktu

Adapun deiksis waktu dari hasil penelitian ini yaitu :

konteks : Ia tersenyum sinis. „Undang-undang mana? Apa Anda tak mengikuti

pidato kemarin? (Hal 19).

Penggunaan deiksis selanjutnya yaitu “kemarin” termasuk deiksis

waktu, yang bisa dimaknai bahwa hal yang terjadi sebelum hari itu.

Konteks : Aku belum sepenuhnya bangun dari tidur ayamku di ruang yang

membuatku lemas. Suara orang tua itu masih terngiang-ngiang di

telingaku, bagaikan suara setan-setan atau malaikat-malaikat yang

menghitung dosa/amal orang-orang yang telah meninggal di dalam

kuburan mereka, kerut-kerut memenuhi wajahnya seperti wajah

nenekku dulu, sewaktu mendongen ketika kami masih anak-anak,

tentang siksaan-siksaan kubur. (Hal 33).

Berdasarkan kutipan di atas merupakan pemakaian deiksis waktu yaitu

“dulu” yang menunjukkan kata lampau.

Konteks : Pada saat itu aku memandang lurus wajah sang perwira tadi. Ia

tersenyum, mukanya diliputi rasa malu (Hal 33 bagian terakhir).

Page 53: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

41

Pemakain deiksis “pada saat itu” termasuk deiksis waktu yang

menunjukkan hal yang bisa dikatakan sudah lama terjadi. Dan “tadi”

merupakan deiksis tempat juga karena bisa dimaknai yaitu mengacu

pada waktu yang baru saja terjadi.

Konteks : Pada suatu hari, kulihat dhuba membuang muka dengan air mata

menggenang di pelupuknya, „Aku tak akan datang besok. Mereka

menyuruh saya memata-matai Anda semua dan seya menolak.

Berdasarkan kutipan di atas penggunaan deiksis yaitu “pada suatu

hari” termasuk deiksis waktu yang mengacu pada waktu yang sudah

berlalu atau sudah lama terjadi. kemudian kata “besok” juga

merupakan deiksis waktu yang bisa dimaknai hal yang akan terjadi

dihari selanjutnya.

Konteks : Aku tidak tahu mengapa aku di sini, „timpal salah seorang perempuan

bercadar. Aku sedang dalam perjalanan menemui bibiku dan mereka

menangkapku di jalan‟. (Hal 101)

Pada kutipan di atas penggunaan deiksis “di sini” termasuk deiksis

tempat.

Konteks : Di kaki tembok kulihat piring aluminium berisi ful dan ditutupi dengan

roti kemarin (Hal 106).

Pada kutipan di atas penggunaan deiksis “kemarin” termasuk deiksis

waktu.

Page 54: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

42

Konteks : Dengan suara keras aku berseru, „hei, ke sini. Jangan bersembunyi

!‟(Hal 107).

Pada kutipan diatas penggunaan kata “ke sini” termasuk deiksis

tempat.

Konteks : Pekarangan di sini mengingatkanku kepada pekarangan rumahnya

(Hal 106).

Pada kutipan di atas penggunaan kata “di sini” termasuk deiksis

tempat.

B. Pembahasan

Berdasarkan penganalisaan Novel “Catatan dari Penjara Perempuan”

karya Nawal El Saadawi ditemukan penggunaan deiksis “penunjukkan” dalam

beberapa kutipan parargraf.

Deiksis orang ditentukan menurut peran peserta dalam peristiwa bahasa.

Peran peserta itu dapat dibagi menjadi tiga. Pertama ialah orang pertama, yaitu

kategori rujukan pembicara kepada dirinya atau kelompok yang melibatkan

dirinya, misalnya saya, kita, dan kami. Kedua ialah orang kedua, yaitu kategori

rujukan pembicara kepada seorang pendengar atau lebih yang hadir bersama

orang pertama, misalnya kamu, kalian, saudara. Ketiga ialah orang ketiga, yaitu

kategori rujukan kepada orang yang bukan pembicara atau pendengar ujaran itu,

baik hadir maupun tidak, misalnya dia dan mereka.

Penggunaan deiksis tempat di sana, sini, ini, di atas, di belakang dan selanjutnya

penggunaan deiksis waktu sekarang, besok, saat ini, nanti, dan dulu.

Penggunaan deiksis pada novel lebih banyak menggunakan deiksis persona

karena ada beberapa karakter yang diceritakan dalam novel ini tapi tidak semua

Page 55: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

43

penggunaan deiksis terdapat dalam novel seperti penggunaan deiksis saya

(deiksis persona pertama tunggal). Kemampuan memahami suatu konteks

tergantung dengan pemahaman penutur, untuk itulah sebagai penegasan kembali

untuk memperjelas pemahaman penutur juga harus pandai memahami situasi

tuturan yang dikatakan.

Page 56: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

44

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penganalisaan Novel “Catatan dari Penjara Perempuan” karya

Nawal El saadawi ditemukan penggunaan deiksis “penunjukkan” dalam beberapa

kutipan parargraf, seperti contoh deiksis persona yang merujuk pada orang atau

menggantikan seseorang (ia, dia, kita, mereka dan kamu), selanjutnya

penggunaan deiksis tempat (di sana dan di sini), penggunaan deiksis waktu ( tadi,

kemarin, dan sekarang).

Penggunaan deiksis sebagai kata ganti dalam kutipan paragraph merujuk

ke masing-masing penutur, mitra tutur dan orang yang dibicarakan. Penggunaan

deiksis ini ditentukan menurut peran dan fungsi penutur, mitra tutur dan orang

yang dibicarakan dan untuk membedakan pembentukan kata ganti orang yaitu :

deiksis persona pertama tunggal berupa kata Aku, Aku digunakan pada situasi

formal dan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna kata ganti orang

pertama yang berbicara atau yang menulis (dalam ragam akrab); diri sendiri.

Selanjutnya deiksis persona pertama jamak yaitu penggunaan kata Kami

dan Kita. Kata Kami digunakan untuk orang yang dimaksud adalah dirinya dan

orang yang mewakilinya, sedangkan kata Kita digunakan jika yang dimaksud

adalah dirinya sendiri; deiksis persona kedua tunggal berupa kata kamu, kau, dan

mu. Deiksis persona kedua jamak kalian; deiksis persona ketiga tunggal berupa

ia, dia dan nya; dan terakhir deiksis persona ketiga jamak mereka.

Page 57: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

45

Penggunaan deiksis tempat di sana, di sini, ke sini, dan itu mengacu pada

makna atau lokasi tersebut jauh atau dekat dengan penutur dan disesuaikan

bagaimana peristiwa bahasa itu terjadi.

Penggunaan deiksis tempat seperti saat ini, sekarang, tadi, kini, nanti,

besok dan hari ini mengacu pada situasi peristiwa bahasa kapan peristiwa itu

terjadi dan dijelaskan di setiap konteks kalimat pada paragraf di atas.

Tidak semua penggunaan kata yang terdapat pada contoh jenis deiksis di gunakan

dalam novel ini. Misalnya penggunaan deiksis persona saya karena dalam novel

ini penggunaan persona aku digunakan sebagai kata ganti orang pertama yang

bertindak sebagai menceritakan dirinya sendiri. Adapun penggunaan deiksis

tempat hanya beberapa saja yang di temukan penulis dalam novel ini. Selanjutnya

penggunaan deiksis waktu juga hanya mewakili kata yang sama. Penggunaan

deiksis pada novel lebih banyak menggunakan deiksis persona karena ada

beberapa karakter yang diceritakan dalam novel ini. Kemampuan memahami

suatu konteks tergantung dengan pemahaman penutur, untuk itulah sebagai

penegasan kembali untuk memperjelas pemahaman penutur juga harus pandai

memahami situasi tuturan yang dikatakan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah di bahas maka peneliti menyarankan

sebagai berikut :

1. Menjadi acuan dan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

Page 58: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

46

2. Penelitian ini perlu dilanjutkan karena lingkup pragmatik terutama penggunaan

deiksis pada sebuah karya sastra masih sangat kurang.

3. penelitian tentang pragmatik perlu dilakukan baik dalam pragmatik suatu

bahasa maupun pragmatik dalam karya sastra pada umumnya khususnya

deiksis. Hal ini disebabkan deiksis tidak pernah lepas dalam kehidupan kita

ketika berkomunikasi.

Page 59: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

47

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Arifin, Zaenal 1993. Seribu Satu Kesalahan Berbahasa. Jakarta:Akademika Pressindo.

Aziz, Siti Aida. 2011. Kritik Sastra. Surabaya: CV Bintang.

Badrun, Ahmad 1983. Karya Sastra. Jakarta : Balai Pustaka.

Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Cummings, Louise. 1999. Pragmatik:Sebuah Perspektif Multidisipliner. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

2010. Prakmatik Klinis.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hambali.1993. Sosiolinguistik Suatu Pengaantar. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.

2009. Psikolinguistik Suatu Pengantar. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar

Junus, Andi Muhammad dan Andi Fatimah Junus 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa. Makassar: Badan Penerbit UNM.

2012. Pembentukan Paragraf Bahasa Indonesia. Makassar: Badan Penerbit UNM.

Levinson, Stephen. 1981. Pragmatic: Cambridge Universty Press

1983. Pragmatic: Cambridge Universty Press.

Nadar, 2013. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nawal El Saadawi. 1982. Catatan dari Penjara Perempuan. Yayasan Obor

Indonesia IKAPI DKI Jakarta.

Simpen. 1987. Ilmu Bahasa Indonesia Morfologi. Denpasar: CV. Kayumas

Purwo, Bambang Kaswanti 1984. Deiksis dalam Bahasa Indoensia. Jakarta : Balai Pustaka.

Verhaar, J.M.W.1996. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada Universty Press

. Yule, George, 1996: pragmatik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 60: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

L

A

M

P

I

R

A

N

LAMPIRAN

Page 61: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

Lampiran 1

S

I

N

O

P

S

I

S

Page 62: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

Lampiran 2

B

I

O

G

R

A

F

I

PENGARANG

Page 63: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

Lampiran 3

K

O

R

P

U

S

D

A

T

A

Page 64: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

Lampiran 4

R

I

W

A

Y

A

T

H

I

D

U

P

Page 65: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

SINOPSIS

Kisah Nawal selama penderitaannya berada di penjara ruang gelap, kotor, bersama

beragam karakter, ide & latar belakang. Dia diculik pasksa dari rumahnya dan dibawa ke

penjara Barrages karena tulisannya yang jujur mengenai situasi pada masa pemerintahan

Anwar Sadat. Sebagai tahanan politik, dia tidak lebih tehormat dari tahanan pembunuhan,

pelacur, obat bius. Menghadapi perlakuan petugas penjara yang kurang lebih sama, detik-

detik ketidakpastian dan keluarga yang ditinggalkan, dia berusaha untuk tegar, empati,

diskusi, mengajarkan baca tulis serta tetap berusaha menulis dan mencari informasi tentang

perkembangan mutakhir dunia luar. Dia menemukan beragam pemikiran, akar permasalahan ,

dan konflik kehidupan sekaligus keputusasaan, pesimisme, kemarahan, kepasrahan, dan

kematian. Penderitaan para tawanan antara lain : kehilangan profesi, sifat kemanusiaan,

kepribadian, jati diri, kebebasan, norma. Bergumul dengan binatang-binatang kotor, makanan

tidak sehat, penyakit menular, arogansi petugas, dan pelanggaran HAM. Sebuah cerita yang

menunjukkan bahwa pena dan kertas lebih berbahaya daripada pistol. Serta bagaimana

bersikap optimis dan cerdas dalam kondisi tertekan di dalam penjara sehingga tetap bisa

menghasilkan suatu karya. Suatu pertanyaan yang tersisa, apakah kebebasan berpendapat

merupakan kejahatan? Kalau begitu biarlah penjara menjadi satu-satunya tempat

perlindunganku, mengutip salah satu pernyataannya.

Page 66: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

Buku ini sangat praktis, dengan ukurannya yang mini dan berbeda denga novel pada

umumnya, novel ini mudah dibawa kemana pun. Bahasa yang digunakan sudah sedikit dapat

dimengerti oleh pembaca awam, namun masih ada beberapa kata-kata baku yang membuat

pembaca awam seperti saya mengernyitkan dahi mencari maksud dan arti kata-kata itu.

Novel ini cukup recommended untuk dibaca, khususnya para mahasiswa yang mulai masuk

dalam dunia perpolitikan.

Page 67: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

BIOGRAFI PENGARANG

Nawal El Saadawi adalah seorang penulis terkenal di dunia. Dia adalah seorang

novelis, seorang psikiater, dan penulis lebih dari empat puluh buku fiksi dan non fiksi. Dia

menulis dalam bahasa Arab dan tinggal di Mesir. Novel dan buku-bukunya tentang situasi

perempuan memiliki efek mendalam pada generasi muda perempuan dan laki-laki selama

lima dekade terakhir.

Pada tahun 1972, ia kehilangan pekerjaan di Departemen Kesehatan Mesir karena

bukunya Women and Sex diterbitkan dalam bahasa Arab di Kairo (1969) dan dilarang oleh

otoritas politik dan agama, karena dalam beberapa bab dari buku ini ia menulis terhadap

Female Genital Mutilation (FGM) dan terkait dengan masalah seksual dan ekonomi politik

penindasan. Majalah Health, yang ia dirikan dan telah disunting untuk lebih dari tiga tahun,

itu ditutup pada tahun 1973. Pada September 1981 Presiden Sadat memasukkannya ke dalam

penjara. Dia telah dirilis pada akhir November 1981, dua bulan setelah pembunuhan. Dia

menulis bukunya “Memoar dari Penjara Perempuan” di gulungan kertas toilet dan pensil alis

diselundupkan ke selnya oleh seorang wanita muda yang dipenjarakan di bangsal pelacur.

Dari 1988-1993 namanya menduga pada daftar kematian yang dikeluarkan oleh organisasi-

organisasi politik keagamaan fanatik.

Tanggal 15 Juni 1991, pemerintah mengeluarkan surat keputusan untuk menutup

Arab Women’s Solidarity Association yang ia pimpin dan menyerahkan dananya ke

perkumpulan yang disebut Women in Islam. Enam bulan sebelum Keputusan ini pemerintah

menutup majalah Zuhur, diterbitkan oleh Arab Women’s Solidarity Association. Dia adalah

seorang editor majalah.

Selama musim panas 2001, tiga dari buku dicekal di Cairo International Book Fair.

Dia dituduh murtad pada tahun 2002 oleh seorang pengacara fundamentalis yang mengangkat

kasus ke pengadilan karena ia telah meminta dengan paksa untuk bercerai dari suaminya, Dr

Sheriff Hetata. Pada 28 Januari 2007, Nawal El Saadawi dan putrinya Mona Helmy, seorang

penyair dan penulis, dituduh murtad dan diinterogasi oleh Jaksa Penuntut Umum di Kairo

karena tulisan-tulisan mereka untuk menghormati nama ibu.

Nawal El Saadawi telah diberikan beberapa hadiah sastra nasional dan internasional,

berceramah di banyak universitas, dan berpartisipasi dalam banyak konferensi internasional

Page 68: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

dan nasional. Tanggal 3 Mei 2009, ia mempresentasikan The Arthur Miller Lecture di Pen

International Literary Festival yang berlangsung di New York. Karya-karyanya telah

diterjemahkan ke dalam lebih dari tiga puluh bahasa di seluruh dunia, dan beberapa dari

mereka yang mengajar di sejumlah universitas di berbagai negara.

Page 69: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

KORPUS DATA

Kalimat Kata/jenis deiksis

ia menghendaki segala-galanya atau tidak sama sekali, persis

sebagaimana diriku (Hal 3) .

Ia ( deiksis persona)

Sejauh aku memberikan seluruh diriku kepadanya, ia pun berserah diri.

Selain ia tak mau ada saingan terhadap hati dan pikiranku apakah dari

pihak suami, putra atau putriku, ia pun tidak menerima sama sekali

keterlibatan diriku dalam pekerjaan lain sekali pun dalam kegiatan

demi cita-cita wanita.( Hal 4).

ia (deiksis persona),

Pada kesempatan tersebut, ruangan kuliah dipenuhi oleh ratusan atau

bahkan ribuan mahasiswa, dan mereka semua merasa senang. (Hal 6)

Mereka (deiksis persona ketiga jamak)

Segala sesuatu di negeri kami dipegang oleh pemerintah dan

dikendalikan olehnya secara langsung ataupun tidak langsung. (hal 7).

Nya (deiksis persona ketiga tunggal)

saat ini tak terbawa oleh kami. (Hal 11) kami ( deiksis persona pertama jamak)

Saya tak mungkin membuka pintu bagi Anda tanpa melihat surat

perintah dari kantor kejaksaan (Hal 11)

Anda (deiksis tempat)

Begitulah undang-undang kita (Hal 11). Kita (deiksis persona pertama jamak

Page 70: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

Kalimat Kata/jenis deiksis

Foto kami berdua di atas meja tulis(Hal13).) Kami ( deiksis persona pertama jamak)

Tadi ia berangkat pagi benar dan belum membaca koran(Hal 13). Tadi (deiksis waktu) Ia ( persona ketiga

tunggal)

Kalian merusak pintuku. Itu suatu kejahatan (hal 14). Kalian (perona kedua jamakl

Memeriksa rumahku sedang aku tak di sini? Aku bertanya kepadanya.

Ini tindakan kriminal ketiga! Jika sampai ada yang hilang, kamulah

yang bertanggung jawab (Hal 15).

Nya (deiksis persona ketiga tunggal), kamu

(persona kedua tunggal)

Ia jadi kelihatan putus asa. Dengan mendahuluiku ia naik mobil, lalu

duduk d:i sebelah supir. Aku segera naik setelah dia, dan duduk di sisi

pintu (Hal 17).

Ia (persona ketiga tunggal), di sebelah, di

sisi (Deiksis tempat)

Di belakang gedung kami turun melalui sebuah tangga sempit, lalu aku

di bawa masuk ke suatu ruangan lantai bawah tanah dan sambil

menunjuk kepada sebuah kursi kayu kecil di tengah-tengah ruangan,

perwira itu berkata,‟Duduklah sebentar, saya segerah kembali (Hal 22).

Dibelakang (Deiksis tempat)

Kalimat Kata/jenis deiksis

Apakah di sini ada telepon yang dapat saya pinjam untuk menelepon

ke rumah? Saya ingin menenangkan hati keluarga saya,

memberitahukan bahwa saya di sini. (Hal 24)

Di sini(deiksis tempat)

Page 71: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

Pekerjaan di sini serius dan Direktur bertanggungjawab penuh. Bahkan

saya orang kecil begini, mempunyai tanggungjawab atas segala

sesuatu, apakah masalahnya besar ataupun kecil. Di sini tak ada

masalah kecil, saya diharapkan tahu hal-hal kecil dari masalah-masalah

yang besar tersebu, namun di rektur sendiri tak mengetahui hal-hal

demikian (Hal 27) .

Di sini (deiksis tempat)

Hai Ris!” Kisi udah ada di depan pintu rumah Riris. Yang ditunggu

baru saja pulang dari mesjid. “ sejak kapan kamu ada di sini?” tanya

Riris

Di sini (deiksis tempat)

Aku masih jalan sekeliling kamar, mondar-mandir laksana hewan

dalam kurungan. Sekonyong-konyongnya aku berhenti, „Aku ingin ke

kamar kecil.‟ „Hanya satu kamar kecil di sini,‟ jawab orang tua itu

langsung, „di lantai satu, di sebelah kantor Direktur (Hal 31)

Di sini (deiksis tempat)

Aku tak tahu apa yang telah terjadi, tetapi kulihat seorang petugas baru

masuk ruangan. „Ayo pergi.‟ „ke mana?‟ „ Tak masalah, sama sekali

tak apa-apa, satu dua jam, lalu Anda pulang.‟(hal 33).

Kemana (deiksis tempat)

kulihat kaca kecilku di atas meja dan kujulurkan tangan kearahnya.

Hampir kubawa sampai ke depan wajahku, namun tangan pejabata itu

lebih cepat.

Di atas, depan(deiksis tempat)

Page 72: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

Cacat yang memalukan ialah penindasan, bohong serta penghapusan

daya pikir manusia, baik daya pikir manusia perempuan ataupun laki-

laki,‟ kataku.‟kehadiran kita dalam penjara ini, padahal kita tak

melakukan kejahatan, dan tanpa diadakan pemeriksaan, itulah yang

merupan cacat (Hal 55).

Ini ( deiksis tempat)

Kupejamkan mataku, lalu kubuka kembali. Aku ini di mana? Kuraba

kepalaku. Apakah ini, yang di bawah kepalaku? Lantai semen (Hal 64)

Di mana ( deiksis tempat)

Kalimat Kata/jenis deiksis

Ia tersenyum sinis. „Undang-undang mana? Apa Anda tak mengikuti

pidato kemarin? (Hal 19).

Kemarin (deiksis waktu)

Aku belum sepenuhnya bangun dari tidur ayamku di ruang yang

membuatku lemas. Suara orang tua itu masih terngiang-ngiang di

telingaku, bagaikan suara setan-setan atau malaikat-malaikat yang

menghitung dosa/amal orang-orang yang telah meninggal di dalam

kuburan mereka, kerut-kerut memenuhi wajahnya seperti wajah nenekku

dulu, sewaktu mendongen ketika kami masih anak-anak, tentang

siksaan-siksaan kubur. (Hal 33).

Dulu ( deiksis waktu)

Page 73: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

Pada suatu hari, kulihat dhuba membuang muka dengan air mata

menggenang di pelupuknya, „Aku tak akan datang besok. Mereka

menyuruh saya memata-matai Anda semua dan seya menolak.

Pada suatu hari, besok (deiksis waktu)

Page 74: ANALISIS DEIKSIS PADA NOVEL “CATATAN DARI PENJARA

RIWAYAT HIDUP

KASMAWATI.B dilahirkan Di Takalar pada Tanggal 16 April

1992, dari pasangan Ayahanda B.dg Romo dan Ibunda M.dg Tarring.

Penulis masuk sekolah dasar pada tahun 2002 SDN Cura-cura di

Lantang 2 Kabupaten Takalar dan tamat pada tahun 2007, Tamat

SMP Negeri 4 Takalar Tahun 2009, dan tamat SMA Negeri 1 Pol-Sel

tahun 2012.

Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan program S1

Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Alhamdulillah pada tahun 2016 penulis menyelesaikan studinya di Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar. Semua ini berkat dukungan kedua orang tua dan keluarga yang

selalu memberikan doa dan motivasinya dan mengingatkan kepada penulis untuk selalu

berdoa dan berusaha.