analisis daya saing komoditi udang indonesia di … · “analisis daya saing komoditi udang...

121
ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL OLEH HENDRA RAKHMAWAN H14050558 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Upload: lamthuy

Post on 03-Mar-2019

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

OLEH

HENDRA RAKHMAWAN H14050558

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Page 2: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR

INTERNASIONAL” ADALAH BENAR-BENAR KARYA SAYA SENDIRI

YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA

ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2009

Hendra Rakhmawan H14050558

Page 3: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

RINGKASAN

HENDRA RAKHMAWAN. Analisis Daya Saing Komoditi Udang Indonesia di Pasar Internasional (dibimbing oleh IDQAN FAHMI)

Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah laut yang luas yang meliputi 5,8 juta km2 sehingga memiliki sumberdaya laut yang melimpah dan merupakan sumberdaya yang bergizi tinggi karena kaya akan mineral untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyat Indonesia serta menjadi tumpuan kekuatan ekonomi nasional di masa yang akan datang. Udang merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang selain mengandung zat-zat gizi yang tinggi bagi tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual yang tinggi baik di pasar domestik maupun mancanegara. Diketahui berdasarkan Depdag (2009) bahwa realisasi ekspor / devisa yang dihasilkan udang Indonesia pada tahun 2006 sebesar US$ 943.998.000, pada tahun 2007 sebesar US$ 791.854.000 dan meningkat menjadi 1.055.805.000 sampai akhir bulan Agustus 2008.

Meskipun potensi udang Indonesia sangat besar, tetapi terdapat berbagai permasalahan ekspor yang menimpa komoditi udang Indonesia sampai saat ini seperti kalahnya pangsa pasar ekspor udang Indonesia di AS oleh Thailand dan China, jatuhnya harga pasaran udang Indonesia di Jepang karena tingkat persaingan yang tinggi, munculnya tuduhan “transhipment” pasar AS atas ekspor udang Indonesia, penetapan standarisasi Uni Eropa yang memberatkan ekspor udang Indonesia, serta penurunan kualitas udang Indonesia di pasar AS karena krisis global. Sebenarnya komoditi udang Indonesia telah mampu memenuhi permintaan pasar dunia seperti Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang, namun dalam keunggulan seperti kualitas ataupun daya saingnya masih dipertanyakan karena banyaknya masalah-masalah dalam ekspor udang Indonesia seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Karena itu penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat daya saing komoditi udang Indonesia, faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing tersebut, serta merumuskan strategi-strategi yang dapat diterapkan untuk mendukung peningkatan daya saing komoditi udang Indonesia. Penelitian ini menggunakan dua analisis yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif untuk menjelaskan tingkat daya saing keunggulan komparatif yang dilakukan dengan analisis RCA (Revealed Comparative Advantage). Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing komoditi udang Indonesia (komoditas yang diteliti adalah udang beku dan tak beku pada jenis udang windu dan vanname), dilakukan dengan metode regresi linear berganda yaitu menggunakan analisis OLS (Ordinary Least Square). Sedangkan pada analisis deskriptif kualitatif digunakan analisis Teori Berlian Porter (Porter’s Diamond Theory) untuk pengkajian potensi, kendala, dan peluang yang berarti menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keunggulan kompetitif komoditi udang Indonesia (dalam hal ini yang diteliti adalah jenis udang windu dan udang vanname).

Page 4: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

Komoditi udang Indonesia dihasilkan dari kegiatan budidaya tambak (70%) dan penangkapan perairan laut (30%). Pada produksi udang Indonesia sebanyak 95% diekspor, sedangkan 5% sisanya dipasarkan dalam negeri terutama untuk pasar-pasar besar (supermarket). Sampai saat ini pengadaan udang melalui kegiatan budidaya lebih banyak dilakukan oleh usaha kecil (rakyat) maupun industri, sebaliknya penangkapan perairan laut berkurang. Daerah usaha penghasil udang utama Indonesia berada di perairan Jawa dan Sumatera, Papua, sebagian Maluku, Kalimantan, dan Sulawesi Selatan. Dari seluruh daerah tersebut, Lampung merupakan daerah penghasil utama udang Indonesia, dimana jumlah produksinya adalah 40% dari total produksi udang nasional. Lampung pula yang menjadi pelopor budi daya udang nasional berskala dunia seperti yang dilakukan PT Dipasena dan PT Centralproteinaprima. Pada pasar ekspor udang Indonesia meliputi pasar Jepang (sekitar 60% dari total ekspor), Amerika Serikat (16,5%) dan Uni Eropa (12,5%). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditi udang Indonesia berdaya saing kuat atau Indonesia mempunyai keunggulan komparatif atas komoditi udang Indonesia karena terlihat dari nilai RCA yang mencapai angka puluhan. Sedangkan pada hasil analisis Porter’s Diamond Theory ditunjukkan bahwa komoditi udang Indonesia mempunyai potensi dalam faktor input yaitu sumberdaya alam yang melimpah, sumberdaya manusia, modal serta infrastruktur yang unggul. Tetapi pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi komoditi udang Indonesia masih lemah karena kurangnya penerapan teknologi intensif (modern) pada sektor budidaya udang serta teknologi ekspor yang kurang memadai dibandingkan negara pesaingnya seperti Thailand. Selain itu komoditi udang Indonesia juga mempunyai potensi pada permintaan domestik dan ekspor yang tinggi, persaingan yang ketat antarnegara eksportir udang serta adanya peran pemerintah untuk pengembangan komoditi udang Indonesia dan faktor kesempatan yang bagus di dunia internasional. Sedangkan pada industri terkait dan pendukung serta struktur dan strategi ekspor komoditi udang Indonesia yang juga rendah karena belum banyaknya tempat-tempat penelitian benih udang dan kurang berperannya industri pakan udang, sedikitnya industri produk-produk olahan udang yang berorientasi ekspor dan dominasi Chakroen Phokphand Group yang berstruktur monopoli serta belum adanya strategi-strategi khusus dalam ekspor udang Indonesia. Berdasarkan analisis RCA, regresi OLS serta metode Porter’s Diamond Theory didapatkan strategi-strategi peningkatan daya saing komoditi udang Indonesia yang meliputi (1) Meningkatkan kualitas ekspor komoditi udang Indonesia dengan peningkatan ekspor produk-produk olahan udang yang dapat memberikan nilai tambah dan meningkatkan daya saingnya di pasar global. (2) Meningkatkan teknologi intensif (modern) pada budidaya udang serta menciptakan teknologi ekspor yang memadai. (3) Mendirikan tempat-tempat/balai penelitian udang yang memadai untuk menghasilkan benih udang yang berkualitas. (4) Meningkatkan produksi budidaya udang vanname sebagai bibit unggul yang tahan terhadap penyakit. (5) Meningkatkan standarisasi ekspor udang Indonesia. (6) Mendiversifikasi pasar-pasar tujuan ekspor udang Indonesia ke arah yang lebih prospektif seperti pasar Jepang. Pada penelitian tersebut penulis juga

Page 5: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

menyarankan adanya peningkatan penguasaan teknologi pada sistem produksi dan pengolahan hasil komoditi udang Indonesia, menciptakan cluster industri udang Indonesia sehingga terjalin kerjasama dan kemudahan dalam akses ketersediaan benih unggul, pakan yang bermutu, serta pengembangan sektor pengolahan udang dan produk olahan udang yang berkualitas untuk menghasilkan nilai tambah dan meningkatkan daya saingnya di pasar global serta menjaga kesinambungan peningkatan jumlah ekspor udang Indonesia agar nilai ekspornya juga ikut meningkat dan mendorong pada peningkatan daya saingnya di pasar dunia.

Page 6: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

ABSTRACT

HENDRA RAKHMAWAN. Analysis Competitiveness of Indonesia Shrimp Commodity in International Market (guided by IDQAN FAHMI)

Indonesia is the country which has a large of ocean territorial in 5,8 million km2 and has a wealthy sea resources which full of nutrients and minerals to supply all the foods of its citizen and also as the national economic power in the future. Shrimp is one of sea resources which not only has a big nutrients for body but also has a high value even in domestic or international market. Based on Depdag (2009) that export value of Indonesia shrimp in 2006 was US$ 943.998.000, US$ 791.854.000 in 2007 and raised to 1.055.805.000 until August, 2008.

Although Indonesia shrimp potency was so big, but it has so many export problems until now such as the conquered of Indonesia shrimp market share in USA by Thailand and China, fall out of Indonesia shrimp export price in Japan because of high competition, transhipment accused for Indonesia shrimp export, Europe standardization which aggravated Indonesia shrimp export, and also the quality declining of Indonesia shrimp export in USA because of global crisis. Actually Indonesia shrimp export had filled demand of world market such as USA, Europe and Japan, but for the competitiveness still questioned because so many problems from them. So this research was purposed to analyze the competitiveness of Indonesia shrimp commodity.

The research had used quantitative and qualitative analysis. Quantitative analysis used to explain the grade of Indonesia shrimp commodity competitiveness by RCA (Revealed Comparative Analysis). Analysis for the influences factors of the competitiveness Indonesia shrimp export (for giant tiger and vanname shrimp) used OLS (Ordinary Least Square). Qualitative analysis used Porter’s Diamond Theory to analyze potency, problems, and chance which analyzed influence factors of competitiveness Indonesia shrimp commodity (the research objection was giant tiger and vanname shrimp). Indonesia shrimp commodity was produced from dyke (70%) and water sea haul (30%). In its production, for 95% to export and 5% was traded domestically especially in supermarket. At this time Indonesia shrimp which produced from dyke is doing by small trader (the masses) or industry, and less from sea water haul. The region of shrimp production in Indonesia are Java and Sumatra, Papua, a half Maluku, Kalimantan, and South Sulawesi waterseas. From them, Lampung was the major area of Indonesia shrimp production which had produced 40% from the total of national shrimp production. It also became the first area of shrimp production in world scale such as PT Dipasena and PT Centralproteinaprima activity. The market of Indonesia shrimp export was Japan (about 60%), USA (16.5%) and Europe (12.5%).

Page 7: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

The result of the research showed that Indonesia shrimp commodity has a high grade competitiveness or Indonesia had competitive advantage for its shrimp because the RCA mark was so high in tens. Including the analyzed of Porter’s Diamond Theory showed that Indonesia shrimp commodity had potency in factor condition such as the wealthy of shrimp resources, human resources, capital and superior infrastructure. But in knowledge and technology of Indonesia shrimp commodity still weak because of the less intensive technology system in shrimp production and export technology which not superior if compared with the competitor country such as Thailand. Indonesia shrimp commodity also had potency domestic demand and high export, tighten competition for shrimp exporting countries, good regulation government to increase the competitiveness of Indonesia shrimp commodity and also good chance in international market. For related and supporting industry, structure and strategy in competitiveness shrimp commodity still descent because there weren’t many superior shrimp hatchery, less the role of weft industry and shrimp fickle export products industry. Beside there was dominated Chakroen Phokphand Group which had monopoly structure industry and there hadn’t specific strategy to increased the competitiveness Indonesia shrimp commodity. Including RCA, OLS and Porter’s Diamond Theory analysis, were result some strategy to increase the competitiveness of Indonesia shrimp commodity such as (1) Increasing export quality of Indonesia shrimp commodity by increasing the export volume of shrimp fickle products which gives value added to increase the competitiveness of Indonesia shrimp commodity. (2) Increasing intensive technology for all the shrimp production and also create a superior technology of shrimp export. (3) Building superior hatcheries to get a good quality shrimp seed. (4) Increasing the production of vanname shrimp as the superior seed which invulnerable against the disease. (5) Increasing the standardized of Indonesia shrimp export. (6) Do the diversification of Indonesia shrimp export market to prospective area such as Japan market. In this research is also suggest to increasing in production system technology and also shrimp fickle export product technology, building a cluster industry to get a good access of superior seeds, good quality weft, developing shrimp production sector and shrimp fickle in good quality to get a value added and increase the competitiveness of Indonesia shrimp commodity in global market, the last suggest is to keep the increasing of shrimp export volume to make an increasing of shrimp export value and its competitiveness in international market.

Page 8: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

Oleh HENDRA RAKHMAWAN

H14050558

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 9: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

Judul Skripsi : Analisis Daya Saing Komoditi Udang Indonesia di Pasar

Internasional

Nama : Hendra Rakhmawan

NIM : H14050558

Menyetujui,

Dosen Pembimbing,

Ir. Idqan Fahmi, M.Ec NIP. 19631111 198811 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Rina Oktaviani, Ph.D

NIP. 19641023 198903 2 002

Tanggal Lulus :

 

Page 10: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada ALLAH SWT, karena

atas rahmat dan hidayah-NYA maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Daya Saing Komoditi Udang

Indonesia di Pasar Internasional”. Skripsi ini disusun sebagai bentuk

kepedulian penulis terhadap kendala-kendala ekspor yang dihadapi oleh komoditi

udang Indonesia dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan dalam

penyusunannya membutuhkan bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih dengan penuh hormat kepada:

1. Kedua orang tua penulis, M. Nurul Mulyasaputra dan Nurlaida yang telah

memberikan segala doa dan dukungannya baik moril maupun materil

kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Ir. Idqan Fahmi M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan secara teoritis dan teknis kepada penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

3. Bapak M. Firdaus, Ph.D selaku dosen penguji utama yang telah bersedia

menguji dan memberikan masukan, kritik, dan ilmu yang bermanfaat

dalam skripsi ini.

4. Kak Tony Irawan, M.App. Ec selaku dosen penguji komisi pendidikan

yang telah memberikan masukan dalam perbaikan tata bahasa dan

pedoman penulisan skripsi.

5. Kakak-kakak tercinta saya, Bang Rusdi, Teh Irma, A Dade, dan Teh Dian

serta keponakan tercinta saya, Daffa yang telah memberikan harapan dan

semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Kepala Tata Usaha beserta staf pelaksana Departemen Ilmu Ekonomi yang

telah membantu dan bekerja sama dengan penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Page 11: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

ii

7. Pihak Departemen Kelautan dan Perikanan yang telah memberikan data

Potensi Produksi dan Ekspor/Impor Kelautan dan Perikanan periode 2002-

2007.

8. Pusat Data dan Informasi Dirjen Budidaya Perikanan di Departemen

Pertanian yang telah memberikan data Ekspor Hasil-Hasil Perikanan

Menurut Komoditi Utama 1988-2007.

9. Pihak Badan Pusat Statistik Pusat yang telah memberikan data Konsumsi

dan Pengeluaran Rata-Rata Perkapita Produk Makanan 2002-2008.

10. Pihak Departemen Perdagangan yang telah memberikan data tentang

program peningkatan ekspor udang serta profil ekspor udang Indonesia.

11. Teman-teman satu bimbingan skripsi yaitu Vagha, Riza dan Adrian yang

telah berjuang bersama-sama dalam suka dan duka dalam penyusunan

skripsi ini.

12. Teh Rina, Kak Jum’at, Dhamar, Lukman, Nazrul, Reza, Babeh, Regy,

Triyanto, Awi, Acun, Nci, Neneh, Ulee, Mei, Tia, Ciput, Putie, Ririe, Inna,

Acil, Mamiech, Rina, Bon-Bon, Herman, Evan, Azis, Ivan, Dipta, Hadi,

Hendri serta teman-teman IE 42 dan non IE 42 yang telah memberikan

bantuan beserta dukungan yang sangat berarti kepada penulis selama

penyusunan skripsi ini.

Bogor, Agustus 2009

Hendra Rakhmawan H14050558

Page 12: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Hendra Rakhmawan dilahirkan pada tanggal 7 Oktober

1987 di Jakarta. Penulis juga merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, yaitu

dari pasangan Bapak Nurul Mulyasaputra dan Ibu Nurlaida.

Penulis mulai menjalani pendidikan formal di TK Aisyiah Tomang,

kemudian melanjutkan pendidikan di SDN Tomang 03 Pagi. Setelah itu penulis

melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 69 Tanjung

Duren Timur. Lalu pada tahun 2002 memulai pendidikan menengah atas di

SMAN 23 Mandala Utara Tomang. Setelah menyelesaikan studinya di SMAN 23

Jakarta, penulis mulai melanjutkan jenjang pendidikannya ke perguruan tinggi di

Instititut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2005 melalui jalur Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Baru (SPMB). Kemudian pada tahun 2006 penulis menjadi mahasiswa

aktif pada Departemen Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Pertanian Bogor.

Page 13: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR………………………………………………………….....i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………….iii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….iv

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………..v

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….1

1.2 Perumusan Masalah………………………………………..……………...7

1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………...10

1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………………….11

1.5 Ruang Lingkup Penelitian………………………………………………..11

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Pengertian Udang dan Klasifikasinya…………………………….……..12

2.1.1 Udang Windu (Giant Tiger Shrimph)……………………………...14

2.1.2 Udang Vanname (Pacific White Shrimph)…………………………15

2.2 Pengertian Daya Saing….……………………………………………….17

2.2.1 Konsep Keunggulan Komparatif………………….……………….18

2.2.2 Konsep Keunggulan Kompetitif..………………………………….19

2.3 Penelitian Terdahulu……………………………………………………..25

2.4 Kerangka Pemikiran……………………………………………………..27

2.5 Hipotesis…………………………………………………………………30

III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data…………………………………………………..31

3.2 Metode Analisis Data……………………………………………………31

3.2.1 Analisis Daya Saing Revealed Comparative Advantage (RCA)…..32

3.2.2 Analisis Porter’s Diamond Theory………………………………...34

3.2.3 Metode Regresi Linear Berganda OLS .….………….....................36

Page 14: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

iii

3.2.4 Definisi Operasional Variabel dalam Model……………..………...38

3.2.5 Uji Kesesuaian Model……………………………………………...40

IV GAMBARAN UMUM KOMODITI UDANG INDONESIA

4.1 Industri Udang Indonesia………………………………………………...45

4.2 Jenis Udang dan Pasar-Pasar Ekspor Udang Indonesia………………….51

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Daya Saing Komoditi Udang Indonesia (Analisis RCA)………………...55

5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing Komoditi Udang Indonesia………........................................................................................61

5.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keunggulan Komparatif……..61

5.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keunggulan Kompetitif……...67

5.3 Analisis Strategi-Strategi Peningkatan Daya Saing Komoditi Udang Indonesia……………….………………………………………………...95

VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan….…………………………………………………………...97

6.2 Saran………….………………………………………………………….98

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..99

LAMPIRAN…………………………………………………………………....101

Page 15: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

iii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1 Volume Ekspor Udang Indonesia Tahun 1990-2007 (ton) ................................ 3

1.2 Impor AS dari Indonesia dan Beberapa Negara Lainnya ................................... 6

2.1 Wilayah-Wilayah Berpotensi Penghasil Udang Peneid ................................... 14

4.1 Empat Propinsi Penghasil Nilai Ekspor Udang Terbesar Indonesia ................ 49

5.1 Daya Saing Udang Beku dan Tak Beku Indonesia Periode 1988-2007........... 56

5.2 Indeks RCA Komoditi Udang Indonesia di Pasar Internasional ...................... 60

5.3 Hasil Regresi Pada Metode OLS ..................................................................... 62

5.4 Negara-Negara Penghasil Nilai Ekspor Udang Beku Terbesar ....................... 69

5.5 Produksi Udang Windu Budidaya Tambak di Indonesia ................................. 70

5.6 Produksi Udang Vanname Budidaya Tambak di Indonesia ............................. 74

5.7 Total Konsumsi Udang di Indonesia…………………………...…………….82

5.8 Jumlah dan Nilai Ekspor Udang Beku dan Tak Beku Indonesia ..................... 83

Page 16: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

iv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.1 Negara-Negara Produsen Utama Udang Dunia……………………………….4

2.1 Kerangka Pemikiran Konseptual……………………………………………..29

3.1 Porter’s Diamond Theory……………………………………………………35

4.1 Harga Komoditas Udang Segar, Udang Beku dan Udang Olahan di Pasar Internasional…………………………………………………………...50

5.1 Keunggulan dan Kelemahan Komoditi Udang Indonesia Hasil Analisis Porter’s Diamond Theory…………………………………………………....94

Page 17: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

v

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Analisis RCA……………………………………………………...102

2. Nilai RCA Udang Beku dan Tak Beku Negara-Negara Pesaing Indonesia………………………………………………………………..102

3. Data Jumlah Ekspor dan Variabel-Variabel Regresi OLS……………...103

4. Hasil Uji Heteroskedastisitas…………………………………………...103

5. Hasil Uji Autokorelasi…………………………………………………..103

6. Nilai Korelasi Pada Uji Multikolinearitas………………………………104

7. Diagram Jarque Bera Pada Uji Normalitas…………………………….104

8. Tampilan Hasil Regresi OLS…………………………………………...104

Page 18: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang strategis dan

memiliki wilayah laut yang sangat luas sekitar 5,8 juta km2 dengan wilayah-

wilayah perairan, seperti selat Malaka, Laut Jawa, Selat Sunda, Laut Natuna, dan

lain-lainnya. Tentunya wilayah perairan tersebut menyimpan sumberdaya laut

yang melimpah seperti perikanan, terumbu karang, udang, cumi-cumi, kerang,

lobster, dan berbagai sumberdaya laut lainnya. Semuanya itu merupakan

sumberdaya yang bergizi tinggi karena kaya akan mineral untuk memenuhi

kebutuhan pangan rakyat Indonesia serta menjadi salah satu tumpuan kekuatan

ekonomi nasional di masa yang akan datang.

Berdasarkan para ahli, konsumsi akan sumber daya laut masyarakat global

akan mengalami peningkatan, yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : (1)

meningkatnya jumlah penduduk disertai dengan dengan meningkatnya pendapatan

masyarakat, (2) meningkatnya apresiasi terhadap makanan sehat (healthy food)

sehingga mendorong konsumsi daging dari pola red meat ke white meat, (3)

adanya globalisasi yang menuntut adanya sumber makanan yang universal, dan

(4) berjangkitnya penyakit hewan sumber protein hewani selain ikan (sumberdaya

laut) sehingga sumber daya laut menjadi sumber alternatif terbaik (Kusumastanto,

2007).

Udang merupakan jenis sumberdaya laut yang berpotensi sebagai bahan

pangan karena mengandung zat-zat gizi yang berguna bagi tubuh, seperti

antioksidan yang cukup kuat berupa selenium yang dapat melindungi risiko

Page 19: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

2

kebotakan dan kanker. Selain itu udang juga mempunyai kadar vitamin B12 dan

vitamin D yang tinggi yang berfungsi menambah darah, meningkatkan kesuburan

dan kekuatan tulang serta sangat berguna untuk sintesa hormon thyroid, yaitu

suatu hormon yang jika levelnya sangat rendah bisa menimbulkan obesitas atau

pertumbuhan sel tidak normal. Terakhir, udang mengandung asam lemak omega-3

yang mengandung banyak manfaat bagi tubuh seperti melindungi dinding

pembuluh darah dan kerusakan akibat radikal bebas, membuat awet muda, anti

radang, mencegah terjadinya darah yang menggumpal, dan oksidasi kolesterol

jahat yang merupakan penyebab utama dari penyakit jantung.

Kelezatan dan cita rasa yang tinggi pada udang menambah daya tarik

tersendiri di masyarakat di samping kandungan gizi yang ada di dalamnya.

Karenanya, udang menjadi salah satu komoditi yang paling diminati dan memiliki

nilai jual yang tinggi baik di pasar domestik maupun internasional. Udang juga

merupakan komoditas potensial dan sebagian komoditas revitalisasi perikanan

yang nilai ekspornya selalu meningkat dari tahun ke tahun. Seperti pada tahun

2004 misalnya total nilai ekspor udang sebesar US$ 892.451.547 dan pada tahun

2005 sebesar US$ 948.130.353 naik sebesar 6,24%. Begitu pula pada tahun 2006

terjadi peningkatan nilai ekspor udang menjadi US$ 1.115.962.589 dari US$

948.130.353 di tahun 2005. Hal ini membuktikan bahwa komoditas udang

memang memiliki nilai jual yang tinggi di pasar dunia. Volume ekspor udang

tahun 1990-2007 dapat dilihat pada Tabel 1.1

Page 20: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

3

Tabel 1.1 Volume Ekspor Udang Indonesia Tahun 1990-2007 (ton)

Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Jakarta, 2009

Berdasarkan data pada Tabel 1.1 diketahui bahwa komoditi udang hanya

mengalami penurunan volume ekspor pada tahun 1993, 1995, 1997, 1999, 2002

dan 2007. sedangkan sisanya mengalami peningkatan yang relatif lebih besar

daripada tahun-tahun sebelumnya. Seperti pada tahun 1998-1999 mengalami

penurunan volume ekspor sebesar 33.039 ton dari 142.689 ton pada tahun 1998

menjadi 109.650 ton pada tahun 1999. Dimana nilai penurunan ekspor ini masih

lebih kecil dibandingkan peningkatannya pada tahun 1997-1998 sebesar 49.646

ton yaitu dari 93.043 ton pada tahun 1997 menjadi 142.689 pada tahun 1998.

Adanya volume ekspor yang berfluktuatif ini mungkin juga disebabkan adanya

pengaruh dari krisis moneter yang terjadi pada tahun-tahun tersebut.

0.000

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

160.000

180.000

1990

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

Volume

Page 21: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

4

Pada wilayah Asia, terdapat beberapa negara yang berkontribusi ekspor

komoditi udang terbesar dunia yakni Indonesia, Thailand, Malaysia, India,

Filipina, Vietnam dan China. Kemudian ada juga beberapa negara Amerika Latin

seperti Brazil, Ekuador, Venezuela, Panama dan Meksiko yang terkenal dengan

udang vanamenya. Negara-negara produsen utama udang dunia dapat dilihat pada

Gambar 1. Adapun pasar utama ekspor udang Indonesia adalah Amerika Serikat,

Jepang dan Uni Eropa.

Berdasarkan Gambar 1.1 diketahui bahwa Indonesia selalu berproduksi di

atas dua juta ton setiap tahunnya bahkan pernah mencapai lebih dari tiga juta ton

di tahun 2003 dan 2004. Karena itu Indonesia menempati peringkat tiga eksportir

terbesar pada periode 2000-2004 setelah Vietnam dan Thailand. Kemudian ada

India, Ekuador, China dan Brazil.

Sumber : (Depdag: FIGIS-FAO, 2006)

Gambar 1.1 Negara-Negara Produsen Utama Udang Dunia

0500,000

1,000,0001,500,0002,000,0002,500,0003,000,0003,500,0004,000,0004,500,0005,000,000

2000 2001 2002 2003 2004

Tahun

Volu

me

(Ton

)

Brazil RR Cina Ekuador India Indonesia Thailand Viet Nam

Page 22: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

5

Ada berbagai jenis udang yang dihasilkan di kawasan perairan Indonesia.

Udang yang banyak diproduksi untuk diekspor umumnya adalah udang vaname

dan udang windu. Namun ada juga jenis udang api-api, udang dogol, udang putih,

udang galah, banana shrimp, dan lain-lainnya untuk kebutuhan domestik. Semua

jenis udang tersebut diproduksi berupa budidaya tambak udang yang tersebar di

beberapa daerah seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, Lampung,

Kalimantan Timur, NTB, Riau, Aceh dan Sulawesi Selatan. Ekspor udang

Indonesia pun mayoritas masih berupa produk bahan mentah yaitu udang beku

dan udang tak beku sehingga belum banyak menghasilkan produk turunan udang

yang memiliki nilai tambah tersendiri untuk diekspor.

Dalam suatu sistem perdagangan bebas, negara yang memiliki daya saing

paling tinggi adalah negara yang muncul sebagai pemenang. Artinya negara

tersebut juga menikmati keuntungan yang optimal dari perdagangan bebas.

Sedangkan untuk negara yang gagal dalam peningkatan daya saing akan sulit

menikmati keuntungan dan cenderung hanya akan menjadi pasar bagi negara lain

saja. Begitu pula dengan komoditi udang Indonesia yang masih dipertanyakan

daya saingnya karena kalahnya pangsa pasar ekspor udang Indonesia di AS oleh

negara Thailand dan China. Hal ini dapat terlihat pada impor AS dari Indonesia

dan beberapa negara lainnya di Tabel 1.2.

Pada Tabel 1.2 diketahui bahwa pada produk ikan dan udang Indonesia

pada tahun 2008 pangsa pasarnya di AS sebesar 7,28% yang kalah jauh

dibandingkan dengan Thailand yang mempunyai pangsa pasar sebesar 8,17% dan

China dengan pangsa pasar 15,80%.

Page 23: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

6

Tabel 1.2 Impor AS dari Indonesia dan Beberapa Negara Lainnya1

HS KETERANGAN

Ekspor Indonesia ke AS Pangsa Pasar di AS

(%) Juta US$ PangsaPasar di AS Malaysia Thailand China

2008 2006 2007 2008 2008 2008 2008

40 Karet, barang dari

karet

2037 8,22 8,50 9,9 5,05 7,74 16,46

94 Furniture, lampu 593 1,61 1,75 1,55 2,00 0,77 50,77

27 Bahan Bakar Mineral 777 0,18 0,23 0,15 0,06 0,09 0,40

3 Ikan dan Udang 777 5,23 5,61 7,28 1,71 8,17 15,80

9 Kopi, teh dan

rempah-rempah

381 7,57 6,93 7,41 0,02 0,23 2,87

16 Daging, ikan, udang

diproses

322 7,05 8,03 8,43 0,73 27,98 11,79

18 Kakao dan produk

kakao

244 9,03 7,15 7,15 7,81 0,00 1,95

Sumber : US International Trade Commision (USITC), diolah

Hal ini membuktikan bahwa Indonesia sebagai salah satu eksportir udang

terbesar dunia masih kalah pangsa pasarnya dengan Thailand dan China yang

mempunyai peluang ekspor yang sama. Padahal diketahui bahwa panjang pantai

garis Indonesia sebesar 81.290 km2 yang merupakan pantai garis terpanjang di

dunia. Kawasan pantai sangat potensial untuk tambak udang sehingga menjadi

keunggulan komparatif Indonesia yang lebih unggul di samping Thailand ataupun

China yang tentunya mempunyai panjang garis pantai yang lebih kecil daripada

Indonesia. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan pangsa dan nilai ekspor

udang Indonesia, kajian mengenai analisis daya saing udang dirasakan cukup

penting agar dapat menunjang peningkatan ekspor komoditi udang Indonesia.

1Sadewa Y.P. 2009. “Jangan Abaikan Perdagangan Internasional”.

http://www.kompas.co.id/kompas-cetak-jangan-abaikan-perdagangan-internasional.htm [20 Juni 2009].

Page 24: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

7

1.2 Perumusan Masalah

Komoditi udang Indonesia merupakan salah satu sumberdaya potensial

yang ikut berperan dalam memberikan sumbangan devisa yang besar. Di pasar

internasional Indonesia termasuk negara penghasil udang dan eksportir terbesar

yang amat diminati karena produksinya yang cukup tinggi. Sebenarnya komoditi

udang laut Indonesia telah mampu memenuhi permintaan pasar dunia seperti

Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang, namun dalam keunggulan seperti kualitas

ataupun daya saingnya masih dipertanyakan karena rendahnya pangsa ekspor

udang Indonesia jika dibandingkan dengan Thailand dan China seperti pada Tabel

1.2. Berdasarkan Tabel 1.2 diketahui pada produk udang olahan atau yang

diproses Indonesia hanya mempunyai pangsa pasar sebesar 8,43% di AS yang

kalah jauh dibandingkan Thailand yang sebesar 27,98% dan China yang sebesar

11,79%. Ini disebabkan rendahnya kemampuan Indonesia dalam menghasilkan

produk turunan udang dan dominan mengekspor udang beku dan tak beku yang

masih segar atau mentah sehingga berbeda dengan Thailand ataupun Cina yang

sudah dominan mengolah udang dalam bentuk produk olahannya.

Berbagai masalah yang selalu muncul dalam pengembangan ekspor udang

Indonesia adalah pertama pada tahun 2002 adanya larangan dari pasar ekspor

Amerika dan Eropa untuk mengimpor udang dari negara-negara yang udangnya

mengandung antibiotik Chloraphenicol dan Nitrofurant. Akibatnya, negara-

negara yang biasa melakukan ekspor ke Amerika dan Eropa seperti India,

Pakistan dan beberapa negara lainnya di Asia, membelokkan ekspornya ke

Jepang. Hal ini menyebabkan persaingan pasar menjadi semakin ketat dan daya

Page 25: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

8

serap pasar atas udang Indonesia menjadi kecil. Bukan itu saja, harga udang

Indonesia pun menjadi jatuh secara mencolok. Secara umum nilai ekspor udang

turun 30 – 40%, akibat penurunan harga jual ekspor sebesar 20%.

Kedua, munculnya tuduhan AS kepada Indonesia untuk tindakan

transhipment, yakni komoditas ekspor udang Indonesia ke Amerika Serikat

merupakan udang hasil impor Indonesia dari negara-negara yang terkena larangan

anti dumping Amerika yaitu China, Thailand, Vietnam, Equador, India dan Brazil

sejak pasar AS menerapkan larangan antidumping pada 31 Desember 20032. Sejak

itu pula, Indonesia menjadi sasaran utama bagi beberapa negara yang terkena

petisi anti dumping AS untuk bisa memasukkan ekspornya ke negara tersebut.

Karena itulah dikhawatirkan terjadinya embargo udang ekspor Indonesia ke

Amerika karena transhipment ini seperti halnya Malaysia yang sudah mendapat

peringatan keras dari AS karena tindakan reekspornya. Setelah itu juga terjadi

impor udang yang dapat mematikan produksi udang lokal yang sebenarnya

mampu mencukupi kebutuhan nasional dimana udang impor masuk dengan harga

lebih murah daripada udang lokal.

Ketiga, standarisasi dari Uni Eropa untuk ekspor budidaya udang yang

memberatkan negara-negara pengekspor. Standarisasi itu melarang agar di lokasi

tambak tidak boleh ada binatang, pakaian pekerja harus rapi dan bersih, pekerja

tidak boleh sakit, di dalam air tambak tidak boleh ada bakteri Salmonella (bakteri

yang memang terdapat di dalam air) dan tidak boleh menggunakan antibiotik.

2 Siagian, N. 2003. “Derita Petambak Udang dan Ancaman Sanksi AS”.

http://www.google.com/sinar-harapan/ind1.html [7 Mei 2009].

Page 26: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

9

Persyaratan ini sangat tidak mungkin dipenuhi petambak Indonesia karena secara

umum. Sebagian besar dari 300 ribu hektare total luas lahan tambak di tanah air

para pekerjanya makan dan tidur serta hidup sehari-hari di lokasi tambak. Hal ini

mengakibatkan penolakan 10 kontainer udang dari Sumatera Utara di pelabuhan

Brussels, Belgia.

Terakhir, adanya penurunan kualitas udang di pasar AS karena imbas dari

krisis global 2008 yang menurunkan daya beli masyarakat AS. Adanya krisis

global menyebabkan penurunan permintaan ekspor udang Indonesia di pasar AS

yang biasanya udang kualitas nomor satu yang jumlahnya 40 ekor per kilogram,

menjadi udang yang ukurannya lebih kecil yaitu udang yang jumlahnya menjadi

70 ekor per kilogram.

Hal tersebut ditambah dengan adanya kasus pelarangan ekspor salah satu

produsen udang terbesar Indonesia, PT. Central Proteinaprima3 Tbk pada Oktober

2008, karena masih tersangkut masalah transhipment atas dua kontainer ke Uni

Eropa dan AS karena ditemukan hanya satu kontainer menggunakan antibiotik

dari hasil cek ulang. Sampai akhir Januari 2009 lalu, pihak DKP masih menunggu

utusan dari AS untuk melakukan pengecekan ulang atas masalah tersebut, di

antaranya melakukan pengecekan atas kadar air yang digunakan dalam udang

tersebut.

Selain itu ada juga kendala domestik seperti merebaknya wabah penyakit pada

udang hasil budidaya tambak seperti penyakit bintik putih (White Spot Syndrome)

yang menyerang berbagai jenis udang Asia seperti udang windu yang sempat 3 PT Central Proteinaprima. 2009. “CP Prima Komitmen Kembangkan Ekspor Udang Indonesia”

http://www.cpp.co.id/press-release-cp-prima-berkomitmen-kembangkan- ekspor-udang-indonesia.pdf [20 Mei 2009].

Page 27: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

10

mematikan produksi udang nasional. Penyakit Bintik Putih sempat diantisipasi

karena ditemukannya jenis udang vanname yang berasal dari perairan Amerika

Latin seperti Brazil, Ekuador dan lainnya yang kebal terhadap virus tersebut dan

mulai dibudidayakan petambak lokal dan nasional setelah tahun 2000-an.

Upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan peranan komoditas udang

sebagai komoditas ekspor yang berperan besar dalam menyumbang devisa negara,

maka perlu adanya peningkatan daya saing komoditi udang laut Indonesia baik di

pasar domestik maupun internasional. Berdasarkan uraian tersebut maka

permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana daya saing komoditi udang Indonesia?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi daya saing komoditi udang

Indonesia?

3. Strategi-strategi apa yang perlu diterapkan dalam mendukung peningkatan

daya saing komoditi udang Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dirumuskan, maka penelitian

ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis daya saing komoditi udang Indonesia.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing komoditi

udang Indonesia.

3. Merumuskan strategi-strategi yang diterapkan dalam mendukung

peningkatan daya saing dan ekspor komoditi udang Indonesia.

Page 28: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

11

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada para pelaku usaha yang bergerak dalam

sektor budidaya udang termasuk perusahaan-perusahaan eksportir udang

untuk meningkatkan kinerjanya.

2. Memberikan masukan kepada pemerintah untuk dapat meningkatkan

kinerja ekspor udang Indonesia demi menunjang peningkatan devisa

negara.

3. Memberikan pengetahuan dan wawasan baru bagi masyarakat tentang

studi ekspor dan daya saing pada komoditi udang Indonesia.

4. Untuk penulis, penelitian ini dapat digunakan sebagai penyelaras antara

teori yang didapatkan di perkuliahan dengan kondisi nyata yang

sebenarnya terjadi.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang analisis daya saing komoditi udang

Indonesia. Dalam penelitian analisis daya saing ini hanya membahas mengenai

daya saing komoditi udang Indonesia, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan

strategi-strategi yang diperlukan dalam mendukung peningkatan daya saingnya.

Komoditi udang dalam penelitian ini adalah jenis udang beku dan tak beku pada

komoditi ekspor udang windu dan udang vanname. Sedangkan periode yang

dianalisis adalah dari tahun 1988 sampai 2007.

Page 29: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

12

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Pengertian Udang dan Klasifikasinya

Udang merupakan hewan yang hidup di perairan, terutama laut dan danau.

Umumnya udang dapat ditemukan di hampir semua genangan air yang berukuran

besar baik air tawar, air payau, maupun air asin pada kedalaman yang bervariasi,

baik di dekat permukaan hingga pada beberapa ribu meter pada kedalaman atau di

bawah permukaan air. Udang biasanya dijadikan makanan laut (seafood) dan juga

sebagai sumberdaya laut yang sangat potensial. Selain itu udang juga merupakan

salah satu hasil dari perikanan demersal yaitu perairan pantai sampai kedalaman

40 meter.

Komoditi udang biasanya dibudidayakan dalam bentuk tambak baik untuk

dikonsumsi oleh masyarakat domestik maupun untuk diekspor. Ada beberapa

jenis udang yang bernilai tinggi untuk diekspor seperti udang vanname dan udang

windu. Ada juga jenis udang yang biasanya untuk kebutuhan domestik seperti

udang galah, udang karang, banana shrimp (udang pisang), udang dogol, udang

jeblug serta bermacam-macam jenis udang lainnya.

Jenis udang yang sering dikonsumsi dan diolah yaitu udang yang masih

bermutu baik dan laku diekspor, harus memenuhi syarat-syarat utuh, belum ada

bagian-bagian yang patah atau lepas, kulit licin dan mudah meluncur diantara satu

dan lainnya, warna masih asli sesuai jenisnya dan belum berubah menjadi merah

muda, tidak terdapat bercak-bercak hitam (black spot) di kepala, sambungan ruas-

ruas, ekor, kaki renang dan sungut, mata bulat, hitam dan bening serta bercahaya,

Page 30: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

13

dagingnya masih kenyal dan manis rasanya, kulitnya kuat dan tidak mudah

mengelupas, bau segar, khas sesuai ukuran seragam dan jenisnya.

Pada siklus hidupnya, udang menjadi dewasa dan hanya mampu bertelur

di habitat air laut. Udang betina mampu menghasilkan telur dari 50.000 sampai 1

juta telur yang akan menetas setelah 1 hari menjadi larva (nauplius). Larva ini

kemudian bermetamorfosis pada tahap kedua menjadi zoea atau benih udang

(benur). Zoea hidup dengan memakan ganggang liar. Setelah itu ia

bermetamoorfosis lagi selama beberapa hari menjadi mysis4. Mysis hidup dengan

memakan ganggang dan zooplankton5. Kemudian pada tahap akhir, mysis akan

bermetamorfosis menjadi postlarvae, yaitu udang muda yang sudah memiliki ciri-

ciri hewan dewasa. Pada fase ini akan bermigrasi ke estuari, sebuah tempat yang

kaya akan nutrisi dan bersalinitas rendah. Di sanalah mereka akan mengalami

masa pertumbuhan menjadi udang dewasa. Setelah itu, udang dewasa akan

kembali menuju perairan terbuka agar semakin dewasa. Semua proses ini

menempuh waktu 12 hari dari mulai menetas. Setelah itu barulah udang mulai

dibudidaya dan siap diperdagangkan yang disebut dengan benur. Pada Tabel 2.1

dapat dilihat berbagai daerah yang berpotensi menghasilkan udang peneid6.

4 Mysis : Tahapan kedua dari metamorphosis (perubahan daur hidup) udang. 5 Zooplankton : Mikroorganisme perairan / laut yang menjadi nutrisi bagi semua biota perairan. 6 Peneid : Nama keluarga (family) dari udang.

Page 31: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

14

Tabel 2.1 Wilayah-Wilayah Berpotensi Penghasil Udang Peneid

Wilayah

Potensi (103 ton /

tahun)

Wilayah

Potensi (103 ton / tahun)

Perairan Selat

Malaka

346,64

Perairan Laut Maluku, Teluk

Tomini, dan Laut Seram

6,72

Perairan Laut Natuna dan Laut

Cina Selatan

116,17

Perairan Laut Sulawesi dan Laut Pasifik

214,57

Perairan Laut Jawa dan Selat Sunda

225,48

Perairan Laut Arafura

24,71

Perairan Laut Flores dan Selat

Makassar

437,39

Perairan Samudra Hindia

62,21

Perairan Laut Banda

- Perairan Indonesia

165,69

Sumber : Kusumastanto, 2007.

2.1.1 Udang Windu (Giant Tiger Shrimp)

Pada udang windu (Giant Tiger Shrimp) merupakan jenis udang yang

sudah biasa dibudidayakan dan merupakan ciri khas udang asli Indonesia. Udang

windu banyak ditemukan pada hampir semua perairan Indonesia, seperti perairan

laut Jawa, Selat Malaka, Laut Natuna, Laut Flores, dan lain-lain. Udang windu

pertumbuhannya sangat cepat dan dapat mencapai ukuran yang besar serta bila

dimasak warnanya akan berubah menjadi merah cerah yang membangkitkan

selera konsumen. Walaupun ada juga yang berwarna biru atau cokelat pada tubuh

aslinya. Karena itulah udang windu juga dikenal dengan sebutan Blue/Brown

Tiger Prawn.

Udang windu memiliki kulit tubuh yang keras dari bahan chitin. Warna

sekujur tubuhnya hijau kebiruan dengan motif loreng besar. Tubuhnya dibagi

Page 32: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

15

menjadi dua, yakni bagian cephalotorax yang terdiri atas kepala dan dada serta

bagian abdomen yang terdiri atas perut dan ekor. Cephalotorax dilindungi kulit

chitin yang tebal yang disebut karapas (carapace). Bagian depan kepala yang

menjorok merupakan kelopak kepala yang memanjang dengan bagian pinggir

bergerigi atau disebut juga dengan cucuk (rostrum). Rostrum di kepala memiliki

tujuh buah gerigi di bagian atas dan tiga buah gerigi di bagian bawah dengan

sepasang mata di bawah pangkal kepala. Berikut akan diuraikan klasifikasi atau

tatanama udang windu di bawah ini.

Klasifikasi Tata Nama Udang Windu

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Subfilum : Crustacea

Kelas : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Famili : Penaeidae

Genus : Penaeus

Spesies : Penaeus monodon

2.1.2 Udang Vanname (Pasific White Shrimp)

Pada udang vanname atau udang putih (Vannamei) merupakan spesies

udang budidaya Indonesia yang berasal dari perairan Amerika Tengah, tepatnya

pada negara-negara Amerika Tengah dan Selatan seperti Ekuador, Venezuela,

Page 33: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

16

Panama, Brazil, dan Meksiko yang sudah lama membudidayakan jenis udang

yang biasa disebut sebagai pacific white shrimp ini.

Udang vanname sendiri mulai masuk ke Indonesia dan dibudidayakan

pada awal tahun 2000an. Dimana masuknya udang vanname ini telah kembali

menggairahkan pertambakan udang Indonesia yang sempat mengalami kegagalan

budidaya karena serangan hama penyakit bintik putih (white spot). Pada waktu itu

penyakin bintik putih telah menyerang banyak tambak udang terutama pada udang

windu baik yang dikelola secara tradisional maupun intensif meskipun telah

memakai teknologi tinggi dengan fasilitas yang lengkap. Sampai saat ini udang

vanname sudah menjadi alternatif para pengusaha tambak udang untuk

meningkatkan produktivitasnya. Di daerah Lampung misalnya mulai banyak para

pengusaha tambak udang baik tradisional maupun semi intensif yang beralih pada

udang Pasifik putih ini7.

Tubuh udang vanname dibentuk oleh dua cabang yaitu bagian luar tubuh

udang (exopodite) dan bagian dalam tubuh udang (endopodite). Pada bagian

kepala udang vanname terdiri dari antenulla (sungut awal sebagai indera perasa),

antenna (sungut kedua sebagai sensor), mandibula (rahang atas), dan dua pasang

maxillae (rahang bawah). Selain itu juga bagian kepalanya juga dilengkapi 3

pasang maxilliped (organ makan di dekat maxilla) dan 5 pasang kaki berjalan

(peripoda) atau kaki sepuluh (decapoda). Maxilliped sudah mengalami modifikasi

dan berfungsi sebagai organ untuk makan. Pada peripoda bentuknya beruas-ruas

yang berujung di bagian dactylus (bagian ujung kaki udang). Dactylus ada yang

7 Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Papua. 2008. “DKP Pacu Produksi Udang Nasional”.

http://www.dkp-papua.com [7 Mei 2009].

Page 34: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

17

berbentuk capit (tiga kaki di bagian belakang) sedangkan tanpa capit (dua kaki di

bagian depan). Pada bagian perut (abdomen) terdiri dari enam ruas yang terdapat

5 pasang kaki renang dan sepasang uropods (mirip ekor) yang membentuk kipas

dengan nama telson. Berikut akan dijelaskan klasifikasi taksonomi udang

vanname.

Klasifikasi Tata Nama Udang Vanname

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Subfilum : Crustacea

Kelas : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Famili : Penaeidae

Genus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vannamei

2.2 Pengertian Daya Saing

Menurut Michael E. Porter (1990), daya saing diidentikkan dengan

produktivitas dimana tingkat output yang dihasilkan untuk setiap unit input yang

digunakan. Peningkatan produktivitas meliputi peningkatan jumlah input fisik

(modal dan tenaga kerja), peningkatan kualitas input yang digunakan dan

peningkatan teknologi (total faktor produktivitas). Pendekatan yang sering

digunakan untuk mengukur daya saing suatu komoditi dilihat dari dua indikator

yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif.

Page 35: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

18

Sedangkan menurut Simanjuntak dalam Febriyanthi (2008) daya saing

merupakan kemampuan suatu produsen untuk memproduksi suatu komoditi

dengan biaya yang cukup rendah sehingga harga-harga yang terjadi di pasar

internasional kegiatan produksi tersebut menguntungkan8. Sedangkan menurut

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam kamus Bahasa Indonesia tahun

1995, daya saing adalah kemampuan komoditi untuk memasuki pasar luar negeri

dan kemampuan untuk bertahan didalam pasar tersebut.

2.2.1 Konsep Keunggulan Komparatif

Hukum keunggulan komparatif pertama kali dijelaskan dalam buku yang

diterbitkan oleh David Ricardo yang berjudul Principles of Political Economy and

Taxation pada tahun 1817. Menurut hukum keunggulan komparatif tersebut

meskipun suatu negara mengalami kerugian atau ketidakunggulan absolut untuk

memproduksi dua komoditi jika dibandingkan dengan negara lain, namun

perdagangan yang saling menguntungkan masih dapat berlangsung. Hal ini dapat

terjadi jika salah satu negara berspesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor

komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih kecil (komoditi yang memiliki

keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut

lebih besar atau yang memiliki kerugian komparatif.

Hukum komparatif tersebut berlaku dengan beberapa asumsi, yaitu (1)

hanya terdapat dua negara dan dua komoditi, (2) perdagangan bersifat bebas, (3)

terdapat mobilitas tenaga kerja yang sempurna di dalam namun tidak ada

mobilitas antara dua negara, (4) biaya produksi konstan, (5) tidak ada biaya

8 Simanjuntak, B. 2008. “Pengertian Daya Saing Industri”. Febriyanthi [penerjemah].

http://www.google.com/pengertian-daya-saing-industri.pdf [7 Juni 2009].

Page 36: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

19

transportasi, (6) tidak ada perubahan teknologi, dan (7) menggunakan teori nilai

tenaga kerja. Asumsi satu sampai enam dapat diterima, tapi asumsi tujuh tidak

dapat berlaku dan seharusnya tidak digunakan untuk menjelaskan keunggulan

komparatif.

Para ahli ekonomi lainnya yaitu Eli Heckser dan Bertil Ohlin dalam buku

Salvatore (1996) menelaah sebab-sebab dan dampak keunggulan komparatif bagi

tiap negara dalam hubungan perdagangan terhadap pendapatan faktor produksi di

kedua negara. Teori Heckser-Ohlin menyatakan bahwa suatu negara memiliki

keunggulan komparatif dalam menghasilkan komoditi secara intensif

memanfaatkan kepemilikan faktor-faktorproduksi yang melimpah di negaranya.

Teori ini disebut juga sebagai teori keunggulan komparatif berdasarkan

kelimpahan faktor (factor endowment theory of comparative advantage) yang

mengasumsikan bahwa setiap negara memiliki kesamaan fungsi produksi,

sehingga faktor produksi yang sama menghasilkan output yang sama namun

dibedakan oleh harga-harga relatif faktor produksi tiap negara.

2.2.2 Konsep Keunggulan Kompetitif

Menurut Hady (2001), keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang

dimiliki oleh suatu negara atau bangsa untuk dapat bersaing di pasar

internasional9. Menurut Porter (1990), dalam persaingan global saat ini, suatu

bangsa atau negara yang memiliki competitive advantage of nation dapat bersaing

di pasar internasional bila memiliki empat faktor penentu dan dua faktor

9 Hadi, A. 2001. “Pengertian Keunggulan Kompetitif”. http://www.google.com/ pengertian-keunggulan-kompetitif.pdf [7 Juni 2009].

Page 37: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

20

pendukung. Empat faktor utama yang menentukan daya saing suatu komoditi

adalah kondisi faktor (factor condition), kondisi permintaan (demand condition),

industri terkait dan industri pendukung yang kompetitif (related and supporting

industry), serta kondisi struktur, persaingan dan strategi industri (firm strategy,

structure, and rivalry). Ada dua faktor yang mempengaruhi interaksi antara

keempat faktor tersebut yaitu faktor kesempatan (chance event) dan faktor

pemerintah (government). Secara bersama-sama faktor-faktor ini membentuk

sistem dalam peningkatan keunggulan daya saing yang disebut Porter’s Diamond

Theory.

1. Kondisi Faktor (Factor Condition)

Sumberdaya yang dimiliki suatu bangsa merupakan suatu faktor

produksi yang sangat penting untuk bersaing. Kondisi faktor atau faktor

input dalam analisis Porter ini merupakan variabel-variabel yang sudah

ada dan dimiliki oleh suatu cluster10 industri. Ada lima kelompok dalam

faktor sumber daya, yaitu : (1) sumberdaya manusia yang meliputi jumlah

tenaga kerja yang tersedia, kemampuan manajerial dan keterampilan yang

dimiliki, etika kerja dan tingkat upah yang berlaku. Dimana semuanya ini

sangat mempengaruhi daya saing nasional.

(2) Sumberdaya modal yang terdiri dari jumlah dan biaya yang

tersedia, jenis pembiayaan atau sumber modal, aksesbilitas terhadap

pembiayaan, serta kondisi lembaga pembiayaan dan perbankan. Selain itu

juga diperlukan peraturan-peraturan seperti peraturan keuangan, peraturan 10 Clusters : Pengelompokan industri-industri inti termasuk industri-industri terkait dan pendukung (hulu dan hilir), berbagai infrastruktur seperti infrastruktur ekonomi, informasi, teknologi, jasa penunjang, pelatihan, dan lainnya serta lembaga-lembaga yang terkait dengan industri tersebut.

Page 38: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

21

moneter dan fiskal untuk mengetahui tingkat tabungan masyarakat dan

kondisi moneter dan fiskal. (3) Sumberdaya alam atau fisik yang meliputi

biaya, aksesibilitas, mutu dan ukuran. Sumberdaya alam juga harus

meliputi ketersediaan air, mineral, energi serta sumberdaya pertanian,

perikanan dan kelautan, perkebunan, kehutanan serta sumberdaya lainnya

baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui.

Begitu juga kondisi cuaca dan iklim, luas wilayah geografis, kondisi

topografis, dan lain-lain.

(4) Sumberdaya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), merupakan

sumberdaya yang terdiri dari ketersediaan pengetahuan tentang pasar,

pengetahuan teknis, pengetahuan ilmiah yang menunjang dalam

memproduksi barang dan jasa. Selain itu ketersediaan sumber-sumber

pengetahuan dan teknologi dapat pula berasal dari perguruan tinggi,

lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga statistik, literatur bisnis

dan ilmiah, basis data, laporan penelitian, serta sumber pengetahuan dan

teknologi lainnya.

(5) Sumberdaya infrastruktur yang terdiri dari ketersediaan jenis,

mutu, dan biaya penggunaan infrastruktur yang mempengaruhi daya saing,

seperti halnya sistem transportasi, komunikasi, pos dan giro, sistem

pembayaran dan transfer dana, air bersih, energi listrik, dan lain-lain.

Adapun kelima kelompok sumberdaya tersebut sangat mempengaruhi daya

saing nasional.

Page 39: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

22

2. Kondisi Permintaan (Demand Condition)

Kondisi permintaan merupakan merupakan sifat dari permintaan pasar

asal untuk barang dan jasa industri. Kondisi permintaan ini sangat

mempengaruhi daya saing terutama mutu permintaan. Mutu permintaan

merupakan sarana pembelajaran bagi perusahaan-perusahaan untuk

bersaing secara global. Mutu permintaan juga memberikan tantangan bagi

perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya dengan memberikan

tanggapan terhadap persaingan yang terjadi.

Menurut Porter, kondisi permintaan dalam diamond model dikaitkan

dengan sophisticated and demanding local customer. Artinya semakin

maju suatu masyarakat dan semakin demanding pelanggan dalam negeri,

maka industri akan selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas produk

atau melakukan inovasi guna memenuhi permintaan pelanggan lokal yang

tinggi. Dalam hal ini kondisi permintaan tidak hanya berasal dari lokal

tetapi juga dari luar negeri karena adanya globalisasi.

3. Industri Terkait dan Industri Pendukung (Related and Supporting

Industry)

Keberadaan industri terkait dan pendukung (related and supporting

industry) akan mempengaruhi daya saing dalam hal industri hulu yang

mampu memasok input bagi industri utama dengan harga yang lebih

murah, mutu yang lebih baik, pelayanan yang cepat, pengiriman tepat

waktu dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan industri. Begitu pula

dengan industri hilir yang menggunakan produk industri utama sebagai

Page 40: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

23

bahan bakunya. Jika industri hilirnya berdaya saing global, maka dapat

menarik industri hulunya menjadi ikut berdaya saing pula.

Adapun manfaat industri pendukung dan terkait akan meningkatkan

efisiensi dan sinergi dalam clusters. Sinergi dan efisiensi dapat tercipta

terutama dalam transaction cost11, technology sharing12, informasi,

ataupun skills (keahlian dan keterampilan) tertentu yang dapat

dimanfaatkan oleh industri atau perusahaan lainnya. Selain itu dengan

adanya industri pendukung dan terkait maka akan meningkatkan

produktivitas yang dapat menciptakan daya saing.

4. Persaingan, Struktur dan Strategi Perusahaan (Firm Strategy,

Structure, and Rivalry)

Adanya tingkat persaingan bagi perusahaan akan mendorong

kompetisi dan inovasi. Persaingan dalam negeri mendorong perusahaan

untuk mengembangkan produk baru, memperbaiki produk yang telah ada,

menurunkan harga dan biaya, mengembangkan teknologi baru, dan

memperbaiki mutu serta pelayanan. Dalam hal ini, strategi perusahaan

dibutuhkan untuk memotivasi perusahaan atau industri untuk selalu

meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan dan selalu mencari inovasi

baru.

Struktur perusahaan atau industri dapat menentukan daya saing

dengan melakukan perbaikan dan inovasi. Dalam situasi persaingan, hal

ini juga akan berpengaruh pada strategi yang dijalankan perusahaan atau 11 Transaction Cost : Biaya-biaya transaksi dalam pembelian input pada proses produksi. 12 Technology Sharing : Berbagi pengetahuan tentang metode-metode teknologi yang digunakan pada proses produksi antar industri dalam suatu clusters.

Page 41: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

24

industri. Pada akhirnya persaingan di dalam negeri yang kuat akan

mendorong perusahaan untuk mencari pasar internasional.

5. Peran Pemerintah (Government)

Peran pemerintah akan berpengaruh terhadap faktor-faktor yang

menentukan tingkat daya saing. Pemerintah bertindak sebagai fasilitator

agar perusahaan dan industri semakin meningkatkan daya saingnya.

Pemerintah dapat mempengaruhi daya saing global melalui regulasi-

regulasi dan kebijakan yang memperlemah atau memperkuat faktor

penentu daya saing tersebut. Pemerintah juga dapat memfasilitasi

lingkungan industri yang mampu memperbaiki kondisi faktor daya saing

sehingga dapat berdaya guna secara efisien dan aktif.

6. Peran Kesempatan (Chance Factor)

Peran kesempatan berada di luar kendali perusahaan maupun

pemerintah untuk mempengaruhi daya saing. Hal-hal seperti

keberuntungan merupakan peran kesempatan, seperti penemuan baru yang

murni, biaya perusahaan yang konstan akibat perubahan harga minyak atau

depresiasi mata uang. Selain itu dapat juga terjadi karena peningkatan

permintaan produk industri yang lebih besar dari pasokannya atau kondisi

politik yang menguntungkan daya saing.

Page 42: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

25

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai daya saing pernah dilakukan oleh Kusumastanto

(2007)13 dengan judul Kebijakan dan Strategi Peningkatan Daya Saing Produk

Perikanan Nasional dengan menggunakan analisis RCA (Revealed Comparative

Advantage) untuk menunjukkan bagaimana pangsa produk atau komoditas

perikanan dalam keseluruhan ekspor Indonesia, dibandingkan dengan pangsa

produk sejenis pada pasar ekspor dunia. Berdasarkan hasil penelitian pada

komoditas udang atau jenis Crustacea nilai RCA mengalami penurunan yaitu

sebesar 2.2 pada tahun 2002 menjadi 2.1 pada tahun 2003, dan 1.4 pada tahun

2004. Jadi dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan kontribusi jenis udang

(crustacea) di perdagangan internasional mengalami penurunan tetapi masih

berdaya saing kuat karena nilai RCAnya lebih besar dari satu (RCA >1).

Mudjayani (2008) melakukan penelitian mengenai analisis daya saing

buah-buahan tropis Indonesia. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif

kualitatif yang dilakukan dengan menggunakan metode Porter’s Diamond untuk

menganalisis potensi, kendala, peluang dan keunggulan kompetitif buah-buahan

tropis Indonesia, serta analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode

RCA (Revealed Comparative Advantage) untuk mengukur posisi daya saing

buah-buahan tropis Indonesia. Selain itu untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi daya saing buah-buahan tropis digunakan metode regresi linear

berganda OLS (Ordinary Least Square). Berdasarkan hasil penelitian diketahui

bahwa buah-buahan tropis Indonesia memiliki keunggulan kompetitif (metode 13 Kusumastanto, T. 2007. “Kebijakan dan Strategi Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing

Produk Perikanan Nasional”. http://www.box.net/index.php? rm=box_ v2_download_ shared __file&blog&ile_id=f_90154791 [7 Mei 2009].

Page 43: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

26

Porter’s Diamond Theory) dan berdasarkan hasil perhitungan RCA, didapat nilai

RCA >1 yang berarti bahwa buah-buahan tropis Indonesia memiliki daya saing

yang kuat. Sementara itu pada hasil regresi berganda pada taraf nyata 10 persen

menunjukkan faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap daya saing buah-

buahan tropis Indonesia adalah nilai ekspor dan produktivitas, sedangkan faktor-

faktor berpengaruh negatif adalah harga ekspor dan dummy krisis.

Pada penelitian lain juga dilakukan oleh Efani dkk, tentang Analisis

Penawaran Udang Indonesia di Pasar Internasional14. Penelitian ini bertujuan

untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi udang

Indonesia, perilaku penawaran ekspor udang Indonesia ke negara-negara tujuan

ekspor utama serta mencari kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan

ekspor udang Indonesia. Penelitian ini menggunakan empat model fungsi

produksi/penawaran total udang dan fungsi penawaran ekspor udang dengan

metode Two Stage Least Squares (2SLS). Berdasarkan hasil penelitiannya

diketahui bahwa produksi udang Indonesia sangat dipengaruhi oleh produksi

udang pada tahun sebelumnya dan investasi di bidang perikanan, tetapi kurang

responsif terhadap harga udang domestik dan tingkat suku bunga rupiah. Selain

itu harga udang domestik dipengaruhi secara nyata dan positif oleh harga udang

domestik tahun sebelumnya dan harga udang dunia tetapi kurang dipengaruhi oleh

nilai tukar rupiah.

14 Efani, Anthon, Chandra dan Nuhfil Hanani. 2006. “Analisis Penawaran Udang Indonesia di

Pasar Internasional”. http://www.google.com/analisis-penawaran-udang-indonesia-di-pasar-internasional.pdf [18 Juni 2009].

Page 44: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

27

2.4 Kerangka Pemikiran

Indonesia sebagai negara yang memiliki wilayah perairan yang sangat luas

dan berpotensi dalam sumberdaya perairan yang begitu melimpah dalam

memenuhi kebutuhan manusia baik berupa pangan ataupun kebutuhan lainnya

sebagai pusat kekuatan ekonomi nasional dalam perdagangan global. Komoditas

udang merupakan komoditas sumberdaya perairan Indonesia yang sangat

potensial sebagai bahan makanan yang bergizi sekaligus memiliki nilai yang

tinggi dalam perdagangan dunia sehingga menjadi komoditas unggul nonmigas

yang berpeluang besar dalam menghasilkan devisa negara.

Indonesia memang masih menjadi salah satu negara penghasil dan

eksportir komoditas udang terbesar di dunia, disamping negara-negara lainnya

seperti Thailand, China, Malaysia, Vietnam, India, Pakistan, Filipina, Brazil dan

Ekuador. Sebenarnya komoditas udang Indonesia pun telah mampu memenuhi

permintaan pasar dunia seperti permintaan dari Amerika Serikat, Uni Eropa,

Jepang dan negara-negara lainnya. Namun dalam keunggulan seperti kualitas

ataupun daya saingnya masih dipertanyakan karena rendahnya pangsa ekspor

udang Indonesia seperti pada Tabel 1.2 dan masih terdapat berbagai masalah

eksternal pada ekspor udang Indonesia di pasar internasional. Karena itu

diperlukan daya saing yang tinggi untuk dapat mempertahankan bahkan

meningkatkan pangsa pasar dan peranannya dalam perdagangan internasional.

Berdasarkan hal tersebut maka tujuan dari penelitian “Analisis Daya Saing

Komoditi Udang Indonesia di Pasar Internasional” ini adalah menganalisis posisi

daya saing melalui keunggulan komparatif (menghitung nilai RCAnya) dan

Page 45: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

28

kompetitif (menggunakan Porter’s Diamond Theory) dari komoditas udang

Indonesia terutama udang windu dan udang vanname serta menganalisis faktor-

faktor yang mempengaruhi daya saing dan merumuskan strategi untuk

meningkatkan daya saing komoditi udang Indonesia di pasar internasional.

Pada analisis keunggulan komparatif menggunakan metode RCA

(Revealed Comparative Advantage). Pada RCA akan dijelaskan kekuatan daya

saing komoditas udang Indonesia secara relatif terhadap produk sejenis dari

negara lain (dunia) yang juga menunjukkan posisi komparatif Indonesia sebagai

produsen komoditas udang dibandingkan dengan negara-negara lainnya dalam

perdagangan internasional. Analisis kuantitatifnya adalah metode OLS (Ordinary

Least Square) untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing

komoditas udang Indonesia. Selain itu juga digunakan Teori Berlian Porter

(Porter’s Diamond Theory) untuk menganalisis keunggulan kompetitif komoditi

udang Indonesia. Dalam penelitian ini juga dilakukan analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi keunggulan kompetitif melalui komponen dalam Porter’s

Diamond Theory pada jenis udang yang diteliti yaitu udang windu dan udang

vanname. Adapun kerangka pemikiran konseptual dapat ditunjukkan pada

Gambar 2.1

Page 46: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

29

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Konseptual

Peluang Indonesia sebagai salah satu produsen dan

eksportir komoditi udang terbesar di pasar internasional

Ekspor komoditi udang Indonesia di pasar

internasional masih banyak berbagai kendala

Porter’s Diamond Theory

Revealed Comparative

Advantage (RCA)

Analisis Keunggulan Komparatif

OLS (Ordinary Least Square)

Analisis Daya Saing Komoditi Udang

Indonesia di Pasar Internasional

Posisi Daya Saing Komoditi Udang

Indonesia

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya

Saing Komoditi Udang Indonesia

Analisis Keunggulan Kompetitif

Strategi-Strategi Peningkatan Daya Saing

Komoditi Udang Indonesia

Page 47: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

30

2.5 Hipotesis

1. Nilai RCA komoditas udang Indonesia lebih besar dari satu (RCA > 1),

artinya Indonesia memiliki keunggulan komparatif pada komoditi udang

(di atas rata-rata dunia) sehingga komoditi tersebut berdaya saing kuat.

2. Indeks RCA komoditas udang Indonesia lebih besar dari satu (indeks RCA

> 1), artinya terjadi peningkatan RCA atau kinerja ekspor komoditi udang

Indonesia di pasar internasional pada tahun tersebut lebih tinggi daripada

tahun sebelumnya.

3. Pada variabel harga ekspor udang Indonesia berhubungan positif terhadap

daya saing komoditi udang Indonesia, semakin tinggi harga ekspor maka

semakin tinggi daya saing komoditi udang Indonesia.

4. Pada variabel volume ekspor udang Indonesia berhubungan positif

terhadap daya saing komoditi udang Indonesia, semakin tinggi volume

ekspor maka semakin tinggi daya saingnya.

5. Pada variabel harga input udang diduga berpengaruh positif terhadap daya

saing komoditas udang Indonesia, semakin tinggi harga input udang maka

akan meningkatkan harga ekspor yang menyebabkan peningkatan pada

daya saing komoditi udang Indonesia

6. Pada variabel nilai ekspor ikan tuna sebagai komoditi substitusi diduga

berpengaruh negatif terhadap daya saing komoditas udang Indonesia.

Peningkatan nilai ekspor ikan tuna karena kualitas yang lebih bagus akan

menggantikan nilai ekspor udang Indonesia yang lebih rendah sehingga

terjadi penurunan pada daya saing komoditi udang Indonesia.

Page 48: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

31

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa

deret waktu (time series) dengan periode waktu 19 tahun yaitu dari tahun 1989-

2007. Jenis data meliputi data harga ekspor udang Indonesia, volume ekspor

udang Indonesia, harga input udang Indonesia, nilai ekspor ikan tuna sebagai

komoditi subtitusinya, nilai ekspor seluruh komoditi Indonesia, nilai ekspor udang

dunia, dan nilai ekspor seluruh komoditi dunia. Adapun jenis udang yang diteliti

adalah udang beku dan tak beku pada jenis komoditi ekspor udang windu dan

udang vanname.

Data tersebut diperoleh dari Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP),

Departemen Perdagangan, Departemen Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS),

website UNComtrade, serta studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang

bersumber dari buku-buku dan literatur seperti perpustakaan di IPB dan sekitar

lingkungan IPB.

3.2 Metode Analisis Data

Analisis yang digunakan yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif.

Analisis kuantitatif untuk menjelaskan kekuatan daya saing keunggulan

komparatif yang dilakukan dengan analisis RCA (Revealed Comparative

Advantage). Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing

komoditi udang Indonesia (komoditas yang diteliti adalah udang beku dan tak

Page 49: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

32

beku pada jenis udang windu dan vanname), dengan metode regresi linear

berganda yaitu menggunakan model analisis OLS (Ordinary Least Square).

Sedangkan analisis deskriptif kualitatif untuk menjelaskan pengkajian potensi,

kendala, dan peluang yang berarti menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

keunggulan kompetitif komoditi udang Indonesia (dalam hal ini yang diteliti

adalah jenis udang windu dan udang vanname). Analisis dilakukan dengan

pendekatan Teori Berlian Porter (Porter’s Diamond Theory).

3.2.1 Analisis Daya Saing Revealed Comparative Advantage (RCA)

Untuk mengetahui daya saing komoditi udang di Indonesia dalam

penelitian ini digunakan analisis Revealed Comparative Advantage (RCA).

Metode RCA (Revealed Comparative Advantage) didasarkan pada suatu konsep

bahwa perdagangan antar wilayah sebenarnya menunjukkan keunggulan

komparatif yang dimiliki suatu wilayah. Variabel yang diukur adalah kinerja

ekspor suatu produk/komoditi terhadap total ekspor suatu wilayah yang kemudian

dibandingkan dengan pangsa nilai produk dalam perdagangan dunia.

RCA didefinisikan bahwa jika pangsa ekspor komoditi udang Indonesia di

dalam total ekspor komoditi dari suatu negara lebih besar dibandingkan pangsa

pasar ekspor komoditi udang di dalam total ekspor komoditi dunia, diharapkan

negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam produksi dan ekspor

komoditi udang. Apabila nilai RCA lebih besar dari satu berarti negara itu

mempunyai keunggulan komparatif (di atas rata-rata dunia) untuk komoditi udang

dalam penelitian ini artinya komoditas tersebut (komoditi udang Indonesia)

berdaya saing kuat. Sebaliknya jika nilai RCA lebih kecil dari satu berarti

Page 50: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

33

keunggulan komparatif untuk komoditas udang rendah (di bawah rata-rata dunia)

atau berdaya saing lemah.

Kinerja ekspor udang Indonesia (dalam penelitian ini jenis udang beku dan

tak beku pada komoditi ekspor udang windu dan udang vanname) terhadap total

ekspor Indonesia ke pasar dunia yang selanjutnya dibandingkan dengan pangsa

nilai ekspor udang dunia terhadap total nilai ekspor dunia, menggunakan rumus

RCA yaitu:

RCAij = X /XW /W

(3.1)

Dimana :

RCAij = Keunggulan komparatif (daya saing) Indonesia tahun ke t

Xij = Nilai ekspor komoditi udang Indonesia tahun ke t

Xis = Nilai ekspor seluruh komoditi Indonesia tahun ke t

Wj = Nilai ekspor komoditi udang di dunia tahun ke t

Ws = Nilai ekspor seluruh komoditi dunia tahun ke t

t = 1989,…….,2007

Nilai daya saing dari suatu komoditi ada dua kemungkinan, yaitu :

1. Jika nilai RCA > 1, berarti suatu negara memiliki keunggulan komparatif

di atas rata-rata dunia sehingga komoditi tersebut memiliki daya saing

kuat.

2. Jika nilai RCA < 1, berarti suatu negara memiliki keunggulan komparatif

di bawah rata-rata dunia sehingga suatu komoditi memiliki daya saing

lemah.

Page 51: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

34

Indeks RCA merupakan perbandingan antara nilai RCA sekarang dengan nilai

RCA tahun sebelumnya. Rumus indeks RCA adalah sebagai berikut :

Indeks RCA = RCA

RCA (3.2)

Dimana :

RCAt = Nilai RCA tahun sekarang (t)

RCAt-1 = Nilai RCA tahun sebelumnya (t-1)

t = 1989,………,2007

Nilai indeks RCA berkisar dari nol sampai tak hingga. Nilai indeks RCA

sama dengan satu berarti tidak terjadi kenaikan RCA atau kinerja ekspor udang

Indonesia di pasar internasional tahun sekarang sama dengan tahun sebelumnya.

Nilai indeks RCA lebih kecil dari satu berarti terjadi penurunan RCA atau kinerja

ekspor udang Indonesia di pasar internasional sekarang lebih rendah daripada

tahun sebelumnya.

Nilai indeks RCA lebih besar dari satu berarti terjadi peningkatan RCA atau

kinerja ekspor udang Indonesia di pasar internasional sekarang lebih tinggi

daripada tahun sebelumnya. Pendekatan Revealed Comparative Advantage (RCA)

merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukkan perubahan keunggulan

komparatif atau tingkat daya saing suatu komoditi di suatu negara.

3.2.2 Analisis Porter’s Diamond Theory

Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif Teori Berlian Porter

untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keunggulan kompetitif

Page 52: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

35

komoditi udang Indonesia secara deskriptif atau menggunakan tiap komponen

dalam Teori Berlian Porter (Porter’s Diamond Theory). Komponen tersebut

seperti ditampilkan pada Gambar 3.1

Sumber : Porter, 1990

Gambar 3.1 Porter’s Diamond Theory

a. Factor Condition (FC) yaitu keadaan faktor –faktor produksi

seperti Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia, Modal,

Infrastruktur dan IPTEK.

b. Demand Condition (DC) yaitu keadaan permintaan atas barang dan

jasa dalam negara.

c. Related and Supporting Industries (RSI) yaitu keadaan para

penyalur dan industri lainnya yang saling mendukung dan

berhubungan.

Factor Conditions

Related and Supporting Industries

Demand Conditions

Firm Strategy, Structure and

Rivalry

Chance Factor

Government Factor

Page 53: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

36

d. Firm Strategy, Structure, and Rivalry (FSSR) yaitu strategi yang

dianut perusahaan pada umumnya, struktur industri dan keadaan

kompetisi dalam suatu industri domestik.

Selain itu ada komponen lain yang terkait dengan keempat komponen

utama tersebut yaitu peran pemerintahan dan faktor kesempatan. Keempat faktor

utama dan dua faktor pendukung tersebut saling berinteraksi. Dari hasil analisis

komponen penentu daya saingnya selanjutnya ditentukan komponen yang menjadi

keunggulan dan kelemahan daya saing komoditi udang Indonesia. Keunggulan

tiap faktor dalam penentu daya saing komoditi udang dilambangkan dengan (+)

sedangkan kelemahan tiap faktor dalam komponen penentu daya saing komoditi

udang disimbolkan dengan (-). Hasil keseluruhan interaksi antar komponen yang

saling mendukung sangat menentukan perkembangan yang dapat menjadi

competitive advantage dari suatu komoditi.

3.2.3 Metode Regresi Linear Berganda OLS

Metode analisis yang digunakan untuk untuk menganalisis faktor-faktor

yang mempengaruhi keunggulan komparatif pada daya saing komoditi udang

Indonesia adalah regresi linear berganda dengan metode Ordinary Least Square

(OLS) atau metode kuadrat terkecil biasa. Metode OLS diperkenalkan oleh

seorang ahli matematika berkebangsaan Jerman yang bernama Carl Frederich

Gauss (Gujarati, 1978). Dengan asumsi-asumsi tertentu, metode OLS mempunyai

beberapa sifat statistik yang membuatnya menjadi satu metode analisis regresi

yang paling kuat (powerful) dan popular. Menurut Kuotsoyianis (1977), terdapat

beberapa kelebihan metode OLS seperti berikut :

Page 54: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

37

1. Hasil estimasi parameter yang diperoleh dengan metode OLS memiliki

beberapa kondisi optimal BLUE (Best Linear Unbiased Estimator);

2. Tata cara pengolahan data dengan metode OLS relatif lebih mudah

daripada metode ekonometrik yang lain, serta tidak membutuhkan data

terlalu banyak;

3. Metode OLS telah banyak digunakan dalam penelitian ekonomi dengan

berbagai macam hubungan antar variabel dengan hasil yang memuaskan;

4. Mekanisme pengolahan data dengan metode OLS mudah dipahami;

5. Metode OLS juga merupakan bagian dari kebanyakan metode

ekonometrik yang lain meskipun dengan penyesuaian di beberapa bagian.

Beberapa sifat penduga yang utama agar metode OLS dapat digunakan

adalah tidak bias, linier, dan efisien (varian minimum). Dalam penelitian ini untuk

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing udang Indonesia

dilihat dari harga ekspor udang, volume ekspor udang, harga udang domestik

produsen dan nilai ekspor komoditi substitusi. Secara matematis faktor-faktor

yang mempengaruhi daya saing komoditi udang Indonesia dapat ditulis sebagai

berikut :

DSt = f (PXt, QXt, PDXt, NIt) (3.3)

DSt = α + β1PXt + β2QXt + β3PDXt + β4NIt + εt (3.4)

Pada model logaritma naturalnya :

LnDSt = α + β1LnPXt + β2LnQXt + β3LnPDXt + β4LnNIt + εt (3.5)

Dimana :

α = Konstanta

Page 55: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

38

βt = Parameter yang diduga, dengan t =1,2,…..4

DSt = Daya saing udang Indonesia pada tahun ke t (nilai RCA)

PXt = Harga ekspor udang Indonesia periode ke t (dollar / ton)

QXt = Volume ekspor udang Indonesia periode ke t (ton / tahun)

PDXt = Harga domestik tingkat produsen (harga input) komoditi udang

(rupiah/tahun)

NIt = Nilai ekspor komoditi alternatif udang yaitu ikan tuna (dollar/tahun)

X = Komoditi udang Indonesia

I = Komoditi ikan tuna

εt = Error term pada periode ke t

t = Tahun ke t

3.2.4 Definisi Operasional Variabel dalam Model

1. Daya Saing

Daya saing komoditi udang Indonesia yang menjadi variabel tak bebas

dalam model di atas merupakan hasil olah dari nilai ekspor udang

Indonesia (dalam penelitian ini adalah udang beku dan tak beku pada

komoditi ekspor udang windu dan vanname) terhadap total ekspor

Indonesia ke pasar dunia yang selanjutnya dibandingkan dengan nilai

ekspor udang dunia terhadap total nilai ekspor dunia.

Page 56: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

39

2. Harga Ekspor Udang Indonesia

Harga ekspor udang Indonesia adalah harga ekspor udang beku dan tak

beku Indonesia yang diperoleh dari hasil pembagian antara nilai ekspor

udang tersebut secara keseluruhan pada periode ke t dengan volume

ekspor udang-udang tersebut pada periode yang sama. Variabel ini

menggambarkan harga udang Indonesia yang diterima oleh konsumen

pada harga dunia ditingkat tertentu.

3. Volume Ekspor Udang Indonesia

Volume ekspor merupakan jumlah komoditi udang yang diekspor dari

suatu negara ke negara lain. Dalam penelitian ini jumlah ekspor udang

Indonesia adalah jumlah komoditi ekspor pada udang beku dan tak beku

Indonesia.

4. Harga Input Udang Indonesia

Harga input udang Indonesia merupakan harga komoditi udang di tingkat

produsen di dalam negeri sebelum diekspor oleh perusahaan pengekspor.

Dalam penelitian ini digunakan komoditi jenis udang windu Indonesia.

5. Nilai Ekspor Ikan Tuna

Nilai ekspor ikan tuna sebagai komoditi substitusi merupakan nilai dari

penjualan ikan tuna yang dihasilkan oleh suatu negara ke negara lain.

Dalam penelitian ini digunakan komoditi ikan tuna sebagai substitusi

udang karena ikan tuna juga merupakan komoditas ekspor utama

perikanan Indonesia selain udang.

Page 57: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

40

3.2.5 Uji Kesesuaian Model

Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan bahwa

model yang dihasilkan adalah baik. Pada umumnya digunakan tiga kriteria

kesesuaian model seperti berikut.

1. Kriteria Ekonometrika

Pengujian dengan menggunakan kriteria ekonometrika didasarkan pada

pelanggaran asumsi yang digunakan dalam metode OLS. Hal-hal yang

dilihat dalam kriteria ekonometrika antara lain adalah multikolinearitas,

autokorelasi, heterokedastisitas dan normalitas.

A. Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan di

antara galat dalam persamaan regresi yang diperoleh. Jika kita

mengabaikan autokorelasi, maka akan berdampak terhadap pengujian

hipotesis dan proses peramalan. Autokorelasi terjadi pada serangkaian data

runtut waktu, dimana error term pada satu periode waktu secara sistematik

tergantung kepada error term pada periode-periode yang lain.

Konsekuensi adanya autokorelasi yaitu pada uji F dan t menjadi tidak

valid dan peramalan juga menjadi tidak efisien. Adapun uji autokorelasi

yang digunakan adalah uji Durbin-Watson Statistik. Sebelum melakukan

pengujian, harus menyusun hipotesis, yaitu :

H0 : Ada autokorelasi

H1 : Tidak ada autokorelasi

Page 58: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

41

Pengambilan kesimpulan bisa dilakukan dengan melihat apakah nilai

dari Durbin-Watson statistik mendekati nilai dua atau empat. Jika nilai dari

Durbin-Watson statistik mendekati nilai dua, maka tolak H0. Artinya tidak

terdapat autokorelasi dalam model regresi yang diperoleh (menerima

hipotesis H1). Tetapi jika nilai dari Durbin-Watson statistik mendekati

nilai empat, maka terima H0. Artinya terdapat autokorelasi dalam model

regresi yang diperoleh (menolak hipotesis H1).

B. Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi penting dalam model ekonomi klasik adalah nilai

varian dari variabel bebas yang sama (konstan) yang disebut dengan

homoskedastisitas. Apabila asumsi ini tak terpenuhi, maka nilai varian dari

variabel bebas tidak lagi bersifat konstan (berbeda) yang disebut dengan

heteroskedastisitas. Pengujian masalah heteroskedastisitas dilakukan

dengan menggunakan uji White Heteroskedasticity Test. Sebelum

melakukan pengujian sebaiknya membuat hipotesis, yaitu :

H0 : Homoskedastisitas

H1 : Heteroskedastisitas

Pengujian ini dilakukan dengan melihat Probability Obs* R-squared.

Apabila nilai Probability Obs*R-Squared lebih kecil dari taraf nyata

berarti terdapat heteroskedastisitas pada model atau menolak hipotesis H0,

tapi bila nilai Probability Obs*Rsquared lebih besar dari taraf nyata berarti

tidak ada gejala heteroskedastisitas pada model atau menerima hipotesis

H0. Diketahui taraf nyata atau α = 10%.

Page 59: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

42

C. Multikolinearitas

Untuk melihat ada tidaknya multikolinearitas dapat dilakukan dengan

cara melihat correlation matrix. Multikolinearitas dideteksi dengan

melihat koefisien korelasi antar variabel bebas. Jika korelasinya kurang

dari 0.8 (rule of thumbs 0.8) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

multikolinearitas. Tetapi jika nilai koefisien korelasinya lebih besar dari

0.8 maka dapat disimpulkan terdapat multikolinearitas dalam model.

Multikolinearitas yang dapat menyebabkan adanya pelanggaran terhadap

asumsi OLS adalah exact multicolinearity (multikolinearitas sempurna).

Jika dalam suatu model terdapat multikolinearitas sempurna maka akan

diperoleh nilai R2 yang tinggi tetapi tidak ada koefisien variabel dugaan

yang signifikan.

D. Normalitas

Uji ini dilakukan untuk memeriksa apakah error term mendekati distribusi

normal. Uji ini perlu dilakukan jika jumlah sampel yang digunakan kurang

dari 30 (n<30). Hipotesis pengujiannya adalah :

H0 : α = 0, error term terdistribusi normal.

H1 : α ≠ 0 error term tidak terdistribusi normal.

Wilayah kritis penolakan HO adalah Jarque Bera > X2df-2 atau probabilitas

(p-value) < α, sedangkan daerah penerimaan adalah Jarque Bera < X2df-2 atau

probabilitas (p-value) > α. Jika H0 ditolak maka disimpulkan error term tidak

terdistribusi normal, sedangkan jika H0 diterima maka disimpulkan bahwa

error term terdistribusi normal.

Page 60: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

43

2. Kriteria Statistika

Ada beberapa uji yang digunakan untuk menentukan kesesuaian model

regresi yang telah didapat secara statistika.

A. Uji F

Uji F digunakan untuk menguji bagaimanakah pengaruh seluruh variabel

independent terhadap variabel dependennya. Hipotesis pengujiannya yaitu:

H0 : β1 = β2 = …. = βt = 0 (tidak ada variabel independent yang

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen).

H1 : Minimal ada satu β1 yang tidak sama dengan 0 (paling tidak ada satu

variabel independent yang berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen).

Jika probability f-statistic < taraf nyata (α), maka tolak H0 dan simpulkan

minimal ada satu variabel independen yang mempengaruhi variabel

dependennya. Sebaliknya jika probability f-statistic > taraf nyata (α), maka

terima H0 dan tidak ada variabel independent yang mempengaruhi

variabel dependen.

B. Uji t

Uji t disebut sebagai uji signifikansi variabel secara parsial karena melihat

signifikansi masing-masing variabel yang terdapat di dalam model.

Besaran yang digunakan dalam uji ini adalah statistik t. Hipotesisnya :

H0 : β1 = 0 t = 1,2,..,n

H1 : βt ≠ 0

Perhitungan statistik menggunakan rumus : t = β` β

β dimana :

Page 61: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

44

β` = Parameter Dugaan

βt = Parameter Hipotesis

Se β = Standart error parameter β

Jika statistik t yang didapat pada taraf nyata sebesar α lebih besar daripada

t-Tabel (t stat > t-Tabel), maka tolak H0. Kesimpulannya koefisien dugaan β

tidak sama dengan 0 dan variabel yang diuji berpengaruh nyata terhadap

variabel tak bebas. Sebaliknya jika statistik t lebih kecil daripada t-Tabel (t stat

< t-Tabel) pada taraf nyata sebesar α, maka terima H0. Kesimpulannya

koefisien dugaan β sama dengan 0 dan variabel yang diuji tidak berpengaruh

nyata terhadap variabel tak bebas. Model yang digunakan akan semakin baik

jika semakin banyak variabel bebas yang signifikan atau berpengaruh nyata

terhadap variabel tak bebasnya.

3. Kriteria Ekonomi

Pada kriteria ekonomi dilakukan pengujian pada tanda dan besarnya

pengaruh atau signifikansi pada variabel-variabel independennya terhadap

variabel dependennya apakah sesuai dengan teori-teori ekonomi atau tidak.

Apabila sesuai dengan teori-teori ekonomi maka variabel-variabel tersebut

dapat dikatakan baik secara ekonomi.

Page 62: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

45

IV. GAMBARAN UMUM KOMODITI UDANG INDONESIA

4.1 Industri Udang Indonesia

Udang merupakan salah satu produk unggulan Indonesia dalam sektor

perikanan. Besarnya potensi tambak udang nasional dan tingginya permintaan

pasar dunia terhadap komoditi udang Indonesia merupakan peluang yang sangat

besar sebagai sumber devisa negara. Diketahui berdasarkan Departemen

Perdagangan (2009) bahwa realisasi ekspor udang Indonesia meningkat dari

tahun 2005 yang sebesar US$ 806.580.000 menjadi US$ 943.998.000, begitu

juga pada tahun 2007 sebesar US$ 791.854.000 meningkat menjadi

1.055.805.000 sampai akhir bulan Agustus 2008. Hal ini menunjukkan

penerimaan ekspor udang memang sangat besar sebagai devisa negara. Karena

itu para petambak nasional dan eksportir (perusahaan-perusahaan pengekspor)

selalu berupaya meningkatkan produktivitasnya dari tahun ke tahun baik untuk

memenuhi permintaan domestik maupun mancanegara.

Sebuah megaproyek industri budidaya udang pertama dan terbesar di

Indonesia pertama kali dibangun pada tahun 1989 dengan konsep tambak inti

rakyat (TIR) dan menghimpun puluhan ribu tenaga kerja15. Tambak ini dikenal

dengan PT Dipasena Citra Darmaja (DCD) yang kini berganti nama menjadi PT

Aruna Jaya Sakti. DCD membangun tambak di areal konsesi seluas 16.250

hektar dari 30.000 hektar cadangan yang diberikan Pemda Propinsi Lampung

dengan 16 blok. DCD juga membangun infrastruktur besar seperti 7 areal

15 Bank Indonesia. 2009. “Boks: Menanti Kebangkitan Dipasena”. http://www.google.com/boks2-

menanti-kebangkitan-dipasena.pdf [20 Mei 2009].

Page 63: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

46

infrastruktur seluas 753.28 hektar dan infrastruktur Tata Kota seluas 1000

hektar. Selain itu DCD juga membangun darmaga ekspor khusus untuk

pengapalan ekspor udang ke mancanegara.

Sejak beroperasinya DCD di Lampung, sumbangan devisa dari tahun

1995-1998 selalu meningkat. Kontribusi nyata telah dilakukan DCD untuk

mengangkat citra Indonesia dimata pelaku bisnis internasional dimulai lewat

panen perdana pada tahun 1990. Tercatat devisa negara yang disumbangkan

oleh Dipasena mencapai 3 juta dolar AS. Tahun 1991, mampu membukukan

sebesar 10 juta dolar AS. Disusul 30 juta dolar AS pada tahun 1992. Dan

puncaknya pada tahun 1995 hingga 1998 menghasilkan 167 juta dolar AS.

Kemudian pada tahun 1991 terjadi peningkatan produksi sebesar 1 ton udang

windu yang melonjak menjadi 11.068 ton pada 1994. Setahun kemudian naik

menjadi 16.250 ton. Pasar ekspornya pun meliputi Jepang, AS dan negara-

negara di Eropa. Citra Indonesia di mata dunia, pada tahun 1997, sempat

terangkat sebagai produsen udang terbesar kedua di dunia.

Namun kejayaan DCD telah terhenti saat terjadinya krisis ekonomi

moneter berkepanjangan pada awal tahun 1998 dan mencapai puncaknya pada

awal tahun 2000-an. Selain karena masalah eksternal, juga terjadi masalah

internal pada industri tersebut yang berdampak seluruh aktivitas usaha terhenti

dan 12 ribu orang petani plasma kehilangan pekerjaannya serta terjadi

kebangkrutan industri DCD. Karena krisis ekonomi yang berkepanjangan

membuat pemerintah melalui BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional)

berusaha menyelamatkan DCD melalui Konsorsium Recapital dengan

Page 64: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

47

memberikan dana talangan kredit kepada DCD. Tetapi usaha tersebut juga tak

berhasil sampai akhirnya pemerintah menjual Dipasena Grup melalui lelang

terbuka. Ada empat investor yang menjadi peserta tender Dipasena, yaitu

Konsorsium Laranda (Filipina), PT Central Proteinaprima (kelompok Chakroen

Phokphand Thailand), Thai Royal (Thailand) dan PT Kemila International

Holding Co (Indonesia). Akhirnya pemerintah memutuskan Konsorsium

Neptune sebagai pemenang tendernya, dimana Konsorsium Neptune juga masih

di bawah PT. Central Proteinaprima (Chakroen Phokpand Thailand). Sejak saat

itu PT Dipasena (PT Aruna Wijaya Sakti) berada di bawah PT Central

Proteinaprima (kelompok Chakroen Phokpand Thailand).

Industri Chakroen Phokpand Group sendiri berdiri pada tahun 1972 yang

merupakan suatu industri terbesar di kawasan Asia Tenggara pada sektor

budidaya udang (akuakultur) dan berbagai sektor agribisnis lainnya. Kegiatan

usahanya meliputi produksi, distribusi, pengolahan produk-produk perikanan

dan peternakan termasuk dalam hal industri penyediaan pakan. Industri tambak

paling besar di Asia Tenggara ini menjadikan AS sebagai pasar utamanya dan

menguras 50% udang Indonesia. Salah satu cabang perusahaannya di Indonesia

adalah PT Central Proteinaprima Tbk yang juga menjadi produsen dan pengolah

udang yang terintegrasi secara vertikal terbesar di Indonesia. Diketahui sampai

September 2008, dari 100.000 ton ekspor udang per tahun sebanyak 50%

dikirim ke pasar AS, 30% pasar Jepang dan 20% Uni Eropa. Hal inilah yang

menjadikan industri Chakroen Phokpand menjadi industri berstruktur monopoli

dalam sektor budidaya udang di Asia Tenggara. Begitu pula dengan PT Central

Page 65: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

48

Proteinaprima yang menguasai lebih dari 50.000 hektar tambak di Lampung dan

Sumatera Selatan yang terbagi dalam tiga tambak intensif modern yaitu PT

Central Pertiwi Bahari (CPB) dengan 3.520 tambak (12% milik perusahaan inti

dan 88% plasma), PT Wachyuni Mandira (WM) dengan 4.709 tambak (65%

milik perusahaan inti dan 35% plasma), dan PT Aruna Wijaya Sakti (AWS)

dengan 5.908 tambak (100% plasma)16.

Komoditi udang Indonesia dihasilkan dari kegiatan budidaya tambak

(70%) dan penangkapan perairan laut (30%). Pada produksi udang Indonesia

sebanyak 95% diekspor, sedangkan 5% sisanya dipasarkan dalam negeri

terutama untuk pasar-pasar besar (supermarket). Sampai saat ini pengadaan

udang melalui kegiatan budidaya lebih banyak dilakukan oleh usaha kecil

(rakyat) maupun industri, sebaliknya penangkapan perairan laut berkurang.

Daerah usaha penghasil udang utama Indonesia berada di perairan Jawa dan

Sumatera, Papua, sebagian Maluku, Kalimantan, dan Sulawesi Selatan. Dari

seluruh daerah tersebut, Lampung merupakan daerah penghasil utama udang

Indonesia, dimana jumlah produksinya adalah 40% dari total produksi udang

nasional. Lampung pula yang menjadi pelopor budi daya udang nasional

berskala dunia seperti yang dilakukan PT Dipasena dan PT Cental Pertiwi

Bahari. Pada nilai ekspor udang terbesar pada empat propinsi Indonesia dapat

dilihat pada Tabel 4.1.

16 Saragih, M.N. 2008. “Rekam Jejak Krisis Keuangan Global Terhadap Sektor Perikanan

Indonesia”. [Infosheet KIARA-Fisheries Justice Coalition]. http://www.kiara.or.id/images/stories/Rekam-Jejak-Krisis-Keuangan-Global-Terhadap-Sektor-Perikanan-Indonesia.pdf [20 Juni 2009].

Page 66: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

49

Kini telah terdaftar 182 perusahaan eksportir udang di seluruh wilayah

Indonesia (Depdag, 2009). Pada umumnya beberapa eksportir besar Indonesia

seperti PT Dipasena dan PT. Central Proteinaprima memproduksi frozen shrimp

dan hanya sedikit yang memproduksi udang tak beku dan udang olahan seperti

PT.Tri Kusuma Graha di Jakarta yang memproduksi Canned Shrimph (udang

dalam kaleng). Adapun mayoritas produksi udang Indonesia berupa produk

udang beku 90% serta udang tak beku dan olahan sebesar 10% (Depdag, 2006).

Tabel 4.1 Empat Propinsi Penghasil Nilai Ekspor Udang Terbesar Indonesia

Tahun

Empat Propinsi Nilai Ekspor Udang Terbesar Indonesia (US$)

Lampung DKI Jakarta Jawa Timur Sulawesi Selatan

2005 124.029.784 130.506.599 321.225.017 445.521.354

2006 193.769.358 118.344.741 362.130.880 6.204.272

2007 159.383.427 10.204.062 377.401.780 42.389.429

*2008 291.757.202,43 50.453.015 399.498.563 53.761.317,71

Sumber : Statistik Ekspor DKP, 2009 * Data sementara dari Pusat Pengolahan Hasil Laut DKP

Pada Tabel 4.1 diketahui bahwa pada tahun 2005 propinsi Sulawesi Selatan

menghasilkan nilai ekspor udang terbesar di antara propinsi-propinsi lainnya,

yaitu sebesar US$ 445.521.354. Sedangkan pada tahun 2006 dan 2007 penghasil

nilai ekspor terbesar dipegang oleh Jawa Timur yaitu sebesar US$ 362.130.880

pada tahun 2006 dan sebesar US$ 377.401.780 pada tahun 2007. Pada data

sementara juga diketahui bahwa propinsi Jawa Timur menghasilkan nilai ekspor

terbesar yaitu US$ 399.498.563 pada tahun 2008.

Keberadaan industri pengolahan udang memiliki peran penting untuk

meningkatkan nilai tambah komoditas ekspor. Dalam persaingan pasar global

yang semakin ketat dan terjadinya penurunan harga udang sekitar 5% dalam

Page 67: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

50

lima tahun terakhir, peningkatan nilai tambah komoditas melalui jaminan mutu

dan pengolahan udang memberikan keuntungan yang lebih besar bagi produsen

maupun industri pengolah. Pada Gambar 4.1 diperlihatkan perbedaan harga

komoditas udang segar, udang beku hasil sortasi maupun udang olahan

berdasarkan data World Bank tahun 2007, dimana harga udang olahan memiliki

harga yang paling tinggi.

Sumber: World Bank, 2007

Gambar 4.1 Harga komoditas udang segar, udang beku, dan udang olahan di Pasar Internasional

Berdasarkan Gambar 4.1 diketahui bahwa produk udang olahan memiliki

harga ekspor tertinggi daripada produk lainnya yaitu sebesar US$ 6 per kg. Pada

peringkat kedua diduduki oleh produk udang beku dengan harga ekspor sekitar

US$ 5,5/kg sedangkan produk udang segar berada pada posisi terakhir dengan

harga US$ 4 / kg.

US$

/kg

Udang Segar

Udang Beku

Udang Olahan

Page 68: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

51

4.2 Jenis Udang dan Pasar-Pasar Ekspor Udang Indonesia

Pada umumnya jenis udang yang banyak diperdagangkan adalah

kelompok nomor HS.0306 yang meliputi udang White Shrimp, Banana Shrimp

dan Black Tiger Shrimp17. Sedangkan bentuk udang yang diekspor yaitu Fresh18,

Frozen19, Cooked20 dan Peeled21. Dilihat dari bentuknya produk udang yang

diekspor 90% adalah dalam bentuk frozen dan 10% not frozen. Berikut akan

dijelaskan perbedaan antara udang tak beku dan udang beku.

1. Udang Tak Beku (Udang Segar)

Udang segar atau udang hidup harganya lebih rendah dibandingkan udang

olahan lain. Hal ini disebabkan udang segar merupakan bahan mentah

yang benar-benar segar dan akan menghasilkan produk olahan udang yang

bermutu tinggi. Udang segar dikemas dalam poliuretan22. Adapun ciri-ciri

udang segar adalah permukaannya basah mengkilap dan memiliki tekstur

yang kenyal dan beraroma khas. Udang segar sangat sedikit produksinya

di Indonesia. Beberapa eksportir yang memproduksi udang segar adalah

PT Bunyamin Brothers dan CV Dama Persada di Jakarta.

2. Udang Beku

Udang beku dihasilkan dengan menempatkan udang yang sudah

dibersihkan (dihilangkan kepalanya) di dalam ruang penyimpanan beku (-

40°C) selama kurang lebih empat jam, selanjutnya disimpan dalam

17 Black Tiger Shrimph : Komoditi udang windu. 18 Fresh : Komoditi udang segar. 19 Frozen : Komoditi udang beku. 20 Cooked : Komoditi udang beku yang sudah dimasak atau direbus dengan waktu sekitar 15 detik. 21 Peeled : Komoditi udang beku yang sudah dikupas kulitnya dan dipotong kepalanya. 22 Poliuretan : Larutan kimia yang digunakan sebagai bahan pengawet udang segar.

Page 69: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

52

ruangan dengan suhu minus 25°C dengan fluktuasi 10°C. Pembersihan

sangat diperlukan untuk menghindari kerusakan akibat kontaminasi

mikroba pembusuk. Udang beku (frozen shrimp) sangat mendominasi

produksinya di Indonesia. Beberapa eksportir yang memproduksi udang

beku adalah PT Dipasena Citra Darmaja, PT Centralproteinaprima (PT

Centralpertwi Bahari), PT Naga Mas Sakti Perkasa di Jakarta, PT Buana

Tirta Adijaya dan PT Indorasa Central Coop Seafoods di Jawa Timur, PT

Growth Pacific di Sumatera Utara dan sebagainya.

Pada pasar utama ekspor udang Indonesia terdiri dari negara Jepang (60% dari

total ekspor), Amerika Serikat (16,5%) dan Uni Eropa (sekitar 12,5%). Berikut

akan dijelaskan pasar-pasar ekspor udang Indonesia.

1. Jepang

Jepang adalah negara tujuan ekspor udang nomor satu Indonesia. Karena

mayoritas masyarakatnya sangat menyukai seafood terutama udang (selain

ikan), menyebabkan permintaan ekspor udang Indonesia terus meningkat

di pasar Jepang. Pangsa pasar atau share Indonesia di pasar Jepang pada

tahun 2005 adalah sebesar 20,44%. Volume rata-rata ekspor udang

Indonesia ke Jepang dalam kurun lima tahun (2001-2005) adalah 52.831

ton dengan nilai US$ 504.365.865 atau 49,17% dari total volume ekspor

udang Indonesia. Pada tahun 2005 pula Indonesia menjadi urutan kedua

eksportir udang di pasar Jepang setelah Vietnam sebesar 23,17%.

Kemudian disusul India dengan share 10,25%, China 8,35%, dan Thailand

dengan share 7,47% (lima negara pemasok utama).

Page 70: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

53

2. Amerika Serikat

Secara umum, AS merupakan pangsa pasar terbesar semua negara pada

seluruh komoditi secara umum. Karena daya beli masyarakatnya yang

tinggi dan cenderung konsumtif, membuat permintaan ekspor udang

Indonesia amat diminati. Perkembangan nilai ekspor udang Indonesia di

AS pada tahun 2006 sebesar US$ 353.369 meningkat menjadi US$

380.052 di tahun 2007. Diketahui sampai bulan Agustus 2008 pangsa

pasar Indonesia di AS sebesar 12% pada urutan kedua dari tujuh negara.

Urutan pertamanya adalah Thailand dengan share 13%.

3. Uni Eropa

Uni Eropa merupakan kawasan perdagangan yang sangat strategis dan

potensial bagi negara-negara di dunia. Dengan diselimuti iklim yang

subtropis pada negara-negara di dalamnya membuat masyarakatnya sangat

akrab dengan komoditi-komoditi perikanan, seperti udang. Di samping

permintaan yang cukup tinggi akan udang, masyarakat Eropa senang

dengan produk udang karena citarasanya yang sangat lezat dan dapat

diolah dalam berbagai bentuk makanan siap saji. Karena itu, Indonesia

menjadi salah satu eksportir udang terbesar di Uni Eropa. Pada tahun 2007

perkembangan ekspor udang Indonesia di Uni Eropa sebesar 35,73% di

Inggris, 27,92% di Belgia, 12,76% di Perancis, 7,92% di Belanda dan

6,75% di Jerman. Indonesia juga menempati posisi ke-6 sebagai pemasok

udang ke Uni Eropa dengan nilai ekspor € 99.471.880 pada pangsa 4,67%

dari total impor Uni Eropa yang senilai € 2,13 milyar. Lima negara lainnya

Page 71: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

54

adalah Ekuador (11,54%), India (11,43%), Argentina (11,18%),

Bangladesh (8,09%) dan China sebesar 5,76%. Adapun trend ekspor

udang Indonesia di pasar Uni Eropa pada tahun 2003-2007 mengalami

penurunan sebesar 3,01%.

Page 72: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

55

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Daya Saing Komoditi Udang Indonesia (Analisis RCA)

Analisis daya saing komoditi udang Indonesia di pasar dunia

menggunakan pendekatan Revealed Comparative Advantage (RCA). Metode ini

didasarkan pada konsep perdagangan antarwilayah yang sebenarnya menunjukkan

keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu negara. Metode ini diukur

berdasarkan kinerja ekspor komoditi udang beku dan tak beku Indonesia terhadap

total ekspor seluruh komoditi Indonesia dibandingkan dengan kinerja ekspor

udang beku dan tak beku dunia terhadap total ekspor seluruh komoditi dunia.

Perhitungan RCA dapat didefinisikan jika pangsa ekspor komoditi udang

Indonesia dalam total ekspor komoditinya lebih besar daripada pangsa ekspor

komoditi udang dunia dalam total ekspor komoditinya maka negara tersebut

memiliki keunggulan komparatif dalam produksi dan ekspor komoditi udang.

Dalam hal ini jika nilai RCA lebih besar dari 1 (RCA > 1) berarti komoditi udang

Indonesia di atas rata-rata dunia dan Indonesia mempunyai keunggulan

komparatif dalam komoditi udang dan berdaya saing kuat. Tetapi jika nilai RCA

kurang dari satu (RCA < 1) berarti komoditi udang Indonesia berada di bawah

rata-rata dunia dan Indonesia tidak mempunyai keunggulan komparatif dalam

komoditi udang dan berdaya saing lemah. Hasil analisis daya saing komoditi

udang Indonesia (udang beku dan tak beku) dapat diperlihatkan pada Tabel 5.1

berikut.

Page 73: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

56

Tabel 5.1 Daya Saing Udang Beku dan Tak Beku Indonesia Periode 1989-2007

Tahun RCA Udang Tahun RCA Udang

1988 - 1998 14,12 1989 12,35 1999 14,04 1990 11,63 2000 12,45 1991 11,50 2001 12,92 1992 10,19 2002 12,71 1993 10,70 2003 13,15 1994 12,23 2004 12,47 1995 12,81 2005 11,42 1996 12,94 2006 12,01

1997 12,67 2007 12,62 Sumber : Un Comtrade, 2009 (diolah)

Keterangan : RCA > 1 : Berdaya saing kuat

RCA < 1 : Berdaya saing lemah

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa pada tahun 1989-1993

komoditi udang beku dan tak beku Indonesia berdaya saing kuat karena terlihat

dari nilai RCAnya yang lebih besar dari satu hanya saja berkurang nilainya dari

12,35 pada tahun 1989 sampai menjadi 10,70 pada tahun 1993. Hal ini mungkin

disebabkan oleh penurunan kualitas udang Indonesia di pasar Jepang akibat

penyakit. Adapun pada waktu itu munculnya jenis penyakit bintik-bintik putih

(White Spot Syndrome) yang menyerang komoditas udang windu Indonesia

sehingga menurunkan kinerja ekspor udang Indonesia dan membuat daya saing

komoditi udang Indonesia menjadi berkurang.

Pada tahun 1994-1999 nilai RCA komoditi udang kembali meningkat

sampai tahun 1999 yang nilainya sebesar 14,04 dan masih berdaya saing kuat

Page 74: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

57

karena bertambahnya pasar ekspor udang Indonesia yaitu selain diekspor ke

Jepang juga diekspor ke AS dan Uni Eropa. Diketahui pada periode tersebut mulai

terjadinya krisis ekonomi dimana terdepresiasinya nilai tukar rupiah dari level Rp

2.400/US$ pada tahun 1997 sampai ke level Rp 14.900/US$ pada tahun 1998 dan

terjadinya kelumpuhan pada sektor industri dan lembaga-lembaga keuangan di

Indonesia. Tetapi walaupun terjadi krisis ekonomi, nilai daya saing komoditi

udang tidak anjlok, bahkan semakin meningkat sehingga krisis ekonomi tidak

berpengaruh terhadap komoditi udang Indonesia. Hal ini disebabkan pada krisis

ekonomi 1997 tersebut hanya berimbas pada perekonomian negara-negara di Asia

tetapi tidak berpengaruh pada negara-negara pada pasar ekspor udang Indonesia

seperti AS atau Uni Eropa sehingga permintaan ekspor udang Indonesia bisa tetap

meningkat.

Pada tahun 2000-2002 nilai RCA Indonesia cenderung stagnan atau tetap,

yaitu sebesar 12,45 pada tahun 2000, 12,92 pada tahun 2001 dan sebesar 12,71

pada tahun 2002. Hal ini mungkin disebabkan masih lesunya ekspor udang

Indonesia karena adanya wabah White Spot Syndrome yang menyerang komoditi

udang windu Indonesia. Hal ini ditambah dengan adanya penetapan larangan dari

pasar ekspor AS dan Eropa pada tahun 2002 untuk negara-negara produsen yang

udangnya mengandung Chloraphenicol dan Nitrofurant seperti India dan Pakistan

yang berakibat peralihan ekspor udang negara-negara tersebut ke pasar Jepang.

Akibatnya persaingan pasar ekspor udang di Jepang semakin ketat dan daya serap

Indonesia di pasar ekspor Jepang menjadi berkurang. Akibatnya nilai ekspor

udang turun sekitar 30-40% diikuti oleh harga ekspor yang juga berkurang sekitar

Page 75: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

58

20%23. Meskipun begitu diketahui bahwa komoditi udang Indonesia masih tetap

berdaya saing kuat karena lebih besar dari satu.

Pada tahun 2003-2005 juga terjadi penurunan pada nilai RCA komoditi

udang Indonesia dari 13,15 pada tahun 2003 sampai pada nilai 11,42 pada tahun

2005. Hal ini disebabkan karena adanya standarisasi yang ditetapkan Uni Eropa

yang memberatkan negara-negara pengekspor udang24. Standarisasi itu melarang

tidak boleh adanya binatang di lokasi tambak, pakaian pekerja harus rapi dan

bersih, pekerja tidak boleh sakit, dalam air tambak tidak boleh ada bakteri

salmonela (bakteri yang ada di dalam air) dan tidak boleh memakai antibiotik.

Menurut Kasubdit Pola Pengembangan Produksi Dirjen Perikanan Budidaya,

Chaery Novari, standarisasi itu tidak mungkin semuanya dapat dipenuhi petambak

udang Indonesia karena pada umumnya sebagian besar dari 300 ribu ha total luas

lahan tambak Indonesia para pekerjanya makan, tidur dan hidup sehari-hari di

tambak. Hal ini mengakibatkan penolakan 10 kontainer udang dari Sumatera

Utara di pelabuhan Brussels, Belgia. Meskipun mengalami penurunan daya saing,

komoditi udang Indonesia masih dapat dikatakan kuat.

Terakhir pada tahun 2006-2007 terjadi peningkatan daya saing komoditi

udang Indonesia karena terjadi peningkatan nilai RCA dari sebesar 11.42 pada

tahun 2005, menjadi 12,01 pada tahun 2006 dan 12,62 pada tahun 2007. Hal ini

mungkin disebabkan terjadinya peningkatan kinerja ekspor komoditi udang

Indonesia karena adanya perkembangan budidaya jenis udang baru yang tahan

23 Srihartini, R. 2002. “Dollar Turun, Eksportir Udang Menjerit”.

http://www.tempointeraktif.com/brk,20020616-05,id.html [8 Mei 2009]. 24 Rusdi. 2007. “Indonesia Andalkan FAO Atasi Masalah Budidaya Udang”.

http://forum.kapanlagi.com/Indonesia-Andalkan-FAO-Atasi-Masalah-Budidaya-Udang/0000166668.html [12 Juni 2009].

Page 76: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

59

terhadap penyakit bintik putih (White Spot Syndrome) yaitu jenis udang vanname

yang mulai masuk ke Indonesia pada tahun 2001. Udang vanname ini ditetapkan

sebagai jenis benih unggul baru untuk diekspor dan untuk sementara

menggantikan jenis udang windu Indonesia.

Berdasarkan data dari Tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa nilai RCA

komoditi udang Indonesia pada periode 1989-2007 semua nilainya berada di atas

pangsa pasar ekspor rata-rata dunia karena lebih besar dari satu (RCA > 1)

sehingga dapat dikatakan bahwa Indonesia memiliki keunggulan komparatif pada

produksi dan ekspor komoditi udang yang berdaya saing kuat. Untuk dapat

mengetahui kinerja ekspor komoditi udang Indonesia (yaitu pada jenis udang beku

dan tak beku Indonesia) dapat dilihat melalui indeks komoditi udang Indonesia di

pasar dunia pada Tabel 5.2

Page 77: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

60

Tabel 5.2 Indeks RCA Komoditi Udang Indonesia di Pasar Internasional

Tahun Indeks RCA Tahun Indeks RCA

1988 - 1998 1,11 1989 - 1999 0,99 1990 0,94 2000 0,88 1991 0,99 2001 1,04 1992 0,88 2002 0,98 1993 1,05 2003 1,03 1994 1,14 2004 0,95 1995 1,05 2005 0,91 1996 1,01 2006 1,05 1997 0,98 2007 1,05

Sumber : UN Comtrade, 2009 (diolah)

Berdasarkan Tabel 5.2 diketahui bahwa pada tahun 1990-1992 indeks

RCA komoditi udang Indonesia di bawah satu yaitu sebesar 0,94 pada tahun 1990

sampai sebesar 0,88 pada tahun 1992. Dapat disimpulkan bahwa pada periode

1990-1992 telah terjadi penurunan RCA komoditi udang Indonesia atau kinerja

ekspor udang Indonesia di pasar dunia lebih rendah dari tahun sebelumnya.

Kemudian pada periode 1993-1996 indeks RCA komoditi udang Indonesia lebih

besar dari satu yaitu sebesar 1,05 pada tahun 1993 sampai sebesar 1,01 pada tahun

1996. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada tahun 1993-1996 telah terjadi kenaikan

RCA atau kinerja ekspor udang Indonesia di pasar dunia tahun 1993-1996 lebih

tinggi daripada tahun sebelumnya. Begitu pula pada nilai-nilai indeks RCA pada

tahun-tahun berikutnya yaitu pada tahun 1997, 1999, 2000, 2002, 2004 dan 2005

menunjukkan nilai kurang dari satu seperti tahun 2000 sebesar 0.88 atau pada

tahun 2004 sebesar 0,95 artinya telah terjadi penurunan RCA di tahun-tahun

Page 78: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

61

tersebut atau kinerja ekspor udang Indonesia di pasar dunia lebih rendah pada

tahun-tahun tersebut daripada tahun-tahun sebelumnya. Lalu pada tahun 1998,

2001, 2003, 2006 dan 2007 nilai indeks RCA nya lebih besar daripada satu seperti

1,11 pada tahun 1998 atau 1,05 pada tahun 2006 dan 2007 yang artinya telah

terjadi kenaikan RCA atau kinerja ekspor komoditi udang Indonesia di pasar

dunia pada tahun-tahun tersebut lebih tinggi daripada tahun-tahun sebelumnya.

5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing Komoditi Udang Indonesia

5.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keunggulan Komparatif

Pada analisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing komoditi udang

Indonesia digunakan uji ekonometrika melalui metode regresi linear berganda.

Pada hasil regresi linear berganda yang diolah dengan menggunakan Eviews 6

akan dilihat berbagai kriteria ekonometrika seperti autokorelasi,

heteroskedastisitas, multikolinearitas dan normalitas.

Page 79: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

62

Tabel 5.3 Hasil Regresi Pada Metode OLS

Variabel Dependen : LNDS

Variable Coefficient Prob.

LNPXT 0,302767 0,0277 LNQXT 0,099302 0,6405 LNPDXT 0,143251 0,0105 LNNIT -0,229165 0,0596 C 1,547898 0,5225

R-squared 0,511530 F-statistic 3,665232

Durbin-Watson stat 1,704705 Prob (F-stat) 0,030395

Keterangan pada taraf nyata α = 10%

Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan di

antara galat dalam persamaan regresi yang diperoleh. Pengambilan

kesimpulan autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson statistik pada

hasil regresi yang dijelaskan pada Tabel 5.3. Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui

bahwa nilai Durbin-Watson statistik sebesar 1,704705 atau mendekati nilai

dua. Berdasarkan Tabel 5.3 juga diketahui hasil hipotesisnya adalah menolak

H0 (H0 = ada autokorelasi) yang artinya tidak terdapat autokorelasi dalam

model regresi yang diperoleh. Pada asumsi heteroskedastisitas terjadi jika nilai

varian dari variabel bebasnya berbeda atau ragamnya berbeda (tidak konstan).

Pengujian masalah heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji

White Heteroskedasticity Test. Pengujian ini dilakukan dengan melihat

Probability Obs* R-squared pada Lampiran 4. Berdasarkan Lampiran 4

diketahui bahwa nilai Prob. Chi-Square sebesar 0,2735 lebih besar daripada

Page 80: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

63

taraf nyata α (0,2735 > 10%). Artinya tidak terdapat heteroskedastisitas dalam

model atau menolak hipotesis H0.

Pada multikolinearitas dideteksi dengan melihat koefisien korelasi antar

variabel bebas dengan cara melihat correlation matrix. Hasil pengujian

correlation matrik dapat dilihat di Lampiran. Pada Lampiran 6 dapat diketahui

bahwa nilai koefisien korelasi antara variabel QXT (volume ekspor udang)

dan PDXT (Harga Input Udang) lebih besar dari 0,8 yaitu sebesar 0,859544

(0,859544 > 10%) sehingga dapat diartikan bahwa terdapat multikolinearitas

di dalam model. Sedangkan pada uji normalitas dilakukan untuk memeriksa

apakah error term mendekati distribusi normal. Wilayah kritis penolakan HO

adalah probabilitas (p-value) < α, sedangkan daerah penerimaan adalah

probabilitas (p-value) > α. Adapun hasil pengujiannya dapat dilakukan

dengan melihat Lampiran 7. Diketahui pada Lampiran 7 nilai probabilitas (p

value) sebesar 0,601233 yang lebih besar daripada taraf nyata α = 10%.

Artinya bahwa galat pada model tersebut menyebar normal atau menerima

hipotesis H0 (H0 = galat menyebar normal).

Adapun pada kriteria lainnya yaitu uji F digunakan untuk menguji

bagaimanakah pengaruh seluruh variabel independent atau variabel bebas

terhadap variabel dependennya atau tak bebasnya. Adapun hasil pengujian

untuk Uji F dapat dilihat pada Tabel 5.3. Pada Tabel 5.3 diketahui bahwa nilai

probability (F statistiknya) sebesar 0,030395 yang lebih kecil daripada taraf

nyata α = 10%. Artinya bahwa pada model tersebut minimal ada satu variabel

independennya atau variabel bebasnya yang mempengaruhi variabel

Page 81: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

64

dependennya atau variabel tak bebasnya. Selain itu dapat pula dikatakan

bahwa hipotesisnya adalah menolak H0 (H0 : β1 = β2 = …. = βt = 0 atau

tidak ada variabel independent yang berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen). Sedangkan pada Uji T disebut sebagai uji signifikansi secara

parsial karena melihat signifikansi masing-masing variabel yang terdapat di

dalam model. Adapun hasil pengujian pada Uji T dapat dilihat pada Tabel 5.3

Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui bahwa terdapat tiga variabel independen

yang berpengaruh nyata atau signifikan terhadap variabel dependen (DS).

Variabel-variabel tersebut adalah PXT yang nilai probabilitasnya sebesar

0,0277 yang lebih kecil dari taraf nyata α = 10%, variabel PDXT yang nilai

probabilitasnya sebesar 0,0105 lebih kecil dari α = 10% dan variabel NIT yang

nilai variabelnya sebesar 0,0596 lebih kecil juga dari α = 10%. Sedangkan

pada variabel QXT mempunyai nilai probabillitas sebesar 0,6405 yang lebih

besar dari taraf nyata α = 10% sehingga tidak berpengaruh nyata atau tidak

signifikan. Berarti dapat dikatakan bahwa pada variabel PXT (Harga Ekspor),

PDXT (Harga input udang) dan NIT (nilai ekspor ikan tuna) berpengaruh

nyata atau signifikan terhadap variabel DS (Daya Saing). Sedangkan pada

variabel QXT (volume ekspor udang) tidak signifikan atau tidak berpengaruh

nyata terhadap variabel DS (Daya Saing). Pada hipotesisnya dapat dikatakan

bahwa variabel-variabel tersebut menolak H0 dimana H0 : β1 = 0 dan

menerima hipotesis H1 dimana H1 : βt ≠ 0 terkecuali pada variabel QXT

yang berlawanan hipotesis.

Page 82: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

65

Pada faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing komoditi udang

Indonesia dapat dijelaskan sebagai berikut :

Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui bahwa nilai variabel PXT (Harga Ekspor)

signifikan terhadap variabel DS (Daya Saing) komoditi udang Indonesia

dengan nilai probabilitas sebesar 0,0277 dan tanda koefisiennya positif

0,302767. Hal ini disebabkan karena harga ekspor pada dasarnya

dihasilkan dari permintaan dan penawaran komoditi udang Indonesia di

pasar internasional. Adapun tanda pada koefisien harga ekspor adalah

positif sehingga apabila harga ekspor udang naik berarti terjadi kenaikan

pada daya saing udang karena kenaikan harga ekspor mencerminkan

tingkat kualitas komoditi udang Indonesia yang cukup tinggi sehingga

daya saing komoditi udang Indonesia juga meningkat.

Kemudian pada variabel berikutnya adalah variabel QXT atau volume

ekspor udang Indonesia tidak signifikan terhadap daya saing komoditi

udang Indonesia (DS) dengan probabilitas sebesar 0,6405. Hal ini

disebabkan variabel volume ekspor tidak dapat mempengaruhi kualitas

ekspor komoditi udang Indonesia sehingga tidak bisa mempengaruhi daya

saing komoditi udang Indonesia (DS). Jadi meskipun terjadi peningkatan

pada volume ekspor udang Indonesia tidak akan dapat meningkatkan daya

saingnya tanpa adanya strategi-strategi atau manajemen pemasaran yang

bagus di pasar internasional disamping karena peningkatan volume ekspor

udang Indonesia yang juga tidak stabil atau tidak terjadi peningkatan

secara berkesinambungan setiap tahunnya.

Page 83: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

66

Pada harga domestik produsen komoditi udang windu (PDXT)

berpengaruh nyata atau signifikan karena probabilitasnya sebesar 0.0105

dengan tanda koefisiennya positif sebesar 0,143251. Artinya jika terjadi

kenaikan pada harga domestik produsen udang Indonesia maka akan

menyebabkan kenaikan pada daya saingnya. Hal ini disebabkan harga

udang windu di tingkat produsen merupakan harga pembelian input

perusahaan eksportir udang untuk diekspor sehingga juga menentukan

harga ekspornya. Harga ekspor yang meningkat karena harga input yang

meningkat akan mendorong pada peningkatan daya saing komoditi udang

Indonesia.

Pada nilai ekspor komoditi substitusi udang yaitu ikan tuna (NIT)

berpengaruh nyata atau signifikan karena probabilitasnya sebesar 0,0596

dengan tanda koefisiennya negatif 0,229165. Ini dapat diartikan bahwa

kenaikan nilai ekspor ikan tuna tidak menyebabkan kenaikan pada daya

saing udang Indonesia atau bahkan mungkin menyebabkan penurunan

pada daya saing udang Indonesia. Hal ini disebabkan peningkatan nilai

ekspor ikan tuna dengan kualitas yang lebih bagus akan dapat

menggantikan nilai ekspor komoditi udang yang kualitasnya lebih rendah

dan volume ekspornya yang tidak selalu stabil serta daya saingnya juga

menurun.

Adapun pada persamaan regresinya yaitu :

LNDS = 0,302767*LNPXT + 0,099302*LNQXT +

0,143251*LNPDXT – 0,229165*LNNIT + 1,547898

S.E. of regression = 0,064423

Page 84: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

67

Persamaan di atas memiliki arti apabila terjadi kenaikan sebesar 1% pada

harga ekspor (PXT) akan meningkatkan daya saing (DS) komoditi udang

Indonesia sebesar 0,30%. Kemudian apabila terjadi kenaikan sebesar 1%

pada volume ekspor udang (QXT) maka akan dapat meningkatkan daya

saing udang Indonesia (DS) sebesar 0,09%. Begitu pula pada variabel

yang lainnya yaitu jika terjadi kenaikan sebesar 1% pada harga udang di

tingkat produsen atau harga input (PDXT) maka akan menyebabkan

kenaikan pada daya saing udang Indonesia (DS) sebesar 0,14%.

Sedangkan jika terjadi kenaikan sebesar 1% pada nilai ekspor ikan tuna

(NIT) maka akan menyebabkan penurunan pada daya saing udang

Indonesia (DS) sebesar 0,229%.

5.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keunggulan Kompetitif

Pada analisis keunggulan kompetitif menggunakan Teori Berlian Porter

(Porter’s Diamond Theory) yang menganalisis daya saing komoditi udang

Indonesia melalui empat komponen utama yaitu kondisi faktor, permintaan,

industri terkait dan pendukung, serta strategi perusahaan, struktur dan persaingan

ditambah dengan dua komponen pendukung yaitu komponen regulasi pemerintah

dan faktor kesempatan.

1) Kondisi Faktor

Kondisi faktor merupakan salah satu komponen Porter yang memiliki

pengertian jika semakin tinggi kualitas input atau produk bahan mentahnya maka

semakin besar peluang industri dan negara dalam meningkatkan daya saing.

Page 85: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

68

Kondisi faktor meliputi semua ketersediaan sumberdaya, yaitu sumberdaya alam,

sumberdaya manusia, sumberdaya modal, sumberdaya IPTEK dan sumberdaya

infrastruktur.

A. Sumberdaya Alam

Indonesia sebagai negara kepulauan yang beriklim tropis membuat tanah

airnya menjadi subur dan mengandung kekayaan hasil alam yang melimpah baik

itu sumberdaya alam yang dapat diperbaharui seperti hasil pertanian, perkebunan,

dan perikanan serta sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui yaitu

sumberdaya mineral atau barang tambang. Pada sumberdaya perikanan Indonesia

sangatlah didukung oleh wilayah laut Indonesia yang luas yakni 5,8 juta km2

dengan luas perairan territorial 0,8 juta km2, luas perairan kepulauan / laut

nusantara 2,3 juta km2, dan luas perairan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) 2,7 juta

km2. Salah satu sumberdaya perikanan yang banyak diproduksi di Indonesia di

samping jenis ikan adalah udang. Sumberdaya udang Indonesia sangatlah diminati

baik di pasar domestik maupun internasional.

Pada komoditi udang Indonesia merupakan komoditi potensial karena sebagai

sektor hasil perikanan yang dapat menghasilkan devisa negara yang cukup besar

dan jumlah ekspor yang meningkat seperti pada Tabel 1.1 Selain itu Indonesia

merupakan negara dengan nilai ekspor udang nomor dua di dunia di bawah

Thailand pada tahun 2007 berdasarkan Tabel 5.4

Page 86: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

69

Tabel 5.4 Negara-Negara Penghasil Nilai Ekspor Udang Beku Terbesar25

Tahun

Nilai ekspor Udang Beku Terbesar (US$)

Thailand China Indonesia Vietnam

2007 1.084.677.273 182.176.092 792.385.971 -

2006 1.054.484.182 187.614.194 939.711.381 1.225.601.931

2005 903.470.073 326.704.739 804.022.736 1.129.466.777

Sumber : UnComtrade, (2009)

Berdasarkan Tabel 5.4 diketahui bahwa Indonesia menempati peringkat

ketiga dengan nilai ekspor udang beku sebesar US$ 804.022.736 pada tahun 2005

di bawah Thailand pada peringkat kedua dengan nilai ekspor US$ 903.470.073

dan Vietnam pada peringkat pertama dengan nilai ekspor US$ 1.129.466.777.

Pada tahun 2006, Indonesia juga tetap berada pada peringkat tiga dengan nilai

ekspor US$ 939.711.381 di bawah Thailand dan Vietnam. Pada tahun 2007,

Indonesia meningkat ke peringkat dua dengan nilai ekspor US$ 792.385.971 di

bawah Thailand yang menempati peringkat pertama dengan nilai ekspor US$

1.084.677.273. Selain itu pada Tabel 5.4 dapat disimpulkan bahwa terjadinya

peningkatan nilai ekspor udang beku Indonesia bukan hanya karena kekayaan

sumberdaya udang Indonesia, tetapi juga mencerminkan perbandingan nilai

ekspor udang beku Indonesia terhadap nilai ekspor semua komoditi Indonesia

yang lebih tinggi daripada nilai ekspor udang dunia terhadap nilai ekspor semua

komoditi dunia sehingga daya saingnya juga meningkat.

Pada udang windu (Giant Tiger Shrimph) merupakan jenis udang khas

Indonesia yang banyak dibudidayakan oleh para petambak dan nelayan Indonesia.

Udang windu bersifat euryhaline, yakni secara alami bisa hidup di perairan yang 25 United Nations Comodity Trade (UNCOMTRADE) Statistical Database, 2009.

http://unstat.un.org/unsd/comtrade [13 dan 14 Mei 2009].

Page 87: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

70

berkadar garam dengan rentangan yang luas, yakni 5-450/00. Artinya, udang windu

dapat hidup di laut yang berkadar garam tinggi hingga perairan payau yang

berkadar garam rendah. Adapun kadar garam ideal untuk pertumbuhan udang

windu adalah 19-350/00. Pada udang windu muda atau stadium juvenile

mempunyai pertumbuhan yang baik pada perairan berkadar garam tinggi,

sedangkan untuk udang windu yang semakin dewasa mempunyai pertumbuhan

yang optimal pada perairan berkadar garam rendah.

Pada umumnya udang windu menyukai perairan yang relatif jernih dan

sangat rentan terhadap pencemaran, baik itu pencemaran industri, rumah tangga,

ataupun pertanian (pestisida) dan hama atau penyakit. Hal ini disebabkan

lingkungan hidup yang kotor seperti dasar perairan yang berlumpur akan

menghambat pertumbuhan udang windu. Selain itu suhu dan oksigen terlarut juga

ikut mempengaruhi. Udang windu dapat tumbuh dengan baik pada suhu 26-32°C,

sementara kandungan oksigen terlarutnya sebanyak 4-7 ppm. Jika udang windu

dibudidayakan dari benih akan mencapai panen setelah dipelihara 4-6 bulan. Pada

Tabel 5.5 akan dijelaskan produksi udang windu budidaya tambak di Indonesia.

Tabel 5.5 Produksi Udang Windu Budidaya Tambak di Indonesia

Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Produksi (Ton)

112.840 133.836 131.399 134.682 147.867 133.113

Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan, 2009

Berdasarkan Tabel 5.5, diketahui bahwa produksi udang windu pada

budidaya tambak di Indonesia periode 2002-2007 cenderung mengalami

peningkatan. Hanya pada tahun 2004 mengalami penurunan sebesar 2.437 ton dari

tahun 2003 sebesar 133.836 ton menjadi 131.399 ton pada 2004. Begitu pula pada

Page 88: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

71

tahun 2007 yang mengalami penurunan produksi sebesar 14.754 ton dari 147.867

ton di tahun 2006 menjadi 133.113 ton di tahun 2007.

Adapun udang windu banyak dibudidayakan di daerah pesisir timur pulau

Sumatra yaitu daerah Nangroe Aceh Darussalam, Sumatra Utara, Riau dan

Lampung serta pesisir utara pulau Jawa (pantura), pesisir Kalimantan, Bali dan

Nusa Tenggara, serta Papua. Selain Indonesia, beberapa negara yang terkenal

sebagai pembudidaya udang windu adalah Thailand, India, China, Jepang,

Malaysia dan Filipina.

Pada udang vanname merupakan udang jenis baru yang pertama kali

masuk ke Indonesia pada tahun 2001. Udang ini berasal dari perairan asli Amerika

Latin, yaitu dari Pantai Barat Meksiko ke arah selatan hingga daerah Peru. Sejak

empat tahun terakhir, budidaya udang vanname mulai meluas dengan cepat di

kawasan Asia seperti China, Taiwan, Malaysia, dan juga di Indonesia. Pada

awalnya produksi budidaya udang windu yang sedang berkembang mengalami

penurunan karena serangan penyakit, yaitu penyakit bercak putih (White Spot

Syndrome). Kini dengan adanya udang vanname yang kebal terhadap penyakit

White Spot Syndrome usaha perikanan Indonesia mulai bangkit kembali. Pada

dasarnya udang vanname memang berbeda dari udang lain yaitu produktivitasnya

dapat mencapai lebih dari 13.600 kg/ha menurut penelitian Boyd & Clay (2002).

Hal ini disebabkan udang vanname memang memiliki keunggulan sebagai

berikut:

Page 89: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

72

1. Tingkat kehidupan yang tinggi, yaitu tingkat lulus kehidupan udang

vanname yang bisa mencapai 80-100% (Duraippah, et al, 2000)26,

sedangkan menurut Boyd dan Clay tingkat lulus kehidupannya bisa

mencapai 91%. Hal ini diperoleh dari induk yang telah berhasil

didomestikasi sehingga menghasilkan benur yang tidak liar dan tingkat

kanibalismenya rendah. Selain itu benur udang vanname ada yang bersifat

SPF (Specific Pathogen Free) ; benur yang bebas dari beberapa jenis

penyakit, seperti penyakit bintik putih atau yang dikenal dengan White

Spot Syndrome Virus (WSSV).

2. Udang vanname adalah hewan omnivora yang mampu memanfaatkan

pakan alami seperti plankton dan detritus pada kolom air atau tambak,

sehingga mengurangi input pakan seperti pelet. Menurut Boyd dan Clay

konversi pakannya atau Feed Conversion Ratio (FCR) sekitar 1,3-1,4,

dengan kadar protein pakannya yang cukup rendah yaitu sekitar 20-35%.

Karena protein pakan rendah, maka biaya pembelian pakannya murah

untuk menekan biaya produksi.

3. Udang vanname dapat tumbuh baik dengan kepadatan tebar yang tinggi,

yaitu sekitar 60-150 ekor / m2 dengan tingkat pertumbuhan 1-1,5 gr/

minggu. Hal ini disebabkan udang vanname mampu memanfaatkan kolom

air sebagai tempat hidup sehingga ruang hidup udang tersebut menjadi

lebih luas. Hal inilah yang menjadi dasar petambak udang untuk

26 Duraippah, S, Supono dan Hendri. 2000. “Keunggulan-Keunggulan Udang Vanname”.

http;//www.google.com/keunggulan-keunggulan-udang-vanname.pdf [15 Juni 2009].

Page 90: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

73

meningkatkan produksinya dengan meningkatkan kepadatan tebar.

Tambak budidaya udang vanname sendiri dilaksanakan dengan

menggunakan teknologi intensif.

Karena keunggulan-keunggulan udang vanname itulah pemerintah secara

resmi menjadikan udang vanname sebagai varietas unggul pada 12 Juli 2001

melalui SK Menteri KP No. 41/2001. Sejak itulah budidaya udang vanname

meluas ke berbagai daerah seperti Jawa Timur, Bali, Brebes, Tegal, Pemalang

(Jawa Tengah), Indramayu dan Pangandaran (Jawa Barat), Mamuju dan Makassar

(Sulsel), Pelaihari (Kalsel), Medan (Sumut), Batam (Riau), Musi Banyuasin

(Sumsel), Padang Cermin, Kalianda, Way Seputih, dan Kota Agung (Lampung),

serta Pondok Kelapa (Bengkulu).

Adapun sifat-sifat penting udang vanname yaitu aktif pada kondisi gelap

(nokturnal), dapat hidup pada kisaran salinitas lebar (euryhaline) 21-33 ppt

dengan oksigen terlarut 3,2-5,0 ppm pada pagi hari dan 4,2-9,0 ppm pada siang

hari, suka memangsa sesama jenis (kanibal), tipe pemakan lambat, tetapi terus

menerus (continous feeder), menyukai hidup di dasar (bentik) dan mencari makan

lewat organ sensor (chemocereptor). Selain itu pada sepasang udang vanname

yang berukuran 30-45 gram dapat menghasilkan 100.000-250.000 butir telur yang

berukuran 0,22 mm. Pada siklus hidup udang vanname terjadi pergantian kulit

(moulting) yang dipengaruhi oleh kondisi air pasang dan surut, perubahan

lingkungan, dan penurunan volume air pada saat persiapan panen.

Karena sifat-sifat udang vanname yang unggul maka udang vanname dapat

mencapai harga rata-rata Rp 27.000-Rp 30.000/kg dengan biaya produksi hanya

Page 91: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

74

Rp 16.000-Rp 17.000/kg. Berbeda dengan udang windu rata-rata yang harganya

sebesar Rp 50.000-Rp 60.000/kg dengan biaya produksi Rp 15.000-Rp 20.000/kg.

Diketahui bahwa harga ekspor rata-rata udang vanname US$ 10/kg sehingga

diperoleh devisa US$ 10 milyar per tahun. Pada Tabel 5.6 akan dijelaskan

produksi udang vanname budidaya tambak di Indonesia.

Berdasarkan Tabel 5.6 diketahui bahwa produksi budidaya tambak udang

vanname di Indonesia selalu meningkat pada periode 2004-2007. Peningkatan

produksi terbesar terjadi sejumlah 50.657 ton, yaitu dari 53.217 ton pada tahun

2004 menjadi 103.874 ton pada tahun 2005.

Tabel 5.6 Produksi Udang Vanname Budidaya Tambak di Indonesia

Tahun 2004 2005 2006 2007

Produksi (Ton)

53.217 103.874 141.649 179.966

Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan, 2008

B. Sumberdaya Manusia

Berdasarkan data Departemen Perdagangan diketahui bahwa penyerapan

tenaga kerja dari subsektor budidaya udang sampai dengan tahun 2006 adalah

sebesar 194.316 orang. Selain itu dapat diproyeksikan pada tahun 2009

diramalkan terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja sebesar 324.053

orang karena tercapainya program revitalisasi budidaya udang (Depdag,

2009).

Hal tersebut dikarenakan sudah berkembangnya sektor lapangan kerja

dalam industri budidaya udang yakni meningkatnya jumlah perusahaan-

perusahaan eksportir udang yang mencapai 182 perusahaan. Selain itu adanya

Page 92: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

75

para stakeholder (pelaku usaha) lainnya seperti sektor-sektor usaha mikro dan

kecil dalam budidaya udang, para nelayan pembudidaya udang, serta

kerjasama dengan instansi-instansi pemerintahan pada sektor perikanan

meningkatkan kuantitas kebutuhan sumberdaya manusia.

Pada produsen dan pengolah udang terbesar di dunia yang ada di Indonesia

yaitu PT Central Proteinaprima yang memproduksi udang beku, pakan udang,

bibit udang, probiotika dan pakan ikan dengan lahan budidaya 50.000 hektar

telah menyediakan lapangan kerja kepada lebih dari 38.000 orang termasuk

12.500 pegawai penuh waktu. PT Central Proteinaprima merupakan

pengendali industri yang ditopang oleh tim pengelola yang stabil dan

berpengalaman, strategi bisnis yang sehat, dan operasi berperingkat terbaik

untuk mengoptimalkan efisiensi dan teknik produksi dalam industri.

Berdasarkan keterangan dari perusahaan Central Proteinaprima telah

diketahui bahwa sumberdaya manusia pada sektor budidaya dan ekspor udang

Indonesia sudah cukup baik dari segi kuantitas dan kualitasnya. Karena

dengan adanya peningkatan kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia

(tenaga kerja) akan mendorong peningkatan kinerja ekspor yang berdampak

positif terhadap nilai ekspor dan daya saing komoditi udang Indonesia yang

ikut meningkat.

C. Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Pada umumnya perkembangan teknologi dalam budidaya udang masih

belum mengalami peningkatan. Pada budidaya udang windu dan udang

vanname sampai saat ini, dominan masih dibudidayakan pada tambak yang

Page 93: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

76

menggunakan teknologi ekstensif (tradisional) dan sedikit yang memakai

teknologi intensif (modern). Pada teknologi ekstensif atau tradisional

merupakan teknologi usaha budidaya tambak udang yang tanpa disertai

pemberian pakan (pemupukan) dan dilakukan pada lahan pasang surut dengan

bentuk tidak teratur. Pada teknologi ini biasanya diadakan perluasan lahan

yang mencapai 3-10 ha/petak. Sedangkan pada teknologi intensif (modern)

merupakan teknologi pada budidaya tambak udang yang sudah menggunakan

kolam yang dibeton seluruhnya atau dari tanah yang bentuknya sudah teratur

dan adanya sistem pemberian pakan serta sistem penggantian air yang

menggunakan pompa. Pada pola teknologi ini juga ditandai dengan adanya

sistem aerasi untuk menambah kadar oksigen dalam air dan tidak adanya

perluasan lahan karena setiap petak tambak hanya berukuran 0,2-0,5 ha/petak.

Pada teknologi pembekuan udang digunakan bahan pendingin

(refrigerant) tertentu yang akan berubah dari fase cair ke fase gas dengan

menyerap panas dari sekelilingnya. Untuk mencegah akibat negatif dari

pembekuan seperti terjadinya kristal–kristal es yang besar dalam bahan, maka

udang dibekukan dengan sistem quik freezing pada suhu – 24 ºC sampai – 40

ºC. Udang segar dibekukan dengan baik dan disimpan pada suhu dibawah – 17

ºC dapat tahan sampai 6 bulan sedangkan untuk udang cooked (udang beku

setelah dimasak 15 detik) dan peeled (udang beku setelah dikupas kulitnya dan

dipotong kepalanya) sekitar 2 bulan. Pembekuan merupakan penyimpanan

bahan pangan dalam keadaan beku agar dapat menghambat reaksi-reaksi

enzimatis, reaksi-reaksi kimia serta pertumbuhan mikroba penyebab

Page 94: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

77

kerusakan. Agar bahan baku tetap segar selama pembekuan sebaiknya suhu

udang harus tetap dijaga di bawah 4°C selama penanganan27.

Berdasarkan hasil penelitian pada budidaya udang windu diketahui bahwa

tingkat keberhasilan pengembangan budidayanya akan bagus apabila

dilaksanakan secara polikutur, yaitu budidaya campuran antara udang bersama

dengan bandeng dan rumput laut. Budidaya ini cukup bagus karena

menghasilkan sekaligus tiga komoditas ekspor. Adapun pengembangan

teknologi dalam budidaya udang vanname mengalami sedikit kemajuan,

antara lain penggunaan plastik untuk melapisi tambak banyak digunakan

untuk memudahkan pengelolaan budidaya dan meningkatkan kualitas udang

meskipun secara umum penerapan teknologi budidaya udang masih sangat

minim. Kurangnya ketersediaan ilmu pengetahuan dan teknologi pada

budidaya dan pengolahan udang menyebabkan komoditi udang Indonesia

menjadi rendah kualitasnya dan menjadi kalah bersaing sehingga harga

ekspornya juga menjadi turun yang berakibat menurunkan daya saingnya.

Berbeda dengan Indonesia yang teknologi produksinya masih belum

modern, Thailand yang juga sebagai salah satu eksportir udang terbesar dunia

saingan Indonesia telah menerapkan sistem food traceability (penelusuran

rekam jejak data perdagangan) berdasarkan teknologi RFID (Radio Frequency

Identification) pada industri pengolahan udang sejak tahun 200628.

Penggunaan teknologi RFID ini bertujuan untuk meningkatkan atau

27 Departemen Pendidikan Nasional. 2003. “Memilah dan Membersihkan Udang”.

http://www.google.com/memilah-dan-membersihkan-udang.pdf [8 Mei 2009]. 28 E-BizzAsia. 2006. “Asia Highlights; Thailand Terapkan RFID di Industri pengolahan Udang”.

http://www.ebizzAsia.com [18 Juni 2009].

Page 95: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

78

memperbaiki kualitas makanan dari udang, khususnya untuk mengantisipasi

kasus-kasus kontaminasi makanan sehingga daya saingnya juga ikut

meningkat dan dapat mengamankan pangsa pasarnya di pasar global.

Penerapan teknologi RFID dilakukan pada produk udang Thailand selain

karena udang merupakan komoditi ekspor yang strategis karena menghasilkan

devisa yang besar, juga karena adanya tuntutan dari industri makanan global

yaitu adanya standarisasi internasional seperti HACCP, COC dan lainnya untuk

negara-negara produsen makanan yang berorientasi ekspor. Menurut Menteri

Pertanian dan Koperasi Thailand, komoditi udang memang memerlukan

teknologi RFID karena pada industrinya melibatkan banyak pihak dalam rantai

produksi mulai dari petambak, produsen, peritel sampai para pemasok. Sekitar

80 persen bahan mentah untuk produksi dipasok secara lokal. Adanya sistem

food traceability dengan teknologi RFID tentunya akan mempermudah

pemantauan kualitas produk makanan sepanjang rantai produksinya. Diketahui

dua eksportir udang terbesar Thailand, Charoen Pokphand Foods (CPF) dan

Chanthaburi Frozen Food menginvestasikan sekitar 10 juta baht atau sekitar 2,4

miliar rupiah untuk ujicoba sistem ini pertama kalinya (Asia Highlight, eBizz

Asia).

D. Sumberdaya Modal

Sumberdaya modal merupakan salah satu faktor penting dalam

perkembangan produksi budidaya udang. Pada seluruh sektor-sektor

sumberdaya komoditas perikanan (termasuk produksi udang), Departemen

Perikanan dan Kelautan telah menjalin kerjasama dengan bank-bank nasional

Page 96: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

79

untuk mengatasi masalah sumberdaya modal. Melalui kerjasama itu tersedia

alokasi khusus untuk sektor kelautan dan perikanan sebagai bagian dari kredit

Pembinaan Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL), kredit umum investasi atau

modal kerja, dan kredit ekspor masing-masing Bank. Adapun kerjasama

dengan beberapa bank itu antara lain :

Bank Mandiri dengan Kredit Mina Mandiri yang diberlakukan pada 27

Maret 2003 dengan alokasi dana Rp 3 triliun untuk usaha perikanan

tangkap di wilayah Indonesia bagian timur.

Bank BNI dengan Kredit Bahari untuk usaha pengolahan, pemasaran, dan

industri wisata bahari.

Bank BRI yang ikut mengembangkan UMKM yang berada di pedesaan

untuk nelayan, pembudidaya, pengolah dan bakul ikan.

Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat dan Bank Danamon yang

menyalurkan kredit kepada UMKM di daerah-daerah pedesaan seperti di

Aceh, Subang dan lainnya serta untuk pinjaman nelayan, pengolah atau

pemasar.

Bank Pembangunan Daerah (BPD) seluruh Indonesia yang menyalurkan

Kredit Ketahanan Pangan (KKP) sejak tahun 2001 untuk sektor kelautan

dan perikanan senilai Rp 43, 529 milyar yang diarahkan untuk UMKM,

nelayan, pembudidaya, pengolah tradisional dan pemasar produk

perikanan.

Page 97: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

80

PT Telekomunikasi Indonesia (PT TELEKOM) yang mengeluarkan dana

PKBL Telekom untuk usaha-usaha kecil yang sudah layak administrasi

atau layak finansial.

Ketersediaan modal yang cukup dalam pengembangan budidaya udang

menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah ekspor udang yang berdampak

positif pada peningkatan nilai ekspor udang Indonesia. Peningkatan pada nilai

ekspor udang Indonesia mengakibatkan peningkatan pada nilai RCA komoditi

udang Indonesia atau meningkatkan daya saing komoditi udang Indonesia.

E. Sumberdaya Infrastruktur

Komoditas udang merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang sudah

menggunakan fasilitas infrastruktur yang sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat

pada salah satu eksportir udang terkemuka di Indonesia yaitu PT Dipasena Citra

Darmaja (PT Aruna Wijaya Sakti) yang sekarang berada di bawah perusahaan PT

Central Proteinaprima. Pada awal tahun 1990-an, PT Dipasena Citra Darmaja

(DCD) dibangun dan menjadi megaproyek industri budidaya udang yang pertama

dan terbesar di Indonesia. Perusahaan eksportir udang terkemuka yang kini

berganti nama menjadi PT Aruna Wijaya Sakti ini menggunakan konsep tambak

inti rakyat (TIR) yang menghimpun puluhan ribu tenaga kerja dan membangun

tambaknya di areal konsesi seluas 16250 hektar dari 30.000 hektar cadangan yang

diberikan Pemda Provinsi Lampung dengan 16 blok. DCD juga berinvestasi

dengan membangun tujuh area infrastruktur seluas 753,28 hektar dan sebuah

infrastruktur Tata Kota seluas 1.000 hektar. DCD juga membangun dermaga

ekspor khusus untuk pengapalan udang segar ke mancanegara. Kawasan yang

Page 98: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

81

belakangan populer dengan nama "Bumi Dipasena", berubah menjadi kota pantai

yang mentereng, lengkap dengan berbagai prasarana dan sarana perkotaan.

Selain infrastruktur tambak juga dibangun sarana penunjang aktivitas

usaha tambak udang, seperti, jalan, perumahan karyawan, pasar lokal, koperasi,

lapangan olah raga, tempat ibadah dan fasilitas penting perusahaan seperti

perkantoran, pabrik pakan dan gudang pakan, instalasi pendingin (cold storage),

koperasi, dan lain-lain. Pembangunan DCD sebagai industri budidaya udang

pertama dan terbesar dengan berbagai infrastrukturnya yang lengkap menjadi titik

tolak bahwa secara umum infrastruktur dalam budidaya udang (termasuk fasilitas

transportasi, pakan, pembenihan serta sarana dan prasarana pemeliharaan)

memang sudah cukup bagus, hanya saja teknologi produksinya yang belum

memadai.

2) Kondisi Permintaan

Pada kondisi permintaan sangat menentukan daya saing berdasarkan mutunya.

Mutu permintaan suatu pasar dapat menyebabkan terjadinya kompetisi antar-

perusahaan / industri. Suatu komoditas diasumsikan akan selalu meningkat jika

kesejahteraan suatu masyarakat telah bertambah sehingga industri akan berusaha

untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk atau melakukan inovasi untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat.

A. Kondisi Permintaan Domestik

Komoditi udang Indonesia yang diproduksi untuk kebutuhan domestik

hanyalah sedikit yaitu sebesar 5% yang terutama dipasarkan dalam pasar-pasar

besar (pasar swalayan), sedangkan sebanyak 95% produksi udang Indonesia

Page 99: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

82

diekspor. Hal ini disebabkan karena perbedaan selera masyarakat Indonesia

yang cenderung lebih menyukai mengkonsumsi daging (red meat) seperti

ayam, sapi, dan yang lainnya serta sangat jarang dalam mengkonsumsi udang.

Meskipun perbedaan harga komoditi keduanya sangatlah kecil di pasar

domestik. Adapun besarnya konsumsi udang di Indonesia dapat dilihat pada

Tael 5.7.

Tabel 5.7 Total Konsumsi Udang di Indonesia

Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Besar konsumsi

Kota+desa (kg)

0,46

0,51

0,51

0,51

0,46

0,57

0,57

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009

Berdasarkan Tabel 5.7 diketahui bahwa total konsumsi udang (kota +

desa) di Indonesia mencukupi dimana konsumsi tertinggi berada di tahun 2007

dan 2008 dengan jumlah yang sama, yaitu hanya 0,57 kilogram.

B. Kondisi Permintaan Ekspor

Pada kondisi permintaan ekspor udang Indonesia dapat diukur dari jumlah

dan nilai ekspor komoditi udang Indonesia (pada udang beku dan tak beku) di

pasar internasional yang cenderung mengalami peningkatan. Pada jumlah dan

nilai ekspor udang Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.8. Menurut Depdag

(2009), nilai ekonomis komoditi udang terlihat dari permintaan konsumen

dunia yang rata-rata naik 11,5% per tahun. Selain itu juga terjadi peningkatan

Page 100: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

83

konsumsi udang dunia dari 1.537.967 ton pada tahun 2004 menjadi 1.670.925

ton pada tahun 2007 (KIARA : Fisheries Justice Coalition, 2008)29.

Tabel 5.8 Jumlah dan Nilai Ekspor Udang Beku dan Tak Beku Indonesia

Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan, 2009

Berdasarkan Tabel 5.8 diketahui bahwa jumlah dan nilai ekspor cenderung

mengalami peningkatan yang menandakan bahwa permintaan ekspor udang

Indonesia untuk dunia memang sangat baik. Pada jumlah ekspor hanya mengalami

penurunan di tahun 2004 sebesar 8.452 ton dari 134.479 ton di tahun 2003

menjadi 126.027 ton di tahun 2004. Begitu pula pada tahun 2007 yang mengalami

penurunan sebesar 21.966 ton dari 138.426 ton di tahun 2006 menjadi 116.460 ton

di tahun 2007. Pada nilai ekspor udang juga sama yaitu mengalami penurunan

nilai ekspor sebesar US$ 36.190.000 pada tahun 2004 dan US$ 149.201.557 pada

tahun 2007. Dapat disimpulkan bahwa dengan permintaan ekspor udang Indonesia

yang semakin meningkat akan mendorong harga ekspornya pada tingkat yang

lebih tinggi yang juga meningkatkan daya saingnya.

29 Saragih, M.N. 2008. “Rekam Jejak Krisis Keuangan Global Terhadap Sektor Perikanan Indonesia”. [Infosheet KIARA-Fisheries Justice Coalition]. http://www.kiara.or.id/images/stories/Rekam-Jejak-Krisis-Keuangan-Global-Terhadap-Sektor-Perikanan-Indonesia.pdf [20 Juni 2009].

Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Jumlah Ekspor (ton)

121.526

134.479

126.027

124.433

138.426

116.460

Nilai Ekspor (1000 US$)

831.964

847.308

811.118

806.514,650

943.996,879

794.795,3

22

Page 101: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

84

3) Industri Terkait dan Industri Pendukung

Peran industri pendukung dan terkait dalam komoditi udang Indonesia

merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang daya saing ekspor udang

Indonesia. Pada industri terkait ekspor udang meliputi industri penyediaan benih

dan industri pakan udang sedangkan pada industri pendukung memiliki peran

dalam pengembangan produk udang olahan.

a) Industri Terkait

Pada industri terkait ekspor udang meliputi industri penyediaan benih atau

induk udang dan penyediaan pakan udang. Untuk industri penyediaan benih

udang di Indonesia masih belum berkembang yang disebabkan sulitnya

memperoleh benur (benih udang) yang berkualitas karena belum

berkembangnya balai pemuliaan induk yang memadai serta rendahnya daya

serap pasar30.

Hingga saat ini Indonesia baru memiliki satu balai pengembangan

pemuliaan induk udang vanname di Situbondo, Jawa Timur, sedangkan balai

penelitian pemuliaan udang windu untuk saat ini belum ada. Kepala Balai

Budidaya Air Payau Situbondo, Slamet Subiakto, di Samarinda, mengatakan,

pemuliaan induk udang vanamei lokal menghasilkan 20.000 ekor per bulan.

Namun, tingkat penyerapan di pasar dalam negeri baru 30-50 persen. Jumlah

penyerapan itu lebih rendah dibandingkan induk udang impor yang sebanyak

300.000 ekor per tahun.

30 CJ Feed Indonesia. 2009. “Benih Udang Dalam Negeri Belum Bersaing”.

http://www.cjfeed.co.id [12 Juni 2009].

Page 102: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

85

Menurut Subiakto, induk udang vaname dalam negeri memiliki

keunggulan bebas penyakit (spesific pathogen free) dan lebih kebal terhadap

penyakit dibandingkan dengan induk impor. Akan tetapi, pertumbuhannya

masih relatif lebih lamban dibandingkan induk udang impor. Sebagai

perbandingan, pertumbuhan induk udang vanname impor lebih singkat 15 hari

dibandingkan induk udang lokal pada umur yang sama.

Salah satu kendala pengembangan benih udang sebenarnya disebabkan

fasilitas pemuliaan induk yang belum memadai diantaranya teknologi seleksi

induk. Akibatnya kepercayaan konsumen menggunakan induk vanname lokal

hasil pemuliaan masih rendah. Bahkan sampai sekarang perusahaan eksportir

udang masih menggunakan benih / induk udang vanname impor yang

harganya Rp. 400.000/ ekor lebih mahal daripada induk vanname lokal yang

seharga Rp.10.000-Rp15.000/ ekor. Sedangkan pada benih udang windu

perusahaan eksportir udang ada yang berasal dari petambak-petambak yang

dominan berpola teknologi tradisional sehingga didapatkan udang windu

berkualitas rendah yang mudah terserang penyakit, seperti penyakit White

Spot Syndrome.

Pada industri pemberian pakan udang sebenarnya sudah cukup

berkembang di Indonesia. Hanya saja, dalam sektor budidaya udang di

Indonesia mayoritas masih berpola ekstensif (tradisional) yang sistemnya

tidak menggunakan pakan atau hanya menggantungkan pakan alami udang

yang berada di dalam tambak. Akibatnya peran industri pakan pada udang

yang dominan memproduksi pakan buatan lebih sedikit berperan

Page 103: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

86

dibandingkan dengan pakan alami. Secara umum, ada beberapa jenis pakan

yang dikembangkan dalam budidaya udang31, seperti :

Pakan alami, yaitu jenis pakan yang tumbuh dengan sendirinya atau

dengan sengaja ditumbuhkan di dalam petakan tambak dan mempunyai

sifat seperti di dalam habitat alaminya. Hal ini memang mudah dilakukan

karena udang memang bersifat omnivora yaitu jenis hewan / biota

pemakan segala jenis makanan yang ada di dalam perairan. Pakan alami

udang meliputi zooplankton, jenis lumut terutama lumut usus, kerang-

kerangan, udang berukuran kecil / rebon dan detritus (kotoran tambak

yang berasal dari daun-daun tanaman di sekitar tambak yang jatuh ke

tambak), dan bangkai biota perairan yang berada didasar tambak32.

Pakan buatan, yaitu pakan udang yang dibuat dalam skala industri dengan

komposisi nutrisi dan gizi yang sesuai kebutuhan udang dan disuplai pada

tambak udang jika ketersediaan pakan alami menipis. Pakan buatan

meliputi (1) crumble, yaitu butiran pakan yang berupa serbuk/butiran halus

dan biasa digunakan pada udang usia tebar. (2) pellet yaitu pakan buatan

yang berupa butiran-butiran kecil sampai butiran-butiran kasar dan biasa

digunakan pada udang dewasa sampai usia panen33.

31 Marindro. 2007. “Program Pengelolaan Pakan Udang 02-Penentuan Jenis Pakan (Pakan

Alami)”. http://www.marindro.blogspot.com [12 Juni 2009]. 32 Informasi Budidaya Udang. 2008. “Pakan Alami Bagi Udang-01”.

http://www.feeds.feedburner.com/pakan-alami-bagi-udang-01-informasi-budidaya-udang.mht [12 Juni 2009].

33 Informasi Budidaya Udang. 2008. “Pakan Buatan Untuk Udang”. http://www.feeds.feedburner.com/pakan-buatan-untuk-udang-informasi-budidaya-udang.mht [12 Juni 2009].

Page 104: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

87

Pakan segar, yaitu jenis pakan yang berasal dari hewan atau biota perairan

yang diolah sedemikian rupa dan dalam kondisi masih segar kepada udang

yang bertujuan memperbaiki kualitas dan kondisi udang atau untuk

meningkatkan nafsu makan udang.

Pakan tambahan lainnya, yaitu pakan yang bersifat suplemen dari pakan

buatan dan dapat diberikan secara campuran dengan pakan buatan atau

terpisah yang bertujuan mengisi kekurangan nutrisi tertentu dari pakan

buatan.

b) Industri Pendukung

Pada industri pendukung ekspor udang meliputi produk-produk olahan

udang. Diketahui pada ekspor udang Indonesia mayoritas berupa bahan mentah

yaitu udang beku (90%) yang dihasilkan oleh industri udang beku dan 10%

ekspornya berupa udang tak beku seperti udang segar dan udang dalam

kemasan. Pada sektor pengolahannya atau industri produk-produk olahan

udang masih belum banyak berperan dalam ekspor udang Indonesia. Hal ini

disebabkan terbatasnya kemampuan menciptakan olahan udang inovasi baru

yang bernilai tambah untuk peningkatan daya saing. Pada produk olahan-

olahan udang yang sudah ada masih terbatas produksinya hanya untuk pasar

domestik dan belum bisa diekspor. Produk-produk olahan udang yang sudah

ada meliputi khitin dan khitosan, kerupuk udang, terasi, pasta udang, dan

lainnya.

Pada produk baru olahan udang udang yaitu khitin dan khitosan

merupakan senyawa golongan karbohidrat yang dihasilkan dari limbah hasil

Page 105: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

88

laut khususnya golongan udang, kepiting, ketam dan kerang. Khitin yang

berbahan baku limbah udang (kulit dan kepala) mengandung protein, CaCo3,

MgCo3, serta pigmen astaxanthin (pigmen pada pangan ikan). Kulit golongan

crustacea merupakan sumber khitin paling kaya sehingga kandungannya

mencapai 40-60% berat kering. Sedangkan khitosan sangat bermanfaat sebagai

bahan pangan, mikrobiologi, kesehatan dan pertanian.

Untuk pertanian, khitosan merupakan suplemen yang mengandung serat

yang dapat meningkatkan massa feses, menurunkan respon glisenik makanan,

dan menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Dalam bidang kesehatan,

khitosan berguna sebagai antibakteri, antikoagulan dalam darah, dan antitumor

sel-sel leukemia. Selain itu khitin dan khitosan dapat digunakan dalam industri

kertas dan tekstil sebagai zat adiktif, industri kulit, fotografi, industri cat, dan

sebagai penghasil sel protein tunggal. Meskipun khitin dan khitosan sudah

dapat diproduksi namun masih sangat terbatas dalam perkembangan

industrinya sehingga produk-produk dominan dipasarkan di dalam negeri dan

sedikit yang diekspor. Kurangnya ketersediaan industri terkait dan pendukung

dalam budidaya udang Indonesia menyebabkan sulitnya pengembangan kinerja

ekspor udang karena jumlah ekspornya yang menurun dan berakibat pada

penurunan nilai ekspor udang Indonesia serta penurunan pada daya saingnya.

4) Persaingan, Struktur dan Strategi Perusahaan

Persaingan komoditi udang Indonesia di pasar internasional cukup bagus

karena Indonesia merupakan salah satu penghasil udang terbesar di dunia di

samping China dan Thailand berdasarkan Tabel 5.4 Selain itu Indonesia masih

Page 106: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

89

menempati peringkat ketiga pada ekspor di pasar AS pada tahun 2007 dengan

nilai US$ 380.052 ribu. Peringkat nomor satunya adalah Thailand dengan nilai

ekspor US$ 736.098 ribu dan keduanya adalah Vietnam dengan nilai ekspor US$

389.483 ribu. Sedangkan pada pasar Uni Eropa Indonesia menempati peringkat

keenam dengan nilai ekspor € 99.471,88 ribu jauh di bawah Ekuador, India,

Argentina, Bangladesh, dan RRC.

Pada perkembangan perusahaan-perusahaan eksportir udang yang

meskipun jumlahnya mencapai 182 eksportir, namun terdapat cabang-cabang

perusahaan industri Chakroen Phokphand Group yang mendominasi pasar

domestik sehingga berrstruktur monopoli di Indonesia termasuk industri Chakroen

Phokphand Group itu sendiri yang menjadi perusahaan monopoli di Asia

Tenggara karena menguasai pangsa pasar lebih dari 50%. Tetapi dalam jumlah

perusahaan eksportir udang yang cukup banyak, pada produknya masih

mendominasi produk bahan mentah yaitu udang beku dan belum banyak yang

memproduksi produk-produk olahan udang yang bernilai tambah.

Pada strategi ekspor, Indonesia belum banyak melakukan tindakan-

tindakan atau strategi-strategi khusus untuk peningkatan daya saing komoditi

udang Indonesia. Kurangnya struktur dan strategi dalam pengembangan budidaya

udang akan mengakibatkan kalahnya produk komoditi udang Indonesia oleh

negara lain sehingga terjadi penurunan nilai ekspor udang Indonesia yang juga

berakibat pada penurunan daya saingnya.

Page 107: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

90

5) Peranan Pemerintah

Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan usaha udang Indonesia

agar menjadi usaha yang terintegrasi dan handal mulai dari hulu hingga hilir serta

berdaya saing tinggi dengan penetapan Komisi Udang Indonesia (KUI) melalui

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.42/MEN/2004 tentang

Komisi Udang Indonesia. Komisi Udang Indonesia dalam menjalankan tugasnya

menetapkan program-program khusus seperti Manajemen Kesehatan Udang dan

Lingkungan, Manajemen Efluen dan Limbah Padat, Manajemen Pasca Panen serta

Pola dan Luas Usaha.

Pada program Manajemen Kesehatan Udang dan Lingkungan lebih

berorientasi pada pencegahan terjadinya penyakit daripada pengobatan. Program

tersebut juga menjelaskan tentang langkah-langkah yang harus ditempuh dalam

mencegah terjadinya penyakit, seperti menerapkan prosedur karantina bagi

pemasukan dan distribusi induk, nauplius (pakan udang), dan benur (benih

udang), penggunaan pakan yang bermutu, pengendalian kualitas air, dan langkah-

langkah lainnya. Program Manajemen Efluen dan Limbah Padat bertujuan untuk

memperbaiki mutu air buangan tambak yang telah banyak mengandung bahan-

bahan cemaran (limbah) yang dapat mencemari air di lingkungan tambak. Pada

Manajemen Pasca Panen bertujuan memberikan jaminan mutu produk dan

keamanan pangan. Sedangkan pada Pola dan Luas Usaha Tambak lebih

dititikberatkan pada pengaturan kegiatan budidaya tambak itu sendiri.

Page 108: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

91

6) Peranan Peluang

Peluang ekspor komoditi udang Indonesia cukup bagus di pasar

internasional. Adanya pertimbangan Indonesia sebagai negara yang memiliki luas

laut dan kekayaan sumberdaya perikanan yang besar serta peran Indonesia sebagai

salah satu eksportir udang terbesar di dunia setelah China dan Thailand dalam

pasar-pasar ekspor dunia. Pada pasar ekspor Jepang misalnya udang merupakan

salah satu makanan utama masyarakat Jepang karena selera masyarakatnya yang

lebih menyukai jenis makanan seafood membuat Jepang menjadi pasar ekspor

nomor satu Indonesia dengan pangsa pasarnya sekitar 60%. Salah satu peluang

yang sangat bagus dari pasar ekspor Jepang yaitu mulai bulan Juli 2008, akan

diberlakukan bea masuk 0% untuk produk udang dari Indonesia34.

Salah satu peluang yang sangat bagus yaitu ketika pasar ekspor udang AS

menetapkan pengenaan anti dumping udang terhadap enam negara produsen yaitu

Cina, Thailand, Vietnam, Ekuador, India dan Brazil pada tanggal 31 Desember

2003. Hal ini merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor

udangnya ke AS karena berkurangnya persaingan dari negara-negara lain karena

penetapan anti dumping tersebut. Tetapi kenyataannya Indonesia malah menjadi

sasaran utama bagi negara-negara yang terkena petisi anti dumping AS untuk bisa

memasukkan ekspornya ke AS dan Indonesia dikenai tuduhan transhipment, yaitu

hasil ekspor udang Indonesia dituduh sebagai hasil impor Indonesia dari negara-

negara yang terkena anti dumping.

34 Lin. 2008. “Bea Masuk Udang ke Jepang 0%”. http://forum.kapanlagi.com/bea-masuk-udang-

ke-jepang-0%/0000233340.html [12 Juni 2009].

Page 109: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

92

Berdasarkan hasil analisis dari Porter’s Diamond, terdapat keunggulan dan

kelemahan pada komoditi udang Indonesia. Pada komponen sumberdaya alam

Indonesia memiliki keunggulan dengan sumberdaya komoditi udang dan hasil

perikanan lainnya yang melimpah ditambah dengan luas laut atau luas lahan yang

mencukupi serta produksi udang yang cenderung meningkat setiap tahunnya.

Pada komponen sumberdaya manusia, industri udang Indonesia cukup

banyak menyerap tenaga kerja karena terciptanya lapangan kerja yang dinamis

dan dapat diproyeksikan bahwa penyerapan tenaga kerja pada sektor budidaya

udang cenderung meningkat. Kemudian adanya keunggulan jumlah dan kualitas

tenaga kerja di perusahaan PT Central Proteinaprima juga mendukung

perkembangan sumberdaya manusia. Dapat disimpulkan bahwa Indonesia

mempunyai keunggulan baik kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia pada

sektor budidaya dan ekspor udang. Hal ini berbeda dengan komponen sumberdaya

ilmu pengetahuan dan teknologi dimana dominasi teknologi produksi budidaya

udang masih sangat tradisional dan sedikit yang intensif yaitu hanya pada udang

vanname.

Pada komponen sumberdaya modal komoditi udang Indonesia memiliki

keunggulan karena sudah adanya kerjasama antara pemerintah dengan lembaga-

lembaga keuangan seperti bank-bank yang memberikan pelayanan kredit kepada

pengusaha udang Indonesia. Begitu pula dengan komponen infrastruktur pada

komoditi udang yaitu memiliki keunggulan karena telah tersedianya berbagai

infrastruktur seperti yang diinvestasikan oleh eksportir udang terbesar Indonesia

Page 110: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

93

yaitu PT Aruna Wijaya Sakti (Dipasena Citra Darmaja) di bawah perusahaan PT

Central Proteinaprima.

Pada kondisi permintaan domestik, Indonesia sudah mampu mencukupi

kebutuhan domestik komoditi udang. Begitu pula pada permintaan ekspor yang

terlihat dengan peningkatan nilai ekspor udang dan masih diminatinya komoditi

udang Indonesia di pasar-pasar dunia. Untuk komponen persaingan cukup bagus

karena Indonesia menempati posisi kedua sebagai eksportir udang beku di bawah

Thailand pada tahun 2007 (Tabel 5.4).

Pada struktur dan strategi, Indonesia masih didominasi oleh cabang-

cabang perusahaan Chakroen Phokphand Group yang yang bersifat monopoli dan

mayoritas ekspor udang Indonesia masih berupa bahan mentah yaitu ekspor udang

beku. Selain itu para stakeholder budidaya udang belum dapat menciptakan

strategi-strategi yang jitu untuk peningkatan daya saing udang di pasar dunia

sehingga terdapat kelemahan dalam struktur dan strategi udang Indonesia. Begitu

pula pada komponen industri pendukung dan terkait, kurang berperannya industri

penyediaan benih dan industri pakan udang dalam ekspor udang Indonesia serta

belum banyaknya industri-industri produk olahan udang yang berorientasi ekspor

sehingga ekspor udang Indonesia hanya sebatas bahan mentah seperti udang beku

dan tak beku yang kurang bernilai tambah.

Pada peranan peluang dan pemerintah, Indonesia masih mempunyai

peluang dalam peningkatan daya saing udang di pasar dunia karena Indonesia

masih diperhitungkan dalam pasar dunia sedangkan peran pemerintah sudah

Page 111: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

94

cukup bagus dalam membuat regulasi-regulasi peningkatan mutu komoditi udang

Indonesia.

Pada komponen-komponen dalam Porter’s Diamond Theory yang

menunjukkan keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan dalam komoditi

udang Indonesia dapat dijelaskan pada Gambar 5.1. Untuk keunggulan akan diberi

tanda (+) sedangkan untuk kelemahan pada komoditi udang Indonesia akan diberi

tanda (-).

Gambar 5.1 Keunggulan dan Kelemahan Komoditi Udang Indonesia Hasil Analisis Porter’s Diamond Theory

Komponen Sumberdaya : 1. SDA (+) 2. SDM (+) 3. IPTEK (-) 4. Modal (+) 5. Infrastruktur (+)

Peranan Pemerintah (+)

Kondisi Permintaan : 1. Domestik (+) 2. Ekspor (+)

Industri Pendukung dan Terkait :

1. Industri Pendukung (-) 2. Industri Terkait (-)

Persaingan, Struktur dan Strategi :

1. Persaingan (+) 2. Struktur (-) 3. Strategi (-)

Peranan Kesempatan (+)

Page 112: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

95

5.3 Analisis Strategi-Strategi Peningkatan Daya Saing Komoditi Udang Indonesia

Berdasarkan ketiga metode analisis yang telah dijelaskan yaitu analisis

keunggulan komparatif dengan Revealed Comparative Advantage Analysis,

analisis keunggulan kompetitif dengan menggunakan Porter’s Diamond Theory,

serta analisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing komoditi udang

Indonesia dengan metode Ordinary Least Square (OLS) maka dapat ditentukan

strategi yang dapat digunakan agar daya saing komoditi udang Indonesia

mengalami peningkatan. Adapun strategi-strategi yang dapat dilakukan untuk

peningkatan daya saing komoditi udang Indonesia yaitu :

1) Meningkatkan kualitas ekspor komoditi udang Indonesia dengan

peningkatan ekspor produk-produk olahan udang yang dapat memberikan

nilai tambah dan meningkatkan daya saingnya di pasar global.

2) Meningkatkan teknologi intensif (modern) pada budidaya udang serta

menciptakan teknologi ekspor udang yang memadai.

3) Mendirikan tempat-tempat/balai penelitian udang yang memadai demi

mendapatkan benih udang yang berkualitas.

4) Meningkatkan produksi budidaya udang vanname sebagai bibit unggul

yang tahan terhadap penyakit.

5) Meningkatkan standarisasi ekspor udang Indonesia, seperti tidak

menggunakan antibiotik pada produksinya, penggunaan pakan udang yang

bermutu, serta peningkatan kebersihan dan kesehatan produksi udang yang

bebas dari bakteri dan penyakit.

Page 113: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

96

6) Mendiversifikasi pasar-pasar tujuan ekspor udang Indonesia ke arah yang

lebih prospektif seperti pasar Jepang.

Page 114: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

97

VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis keunggulan komparatif (RCA), komoditi udang

Indonesia berdaya saing kuat sehingga dapat dikatakan bahwa Indonesia

mempunyai keunggulan komparatif atas komoditi udangnya. Sedangkan dari hasil

analisis Porter’s Diamond Theory komoditi udang Indonesia masih dapat

dikatakan berkeunggulan kompetitif karena mempunyai faktor keunggulan

kompetitif yang lebih banyak daripada kelemahannya sehingga dapat dikatakan

bahwa komoditi udang Indonesia selain mempunyai keunggulan komparatif, juga

mempunyai keunggulan kompetitif.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing komoditi udang

Indonesia adalah harga ekspor udang Indonesia, harga domestik udang windu di

tingkat produsen dan nilai ekspor komoditi substitusi udang yaitu ikan tuna,

kondisi faktor seperti sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya modal,

penguasaan IPTEK, sumberdaya infrastruktur, permintaan domestik dan ekspor,

persaingan, struktur dan strategi industri, industri pendukung dan terkait, peran

pemerintah dan faktor kesempatan.

Strategi-strategi yang dapat dilakukan untuk peningkatan daya saing

komoditi udang Indonesia yaitu (1) Meningkatkan kualitas ekspor komoditi udang

Indonesia dengan peningkatan ekspor produk-produk olahan udang yang dapat

memberikan nilai tambah dan meningkatkan daya saingnya di pasar global. (2)

Meningkatkan teknologi intensif (modern) pada budidaya udang serta

menciptakan teknologi ekspor udang yang memadai. (3) Mendirikan tempat-

Page 115: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

98

tempat/balai penelitian udang yang memadai untuk menghasilkan benih udang

yang berkualitas. (4) Meningkatkan produksi budidaya udang vanname sebagai

bibit unggul yang tahan terhadap penyakit, (5) Meningkatkan standarisasi ekspor

udang Indonesia (6) Mendiversifikasi pasar-pasar tujuan ekspor udang Indonesia

ke arah yang lebih prospektif seperti pasar Jepang.

6.2 Saran

1. Meningkatkan penguasaan teknologi pada sistem produksi dan pengolahan

hasil komoditi udang Indonesia sehingga dapat meningkatkan kinerja

ekspor komoditi udang Indonesia.

2. Menciptakan cluster industri udang Indonesia sehingga terjalin kerjasama

dan kemudahan dalam akses ketersediaan benih unggul, pakan yang

bermutu, serta pengembangan sektor pengolahan udang dan produk olahan

udang yang berkualitas untuk menghasilkan nilai tambah dan

meningkatkan daya saingnya di pasar global.

3. Menjaga kesinambungan peningkatan jumlah ekspor udang Indonesia agar

nilai ekspornya juga ikut meningkat dan mendorong pada peningkatan

daya saingnya di pasar dunia.

Page 116: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

99

DAFTAR PUSTAKA

Amri, K. 2003. Budidaya Udang Windu Secara Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Badan Pusat Statistik, Pusat Data dan Informasi. 2009. Statistical Yearbook of

2009. Jakarta. Darmono. 1991. Budidaya Udang Penaeus. Kanisius (Anggota IKAPI),

Yogyakarta. Departemen Kelautan dan Perikanan, Pusat Data dan Informasi. 2008. Data

Potensi Produksi dan Ekspor/Impor Kelautan dan Perikanan 2007. Jakarta.

Departemen Perdagangan, Direktorat Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan,

Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri. 2006. Profil Komoditi Ekspor Udang Indonesia. Jakarta.

Departemen Perdagangan, Tim 10 +10 + 3. 2009. Program Peningkatan Ekspor

Produk Udang Indonesia. Jakarta. Departemen Pertanian, Pusat Data dan Informasi Dirjen Budidaya Perikanan.

2009. Data Perkembangan Ekspor Hasil Perikanan Menurut Komoditas Utama 1988-2007. Jakarta.

Gudjarati, D. 1978. Ekonometrika Dasar. Zain dan Sumarno [penerjemah].

Erlangga, Jakarta. Haliman, R.W. dan Dian A.S. 2006. Udang Vannamei. Penebar Swadaya, Jakarta. Kuotsoyianis, A. 1977. Theory of Econometrics Second Edition. Harper & Row

Publisher, USA. Mudjayani, W.P. 2008. Analisis Daya Saing Buah-Buahan Tropis Indonesia.

[skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Nikijuluw, V.P.H. 2007. Meningkatkan Nilai Tambah Perikanan. Satuan Kerja

Ditjen P2HP, Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Porter, M.E. 1990. The Competitive Advantage of Nations. Free Press, New York.

Page 117: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

100

Salvatore, D. 1996. Ekonomi Internasional Edisi Kelima. Haris Munandar [penerjemah]. Erlangga, Jakarta.

Subdit Data dan Statistik Direktorat Produksi Dirjen Perikanan Budidaya. 2008.

Buku Saku Statistik Perikanan Budidaya Tahun 2007. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Page 118: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

101

LAMPIRAN

Page 119: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

102

Lampiran 1 Data Analisis RCA Tahun Xij (US$) Xis (US$) Wj (US$) Ws (US$) RCA 1989 554.186.000 22.158.900.000 2.430.357.116 1,20E+12 12,35 1990 686.437.000 25.675.300.000 3.079.243.091 1,38E+12 11,63 1991 768.175.000 29.142.400.000 4.334.048.513 1,92E+12 11,50 1992 758.206.000 33.967.000.000 5.304.176.911 2,46E+12 10,19 1993 867.005.000 36.823.000.000 6.084.207.653 2,83E+12 10,70 1994 1.003.817.000 40.053.400.000 7.679.879.654 3,76E+12 12,23 1995 1.029.012.000 45.418.000.000 8.039.457.106 4,68E+12 12,81 1996 1.013.121.000 49.814.800.000 7.722.239.844 5,00E+12 12,94 1997 1.007.923.000 53.443.600.000 7.946.333.961 5,30E+12 12,67 1998 1.007.788.000 48.847.600.000 7.834.130.930 5,27E+12 14,12 1999 879.055.000 48.665.400.000 7.008.502.837 5,47E+12 14,04 2000 996.469.000 62.124.000.000 8.963.718.548 6,98E+12 12,45 2001 924.667.000 56.320.900.000 8.389.693.700 6,77E+12 12,92 2002 831.964.000 57.158.800.000 784.344.4697 7,12E+12 12,71 2003 847.308.000 61.058.200.000 8.846.304.121 8,31E+12 13,15 2004 811.118.000 71.584.600.000 8.893.681.474 1,01E+13 12,47 2005 806.514.650 85.660.000.000 9.432.023.622 1,15E+13 11,42 2006 943.996.879 10.079.860.0000 1.0311.566.660 1,32E+13 12,01 2007 794.795.322 114.100.900.000 8.416.653.632 1,52E+13 12,62 Sumber : UNComtrade, 2009

Lampiran 2 Nilai RCA Udang Beku dan Tak Beku Negara-Negara Pesaing Indonesia

Tahun Thailand Vietnam China 2002 17 40 2,73 2003 17 51 1,85 2004 19 63 1,76 2005 16 102 1,24 2006 27 0 1,06

Sumber : Depdag, 2009

Page 120: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

103

Lampiran 3. Data Nilai Ekspor dan Variabel-Variabel Regresi OLS

Sumber : Pusdatin Dirjen Perikanan Budidaya, DKP

Lampiran 4. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 1.583079 Prob. F(12,6) 0.2968 Obs*R-squared 14.43944 Prob. Chi-Square(12) 0.2735 Scaled explained SS 5.838107 Prob. Chi-Square(12) 0.9240

Lampiran 5 Hasil Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.854685 Prob. F(2,12) 0.4498 Obs*R-squared 2.369038 Prob. Chi-Square(2) 0.3059

Tahun NXT (US$)

PXT (US$/Ton)

QXT (Ton)

PDXT (Rp)

NIT (US$)

1989 554.186.000 7232,16 76.628 12.000 102.667.000 1990 686.437.000 7364,41 93.210 12.250 124.748.000 1991 768.175.000 8082,22 95.045 12.750 184.426.000 1992 758.206.000 7614,96 99.568 12.500 145.967.000 1993 867.005.000 8922,1 97.175 14.800 213.819.000 1994 1.003.817.000 10191,34 98.497 16.500 182.200.000 1995 1.029.012.000 11063,22 93.012 17.500 212.983.000 1996 1.013.121.000 10234,99 98.986 17.000 192.980.000 1997 1.007.923.000 10911,68 92.371 19.000 189.433.000 1998 1.007.788.000 7145,51 141.038 45.000 215.134.000 1999 879.055.000 8222,23 106.912 50.000 189.386.000 2000 996.469.000 8732,91 114.105 59.000 223.916.000 2001 924.667.000 7453,2 124.063 59.400 218.991.000 2002 831.964.000 6845,97 121.526 49.500 212.426.000 2003 847.308.000 6300,67 134.479 50.000 213.179.000 2004 811.118.000 6436,06 126.027 52.000 243.937.000 2005 806.514.650 6481,51 124.433 54.000 246.302.994 2006 943.996.879 6819,52 138.426 59.500 250.566.631 2007 794.795.322 6824,6 116.460 65.000 304.348.125

Page 121: ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI … · “ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR ... tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual

104

Lampiran 6. Nilai Korelasi Pada Uji Multikolinearitas

Lampiran 7. Diagram Jarque Bera Pada Uji Normalitas

Lampiran 8 Tampilan Hasil Regresi OLS

Variabel Dependen : LNDS Taraf Nyata α = 10%

LNDS LNPXT LNQXT LNPDXT LNNIT LNDS 1.000000 0.032432 0.325321 0.490712 0.235349

LNPXT 0.032432 1.000000 -0.587672 -0.525910 -0.147669 LNQXT 0.325321 -0.587672 1.000000 0.859544 0.722771

LNPDXT 0.490712 -0.525910 0.859544 1.000000 0.746482 LNNIT 0.235349 -0.147669 0.722771 0.746482 1.000000

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LNPXT 0.302767 0.123213 2.457263 0.0277 LNQXT 0.099302 0.208018 0.477372 0.6405

LNPDXT 0.143251 0.048485 2.954517 0.0105 LNNIT -0.229165 0.111802 -2.049741 0.0596

C 1.547898 2.359900 0.655917 0.5225

R-squared 0.511530 Mean dependent var 2.512097 Adjusted R-squared 0.371967 S.D. dependent var 0.081292 S.E. of regression 0.064423 Akaike info criterion -2.425764 Sum squared resid 0.058104 Schwarz criterion -2.177227 Log likelihood 28.04476 Hannan-Quinn criter. -2.383702 F-statistic 3.665232 Durbin-Watson stat 1.704705 Prob(F-statistic) 0.030395

0

1

2

3

4

5

6

-0.10 -0.05 -0.00 0.05 0.10

Series: ResidualsSample 1989 2007Observations 19

Mean 5.38e-16Median 0.003887Maximum 0.097900Minimum -0.118365Std. Dev. 0.056816Skewness -0.506107Kurtosis 2.489370

Jarque-Bera 1.017545Probability 0.601233