analisis daya saing dan faktor-faktor yang … · 2.2.2 teori keunggulan kompetitif..... 11 2.3....

73
ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR MUTIARA INDONESIA OLEH FITRI KARLINDA H14080064 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Upload: lehanh

Post on 15-Mar-2019

265 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR

MUTIARA INDONESIA

OLEH

FITRI KARLINDA

H14080064

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 2: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

RINGKASAN

FITRI KARLINDA. H14080064. Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang

Memengaruhi Permintaan Ekspor Mutiara Indonesia (dibimbing oleh MANUNTUN

PARULIAN HUTAGAOL)

Indonesia dikenal sebagai negara bahari dikarenakan luas wilayah

perairannya adalah dua pertiga dari total wilayah secara keseluruhan. Dengan

kondisinya tersebut, Indonesia memiliki peluang dan potensi kekayaan komoditi laut

bila dimanfaatkan dengan baik. Mutiara merupakan salah satu komoditi dari sektor

kelautan yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha di

masa datang. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya peminat perhiasan

mutiara dan harganya yang terus mengalami peningkatan. Saat ini Indonesia baru

memberikan porsi 26 persen dari kebutuhan di pasar dunia, dan angka ini masih

dapat ditingkatkan sampai 50 persen. Apabila hal tersebut dimanfaatkan dengan baik,

mutiara dapat menjadi salah satu alternatif pemasukan pendapatan yang besar

dikarenakan nilai ekspornya yang tinggi. Untuk itu diperlukan suatu analisis agar

dapat diketahui daya saing komoditi mutiara di pasar internasional.

Metode analisis yang digunakan untuk mengukur daya saing adalah analisis

Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk menganalisis keunggulan komparatif

suatu komoditi dalam suatu negara dan analisis Export Product Dynamics (EPD)

yang digunakan untuk menganalisis keunggulan kompetitifnya serta mengetahui

suatu komoditi dengan peforma dinamis atau tidak. Lalu dilakukan analisis gravity

model dengan pendekatan data panel untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi

permintaan ekspor mutiara Indonesia. Hal ini dilakukan karena melihat beragamnya

karakteristik dari masing-masing negara sehingga dapat berpengaruh pada

perdagangan internasional. Variabel yang dimasukkan pada gravity model adalah

GDP per kapita negara tujuan, nilai tukar negara tujuan, nilai ekspor mutiara

Indonesia tahun sebelumnya, populasi negara tujuan, dan jarak ekonomi. Jenis data

yang digunakan terdiri dari data time series selama periode 1999-2011 dan cross

section tiga negara importir mutiara Indonesia yaitu Australia, Hongkong, dan

Jepang. Adapun jenis HS yang digunakan adalah gabungan dari HS710110 dengan

produk natural pearls dan HS710121 dengan produk cultured pearls, unworked.

Hasil yang didapat dari analisis RCA dan EPD, bahwa komoditi mutiara

Indonesia memiliki keunggulan komparatif atau daya saing yang kuat ke Negara

Australia, Hongkong dan Jepang. Namun hanya ke Australia dan Jepang saja yang

mengalami peningkatan permintaan ekspor mutiara. Hasil analisis dengan gravity

model diperoleh bahwa GDP per kapita riil negara importir, nilai tukar, dan nilai

ekspor tahun sebelumnya signifikan dan berpengaruh positif terhadap permintaan

ekspor mutiara Indonesia; populasi negara importir signifikan dan berpengaruh

negatif terhadap permintaan ekspor mutiara Indonesia; dan jarak ekonomi tidak

signifikan.

Posisi pasar “Rising Star” dengan daya saing yang kuat di Australia dan

Jepang, sebaiknya pemerintah mendorong perusahaan atau industri mutiara dalam

negeri untuk menjaga pada posisi pasar yang sudah ideal dengan daya saing yang

kuat tersebut. Pada posisi pasar “Lost Opportunity” di Hongkong, sebaiknya

pemerintah mendorong perusahaan mutiara untuk lebih produktif dalam

memproduksi komoditi mutiara dengan cara meningkatkan kualitas Sumber Daya

Page 3: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

Manusia (SDM), menjalin hubungan bilateral yang lebih kuat agar Indonesia

memperoleh informasi yang baik mengenai kebutuhan impor negara tersebut dan

mengenai strategi kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh negara importir lainnya

sebagai bahan pembanding agar dapat menerapkan kebijakan yang lebih baik.

Page 4: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

Judul Skripsi : Analisis Daya Saing Dan Faktor-Faktor Yang

Memengaruhi Permintaan Ekspor Mutiara Indonesia Nama Mahasiswa : Fitri Karlinda

NRP : H14080064

Menyetujui,

Dosen Pembimbing,

Dr.Ir. Manuntun Parulian Hutagaol, M.S

NIP. 19570904 198303 1 005

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr.Ir.Dedi Budiman Hakin, M.Ec

NIP. 19641022 198903 1 003

Tanggal Lulus:

Page 5: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR

MUTIARA INDONESIA

Oleh

FITRI KARLINDA

H14080064

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 6: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI

ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM

PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, November 2012

Fitri Karlinda

H14080064

Page 7: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Fitri Karlinda lahir di Bogor pada tanggal 23 April 1990.

Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yang terlahir dari pasangan

Choirul Anwar dan Cucu Indah. Pada tahun 1996 terdaftar sebagai siswa di SD

Tunas Jakasampurna Bekasi, lalu pada tahun 2001 pindah sekolah dan

menamatkan pendidikan sekolah dasarnya di SDN Sukadamai 3 Bogor pada tahun

2002. Kemudian penulis melanjutkan sekolah di SMPN 5 Bogor dan lulus pada

tahun 2005. Pada tahun yang sama meneruskan pendidikannya di SMAN 5 Bogor

dan lulus pada tahun 2008.

Pada tahun 2008 penulis menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk

IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswi major Ilmu Ekonomi dengan minor

Manajemen Fungsional, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Selama menjadi

mahasiswi, aktif menjadi staf divisi Distro Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu

Ekonomi dan Studi Pembangunan (HIPOTESA) pada tahun 2010-2011. Selain itu

juga aktif dalam kepanitian antara lain dalam acara HIPOTEX-R 2009, Economic

Contest 2009, komisi disiplin MPF dan MPD FEM IPB 2010, HSR 2010. Penulis

juga berkesempatan untuk memperoleh Beasiswa PPA tahun 2010-2012.

Page 8: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Daya Saing dan Faktor-

Faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekspor Mutiara Indonesia” yang

merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Sarjana

Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen di

Institut Pertanian Bogor. Analisis daya saing dan faktor-faktor yang memengaruhi

permintaan ekspor mutiara Indonesia merupakan topik yang sangat menarik

karena diharapkan berdampak positif terhadap kemajuan ekspor produk kelautan.

Karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini.

Penulis menyadari membutuhkan bantuan dan kerjasama dari berbagai

pihak dalam penyusunan skripsi ini. Oleh sebab itu, dengan kerendahan hati dan

rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1) Mama Cucu Indah, Papa Choirul Anwar, adik Ethaliani Karlinda, dan

Rheyhan Fahry atas segala doa, motivasi, dan kasih sayang yang terhingga,

serta dukungan baik moril maupun materiil. Semoga ini menjadi

persembahan yang membanggakan untuk kalian.

2) Dr. Ir. Manuntun Parulian Hutagaol, M.S, selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan kesediaan

meluangkan waktu selama proses pembuatan skripsi sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

3) Dr. Sri Mulatsih selaku dosen penguji utama yang telah banyak memberikan

saran dan kritik demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

4) Widyastutik, M.Si selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah

memberikan masukan dan saran terkait dengan tata bahasa dan penulisan

skripsi ini.

5) Seluruh jajaran staf Departemen Ilmu Ekonomi serta para dosen atas segala

bantuan dan kerjasamanya dalam melancarkan proses kelulusan penulis.

Page 9: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

6) Seluruh pihak dari Kementerian Kelautan dan Perikanan yang telah

memberikan data mengenai Ekspor Mutiara Indonesia.

7) Raden Bagus Dimas Putra yang senantiasa memberikan doa, bantuan,

dukungan, dan motivasi.

8) Teman-teman satu bimbingan Aries Romario Sitinjak, Puspa Ratih

Anggraeni, dan Soulma Arum atas motivasi, kritik, saran, dan diskusi yang

membantu penulis menyelesaikan penelitian ini.

9) Seluruh keluarga besar IE 45, khususnya Oktya Setya Pratidina, dan teman-

teman atas kebersamaan, bantuan, dan dorongan semangat untuk

menyelesaikan skripsi hingga selesai.

10) Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan

keterbatasan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan

saran dan kritik yang membangun untuk memperbaiki berbagai kekurangan yang

ada. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi berbagai pihak, terutama bagi penelitian-

penelitian selanjutnya mengenai ekspor komoditi mutiara.

Bogor, November 2012

Fitri Karlinda

H14080064

Page 10: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ..................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. iv

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... v

I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah ......................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 6

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 7

1.5 Ruang Lingkup ................................................................................ 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 8

2.1 Teori Perdagangan Internasional ...................................................... 8

2.2 Konsep Daya Saing.......................................................................... 9

2.2.1 Teori Keunggulan Komparatif ............................................ 10

2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif ............................................. 11

2.3 Teori Revealed Comparative Advantage (RCA) ............................. 11

2.4 Teori Export Product Dynamics (EPD) .......................................... 12

2.5 Konsep Gravity Model ................................................................... 12

2.6 Teori Model Data Panel ................................................................. 15

2.7 Tinjauan Penelitian Terdahulu ....................................................... 18

2.7.1 Penelitian Terdahulu .......................................................... 18

2.7.2 Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu ............................. 19

2.8 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 19

2.10 Hipotesis........................................................................................ 21

III. METODE PENELITIAN ..................................................................... 22

3.1 Jenis dan Sumber Data ................................................................... 22

3.2 Metode Analisis Data..................................................................... 22

3.2.1 Analisis Daya Saing ........................................................... 22

3.2.2 Pemilihan Model ................................................................ 26

3.3 Uji Kesesuaian Model .................................................................... 28

IV. GAMBARAN UMUM .......................................................................... 33

4.1 Profil Mutiara ................................................................................ 33

Page 11: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

ii

4.1.1 Karakteristik Mutiara ......................................................... 33

4.1.2 Jenis Mutiara ...................................................................... 35

4.2 Standar Mutu Mutiara .................................................................... 35

4.3 Perkembangan Ekspor Komoditi Mutiara Indonesia di Negara

Australia, Hongkong, dan Jepang Periode 1999-2011 .................... 36

4.3.1 Perkembangan Ekspor Komoditi Mutiara Indonesia di

Australia ............................................................................ 37

4.3.2 Perkembangan Ekspor Komoditi Mutiara Indonesia di

Hongkong .......................................................................... 37

4.3.3 Perkembangan Ekspor Komoditi Mutiara Indonesia di

Jepang ................................................................................ 38

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 39

5.1 Analisis Daya Saing Komoditi Mutiara Indonesia di Negara

Australia, Hongkong, dan Jepang Periode 1999-2011 .................... 39

5.2 Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekpsor

Mutiara Indonesia di Negara Tujuan Periode 1999-2011 ................ 40

5.2.1 Hasil Estimasi Model Faktor-Faktor yang Memengaruhi

Permintaan Ekspor Komoditi Mutiara Indonesia Periode

1999-2011 .......................................................................... 40

5.2.2 Interpretasi Model Faktor-Faktor yang Memengaruhi

Permintaan Ekspor Komoditi Mutiara Indonesia Periode

1999-2011 .......................................................................... 43

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 47

6.1 Kesimpulan ................................................................................... 47

6.2 Saran ............................................................................................. 47

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 49

Page 12: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

iii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1 Nilai Perdagangan Mutiara Dunia Tahun 2009-2011 ............................ 3

1.2 Distribusi Perdagangan Mutiara Indonesia (Ekspor) Tahun 2011.......... 5

3.1 Data dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian................... 22

3.2 Matriks Posisi Daya Saing.................................................................. 24

3.3 Kerangka Identifikasi Autokorelasi .................................................... 29

5.1 Hasil Estimasi EPD dan RCA Komoditi Mutiara Indonesia ................ 40

5.2 Hasil Estimasi Gravity Model Komoditi Mutiara ................................ 43

Page 13: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

iv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1 Proses Terjadinya Perdagangan Internasional ...................................... 8

2.2 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 20

3.1 Kekuatan Bisnis dan Daya Tarik Pasar dalam Metode EPD ............... 25

4.1 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditi Mutiara Indonesia di

Australia, 1999-2011 ...................................................................... 37

4.2 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditi Mutiara Indonesia di

Hongkong 1999-2011 ........................................................................ 38

4.3 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditi Mutiara Indonesia di Jepang,

1999-2011 ......................................................................................... 38

Page 14: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

v

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Hasil Olahan Metode RCA Komoditi Mutiara Indonesia di Negara

Australia, Hongkong, dan Jepang, 1999-2011 ..................................... 52

2 Hasil Olahan Metode EPD Komoditi Mutiara Indonesia di Negara

Australia, Hongkong, dan Jepang, 1999-2011...................................... 54

3 Variabel-Variabel yang Memengaruhi Permintaan Ekspor Komoditi

Mutiara Indonesia di Negara Australia, Hongkong, dan Jepang

Periode 1999-2011 .............................................................................. 56

4 Hasil Output Model Permintaan Komoditi Mutiara Indonesia di

Negara Autralia, Hongkong, dan Jepang Periode 1999-2011 ............... 58

Page 15: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daya saing merupakan salah satu kriteria yang menentukan keberhasilan

suatu negara di dalam perdagangan internasional. Dalam era perdagangan bebas

saat ini, daya saing sebuah produk menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi

agar produk tersebut dapat bertahan di pasar internasional. Secara teoritik,

masalah mengenai daya saing dijelaskan oleh berbagai teori, salah satunya ialah

oleh Porter (1990) menyatakan bahwa daya saing merupakan kemampuan suatu

komoditi untuk memasuki pasar luar negeri dan kemampuan untuk bertahan di

dalam pasar tersebut. Pengertian daya saing juga mengacu pada kemampuan suatu

negara untuk memasarkan produk yang dihasilkan negara relatif terhadap

kemampuan negara lain.

Dalam perdagangan internasional, daya saing suatu komoditi dapat

dilihat dari keunggulan komparatifnya. Keunggulan komparatif suatu produk

dapat dilihat dari nilai RCA (Revealed Comparative Advantage). Konsep RCA

pertama kali diperkenalkan oleh Bela Balassa pada tahun 1965. Sejak itu banyak

laporan penelitian dan studi empiris menggunakan RCA sebagai indikator

keunggulan komparatif suatu produk dan dipergunakan sebagai acuan spesialisasi

perdagangan internasional. Konsep RCA yang dipelopori oleh Balassa memang

ditujukan untuk mengukur keunggulan relatif suatu produk (Balassa, 1965).

Namun, Gonarsyah (1995) menyatakan bahwa daya saing berarti

mengenai keunggulan kompetitif (competitive advantage). Suatu produk yang

mempunyai keunggulan komparatif, belum tentu memiliki keunggulan kompetitif.

Keunggulan kompetitif selain ditentukan oleh keunggulan komparatif, juga

ditentukan oleh biaya pemasaran dan biaya-biaya lainnya. Suatu produk yang

memiliki keunggulan kompetitif tapi terjadi kegagalan pasar, baik karena

kebijakan regulasi pemerintah maupun struktur pasar, maka produk tersebut bisa

saja tidak memiliki keunggulan komparatif.

Sehingga keunggulan daya saing dapat dikelompokkan menjadi dua

macam, yaitu keunggulan komparatif (comparative advantage) dan keunggulan

Page 16: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

2

kompetitif (competitive advantage). Di mana David Ricardo dalam Salvatore

(1997) mengatakan bahwa keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara

mampu memproduksi barang dan jasa lebih banyak dengan biaya yang lebih

murah daripada negara lainnya. Dengan kata lain negara tersebut melakukan

spesialisasi produksi barang atau jasa yang memiliki produktivitas dan efisiensi

yang tinggi. Berbeda dengan konsep keunggulan komparatif, konsep keunggulan

kompetitif adalah sebuah konsep yang menyatakan bahwa kondisi alami tidaklah

perlu untuk dijadikan penghambat karena keunggulan pada dasarnya dapat

diperjuangkan dan dikompetisikan dengan berbagai perjuangan atau usaha.

Keunggulan suatu negara bergantung pada kemampuan perusahaan-perusahaan di

dalam negara tersebut untuk berkompetisi dalam menghasilkan produk yang dapat

bersaing di pasar (Porter, 1990).

Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan dengan jumlah

pulau mencapai 17.504 buah dan panjang pantai yang mencapai 81.000 km.

Dengan kondisinya tersebut, Indonesia memiliki peluang dan potensi budidaya

komoditi laut yang sangat besar untuk dikembangkan, mengingat luas wilayah

perairaannya adalah dua pertiga dari total wilayah Indonesia. Kekayaan produk

hasil laut Indonesia menyimpan potensi devisa yang sangat besar bila

dikembangkan dengan baik. Tidak hanya ikan, rumput laut dan mutiara pun

memiliki nilai jual yang tinggi.

Mutiara merupakan salah satu komoditi dari sektor kelautan yang bernilai

ekonomi tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha di masa datang. Hal

ini dapat dilihat dari semakin banyaknya peminat perhiasan mutiara dan harganya

yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jenis mutiara yang paling

mahal dan terkenal dari Indonesia adalah South Sea Pearl (mutiara laut selatan),

yang berasal dari kerang "Pinctada maxima" dengan sentra pengembangan di

berbagai daerah. Mutiara ini sudah cukup lama dikenal oleh pasaran dunia. Saat

ini Indonesia baru memberikan porsi 26 persen dari kebutuhan di pasar dunia, dan

angka ini masih dapat ditingkatkan sampai 50 persen. Sumber daya kelautan

Indonesia masih memungkinkan untuk dikembangkan, baik dilihat dari

ketersediaan areal budidaya, tenaga kerja yang dibutuhkan, maupun kebutuhan

Page 17: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

3

akan peralatan pendukung budidaya mutiara (Kementerian Kelautan dan

Perikanan, 2011)

Tabel 1.1 Nilai Perdagangan Mutiara Dunia Tahun 2009-2011

No 2009 2010 2011

Negara Nilai (US$) Negara Nilai (US$) Negara Nilai (US$)

1 Hongkong 389.996.346 Hongkong 413.488.897 Hongkong 442.444.600

2 Australia 257.590.635 China 257.602.251 China 293.352.530

3 China 219.931.911 Australia 208.552.046 Australia 242.712.987

4 Jepang 191.196.790 Japan 187.292.550 Jepang 211.106.850

5 Tahiti 90.957.110 Tahiti 83.084.375 Tahiti 76.237.254

6 Swiss 4.574.756 USA 44.645.199 USA 53.740.113

7 USA 39.292.130 Swiss 43.867.309 Swiss 45.329.402

8 Indonesia 22.331.646 Jerman 31.438.669 Indonesia 31.790.403

9 Jerman 20.697.000 Indonesia 31.421.090 Inggris 27.198.372

10 Inggris 20.047.661 Inggris 26.062.036 Italia 20.833.172

Lain-lain 82.192.017 Lain-lain 76.997.240 Lain-Lain 77.137.216

TOTAL 1.375.808.002 TOTAL 1.404.451.743 TOTAL 1.521.882.899

Sumber: UN Comtrade, 2011 (diolah)

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa nilai ekspor mutiara Indonesia

mengalami peningkatan dari periode 2009 sampai 2011, meskipun nilai ekspor

mutiara Indonesia belum dapat menempati peringkat pertama. Empat posisi

teratas secara berturut-turut ditempati oleh negara Hongkong, China, Australia,

dan Jepang. Meski demikian, negara-negara tersebut selain merupakan eksportir

mutiara dunia, juga merupakan importir utama mutiara Indonesia. Hal ini

dikarenakan, mutiara Indonesia yang diekspor ke pasar internasional masih berupa

bahan mentah, sehingga belum memiliki nilai tambah bila dibandingkan dengan

negara eksportir mutiara lainnya. Saat ini harga mutiara Indonesia masih jauh

lebih rendah dari mutiara sejenis negara lain. Harga mutiara South Sea Pearl

Australia saat ini dikisaran US$ 25 per gram. Australia merupakan salah satu

negara kompetitor terkuat penghasil mutiara, selain sebagai negara importir

mutiara Indonesia. Namun, belakangan ini Australia mulai mengurangi produksi

mutiara hingga 20 persen. Dengan demikian, mutiara dari Indonesia diharapkan

akan semakin mendominasi pasar ekspor. Kurangnya pasokan mutiara dari

Australia ini akan menjadi peluang emas bagi pembudidaya mutiara Indonesia.

Seiring dengan peningkatan permintaan dunia yang semakin besar

tersebut, sebelumnya pada tahun 2011 pemerintah menargetkan produksi mutiara

sebesar 7 ton. Kemudian pemerintah menargetkan pencapaian 10 ton ekspor

mutiara pada tahun 2012 yang akan ditempuh dengan pola pengembangan

Page 18: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

4

sejumlah kawasan produsen mutiara seperti Maluku Utara, Papua Barat, Sulawesi

Utara, NTB, dan NTT. Target ini didasarkan pada potensi produksi mutiara

Indonesia yang mencapai 20 ton per tahun dengan sasaran sentra penghasil

mutiara di kawasan timur Indonesia.

Perdagangan internasional mengharuskan setiap negara memiliki

spesialisasi dan juga kemampuan untuk dapat bersaing memperebutkan pasar

yang ada. Penguasaan pasar oleh suatu negara dapat menjadi ukuran kemampuan

bersaing suatu negara untuk komoditi tertentu. Berdasarkan data-data dan

informasi yang telah dipaparkan, sangatlah diperlukan sebuah penelitian

mengenai besar penguasaan pasar yang dimiliki oleh Indonesia di negara tujuan

ekspor. Penguasaan pasar akan menentukan posisi daya saing ekspor mutiara

Indonesia di pasar internasional. Oleh karena itu, suatu negara akan sangat

memerlukan suatu informasi yang dapat menunjukkan posisi daya saing suatu

komoditi ekspor tertentu, dan juga dapat mengetahui faktor-faktor apa yang

mungkin memengaruhinya. Untuk itulah penelitian ini disusun agar dapat

memberikan informasi dalam membuat kebijakan mengenai mutiara Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah

Daya saing merupakan kemampuan suatu komoditi untuk memasuki pasar

luar negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan dalam pasar tersebut. Untuk

dapat bersaing dengan mutiara asal negara lain, tentunya Indonesia harus

mempunyai kualitas mutiara yang baik dan terjaga kualitasnya. Dengan demikian,

permintaan ekspor mutiara Indonesia akan meningkat.

Indonesia menargetkan untuk meningkatkan ekspor mutiara setiap

tahunnya. Hal ini didukung dengan penerbitan SNI 4989:2011. Penerbitan SNI ini

menunjukkan bahwa pemerintah mulai memberi perhatian terhadap komoditi

mutiara Indonesia. SNI ini diterapkan secara sukarela kepada perusahaan mutiara

di Indonesia. Adapun SNI ini bertujuan agar kualitas mutiara Indonesia yang

dihasilkan memenuhi persyaratan untuk dapat diekspor. Selain itu, KKP dibawah

Ditjen Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil tengah mengatur zonasi mutiara

laut. Zonasi khusus ini penting karena budidaya mutiara butuh kondisi alam

tertentu yang tidak bisa digabungkan dengan kegiatan laut lainnya.

Page 19: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

5

Hal ini merupakan sebuah tujuan yang logis mengingat Indonesia memiliki

keunggulan wilayah dengan dua pertiga dari wilayahnya adalah laut. Apabila

dimanfaatkan dengan baik, dan dengan dukungan pemerintah yang semakin

membangun, mutiara dapat menjadi salah satu alternatif pemasukan pendapatan

yang sangat besar bagi negara dikarenakan memiliki nilai ekspor yang tinggi.

Akan tetapi, upaya tersebut masih terkendala daya saing yang rendah

dibandingkan negara produsen lain, mengingat mutiara yang diekspor oleh

Indonesia masih berupa bahan mentah atau dikatakan belum memiliki nilai

tambah. Mutiara yang diekspor oleh Indonesia sebagian besar berupa loose

(butiran). Berdasarkan data dari KKP, Indonesia berada pada posisi kedelapan

pada tahun 2011 sebagai eksportir mutiara dunia apabila diurutkan berdasarkan

nilai ekspornya, meskipun posisi ini meningkat dari tahun sebelumnya dengan

menempati posisi kesembilan. Ini merupakan indikasi bahwa daya saing ekspor

mutiara Indonesia dalam perdagangan internasional masih lemah.

Tabel 1.2 Distribusi Perdagangan Mutiara Indonesia (Ekspor) Tahun 2011

No Negara Nilai (US$)

1 Hongkong 13.668.049

2 Jepang 12.847.193

3 Australia 4.941.953

4 Korea Selatan 271.226

5 India 61.102

6 Jerman 880

TOTAL 31.790.403

Sumber: UN Comtrade, 2011 (diolah)

Data pada Tabel 1.2 menunjukkan bahwa rata-rata 98,95 persen ekspor

mutiara Indonesia ditujukan ke negara Hongkong, Jepang, dan Australia. Artinya

negara-negara tersebut menjadi konsumen yang sangat penting bagi industri dan

ekspor mutiara Indonesia. Data tersebut juga menunjukkan bahwa Indonesia

memiliki prioritas negara tujuan ekspor mutiara ke negara-negara eksportir

mutiara dunia. Hal ini menjadi sebuah indikator bahwa pangsa pasar mutiara

Indonesia di pasar internasional masih relatif rendah yang berdampak pada daya

saing yang lemah. Oleh karena itu, perlu dikaji lebih jauh mengenai pangsa pasar

mutiara Indonesia di pasar internasional, khususnya di negara tujuan ekspor

Page 20: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

6

mutiara Indonesia. Namun, penerimaan Indonesia melalui nilai ekspor mutiara ke

negara tujuan menunjukkan trend yang positif. Hal ini sekaligus menjadi indikator

yang menunjukkan peluang peningkatan penerimaan yang semakin besar.

Pemahaman pertama yang perlu ditelaah yaitu bagaimana daya saing

komoditi mutiara Indonesia di negara importir apakah semakin rendah atau tinggi.

Apabila daya saingnya masih rendah, maka pemerintah harus membuat kebijakan

untuk meningkatkanya. Sehingga langkah pertama yang perlu dilakukan adalah

mengidentifikasi negara-negara tujuan ekspor mutiara Indonesia yaitu Hongkong,

Jepang, dan Australia apakah komoditi mutiara Indonesia di negara tersebut

memiliki daya saing, baik dari keunggulan komparatif maupun keunggulan

kompetitif. Setelah diketahui bagaimana daya saingnya, dilakukakan analisis

faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor mutiara Indonesia di pasar

Internasional. Hal ini perlu dilakukan melihat beragamnya karakteristik dari

masing-masing negara sehingga dapat berpengaruh pada perdagangan

internasional.

Beragam permasalahan masih meliputi kemampuan Indonesia dalam

mengekspor dan bersaing dalam perebutan pangsa pasar dunia untuk pemenuhan

komoditi mutiara, baik dari segi kualitas dan faktor lainnya. Untuk mengetahui

posisi pangsa pasar mutiara Indonesia, maka perlu dilakukan suatu analisis serta

daya saing dari mutiara tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan

masalah yang akan dibahas lebih lanjut dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana daya saing komoditi mutiara Indonesia di Australia,

Hongkong, dan Jepang?

2. Apa saja faktor-faktor yang signifikan memengaruhi permintaan ekspor

mutiara Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijelaskan, maka penelitian ini

bertujuan untuk:

1. Menganalisis daya saing komoditi mutiara Indonesia di Australia,

Hongkong, dan Jepang.

2. Mengestimasi faktor-faktor signifikan yang memengaruhi permintaan

ekspor mutiara Indonesia.

Page 21: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

7

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi pelaku bisnis, eksportir mutiara Indonesia, ataupun pemerintah

diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan dan

menentukan kebijakan guna mendukung kegiatan ekspor mutiara.

2. Masyarakat akademik, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan

untuk meneliti lebih lanjut mengenai kondisi perdagangan mutiara

Indonesia.

3. Penulis, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan dan

pengetahuan dalam mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan

berdasarkan fakta dan data yang ada dengan mengimplementasikan ilmu-

ilmu yang diperoleh selama kuliah.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini membahas mengenai analisis daya saing dan faktor-faktor

yang memengaruhi permintaan ekspor mutiara Indonesia. Dalam penelitian ini,

data cross section yang digunakan hanya dibatasi ke tiga negara yang menjadi

tujuan ekspor mutiara Indonesia yaitu Australia, Hongkong, dan Jepang. Negara-

negara tersebut merupakan negara importir utama mutiara Indonesia sekaligus

negara eksportir mutiara dunia. Periode (time series) yang dianalisis dalam

penelitian ini dari tahun 1999 sampai dengan 2011, hal ini dikarenakan

keterbatasan data yang tersedia pada sumber yang digunakan penulis. HS

(Harmonized System) yang digunakan dalam penelitian ini sampai level 6 digit

yaitu gabungan antara HS 710110 dengan produk natural pearls dan HS 710121

dengan produk cultured pearls, unworked.

Page 22: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Perdagangan Internasional

Dalam perdagangan domestik para pelaku ekonomi bertujuan untuk

memperoleh keuntungan dari aktivitas ekonomi yang dilakukannya. Demikian

halnya dengan perdagangan internasional. Setiap negara yang melakukan

perdagangan bertujuan mencari keuntungan dari perdagangan tersebut. Selain

motif mencari keuntungan, Krugman (2003) mengungkapkan bahwa alasan utama

terjadinya perdagangan internasional:

1. Negara-negara berdagang karena mereka berbeda satu sama lain.

2. Negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai

skala ekonomi (economic of scale).

Suatu kegiatan perdagangan internasional terjadi ditandai dengan adanya

kegiatan ekspor dan impor atau pertukaran komoditi antar dua negara atau lebih.

Kegiatan ini dapat terjadi karena adanya perbedaan permintaan dan penawaran

serta adanya perbedaan tingkat harga antar negara-negara tersebut. Secara grafis

kegiatan perdagangan internasional dapat dijelaskan melalui gambar berikut:

Sumber: Dominick Salvatore, 1997

Gambar 2.1 Proses Terjadinya Perdagangan Internasional

Keterangan:

Kiri : Negara A, berperan sebagai negara pengekspor

Kanan : Negara B, berperan sebagai negara pengimpor

Tengah : Pasar Internasional

Page 23: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

9

Pa : Harga domestik barang di negara A tanpa perdagangan internasional

O – Qa : Jumlah produksi barang di negara B tanpa perdagangan internasional

Pb : Harga domestik barang di negara B tanpa perdagangan internasional

O – Qb : Jumlah produksi domestik barang di negara B tanpa perdagangan

internasional

EA : Keseimbangan antara permintaan dan penawaran barang di negara A

tanpa perdagangan internasional

EB : Keseimbangan antara permintaan dan penawaran barang di negara B

tanpa perdagangan internasional

P1 : Harga barang yang terjadi di pasar internasional setelah kedua negara

sepakat untuk melakukan kegiatan ekspor impor

Q1 : Jumlah barang yang diproduksi atau jumlah barang yang tersedia di

pasar internasional setelah kedua negara sepakat untuk melakukan

kegiatan ekspor impor

Berdasarkan Gambar 2.1, diumpamakan bahwa komoditi yang akan

digunakan untuk perdagangan internasional adalah komoditi mutiara. Grafik

diatas menjelaskan bahwa sebelum terjadi proses perdagangan internasional,

harga di negara A (negara pengekspor) adalah sebesar Pa, sedangkan harga di

negara B (negara pengimpor) adalah sebesar Pb. Sebelum terjadi proses

perdagangan internasional jumlah produksi mutiara di negara A adalah sebesar O-

Qa, sedangkan jumlah produksi mutiara di negara B adalah sebesar O – Qb.

Apabila harga di negara B adalah sebesar Pa maka hal ini akan menyebabkan

terjadinya kondisi kelebihan permintaan (excess demand), sedangkan apabila

harga di negara A adalah sebesar Pb maka hal ini akan menyebabkan terjadinya

kondisi kelebihan penawaran (excess supply). Pertemuan antara kondisi excess

demand dan excess supply inilah yang nantinya akan membentuk harga di pasar

internasional yang disepakati oleh kedua negara tersebut. Dalam hal ini negara A

akan mengekspor ke negara B, sedangkan negara B akan mengimpor dari negara

A. Sehingga dengan demikian terjadilah proses perdagangan internasional.

2.2 Konsep Daya Saing

Daya saing merupakan kemampuan suatu komoditi untuk memasuki pasar

luar negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan di dalam pasar tersebut, dalam

Page 24: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

10

artian jika suatu produk mempunyai daya saing maka produk tersebutlah yang

banyak diminati konsumen (Tambunan, 2001). Pendekatan yang sering digunakan

sebagai indikator untuk mengukur daya saing suatu komoditi, yaitu keunggulan

komparatif dan keunggulan kompetitif.

2.2.1 Teori Keunggulan Komparatif

Teori keunggulan komparatif (theory of comparative advantage)

merupakan teori yang dikemukakan oleh David Ricardo. Dalam teori ini, Ricardo

menyatakan bahwa perdagangan internasional terjadi bila ada perbedaan

keunggulan komparatif antarnegara. Keunggulan komparatif akan tercapai jika

suatu negara mampu memproduksi barang dan jasa lebih banyak dengan biaya

yang lebih murah daripada negara lainnya.

Hukum keunggulan komparatif (law of comparative advantage)

menyatakan bahwa perdagangan dapat dilakukan oleh negara yang tidak memiliki

keunggulan absolut pada kedua komoditi yang diperdagangkan dengan melakukan

spesialisasi produk yang kerugian absolutnya lebih kecil atau memiliki

keunggulan komparatif. Keunggulan komparatif tersebut dibedakan atas cost

comparative advantage (labor efficiency) dan production comparative advantage

(labor productivity).

Menurut teori cost comparative advantage (labor efficiency), suatu negara

akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan

spesialisasi produksi dan mengekspor barang di mana negara tersebut dapat

berproduksi lebih efisien serta mengimpor barang di mana negara tersebut

berproduksi relatif kurang atau tidak efisien. Sementara itu, pada production

comparative advantage (labor productivity) dapat dikatakan bahwa suatu negara

akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan

spesialisasi produksi dan mengekspor barang di mana negara tersebut berproduksi

lebih produktif serta mengimpor barang di mana negara tersebut berproduksi

relatif kurang atau tidak produktif. Dengan kata lain, cost comparative

menekankan bahwa keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara

memproduksi suatu barang yang membutuhkan sedikit jumlah jam tenaga kerja

dibandingkan negara lain sehingga terjadi efisiensi produksi. Sedangkan

production comparative menekankan bahwa keunggulan komparatif akan tercapai

Page 25: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

11

jika seorang tenaga kerja di suatu negara dapat memproduksi lebih banyak suatu

barang atau jasa dibandingkan negara lain sehingga tidak memerlukan tenaga

kerja yang lebih banyak. Dengan demikian keuntungan perdagangan diperoleh

jika negara melakukan spesialisasi pada barang yang memiliki cost comparative

advantage dan production advantage atau dengan mengekspor barang yang

keunggulan komparatifnya tinggi dan mengimpor barang yang keunggulan

komparatifnya rendah (Firdaus, 2011). Dengan kata lain, dalam teori keunggulan

komparatif, suatu bangsa dapat meningkatkan standar kehidupan dan

pendapatannya jika negara tersebut melakukan spesialisasi produksi barang dan

jasa yang memiliki produktivitas dan efisiensi tinggi.

2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif

Keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki oleh suatu negara

untuk dapat bersaing di pasar internasional. Berbeda dengan konsep keunggulan

komparatif yang menyatakan bahwa suatu negara tidak perlu menghasilkan suatu

produk apabila produk tersebut telah dapat dihasilkan oleh negara lain dengan

lebih baik, unggul, dan efisien secara alami, konsep keunggulan kompetitif adalah

sebuah konsep yang menyatakan bahwa kondisi alami tidaklah perlu untuk

dijadikan penghambat karena keunggulan pada dasarnya dapat diperjuangkan dan

dikompetisikan dengan berbagai perjuangan atau usaha. Keunggulan suatu negara

bergantung pada kemampuan perusahaan-perusahaan di dalam negara tersebut

untuk berkompetisi dalam menghasilkan produk yang dapat bersaing di pasar

(Porter, 1990).

2.3 Teori Revealed Comparative Advantage (RCA)

Revealed Comparative Advantage (RCA) digunakan untuk menganalisis

keunggulan komparatif suatu komoditi dalam suatu negara. RCA merupakan salah

satu metode yang digunakan untuk mengukur kinerja ekspor suatu komoditi dari

suatu negara dengan mengevaluasi peranan ekspor komoditi tertentu dalam ekspor

total suatu negara dibandingkan dengan pangsa komoditi tersebut dalam

perdagangan dunia. Konsep RCA ini pertama kali diperkenalkan oleh Ballasa

pada tahun 1965, yang menganggap bahwa keunggulan komparatif suatu negara

direfleksikan atau terungkap dalam ekspornya. Pada saat itu, konsep RCA banyak

digunakan dalam laporan penelitian dan studi empiris yang dijadikan sebagai

Page 26: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

12

indikator keunggulan komparatif suatu produk dan dipergunakan sebagai acuan

spesialisasi perdagangan internasional.

Dari nilai RCA dapat diketahui bagaimana daya saing suatu produk apakah

daya saingnya rendah atau tinggi. Jika semakin tinggi nilai RCA, berarti daya

saingnya semakin tinggi, dan sebaliknya. Batasan nilai daya saing, yaitu:

RCA > 1 = daya saing tinggi

RCA< 1 = daya saing rendah

2.4 Teori Export Product Dynamics (EPD)

Untuk mengetahui posisi pangsa pasar dapat dilakukan menggunakan alat

analisis Export Product Dynamics (EPD) berdasarkan dua indikator utama, yaitu

peningkatan pangsa pasar ekspor negara dan peningkatan pangsa pasar produk.

Melalui analisis ini diperoleh empat posisi pangsa pasar yang berbeda, yaitu:

- Rising Star: terjadi peningkatan pangsa pasar ekspor negara dan pangsa pasar

produk tertentu di perdagangan dunia.

- Lost Opportunity: terjadi penurunan pangsa pasar ekspor negara, tapi terjadi

peningkatan pangsa pasar produk tertentu di perdagangan dunia.

- Falling Star: terjadi peningkatan pangsa pasar ekspor negara, tapi terjadi

penurunan pangsa produk tertentu di perdagangan dunia.

- Retreat: terjadi penurunan pangsa pasar ekspor negara dan pangsa pasar

produk tertentu di perdagangan dunia.

2.5 Konsep Gravity Model

Gravity Model adalah model yang digunakan untuk menganalisis faktor-

faktor ekonomi yang memengaruhi perdagangan antara dua negara. Model yang

dibentuk berdasarkan hukum gravitasi Newton ini diaplikasikan untuk

menganalisis terjadinya aliran perdagangan antar negara. Selain aplikasi dalam

aliran perdagangan, model ini juga diaplikasikan dalam ilmu sosial lainnya seperti

transportasi dan perpindahan penduduk antar kota bahkan benua. Model ini telah

sukses secara empiris dalam menjelaskan terjadinya arus perdagangan antar

negara, tetapi alasan yang diterima secara teoritis masih diperdebatkan. Menurut

model ini, barang ekspor dari negara i ke negara j diterangkan oleh ukuran

ekonomi masing-masing negara (GDP), populasi masing-masing negara, dan jarak

antar negara (Bergstrand, 1985 dalam Setyo, 2009).

Page 27: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

13

Gravity Model pertama kali digunakan oleh Tinberger pada tahun 1962

dan Ponyohen pada tahun 1963 untuk menganalisis aliran perdagangan antara

negara-negara Eropa. Kemudian model ini dikembangkan oleh Bergstrand pada

tahun 1985 yang menerapkan bahwa model gravitasi ini tidak hanya digunakan

untuk menganalisis perdagangan secara agregat, tetapi dapat diterapkan terhadap

aliran perdagangan suatu komoditas.

Perumusan gravity model ini diadopsi dari persamaan umum Gravitasi

Newton dalam bidang ilmu fisika yang menyatakan bahwa “Interaksi antara dua

objek adalah sebanding dengan massanya dan berbanding terbalik dengan jarak

masing-masing”. Pernyataan tersebut teraplikasi dalam rumus sebagai berikut:

Fij = G x Mi x Mj

Dij

Di mana:

F = Volume interaksi antardua negara (aliran perdagangan bilateral)

M = Ukuran ekonomi untuk kedua negara

D = Jarak ekonomi kedua negara

G = Konstanta

Kemudian dengan menggunakan persamaan logaritma, persamaan tersebut

diubah kedalam bentuk linear untuk analisis ekonometrik yang selanjutnya

menjadi bentuk umum dari gravity model. Dalam hal ini, konstanta G diubah

menjadi bagian dari β0 dan digunakan GDP sebagai ukuran ekonomi untuk kedua

negara.

Log (Aliran perdagangan bilateral) = β0 + β1 log (GDP negara 1) + β2 log (GDP

negara 2) + β3 log (Jarak) + ε

Dengan demikian, rumus umum dari gravity model menurut Bergstrand

(1985), Koo, et al (1994) dalam Oktaviani (2000) sebagai berikut:

Tij = f (Yi, Yj, Fij)

Keterangan:

Tij = Nilai aliran perdagangan dari negara i ke negara j

Yi = Gross Domestic Product negara i

Yj = Gross Domestic Product negara j

Page 28: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

14

Fij = Faktor-faktor lain yang mempengarhi perdagangan antara negara i

dengan negara j

Pada dasarnya, model gravitasi ini menjelaskan perdagangan berdasarkan

jarak antar negara dan interaksi antara besarnya ukuran perekonomian (GDP dan

populasi) antar negara. Aliran perdagangan antar negara ditentukan oleh:

1. Variabel-variabel yang mewakili total permintaan potensi negara

pengimpor.

2. Variabel-variabel indikator total penawaran potensial negara pengekspor.

3. Variabel-variabel pendukung atau penghambat aliran perdagangan antara

negara pengimpor dan negara pengekspor.

Pada penerapan konsep gravity model ini, variabel yang mewakili total

permintaan potensial negara pengimpor dapat digambarkan dengan GDP negara

importir sedangkan variabel indikator total penawaran potensial negara

pengekspor dapat digambarkan dengan GDP negara pengekspor. Akan tetapi,

dapat pula digunakan GDP per kapita sebagai pengganti variabel GDP. Sementara

itu, variabel pendukung atau penghambat aliran perdagangan antara negara

pengimpor dan negara pengekspor adalah adanya variabel jarak, harga ekspor

komoditi dan nilai tukar (exchange rate) antar dua negara.

1. GDP Per Kapita

GDP per kapita merupakan ukuran berapa banyak perolehan pendapatan

setiap individu dalam perekonomian. Untuk mengetahui kemampuan daya beli

negara tujuan ekspor terhadap produk yang diekspor digunakan variabel GDP per

kapita riil sebab pada GDP per kapita riil memperhatikan adanya pengaruh dari

harga, sedangkan GDP per kapita nominal merupakan nilai GDP yang tidak

memperhatikan adanya pengaruh dari harga. Dengan demikian, tingkat konsumsi

atau kemampuan daya beli suatu negara atas suatu komoditi dapat diukur dari

pendapatan per kapita riil suatu negara. Jika pendapatan per kapita suatu negara

dinilai cukup tinggi, maka dapat dikatakan suatu negara tersebut merupakan pasar

potensial bagi pemasaran suatu komoditi ataupun produk tertentu.

2. Nilai Tukar

Nilai tukar (exchange rate) atau kurs diantara dua negara adalah harga di

mana penduduk kedua negara saling melakukan perdagangan. Nilai tukar yang

Page 29: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

15

digunakan pada pemodelan gravity model ini adalah nilai tukar riil yang

merupakan nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif, yaitu

harga-harga di dalam negeri dibandingkan dengan harga-harga di luar negeri.

Nilai Tukar Riil = Nilai Tukar Nominal x IHK AS

IHK negara tujuan ekspor

Kondisi nilai tukar seperti terapresiasinya mata uang domestik negara

tujuan ekspor terhadap Dollar Amerika membuat harga suatu produk relatif lebih

murah. Hal ini mendorong terjadinya peningkatan nilai impor dari negara tujuan

karena negara tujuan membutuhkan sedikit uang untuk membeli barang impor.

3. Populasi

Jumlah penduduk menjadi salah satu faktor penentu dalam permintaan

ekspor. Semakin banyaknya jumlah penduduk suatu negara, maka semakin

banyak juga permintaan negara tersebut terhadap suatu barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakatnya (cateris paribus). Kenaikan jumlah penduduk akan

menggeser kurva permintaan ke kanan atas dan memperlihatkan bahwa dengan

naiknya jumlah penduduk maka jumlah komoditi yang diminta pada setiap tingkat

harga akan lebih banyak (Lipsey, 1995).

4. Jarak Ekonomi

Jarak adalah faktor geografi yang menjadi variabel utama dalam gravity

model untuk analisis aliran perdagangan bilateral. Variabel jarak ini merupakan

indikasi dari biaya transportasi yang dihadapi oleh suatu negara dalam melakukan

ekspor. Semakin jauh jarak, semakin besar biaya transportasi dan semakin rendah

nilai ekspornya. Jika biaya transportasi terlalu mahal maka nilai perdagangan akan

menurun bersamaan dengan penurunan keuntungan. Adapun jarak yang

digunakan adalah jarak ekonomi dengan perhitungan sebagai berikut:

Jarak Ekonomi = Jarak geografis antar negara X GDP negara jn

1

GDP negara j

2.6 Teori Model Data Panel

Metode data panel merupakan model ekonometrika yang menggabungkan

informasi yang diperoleh dari data time series dan data cross section. Penggunaan

data panel ini memiliki dua keuntungan (Firdaus, 2011), diantaranya:

Page 30: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

16

1. Jumlah observasi menjadi lebih besar. Marginal effect dari peubah penjelas

dilihat dari dua dimensi (individu dan waktu) sehingga parameter yang

diestimasi akan lebih akurat dibandingkan dengan model lain. Secara teknis

menurut Hsiao (2004), data panel dapat memberikan data yang informatif,

mengurangi kolinearitas antarpeubah serta meningkatkan derajat kebebasan

yang artinya meningkatkan efisiensi.

2. Keuntungan yang lebih penting dari penggunaan data panel adalah

mengurangi masalah identifikasi. Data panel lebih baik dalam

mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diatasi

dalam data cross section saja atau time series saja. Data panel mampu

mengontrol heterogenitas individu. Dengan metode ini estimasi yang

dilakukan dapat secara eksplisit memasukkan unsur heterogenitas individu.

Data panel juga lebih baik untuk studi dynamics of adjustment. Hal ini

berkaitan dengan observasi pada cross section yang sama secara berulang,

sehingga data panel lebih baik dalam mempelajari perubahan dinamis.

Dalam analisis data panel, terdapat tiga pendekatan yang terdiri dari

pendekatan kuadrat terkecil (pooled least squre), model efek tetap (fixed effects

model), dan model efek acak (random effects model). Pada pendekatan Fixed

Effects Model (FEM) dan Random Effects Model (REM) dibedakan berdasarkan

ada atau tidaknya korelasi antara komponen error dengan peubah bebas

(regresor).

Misalkan: yit = αi + Xitβ + εit

Pada one way error components model, komponen error dispesifikasikan

dalam bentuk: εit = λi + uit

Untuk two way error components model, komponen error dispesifikasikan

dalam bentuk: εit = λi +µt + uit

Pada pendekatan one way, error term hanya memasukkan komponen error

yang merupakan efek dari individu (λi). Pada two way, dimasukkan efek dari

waktu (µt) ke dalam komponen error. Jadi perbedaan antara FEM dan REM

terletak pada ada atau tidaknya korelasi antara λi dan µt dengan Xit.

Page 31: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

17

1. Pooled Least Square (PLS)

Pada prinsipnya, pendekatan ini menggunakan gabungan dari seluruh data

(pooled), sehingga terdapat N x T observasi, di mana N menunjukkan jumlah unit

cross section dan T menunjukkan jumlah time series yang digunakan.

Model yang digunakan yaitu :

yit = αi + Xitβ + uit

Dengan mengumpulkan semua data cross section dan time series, dapat

meningkatkan derajat kebebasan sehingga dapat memberikan hasil estimasi yang

lebih efisien. Akan tetapi, pendekatan ini memiliki kelemahan yaitu dugaan

parameter β akan bias. Hal ini ditunjukkan dari arah kemiringan PLS yang tidak

sejajar dengan garis regresi dari masing-masing individu. Parameter yang bias ini

disebabkan karena PLS tidak dapat membedakan observasi yang berbeda pada

periode yang sama, atau tidak dapat membedakan observasi yang sama pada

periode yang berbeda.

2. Fixed Effects Model (FEM)

FEM muncul ketika antara efek individu dan peubah penjelas memiliki

korelasi dengan Xit atau memiliki pola yang sifatnya tidak acak. Asumsi ini

membuat komponen error dari efek individu dan waktu dapat menjadi bagian dari

intersep, yaitu:

Untuk one way komponen error : yit = αi + λi + Xitβ + uit

Untuk two way komponen error : yit = αi + λi + µt + Xitβ + uit

Penduga pada FEM dapat dihitung dengan teknik : Pooled Least Square

(PLS), Within Group (WG), Least Square Dummy Variable (LSDV), Two Way

Error Components Fixed Effect Model.

3. Random Effects Model (REM)

REM muncul ketika antara efek individu dan regresor tidak ada korelasi.

Asumsi ini membuat komponen error dari efek individu dan waktu dimasukkan

ke dalam error.

Untuk one way error component : yit = αi + Xit β + uit+ λi

Untuk two way error component : yit = αi + Xit β + uit+ λi + μt

Terdapat dua jenis pendekatan yang digunakan untuk menghitung

estimator REM, yaitu between estimator dan Generalized Least Square (GLS).

Page 32: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

18

2.7 Tinjauan Penelitian Terdahulu

2.7.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai mutiara Indonesia sudah pernah dilakukan

sebelumnya. Pada penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang memengaruhi

permintaan ekspor mutiara Indonesia (Sukmawati, 2011) menggunakan dua

analisis yaitu analisis deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif untuk

menggambarkan kondisi perkembangan permintaan ekspor mutiara Indonesia dan

metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi

ekspor mutiara Indonesia. Model analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah menggunakan model regresi berganda dengan metode estimasi Pooled

Least Square (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada taraf nyata

sepuluh persen GDP per kapita negara importir, nilai tukar negara importir, harga

ekspor mutiara ke negara tujuan secara signifikan berpengaruh terhadap

permintaan ekspor mutiara Indonesia, sedangkan populasi negara importir tidak

berpengaruh signifikan pada taraf nyata sepuluh persen terhadap permintaan

ekspor mutiara Indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh Saptanto (2011) mengenai Daya Saing

Ekspor Produk Perikanan Indonesia di Lingkup ASEAN dan ASEAN-China

menggunakan metode analisis Revealed Comparatif Advantage (RCA). Data yang

digunakan adalah data dari tahun 2000 hingga 2008. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa tingkat ASEAN maupun ASEAN-China, produk Indonesia

yang memiliki daya saing adalah produk dengan kode HS 03 (ikan, udang-

udangan, hewan lunak, invertebrata perairan), HS 710110 (mutiara dari alam yang

belum diolah), HS 710121 (mutiara budidaya yang belum diolah), dan HS 121220

(rumput laut dan alga lainnya). Dari hasil dalam penelitian ini menunjukkan

bahwa Indonesia masih lemah dalam hal ekspor produk yang memiliki nilai

tambah.

Penelitian yang dilakukan oleh Hafni (2011) mengenai Analisis Daya

Saing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran Ekspor Pisang Indonesia

menggunakan metode Revealed Comparatif Advantage (RCA), Export Product

Dynamic (EPD), dan Intra-Industry Trade (IIT) untuk menganalisis daya saing

komoditi selama periode 2005-2009 dan pendekatan gravity model untuk

Page 33: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

19

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran ekspor pisang Indonesia ke

negara tujuan dengan data panel berupa time series tahun 2001-2009 dan cross

section enam negara tujuan ekspor: Jepang, Hongkong, Singapura, Malaysia,

Arab Saudi, dan Amerika Serikat serta menggunakan analisis fixed effect.

2.7.2 Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan mengenai Analisis Daya Saing dan Faktor-

Faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekspor Mutiara Indonesia ini mempunyai

beberapa perbedaan dengan penelitian-penelitian terdahulu. HS yang digunakan

sama sampai dengan level enam digit, perbedaannya dalam penelitian ini HS yang

digunakan tidak dibedakan, yaitu gabungan antara HS710110 (natural pearls) dan

HS710121 (cultured pearls, unworked) dari tahun 1999 hingga 2011. Negara yang

diteliti adalah negara Australia, Hongkong, dan Jepang di mana ketiga negara

tersebut merupakan negara utama tujuan ekspor mutiara Indonesia. Untuk

menganalisis faktor-faktor yang signifikan memengaruhi permintaan ekspor

mutiara Indonesia digunakan analisis gravity model, yaitu dengan memasukkan

jarak ekonomi ke dalam model. Selain itu, untuk menganalisis daya saingnya

digunakan analisis RCA untuk mengukur keunggulan komparatif, sedangkan

analisis EPD digunakan untuk menganalisis keunggulan kompetitifnya.

2.8 Kerangka Pemikiran

Daya saing ekspor mutiara mengalami tren yang berfluktuatif setiap

tahunnya. Selain itu, kualitas ekspor mutiara Indonesia yang diekspor masih bisa

dikatakan rendah. Dibalik kelemahan ini, ternyata mutiara Indonesia sudah

dikenal dan diminati oleh masyarakat luar negeri yang dikenal dengan nama

South Sea Pearl (mutiara laut selatan) dan mutiara ini dijuluki The Queen of

Pearls.

Besarnya tingkat daya saing komoditi mutiara Indonesia diukur

menggunakan Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk mengukur

keunggulan komparatifnya. Dapat dilihat apakah daya saing komoditi mutiara

Indonesia memiliki daya saing yang rendah atau tinggi. Apabila daya saingnya

rendah, maka pemerintah harus membuat kebijakan agar meningkatkan daya

saingnya. Tidak hanya itu, selain melihat bagaimana keunggulan komparatif

dengan menggunakan analisis RCA, juga dilakukan analisis untuk melihat

Page 34: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

20

keunggulan kompetitif dengan analisis Export Product Dynamis (EPD). Lalu

Gravity Model untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan

ekspor mutiara Indonesia di pasar Internasional. Hal ini perlu dilakukan melihat

beragamnya karakteristik dari masing-masing negara sehingga dapat berpengaruh

pada perdagangan internasional.

Dari hasil analisis ini diharapkan diperoleh implikasi kebijakan yang

cocok dan bermanfaat bagi pengembangan ekspor komoditi mutiara Indonesia di

pasar internasional. Untuk memperjelas rangkaian analisis yang dilakukan, maka

disajikan dalam bentuk kerangka pemikiran penelitian seperti pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Indonesia sebagai negara bahari dan kepulauan dengan

luas wilayah perairaannya adalah dua pertiga dari total wilayah

Indonesia

Mutiara sebagai salah satu komoditi potensial sektor

kelautan dan Perikanan

Daya saing mutiara Indonesia Faktor-faktor yang memengaruhi

permintaan ekspor mutiara Indonesia

1. GDP riil negara tujuan ekspor

2. Nilai tukar rii negara tujuan ekspor

3. Nilai ekspor mutiara tahun

sebelumnya

4. Jumlah penduduk pengimpor

5. Jarak Ekonomi

Rekomendasi kebijakan

- Export Product Dynamic

( EPD)

- Revealed Comparative

Advantage (RCA)

Page 35: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

21

2.10 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. GDP per kapita riil negara importir memiliki pengaruh yang positif

terhadap permintaan ekspor mutiara Indonesia. Hal ini mengindikasikan

bahwa apabila GDP per kapita negara tujuan ekspor meningkat maka akan

semakin meningkatkan daya beli masyarakat.

2. Nilai tukar riil negara importir memiliki pengaruh positif terhadap

permintaan ekspor mutiara Indonesia. Apabila nilai tukar riil negara

importir terapresiasi (nilai tukar riil tinggi) akan menyebabkan volume

permintaan ekspor mutiara Indonesia meningkat.

3. Nilai ekspor mutiara Indonesia ke negara tujuan ekspor tahun sebelumnya

berpengaruh positif terhadap permintaan ekspor mutiara Indonesia.

4. Populasi negara importir memilki pengaruh positif terhadap volume

ekpsor mutiara Indonesia. Semakin besar jumlah populasi negara importir

tersebut akan menyebabkan semakin besar pula volume permintaan ekspor

mutiara Indonesia.

5. Jarak ekonomi berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor produk

mutiara Indonesia.

Page 36: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dari berbagai sumber yang terkait dengan objek penelitian seperti Badan

Pusat Statistik (BPS), Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

(KKP RI), serta studi kepustakaan melalui pengumpulan data yang bersumber dari

buku-buku dan literatur.

Jenis data yang digunakan adalah data deret waktu (time series) dan antar

individu (cross section). Data deret waktu atau (time series) meliputi data tahunan

dari periode 1999 sampai dengan tahun 2011 sesuai ketersediaan data. Sedangkan

untuk data cross section, penelitian ini menggunakan negara-negara tujuan ekspor

Indonesia, yaitu Australia, Hongkong, dan Jepang sebagai negara importir mutiara

Indonesia.

Tabel 3.1 Data dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian

No. Data yang Digunakan Sumber

1 Nilai Ekspor Mutiara Indonesia ke

negara tujuan ekspor 2004-2009

Kementrian Kelautan dan

Perikanan, WITS

2 Nilai Tukar UNCTAD

3 GDP per kapita negara importir www.worldbank.org

4 Populasi negara importir mutiara www.worldbank.org

5 Jarak geografis antara Indonesia dengan

negara importir

www.timeanddate.com

3.2 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode kuantitatif. Metode

analisis kuantitatif yang digunakan adalah metode Revealed Comparative

Advantage (RCA), Export Product Dynamic (EPD), dan gravity model. Data yang

diperoleh diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel dan

Eviews 6.

3.2.1 Analisis Daya Saing

Daya saing suatu negara pada suatu produk atau komoditi dapat diestimasi

melalui keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif. Analisis Revealed

Comparative Advantage (RCA) merupakan suatu metode untuk menganalisis

Page 37: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

23

keunggulan komparatif tersebut. Sedangkan untuk mengidentifikasi produk atau

komoditi yang memiliki keunggulan kompetitif dan dinamis (pertumbuhannya

cepat) dalam suatu negara digunakan analisis Export Product Dynamics (EPD).

1. Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA)

Metode RCA merupakan metode analisis untuk menentukan keunggulan

komparatif atau daya saing. Kinerja ekspor mutiara Indonesia ke negara importir

mutiara Indonesia merupakan variabel yang diukur dengan menghitung pangsa

nilai ekspor mutiara Indonesia terhadap total ekspor ke negara importir mutiara

Indonesia yang selanjutnya dibandingkan dengan pangsa nilai ekspor dunia ke

negara importir mutiara Indonesia. Sehingga dapat diketahui secara kuantitatif

kemampuan ataupun ketidakmampuan mutiara Indonesia bersaing di negara

importir mutiara Indonesia. Adapun metode perhitungan RCA adalah sebagai

berikut:

RCA = (Xij / Xj)

(Xiw / Xw)

Di mana :

Xij : Nilai ekspor komoditi mutiara Indonesia ke negara importir mutiara

Indonesia

Xj : Nilai total ekspor Indonesia ke negara importir mutiara Indonesia

Xiw : Nilai ekspor komoditi mutiara dunia ke negara importir mutiara

Indonesia

Xw : Nilai total ekspor dunia ke negara importir mutiara Indonesia

Jika nilai RCA>1, menyatakan bahwa produk-produk tersebut memiliki

keunggulan komparatif atau berdaya saing kuat.

Jika nilai RCA<1, menyatakan bahwa produk-produk tersebut tidak memiliki

keunggulan komparatif atau berdaya saing lemah.

2. Analisis Export Product Dynamics (EPD)

Pendekatan Export Product Dynamics (EPD) digunakan untuk

mengidentifikasi keunggulan kompetitif atau daya saing suatu komoditi dan juga

untuk mengetahui suatu komoditi dengan performa yang dinamis atau tidak.

Indikator ini mengukur posisi pasar dari produk suatu negara untuk tujuan pasar

tertentu. Ukuran ini mempunyai kemampuan untuk membandingkan kinerja

Page 38: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

24

ekspor diantara negara-negara di seluruh dunia. Sebuah matriks EPD terdiri dari

daya tarik pasar dan informasi kekuatan bisnis. Daya tarik pasar dihitung

berdasarkan pertumbuhan dari permintaan sebuah produk untuk tujuan pasar

tertentu, di mana informasi kekuatan bisnis diukur berdasarkan pertumbuhan dari

perolehan pasar (market share) sebuah negara pada tujuan pasar tertentu.

Kombinasi dari daya tarik pasar dan kekuatan bisnis ini menghasilkan karakter

posisi dari produk yang ingin dianalisis ke dalam empat kategori. Keempat

kategori itu adalah “Rising Star”, “Falling Star”, “Lost Opportunity”, dan

“Retreat” (Bappenas, 2009).

Posisi pasar yang ideal adalah yang mempunyai pangsa pasar tertinggi

pada ekspornya sebagai “Rising Star” atau “bintang terang”, yang menunjukkan

bahwa negara tersebut memperoleh tambahan pangsa pasar pada produk mereka

yang bertumbuh cepat (fast-growing products). “Lost Opportunity” atau

“kesempatan yang hilang”, terkait dengan penurunan pangsa pasar pada produk-

produk yang dinamis, adalah posisi yang paling tidak diinginkan. “Falling Star”

atau “bintang jatuh” juga tidak disukai, meskipun masih lebih baik jika

dibandingkan dengan “Lost Opportunity” atau “kesempatan yang hilang”, karena

pangsa pasarnya tetap meningkat. Sementara itu, “Retreat” atau “kemunduran”

biasanya tidak diinginkan, tetapi pada kasus tertentu 'mungkin' diinginkan jika

pergerakannya menjauhi produk-produk yang stagnan dan menuju produk-produk

yang dinamik (Bappenas, 2009).

Tabel 3.2 Matriks Posisi Daya Saing

Share of Country’s Export in World

Trade (x)

Share of Product in World Trade (y)

Rising (Dynamic) Falling

(Stagnant)

Rising (Competitive) Rising Star Falling Star

Falling (Non-Competitive) Lost Opportunity Retreat

Sumber : Esterhuizen, 2006 dalam Bappenas, 2009

Untuk lebih memahami matriks posisi daya saing dapat dilihat melalui

tampilan Gambar 3.1 yang menggambarkan posisi pasar pada masing-masing

kuadran dengan sumbu x sebagai pangsa pasar ekspor dan sumbu y sebagai

pangsa pasar produk.

Page 39: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

25

Gambar 3.1 Kekuatan Bisnis dan Daya Tarik Pasar dalam Metode EPD

Keterangan :

- Sumbu x menggambarkan peningkatan pangsa pasar ekspor negara tertentu di

perdagangan dunia.

- Sumbu y menggambarkan peningkatan pangsa pasar produk tertentu di

perdagangan dunia.

Adapun rumus yang digunakan dalam perhitungan EPD ini, diantaranya:

Sumbu x:

Pertumbuhan kekuatan bisnis atau disebut pangsa pasar ekspor i:

Sumbu y:

Pertumbuhan daya tarik pasar atau disebut pangsa pasar produk:

Keterangan :

Xij : Nilai ekspor produk i Indonesia ke negara importir mutiara Indonesia

Wij : Nilai ekspor produk i Dunia negara importir mutiara Indonesia

Xt : Nilai total ekspor Indonesia ke negara importir mutiara Indonesia

Wt : Nilai total ekspor Dunia ke negara importir mutiara Indonesia

T : Jumlah tahun analisis

Setelah dilakukan analisis daya saing, dapat diidentifikasi ke negara tujuan ekspor

mana saja komoditi mutiara yang memiliki daya saing.

Lost Opportunity

Rising Star

Retreat Falling Star

x

y

+ -

+

-

0

T

W

X

W

X t

t tij

ij

t

t

t ij

ij%100%100

1 11

T

Wt

X

Wt

X t

t t

t

t

t

t

t %100%1001 11

Page 40: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

26

3.2.2 Pemilihan Model

Agar memperoleh dugaan model yang efisien dan paling baik di antara

berbagai pilihan model maka kita perlu menganalis dugaan model yang kita

gunakan berdasarkan pertimbangan statistik. Terdapat tiga pengujian statistik

yang digunakan dalam data panel untuk menentukan model mana yang paling

baik untuk kita pilih.

1. Chow test

Chow test atau biasa disebut dengan uji F statistics merupakan pengujian

statistik yang bertujuan memilih model fixed effect atau pooled least square.

Hipotesis dari uji ini yaitu:

H0 : Model pooled least square

H1 : Model fixed effect

Chow test dapat dilakukan dengan bahasa pemograman Eviews sebagai

berikut: Jika hasil dari Chow test signifikan (probability dari Chow < α) maka H0

ditolak, artinya Fixed Effect digunakan.

2. Hausman Test

Hausman test merupakan uji untuk menentukan apakah kita akan

menggunakan model fixed effect atau model random effect. Hipotesis dari uji ini

yaitu:

H0: Model random effect

H1: Model fixed effect

Sebagai dasar penolakan hipotesa nol tersebut digunakan dengan

menggunakan pertimbangan statistik chi-square. Hausman test dapat dilakukan

dengan bahasa pemograman Eviews sebagai berikut: Jika hasil dari Hauman test

signifikan (probability dari Hausman < α) maka H0 ditolak, artinya Fixed Effect

digunakan.

Perumusan Model

Dalam penelitian ini hanya menggunakan satu persamaan umum. Model

ini digunakan untuk melihat hubungan permintaan ekspor dengan variabel-

variabel penyusunnya. Model tersebut adalah:

NXit = α + β1 GDPit + β2 NTit + β3 NX1Eit + β4 POPit + β5 JEit + eit

Page 41: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

27

di mana:

NX = Nilai ekspor mutiara Indonesia (US$)

GDP = GDP per kapita riil negara importir (US$)

NT = Nilai tukar riil negara importir (mata uang negara tujuan/US$)

NX1 = Nilai ekspor mutiara Indonesia tahun sebelumnya (US$)

POP = Jumlah populasi penduduk di negara importir (jiwa)

JE = Jarak Ekonomi (km)

ei = Random error

α = Konstanta

βn = Parameter yang diduga (n= 1, 2, ..., 6)

i = negara

t = periode waktu

Kemudian model tersebut ditransformasi ke dalam bentuk ln agar dapat

mengurangi masalah heteroskedastisitas, hal ini disebabkan karena transformasi

yang memapatkan skala untuk pengukuran variabel, mengurangi perbedaan nilai

dari sepuluh kali lipat menjadi dua kali lipat (Gujarati, 2004). Dugaan persamaan

permintaan ekspor mutiara Indonesia yang terlah ditransformasi dapat dirumuskan

sebagai berikut:

lnNXit = α + β1 lnGDPit + β2 NTit + β3 lnNX1Eit + β4 lnPOPit + β5 JEit + eit

di mana:

lnNX = Nilai ekspor mutiara Indonesia (persen)

lnGDP = GDP per kapita riil negara importir (persen)

NT = Nilai tukar riil negara importir (mata uang negara tujuan/US$)

lnNX1 = Nilai ekspor mutiara Indonesia tahun sebelumnya (persen)

lnPOP = Jumlah populasi penduduk di negara importir (persen)

lnJE = Jarak Ekonomi (persen)

ei = Random error

α = Konstanta

βn = Parameter yang diduga (n= 1, 2, ..., 6)

i = negara

t = periode waktu

Page 42: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

28

Keterangan:

1. GDP adalah ukuran daya beli masyarakat suatu negara terhadap suatu

produk. GDP riil negara pengimpor adalah GDP nominal negara

pengimpor dibagi dengan IHK Indonesia dan dinyatakan dalam satuan

US$.

2. Nilai tukar adalah laju nilai tukar valuta asing yang biasa digunakan dalam

pembayaran transaksi internasional. Nilai tukar yang dimaksud dalam

model ini adalah nilai tukar negara pengimpor terhadap US$.

3. Nilai ekspor merupakan total nilai ekspor mutiara yang diekspor ke pasar

internasional setiap tahunnya dan dinyatakan dalam satuan US$.

4. Nilai ekspor tahun sebelumnya merupakan total nilai ekspor mutiara yang

diekspor ke pasar internasional pada tahun sebelumnya dan dinyatakan

dalam satuan US$.

5. Jumlah populasi merupakan total angka penduduk yang bertempat tinggal

dan sudah menjadi warga negara di dalam suatu negara. Jumlah populasi

dinyatakan dalam satuan jiwa.

6. Jarak ekonomi merupakan indikasi dari biaya transportasi yang dihadapi

oleh suatu negara dalam melakukan ekspor. Semakin jauh jarak, semakin

besar biaya transportasi dan semakin rendah nilai ekspornya. Karena

menurunkan biaya per unit transportasi, komoditas kecil berharga dapat

diangkut menguntungkan lebih jauh dari komoditas besar dengan nilai

yang sama. Jarak ekonomi dinyatakan dalam satuan km.

3.3 Uji Kesesuaian Model

1. Kriteria Ekonomi

Dalam kriteria ekonomi akan diuji tanda dan besaran dari tiap koefisien

dugaan yang telah diperoleh. Kriteria ekonomi mensyaratkan tanda dan besaran

yang terdapat pada tiap koefisien dugaan sesuai dengan kriteria ekonomi.

2. Kriteria Ekonometrika

a. Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang

diurutkan menurut waktu dan ruang (Gujarati, 2004). Autokorelasi terdeteksi

ketika terjadi hubungan serius antara galat estimasi satu observasi dengan galat

Page 43: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

29

estimasi observasi lainnya. Masalah autokorelasi umumnya tejadi pada data time

series. Dampak dari adanya autokorelasi adalah tidak efisiennya pendugaan atau

peramalan meskipun estimatornya tidak bias dan masih konsisten. Dampak

lainnya adalah standar error menjadi bias dan tidak konsisten sehingga uji pada

hipotesis menjadi tidak valid. Panduan mengenai angka DW (Durbin-Watson)

untuk mendeteksi bisa dilihat pada Tabel DW.

Tabel 3.3 Kerangka Identifikasi Autokorelasi

Nilai DW Hasil

4-dl < DW < 4 Tolak H0, autokorelasi negative

4-dl < DW < 4-dl Hasil tidak dapat ditentukan

2 < DW < 4-du Terima H0, tidak ada autokorelasi

du < DW < 2 Terima H0, tidak ada autokorelasi

dl < DW < du Hasil tidak dapat ditentukan

0 < DW < dl Autokorelasi positif

Sumber: Gujarati, 2004

b. Heteroskedastisitas

Terjadi karena ragam dari error tidak konsisten sehingga tidak memenuhi

teorema Gauss Markov, umumnya terjadi pada data cross-section. Dampak yang

timbul dari permasalahan ini antara lain (Nachrowi, 2006)

1. Ragam yang tidak konstan menyebabkan nilai varians menjadi

lebih besar dari taksiran.

2. Ragam yang besar menyebabkan uji hipotesis (uji F dan uji t)

menjadi kurang tepat.

3. Interval kepercayaan menjadi lebih besar akibat standar error yang

besar.

4. Kesimpulan yang dihasilkan dari regresi yang dilakukan tidak tepat

(dapat menyesatkan).

Untuk menghilangkan permasalahan ini dapat dilakukan dengan cross-

section weighted regression, metode yang digunakan Generalized Least Square

(GLS).

c. Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah hubungan linier yang kuat antar variabel

independen dalam persamaan regresi berganda. Menurut Gujarati (2004), tanda-

tanda adanya multikolinieritas adalah sebagai berikut:

Page 44: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

30

1. Tanda koefisien tidak sesuai dengan yang diharapkan.

2. Nilai R2 tinggi, tetapi dalam uji individu banyak yang tidak nyata

atau bahkan tidak nyata semua.

3. Matrix korelasi antar variabel tinggi (rij > 0,8).

4. R2 < rij menunjukkan bahwa terjadi multikoliniearitas.

Dampak dari adanya multikolinieritas pada suatu persamaan adalah

koefisien kuadrat terkecil tidak dapat ditentukan serta varians dan kovarians dari

koefisien menjadi tidak terhingga. Hubungan multikolinieritas yang hampir

sempurna juga menyebabkan persamaan yang dibentuk secara statistik

mempunyai standar error yang besar dan menyebabkan interval kepercayaan

menjadi lebih besar. Hal ini berakibat pada nilai estimasi koefisiennya menjadi

tidak tepat.

d. Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah error term

mendekati distribusi normal atau tidak. Uji normalitas error term dilakukan

dengan menggunakan uji Jarque Bera dengan hipotesisnya sebagai berikut:

H0 : α = 0, error term terdistribusi normal

H1 : α ≠ 0, error term tidak terdistribusi normal

Wilayah penerimaan (Jarque Bera < X2df-2 atau probabilitas (p-value) > α

sedangkan wilayah penolakannya yaitu (Jarque Bera > X2df-2 atau probabiity (p-

value) < α. Kenormalan data diperlukan dalam analisis regresi berganda, hal ini

disebabkan metode ini merupakan salah satu metode analisis parametrik.

Kenormalan diketahui melalui sebaran regresi yang merata disetiap nilai

Penerimaan H0 mengindikasikan bahwa data yang dianalisis tersebar normal.

3. Kriteria Statistika

Ada beberapa uji yang dapat digunakan untuk menentukan kesesuaian

model regresi yang didapat secara statistik.

a. Uji – F

Uji–F adalah statistik uji yang diigunakan untuk mengetahui bagaimana

pengaruh peubah bebas terhadap peubah tidak bebas secara keseluruhan langkah

pertama untuk melakukan uji-t adalah dengan menuliskan hipotesis pengujian.

Page 45: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

31

H0 : β1 = β2 =... = βt= 0 (tidak ada variabel independen yang berpengaruh

terhadap variabel dependennya)

H1 : minimal ada satu βt ≠0 (paling tidak ada satu variabel independen yang

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya).

1. Probability F-stasistic < taraf nyata (α), maka tolak H0 dan dapat

disimpulkan bahwa minimal ada satu variabel independen yang

memengaruhi variabel dependennya.

2. Probability F-stasistic > taraf nyata (α), maka terima H0 dan

disimpulkan bahwa tidak ada variabel independen yang

memengaruhi variabel dependennya

b. Uji – t

Uji–t adalah statistik uji yang diigunakan untuk mengukur signifikan

parameter secara individual dan disebut juga sebagai uji signifikansi secara parsial

karena melihat signifikansi masing-masing variabel yang terdapat di dalam model.

Uji-t dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing

faktor bebas (explanatory factor) terhadap penawaran ekspor televisi Indonesia.

Besaran yang digunakan dalam uji ini adalah statistik t. Langkah pertama untuk

melakukan uji-t adalah dengan menuliskan hipotesis pengujian.

H0 : βt = 0 dengan t = 1,2,3,….,n

H1 : βt ≠ 0

Jika statistik t yang didapat pada taraf nyata sebesar α lebih besar daripada

ttabel ( t satistik > t tabel), maka tolak H0. Kesimpulannya koefisien dugaan β ≠ 0

artinya variabel yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.

Sebaliknya jika t statistik lebih kecil daripada t tabel (t statistik < t tabel) pada

taraf nyata sebesar α, maka terima H0. Kesimpulannya koefisien dengan β = 0

artinya variabel yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.

Semakin kecil α berarti semakin mengurangi resiko salah. Model yang diduga

akan semakin baik apabila semakin banyak variabel bebas yang signifikan atau

berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya.

c. Uji R2 ataupun adj-R

2

Uji R2 ataupun adj-R

2 digunakan untuk melihat sejauh mana variabel-

variabel yang terdapat di dalam model dapat menjelaskan variasi yang terjadi pada

Page 46: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

32

variabel tak bebasnya. Nilai R2 ataupun adj-R

2 yang besar menunjukkan bahwa

model yang didapat semakin baik. Dalam praktek ekonometrika, penggunaan nilai

adj-R2 lebih disarankan daripada penggunaan R

2 karena R

2 cenderung untuk

memberikan gambaran yang terlalu baik terhadap hasil regresi. Hal ini terutama

terjadi saat jumlah variabel bebas model cukup besar atau mendekati jumlah

pengamatan (Gujarati, 2004).

Page 47: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

33

BAB IV

GAMBARAN UMUM

4.1 Profil Mutiara

Mutiara adalah sejenis batu permata dalam berbagai bentuk, hasil

biomineralisasi kerang anggota moluska (filum Mollusca). Mutiara alami

terbentuk karena iritasi yang disebabkan oleh sesuatu yang asing yang masuk ke

dalam kerang. Mekanisme pertahanan diri kerang akibat gangguan iritasi ini

menghasilkan nacre yang terkomposisi sebagian besar dari kalsium karbonat.

Dengan nacre tersebut, mutiara membungkus kotoran itu sehingga kotoran itu

terbentuk menjadi mutiara. Komposisi mutiara alami kebanyakan didominasi

nacre sedangkan mutiara hasil budidaya didominasi bagian intinya. Bagian inti

yang digunakan untuk membuat mutiara buatan biasanya berbentuk bulat dan

diambil dari kerang lain yang memiliki cangkang tebal.

4.1.1 Karakteristik Mutiara

1. Warna mutiara

Kisaran warna mutiara cukup luas, dari hitam sampai perak. Namun

demikian warna alami mutiara bukan semata ditentukan oleh warna dasar nacre

mutiara itu sendiri yang dibentuk oleh pigmen warna di bagian matriks organik

yang mengikat ubin nacre namun juga berkombinasi dengan warna overtone dan

irredescence. Bahkan, dalam penelitian yang dilakukan terhadap nacre dari

Pinctada maxima membuktikan bahwa warna nacre juga ditentukan oleh adanya

“kekacauan” cahaya dalam daerah ikatan antar ubin aragonite yang membentuk

nacre. Irridescence atau juga disebut “orient” muncul bagaikan pelangi,

sebetulnya merupakan fenomena optik akibat dari lapisan nacre yang membuat

difraksi cahaya yang berbeda beda, fenomena ini lebih jelas pada bagian dalam

dari cangkang daripada mutiara itu sendiri, terjadi akibat terbentuknya garis-garis

pertumbuhan. Sementara overtone adalah sinar cahaya warna yang muncul di

permukaan mutiara sehingga terlihat berkilau.

2. Lustre mutiara

Lustre diukur dari daya pantul nacre itu sendiri terhadap obyek di

dekatnya. Bila daya pantulnya sempurna maka nacre itu akan menyerupai cermin

Page 48: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

34

dalam memantulkan cahaya dan image. Sementara nilai luster rendah bila nacre

terlihat berwarna kusam, kabur dengan daya pantul rendah. Luster juga ditentukan

oleh komposisi ubin nacre sehingga menciptakan difraksi cahaya tertentu dan

membuat nacre kelihatan buram.

3. Bentuk mutiara

Secara umum, bentuk mutiara terdiri atas: spherical (bulat bola), simetris

dan baroque. Bentuk spherical adalah bentuk umum yang dihasilkan oleh mutiara

hasil budidaya. Bentuk ini juga yang paling banyak diminati konsumen. Namun,

bentuk yang benar-benar bulat jarang ditemukan apalagi berasal dari mutiara

alami. Mengingat model terbentuknya mutiara karena mengikuti kontur inti,

sehingga dibuatlah inti bundar dengan maksud menghasilkan mutiara yang bundar

pula. Bentuk simetris adalah bentuk mutiara apabila dibelah dua maka setengah

bagiannya akan sama dengan bagian yang lainnya. Bentuk mutiara simetris yang

umum adalah bentuk buah pir atau air mata. Sedangkan bentuk baroque adalah

bentuk bangunan mutiara abstrak, memiliki tonjolan di sana-sini, tak simetris.

Bentuk ini banyak ditemukan di mutiara alami.

4. Ukuran mutiara

Besar kecil mutiara lebih banyak ditentukan oleh jenis kerang yang

menghasilkannya. Di samping jenis kerang mutiara, faktor lain yang menentukan

ukuran mutiara adalah lamanya budidaya. Makin lama mutiara dibudidaya, makin

tebal nacre yang dihasilkan. Ukuran yang umum diterapkan untuk mengukur

diameter mutiara adalam millimeter (mm). Mutiara hasil budidaya dengan ukuran

di atas 20 mm, jarang ditemukan sehingga harganyapun mahal.

5. Kontur permukaan

Mendapatkan mutiara dengan permukaan yang sangat licin pun tidak

gampang. Mutiara yang memiliki goresan atau tonjolan-tonjolan kecil di

permukaan disamping kurang indah secara estetik juga beresiko mengelupas bila

bergesek. Keberadaan permukaan juga akan memengaruhi warna dan lustre dari

mutiara.

6. Berat mutiara

Umumnya berat mutiara diekspresikan dengan carat, grain dan momme.

Menakar mutiara dengan berat biasanya dilakukan untuk pembelian jumlah besar,

Page 49: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

35

kebanyakan mutiara budidaya ditakar dengan ukuran diameter (milimeter)

disamping faktor-faktor penentu kualitas mutiara lainnya.

Satu carat = 4 grain = 200 milligram = 1/5 gram

Satu grain = 1/4 carat = 50 milligram = 1/20 gram

Satu momme = 18.75 carat = 3750 milligram = 3.75 gram

4.1.2 Jenis Mutiara

Berdasarkan cara pembuatannya, mutiara dapat dibagi menjadi 2 jenis

yaitu Mutiara alam dan Mutiara budidaya atau buatan.

1. Mutiara Alam

Mutiara alam hampir 100 persen tersusun atas kalsium karbonat dan

conchiolin. Diperkirakan terbentuknya mutiara alam akibat sekumpulan kejadian-

kejadian tak disengaja ketika kotoran-kotoran kecil atau parasit masuk ke dalam

kerang saat kerang tersebut membuka cangkangnya untuk bernapas ataupun

makan. Kemudian kotoran-kotoran tersebut tersimpan di dalam kerang. Moluska

tersebut merasa terganggu oleh benda asing yang masuk, sehingga membentuk

kantung mutiara dari sel eksternal jaringan mantel dan mengeluarkan nacre atau

lendir yang mengandung kalsium karbonat dan conchiolin untuk membungkus

dan menutupi benda asing tersebut. Proses sekresi diulang berkali-kali, sehingga

menghasilkan mutiara. Mutiara alam datang dalam berbagai bentuk, dengan

sempurna yang bulat yang relatif langka.

2. Mutiara Budidaya

Pembentukan mutiara ini tidak terjadi secara alami, melainkan dengan

kerja manusia. Perbedaannya dengan mutiara alam adalah proses masuknya iritan

atau benda asing dalam tubuh kerang. Sepotong jaringan mantel dari kerang

pendonor dimasukkan ke dalam kerang. Selanjutnya jaringan tersebut menjadi

iritan dalam tubuh kerang da terjadi proses pembetukan mutiara seperti pada

mutiara alam. Kadang proses pemasukan jaringan mantel ke tubuh kerang disertai

pemasukkan sejenis bahan padat sebagai bahan dasar pembentukan mutiara.

4.2 Standar Mutu Mutiara

Mutiara memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi sebagai perhiasan.

Bahkan sejak 260 SM pada Dinasti Han di Cina, orang-orang telah berburu

Page 50: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

36

mutiara. Karena banyak variasi mutiara dan kualitasnya di dunia, orang membuat

klasifikasi mutiara.

1. Klasifikasi Sistem AAA-A

- AAA : Mutiara kualitas terbaik, tanpa bercak. Sangat berkilau dan

setidaknya 95 persen permukaan tak cacat.

- AA : Sangat berkilau dan 75 persen permukaan tak cacat.

- A : Mutiara perhiasan kelas terendah, kilau kurang dan >25

persen permukaan mutiara bercacat.

2. Klasifikasi Sistem A-D

- A : Mutiara kualitas terbaik, sangat berkilau, sedikit cacat <10

persen>.

- B : Sangat berkilau atau kilau sedang. Terlihat sedikit cacat namun

tak lebih 30 persen dari luas permukaan.

- C : Kilau sedang, cacat permukaan tak lebih 60 persen.

- D : Memiliki cacat sedikit namun tak dalam dan tak lebih 60 persen

dari luas permukaan

Penentuan kualitas mutiara didasarkan pada standar kelas mutiara, namun

secara umum mutiara ditentukan oleh: 1) ukuran mutiara, di mana makin besar

ukurannya makin mahal. Perbedaan harganya bahkan sangat besar apabila ukuran

diameter mutiara sudah berada di atas 7 milimeter, 2) bundar tidaknya mutiara,

mutiara bundar cenderung disukai dengan demikian harganya cenderung lebih

mahal, namun ada juga bentuk-bentuk tertentu seperti bentuk air mata yang juga

diminati konsumen mutiara, 3) lustre mutiara, istilah untuk menggambarkan daya

pantul mutiara terhadap obyek atau cahaya, 4) permukaannya tidak cacad, goresan

atau bercak di permukaan menurunkan kualitas mutiara, dan 5) warna mutiara,

warna pink banyak disukai orang Amerika, orang Eropa cenderung menyukai

warna krem dan perak, orang Timur Tengah lebih banyak memilih warna krem

dan emas sebagaimana juga orang Amerika Latin.

4.3 Perkembangan Ekspor Komoditi Mutiara Indonesia di Negara

Australia, Hongkong, dan Jepang Periode 1999-2011

Ekspor komoditi mutiara Indonesia di negara Australia, Hongkong, dan

Jepang selama periode tahun 1999-2011 mengalami fluktuasi. Adapun berbagai

Page 51: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

37

perkembangan nilai ekspor komoditi mutiara Indonesia di ketiga negara tersebut

ditunjukkan oleh tampilan gambar grafik yang merupakan gabungan dari

HS710110 dengan komoditi natural pearls dan HS710121 dengan komoditi

cultured pearls, unworked.

4.3.1 Perkembangan Ekspor Komoditi Mutiara Indonesia di Australia

Selama periode 1999 hingga 2011 ekspor komoditi mutiara Indonesia di

Australia berfluktuasi setiap tahunnya. Nilai ekspor terendah terjadi pada tahun

2002 sebesar US$ 831,49 ribu. Dan nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2006

dengan nilai sebesar US$ 7,31 juta.

Sumber: UN Comtrade, 2012

Gambar 4.1 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditi Mutiara Indonesia di

Australia, 1999-2011

4.3.2 Perkembangan Ekspor Komoditi Mutiara Indonesia di Hongkong

Perkembangan nilai ekspor komoditi mutiara Indonesia di Hongkong

selama periode tahun 1999 hingga 2011 juga menunjukkan nilai yang

berfluktuasi. Nilai ekspor terendah sebesar US$ 4,72 ribu pada tahun 2006.

Periode dari tahun 2009 hingga 2011, nilai ekspor mutiara Indonesia mengalami

peningkatan. Dan pada tahun 2011, nilai ekspor mutiara Indonesia mencapai nilai

tertinggi sebesar US$ 13,64 juta.

0

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Nilai Ekspor (US$)

Page 52: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

38

Sumber: UN Comtrade, 2012

Gambar 4.2 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditi Mutiara Indonesia di

Hongkong 1999-2011

4.3.3 Perkembangan Ekspor Komoditi Mutiara Indonesia di Jepang

Ekspor komoditi mutiara Indonesia di Jepang dari tahun 1999 hingga 2011

juga mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Nilai ekspor mutiara Indonesia ke

Jepang mengalami nilai terendah pada tahun 2004 yaitu sebesar US$ 2,71 juta.

Sedangkan nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2000 dengan nilai sebesar US$

17,02 juta.

Sumber: UN Comtrade, 2012

Gambar 4.3 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditi Mutiara Indonesia di

Jepang, 1999-2011

0

5,000,000

10,000,000

15,000,000

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Nilai Ekspor (ribu US$)

0

5,000,000

10,000,000

15,000,000

20,000,000

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Nilai Ekspor (ribu US$)

Page 53: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

39

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Daya Saing Komoditi Mutiara Indonesia di Negara Australia,

Hongkong, dan Jepang Periode 1999-2011

Untuk mengetahui daya saing atau keunggulan komparatif komoditi

mutiara di negara tujuan ekspor digunakan metode Revealed Comparative

Advantage (RCA). Nilai RCA yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa

produk-produk yang dianalisis memiliki keunggulan komparatif atau berdaya

saing kuat sehingga dapat dipertahankan untuk tetap berorientasi ekspor ke negara

tujuan. Sedangkan, nilai RCA yang kurang dari satu menunjukkan bahwa produk-

produk yang dianalisis tidak memiliki keunggulan komparatif atau produk

tersebut berdaya saing lemah sehingga sebaiknya tidak dipacu untuk berorientasi

ekspor ke negara tujuan.

Untuk mengetahui daya saing atau keunggulan kompetitif komoditi

mutiara di negara tujuan, dapat dilihat dari posisi pasar yang diperoleh dengan

menggunakan metode Export Product Dynamic (EPD). Posisi pasar “Rising Star”

merupakan posisi pasar yang ideal sehingga pada posisi tersebut diperoleh negara-

negara yang berpotensi dijadikan tujuan ekspor komoditi mutiara Indonesia.

Posisi pasar “Lost Opportunity” juga masih dapat dijadikan tujuan ekspor

komoditi mutiara Indonesia. Hal ini terkait pada posisi tersebut terjadi

peningkatan permintaan ekspor komoditi mutiara, akan tetapi Indonesia tidak

menyediakan jumlah ekspor yang sesuai dengan peningkatan permintaan dari

negara tujuan. Sedangkan posisi pasar “Falling Star” dan “Retreat” tidak

mencerminkan potensi pasar sebagai tujuan ekspor komoditi mutiara Indonesia.

Hal tersebut terkait dengan terjadinya penurunan permintaan ekspor dari negara-

negara sebagai tujuan ekspor.

Berdasarkan hasil estimasi EPD diperoleh posisi pasar tujuan. Ekspor

komoditi mutiara Indonesia di negara Australia dan Jepang, selain memiliki daya

saing yang kuat, posisi pasar di kedua negara inipun menempati posisi “Rising

Star”, sehingga dapat terus dipertahakan pemasarannya. Sedangkan, di Hongkong

komoditi ini berdaya saing kuat namun tidak berpotensi ekspor karena terkait

Page 54: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

40

terjadinya penurunan permintaan ekspor di Hongkong sebesar 5,608 persen

walaupun pangsa ekspor di negara tersebut meningkat.

Tabel 5.1 Hasil Estimasi EPD dan RCA Komoditi Mutiara Indonesia

Negara RCA EPD

Nilai

RCA

Daya

Saing

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Ekspor (%)

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Produk (%)

Posisi Pasar

Australia 16.031 Kuat 145.642 1.094 Rising Star

Hongkong 5.718 Kuat 2130.49 -5.608 Falling Star

Jepang 2.990 Kuat 15.877 2.021 Rising Star

Sumber: UN Comtrade, 2012 (diolah)

5.2 Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekpsor

Mutiara Indonesia di Negara Tujuan Periode 1999-2011

Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi permintaan mutiara

Indonesia di negara tujuan dijelaskan dengan menggunakan gravity model. Model

ini digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel ekonomi dan non

ekonomi lainnya terhadap permintaan ekspor mutiara Indonesia di pasar

internasional. Variabel independen yang digunakan dalam analisis permintaan

ekspor mutiara Indonesia adalah GDP per kapita negara importir (GDP), nilai

tukar negara importir (NT), nilai ekspor negara tujuan tahun sebelumnya (NX1),

populasi negara importir (POP), dan jarak ekonomi Indonesia dengan negara

tujuan (JE). Sedangkan variabel dependennya adalah nilai ekspor mutiara

Indonesia ke negara tujuan (NX). Data yang dianalisis adalah data panel yang

merupakan gabungan dari time series dan cross section.

5.2.1 Hasil Estimasi Model Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan

Ekspor Komoditi Mutiara Indonesia Periode 1999-2011

Hasil uji Chow menunjukkan model terbaik yang digunakan dalam

estimasi komoditi mutiara Indonesia adalah model fixed effect dengan nilai

probabilitas (0,0000) yang lebih kecil dari taraf nyata lima persen. Berdasarkan

hasil evaluasi model dengan menggunakan kriteria ekonometrika dan kriteria

statistika diperoeh bahwa model tersebut terbebas dari pelanggaran asumsi klasik.

Setelah dilakukan regresi panel data, diperoleh estimasi persamaan yaitu:

lnNXit = 225.16 + 3.22 lnGDPit + 0.02 NTit + 0.20 lnNX1it - 14.67 lnPOPit +

0.32 ln JEit + eit

di mana:

Page 55: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

41

lnNX = Nilai ekpor mutiara Indonesia (persen)

lnGDP = GDP per kapita riil negara importir persen

NT = Nilai tukar riil negara importir (mata uang negara tujuan/US$)

lnNX1 = Nilai ekspor mutiara Indonesia (persen)

lnPOP = Jumlah populasi penduduk di negara importir (persen)

JE = Jarak Ekonomi (persen)

ei = Random error

i = Negara

t = Periode waktu

Dalam analisis regresi, terdapat empat asumsi yang dipenuhi, masing-

masing diantaranya yaitu:

1. Uji Multikolinearitas

Salah satu asumsi dari model regresi ganda adalah bahwa tidak ada

hubungan linier sempurna antar peubah bebas dalam model tersebut. Jika

hubungan tersebut ada, maka dikatakan bahwa peubah-peubah bebas tersebut

berkolinearitas ganda sempurna (Juanda, 2007). Adanya multikolinearitas dapat

disebabkan oleh nilai R2

yang tinggi, tetapi variabel independennya banyak yang

tidak signifikan. Namun dari hasil pengolahan data yang terlihat pada Tabel 5.2

dapat diketahui bahwa nilai R2

yang diperoleh yaitu 0.727701. Nilai R2

ini

menunjukkan bahwa sebesar 72.77 persen keragaman yang terdapat pada model

ekspor mutiara Indonesia ke negara tujuan ekspor dapat dijelaskan oleh variabel-

variabel yang terdapat pada model tersebut sedangkan sisanya sebesar 27.23

persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Selain itu, hanya terdapat satu

dari lima variabel yang tidak signifikan. Secara umum, variabel yang digunakan

dalam model regresi sudah memenuhi asumsi multikolinearitas, karena masalah

multikolinearitas telah diatasi dengan memberikan perlakuan GLS sehingga

parameter dugaan pada taraf uji tertentu menjadi signifikan.

2. Uji Heteroskedastisitas

Dari hasil estimasi pada Tabel 5.2 terlihat bahwa Residual Sum Squared

pada Weighted Statistic (35.97) lebih kecil dari Residual Sum Squared pada

Unweighted Statistic (59.07) yang menyebabkan terjadinya heteroskedastisitas.

Page 56: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

42

Namun masalah ini telah dapat diatasi dengan menggunakan cross-section SUR

pada model untuk mengantisipasi masalah heteroskedastisitas dan autokorelasi.

3. Uji Autokorelasi

Pada hasil pengolahan data, masalah autokorelasi dapat dilihat dari nilai

Durbin Watson Statistic (DW). Pada tabel nilai DW sebesar 2.38. Autokorelasi

tidak terjadi jika nilai DW berkisar antara 1,03-2,97. Oleh karena itu, disimpulkan

bahwa tidak ada masalah autokorelasi dari hasil pengolahan data tersebut. Di lain

pihak, karena model tersebut menggunakan cross-section SUR, maka masalah

heteroskedastisitas dan autokorelasi dapat diatasi.

4. Uji Kenormalan

Pada data panel, normal atau tidaknya error terms dapat dilihat dari nilai

probabilitas yang terdapat pada histogram-normality test. Jika nilai probability

Jarque Bera > α, maka error terms menyebar normal. Hasil ini dapat dilihat pada

Tabel 5.2. Pada tabel tersebut didapatkan hasil bahwa probability Jarque Bera

(0.91) lebih besar daripada α (0.05). Dengan demikian, model dalam penelitian ini

sudah memiliki error terms yang menyebar normal.

Berdasarkan Tabel 5.2 diperoleh bahwa nilai probabilitas F-statistic

(0,000000) lebih kecil dari taraf nyata lima persen dan sepuluh persen. Hal ini

berarti bahwa secara bersama-sama variabel bebas dalam model berpengaruh

nyata terhadap variabel tidak bebas pada taraf nyata lima persen dan sepuluh

persen. Nilai koefisien determinasi (R-square) yang diperoleh sebesar 0.727701.

Hal ini menunjukkan bahwa sekitar 72.77 persen peubah dependen dapat

dijelaskan secara baik oleh variabel-variabel independennya, sedangkan sisanya

sebesar 27.23 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya yang tidak terdapat

dalam model.

Sementara itu, hasil dari Fixed Effect (Cross) yang menunjukkan

perbedaan nilai intersep yang berbeda antar unit cross section menunjukkan

bahwa negara Jepang memiliki rata-rata perubahan yang paling tinggi sebesar

21.99. Sedangkan, Hongkong merupakan negara yang memiliki efek paling kecil,

yaitu -19.35. Dengan demikian, kesimpulan yang diperoleh dari hasil Fixed Effect

(Cross) adalah Jepang merupakan salah satu negara importir utama sebagai tujuan

ekspor mutiara Indonesia, sedangkan Australia dan Hongkong masih dapat

Page 57: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

43

dijadikan tujuan ekspor mutiara karena masih memiliki daya saing seperti

perolehan hasil dari estimasi RCA. Meskipun dengan analisis EPD, negara

Hongkong berada pada posisi pasar “Lost Opportunity”.

Tabel 5.2 Hasil Estimasi Gravity Model Komoditi Mutiara

Variabel Coefisien Prob.

C 225.1637 0.0168**

GDP 3.219599 0.0194**

NT 0.023571 0.0775*

NX1 0.199716 0.0857*

POP -14.67132 0.0217**

JE 0.315636 0.7254

Fixed Effect (Cross)

Australia -2.645074

Hongkong -19.34752

Jepang 21.99259

Weighted Statistics

R-Square 0.727701 Sum square residual 35.97017

Prob. (F-Stat) 0.000000 Durbin-Watson stat 2.380561

Unweighted Statistics

R-Square 0.435966 Sum square residual 59.06686

Durbin-Watson stat 1.952017

Sumber: Lampiran 3

Catatan: **) signifikan pada taraf nyata 5%

*) signifikan pada taraf nyata 10%

5.2.2 Interpretasi Model Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan

Ekspor Komoditi Mutiara Indonesia Periode 1999-2011

Berdasarkan uji-t pada komoditi mutiara, terdapat satu dari lima variabel

yang tidak signifikan, yaitu variabel jarak ekonomi. Variabel GDP per kapita riil

negara importir mutiara Indonesia dan populasi signifikan pada taraf nyata lima

persen. Serta variabel nilai tukar dan nilai ekspor tahun sebelumnya signifikan

pada taraf nyata sepuluh persen.

1. GDP per kapita riil negara importir

GDP per kapita mempresentasikan ukuran daya beli masyarakat terhadap

barang dan jasa suatu negara. Dari hasil estimasi diketahui bahwa variabel GDP

per kapita riil negara importir mutiara signifikan pada taraf nyata lima persen.

Tanda koefisien pada variabel tersebut sesuai dengan hipotesis, yaitu 3.22. Nilai

tersebut memberikan arti bahwa jika GDP per kapita negara importir mutiara

Indonesia meningkat sebesar satu persen, maka permintaan ekspor komoditi

Page 58: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

44

mutiara meningkat sebesar 3.22 persen (cateris paribus). Fenomena inipun terkait

dengan tanda koefisien positif yang sesuai dengan hipotesis pada GDP per kapita

yang memengaruhi permintaan ekspor komoditi tersebut.

Dari hasil estimasi dapat diketahui juga bahwa variabel GDP per kapita

berpengaruh nyata pada taraf nyata lima persen. Hal ini mengindikasikan bahwa

variabel GDP per kapita negara Austalia, Hongkong, dan Jepang memiliki

pengaruh yang signifikan dalam memengaruhi permintaan ekspor mutiara

Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan daya beli yang tinggi di

negara Australia, Hongkong, dan Jepang terhadap komoditi mutiara Indonesia

dengan membeli mutiara sebagai barang investasi dan sebagai simbol status

sosial.

2. Nilai tukar riil negara importir

Dalam hipotesis, telah dikemukakan bahwa nilai tukar riil negara importir

memiliki hubungan positif, artinya jika nilai tukar riil tinggi akan menyebabkan

permintaan ekspor mutiara Indonesia meningkat. Nilai tukar riil yang digunakan

dalam penelitian ini adalah nilai tukar negara importir terhadap dollar Amerika

Serikat, karena sebagian besar negara menggunakan dan menerima dollar AS

sebagai alat pembayaran pada transaksi perdagangan internasional. Hal ini terjadi

karena nilai mata uang Amerika Serikat yang relatif stabil dibandingkan mata

uang negara lainnya.

Tanda koefisien positif pada nilai tukar riil sesuai dengan hipotesis, yaitu

0.02 memberikan arti bahwa jika nilai tukar negara importir mutiara Indonesia

terapresiasi sebesar satu persen, maka permintaan ekspor komoditi mutiara

meningkat sebesar 0,02 satuan (cateris paribus). Tanda positif pada variabel nilai

tukar domestik terhadap dollar AS sesuai dengan parameter dugaan yang

diharapkan. Jika nilai tukar riil di negara Australia, Hongkong, dan Jepang tinggi,

barang-barang domestik relatif lebih mahal, sedangkan barang-barang luar negeri

(Indonesia) relatif lebih murah, sehingga penduduk domestik berkeinginan

membeli sedikit barang hasil produksi negara sendiri. Sehingga permintaan ekspor

mutiara Indonesia di negara Australia, Hongkong, dan Jepang akan meningkat.

Variabel nilai tukar ini juga signifikan berpengaruh terhadap permintaan ekspor

mutiara Indonesia pada taraf sepuluh persen.

Page 59: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

45

3. Nilai ekspor tahun sebelumnya

Nilai koefisien sebesar 0.20 pada nilai ekspor tahun sebelumnya

memberikan arti bahwa jika nilai ekspor komoditi tersebut pada tahun sebelumnya

meningkat sebesar satu persen, maka permintaan ekspor komoditi tersebut akan

meningkat sebesar 0.20 persen (cateris paribus). Variabel ini juga signifian

berpengaruh terhadap permintaan ekspor mutiara Indonesia pada taraf sepuluh

persen.

4. Populasi negara importir

Pertambahan populasi negara importir dari sisi permintaan akan

memberikan pengaruh yang positif terhadap permintaan ekspor mutiara Indonesia.

Pertambahan populasi ini akan menyebabkan permintaan domestik bertambah

besar dan jika negara tersebut tidak mampu memenuhi seluruh permintaan

domestik maka negara tersebut harus mengimpor dari negara lain. Dalam

hipotesis, telah dikemukakan bahwa populasi negara Australia, Hongkong, dan

Jepang memiliki hubungan positif, artinya semakin besar jumlah populasi ketiga

negara importir tersebut akan menyebabkan semakin besar pula permintaan

ekspor mutiara Indonesia.

Berdasarkan hasil analisis regresi data panel, diperoleh nilai koefisiennya

sebesar -14.67. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitan, namun variabel

populasi berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor mutiara Indonesia. Hal

ini dikarenakan Indonesia belum dapat memenuhi seluruh permintaan domestik,

sehingga negara tersebut harus mengimpor dari negara eksportir mutiara lain.

Sehingga jika populasi negara importir meningkat sebesar satu persen, maka

permintaan ekspor komoditi tersebut akan menurun sebesar 14.67 persen (cateris

paribus). Variabel ini signifikan pada taraf nyata lima persen.

5. Jarak ekonomi

Sementara itu, tanda koefisien positif pada jarak ekonomi tidak sesuai

dengan hipotesis, yaitu 0.32 memberikan arti bahwa jika terjadi penurunan jarak

ekonomi antara Indonesia dengan negara importir mutiara Indonesia sebesar satu

persen, maka permintaan ekspor komoditi mutiara menurun sebesar 0.32 persen

(cateris paribus). Seharusnya, jarak ekonomi yang semakin kecil akan

mengurangi biaya-biaya yang ada seperti biaya distribusi dan lain sebagainya,

Page 60: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

46

sehingga permintaan ekspor akan semakin meningkat. Namun hasil yang didapat

dari penelitian ini adalah sebaliknya. Hal ini dikarenakan komoditi mutiara

merupakan komoditi yang tidak membutuhkan tempat dalam kegiatan

distribusinya karena menurunkan biaya per unit transportasi, komoditi kecil

berharga dapat diangkut jauh lebih menguntungkan dari komoditi besar dengan

nilai yang sama. Selain itu, variabel jarak ekonomi ini tidak berpengaruh nyata

terhadap permintaan ekspor mutiara Indonesia. Nilai P value variabel jarak

ekonomi bernilai 0.72 yang berarti tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan

ekspor mutiara Indonesia pada taraf nyata sepuluh persen. Dari hasil regresi

tersebut maka jarak ekonomi bukan faktor penentu yang memengaruhi besar

kecilnya permintaan ekspor mutiara Indonesia di Australia, Hongkong, dan

Jepang.

Page 61: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

47

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dijelaskan, maka kesimpulan

yang diambil adalah berikut ini:

1. Berdasarkan analisis daya saing, melalui analisis Revealed Comparative

Advantage (RCA) didapatkan hasil bahwa mutiara Indonesia di Negara

Australia, Hongkong, dan Jepang memiliki keunggulan komparatif atau

daya saing yang kuat. Sedangkan melalui analisis Export Product

Dynamics (EPD), didapatkan hasil bahwa posisi daya saing komoditas

mutiara Indonesia di Negara Australia dan Jepang berada pada posisi

Rising Star. Sedangkan posisi daya saing di negara Hongkong berada

posisi Falling Star. Dari kedua analisis daya saing tersebut menunjukkan

bahwa komoditi mutiara Indonesia memiliki daya saing yang kuat dan

mengalami peningkatan permintaan ekspor ke negara Australia dan

Jepang.

2. Dengan pendekatan gravity model diketahui bahwa faktor-faktor yang

memengaruhi permintaan ekspor mutiara Indonesia ke negara Australia,

Hongkong, dan Jepang adalah GDP per kapita negara importir, nilai

tukar, dan nilai ekspor tahun sebelumnya berpengaruh positif dan

signifikan, populasi berpengaruh negatif dan signifikan, sedangkan jarak

ekonomi tidak signifikan.

6.2 Saran

Atas kesimpulan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka saran yang dapat

diberikan adalah:

1. Posisi pasar “Rising Star” dengan daya saing produk yang kuat pada

komoditi mutiara di Australia dan Jepang, sebaiknya pemerintah

mendorong komoditas mutiara dalam negeri untuk bertahan pada posisi

pasar yang sudah ideal dengan daya saing yang kuat tersebut.

2. Pada posisi pasar “Lost Opportunity” di Hongkong, sebaiknya pemerintah

mendorong perusahaan mutiara untuk lebih produktif dalam memproduksi

Page 62: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

48

komoditi mutiara dengan cara meningkatkan kualitas Sumber Daya

Manusia (SDM), menjalin hubungan bilateral yang lebih kuat agar

Indonesia memperoleh informasi yang baik mengenai kebutuhan impor

negara tersebut dan mengenai strategi kebijakan ekonomi yang dilakukan

oleh negara importir lainnya sebagai bahan pembanding agar dapat

menerapkan kebijakan yang lebih baik.

3. Secara umum komoditi mutiara Indonesia yang diekspor ke pasar

internasional masih berupa bahan mentah, sehingga nilai ekspor yang

didapat tidak cukup besar. Sehingga diharapkan, dapat menambah added

value komoditi mutiara Indonesia agar memiliki nilai jual yang lebih

tinggi.

4. Perusahaan mutiara Indonesia diharapkan dapat meningkatkan teknologi

dan memberikan pelatihan kepada para petani mutiara agar mutu dan

kualitas mutiara dapat ditingkatkan.

5. Pemerintah diharapkan dapat mengembangkan infrastruktur zonasi dari

komoditi mutiara Indonesia dengan memperbaiki sarana transportasi dan

menambah luas area lahan untuk produksi mutiara.

6. Untuk penelitian selanjutnya mengenai ekspor komoditas mutiara

Indonesia, sebaiknya dilakukan juga penelitian terhadap produk dengan

kode Harmonized System (HS) enam digit HS710122 dengan produk

cultured pearls, worked.

Page 63: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

49

DAFTAR PUSTAKA

Conference on Trade and Development. Berbagai Terbitan. www.unctad.org

[Agustus 2012]

Firdaus, M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta: Bumi

Aksara.

Gujarati, D. 2004. Basic Econometrics Fourth Edition. The McGraw-Hill

Companies.

Hafni, N. 2011. Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi

Aliran Ekspor Pisang Indonesia [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Juanda, B. 2009. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan. Bogor: IPB PRESS.

Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Berbagai Terbitan.

www.kkp.go.id [Juli 2012]

Lipsey, R. G., P. N. Courant, dan C. T. S. 1995. Pengantar Makroekonomi Edisi

Kesepuluh Jilid Dua. Jakarta: Binarupa Aksara.

Mankiw, G. 2006. Macroeconomics Edisi Kelima. Worth Publishers: New York.

Oktaviani, R dan Tanti. 2009. Teori Perdagangan Internasional dan Aplikasinya

di Indonesia. Departemen Ilmu Ekonomi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Porter, M.E. 1990. The Competitive Advantage of Nations. The Free Press: New

York.

Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Edisi Kelima Jilid 1. Haris Munandar

[penerjemah]. Erlangga: Jakarta.

Saptanto, S. 2011. Daya Saing Ekspor Produk Perikanan Indonesia Di Lingkup

ASEAN dan ASEAN-China. Jurnal Bijak dan Riset Sosek, 6:51-60.

Sukmawati, A. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan

Ekspor Mutiara Indonesia [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Time and Date. Berbagai Terbitan. www.timeanddate.com [Agustus 2012]

Page 64: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

50

United Nations Commodity Trade Statistics Database. Berbagai Terbitan.

www.un.comtrade.org [Agustus 2012]

Widarjono, Agus. 2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Ekonisia

Fakultas Ekonomi UII: Yogyakarta.

World Bank. 2010. World Bank Economic Database. www.worldbank.org

[Agustus 2012]

Page 65: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

LAMPIRAN

Page 66: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

52

Lampiran 1 Hasil Olahan Metode RCA Komoditi Mutiara Indonesia di Negara

Australia, Hongkong, dan Jepang, 1999-2011

Tabel 1. Hasil Olahan Metode RCA Komoditi Mutiara Indonesia

Negara Tahun (Xij) (Xj) (Wij) (Wj) RCA

Australia 1999 2,096,021 1,484,781,103 7,173,798 53,577,021,503 10.543

2000 2,339,411 1,519,365,939 18,424,222 57,806,485,846 4.831

2001 3,628,112 1,842,293,640 13,188,404 53,634,341,027 8.009

2002 831,468 1,924,361,106 18,310,546 62,044,028,548 1.464

2003 1,655,700 1,791,602,712 2,595,221 74,503,567,215 26.530

2004 2,083,920 1,887,359,209 12,712,609 90,845,712,212 7.890

2005 4,834,138 2,227,607,920 9,587,280 102,258,257,395 23.146

2006 7,315,218 2,771,276,781 9,542,476 115,066,358,978 31.830

2007 2,854,818 3,394,555,752 10,702,986 132,307,028,909 10.396

2008 6,356,447 4,110,969,601 11,314,066 159,438,533,605 21.789

2009 3,264,383 3,264,223,973 6,949,305 132,516,124,280 19.070

2010 3,869,836 4,244,396,928 6,654,153 160,527,798,946 21.996

2011 4,833,576 5,582,530,032 7,491,244 180,867,795,376 20.905

Rataan 16.031

Hongkong 1999 1,017,896 1,330,000,495 75,877,846 122,296,851,983 1.234

2000 2,063,716 1,554,141,503 99,276,556 148,155,721,234 1.982

2001 4,530,598 1,290,327,580 83,719,637 143,752,065,516 6.029

2002 1,018,345 1,242,263,243 75,995,886 160,131,171,364 1.727

2003 40,364 1,183,277,935 47,486,078 197,195,012,752 0.142

2004 381,966 1,387,484,163 61,098,487 241,967,914,593 1.090

2005 256,078 1,492,335,989 92,803,212 273,872,686,951 0.506

2006 4,722 1,703,228,963 94,610,625 320,819,583,214 0.009

2007 1,268,638 1,687,454,024 103,691,825 365,753,928,605 2.652

2008 310,332 1,808,777,142 120,487,739 387,202,038,181 0.551

2009 8,083,896 2,111,839,005 107,814,366 343,192,746,228 12.185

2010 10,960,345 2,501,411,436 89,569,490 449,699,331,456 21.999

2011 13,644,697 3,215,405,187 91,760,232 523,808,956,502 24.224

Rataan 5.718

Jepang 1999 12,502,975 10,397,181,547 113,956,135 225,390,667,170 2.378

2000 17,021,164 14,415,189,665 114,945,944 292,960,981,300 3.009

2001 10,507,483 13,010,175,403 64,475,525 270,490,303,945 3.388

2002 6,658,972 12,045,115,461 60,899,962 269,050,850,837 2.442

2003 13,343,962 13,603,494,172 62,443,465 311,183,105,146 4.888

2004 2,710,072 15,962,109,263 65,866,581 351,978,225,278 0.907

2005 4,852,753 18,049,139,737 85,328,773 434,455,200,322 1.369

2006 5,146,229 21,732,122,929 63,674,673 489,810,394,177 1.822

2007 7,038,035 23,632,789,875 64,493,174 539,646,601,900 2.492

Page 67: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

53

2008 5,972,622 27,743,856,152 40,775,487 535,671,800,352 2.828

2009 9,901,110 18,574,730,417 45,219,593 384,303,883,675 4.530

2010 15,583,430 25,781,813,648 51,118,267 469,888,739,182 5.556

2011 9,742,865 33,714,696,141 50,111,831 565,884,240,446 3.263

Rataan 2.990

Page 68: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

54

Lampiran 2 Hasil Olahan Metode EPD Komoditi Mutiara Indonesia di Negara

Australia, Hongkong, dan Jepang, 1999-2011

Tabel 2. Hasil Olahan Metode EPD Komoditi Mutiara Indonesia

Negara Tahun Share Share Average Average Market

Xij/Wij Xj/Wj Growth Growth Positioning

X Y

Australia 1998 0.063 0.030 na na

1999 0.292 0.028 362.653 -7.572

2000 0.127 0.026 -56.542 -5.158

2001 0.275 0.034 116.656 30.686

2002 0.045 0.031 -83.493 -9.704

2003 0.638 0.024 1304.957 -22.469

2004 0.164 0.021 -74.306 -13.606

2205 0.504 0.022 207.594 4.855

2006 0.767 0.024 52.035 10.558

2007 0.267 0.026 -65.206 6.529

2008 0.562 0.026 110.631 0.497

2009 0.470 0.025 -16.389 -4.465

2010 0.582 0.026 23.806 7.338

2011 0.645 0.031 10.947 16.736

145.642 1.094 Rising Star

Hongkong 1998 0.035 0.015 na na

1999 0.013 0.011 -61.907 -27.302

2000 0.021 0.010 54.958 -3.543

2001 0.054 0.009 160.330 -14.432

2002 0.013 0.008 -75.239 -13.573

2003 0.001 0.006 -93.657 -22.651

2004 0.006 0.006 635.472 -4.439

2205 0.003 0.005 -55.862 -4.973

2006 0.000 0.005 -98.191 -2.570

2007 0.012 0.005 24413.602 -13.098

2008 0.003 0.005 -78.948 1.252

2009 0.075 0.006 2811.122 31.727

2010 0.122 0.006 63.200 -9.606

2011 0.149 0.006 21.519 10.357

2130.492 -5.604 Falling Star

Jepang 1998 0.142 0.048 na na

1999 0.110 0.046 -22.476 -3.421

2000 0.148 0.049 34.965 6.667

2001 0.163 0.048 10.055 -2.249

2002 0.109 0.045 -32.906 -6.922

Page 69: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

55

2003 0.214 0.044 95.437 -2.353

2004 0.041 0.045 -80.746 3.739

2205 0.057 0.042 38.222 -8.391

2006 0.081 0.044 42.112 6.798

2007 0.109 0.044 35.025 -1.297

2008 0.146 0.052 34.223 18.267

2009 0.219 0.048 49.483 -6.679

2010 0.305 0.055 39.229 13.520

2011 0.194 0.060 -36.224 8.586

15.877 2.020 Rising Star

Page 70: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

  

Lampiran 3. Variabel-Variabel yang Memengaruhi Permintaan Ekspor Komoditi Mutiara Indonesia di Negara Australia, Hongkong, dan Jepang Periode 1999-2011

Tabel 3. Variabel yang Memengaruhi Permintaan Ekspor Komoditi Mutiara Indonesia Negara Tahun Nilai Ekspor GDP per

kapita Nilai Tukar Nilai Ekspor (t-1) Populasi Jarak Ekonomi

Australia 1999 2,096,021 20,623 1.550 359,362 18,926,000 21,020.407 2000 2,339,411 21,766 1.725 2,096,021 19,153,000 20,931.502 2001 3,628,112 19,597 1.933 2,339,411 19,413,000 21,236.235 2002 831,468 20,210 1.841 3,628,112 19,651,400 20,219.915 2003 1,655,700 23,544 1.542 831,468 19,895,400 18,517.007

2004 2,083,920 30,580 1.360 1,655,700 20,127,400 16,141.416 2005 4,834,138 34,149 1.309 2,083,920 20,394,800 15,172.764 2006 7,315,218 36,226 1.328 4,834,138 20,697,900 14,601.493 2007 2,854,818 40,672 1.195 7,315,218 21,072,500 13,886.289 2008 6,356,447 49,379 1.192 2,854,818 21,498,500 12,918.316 2009 3,264,383 42,101 1.282 6,356,447 21,951,700 14,285.090 2010 3,869,836 50,746 1.090 3,264,383 22,299,800 13,351.979 2011 4,833,576 60,642 0.969 3,869,836 22,620,600 12,546.532Hongkong 1999 1,017,896 24,716 7.758 1,706,630 6,606,500 10,557.446 2000 2,063,716 25,374 7.791 1,017,896 6,665,000 10,807.722 2001 4,530,598 24,812 7.799 2,063,716 6,714,300 10,096.002 2002 1,018,345 24,285 7.799 4,530,598 6,744,100 10,128.651 2003 40,364 23,559 7.787 1,018,345 6,730,800 11,138.797 2004 381,966 24,454 7.788 40,364 6,783,500 12,149.916 2005 256,078 26,092 7.777 381,966 6,813,200 11,953.068 56

Page 71: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

  

2006 4,722 27,699 7.768 256,078 6,857,100 11,494.700 2007 1,268,638 29,900 7.801 4,722 6,925,900 11,369.847 2008 310,332 30,865 7.787 1,268,638 6,977,700 12,440.161 2009 8,083,896 29,882 7.752 310,332 7,003,700 12,114.620 2010 10,960,345 31,758 7.769 8,083,896 7,067,800 12,842.169 2011 13,644,697 34,457 7.784 10,960,345 7,071,600 13,291.189Jepang 1999 12,502,975 34,999 113.907 16,121,456 126,650,000 13,237.785 2000 17,021,164 37,292 107.765 12,502,975 126,870,000 13,056.938 2001 10,507,483 32,716 121.529 17,021,164 127,149,000 13,595.179 2002 6,658,972 31,236 125.388 10,507,483 127,445,000 13,981.966 2003 13,343,962 33,691 115.933 6,658,972 127,718,000 13,829.776 2004 2,710,072 36,442 108.193 13,343,962 127,761,000 14,476.211 2005 4,852,753 35,781 110.218 2,710,072 127,773,000 15,476.339 2006 5,146,229 34,102 116.299 4,852,753 127,756,000 16,577.377 2007 7,038,035 34,095 117.754 5,146,229 127,770,750 17,703.903 2008 5,972,622 37,972 103.359 7,038,035 127,704,040 17,954.063 2009 9,901,110 39,473 93.570 5,972,622 127,557,958 16,283.707 2010 15,583,430 43,063 87.780 9,901,110 127,450,459 16,815.942 2011 9,742,865 45,903 79.807 15,583,430 127,817,277 17,714.714

 

57

Page 72: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

58

Lampiran 4 Hasil Output Model Permintaan Komoditi Mutiara Indonesia di

Negara Autralia, Hongkong, dan Jepang Periode 1999-2011

a. Hasil Output

Dependent Variable: NX

Method: Panel EGLS (Cross-section SUR)

Date: 09/17/12 Time: 21:14

Sample: 1999 2011

Periods included: 13

Cross-sections included: 3

Total panel (balanced) observations: 39

Linear estimation after one-step weighting matrix

White cross-section standard errors & covariance (no d.f.

correction)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 225.1637 89.08307 2.527570 0.0168

GDP 3.219599 1.305542 2.466102 0.0194

NT 0.023571 0.012909 1.825945 0.0775

NX1 0.199716 0.112517 1.774984 0.0857

POP -14.67132 6.068933 -2.417447 0.0217

JE 0.315636 0.890374 0.354498 0.7254

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.727701 Mean dependent var 22.77535

Adjusted R-squared 0.666214 S.D. dependent var 9.263566

S.E. of regression 1.077185 Sum squared resid 35.97017

F-statistic 11.83506 Durbin-Watson stat 2.380561

Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.435966 Mean dependent var 14.82893

Sum squared resid 59.06686 Durbin-Watson stat 1.952017

Page 73: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif..... 11 2.3. Teori Revealed Comparative Advantage ... saat ini, daya saing sebuah produk menjadi

59

b. Uji Normalitas

c. Uji Multikolinearitas

GDP NT NX1 POP JE

GDP 1.704440 0.015182 -0.009467 -7.381396 0.597292

NT 0.015182 0.000167 0.000034 -0.065805 0.006807

NX1 -0.009467 0.000034 0.012660 -0.058342 0.020485

POP -7.381396 -0.065805 -0.058342 36.831951 -1.431208

JE 0.597292 0.006807 0.020485 -1.431208 0.792765

0

1

2

3

4

5

6

7

-2 -1 0 1 2

Series: Standardized Residuals

Sample 1999 2011

Observations 39

Mean 1.35e-16

Median 0.067829

Maximum 1.990928

Minimum -2.256907

Std. Dev. 0.972925

Skewness -0.133215

Kurtosis 2.805698

Jarque-Bera 0.176699

Probability 0.915441