analisis data gayaberat untuk mengidentifikasi …digilib.unila.ac.id/58387/19/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
ANALISIS DATA GAYABERAT UNTUKMENGIDENTIFIKASI CEKUNGAN AIR TANAH DI
PROVINSI LAMPUNG BAGIAN SELATAN(Skripsi)
Oleh
RIVALDI RISMAN
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGIUNIVERSITAS LAMPUNG
FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
2019
i
ABSTRAK
ANALISIS DATA GAYABERAT UNTUK MENGIDENTIFIKASICEKUNGAN AIR TANAH DI PROVINSI LAMPUNG BAGIAN SELATAN
Oleh
RIVALDI RISMAN
Telah dilakukan penelitian “Analisis Data Gayaberat Untuk MengidentifikasiCekungan Air Tanah Di Provinsi Lampung Bagian Selatan”. Penelitian inidilakukan untuk mengetahui pola cekungan, patahan serta keberadaan cekunganair tanah. Analisis ini dilakukan berdasarkan analisis data anomali gayaberatSecond Vertical Derivative (SVD), model 2D lapisan bawah permukaan sertaestimasi kedalaman cekungan dengan menggunakan power spectrum analysis.Untuk mencapai tujuan penelitian ini, dilakukan mengestimasikan kedalamananomali regional dari 12 sayatan Anomali Bouguer Lengkap, didapatkan sedalam7849.53 m. Selanjutnya, peta SVD menunjukan keberadaan pola batas cekunganpada dua zona terduga cekungan air tanah dan sebuah pola patahan pada bagianselatan lokasi penelitian. Peta hidrogeologi menunjukan produktivitas sumur yangbaik pada dua zona tersebut dengan debit rata-rata antara 5 sampai 10 l/detik.Kemudian, Anomali residual dimodelkan dengan metode forward modeling 2dimensi, menghasilkan model dengan kedalaman 7850 m. Model 2 dimensimemperlihatkan tiga lapisan formasi, dengan densitas masing – masing, 2.3 gr/cc,2.3 gr/cc dan 2.8 gr/cc. Model ini menunjukan dua cekungan Air Tanah padaFormasi Endapan Gunung Api Muda (Qhv) dan Formasi Lampung (QTl) dengankedalaman masing – masing 1 km dan 1.5 km.
Kata kunci: Anomali residual, Peta SVD, forward modeling, cekungan.
ii
ABSTRACT
GRAVITY DATA ANALYSIS TO IDENTIFY GROUNDWATER BASINSIN SOUTH SIDE OF LAMPUNG PROVINCE
By
RIVALDI RISMAN
Research has been carried out on the gravity data analysis to identify groundwaterbasins in south side of Lampung province. This study aims to knowing basinssystem, fault and existence of groundwater basins. This analysis based on SecondVertical Derivative (SVD) gravity anomaly data analysis, subsurface 2D gravitymodeling and depth estimation based on power spectrum analysis. To get the aimsof this study, Regional anomaly depth estimation has been done from 12 slicing ofComplete Bouguer Anomaly, and the depth are 7849.53 m. Furthermore, SVDmap show the existence boundary basins pattern in two zone that suspected asgroundwater basins and a fault pattern in the south side of research sites.Hydrogeological map show the well productivity have good productivity in bothzone with debit is between 5 until 10 l/second. Furthermore, residual anomaly hasbeen modeled by 2 dimension forward modeling method, the result is model with7850 m depth. 2 dimension model show three formation layers, with each density2.3 gr/cc, 2.3 gr/cc and 2.8 gr.cc. the model show two groundwater basins inEndapan Gunung Api Muda Formation (Qhv) and Lampung Formation (QTl)with 1 km and 1.5 km of depth.
Keyword: Residual anomaly, SVD map, forward modeling, Basins.
iii
ANALISIS DATA GAYABERAT UNTUK MENGIDENTIFIKASICEKUNGAN AIR TANAH DI PROVINSI LAMPUNG BAGIAN SELATAN
Oleh
RIVALDI RISMAN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik GeofisikaFakultas Teknik Universitas Lampung
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGIUNIVERSITAS LAMPUNG
FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
2019
vii
RIWAYAT HIDUP
2 September 1994 tarikan nafas serta tangisan pertama di
dunia ini mengawali kehidupan penulis seperti pada
umumnya. Rivaldi Risman, hidup dan tumbuh di lingkungan
pedesaan di daerah pegunungan Lampung Barat. Tumbuh
dengan kegilaan terhadap olah raga yang tidak bisa
dibendung. Merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Risman
dan Titi Misyati.
Mengawali Pendidikan formal pertama di SDN 1 Puralaksana Kecamatan Way
tenong Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2000 dimulai dari kelas satu
tentunya. Kemudian melanjutkan studi menegah di SMPN 1 Way tenong pada
tahun 2006. Selama tiga tahun cukup untuk menyelesaikan studi menegah
pertama, kemudian melanjutkan studi menengah di SMAN 1 Way tenong, lulus
dalam waktu tiga tahun pula, yaitu pada tahun 2012.
Pendidikan Tinggi selanjutnya menjatuhkan pilihan pada jurusan Teknik
Geofisika Universitas Lampung pada tahun 2012. Bukan sedikit waktu yang
tercurahkan menyelesaikan studi S1 di Teknik geofisika Universitas Lampung,
butuh setidaknya empat belas semester untuk menyelesaikan studi S1 Teknik
geofisika Universitas lampung.
viii
MOTO
“HANYA SEBUAH SKRIPSI, BUKANYANG LAIN”
-Rivaldi Risman
“Dan inipun akan berlalu”-tukang emas kerajaan
“Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat”
(QS An-naba ayat 9)
ix
SANWACANA
Puji Syukur senantisa terhanturkan kepada Allah Subhanahu wata’ala, pemilik
segala yang ada di langit dan di bumi. Pemilik dari segala pengetahuan, yang
dengan izinnya penulis bisa menikmati seujung jarum pengetahuan di antara
lautan pengetahuan yang dimimiki-Nya. Dengan kebaikan tersebut penulis
mampu menyelesaikan penulisan skripsi “ANALISIS DATA GAYABERAT
UNTUK MENGIDENTIFIKASI CEKUNGAN AIR TANAH DI PROVINSI
LAMPUNG BAGIAN SELATAN”. Pula kepada kekasihnya, seorang yang
menunjuki setiap umatnya kepada jalan yang baik, Nabi Muhammad Sholallahu
‘alaihi wassalam semoga terhanturkan salawat dan salam dari seorang umat yang
kerap kali lupa akan kelembutan kasih sayangnya.
Ucapan terimakasih pula kepada kedua orang tua, Bapak Risman dan Ibu Titi
Misyati yang hingga kini kasihnya tiada pernah sedetikpun terhenti, semoga
rahmat serta hidayah Allah senantiasa tercurah kepada mereka.
Dalam penelitian ini tentunya penulis melibatkan banyak pihak yang memberikan
kontribusi baik berupa dukungan pengetahuan, spiritual dan emosional yang
dengan hal tersebut terselesaikanlah penelitian ini. Untuk itu, dihanturkan
terimakasih sebesar besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Ahmad Zaenudin, S.Si., M.T., atas kesediaannya memberikan
x
2. bimbingan dan persetujuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
sebaik-baiknya. Semoga ilmu yang diberikan menjadi sebuah amal jariyah
yang terus mengalir hingga akhir waktu.
3. Bapak Syamsurijal Rasimeng S.Si., M.Si., atas kesediaannya memberikan
bimbingan dan persetujuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
sebaik-baiknya. Juga tentu semoga ilmu yang diberikan menjadi sebuah
amal jariyah yang terus mengalir hingga akhir waktu.
4. Bapak Rustadi, S.Si., M.T., atas kesediaannya memberikan masukan
terbaik sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Juga
tentu semoga ilmu yang diberikan menjadi sebuah amal jariyah yang terus
mengalir hingga akhir waktu.
5. Seluruh dosen Teknik Geofisika Universitas Lampung yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis selama ini. Semoga tiap waktu yang
tercurah selama proses mendidik mahasiswanya diberikan bayaran terbaik
dari Allah Subhanahu wata’ala.
6. Kakak – kakak terbaik sepanjang sejarah Rully Oktaveri dan Diana Resti,
semoga selalu diberkahi Allah Subhanahu wata’ala setiap langkahnya. Serta
si cantik, lucu nan menggemaskan Vania Devika Oktaveri, semoga menjadi
kebanggan keluarga dan pembawa kebaikan bagi keluarga.
7. My Brother Farhan Fathurachman dan Fahmi Fathurachman yang tak
terpisahkan. Semoga menjadi insan yang sholeh, penebar kebermanfaatan
untuk sesama, pembawa kebaikan serta menjadi kebanggaan Ayah dan Ibu.
8. Seluruh rekan terbaik dalam kehidupan yang telah membentuk diri hingga
menjadi saat ini. Baik rekan kecil yang kerap kali berpetualang mencari
xi
keseruan dimanapun tempatnya. Rekan-rekan PEMUDA TERBALIK,
rekan-rekan KENDUR, rekan-rekan TG12 yang menjadi guru-guru
kesabaran, guru-guru kebaikan yang memberikan banyak pengalaman
terbaik sepanjang kehidupan. Rekan-rekan FOSSI FT Unila, rekan-rekan
HIMATG Bhuwana, rekan-rekan Birohmah Universitas Lampung semoga
selalu terjaga semangatnya dalam menyebarkan kebermanfaatan. Rekan-
rekan Junior FC, Bintang Muda Sanayudha FC, Pers FC dan Garuda FC
teman berbagi harapan dan keputus asaan. Rasanya tidak mungkin untuk
disebutkan satu persatu Namanya karena mungkin butuh waktu empat belas
semester lagi untuk menyelesaikannya. Semoga saling mendoaakan tidak
pernah menemui rasa bosan hingga akhir hayat.
9. Kepada seseorang yang hanya mampu disebut dalam doa, semoga
kebahagiaan selalu menemani langkahmu dalam mencapai cita-cita.
10. Seluruh civitas akademika Universitas Lampung.
Pada akhirnya, penulisan skripsi ini tidak mampu mendekati kata sempurna,
namun sebuah harapan manis semoga tulisan ini bisa sedikit memberi manfaat
kepada semua.
Bandar lampung, 26 Juni 2019
Rivaldi Risman
xii
DAFTAR ISI
HalamanABSTRAK ........................................................................................................ i
ABSTRACT...................................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ iii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................v
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................vi
RIWAYAT HIDUP..........................................................................................vii
MOTO...............................................................................................................viii
SANWACANA ................................................................................................. ix
DAFTAR ISI.....................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................xv
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................11.1. Latar Belakang ......................................................................................11.2. Tujuan Penelitian ..................................................................................31.3. Batasan Masalah ...................................................................................3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................42.1. Letak Daerah Penelitian ........................................................................42.2. Geologi Regional ..................................................................................62.3. Fisiografi ...............................................................................................72.4. Stratigrafi ..............................................................................................82.5. Urutan Geologi......................................................................................92.6. Hidrogeologi Lokasi Penelitian ............................................................11
BAB III. TEORI DASAR ................................................................................133.1. Cekungan ..............................................................................................133.2. Metode Gayaberat .................................................................................14
xiii
3.3.Konsep Dasar Gayaberat...................................................................... 143.3.1. Teori Gayaberat ...................................................................... 143.3.2. Potensial Gayaberat ................................................................ 16
3.4.Koreksi Data Gayaberat ....................................................................... 183.4.1. Koreksi Apungan.................................................................... 193.4.2. Koreksi Tidal .......................................................................... 203.4.3. Koreksi Lintang ...................................................................... 203.4.4. Koreksi Udara Bebas .............................................................. 203.4.5. Koreksi Bouguer..................................................................... 21
3.5. Anomali Bouguer Lengkap ............................................................... 213.6. Analisis Spektrum ............................................................................. 223.7. Pemisahan Anomali Regional dan Residual...................................... 263.8. Moving Average ................................................................................ 263.9. Pemodelan Struktur Bawah Permukaan ............................................ 29
BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 314.1. Lokasi, Waktu dan Tema Penelitian.................................................. 314.2. Alat dan Bahan .................................................................................. 314.3. Pengolahan Data ................................................................................ 32
4.3.1. Perhitungan dan Koreksi – koreksi Gayaberat...................... 324.3.2. Anomali Bouguer Lengkap................................................... 324.3.3. Analisis Spektrum................................................................. 334.3.4. Pemisahan Anomali Regional dan Residual ......................... 334.3.5. Pemodelan bawah Permukaan .............................................. 33
4.4. Diagram Alir Penelitian..................................................................... 34
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 355.1. Anomali Bouguer Lengkap ............................................................... 355.2. Pemisahan Anomali Regional dan residual ....................................... 36
5.2.1. Analisis Spektral ...................................................................... 365.2.2. Anomali Regional dan Residual .............................................. 425.2.3. SVD Filtering .......................................................................... 45
5.3. Interpretasi ......................................................................................... 465.3.1. Interpretasi Kualitatif ............................................................... 465.3.2. Interpretasi Kuantitatif ............................................................. 53
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 576.1. Kesimpulan........................................................................................ 576.2. Saran .................................................................................................. 57
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 59
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR GAMBAR
HalamanGambar 1. Peta Lokasi Penelitian................................................................... 4Gambar 2. Peta Geologi Daerah Penelitian (Mangga dkk, 1993) .................. 5Gambar 3. Penyebaran batuan di Paparan Sunda dan Asia Tenggara (Manggadkk, 1993) ........................................................................................................ 6Gambar 4. Peta Geologi lembar Tanjung Karang (Mangga dkk, 1993)......... 7Gambar 5. Peta Fisiografi daerah Lampung (Mangga, 1993) ........................ 8Gambar 6. Stratigrafi Daerah Penelitian (Mangga dkk, a993) ....................... 9Gambar 7. Peta Hidrogeologi Lokasi Penelitian ............................................ 12Gambar 8. Gaya tarik menarik antara dua benda (Rosid, 2005) .................... 15Gambar 9. Potensial massa tiga dimensi (Telford dkk.,1990)........................ 17Gambar 10. Kurva Ln A terhadap k (Fitriana, 2011) ..................................... 25Gambar 11. Respon penggunaan filter moving average (Smith, 1999) ......... 27Gambar 12. Efek Gayaberat poligon menurut Talwani (Talwani, 1959) ....... 30Gambar 13. Diagram alir penelitian ............................................................... 34Gambar 14. Anomali Bouguer Lengkap ........................................................ 35Gambar 15. 12 sayatan analisis spektral......................................................... 37Gambar 16. Grafik Sayatan A, B dan C ......................................................... 38Gambar 17. Grafik Sayatan D, E dan F.......................................................... 39Gambar 18. Grafik Sayatan G, H dan I .......................................................... 40Gambar 19. Grafik Sayatan J, K dan L .......................................................... 41Gambar 20. Peta Anomali Regional ............................................................... 43Gambar 21. Peta Anomali Residual ............................................................... 44Gambar 22. Peta SVD .................................................................................... 46Gambar 23. Hasil observasi sumur warga dan kondisi air tanah ................... 54Gambar 24. Korelasi hasil observasi sumur warga dengan peta hidrogeologi.......................................................................................................................... 50Gambar 25. Ilustrasi korelasi data geolistrik Perusahaan T dan G................. 52Gambar 26. Analisis batas struktur bawah permukaan lokasi penlitian......... 53Gambar 27. Irisan model 2 dimensi................................................................ 54Gambar 28. Hasil Forward modeling 2 Dimensi ........................................... 55
xv
DAFTAR TABEL
HalamanTabel 1. Jendela optimal hasil analisis spektral............................................... 42Tabel 2. Hasil observasi Sumur warga ............................................................ 48Tabel 3. Pengukuran geolistrik tahanan jenis perusahaan T ........................... 50Tabel 4. Pengukuran geolistrik tahanan jenis perusahaan G........................... 51
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gravitasi merupakan salah satu besaran fisika yang menyatakan kemampuan bumi
untuk menarik benda – benda disekitarnya. Gaya ini menjamin manusia bisa
melakukan berbagai aktivitasnya di atas muka bumi. Gaya tarik yang dinyatakan
Newton melalui hukum Newton tentang gravitasi, merupakan gaya yang muncul
akibat dari massa yang dimiliki suatu benda yang dipengaruhi oleh jarak benda –
benda bermassa tersebut.
Dengan demikian, manusia dengan massa tertentu akan tetap berada di permukaan
bumi karana bumi memiliki massa yang cukup besar untuk mempertahaankan
posisi manusia dan segala aksesori kehidupannya. Seiring berkembanganya ilmu
pengetahuan, terutama bidang kebumian. Hukum fisika ini mampu memberikan
sebuah metode pendekatan yang digunakan untuk mengetahui struktur bawah
permukaan bumi.
Metode gravitasi atau umum juga dikenal dengan metode gaya berat
memanfaakan adanya perbedaan massa penyusun struktur bawah permukaan
bumi. Hal ini cukup dimungkinkan sesuai dengan hukum Newton tentang gravitasi
2
menyatakan bahwa besar gaya tarik suatu benda sebanding lurus dengan massa
benda tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak di antara kedua
benda. Hal ini tentunya dilakukan dengan berbagai perhitungan matematis untuk
mampu mendekati keadaan yang sebenarnya.
Manusia tidak pernah lepas tentunya dengan kebutuhan berupa air. Baik air yang
didapatkan dari laut, sungai, danau dan air tanah. Menyoroti fakta tersebut sangat
perlu rasanya kita pelakukan penelitian guna melihat seberapa besar sumber daya
air yang kita miliki. Indonesia merupakan negara beriklim tropis. Hal ini tentunya
membuat kita memiliki sember daya air yang melimpah.
Melihat fakta tersebut sangat disayangkan tentunya, jika kita tidak mengenali
potensi sumber daya yang begitu melimpah ini. Oleh karenanya, perlu rasanya
untuk mengambil peran untuk menganalisa salah satu dari sejumlah cekungan air
tanah yang ada dengan menggunakan data gayaberat, peta geologi dan peta hidro
geologi yang telah dimiliki.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Geofisika Universitas Lampung
menggunakan data gayaberat yang diambil pada tahun 2015 sejumlah 403 titik
data gaya berat. Pengukuran data tersebut dilakukan di Provinsi Lampung.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan beberapa hal sebagai berikut:
3
1. Menentukan, membuat dan menganalisis peta anomali gayaberat wilayah
penelitian.
2. Mengidentifikasi keberadaan cekungan air tanah berdasarkan anomali
gayaberat.
3. Membuat dan menganalisis peta Second Vertical Derivative (SVD)
4. Memodelkan struktur bawah dua dimensi (2D forward modeling) berdasarkan
estimasi kedalaman dari hasil analisis spektrum.
1.3. Batasan Masalah
Penelitaian ini dibatasi beberapa batasan masalah sebagai berikut:
1. Penentuan estimasi kedalaman anomali residual didapatkan dari hasil analisis
spektrum.
2. Filter Pemisahan anomali adalah filter Moving average filter.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Letak Daerah Penelitian
Lokasi daerah penelitian berada di koordinat 497946.5524, 9390495.013
hingga 556456.6195, 9450535 UTM 48 S wilayah penelitian tersebut
termasuk ke dalam Provinsi Lampung. Meliputi beberapa kabupaten/kota
antara lain, Bandar Lampung, Metro, Lampung Selatan, Pesawaran,
Pringsewu, Lampung Timur dan Lampung Tengah. Tersebar sebanyak 403
titik pengukuran pada lokasi tersebut ditunjukan pada Gambar 1.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
5
Gambar 2. Peta Geologi Daerah Penelitian (Manga dkk, 1993)
6
2.2. Geologi Regional
Gambar 2 memperlihatkan sebaran formasi yang menyusun bawah
permukaan lokasi penelitian. Kompleks Gunung Kasih (Pzg) tersusun dari
batuan malihan (metamorphic rocks), diartikan sebagai formasi batuan tertua
yaitu terbentuk pada paleozoikum. Formasi ini tersusun daru batuan sekis,
gneis, kuarsit dan pualam. Formasi Lampung (QTl) merupakan formasi yang
cukup mendominasi hampir seluruh wilayah pada lembar Tanjung Karang.
Formasi Lampung terdiri dari Batuan Riolit-Tufan dan Vulkanoklastik Tufan.
Kegiatan gunung api selanjutnya, erat kaitannya dengan penunjaman
Lempeng Samudera Hindia, terjadi diseluruh busur pegunungan barisan
selama tersier yang menghasilkan batuan Tuf, Lava dan Breksi
Gambar 3. Penyebaran batuan di Paparan Sunda dan Asia Tenggara(Mangga dkk., 1993)
Gunung api bersusunan Riolit-Basal. Proses pengendapan selama holosen
menghasilkan endapan Aluvium, Batu Gamping dan rawa.
7
Pada peta geologi Lembar Tanjung karang memiliki tiga urutan stratigrafi
yaitu: pra-Tersier, Tersier dan Kuarter. Lembar Tanjung Karang termasuk
pula bagian cekungan Sumatera Selatan di lajur busur-belakang serta
Pegunungan Barisan di lajur busur magma yaitu Lajur Palembang dan Lajur
Barisan, yang terjadi pada pra-karbon sampai kuarter (Mangga dkk., 1993).
Gambar 4. Peta Geologi lembar Tanjung Karang (Mangga dkk., 1993)
2.3. Fisiografi
Daerah ini dapat dibagi menjadi tiga satuan morfologi: dataran
bergelombang di bagian Timur hingga Timur laut, pegunungan kasar di
bagian tengah serta Baratdaya, dan daerah pantai berbukit sampai datar.
8
Daerah dataran yang bergelombang menempati lebih dari 60% dari luas
lembar dan terdiri dari endapan Vulkanoklastika Tersier-Kuarter dan
Aluvium dengan ketinggian beberapa puluh meter di atas muka laut.
Pegunungan Bukit Barisan menempati 25-30 % dari luas lembar, terdiri dari
Batuan Beku dan Malihan serta Batuan Gunung api Muda. keberadaan
Lereng-lereng yang umumnya curam dengan ketinggian antara 500 m sampai
1.680 m di atas permukaan laut.
Daerah pantai memiliki topografi yang cukup beragam dan seringkali
terdapat pula pebukitan kasar, dengan ketinggian mencapai 500 m di atas
permukaan laut dan terdiri dari batuan gunungapi Tersier dan Kuarter serta
batuan terobosan.
Gambar 5. Peta Fisiografi Daerah Lampung (Mangga, 1993)
2.4. Stratigrafi
Urutan stratigrafi Lembar Tanjung Karang dibagi menjadi tiga bagian:
Pra-Tersier, Tersier, dan Kuarter. Setiap satuan batuan diperkirakan secara
Litostratigrafi, telah diberi nama berdasarkan rekomendasi Sandi Stratigrafi
Indonesia yang dilaksanakan pada tahun 1975 dan Panduan Stratigrafi
9
Internasional (Hedberg, 1976), sehingga urutan tata nama yang dipakai
untuk batuan-batuan berlapis adalah anggota, formasi, dan kelompok. Istilah
“Kompleks” dipakai berdasarkan American Geological Institute.
Gambar 6. Stratigrafi Daerah Penelitian (Mangga dkk, 1993)
2.5. Urutan Geologi
Batuan-batuan Sekis, Ortogenes, Pualam dan Kuarsit Kompleks Gunung
Kasih adalah batuan tertua yang tersingkap di Lembar Tanjung Karang.
Karena proses perubahan mereka berderajat lebih tinggi, mereka selalu
diasumsikan berumur lebih tua dari pada runtunan Permo-Karbon lainnya
yang tersingkap di tempat lain di Sumatera (Gafoer, 1990).
Singkapan runtunan Karbon-Perem Awal terdiri dari berbagai jenis Klastika,
Karbonat serta satuan-satuan Kerakal sedimen malih yang tersingkap pada
sepanjang Timur Pegunungan Barisan, kemudian berlanjut ke Timur sampai
Pegunungan Duabelas dan Pegunungan Tigapuluh. Secara umum, mereka
10
meliputi runtunan Barat endapan-endapan laut dangkal sampai paparan
(Formasi- Formasi Alas, Kluet, Kuantan, Tarap dan Terantam) serta runtunan
Timur endapan rombakan di sentuhan tektonik yang terpilah buruk,
kerakalan, Fluvioglasial (Formasi-Formasi Bohorok, Gangsal, Pengabuhan,
dan Mentulu).
Di sini, Kompleks Gunungkasih dianggap sama dengan satuan Runtunan
Barat. Bukti yang jelas, ialah derajat perubahaannya yang lebih tinggi dan
adanya satuan-satuan batuan beku malih di Kompleks Gunungkasih.
Khususnya Sekis Amfibol Way Galih yang merupakan Batuan Gunungapi
Malih. Tetapi, hingga saat ini penelitian lebih lanjut berkaitan dengan
petrografi rinci tentang derajat pemalihan belum dilakukan, sehingga masih
terlalu awal untuk mengasumsikan korelasi regional hanya berdasarkan tinggi
rendahnya derajat pemalihan.
Penjelasan lain yang mungkin dapat diberikan, seperti telah disebutkan, ialah
bahwa batuan Kompleks Gunungkasih telah terangkat secara lokal, kerak
yang lebih dalam batuan dasar malihan Sumatera. Cameron dkk. (1982) juga
telah menyampaikan adanya satuan dengan derajat pemalihan lebih tinggi,
Pualam, Sekis, Gneis dan Batu Hijau atau Batuan Gunung Api Malih di
tempat lain di Sumatera bagian Utara.
Penunjaman kerak samudera yang terjadi di sepanjang tepi Barat Sumatera,
membentuk busur pluton yang berumur pertengahan Jura Akhir (170-110 juta
tahun), walaupun busur itu tidak tersingkap dalam lembar ini. Pada akhir
Kapur Awal proses penunjaman berhenti serta terkumpulnya batuan Wilayah
11
Woyla yang terdiri dari batuan kerak samudera ofiolitik, terakrasikan
terhadap Sumatera, kemungkinan pada Barremian. Selama peristiwa tersebut
berlangsung Batuan Mintakat Woyla telah mengalami kerusakan, terobek-
robek dan membentang sejajar dengan tepi benua, dan mungkin sebagian
telah hancur (Cameron dkk, 1980).
Pada Miosen Akhir lingkungan pengendapannya terubah menjadi laut
dangkal hingga payau serta penyusutan laut yang terus berlangsung selama
Pliosen Awal sehingga menjadi penyebab terjadinya lingkungan
pengendapan daratan. Aktivitas gunungapi yang luas disertai dengan
terjadinya pengangkatan kembali di Busur Barisan, diikuti oleh penunjaman
baru di sepanjang Parit Sumatera, dan berlanjut sampai Holosen. Susunan
batuannya sangat beragam, dari Basal sampai Rio-andesit dan batuan
gunungapi berupa Lava dan Tuf yang luas, khas untuk Formasi Lampung.
Pengendapan selama Holosen berupa Aluvium dan sedikit endapan rawa
(Sanjaya, 2012).
2.6. Hidrogeologi Lokasi Penelitian
Gambar 7 meunjukan kondisi hidrogeologi lokasi penelitian yang cukup
bervariasi. Bagian utara, timur laut hingga timur didominasi oleh akuifer
dengan penyebaran sedang hingga luas. Pada bagian ini akuifer memiliki
aliran yang mengalir melalui ruang antar butir, dengan debit antara 5 sampai
10 l/detik. Pada bagian barat laut hingga ke utara terlihat pola akuifer dengan
aliran melalui celahan dan ruang antar butir yang sangat mendominasi.
Bagian ini memiliki debit antara 5 sampai 10 l/detik. Bahkan beberapa sumur
12
memiliki debit yang sangat luar biasa hingga 100 l/detik pada beberapa
sumur di Kabupaten Pesawaran hingga Bandar Lampung.
Gambar 7. Peta Hidrogeologi Lokasi Penelitian
Bagian tenggara merupakan daerah dengan keadaan yang sulit air. Adapun
keberadaan akuifer merupakan akuifer dengan pola aliran melalui celahan,
rekahan dan saluran batuan.
III. TEORI DASAR
3.1. Cekungan
Cekungan sedimen merupakan subsidensi berkepanjangan pada permukaan
bumi. Proses ini terjadi pada bagian yang rigid serta lapisan yang dingin yang
biasa kita sebut litosfer. Litosfer memiliki bebrapa lempeng yang bergerak.
Cekungan sedimen pada umumnya berada pada lingkungan yang memiliki
pergerakan lempeng tektonik.
Ingersoll dan Busby (1995) menyatakan terdapat enam mekanisme subsidensi
yang menghasilkan 26 tipe cekungan yang berbeda. Dalam pernyataan
tersebut dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Penipisan kerak
2. Penebalan Litosfer, seperti disebabkan oleh pendinginan hasil peregangan
atau penambahan massa dari astenosfer.
3. Sedimen dan pemuatan gunung api yang disebabkan oleh kompensasai
dari isostatic.
4. Pemuatan tektonik sebagai kompensasi dari isostatic.
5. Pemuatan subkerak dikarenakan pemuatan kepadatan subkerak seperti
dikarenakan penghancuran serpihan mantel atau perubahan kepadatan
selama perubahan fase.
14
6. Aliran astenosfer selama proses subduksi dari lapisan litosfer yang dingin
(Philip A.Allen dan John R.Allen, 2005).
3.2. Metode Gayaberat
Pendugaan gayaberat meliputi pengukuran dari variasi medan gravitasi bumi.
Sebuah harapan mampu melihat sebuah massa lokal baik yang lebih besar
ataupun lebih kecil dibanding formasi di sekitarnya dan mempeajari sesuatu
dari suatu perbedaan di suatu lokasi penelitian. Metode gayaberat sangat
berkaitan dengan massa dan juga efek massa lokal yang menjadi tinjauan
utama gayaberat sangat kecil sekali dibanding medan yang dihasilkan oleh
keseluruhan massa bumi yaitu sekitar 1 dari 1000000 besarnya. Oleh
karenanya, koreksi – koreksi data gayaberat sangat penting dibanding metode
– metode geofisika lainnya (Telford dkk, 1990).
3.3. Konsep Dasar Gayaberat
3.3.1.Teori Gayaberat
Dasar dari metode gayaberat adalah dua hukum dari Sir Issac Newton yang
dijelaskan dalam Principia Mathematica (1687), yang dikenal dengan
hukum Newton tentang gravitasi universal dan hukum Newton kedua
tentang gerak benda.
Gaya tarik antara dua buah benda bermassa adalah sebanding dengan besar
massanya dan berbanding tebalik dengan kuadrat jarak antar kedua pusat
massa benda tersebut. Secara konsisten, semakin besar jarak antar
keduanya maka akan semakin kecil gaya tarik antar keduanya.
15
= ×(1)
Dimana G merupakan konstanta gravitasi = 6.67 × 10-11 Nm2kg-2
= × (2)
Persamaan (1) dan (2) dapat dikobinasikan menjadi sebuah persamaan:
= × = × ; sehingga= ×(3)
Persamaan ini memperlihatkan percepatan gravitasi di Bumi berbanding
lurus dengan massa Bumi (M) dan berbanding terbalik dengan kuadrat jari
– jari Bumi (R) (Reynolds, 1997).
Gambar 8. Gaya tarik menarik antara dua benda.
Satuan gaya berat ditentukan untuk menghormati Galileo yang melakukan
pengukuran percepatan gayaberat pertama kali. Satuan tersebut dapat
didefinisikan (Octonovrilna, 2009):
1 Gal = 1 cm/s2 = 10-2 m/s2
Satuan anomali gayaberat dalam kegiatan eksplorasi diberikan dalam orde
miligal (mGal):
1 mGal = 10-3 Gal
16
1 μGal = 10-3 mGal = 10-6 Gal = 10-8 m/s2
Dalam satuan MKS, gayaberat diukur dalam g.u.(gravity unit) atau μm/s2:
mGal = 10 g.u. = 10-5 m/s
3.3.2.Potensial Gayaberat
Potensial gayaberat dapat didefinisikaan sebagai energi yang diperlukan
untuk memindahkan suatu massa dari suatu titik ke titik tertentu. Suatu
benda dengan massa tertentu dalam sebuah sistem ruang akan menimbulkan
medan potensial disekitarnya. Dimana medan potensial bersifat konservatif,
artinya usaha yang dilakukan pada suatu medan gayaberat tidak tergantung
pada lintasan yang ditempuhnya namun, hanya bergantung pada posisi awal
dan akhir (Rosid, 2005).
Gayaberat merupakan sebuah vektor yang arahnya sepanjang garis yang
menghubungkan pusat dari dua buah massa. Gaya ini menimbulkan suatu
medan yang konservatif yang dapat diturunkan dari suatu potensial skalar
dengan hubungan sebagai berikut.
= ∇ (⃗) (4)
Persamaan tersebut berdasarkan konvensi oleh Kellog tahun 1953, yang
menyatakan bahwa potensial gayaberat merupakan usaha yang dilakukan
oleh medan gayaberat pada partikel uji dan negatif dari energi potensial
partikel. Beberapa buku menetapkan potensial Gayaberat sebagai usaha
yang dilakukan partikel uji, sehingga dalam persamaan (2) ditulis:
17
= −∇ (⃗) (5)
Fungsi U pada persamaan di atas disebut potensial gravitasi, sedangkan
percepatan Gayaberat g merupakan medan potensial. Tanda minus
menandakan bahwa arah Gayaberat menuju ke titik yang dituju. Dengan
mengasumsikan bumi dengan massa M bersifat homogen dan berbentuk bola
dengan jari-jari R, potensial gravitasi di permukaan dapat didefinisikan
dengan persamaan:
∇ (⃗) = − ( ) = − (⃗) (6)
(⃗) = ∫ (∇ ) . = −∫ . (7)
( ) = − ∫ = (8)
Potensial total Gayaberat bersifat penjumlahan sedangkan potensial
gayaberat distribusi massa yang kontinu atau benda yang berdimensi yaitu
dalam ruang bervolume V dengan rapat massa dengan rapat massa yang
konstan ditunjukkan pada Gambar 9.
Gambar 9. Potensial massa tiga dimensi (Telford dkk.,1990)
18
Berdasarkan Persamaan (6), potensial yang disebabkan oleh elemen massa
dm pada titik (x, y, z) dengan jarak r dari P(0, 0, 0) adalah:
= = (9)
dimana:
(x,y,z) adalah densitas
= + +Potensial total dari massa adalah:
= ʃ ʃ ʃ (10)
karena g adalah percepatan Gayaberat pada sumbu z (arah vertikal) dan
dengan asumsi konstan, maka:
= − = ʃ ʃ ʃ (11)
3.4. Koreksi Data Gayaberat
Gravimeter tidak memberikan pengukuran langsung terhadap gayaberat.
Melainkan, memberikan sebuah nilai yang kemidian dikalikan factor
kalibrasi alat tersebut yang disebut dengan nilai gayaberat observasi.
Sebelum diinterpretasikan kedalam kajian geologi, perlu di koreksi terlebih
dahulu masing – masing datumnya, seperti dengan mengoreksi berdasar
ketinggian muka air laut untuk menghilangkan efek yang bukan target
geologi pengukuran. Selisih antara nilai gayaberat observasi dan nilai
19
International Gravity/Geodetic Reference System 67 pada lokasi yang sama
di sebut dengan anomaly gayaberat.
3.4.1. Koreksi Apungan
Perbedaaan pembacaan gravimeter sesuai dengan berjalannya waktu
merupakan pengaruh dari berkurangnya nilai elastisitas pegas. Nilai koreksi
apungan bisa ditentukan dengan mudah, yaitu dengan mengulang
pengukuran dan melihan perbedaan atau pergeseran nilai di titik yang sama
pada hari tersebut. Nilai gayaberat observasi kemudian dikurangakan dengan
nilai pergeseran pengukuran pada masing masing titik yang diukur
(Reynolds, 1997).
Untuk menentukan nilai drift dari suatu pengukuran pada titik tertentu, dapat
dilakukan dengan melakukan perhitungan sederhana. Perhitungan tersebut
menggunakan persamaan (12).
= ( − ) (12)
dimana :
DC : Drift Correction pada titik acuan pengamatan
: harga Gayaberat di titik acuan waktu awal
: harga Gayaberat di titik acuan waktu akhir
: waktu awal pengambilan data
: waktu akhir pengambilan data
: waktu pengamatan di titik pengamatan ke-n
20
3.4.2. Koreksi Tidal
Seperti halnya air laut yang terpengaruh tarikan bulan dan matahari,
begitupun dengan bagian bumi yang solid lainnya. Untuk mengetahui nilai
tidal dilakukan pengukuran pada titik yang sama dalam beberapa waktu
selama pengukuran tentunya dengan tidak melupakan koreksi apungan alat
tersebut (Reynolds, 1997).
3.4.3.Koreksi Lintang
Koreksi lintang digunakan untuk mengoreksi Gayaberat di setiap lintang
geografis (spheroid dan Geoid) karena Gayaberat tersebut berbeda,yang
disebabkan oleh adanya gaya sentrifugaldan bentuk elipsoid (akibat bentuk
bumi yang tidak bulat). Koreksi lintang dapat dilakukan dengan 2 cara yakni
dengan menggunakan diferensi IGRF67 (untuk derajat lintang/latitude) atau
IGRF84 (Untuk radian).
IGRF 84:
= 978032,7 (1 + 0,0053024 − 0,0000058 2 ) (13)
dimana, adalah lintang (Radian) pada titik pengukuran.
3.4.4. Koreksi Udara Bebas
Dasar dari koreksi ini adalah mereduksi gayaberat yang terukur pada
ketinggian tertentu terhadap geoid, tanpa mempertimbangkan kodisi batuan
di ketinggian tersebut. Koreksi udara bebas merupakan perbedaan nilai
21
gayaberat yang terukur pada 0 mdpl dengan ketinggian h meter tanpa batuan
diantaranya. Koreksi udara bebas sesuai lintangnya adalah 3.083 g/cc/m di
ekuator dan 3.088 g/cc/m di kutub (Reynolds, 1997).
= (14)= (15)
3.4.5. Koreksi Bouguer
Koreksi Bouguer menghitung tarikan tambahan yang dihasilkan oleh
ketebalan batuan pada ketinggian h meter dan densitasnya. Sama halnya
dengan koreksi udara bebas, h ini dihitung dari 0 mdpl. Hasil perhitungan
gayaberantya adalah stara dengan 0.04192ρh g/cc (Reynolds, 1997).
= 2 ℎ (16)
3.5. Anomali Bouguer Lengkap
Anomali Bouguer adalah selisih antara harga Gayaberat pengamatan dengan
harga Gayaberat teoritis yang didefinisikan pada titik pengamatan bukan
pada bidang referensi, baik elipsoid maupun muka laut rata-rata. Anomali
Bouguer Lengkap diartikan sebagai anomali udara bebas dikurangi, reduksi
lempeng Bouguer dan reduksi Terrain yang dinyatakan dengan persamaan
17.
∆ ( , , ) = − ( ( ) − + − ) (17)
Peta Anomali CBA lazim digunakan untuk eksplorasi sumber daya alam
seperti cebakan mineral ekonomis, eksplorasi minyak dan gas bumi dalam
22
rangka memperlajari tatanan mineralisasi, cekungan sedimenter dan juga
untuk mempelajari geotektonik secara regional dan lain-lain.
3.6. Analisis Spektrum
Analisis spektrum dilakukan untuk untuk mengestimasi lebar jendela serta
estimasi kedalaman anomali Gayaberat. Analisis spektrum merupakan
transformasi Fourier dari lintasan yang telah ditentukan pada peta kontur
Anomali Bouguer Lengkap. Secara umum, suatu transformasi Fourier adalah
menyusun kembali/mengurai suatu gelombang sembarang ke dalam
gelombang sinus dengan frekuensi bervariasi dimana hasil penjumlahan
gelombang-gelombang sinus tersebut adalah bentuk gelombang aslinya
(Kadir, 2000).
J.W. Cooley dan J.W. Tukey memberikan kontribusi mereka untuk membawa
Fast Fourier Transform (FFT) ke khalayak melalui paper mereka “An
algorithm for the machine calculation of complex Fourier Series.”
Mathematics Computation, Vol. 19, 1965, pp 297-301. Ini mengulas sebuah
eknik yang telah ditemukan beberapa tahun sebelumnya. Seorang ilmuan
matematika Jerman yang termasyur Karl Friedrich Gauss sudah menggunakan
metode ini sejak satu abad yang lau. Cooley dan Tukey memperkenalkan FFT
pada waktu yang tepat, Pada permulaan revolusi computer (Smith, 1999).
Untuk analisis lebih lanjut, amplitudo gelombang-gelombang sinus
tersebut ditampilkan sebagai fungsi dari frekuensinya. Secara matematis
hubungan antara gelombang ( ) yang akan diidentifikasi gelombang
23
sinusnya (input) dan ( ) sebagai hasil transformasi Fourier diberikan oleh
persamaan berikut:
( ) = ∫ ( ) (18)
dimana = √−1.Pada metode Gayaberat, spektrum diturunkan dari potensial Gayaberat yang
teramati pada suatu bidang horizontal dimana transformasi Fouriernya sebagai
berikut (Blakelly, 1996):
( ) = dan = 2 | |( )| | (19)
dimana > , | | ≠ 0, adalah potensial Gayaberat, adalah anomali rapat
masa, adalah konstanta Gayaberat dan r adalah jarak. Percepatan
Gayaberat dihubungkan pada potensial Gayaberat oleh persamaan = ∇ .
Gerak vertikal Gayaberat yang disebabkan oleh suatu titik massa adalah
turunan derivative dari potensial Gayaberatnya:
= (20)
( ) = (21)
( ) = (22)
Transformasi Fourier pada lintasan yang diinginkan adalah:
( ) = 2 | |( ) , > (23)
24
Jika distribusi rapat massa bersifat random dan tidak ada korelasi antara
masing-masing nilai Gayaberat , maka m = 1, sehingga hasil transformasi
Fourier anomali Gayaberat menjadi:
= | |( 0− 1) (24)
dimana adalah amplitudo dan C adalah konstanta. Untuk memperoleh
hubungan antara amplitudo ( ) dengan bilangan gelombang (k) dan
kedalaman ( − ) dilakukan dengan logaritma pada persamaan =| |( 0− 1), sehingga bilangan gelombang k berbanding lurus dengan
spektrum amplitudo.
= 2 | |( 0− 1) (25)
= ( − )| | + (26)
Persamaan di atas dapat dianalogikan dalam persamaan garis lurus:
= + (27)
dimana ln A sebagai sumbu y, | | sebagai sumbu x, dan ( 0 − 1)sebagai kemiringan garis (gradien). Oleh karena itu, kemiringan garisnya
merupakan kedalaman bidang dalam dan dangkal. | | sebagai sumbu x
didefinisikan sebagai bilangan gelombang yang besarnya dan satuannya
cycle/meter, dengan λ adalah panjang gelombang. Hubungan λ dengan∆ diperoleh dari persamaan:
= = × ∆ (28)
25
Nilai λ sama dengan ∆ , ada faktor lain pada ∆ yang disebut konstanta
penggali, sehingga λ = N × ∆ , konstanta N didefinisikan sebagai lebar
jendela, jadi lebar jendela dapat dirumuskan sebagai berikut:
= × ∆ (29)
Dimana ∆ adalah domain spasi yang akan digunakan dalam Fast Fourier
Transform (FFT), dan kc adalah bilangan gelombang cutoff.
Gambar 10. Kurva Ln A terhadap k (Fitriana, 2011)
Semakin besar nilai k, maka nilai frekuensi akan tinggi. Hubungan bilangan
gelombang k dengan frekuensi f adalah
= 2 (30)
frekensi yang sangat rendah berasal dari sumber anomali regional dan
frekuensi tinggi berasal dari sumber anomali residual.
26
3.7. Pemisahan Anomali Regional dan Residual
Peta Anomali Bouguer serupa halnya peta topografi dengan nilai tinggi dan
rendah, dimana terdapat kontur yang rapat dan ada pula yang terpisah atau
renggang. Dimana terdapat pula anomali yang kontrasnya tidak terlalu
tinggi, mencerminkan nilai gelombang gayaberat yang panjang, yang
berasal dari sumber yang dalam yang biasa dikenal anomali regional.
Panjang gelombang yang lebih pendek bersumber dari sumber yang lebih
dangkal yang dikenal dengan anomali residual (Reynolds, 1997).
3.8. Moving Average
Moving average merupakan filter yang paling umum digunakan dalam
Pemrosesan sinyal digital. Hal ini dikarenakan, filter ini sangat mudah
dimengerti dan digunakan. Banyak ilmuan dan teknisi meletakan filter ini
sebagai pilihan pertama ketika menemui sebuah permasalahan. Bukan
hanya sangat aplikatif, filter ini juga optimal untuk beberapa masalah yang
umum ditemukan, mereduksi random white noise ketika menjaga step
response yang paling tajam.
Gambar 12 memprlihatkatkan bagaimana filter ini bekerja. Sinyal pada
gambar (a) membawa noise acak. Pada (b) dan (c), proses smoothing dari
moving average mengurangi amplitude dari noise, tapi juga mengurangi
ketajaman sudutnya (Smith, 1999).
27
Gambar 11. Respon penggunaan filter moving average (Smith, 1999)
Moving average dilakukan dengan cara merata-ratakan nilai anomalinya.
Hasil perata-rataan ini merupakan anomali regionalnya, sedangkan anomali
residualnya diperoleh dengan mengurangkan data hasil pengukuran
Gayaberat dengan anomali regional. Secara matematis persamaan moving
average untuk satu dimensi adalah sebagai berikut :
∆ ( ) = ∆ ( ) ⋯ ∆ ( ) ⋯ ∆ ( )(31)
dimana, i adalah nomor stasiun, N adalah lebar jendela, N adalah nilai
bilangan N dikurangi satu dan dibagi dua dan ∆ adalah besarnya
anomali regional. Sedangkan penerapan moving average pada peta dua
dimensi, harga pada suatu titik dapat dihitung dengan merata-ratakan
28
semua nilai di dalam sebuah kotak persegi dengan titik pusat adalah titik
yang akan dihitung harganya. Misalnya moving average dengan lebar
jendela 3, maka:
∆ = 19∑ =9 1∆ ( ) (32)
Nilai anomali residual ∆ dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
∆ = ∆ − ∆ (33)
dimana ∆ adalah anomali Bouguer total (Diyanti, 2014).
Masalah utama menggunakan moving average adalah lebar jendela
penapisan, makin besar jendela yang digunakan, makin lebar panjang
gelombang yang diloloskan. Sebagai contoh, (Yasoki, dalam Bath, 1974)
mencoba penapisan menggunakan bermacam-macam jendela menghasilkan
penyusun yang berbeda-beda. Dengan demikian terlihat bahwa masalah
utama pada pemisahan anomali menggunakan metode moving average
adalah :
1. Menentukan panjang gelombang anomali yang terdapat di daerah
penelitian.
2. Menentukan lebar jendela optimum sebagai jendela penapisan yang efektif.
3.9. Pemodelan Struktur Bawah Permukaan
Pemodelan ke depan (forward modelling) menyatakan proses perhitungan
data yang secara teoritis akan teramati di permukaan bumi jika diketahui
29
harga parameter model bawah-permukaan tertentu. Dalam pemodelan data
geofisika, dilakukan penyesuaian model yang menghasilkan respon yang
sesuai dengan data pengamatan. Dengan demikian, model tersebut dapat
dianggap mewakili kondisi bawah-permukaan di tempat pengukuran data
(Grandis, 2009).
Menurut Talwani (1959), pemodelan ke depan untuk menghitung efek
Gayaberat model benda bawah permukaan dengan penampang berbentuk
sembarang yang dapat diwakili oleh suatu poligon bersisi n dinyatakan
sebagai integral garis sepanjang sisi-sisi poligon:
= 2 ∮ (39)
Integral garis tertutup tersebut dapat dinyatakan sebagai jumlah integral
garis tiap sisinya, sehingga dapat ditulis sebagai berikut:= 2 ∑ (40)
Model benda anomali sembarang oleh Talwani didekati dengan poligon-
poligon dimana sistem koordinat kartesian yang digambarkan seperti di atas.
Untuk benda poligon sederhana seperti pada Gambar 7, dapat ditunjukan
dengan persamaan sebagai berikut:= ∫ (41)
sehingga diperoleh:= ∅ ∅ (∅ + ∅ ) ( ∅( ∅ ) (42)
dimana,= − ∅ = − (43)
30
= ∅ = (44)
Untuk keperluan komputasi, Persamaan (33) ditulis dalam bentuk yang lebih
sederhana, dengan mensubstitusikan harga-harga sin ∅, cos ∅, tan ∅ dengan
koordinat titik poligon dalam x dan z sebagai berikut:
= − + (45)
Gambar 12. Efek Gayaberat poligon menurut Talwani (Talwani, 1959)
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi, Waktu dan Tema Peneletian
Penelitian Tugas Akhir ini dilakukan di:
Tempat : Laboratorium Teknik Geofisika Universitas Lampung
Alamat : Jl. Professor Doktor Ir. Sumantri Brojonegoro No.1,
Gedong Meneng, Rajabasa, Gedong Meneng, Rajabasa,
Kota Bandar Lampung, Lampung 35145
Tanggal : 20 Agustus 2018 – 20 januari 2019
Tema : Analisis data Gaya Berat untuk Mengidentifikasi
Cekungan Air Tanah Di Provinsi Lampung Bagian Selatan
4.2. Alat dan Bahan
Penulis menggunakan data primer pengukuran gaya berat Badan Geologi
Kementrian ESDM, Pusat Survei Geologi (PSG) Bandung. Data merupakan
hasil survei pengukuran gaya berat di daerah Lampung pada tahun 2015,
yang berjumlah 403 titik data pengukuran. Alat dan bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
1. Laptop
2. Data gaya berat daerah Lampung
32
3. Peta administrasi daerah Lampung
4. Peta geologi daerah Lampung
5. Software Surfer 14
6. Software Geosoft Oasis Montaj 8.3
7. Software Global Mapper 16
8. Software Numeri
9. Software Microsoft Word dan Microsoft Excel
10. Software Grav3D
4.3. Pengolahan Data
4.3.1. Perhitungan dan Koreksi-koreksi Gayaberat
Data gaya berat dalam penelitian ini merupakan data yang belum dilakukan
koreksi, sehingga untuk mendapatkan Anomali Bouguer Lengkap perlu
dilakukan beberapa perhitungan dan koreksi gaya berat. Pengolahan data
berupa koreksi data gaya berat dilakukan dengan menggunakan software
Geosoft Oasis Montaj 8.3. Sebelum melakukan perhitungan dan koreksi
gaya berat penulis melakukan konversi nilai baca alat ke dalam mGal.
4.3.2. Anomali Bouguer Lengkap
Dibualtah peta Anomali Bouguer Lengkap setelah melalui berbagai proses
pengolahan berupa koreksi data gaya berat oleh software Geosoft Oasis
Montaj 8.3. Koreksi tidal dilakukan menggunakan persamaan longman,
koreksi drift dilakukan seperti pada umumnya dengan persamaan yang
terdapat pada teori dasar. Koreksi lintang menggunakan koreksi lintang
1984, menggunakan lintang dalam bentuk radian. Koreksi udara bebas dan
33
koreksi bouguer menggunakan densitas rata – rata yaitu 2.67 gr/cc. Koreksi
terrain dengan penggabungan metode oleh Dezso Nagy (1966) dan M.F.
Kane (1962).
4.3.3. Analisis Spektrum
Analisis spektrum dilakukan dengan menggunakan software Numeri dan
microsoft excel. Dilakukan sebanyak dua kali untuk mendapatkan hasil
yang lebih dangkal. Proses yang pertama dilakukan dengan melakukan
pengirisan peta Anomali Bouguer Lengkap sebanyak 12 irisan. Kemudian,
sebanyak 12 irisan juga dibuat pada peta anomali residual.
4.3.4. Pemisahan Anomali Regional dan Residual
Pemisahan anomali juga dilakukan dengan menggunakan software Surfer
14. Pemisahan anomaly menggunakan moving average filter, yang lebar
jendelanya didapatkan dari proses analisis spektrum.
4.3.5. Pemodelan Bawah Permukaan
Berdasarkan peta, melakukan pemodelan dua dimensi diawali dengan
menentukan lokasi yang diduga sebagai cekungan lalu dilakukan slicing
untuk mendapatkan penampang bawah permukan. Pemodelan forward
modelling dilakukan dengan menggunakan software Geosoft pada menu
Gm-sys. Kemudian melakukan pencocokkan dengan data geologi
untuk mengetahui lapisan batuan bawah permukan beserta nilai
densitasnya.
34
4.4. Diagram Alir Penelitian
Prosedural penelitian dalam sub-bab 4.3. dapat direpresentasikan dalam
diagram alir penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 13:
Mulai
Data Gayaberat
Koreksi Data Gayaberat
Peta Anomali Bouguer Lengkap
Analisis Spektrum
Estimasi Lebar Jendela Estimasi Kedalaman
Moving Average Filter
Peta Anomali Regional Peta Anomali Residual
Informasi Geologi
Forward Modeling 2D
Model 2D
FIX?
YA
Tidak
Interpretasi
Kesimpulan
Selesai
Gambar 13. Diagram Alir
SVD filtering
Peta SVD
VI. KESIMPULAN
6.1. Kesimpulan
Dari Penelitian ini disimpulkan beberapa hal, antara lain:
1. Anomali Bouguer Lengkap daerah penelitian memiliki kisaran anomali 20
mgal hingga 100 mgal.
2. Anomali regional daerah penelitian memiliki kedalaman rata – rata
7849.53 m. Menghasilkan kisaran anomali 24 mgal hingga 80 mgal.
Anomali residual daerah penelitian memiliki kisaran anomali -22 mgal
higga 16 mgal.
3. Peta SVD memperlihatkan dua pola batas cekungan air tanah dan sebuah
pola patahan pada bagian selatan lokasi penelitian.
4. Model 2 dimensi hasil forward modeling menunjukan terdapat dua
cekungan pada Formasi Endapan Gunung Api Muda (Qhv) dan Formasi
Lampung (QTl). Disinyalir memiliki keterkaitan dengan adanya cekungan
air tanah.
6.2. Saran
Dengan mempertimbangkan beberapa aspek, disarankan beberapa hal
berikut:
58
1. Diperlukan data dan atau metode yang memiliki resolusi lebih baik
untuk memodelkan cekungan air tanah pada daerah penelitian.
2. Untuk pemodelan, korelasi data bor akan sangat membatu keakuratan
pemoodelan.
DAFTAR PUSTAKA
Allen.P.A. dan Allen J.R. 1999. Basin Analysis. Oxford: Blackwell Publishing.
Bemmelen. 1946.oc. Mangga, S.A. 1993. Peta Geologi Lembar Tanjungkarang,Sumatera. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Blakley, RJ., 1995, Potential Theory in Gravity and Magnetic Applications,Cambridge: Cambridge University Press.
Cameron, and De Coster, G. L. 1980. The Geology of Sumatera Basin,Proceedings of the Indonesian Association of Geologist.
Fitriana, I., 2011, Penentuan Struktur Bawah Permukaan Berdasarkan Analisadan Pemodelan Data Gayaberat, Depok: Geophysics Program StudyDepartement of Physics, University of Indonesia.
Gafoer. 1984. Sumatera Geological map of the Bengkulu quadrangle, Sumatera.
Grandis, H., 2009., Pengantar Pemodelan Inversi Geofisika, Jakarta: HAGI.
Hamilton, W. 1979. Tectonic of Indonesian Region, United States GeologicalSurvey, Professional Papaer 1078.
Kadir, W.G.A., 2000, Eksplorasi Gayaberat dan Magnetik, Bandung: JurusanTeknik Geofisika Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral, ITB.
Karig. 1978, Kusnama 1992.oc. Mangga, S.A. 1993. Peta Geologi LembarTanjungkarang, Sumatera. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,Bandung.
Mangga, S. A., Amirudin, T., Suwarti, S., Gafoer dan Sidarto. 1993. Peta GeologiLembar Tanjungkarang, Sumatera. Pusat Penelitian dan PengembanganGeologi, Bandung.
Octonovrilna, L., 2009, Analisa Perbandingan Anomaly Gravitasi denganpersebaran intrusi air asin (Studi kasus Jakarta 2006-2007), Jakarta: JurnalMeteorologi dan Geofisika Vol.10 No.1:AMG.
60
Reynolds, M., 1997, An introduction to applied and environmental geophysicNew York: John Wiley & Sons Ltd.
Rosid, S., 2005, Gravity Method in Exploration Geophysics, Depok: UniversitasIndonesia.
Sanjaya, Singku. 2012. Analisis sesar menggunakan model sintetik studi kasusSesar panjang lampung dengan menggunakan data Gayaberat, Skripsi.Universitas Lampung, Lampung.
Smith W. Steven. 1999. The Scientist and Engineer’s Giude to Digital SignalProcessing. San Diego: California Tenchnical Publishing.
Talwani, M., Worzel, J.L., dan Ladisman, M., 1959, Rapid Gravity Computationfor Two Dimensional Bodies with Application to The Medicino SubmarineFractures Zone, Journal of Geophysics Research, Vol. 64 No.1.
Telford, W.M., Goldrat, L.P., dan Sheriff, R.P., 1990, Applied Geophysics 2nded, Cambridge: Cambridge University Pres.