analisis data desain penelitian dan laporan penelitian

Upload: annisaa-rafianto

Post on 13-Jul-2015

817 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

A. DESAIN PENELITIAN KAULITATIF Karena paradigma, proses, metode, dan tujuannya berbeda, penelitian kualitatif memiliki model desain yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Tidak ada pola baku tentang format desain penelitian kualitatif, sebab; (1) instrumen utama penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri, sehingga masing-masing orang bisa memiliki model desain sendiri sesuai seleranya, (2) proses penelitian kualitatif bersifat siklus, sehingga sulit untuk dirumuskan format yang baku, dan (3) umumnya penelitian kualitatif berangkat dari kasus atau fenomena tertentu, sehingga sulit untuk dirumuskan format desain yang baku. Namun demikian, dari pengalaman beberapa kali melakukan penelitian kualitatif format berikut, penulis menggunakan format berikut untuk dipakai sebagai contoh yang bisa dikembangkan lebih lanjut. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. PENDAHULUAN Tema Penelitian Konteks Penelitian Fokus Penelitian Tujuan Penelitian Tinjauan Pustaka METODE PENELITIAN Objek dan Informan Penelitian Metode Perolehan dan Pengumpulan Data Metode Pengecekan Keabsahan Data Metode Analisis Data Diskusi Hasil Penelitian Laporan Penelitian

B. CONTOH PROSES PENELITIAN KUALITATIF Proses penelitian disajikan menurut tahap-tahapnya, yaitu: (1) Tahap Pra-lapangan, (2) Tahap Kegiatan Lapangan, dan (3) Tahap Pasca-lapangan. 1. Tahap Pra-lapangan Beberapa kegiatan dilakukan sebelum peneliti memasuki lapangan. Masing-masing adalah: (1) Penyusunan rancangan awal penelitian, (2) Pengurusan ijin penelitian, (3) Penjajakan lapangan dan penyempurnaan rancangan penelitian,(4) Pemilihan dan interaksi dengan subjek dan informan, dan (5) Penyiapan piranti pembantu untuk kegiatan lapangan. Perlu dikemukakan, peneliti menaruh minat dan kepedulian terhadap gejala menglaju dan akibat-akibat sosialnya. Pengamatan sepintas sudah dilakukan jauh sebelum rancangan penelitian disusun dan diajukan sebagai topik penelitian. Berbekal pengamatan awal dan telaah pustaka, peneliti mengajukan usulan penelitian tentang mobilitas penduduk dan perubahan di pedesaan. Usulan yang diajukan dan diseminarkan dengan mengundang teman sejawat dan pakar. Karena berpendekatan kualitatif, usulan penelitian itu dipandang bersifat sementara (tentative). Karena itu peluang seminar digunakan untuk menangkap kritik dan masukan, baik terhadap topik maupun metode penelitian. Berdasarkan kritik dan masukan tersebut,

peneliti membenahi rancangan penelitiannya dan melakukan penjajakan lapangan. Penjajakan lapangan dilakukan dengan tiga teknik secara simultan dan lentur, yaitu (a) pengamatan; peneliti mengamati secara langsung tentang gejala- gejala umum permasalahan, misalnya arus menglaju pada pagi dan sore hari, (b) wawancara; secara aksidental peneliti mewawancari beberapa informan dan tokoh masyarakat, (c) telaah dokumen; peneliti memilih dan merekam data dokumen yang relevan, baik yang menyangkut Bandulan maupun Kotamadya Dati II Malang. Perumusan masalah dan pemilihan metode penelitian yang lebih tepat dilakukan lagi berdasarkan penjajakan lapangan (grand tour observation). Sepanjang kegiatan lapangan, ternyata pusat perhatian dan teknik-teknik terus mengalami penajaman dan penyesuaian. Dalam ungkapan Lincoln dan Guba (1985: 208), kecenderungan rancangan penelitian yang terus-menerus mengalami penyesuaian berdasarkan interaksi antara peneliti dengan konteks ini disebut rancangan membaharu (emergent design). Berdasarkan penjajakan lapangan, peneliti menetapkan tema pokok penelitian ini, yaitu: perubahan sosial di mintakat penglaju (commuters' zone). Pusat perhatian diberika pada peran penglaju dalam perubahan sosial di Bandulan, Kecamatan Sukun, Kotamadya Malang. Secara rinci pusat perhatian ini mencakup beberapa pertanyaan sebagaimana diajukan dalam bab pendahuluan, yaitu: (1) Faktor apa saja, baik dari dalam diri, dari dalam desa, maupun dari luar desa, yang mendorong perilaku menglaju pada sebagian penduduk Bandulan? Apakah makna menglaju sebagaimana dihayati oleh mereka?, (2) Bagaimanakah ragam gaya hidup, pola interaksi sosial, solidaritas dan peran sosial masing-masing kategori empiris penduduk dalam perubahan sosial di Bandulan?, dan (3) Akibat-akibat sosial apa saja yang terjadi karena banyaknya penduduk yang menglaju ke luar Bandulan, baik pada sistem nilai dan kepercayaan, pranata sosial dan ekonomi, dan pola pelapisan sosial sebagaimana dirasakan oleh masyarakat setempat? 2. Tahap Pekerjaan Lapangan Sepanjang pelaksanaan penelitian, ternyata penyempurnaan tidak hanya menyangkut pusat perhatian penelitian, melainkan juga pada metode penelitiannya. Bogdan dan Taylor (1975:126) memang menegaskan agar para peneliti sosial mendidik (educate) dirinya sendiri. "To be educated is to learn to create a new. We must constantly create new methods and new approaches". Konsep sampel dalam penelitian ini berkaitan dengan bagaimana memilih informan atau situasi sosial tertentu yang dapat memberikan informasi mantap dan terpercaya mengenai unsur-unsur pusat perhatian penelitian. Pemilihan informan mengikuti pola bola salju (snow ball sampling). Bila pengenalan dan interaksi sosial dengan responden berhasil maka ditanyakan kepada orang tersebut siapasiapa lagi yang dikenal atau disebut secara tidak langsung olehnya. Dalam menentukan jumlah dan waktu berinteraksi dengan sumber data, peneliti menggunakan konsep sampling yang dianjurkan oleh Lincoln dan Guba (1985), yaitu maximum variation sampling to document unique variations. Peneliti akan menghentikan pengumpulan data apabila dari sumber data sudah tidak ditemukan lagi ragam baru. Dengan konsep ini, jumlah sumber data bukan merupakan kepedulian utama, melainkan ketuntasan perolehan informasi dengan keragaman yang ada. Tidak semua penduduk bisa memberikan data yang diperlukan. Karena itu, hanya 25

orang sumber data yang diwawancarai secara mendalam. Masing-masing adalah 14 orang penduduk asli penglaju, 6 orang penduduk asli bukan penglaju, dan 5 orang penduduk pendatang penglaju. Karena data utama penelitian ini diperoleh berdasarkan interaksi dengan responden dalam latar alamiah, maka beberapa perlengkapan dipersiapkan hanya untuk memudahkan, misalnya : (1) tustel, (2) tape recorder, dan (3) alat tulis termasuk lembar catatan lapangan. Perlengkapan ini digunakan apabila tidak mengganggu kewajaran interaksi sosial. Pengamatan dilakukan dalam suasana alamiah yang wajar. Pada tahap awal, pengamatan lebih bersifat tersamar. Teknik ini seringkali memaksa peneliti melakukan penyamaran. Misalnya: untuk mengamati aspek-aspek yang berhubungan dengan perilaku dan gaya hidup, peneliti beranjang-sana di rumah informan. Sambil berbincang-bincang, peneliti mencermati cara berbicara, berpakaian, penataan ruang, gaya bangunan rumah, bendabenda simbolik dan sebagainya. Ketersamaran dalam pengamatan ini dikurangi sedikit demi sedikit seirama dengan semakin akrabnya hubungan antara pengamat dengan informan. Ketika suasana akrab dan terbuka sudah tercipta, peneliti bisa mengkonfirmasikan hasil pengamatan melalui wawancara dengan informan. Dengan wawancara, peneliti berupaya mendapatkan informasi dengan bertatap muka secara fisik danbertanya-jawab dengan informan. Dengan teknik ini, peneliti berperan sekaligus sebagai piranti pengumpul data. Selama wawancara, peneliti juga mencermati perilaku gestural informan dalam menjawab pertanyaan. Untuk menghindari kekakuan suasana wawancara, tidak digunakan teknik wawancara terstruktur. Bahkan wawancara dalam penelitian ini seringkali dilakukan secara spontan, yakni tidak melalui suatu perjanjian waktu dan tempat terlebih dahulu dengan informan. Dengan ini peneliti selalu berupaya memanfaatkan kesempatan dan tempat-tempat yang paling tepat untuk melakukan wawancara. Selama kegiatan lapangan peneliti merasakan bahwa pengalaman sosialisasi, usia dan atribut- atribut pribadi peneliti bisa mempengaruhi interaksi peneliti dengan informan. Semakin mirip latar belakang informan dengan peneliti, semakin lancar proses pengamatan dan wawancara. Sebaliknya, ketika mewawancarai informan yang berbeda latar belakang, peneliti harus menyesuaikan diri dengan mereka. Banyak ragam cara menyesuaikan diri. Di antaranya dengan cara berpakaian, bahasa yang digunakan, waktu wawancara, hingga penyamaran seolah-olah peneliti memiliki sikap dan kesenangan yang sama dengan informan. Karena kendala itu, pengumpulan data terhadap penduduk asli, baik penglaju dan lebih-lebih yang bukan penglaju, berjalan agak lamban. Kejenuhan, bahkan rasa putus-asa kadang-kadang muncul dan menyerang peneliti. Dalam keadaan demikian, peneliti beristirahat untuk mengendapkan, membenahi catatan lapangan, dan merenungkan hasil-hasil yang diperoleh. Dengan cara ini, peneliti bisa menemukan informasi penting yang belum terkumpul. Kedekatan antara tempat tinggal peneliti dengan informan ternyata sangat membantu kegiatan lapangan. Secara tidak sengaja peneliti bisa bertemu dengan informan, sehingga pembicaraan setiap saat bisa berlangsung. Kendati tidak dirancang, bila hasil percakapan itu memiliki arti penting bagi penelitian, akan dicatat dan diperlakukan sebagai data penelitian.

Pada dasarnya wawancara dilaksanakan secara simultan dengan pengamatan. Kadangkadangwawancara merupakan tindak-lanjut dari pengamatan. Misalnya, setelah mengamati suasana rumah tangga dan keluarga informan, peneliti menuliskan hasilnya dalam bentuk catatan lapangan. Wawancara dilakukan setelah itu untuk mengungkapkan makna dari setiap hasil pengamatan yang menarik. Penelaahan dokumentasi dilakukankhususnya untuk mendapatkan data konteks. Kajian dokumentasi di lakukan terhadap catatan-catatan, arsip- arsip, dan sejenisnya termasuk laporan-laporan yang bersangkut paut dengan permasalahan penelitian. Perekaman dokumen menjadi lebih mudah karena dokumen, baik dari kelurahan maupun dari Kotamadya cukup lengkap. Agar tidak menyulitkan lembaga yang menyediakan, peneliti meminta ijin untuk menfoto-copy dokumen-dokumen yang diperlukan atau menyalinnya ke dalam catatan peneliti. Pemeriksaan keabsahan (trustworthiness) data dalam penelitian ini dilakukan dengan empat kriteria sebagaimana dianjurkan oleh Lincoln dan Guba (1985: 289-331). Masingmasing adalah derajat: (1) kepercayaan (credibility), (2) keteralihan (transferability), (3) kebergantungan (dependability), dan (4) kepastian (confirmability). Untuk meningkatkan derajat kepercayaan data perolehan, dilakukan dengan teknik: (1) perpanjangan keikut-sertaan, (2) ketekunan pengamatan, (3) triangulasi, (4) pemeriksaan sejawat, (5) kecukupan referensial, (6) kajian kasus negatif, dan (7) pengecekan anggota. Kegiatan lapangan penelitian ini semula dijadwal tidak lebih dari enam bulan. Dengan pertimbangan bahwa peningkatan waktu masih memunculkan informasi baru, maka lama kegiatan lapangan diperpanjang. Dengan perpanjangan waktu ini, seperti dikemukakan Moleong (1989), peneliti dapat mempelajari "kebudayaan", menguji kebenaran dan mengurangi distorsi. Dengan mengamati secara tekun, peneliti bisa menemukan ciri-ciri atau unsur-unsur dalam suatu situasi yang sangat relevan dengan peran penglaju dalam perubahan sosial di Bandulan. Bila perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman. Triangulasi dilakukan untuk melihat gejala dari berbagai sudut dan melakukan pengujian temuan dengan menggunakan berbagai sumber informasi dan berbagai teknik. Empat macam triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pemeriksaandengan memanfaatkan sumber, metode, penyidik dan teori. Meskipun Lincoln dan Guba (1985) tidak menganjurkan triangulasi teori, tampaknya Patton (1987: 327) berpendapat lain. Menurutnya, triangulasi antar teori tetap dibutuhkan sebagai penjelasan banding (rival explanation). Dalam penelitian ini, penempatan teori lebih mengikuti anjuran Bogdan dan Taylor (1975). Menurut mereka, teori memberikan suatu penjelasan atau kerangka kerja penafsiran yang memungkinkan peneliti memberi makna pada kekacauan data (morass of data) dan menghubungkan data dengan kejadian-kejadian dan latar yang lain. Karena itu, sangat penting bagi peneliti untuk mengetengahkan temuannya dengan perspektif teoretik lain, khususnya selama tahap pengolahan data penelitian yang intensif. Pengamatan dan wawancara tidak terstruktur yang diterapkan dalam penelitian ini memang menghasilkan data yang masih kacau. Untuk memilah dan memberi makna pada data tersebut, peneliti tidak bisa tidak harus berpaling kepada teori-teori sosiologi dan antropologi yang relevan. Pemeriksaan sejawat dilakukan dengan cara mengetengahkan (to expose) hasil penelitian,

baik yang bersifat sementara maupun hasil akhir, dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Dengan cara ini peneliti berusaha mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran, dan mencari peluang untuk menjajaki dan menguji hipotesis yang muncul dari peneliti (pemikiran peneliti). Sebelum menetapkan temuan sebagai kecenderungan pokok, peneliti melakukan pengecekan anggota. Ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan berapa proporsi kasus yang mendukung temuan, dan berapa yang bertentangan dengan temuan. Bila ada penyimpangan dalam kasus-kasus tertentu, peneliti menelaahnya secara lebih cermat. Telaah lebih cermat terhadap kasus-kasus yang menyimpang sering disebut sebagai analisis kasus negatif. Teknik ini dilakukan untuk menelaah kasus-kasus yang saling bertentangan dengan maksud menghaluskan simpulan sampai diperoleh kepastian bahwa simpulan itu benar untuk semua kasus atau setidak-tidaknya sesuatu yang semula tampak bertentangan, akhirnya dapat diliput aspek-aspek yang tidak berkesesuaian tidak lagi termuat. Dengan kata-kata lain dapat dijelaskan "duduk persoalannya". Selain itu, peneliti juga menguji kecukupan acuan dalam menarik simpulan. Kecukupan acuan dalam penelitian ini dilakukan dengan mengajukan kritik internal terhadap temuan penelitian. Berbagai bahan digunakan untuk meneropong temuan penelitian. Usaha meningkatkan keteralihan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara "uraian rinci" (thick description). Untuk itu, peneliti melaporkan hasil penelitiannya secermat dan selengkap mungkin yang menggambarkan konteks dan pokok permasalahan secara jelas. Dengan demikian, peneliti menyediakan apa-apa yang dibutuhkan oleh pembacanya untuk dapat memahami temuan-temuan. Kebergantungan penelitian ini diupayakan dengan audit kebergantungan. Dalam hal ini peneliti memberikan hasil penelitian dan melaporkan proses penelitian termasuk "bekasbekas" kegiatan yang digunakan. Berdasarkan penelusurannya, seorang auditor dapat menentukan apakah temuan-temuan penelitian telah bersandar pada hasil di lapangan. Kepastian penelitian ini diupayakan dengan memperhatikan topangan catatan data lapangan dan koherensi internal laporan penelitian. Hal ini dilakukan dengan cara meminta berbagai pihak untuk melakukan audit kesesuaian antara temuan dengan data perolehan dan metode penelitian. 3. Tahap Pasca Lapangan Telah disinggung bahwa penelitian ini menerapkan metode kualitatif, yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata orang baik tertulis maupun lisan dan tingkah laku teramati, termasuk gambar (Bogdan and Taylor, 1975). Walau peneliti tidak sependapat dengan teknik-teknik analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman (1987), model analisis interaktif yang digambarkannya sangat membantu untuk memahami proses penelitian ini. Model analisis interaktif mengandung empat komponen yang saling berkaitan, yaitu (1) pengumpulan data, (2) penyederhanaan data, (3) pemaparan data, dan (4) penarikan dan pengujian simpulan. Mengacu model interaktif, analisis data tidak saja dilakukan setelah pengumpulan data, tetapi juga selama pengumpulan data. Selama tahap penarikan simpulan, peneliti selalu merujuk kepada "suara dari lapangan" untuk mendapatkan konfirmabilitas. Analisis selama pengumpulan data (analysis during data collection) dimaksudkan untuk menentukan pusat perhatian (focusing), mengembangkan pertanyaan-pertanyaan analitik dan hipotesis awal, serta memberikan dasar bagi analisis pasca pengumpulan data

(analysis after data collection). Dengan demikian analisis data dilakukan secara berulangulang (cyclical). Pada setiap akhir pengamatan atau wawancara, dicatat hasilnya ke dalam lembar catatan lapangan (field notes). Lembar catatan lapangan ini berisi: (1) teknik yang digunakan, (2) waktu pengumpulan data dan pencatatannya, (3) tempat kegiatan atau wawancara, (4) paparan hasil dan catatan, dan (5) kesan dan komentar. Contoh catatan lapangan dapat diperiksa pada lampiran. Pendirian ontologis penelitian adalah bahwa tujuan penyelidikan adalah mengembangkan suatu bangunan pengetahuan idiografik dalam bentuk "hipotesis kerja" yang menggambarkan kasus individual (Lincoln and Guba, 1985: 38). Implikasinya, konstruksi realitas, yang dalam hal ini adalah gejala menglaju dan pengaruh sosialnya, tidak dapat dipisahkan dari konteks (kedisinian, Bandulan) dan waktu (kekinian, 1996). Untuk itu peneliti memandang penting untuk menyelidiki secara cermat akar-akar gejala menglaju sebagai konteks kajian. Berdasarkan asal faktor pemicu gejala menglaju peneliti menemukenali tiga kategori faktor, yaitu: (1) dari dalam diri, (2) dari dalam desa, dan (3) dari luar desa. Empat teknik analisis data kualitatif sebagaimana dianjurkan oleh Spradley (1979) diterapkan dalam penelitian ini. Masing-masing adalah: (1) analisis ranah (domain analysis), (2) analisis taksonomik (taxonomic analysis), (3) analisis komponensial (componential analysis). dan (4) analisis tema budaya (discovering cultural themes). Analisis ranah bermaksud memperoleh pengertian umum dan relatif menyeluruh mengenai pokok permasalahan. Hasil analisis ini berupa pengetahuan tingkat "permukaan" tentang berbagai ranah atau kategori konseptual. Kategori konseptual ini mewadahi sejumlah kategori atau simbol lain secara tertentu. Pada tahap awal, berdasarkan pola mobilitas hariannya, peneliti menemukenali dua kategori pokok penduduk Bandulan. Masing-masing adalah penduduk penglaju dan bukan penglaju. Berdasarkan asalnya, peneliti menemukenali dua kategori pokok penduduk Bandulan, yaitu: penduduk asli dan penduduk pendatang. Pada analisis taksonomik, pusat perhatian penelitian ditentukan terbatas pada ranah yang sangat berguna dalam upaya memaparkan atau menjelaskan gejalagejala yang menjadi sasaran penelitian. Pilihan atau pembatasan pusat perhatian dilakukan berdasarkan pertimbangan nilai strategik temuannya bagi program peningkatan kualitas hidup subyek penelitian atau mengacu pada strategic ethnography (Faisal, 1990 : 43). Analisis taknonomik tidak dilakukan secara murni berdasar data lapangan, tetapi dikonsultasikan dengan bahan-bahan pustaka yang telah ada. Beberapa anggota ranah yang menarik dan dipandang penting dipilih dan diselidiki secara mendalam. Dalam hal ini adalah bagaimana peran masing-masing kategori tersebut dalam proses perubahan sosial yang berlangsung di Bandulan. Analisis komponensial dilakukan untuk mengorganisasikan perbedaan (kontras) antar unsur dalam ranah yang diperoleh melalui pengamatan dan atau wawancara terseleksi. Dalam hemat peneliti, kedalaman pemahaman tercermin dalam kemampuan untuk mengelompokkan dan merinci anggota sesuatu ranah, juga memahami karakteristik tertentu yang berasosiasi dengannya. Dengan mengetahui warga suatu ranah, memahami kesamaan dan hubungan internal, dan perbedaan antar warga dari suatu ranah, dapat diperoleh pengertian

menyeluruh dan mendalam serta rinci mengenai suatu pokok permasalahan. Dengan demikian akan diperoleh pemahaman makna dari masing-masing warga ranah secara holistik. Hasil lacakan kontras di antara warga suatu ranah dimasukkan ke dalam lembar kerja paradigma (Spradley, 1979: 180). Kontras-kontras tersebut selalu diperiksa kembali sebagaimana dalam model analisis interaktif. Ringkasananalisis komponensial, yang digunakan sebagai pemandu penulisan paparan hasil penelitian inidisajikan dalam lampiran. Dalam mengungkap tema-tema budaya, peneliti menggunakan saran yang diberikan oleh Bogdan dan Taylor (1975:82-93). Langkah-langkah yang dilakukan adalah: (1) membaca secara cermat keseluruhan catatan lapangan, (2) memberikan kode pada topik-topik pembicaraan penting, (3) menyusun tipologi, (4) membaca kepustakaan yang terkait dengan masalah dan konteks penelitian. Berdasarkan seluruh analisis, peneliti melakukan rekonstruksi dalam bentuk deskripsi, narasi dan argumentasi. Beberapa sub-topik disusun secara deduktif, dengan mendahulukan kaidah pokok yang diikuti dengan kasus dan contoh-contoh. Sub-topik selebihnya disajikan secara induktif, dengan memaparkan kasus dan contoh untuk ditarik kesimpulan umumnya.

Perbedaan Penelitian Kualitatif dan kuantitatifTeori Penelitian kuantitatif merupakan penganut aliran positivisme, yang perhatiannya ditujukan pada fakta-fakta tersebut. Artinya, pendekatan ini berpijak pada apa yang disebut dengan fungsionalisme struktural, realisme, positivisme, behaviourisme dan empirisme yang intinya menekankan pada hal-hal yang bersifat kongkrit, uji empiris dan fakta-fakta yang nyata. Adapun penelitian kualitatif menganut aliran femnomenologis, yang menitik beratkan kegiatan penelitian ilmiah dengan jalan penguraian dan pemahaman atas gejala sosial yang diamatinya. Artinya, jika kita menggunakan pendekatan kualitatif, maka dasar teori sebagai pijakan ialah adanya interaksi simbolik dari suatu gejala dengan gejala lain yang ditafsir berdasarkan pada budaya yang bersangkutan dengan cara mencari makna semantis universal dari gejala yang sedang diteliti. Pendekatan Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan kualitatif, lebih lanjut, mementingkan pada proses dibandingkan dengan hasil akhir; oleh karena itu urut-urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan. Tujuan penelitian biasanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat praktis. Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variable masingmasing. Reliabilitas dan validitas merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil penelitian dan kemampuan replikasi serta generalisasi penggunaan model penelitian sejenis. Selanjutnya, penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesa dan pengujiannya yang kemudian akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula statistik yang akan digunakan. Juga, pendekatan ini lebih memberikan makna dalam

hubungannya dengan penafsiran angka statistik bukan makna secara kebahasaan dan kulturalnya. Tujuan Tujuan utama penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif ialah mengembangkan pengertian, konsep-konsep, yang pada akhirnya menjadi teori, tahap ini dikenal sebagai grounded theory research. Maksudnya, penelitian ini betujuan untuk menemukan ciri-ciri sifat dari fenomena, kemudian dicari hubungan yang mendasarinya hingga menjadi sebuah teori yang terbentuk. Sebaliknya pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori, membangun fakta, menunjukkan hubungan antar variable, memberikan deskripsi statistik, menaksir dan meramalkan hasilnya. Artinya, penelitian ini betujuan untuk verifikasi teori dengan cara perantara pengujian hipotesis dengan teknik statistik, Desain Melihat sifatnya, pendekatan kualitatif desainnya bersifat umum, dan berubah-ubah / berkembang sesuai dengan situasi di lapangan. Kesimpulannya, desain hanya digunakan sebagai asumsi untuk melakukan penelitan, oleh karena itu desain harus bersifat fleksibel dan terbuka. Adapun penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, desainnya harus terstruktur, baku, formal dan dirancang sematang mungkin sebelumnya. Desainnya bersifat spesifik dan detil karena desain merupakan suatu rancangan penelitian yang akan dilaksanakan sebenarnya. Oleh karena itu, jika desainnya salah, hasilnya akan menyesatkan. Contoh desain kuantitatif: ex post facto dan desain experimental yang mencakup diantaranya one short case study, one group pretest, posttest design, Solomon four group design dll.nya. Analisis Data Analisa data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan yang tujuan akhirnya menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep dan pembangunan suatu teori baru, contoh dari model analisa kualitatif ialah analisa domain, analisa taksonomi, analisa komponensial, analisa tema kultural, dan analisa komparasi konstan (grounded theory research). Analisa dalam penelitian kuantitatif bersifat deduktif, uji empiris teori yang dipakai dan dilakukan setelah selesai pengumpulan data secara tuntas dengan menggunakan sarana statistik, seperti korelasi, uji t, analisa varian dan covarian, analisa faktor, regresi linear dll.nya. Data Pada pendekatan kualitatif, data bersifat deskriptif, maksudnya data dapat berupa gejalagejala yang dikategorikan ataupun dalam bentuk lainnya, seperti foto, dokumen, artefak dan catatan-catatan lapangan pada saat penelitian dilakukan. Sebaliknya penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif datanya bersifat kuantitatif / angka-angka statistik ataupun koding-koding yang dapat dikuantifikasi. Data tersebut berbentuk variable-variabel dan operasionalisasinya dengan skala ukuran tertentu, misalnya skala nominal, ordinal, interval dan ratio. Sampel Sampel kecil merupakan ciri pendekatan kualitatif karena pada pendekatan kualitatif penekanan pemilihan sample didasarkan pada kualitasnya bukan jumlahnya. Oleh karena itu, ketepatan dalam memilih sample merupakan salah satu kunci keberhasilan utama untuk menghasilkan penelitian yang baik. Sampel juga dipandang sebagai sample teoritis dan tidak

representatif. Sedang pada pendekatan kuantitatif, jumlah sample besar, karena aturan statistik mengatakan bahwa semakin sample besar akan semakin merepresentasikan kondisi riil. Karena pada umumnya pendekatan kuantitatif membutuhkan sample yang besar, maka stratafikasi sample diperlukan . Sampel biasanya diseleksi secara random. Dalam melakukan penelitian, bila perlu diadakan kelompok pengontrol untuk pembanding sample yang sedang diteliti. Ciri lain ialah penentuan jenis variable yang akan diteliti, contoh, penentuan variable yang mana yang ditentukan sebagai variable bebas, variable tergantung, varaibel moderat, variable antara, dan variabel kontrol. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat melakukan pengontrolan terhadap variable pengganggu. Teknik Jika peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, maka yang bersangkutan akan menggunakan teknik observasi atau dengan melakukan observasi terlibat langsung, seperti yang dilakukan oleh para peneliti bidang antropologi dan etnologi sehingga peneliti terlibat langsung dengan yang diteliti. Dalam praktiknya, peneliti akan melakukan review terhadap berbagai dokumen, foto-foto dan artefak yang ada. Interview yang digunakan ialah interview tertutup. Jika pendekatan kuantitatif digunakan maka teknik yang dipakai akan berbentuk observasi terstruktur, survei dengan menggunakan kuesioner, eksperimen dan eksperimen semu. Dalam melakukan interview, biasanya diberlakukan interview terstruktur untuk mendapatkan seperangkat data yang dibutuhkan. Teknik mengacu pada tujuan penelitian dan jenis data yang diperlukan. Hubungan Peneliti Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti tidak mengambil jarak dengan yang diteliti. Hubungan yang dibangun didasarkan pada saling kepercayaan. Dalam praktiknya, peneliti melakukan hubungan dengan yang diteliti secara intensif. Apabila sample itu manusia, maka yang menjadi responden diperlakukan sebagai partner bukan obyek penelitian. Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif peneliti mengambil jarak dengan yang diteliti. Hubungan ini seperti hubungan antara subyek dan obyek. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan tingkat objektivitas yang tinggi. Pada umumnya penelitiannya berjangka waktu pendek. Kelebihan Dan Kekurangan Pendekatan kualitatif banyak memakan waktu, reliabiltasnya dipertanyakan, prosedurnya tidak baku, desainnya tidak terstruktur dan tidak dapat dipakai untuk penelitian yang berskala besar dan pada akhirnya hasil penelitian dapat terkontaminasi dengan subyektifitas peneliti. Pendekatan kuantitatif memunculkan kesulitan dalam mengontrol variable-variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap proses penelitian baik secara langsung ataupun tidak langsung. Untuk menciptakan validitas yang tinggi juga diperlukan kecermatan dalam proses penentuan sample, pengambilan data dan penentuan alat analisanya.

http://bloglaskarkopi.blogspot.com/2011/02/perbedaan-penelitian-kualitatif-dan.html

Suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, ataupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahan-pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan. Format Proposal Penelitian Kuantitatif 1. Latar Belakang Masalah Di dalam bagian ini dikemukakan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan, baik kesenjangan teoretik ataupun kesenjangan praktis yang melatarbelakangi masalah yang diteliti. Di dalam latar belakang masalah ini dipaparkan secara ringkas teori, hasilhasil penelitian, kesimpulan seminar dan diskusi ilmiah ataupun pengalaman/pengamatan pribadi yang terkait erat dengan pokok masalah yang diteliti. Dengan demikian, masalah yang dipilih untuk diteliti mendapat landasan berpijak yang lebih kokoh. (lihat pendahuluan ) 2. Rumusan Masalah Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaanpertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya. Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Rumusan masalah hendaknya disusun secara singkat, padat, jelas, dan dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik akan menampakkan variabel-variabel yang diteliti, jenis atau sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut, dan subjek penelitian. Selain itu, rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empiris, dalam arti memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Contoh: Apakah terdapat hubungan antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika?. (Tips membuat rumusan masalah ) 3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalah penelitian. Perbedaannya terletak pada cara merumuskannya. Masalah penelitian dirumuskan dengan menggunakan kalimat tanya, sedangkan rumusan tujuan penelitian dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan. Contoh: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya hubungan antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika. 4. Hipotesis Penelitian (jika ada) Tidak semua penelitian kuantitatif memerlukan hipotesis penelitian. Penelitian kluantitatif yang bersifat eksploratoris dan deskriptif tidak membutuhkan hipotesis. Oleh karena itu subbab hipotesis penelitian tidak harus ada dalam skripsi, tesis, atau disertasi hasil penelitian kuantitatif. Secara prosedural hipotesis penelitian diajukan setelah peneliti melakukan kajian pustaka, karena hipotesis penelitian adalah rangkuman dari

kesimpulan-kesimpulan teoretis yang diperoleh dari kajian pustaka. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Namun secara teknis, hipotesis penelitian dicantumkan dalam Bab I (Bab Pendahuluan) agar hubungan antara masalah yang diteliti dan kemungkinan jawabannya menjadi lebih jelas. Atas dasar inilah, maka di dalam latar belakang masalah sudah harus ada paparan tentang kajian pustaka yang relevan dalam bentuknya yang ringkas. Rumusan hipotesis hendaknya bersifat definitif atau direksional. Artinya, dalam rumusan hipotesis tidak hanya disebutkan adanya hubungan atau perbedaan antarvariabel, melainkan telah ditunjukan sifat hubungan atau keadaan perbedaan itu. Contoh: Ada hubungan positif antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika. Jika dirumuskan dalam bentuk perbedaan menjadi: Siswa SMP yang tingkat kecerdasannya tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dalam matapelajaran Matematika dibandingkan dengan yang tingkat kecerdasannya sedang. Rumusan hipotesis yang baik hendaknya: (a) menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih, (b) dituangkan dalam bentuk kalimat pertanyaan, (c) dirumuskan secara singkat, padat, dan jelas, serta (d) dapat diuji secara empiris. 5. Kegunaan Penelitian Pada bagian ini ditunjukkan kegunaan atau pentingnya penelitian terutama bagi pengembangan ilmu atau pelaksanaan pembangunan dalam arti luas. Dengan kata lain, uraian dalam subbab kegunaan penelitian berisi alasan kelayakan atas masalah yang diteliti. Dari uraian dalam bagian ini diharapkan dapat disimpulkan bahwa penelitian terhadap masalah yang dipilih memang layak untuk dilakukan. 6. Asumsi Penelitian (jika diperlukan) Asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. Misalnya, peneliti mengajukan asumsi bahwa sikap seseorang dapat diukur dengan menggunakan skala sikap. Dalam hal ini ia tidak perlu membuktikan kebenaran hal yang diasumsikannya itu, tetapi dapat langsung memanfaatkan hasil pengukuran sikap yang diperolehnya. Asumsi dapat bersifat substantif atau metodologis. Asumsi substantif berhubungan dengan permasalahan penelitian, sedangkan asumsi metodologis berkenaan dengan metodologi penelitian. 7. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Yang dikemukakan pada bagian ruang lingkup adalah variabel-variabel yang diteliti, populasi atau subjek penelitian, dan lokasi penelitian. Dalam bagian ini dapat juga dipaparkan penjabaran variabel menjadi subvariabel beserta indikator-indikatornya. Keterbatasan penelitian tidak harus ada dalam skripsi, tesis, dan disertasi. Namun, keterbatasan seringkali diperlukan agar pembaca dapat menyikapi temuan penelitian sesuai dengan kondisi yang ada. Keterbatasan penelitian menunjuk kepada suatu keadaan yang tidak bisa dihindari dalam penelitian. Keterbatasan yang sering dihadapi menyangkut dua hal. Pertama, keterbatasan ruang lingkup kajian yang terpaksa dilakukan karena alasan-alasan prosedural, teknik penelitian, ataupun karena faktor logistik. Kedua,

keterbatasan penelitian berupa kendala yang bersumber dari adat, tradisi, etika dan kepercayaan yang tidak memungkinkan bagi peneliti untuk mencari data yang diinginkan. 8. Definisi Istilah atau Definisi Operasional Definisi istilah atau definisi operasional diperlukan apabila diperkirakan akan timbul perbedaan pengertian atau kekurangjelasan makna seandainya penegasan istilah tidak diberikan. Istilah yang perlu diberi penegasan adalah istilah-istilah yang berhubungan dengan konsep-konsep pokok yang terdapat di dalam skripsi, tesis, atau disertasi. Kriteria bahwa suatu istilah mengandung konsep pokok adalah jika istilah tersebut terkait erat dengan masalah yang diteliti atau variabel penelitian. Definisi istilah disampaikan secara langsung, dalam arti tidak diuraikan asal-usulnya. Definisi istilah lebih dititikberatkan pada pengertian yang diberikan oleh peneliti. Definisi istilah dapat berbentuk definisi operasional variabel yang akan diteliti. Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati. Secara tidak langsung definisi operasional itu akan menunjuk alat pengambil data yang cocok digunakan atau mengacu pada bagaimana mengukur suatui variabel. Contoh definisi operasional dari variabel prestasi aritmatika adalah kompetensi dalam bidang aritmatika yang meliputi menambah, mengurangi, mengalikan, membagi, dan menggunakan desimal. Penyusunan definisi operasional perlu dilakukan karena teramatinya konsep atau konstruk yang diselidiki akan memudahkan pengukurannya. Di samping itu, penyusunan definisi operasional memungkinkan orang lain melakukan hal yang serupa sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain. (Lihat Glossary) 9. Metode Penelitian Pokok-pokok bahasan yang terdapat dalam bab metode penelitian paling tidak mencakup aspek (1) rancangan penelitian, (2) populasi dan sampel, (3) instrumen penelitian, (4) pengumpulan data, dan (5) analisis data. a. Rancangan Penelitian Penjelasan mengenai rancangan atau desain penelitian yang digunakan perlu diberikan untuk setiap jenis penelitian, terutama penelitian eksperimental. Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Dalam penelitian eksperimental, rancangan penelitian yang dipilih adalah yang paling memungkinkkan peneliti untuk mengendalikan variabel-variabel lain yang diduga ikut berpengaruh terhadap variabel-variabel terikat. Pemilihan rancangan penelitian dalam penelitian eksperimental selalu mengacu pada hipotesis yang akan diuji. Pada penelitian noneksperimental, bahasan dalam subbab rancangan penelitian berisi penjelasan tentang jenis penelitian yang dilakukan ditinjau dari tujuan dan sifatnya; apakah penelitian eksploratoris, deskriptif, eksplanatoris, survai, atau penelitian historis, korelasional, dan komparasi kausal. Di samping itu, dalam bagian ini dijelaskan pula variabel-variabel yang dilibatkan dalam penelitian serta sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut. (Lihat beberapa kesalahan dalam desain penelitiian)

b. Populasi dan Sampel Istilah populasi dan sampel tepat digunakan jika penelitian yang dilakukan mengambil sampel sebagai subjek penelitian. Akan tetapi jika sasaran penelitiannya adalah seluruh anggota populasi, akan lebih cocok digunakan istilah subjek penelitian, terutama dalam penelitian eksperimental. Dalam survai, sumber data lazim disebut responden dan dalam penelitian kualitatif disebut informan atau subjek tergantung pada cara pengambilan datanya. Penjelasan yang akurat tentang karakteristik populasi penelitian perlu diberikan agar besarnya sampel dan cara pengambilannya dapat ditentukan secara tepat. Tujuannya adalah agar sampel yang dipilih benar-benar representatif, dalam arti dapat mencerminkan keadaan populasinya secara cermat. Kerepresentatifan sampel merupakan kriteria terpenting dalam pemilihan sampel dalam kaitannya dengan maksud menggeneralisasikan hasil-hasil penelitian sampel terhadap populasinya. Jika keadaan sampel semakin berbeda dengan kakarteristik populasinya, maka semakin besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasinya. Jadi, hal-hal yang dibahas dalam bagian Populasi dan Sampel adalah (a) identifikasi dan batasan-batasan tentang populasi atau subjek penelitian, (b) prosedur dan teknik pengambilan sampel, serta (c) besarnya sampel. c. Instrumen penelitian Pada bagian ini dikemukakan instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Sesudah itu barulah dipaparkan prosedur pengembangan instrumen pengumpulan data atau pemilihan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. Dengan cara ini akan terlihat apakah instrumen yang digunakan sesuai dengan variabel yang diukur, paling tidak ditinjau dari segi isinya. Sebuah instrumen yang baik juag harus memenuhi persyaratan reliabilitas. Dalam tesis, terutama disertasi, harus ada bagian yang menjelaskan proses validasi instrumen. Apabila instrumen yang digunakan tidak dibuat sendiri oleh peneliti, tetap ada kewajiban untuk melaporkan tingkat validitas dan reliabilitas instrumen yang digunakan. Hal lain yang perlu diungkapkan dalam instrumen penelitian adalah cara pemberian skor atau kode terhadap masing-masing butir pertanyaan/pernyataan. Untuk alat dan bahan harus disebutkan secara cermat spesifikasi teknis dari alat yang digunakan dan karakteristik bahan yang dipakai. Dalam ilmu eksakta istilah instrumen penelitian kadangkala dipandang kurang tepat karena belum mencakup keseluruhan hal yang digunakan dalam penelitian. Oleh karena itu, subbab instrumen penelitian dapat diganti dengan Alat dan Bahan. d. Pengumpulan Data Bagian ini menguraikan (a) langkah-langkah yang ditempuh dab teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data, (b) kualifikasi dan jumlah petugas yang terlibat dalam proses pengumpulan data, serta (c) jadwal waktu pelaksanaan pengumpulan data. Jika peneliti menggunakan orang lain sebagai pelaksana pengumpulan data, perlu dijelaskan cara pemilihan serta upaya mempersiapkan mereka untuk menjalankan tugas. Proses mendapatkan ijin penelitian, menemui pejabat yang berwenang, dan hal lain yang sejenis tidak perlu dilaporkan, walaupun tidak dapat dilewatkan dalam proses pelaksanaan penelitian. e. Analisis Data

Pada bagian ini diuraikan jenis analisis statistik yang digunakan. Dilihat dari metodenya, ada dua jenis statistik yang dapat dipilih, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Dalam statistik inferensial terdapat statistik parametrikdan statistik nonparametrik. Pemilihan jenis analisis data sangat ditentukan oleh jenis data yang dikumpulkan dengan tetap berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai atau hipotesis yang hendak diuji. Oleh karena itu, yang pokok untuk diperhatikan dalam analisis data adalah ketepatan teknik analisisnya, bukan kecanggihannya. Beberapa teknik analisis statistik parametrik memang lebih canggih dan karenanya mampu memberikan informasi yang lebih akurat jika dibandingkan dengan teknik analisis sejenis dalam statistik nonparametrik. Penerapan statistik parametrik secara tepat harus memenuhi beberapa persyaratan (asumsi), sedangkan penerapan statistik nonparametrik tidak menuntut persyaratan tertentu. Di samping penjelasan tentang jenis atau teknik analisis data yang digunakan, perlu juga dijelaskan alasan pemilihannya. Apabila teknik analisis data yang dipilih sudah cukup dikenal, maka pembahasannya tidak perlu dilakukan secara panjang lebar. Sebaliknya, jika teknik analisis data yang digunakan tidak sering digunakan (kurang populer), maka uraian tentang analisis ini perlu diberikan secara lebih rinci. Apabila dalam analisis ini digunakan komputer perlu disebutkan programnya, misalnya SPSS for Windows. http://www.infoskripsi.com/Proposal/Proposal-Penelitian-Kuantitatif-Skripsi.html

http://eone87.wordpress.com/2010/04/03/ragam-desain-penelitian-menuruttujuannya/ DESAIN PENELITIAN Salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan riset adalah penerapan metoda ilmiah, yang antara lain perlunya menggunakan metoda penelitian yang telah baku. Pengertian tentang metoda dalam penelitian, sebenarnya lebih terpusat pada cara yang akan dipilih untuk mengumpulkan data yang diperlukan serta analisis yang akan dilakukan. Tentang hal ini, hal pertama yang perlu dicermati adalah penetapan desain atau rancangan penelitian. RAGAM DESAIN PENELITIAN MENURUT TUJUANNYA Ditinjau dari tujuan penelitian, desain penelitian biasa dibedakan dalam tiga macam riset, yaitu riset eksploratif, deskriptif dan inferensial. Tetapi dalam perkembangannya kemudian muncul dua macam riset yang lain yaitu riset evaluatif dan verivikatif.

Riset Eksploratif Sesuai dengan arti katanya, merupakan suatu kegiatan pemelitian yang bertujuan untuk menggali informasi atau data sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan gejala atau obyek yang diteliti. Data yang dikumpulkan atau diperlukan dalam penelitian ini umumnya bersifat longitudinal. Tetapi tidak jarang penelitian eksploratif juga sebagai riset sekali tembak atau cross section. Sesuai dengan tujuannya, riset eksploratif memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Lebih banyak menggunakan data sekunder, dibanding data primer. Bahkan seringkali terkesan sebagai studi pustaka. 2. Karena lebih banyak menggunakan data sekunder seringkali keterandalannya diragukan. 3. Draft laporan penelitian perlu dipublikasikan terlebih dahulu untuk memperoleah kritik baik interrnal maupun eksternal. Riset Deskriptif Riset deskriptif merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjelaskan, merinci atau membuat deskripsi terhadap suatu gejala atau obyek yang diteliti dengan menggunakan data yang diperoleh dengan seklali tembak atau cross sectional. Dalam arti sempit, deskriptif dapat diartikan sebagai penelitian yang hanya menunjukkan gambaran, uraian, atau rincian tentang gejala yang diteliti. Tetapi dalam arti luas lebih jauh menceritakan hubungan atau keterlibatan antar gejala, serta seberapa jauh terdapat kesepakatan atas hasil yang disampaikan. Dengan demikian, dapat dirumuskan tentang kecenderungan-kecenderungan, atau implikasi kegiatan yang perlu dilakukan. Riset Inferensial Jika riset deskriptif hanya berusaha membuat rincian atau deskripsi untuk menjelaskan suatu gejala yang diteliti, riset inferensial lebih bersifat untuk pengambilan keputusan atau menguji hipotesis terutama yang dilakukan melaui riset eksperimental. Riset Komparatif, Riset Korelasional, Dan Riset Kausal Riset komparatif adalah penelitian yang bertujuan untuk membandingkan gejala atau keadaan yang dapat ditemui pada objek penelitian yang berbeda, untuk kemudian dilakukan analisis tentang seberapa jauh terdapat perbedaan yang signifikan antara gejala atau variabel penelitian yang diteliti.

Riset korelasional merupakan kegiatan yang bertujuan untuk merinci dan menjelaskan seberapa jauh timbal balik antar variabel yang diteliti, sedangkan riset kausal dilakukan bertujuan untuk menjelaskan gejala sebab akibat yang bersifat searah. Meskipun bertujuan membandingkan, melihat hubungan timbal balik maupun mengkaji terjadinya sebab akibat, ketiga penelitian tersebut dapat didesain sekadar sebagai penelitian deskriptif ataupun penelitian inferensial.

Riset Evaluatif Merupakan riset yang dilakukan untuk melakukan evaluasi terhadap suatu kegiatan yang belum, sedang maupun telah dilaksanakan. Dalam pelaksanaanya riset evaluatif dapat bersifat deskriptif maupun inferensial. Meskipun demikian sebaiknya didesain sebagai riset inferensial yang dilengkapi hipotesis. Riset Verifikatif Adalah suatu kegiatan penelitian ulangan yang ditujukan untuk mengkaji ulang atau mengkaji kembali hasil penelitian serupa yang pernah dilakukan pada lokasi yang sama atau pada lokasi yang berbeda. Karena itu, kaji ulang yang dimaksud di sini dapat berdimensi waktu dan atau berdimensi ruang. Dalam banyak kasus, kegiatan pengulangan terhadap penelitian yang pernah dilakukan dianggap sebagai penjiplakan atau plagiat, untuk itu pada penelitian ini diperlukan kejujuran peneliti tewntang upaya peneloitian yang akan dilakukan. RAGAM DESAIN PENELITIAN MENURUT DATA YANG AKAN DIKUMPULKAN Desain penelitian dapat dibedakan dalam : riset sekali tembak (one Shoot), riset longitudinal (time series), dan cross sectional research yang merupakan gabungan dari keduanya. Riset Longitudinal Biasanya diterapkan pada riset historis yaitu suatu kegiatan penelitian melalui pengamatan atau pengumpulan data selama rentang waktu tertentu terhadap obyek yang sama dengan tujuan untuk mengetahui perubahan yang terjadi atau yang ditunjukkan oleh obyek penelitian dari waktu ke waktu. Biasanya dilakukan terhadap studi tentang perubahan perilaku, karena akan diperoleh gambarab yang jelas tentang karakteristik perilaku individu ataui kelompok masyarakat serta faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap terjadinya perubahan-perubahan tersebut.

Riset Sekali Tembak (One Shoot) Merupakan penelitian yang memanfaatkan data yang dikumpulkan pada waktu tertentu saja, dengan tujuan untuk mengetahui atau menjelaskan keadaan suatu obyek yang terjadi pada saat dilakukan penelitian. Sedang riset Cross Section sebenarnya samadengan penelitian sekali tembak, bedanya adalah pengumpulan datanya dilakukan beberapa tahap terhadap obyek atau sub populasi yang berbeda. RAGAM PENELITIAN MENURUT SIFAT DATANYA Bersasarkan sifatnya dibedakan dalam penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Secara sederhana dibedakan menurut jenis data dan analisis data yang akan dilakukan, yaitu : 1. Penelitian kuantitatif memusatkan pada pengumpulan data kuantitatif yang berupa angka-angka untuk kemudian dianalisis dengan menggunakan alat-alat analisis kuantitatif yang berupa analisis statistika maupun dengan perhitungan matematika. 2. Penelitian kualitatif, memusatkan perhatian pada pengumpulan data kualitatif yang berupa informasi kualitatif yang disampaikan melalui lisan maupun tertulis. Karena data yang dikumpulkan bersifat kualitatif, maka analisis datanya juga dengan teknik kualitatif. Meskipun demikian dapat pula dilakukan analisis kuantitaif dengan terlebih dahulu melakukan kuantifikasi terhadap data kualitatif melalui pemberian nilai skor baik dengan skala nominal maupun ordinal. Dalam praktek seringkali terdapat kesalahkaprahan dalam penilaian terhadap kedua jenis penelitian tersebut yaitu : 1. Penelitian kuantitatif seringkali dinilai lebih baik karena harus memanfaatkan analisis kuantitatif yang sesuai dengan perkembangan teknologi komputasi, cenderung semakin rumit dan harus menggunakan bantuan komputer untuk mengabalisisnya. 2. Penelitian kualitatif seringkali dinyatakan sebagai pengganti penelitian kuantitatif khususnya bagi peneliti sosial yang ketakutan atau tidak dapat menggunakan analisis kuantitatif. Pendapat seperti itu tentu saja tidak dibenarkan sebab masing-masing memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Bahkan seringkali yang terbaik adalah jika seseorang mampu menggabungkan kedua jenis penelitian tersebut secara simultan. Riset kuantitatif seringkali dipilih karena keunggulanya dalam arti mampu memberikan penilaian yang lebih obyektif dan dapat digunakan untuk melakukan prediksi yang lebih

baik dengan menggunakan statistika atau metematika. Sebaliknya, penelitian kualitatif lebih banyak dipilih karena memiliki keunggulan dalam menjelaskan atau memberikan deskripsi tentang banyak hal seperti sifat-sifat hubungan antar manusia, perubahan perilaku manusia terhadap suatu obyek dan lingkungannya dan lain-lain. Tentang hal ini Sutopo (1988) mencatat adanya beberapa karakteristik penelitian kualitatif yang merupakan keunggulannya dibanding penelitian kuantitatif yang perlu dipahami oleh para pengguna yaitu : 1. Riset kualitatif lebih dapat diandalkan dalam arti datanya dapat dipercaya karena memilki natural setting dan hanya menggunakan data primer dari pihak-pihak yang bersangkutan langsung atau setidaknya mengetahui. Riset kualitatif lebih mengutamakan apa yang benar-benar terjadi dari sekedar laporan. Riset kualitatif lebih mengutamakan keyakinan dalam arti peristiwa yang diteliti adalah subyek masa kini dan bukan masa lampau. 2. Riset kualitatif terutama diarahkan untuk memberikan deskripsi melalui informasi yang dikumpulkan dalam bentuk kata-kata. 3. Lebih mementingkan proses dari pada hasil, lebih mementingkan mengapa, bagaimana, dan kapan daripada sekadar apa atau berapa yang terjadi. 4. Cenderung menggunakan analisis induktif sehingga teori yang dikembangkan berangkat dari lapangan. 5. Lebih mengutamakan participant perspective sehingga semua instrumen dan ukuran yang digunakan, dikembangkan dari lapangan. Penelitian kuantitatif dilakukan jika kita telah memiliki informasi/asumsi-asumsi tertentu dan data yang diperlukan dapat diperoleh dalam bentuk kuantitatif atau kualitatif yang dapat dikuantifisir. Penelitian kuantitatif lebih tepat digunakan untuk penelitian inferensial dengan menggunakan perameter yang bersifat emik (dirumuskan berdasarkan teori/konsep/pengalaman empirik). Penelitian kualitatif sebenarnya dilakukan untuk mengeksplorasi informasi yang diperlukan, yang sulit dituangkan dalam bentuk data kuantitatif.dalam penelitian kualitatif perlu dihindari perumusan atau penggunaan asumsi-asumsi sebelum penelitian dilakukan karena asumsi yang dirumuskan berdasarkan teori atau pengalaman empiris tidak selalu benar untuk penelitian yang akan dilakukan. Karena itu, penelitian kualitatif lebih tepat digunakan untuk penelitian deskriptif dengan meanggunakan parameater etik (berdasar fakta setempat). Lebih jauh tentang penelitian kualitatif, dapat dikemukakan beberapa catatan sebagai berikut : 1. Pengumpulan data Pengumpulan data lebih banyak dilakukan melalui wawancara secara kelompok, karena itu peran pengumpul data lebih bersifat sebagai pemandu wawancara dalam suatu pertemuan yang bersifat partisipatif.

Sehubungan dengan hal itu, sebelum melakukan kegiatan pengumpulan data, calon pengumpul data harus menyiapkan diri untuk benar-benar memiliki kemampuan sebagai pewawancara. Serta harus mengetahui karakteristik sosial budaya masyarakat diwilayah penelitian agar benar-benar dapat diterima oleh kelompok. 1. Pemilihan responden Penetapan sampel lebih sering dilakukan secara purposive sehingga responden yang terpilih adalah kelompok atau individu yang diyakini dapat memberikan informasi yang diperlukan. Untuk memperoleh data yang handal perlu diusahakan kelompok-kelompok responden yang relatif homogen terutama menyangkut status sosialnya. Jika hal tersebut sulit diupayakan, maka dalam pengumpulan data perlu diperhatikan keragaman atau perbedaan karakteristik individu dalam setiap kelompok. 1. Teknik wawancara Dalam wawancara harus dihindari pertanyaan-pertanyaan yang cenderung mengarahkan jawaban responden serta yang cenderung memperoleh jawaban klise. Untuk memperoleh data yang efektif, kegiatan wawancara sebaiknya dibatasi waktunya yaitu maksimal 2 jam. 1. Instrumen penelitian Dalam penelitian kualitatif disarankan untuk tidak menggunakan daftar pertanyaan tetapi cukup dengan panduan wawancara. Lebih lanjut, perlu dihindari pertanyaan-pertanyaan tertutup dan usahakan pertanyaan terbuka agar responden lebih bebas dalam mengemukakan informasinya bahkan informasi penting yang sebelumnya belum terpikirkan oleh pengumpul data. Perhatikan kata-kata kunci yang sesuai dengan tujuan penelitian dan hindari untuk cukup puas dengan jawaban klise. 1. Data yang dikumpulkan Selain memusatkan perhatian pada pengumpulan data kualitatif, data yang dikumpulkan tidak cukup dari jawaban verbal tetapi juga data yang disampaikan secara tidak langsung melalui bahasa tubuh. Pengumpulan data jangan terlalu cepat percaya pada jawaban tetapi perlu melakukan recheck atas semua informasiyang ditangkap terutama untuk menguji konsistensi jawaban responden. 1. Analisis hasil penelitian Analisis data dalam penelitian kualitatif sudah dapat dilakukan sejak perumusan panduan diskusi/wawancara. Selain itu, draft hasil laporan perlu dikonfirmasikan kembali dengan individu yang terlibat dalam penelitian.

RAGAM RANCANGAN PENELITIAN MENURUT METODANYA Dalam banyak kepustakaan dijumpai adanya tiga macam metode dasar yaitu historis, deskriptif dan eksperimental. Riset Historis Adalah suatu kegiatan penelitian yang bertujuan untuk membuat suatu gambaran tentang masa lalu dan perkembangannya secara obyektif dan sistematis. Hampir menyerupai studi pustaka karena lebih banyak mengandalkan data sekunder yang lebih bersifat longitudinal sedangkan pengumpulan data primer lebih banyak diarahkan untuk melakukan verifikasi dan evaluasi data sebelumnya. Karena itu keterhandalan riset historis sangat tergantung pada kemampuan peneliti untuk mensintesis bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. Riset Deskriptif Berbeda dengan riset historis, penelitian deskriptif pada umumnya menggunakan data sekali tembak atau cross section. Ditinjau dari tujuannya, penelitian deskriptif dibedakan dalam : 1. Deskriptif korelasional, untuk melihat signifikansi hubungan antar variabel. 2. Deskriptif Kausal, untuk melihat signifikansi sebab akibat antar variabel. 3. Deskriptif komparatif, untuk melihat signifikansi perbedaan antar obyek atau variabel yang dicermati. Dalam prakteknya, penelitian deskriptif dapat dilakukan menggunakan dua teknik yaitu : 1. Teknik Survei, yang melibatkan obyek penelitian dengan populasi yang relatif besar dengan memanfaatkan data sekali tembak. 2. Teknik Kasus, yang bertujuan melakukan kajian yang mendalam terhadap obyek yang terbatas. Riset Eksperimental Merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menguji kesignifikansian perlakuanperlakuan tertentu dibanding kontrolnya. Dalam hubungan ini rancangan penelitian dapat dibuat untuk membandingkan antara with and without treatment atau before and after treatment. Dalam kenyataannya, penelitian eksperimental dibedakan dalam dua hal, yaitu : 1. Eksperimen murni, yang semua perlakuannya dapat benar-bener dikontrol dalam arti antar treatmen dapat benar-benar diisolir. 2. Eksperimen semu, yaitu penelitian eksperimen yang tidak mampu mengontrol atau mengisolasi hubungan yang terjadi antar treatmen sehingga terjadi

perembesan. Penelitian ini terjadi manakala obyek penelitian melibatkan manusia yang dalam banyak kasus sangat sulit dikontrol. Berkaitan dengan riset eksperimental ini dikenal adanya beragam desain penelitian, seperti : 1. 2. 3. 4. 5. Rancangan Blok Acak sederhana Rancangan Blok Acak Lengkap 3. Latin Square Sarang Lebah dll

Grounded Research Merupakan penelitian dimana landasan teorinya dirumuskan berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada obyek yang akan diteliti. Operation Research Adalah suatu kegiatan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh rekomendasi bagi upaya optimalisasi sumber daya yang terbatas. Dalam riset operasi dikenal beberapa metode, yaitu : 1. Metoda progamasi linear, yang bertujuan untuk mencari alternatif optimalisasi penggunaan sumberdaya yang terbatas. 2. Metode transportasi, yang digunakan untuk mengoptimalkan distribusi dari sumber input ke lokasi pengguna. 3. dll

Action Research Riset aksi atau kaji tindak merupakan suatu kegiatan penelitian yang diawali dengan melakukan studi dasar, untuk kemudian merumuskan perlakuan yang langsung diikuti dengan tindakan nyata dan setelah dievaluasi dan dikaji ulang dikembangkan perlakuanperlakuan baru. Karena itu, riset aksi merupakan kegiatan yang berkesinambungan, yang ditandai dengan dilakukannya perlakuan dan evaluasi yang terus menerus. Participatory Research Riset partisipatif sering disalah srtikan sebagai kegiatan penelitian yang mengumpulkan datanya dilakukan oleh peneliti, dengan terlebih dahulu hidup dan tinggal bersama dengan masyarakat yang dijadikan obyek penelitian. Riset psrtisipatif sebenarnya adalah

kegiatan penelitian yang melibatkan obyek penelitian sejak perencanaan penelitian, pengumpulan data, analisis, dan perumusan kesimpulan maupun rekomendasinya. Penelitian ini merupakan koreksi terhadap penelitian yang hanya dilakukan oleh pihak luar dan menempatkan masyarakat hanya sebagai obyek penelitian. Participatory Action Research Riset aksi yang partisipatif atau PAR, merupakan gabungan antara riset aksi dan riset partisipatif, dengan proses sebagai berikut : 1. Studi dasar, dilaksanakan secara partisipatif dalam bentuk penilaian masyarakat secara partisipatif. 2. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan secara partisipatif dalam arti dikelola dan dikerjakan oleh masyarakat dengan difasilitasi oleh peneliti. 3. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kegiatan juga dilaksanakan secara patisipatif dengan menerapkan teknik penilaian, monitoring, dan evaluasi yang partisipatif. Oleh sebab itu, salah satu ciri pokok yang menjadi keunggulan PAR dibanding penelitian lain adalah karena PAR tersebut dilaksanakan sebagai proses pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan belajar yang berkelanjutan.

Analisis data dalam laporan penelitian adalah kegiatan kreatif. Tidak ada langkahlangkah yang terinci, sehingga peneliti harus mencari caranya sendiri. (Nasution, 2003:142). Berdasarkan pemahaman diatas, maka saya memahami bahwa seorang peneliti dapat menetapkan cara-cara analisis datanya sesuai kebutuhan dan kerangka penelitiannya. Dan berikut saya berikan contohnya yang bisa dipilih : 1. Reduksi data dan Display data Menulis data yang diperoleh di lapangan, baik hasil wawancara, observasi maupun hasil studi dokumentasi. Hal ini akan memberikan uraian terperinci yang akan memperlihatkan berbagai hasil temuan. 2. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi

Pembuatan kesimpulan ini dilakukan setelah tahap reduksi dan pendisplay-an data. Penyimpulan ini disesuaikan pada tema masing-masing jenis data sesuai dengan pertanyaan dan tujuan penelitian. Kesimpulan ini bersifat sementara, digunakan untuk mencari kemungkinan adanya kekurangan data dan keperluan dari data yang harus diverifikasikan kepada subjek penelitian di lapangan. 3. Proses analisis Analisis data dalam penelitian kualitatif memerlukan kejelian dan daya kreatif yang cukup tinggi mengingat data-data kualitaif didominasi dalam bentuk kata-kata yang melimpah. Maka dari itu, tujuan atau masalah penelitian menjadi arahan utama untuk melakukan analisis tersebut. (1) Kategorisasi data berdasarkan teknik pengumpulan data Pada prakteknya, peneliti akan memilah terlebih dahulu data-data yang dihasilkan tiap teknik pengupulan data yang dilakukan : wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Setiap jenis pengumpulan data memiliki tingkat akurasi dan tingkatan data yang dihasilkan baik data primer maupun sekunder, hal ini akan memudahkan untuk memberikan relasi dari setiap data. (2) Kategorisasi data berdasarkan pertanyaan penelitian Data-data ini kemudian akan dikelompokan pada masing-masing pertanyaan penelitian dan berdasarkan tujuan dari masing-masing pertanyaan. Hal ini dilakukan untuk melakukan fokus, karena sangat memungkinkan banyaknya data yang tidak diperlukan. (3) Menuliskan laporan penelitian Menulis laporan penelitian tidak jauh berbeda dengan menulis laporan atau berita, ada angle yang sudah ditentukan, angle ini adalah fokus penelitian itu sendiri. Adapun ha-hal diluar itu merupakan informasi sekunder yang digunakan untuk memperkaya laporan yang disesuaikan dengan kebutuhan. Deni Andriana http://goyangkarawang.com/2010/03/analisis-data-dalam-penelitian/