analisis dan interpretasi data pada pondok pesantren, madrasah

39
68 A A A n n n a a a l l l i i i s s s i i i s s s S S S t t t a a a t t t i i i s s s t t t i i i k k k P P P e e e n n n d d d i i i d d d i i i k k k a a a n n n I I I s s s l l l a a a m m m 2 2 2 0 0 0 1 1 1 1 1 1 / / / 2 2 2 0 0 0 1 1 1 2 2 2 Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah (Madin), Taman Pendidikan Qur’an(TPQ) Tahun Pelajaran 2011-2012 A. Pondok Pesantren Istilah Pondok Pesantren merupakan dua istilah yang menunjukkan satu pengertian. Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana terbuat dari bambu. Disamping itu, kata pondok mungkin berasal dari Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau hotel. Di Jawa termasuk Sunda dan Madura umumnya digunakan istilah pondok dan pesantren, sedang di Aceh dikenal dengan Istilah dayah atau rangkang atau menuasa, sedangkan di Minangkabau disebut surau. Pondok Pesantren di Indonesia memiliki peran yang sangat besar, baik bagi kemajuan pendidikan Islam itu sendiri maupun bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Berdasarkan catatan yang ada, kegiatan pendidikan agama di Nusantara telah dimulai sejak tahun 1596. Kegiatan agama inilah yang kemudian dikenal dengan nama Pondok Pesantren. Bahkan dalam catatan Howard M. Federspiel - salah seorang pengkaji ke-Islaman di Indonesia, menjelang abad ke-12 pusat-pusat studi di Aceh dan Palembang (Sumatera), di Jawa Timur dan di Gowa (Sulawesi) telah

Upload: phamduong

Post on 13-Jan-2017

239 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

68

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah

(Madin), Taman Pendidikan Qur’an(TPQ) Tahun Pelajaran 2011-2012

A. Pondok Pesantren

Istilah Pondok Pesantren merupakan dua istilah yang

menunjukkan satu pengertian. Pesantren menurut pengertian

dasarnya adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok

berarti rumah atau tempat tinggal sederhana terbuat dari bambu.

Disamping itu, kata pondok mungkin berasal dari Bahasa Arab

Funduq yang berarti asrama atau hotel. Di Jawa termasuk Sunda

dan Madura umumnya digunakan istilah pondok dan pesantren,

sedang di Aceh dikenal dengan Istilah dayah atau rangkang atau

menuasa, sedangkan di Minangkabau disebut surau.

Pondok Pesantren di Indonesia memiliki peran yang sangat

besar, baik bagi kemajuan pendidikan Islam itu sendiri maupun bagi

bangsa Indonesia secara keseluruhan. Berdasarkan catatan yang

ada, kegiatan pendidikan agama di Nusantara telah dimulai sejak

tahun 1596. Kegiatan agama inilah yang kemudian dikenal dengan

nama Pondok Pesantren. Bahkan dalam catatan Howard M.

Federspiel - salah seorang pengkaji ke-Islaman di Indonesia,

menjelang abad ke-12 pusat-pusat studi di Aceh dan Palembang

(Sumatera), di Jawa Timur dan di Gowa (Sulawesi) telah

Page 2: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

69

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

menghasilkan tulisan-tulisan penting dan telah menarik santri untuk

belajar.

Secara umum Pondok Pesantren didefinisikan sebagai lembaga

pendidikan yang memiliki 5 elemen pokok; (1) Pondok/Asrama:

adalah tempat tinggal bagi para santri. Pondok inilah yang menjadi

ciri khas dan tradisi pondok pesantren dan membedakannya dengan

sistem pendidikan lain yang berkembang di Indonesia, (2) Masjid:

merupakan tempat untuk mendidik para santri terutama dalam

praktek seperti shalat, pengajian kitab klasik, pengkaderan kyai, dll,

(3) Pengajaran kitab-kitab klasik: merupakan tujuan utama

pendidikan di pondok pesantren, (4) Santri: merupakan sebutan

untuk siswa/murid yang belajar di pondok pesantren, dan (5) Kyai:

merupakan pimpinan pondok pesantren. Kata kyai sendiri adalah

gelar yang diberikan masyarakat kepada seorang ahli agama Islam

yang menjadi pimpinan pesantren dan mengajarkan kitab-kitab

klasik. (Tradisi Pesantren : Zamakhsyari Dhofier, 1982)

Pendataan mengenai Pondok Pesantren meliputi Pondok

Pesantren, Program Pendidikan Kesetaraan (Paket A, B, C), Program

Pendidikan Wajar Dikdas 9 tahun pada pondok Pesantren Salafiyah.

Pendataan lembaga pendidikan Pondok Pesantren tahun pelajaran

2011-2012 mencakup 33 Provinsi.

Page 3: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

70

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

Pendataan Pondok Pesantren tahun 2011-2012 berhasil

mendata 27.230 Pondok Pesantren yang tersebar di seluruh

Indonesia.

1. Lembaga

Populasi Pondok Pesantren terbesar berada di Provinsi Jawa

Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Banten yang berjumlah

78,60% dari jumlah seluruh Pondok Pesantren di Indonesia. Dengan

rincian Jawa Barat 7.624 (28,00%), Jawa Timur 6.003 (22,05%),

Jawa Tengah 4.276 (15,70%), dan Banten 3.500 (12,85%). Dari

seluruh Pondok Pesantren yang ada, berdasarkan tipologi Pondok

Pesantren, terdapat sebanyak 14.459 (53,10%) Pondok Pesantren

Salafiyah, dan 7.727 (28,38%) Khalafiyah/Ashriyah, serta 5.044

(18,52%) sebagai Pondok Pesantren Kombinasi (Gambar 2.1).

Gambar 2.1. Pondok Pesanten Berdasarkan Tipe TP. 2011-2012

Page 4: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

71

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa pondok pesantren

yang ada di Indonesia sebagian besar masih pada tipologi Salafiyah,

yang pembelajarannya masih murni mengaji dan membahas kitab

kuning. Sebagian lain sudah modern dengan pengembangan

pembelajaran ilmu science dan sebagian lain lagi mengkombinasikan

pembelajaran kitab kuning dan ilmu science dan iptek.

2. Santri/Siswa

Jumlah santri Pondok Pesantren secara keseluruhan adalah

3.759.198 orang santri, terdiri dari 1.886.748 orang santri laki-laki

(50,19%), dan 1.872.450 orang santri perempuan (49,81%)

(Gambar 2.2.).

Tampaknya dari data santri berdasarkan jenis kelamin, cukup

berimbang antara laki-laki dan perempuan. Ini memberi arti bahwa

untuk orang tua santri, dalam menempatkan anaknya di pondok

pesantren dengan tujuan yang sama tanpa membedakan anak laki-

laki ataupun perempuan.

Dari data Rasio PP : Santri terlihat nilai 138, ini memberi arti

bahwa pondok pesantren di Indonesia rata-rata membina 138 santri,

dengan kapasitas yang besar pada provinsi NTB 300 santri per

pondok pesantren, Maluku Utara 263 santri per pondok pesantren,

Sumatera Utara 262 santri per pondok pesantren, dan Riau 232

santri per pondok pesantren.

Page 5: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

72

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

Gambar 2.2. Jumlah Santri Berdasarkan Jenis Kelamin

Dilihat dari jumlah santri berdasarkan kategori tinggal, terdapat

3.004.807 orang santri mukim (79,93%), dari jumlah tersebut

1.517.314 orang santri (50,50%) berjenis kelamin laki-laki,

sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 1.487.493

(49,50%) santri, untuk santri tidak mukim berjumlah 754.391

orang santri (20,07%), dari jumlah tersebut 369.434 orang santri

(48,97%) berjenis kelamin laki-laki, sedangkan yang berjenis

kelamin perempuan sebanyak 384.957 orang santri (51,03%)

Gambar 2.3.).

Berdasarkan kategori tinggal tersebut dapat disimpulkan bahwa

hampir seluruh santri yang mendapat pendidikan di pondok

pesantren bermukim (79,93%) Hal ini dikarenakan memang dalam

pembelajaran di pondok pesantren, waktu belajar adalah hampir 24

jam penuh. Mulai dari santri bangun tidur, sekolah formal,

mengerjakan aktifitas lain sampai santri tidur, bangun malam dan

bangun tidur kembali, terus dalam pengawasan dan pembinaan

Page 6: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

73

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

pondok pesantren sehingga umumnya santri diharuskan untuk

mukim.

Gambar 2.3. Jumlah Santri Berdasarkan Kategori Tinggal

Umumnya untuk pondok pesantren di pulau jawa, santrinya

mukim, seperti Jawa Timur 95,45% Jawa Barat 91,52%, Banten

79,92% dan Jawa Tengah 69,12%. Sedangkan untuk diluar jawa

hanya sebagian besar saja yang mukim (40-60%), lainnya tidak

mukim. Kecuali pada provinsi Jambi 86,38%, Sulawesi Utara 100%,

dan Maluku 100%.

Dilihat dari jumlah santri berdasarkan kategori belajar, terdapat

1.540.839 orang santri (40,99%) belajar di madrasah, dari jumlah

tersebut 757.114 orang santri (49,14%) berjenis kelamin laki-laki,

dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 783.725 orang santri

(50,86%). Santri yang belajar di Sekolah Umum sebanyak 395.732

orang santri (10,53%), dari jumlah tersebut 189.136 orang santri

(47,79%) berjenis kelamin laki-laki, dan berjenis kelamin perempuan

Page 7: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

74

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

sebanyak 206.596 orang santri (52,21%). Santri yang belajar di

Perguruan Tinggi sebanyak 14.385 orang santri (0,38%), dari jumlah

tersebut 6.483 orang santri (45,07%) berjenis kelamin laki-laki, dan

berjenis kelamin perempuan sebanyak 7.902 orang santri (54,93%).

Santri yang belajar Diniyah sebanyak 78.572 orang santri (2,09%),

dari jumlah tersebut 40.837 orang santri (51,97%) berjenis kelamin

laki-laki, dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 37.735 orang

santri (48,03%). Santri yang belajar Kitab Kuning (hanya ngaji)

sebanyak 1.729.670 orang santri (46,01%), dari jumlah tersebut

893.178 orang santri (51,64%) berjenis kelamin laki-laki, dan

berjenis kelamin perempuan sebanyak 836.492 orang santri

(48,36%) (Gambar 2.4).

Gambar 2.4. Jumlah Santri Berdasarkan Kategori Belajar

Dari data tersebut terlihat bahwa hampir separuh dari santri

yang belajar di pondok pesantren mengikuti pendidikan formal baik

di madrasah, sekolah umum, perguruan tinggi (53,99%), sedangkan

yang benar-benar belajar hanya pengajian kitab hanya 46,01%. Hal

Page 8: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

75

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal sudah cukup baik

bagi santri di pondok pesantren.

Bila dilihat dari Angka Partisipasi Kasar (APK) pada pondok

pesantren, pondok pesantren mempunyai kontribusi 7,18% dari APK

nasional terhadap anak usia sekolah. APK pondok pesantren terbesar

pada provinsi Jawa Timur 15,63%, Aceh 15,23%, NTB 14,98% dan

Banten 13,30%. Sedangkan untuk APK terkecil terdapat di provinsi

Nusa Tenggara Timur yaitu 0,16%, Maluku 0,40%, Sulawesi Utara

0,54%, dan Papua 0,54%.

3. Tenaga Pengajar

Tenaga Pengajar Pondok Pesantren seluruhnya berjumlah

153.276 orang pengajar, terdiri dari 102.495 orang (66,87%)

pengajar laki-laki dan 50.781 orang (33,13%) pengajar perempuan.

Berdasarkan informasi tersebut, tenaga pengajar di Pondok

Pesantren di dominasi oleh tenaga pengajar laki-laki (Gambar 2.5).

Gambar 2.5. Jumlah Tenaga Pengajar Berdasarkan Jenis Kelamin

Page 9: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

76

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

Jumlah Tenaga Pengajar jika dilihat berdasarkan kualifikasi

pendidikan, berpendidikan <S1 sebanyak 108.816 orang (70,99%),

dari jumlah tersebut 74.398 orang (68,37%) berjenis kelamin laki-

laki, dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 34.418 orang

(31,63%), berkualifikasi pendidikan S1 sebanyak 42.019 orang

(27,42%), dari jumlah tersebut 26.212 orang (63,38%) berjenis

kelamin laki-laki, dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 15.807

orang (37,62%), dan berkualifikasi pendidikan ≥S2 berjumlah

2.441 orang (1,59%), dari jumlah tersebut 1.885 orang (77,22%)

berjenis kelamin laki-laki, dan berjenis kelamin perempuan

sebanyak 556 orang (22,78%) (Gambar 2.6).

Dari data tersebut, terlihat bahwa kualifikasi pendidikan

pengajar di pondok pesantren masih harus ditingkatkan, karena

tercatat kualifikasi pendidikan <S1 mencapai 71,99%, hanya

28,01% yang berpendidikan ≥S1. Oleh karena itu perlu terus

ditingkatkan program peningkatan SDM khususnya tenaga

pengajar di pondok pesantren, paling tidak peningkatan kualifikasi

minimal S1, agar kualitas pembelajaran di pondok pesantren

semakin baik.

Page 10: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

77

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

Gambar 2.6. Jumlah Tenaga Pengajar Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan

Jumlah Tenaga Pengajar jika dilihat berdasarkan jabatan, Kyai

berjumlah 29.583 orang (19,30%), dari jumlah tersebut 27.559

orang (93,16%) berjenis kelamin laki-laki, dan berjenis kelamin

perempuan sebanyak 2.024 orang (6,84%), Badal Kyai berjumlah

8.161 orang (5,32%), dari jumlah tersebut 6.351 orang (77,82%)

berjenis kelamin laki-laki, dan berjenis kelamin perempuan sebanyak

1.810 orang (22,18%), Ustadz/guru berjumlah 115.532 orang

(75,38%), dari jumlah tersebut 68.585 orang (59,36%) berjenis

kelamin laki-laki, dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 46.947

orang (40,64%) (Gambar 2.7).

Page 11: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

78

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

Gambar 2.7. Jumlah Tenaga Pengajar Berdasarkan Jabatan

Kyai berdasarkan kualifikasi pendidikan, berkualifikasi

pendidikan <S1 sebanyak 25.312 orang (85,56%), berkualifikasi

pendidikan S1 sebanyak 3.771 orang (12,75%), dan berkualifikasi

pendidikan ≥S2 sebanyak 500 orang (1,69%), Badal Kyai

berdasarkan kualifikasi pendidikan, berkualifikasi pendidikan <S1

sebanyak 5.508 orang (67,49%), berkualifikasi pendidikan S1

sebanyak 2.429 orang (29,76%), dan berkualifikasi pendidikan

≥S2 sebanyak 224 orang (2,75%), Ustadz/guru berdasarkan

kualifikasi pendidikan, berkualifikasi pendidikan <S1 sebanyak

77.996 orang (67,51%), berkualifikasi pendidikan S1 sebanyak

35.819 orang (31,00%), dan berkualifikasi pendidikan ≥S2

sebanyak 1.717 orang (1,49%).

Pada kualifikasi pendidikan kyai (pimpinan pondok pesantren)

masih sangat rendah, hanya 11,06% yang berpendidikan S1. Hal ini

Kyai Badal Kyai Ustadz/guru

29.583 19,30% 8.161

5,32%

115.532 75,38%

Jabatan Tenaga Pengajar

Page 12: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

79

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

sangat berpengaruh terhadap sistem administrasi dan management

pengelolaan pondok pesantren yang masih belum baik dan lambat

berkembang. Tampaknya menetapkan program peningkatan kualitas

management pimpinan pondok sangat diperlukan, seperti pemberian

beasiswa pendidikan, studi banding pendidikan atau pembinaan ilmu

management dsb. Hal ini perlu dilakukan agar kemampuan pimpinan

pondok pesantren dalam memanaj dan mengembangkan

pembelajaran di pondok pesantren semakin baik.

Dari data yang diperoleh terdapat 3.759.198 orang santri dan

terdapat 153.276 orang guru/ustadz di Pondok Pesantren sehingga

rasio ustadz : siswa pada Pondok Pesantren adalah 28, ini bermakna

bahwa pada setiap pondok pesantren di Indoensia terdapat 1 orang

guru/ ustadz untuk membina 25 orang santri. Kondisi ini masih

cukup ideal.

Namun pada beberapa provinsi rasio pengajar : santri cukup

besar, seperti pada Jawa Timur 91, Sumatera Utara 69, Gorontalo 44

dan Sumatera Selatan 42. Oleh karena itu perlu dilakukan program

penambahan tenaga pengajar pada wilayah-wilayah tersebut.

4. Kondisi Sarana dan Prasarana

a. Ruang Kelas

Jumlah ruang kelas di seluruh Pondok Pesantren adalah 93.205

dengan rincian 79.906 unit (85,73%) ruang kelas dengan kondisi

baik, 10.872 unit (11,67%) ruang kelas dengan kondisi rusak ringan,

Page 13: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

80

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

dan 2.427 unit (2,60%) ruang kelas dengan kondisi rusak berat

(Gambar 2.8).

Gambar 2.8. Jumlah Ruang Kelas Berdasarkan Kondisi

b. Asrama

Jumlah asrama di seluruh Pondok Pesantren adalah 61.921

dengan rincian 47.774 unit (77,15%) asrama dengan kondisi baik,

9.617 unit (15,53%) asrama dengan kondisi rusak ringan, dan

4.530 unit (7,32%) asrama dengan kondisi rusak berat (Gambar

2.9).

Page 14: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

81

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

Gambar 2.9. Jumlah Asrama Berdasarkan Kondisi

c. Tempat Ibadah

Jumlah tempat ibadah di seluruh Pondok Pesantren adalah

12.595 dengan rincian 9.541 unit (74,59%) tempat ibadah dengan

kondisi baik, 2.673 unit (21,22%) tempat ibadah dengan kondisi

rusak ringan, dan 528 unit (4,19%) tempat ibadah dengan kondisi

rusak berat (Gambar 2.10).

Gambar 2.10. Jumlah Tempat Ibadah Berdasarkan Kondisi

Page 15: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

82

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

d. Perpustakaan

Jumlah perpustakaan di seluruh Pondok Pesantren adalah

5.825 dengan rincian 3.278 unit (56,27%) perpustakaan dengan

kondisi baik, 2.173 unit (37,31%) perpustakaan dengan kondisi

rusak ringan, dan 374 unit (6,42%) perpustakaan dengan kondisi

rusak berat (Gambar 2.11).

Gambar 2.11. Jumlah Tempat Ibadah Berdasarkan Kondisi

Didalam pondok pesantren telah dikembangkan pendidikan

pendukung bagi santri yaitu :

1. Pendidikan Wajar Dikdas 9 tahun.

2. Pendidikan Kesetaraan (Paket A, B, C).

5. Program Pendidikan Wajar Dikdas 9 Tahun

Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajar Dikdas) 9

tahun adalah salah satu program pemerintah dalam rangka

pemberdayaan masyarakat untuk bidang pendidikan. Wajar Dikdas 9

Page 16: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

83

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

Tahun merupakan bagian dari Pendidikan Non Formal (PNF), yakni

pendidikan di luar jalur formal yang dapat diselenggarakan secara

terstruktur dan berjenjang. Adapun fungsinya sebagaimana

dijelaskan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Sisdiknas), maka berfungsi sebagai pengganti,

penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal.

a. Lembaga

Dari Pondok Pesantren Salafiyah (PPS) sejumlah 14.459, yang

menyelenggarakan Program Wajar Dikdas 9 Tahun Tingkat Ula

terdata berjumlah 1.324 lembaga dan PPs penyelenggara tingkat

Wustha berjumlah 2.791 lembaga yang tersebar di seluruh Indonesia

(Gambar 2.12).

Gambar 2.12. Jumlah PPS Penyelenggara Wajar Dikdas 9 Tahun

Populasi Pondok Pesantren Salafiyah Tingkat Ula terbesar

berada di Provinsi Jawa Timur yang berjumlah 341 lembaga

(25,76%), NTB 105 (7,93%), dan Jawa Barat 150 (11,33%) dari

Tingkat Ula Tingkat Wustha

1.324

2.791

Lembaga PPS

Page 17: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

84

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

jumlah seluruh PPS Penyelenggara Wajar Dikdas 9 tahun tingkat Ula

di Indonesia.

Demikian pula populasi Pondok Pesantren Salafiyah tingkat

Wustha terbesar berada di provinsi Jawa Timur yang berjumlah 598

lembaga (21.43%), Jawa Barat 550 (19,71%) dan Jawa Tengah 331

(11,86%) dari seluruh PPS Penyelenggara Wajar Dikdas 9 tahun

tingkat Wustha di Indonesia.

b. Santri/Siswa

Jumlah santri PPS Program Wajar Dikdas 9 tahun tingkat Ula

(PPS Ula) secara keseluruhan adalah 69.348 orang santri, terdiri dari

33.580 orang santri (48,42%) laki-laki, dan 35.768 orang santri

(51,58%) perempuan. Sedangkan Jumlah santri PPS Program Wajar

Dikdas 9 tahun tingkat Wustha (PPS Wustha) secara keseluruhan

adalah 139.631 orang santri, terdiri dari 68.695 orang santri

(49,20%) laki-laki, dan 70.936 orang santri (50,80%) perempuan

(Gambar 2.13).

Rasio PP : santri pada program wajar Dikdas 9 Tahun Tingkat

Ula adalah 52, bahwa pada setiap PP penyelenggara PPs wajar

Dikdas 9 Tahun Tingkat Ula rata-rata belajar 52 orang santri. Rasio

terbesar pada provinsi Kalimantan Barat 434, D.I. Yogyakarta 95,

Lampung 83 dan Riau 74. Sedangkan sumbangan APK dari PPS

wajar Dikdas 9 Tahun Tingkat Ula secara nasional 0,26%, dengan

kontribusi terbesar dari provinsi NTB sebesar 1,43% dan Kalimantan

Barat sebesar 2,33%.

Page 18: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

85

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

Sedangkan Rasio PP : santri pada program wajar Dikdas 9 Tahun

Tingkat Wustha adalah 50, bahwa setiap PP penyelenggara PPS

Wajar Dikdas 9 Tahun Tingkat Wustha rata-rata belajar 50 orang

santri. Rasio terbesar pada provinsi Kalimantan Selatan 104, D.I.

Yogyakarta 101, dan Jambi 100. Dan Sumbangan APK dari program

Wajar Dikdas 9 Tahun Tingkat Wustha 1,07%, dengan kontribusi

terbesar dari provinsi Kalimantan Selatan 5,06%, Maluku Utara

3,88%, dan Jambi 3,75%.

Gambar 2.13. Jumlah Santri/Siswa Wajar Dikdas 9 Tahun

6. Pendidikan Kesetaraan (Paket A, B, C)

Pendidikan Kesetaraan merupakan pendidikan nonformal yang

mencakup program Paket A setara SD/MI, Paket B setara SMP/MTs,

dan Paket C setara SMA/MA dengan penekanan pada penguasaan

pengetahuan, keterampilan fungsional, serta pengembangan sikap

dan kepribadian profesional peserta didik. Hasil pendidikan

Lk Pr Lk Pr

Tingkat Ula Tingkat Wustha

33.580 48,42%

35.768 51,58%

68.695 49,20%

70.936 50,20%

Santri PPS

Page 19: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

86

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan

formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga

yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan

mengacu pada standar nasional pendidikan (UU No 20/2003

Sisdiknas Psl 26 Ayat 6).

Pondok Pesantren sebagai bagian dari satuan pendidikan yang

didirikan oleh masyarakat juga turut serta dalam menyelenggarakan

Program Paket A, B, dan C tersebut.

a. Lembaga

Pondok Pesantren lebih banyak menyelenggarakan program

Paket C, kemudian Paket B, dan terakhir Paket A. Pendataan tahun

2011-2012 mencatat sejumlah 263 lembaga pendidikan

menyelenggarakan Paket A, 559 lembaga pendidikan

menyelenggarakan Paket B dan 1.198 lembaga pendidikan

menyelenggarakan Paket C (Gambar 2.14).

Gambar 2.14. Jumlah Lembaga Pendidikan Kesetaraan

Page 20: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

87

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

Terlihat bahwa pondok pesantren paling banyak menyelenggarakan

Paket C. Paket C merupakan pendidikan yang setara dengan SMA.

Lebih banyak diselenggarakan di pondok dikarenakan banyaknya

santri ingin memperoleh ijazah yang setara dengan SMA untuk

kepentingan melanjutkan sekolah dan bekerja.

b. Santri/Siswa

Tercatat sejumlah 90.340 orang santri program kesetaraan yang

terdiri dari 9.849 santri/siswa (10,90%) program Paket A, dari

jumlah tersebut 5.173 santri/siswa (52,52%) berjenis kelamin laki-

laki, dan 4.676 santri/siswa (47,48%) berjenis kelamin perempuan.

Program Paket B jumlah santri 20.593 orang santri/siswa

(22,80%), dengan 10.723 santri/siswa (52,07%) berjenis kelamin

laki-laki, dan 9.870 santri/siswa (47,93%) berjenis kelamin

perempuan.

Program Paket C jumlah santri 59.898 orang santri/siswa

(66,30%), dengan 30.406 santri/siswa (50,76%) berjenis kelamin

laki-laki, dan 29.492 santri/siswa (49,24%) berjenis kelamin

perempuan.

Terlihat pada Gambar 2.15. santri pada jenjang Paket A dan

Paket B lebih sedikit dibandingkan dengan santri pada jenjang paket

C, hal ini dikarenakan santri di usia paket A dan paket B banyak

yang mengikuti program Wajar Dikdas 9 tahun.

Dari data jenis kelamin terlihat pula bahwa untuk program

kesetaraan ini, peserta didik lebih cendrung lebih banyak diikuti oleh

anak laki-laki dibanding anak perempuan. Hal ini dapat dimengerti

Page 21: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

88

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

karena anak laki-laki lebih cendrung banyak yang menginginkan

mendapatkan ijazah pendidikan formal untuk bekerja dan

melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

Gambar 2.15. Jumlah Lembaga Pendidikan Kesetaraan

Minat peserta didik lebih banyak pada Paket C, lebih diperkuat

lagi dari data Rasio PP : Santri. Dimana rasio tersebut lebih besar

pada Paket C 50, sedangkan pada Paket B 37 dan Paket A 37.

Page 22: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

89

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

B. Madrasah Diniyah (MADIN)

Madrasah Diniyah (Madin) merupakan bagian dari sistem

pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan pada jalur

formal, non formal, dan informal, serta berada pada semua jenjang

pendidikan mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan

Dasar, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Tinggi (PP No. 55

tahun 2007).

1. Lembaga

Pendataan Madrasah Diniyah tahun Pelajaran 2011-2012

Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi mendata 68.471 lembaga.

Dari seluruh lembaga Madrasah Diniyah, sebanyak 67.523 lembaga

(98,62%) menyelenggarakan jenjang Ula, 4.067 lembaga (5,94%)

menyelenggarakan jenjang Wustha, dan 1.146 lembaga (1,67%)

menyelenggarakan jenjang Ulya (Gambar 2.16).

Gambar 2.16. Jumlah Lembaga Madrasah Diniyah

67.523 (99,31%)

4.067 (4,12%)

1.146 (1,72%)

Jenjang Madrasah Diniyah

Ula

Wustha

Ulya

Page 23: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

90

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

Terlihat bahwa penyelenggaraan Madrasah Diniyah

mayoritas pada tingkat Ula, dan berkurang pada tingkat Wustha dan

Ulya. Hal ini dimungkinkan disebabkan karena peserta didik yang

mengikuti pendidikan di madrasah diniyah biasanya adalah sebagai

pendidikan pendamping, disamping pendidikan formal yang diikuti.

Pada tingkat Ula yang biasanya banyak diikuti oleh peserta didik

yang mempunyai pendidikan formal SD/MI masih mempunyai cukup

banyak waktu untuk juga mengikuti pendidikan keagamaan seperti

Madin. Namun makin tingginya tingkat pendidikan formal yang

dijalani oleh peserta didik, maka makin sedikit waktu terluang untuk

juga bersekolah di Madin. Sehingga makin tinggi tingkat pada

Madrasah Diniyah makin sedikit peserta didiknya.

2. Santri /Siswa

Jumlah santri Madrasah Diniyah keseluruhan adalah 4.329.141

orang, terdiri dari 4.068.258 orang (93,97%) santri Ula, 193.131

orang (4,46%) santri Wustha, dan 67.752 orang (1,57%) santri

Ulya. Pada jenjang Ula, santri laki-laki berjumlah 1.940.074 orang

(47,69%) dan santri perempuan berjumlah 2.128.184 orang

(52,31%). Pada jenjang Wustha, santri laki-laki berjumlah 98.077

orang (50,78%) dan santri perempuan berjumlah 95.054 orang

(49,22%). Pada jenjang Ulya, santri laki-laki berjumlah 33.282 orang

(49,12%) dan santri perempuan berjumlah 34.470 orang (50,88%).

Jadi berdasarkan jenis kelamin, jumlah santri perempuan lebih

banyak dibanding jumlah santri laki-laki dengan persentase jumlah

Page 24: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

91

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

santri perempuan sebanyak 52,15% dan santri laki-laki sebanyak

47,85% (Gambar 2.17).

Rasio Madin : Santri di tingkat Ula 1:60, tingkat Wustha 1:47,

dan tingkat Ulya 1:59, yang berarti bahwa setiap madrasah diniyah

rata-rata memiliki santri sebanyak 60 orang untuk jenjang Ula, 47

orang untuk jenjang Wustha, dan 59 orang untuk jenjang Ulya.

Gambar 2.17. Jumlah Santri Madrasah Diniyah Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah santri per tingkat pada Madin Tingkat Ula terlihat cukup

bervariatif, pada kelas 1 (27,43%), kelas 2 (38,85%), kelas 3

(16,77%) dan kelas 4 (16,96%). Pada Madin tingkat Wustha

menurun pada tingkat yang lebih tinggi, terlihat kelas 1 (55,16%),

dan kelas 2 (44,84%). Sedangkan pada Madin Tingkat Ulya, kelas 1

(21,99%) dan kelas 2 (78,01%). Variasi pada setiap tingkat dan

kelas, disebabkan memang untuk pendidikan Madin ini belum

menjadi pendidikan formal yang menjadi prioritas, namun hanya

diikuti sebagai pendidikan pendamping pendidikan formal. Dimana

Ula

Wustha

Ulya

1.940.074 (47,69%)

98.077 (50,78%)

33.282 (49,12%)

2.128.184 (52,31%)

95.054 (49,22%)

34.470 (50,88%)

Jumlah Santri

Laki-Laki

Perempuan

Page 25: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

92

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

sangat berhubungan dengan waktu dan dana yang tersedia,

disamping diperngaruhi oleh tujuan orang tua untuk mendapatkan

pendidikan keagaaman bagi anaknya.

Gambar 2.18. Jumlah Santri Madrasah Diniyah Berdasarkan Pendidikan Formal yang

Diikuti

Gambar 2.18 memperlihatkan jumlah santri berdasarkan

pendidikan formal yang diikuti. Terlihat bahwa mayoritas santri pada

Madrasah Diniyah mengikuti kegiatan belajar di pendidikan formal.

Santri yang mengikuti pendidikan formal berjumlah 4.306.263 orang

(99,47%) dan santri yang tidak mengikuti pendidikan formal/tidak

sekolah berjumlah 22.878 orang (0,53%). Jumlah santri pada

jenjang Ula yang bersekolah di MI/SD sebanyak 4.051.582 orang

(99,59%) dan sebanyak 16.676 orang (0,41%) tidak bersekolah,

jumlah santri pada jenjang Wustha yang bersekolah di MTs/SMP

sebanyak 188.295 orang (97,50%) dan sebanyak 4.836 orang

(2,50%) tidak bersekolah, jumlah santri pada jenjang Ulya yang

Page 26: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

93

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

bersekolah di MA/SMA sebanyak 66.386 orang (97,98%) dan

sebanyak 1.366 orang (2,02%) tidak bersekolah.

Dari data tersebut dapat lebih menguatkan bahwa memang

pendidikan pada Madin ini adalah pendidikan non formal sebagai

pendamping pendidikan formal, karena pada setiap tingkat baik pada

Ula, Wustha ataupun Ulya sebagian besar peserta didik mengikuti

pendidikan formal. Hanya sedikit yang benar-benar hanya belajar di

Madin tanpa mengikuti pendidikan formal.

3. Tenaga Pengajar

Gambar 2.19 menunjukkan jumlah tenaga pengajar berdasarkan

jenis kelamin. Jumlah seluruh tenaga pengajar pada Madrasah

Diniyah sebanyak 295.771 orang, terdiri dari 186.185 orang

(62,95%) tenaga pengajar laki-laki dan 109.586 orang (37,05%)

tenaga pengajar perempuan.

Gambar 2.19. Jumlah Tenaga Pengajar Berdasarkan Jenis Kelamin

Page 27: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

94

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

Berdasarkan status kepegawaian, tenaga pengajar Madrasah

Diniyah dengan status Pegawai Negeri Sipil (PNS) berjumlah 16.525

orang (5,59%) dan tenaga pengajar dengan status bukan PNS (Non

PNS) berjumlah 279.246 orang (94,41%) seperti yang tampil pada

Gambar 2.20 Jumlah pengajar dengan status Non PNS lebih banyak

dibanding jumlah pengajar dengan status PNS. Hal ini terjadi karena

sebagian besar lembaga-lembaga pada Madrasah Diniyah adalah

lembaga pendidikan non-formal yang awalnya didirikan oleh

masyarakat, sebagai lembaga yang berperan untuk melengkapi

materi Pendidikan Agama Islam yang dirasa kurang pada sekolah-

sekolah umum.

Gambar 2.20. Jumlah Tenaga Pengajar Berdasarkan Status Kepegawaian

Sesuai dengan Gambar 2.21 yang menampilkan jumlah tenaga

pengajar berdasarkan kualifikasi pendidikan, tenaga pengajar

dengan pendidikan terakhir <S1 berjumlah 183.351 (61,99%),

Page 28: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

95

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

tenaga pengajar dengan pendidikan terakhir S1 berjumlah 67.206

orang (22,72%), dan tenaga pengajar dengan pendidikan terakhir

≥S2 berjumlah 45.214 orang (15,29%).

Gambar 2.21. Jumlah Tenaga Pengajar Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan

Beragamnya latar belakang pendidikan tenaga pengajar di

Madin dikarenakan memang Madin muncul dari masyarakat,

sehingga untuk tenaga pengajar biasanya adalah karena swadaya

masyarakat sendiri, sesuai dengan latar pendidikan yang ada di

masyarakat dan bersedia menjadi tenaga pengajarnya.

Tampilan lebih rinci mengenai tenaga pengajar di Madrasah

Diniyah dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Page 29: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

96

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

Gambar 2.22. Jumlah Tenaga Pengajar Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan dan Status

Kepegawaian

Tenaga pengajar dengan pendidikan <S1 terdiri dari 14.401

orang (7,85%%) PNS dan 168.950 orang (92,15%) Non PNS.

Tenaga pengajar dengan pendidikan S1 terdiri dari 1.806 orang

(2,69%) PNS dan 65.400 orang (97,31%) Non PNS. Dan tenaga

pengajar dengan pendidikan ≥S2 terdiri dari 318 orang (0,70%) PNS

dan 44.896 orang (99,30%) Non PNS.

4. Sarana dan Prasarana

Jumlah ruang kelas di seluruh Madrasah Diniyah adalah 163.671

unit dengan rincian 104.561 unit (63,88%) ruang kelas dengan

kondisi baik, 47.939 unit (29,29%) ruang kelas dengan kondisi rusak

ringan, dan 11.171 unit (6,83%) ruang kelas dengan kondisi rusak

berat (Gambar 2.23)

Page 30: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

97

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

Gambar 2.23. Jumlah Ruang Kelas Berdasarkan Kondisi

Dari jumlah Madin 68.471 tersedia ruang kelas 163.671 bisa

dipastikan hampir setiap Madin mempunyai ruang kelas antara 2-3

kelas. Hal ini dirasakan masih mencukupi dengan pengaturan kelas

pagi/siang/sore. Namun pada kenyataan hampir dari 30% dalam

kondisi rusak, baik rusak ringan maupun rusak berat. Oleh karena

itu perlu adanya program penambahan dan rehabilitasi terhadap

ruang belajar pada Madin.

Grafik pada Gambar 2.24 menampilkan jumlah ruang guru dan

jumlah ruang perpustakaan berdasarkan kondisinya. Dari seluruh

Madrasah Diniyah di Indonesia terdapat 18.148 unit ruang guru. Dari

seluruh unit ruang guru tersebut terdapat 8.811 unit (48,55%)

dalam kondisi baik, 6.522 unit (35,94%) dalam kondisi rusak ringan,

dan 2.815 unit (15,51%) dalam kondisi rusak berat.

Page 31: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

98

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

Gambar 2.24. Jumlah Ruang Guru dan Ruang Perpustakaan Berdasarkan Kondisinya

Ruang perpustakaan di seluruh Madrasah Diniyah berjumlah

8.199 unit. Ruang perpustakaan dalam kondisi baik berjumlah 2.561

unit (31,24%), ruang perpustakaan dalam kondisi rusak ringan

berjumlah 2.698 unit (32,91%), dan ruang perpustakaan dalam

kondisi rusak berat berjumlah 2.940 unit (35,86%).

Demikian pula terhadap sarana dan prasarana lainnya yaitu

ruang guru dan perpustakaan. Ruang guru baru ada sekitar 26,50%

dari jumlah Madin (bila disyaratkan ruang guru ada 1 untuk setiap

Madin), sedangkan ruang perpustakaan baru ada sekitar 11,97%

dari jumlah Madin (bila disyaratkan ruang perpustakaan ada 1 untuk

setiap Madin). Jadi untuk ruang guru dan ruang perpustakaan masih

perlu ditingkatkan program pembangunannnya, dan untuk ruang

guru dan ruang perpustakaan yang rusak perlu dilakukan perbaikan

atau rehabilitasi.

Page 32: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

99

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

c. Taman Pendidikan Qur’an (TPQ)

Lembaga Taman Pendidikan Qurán (TPQ) adalah lembaga

pendidikan yang mendidik santrinya untuk terampil dan cakap dalam

baca tulis Al Qurán, ilmu dan praktek ibadah, serta menanamkan

akhlakul karimah.

Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi telah berhasil

menyusun data Taman Pendidikan Qurán (TPQ) untuk Tahun

Pelajaran 2011-2012 secara nasional yang terdiri dari jumlah

lembaga, jumlah Rombel, jumlah santri berdasarkan jenis kelamin

dan berdasarkan pendidikan formal yang diikuti, dan jumlah tenaga

pengajar berdasarkan jenis kelamin dan Latar belakang pendidikan.

Berikut data beserta analisis hasil pendataan TPQ Tahun

Pelajaran 2011-2012.

1. Lembaga

Berdasarkan data pada Bagian Perencanaan dan Sistem

Informasi Tahun Pelajaran 2011-2012, secara nasional terdapat

136.333 lembaga Taman Pendidikan Qurán dengan jumlah

Rombongan Belajar sebanyak 346.518. Rasio lembaga : Rombel 3,

ini berarti bahwa rata-rata setiap TPQ mempunyai 3 rombongan

belajar. Ini dapat diartikan bahwa minat masyarakat untuk

menyekolah anaknya ke TPQ cukup baik.

2. Santri

Santri Taman Pendidikan Qurán (TPQ) secara keseluruhan

berjumlah 8.256.127 orang santri, yang terdiri dari 3.727.445 orang

Page 33: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

100

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

santri (45,15%) laki-laki dan 4.528.682 orang santri (54,85%)

perempuan (Gambar 2.25).

Santri-santri tersebut, selain belajar di TPQ, ada juga yang

mengikuti pendidikan formal di tingkat RA, MI dan MTs. Berikut

grafik yang menggambarkan jumlah santri laki-laki dan jumlah santri

perempuan Taman Pendidikan Qurán (TPQ).

Gambar 2.25. Jumlah Santri Taman TPQ Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa jumlah santri

perempuan pada TPQ relatif lebih banyak dari jumlah santri laki-laki.

Santri perempuan sebanyak 54,85%, sedangkan santri laki-laki

sebanyak 45,15%. Hal ini mungkin pada tahapan umur anak TPQ

minat belajar lebih tinggi pada anak perempuan daripada pada anak

laki-laki.

Rasio perbandingan antara jumlah rombongan belajar dengan

jumlah santri adalah 24, yang artinya 1 rombongan belajar terdiri

Page 34: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

101

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

dari 24 orang santri. Nilai ini menyatakan untuk rombel cukup baik

atau ideal, walau memang nilai ideal rombel untuk anak usia di TPQ

adalah 15. Tetapi ada rombel yang cukup besar pada provinsi Papua

Barat 72, DKI 56, Sulut 43, dan Banten 37.

Adapun jumlah santri berdasarkan pendidikan formal yang

diikuti, sebanyak 1.686.197 orang santri (20,42%) belajar pada

RA/TK, 5.718.682 orang santri (69,27%) belajar pada MI/SD,

651.024 orang (7,89%) belajar pada MTs/SMP dan yang tidak

mengikuti pendidikan formal sebanyak 200.224 orang santri

(2,43%).

Berikut grafik yang menggambarkan jumlah santri Taman

Pendidikan Qurán (TPQ) berdasarkan pendidikan formal yang diikuti.

Gambar 2.26. Jumlah Santri TPQ Berdasarkan Pendidikan Formal

Page 35: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

102

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

Dari grafik diatas, terlihat jumlah santri yang mengikuti

pendidikan formal tingkat MI/SD lebih banyak dibandingkan yang

lainnya yaitu sebanyak 69,27%, diikuti dengan tingkat RA/SD

sebanyak 20,42%, kemudian tingkat MTs/SMP sebanyak 7,89%

dan yang paling sedikit adalah yang tidak mengikuti pendidikan

formal yaitu sebanyak 2,43%. Berdasarkan presentase ini, kita

dapat mengetahui bahwa ada sekitar 2,43% peserta didik yang

benar-benar hanya mengikut pembelajaran di Taman Pendidikan

Qurán (TPQ) dan tidak/belum mengikuti pendidikan formal baik itu

di tingkat RA/TK, MI/SD ataupun MTs/SMP.

Adapun jumlah santri miskin secara keseluruhan pada TPQ

sebanyak 1.794.870 orang santri atau 21,74% dari jumlah santri

TPQ keseluruhan 8.256.127 orang santri. Dari jumlah santri miskin

tersebut ada santri miskin laki-laki sebanyak 834.149 orang santri

(10,10%) dan ada sejumlah santri miskin perempuan sebanyak

960.721 orang santri (11,64%). Berikut grafik yang

menggambarkan jumlah santri miskin Taman Pendidikan Qurán

(TPQ) berdasarkan jenis kelamin.

Page 36: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

103

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

Gambar 2.27. Jumlah Santri Miskin

Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa jumlah santri miskin

perempuan pada TPQ relatif lebih banyak dari jumlah santri miskin

laki-laki. Jumlah ini selaras dengan total santri Taman Pendidikan

Qurán (TPQ) yang total santri perempuan lebih banyak daripada

santri laki-laki. Dan dapat pula disimpulkan bahwa dari peserta

didik di TPQ bahwa hampir 1/3 nya adalah santri miskin, sehingga

dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada TPQ adalah sebagai

salah satu pendidikan yang dapat diikuti oleh masyarakat miskin di

Indonesia. Terlihat pada nilai persentase santri TPQ miskin pada

beberapa provinsi yang cukup besar misal : Kepulauan Riau

81,20%, Kalimantan Timur 69,22%, dan NTT 67,98%, dan Banten

53,41%.

Page 37: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

104

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

3. Tenaga Pengajar

Berdasarkan data yang masuk ke Bagian Perencanaan dan

Sistem Informasi pada Tahun Pelajaran 2011-2012, secara nasional

jumlah Tenaga Pengajar Taman Pendidikan Qurán (TPQ) sebanyak

704.738 orang, yang terdiri dari Tenaga Pengajar laki-laki

sebanyak 393.982 orang (55,90%) dan Tenaga Pengajar

perempuan sebanyak 310.756 orang (44,10%). Berikut grafik yang

menggambarkan jumlah Tenaga Pengajar TPQ berdasarkan jenis

kelamin.

Gambar 2.28. Jumlah Tenaga Pengajar TPQ Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan grafik tersebut terlihat bahwa jumlah Tenaga

Pengajar laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan Tenaga

Pengajar perempuan, yaitu sebanyak 55,90%, sedangkan Tenaga

Pengajar perempuan sebanyak 44,10%.

Page 38: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

105

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

Adapun jumlah Tenaga Pengajar berdasarkan latar belakang

pendidikan berjumlah 167.079 (23,71%) orang dari Pondok

Pesantren, 320.143 orang (45,43%) ≤ SMA, 121.742 orang

(17,27%) dari tingkat Diploma, dan 95.774 (13,59%) orang ≥ S1.

Rasio perbandingan antara jumlah Tenaga Pengajar dengan jumlah

santri adalah 12, yang artinya 1 tenaga pengajar membina 12

orang santri.

Berikut grafik yang menggambarkan jumlah Tenaga Pengajar

berdasarkan latar belakang pendidikan.

Gambar 2.29. Jumlah Tenaga Pengajar TPQ

Dari grafik diatas, terlihat jumlah Tenaga Pengajar yang

memiliki latar belakang pendidikan ≤SMA lebih banyak

dibandingkan yang lainnya yaitu sebanyak 45,43%, diikuti dengan

tingkat Pondok Pesantren sebanyak 23,71%, kemudian tingkat

Diploma sebanyak 13,59% dan yang paling sedikit adalah ≥ S1,

PP <=SMA Dipl. >=S1

167.079 23,71%

320.143 45,43%

121.742 17,27% 95.774

13,59%

Tenaga Pengajar TPQ

Page 39: Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah

106

AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222

yaitu sebanyak 13,59%. Terlihat bahwa lebih 60% pendidikan

tenaga pengajar berasal dari SMA dan pontren, ini dapat dipahami

karena pendidikan pada TPQ memang tidak membutuhkan guru

yang berpendidikan formal tinggi. Dikarenakan pembelajaran lebih

banyak ke pendidikan agama dan baca Al-Qur’an, tidak pada

pendidikan formal. Namun penguatan kemampuan mengajar bagi

tenaga pengajar di TPQ perlu tetap ditingkatkan, baik dari segi

wawasan pembelajaran maupun teknik mengajar. Oleh karena itu

perlu dikembangkan program-program peningkatan kemampuan

guru pada kemampuan mengajar dan teknik pembelajaran.

Dari Rasio Guru : Santri tercatat nilai 12, ini mempunyai arti

bahwa satu orang guru membina 12 orang santri. Hal ini cukup

ideal dalam proses pembelajaran, dan dapat pula disimpulkan

jumlah tenaga pengajar pada TPQ sudah cukup memadai. Tinggal

ditingkatkan lagi kemampuan dan keterampilannnya.