analisis biokimia darah

20
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIS ANALISA BIOKIMIA DARAH Kelompok 2C Disusun oleh: Meryza Sonia 1111102000052 Dini Fitriyani 1113102000012 Tiara Puspitasari 1113102000013 Fairuza Ajeng Pramesi 1113102000056 Sri Komalasari 1113102000057 Gamal Al Isra 1113102000062 Badriyatun Ni’mah 1113102000075 Laporan Praktikum Biokimia Klinis Page 1

Upload: gamal-al-isra

Post on 12-Feb-2016

405 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

BIOKIM DARAH

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Biokimia Darah

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIS

ANALISA BIOKIMIA DARAH

Kelompok 2C

Disusun oleh:

Meryza Sonia 1111102000052

Dini Fitriyani 1113102000012

Tiara Puspitasari 1113102000013

Fairuza Ajeng Pramesi 1113102000056

Sri Komalasari 1113102000057

Gamal Al Isra 1113102000062

Badriyatun Ni’mah 1113102000075

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

OKTOBER 2015

Laporan Praktikum Biokimia Klinis Page 1

Page 2: Analisis Biokimia Darah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangUji biokimia digunakan untuk pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk

menunjang diagnosis suatu penyakit. Pemeriksaan laboratarium merupakan ilmu terapan yang digunakan untuk menganalisa cairan tubuh dan jaringan untuk mendiagnosis suatu penyakit. Beberapa contoh pemeriksaan laboratorium dilakukan melaui prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari pasien adalah darah.

Darah merupakan cairan tubuh yang berwarna merah, agak kental dan lengket. Darah mengalir diseluruh tubuh dan berhubungan langsung dengan sel-sel didalam tubuh. Darah terbentuk dari beberapa unsur yaitu plasma darah, sel darah merah, sel darah putih dan keping darah. Darah merupakan salah satu bahan uji atau sampel yang diambil dari pasien untuk mengetahui kondisi kesehatan pasien. Dari sampel darah banyak uji laboratorium yang dapat dilakukan, misalnya pemeriksaan kadar glukosa darah dan kreatinin dalam darah.

Glukosa merupakan karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi manusia. Kadar glukosa dalam tubuh manusia digunakan untuk metabolisme yang mungkin terjadi dalam sel dengan kandungan gula yang ada. Pemeriksaan laboratorium terkait pemeriksaan glukosa darah salah satu tujuannya adalah untuk mengetahui ada tidaknya penyakit diabetes mellitus pada pasien

Kreatinin adalah produk sisa dari perombakan kreatinin fosfat yang terjadi diotot sehingga merupakan zat racun dalam darah. Kadar kreatinin akan tinggi pada orang yang mengalami gangguan fungsi ginjal. Sebagian besar kreatinin yang terdapat dalam sirkulasi darah akan dibuang keluar bersama urin dan tidak diserap kembali kedalam darah. Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang tiap hari bergantung pada masa otot total. Pemeriksaan kreatinin dalam darah merupakan salah satu parameter yang sangat penting untuk mengetahui fungsi ginjal seorang pasien. Tinggi rendahnya kadar kreatinin dalam darah digunakan sebagai indikator untuk mengetahui apakah seseorang dengan gangguan fungsi ginjal memerlukan tindakan hemodialisis atau tidak. Kreatinin memiliki batasan normal yang sempit, jika nilai kreatinin seseorang berada diatas nilai normal, nilai diatas normal inilah yang semakin menunjukkan berkurangnya nilai fungsi ginjal.

Dalam proses pemeriksaan kadar glukosa darah dan kreatinin, maka filtrat darah harus bebas dari protein. Karena, apabila masih terdapat protein makan akan mengganggu proses pengujian tersebut. Metode untuk pemisahan filtrat darah bebas protein digunkan metode Folin-wu.

1.2. Tujuan - Mahasiswa dapat melakukan proses pembuatan filtrat darah bebas protein dengan

metode Folin-Wu- Mahasiswa dapat mengetahui kadar gula darah dengan metode Folin-Wu- Mahasiswa dapat menghitung kadar kreatinin darah

Laporan Praktikum Biokimia Klinis Page 2

Page 3: Analisis Biokimia Darah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembuatan Filtrat Darah Bebas Protein (Folin-Wu)Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali

tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.

Komposisi Darah terdiri : Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%). Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%) Sel darah putih atau leukosit (0,2%)

Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung : albumin bahan pembeku darah immunoglobin (antibodi) hormon berbagai jenis protein berbagai jenis garamPemisahan protein

Pada analisis kuantitatif darah senyawa tertentu, protein dapat mengganggu, terutama pada analisis senyawa yang mengandung nitrogen amin atau amido serta reaksi yang melibatkan reduksi atau oksidasi ion metal. Sebelum analisis dilakukan, protein dapat harus dipisahkan terlebih dahulu dengan cara pengendapan. Cara pengendapan protein yang biasa dilakukan antara lain dengan penambahan asam tungstat, seng hidroksida dan asam trikoloasetat.

B. Pengukuran Kadar Gula Darah (Kuantitatif)Glukosa, suatu gula monosakarida,

adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Dalam respirasi, melalui serangkaian reaksi terkatalisis enzim, glukosa teroksidasi hingga akhirnya membentuk karbon

Laporan Praktikum Biokimia Klinis Page 3

Page 4: Analisis Biokimia Darah

dioksida dan air, menghasilkan energi, terutama dalam bentuk ATP. Sebelum digunakan, glukosa dipecah dari polisakarida.

Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari: 4-8 mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan. Diabetes mellitus adalah penyakit yang paling menonjol yang disebabkan oleh gagalnya pengaturan gula darah. Meskipun disebut "gula darah", selain glukosa, kita juga menemukan jenis-jenis gula lainnya, seperti fruktosa dan galaktosa. Namun demikian, hanya tingkatan glukosa yang diatur melalui insulin.Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen dalam hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu adalah : insulin, glukagon, dan somatostatin.

Insulin dihasilkan oleh sel-sel β, mendominasi gambaran metabolik. Hormon ini mengatur pemakaian glukosa melalui banyak cara : meningkatkan pemasukan glukosa dan kalium ke dalam sebagian besar sel; merangsang sintesis glikogen di hati dan otot; mendorong perubahan glukosa menjadi asam-asam lemak dan trigliserida; dan meningkatkan sintesis protein, sebagian dari residu metabolisme glukosa. Secara keseluruhan, efek hormone ini adalah untuk mendorong penyimpanan energi dan meningkatkan pemakaian glukosa. Sedangkan, Glukagon dihasilkan oleh sel-sel α, meningkatkan sintesis protein dan menstimulasi glikogenolisis (pengubahan glikogen cadangan menjadi glukosa) dalam hati; ia membalikkan efek-efek insulin. Somatostatin dihasilkan oleh sel-sel delta, menghambat sekresi glukagon dan insulin; hormone ini juga menghambat hormone pertumbuhan dan hormone-hormon hipofisis yang mendorong sekresi tiroid dan adrenal.

Penurunan kadar glukosa darah (hipoglikemia) terjadi akibat asupan makanan yang tidak adekuat atau darah terlalu banyak mengandung insulin. Peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) terjadi jika insulin yang beredar tidak mencukupi atau tidak dapat berfungsi dengan baik; keadaan ini disebut diabetes mellitus. Apabila kadar glukosa plasma atau serum sewaktu (kapan saja, tanpa mempertimbangkan makan terakhir) sebesar ≥ 200 mg/dl, kadar glukosa plasma/serum puasa yang mencapai > 126 mg/dl, dan glukosa plasma/serum 2 jam setelah makan (post prandial) ≥ 200 mg/dl biasanya menjadi indikasi terjadinya diabetes mellitus.

Metode penetapan kadar glukosa darah yang dipakai dalam praktikum ini adalah metode Folin-Wu. Metode ini digunakan dalam analisis kuantitatif gula dalam darah. Prinsip pengukuran kadar glukosa darah dengan metode Folin Wu adalah ion

Laporan Praktikum Biokimia Klinis Page 4

Page 5: Analisis Biokimia Darah

kupri akan direduksi oleh gula dalam darah menjadi kupro dan mengendap menjadi Cu2O. Penambahan pereaksi fosfomolibdat akan melarutkan Cu2O dan warna larutan menjadi biru tua, karena ada oksida Mo. Dengan demikian, banyaknya Cu2O yang terbentuk berhubungan linier dengan banyaknya glukosa di dalam darah. Filtrat yang berwarna biru tua yang terbentuk akibat melarutnya Cu2O karena oksida Mo dapat diukur kadar glukosanya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm. Dalam penentuan kadar glukosa darah, protein yang juga terkandung dalam darah harus diendapkan atau didenaturasi terlebih dahulu. Setelah proses tersebut barulah darah mengalami proses pemanasan dan penambahan reagen Cu alkanis dan reagen fosfomolibdat untuk memberikan warna biru secara bervariasi tergantung konsentrasi dari molekul. Hal ini perlu dilakukan (penambahan fosfomolibdat) agar pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri UV/Vis karena Cu+ memiliki warna yang sangat kurang kuat (merah) sehingga kuran sensitif yang dapat mengakibatkan kesalahan pengukuran menjadi besar. Variasi warna tersebut kemudian diukur absorbannya dengan spektrofotometer untuk menentukan konsentrasi yang terbentuk. penentuannya cukup mudah, yaitu dengan menggunakan kurfa kalibrasi dari Absorbansi Cu alkanis yang terukur.

Penentuan kadar selanjutnya dilakukan dengan cara spektrofotometri. Untuk mengukur absorbansinya maka ditambahkan Cu alkanis dan juga fosfomolibdat. Absorbansi ini sebanding dengan konsentrasi glukosa yang akan diukur. Makin biru pekat warna larutan maka makin besar konsentrasi glukosa yang terkandung.

Kadar glukosa yang diketahui ini bisa membantu kita memprediksi metabolisme yang

mungkin terjadi dalam sel dengan kandungan gula yang tersedia. Jika kandungan lglukosa dalam tubuh sangat berlebih maka glukosa tersebut akan mengalami reaksi katabolisme secara enzimatik untuk menghasilkan energy. Namun jika kandungan glukosa tersebut dibawah batas minimum,maka asam piruvat yang dihasilkan dari proses katabolisme bisa mengalami proses enzimatik secara anabolisme melalui glukoneogenesis untuk mensintesis glukosa dan  memenuhi kadar normal glukosa dalam darah ( dalam serum atau plasma darah ) yaitu 65-110 mg/dL (3,6-6,1 mmol/L).

C. Kreatinin DarahKreatinin merupakan produk sisa dari perombakan kreatin fosfat yang terjadi

di otot yang merupakan zat racun dalam darah, terdapat pada seseorang yang ginjalnya sudah tidak berfungsi dengan normal. Sejumlah besar kreatinin yang terdapat dalam sirkulasi darah akan ditapis keluar bersama dengan urin, dan tidak diserap kembali ke dalam darah. Kreatin adalah asam organic bernitrogen yang

Laporan Praktikum Biokimia Klinis Page 5

Page 6: Analisis Biokimia Darah

terdapat secara alami di dalam hewan vertebrata. Kreatin dapat membantu menyediakan cadangan energi bagi jaringan otot dan saraf.

Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi. Dalam sintesis ATP (adenosine triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin kinase (creatin kinase, CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah secara ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan dalam urin.

Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun keduanya juga menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada otot.

Kreatin disintesis di hati dan terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi. Dalam sintesis ATP (adenosine triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin kinase (creatin kinase, CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah secara ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan dalam urin (Anonim,  2008).

Sejumlah besar kreatinin yang terdapat dalam sirkulasi darah akan ditapis keluar bersama dengan urin, dan tidak diserap kembali ke dalam darah. Oleh karena itu rasio konsentrasi kreatinina di dalam darah dan urin, dapat digunakan untuk menghitung rasio tapis kreatinina (bahasa Inggris: creatinine clearance, CrCl), yang setara dengan laju filtrasi glomerular (bahasa Inggris: glomerular fltration rate, GFR).

Perhitungan kadar kreatinin menggunakan metode Jaffe yang merupakan salah satu pengembangan metode kolorimetri. berdasarkan reaksi antara kreatinin dengan pikrat dalam suasana basa, membentuk kompleks kreatinin pikrat berwarna jingga yang dapat diukur menggunakan spektrofotometer visibel pada alpha 492 nm. Protein darah dapat mengganggu penetapan kadar kreatinin.

BAB IIILaporan Praktikum Biokimia Klinis Page 6

Page 7: Analisis Biokimia Darah

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat PraktikumPraktikum Analisis Biokimia Darah dilakukan pada :

Hari, Tanggal : Jum’at, 18 September 2015Pukul : 15.00 – 17.00 WIBTempat : Laboratorium FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

B. Materi (Alat dan Bahan) Alat

1. Gelas Beker2. Pipet tetes dan pipet volumetri3. Corong4. Tabung Reaksi5. Kertas Saring6. Gelas Ukur7. Kuvet dan Spektrofotometer8. Mikro pipet

Bahan Bahan untuk pembuatan filtrat bebas protein : 1. Darah Segar2. Na-tungstat 10 %3. Asam sulfat 2/3 N4. Aquadest Bahan untuk pengukuran kadar glukosa : 1. Filtrat darah Folin-Wu 2. Larutan tembaga alkalis3. Pereaksi asam fosfomolibdat4. Larutan standar glukosa 0,1 mg/ml Bahan untuk penetapan kadar kreatinin : 1. Darah/plasma bebas protein2. Larutan asam pikrat jenuh3. Larutan NaOH 10%4. Larutan standar kreatinin mengandung 0,006 mg/ml5. Larutan pikrat alkalis

C. Metode (Cara Kerja)

Laporan Praktikum Biokimia Klinis Page 7

Page 8: Analisis Biokimia Darah

a. Pembuatan Filtrat Darah Bebas Protein (Folin-Wu)

1. Darah disiapkan sebanyak 1 ml2. Kemudian dimasukkan ke dalam gelas beker yang berisi aquadest 7 ml3. Dimasukkan Na-Tungstat 10 % sebanyak 1 ml dan asam sulfat (H2S04) sebanyak 1

ml4. Beker gelas digoyangkan hingga semua larutan tercampur5. Didiamkan selama 5 menit lalu disaring dengan kertas saring6. Filtrat ditampung ke dalam tabung reaksi

b. Pen gukuran K adar Gul a D arah ( K uantitatif)

BAHANTabung

1 2 3 4Filtrat Folin-Wu (ml) 2 2 - -Standar glukosa 0,1 g/ml (ml) - - 2 -Aquadest (ml) - - - 2Tembaga alkalis (ml) 2 2 2 2

Panaskan dalam air 100° C selama 8 menit, dinginkan selama 3 menit.As. Fosfomolibdat (ml) 2 2 2 2

Encerkan sampai 25 ml, kemudian baca pada λ = 420 nmKETERANGAN :

Tabung 1 = larutan uji Tabung 2 = larutan uji Tabung 3 = larutan standard Tabung 4 = blanko

c. Penetapan Kadar Kreatinin Darah (Jaffe)

1. Siapkan 3 tabung, Tabung 1 sebagai blanko, Tabung 2 sebagai standart, dan tabung 3 sebagai uji

2. Pada tabung 1, dimasukkan 1 ml aquadest, 0.5 ml larutan pikrat alkalis, dan NaOH 10 % sebanyak 0,1 ml

3. Pada tabung 2, dimasukkan 1 ml larutan standart kreatinin, 1 ml aquadest, 0.5 ml larutan pikrat alkalis dan 0.1 ml NaOH 10%

4. Pada tabung 3, dimasukkan 1 ml filtrat Folin-Wu, 0.5 ml larutan pikrat alkalis dan 0.1 ml larutan NaOH 10%

5. Masing – masing tabung dicampurkan dengan baik, dan didiamkan selama 15menit.6. Amati dan catat perubahan warna yang terjadi. Warna yang terbentuk akan stabil selama

30 menit.7. Baca serapan masing – masing tabung pada Spektrofotometer pada λ = 520 nm.

BAB IV

Laporan Praktikum Biokimia Klinis Page 8

Page 9: Analisis Biokimia Darah

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Pembuatan filtrat Darah Bebas Protein (Folin-Wu)

Filtrat darah bebas protein yang diperoleh adalah 6 ml. Dalam praktikum kali ini, tidak dilakukan uji Biuret karena seluruh filtrat sudah digunakan untuk pengukuran kadar gula darah dan penetapan kadar kreatinin darah.

1.2 Pengukuran Kadar Gula Darah (Kuantitatif)

I II IIIBlanko 0,034 0,043 0,022Standar 0,252 0,226 0,225Uji 0,019 0,020 0,026

Perbandingan kadar gula darah dengan Filtrat Folin-Wu:

Hasil pengamatan:

- Ru (Absorban Unknown) = 0,021

- Rs (Absorban Standar Glukosa) = 0,234

- Rb (Absorban Blanko) = 0,034

Kadar glukosa darah (mg/dl) = x 0,2 x

Laporan Praktikum Biokimia Klinis Page 9

Kiri : Larutan standarKanan : Larutan blanko

Larutan uji untuk pengukuran

Page 10: Analisis Biokimia Darah

= x 100

= - 6,5 mg/dL

1.3 Penetapan Kadar Kreatinin Darah (Jaffe)

Perhitungan kadar kreatinin darah/plasma:

Hasil pengamatan:

- Au = 0,253

- As = 0,057

- Ab = 0,049

Kadar kreatinin darah (mg/dl) = x (5 x 0,006) x x

= x 0,03 x 0,6 x 100

= 45,9 mg/dL

Laporan Praktikum Biokimia Klinis Page 10

IBlanko 0,049Standar 0,057Uji 0,253

Kiri : Larutan BlankoTengah : Larutan StandarKanan : Larutan Uji

Page 11: Analisis Biokimia Darah

PEMBAHASAN

Pada praktikum biokimia klinis kali ini, kami melakukan pembuatan filtrat darah bebas protein, penetapan kadar gula darah dan kreatinin melalui metode folin-wu. Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk membuat filtrat darah bebas protein dengan pengendapan protein oleh pembentukan asam tungstat. Endapan terjadi akibat adanya kombinasi anion asam dengan bentuk kationik dari protein. Metode ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain hanya dibutuhkan dua pelarut, filtrat yang terbentuk lebih netral, dan proses filtrasi lebih cepat.

Pertama-tama dibuat terlebih dahulu filtrat darah bebas protein dengan cara mencampurkan darah, aquades, Na-Tungstat 10% dan H2SO4 2/3 N kedalam tabung kemudian diamkan selama 5 menit dan saring sampai mendapatkan filtrat bebas protein. Fungsi aquades adalah untuk mengencerkan darah sehingga albumin dalam darah akan larut oleh aquades. Albumin adalah protein yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas. Albumin terdapat dalam serum darah dan putih telur. Na-Tungstat 10% berfungsi untuk mengendapkan protein, dan H2SO4 sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi pengendapan protein oleh Na-Tungstat. Hasil filtrat kemudian di uji dengan pereaksi bluret yaitu larutan CuSO4 0,1 N dan NaOH 10% untuk mengetahui apakah filtrat yang dihasilkan masih terdapat protein atau tidak. Setelah pengujian didapatkan hasil filtrat berwarna bening yang menandakan bahwa filtrat tidak lagi mengandung protein. Hasil filtrat darah bebas protein ini selanjutnya akan digunakan untuk menguji kadar glukosa dalam darah dan kadar kreatinin darah.

Pada pengukuran kadar gula dalam darah, terlebih dahulu disiapkan 4 buah tabung yang mana tabung pertama dan kedua merupakan larutan uji, tabung ketiga sebagai larutan standar, dan tabung keempat sebagai larutan blanko. Masukkan filtrat bebas protein kedalam tabung pertama dan kedua, standar glukosa 0,1 g/ml kedalam tabung ke tiga dan aquadest kedalam tabung keempat. Tambahkan tembaga alkalis (Cu2O) kedalam masing-masing tabung dan panaskan dalam air 100°C selama 8 menit kemudian dinginkan selama 3 menit. Pemanasan ini berfungsi untuk menambah laju reaksi Cu2O, sementara pendinginan dimaksudkan untuk menghentikan laju reaksi dari Cu2O itu sendiri. Setelah pendinginan, masing-masing larutan uji, blanko dan standar ditambahkan 2 ml asam fosfomolibdat lalu diencerkan hingga 25 ml yang selanjutnya dibaca pada alat sepktrofotometer UV-Vis 420 nm. Pada penambahan tembaga Alkalis, ion kupri (Cu+) akan direduksi oleh gula menjadi kupro (Cu2+) dan mengendap sebagai Cu2O (kuprooksida). Dengan menambahkan pereaksi fosfomolibdat, kuprooksida melarut lagi dan warna larutan akan berubah menjadi biru kehijauan disebabkan oleh adanya oksidasi Mo. Intensitas warna larutan adalah ukuran banyaknya gula yang ada di dalam filtrat.

Nilai serapan (absorbansi) dari uji adalah 0,021, nilai absorbansi blanko adalah 0,034 dan nilai absorbansi standar glukosa adalah 0,234. Sehingga kadar glukosa yang didapat adalah -6,5 mg/dl. Kadar glukosa yang didapat ini menunjukkan angka yang tidak rasional.

Laporan Praktikum Biokimia Klinis Page 11

Page 12: Analisis Biokimia Darah

Kesalahan pegukuran ataupun prosedur kerja memungkinkan terjadinya hasil yang tidak bagus. Kemungkinan yang paling besar adalah pada saat pengeceran larutan uji sebelum dilakukan pembacaan pada spektorfotometri Uv-Vis, aquadest yang ditambahkan mungkin sedikit berlebih sehingga larutan uji menjadi lebih encer. Hal seperti ini mungkin yang mengakibatkan absor bansi uji menunjukkan nilai serapan yang tidak sesuai dengan semestinya. Sehingga hasil perhitungan kadar gula darah menjadi sangat rendah (-6,5 mg/dl) dibandingkan dengan standar kadar gula darah normal yaitu 80-120 mg/dl.

Pada pengujian kreatinin memanfaatkan reaksi Jaffe dengan menggunakan filtrat bebas protein yang telah dibuat sebelumnya. Pada dasarnya hal yang dilakukan sama dengan uji gula darah yang membedakanya pada uji ini tidak menggunakan tembaga alkalis (Cu2O) tapi menggunakan larutan pikrat alkalis, yang berperan untuk mengikat kreatin secara tautomer sehingga menciptakan warna merah yang dapat dideteksi pada alat spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 520 nm.

Nilai serapan (absorbansi) uji adalah 0,253; absorbansi blanko adalah 0,049; absorbansi standar adalah 0,057. Sehingga kadar keratinin yang didapat adalah 45,9 mg/dl. Hasil yang diperoleh sangat besar, melebihi batas normal yaitu 0,7 – 1,5 mg/dl. Kadar kreatinin dalam darah adalah 1 mg/dl (Ganong, 2008). Kadar kreatinin dalam darah tergantung dari asupan makanan dan air yang dikonsumsi, kadar kreatin tinggi menunjukkan terjadinya kerusakan salah satu organ tubuh, yakni ginjal yang berperan dalam proses metabolisme.

Laporan Praktikum Biokimia Klinis Page 12

Page 13: Analisis Biokimia Darah

BAB V

KESIMPULAN

Dalam pembuatan filtrat bebas protein dilakukan dengan metode Folin-Wu dan menghasilkan filtrat berupa cairan yang sudah bebas dari protein dan berwarna bening.

Setelah dilakukan pengujian menggunakan pereaksi biuret ( CuSo4 + NaOH) filtrat yang dihasilkan tidak berwarna bening, dan hasilnya adalah negative. yang menandakan filtrat yang dihasilkan bebas dari protein dan dapat digunkan untuk penetapan kadar gula darah dan kadar kreatinin.

Pada penentuan kadar gula darah didapatkan kadar gula darah sebesar - 6,5 mg/dL..

Pada pengujian menggunakan UV-VIS, hasil yang didapat tidak terlalu bagus disebabkan karena filtrat kemungkinan masih mengandung protein dan protein tersebut mengganggu absorbansi.

Pengujian kreatinin dilakukan dengan metode Jaffe Kadar kreatinin yang diperoleh dari pengujian adalah sebesar 45,9 mg/dL.

Laporan Praktikum Biokimia Klinis Page 13

Page 14: Analisis Biokimia Darah

DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 2007. Pengenalan Kepada Glukosa. http://dianais82.tripod.com/id1.html Murray, Robert K. 2009. Biokimia Harper Edisi 27. EGC : Jakarta Budi Darmawan Setia. 2008. Penentuan Kadar Glikosa dalam Darah. Poedjiadji, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press. Ganong W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakatra : EGC. [Anonim]. 2007. Spectrophotometer Absorbsi UV/VIS.

http://sentrabd.com/main/info/Insight/Spectrophotometer.htm Robert.K.Murray.”biokimia harper”.macGraw and hill.2000.

Laporan Praktikum Biokimia Klinis Page 14