cl praktikum biokimia dan analisis pangan.docx

37
Fungsi BAB I Uji Kualitatif Karbohidrat Dan Protein A. Protein 1. Biuret Dilakukan pada kondisi basa agar peptida atau protein pada sampel bermuatan (-) sehingga dapat bereaksi dengan Cu 2+ yang bermuatan (+) dan membentuk kompleks senyawa berwarna ungu. Prinsip: menambah reagen biuret pada kodisi basa oleh NaOH sehingga Cu 2+ dengan membentuk kompleks ikatan peptida –CO-NH- sehingga membentuk kompleks senyawa berwarna ungu. Ikatan peptide harus lebih dari satu untuk dapat memerangkap reagen biuret. Fungsi 1. NaOH: sebagai pembentuk basa (kondisi basa) 2. CuSO 4 : pereaksi biuret sebagai pembentuk warna Hasil + jika terdapat minimal 2 ikatan peptide Reaksi yang terjadi yaitu Cu 2+ dengan peptida, Na dengan SO 4

Upload: afianto

Post on 22-Nov-2015

51 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Fungsi BAB IUji Kualitatif Karbohidrat Dan Protein

A. Protein1. BiuretDilakukan pada kondisi basa agar peptida atau protein pada sampel bermuatan (-) sehingga dapat bereaksi dengan Cu2+ yang bermuatan (+) dan membentuk kompleks senyawa berwarna ungu.Prinsip: menambah reagen biuret pada kodisi basa oleh NaOH sehingga Cu2+ dengan membentuk kompleks ikatan peptida CO-NH- sehingga membentuk kompleks senyawa berwarna ungu. Ikatan peptide harus lebih dari satu untuk dapat memerangkap reagen biuret.Fungsi1. NaOH: sebagai pembentuk basa (kondisi basa)2. CuSO4: pereaksi biuret sebagai pembentuk warnaHasil + jika terdapat minimal 2 ikatan peptideReaksi yang terjadi yaitu Cu2+ dengan peptida, Na dengan SO4

2. NinhidrinPrinsip: mengidentifikasi adanya asam -amino bebas pada sampel. Asam -amino bebas pada sampel akan bereaksi denga inhidrin membentuk kompleks berwarna ungu.Pemanasan: sebagai katalis (mempercepat reaksi).Ninhidrin: sebagai reagen pembetuk kompleks berwarna ungu.Reaksi: reagen bereaksi dengan asam amino bebas membentuk kompleks berwarna ungu. Pembuatan reagen: dibuat dengan bubuk ninhidrin 0,1 g + 40 ml etanol dan ditambahkan aquades hingga 100 ml.Kelemahan: mereaksikan semua asam -amino dari protein.

B. Karbohidrat1. MolischPrinsip: dehidrasi senyawa Karbohidrat dengan asam pekat (H2SO4 pekat) sehingga heksosa menjadi HMF, pentosa menjadi furfural.HMF atau furfural jika ditambah -naphtol akan berkondensasi membentuk cincin merah-ungu kehitaman.Reagen: 1. -naphtol untuk indicator warna.2. H2SO4 pekat untuk pendehidrasi heksosa menjadi HMF, pentosa menjadi furfural.Nb: HMF (hidroksi metal furfural)

2. BenedictPrinsip: adanya gula pereduksi akan mereduksi ion Cu2+ pada reagen embentuk endapan merah bata (Cu2O) karena adanya gugus aldehid atau keton bebas.Tujuan: untuk identifikasi gula pereduksi.Reaksi: R-OH + 2Cu2+ 5OH- R-COOH + Cu2O 2H2O Aldehid Asam Karboksilat

3. YodiumPrinsip: mengidentifikasi adanya pati atau non pati pada sampel dengan meneteskan yodium. Pati akan menghasikan warna biru ketika di tambahkan reagen yodium.Reaksi yang terjadi: pati + I2 dekstrin

BAB IIEktraksi Dan Uji Aktivitas Enzim Amilase

Prinsip: menguji aktivitas enzim amilase dari kecambah biji-bijian dimana aktivitas enzim amilase ditunjukkan dari perubahan warna menjadi bening akibat hidrolisis pati oleh enzim.Reaksi: pati + I2 dektrinDektrin + I2 disakaridaDisakarida + I2 monosakaridaMonosakarida + I2 tidak berwarnaTujuan untuk mengisolasi enzim amylase dari kecambah kacang hijau, dan untuk menguji aktivitas enzim amilase dari enzim yang telah diekstrakFactor yang mempengaruhi:1. Suhu: karena enzim adalah suatu protein maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan bagian aktif enzim terganggu sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim menurun2. pH: umumnya efektivitas maksimal enzim pada pH 4,5-8. Pada pH terlau tinggi atau rendah umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversible karena denaturasi protein.3. Konsentrasi enzim: pda konsentrasi substrat tertentu kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim4. Konsentrasi subtrat: umumnya konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi, akan tetapi pada batas tertentu tidak terjadi peningkatan kecepatan reaksi walau konsentrasi substrat diperbesar.5. Adanya zat penghambat: hambatan/ inhibitor suatu reaksi berpengaruh terhadap penggabungan substrat pada bagian aktif yang mengalami hambatan.

Fungsi perlakuan:1. Pati: sebagai subtrat2. Buffer: penstabil pH3. Iodine: sebagai indicator perubahan warna4. Ekstrak enzim: sebagai katalis (mempercepat) laju hidrolisis pati

BAB IIIEkstraksi dan Uji Aktivitas Enzim Lipase

Enzim lipase adalah enzim hidrolase yang mengidrolisis triacilgliserol menjadi asam lemak bebas, glisrol parsial, dan gliserol.Prinsip: menguji aktivitas enzim lipase dari dedak padi dan kacang tanah dengan titrasi fenol berdasarkan perubahan warna pink yang menunjukkan penambahan NaOH menetralkan sifat asam yang dibentuk asam lemak dalam sampel. Rumus uji aktivitas enzim adalah sebagai berikut:Aktivitas enzim=Satuan atau Faktor yang Mempengaruhi:1. Suhu optimum 37-40C2. pH 7-83. Konsentrasi substrat4. Konsentrasi enzim5. Adanya aktivator6. Spesifikasi substratFungsi Reagen:1. Dietil eter untuk melarutkan lemak yang terkandung dalam dedak padi agar enzim lipase yang dibentuk tidak mengandung lemak2. Buffer fosfat untuk melarutkan enzim yang bersifat polar sehingga terpisah dengan komponen lain yang nonpolar serta untuk menjaga kestabilan pH enzim lipase3. Alcohol untuk menginaktivasi enzim lipase sebelum dititrasi4. PP indicator perubahan warna5. NaOH sebagai pentitrasi pada uji enzim lipase karena dapat menetralkan suasana asam pada sampel akibat terbentuknya asam lemakSumber Enzim Lipase:1. Mamalia: di pencernaan, jaringan, dan air susu2. Tanaman: triacil gliserol pada jagung dan minyak sawit, acil hidrolisis pada kentang, dan phosphor lipase pada tanaman seledri dan kacang3. Microbial: staphyllus, bacillus, kapang, penicilum, dan khamir candidaAplikasi pada Bidang Pangan:1. Industri susu untuk hidrolisis lemak susu2. Roti dan kue untuk meningkatkan aroma dan memperpanjang masa simpan3. Industry beer untuk meningkatkan aroma da mempercepat fermentasi4. Bumbu untuk meningkatkan kualitas aroma dan flavor5. Daging dan ikan untuk meningkatkan aroma dan mengubah lemak

BAB IVUji Aktivitas Enzim Proteolitik

Prinsip: menguji aktivitas enzim papain berdasarkan perbedaan konsentrasi ezim melalui pengujian titrasi formol dimana semakin meningkat konsentrasi enzim maka semaki tinggi aktivitas enzim yang teruji.Rumus: %N = Mekanisme:Protein AA bebas + Formaldehid dimetilol + NaOH warna pinkFungsi perlakuan:1. Penggunaan blanko: sebagai pembanding2. Waterbath: untuk mengondisikan suhu optimum enzim3. Inkubasi: untuk mengondisikan aktivitas enzim4. Didinginkan: untuk pengondisisan sebelum titrasi maupun penambahan pp atau formaldehidFungsi reagen:1. Konsentrasi enzim (20, 30, 40%) untuk mengetahui aktivitas enzim yang diberikan2. Formaldehid utuk mengikat Asam amino bebas3. Indikator pp untuk indikator perubahan warnaFaktor yang mempengaruhi:1. Suhu: suhu optimum enzim37C.2. PH: pH optimum enzim yaitu pH netral.3. Konsentrasi Subtrat: semakin tinggi konsentrasi substrat maka akan semakin meningkat aktivitas enzim amun tergantung konsentrasi enzim yang digunakan.4. Inhibitor

BAB VKadar Air

A. Metode Oven KeringPrinsip oven kering: menguapkan air yang ada pada bahan dengan memanaskannya pada suhu 105C, ditimbang denga vakum.Faktor pada oven kering:1. Suhu: suhu semakin tinggi, semakin cepat kering.2. Kandungan bahan: bahan yang mengandung senyawa tertentu yang menyebabkan reaksi ketika dikeringkan akan mengganggu pengukuran kadar air. Misalnya gula dipanaskan mejadi karamelisasi.3. Luas permukaan: semakin tiggi luas permukaan semakin cepat menguap.Kelebihan metode oven: murah, cepat, sederhana, bias untuk jumlah sampel banyak.Kekurangan metode oven: tidak cocok untuk senyawa volatile, gula.Rumus: % Kadar Air (db) = % Kadar Air (wb) =

B. Metode Oven VacuumPrinsip metode oven vakum: menguapkan air yang ada pada bahan dengan pemanasan suhu 65-70C dibawah tekanan 1 atm lalu ditimbang hingga konstan.Faktor-faktor:1. Suhu: pemanasan tidak berubah sehingga senyawa volatile tidak akan menguapkan & tidak terhitung sebagai kadar air2. Tekanan: tekanan semakin rendah menyebabkan air dalam bahan cepat keluar dan menguap serta senyawa volatile tidak ikut menguap.3. Waktu pemanasan.4. Luas permukaan.5. Ketbalan/ ukuran sampel.6. Proses pemanasan.Rumus:% Kadar Air (db) = % Kadar Air (wb) = C. Metode DestilasiPrinsip Destilasi: menguapkan air dari bahan dengan pelarut organic dimana mempunyai titik didih lebih dari air dan berat jenis kecil dari air.Faktor:1. Waktu destilasi.2. Sampel yang digunakan.3. Laju uap air yang dikeringkan.4. Pelarut yang digunakan.Rumus: % Kadar air = Kelebihan: penentuan kadar air lebih mudah, hasil lebih akurat, peralatan dan cara kerja sederhana.Kekurangan: permukaan alat glassware harus selalu bersih senyawa gliserol mungkin terdistilasi bersama air pelarut lebih mudah terbakar.

BAB VIAnalisa Kadar Abu

A. Kadar abuAbu merupakan sisa hasil pembakaran bahan organic yang menyisakan residu yang berupa zat anorganik, dalam kadar abu terkandung komposisi mineral yang beragam, tergantung bahan dan metode pengabuan.Pengabuan kering: pengabuan yang dilakukan pada suatu bahan pangan tanpa penambahan reagen.Pengabuan basah: pengabuan yang dilakukan pada suatu bahan pangan dengan penambahan reagen (H2SO4, HNO3) berfungsi untuk mempercepat oksidasi.Prinsip: menentukan total kadar abu dengan cara pembakaran dan oksidasi zat organic, pada suhu tinggi 50-60C kemudian ditimbang zat tertinggalnya setelah proses pembakaran.Rumus: % kadar abu = Faktor yan mempengaruhi:1. Suhu: makin tinggi suhu pengabuan semakin cepat2. Waktu: semakin lama waktu, pengabuan semakin sempurna3. Zat/ agen pengoksidasi: mempercepat proses oksidasi

B. Kadar mineral metode titrasiPrinsip: menentukan kadar kalsium dari larutan abu hasil pengabuan kering yang ditambah HCL dan dititrasi dengan KMnO4 hingga berubah menjadi Pink.Jika N: 0,01 ; Jika N0,01 ; Faktor yang memepengaruhi:1. Nutrisi/ kandungan dalam bahan2. Proses pengabuan: jenis dan metode penentuan kadar kalsium yang digunakan3. Pemurnian ekstraksi kalsium dan kalsium yang terbentuk4. Adanya zat pengendap/ CO2

C. Metode AASPrinsip: metode analisa unsur secara kuantitatif, yang diukur berdasarkan penyerapan cahaya degan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas apabila cahaya pada panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu sel mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan maka sebagian cahaya akan diserap dan intensitas peyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya ato-atom bebas di dalam sel.Fungsi Reagen:1. HCl: untuk mengikat kalsium menjadi CaCl22HCl + Ca2+ CaCl2 + 2H+2. Asam oksalat jenuh: untuk pengkondisian agar pH menjadi Ca dari CaCl2 menjadi CaC2O4CaCl2 + (NH4)C2O4 CaC2O4 + 2NH4Cl3. H2SO4 : melarutkan kalsium, karena kalsium larut asam4. KMnO4 : melepaskan kalsium karena bersifat oksidatif kuat, semakin banyak KMnO4 saat titrasi maka kalsium pada bahan semakin banyak.CaC2O4 + 2CH3COOH (CH3COO) 2Ca + H2C2O4(CH3COO) 2Ca + KMnO4 berwarna pink5. NH4OH : mengondisikan keadaan basaHNO3 : membantu dekomposisi senyawa organic yang masih tersisa agar menjadi abu.

BAB VIIAnalisa Karbohidrat

A. Metode AnthronePrinsip: karbohidrat oleh asam sulfat akan dihidrolisis menjadi moosakarida kemudian mengalami dehidrasi oleh asam sulfat menjadi HMF lalu senyawa furfural dengan anthrone (9,10-dehidro-9-oxanthracene) membrntuk senyawa berwarna biru kehijauan dan dihitung absorbansinya pada 630 nm.Rumus:Konsentrasi = Fungsi reagen:1. CaCO3: pada persiapan sampel untuk menetralkan pH sampel yang diproduksi pada suasana asam karena pada kodisi netral senyawa-senyawa lebih stabil dan reagen anthrone dapat bekerja maksimal.2. Pb-asetat: untuk mengendapkan pertikel gula reduksi, senyawa prrngotor3. Alcohol 80%: untuk melarutkan komponen-komponen gula yang akan diambil dalam penentuan gula4. Na-oksalat: untuk mengendapkan sisa Pb-asetat sehingga membentuk Pb oksalat (berikatan dengan Na-oksalat)Reaksi:KH+H2SO4 monosakarida+H2SO4 furfural/ HMF biru kehijauanFaktor yang mempengaruhi:1. Jenis bahan2. Sifat bahan3. Metode analisa4. Pereaksi5. Suhu6. Proses penyaringan

B. Hidrolisis AsamPrinsip: pati dhidrolisis dengan asam (HCl) jika telah terhidrolisis dengan asam menjadi glukosa kemudia dinetralka dengan NaOH (jumlah glukosa ditentukan dengan pengukuran 540 nm)Rumus:Gula pereduksi = %Pati = gula reduksi Faktor konversiFaktor konversi = 0,9Reaksi:(C6H12O9)n + HCl n(C6H12O6)Fungsi reagen:1. Alcohol 80%: untuk melarutkan/ menghilangkan komponen lain2. Eter: utnuk menghilangka lemak dari bahan3. Pencucian alcohol 10%: untuk membebaskan lebih lanjut KH yang larut dengan pati yang tertinggal sebagai residu4. HCl 25%: untuk menghidrolisis pati5. Nelso somogyi: untuk mengukur gula pereduksi dengan mengubah kupri oksida menjadi kupro oksida endapan merah bataReaksi:Pati hilang glukosa + nelson gula pereduksi dalam filtrate + nelson endapan merah bata + asam arsenomolibdat warna biru

C. Serat KasarPrinsip: defating yaitu lemak dari bahan dihilangkan dengan pelarut lemak. Digestion yaitu pelarutan dengan menggunakan asam basa untuk menghilangkan senyawa selain non serat.Rumus: %Serat = Berat residu=(berat kertas saring+sampel) berat kertas saringFungsi reagen:1. H2SO4: utnuk menghidrolisi komponen non serat kasar dalam sifat asam.2. NaOH: untuk menghidrolisis komponen non serat kasar dalam sifat basa.3. Alkohol 95%: untuk menghilangkan sisa hidrolisis berupa gula.4. K2SO4: untuk melarutkan garam mineral karena sebagian besar protein bisa dipindahkan pada saat digestion asam basa. Untuk menghilangkan hasil hidrolisis berupa gam mineral.Faktor yang mempengaruhi:1. Jenis bahan2. Sifat bahan3. Suhu4. Pereaksi

BAB VIII Analisa Lemak

A. Kadar LemakPrinsip metode soxhlet : Mengekstrak lemak dengan pelarut organic non polar seperti petroleum benzene, dietil eter, dll. Lemak-lamak yang terdapat dalam pelarut dipisahkan dengan cara menguapkan pelarut, sehingga berat lemak dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut:% lemak = 100%Faktor-faktor yang Mempengaruhi:1. Kadar air : semakin tinggi kadar air suatu bahan semakin sulit pelarut masuk kedalam jaringan2. Penghalusan sampel : berpengaruh terhadap jangkauan pelarut mengenai bahan untuk melarutkan lemakSyarat Pelarut yang Digunakan:1. Pelarut mudah menguap2. Titik didih pelarut rendah3. Sifat sesuai dengan senyawa yang diisolasi (nonpolar/ polar)4. Pelarut terpisah dengan cepat setelah pengocokanKelebihan Petroleum Eter:Mudah didapatkan, selektif melarutkan lemak, relative terjangkau, menguap pada suhu rendah (70-80C)

B. Bilangan PeroksidaPrinsip : penentuan bilangan peroksida dilakukan degan pengukuran ion (I2) yang dibebaskan dari KI, Iod dilepaskan dari KI akibat reaksi oksidasi dan peroksida pada sampel pada asam asetat : khloroform (6:4). Rumus penentuan bilangan peroksida adalah sebagai berikut:=Fungsi Perlakuan:1. Penambahan asam asetat bersifat polar untuk memisahkan peroksida yang polar dengan asam lemak/ lamak non polar2. Penambahan KI jenuh sebagai indikator3. Pati 1% untuk mengikat iodium yang sudah ditambahkan4. Penambahan aquades untuk mengencerkan sehingga yodium lebih mudah mengikat pati 5. Penambahan Na-tiosulfat untuk reduktor

C. Asam Lemak BebasPrinsip: mengetahui kadar asam lemak bebas pada bahan degan titrasi asam basa. Kadar asam lemak bebas dapat diketahui denga rumus sebagai berikut :% ALB= 100%Fungsi Perlakuan:1. Peambahan alcohol untuk melepaskan asam lema bebas2. Penambahan PP sebagai indikator3. Penambahan NaOH untuk menetralkan PH

BAB IXAnalisa Protein

A. Metode kjeldahlPrinsip: mengukurkadar protein secara tak langsung dengan cara mengukur kadar B dalam sampel melalui 3 tahapan yaitu destruksi, destilasi dan titrasi.Rumus: %N = %Protein = %N Faktor konversiPendinginan: agar indikator pp bekerja secara optimalTahapan Reaksi:1. Rekasi Destruksi: membebaskan unsure N dari sampel menjadi amonium sulfat dengan cara penambahan H2SO4 dan tablet kjeldahl.Protein (NH4)2SO42. Rekasi Destilasi: mengubah amonium sulfat menjadi ammonia, ammonia nanti akan ditangkap oleh asam borat.(NH4)2SO4 + NaOH NH3 + H2O +Na2SO4NH3 + H3BO3 NH4 + H2BO3 (warna kuning)3. Titrasi: mentitrasi sampel dengan HCl, volume titrasi menunjukkan banyaknyya N pada bahan.Fungsi Reagen:1. H2SO4 pekat untuk membebaskan amonium sulfat dari sampel yang mengandung protein2. NaOH 30% untuk menetralkan sifat amonium sulfat yang asam.3. H3BO3 untuk membebaskan amonium yang ditandai dengan penambahan warna kuning.4. Tablet kjeldahl sebagai katalis untuk mempercepat kenaikan titik didih asam sulfat.5. Indikator pp untuk indicator perubahan warna.6. Aquades sebagai pengencer.

B. Metode BiuretPrinsip: menentukan kadar protein pada bahan dengan mengukur protein larut air berdasarkan reaksi antara peptida dengan membentuk kompleks warna yang didapat dari reagen, bila bahan mempunyai lebih dari 1 ikatan peptida maka akan menghasilkan wara ungu dan kuantitas warnaya diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 320 nm. Utnuk mengukur kadar protein digunakan kurva standar.Rumus:%Protein = y = ax + bFungsi perlakuan:1. Sentrifugasi I untuk memisahkan air dan protein larut air2. Sentrifugasi II untuk memisahkan endapan dari etil eterFungsi reagen:1. TCA untuk mengendapkan protein larut air2. Etil eter utnuk melarutkan lemak agar tidak mengganggu dalam analisa protein

BAB XAalisa Vitamin CPrinsip: mentitrasi sampel dengan indikator iodine yang berfungsi sebagai reduktor yang mereduksi vitamin C dengan penambahan indikator amilum dimana amilum akan bereaksi dengan iodine sehingga membentuk kompleks berwarna biru muda. Hal ini dikarenakan adanya reduksi analat oleh I2 I.Rumus:%Vitamin C = 100%Konversi =0,88Faktor-faktor yang mempengaruhi:1. Umur Buah: buah yang muda vitamin C nya tinggi, yang tua Vitamin C nya rendah.2. Suhu Penyimpanan: suhu semakin tinggi vitamin C semakin berkurang.3. Pemotongan: saat buah dipotong yang didalamnya mengandung vitamin C , vitamin C tersebut akan rusak karena sel yang mengandung asam askorbat ikut terpotong.4. Proses pencucian: menyebabkan vitamin C larut dalam air5. Oksidasi: vitamin C berkurang karena adanya oksidasi6. Enzim: Vitamin C rusak karena ada enzim askorbat oksidase7. pH: vitmin C stabil pada pH asamMekanisme:Amilum + asam askorbat + I2 I warna biru(analat)Fungsi Reagen:1. amilum 1%: sebagai indikator2. iodine: sebagai reduktorReaksi: Amilum + Asam askorbat analat I warna biru

BAB XIKromatografi Kolom

Kromatografi adalah teknik pemisahan dengan memanipulasi sifat fisik penyusun campuran, dimana sifat fisik yang dimanipulasi yaitu partisi, adsorbs, volatilisasi.Prinsip: memisahkan komponen secara selektif berdasarkan sifat fisik adsorbs dengan fase stasioner berupa adsorben alumina yang mengisi kolom dan fase mobil PE-aseton 10:1Susunan: masuk kapas 1,5 cm; alumina 2-3 cm; Na2SO4 2 cm; kapas 1,5 cmRumus :FP = y = ax + b ; x = konsentrasiBeta karoten = y = absorbansiFaktor-faktor yang mempengaruhi:1. Jenis sampel2. Pelarut3. AdsorbenFungsi Reagen :1. Fase diam: alumina, untuk mengikat senyawa polar2. Fase mobil: PE-aseton 10:1, untuk mengelusi senyawa non polar dan mengekstrak karoten3. Aquades: mengikat fase polar/ aseton4. Na2SO: untuk mengikat fae polar yang masih ada

BAB XIIElektroforesis

Prinsip : untuk memisahkan protein berdasarkan berat molekul dengan menggunakan matriks penyangga akrilamid. Protein terseparasi dalam medan listrik dilanjutkan dengan pewarnaan, peghilangan warna dan pembilasan gel. Pembacaan berat molekul dengan melihat pita yang terbentuk oleh marker. Rumus : RF = y = ax + b ; x = RF (Retention Factor)y = log BMFaktor yang mempengaruhi:1. Ukuran dan bentuk molekul : ukuran molekul besar pergerakan lambat, bentuk molekul sekunder, tersier lebih lambat dari pada primer.2. Konsentrasi : kosentrasi gel menurun pergerakan protein lebih cepat.3. PH : mempengaruhi isoelektrik protein sehingga mempengaruhi tingkat dan arah pergerakan protein.4. Suhu : mempengaruhi denaturasi protein.Fungsi Reagen :1. SDS (Sodium Deudesil Sulfat) untuk memberikan muatan negative pada protein yag aka dianalisis.2. Akrilamid untuk mencegah difusi akibat timbulnya panas pada arus listrik.3. APS sebagai inisiator yang mengaktifkan akrilamid agar bereaksi dengan menjadi gel poliakrilamid lain membentuk rantai polimer yang panjang.4. Bis akrilamid : cross linking yang membentuk kisi-kisi bersama poliakrilamid. Kisi-kisi tersebut sebagai peyaring protein.5. TEMED : katalisator reaksi polimerisasi akrilamid menjadi gel poliakrilamid sehingga dapat digunakan dalam pemisahan protein.

BAB XIIIAnalisis Bahan Tambahan Makanan

A. FormalinPrinsip: mengidentifikasi adanya formalin menggunakan Kit FMR. Senyawa formalin yang teroksidasi pada bahan pangan (asam format) akan dikembalikan oleh reagen FMR formalin dan bereaksi dengan kromofor sehingga membentuk warna ungu. Reaksi: Formalin asam format + FMR formalin + kromofor warna ungu.Sifat formalin: larut dalam air, larut dalam senyawa nonpolar, dalam bahan pangan formalin dalam bentuk asam format, dalam FMR ada kromofor berinteraksi dengan formalin.

B. BoraksPrinsip: mengidentifikasi adanya boraks dengan menggunakan Kit BMR. Senyawa kromofor yang ada pada Kit BMR bereaksi dengan Na tetraboraks membentuk kompleks warna merah pekat.

C. Zat warna berbahayaPrinsip: mengidentifikasi adanya senyawa zat warna berbahaya menggunakan Kit CMR. Senyawa zat warna berbahaya yang larut minyak diekstrak dari bahan pangan menggunakan ammonia lalu dilarutkan dalam PE/ bensin. Larutan PE/ bensin dipisahkan dan diberi CMR. CMR dan zat warna berbahaya menghasilkan warna yang sesuai dengan warna dari zat berbahaya tersebut.Kelebihan reagen:Praktis, aman, mudah digunakan, cepat, keakurata tinggi. BMR kdan FMR keakuratannya 5 ppm, sedang CMR tergantun pengekstrakkan.Kekurangan reagen:Reagen tidak stabil/ kestabilan rendah hanya tahan sampai 2 minggu (FMR), 1 bulan (BMR), 1 bulan lebih (CMR). Subjektivitas tinggi, penggunaan kurang dan pengekstraksi kurang sempurna akan menunjukkan hasil negative.Fungsi reagen:1. Amoniak: untuk pengekstrak zat warna. Amoniak yang dibutuhkan 4-5 tetes, jika lebih akan menjadi basa dan akan mempengaruhi hasil zat warna berbahaya yang larut dalam minyak.2. PE: sebagai pelarut warna3. Kromofor: sebagai pengikat yang dapat menghasilkan warna tertentu