analisis biaya produksi usaha persuteraan alam: … · the cost of producing kain sarung in...

71
ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: STUDI KASUS DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR SULAWESI BARAT DAN KABUPATEN ENREKANG SULAWESI SELATAN RENATO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Upload: vuongnguyet

Post on 11-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM:

STUDI KASUS DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR SULAWESI

BARAT DAN KABUPATEN ENREKANG SULAWESI SELATAN

RENATO

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 2: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

ABSTRACT

RENATO. E24070078. Production Cost Analysis of Sericulture (A Case Study at

Polewali Mandar Regency West Sulawesi and Enrekang Regency South

Sulawesi). Under direction of BINTANG C. H. SIMANGUNSONG.

Sericulture is a part of social forestry programmes to improve the welfare of

society, which live mainly around forest areas. In order to compete and overcome

the obstacles that exist in Sericulture business today, production cost analysis

should be done, as an important component in decision-making. The objective of

this study is to determine production cost including break even point (BEP), and

profitability rate. This study was conducted at Polewali Mandar Regency West

Sulawesi and Enrekang Regency South Sulawesi in November untill December

2011.

The results showed that: (a) the largest cost in Polewali Mandar Regency

was at sericulture process that is 36,8% while in Regency Enrekang was at

weaving process 53,8%; (b) production costs of cocoon in Enrekang Regency Rp

24.310/kg, the production cost of yarn Rp 393.940/kg, production cost of kain ikat

Rp 197.340/sheet, and production cost of kain sarung Rp 303.440/sheet. While

the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet;

(C) Break-even point of farmers group in Polewali Mandar Regency was 119

sheet of kain sarung in a year. Break even point of KUB Sinar Buntu Kurung was

2647,15 kg cocoons in a year. Break even point of UPT Tekstil was 481,5 kg silk

yarn in a year. Break even point of Pertenunan Nenek Mallomo was 68 sheet of

kain ikat in a year and 826 sheet of kain sarung in a year; (d) Profitability rate was

obtained by Farmers Group Pallis is 25,1% from production costs, KUB Sinar

Buntu Kurung was 43,9%, Pertenunan Nenek Mallomo was 26,7% for kain ikat,

While UPT Tekstil suffer loss; (e) An integrated sericulture process in Polewali

Mandar Regency have ROI point at 3,3%. Sericulture process in Regency

Enrekang which done separately, reached ROI point at 15,7% on cocoons

production stage. At fabric production, Pertenunan Nenek Mallomo have ROI

point at 6,7%. While ROI point at spinning process in UPT Tekstil showed

negative value.

Keywords : non-timber forest produts, sericulture, production costs, break even

point (BEP), profitability.

Page 3: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

RINGKASAN

RENATO. E24070078. Analisis Biaya Produksi Usaha Persuteraan Alam: Studi

Kasus di Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat dan Kabupaten Enrekang

Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh BINTANG C. H. SIMANGUNSONG.

Persuteraan alam adalah bagian kegiatan perhutanan sosial yang bertujuan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, utamanya di sekitar kawasan hutan.

Untuk mengatasi persaingan dan hambatan yang dihadapi oleh usaha persuteraan

alam saat ini, perlu dilakukan analisis biaya produksi, yang merupakan komponen

penting dalam setiap pengambilan keputusan dalam suatu usaha. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis struktur biaya produksi, tingkat Break Even Point

(BEP) dan tingkat profitabilitas. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Polewali

Mandar Sulawesi Barat dan Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan pada bulan

November sampai dengan Desember 2011.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a) Persentase biaya terbesar di

Kabupaten Polewali Mandar terdapat pada tahap pemeliharaan ulat yaitu sebesar

36,8% sedangkan di Kabupaten Enrekang terdapat pada tahap pertenunan yaitu

sebesar 53,8%; (b) Biaya produksi kokon di Kabupaten Enrekang sebesar Rp

24.310/kg, biaya produksi benang sebesar Rp 393.940/kg, biaya produksi kain

ikat sebesar Rp 197.340/lembar, dan biaya produksi kain sarung sebesar Rp

303.440/lembar. Sedangkan biaya produksi kain di Kabupaten Polewali Mandar

sebesar Rp 143.940/lembar; (c) Break even point Kelompok Tani Pallis di

Kabupaten Polewali Mandar adalah sebesar 119 lembar sarung per tahun. Break

even point KUB Sinar Buntu Kurung adalah 2647,15 kg kokon per tahun. Break

even point pemintalan UPT Tekstil adalah 481,5 kg benang per tahun. Break even

point Pertenunan Nenek Mallomo untuk kain ikat sebesar 68 lembar kain ikat per

tahun dan untuk kain sarung sebesar 826 lembar kain sarung per tahun; (d)

Tingkat profitabilitas yang didapatkan oleh Kelompok Tani Pallis sebesar 25,1%

dari biaya produksi, KUB Sinar Buntu Kurung sebesar 43,9%, Pertenunan Nenek

Mallomo untuk kain ikat sebesar 26,7%, sedangkan UPT Tekstil mengalami

kerugian; (e) Nilai ROI untuk usaha persuteraan alam secara terintegrasi di

Kabupaten Polewali Mandar adalah sebesar 3,3%. Usaha persuteraan alam di

Kabupaten Enrekang yang dilakukan secara terpisah pada tahap produksi kokon,

mencapai nilai ROI sebesar 15,7%, pada tahap produksi kain sebesar 6,7%

sedangkan nilai ROI Pada tahap pemintalan menunjukkan nilai yang negatif.

Kata kunci : hasil hutan non kayu, persuteraan alam, biaya produksi, break even

point (BEP), profitabilitas.

Page 4: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Biaya

Produksi Usaha Persuteraan Alam: Studi Kasus di Kabupaten Polewali Mandar

Sulawesi Barat dan Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan adalah benar-benar

hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah

digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun

tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2012

Renato

NRP E24070078

Page 5: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM:

STUDI KASUS DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR SULAWESI

BARAT DAN KABUPATEN ENREKANG SULAWESI SELATAN

RENATO

E24070078

Skripsi

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 6: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

Judul Penelitian : Analisis Biaya Produksi Usaha Persuteraan Alam: Studi

Kasus di Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat dan

Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan

Nama : Renato

NIM : E24070078

Menyetujui,

Dosen Pembimbing,

Ir. Bintang C.H. Simangunsong, MS, Ph.D

NIP. 19630413 198703 1 004

Mengetahui,

Ketua Departemen Hasil Hutan

Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. I Wayan Darmawan, M.Sc

NIP. 1966 0212 199103 1 002

Tanggal Lulus:

Page 7: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam

penelitian ini ialah persuteraan alam, dengan judul Analisis Biaya Produksi Usaha

Persuteraan Alam: Studi Kasus di Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat

dan Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan.

Sutera alam merupakan salah satu komoditi hasil hutan bukan kayu yang

bernilai tinggi dan sebagai sumber devisa negara. Hambatan yang dihadapi saat

ini adalah keterbatasan pengetahuan budidaya murbei dan teknik pemeliharaan

ulat sutera yang baik dan benar, masuknya bahan baku impor serta kurangnya

dana untuk investasi. Untuk menghadapi persaingan serta demi kelangsungan

kegiatan persuteraan alam perlu dilakukan analisis biaya dengan harapan dapat

memberi manfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi mengenai usaha

persuteraan alam dan wawasan kepada pembaca mengenai analisis biaya produksi

usaha persuteraan alam

Penulis juga menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun,

sehingga tulisan ini menjadi lebih baik. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat

bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Februari 2012

Penulis

Page 8: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 7 Februari 1989 dari ayah Abdul

Muthalib dan ibu Murniati. Penulis merupakan putra kedua dari dua bersaudara.

Pada tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 70 Jakarta. Penulis masuk

Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru

(SPMB) pada tahun 2007. Penulis memilih Program Studi Teknologi Hasil Hutan,

Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan. Selanjutnya memilih bagian Bio-

Komposit dengan bidang keahlian Ekonomi Industri Hasil Hutan.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi

kemahasiswaan yakni sebagai staf Divisi Eksternal Himpunan Mahasiswa Hasil

Hutan (HIMASILTAN) tahun 2008-2009, Ketua Himpunan Mahasiswa Hasil

Hutan tahun 2009-2010, Panitia Bina Corps Rimbawan (BCR) Fakultas

Kehutanan tahun 2009, Panitia KOMPAK Departemen Hasil Hutan tahun 2009,

dan panitia Pekan Ilmiah Kehutanan Nasional V tahun 2010. Selain itu penulis

juga pernah melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cagar

Alam Gunung Sawal dan Cagar Alam Pangandaran pada tahun 2009,

melaksanakan Praktek Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat,

Sukabumi dan Kesatuan Pemangkuan Hutan Cianjur, pada tahun 2010. Penulis

juga melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Profilindah Kharisma,

Mojokerto, Jawa Timur pada tahun 2011.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan IPB.

Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Biaya Produksi Usaha

Persuteraan Alam: Studi Kasus di Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat

dan Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan dibimbing oleh Ir. Bintang C.H.

Simangunsong, MS, Ph.D.

Page 9: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada

kesempatan ini, dengan penuh rasa hormat penulis ingin menyampaikan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Ir. Bintang C.H. Simangunsong, MS, Ph.D. atas kesabaran dan

keikhlasan dalam memberikan bimbingan ilmu, waktu, bantuan, arahan dan

nasehat kepada penulis.

2. Ibu Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda, M.Si selaku dosen penguji mewakili

Departemen Silvikultur dan Bapak Ir. Jajang Suryana, M.Sc selaku ketua

sidang.

3. Keluarga tercinta: Abdul Muthalib (ayah), Murniati (ibu), dan Sally (kakak)

atas cinta, doa, pengertian dan perhatian yang diberikan kepada penulis.

4. Seluruh staf pengajar dan staf kependidikan di lingkungan Departemen

Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.

5. Bapak Ir. Antonius T. Patandianan, MP selaku kepala Balai Persuteraan

Alam (BPA), Bapak Rinaldo selaku staf BPA, Bapak Salahuddin selaku

koordinator pelaksana BPA Kab. Polewali Mandar, dan Bapak Tamrin

selaku koordinator pelaksana BPA Kab. Enrekang yang telah bersedia

memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

6. Bapak Sahir, Bapak Sukri, Bapak Syamsir, Bapak Baharuddin, Bapak

Arifin, dan Ibu Hj. Nafisah yang telah membimbing serta membantu penulis

dalam melaksanakan penelitian dan pengumpulan data.

7. Teman-teman mahasiswa Departemen Hasil Hutan angkatan 44 yang tidak

bisa disebutkan satu persatu dan khususnya Topik, Punto, Nia, Desi, Ina,

Ridha, Ferry, Djayus, Syamsi, Harisfan, Jauhar, dan Rudi. Terimakasih

untuk kebersamaan yang hangat selama ini.

7. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kehutanan Anggi, Yasser, Adijombang,

Rizki, Rusdi, Arifin, Lembong,

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu

penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Bogor, Februari 2012

Penulis

Page 10: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ........................................................................................................ i

DAFTAR TABEL ............................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1 1.2 Tujuan .............................................................................................. 2

1.3 Manfaat ............................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Persuteraan Alam ................................................................ 3 2.2 Usaha Persuteraan Alam .................................................................. 3 2.3 Biaya Produksi ................................................................................. 8

2.4 Ekonomi Persuteraan Alam ............................................................. 9

BAB III METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 13

3.2 Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data ........................................ 13 3.3 Metode Analisis Data ..................................................................... 13 3.4 Sistem Pemasaran dan Dampak Usaha Persuteraan Alam

Terhadap Kesejahteraan Masyarakat ............................................. 18

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kelompok Tani Pallis .................................................................... 19 4.2 Kelompok Usaha Bersama Sinar Buntu Kurung ........................... 22 4.3 UPT Tekstil Enrekang.................................................................... 25

4.4 Pertenunan Nenek Mallomo .......................................................... 26

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Biaya Produksi Persuteraan Alam ................................................. 29 5.2 Analisis Break Even Point ............................................................. 34 5.3 Analisis Profitabilitas ..................................................................... 35 5.4 Sistem Pemasaran dan Dampak Usaha Persuteraan Alam

Terhadap Kesejahteraan Masyarakat ............................................. 38

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan .................................................................................... 43

6.2 Saran .............................................................................................. 43

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 44

LAMPIRAN ........................................................................................................ 46

Page 11: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

ii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Komposisi faktor yang menyebabkan perilaku makan ulat sutera ................. 5

2. Perkembangan persuteraan alam di Indonesia tahun 2005-2010 ................... 9

3. Nilai dan perkembangan ekspor produk sutera alam Indonesia

tahun 2001-2006 .......................................................................................... 10

4. Jenis data dan pengumpulan data ................................................................ 14

5. Proses dan waktu pemeliharaan ulat sutera dalam satu periode ................. 25

6. Biaya produksi persuteraan alam di Kabupaten Polewali Mandar

dan Enrekang ............................................................................................... 31

7. Biaya produksi persuteraan alam berdasarkan tahapan kegiatan di

Kabupaten Polewali Mandar dan Enrekang ................................................ 32

8. Perbandingan analisis biaya produksi persuteraan alam hasil

penelitian tahun 2004 dan 2011 ................................................................. 33

9. Rugi laba usaha persuteraan alam di Kabupaten Polewali Mandar

dan Enrekang ............................................................................................... 36

Page 12: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

iii

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Siklus hidup ulat sutera (Bombyx mori) berdasarkan dari

www.cdfd.org.in............................................................................................. 6

2. Produksi benang sutera di Indonesia tahun 2005-2010................................ 10

3. Wilayah pengembangan persuteraan alam di Indonesia. ............................. 12

4. Daun beberapa jenis murbei (kiri ke kanan: M. nigra, M. alba, M.

cathayana, M. multicaulis). .......................................................................... 20

5. Pemeliharaan ulat sutera instar II (a) dan ulat sutera instar V (b). ............... 21

6. Tahapan proses pemasakan dan pewarnaan benang. ................................... 22

7. Kebun murbei petani di Desa Mata Allo, Kabupaten Enrekang. ................. 23

8. Macam-macam tempat pengokonan; frame dari bilah bambu (a)

dan seriframe dari plastik (b). ...................................................................... 24

9. Ulat mulai membuat kokon (a) dan kokon yang sudah dipanen(b). ............ 24

10. Tahapan proses pemintalan benang. ............................................................ 26

11. Alat tenun tradisional gedogan (a) dan alat tenun bukan mesin (b). ............ 27

12. Produk kain sarung sutera mandar (a) dan kain tenun ikat (b). ................... 28

13. Alur distribusi pemasaran kain sutera di Kabupaten Polewali

Mandar. ........................................................................................................ 39

14 Alur distribusi persuteraan alam di Kabupaten Enrekang............................ 41

Page 13: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

iv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Investasi, penyusutan, dan bunga modal persuteraan alam di

Kabupaten Polewali Mandar ....................................................................... 47

2. Investasi, penyusutan, dan bunga modal persuteraan alam di

Kabupaten Enrekang ................................................................................... 48

3. Biaya variabel persuteraan alam di Kabupaten Polewali Mandar .............. 49

4. Biaya variabel persuteraan alam di Kabupaten Enrekang........................... 50

5. Produksi dan pendapatan usaha persuteraan alam di Kabupaten

Polewali Mandar dan Kabupaten Enrekang ................................................ 51

6. Jumlah dan nilai ekspor sutera Indonesia tahun 2004 – 2010 ..................... 53

7. Jumlah dan nilai impor sutera Indonesia tahun 2004 – 2010 ..................... 55

8. Tanaman murbei untuk sutera alam Indonesia tahun 2005-2010 ............... 57

9. Produksi benang sutera Indonesai tahun 2005-2010 ................................... 58

Page 14: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persuteraan alam adalah bagian kegiatan perhutanan sosial yang ditujukan

untuk peningkatan ekonomi kerakyatan, perluasan kesempatan usaha dan kerja,

pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat utamanya

di sekitar kawasan hutan. Kegiatan persuteraan alam (sericulture) terdiri dari

kegiatan budidaya murbei (moriculture), pembibitan ulat sutera, pemeliharaan ulat

sutera dan pengolahan kokon dengan hasil berupa kokon dan benang sutera.

Dalam Sumadiwangsa (2006) disebutkan bahwa, sutera alam merupakan salah

satu komoditi HHBK yang bernilai tinggi dan sebagai sumber devisa negara.

Sutera alam merupakan salah satu komoditi untuk memenuhi kebutuhan dalam

negeri maupun ekspor baik berupa kokon, benang, maupun produk jadi.

Kebutuhan dunia akan benang sutera selalu meningkat setiap tahunnya. Hal

ini dapat dilihat dari produksi sutera alam dunia saat ini sekitar 83.393 ton

sementara kebutuhan dunia sekitar 92.741 ton. Indonesia pada tahun 2009 hanya

dapat memproduksi kokon dan benang sutera sebanyak 152 ton. Hal ini belum

dapat memenuhi kebutuhan industri pertenunan dalam negeri sehingga hal ini

membuka peluang untuk mengembangkan usaha di bidang persuteraan alam.

Salah satu sentra persuteraan alam di Indonesia saat ini adalah provinsi Sulawesi

Selatan dengan persentase produksi hampir 86% dari total produksi nasional. Hal

ini terjadi karena adanya faktor pendukung, diantaranya: (1) konsumsi benang

sutera alam setempat untuk kerajinan dan industri rumah tangga, (2) lahan yang

masih luas dan iklim yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman murbei, (3)

konstruksi rumah masyarakat yang umumnya berbentuk panggung mendukung

untuk pemeliharaan ulat dan pengolahan kokon, (4) pekerjaan masyarakat yang

umumnya sebagai petani (Zainuddin 1997).

Hambatan yang dihadapi dalam usaha persuteraan alam di Indonesia saat ini

adalah keterbatasan pengetahuan budidaya murbei dan teknik pemeliharaan ulat

sutera yang baik dan benar, masuknya bahan baku impor serta kurangnya dana

untuk investasi dan kurangnya pengalaman dalam manajemen pengelolaannya.

Page 15: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

2

Perlu adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak dalam perkembangan

persuteraan di Indonesia, mulai dari budidaya hingga ke pemasarannya agar usaha

di bidang sutera dapat memberikan kontribusi terhadap perekonomian

masyarakat.

Maka untuk menghadapi persaingan diperlukan suatu pengaturan dan

pengawasan yang baik dalam kegiatan produksinya, yaitu perencanaan produksi,

pengawasan pembiayaan, penilaian efisiensi, penekanan biaya produksi, dan

penentuan harga jual yang tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan

analisis biaya produksi, yang merupakan komponen penting dalam setiap

pengambilan keputusan perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

Oleh karena itu, penelitian tentang analisis biaya produksi usaha persuteraan alam

ini diharapkan dapat membantu dalam pengelolaan produksi persuteraan alam dan

tingkat keuntungan yang didapat pengusaha.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis struktur biaya produksi usaha persuteraan alam yang mencakup

biaya produksi kokon, biaya produksi benang, dan biaya produksi kain sutera.

2. Menghitung break even point usaha persuteraan alam.

3. Menganalisis tingkat profitabilitas usaha persuteraan alam.

1.3 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pengusaha

tentang komponen biaya produksi untuk kepentingan pengelolaan dan

pengendalian biaya, serta memberikan informasi kepada mahasiswa dan

masyarakat tentang proses pembuatan benang sutera dan komponen biaya

produksinya.

Page 16: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Persuteraan Alam

Budi daya ulat sutera jenis Bombyx mori (Lepidoptera, Bombycidae) sudah

dikembangkan di negara China sejak 2500 tahun SM, yakni pada era Dinasti Han.

Benang dan kain sutera yang berasal dari ulat jenis ini telah menjadi produk

unggulan yang dibanggakan oleh negara China, sekaligus bagian dari kegiatan

atau budaya masyarakat di negara tersebut. Selain di China, budi daya ulat sutera

B. mori juga sudah berkembang pesat di Jepang (abad ke-2), di India dan Korea

(abad ke-3), di Italia dan Prancis (abad ke-16), serta Inggris (abad ke-17) (Solihin

2010).

Di Indonesia, perkembangan sutera juga sudah lama berlangsung, yakni

dimulai pada abad ke-10. Awalnya, kegiatan perdagangan sutera di Indonesia

dilakukan secara langsung oleh negara China dan India. Hal ini membuat

pemanfaatan sutera mengalami perkembangan di wilayah Nusantara, terutama di

daerah Sulawesi dan berlanjut hingga masa pendudukan Belanda. Sejak tahun

1922 hingga periode pendudukan Jepang, ulat sutera B. mori berkembang baik di

beberapa daerah, terutama pada ketinggian 1000-5000 kaki dpl, misalnya di Garut

(Jawa Barat), Solo (Jawa Tengah), Curup (Bengkulu), dan Pematang Siantar

(Sumatera Utara).

2.2 Usaha Persuteraan Alam

Pada dasarnya kegiatan persuteraan alam adalah kegiatan agroindustri yang

merupakan bagian dari kegiatan perhutanan sosial, terdiri dari beberapa kegiatan

antara lain: budidaya tanaman murbei, pembibitan ulat sutera, pemeliharaan ulat

sutera, pengendalian hama dan penyakit tanaman murbei dan ulat sutera,

pemanenan kokon, pemintalan benang sutera dan pertenunan kain sutera (BPA

2007).

Menurut Saifullah (2004), kegiatan persuteraan alam di Kebun Wanatani

Sutera Cibidin, Sukabumi meliputi tiga tahap yaitu budidaya murbei,

pemeliharaan ulat sutera, dan pemintalan benang. Kegiatan budidaya murbei

Page 17: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

4

meliputi tahapan mulai dari pengolahan lahan, penanaman bibit yang dapat berupa

stek, pemeliharaan tanaman, hingga pemanenan daun. Kegiatan budidaya murbei

bertujuan sebagai sumber bahan pakan bagi kegiatan pemeliharaan ulat sutera.

Kegiatan pemeliharaan ulat sutera sendiri dimulai dari persiapan pemeliharaan,

penetasan telur, pemeliharaan ulat kecil, pemeliharaan ulat besar, pengokonan,

hingga pemanenan kokon. Kokon yang sudah dipanen diseleksi terlebih dahulu

baru kemudian direbus sebelum dilakukan pemintalan I (reeling) dan Pemintalan

II (re-reeling).

2.2.1 Budidaya Murbei

Tanaman murbei (Morus sp.) termasuk ke dalam divisi Spermatophyta,

subdivisio Angiospermae, classis Dicotyledonae, ordo Urticalis, familia

Moraceae, genus Morus, species Morus sp. (Samsijah 1974). Tanaman murbei

merupakan perdu atau semak, tetapi ada pula yang merupakan pohon tinggi bila

dibiarkan. Umumnya bercabang banyak, percabangan tegak atau mendatar.

Cabang dan ranting umumnya berbentuk bulat, warna hijau abu-abu, putih agak

coklat ataupun ungu. Bentuk daun oval, ovulus atau sub orbiculair. Tepi daun

bergerigi, bergigi, beringgit, bercangap berlekuk atau tidak. Ujung daun

meruncing. Permukaan atas licin sedikit atau tidak berbulu, berwarna hijau tua

atau suram, sedang permukaan bawah hijau suram, dan kasar. Tangkai daun

umumnya bulat berwarna hijau putih atau ungu. Mempunyai daun penumpu, lekas

gugur dengan meninggalkan bekas. Tumbuhan berumah satu atau dua dan buah

majemuk.

Menurut Katsumata (1972, dalam Samsijah 1974) dikenal beberapa jenis

tanaman murbei, yaitu:

1. Morus nigra Linn.

2. M. alba Linn.

3. M. alba L.var. tartarica

4. M. alba L.var. macrophylla

5. M. multicaulis.

6. M. cathayana.

7. M. australis.

Page 18: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

5

Disamping itu juga dijumpai jenis M. bombycis koidz, Morus sp. (sering disebut

jenis x), Morus sp. (berasal dari tengger) dan M. macroura.

Berdasarkan kebutuhan ulat sutera perlu diketahui bahwa untuk memelihara

ulat kecil (stadia 1 – 3) dibutuhkan daun murbei yang masih muda tetapi yang

tidak terlalu lembek, jadi daun daun pucuk apalagi di musim hujan sebaiknya

tidak dipakai. Untuk memelihara ulat besar (stadia 4 – mengokon) dibutuhkan

daun murbei yang cukup tua asal tidak terlalu keras atau kering. Hamamura (2001)

menyatakan bahwa pada daun murbei terdapat attracting factor, biting factor, dan

swallowing factor yang mempengaruhi perilaku makan ulat sutera. Komposisi

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku makan ulat sutera disajikan dalam

Tabel 1.

Tabel 1 Komposisi faktor yang menyebabkan perilaku makan ulat sutera

Feeding Behaviour Stimulate Substance

Attracting Citral

Biting β-sitosterol

Morin or isoquercitrin

Swallowing Cellulose powder

Supplementary Potassium diposphate

Sucrose

Inositol

Silicasol

Sumber: Hamamura (2001)

2.2.2 Pemeliharaan Ulat sutera

Ulat sutera (Bombyx mori L.) merupakan serangga yang biasa dipelihara

dalam ruangan dan penghasil sutera utama, meliputi 95% produksi sutera dunia.

Sebutan lain adalah ulat sutera murbei karena secara alami hanya makan daun

murbei (Morus spp.) dan sutera yang dihasilkan dikenal sutera alam murbei

(Sunanto 1997 dalam Nurhaedah 2009).

Ulat sutera merupakan serangga dengan metamorfosis sempurna, yaitu

serangga dengan perkembangan sayap terjadi di dalam tubuh dan fase pra dewasa

berbeda dengan fase dewasa baik morfologi ataupun perilaku makan. Secara

keseluruhan siklus hidup yang dilalui ulat sutera meliputi telur, larva (instar),

pupa dan dewasa (imago). Pada masing-masing akhir instar ditandai dengan

pergantian kulit (moulting). Pada fase instar ada lima tahap, yaitu: instar I, instar

Page 19: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

6

II, instar III, instar IV, dan instar V. Katsumata (1964 dalam Ekastuti 1994)

memberikan batasan waktu tahapan instar ini sebagai berikut:

1. Instar I lamanya 2 hari 13 jam, dihitung dari saat telur menetas sampai

istirahat I.

2. Instar II lamanya 2 hari 2 jam, dihitung setelah istirahat 20 jam pada

istirahat I.

3. Instar III lamanya 2 hari 14 jam, dihitung setelah istirahat II selama 20 jam.

4. Instar IV lamanya 3 hari 16 jam, dihitung setelah istirahat III yang lamanya

24 jam.

5. Instar V lamanya 8 hari 5 jam, dihitung setelah istirahat IV yang lamanya 1

hari 13 jam. Tahap terakhir ini ditandai dengan ulat mulai tidak mau makan.

Gambar 1 Siklus hidup ulat sutera (Bombyx mori) berdasarkan dari

www.cdfd.org.in.

Lamanya periode hidup ulat sutera mulai saat menetaskan telur sampai masa

membuat kokon sekitar satu bulan dan sangat tergantung pada iklim serta keadaan

lingkungan (Atmosoedarjo et al. 2000 dalam Nurhaedah 2009). Menurut Tazima

(1964), lamanya siklus hidup ulat sutera secara keseluruhan sekitar 55 – 60 hari

Page 20: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

7

pada suhu 23 – 25 oC. Siklus hidup ulat sutera (B. mori) secara keseluruhan dapat

dilihat pada Gambar 1.

Menurut Sangaku (1975 dalam Ekastuti 1994), ulat sutera dapat dibagi

berdasarkan atas sifat fisiologis dan ekologisnya, yaitu :

1. Berdasarkan atas voltinismenya (jumlah generasi per tahun), maka akan

didapatkan ulat sutera yang monovoltine, yaitu yang hanya mengalami satu

generasi dalam setahun, atau secara alam telurnya hanya menetas sekali

setahun. Ulat sutera bivoltine yaitu ulat sutera yang mengalami dua generasi

setahun. Dan ulat sutera polivoltine yaitu ulat yang mengalami tiga generasi

atau lebih dalam setahun. Dalam hal ini telurnya dapat menetas setiap saat.

2. Berdasarkan atas moltinismenya (pergantian kulit), terdapat jenis three

molter, yaitu ulat sutera yang mengalami tiga kali pergantian kulit. Jenis

four molter mengalami empat kali pergantian kulit. Dan jenis five molter

mengalami lima kali pergantian kulit.

3. Berdasarkan asalnya, terdapat jenis Jepang yang kupu-kupunya bertelur

banyak, kokon berwarna putih dan bentuknya seperti kacang tanah. Jenis

China kokonnya agak bulat, ada yang berwarna putih, dan kuning kehijauan.

Jenis Eropa kokonnya besar dan berwarna putih. Ulatnya tidak tahan

terhadap iklim panas dan lembab, ukuran telur dan ulatnya panjang dan

periodenya juga panjang. Dan ulat sutera jenis Tropika kokonnya kecil.

Kokon adalah rajutan filamen sutera yang dihasilkan kelenjar sutera

melalui proses insolubisasi yang disebabkan oleh aksi mekanik pengeluaran

cairan sutera dan berfungsi sebagai pelindung saat berlangsungya proses

metamorfosis (Rukaesih et al. 1991 dalam Nurhaedah 2009). Bagian luar kokon

berupa serat sutera yang membungkus kokon secara rapi dengan warna dan

kehalusannya sangat ditentukan oleh jenis serangga penghasil sutera dan bahan

pakannya (Lee 2000; Sunanto 1997 dalam Nurhaedah 2009).

Produk dari kokon yang sangat penting adalah serat atau filamen sutera.

Serat sutera dihasilkan oleh sepasang kelenjar sutera (silk gland) dengan bagian-

bagian seperti : 1. Bagian depan merupakan saluran pengeluaran kelenjar yang

terbuka pada ujungnya tepat di bawah mulut larva; 2. bagian tengah, bagian ini

sebagai penghasil zat warna yang dibentuk bersama serisin yang berfungsi

sebagai perekat dua serat paralel dengan proporsi 25 % dari bobot serat dan

bersifat mudah larut dalam air panas; 3. bagian belakang kelenjar, sebagai

penghasil serat sutera yang disebut fibroin merupakan bagian utama serat filamen

dengan proporsi 75 % dari bobot total serat dan tidak larut dalam air panas

(Tazima 1978 dalam Nurhaedah 2009).

Page 21: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

8

2.2.3 Pemintalan

Pemintalan merupakan suatu proses untuk melepas serat sutera dari kokon

dan menyayatkannya untuk menghasilkan benang sutera dengan menggunakan

alat pintal. Alat pintal yang digunakan dalam industri pemintalan benang sutera

alam terdiri dari alat pintal tradisional, alat pintal semi mekanis, dan alat pintal

otomatis (Bachtiar 1991 dalam Saifullah 2004). Tahapan pengolahan kokon

menjadi benang sutera mentah (rawsilk) yaitu: 1. pengeringan, 2. pemilahan, 3.

pemasakan, 4. pemintalan, 5. pemintalan ulang, 6. penjahitan, 7. pengujian, 8.

penumpukan dan pengemasan (Jaya 2003).

Menurut Jaya (2003), mesin pintal (mesin reeling) ada 3 macam yaitu mesin

pintal otomatis untuk kokon normal, mesin pintal duppion untuk kokon rangkap,

dan mesin pintal multi untuk kokon cacat ringan. Mesin pintal multi dan mesin

pintal otomatis dalam memintal kokon memiliki langkah yang sama yaitu sebagai

berikut: 1. pemasakan, 2. pemilihan, 3. penyikatan, 4. jetbort, 5. button, 6. pulley,

7. beam, 8. guide, 9. reeling. Perbedaan kedua mesin ini hanya terletak pada

penyikatan kokon untuk mencari ujung benang. Pada mesin multi pekerjaan

tersebut dilakukan secara manual, sedangkan pada mesin otomatis dilakukan

dengan menggunakan mesin (secara otomatis).

2.3 Biaya Produksi

Saifullah (2004) menyatakan bahwa, struktur biaya usaha persuteraan alam

terdiri dari biaya produksi kokon dan biaya produksi benang. Biaya produksi

kokon meliputi biaya pemeliharaan kebun murbei dan biaya pemeliharaan ulat.

Sedangkan biaya produksi benang meliputi biaya pemintalan dan biaya pembelian

kokon. Biaya produksi kokon di Kabupaten Garut sebesar Rp. 43.840/kg

sedangkan di Kabupaten Sukabumi Rp 32.550/kg. Untuk biaya produksi benang

di Kabupaten Garut sebesar Rp. 193.880/kg sedangkan di Kabupaten Sukabumi

Rp. 362.989/kg.

Berdasarkan data dari Balai Persuteraan Alam pada tahun 2010, Harga telur

ulat sutera F1 produksi KPSA Perum Perhutani Soppeng saat ini adalah Rp.

80.000 per boks, sementara produksi PSA Candiroto Rp. 40.000 dengan jumlah ±

25.000 butir per boks. Harga kokon sebagai bahan baku proses pemintalan

Page 22: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

9

benang, saat ini berkisar antara Rp. 20.000 – Rp. 27.000 per kilogram. Sedangkan

untuk harga benang sutera saat ini berkisar antara Rp. 225.000 – Rp. 250.000 per

kilogram.

2.4 Ekonomi Persuteraan Alam

Perkembangan persuteraan alam di Indonesia mulai tahun 2005-2010 dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Perkembangan persuteraan alam di Indonesia tahun 2005-2010

Tahun Tanaman

Murbei (Ha)

Produksi

Kokon (Kg)

Produksi

Benang (Kg)

Petani Sutera

(KK)

2005 4.573,00 418.276,00 58.949,00 2.911

2006 3.660,55 338.593,55 46.573,68 3.951

2007 3.544,07 469.819,27 65.194,50 3.339

2008 4.658,05 272.827,16 36.864,52 5.714

2009 3.766,10 132.792,26 19.212,23 8.867

2010 2.063,82 161.409,58 20.337,50 3.508

Sumber : Statistik Kehutanan Ditjen Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan

Sosial (2010) dan Statistik Pengembangan Persuteraan Alam (2011)

Volume impor sutera alam dari berbagai negara produsen sutera seperti

China, India, Jepang, Korea dan Brazil lebih banyak pada hasil budidaya ulat

sutera (produksi kokon) dan benang sutera. Kenyataan ini sangat bertolak

belakang dengan potensi sumber daya alam yang menunjang bagi pengembangan

budidaya murbei dan pemeliharaan kokon di Indonesia. Dengan demikian pasar

bagi pemenuhan kebutuhan kokon dan benang dalam negeri masih terbuka.

Sedangkan untuk volume ekspor banyak pada produksi kain dan barang jadi. Hal

tersebut menunjukkan masih besarnya respon pasar luar negeri untuk produk-

produk hilir persuteraan alam (Yusup 2009).

Peningkatan permintaan produk sutera alam dunia merupakan peluang bagi

Indonesia untuk memproduksi sutera alam yang lebih optimal. Ekspor sutera alam

Indonesia saat ini telah mencakup berbagai negara, antara lain : Malaysia, Jepang,

Turki, Yunani, Jerman, Amerika dan Spanyol. Nilai dan perkembangan ekspor

sutera alam di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 23: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

10

Tabel 3 Nilai dan perkembangan ekspor produk sutera alam Indonesia tahun

2001-2006

Tahun Nilai Ekspor (US $) Perkembangan (%)

2001 44.274 -

2002 241.009 444,36

2003 275.993 14,52

2004 365.844 32,56

2005 1.866.493 410,19

2006 1.972.568 5,68

Sumber : Badan Pusat Statistik (2007)

Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai ekspor produk sutera alam di Indonesia

dari tahun 2001 sampai tahun 2006 mengalami peningkatan. Nilai ekspor dari

tahun 2001 sampai dengan tahun 2006 berkembang positif. Persentase

perkembangan nilai ekspor terbesar terjadi pada periode tahun 2002 dan 2005.

Walaupun demikian, secara keseluruhan nilai ekspor produk sutera alam di

Indonesia meningkat, hal ini berarti peluang bisnis pesuteraan alam di Indonesia

masih menjanjikan.

Gambar 2 Produksi benang sutera di Indonesia tahun 2005-2010.

Berdasarkan data produksi benang sutera dari Direktorat Jenderal Bina

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial pada tahun 2005-2010.

Penghasil benang sutera di indonesia dari yang terbesar adalah berturut-turut

provinsi Sulawesi Selatan dengan total jumlah produksi 130,3 ton, Jawa Tengah

11,7 ton, Jawa Barat 6,5 ton, dan Sulawesi Utara 3,6 ton, Berdasarkan data

tersebut dapat dilihat pada Gambar 2, bahwa provinsi Sulawesi Selatan

menyumbang hampir 83% produksi benang sutera dari total produksi nasional

82,83%

7,44%

4,12%

2,31% 3,31%

Sulawesi Selatan

Jawa Tengah

Jawa Barat

Sulawesi Utara

others

Page 24: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

11

pada tahun 2005-2010. Tingginya produksi benang sutera di Sulawesi Selatan

karena sejak tahun 1970 telah diadakan proyek pembinaan persuteraan alam.

Produksi benang sutera dari setiap provinsi di Indonesia secara rinci dapat dilihat

pada Tabel Lampiran 9.

Wilayah pengembangan persuteraan alam di Indonesia yang dilakukan oleh

Balai Persuteraan Alam Kementerian Kehutanan telah mencakup 16 provinsi,

seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Saat ini provinsi yang mengelola persuteraan

alam mulai dari hulu (penanaman murbei dan pemeliharaan ulat sutera) hingga

hilir (industri pemintalan dan industri pertenunan) hanya terdapat di lima provinsi

yaitu, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Bali, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Hal

ini merupakan peluang dan potensi dari setiap provinsi untuk mengembangkan

persuteraan alam mulai dari sektor hulu hingga hilir, mengingat kebutuhan benang

sutera secara nasional cenderung meningkat dan masih banyak bergantung dari

produk benang sutera impor.

Page 25: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

12

Gambar 3 Wilayah pengembangan persuteraan alam di Indonesia.

Page 26: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

BAB III

METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di

Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat dan Kabupaten Enrekang, Sulawesi

Selatan.

3.2 Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder. Data primer dikumpulkan dengan cara pengukuran langsung dan

wawancara di lapangan, sementara data sekunder dikumpulkan dengan cara

pencatatan data yang tersedia di perusahaan atau pengutipan dari laporan dan

literatur yang berkaitan. Secara rinci jenis dan metode pengumpulan data dapat

dilihat pada Tabel 4.

3.3 Metode Analisis Data

Analisis yang dilakukan adalah analisis biaya produksi per tahapan produksi,

analisis break event point, analisis profitabilitas, dan analisis sistem pemasaran

produk dan dampak usaha persuteraan alam terhadap kesejahteraan masyarakat.

3.3.1 Analisis Biaya Produksi

Biaya produksi dalam penelitian ini terdiri dari biaya variabel dan biaya

tetap. Biaya variabel mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membeli

bahan baku, membayar upah, membeli bahan penolong, dan biaya energi.

Besarnya biaya variabel dihitung dengan cara mengalikan kebutuhan bahan baku

atau tenaga kerja atau bahan penolong per unit produk dengan harganya masing-

masing seperti yang disajikan di bawah ini.

Page 27: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

14

Tabel 4 Jenis data dan pengumpulan data

Tahapan

Produksi Jenis Data Data

Cara

Pengumpulan data

Budidaya

Murbei

Data Primer - Tahapan proses budidaya murbei

serta jenis dan jumlah peralatan

yang digunakan

- Pengamatan di

lapangan

- Biaya dan kebutuhan bahan baku

(pengadaan stek)

- Wawancara

- Biaya dan kebutuhan bahan

pelengkap

- Wawancara

- Upah tenaga kerja - Wawancara

Data Sekunder - Luas area kebun - Data perusahaan

- Produksi daun per ha - Data perusahaan

Pemeliharaan

Ulat Sutera

Data primer - Tahapan proses pemeliharaan ulat

sutera serta peralatan dan

perlengkapan yang digunakan

- Pengamatan di

lapangan

- Biaya dan kebutuhan bahan baku

(pengadaan bibit ulat sutera)

- Wawancara

- Biaya dan kebutuhan bahan

pelengkap

- Wawancara

- Upah tenaga kerja - Wawancara

Data Sekunder - Keadaan umum perusahaan - Data perusahaan

- Jumlah daun untuk pakan - Data perusahaan

- Jumlah boks ulat yang dipelihara - Data perusahaan

- Jumlah produksi kokon - Data perusahaan

- Harga jual kokon - Data perusahaan

Pemintalan

Benang

Data Primer - Tahapan proses pemintalan

benang serta peralatan dan

perlengkapan yang digunakan

- Pengamatan di

lapangan

- Biaya dan kebutuhan bahan baku

(biaya pembelian kokon)

- Wawancara

- Biaya dan kebutuhan bahan

pelengkap

- Wawancara

- Upah tenaga kerja - Wawancara

- Kegiatan pemasaran - Wawancara

Data sekunder - Keadaan umum perusahaan - Data perusahaan

- Jenis, jumlah, dan lama masa

pakai mesin

- Data perusahaan

- Volume produksi - Data perusahaan

- Harga jual produk - Data perusahaan

Pertenunan Data Primer - Tahapan proses pertenunan serta

peralatan dan perlengkapan yang

digunakan

- Pengamatan di

lapangan

- Biaya dan kebutuhan bahan baku

(biaya pembelian benang)

- Wawancara

- Biaya dan kebutuhan bahan

pelengkap

- Wawancara

- Upah tenaga kerja - Wawancara

- Kegiatan pemasaran - Wawancara

Data Sekunder - Keadaan umum perusahaan - Data perusahaan

- Jenis dan jumlah produk - Data perusahaan

- Jenis, jumlah, dan lama masa

pakai mesin

- Data perusahaan

- Volume produksi - Data perusahaan

- Harga jual produk - Data perusahaan

Page 28: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

15

Biaya kebutuhan bahan baku bibit ulat sutera yang dipakai oleh petani

dihitung dengan cara pada persamaan 1 sebagai berikut.:

(1)

Dimana: B1 = Biaya bahan baku bibit ulat sutera (Rp/kg).

a = Kebutuhan bibit ulat sutera (box/kg).

H = Harga bibit ulat sutera (Rp/boks).

Sistem kerja dilakukan dengan sistem borongan dengan pengendalian

langsung dari pengawas produksi. Perhitungan biaya untuk gaji dan upah untuk

setiap kilogram produksi dihitung dengan cara:

Karyawan kontrak:

(2)

Dimana: B2 = Biaya upah langsung (Rp/kg).

ULj = Upah langsung (Rp/HOK).

HOK = Hari orang kerja (HOK/kg).

Karyawan tetap:

(3)

Dimana: B3 = Biaya untuk gaji dan upah karyawan tetap (Rp/kg).

U = Gaji dan upah yang dikeluarkan setiap bulan (Rp/bulan).

Q = Rata-rata produksi (kg/bulan).

Sedangkan biaya tetap mencakup biaya penyusutan, bunga modal dan

asuransi dari mesin-mesin peralatan, sarana dan prasarana yang digunakan dalam

proses produksi. Biaya tetap ini juga mencakup pajak dan pembebanan lainnya.

Cara penghitungan besarnya biaya tetap disajikan di bawah ini.

Besarnya biaya penggunaan mesin-mesin dan peralatan untuk setiap

kilogram produk dihitung dengan cara:

Page 29: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

16

(4)

Dimana: B4 = Biaya penggunaan mesin-mesin dan peralatan (Rp/kg).

De = Depresiasi dari mesin-mesin dan peralatan ke-e (Rp/bulan).

Me = Biaya bunga modal dari mesin-mesin dan peralatan ke-e

(Rp/bulan).

r = Bunga dalam persen per tahun

e = 1,2, ..., 1; Jenis mesin-mesin dan peralatan yang digunakan

dalam proses produksi.

Q = Rata-rata produksi (kg/bulan).

Besarnya penyusutan dihitung dengan cara:

(5)

Dimana: De = Depresiasi dari mesin-mesin dan peralatan ke-e (Rp/bulan).

Ae = Harga beli dari mesin-mesin dan peralatan ke-e (Rupiah).

Te = Masa pakai dari mesin-mesin dan peralatan ke-e (bulan).

Sedangkan untuk bunga modal dapat dihitung dengan rumus:

(6)

Dimana: Me = Bunga modal dari mesin-mesin dan peralatan ke-e (Rp/bulan).

Ae = Harga beli dari mesin-mesin dan peralatan ke-e (Rupiah).

Te = Masa pakai dari mesin-mesin dan peralatan ke-e (bulan).

r = Tingkat bunga (%/bulan).

3.3.2 Analisis Break Even Point

Break Even Point adalah suatu kondisi dimana suatu usaha tidak

memperoleh keuntungan tetapi juga tidak mengalami kerugian atau kondisi

Page 30: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

17

imbang antara penerimaan dan biaya-biaya (Nugroho 2002). BEP dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut :

(7)

Dimana: Q = Produksi titik impas, dalam satuan unit produksi

P = Harga jual per unit produksi

FC = Biaya tetap

VC = Biaya Variabel

3.3.3 Analisis Profitabilitas

Analisis profitabilitas dilakukan untuk melihat kemampuan perusahaan

memperoleh laba dan kelayakan usaha persuteraan alam. Kemampuan perusahaan

memperoleh laba dilihat dari nilai Return on Investment (ROI) yang dihasilkan.

Semakin besar nilai ROI, maka semakin besar pula laba bersih yang mampu

dihasilkannya. ROI dihitung dengan menggunakan rumus pada persamaan 8.

(8)

Dimana : ROI = Return on investment (%);

NI = Laba bersih perusahaan per tahun (Rp/tahun); dan

AV = Semua aset / modal yang dimiliki perusahaan (Rp).

Page 31: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

18

3.4 Sistem Pemasaran dan Dampak Usaha Persuteraan Alam Terhadap

Kesejahteraan Masyarakat

Analisis sistem pemasaran produk dilakukan secara deskriptif dengan cara

melihat rantai pemasaran produk tersebut mulai dari produsen hingga ke

konsumen, sedangkan analisis dampak usaha persuteraan alam terhadap

masyarakat dilakukan untuk mengetahui manfaat keberadaan usaha persuteraan

alam bagi masyarakat dari segi tingkat pendapatan dan penyerapan tenaga kerja.

Page 32: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Kegiatan persuteraan alam di Kabupaten Polewali Mandar dilakukan secara

terintegrasi oleh kelompok tani di Desa Pallis mulai dari pemeliharaan murbei

sampai pertenunan. Kegiatan persuteraan alam di Kabupaten Enrekang dilakukan

secara terpisah, kegiatan pemeliharaan murbei dan pemeliharaan ulat sutera

dilakukan oleh kelompok tani di Desa Mata Allo kemudian kokon yang dihasilkan

dibawa ke UPT Tekstil Enrekang yang terletak di Kelurahan Kalosi untuk dipintal

menjadi benang. Benang sutera yang dihasilkan selanjutnya dijual kepada

pengusaha pertenunan yang lokasinya berada di luar Kabupaten Enrekang seperti

usaha pertenunan Nenek Mallomo yang terletak di Kabupaten Sidrap.

4.1 Kelompok Tani Pallis

Kegiatan usaha persuteraan alam yang dilakukan oleh Kelompok Tani Pallis

di Desa Pallis sudah berlangsung sejak tahun 1960-an. Desa Pallis terletak di

Kecamatan Balanipa, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Desa Pallis

berada pada ketinggian 250-300 mdpl. Sumber mata pencaharian masyarakat di

desa ini antara lain beternak, berkebun kakao, dan memelihara ulat sutera.

Kegiatan persuteraan alam sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat di desa

ini karena sarung mandar yang dihasilkan merupakan salah satu tradisi adat suku

mandar yang memang berasal dari daerah ini.

4.1.1 Budidaya Murbei

Daun tanaman murbei merupakan satu-satunya pakan bagi ulat sutera jenis

B. mori. Bibit tanaman murbei yang ditanam oleh petani didapat dari kebun bibit

murbei yang terletak di Desa Tammangalle, Kecamatan Balanipa. Tanaman

murbei yang dibudidayakan oleh petani di Desa Pallis adalah jenis M. cathayana,

M. nigra, dan M. multicaulis. M. cathayana memiliki bentuk daun berlekuk

dengan ketebalan daun yang tipis dan warnanya hijau muda. M. nigra dikenal juga

dengan nama murbei hitam, ujung daunnya lancip dan ukurannya lebih kecil

dibanding dengan murbei jenis lain. M. multicaulis dikenal dengan nama murbei

Page 33: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

20

besar karena ukuran daunnya yang besar dan bentuknya agak membulat. M.

multicaulis banyak ditanam oleh petani karena ukuran daunnya yang besar dan

lebar dibandingkan kedua jenis diatas sehingga produksi daunnya lebih tinggi.

Sumber: Balai Persuteraan Alam

Gambar 4 Daun beberapa jenis murbei (kiri ke kanan: M. nigra, M. alba, M.

cathayana, M. multicaulis).

Pemeliharaan kebun murbei yang dilakukan oleh petani berupa pemupukan

dan pemangkasan tanaman murbei. Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan

kandungan zat hara dalam tanah di sekitar tanaman murbei. Pupuk yang

digunakan oleh petani adalah pupuk organik yang berupa pupuk kandang dan

pupuk anorganik yang berupa pupuk urea. Setiap selesai periode pemeliharaan

ulat, tanaman murbei dipangkas dengan ketinggian 100cm dari atas tanah.

Pemangkasan tanaman murbei bertujuan untuk membentuk tanaman dan

mengatur produksi daun. Apabila tanaman murbei tidak dipangkas akan

menyulitkan dalam proses pengambilan daun karena tanaman akan tumbuh tinggi.

4.1.2 Budidaya Ulat Sutera

Kegiatan budidaya ulat sutera (sericulture) bertujuan untuk memproduksi

kokon. Ulat sutera yang dipelihara oleh petani merupakan jenis B. mori. Bibit ulat

yang dipelihara berasal dari Pusat Pembibitan Ulat Sutera (PPUS) Perum

Perhutani di Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan seharga Rp 80.000 per boks

dengan jumlah telur ulat sebanyak 25.000 telur per boks. Tahapan pemeliharaan

ulat dibagi menjadi dua yaitu pemeliharaan ulat kecil (Instar I-III) dan

pemeliharaan ulat besar (Instar IV-V). Tahap pemeliharaan ulat kecil dilakukan di

unit pemeliharaan ulat kecil atau kandang ulat dengan menggunakan rak

pemeliharaan, sedangkan pada tahap pemeliharaan ulat besar petani kemudian

memindahkan ulat mereka untuk dipelihara di kolong rumah masing-masing. Ulat

yang akan mengokon selanjutnya akan dipindahkan ke alat pengokonan yang

Page 34: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

21

berupa mayang kelapa. Lama waktu pemeliharaan ulat hingga panen kokon

kurang lebih 30 hari.

(a) (b)

Gambar 5 Pemeliharaan ulat sutera instar II (a) dan ulat sutera instar V (b).

4.1.3 Pemintalan Benang

Kokon yang telah dipanen selanjutnya siap untuk dipintal menjadi benang

sutera. Alat pemintal benang sutera yang banyak digunakan oleh petani adalah

alat pintal tradisional yang masih diputar dengan tangan. Sebelum dipintal kokon

direndam dulu dalam air panas. Untuk mencari ujung benang biasanya petani

menggunakan bambu ataupun sikat. Tiap benang biasanya terdiri dari 10-12 serat

kokon. Serat tersebut dimasukkan ke penyaring atau mangkok, kemudian ke

peluncur, selanjutnya ke tempat penggulung benang (haspel). Benang sutera yang

sudah mengumpul di haspel kemudian dikeringanginkan dan diambil dari haspel.

4.1.4 Pertenunan

Pertenunan merupakan tahap produksi setelah pemintalan. Sebelum ditenun

benang sutera perlu melalui tahapan pemasakan dan pewarnaan terlebih dahulu.

Proses pemasakan benang sutera menggunakan bahan berupa sabun netral dan

soda abu yang bertujuan untuk menghilangkan serisin yang mungkin masih

melekat pada benang. Setelah dimasak benang direndam di dalam larutan tawas

selama 24 jam dengan tujuan agar pori-pori benang terbuka (pemordanan) dan

siap untuk proses pewarnaan. Proses pewarnaan benang sutera yang dilakukan

oleh petani menggunakan zat pewarna alam. Zat pewarna alam didapat dari

ekstraksi tumbuhan yang mengandung zat warna seperti kayu secang (Caesalpinia

sappan) untuk warna merah, daun mangga (Mangifera indica) untuk warna

Page 35: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

22

kuning, dan kulit buah kakao (Theobroma cacao) untuk menghasilkan warna

coklat. Benang sutera yang sudah dicelup dalam pewarna alam selanjutnya

direndam dalam air yang diberi asam cuka dengan tujuan untuk menguatkan

warna. Setelah itu benang dibilas dengan air bersih dan diangin-anginkan hingga

kering. Benang yang sudah diberi warna selanjutnya ditenun dengan

menggunakan alat tenun tradisional (gedogan) untuk dijadikan kain sarung.

Tahapan proses pemasakan dan pewarnaan benang dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Tahapan proses pemasakan dan pewarnaan benang.

4.2 Kelompok Usaha Bersama Sinar Buntu Kurung

Desa Mata Allo terletak di Kecamatan Alla, Kabupaten Enrekang pada

ketinggian 800-1500 mdpl, curah hujan 1500 mm/tahun dan suhu 20oC. Kegiatan

persuteraan alam di Desa Mata Allo sudah dilakukan mulai dari tahun 1980-an

dan merupakan mata pencaharian utama para petani. Kegiatan usaha persuteraan

alam dilakukan secara berkelompok. Jumlah kelompok usaha bersama ulat sutera

yang terdapat di Desa Mata Allo berjumlah enam kelompok dengan jumlah

anggota dari masing-masing kelompok berkisar antara 20-40 orang. Kelompok

Usaha Bersama (KUB) Sinar Buntu Kurung merupakan salah satu kelompok

Pemasakan

Pemordanan

Pencucian

Persiapan Bahan

Pewarna Alam

Ekstraksi

Penyaringan

Pencelupan

Fiksasi

Perendaman

Penyabunan

Pencucian

Page 36: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

23

usaha persuteraan alam yang terdapat di Desa Mata Allo. KUB Sinar Buntu

Kurung terletak di Dusun To’collo dan diketuai oleh Pak Sukri. Kegiatan

pemeliharaan ulat sutera di Desa Mata Allo dalam setahun rata-rata bisa sampai

lima kali periode pemeliharaan, hal ini tergantung dari kondisi luasan lahan

tanaman murbei yang dimiliki oleh petani.

Gambar 7 Kebun murbei petani di Desa Mata Allo, Kabupaten Enrekang.

Kegiatan pemeliharaan ulat sutera meliputi kegiatan pemeliharaan tanaman

murbei sebagai sumber pakan, pemeliharaan ulat, hingga pemanenan kokon.

Tanaman murbei yang ditanam oleh petani di Desa Mata Allo ada 2 jenis yaitu M.

alba dan M. indica. M. alba dikenal dengan nama murbei buah, sifat yang

mencolok dari jenis ini adalah ruas batangnya yang pendek dan bentuk daun

seperti jenis M. nigra. Kebanyakan petani di Desa Mata Allo lebih memilih untuk

menanam jenis M. indica karena daunnya lebih lembut sehingga disukai oleh ulat.

Kegiatan pemeliharaan tanaman yang dilakukan oleh petani antara lain

pemangkasan, pembersihan gulma, pemupukan, penyemprotan insektisida, dan

pemberian pupuk daun. Pemangkasan tanaman murbei yang dilakukan berupa

pangkasan rendah dengan ketinggian 5-10cm dari permukaan tanah, setelah

dipangkas selanjutnya adalah pembersihan gulma dengan menyemprotkan

herbisida. Untuk mengembalikan zat hara yang terkandung dalam tanah perlu

dilakukan pemupukan. Pupuk yang diberikan oleh petani berupa pupuk anorganik

yaitu pupuk urea dan TSP. Pemeliharaan tanaman selanjutnya adalah

pengendalian hama dengan penyemprotan insektisida dan pemberian pupuk daun

untuk memicu pertumbuhan produksi daun.

Page 37: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

24

(a) (b)

Gambar 8 Macam-macam tempat pengokonan; frame dari bilah bambu (a) dan

seriframe dari plastik (b).

Pemeliharaan ulat sutera oleh petani di Desa Mata Allo ada tiga jenis yang

pertama bibit yang berasal dari Perum Perhutani Kabupaten Soppeng, Sulawesi

Selatan, kedua bibit yang berasal dari PPUS Candiroto, Jawa Tengah, dan yang

ketiga bibit impor yang berasal dari negara Cina. Bibit ulat sutera dikemas dalam

boks dengan jumlah telur perboksnya 25.000 butir (100 induk). Bibit ulat sutera

diterima oleh petani paling lambat 3 hari sebelum jadwal penetasan yang tertera

pada boks, yaitu tanggal 1 setiap bulannya. Ciri-ciri telur ulat sutera yang mau

menetas adalah berubahnya warna telur dari kuning menjadi biru hingga berwarna

keabu-abuan.

(a) (b)

Gambar 9 Ulat mulai membuat kokon (a) dan kokon yang sudah dipanen (b).

Lama waktu yang dibutuhkan dalam satu kali pemeliharaan rata-rata 30

hari. Tahap penetasan dan pemeliharaan ulat kecil (Instar I-III) dilakukan selama

15 hari sedangkan pemeliharaan ulat besar (Instar IV-V) sampai panen kokon

menghabiskan waktu 15 hari. Tahapan proses pemeliharaan ulat sutera dapat

Page 38: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

25

dilihat pada Tabel 5. Setelah sekitar lima hari sejak ulat dipindahkan ke tempat

pengokonan, kokon sudah dapat dipanen. Apabila kokon terlalu cepat dipanen,

pupa masih terlalu muda sehingga mudah pecah dan mengakibatkan kokon

menjadi kotor. Sebaliknya apabila pemanenan terlambat, pupa yang ada dalam

kokon akan berubah menjadi kupu-kupu dan keluar dengan merusak kulit kokon.

Tabel 5 Proses dan waktu pemeliharaan ulat sutera dalam satu periode

Hari ke- Tahapan Keterangan

1-2 Penetasan telur - Dilakukan di kotak penetasan

3-6 Instar I - Daun untuk pakan berasal dari pucuk 1-2

7 Tidur - Pakan dihentikan

- Setelah bangun ditaburi kapur sesaat sebelum makan

8-10 Instar II - Daun untuk pakan berasal dari pucuk 3-5

11 Tidur - Pakan dihentikan

- Setelah bangun ditaburi kapur sesaat sebelum makan

12-14 Instar III - Daun untuk pakan berasal dari pucuk 6-7

15 Tidur - Pakan dihentikan

- Dipindah ke Unit Pemeliharaan Ulat Besar

16-19 Instar IV - Daun untuk pakan diberikan dengan batangnya

20 Tidur - Pakan dihentikan

- Setelah bangun ditaburi kapur sesaat sebelum makan

21-25 Instar V - Daun untuk pakan diberikan dengan batangnya

- Hari ke-5 ulat dipindah ke alat pengokonan

26-29 Mengokon - Pada alat pengokonan yang berupa anyaman bambu

30 Panen Kokon - Dipungut dan dibersihkan bila ada kotoran yang

menempel

Sumber: hasil wawancara dan pengamatan di lapangan

4.3 UPT Tekstil Enrekang

UPT Tekstil Enrekang merupakan usaha pemintalan binaan Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Selatan. UPT Tekstil Enrekang

terletak di dusun To’banga, Kelurahan Kalosi, Kecamatan Alla, Kabupaten

Enrekang. Usaha ini membeli hasil produksi kokon dari kelompok usaha bersama

yang ada disekitar Kelurahan Kalosi dan Desa Mata Allo sebagai bahan baku

pemintalan benang sutera.

Kokon yang baru didatangkan perlu diberi perlakuan pendahuluan dengan

dimasukkan kedalam oven pengering. Proses pengeringan ini bertujuan untuk

Page 39: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

26

mematikan pupa yang ada didalam kokon tersebut sehingga kokon lebih awet dan

tahan dalam penyimpanan. Kokon dikeringkan selama kurang lebih 2 jam di oven

pengering dengan suhu 100oC. Selanjutnya kokon direbus dalam air panas untuk

menghilangkan serisin yaitu lapisan luar dari serat sutera, sehingga serat inti

bagian dalam (fibroin) mudah keluar dan terpisah menjadi lembaran-lembaran

benang sutera.

Gambar 10 Tahapan proses pemintalan benang.

Pemintalan (reeling) merupakan proses penyatuan filamen dari kokon untuk

dipintal menjadi benang sutera. Proses pemintalan di UPT Tekstil Enrekang

menggunakan mesin pintal semi tradisional. Reeling adalah pemintalan awal dari

kokon untuk digulung pada gulungan kecil atau haspel. Setelah benang terkumpul

dalam haspel, Tahap selanjutnya dilakukan pemintalan ulang (rereeling) yang

bertujuan untuk memindahkan benang sutera yang sudah dipintal dari reel dengan

keliling yang lebih kecil ke reel yang lebih besar. Hasil rereeling disebut juga

dengan benang rawsilk. Selanjutnya benang dikeluarkan dari gulungan besar

untuk dikeringanginkan lalu kemudian dikemas untuk siap dipasarkan. Alur

proses produksi benang sutera secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 10.

4.4 Pertenunan Nenek Mallomo

Pertenunan Nenek Mallomo terletak di Desa Carawali, Kecamatan

Wattampulu, Kabupaten Sidrap. Usaha Pertenunan Nenek Mallomo merupakan

kelompok usaha bersama binaan Disperindag Kabupaten Sidrap. Kelompok usaha

bersama ini berdiri sejak tahun 1983 dan saat ini diketuai oleh Hj. Nafisah. Usaha

pertenunan ini sebagai salah satu konsumen benang sutera hasil pintalan UPT

Tekstil Enrekang. Jenis produk utama yang dihasilkan ada dua yaitu, kain sarung

sutera bugis dan kain tenun ikat.

Pertenunan merupakan pembuatan kain dari bahan baku benang sutera

dengan menggunakan alat tenun. Pertenunan sutera di pertenunan nenek mallomo

Penyortiran Kokon Pengeringan Kokon Perebusan Kokon

Penggulungan I Penggulungan II Pengeringan Benang Pengepakan

Page 40: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

27

menggunakan dua jenis alat tenun yaitu alat tenun tradisional (gedogan) dan alat

tenun bukan mesin (ATBM). Pada ATBM terdapat dua benang utama yaitu

benang lungsi yang dipasang secara vertikal dan benang pakan yang dipasang

secara horizontal.

(a) (b)

Gambar 11 Alat tenun tradisional gedogan (a) dan alat tenun bukan mesin (b).

Proses pembuatan kain ikat terdiri dari pembuatan benang pakan dan

benang lungsi. Tahap pertama pembuatan benang pakan untuk tenun kain ikat

adalah dengan pemaletan. pemaletan merupakan kegiatan menggulung benang

pakan pada gulungan palet dengan menggunakan alat kincir secara manual.

Gulungan palet adalah gulungan benang pakan yang berukuran lebih kecil dari

gulungan kelos yaitu berdiameter satu cm. Kemudian benang sutera yang sudah

berada dalam gulungan palet diatur pada rak benang untuk kemudian disejajarkan.

Setelah sejajar selanjutnya benang diikat pada tiap-tiap bagian sesuai dengan

motif yang diinginkan. Setelah proses pengikatan selanjutnya pemberian warna

atau pencoletan. Bagian yang terikat tidak akan terkena warna sehingga ketika

ditenun akan memberikan motif. Setelah pewarnaan benang dikeringkan untuk

selanjutnya kembali digulung pada gulungan kecil untuk dimasukkan kedalam

pistol kayu sebagai benang pakan.

Proses pembuatan benang lungsi adalah dengan pengelosan atau

penggulungan benang lungsi pada gulungan kelos. Gulungan kelos ini merupakan

gulungan benang lungsi yang berdiameter dua cm. Pengelosan dilakukan secara

manual dengan tangan menggunakan alat kincir yang diputar. Benang sutera yang

berada dalam gulungan kelos selanjutnya digintir pada mesin twist. Proses

selanjutnya adalah pencelupan benang sutera pada bahan pewarna. Bahan

Page 41: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

28

pewarna yang digunakan merupakan zat warna asam (eronyl). Setelah diwarna

benang kembali dipalet untuk kemudian diatur pada rak benang. Kemudian proses

selanjutnya adalah penghanian yaitu kegiatan memasukkan dan mensejajarkan

gulungan benang dengan pegangan yang sama dalam panjang tertentu. Setelah

benang dihani selanjutnya adalah proses pencucukan benang ke dalam mata gun

yang berjumlah 3800 pada ATBM. Proses hani dan pencucukan bisa dikerjakan

dalam 1-2 hari.

(a) (b)

Gambar 12 Produk kain sarung sutera mandar (a) dan kain tenun ikat (b).

Usaha Pertenunan Nenek Mallomo terletak di pinggir jalan poros antara

Kota Makassar dengan Kabupaten Toraja. Usaha Pertenunan Nenek Mallomo

sering dikunjungi baik wisatawan lokal maupun mancanegara yang tertarik untuk

melihat secara langsung proses pertenunan kain sutera. Wisatawan yang

berkunjung juga sekaligus membeli produk hasil produksi yang berupa kain

sarung sutera bugis dengan ukuran 0,7x7 meter per lembar kain dan kain tenun

ikat yang berukuran 1,5x2,5 meter per lembar kain.

Page 42: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Biaya Produksi Persuteraan Alam

Biaya produksi usaha persuteraan alam di Kabupaten Polewali Mandar dan

Enrekang terdiri dari biaya produksi kokon, biaya produksi benang, dan biaya

produksi kain. Secara umum tiap komponen biaya produksi tersebut meliputi

biaya tetap dan biaya variabel. Biaya produksi usaha persuteraan alam dalam

penelitian ini dihitung dalam satu tahun dan untuk setiap kilogram kokon, benang,

atau unit sarung yang diproduksi. Perhitungan biaya produksi usaha persuteraan

alam, secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7, sedangkan jumlah

produksi dan pendapatan dari masing-masing kegiatan persuteraan alam dapat

dilihat pada Tabel Lampiran 5.

Kegiatan usaha persuteraan alam secara terintegrasi yang dilakukan oleh

Kelompok Tani Pallis di Kabupaten Polewali Mandar menghasilkan biaya

produksi kain per unit sarung di Kabupaten Polewali Mandar sebesar Rp 144 ribu.

Komponen biaya penyusun yang lebih besar terdapat pada biaya tetap terutama

nilai penyusutan, hal ini terjadi karena biaya investasi yang dikeluarkan mulai dari

pembuatan dan pemeliharaan kebun, pemeliharaan ulat, pemintalan benang, serta

pertenunan tidak diikuti dengan tingkat produktivitas yang tinggi. Komponen

biaya variabel pada produksi kain di Kabupaten Polewali Mandar lebih kecil

karena produksi kain dikerjakan sendiri oleh petani secara terintegrasi, sehingga

petani tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli bahan baku berupa kokon

dan benang sutera, karena baik kokon maupun benang sutera yang dipakai berasal

dari hasil budidaya ulat petani, selain itu pada proses pertenunan petani juga

menggunakan zat pewarna alam.

Komponen penyusun biaya produksi kain di Kabupaten Polewali Mandar

turut memperhitungkan subsidi dari pemerintah yang berupa bahan baku bibit ulat

sutera sebesar Rp 80.000/boks dan juga 5 buah alat pintal yang bernilai Rp 15

juta. Subsidi pemerintah yang berupa bahan baku bibit ulat disertakan ke dalam

komponen penyusun biaya variabel yaitu biaya material sedangkan subsidi

Page 43: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

30

pemerintah yang berbentuk alat pintal disertakan ke dalam komponen penyusun

biaya tetap untuk dihitung besarnya nilai penyusutan dan bunga modal.

Kegiatan usaha persuteraan alam di Kabupaten Enrekang dilakukan secara

terpisah. Biaya produksi kokon per kilogram di Kabupaten Enrekang yaitu sebesar

Rp 24 ribu. Biaya produksi kokon terdiri dari dua komponen pembiayaan yaitu

biaya pembuatan dan pemeliharaan kebun murbei serta biaya pemeliharaan ulat.

biaya pembuatan dan pemeliharaan kebun murbei di Kabupaten Enrekang untuk

perkilogram kokon adalah sebesar Rp 15 ribu, sedangkan pada tahap

pemeliharaan ulat biaya yang dikeluarkan untuk perkilogram kokon sebesar Rp

10 ribu.

Komponen penyusun biaya pembuatan dan pemeliharaan kebun serta

pemeliharaan ulat terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel pada

produksi kokon di Kabupaten Enrekang lebih besar daripada biaya tetap, Hal itu

terjadi karena pemeliharaan kebun dan pemeliharaan ulat yang dilakukan oleh

petani di Kabupaten Enrekang lebih intensif. Petani mengeluarkan biaya untuk

bahan baku pemeliharaan kebun yang tinggi seperti untuk pupuk dan pestisida,

dengan tujuan mencegah serangan hama peyakit pada tanaman murbei serta untuk

meningkatkan produksi daun.

Biaya produksi benang per kilogram di Kabupaten Enrekang adalah sebesar

Rp 394 ribu. Biaya variabel pada tahap pemintalan benang di Kabupaten

Enrekang lebih besar daripada biaya tetap. Besarnya biaya variabel disebabkan

besarnya biaya material sebesar Rp 42,64 juta per tahun atau sebesar Rp 261 ribu

per kilogram benang. Biaya material terdiri dari biaya pembelian bahan baku

pemintalan yaitu berupa kokon dan bahan penolong minyak tanah. Subsidi dari

pemerintah yang berupa bantuan bangunan dan alat pemintalan turut disertakan

dalam perhitungan biaya tetap untuk kemudian dihitung nilai penyusutan dan

bunga modalnya.

Pertenunan Nenek Mallomo memproduksi dua jenis kain yaitu kain tenun

ikat dan kain sarung bugis. Biaya produksi kain ikat di pertenunan nenek mallomo

sebesar Rp 197 ribu dan biaya produksi kain sarung sebesar Rp 303 ribu untuk per

unit sarung yang dihasilkan. Pada tahap pertenunan biaya variabel lebih besar

daripada biaya tetap baik pada produksi kain ikat maupun produksi kain sarung.

Page 44: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

31

Tabel 6 Biaya produksi persuteraan alam di Kabupaten Polewali Mandar dan Enrekang

Uraian

Biaya Produksi (Rp Juta/Tahun) Biaya Produksi (Rp 000,-/Kg)

Kab. Polman Kab. Enrekang Kab. Polman Kab. Enrekang

KTP SBK UPT NM KTP SBK UPT NM

1) 2) 3) 4) 5) 1) 2) 3) 4) 5)

Biaya Produksi 22,45 166,45 64,37 57,62 211,50 143,94 24,31 393,94 197,34 303,44

Biaya tetap 18,29 46,14 15,82 4,70 15,36 117,27 6,74 96,83 16,10 22,03

Penyusutan 11,90 26,21 8,92 1,77 5,61 76,26 3,83 54,56 6,05 8,05

Bunga Modal 6,40 19,93 5,41 2,76 9,32 41,02 2,91 33,10 9,44 13,38

Overhead 0,00 0,00 1,50 0,18 0,42 0,00 0,00 9,18 0,61 0,61

Biaya variabel 4,16 120,31 48,55 52,92 196,14 26,67 17,57 297,11 181,24 281,41

Material 3,70 118,30 42,64 34,67 91,59 23,72 17,28 260,94 118,74 131,41

Upah 0,00 2,01 3,51 18,25 104,55 0,00 0,29 21,48 62,50 150,00

Sewa 0,46 0,00 2,40 0,00 0,00 2,95 0,00 14,69 0,00 0,00

Keterangan :

1) Kelompok Tani Pallis

2)

KUB Sinar Buntu Kurung

3)

UPT Tekstil Enrekang

4)

Pertenunan Nenek Mallomo

Page 45: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

32

pada produksi kain ikat komponen penyusun biaya variabel yang terbesar dari

biaya pembelian material bahan baku dan bahan penolong sedangkan pada

produksi kain sarung komponen biaya penyusun terbesar terdapat biaya upah

pekerja.

Tabel 7 Biaya produksi persuteraan alam berdasarkan tahapan kegiatan di

Kabupaten Polewali Mandar dan Enrekang

Tahapan

Kab. Polman Kab. Enrekang

Rp

Juta/tahun % Rp Juta/tahun %

Pembuatan dan Pemeliharaan Kebun 6,57 29,2 99,38 19,9

Pemeliharaan Ulat 8,26 36,8 67,07 13,4

Pemintalan Benang 6,62 29,5 64,37 12,9

Pertenunan 1,01 4,5 269,12 53,8

Total 22,45 100,0 499,94 100,0

Biaya produksi per tahapan kegiatan dilakukan untuk mengetahui tahapan

atau bagian produksi yang membutuhkan biaya paling besar sehingga petani dapat

mengendalikan biaya pada tahapan tersebut dengan harapan efisiensi produksi

dapat dicapai. Berdasarkan tahapan kegiatan, biaya pemeliharaan ulat merupakan

biaya yang mendominasi kegiatan persuteraan alam secara terintegrasi di

Kabupaten Polewali Mandar. Komponen utama yang membuat biaya ini

mendominasi biaya persuteraan alam di Kabupaten Polewali Mandar adalah biaya

penyusutan dan bunga modal serta kebutuhan material seperti bibit ulat, kapur,

dan kaporit. Biaya yang mendominasi kegiatan persuteraan alam secara terpisah di

Kabupaten Enrekang adalah biaya pada proses pertenunan. Hal ini disebabkan

karena usaha pertenunan harus mengeluarkan biaya untuk pembelian material

berupa benang sutera, bahan pewarna, bahan pemasak benang, serta membayar

upah pekerja.

Penelitian mengenai biaya produksi usaha persuteraan alam pernah

dilakukan sebelumnya oleh Saifullah pada tahun 2004 di Kabupaten Sukabumi

dan Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat, seperti terlihat pada Tabel 8. Nilai ROI

Kelompok Tani Ulat Sutera Margalaksana di Kabupaten Garut pada tahun 2004

Page 46: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

33

Tabel 8 Perbandingan analisis biaya produksi persuteraan alam hasil penelitian tahun 2004 dan 2011

Komponen Satuan

Penelitian Renato (2011) Penelitian Saifullah (2004)

Kab. Polman Kab. Enrekang Kab. Garut Kab. Sukabumi

KTP SBK UPT NM KTM PBK KWSC

ikat sarung

Produksi

Kokon kg/tahun 306,00 6847,50

19,73

56,67

Benang kg/tahun 39,00

163,40

19,33 7,10

Kain lembar/tahun 156,00

292,00 697,00

Harga Jual

Kokon Rp 000,-/kg

35,00

10,00

Benang Rp 000,-/kg

330,00

210,00 240,00

Kain Rp 000,-/lembar 180,00

250,00 300,00

Biaya Produksi

Kokon Rp 000,-/kg

24,31

43,84

32,55

Benang Rp 000,-/kg

393,94

193,88 368,92

Kain Rp 000,-/lembar 143,94

197,34 303,44

Pendapatan Rp Juta/tahun 28,08 239,66 53,92 73,00 209,10 0,29 4,06 1,70

Keuntungan Rp Juta/tahun 5,62 73,21 -10,46 12,98 -0,58 0,24 -0,92

Break Event Point kg/tahun 119,35 2647,15 481,50 68,35 826,07 233,84 6,14 27,02

Investasi Rp Juta/tahun 169,74 465,88 81,22 193,98 52,78 8,00 20,00

ROI % 3,31 15,71 -12,88 6,69 -1,09 2,98 -4,58

Page 47: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

34

sebesar -1,09%, sedangkan usaha pemintalan benang Koko memiliki nilai ROI

yang positif yaitu sebesar 2,98%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa petani ulat di

Kabupaten Garut mengalami kerugian, sementara usaha pemintalan memperoleh

keuntungan. Hal ini disebabkan pemintalan benang Koko merupakan satu-satunya

pemintalan yang ada di Kabupaten Garut, sehingga petani ulat hanya dapat

menjual kokonnya sesuai harga yang ditwarkan oleh pemintalan ini.

Usaha persuteraan alam di Kabupaten Enrekang menunjukkan hal yang

sebaliknya dimana nilai ROI yang dimiliki petani ulat KUB Sinar Buntu Kurung

bernilai positif yaitu sebesar 15,71%, sedangkan usaha pemintalan UPT Tekstil

Enrekang bernilai negatif yaitu sebesar -12,88%. Nilai tersebut menunjukkan

bahwa petani ulat di Kabupaten Enrekang mempunyai kemampuan memperoleh

laba yang cukup besar bila dibandingkan dengan petani ulat di Kabupaten Garut.

Selain itu nilai ROI yang negatif pada usaha pemintalan disebabkan karena usaha

pemintalan berproduksi jauh dibawah kapasitas optimumnya. Besarnya jumlah

investasi yang dikeluarkan untuk peralatan pemintalan tidak diikuti dengan

tingkat produksi optimum, UPT Tekstil Enrekang hanya berproduksi 12,97% dari

kapasitas pemintalan.

Usaha persuteraan alam secara terintegrasi di Kebun Cibidin Kabupaten

Sukabumi hanya sampai pada tahap produksi benang, sedangkan di Kabupaten

Polewali Mandar sampai pada tahap produksi kain. Pada tahun 2004 Kebun

Wanatani Sutera Cibidin memiliki nilai ROI yang negatif yaitu sebesar -4,58%.

Hal ini disebabkan karena produksi pemintalan yang rendah, yaitu hanya sebesar

10% dari kapasitas terpasang, selain itu usaha pemintalan benang di Kebun

Cibidin juga mengalami kesulitan dalam memasarkan benangnya. Hal yang

sebaliknya terjadi pada petani sutera di Kabupaten Polewali Mandar, walaupun

tidak begitu besar tetapi petani mampu memperoleh keuntungan.

5.2 Analisis Break Even Point

Break even point KUB Sinar Buntu Kurung di Kabupaten Enrekang pada

tahun 2011 dicapai pada tingkat produksi kokon 2647,15 kg. Produksi kokon

KUB Sinar Buntu Kurung pada tahun 2011 mencapai 6847,5 kg. Nilai tersebut

Page 48: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

35

berada jauh di atas break even point sehingga terlihat bahwa KUB Sinar Buntu

Kurung memperoleh keuntungan yang cukup besar dari usaha ini.

Break even point Pemintalan UPT Tekstil di Kabupaten Enrekang pada

tahun 2011 dicapai pada tingkat produksi benang 481,5 kg atau 38,21% dari

kapasitas terpasang. Produksi benang sutera UPT Tekstil Enrekang pada tahun

2011 berada jauh di bawah break even point yaitu hanya sebesar 163,4 kg.

Dengan demikian terlihat bahwa usaha pemintalan UPT Tekstil Enrekang

mengalami kerugian yang cukup besar. UPT Tekstil Enrekang berproduksi jauh

dibawah kapasitas optimumnya karena memiliki kendala yaitu sulit mencari

tenaga kerja yang mau diupah untuk memintal benang.

Break even point Pertenunan Nenek Mallomo pada tahun 2011 dicapai

pada tingkat produksi kain ikat 68 unit dan kain sarung 826 unit. Produksi kain

ikat di pertenunan nenek mallomo berada jauh di atas break even point yaitu

sebesar 292 unit sedangkan produksi kain sarung berada dibawah break even

point yaitu sebesar 697 unit. Dengan demikian terlihat bahwa kerugian akibat

produksi kain sarung dapat ditutupi oleh keuntungan yang didapat dari produksi

kain ikat.

Break even point untuk kegiatan persuteraan alam Kelompok Tani pallis di

Kabupaten Polewali Mandar yang terintegrasi mulai dari hulu hingga hilir adalah

sebesar 119 unit kain sarung. Produksi kain sarung di kelompok tani pallis berada

di atas break even point yaitu sebesar 156 unit. Dengan demikian terlihat bahwa

kelompok tani pallis mendapatkan keuntungan dari usaha ini.

5.3 Analisis Profitabilitas

Kegiatan persuteraan alam secara terintegrasi mulai dari budidaya murbei,

budidaya ulat, pemintalan, hingga pertenunan yang dilakukan oleh kelompok tani

pallis di Kabupaten Polewali Mandar memperoleh keuntungan sebesar Rp 5,62

juta per tahun. Keuntungan yang diterima oleh kelompok tani masih bisa

ditingkatkan lagi mengingat kelompok tani hanya memanfaatkan 3 kali periode

pemeliharaan setiap tahunnya. Apabila petani bisa melakukan periode

pemeliharaan setiap sebulan sekali atau 12 kali dalam setahun, tentunya berturut-

Page 49: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

36

turut produktivitas kokon, benang, dan sarung akan meningkat dan diiringi dengan

meningkatnya pendapatan.

Tabel 9 Rugi laba usaha persuteraan alam di Kabupaten Polewali Mandar dan

Enrekang

Komponen Satuan

Kab. Polman Kab. Enrekang

KTP SBK UPT NM

ikat sarung

Produksi

Kokon kg/tahun 306,00 6847,50

Benang kg/tahun 39,00

163,40

Kain lembar/tahun 156,00

292,00 697,00

Harga Jual

Kokon Rp 000,-/kg

35,00

Benang Rp 000,-/kg

330,00

Kain Rp 000,-/lembar 180,00

250,00 300,00

Biaya Produksi

Kokon Rp Juta/tahun 14,83 166,45

Benang Rp Juta/tahun 6,62

64,38

Kain Rp Juta/tahun 1,01

57,62 211,50

Pendapatan Rp Juta/tahun 28,08 239,66 53,92 73,00 209,10

Keuntungan Rp Juta/tahun 5,62 73,21 -10,46 12,98

Biaya Tetap Rp Juta/tahun 18,30 46,14 15,83 4,70 15,36

Biaya Variabel Rp Juta/kg

0,02 0,03

Rp Juta/lembar 0,03

0,18

Break Event Point kg/tahun

2647,15 481,50

lembar/tahun 119,35

68,35 826,07

Investasi Rp Juta 169,74 465,88 81,22 193,98

ROI % 3,31 15,71 -12,88 6,69

Harga Pokok Rp 000,-/kg 172,77 29,17 472,80 236,79 364,13

Kelompok Tani Pallis di Kabupaten Polewali Mandar akan menderita

kerugian apabila menjual produknya dalam bentuk kokon, karena biaya produksi

kokon per kilogram adalah sebesar Rp 47 ribu lebih besar daripada harga kokon di

Kabupaten Polewali Mandar yaitu Rp 38 ribu. kelompok tani juga akan menderita

kerugian apabila menjual dalam bentuk benang sutera, karena biaya produksi

benang dengan menyertakan biaya produksi kokon per kilogramnya menjadi

Page 50: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

37

sebesar Rp 541 ribu lebih besar daripada harga benang sutera di Kabupaten

Polewali Mandar yaitu sebesar Rp 400 ribu per kilogram. Hal ini terjadi karena

investasi yang dikeluarkan oleh petani mulai dari budidaya murbei, budidaya ulat,

hingga pemintalan cukup besar nilainya yaitu Rp 165,6 juta, namun tidak diikuti

dengan tingkat produktivitas yang tinggi. Keputusan Kelompok Tani Pallis untuk

menjual produknya dalam bentuk kain sarung, bukan dalam bentuk kokon

maupun benang sutera dinilai cukup baik karena petani bisa mengambil nilai

tambah dari produk yang dihasilkan sehingga biaya produksi yang tinggi pada

tahapan produksi kokon dan benang sutera bisa tertutupi.

Kelompok usaha bersama (KUB) Sinar Buntu Kurung di Kabupaten

Enrekang yang melakukan kegiatan persuteraan alam hingga tahapan produksi

kokon mampu memperoleh keuntungan sebesar Rp 73,21 juta per tahun.

Kelompok usaha bersama Sinar Buntu Kurung dapat menggunakan sumber daya

seefisien mungkin, besarnya investasi yang dikeluarkan diikuti dengan tingkat

produktivitas yang tinggi sehingga pendapatan yang diterima besar.

Kegiatan pemintalan benang sutera di UPT Tekstil Enrekang mengalami

kerugian karena pendapatan hasil pemintalan yang rendah (Rp 53,92 juta per

tahun) tidak mampu menutupi biaya produksi yang dikeluarkan (Rp 64,38 juta per

tahun). Kerugian yang diderita oleh UPT Tekstil mencapai Rp 10,46 juta per

tahun. Kerugian yang dialami disebabkan biaya tetap yang berupa penyusutan dan

bunga modal dari sarana dan prasarana tidak pernah diperhitungkan karena

merupakan hibah bantuan dari pemerintah daerah.

Pendapatan dari produksi kain ikat pada Pertenunan Nenek Mallomo lebih

besar daripada biaya produksi kain, sehingga mendapat keuntungan sebesar Rp

15,38 juta per tahun. Sedangkan hasil pendapatan yang diterima dari produksi

kain sarung lebih kecil daripada biaya produksi yang harus dikeluarkan sehingga

mendapatkan kerugian sebesar Rp 2,4 juta per tahun. Secara keseluruhan

Pertenunan Nenek Mallomo menerima keuntungan sebesar Rp 12,98 juta per

tahun.

ROI pada kegiatan pemintalan di UPT Tekstil bernilai negatif, sedangkan

pada kegiatan produksi kokon di KUB Sinar Buntu Kurung, produksi kain di

Pertenunan Nenek Mallomo dan kegiatan persuteraan alam terintegrasi di

Page 51: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

38

Kelompok Tani Pallis memiliki nilai yang positif. Nilai ROI untuk kegiatan

produksi kokon di KUB Sinar Buntu Kurung yaitu sebesar 15,71%, Pertenunan

Nenek Mallomo sebesar 6,69%, dan usaha persuteraan alam terintegrasi

Kelompok Tani Pallis sebesar 3,31%. Nilai ROI yang positif menunjukkan

bahwa usaha ini menguntungkan, namun apabila suku bunga bank sekitar 12 %

per tahun maka ROI pada kegiatan produksi kokon di KUB Sinar Buntu Kurung

berada diatas tingkat bunga bank yang ditetapkan. Hal ini berarti dengan

menjalankan usaha ini, KUB Sinar Buntu Kurung memperoleh pendapatan yang

jauh lebih besar dibandingkan dengan hanya menaruh uang mereka di bank.

Harga pokok penjualan dihitung dengan asumsi bahwa petani sutera

menginginkan keuntungan sebesar 20% dari biaya produksi yang dikeluarkan.

Harga pokok penjualan kain sutera Kelompok Tani Pallis sebesar Rp 173 ribu per

unit sarung. Harga pokok penjualan kokon KUB Sinar Buntu Kurung sebesar Rp

29 ribu, benang sutera UPT Tekstil Enrekang sebesar Rp 473 ribu, kain ikat

Pertenunan Nenek Mallomo sebesar Rp 237 ribu, dan kain sarung Pertenunan

Nenek Mallomo sebesar Rp 364 ribu. Harga pokok penjualan benang sutera UPT

Tekstil Enrekang dan kain sarung Pertenunan Nenek Mallomo yang ditetapkan

sangat tinggi dan berada di atas harga jual sebenarnya. Hal ini dapat menyebabkan

keuntungan menurun bahkan merugi karena biaya produksi tidak dapat tertutupi

oleh pendapatannya. Harga pokok penjualan kain sutera Kelompok Tani Pallis,

kokon KUB Sinar Buntu Kurung, dan kain ikat Pertenunan Nenek Mallomo yang

ditetapkan masih berada dibawah harga jual rata-rata yang berlaku di daerah

tersebut sehingga keuntungan yang diperoleh menjadi lebih besar. Dengan

demikian terlihat bahwa Kelompok Tani Pallis, KUB Sinar Buntu Kurung ,dan

Pertenunan Nenek Mallomo mendapatkan excess profit dari usaha persuteraan

alam ini.

5.4 Sistem Pemasaran dan Dampak Usaha Persuteraan Alam Terhadap

Kesejahteraan Masyarakat

Produk utama yang dihasilkan oleh kelompok tani ulat sutera dan kelompok

penenun di Kabupaten Polewali Mandar adalah kain sarung sutera mandar.

Kelompok Tani Pallis melakukan sendiri semua tahapan persuteraan alam mulai

Page 52: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

39

dari produksi kokon, produksi benang, hingga menjadi kain. Kelompok Tani

Pallis menenun benang sutera mereka sendiri hingga menjadi kain sarung sutera

mandar. Kain hasil produksi kemudian dijual kepada pedagang pengumpul yang

ada di Pasar Pambusuang dan Pasar Tinambung dengan harga Rp 140 ribu-Rp 180

ribu. Selain dari kelompok tani ulat sutera, pedagang pengumpul juga

mendapatkan sarung sutera mandar dari kelompok penenun dengan cara

memberikan benang sutera kepada para penenun dan membayar upah menenun

mereka untuk satu kain yang dihasilkan sebesar Rp 75 ribu-Rp 100 ribu. Produk

kain sarung sutera mandar yang dibeli oleh pedagang pengumpul selanjutnya

dijual lagi kepada toko pengecer maupun konsumen akhir dengan harga sebesar

Rp 250 ribu-Rp 300 ribu. Dapat dilihat bahwa pedagang pengumpul memiliki

margin keuntungan yang lebih besar dibandingkan para petani. Hal ini terjadi

karena Kelompok Tani Pallis kurang memiliki pengetahuan pemasaran yang baik

serta keterbatasan akses pasar dibandingkan dengan pedagang pengumpul.

Kelompok Tani Pallis berharap adanya semacam koperasi sebagai wadah untuk

membantu dalam hal pemasaran dan kepastian harga bagi produk kain sarung

sutera mandar mereka, sehingga keuntungan petani dapat meningkat. Alur

distribusi produk kain sutera di Kabupaten Polewali Mandar dapat dilihat pada

Gambar 13.

Gambar 13 Alur distribusi pemasaran kain sutera di Kabupaten Polewali Mandar.

Kelompok Tani

Ulat Sutera

Pedagang Pengumpul

Pasar Pambusuang

Konsumen

Toko

Pedagang Pengumpul

Pasar Tinambung

Kelompok

Penenun

Keterangan:

= Produk kain sutera

Page 53: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

40

Kelompok Usaha Bersama (KUB) Sinar Buntu Kurung di Kabupaten

Enrekang melakukan budidaya ulat sutera yang menghasilkan produk berupa

kokon. Kokon tersebut kemudian dipasarkan ke UPT Tekstil atau ke KUB

pemintalan milik petani untuk dipintal hingga menjadi benang sutera. Benang

sutera yang dihasilkan selanjutnya dijual kepada usaha dan industri pertenunan

yang berada di luar Kabupaten Enrekang seperti di Pertenunan Nenek Mallomo di

Kabupaten Sidrap, Kabupaten Sengkang, Kabupaten Wajo, dan Kabupaten

Polman. Konsumen akhir bisa mendapatkan produk kain sutera dengan membeli

di toko atau langsung membeli kepada pengrajin tenun sutera. Usaha Pertenunan

Nenek Mallomo memasarkan produknya langsung di tempat. Karena lokasi usaha

pertenunannya terletak di pinggir jalan poros antara Kota Makassar dan

Kabupaten Tana Toraja, sehingga pertenunan nenek mallomo menjadi tempat

persinggahan bagi para wisatawan untuk melihat proses menenun dan juga

sekaligus untuk membeli cindera mata berupa kain sutera. Alur distribusi

persuteraan alam di Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada Gambar 14.

Usaha persuteraan alam berdampak sangat positif bagi masyarakat. Usaha

persuteraan sudah menjadi mata pencaharian utama bagi masyarakat di Kabupaten

Polewali Mandar dan Enrekang. Usaha ini sangat baik dalam menyerap tenaga

kerja, walaupun tenaga kerja tersebut masih muda ataupun tidak memiliki

pendidikan yang tinggi sekalipun. Proyeksi penyerapan tenaga kerja untuk

pemeliharaan satu boks ulat sutera yaitu, pada tahap budidaya murbei dan

pemeliharaan ulat 3 orang, pemintalan 2 orang, dan pertenunan 4 orang. Sifatnya

yang padat karya sehingga membuat usaha persuteraan alam dapat mengurangi

tingkat pengangguran khususnya di pedesaan.

Usaha persuteraan alam merupakan sektor usaha yang banyak menyerap

tenaga kerja terutama tenaga kerja wanita pada proses pertenunan selain itu usaha

ini juga memberikan nilai tambah yang tinggi apabila dikerjakan hingga menjadi

produk kain. Nilai tambah suatu produk diperoleh jika produk tersebut mengalami

proses produksi dan menjadi produk yang lebih kompleks dengan harga jual yang

lebih mahal. Nilai tambah yang dihitung adalah nilai tambah dari bahan baku

kokon yang diolah menjadi produk benang dan kemudian menjadi produk kain.

Page 54: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

41

Gambar 14 Alur distribusi persuteraan alam di Kabupaten Enrekang.

Kelompok Usaha Bersama

Ulat Sutera

Pedagang

Pasar Sudu

UPT Tekstil

Enrekang

KUB Pemintalan

Kab. Enrekang

Konsumen

Penenun

Toko

Pedagang Pengumpul

Kab. Sidrap

Hj. Suhu

Industri Pertenunan

Kab. Wajo

H. Kurnia

Industri Pertenunan

Kab. Sengkang

H. Sultan

KUB Pertenunan

Nenek Mallomo

Kab. Sidrap

Usaha Pertenunan

Kab. Polman

H. Hadrawi

Keterangan:

= Produk kokon

= Produk benang

= Produk kain sutera

Page 55: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

42

Nilai tambah yang diperoleh pada proses pengolahan bahan baku kokon

hingga menjadi kain di Kabupaten Polewali Mandar adalah sebesar Rp 54 ribu per

unit kain. sedangkan di Kabupaten Enrekang kokon yang diolah menjadi kain ikat

memperoleh nilai tambah sebesar Rp 61 ribu per unit kain, apabila diolah menjadi

kain sarung nilai tambah yang diperoleh sebesar Rp 27 ribu. Dari hasil

perhitungan nilai tambah produk kokon baik di Kabupaten Polewali Mandar

maupun di Kabupaten Enrekang akan semakin tinggi seiring dengan proses

produksi yang dijalankan.

Kendala yang dihadapi saat ini seperti keterbatasan akses pasar oleh para

petani ulat sutera di Kabupaten Polewali Mandar serta serangan virus hingga

menyebabkan kematian pada ulat dan menyebabkan gagal panen kokon di

Kabupaten Enrekang, membuat banyak petani ulat sutera yang beralih untuk

menanam komoditi perkebunan yang lain seperti kol, kakao, bawang merah

ataupun memilih untuk beternak kambing. Namun salah satu faktor yang

menyebabkan usaha persuteraan alam tetap bertahan di Kabupaten Polewali

Mandar dan Enrekang karena usaha ini sudah menjadi bagian dari kebudayaan

masyarakat di kedua kabupaten dan provinsi tersebut.

Page 56: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan tahapan kegiatan, persentasi biaya terbesar di Kabupaten

Polewali Mandar terdapat pada tahap pemeliharaan ulat yaitu sebesar

36,77%. Sedangkan di Kabupaten Enrekang persentasi terbesar terdapat

pada tahap pertenunan yaitu sebesar 53,83%.

2. Biaya produksi kokon di Kabupaten Enrekang sebesar Rp 24.310/kg. Biaya

produksi benang di Kabupaten Enrekang sebesar Rp 393.940/kg. Biaya

produksi kain ikat di Pertenunan Nenek Mallomo sebesar Rp 197.340/unit

dan biaya produksi kain sarung sebesar Rp 303.440/unit. Sedangkan biaya

produksi kain di Kabupaten Polewali Mandar sebesar Rp 143.940/unit.

3. Break even point Kelompok Tani Pallis di Kabupaten Polewali Mandar

adalah sebesar 119 kain sarung per tahun. Break even point KUB Sinar

Buntu Kurung adalah 2647,15 kg kokon per tahun. Break even point

pemintalan UPT Tekstil adalah 481,5 kg benang per tahun. Break even point

Pertenunan Nenek Mallomo untuk kain ikat sebesar 68 kain ikat per tahun

dan untuk kain sarung sebesar 826 kain sarung per tahun.

4. Usaha persuteraan alam secara terintegrasi di Kabupaten Polewali Mandar

memberikan keuntungan sebesar Rp 5,62 juta per tahun bagi kelompok tani.

Usaha persuteraan alam di Kabupaten Enrekang yang dilakukan secara

terpisah. Pada tahap produksi kokon, KUB Sinar Buntu Kurung

mendapatkan keuntungan sebesar Rp 73,21 juta per tahun. Pada tahap

pemintalan, UPT Tekstil menderita kerugian sebesar Rp 10,46 juta per

tahun. Pada tahap produksi kain, Pertenunan Nenek Mallomo mendapat

keuntungan sebesar Rp 12,98 juta per tahun.

6.2 Saran

1. Pada tahap pemeliharaan ulat sutera sebaiknya dilakukan dengan cara

membentuk petani ulat kecil dan petani ulat besar, sehingga keuntungan

dapat dimaksimalkan karena petani ulat besar dapat memelihara ulat lebih

banyak karena pakan hanya perlu disediakan untuk ulat besar.

2. Pada tahap pemeliharaan ulat kecil (Instar I-III) perlu pemeliharaan yang

intensif karena rawan serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian

bagi ulat.

3. Pemerintah diharapkan dapat membantu petani agar bisa mendapatkan akses

pasar bagi produk hasil usahanya.

Page 57: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

DAFTAR PUSTAKA

[BPA] Balai Persuteraan Alam. 2007. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman

Murbei (Morus spp.). Gowa: Balai Persuteraan Alam.

[BPA] Balai Persuteraan Alam. 2010. Selayang Pandang Balai Persuteraan

Alam. Gowa: Balai Persuteraan Alam.

[BPA] Balai Persuteraan Alam. 2011. Statistik Pengembangan Persuteraan Alam.

Gowa: Balai Persuteraan Alam.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Ekspor Impor Menurut Komoditi.

http://www.bps.go.id/exim-frame.php [29 Feb 2012].

[CDFD] Centre for DNA Fingerprinting and Diagnostics. 2011. Life cycle of

silkworms. http://www.cdfd.org.in/SILKSAT/lfcycle.html [29 Sep 2011].

Ekastuti DR, Piliang WG, Astuti DA. 1994. Pakan Buatan Sebagai Salah Satu

Usaha Meningkatkan Produksi Kokon Ulat Sutera (Bombyx mori). Bogor:

Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor.

Hamamura Y. 2001. Silkworm Rearing on Artificial Diet. Enfield: Science

Publisher, Inc.

Jaya SE. 2003. Teknik Pengusahaan Persuteraan Alam di PT. Indo Jado Sutera

Pratama Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas

Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

[Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2010. Statistik Kehutanan Indonesia.

Jakarta: Kementerian Kehutanan.

Nugroho B. 2002. Analisis Biaya Proyek Kehutanan. Bogor: Yayasan Penerbit

Fakultas Kehutanan IPB.

Nurhaedah M. 2009. Pengaruh Pakan Pada Resistensi Ulat Sutera (Bombyx mori

L.) Terhadap Penyakit Grasserie [Tesis]. Bogor: Program Studi Silvikultur

Tropika. Institut Pertanian Bogor.

Saifullah A. 2004. Analisis Biaya Produksi Usaha Persuteraan Alam Studi Kasus

di Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Garut Jawa Barat [Skripsi]. Bogor:

Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Samsijah. 1974. Cara-Cara Perbanyakan, Penanaman dan Pemeliharaan

Tanaman Murbei (Morus Sp). Bogor: Lembaga Penelitian Hutan.

Solihin DD, Fuah AM. 2010. Budi Daya Ulat Sutera Alam. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Sumadiwangsa ES, Gusmailina. 2006. Teknologi Budidaya, Pemanfaatan dan

Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu. Bogor: Puslitbang Hasil Hutan,

Kementerian Kehutanan.

Tazima, Y. 1964. The Genetics Of The Silkworm. London: Logos Press.

Page 58: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

45

[UNSD] United Nations Statistics Division. 2010. Commodity Trade Statistics

Database. http://data.un.org/Data.aspx?d=ComTrade&f=_l1Code%3a51 [29

Feb 2012].

Yusup M. 2009. Optimalisasi Produksi Kain Tenun Sutera pada CV Batu Gede di

Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas

Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Zainuddin. 1997. Analisis Ekonomi Usahatani Persuteraan Alam Rakyat (Studi

Kasus di Kecamatan Donri-Donri, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan)

[Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Page 59: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

LAMPIRAN

Page 60: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

47

Tabel Lampiran 1 Investasi, penyusutan, dan bunga modal persuteraan alam di

Kabupaten Polewali Mandar Harga Umur Total Penyusutan Bunga

Per Satuan Teknis Investasi Modal

(Rp 000,-/unit) (Tahun) (Rp Juta) (Rp Juta/thn) (Rp Juta/thn)

1. Budidaya Murbei 125,01

Lahan Ha 15 5000 75,00

Pembuatan Kebun 30 50,01 1,67 3,10

Pengadaan stek murbei Batang 150000 0,075 11,25

Pengadaan pupuk urea kg 1500 1,8 2,70

Pengadaan pupuk kandang kg 15000 0,12 1,80

Pembuatan tanaman

pengolahan lahan Ha 15 700 10,50

penggemburan Ha 15 700 10,50

penanaman Ha 15 700 10,50

Peralatan Kebun

gunting stek unit 19 50 0,95

parang unit 19 60 1,14

cangkul unit 19 35 0,67

2. Pemeliharaan Ulat 22,60 4,52 1,63

Unit Pemeliharaan Ulat Kecil Unit 1 15000 5 15,00 3,00 1,08

Peralatan pemeliharaan ulat

rak pemeliharaan set 19 400 5 7,60 1,52 0,55

alat pengokonan set 19 0 5 0,00 0,00 0,00

3. Pemintalan 17,99 5,23 1,39

mesin pintal tradisional unit 19 150 30 2,85 0,10 0,18

mesin pintal + re-reeling unit 5 3000 3 15,00 5,00 1,20

Peralatan Pemintalan

panci besar unit 1 75 1 0,08 0,08 0,01

baskom unit 3 20 1 0,06 0,06 0,01

4. Pertenunan 4,15 0,48 0,28

alat tenun tradisional (gedogan) unit 19 200 30 3,80 0,13 0,24

Peralatan Pertenunan

panci besar unit 3 75 1 0,23 0,23 0,03

ember unit 5 15 1 0,08 0,08 0,01

gayung unit 3 6 1 0,02 0,02 0,00

timbangan unit 1 35 1 0,04 0,04 0,00

Total 169,74 11,90 6,40

Lahan 75,00

Investasi Pembuatan Kebun 50,01 1,67 3,10

Investasi Pemeliharaan Ulat 22,60 4,52 1,63

Investasi Pemintalan 17,99 5,23 1,39

Investasi Pertenunan 4,15 0,48 0,28

No Komponen Satuan Jumlah

Page 61: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

48

Tabel Lampiran 2 Investasi, penyusutan, dan bunga modal persuteraan alam di

Kabupaten Enrekang Harga Umur Total Penyusutan Bunga

Per Satuan Teknis Investasi Modal

(Rp 000,-/unit) (Tahun) (Rp Juta) (Rp Juta/thn) (Rp Juta/thn)

1. Budidaya Murbei 277,37

Lahan Ha 16 10000 160,00

Pembuatan kebun 30 117,37 3,91 7,28

Pengadaan stek murbei batang 800000 0,04 32,00

Pembuatan Tanaman Ha 16 5000 80,00

Peralatan Kebun

alat semprot unit 3 500 1,50

alat potong rumput unit 2 1000 2,00

sabit unit 34 20 0,68

cangkul unit 34 35 1,19

2. Pemeliharaan Ulat 188,51 22,30 12,65

unit pemeliharaan ulat besar unit 6 20000 10 120,00 12,00 7,92

Peralatan pemeliharaan ulat

rak pemeliharaan set 34 1000 10 34,00 3,40 2,24

alat pengokonan (tabba) set 6800 5 5 34,00 6,80 2,45

baki plastik unit 170 3 5 0,51 0,10 0,04

3. Pemintalan (UPT Tekstil) 81,22 8,92 5,41

Bangunan unit 1 30000 30 30,00 1,00 1,86

Oven unit 1 6000 5 6,00 1,20 0,43

mesin pintal + re-reeling unit 5 3000 30 15,00 0,50 0,93

Mesin Keloss unit 1 10000 5 10,00 2,00 0,72

Mesin Rangkap unit 1 10000 5 10,00 2,00 0,72

Mesin Twist unit 1 10000 5 10,00 2,00 0,72

peralatan pemintalan

panci besar unit 1 75 1 0,08 0,08 0,01

baskom unit 2 20 1 0,04 0,04 0,00

timbangan unit 2 50 1 0,10 0,10 0,01

listrik 10 150 1,50

4. Pertenunan (Nenek Mallomo) 193,98 7,38 12,08

bangunan unit 1 50000 28 50,00 1,79 3,11

alat tenun tradisional (gedogan) unit 150 750 28 112,50 4,02 6,99

ATBM unit 6 4600 26 27,60 1,06 1,72

mesin hani unit 1 1000 26 1,00 0,04 0,06

mesin keloss unit 1 500 26 0,50 0,02 0,03

mesin rangkap unit 1 1000 26 1,00 0,04 0,06

mesin twist unit 1 1000 26 1,00 0,04 0,06

peralatan pertenunan

panci besar unit 3 75 1 0,23 0,23 0,03

ember unit 5 20 1 0,10 0,10 0,01

gayung unit 3 6 1 0,02 0,02 0,00

timbangan unit 1 35 1 0,04 0,04 0,00

listrik 12 50 0,60

Total 743,17 42,51 37,41

Lahan 160,00

Investasi Pembuatan Kebun 117,37 3,91 7,28

Investasi Pemeliharaan Ulat 188,51 22,30 12,65

Investasi Pemintalan 81,22 8,92 5,41

Investasi tenun (bersama) 52,88 2,26 3,31

Investasi tenun ikat 28,60 1,10 1,78

Investasi tenun sarung 112,50 4,02 6,99

Listrik 2,10 0,00 0,00

No Komponen Satuan Jumlah

Page 62: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

49

Tabel Lampiran 3 Biaya variabel persuteraan alam di Kabupaten Polewali

Mandar

Harga Per Satuan Total

(Rp 000,-/Unit) (Rp Juta)

1. Pemeliharaan Kebun 1,80

Material :

pupuk kandang kg/tahun 15000 0,12 1,80

Upah :

2. Pemeliharaan Ulat 2,11

Material : 1,69

bibit ulat sutera boks/tahun 9,75 80 0,78

kaporit kg/tahun 14,25 35 0,50

kapur kg/tahun 285,00 0,6 0,17

kertas parafin/minyak lembar/tahun 245,00 1 0,25

Upah : 0,00

Sewa : 0,42

kendaraan bulan/tahun 3,00 140 0,42

3. Pemintalan 0,00

Material : 0,00

kokon kg/tahun 306,00 0 0,00

Upah : 0,00

4. Pertenunan 0,26

Material : 0,21

benang kg/tahun 39,00 0 0,00

sabun netral kg/tahun 11,70 12 0,14

soda abu kg/tahun 2,34 4 0,01

tawas kg/tahun 5,85 2 0,01

cuka liter/tahun 3,51 15 0,05

Upah : 0,00

Sewa : 0,04

Kendaraan bulan/tahun 3 14 0,04

Total : 4,17

Pemeliharaan Kebun 1,80

Pemeliharaan Ulat 2,11

Pemintalan 0,00

Pertenunan 0,26

No Kegiatan Satuan Jumlah

Page 63: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

50

Tabel Lampiran 4 Biaya variabel persuteraan alam di Kabupaten Enrekang

Harga Per Satuan

(Rp 000,-/Unit)

1. Pemeliharaan Kebun Murbei 88,19

Material : 86,18

Herbisida botol/tahun 47 408 19,18

Pestisida botol/tahun 45 136 6,12

Pupuk Daun botol/tahun 25 1224 30,60

Pupuk Urea kg/tahun 1,8 10025 18,05

Pupuk TSP kg/tahun 3 4080 12,24

Upah : 2,01

Pemangkasan 10 200,5 2,01

2. Pemeliharaan Ulat 32,12

Material : 32,12

bibit ulat sutera (soppeng) boks/tahun 80 106,50 8,52

bibit ulat sutera (candiroto) boks/tahun 80 55,50 4,44

bibit ulat sutera (cina) boks/tahun 245 38,50 9,43

kaporit kg/tahun 30 204,00 6,12

kapur kg/tahun 1,2 1002,50 1,20

kertas koran kg/tahun 3 802,00 2,41

Upah : 0,00

3. Pemintalan 48,55

Material : 42,64

kokon kg/tahun 30 417 12,51

kokon kg/tahun 35 821 28,74

minyak tanah liter/tahun 8 174 1,39

Upah : orang/tahun 20

pemintal HOK/tahun 15 234 3,51

Sewa :

transportasi bulan/tahun 200 12 2,40

4. Pertenunan 196,14 52,92

Material (kain ikat) : 34,67

Material (kain sarung) : 91,59

benang sutera kg/tahun 500 174,30 65,7 87,15 32,85

eronyl kg/tahun 250 13,94 5,84 3,49 1,46

sabun netral kg/tahun 12 52,29 19,71 0,63 0,24

soda abu kg/tahun 4 10,46 3,94 0,04 0,02

tawas kg/tahun 2 26,15 9,86 0,05 0,02

cuka liter/tahun 15 15,69 5,91 0,24 0,09

Upah :

meter/tahun 25 730 18,25

unit/tahun 150 697 104,55

Total : 417,92

Pemeliharaan Kebun 88,19

Pemeliharaan Ulat 32,12

Pemintalan 48,55

Pertenunan (kain ikat) 52,92

Pertenunan (kain sarung) 196,14

No Kegiatan Satuan JumlahTotal

(Rp Juta)

Page 64: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

51

Tabel Lampiran 5 Produksi dan pendapatan usaha persuteraan alam di Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Enrekang

Rp 000,- Rp Juta Rp 000,- Rp Juta Rp 000,- Rp Juta Rp 000,- Rp Juta

Produksi Jumlah Bahan Baku boks/tahun 200,5

Kokon Bibit Soppeng boks/tahun 9,25 106,5

Bibit Candiroto boks/tahun 55,5

Bibit Cina boks/tahun 38,5

Jumlah Produksi kg/tahun 6847,5

Kokon Soppeng kg/tahun 306 3727,5

Kokon Candiroto kg/tahun 1387,5

Kokon Cina kg/tahun 1732,5

Harga Produk Rp/kg

Kokon Soppeng Rp/kg 35

Kokon Candiroto Rp/kg 33

Kokon Cina Rp/kg 37

Pendapatan Rp/tahun 240,4

Kokon Soppeng Rp/tahun 130,46

Kokon Candiroto Rp/tahun 45,79

Kokon Cina Rp/tahun 64,10

Kab. Polewali Mandar

Tahapan Item Satuan

Kab. Enrekang

Kelompok Tani Pallis KUB Sinar Buntu Kurung UPT Tekstil Pertenunan Nenek Mallomo

JumlahTotal

JumlahTotal

JumlahTotal

JumlahTotal

Page 65: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

52

Tabel Lampiran 5 Produksi dan pendapatan usaha persuteraan alam di Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Enrekang (lanjutan)

Rp 000,- Rp Juta Rp 000,- Rp Juta Rp 000,- Rp Juta Rp 000,- Rp Juta

Produksi Bahan Baku (kokon) kg/tahun 306 1238

Benang Jumlah Produksi kg/tahun 39 163,4

Harga Produk Rp/kg 400 330

Pendapatan Rp/tahun 53,92

Produksi Bahan Baku (benang) kg/tahun 39 240

Kain Jumlah Produksi

Kain Ikat unit/tahun 292

Kain Sarung unit/tahun 156 697

Harga Produk Rp/unit

Kain Ikat 250

Kain Sarung 180 300

Pendapatan Rp/tahun 28,08 282

Kain Ikat 73

Kain Sarung 209

JumlahTotal

Tahapan Item Satuan

Kab. Enrekang

Kelompok Tani Pallis KUB Sinar Buntu Kurung UPT Tekstil Pertenunan Nenek Mallomo

JumlahTotal

Jumlah

Kab. Polewali Mandar

TotalJumlah

Total

Page 66: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

53

Tabel Lampiran 6 Jumlah dan nilai ekspor sutera Indonesia tahun 2004 – 2010

Kode

(HS)

Item

Ekspor

Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

(kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg)

500100 Silk-worm cocoons suitable for reeling 26.156 - 2.163 1.845 266 57 3.319

500200 Raw silk (not thrown) 38.988 - 4.045 - - - -

500310 Silk waste, not carded or combed 8 - - 2.956 2.835 6.730 1.766

500390 Silk waste, carded or combed 316.036 45.281 15.810 - - - -

500400 Silk yarn (except from waste) not retail 9.613 913 183 - - - -

500500 Yarn spun from silk waste, not retail 337.884 58.148 14.905 2.221 - - -

500600 Silk yarn retail, silk worm gut 6.096 - 6 - - - 18

500710 Woven fabric of noil silk 1.033.753 1.688.636 33.129 2.268 1.595 10.399 5.983

500720 Woven fabric >85% silk (except noil silk) 1.260 12.303 28.604 4.509 82.310 11.851 79

500790 Woven fabric of silk, nes 325.881 37.998 32.907 8.818 2.884 4.049 29.115

Total 2.095.675 1.843.279 131.752 22.617 89.890 33.086 40.280

Sumber : United Nations Statistics Diviion (2010)

Page 67: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

54

Tabel Lampiran 6 Jumlah dan nilai ekspor sutera Indonesia tahun 2004 – 2010 (lanjutan)

Kode

(HS)

Item

Ekspor

Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

(USD) (USD) (USD) (USD) (USD) (USD) (USD)

500100 Silk-worm cocoons suitable for reeling 128.825 - 55.316 36.127 26.596 7.861 6.138

500200 Raw silk (not thrown) 86.929 - 12.136 - - - -

500310 Silk waste, not carded or combed 1.623 - - 2.365 1.138 4.710 1.413

500390 Silk waste, carded or combed 201.913 42.280 67.116 - - - -

500400 Silk yarn (except from waste) not retail 136.780 2.613 2.260 - - - -

500500 Yarn spun from silk waste, not retail 681.677 121.999 55.722 10.301 - - -

500600 Silk yarn retail, silk worm gut 33.359 - 12 - - - 6

500710 Woven fabric of noil silk 7.665.130 9.507.509 373.788 135.002 42.130 44.266 72.472

500720 Woven fabric >85% silk (except noil silk) 20.032 72.868 125.192 17.521 1.156.432 174.728 6.824

500790 Woven fabric of silk, nes 817.746 235.093 276.882 127.936 22.049 52.960 -

Total 9.774.014 9.982.362 968.424 329.252 1.248.345 284.525 86.853

Sumber : United Nations Statistics Diviion (2010)

Page 68: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

55

Tabel Lampiran 7 Jumlah dan nilai impor sutera Indonesia tahun 2004 – 2010

Kode

(HS)

Item

Impor

Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

(kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg)

500100 Silk-worm cocoons suitable for reeling 164.120 59.612 6.020.818 6.357 333.946 321.523 4.384

500200 Raw silk (not thrown) 26.233 252.024 47.021 18.312 38.927 36.685 7.390

500310 Silk waste, not carded or combed - - - 2 48.721 1.725 -

500390 Silk waste, carded or combed 3.358 274 24.302 - - - -

500400 Silk yarn (except from waste) not retail 231.964 310.958 315.611 142.992 269.517 248.804 246.479

500500 Yarn spun from silk waste, not retail 80.190 54.010 10.964 12.258 93.718 20.720 32.879

500600 Silk yarn retail, silk worm gut 16.684 20.824 17.812 29.233 47.264 79.069 138.595

500710 Woven fabric of noil silk 1.366 7.048 12.315 37.208 632.855 47.614 58.053

500720 Woven fabric >85% silk (except noil silk) 7.501 1.937 3.652 16.081 18.776 193.142 182.543

500790 Woven fabric of silk, nes 4.183 16.771 9.547 194 163.024 29.597 130.061

Total 535.599 723.458 6.462.042 262.637 1.646.748 978.879 800.384

Sumber : United Nations Statistics Diviion (2010)

Page 69: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

56

Tabel Lampiran 7 Jumlah dan nilai impor sutera Indonesia tahun 2004 – 2010 (lanjutan)

Kode

(HS)

Item

Impor

Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

(USD) (USD) (USD) (USD) (USD) (USD) (USD)

500100 Silk-worm cocoons suitable for reeling 142.309 319.564 2.023.313 30.988 2.344.226 2.375.301 16.693

500200 Raw silk (not thrown) 91.837 500.039 141.200 17.378 814.932 181.529 202.209

500310 Silk waste, not carded or combed - - - 6 420.133 13.870 -

500390 Silk waste, carded or combed 613 1.003 3.872 - - - -

500400 Silk yarn (except from waste) not retail 1.044.695 911.464 898.248 566.729 1.870.349 805.384 1.056.096

500500 Yarn spun from silk waste, not retail 113.923 89.385 26.263 18.205 238.609 258.993 173.778

500600 Silk yarn retail, silk worm gut 26.217 33.189 85.174 132.780 272.396 198.450 151.325

500710 Woven fabric of noil silk 35.377 159.222 190.784 203.238 5.442.343 1.268.927 638.322

500720 Woven fabric >85% silk (except noil silk) 89.130 30.950 78.889 56.934 216.179 1.522.089 2.445.459

500790 Woven fabric of silk, nes 11.491 109.466 204.505 6.940 1.466.810 534.032 2.161.519

Total 1.555.592 2.154.282 3.652.248 1.033.198 13.085.977 7.158.575 6.845.401

Sumber : United Nations Statistics Diviion (2010)

Page 70: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

57

Tabel Lampiran 8 Tanaman murbei untuk sutera alam Indonesia tahun 2005-2010

No Provinsi

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009 2010

(ha) (ha) (ha) (ha) (ha) (ha)

1 Aceh - - - - - -

2 Sumatera Utara 350,00 350,00 350,00 - 10,00 18,00

3 Sumatera Barat 24,00 24,00 24,00 - 8,00 8,00

4 Riau - - - - - -

5 Jambi - - - - - -

6 Sumatera Selatan 144,00 144,00 229,00 - - -

7 Bengkulu - - - - - -

8 Lampung 68,00 68,00 68,00 - 25,00 25,00

9 Bangka Belitung - - - - - -

10 Kep. Riau - - - - - -

11 DKI Jakarta - - - - - -

12 Jawa Barat 1.381,00 326,55 326,55 608,10 608,10 608,10

13 Jawa Tengah 725,00 725,00 523,52 529,50 273,00 273,00

14 DI Yogyakarta 329,00 329,00 329,00 19,00 19,00 19,00

15 Jawa Timur - 20,00 - - - -

16 Banten - - - - - -

17 Bali 45,00 45,00 45,00 32,45 32,45 32,45

18 Nusa Tenggara Barat 23,00 23,00 46,00 12,00 12,00 12,00

19 Nusa Tenggara Timur 23,00 23,00 - 96,50 96,50 96,50

20 Kalimantan Barat - - - - - -

21 Kalimantan Tengah - - - - - -

22 Kalimantan Selatan - - - - - -

23 Kalimantan Timur - - - - - -

24 Sulawesi Utara - - - - 246 246

25 Sulawesi Tengah - 122,00 122,00 44,50 44,50 44,50

26 Sulawesi Selatan 1.461,00 1.461,00 1.481,00 2.543,00 2614,8 624,52

27 Sulawesi Tenggara - - - 475,00 4,75 4,75

28 Gorontalo - - - 246,00 - -

29 Sulawesi Barat - - - 52,00 52 52

30 Maluku - - - - - -

31 Maluku Utara - - - - - -

32 Papua Barat - - - - - -

33 Papua - - - - - -

Jumlah 4.573,00 3.660,55 3.544,07 4.658,05 4.046,10 2.063,82

Keterangan: (-) tidak ada tanaman

Sumber: Ditjen Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial (2010)

Page 71: ANALISIS BIAYA PRODUKSI USAHA PERSUTERAAN ALAM: … · the cost of producing kain sarung in Polewali Mandar Regency Rp 143.940/sheet; (C) Break-even point of farmers group in Polewali

58

Tabel Lampiran 9 Produksi benang sutera Indonesia tahun 2005-2010

No Provinsi

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009 2010

(ton) (ton) (ton) (ton) (ton) (ton)

1 Aceh - - - - - -

2 Sumatera Utara 0,10 0,28 0,28 - 0,01 0,02

3 Sumatera Barat - - - 0,01 0,01 0,03

4 Riau - - - - - -

5 Jambi - - - - - -

6 Sumatera Selatan - - - - - 0,02

7 Bengkulu - - - - - -

8 Lampung 0,20 0,06 0,06 - - -

9 Bangka Belitung - - - - - -

10 Kep. Riau - - - - - -

11 DKI Jakarta - - - - - -

12 Jawa Barat 2,50 34 0,34 1,72 0,81 0,77

13 Jawa Tengah 4,90 3,17 - 1,75 1,38 0,50

14 DI Yogyakarta 0,30 0,12 0,12 - 0,01 -

15 Jawa Timur - - - - 0,06 0,03

16 Banten - - - - - -

17 Bali 0,25 0,01 0,01 0,03 0,01 0,01

18 Nusa Tenggara Barat 0,90 0,01 - 0,01 - -

19 Nusa Tenggara Timur 0,90 0,01 - 0,04 0,02 0,03

20 Kalimantan Barat - - - - - -

21 Kalimantan Tengah - - - - - -

22 Kalimantan Selatan - - - - - -

23 Kalimantan Timur - - - 0,01 - -

24 Sulawesi Utara - 0,64 0,64 1,24 1,11 -

25 Sulawesi Tengah - 0,05 0,05 0,07 0,01 -

26 Sulawesi Selatan 59,00 8,94 - 31,55 15,81 15,00

27 Sulawesi Tenggara 0,40 - - - - -

28 Gorontalo - - - - - -

29 Sulawesi Barat - 0,02 0,02 0,43 0,04 0,13

30 Maluku - - - - - -

31 Maluku Utara - - - - - -

32 Papua Barat - - - - - -

33 Papua - - - - - 0,01

Jumlah 69,45 13,64 1,52 36,86 19,28 16,57

Keterangan: (-) tidak ada produksi

Sumber: Ditjen Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial (2010)