analisis balanced scorecard terhadap kinerja...
TRANSCRIPT
ANALISIS BALANCED SCORECARD TERHADAP
KINERJA BPRS AL SALAAM
(Studi Pada BPRS Al Salaam Pusat Cinere)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh:
Chandra Wibawa
NIM: 103046128253
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H / 2009 M LEMBAR PERNYATAAN
i
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidaytullah
Jakarta.
2. Semua Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Juni 2008
Chandra wibawa
ii
ANALISIS BALANCED SCORECARD TERHADAP
KINERJA BPRS AS SALAM
SKRIPSI
Diajukan kepada fakultas Syariah dan Hukum
Untuk memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Islam (S, E, I)
Oleh :
Chandra Wibawa
NIM : 103046128253
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Phil. J. M. Muslimin, MA A. M. Hasan Ali, MA
NIP. 150295489 NIP. 1503702264
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009 M / 1429 H
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul ANALISIS BALANCED SCORECARD TERHADAP KINERJA
BPRS AL SALAAM telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam
(SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 14 Mei 2009
Dekan,
Prof.DR.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422
PANITIA UJIAN
Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag (……………………)
NIP. 150 289 264
Sekretaris : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH (……………………)
NIP. 150 318 308
Pembimbing I : Dr. Phil. J. M. Muslimin, MA (……………………)
NIP. 150 295 489
Pembimbing II : A. M. Hasan Ali, MA (……………………)
NIP. 150 3702 264
Penguji I : Ir. Agus Edi Sumanto, MM, M,Si, AAIJ (……………………)
Penguji II : Dra. Hj. Nuriyah Thahir, MM (……………………)
NIP. 150 321 873
iv
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada hadirat Allah SWT, yang
senantiasa memberi rahmat, taufik dan hidayahnya kepada kita semua. Shalawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarganya, sahabatnya dan kepada kita semua selaku umatnya.
Dengan taufiq dan hidayah Allah SWT, serta dilakukan dengan sungguh-
sungguh, penulis dapat menyusun skripsi hingga selesai yang berjudul “Analisis
Balance Scorecard Terhadap Kinerja PT. BPRS Al Salaam Amal Salman”. Dalam
menyusun skripsi ini, penulis banyak menemukan berbagai kesulitan yang dirasakan
menghambat penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak
terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H, M.A, MM, selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Program Studi Muamalat (Ekonomi
Islam) yang telah memberi semangat dan dorongan serta arahan dalam
penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak H.Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH selaku Sekretaris Program Studi
Muamalat (Ekonomi Islam) yang telah memberi semangat dan dorongan serta
arahan dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Dr. Phil. J. M. Muslimin, MA, selaku Dosen Pembimbing I yang
dengan penuh kesabaran telah memberi semangat dan dorongan serta arahan
v
dalam membimbing secara lahir maupun batin, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak A. M. Hasan Ali, MA, selaku Dosen Pembimbing II yang dengan
penuh kesabaran telah memberi semangat dan dorongan serta arahan dalam
membimbing secara lahir maupun batin, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Pengurus dan staff perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah meluangkan waktu, memberikan fasilitas dan
beberapa referensi untuk penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak Ir. Chotib Muhammad selaku Direktur Utama PT BPRS Al Salaam
Amal Salman beserta staf dan karyawannya.
8. Bapak Pranata Setioadi, SSi, selaku Kepala Bagian Sumber Daya Manusia PT
BPRS Al Salaam Amal Salman yang telah memberikan fasilitas penelitian
dan memberikan data-data serta informasi yang diperlukan.
9. Ibu Nurmalis, S.Sos. selaku Ibuku tersayang, Ayahanda Wil Herman, kakakku
Roosmala Dewi, Spd, Adikku Rosmaniar, Tiada kata yang dapat kuucapakan
selain terima kasih yang tak terbatas untuk semua pengorbanan yang telah
diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan kuliah dan skripsi ini. Ku
yakin kasih sayang, cinta suci dan pengorbanan kalian takkan tertandingi
adanya, oleh karena itu saya selaku anak, Saudara akan selalu berusaha
membuat kalian tersenyum dan bangga. Dan special one (Dita Restiana),
yang telah banyak membantu penulis baik berupa moril maupun materil,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
vi
10. Keluarga besar HIMATA Jakarta Raya dan PB HIMATA, Fahrul, TB Ade,
S.Sos, ozy, Siti Badiah, SHI, dan rekan-rekan sekalian yang tidak dapat
penulis sebutksn satu persatu
11. Keluarga besar Bonisari, Indri’s Familiy, Abi Heru, Umi, dan si cantik Widia
serta rekan-rekan KKS 2006, yang telah memberikan perubahan besar pada
diri penulis.
12. Rekan-rekan angkatan 2003 FSH..Bunga Puspita Amd, yang banyak
memberikan semangat, dorongan, motivasi dan inspirasi bagi penulis. Dhanny
Firdaus sahabat sejatiku, dan seluruh rekan-rekan PS B, yang telah
menggoreskan banyak kenangan manis, canda serta tawa selama menjalani
perkuliahan. (mohon maaf tidak bisa disebutkan satu per satu).
Akhirnya tiada untaian kata yang berharga kecuali ucapan Alhamdulillahi
robbil ‘alamin atas rahmat dan karunia serta ridho Allah SWT. Besar harapan
penulis, dengan hadirnya skripsi ini semoga bermanfaat bagi penulis dan bagi
pembaca pada umumnya.
Jazakumullah khairun katsir
Wassalamualaikum Wr. Wb
Jakarta. 1 Maret 2009
Penulis
vii
ABSTRAKSI
Berangkat dari keberhasilan berkembangnya Perbankan Syari’ah di negeri
kita ini, yang dari tahun mulai awal berdirnya 1992 sampai sekarang bank syari’ah
dirasakan mengalami kemajuan-kemajuan yang produktif, dalam hal pendapatan,
jumlah nasabah, dan luas wilayah secara signifikan. hal ini ditandai dengan
banyaknya bermunculan bank-bank syariah baru.
Dengan kemajuan – kemajuan tersebut maka dirasakan perlu adanya diadakan
pengukuran-pengukuran terhadap kinerja bank syari’ah tersebut, agar nantinya dapat
dipergunakan sebagai tolak ukur dan pembelajaran bagi usaha-usaha unit syari’ah
yang lainnya.dengan adanya fenomena tersebut penulis berinisiatif untuk meneliti
tentang kinerja salah satu bank syari’ah dengan tekhik pengukuran yang telah banyak
digunakan sebelumnya yaitu ; Balanced Scorecad.
Penulis menggunakan tekhnik pengukuran ini karena konsep yang dipakai
untuk mengukur tidak melihat dari satu perspektif saja melainkan mengguakan 4
perspektif. Sehingga cukup relevan untuk mengukur tingkst kinerja bank yang sedang
berkembang.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka penulis merasa tertarik untuk menulis
skripsi dengan judul “Analisis Balance scorecard terhadap PT BPRS AL Salaam”
Sedangkan tekhnik analisa data memakai dua pendekatan yaitu :
1. pendekatan Balanced Scorecard, yang merupakan alat analisis utama yang
juga digunakan dalam analisis dalam skripsi ini. Pendekatan tersebut
digunakan untuk menganalisis tingkat kinerja perusahaan secara capat, tepat
viii
dan menyeluruh dengan dipandang dari empat segi, yaitu perspektif keuangan,
pelanggan, proses bidnis internal, pembelajaran serta pertumbuhan.
2. pendekatan dengan skala likhter, yaitu suatu cara untuk memperoleh
informasi agar dapat diperoleh hipotesa tentang kepuasan nasabah dan
karyawan secara tepat.
Setelah dianalisa lebih jauh maka didapatkan hasil yang cukup baik bagi
keseluruhan kinerja BPRS AL Salaam Pusat Cinere, karena dalam analisa kartu skor
balanced scorecard didapatkan hasil yang cukup baik.
Jakarta, 1 Maret 2009
Chandra Wibawa
ix
OUT LINE
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah 7
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 8
D. Kajian Pustaka 10
E. Kerangka Teori 13
F. Metode Penelitian 15
F. Pedoman Dan Sistematika Penulisan 21
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG PENGUKURAN KINERJA DENGAN
BALANCED SCORECARD
A. Pengukuran Kinerja
1. Definisi Pengukuran Kinerja 23
x
2. Manfaat Pengukuran Kinerja 25
3. Syarat-syarat Pengukuran Kinerja 27
B. Metode Pengukuran Kinerja Dengan Balanced Scorecard
1. Definisi Balanced Scorecard 28
2. Keempat Penghalang Dalam 29
Keberhasilan Suatu Perusahaan
3.Berbagai Perspektif Yang Diukur 31
Dalam Balanced Scorecard
A. Analisis SWOT, Berdasarkan Matriks Dampak Silang
1.Pengertian Analisis SWOT 40
2.Manfaaat dan Fungsi Analisis SWOT
41
BAB III PROFIL BPRS AS SALAM PUSAT CINERE
A. Sejarah Singkat BPRS As Salam Pusat Cinere 45
B. Visi Dan Misi 47
C. Struktur Organisasi 47
D. Produk Dan Jasa 49
xi
E. Perkembangan Usaha BPRS Al Salaam 50
BAB IV APLIKASI KONSEP BALANCED SCORECARD DALAM
MENINGKATKAN KINERJA BPRS AS SALAM
A. Identifikasi dan Analisis Faktor Kekuatan,
Kelemahan, Peluang dan Tantangan Yang Terjadi Pada BPRS Al
Salaam Analisis SWOT
1. Kekuatan (Strenght) 53
2. Kelemahan (weakness) 54
3. Peluang (Opportunity) 54
4. Ancaman (threath) 55
5. Ancangan Strategi SWOT Tabungan Haji Arafah 56
B. Analisis kinerja BPRS As Salam dengan pendekatan 60
Balanced Scorecard
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 107
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dekade ini boleh jadi periode keemasan bagi ekonomi syariah, terutama di
Indonesia. Sejak tahun 2000 silam, lebih dari 50 lembaga ekonomi berbasis syariah
telah tumbuh dengan suburnya. Hal ini sangat wajar mengingat mayoritas penduduk
Indonesia adalah Muslim
Pertumbuhan bank syariah dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang
sangat signifikan. Dinamika pertumbuhan bank syariah ini bisa dicermati dari data
yang dipublikasikan oleh BI. Pada akhir 1999, total aset bank syariah di Indonesia
baru Rp1,12 triliun atau 0,11% dari pangsa pasar perbankan nasional. Saat itu baru
ada Bank Muamalat (BMI) yang didirikan pada 1992, Bank Syariah Mandiri (BSM)
dan Unit Usaha Syariah Bank IFI yang mulai menjalankan operasional perbankan
pada19991.
Pada Desember 2002, total aset bank syariah meningkat pesat 261,18%
dibandingkan tiga tahun sebelumnya menjadi Rp 4,05 triliun. Pada saat itu sudah ada
dua Bank Umum Syariah (BUS) dan enam Unit Usaha Syariah (UUS). Setahun
kemudian, dengan jumlah total dua BUS dan delapan UUS, total aset bank syariah
per Desember 2003 naik 94,28 % dari tahun sebelumnya menjadi Rp7,86 triliun.
1 Ahmad Ilham, Bisnis Indonesia BDE Karim Busieniness Consulting (artikel di akses di
tangerang, sabtu 20 November 2007) melalui www.Steisebi.com dengan 1 halaman
2
Pada 16 Desember 2003, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan
fatwa tentang haramnya bunga bank yang menyebabkan terjadinya Unorganic
Growth. Hingga Desember 2004, total bank syariah menjadi tiga BUS (Bank Umum
Syariah) dan 15 UUS (Usaha Unit Syariah) dengan kenaikan total aset 95,01 % dari
tahun sebelumnya menjadi Rp15,33 triliun. Pada akhir 2005, dengan total tiga BUS
dan 19 UUS, total aset bank syariah meningkat 36,24 % dari tahun sebelumnya
menjadi Rp20,88 triliun (1,4% pangsa pasar).
Setahun kemudian jumlah bank syariah menjadi tiga BUS dan 20 UUS
dengan kenaikan total aset 27,98 % dari tahun sebelumnya menjadi Rp26,72 triliun
(1,58 % pangsa pasar)2.
Bank syariah diperkirakan akan terus tumbuh secara signifikan. Pada Februari
2007, dengan total tiga BUS dan 21 UUS, total aset bank syariah mencapai Rp27,69
triliun atau 1,6 % pangsa pasar.3
BPRS memiliki peran penting dalam mendorong perkembangan sektor riil.
Sebabnya, BPRS berperan dalam mendukung perkembangan sektor usaha kecil dan
menengah (UKM) melalui penyaluran pembiayaan. Selain itu, BI juga menginginkan
agar perkembangan ekonomi syariah di Indonesia juga didukung pesatnya
perkembangan BPRS. Karena itu, perlu adanya dorongan kepada industri BPRS agar
terus bertambah dan berkembang. Sehingga ekonomi syariah berkembang melalui
UKM
Berdasarkan data publikasi BI juga menyebutkan hingga Agustus lalu aset
BPRS tercatat berada pada posisi Rp 1,092 triliun, Sedangkan penyaluran
2 Ibid. 3 Republika Online, Koran Ekonomi jum,at 23 maret 2007(artikeldiakses di tangerang 20
november 2007), melalui situswww.republika .com dengan 1 halaman
3
pembiayaan BPRS pada bulan Agustus tahun 2006 lalu tercatat berjumlah Rp
822,772 miliar. Sedangkan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) BPRS per
Agustus lalu tercatat sebesar Rp 651,391 miliar4.
Sayangnya, di tengah gebyar ekonomi berbasis syariah, terselip berbagai
kelemahan dalam penerapan prinsip syariah itu sendiri. Disinyalir lebih dari 80% dari
lembaga yang ada belum mampu menjalankan prinsip-prinsip syariah secara utuh.
Kelemahan pertama, produk-produk syariah yang dipasarkan justru masih didominasi
oleh produk murabahah (jual beli). Produk ini dipasarkan tidak hanya untuk
pembiayaan konsumtif, entah itu berbentuk KPR, kendaraan, dan sebagainya, tetapi
juga dipasarkan untuk pembiayaan yang sifatnya produktif. Meskipun tidak salah,
tetapi bila produk murabahah yang lebih banyak digunakan untuk pembiayaan
produktif, ia akan kurang mengena pada prinsip syariah yang menggunakan sistem
bagi hasil. Harusnya, produk yang paling gencar dipasarkan dan digunakan adalah
mudharabah dan musyarakah.
Kelemahan lainnya, di lembaga syariah, penunjukan dan pengelolaan sumber
daya manusia (SDM) juga masih bias. Prinsip syariah, sejatinya membutuhkan 70%
moral heavy, baru diikuti dengan knowledge dan appearance. Namun pada
praktiknya, mereka justru dijejali hafalan-hafalan berbahasa Arab dan hanya
diikutkan pelatihan instant ekstra cepat. Terkadang etika bisnis dan konsep Islami
belum dikuasai secara komprehensif.5 Kendala lain di bidang SDM ini dalam
perkembangan Perbankan Syari’ah juga dikarenakan lebih kepada belum lamanya
sistem perbankan itu.sehingga lembaga-lembaga Akademisi belum dapat atau sangat
4 Ibid. 5Rahmat Syafei, SDM Bank Syari’ah, Pikiran Rakyat, diakses melalui www.pikiran
rakyat.com h.1
4
terbatas sekali menerapkan pelatihan-pelatihan membuka ruang baru dalam lembaga
pendidikan.6
Sehingga sumber daya manusia yang diserap oleh bank-bank syariah yang
kenyataannya adalah sarjana-sarjana ekonomi yang "belajar" dalam beberapa bulan
bahkan minggu lewat kursus-kursus itu menjadi tidak kompeten dalam melaksanakan
tugasnya, sementara sarjana syariah jurusan mu'amalah belajar ekonomi Islam itu
bertahun-tahun. Dari sisi kompetensi tentu saja sarjana syariah perlu dipertimbangkan
sebagai upaya untuk menumbuhkan kepercayaan dan keyakinan masyarakat.
Di samping itu pula beberapa hal yang perlu disempurnakan dalam upaya
menjadikan bank syariah sebagai perbankan yang mendapat kepercayaan dan
keyakinan masyarakat serta terpisah dari bank konvensional antara lain mengenai:
a. Ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai prinsip kehati-hatian.
b. Standar akuntansi, audit dan pelaporan.
c. Instrumen yang diperlukan untuk pengelolaan likuiditas.
d. Instrumen moneter yang sesuai dengan prinsip syariah untuk keperluan
pelaksanaan tugas bank sentral, dan lain sebagainya.
e. Memberikan kepercayaan kepada perguruan tinggi yang berkompetensi
syariah, UIN dan lembaga pendidikan tinggi syari’ah misalnya hal-hal
tersebut di atas sangat diperlukan agar bank syariah dapat menjadi
elemen dari sistem moneter yang dapat menjalankan fungsinya secara
baik dan mampu berkembang serta bersaing dengan bank konvensional.
6 M, Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori Ke Praktek (Jakarta: PT Tazkia Cendikia,
2001), hal. 226.SSS
5
Pada era globalisasi dan informasi dimana persaingan bisnis semakin
kompetitif, mengerahkan dan mengarahkan sumber daya untuk mencapai visi
perusahaan melalui penerapan strategi yang ditetapkan merupakan tanggung jawab
yang harus dipikul oleh seluruh bagian perusahaan. Untuk mengetahui apakah
implementasi strategi telah sejalan dengan tujuan perusahaan, maka diperlukan alat
untuk menterjemahkan implementasi strategi serta mengukur pencapaian kinerja
perusahaan yaitu dengan balanced scorecard.
Idealnya, setiap manajemen perusahaan memerlukan suatu alat ukur untuk
mengetahui seberapa baik performa perusahaan. Objek yang selalu diukur adalah
bagian keuangan, mengapa hanya bagian keuangan ? Jawabannya sederhana karena
keuangan berbicara mengenai angka, sesuatu yang mudah dihitung dan dianalisa.
Dengan perkembangan ilmu manajemen dan kemajuan teknologi informasi, sistem
pengukuran kinerja perusahaan yang hanya mengandalkan perspektif keuangan
dirasakan banyak memiliki kelemahan dan keterbatasan.7
Balanced Scorecard merupakan salah satu solusi yang baik untuk mengukur
kinerja, karena balanced scorecard mempunyai keistimewaan dalam hal cakupan
pengukurannya yang komprehensif, yaitu mempertimbangan kinerja pada perspektif
keuangan dan perspektif non keuangan yang mencakup; perspektif pelanggan,
perspektif proses bisnis internal serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.
Konsep balanced scorecard dikembangkan sebagai sistem pengukuran kinerja yang
memungkinkan para eksekutif memandang perusahaan dari berbagai perspektif
secara simultan. Balanced scorecard sebagai sistem manajemen strategis yang
6 Jonathan Sofian Lusa, Berkenalan dengan Balanced Scorecard (BSc), , (artikel diakses di
Tangerang: Senin, 22 Oktober 2007), diakses melalui www.jsofian.wordpress.com, dengan 1 halaman.
6
menterjemahkan visi, misi dan strategi ke dalam seperangkat tolak ukur yang
menyeluruh yang memberi kerangka kerja bagi pengukuran dan sistem manajemen
strategis. Jika hal ini dihubungkan dengan model manajemen strategi maka dapat
dikatakan bahwa konsep balanced scorecard sebagai sistem manajemen strategis
yang berada pada area perumusan dan implementasi strategi, sedangkan balanced
scorecard sebagai pengukur kinerja berada pada area evaluasi strategi.8
Untuk itu, dengan adanya ungkapan di atas maka penulis merasa perlu sekali
untuk membahas serta meneliti tentang kinerja perusahaan-perusahaan yang berbasis
syari’ah terutama objek dari penelitian ini yaitu BPRS Al Salaam sebagai upaya
perbaikan kinerja, penulis ingin membantu BPRS Al Salaam dengan memberikan
masukan terhadap kinerja perusahaan tersebut, melalui sebuah Skripsi yang penulis
buat dengan judul: “Analisis Balanced Scorecard Terhadap Kinerja BPRS AL
SALAAM”.
B.Batasan dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Evaluasi kinerja suatu perusahaan selalu saja terdapat masalah yang tidak
dapat diduga oleh siapa pun, begitu pula dengan evaluasi kinerja Bank Perkreditan
Rakyat Syariah. Lalu bagaimana proses manajemen strategi dan kinerja yang telah
dikonsep dan dikelola manajemen perusahaan dapat diimplementasikan, khususnya
proses dari evaluasi terhadap pengukuran kinerja perusahaan. Oleh sebab itu, akan
7 Sony Yuwono, Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard Menuju Organisasi Yang
Berfokus Pada Strategi; Selanjunya Disebut Balanced Scorecard, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2002), hal. 3.
7
dikumpulkan alternatif-alternatif sebab terjadinya masalah yang pada gilirannya nanti
akan diteliti sesuai batas kemampuan peneliti.
Adapun masalah yang akan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Apakah nasabah sudah cukup puas dengan kinerja bank?
b. Apakah tenaga SDM (Sumber Daya Manusia) yang ada sudah memenuhi
kreteria dalam menjalankan Bank?
c. Bagaimana kinerja BPRS Al Salaam jika dianalisis dengan pendekatan
balanced scorecard ?
2. Batasan Masalah
Untuk meneliti seluruh identifikasi masalah di atas memerlukan suatu usaha
dari peneliti. Jika penulis dalam meneliti memiliki keterbatasan-keterbatasan
kemampuan, maka penelitian ini hanya akan dibatasi pada :
a. Bagaimana proses manajemen strategi BPRS Al Salaam terhadap
kebijakan kerja yang diterapkan pihak manajemen perusahaan ?
b. Bagaimana kinerja BPRS Al Salaam jika dianalisis dengan pendekatan
balanced scorecard ?
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, batasan masalah yang telah ditulis di atas,
maka penulis merumuskan masalahnya yaitu “Bagaimana kinerja BPRS Al Salaam
dilihat dari perspektif balanced scorecard (perspektif keuangan, perspektif
8
pelanggan, perspektif bisnis internal serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran)
?”.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang penulis lakukan ini adalah:
a. Mengidentifikasi perumusan strategi yang dilaksanakan oleh BPRS Al
Salaam, berupa visi, misi dan tujuan perusahaan.
b. Mengetahui strategi-strategi yang diterapkan BPRS Al Salaam
c. Menganalisis kinerja BPRS Al Salaam dari perspektif balanced scorecard
(perspektif keuangan, pelanggan, perspektif proses bisnis internal,
perspektif pertumbuhan dan pembelajaran).
2. Manfaat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat membawa daya guna bagi kedua
belah pihak yang inheren berkaitan, yakni sebagai berikut:
a. Bagi Mahasiswa
1) Memperoleh tambahan pengetahuan yang relevan untuk meningkatkan
kompetensi, kecerdasan intelektual dan emosionalnya.
2) Memperoleh kesempatan untuk menerapkan pengetahuan teoritis yang
diperoleh di perkuliahan dalam berbagai kasus riil di dunia kerja.
b. Bagi Institusi
1) Sebagai bahan masukan bagi BPRS Al Salaam dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
2) Memberikan masukan yang berarti bagi pimpinan BPRS Al Salaam
atau pihak yang terkait untuk mengambil kebijakan di BPRS As
Salam.
9
3) Dapat memberikan gambaran terhadap langkah-langkah yang strategis
yang harus diambil dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
dalam menghadapi persaingan dan perubahan jaman.
4) Dapat dipergunakan sebagai referensi model pengelolaan pada BPRS
Al Salaam Bagi pihak lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dan bahan referensi untuk penelitian di masa yang akan
datang.
D. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu
Berbagai tinjauan mengenai balanced scorecard telah banyak dipelajari dan
dikemukakan oleh berbagai pihak dan pemerhati analisis ini. Bagi penulis tinjauan
(review) studi terdahulu sangat membantu penulis dalam mengembangkan kerangka
penelitian yang akan penulis buat ini. Dengan tidak sekedar meneliti akan tetapi
membaca dan melihat hasil studi atau karya atau penelitian dan pembahasan milik
orang lain menjadi sebuah tambahan wawasan bagi penulis. Akan tetapi, penulis tidak
ingin mengikuti hasil yang sudah ada melainkan mengembangkan dan menambah
literatur mengenai balanced scorecard ini.
Berikut beberapa tinjauan (review) studi terdahulu yang penulis dapati :
1. Tinjauan (review) studi terdahulu yang berasal dari skripsi9 :
No Nama Penulis Judul Skripsi Tempat Penelitian
1. Salma Afriani Peningkatan
Profesionalisme dan
Kinerja SDM Pada Bank
Bank BNI Syariah
9 Skripsi-skripsi tersebut adalah sebagian dari beberapa skripsi yang menggunakan analisis
balanced scorecard, dimana penulis menggunakan skripsi-skripsi tersebut sebagai studi terdahulu yang
pernah ada serta untuk membantu penelitian skripsi yang penulis buat ini.
10
BNI Syariah
2. Siti Maesunah Mengukur Kinerja BMT
Al Munawarah Dengan
Balanced Scocard.
BMT Al Munawarah
3. Neneng Nurhasanah Strategi Bisnis Bank BII
Syariah Platinum accses
dalam peningkatan kerja
perusahaan
BII Syariah
4. Erni Risnawati Strtegi Pengelolaan
Peningkatan Pengelolaan
Zakat Pada Dompet
Peduli Umat (DPU)
Daarut Tauhid Cab
Jakarta, Pendekatan
Balance Scocard
Dompet Peduli Umat
(DPU) Daarut Tauhid
Cab Jakarta
5. Jurnal Ekonomi UIN
Syarif Hidayatullah
Jakarta
Mengenal Balanced
Scocard dengan sebagai
konsep dan aplikasi
bisnis yang berfkus pada
strategi
-
Dalam kumpulan skripsi di atas penulis beranggapan tentang skripsi mereka
sangat berhubungan dengan skipsi yang akan kami tulis.
11
Salma Afriani menulis tentang Hubungan antara Profesionalisme dengan
Kinerja SDM yang ada di Bank BNI Syariah. Hubungan antara dua Variable ini
dirasakan sangat erat karena profesionalisme memang seyogyanya didukung dengan
kinerja SDM, karena tidak mungkin terjadinya keadaan atau sikap Profesional yang
ditunjukan oleh para karyawan Bank BNI Syariah bila tidak didukung dengan tenaga
SDM yang baik.
Lain halnya dengan Neneng Nurhasanah yang menulis tentang strategi bisnis
Bank BII Platinum access, di sini Neneng menulis tentang tata cara perusahaan dalam
mengembangkan usahanya dengan sasaran kelas-kelas tertentu pada masyarakat.
Namun tulisannya juga diikuti dengan membahas kinerja perusahaan jadi terdapat
dua variable yaitu strategi dan kinerja.
Sedangkan Erni Risnawati membahas tentang peningkatan kinerja
pengelolaan zakat pada Dompet Peduli Umat. Disini Erni hanya membahas seperti
yang di bahas oleh Neneng. Dalam tulisannya Erni juga membahas dua variable
yaitu : Strategi dan peningkatan kinerja.
Siti Maesunah membahas masalah yang hampir sama pula namun lebih
sederhana dari skripsi-skripsi diatas. Disini Siti membahas tentang pengukuran
kinerja saja dan tempat penelitiannya bertempat di BMT Al-Munawarah, hal ini di
rasa sangat wajar karena Siti Maesunah meneliti dengan objek penelitian yang
sekupnya lebih kecil dari pada teman-temannya diatas.
Kemudian jurnal ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2006
dengan judul “mengenal Balanced Scocard sebagai konsep dan aplikasi bisnis yang
berfokus pada strategi”. Dalam jurnal ini dibahas tentang Balanced Scocard sebagai
12
konsep dalam aplikasi-aplikasi perusahaan dalam berbisnis yang terfokus dalam
strategi-strategi yang dicanangkan.
Secara prinsipil penulis disini menggambarkan tentang penilaian kinerja saja
yang diteliti di BPRS Al Salaam, dalam skripsi ini berorientasi pada penelitian
evaluasi terhadap kinerja perusahaan yang dimaksud. Berbeda dari kebanyakan
skripsi-skripsi terdahulu yang banyak membahas tentang analisa strategi
perusahaan,peningkatan pengelolaan produk, atau konsep aplikasi bisnis.
Memang dirasakan penulis menggambarkan tentang balanced scorecard
terlalu sederhana. Namun dengan focusnya pembahasan yang tertuju pada suatu titik
masalah (kinerja), maka penulis mengharapkan hasil yang didapat dalam penelitian
ini dapat menjawab permasalahan yang ada di perusahaan tersebut.
E. Kerangka Teori dan Kerangka Konseptual
1. Kerangka Teori
Sebagaimana diketahui bahwa dalam standar akuntansi keuangan (SAK)
terdapat penjelasan tentang pentingnya informasi dari kinerja perusahaan, yaitu :
“Informasi kinerja perusahaan terutama profitabilitas, diutamakan untuk menilai
perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan dimasa
depan. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam
menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada. Disamping itu, informasi tersebut
13
juga berguna dalam merumuskan pertimbangan tentang efektifitas perusahaan dalam
memanfaatkan tambahan sumber daya”.10
Maka dari itu pengukuran kinerja adalah mengidentifikasikan indikator
pekerjaan yang telah dilakukan dan hasil yang telah dicapai oleh aktivitas, proses atau
unit organisasi.11
Balanced scorecard merupakan suatu sistem manajemen, pengukuran dan
pengendalian yang secara cepat, tepat dan komprehensif dapat memberikan
pemahaman kepada manajer tentang performance bisnis. Selain itu balanced
scorecard adalah suatu kerangka kerja baru untuk mengintegrasikan berbagai ukuran
yang diturunkan dari strategi perusahaan. Pengukuran kinerja tersebut memandang
unit bisnis dari empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan,
proses bisnis dalam perusahaan serta proses pembelajaran dan pertumbuhan, yang
diturunkan dari proses penerjemahan strategi perusahaan yang dilaksanakan secara
eksplisit dan ketat kedalam berbagai tujuan dan ukuran yang nyata.12
Performance Appraisal tidaklah jauh berbeda dengan balanced scorecard
karena perbedaan keduanya hanya tidak membahas tentang sisi kinerja perusahaan
secara keseluruhan, hanya terbatas pada pembahasan tentang kinerja karyawan.
Sedangkan balanced scorecard tidak hanya terbatas pada penelitian tentang kinerja
karyawan yang bertujuan menaikan taraf SDM (Sumber Daya Manusia) pada
10 Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), Standar Akuntansi Keuangan (SAK), (Jakarta : Salemba
Empat, 2002), h. 5 11 Edward J. Blocher, et.al, Manajemen Biaya : Dengan Tekanan Stratejik, (Jakarta : Salemba
Empat, 2000), cet. Ke-1, h. 133 12 Roberts S. Kaplan dan David P. Norton, Balanced Scorecard ; Menerapkan Strategi
Menjadi Aksi, (Jakarta : Erlangga, 2000), edisi terj.., h. 71
14
perusahaan tersebut. Karena pada balanced scorecard juga membahas tentang
pespektif pelanggan (Custumer) dan perspektif Laporan keuangan.
Studi yang ada ini adalah sebagian dari yang utama dalam pembahasan judul
skripsi yang penulis buat sebagai kerangka teori, tidak menutup kemungkinan juga
bahwa ada studi-studi lain mengenai hal ini yang nantinya akan penulis pergunakan
sebagai penambah khasanah ilmu bagi skripsi ini.
Konsep seluruh kegiatan penelitian yang akan penulis lakukan ini, mulai dari
tahap awal sampai tahap akhir merupakan suatu kesatuan kerangka konseptual yang
utuh dalam rangka mencari jawaban-jawaban ilmiah terhadap masalah-masalah yang
diteliti. Kerangka ini dibuat dalam suatu skema sehingga isi penelitian secara
keseluruhan agar diketahui dengan jelas, mulai dari teori yang akan digunakan,
gambaran umum dari objek penelitian, mekanisme ketersedian data, pengolahan dan
penyajiannya, analisis yang dipergunakan, hingga hasil analisis terhadap objek yang
penulis teliti.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
1. Jenis dan Metode Penelitian
Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian skripsi kali ini adalah
pendekatan bersifat kuantitatif dan kualitatif, yakni berupa data-data statistik yang
menunjukkan jumlah pinjaman, jumlah nasabah yang ada di BPRS Al Salaam,
Tentunya hal tersebut memakai angka-angka.
Sedangkan, metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif-
analisis, yaitu penulis menggambarkan permasalahan dengan didasar data-data yang
15
ada kemudian dianalisis lebih lanjut untuk kemudian ditarik kesimpulan. Dengan tipe
pendekatan studi kasus, penulis mengadakan penelitian dengan cara melihat, dan
menggambarkan tentang “Analisis Balanced Scorecard Terhadap Kinerja BPRS Al
Salaam”.
Menurut Marzuki penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan
dengan melukiskan keadaan obyek atau persoalan yang tidak dimaksudkan untuk
mengambil atau menarik kesimpulan yang berlaku umum.
Menurut Suharsimi Arikunto, penelitian deskriptif eksploratif adalah metode
penggambaran dan penafsiran data mengenai keadaan di lapangan atau di tempat
penelitian. Tujuan dari penelitian deskriptif eksploratif adalah untuk membuat
gambaran secara sistematis dan akurat mengenai fakta, sifat, dan hubungan antar
aspek yang diteliti baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Oleh karena itu,
penelitian dilakukan dalam upaya mengidentifikasi faktor lingkungan perusahaan
baik internal maupun eksternal.13
2. Ruang Lingkup Penelitian
Tinjauan penelitian ini dilihat dari sudut pandang manajemen strategi dengan
pendekatan Balanced Scorecard yang nantinya kinerja BPRS Al Salaam dievaluasi
dari empat perspektif Balanced Scorecard yaitu perspektif keuangan, perspektif
pelanggan, perspektif bisnis internal dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.
3. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian akan dilakukan penulis pada BPRS Al Salaam Pusat
yang berlokasi di : Jalan Cinere Raya Blok A No. 42 Limo Depok 16514
4. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Terdapat dua jenis data yang digunakan dalam penelitian yaitu data primer
dan sekunder.
13 Arikonto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta, 2002), Edisi Revisi V, hal. 209.
16
1) Data primer; yaitu data yang diperoleh secara langsung dari nara
sumber, dan belum melalui proses pengolahan sebelumnya.
2) Data sekunder; yaitu data yang telah diolah sebelumnya dan diperoleh
melalui proses pengolahan sebelumnya.
b. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam proses pengumpulan data antara lain :
1) Data internal; data diperoleh dari lingkungan perusahaan secara
terpisah. Data Internal perusahaan terdiri dari dua yaitu:
a) Primer: Data yang diperoleh dari hasil interview dengan jajaran
eksekutif. BPRS Al Salaam.
b) Sekunder: Data yang diperoleh dari data internal perusahaan
seperti data pegawai, laporan keuangan dan rencana kerja.
2) Data eksternal; data yang diperoleh menyangkut perusahaan dari
referensi lain. Data eksternal dibagi menjadi dua yaitu:
a) Primer: Data yang diperoleh dari opini/pendapat nasabah ataupun
masyarakat sekitar.
b) Sekunder: Data yang diperoleh dari surat kabar, jurnal, majalah
buku dan artikel yang memuat tentang informasi perusahaan.
5. Metode Dan Teknik Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data merupakan salah satu tahapan dalam penelitian
yang menentukan tingkat keakuratan hasil penelitian. Proses pengumpulan data yang
sistematis akan membantu dalam proses penelitian selanjutnya. Proses pengumpulan
data ditentukan oleh metode dan tehnik pengumpulan data. Menurut Marzuki terdapat
tiga metode pengumpulan data, yaitu sensus, sampling dan case study.14
Metode pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
case study (studi kasus) pada. BPRS Al Salaam Tehnik pengumpulan data merupakan
14 Marzuki, op.cit., hal. 12.
17
prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data kuantitatif dan
kualititatif.
Adapun teknik yang digunakan yaitu:
a. Observasi
Observasi dilakukan guna mengadakan pengamatan secara langsung
terhadap objek penelitian .tentang hal-hal yang dilakukan dalam observasi
adalah mengenai keadaaan di lokasi penelitian.
b. Wawancara
Yakni dengan cara mengadakan wawancara atau tanya jawab lisan secara
langsung dengan pihak-pihak yang terkait terhadap permasalahan yang
diteliti. Pada penelitian ini, wawancara dilakukan dengan jajaran
manajemen, nasabah bank serta beberapa karyawan.
c. Kuisioner
kuisioner atau angket dipandang sebagai interview tertulis dimana sample
atau responden dihubungi melalui suatu daftar pertanyaan dalam
bentuknya yang langsung mendasarkan diri pada laporan tentang diri
sendiri atau self-Report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau
keyakinan pribadi. Sehingga dapat diungkap tingkah laku, perbuatan yang
dilakukan oleh objek tersebut.15
Tujuan pokok pembuatan kuisioner
adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan
penelitian, hasil kuisioner tersebut akan berbentuk angka dan tabel.
Kuisioner ini mengguanakan skala likert, yang terdiri dari:
4: Sangat tinggi tingkat kepuasannya
3: Cukup tinggi tingkat kepuasannya
15
Sutrisno Hadi, Metodologi Rasearch, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2004), Edisi
Revisi I, hal.177 .
18
2: Rendah tingkat kepuasannya
1:Sangat rendah tingkat kepuasannya
Skor tersebut untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan pada
perspektif pelanggan serta pada perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan, sedangkan untuk mengetahui tingkat pengetahuannya
terhadap BPRS Al Salaam pada perspektif pelanggan menggunakan,
4: Sangat tinggi tingkat pengetahuannya tentang BPRS Al Salaam
3: Cukup tinggi tingkat pengetahuannya tentang BPRS Al Salaam
2: Rendah tingkat pengetahuannya tentang BPRS Al Salaam
1: Sangat rendah tingkat pengetahuannya tentang BPRS Al Salaam
Untuk mengetahui tingkat kesetujuannya pada proses bisnis internal,
menggunakan,
4: Sangat tinggi tingkat kesetujuannya
3: Cukup tinggi tingkat kesetujuannya
2: Rendah tingkat kesetujuannya
1: Sangat rendah tingkat kesetujuannya
d. Dokumentasi
Yakni mencari data-data mengenai permasalahan yang diteliti melalui
laporan perusahaan, kuisioner yang diedarkan perusahaan dan komentar
para nasabah bank.
e. Studi pustaka
Yakni melakukan studi literatur terhadap buku-buku yang relevan, surat
kabar, majalah, jurnal, artikel maupun penelitian atau tulisan ilmiah yang
berkaitan dengan analisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal
perusahaan.
19
6. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah pengambilan
sampel aksidental, dimana termasuk dalam teknik pengambilan sampel non-
acak. Yaitu, sampel yang diambil dari siapa saja yang kebetulan ada, penulis
cukup menanyakan pada pimpinan-pimpinan perusahaan atau orang-orang
terkait dalam perusahaan. Dengan kata lain penarikan sampel aksidental
menekankan pada pertimbangan karakteristik tertentu dari subjek
penelitiannya.16
7. Teknik Analisis Data
Penulis menggunakan Analisis SWOT agar diketahui factor Intern
Positif dan Negatif (strength and weaknesses) yang ada di internal BPRS Al
Salaam dan Faktor Eksternal yang positif dan negative (opportunity and
threat )yang dihadapi oleh BPRS Al Salaam.
Yang akan disinergikan kedalam balanced scocard untuk mengukur
kinerja BPRS Al Salaam dengan cara mengukur empat indicator keberhasilan
yaitu : kondisi keuangan perusahaan (perspective financial), kepuasan
nasabah (costumer perspective), kemampuan internal bisnis (business internal
process), serta pertumbuhan dan pembelajaran (learning and growth).
8. Pedoman Penulisan Laporan
Sedangkan teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman
Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007, dengan beberapa pengecualian :
a. Dalam daftar pustaka, Al-Qur’an ditempatkan pada urutan pertama.
16 Soeratno,. Dr., M.Ec. Drs. Lincolin asrsyad, M.Sc., Metode Penelitian Untuk Ekonomi Dan
Bisnis, (Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 2003), h.119
20
b. Terjemah Al-Qur’an dan Hadits ditulis satu spasi sekalipun kurang dari
enam baris.
H. Sistematika Penulisan
Adapun penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I, PENDAHULUAN
Yaitu meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan (review) studi terdahulu,
kerangka teori dan kerangka konseptual, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II, TINJAUAN TEORITIS MENGENAI MANAJEMEN STRATEGI
DENGAN BALANCED SCORECARD
Yang membahas manajemen strategi, balanced scorecard, balanced
scorecard sebagai sistem manajemen strategi, kunci keberhasilan dalam
menerapkan balanced scorecard, balanced scorecard dan sistem
pengukuran kinerja bisnis, dan perspektif balanced scorecard.
BAB III, GAMBARAN UMUM BPRS Al SALAAM
Meliputi profil perusahaan dan sistem manajemen perusahaan.
BAB IV, BALANCED SCORECARD UNTUK KINERJA BPRS Al SALAAM
Merupakan pembahasan utama yang meliputi: proses manajemen strategi
BPRS Al Salaam, dan analisis balanced scorecard untuk kinerja BPRS Al
Salaam.
BAB V, PENUTUP
Meliputi kesimpulan dan saran.
21
BAB II
LANDASAN TEORI
TENTANG PENGUKURAN KINERJA DENGAN BALANCED SCORECARD
A. Pengukuran Kinerja
1. Pengertian Pengukuran Kinerja
Pada era reformasi istilah kinerja bagaikan barang komoditi yang laris
dijual, atau bagaikan gadis cantik nan molek yang banyak peminatnya, baik
oleh mereka dari kalangan praktisi, pemerhati, maupun akademisi. Kendati
demikian sesungguhnya belum diketahui secara benar apa yang dimaksud
dengan kinerja, bagaimana upaya (strategi) untuk meningkatkan kinerja.
Seorang pemimpin (Pejabat Publik) yang memiliki visi ke depan, harus
memahami betul konsep kinerja, dan bagaimana strategi atau perilaku
pemimpin yang dapat meningkatkan kinerja anak buahnya (pegawainya) dan
organisasinya.
Kata kinerja berasal dari kata “to performance” dan menurut the
Scibner Bantam English Dictionary 1979, kata ini diartikan sebagai : To do or
carry out ; (melakukan, menjalankan, melaksanakan), To disharge ; as a vow
(memenuhi atau menjalankan kewajiban suatu nazar).
Kinerja menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti “suatu yang
dicapai” atau prestasi yang dicapai atau diperlihatkan sehingga kinerja dapat
22
diartikan sebagai prestasi kinerja oleh individu perusahaan.17
Sedangkan
pengukuran kinerja menurut (Donelly Gibson dan Irnacevich: 1994) adalah
suatu tingkatan keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan pengukuran kinerja menurut (Suyadi Prawirosetno ; 1999)
adalah suatu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok
orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara legal, tidak
melanggar hukum, dan sesuai dengan moral dan Etika.18
Kinerja juga
merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan
pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta (Stolovitch and
Keeps: 1992) sehingga kinerja itu sendiri dapat dinyatakan baik dan sukses
jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.19
Selain itu dalam
SAK (Standar Akuntansi Keuangan) juga dijelaskan tentang informasi dari
kinerja perusahaan, yaitu informasi kinerja perusahaan terutama profitabilitas
diutamakan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang
mungkin dikendalikan di masa depan. Informasi kinerja bermanfaat untuk
memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber
daya yang ada. Di samping itu, informasi tersebut juga berguna dalam
merumuskan pertimbangan tentang efektifitas perusahaan dalam
17 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai
Pustaka,1997), Cet ke 9, h. 22 18 Joko Widodo, Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja,(Malang, Bayu Publishing, 2005)
Cet ke 1, h.78 19 Veithzal Rivai dan Ahmad fawzi Basri, Performance Appraisal. System yang tepat untuk
menilai kinerja karyawan dan meningkatkan daya saing perusahaan, (Jakarta, Rajawali Press, 2005),
h. 14
23
memanfaatkan sumber daya.20
Berdasarkan pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang
dapat dilakukan terhadap berbagai aktifitas dalam rantai nilai yang ada pada
perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan
balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu
rencana dan titik di mana perusahaan memerlukan penyesuaian atas aktivitas
perencanaan dan pengendalian tersebut.
II. Manfaat Pengukuran Kinerja
Manfaat pengukuran kinerja bagi semua pihak adalah agar mereka
mengetahui manfaat yang dapat mereka harapkan. Pengukuran kinerja dalam
suatu perusahaan bermanfaat bagi : 1.Karyawan, 2. Penilai (atasan, supervisior,
pimpinan, manager, konsultan), 3. perusahaan21
.
1. Manfaat bagi karyawan
a. Meningkatkan motivasi
b. Meningkatkan kepuasan kerja
c. Adanya kejelasan standar hasil yang mereka harapkan
d. Umpan balik dari kinerja lalu yang akurat dan konstruktif
e. Pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan menjadi lebih besar
f. Pengembangan perencanaan untuk meningkatkan kinerja dengan
membangun kekuatan dan mengurangi kelemahan
20 Ikatan Akuntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, (Jakarta, Salemba Empat, 2002),
h. 5 21 Veithzal Rivai dan Ahmad fawzi Basri, Performance Appraisal. System yang tepat untuk
menilai kinerja karyawan dan meningkatkan daya saing perusahaan, (Jakarta, Rajawali Press, 2005),
h. 55
24
g. Peningkatan pengertian tentang nilai pribadi
2. Maanfaat bagi Penilai (atasan, supervisior, pimpinan, manager, konsultan).
a. Kesempatan untuk mengukur dan mengidentifikasikan kecendrungan
kinerja karyawan untuk perbaikan manajemen selanjutnya
b. Kesempatan untuk mengembangkan suatu pandangan umum tentang
pekerjaan individu dan departemen yang lengkap
c. Memberikan peluang untuk mengembangkan sistem pengawasan baik
untuk pekerjaan manager sendiri, maupun pekerjaan bawahannya
d. Identifikasi gagasan untuk peningkatan tentang nilai pibadi dan
peningkatan kepuasan kinerja
e. Pemahaman yang lebih baik tentang karyawan, tentang rasa takut,
harapan dan aspirasi mereka
f. Sebagai sarana untuk meningkatkan motivasi karyawan dengan lebih
memusatkan perhatian kepda mereka secara pribadi
3. Maanfaat bagi perusahaan
a. Perbaikan seluruh simpul unit-unit yang ada dalam perusahaan,
karena:
1. komunikasi menjadi lebih efektif mengenai tujuan
perusahaan dan nilai budaya perusahaan
2. peningkatan rasa kebersamaan dan loyalitas
3. peningkatan kemampuan dan kemauan untuk menggunakan
keterampilan atau keahliam memimpinnya dan
mengembangkan kemauannya dan keterampilam karyawan
25
b. Meningkatkan pandangan secara luas menyangkut tugas yang
dilakukan oleh masing-masing karyawan
c. Meningkatkanmotivasi karyawan, keharmonisan hubungan dalam
pencapaian tujuan perusahaan
III. Untuk mencapai manfaat dari pengukuran kinerja tersebut, maka paling
tidak harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a. Didasarkan pada masing-masing aktivitas dan karakteristik organisasi itu
sendiri sesuai perspektif pelanggan.
b. Evaluasi atas berbagai aktivitas.
c. Dapat dinilai dengan menyeluruh, yaitu semua bidang aktivitas dalam
organisasi tersebut.
d. Membantu seluruh organisasi mengenali masalah-masalah yang ada
dengan kemungkinan melakukan perbaikan.
B. Metode Pengukuran Kinerja dengan Balanced Scorecard
1. Pengertian Balanced Scorecard
Balanced Scorecard berasal dari kata benda “Score” yang berarti
“penghargaan atas poin-poin yang dihasilkan”. Dalam konteks sebagai kata
kerja “Score” berarti “memberikan angka”. Dengan makna yang lebih bebas,
scorecard berari suatu kesadaran (bersama) dimana segala sesuatu perlu
26
diukur.22
Pengukuran menjadi suatu hal yang penting sebelum melakukan
evaluasi atau pengendaliann terhadap objek.
Kata “Balanced” yang berada didepan kata score berarti
keseimbangan antara sekian banyak elemen penting dalam kinerja.
Adapun Balanced Scorecard mempunyai makna bahwa scorecard
adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang dan
suatu kelompok, juga untuk mencatat rencana skor yang hendak
diwujudkannya. Sehingga pengertian balanced adalah kinerja seseorang atau
kelompok tertentu yang diukur secara berimbang antara sisi eksternal dan
internal perusahan. Dengan begitu, balanced scorecard merupakan metode
pengukuran strategi yang tidak melihat bahwa keberhasilan perusahaaan tidak
hanya ditentukan dari aspek keuangan saja, tetapi juga aspek non keuangan. di
bawah ini disajikan model sytem balanced scorecard.
22 Sony Yuwono, Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard Menuju Organisasi yang
Berfokus Pada Strategi.Jakarta : Gramedika Pustaka Utama, 2007, hal 6
Keuangan Agars sukses
secara financial objektif Ukuran Target Inisiatif
bagaimana
seharusnya
penampilan
kita di hadapan
para
pemegang
saham
Konsumen Untuk
Mencapai visi Objektif Ukuran Target Inisiatif
Kita, bagaimana
Seharusnya
Kita tampil
Di hadapan
Konsumen?
Visi
&
Strategi
Proses Bisnis Internal
Untuk memuas- Objektif Ukuran Target Inisiatif
kan pemegang
saham dan
konsumen,
proses bisnis apa
yang harus kita kuasai?
27
II. Keempat Penghalang Dalam Keberhasilan Suatu Perusahaan Antara Lain:
1. Visi dan strategi perusahaan tidak dapat dijalankan
Hal tersebut biasa terjadi dalam setiap perusahaan, karena belum tentu
siap semua individu yang ada pada perusahaan dapat menjalankannya
secara penuh. Boleh jadi, hal itu disebabkan karena visi dan strategi kerap
merupakan suatu gugusan mimpi yang melangit dan sulit mencari
padanannya untuk diturunkan menjadi aksi yang membumi.
2. Strategi tidak terhubung dengan sasaran
Suatu hal fatal yang kerap terjadi ketika perusahaan makin membesar
adalah tidak dilakukannya perencanaan strategi SDM agar tercipta
keselarasan antara tujuan, visi dan kompetensi individu dengan
perusahaan disetiap tingkatan. Seperti sistem insentif yang seringkali
diabaikan oleh perusahaan.
3. Strategi tidak terhubung dengan alokasi sumber daya, seharusnya dalam
setiap menyusun anggaran haruslah dipergunakan strategi yang baik, agar
dapat membedakannya dengan perusahan para pesaing.
Pembelajaran dan Pertumbuhan
Untuk menca- Objektif Ukuran Target Inisiatif
pai visi kita,
bagaimana kita
mempertahankan
kemampuan kita
untuk berubah
dan semakin
membaik?
28
4. Umpan balik yang diperoleh masih saja bersifat taktis, bukannya strategis.
Itu artinya, porsi pembahasan dan perbincangan tentang strategi yang telah
dibuat amatlah minim. Hal ini juga dapat diartikan perusahaan tidak saja
kehilangan momentum untuk mengevaluasi efektivitas strateginya secara
berkesinambungan. Namun yang lebih parah lagi, perusahaan bahkan
tidak akan mampu membuat skenario keunggulan dan kelemahan
perusahaan di masa yang akan datang.23
IV. Berbagai Perspektif yang Diukur dalam Balanced Scorecard
Balanced scorecard merupakan suatu system manajemen, pengukuran
dan pengedalian yang secara tepat, tepat dan komprehensif dapat
memberikan pemahaman kepada manajer tentang performance bisnis.
Pengukuran kinerja tersebut memandang unit bisnis dalam empat perspektif
yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal dalam
perusahaan serta perspektif pembelajaraan dan pertumbuhan. Melalui
mekanisme sebab akibat (cause and effect).
1. Perspektif Keuangan
Ukuran financial merupakan komponen penting dari balanced
scorecard dalam perusahaan laba, swasta, dan nirlaba. Dalam domain
perusahaan yang mencari keuntungan, ukuran dalam perspektif ini
memberitahukan apakah pelaksanaan strategi kita mengarah pada hasil
dasar yang membaik. Dalam sector nirlaba dan sector public, ukuran
23 Ibid h, 13
29
financial memastikan bahwa kita sedang mencapai hasil dan
melakukannya dengan cara yang Pengukuran kinerja keuangan akan
menunjukkan, apakah perencanaan dan pelaksanaan strategi memberikan
perbaikan yang mendasar bagi keuntungan perusahaan.
Di dalam pengukuran kinerja keuangan ada beberapa hal dari
siklus kehidupan bisnis yang tiap tahapan memiliki sasaran yang berbeda
sehingga penekanan pengukurannya pun berbeda pula, diantaranya
adalah:24
a. Growth, merupakan tahap awal dalam siklus kehidupan perusahaan
dalam menghasilkan potensi pertumbuhan usaha yang terbaik. Disini,
manajemen perusahaan berusaha untuk membangun dan
mengembangkan suatu produk atau jasa baru, menambah kemampuan
operasi, mengembangkan infrastruktur dan jaringan distribusi yang
akan mendukung hubungan global serta membina dan
mengembangkan hubungan dengan pelanggan. Dalam tahap growth
(pertumbuhan) ini, perusahaan biasanya beroperasi dengan arus kas
yang negatif dengan tingkat pengembalian modal yang rendah.
Dengan demikian, tolak ukur kinerja yang cocok dalam tahap ini
misalnya, dalam tingkat pertumbuhan pendapatan atau penjualan
dalam segmen pasar yang telah ditargetkan.
b. Sustain, merupakan tahap kedua dimana perusahaan masih melakukan
investasi dan reinvestasi dengan mengharapkan tingkat pengembalian
24 Robert S. Kaplan dan David P. Norton, h. 48
30
yang terbaik. Dalam tahap ini, perusahaan mencoba mempertahankan
pangsa pasar yang ada, bahkan mengembangkannya jika hal itu dapat
dimungkinkan. Mengembangkan kapasitas produksi dan
meningkatkan perbaikan operasional secara konsisten. Dalam tahapan
ini, sasaran keuangan diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian
atas investasi yang dilakukan.
c. Harvest, merupakan tahapan ketiga dimana perusahaan benar–benar
memanen atau menuai hasil investasi ditahapan sebelumnya. Disini,
tidak ada lagi investasi besar, baik ekspansi maupun pembangunan
kemampuan baru. Kecuali, pengeluaran untuk pemeliharaan dan
perbaikan fasilitas. Sasaran keuangan dalam tahap ini adalah
memaksimumkan arus kas masuk dan pengurangan modal kerja.
efisien sehingga meminimalkan25
.
2. perspektif pelanggan
Perspektif pelanggang dalam balanced scorecard, perusahaan dalam
melakukan identifikasi pelanggan dan segmen pasar yang akan dimasuki,
karena pelanggan dan segmen pasar merupakan sumber yang menjadi
komponen dalam penghasilan tujuan financial perusahaan.
Di masa lalu para manajer perusahaan selalu mengedepankan pada
kapabilitas internal perusahaan saja, dengan mengandalkan produk dan inovasi
teknologi. Namun pada saat ini perusahaan yang hanya memperhatikan
25 Sony Yuwono, Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard Menuju Organisasi yang
Berfokus Pada Strategi.Jakarta : Gramedika Pustaka Utama, 2007, hal 32
31
kapabilitas internal tidak cukup untuk membangun perusahaannya kearah yang
lebih baik lagi, hal ini di sebabkan perusahaan tersebut tidak melihat kapabilitas
Eksternal yaitu Perspektif pelanggan26
. Sehingga perusahaan yang tidak
memperhatikan potensi dari perspektif pelanggan ini akan mudah tersaingi oleh
perusahaan lain yang sejenis melalui penawaran produk dan jasa yang lebih
baik.
Ada beberapa hal yang dapat diukur oleh perusahaan di dalam
perspektif pelanggan ini, yaitu:
a. Market Share: Pengukuran ini mencerminkan bagian yang
dikuasai perusahaan atas keseluruhan pasar yang ada, yang
meliputi: jumlah pelanggan, jumlah penjualan dan volume unit
penjualan.
b. Costumer Retention: Mengukur tingkat di mana perusahaan
dapat mempertahankan hubungan dengan konsumen.
c. Costumer Acquisition: Mengukur tingkat di mana suatu unit
bisnis mampu menarik pelanggan baru atau memenangkan
bisnis baru.
d. Costumer Satisfaction: Menaksir tingkat kepuasan pelanggan
e. Costumer Profitability: Mengukur laba bersih dari seorang
pelanggan segmen setelah dikurangi biaya yang khusus
diperlukan untuk mendukung pelanggan tersebut. 27
26 Robert S. Kaplan dan David P. Norton, h. 55 27 Sony Yuwono, Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard Menuju Organisasi yang
Berfokus Pada Strategi.Jakarta : Gramedika Pustaka Utama, 2007, hal 164
32
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Analisis proses bisnis internal, memungkinkan manajer perusahaan
untuk mengetahui seberapa baik bisnis mereka berjalan dan apakah
produk dan atau jasa mereka sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Yang
paling menarik dari perspektif ini adalah perspektif ini harus didesain
dengan hati- hati oleh mereka yang paling mengetahui misi perusahaan,
yang mungkin tidak dapat dilakukan oleh konsultan luar karena dalam
perpektif ini memungkinkan unit bisnis untuk:28
• Memberikan proposisi (keseimbangan) nilai yang akan menarik
perhatian dan mempertahankan pelanggan dalam segmen pasar
sasaran.
• Memenuhi harapan keuntungan finansial yang tinggi para pemegang
saham.
Ada perbedaan dalam perspektif bisnis internal antara pendekatan
tradisional dan pendekatan Balanced Scorecard, antara lain:29
1. Pendekatan tradisional berusaha untuk mengawasi dan memperbaiki
dalam peningkatan proses bisnis yang sudah ada sekarang, sebaliknya,
Balanced Scorecard melakukan pendekatan atau berusaha untuk
mengenali semua proses yang diperlukan untuk menunjang
28 Robert S. Kaplan & David P. Norton, h. 24 29 Thomas Secakusuma, Perspektif Proses Internal Bisnis Dalam Balanced Scorecard, 1997,
h. 8-9
33
keberhasilan strategi perusahaan. Walaupun proses tersebut sama
sekali belum pernah dilaksanakan.
2. Dalam pendekatan tradisional, sistem pengukuran kinerja hanya
dipusatkan pada bagaimana cara menyampaikan barang atau jasa saja.
Sedangkan dalam pendekatan Balanced Scorecard, proses inovasi
turut dimasukkan dalam perspektif proses bisnis internal.
Kaplan dan Norton membagi perspektif ini kedalam inovasi,
operasi dan layanan purna jual. Ketiga hal tersebut merupakan pedoman
dalam pengukuran kinerja di perspektif proses bisnis internal. Ketiga hal
tersebut antara lain:
a. Proses Inovasi
Dalam proses inovasi, perusahaan berusaha menggali pemahaman
tentang kebutuhan dari pelanggan dan menciptakan produk atau jasa
yang mereka butuhkan.
b. Proses Operasi
Proses operasi adalah proses untuk membuat dan menyampaikan
produk atau jasa. Dalam proses ini terbagi ke dalam dua hal, yaitu:
1. Proses pembuatan produk dan
2. Proses penyampaian produk kepada pelanggan.
c. Proses Pelayanan Purna Jual
34
Pada proses ini merupakan jasa pelayanan kepada pelanggan, setelah
penjualan produk atau jasa tersebut dilakukan. Misal: penanganan
garansi atas barang yang masuk.
Proses Inovasi Proses Operasi ProsesLayanan Purna Jual
Gambar Perspektif Proses Bisnis Internal30
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Proses pembelajaran dan pertumbuhan ini dapat dikatakan
bersumber dari faktor sumber daya manusia, sistem dan prosedur
organisasi. Termasuk dalam perspektif ini adalah pelatihan pegawai dan
budaya perusahaan yang berhubungan dengan perbaikan individu dan
organisasi. Dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
mengidentifikasi infrastruktur yang harus dibangun perusahaan dalam
menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kerja jangka panjang31
,
perusahaan yang melakukan pengukuran kinerja dengan metode balanced
scorecard setelah menilai tiga perpektif terdahulu yaitu: Perpektif
Finansial, Perpektif Pelanggan dan Perpektif Bisnis Internal. Biasanya
menunjukan kesenjangan yang besar antara kemampuan orang, system an
prosedur yang ada pada saat ini dengan yang dibutuhkan untuk mencapai
30 Diadaptasi dari: Robert S. Kaplan dan David P. Norton, h. 96 31 Sony Yuwono h 39
Kebutuhan
Pelanggan
Diidentifikasi
Kenali
Pasar
Ciptakan
Produk/
Jasa
Bangun
Produk/
Jasa
Luncurkan
Produk/
Jasa
Kebutuhan
Pelanggan
Terpuaskan
Layani
Pelanggan
35
kinerja yang diinginkan. Untuk itulah, mengapa perusahaan harus
melakukan investasi di ketiga faktor tersebut untuk mendorong
perusahaan menjadi sebuah organisasi pembelajar.
Dalam perspektif ini, ada beberapa yang dapat dijadikan oleh
perusahaan sebagai tolak ukur, antara lain:32
a. Employee Capabilities (Kemampuan Pekerja)
Hal yang paling berarti bagi perusahaan adalah bagaimana para
pegawai dapat menyumbangkan segenap kemampuannya untuk
organisasi. Untuk itu, perencanaan upaya implementasi reskilling
pegawai yang menjamin kecerdasan dan kreativitasnya dapat
dimobilisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
b. Information System Capabilities (Kemampuan Sistem Informasi)
Walau bagaimanapun juga, sebaik-baik keahlian pegawai masih
diperlukan sistem informasi yang terbaik. Dengan kemampuan yang
memadai maka kebutuhan selurh tingkatan manajemen dan pegawai
atas informasi yang akurat dan tepat waktu akan dapat dipernuhi
dengan sebaik-baiknya.
c. Motivation, Empowerment and alignment (Motivasi, pemberdayaan
dan keselarasan)
Dalam hal ini sangat penting untuk menjamin adanya proses yang
berkesinambungan terhadap upaya pemberian motivasi dan inisiatif
32 Ibid., h. 42
36
yang sebesar-besarnya bagi para pegawai, agar para pegawai
mempunyai wewenang yang memadai untuk mengambil keputusan.
Gambar 1. 4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan33
ANALISIS SWOT (STRENGTHS, WEAKNESSES,
OPPORTUNITIES DAN THREATS)
Pengertian Analisis SWOT Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis
untuk merumuskan strategi, berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan (Sthrength) dan peluang (Opportunity), dan secara bersamaan dapat
33 Diambil dari Robert S. Kaplan & David P. Norton, h. 129
Hasil
Kepuasan
Kerja
Produktivita
s
Pekerja
Retensi
Pekerja
Iklim Untuk
bertindak
Infrastruktur
Teknologi
Kompetensi
Staf
37
meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threat). Jadi, analisis
SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan
faktor internal kekuatan dan kelemahan34
.
Teknis SWOT atau yang dikenal dengan (kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman) pada dasarnya merupakan satu teknik untuk mengenali
berbagai kondisi yang berbasis bagi perencanaan strategi. Setelah mengenali
isu permasalahan yang dihadapi secara teoritis perlu dibangun kesepakatan
antar stakeholder mengenai “apa yang diinginkan kedepan” terhadap isu
tersebut. Komponen atau elemen apa yang diperlukan untuk lebih
ditingkatkan, dikurangi, atau justeru diganti, memerlukan proses analisis yang
banyak didasarkan pada peta kondisi SWOT dari isu tersebut.
SWOT singkatan dari Bahasa Inggris yakni Strength (Kekuatan),
Weakness (Kelemahan), Opportunity (Peluang) dan Threat (Ancaman)35
.
Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitann dengan
pengembangan misi, tujuan strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan
demikian perencanaan strategi (strategic planner) harus menganalisis faktor-
faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman)
dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi.
Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah analisis
SWOT36
. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis
34 Freddy Rangkuti, Analisis SWOT teknik membedah kasus bisnis, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2006),Cet. ke-12, h.19
35 www. Goodgovernance.co.id/Total Quality Management Dokumentasi 36 Freddy Rangkuti, Analisis Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, Februari 2006),Cet. ke-12, h.19
38
untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika
yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity),
namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan
ancaman (Threat).37
Fungsi, Manfaat, dan Tujuan Analisis SWOT
a. Fungsi Analisis SWOT
secara umum analisis SWOT sudah dikenal oleh sebagian besar tim teknis
penyusun corporate plan. Sebagian dari pekerjaan perencanaan strategi
terfokus kepada apakah perusahaan mempunyai sumberdaya dan
kapabilitas yang memadai untuk menjalankan misinya dan mewujudkan
visinya. Pengenalan akan kekuatan yang dimiliki akan membantu
perusahaan untuk tetap menaruh perhatian dan melihat peluang-peluang
baru, sedangkan penilaian yang jujur terhadap kelemahan-kelemahan yang
ada akan memberikan bobot realisme pada rencana-rencana yang akan
dibuat perusahaan, jadi fungsi analisis SWOT adalah menganalisis
mengenai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan, serta analisa
mengenai peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan yang dilakukan
melalui telaah terhadap kondisi eksternal perusahaan.
b. Manfaat Analisis SWOT
Analisis SWOT bermanfaat apabila telah secara jelas ditentukan
dalam bisnis apa perusahaan beroperasi, dan arah mana perusahaan
menuju ke masa depan serta ukuran apa saja yang digunakan untuk
37 Ibid. h.18
39
menilai keberhasilan manajemen perusahaan dalam menjalankan misinya
dan mewujudkan visinya dari hasil analisis akan memetakan posisi
perusahaan terhadap lingkungannya dan menyediakan pilihan strategi
umum yang sesuai, serta dijadikan dasar dalam menetapkan sasaran-
sasaran perusahaan selama 3-5 tahun ke depan untuk memenuhi
kebutuhan dan harpan dari para stakeholder atau analisis SWOT berguna
untuk menganalisa faktor-faktor di dalam perusahaan yang memberikan
andil terhadap kualitas pelayanan atau salah satu komponennya sambil
mempertimbangkan faktor-faktor eksternal.38
38http://www.goodvernance.co.id/ Total Quality Management/Dokumentasi/A04
40
BAB III
OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Perusahaan
PT BPRS Al Salaam Amal Salman yang lebih dikenal dengan BPRS Al
Salaam, didirikan pada tanggal 9 Oktober 1991. Pendiriannya diprakarsai oleh
para alumni institute Teknologi Bandung (ITB) yang aktif di Masjid Salman pada
saat masih menjadi sebagai mahasiswa. Kebersamaan selama menimba ilmu di
perguruan tinggi telah mendorong para alumni ini untuk melanjutkan kegiatan
amalnya seperti yang bergerak di bidang social denag nama Yayasan Amal
Salman. Salah bentuk kegiatan yang ditujukan untuk membantu perekonomian
masyarakat adalah dengan mendirikan sebuah lembaga keuangan berbentuk Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) dengan nama BPR Al Salaam39
.
Pendirian BPR Al Salaam juga dimaksudkan untuk turut serta dalam
pelayanan lembaga keuangan bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah,
dengan corak khusus yaitu pelayanan perbankan dengan nafas keislaman.
Berbeda dari badan usaha swasta pada umumnya BPR Al Salaam
merupakan usaha yang berlandaskan kebersamaan (Solidarity Corporate) yang
tetap menjunjung tinggi profesionalisme. BPR Al Salaam hadir untuk
memberikan pelayanan “retail banking” bagi kemajuan bersama sesuai dengan
moto “Maju Dalam Kebersamaan”.
39 http://www.bpralsalaam.com/ Profile bank
41
Kegiatan operasional BPR ini dimulai pada tanggal 29 Pebruari 1992
berdasarkan Akte No.30 dari Abdul Latief, Notaris di Jakarta, diubah dengan akte
No.14 tanggal 5 Desember 1991 dari Abdul Latief, Notaris di Jakarta, yang telah
disetujui oleh Menteri Kehakiman RI dengan Surat Keputusan No.C2-
7937.HT.01.01.TH.91 tanggal 19 Desember 1991 dan didaftarkan pada Kantor
Pengadilan Negeri di Bogor dibawah No.WB.DH.1.PR.01.10.92 serta
diumumkan dalam tambahan No.657 dari Berita Negara RI No.13 tanggal 14
Pebruari 1992 dan tambahan No.5045 dari Berita Negara RI No.70 tanggal 1
September 2000.
Jumlah modal yang disetor pada awal berdiri tahun 1991, sebesar Rp. 69,8
juta dengan jumlah pemegang saham sebanyak 40 orang. Pada tahun 2003, modal
yang disetor telah mencapai Rp. 1,28 milyar dengan jumlah pemegang saham
sebanyak 103 orang. Selanjutnya untuk mendukung pengembangan telah disetujui
peningkatan modal dasar perseroan dalam RUPS tahun 2003 dari Rp. 1 milyar
menjadi Rp. 5 milyar. Peningkatan tersebut juga telah disetujui oleh Menteri
Kehakiman dan HAM RI melalui SK Nomor : C-04029 HT.01.04.TH.2004
Keinginan para pemegang saham sejak awal pendirian untuk menjadikan
BPR Al Salaam sebagai lembaga keuangan bagi masyarakat ekonomi menengah
ke bawah dengan corak khusus yaitu pelayanan perbankan dengan nafas
keislaman alhamdulillah sudah dapat terwujud dalam bentuk nyata melalui
kegiatan operasi Perbankan Syariah sejak tanggal 3 Juli 2006.
42
B. Visi dan Misi Perusahaan
VISI
Menjadi Bank Perkreditan Rakyat 5 besar di Indonesia
MISI
Menjadi lembaga keuangan yang menghasilkan produk jasa perbankan terbaik
bagi nasabah dan menciptakan kondisi yang kondusif bagi pemerataaan
pembangunan perekonomian sektoral dengan orientasi pengembangan usaha kecil
dan menengah menuju kesejahteraan bagi stake holder.
MOTTO
Maju Dalam Kebersamaan
TUJUAN OPERASIONAL
1. Dengan profesionalisme tinggi berusaha memberikan pelayanan kepada
nasabah melalui penyediaan jasa keuangan yang optimal dalam hal kualitas,
kenyamanan, keamanan dan keuntungan dalam berinvestasi.
2. Memberikan tingkat kesejahteeraan yang baik bagi seluruh karyawan
3. Memberikan hasil yang terbaik bagi para stake holder
C. Struktur Organisasi Perusahaan
Dewan Pengawas Syariah
MOHAMMAD YAHYA
Dewan Komisaris
B. MUNIR SJAMSOEDDIN / Komisaris Utama
43
MULYA SOEPARDI / Komisaris
MUHAMMAD AKMASJ R. / Komisaris
Dewan Direksi
CHOTIB MUHAMMAD / Direktur Utama
CAHYO KARTIKO / Direktur
44
Produk dan Jasa
1. Perhimpunan Dana
45
a. Tabungan Wadiah Umum Alsalaam
Tabungan adalah simpanan pihak ke tiga pada Bank, yang penarikannya hanya
dapat dilakukan menurut syarat-syarat dan cara-cara tertentu. Produk tabungan
yang ada di BPRS Al Salaam adalah tabungan wadi ‘ah yadhomah, berupa titipan
nasabah pada Bank. Bank diberi wewenang untuk mengelola uang dari nasabah
tersebut, bila Bank mendapatkan keuntungan maka nasabah akan mendapat bonus
dari keuntungan yang langsung di bukukan pada rekening tabungan penabung-
penabung setiap bulan. Adapun besar bonus di bagi berdasarkan keuntungan yang
didapat dan kebijakan Bank.
b. Tabungan Wadiah Bulanan Al Salaam.
Tabungan yang diwajibkan untuk nasabah yang mempunyai pinjaman di BPRS
Alsalaam.
c. Tabungan Wadiah Arisan.
Tabungan yang diperuntukan bagi masyarakat umum, dengan jangka waktu (3
bulan) dan akan mendapatkan hadiah (bonus) apabila nasabah beruntung.
d. Deposito Mudharabah.
Deposito adalah simpanan pihak ketiga pada Bank yang hanya dapat ditarik
oleh yang bersangkutan setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan
perjanjian dengan Bank. Deposito Mudharabah adalah dimana Bank
menerima dana dari masyarakat untuk diikutkan sebagai penyertaan
sementara pada usaha Bank, sehingga menghasilkan keuntungan yang
maksimal. Pada Deposito Mudharabah antara pihak Bank dan nasabah ada
kesepakatan terlebih dahulu mengenai nisbah bagi hasilnya.
a. Deposito Mudharabah Rakyat.
b. Deposito Mudharabah Berjangka.
2. Penyaluran Dana / Pembiayaan
a. Pembiayaan Kelompok Pegawai
Pembiayaan yang diberikan kepada karyawan pemerintah maupun
swasta yang bekerja sama dengan BPRS Al Salaam.
46
b. Penbiayaan Kepemilikan Sepeda Motor
Pembiayaan yang ditujukan kepada nasabah yang bermaksud
melakukan pembelian sepada motor.
c. Pembiayaan Modal Kerja Umum
Pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan badan usaha dalam hal
tambahan modal kerja berupa pengadaan barang, pembelian barang
dagangan, jasa konstruksi, jasa memproduksi barang pesanan,
penyewaan barang, dengan skim Mudharabah, Musyarakah,
Murabahah dan Ijarah.
Akad jual beli antara Bank dengan nasabah Bank membiayai
D. Perkembangan Usaha PT BPRS Al Salaam Amal Salmaan
BPR Al Salaam menutup tahun 2006 dengan kondisi neraca keuangan yang
mencerminkan selain pertumbuhan komposisi aktiva produtif juga peningkatan
jumlah laba. Portofolio kredit sebagoan komponen utama aktiva produktif
memberikan kontribusi cukup besar terhadap pertumbuhan aktiva, dimana
outstanding kredit yang berhasil disalurkan kepada masyarakat adalah sebesar Rp.
62,87 milyar atau mengalami peningkatan 16,88% dibandingkan tahun sebelumnya
(Rp.53,79 milyar).
Analisa Vertikal
Laporan Keuangan (Audited) Desember 2005 VS Desember 2006
47
Keterangan Des-05 (Rp)
Des-06 (Rp) Varian (%)
Pendapatan 11.166.994.370 14.846.809.212 32,95
Penyaluran Dana 9.288.474.290 12.246.094.708 31,84
Adm Pembiayaan 1.334.317.952 1.568.775.288 17,57
Pendapatan lain 544.152.128 1.031.939.216 89,62
Laba Sebelum Pajak 1.299.182.305 2.157.824.939 66,09
Beban/Pendapatan Pajak
Pajak Tangguham 8.407.847 9.217.425 9,63
Pajak Badan/pph 25 363.846.845 702.991.100 93,21
Biaya 9.867.812.065 12.688.984.276 28,59
Biaya Dana 5.425.000.341 6.655.085.392 22,67
Biaya Personalia 1.595.910.335 2.224.223.044 39,37
Biaya Umum 2.846.901.389 3.809.675.840 33,82
Laba Tahun Berjalan 943.743.307 1.464.051.261 55,13
Sumber : PT BPRS AlSalaam Amal Salman 2006
48
Pendapatan operasioanal yang berhasil di peroleh oleh bank selama tahun
2005 mencapai Rp 32,95% dari tahun 2004. Komponen terbesar pendapatn tersebut
berasal dari bunga kredit di berikan sebesar Rp 12,45 milyar atau meningkat 31,84%
Rasio Kesehatan Bank
Laporan Keuangan (Audited) Desember 2005 VS Desember 2006
Sumber : PT BPR Al Salaam Amal Salman 2006
49
BAB IV
APLIKASI KONSEP BALANCED SCORECARD DALAM MENINGKATKAN
KINERJA BPRS AL SALAAM
Untuk mencapai tujuan organisasi, maka diperlukan upaya peningkatan
kinerja dan evaluasi terus menerus pada program yang telah berjalan. Untuk itu, salah
satu pendekatan yang digunakan adalah menyusun sebuah matriks faktor-faktor yang
menjadi kekuatan dan kelemahan yaitu faktor internal dan faktor eksternal, yaitu juga
diukur faktor peluang dan tantangan yang ada pada Pegadaian Syari'ah.
2. Identifikasi dan Analisis Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan
Tantangan Yang Terjadi Pada Pegadaian Syari'ah
Analisa ini diperlukan untuk mengukur tingkat kinerja perusahaan, yang
kali ini perusahaan tersebut diwakili oleh Pegadaian Syari'ah, serta bermanfaat
pula untuk mengetahui sedini mungkin letak kekuatan dan kelemahan pada tubuh
Pegadaian Syari'ah sehingga dapat dengan mudah disusun sebuah rencana strategi
baik jangka panjang maupun jangka pendek untuk memperbaiki kinerja
Pegadaian Syari'ah secara keseluruhan.
Berdasarkan hasil pengamatan di Pegadaian Syari'ah Cabang Dewi Sartika
dan hasil wawancara dengan pejabat Divisi Unit Usaha Syari'ah yaitu bapak M.
Kamal, maka diperoleh data faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan
tantangan yang dihadapi oleh pihak Pegadaian Syari'ah adalah sebagai berikut:40
b. Kekuatan (Strenghts)
40 Data didapatkan berdasarkan wawancara dengan bapak Musatafa Kamal, (dari
Divisi Unit Usaha Syari'ah, 7 September 2007(
50
a. Pegadaian merupakan market leader advantage
Pegadaian sebagai market leader, berarti pegadaian syari'ah
diuntungkan dengan keadaan tersebut. Hal tersebut dikarenakan pegadaian
menguasai tingkat dominasi terhadap pasar dan pesaingnya. Kondisi ini
merupakan sebuah ukuran kekuatan bagi sebuah merek. Oleh karena itu,
Pegadaian sebagai pemain pertama di Indonesia ini, dapat juga dikatakan
sebagai penguasa pasar untuk saat ini.
Tidak hanya itu saja, penguasa pasar pun memiliki sejumlah
keuntungan lain, diantaranya dapat menjadi pemain utama yang lebih
dahulu dikenal oleh masyarakat luas serta cenderung memiliki posisi yang
lebih baik untuk membuat aturan main di industrinya.
b. Persyaratan administrasi yang mudah
Ditinjau dari persyaratan administrasinya. Dalam aplikasi rahn
(gadai syari'ah), pihak Pegadaian Syari'ah cukup mewajibkan nasabah
(rahin) untuk hanya menyerahkan foto copy identitas diri saja, berupa
KTP / SIM / Paspor yang berlaku di dalam melakukan aktifitas transaksi.
Jelas, hal ini merupakan keuntungan yang mutlak (absolute
advantage) bagi Pegadaian Syari'ah dibandingkan dengan kompetitornya,
dalam hal ini Bank BNI Syari'ah, Bank Jabar Syari'ah dan Bank Riau
Syari'ah yang juga membuka usaha gadai bersistem syari'ah. Yang
kesemuanya juga mensyaratkan calon nasabah untuk membuka rekening
tabungan dahulu di bank yang bersangkutan sebelum melakukan transaksi
gadai syari'ah (khusus bagi nasabah yang belum memiliki rekening)j.
51
Oleh karena itu, tidak sedikit waktu nasabah yang terbuang dengan
adanya proses pembukaan rekening tersebut dan menjadi tidak sesuai
dengan tujuan nasabah yang pada awalnya berniat untuk mendapatkan
dana pinjaman, namun justru diharuskan menyetor uang terlebih dahulu.
c. Jenis barang jaminan yang lebih unggul
Walaupun emas merupakan mayoritas barang jaminan di
Pegadaian Syari'ah untuk saat ini (80-90 % dari total barang jaminan),
namun bukan berarti bagi nasabah yang memiliki agunnan berlian,
elektronik atau kendaraan bermotor tidak dapat mendapatkan pinjaman.
Hal itu merupakan satu poin plus lagi bagi Pegadaian Syari'ah atas
keunggulan ini, karena pesaing mereka yaitu bank syari'ah hanya ingin
menerima emas dengan minimal 16 karat saja sedangkan untuk emas yang
memiliki kadar dibawah 16 karat tidak dapat diterima sebagai barang
jaminan. Meskipun emas tersebut disertai dengan berlian. Karena sebagai
new comer (pendatang baru) dalam bisnis gadai, perbankan syari'ah belum
memiliki tenaga kerja yang handal dalam menaksir berlian.
d. Persentase uang pinjaman terhadap taksiran yang lebih besar
Setelah dilakukan tahap penaksiran terhadap agunan, maka tahap
yang selanjutnya adalah ditentukan jumlah uang pinjaman yang dapat
diperoleh nasabah. Pegadaian Syari'ah sendiri mematok angka 90 % untuk
persentase jumlah uang yang akan dipinjamkan kepada nasabah terhadap
taksiran yang diperolehnya.
52
Sedangkan kompetitor lainnya hanya berani pada level 80 % saja.
Artinya, dengan jumlah karat dan berat agunan yang sama. Maka jumlah
uang pinjaman yang dapat dibawa pulang oleh nasabah Pegadaian Syari'ah
akan lebih besar jikalau dibandingkan dengan nasabah bank syari'ah.
e. Jaringan outlet yang luas
Sebagai perusahaan senior dalam jasa gadai, Pegadaian memiliki
jangkauan pasar terluas hingga berbagai kecamatan. Untuk pegadaian
syari'ah sendiri, sampai dengan Desember 2006 telah memiliki 40 kantor
cabang yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Hal tersebut merupakan satu nilai plus tersendiri jikalau
dibandingkan dengan para pesaingnya. Dimana Bank BNI syari'ah sampai
dengan saat ini baru memiliki outlet layanan jasa gadai syari'ah hanya dua
saja, itupun masih terfokus di Jakarta saja. Senada dengannya, Bank Riau
syari'ah baru dapat melayani nasabahnya di Pekanbaru dan Tanjung
Pinang saja.
Untuk Bank Jabar syari'ah telah memiliki jangkauan distribusi
sebanyak tiga kantor cabang, yaitu di Bandung, Soreang dan Cirebon.
c. Kelemahan (Weaknesses)
a. Tarif ijarah (sewa) yang cukup besar
Atas penyimpanan dan pemeliharaan barang yang dijadikan
jaminan, nasabah akan dikenakan kewajiban untuk membayar ijaroh. Dari
pemungutan ijarah inilah sumber utama pendapatan Pegadaian Syari'ah
diperoleh. Pegadaian Syari'ah merumuskan tarif ijaroh berdasarkan
53
taksiran nilai barang jaminan, dimana tiap kelipatan Rp 10.000 dari
taksiran agunan, nasabah dikenakan tarif ijaroh sebesar Rp 85 per 10
harinya (khusus emas).
Misalnya, taksiran agunan diketahui sebesar Rp 1.000.000, maka
tarif ijaroh per 10 hari adalah Rp 8.500, yang didapatkan dari (Rp
1.000.000 / Rp 10.000) x Rp 85.
Berbeda dengan penetapan biaya ijarah oleh Bank Riau Syari'ah
dan Bank Jabar Syari'ah. Mereka menghitungnya atas dasar berat barang
jaminan tanpa memperhitungkan karat emasnya.
Mereka menentukan tarif yang dibanderol sebesar Rp 1.900 untuk
setiap 1 gram emas per bulan. Alhasil, dengan karatase yang berbeda
namun dengan berat yang sama akan didapat tarif ijaroh yang sama.
Dalam penentuan tarif seperti ini, tentunya ada nasabah yang
diuntungkan dan dirugikan. Misal: nasabah A memiliki emas 20 karat dan
berat 10 gram. Dengan asumsi harga emas 24 karat adalah Rp 150.000,
maka diperoleh taksiran emas Rp 1.250.000 yang berasal dari [(20/24) x
Rp 150.000 x 10], sehingga UP yang diperoleh nasabah Rp 1.000.000 (80
% x Rp 1.250.000), maka didapatkan tarif ijaroh per bulannya adalah Rp
19.000 (Rp 1.900 x 10).
Sedangkan nasabah B memiliki emas 16 karat dengan berat 10
gram. Dengan asumsi harga emas 24 karat adalah Rp 150.000, maka
diperoleh taksiran emas Rp 1.000.000 [(16/24) x Rp 150.000 x 10],
sehingga uang pinjaman yang diperoleh nasabah sebesar Rp 800.000 (80
54
% x Rp 1.000.000), sedangkan tarif ijaroh per bulannya sebesar Rp 19.000
(Rp 1.900 x 10).
Dari ilustrasi di atas, terlihat bahwa nasabah A lebih diuntungkan
dinbandingkan nasabah B, karena dengan jumlah uang pinjaman yang
lebih besar, nasabah A juga dikenakan tarif ijaroh yang sama dengan
nasabah B yang menerima uang pinjaman lebih kecil daripada nasabah A.
Sedangkan BNI syari'ah memiliki perhitungan tersendiri dalam
menetapkan tarif ijaroh. Yaitu, Rp 500 per harinya untuk setiap taksiran
barang Rp 1.000.000.
Misalkan, taksiran barang jaminan yang digadaikan sebesar Rp
1.000.000, maka tarif ijarohnya dalam sebulan (asumsi 30 hari) adalah Rp
15.000 yang didapatkan dari [Rp 500 x 30 (jumlah hari)]. Oleh karena hal
tersebut, Pegadaian Syari'ah mempunyai tarif ijaroh yang lebih besar
dibandingkan pesaingnya.
b. Tempat penyimpanan yang tidak selalu besar
Pegadaian Syari'ah memiliki ketidak merataan dalam hal luasnya
tempat penyimpanan, pada kenyataannya tempat penyimpanan yang
terdapat dalam kantor-kantor cabang tidak semuanya memiliki kapasitas
yang besar. Itu artinya, tidak semua kantor cabang dapat menerima barang
jaminan yang berukuran besar pula. Seperti motor, mobil dan barang-
barang elektronik lainnya. Oleh karena itu, calon nasabah harus mencari
kantor cabang yang dapat menampung barang jaminan yang dibawanya.
Hal itu merupakan suatu kendala dan kelemahan bagi Pegadaian Syari'ah
55
untuk dapat bersaing lebih ketat dengan para pesaingnya dan juga dalam
merebut hati pelanggannya.
c. Media informasi yang kurang
Di dalam memahami sesuatu hal, khususnya tentang system gadai
syari'ah yang masih dirasa baru bagi masyarakat, para nasabah dapat
memahaminya dengan cara membaca dan melihat media informasi yang
telah disediakan oleh pihak Pegadaian Syari'ah.
Namun, hal tersebut menjadi sulit jikalau media informasi yang
ada tidak dapat memberikan solusi pemahaman yang terbaik. Di berbagai
Cabang Pegadaian Syari'ah masih belum terlihat berbagai macam media
informasi yang menerangkan cara melakukan transaksi gadai syari'ah.
Walaupun hal tersebut terdengar sepele, namun ketika penulis melakukan
pengamatan di lapangan, ada saja nasabah yang mengeluh tentang hal
tersebut dan itu bukan hanya satu orang saja.
Oleh karena itulah, mengapa penulis memasukkan hal ini sebagai
salah satu factor kelemahan bagi Pegadaian Syari'ah.
d. SDM (Sumber Daya Manusia) yang masih minim pengetahuan tentang
gadai syari'ah
Maju atau mundurnya suatu perusahaan tersebut, berasal dari
bagaimana kualitas SDM nya. Jikalau SDM nya memiliki kualitas yang
baik, maka sudah dapat dipastikan perusahaan tersebut akan mengalami
kondisi yang baik pula. Namun, apabila kualitas SDM nya buruk maka
56
akan dapat dipastikan pula perusahaan tersebut akan mengalami kondisi
yang kurang baik.
Jadi dengan kata lain, SDM mempunyai peran yang sangat penting
bagi kelangsungan perusahaan.
Sebagai perusahaan yang baru membuka layanan jasa gadai secara
syari'ah, Pegadaian Syari'ah masih berada dalam tahap pertumbuhan
(growth). Wajar jika SDM nya masih banyak yang mengambil dari
pegadaian konvensional yang diberikan pelatihan kilat, agar dapat
menempati posisi karyawan Pegadaian Syari'ah. Namun, jikalau hal
tersebut tidak dimanajemen dengan sangat baik, nantinya dapat menjadi
bumerang bagi Pegadaian Syari'ah itu sendiri.
d. Peluang (Opportunities)
a. Masyarakat yang mayoritas muslim
Lembaga keuangan saat ini sangat potensial untuk berkembang,
dikarenakan pangsa pasar yang cukup jelas. Yaitu, masyarakat Indonesia
yang mayoritas muslim.
Hal tersebut merupakan kesempatan emas bagi Pegadaian Syari'ah
untuk dapat lebih merebut hati mereka agar terpancing untuk dapat
menggunakan layanan Pegadaian Syari'ah.
b. Belum ada pesaing yang mengimbangi
Sampai saat ini belum ada pesaing yang mengimbangi, baik dalam
hal pelayanan, mutu dan kualitas jasa taksiran sebaik Pegadaian Syari'ah.
57
Karena pihak Pegadaian Syari'ah menyediakan penaksir-penaksir handal
yang dikhususkan untuk memberikan pelayanan yang terbaik.
Oleh karena itulah, sebaiknya pihak Pegadaian Syari'ah dapat
memanfaatkan hal ini sebagai peluang untuk kemajuan usaha.
c. Fatwa MUI yang mengharamkan bunga
Pegadaian Syari'ah merupakan salah satu lembaga yang
diuntungkan dengan adanya fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia)
tentang pengharaman bunga, Karena indikasi bungan sama dengan riba,
yang bersifat menjerat dan merugikan si korban. Hal tersebut dibahas
dalam lokakarya MUI di Cisarua, Bogor tanggal 19-22 Agustus 1990.
Untuk kemudian dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional
(MuNas) IV MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang berlangsung di Hotel
Sahid Jaya, Jakarta, 22-25 Agustus 1990. Hal itulah yang menjadikan
tombak kebangkitan system syari'ah di Indonesia, ditandai dengan
kemunculan Bank Syari'ah dan lembaga keuangan lainnya.
Tentunya hal tersebut menjadi suatu hal yang dapat meyakinkan
nasabah akan aspek legalitas sistem syari'ah dan tentu saja hal tersebut
merupakan peluang bagi lembaga keuangan yang sama-sama mengusung
tema bebas bunga atau riba, termasuk Pegadaian Syari'ah.
d. Semakin banyak masyarakat yang menginginkan transaksi cepat dan
praktis
Hal tersebut adalah benar adanya. Kita hidup pada tahun 2007,
yang notabene-nya sudah merdeka dan sudah dapat dianggap modern.
58
Perilaku nasabah tentu juga menginginkan suatu halnya terjadi dengan
cepat dan lancar. Hal itulah yang ditangkap oleh Pegadaian Syari'ah, untuk
membuat Kantor Cabang Pegadaian Syari'ah dengan strategi sebaik
mungkin. Tercermin dalam hal jenis barang jaminan yang simple yaitu
emas dan perhiasan.
Suatu cara yang unik dan cerdas, pihak Pegadaian Syari'ah yang
berusaha meminimalkan biaya untuk penyewaan ruko yang tidak terlalu
besar (luas gudang penyimpanan barangnya). Tetapi juga mempunyai
unsur kepraktisan juga.
Selain itu juga, Pegadaian Syari'ah tidak memberikan persyaratan
administrasi yang rumit dan bertele-tele. Cukup dengan membawa barang
jaminan yang akan digadaikan dengan foto copy kartu identitas nasabah si
pembawa barang maka uang pinjaman sudah bisa dibawa pulang oleh
nasabah. Tentunya hal tersebut, belum ada yang menyainginya dan hal itu
juga dapat menjadi peluang emas untuk dijadikan senjata dalam bersaing
dengan pelaku bisnis dalam jasa keuangan lainnya yang sama-sama
mempunyai produk dana pinjaman.
e. Tantangan (Threats)
a. Banyak Bank Syari'ah yang membuka layanan jasa gadai syari'ah
Tidak dapat dipungkiri lagi, bisnis layanan jasa gadai syari'ah
merupakan bisnis yang tergolong low risk dan dapat memberikan return
yang cukup menjanjikan.
59
Hal itu sudah dibaca dengan cepat oleh Bank Syari'ah di Indonesia
saat ini. Terbukti Bank BNI Syari'ah, Bank Riau Syari'ah dan Bank Jabar
Syari'ah sudah mengeluarkan produk gadai yang juga bersistem syari'ah.
Tentunya merupakan tantangan bagi Pegadaian Syari'ah yang
sudah mempunyai brand (merek) yang cukup dikenal di hati masyarakat
untuk dapat bersaing dengan mereka.
b. Kurangnya seperangkat aturan yang mengatur tentang gadai syari'ah
Keinginan para pelaku bisnis yang membidik jasa gadai syari'ah
masih terbendung karena belum adanya payung hokum yang jelas. Namun
terkait dengan pelaksanaan UU No. 5 / 1999 tentang larangan praktek
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, maka cepat atau lambat akan
menjamur kompetitor bagi Pegadaian Syari'ah.
c. Sebagian masyarakat masih menganggap bahwa keberadaan Pegadaian
Syari'ah hanya diperuntukkan bagi Umat Islam
Hal tersebut menjadi tantangan bagi Pegadaian Syari'ah tersendiri
karena masih banyak masyarakat yang non muslim menganggap bahwa
keberadaan Pegadaian Syari'ah merupakan monopoli umat Islam saja.
Pemikiran tersebut merupakan hal yang salah, karena non muslim juga
dapat saja menggunakan layanan gadai syari'ah tersebut sebagai alternatif
pendanaan bagi keuangan mereka.
Itu memang benar adanya, karena tidak ada peraturan yang
mengatur secara rinci tentang hal monopoli lembaga keuangan Pegadaian
60
Syari'ah untuk umat Islam saja. Tentunya hal ini merupakan tantangan
bagi Pegadaian Syari'ah dalam memasarkan produknya.
Analisa SWOT di atas kemudian diukur dalam sebuah matriks dampak
silang untuk memperoleh gambaran secara keseluruhan dampak antar keseluruhan
factor yang ada dalam strategi bisnis Pegadaian Syari'ah untuk dapat lebih
meningkatkan kinerja Pegadaian Syari'ah. Analisis ini dikembangkan oleh Derek
F. Cahnnon berdasarkan suatu matriks yang terdiri atas kekuatan, kelemahan,
peluang dan tantangan yang disebut matriks dampak silang (cross impact matrix).
41
Dalam matriks tersebut, dapat dilihat faktor-faktor yang menjadi kekuatan,
kelemahan, peluang dan tantangan dengan bobot dampak yang berbeda pula.
Sesuai dengan hasil pengamatan dan wawancara dengan sumber dari pihak
Pegadaian Syari'ah.
41 Sukristono, Perencanaan Strategis Bank, (Jakarta, LPPI, 1992), h. 237
61
Berdasarkan data atau hasil penelitian analisa SWOT, maka diperoleh
penjelasan-penjelasan sebagai berikut:
2. Jumlah bobot dampak faktor-faktor kekuatan pada peluang dan
tantangan sebesar +121. Hal ini berarti kekuatan yang dimiliki pihak
pegadaian syari'ah pada saat ini mempunyai dampak kekuatan cukup
besar dan baik untuk memanfatkan peluang yang ada guna
menghadapi tantangan yang menjadi kendala dalam
perkembangannya, terutama dalam kaitannya dengan kebutuhan
konsumen yang membutuhkan suatu lembaga gadai yang bersistem
Islami, pihak pegadaian syari'ah harus dapat memanfaatkan faktor
kekuatan yang ada agar dapat kuat bersaing dengan kompetitornya
saat ini.
62
3. Jumlah bobot dampak faktor kelemahan terhadap peluang dan
tantangan yang ada sebesar -72. Ini berarti faktor kelemahan yang ada
memiliki dampak besar terhadap peluang dan tantangan yang ada dan
mungkin bisa menjadi faktor penghambat laju perkembangan
Pegadaian syari'ah itu sendiri. Untuk itu sedapat mungkin faktor
kelemahan ini diminimalkan dengan berusaha membuat agar
kelemahan itu dapat diubah menjadi suatu kekuatan yang akan
menambah kualitas bagi pegadaian syari'ah itu sendiri.
4. Jumlah bobot dampak faktor-faktor kekuatan dan factor kelemahan
yang ada secara keseluruhan dihadapkan dengan faktor peluang dan
tantangan adalah sebesar +49. Ini berarti keseluruhan faktor kekuatan
dalam tubuh pegadaian syari'ah dapat dikatakan sudah maksimal
dihadapkan pada bebagai faktor peluang dan tantangan yang ada,
sehingga kelemahan yang ada dapat tertutupi dengan faktor kekuatan
yang sudah dimiliki.
5. Jumlah bobot dampak faktor kekuatan dan kelemahan terhadap
tantangan berupa banyaknya bank syari'ah yang membuka layanan
jasa gadai syari'ah, kurangnya seperangkat aturan yang mengatur
tentang gadai syari'ah dan sebagian masyarakat masih menganggap
bahwa keberadaan pegadaian syari'ah hanya diperuntukkan bagi Umat
Islam. Hal itu semua menghasilkan bobot yang positif. Ini berarti
bahwa semua faktor kekuatan dan kelemahan tersebut masih mampu
mengatasi atau menghadapi tantangan yang mengancam.
63
6. Jumlah bobot dampak faktor kelemahan terhadap peluang dan
tantangan semuanya negatif. Ini berarti kelemahan masih dapat
menjadi kendala dalam menghadapi persaingan antar pelaku yang
berkecimpung dalam bisnis gadai syari'ah sekarang ini dan dapat
menjadi kendala pula dalam menghasilkan atau meningkatkan kinerja
pegadaian syari'ah yang lebih baik.
7. Jumlah bobot dampak faktor kekuatan pada peluang dan tantangan
semuanya positif artinya faktor kekuatan yang ada mampu
memanfaatkan peluang yang ada dan mampu menghadapi seluruh
tantangan yang mengancam, hal itu merupakan salah satu hal yang
harus dipertahankan bahkan untuk ke depannya, pegadaian syari'ah
harus lebih kreatif lagi dalam menghadapi persaingan yang semakin
ketat ini agar pegadaian syari'ah mempunyai lebih banyak kekuatan
lagi dalam bersaing.
Dari hasil analisa SWOT matriks dampak silang di atas maka dapat
diperoleh gambaran faktor-faktor pengungkit utama (The Highest laverage).
Factor pengungkit yang ada dalam factor kekuatan (Strength) terdapat dalam
variabel nomor 1, yaitu pegadaian merupakan market leader advantage dengan
skor 26 dan variabel nomor 5, yaitu jaringan outlet yang luas dengan skor 26 pula.
Sedangkan factor pengungkit yang ada dalalm faktor kelemahan (Weakenesses)
adalah variable nomor 4, yaitu SDM (Sumber Daya Manusia) yang masih minim
pengetahuan tentang gadai syari'ah dengan skor -20 dan variable nomor 1, yaitu
tarif ijaroh yang besar dengan skor -18.
64
Sehingga setelah ditemukan faktor pengungkit (The Highest Laverage),
maka terdapat ide atau langkah-langkah strategis bagi Pegadaian Syari'ah untuk
pengembangan kinerja yang lebih baik ke depan, yaitu sebagai berikut:
1. Perum Pegadaian sebagai penguasa pasar yang utama dalam jasa gadai
(Market Leader Advantage), merupakan salah satu kelebihan bila
dibandingkan dengan para pesaingnya. Hal itu dapat dimanfaatkan oleh
Pegadaian Syari'ah sebagai pelopor pertama yang juga berani memulai bisnis
gadai secara syari'ah. Jadi, walaupun pada saat ini mulai banyak pesaing
yang juga mulai melirik bisnis tersebut, seharusnya Pegadaian Syari'ah tidak
boleh mundur atau takut begitu saja, karena walau bagaimana pun juga
merek (Brand) Pegadaian tetap melekat dalam Pegadaian yang mencoba
dalam jasa gadai bersistem syari'ah. Untuk itu, Pegadaian Syari'ah hanya
tinggal membuat kualitas dalam hal pelayanan menjadi lebih baik lagi agar
masyarakat tidak berpindah ke lain hati.
2. Sebagai pemilik wilayah pangsa pasar terluas, pegadaian Syari'ah sebenarnya
sudah membuktikannya dengan kondisi fisik jaringan yang tersebar luas di
seluruh Indonesia. Namun, Pegadaian Syari'ah harus tetap mengembangkan
ekspansi jaringan yang lebih luas lagi agar peluang untuk maju menjadi lebih
besar lagi. Dapat dilihat, dibandingkan kompetitornya yang notabene-nya
sebenarnya bergerak dalam jasa perbankan tetapi sekarang juga mulai melirik
bisnis gadai yang memang sangat menggiurkan ini, yaitu Bank Riau Syari'ah
baru dapat melayani nasabah yang ingin menggunakan jasa gadainya dalam 2
wilayah saja, yaitu di Pekanbaru dan Tanjung Pinang. Sedangkan Bank Jabar
65
Syari'ah hanya di Bandung, Soreang dan Cirebon saja. Begitupun dengan
Bank BNI Syari'ah yang hanya mempunyai 2 outlet layanan jasa gadai
syari'ah saja, itupun masih berpusat di Jakarta. Oleh karena itulah, Pegadaian
Syari'ah dituntut untuk lebih dahsyat lagi dalam merebut hati nasabah di
wilayah yang belum mengenal Pegadaian Syari'ah.
3. Walaupun Pegadaian Syari'ah memiliki berbagai macam kelebihan
dibandingkan para pesaingnya, namun Pegadaian Syari'ah tetap masih
dikatakan dalam tahap pertumbuhan (Growth), dapat dilihat dari usia Cabang
Syari'ah pertama, yaitu Pegadaian Syari'ah Cabang Dewi Sartika yang baru
dibuka tanggal 14 Januari 2003, itu artinya belum genap lima tahun usianya.
Hal itu dapat dilihat juga untuk perhitungan jatuh tempo tarif ijarah masih
dapat dikatakan besar dibandingkan yang lain. Wajar memang, karena
Pegadaian Syari'ah tidak bergerak dalam bidang funding dana (pengumpulan
dana) dalam bentuk pembukaan rekening tabungan, seperti yang dilakukan
oleh kompetitornya. Namun alangkah baiknya, Pegadaian Syari'ah dapat
memikirkan hal ini secara lebih proporsional lagi.
4. Sebagai lembaga yang baru berkecimpung dalam sistem syari'ah, sangat
wajar jikalau (SDM) Sumber Daya Manusianya masih minim
pengetahuannya tentang gadai syari'ah. Namun, dengan diadakannya
pendidikan dan pelatihan terus menerus bagi para karyawan gadai syaria'ah,
hal tersebut dapat menambah kualitas SDM yang ada, agar dapat
merealisasikan program atau tujuan perusahaan dengan lebih baik lagi.
66
5. Pegadaian Syari'ah memiliki ketidakmerataan dalam hal luasnya tempat
penyimpanan, pada kenyataannya tempat penyimpanan yang terdapat dalam
kantor-kantor cabang tidak semuanya memiliki kapasitas yang besar. Itu
artinya, tidak semua kantor cabang dapat menerima barang jaminan yang
berukuran besar pula. Seperti motor, mobil dan barang-barang elektronik
lainnya. Oleh karena itu, calon nasabah harus mencari kantor cabang yang
dapat menampung barang jaminan yang dibawanya. Hal itu merupakan suatu
kendala dan kelemahan bagi Pegadaian Syari'ah untuk dapat bersaing lebih
ketat dengan para pesaingnya dan juga dalam merebut hati pelanggannya.
Untuk itu, hal sekecil itu harus dapat di selesaikan dengan baik, demi
terciptanya tujuan jangka panjang perusahaan.
6. Karena pada kenyataannya, sistem gadai syari'ah merupakan hal yang baru
bagi masyarakat awam kebanyakan. Maka, masyarakat belum tentu
semuanya mengerti dengan teknis pelaksanaan jasa gadai bersistem syari'ah
tersebut. Hal tersebut tentunya dapat diminimalkan dengan membuat media
informasi menjadi lebih menarik dan mudah dimengerti bagi para nasabah
serta lebih banyak lagi informasi mengenai gadai
2. Analisis Kinerja BPRS Al Salaam dengan Pendekatan Balanced Scorecard
Pengukuran kinerja dalam sebuah perusahaan merupakan suatu kegiatan
yang penting. Ukuran tersebut dapat dijadikan ukuran keberhasilan dalam suatu
perusahaan dalam kurun waktu tertentu dan dapat dijadikan input bagi perbaikan
atau peningkatan kinerja perusahaan selanjutnya. Data yang paling umum
digunakan untuk pengukuran kinerja keuangan adalah data kuantitatif yang
67
diterbitkan oleh perusahaan melalui laporan keuangan sesuai dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang diterima umum.
Selama ini pengukuran kinerja yang digunakan oleh BPRS Al Salaam
adalah pengukuran kinerja tradisional yang hanya menekankan pada tolak ukur
keuangan atau perspektif keuangan melalui laporan keuangan. Analisa terhadap
laporan keuangan perusahaan didasarkan pada data neraca, laporan laba rugi, dan
sebagainya. Metode yang digunakan dalam mengukur kinerja perusahaan adalah
analisa rasio keuangan yang meliputi rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio
rentabilitas.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan analisa terhadap laporan keuangan
BPRS Al Salaam dengan cara membandingkan laporan keuangan perusahaan
pada tahun 2007 dan tahun 2008.
Salah satu analisa yang dilakukan untuk mengetahui kinerja perusahaan
adalah analisis Balanced Scorecard, perusahaan yang kali ini dianalisa dengan
pendekatan Balance Scorecard adalah pegadaian syari'ah, dengan membatasi
sampel penelitian pada pegadaian syari'ah cabang Dewi Sartika.
Dengan analisa ini, kita akan dapat melihat pergerakan kinerja pada BPRS
Al Salaam, yang tidak hanya dilihat dari indikator keuangan saja. Walaupun
ukuran keuangan selalu penting, namun harus dilengkapi dengan indikator lain
yang dapat memperkirakan kesuksesan finansial di masa depan. Balanced
Scorecard mendidik manajemen dan organisasi pada umumnya untuk
memandang perusahaan dari empat perspektif, yaitu perspektif keuangan,
perspektif pelanggan, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan serta perspektif
68
proses bisnis internal yang akan menghubungkan pengendalian operasional
jangka pendek ke dalam visi dan strategi bisnis yang bersifat jangka panjang,
dalam menilai prestasi kerja Perum Pegadaian Syari'ah Cabang Dewi Sartika
penulis menggunakan analisis pada sisi neraca untuk mengetahiui pertumbuhan
pada sisi harta dan analisis pada sisi laba rugi untuk mengetahui tingkat
pertumbuhan pendapatan dan tingkat laba yang didapatkan oleh BPRS Al Salaam
dengan menggunakan data dari laporan keuangan pada periode 2004 sampai
dengan periode 2006 yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi.
Sedangkan dalam menilai prestasi kerja BPRS Al Salaam dari perspektif
pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan, penulis menggunakan data dari hasil kuisioner yang diadakan untuk
pihak intern perusahaan dan pelanggan yang dianalisis dengan ini dilakukan
untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan pada perspektif pelanggan dan
tingkat kepuasan karyawan pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan serta
untuk mengetahui tingkat kesetujuan karyawan terhadap berbagai macam hal
yang akan dilakukan pihak perusahaan di dalam mengeluarkan suatu produk baru
yang terangkum dalam perpektif proses bisnis internal. Dimana keempat
perspektif itu akan dijelaskan sebagai berikut:
3. Perspektif Keuangan (Financial Perspective)
Pegadaian syari'ah cabang Dewi Sartika, merupakan pegadaian yang
berada dalam tahap pertumbuhan. Karena pegadaian syari'ah cabang Dewi
Sartika baru mulai beroperasi sejak sejak tanggal 14 Januari 2003, yang
berarti baru empat tahun berdiri. Di mana pegadaian syari'ah selalu berusaha
69
memberikan potensi pertumbuhan yang terbaik, seperti pelayanan gadai yang
baik, menambah kemampuan operasional, menambah jumlah uang pinjaman
kepada nasabah dan juga berusaha menambah jumlah pendapatan di setiap
tahunnya, sehingga dapat beranjak menjadi tingkatan sustain yaitu suatu
tingkatan di mana pegadaian syari'ah cabang Dewi Sartika mencoba
mempertahankan segala macam prestasi operasional yang sudah didapatkan,
bahkan menambah jumlah uang yang menjadi pinjaman kepada masyarakat
agar mendapatkan tingkat pengembalian yang meningkat pula.
Tingkat pertumbuhan yang telah didapatkan pegadaian syari'ah cabang
Dewi Sartika selama tahun 2004, 2005 dan 2006 akan dicoba ditampilkan
dalam penelitian kali ini, berdasarkan analisis pada sisi neraca dan laba rugi
per 2004, 2005 dan 2006. Diantaranya, dalam waktu satu tahun setelah
beroperasinya, yaitu pada tahun 2004, pegadaian syari'ah cabang Dewi Sartika
pada sisi harta dalam neraca mencapai Rp 4.116.852.622 sedangkan pada
tahun 2005 mengalami kenaikan yang cukup signifikan menjadi Rp
6.589.559.596, serta bertambah lagi menjadi Rp 9.829.964.474 pada tahun
2006. Pertumbuhan ini dapat dilihat dalam gambar 4.1 sebagai berikut:
70
Gambar 3.4
Tentu saja, pertumbuhan ini sangat menggembirakan, mengingat pada
awal berdirinya, pegadaian syari'ah cabang Dewi Sartika mengalami
pertumbuhan yang cukup signifikan dalam jumlah harta.
Dalam setiap perusahaan, baik itu yang bergerak dalam bidang
pemerintah, swasta maupun nirlaba sekalipun, ukuran financial merupakan
komponen yang sangat penting. Karena biar bagaimanapun juga, kemajuan
suatu perusahaan secara klasik dapat terlihat dari jumlah pendapatan usaha
dan tingkat laba yang berhasil didapatkan. Hal itu dapat dilihat dalam tabel
sebagai berikut:
Pertumbuhan Harta
Rp 9.829.964.474
RP6.589.559.596
Rٌp 4.116.852.622
2004 2005 2006
71
Pertumbuhan Pendapatan
Keterangan Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006
Pendapatan Usaha Rp 800.000.000 Rp 1.382.864.900 Rp 2.202.573.246
Pendapatan
Lain-lain
Rp 291.000 Rp 343.000 Rp 587.000
Beban Usaha Rp 203.522.305 Rp 369.749.605 Rp 494.638.990
Laba Bersih Rp 596.768.695 Rp 1.013.458.295 Rp 1.708.521.256
Tabel 4.1 Pertumbuhan Pendapatan Tahun 2004, 2005 dan 2006
Di dalam table pertumbuhan pendapatan, terlihat jelas bahwa
pegadaian syari'ah cabang Dewi Sartika mengalami pertumbuhan pendapatan
usaha yang cukup signifikan. Hal itu juga diimbangi dengan tingkat laba yang
sempurna pula.
Pada tahun 2004, pegadaian syari'ah cabang Dewi Sartika berhasil
mendapatkan pendapatan usaha yang lumayan tinggi jika dilihat dari masa
berdirinya, yaitu sebesar Rp 800.000.000 dan tingkat laba sebesar Rp
596.522.305. Karena pada tahun tersebut adalah tahun pertama kalinya
pegadaian syari'ah cabang Dewi Sartika beroperasi. Yang tidak kalah
pentingnya, pegadaian syari'ah cabang Dewi Sartika merupakan pegadaian
syari'ah pertama kali di Indoensia. Tentunya hal ini sangatlah
menggembirakan bagi umat muslim di seluruh Indonesia, khususnya bagi
kemajuan suatu lembaga keuangan berbasis sistem Syari'ah di Indonesia
tercinta ini.
72
Pada tahun 2005, pendapatan usaha yang didapatkan pun berhasil
mengalami kenaikan yang cukup signfikan, yaitu menjadi sebesar Rp
1.382.864.000 dan tingkat laba sebesar Rp 1.013.458.295. Kegembiraan
semakin bertambah setelah mengetahui jumlah pendapatan usaha yang
meningkat lagi pada tahun 2006 menjadi Rp 2.202.573.246 dan tingkat laba
yang meningkat pula menjadi Rp 1.708.521.256. Hasil ini adalah sesuatu yang
cukup baik, karena mengingat pegadaian syari'ah cabang Dewi Sartika
merupakan perusahaan yang masih dalam tahap growth atau pertumbuhan.
Namun hasil yang didapatkannya tidaklah mengecewakan. Tentunya hal ini
harus dipertahankan agar mencapati tahapan sustain yaitu suatu tahapan
setelah tahap growth, dimana dalam tahap ini perusahaan mencoba
mempertahankan hasil yang telah didapatkan dan pangsa pasar yang ada,
bahkan mengembangkannya jika mungkin.
4. Perspektif Pelanggan (Costumer Perspective)
Dalam perspektif pelanggan ini, akan dicoba diukur tingkat kepuasan
pelanggan yang akan sangat berhubungan dengan baik atau buruknya suatu
kinerja perusahaan tersebut. Dalam penghitungan analisisnya mengguanakan
skala likhter. Semakin tinggi tingkat kepuasan suatu pelanggannya maka akan
semakin baik pula kinerja perusahaan tersebut. Kepuasan pelanggan tersebut
diukur melalui kuisioner yang berjumlah 50 kuisioner yang juga dibagikan
kepada pelanggan atau nasabah BPRS Al Salaam. Dimana dalam kuisioner
tersebut mengukur tingkat kepuasan terhadap atribut jasa perusahaan,
kepuasan yang tercipta dari hubungan nasabah dengan perusahaan, kepuasan
73
terhadap citra perusahaan di mata nasabah dan tingkat pengetahuan nasabah
terhadap pegadaian syari'ah. Setelah mengetahui dan mengevaluasi kuisioner
mengenai kepuasan pelanggan, maka didapatkan data sebagai berikut:
1. Data responden
Tabel Data responden pelanggan
Mengukur Kepuasan Pelanggan Terhadap Atribut Jasa Perusahaan
Tingkat kepuasan terhadap pelanggan terhadap kemudahan dalam
bertransaksi
Pendapat
Responden
Nilai Jumlah Responden
Total Bobot Nilai
Sangat
Memuaskan
4 14 48 32%
Puas 3 31 93 62%
Kurang Puas 2 4 8 5,3% Tidak Puas 1 1 1 0,7%
Jumlah 50 150 100%
Keterangan :
Dengan skor 1 = Tidak Puas, 2 = Kuurang Puas, 3 = Puas, = Sangat
Memuaskan.
Berdasarkan hasil kuisioner dapat dilihat bahwa sebanyak 14
responden menjawab sangat memuaskan (32%), 31 respon menjawab puas
Jenis kelamin
Pria
Wanita
26 Orang
24 Orang
Usia < 20 Tahun
20-25 Tahun
> 30 Tahun
4 Orang
9 Orang
37 Orang
74
(62%), 4 responden menjawab kurang puas (5,3%), dan 1 responden
menjawab tidak puas. Hasil kuisioner ini menunjukan bahwa pelanggan
merasa puas terhadap kemudahan dalam bertransaksi.
Tingkat kepuasan terhadap pelanggan terhadap kemudahan dalam memahami
media tentang BPRS Al Salaam
Pendapat
Responden
Nilai Jumlah Responden
Total Bobot Nilai
Sangat
Memuaskan
4 20 80 50,3%
Puas 3 20 60 37,8%
Kurang Puas 2 9 18 11,3% Tidak Puas 1 1 1 0,6%
Jumlah 50 159 100%
Berdasarkan hasil kuisioner diatas dapat kita lihat sebanyak 20
responden menjawab sangat memuaskan (50,3%), 20 responden menjawab
puas (37,8%), 9 responden menjawab kurang puas (11,3%), dan 1 respondeen
menjawab tidak puas (0,6%). Hasil kuisioner ini menunjukan bahwa nasabah
merasa sangat puas terhadap kemudahan dalam memahami media informasi
tentang BPRS Al Salaam.
Tingkat kepuasan pelanggan terhadap kemudahan dalam persyaratan
untuk mendapatkan pinjaman
Pendapat
Responden
Nilai Jumlah Responden
Total Bobot Nilai
Sangat
Memuaskan
4 15 60 38,7%
Puas 3 26 78 50,3%
Kurang Puas 2 8 16 10,3%
Tidak Puas 1 1 1 0,7%
Jumlah 50 155 100%
75
Berdasarkan hasil kuisioner diatas dapat kita lihat sebanyak 15
responden menjawab sangat memuaskan (38,7%), 26 responden menjawab
puas (50,3%), 8 reesponden menjawab kurang puas (10,3%), dan 1 responden
menjawab tidak puas (0,7%). Dari hasil kuisioner ini menunjukan bahwa
nasabah merasa pua sangat terhadap kemudahan dalam persyaratan untuk
mendapatkan pinjaman.
Tingkat kepuasan pelanggan terhadap kecepatan dalam mendapatkan
pembiayaaan
Pendapat
Responden
Nilai Jumlah Responden
Total Bobot Nilai
Sangat
Memuaskan
4 10 40 25,9%
Puas 3 35 105 68,2%
Kurang Puas 2 4 8 5,2% Tidak Puas 1 1 1 0,7%
Jumlah 50 154 100%
Berdasarkan hasil kuisioner diatas dapat kita lihat sebanyak 10
responden menjawab sangat memuaskan (25,9%), 35 orang responden
menjawab puas (68,2%), 4 orang responden menjawab kurang puas (5,2%),
dan 1 responden menjawab tidak puas. Dari hasil kuisioner ini menunjukan
bahwa nasabah merasa sangat puas terhadap kecepatan dalam mendapatkan
pembiayaan.
Tingkat kepuasan pelanggan terhadap besarnya biaya administrasi Bank
76
Pendapat
Responden
Nilai Jumlah Responden
Total Bobot Nilai
Sangat
Memuaskan
4 12 48 32,3%
Puas 3 28 84 56,4%
Kurang Puas 2 7 14 9,4% Tidak Puas 1 3 13 2,0%
Jumlah 50 149 100%
Berdasarkan hasil kuisioner diatas dapat kita lihat sebanyak 12
responden menjawab sangat memuaskan (32,3%), 28 responden menjawab
puas (56,4%), 7 orang responden menjawab kurang puas (9,4%), dan 3
responden menjawab tidak puas terhadap besarnya biaya administrasi yang
dikenakan oleh Bank. Dari hasil kuisioner ini menunjukan bahwa nasabah
merasa sangat puas terhadap besarnya biaya administrasi bank.
Tingkat kepuasan pelanggan terhadap produk-produk yang ditawarkan
oleh BPRS Al Salaam
Pendapat
Responden
Nilai Jumlah Responden
Total Bobot Nilai
Sangat
Memuaskan
4 16 64 42,4%
Puas 3 23 69 45,7%
Kurang Puas 2 7 14 9,3%
Tidak Puas 1 4 4 2,6%
Jumlah 50 151 100%
Berdasarkan hasil kuisioner diatas dapat kita lihat sebanyak 16
responden menjawab sangat memuaskan (42,4%), 23 responden menjawab
77
puas (45,7%), 7 orang responden menjawab kurang puas (9,3%), dan 1
responden menjawab tidak puas (2,6%) terhadap produk-produk yang
ditawarkan oleh BPRS Al Salaam. Dari hasil kuisioner ini menunjukan bahwa
nasabah merasa sangat puas terhadap produk-produk yang ditawarkan oleh
BPRS Al Salaam.
Hubungan nasabah dengan perusahaan
Tingkat kepuasan pelanggan terhadap keamanan dalam melakukan
proses transaksi
Pendapat
Responden
Nilai Jumlah Responden
Total Bobot Nilai
Sangat
Memuaskan
4 21 84 52,5%
Puas 3 20 60 37,5%
Kurang Puas 2 7 14 8,7% Tidak Puas 1 2 2 1,3%
Jumlah 50 160 100%
Berdasarkan hasil kuisioner diatas dapat kita lihat sebanyak 21
responden menjawab sangat memuaskan (52,5%), 20 responden menjawab
puas (37,5%), 7 orang responden menjawab kurang puas (8,7%), dan 1
responden menjawab tidak puas (1,3%). Dari hasil kuisioner ini menunjukan
bahwa nasabah merasa sangat puas terhadap keamanan dalam bertransaksi di
BPRS Al Salaam.
Tingkat kepuasan pelanggan terhadap kenyamanan waktu menunggu
antrian dalam melakukan proses transaksi
78
Pendapat
Responden
Nilai Jumlah Responden
Total Bobot Nilai
Sangat
Memuaskan
4 10 40 27,4%
Puas 3 30 90 61,6%
Kurang Puas 2 6 12 8,2% Tidak Puas 1 4 4 2,8%
Jumlah 50 146 100%
Berdasarkan hasil kuisioner diatas dapat kita lihat sebanyak 10
responden menjawab sangat memuaskan (27,4%), 30 responden menjawab
puas (61,6%), 6 orang responden menjawab kurang puas (8,2%), dan 1
responden menjawab tidak puas (2,8%). Dari hasil kuisioner ini menunjukan
bahwa nasabah merasa sangat puas terhadap kenyamanan waktu menunggu
antrian dalam melakukan proses transaksi di BPRS Al Salaam.
Tingkat kepuasan pelanggan terhadap lokasi kantor BPRS Al Salaam
Pendapat
Responden
Nilai Jumlah Responden
Total Bobot Nilai
Sangat
Memuaskan
4 20 80 52,6%
Puas 3 15 45 29,6%
Kurang Puas 2 12 24 15,8%
Tidak Puas 1 3 3 2%
Jumlah 50 152 100%
Berdasarkan hasil kuisioner diatas dapat kita lihat sebanyak 20
responden menjawab sangat memuaskan (52,6%), 15 responden menjawab
puas (29,6%), 12 orang responden menjawab kurang puas (8,2%), dan 1
79
responden menjawab tidak puas (2%). Dari hasil kuisioner ini menunjukan
bahwa nasabah merasa sangat puas terhadap lokasi kantor BPRS Al Salaam.
Tingkat kepuasan pelanggan terhadap tata ruang kantor dan suasana
yang mencerminkan nuansa islami
Pendapat
Responden
Nilai Jumlah Responden
Total Bobot Nilai
Sangat
Memuaskan
4 23 92 58,2%
Puas 3 14 42 26,6%
Kurang Puas 2 11 22 13,9% Tidak Puas 1 2 2 1,3%
Jumlah 50 158 100%
Berdasarkan hasil kuisioner diatas dapat kita lihat sebanyak 23
responden menjawab sangat memuaskan (58,2%), 14 responden menjawab
puas (26,6%), 11 orang responden menjawab kurang puas (13,9%), dan 2
responden menjawab tidak puas (1,3%). Dari hasil kuisioner ini menunjukan
bahwa nasabah merasa sangat puas terhadap tata ruang kantor dan suasana
yang mencerminkan citra islami BPRS Al Salaam.
Tingkat kepuasan pelanggan terhadap sikap dan keakraban karyawan
BPRS Al Salaam denga nasabah
Pendapat
Responden
Nilai Jumlah Responden
Total Bobot Nilai
Sangat
Memuaskan
4 23 92 57,5%
Puas 3 17 51 31,9%
Kurang Puas 2 7 14 8,8%
80
Tidak Puas 1 3 3 1,8%
Jumlah 50 160 100%
Berdasarkan hasil kuisioner diatas dapat kita lihat sebanyak 23
responden menjawab sangat memuaskan (57,5%), 17 responden menjawab
puas (31,9%), 7 orang responden menjawab kurang puas (8,8%), dan 3
responden menjawab tidak puas (1,3%) Dari hasil kuisioner ini menunjukan
bahwa nasabah merasa sangat puas terhadap keakraban karyawan BPRS Al
Salaam dengan nasabah.
Tingkat kepuasan pelanggan terhadap keramah tamahan karyawan
BPRS Al Salaam dengan nasabah
Pendapat
Responden
Nilai Jumlah Responden
Total Bobot Nilai
Sangat
Memuaskan
4 20 80 51,9%
Puas 3 18 54 35,1%
Kurang Puas 2 8 16 10,4% Tidak Puas 1 4 4 2,6%
Jumlah 50 154 100%
Berdasarkan hasil kuisioner diatas dapat kita lihat sebanyak 20
responden menjawab sangat memuaskan (51,9%), 18 responden menjawab
puas (35,1%), 8 orang responden menjawab kurang puas (10,4%), dan 4
responden menjawab tidak puas (2,6%) Dari hasil kuisioner ini menunjukan
bahwa nasabah merasa sangat puas terhadap terhadap keramah tamahan
karyawan BPRS Al Salaam dengan nasabah.
81
CITRA PERUSAHAAN
Tingkat kepuasan pelanggan terhadap kemampuan karyawan BPRS Al
Salaam dalam melakukan proses transaksi
Pendapat
Responden
Nilai Jumlah Responden
Total Bobot Nilai
Sangat
Memuaskan
4 24 96 57,5%
Puas 3 19 57 34 ,1%
Kurang Puas 2 7 14 8,4% Tidak Puas 1 0 0 0
Jumlah 50 167 100%
Berdasarkan hasil kuisioner diatas dapat kita lihat sebanyak 24
responden menjawab sangat memuaskan (57,5%), 19 responden menjawab
puas (34,1%), 7 orang responden menjawab kurang puas (8,4%). Dari hasil
kuisioner ini menunjukan bahwa nasabah merasa sangat puas terhadap
kemempuan karyawan BPRS Al Salaam dalam melakukan proses transaksi.
Tingkat kepuasan pelanggan terhadap pemberian informasi tentang
produk-produk kepada nasabah
Pendapat
Responden
Nilai Jumlah Responden
Total Bobot Nilai
Sangat
Memuaskan
4 20 80 50%
Puas 3 20 60 37,5%
Kurang Puas 2 10 20 12,5%
Tidak Puas 1 00 0 0
Jumlah 50 160 100%
82
Berdasarkan hasil kuisioner diatas dapat kita lihat sebanyak 20
responden menjawab sangat memuaskan (50%), 20 responden menjawab puas
(37,5%), 10 orang responden menjawab kurang puas (12,5%), Dari hasil
kuisioner ini menunjukan bahwa nasabah merasa sangat puas terhadap
terhadap pemberian informasi tentang produk-produk kepada nasabah.
Tingkat kepuasan pelanggan terhadap pemberian informasi kepada
nasabah bila tenggat waktu pembiayaan telah habis
Pendapat
Responden
Nilai Jumlah Responden
Total Bobot Nilai
Sangat
Memuaskan
4 11 44 29,3%
Puas 3 29 87 58%
Kurang Puas 2 9 18 12% Tidak Puas 1 1 1 0,7%
Jumlah 50 150 100%
Berdasarkan hasil kuisioner diatas dapat kita lihat sebanyak 11
responden menjawab sangat memuaskan (29,3%), 29 responden menjawab
puas (58%), 9 orang responden menjawab kurang puas (12,5%), 1 responden
menjawab kurang puas (0,7%). Dari hasil kuisioner ini menunjukan bahwa
nasabah merasa cukup puas terhadap pemberian informasi kepada nasabah
bila tenggat waktu pembiayaan telah habis.
Tingkat kepuasan pelanggan terhadap Citra BPRS Al Salaam yang
berusaha menjawab kebutuhan nasabah sesuai dengan nilai-nilai islam.
83
Pendapat
Responden
Nilai Jumlah Responden
Total Bobot Nilai
Sangat
Memuaskan
4 26 104 63,4%
Puas 3 14 42 25,6%
Kurang Puas 2 8 16 9,8% Tidak Puas 1 2 2 1,2%
Jumlah 50 164 100%
Berdasarkan hasil kuisioner diatas dapat kita lihat sebanyak 26
responden menjawab sangat memuaskan (63,4%), 14 responden menjawab
puas (25,6%), 8 orang responden menjawab kurang puas (9,8%), 2 responden
menjawab kurang puas (1,2%). Dari hasil kuisioner ini menunjukan bahwa
nasabah merasa cukup puas terhadap Citra BPRS Al Salaam yang berusaha
menjawab kebutuhan nasabah sesuai dengan nilai-nilai islam.
PENGETAHUAN NASABAH
Tingkat pengetahuan nasabah tentang lembaga Perbankan Syari’ah
Pendapat
Responden
Nilai Jumlah Responden
Total Bobot Nilai
Sangat Mengerti 4 8 32 25%
Mengerti 3 22 66 51,6% Kurang Mengerti 2 12 24 18,7%
Tidak Mengerti 1 6 6 4,7%
Jumlah 50 128 100%
Berdasarkan hasil kuisioner diatas dapat kita lihat sebanyak 8
responden menjawab sangat mengerti (25%), 22 responden menjawab
mengerti (51,6%), 12 orang responden menjawab kurang mengerti (18,7%), 6
responden menjawab kurang mengerti (4,7%). Dari hasil kuisioner ini
84
menunjukan bahwa nasabah merasa cukup mengerti tentang lembaga
Perbankan Syari’ah.
Tingkat pengetahuan nasabah tentang produk Mudhorobah dan Ijaroh
Pendapat
Responden
Nilai Jumlah Responden
Total Bobot Nilai
Sangat Mengerti 4 4 16 11,8%
Mengerti 3 30 90 66 ,2% Kurang Mengerti 2 14 28 20 ,6%
Tidak Mengerti 1 2 2 1,5%
Jumlah 50 136 100%
Berdasarkan hasil kuisioner diatas dapat kita lihat sebanyak 4
responden menjawab sangat mengerti (11,8%), 30 responden menjawab
mengerti (66,2%), 14 orang responden menjawab kurang mengerti (20,6%), 2
responden menjawab kurang mengerti (1,5%). Dari hasil kuisioner ini
menunjukan bahwa nasabah merasa cukup mengerti tentang produk
Mudhorobah dan Ijaroh.
Tingkat pengetahuan nasabah tentang perbedaan antara Bank Syari’ah
dan Bank Konvensional
Pendapat
Responden
Nilai Jumlah Responden
Total Bobot Nilai
Sangat Mengerti 4 4 16 12,1% Mengerti 3 28 84 63 ,6%
Kurang Mengerti 2 14 28 21 ,2%
Tidak Mengerti 1 4 4 3,1%
Jumlah 50 132 100%
. Berdasarkan hasil kuisioner diatas dapat kita lihat sebanyak 4
responden menjawab sangat mengerti (12,1%), 28 responden menjawab
85
mengerti (63,6%), 14 orang responden menjawab kurang mengerti (21,2%), 4
responden menjawab kurang mengerti (3,1%). Dari hasil kuisioner ini
menunjukan bahwa nasabah merasa sangat mengerti tentang perbedaan antara
Bank Syari’ah dan Bank Konvensional.
5. Perspektif Proses Bisnis Internal (Internal Business Proceses Perspective)
Perspektif ini terdiri dari tiga proses bisnis utama, yaitu: proses
inovasi, proses operasi, proses layanan purna jual.
a. Proses Inovasi
Untuk mengukur proses bisnis internal, perusahaan sangat perlu
mengembangkan inovasi bagi kemajuan perusahaan itu sendiri. Inovasi
sendiri dapat merupakan kegiatan yang berkaitan dengan identifikasi
pertumbuhan kebutuhan pelanggan dan usaha pengembangan produk.
Untuk saat ini proses inovasi yang paling mencolok di pegadaian adalah
dengan lahirnya pegadaian syari'ah itu sendiri. Karena pegadaian syari'ah
lahir dari proses pengidentifikasian atas keinginan masyarakat di
Indonesia pada umumnya. Oleh karena itulah pegadaian syari'ah dibuka.
Berdasarkan wawancara dengan bapak Kamal dari divisi unit usaha
syari'ah insya Allah pada akhir tahun 2007 nanti akan coba diluncurkan
salah satu produk pegadaian syari'ah yang bernama ARUM, yaitu suatu
produk yang diperuntukkan khusus bagi UKM, Usaha Kecil Menengah.
Untuk mengetahui sejauh mana proses inovasi yang telah dilakukan oleh
perum pegadaian syari'ah, penulis menggunakan kuisioner yang ditujukan
86
kepada karyawan. Berikut ini dapat dilihat hasil kuisioner proses bisnis
internal yang dilakukan oleh penulis
Tingkat kesetujuan karyawan dalam hal perusahaan harus selalu
melakukan penelitian dan pengembangan dalam menciptakan
produk
Pendapat Responden Nilai Jumlah Responden
Total Bobot
Nilai
Sangat Tinggi Tingkat
Kesetujuannya
4 10 40 62,5%
Cukup Tinggi Tingkat
Kesetujuannya
3 5 15 23,4 %
Rendah Tingkat Kesetujuaanya 2 4 8 12,5%
Sangat Rendah tingkat
kesetujuaanya
1 1 1 1,6%
Jumlah 20 64 100%
Berdasarkan hasil kuisioner diatas dapat kita lihat sebanyak 10
responden menjawab sangat setuju (62,5%), 15 responden menjawab cukup
setuju (23,4%), 4 orang responden menjawab kurang setuju (12,5%), 1
responden menjawab kurang setuju (1,6%). Dari hasil kuisioner ini
menunjukan bahwa karyawan BPRS Al Salam sangat setuju sekali dengan
inivasi-inovasi yang diadakan di BPRS Al Salaam tentang bank harus selalu
melakukan penelitian dan pengembangan dalam menciptakan produk.
Tabel kesetujuan karyawan dalam hal setiap menciptakan produk harus
selalu memperhatikan kebutuhan pelanggan
Pendapat Responden Nilai Jumlah Responden
Total Bobot
Nilai
87
Sangat Tinggi Tingkat
Kesetujuannya
4 11 44 63,8 %
Cukup Tinggi Tingkat
Kesetujuannya
3 6 18 26 %
Rendah Tingkat Kesetujuaanya 2 3 6 8,7%
Sangat Rendah tingkat
kesetujuaanya
1 1 1 1,5%
Jumlah 20 64 100%
Berdasarkan hasil kuisioner diatas dapat kita lihat sebanyak 11
responden menjawab sangat setuju (63,8%), 6 responden menjawab cukup
setuju (26%), 3 orang responden menjawab kurang setuju (8,7%), 1 responden
menjawab kurang setuju (1,5%). Dari hasil kuisioner ini menunjukan bahwa
karyawan BPRS Al Salam sangat setuju sekali dengan segala kebijakan yang
diambil oleh BPRS Al Salaam tentang produk harus selalu mengedepankan
kebutuhan nasabah.
Tabel kesetujuan karyawan dalam hal mengadakan launching atau
promosi setiap adanya produk baru
Pendapat Responden Nilai Jumlah Responden
Total Bobot
Nilai
Sangat Tinggi Tingkat
Kesetujuannya
4 9 32 57,1 %
Cukup Tinggi Tingkat
Kesetujuannya
3 7 24 33,3 %
Rendah Tingkat Kesetujuaanya 2 2 6 6,3 %
Sangat Rendah tingkat
kesetujuaanya
1 2 2 3,2 %
Jumlah 20 64 100%
88
Berdasarkan hasil kuisioner diatas dapat kita lihat sebanyak 9
responden menjawab sangat setuju (57,1%), 7 responden menjawab cukup
setuju (33,3), 2 responden menjawab kurang setuju (6,3%), 2 responden
menjawab kurang setuju (3,2%). Dari hasil kuisioner ini menunjukan bahwa
karyawan BPRS Al Salam sangat setuju sekali dengan segala kebijakan yang
diambil oleh BPRS Al Salaam tentang produk harus selalu mengedepankan
kepentingan nasabah.
Sumber: Hasil kuisioner responden
Dengan skor 1 = Sangat rendah tingkat kesetujuannya, 2 = Rendah tingkat
kesetujuannya, 3 = Cukup tinggi tingkat kesetujuannya, 4 = Sangat tinggi tingkat
kesetujuannya.
Keterangan:
SR: Sangat rendah tingkat kesetujuannya, R: Rendah tingkat
kesetujuannya, CT: Cukup tinggi tingkat kesetujuannya, ST: Sangat tinggi
tingkat kesetujuannya.
yang berarti cukup tinggi tingkat kesetujuan karyawan terhadap
segala macam hal yang dilakukan oleh Perum Pegadaian Syari'ah dalam
89
melakukan inovasi. Berarti, dengan kata lain Perum Pegadaian Syari'ah
memiliki kinerja proses inovasi yang cukup baik, karena rata-rata
karyawannya mendukung proses inovasi yang dilakukan.
d. Proses Operasi
Proses operasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Perum
Pegadaian Syari'ah dalam proses menyampaikan produk atau jasa kepada
para pelanggannya. Untuk mengetahui sejauh mana proses operasi yang
dilakukan oleh Perum Pegadaian Syari'ah, penulis menggunakan kuisioner
yang ditujukan kepada karyawan perusahaan. Berikut ini dapat dilihat
hasil kuisioner proses bisnis internal yang dilakukan oleh penulis:
Table 4.9 Mengukur Proses Operasi
Tingkat kesetujuan karyawan dalam hal Bank harus selalu
memperhatikan fungsi dan kualitas produk
Pendapat Responden Nilai Jumlah Responden
Total Bobot
Nilai
Sangat Tinggi Tingkat
Kesetujuannya
4 11 44 66,7 %
Cukup Tinggi Tingkat
Kesetujuannya
3 5 18 22,7 %
Rendah Tingkat Kesetujuaanya 2 3 6 9,1%
Sangat Rendah tingkat
kesetujuaanya
1 2 2 3%
Jumlah 20 67 100%
Berdasarkan hasil kuisioner diatas dapat kita lihat sebanyak 11
responden menjawab sangat setuju (667,%), 5 responden menjawab cukup
setuju (22,7%), 3 orang responden menjawab kurang setuju (9,1%), 2
responden menjawab kurang setuju (1,5%). Dari hasil kuisioner ini
90
menunjukan bahwa karyawan BPRS Al Salam sangat setuju sekali dengan
Bank harus selalu memperhatika fungsi dan kualitas produk
Table 4.Mengukur Proses Operasi
Tingkat kesetujuan karyawan dalam hal efesiensi waktu dan biaya
agar dapat menghasilkan laba yang maksimal
Pendapat Responden Nilai Jumlah Responden
Total Bobot
Nilai
Sangat Tinggi Tingkat
Kesetujuannya
4 8 32 50,8 %
Cukup Tinggi Tingkat
Kesetujuannya
3 8 21 38,1%
Rendah Tingkat Kesetujuaanya 2 3 4 9,5 % Sangat Rendah tingkat
kesetujuaanya
1 1 2 1,6 %
Jumlah 20 63 100%
Berdasarkan hasil kuisioner diatas dapat kita lihat sebanyak 11
responden menjawab sangat setuju (667,%), 5 responden menjawab cukup
setuju (22,7%), 3 orang responden menjawab kurang setuju (9,1%), 2
responden menjawab kurang setuju (1,5%). Dari hasil kuisioner ini
menunjukan bahwa karyawan BPRS Al Salam sangat setuju sekali dengan
Bank harus selalu memperhatika fungsi dan kualitas produk
Sumber: Hasil kuisioner responden
91
Dengan skor 1 = Sangat rendah tingkat kesetujuannya, 2 = Rendah tingkat
kesetujuannya, 3 = Cukup tinggi tingkat kesetujuannya, 4 = Sangat tinggi tingkat
kesetujuannya.
Keterangan:
SR: Sangat rendah tingkat kesetujuannya, R: Rendah tingkat
kesetujuannya, CT: Cukup tinggi tingkat kesetujuannya, ST: Sangat tinggi
tingkat kesetujuannya.
Dari hasil kuisioner, rata-rata keseluruhan kinerja untuk proses
operasi menunjukkan skor 0.931 yang berarti mayoritas karyawan
merasakan sangat tinggi tingkat kesetujuannya terhadap segala macam
proses operasi yang dilakukan oleh Perum Pegadaian Syari'ah. Karena
dalam rentang skala 0.1 sampai dengan 1.0 didapatkan skor 0.931 yang
berarti sangat tinggi tingkat kesetujuan karyawan terhadap segala macam
hal yang dilakukan oleh Perum Pegadaian Syari'ah dalam proses operasi.
Dengan kata lain, Perum Pegadaian Syari'ah memiliki proses operasi yang
sangat baik karena rata-rata karyawannya sangat mendukung proses
operasi yang dilakukan.
e. Proses Layanan Purna Jual
Segala macam kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan purna
jual merupakan hak yang diperoleh para setiap pelanggan atas pembelian
atau penggunaan setiap produk. Pihak Perum Pegadaian Syari'ah berusaha
untuk memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pelanggan.
Pelayanan purna jual, yang paling sering dilakukan oleh perushaan seperti
92
memberikan penggantian atas produk yang cacat atau dapat juga dikatakan
sebagai garansi.
Untuk mengetahui sejauh mana proses layanan purna jual yang
telah dilakukan oleh Perum Pegadaian Syari'ah, penulis mengguanakan
kuisioner yang ditujukan kepada karyawan perusahaan. Berikut ini dapat
dilihat hasil kuisioner proses bisnis internal yang dilakukan oleh penulis:
Table 5.0 Mengukur Proses Layanan Purna Jual
Sumber: Hasil kuisioner responden
Dengan skor 1 = Sangat rendah tingkat kesetujuannya, 2 = Rendah tingkat
kesetujuannya, 3 = Cukup tinggi tingkat kesetujuannya, 4 = Sangat tinggi tingkat
kesetujuannya.
Keterangan:
SR: Sangat rendah tingkat kesetujuannya, R: Rendah tingkat
kesetujuannya, CT: Cukup tinggi tingkat kesetujuannya, ST: Sangat tinggi
tingkat kesetujuannya.
Dari hasil kuisioner, rata-rata keseluruhan kinerja untuk proses
layanan purna jual menunjukkan skor 0.854 yang berarti mayoritas
karyawan merasakan cukup tinggi tingkat kesetujuannya terhadap segala
macam proses layanan purna jual yang dilakukan oleh Perum Pegadaian
Syari'ah. Karena dalam rentang skala 0.1 sampai dengan 1.0 didapatkan
skor 0.854 yang berarti cukup tinggi tingkat kesetujuan karyawan terhadap
segala macam hal yang dilakukan oleh Perum Pegadaian Syari'ah dalam
melakukan proses layanan purna jual. Dengan ini Perum Pegadaian
93
Syari'ah memiliki proses layanan purna jual yang cukup baik, karena
hampir keseluruhan karyawan mendukurng proses tersebut.
3. Analisis Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.1 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi
Laki-laki 7
Perempuan 7
Jumlah 14
Sumber: Hasil kuisioner responden
4. Analisis Responden Berdasarkan Usia
Tabel 5.2 Profil Responden Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi
< 25 th 0
25-35 th 8
36-40 th 5
> 40 th 1
Jumlah 14
Sumber: Hasil kuisioner responden
5. Analisis Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tabel 5.3 Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir Frekuensi
SMU atau sederajat 0
Akademi atau D3 1
Sarjana atau S1 12
> Sarjana atau S1 1
Jumlah 14
Sumber: Hasil kuisioner responden
6. Analisis Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Tabel 5.4 Profil Reponden Berdasarkan Lama Bekerja
Lama Bekerja Frekuensi
< 1 th 0
1-3 th 2
4-6 th 5
> 6 th 7
94
Jumlah 14
Sumber: Hasil kuisioner responden
6. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth
Perspective)
Perspektif terakhir yang diikutsertakan dalam pengukuran kinerja
perusahaan berdasarkan analisis balanced scorecard adalah persepektif
pembelajaran dan pertumbuhan. Perspektif inilah yang mendorong
peningkatan proses bisnis internal yang disertai dengan peningkatan kepuasan
dan tingkat kepercayaan pelanggan, yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan alur keuangan perusahaan. Proses pembelajaran dan
pertumbuhan ini bersumber dari factor sumber daya manusia, system dan
prosedur organisasi. Termasuk dalam perspektif ini adalah pelatihan pegawai
dan budaya perusahaan yang berhubungan dengan perbaikan individu dan
organisasi.
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan ini mengukur kinerja
perusahaan dengan membaginya dalam ukuran sebagai berikut:
5. Kemampuan Pekerja (Employee Capabilities)
Dalam hal ini perusahaan harus mempunyai pegawai yang
kompetan dan mempunyai keahlian serta kemampuan dalam mengerjakan
tugas-tugasnya. Hingga saat ini Perum Pegadaian Syari'ah sangat
menyadari bahwa peranan yang penting bagi kemajuan perusahaan adalah
dari sumber daya manusia yang sudah dianggap sebagai mitra untuk
mencapai keberhasilan di setiap usaha dan kegiatan yang ada di
perusahaan.
95
Oleh karena itu, Perum Pegadaian Syari'ah terus melakukan
pengembangan sumber daya manusianya, seperti job training bagi setiap
karyawan yang baru diterima bekerja di perusahaan sesuai dengan jabatan
atau jenis pekerjaan karyawan. Apalagi, biasanya pegawai yang bekerja
pada divisi syari'ah menjadi prioritas utama untuk mengikuti pelatihan
tersebut.
Sedangkan untuk karyawan perusahaan yang sudah lama bekerja,
secara berkala diberikan tranining seperti kursus singkat dan seminar-
seminar. Serta diadakan mutasi keliling (Circular System) yang juga
dilakukan secara berkala. Dalam mengukur tingkat kemampuan pekerja,
penulis menggunakan tolak ukur atas hasil kuisioner pembelajaran dan
pertumbuhan. Berikut ini dapat dilihat hasil dari kuisioner pembelajaran
dan pertumbuhan yang telah dilaukan penulis:
Tabel 5.5 Mengukur Tingkat Kemampuan Pekerja
Variabel Nomor Responden Output
Transformasi (YT)
5. 0.942
6. 0.917
7. 0.942
8. 0.923
9. 0.942
10. 0.893
11. 0.812
12. 0.942
13. 0.959
Tingkat kemampuan pekerja
14. 0.959
Total Output Transformasi 9.231
Sumber: Hasil kuisioner responden
96
Dengan skor 1 = Sangat rendah tingkat kepuasannya, 2 = Rendah tingkat
kepuasannya, 3 = Cukup tinggi tingkat kepuasannya, 4 = Sangat tinggi tingkat
kepuasannya.
Bila ditarik rata-rata secara keseluruhan, dengan jumlah responden
sebanyak 10 karyawan, maka didapatkan hasil kepuasan karyawan secara
keseluruhan sebagai berikut:
X = 9.231 = 0.923
10
Apabila ditarik rentang skala, evaluasi tingkat kemampuan pekerja
Perum Pegadaian Syari'ah Cabang Dewi Sartika terlihat sebagai berikut:
SR R CT ST
0.1 0.551 0.708 0.886 0.923 1.0
Keterangan:
SR: Sangat rendah tingkat kepuasannya, R: Rendah tingkat kepuasannya,
CT: Cukup tinggi tingkat kepuasannya, ST: Sangat tinggi tingkat
kepuasannya.
Dari hasil kuisioner, rata-rata keseluruhan kinerja untuk evaluasi
tingkat kemampuan pekerja menunjukkan skor 0.923 yang berarti
mayoritas karyawan merasakan sangat tinggi tingkat kepuasannya
terhadap kemampuannya dalam melakukan pekerjaan. Karena dalam
rentang skala 0.1 sampai dengan 1.0 didapatkan skor 0.923 yang berarti
sangat tinggi tingkat kepuasan karyawan terhadap kemampuan kerja yang
dilakukannya. Hal ini disebabkan dari kerjasama antar sesama rekan kerja
97
yang baik dan sistem pola kerja yang diterapkan serta pelatihan kerja yang
diberikan oleh Perum Pegadaian Syari'ah.
6. Kemampuan Sistem Informasi (Information System Capabilities)
Bagaimanapun juga, meski motivasi dan keahlian pegawai telah
mendukung pencapaian tujuan perusahaan namun masih juga diperlukan
informasi-informasi yang terbaik. Apalagi di zaman sekarang ini, yang
mensyaratkan adanya kemampuan baru yang harus dimiliki oleh
perusahaan yaitu pengelolaan sistem informasi. Kali ini, dalam mengukur
kemampuan sistem informasi, penulis menggunakan tolak ukur atas hasil
kuisioner pembelajaran dan pertumbuhan. Berikut ini dapat dilihat hasil
kuisioner pembelajaran dan pertumbuhan yang dilakukan oleh penulis:
Tabel 5.6 Mengukur Kemampuan Sistem Informasi
variabel Nomor
Responden
Output Transformasi (YT)
• 0.822
• 0.934
• 0.907
• 0.822
• 0.870
• 0.822
• 0.721
• 0.822
• 0.934
Tingkat kemampuan sistem informasi
• 0.979
Total Output Transformasi 8.633
Sumber: Hasil kuisioner responden
Dengan skor 1 = Sangat rendah tingkat kepuasannya, 2 = Rendah tingkat
kepuasannya, 3 = Cukup tinggi tingkat kepuasannya, 4 = Sangat tinggi tingkat
kepuasannya.
98
Bila ditarik rata-rata secara keseluruhan, dengan jumlah responden
sebanyak 10 karyawan, maka didapatkan hasil kepuasan karyawan secara
keseluruhan sebagai berikut:
X = 8.633 = 0.863
10
Apabila ditarik rentang skala, evaluasi tingkat kemampuan sistem
informasi yang telah dilakukan Perum Pegadaian Syari'ah Cabang Dewi
Sartika terlihat sebagai berikut:
SR R CT ST
0.1 0.551 0.708 0.863 0.886 1.0
Keterangan:
SR: Sangat rendah tingkat kepuasannya, R: Rendah tingkat kepuasannya,
CT: Cukup tinggi tingkat kepuasannya, ST: Sangat tinggi tingkat
kepuasannya.
Dari hasil kuisioner, rata-rata keseluruhan kinerja untuk tingkat
kemampuan sistem informasi menunjukkan skor 0.863 yang berarti
mayoritas karyawan merasakan cukup tinggi tingkat kepuasannya
terhadap peran sistem informasi di dalam mendukung setiap pekerjaan
yang dilakukan. Karena dalam rentang skala 0.1 sampai dengan 1.0
didapatkan skor 0.863 yang berarti Perum Pegadaian Syari'ah sudah cukup
baik dalam manajemen sistem informasinya. Hal itu didapatkan dari
penggunaan berbagai macam perangkat sistem informasi yang ada, seperti
teknologi informasi yang semakin dimaksimalkan penggunaannya demi
terciptanya tujuan perusahaan yang lebih baik.
99
7. Motivasi, Pemberdayaan dan Keselarasan (Motivation, empowerment,
alignment)
Manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang mempunyai
kemampuan untuk belajar dan tumbuh. Manusia juga merupakan satu-
satunya sumber daya yang menjajikan keunggulan bagi perusahaan. Oleh
karena itulah sumber daya manusia harus benar-benar dipelihara dengan
baik dan dikembangkan dengan selaras agar terhindar dari segala macam
penurunan kualitas dalam bekerja. Sudah barang tentu, itu semua
memerlukan dukungan motivasi yang besar dari pihak Perum Pegadaian
Syari'ah tentunya.
Dalam mengukur motivasi, pemberdayaan dan keselarasan, penulis
menggunakan tolak ukur hasil kuisioner pembelajaran dan pertumbuhan.
Berikut merupakah hasil kuisioner tersebut:
Tabel 5.7 Mengukur Motivasi, Pemberdayaan dan Keselarasan
Sumber: Hasil kuisioner responden
Dengan skor 1 = Sangat rendah tingkat kepuasannya, 2 = Rendah tingkat
kepuasannya, 3 = Cukup tinggi tingkat kepuasannya, 4 = Sangat tinggi tingkat
kepuasannya.
Keterangan:
SR: Sangat rendah tingkat kepuasannya, R: Rendah tingkat kepuasannya,
CT: Cukup tinggi tingkat kepuasannya, ST: Sangat tinggi tingkat
kepuasannya.
100
Dari hasil kuisioner, rata-rata keseluruhan kinerja untuk tingkat
motivasi kerja menunjukkan skor 0.87 yang berarti mayoritas karyawan
merasakan cukup tinggi tingkat kepuasannya terhadap motivasi kerja yang
telah diberikan oleh Perum Pegadaian Syari'ah. Karena dalam rentang
skala 0.1 sampai dengan 1.0 didapatkan skor 0.87 yang berarti cukup
tinggi tingkat kepuasan karyawan terhadap motivasi yang telah diberikan
kepada mereka. Berarti hampir semua karyawan mengakui bahwa
motivasi dan hubungan karyawan dengan perusahaan terjalin dengan
cukup baik.
V. Analisis Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.8 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi
Laki-laki 2
Perempuan 8
Jumlah 10
Sumber: Hasil kuisioner responden
VI. Analisis Responden Berdasarkan Unit Kerja
Tabel 5.9 Profil Responden Berdasarkan Unit Kerja
Unit Kerja Frekuensi
Divisi usaha syari'ah 4
Kantor CPS Dewi Sartika 3
Kantor CPS Margonda 3
Jumlah 10
Sumber: Hasil kuisioner responden
VII. Analisis Responden Berdasarkan Usia
Tabel 6.0 Profil Responden Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi
< 25 th 0
25-35 th 6
36-40 th 4
101
> 40 th 0
Jumlah 10
Sumber: Hasil kuisioner responden
VIII. Analisis Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tabel 6.1 Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir Frekuensi
SMU atau sederajat 0
Akademi atau D3 0
Sarjana atau S1 10
> sarjana atau S1 0
Jumlah 10
Sumber: Hasil kuisioner responden
IX. Analisis Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Tabel 6.2 Profil Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Lama Bekerja Frekuensi
< 1 th 0
1-3 th 1
4-6 th 3
> 6 th 6
Jumlah 10
Sumber: Hasil kuisioner responden
102
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.Analisis SWOT
Analisis SWOT mengarahkan analisis strategi dengan cara
memfokuskan perhatian pada kekuatan (strength), kelemahan (weakness),
peluang (opportunity), dan ancaman (threath) yang merupakan hal yang kritis
bagi keberhasilan perusahaan dengan melakukan identifikasi secara hati-hati
pada factor keberhasilan kritik (critical success factors), sedangkan Analisis
SWOT BPRS Al Salaam membandingkan antara faktor eksternal Peluang
(Opportunities) yaitu mayoritas penduduk beragama Islam.
Membaiknya image masyarakat terhadap bank syariah, Fatwa MUI
Tentang pengharaman Riba, (Threats) seperti kurangnya antusias masyarakat,
banyaknya pesaing, kedaan ekonomi yang buruk dengan Faktor Internal
Kekuatan (Strenghts) seperti Lembaga Keuangan Syariah Mempunyai Pangsa
Pasar yang terarah, Memiliki SDM yang Profesional, Pelayanan yang
maksimal dan tepat waktu, Jaringan Outlet yang banyak tersebar di penjuru
Jabodetabek, memiliki system Administrasi yang teratur. dan Kelemahan
(Weaknesses) seperti Persyaratan pembiayaan yang rumit, Persentase margin
pembiayaan yang tinggi, kurangnya promosi,
Ancangan SWOT BPRS Al Salaam menghasilkan strategi S – O
(agresif) yakni meningkatkan pengembangan produk, meningkatkan
103
pelayanan terhadap nasabah, Meningkatkan pelatihan-pelatihan karyawan
agar lebih professional, membuat kiat-kiat pemasaran produk, promosi yang
lebih gencar. Strategi W – O (turn-around) yakni menjaga citra bank dengan
menjaga kepercayaan nasabah, Memudahkan Persyaratan pembiayaan untuk
berbagai golongan masyarakat, menambah jaringan pemasaran, Membuat
produk pembiayaan yang efisien bagi masyarakat. Strategi S – T
(diversifikasi) yakni melakukan kegiatan sosial dimasyarakat Modifikasi
produk yang dibutuhkan nasabah terutama UKM dan pengusaha-pengusaha
kecil. Strategi W – T (defensif) seperti mencari kiat-kiat baru dalam
mensosialisasikan produk, mengoptimalkan SDM pemasaran.
Dari hasil analisis Balanced Scorecard, maka didapatkan hasil :
a. Perspektif keuangan
Pertumbuhan Pendapatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
Pendapatan
Operasional
Rp 16.224.743 Rp 22.906.097
Pendapatan Lain-lain Rp 1.835.580 Rp 2.686.223
Beban Operasional Rp 6.140.712 Rp 9.195484
Laba Bersih Rp 1.564.409 Rp 1.930.946
Untuk kenaikan pendapatan operasionalnya pun, BPRS Al Salaam
selalu mengalami kenaikan. Begitupun pada pendapatan lain-lain dan tingkat
laba yang juga mengalami kenaikan. Walaupun pada sisi beban dari tahun ke
104
tahunnya juga mengalami kenaikan, namun tidak mempengaruhi BPRS Al
Salaam dalam meraih pendapatan.
ANALISIS RASIO KEUANGAN
Rasio Tahun 2007 Tahun 2008
1. Rasio Likuiditas Current Ratio
6.1% 25.4%
2. Ratio Solvabilitas Debt Ratio
4.4% 10.6%
3. Ratio Rentabilitas ROE
3.7% 4.6%
Dari hasil analisis ratio diatas yang terdiri dari :Rasio likuiditas, Rasio
solvablitas dan Rasio rentabilitas dari tahun 2007 sampai tahun 2008 terlihat
perkembangan yang signifikan.
b. Perspektif Pelanggan
Variabel Hasil Keterangan
Atribut jasa
perusahaan 53,4% Responden merasa cukup puas dengan atribut jasa
yang ada pada BPRS Al Salaam
Hubungan
nasabah dengan
perusahaan
50% Responden mengakui Sangat puas dengan jalinan
hubungan yang diberikan senyaman mungkin oleh
BPRS Al Salaam
Citra perusahaan 50% Responden mengaku Sangat puas dengan BPRS Al
Salaam yang berusaha memberikan citra yang baik
kepada pelanggannya
Pengetahuan nasabah
60,5% Responden memiliki tingkat pengetahuan yang Baik tentang perbankan syari’ah
Dilihat dari perspektif pelanggan, maka kinerja BPRS Al Salaam dalam
menarik pelanggan baru dan mempertahankan pelanggan yang sudah ada,
secara umum tergolong baik. Karena jika dilihat dari hasil kuisioner, maka
rata-rata kinerja proses pelanggan berada pada skor diatas 50% yang berarti
cukup tinggi tingkat kepuasan para pelanggan. Hal ini berarti, para pelanggan
sudah cukup puas dengan pelayanan yang diberikan oleh BPRS Al Salaam.
105
c. Perspektif Proses Bisnis Internal
Variabel Hasil Keterangan
Proses inovasi 63,2% Responden mendukung sekali segala macam
proses inovasi yang dilakukan demi kemajuan perusahaan
Proses Operasi 58,2% Responden mengakui bahwa proses operasi
BPRS Al Salaam sangat baik
Proses layanan purna jual
37% Responden mengakui bahwa proses layanan purna jual BPRS Al Salaam kurang baik
Dilihat dari perspektif ini, kinerja proses bisnis internal BPRS Al
Salaam secara umum dapat dikatakan baik. Karena berdasarkan kuisioner,
rata-rata keseluruhan kinerja proses bisnis internal BPRS Al Salaam berada
34% keatas. Namun pada Proses layanan Purna Jual Sebanyak 37%
Responden menyatakan kurang baik. Jadi ini menunjukkan karyawan cukup
setuju jika BPRS Al Salaam terus melakukan proses inovasi terhadap
produknya. Selain itu BPRS Al Salaam juga sudah sangat memaksimalkan
proses operasinya serta mempunyai proses layanan purna jual yang kurang
baik kepada pelanggannya.
d. Proses Pembelajaran dan Pertumbuhan
Variabel Hasil Keterangan
Tingkat kemampuan
kerja 52,5% Responden merasa cukupt puas dengan
kemampuan kerja mereka
Tingkat kemampuan
system informasi 43,5% Responden mengakui manajemen system
informasi BPRS Al Salaam sudah cukup baik
Tingkat motivasi kerja 48,5% Responden mengakui cukup puas dengan
motivasi yang diberikan oleh BPRS Al Salaam
Secara umum, proses pembelajaran dan pertumbuhan sudah cukup
baik, karena berdasarkan hasil kuisioner, rata-rata keseluruhan kinerja proses
106
pembelajaran dan pertumbuhan berada pada skor di atas 43% Skor ini berarti
para karyawan merasakan cukup puas akan kemampuan kerja mereka, karena
perusahaan selalu memberikan DIKLAT secara berkala. Di samping itu,
perusahaan juga sudah cukup baik manajemen sistem informasinya. Selain
itu, para karyawan cukup puas dengan motivasi yang diberikan oleh BPRS Al
Salaam.
B. Saran
Dengan adanya identifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan
tantangan maka terdapat ide atau langkah-langkah strategis bagi BPRS Al
Salaam untuk pengembangan kinerja yang lebih baik ke depan, yaitu sebagai
berikut:
a. BPRS Al Salaam harus terus meningkatkan baik kualitas produk dan
pelayanan dengan memunculkan inovasi-inovasi baru agar tetap eksis
dengan tetap berprinsip kepada syariat islam.
b. Mensosialisasikan dan mempromosikan produk tersebut lebih gencar
karena potensi masyarakat untuk berinvestasi ke bank syari’ah sangat
besar.
c. Meningkatkan kualitas SDM pemasaran agar mempunyai semangat
dan sikap yang mencerminkan umat Islam.