analisis argumentasi pada kolom opini di surat kabar …
TRANSCRIPT
ANALISIS ARGUMENTASI PADA KOLOM OPINI
DI SURAT KABAR KOMPAS
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh:
Wulan Pusposari
111150130000084
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
i
ABSTRAK
Wulan Pusposari (11150130000084). Analisis Argumentasi pada Kolom
Opini di Surat Kabar Kompas. Skripsi, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Di bawah bimbingan: Dr. Makyun Subuki, M.Hum. 2020.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur-unsur argumentasi
pada kumpulan tulisan yang terdapat kata “Covid-19” di setiap judul kolom Opini
di koran Kompas versi daring (13 Juli 2020 – 13 Agustus 2020). Secara garis
besar metode penelitian ini disebut deskriptif kualitatif. Pengumpulan data
bertumpu dengan pengarsipan secara dokumentasi dan penelusuran daring hingga
pengkategorian judul artikel. Teknik analisis data menggunakan teknik analysis
content.
Hasil penelitian yaitu dari 85 artikel yang terkumpul dan terkategorikan
berdasarkan judul artikel, terpilih 10 artikel yang terdapat kata “Covid-19”
disetiap judul kolom Opini di koran Kompas versi daring. Adapun kelengkapan
unsur-unsur argumentasi kesepuluh tulisan tersebut yaitu kesepuluh artikel telah
memenuhi elemen utama unsur-unsur argumentasi yakni claim, data, dan
warrant. Namun kesepuluh artikel tidak mendekati kesempurnaan unsur dengan
memenuhi elemen pelengkap unsur-unsur argumentasi yaitu backing, qualifer,
dan rebuttal. Bahwa dari kesepuluh artikel, tiga artikel hanya memiliki satu
elemen pendukung dan tujuh artikel hanya memiliki dua elemen pendukung.
Kata kunci : Argumentasi, Covid-19, Surat Kabar, Kolom Opini.
ii
ABSRACT
Wulan Pusposari (11150130000084). Argument Analysis in the Opinion
Column in Kompas Newspaper. Thesis, Indonesian Language and Literature
Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif
Hidayatullah State Islamic University Jakarta. Under the guidance of: Dr.
Makyun Subuki, M.Hum. 2020
This study aims to describe the content of the arguments in a collection of
writings that contain the word “Covid-19” in each Opinion column title in the
online version of the Kompas newspaper (13 July 2020 - 13 August 2020).
Broadly speaking, this research method is called qualitative descriptive. Data
collection relies on documenting and online searches to categorizing article titles.
Data analysis techniques using content analysis techniques.
The results of the study were 85 articles that were collected and
categorized based on article titles, 10 were selected with the word “Covid-19” in
each of the Opinion column titles in the online version of the Kompas newspaper.
As for the completeness of the argumentation elements of the ten articles, namely
the ten articles have fulfilled the main elements of the argumentation elements,
namely claim data and warrant. However, the ten articles do not approach the
perfection of the elements by fulfilling the complementary elements of the
argumentation elements, namely backing, qualifer, and rebuttal. That of the ten
articles, three articles only have one supporting element and seven articles only
have two supporting elements.
Keywords: Argument, Covid-19, Newspaper, Opinion Column.
iii
KATA PENGANTAR
Syukur adalah kata pertama yang diucap saat penulis menyelesaikan skripsi
ini. Beribu puja dan puji di haturkan pada Allah SWT, dan utusannya Nabi
Muhammad Saw. Sebagai pengantar guna memperoleh gelar sarjana, tentu penulis
harus melewati masa ini. Penulis merasakan betapa banyak tangan kasih berbagai
pihak yang membantu dalam penyelarasan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Dr. Sururin, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Makyun Subuki, M.Hum. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia sekaligus dosen pembimbing yang telah membimbing dan
memberikan waktu serta arahannya terhadap penulis dalam penyelesaian
skripsi ini.
3. Novi Diah Haryanti, M.Hum. selaku Sekretaris Jurusan sekaligus Dosen
Penasihat Akademik yang selalu memberikan nasihat-nasihat terbaiknya
kepada penulis.
4. Dua dosen penguji skripsi, Dr. Nuryani, M.A. dan Dona Aji Karunia Putra,
M.A. yang telah memberikan banyak saran guna perbaikan skripsi penulis.
5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang telah memberikan ilmu, kisah, dan kasihnya kepada penulis selama
berkuliah.
6. Keluarga tercinta: Ibu Puji Sriningsih, Bapak Suharno, Mas Bagus, Mas
Didik, yang selalu mengingatkan dan memberikan dukungan bagi penulis
dalam menyelesaikan studi ini.
7. Rosida Erowati, M.Hum., Dra. Mayzar Ekaningtyas, dan Bambang Prihadi,
S.Hum, yang telah memberikan banyak arahan dan bimbingan kehidupan
bagi penulis.
iv
8. Keluarga terkasih bagi penulis: Tante Qorry, Ka Syifa, Hanna (Almh.), Aras,
Ninda, Mimi, Bebeng, yang selalu memberi nasihat dan tempat berbagi cerita
bagi penulis.
9. Sahabat-sahabat di kampus: Abi, Fadil, Azmah, Tami, Ara, Risma, Leni
(Uway), kelas B, angkatan 2015, yang selalu menemani dan mengiringi
penulis dalam menyelesaikan studinya.
10. Keluarga besar: Panitia Pestarama 3, PMII Rayon PBSI, PMII Cabang
Ciputat, HMJ PBSI 2016, HMJ PBSI 2017, HMJ PBSI 2018, UKM Teater
Syahid, UKM Riak, UKM Ranita, yang telah memberikan kesempatan bagi
penulis untuk bekerja sama dalam mengeskplore diri penulis selama
menempuh studi di kampus.
11. Lab Teater Ciputat, PT. Akeed Palbis Teknologi, SMAN 10 Tangerang
Selatan, Mufakat Budaya Indonesia, yang telah memberikan kesempatan
penulis dalam mengembangkan diri dan mencari bekal materi selama
menempuh pendidikan di kampus.
12. Seluruh kawan karib penulis yang turut memberikan dukungan dan berbagi
keluh, kesah, dan semangat, yang penulis tidak dapat menyebutkannya satu
persatu.
Terakhir, dengan segala kerendahan hati penulis memohon maaf atas segala
kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan-
perbaikan di masa depan. Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat
bagi seluruh pihak.
Ciputat, Oktober 2020
Wulan Pusposari
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
BAB I 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah 4
C. Batasan Masalah 5
D. Rumusan Masalah 5
E. Tujuan Penelitian 5
F. Manfaat Penelitan 6
BAB II 7
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Argumentasi 7
B. Batasan-batasan Argumentasi 11
C. Ciri-ciri Argumentasi 13
D. Unsur-unsur dalam Argumentasi 14
E. Skema Argumentasi 21
F. Tujuan dan Penalaran dalam Argumentasi 25
G. Penelitian Relevan 29
BAB III 32
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian 32
vi
B. Subjek Penelitian 33
C. Sumber Data 33
D. Teknik Pengumpulan Data 34
E. Teknik Analisis Data 38
BAB IV 40
PEMBAHASAN
A. Analisis Rubrik Opini di Koran Kompas 40
BAB V 85
PENUTUP
A. Simpulan 93
B. Saran 94
DAFTAR PUSTAKA 95
LAMPIRAN.............................................................................. 103
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi
dengan manusia lainnya. Bahasa sebagai alat komunikasi yang paling ampuh
untuk manusia sebagai makhluk sosial yang dapat berhubungan satu sama
lain secara efektif. Melalui bahasa kita dapat menyatakan perasaan, pendapat,
bahkan dengan bahasa kita bisa berpikir dan bernalar. Bahasa juga sering
disebut sebagai sebuah sistem tanda. Tanda yang dimaksud ialah hal atau
benda yang mewakili sesuatu, atau hal yang menimbulkan reaksi yang sama
bila orang menanggapi (melihat, mendengar, dan sebagainya) apa yang
mewakili itu. Demikian setiap bagian dari bahasa itu pasti mewakili sesuatu.
Bahasa juga dikaji secara ilmiah, dengan sebutan ilmu linguistik.
Linguistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya,
yang mendekati dan memandang bahasa sebagai bahasa. Kemudian setiap
bidang dalam linguistik mempunyai tataran spesifikasi satuan analisisnya,
seperti satuan ananlisis wacana. Wacana adalah satuan bahasa yang
terlengkap di atas kalimat dan satuan gramatikal yang tertinggi dalam hierarki
gramatikal. Wacana memiliki konsep, gagasan, atau ide yang dapat dipahami
oleh pembaca dan pendengarnya. Adapun wacana berdasarkan pemaparannya
ini dikelompokkan atas wacana naratif, wacana deskriptif, wacana
ekspositoris, wacana argumentatif, wacana persuasif, wacana hortatoris, dan
wacana prosedural. Wacana argumentatif adalah fokus kajian penelitian
dalam skripsi ini.
Salah satu kemampuan manusia dalam berbahasa adalah mengkonversi
hasil pikirannya ke dalam bentuk gagasan yang dilisankan maupun dituliskan.
Gagasan sebagai bentuk konsep abstrak dalam pikiran yang kemudian
berusaha untuk dirangkai hingga diterjemahkan dalam bentuk pendapat.
Pendapat atau yang sering disebut opini, gagasan, dan argumentasi ini yang
2
merupakan sebuah pandangan atau buah pikiran seseorang terhadap suatu
isu/topik dan mengandung unsur-unsur argumentasi di dalamnya.
Pada prinsipnya seseorang mengemukakan pendapat atau argumentasinya
adalah untuk menjelaskan pendapat yang dimilikinya agar diyakini pula oleh
pembaca atau pendengarnya. Proses sampai tahap seseorang ikut meyakini
pendapatnya adalah dibutuhkannya fakta-fakta yang akan menguatkan opini
miliknya. Fakta-fakta itu bisa digali melalui pengamatan, pengalaman,
penelitian, dan lain sebagainya. Hal yang tidak boleh lupa bahwa argumen
yang dikemukakan tetap harus logis, menjauhkan emosi atau unsur subjektif,
dan tidak menggunakan bahasa yang multitafsir. Kemudian manusia juga
tanpa disadari, dirinya terkadang sedang mengutarakan argumentasi, karena
dari berbagai jenis komunikasi seperti bercerita, debat, berdiskusi, bahkan
bertengkar, secara alamiah seseorang akan mengungkapkan pendapatnya
kepada mitra tuturnya. Walaupun dalam kondisi ini unsur-unsur argumentasi
tidak menjadi pakem.
Di era digital seperti saat ini, seseorang akan jauh lebih mudah
mengutarakan pendapat atau argumentasinya. Kemajuan peradaban oleh
mesin-mesin pencetak bahkan kekuatan sistem perangkat lainnya seperti
internet yang mulai membangun dunia baru bagi manusia yakni dunia digital.
Memunculkan media baru seseorang untuk bisa saling berkomunikasi dan
beropini, beberapa media tersebut yakni email, facebook, twitter, whatsapp,
website, dan lain sebagainya. Namun demikian, ada satu media cetak yang
tetap eksis keberadaannya hingga saat ini yaitu koran. Walaupun beberapa
tampilan koran yang ada di Indonesia mulai menyesuaikan bentuknya dengan
era digital saat ini. Koran adalah lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan
berita, opini, iklan, dan lain sebagainya yang terbagi dalam beberapa kolom,
dan di produksi secara periodik. Koran merupakan salah satu media untuk
menyalurkan gagasan yang terbendung dalam pikiran manusia melalui karya
tulis. Kolom opini dalam koran Kompas termasuk rubrik yang paling populer,
karena ada banyak penulis profesional yang juga ikut mengajukan tulisannya
agar dapat lolos dan dimuat dalam koran tersebut. Jadi pada prinsipnya peran
3
kolom Opini dalam koran Kompas berfungsi untuk menyebarkan ilmu dan
informasi kepada khalayak umum yang siap dipertanggungjawabkan
nantinya.
Akhir tahun 2019 adalah awal kemunculan virus Covid-19, hingga
menjadi wabah dunia. Hampir seluruh peradaban manusia yang ada di muka
Bumi ini harus turut merasakan kesulitan atau dampak yang ditimbulkan oleh
wabah ini. Berbagai gagasan dan argumen pun bermunculan dalam
menyikapi hal tersebut. Salah satu laman yang menjadi fasilitas dalam hal itu
adalah kolom Opini pada koran Kompas. Kolom Opini merupakan sebuah
kolom yang berisikan artikel opini yang sifatnya subyektif namun bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, dan tetap memperhatikan nilai-nilai
seperti menghargai manusia, nilai-nilai kemanusiaan, menjunjung tinggi
demokrasi, keterbukaan, dan menghargai kemajemukan. Menjadi menarik
untuk mengkaji kolom ini di tengah situasi pandemi Covid-19.
Koran Kompas adalah salah satu koran yang ada di Indonesia dan berhasil
adaptasi dengan perubahan zaman yang masih terus berlangsung. Koran
Kompas tetap tersedia dalam kondisi cetak atau luring, namun saat ini juga
tersedia secara daring dengan format yang sama dengan luring, sehingga tidak
mengurangi sensasi pada pembaca. Terlebih dizaman percepatan ini manusia
seakan ingin melakukan segala halnya hanya dari telepon pintar yang selalu
digenggamnya, termasuk kebutuhan asupan bacaan seperti koran. Koran
Kompas hadir untuk menjawab tantangan tersebut, yang saat ini bisa diakses
dari telepon pintar masing-masing melalui aplikasi yang diterbitkan.
Pilihan yang diambil dalam penilitian ini adalah koran Kompas (daring)
yang berfokus pada kolom Opini. Data diperoleh dengan metode dokumentasi
dan penelusuran daring selama satu bulan (13 Juli - 13 Agustus 2020),
ditemukan 85 kolom Opini. Kemudian difokuskan penelitian pada kolom
dengan judul yang terdapat kata “Covid-19”, ditemukan sebanyak 10 kolom.
Adapun penulis kesepuluh kolom ini yaitu Suharso Monoarfa (Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas), Abdul Malik
Gismar (Senior Advisor Paramadina Public Policy Institute), Erman
4
Aminullah (Profesor Riset, Bidang Kebijakan Iptek, LIPI), Soearsono
(Mantan Penyidik Penyakit Hewan), Dono Widiatmoko (Senior Lecture di
University of Derby, Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat
Indonesia), Emil Salim (Pensiunan Dosen Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia), Djoko Santoso (Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga), FX Wikan Indiarto (Dokter Spesialis Anak di RS Panti Rapih,
Lekor EK UKDW), Fachry Ali (Salah Satu Pendiri Lembaga Studi dan
Pengembangan Etika Usaha (LSPEU)), Hari Kusnanto (Guru Besar
Departemen Kedokteran Keluarga dan Komunitas Fakultas Kedokteran,
UGM).
Penelitian ini dipilih karena diharapkan dapat mengangkat kembali isu-isu
yang menarik di dalam koran, yang mungkin selama ini mulai ditinggalkan.
Bahwa dari sekian banyak informasi yang dihadirkan dalam kolom-kolom
koran, ada hal yang bisa diteliti, yakni terutama kolom opini dalam koran
tersebut. Terlebih di masa wabah Covid-19 ini, sangat penting untuk
membekali diri dengan wawasan yang luas, agar semakin pijak dalam
menyikapi fenomena-fenomena yang terjadi di sekeliling kita. Melalui kolom
Opini koran Kompas yang berisi penulis-penulis profesional menjadi pijakan
untuk melihat gagasan serta argumentasi mengenai Covid-19 yang mereka
lontarkan pada khalayak luas.
B. Identifikasi Masalah
Pada latar belakang yang telah dituliskan terdapat beberapa masalah.
Penulis akan mengidentifikasi masalah tersebut, guna mempermudah
pembahasan masalah yang ada pada latar belakang. Identifikasi masalah pada
penelitian ini yakni:
1. Bahasa dapat dikaji secara ilmiah dan wacana adalah tataran gramatikal
tertinggi.
2. Manusia dapat mengkonversi hasil pikirannya ke dalam bentuk
argumentasi/pendapat.
3. Kekuatan argumentasi dalam meyakini pembacanya.
5
4. Argumentasi biasa digunakan dalam berkomunikasi keseharian.
5. Koran tetap memiliki eksistensinya walaupun sebagian telah
bertransformasi menjadi digital. Sebab kolom opini dalam koran tetap
populer dan digandrungi para penulis profesional.
6. Koran sebagai media massa untuk mengutarakan pendapat atau
argumentasi kepada khalayak umum.
7. Gagasan yang dikemukakan seseorang dapat dianalisis dengan
pendekatan ilmiah.
8. Wabah Covid-19 menjadi tema besar yang selalu diperbincangkan hampir
di seluruh belahan dunia.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis memfokuskan penelitian
ini pada argumentasi yang terdapat kata “Covid-19” disetiap judul kolom
Opini di Koran Kompas dengan rentang waktu 13 Juli 2020 – 13 Agustus
2020. Batasan masalah ini bertujuan untuk mempermudah dan membatasi
masalah dalam meneliti unsur-unsur argumentasi pada data penelitian.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan maka penulis
menentukan rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana unsur-unsur argumentasi pada kumpulan tulisan yang terdapat
kata “Covid-19” disetiap judul kolom Opini di Koran Kompas (13 Juli
2020 – 13 Agustus 2020)?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan unsur-unsur argumentasi pada kumpulan tulisan yang
terdapat kata “Covid-19” disetiap judul kolom Opini di Koran Kompas
(13 Juli 2020 – 13 Agustus 2020).
6
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat secara teoritis maupun praktis:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjabaran secara
teoritis yang berkaitan dengan masalah penelitian. Teori-teori tersebut
diharapkan sebagai landasan untuk penjelasan masalah penelitian. Teori-
teori tersebut sangat diperlukan untuk menambah wawasan pembaca
mengenai unsur-unsur argumentasi.
2. Manfaat Praktis
Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat secara langsung
terhadap pembaca, pemerhati linguistik, guru bahasa, maupun bagi
peneliti sendiri. Diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi dan
wawasan yang lebih terkait teori argumentasi.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Argumentasi
Argumentasi merupakan bagian dari sebuah wacana di samping jenis-jenis
wacana yang ada. Wacana adalah „kesatuan makna (semantis) antarbagian di
dalam suatu bangun bahasa‟. Dengan kesatuan makna, wacana dilihat sebagai
bangun bahasa yang utuh karena setiap bagian di dalam wacana itu
berhubungan secara padu.1 Wacana argumentatif dicirikan oleh kuatnya
argumentasi karena didukung oleh eksplorasi bukti dan prosedur metodologis,
seperti pada tesis dan disertasi.2 Beberapa wacana argumentasi juga dapat
dilihat di kolom-kolom opini surat kabar, televisi, maupun media lainnya.
Adapun sebelum membuat argumentasi penulis harus mengumpulkan
semua bukti (argumen) yang mungkin diperoleh dengan meneliti semua
tempat atau topoi (topoi = tempat; dari kata ini kemudian diturunkan istilah
topik) yang mengandung bukti bagi masalah yang akan dikemukakan.3
Argumen adalah bagian yang selalu menimbulkan kepuasan dan merupakan
bagian yang terpenting dari oratori. Sebab itu, hal-hal yang tidak merupakan
argumen dalam arti yang sesungguhnya harus diabaikan saja.4 Fakta yang
dihadirkan dalam suatu topik argumentasi akan menjadi nilai tambah dalam
pembahasan tersebut.
Kata agon atau argumen yang berarti menyajikan fakta-fakta atau bukti
(Quintilianus menyebutkan: probatio atau apodeixis) untuk membuktikan
masalah atau kasus yang tengah dibicarakan.5 Argumentasi berusaha
mengubah dan mempengaruhi sikap pembaca. Sikap pembaca hanya dapat
diubah kalau penulis mengemukakan fakta dalam suatu rangkaian hubungan
1 Kushartanti, dkk, Pesona Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 92
2 Ibid., h. 95
3 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1984), h. 6
4 Ibid., h. 6
5 Ibid., h. 11
8
yang masuk akal.6 Rasional merupakan bagian yang harus diperhatikan saat
akan berargumentasi.
Berikut beberapa pengertian argumentasi menurut para ahli:
1. Menurut Gorys Keraf, argumentasi adalah bentuk tulisan yang ingin
mempengaruhi pembaca atau pendengar, agar pembaca atau pendengar itu
merubah sikap mereka dan menyesuaikan dengan sikap penulis atau
pengarang. Argumentasi lebih menekankan pembuktian-pembuktian atas
apa yang dikatakan.7 Melalui argumentasi penulis berusaha merangkaikan
fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu menunjukan apakah
suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak. Argumentasi
merupakan dasar yang paling fundamental dalam ilmu pengetahuan.8
2. Menurut Rottenberg, wacana argumentasi merupakan salah satu bentuk
wacana yang berusaha mempengaruhi pembaca atau pendengar agar
menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan pada
pertimbangan logis maupun emosional.9
3. Menurut Salmon yang memberikan definisi argumentasi sebagai
seperangkat kalimat yang disusun sedemikian rupa sehingga beberapa
kalimat berfungsi sebagai bukti-bukti yang mendukung kalimat lain yang
terdapat dalam perangkat itu.10
4. Menurut Chaedar Alwasilah, argumentasi adalah karangan yang
membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran dari sebuah pernyataan
(statement).11
5. Menurut Nursisto, argumentasi (bahasan) adalah karangan yang berusaha
memberikan alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat,
pendirian, atau gagasan. Jadi, argumentasi pasti memuat argumen, yaitu
6 Ibid., h. 20
7 Gorys Keraf, Komposisi, (Jakarta: Nusa Indah, 1978), h. 204
8 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta: PT Gramedia, 1985), h. 3
9 Suparno Martutik, Wacana Bahasa Indonesia, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h. 4.28
10 Ibid., h. 4.28
11 A. Chaedar Alwasilah dan Senny S. Alwasilah, Pokoknya Menulis, (Bandung: PT Kiblat Buku
Utama, 2013), h. 116
9
bukti dan alasan yang dapat meyakinkan orang lain bahwa pendapat kita
memang benar.12
6. Menurut Asul Wiyanto yang mengartikan istilah argumentasi diturunkan
dari verba to argue (Ing), yang artinya membuktikan atau menyampaikan
alasan. Paragraf argumentasi bertujuan menyampaikan suatu pendapat,
konsepsi, atau opini tertulis kepada pembaca. Untuk meyakinkan
pembaca bahwa yang disampaikan itu benar, penulis menyertakan bukti,
contoh, dan berbagai alasan yang sulit dibantah.13
7. Menurut Mudrajat Kuncoro, bahwa argumentasi adalah sebuah karangan
yang membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran sebuah pernyataan.
Tulisan argumen secara tradisional terbagi atas dua kategori, yaitu
induktif dan deduktif. Dalam berargumen, penulis dapat memilih salah
satu atau kedua kategori tersebut secara bergantian.14
8. Menurut Yuanita Fitriany, argumentasi adalah paragraf yang berisi
pendapat yang disertai pembahasan logis dan diperkuat dengan fakta-
fakta sehingga pendapat itu diterima kebenarannya.15
9. Menurut Sri Hapsari, argumentasi adalah paragraf yang berisi pembuktian
atau pembahasan atas pendapat penulis tentang suatu hal. Dalam paragraf
argumentasi, penulis berusaha meyakinkan pembaca dengan menyertakan
bukti, contoh, atau alasan.16
10. Menurut Mulyati, argumentasi adalah bentuk wacana yang berusaha
membuktikan suatu kebenaran. Sebuah argumentasi berusaha
memengaruhi serta mengubah sikap dan pendapat orang lain untuk
menerima suatu kebenaran yang didukung bukti-bukti mengenai objek
yang diargumentasikan.17
12
Nursisto, Penuntun Mengarang, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2016), h. 43 13
Asul Wiyanto, Terampil Menulis Paragraf, (Jakarta: PT Grasindo, 2004), h. 67 14
Mudrajad Kuncoro, Mahir Menulis, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009), h. 78 15
Yuanita Fitriany & Fatya Permata Anbiya, EYD & Kaidah Bahasa Indonesia, (Jakarta: Trans Media Pustaka, 2015), h. 265 16
Sri Hapsari Wijayanti dkk., Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), h. 131 17
Mulyati, Terampil Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 112
10
11. Menurut professor David Zarefsky tentang argumentasi adalah:
“argumentation is both a product and a process. Sometimes our
focus is on messages, the products of argumentation. Messages are
both explicit and implicit. They can be cast into language,
analyzed, and appraised.18
”
Argumentasi adalah produk dan proses. Terkadang fokus kita adalah
pada pesan, produk dari argumentasi. Pesan bersifat eksplisit dan
implisit. Mereka dapat dilemparkan ke dalam bahasa, dianalisis, dan
dinilai.
12. Menurut Trudy Govier tentang argumentasi adalah:
“an actual argument is simply a piece of discourse or writing in
which someone tries to convince others (or himself or herself) of
the truth of a claim by citing reasons on its behalf.19
”
Argumen yang sebenarnya hanyalah sepotong wacana atau tulisan di
mana seseorang mencoba meyakinkan orang lain (atau dirinya sendiri)
tentang kebenaran klaim dengan mengutip alasan atas namanya.
13. Menurut Frans H. Van Eemeren tentang argumentasi adalah:
“Argumentation is an attempt to resolve or prevent a difference of
opinion by critically testing the acceptability of a standpoint that is
in doubt. Although the act of advancing a particular
arguhmentation, just like the act of retracting, doubting, rejecting,
or attacking a particular standpoint, might be initiated by all kinds
of „internal‟ motives, the crucial point is that one can only be held
responsible for what one has put forward, either directly or
indirectly, and for what one, explicitly or implicitly, has committed
oneself to.”20
Argumentasi adalah upaya untuk menyelesaikan atau mencegah
perbedaan pendapat dengan secara kritis menguji penerimaan suatu sudut
pandang yang diragukan. Meskipun tindakan mengajukan argumen
tertentu, seperti tindakan menarik kembali, meragukan, menolak, atau
menyerang sudut pandang tertentu, mungkin diprakarsai oleh semua jenis
18
David Zarefsky, Argumentation: The Study of Effective Reasoning, 2 Edition, (America: United of America, 2005), h. 7 19
Trudy Govier, Problems in Argument Analysis and Evaluation, (Canada: Windsor Ontario Canada, 2012), h. 7 20
Frans H. Van Eemeren, Peter Houtlosser, and A. Francisca Snoeck Henkemans, Eds., Argumentative Indicators A Pragma-Dialectical Study, (Dordrecht: Springer, 2007), h. 2
11
motif 'internal', poin pentingnya adalah bahwa seseorang hanya dapat
dianggap bertanggung jawab atas apa yang telah dikemukakan seseorang,
baik secara langsung maupun tidak langsung, dan untuk apa yang telah
dilakukan seseorang secara eksplisit atau implisit.
14. Menurut James Bee Freeman tentang argumentasi adalah:
“Argument is a natural process of human communication. As
such, it is basically interpersonal and interactional.21”
Argumen adalah proses alami komunikasi manusia. Dengan demikian,
pada dasarnya bersifat interpersonal dan interaksional.
Melalui pengertian dari para ahli di atas sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa argumentasi adalah:
a. Berfungsi untuk mempengaruhi pembaca dan pendengar.
b. Berfungsi untuk membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran.
c. Berfungsi untuk memperkuat atau menolak suatu gagasan.
d. Produk dan proses dari sebuah pesan.
e. Berguna untuk menyelesaikan atau mencegah perbedaan pendapat.
f. Sebagai proses alami cara berkomunikasi manusia.
Adapun skripsi ini akan lebih fokus pada wacana argumentatif dalam
bentuk tulisan. Sebagai representasi gagasan yang dapat dituangkan dalam
bentuk bacaan. Dengan demikian teks argumentasi yang dikaji merupakan
bagian dari seni menulis.
B. Batasan-batasan Argumentasi
Untuk melihat posisi ilmu argumentasi sebagaimana yang ditulis oleh
profesor David Zarefsky tentang kondisi argumentasi yaitu:
“today, argumentation is an exciting and vibrant field of study.
Though solidly grounded in a renewed understanding of rhetoric, it
also has strong interdisciplinary appeal. Breadth and
interdisciplinarity have both positive and negative attributes. The
21
James B. Freeman, Argument Structure: Representation and theory, (New York: Springer, 2011), h. 44
12
subject has both macro- and micro-levels and both product and
process dimensions.22
”
Saat ini, argumentasi adalah bidang studi yang menarik dan bersemangat.
Meskipun didasarkan pada pemahaman retorika yang diperbarui, ia juga
memiliki daya tarik interdisipliner yang kuat. Luas dan interdisipliner
memiliki atribut positif dan negatif. Subjek memiliki level makro dan mikro
serta dimensi produk dan proses.
Melalui itu, teks argumen secara tradisional terbagi menjadi dua kategori,
yaitu induktif dan deduktif. Dalam berargumen penulis dapat memilih salah
satu atau seringkali menggunakan kedua-duanya.23
Karena dalam setiap
argumentasi, penulis selalu berusaha untuk mengubah keyakinan dan
tindakan pembaca sehingga diselaraskan dengan suatu keyakinan atau
tindakan yang lain, maka hal pertama yang harus diperhatikan adalah
membatasi persoalannya, dan menetapkan di mana terletak titik atau sasaran
ketidak-sesuaian pendapat antara pengarang dan pembaca.24
Sebab itu sasaran-sasaran dasar yang harus ditetapkan oleh setiap pengarang
argumentasi adalah:
1. Argumentasi itu harus mengandung kebenaran bagi perubahan sikap atau
keyakinan yang diargumentasikan.
2. Pengarang harus berusaha untuk menghindari setiap istilah yang dapat
menimbulkan prasangka-prasangka.
3. Sering timbul ketidak-sepakatan dalam penggunaan istilah-istilah.
4. Pengarang harus menetapkan secara tepat titik ketidak-sepakatan yang
diargumentasikan.25
Adapun, pandangan lain juga menyebutkan bahwa, sebuah wacana
dikategorikan argumentasi bila bertolak dari adanya isu atau persoalan yang
kontroversial antara penutur dan mitra tutur. Dalam kaitannya dengan isu
22
David Zarefsky, Op.Cit.,h. 20 23
A. Chaedar Alwasilah dan Senny S. Alwasilah, Op.Cit., h. 116 24
Gorys Keraf, Komposisi, Op.Cit., h. 207 25
Ibid., h. 208
13
tersebut, penutur berusaha menjelaskan alasan-alasan yang logis untuk
meyakinkan mitra tuturnya (pembaca atau pendengar).26
Melalui penjelasan di atas bahwa batasan atau dasar yang menjadi pakem
dalam argumentasi adalah harus mengandung kebenaran dengan tidak
mengangkat isu yang kontroversial atau sukar kebenarannya, termasuk
menghindari istilah yang banyak menimbulkan prasangka, serta harus sepakat
dan konsisten dalam menggunakan istilah, serta pengarang harus menentukan
sikap dengan konsisten atas apa yang menjadi argumentasinya.
C. Ciri-ciri Argumentasi
Adapun hal penting lainnya dalam argumentasi adalah ciri-ciri agumentasi.
Hal ini guna memudahkan pembaca dalam mengenali setiap wacana yang
dibaca maupun pesan yang disimaknya. Tulisan argumentasi tidak berdiri
sendiri, tetapi biasanya digabung dengan eksposisi dan ditunjang oleh
deskripsi.27
Yang sangat dibutuhkan dalam tulisan argumentatif adalah data
penunjang yang cukup, logika yang baik dalam penulisan dan uraian yang
runtut.28
Ciri-ciri argumentasi yang baik yaitu sebagai berikut:
1. Mengandung bukti dan kebenaran.
2. Alasan kuat.
3. Menggunakan bahasa denotatif.
4. Analisis rasional (berdasarkan fakta).
5. Unsur subjektif dan emosional sangat dibatasi (sedapat mungkin tidak
ada).29
Hal yang perlu digarisbawahi adalah poin kelima, bagaimana sebuah
argumentasi yang dibangun harus diperhatikan kadar subjetifitasnya atau
emosionalnya, karena hal ini akan mempengaruhi kualitas produk
argumentasi yang dihasilkan. Penggiringan opini yang tidak bertanggung
26
Suparno Martutik, Op.Cit., h. 4.28 27
Nurudin, Dasar-dasar Penulisan, (Malang: UMM Press, 2010), h. 79 28
Ibid., h.79 29
Nursisto, Op.Cit., h. 43
14
jawab dapat terjadi dalam hal ini. Tidak bertanggung jawab karena hanya
mengedepankan nilai rasa dari sang penulis.
D. Unsur-unsur dalam Argumentasi
Unsur-unsur dalam argumentasi adalah sebagai kerangka sebelum
seseorang mengemukakan argumentasinya. Menurut Etty Indriati bahwa
argumentasi yang kuat harus mengandung:
1. Klaim (claim)
2. Bukti afirmatif (setuju; affirmative evidence) dan bukti kontradiktif
(bantahan; rebuttal evidence)
3. Garansi/justifikasi (warrant)
4. Kompromi (concessions)
5. Dan sumber aset (reservations).30
Adapun menurut Chaedar Alwasilah bahwa ada beberapa komponen sebuah
argumen, yakni sebagai berikut:31
1. Introduction atau lazim disebut exordium (exhortation) to the audience
Pendahuluan untuk menarik minat atau perhatian pembaca, dan
memperkenalkan subjek pembahasan.
2. Thesis
Tesis adalah pernyataan ihwal posisi (sikap) terhadap sebuah isu. Pembaca
digiring oleh penulis untuk menyetujui tesis atau proposisi (pro-posisi,
yakni memihak sebuah posisi).
3. Evidence atau proofs
Bukti-bukti yang disajikan untuk mendukung sebuah tesis.
4. Opposing arguments
Terkadang argumen tandingan perlu disajikan sebelum penulis
meyampaikan argumennya sendiri.
5. Conclusion
30
Etty Indriati, Menulis Karya Ilmiah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), h.79-80 31
A. Chaedar Alwasilah dan Senny S. Alwasilah, Op.Cit., h. 117
15
Kesimpulan maksudnya tiada lain kecuali mengukuhkan tesis yang disebut
sebelumnya.
Lalu pandangan lain oleh Suparno Martutik bahwa, elemen pokok wacana
argumentasi ada 3, yaitu (1) pernyataan (claim), (2) alasan (ground), dan (3)
pembenaran (warrant). Elemen pelengkapnya adalah (1) pendukung
(backing), (2) modal (modal qualifiers), dan (3) sanggahan (rebuttal).
Adapun penjelasan lebih lanjut yakni:32
1. Pernyataan adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh penutur dan
dikemukakan kepada mitra tutur agar dapat diterima dengan alasan-alasan
mendasar yang dapat ditunjukkan. Pernyataan merupakan tujuan yang
ingin dicapai oleh penutur. Ada 3 macam pernyataan, yaitu (a) pernyataan
tentang fakta (claim of fact), (b) pernyataan tentang nilai (claim of value),
(c) pernyataan tentang kebijakan (claim of policy).
2. Alasan adalah bukti-bukti yang bersifat khusus yang diperlukan untuk
mendukung pernyataan. Alasan atau bukti pendukung dapat berupa data
statistik, contoh, ilustrasi, penalaran, observasi eksperimental, materi ilmu
pengetahuan umum maupun pengujian. Semua alasan itu digunakan untuk
mendukung pernyataan.
3. Pembenaran adalah pernyataan yang menunjukan kaidah-kaidah umum
untuk mempertahankan pernyataan. Pembenaran sebagai jembatan
penghubung antara pernyataan dan alasan. Pembenaran berfungsi sebagai
penjelas keadaan tahapan dari alasan ke pernyataan. Apakah langkah dari
alasan ke pernyataan dapat dipertahankan dan diterima secara rasional.
4. Dukungan adalah kriteria yang digunakan untuk membenarkan
pernyataan yang dikemukakan dalam pembenaran. Dalam hal ini,
dukungan dapat berupa pengalaman yang diyakini, pernyataan para pakar,
hasil penelitian atau hasil wawancara.
5. Modal adalah kata atau frasa yang menunjukkan derajat kepastian atau
kualitas suatu pernyataan. Setiap argumen selalu memiliki modal yang
menunjukkan kualitas suatu pernyataan. Kualitas sebuah pernyataan dapat
32
Suparno Martutik, Op.Cit., h. 4.29 – 4.30
16
diketahui dari penanda linguistik yang mengikutinya. Penanda linguistik
itu disebut juga modal.
6. Modal dibedakan menjadi 2, yaitu modal sebagai (1) penanda kepastian
dan (2) penanda kemungkinan. Adapun kata, frasa atau keterangan yang
digunakan sebagai penanda kepastian antara lain perlu, pasti, dan tentu
saja. Sedangkan penanda kemungkinan, antara lain agaknya, kiranya,
rupanya, kemungkinannya, sejauh bukti yang ada, sangat mungkin,
mungkin sekali, dan masuk akal.
7. Sanggahan/penolakan adalah lingkungan atau situasi di luar kebiasaan
yang dapat mengurangi atau menguatkan pernyataan. Jika suatu kondisi
yang dapat melemahkan suatu pernyataan dapat dikontrol dengan
menghadirkan elemen sanggahan/penolakan maka kedudukan argumen
akan semakin kuat. Tentunya, sanggahan tersebut harus benar-benar kuat
pula. Penggunaan elemen sanggahan juga berarti membuat pernyataan
menjadi lebih spesifik. Piranti kohesi yang dapat digunakan untuk
menandai elemen sanggahan, antara lain kecuali, jika, maka, dan jika.33
Menurut Gorys Keraf, metode mengungkapkan yang logis menurut cara-
cara konvensionil, terdiri dari tiga bagian, yaitu: pendahuluan, pembuktian,
dan konklusi atau ringkasan. Adapun pemaparan jelasnya yakni:34
1. Pendahuluan
Penulis harus yakin bahwa maksud dari pada bagian pendahuluan
argumentasi adalah tidak lain dari pada menarik perhatian pembaca,
memusatkan perhatian pembaca kepada argumen, serta menunjukkan dasar
yang sesungguhnya dari argumen itu. Pendahuluan tidak boleh
mengandung hal-hal yang kontroversil atau yang bersifat argumentatif.
Untuk menetapkan apa dan berapa banyak bahan yang diperlukan dalam
bagian pendahuluan, maka penulis hendaknya mempertimbangkan
beberapa segi berikut:
33
Ibid., h. 4.31 34
Gorys Keraf, Komposisi, Op.Cit., h. 217-219
17
Pertama: penulis harus menegaskan mengapa persoalan itu dibicarakan
pada saat ini. Bila dianggap waktunya tepat untuk mengemukakan
persoalan itu, serta dapat dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa lainnya
yang mendapat perhatian saat itu, maka fakta-faktanya merupakan suatu
titik tolak yang amat baik.
Kedua: penulis harus menjelaskan juga latar-belakang historis yang
mempunyai hubungan langsung dengan persoalan yang akan
diargumentasikan, sehingga dengan demikian pembaca dapat memperoleh
pengertian dasar mengenai hal tersebut. Namun demikian, apa yang
diuraikan dalam pendahuluan tidak boleh terlalu banyak, karna fungsi
pendahuluan sekedar menimbulkan keinginan-tahu, bukan menguraikan
persoalannya.
Ketiga: dalam bagian pendahuluan penulis argumentasi kadang-kadang
mengakui adanya persoalan-persoalan yang tidak dimaksudkan dalam
argumentasi.
2. Tubuh argumen
Seluruh proses penyusunan argumen terletak pada kemahiran dan keahlian
penulisnya, apakah ia sanggup meyakinkan pembaca bahwa hal yang
dikemukakannya itu benar, sehingga dengan demikian konklusi yang
disimpulkannya juga benar.
Kebenaran dalam jalan pikiran dan konklusi itu mencakup beberapa
kemahiran tertentu: kekritisan dalam proses berpikir, seleksi fakta yang
benar, penyusunan bahan secara baik dan teratur, penyuguhan fakta, -
evidensi, - kesaksian, - premise dan sebagainya dengan benar.
Selama menggarap argumentasinya, penulis harus secara terus-menerus
menempatkan dirinya di pihak pembaca, misalnya dengan menanyakan:
apakah evidensi itu dapat diterima bila ia berada di tempat pembaca;
apakah evidensi itu sungguh-sungguh mempunyai pertalian dengan pokok
persoalan; apakah cara mengemukakan evidensi itu sudah cukup efektif;
apakah tidak ada cara lain yang lebih baik, dan sebagainya.
18
Akhirnya perlu ditegaskan lagi bahwa pengungkapan evidensi itu harus
merupakan suatu proses yang selektif, dengan menyuguhkan bahan-bahan
yang terbaik saja serta menolak evidensi-evidensi yang kurang baik.
3. Kesimpulan atau ringkasan
Dengan tidak mempersoalkan topik apa yang dikemukakan dalam
argumentasi, pengarang harus menjaga agar konklusi yang disimpulkan
tetap memelihara tujuan dan menyegerakan kembali ingatan pembaca
tentang apa yang telah dicapai, dan mengapa konklusi-konklusi itu diterima
sebagai sesuatu yang logis.
Menurut seorang filsuf Inggris bernama Stephen Toulmin, ia menawarkan
sistem logika baru. Unsur-unsur argumentasi menurutnya yaitu terbagi
menjadi enam, yakni:
1. Data, yaitu dorongan untuk membuat klaim, atau fakta-fakta yang
membuat anda percaya bahwa klaim anda adalah benar.
2. Klaim, yaitu kepercayaan bahwa seluruh argumen anda membuktikan
kebenaran.
3. Qualifier, yaitu bagian dari argumen yang mengukur kekuatan atau
paksaan dari klaim.
4. Warrant, yaitu asumsi yang anda harapkan, audiens anda akan berbagi.
Sebuah warrant tersebut mendukung klaim dengan menghubungkannya ke
data.
5. Dukungan, yaitu fakta-fakta yang memperkukuh bukti. Tidak semua
argumen memanfaatkan dukungan secara eksplisit.
6. Pengecualian, yaitu bagian dari argumen yang memungkinkan untuk
mengeculikan tanpa harus menganggap klaim sebagai sesuatu yang benar
secara umum. Pengecualian tidak begitu banyak menyangkal pendapat,
tetapi sebagai antisipasi dan menjawab upaya orang lain untuk
membantahnya.35
35
William Vesterman, Reading and Writing Short Arguments, (New York: McGraw-Hill, 2006), Fifth Edition, h. 7
19
Adapun contoh yang menerangkan unsur-unsur argumentasi ini yaitu:
“Instagram merupakan salah satu media sosial untuk berbagi foto maupun
video. Masuk dalam dunia penjualan, akan ada banyak online shop yang
memanfaatkan peluang pemasaran dari Instagram, walaupun masih terdapat
pula oknum yang melakukan kejahatan lewat Instagram. Artis maupun
selebgram menjadi fokus online shop dalam mempromosikan produknya.
Followers yang banyak, foto yang menarik menjadi syarat agar akun
Instagram online shop-nya dilihat dan dicari banyak orang. Tak hanya
online shop, beberapa orang memanfaatkan peluang Instagram sebagai
ladang penghasilan endorsement. Endorsement sendiri memiliki tujuan dan
maksud tertentu, yang sifatnya saling menguntungkan satu sama lain.”
Claim dalam teks di atas adalah “Banyak online shop yang memanfaatkan
peluang pemasaran dari Instagram, walaupun masih terdapat pula oknum yang
melakukan kejahatan lewat Instagram.”. Claim tersebut yang mendasari pada
pembicaraan dalam artikel ini Maraknya dunia digital menjadikan revolusi
baru dalam dunia pemasaran produk. Claim tersebut tidak berdiri sendiri.
Claim akan kuat kedudukannya apabila data-data yang berkaitan dengan
claim. Data dapat juga diartikan sebagai bukti-bukti yang bersifat khusus yang
diperlukan untuk mendukung claim. Adapun data yang mendukung claim
yakni: “Artis maupun selebgram menjadi fokus online shop dalam
mempromosikan produknya. Followers yang banyak, foto yang menarik
menjadi syarat agar akun Instagram online shop-nya dilihat dan dicari banyak
orang.”. Pernyataan ini merupakan data, sebab para produsen mau tidak mau
harus melirik dunia media sosial yang sedang digandrungi hampir setangah
penduduk dunia, di mana di dalamnya terdapat target konsumen produk
tersebut. Setelah ditemukan data dan claim maka unsur selanjutnya adalah
warrant. Warrant merupakan hubungan antara claim dan data. Warrant
bersifat Implisit. Warrant dalam teks ini adalah “Karena para pemilik online
shop mengamati orang-orang tertarik melihat produk yang di-share oleh para
artis dan selebgram terkait dengan online shop itu sendiri.”. Pernyataan
tersebut menghubungkan claim dengan data yang ada pada teks tersebut.
Unsur selanjutnya yaitu backing. Backing merupakan bukti-bukti yang
memperkukuh fakta. Sehingga adanya backing untuk memperkukuh warrant.
20
Backing dalam teks di atas yaitu “Tak hanya online shop, beberapa orang
memanfaatkan peluang Instagram sebagai ladang penghasilan endorsement.
Endorsement sendiri memiliki tujuan dan maksud tertentu, yang sifatnya
saling menguntungkan satu sama lain.”. Unsur selanjutnya yaitu qualifier.
Qualifier adalah bagian dari argumen yang mengukur kekuatan atau paksaan
dari claim. Qualifier dalam teks ini terdapat kata penanda “akan” pada
pernyataan di claim. Unsur argumentasi yang terakhir yaitu rebuttal. Rebuttal
dalam teks ini terdapat kata penanda “walaupun” pada pernyataan di claim.
Dengan demikian pada prinsip unsur-unsur dalam argumentasi poin
pertama adalah pendahuluan yang merupakan sikap awal penulis untuk
memperkenalkan subjek pembahasan, menarik perhatian, bahkan menggiring
pembaca untuk menyetujui/memihak posisi yang diutarakan penulis.
Poin kedua yakni tubuh argumen, berisi sebuah penyusunan argumen
dengan pernyataan/ claim yang dibangun oleh penulis. Pernyataan ini bisa
berisi pernyataan fakta, nilai, dan kebijakan. Selanjutnya diperlukannya bukti-
bukti (evidence) untuk alasan (ground) penulis dalam memperkuat
argumennya. Bukti dapat bersifat afirmatif dan kontradiktif, atau alasan yang
berbentuk data statistik, contoh, ilustrasi, penalaran, observasi eksperimental,
materi ilmu pengetahuan umum maupun pengujian. Selanjutnya adalah
pembenaran (warrant) yakni hal-hal umum yang dapat ditunjukkan oleh
penulis untuk menghubungkan antara pernyataan dan alasan yang telah
dibangun. Untuk memberikan garansi/jaminan bahwa apa yang dikemukakan
oleh penulis adalah hal yang rasional (masuk akal). Adapun elemen lain yang
mungkin bisa masuk dalam tahap ini adalah dukungan (backing) yakni
testimoni dan sebagainya yang dapat memberikan nilai pembenaran atas
argumen yang sedang dibangun penulis. Elemen berikutnya adalah modal
yakni kata atau frasa yang menunjukkan nilai lebih untuk dapat lebih
meyakinkan, memberi kepastian/kualitas dari tiap-tiap pernyataan yang
dibangun. Elemen lainnya yaitu sanggahan (rebuttal) juga dapat memperkuat
argumen, dengan menghadirkan elemen sanggahan berarti membuat
21
pernyataan menjadi lebih spesifik. Atau hal ini juga bisa disebut opposing
argument yakni argumen tandingan sebelum penulis mempertajam
argumennya sendiri.
Poin ketiga yaitu kesimpulan, yakni berisikan tentang pengarang yang
harus menjaga pendapatnya agar dapat diterima sebagai konklusi yang logis
dan diyakini.
Namun poin-poin di atas tidaklah harus berurut seperti demikian, karena
teks-teks yang mungkin ditemukan akan kembali ke selera penulis dalam
proses penyajian wacana argumentasinya. Sedangkan skripsi ini akan fokus
pada pembahasan unsur-unsur argumentasi menurut Stephen Toulmin.
E. Skema Argumentasi
Skema argumentasi dirumuskan untuk memudahkan penulis dalam
membangun kerangka berpikir untuk penulisannya, dan untuk pembaca
berfungsi untuk mengetahui arah pola argumentasi yang sedang dibangun
oleh penulis. Sebagaimana Frans menyatakan bahwa:
“Argumentation theorists are also interested in the “internal
organization” of each individual single argumentation. To analyze
the defense mechanism employed in single argumentation, they
refer to justificatory principles that are covered by the concept of
an argument scheme. Argument schemes pertain to the kind of
relationship between the explicit premise and the standpoint that is
established in the argumentation in order to promote a transfer of
acceptability from the explicit premise to the standpoint. Argument
schemes are more or less conventionalized ways of achieving this
transfer.”36
Menurut Frans bahwa para ahli teori argumentasi juga tertarik pada
"organisasi internal" dari masing-masing argumentasi tunggal. Untuk
menganalisis mekanisme pertahanan yang digunakan dalam argumentasi
tunggal, mereka merujuk prinsip justifikasi yang dicakup oleh konsep
argumen skema. Skema argumen berkaitan dengan jenis hubungan antara
premis eksplisit dan sudut pandang yang ditetapkan dalam argumentasi untuk
36
Frans H. Van Emeran dan Rob Grootendorst, A Systemic Theory of Argumentation, (America: Cambrige University Press, 2004), h. 4
22
mempromosikan transfer penerimaan dari premis eksplisit ke sudut pandang.
Skema argumen adalah lebih atau kurang cara konvensional untuk mencapai
transfer ini.
Dalam mencapai transfer itu Gorys menyatakan bahwa proses jalan pikiran
manusia dalam garis besarnya dapat dibedakan atas: meneliti fenomena-
fenomena secara individuil untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan
yang umum, atau mempergunakan kesimpulan-kesimpulan yang umum untuk
meramalkan fenomena-fenomena yang sejenis. Cara-cara itu masing-masing
disebut: induksi dan deduksi.37
Hal ini juga sejalan dengan pernyataan yang
dibangun oleh Frans yakni:
“In his logic, Aristotle distinguishes between two kinds of
arguments: deductive syllogisms and inductive syllogisms. Both
kinds of syllogismsare also used in dialectical arguments, but the
premises of the argument are in dialectic always statements that
are not evidently true but are generally accepted – as Aristotle
says, statements that are acceptable to “the wise or at least the
majority of them.” In rhetorical arguments, the premises need only
be plausible for the audience that is to be convinced. Deductive
and inductive syllogisms are among the means one can use to
confer the plausibility of the premises on the conclusion that is to
be drawn.38
”
Bahwa dalam logikanya, Aristoteles membedakan antara dua jenis
argumen: silogisme deduktif dan silogisme induktif. Kedua jenis silogisme ini
juga digunakan dalam argumen dialektik, tetapi premis argumen tersebut
selalu berupa pernyataan dialektik yang tidak terbukti benar tetapi secara
umum diterima - seperti kata Aristoteles, pernyataan yang dapat diterima oleh
“orang bijak atau setidaknya mayoritas dari mereka.” Dalam argumen
retorika, tempat hanya perlu masuk akal untuk audiens yang harus
diyakinkan. Silogisme deduktif dan induktif adalah salah satu cara yang dapat
digunakan seseorang untuk memberikan kemungkinan masuk akal premis-
premis pada kesimpulan yang harus ditarik.
Melalui hal itu James memaparkan bahwa:
37
Gorys Keraf, Komposisi, Op.Cit., h. 226 38
Frans H. Van Emeran dan Rob Grootendorst, A Systemic Theory of Argumentation, Op.Cit, h. 43
23
“By the microstructure of an argument, we mean its logical form as
studied in deductive or inductive logic. Specifically in formal
deductive logic, microstructural analysis reveals how the
constituent statements of an argument are built up from simple or
atomic components by means of truth functional connectives,
quantifiers, and in some cases other operators such as adverbial
modifiers and modal or propositional attitude connectives. In
inductive logic, microstructural analysis may classify an argument
as instancing inductive enumeration, argument by analogy, or one
of Mill‟s methods. Microstructural analysis thus concerns the
internal structure of the constituent statements of an argument.39
”
Dengan struktur mikro dari suatu argumen, maksud kami adalah bentuk
logisnya sebagaimana dipelajari dalam logika deduktif atau induktif.
Khususnya dalam logika deduktif formal, analisis mikro struktur
mengungkapkan bagaimana pernyataan konstituen dari argumen dibangun
dari komponen atom atau sederhana melalui penghubung fungsional
kebenaran, pembilang, dan dalam beberapa kasus operator lain seperti
pengubah adverbia dan modal atau penghubung sikap proposisional. Dalam
logika induktif, analisis mikro struktur dapat mengklasifikasikan argumen
sebagai instan penghitungan induktif, argumen dengan analogi, atau salah
satu metode Mill. Analisis mikro struktur dengan demikian menyangkut
struktur internal pernyataan konstituen dari suatu argumen.
Adapun skema argumentasi terbagi atas induksi dan deduksi:
7. Induksi
Induksi berarti “menuntun kepada”. Jalan pikiran yang induktif adalah
jalan pikiran yang dimulai dari observasi-observasi atas fenomena-
fenemona yang bersifat individuil kemudian bergerak menuju kepada
suatu hukum yang umum, yang meliputi semua fenomena individuil tadi.40
Adapun pola atau skema argumentasi dalam induksi ada 3 jenis yakni:
a. Generalisasi
Generalisasi yang bersifat induktif adalah penambahan setengah
sadar dari seluruh pengalamannya. Generalisasi adalah proses jalan
39
James B. Freeman, Argument Structure: Representation and theory, Op.Cit, h. 1 40
Gorys Keraf, Komposisi, Op.Cit., h. 226
24
pikiran yang mendahului penyelidikan atas fenomena-fenomena yang
khusus dalam jumlah yang cukup untuk menuju kepada suatu
kesimpulan yang umum mengenai semua hal yang sama.41
b. Analogi
Analogi atau kadang-kadang disebut juga analogi induktif yakni
bertolak dari dua peristiwa yang khusus dan mirip satu sama lain,
kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk suatu hal akan
berlaku pula untuk hal yang lain.42
c. Hubungan Kausal
Pada umumnya hubungan kausal dapat terjadi mengikuti tiga pola
yakni sebab ke akibat, akibat ke sebab, dan akibat ke akibat. Hubungan
sebab – akibat bertolak dari suatu sebab yang diketahui kemudian
bergerak menuju kepada suatu kesimpulan sebagai efek yang terdekat.
Sebaliknya akibat – sebab bertolak dari sebuah akibat yang diketahui
kemudian menuju kepada sebuah sebab yang mungkin telah
menimbulkan akibat tadi. Hubungan ketiga adalah hubungan akibat ke
akibat yang hubungan ini bertolak dari suatu akibat menuju kepada
sebuah akibat yang lain, tanpa menyebut atau mencari sebab umum
yang menimbulkan kedua akibat tadi.43
8. Deduksi
Deduksi berarti menghantar dari sesuatu hal ke sesuatu hal yang lain,
sehingga sebagai suatu istilah deduksi merupakan suatu proses berpikir
yang bertolak dari satu proposisi yang sudah ada, menuju kepada suatu
proposisi baru yang terbentuk suatu kesimpulan.44
Hal ini diperkuat oleh
pandangan David yakni:
“Formal argument is deductive in nature.The conclusion
follows necessarily from the premises. The conclusion c ontains
no information not already present (at least implicitly) in the
premises. These properties suggest two corollaries. Deductive
41
Ibid., h. 227 42
Ibid., h. 228 43
Ibid., h. 231 44
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, Op.Cit. ,h. 57
25
reasoning is analytic; it requires no reference to the external
world, and it may be counterfactual. Deductive reasoning does
not add to our store of knowledge; it merely rearranges it.”45
Bahwa argumen formal bersifat deduktif. Kesimpulannya harus mengikuti
dari premis. Kesimpulannya tidak ada informasi yang belum ada
(setidaknya secara implisit) di lokasi. Sifat ini menyarankan dua akibat
wajar. Penalaran deduktif bersifat analitik; ia tidak memerlukan referensi
ke dunia luar, dan mungkin kontrafaktual. Penalaran deduktif tidak
menambah simpanan pengetahuan kami; itu hanya menata ulang itu.
Adapun pola atau skema argumentasi dalam deduksi adalah silogisme,
hal ini dinyataka oleh David yakni:
“The basic unit of reasoning in formal argument is the
syllogism, a structure consisting of two premises and a
conclusion. Three major forms of deductive reasoning:
categorical, conditional, and disjunctive.”46
Bahwa unit dasar penalaran dalam argumen formal adalah silogisme,
struktur yang terdiri dari dua premis dan kesimpulan. Tiga bentuk utama
penalaran deduktif: kategorikal, kondisional, dan disjungtif.
F. Tujuan dan Penalaran dalam Argumentasi
Bagaimana tujuan argumentasi itu bisa hadir, yakni:
“What is the purpose of argument? As van Eemeren has pointed
out, arguments by definition seek to establish something. That
means there is a gap between some claim and acceptance of that
claim. The claim is in doubt and argument seeks to remove the
doubt, thus closing the gap.47
”
Adapun menurut James bahwa apa tujuan dari argumen? Seperti yang
ditunjukkan oleh van Eemeren, argumen berdasarkan definisi berusaha untuk
membangun sesuatu. Itu berarti ada celah antara beberapa klaim dan
penerimaan terhadap klaim itu. Klaim tersebut diragukan dan argumen
berupaya menghilangkan keraguan, sehingga menutup celah tersebut.
45
David Zarefsky, Argumentation: The Study of Effective Reasoning, 2 Edition, Op.Cit., h. 14 46
Ibid., h. 14 47
James B. Freeman, Argument Structure: Representation and theory, Op.Cit, h. 45
26
Nursisto juga mengungkapkan bahwa argumentasi bertujuan mengubah
atau mempengaruhi pikiran pembaca, serta mengubah sikap dan pandangan
pembaca sehingga mereka menyetujui pendapat dan keyakinan kita. Tujuan
tersebut akan tercapai apabila penulis mampu membuktikan dan memberikan
alasan bahwa apa yang kita tuliskan itu benar.48
Sejalan dengan Nurudin yang
juga mengemukakan bahwa, tulisan argumentasi biasanya bertujuan untuk
meyakinkan pembaca, termasuk membuktikan pendapat atau pendirian
dirinya.49
Adapun yang tidak boleh luput dari wacana ini adalah tujuan dari
argumentasi yaitu bagaimana pendapat atau produk argumentasi yang
ditawarkan dapat memberikan keyakinan baru bagi pembaca atau
pendengarnya sehingga mampu mempercayai dan membenarkan atas hasil
produk argumentasi yang dibaca atau didengarnya. Sebagaimana peran tujuan
argumentasi yakni untuk menutup celah atas keberterimaan klaim yang
mungkin dirasa diragukan.
Kemudian tentang penalaran dalam argumentasi seperti menurut
Aristoteles argumen-argumen harus dicari melalui rasio, moral, dan afeksi.50
Adapun dalam membangun sebuah argumen jangan lupakan akal sehat, akal
budi, atau nalar. Kemudian jangan tinggalkan prinsip keberterimaan dengan
nilai-nilai yang ada terhadap gagasan yang dibangun dalam argumentasi.
Serta pelibatan afeksi dalam membangun narasi yang dituliskan untuk
meyakinakan pembaca atau mitra tuturnya.
Pandangan lain yang juga dikemukakan oleh Christopher yakni:
“arguments have a range of types and employ a diversity of
devices, from those that press a historical case using causal
reasoning to those that recommend an economic course of action
by appealing to an authority in the field. They will be characterized
by a particular structure, where one or more statements (premises)
are given in support of a conclusion, and a range of intentions: to
persuade an audience, to resolve a dispute, to achieve agreement
48
Nursisto, Op.Cit., h. 43 49
Nurudin, Op.Cit., h. 78 50
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, Op.Cit., h. 9
27
in a negotiation, to recommend an action, or to complete an
inquiry.51
”
Menurut Christoper, argumen memiliki berbagai jenis dan menggunakan
beragam perangkat, dari yang menekan kasus historis menggunakan
penalaran kausal hingga yang merekomendasikan tindakan-tindakan ekonomi
dengan mengajukan banding ke otoritas di lapangan. Mereka akan dicirikan
oleh struktur tertentu, di mana satu atau lebih pernyataan (premis) diberikan
untuk mendukung kesimpulan, dan serangkaian niat: untuk meyakinkan
audiensi, untuk menyelesaikan perselisihan, untuk mencapai kesepakatan
dalam negosiasi, untuk merekomendasikan suatu tindakan, atau untuk
menyelesaikan penyelidikan.
Jadi, argumen dapat berasal dari hal yang masih berkenaan dengan masa
lalu sehingga dapat menggunakan penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala
yang saling berhubungan, atau bahkan ke hal penalaran yang sifatnya data
mutlak. Hingga dapat memunculkan pendapat yang menentang guna
melakukan bandingan atas argumen yang dimunculkan pada masa lalu.
Lalu pandangan Gamut yang mengemukakan bahwa:
“Reasoning is something which has various applications, and
important among these traditionally is argumentation.52
”
Gamut menjelaskan bahwa penalaran adalah sesuatu yang memiliki
berbagai aplikasi, dan yang penting di antara ini secara tradisional adalah
argumentasi. Hal yang menarik melihat argumentasi adalah cara atau
kebiasaan yang dilakukan manusia dari dulu untuk berkomunikasi. Hal
lainnya yang diungkap Gamut yakni:
“It is convenient to see an argument as a sequence of sentences,
with the premises at the beginning and the conclusion at the end of
the argument.53
By a valid argument we mean an argument whose
premises and conclusion are such that the truth of the former
involves that of the latter.54
”
51
Christopher W. Tindake, Fallacies and Argumen Appraisal, (New York: Cambridge University Press, 2007), h. 1 52
L. T. F. Gamut, Logic, Language, and Meaning, (Chicago: The University of Chicago Press, 1991), h. 1 53
Ibid., h. 1 54
Ibid., h. 1
28
Sangat nyaman untuk melihat argumen sebagai urutan kalimat, dengan
premis di awal dan kesimpulan di akhir argumen. Kami maksudkan dengan
argumen yang valid adalah argumen yang premis dan kesimpulannya
sedemikian rupa sehingga kebenaran yang pertama melibatkan argumen yang
terakhir. Hal ini dibutuhkan penalaran yang struktur guna mencapai argumen
yang valid dan saling berkesinambungan dengan kebenaran yang diutarakan.
Hal lain yang juga di utarakan Gamut yakni:
“You could say that we restrict ourselves in logic to the results
which an argument yields, which is in a way another
extensionalization: the only thing which really matters about an
argument is whether or not its conclusion is justified by its
assumptions.55
”
Dalam ungkapannya dikatakan bahwa kita membatasi diri kita sendiri
dalam logika untuk hasil yang dihasilkan oleh argumen, yang dengan cara
lain ekstensi: satu-satunya hal yang benar-benar penting tentang argumen
adalah apakah kesimpulannya dibenarkan oleh asumsi atau tidak.
Pandangan berikutnya dari Stephen Toulmin menganai struktur sebagai
landansan penalaran yakni:
“ever since Aristotle it has been customary, when analysing the
micro-structure of arguments, to set them out in a very simple
manner: they have been presented three propositions at a time,
„minor premiss; major premiss; so conclusion‟.56
”
Sejak dari Aristoteles sudah menjadi kebiasaan, ketika menganalisis
struktur mikro argumen, untuk menjabarkannya dengan cara yang sangat
sederhana: mereka telah disajikan tiga proposisi sekaligus, „minor premis;
premis utama; jadi kesimpulannya'. Adapun ungkapan lainnya yakni:
“An argument is like an organism. It has both a gross, anatomical
structure and a finer, as-it-were physiological one. When set out
explicitly in all its detail, it may occupy a number of printed pages
or take perhaps a quarter of an hour to deliver; and within this
time or space one can distinguish the main phases marking the
progress of the argument from the initial statement of an unsettled
problem to the final presentation of a conclusion.57
”
55
Ibid., h. 114 56
Stephen Toulmin, The Uses of Argument, (New York: Cambridge University, 2003), h. 89 57
Ibid., h. 87
29
Argumen seperti organisme. Ia memiliki struktur anatomi yang kasar dan
yang lebih halus, seolah-olah merupakan fisiologis. Ketika ditetapkan secara
eksplisit dalam semua perinciannya, ia mungkin menempati sejumlah
halaman yang dicetak atau mungkin memerlukan seperempat jam untuk
dikirim; dan dalam waktu atau ruang ini seseorang dapat membedakan fase-
fase utama yang menandai perkembangan argumen dari pernyataan awal
masalah yang tidak diselesaikan hingga presentasi akhir suatu kesimpulan.
G. Penelitian Relevan
Adapun penelitian yang serupa baik dari subjek atau objek yang memiliki
kesamaan pada penelitian ini, sehingga diharapkan penulis dapat menambah
khazanah pengetahuan bagi peneliti maupun pembaca.
1. Penulis menemukan skripsi dengan judul yaitu Struktur dan Strategi
Argumentasi dalam Teks Iklan Berbahasa Perancis karya Esti Lestari.
Esti Lestari menyelesaikan skripsi ini dalam jurusan Sastra Roman
program Studi Perancis, fakultas Sastra, Universitas Indonesia, tahun
1986. Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui struktur
dan strategi argumentasi yang sering digunakan dalam iklan. Adapun
ruang lingkup penelitian ini yaitu teks iklan tertulis yang terdapat dalam
berbagai majalah berbahasa Perancis. Metode penelitian yang digunakan
yaitu metode penelitian korpus. Hasilnya menunjukkan bahwa 19 iklan
mengikuti pola Pierre Colombier, sedangkan 56 iklan lainnya memakai
struktur argumentasi yang lebih bervariasi dari pola Pierre Colombier.
Strategi argumentasi yang paling banyak dipakai dalam iklan adalah
strategi argumentasi membujuk, sedangkan 30 iklan lainnya memakai
strategi campuran. Adapun kesamaannya dengan penelitian dalam skripsi
ini yaitu subjek penelitian yang menggunakan wacana argumentasi
sebagai fokus kajiannya.
2. Penulis menemukan skripsi dengan judul yaitu Pola dan Jenis Argumen
pada Bagian Pembahasan Artikel Jurnal Terakreditasi Bidang Ekonomi
karya Claria Francisca Meylani. Claria Francisca Meylani menyelesaikan
30
skripsi ini dalam jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, tahun 2018. Jenis
penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan pola dan jenis argumen bagian pembahasan artikel
jurnal terakreditasi bidang ekonomi. Pendekatan yang diambil dalam
penelitian ini adalah pendekatan teori Toulmin, dkk. (1979) bahwa
argumen memiliki enam elemen yaitu claim, ground, warrant, backing,
modal qualifier, dan possible rebutal. Data yang dipakai dalam penelitian
ini adalah paragraf-paragraf argumentasi bagian pembahasan artikel yang
di dalamnya mengandung elemen-elemen Toulmin. Sampel data yaitu
(JET-T) 2017, (JEPI) 2015, (MATRIX) 2016, dan (MIX) 2016.
Penelitian ini menggunakan metode teknik baca dan catat. Hasil
penelitian yaitu terdapat dua puluh enam argumen dengan lima pola
variasinya. Pola tersebut yaitu (1) pola C-G dengan variasinya, (2) pola
C-G-W dengan variasinya, (3) pola C-G-W-B dengan variasinya, (4) pola
C-G-W-B-M dengan variasinya, dan terakhir (5) pola C-G-W-B-M-Pc
dengan variasinya. Adapun kesamaannya dengan penelitian dalam skripsi
ini yaitu subjek penelitian yang menggunakan wacana argumentasi
sebagai fokus kajiannya.
3. Penulis menemukan E-Jurnal dengan judul yaitu Kohesi Wacana Politik
Pada Rubrik Opini Surat Kabar Harian Kompas karya Yulianto.
Yulianto menerbitkan tulisannya pada tahun 2016 di kampus Universitas
Negeri Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
kohesi (gramatikal dan leksikal) yang membangun wacana opini politik
yang diliat dari penanda kohesi gramatikal dan leksikal. Subjek
penelitian ini adalah artikel-artikel opini politik dalam rubrik opini yang
terdapat pada surat kabar harian Kompas yang berjumlah 5 rubrik opini.
Penelitian ini difokuskan pada aspek-aspek (gramatikal dan leksikal)
yang menjadi sarana kohesi wacana opini politik pada rubrik opini surat
kabar harian Kompas tahun 2015 dan peranan aspek-aspek tersebut
dalam proses menuju teks yang utuh dan padu. Hasil penelitian
31
menunjukkan bahwa kohesi wacana opini politik pada rubrik opini surat
kabar harian Kompas terdiri dari dua aspek, yakni aspek penanda kohesi
gramatikal dan penanda kohesi leksikal. Penanda kohesi gramatikal
berupa pengacuan persona, pengacuan demonstratif, substitusi, ellipsis
dan konjungsi. Pengacuan persona terdiri atas PP1T, PP1J, PP3T,dan
PP3J. Pengacuan demonstratif terdiri atas PDW dan PDT. Subtitusi
terdiri atas SF, SN, dan SD. Konjungsi terdiri atas KSA, KPT, KKO,
KPN, KPI, KH, KPL, KW, KS, dan KC. Adapun penanda kohesi leksikal
terdiri dari sinonimi, antonimi, hiponimi, repetisi, kolokasi, dan
ekuivalensi. Sinonimi terdiri atas SKK, SKF dan SKLKL. Antonimi
terdiri atas OK, dan OG. Repetisi terdiri atas RA, RN, dan, REPN. Kata
yang diperoleh terdiri dari penanda kohesi gramatikal, berupa pengacuan
persona sejumlah 59 kata, pengacuan demonstratif sejumlah 17 kata,
substitusi sejumlah 11 kata, elipsis sejumlah 2 kata, dan konjungsi
sejumlah 106 kata. Adapun penanda kohesi leksikal berupa sinonimi
sejumlah 7 kata, antonimi sejumlah 5 kata, hiponimi sejumlah 1 kata,
repetisi sejumlah 27 kata, kolokasi sejumlah 4 kata, dan ekuivalensi
sejumlah 9 kata. Jumlah seluruh kata yang ditemukan yaitu, 53 kata.
Adapun kesamaannya dengan penelitian dalam skripsi ini yaitu objek
penelitian yang menggunakan rubrik Opini pada koran Kompas sebagai
fokus kajiannya.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal
tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah,
data, tujuan, dan kegunaan.58
Penelitian yang berjudul Analisis Argumentasi
pada Kolom Opini di Surat Kabar Kompas ini menggunakan metode
penelitian deskriptif dan kualitatif. Penelitian deskriptif itu sendiri adalah
suatu penelitian yang diupayakan untuk mencandra atau mengamati
permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta dan sifat objek
tertentu. Penelitian deskriptif ditujukan untuk memaparkan dan
menggambarkan dan memetakan fakta-fakta berdasarkan cara pandang atau
kerangka berpikir tertentu.59 Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha
menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.60
Selanjutnya penelitian kualitatif Strauss dan Cobin memaparkannya yakni,
penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik
atau bentuk hitungan yang lain. Sebagian data dapat dihitung sebagaimana
data sensus, namun analisisnya bersifat kualitatif.61
Adapun tujuan penelitian
kualitatif yakni guna memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal
menurut pandangan manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif berhubungan
dengan ide, persepsi, pendapat, atau kepercayaan orang yang diteliti,
kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka.62
Metode ini menjadi tepat
guna menganalisis argumentasi pada kolom di surat kabar tersebut.
Secara garis besar penelitian ini akan disebut deskriptif kualitatif, yakni
metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara utuh dan
58
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung : Alfabeta, 2017), h. 3
59 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia. 2011), h. 100
60 Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2017), h.157
61 Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualiatif Tata Langkah dan Teknik-
Teknik Teoritisasi Data, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 4 62
Sulistyo Basuki, Metode Penelitian, (Jakarta: Penaku, 2010), h. 72
33
mendalam tentang realitas sosial dan berbagai fenomena yang terjadi di
masyarakat yang menjadi subjek penelitian sehingga tergambarkan ciri,
karakter, sifat, dan model dari fenomena tersebut.63
Metode penelitian ini
akan bertumpu pada pendapat atau gagasan peneliti itu sendiri.
B. Objek Penelitian
Saat ini peradaban manusia sedang mengalami krisis kesehatan, hal ini
dikarenakan virus baru bernama Covid-19 yang meluas pertumbuhannya
hingga menjadi wabah dunia. Hal ini menjadikan Covid-19 sebagai bahan
perbincangan di seluruh negara. Dengan demikian menjadi menarik untuk
tetap melibatkan isu ini ke dalam penelitian. Objek penelitian adalah kolom
Opini pada surat kabar Kompas dalam versi daring yang telah terarsipkan
selama satu bulan penuh yakni 13 Juli – 13 Agustus 2020. Kemudian hal ini
akan menarik jika melihat kumpulan tulisan yang terdapat kata “Covid-19”
disetiap judul kolom Opini pada surat kabar Kompas.
C. Sumber Data
Peneliti mengumpulkan sumber data dengan mengkategorikannya ke
dalam dua bentuk yakni data primer dan data sekunder. Data primer yaitu
data asli yang sangat memengaruhi penelitan, data ini diambil langsung dari
objek yang diteliti. Data sekunder yaitu data yang juga memengaruhi
penelitian, namun bukan berasal dari objek yang diteliti. Data sekunder dapat
pula dikatakan sebagai data penunjang dalam penelitian.
1. Data Primer
Data Primer dalam penelitian ini yaitu sepuluh tulisan yang bertema
Covid-19 dan dimuat dalam kolom Opini surat kabar Kompas. Judul dari
sepuluh tulisan tersebut yakni:
a. Covid-19, “Great Reset”, SDGs.
b. Mengapa Masyarakat Anggap Enteng Covid-19.
c. Covid-19, Perlu Pemantauan Berkelanjutan di Hilir.
63
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2014), h. 47
34
d. Apa Setelah Demam Babi Afrika, Covid-19, dan Flu Babi?
e. Covid-19 dan Kesehatan Masyarakat.
f. Covid-19 dan Pembangunan.
g. Otopsi Jenazah Korban Covid-19.
h. Bebas dari Cacar dan Covid-19.
i. Covid-19 dan Aspek Historikal Struktural BUMN.
j. Meluruskan Infodemi Covid-19.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data penunjang yang ditujukan untuk membantu
peneliti dalam menganalisis objek. Data sekunder yang dipilih peneliti
yaitu, sumber-sumber buku bacaan yang terkait dengan penelitian ini
antara lain: buku teori argumentasi, buku keterampilan menulis, karya
ilmiah tentang argumentasi, dan lain sebagainya. Data ini berasal dari
buku-buku yang bisa dipercaya dan dapat diuji kebenarannya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti mengumpulkan data primer dengan menggunakan metode
dokumentasi dan metode penelusuran daring. Surat kabar Kompas dalam
versi daring dipilih dalam penelitian ini yang berfokus pada kolom Opini.
Peneliti mendokumentasikan data melalui penelusuran daring dalam rentang
waktu 13 Juli 2020 – 13 Agustus 2020, diperoleh data sebanyak 85 artikel
yakni, sebagai berikut:
No Kata Kunci Tanggal Judul
1
Pandemi
17-Jul-20 Evaluasi Komunikasi Pandemi
2 24-Jul-20 Cetak Uang Saat Pandemi
3 30-Jul-20 Idul Kurban di Tengah Pandemi
4 04-Agust-20 Kampanye di Musim Pandemi
5 08-Agust-20 Manajemen Publik Pandemi
1
Covid-19
13-Jul-20 Covid-19, "Great Reset", SDGs
2 13-Jul-20 Mengapa Masyarakat Anggap Enteng Covid-19
3 13-Jul-20 Covid-19, Perlu Pemantauan Berkelanjutan di Hilir
35
4 17-Jul-20 Apa Setelah Demam Babi Afrika, Covid-19, dan Flu Babi?
5 17-Jul-20 Covid-19 dan Kesehatan Masyarakat
6 20-Jul-20 Covid-19 dan Pembangunan
7 03-Agust-20 Otopsi Jenazah Korban Covid-19
8 04-Agust-20 Bebas dari Cacar dan Covid-19
9 05-Agust-20 Covid-19 dan Aspek Historikal Struktural BUMN
10 12-Agust-20 Meluruskan Infodemi Covid-19
1
Pendapatan Negara
14-Jul-20 Negara Berpendapatan Menengah Atas, Mengapa Baru Sekarang
2 16-Jul-20 Setelah Indonesia Naik ke Kelompok Pendapatan Menengah Atas
3 16-Jul-20 Peluang dan Tantangan Menjadi Negara Berpendapatan Menengah Atas
1
Petani dan Pertanian
25-Jul-20 "Food Estate", Pertanian Kecil dan Ketahanan Nasional
2 03-Agust-20 Memotret Sektor Pertanian Secara Utuh
3 05-Agust-20 RUU Cipta Kerja Versus Petani
4 12-Agust-20 Pertanian tanpa Petani
1 Normal
Baru
16-Jul-20 Peran Keluarga Era Normal Baru
2 23-Jul-20 UMKM, Normal Baru, dan Transportasi
3 06-Agust-20 Menghijaukan Kenormalan Baru
1
Anak
24-Jul-20 Urgensi Pemda Lindungi Anak
2 05-Agust-20 Hentikan Kekerasan pada Anak
3 11-Agust-20 Memperluas Pemahaman Viktimisasi Anak
1
Pangan
24-Jul-20 Basis Pertahanan Berdaulat Pangan
2 25-Jul-20 Cadangan Strategis Pangan
3 28-Jul-20 Lumbung Pangan Berkelanjutan
4 03-Agust-20 Lumbung Pangan Nasional
5 06-Agust-20 Mitigasi Lumbung Pangan Baru
1 Pendidikan
13-Agust-20 Catatan 75 Tahun Pendidikan
2 13-Agust-20 Pendidikan Indonesia 2045
1 Perguruan
Tinggi
29-Jul-20 Konvergensi Tridarma Perguruan Tinggi
2 23-Jul-20 Tantangan Perguruan Tinggi: untuk Apa Bayar Mahal jika Hanya Daring?
1
Kemiskinan
20-Jul-20 Data Kemiskinan, Kemiskinan Data
2 21-Jul-20 Bantuan Efektif Menahan Kemiskinan
3 13-Agust-20 Daya Beli Penduduk Miskin
36
1
Lainnya
13-Jul-20 Akreditasi Otomasi
2 14-Jul-20 Kesaktian Joko S Tjandra
3 14-Jul-20 Ujung Krisis Penerbangan
4 14-Jul-20 Dilema Pengembangan KEK
5 15-Jul-20 Pendapatan dan Benalu Ketimpangan
6 16-Jul-20 Melihat Papua dengan Mata Data
7 18-Jul-20 Korporsi dan UU Minerba
8 18-Jul-20 Mendayung di Antara Tiga Karang
9 21-Jul-20 Peluang Meminimalkan Resesi
10 21-Jul-20 Pedagogi untuk Menapis Misinformasi
11 21-Jul-20 Kebudayaan Bangsa Indonesia
12 22-Jul-20 Ketegangan AS-China
13 22-Jul-20 Vaksin Korupsi
14 22-Jul-20 Keluhan Pramodya dan Keadaan Kini
15 27-Jul-20 Resesi dan Peradaban Baru
16 27-Jul-20 Misteri Kewarganegaraan
17 27-Jul-20 Amankah "Thermogun"?
18 28-Jul-20 Menguatkan Sistem Presidensial
19 28-Jul-20 Membenahi Rekrutkmen Kepala Daerah
20 28-Jul-20 Momentum Kaji Strategi Menanggulangi Hepatitis
21 29-Jul-20 Mencermati Angka Pengangguran
22 30-Jul-20 Pilkada Dinasti Politik
23 30-Jul-20 Sulitnya Pembahasan RUU PKS
24 01-Agust-20 Isyarat Politik dalam Puisi
25 01-Agust-20 Menghidupkan Kembali CEDAN
26 04-Agust-20 Ajip Rosidi Tentang Budaya Sunda
27 04-Agust-20 Boikot Media Sosial dan Keseimbangan Baru
28 06-Agust-20 Potret Buram Hukum
29 06-Agust-20 Jatuhnya Joko Tjandra
30 07-Agust-20 Catatan untuk Pemulihan Ekonomi
31 07-Agust-20 Tantangan BI Kian Berat
32 07-Agust-20 Keadaan Baru
33 07-Agust-20 Tantangan Kelola Riset dan Inovasi
34 08-Agust-20 Menyelamatkan UMKM dan Korporasi
35 10-Agust-20 Mengamati Lonjakan Harga Emas
36 10-Agust-20 Kesetaraan Keterwakilan dan Kursi DPR
37 10-Agust-20 Padat Karya Bermesin Bumdes
37
38 10-Agust-20 Transportasi, AKB, Realitas Sosial
39 11-Agust-20 Lembah Kematian Inovasi
40 11-Agust-20 "Positive Rate" dan Protokol Kesehatan
41 11-Agust-20 Resiliensi dan "Ko-imun"
42 12-Agust-20 Menjembatani Sektor Keuangan
43 17-Jul-20 Menunggu Tuah Kawasan Industri
44 20-Jul-20 150 Tahun Belenggu atas Hak Tanah
45 13-Agust-20 Krisis, Migrasi, dan Remitansi
Tabel di atas telah terkelompokkan berdasarkan kata kunci yang hadir
disetiap judul kolom Opini pada surat kabar Kompas. Kemudian peneliti
memilih kumpulan tulisan yang terdapat kata kunci “Covid-19” sebanyak 10
artikel. Kumpulan tulisan tersebut yaitu:
No Kata Kunci
Judul Penulis
1
Covid-19
Covid-19, "Great Reset", SDGs Suharso Monoarfa
2 Mengapa Masyarakat Anggap Enteng Covid-19
Abdul Malik Gismar
3 Covid-19, Perlu Pemantauan Berkelanjutan di Hilir
Erman Aminullah
4 Apa Setelah Demam Babi Afrika, Covid-19, dan Flu Babi?
Soeharsono
5 Covid-19 dan Kesehatan Masyarakat Dono Widiatmoko
6 Covid-19 dan Pembangunan Emil Salim
7 Otopsi Jenazah Korban Covid-19 Djoko Santoso
8 Bebas dari Cacar dan Covid-19 FX Wikan Indrarto
9 Covid-19 dan Aspek Historikal Struktural BUMN
Fachry Ali
10 Meluruskan Infodemi Covid-19 Hari Kusnanto
Kesepuluh artikel ini yang akan menjadi objek atau bahan penelitian. Di
masa wabah Covid-19 ini akan menjadi menarik untuk dapat mengetahui
gagasan atau argumen ilmiah yang dilontarkan oleh para tokoh di luar sana.
Terlebih dalam penelitian ini melalui medium kolom Opini pada surat kabar
Kompas versi daring.
38
E. Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul, peneliti menganalisisnya dengan menggunakan
teknik analisis isi (Analysis Content). Teknik analisis isi atau yang dikenal
dengan analisis content berusaha mengkaji yang terkandung di dalam objek
penelitian. Weber memaparkan bahwa kajian isi adalah metodologi penelitian
yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang
sahih dari sebuah buku atau dokumen.64
Melalui pengumpulan data yang
telah dilakukan, kemudian data tersebut dianalisis, dan setelahnya dapat
ditarik kesimpulan dengan memberikan penjelasan terhadap data yang
dianalisis. Adapun tahapan untuk menuju capaian di atas yaitu:
1. Membuat kolom analisis argumentasi yaitu sebagai berikut:
No Judul Tulisan
Unsur-Unsur
Argumentasi
Cla
im (
Per
nyat
aan)
Dat
a (D
ata)
War
rant
(Pem
ben
aran
)
Bac
kin
g (
Dukungan
)
Modal
Qual
ifie
rs
(Kat
a/F
rasa
)
Reb
utt
al (
San
ggah
an)
1 Covid-19, “Great Reset”, SDGs
2 Mengapa Masyarakat Anggap
Enteng Covid-19
3 Covid-19, Perlu Pemantauan
Berkelanjutan di Hilir
4 Apa Setelah Demam Babi
Afrika, Covid-19, dan Flu Babi?
5 Covid-19 dan Kesehatan
Masyarakat
6 Covid-19 dan Pembangunan
7 Otopsi Jenazah Korban Covid-
64
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2014), Cet. Ke-34, h.220
39
19
8 Bebas dari Cacar dan Covid-19
9 Covid-19 dan Aspek Historikal
Struktural BUMN
10 Meluruskan Infodemi Covid-19
2. Membaca dengan cermat keseluruhan data primer dalam penelitian.
3. Mengidentifikasi data pertulisan ke dalam kolom analisis argumentasi.
4. Memberikan interpretasi penelitian berdasarkan hasil identifikasi data
guna mendukung penjelasan dalam analisis yang dilakukan.
40
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisis Rubrik Opini di Koran Kompas
Analisis ini berdasarkan pada data yang dikumpulkan penulis yakni rubrik
Opini dalam koran Kompas selama satu bulan (13 Juli – 13 Agustus 2020)
yang menghasilkan 85 tulisan. Bersamaan di masa wabah Covid-19 peneliti
menentukan bahan analisis yaitu kumpulan tulisan yang terdapat kata “Covid-
19” disetiap judul kolom Opini pada surat kabar Kompas, sebanyak 10
tulisan. Kesepuluh tulisan tersebut akan dianalisis terkait unsur-unsur
argumentasi yang ada di dalam teks seperti, elemen pokok argumentasi yakni
Claim, Data, Warrant, serta elemen pelengkapnya yakni Backing, Modal, dan
Rebuttal.
Berikut adalah tabel mengenai unsur-unsur argumentasi dari kesepuluh
tulisan dalam rubrik Opini di koran Kompas:
No Judul Tulisan
Unsur-Unsur
Argumentasi
Cla
im (
Per
nyat
aan)
Dat
a (D
ata)
War
rant
(Pem
ben
aran
)
Bac
kin
g (
Dukungan
)
Modal
Qu
alif
iers
(Kat
a/F
rasa
)
Reb
utt
al (
San
ggah
an)
1 Covid-19, “Great Reset”, SDGs v v v v v -
2 Mengapa Masyarakat Anggap
Enteng Covid-19 v v v v v -
3 Covid-19, Perlu Pemantauan
Berkelanjutan di Hilir v v v - v -
4 Apa Setelah Demam Babi
Afrika, Covid-19, dan Flu Babi? v v v - v -
5 Covid-19 dan Kesehatan v v v v v -
41
Masyarakat
6 Covid-19 dan Pembangunan v v v v v -
7 Otopsi Jenazah Korban Covid-
19 v v v - v -
8 Bebas dari Cacar dan Covid-19 v v v v v -
9 Covid-19 dan Aspek Historikal
Struktural BUMN v v v v v -
10 Meluruskan Infodemi Covid-19 v v v v v -
Selanjutnya analisis atau penjelasan terkait data tabel di atas akan dibahas
secara lugas dan rinci berdasarkan kesepuluh tulisan tersebut.
1. Covid-19, “Great Reset”, SDGs
Tulisan pertama yang akan di analisis adalah Covid-19, “Great
Reset”, SDGs dengan penulis Suharso Monoarfa (Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas). Dimuat pada Senin, 13 Juli
2020 dalam rubrik Opini koran Kompas. Teks tersebut akan dianalisis
berdasarkan unsur-unsur argumentasinya yang terbagi menjadi enam
bagian yakni claim, data, warrant, backing, qualifier, dan rebbutal.
Unsur pertama yaitu claim, claim dapat diartikan sebagai gagasan
pembicaraan. Claim pada artikel opini yang berjudul Covid-19, “Great
Reset”, SDGs adalah:
(1) “tahun 2020 akan selamanya dikenang sebagai periode krisis yang
hanya bisa disetarakan dengan Depresi Besar 1930-an”65
Claim tersebut yang mendasari pada pembicaraan dalam artikel ini.
Pengarang mengulik krisis yang tengah terjadi di tahun 2020 ini, krisis
yang hampir melanda seluruh negara begitu pun dengan Indonesia.
Mencoba mencari kesamaan dengan pengalaman dunia akan krisis-krisis
yang pernah terjadi. Sebagaimana dalam sejarah peradaban manusia,
krisis akan membuat perubahan besar. Krisis akan memaksa kita
merefleksikan apa yang salah sebelumnya, lalu apa yang perlu dilakukan
dan diubah untuk mengantisipasi agar krisis tak berulang. Claim tersebut
65
Suharso Monoarfa, “Covid-19, “Great Reset”, SDGs”, Surat Kabar Kompas, Senin, 13 Juli 2020, hal. 10
42
tidak berdiri sendiri. Claim akan kuat kedudukannya apabila terdapat
data-data yang berkaitan dengan claim.
Data dapat juga diartikan sebagai bukti-bukti yang bersifat khusus
yang diperlukan untuk mendukung claim. Adapun data yang mendukung
claim yakni:
a. (2) “di masa pandemi kita menyaksikan Bumi yang semakin
ringkih karena menopang hampir delapan miliar manusia dan
segera berada di “titik kulminasi”.”66
Pernyataan ini merupakan data. Titik kulminasi yang dimaksudkan
yakni proyeksi yang diperkirakan para ilmuwan bahwa 17 tahun
lagi, apabila manusia tetap bersikeras dengan pola kehidupan
seperti saat ini, maka di masa depan dunia akan semakin rentan
menghadapi berbagai krisis. Bagaimana pangan, air, dan energi
akan semakin langka dan menjadi sumber konflik yang tak akan
pernah usai di masa depan.
Kemudian di masa pandemi Covid-19 ini yang menyebabkan krisis
dunia, bumi dalam hal ini sebagai tempat manusia hidup, memiliki
peran penting untuk perlu diperhatikan. Mengingat usia planet
Bumi yang semakin tua. Sebagaimana pernyataan para pakar
mengenai usia planet Bumi yang berdasarkan perkiraan batuan
tertua, umur planet yang kita tinggali ini sekitar 4,5 miliar tahun.
Ilmuwan dari seluruh dunia menggunakan ilmu astronomi, geologi,
kimia, biologi, arkeologi, dan ilmu lainnya untuk menyelidiki
pembentukan bumi serta muncul dan punahnya kehidupan di
Bumi.67
PBB memperkirakan, ada 7,6 miliar penduduk Bumi saat
ini. Angkanya naik terus hingga 9,8 miliar di tahun 2050. Akhir
abad ini, proyeksi mereka jumlah penduduk akan mencapai 11,2
66
Ibid., Suharso Monoarfa, hal.10 67
Akhyari Hananto, Lima Kepunahan Massal dalam Sejarah Bumi. Benarkah kita memasuki kepunahan ke-6?, diunduh pada 22 Agustus 2020 pukul 16:45 https://www.mongabay.co.id/2018/02/09/lima-kepunahan-massal-dalam-sejarah-bumi-benarkah-kita-memasuki-kepunahan-ke-6/
43
miliar.68
Kemudian terkait batas akhir kemampuan Bumi yakni,
berawal dari anggapan bahwa manusia akan kehabisan ruang di
Bumi dianggap tidak masuk akal. Sebab, jika dihitung-hitung total
penduduk dunia 11 miliar jiwa, seharusnya masih banyak sisa
lahan di Bumi. Total daratan Bumi - tidak termasuk wilayah yang
tertutup es - mencapai 13,4 miliar hektare. Namun orang tidak
memperhitungkan bahwa tidak semua wilayah daratan di planet ini
bisa dihuni. Sebab, beberapa wilayah beriklim ekstrem dan ada
juga yang tempatnya terlalu terpencil. Ambil contoh Siberia,
lahannya luas sekali tapi iklimnya ganas. Wilayah Australia bagian
tengah juga demikian, tanahnya terlalu tandus itu sebabnya
penduduk Australia bermukim di wilayah dekat garis pantai. Total,
wilayah yang saat ini dihuni manusia luasnya kurang dari tiga
persen wilayah daratan Bumi. Tapi sebanyak 35% hingga 40%
daratan bumi adalah wilayah pertanian yang berfungsi sebagai
sumber pangan. Di saat jumlah penduduk terus bertambah, maka
yang dikhawatirkan adalah ketersediaan lahan pangan. Lahan yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk dunia
saat ini, menurut penelitian yang dilakukan di Stanford University,
yakni antara 2,7 juta hektare dan 4,9 juta hektare. Sedangkan total
wilayah yang cocok untuk tanaman pangan sebesar 445 juta
hektare. Para peneliti memperkirakan, dengan adanya kenaikan
permintaan akan pangan, biofuel, industri kehutanan, dan sebaran
urbanisasi, cadangan lahan yang ada tersebut akan terkena
dampaknya. Lahan yang tersisa akan habis terpakai pada 2050.69
Dengan demikian terkait angka populasi dalam data telah
tervalidasikan dengan pernyataan dari PBB (Perserikatan Bangsa-
68
Richard Gray, Bisakah Bumi menampung 11,2 miliar orang di akhir abad ini?, diunduh pada Sabtu, 22 Agustus 2020 pukul 20:47 https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-41066355 69
Ibid, diunduh pada Sabtu, 22 Agustus 2020 pukul 20:47, https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-41066355
44
Bangsa) yang merupakan organisasi internasional dengan
anggotanya hampir diseluruh negara bagian dunia. Data (a) ini
menunjukan dukungan terhadap claim, mengingat penjelasan
ilmiah di atas bahwa tingkat populasi juga memiliki peranan
penting sebagai faktor yang dapat memicu krisis. Terlebih krisis
kesehatan yang sedang melanda di tahun 2020 ini yang juga
memberikan dampak terhadap sektor yang lainnya.
b. (3) “Di dunia, Great reset akan menjadi tema besar pertemuan
prestisius Forum Ekonomi Dunia, Indonesia telah
mengarustamakan SDGs dalam dokumen Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.”70
Pernyataan ini merupakan data, bahwa Covid-19 telah
menyadarkan atau membangunkan ulang diri kita yang harus
menjalankan kehidupan dengan cara yang berbeda. Penting untuk
kita me-reset ulang apa yang telah kita lakukan sebelumnya,
dengan meninggalkan kebiasaan masa lalu yang tak kompatibel
dengan masa depan.
Adapun WEF (World Economic Forum) atau sering kali di dengar
forum ekonomi dunia yang setiap tahunnya selalu mengadakan
perhelatan dan menghadirkan pemimpin global dari kalangan
pemerintah, bisnis, dan masyarakat sipil. Seruan great reset
dikumandangkan dari podium World Economic Forum. Great reset
bahkan menjadi tema utama forum tahunan WEF yang mulai
didiskusikan di forum-forum daring. Pendiri dan ketua eksekutif
WEF Klaus Schwab bersama Thierry Mallert bahkan meluncurkan
buku "Covid-19: The Great Reset". Buku ini secara mendalam
mengulas agenda perubahan tatanan kehidupan secara masif.
Secara global, keduanya menawarkan great reset di lima sektor.
Yaitu ekonomi, sosial, geopolitik, lingkungan, dan teknologi. Great
reset adalah seruan mengubah sikap personal dan paradigma
70
Suharso Monoarfa, “Covid-19, “Great Reset”, SDGs”, Loc.Cit, hal.10
45
kolektif kekuasaan. Termasuk menyiapkan kuda-kuda
menyongsong deru teknologi dan digitalisasi yang tak
terbendung.71
Tujuan RPJMN IV tahun 2020 – 2024 telah sejalan
dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Target-target dari
17 tujuan (goals) dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(SDGs) beserta indikatornya telah ditampung dalam 7 agenda
pembangunan. Adapun 7 agenda pembangunan tersebut yakni
memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang
berkualitas, mengembangkan wilayah untuk mengurangi
kesenjangan, meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas
dan berdaya saing, membangun kebudayaan dan karakter bangsa,
memperkuat infrastrukur untuk mendukung pengembangan
ekonomi dan pelayanan dasar, membangun lingkungan hidup,
meningkatkan ketahanan bencana dan perubahan iklim,
memperkuat stabilitas Polhukhankam dan tranformasi pelayanan
publik.72
Dengan demikian kata (b) di atas telah tervalidasikan dengan
kutipan di atas. Bahwa berbagai lembaga dunia dan para ahli
dibidangnya tengah sama-sama berusaha untuk menanggulangi
krisis yang sedang terjadi di tahun 2020 ini. Bagaimana slogan
great reset adalah bukan sekedar ujaran biasa, tetapi menjadi misi
penting dalam mengatasi keberlangsungan populasi dunia agar
terus dapat berjalan dengan baik. Serta upaya pemerintah
Indonesia yang juga turut andil berperan aktif di berbagai lembaga
organisasi internasional. Dengan menyatukan frekuen terhadap
visi yang dibangun oleh global dengan pembangunan yang sedang
71
Jusman Dalle, Pandemi, Momentum Great Reset, diunduh pada Minggu, 23 Agustus 2020 pukul 1:37, https://analisis.kontan.co.id/news/pandemi-momentum-great-reset 72
Ibid, diunduh pada Minggu, 23 Agustus 2020 pukul 2:48, https://www.bappenas.go.id/files/rpjmn/Narasi%20RPJMN%20IV%202020-2024_Revisi%2028%20Juni%202019.pdf
46
dilakukan di dalam negeri sendiri. Tentu data (b) ini mendukung
claim terkait krisis dan peradaban manusia.
Setelah ditemukan data dan claim maka unsur selanjutnya adalah
warrant. Warrant merupakan hubungan antara claim dan data. Warrant
bersifat implisit. Warrant dalam artikel ini ada dua yaitu:
a. Dinamika krisis yang terjadi erat kaitannya dengan kondisi Bumi
serta kelajuan pertambahan penduduknya.
b. Dengan demikian penting berbagai negara diseluruh belahan
dunia harus hadir dalam mengatur ulang peradaban ini.
Pernyataan tersebut menghubungkan claim dengan data yang ada di
artikel ini.
Unsur selanjutnya yaitu backing. Backing merupakan bukti-bukti yang
memperkukuh fakta. Adanya backing untuk memperkukuh warrant. Di
dalam artikel berjudul Covid-19, “Great Reset”, SDGs ditemukan
backing yaitu:
(4) “Sangat beruntung, dunia telah memiliki Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (SDGs), bagi semua pemangku kepentingan, baik
pemerintah maupun nonpemerintah, di seluruh dunia untuk
menjalankan kehidupan berkelanjutan.”73
Backing di atas adalah fakta. SDGs atau istilah yang kerap didengar
yakni Sustainable Development Goals. SDGs adalah cara yang juga
ditempuh dunia untuk menjaga kestabilan peradaban manusia. Hal ini
kerap dibuktikan dengan pernyataan dari situs resmi SDGs yaitu: SDGs
atau Sustainable Development Goals merupakan suatu rencana aksi
global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia,
guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan melindungi
lingkungan. SDGs berisi 17 Tujuan dan 169 Target yang diharapkan
dapat dicapai pada tahun 2030.74
SDGs ini bertempat di Markas Besar
73
Suharso Monoarfa, “Covid-19, “Great Reset”, SDGs”, Loc.Cit, hal.10 74
SDGs, Sustainable Development Goals, diunduh pada Minggu, 23 Agustus 2020 pukul 2:33, https://www.sdg2030indonesia.org/
47
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), disahkan pada 25 September 2015,
dengan pendahulunya yaitu MDGs (Millenium Development Goals).75
Dengan adanya bukti tersebut menjadi jelas bahwa kestabilan kondisi
Bumi menjadi perhatian serius dan dapat menjadi faktor atau pemicu
krisis jika terjadi ketidakstabilan dalam kondisi Bumi. Serta kehadiran
berbagai negara yang juga memiliki Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(SDGs) adalah kebenaran yang perlu dikawal agar terwujud dan
keberlangsungan Bumi ini tidak hanya untuk generasi hari ini tetapi juga
untuk masa yang akan datang. Dengan begitu backing di atas adalah
fakta yang mampu mendukung warrant.
Unsur selanjutnya yaitu qualifer. Qualifer adalah bagian dari
argumen yang mengukur kekuatan atau paksaan dari claim. Qualifer
dalam artikel ini terdapat kata penanda “akan” pada pernyataan di claim.
Unsur argumentasi yang terakhir yaitu rebuttal. Rebuttal adalah hampir
sama dengan qualifer, bagian yang memungkinkan untuk mengecualikan
tanpa harus menganggap claim sebagai sesuatu yang benar secara umum.
Kendati demikian dalam artikel yang berjudul Covid-19, “Great Reset”,
SDGs tidak ditemukan atau tidak memiliki unsur rebuttal terhadap claim.
2. Mengapa Masyarakat Anggap Enteng Covid-19
Tulisan kedua yang akan di analisis adalah Mengapa Masyarakat
Anggap Enteng Covid-19 dengan penulis Abdul Malik Gismar (Senior
Advisor Paramadina Public Policy Institute). Dimuat pada Senin, 13 Juli
2020 dalam rubrik Opini koran Kompas. Teks tersebut akan dianalisis
berdasarkan unsur-unsur argumentasinya yang terbagi menjadi enam
bagian yakni claim, data, warrant, backing, qualifier, dan rebbutal. Unsur
pertama yaitu claim, claim dapat diartikan sebagai gagasan pembicaraan.
75
Ibid, diunduh pada Minggu, 23 Agustus 2020 pukul 2:38, https://www.sdg2030indonesia.org/page/8-apa-itu
48
Claim pada artikel opini yang berjudul Mengapa Masyarakat Anggap
Enteng Covid-19 adalah:
(1) “Persepsi terhadap suatu risiko menentukan perilaku menghadapi
risiko itu. Risiko Covid-19 tidak biner atau dikotomis berisiko vs
tidak berisiko. Oleh karena itu, secara obyektif risiko penularan
Covid-19 juga tak sama untuk semua kegiatan.”76
Claim tersebut yang mendasari pada pembicaraan dalam artikel ini.
Pengarang mengulik hal mendasar dalam membentuk perhatian
masyarakat terhadap pandemi Covid-19, khususnya pada masyarakat
Indonesia. Karena sumber informasi yang dikonsumsi masyarakat amat
luas dan bebas sehingga hal ini dapat memunculkan banyak persepsi bagi
setiap pembacanya, dan dapat menyebabkan keterbelahan pemikiran dan
kekaburan sikap dalam menghadapi wabah Covid-19 ini. Bagaimana
sains di balik risiko Covid-19 ini sangat kompleks, melibatkan
pengetahuan mengenai virus itu sendiri, dan lingkungan seperti apa yang
dapat menyebarkannya, serta perilaku manusia seperti apa yang
memudahkan penyebarannya. Pemahaman mengenai risiko Covid-19
akan membantu persepsi risiko yang akurat untuk setiap kegiatan yang
akan dilakukan. Claim tersebut tidak berdiri sendiri. Claim akan kuat
kedudukannya apabila terdapat data-data yang berkaitan dengan claim.
Data dapat juga diartikan sebagai bukti-bukti yang bersifat khusus
yang diperlukan untuk mendukung claim. Adapun data yang mendukung
claim yakni:
(2) “Social Resilience Lab Nanyang Technological University
menyimpulkan bahwa Jakarta belum siap untuk normal baru karena
sebagian besar warga Jakarta (77 persen) menganggap enteng Covid-
19”77
Pernyataan ini merupakan data. Terkait Covid-19, arti normal baru
merujuk pada sikap, perilaku, dan tatanan sosio-kultural baru yang
76
Abdul Malik Gismar, “Covid-19, “Mengapa Masyarakat Anggap Enteng Covid-19”, Surat Kabar Kompas, Senin 13 Juli 2020, hal. 10 77
Ibid., Abdul Malik Gismar, hal.10
49
muncul sebagai reaksi dan adaptasi terhadap virus ini. Pilihan terkait
“keluar rumah” dan “tidak keluar rumah” adalah bukan pilihan, karena
biaya ekonomi, sosial, kultural, dan psikologis dari “tinggal di rumah”
berkepanjangan sangat nyata. Akan tetapi, melakukan kegiatan sehari-
hari dan menganggap enteng risiko Covid-19 adalah sangat berbahaya.
Jakarta sebagai Ibu Kota memiliki pasien dengan status pelajar dan
mahasiswa itu menembus angka lebih dari 200 orang di setiap kota
administrasi DKI Jakarta. Adapun total kajian berdasarkan sampel data
dari 4.089 pasien Covid-19 di Ibu Kota. Sedangkan distribusi pekerjaan
pasien positif Covid-19 di DKI terbanyak ada orang yang berstatus
belum/tidak bekerja 1.446 orang, pelajar, dan mahasiswa (1.302), tenaga
kesehatan (928), karyawan swasta (696), perdagangan (611), PNS (416),
pekerja migran (354), anak buah kapal (184), dan lain-lain (92).
Distribusi pekerjaan lainnya adalah karyawan BUMN (84), wiraswasta
(63), petugas kebersihan (48), TNI/Polri (43), karyawan BUMD (39),
driver/ojek (31), pemuka agama (19), satuan pengamanan (16), buruh
(14), pembantu rumah tangga (13), dosen/guru (12), dan narapidana (5).
Data tersebut dihasilkan dari kajian terhadap 6.416 pasien Covid-19 di
DKI.78
Kemudian terkait rendahnya persepsi masyarakat yang
menunjukan belum siapnya Jakarta untuk normal baru yaitu adanya
pemberitaan bahwa ada kegiatan lomba 17 Agustus di Jakarta Timur
yang dibubarkan oleh Satpol PP. Upaya pembubaran kerumunan peserta
dan penonton lomba yang melibatkan sepuluh personel Satpol PP. Upaya
pembubaran massa dilakukan secara persuasif melalui sosialisasi bahaya
Covid-19 serta edaran dari pemerintah setempat.79
78
Imam Hamdi, Distribusi Pasien Covid-19 di DKI Jakarta, Pelajar dan Mahasiswa Tertinggi, diunduh pada Jumat 18 September 2020 pukul 20:58 https://metro.tempo.co/read/1376269/distribusi-pasien-covid-19-di-dki-jakarta-pelajar-dan-mahasiswa-tertinggi 79
Hariyanto Kurniawan, Lomba 17 Agustus di Jakarta Timur Dibubarkan Paksa oleh Satpol PP, diunduh pada Jumat, 18 September 2020 pukul 21:09 https://www.kompas.tv/article/102172/lomba-17-agustus-di-jakarta-timur-dibubarkan-paksa-oleh-satpol-pp
50
Jakarta sebagaimana adalah Ibu Kota dari Indonesia, segala roda dan
pergerakan berbagai bidang sektor ada di tempat ini. Bahkan menjadi
percontohan bagi kota-kota lainnya. Dengan demikian data ini telah
tervalidasikan dan data ini menunjukkan dukungan terhadap claim,
bahwa persepsi terhadap sesuatu perlu dibangun secara kuat dan kokoh
agar tidak menjadi bias arti dan maksudnya. Mengingat Covid-19 adalah
permasalah global dan menjadi wabah dunia, yang seluruh negara harus
berpartisipasi aktif dan responsif dalam proses penanggulangannya.
Setelah ditemukan data dan claim maka unsur selanjutnya adalah
warrant. Warrant merupakan hubungan antara claim dan data. Warrant
bersifat implisit. Warrant dalam artikel ini yaitu Pengetahuan dan
pemahaman penularan Covid-19 harus jadi fokus utama untuk
menyiapkan tatanan kehidupan baru. Pernyataan tersebut
menghubungkan claim dengan data yang ada di artikel ini.
Unsur selanjutnya yaitu backing. Backing merupakan bukti-bukti yang
memperkukuh fakta. Adanya backing untuk memperkukuh warrant. Di
dalam artikel berjudul Mengapa Masyarakat Anggap Enteng Covid-19
ditemukan backing yaitu:
(3) “Sekali lagi yang diperlukan adalah kampanye kesehatan
masyarakat yang masif dan intensif. Untuk ini diperlukan kebijakan,
program, dan kegiatan yang sinkron dan ketat terintegrasi secara
vertikal lintas tingkatan pemerintahan dan secara horizontal lintas
lembaga; serta disampaikan dalam bahasa yang dimengerti
masyarakat.”80
Backing di atas adalah fakta. Sebagaimana program Direktur Jenderal
Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Kirana
Pritasari mengatakan, kampanye nasional untuk mencegah penyebaran
Covid-19 dibutuhkan agar masyarakat semakin paham pencegahan
penularan virus corona. Kirana mengatakan dalam kegiatan kampanye
80
Abdul Malik Gismar, “Covid-19, “Mengapa Masyarakat Anggap Enteng Covid-19”, Loc.Cit, hal.10
51
nasional itu bahwa "Kita bisa menjaga masyarakat agar bisa menjadi
benteng pertahanan utama untuk melakukan pencegahan dari penyebaran
Covid-19 ini".81
Dengan adanya bukti tersebut menggambarkan bahwa negara memang
sedang bergerak ke arah sana. Sebagaimana kampanye secara
konvensional sebagai usaha indoktrinasi. Bahwa pengetahuan dan
penularan Covid-19 harus dipahami secara meluas, sebagai usaha untuk
menyiapkan tatanan kehidupan baru. Dengan begitu backing di atas
adalah fakta yang mampu mendukung warrant.
Unsur selanjutnya yaitu qualifer. Qualifer adalah bagian dari argumen
yang mengukur kekuatan atau paksaan dari claim. Qualifer dalam artikel
ini terdapat kata penanda “oleh karena itu” pada pernyataan di claim.
Unsur argumentasi yang terakhir yaitu rebuttal. Rebuttal adalah hampir
sama dengan qualifer, bagian yang memungkinkan untuk mengecualikan
tanpa harus menganggap claim sebagai sesuatu yang benar secara umum.
Kendati demikian dalam artikel yang berjudul Mengapa Masyarakat
Anggap Enteng Covid-19 tidak ditemukan atau tidak memiliki unsur
rebuttal terhadap claim.
3. Covid-19, Perlu Pemantauan Berkelanjutan di Hilir
Tulisan ketiga yang akan di analisis adalah Covid-19, Perlu
Pemantauan Berkelanjutan di Hilir dengan penulis Erman Aminullah
(Profesor Riset, Bidang Kebijakan Iptek, LIPI). Dimuat pada Senin, 13
Juli 2020 dalam rubrik Opini koran Kompas. Teks tersebut akan dianalisis
berdasarkan unsur-unsur argumentasinya yang terbagi menjadi enam
bagian yakni claim, data, warrant, backing, qualifier, dan rebbutal. Unsur
pertama yaitu claim, claim dapat diartikan sebagai gagasan pembicaraan.
81
Irfan Kamil, Ini Kampanye Nasional yang Dilakukan Kemenkes demi Cegah Covid-19, di unduh pada Jumat, 19 September 2020 pukul 21.42 https://nasional.kompas.com/read/2020/09/04/10534021/ini-kampanye-nasional-yang-dilakukan-kemenkes-demi-cegah-covid-19?page=all
52
Claim pada artikel opini yang berjudul Covid-19, Perlu Pemantauan
Berkelanjutan di Hilir adalah:
(1) “Kehidupan normal baru yang menjaga keseimbangan antara
kepentingan kesehatan dan kepentingan ekonomi ditempuh, dengan
membuka kembali kegiatan ekonomi nasional secara bertahap, dan
pada saat yang bersamaan tetap menerapkan protokol kesehatan
dengan disiplin tinggi.”82
Claim tersebut yang mendasari pada pembicaraan dalam artikel ini.
Pengarang membangun gagasan terkait kehidupan normal baru sebagai
sikap yang perlu diambil dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19 ini.
Bagaimana kebijakan yang diambil pemerintah dalam penanganan Covid-
19 terkait kehidupan normal baru akan dipengaruhi oleh masukan
informasi ilmiah di bidang epidemilogi serta pertimbangan sosial ekonomi
dan politik. Tentu kebijakan ini membutuhkan kompromi dari para
pemangku kepentingan di bidang kesehatan, sosial, ekonomi, dan politik.
Beberapa langkah penyesuaian kebijakan juga diambil, mengikuti
perkembangan situasi, kepentingan, informasi, dan angka kasus Covid-19
di lapangan yang dinamis dan terus menaik secara eksponensial. Claim
tersebut tidak berdiri sendiri. Claim akan kuat kedudukannya apabila
terdapat data-data yang berkaitan dengan claim.
Data dapat juga diartikan sebagai bukti-bukti yang bersifat khusus
yang diperlukan untuk mendukung claim. Adapun data yang mendukung
claim yakni:
a. (2) “Tatanan normal baru diterapkan oleh pemerintah awal Juni, saat
kurva penambahan kasus baru Covid-19 belum menunjukkan tanda-
tanda menurun.”83
Pernyataan ini merupakan data. Terkait kebijakan pemerintah yang
membuka kembali kegiatan ekonomi dengan menyimulasikan
pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB), dengan mulai
82
Erman Aminullah, “Covid-19, Perlu Pemantauan Berkelanjutan di Hilir”, Surat Kabar Kompas, Senin, 13 Juli 2020, hal. 11 83
Ibid, Erman Aminullah, hal. 11
53
membuka kembali akses transportasi, mal, dan pasar, dan disusul
sektor lain secara bertahap.
Sebagaimana untuk memulihkan roda ekonomi agar bisa kembali
berjalan normal, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
sudah menyusun tahapan atau fase pembukaan kegiatan bisnis dan
industri pasca-penyebaran pandemi Covid-19. Adapun timeline fase
new normal untuk pemulihan ekonomi dibagi dalam 5 tahapan: Fase 1
(1 Juni) industri dan jasa dapat beroperasi dengan protokol kesehatan
Covid-19, namun mall belum boleh beroperasi, kecuali toko penjual
masker dan fasilitas kesehatan. Fase 2 (8 Juni) toko, pasar, dan mall
diperbolehkan pembukaan toko namun dengan protokol kesehatan.
Fase 3 (15 Juni) mall tetap seperti fase 2, namun ada evaluasi
pembukaan salon, spa, dan lainnya. Tetap dengan protokol kesehatan
Covid-19. Sekolah dibuka namun dengan sistem shift. Fase 4 (6 Juli)
pembukaan kegiatan ekonomi dengan tambahan evaluasi untuk
pembukaan secara bertahap restoran, cafe, bar, dan lainnya dengan
protokol kebersihan yang ketat. Kegiatan ibadah diperbolehkan
dengan jumlah jamaah dibatasi. Fase 5 (20-27 Juli) evaluasi untuk 4
fase dan pembukaan tempat-tempat atau kegiatan ekonomi dan
kegiatan sosial berskala besar. Akhir Juli/awal Agustus 2020
diharapkan seluruh kegiatan ekonomi sudah dibuka.84
Adapun terkait tatanan normal baru yang diterapkan oleh pemerintah
telah tervalidasikan dengan pernyataan dari Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian yang merupakan kementerian dalam
pemerintah Indonesia yang membidangi koordinasi dan sinkroniasi
penyiapan dan penyusunan kebijakan serta pelaksanaan di bidang
perekonomian. Dengan menteri yang bertugas adalah Airlangga
84
Muhammad Idris, Mulai 1 Juni, Ini Skenario Tahapan New Normal untuk Pemulihan Ekonomi, diunduh pada Sabtu, 19 September 2020 pukul 1:06 https://money.kompas.com/read/2020/05/26/073708726/mulai-1-juni-ini-skenario-tahapan-new-normal-untuk-pemulihan-ekonomi?page=all
54
Hartarto. Data (a) ini menunjukkan dukungan terhadap claim,
mengingatkan bahwa tatanan suatu negara tidak hanya berdiri dari
satu bidang/sektor saja, melainkan banyak bidang dan itu saling
berkesinambungan. Pentingnya untuk menjaga keseimbangan kegiatan
ekonomi di tengah kegiatan kesehatan yang masih menanggulangi
Covid-19 ini.
b. (3) “Selama Juni, jumlah kasus Covid-19 naik dua kali lipat dari
28.000-an menjadi 57.000-an.”85
Pernyataan ini merupakan data. Bahwa pelonggaran PSBB untuk
menuju kehidupan normal baru akan tetapi kasus Covid-19 naik dua
kali lipat. Artinya, penegakan disiplin dengan kepatuhan tinggi
terhadap protokol kesehatan belum berjalan maksimal.
Sebagaimana pemerintah kembali melaporkan penambahan kasus
Covid-19 di Indonesia. Juru Bicara Penanganan COVID-19 Achmad
Yurianto mengatakan bahwa hingga hari terakhir di bulan Juni ini,
secara keseluruhan terdapat 56.385 kasus positif COVID-19 di
Indonesia.86
Sejak pertengahan Juni 2020 jumlah kasus baru
terkonfirmasi positif Corona di Indonesia berada di kisaran 1.000
kasus per harinya. Namun hal tersebut tidak serta merta menunjukkan
angka positivity rate juga tinggi. Epidemiolog Gugus Tugas Nasional
Dewi Nur Aisyah menerangkan, positivity rate tidak hanya dilihat dari
angkanya saja, melainkan dari jumlah orang yang diperiksa. Secara
nasional positivity rate Indonesia mencapai 12% yang masih di atas
standar positivity rate yang ditetapkan WHO yaitu sebesar 5%.
Namun jika dibandingkan bulan Mei lalu positivity rate saat ini lebih
rendah. Dewi menambahkan data di bulan Juni dengan rata-rata 8.000
85
Erman Aminullah, “Covid-19, Perlu Pemantauan Berkelanjutan di Hilir”, Loc.Cit, hal. 11 86
Giovani Dio Prasasti, 30 Juni 2020 : Kasus Positif Corona di Indonesia 56.385, Sembuh 24.806, Meninggal 2.876, diunduh pada Sabtu, 19 September 2020 pukul 03:06 https://www.liputan6.com/health/read/4292625/30-juni-2020-kasus-positif-corona-di-indonesia-56385-sembuh-24806-meninggal-2876
55
kasus baru dalam satu minggu dan orang yang diperiksa mencapai
55.000 sehingga saat ini positivity rate-nya 12%. Dengan demikian
dapat dikatakan kecepatan penularan melambat dari bulan
sebelumnya. Lebih lanjut Dewi menjelaskan jika angka nasional 12%
maka setiap kabupaten-kota memiliki cerita yang berbeda jika ditelaah
dari jumlah orang positif dibandingkan dengan jumlah orang yang
diperiksa.87
Terkait jumlah kasus Covid-19 selama bulan Juni telah tervalidasikan
oleh pernyataan dari Achmad Yurianto selaku Juru Bicara Penanganan
Covid-19. Data (b) ini menunjukan dukungan terhadap claim, bahwa
meningkatnya jumlah kasus Covid-19 perlu ditinjau kembali dengan
jumlah uji yang dilakukannya. Dengan demikian terjadi kepaduan
antara keduanya dan hal tersebut tidak bisa disimpulkan hanya dari
salah satu hasilnya. Menjadikan dalam hal ini pemerintah terus
optimis dalam melaksanakan normal baru sebagai bagian dari
perencanaan menjaga keseimbangan antara kepentingan kesehatan dan
kepentingan ekonomi.
Setelah ditemukan data dan claim maka unsur selanjutnya adalah
warrant. Warrant merupakan hubungan antara claim dan data. Warrant
bersifat implisit. Warrant dalam artikel ini yaitu Perlunya pemantauan
berkelanjutan dalam penerapan normal baru sebagai upaya menjaga
kestabilan kondisi negara. Pernyataan tersebut menghubungkan claim
dengan data yang ada di artikel ini.
Unsur selanjutnya yaitu backing. Backing merupakan bukti-bukti yang
memperkukuh fakta. Adanya backing untuk memperkukuh warrant. Di
87
Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional, Perkembangan COVID-19 Juni, Dr. Dewi: Angka Positivity Rate Lebih Rendah daripada Bulan Mei, diunduh pada Sabtu, 19 September 2020 pukul 03:14 https://covid19.go.id/p/berita/perkembangan-covid-19-juni-dr-dewi-angka-positivity-rate-lebih-rendah-daripada-bulan-mei
56
dalam artikel berjudul Covid-19, Perlu Pemantauan Berkelanjutan di Hilir
tidak ditemukan backing dalam artikel ini.
Unsur selanjutnya yaitu qualifer. Qualifer adalah bagian dari argumen
yang mengukur kekuatan atau paksaan dari claim. Qualifer dalam artikel
ini terdapat kata penanda “dan pada saat” pada pernyataan di claim.
Unsur argumentasi yang terakhir yaitu rebuttal. Rebuttal adalah hampir
sama dengan qualifer, bagian yang memungkinkan untuk mengecualikan
tanpa harus menganggap claim sebagai sesuatu yang benar secara umum.
Kendati demikian dalam artikel yang berjudul Covid-19, Perlu
Pemantauan Berkelanjutan di Hilir tidak ditemukan atau tidak memiliki
unsur rebuttal terhadap claim.
4. Apa Setelah Demam Babi Afrika, Covid-19, dan Flu Babi?
Tulisan keempat yang akan di analisis adalah Apa Setelah Demam
Babi Afrika, Covid-19, dan Flu Babi? dengan penulis Soeharsono
(Mantan Penyidik Penyakit Hewan). Dimuat pada Jumat, 17 Juli 2020
dalam rubrik Opini koran Kompas. Teks tersebut akan dianalisis
berdasarkan unsur-unsur argumentasinya yang terbagi menjadi enam
bagian yakni claim, data, warrant, backing, qualifier, dan rebbutal. Unsur
pertama yaitu claim, claim dapat diartikan sebagai gagasan pembicaraan.
Claim pada artikel opini yang berjudul Apa Setelah Demam Babi Afrika,
Covid-19, dan Flu Babi? adalah:
(1) “China bagaikan sudah jatuh ditimpa tangga pula.”88
Claim tersebut yang mendasari pada pembicaraan dalam artikel ini.
Pengarang menuliskan permasalahan atau wabah-wabah yang dialami oleh
negara China. Wabah pertama yaitu demam babi Afrika, penyakit yang
tidak menular ke manusia ini menyebabkan kematian babi dalam jumlah
yang tidak wajar. Wabah kedua yaitu Covid-19, yang saat ini tengah
menjadi wabah dunia dan masih dalam tahap penanggulangan hampir
88
Soeharsono, “Apa Setelah Demam Babi Afrika, Covid-19, dan Flu Babi?”, Surat Kabar Kompas, Jumat, 17 Juli 2020, hal. 10
57
disetiap negara. Wabah ketiga yaitu flu babi, virus yang penyebabnya
berasal dari babi dan menyebar antar orang yang menyebabkan kematian.
Claim tersebut tidak berdiri sendiri. Claim akan kuat kedudukannya
apabila terdapat data-data yang berkaitan dengan claim.
Data dapat juga diartikan sebagai bukti-bukti yang bersifat khusus
yang diperlukan untuk mendukung claim. Adapun data yang mendukung
claim yakni:
(2) “Agustus 2018, untuk pertama kali China tertular penyakit paling
ganas pada babi, demam babi Afrika. Diperkirakan 25 persen dari
ratusan juta populasi babi mati pada April 2020. Pada bulan Desember
2019 muncul wabah Covid-19, kemudian menjadi pandemi.
Kemudian baru-baru ini peneliti di China menemukan virus flu babi
baru (G4 EA H1N1) yang menulari 10 persen peternak, dan disebut
berpotensi menjadi pandemi (Proceedings of the National Academy of
Sciences).”89
Pernyataan ini merupakan data. Demam babi Afrika yang
menyebabkan kematian babi dengan jumlah yang tidak wajar, ditambah
lalu lintas impor-ekspor babi menjadikan penyebaran virus ini tidak hanya
terjadi di China. Perlu pemantauan dan penulusuran lebih lanjut dalam
penanggulangannya. Demikian pula dengan wabah Covid-19 yang saat ini
tengah menjadi wabah dunia yang menciptakan kebiasaan baru dan masih
dalam tahap penanggulangan di beberapa negara. Flu babi juga menjadi
wabah yang baru muncul di China, flu babi yang menyebar antar orang ini
tetap perlu diwaspadai karena dapat berpotensi menjadi pemicu pandemi.
Sebagaimana wabah demam babi Afrika atau African Swine Fever
(ASF) menyebabkan ribuan babi mati. Tercatat sejumlah negara
melaporkan kasus kematian babi, mulai dari China, Filipina, hingga
Indonesia. Menurut World Organization for Animal Health African Swine
Fever (ASF) adalah penyakit pendarahan yang sangat menular pada babi
ternak dan liar. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang tersebar di DNA
89
Ibid., Soeharsono, hal.10
58
babi. ASF pertama kali ditemukan di China, Agustus 2018, di kota timur
laut Shenyang. Awalnya ada 45 kasus ASF dengan 5.439 babi terinfeksi
dan 3.841 babi mati. Di China, akibat wabah ASF, harga babi melonjak
sampai ke rekor tertingginya pada November 2019. Menurut data resmi
Biro Statistik Nasional China yang dirilis pada hari Selasa (10/12/2019),
harga daging babi di negara itu melonjak 110% pada November 2019
dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Menurut Food and
Agriculture Organization (FAO), sejak Kementerian Pertanian dan Urusan
Pedesaan (MARA) mengkonfirmasi wabah ASF pertama di Provinsi
Liaoning pada 3 Agustus 2018, ada 163 wabah terdeteksi di 32
Provinsi/Daerah Otonomi/Kotamadya/Daerah Administrasi Khusus. Sudah
sekitar 1.193.000 babi dimusnahkan hingga saat ini.90
Pemerintah China melakukan penelusuran kembali kasus pertama
yang teridentifikasi positif terpapar virus corona baru atau 2019-nCoV
hingga beberapa waktu sebelum kasus terkonfirmasi atau hingga 17
November 2019. Melansir dari SCMP, catatan otoritas setempat
menunjukkan bahwa orang pertama yang terinfeksi penyakit corona virus
merupakan penduduk Hubei berusia 55 tahun. Meski begitu, pasien ke-nol
belum dapat dikonfirmasi. Menurut WHO, kasus Covid-19 pertama yang
dikonfirmasi di China pada 8 Desember 2019. Namun, Organisasi
Kesehatan Dunia tersebut tidak melakukan pelacakan terhadap penyakit,
melainkan bergantung pada negara-negara untuk memberikan informasi.
Sebuah laporan yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet, salah satu
dokter di Rumah Sakit Jinyintan Wuhan, yang merawat beberapa pasien
paling awal, menyebutkan bahwa tanggal infeksi pertama diketahui pada 1
Desember 2019. Tes menunjukkan, seorang pasien di RS Pusat Wuhan
didiagnosis tertular virus corona yang belum diketahui pada 16 Desember
2019. Kendati begitu, komunitas medis di Wuhan tampaknya sadar akan
90
Rehia Sebayang, Teror Flu Babi Bikin Pening, Berawal di China Kini Masuk RI, diunduh pada Sabtu, 19 Juli 2020 pukul 14:10 https://www.cnbcindonesia.com/news/20191227152612-4-126084/teror-flu-babi-bikin-pening-berawal-di-china-kini-masuk-ri/1
59
penyakit tersebut pada akhir Desember 2019. Laporan sebelumnya
menjelaskan, meskipun dokter mengumpulkan sampel dari kasus yang
dicurigai pada akhir Desember, mereka tidak dapat mengonfirmasi temuan
karena terhambat oleh birokrasi, seperti harus mendapatkan persetujuan
dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China. Hal ini
membutuhkan waktu berhari-hari.91
Para peneliti di China menemukan virus flu babi G4 tipe baru yang
disebut bisa memicu pandemi baru. Virus G4 ini merupakan turunan dari
flu babi H1N1. Menurut para peneliti, G4 dianggap sangat berbahaya.
Sebab, inti dari virus ini adalah virus flu burung dengan campuran strain
mamalia di dalamnya. Sementara manusia sama sekali tidak punya
kekebalan terhadap virus ini. Berdasarkan penelitian, virus ini sudah
menular dari hewan ke manusia. Sebanyak 10,4 persen orang yang bekerja
di peternakan babi ternyata sudah terinfeksi flu tersebut. Selain itu, 4,4
persen dari populasi China secara umum juga sudah terpapar virus atau
terinfeksi flu babi G4. Tapi, belum ada bukti virus ini menular antar
manusia. Penularan antar manusia-lah yang menjadi kekhawatiran utama
para peneliti. China saat ini memiliki populasi babi terbesar di dunia.
Namun, menurut Robert Webster seorang peneliti influenza, saat ini masih
menjadi tanda tanya apakah virus ini akan bermutasi dan siap bertransmisi
antar manusia.92
Adapun data di atas telah tervalidasikan dengan kutipan di atas.
Bahwa berbagai permasalahan yang dialami suatu negara, tentu hal ini
akan saling berkesinambungan dengan negara-negara lain. Percepatan
91
Mela Arnani, Kasus Pertama Virus Corona di China Dilacak hingga 17 November 2019, diunduh pada Sabtu, 19 September 2020 pukul 14:45 https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/13/111245765/kasus-pertama-virus-corona-di-china-dilacak-hingga-17-november-2019?page=all 92
Albert Ivan Damanik, Flu Babi G4 Virus Baru, Infeksi 4,4 Persen Warga China, diunduh pada Sabtu, 19 September 2020 pukul 15:29 https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200630133523-199-519025/flu-babi-g4-virus-baru-infeksi-44-persen-warga-china
60
dunia juga menjadikan hubungan setiap negara saling tertaut erat secara
global. Dalam hal ini China yang sedang menghadapi terpaan badainya.
Mulai dari kasus demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF),
Covid-19, dan virus flu babi G4. Tentu data ini mendukung claim terkait
masalah-masalah yang tengah dihadapi oleh China.
Setelah ditemukan data dan claim maka unsur selanjutnya adalah
warrant. Warrant merupakan hubungan antara claim dan data. Warrant
bersifat implisit. Warrant dalam artikel ini yaitu Permasalahan di China
perlu diwaspadai tetapi tidak ikut panik. Pernyataan tersebut
menghubungkan claim dengan data yang ada di artikel ini.
Unsur selanjutnya yaitu backing. Backing merupakan bukti-bukti yang
memperkukuh fakta. Adanya backing untuk memperkukuh warrant. Di
dalam artikel berjudul Apa Setelah Demam Babi Afrika, Covid-19, dan Flu
Babi? tidak ditemukannya backing.
Unsur selanjutnya yaitu qualifer. Qualifer adalah bagian dari argumen
yang mengukur kekuatan atau paksaan dari claim. Qualifer dalam artikel
ini terdapat kata penanda “sudah” pada pernyataan di claim. Unsur
argumentasi yang terakhir yaitu rebuttal. Rebuttal adalah hampir sama
dengan qualifer, bagian yang memungkinkan untuk mengecualikan tanpa
harus menganggap claim sebagai sesuatu yang benar secara umum.
Kendati demikian dalam artikel yang berjudul Apa Setelah Demam Babi
Afrika, Covid-19, dan Flu Babi? tidak ditemukan atau tidak memiliki
unsur rebuttal terhadap claim.
5. Covid-19 dan Kesehatan Masyarakat
Tulisan kelima yang akan di analisis adalah Covid-19 dan Kesehatan
Masyarakat dengan penulis Dono Widiatmoko (Senior Lecture di
University of Derby, Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat
Indonesia). Dimuat pada Jumat, 17 Juli 2020 dalam rubrik Opini koran
Kompas. Teks tersebut akan dianalisis berdasarkan unsur-unsur
61
argumentasinya yang terbagi menjadi enam bagian yakni claim, data,
warrant, backing, qualifier, dan rebbutal. Unsur pertama yaitu claim,
claim dapat diartikan sebagai gagasan pembicaraan. Claim pada artikel
opini yang berjudul Covid-19 dan Kesehatan Masyarakat adalah:
(1) “Kita harus tetap fokus untuk terus membangun kejayaan
Indonesia sebagai bangsa yang kuat dengan mengutamakan kesehatan
setiap warga negaranya.”93
Claim tersebut yang mendasari pada pembicaraan dalam artikel ini.
Pengarang membangun gagasan terkait kesehatan masyarakat yang
menjadi amanah pemerintah dan implementasinya bagi para warganya
terlebih saat kondisi pandemi Covid-19 seperti ini. Tindakan-tindakan
dalam membangun kejayaan terutama bidang kesehatan bagi rakyatnya,
tentu tindakan ini bukan hanya yang bersifat penyembuhan tetapi juga
pencegahan. Kedua hal ini dapat berjalan bersamaan. Claim tersebut tidak
berdiri sendiri. Claim akan kuat kedudukannya apabila terdapat data-data
yang berkaitan dengan claim.
Data dapat juga diartikan sebagai bukti-bukti yang bersifat khusus
yang diperlukan untuk mendukung claim. Adapun data yang mendukung
claim yakni:
a. (2) “Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah salah satu program
single-payer terbesar dan paling ambisius di dunia. Diluncurkan pada
Januari 2014, JKN telah mencakup 221 juta orang, atau 83 persen dari
populasi Indonesia pada Mei 2020.”94
Pernyataan ini merupakan data. Bagaimana pemerintah berkomitmen
untuk memastikan keberlanjutan JKN dan memiliki dampak positif
pada hasil kesehatan, perlindungan keuangan, ekuitas kesehatan, dan
pada pasar kesehatan, dan ekonomi secara umum. Akan tetapi defisit
tahunan terus meningkat sehingga menambah tekanan pada sistem
perawatan kesehatan Indonesia.
93
Dono Widiatmoko, “Covid-19 dan Kesehatan Masyarakat”, Surat Kabar Kompas, Jumat, 17 Juli 2020, hal. 11 94
Ibid., Dono Widiatmoko, Hal. 11
62
Berdasarkan situs resmi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
menjelaskan bahwa JKN merupakan bagian dari Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan
mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory)
berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah
membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.95
Kemudian
dikutip dari laman resmi BPJS yang menerangkan bahwa kehadiran
Program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-
KIS) yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan faktanya dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat. Ini dilihat dari jumlah peserta serta
angka pemanfaatan yang terus meningkat sejak diimplementasikan.
Sampai dengan 10 Januari 2019 jumlah peserta yang terdaftar dalam
Program JKN-KIS telah mencapai 216.152.549 jiwa atau mencakup
82% dari total penduduk Indonesia.96
Adapun terkait alasan kehadiran program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) dan jumlah penggunanya telah tervalidasikan dengan
kutipan dari masing-masing situs resmi yang bersangkutan. Data (a)
ini menunjukan dukungan terhadap claim, mengingatkan kembali
akan fokus utama dalam membangun bangsa adalah dengan
memberikan perhatian khusus akan kesehatan setiap warga negaranya.
Sebagaimana hal itu juga diatur dalam undang-undang, yang
merupakan acuan dalam menjalankan roda sinergitas bernegara.
95
JKN, Apa itu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)?, diunduh pada Sabtu, 19 September 2020 pukul 20:37, http://www.jkn.kemkes.go.id/detailfaq.php?id=1#:~:text=Jaminan%20Kesehatan%20Nasional%20(JKN)%20merupakan,untuk%20memenuhi%20kebutuhan%20dasar%20kesehatan 96
Humas BPJS, KIS Jadi Program Pemerintah Paling Dirasakan Manfaatnya Versi Alvara Research, diunduh pada Sabtu, 19 September 2020 pukul 20:56 https://www.bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/post/read/2019/1040/KIS-Becomes-The-Most-Benefited-Government-Program-According-to-Alvara-Research#:~:text=Sampai%20dengan%2010%20Januari%202019,manfaat%20dari%20hadirnya%20program%20ini.
63
b. (3) “Sistem JKN yang kita miliki merupakan pendekatan kuratif. Porsi
yang dialokasikan untuk program-program preventif dengan
peningkatan kesehatan masyarakat, pencegahan, dan pengendalian
penyakit serta pendidikan hanya sekitar 7 persen dari keseluruhan
alokasi anggaran kesehatan 2021.”97
Pernyataan ini merupakan data. Saat slogan mencegah lebih baik
daripada mengobati, namun kegiatan-kegiatan yang dibangun pada
sistem JKN lebih condong pada hal yang bersifat penyembuhan.
Dengan demikian diperlukan program-program yang dapat lebih
mengedukasi untuk suatu pencegahan, terlebih saat pandemi Covid-19
seperti ini.
Sebagaimana pemerintah menetapkan anggaran kesehatan untuk tahun
depan sebesar Rp169,7 triliun atau setara dengan 6,2 persen dari total
belanja negara. Anggaran ini meningkat seiring upaya pemerintah
untuk memenuhi anggaran kesehatan sesuai dengan Undang-Undang.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan reformasi
sistem kesehatan akan dilakukan dengan tujuan memperkuat kapasitas
sistem kesehatan baik dari aspek ketahanan kesehatan, pemerataan
pelayanan kesehatan, serta penguatan aspek promotif preventif kepada
masyarakat. "Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah peningkatan
derajat kesehatan masyarakat termasuk kesiapan sistem dalam
menghadapi kondisi terburuk seperti pandemi Covid-19 ini di masa
mendatang," kata dia dalam rapat paripurna di Gedung DPR, Jakarta,
Selasa, 1 September 2020.98
Kemudian Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia (FKUI) menggelar hasil studi terbaru mengenai
sistem Cakupan Kesehatan Semesta (UHC - universal health
coverage) yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan. Adalah dr Rina Agustina MSc, PhD, Ketua
97
Dono Widiatmoko, “Covid-19 dan Kesehatan Masyarakat”, Loc.Cit, hal. 11 98
Eko Nordiansyah, 2021, Anggaran Kesehatan Rp169,7 Triliun Termasuk untuk Pengadaan Vaksin, diunduh pada Sabtu, 19 September 2020 pukul 21:27 https://www.medcom.id/ekonomi/makro/9K50Vr0k-2021-anggaran-kesehatan-rp169-7-triliun-termasuk-untuk-pengadaan-vaksin
64
Program Studi Doktor Ilmu Gizi FKUI yang mengetuai tim peneliti
tersebut. Di situ ia menyebutkan bahwa studi tersebut menunjukkan
bahwa Indonesia telah menciptakan skema UHC yang adaptif dan
fleksibel untuk mengakomodit kondisi dan kebutuhan yang beragam.
"Tujuannya menjamin perlindungan risiko keuangan, serta akses
pelayanan kesehatan yang aman, efektif, dan terjangkau bagi seluruh
lapisan masyarakat," ujarnya. Menurutnya, sistem Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) dan BPJS Kesehatan telah menjadi sistem asuransi
dengan skema pembayar premi tunggal terbesar di dunia." Kemudian
periset, menurut Rina, juga merekomendasikan perlunya pendekatan
preventif dan promotif melalui pendekatan preventif universal risk
coverage (program mengurangsi faktor risiko) dan universal cause
coverage (refomasi kebijakan mengenai gaya hidup sehat).99
Adapun terkait anggaran kesehatan dan program JKN telah
tervalidasikan dengan kutipan di atas. Bahwa pemerintah berusaha
untuk mewujudkan segala yang diamanatkan oleh undang-undang
terlebih tentang kesehatan setiap warga negaranya. Kemudian terkait
program JKN adalah penting untuk melakukan tindakan yang lebih
mengedukasi yang bersifat pencegahan disamping tugas pokok untuk
menyembuhkan. Data (b) ini menunjukan dukungan terhadap claim,
memberikan penjelasan terkait paparan anggaran dan program yang
dialokasikan untuk kesehatan guna mewujudkan cita-cita bangsa yang
menjamin kesehatan setiap warga negaranya.
Setelah ditemukan data dan claim maka unsur selanjutnya adalah
warrant. Warrant merupakan hubungan antara claim dan data. Warrant
bersifat implisit. Warrant dalam artikel ini yaitu Usaha kuratif yang
berorientasi jangka pendek dan menengah, serta preventif yang
99
Aries Kelana, JKN Perlu Melakukan Pendekatan Preventif dan Promotif Pula, diunduh pada Sabtu, 19 September 2020 pukul 21:45 https://www.gatra.com/detail/news/374109-JKN-Perlu-Melakukan-Pendekatan-Preventif-dan-Promotif-Pula
65
berorientasi jangka panjang, harus berjalan beriringan. Pernyataan
tersebut menghubungkan claim dengan data yang ada di artikel ini.
Unsur selanjutnya yaitu backing. Backing merupakan bukti-bukti yang
memperkukuh fakta. Adanya backing untuk memperkukuh warrant. Di
dalam artikel berjudul Covid-19 dan Kesehatan Masyarakat ditemukan
backing yaitu:
(4) “Salah satu contoh fokus program peningkatan kesehatan
masyarakat adalah peningkatan kesehatan ibu dan anak. Ikatan Bidan
Indonesia (IBI) mencatat, pandemi ini mengakibatkan wanita hamil
dan pasangan enggan untuk mengunjungi fasilitas kesehatan, bahkan
hanya menjalani pemeriksaan atau menerima kontrasepsi."100
Backing di atas adalah fakta. Dikutip dari laman resmi IBI bahwa
Dalam sejarah Bidan Indonesia menyebutkan tanggal 24 Juni 1951
dipandang sebagai hari jadi IBI. Pengukuhan hari lahirnya IBI tersebut
didasarkan atas hasil konferensi bidan pertama yang diselenggarakan di
Jakarta 24 Juni 1951, yang merupakan prakarsa bidan-bidan senior yang
berdomisili di Jakarta. Konferensi bidan pertama tersebut telah berhasil
meletakkan landasan yang kuat serta arah yang benar bagi perjuangan
bidan selanjutnya, yaitu mendirikan sebuah organisasi profesi bernama
Ikatan Bidan Indonesia (IBI), berbentuk kesatuan, bersifat Nasional,
berazaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.101
Dengan adanya bukti tersebut menjadi contoh kegiatan atau program
yang berusaha untuk preventif dengan meningkatkan kesehatan ibu dan
anak. IBI sebagai organisasi profesi yang memiliki anggota yang cukup
besar yang anggotanya bekerja pada semua fasilitas pelayanan kesehatan
baik di rumah sakit dan Puskesmas, berperan penting dalam memastikan
bahwa ibu dan anak mendapatkan pelayanan kebidanan yang aman,
100
Dono Widiatmoko, “Covid-19 dan Kesehatan Masyarakat”, Loc.Cit, hal. 11 101
IBI, Sejarah Singkat Ikatan Bidan Indonesia, diunduh pada Sabtu, 19 September 2020 pukul 23:23 https://www.ibi.or.id/id/article_view/A20150113002/sejarah-singkat-ikatan-bidan-indonesia.html#
66
efektif, dan yang terbaik. Dengan begitu backing di atas adalah fakta yang
mampu mendukung warrant.
Unsur selanjutnya yaitu qualifer. Qualifer adalah bagian dari argumen
yang mengukur kekuatan atau paksaan dari claim. Qualifer dalam artikel
ini terdapat kata penanda “setiap” pada pernyataan di claim. Unsur
argumentasi yang terakhir yaitu rebuttal. Rebuttal adalah hampir sama
dengan qualifer, bagian yang memungkinkan untuk mengecualikan tanpa
harus menganggap claim sebagai sesuatu yang benar secara umum.
Kendati demikian dalam artikel yang berjudul Covid-19 dan Kesehatan
Masyarakat tidak ditemukan atau tidak memiliki unsur rebuttal terhadap
claim.
6. Covid-19 dan Pembangunan
Tulisan keenam yang akan di analisis adalah Covid-19 dan
Pembangunan dengan penulis Emil Salim (Pensiunan Dosen Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia). Dimuat pada Senin, 20 Juli 2020 dalam
rubrik Opini koran Kompas. Teks tersebut akan dianalisis berdasarkan
unsur-unsur argumentasinya yang terbagi menjadi enam bagian yakni
claim, data, warrant, backing, qualifier, dan rebbutal. Unsur pertama
yaitu claim, claim dapat diartikan sebagai gagasan pembicaraan. Claim
pada artikel opini yang berjudul Covid-19 dan Pembangunan adalah:
(1) “Covid-19 masa akhirnya belum diketahui. Vaksin yang mujarab
belum diketahui. Karena itu perlu dipelihara suasana dan iklim politik
yang sejuk dan bertanggung jawab. Sangat penting menggunakan
dana keuangan negara yang terbatas untuk menyelamatkan pendidikan
angkatan bonus demografi.”102
Claim tersebut yang mendasari pada pembicaraan dalam artikel ini.
Pengarang membangun gagasan terkait permasalahan pandemi Covid-19
dan sikap Indonesia dalam menghadapi bonus demografi ini. Hal ini
bertujuan untuk menjaga pembangunan negara agar tidak mengalami
kemunduran atau ketertinggalan atas pandemi Covid-19 ini. Dengan
102
Emil Salim, “Covid-19 dan Pembangunan”, Surat Kabar Kompas, Senin 20 Juli 2020, hal. 10
67
demikian dibutuhkan proses yang adaftif dalam menyelamatkan generasi
yang ada. Sebagaimana dunia memandang Indonesia sebagai negara kaya
dan beraneka ragam sumber daya alam hayati daratan dan lautan yang
terbentang sepanjang khatulistiwa. Namun rendahnya kualitas sumber
daya manusianya (SDM) menjadikan lambannya tingkat pembangunan
dan rendahnya pendapatan per penduduknya. Fokus dalam peningkatan
kualiatas sumber daya manusia adalah penting di tengah pandemi Covid-
19 agar tidak semakin tertinggal dari negara-negara maju lainnya. Claim
tersebut tidak berdiri sendiri. Claim akan kuat kedudukannya apabila
terdapat data-data yang berkaitan dengan claim.
Data dapat juga diartikan sebagai bukti-bukti yang bersifat khusus
yang diperlukan untuk mendukung claim. Adapun data yang mendukung
claim yakni:
a. (2) “Indonesia mulai memasuki tahap bonus demografi dengan
dominasi kelompok penduduk usia 15-64 tahun yang jumlahnya naik
dari 170,79 juta (2015) ke 193,71 juta jiwa (2045).”103
Pernyataan ini merupakan data. Sebagaimana sejarah bangsa ini
menunjukkan bahwa umumnya Indonesia dipimpin oleh pemimpin
yang mencapai puncak produktivitasnya pada usia 40-50 tahun.
Dengan demikian calon-calon pemimpin pontensial bangsa ini dan
para pengelola pembangunan pada saat Indonesia lepas landas 2045
ada pada mereka yang kini berada pada kelompok usia 15-35 tahun.
Oleh karenanya penting memperioritaskan pembangunan pada
pengembangan kualitas SDM kelompok usia bonus demografi saat ini.
Indonesia diprediksi akan mengalami masa bonus demografi di antara
tahun 2030-2040. Bonus demografi merupakan jumlah penduduk usia
produktif (15 tahun hingga 64 tahun) lebih besar dibandingkan usia
tidak produktif (di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Jumlah usia
produktif diprediksi akan mencapai 64 persen dari total jumlah
103
Ibid., Emil Salim, hal. 10
68
penduduk yang diperkirakan sejumlah 297 juta jiwa.104
Dalam situs
Badan Pusat Statistik (BPS), beberapa definisi mengenai bonus
demografi merujuk pada fenomena penambahan jumlah penduduk
usia kerja yang membawa keuntungan bagi perekonomian. Bonus
demografi didefinisikan sebagai sebuah penambahan penduduk pada
kelompok usia kerja yang walaupun meningkatkan jumlah penduduk
total dipandang sebagai sebuah keuntungan yang tidak terelakan.
Seorang ekonom Sri Moertiningih Adioetomo mengatakan bahwa
pengertian bonus demografi adalah perubahan struktur umur
penduduk karena penurunan kelahiran terus menerus. Dengan
demikian jumlah dan proporsi anak-anak mengecil. Peningkatan usia
harapan hidup menyebabkan anak-anak menjadi dewasa usia kerja.
Era bonus demografi ditandai dengan ledakan penduduk usia kerja.
Ketika kualitas pekerja bagus, produktif, dan berdaya saing maka
bonus demografi membantu memicu pertumbuhan.105
Adapun terkait jumlah penduduk usia produktif serta prediksi ilmiah
terkait bonus demografi telah tervalidasikan dengan kutipan di atas.
Sebagaimana Badan Pusat Statistik yang merupakan lembaga
pemerintah non kementerian sehingga bertanggungjawab langsung
kepada presiden. Tentu hal ini adalah wacana serius yang perlu
dikawal dengan peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Data
(a) ini menunjukkan dukungan terhadap claim, mengingatkan untuk
menyeleksi keperluan darurat dan tidakan dengan menyelamatkan
pendidikan angkatan bonus demografi yang nantinya akan
melanjutkan pembangunan bangsa ini.
104
Umi Faddillah, Bonus Demografi dan Peran Dunia Pendidikan, diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul 09:58 https://republika.co.id/berita/qdszg0374/bonus-demografi-dan-peran-dunia-pendidikan 105
Ari Welianto, Pengertian Bonus Demografi, diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul 10:08 https://www.kompas.com/skola/read/2020/08/27/113000069/pengertian-bonus-demografi?page=all
69
b. (3) “Hingga awal Juli, dilaporkan terdapat 402 kabupaten/kota
berisiko “tinggi-sedang-rendah” dan 112 kabupaten/kota tidak ada
risiko tinggi. Dengan demikian, sekitar 20 persen dari jumlah
kabupaten/kota bisa diterapkan pengajaran tatap muka, sedang sisanya
perlu “pengajaran berjarak” melalui teknologi digital.”106
Pernyataan ini merupakan data. Bahwa di 402 kabupaten/kota ini
perlu dibangun fasilitas komunikasi digital, listrik, dan juga
peningkatan kemampuan pendidikan dalam menguasai teknik
pengajaran digital. Hal ini akan berguna dalam menjaga dan
meningkatkan kualitas SDM angkatan bonus demografi dengan tetap
menjalankan dunia pendidikan di tengah wabah Covid-19.
Sebagaimana pemerintah menyatakan kasus Covid-19 di Indonesia
terus bertambah karena masih adanya penularan virus corona di
masyarakat. Informasi ini disampaikan pemerintah melalui Satuan
Tugas Penanganan Covid-19 (25/7/2020). Kasus Covid-19 saat ini
sudah tercatat di 34 provinsi atau semua provinsi di Indonesia, dari
Aceh hingga Papua. Dari 34 provinsi itu, ada 471 kabupaten/kota yang
terdampak penularan virus corona.107
Kemudian Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan bersama dengan sejumlah kementerian
mengumumkan siswa yang berada di zona hijau dan kuning Covid-19
kini dapat belajar tatap muka di sekolah. Sebelumnya, dalam Surat
Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri, hanya sekolah di zona hijau
saja yang diizinkan untuk melakukan pembelajaran tatap muka.
Namun, seiring dengan evaluasi dan beragam aspirasi dari banyak
pihak, Kemendikbud memandang perlu dilakukannya penyesuaian
terhadap evaluasi SKB 4 Menteri yang dikeluarkan pada pertengahan
Juni lalu, salah satunya pertimbangan dampak negatif bila
106
Emil Salim, “Covid-19 dan Pembangunan”, Loc.Cit, hal. 10 107
Dian Erika Nugraheny, Rincian Perkembangan Data Covid-19 Indonesia Hingga 25 Juli, diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul 10:45 https://nasional.kompas.com/read/2020/07/25/16033371/rincian-perkembangan-data-covid-19-indonesia-hingga-25-juli?page=all
70
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dilakukan berkepanjangan.108
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) juga
membuat kurikulum darurat bagi guru, murid, dan orang tua saat
menghadapi pembelajaran jarak jauh (PJJ) di masa pandemi COVID-
19. Keputusan ini dibuat setelah mendengar banyaknya keluhan, baik
dari guru, murid, maupun orang tua terkait pelaksanaan pembelajaran
jarak jauh. Secara umum, kurikulum darurat diambil dari kurikulum
2013, hanya saja ada sejumlah kompetensi dasar yang dipangkas.
Kompetensi dasar yang dipertahankan hanya yang dinilai penting dan
yang berpengaruh terhadap pendidikan di tingkat selanjutnya.109
Adapun terkait jumlah data kota/kabupaten yang terpapar dan program
pendidikan yang digagas selama pandemi Covid-19 ini telah
tervalidasikan dengan pernyataan dari pasukan khusus penanganan
Covid-19 dan dari menteri pendidikan. Data (b) ini menunjukan
dukungan terhadap claim, bahwa data wilayah yang terpapar dengan
strategi pertahanan sistem pendidikan harus selalu dielaborasi bersama
sebagai bagian upaya menjaga kualiatas sumber daya manusia terlebih
wacana bonus demografi ini.
Setelah ditemukan data dan claim maka unsur selanjutnya adalah
warrant. Warrant merupakan hubungan antara claim dan data. Warrant
bersifat implisit. Warrant dalam artikel ini yaitu Perhatian pada kualitas
sumber daya manusia di tengah masa pandemi Covid-19 menjadi acuan
dalam wajah negara dimasa depan terlebih keberhasilan pemanfaatan
bonus demografi pada Indonesia. Pernyataan tersebut menghubungkan
claim dengan data yang ada di artikel ini.
108
Ayunda Pininta Kasih, Nadiem: PJJ Berkepanjangan Berdampak Negatif bagi Siswa, diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul 10:58 https://www.kompas.com/edu/read/2020/08/10/100000171/nadiem--pjj-berkepanjangan-berdampak-negatif-bagi-siswa?page=all 109
Mohammad Bernie, Kemendikbud Buat Kurikulum Darurat PJJ selama COVID-19, diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul 11:01 https://tirto.id/kemendikbud-buat-kurikulum-darurat-pjj-selama-covid-19-fWuf
71
Unsur selanjutnya yaitu backing. Backing merupakan bukti-bukti yang
memperkukuh fakta. Adanya backing untuk memperkukuh warrant. Di
dalam artikel berjudul Covid-19 dan Pembangunan ditemukan backing
yaitu:
(4) “Kalau kesempatan meningkatkan kualitas generasi muda yang
bakal menjadi soko guru dan pimpinan masyarakat untuk mewujudkan
mimpi Indonesia lepas landas 2045 tidak terwujudkan, Republik
Indonesia akan terperosok ke dalam jurang “negara gagal” yang sulit
bangkit di masa depan.”110
Backing di atas adalah fakta. Keberhasilan suatu negara dalam
mengelola kelompok usia produktif bergantung pada kemampuan negara
tersebut mempersiapkan generasinya agar dapat memanfaatkan celah
kesempatan (window of opportunity) dari bonus demografi. Tidak semua
negara berhasil memanfaatkan bonus demografi. Jepang adalah salah satu
yang sukses, namun Brasil dan Afrika Selatan dinilai gagal. Presiden Joko
Widodo (Jokowi) telah mengingatkan soal bonus demografi yang akan
dialami Indonesia pada 2030-2040. Diprediksi Indonesia akan mengalami
masa bonus demografi, yakni jumlah penduduk usia produktif (berusia 15-
64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif (berusia
di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun).111
Dengan adanya bukti tersebut menjadi jelas bahwa bangsa ini perlu
belajar dari pengalaman-pengalaman negara lain. Agar dapat
memadukannya pada proses peninggkatan negara dalam menyukseskan
pemanfaatan bonus demografi ini. Adapaun berbagai latar belakang dan
profesi dapat turut membantu peluang pemanfaatan bonus demografi ini.
Dengan begitu backing di atas adalah fakta yang mampu mendukung
110
Emil Salim, “Covid-19 dan Pembangunan”, Loc.Cit, hal. 10 111
Vania Halim, Bonus Demografi Indonesia perlu Belajar dari Jepang, diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul 11:29 https://economy.okezone.com/read/2020/02/16/320/2169342/bonus-demografi-ri-perlu-belajar-dari-jepang
72
warrant. Dengan tetap memperhatikan sumber daya manusia di tengah
situasi Covid-19 seperti ini.
Unsur selanjutnya yaitu qualifer. Qualifer adalah bagian dari argumen
yang mengukur kekuatan atau paksaan dari claim. Qualifer dalam artikel
ini terdapat kata penanda “karena itu” pada pernyataan di claim. Unsur
argumentasi yang terakhir yaitu rebuttal. Rebuttal adalah hampir sama
dengan qualifer, bagian yang memungkinkan untuk mengecualikan tanpa
harus menganggap claim sebagai sesuatu yang benar secara umum.
Kendati demikian dalam artikel yang berjudul Covid-19 dan
Pembangunan tidak ditemukan atau tidak memiliki unsur rebuttal
terhadap claim.
7. Otopsi Jenazah Korban Covid-19
Tulisan kedelapan yang akan di analisis adalah Otopsi Jenazah
Korban Covid-19 dengan penulis Djoko Santoso (Guru Besar Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga). Dimuat pada Senin, 3 Agustus 2020
dalam rubrik Opini koran Kompas. Teks tersebut akan dianalisis
berdasarkan unsur-unsur argumentasinya yang terbagi menjadi enam
bagian yakni claim, data, warrant, backing, qualifier, dan rebbutal. Unsur
pertama yaitu claim, claim dapat diartikan sebagai gagasan pembicaraan.
Claim pada artikel opini yang berjudul Otopsi Jenazah Korban Covid-19
adalah:
(1) “Dengan otopsi, dokter dan coass bisa melihat dengan mata sendiri
(seeing is believing) organ paru jenazah Covid-19 yang dikepung oleh
sel megakariosit sehingga terjadi penggumpalan masif. Semua itu
memberikan konfirmasi langsung dengan impresi kuat, pasien korona
mengalami sesak napas hebat hingga akhirnya gagal bernapas.”112
Claim tersebut yang mendasari pada pembicaraan dalam artikel ini.
Pengarang menuliskan tentang manfaat otopsi serta peranannya terlebih
dimasa pandemi Covid-19 seperti ini. Sebagai salah satu langkah yang
112
Djoko Santoso, “Otopsi Jenazah Korban Covid-19”, Surat Kabar Kompas, Senin 3 Agustus 2020, hal. 11
73
diambil dari bagian prosedur medis untuk mengetahui atau
menginvestigasi virus Covid-19 ini. Hal ini bersamaan dengan pendapat
para patolog yang mengatakan bahwa penyelidikan penyebab kematian
yang digali dari otopsi lebih tinggi 10-30 persen dibandingkan tanpa
otopsi. Claim tersebut tidak berdiri sendiri. Claim akan kuat
kedudukannya apabila terdapat data-data yang berkaitan dengan claim.
Data dapat juga diartikan sebagai bukti-bukti yang bersifat khusus
yang diperlukan untuk mendukung claim. Adapun data yang mendukung
claim yakni:
(2)“Ahli patologi Amy Rapkiewicz memimpin tim otopsi New York
University Langone Health. Adapun hasil temuan yaitu beberapa
organ penting seperti paru-paru dipenuhi megakariosit yang
melimpah, pemicu produksi zat pembeku. Akibatnya, darah jadi
menggumpal, pengiriman oksigen tersendat, saluran pernapasan jadi
tersumbat, dan pada tahap yang fatal pasien gagal bernapas. Inilah
yang membantu menjelaskan mengapa pasien Covid-19 kesulitan
bernapas. Temuan Amy dikuatkan Richard Vander Heide, dalam
laporan yang dipublikasikan 10 April di New Orleans. Richard
mengotopsi jenazah pasien berusia 44 tahun di LSU Health. Saat
memotong paru, ditemukan ribuan mikroklot (gumpalan darah sangat
kecil) yang berkontribusi pada penyakit parah dan dekompensasi atau
payah jantung pada pasien Covid-19. Ini keadaan patologis utama,
suatu hal yang tak biasa.”113
Pernyataan ini merupakan data. Temuan ini membuat dan
memengaruhi kalangan dokter untuk memberikan obat pengencer darah
pada pasien Covid-19. Dan studi ini membawa pandangan baru dalam
konteks patofisiologi Covid-19. Serta memberi manfaat praktisnya yakni
menawarkan justifikasi untuk rencana perawatan/pengobatan baru,
termasuk strategi antikoagulasi yang diberlakukan oleh para klinisi.
Sebagaimana otopsi adalah prosedur medis yang dilakukan untuk
pemeriksaan menyeluruh pada tubuh orang yang telah meninggal.
Prosedur ini biasanya dilakukan untuk mengetahui penyebab dan cara
113
Ibid., Djoko Santoso, hal.11
74
orang tersebut meninggal.114
Dalam bahasa ilmiah, otopsi disebut sebagai
pemeriksaan postmortem atau necropsy. Otopsi adalah pemeriksaan tubuh
orang yang sudah meninggal atau mayat, untuk memastikan penyebab
kematian, melihat tingkat keparahan penyakit yang diderita, dan
mengetahui hasil pengobatan atau pembedahan yang telah dilakukan.
Otopsi dilakukan oleh dokter spesialis forensik. Kata ini berasal dari
bahasa yunani kuno, Autopsia, yang artinya untuk melihat sesuatu
menggunakan mata kepala sendiri.115 Seorang ahli patologis di Amerika
Serikat, Dr. Amy Rapkiewicz terkejut saat menemukan banyak gumpalan
darah di berbagai organ jenazah pasien Covid-19. Fakta baru mengenai
virus corona kembali diungkap para ahli. Dr. Amy Rapkiewicz
menemukan banyak gumpalan darah di berbagai organ jenazah pasien
Covid-19 berdasarkan hasil otopsi. Dilansir dari New York Post, Amy
mengatakan yang mengejutkan dalam pengungkapan fakta ini adalah
gumpalan darah yang terjadi tidak hanya pada pembuluh darah utama.
Hasil temuan itu juga mendapati keberadaan sel sumsum tulang besar atau
megakariosit di tempat yang tidak seharusnya. Dengan kata lain,
penemuan ini mendukung penelitian sebelumnya yang dipublikasikan oleh
dokter dari Mount Sinai, New York pada April 2020 lalu. Dimana
penelitian sebelumnya melihat bintik-bintik di tubuh pasien yang
disebabkan pengentalan darah dan penggumpalan di beberapa organ.116
Adapun terkait temuan-temuan dalam virus Covid-19 yang berdasar
pada ilmu medis terutama prosedur otopsi telah tervalidasikan dengan
114
Allert Benedicto Leuan Noya, Tujuan di Balik Prosedur Otopsi, diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul 14:32 https://www.alodokter.com/tujuan-di-balik-prosedur-otopsi#:~:text=Otopsi%20adalah%20prosedur%20medis%20yang,kematian%20seseorang%20dianggap%20tidak%20wajar. 115
Nina Hertiwi Putri, Autopsi Mayat, Apa Tujuannya dan Bagaimana Prosedurnya?, diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul 14:29 https://www.sehatq.com/artikel/saat-autopsi-mayat-ini-yang-sebenarnya-dilakukan-tim-dokter 116
Anjar Saputra, Mengetahui Foto Ini Ahli Patologis Terkejut, Ada Gumpalan Darah Disetiap Organ Jenazah Pasien Covid-19, diunduh pada Minggu, 20 September 2020 14:01 https://health.grid.id/read/352240747/mengetahui-foto-ini-ahli-patologis-terkejut-ada-gumpalan-darah-disetiap-organ-jenazah-pasien-covid-19?page=all
75
kutipan di atas. Data ini menunjukan dukungan terhadap claim, bahwa
melalui jalan otopsi seseorang yang ahli dibidangnya dapat mempelajari
pola virus ini, yang diharapkan dapat menemukan cara penawar yang
merupakan solusi dari pandemi Covid-19 ini. Krisis kesehatan yang terjadi
membuat para ahli dibidang kesehatan untuk bekerja lebih extra dalam
berusaha menanggulangi permasalah ini.
Setelah ditemukan data dan claim maka unsur selanjutnya adalah
warrant. Warrant merupakan hubungan antara claim dan data. Warrant
bersifat implisit. Warrant dalam artikel ini yaitu Pada Covid-19 ini, otopsi
kembali menunjukkan peran pentingnya, terlebih telah menghasilkan
beberapa temuan penting yang sangat membantu pemetaan keganasan
karakter virus super baru bernama lain SARS CoV-2 ini. Pernyataan
tersebut menghubungkan claim dengan data yang ada di artikel ini.
Unsur selanjutnya yaitu backing. Backing merupakan bukti-bukti yang
memperkukuh fakta. Adanya backing untuk memperkukuh warrant. Di
dalam artikel berjudul Otopsi Jenazah Korban Covid-19 tidak
ditemukannya backing.
Unsur selanjutnya yaitu qualifer. Qualifer adalah bagian dari argumen
yang mengukur kekuatan atau paksaan dari claim. Qualifer dalam artikel
ini terdapat kata penanda “semua itu” pada pernyataan di claim. Unsur
argumentasi yang terakhir yaitu rebuttal. Rebuttal adalah hampir sama
dengan qualifer, bagian yang memungkinkan untuk mengecualikan tanpa
harus menganggap claim sebagai sesuatu yang benar secara umum.
Kendati demikian dalam artikel yang berjudul Otopsi Jenazah Korban
Covid-19 tidak ditemukan atau tidak memiliki unsur rebuttal terhadap
claim.
8. Bebas dari Cacar dan Covid-19
Tulisan kedelapan yang akan di analisis adalah Bebas dari Cacar dan
Covid-19 dengan penulis FX Wikan Indrarto (Dokter Spesialis Anak di RS
76
Panti Rapih, Lektor FK UKDW). Dimuat pada Selasa, 4 Agustus 2020
dalam rubrik Opini koran Kompas. Teks tersebut akan dianalisis
berdasarkan unsur-unsur argumentasinya yang terbagi menjadi enam
bagian yakni claim, data, warrant, backing, qualifier, dan rebbutal. Unsur
pertama yaitu claim, claim dapat diartikan sebagai gagasan pembicaraan.
Claim pada artikel opini yang berjudul Bebas dari Cacar dan Covid-19
adalah:
(1) “Pelajaran dari keberhasilan bebas dari cacar telah digunakan
untuk menanggapi wabah Covid-19. Seperti pengawasan, penemuan
kasus, pemeriksaan, pelacakan kontak, karantina, dan kampanye
komunikasi untuk menghilangkan informasi yang salah penting untuk
kendalikan Covid-19.”117
Claim tersebut yang mendasari pada pembicaraan dalam artikel ini.
Pengarang membangun gagasan terkait pengalaman dunia ini dalam
menghadapi wabah cacar hingga terbebas dari wabah tersebut, dan juga
pengalaman lainnya yang sangat penting untuk dilihat kembali sebagai
rujukan dalam pengambilan sikap saat menangani wabah Covid-19.
Sebagaimana dunia berhasil menyingkirkan cacar berkat solidaritas global
yang luar biasa dan adanya vaksin yang aman efektif, menjadikan
kemenangan umat manusia atas cacar. Claim tersebut tidak berdiri sendiri.
Claim akan kuat kedudukannya apabila terdapat data-data yang berkaitan
dengan claim.
Data dapat juga diartikan sebagai bukti-bukti yang bersifat khusus
yang diperlukan untuk mendukung claim. Adapun data yang mendukung
claim yakni:
a. (2) “Pada 8 Mei 1980, Majelis Kesehatan Dunia ke-33 resmi
menyatakan, “Dunia dan seluruh rakyatnya telah bebas dari penyakit
cacar.” Deklarasi ini menandai berakhirnya satu penyakit infeksi yang
telah merongrong manusia selama setidaknya 3.000 tahun,
menewaskan 300 juta orang pada abad ke-20 saja.”118
117
FX Wikan Indrarto, “Bebas dari Cacar dan Covid-19”, Surat Kabar Kompas, Selasa 4 Agustus 2020, hal. 10 118
Ibid., FX Wikan Indrarto, hal. 10
77
Pernyataan ini merupakan data. Bahwa bebas dari cacar terjadi berkat
upaya global selama 10 tahun yang dipelopori Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) dengan melibatkan ribuan petugas kesehatan di seluruh
dunia saat memberikan setengah miliar dosis vaksin untuk membasmi
cacar. Atas kesolidaritasan warga global secara bersama dan kuat,
umat manusia berhasil melewati wabah cacar.
Saat ini warga dunia sedang bergelut melawan pandemi virus corona
galur baru (Covid- 19), Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan
virus variola penyebab penyakit cacar, sudah musnah pada 8 Mei
1980 atau 40 tahun lalu. Bahu-membahu memerangi pandemi cacar
yang menelan nyawa jutaan orang di berbagai belahan bumi justru
dilakukan antara dua seteru bebuyutan di era perang dingin yakni
Amerika Serikat dan Uni Soviet. Secara tidak terduga, AS setuju atas
usul Soviet untuk bekerjasama melawan pandemi cacar yang saat itu
menjangkiti sedikitnya 30 negara dan menewaskan rata-rata 2 juta
orang per tahun. Vaksin cacar ditemukan oleh dokter Edward Jenner
dari Inggris pada 1796, sedangkan vaksinasi massal baru dilakukan
pada awal abad ke-19 atau sekitar 3.000 tahun setelah virus tersebut
merajalela, memangsa jutaan korbannya. Penyakit cacar sangat
menghantui warga dunia saat itu, termasuk para penyintas yang hidup
dengan kebutaan atau cacat tubuh, korbannya pun tidak dipilih-pilih,
termasuk Raja Mesir, Ramses V yang wafat pada abad ke-12 Sebelum
Masehi.119
Adapun terkait kejadian virus cacar telah tervalidasikan dengan
kutipan di atas. Data (a) ini menunjukkan dukungan terhadap claim,
bahwa Covid-19 telah menjadi virus yang mewabah hampir keseluruh
dunia dan diharapkan manusia yang hadir saat ini, dapat membawa
119
Nanang Sunarto, Dunia Pernah Berjaya Menaklukkan Cacar, diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul 18:11 https://www.kbknews.id/2020/05/09/dunia-pernah-berjaya-menaklukkan-cacar/
78
semangat dan pengalaman instrumen yang dahulu sejarahnya manusia
pernah berhasil mengalahkan virus cacar. Kolaborasi kuat dari
berbagai negara juga menjadi peran penting sebagai nilai yang bisa
diambil dari sejarah perlawanan manusia terhadap virus cacar.
b. (3) “29 Juni 2020, WHO menentukan calon vaksin Covid-19 yang
dikembangkan sejumlah negara: 17 calon vaksin potensial telah
memasuki uji klinis, 132 calon lain dalam evaluasi praklinis.”120
Pernyataan ini merupakan data. Bahwa Organisasi Kesehatan Dunia
pada Senin (29/6/2020) merilis dokumen mengenai kandidat vaksin
virus Corona yang dikembangkan oleh sejumlah negara. Terdapat 17
vaksin COVID-19 potensial yang telah memasuki uji klinis dan 132
kandidat vaksin lainnya dalam evaluasi praklinis. Dalam daftar
tersebut satu kandidat vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh
Universitas Oxford dan AstraZeneca telah memasuki tahap uji klinis
fase 3. Fase satu dan dua studi biasanya menguji apakah kandidat
vaksin aman digunakan dan apakah partisipan menghasilkan respon
imun yang diharapkan. Vaksin dinilai bisa digunakan jika telah selesai
melakukan uji klinis fase 3. Berikut daftar kandidat vaksin Corona
yang sudah memasuki uji klinis: Vaksin ChAdOx1-S yang
dikembangkan Universitas Oxford dan AstraZeneca, Vaksin Ad5-
nCoV yang dikembangkan CanSino Biological Inc dan Beijing
Institute of Biotechnology, Vaksin LNP-encapsulated mRNA yang
dikembangkan Moderna dan NIAID, Vaksin inactivated SARS-CoV-2
yang dikembangkan Wuhan Institute of Biological Products, Vaksin
inactivated SARS-CoV-2 yang dikembangkan Beijing Institute of
Biological Products, Vaksin inactivated SARS-CoV-2 yang
dikembangkan Sinovac, Vaksin rekombinan SARS-COV-2 dan
partikel nano yang dikembangkan Novavax, Vaksin 3 LNP-mRNAs
yang dikembangkan BioNTech, Fosun Pharm dan Pfizer, Vaksin
inactivated SARS-CoV-2 yang dikembangkan Institut Biologi Medis,
120
FX Wikan Indrarto, “Bebas dari Cacar dan Covid-19”, Loc.Cit, hal. 10
79
Akademi China, Vaksin DNA SARS-CoV-2 yang dikembangkan
Inovio Pharmaceuticals, Vaksin DNA GX-19 yang dikembangkan
Genexine Consortium, Vaksin Adeno-based yang dikembangkan
Gamaleya Research Institute, Vaksin Protein Subunit yang
dikembangkan oleh Clover Biopharmaceuticals Inc., Glaxosmithkline
dan Dynavax, Vaksin RBD-Dimer yang dikembangkan Anhui Zhifei
Longcom Biopharmaceutical, dan Insititut Mikrobiologi China,
Vaksin LNP-nCoVsaRNA yang dikembangkan Imperial College
London, Vaksin mRNA yang dikembangkan Curevac, Vaksin mRNA
yang dikembangkan Akademi Militer Ilmu Pengetahuan China dan
Walvax Biotech.121
Dengan demikian terkait vaksin untuk virus Covid-19 telah
tervalidasikan oleh kutipan di atas, WHO dalam hal ini merupakan
lembaga internasional yang juga mengambil peran penting dalam
menanggulangi wabah ini. Karena tugas dari lembaga ini yaitu
membasmi penyakit, khususnya penyakit menular yang sudah
menyebar luas. Data (b) ini menunjukan dukungan terhadap claim,
bahwa vaksin yang berfungsi untuk menghasilkan kekebalan tubuh
terhadap suatu penyakit adalah sebagai jalan ikhtiar dalam dunia
medis untuk menanggulangi wabah Covid-19 ini.
c. (4) “Di antara calon yang sudah memasuki uji klinis adalah
inactivated SARS-CoV-2 yang dikembangkan Sinovac Biotech Ltd.
Vaksin ini sudah sampai di Bandung untuk uji klinis tahap tiga setelah
Prof Dr dr Kusnandi Rusmil SpA(K) MM, selaku Ketua Komite Etik
Penelitian Universitas Padjajaran, memberikan persetujuan 27 Juli
2020.122
Pernyataan ini merupakan data. Bahwa juru bicara Satgas COVID-19,
Wiku Adisasmito mengatakan ada tiga vaksin Covid-19 buatan China
121
Khadijah Nur Azizah, WHO Rilis Daftar 17 Kandidat Vaksin Corona Potensial yang Memasuki Uji Klinis, diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul 20:13 https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5073649/who-rilis-daftar-17-kandidat-vaksin-corona-potensial-yang-memasuki-uji-klinis 122
FX Wikan Indrarto, “Bebas dari Cacar dan Covid-19”, Loc.Cit., hal. 10
80
yang akan dapat diakses di Indonesia. Pemerintah saat ini melakukan
kerja sama dengan Sinovac, Sinopharm, dan CanSino untuk
mendapatkan akses vaksin Covid-19 di Indonesia. Fakta-fakta dari
tiga vaksin buatan China yang akan tersedia di Indonesia. Pertama,
vaksin buatan Sinovac berjenis inactivated. Secara singkat inactivated
vaccine adalah vaksin menggunakan versi lemah atau inaktivasi dari
virus untuk memancing respons imun. Di Indonesia, Biofarma bekerja
sama dengan Sinovac agar Biofarma bisa memproduksi vaksin yang
bernama CoronaVac. Oleh karena itu, uji klinis fase III dilakukan di
Indonesia. Untuk pengujian klinis di Indonesia, Biofarma bekerja
sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran untuk
menyiapkan uji klinis vaksin Covid-19. Kedua, Sama dengan vaksin
yang dikembangkan Sinovac, vaksin Sinopharm juga merupakan
vaksin inactivated virus. Vaksin ini dikembangkan oleh Perusahaan
China National Biotec Group (CNBG) Sinopharm. Vaksin ketiga yang
kemungkinan bisa diakses di Indonesia adalah buatan CanSino. Wiku
mengatakan CanSino adalah perusahaan pertama penerima paten
teknologi pembuatan vaksin Covid-19.123
Adapun terkait vaksin apa saja yang telah diputuskan untuk turut diuji
dan digunakan oleh Indonesia telah tervalidasikan dengan kutipan di
atas berdasarkan pemaparan dari juru bicara Satgas Covid-19. Data
(c) ini menunjukkan dukungan terhadap claim, bahwa negara dalam
hal ini juga tengah berupaya semaksimal mungkin untuk bisa segera
menanggulangi virus yang sedang mewabah baik di Indonesia juga di
seluruh dunia. Sebagaimana keberhasilan dunia saat menanggulangi
wabah cacar, dalam hal ini Indonesia telah turut mempraktikkannya
dengan bekerja sama bersama negara-negara luar. Karena jika bicara
penanggulangan wabah Covid-19 sejatinya adalah tentang rasa
123
CNN, Mengenal 3 Vaksin Covid-19 China yang Akan Dipakai RI, diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul 20:32 https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200825194153-185-539259/mengenal-3-vaksin-covid-19-china-yang-akan-dipakai-ri
81
kemanusiaan, yang semua orang berhak untuk terbebas dari wabah ini.
Terpenting dibutuhkan kesolidaritasan yang absolut.
Setelah ditemukan data dan claim maka unsur selanjutnya adalah
warrant. Warrant merupakan hubungan antara claim dan data. Warrant
bersifat implisit. Warrant dalam artikel ini yaitu Momentum sertifikasi
bebas dari cacar (freedom from smallpox) mengingatkan kita akan
pentingnya solidaritas lintas sektor secara global plus ilmu pengetahuan
dalam wujud vaksin, yang akan menghasilkan solusi. Pernyataan tersebut
menghubungkan claim dengan data yang ada di artikel ini.
Unsur selanjutnya yaitu backing. Backing merupakan bukti-bukti yang
memperkukuh fakta. Adanya backing untuk memperkukuh warrant. Di
dalam artikel berjudul Bebas dari Cacar dan Covid-19 ditemukan backing
yaitu:
(5) “Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan,
“Ketika dunia menghadapi pandemi Covid-19, kemenangan umat
manusia atas cacar adalah pengingat akan apa yang mungkin
dilakukan ketika semua negara bersatu melawan ancaman masalah
kesehatan bersama.” Dunia berhasil menyingkirkan cacar berkat
solidaritas global yang luar biasa dan adanya vaksin yang aman dan
efektif.”124
Backing di atas adalah fakta. Setelah sekitar 3.000 tahun lamanya
berada di muka bumi, cacar resmi dinyatakan hilang pada 1980 oleh
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sejak itu, cacar menjadi satu-satunya
penyakit dalam sejarah manusia yang berhasil diberantas tuntas. "Ini
adalah sukses besar," ujar Profesor Paul Fine, pakar penyakit menular di
London School of Hygiene and Tropical Medicine. Ia menjelaskan ada
banyak kesuksesan yang dicapai di bidang kesehatan masyarakat, mulai
124
FX Wikan Indrarto, “Bebas dari Cacar dan Covid-19”, Loc.Cit., hal. 10
82
dari penyediaan air bersih hingga penemuan antibiotik. Keberhasilan
memberantas cacar adalah salah satu kesuksesan terbesar di bidang ini.125
Dengan adanya bukti tersebut menjadi jelas bahwa semangat
pengalaman dan sejarah itu harus terpupuk dengan tetap optimis dalam
menanggulangi wabah Covid-19 ini. Hingga berita baik nantinya juga
sama kita dengar akan WHO mempublikasikan bebasnya peradaban
manusia dari wabah Covid-19. Dengan begitu backing di atas adalah fakta
yang mampu mendukung warrant.
Unsur selanjutnya yaitu qualifer. Qualifer adalah bagian dari argumen
yang mengukur kekuatan atau paksaan dari claim. Qualifer dalam artikel
ini terdapat kata penanda “seperti” pada pernyataan di claim. Unsur
argumentasi yang terakhir yaitu rebuttal. Rebuttal adalah hampir sama
dengan qualifer, bagian yang memungkinkan untuk mengecualikan tanpa
harus menganggap claim sebagai sesuatu yang benar secara umum.
Kendati demikian dalam artikel yang berjudul Bebas dari Cacar dan
Covid-19 tidak ditemukan atau tidak memiliki unsur rebuttal terhadap
claim.
9. Covid-19 dan Aspek Historikal Struktural BUMN
Tulisan kesembilan yang akan di analisis adalah Covid-19 dan Aspek
Historikal Struktural BUMN dengan penulis Fachry Ali (Salah Satu
Pendiri Lembaga Studi dan Pengembangan Etika Usaha (LSPEU
Indonesia)). Dimuat pada Rabu, 5 Agustus 2020 dalam rubrik Opini koran
Kompas. Teks tersebut akan dianalisis berdasarkan unsur-unsur
argumentasinya yang terbagi menjadi enam bagian yakni claim, data,
warrant, backing, qualifier, dan rebbutal. Unsur pertama yaitu claim,
claim dapat diartikan sebagai gagasan pembicaraan. Claim pada artikel
125
Maria Elena Navas, Covid-19: Cacar, penyakit yang diberantas dalam waktu 200 tahun, satu-satunya yang berhasil dibasmi dalam sejarah manusia, apa yang bisa dipelajari dalam hadapi wabah virus corona, diunduh pada Minggu, 23 September 2020 pukul 21:41 https://www.bbc.com/indonesia/majalah-53050468
83
opini yang berjudul Covid-19 dan Aspek Historikal Struktural BUMN
adalah:
(1) “Maka, usaha Presiden Jokowi menciptakan “duet” Airlangga-
Erick Thohir dengan Budi Sadikin bertindak sebagai asisten, telah
sekaligus menggambarkan sebuah kondisi baru: BUMN-led
Economy.”126
Claim tersebut yang mendasari pada pembicaraan dalam artikel ini.
Pengarang menuliskan tentang kebijakan pemerintah dalam bidang
ekonomi di tengah kondisi pandemi Covid-19. Bagaimana penanganan
Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional dibentuk oleh pemerintah
sebagai jalan strategi untuk menanggulangi krisis ekonomi yang terjadi.
Bahwa aksi yang dilakukan Presiden Jokowi ini secara teoritis membuka
momentum baru bagi transformasi peranan BUMN yang jauh lebih berarti.
Claim tersebut tidak berdiri sendiri. Claim akan kuat kedudukannya
apabila terdapat data-data yang berkaitan dengan claim.
Data dapat juga diartikan sebagai bukti-bukti yang bersifat khusus
yang diperlukan untuk mendukung claim. Adapun data yang mendukung
claim yakni:
(2) “Pertama, “duet” Airlangga-Erick Thohir memberikan gambaran
bagaimana negara bertindak dalam situasi krisis tak berpreseden.
Kemudian hal ini memperlihatkan “perombakan” struktur dan hierarki
kewenangan ekonomi dari yang konvensional berlaku. Kedua, krisis
ekonomi akibat Covid-19 ini telah melumpuhkan perekonomian.”127
Pernyataan ini merupakan data. Bahwa banyak kaum pekerja telah
dirumahkan baru-baru ini, kemudian ditambah dengan pengangguran yang
telah berlangsung sebelumnya, keadaan ini melumpuhkan ekonomi.
Dengan demikian dana tertumpuk di dunia perbankan tanpa penyaluran
produktif, tindakan merumahkan kaum pekerja tersebut menahan aksi
belanja perorangan, rumah tangga, serta korporasi (besar dan kecil).
126
Fachry Ali, “Covid-19 dan Aspek Historikal Struktural BUMN”, Surat Kabar Kompas, Rabu 5 Agustus 2020, hal. 10 127
Ibid,. Fachry Ali, hal.10
84
Sebagaimana Menteri Sekretaris Negara Pratikno mengatakan
pembentukan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi
Nasional (PEN) melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 82 Tahun
2020 merupakan perwujudan dari konsep gas dan rem sebagaimana yang
telah disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu.128
Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir diamanahi jabatan
sebagai Ketua Pelaksana Satgas Penanganan Covid-19 dari Sektor
Ekonomi. Satgas ini baru saja dibentuk oleh Presiden Joko Widodo
(Jokowi) dengan meneken Peraturan Pemerintah atau PP tentang
penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Adapun
struktur Satgas ini yaitu Ketua Satgas Menko Perekonomian Airlangga
Hartarto, Ketua Pelaksana Satgas Menteri BUMN Erick Thohir, Sekret
Eks 1 (Program) Raden Pardede, Sekret Eks 2 (adm) Sesmenko
Perekonomian Susiwijono, Ketua Satgas Penangananan Covid-19: Kepala
BNPB Doni Monardo, dan Ketua Satgas PEN Wamen BUMN 1 Budi
Gunadi Sadikin.129
Adapun terkait strategi program yang dikeluarkan oleh pemerintah
telah tervalidasikan dengan kutipan di atas bahwa Presiden telah
membentuk satuan tugas dengan susunan yang terbarukan, untuk segera
bisa adaptif dan merespon penanggulanan wabah Covid-19 ini, baik dari
sektor kesehatan maupun ekonomi. Data ini menunjukan dukungan
terhadap claim, bagaimana kolaborasi antara ketua Satgas Penanggulangan
Covid-19 yaitu Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dengan ketua
pelaksana yaitu Menteri BUMN Erick Thohir dan ketua Satgas Pemulihan
Ekonomi Nasional yaitu Wamen BUMN Budi Gunadi Sadikin.
128
Bangun Santoso, Penjelasan Istana Soal Pembentukan Komite Penanganan Covid-19 dan PEN, diunduh pada Senin, 21 September 2020 pukul 01:11 https://www.suara.com/news/2020/07/22/105907/penjelasan-istana-soal-pembentukan-komite-penanganan-covid-19-dan-pen 129
Monica Wareza, Jadi Ketua Pelaksana Satgas Covid, Ini Rencana Erick Thohir, diunduh pada Senin, 21 September 2020 pukul 00:54 https://www.cnbcindonesia.com/news/20200720132916-4-173978/jadi-ketua-pelaksana-satgas-covid-ini-rencana-erick-thohir
85
Setelah ditemukan data dan claim maka unsur selanjutnya adalah
warrant. Warrant merupakan hubungan antara claim dan data. Warrant
bersifat implisit. Warrant dalam artikel ini yaitu Pandemi Covid-19, yang
juga tak berpreseden itu, memaksa restukturisasi kewenangan dan
ketegasan dalam strategi kebijakan yang dibuat. Pernyataan tersebut
menghubungkan claim dengan data yang ada di artikel ini.
Unsur selanjutnya yaitu backing. Backing merupakan bukti-bukti yang
memperkukuh fakta. Adanya backing untuk memperkukuh warrant. Di
dalam artikel berjudul Covid-19 dan Aspek Historikal Struktural BUMN
ditemukannya backing yaitu;
(3) “Dalam konteks inilah, BUMN sebagai kekayaan produktif negara
yang telah terkonsolidasikan menjadi tumpuan. Seruan Menteri
Koordinator Kemaritiman Luhut B Pandjaitan kepada direksi BUMN
mengintensifkan penggunaan komponen dalam negeri (TKDN).
Bahwa dalam “kelesuan” ekonomi, BUMN harus tampil sebagai
“benteng” negara dalam penyelamatan perekonomian nasional.”130
Backing di atas adalah fakta. Menteri Koordinator Bidang
Kemaritiman dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan mengingatkan semua
pihak khususnya badan usaha milik negara (BUMN), memberi perhatian
terkait Penguatan Penggunaan Produk Dalam Negeri. Luhut yang juga
menjabat sebagai Ketua Umum Timnas P3DN (Penguatan Penggunaan
Produk Dalam Negeri) menekankan, mengenai TKDN (Tingkat
Komponen Dalam Negeri) agar menjadi perhatian serius semua pihak,
khususnya bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti PT Pertamina
dan PT PLN. 131
Perpres tentang TKDN dikeluarkan pemerintah untuk
memaksimalkan porsi kandungan dalam negeri untuk semua industri.
Pembuatan Perpres salah satunya dipicu mekanisme gross split terhadap
kerja migas para KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama). Mekanisme
130
Fachry Ali, “Covid-19 dan Aspek Historikal Struktural BUMN”, Loc.Cit, hal. 10 131
David Eka Issetiabudi, Luhut Ingatkan BUMN Tingkatkan TKDN, diunduh pada Senin, 21 September 2020 pukul 01:34 https://ekonomi.bisnis.com/read/20200729/257/1272522/luhut-ingatkan-bumn-tingkatkan-tkdn
86
gross split memungkinkan para KKKS mendapat keuntungan lebih apabila
meningkatkan komponen dalam negeri pada usaha hulu migasnya.
Menurut Luhut, rancangan terakhir Perpres TKDN masih fokus
mendorong penggunaan produk dalam negeri. Melalui perpres ini, apabila
pelaku industri tidak memaksimalkan TKDN akan diterapkan sanksi.132
Dengan adanya bukti tersebut menjadi jelas bahwa di tengah kondisi
pandemi Covid-19 ini menjadi hal yang sangat dibutuhkan untuk bahan
belanja negara menggunakan produk-produk dalam negri. Agar
mempercepat laju pertumbuhan ekonomi di dalam negri dan segera
tercipta keseimbangan dalam menanggulangi krisis kesehatan dan krisis
ekonomi. Dengan begitu backing di atas adalah fakta yang mampu
mendukung warrant.
Unsur selanjutnya yaitu qualifer. Qualifer adalah bagian dari argumen
yang mengukur kekuatan atau paksaan dari claim. Qualifer dalam artikel
ini terdapat kata penanda “maka” pada pernyataan di claim. Unsur
argumentasi yang terakhir yaitu rebuttal. Rebuttal adalah hampir sama
dengan qualifer, bagian yang memungkinkan untuk mengecualikan tanpa
harus menganggap claim sebagai sesuatu yang benar secara umum.
Kendati demikian dalam artikel yang berjudul Covid-19 dan Aspek
Historikal Struktural BUMN tidak ditemukan atau tidak memiliki unsur
rebuttal terhadap claim.
10. Meluruskan Infodemi Covid-19
Tulisan kesepuluh yang akan di analisis adalah Meluruskan Infodemi
Covid-19 dengan penulis Hari Kusnanto (Guru Besar Departemen
Kedokteran Keluarga dan Komunitas Fakultas Kedokteran, UGM).
Dimuat pada Rabu, 12 Agustus 2020 dalam rubrik Opini koran Kompas.
132
Istman, Perpres TKDN Segera Terbit, Begini Penjelasan Menteri Luhut, diunduh pada Senin, 21 September 2020 pukul 01:36 https://bisnis.tempo.co/read/896238/perpres-tkdn-segera-terbit-begini-penjelasan-menteri-luhut/full&view=ok
87
Teks tersebut akan dianalisis berdasarkan unsur-unsur argumentasinya
yang terbagi menjadi enam bagian yakni claim, data, warrant, backing,
qualifier, dan rebbutal. Unsur pertama yaitu claim, claim dapat diartikan
sebagai gagasan pembicaraan. Claim pada artikel opini yang berjudul
Meluruskan Infodemi Covid-19 adalah:
(1) “Informasi yang membingungkan masyarakat (dinamakan
infodemi) kian membanjir pada era pandemi Covid-19. Menjadikan
orang kian bingung dan tak mengambil langkah-langkah efektif
mengendalikan wabah, tetapi justru menghabiskan biaya buat pilihan
yang tak ada gunanya, bahkan mungkin membahayakan.”133
Claim tersebut yang mendasari pada pembicaraan dalam artikel ini.
Pengarang menuliskan tentang konsumsi informasi yang diterima
masyarakat banyak yang membingungkan terlebih informasi tentang
Covid-19. Di tengah era percepatan dengan segala informasi juga bergerak
dengan sangat cepat dan terkadang tak ada filter di dalam sana. Membuat
manusia harus memiliki tameng tersendiri dalam mengkonsumi informasi-
informasi yang beredar. Sebagaimana di tengah bencana atau wabah
penyakit yang kita alami sekarang, biasanya ada dua situasi yang sering
muncul, pertama adalah ketidakberdayaan, dan kedua adalah tawaran
solusi masalah bencana berupa tokoh, barang, atau prosedur tertentu, yang
belum pasti kebenarannya. Claim tersebut tidak berdiri sendiri. Claim akan
kuat kedudukannya apabila terdapat data-data yang berkaitan dengan
claim.
Data dapat juga diartikan sebagai bukti-bukti yang bersifat khusus
yang diperlukan untuk mendukung claim. Adapun data yang mendukung
claim yakni:
(2)“Analisis interaksi Facebook pada 100 juta orang dengan pelbagai
pandangan berbeda tentang vaksinasi. Uji klinis vaksin masih
berlangsung, tetapi sudah dipetakan bahwa 4,2 juta orang yang
antivaksin lebih terkoneksi dengan mereka (74,1 juta orang) yang
masih belum memutuskan setuju atau tak setuju vaksinasi ketimbang
133
Hari Kusnanto, “Meluruskan Infodemi Covid-19”, Surat Kabar Kompas, Rabu 12 Agustus 2020, hal. 11
88
6,9 juta orang yang mendukung penggunaan vaksin untuk mencegah
Covid-19.”134
Pernyataan ini merupakan data. Masyarakat dibingungkan oleh
tawaran-tawaran solusi mengatasi pandemi saat ini. Dan infodemi dengan
tingkat yang tinggi hanya akan memperkeruh upaya penanggulangan
wabah global. Penting bagi WHO dengan bekerjasama oleh banyak media
platform saat ini guna menyaring informasi yang menyesatkan dan
menampilkan informasi yang terpercaya.
Sebagaimana bioteknologi adalah cabang ilmu biologi yang
mempelajari teknologi pemanfaatan makhluk hidup dalam skala besar
untuk menghasilkan produk yang berguna bagi manusia. Peran
bioteknologi khususnya di bidang kesehatan sangat dibutuhkan terutama
dalam mengatasi masalah penyebaran virus Corona (COVID-19). Salah
satu produk bioteknologi di bidang kesehatan adalah vaksin. Vaksin
merupakan bahan antigenic yang digunakan untuk kekebalan terhadap
suatu penyakit yang biasanya mengandung virus atau mikroorganisme
yang telah dimatikan atau dilemahkan.135
China adalah negara yang paling
antusias dengan 97% responden menyatakan mereka ingin divaksinasi,
sementara Rusia paling tidak bersedia dengan hanya 54% tertarik untuk
melakukannya, survei menemukan. Namun, menurut WEF, masih
mengkhawatirkan bahwa sekitar seperempat orang di seluruh dunia tidak
berniat untuk mendapatkan vaksin. Alasan yang paling sering dikutip
untuk tidak menginginkan vaksin adalah kekhawatiran tentang efek
sampingnya, menurut temuan survei. Faktor lain yang disebutkan oleh
responden termasuk persepsi mereka bahwa vaksin mungkin tidak efektif
dan mereka tidak cukup berisiko dari virus.136
134
Ibid., Hari Kusnanto, hal.11 135
Rizal Fathurrohman, Bioteknologi Vaksin, diunduh pada Senin, 21 September 2021 pukul 12:35 https://www.suarapemredkalbar.com/read/opini/16072020/bioteknologi-vaksin-1 136
Hilda Ilhamil Arofah, Survei: 74% Orang Di Dunia Bersedia Diimunisasi Vaksin Covid-19, dinduh pada Senin, 21 September 2020 pukul 12:38
89
Dengan demikian data di atas telah tervalidasikan dengan kutipan di
atas. Bahwa bukan hal yang baru terkait dikotomi pandangan mengenai
vaksin. Bahkan pandangan itu sampai dibawa ke ranah sosial media.
Dimana semua orang dengan bebas dapat mengakses dan membaca
pandangan-pandangan itu. Tentu ini adalah hal yang serius jika tidak
segera disikapi dengan baik. Sebab kunci penanggulangan yang berhasil
atas wabah yang terjadi adalah kerjasama dan kepercayaan. Memberi
kepercayaan kepada yang ahli dibidangnya untuk membuat senjata
perlawanan terhadap wabah. Dan bekerja sama menjaga ketentraman
situasi sosial di masyarakat. Tentu data ini mendukung claim terkait
infodemi saat di masa Covid-19.
Setelah ditemukan data dan claim maka unsur selanjutnya adalah
warrant. Warrant merupakan hubungan antara claim dan data. Warrant
bersifat implisit. Warrant dalam artikel ini yaitu Infodemi bukan hanya
persoalan di Indonesia tetapi juga masalah global, dengan
ketidakpercayaan terhadap ilmu dan ilmuwan, lebih mengandalkan media
sosial, respon tokoh-tokoh negara membingungkan, yang kemudian
banyak memunculkan persepsi lain. Pernyataan tersebut menghubungkan
claim dengan data yang ada di artikel ini.
Unsur selanjutnya yaitu backing. Backing merupakan bukti-bukti yang
memperkukuh fakta. Adanya backing untuk memperkukuh warrant. Di
dalam artikel berjudul Meluruskan Infodemi Covid-19 ditemukannya
backing yaitu;
(3) “Presiden AS Donald Trump pernah menganjurkan penelitian
apakah menyuntikkan diisnfektan dapat mencegah Covid-19, yang
mendapat reaksi keras dari para dokter. Tak kalah membahayakan
anjuran Presiden Brasil Jail Bolsonaro untuk mencegah Covid-19
dengan obat malaria chloroquine tanpa pengawasan dokter. Infodemi
tingkat tinggi memperkeruh upaya penanggulangan wabah global
https://topcareer.id/read/2020/09/03/45613/survei-74-orang-di-dunia-bersedia-diimunisasi-vaksin-covid-19/
90
ketika Trump menuduh WHO antek China karena lambat
mengumumkan pandemi Covid-19.”137
Backing di atas adalah fakta. Presiden Amerika Serikat, Donald
Trump sempat menyatakan pada Kamis (23/4) salah satu cara melawan
virus corona SARS-Cov-2 (Covid-19) adalah dengan menyuntikkan
disinfektan ke dalam tubuh manusia. Trump menyebut disinfektan bisa
melawan virus dalam satu menit. Berikut pernyataan Trump terkait suntik
disinfektan yang ditujukan kepada Koordinator Respons Virus Corona AS,
Deborah Birx, dan pejabat sains di Departemen Keamanan Dalam Negeri,
Bill Bryan, yang dihimpun Dale: "Saya melihat disinfektan, yang mana
dapat merobohkan virus corona dalam satu menit. Kita punya cara untuk
bisa melakukan hal itu, dengan menyuntikkannya ke dalam tubuh manusia
sehingga dapat membersihkan virus yang tertimbun di paru-paru," jelas
Trump. "Jadi, Anda mesti memeriksanya lebih lanjut karena menurut saya
ini menarik," tambah Trump lagi.138
Setelah berbulan-bulan menggembar-
gemborkan obat anti-malaria yang belum terbukti sebagai pengobatan
untuk virus corona, Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, mencoba langsung.
Dia memperlihatkan diri menelan pil hydroxychloroquine di media sosial
dan mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama. Bolsonaro
mengatakan telah dinyatakan positif mengidap virus corona pada Selasa
(7/7). Dia kemudian mengaku merasa baikan berkat hydroxychloroquine
dan beberapa jam kemudian membagikan video dirinya menelan dosis
ketiga obat tersebut. "Aku percaya hydroxychloroquine. Dan kau?" ujar
presiden Brasil ini sambil tersenyum dalam video tersebut. Sehari
kemudian, Bolsonaro kembali memuji manfaat obat tersebut di Facebook.
Padahal serangkaian penelitian di Inggris dan Amerika Serikat (AS), serta
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), telah menemukan chloroquine dan
hydroxychloroquine tidak efektif terhadap Covid-19. Bahkan, kadang-
137
Hari Kusnanto, “Meluruskan Infodemi Covid-19”, Loc.Cit., hal. 11 138
CNN, Cek Fakta Sarkasme Donald Trump Soal Suntik Disinfektan, diunduh pada Senin, 21 September 2020 pukul 13:02 https://www.cnnindonesia.com/internasional/20200425093127-134-497172/cek-fakta-sarkasme-donald-trump-soal-suntik-disinfektan
91
kadang mematikan karena efek sampingnya yang merugikan pada jantung,
dengan beberapa penelitian dibatalkan lebih awal karena efek samping
tersebut.139
Dengan adanya bukti tersebut menjadi jelas bahwa dimasa pandemi
Covid-19 ini sangat riskan seseorang dalam mengeluarkan pandangannya,
terlebih jika orang tersebut adalah tokoh atau figur yang juga berpengaruh.
Hal ini akan membendung infodemi di masyarakat, dan kegamangan akan
sumber informasi yang harus dirujuk. Penting untuk menjaga situasi yang
kondusif disamping mencari solusi untuk menghadapi wabah Covid-19
ini. Meminimalisir infodemi agar masyarakat tidak dirugikan atau tidak
mengambil langkah-langkah yang sebenarnya membahayakan.
Mengembalikan kepercayaan kepada para ahli ilmu kesehatan dengan
tidak terlalu mengandalkan dunia sosial media. Dengan begitu backing di
atas adalah fakta yang mampu mendukung warrant.
Unsur selanjutnya yaitu qualifer. Qualifer adalah bagian dari argumen
yang mengukur kekuatan atau paksaan dari claim. Qualifer dalam artikel
ini terdapat kata penanda “mungkin” pada pernyataan di claim. Unsur
argumentasi yang terakhir yaitu rebuttal. Rebuttal adalah hampir sama
dengan qualifer, bagian yang memungkinkan untuk mengecualikan tanpa
harus menganggap claim sebagai sesuatu yang benar secara umum.
Kendati demikian dalam artikel yang berjudul Meluruskan Infodemi
Covid-19 tidak ditemukan atau tidak memiliki unsur rebuttal terhadap
claim.
Dengan demikian analisis ini menunjukan kelengkapan atas unsur-
unsur argumentasi yang ada pada kesepuluh artikel kolom Opini di surat
kabar Kompas. Dengan hasil kesepuluh artikel ini telah memenuhi syarat
utama sebagai tulisan argumentatif karena terdapat elemen pokok yaitu
139
Dwina Agustin, Kisah Presiden Brasil Kampanye Obat Malaria untuk Covid-19, diunduh pada Senin, 21 September 2020 pukul 13:10 https://republika.co.id/berita/qd9y8e430/kisah-presiden-brasil-kampanye-obat-malaria-untuk-covid19
92
claim, data, dan warrant. Kemudian parameter kesempurnaan artikel
argumentatif menjadi semakin kuat saat meyakinkan pihak lain, jika
ditunjang elemen pelengkap argumentasi yaitu backing, qualifer, dan
rebuttal. Walaupun terdapat tiga artikel yang hanya memiliki satu elemen
pelengkap dan tujuh artikel yang memiliki dua elemen pelengkap.
93
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis unsur-unsur argumentasi pada kumpulan tulisan
yang terdapat kata “Covid-19” disetiap judul kolom Opini di koran Kompas
(13 Juli 2020 – 13 Agustus 2020), maka hasil penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Kolom Opini dalam koran Kompas yang terkumpul dalam rentang waktu 1
bulan secara daring, dengan total jumlah tulisan sebanyak 85 artikel.
Kemudian dikategorikan berdasarkan kata kunci yang sering muncul pada
judul artikel. Hingga peneliti memilih kumpulan tulisan yang terdapat
kategori kata kunci “Covid-19” pada setiap judul, sebanyak 10 artikel dan
menjadi objek dalam penelitian ini. Selanjutnya kesepuluh artikel tersebut
diteliti kelengkapan unsur-unsur argumentasinya yaitu claim, data, warrant,
backing, modal qualifiers, dan rebuttal. Dengan hasil kesepuluh artikel telah
memenuhi elemen utama unsur-unsur argumentasi yaitu claim data, dan
warrant. Namun kesepuluh artikel tidak mendekati kesempurnaan unsur
dengan memenuhi elemen pelengkap unsur-unsur argumentasi yaitu backing,
qualifer, dan rebuttal. Bahwa dari kesepuluh artikel, tiga artikel hanya
memiliki satu elemen pendukung dan tujuh artikel hanya memiliki dua
elemen pendukung.
Kolom Opini dalam koran Kompas dapat dijadikan media untuk
mengetahui unsur-unsur argumentasi. Melalui artikel-artikel yang
mengandung argumentasi, siswa bisa belajar dan mengetahui unsur-unsur
argumentasi. Hingga pada akhirnya siswa mampu menulis paragraf
argumentasi. Dengan demikian siswa diharapkan mampu menulis karangan
argumentasi dengan melihat artikel yang mengandung unsur argumentasi
sebagai acuan.
94
B. Saran
Melalui simpulan di atas, peneliti memberikan beberapa saran yang
membangun bagi pembaca dan khususnya bagi dunia pendidikan di
Indonesia. Bagi guru bahasa Indonesia, agar mampu menyampaikan ciri-ciri
dan struktur argumentasi yang baik dan benar agar pembelajaran dapat
dicapai sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kemudian agar siswa mampu
memahami ciri-ciri dan struktur argumentasi di luar jenis teks argumentasi.
Bagi peserta didik, yaitu mampu mengenali teks-teks yang mengandung
unsur argumentasi hingga pada akhirnya mampu menulis argumentasi dengan
benar. Bagi sekolah, diharapakan menyediakan sarana dan prasana agar
menunjang keterampilan peserta didik, dan menunjang pembelajaran
argumentasi. Serta bagi peneliti lain, diharapkan dapat lebih baik lagi dalam
menganalisis argumentasi pada objek penelitiannya.
95
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Fachry, “Covid-19 dan Aspek Historikal Struktural BUMN”, Surat Kabar
Kompas, Rabu, 5 Agustus 2020.
Alwasilah, Chaedar dan Senny S. Alwasilah. 2013. Pokoknya Menulis. Bandung:
Kiblat Buku Utama.
Aminullah, Erman, “Covid-19, Perlu Pemantauan Berkelanjutan di Hilir”, Surat
Kabar Kompas, Senin, 13 Juli 2020.
Basuki, Sulistyo. 2010. Metode Penelitian. Jakarta: Penaku.
Eemeran, Frans H. Van dan Rob Grootendorst. 2004. A Systematic Theory of
Argumentation. New York: University Of Cambridge.
Eemeran, Frans H. Van, Peter Houtlosser, dan A. Francisca Snoeck Henkemans.
2007. Argumentative Indicators A Pragma-Dialectical Study. Dordrecht:
Springer.
Fitriany, Yuanita dan Fatya Permata Anbiya. 2015. EYD & Kaidah Bahasa
Indonesia. Jakarta: Trans Media Pustaka.
Freeman, James B. 2011. Argument Structure: Representation and theory. New
York: Springer.
Gismar, Abdul Malik, “Covid-19, “Mengapa Masyarakat Anggap Enteng Covid-
19”, Surat Kabar Kompas, Senin, 13 Juli 2020.
Govier, Trudy. 2012. Problems in Argument Analysis and Evaluation. Canada:
Windsor Ontario Canada.
Indrarto, FX Wikan, “Bebas dari Cacar dan Covid-19”, Surat Kabar Kompas,
Selasa 4 Agustus 2020.
Indriati, Etty. 2001. Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Keraf, Gorys. 1978. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.
___________. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
___________. 1985. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia.
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Mahir Menulis. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kushartanti, dkk. 2009. Pesona Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
96
Kusnanto, Hari, “Meluruskan Infodemi Covid-19”, Surat Kabar Kompas, Rabu,
12 Agustus 2020.
L.T.F Gamut 1991. Logic, Language, And Meaning, (Chicago and London: The
University of Chicago Press.
Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Martutik, Suparno. 2008. Wacana Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Moleong, Lexy J. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Monoarfa, Suharso. “Covid-19, “Great Reset”, SDGs”, Surat Kabar Kompas,
Senin, 13 Juli 2020.
Mulyati. 2015. Terampil Berbahasa Indonesia. Jakarta: Prenadamedia Group.
Nursisto. 2016. Penuntun Mengarang. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Salim, Emil, “Covid-19 dan Pembangunan”, Surat Kabar Kompas, Senin, 20 Juli
2020.
Sanjaya, Wina. 2014. Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Santoso, Djoko, “Otopsi Jenazah Korban Covid-19”, Surat Kabar Kompa, Senin,
3 Agustus 2020.
Soeharsono, “Apa Setelah Demam Babi Afrika, Covid-19, dan Flu Babi?”, Surat
Kabar Kompas, Jumat, 17 Juli 2020.
Strauss, Anselm dan Juliet Corbin. 2009. Dasar-Dasar Penelitian Kualiatif Tata
Langkah dan Teknik-Teknik Teoritisasi Data. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukardi. 2017. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Tindake, Christopher W. 2007. Fallacies and Argumen Appraisal. New York:
Cambridge University Press.
Toulmin, Stephen. 2002. The Uses of Argument. New York: Cambridge
University.
Widiatmoko, Dono, “Covid-19 dan Kesehatan Masyarakat”. Surat Kabar
Kompas, Jumat, 17 Juli 2020.
97
Wijayanti, Sri Hapsari dkk. 2015. Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Wiyanto, Asul. 2004. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta: PT Grasindo.
Zarefsky, David. 2005. Argumentation: The Study of Effective Reasoning, 2
Edition. America: United of America.
Agustin, Dwina. Kisah Presiden Brasil Kampanye Obat Malaria untuk Covid-19.
https://republika.co.id/berita/qd9y8e430/kisah-presiden-brasil-kampanye-
obat-malaria-untuk-covid19. Diunduh pada Senin, 21 September 2020 pukul
13:10.
Arnani, Mela. “Kasus Pertama Virus Corona di China Dilacak hingga 17
November 2019”.
https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/13/111245765/kasus-pertama-
virus-corona-di-china-dilacak-hingga-17-november-2019?page=all diunduh
pada Sabtu, 19 September 2020 pukul 14:45.
Arofah, Hilda Ilhamil. Survei: 74% Orang Di Dunia Bersedia Diimunisasi Vaksin
Covid-19. https://topcareer.id/read/2020/09/03/45613/survei-74-orang-di-
dunia-bersedia-diimunisasi-vaksin-covid-19/. Diunduh pada Senin, 21
September 2020 pukul 12:38.
Azizah, Khadijah Nur. WHO Rilis Daftar 17 Kandidat Vaksin Corona Potensial
yang Memasuki Uji Klinis. https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-
5073649/who-rilis-daftar-17-kandidat-vaksin-corona-potensial-yang-
memasuki-uji-klinis. Diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul
20:13.
Bernie, Mohammad. Kemendikbud Buat Kurikulum Darurat PJJ selama COVID-
19. https://tirto.id/kemendikbud-buat-kurikulum-darurat-pjj-selama-covid-
19-fWuf. Diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul 11:01.
CNN. Mengenal 3 Vaksin Covid-19 China yang Akan Dipakai RI.
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200825194153-185-
539259/mengenal-3-vaksin-covid-19-china-yang-akan-dipakai-ri. Diunduh
pada Minggu, 20 September 2020 pukul 20:32.
98
____. Cek Fakta Sarkasme Donald Trump Soal Suntik Disinfektan.
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20200425093127-134-
497172/cek-fakta-sarkasme-donald-trump-soal-suntik-disinfektan. Diunduh
pada Senin, 21 September 2020 pukul 13:02.
Dalle, Jusman. 2020. “Pandemi, Momentum Great Reset”.
https://analisis.kontan.co.id/news/pandemi-momentum-great-reset diunduh
pada Minggu, 23 Agustus 2020 pukul 1:37.
Damanik, Albert Ivan. “Flu Babi G4 Virus Baru, Infeksi 4,4 Persen Warga
China”. https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200630133523-199-
519025/flu-babi-g4-virus-baru-infeksi-44-persen-warga-china diunduh pada
Sabtu, 19 September 2020 pukul 15:29.
Erika Nugraheny, Dian. Rincian Perkembangan Data Covid-19 Indonesia Hingga
25 Juli. https://nasional.kompas.com/read/2020/07/25/16033371/rincian-
perkembangan-data-covid-19-indonesia-hingga-25-juli?page=all. Diunduh
pada Minggu, 20 September 2020 pukul 10:45.
Faddillah, Umi. Bonus Demografi dan Peran Dunia Pendidikan.
https://republika.co.id/berita/qdszg0374/bonus-demografi-dan-peran-dunia-
pendidikan. Diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul 09:58.
Fathurrohman, Rizal. Bioteknologi Vaksin.
https://www.suarapemredkalbar.com/read/opini/16072020/bioteknologi-
vaksin-1. Diunduh pada Senin, 21 September 2021 pukul 12:35.
Gray, Richard. 2020. “Bisakah Bumi menampung 11,2 miliar orang di akhir abad
ini?”. https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-41066355 diunduh pada
Sabtu, 22 Agustus 2020 pukul 20:47.
Halim, Vania. Bonus Demografi Indonesia perlu Belajar dari Jepang.
https://economy.okezone.com/read/2020/02/16/320/2169342/bonus-
demografi-ri-perlu-belajar-dari-jepang. Diunduh pada Minggu, 20
September 2020 pukul 11:29.
Hamdi, Imam. 2020. “Distribusi Pasien Covid-19 di DKI Jakarta, Pelajar dan
Mahasiswa Tertinggi”. https://metro.tempo.co/read/1376269/distribusi-
99
pasien-covid-19-di-dki-jakarta-pelajar-dan-mahasiswa-tertinggi diunduh
pada Jumat 18 September 2020 pukul 20:58.
Hananto, Akhyari. 2020. “Lima Kepunahan Massal dalam Sejarah Bumi.
Benarkah kita memasuki kepunahan ke-6?”.
https://www.mongabay.co.id/2018/02/09/lima-kepunahan-massal-dalam-
sejarah-bumi-benarkah-kita-memasuki-kepunahan-ke-6/ diunduh pada
Sabtu, 22 Agustus 2020 pukul 16:45.
Hertiwi Putri, Nina. Autopsi Mayat, Apa Tujuannya dan Bagaimana Prosedurnya?
https://www.sehatq.com/artikel/saat-autopsi-mayat-ini-yang-sebenarnya-
dilakukan-tim-dokter. Diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul
14:29.
Humas BPJS. KIS Jadi Program Pemerintah Paling Dirasakan Manfaatnya Versi
Alvara Research. https://www.bpjs-
kesehatan.go.id/bpjs/post/read/2019/1040/KIS-Becomes-The-Most-
Benefited-Government-Program-According-to-Alvara-
Research#:~:text=Sampai%20dengan%2010%20Januari%202019,manfaat
%20dari%20hadirnya%20program%20ini. Diunduh pada Sabtu, 19
September 2020 pukul 20:56.
IBI, Sejarah Singkat Ikatan Bidan Indonesia.
https://www.ibi.or.id/id/article_view/A20150113002/sejarah-singkat-ikatan-
bidan-indonesia.html#. Diunduh pada Sabtu, 19 September 2020 pukul
23:23.
Idris, Muhammad. 2020. “Mulai 1 Juni, Ini Skenario Tahapan New Normal untuk
Pemulihan Ekonomi”.
https://money.kompas.com/read/2020/05/26/073708726/mulai-1-juni-ini-
skenario-tahapan-new-normal-untuk-pemulihan-ekonomi?page=all diunduh
pada Sabtu, 19 September 2020 pukul 1:06.
Issetiabudi, David Eka. Luhut Ingatkan BUMN Tingkatkan TKDN.
https://ekonomi.bisnis.com/read/20200729/257/1272522/luhut-ingatkan-
bumn-tingkatkan-tkdn. Diunduh pada Senin, 21 September 2020 pukul
01:34.
100
Istman. Perpres TKDN Segera Terbit, Begini Penjelasan Menteri Luhut.
https://bisnis.tempo.co/read/896238/perpres-tkdn-segera-terbit-begini-
penjelasan-menteri-luhut/full&view=ok. Diunduh pada Senin, 21 September
2020 pukul 01:36.
JKN. Apa itu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)?
http://www.jkn.kemkes.go.id/detailfaq.php?id=1#:~:text=Jaminan%20Kese
hatan%20Nasional%20(JKN)%20merupakan,untuk%20memenuhi%20kebu
tuhan%20dasar%20kesehatan. Diunduh pada Sabtu, 19 September 2020
pukul20:37.
Kamil, Irfan. 2020. “Ini Kampanye Nasional yang Dilakukan Kemenkes demi
Cegah Covid-19”.
https://nasional.kompas.com/read/2020/09/04/10534021/ini-kampanye-
nasional-yang-dilakukan-kemenkes-demi-cegah-covid-19?page=all. Di
unduh pada Jumat, 19 September 2020 pukul 21.42.
Kelana, Aries. JKN Perlu Melakukan Pendekatan Preventif dan Promotif Pula.
https://www.gatra.com/detail/news/374109-JKN-Perlu-Melakukan-
Pendekatan-Preventif-dan-Promotif-Pula. Diunduh pada Sabtu, 19
September 2020 pukul 21:45.
Kurniawan, Hariyanto. 2020. “Lomba 17 Agustus di Jakarta Timur Dibubarkan
Paksa oleh Satpol PP”. https://www.kompas.tv/article/102172/lomba-17-
agustus-di-jakarta-timur-dibubarkan-paksa-oleh-satpol-pp diunduh pada
Jumat, 18 September 2020 pukul 21:09.
Navas, Maria Elena. Covid-19: Cacar, penyakit yang diberantas dalam waktu 200
tahun, satu-satunya yang berhasil dibasmi dalam sejarah manusia, apa
yang bisa dipelajari dalam hadapi wabah virus corona.
https://www.bbc.com/indonesia/majalah-53050468. diunduh pada Minggu,
23 September 2020 pukul 21:41.
Nordiansyah, Eko. 2021. Anggaran Kesehatan Rp169,7 Triliun Termasuk untuk
Pengadaan Vaksin. https://www.medcom.id/ekonomi/makro/9K50Vr0k-
2021-anggaran-kesehatan-rp169-7-triliun-termasuk-untuk-pengadaan-
vaksin. Diunduh pada Sabtu, 19 September 2020 pukul 21:27.
101
Noya, Allert Benedicto Leuan. Tujuan di Balik Prosedur Otopsi.
https://www.alodokter.com/tujuan-di-balik-prosedur-
otopsi#:~:text=Otopsi%20adalah%20prosedur%20medis%20yang,kematian
%20seseorang%20dianggap%20tidak%20wajar. Diunduh pada Minggu, 20
September 2020 pukul 14:32.
Pininta Kasih, Ayunda. Nadiem: PJJ Berkepanjangan Berdampak Negatif bagi
Siswa. https://www.kompas.com/edu/read/2020/08/10/100000171/nadiem--
pjj-berkepanjangan-berdampak-negatif-bagi-siswa?page=all. Diunduh pada
Minggu, 20 September 2020 pukul 10:58.
Prasasti, Giovani Dio. 2020. “30 Juni 2020 : Kasus Positif Corona di Indonesia
56.385, Sembuh 24.806, Meninggal 2.876”.
https://www.liputan6.com/health/read/4292625/30-juni-2020-kasus-positif-
corona-di-indonesia-56385-sembuh-24806-meninggal-2876 diunduh pada
Sabtu, 19 September 2020 pukul 03:06.
Santoso, Bangun. Penjelasan Istana Soal Pembentukan Komite Penanganan
Covid-19 dan PEN.
https://www.suara.com/news/2020/07/22/105907/penjelasan-istana-soal-
pembentukan-komite-penanganan-covid-19-dan-pen. diunduh pada Senin,
21 September 2020 pukul 01:11.
Saputra, Anjar. Mengetahui Foto Ini Ahli Patologis Terkejut, Ada Gumpalan
Darah Disetiap Organ Jenazah Pasien Covid-19.
https://health.grid.id/read/352240747/mengetahui-foto-ini-ahli-patologis-
terkejut-ada-gumpalan-darah-disetiap-organ-jenazah-pasien-covid-
19?page=all. Diunduh pada Minggu, 20 September 2020 14:01.
SDGs. 2020. “Sustainable Development Goals”.
https://www.sdg2030indonesia.org/ diunduh pada Minggu, 23 Agustus 2020
pukul 2:33.
Sebayang, Rehia. 2020. “Teror Flu Babi Bikin Pening, Berawal di China Kini
Masuk RI”. https://www.cnbcindonesia.com/news/20191227152612-4-
126084/teror-flu-babi-bikin-pening-berawal-di-china-kini-masuk-ri/1
diunduh pada Sabtu, 19 Juli 2020 pukul 14:10.
102
Sunarto, Nanang. Dunia Pernah Berjaya Menaklukkan Cacar.
https://www.kbknews.id/2020/05/09/dunia-pernah-berjaya-menaklukkan-
cacar/. Diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul 18:11.
Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional. 2020. “Perkembangan COVID-
19 Juni, Dr. Dewi: Angka Positivity Rate Lebih Rendah daripada Bulan
Mei”. https://covid19.go.id/p/berita/perkembangan-covid-19-juni-dr-dewi-
angka-positivity-rate-lebih-rendah-daripada-bulan-mei diunduh pada Sabtu,
19 September 2020 pukul 03:14.
Wareza, Monica. Jadi Ketua Pelaksana Satgas Covid, Ini Rencana Erick Thohir.
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200720132916-4-173978/jadi-
ketua-pelaksana-satgas-covid-ini-rencana-erick-thohir. Diunduh pada Senin,
21 September 2020 pukul 00:54.
Welianto, Ari. Pengertian Bonus Demografi.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/08/27/113000069/pengertian-
bonus-demografi?page=all. Diunduh pada Minggu, 20 September 2020
pukul 10:08.
103
Lampiran 1
10 Artikel Kolom Opini di Surat Kabar Kompas
1. Covid-19, "Great Reset", SDGs
Suharso Monoarfa
Senin, 13 Juli 2020
Dalam sejarah peradaban manusia, tahun 2020 akan selamanya dikenang sebagai
periode krisis dahsyat yang presedennya hanya bisa disetarakan dengan Depresi
Besar 1930-an dan Perang Dunia.
Bahkan, di tengah 2020 ini, kita belum bisa melihat sampai seberapa dalam jurang
krisis akan berujung. Dengan cemas, kita menyaksikan penyebaran Covid-19 yang
sedemikian cepat dan bagaimana krisis kesehatan merontokkan berbagai jerih
payah pembangunan bertahun-tahun.
Seperti halnya dalam dinamika sejarah krisis dunia, krisis akan membuat
perubahan besar. Krisis memaksa kita merefleksikan apa yang salah sebelumnya,
lalu apa yang perlu dilakukan dan diubah untuk mengantisipasi agar krisis tak
berulang. Selain itu, di masa pandemi ini, dengan cemas kita juga menyaksikan
Bumi yang semakin ringkih karena menopang hampir delapan miliar manusia
dengan segenap dinamikanya, segera berada di “titik kulminasi”.
Diproyeksikan, populasi dunia 17 tahun lagi akan mencapai sembilan miliar
manusia. Menurut para ilmuwan, itu berarti batas akhir jumlah manusia yang
mampu disangga Bumi (carrying capacity) apabila manusia tetap “bersikeras”
dengan pola kehidupan seperti saat ini. Pada masa itu, pangan, air, dan energi
yang makin langka akan menjadi sumber konflik yang tak akan pernah usai di
masa depan. Artinya, dunia tidak akan sama lagi dengan waktu sebelumnya.
Dunia akan makin rentan menghadapi berbagai krisis. Inilah tantangan besar umat
manusia saat ini, bagaimana memenuhi kebutuhan masa kini dan mengantisipasi
berbagai krisis masa depan.
Pandemi Covid-19 telah memaksa dunia dengan segala aktivitasnya bergerak
melambat, setelah dipacu tanpa henti sejak abad Revolusi Industri. Blessing in
disguise, Covid-19 memaksa kita hening dan jernih berefleksi tentang apa yang
telah dan sedang terjadi di dunia. Meski kini kita memasuki new normal, bukan
berarti old normal adalah sesuatu yang ideal. Bukankah new normal saat ini
adalah hasil dari old normal? Kebiasaan masa lalu belum tentu merupakan hal
yang ideal untuk terus dilakukan hingga masa depan. Bahkan secara lugas Albert
Einstein mengatakan “the definition of insanity is doing the same thing over and
over again, but expecting different result” (definisi kegilaan adalah melakukan hal
yang sama terus menerus, tetapi berharap hasilnya berbeda).
104
Covid-19 menyadarkan kita tentang tak adanya ceteris paribus. Sudah tak
mungkin dalam dunia yang terkait dan berkelindan ini (interconnectedness)
mampu mengisolasi kejadian pada satu hal tidak akan terkait dengan hal lainnya.
Problem pandemi virus yang terkait dengan kesehatan ini sangat jelas seperti
deretan kartu yang jatuh menjadi multiplier effect. Sektor kesehatan runtuh
berdampak pada sektor pariwisata, lalu diikuti transportasi, konstruksi,
manufaktur, keuangan, dan ikutan lainnya.
Pertanyaan besar kemudian muncul, lalu bagaimana kita harus melakukan
pembangunan? Bagaimana memenuhi kebutuhan masa kini, meningkatkan
kemajuan dan kesejahteraan manusia, tetapi sekaligus dengan tetap
memperhatikan keseimbangan alam dan berkelanjutan? Sangat jelas, cara kita
menjalankan kehidupan harus berubah.
“Great reset”
Covid-19 telah membangunkan kita (wake up call) dengan pukulan sangat keras,
kita harus menjalankan kehidupan dengan cara berbeda. Di dunia, kini seruan
great reset kian menggema. Great reset akan menjadi tema besar pertemuan
prestisius Forum Ekonomi Dunia tahun depan. Pada intinya, kita mesti me-reset
ulang apa yang telah kita lakukan sebelumnya. Kita sudah harus meninggalkan
kebiasaan masa lalu yang tak kompatibel dengan masa depan.
Sangat beruntung, dunia telah memiliki Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(SDGs). SDGs bukan hanya wacana filosofis, melainkan sudah pada tataran
operasional. SDGs pada dasarnya sarana bagi semua pemangku kepentingan, baik
pemerintah maupun nonpemerintah, di seluruh dunia untuk menjalankan
kehidupan berkelanjutan. Artinya, bagaimana kebutuhan masa kini dipenuhi,
tetapi tanpa mengorbankan masa depan. Apabila SDGs secara konsisten
dijalankan semua negara, keberlanjutan Bumi sebagai tempat layak huni bagi
semua dapat lebih terjamin.
Dalam napas keberlanjutan SDGs, faktor keseimbangan jadi penekan utama.
Pandemi Covid-19 adalah contoh bagaimana tekanan manusia pada kehidupan
satwa liar justru berbalik begitu dahsyat mengancam hidup umat manusia. Contoh
lain, penggunaan air tanah yang sedemikian eksesif apabila diteruskan akan
menjadikan Jakarta megapolitan pertama dunia yang tenggelam.
Lahirnya SDGs merupakan kesadaran bahwa sumber daya alam tidaklah terbatas.
Keseimbangan sosial, ekonomi, dan lingkungan haruslah dijaga. Mengabaikan
satu keseimbangan, pada akhirnya adalah petaka kehidupan manusia. Pandemi
Covid-19 jadi pelajaran sangat pahit dalam evolusi kehidupan manusia saat ini.
Hal yang juga sangat strategis dalam SDGs adalah prinsip inklusif. Artinya,
pelaksanaan SDGs merupakan orkestrasi gerakan bersama pemerintah dan para
105
pemangku kepentingan nonpemerintah. Jelas tak mungkin pembangunan berhasil
hanya dilakukan pemerintah sendiri. Pemerintah, baik pusat maupun daerah, perlu
bergandengan dengan sektor bisnis, filantropi, organisasi kemasyarakatan, media,
dan perguruan tinggi untuk pencapaian SDGs. Pertanyaan selanjutnya, lalu
seberapa jauh Indonesia berkomitmen dan melaksanakan SDGs?
Indonesia telah mengarustamakan SDGs dalam dokumen Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Jika RPJMN sebelumnya 94
target diarustamakan, kini meningkat signifikan menjadi 118 target. RPJMN akan
menjadi bahan utama kementerian/lembaga dan pemda melaksanakan program
pembangunan. Ini berarti, melaksanakan SDGs bagi Indonesia sekaligus
melaksanakan pembangunan nasional. Selain itu, Indonesia juga akan segera
menyusun Rencana Aksi Nasional (RAN) SDGs 2020-2024 yang melibatkan
semua pemangku kepentingan. RAN SDGs 2017-2019 telah melibatkan 108
organisasi nonpemerintah, baik dari sektor profit maupun nonprofit.
Tahun ini, keterlibatan akan jauh lebih banyak. Sebagai contoh antusiasme, hanya
menguji template rencana aksi SDGs saja, lebih dari seratus perusahaan terbuka
berpartisipasi di Bappenas yang bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), Bursa Efek Indonesia dan Global Reporting Initiative (GRI).
Jalan pedang
Dari sisi perencanaan dan penganggaran, tagging anggaran SDGs kini masih terus
berlangsung. Ini akan dipadukan dengan sistem elektronik monitoring dan
evaluasi (emonev) yang akan bisa memantau progres pelaksanaan pencapaian
SDGs. Dasbor capaian SDGs juga telah dibangun dan terus disempurnakan untuk
memantau capaian hingga tingkat kabupaten/kota, dengan keterpilahan data dan
mengukur diskrepansi dengan target. Mengingat Bappenas adalah pengampu Satu
Data Indonesia, proses pengintegrasian data akan lebih mudah. Ini tentu sangat
berguna bagi pengambilan kebijakan, serta tentu saja terbuka diakses publik.
Dampak Covid-19 membuat perekonomian berjalan lambat, tentu ini berakibat
pada berkurangnya penerimaan negara. Di sisi lain, dampak dahsyat sosial dan
ekonomi membutuhkan intervensi fiskal yang kuat sehingga terpaksa
meningkatkan defisit. Untuk mengupayakan pencapaian SDGs melalui berbagai
pembiayaan inovatif, Bappenas kini mengembangkan SDGs Financing Hub
(SFH) yang berjalan operasional tahun ini. tugas SFH menggali berbagai potensi
pembiayaan dari dalam dan luar negeri dengan berbagai inovasi keuangan, untuk
mendanai berbagai kegiatan bagi pencapaian SDGs.
Meski pandemi Covid-19 membuat sebagian capaian pembangunan runtuh,
Bappenas sebagai institusi yang ditugaskan sebagai lembaga perencanaan
pembangunan dan sekaligus menjadi koordinator nasional pelaksanaan SDGs
berkomitmen agar pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030 tidak
106
meleset. Covid-19 justru makin menyadarkan bahwa SDGs adalah keniscayaan
jalan pembangunan yang harus ditempuh untuk menjadi negara sejahtera, adil,
maju, dan berkelanjutan.
Sejarah membuktikan, negara-negara maju adalah negara yang mampu bertahan
dan bahkan melejit setelah menghadapi persoalan berat. Namun, syarat mutlak
untuk hal tersebut adalah semangat gotong royong untuk tujuan bersama. Oleh
karena itu, Bappenas mengajak para pemangku kepentingan SDGs untuk
menempuh “jalan pedang”. Sebuah jalan terjal dan jarang dilalui, keluar dari zona
nyaman, mencari terobosan, berinovasi dan berupaya sekuat tenaga memastikan
SDGs dapat dicapai untuk kemajuan bangsa. Mari kita torehkan tinta sejarah emas
bersama membangun Indonesia.
2. Mengapa Masyarakat Anggap Enteng Covid-19
Abdul Malik Gismar
Senin, 13 Juli 2020
Social Resilience Lab Nanyang Technological University menyimpulkan bahwa
Jakarta belum siap untuk normal baru karena indeks risiko persepsi
masyarakatnya rendah. Indikatornya, antara lain, adalah sebagian besar warga
Jakarta (77 persen) menganggap enteng Covid-19 (idntimes.com, 5/7/2020). Hasil
studi dan kesimpulan itu perlu mendapat perhatian.
The new normal atau normal baru bukan istilah yang muncul karena Covid-19
(Lihat Navigating the New Normal in Industrial Countries, International
Monetary Fund, 15/12/2010). Istilah yang awalnya berkembang di sektor finansial
dan ekonomi ini menjadi populer dan masuk ke ranah sosio-kultural untuk
merujuk “suatu situasi yang sebelumnya tidak dikenal atau tidak biasa terjadi,
tetapi sekarang menjadi standar, lazim, atau diharapkan”.
Kata normal memiliki arti dilakukan oleh kebanyakan orang sehingga menjadi
kebiasaan masyarakat atau, dengan kata lain, membudaya. Normal baru tidak
harus dicanangkan oleh pemerintah meskipun kebijakan, program, dan aturan
pemerintah bisa menginisiasi dan menjadi bagian penting dari cara baru
beraktivitas ini.
Terkait Covid-19, normal baru merujuk kepada sikap, perilaku, dan tatanan sosio-
kultural baru yang muncul sebagai reaksi dan adaptasi terhadap virus ini. terlepas
apakah pemerintah akan “mengumumkan” atau “menerapkan” normal baru atau
tidak, perilaku masyarakat mungkin, akan, atau bahkan telah, berubah.
Di Indonesia hari ini, oleh karena alasan mengikuti aturan, anjuran, atau alasan
apa pun lainnya, kita melihat di tempat-tempat umum sebagian orang memakai
masker; menjaga jarak antrean, dan membawa penyanitasi tangan. Perilaku-
107
perilaku yang sebelumnya tak lazim itu kini jadi lazim atau menjadi normal bagi
sebagian orang. Ini tak cukup dan yang harus terjadi adalah perilaku baru yang
tepat untuk melawan virus semacam ini diadopsi oleh masyarakat seluas-luasnya.
Normal baru ini harus diciptakan, tidak dinantikan.
Rentang risiko dan persepsi risiko Covid-19
Bagi sebagian orang di Jakarta hari ini, “keluar rumah” atau “tidak keluar rumah”
bukan pilihan. Biaya ekonomi, sosial, kultural, dan psikologis dari “tinggal di
rumah” berkepanjangan sangat nyata. Namun, melakukan kegiatan sehari-hari dan
menganggap enteng risiko Covid-19 sangat berbahaya. Yang perlu dipikirkan
adalah bagaimana masyarakat bisa keluar rumah melakukan kegiatan sehari-hari
dan aman dari Covid-19. Hal ini akan sangat terkait dengan persepsi mereka
mengenai risiko Covid-19 dan bagaimana menyikapinya.
Persepsi terhadap suatu risiko menentukan perilaku menghadapi risiko itu.
Sesuatu yang sangat berbahaya jika tak dipersepsi sebagai berbahaya tak akan
membuat orang menghindar darinya; demikian pula sebaliknya. Karena itu, yang
sangat diperlukan tercipta dalam masyarakat adalah persepsi risiko yang akurat,
obyektif, atau mendekati risiko sebenarnya.
Risiko Covid-19 tidak biner atau dikotomis berisiko vs tidak berisiko, tetapi
berada dalam suatu rentang risiko (risk spectrum) dari sangat rendah hingga
sangat tinggi. Oleh karena itu, secara obyektif risiko penularan Covid-19 juga tak
sama untuk semua kegiatan, di dalam maupun luar ruangan.
Sains di balik risiko Covid-19 ini kompleks, melibatkan pengetahuan mengenai
virus itu sendiri, lingkungan seperti apa yang dapat menyebarkannya, serta
perilaku manusia seperti apa yang memudahkan penyebaran. Namun, secara
sederhana dapat dikatakan, suatu kegiatan memiliki risiko penularan rendah
apabila paparan dengan virus sedikit dan durasi paparan singkat (misalnya
melibatkan sedikit orang dengan jarak fisik terjaga, di ruang terbuka tanpa bicara
lantang, dan dalam waktu yang singkat).
Sebaliknya, risiko penularan tinggi apabila paparan dengan virus banyak dan
berlangsung dalam waktu yang lama (misalnya melibatkan banyak orang dalam
jarak fisik berdekatan, di ruang tertutup, melibatkan suara yang lantang, dan
dalam durasi lama). Dapat dibayangkan, di antara kedua kutub ekstrem risiko
rendah-risiko tinggi ini, ada banyak kemungkinan situasi dengan tingkat risiko
yang berbeda-beda.
Pemahaman mengenai rentang risiko akan membantu membangun persepsi risiko
yang akurat untuk setiap kegiatan yang akan dilakukan. Persepsi yang akurat pada
gilirannya akan mencegah munculnya sikap dan perilaku yang, di satu ekstrem,
terlalu percaya diri dan menganggap enteng kemungkinan terjangkiti; atau, di
ekstrem lainnya, tidak percaya diri dan cemas berlebihan sehingga tak mampu
melakukan kegiatan yang diperlukan.
108
Lebih dari itu pemahaman akan rentang risiko ini juga akan menunjukkan kesiap-
siagaan seperti apa yang harus diambil dalam berbagai situasi.
Kampanye kesehatan masyarakat, bukan sosialisasi
pada akhirnya, pertahanan terhadap penyebaran Covid-19 adalah munculnya
perilaku baru masyarakat yang didasari oleh persepsi risiko yang akurat. Perilaku
baru ini harus segera terbentuk secara luas, sementara informasi yang dimiliki
masyarakat terkait virus dan cara menghadapinya terbatas, dari sumber yang
sangat beragam, dan sering keliru. Hal ini bisa membangun persepsi risiko yang
tidak akurat dan perilaku yang keliru, tidak optimal, bahkan kontraproduktif.
Pemerintah perlu berinisiatif dan mengoordinasikan kampanye kesehatan yang
masif dan intensif terkait hidup di tengah-tengah beredarnya Covid-19, bukan
sekedar sosialisasi dan imbauan. Kampanye ini juga perlu menggunakan semua
bentuk intervensi yang dimungkinkan secara tepat waktu dan tepat tempat.
Dalam ilmu perilaku (behavioral science), setidaknya ada sembilan bentuk
intervensi yang dapat dilakukan untuk mengubah perilaku masyarakat: edukasi
(education), persuasi (persuasion), insentif (incentivisation), pemaksaan
(coercion), pemberdayaan (enablement), pelatihan (training), pembatasan
(restriction), restrukturisasi lingkungan (environmental restructurization), dan
percontohan (modeling).
Studi menunjukkan, intervensi yang efektif adalah yang berlangsung pada
beberapa tingkatan (individual, komunitas, dan keseluruhan populasi) dan
berkelanjutan.
Di jantung kampanye kesehatan masyarakat ini adalah edukasi mengenai rentang
risiko agar masyarakat mampu mengenali dan menilai risiko yang ada dalam
setiap kegiatan yang akan mereka lakukan, dan dengan demikian dapat
mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko tersebut.
Daftar setiap situasi dengan kemungkinan risikonya tidak mungkin diberikan,
tetapi akan sangat membantu apabila kampanye ini menunjukkan contoh-contoh
kegiatan atau interaksi sosial yang terbukti menjadi ajang penularan yang tinggi
(super spreader events/ SSE) baik di Indonesia maupun dunia (lihat
https://quillette.com/2020/04/23/covid-19-su-perspreader-events-in-28-co-untries-
critical-pat-terns-and-lessons/).
Contoh konkret yang diambil dari peristiwa yang benar-benar terjadi akan mudah
dimengerti dan dijadikan rujukan.
Kampanye hidup dan Covid-19 tentunya harus pula disertai dengan panduan
memitigasi risiko terjangkiti yang komprehensif. Lebih dari sekadar menyarankan
masyarakat untuk memakai masker dan mencuci tangan, panduan ini juga bisa
mencakup petunjuk untuk merekayasa ruang, membangun sistem, dan
109
menetapkan prosedur untuk berbagai kegiatan sosial, ekonomi, keagamaan, dan
berbagai kegiatan lainnya. Suatu panduan yang bisa dirujuk untuk
menyelenggarakan sekolah, berolahraga, membuka toko, beribadah, dan lain-lain
dengan aman.
Tentunya harus diserahkan kepada ahlinya –epidemiolog, virolog, ahli kesehatan
masyarakat, dan ahli yang relevan– untuk membangun panduan semacam ini.
Sekali lagi yang diperlukan adalah kampanye kesehatan masyarakat yang masif
dan intensif. Suatu kampanye dengan tujuan jelas dan terukur untuk mengubah
perilaku masyarakat. Untuk ini diperlukan kebijakan, program, dan kegiatan yang
sinkron dan ketat terintegrasi secara vertikal lintas tingkatan pemerintahan dan
secara horizontal lintas lembaga; serta disampaikan dalam bahasa yang dimengerti
masyarakat.
3. Covid-19, Perlu Pemantauan Berkelanjutan di Hilir
Erman Aminullah
Senin, 13 Juli 2020
Kebijakan yang diambil pemerintah dalam penanganan Covid-19 di Indonesia
dipengaruhi oleh masukan informasi ilmiah di bidang epidemiologi serta
pertimbangan sosial ekonomi dan politik. Kebijakan ini membutuhkan kompromi
dari para pemangku kepentingan di bidang kesehatan, sosial, ekonomi, dan
politik. Beberapa langkah penyesuaian kebijakan juga diambil, mengikuti
perkembangan situasi, kepentingan, informasi, dan angka kasus Covid-19 di
lapangan yang dinamis dan terus menaik secara eksponensial.
Langkah-langkah penyesuaian kebijakan ini dilakukan di dalam lingkungan yang
kompleks di mana banyak unsur dan faktor saling memengaruhi. Akibatnya,
sebelum penyesuaian kebijakan menunjukkan hasil, telah muncul dampak tak
terduga berupa lonjakan kasus baru Covid-19.
Laju penyebaran Covid-19 sekarang ini tak lepas dari tiga hal. Pertama, sikap
terlalu percaya diri pemerintah di awal pandemi, dengan menganggap bahwa
masalah Covid-19 ada di luar sana dan kita tidak akan tersentuh oleh wabah
Covid-19. Sikap ini menyebabkan kurangnya antisipasi dan persiapan ketika
akhirnya Covid-19 benar-benar menerjang wilayah Indonesia.
Kedua, resistensi terhadap kebijakan Pemerintah, yang ditunjukkan oleh sebagain
unsur masyarakat. Pedoman pemerintah untuk menerapkan jarak sosial dan jarak
fisik sering diabaikan. Ketidaktahuan masyarakat awam juga memperburuk
situasi.
110
Ketiga, sulitnya mencapai konsensus dalam implementasi kebijakan di lapangan.
Kebijakan yang sudah dibuat dengan masukan ilmu kesehatan, sosial, dan
ekonomi harus disesuaikan di lapangan, dengan mengakomodasi berbagai
kepentingan atau para pihak, seperti faktor kesehatan masyarakat, kondisi
ekonomi rakyat, kehidupan sosial masyarakat, desakan kelompok penekan dan
pemangku kepentingan di dalam dan luar birokrasi pemerintahan.
Ada kesan, resistensi kebijakan dan kesulitan mencapai konsensus ini sulit
dikendalikan oleh pemerintah.
Keadaan sekarang, musuh (Covid-19) sudah ada di dalam. Apa yang perlu
dilakukan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19? Selama Juni, jumlah
kasus Covid-19 naik dua kali lipat dari 28.000-an menjadi 57.000-an. Jika
kenaikan mengikuti deret ukur atau bulan Juli naik 2,5 kali lipat, maka akhir Juli
akan mencapai 105.000-an.
Pemantauan berkelanjutan di hilir
Tatanan normal baru diterapkan oleh pemerintah awal Juni, saat kurva
penambahan kasus baru Covid-19 belum menunjukkan tanda-tanda menurun.
Kehidupan normal baru yang menjaga keseimbangan antara kepentingan
kesehatan dan kepentingan ekonomi ditempuh, dengan membuka kembali
kegiatan ekonomi nasional secara bertahap, dan pada saat yang bersamaan tetap
menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin tinggi.
Terkait kebijakan membuka kembali kegiatan ekonomi, pemerintah telah
menyimulasikan pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB), dengan
mulai membuka kembali akses ke transportasi, mal, dan pasar, dan disusul sektor
lain secara bertahap. Penegakan disiplin dengan kepatuhan tinggi terhadap
protokol kesehatan juga telah disimulasikan dengan pengawalan aparat keamanan.
Pelonggaran PSBB menuju kehidupan normal dilaksanakan sejak 5 Juni 2020.
Namun, selama satu bulan pelaksanaan kehidupan normal baru, kasus Covid-19
naik dua kali lipat. Artinya, penegakan disiplin dengan kepatuhan tinggi terhadap
protokol kesehatan belum berjalan maksimal.
Dalam perspektif kebijakan, terkait penegakan disiplin, perlu dilakukan koreksi
terhadap dua poin yang bermasalah, yaitu resistensi kebijakan dan kesulitan
mencapai konsensus. Pertama, resistensi kebijakan yang timbul dari respons
lingkungan yang kompleks perlu dikendalikan agar tak memperburuk keadaan.
Penegakan disiplin dengan kepatuhan tinggi dalam menerapkan protokol
kesehatan, yang masih sering diabaikan oleh beberapa unsur masyarakat, juga
perlu dipertegas.
Pemantauan berkelanjutan perlu dilakukan. Tantangannya adalah bagaimana
caranya agar semua pihak –mulai dari pemangku kepentingan di dalam dan di luar
birokrasi pemerintahan, kelompok penekan, tokoh agama, berbagai lapisan tokoh
111
masyarakat, hingga ke akar rumput–berkontribusi dalam pemantauan
berkelanjutan untuk meluruskan penyimpangan pelaksanaan protokol kesehatan di
lapangan.
Melalui pengendalian sistemik terhadap kebijakan dan program di hulu, hingga
pelaksanaan di hilir, yang melibatkan peran dari semua unsur, diharapkan
triliunan rupiah sumber daya finansial yang dibelanjakan tak sia-sia.
Dengan demikian, ada harapan untuk bisa melihat penurunan angka kasus baru
Covid-19 pada Juli dan Agustus mendatang, dan mulai melandainya kurva kasus
Covid-19 di Indonesia, menuju kurva parabola. Meskipun perjalanan masih
panjang, terlalu besar risikonya jika Indonesia gagal (too risky to fail). Semoga!
4. Apa Setelah Demam Babi Afrika, Covid-19, dan Flu Babi?
Soeharsono
Jumat, 17 Juli 2020
China bagaikan sudah jatuh ditimpa tangga pula. Agustus 2018, untuk pertama
kali China tertular penyakit paling ganas pada babi, demam babi Afrika.
Diperkirakan 25 persen dari ratusan juta populasi babi mati sehingga pada April
2020 negara tersebut harus mengimpor 400.000 ton daging babi (Reuters).
Pada bulan Desember 2019 muncul wabah Covid-19, kemudian menjadi pandemi.
Jumlah kasus hampir 18 juta, lebih dari 566.000 orang meninggal, tersebar di 213
negara atau wilayah (Worldometers, 8/7/2020).
Belum selesai dengan dua masalah di atas, baru-baru ini peneliti di China
menemukan virus flu babi baru (G4 EA H1N1) yang menulari 10 persen peternak,
dan disebut berpotensi menjadi pandemi (Proceedings of the National Academy of
Sciences). Ini berarti virus flu babi menular dari babi ke orang.
Bagaimana kita melihat tiga penyakit ini ke depan?
ASF
Demam babi Afrika (ASF) menyebar dari Afrika ke China, melalui Eropa, Rusia,
baru China. Penyakit ini tidak menular ke manusia.
Dari China, ASF menyebar ke Asia Timur dan Tenggara, termasuk Indonesia.
Sumatera Utara paling dulu tertular (September 2019), dikonfirmasi dengan PCR
oleh Balai Besar Veteriner Medan, lalu diumumkan oleh Menteri Pertanian pada
Desember 2019.
Kematian babi dalam jumlah banyak juga ditemukan di Bali (Desember 2019),
daratan Timor (Februari 2020), Sumba (Maret 2020), dan Mentawai (Maret 2020).
112
Secara epistemologis, klinis dan patologis, kematian babi ini sangat mirip dengan
yang terjadi di Sumatera Utara, tetapi belum terdengar pernyataan resmi nama
penyakitnya. Demikian juga kematian 878 babi di Palembang (Kompas,
4/7/2020).
Akibatnya, lalu lintas babi hidup dan bahan makanan mengandung babi masih
terjadi. Hal ini berpotensi menyebarkan penyakit. Virus ASF mempunyai
ketahanan tinggi terhadap proses penggaraman dan pengasapan sehingga sisa
makanan dari hotel dan restoran dapat menularkan penyakit.
Karena belum ada vaksinnya, cara terbaik untuk menghindari penularan adalah
biosecurity ketat, termasuk di dalamnya tidak memberikan sisa makanan. Salah
satu peternakan besar di Pulau Bulan yang menerapkan biosecurity ketat dan
menjadi pemasok babi ke Singapura masih bebas ASF sehingga ekspor tetap bisa
berlangsung.
Di negara-negara maju, untuk membebaskan diri dari ASF, biasanya dilakukan
melalui pemusnahan semua ternak babi dalam lokasi yang tertular. Tindakan ini
bisa berhasil apabila penyakit dideteksi secara dini, pada lokasi yang sangat
terbatas.
Pirbright Institute (Inggris) memublikasikan pembuatan vaksin ASF dengan
teknologi vaksin sub-unit (vector), yang mampu memberikan perlindungan 100
persen (Jurnal Vaccines, Mei 2020). Temuan ini memberi harapan ASF bisa
dikendalikan secara global.
Masih ada beberapa tahapan sebelum vaksin bisa dipasarkan. Selama belum ada
vaksin ASF, penerapan biosecurity secara ketat perlu dilakukan agar ternak babi
aman. Di Bali, sebagian kecil peternakan babi skala kecil mulai bangkit meskipun
ancaman ASF belum lenyap. Cara mengawinkan dengan menyewa pejantan
digantikan dengan artifical insemination (“kawin suntik”).
Covid-19
Covid-19 tidak banyak dibahas di sini karena setiap hari diberitakan
perkembangannya di seluruh dunia. Bermacam cara dilakukan untuk memutus
rantai penularan. Jaga jarak, rajin cuci tangan, dan memakai masker berhasil
mengurangi laju penyebaran, tetapi belum dapat menghentikan.
Yang sangat ditunggu adalah vaksin. Calon vaksin dari China mulau diuji di
Brasil (Kompas, 8/7/2020). Perlu dipelajari keamanan (safety) dan lamanya
protective antibody (potency) dalam individu yang divaksin sebelum vaksin
diproduksi secara masal.
113
Flu babi
Nama flu babi menunjukkan bahwa virus penyebabnya berasal dari babi. Pandemi
flu babi (2009-2010) berawal dari Meksiko, menyebar ke banyak negara dengan
jumlah kasus mencapai 1,4 juta, dengan 151.700-575.400 orang meninggal. Flu
babi menyebar antar-orang lewat droplet.
Antara tahun 2011 dan 2018, dari 30.000 sampel swab hidung babi, peneliti China
mengisolasi 179 virus flu. Dari isolasi tersebut ditemukan strain baru, merupakan
campuran virus flu Eropa dan Amerika, disebut G4 EA H1N1 yang berpotensi
memicu pandemi. Dunia pun ramai atas temuan ini meskipun belum ada
penularan antar-orang.
Anthony Fauci, Direktur National Institute of Allergy and Infectious Disease di
Bethesda, berbicara di depan Senat Amerika, bahwa G4 EA H1N1 tidak
merupakan ancaman dalam waktu dekat. Memang G4 mengindikasikan virus ini
dapat menempel pada tipe cyalic acid yang melapisi saluran pernapasan manusia.
Virus juga dapat tumbuh pada kultur sel manusia secara in vitro (dalam tabung).
Menanggapi temuan ahli di China tersebut, juru bicara Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) Christian Lindmeler mengingatkan, meskipun ada pandemi Covid-
19, pengawasan terhadap dinamika virus flu babi tak boleh dilonggarkan.
Laboratorium kesehatan hewan di Indonesia telah mampu melakukan isolasi dan
identifikasi flu babi, bahkan sampai sequencing DNA-nya. Diharapkan
laboratorium ini ikut serta memonitor dinamika virus flu babi di peternakan.
Waspada perlu, tetapi tidak ikut panik.
5. Covid-19 dan Kesehatan Masyarakat
Dono Widiatmoko
Jumat, 17 Juli 2020
Pengalaman adalah guru yang terbaik dan pengalaman terburuk memberikan
pelajaran yang paling berharga.
Dunia sedang diuji dengan merebaknya virus SARS-CoV-2 dan Indonesia juga
harus melalui ujian yang sama. Ujian kali ini sangat berat karena menyangkut
nyawa dan belum ada satu pun manusia di muka bumi ini yang memiliki
pemahaman untuk memberikan solusi terbaik untuk masalah yang ada.
Dengan demikian, kebijakan berdasarkan ilmu pengetahuan yang mungkin
berhasil di suatu negara belum tentu dapat berhasil di negara lain. Model
114
penelitian yang sudah pernah di gunakan di negara lain belum tentu dapat
digunakan di sini.
Namun, kita harus sepakat kali ini kita dihadapkan dengan pemasalahan yang di
luar dari kebiasaan. Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular
Amerika Serikat Anthony Fauci, yang sudah mendedikasikan dirinya selama
hampir 40 tahun untuk menangani puluhan wabah, termasuk HIV/AIDS,
mengatakan virus korona ini “luar biasa”. Hal yang membuatnya gamang adalah
bagaimana virus ini menyebar sangat cepat, jauh lebih cepat daripada penyakit
lain selama ini. Pola transportasi modern telah tanpa sengaja membantu
penyebaran penyakit ini menjadi penyakit modern dalam jangka waktu yang
singkat.
Di Indonesia, kita telah melihat kenaikan tingkat kematian. Namun, kita belum
mengetahui tingkat penyebaran virus ini. Masih banyak yang kita belum ketahui
dan yang sepertinya sudah kita ketahui dapat berubah dalam hitungan hari, jam,
menit, bahkan detik. Kita belum tahu bagaimana kekebalan tubuh dapat terbentuk.
Peneliti di Indonesia kekurangan data. Setiap lokasi di Indonesia, baik di tingkat
kecamatan, kabupaten, maupun provinsi, memiliki karakteristik berbeda. Apakah
iklim merupakan suatu variabel dalam menentukan tingkat penyebaran? Kami tak
tahu. Tetapi peneliti harus berasumsi demikian.
Kita tak perlu panik. Kita harus terus waspada dan menerapkan semua tindakan
pencegahan. Tetapi, seperti diungkapkan dr Fauci, langkah pencegahan tak
memberikan jaminan apa pun. Para ilmuwan harus bekerja ekstra keras dalam
mencari tahu sebanyak-banyaknya tentang virus ini.
SARS-CoV-2 bisa jadi, atau mungkin bukan, virus paling berbahaya yang dikenal
dalam sejarah manusia. Sekali lagi, kita belum tahu. Secara statistik, ada penyakit
lain yang lebih banyak merenggut nyawa dibandingkan korona. Kurva epidemi
(epi curve) menunjukkan perkembangan penyakit dalam wabah dari waktu ke
waktu dan kurva epi yang akurat diperlukan untuk dapat membantu pemerintah
menentukan prioritas demi mengatasi pandemi Covid-19.
Setiap orang ingin kembali ke kehidupan normal mereka dan melakukan bisnis
sehari-hari. Baru-baru ini Indonesia berada di daftar teratas kasus yang dilaporkan
di Asia Tenggara dan jumlah yang dilaporkan ini hanyalah puncak gunung es.
Ukurang gunung es, atau prevalensi Covid-19, dapat ditentukan dengan tes
serologis (antibodi), umumnya dikenal sebagai rapid test. Tes PCR tidak dapat
memberikan informasi tentang prevalensi. Namun, rapid test, tentu saja, harus
dilakukan dengan benar, dengan metodologi yang sesuai, dengan menentukan
sampel yang tepat, agar data dapat diekstrapolasi untuk akhirnya menghasilkan
angka prevalensi atau mendapatkan kurva epi yang akurat. Seiring dengan
115
bertambahnya pengetahuan kita terkait pandemi ini, kebijakan untuk tindakan
preventif dan kuratif harus terus berjalan bersamaan.
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah salah satu program single-payer
terbesar dan paling ambisius di dunia. Diluncurkan pada Januari 2014, JKN telah
mencakup 221 juta orang, atau 83 persen dari populasi Indonesia pada Mei 2020.
Pemerintah berkomitmen memastikan keberlanjutan JKN dan memiliki dampak
positif pada hasil kesehatan, perlindungan keuangan, ekuitas kesehatan, dan pada
pasar kesehatan, dan ekonomi secara umum. Namun, defisit tahunan terus
meningkat dan keberlangsungannya sangat membutuhkan perhatian lebih.
Pandemi Covid-19 jelas menambah tekanan pada sistem perawatan kesehatan
Indonesia.
Preventif dan kuratif
Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) telah memproyeksikan
dampak Covid-19 pada perekonomian dan semua skenario menunjukkan anggaran
untuk mengurangi pandemi akan meroket, sesuai anggaran negara untuk belanja
kesehatan 2020.
Sistem JKN yang kita miliki merupakan pendekatan kuratif, atau istilah awamnya
mengobati. Adapun porsi yang dialokasikan untuk program-program preventif
dengan peningkatan kesehatan masyarakat, pencegahan, dan pengendalian
penyakit serta pendidikan hanya sekitar 7 persen dari keseluruhan alokasi
anggaran kesehatan 2021 yang sedang dibahas di DPR saat ini. Padahal, kita
semua sepakat mencegah lebih baik daripada mengobati.
Salah satu contoh fokus program peningkatan kesehatan masyarakat adalah
peningkatan kesehatan ibu dan anak. Peran bidan dalam membantu ibu selama
dan setelah persalinan, dan selama kehamilan, menjadi amat penting. Dengan
jumlah kasus Covid-19 yang terus meningkat, bidan di seluruh Indonesia harus
menavigasi prosedur baru saat melahirkan bayi, dengan kesadaran penuh bahwa
mereka mengekspos diri mereka terhadap kemungkinan infeksi. Ikatan Bidan
Indonesia (IBI) mencatat, pandemi ini mengakibatkan wanita hamil dan pasangan
enggan untuk mengunjungi fasilitas kesehatan, bahkan hanya menjalani
pemeriksaan atau menerima kontrasepsi.
Di sisi lain, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Indonesia
(BK-KBN) memproyeksikan peningkatan kelahiran sebanyak 420.000 kelahiran
di awal 2021, jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan. Peningkatan jumlah
kehamilan yang tak direncanakan selama pandemi tak hanya meningkatkan risiko
ke kesehatan bagi ibu dan bayi, tetapi juga menghadirkan tantangan bagi rumah
tangga baru yang kemungkinan besar telah dihadapkan pada beban finansial
sebagai dampak dari pandemi.
116
Perdana Menteri Inggris Winston Churchill mengatakan “Warga negara yang
sehat adalah aset terbesar yang dapat dimiliki sebuah bangsa.” Kutipan tersebut
masih akan relevan hingga akhir zaman. Usaha kuratif, yang berorientasi jangka
pendek dan menengah, dan preventif, yang berorientasi jangka panjang, harus
berjalan beriringan. Kita harus tetap fokus untuk terus membangun kejayaan
Indonesia sebagai bangsa yang kuat dengan mengutamakan kesehatan setiap
warga negaranya.
6. Covid-19 dan Pembangunan
Emil Salim
Senin, 20 Juli 2020
Dengan tahapan Rencana Pembangunan Lima Tahun, Indonesia perlu 18 tahun
(1968-1986) untuk mencapai status negara berpendapatan menengah bawah.
Selanjutnya, untuk naik ke kelompok negara berpendapatan menengah atas
dengan pendapatan per kapita 4.050 dollar AS menurut tolok ukur 2019, seperti
dilaporkan Bank Dunia, 1 Juli 2020, Indonesia perlu waktu 33 tahun (1986-2019).
Untuk masuk negara berpendapatan tinggi dengan pendapatan per kapita 12.535
dollar AS ke atas sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dan
tatanan institusi negara yang matang untuk “lepas landas”.
Di dunia, Indonesia tergolong negara kaya dan beraneka ragam sumber daya alam
hayati daratan dan lautan yang terbentang sepanjang khatulistiwa. Lambannya
tingkat pembangunan dan masih rendahnya pendapatan per penduduk bersumber
pada rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM).
Hal ini tecermin, pertama, pada rendahnya peringkat Indonesia menurut evaluasi
Program for International Student Assessment (PISA) oleh OECD dalam
“membaca, berhitung, dan sains”. Dari 70 negara yang dinilai, Indonesia
peringkat ke-62 (di bawah Thailad dan Vietnam), sedangkan Singapura peringkat
pertama (2015).
Kedua, buruknya incremental capital output ratio (ICOR). ICOR Indonesia 6,30,
lebih tinggi dibandingkan India (4,64) dan Vietnam (4,31). Ini berarti tenaga kerja
Indonesia memerlukan 50 persen satuan modal investasi lebih banyak untuk
menaikkan satuan output yang sama dibandingkan tenaga kerja India dan
Vietnam. Hal ini akibat rendahnya produktivitas tenaga kerja kita.
Kesimpulan Bank Dunia (2015), dengan kualitas pendidikan dan tingkat
produktivitas tenaga kerja Indonesia yang rendah ini, kebanyakan penduduk
Indonesia tidak memiliki keterampilan untuk bersaing di era Industri 2.0, apalagi
untuk Industri 4.0 saat ini.
117
Indonesia mulai memasuki tahap bonus demografi dengan dominasi kelompok
penduduk usia 15-64 tahun yang jumlahnya naik dari 170,79 juta (2015) ke
193,71 juta jiwa (2045). Mayoritas penduduk usia produktif ini bisa menjadi
penggerak Indonesia untuk lepas landas pada 2045 apabila kualitas SDM ini serta
tingkat produktivitasnya meningkat lebih tinggi dari yang ada sekarang.
Sejarah bangsa menunjukkan umumnya Indonesia dipimpin oleh pemimpin-
pemimpin yang mencapai puncak produktivitasnya pada usia 40-50 tahun.
Dengan demikian, calon-calon pemimpin potensial bangsa kita dan para
pengelola pembangunan pada saat Indonesia lepas landas pada 2045 –atau 20
tahun dari sekarang– ada pada mereka yang kini berada di kelompok usia 15-35
tahun. Oleh karena itu, sangat penting memprioritaskan pembangunan pada
pengembangan kualitas SDM kelompok usia bonus demografi 2020 dan
seterusnya.
Sayangnya, pada tahap kita memasuki tahun-tahun bonus demografi, justru
meledak pandemi Covid-19. Untuk mengatasinya, ditempuh berbagai kebijakan;
seperti (1) ambil jarak antar-individu; (2) distansi sosial; (3) pakai masker; (4)
hindari kerumunan orang; (5) bekerja dari rumah; dan (6) belajar dari rumah.
Semua ini untuk mencegah penularan bersamaan dengan usaha menangani
dampak di bidang ekonomi.
Melalui berbagai langkah kebijakan pembatasan sosial berskala besar serta pola
turunannya, dilakukan pengendalian Covid-19. Hingga awal Juli, dilaporkan dari
514 kabupaten/kota yang ada, terdapat 402 kabupaten/kota berisiko “tinggi-
sedang-rendah” dan 112 kabupaten/kota tidak ada risiko tinggi. Dengan demikian,
sekitar 20 persen dari jumlah kabupaten/kota bisa diterapkan pengajaran tatap
muka, sedang 80 persen lainnya (402 kabupaten/kota) perlu “pengajaran berjarak”
melalui teknologi digital.
Di 402 kabupaten/kota ini perlu dibangun fasilitas komunikasi digital, dan listrik,
selain juga peningkatan kemampuan pendidikan dalam menguasai teknik
pengajaran digital. Karena terbatasnya dana pemerintah, sementara kebutuhan
akan fasilitas “belajar-berjarak” sangat tinggi, maka pembangunan sarana
pendukung, seperti energi terbarukan dan fasilitas air bersih, perlu
“digotongroyongkan” oleh masyarakat desa/kecamatan untuk mengembangkan
energi terbarukan (air mengalir, sinar matahari, biogas dari kotoran limbah, dan
lain-lain).
Karena pengembangan energi terbarukan masih didominasi PLN, perlu
pembaruan institusi pengembangan energi terbarukan untuk menopang sarana
“pendidikan berjarak” di ratusan kabupaten/kota. Dengan perubahan penting di
mana “telekomunikasi, listrik, dan air bersih perlu ditanggalkan dan pelibatan
118
komunitas dalam mengembangkan energi, telekomunikasi, dan air bersih perlu
dibuka untuk mengatasi ketertinggalan fasilitas ini di ratusan desa/kabupaten/kota.
Semangat “pola hidup normal baru” yang intinya “ambil jarak antarmanusia”
untuk mencegah penularan virus antarmanusia (terutama orang tanpa gejala)
menokok karakter bangsa bercirikan masyarakat paguyuban (gemeinschafft)
dengan semangat “ke-kita-an” (komunalistik) sebagai lawan dari masyarakat
Barat yang bercirikan masyarakat patembayan (gesellschafft) dengan semangat
“ke-kami-an” (individualistik). Masyarakat belum sepenuhnya bisa menyesuaikan
diri dengan perubahan karakter masyarakat akibat semangat dan sikap”mengambil
jarak”. Karena itu, tumbuh perilaku warga yang masih kental semangat
paguyuban, khususnya untuk hal-hal yang berkaitan dengan tradisi, adat-istiadat,
ritual agama, kematian anggota keluarga, dan lain-lain.
Fungsi pasar bagi masyarakat perdesaan adalah tempat “berkumpul dan
berkomunikasi” sebagai ciri-ciri masyarakat paguyuban. Dengan demikian,
“hidup bermasyarakat dengan ambil jarak sosial” perlu alat bantu komunikasi
digital untuk menyubstitusi kebutuhan komunikasi di masyarakat paguyuban.
Bangun iklim sejuk
Covid-19 memukul kegiatan ekonomi dan mengharuskan “menghindari
kerumunan orang dan bekerja dengan jarak”. Perusahaan terpaksa mengurangi
aktivitasnya dan melakukan pemutusan hubungan kerja atau pengurangan
upah/gaji. Semua ini menumbuhkan suasana tak normal dalam “pola hidup
normal baru” bernapaskan kegalauan.
Dalam suasana penuh kegalauan ini, para pemimpin politik kita perlu aktif
mengembangkan “pola normal baru” bernapaskan kesejukan. DPR perlu
mengutamakan rancangan peraturan pernundang-undangan yang meredam
kegalauan masyarakat menanggapi dampak Covid-19. Hindari gagasan
kontroversial yang sudah diketahui bisa membangkitkan pertentangan antara
aliran politik satu dengan yang lain.
Covid-19 bukan penyakit biasa, masa akhirnya belum diketahui. Vaksin yang
mujarab belum diketahui. Karena itu perlu dipelihara suasana dan iklim politik
yang sejuk dan bertanggung jawab tanpa niat memanfaatkan suasana sekarang
untuk meloloskan RUU yang menguntungkan kelompok tertentu, seperti lolosnya
RUU Minerba baru-baru ini.
Dengan semangat ini, DPR dan DPD perlu kritis menghindari pembahasan RUU
yang makan banyak dana anggaran negara, di tengah kelangkaan dana untuk
memerangi Covid-19 dan dampaknya. Sangat penting menggunakan dana
keuangan negara yang terbatas untuk menyelamatkan pendidikan angkatan bonus
119
demografi karena bonus demografi hanya satu kali dialami dalam sejarah
kehidupan bangsa.
Kalau kesempatan meningkatkan kualitas generasi muda yang bakal menjadi soko
guru dan pimpinan masyarakat untuk mewujudkan mimpi Indonesia lepas landas
2045 tidak terwujudkan, Republik Indonesia akan terperosok ke dalam jurang
“negara gagal” yang sulit bangkit di masa depan.
7. Otopsi Jenazah Korban Covid-19
Djoko Santoso
Senin, 3 Agustus 2020
Otopsi jenazah penderita Covid-19 belum terdengar dilakukan di Indonesia.
Mungkin sudah ada yang melakukan, tetapi hasilnya belum dibeberkan kepada
publik. Bukannya para dokter kita tak ingin belajar lebih dalam dan melihat
sendiri rekam jejak perilaku ganas virus super itu di organ dalam manusia.
Namun, kendala budaya dan religius serta skala prioritas menyebabkan otopsi
sulit dilakukan di saat genting ini. untuk pasien meninggal, protokol pemulasaraan
jenazah harus dilakukan secepatnya, sebisa mungkin kurang dari empat jam sudah
dikubur.
Para dokter terus sangat sibuk memprioritaskan penanganan pasien yang perlu
ditolong. Jumlah pasien positif terus membanjiri rumah sakit, terutama di DKI
Jakarta, Jatim, Jateng, Kalsel, dan Sulsel. Bahkan per 18 Juli lalu, yang positif dan
meninggal di Indonesia sudah melampaui China, eks “juara dunia” di minggu-
minggu awal pandemi.
Kabar baiknya, tubuh manusia bersifat universal. Begitu terserang penyakit yang
relatif sama, seperti Covid-19 yang mengglobal ini, perubahan dalam tubuhnya
mirip satu sama lain. Karena itulah, otopsi atas Covid-19 yang dilakukan di mana
pun bisa digunakan sebagai alat pembelajaran dan peningkatan pengetahuan dunia
kedokteran, termasuk di Indonesia. Ini demi pemahaman yang lebih baik atas
Covid-19 sehingga bisa makin diketahui bagaimana cara melawannya.
“Sel langka” terbalik
Dalam situasi yang masih mengkhawatirkan saat ini, otopsi mengungkapkan
banyak kejutan bagi kalangan medis. Kumpulan laporan pemeriksaan pada
jenazah dari beberapa institusi di AS diterbitkan berurutan akhir Mei-Juni. The
washington Post 1 Juli lalu melaporkan lewat tulisan Ariana Eunjung Cha
“Coronavirus autopsies: A story of 38 brains, 87 lungs and 42 hearts, What we‟ve
learned from the dead that could help the living”. Laporan lebih rinci tentang
“belajar dari orang mati untuk menolong kehidupan” itu dideskripsikan dalam
jurnal-jurnal kedokteran.
120
Intinya, Covid-19 pada awalnya dikonseptualisasikan sebagai penyakit
pernapasan utama. Namun, analisis para patolog lewat hasil otopsi melihat lebih
dalam lagi. Penjelasan rinci menyebut Covid-19 itu juga menyebabkan kerusakan
pada lapisan tipis sel-sel yang melapisi pembuluh darah (endotelium). Inilah yang
mendasari kelainan pembekuan dan hipoksia, yang diamati, sangat parah hingga
dapat mengalami kegagalan multi-organ penyebab kematian pada banyak pasien.
Lebih lanjut disebutkan, 20-30 persen pasien positif korona secara klinis
mengalami miokarditis (radang pada dinding jantung akibat infeksi virus). Ini
menyebabkan otot jantung gagal memompa darah dan mengakibatkan kematian
mendadak. Pada kondisi miokarditis, biasanya miosit (sel pembentuk otot
jantung) yang mati selalu dikepung limfosit (sel darah putih). Namun pada
laporan ini, miosit yang mati tidak dikepung oleh limfosit.
Ini artinya, tak ada bukti peradangan walaupun dugaan klinis awal mengarah
miokarditis. Kalau toh ada, hanya peradangan ringan yang tak akan
mengakibatkan kegagalan jantung memompa darah. Pasien ini (saat hidupnya)
dibawa ke rumah sakit karena dianggap mengalami serangan jantung, tetapi
setelah di otopsi, ternyata yang rusak paru-paru, bukan jantung. Konfirmasi ini
sangat meyakinkan karena temuan anatomi langsung ini telah dikombinasikan
dengan riwayat klinis dan data laboratorium serta pemeriksaan mikroskopis
dengan menggunakan pewarnaan khusus (imuno-histo-ki-mia), mikroskop
elektron pula, dan tes patologi molekuler.
Ahli patologi Amy Rapkiewicz memimpin tim otopsi New York University
Langone Health. Saat membuka jenazah pasien, awalnya dia menemukan
kerusakan pada paru-paru, ginjal, dan jantung, sama seperti yang dilaporkan para
dokter sebelumnya. Namun, selanjutnya dia menemukan sesuatu yang janggal.
Beberapa organ memiliki sangat banyak “sel langka” yang sangat jarang
ditemukan.
Dia lantas membuka buku-bukunya dan menemukan sebuah laporan tahun 1960-
an pada pasien demam berdarah dengue (DBD). Dalam laporan ini disebut, virus
dengue telah menghancurkan sel langka penghasil trombosit (keping darah, yang
berfungsi membekukan darah saat pendarahan sehingga luka bisa menutup).
Akibatnya, trombosit pasien drop karena pabriknya dihancurkan oleh virus
dengue.
Berbekal laporan pemeriksaan pada pasien DBD 1960-an ini, Amy balik lagi ke
meja otopsinya. Rupanya, sel langka pada jenazah Covid-19 ini sama dengan sel
langka pada jenazah pasien DBD 1960-an itu. Sel langka inilah yang kemudian
disebut megakariosit, yang berfungsi sebagai pabrik penghasil trombosit. Di
sinilah Amy melihat keanehan dan sekaligus dikejutkan oleh persamaan
(hubungan) sederajat tetapi terbalik Covid-19 dan DBD.
121
Pada DBD, megakariosit dihancurkan oleh virus. Namun pada Covid-19, justru
kebalikannya. Beberapa organ penting seperti paru-paru justru dipenuhi
megakariosit yang melimpah, pemicu produksi zat pembeku. Akibatnya, darah
jadi menggumpal, pengiriman oksigen tersendat, saluran pernapasan jadi
tersumbat, dan pada tahap yang fatal pasien gagal bernapas. Inilah yang
membantu menjelaskan mengapa pasien Covid-19 kesulitan bernapas.
Temuan Amy dikuatkan Richard Vander Heide, dalam laporan yang
dipublikasikan 10 April di New Orleans. Richard mengotopsi jenazah pasien
berusia 44 tahun di LSU Health dan ini seri pertama otopsi di AS. Saat memotong
paru, ia terkejut karena ditemukan ribuan mikroklot (gumpalan darah sangat kecil)
yang berkontribusi pada penyakit parah dan dekompensasi atau payah jantung
pada pasien Covid-19. Ini keadaan patologis utama, suatu hal yang tak biasa.
Richard mengotopsi ke jenazah lainnya dan hasilnya pun sama.
Temuan ini menggemparkan dan memengaruhi kalangan dokter untuk
memberikan obat pengencer darah pada pasien Covid-19. Temuan Richard
dikuatkan pula oleh laporan di jurnal Lancet Respiratory Medicine, Mei, yang
menyebutkan, pemeriksaan pada 10 pasien menunjukkan penggumpalan darah di
berbagai organ tubuh.
Hal sama muncul dari laporan pemeriksaan di Italia dengan melibatkan 38 pasien
oleh Pietro Zerby. Analisis fitur patologis pada jaringan paru pasien meninggal
menunjukkan hal sama. Jaringan dinilai olehnya, menggunakan metode
identifikasi antigen dalam jaringan (pewarnaan imunohistokimia) untuk melihat
keradangan dan komponen seluler (termasuk pewarnaan dengan menggunakan
antibodi spesifik terhadap CD/cluster of differentiation 68, CD3, CD45, CD61,
TTF1/thyroid transcription factor-1, p40), serta mikroskop elektron untuk
mengidentifikasi lokalisasi virion (partikel virus).
Contoh CD 68 adalah sejenis protein diekspresikan oleh sel pertahanan tubuh
seperti monosit dan makrofag. Hasilnya ada gambaran dominan kerusakan paru
pada pasien dengan pasien Covid-19. Detailnya berupa kerusakan alveolat difus
(suatu kantong kecil tempat oksigen dan karbon dioksida dipertukarkan dengan
darah) dan keberadaan jendalan darah kompleks (trombi kaya trombosit-fibrin)
dalam pembuluh arteri kecil konsisten dengan koagulopati (jendalan). Ini
tampaknya umum pada pasien Covid-19 dan harus menjadi salah satu target
utama terapi.
Studi Mount Sinai Health terhadap 25 pasien, penelitian bersama antara Harvard
dan peneliti Jerman dengan tujuh pasien yang dimuat di Jurnal NEJM, serta jurnal
Lancet e-clinicalmedicine (j.eclinm), menghasilkan temuan serupa: terjadinya
pembekuan. Dalam konteks kelompok yang bergejala berat, barangkali ini
menjelaskan mengapa banyak organ penting gagal berfungsi sehingga pasien
Covid-19 cepat meninggal meski sudah dibantu ventilator dengan tepat waktu.
122
Prospek otopsi
Otopsi secara harfiah berarti „melihat sendiri‟. Otopsi meliputi pemeriksaan
eksternal yang terperinci serta diseksi organ dari rongga tubuh yang berbeda,
terutama tengkorak, dada, perut, dan panggul, termasuk pengambilan sampel
organ. Otopsi jenazah sudah sejak lama jadi metode andalan untuk menyelidiki
penyakit atau penyebab kematian, juga untuk menggali informasi dalam konteks
penelitian medis. Sejak merebaknya Covid-19, laporan yang diterbitkan secara
berurutan dalam berbagai jurnal telah membuka tabir misteri super-virus baru
yang telah menewaskan lebih dari 600.000 orang di seluruh dunia ini. Di antara
temuan itu, yang konsisten adalah bahwa Covid-19 sangat ganas menyerang paru-
paru. Namun, juga ditemukan kerusakan di bagian otak, ginjal, jantung, saluran
pencernaan limpa dan sel endotel yang melapisi pembuluh darah secara masif.
Dan yang sangat mengejutkan, terjadi pembekuan luas di beberapa organ penting.
Relatif banyak dari temuan itu, dihasilkan dari proses otopsi. Otak yang diperiksa
menunjukkan kelangkaan peradangan yang mengejutkan, dengan hanya beberapa
kasus menunjukkan fokus kecil peradangan kronis.
Namun, sejumlah kasus menunjukkan microthrombi dengan bukti kematian
jaringan yang kecil dan tak merata di sebabkan penyumbatan pembuluh darah,
baik di bagian perifer maupun bagian dalam otak. Mikro-infark kecil ini dapat
menjelaskan beberapa perubahan psikologis yang terlihat pada beberapa pasien
positif Covid-19 ketika mampu bertahan/sembuh.
Studi ini membawa pandangan baru dalam konteks patofisiologi Covid-19.
Manfaat praktisnya, menawarkan justifikasi untuk rencana perawatan/pengobatan
baru, termasuk strategi antikoagulasi yang diberlakukan oleh para klinisi.
Otopsi lengkap, sampai hari ini masih dianggap metode audit andal untuk
diagnosa klinis. Namun dalam banyak kasus, melakukan otopsi secara penuh sulit
dilakukan. Misalnya dalam kasus di mana ada bahaya infeksi yang ganas, atau di
mana kerabat pasien tidak menyetujui, atau mungkin karena alasan agama dan
kepercayaan.
Abad ke-19 bisa dikatakan masa kejayaan otopsi ketika dunia kedokteran sangat
berkembang dan pemeriksaan fisik masih jadi andalan. Kini penggunaan otopsi
sudah jauh menurun. Publik lebih mengenal otopsi sebagai metode forensik untuk
menyingkap tindak pidana penyebab kematian.
Ada bebera penyebab penurunan ini. teknologi kedokteran medis yang makin
maju pesat, kian menurunkan urgensi penggunaan otopsi untuk kepentingan
klinis. Dokter juga tak begitu menginginkan otopsi karena keengganan terhadap
prosedur atau keyakinan bahwa teknik investigasi klinis modern sekarang sudah
sangat akurat sehingga otopsi dianggap tak dapat menambah gambaran klinis.
Banyak yang mengandalkan MRI (magnetic resonance imaging) sebagai alternatif
yang menggantikan otopsi.
123
Namun, para patolog (ahli penyakit) tak sependapat. Banyak penelitian
menunjukkan hasil penyelidikan penyebab kematian yang digali dari otopsi lebih
tinggi 10-30 persen dibandingkan tanpa otopsi. Apa lagi MRI juga memiliki
beberapa kelemahan. Di antaranya, tak dapat mengambil sampel organ tubuh atau
organisme mikro yang akan diperiksa. MRI sangat bermanfaat untuk pasien yang
masih hidup, tetapi pada jenazah, jauh lebih akurat menggunakan otopsi.
Pada Covid-19 ini, otopsi kembali menunjukkan peran pentingnya. Otopsi telah
menghasilkan beberapa temuan penting yang sangat membantu pemetaan
keganasan karakter virus super baru bernama lain SARS CoV-2 ini.
Dengan otopsi, dokter dan coass bisa melihat dengan mata sendiri (seeing is
believing) organ paru jenazah Covid-19 yang dikepung oleh sel megakariosit
sehingga terjadi penggumpalan masif. Juga bagaimana paru di hampir semua
kasus menunjukkan kerusakan difus pada alveoli. Melihat langsung kerusakan
paru dengan sebagian besar kasus menunjukkan fibrin (protein berserat yang
terlibat dalam pembekuan darah) dan atau trombus trombosit fibrin (gumpalan
darah yang terbentuk dari penumpukan keping darah dan sistem koagulasi yang
aktif), atau gumpalan yang ternyata mencerminkan kerusakan endotel sebagai
proses yang mendasarinya, serta berkorelasi dengan aktivitas dari kaskade
koagulasi dan peningkatan dari penanda inflamasi.
Semua itu memberikan konfirmasi langsung dengan impresi kuat, pasien korona
mengalami sesak napas hebat hingga akhirnya gagal bernapas.
8. Bebas dari Cacar dan Covid-19
FX Wikan Indrarto
Selasa, 4 Agustus 2020
Pada 8 Mei 1980, Majelis Kesehatan Dunia ke-33 resmi menyatakan, “Dunia dan
seluruh rakyatnya telah bebas dari penyakit cacar.” Deklarasi ini menandai
berakhirnya satu penyakit infeksi yang telah merongrong manusia selama
setidaknya 3.000 tahun, menewaskan 300 juta orang pada abad ke-20 saja. Apa
yang harus dilakukan untuk membebaskan dunia dari Covid-19?
Bebas dari cacar terjadi berkat upaya global selama 10 tahun yang dipelopori
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), melibatkan ribuan petugas kesehatan di
seluruh dunia saat memberikan setengah miliar dosis vaksin untuk basmi cacar.
Dengan anggaran 300 juta dollar AS, berhasil memberantas cacar dan
menyelamatkan 1 miliar dollar AS setiap tahun sejak 1980.
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, “Ketika dunia
menghadapi pandemi Covid-19, kemenangan umat manusia atas cacar adalah
124
pengingat akan apa yang mungkin dilakukan ketika semua negara bersatu
melawan ancaman masalah kesehatan bersama.” Dunia berhasil menyingkirkan
cacar berkat solidaritas global yang luar biasa dan adanya vaksin yang aman dan
efektif.
Pemberantasan cacar juga menawarkan harapan untuk menghilangkan penyakit
menular lain, termasuk polio, yang kini masih endemik di dua negara saja. Hingga
saat ini, 187 negara telah disertifikasi bebas dari penyakit cacing guinea dengan
tujuh penyakit lainnya. Sebanyak 38 negara telah disertifikasi bebas dari malaria.
Dalam kasus tuberkulosis (TB), 57 negara dengan insiden TB rendah berada di
jalur untuk mencapai sertifikasi penghapusan TB.
Pelajaran dari keberhasilan bebas dari cacar telah digunakan hari ini untuk
menanggapi wabah Covid-19 yang mematikan. Misalnya, penemuan kasus aktif
dari rumah ke rumah terbukti jadi strategi yang mendukung program
pemberantasan polio dan memvaksinasi kontak akan membantu memerangi
penyebaran ebola. Demikian pula, pengawasan, penemuan kasus, pemeriksaan,
pelacakan kontak, karantina, dan kampanye komunikasi untuk menghilangkan
informasi yang salah penting untuk kendalikan Covid-19.
Tahap penting pertama adalah menciptakan dan menjamin ketersediaan vaksin
Covid-19 yang cukup untuk menjangkau banyak orang di tempat yang sulit
sebagai prioritas tinggi. Mengatasi keragu-raguan atas keandalan vaksin juga
tantangan besar dalam menghentikan penyebaran Covid-19. Untuk itu, adanya
akses ke informasi dan pendidikan kesehatan masyarakat yang akurat sangat
penting untuk memastikan masyarakat memiliki pengetahuan, bukan termakan
berita bohong, dalam menjaga diri mereka sendiri dan orang lain di sekitarnya
secara aman.
Setelah pemberantasan cacar, WHO dan Unicef meluncurkan program imunisasi
hingga 85 persen anak di seluruh dunia telah divaksinasi dan dilindungi dari
penyakit mematikan. Pada 29 Juni 2020, WHO menentukan calon vaksin Covid-
19 yang dikembangkan sejumlah negara: 17 calon vaksin potensial telah
memasuki uji klinis, 132 calon lain dalam evaluasi praklinis.
Di antara calon yang sudah memasuki uji klinis adalah inactivated SARS-CoV-2
yang dikembangkan Sinovac Biotech Ltd. Vaksin ini sudah sampai di Bandung
untuk uji klinis tahap tiga setelah Prof Dr dr Kusnandi Rusmil SpA(K) MM,
selaku Ketua Komite Etik Penelitian Universitas Padjajaran, memberikan
persetujuan 27 Juli 2020.
Momentum sertifikasi bebas dari cacar (freedom from smallpox) mengingatkan
kita akan pentingnya solidaritas lintas sektor secara global plus ilmu pengetahuan
dalam wujud vaksin, yang akan menghasilkan solusi. Sudahkah kita siap?
125
9. Covid-19 dan Aspek Historikal Struktural BUMN
Fachry Ali
Rabu, 5 Agustus 2020
Berita Kompas (21/7/2020) berjudul “Kesehatan-Ekonomi di Satu Kendali”
memberi gambaran sebuah langkah politik-ekonomi Presiden Joko Widodo yang
tak berpreseden dalam “sejarah” kebijakan ekonomi Indonesia.
Sebagaimana akan ditinjau, “duet” Airlangga Hartato (Menteri Koordinator
Perekonomian)- Erick Thohir (Menteri BUMN) yang dibantu Wakil Menteri
BUMN Budi Sadikin merefleksikan pandangan “tak konvensional” kebijakan
ekonomi baru itu. Pandemi Covid-19, yang juga tak berpreseden itu, memang
telah memaksa restukturisasi kewenangan aktor-aktor ekonomi negara.
Pada landasan apa uraian selanjutnya harus dilakukan? Ini bisa dimulai dari
pendapat mantan Menteri Keuangan M Chatib Basri yang juga termuat dalam
berita Kompas itu. Chatib Basri mengisyaratkan pendekatan “konvensional” yang
selama ini dianut bisa tak efektif, yaitu pemberian “insentif” fiskal untuk
mendongkrak kinerja dunia usaha. Dalam situasi permintaan tak bergairah, aksi
“konvensional” ini berpotensi tak mengenai sasaran.
Berbeda dengan bencana finansial 1997-1998, “krisis ekonomi Covid-19” secara
substansial memperlihatkan jenis masalah lain. Jika yang pertama berlangsung
“terbatas secara geografis”, dalam pengertian hanya melanda negara-negara Asia
Tenggara dan Asia Timur, yang kedua merata secara global.
Jika yang pertama masih memperlihatkan “secercah cahaya harapan” (karena
permintaan negara-negara yang tak kena krisis akan ekspor barang dan jasa
tinggi), yang kedua menyodorkan “teka-teki” gelap, yaitu soal kepastian kapan
vaksin virus itu ditemukan.
“Teka-teki” gelap yang belum menemukan jawaban definitifnya inilah yang
menahan agresivitas perekonomian. Maka, jangankan Indonesia, perekonomian
global, seperti ditulis ekonom A Prasetyantoko di Kompas pada hari yang sama,
diprediksi tumbuh minus 4,9 persen pada 2020 ini. Dalam arti, kecuali “sedikit”
ruang fiskal, instrumen-instrumen kebijakan “konvensional” yang pernah dipakai
mengatasi krisis finansial 1997-1998 tidak banyak membantu menahan krisis
ekonomi akibat Covid-19.
Pertanyaannya adalah apa implikasi struktural di masa depan dari aksi
perombakan hierarki dan struktur kewenangan “konvensional” Presiden Jokowi
dalam bentuk penggabungan wewenang penanganan kesehatan dan ekonomi serta
memberi tanggung jawab kepada duet Airlangga-Erick? Dan, karena andalannya
126
BUMN di bawah Erick, dapatkah tangan-tangan ekonomi negara ini mewujudkan
wajah dan peranannya lebih berbeda di masa depan?
“Great demarcation”
Frasa great demarcation ini “dipinjam” Thomas Piketty dari buku R Blaufarb,
Great Demarcation: The French Revolution and the Invention of Modern
Property (2016). Untuk konteks aspek historikal-struktural BUMN, saya
menggunakannya dari buku terbaru “supertebal” Piketty, Capital and Ideology
(2020). Dengan great demacration, Piketty menemukan konsep penjelasan
perubahan radikal gabungan sistem hukum dan ekonomi Perancis pasca-revolusi
“berdarah”-nya pada 1789. Efeknya berpengaruh ke seluruh Eropa. Melalui
semangat “reformasi menyeluruh”, walau tetap bersifat eksperimental, The French
National Assembly (Dewan Nasional Perancis) produk revolusi menghapus hak
kepemilikan kekayaan raja dan kerajaan serta menasionalisasikannya menjadi
milik negara modern.
Tindakan ini memengaruhi struktur politik-ekonomi masyarakat Perancis. Karena
kepemilikan kekayaan kaum feodal, “kaki raja dan kerajaan” di tengah
masyarakat, juga gereja, ikut terhapus, maka hak-hak istimewa ekonomi
kelompok dominan zaman baheula atau ancien réɡime Perancis berakhir untuk
selamanya.
Walau berjarak berabad-abad, peristiwa ini berkaitan dengan konsep dan
eksistensi BUMN. Sebab, melalui apa yang disebut Piketty sebagai the invention
of property, revolusi itu memperkenalkan sistem kepemilikan kekayaan baru yang
disahkan secara hukum. Berbeda dengan ancien réɡime, di mana raja memiliki
seluruh kekayaan dan mendistribusikannya kepada kaum feodal, dalam masa
modern properti kepemilikan itu beralih kepada negara modern dan aktor swasta.
Sampai di sini, kita menemukan relevansi dari frasa great demarcation:
penghapusan “pamungkas” sistem kepemilikan lama dan berganti pada yang
modern yang memberi jejak perubahan besar-besaran sejarah sosial-politik dan
ekonomi baru. BUMN, dalam sistem ini, berada dalam kepemilikan negara
modern.
Revolusi borjuis dan negara
akan tetapi, sistem dan kepemilikan dalam ketentuan baru ini berlangsung dinamis
dan, pada hemat saya, mewarnai hubungan dua kekuatan utama dunia modern:
negara dan aktor mosal swasta. Ini terjadi karena baik konsep maupun wujud
kekayaan itu berlangsung dinamis dan menentukan siapa unggul antara aktor
swasta dan negara. Dalam buku sebelumnya, Capital in the Twenty-First Century
(2014), Piketty menggambarkan transformasi konsep dan wujud kekayaan dari
bentuk tanah dan government bond abad ke-19 pada sesuatu yang lebih kompleks
yang, untuk mudahnya, dianggap pasar berharga.
127
Bagaimana dramatisnya transformasi ini dapat digambarkan melalui frasa the
struɡɡle between land and fund (pertarungan antara tanah dan uang). Frasa yang
dikutip Niall Ferguson dalam bukunya. The Cash Nexus: Monev and Power in the
Modern World 1700-2000 (2001) dari Rural Rides (1831), karya William Cobbett
ini, menggambarkan para pemegang utang pemerintah telah memperlihatkan
dominasi dalam perekonomian pasca-the great demarcation di atas. Kebutuhan
membiayai peperangan di antara sesama negara Eropa padamasa itu bukan saja
membuat negara “rajin” mengeluarkan surat utang atau bond, melainkan juga
memberikan perlindungan politik untuk berkembangnya stock markets (pasar
saham).
Transformasi ke arah modern property memungkinkan akumulasi kekayaan kaum
swasta dan memunculkan golongan baru dengan kepemilikan aset dalam jumlah
tak terbayangkan. Pada 1850-1880, tulis Ferguson, ada 39 orang meninggal di
Inggris yang mewariskan perkebunan senilai lebih dari sejuta pound sterling.
Selain itu, 18 industrialis, 12 bankir, 4 pemilik tanah, 2 pedagang, serta 2 pemilik
dan pembuat kapal. Gabungan kekayaan mereka mencapai 57 juta pound sterling
atau dua perlima produk nasional bruto Inggris.
Fakta sejarah Eropa ini menunjukkan telah terciptanya lapisan sosial tertentu
dengan akumulasi kekayaan melebihi negara. Merekalah, antara lain, yang disebut
the new men dan industrial enterpreneur(s) oleh sejarahwan ekonomi Robert L
Heilbroner dalam bukunya, The Making of Economic Society (1962). Dan, dengan
berkembangnya teknologi yang mendukung proses industrialisasi, akumulasi
kekayaan kaum kapitalis di luar kontrol negara kian besar.
Perkembangan inilah yang memberi dasar bagi bourgeois revolution, yaitu
kemampuan struktural kaum pemodal dalam struktur new property itu
memengaruhi kebijakan negara mengenakan sistem atau mekanisme pasar. Arus
“tekanan” ini sangat kuat. Ini terbukti pada 1834, ketika pertahanan kekuatan
“non-pasar” terakhir, Speenhamland Law (Undang-Undang, Speenhamland) yang
dibuat pada 1795, dihapus. Seperti dinyatakan Karl Polanyi dalam The Great
Transformation (2001 [1944]).
UU ini adalah “benteng” penahan rakyat perdesaan Eropa agar tak tercerabut dari
keanggotaan parish (daerah otonom di bawah gereja tersendiri) dan tersedot ke
dalam revolusi industri. Di atas itu, agar sistem atau mekanisme pasar tak turut
menyerobot kaum pekerja. UU itu, kata Polanyi, “effectively prevented the
establishement of competitive labor marker.” Pencabutan UU Speenhamland itu,
dengan demikian, sangat decisive dalam perkembangan hubungan modal swasta
dan negara hingga dewasa ini.
Selain menambah kekuatan dengan dukungan bala tenaga kerja murah,
keuntungan berlipat yang dihasilkan dari itu kian memperkokoh pengaruh kaum
128
modal swasta di hadapan negara. Inilah, seperti dinyatakan ekonom penerima
hadiah Nobel (2001), Joseph E Stiglitz, dalam “Pengantar” buku Karl Paul
Polanyi yang diterbitkan kembali pada 2001, yang menjadi dasar struktural
kemenangan “ideologi pasar” yang hingga kini berlaku.
Versus “bourɡeois revolution”?
Untuk konteks Indonesia, efek the great demarcation Pikettly baru berlaku pada
1958, ketika perusahaan-perusahaan asing melalui aksi nasionalisasi akhir 1957
dikukuhkan menjadi milik negara. Dalam arti kata lain, the great demarcation
akibat Revolusi Perancis abad ke-18 tersebut melahirkan preseden konseptual bagi
lahirnya nomenklatur kepemilikan kekayaan negara.
Akan tetapi, kemunculan kekayaan negara dalam bentuk yang terkonsolidasikan
baru terjadi pada 1998 ketika Presiden Soeharto memerintahkan Tanri Abeng
mendirikan Kementerian BUMN. Dalam konteks inilah, keputusan Presiden
Jokowi menciptakan “duet” Airlangga-Erick Thohir menangani kasus Covid-19
dan transformasi ekonomi patut dilihat dengan serius. Pertama, “duet” Airlangga-
Erick Thohir tersebut memberikan gambaran bagaimana negara bertindak dalam
situasi krisis tak berpreseden tersebut.
Lepas dari narasi resminya, “duet” yang dibantu Wakil Menteri BUMN Budi
Sadikin ini memperlihatkan “perombakan” struktur dan hierarki kewenangan
ekonomi dari yang konvensional berlaku. Kedua, krisis ekonomi akibat Covid-19
ini telah melumpuhkan perekonomian. Sebanyak 6,2 juta kaum pekerja, kata
Ketua Bappenas Suharso Monoarfa dalam percakapan pribadi, telah dirumahkan
baru-baru ini.
Ditambah dengan pengangguran yang telah berlangsung sebelumnya, keadaan ini
melumpuhkan ekonomi. Sementara itu, dana tertumpuk di dunia perbankan tanpa
penyaluran produktif, tindakan merumahkan kaum pekerja tersebut menahan aksi
belanja perorangan, rumah tangga, serta korporasi (besar dan kecil).
Dalam konteks inilah, BUMN sebagai kekayaan produktif negara yang telah
terkonsolidasikan menjadi tumpuan. Seruan Menteri Koordinator Kemaritiman
Luhut B Pandjaitan kepada direksi BUMN mengintensifkan penggunaan
komponen dalam negeri (TKDN), baru-baru ini, harus kita lihat dari perspektif
ini. bahwa dalam “kelesuan” ekonomi, BUMN harus tampil sebagai “benteng”
negara dalam penyelamatan perekonomian nasional.
Maka, usaha Presiden Jokowi menciptakan “duet” Airlangga-Erick Thohir dengan
Budi Sadikin bertindak sebagai asisten, telah sekaligus menggambarkan sebuah
kondisi baru: BUMN-led Economy. Sebuah keadaan di mana, dalam kepungan
Covid-19, “napas” perekonomian nasional menjadi lebih terbantu derap kinerja
BUMN.
129
Akan tetapi, aksi Presiden Jokowi ini secara teoritis membuka momentum baru
bagi transformasi peranan BUMN yang jauh lebih berarti. Dalam laporan
penelitiannya, The Shifting Geopolitics of Coronavirus and the Demise of
Neoliberalism (2020), Mohammed Cherkaoui menyingkap perubahan mantra
laissez passer dan laissez faire pada rester chez sois, mourir chez soi.
Jika kedua yang pertama berarti otonomi individual untuk bergerak dan aksi usaha
tanpa intervensi nonpasar, yang kedua berarti “tinggal di rumah, mati di rumah”.
Covid-19, dengan demikian, telah memberi preseden pembatasan gerak ekspansif
bourɡeois revolution.
Meski otonomi para pemodal swasta tetap terpelihara, kemampuan mobilitas
manusia dan barang yang menjadi basis kekuatan bourɡeois revolution terbentur
pandemi yang hingga kini tetap misterius. Sebaliknya, negara secara struktural
terdorong ke depan untuk mereduksi korban rester chez, mouris chez soi di atas.
Kita tahu semua, selain regulasi negara bersifat non-ekonomi, andalan ekonomi
utamanya dalam mencegah mourir chez soi itu adalah BUMN, kekayaan produktif
negara yang terkonsolidasikan. Dapatkah BUMN mengambil kesempatan langka
ini mentransformasikan diri secara lebih bermakna? Mengisi “kekosongan” yang
terpaksa ditinggal partisipan bourɡeois revolution? Di atas itu, mampukah “duet”
Airlangga Hartarto-Erick Thohir, bersama Budi Sadikin, membangun sesuatu
yang fundamental dari landasan yang diciptakan Presiden Jokowi?
Dua pertanyaan terakhir itu lahir atas asumsi bahwa “pintu sejarah” hanya terbuka
satu kali.
10. Meluruskan Infodemi Covid-19
Hari Kusnanto
Rabu, 12 Agustus 2020
Di tengah bencana atau wabah penyakit sebagaimana yang kita alami sekarang,
ada dua situasi yang sering muncul.
Pertama, ketidakberdayaan. Kedua, tawaran solusi masalah bencana berupa tokoh,
barang, atau prosedur tertentu. Cerita fiksi Decameron yang ditulis Giovanni
Boccasccio tahun 1353 mengisahkan 10 orang muda melakukan isolasi sosial
dengan pergi menjauh, menghindari wabah sampar yang tengah berkecamuk di
kota Firenze, Italia.
Untuk menghibur diri di tengah isolasi sosial, ke-10 orang muda itu (7
perempuan, 3 laki-laki) melakukan kegiatan yang menyenangkan di vila-vila
130
pegunungan luar kota dan saling berbagi cerita setiap hari hingga keseluruhan
terkumpul 100 cerita menarik.
Menghindar dari wabah bukan pilihan yang ditempuh oleh tokoh cerita La Peste
yang ditulis oleh Albert Camus tahun 1947. Ketika ribuan tikus mati dan penyakit
sampar menular dari orang ke orang dengan menyebarkan panik dan ketakutan,
Dr Rieux (mewakili pemikiran absurd Camus) hanya melakukan satu hal,
kepatutan (decency) menolong orang lain yang sakit sesuai dengan profesinya
sebagai dokter. Kematian adalah satu-satunya kepastian bagi manusia, kata Dr
Rieux.
Yang menarik tidak hanya pesan utama kedua karya sastra itu, tetapi narasi cerita
keseharian bagaimana masyarakat menyiasati ancaman sakit dan kematian di
tengah pandemi.
Infodemi Kisah Fiksi
Dalam Decameron diceritakan tentang para tabib terkenal memaparkan
penjelasan-penjelasan yang kontradiktif dan rumit tentang wabah sampar yang
tengah berlangsung. Diagram-diagram astrologi yang rinci dan membingungkan,
teori-teori kompleks tentang keseimbangan cairan tubuh, kenyataannya tidak
mampu menjelaskan kematian demi kematian yang terus terjadi.
Begitu pula dalam La Peste ketika kertas kian langka, koran lokal mengumumkan
statistik kematian akibat sampar, tetapi kemudian beralih manjadi tempat
memasang iklan penangkal racun sampar yang laris, tetapi tidak berdaya untuk
mencegah kematian. Sebuah kafe di kota berusaha mendongkrak dagangannya
melalui iklan: perlindungan terbaik melawan sampar adalah anggur pilihan.
Informasi yang membingungkan masyarakat (dinamakan infodemi) kian
membanjir pada era pandemi Covid-19. Segera setelah WHO mengumunkan
Covid-19 sebagai pandemi, yang membuat orang kian bingung dan tak
mengambil langkah-langkah efektif mengendalikan wabah, tetapi justru
menghabiskan biaya buat pilihan yang tak ada gunanya, bahkan mungkin
membahayakan.
Tak berbeda dengan kisah-kisah novel puluhan bahkan ratusan tahun lalu,
masyarakat dibingungkan oleh tawaran-tawaran solusi mengatasi pandemi saat
ini. Apakah kalung eukaliptus dapat mencegah inveksi virus SARS-CoV-2,
apakah satu seloki arak setiap hari dapat menangkal virus, atau apakah minuman
herbal yang dinamakan “antibodi” dapat menghancurkan virus yang memasuki
tubuh? Apakah berjemur lebih efektif mencegah penyakit dibandingkan dengan
pakai masker? Itu semua pertanyaan-pertanyaan dalam kebingungan masyarakat.
131
Infodemi tidak hanya persoalan di Indonesia, tetapi juga masalah global yang
dibahas dalam konferensi internasional oleh WHO pada April, Juni, dan Juli 2020.
Presiden AS Donald Trump pernah menganjurkan penelitian apakah
menyuntikkan diisnfektan dapat mencegah Covid-19, yang mendapat reaksi keras
dari para dokter.
Tak kalah membahayakan anjuran Presiden Trump dan Presiden Brasil Jail
Bolsonaro untuk mencegah Covid-19 dengan obat malaria chloroquine tanpa
pengawasan dokter. Walaupun pernah dilakukan uji klinis obat
hydroxychloroquine dengan dukungan WHO, sekarang sudah dihentikan, bahkan
penggunaan darurat pun tak dianjurkan akibat efek samping tak hanya gangguan
irama jantung, tetapi juga kerusakan ginjal dan hati.
Infodemi tingkat tinggi memperkeruh upaya penanggulangan wabah global ketika
Trump menuduh WHO antek China karena lambat mengumumkan pandemi
Covid-19.
Meluruskan Misinformasi
WHO telah menyediakan akses untuk memperoleh informasi yang akurat dan
mudah dipahami bagi masyarakat awam tentang pandemi Covid-19, misalnya
melalui WHO Information Network yang menjelaskan tentang situasi penularan
Covid-19 di dunia dan kriteria untuk tidak lagi harus menjalani isolasi. Kerja
sama WHO dengan Google, Facebook, Tencent, Baidu, Twitter, TikTok, Weibo,
Pinterest dan lain-lain bertujuan menyaring informasi yang menyesatkan dan
menampilkan informasi yang terpercaya.
WHO juga mengajak para influencer melalui YouTube dan Instagram untuk
menyebarkan informasi yang didasarkan pada bukti. Tim peneliti khusus
mendengarkan percakapan di media sosial, melakukan analisis sentimen, dan apa
saja yang memengaruhi emosi negatif atau positif terhadap suatu persoalan terkait
pandemi.
Analisis interaksi Facebook pada 100 juta orang dengan pelbagai pandangan
berbeda tentang vaksinasi menunjukkan pola pengelompokan dan interkoneksi
antara mereka yang mendukung vaksin, yang belum memutuskan, dan yang
menolak vaksin. Uji klinis vaksin masih berlangsung, belum ada vaksin yang
dipasarkan, tetapi sudah dipetakan bahwa 4,2 juta orang yang antivaksin lebih
terkoneksi dengan mereka (74,1 juta orang) yang masih belum memutuskan setuju
atau tak setuju vaksinasi ketimbang 6,9 juta orang yang mendukung penggunaan
vaksin untuk mencegah Covid-19.
Infodemi hadir secara struktural, bukan lagi informasi yang disampaikan secara
acak. Pihak yang dianggap menggugah konten informasi untuk memasarkan
konsumsi herbal tertentu dan pihak yang mewakili masyarakat yang dinilai telah
132
dirugikan oleh misinformasi itu telah saling melaporkan kepada polisi dan
masing-masing memiliki pendukung yang cukup besar, terlepas dari persetujuan
atas konten informasi itu sendiri.
Ketidakpercayaan terhadap ilmu dan ilmuwan kian terasa di masyarakat yang
lebih mengandalkan medsos sebagai sumber informasi, sementara respons tokoh-
tokoh pemerintah dan parpol sering membingungkan. Meluruskan infodemi tak
cukup hanya dengan menyampaikan informasi yang dianggap benar berbasis bukti
sekalipun disampaikan oleh tokoh formal ataupun informal yang berpengaruh.
Keyakinan, budaya, sentimen, emosi, dan kebiasaan masyarakat perlu dipahami
dan diperhitungkan dalam mengemas pesan yang efektif dan diikuti oleh
masyarakat sebagai upaya mengendalikan penularan Covid-19 yang masih belum
terbendung.
142
Lampiran 5
Riwayat Hidup Penulis
Wanita bernama Wulan Pusposari yang lahir di Jakarta,
7 Agustus 1997. Anak ketiga dan bungsu dari pasangan
Suharno dan Puji Sriningsih. Penulis saat ini bertempat
tinggal di Jalan H. Gadung V RT 003 RW 003 No. 23,
Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Adapun jenjang
pendidikan yang pernah penulis jalani yaitu tahun
2002-2003 penulis memulai pendidikannya di Taman
Kanak-Kanak Citra Widya, Pondok Aren, Tangerang.
Kemudian pada tahun 2003-2009 penulis melanjutkan jenjang pendidikannya di
SDN JUR-BAR V, Pondok Aren, Tangerang. Dan pada tahun 2009-2012 penulis
meneruskan pendidikannya di SMPN 12 Kota Tangerang Selatan. Tahun 2012-
2015 penulis melanjutkan pendidikannya pada jenjang lebih tinggi di SMAN 10
Kota Tangerang Selatan. Dan pada tahun 2015 penulis meneruskan pendidikannya
ke jenjang perguruan tinggi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan
konsentrasi jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pengalaman diri
penulis saat menempuh pendidikan yakni menjadi Wakil Ketua OSIS 2 SMAN 10
Kota Tangerang Selatan, menjadi bagian dari keluarga besar Himpunan
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia selama 2016-2018
mulai dari anggota hingga jajaran badan pengurus harian. Saat ini penulis sedang
aktif di salah satu komunitas teater di Ciputat yaitu Laboratorium Teater Ciputat.
Karya lain yang telah di hasilkan penulis hanya puisi berjudul “Di Bilik yang
Sama” dari buku Situ, Kota, & Paradoks terbitan Festival Literasi Tangsel.