analisa kestabilan tower sutt pln dan perencanaan ... · gambar 2 . gaya - gaya yang terjadi ... t...
TRANSCRIPT
Teknik POMITS Vol. 1, No. 1 (2014) 1-6
Analisa Kestabilan Tower SUTT PLN Dan Perencanaan
Perkuatan Talud Di Sekitar Tower (Studi Kasus Tower
SUTT T.11 Segoromadu – Lamongan, Gresik)
Sekar Ayu Kuncaravita, A.md. Prof.Ir.Indrasurya B. Mochtar, M.Sc., Ph.D
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
e-mail : [email protected]
1
Abstrak - Banyaknya aktifitas yang dilakukan oleh
PT. Semen Gresik di sekitar tower SUTT T.11
Segoromadu–Lamongan diduga menjadi penyebab
terganggunya kestabilan talud di sekitar tower. Pada
awalnya PLN mendirikan Tower T.11 Segoromadu –
Lamongan di Lahan yang rata, tetapi kemudian batu
kapurnya digali oleh pabrik PT. Semen Gresik untuk
bahan baku semen antara tahun 1960 sampai dengan 1990
maka tanah di sekitar tower PLN sudah banyak yang
tergali sehingga timbullah bagian-bagian tanah yang
rendah dan sebagian berupa kubangan dan terisi air hujan.
Tanah di sekitar tower dibiarkan tidak digali sehingga
tower-tower tersebut seolah-olah berada di atas suatu bukit
kecil yang tersisa. Karena tower ini merupakan salah satu
tower induk yang menghubungkan aliran listrik Pulau
Jawa, maka kestabilan tower ini tidak boleh terganggu.
Analisa kestabilan akan dianalisis dengan menggunakan
program bantu Plaxis, Geo Slope, dan Dxstabl. Hasil
analisis berupa tegangan tanah dan faktor keamanan. Nilai
dari tegangan tanah dianalisis untuk mengetahui
kestabilan lereng tersebut. Kemudian tanah diasumsikan
retak/lapuk dengan perubahan parameter tanah seolah –
olah menjadi pasir (behaving like sand). Dari hasil analisis
perkuatan tanah dengan program bantu dxstable.
Berdasarkan hasil uji faktor keamanan dari ketiga
program tersebut didapat SF terkecil terdapat pada
program bantu Dxstable dengan SF sebesar 1.299. Dalam
hal ini SF = 1.299 > 1.25 artinya stabilitas talud di sekitar
tower aman. Untuk menanggulangi kelongsoran lereng
akibat pelapukan yang terjadi karena perubahan
parameter, upaya penyelamatan yang dipilih yaitu
menggunankan ground anchor jenis tie back grouting
dengan penahan berupa grouting beton dan head anchor
berupa balok penahan beton. Perkuatan ground anchor,
yang memiliki nilai gaya tarik anchor (K) sebesar 44,21 ton.
Untuk menahan gaya tersebut dipasang tie back grouting
dengan diameter 20 cm dan panjang grouting 5 m.
Perkuatan ground anchor dipasang per 8 meter sebanyak
12 buah pada setiap sisi.
Kata kunci: analisis stabilitas lereng, dxstabl, geo-
lope, ground anchor, plaxis, tower PLN
I. PENDAHULUAN
ontruksi tower besi baja merupakan jenis kontruksi saluran
transmisi tegangan tinggi (SUTT) banyak digunakan pada
jaringan Perusahaan Listrik Negara. Kontruksi Tower mudah dirakit, maka di Indonesia banyak
dibangun dan didirikan seperti tower T.11 di Segoromadu –
Lamongan. Pada awalnya PLN mendirikan Tower T.11 Segoromadu
– Lamongan di Lahan yang rata, tetapi kemudian batu
kapurnya digali oleh pabrik PT. Semen Gresik untuk bahan
baku semen antara tahun 1960 sampai dengan 1990 maka tanah
di sekitar tower PLN sudah banyak yang tergali sehingga
timbullah bagian-bagian tanah yang rendah dan sebagian
berupa kubangan dan terisi air hujan. Tanah di sekitar tower
dibiarkan tidak digali sehingga tower-tower tersebut seolah-
olah berada di atas suatu bukit kecil yang tersisa. Keadaan
tersebut diperparah dengan adanya erosi akibat galian liar
tersebut menyebabkan elevasi di dekat kaki tower lebih tinggi
daripada elevasi di dekat kolam.
Gambar 1 Potongan Melintang Tower T.11 Segoromadu –
Lamongan, Gresik.
Gambar 1 menunjukkan bahwa pada awalnya PLN
mendirikan Tower T.11 Segoromadu – Lamongan di Lahan
yang rata, tetapi kemudian batu kapurnya digali oleh pabrik PT.
Semen Gresik untuk bahan baku semen antara tahun 1960
sampai dengan 1990 maka tanah di sekitar tower PLN sudah
banyak yang tergali sehingga timbullah bagian-bagian tanah
yang rendah dan sebagian berupa kubangan dan terisi air hujan.
Tanah di sekitar tower dibiarkan tidak digali sehingga tower-
tower tersebut seolah-olah berada di atas suatu bukit kecil yang
tersisa. Keadaan tersebut diperparah dengan adanya erosi
sehingga lereng mengalami kelongsoran dan dengan adanya
kolam akibat galian liar tersebut galian liar tersebut
K
Teknik POMITS Vol. 1, No. 1 (2014) 1-6
2
menyebabkan elevasi di dekat kaki tower lebih tinggi daripada
elevasi di dekat kolam. Apabila kondisi lereng tower
didiamkan dalam keadaan yang lama dalam beberapa waktu,
kemungkinan akan terjadi kehilangan sebagian kekuatan di
bawah tanah, akan terjadi gerakan, pergeseran kaki tower dan
terjadi perubahan parameter. Untuk menjaga keamanan tower
perlu dicari pemecahan untuk mengatasi hal yang mungkin
terjadi. Jurusan Teknik Sipil ITS memberi tugas kepada
Laboratorium Mekanika Tanah dan Batuan Jurusan Teknik
Sipil, Fakultas Teknik dan Perencanaan – ITS untuk survei ke
lokasi Tower T.11 Segoromadu – Lamongan yang diduga
terganggu kestabilannya. Setelah survei tanah pada lokasi
tersebut, data dianalisis dengan menggunakan program bantu
dxstable, geoslope, dan plaxis. Hasil analisis berupa tegangan
tanah dan faktor keamanan. Nilai dari tegangan tanah dianalisis
untuk mengetahui lereng tersebut aman atau tidak. Kemudian
tanah diasumsikan retak atau lapuk dengan perubahan pada
parameter tanah seolah – olah menjadi pasir (behaving like
sand). Dari hasil analisis perkuatan tanah dengan program
bantu dxstable. Setelah dilakukan analisa kestabilan, dapat
direncanakan alternatif perkuatan talud
II. STUDI PUSTAKA
A. Analisa Stabilitas Talud
Analisa kestabilitas talud adalah untuk menentukan faktor
aman dari bidang longsor.Faktor kemananan ( FS ) adalah nilai
perbandingan antara gaya yang menahan tanah dengan gaya
yang menggerakkan tanah.
(1)
Dimana :
= tahanan geser maksimum yang dapat dikerahkan oleh
tanah
d = tegangan geser yang terjadi akibat gaya berat tanah yang
akan longsor
F = faktor keamanan
Jadi jika Fs = 1,25 maka lereng berada dalam keadaan
akan runtuh , pada umumnya nilai angka keamanan adalah 1,25
terhadap kekuatan geser yang dapat diterima untuk
merencanakan kestabilan lereng.
Fs = Angka keamanan stabilitas
Mengenai kategori keamanan kelongsoran adalah sebagai
berikut :
SF Kategori
SF<1,25 tidak aman
SF=1,25 kritis,
SF>1,25 aman
B. Pemasangan Ground Anchor
Gambar 2 Gaya - Gaya yang Terjadi Pada Perkuatan Talud
di Sekitar Tower
Dimana :
W = Berat tanah yang berada diatas angkur (ton)
K = Gaya tarik angkur tegak lurus bidang lereng (ton)
N = Gaya normal angkur pusat titik kelongsoran (ton)
T = Gaya perlawanan terhadap kelongsoran (ton)
O = Pusat titik kelongsoran
R = Jari – jari kelongsoran (m)
(2)
Momen Penahan = SF x Momen Penggerak
SF
SF rencana , maka :
1) MR = SF x Mov
2) MR + ΔMR = SF rencana x Mov
ΔMR = (SF rencana - SF) x Mov (3)
( Sumber : Mochtar, 2014)
Dimana :
ΔMR = Momen Penahan
= R x ƩTmax (4)
Mov = Momen Overtunning (5)
Nilai Tmax yng terjadi dihitung pada setiap angkur
Tmax = N tan (6)
Dimana:
nilai Nilai
karena kondisi
tanah pasir akan tertekan dan menjadi padat jika diberi angkur.
(Mochtar, 2014)
Tmax = Gaya perlawanan terhadap kelongsoran (ton)
N = Nilai normal angkur pusat titik kelongsoran (ton)
Nilai Tmax pada angkur 1 :
N1 = K1 X cos
T1 max = N1 x tan ⅔ ᶲ (8)
Nilai Tmax pada angkur 2 :
N2 = K2 X cos
T2 max = N2 x tan ⅔ ᶲ
Nilai Tmax pada angkur 3 :
N3 = K3X cos
T3 max = N3 x tan ⅔ ᶲ
Jadi, ΔMR = R x ƩT max (10)
III. METODOLOGI
Tahapan yang dilakukan dalam analisa kestabilan tower
SUTT PLN dan perencanaan perkuatan talud di sekitar
tower (Studi kasus tower T.11 (Segoromadu – Lamongan
Gresik adalah sebagai berikut:
Teknik POMITS Vol. 1, No. 1 (2014) 1-6
3
Mulai
Pengumpulan Data:- Pelaksanaan Survey Lapangan / Pendahuluan (Pengambilan Contoh Tanah Tidak Terganggu / Undisturbed Di Lapangan)- Pelaksanaan Survey Topografi- Pelaksanaan Survey Data Ke PLN
Tahap Pengujian di Laboratorium Mekanika Tanah pada Masing – Masing Kondisi:- Pengujian Gravimetri – Volumetri- Pengujian Atterrberg Limit- Pengujian Analisa Saringan dan Hidrometer- Pengujian Geser Langsung
Studi Literatur
Analisis Statistik Parameter Tanah
Analisis Potongan Melintang Lapis Tanah dan Kedudukan Pondasi
A
Selesai
Kesimpulan dan Saran
Alternatif Perkuatan Tanah
Detail Alternatif Perkuatan Tanah
Diasumsikan Kondisi Lereng Retak sebagian SF = 1 (Kondisi Masa Depan)
Analisis Perkuatan Tanah
DXstabl
Analisis Stabilitas Lereng Eksisting
DXstablGeoslopePlaxis
YaTidak
Faktor keamanan >1.25
A
Analisis Stabilitas Tower dan Gaya- gaya yang Bekerja pada Pondasi
Gambar 3 Diagram Alir Analisa Dan Perencanaan Kestabilan
Lereng
IV. DATA TANAH
A. Analisa Data Tanah
Lokasi titik penyelidikan tanah tower SUTT T.11
Segoromadu – Lamongan , Gresik. Pada Gambar 4.1 terlihat
posisi tower yang sekeliling lokasi adalah kolam.
Gambar 4 Lokasi Titik Penyelidikan Tanah pada Tower SUTT
titik T 11 Segoromadu – Lamongan, Gresik
Berdasarkan hasil pengukuran topografi dan hasil
penyelidikan tanah maka lapisan tanah yang mempunyai
kemiringan paling ekstrem adalah pada potongan D –D. Di
lokasi tersebut secara garis besar berdasarkan harga N-SPT
dapat dibagi menjadi 5 bagian. Dapat digambarkan profil
lapisan tanah berdasarkan bor log dan hasil sondir pada
potongan yang paling curam tampak seperti pada Gambar 5
Gambar 5 Profil Lapisan Tanah Potongan D - D pada T 11
Segoromadu – Lamongan, Gresik
Penentuan Data parameter tanah yang digunakan adalah
dengan memilih nilai SPT terkritis dari setiap lapisan tanah
yang sudah diklasifikasikan berdasarkan nilai SPT
Tabel 1. Parameter Data Tanah terkritis yang digunakan
B. Data Reaksi Tower
Data reaksi pondasi tower yang digunakan pada program
bantu DxStable, GeoSlope, dan plaxis berupa data pada
jumlah beban merata yang sudah diekuivalensi dengan jenis
tower yang sama.
Teknik POMITS Vol. 1, No. 1 (2014) 1-6
4
Tabel 2. Data Reaksi Beban Merata pada Pondasi Tower Panjang
sisi
Luasan Beban
Angin
Total
Beban
Vertikal
Beban Vertikal
Untuk satu kaki
Beban Merata
m m2 T/ m2 Ton Ton KN Ton KN
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h)
5,386 29,006 0,04 38,99 9,748 97,476 1,344 13,442
C. Data Pondasi Tower
Pondasi yang digunakan pada kaki – kaki tower adalah
pondasi strauss. Dari hasil penelitian dilapangan, diketahui
kedalaman tiang pondasi staruss adalah 9 meter dengan
diameter 35 cm. posisi pondasi strauss yang dipasang dibawah
kaki tower. Dimana ujung pondasi terletak pada lapisan tanah
kedua
V. ANALISA KESTABILAN TALUD DAN
PERENCANAAN ALTERNATIF PERKUATAN
TALUD
Analisa kestabilan talud dilakukan dengan menggunakan
program bantu yaitu DxStable, GeoSlope, dan Plaxis dengan
ketentuan faktor keamanan kritis Fk min > 1.25.
A. Pemodelan Talud dalam DxStable
Bidang longsor talud yang dianalisa untuk mengetahui
faktor keamanan (safety factor) mencakup dalam talud dan
bagian luar. Dalam hal ini diambil tiga titik faktor keamanan
pada kondisi internal stability dan tiga titik faktor keamanan
pada kondisi overall stability.
Tabel 3. Nilai Faktor keamaanan hasil analisa
kestabilan lereng dengan menggunakan Dxstable
Percobaan KIRI KANAN
Overall Internal Overall Internal
ke- Stability Stability Stability Stability
1 1,299 1,736 1,351 1,73
2 1,381 1,777 1,42 1,874
3 1,498 1,881 1,48 1,912
Sumber : Hasil Analisa
Dari Tabel 3. didapat nilai SF terkecil pada bidang kiri
talud dengan kondisi bidang longsor luar (overall stability)
sebesar 1.299
Gambar 6 Kelongsoran talud di sekitar tower sisi kiri
Dari Tabel 3 didapat nilai SF terkecil pada bidang kanan
talud dengan kondisi bidang longsor luar (overall stability)
sebesar 1.351
Gambar 7 Kelongsoran talud di sekitar tower sisi kanan
B. Pemodelan Talud dalam Geoslope
Pada program geoslope bidang kelongsoran lereng yang
dianalis langsung ditunjukan dengan bidang kelongsoran yang
paling kritis setelah dimasukkan parameter dan beban yang
diperlukan. Hasil analisa dengan bantuan program geoslope
adalah hasil secara keseluruhan bidang lereng bagian kanan
maupun bagian kiri yang dilakukan dengan 3 kali percobaan.
Tabel 4. Nilai Faktor keamaanan hasil analisa kestabilan
lereng dengan menggunakan Geoslope
Percobaan KIRI KANAN
ke-
1 1,380 1,798
2 1,530 1,809
3 1,611 1,867
Sumber : Hasil analisa
Gambar 8 Hasil Pemodelan dengan Geoslope dengan bidang
longsor terkritis
Tabel 5 Hasil Uji Faktor Keamanan Pada Bidang Kanan
Talud dengan Program GeoSlope
NO SF SF
Terkecil
1 1.699
1.699 2 1.703
3 2.51
Sumber : Hasil Analisa
C. Pemodelan Talud dalam Plaxis
Pada prograam bantu plaxis, pemodelan dibagi menjadi 2
fase yaitu fase pertama merupakan fase pada kondisi tanah
plastis. Kondisi ini merupakan kondisi tanah initial ketika
diberi beban. Fase kedua adalah fase phi/c reduction yaitu
kondisi dimana parameter tanah diperhitungkan. Hasil dari
analisa kelongsoran talud disekitar tower untuk kedua fase
dapat dilihat pada gambar 5.9, yang menunjukkan pola bidang
kelongsoran lereng yang paling kritis dengan faktor keamanan
1,320
Teknik POMITS Vol. 1, No. 1 (2014) 1-6
5
Gambar 9 Hasil pola kelongsoran lereng menggunaka
program plaxis.
Dari hasil analisa faktor keamanan dengan menggunakan
ketiga software yaitu dxstable, geoslope, dan plaxis diperoleh
nilai faktor keamanan sliding terkecil dibagian kiri bidang
lereng maupun kanan bidang lereng dengan meninjau over all
stability maupun internal stability didapat besaran faktor
keamanan untuk masing – masing analisa sebagai berikut :
Tabel 6 Hasil Perbandingan Faktor Keamanan
PROGRAM SF
BANTU KIRI KANAN
DXSTABLE
Overall Internal Overall Internal
Stability Stability Stability Stability
1,299 1,736 1,351 1,730
GEOSLOPE 1,380 1,798
PLAXIS 1,320
Dapat disimpulkan bahwa faktor keamanan terkecil dari
ketiga program bantu tersebut pada program bantu Dxstable
dengan SF sebesar 1.299. Dalam hal ini SF = 1.299 > 1.25
(SF minimum) artinya stabilitas talud di sekitar tower T. 11
Segoromadu – Lamongan, Gresik aman.
Menurut Mochtar (2014), pada lereng – lereng yang lapuk
sudah terjadi retak – retak yang kemungkinan besar terisi
lapisan pasir sehingga apabila terjadi kelongsoran sepanjang
bidang – bidang yang retak tersebut maka asumsi lapisan tanah
seolah – olah dianggap pasir (behaving like sand). Kondisi
tersebut menyebabkan stabilitas talud menjadi tidak aman di
masa depan sehingga perlu adanya perkuatan talud.
D. Perkuatan Talud
Kondisi talud yang tidak aman menyebabkan adanya
ancaman kelongsoran dan ketidakstabilan lereng di sekitar
tower. Untuk menanggulangi ancaman tersebut, talud perlu
diberi perkuatan tanah Oleh karena itu, alternatif Ground
Anchor Tie Back Grouting merupakan alternatif perkuatan
tanah paling sesuai untuk talud di sekitar Tower SUTT T.11
Segoromadu – Lamongan Gresik dibandingkan dengan
alternatif lainnya. Hasil analisa perhitungan fakktor keamanan
dengan menggunakan program bantu dxstable, geoslope, dan
plaxis. Dari ketiga software yang digunakan menunjukkan
faktor terkecil sebesar 1,299 yang nilai tersebut lebih besar
daripada syarat SF terkecil yaitu 1,25. Pada kondisi eksisting
yang ada dilapangan memang keadaan tower tidak mengalami
kelongsoran dengan nilai SF > 1,25 namun dikhawatirkan
kondisi tersebut tidak akan bertahan lama, karena beberapa
faktor yang mempengaruhi kondisi tower tersebut antara lain
faktor alam maupun faktor manusia. Rencana perkuatan lereng
difungsikan sebagai kestabilan terhadap erosi terhadap
kelongsoran akibat adanya pengaruh air hujan dan pelapukan
yang berlangsung terus menerus sepanjang tahun. Hujan lebat
yang terjadi mengakitbatkan muka air tanah naik dan berada
pada lapisan paling atas talud. Air hujan kemudian menyerap
ke tanah yang retak sehingga pori tanah terisi air dan
mengalami pelapukan.(Mochtar, 2014).Kondisi tersebut tidak
dapat diketahui secara pasti oleh karena itu lapisan tanah
diasumsikan terjadi sebagian atau berubah menjadi pasir
sehingga parameter tanah berubah menjadi sebagai berikut :
Tabel 7 Perubahan Parameter Tanah Akibat Terjadinya
Pelapukan
Lapisan γt γsat Cu ϴ
tanah ke- (t/m3) (t/m3) (t/m2) (derajat)
1 1,6 1,8 0 30
2 1,6 1,7 0 30
3 1,7 1,8 15 20
4 1,7 1,8 56 0
5 1,7 1,8 328 0
Dengan perubahan parameter yang dianalisa menggunakan
program bantu dxstable dengan parameter tanah yang
berubah sebagian menjadi pasir maka dapat dilihat angka
keamanan yang dapat terjadi seperti pada gambar
Gambar 10 Bidang Kelongsoran sekitar Talud Setelah Terjadi
Pelapukan
Dari hasil analisa, terlihat bahwa SF terkecil pada sisi
kanan dengan besaran SF = 1.094 < 1.25 artinya stabilitas talud
di sekitar tower tidak aman dan mengalami pelapukan
sebagian. Untuk menanggulangi kelongsoran lereng akibat
pelapukan yang terjadi akibat perubahan parameter
tersebut.Alternatif perkuatan tanah yang dipilih adalah ground
anchor jenis tie back dengan penahan berupa grouting beton
dan head anchorr berupa balok penahan beton.
Dengan perhitungan yang sudah dilakukan dengan nilai SF
yang terkecil yaitu 1,094 didapat Nilai gaya tarik anchor (K)
adalah 44,21 Ton untuk menahan gaya tersebut dipasang
anchor tipe tie back grouting dengan diameter 20 cm dan
panjang grouting 5 meter pada kedalaman 19 meter. Dengan
asumsi pemasangan 2 meter, 8 meter, dan 15 meter. Dengan
perbandingan biaya seperti pada tabel 5.1
Teknik POMITS Vol. 1, No. 1 (2014) 1-6
6
Tabel 8 Perbandingan analisa harga per jarak pemasangan
anchorr Jarak
Per
Anchor
Dimensi
Grouting
Jumlah
Anchor Harga per anchor Harga anchor
per sisi
(m)
D
(m) L (m) per sisi
2 0,2 2,5 52 Rp21.203.394 Rp1.102.576.499
8 0,2 5 12 Rp84.577.957 Rp1.014.935.489
15 0,2 15,5 7 Rp150.672.354 Rp1.054.706.481
Dengan perbandingan analisa tersebut maka alternatif
perkuatan talud dengan pemasangan ground anchorr yang
dipilih adalah dengan pemasangan jarak per 8 meter sebanyak
12 buah ground anchor per satu sisi. Jarak ini dipilih karena
melihat harga yang ditinjau lebih ekonomis daripada jarak 2
meter maupun 15 meter.
Gambar 11 Denah Pemasangan Ground Anchor Tie Back
Grouting
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil pengukuran topografi dan hasil
penyelidikan tanah, maka lapisan tanah di lokasi
tersebut secara garis besar berdasarkan harga N-SPT
dapat dibagi menjadi 5 bagian, dan jenis lapisan
tanahnya didominasi oleh lapisan tanah lempung
kepasiran dan mengandung tanah lanau.
2. Lapis ke 1 dengan ketebalan rata-rata 2 meter, dengan
harga SPT berkisar antara 4 – 9 pukulan/feet dengan
jenis tanah lempung berlanau, lapis ke 2 dengan
ketebalan rata-rata mencapai 4,00 meter dengan harga
SPT berkisar antara 13 – 15 pukulan/feet, lapis ke 3
dengan ketebalan mencapai 7,00 meter dengan harga
SPT berkisar antara 13 pukulan/feet, lapis ke 4 dengan
ketebalan rata-rata mencapai 13,00 meter dengan harga
SPT berkisar antara 12 – 24 pukulan/feet,dan lapis ke 5
terletak dibawah kedalaman 22,00 meter dari muka
tanah, lapisan ini cukup keras, dan didapatkan sampai
dengan kedalaman -30,00 meter dari muka tanah, dan
harga SPT 45 - 50 pukulan/feet.
3. Berdasarkan hasil uji faktor keamanan dari ketiga
program tersebut didapat SF terkecil terdapat pada
program bantu dxstable dengan SF sebesar 1.299.
Dalam hal ini SF = 1.299 > 1.25 (SF minimum) artinya
stabilitas talud di sekitar tower aman.
4. Pondasi tiang strauss kuat menahan beban lateral tower
dengan kuat lateral strauss sebesar 34,34 ton, sehingga
tower aman dari ancaman pergeseran pondasi tiang
strauss.
5. Pada masa yang akan datang , kondisi tanah pada
sekitar talud pada Tower T.11 Segoromadu –
Lamongan, Gresik) diasumsikan mengalami pelapukan
sehingga kondisi stabilitas talud menjadi tidak aman.
Pelapukan yang terjadi dianggap masih pelapukan
sebagian. Untuk memodelkan kondisi tersebut maka
lapisan tanah atas dianggap pasir dan perlu adanya
perkuatan talud.
6. Untuk menanggulangi kelongsoran lereng akibat
pelapukan yang terjadi karena perubahan parameter,
upaya penyelamatan yang dipilih yaitu menggunakan
ground anchorr jenis tie back grouting dengan penahan
berupa grouting beton dan head anchor berupa balok
penahan beton. Alternatif tersebut dipilih karena
merupakan alternatif paling tepat untuk tanah keras.
7. Perkuatan ground anchor memiliki nilai gaya tarik
anchor (K) sebesar 44,21 ton untuk menahan gaya
tersebut dipasang tie back grouting dengan diameter 20
cm dan panjang grouting 5 meter. perkuatan ground
anchor dipasang per 8 meter sebanyak 12 buah setiap
sisi
B. Saran
1. Untuk pihak owner dalam hal ini PT. PLN (Persero)
sebaiknya mengadakan inspeksi dan perawatan rutin
ke setiap tower agar tidak terjadi kerusakan /
kegagalan stabilitas tower yang diakibatkan oleh
warga sekitar / oknum luar.
2. Untuk data tower yang diperlukan, dapat
menggunakan data tower yang di ekivalensikan
dengan syarat kondisi dan type tower yang serupa.
DAFTAR PUSTAKA [1] Arjaya, Hendra Sugih dan Pratiwi, Elmi Besty. 2011. Perkuatan
Lereng Pada Menara SUTT Sta 19+255 Jalan Tol Semarang–Solo
Seksi Tinalun–Lemah Ireng, Semarang. Universitas Diponegoro
[2] Bowles, J.E. 1991. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah.Jakarta: Erlangga.
[3] Das, Braja M., (translated by Mochtar N.E, and Mochtar I.B.).
1985. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknik) Jilid I. Jakarta: Erlangga.
[4] Das, Braja M., (translated by Mochtar N.E, and Mochtar I.B.).
1985. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknik) Jilid II.Jakarta: Erlangga.
[5] Hardiyatmo, Hary Christady, 2007, Mekanika Tanah 1, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta [6] Hardiyatmo, Hary Christady, 2007, Mekanika Tanah 2, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta
[7] Mochtar, Indrasurya B. 2000. Teknologi Perbaikan Tanah dan Alternatif Perencanaan pada Tanah Bermasalah (problematic
soil).FTSP ITS, Surabaya
[8] Terzaghi, K. and Peck R.B. 1967. Soil Mechanics in Engineering Practice, 2nd edition.Jakarta: Erlangga.
[9] Vidayanti, D. Pengembangan Bahan Ajar Modul 10 Stabilitas
Lereng.UMB, Jakarta [10] Wahjudi, Herman, 1999, Daya Dukung Pondasi Dalam. FTSP ITS,
Surabaya
A-A
B-B
C-C