analisa hasil pengecoran penambahan bahan ...repository.unmuhpnk.ac.id/802/1/skripsi.pdfkekerasan...
TRANSCRIPT
ANALISA HASIL PENGECORAN PENAMBAHAN BAHAN
MATERIAL PISTON DAN KALENG BEKAS PADA ALAT
RUMAH TANGGA TERHADAP PERUBAHAN NILAI
KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO AlMg-Si
SKRIPSI
BIDANG TEKNOLOGI BAHAN
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
Memperoleh gelar Sarjana Teknik
ARIS SUGIANTO NIM. 151210092
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2018
ii
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISA HASIL PENGECORAN PENAMBAHAN BAHAN
MATERIAL PISTON DAN KALENG BEKAS PADA ALAT
RUMAH TANGGA TERHADAP PERUBAHAN NILAI
KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO AlMg-Si
SKRIPSI
BIDANG TEKNOLOGI BAHAN
Ditujukan untuk memenuhi persyaratan
Memperoleh gelar Sarjana Teknik
ARIS SUGIANTO
NIM. 151210092
Skripsi ini telah direvisi dan disetujui oleh para dosen
pada tanggal 19 Juli 2018
Dosen Pembimbing I
(Eko Sarwono, ST.,MT.)
NIDN. 0018106901
Dosen Pembimbing II
(Fuazen, ST., MT)
NIDN. 1122087301
Dosen Penguji I
(Masrum H, ST.,MT)
NIDN. 11.2808.5802
Dosen Penguji II
(Waspodo, ST., MT)
NIDN. 1114067602
Mengetahui
Ketua Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Teknik
(Waspodo, ST., MT)
NIDN. 1114067602
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya
dan berdasarkan hasil penelusuran berbagai karya ilmiah, gagasan dan masalah
ilmiah yang diteliti dan diulas di dalam Naskah Skripsi ini adalah asli dari
pemikiran saya. tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber
kutipan dan daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah Skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur -
unsur jiplakan, saya bersedia Skripsi dibatalkan, serta diproses sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25
ayat 2 dan pasal 70).
Pontianak, 19 Juli 2018
Mahasiswa,
Aris Sugianto
NIM. 151210092
iv
LEMBAR IDENTITAS TIM PENGUJI SKRIPSI
JUDUL SKRIPSI :
ANALISA HASIL PENGECORAN PENAMBAHAN BAHAN MATERIAL
PISTON DAN KALENG BEKAS PADA ALAT RUMAH TANGGA
TERHADAP PERUBAHAN NILAI KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO
AlMg-Si
Nama Mahasiswa : Aris Sugianto
NIM : 151210092
Program Studi : Teknik Mesin
DOSEN PEMBIMBING :
Dosen Pembimbing I : Eko Sarwono, ST., MT.
Dosen Pembimbing II : Fuazen, ST., MT.
TIM DOSEN PENGUJI :
Dosen Penguji I : Masrum H,ST.,MT.
Dosen Penguji II : Waspodo, ST., MT.
Tanggal Ujian : 19 Juli 2018
Pontianak, 19 Juli 2018
Mengetahui
Ketua Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Waspodo, ST., MT.
NIDN. 1114067602
v
RINGKASAN
Aris Sugianto, Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Pontianak, 19 Juli 2018, Analisa Hasil Pengecoran Penambahan
Bahan Material Piston Dan Kaleng Bekas Pada Alat Rumah Tangga Terhadap
Perubahan Nilai Kekerasan Dan Struktur Mikro AlMg-Si Dosen Pembimbing Eko
Sarwono dan Fauzen.
Dengan adanya perbedaan campuran dan proses pendinginan yang berbeda maka
akan menghasilkan sifat mekanis dalam hal ini sifat kekerasannya dan struktur mikro
yang berbeda. Pengujian yang dilakukan dibatasi hanya terhadap peningkatan nilai
kekerasan dan perubahan struktur mikro akibat variasi Penambahan Material Piston
Bekas dan kaleng bekas dengan menggunakan 30: 70 , 50 : 50 dan 40 , 60 %,
masing-masing di cor, proses pendinginan menggunakan media pendinginan udara
bebas. Untuk mengetahui nilai kekerasan maka dilakukan pengujian kekerasan
dengan menggunakan metode Rockwell F, dan Pengujian Impak, untuk perubahan
struktur mikro maka dilakukan pengamatan metallografi dan uji komposisi. Dari hasil
pengujian kekerasan pada masing-masing spesimen, diketahui adanya perubahan nilai
kekerasan yaitu: Kaleng bekas 17.4HRB, Piston bekas 39HRB, Campuran 30:70%
39,58HRB, Campuran 40:60% 42.1HRB, dan Campuran 50:50% 28.9HRB. Dari data
uji kekerasan menyatakan bahwa spesimen campuran 40:60 mempunyai nilai
kekerasan paling tinggi dibanding spesimen campuran lainya, dan dari hasil uji
Impact juga menunjukan perubahan nilai kemampuan dalam menyerap energi dan
menerima beban kejut dari setiap spesimen, Piston bekas 17070 J/ mm2, Kaleng
bekas 26687.2 J/ mm2
, Campuran 30:70% 18864.6 J/ mm2
,Campuran 40:60%
18083.6 J/ mm2
, dan Campuran 50:50% 22923.8 J/ mm2
. Dari data uji impact
menunjukan bahwa spesimen campuran 50:50 memiliki nilai uji impact yang paling
tinngi dibandingkan dengan smua spesimen campuran lainya. Dari data pengujian
(uji kekerasan dan uji impact), menunjukan bahwa telah terjadi pebaikan sifat
mekanis pada spesimen campuran antara piston dan kaleng bekas.
Kata kunci : Pengecoran, alat rumah tangga, Piston bekas dan kaleng bekas
vi
SUMMARY
Aris Sugianto, Mechanical Engineering Study Program, Faculty of Engineering,
Muhammadiyah University Pontianak, July 19, 2018, Analysis of Casting Results
Adding Used Piston and Tin Materials to Household Appliances Against Changes in
Hardness and Microstructure Value of AlMg-Si Advisor Lecturers Eko Sarwono and
Fauzen.
With the different mixes and different cooling processes it will produce mechanical
properties in this case the nature of the hardness and different microstructure. The
tests carried out were limited only to the increase in the value of hardness and
changes in microstructure due to variations in the addition of used piston materials
and used cans using 30: 70, 50: 50 and 40, 60%, each of which was cast, the cooling
process using free air cooling media . To determine the value of hardness, the
hardness test was carried out using Rockwell F method, and impact testing, to change
the microstructure, metallography and composition tests were carried out. From the
results of hardness testing on each specimen, it was found that there was a change in
the hardness value, namely: Used cans 17.4HRB, used piston 39HRB, mixture 30:
70% 39.58HRB, mixture 40: 60% 42.1HRB, and mixture 50: 50% 28.9 HRB. From
the hardness test data stated that the 40:60 mixture specimen had the highest hardness
value compared to other mixed specimens, and from the Impact test results also
showed a change in the value of the ability to absorb energy and receive shock loads
from each specimen, used Piston 17070 J / mm2, Cans second hand 26687.2 J / mm2,
Mixture 30: 70% 18864.6 J / mm2, Mixture 40: 60% 18083.6 J / mm2, and Mixture
50: 50% 22923.8 J / mm2. From the impact test data shows that 50:50 mixed
specimens have the highest impact test value compared to all other mixed specimens.
From the test data (hardness test and impact test), it shows that mechanical properties
have been improved in the mixed specimens between pistons and used cans.
Keywords: Casting, household appliances, used pistons and used cans
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirahim,
Assalamualiakum Warrahmatullahi Wabarakatu,
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang
berjudul “ANALISA HASIL PENGECORAN PENAMBAHAN BAHAN
MATERIAL PISTON DAN KALENG BEKAS PADA ALAT RUMAH
TANGGA TERHADAP PERUBAHAN NILAI KEKERASAN DAN
STRUKTUR MIKRO AlMg-Si “.
Tugas Akhir ini diajukan sebagai syarat untuk menempuh ujian Sarjana Strata
( S – 1 ) pada jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Pontianak.
Dalam proses penyusunan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapat bantuan
serta bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak Helman Fachri, SE, MM selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Pontianak.
2. Bapak Fuazen, S.T .,M.T Selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Pontianak dan selaku Dosen Pemimbing II Skripsi
3. Bapak Eko Sarwono, S.T., M.T selaku Wakil Rektor II Universitas
Muhammadiyah Pontianak dan selaku Dosen Pemimbing 1 Skripsi
4. Bapak Waspodo.S.T., M.T selaku Dosen Penguji II Skripsi.
5. Bapak Masrum. H.S.T., M.T selaku Dosen Penguji I Skripsi.
6. Bapak – bapak dan Ibu – ibu selaku Dosen dan staf di Fakultas Teknik Mesin
Universitas Muhammadiyah Pontianak.
7. Ayahanda Alm. Dulrahman dan Ibunda Sutarni selaku orang tua yang telah banyak
berjasa dalam kehidupan ini.
viii
8. Istriku tercinta Rosalina dan anak-anakku tercinta Georino Sugianto dan Hanayyu
Izzati yang telah banyak memberikan perubahan dalam hidup ini.
9. Ke tiga Adik-adik ku Suryanto,Trihandayani Rahayu dan Suroto yang telah
banyak memberikan dukungan baik moril serta materil agar dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini.
10. Keluarga besar ku yang telah banyak memberikan dukungan baik moril serta
materil agar dapat menyelesaikan Skripsi ini.
11. Teman – teman Angkatan 2015 serta kakak tingkat dan adik tingkat ku yang tidak
bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari dalam penulisan Tugas Akhir ini, masih banyak
kekurangan dan kelemahan, baik dalam penyajian, sistematika penulisan maupun
materi – materi yang terkandung di dalamnya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun agar penulisan selanjutnya dapat lebih baik.
Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita dan bagi masyarakat semua, akhir
kata penulis mengucapkan:
Wabillahitaufik Walhidayah wassalammualaikum Warrahmatullahi Wabarakatu.
Pontianak, 19 Juli 2018
Penulis
ARIS SUGIANTO
NIM : 151210092
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ i
LEMBAR ORISINILITAS ............................................................................... ii
LEMBAR IDENTITAS TIM PENGUJI SKRIPS ......................................... iii
LEMBAR RINGKASA ...................................................................................... iv
LEMBAR SUMMARY .. ................................................................................... v
PENGANTAR ................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x
DAFTAR SIMBOL ............................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalahan ...................................................................... 3
1.3. Pembatasan Masalah ...................................................................... 3
1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
1.5. Manfaat Penelitian ......................................................................... 4
1.6. Metode Penelitan ........................................................................... 4
1.7. Sistematika Penulisan ..................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 6
2.1. Tinjauan Pustaka . ........................................................................... 6
x
2.2. Sifat- Sifat Aluminium ................................................................. 7
2.3. Karakteristik Aluminium .............................................................. 7
2.4. Klasifikasi Paduan Aluminium ..................................................... 8
2.5. Heat Treadment ........................................................................... 12
2.6. Kajian Teoritis ............................................................................. 13
2.6.1. Aluminium ........................................................................ 13
2.6.2. Logam Paduan Aluminium .............................................. 14
2.7. Standarisasi Dan Kodifikasi ….................................................... 15
2.8. Pengujian sifat Mekanis ….......................................................... 18
2.9. Kekerasan ( Hardness) .................................................................. 18
2.9.1. Brinnel (HB/BHN) .......................................................... 21
2.9.2. Rockwell (HR/RHN) ....................................................... 22
2.9.3. Vickers (HV/VHN) ......................................................... 23
2.10. Pengujian Impak (Uji Dampak) .................................................. 24
2.11. Jenis- Jenis uji Impak .................................................................. 26
BAB III METODELOGI PENELITIAN ....................................................... 28
3.1. Bahan Penelitian ......................................................................... 28
3.2. Tempat Penelitian dan pengujian ................................................ 29
3.3. Persiapan Spesimen Pengujian .................................................... 29
3.4. Proses Pengujian kekerasan ......................................................... 30
3.5. Proses Pengujian Impak ............................................................... 31
3.6. Proses pengujian Struktur Mikro .................................................. 32
xi
3.7. Proses Pengujian Komposisi ........................................................ 34
3.8. Diagram Alir Penelitian ............................................................... 35
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN .................................................... 36
4.1.1. Data Hasil Pengujian Kekerasan ................................................ 36
4.1.2. Analisa Pengujian Kekerasan ..................................................... 38
4.2.1. Data Hasil Pengujian Impak ....................................................... 38
4.2.2. Analisa Pengujian Impak ............................................................ 40
4.3.1. Data Hasil Pengujian Struktur Mikro .......................................... 41
4.3.2. Analisa Pengujian Struktur Mikro ............................................... 43
4.4.1. Data Pengujian Komposisi .......................................................... 44
4.4.2. Analisa Pengujian komposisi ..................................................... 46
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 47
5.1. Kesimpulan ................................................................................... 47
5.2. Saran ............................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 49
LAMPIRAN ..................................................................................................... 51
xii
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
Tabel 4.1 Data Hasil Pengujian Kekerasan ....................................................... 36
Tabel 4.2 Data Hasil Pengujian Impak .............................................................. 39
Tabel 4.3 Data Hasil Pengujian Komposisi ....................................................... 44
xiii
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
Gambar 2.1 Alat penguji kekerasan ..................................................................... 20
Gambar 2.2 Pengujian Brinnel .............................................................................. 21
Gambar 2.3 Perumusan untuk pengujian Brinnel ................................................. 21
Gambar 2.4 Pengujian Rockwell ........................................................................... 22
Gambar 2.5 Prinsip kerja metode pengukuran kekerasan Rockwell ..................... 22
Gambar 2.6 Pengujian Vickers .............................................................................. 23
Gambar 2.7 Bentuk Indentor Vickers ................................................................... 23
Gambar 2.8 Alat uji impak ................................................................................... 26
Gambar 3.1 Hasil pengecoran kaleng bekas, piston bekas, campuran 30/70, cam-
puran 40/60, dan campuran 50/50 .................................................... 28
Gambar 3.2 ASTM E23 ........................................................................................ 29
Gambar 3.3 Spesimen Uji ..................................................................................... 30
Gambar 3.4 Pengujian kekerasan dengan Rockwell F ......................................... 31
Gambar 3.5 Pengujian impak dengan metode Charpy ........................................ 32
Gambar 3.6 Pengujian struktur mikro .................................................................. 33
Gambar 3.7 Pengujian komposisi ......................................................................... 34
Gambar 3.8 Diagram alir penelitian ..................................................................... 35
Gambar 4.1 Daftar grafik hasil nilai rata-rata pengujian kekerasan untuk kaleng,
Pisto, 50:50, 30:70, dan 40:60 .......................................................... 38
Gambar 4.2 Grafik nilai rata-rata pengujian impak (impact test) ........................ 40
xiv
Gambar 4.3 Struktur mikro pada pembesaran 200 kali pada pengecoran bahan
kaleng bekas .................................................................................... 41
Gambar 4.4 Struktur mikro pada pembesaran 200 kali pada pengecoran bahan piston
bekas ................................................................................................ 41
Gambar 4.5 Struktur mikro pada pembesaran 200 kali pada pengecoran bahan
campuran perbandingan 30:70% ..................................................... 42
Gambar 4.6 Struktur mikro pada pembesaran 200 kali pada pengecoran bahan
campuran perbandingan 40:60% ..................................................... 42
Gambar 4.7 Struktur mikro pada pembesaran 200 kali pada pengecoran bahan
campuran perbandingan 50:50% ..................................................... 43
Gambar 4.8 Grafik uji komposisi ........................................................................ 45
xv
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
Lampiran 1 Bahan baku kaleng bekas .................................................................. 51
Lampiran 2 Tungku peleburan logam ................................................................... 51
Lampiran 3 Logam cair dan cetakan .................................................................... 51
Lampiran 4 Logam hasil coran ............................................................................. 51
Lampiran 5 Pembentukan spesimen ..................................................................... 52
Lampiran 6 Penghalusan spesimen ...................................................................... 52
Lampiran 7 Pengukuran spesimen ........................................................................ 52
Lampiran 8 Finishing spesimen ............................................................................ 52
Lampiran 9 Uji impak ........................................................................................... 53
Lampiran 10 Uji kekerasan ..................................................................................... 53
Lampiran 11 Uji komposisi .................................................................................... 53
Lampiran 12 Uji struktur mikro .............................................................................. 53
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Aluminium merupakan logam ringan yang memiliki sifat mekanik,
ketahanan korosi dan hantaran listrik yang baik. Logam ini dipergunakan secara
luas bukan saja untuk peralatan rumah tangga, tetapi juga dipakai untuk keperluan
matrial pesawat terbang, kapal laut, konstruksi dan industri otomotif,diantaranya
adalah piston, fungsi piston adalah sebagai alat untuk menghisap bahan bakar,
memampatkan bahan bakar (kompresi), menampung tenaga dan ekspansi gas
yang bertekanan tinggi dengan temperatur tinggi pula.
Piston bekerja di dalam lubang silinder dengan gerakan linear dan
dihubungkan dengan poros engkol melalui batang piston (connecting rod). Piston
bila kena panas akan mengembang, pengembangan piston ini condong untuk
berbentuk oval ke arah dimana pena piston dimasukkan. Selain itu piston dapat
mengalami keausan akibat bergesekan dengan dinding lubang silinder.
Piston dibuat dari bahan aluminium karena piston harus ringan, kuat dan
tahan temperatur tinggi. Oleh karena itu aluminium sebagai bahan baku
komponen sering didapatkan dalam bentuk paduan dengan unsur seperti ; Cu, Zn,
Si, Mg, Sn, dan sebagainya sehingga dapat meningkatkan kekuatan mekaniknya.
Salah satu cara agar mendapatkan peningkatan kekuatan mekanik, biasanya logam
aluminium dipadukan dengan unsur Mg (magnesium),dan salah satu sifat baik
dari aluminium adalah dapat didaur ulang.
Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi
bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat
menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru,
mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi
gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru.
Proses pembentukan aluminium dapat dilakukan dengan berbagai cara,
salah satunya dengan menggunakan metode pengecoran atau cetakan. Membuat
coran harus dilakukan proses-proses seperti: pencairan logam, membuat cetakan,
2
menuang dan membersihkan coran. Cetakan biasanya dibuat dengan memadatkan
pasir. Pasir yang dipakai kadang-kadang pasir alam atau pasir buatan yang
mengandung tanah lempung, cetakan pasir mudah dibuat dan tidak mahal asal
menggunakan pasir yang cocok. Selain menggunakan cetakan pasir juga dapat
menggunakan cetakan logam, logam yang dipakai titik didihnya harus lebih tinggi
dari logam yang dicairkan (Jiwo Rogo, dkk., 2013).
Pemakaian aluminium khusus pada industri otomotif juga terus meningkat
Sejak tahun 1980 (Budinski, 2001), dan terus meningkat seiring meningkatnya
jumlah kendaraan bermotor di indonesia. Banyak komponen otomotif yang
terbuat dari paduan aluminium, diantaranya adalah piston, blok mesin, cylinder
head, valve dan lain sebagainya. Penggunaan paduan aluminium untuk komponen
otomotif dituntut memiliki kekuatan yang baik. Agar aluminium mempunyai
kekuatan yang baik biasanya logam aluminium dipadukan dengan dengan unsur-
unsur seperti: Cu, Si, Mg, Zn, Mn, Ni, dan sebagainya. Mengolah bijih aluminium
menjadi logam aluminium (Al) memerlukan energi yang besar dan biaya yang
mahal untuk mendapatkan logam aluminium masalah yang utama sebetulnya pada
keterbatasan (Drihandono, S dan Eko B, 2016).
Dalam penggunaanya perlu diketahui kelebihan dan ketangguhan yang
dimiliki dari unsur paduan alumunium dengan magnesium agar sesuai fungsi dan
kegunaanya. Untuk mendapatkan sifat-sifat yang diinginkan dari aluminium
paduan tersebut, maka diperlukan struktur mikro yang cocok dengan komposisi
kimia dan perlakuan panas yang tepat. Secara umum paduan alumunium dan
magnesium dengan komposisi tertentu bertujuan untuk meningkatkan kekerasan,
keuletan, ketahanan aus, ketangguhan, ketahanan korosi dan mampu machining
yang baik. Dari uraian diatas maka sangatlah relevan dengan yang dilakukan oleh
usaha kecil pengecoran alat rumah tangga yang ada di Pontianak,yaitu CV.ASIA
JAYA dimana usaha pengecoran tersebut menggunakan bahan utama adalah
material kaleng bekas, sedangkan di kota Pontianak usaha perbengkelan servis
sepeda motor sangat banyak di tambah dengan popolasi kendaraan roda dua juga
semakin meningkat, maka bagain yang sering mengalami kerusakan dan
penggantian adalah piston dimana akan menjadi barang bekas yang tidak bisa di
manfaatkan sehingga penulis berinisiatif untuk meneliti pemanfatan meteril piston
3
bekas kendaraan roda dua sebagai bahan campuran pengecoran pembuatan alat
rumah tangga yang ada di CV.ASIA JAYA Pontianak, guna meningkatkan mutu
dari produk yang dimaksud. Untuk memastikan dan mengetahui terjadinya
perubahan sifat mekanik kearah yang lebih baik, maka dilakukan serangkaian
penelitian dan pengujian terhadap bahan aluminium paduan piston bekas dan
kaleng bekas.
1.2.Rumusan Masalah
Pada penulisan ini masalah yang akan dibahas adalah perubahan nilai
kekerasan dan struktur mikro akibat penambahan material piston dan kaleng bekas
pada bahan pembuatan alat rumah tangga.
1.3. Masalah dan Batasan
Pengujian yang dilakukan dibatasi hanya terhadap peningkatan nilai
kekerasan dan perubahan struktur mikro akibat variasi Penambahan Material
Piston Bekas pada aluminium dengan menggunakan campuran 30: 70 , 50 : 50
dan 40 , 60 %, masing-masing di cor, dan didinginkan dengan menggunakan
media pendinginan udara bebas. Untuk mengetahui nilai perubahan sifat mekanik
dari logam aluminium paduan piston dan kaleng bekas, maka akan dilakukan
serangkaian pengujian kekerasan dengan menggunakan metode Rock well dan
Pengujian Impak sedangkan untuk perubahan struktur mikro maka akan dilakukan
pengamatan metallografi dan uji komposisi.
1.4.Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan masalah sebagai
berikut:
1. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah keleng bekas dan
piston bekas
2. Pengecoran/penuangan pembuatan spesimen dilakukan pada temperatur
800°C , pendinginan dengan udara normal dan menggunakan cetakan
pasir kuarsa (mold)
4
3. Masing masing pengujian disiapkan 3 spesimen dengan persentase paduan
50:50 %, 30: 70 %, Dan 40:60%,dan 2 spesimen dari kaleng dan piston
bekas
4. Pengujian yang dilakukan adalah uji kekerasan dan impact
5. Analisa struktur mikro dari masing-masing spesimen pengecoran
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu:
1. Untuk menganalisa pengaruh penambahan persentase kekuatan kekerasan
Struktur Mikro pada alumunium campuran piston dan kaleng bekas untuk
proses pembuatan bahan pengecoran alat rumah tangga
2. Mengetahui struktur mikro dan kekerasan dari aluminium pada
pengecoran alat rumah tangga’
1.6. Manfaat Penelitian
1. Bagi mahasiswa
Secara khusus memberikan gambaran kepada mahasiswa sejauh
mana pengaruh kekuatan material bahan paduan pada keleng bekas
khususnya dengan paduan campuran piston dan kaleng bekas
2. Bagi akademik
a. Sebagai referensi untuk perkembangan dan penelitian selanjutnya
dilingkup jurusan teknik mesin.
b. Merupakan pustaka tambahan untuk menunjang proses perkuliahan.
3. Bagi industri
a. Menjadi bahan pertimbangan, untuk diperhatikan dalam proses
produksi, sehingga bisa memperoleh hasil coran alumunium yang jauh
lebih baik.
b. Sebagai bahan informasi untuk mengetahui pengaruh meningkatnya
sifat mekanik pada alumunium.
1.7. Metode Penelitian
Metode penelitian terdiri atas metode literature dan metode observasi
1. Metode literatur
5
Dalam penyelesaian tugas akhir ini penulis akan mengunakan berbagai
sumber pendukung antara lain buku-buku, LKI, dan seminar, symposium
serta jurnal-jurnal dan artikel terkait
2. Metode observasi
Pada proses penelitian ini penulis akan melakukan peninjauan langsung
dilapangan yaitu mulai dari pembuatan bahan uji sampai dengan
pengujian bahan uji.
1.8. Sistematika Penulisan
Untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini, maka
disusunlah sistematika skripsi sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, permasalahan, tujuan,
metode penulisan, sistematika penulisan, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Berisi tentang, tinjauan pustaka (jurnal ilmiah), landasan
teori sebagai telaah kepustakaan.
BAB III : Metodologi Penelitian
Berisi tentang desain eksperimen, bahan dan alat, waktu
dan tempat penelitian, variabel penelitian, metode dan
alur penelitian.
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berisi tentang hasil penelitian, laporan hasil analisis
penelitian.
BAB V : Penutup
Berisi tentang simpulan dan saran.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
Hasil penelitian Ahmad Fahrur Rozaq dan Soeharto (2013), umur lelah
tertinggi dihasilkan oleh material awal dengan semakin lama waktu temper maka
martensit temper yang terbentuk akan semakin banyak, dan kekerasan material
semakin menurun. Turunnya kekerasan diikuti naiknya keuletan material akan
menyebabkan umur lelah material yang makin rendah, hal ini terjadi karena
fenomena tersebut masih berada pada daerah dimana dengan kekerasan yang
dimiliki material belum melampaui batas maksimum sehingga kekerasan
berbanding lurus dengan umur lelah material.
Hasil penelitian Bagus Surono dan Media Nofri, nilai kekerasan pada
sempel yang tidak mengalami proses pemanasan dengan menggunakan metode
brinell didapat rata-rata sebesar 71 HB. Setelah mengalami proses pemanasan
dengan temperatur 5000C nilai kekerasannya sebesar 56HB, 550
0C nilai
kekerasannya sebesar 71 HB, 6000C nilai kekerasannya sebesar 38HB dan pada
6500C nilai kekerasannya sebesar 26HB. Nilai kekerasan yang didapat pada
point ini adalah nilai kekerasan setelah perlakuan panas dengan menggunakan
media pendingin air, namun pada temperatur 550 terjadi kenaikan, walaupun
lebih banyak nilai kekerasan turun.
Semakin tinggi temperature yang diterima pada sample pada proses
pemanasan dan hampir menyentuh titik lebur akan semakin rendah nilai
kekerasan yang didapat. Pada proses pemanasan dan media pendinginan terlihat
adanya struktur butirannya yang semakin besar dan kasar terdapat pula batas
butir yang kian membesar jika dibandingkan dengan proses pendinginan dengan
menggunakan media air. Dari data yang diperoleh penurunan nilai kekerasan
setelah sample mendapat perlakuan panas, hal tersebut dapat saja terjadi karena
di sebabkan oleh beberapa factor yakni: factor Human Error pada saat proses
pemindahan dari dapur pemanas atau kesalahan pada saat membaca alat ukur,
Over Heating pada saat pemanasan dan sensifitas alat uji.
7
Paduan aluminium banyak sekali digunakan dalam aplikasi sehari-hari
jika dibandingkan dengan paduan non ferrous lainya karena sifatsifatnya yang
menguntungkan, antara lain : 1). Titik lebur rendah (±660° C), 2). Mampu alir
yang baik untuk casting, 3). Kristalisasinya singkat, cukup membantu untuk
proses produksi, 4). Permukaan hasil casting yang baik dengan permukaan yang
mengkilap Dengan kemajuan Teknologi sekarang ini maka sifat mekanis
Aluminium dapat ditingkatkan dengan penambahan unsur pemadu. Unsur
pemadu antara lain dengan, mangan, silicon, magnesium, dll. Unsur pemadu
tersebut bila diukur relatif sedikit. Secara umum Aluminium diproduksi dalam
bentuk Aluminium Tempa dan Aluminium Tuang. Untuk Aluminium Tuang
dibagi menjadi tiga, Tuang Pasir, Tuang Gravity, Tuang Dies.
2.2. Sifat – Sifat Aluminium
Aluminium mempunyai banyak sifat baik yang menguntungkan untuk
dikembangkan dalam indutri antara lain : Ringan, Kuat, Mudah Bentuk, Tahan
Kara, Memiliki Daya Hantar Listrik yang Baik, Mempunyai Daya Hantar Panas
yang Baik dan Dapat Didaur Ulang.
2.3. Karakteristik Aluminium
Logam Aluminium sangat sensitif terhadap pengaruh luar, hal ini
berkaitan dengan sifat fisik dan sifat kimia dari logam cairnya. Secara
karakteristik dari Aluminium adalah sebagai berikut :
1) Sangat mudah bereaksi dengan udara, yang menimbulkan oksidasi,
dan benda asing yang dapat membentuk dross (kotoran yang
merupakan bagian dari leburan Aluminium),
2) selama proses pembekuan sangat mudah menyerap Hidrogen, yang
sering kali setelah pembekuan mengakibatkan gas porosity,
3) selama proses pembekuan seakan mengalami penyusutan volume
antara (3.5-8.5) %,
4) aluminium cair mempunyai massa jenis dan tekanan hidrostatis yang
rendah setelah pembekuan sering dijumpai adanya shrinkage porosity
(kekurangan logam cair dalam cetakan),
8
5) mempunyai kecenderungan terjadinya hot shortness (retak pada
permukaan coran).
2.4. Klasifikasi Paduan Aluminium
Paduan Aluminium diklasifikasikan dalam berbagai standar oleh
berbagai Negara diDunia. Saat ini klasifikaasi yang sangat terkenal dan
sempurna adalah standar Aluminium Association di Amerika (AA) yang
didasarkan atas standar terdahulu dari ALCOA (Aluminium Company of
Amerika). Paduan tempaan dinyatakan dengan satu atau dua angka ”S”,
sedangkan paduan coran dinyatakan dengan tiga angka. Standar AA
menggunakan penandaan dengan empat angka sebagai berikut : Angka pertama
menyatakan sistim paduan dengan unsur-unsur yang ditambahkan, yaitu : Al
Murni, Al-Cu, Al-Mn, Al-si, Al-Mg, AlMg-Si, dan Al-Zn.
Paduan Aluminium Utama Ada beberapa jenis paduan utama yaitu:
Paduan Al-Mg-Si, Paduan Al-Cu, Paduan AlCu-Mg, Paduan Al-Mn, Paduan Al-
Si, Paduan Al-Mg, Paduan Al-Mg-Zn. Paduan Al-Mg-Si. Kalau sedikit Mg
ditambahkan kepada Al, pengerasan penuaan sangat jarang terjadi, tetapi apabila
secara simultan mengandung Si, maka dapat dikeraskan dengan penuaan panas
setelah perlakuan pelarutan. Hal ini disebabkan karena senyawa Mg 2 Si
berkelakuan sebagai komponen murni dan membuat keseimbangan dari sistem
biner semu dengan Al. Sebagai paduan praktis dapat diperoleh paduan 5053,
6063, dan 6061. paduan dalam sistim ini mempunyai kekuatan kurang sebagai
bahan tempaan dibandingkan dengan paduan-paduan lainnya, tetapi sangat liat,
mampu bentuk untuk penempaan, ekstrusi dan sebagainya, sangat baik juga
untuk mampu bentuk yang tinggi pada temperatur biasa. Paduan 6063 digunakan
untuk rangka-rangka konstruksi. Karena paduan dalam sistem ini mempunyai
kekuatan yang cukup baik tanpa mengurangi hantaran listrik, maka digunakan
untuk kabel tenaga. Dalam hal ini pencampuran dengan Cu, Fe dan Mn perlu
dihindari karena dapat menyebabkan tahanan listrik menjadi tinggi. Pengerasan
maksimum dapat dicapai dengan jalan perlakuan pelarutan pada 500° C,
pencelupan dingin dan ditemper pada 160° C selama 18 jam.
9
Indhia (2010) melakukan penelitian tentang strukturmikro silicon dalam
paduan aluminium - silikon pada piston berbagai merek sepeda motor. Sampel
penelitian diambil dari berbagai merek sepeda motor seperti Suzuki, Honda,
Yamaha, Kawasaki, dan Vespa. Pengamatan strukturmikro dilakukan menurut
standar pengujian metalografi untuk bahan aluminium. Struktur mikro hasil
pengamatan menunjukkan struktur spesimen piston Vespa, Suzuki, Kawasaki,
Honda, dan Yamaha. Struktur mikro dari piston Vespa terdiri dari paduan biner
Al-Si dari jenis hipereutektik yang dihaluskan, memiliki ketahanan aus yang
baik tapi ketangguhan retak menurun. Struktur mikro piston Suzuki tersusun
karena adanya tambahan unsur besi (Fe) ke dalam paduan hingga membentuk
fase Al-Si-Fe dari jenis β dan tambahan unsur Mn untuk meningkatkan paduan
terhadap suhu tinggi agar piston dapat berfungsi saat kendaraan panas. Struktur
mikro piston Kawasaki ini merupakan paduan Al-Si hipereutektik untuk
keperluan terhadap ketahanan aus mengandung partikel silikon primer berukuran
besar dan bersudut juga mengandung silikon eutektik. Struktur mikro diperoleh
melalui proses modifikasi dari morfologi dan jarak spasi silikon eutektik dengan
penambahan sodium (Na) atau stronsium (Sr). Struktur mikro piston Yamaha
terdapat penambahan unsur Fe untuk meningkatkan ketahanan aus. Penelitian
yang sama dilakakukan juga oleh Effendi (2010) yang meneliti tentang struktur
mikro dari hasil pengecoran menggunakan metode squeeze casting lebih padat
dan homogen dibandingkan menggunakan metode cor tuang.
Reddy dan Essa (2010) melakukan penelitan tentang perilaku tarik
matrik komposit alumina. Pada pengamatan EDS menegaskan adanya senyawa
Al5Cu2Mg8Si6, Al4CuMg5Si4, dan Mg2Si di komposit alumina
mengakibatkan kekuatan tarik meningkat sedangkan keuletan menurun.
Verman (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh variasi
penambahan silikon dan tembaga pada paduan Al-Si-Cu. Penelitian ini bertujuan
untuk mempelajari pengaruh penambahan tembaga terhadap sifat fisik seperti
kekuatan tarik, kekerasan dan korosivitas yang terjadi pada paduan Al-Si-Cu.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan semakin meningkatnya penambahan Cu
terhadap paduan maka nilai kekerasannya akan semakin meningkat. Atmaja
(2011) meneliti tentang sifat mekanis penambahan unsur Cu pada aluminium
10
paduan. Penelitian ini dilakukan dengan cara menambahkan variasi Cu sebesar
2%, 4%, 6%, dan 8% pada paduan kemudian dilakukan pengujian tarik,
kekerasan, kelelahan dan pengamatan struktur mikro. Hubungan antara kekuatan
tarik, kekerasan, dan kelelahan pada aluminium paduan tembaga adalah sama-
sama memiliki sifat kekuatan yang meningkat setiap penambahan unsur tembaga
hingga 4% berat paduan.
Radimin dan Abdillah (2014) melakukan penelitian tentang pembuatan
prototype piston komposit dari limbah piston dengan penambahan silicon
karbida (SiC) dan magnesium. Penelitian ini menggunakan tiga metode yaitu
pengujian karakteristik dan sifat mekanik piston komposit dari komposisi kimia,
metalurgrafi, dan kekerasan. Hasilnya semakin meningkatnya kandungan
magnesium dan penguat SiC dapat meningkatkan kekerasan spesimen piston
komposit dan ikatan antar muka yang optimal.
Suhariyanto (2010) meneliti tentang velg mobil, material yang digunakan
adalah aluminium paduan A356 dengan penambahan unsur inokulan Ti-C.
Kandungan Ti-C yang terbaik pada 0,19% yang memiliki kekuatan tarik 22,51
kg/mm2, elongasisebesar 8,92%, nilai kekerasan 63,65 HVN dan kekuatan
impak 5,21 J/cm2. Selain Suhariyanto, Anzip (2010) juga meneliti tentang velg
mobil, dengan bahan matrial yang digunakan adalah aluminium paduan A356.2
dengan variasi penambahan unsur inokulan Mn. Kandungan Mn yang terbaik
pada 1,2% wt yang memiliki kekuatan tarik 31,58kg/mm2, elongasi sebesar
7,54%, nilai kekerasan 90,74 HVN dan kekuatan impak 5,88 J/cm2.
Mudjijana dan Hadrizal (1997) meneliti tentang analisis produk coran
pelek gokart dari paduan aluminium. Bahan yang digunakan adalah sekrap pelek
mobil berkomposisi paduan Al-Si dengan 4,5%-5% Si dan mengandung unsur
Cu,Mg,Zn dan lain-lain. Bahan sekrap pelek dilebur menggunakan cetakan
permanen dan diberikan variasi pada tekanan tuang 75 kg/cm2, 100 kg/cm2, 125
kg/cm2, dan 150 kg/cm2. Hasil dari peleburan tersebut diuji menggunakan
pengujian kekerasan brinell dan pengujian tarik. Hasil dari pengujian kekerasan
yang didapat yaitu semakin tinggi tekanan tuang maka semakin tinggi nilai
kekerasan yang didapat. Hasil pengujian tarik diperoleh kesimpulan bahwa
11
semakin tinggi tekanan tuang maka coran tersebut akan menjadi padat dan
menyebabkan coran menjadi kuat dan ulet. Kekuatan tarik juga dipengaruhi oleh
unsur silikon dan magnesium, semakin banyak kandungan silikon dan
magnesium dalam suatu paduan akan semakin tinggi kekuatan tarik tersebut
akan tetapi jika kandungan silikon terlalu tinggi akan menyebabkan paduan
tersebut menjadi rapuh. Hasil dari pengujian metalografi dapat disimpulkan
bahwa semakin kecil, rapat, dan halus struktur butiran suatu coran maka akan
memiliki kekuatan tarik, ketahanan impak, kekerasan, keuletan, dan berat jenis
yang tinggi akan tetapi porositasnnya rendah.
Penelitian yang dilakukan oleh Surojo, dkk (2009) mengenai pengaruh
remelting terhadap strukturmikro dan kekerasan paduan coran Al-Si. Pada
penelitian ini piston bekas dilakuan remelting kemudian dilakukan pengamatan
strukturmikro dan kekerasan. Hasil remelting pertama kembali diremelting
kemudian dilakukan pengujian yang sama. Hasil dari penelitian ini adalah
kekerasan paduan akan meningkat dan strukturmikro paduan Al-Si dapat
berubah seiring perlakuan tiga kali remelting. Jaber, dkk (2010) meneliti tentang
kepadatan dan sifat mekanik dari paduan Al-Si hasil coran. Penelitian ini
menggunakan paduan Al-Si hasil coran dengan penambahan kadar 3%, 6%, 8%,
12% dan 15% silikon, kemudian dilakukan pengujian menggunakan uji tarik dan
kekerasan. Hasil pengujian menunjukkan dengan peningkatan kadar silikon
kekuatan tarik dan kekerasan meningkat, koefisien gesek yang baik dan
memiliki ketahanan aus yang tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Saputro (2014) menjelaskan tentang
pengaruh penambahan silikon 1%, 3%, dan 5% pada paduan Al-Si-Mg terhadap
sifat fisis dan mekanisnya dengan perlakuan heat treatment. Penelitian ini
dilakukan pengujian kekerasan, pengujian impak, pengujian tarik, dan
pengamatan struktur mikro. Hasil dari penelitian ini menunjukkan nilai kekuatan
impak mengalami peningkatan setelah dilakukan heat treatment dan pada paduan
dengan penambahan unsur Si terbanyak mengalami penurunan keuletan. Pada
pengujian tarik dengan penambahan unsur Si tertinggi mengalami penurunan
kekuatan tarik. Hasil dari pengujian kekerasan diketahui bahwa penambahan Si
akan mengakibatkan kerapuhan pada material.
12
2.5.Heat Treatment.
Prinsip Dari Heat Treatment. Heat treatnent adalah proses pemanasan
dan pendinginan material yang terkontrol dengan maksud merubah sifat fisik
dari material tersebut. Proses Heat Treatment akan menyababkan perubahan
struktur-struktur suatu material yang mulanya masih mengumpul menjadi terurai
sehingga menjadi lebih keras, ulet dan tangguh. Secara umum proses Heat
Treatmentadalahsebagai berikut:
1. Pemanasan material sampai suhu tertentu,
2. Mempertahankan suhu untuk waktu tertentu (holding time) sehingga
temperaturnya merata,
3. Pendinginan dengan metode media pendingin (air, oli atau udara).
Tujuan Heat Treatment Proses pengerjaan panas yang dilakukan
bertujuan untuk merubah sifat dan struktur logam menjadi sifat yang diinginkan
seperti :
1. Menambah sifat mekanis seperti ductility, toughness, strength,
hardness dan sebagainya,
2. Menambah machinability,
3. Menambah tahan terhadap korosi,
4. Menghilangkan tegangan dalam,
5. Memodifikasi sifat magnet dan listrik,
6. Meningkatkan tahan panas dan tahan gesek
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Heat Treatment, didalam proses heat
treatment ada beberapa faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya hasil
yang diharapkan dalam pelaksanaan proses tersebut antara lain adalah :
1. Laju pemanasan,
2. Laju pendinginan,
3. Waktu penahanan ,
4. Media pendinginan yang digunakan. Faktor-faktor tersebut diatas
telah diterapkan dalam spesifikasi sehingga untuk material yang
13
berbeda jenis maupun karakteristik yang diharapkan terhadap
perbedaan melalui masing-masing tahap tersebut.
2.6. KAJIAN TEORITIS
2.6.1. Aluminium
Aluminium merupakan unsur yang cukup banyak melimpah di bumi
dan selalu berupa kombinasi bersama dengan unsur lainnya. Aluminium
merupakan logam yang banyak digunakan selain baja. Aluminium ditemukan
pada tahun 1872 oleh Friedrich Wohler seorang ahli kimia dari Jerman. Di
bidang industri aluminium dikembangkan oleh Paul Heroult di Prancis dan C.M.
Hall di Amerika pada tahun 1886. Mereka berhasil memperoleh logam
aluminium dengan cara elektrolisa. Aluminium merupakan logam nonferro yang
memiliki sifat ringan dan ketahanan karat yang baik. Aluminium dipakai sebagai
paduan berbagai logam murni, sebab aluminium tidak akan kehilangan sifat
ringan dan sifat–sifat mekanisnya dan mampu cornya dapat diperbaiki dengan
menambah unsur–unsur lain. Unsur-unsur paduan itu adalah tembaga, silikon,
magnesium, mangan, nikel, dan sebagainya yang dapat mengubah sifat paduan
aluminium (Surdia, 1991).
Untuk bahan-bahan pokok dalam menghasilkan alumunium antara lain
bauksit dan kreolit. Bauksit mengandung 55-65% tanah tawas, 2-28% besi, 12
30% air, dan 1-8% asam silikat. Alumunium murni diperoleh melalui cara Bayer
dimana bauksit dijernihkan menjadi tanah tawas murni, lalu tanah tawas
direduksi hingga menjadi alumunium mentah, melalui elektrolisa lebur dengan
kreolit sebagai bahan pelarut natrium alumunium fluorida (Na3A1F6) baru
peleburan alih wujud menjadi alumunium murni. Umumnya alumunium
mencapai kemurnian 99,85% berat. Alumunium dengan kemurnian 99,85% jika
dielektrolisa kembali maka di dapatkan alumunium dengan kemurnian 99,99%
atau hampir mendekati 100%. Surdia dan Saito (1999).
Sifat mekanik aluminum dipengaruhi oleh kosentrasi bahan dan
perlakuan yang diberikan terhadap bahan tersebut. Aluminium terkenal sebagai
bahan tahan korosi, hal ini disebabkan oleh fenomena pasivasi yaitu proses
pembentukan lapisan aluminium oksida di permukaan logam aluminium setelah
14
logam terpapar oleh udara. Lapisan aluminium oksida ini mencegah terjadinya
oksidasi namun pasivasi dapat terjadi lebih lambat jika dipadukan dengan logam
yang bersifat katodik karena dapat mencegah oksidasi aluminium.
Aluminium merupakan logam yang dapat dikerjakan dalam berbagai
bentuk baik dengan cara ditempa, dituang, dikerjakan dengan mesin, dikeraskan,
dilas, ditarik,dll. Beberapa sifat aluminium adalah : (1) Berat jenisnya 2,72
kg/dm3, (2) Titik cairnya 660°C, (3) Warnanya mengkilap, (4) Konduktor panas
dan listrik yang baik, (5) Ketahanan korosi yang baik, (6) non magnetic.
(Schonmetz dan Gruber, 1985).
2.6.2. Logam Paduan Aluminium
Pemakaian aluminium dan paduannya sangat diminati, hal ini karena
sifat-sifat aluminium yaitu antara lain :
1. Mampu bentuk yang baik karena keuletannya cukup tinggi.
2. Kekuatannya cukup tinggi, baik untuk konstruksi pesawat terbang.
3. Tahan terhadap korosi karena membentuk lapisan Al2O3.
4. Mempunyai massa jenis yang ringan sebesar 2,72 gr/cm3.
Lebih lanjut Schonmetz dan Gruber (1985) mengatakan bahwa
alumunium akan mengalami perbaikan bila dipadu dengan logam lain, seperti
tembaga meningkatkan kekerasan, magnesium meningkatkan kekuatan, silikon
mempermudah mampu alir dan logam pemadu lain adalah mangan, seng, nikel
yang dapat mengakibatkan sifat yang dikehendaki dalam prosentase yang kecil.
Berdasarkan proses pembuatannya aluminium paduan dibagi menjadi :
Paduan Cor (Cast Alloys), dan Paduan Tempa (Wrought Alloys).
Alumunium sebagai logam murni dipakai sebagai paduan, sebab tidak
kehilangan sifat ringan dan mekanisnya, untuk mampu cornya dapat diperbaiki
dengan menambah unsur–unsur lain. Unsur-unsur paduan itu adalah Cu, Si, Mg,
Mn, Ni dan sebagainya, yang dapat mengubah sifat - sifat paduan alumunium.
(Surdia dan Chijiiwa, 1985).
Paduan alumunium silikon (Al-Si) merupakan paduan yang disebut
silumin yaitu paduan yang Si-nya 8% hingga 14%. Paduan Al-Si merupakan
15
paduan dengan silikon sebagai paduan utamanya, pada titik eutektik 5770 C,
11,7%Si sangat baik untuk paduan tuang karena titik cairnya rendah. Paduan ini
mempunyai mampu tuang yang baik sehingga dibuat produk coran dengan
berbagai bentuk dengan sedikit perlakuan mesin. Paduan Al-Si yang dipadu
dengan unsur-unsur lain sangat banyak digunakan pada benda-benda tuang
untuk industri ototmotif seperti piston, sylinder head, dan velg.
2.7. Standarisasi dan Kodefikasi
Pengkodean aluminium tempa berdasarkan International Alloy
Designation System adalah sebagai berikut :
1) Seri 1xxx merupakan aluminium murni dengan kandungan minimum
99% aluminium berdasarkan beratnya.
2) Seri 2xxx merupakan aluminium paduan dengan tembaga. Terdiri dari
paduan bernomor seri 2010 hingga 2029.
3) Seri 3xxx merupakan aluminium paduan dengan mangan. Terdiri dari
paduan bernomor seri 3003 hingga 3009.
4) Seri 4xxx merupakan aluminium paduan dengan silikon. Terdiri dari
paduan bernomor seri 4030 hingga 4039.
5) Seri 5xxx merupakan aluminium paduan dengan magnesium. Terdiri dari
paduan bernomor seri 5050 hingga 5086.
6) Seri 6xxx merupakan aluminium paduan dengan silikon dan magnesium.
Terdiri dari paduan bernomor seri 6061 hingga 6069.
7) Seri 7xxx merupakan aluminium paduan dengan seng. Terdiri dari
paduan bernomor seri 7070 hongga 7079.
8) Seri 8xxx merupakan aluminium paduan dengan lithium
Perlu diperhatikan bahwa pengkodean aluminium untuk keperluan
penempaan seperti di atas tidak berdasarkan pada komposisi paduannya, tetapi
berdasarkan pada sistem pengkodean terdahulu, yaitu sistem Alcoa yang
menggunakan urutan 1 sampai 79 dengan akhiran S, sehingga dua digit di
16
belakang setiap kode pada pengkodean di atas diberi angka sesuai urutan Alcoa
terdahulu. Pengecualian ada pada paduan magnesium dan lithium.
Pada aluminium cor pengkodean berdasar Aluminium Assosiation adalah :
1. Seri 1xx.x adalah aluminium dengan kandungan 99% aluminium.
2. Seri 2xx.x adalah aluminium paduan dengan tembaga.
3. Seri 3xx.x adalah aluminium paduan dengan silikon, tembaga, dan
magnesium.
4. Seri 4xx.x adalah aluminium paduan dengan silikon.
5. Seri 5xx.x adalah aluminium paduan dengan magnesium.
6. Seri 7xx.x adalah aluminium paduan dengan seng.
7. Seri 8xx.x adalah aluminium paduan dengan lithium.
Digit kedua dan ketiga kode tersebut menunjukkan persentase aluminiumnya,
sedangkan pada digit terakhir menunjukkan apakah aluminium dicor setelah
pelelehan pada produk aslinya, atau dicor segera setelah aluminium cair dengan
paduan tertentu dan dinyatakan dalam angka 1 atau 0.
Di Indonesia, pengkodean aluminium tidak berdasar pada konsentrasi
paduan maupun perlakuannya melainkan pada aplikasi penggunaan aluminium
tersebut. Berikut ini adalah contoh pengkodean aluminium berdasarkan Standar
Nasional Indonesia :
1) 03-2583-1989 aluminium lembaran bergelombang untup atap dan
dinding.
2) 07-0417-1989 ekstrusi aluminium paduan.
3) 03-0573-1989 jendela aluminium paduan.
4) 07-0603-1989 aluminium ekstrusi untuk arsitektur.
5) 07-0733-1989 ingot aluminium primer.
6) 07-0734-1989 aluminium ekstrusi untuk arsitektur, terlapis bahan
anodisasi.
7) 07-0828-1989 ingot aluminium sekunder.
8) 07-0829-1989 ingot aluminium paduan untuk cor.
9) 07-0851-1989 plat dan lembaran aluminium.
17
10) 07-0957-1989 aluminium foil dan paduannya.
11) 04-1061-1989 kawat aluminium untuk penghantar listrik.
Dalam Sistem informasi Standar Nasional Indonesia terdapat 84 produk
aluminium yang terdaftar, berupa aluminium murni dan paduannya, senyawa
aluminium, bahkan petunjuk teknis pembuatan aluminium dan aplikasinya juga
merupakan produk yang terdaftar dalam SNI.
2.8 Pengecoran Logam
Pengecoran logam adalah menuangkan secara langsung logam cair yang
didapat dari biji besi kedalam cetakan. Sedangkan coran itu sendiri adalah logam
yang dicairkan, dituang kedalam cetakan, kemudian didinginkan dan membeku
(Surdia dan Chijiiwa, 1985) . Untuk membuat coran, harus dilakukan proses-
proses seperti : pencairan logam, pembuatan cetakan, persiapan, penuangan
logam cair ke dalam cetakan, pembongkaran dan pembersihan coran. (Surdia
dan Chijiiwa, 1976) Proses pengecoran (pembuatan coran) meliputi beberapa
tahap yaitu :
1. Pembuatan cetakan
Pembuatan cetakan terbagi menjadi beberapa cara yaitu cetakan pasir
basah (green sand molds), cetakan kulit kering (skin dried mold), cetakan pasir
kering (dry sand mold), cetakan lempung (loam molds), cetakan furan (furan
molds), cetakan CO2, cetakan logam, cetakan khusus.
2. Persiapan pengecoran
Persiapan pengecoran meliputi beberapa tahap diantaranya:
a. Pembuatan pola
Pola dapat digolongkan menjadi dua yaitu pola logam dan pola kayu,pola
logam digunakan untuk menjaga ketelitian ukuran benda cor, terutama dalam
masa produksi sehingga umur pola bisa lebih lama dan produktivitasnya tinggi.
Pola dari kayu digunakan untuk cetakan pasir. Faktor terpenting untuk
menetapkan macam pola adalah proses pembuatan cetakan dimana pola tersebut
18
dipakai dan pertimbangan ekonomi yang sesuai dengan jumlah dari pembuatan
cetakan dan pembuatan pola.
b. Pembuatan Inti
Inti adalah suatu bentuk dari pasir yang dipasang pada rongga cetakan
untuk mencegah pengisian logam pada bagian yang seharusnya berbentuk
lubang atau berbentuk rongga dalam suatu coran. Contohnya lubang baut. Inti ini
biasanya dibuat dari pasir kali yang bersih yang dicampur dengan bahan
pengikat dan dipanaskan sehingga memperoleh kekuatan tertentu.
c. Pembuatan Sistim Saluran
Sistim saluran adalah jalan masuk bagi cairan logam yang dituangkan
kedalam rongga cetakan sistem saluran terbagi menjadi beberapa bagian antara
lain:
1. Cawan tuang yaitu merupakan penerima yang menerima cairan logam
langsung dari ladel. Biasanya berbentuk corong atau cawan dengan saluran
turun di bawahnya.
2. Saluran turun yaitu saluran pertama yang membawa cairan logam dari cawan
tuang kedalam pengalir dan saluran masuk, dibuat tegak lurus dengan irisan
berupa lingkaran.
3. Pengalir yaitu saluran yang membawa logam cair dari saluran turun kebagian-
bagian yang cocok pada cetakan. Pengalir biasanya mempunyai irisan seperti
trapesium atau setengah lingkaran sebab irisan yang demikian mudah dibuat
dalam permukaan pisah.
4. Saluran masuk yaitu saluran yang mengisikan logam cair dari pengalir
kedalam rongga cetakan. Saluran masuk dibuat dengan irisan yang lebih kecil
dari irisan pengalir supaya mencegah kotoran masuk kedalam rongga cetakan.
3.Peleburan (pencairan logam).
Peleburan merupakan suatu proses mencairkan beberapa bahan baku
logam untuk menghasilkan logam baru yang memiliki komposisi unsur-unsur
tertentu. Untuk mencairkan logam dipakai bermacam-macam tanur tetapi yang
19
sering dipakai dalam industri pengecoran logam adalah jenis tanur listrik dan
kupola. Pada tanur listrik panas yang dihasilkan untuk melelehkan logam
dihasilkan dari busur listrik yang terjadi antara elektroda-elektroda, tanur listrik
dulu digunakan khusus untuk membuat baja-baja campuran dan baja-baja karbon
yang berkualitas tinggi tetapi sekarang digunakan untuk membuat baja karbon
yang biasa. Panas yang dihasilkan pada tanur listrik dihasilkan dari busur listrik
yang terjadi antara beberapa elektroda yang dialiri arus listrik, bila arus listrik
dijalankan busur api akan terjadi pada elektroda dan memanaskan ruang lebur
sehingga mampu untuk meleburkan logam cor.
Proses peleburan difokuskan pada eliminasi berbagai macam kotoran
inklusi yang merupakan problem serius dalam memproduksi berbagai macam
produk berkualitas. Inklusi yang dimaksud adalah gas hidrogen yang dapat larut
pada aluminium cair yang menyebabkan porositas pada pengecoran. Daya larut
hidrogen meningkat bila temperatur naik. Tingkat kelarutan hidrogen pada
paduan aluminium tidak sama. Pada saat pembekuan, gas hidrogen masih tersisa
sehingga pada hasil pengecoran terdapat cacat. Dijelaskan pula bahwa tidak
semua porositas diakibatkan oleh gas hidrogen tetapi disebabkan pula oleh
penyusutan. Penyusutan yang terjadi pada saat aluminium membeku sebesar 6%
dari volume ketika aluminium bertransformasi dari cair ke padat ( Jiang dkk,
2011 )
2.8.Pengujian Sifat Mekanis
Adalah pengujian kekerasan atau daya tahan suatu material untuk
melawan benda lain yang ditusukan kepadanya atau ketahanan suatu material
terhadap deformasi plastis.
2.9.Kekerasan (Hardness)
Adalah salah satu sifat mekanik (Mechanical properties) dari suatu
material. Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya untuk material
yang dalam penggunaanya akan mangalami pergesekan (frictional force) dan
deformasi plastis.
20
Deformasi plastis sendiri suatu keadaan dari suatu material ketika
material tersebut diberikan gaya maka struktur mikro dari material tersebut
sudah tidak bisa kembali ke bentuk asal artinya material tersebut tidak dapat
kembali ke bentuknya semula. Lebih ringkasnya kekerasan didefinisikan sebagai
kemampuan suatu material untuk menahan beban identasi atau penetrasi
(penekanan).
Gambar 2.1. Alat Penguji Kekerasan
Untuk mengetahui seberapa besar suatu bahan memiliki kemampuan
untuk menahan beban identansi atau penetrasi, biasanya dilakukan pengujian, di
dunia teknik umumnya pengujian kekerasan menggunakan 3 macam metode,
yaitu:
2.9.1. Brinnel (HB/BHN)
Pengujian kekerasan dengan metode brinnel bertujuan untuk menentukan
kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja
(identor) yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut (spesimen).
Idealnya, pengujian Brinnel diperuntukan untuk material yang memiliki
permukaan yang kasar dengan uji kekuatan berkisar 500-3000 kgf. Identor (Bola
baja) biasanya telah dikeraskan dan diplating ataupun terbuat dari bahan karbida
tungsten.
21
Uji kekerasan brinnel dirumuskan dengan
:�� � ��
��.��√�����
Keterangan :
D = Diameter bola (mm)
d = impression diameter (mm)
F = Load (beban) (kgf)
HB = Brinell result (HB)
Gambar 2.2. Pengujian Brinnel
Gambar 2.3. Perumusan untuk pengujian Brinnel
22
2.9.2. Rockwell (HR/RHN)
Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell bertujuan menentukan
kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap indentor
berupa bola baja ataupun kerucut intan yang ditekankan pada permukaan
material uji tersebut.
Gambar 2.4. Pengujian Rockwell
Gambar 2.5. Prinsip kerja metode pengukuran kekerasan Rockwell
Untuk mencari besarnya nilai kekerasan dengan menggunakan metode
Rockwell dijelaskan padagambar, yaitu pada langkah 1 benda uji ditekan oleh
indentor dengan beban minor (Minor Load F0) setelah ituditekan dengan
beban mayor (major Load F1) pada langkah 2, dan pada langkah 3 beban
mayor diambil sehingga yang tersisa adalah minor load dimana pada kondisi
3 ini indentor ditahan seperti kondisi pada saat total load F yang terlihat pada
gambar 2.5 besarnya minor load maupun major load tergantung dari jenis
material yang akan di uji.
23
2.9.3. Vickers (HV/VHN)
Pengujian kekerasan dengan metode Vickers bertujuan menentukan
kekerasan suatu material dalam yaitu daya tahan material terhadap indentor
intanyang cukup kecil dan mempunyai bentuk geometri berbentuk piramid
seperti ditunjukkan pada gambar 3. Beban yang dikenakan juga jauh lebih kecil
dibanding dengan pengujian rockwell dan brinel yaitu antara 1 sampai 1000
gram. Angka kekerasan Vickers (HV) didefinisikan sebagai hasil bagi
(koefisien) dari beban uji (F) dengan luas permukaan bekas luka tekan (injakan)
dari indentor(diagonalnya) (A) yang dikalikan dengan sin (136°/2).
Gambar 2.6. Pengujian Vickers
Gambar 2.7. Bentuk indentor Vickers
Rumus untuk menentukan besarnya nilai kekerasan dengan metode vikers yaitu :
�� � �
�����
����
� atau
24
�� ��.���
����
� �
�
atau
�� � 1,854.&
'�
keterangan :
HV= Angka kekerasan Vickers
F= Beban (kgf)
d= diagonal (mm)
2.10. Pengujian Impact (Uji Dampak)
Sekarang ini kebutuhan akan material terutama logam sangatlah penting.
Besi dan baja merupakan salah satu kebutuhan yang mendasar untuk suatu
konstruksi. Dengan berbagai macam kebutuhan sifat mekanik yang dibutuhkan
oleh suatu material ialah berbeda-beda. Sifat mekanik tersebut terutama meliputi
kekerasan, keuletan, kekuatan, ketangguhan, serta sifat mampu mesin yang baik.
Dengan sifat pada masing-masing material berbeda, maka banyak metode untuk
menguji sifat apa sajakah yang dimiliki oleh suatu material tersebut. Uji Dampak
merupakan salah satu metode yang digunakkan untuk mengetahui kekuatan,
kekerasan, serta keuletan material. Oleh karena itu uji dampak banyak dipakai
dalam bidang menguji sifat mekanik yang dimiliki oleh suatu material tersebut.
Uji dampak adalah pengujian dengan menggunakan pembebanan yang
cepat (rapid loading). Agar dapat memahami uji dampak terlebih dahulu
mengamati fenomena yang terjadi terhadap suatu kapal yang berada pada suhu
rendah ditengah laut, sehingga menyebabkan materialnya menjadi getas dan
mudah patah. Disebabkan laut memiliki banyak beban (tekanan) dari arah
manapun. Kemudian kapal tersebut menabrak gunung es, sehingga tegangan
yang telah terkonsentrasi disebabkan pembebanan sebelum sehingga
menyebabkan kapal tersebut terbelah dua.
Dalam Pengujian Mekanik, terdapat perbedaan dalam pemberian jenis
beban kepada material. Uji tarik, uji tekan, dan uji punter adalah pengujian yang
25
menggunakan beban statik. Sedangkan uji dampak (fatigue) menggunakan jenis
beban dinamik. Pada uji dampak, digunakan pembebanan yang cepat (rapid
loading). Perbedaan dari pembebanan jenis ini dapat dilihat pada strain rate.
Pada pembebanan cepat atau disebut dengan beban dampak, terjadi proses
penyerapan energi yang besar dari energi kinetik suatu beban yang menumbuk
ke spesimen. Proses penyerapan energi ini, akan diubah dalam berbagai respon
material seperti deformasi plastis, efek histerisis, gesekan, dan efek inersia.
Uji impak adalah pengujian dengan menggunakan pembebanan yang
cepat (rapid loading). Agar dapat memahami uji impak terlebih dahulu
mengamati fenomena yang terjadi terhadap suatu kapal yang berada pada suhu
rendah ditengah laut, sehingga menyebabkan materialnya menjadi getas dan
mudah patah. Disebabkan laut memiliki banyak beban (tekanan) dari arah
manapun. Kemudian kapal tersebut menabrak gunung es, sehingga tegangan
yang telah terkonsentrasi disebabkan pembebanan sebelum sehingga
menyebabkan kapal tersebut terbelah dua.
Dalam Pengujian Mekanik, terdapat perbedaan dalam pemberian jenis
beban kepada material. Uji tarik, uji tekan, dan uji punter adalah pengujian yang
menggunakan beban statik. Sedangkan uji impak (fatigue) menggunakan jenis
beban dinamik. Pada uji impak, digunakan pembebanan yang cepat (rapid
loading). Perbedaan dari pembebanan jenis ini dapat dilihat pada strain rate.
Pada pembebanan cepat atau disebut dengan beban impak, terjadi proses
penyerapan energi yang besar dari energi kinetik suatu beban yang menumbuk
ke spesimen. Proses penyerapan energi ini, akan diubah dalam berbagai respon
material seperti deformasi plastis, efek histerisis, gesekan, dan efek inersia.
Adapun tujuan dari pengujian impact test ini adalah sebagai berikut :
1) Mengetahui pengaruh beban dampak terhadap sifat mekanik material.
2) Mengetahui standar prosedur pengujian dampak.
3) Mengetahui faktor yang memengaruhi kegagalan material dengan
beban dampak.
4) Mengetahui kemampuan material terhadap beban dampak dari berbagai
temperatur yang di ukur.
26
2.11. Jenis-jenis Metode Uji dampak :
Secara umum metode pengujian dampak terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Metode Charpy
Pengujian tumbuk dengan meletakkan posisi spesimen uji pada tumpuan
dengan posisi horizontal/mendatar, dan arah pembebanan berlawanan dengan
arah takikan.
2. Metode Izod
Pengujian tumbuk dengan meletakkan posisi spesimen uji pada tumpuan
dengan posisi, dan arah pembebanan searah dengan arah takikan.
Gambar 2.8. Pengujian impact
Dan besarnya harga impact dapat diketahui dari rumus berikut ini :
dimana :
K = nilai impact (kg m/mm2)
W = usaha yang diperlukan untuk mematahkan benda uji (kg m)
Ao = luas penampang di bawah takikan (mm2)
27
Dewasa ini dengan seiring perkembangan teknologi digital, maka pada
peralatan alat uji juga mengalami perkembangan terutama dalam hal pembacaan
pengukuran, yang dulunya masih menggunakan dial / indikator saat ini hasil
pengukuran sudah di tampilkan dalam bentuk angka digital, sehingga sangat
memudahkan kita pada saat melakukan pengujian dan pengambilan data.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah logam aluminium hasil
Pengecoran bahan material piston dan Kaleng bekas, dimana pengecoran
dilakukan di CV.Asia Jaya. Adapun proses pengecoranya adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan cetakan yang dibuat dari pasir kuarsa dengan sedikit dibasahi
dengan air,agar pasir mudah dibentuk,ukuran pola panjang 20 cm, lebar 5
cm dan kedalaman 2 cm.
2. Persiapan dengan memanaskan tungku peleburan dan bahan material
yang akan dicor
3. Setelah tungku mencapai temperatur 600°C,masukan bahan yang akan
dicor kedalam tungku, dan aduk-aduk hingga bahan yang dicor mencair
4. Setelah temperatur mencapai 800°C gunakan ladel untuk melakukan
penuangan logam cair kedalam cetakan, usahakan letak cetakan dekat
dengan tungku untuk menguragi pembekuan.
5. Setelah cairan logam membeku,bersihkanlah coran dari pasir
cetak,kemudian dinginkan coran dengan udara bebas.
6. Daur ulang pasir cetak, dan persiapkan kembali untuk cetakan
pengecoran berikutnya.
Gambar 3.1. hasil pengecoran kaleng bekas, piston bekas, campuran 30/70,
campuran 40/60, dan campuran 50/50
29
3.2. Tempat Penelitian Dan Pengujian
Dalam penelitian ini, proses pengujian kekerasan bahan dan struktur mikro
di lakukan di Laboratorium Politeknik Negeri Pontianak. Sebelum dilakukan
pengujian, bahan coran yang sudah disiapkan harus diproses lebih lanjut untuk
dijadikan spesimen uji.
3.3.Persiapan Spesimen Pengujian
Sebelum melakukan pengujian, salah satu hal yang penting untuk
dipastikan adalah spesimen uji harus sesuai dengan standar yang sudah
ditentukan.Dalam hal ini pengujian yang akan dilakukan yaitu : uji impact, uji
kekerasan, struktur mikro dan uji komposisi maka spesimen uji yang akan
dibentuk cukup satu model saja, namun model spesimen ini dapat digunakan
untuk semua pengujian yang dimaksud. Adapun model spesimen disesuaikan
dengan standard ASTM E23 seperti gambar berikut:
Gambar 3.2.ASTM E23
Untuk membentuk coran menjadi spesimen agar sesuai dengan standard
ASTM E23, maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Bahan coran dilakukan pemotongan dengan ukuran panjang 55 mm
2. Bahan coran yang sudah dipotong , selanjutnya dimachining dengan
mesin frais untuk meratakan permukaanya dengan ketebalan 10mm
3. Potong bahan coran dengan luasan 10 mm x 10 mm, kemudian
haluskan pada setiap sisi dari spesimen dengan menggunakan amplas
30
4. Buatlah takikan pada setiap spesimenya menggunakan mesin khusus .
5. Berikan kode atau label pada setiap spesimen untuk mempermudah
dalam pengambilan data pengujian.
Gambar 3.3 Spesimen uji
3.4. Proses pengujian kekerasan
Proses uji kekerasan dilakukan dengan menggunakan metode Rock well F,
adapun prosesnya adalah sebagai berikut:
1. Sebelum melakukan pengujian kekerasan,tekanan harus disesuaikan dengan
kekuatan benda yang akan di uji, pada pengujian ini menggunakan testpis
dengan pembebanan 60 Kg
2. Selanjutnya letakan spesimen diatas meja penekan
3. Putar tuas yang dibawah, hingga indentor menyentuh permukaan spesimen
uji
4. Lihat indikator yang terdapat pada mesin Rockwell F dan kemudian putar
angkanya hingga jarum ukur pada posisi nol.
5. Putar tuas yang ada disamping disamping mesin Rockwell F untuk menekan
spesimen uji,selama 10 detik.
6. Tarik tuas untuk melepaskan penekanan yang diberikan,kemudian catat
hasil pengukuran pada indikator
7. Lakukan langakah-langkah dari 1 – 6 untuk melakukan pengujian pada
spesimen berikutnya.
31
Gambar 3.4 pengujian kekerasan dengan Rockwell F
3.5.Proses pengujian Impak
Pada proses pengujian impak ini menggunakan metode charpy, dengan
langkah pengujian sebagai berikut:
1. Tekan tombol “ON” pada panel monitor,pastikan pada monitor
pembacaan berat pendulum pada angka 30,40 Kg
2. Letakan sepesimen uji pada dudukan unvil, dengan posisi takikan searah
terhadap arah gerakan hammer
3. Pastikan pintu pengaman tertutup dengan aman
4. Tekan tombol “Start” pada panel monitor, setelah proses impact atau
pemukulan sudah selesai, tekan tombol “Stop” catat hasil data pengujian
yang ditampilkan pada panel monitor.
5. Buka pintu pelindung, ambil spesimen uji yang sudah selesai di uji
6. Ulangi prosedur 1 – 5 untuk melakukan pengujian spesimen selanjutnya.
32
Gambar 3.5.Pengujian Impact Dengan Metode Charpy
3.6.Proses pengujian Strukturmikro
Sebelum melakukan pengujian strukturmikro, pastikan permukaan
spesimen uji yang akan di etsa harus benar – benar bersih dan mengkilap yaitu
dengan menggunakan amplas yang halus, dan jika diperlukan gosoklah spesimen
dengan menggunakan batu hijau. Jika permukaan spesimen sudah mengkilap
maka spesimen siap untuk dilakukan pengujian, adapun prosesnya adalah sebagai
berikut:
33
1. Masukan 10 gram bubuk feri clorida (FeCI3) kedalam cawan landai,
kemudian campurkan air 20 Cc dan aduk agar campuran etsa merata.
2. Celupkan permukaan spesimen yang akan difoto kedalam larutan etsa
selama 5 – 10 detik.
3. Angkat spesimen setelah dietsa bersihkan dengan alkohol dan keringkan
4. Letakan spesimen dibawah lensa objectif, posisikan permukaan yang akan
diamati menghadap lensa.
5. Pengamatan dimulai, focuskan pengamatan dengan mengatur jarak lensa
opjectif dengan spesimen
6. Setelah didapat gambar yang paling jernih tampilanya, foto strukturmikro
siap disimpan dalam file komputer dengan memberikan label atau kode
sesuai dengan label atau kode pada spesimen uji.
7. Lanjutkan pengujian strukturmikro pada spesimen berikutnya, dengan cara
mengulangi prosedur pengujian 1 – 6.
Gambar 3.6. Pengujian Strukturmikro
34
3.7.Proses pengujian Komposisi
pada pengujian komposisi ini spesifikasi spesimen di syaratkan minimal
diameter 10 mm, maksimal 50 mm dengan ketebalan minimal 1 mm dan
maksimal 100 mm, dengan permukaan yang akan diuji harus rata. Pengujian
komposisi dilakukan dengan mesin Spectrometer Metal Scan, adapun prosesnya
adalah sebagai berikut:
1. Nyalakan mesin Spectrometer Metal Scan untuk melakukan pemanasan
2. Letakan spesimen pada meja uji hingga lubang pembakaran tertutup oleh
spesimen uji, kemudian letakan penjepitnya untuk menekan benda uji
3. Setelah spesimen uji sudah benar-benar setel di meja uji, “click” lah
tombol burn pada komputer.
4. Perhatikan pada layar komputer, jika semua data komposisi sudah muncul,
maka proses pembakaran sudah selesai, selanjutnya “click” lah pada
tombol close dan data bisa di print.
5. Lepaskan penjempit spesimen, ambil spesimen yang telah diuji dan
gantilah dengan spesimen yang baru, ulangi proses pengujian dari awal.
Gambar 3.7. Pengujian Komposis
35
Selesai
3.8. Diagram Alir Penelitian
Gambar 3.8. Diagram alir penelitian
Persiapan Bahan Almg-Si
Pembentukan Cetakan Benda Uji Pengecoran
Pengujian
Data Hasil
Analisis
Kesimpulan
Uji Mikro/Komposisi
Kaleng Bekas Piston Bekas
Pendinginan Udara
Uji Kekerasan Uji Impak
50:50 %, 30: 70 %, Dan 40:60%,
Mulai
36
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1.1. Data Hasil Pengujian Kekerasan (Hardness Test)
Dalam pengujian ini specimen uji yang digunakan yaitu: material bahan
kaleng bekas, Piston bekas, campuran 50:50%, 30:70%, dan 40:60%, dengan metode
pengujian kekerasan Rockwell (F), beban yang digunakan 60 Kgf, penetrator yang
dipakai adalah bola baja 1/16”. Setiap spesimen uji dilakukan pengujian sebanyak 5
titik.
Tabel. 4.1
Data Hasil Pengujian Kekerasan untuk Pengujian Bahan Kaleng bekas, Piston bekas,
campuran 50:50%, 30:70%, Dan 40:60%.
PERLAKUAN SPECIMEN KEKERASAN
ROCKWELL (HRB)
Piston
BA1 32,7
BA2 44,5
BA3 39,5
BA4 43,0
BA5 40,0
RATA-RATA 39
Kaleng
BA1.1 19,0
BA2.2 28,5
BA3.3 18,0
BA4.4 18,5
BA5.5 21,5
RATA-RATA 17.4
37
Dari tabel 4.1 memperlihatkan data kekerasan pada specimen kaleng bekas,
piston bekas, campuran 30:70%, 40:60%, dan 50:50% secara experimen dan
pengujian dengan metode Rockwell F.
30: 70 %,
BA2.1 40,0
BA2.2 42,0
BA2.3 40,0
BA2.4 39,9
BA2.5 36,0
RATA-RATA 39.58
40:60%
BA3.1 39,0
BA3.2 45,0
BA3.3 43,0
BA3.4 44,0
BA3.5 39,5
RATA-RATA 42.1
50:50%
BA3.1 25,0
BA3.2 32,0
BA3.3 22,0
BA3.4 32,0
BA3.5 33,0
RATA-RATA 28.9
38
Grafik nilai rata-rata kekerasan dari masing-masing spesimen berdasarkan tabel
4.1 dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar. 4.1. Data grafik Hasil Nilai Rata-rata Pengujian Kekerasan untuk Kaleng ,
Piston, 50:50 %, 30: 70 %, Dan 40:60%,
4.1.2 Analisa Pegujian kekerasan
Dari data di atas menunjukan bahwa nilai kekerasan tertinggi adalah
specimen campuran 40:60% yakni sebesar 42,1HRB,. Namun pada spesimen
campuran 50:50% dengan nilai kekerasan 28,9HRB kekerasanya mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan spesimen 50:50% ,tetapi nilai ini masih lebih
tinggi bila dibandingkan dengan specimen kaleng bekas dengan nilai kekerasan
hanya sebesar 17,4HRB. jadi berdasarkan data ini menunjukan bahwa dengan
menambahkan material piston bekas kedalam bahan baku material kaleng bekas,
terbukti mampu meningkatkan nilai kekerasanya
4.2.1 Data Hasil Pengujian Impak (Impact Test)
Tujuan dilakukannya pengujian Benturan (Impact Test) yaitu untuk
mengetahui seberapa besar nilai Benturan (Impact Test) dari bahan uji. Dalam
pengujian ini specimen bahan uji yang digunakan adalah: Spesimen bahan kaleng
Piston Kaleng 30:70 40:60 50:50:00
b 39 17.4 39.58 42.1 28.9
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Nil
ai
ke
ke
rasa
n
Kekerasan untuk Pengujian Bahan Kaleng, Piston bekas, campuran
50:50 %, 30: 70 %, Dan 40:60%,
39
bekas , Piston bekas, perbandingan campuran perlakuan 50:50 %, 30: 70 %, Dan
40:60%, adapun hasil pengujian Benturan (Impact Test) adalah sebagai berikut :
Tabel. 4.2
Data Hasil Pengujian Impak (Impact Test) untuk Pengujian Bahan Kaleng bekas,
Piston bekas, bahan campuran 50:50 %, 30: 70 %, Dan 40:60%,
Nama Benda
Uji
Jumlah
Benda
Luasan (A)
(MM2)
Berat
Pendulum
Energy
(Joule)
Strength
(J/m)
Piston
BA1 100.00 30.40 177.38 17738.00 BA2 100.00 30.40 138.92 13892.00 BA3 100.00 30.40 187.21 18721.00 BA4 100.00 30.40 177.38 17738.00 BA5 100.00 30.40 172.61 17261.00
RATA-RATA 100.00 30.40 170.70 17070.00
Kaleng
BA1.1 100.00 30.40 279.03 27903.00 BA2.2 100.00 30.40 345.52 34552.00 BA3.3 100.00 30.40 270.99 27099.00 BA4.4 100.00 30.40 211.96 21196.00 BA5.5 100.00 30.40 226.86 22686.00
RATA-RATA 100.00 30.40 2266.87 26687.20
30: 70 %,
BA2.1 100.00 30.40 212.85 21285.00 BA2.2 100.00 30.40 162.77 16277.00 BA2.3 100.00 30.40 172.61 17261.00 BA2.4 100.00 30.40 246.54 24654.00 BA2.5 100.00 30.40 148.46 14846.00
RATA-RATA 100.00 30.40 188.65 18864.00
40:60%
BA3.1 100.00 30.40 138.92 13892.00 BA3.2 100.00 30.40 186.02 18602.00 BA3.3 100.00 30.40 202.12 20212.00 BA3.4 100.00 30.40 204.51 20451.00 BA3.5 100.00 30.40 172.61 17261.00
RATA-RATA 100.00 30.40 180.84 18083.60
50:50%
BA3.1 100.00 30.40 206.89 20689.00 BA3.2 100.00 30.40 236.70 23670.00 BA3.3 100.00 30.40 251.31 25131.00 BA3.4 100.00 30.40 204.51 20451.00 BA3.5 100.00 30.40 246.78 24678.00
RATA-RATA 100.00 30.40 229.24 22923.80
40
Pada Tabel 4.2 menunjukan data hasil pengujian Impak dari masing- masing
spesimen uji yaitu: Piston bekas, kaleng bekas, campuran 30:70%, 40:60% dan
50:50%, adapun pengujianya menggunakan metode Charpy.
Grafik nilai rata-rata pengujian Impak (Impact Test) dari masing-masing
spesimen berdasarkan data tabel 4.2 dapat di lihat pada grafik 4.2 di bawah ini :
Gambar grafik 4.2. Grafik Nilai Rata-rata Pengujian Impak (Impact Test)
4.2.1 Analisa Pengujian Impak
Pada Grafik 4.1. Pengujian Impak (Impact Test) pada spesimen piston bekas
merupakan spesimen yang memiliki angka uji impak atau Streght paling rendah yaitu
17070 J/mm2 , sedangkan nilai streght tertinggi adalah pada spesimen kaleng bekas
adalah 22686 J/mm2, ini menunjukan bahwa kemampuan spesimen kaleng bekas
lebih baik dari spesimen uji piston bekas dalam hal menyerap energi dan menerima
beban kejut. Sedangkan pada spesimen campuran antara kaleng bekas dan piston
bekas cenderung menunjukan nilai streght yang meningkat, dan pada spesimen
campuran 50:50% menunjukan kemampuan menyerap energi dan beban kejut paling
Piston Kaleng 30:70 40:60 50:50:00
b 17070 26687.2 18864.6 18083.6 22923.8
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
Str
eg
ht
J/M
Impact Test untuk Pengujian Bahan Kaleng bekas, Piston bekas,
campuran 50:50 %, 30: 70 %, Dan 40:60%,
41
bagus dibandingkan dengan semua spesimen campuran yang diujikan,hal itu
ditunjukan dengan nilai streght tertinggi yaitu 22923 J/mm2
4.3.1 Data Hasil Pengujian Struktur Mikro (Metallugraphy Test)
Pengujian metalografi dilakukan untuk mengetahui mikrostruktur pada
permukaan spesimen uji, pengujian ini menggunakan Reflected Metallurgical
Microscope , berikut ini adalah foto-foto hasil pengujian metalografi pada spesimen
uji kaleng bekas, piston bekas, campuran 30:70%, 40:60%, 50”50%.
Gambar 4.3. Struktur Micro Pada Pembesaran 200 kali pada pengecoran bahan
kaleng bekas
Gambar 4.4. Struktur Micro Pada Pembesaran 200 kali pada pengecoran bahan
Piston bekas
Molekol Aluminium
Porositas
Porositas
Molekol Aluminium
42
Gambar 4.5. Struktur Micro Pada Pembesaran 200 kali pada pengecoran campuran
perbandingan 30: 70 %,
Gambar 4.6. Struktur Micro Pada Pembesaran 200 kali pada pengecoran campuran
perbandingan 40: 60 %,
Molekol Aluminium
Porositas
Porositas
Molekol Aluminium
43
Gambar 4.7. Struktur Micro Pada Pembesaran 200 kali pada pengecoran campuran
perbandingan 50: 50 %,
4.3.2 Analisa Pungujian Struktur mikro
Data pengamatan metalugrafi struktur mikro dengan pembesaran 200x pada
permukaan spesimen uji AlMg-Si yang berupa foto menujukan bahwa terdapat
bagian yang terang atau mengkilat adalah molekol aluminium dan pada bagian yang
gelap atau seperti berongga adalah porositas, dimungkinkan terbentuknya
kekosongan porositas adalah dikarenakan 1) unsur silkon yang ada jumlahnya
sedikit sehingga tidak mampu mengaliri semua rongga yang ada, 2)proses
pembekuan AlMg-Si cair yang terjadi dalam waktu yang bersamaan, sehingga
proses feeding saat pembekuan tidak terjadi dengan baik, opsi lainya dimungkinkan
karena pada saat pengecoran temperatur tuang yang tinggi dan tebal cetakan yang
menyebabkan proses pembekuan jadi lambat. Secara teori kerapatan antar molekul
dan bentuk molekul dapan menentukan nilai kekerasan suatu bahan coran. Pada data
foto melatalugrafi spesimen diatas menunjukan bahwa hasil foto pada sepesimen uji
campuran 40:60% memiliki kerapatan yang lebih baik dan molekul cenderung
berbentuk pipih, gambar 4.6.
Porositas
Molekol Aluminium
44
4.4.1 Data Pengujian Komposisi
Tujuan dilakukannya pengujian komposisi yaitu untuk mengetahui
perbandingan jumlah kandungan unsur paduan yang ada didalam spesimen uji kaleng
bekas, piston bekas, campuran 30:70%, 40:60%, dan 50:50%. Dengan mengetahui
kandungan unsur paduan pada setiap spesimen, maka kita dapat memahami adanya
perbedaan sifat mekanik pada masing-masing spesimen uji. Adapun data dari hasil
pengujian komposisi spesimen uji kaleng bekas, piston bekas, campuran 30:70%,
40:60%, dan 50:50% adalah sebagai berikut:
Tabel.4.3.
Data hasil uji komposisi pada spesimen uji kaleng beka , piston bekas, campuran
30:70%, 40:60%, dan 50:50%.
No
Unsur
Kimia
Kaleng
Bekas
Piston
Bekas
50: 50 40:60 30:70
1. Al 87.8 86.6 84.5 87.2 87.8
2. Si 0.811 0.621 0.636 0.310 0.411
3. Fe 0.912 1.28 1.42 1.58 1.24
4. Cu 0.302 0.337 0.353 0.375 0.358
5. Mn 0.436 0.136 0.179 0.231 0.208
6. Mg 0.597 0.461 0.463 0.473 0.487
7. Zn 1.76 1.53 1.66 1.56 1.66
8. Cr 0.212 0.0382 0.244 0.0447 0.189
9. Ni 0.248 0.262 0.315 0.320 0.251
10. Ti 0.107 0.197 0.153 0.165 0.152
11. Be 0.0003 0.0003 0.0003 0.0004 0.0003
12. Ca 0.0162 0.0161 0.0150 0.0119 0.0378
13. Li 0.00030 0.0037 0.00031 0.0037 0.0031
14. Pb 0.305 0.363 0.305 0.334 0.330
15. Sn 0.250 0.250 0.250 0.250 0.250
16. Sr 0.0037 0.0128 0.0041 0.0053 0.0043
17. V 0.0548 0.0615 0.0041 0.0635 0.0419
18. Na 0.0312 0.0311 0.0352 0.0315 0.0302
19. Bi 0.0452 0.0927 0.0297 0.110 0.0378
20. Zr 0.100 0.134 0.0694 0.136 0.108
21. B 0.0250 0.0250 0.118 0.0250 0.0250
22. Ga 0.600 0.0600 0.0250 0.0600 0.0600
23. Cd 0.0033 0.0074 0.0600 0.0076 0.0070
24. Co 0.0010 0.0020 0.0238 0.0372 0.0010
25. Ag 0.0010 0.0203 0.0010 0.0010 0.0312
26. Hg 0.0010 0.0010 0.0290 0.150 0.0010
27. In 0.150 0.150 0.0010 0.600 0.150
28. Sb 0.600 0.600 0.150 0.0030 0.600
29. P 0.0030 0.0138 0.600 0.0030 0.0075
30. As 0.0030 0.0030 0.0194 0.0030 0.0265
31. Ce 0.0500 0.0500 0.0030 0.0500 0.0500
32. La 0.0350 0.0350 0.0350 0.0350 0.0350
45
Pada Tabel 4.3.Menunjukan data hasil pengujian komposisi, dimana dari
data tersebut menunjukan kandungan Al pada setiap spesimen adalah sebagai
berikut,
Kaleng bekas : AL = 87,8%
Piston bekas : AL = 86,6%
Campuran 50:50% : AL = 84,5%
Campuran 40:60% : AL = 87,2%
Campuran 50:50% : AL = 87,8%
Grafik berikut ini menunjukan perbedaan kandungan unsur paduan pada
spesimen uji kaleng bekas, piston bekas, campuran 30:70%, 40:60%, dan 50:50%
yang diambil dari data Tabel 4.3. Namun pada grafik berikut hanya menampilkan
unsur paduan utama yang terkandung dalam setian spesimen uji, yaitu : Si, Fe,Cu,
Mn, Mg, dan Zn. Tetapi unsur Al sengaja tidak dimasukan dalam grafik, hal ini
dilakukan penulis untuk mempermudah dalam pembacaan grafik.
Gambar 4.8. Grafik uji komposisi
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
2
Kaleng Piston 30/70 40/60 50/50
Si
Fe
Cu
Mn
Mg
Zn
46
4.4.2 Analisa Pengujian Komposisi
Dari data diatas dapat dianalisa bahwa:
1. Spesimen kaleng bekas memiliki nilai streght 26687,2 J/mm2 lebih tinggi
dari spesimen piston kaleng bekas 17070 J/mm2. Hal itu disebabkan karena
kandungan unsur Zn, dan Si pada spesimen kaleng bekas nilainya lebih tinggi
dari yang ada pada spesimen piston bekas. Namun spesimen piston bekas
memiliki nilai kekerasan 39HRB lebih tinggi dari spesimen kaleng bekas
17.4HRB, hal ini dikarenakan kandungan Fe pada spesimen piston bekas
lebih tinggi dari spesimen kaleng bekas.
2. Pada spesimen uji campuran 30:70% memiliki nilai kekerasan 39.58HRB hal
ini menunjukan spesimen uji campuran 30:70% lebih keras dari spesimen uji
piston bekas, dimana kandungan Zn dan Mg pada spesimen campuran
30:70% lebih tinggi dari spesimen uji piston bekas. Akan tetapi pada
spesimen campuran 30:70% memiliki streght 18864,60 J/mm2 yang lebih
rendah bila dibandingkan dengan spesimen uji kaleng bekas, berdasarkan
data uji komposisi kandungan Zn dan Si pada spesimen campuran 30:70%
lebih rendah dari spesimen uji kaleng bekas.
3. Kombinasi unsur Fe dan Zn yang cukup tinggi dan seimbang yang
terkandung dalam spesimen uji campuran 40:60% menjadikan spesimen ini
memiliki nilai kekerasan yang paling tinggi,yaitu 42.1HRB.
4. Kemampuan terhadap penyerapan energi dampak paling bagus diantar
spesimen campuran, yaitu pada spesimen campuran 50:50% dengan nilai
streght 22923 J/mm2.,karena didalamnya terdapat kombinas unsur paduan Zn
dan Fe yang cenderung lebih tinggi dibanding dengan spesimen uji campuran
lainya.
47
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan analisa data yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam penelitian ini specimen bahan uji kaleng bekas yang merupakan bahan baku
utama dalam pembuatan alat rumah tangga, memiliki nilai kekerasan 17,4HRB dan
nilai Streght 26687,2 J/mm2
. Sedangkan spesimen uji piston bekas adalah sebagai
bahan campuran, yang memiliki nilai kekerasan lebih tinggi yaitu 39HRB, namun
nilai streghtnya lebih rendah yaitu 17070 J/mm2.
2. Pada spesimen campuran 30:70% nilai kekerasanya 39,58HRB dan nilai streght
18864 J/mm2
, spesimen uji campuran 40:60% nilai kekerasanya 42,1HRB dengan
nilai streght 18083,6 J/mm2, dan campuran spesimen uji 50/50% nilai kekerasanya
28,9HRB dengan nilai streght 22923,8 J/mm2 .
3. Dari data penelitian menunjukan bahwa semua spesimen uji campuran mengalami
peningkatan kekerasan bila dibandingkan dengan spesimen uji kaleng bekas, nilai
kekerasan tertinggi adalah spesimen uji campuran 40:60%. Sedangkan nilai streght
dari semua spesimen uji campuran mengalami penurunan bila dibandingkan dengan
nilai streght spesimen uji kaleng bekas. Nilai streght tertinggi diantara spesimen uji
campuran adalah dari spesimen uji campuran 50:50% .
5.2 Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan,ada beberapa saran yang diharapkan berguna
bagi penelitian selanjutnya dan bagi CV.Asia Jaya yang berkaitan dengan penggunaan
bahan baku kaleng bekas dengan tambahan material piston bekas diantaranya:
1) Dilakukan percobaan pembuatan alat rumah tangga dengan pemanfaatan kaleng dan
piston bekas sebagai bahan baku pada proses pengolahan produk pembuatan alat
rumah tangga, sesuai dengan data hasil penelitian yang sudah dilakukan untuk bisa
memperbaiki kualitas bahan yang diproduksi.
48
2) Perlu dilakukan percobaan memasak dengan peralatan rumah tangga yang
menggunakan bahan kaleng dan piston bekas, untuk melihat sejauh mana
kemampuan peralatan tersebut didalam penggunaanya.
3) Untuk dilakukan penelitian lanjutan tentang variasi temperature pengecoran bahan
kaleng dan piston bekas terhadap hasil pengecoran dan kwalitas hasil pengecoran.
49
DAFTAR PUSTAKA
American Foundry’s Society, 1992, Proceedings of 3rd International Conference
of Molten Aluminum, Orlando, Florida.
ASM International, 1993, ASM Specialty Handbook: Alumunium and Alumunium
Alloys, Ohio.
ASTM Standards, 2003, Metal Test Methods and Analytical Procedures, volume
03.01, West Conshohocken United States.
Britnell, D.J. and Neailey, K., 2003, Macrosegregation in Thin Walled Castings
Produced Via the Direct Squeeze Process, Journal of Material Processing
Technology vol. 138, pp. 306-310.
Budinski., 2001, Engineering Materials Properties and Selection, PHI New
Casting Process based on the Taguci Method”, Proc. I Mech E Vol. 216
Part B: J. Engineering Manufacture
Colangelo, V.J., 1995, Analysis of Metallurgical Failures, 2nd Edition, John
Wiley & Sons, Singapore
Choi, J.I., Park, H.J., Kim, J.H., Kim, S.K., 2005, A Study on Manufacturing of
Callister, W., 2001, Fundamental of Materials Science and Engineering,
John Wiley & Son Inc Campbell, J., 2000, “Casting”, Birmingham
Chen, Z. W., 2003, Skin Solidification During High Pressure Die Casting of Al-
11Si-2Cu-1Fe Alloy, Materials Science and Engineering A348, pp.145-
153.
Doehler, H., Die Casting, McGraw Hill Book Company, New York.
Duskiardi, Tjitro, S., 2002, Pengaruh Tekanan dan Temperatur Die Proses
Squeeze Casting terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro pada Material
Piston
Durrant, G., Gallerneault, M., Cantor, B.,1996, Squeeze cast aluminum reinforced
with mild steel inserts, J Mater Science, 31 pp. 589–602.
Jhon E Hatch, Aluminium Properties and Physical Metallurgy, American Society
for Metal, 1984
Kim, W. J., et al 2005, Corrosion performance of plasma sprayed Cast Iron
coatings on Aluminum alloy for automotive component, Surface coating
and Technology, 200 pp 1162-67
50
Lawrence H. Van Vlack, Sriati Djaprie, Ilmu dan Teknologi Bahan, edisi ke 4,
Erlangga, Jakarta, 1986.
McClein, S.T., 1997, A Study of Porosity Quantification Techniques in Aluminium
Alloy Casting, Mississippi
Smallman, RE. Metalurgi Fisik Modern, Gramedia, Jakarta 1991.
SBP Board of Consultan & Engineers, Teknologi of Aluminium Product, Pvt,Ltd,
Delhi 54-59
Tata Surdia dan Shinroku Saito, Pengetahuan Bahan Teknik, Cetakan Ke 3, PT.
Pradnya Paramita, Jakarta 1995.
Surdia, T., dan Chijiiwa K., 1975,Teknik Pengecoran Logam, P.T. Pradnya
Paramita, Jakarta, pp. 13-16.
Surdia, T. dan Saito, S., 1992, Pengetahuan Bahan Teknik, P.T. Pradnya
Paramita, Jakarta, pp. 129-142.
51
LAMPIRAN
FOTO SAAT MELAKUKAN PENGECORAN
Lampiran 1: Bahan baku kaleng bekas Lampiran 2: Tungku peleburan logam
Lampiran 3: Logam cair dan cetakan Lampiran 4: logam hasil coran
52
LAMPIRAN
FOTO SAAT PEMBUATAN SPESIMEN
Lampiran 5: Pembentukan Spesimen Lampiran 6: Penghalusan spesimen
Lampiran 7: Pengukuran Spesimen Lampiran 8: Finising Spesimen
53
LAMPIRAN
FOTO SAAT MELAKUKAN PENGUJIAN DI LAB
Lampiran 9: Uji impac Lampiran 10: Uji kekerasan
Lampiran 11: Uji komposisi Lampiran 12: Uji Struktur mikro