analisa freespan akibat scouring pipa bawah laut · berat pipa itu sendiri, termasuk berat struktur...

20
ANALISA FREESPAN AKIBAT SCOURING PIPA BAWAH LAUT Studi Kasus Dry Gas Pipeline dari HESS (Indinesia-Pangkah) Ltd yang menghubungkan WellHead Platform-A di perairan Madura menuju Gresik Onshore Processing Facility (OPF) (Umar Arif ) , Hasan I 2) , Imam R 3) ) Jurusan Teknik Kelautan Fakultas Teknologi Kelautan Institute Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Keputih Sukolilo – Surabaya 60111 E-mail : [email protected] Abstrak Jalur pipa bawah laut merupakan salah satu infrastruktur transportasi jarak jauh untuk minyak dan gas yang paling efisien untuk pemindahan produksi minyak dan gas baik yang berasal dari eksplorasi di darat, daerah dekat pantai maupun dari laut dalam dengan metode yang efektif dan efisien. Freespan harus mendapat perhatian khusus dalam proses desain pipa bawah laut karena kondisi ini dapat menyebabkan vibrasi atau biasa dikenal sebagai fenomena Vortex Induce Vibration (VIV). Tugas akhir ini adalah melakukan analisa pengaruh VIV pada freespan pipa bawah laut, Data yang digunakan merupakan data pipa Hess (Indonesia- Pangkah) Limited di perairan Ujung Pangkah, berdasarkan code yang mengacu pada ASME B31.8 untuk analisa statis dan DnV RP F105 untuk analisa dinamis. Dari hasil analisa, maka diperoleh kedalaman scouring pada pipa bawah laut adalah: 0.0099 m, 0.011m, 0.012 m, 0.014 m,0.049 muntuk tiap KP dengan panjang span yang diijinkan adalah panjang span yang terpendek dari perhitungan, yaitu 21.28 m, 22.41 m, 22.34 m, 18.04 m, 19.41 m, 19.65 m, 20.17 untuk KP yang sama. Sedangkan Dari hasil analisa VIV diketahui bahwa frekuensi natural span pada pipa lebih besar dari frekuensi vortex. Aliran vortex yang terjadi pada disekitar pipa kurang teratur karena harga Reynold number antara 1.25.10 4 ~ 3.27.10 3 . Hasil ini menunjukkan bahwa pipa akan aman dioperasikan dari osilasi akibat vortex. Kata kunci : freespan, vortex induced vibration, scouring, pipa bawah laut 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi telah dijadikan bagian mendasar pada kebutuhan hidup manusia. Diantara banyak sumber energi yang ada di alam ini, minyak dan gas merupakan sumber energi paling banyak digunakan manusia. Ketergantungan manusia terhadap produk- produk migas yang tidak dapat dihentikan, menyebabkan semakin intensifnya usaha pencarian dan eksplorasi migas di daerah lepas pantai dan laut dalam. Untuk mengakomodasi penyaluran minyak dan gas bumi dari sumur-sumur minyak di Lepas pantai dan di laut dalam maka digunakan jaringan pipa bawah laut sebagai alternatif yang paling mudah, aman, dan efisien. Jalur pipa bawah laut merupakan salah satu infrastruktur transportasi jarak jauh untuk minyak dan gas yang paling efisien untuk pemindahan produksi minyak dan gas baik yang berasal dari eksplorasi di darat, daerah dekat pantai maupun dari laut dalam dengan metode yang efektif dan efisien. Mahalnya konstruksi pipa bawah laut menjadi hal yang diperhitungkan. Oleh karena itu, konstruksi pipa bawah laut harus didesain dan dianalisis dengan baik agar konstruksi tersebut dapat diinstal dan beroperasi dengan baik sesuai dengan tujuannya. Tugas akhir ini akan menganalisa freespan pipa bawah laut. Analisa freespan dilakukan setelah proses inspeksi pasca instalasi. Freespan pipa bawah laut adalah suatu keadaan dimana terbentuk bentangan pipa dengan panjang tertentu memiliki jarak (gap) terhadap seabed. Bentangan bebas pada pipa ini sangat berbahaya terhadap konstruksi pipa

Upload: vunhan

Post on 16-Mar-2019

272 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISA FREESPAN AKIBAT SCOURING PIPA BAWAH LAUT · berat pipa itu sendiri, termasuk berat struktur baja pipa, berat lapisan anti korosi, lapisan selubung beton, beban akibat tekanan

ANALISA FREESPAN AKIBAT SCOURING PIPA BAWAH LAUT

Studi Kasus Dry Gas Pipeline dari HESS (Indinesia-Pangkah) Ltd yang menghubungkan WellHead

Platform-A di perairan Madura menuju Gresik Onshore Processing Facility (OPF)

(Umar Arif), Hasan I

2), Imam R

3))

Jurusan Teknik Kelautan Fakultas Teknologi Kelautan Institute Teknologi Sepuluh Nopember

Kampus ITS Keputih Sukolilo – Surabaya 60111

E-mail : [email protected]

Abstrak

Jalur pipa bawah laut merupakan salah satu infrastruktur transportasi jarak jauh untuk minyak dan gas yang

paling efisien untuk pemindahan produksi minyak dan gas baik yang berasal dari eksplorasi di darat, daerah

dekat pantai maupun dari laut dalam dengan metode yang efektif dan efisien. Freespan harus mendapat

perhatian khusus dalam proses desain pipa bawah laut karena kondisi ini dapat menyebabkan vibrasi atau

biasa dikenal sebagai fenomena Vortex Induce Vibration (VIV). Tugas akhir ini adalah melakukan analisa

pengaruh VIV pada freespan pipa bawah laut, Data yang digunakan merupakan data pipa Hess (Indonesia-

Pangkah) Limited di perairan Ujung Pangkah, berdasarkan code yang mengacu pada ASME B31.8 untuk

analisa statis dan DnV RP F105 untuk analisa dinamis. Dari hasil analisa, maka diperoleh kedalaman

scouring pada pipa bawah laut adalah: 0.0099 m, 0.011m, 0.012 m, 0.014 m,0.049 muntuk tiap KP dengan

panjang span yang diijinkan adalah panjang span yang terpendek dari perhitungan, yaitu 21.28 m, 22.41 m, 22.34

m, 18.04 m, 19.41 m, 19.65 m, 20.17 untuk KP yang sama. Sedangkan Dari hasil analisa VIV diketahui bahwa

frekuensi natural span pada pipa lebih besar dari frekuensi vortex. Aliran vortex yang terjadi pada disekitar

pipa kurang teratur karena harga Reynold number antara 1.25.104

~ 3.27.103. Hasil ini menunjukkan bahwa

pipa akan aman dioperasikan dari osilasi akibat vortex.

Kata kunci : freespan, vortex induced vibration, scouring, pipa bawah laut

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Energi telah dijadikan bagian mendasar pada

kebutuhan hidup manusia. Diantara banyak

sumber energi yang ada di alam ini, minyak

dan gas merupakan sumber energi paling

banyak digunakan manusia.

Ketergantungan manusia terhadap produk-

produk migas yang tidak dapat dihentikan,

menyebabkan semakin intensifnya usaha

pencarian dan eksplorasi migas di daerah

lepas pantai dan laut dalam. Untuk

mengakomodasi penyaluran minyak dan gas

bumi dari sumur-sumur minyak di Lepas

pantai dan di laut dalam maka digunakan

jaringan pipa bawah laut sebagai alternatif

yang paling mudah, aman, dan efisien.

Jalur pipa bawah laut merupakan salah satu

infrastruktur transportasi jarak jauh untuk

minyak dan gas yang paling efisien untuk

pemindahan produksi minyak dan gas baik

yang berasal dari eksplorasi di darat, daerah

dekat pantai maupun dari laut dalam dengan

metode yang efektif dan efisien.

Mahalnya konstruksi pipa bawah laut menjadi

hal yang diperhitungkan. Oleh karena itu,

konstruksi pipa bawah laut harus didesain dan

dianalisis dengan baik agar konstruksi tersebut

dapat diinstal dan beroperasi dengan baik

sesuai dengan tujuannya.

Tugas akhir ini akan menganalisa freespan

pipa bawah laut. Analisa freespan dilakukan

setelah proses inspeksi pasca instalasi.

Freespan pipa bawah laut adalah suatu

keadaan dimana terbentuk bentangan pipa

dengan panjang tertentu memiliki jarak (gap)

terhadap seabed. Bentangan bebas pada pipa

ini sangat berbahaya terhadap konstruksi pipa

Page 2: ANALISA FREESPAN AKIBAT SCOURING PIPA BAWAH LAUT · berat pipa itu sendiri, termasuk berat struktur baja pipa, berat lapisan anti korosi, lapisan selubung beton, beban akibat tekanan

itu sendiri, yang nantinya mengakibatkan

kerusakan. Bending diakibatkan beban statis

yang timbul pada pipa. Sementara itu beban

siklis berakibat pipa terkena beban dinamis.

Fenomena vortex shedding ditimbulkan akibat

beban dinamis, dimana disebabkan

getaran/osilasi pada pipa. Oleh karena itu

perlu dilakukan suatu evaluasi atau analisa

terhadap freespan yang terjadi.

Analisis freespan dilakukan dalam tiga

kondisi yaitu, kondisi instalasi, kondisi

hidrotes, dan kondisi operasi. Perbedaan untuk

masing-masing kondisi ini terdapat pada jenis

pengisi pipa, kondisi korosi pada pipa, dan

gaya lingkungan yang terjadi. Pada kondisi

instalasi, bagian dalam pipa masih berisi udara

dengan densitas sama dengan nol, pipa belum

dipengaruhi oleh korosi, dan gaya lingkungan

yang digunakan adalah gaya lingkungan

dengan periode ulang satu tahun. Pada kondisi

hidrotes, bagian dalam pipa terisi dengan air

sehingga berat jenis pengisi pipa adalah berat

jenis air laut. Tebal pipa belum berkurang

karena belum terkena korosi. Gaya

lingkungan yang digunakan adalah gaya

lingkungan dengan periode ulang satu tahun.

Pada kondisi operasi, bagian dalam pipa sudah

terisi gas sehingga berat jenis pengisi pipa

adalah berat jenis gas pengisi pipa. Tebal pipa

masih belum berkurang karena belum terkena

korosi dan gaya lingkungan yang digunakan

adalah gaya lingkungan dengan periode ulang

seratus tahun. Pada setiap kondisi akan

dianalisa freespan pada pipa akibat beban

statis, sehingga dapat ditentukan panjang span

yang diijinkan agar tegangan yang terjadi

tidak lebih dari tegangan yang diijinkan.

Selain beban statis juga dianalisa freespan

akibat beban dinamis sehingga dapat

ditentukan panjang span yang diijinkan agar

frekuensi natural pipa tidak sama dengan

frekuensi beban yang mengenai freespan.

1.2. Permasalahan Permasalahan yang diangkat dalam Tugas Akhir ini

adalah

1. Berapa kedalaman scouring pada pipa bawah

laut?

2. Berapa besar vortex yang terjadi?

3. Berapa panjang span maksimum yang diijinkan?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari tugas akhir

ini adalah

1. Mengetahui kedalaman scuring untuk

menentukan bentangan bebas.

2. Mengetahui besar vortex yang terjadi.

3. Mengetahui panjang bentagan bebas yang

diijinkan agar tidak terjadi osilasi.

1.4. Manfaat Manfaat yang akan diperoleh dari tugas akhir

ini, yaitu:

1. Dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam perancangan instalasi

pipa bawah laut.

2. Dapat mengantisipasi atau menghindari

terjadinya kegagalan pada pipa bawah laut

akibat gerakan osilasi pada pipa

2. DASAR TEORI

2.1. Metode Risk Based freespan pada pipa bawah laut dapat terjadi ketika

kontak antara pipa dan seabed hilang dan memiliki

jarak pada permukaan seabed (Boyun Guo, 2005).

Freespan pada pipa dapat terjadi karena (DnV,

2002) :

• Permukaan seabed yang tidak merata.

• Perubahan kontur dasar laut ( akibat scouring,

sand waves )

• Support buatan.

Adanya freespan pipa ini membutuhkan sebuah

analisa. Hal ini karena pada freespan pipa bekerja

gaya-gaya. Pada freespan pipa harus cukup kuat

melawan (Mikael et al, 2005) :

• excessive yielding

• fatigue

• buckling

• ovalisasi

Page 3: ANALISA FREESPAN AKIBAT SCOURING PIPA BAWAH LAUT · berat pipa itu sendiri, termasuk berat struktur baja pipa, berat lapisan anti korosi, lapisan selubung beton, beban akibat tekanan

Metode analisa span dibagi dua bagian, dan

masing-masing memiliki 2 tahapan, dan terdiri dari

analisa tegangan awal dan cek frekuensi getaran,

kemudian diikuti oleh analisa regangan serta

analisa kelelahan apabila diperlukan ( Kaye et al,

1994). Dalam jurnal yang sama, Kaye et al (1994),

mengatakan bahwa resiko kerusakan pada freespan

pipa dapat terjadi dalam dua mekanisme yang

terpisah, yang pertama adalah akibat bending yang

berlebih karena beban hidrodinamis dan berat pipa

itu sendiri, atau kerusakan akibat fatigue dalam

kurun waktu panjang.

Analisa freespan akan menghasilkan berapa

panjang freespan yang diijinkan agar tegangan

yang terjadi pada freespan tidak melebihi tegangan

yield material pipa. Aliran dari gelombang dan arus

yang timbul di sekitar pipa, timbul pusaran yang

menghasilkan distribusi tekanan. Pusaran ini

menghasilkan osilasi/getaran pada pipa. Jika

frekuensi dari pusaran ini mendekati frekuensi

natural pipa, maka terjadi resonansi, dan inilah

yang menyebabkan kelelahan pada pipa (Yong Bai,

1981)

Gambar 2.1. Freespan pada Pipa Bawah Laut

(Bai, 1981)

Gambar 2.2. Macam-macam Kondisi Freespan (

Kenny, 1993)

2.2 Berat Pipa Terendam

Berat pipa terendam dapat dihitung

berdasarkan material pipa yang diketahui.

Persamaan untuk mendapatkan berat pipa

terendam adalah :

Dimana :

D = Diameter nominal pipa

Di = Diameter internal pipa

Do = Diameter external pipa

De = Diameter pipa ditambah lapisan anti

korosi

ρs = massa jenis pipa

ρe = massa jenis lapisan anti korosi

ρc = massa jenis selubung beton

ρl = massa jenis kandungan pipa

ρw = massa jenis fluida

g = gravitasi bumi

Berat pipa terendam terdistribusi secara

merata sepanjang pipa, khususnya untuk pipa

berat, akan sangat berpengaruh dalam

penentuan on bottom stability dan perilakunya

terhadap span.

2.2.3 Beban Gelombang

Mengacu pada subbab diatas, beban

hidordinamis yang terjadi pada pipa adalah

beban gelombang dan arus.

- Penentuan Teori Gelombang

Teori gelombang yang akan digunakan dalam

perancangan dapat ditentukan dengan

menggunakan formulasi matematika dari teori

gelombang linier sebagai berikut :

2

gT

H dan

2

gT

d

(2.2)

setelah mendapatkan harga dari kedua

formulasi tersebut, kemudian disesuaikan

dengan grafik ”Region of Validity”, seperti

terlihat pada gambar 2.1, sehingga diperoleh

teori gelombang yang dipakai.

Page 4: ANALISA FREESPAN AKIBAT SCOURING PIPA BAWAH LAUT · berat pipa itu sendiri, termasuk berat struktur baja pipa, berat lapisan anti korosi, lapisan selubung beton, beban akibat tekanan

Gambar 2.3 Grafik Region of Validity of Wave

Theories (Mousselli, 1981)

2.3 Jenis-jenis Pembebanan

Menurut Kenny (1993), beban yang bekerja pada

pipa dibagi menjadi 2 kategori, antara lain :

a. Functional Load

Beban fungsional in merupakan beban yang bekerja

pada pipa sebgai kaibat dari keberadaan pipa itu

sendiri tanpa dipengaruhi oleh beban lingkungan.

Beban fungsional antara lain adalah beban dari

berat pipa itu sendiri, termasuk berat struktur baja

pipa, berat lapisan anti korosi, lapisan selubung

beton, beban akibat tekanan dalam yang diberikan

pada pipa, beban akibat suhu yang cukup tinggi di

dalam pipa, serta beban akibat sisa instalasi.

b. Environmental Load

Beban ini bekerja pada pipa akibat adanya kondisi

lingkungan yang terjadi. Untuk beban pada pipa

bawah laut, tentunya yang mempengaruhi adalah

beban gelombang dan arus. Untuk mendapatkan

data beban lingkungan yang tentunya bersifat acak,

maka data yang digunakan untuk analisa adalah

data dengan periode ulang (return period). Periode

ulang merupakan data rata-rata beban yang terjadi.

2.3.1 Berat Pipa Terendam (Submerged Weight)

Berat pipa terendam dapat dihitung berdasarkan

material pipa yang diketahui. Persamaan untuk

mendapatkan berat pipa terendam adalah :

(2.1)

Dimana :

D = Diameter nominal pipa

Di = Diameter internal pipa

Do = Diameter external pipa

De = Diameter pipa ditambah lapisan anti korosi

�s = massa jenis pipa

�e = massa jenis lapisan anti korosi

�c = massa jenis selubung beton

�l = massa jenis kandungan pipa

�w = massa jenis fluida

g = gravitasi bumi

Berat pipa terendam terdistribusi secara merata

sepanjang pipa, khususnya untuk pipa berat, akan

sangat berpengaruh dalam penentuan on bottom

stability dan perilakunya terhadap span.

2.3.2 Beban Gelombang

Mengacu pada subab diatas, beban hidordinamis

yang terjadi pada pipa adalah beban gelombang dan

arus.

- Penentuan Teori Gelombang

Teori gelombang yang akan digunakan dalam

perancangan dapat ditentukan dengan

menggunakan formulasi matematika dari teori

gelombang linier sebagai berikut :

2

gT

H dan

2

gT

d (2.2)

Dengan mengetahui panjang gelombang pada

perairan dalam, maka dapat dihitung panjang

gelombang untuk perairan dengan kedalaman yang

lain. Hasil dari formulasi matematika tersebut

kemudian disesuaikan dengan grafik Daerah

Aplikasi Teori Gelombang “Regions of Validity of

Wave Theories”, seperti terlihat pada gambar 2.3.

sehingga dapat diketahui teori gelombang yang

akan digunakan.

- Komponen Gelombang

Menurut Triatmodjo (1999), panjang

gelombang sebagai fungsi dari kedalaman

untuk teori gelombang Stokes orde 2

diperoleh dari iterasi persamaan berikut:

L

dgTL

π

π

2tanh

2

2

=

(2.3 )

Panjang gelombang dan tinggi gelombang

mula-mula diperoleh dari persamaan berikut

(Triatmodjo, 1999):

2.56,1 TLo =

( 2.4 )

os HKH .=

( 2.5 )

Keterangan :

Page 5: ANALISA FREESPAN AKIBAT SCOURING PIPA BAWAH LAUT · berat pipa itu sendiri, termasuk berat struktur baja pipa, berat lapisan anti korosi, lapisan selubung beton, beban akibat tekanan

L = panjang gelombang pada

kedalaman tertentu (m)

Lo = panjang gelombang awal (m)

g = percepatan gravitasi (m/dt2)

T = periode gelombang (dt)

d = kedalaman perairan (m)

H = tinggi gelombang pada

kedalaman tertentu (m)

Ho = tinggi gelombang awal (m)

Ks = koefisien shoaling /

pendangkalan

- Teori Gelombang

Pada umumnya bentuk gelombang di alam

adalah sangat komplek dan sulit digambarkan

secara matematis karena ketidak linieran, tiga

dimensi, dan mempunyai bentuk random

(Triatmodjo, 1999). Untuk meggambarkan

gelombang tersebut, maka muncullah

beberapa teori gelombang dengan berbagai

pendekatan.

Penentuan teori gelombang yang berlaku

didasarkan pada parameter-parameter berupa

tinggi gelombang, periodenya serta kedalaman

laut yang diamati. Semua parameter tersebut

menjadi acuan untuk penentuan teori

gelombang yang dapat dilihat pada grafik

Region Validity.

Beberapa teori gelombang tesebut antara lain:

• Teori Gelombang Airy

• Teori Gelombang Stokes

• Teori Gelombang Knoidal

• Teori Gelombang Tunggal

- Kecepatan Arus Efektif Yang Bekerja

Pada Pipa

Kecepatan efektif yang bekerja pada pipa

merupakan kombinasi dari kecepatan arus dan

kecepatan gelombang. Hal ini karena scouring

disebabkan oleh arus dan gelombang, maka

kecepatan partikel air efektif yang bekerja

pada pipa dapat diformulasikan:

Ve = Vw + Vc

Dimana: Vw = Kecepatan arus akibat

gelombang normal terhadap pipa (m/s)

Vc = Kecepatan arus steady

normal terhadap pipa (m/s)

- Kecepatan Arus Steady

Kecepatan arus yang bekerja dihitung pada 1

m di atas dasar laut berdasarkan standar teori

gelombang. Hokum pangkat 1/7 biasanya

digunakan untuk memperkirakan kecepatan

horizontal partikel air, seperti dinyatakan pada

Mouselli (1981):

(2.6)

dimana: v = kecepatan horizontal partikel

ketinggian y dari dasar laut (m/s)

v0 = pengukuran kecepatan

horizontal pada tinggi y0 dari dasar laut

Pada persamaan di atas V0 biasanya dihitung

pada ketinggian sekitar 1 m di atas dasar laut.

Pada kenyataanya tergantung dari kekasaran

dasar laut dan Reynolds Number. Sehingga

kecepatan efektif (Ve) seperti pada Mouselli

(1981), adalah:

( )dyyVD

V

D

e ∫=0

22 1 (2.7)

Setelah mensubtitusi persamaan 2.2 ke dalam

2.3, maka diperoleh kecepatan arus efektif

(Mouselli, (1981):

7/1

00

=

Y

Y

U

U

286.22)/(778.0 c

wew yDxVxV =

Page 6: ANALISA FREESPAN AKIBAT SCOURING PIPA BAWAH LAUT · berat pipa itu sendiri, termasuk berat struktur baja pipa, berat lapisan anti korosi, lapisan selubung beton, beban akibat tekanan

T

Lc =

Lk

π2=

Dimana Vc dan y0 diperoleh dari data, dengan

harga D yang ditentukan maka harga Ve dapat

dicari. Arah arus yang digunakan normal

terhadap pipa. Apabila dalam data arah arus

menunjukkan arah tertentu maka sudut

datangnya perlu diketahui dengan garis

normal pipa. Jadi semua arah diproyeksikan

terlebih dahulu terhadap garis normal pipa,

sehingga di dapat (Soegiono, 1998):

Vn = Vew cos θ (2.9)

- Kecepatan Arus Akibat Pengaruh

Gelombang

Perhitungan kecepatan arus akibat pengaruh

gelombang dilakukan dengan menggunakan

teori gelombang yang berlaku. Pemilihan teori

gelombang dilakukan menurut diagram

validitas teori gelombang (Region of Validity)

Menurut Kinsman (1965), kecepatan arus

akibat pengaruh gelombang berdasarkan

kedalaman tertentu dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:

Dimana: U* = Kecepatan arus akibat

gelombang

c = Celerity gelombang

k = Angka gelombang

L = Panjang gelombang

d = Kedalaman perairan

T = Periode

a = Amplitudo gelombang

H = Tinggi gelombang

Dengan melakukan subtitusi persamaan 2.11

dan 2.12 ke dalam persamaan (2.10) maka

diperoleh persamaan kecepatan arus akibat

pengaruh gelombang berdasarkan kedalaman

adalah:

(2.13)

dimana: δ = wave steepness

δ = L

H (2.14)

- Kecepatan Partikel Efektif dari Patikel

Air

Dalam Mouselli (1981), penentuan kecepatan

horizontal partikel air pada kedalaman tertentu

serta persamaan kecepatan efektif adalah

sebagai berikut:

286.0

0

2

0

2778.0

=

y

DUU e ( 2.15 )

keterangan :

Ue = Kecepatan efektif partikel air pada

ketinggian y0 (m/s)

U0 = Kecepatan horizontal partikel air yang

diketahui pada y0 (m/s)

D = Diameter luar pipa (m)

Y = Kedalaman Laut

y0 = Ketinggian orbit partikel dari seabed

(m)

Arah kecepatan partikel air yang digunakan

adalah normal terhadap pipa. Sehingga jika

kecepatan partikel air datang pada arah

tertentu, maka perlu untuk mengetahui sudut

datang tersebut terhadap arah normal pipa.

Dengan demikian kecepatan normal pipa

kdecakU 222* ..δ=

kdecU 222* ...δπ=

Page 7: ANALISA FREESPAN AKIBAT SCOURING PIPA BAWAH LAUT · berat pipa itu sendiri, termasuk berat struktur baja pipa, berat lapisan anti korosi, lapisan selubung beton, beban akibat tekanan

dapat dinyatakan dalam rumusan sebagai

berikut:

θcos.absN VV = ( 2.16 )

Keterangan :

VN = kecepatan normal (m/dt)

Vabs = kecepatan absolut (m/dt)

- Reynold Number

Bilangan Reynold mengindikasikan bentuk

aliran yang terbentuk dan berhubungan

dengan tahanan suatu benda. Bilangan

Reynold itu sendiri dirumuskan sebagai

berikut:

v

DUR e

e = ( 2.17 )

keterangan:

υ = viskositas kinematis fluida untuk air laut

berkisar 1,2 x 10-6

m2/s

D = diameter luar pipa (m)

Ue = kecepatan efektif partikel (m/dt)

Gambar 2.4 Kecepatan Efektif pada Pipa (Mikael,

2005)

Desainer harus dapat menerapkan nilai

koefisien hidrodinamis sesuai dengan keadaan

sebenarnya di lapangan. Beberapa pihak

mempunyai cara tersendiri dalam menentukan

koefisien hidrodinamis. Salah satunya adalah

koefisien hidrodinamis yang dirumuskan oleh

Mouselli (1981) untuk desain pipa.

2.2.4 Analisa Freespan Dinamis

Pipa bawah laut yang terkena beban

hidrodinamis suatu ketika akan

mengalami`kelelahan, karena akibatkan beban

tersebut yang bersifat siklis. Kelelahan pada

struktur akan memicu terjadinya kegagalan.

Tujuan dari analisa freespan dinamis adalah

untuk menentukan panjang span maksimum

yang diijinkan agar pipa terhindar dari respon-

respon alami yang bisa menyebabkan

kelelahan.

2.2.5 Massa Efektif Pipa

Dalam Yong Bai (1981), persamaan massa

efektif pipa adalah:

Me = Mstr + Mc + Ma (2.18)

Keterangan:

Mstr = Massa stuktur pipa (termasuk

lapisan), kg/m

Mc = Massa kandungan pipa, kg/m

Ma = Massa tambah

dimana Ca = Koefisien massa tambah

2.2.6 Stability Parameter

Dalam Boyun Guo (2005), salah satu bagian

penting dalam menganalisa gerak akibat

vortex adalah parameter kestabilan. Parameter

ini digunakan untuk menentukan respon

maksimal akibat beban hidrodinamis (Kaye, et

al). Persamaannya adalah sebagai berikut:

2

2

D

MK se

δ= (2.19)

keterangan:

Ks = Parameter kestabilan

Me = Massa efektif pipa, kg/m

Page 8: ANALISA FREESPAN AKIBAT SCOURING PIPA BAWAH LAUT · berat pipa itu sendiri, termasuk berat struktur baja pipa, berat lapisan anti korosi, lapisan selubung beton, beban akibat tekanan

δs = Logaritmic decrement ( 0,125 )

ρ = density air laut, kg/m3

D = diameter luar pipa, m

2.2.7 Pipeline Natural Frequency

Dalam Boyun Guo (2005), frekuensi natural

pipa tergantung pada kekakuan pipa, kondisi

ujung span pipa, panjang span, serta massa

efektif dari pipa tersebut. Persamaan ferkuensi

natural pipa adalah sebagai berikut :

42se

e

nLM

EICf

π= (2.20)

keterangan:

fn = frekuensi natural pipa, Hz

Ls = Panjang Span, m

Me = Massa efektif pipa, kg/m

Ce = Konstanta ujung span

dimana Ce = 9.87 ( pin-pin)

Ce = 15.5 (jepit-pin)

Ce = 22.2 (jepit-jepit)

2.2.8 Panjang Span kritis

Sedangkan dalam Boyun Guo (2005), panjang

span kritis atau panjang pipa tanpa support

dimana terjadi osilasi akibat arus adalah

merupakan hubungan antara frekuensi natural

span pipa dan reduced velocity.

Panjang span kritis untuk gerak cross flow

adalah:

e

re

sM

EIDUCL

π2= (2.21)

Panjang span kritis untuk gerak in-flow

adalah:

e

nes

M

EIfCL

π2= (2.22)

keterangan :

Ls = panjang span kritis, m

Ce = Konstanta ujung span

Ur = Reduced Velocity, m/s

D = diameter luar pipa, m

Me = Massa efektif pipa, kg/m

2.2.9 Gerusan (Scouring)

Scouring akan menyebabkan

penurunan kapasitas tahanan pondasi

yaitu tahanan pasif tanah terhadap

gaya lateral dan momen.

Scouring adalah fenomena alam yang

disebabkan oleh aliran air laut.

Peristiwa ini banyak terjadi pada

material tanah lumpur/endapan,

tetapi juga dapat terjadi juga terjadi

pada keadaaan berbatu/berkaranng

dengan kondisi tertentu. Sehingga

dapat disimpulkan pengertian dari

scouring adalah pergerakan dari

tanah dasar laut yang disebabkan arus

dan gelombang yang mana prosesnya

sama seperti erosi dapat juga terjadi

secara proses alami dapat juga

disebabkan elemen struktur yang

dekat dengan dasar laut.

Pergerakan tekanan dasar laut dan

kecepatan dapat menggerus sedimen

dari bawah pipa. Sedikit demi sedikit

sedimen bergerak dari bawah pipa,

pola pergerakan pun berubah,

menghasilkan vortices shed dari

setiap sisi pipa. Vortices dapat

menyebabkan osilasi vertikal dan

horisontal pada pipa (Halliwell,

1986).

2.2.9.1 Estimasi Kedalaman Scouring

Sangat penting mempertimbangkan

keakuratan dalam menghitung

kedalaman maksimum dari scouring

untuk pertimbangan dalam

mendesain suatu struktur. Zaman

Page 9: ANALISA FREESPAN AKIBAT SCOURING PIPA BAWAH LAUT · berat pipa itu sendiri, termasuk berat struktur baja pipa, berat lapisan anti korosi, lapisan selubung beton, beban akibat tekanan

sekarang sudah banyak formulasi

yang dibuat dengan tujuan

menghitung kedalaman scouring

pada tiang jembatan tetapi hanya

sedikit formulasi yang ditemukan

untuk menghitung kedalaman

scouring bawah laut.

Penalitian-penelitian untuk

memprediksi kedalaman scouring

telah banyak dilakukan pada pipa

bawah laut yang terletak pada dasar

laut. Pada Chiew (1997) terdapat

beberapa penelitian untuk

memprediksi kedalaman scouring

menghasilkan formulasi:

1. Technical University of Norway

2. Delf University of Technology

3. Nanyang Technology

University

1. Technical University of Norway

Kjeldsen et. al. (1973) dalam

Chiew (1997) melakukan

percobaan flume di laboraturium

untuk meneliti local scour di

sekitar pipa bawah laut pada

kondisi undirictional current

(arus dalam segala arah) dengan

live-bed condition atau dimana

lingkungan terjadi transportasi

sedimen. Menurut percobaan

kondisi ini sedimen selalu

bertambah ke lubang scouring

dari bagian upstream karena

terjadinya sedimen transpor

pada dasar laut. Chiew dan

Melville (1987) dalam Chiew

(1997) menunjukkan bahwa

kesetimbangan kedalaman

scour pada live-bed condition

akan lebih kecil daripada clear-

water condition. Percobaan ini

menghasilkan formulasi untuk

menghitung kedalaman

scouring:

(2.23)

dimana:

ds : Kedalaman scouring (m)

Vet : Kecepatan arus efektif

pada pipa (m/s)

D : Diameter pipa (m)

g : Percepatan gravitasi

(m/s2)

Persamaan di atas hanya

tergantung dengan kecepatan

aliran dan diameter pipa, tetapi

tidak memperhitungkan

kedalaman dan grain size.

2. Delf University of Technology

Perhitungan kedalaman scouring

selain formulasi dari Norway Delf

University juga mempelajari

makanisme dari kecepatan aliran di

sekitar pipa bawah laut. Delf

University mempelajari perubahan

dari pola aliran di sekitar pipa dan

respon dari sedimen. Bijker dan

Leuwestien (1984) dalam Chiew

(1997) mengatakan bahwa

kedalaman scour tergantung pada

kecepatan undisturbed flow, diameter

pipa, kedalaman, tinggi pipa dari

tingkat dasar laut dan grain size.

8.0

2.02

2972.0 D

g

Vd et

s

=

Page 10: ANALISA FREESPAN AKIBAT SCOURING PIPA BAWAH LAUT · berat pipa itu sendiri, termasuk berat struktur baja pipa, berat lapisan anti korosi, lapisan selubung beton, beban akibat tekanan

04.0

50

78.0

26.02

..2

929.0−

= dD

g

Vd et

s

Dengan masih berdasarkan pada

formulasi dari Kjelsen et. al (1973)

dalam Chiew (1997) yang telah

dijelaskan di atas maka tim ilmuwan

Belanda menemukan formula yaitu:

(2.24)

dimana:

ds : Kedalaman scouring (m)

D : Diameter pipa (m)

Vet : Kecepatan arus efektif pada

pipa (m/s)

d50 : Ukuran butiran tanah (m)

g : Percepatan gravitasi (m/s2)

Ukuran partikel tanah yang

digunakan yaitu d50 yaitu ukuran

diameter butiran partikel tanah atau

diameter yang bersesuaian dengan

50% dari berat total yang lolos dari

ayakan yang ditentukan dari kurva

distribusi ukuran butiran, d50 sering

digunakan untuk menghitung daya

dukung dan stabilitas sedimen,

karena d50 adalah nilai tengah dari

seluruh ukuran butiran tanah,

sehingga dianggap lebih mendekati

dengan karakteristik tanah

sebenarnya.

Kesimpulan utama dari penelitian ini

bahwa kedalaman scour pada

unidirectional current selalu lebih

besar daripada yang di bawah

pengaruh gelombang murni atau efek

kombinasi dari gelombang dan arus

pada tegangan geser dasar laut yang

sama.

3. Nanyang Technological University

Salah satu dari formulasi untuk

menghitung kedalaman scouring

untuk pipa bawah laut adalah

formulasi Nanyang Technological

University yang akan digunakan

dalam tugas akhir ini yang ada dalam

Chiew (1991). Formulasi ini

didasarkan pada kondisi :

1. Clear-water condition, yaitu

kondisi dimana tidak terdapat

tranportasi sedimen upstream

lokasi terbentuknya scouring.

Undistrubed shear stress pada

dasar laut dengan critical shear

stress untuk entrainment

sediment.

2. Scouring terjadi dalam kondisi

unidirectional current akan

memberikan shear stress.

Ketika lubang scouring ada

antara pipa dan dasar laut, aliran

yang datang terpisah menjadi dua

bagian. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan Chiew (1991)

untuk aliran di gap pada aliran

shallow open chennel,

menemukan bahwa jumlah aliran

di gap tergantung pada

kedalaman undisturbed flow

(Yo), diameter pipa (D) dan

kedalaman scouring (ds). Metode

ini dalam perhitungan untuk

memprediksi kedalaman scouring

dengan terlebih dahulu

membandingkan harga Yo/D

yang digunakan mencari untuk

Page 11: ANALISA FREESPAN AKIBAT SCOURING PIPA BAWAH LAUT · berat pipa itu sendiri, termasuk berat struktur baja pipa, berat lapisan anti korosi, lapisan selubung beton, beban akibat tekanan

harga kecepatan total aliran di

gap (q’) dengan menggunakan

grafik, seperti pada gambar di

bawah ini.

Gambar 2.6 Grafik q’ terhadap Yo/D (Chiew, 1997)

Dimana q’ merupakan rasio antara qbot dan qo,

sedang nilai qo dapat dihitung dengan rumus:

eto VxYoq =

(2.25)

dimana :

qo : Debit aliran sepanjang Yo

persatuan panjang ke arah

panjang pipa (m2/det)

Vet : Kecepatan arus efektif yang

bekerja pada pipa (m/det)

Selanjutnya harga kecepatan rata-rata

aliran di bawah pipa dapat ditentukan

dengan mengasumsikan lebih dulu harga

kedalaman scouring, sehingga kecepatan

rata-rata di bawah pipa dan harga bed

shear stress di lubang scouring juga dapat

dihitung, seperti dinyatakan dalam

persamaan di bawah ini:

Kecepatan rata-rata di bawah

pipa:

( ) ests

bot

botd

qV =

(2.26)

dimana:

qbot : Debit aliran yang melewati

gap persatuan panjang ke

arah panjang pipa

(m2/det)

(ds)est: Asumsi kedalaman

maksimal dari scouring

(m)

Bed shear stress pada lubang

scouring:

8

2

bot

bot

Vfρτ =

dimana:

τbot : Tegangan geser pada

lubang scouring (Pa)

f : Faktor gesekan dari

diagram Moody

ρ : massa jenis fluida

(Kg/m3)

Faktor gesekan yang diambil

dari diagram Moody

(Gambar 2.8) berdasarkan

harga kekasaran relative

dibandingkan dengan

Reynold Number dengan

persamaan:

q

o

Y

O

D

d

L

(p

an

SW

L

Page 12: ANALISA FREESPAN AKIBAT SCOURING PIPA BAWAH LAUT · berat pipa itu sendiri, termasuk berat struktur baja pipa, berat lapisan anti korosi, lapisan selubung beton, beban akibat tekanan

(2.28)

(2.29)

Dimana, υ : viskositas kinematis (m2/s)

Gambar 2.8 Diagram Moudy

(Daugherty R.L, 1985)

Terakhir bed shear stress yang telah

dihitung dibandingkan dengan critical

shear stress (τc) yang diambil dari diagram

Shield, dilanjutkan dengan iterasi sampai

nilai τbot = τc.

Gambar 2.9 Critical Shear Stress – d50

(Chiew,1997).

2.2.10 Free Span Akibat Scouring

Span pada pipa dapat muncul karena

lokal scour dari sedimen dasar laut

atau dimana rute pipa melalui dasar

laut yang tidak teratur. Ketika arus

bawah melewati pipa, secara terpisah

vortices terbentuk dari bagian atas

dan bawah pipa. Hal ini

menimbulkan fluktuasi gaya

hidrodinamik dimana dapat

menghasilkan osilasi yang besar atau

span pada arah aliran silang apabila

frekuensi vortex shedding mendekati

span natural vibration.

Kegagalan pipa dimana dapat

disebabkan pergerakan vortex

dapat dicegah apabila frekuensi

vortex shedding adalah cukup

jauh dari frekuensi natural dari

bentangan pipa sehingga osilasi

dinamik pipa dapat diminimalkan.

Frekuensi vortex shedding dapat

dituliskan:

D

VSf

eff

s =

(2.30)

dimana :

fs : frekuensi vortex shedding

S : strouhal number

Veff : kecepatan arus efektif

pada pipa (m/s)

D : diameter pipa (m)

Strouhal number adalah fungsi

dari Reynolds’ number dari aliran

arus. Koefisien drag juga fungsi

dari Reynolds’ number.

Hubungan antara koefisien drag

dengan Strouhal number adalah:

S = 0.21 / (Cd)0.75

(2.31)

sd

d

D

erelativeKekasaran 50==

υsbot dV ×

=Re

Page 13: ANALISA FREESPAN AKIBAT SCOURING PIPA BAWAH LAUT · berat pipa itu sendiri, termasuk berat struktur baja pipa, berat lapisan anti korosi, lapisan selubung beton, beban akibat tekanan

Untuk masalah praktis pipa

biasanya Strouhal number

diambil harga 0,2.

Gambar 2.10 Ilustrasi dari freespan (Mousselli,

1981)

Frekuensi natural dari bentangan

pipa tergantung dari kekakuan

pipa, panjang bentangan pipa dan

kombinasi massa dari pipa,

termasuk muatannya dan massa

tambah sekitar pipa. Frekuensi

natural untuk getaran bentangan

pipa diberikan oleh Mousselli

(1981) sebagai berikut:

M

IE

L

Cf n 2

= (2.32)

dimana :

EI : Kekakuan pipa

L : Panjang bentangan (m)

M : Kombinasi massa pipa (kg/m)

C : Konstanta (tergantung kondisi akhir

pipa)

Sebagai contoh, jika kedua ujung

bentangan bebas pipa diasumsikan

berbentuk tumpuan sederhana maka C

adalah π/2. Jika kedua ujung pipa

diasumsikan diklem, C adalah 3.5.

Kombinasi massa pipa merupakan

gabungan massa pipa di udara dan massa

tambah pipa, dimana massa pipa di udara

adalah total dari massa properties dari pipa

seperti yang dirumuskan dalam Mousselli

(1981):

Mp = ρp . 0,25 . π. ( Do2 – ( Do – 2 tp )

2 )

Mac = ρac . 0,25 . π. ( ( Do + 2 . tac )2

- Do2 )

Mc = ρc . 0,25 . π. ( ( Do + 2 . tac + 2 . tc )2 -

( Do - 2 . tac )2)

Mf = ρf . 0,25 . π. Do2

Ma = Mp + Mc + Mac + Mf

Sehingga kombinasi massa pipa menjadi:

M = Ma + Mtambah (2.38)

Mtambah = ρsw . 0,25 . π. ( DT ) 2 . L (2.39)

Dimana:

Mp : Mass pipa (kg/m)

Mac : Masssa anti corrosion (kg/m)

Mc : Massa concrete coating (kg/m)

Mf : Massa fluida dalam pipa (kg/m)

Ma : Massa pipa diudara (kg/m)

Mousselli (1981) menyatakan bahwa telah

diteliti bentangan pipa mulai berosilasi ketika

frekuensi shedding 1/3 dari frekuensi natural

dari vibrasi bentangan pipa. Untuk tujuan

mendesain pipa perbandingan frekuensi vortex

shedding lebih kecil 0,7 kali frekuensi natural

dari bentangan pipa agar tidak terjadi osilasi.

Jadi dapat dituliskan osilasi tidak muncul

apabila: ns ff 7.0≤ .

3. Metodologi

3.1 Umum

Untuk mencapai penyelesaian masalah dan

mendapatkan hasil yang baik maka dalam

penelitian Tugas Akhir ini digunakan

metodologi sebagai berikut :

Gambar 3.1. Diagram Metodologi

Penulisan Tugas Akhir

Pengumpulan Data

(Data yang diperoleh dari Kerja Praktek)

Pengolahan Data

(Perhitungan data)

Analisa dan Pembahasan

(Pengkajian hasil pengolahan data)

Menarik kesimpulan dari hasil

analisa dan pembahasan

Page 14: ANALISA FREESPAN AKIBAT SCOURING PIPA BAWAH LAUT · berat pipa itu sendiri, termasuk berat struktur baja pipa, berat lapisan anti korosi, lapisan selubung beton, beban akibat tekanan

Pengumpulan Data

Data-data yang digunakan diperoleh dari

kegiatan Kerja Praktek. Komponen-

komponen data yang digunakan adalah

sebagai berikut:

1. Data perairan yang meliputi:

• Kecepatan arus murni atau

undisturbed current velocity yang

terjadi pada lokasi dan juga

kedalaman dari perairan tersebut.

• Tinggi dan periode gelombang

yang terjadi pada lokasi.

2. Data tanah dasar laut (seabed) yang

meliputi:

• Diameter butiran partikel tanah

yang bersesuaian dengan 50%

lolos pada ayakan yang

ditentukan.

• Bathymetri (kontur dasar laut)

sepanjang pipa bawah laut yang

akan ditinjau.

3. Data pipa bawah laut meliputi:

• Diameter pipa, jenis material pipa

dan panjang pipa.

Pengolahan Data

Berdasarkan data-data tersbut dilakukan

perhitungan-perhitungan yang meliputi:

1. Perhitungan kecepatan arus

• Kecepatan arus yang digunakan

adalah kecepatan arus yang

didapat dari data lingkungan,

dimana kecepatan arus akibat

angin yang diukur 1m di atas

seabed. Kemudian dilakukan

perhitungan kecepatan arus

efektif. Langkah-langkah

perhitungan kecepatan arus

steady dan kecepatan efektif arus

steady dapat dilihat pada gambar

3.2.

Gambar 3.2. Diagram perhitungan kecepatan

efektif arus steady

2. Perhitungan kecepatan arus akibat

pengaruh gelombang

• Perhitungan ini dimaksudkan

untuk mengetahui besar

kecepatan arus yang dipengaruhi

oleh gelombang (H), periode

gelombang (T) dan kedalaman

(d). Variabel-variabel tersebut

digunakan pada region of validity

dimana untuk menentukan teori

gelombang yang sesuai dengan

kondisi perairan di lokasi. Setelah

diperoleh teori gelombang

kemudian dilakukan perhitungan

untuk menentukan panjang

Mulai

Kecepatan arus di

lokasi

Vn = V0 cos α

Vmin, Vmean dan

Vmax

max)/(min/22

778,0= vxV meanea

STOP

Page 15: ANALISA FREESPAN AKIBAT SCOURING PIPA BAWAH LAUT · berat pipa itu sendiri, termasuk berat struktur baja pipa, berat lapisan anti korosi, lapisan selubung beton, beban akibat tekanan

gelombang dan cepat rambat

gelombang. Diagram langkah-

langkah perhitungan panjang

gelombang (L) dan cepat rambat

(c) gelombang seperti pada

gambar 3.3, sesuai dengan besar

panjang gelombang dan cepat

rambat gelombang, maka

dilakukan perhitungan kecepatan

arus akibat pengaruh gelombang.

3. Perhitungan kedalaman maksimal

scouring

• Perhitungan ini dilakukan dengan

membagi panjang pipa menjadi 6

Kilometer Poin (KP). Kedalaman

scouring untuk setiap KP

dihitung dengan menggunakan

tiga formulasi; Technical

University of Norway, Delf

University of Technology dan

Nanyang Technological

University. Untuk formulasi

pertama digunakan data

kecepatan arus dan kecepatan

arus akibat gelombang, diameter

pipa dan data bathymetri.

Langkah-langkah yang dilakukan

dapat dilihat pada gambar 3.4.

Formulasi kedua juga

menggunakan data-data yang

sama dengan data-data pada

metode pertama, tetapi ditambah

dengan data diameter butiran

partikel seabed (d50). Langkah-

langkah yang dilakukan dapat

dilihat pada gambar 3.5.

Gambar 3.5. Diagram perhitungan kedalaman

scouring dengan menggunakan

formulasi kedua

Formulasi ketiga dilakukan

dengan menggunakan metode

yang bersifat iterasi

menggunakan data-data yang

sama pada formulasi kedua.

Selain itu pada formulasi ketiga

ditentukan besarnya kedalaman

arus (flow depth) berdasarkan

asumsi dan juga estimasi

kedalaman maksimal scouring.

Langkah-langkah yang dilakukan

dalam perhitungan dapat dilihat

pada gambar 3.6.

Mulai

ds = 0,972

8,0

2,02

2D

g

V et

STOP

Vea dan D

Mulai

ds = 0,929

4,0

50

78,0

26,02

.2

dD

g

V et

STOP

Vea, D dan d50

Gambar 3.4. Diagram

perhitungan kedalaman scouring

dengan menggunakan formulasi

pertama

Page 16: ANALISA FREESPAN AKIBAT SCOURING PIPA BAWAH LAUT · berat pipa itu sendiri, termasuk berat struktur baja pipa, berat lapisan anti korosi, lapisan selubung beton, beban akibat tekanan

Gambar 3.6. Diagram perhitungan

kedalaman scouring dengan

menggunakan formulasi ketiga

4. Perhitungan panjang freespan

(bentangan bebas)

• Perhitungan panjang bentangan

bebas dimulai dengan

perhitungan kecepatan arus

efektif yang bekerja pada pipa di

lokasi terjadinya scouring

digunakan untuk menghitung

frekuensi vortex shedding.

Kemudian dilakukan

penghitungan panjang bentangan

bebas dan frekuensi natural pipa

dengan cara iterais dimana

terdapat syarat fs ≤ 0.7 fn. Nilai

koefisien tumpuan dari bentangan

sebesar 1,57 karena bentangan

pipa diasumsikan ditumpu

dengan tumpuan sederhana.

Langkah-langkah yang dilakukan

dapat dilihat pada gambar 3.7.

IV. Analisa dan Pembahasan

4.1 Data-data

Data yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah

data pipa bawah laut milik Hess (Pangkah-

Indonesia), digunakan untuk distribusi gas dari

Wellhead Platform A di perairan Ujung Pangkah

menuju Gresik Onshore Processing facility (OPF)

seperti pada gambar 4.1

Perhitungan kecepatan arus efektif pada pipa

Kecepatan efektif arus karena gelombang

dirumuskan sebagai berikut:

Arus efektif total merupakan hasil penjumlahan

dari arus efektif yang dihasilkan gelombang dengan

Mulai

q0 = Y1 x Vea

STOP

Vea, D, d50, Y0

qbot = q’ x q0

(q’ dari diagram Y0/D)

Menghitung kecepatan arus di

lubang scouring

( )ests

bot

botd

qV =

f dari diagram Moudy

dsest

cτ dari diagram Shield

2

8

bot

bot

Vfρτ =

cbot ττ =

Tidak

286.22)/(778.0 c

wew yDxVxV =

Page 17: ANALISA FREESPAN AKIBAT SCOURING PIPA BAWAH LAUT · berat pipa itu sendiri, termasuk berat struktur baja pipa, berat lapisan anti korosi, lapisan selubung beton, beban akibat tekanan

arus efektif yang dihasilkan oleh arus steady.

Dengan Vw merupakan kecepatan arus yang bekerja

pada kedalaman y0 yang besarnya 1,2 m dan D

merupakan diameter pipa. Maka Perhitungan

kecepatan efektif arus steady pada pipa dilakukan

dengan menggunakan data 1 tahunan dan 100

tahunan seperti pada table di bawah ini:

D (m) d c H/L Vew

0.4064 30.3 13.66 0.25 0.022 0.089 0.0424

0.4064 35.3 13.66 0.25 0.022 0.0997 0.0464

0.4064 30.3 13.66 0.25 0.022 0.1104 0.0505

0.4064 35.3 13.66 0.25 0.022 0.1246 0.056

0.4064 30.3 13.66 0.25 0.022 0.1389 0.0615

4.2 PERHITUNGAN SCOURING

4.3.1 TECHNICAL UNIVERSITY

OF NORWAY

Kjeldsen et. al. (1973) dalam Chiew (1997)

melakukan percobaan flume di laboraturium

untuk meneliti local scour di sekitar pipa

bawah laut pada kondisi undirictional

current (arus dalam segala arah) dengan

live-bed condition atau dimana lingkungan

terjadi transportasi sedimen. Menurut

percobaan, kondisi ini selalu menghasilkan

penambahan sedimen ke lubang scouring

dari bagian upstream karena terjadinya

sedimen transpor pada dasar laut. Chiew dan

Melville (1987) dalam Chiew (1997)

menunjukkan bahwa kesetimbangan

kedalaman scour pada live-bed condition

lebih kecil daripada clear-water condition.

Percobaan ini menghasilkan formulasi untuk

menghitung kedalaman scouring:

8.0

2.02

2972.0 D

g

Vd et

s

=

Hasil dari perhitungan scouring dengan

menggunakan data 1 tahunan dan 100

tahunan untuk Technical University of

Norway dapat dilihat pada table di bawah:

Tabel 4.9 Perhitungan Scouring Technical

University of Norway (100 y)

D

(inch)

D (m) D0.8

Vet

(m/s)

ds

KP

1 16 0.4064 0.487 0.0111 0.076

2 16 0.4064 0.487 0.0099 0.079

3 16 0.4064 0.487 0.0102 0.082

4 16 0.4064 0.487 0.0111 0.086

5 16 0.4064 0.487 0.0121 0.090

4.3.2 Delft University of Technology

Bijker dan Leuwestien (1984) dalam Chiew

(1997) mengatakan bahwa kedalaman scour

tergantung pada kecepatan undisturbed flow,

diameter pipa, kedalaman, tinggi pipa dari

tingkat dasar laut dan grain size. Dengan

masih mengacu pada formulasi sebelumnya

tetapi dalam formulasi sekarang

ditambahkan variabel diameter butiran tanah

yaitu d50 sebagai faktor yang juga

berpengaruh pada perhitungan kedalaman

scouring yang nilainya 0.03. Hasil dari

perhitungan scouring dengan data 1 tahunan

dan 100 tahunan dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

Tabel 4.10 Perhitungan Scouring Delft University

of Technology (1 y)

D

(inch)

D (m) D0.78

Vet

(m/s)

d50 ds

KP

1 16 0.4064 0.495 0.0462 0.03 0.044

2 16 0.4064 0.495 0.0512 0.03 0.047

3 16 0.4064 0.495 0.0561 0.03 0.048

4 16 0.4064 0.495 0.0631 0.03 0.051

5 16 0.4064 0.495 0.0702 0.03 0.054

4.3.3 Nanyang Technologycal

University (1 y)

Dalam perhitungan ini digunakan

undisturbed flow depth, variasi y0 = 1,06-

1,22 yang diambil berdasar acuan dari

Mouselli (1981). Hasil perhitungannya

dengan menggunakan data 1 tahunan dan

100 tahunan dapat dilihat pada table di

bawah ini:

Tabel 4.11 Perhitungan Scouring Nanyang

Technologycal University (1 y)

KP D (m) Vet (m/s)

dest

(m) d50

(m) f

cτ botτ

1 0.4064 0.0462 0.009 0.03 0.007 0.01 0.01

2 0.4064 0.0512 0.014 0.03 0.0072 0.01 0.01

3 0.4064 0.0561 0.012 0.03 0.0074 0.01 0.01

4 0.4064 0.0631 0.014 0.03 0.0076 0.01 0.01

5 0.4064 0.0702 0.051 0.03 0.0077 0.01 0.01

4 .3 PANJANG BENTANGAN BEBAS

4.4.1 Perhitungan Vortex Sheding (1 y)

Menghitung Vortex Shedding (1 y)

fs = S . Ueff / D Cd = 1.3

Dimana S: = 0.17248915

kde

2 *U

Tabel 4.8 Kecepatan Arus Steady (1 y)

75.0/21.0 dCS =

Page 18: ANALISA FREESPAN AKIBAT SCOURING PIPA BAWAH LAUT · berat pipa itu sendiri, termasuk berat struktur baja pipa, berat lapisan anti korosi, lapisan selubung beton, beban akibat tekanan

Tabel 4.12 Perhitungan Vortex Shedding (1 y)

KP D (m) Vet (m/s) fs

1 0.4064 0.0462 0.0196

2 0.4064 0.0512 0.0217

3 0.4064 0.0561 0.0238

4 0.4064 0.0631 0.0268

5 0.4064 0.0702 0.0298

4.4.2 PERHITUNGAN VORTEX

SHEDDING (100 Y)

Menghitung Vortex Shedding (100 y)

fs = S . Ueff / D Cd = 1.3

Dimana S: = 0.17248915

4.4.3 PERHITUNGAN MASSA PIPA

Dalam analisa frekuensi natural pada pipa

terdapat factor massa total dari pipa

tersebut, maka massa total pipa dihitung

terlebih dahulu.

Mp = ρp . 0,25 . π . (D02 – (D0 – 2 tp)

2)

Mac = ρac . 0,25 . π . (D0 + 2 . tac)2

Mc = ρc . 0,25 . π ( (D0 + 2 . tac + 2 . tc)2 – (D0 – 2 . tac)

2)

Mf = ρf . 0,25 . π . D02

Ma = Mp + Mc + Mac + Mf

Tabel 4.13 Massa Pipa

Mp Mac Mc Mf Mad M

kg/m kg/m kg/m kg/m kg/m kg/m

115.715963 1.3423735 344.7645 3.12 2534 2999.149

115.715963 1.3423735 344.7645 3.12 2674 3139.938

115.715963 1.3423735 344.7645 3.12 2815 3280.727

115.715963 1.3423735 344.7645 3.12 2956. 3421.516

115.715963 1.3423735 344.7645 3.12 3097 3562.305

4.4.4 Perhitungan Frekuensi Natural Pipa

Panjang bentangan bebas yang terjadi

dihitung dengan cara iteratif melalui

perhitungan frekuensi natural pipa dengan

melihat syarat osilasi yang terjadi pada

bentangan bebas dengan syarat. Sedang

frekuensi naturalnya adalah:

M

EI

L

Cfn 2

=

Dimana pada perhitungan konstantan natural

pipa yang diambil 22,2 karena kondisi ujung

bentangan pipa adalah jepit – jepit. Berikut

panjang bentangan bebas dapat dilihat pada

table 4.18.

Tabel 4.14 Perhitungan Panjang Bentangan

Bebas (1 y)

D m

L E , I (1 y) ML4

fn (1 y)

0,7 fn (1 y)

0.406 18 6.02E+05 314838618 1.52 1.07

0.406 19 6.02E+05 409199823 1.34 0.94

0.406 20 6.02E+05 524916302 1.18 0.83

0.406 21 6.02E+05 665419864 1.05 0.73

0.406 22 6.02E+05 834491374 0.94 0.66

4.4 Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan dan setelah

dianalisa berdasarkan kecepatan arus akibat

pengaruh gelombang dan arus steady, maka

diperoleh:

Grafik 4.5a

Grafik Kedalaman Scouring Tanpa Variasi D

Grafik 4.5b

Grafik Kedalaman Scouring Tanpa Variasi D

Gambar 4.5a memperlihatkan bahwa untuk

tiap zona dimana dengan diameter dan hanya

pengaruh dari kecepatan arus efektif dan pada

grafik 4.5b memperlihatkan selain pengaruh

75.0/21.0 dCS =

ns ff 7.0≤

Grafik Kedalaman Scouring Dengan Variasi D

0

0,05

0,1

0,15

0,2

0,25

0,0462292 0,0511631 0,0561306 0,0631343 0,0702158

Kecepatan Arus

Ke

da

lam

an

Sc

ou

rin

g

Norway

Delft

Nanyang

Grafik Kedalaman Scouring Tanpa Variasi D

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

0,0462292 0,0511631 0,0561306 0,0631343 0,0702158

Kecepatan Arus

Ked

ala

man

Sco

uri

ng

Norway

Delft

Nanyang

Page 19: ANALISA FREESPAN AKIBAT SCOURING PIPA BAWAH LAUT · berat pipa itu sendiri, termasuk berat struktur baja pipa, berat lapisan anti korosi, lapisan selubung beton, beban akibat tekanan

keepatan arus juga dipengaruhi oleh variasi

diameter.

Kedalaman scouring maksimal yang

dihasilkan oleh formulai nanyang pada kedua

analisa diatas mempunyai pertimbangan

pengaruh kecepatan efektif yang bekerja pada

pipa. Hal ini dikarenakan kecepatan efektif

pada pipa berpengaruh pada kecepatan

penggerusan sehingga akan mencapai

kedalaman yang maksimal. Dengan nilai

penggerusan maksimal maka akan

menghasilkan panjang bentangan bebas

maksimal pula dan dapat pula menyebabkan

pipa mengalami osilasi sehingga akhirnya

patah.

V Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diproleh dari penelitian dan

analisis pada tugas akhir ini adalah:

1. Formulasi yang sesuai untuk perhitungan

kedalaman scouring adalah formulasi

Nanyang dikarenakan parameternya telah

menggunakan diameter butiran tanah.

Dengan formulasi tersebut diperoleh

kedalamn scouring untuk pipa dengan

diameter 406.4 mm adalah:

Zona I : 0.00999 m

Zona II : 0.011 m

Zona III : 0.012 m

Zona IV : 0.014 m

Zona V : 0.049 m

2. Hasil analisa VIV diketahui bahwa frekuensi

natural span pada pipa lebih besar dari

frekuensi vortex. Aliran vortex yang terjadi

pada disekitar pipa kurang teratur karena

harga Reynold number antara 1.25.104

~

3.27.103. Hasil ini menunjukkan bahwa pipa

akan aman dioperasikan dari osilasi akibat

vortex.

3. Panjang bentangan bebas (freespan)

maksimum yang diijinkan akibat dari

scouring agar tidak terjadi osilasi dengan

pipa berdiameter 406.4 mm adalah: 21.28 m,

22.41 m, 22.34 m, 18.04 m, 19.41 m, 19.65 m, 20.17.

Panjang span yang diijinkan adalah panjang span yang

terpendek dari perhitungan untuk diterapkan di

lapangan.

Page 20: ANALISA FREESPAN AKIBAT SCOURING PIPA BAWAH LAUT · berat pipa itu sendiri, termasuk berat struktur baja pipa, berat lapisan anti korosi, lapisan selubung beton, beban akibat tekanan

IV. DAFTAR PUSTAKA

Andersen et al. (2005). Design and Installation

of Marine Pipelines. Blackwell Science

Limited, Oxford, UK.

American Society Of Mechanical Engineers

(2003). ASME B31.8: Gas Transmission

and Distribution Piping Systems. The

American Society of Mechanical Engineers,

USA.

Bai, Y. (2001). Pipeline and Riser. Elsevier

Science Ltd, Oxford. UK.

DEP 31.40.10.15-Gen. (1997). Analysis of

Spans for Submerged Pipelines. Shell.

Netherland

DNV RP F105. (2002). Recommended

Practices for Freespanning Pipelines. Det

Norske Veritas, Norway.

Guo, Boyun. et al (2005). Offshore Pipelines.

Gulf Profesional Publishing, Burlington.

USA.

J.P. Kenny & Partner Ltd, 1993, “Structural

Analysis of Pipeline Spans”. HSE

Books. USA

Kaye, David et al.(1994). Freespan Analysis,

correction method saves time on North

Sea project. Oil and Gas Journal. Tulsa.

<URL:http://proquest.umi.com/pqdweb>

Wiyono, Agung (2006). Perbandingan Beberapa

Formula Gerusan di Sekitar Pilar.

<URL: http://www.ftsl.itb.ac.id/wp-

content/uploads/2007>

Mouselli, A. H. (1981). Offshore Pipeline

Design, Analysis and Methods. PennWell

Books. Oklahoma.

Naess, A. Almar. (1985). Fatigue Hanbook

Offshore Steel Structure. Trondheim.

Palmer, A.C., 1981, ”Movements Of Submarine

Pipelines close To Platforms”.

Offshore Technology Conference. Houston

Soegiono, (2006), “Pipa Laut”, Airlangga

University Press, Surabaya.

Triatmodjo, B.(1999). Teknik Pantai. Beta

Offset. Yogyakarta

Hertia, Arisanti. (2003), ”Studi Estimasi

Scouring dan Freespans Pada Pipa Bawah

Laut PT. Exxonmobil di Perairan

Tuban,Jawa Timur. Surabaya