analisa-dampak-fertilitas-terhadap-aki-seo
DESCRIPTION
Analisis DampakTRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Buku laporan ini mencoba menganalisis pengaruh program KB dalam menurunkan fertilitas dan dampaknya terhadap upaya menurunkan angka kematian ibu serta faktor-faktor yang mempengaruhi angka kematian ibu di Provinsi Bengkulu Informasi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para penentu kebijakan pengambil keputusan dan pengelola program kesehatan dan program KB khususnya dalam peningkatan upaya kesehatan ibu dan anak
Apabila dihitung dengan menggunakan AKI 228100000KH dan jumlah kelahiran hidup 45 juta pertahun Berarti Setiap tahun ada 10260 kematian ibu Setiap bulan ada 855 kematian ibu Setiap minggu ada 214 kematian ibu Setiap hari ada 8 kematian ibu Setiap 3 jam ada 1 kematian ibu Padahal 80-90 penyebab kematian ibu dapat dicegah dengan teknologi sederhana yang tersedia di tingkat Puskesmas dan jaringannya Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah 4 terlalu yaitu terlalu muda melahirkan (lt20 Tahun) terlalu tua melahirkan (gt35 Tahun) terlalu dekat jarak melahirkan (lt2 Tahun) dan terlalu banyak (gt3)
BKKBN secara berkelanjutan melakukan advokasi dan KIE bahwa dengan mencegah kehamilan berarti mengurangi resiko kematian karena melahirkan BKKBN juga melakukan promosi pengaturan kehamilan sehingga tidak terjadi Unwanted Pregnancy dan aborsi melakukan sosilisasi melahirkan 3 kali atau lebih akan meningkatkan resiko kematian ibu melakukan kegiatan Sosialisasi penggunaan kontrasepsi akan mengurangi resiko kematian ibu anemia karena perdarahan serta sosialisasi mengurangi kehamilan beresiko tinggi dengan mencegah 4 Terlalu
Menurut World Health Organization (WHO) sekitar 88-98 kematian ibu dapat dicegah antara lain dengan peningkatan gizi dan kombinasi antara pendidikan dan status pernikahan pada wanita serta perbaikan pelayanan keluarga berencana Tersedianya alat kontrasepsi dan kemudahan untuk memperoleh pelayanan Keluarga Berencana (KB) mempunyai dampak yang besar pada penurunan AKI
Akhirnya saya ucapkan terima kasih kepada Ikatan Peminat dan Ahli Demografi Provinsi Bengkulu yang telah melakukan kajian analisis Dampak Fertilitas Terhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu Dari analisis ini diharapkan dapat disusun sebuah rancang bangun strategi percepatan penurunan AKI identifikasi faktor dominan formulasi strategi diseminasi dan advokasi sehingga sasaran MDGs tahun 2015 dapat tercapai
Bengkulu Pebuari 2013Perwakilan BKKBN Provinsi BengkuluKepala
Dra Widati MM
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 1
DAFTAR ISI
HalamanAbstrakhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1
I Pendahuluanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 2
II Tujuan Analisishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 4
III Metodologihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 411Metode Perhitunganhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip412Konsep Defenisihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 513Sumber Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 514Kerangka Pikirhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
IV Perkembangan Program KB di Bengkuluhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 811 Perkembangan Peserta KB per Mix Kontrasepsihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 812 Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 913 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkuluhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1214 Perkembangan Angka Kematian Ibudan Bayihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 14
V Hasil dan Pembahasanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1711 Angka Kematian Ibu dan Bayi (AKI) Metode Ken Hillhelliphelliphelliphelliphelliphellip 1712 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Generasi Bahaya Kehamilanhellip 1913 Pemeriksaan Tempat Persediaan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes 20
VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 2211 Faktor Determinan Angka Kematian Ibu dan Bayihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 2212 Analisa Kesenjangan Penyebab Angka Kematian Ibu dan Bayihellip 24
VII Kesimpulan dan Rekomendasihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 2511 Kesimpulanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 2512 Rekomendasihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 25
Lampiran
Strategi 1 Aksesibilitas dan Kualitas Cakupan Pelayananhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26Strategi 2 Pemberdayaan Perempuan dan Keluargahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26Strategi 3 Kemitraan Lintas Sektorhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27Strategi 4 Pendekatan Budayahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27Strategi 5 Kelembagaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 28Diagram Solusi untuk Mengatasi Masalah Penanganan AKIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 29Keterangan Diagramhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 30Referensihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 2
DAMPAK FERTILITAS TERHADAP UPAYA PENURUNAN
KEMATIAN IBU DI PROVINSI BENGKULU
HASIL SDKI DAN SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010
IPADI CABANG BENGKULU
Abstrak
Angka Kematian Ibu (AKI) di Bengkulu masih cukup tinggi upaya untuk menurunkan angka kematian Ibu merupakan tantangan yaitu untuk mencapai sasaran RPJM MDGs dan RPJP Dengan kecenderungan saat ini sasaran akan sulit dicapai sehingga diperlukan upaya percepatan penurunan angka kematian ibu Walaupun angka kematian ibu di Provinsi Bengkulu berada dibawah angka nasional namun angka ini masih sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 yakni menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 kematian per 100000 kelahiran hidup Program KB telah berdampak menurunkan TFR dari 345 pada SDKI 1994 menjadi 22 pada SDKI 2012 Melalui advokasi dan KIE 4 T program KB memberikan kontribusi terhadap penurunan kehamilan terlalu muda dari 41 menjadi 38 Kehamilan dengan jarak terlalu dekat ( kurang 2 tahun) turun dari 127 menjadi 55 dan kelahiran terlalu banyak ( 3 lebih) turun dari 94 menjadi 81 Upaya yang lebih intensif perlu dilakukan pada KIE untuk menurunkan kehamilan pada usia tua karena angkanya meningkat dari 38 menjadi 47( Sumber SDKI 2002 dan 2007)Dari analisis ini diharapkan dapat disusun sebuah rancang bangun strategi percepatan penurunan AKI identifikasi factor dominant menyusun formulasi strategi diseminasi dan advokasi
Kata Kunci KB fertilitas angka kematian ibu
Abstract
Maternal Mortality Rate (MMR) in Bengkulu is still quite high efforts to reduce mother mortality rate is a challenge which is to achieve the Development Plan MDGs and RPJP With current trends the goal will be difficult to achieve so that the necessary efforts to accelerate the reduction in maternal mortality Although maternal mortality in Bengkulu province is under the national average but the number is still very far from the target of the MDGs by 2015 to reduce maternal mortality to 102 deaths per 100000 live births The family planning program has impacted lower TFR of 345 in 1994 to 22 in IDHS IDHS 2012 Through advocacy and IEC 4 T the family planning program contributed to the decline in the pregnancy too young from 41 to 38 Pregnancy at a distance too close (less than 2 years) dropped from 127 to 55 and the birth of too many (3 more) fell from 94 to 81 More intensive efforts need to be done on Information Education and Communication (IEC) to lower the pregnancy at an older age because the figure increased from 38 to 47 (Source IDHS 2002 and 2007)
From this analysis is expected to be drafted a plan to build speed reduction strategy AKI identification dominant factor formulate strategies dissemination and advocacy
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 3
I Pendahuluan
Kematian ibu merupakan salah satu indikator utama yang digunakan untuk mengukur
derajat kesehatan masyarakat di suatu negara Selain itu kematian ibu juga terkait dengan
kematian bayi serta dapat menunjukkan kinerja sistem kesehatan di suatu negara Kematian
ibu merupakan masalah yang penting karena pertama tingkat variasi angkanya sangat
berbeda antar negara menurut beberapa sumber kedua perbedaan yang sangat mencolok
antara negara yang sedang berkembang dengan negara industri
World Health Organization (WHO) memperkirakan tiap tahun terjadi 500000
kematian ibu yang sebagian besar (lebih dari 98 ) terdapat di negara yang sedang
berkembang Diperkirakan angka kematian ibu (AKI) di negara yang sedang berkembang
terjadi 100-200 kali lebih tinggi dibandingkan negara maju (industri) Perbedaan kematian
ibu antara negara maju dengan negara yang sedang berkembang jauh lebih besar dari
perbedaan angka kematian bayi1 ketiga kematian ibu (maternal) kurang lebih sepertiga
hingga setengah nya berusia 15-49 tahun dari total kematian ibu keempat sekitar 88-98
kematian ibu dapat dicegah antara lain dengan peningkatan gizi dan kombinasi antara
pendidikan dan status pernikahan pada wanita serta perbaikan pelayanan keluarga berencana
Tersedianya alat kontrasepsi dan kemudahan untuk memperoleh pelayanan Keluarga
Berencana (KB) mempunyai dampak yang besar pada penurunan AKI Indikator kematian
ibu yang diwakili oleh AKI (rate atau rasio) dipakai sebagai gambaran keberhasilan upaya
peningkatan kesehatan ibu
Definisi kematian ibu menurut WHO adalah kematian yang berkaitan dengan
kehamilan dan persalinan oleh sebab apapun tetapi bukan karena kematian yang disebabkan
kecelakaan atau kelalaian dan terjadi selama kehamilan sampai dengan 42 hari setelah
melahirkan (masa nifas) serta tidak tergantung umur maupun letak kehamilan
Hingga saat ini AKI di Indonesia masih relatif tinggi tertinggi di Asia Tenggara
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986 rasio AKI sebesar 450 per 100000
kelahiran hidup Angka ini sedikit menurun menjadi 421 per 100000 kelahiran hidup pada
tahun 1992 Kematian ibu dapat dibagi dalam dua kelompok pertama kematian obstetrik
langsung sebagai kematian akibat komplikasi pada waktu kehamilan (termasuk kehamilan
melahirkan dan masa nifas) dari perlakuan-perlakuan yang diberikan gejala risiko tinggi
yang tidak terdeteksi dan kesalahan penanganan atau serangkaian kejadian yang diakibatkan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 4
oleh satu atau lebih diantara ketiga faktor tersebut kedua kematian obstetrik tidak langsung
yaitu kematian yang diakibatkan oleh penyakit yang diderita sebelum kehamilan atau
penyakit yang berkembang selama kehamilan bukan karena sebab obtstetrik langsung tetapi
yang diperburuk oleh efek fisiologi kehamilan
Pada umumnya baik di negara berkembang maupun negara maju pencatatan dan
pelaporan kematian ibu selalu di bawah angka yang seharusnya atau selalu under reported
Di negara maju under reporting terjadi akibat kesalahan dalam mengklasifikasi sebab
kematian terutama pada kasus kematian akibat obstetrik tidak langsung yang terjadi pada
masa hamil muda Sedangkan di negara berkembang under reporting terjadi karena registrasi
vital belum berjalan baik Umumnya kematian akibat maternal tidak diketahui kecuali
apabila terjadi pada kehamilan tua atau terjadi pada waktu persalinan Dengan demikian
sampai saat ini belum ada suatu cara yang tepat untuk menilai masalah kesehatan maternal
melalui kematian maternal
Dari uraian diatas upaya penurunan AKI merupakan tantangan besar dalam mencapai
sasaran RPJM MDGs dan RPJP Dengan kecenderungan penurunan AKI saat ini sasaran
akan sulit dicapai sehingga diperlukan percepatan sesuai sasaran MDGs sebesar 102100000
kelahiran hidup
Tabel Skenario Penurunan AKI
Tahun Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Skenario 4Trend SDKI 94-02
Penurunan AKI 47 th
Penurunan AKI 65 th
Penurunan AKI 95 th
2005 262 262 262 2622010 226 207 191 1632015 195 163 140 1022020 168 129 102 642025 145 102 74 40
RPJMN RPJP MDGs
Kondisi saat ini
1 Angka Kematian Ibu 228 per 100000 KH
2 Angka Kematian Balita 44 per 1000 KH
3 Angka kematian bayi 34 per 1000 KH
4 Jumlah Persalinan 26000 ndash 27000 Thn
5 Masih tingginya Unsafe Abortion Thn
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 5
6 Masih tingginya (ASFR) 15-19 thn 351000 perempuan
7 Trend pencapaian 4 Terlalu
- Terlalu muda (3)
- Terlalu tua (47)
- Terlalu dekat (55)
- Terlalu banyak (81)
- Persalinan oleh Nakes 728
- Melahirkan pada faskes 70 (urban)
- Perkiraan persalinan berdasar tempat
- Rumah Sakit 20
- Bidan Praktek Swasta 30
- PuskesmasBidan Pedesaan 50
Sumber SDKI 2007
II Tujuan Analisis
a Mengetahui trend kesertaan ber KB trend fertilitas dan angka kematian ibu di
Bengkulu
b Mengidentifikasi factor dominan penyebab kematian ibu
c Menyusun sebuah rancangan strategi percepatan penurunan AKI
III Metodologi
31 Metode Perhitungan AKI
Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung angka kematian
maternal yaitu metode langsung (direct) maupun tidak langsung (indirect) Metode
langsung dilakukan dengan cara recall atau memanggil kembali ingatan responden
tentang kejadian kematian di dalam rumah tangganya selama beberapa waktu
sebelum sensus Namun angka kematian maternal yang diperoleh dengan metode
langsung diduga belum menggambarkan kejadian kematian maternal sebesarnya
Hal ini sesuai dengan pendapat beberapa ahli kependudukan yang menyatakan
bahwa ukuran-ukuran kematian yang didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai
yang terlalu rendah untuk Indonesia
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 6
Beberapa ahli mengembangkan metode penghitungan kematian khususnya kematian
maternal dengan cara tidak langsung (indirect method) Salah satu cara yang sudah
seringkali digunakan adalah metode General Growth Balance yang digagas oleh
Prof Kenneth Hill yang kemudian disebut metode Ken Hill Dengan menggunakan
metode ini diharapkan angka kematian maternal yang dihasilkan akan lebih
sesuaicocok dengan kejadian yang sesungguhnya Keuntungan lainnya adalah
angka kelengkapan (completeness) cakupan kematian dari hasil sensus atau survei
juga akan diperoleh
32 Konsep Definisi
Kematian maternal didefinisikan sebagai kematian perempuan pada saat
hamil saat melahirkan atau selama 42 hari setelah kehamilan berakhir
(WHO2007) Terdapat dua indikator untuk mengukur kematian maternal yaitu
Angka Kematian MaternalMaternal Mortality Rate dan Rasio Kematian
MaternalMaternal Mortality Ratio Pada umumnya indikator yang digunakan untuk
mengukur kematian maternal adalah rasio kematian maternal
33 Sumber Dataa Hasil Sensus 2010
b Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2002-2003 dan 2007
c Riskesdas 2010
d Podes 2010
34 Kerangka Pikir
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 7
Gambar 31 Kerangka Pikir Penyebab Kematian Ibu
Penyebab langsung
Faktor yg memperburuk
Faktor dasar
Sumber Unicef 2004
Gambar 32 Kontribusi Gizi Pendidikan UKP dan KB dalam Menurunkan AKI
Sumber Kemenkes
Gambar 33 Pengaruh Program KB terhadap AKI Menurut Fortney
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 8
Kematian Ibu
Keterbatasan pengetahuan
Komplikasi saat melahirkan
Status Kesehatan dan gizi
Perlindungan dan perilaku dalam
keluarga
Kebutuhan terhadap tatacara
melahirkan
Akses penggunaan
layanan kesehatan
Ketersediaan SDM
Status perempuan
Perbaikan Gizi
Akses ke pelayanan KB mudah
Pendidikan perempuan
Usia Kawin Perempuan
Peningkatan Kualitas pelayanan KB
AKI Turun
Menurut Fortney program KB berpengaruh terhadap rate atau angka kematian ibu melalui 1) Menunda kehamilan sampai umur 20 tahun atau lebih 2) Memberi peluang untuk menghentikan kehamilan pada umur 35 tahun atau lebih 3) Memperkecil jumlah paritas kehamilan sampai kurang dari 4 (empat) 4) Memperpanjang jarak dari satu kehamilan ke kehamilan berikutnya minimal dua tahun 5) Mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancies) sehingga dapat mengurangi aborsi
Maine et al dengan menggunakan data World Fertility Survey menyatakan bahwa mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan (yang biasanya terjadi pada kelompok risiko tinggi) dapat menurunkan rasio kematian ibu sebesar 5 di Ivory Coast dan 62 di Bangladesh Menurunnya rate atau angka kematian ibu dalam periode mendekati survei sekitar 4 tahun terakhir kemungkinan besar karena keberhasilan meningkatnya pemakaian kontrasepsi yang menunjang faktor-faktor yang dapat menurunkan angka kematian ibu
IV Perkembangan Program KB di Bengkulu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 9
Menunda kehamilan sd umur 20 gt
Penurunan AKI
Berhenti melahirkan umur 35 th
Memperkecil jumlah anak 2
lebih baik
Memperpanjang jarak kehamilan
Mengurangi KTD (unwanted
pregnancies)
Program KB
41 Perkembangan Peserta KB per Mix Kontrasepsi
Tabel 41 Peserta KB per Mix Kontrasepsi SDKI 1997-2012
Hasil SDKI 1997 sampai dengan SDKI 2012 peserta Keluarga Berencana di
Provinsi Bengkulu masih didominasi penggunaan alat kontrasepsi jangka pendek
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 10
seperti suntik dari 469 pada SDKI 1997 menjadi 329 pada SDKI 2012 dan
pil sebesar 130 SDKI 1997 menjadi 111 SDKI 2012 Sedangkan alat
kontrasepsi jangka panjang dengan efektifitas tinggi dari SDKI 2007 dibanding
SDKI 2012 justru turun Pemakaian IUD turun dari 83 ( SDKI 2007) menjadi
34 (SDKI 2012) akseptor Implant turun dari 124 menjadi 90 MOP turun
dari 04 menjadi 00 Turunnya akseptor IUD dari 83 menjadi 34
menunjukkan bahwa program IUD sasi yang telah dicanangkan sejak tahun 2010
belum membawa hasil maksimal
Perlu upaya dan terobosan untuk perbaikan kualitas pemakaian kontrasepsi
yang merupakan salah satu tujuan dari program keluarga berencana Salah satu
ukuran dari kualitas pemakaian adalah efektifitas (kelangsungan) pemakaian
kontrasepsi yang semakin tinggi Alasan putus pakai bisa disebabkan oleh kegagalan
kontrasepsi ketidak puasan terhadap alatcara KB efek samping dan kekurang-
tersediaan alatcara KB Tingkat putus pakai yang tinggi kegagalan alatcara KB dan
pergantian alatcara KB bisa mengindikasikan bahwa diperlukan perbaikan dalam
pemberian konseling tentang pemilihan alatcara KB pelayanan lanjutan dan
penyediaan pelayanan yang lebih luas
42 Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi Tabel 42 Tidak Terpenuhi Sedang Pakai dan Ingin ber KB
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 11
Tabel 42 menunjukkan pada tahun 2012 angka unmet need di Bengkulu mengalami
peningkatan dari 74 menjadi 91 dibanding SDKI 1997 PUS yang sedang
menggunakan alat kontrasepsi turun dari 666 menjadi 642 dan PUS yang ingin ber
KB juga turun dari 758 menjadi 733
Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa wanita berstatus kawin usia 15 ndash 49 yang
tidak terpenuhi keinginan ber KB sedang pakai dan ingin ber KB sebagai berikut
a Kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi PUS yang sebenarnya tidak ingin
punya anak lagi atau ingin menunda kelahiran anak berikutnya tetapi karena
berbagai alasan tidak memakai kontrasepsi
- Untuk menjarangkan kelahiran 40
- Untuk membatasi kelahiran 51
- Jumlah 91
Pasangan usia subur yang tidak ingin anak lagi dan ingin menunda kelahiran
tetapi tidak menggunakan suatu alatcara KB modern (unmet need KB)
merupakan suatu peluang untuk meningkatkan peserta KB karena apabila
kelompok PUS (Pasangan Usia Subur) tersebut dapat di diberikan KIE
(Komunikasi Informasi dan Edukasi) yang memadai dan dapat dilayani dengan
baik maka mereka merupakan calon-calon akseptor KB yang potensial
b Kebutuhan ber KB yang terpenuhi
- Untuk menjarangkan kelahiran 25
- Untuk membatasi kelahiran 392
- Jumlah 642
c Jumlah yang ingin ber KB
- Untuk menjarangkan kelahiran 29
- Untuk membatasi kelahiran 444
- Jumlah 733
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 12
Mengapa pasangan usia subur tidak memakai kontrasepsi hal ini berkaitan
dengan tingkat pengetahuan akses kualitas pelayanan dan ketersediaan kontrasepsi
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan suatu pendekatan KIE dan
peningkatan kualitas pelayanan dan pendekatan perluasan jejaring dengan
memanfaatkan seluruh jaringan yang ada di lini lapangan
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemakaian kontrasepsi antara lain adalah
a Kualitas pelayanan yang baik memiliki peranan yang sangat besar dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerimaan dan kelangsungan
pemakaian kontrasepsi
b Rasa takut terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan
kontrasepsi akan menyebabkan penolakan terhadap pemakaian kontrasepsi
c Keterbatasan distribusi alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat
d Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap berbagai macam kontrasepsi
dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing
e Akses masyarakat terhadap pelayanan kontrasepsi
Alternative kebijakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tingginya
unmet need KB di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut
a Memperkuat KIE dan advokasi KIE dan Advokasi adalah langkah yang
dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang penggunaan berbagai
kontrasepsi serta hasil yang diharapkan dari program KB yang pelaksanaanya
diperlukan koordinasi dengan lintas sector yang terkait
b Refreshingpelatihan bagi petugas penyuluh lapangan
Refreshingpelatihan diperlukan untuk menyegarkan kembali metode-metode
dan pengetahuan antara lain bagaimana memberikan pemahaman kepada
masyarakat khususnya kepada PUS tentang pentingnya revitalisasi program
KB
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 13
c Mengaktifkan kembali kader-kader KB yang ada dilapangan
menghidupkan kembali mekanisme operasional lini lapangan dan
memberikan operasional kader-kader KB di lapangan yang memadai
d Melibatkan Tokoh agama tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam
pengelolaan dan revitalisasi program KB
e Penyediaan sarana yang memadai dan pembinaan berjenjang
43 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkulu
Menurut Davis dan Blake (1956) ada 11 variabel antara yang mempengaruhi
fertilitas Variebel-variebel tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu Variabel
hubungan seks yang terdiri dari usia kawin proporsi yang tidak pernah kawin
perpisahan pada usia kawin karena cerai ditinggal dan menjanda abstinensia
sukarela abstinensia karena terpaksa frekuensi hubungan seks Variebel kedua
adalah konsepsi yang terdiri dari kesuburan biologis pemakaian kontrasepsi
kemandulan disengaja Variebel yang terakhir adalah gestasi yang terdiri dari
keguguran yang tidak disengaja dan pengguguran yang disengaja (Singarimbun
19965)
Variabel-variabel tersebut tidak semuanya dijadikan pendekatan untuk pengendalian
kelahiran di Indonesia Adapun variabel-variabel yang dijadikan pendekatan untuk
pengendalian kelahiran melalui program KB yaitu
a Usia kawin melalui promosi pendewasaan usia perkawinan
b Pemakaian kontrasepsi
c Kemandulan disengaja melalui vasektomi dan tubektomi
a1 Pendewasaan usia perkawinan
Tujuan pendewasaan usia perkawinan selain untuk mengendalikan kelahiran
oleh karena semakin tua usia orang kawin berarti semakin sedikit waktu masa
reproduktif yang dimiliki oleh Pasangan Usia Subur (PUS) juga bermanfaat
untuk mengurangi resiko kehamilan Resiko yang mungkin dapat terjadi pada ibu
yang yang telalu muda untuk hamil antara lain keguguran tekanan darah tinggi
keracunan kehamilan timbulnya kesulitan persalinan bayi berat lahir rendah
membesarnya air seni ke vagina keluarnya gas dan feses ke vagina atau bisa
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 14
kanker leher rahim (BKKBN 20062) Anjuran melalui program KB yang
disarankan dalam pendewasaan usia perkawinan adalah meningkatkan batas usia
perkawinan minimal usia 20 tahun untuk perempuan dan minimal usia 25 tahun
untuk pria (BKKBN 199221)
Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan usia kawin pertama wanita
meningkat antara lain
a Kemiskinan
b Hidup di daerah yang padat
c Pengaruh lingkungan
Michael Thomas Sadier seorang penganut Teori Fisiologis menyatakan bahwa
ldquojika kepadatan penduduk tinggi maka daya reproduksi manusia cenderung
menurun sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah maka daya reproduksi
manusia akan meningkatrdquo (Mantra 200359)
b1 Pengaturan Kelahiran
Pengaturan jarak kelahiran antara anak pertama dengan anak kedua dan
seterusnya selain bertujuan untuk mengendalikan tingkat kelahiran melalui
penjarangan kehamilan juga bertujuan untuk mengurangi resiko negatif terhadap
bayi dan ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat Resiko-resiko yang bisa
terjadi bila kehamilan terlalu dekat antara lain
1 keguguran
2 anemia pada ibu
3 payah jantung
4 bayi bisa lahir sebelum waktunya
5 bayi bisa lahir dengan berat badan rendah
6 bayi bisa cacat bawaan serta tidak optimalnya tumbuh kembang balita
Akan sangat beresiko lagi jika kehamilan yang terlalu dekat terjadi di kalangan
keluarga miskin yang tidak mampu untuk mencukupi gizi pada saat ibu sedang
hamil Jarak kelahiran yang ideal yang dianjurkan melalui program KB minimal
2-3 tahun sehingga untuk kehamilan anak yang kedua secara fisik dan
psikhologis siibu lebih siap (BKKBN 20063)
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 15
Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu
Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an
sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan
sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)
Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung
meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi
22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian
kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan
memperkecil prevalensi kehamilan
44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu
Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu
tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target
yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga
perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102
kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16
Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015
Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-
2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari
sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-
2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih
sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan
sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk
mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan
Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat
terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu
ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait
masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian
Kesehatan2007)
Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi
Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada
masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada
masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga
kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah
syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17
aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya
maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas
2010)
Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu
pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya
Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila
didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka
mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka
kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini
disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya
Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah
wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai
jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil
SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam
periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi
30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81
Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan
belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam
terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode
risiko tinggi
Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )
dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan
kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya
penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin
mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran
antara satu anak dengan anak berikutnya
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18
Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal
TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)
Sumber SDK I 200203 2007
41 38
127
94
3
4755
81
0
2
4
6
8
10
12
14
Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak
SDKI 200203 SDKI 2007
V Hasil dan Pembahasan
Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang
didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu
disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari
rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita
hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat
51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill
Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19
Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu
Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio
(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per
100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR
Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di
bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka
perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan
pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka
kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-
provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010
masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana
pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu
Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak
2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari
2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan
persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen
tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63
kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu
sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada
saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah
melahirkan
Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah
perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari
kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan
masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35
tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35
tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun
hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur
yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun
Perhatikan Tabel 51
Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010
Variabel Persentase
Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal
Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan
Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun
23976
333667
63571365
Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu
faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu
hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda
bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan
bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya
kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan
tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60
persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh
informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif
rendah
52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21
Sumber Riskesdas 2010
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama
kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil
Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan
kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif
tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar
133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51
persen
53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes
Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010
Sumber Riskesdas 2010
Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa
kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi
Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat
rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang
melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22
melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman
adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan
cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan
bayi
Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir
Sumber Riskesdas 2010
Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau
pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan
kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit
infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu
Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu
mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan
masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya
terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa
setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan
harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai
resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan
kematian (Riskedas 2010)
Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih
relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan
menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320
persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi
0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah
melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23
persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu
44 persenPerhatikan Gambar 55
Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan
Sumber Riskesdas 2010
VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI
61 Faktor Determinan AKI
Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu
a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda
bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah
b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)
c Tempat Persalinan 60 di rumah
d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan
e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED
belum mencukupi
Faktor Yang Memperburuk
a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil
b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197
c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24
d Malaria dan TBC HIVAIDS
Penyebab Tidak Langsung
a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga
ndash Kekerasan dan Beban Ganda
ndash Perilaku konsumsi
ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan
ndash Kawin Muda
ndash Pandangan Budaya
b Pemenuhan Hak Reproduksi
ndash Kesertaan KB
ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB
ndash Peran Kesetaraan Pria
c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Faktor Dasar
a Keterbatasan Pengetahuan
ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi
ndash Pendidikan kesehatan reproduksi
ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi
b Status Perempuan
ndash Taraf Pendidikan Perempuan
ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan
ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga
c Kelembagaan
ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan
ndash Posyandu
ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25
62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI
Tabel 61 Analisa Kesenjangan
Yang harusdilakukan
Kebijakan Nasional
Upaya yang dilakukan
Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan
Pemeriksaan kehamilan
K4 90 Askeskin Biaya transportasi
Bantuan biaya transport
Ibu mendapat Pil besi
Pemberian pil besi
Pengadaan buffer stock pil besi
Konsumsi pil besi tidak sesuai
Peningkatan KIE
Persalinan ditolong oleh Nakes
90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk
Pengangkatan Bidan PTT
Persebaran belum merata
Insentif Bidan di daerah terpencil
Peningkatan kualitas dukun
- Kemitraan Bidan dengan Dukun
Kebijakan yang jelas tentang Dukun
Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda
Akses PONEK dan PONED
Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab
Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK
Dukungan peralatan dan tenaga kurang
Ekspansi PONED pelatihan tenaga
Mengurangi KDRT
UU No 232004 tentang penghapusan KDRT
Kampanye dan Sosialisasi
Belum dipahami publik dan penegak hukum
KIE tentang pengurangan KDRT
Ibu melahirkan di usia aman
UU No 1 1974 tentang Perkawinan
Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah
Kampanye KIE pendidikan Kespro
Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi
Unmet need 60
Peningkatan kualitas program KB
Unmet need mencapai 91
Revitalisasi program KB
Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan
Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan
Mendekatkan pelayanan Bidan
Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga
Siswa memperoleh
Kespro bagian dari kurikulum
KIE tentnag Kespro
Kesepakatan dan metode
Pengembangan modul dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26
pengetahuan tentang kespro
penyampaian bahan pelajaran
Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga
Pengarus utamaan gender
Kessempatan kerja bagi perempuan
VII Kesimpulan dan Rekomendasi
71 Kesimpulan
a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345
(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)
b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat
dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41
menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94
menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE
yang lebih intensif terutama diperdesaan)
c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga
penurunan AKI masih terkesan lambat
d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor
e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan
politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif
72 Rekomendasi
1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil
2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga
3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor
4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya
5 Peningkatan kelembagaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27
Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach
- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun
- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi
PemdaDinkesOrganisasi Profesi
Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab
Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK
PemdaDinkes
Pelayanan Antenatal dan Persalinan
Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi
Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT
PemdaDinkes
Pelayanan kesehatan masyarakat miskin
Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua
PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk
PemdaDinkes
Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah
Alokasi dana trasnportBank darah di RS
PemdaDinkesPMI
Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab
Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan
Rata- rata pendidikan perenpuan
DiknasPemda
Status perempuan
Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan
Perangkat hukum Meneg PPPemda
Status sosial ekonomi
Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja
Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Meneg PPPemda
Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28
untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin
meningkat Pemda
Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi
Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN
BKKBN dan Pemda
Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan
Asuransi persalinan dan transportasi
Pemda
Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga
Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat
Kemenkes
Kerjasama kelembagaan
Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga
Menguatnya peran lintas sektor
Lintas sektor
Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program
pendidikan kespro kedalam kurikulum
Metode pengajaran yang tepat
Pemda Diknas BKKBN
Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi
Aturan yang jelas tentang aborsi
Kemenkumham Pemda
Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil
Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan
Kemenag Pemda
Perkawinan usia muda
Optimalisasi batasminimal usia perkawinan
Batas usia minimal perkawinan
Kemenkumham Pemda
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29
Strategi 5 KELEMBAGAAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman
Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD
Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan
Bappenas dan Bappeda
Peraturan per undangan tentang aborsi
Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency
Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency
Lintas Sektor
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30
Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI
SOLUSI MASALAH
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31
Angka kematian Ibu melahirkan tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi
Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi
Kasus ekslampsia yang tidak tertangani
Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi
Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi
Pemantauan selama kehamilan rendah
Pengetahuan ibu masih rendah
Keterampilan tenaga penolong masih kurang
Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi
Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi
Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam
Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi
TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi
bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih
rendah
Pemberian tablet Fe masih kurang
Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan Cakupan bumil
ristikomp yang tertangani tuntas
Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin
Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK
Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes
Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4
Peningkatan cakupan Fe
Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24
jam
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
DAFTAR ISI
HalamanAbstrakhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1
I Pendahuluanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 2
II Tujuan Analisishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 4
III Metodologihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 411Metode Perhitunganhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip412Konsep Defenisihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 513Sumber Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 514Kerangka Pikirhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
IV Perkembangan Program KB di Bengkuluhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 811 Perkembangan Peserta KB per Mix Kontrasepsihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 812 Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 913 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkuluhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1214 Perkembangan Angka Kematian Ibudan Bayihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 14
V Hasil dan Pembahasanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1711 Angka Kematian Ibu dan Bayi (AKI) Metode Ken Hillhelliphelliphelliphelliphelliphellip 1712 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Generasi Bahaya Kehamilanhellip 1913 Pemeriksaan Tempat Persediaan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes 20
VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 2211 Faktor Determinan Angka Kematian Ibu dan Bayihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 2212 Analisa Kesenjangan Penyebab Angka Kematian Ibu dan Bayihellip 24
VII Kesimpulan dan Rekomendasihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 2511 Kesimpulanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 2512 Rekomendasihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 25
Lampiran
Strategi 1 Aksesibilitas dan Kualitas Cakupan Pelayananhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26Strategi 2 Pemberdayaan Perempuan dan Keluargahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26Strategi 3 Kemitraan Lintas Sektorhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27Strategi 4 Pendekatan Budayahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27Strategi 5 Kelembagaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 28Diagram Solusi untuk Mengatasi Masalah Penanganan AKIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 29Keterangan Diagramhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 30Referensihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 2
DAMPAK FERTILITAS TERHADAP UPAYA PENURUNAN
KEMATIAN IBU DI PROVINSI BENGKULU
HASIL SDKI DAN SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010
IPADI CABANG BENGKULU
Abstrak
Angka Kematian Ibu (AKI) di Bengkulu masih cukup tinggi upaya untuk menurunkan angka kematian Ibu merupakan tantangan yaitu untuk mencapai sasaran RPJM MDGs dan RPJP Dengan kecenderungan saat ini sasaran akan sulit dicapai sehingga diperlukan upaya percepatan penurunan angka kematian ibu Walaupun angka kematian ibu di Provinsi Bengkulu berada dibawah angka nasional namun angka ini masih sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 yakni menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 kematian per 100000 kelahiran hidup Program KB telah berdampak menurunkan TFR dari 345 pada SDKI 1994 menjadi 22 pada SDKI 2012 Melalui advokasi dan KIE 4 T program KB memberikan kontribusi terhadap penurunan kehamilan terlalu muda dari 41 menjadi 38 Kehamilan dengan jarak terlalu dekat ( kurang 2 tahun) turun dari 127 menjadi 55 dan kelahiran terlalu banyak ( 3 lebih) turun dari 94 menjadi 81 Upaya yang lebih intensif perlu dilakukan pada KIE untuk menurunkan kehamilan pada usia tua karena angkanya meningkat dari 38 menjadi 47( Sumber SDKI 2002 dan 2007)Dari analisis ini diharapkan dapat disusun sebuah rancang bangun strategi percepatan penurunan AKI identifikasi factor dominant menyusun formulasi strategi diseminasi dan advokasi
Kata Kunci KB fertilitas angka kematian ibu
Abstract
Maternal Mortality Rate (MMR) in Bengkulu is still quite high efforts to reduce mother mortality rate is a challenge which is to achieve the Development Plan MDGs and RPJP With current trends the goal will be difficult to achieve so that the necessary efforts to accelerate the reduction in maternal mortality Although maternal mortality in Bengkulu province is under the national average but the number is still very far from the target of the MDGs by 2015 to reduce maternal mortality to 102 deaths per 100000 live births The family planning program has impacted lower TFR of 345 in 1994 to 22 in IDHS IDHS 2012 Through advocacy and IEC 4 T the family planning program contributed to the decline in the pregnancy too young from 41 to 38 Pregnancy at a distance too close (less than 2 years) dropped from 127 to 55 and the birth of too many (3 more) fell from 94 to 81 More intensive efforts need to be done on Information Education and Communication (IEC) to lower the pregnancy at an older age because the figure increased from 38 to 47 (Source IDHS 2002 and 2007)
From this analysis is expected to be drafted a plan to build speed reduction strategy AKI identification dominant factor formulate strategies dissemination and advocacy
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 3
I Pendahuluan
Kematian ibu merupakan salah satu indikator utama yang digunakan untuk mengukur
derajat kesehatan masyarakat di suatu negara Selain itu kematian ibu juga terkait dengan
kematian bayi serta dapat menunjukkan kinerja sistem kesehatan di suatu negara Kematian
ibu merupakan masalah yang penting karena pertama tingkat variasi angkanya sangat
berbeda antar negara menurut beberapa sumber kedua perbedaan yang sangat mencolok
antara negara yang sedang berkembang dengan negara industri
World Health Organization (WHO) memperkirakan tiap tahun terjadi 500000
kematian ibu yang sebagian besar (lebih dari 98 ) terdapat di negara yang sedang
berkembang Diperkirakan angka kematian ibu (AKI) di negara yang sedang berkembang
terjadi 100-200 kali lebih tinggi dibandingkan negara maju (industri) Perbedaan kematian
ibu antara negara maju dengan negara yang sedang berkembang jauh lebih besar dari
perbedaan angka kematian bayi1 ketiga kematian ibu (maternal) kurang lebih sepertiga
hingga setengah nya berusia 15-49 tahun dari total kematian ibu keempat sekitar 88-98
kematian ibu dapat dicegah antara lain dengan peningkatan gizi dan kombinasi antara
pendidikan dan status pernikahan pada wanita serta perbaikan pelayanan keluarga berencana
Tersedianya alat kontrasepsi dan kemudahan untuk memperoleh pelayanan Keluarga
Berencana (KB) mempunyai dampak yang besar pada penurunan AKI Indikator kematian
ibu yang diwakili oleh AKI (rate atau rasio) dipakai sebagai gambaran keberhasilan upaya
peningkatan kesehatan ibu
Definisi kematian ibu menurut WHO adalah kematian yang berkaitan dengan
kehamilan dan persalinan oleh sebab apapun tetapi bukan karena kematian yang disebabkan
kecelakaan atau kelalaian dan terjadi selama kehamilan sampai dengan 42 hari setelah
melahirkan (masa nifas) serta tidak tergantung umur maupun letak kehamilan
Hingga saat ini AKI di Indonesia masih relatif tinggi tertinggi di Asia Tenggara
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986 rasio AKI sebesar 450 per 100000
kelahiran hidup Angka ini sedikit menurun menjadi 421 per 100000 kelahiran hidup pada
tahun 1992 Kematian ibu dapat dibagi dalam dua kelompok pertama kematian obstetrik
langsung sebagai kematian akibat komplikasi pada waktu kehamilan (termasuk kehamilan
melahirkan dan masa nifas) dari perlakuan-perlakuan yang diberikan gejala risiko tinggi
yang tidak terdeteksi dan kesalahan penanganan atau serangkaian kejadian yang diakibatkan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 4
oleh satu atau lebih diantara ketiga faktor tersebut kedua kematian obstetrik tidak langsung
yaitu kematian yang diakibatkan oleh penyakit yang diderita sebelum kehamilan atau
penyakit yang berkembang selama kehamilan bukan karena sebab obtstetrik langsung tetapi
yang diperburuk oleh efek fisiologi kehamilan
Pada umumnya baik di negara berkembang maupun negara maju pencatatan dan
pelaporan kematian ibu selalu di bawah angka yang seharusnya atau selalu under reported
Di negara maju under reporting terjadi akibat kesalahan dalam mengklasifikasi sebab
kematian terutama pada kasus kematian akibat obstetrik tidak langsung yang terjadi pada
masa hamil muda Sedangkan di negara berkembang under reporting terjadi karena registrasi
vital belum berjalan baik Umumnya kematian akibat maternal tidak diketahui kecuali
apabila terjadi pada kehamilan tua atau terjadi pada waktu persalinan Dengan demikian
sampai saat ini belum ada suatu cara yang tepat untuk menilai masalah kesehatan maternal
melalui kematian maternal
Dari uraian diatas upaya penurunan AKI merupakan tantangan besar dalam mencapai
sasaran RPJM MDGs dan RPJP Dengan kecenderungan penurunan AKI saat ini sasaran
akan sulit dicapai sehingga diperlukan percepatan sesuai sasaran MDGs sebesar 102100000
kelahiran hidup
Tabel Skenario Penurunan AKI
Tahun Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Skenario 4Trend SDKI 94-02
Penurunan AKI 47 th
Penurunan AKI 65 th
Penurunan AKI 95 th
2005 262 262 262 2622010 226 207 191 1632015 195 163 140 1022020 168 129 102 642025 145 102 74 40
RPJMN RPJP MDGs
Kondisi saat ini
1 Angka Kematian Ibu 228 per 100000 KH
2 Angka Kematian Balita 44 per 1000 KH
3 Angka kematian bayi 34 per 1000 KH
4 Jumlah Persalinan 26000 ndash 27000 Thn
5 Masih tingginya Unsafe Abortion Thn
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 5
6 Masih tingginya (ASFR) 15-19 thn 351000 perempuan
7 Trend pencapaian 4 Terlalu
- Terlalu muda (3)
- Terlalu tua (47)
- Terlalu dekat (55)
- Terlalu banyak (81)
- Persalinan oleh Nakes 728
- Melahirkan pada faskes 70 (urban)
- Perkiraan persalinan berdasar tempat
- Rumah Sakit 20
- Bidan Praktek Swasta 30
- PuskesmasBidan Pedesaan 50
Sumber SDKI 2007
II Tujuan Analisis
a Mengetahui trend kesertaan ber KB trend fertilitas dan angka kematian ibu di
Bengkulu
b Mengidentifikasi factor dominan penyebab kematian ibu
c Menyusun sebuah rancangan strategi percepatan penurunan AKI
III Metodologi
31 Metode Perhitungan AKI
Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung angka kematian
maternal yaitu metode langsung (direct) maupun tidak langsung (indirect) Metode
langsung dilakukan dengan cara recall atau memanggil kembali ingatan responden
tentang kejadian kematian di dalam rumah tangganya selama beberapa waktu
sebelum sensus Namun angka kematian maternal yang diperoleh dengan metode
langsung diduga belum menggambarkan kejadian kematian maternal sebesarnya
Hal ini sesuai dengan pendapat beberapa ahli kependudukan yang menyatakan
bahwa ukuran-ukuran kematian yang didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai
yang terlalu rendah untuk Indonesia
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 6
Beberapa ahli mengembangkan metode penghitungan kematian khususnya kematian
maternal dengan cara tidak langsung (indirect method) Salah satu cara yang sudah
seringkali digunakan adalah metode General Growth Balance yang digagas oleh
Prof Kenneth Hill yang kemudian disebut metode Ken Hill Dengan menggunakan
metode ini diharapkan angka kematian maternal yang dihasilkan akan lebih
sesuaicocok dengan kejadian yang sesungguhnya Keuntungan lainnya adalah
angka kelengkapan (completeness) cakupan kematian dari hasil sensus atau survei
juga akan diperoleh
32 Konsep Definisi
Kematian maternal didefinisikan sebagai kematian perempuan pada saat
hamil saat melahirkan atau selama 42 hari setelah kehamilan berakhir
(WHO2007) Terdapat dua indikator untuk mengukur kematian maternal yaitu
Angka Kematian MaternalMaternal Mortality Rate dan Rasio Kematian
MaternalMaternal Mortality Ratio Pada umumnya indikator yang digunakan untuk
mengukur kematian maternal adalah rasio kematian maternal
33 Sumber Dataa Hasil Sensus 2010
b Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2002-2003 dan 2007
c Riskesdas 2010
d Podes 2010
34 Kerangka Pikir
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 7
Gambar 31 Kerangka Pikir Penyebab Kematian Ibu
Penyebab langsung
Faktor yg memperburuk
Faktor dasar
Sumber Unicef 2004
Gambar 32 Kontribusi Gizi Pendidikan UKP dan KB dalam Menurunkan AKI
Sumber Kemenkes
Gambar 33 Pengaruh Program KB terhadap AKI Menurut Fortney
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 8
Kematian Ibu
Keterbatasan pengetahuan
Komplikasi saat melahirkan
Status Kesehatan dan gizi
Perlindungan dan perilaku dalam
keluarga
Kebutuhan terhadap tatacara
melahirkan
Akses penggunaan
layanan kesehatan
Ketersediaan SDM
Status perempuan
Perbaikan Gizi
Akses ke pelayanan KB mudah
Pendidikan perempuan
Usia Kawin Perempuan
Peningkatan Kualitas pelayanan KB
AKI Turun
Menurut Fortney program KB berpengaruh terhadap rate atau angka kematian ibu melalui 1) Menunda kehamilan sampai umur 20 tahun atau lebih 2) Memberi peluang untuk menghentikan kehamilan pada umur 35 tahun atau lebih 3) Memperkecil jumlah paritas kehamilan sampai kurang dari 4 (empat) 4) Memperpanjang jarak dari satu kehamilan ke kehamilan berikutnya minimal dua tahun 5) Mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancies) sehingga dapat mengurangi aborsi
Maine et al dengan menggunakan data World Fertility Survey menyatakan bahwa mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan (yang biasanya terjadi pada kelompok risiko tinggi) dapat menurunkan rasio kematian ibu sebesar 5 di Ivory Coast dan 62 di Bangladesh Menurunnya rate atau angka kematian ibu dalam periode mendekati survei sekitar 4 tahun terakhir kemungkinan besar karena keberhasilan meningkatnya pemakaian kontrasepsi yang menunjang faktor-faktor yang dapat menurunkan angka kematian ibu
IV Perkembangan Program KB di Bengkulu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 9
Menunda kehamilan sd umur 20 gt
Penurunan AKI
Berhenti melahirkan umur 35 th
Memperkecil jumlah anak 2
lebih baik
Memperpanjang jarak kehamilan
Mengurangi KTD (unwanted
pregnancies)
Program KB
41 Perkembangan Peserta KB per Mix Kontrasepsi
Tabel 41 Peserta KB per Mix Kontrasepsi SDKI 1997-2012
Hasil SDKI 1997 sampai dengan SDKI 2012 peserta Keluarga Berencana di
Provinsi Bengkulu masih didominasi penggunaan alat kontrasepsi jangka pendek
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 10
seperti suntik dari 469 pada SDKI 1997 menjadi 329 pada SDKI 2012 dan
pil sebesar 130 SDKI 1997 menjadi 111 SDKI 2012 Sedangkan alat
kontrasepsi jangka panjang dengan efektifitas tinggi dari SDKI 2007 dibanding
SDKI 2012 justru turun Pemakaian IUD turun dari 83 ( SDKI 2007) menjadi
34 (SDKI 2012) akseptor Implant turun dari 124 menjadi 90 MOP turun
dari 04 menjadi 00 Turunnya akseptor IUD dari 83 menjadi 34
menunjukkan bahwa program IUD sasi yang telah dicanangkan sejak tahun 2010
belum membawa hasil maksimal
Perlu upaya dan terobosan untuk perbaikan kualitas pemakaian kontrasepsi
yang merupakan salah satu tujuan dari program keluarga berencana Salah satu
ukuran dari kualitas pemakaian adalah efektifitas (kelangsungan) pemakaian
kontrasepsi yang semakin tinggi Alasan putus pakai bisa disebabkan oleh kegagalan
kontrasepsi ketidak puasan terhadap alatcara KB efek samping dan kekurang-
tersediaan alatcara KB Tingkat putus pakai yang tinggi kegagalan alatcara KB dan
pergantian alatcara KB bisa mengindikasikan bahwa diperlukan perbaikan dalam
pemberian konseling tentang pemilihan alatcara KB pelayanan lanjutan dan
penyediaan pelayanan yang lebih luas
42 Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi Tabel 42 Tidak Terpenuhi Sedang Pakai dan Ingin ber KB
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 11
Tabel 42 menunjukkan pada tahun 2012 angka unmet need di Bengkulu mengalami
peningkatan dari 74 menjadi 91 dibanding SDKI 1997 PUS yang sedang
menggunakan alat kontrasepsi turun dari 666 menjadi 642 dan PUS yang ingin ber
KB juga turun dari 758 menjadi 733
Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa wanita berstatus kawin usia 15 ndash 49 yang
tidak terpenuhi keinginan ber KB sedang pakai dan ingin ber KB sebagai berikut
a Kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi PUS yang sebenarnya tidak ingin
punya anak lagi atau ingin menunda kelahiran anak berikutnya tetapi karena
berbagai alasan tidak memakai kontrasepsi
- Untuk menjarangkan kelahiran 40
- Untuk membatasi kelahiran 51
- Jumlah 91
Pasangan usia subur yang tidak ingin anak lagi dan ingin menunda kelahiran
tetapi tidak menggunakan suatu alatcara KB modern (unmet need KB)
merupakan suatu peluang untuk meningkatkan peserta KB karena apabila
kelompok PUS (Pasangan Usia Subur) tersebut dapat di diberikan KIE
(Komunikasi Informasi dan Edukasi) yang memadai dan dapat dilayani dengan
baik maka mereka merupakan calon-calon akseptor KB yang potensial
b Kebutuhan ber KB yang terpenuhi
- Untuk menjarangkan kelahiran 25
- Untuk membatasi kelahiran 392
- Jumlah 642
c Jumlah yang ingin ber KB
- Untuk menjarangkan kelahiran 29
- Untuk membatasi kelahiran 444
- Jumlah 733
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 12
Mengapa pasangan usia subur tidak memakai kontrasepsi hal ini berkaitan
dengan tingkat pengetahuan akses kualitas pelayanan dan ketersediaan kontrasepsi
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan suatu pendekatan KIE dan
peningkatan kualitas pelayanan dan pendekatan perluasan jejaring dengan
memanfaatkan seluruh jaringan yang ada di lini lapangan
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemakaian kontrasepsi antara lain adalah
a Kualitas pelayanan yang baik memiliki peranan yang sangat besar dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerimaan dan kelangsungan
pemakaian kontrasepsi
b Rasa takut terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan
kontrasepsi akan menyebabkan penolakan terhadap pemakaian kontrasepsi
c Keterbatasan distribusi alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat
d Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap berbagai macam kontrasepsi
dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing
e Akses masyarakat terhadap pelayanan kontrasepsi
Alternative kebijakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tingginya
unmet need KB di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut
a Memperkuat KIE dan advokasi KIE dan Advokasi adalah langkah yang
dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang penggunaan berbagai
kontrasepsi serta hasil yang diharapkan dari program KB yang pelaksanaanya
diperlukan koordinasi dengan lintas sector yang terkait
b Refreshingpelatihan bagi petugas penyuluh lapangan
Refreshingpelatihan diperlukan untuk menyegarkan kembali metode-metode
dan pengetahuan antara lain bagaimana memberikan pemahaman kepada
masyarakat khususnya kepada PUS tentang pentingnya revitalisasi program
KB
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 13
c Mengaktifkan kembali kader-kader KB yang ada dilapangan
menghidupkan kembali mekanisme operasional lini lapangan dan
memberikan operasional kader-kader KB di lapangan yang memadai
d Melibatkan Tokoh agama tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam
pengelolaan dan revitalisasi program KB
e Penyediaan sarana yang memadai dan pembinaan berjenjang
43 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkulu
Menurut Davis dan Blake (1956) ada 11 variabel antara yang mempengaruhi
fertilitas Variebel-variebel tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu Variabel
hubungan seks yang terdiri dari usia kawin proporsi yang tidak pernah kawin
perpisahan pada usia kawin karena cerai ditinggal dan menjanda abstinensia
sukarela abstinensia karena terpaksa frekuensi hubungan seks Variebel kedua
adalah konsepsi yang terdiri dari kesuburan biologis pemakaian kontrasepsi
kemandulan disengaja Variebel yang terakhir adalah gestasi yang terdiri dari
keguguran yang tidak disengaja dan pengguguran yang disengaja (Singarimbun
19965)
Variabel-variabel tersebut tidak semuanya dijadikan pendekatan untuk pengendalian
kelahiran di Indonesia Adapun variabel-variabel yang dijadikan pendekatan untuk
pengendalian kelahiran melalui program KB yaitu
a Usia kawin melalui promosi pendewasaan usia perkawinan
b Pemakaian kontrasepsi
c Kemandulan disengaja melalui vasektomi dan tubektomi
a1 Pendewasaan usia perkawinan
Tujuan pendewasaan usia perkawinan selain untuk mengendalikan kelahiran
oleh karena semakin tua usia orang kawin berarti semakin sedikit waktu masa
reproduktif yang dimiliki oleh Pasangan Usia Subur (PUS) juga bermanfaat
untuk mengurangi resiko kehamilan Resiko yang mungkin dapat terjadi pada ibu
yang yang telalu muda untuk hamil antara lain keguguran tekanan darah tinggi
keracunan kehamilan timbulnya kesulitan persalinan bayi berat lahir rendah
membesarnya air seni ke vagina keluarnya gas dan feses ke vagina atau bisa
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 14
kanker leher rahim (BKKBN 20062) Anjuran melalui program KB yang
disarankan dalam pendewasaan usia perkawinan adalah meningkatkan batas usia
perkawinan minimal usia 20 tahun untuk perempuan dan minimal usia 25 tahun
untuk pria (BKKBN 199221)
Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan usia kawin pertama wanita
meningkat antara lain
a Kemiskinan
b Hidup di daerah yang padat
c Pengaruh lingkungan
Michael Thomas Sadier seorang penganut Teori Fisiologis menyatakan bahwa
ldquojika kepadatan penduduk tinggi maka daya reproduksi manusia cenderung
menurun sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah maka daya reproduksi
manusia akan meningkatrdquo (Mantra 200359)
b1 Pengaturan Kelahiran
Pengaturan jarak kelahiran antara anak pertama dengan anak kedua dan
seterusnya selain bertujuan untuk mengendalikan tingkat kelahiran melalui
penjarangan kehamilan juga bertujuan untuk mengurangi resiko negatif terhadap
bayi dan ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat Resiko-resiko yang bisa
terjadi bila kehamilan terlalu dekat antara lain
1 keguguran
2 anemia pada ibu
3 payah jantung
4 bayi bisa lahir sebelum waktunya
5 bayi bisa lahir dengan berat badan rendah
6 bayi bisa cacat bawaan serta tidak optimalnya tumbuh kembang balita
Akan sangat beresiko lagi jika kehamilan yang terlalu dekat terjadi di kalangan
keluarga miskin yang tidak mampu untuk mencukupi gizi pada saat ibu sedang
hamil Jarak kelahiran yang ideal yang dianjurkan melalui program KB minimal
2-3 tahun sehingga untuk kehamilan anak yang kedua secara fisik dan
psikhologis siibu lebih siap (BKKBN 20063)
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 15
Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu
Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an
sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan
sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)
Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung
meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi
22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian
kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan
memperkecil prevalensi kehamilan
44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu
Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu
tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target
yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga
perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102
kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16
Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015
Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-
2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari
sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-
2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih
sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan
sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk
mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan
Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat
terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu
ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait
masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian
Kesehatan2007)
Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi
Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada
masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada
masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga
kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah
syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17
aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya
maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas
2010)
Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu
pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya
Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila
didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka
mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka
kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini
disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya
Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah
wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai
jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil
SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam
periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi
30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81
Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan
belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam
terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode
risiko tinggi
Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )
dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan
kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya
penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin
mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran
antara satu anak dengan anak berikutnya
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18
Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal
TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)
Sumber SDK I 200203 2007
41 38
127
94
3
4755
81
0
2
4
6
8
10
12
14
Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak
SDKI 200203 SDKI 2007
V Hasil dan Pembahasan
Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang
didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu
disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari
rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita
hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat
51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill
Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19
Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu
Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio
(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per
100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR
Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di
bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka
perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan
pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka
kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-
provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010
masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana
pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu
Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak
2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari
2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan
persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen
tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63
kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu
sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada
saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah
melahirkan
Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah
perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari
kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan
masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35
tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35
tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun
hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur
yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun
Perhatikan Tabel 51
Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010
Variabel Persentase
Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal
Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan
Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun
23976
333667
63571365
Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu
faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu
hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda
bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan
bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya
kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan
tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60
persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh
informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif
rendah
52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21
Sumber Riskesdas 2010
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama
kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil
Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan
kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif
tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar
133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51
persen
53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes
Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010
Sumber Riskesdas 2010
Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa
kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi
Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat
rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang
melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22
melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman
adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan
cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan
bayi
Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir
Sumber Riskesdas 2010
Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau
pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan
kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit
infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu
Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu
mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan
masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya
terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa
setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan
harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai
resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan
kematian (Riskedas 2010)
Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih
relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan
menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320
persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi
0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah
melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23
persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu
44 persenPerhatikan Gambar 55
Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan
Sumber Riskesdas 2010
VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI
61 Faktor Determinan AKI
Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu
a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda
bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah
b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)
c Tempat Persalinan 60 di rumah
d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan
e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED
belum mencukupi
Faktor Yang Memperburuk
a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil
b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197
c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24
d Malaria dan TBC HIVAIDS
Penyebab Tidak Langsung
a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga
ndash Kekerasan dan Beban Ganda
ndash Perilaku konsumsi
ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan
ndash Kawin Muda
ndash Pandangan Budaya
b Pemenuhan Hak Reproduksi
ndash Kesertaan KB
ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB
ndash Peran Kesetaraan Pria
c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Faktor Dasar
a Keterbatasan Pengetahuan
ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi
ndash Pendidikan kesehatan reproduksi
ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi
b Status Perempuan
ndash Taraf Pendidikan Perempuan
ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan
ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga
c Kelembagaan
ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan
ndash Posyandu
ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25
62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI
Tabel 61 Analisa Kesenjangan
Yang harusdilakukan
Kebijakan Nasional
Upaya yang dilakukan
Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan
Pemeriksaan kehamilan
K4 90 Askeskin Biaya transportasi
Bantuan biaya transport
Ibu mendapat Pil besi
Pemberian pil besi
Pengadaan buffer stock pil besi
Konsumsi pil besi tidak sesuai
Peningkatan KIE
Persalinan ditolong oleh Nakes
90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk
Pengangkatan Bidan PTT
Persebaran belum merata
Insentif Bidan di daerah terpencil
Peningkatan kualitas dukun
- Kemitraan Bidan dengan Dukun
Kebijakan yang jelas tentang Dukun
Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda
Akses PONEK dan PONED
Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab
Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK
Dukungan peralatan dan tenaga kurang
Ekspansi PONED pelatihan tenaga
Mengurangi KDRT
UU No 232004 tentang penghapusan KDRT
Kampanye dan Sosialisasi
Belum dipahami publik dan penegak hukum
KIE tentang pengurangan KDRT
Ibu melahirkan di usia aman
UU No 1 1974 tentang Perkawinan
Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah
Kampanye KIE pendidikan Kespro
Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi
Unmet need 60
Peningkatan kualitas program KB
Unmet need mencapai 91
Revitalisasi program KB
Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan
Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan
Mendekatkan pelayanan Bidan
Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga
Siswa memperoleh
Kespro bagian dari kurikulum
KIE tentnag Kespro
Kesepakatan dan metode
Pengembangan modul dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26
pengetahuan tentang kespro
penyampaian bahan pelajaran
Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga
Pengarus utamaan gender
Kessempatan kerja bagi perempuan
VII Kesimpulan dan Rekomendasi
71 Kesimpulan
a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345
(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)
b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat
dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41
menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94
menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE
yang lebih intensif terutama diperdesaan)
c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga
penurunan AKI masih terkesan lambat
d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor
e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan
politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif
72 Rekomendasi
1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil
2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga
3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor
4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya
5 Peningkatan kelembagaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27
Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach
- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun
- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi
PemdaDinkesOrganisasi Profesi
Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab
Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK
PemdaDinkes
Pelayanan Antenatal dan Persalinan
Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi
Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT
PemdaDinkes
Pelayanan kesehatan masyarakat miskin
Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua
PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk
PemdaDinkes
Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah
Alokasi dana trasnportBank darah di RS
PemdaDinkesPMI
Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab
Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan
Rata- rata pendidikan perenpuan
DiknasPemda
Status perempuan
Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan
Perangkat hukum Meneg PPPemda
Status sosial ekonomi
Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja
Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Meneg PPPemda
Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28
untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin
meningkat Pemda
Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi
Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN
BKKBN dan Pemda
Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan
Asuransi persalinan dan transportasi
Pemda
Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga
Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat
Kemenkes
Kerjasama kelembagaan
Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga
Menguatnya peran lintas sektor
Lintas sektor
Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program
pendidikan kespro kedalam kurikulum
Metode pengajaran yang tepat
Pemda Diknas BKKBN
Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi
Aturan yang jelas tentang aborsi
Kemenkumham Pemda
Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil
Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan
Kemenag Pemda
Perkawinan usia muda
Optimalisasi batasminimal usia perkawinan
Batas usia minimal perkawinan
Kemenkumham Pemda
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29
Strategi 5 KELEMBAGAAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman
Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD
Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan
Bappenas dan Bappeda
Peraturan per undangan tentang aborsi
Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency
Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency
Lintas Sektor
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30
Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI
SOLUSI MASALAH
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31
Angka kematian Ibu melahirkan tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi
Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi
Kasus ekslampsia yang tidak tertangani
Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi
Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi
Pemantauan selama kehamilan rendah
Pengetahuan ibu masih rendah
Keterampilan tenaga penolong masih kurang
Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi
Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi
Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam
Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi
TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi
bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih
rendah
Pemberian tablet Fe masih kurang
Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan Cakupan bumil
ristikomp yang tertangani tuntas
Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin
Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK
Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes
Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4
Peningkatan cakupan Fe
Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24
jam
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
DAMPAK FERTILITAS TERHADAP UPAYA PENURUNAN
KEMATIAN IBU DI PROVINSI BENGKULU
HASIL SDKI DAN SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010
IPADI CABANG BENGKULU
Abstrak
Angka Kematian Ibu (AKI) di Bengkulu masih cukup tinggi upaya untuk menurunkan angka kematian Ibu merupakan tantangan yaitu untuk mencapai sasaran RPJM MDGs dan RPJP Dengan kecenderungan saat ini sasaran akan sulit dicapai sehingga diperlukan upaya percepatan penurunan angka kematian ibu Walaupun angka kematian ibu di Provinsi Bengkulu berada dibawah angka nasional namun angka ini masih sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 yakni menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 kematian per 100000 kelahiran hidup Program KB telah berdampak menurunkan TFR dari 345 pada SDKI 1994 menjadi 22 pada SDKI 2012 Melalui advokasi dan KIE 4 T program KB memberikan kontribusi terhadap penurunan kehamilan terlalu muda dari 41 menjadi 38 Kehamilan dengan jarak terlalu dekat ( kurang 2 tahun) turun dari 127 menjadi 55 dan kelahiran terlalu banyak ( 3 lebih) turun dari 94 menjadi 81 Upaya yang lebih intensif perlu dilakukan pada KIE untuk menurunkan kehamilan pada usia tua karena angkanya meningkat dari 38 menjadi 47( Sumber SDKI 2002 dan 2007)Dari analisis ini diharapkan dapat disusun sebuah rancang bangun strategi percepatan penurunan AKI identifikasi factor dominant menyusun formulasi strategi diseminasi dan advokasi
Kata Kunci KB fertilitas angka kematian ibu
Abstract
Maternal Mortality Rate (MMR) in Bengkulu is still quite high efforts to reduce mother mortality rate is a challenge which is to achieve the Development Plan MDGs and RPJP With current trends the goal will be difficult to achieve so that the necessary efforts to accelerate the reduction in maternal mortality Although maternal mortality in Bengkulu province is under the national average but the number is still very far from the target of the MDGs by 2015 to reduce maternal mortality to 102 deaths per 100000 live births The family planning program has impacted lower TFR of 345 in 1994 to 22 in IDHS IDHS 2012 Through advocacy and IEC 4 T the family planning program contributed to the decline in the pregnancy too young from 41 to 38 Pregnancy at a distance too close (less than 2 years) dropped from 127 to 55 and the birth of too many (3 more) fell from 94 to 81 More intensive efforts need to be done on Information Education and Communication (IEC) to lower the pregnancy at an older age because the figure increased from 38 to 47 (Source IDHS 2002 and 2007)
From this analysis is expected to be drafted a plan to build speed reduction strategy AKI identification dominant factor formulate strategies dissemination and advocacy
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 3
I Pendahuluan
Kematian ibu merupakan salah satu indikator utama yang digunakan untuk mengukur
derajat kesehatan masyarakat di suatu negara Selain itu kematian ibu juga terkait dengan
kematian bayi serta dapat menunjukkan kinerja sistem kesehatan di suatu negara Kematian
ibu merupakan masalah yang penting karena pertama tingkat variasi angkanya sangat
berbeda antar negara menurut beberapa sumber kedua perbedaan yang sangat mencolok
antara negara yang sedang berkembang dengan negara industri
World Health Organization (WHO) memperkirakan tiap tahun terjadi 500000
kematian ibu yang sebagian besar (lebih dari 98 ) terdapat di negara yang sedang
berkembang Diperkirakan angka kematian ibu (AKI) di negara yang sedang berkembang
terjadi 100-200 kali lebih tinggi dibandingkan negara maju (industri) Perbedaan kematian
ibu antara negara maju dengan negara yang sedang berkembang jauh lebih besar dari
perbedaan angka kematian bayi1 ketiga kematian ibu (maternal) kurang lebih sepertiga
hingga setengah nya berusia 15-49 tahun dari total kematian ibu keempat sekitar 88-98
kematian ibu dapat dicegah antara lain dengan peningkatan gizi dan kombinasi antara
pendidikan dan status pernikahan pada wanita serta perbaikan pelayanan keluarga berencana
Tersedianya alat kontrasepsi dan kemudahan untuk memperoleh pelayanan Keluarga
Berencana (KB) mempunyai dampak yang besar pada penurunan AKI Indikator kematian
ibu yang diwakili oleh AKI (rate atau rasio) dipakai sebagai gambaran keberhasilan upaya
peningkatan kesehatan ibu
Definisi kematian ibu menurut WHO adalah kematian yang berkaitan dengan
kehamilan dan persalinan oleh sebab apapun tetapi bukan karena kematian yang disebabkan
kecelakaan atau kelalaian dan terjadi selama kehamilan sampai dengan 42 hari setelah
melahirkan (masa nifas) serta tidak tergantung umur maupun letak kehamilan
Hingga saat ini AKI di Indonesia masih relatif tinggi tertinggi di Asia Tenggara
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986 rasio AKI sebesar 450 per 100000
kelahiran hidup Angka ini sedikit menurun menjadi 421 per 100000 kelahiran hidup pada
tahun 1992 Kematian ibu dapat dibagi dalam dua kelompok pertama kematian obstetrik
langsung sebagai kematian akibat komplikasi pada waktu kehamilan (termasuk kehamilan
melahirkan dan masa nifas) dari perlakuan-perlakuan yang diberikan gejala risiko tinggi
yang tidak terdeteksi dan kesalahan penanganan atau serangkaian kejadian yang diakibatkan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 4
oleh satu atau lebih diantara ketiga faktor tersebut kedua kematian obstetrik tidak langsung
yaitu kematian yang diakibatkan oleh penyakit yang diderita sebelum kehamilan atau
penyakit yang berkembang selama kehamilan bukan karena sebab obtstetrik langsung tetapi
yang diperburuk oleh efek fisiologi kehamilan
Pada umumnya baik di negara berkembang maupun negara maju pencatatan dan
pelaporan kematian ibu selalu di bawah angka yang seharusnya atau selalu under reported
Di negara maju under reporting terjadi akibat kesalahan dalam mengklasifikasi sebab
kematian terutama pada kasus kematian akibat obstetrik tidak langsung yang terjadi pada
masa hamil muda Sedangkan di negara berkembang under reporting terjadi karena registrasi
vital belum berjalan baik Umumnya kematian akibat maternal tidak diketahui kecuali
apabila terjadi pada kehamilan tua atau terjadi pada waktu persalinan Dengan demikian
sampai saat ini belum ada suatu cara yang tepat untuk menilai masalah kesehatan maternal
melalui kematian maternal
Dari uraian diatas upaya penurunan AKI merupakan tantangan besar dalam mencapai
sasaran RPJM MDGs dan RPJP Dengan kecenderungan penurunan AKI saat ini sasaran
akan sulit dicapai sehingga diperlukan percepatan sesuai sasaran MDGs sebesar 102100000
kelahiran hidup
Tabel Skenario Penurunan AKI
Tahun Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Skenario 4Trend SDKI 94-02
Penurunan AKI 47 th
Penurunan AKI 65 th
Penurunan AKI 95 th
2005 262 262 262 2622010 226 207 191 1632015 195 163 140 1022020 168 129 102 642025 145 102 74 40
RPJMN RPJP MDGs
Kondisi saat ini
1 Angka Kematian Ibu 228 per 100000 KH
2 Angka Kematian Balita 44 per 1000 KH
3 Angka kematian bayi 34 per 1000 KH
4 Jumlah Persalinan 26000 ndash 27000 Thn
5 Masih tingginya Unsafe Abortion Thn
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 5
6 Masih tingginya (ASFR) 15-19 thn 351000 perempuan
7 Trend pencapaian 4 Terlalu
- Terlalu muda (3)
- Terlalu tua (47)
- Terlalu dekat (55)
- Terlalu banyak (81)
- Persalinan oleh Nakes 728
- Melahirkan pada faskes 70 (urban)
- Perkiraan persalinan berdasar tempat
- Rumah Sakit 20
- Bidan Praktek Swasta 30
- PuskesmasBidan Pedesaan 50
Sumber SDKI 2007
II Tujuan Analisis
a Mengetahui trend kesertaan ber KB trend fertilitas dan angka kematian ibu di
Bengkulu
b Mengidentifikasi factor dominan penyebab kematian ibu
c Menyusun sebuah rancangan strategi percepatan penurunan AKI
III Metodologi
31 Metode Perhitungan AKI
Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung angka kematian
maternal yaitu metode langsung (direct) maupun tidak langsung (indirect) Metode
langsung dilakukan dengan cara recall atau memanggil kembali ingatan responden
tentang kejadian kematian di dalam rumah tangganya selama beberapa waktu
sebelum sensus Namun angka kematian maternal yang diperoleh dengan metode
langsung diduga belum menggambarkan kejadian kematian maternal sebesarnya
Hal ini sesuai dengan pendapat beberapa ahli kependudukan yang menyatakan
bahwa ukuran-ukuran kematian yang didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai
yang terlalu rendah untuk Indonesia
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 6
Beberapa ahli mengembangkan metode penghitungan kematian khususnya kematian
maternal dengan cara tidak langsung (indirect method) Salah satu cara yang sudah
seringkali digunakan adalah metode General Growth Balance yang digagas oleh
Prof Kenneth Hill yang kemudian disebut metode Ken Hill Dengan menggunakan
metode ini diharapkan angka kematian maternal yang dihasilkan akan lebih
sesuaicocok dengan kejadian yang sesungguhnya Keuntungan lainnya adalah
angka kelengkapan (completeness) cakupan kematian dari hasil sensus atau survei
juga akan diperoleh
32 Konsep Definisi
Kematian maternal didefinisikan sebagai kematian perempuan pada saat
hamil saat melahirkan atau selama 42 hari setelah kehamilan berakhir
(WHO2007) Terdapat dua indikator untuk mengukur kematian maternal yaitu
Angka Kematian MaternalMaternal Mortality Rate dan Rasio Kematian
MaternalMaternal Mortality Ratio Pada umumnya indikator yang digunakan untuk
mengukur kematian maternal adalah rasio kematian maternal
33 Sumber Dataa Hasil Sensus 2010
b Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2002-2003 dan 2007
c Riskesdas 2010
d Podes 2010
34 Kerangka Pikir
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 7
Gambar 31 Kerangka Pikir Penyebab Kematian Ibu
Penyebab langsung
Faktor yg memperburuk
Faktor dasar
Sumber Unicef 2004
Gambar 32 Kontribusi Gizi Pendidikan UKP dan KB dalam Menurunkan AKI
Sumber Kemenkes
Gambar 33 Pengaruh Program KB terhadap AKI Menurut Fortney
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 8
Kematian Ibu
Keterbatasan pengetahuan
Komplikasi saat melahirkan
Status Kesehatan dan gizi
Perlindungan dan perilaku dalam
keluarga
Kebutuhan terhadap tatacara
melahirkan
Akses penggunaan
layanan kesehatan
Ketersediaan SDM
Status perempuan
Perbaikan Gizi
Akses ke pelayanan KB mudah
Pendidikan perempuan
Usia Kawin Perempuan
Peningkatan Kualitas pelayanan KB
AKI Turun
Menurut Fortney program KB berpengaruh terhadap rate atau angka kematian ibu melalui 1) Menunda kehamilan sampai umur 20 tahun atau lebih 2) Memberi peluang untuk menghentikan kehamilan pada umur 35 tahun atau lebih 3) Memperkecil jumlah paritas kehamilan sampai kurang dari 4 (empat) 4) Memperpanjang jarak dari satu kehamilan ke kehamilan berikutnya minimal dua tahun 5) Mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancies) sehingga dapat mengurangi aborsi
Maine et al dengan menggunakan data World Fertility Survey menyatakan bahwa mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan (yang biasanya terjadi pada kelompok risiko tinggi) dapat menurunkan rasio kematian ibu sebesar 5 di Ivory Coast dan 62 di Bangladesh Menurunnya rate atau angka kematian ibu dalam periode mendekati survei sekitar 4 tahun terakhir kemungkinan besar karena keberhasilan meningkatnya pemakaian kontrasepsi yang menunjang faktor-faktor yang dapat menurunkan angka kematian ibu
IV Perkembangan Program KB di Bengkulu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 9
Menunda kehamilan sd umur 20 gt
Penurunan AKI
Berhenti melahirkan umur 35 th
Memperkecil jumlah anak 2
lebih baik
Memperpanjang jarak kehamilan
Mengurangi KTD (unwanted
pregnancies)
Program KB
41 Perkembangan Peserta KB per Mix Kontrasepsi
Tabel 41 Peserta KB per Mix Kontrasepsi SDKI 1997-2012
Hasil SDKI 1997 sampai dengan SDKI 2012 peserta Keluarga Berencana di
Provinsi Bengkulu masih didominasi penggunaan alat kontrasepsi jangka pendek
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 10
seperti suntik dari 469 pada SDKI 1997 menjadi 329 pada SDKI 2012 dan
pil sebesar 130 SDKI 1997 menjadi 111 SDKI 2012 Sedangkan alat
kontrasepsi jangka panjang dengan efektifitas tinggi dari SDKI 2007 dibanding
SDKI 2012 justru turun Pemakaian IUD turun dari 83 ( SDKI 2007) menjadi
34 (SDKI 2012) akseptor Implant turun dari 124 menjadi 90 MOP turun
dari 04 menjadi 00 Turunnya akseptor IUD dari 83 menjadi 34
menunjukkan bahwa program IUD sasi yang telah dicanangkan sejak tahun 2010
belum membawa hasil maksimal
Perlu upaya dan terobosan untuk perbaikan kualitas pemakaian kontrasepsi
yang merupakan salah satu tujuan dari program keluarga berencana Salah satu
ukuran dari kualitas pemakaian adalah efektifitas (kelangsungan) pemakaian
kontrasepsi yang semakin tinggi Alasan putus pakai bisa disebabkan oleh kegagalan
kontrasepsi ketidak puasan terhadap alatcara KB efek samping dan kekurang-
tersediaan alatcara KB Tingkat putus pakai yang tinggi kegagalan alatcara KB dan
pergantian alatcara KB bisa mengindikasikan bahwa diperlukan perbaikan dalam
pemberian konseling tentang pemilihan alatcara KB pelayanan lanjutan dan
penyediaan pelayanan yang lebih luas
42 Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi Tabel 42 Tidak Terpenuhi Sedang Pakai dan Ingin ber KB
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 11
Tabel 42 menunjukkan pada tahun 2012 angka unmet need di Bengkulu mengalami
peningkatan dari 74 menjadi 91 dibanding SDKI 1997 PUS yang sedang
menggunakan alat kontrasepsi turun dari 666 menjadi 642 dan PUS yang ingin ber
KB juga turun dari 758 menjadi 733
Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa wanita berstatus kawin usia 15 ndash 49 yang
tidak terpenuhi keinginan ber KB sedang pakai dan ingin ber KB sebagai berikut
a Kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi PUS yang sebenarnya tidak ingin
punya anak lagi atau ingin menunda kelahiran anak berikutnya tetapi karena
berbagai alasan tidak memakai kontrasepsi
- Untuk menjarangkan kelahiran 40
- Untuk membatasi kelahiran 51
- Jumlah 91
Pasangan usia subur yang tidak ingin anak lagi dan ingin menunda kelahiran
tetapi tidak menggunakan suatu alatcara KB modern (unmet need KB)
merupakan suatu peluang untuk meningkatkan peserta KB karena apabila
kelompok PUS (Pasangan Usia Subur) tersebut dapat di diberikan KIE
(Komunikasi Informasi dan Edukasi) yang memadai dan dapat dilayani dengan
baik maka mereka merupakan calon-calon akseptor KB yang potensial
b Kebutuhan ber KB yang terpenuhi
- Untuk menjarangkan kelahiran 25
- Untuk membatasi kelahiran 392
- Jumlah 642
c Jumlah yang ingin ber KB
- Untuk menjarangkan kelahiran 29
- Untuk membatasi kelahiran 444
- Jumlah 733
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 12
Mengapa pasangan usia subur tidak memakai kontrasepsi hal ini berkaitan
dengan tingkat pengetahuan akses kualitas pelayanan dan ketersediaan kontrasepsi
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan suatu pendekatan KIE dan
peningkatan kualitas pelayanan dan pendekatan perluasan jejaring dengan
memanfaatkan seluruh jaringan yang ada di lini lapangan
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemakaian kontrasepsi antara lain adalah
a Kualitas pelayanan yang baik memiliki peranan yang sangat besar dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerimaan dan kelangsungan
pemakaian kontrasepsi
b Rasa takut terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan
kontrasepsi akan menyebabkan penolakan terhadap pemakaian kontrasepsi
c Keterbatasan distribusi alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat
d Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap berbagai macam kontrasepsi
dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing
e Akses masyarakat terhadap pelayanan kontrasepsi
Alternative kebijakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tingginya
unmet need KB di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut
a Memperkuat KIE dan advokasi KIE dan Advokasi adalah langkah yang
dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang penggunaan berbagai
kontrasepsi serta hasil yang diharapkan dari program KB yang pelaksanaanya
diperlukan koordinasi dengan lintas sector yang terkait
b Refreshingpelatihan bagi petugas penyuluh lapangan
Refreshingpelatihan diperlukan untuk menyegarkan kembali metode-metode
dan pengetahuan antara lain bagaimana memberikan pemahaman kepada
masyarakat khususnya kepada PUS tentang pentingnya revitalisasi program
KB
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 13
c Mengaktifkan kembali kader-kader KB yang ada dilapangan
menghidupkan kembali mekanisme operasional lini lapangan dan
memberikan operasional kader-kader KB di lapangan yang memadai
d Melibatkan Tokoh agama tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam
pengelolaan dan revitalisasi program KB
e Penyediaan sarana yang memadai dan pembinaan berjenjang
43 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkulu
Menurut Davis dan Blake (1956) ada 11 variabel antara yang mempengaruhi
fertilitas Variebel-variebel tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu Variabel
hubungan seks yang terdiri dari usia kawin proporsi yang tidak pernah kawin
perpisahan pada usia kawin karena cerai ditinggal dan menjanda abstinensia
sukarela abstinensia karena terpaksa frekuensi hubungan seks Variebel kedua
adalah konsepsi yang terdiri dari kesuburan biologis pemakaian kontrasepsi
kemandulan disengaja Variebel yang terakhir adalah gestasi yang terdiri dari
keguguran yang tidak disengaja dan pengguguran yang disengaja (Singarimbun
19965)
Variabel-variabel tersebut tidak semuanya dijadikan pendekatan untuk pengendalian
kelahiran di Indonesia Adapun variabel-variabel yang dijadikan pendekatan untuk
pengendalian kelahiran melalui program KB yaitu
a Usia kawin melalui promosi pendewasaan usia perkawinan
b Pemakaian kontrasepsi
c Kemandulan disengaja melalui vasektomi dan tubektomi
a1 Pendewasaan usia perkawinan
Tujuan pendewasaan usia perkawinan selain untuk mengendalikan kelahiran
oleh karena semakin tua usia orang kawin berarti semakin sedikit waktu masa
reproduktif yang dimiliki oleh Pasangan Usia Subur (PUS) juga bermanfaat
untuk mengurangi resiko kehamilan Resiko yang mungkin dapat terjadi pada ibu
yang yang telalu muda untuk hamil antara lain keguguran tekanan darah tinggi
keracunan kehamilan timbulnya kesulitan persalinan bayi berat lahir rendah
membesarnya air seni ke vagina keluarnya gas dan feses ke vagina atau bisa
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 14
kanker leher rahim (BKKBN 20062) Anjuran melalui program KB yang
disarankan dalam pendewasaan usia perkawinan adalah meningkatkan batas usia
perkawinan minimal usia 20 tahun untuk perempuan dan minimal usia 25 tahun
untuk pria (BKKBN 199221)
Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan usia kawin pertama wanita
meningkat antara lain
a Kemiskinan
b Hidup di daerah yang padat
c Pengaruh lingkungan
Michael Thomas Sadier seorang penganut Teori Fisiologis menyatakan bahwa
ldquojika kepadatan penduduk tinggi maka daya reproduksi manusia cenderung
menurun sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah maka daya reproduksi
manusia akan meningkatrdquo (Mantra 200359)
b1 Pengaturan Kelahiran
Pengaturan jarak kelahiran antara anak pertama dengan anak kedua dan
seterusnya selain bertujuan untuk mengendalikan tingkat kelahiran melalui
penjarangan kehamilan juga bertujuan untuk mengurangi resiko negatif terhadap
bayi dan ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat Resiko-resiko yang bisa
terjadi bila kehamilan terlalu dekat antara lain
1 keguguran
2 anemia pada ibu
3 payah jantung
4 bayi bisa lahir sebelum waktunya
5 bayi bisa lahir dengan berat badan rendah
6 bayi bisa cacat bawaan serta tidak optimalnya tumbuh kembang balita
Akan sangat beresiko lagi jika kehamilan yang terlalu dekat terjadi di kalangan
keluarga miskin yang tidak mampu untuk mencukupi gizi pada saat ibu sedang
hamil Jarak kelahiran yang ideal yang dianjurkan melalui program KB minimal
2-3 tahun sehingga untuk kehamilan anak yang kedua secara fisik dan
psikhologis siibu lebih siap (BKKBN 20063)
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 15
Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu
Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an
sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan
sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)
Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung
meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi
22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian
kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan
memperkecil prevalensi kehamilan
44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu
Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu
tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target
yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga
perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102
kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16
Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015
Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-
2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari
sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-
2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih
sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan
sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk
mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan
Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat
terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu
ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait
masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian
Kesehatan2007)
Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi
Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada
masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada
masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga
kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah
syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17
aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya
maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas
2010)
Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu
pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya
Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila
didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka
mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka
kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini
disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya
Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah
wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai
jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil
SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam
periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi
30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81
Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan
belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam
terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode
risiko tinggi
Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )
dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan
kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya
penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin
mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran
antara satu anak dengan anak berikutnya
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18
Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal
TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)
Sumber SDK I 200203 2007
41 38
127
94
3
4755
81
0
2
4
6
8
10
12
14
Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak
SDKI 200203 SDKI 2007
V Hasil dan Pembahasan
Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang
didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu
disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari
rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita
hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat
51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill
Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19
Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu
Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio
(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per
100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR
Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di
bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka
perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan
pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka
kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-
provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010
masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana
pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu
Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak
2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari
2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan
persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen
tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63
kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu
sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada
saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah
melahirkan
Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah
perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari
kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan
masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35
tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35
tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun
hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur
yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun
Perhatikan Tabel 51
Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010
Variabel Persentase
Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal
Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan
Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun
23976
333667
63571365
Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu
faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu
hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda
bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan
bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya
kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan
tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60
persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh
informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif
rendah
52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21
Sumber Riskesdas 2010
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama
kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil
Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan
kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif
tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar
133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51
persen
53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes
Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010
Sumber Riskesdas 2010
Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa
kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi
Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat
rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang
melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22
melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman
adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan
cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan
bayi
Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir
Sumber Riskesdas 2010
Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau
pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan
kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit
infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu
Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu
mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan
masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya
terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa
setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan
harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai
resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan
kematian (Riskedas 2010)
Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih
relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan
menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320
persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi
0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah
melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23
persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu
44 persenPerhatikan Gambar 55
Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan
Sumber Riskesdas 2010
VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI
61 Faktor Determinan AKI
Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu
a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda
bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah
b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)
c Tempat Persalinan 60 di rumah
d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan
e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED
belum mencukupi
Faktor Yang Memperburuk
a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil
b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197
c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24
d Malaria dan TBC HIVAIDS
Penyebab Tidak Langsung
a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga
ndash Kekerasan dan Beban Ganda
ndash Perilaku konsumsi
ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan
ndash Kawin Muda
ndash Pandangan Budaya
b Pemenuhan Hak Reproduksi
ndash Kesertaan KB
ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB
ndash Peran Kesetaraan Pria
c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Faktor Dasar
a Keterbatasan Pengetahuan
ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi
ndash Pendidikan kesehatan reproduksi
ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi
b Status Perempuan
ndash Taraf Pendidikan Perempuan
ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan
ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga
c Kelembagaan
ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan
ndash Posyandu
ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25
62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI
Tabel 61 Analisa Kesenjangan
Yang harusdilakukan
Kebijakan Nasional
Upaya yang dilakukan
Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan
Pemeriksaan kehamilan
K4 90 Askeskin Biaya transportasi
Bantuan biaya transport
Ibu mendapat Pil besi
Pemberian pil besi
Pengadaan buffer stock pil besi
Konsumsi pil besi tidak sesuai
Peningkatan KIE
Persalinan ditolong oleh Nakes
90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk
Pengangkatan Bidan PTT
Persebaran belum merata
Insentif Bidan di daerah terpencil
Peningkatan kualitas dukun
- Kemitraan Bidan dengan Dukun
Kebijakan yang jelas tentang Dukun
Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda
Akses PONEK dan PONED
Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab
Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK
Dukungan peralatan dan tenaga kurang
Ekspansi PONED pelatihan tenaga
Mengurangi KDRT
UU No 232004 tentang penghapusan KDRT
Kampanye dan Sosialisasi
Belum dipahami publik dan penegak hukum
KIE tentang pengurangan KDRT
Ibu melahirkan di usia aman
UU No 1 1974 tentang Perkawinan
Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah
Kampanye KIE pendidikan Kespro
Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi
Unmet need 60
Peningkatan kualitas program KB
Unmet need mencapai 91
Revitalisasi program KB
Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan
Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan
Mendekatkan pelayanan Bidan
Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga
Siswa memperoleh
Kespro bagian dari kurikulum
KIE tentnag Kespro
Kesepakatan dan metode
Pengembangan modul dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26
pengetahuan tentang kespro
penyampaian bahan pelajaran
Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga
Pengarus utamaan gender
Kessempatan kerja bagi perempuan
VII Kesimpulan dan Rekomendasi
71 Kesimpulan
a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345
(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)
b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat
dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41
menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94
menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE
yang lebih intensif terutama diperdesaan)
c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga
penurunan AKI masih terkesan lambat
d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor
e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan
politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif
72 Rekomendasi
1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil
2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga
3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor
4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya
5 Peningkatan kelembagaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27
Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach
- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun
- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi
PemdaDinkesOrganisasi Profesi
Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab
Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK
PemdaDinkes
Pelayanan Antenatal dan Persalinan
Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi
Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT
PemdaDinkes
Pelayanan kesehatan masyarakat miskin
Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua
PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk
PemdaDinkes
Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah
Alokasi dana trasnportBank darah di RS
PemdaDinkesPMI
Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab
Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan
Rata- rata pendidikan perenpuan
DiknasPemda
Status perempuan
Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan
Perangkat hukum Meneg PPPemda
Status sosial ekonomi
Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja
Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Meneg PPPemda
Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28
untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin
meningkat Pemda
Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi
Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN
BKKBN dan Pemda
Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan
Asuransi persalinan dan transportasi
Pemda
Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga
Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat
Kemenkes
Kerjasama kelembagaan
Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga
Menguatnya peran lintas sektor
Lintas sektor
Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program
pendidikan kespro kedalam kurikulum
Metode pengajaran yang tepat
Pemda Diknas BKKBN
Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi
Aturan yang jelas tentang aborsi
Kemenkumham Pemda
Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil
Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan
Kemenag Pemda
Perkawinan usia muda
Optimalisasi batasminimal usia perkawinan
Batas usia minimal perkawinan
Kemenkumham Pemda
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29
Strategi 5 KELEMBAGAAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman
Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD
Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan
Bappenas dan Bappeda
Peraturan per undangan tentang aborsi
Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency
Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency
Lintas Sektor
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30
Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI
SOLUSI MASALAH
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31
Angka kematian Ibu melahirkan tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi
Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi
Kasus ekslampsia yang tidak tertangani
Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi
Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi
Pemantauan selama kehamilan rendah
Pengetahuan ibu masih rendah
Keterampilan tenaga penolong masih kurang
Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi
Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi
Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam
Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi
TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi
bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih
rendah
Pemberian tablet Fe masih kurang
Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan Cakupan bumil
ristikomp yang tertangani tuntas
Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin
Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK
Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes
Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4
Peningkatan cakupan Fe
Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24
jam
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
I Pendahuluan
Kematian ibu merupakan salah satu indikator utama yang digunakan untuk mengukur
derajat kesehatan masyarakat di suatu negara Selain itu kematian ibu juga terkait dengan
kematian bayi serta dapat menunjukkan kinerja sistem kesehatan di suatu negara Kematian
ibu merupakan masalah yang penting karena pertama tingkat variasi angkanya sangat
berbeda antar negara menurut beberapa sumber kedua perbedaan yang sangat mencolok
antara negara yang sedang berkembang dengan negara industri
World Health Organization (WHO) memperkirakan tiap tahun terjadi 500000
kematian ibu yang sebagian besar (lebih dari 98 ) terdapat di negara yang sedang
berkembang Diperkirakan angka kematian ibu (AKI) di negara yang sedang berkembang
terjadi 100-200 kali lebih tinggi dibandingkan negara maju (industri) Perbedaan kematian
ibu antara negara maju dengan negara yang sedang berkembang jauh lebih besar dari
perbedaan angka kematian bayi1 ketiga kematian ibu (maternal) kurang lebih sepertiga
hingga setengah nya berusia 15-49 tahun dari total kematian ibu keempat sekitar 88-98
kematian ibu dapat dicegah antara lain dengan peningkatan gizi dan kombinasi antara
pendidikan dan status pernikahan pada wanita serta perbaikan pelayanan keluarga berencana
Tersedianya alat kontrasepsi dan kemudahan untuk memperoleh pelayanan Keluarga
Berencana (KB) mempunyai dampak yang besar pada penurunan AKI Indikator kematian
ibu yang diwakili oleh AKI (rate atau rasio) dipakai sebagai gambaran keberhasilan upaya
peningkatan kesehatan ibu
Definisi kematian ibu menurut WHO adalah kematian yang berkaitan dengan
kehamilan dan persalinan oleh sebab apapun tetapi bukan karena kematian yang disebabkan
kecelakaan atau kelalaian dan terjadi selama kehamilan sampai dengan 42 hari setelah
melahirkan (masa nifas) serta tidak tergantung umur maupun letak kehamilan
Hingga saat ini AKI di Indonesia masih relatif tinggi tertinggi di Asia Tenggara
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986 rasio AKI sebesar 450 per 100000
kelahiran hidup Angka ini sedikit menurun menjadi 421 per 100000 kelahiran hidup pada
tahun 1992 Kematian ibu dapat dibagi dalam dua kelompok pertama kematian obstetrik
langsung sebagai kematian akibat komplikasi pada waktu kehamilan (termasuk kehamilan
melahirkan dan masa nifas) dari perlakuan-perlakuan yang diberikan gejala risiko tinggi
yang tidak terdeteksi dan kesalahan penanganan atau serangkaian kejadian yang diakibatkan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 4
oleh satu atau lebih diantara ketiga faktor tersebut kedua kematian obstetrik tidak langsung
yaitu kematian yang diakibatkan oleh penyakit yang diderita sebelum kehamilan atau
penyakit yang berkembang selama kehamilan bukan karena sebab obtstetrik langsung tetapi
yang diperburuk oleh efek fisiologi kehamilan
Pada umumnya baik di negara berkembang maupun negara maju pencatatan dan
pelaporan kematian ibu selalu di bawah angka yang seharusnya atau selalu under reported
Di negara maju under reporting terjadi akibat kesalahan dalam mengklasifikasi sebab
kematian terutama pada kasus kematian akibat obstetrik tidak langsung yang terjadi pada
masa hamil muda Sedangkan di negara berkembang under reporting terjadi karena registrasi
vital belum berjalan baik Umumnya kematian akibat maternal tidak diketahui kecuali
apabila terjadi pada kehamilan tua atau terjadi pada waktu persalinan Dengan demikian
sampai saat ini belum ada suatu cara yang tepat untuk menilai masalah kesehatan maternal
melalui kematian maternal
Dari uraian diatas upaya penurunan AKI merupakan tantangan besar dalam mencapai
sasaran RPJM MDGs dan RPJP Dengan kecenderungan penurunan AKI saat ini sasaran
akan sulit dicapai sehingga diperlukan percepatan sesuai sasaran MDGs sebesar 102100000
kelahiran hidup
Tabel Skenario Penurunan AKI
Tahun Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Skenario 4Trend SDKI 94-02
Penurunan AKI 47 th
Penurunan AKI 65 th
Penurunan AKI 95 th
2005 262 262 262 2622010 226 207 191 1632015 195 163 140 1022020 168 129 102 642025 145 102 74 40
RPJMN RPJP MDGs
Kondisi saat ini
1 Angka Kematian Ibu 228 per 100000 KH
2 Angka Kematian Balita 44 per 1000 KH
3 Angka kematian bayi 34 per 1000 KH
4 Jumlah Persalinan 26000 ndash 27000 Thn
5 Masih tingginya Unsafe Abortion Thn
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 5
6 Masih tingginya (ASFR) 15-19 thn 351000 perempuan
7 Trend pencapaian 4 Terlalu
- Terlalu muda (3)
- Terlalu tua (47)
- Terlalu dekat (55)
- Terlalu banyak (81)
- Persalinan oleh Nakes 728
- Melahirkan pada faskes 70 (urban)
- Perkiraan persalinan berdasar tempat
- Rumah Sakit 20
- Bidan Praktek Swasta 30
- PuskesmasBidan Pedesaan 50
Sumber SDKI 2007
II Tujuan Analisis
a Mengetahui trend kesertaan ber KB trend fertilitas dan angka kematian ibu di
Bengkulu
b Mengidentifikasi factor dominan penyebab kematian ibu
c Menyusun sebuah rancangan strategi percepatan penurunan AKI
III Metodologi
31 Metode Perhitungan AKI
Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung angka kematian
maternal yaitu metode langsung (direct) maupun tidak langsung (indirect) Metode
langsung dilakukan dengan cara recall atau memanggil kembali ingatan responden
tentang kejadian kematian di dalam rumah tangganya selama beberapa waktu
sebelum sensus Namun angka kematian maternal yang diperoleh dengan metode
langsung diduga belum menggambarkan kejadian kematian maternal sebesarnya
Hal ini sesuai dengan pendapat beberapa ahli kependudukan yang menyatakan
bahwa ukuran-ukuran kematian yang didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai
yang terlalu rendah untuk Indonesia
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 6
Beberapa ahli mengembangkan metode penghitungan kematian khususnya kematian
maternal dengan cara tidak langsung (indirect method) Salah satu cara yang sudah
seringkali digunakan adalah metode General Growth Balance yang digagas oleh
Prof Kenneth Hill yang kemudian disebut metode Ken Hill Dengan menggunakan
metode ini diharapkan angka kematian maternal yang dihasilkan akan lebih
sesuaicocok dengan kejadian yang sesungguhnya Keuntungan lainnya adalah
angka kelengkapan (completeness) cakupan kematian dari hasil sensus atau survei
juga akan diperoleh
32 Konsep Definisi
Kematian maternal didefinisikan sebagai kematian perempuan pada saat
hamil saat melahirkan atau selama 42 hari setelah kehamilan berakhir
(WHO2007) Terdapat dua indikator untuk mengukur kematian maternal yaitu
Angka Kematian MaternalMaternal Mortality Rate dan Rasio Kematian
MaternalMaternal Mortality Ratio Pada umumnya indikator yang digunakan untuk
mengukur kematian maternal adalah rasio kematian maternal
33 Sumber Dataa Hasil Sensus 2010
b Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2002-2003 dan 2007
c Riskesdas 2010
d Podes 2010
34 Kerangka Pikir
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 7
Gambar 31 Kerangka Pikir Penyebab Kematian Ibu
Penyebab langsung
Faktor yg memperburuk
Faktor dasar
Sumber Unicef 2004
Gambar 32 Kontribusi Gizi Pendidikan UKP dan KB dalam Menurunkan AKI
Sumber Kemenkes
Gambar 33 Pengaruh Program KB terhadap AKI Menurut Fortney
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 8
Kematian Ibu
Keterbatasan pengetahuan
Komplikasi saat melahirkan
Status Kesehatan dan gizi
Perlindungan dan perilaku dalam
keluarga
Kebutuhan terhadap tatacara
melahirkan
Akses penggunaan
layanan kesehatan
Ketersediaan SDM
Status perempuan
Perbaikan Gizi
Akses ke pelayanan KB mudah
Pendidikan perempuan
Usia Kawin Perempuan
Peningkatan Kualitas pelayanan KB
AKI Turun
Menurut Fortney program KB berpengaruh terhadap rate atau angka kematian ibu melalui 1) Menunda kehamilan sampai umur 20 tahun atau lebih 2) Memberi peluang untuk menghentikan kehamilan pada umur 35 tahun atau lebih 3) Memperkecil jumlah paritas kehamilan sampai kurang dari 4 (empat) 4) Memperpanjang jarak dari satu kehamilan ke kehamilan berikutnya minimal dua tahun 5) Mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancies) sehingga dapat mengurangi aborsi
Maine et al dengan menggunakan data World Fertility Survey menyatakan bahwa mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan (yang biasanya terjadi pada kelompok risiko tinggi) dapat menurunkan rasio kematian ibu sebesar 5 di Ivory Coast dan 62 di Bangladesh Menurunnya rate atau angka kematian ibu dalam periode mendekati survei sekitar 4 tahun terakhir kemungkinan besar karena keberhasilan meningkatnya pemakaian kontrasepsi yang menunjang faktor-faktor yang dapat menurunkan angka kematian ibu
IV Perkembangan Program KB di Bengkulu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 9
Menunda kehamilan sd umur 20 gt
Penurunan AKI
Berhenti melahirkan umur 35 th
Memperkecil jumlah anak 2
lebih baik
Memperpanjang jarak kehamilan
Mengurangi KTD (unwanted
pregnancies)
Program KB
41 Perkembangan Peserta KB per Mix Kontrasepsi
Tabel 41 Peserta KB per Mix Kontrasepsi SDKI 1997-2012
Hasil SDKI 1997 sampai dengan SDKI 2012 peserta Keluarga Berencana di
Provinsi Bengkulu masih didominasi penggunaan alat kontrasepsi jangka pendek
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 10
seperti suntik dari 469 pada SDKI 1997 menjadi 329 pada SDKI 2012 dan
pil sebesar 130 SDKI 1997 menjadi 111 SDKI 2012 Sedangkan alat
kontrasepsi jangka panjang dengan efektifitas tinggi dari SDKI 2007 dibanding
SDKI 2012 justru turun Pemakaian IUD turun dari 83 ( SDKI 2007) menjadi
34 (SDKI 2012) akseptor Implant turun dari 124 menjadi 90 MOP turun
dari 04 menjadi 00 Turunnya akseptor IUD dari 83 menjadi 34
menunjukkan bahwa program IUD sasi yang telah dicanangkan sejak tahun 2010
belum membawa hasil maksimal
Perlu upaya dan terobosan untuk perbaikan kualitas pemakaian kontrasepsi
yang merupakan salah satu tujuan dari program keluarga berencana Salah satu
ukuran dari kualitas pemakaian adalah efektifitas (kelangsungan) pemakaian
kontrasepsi yang semakin tinggi Alasan putus pakai bisa disebabkan oleh kegagalan
kontrasepsi ketidak puasan terhadap alatcara KB efek samping dan kekurang-
tersediaan alatcara KB Tingkat putus pakai yang tinggi kegagalan alatcara KB dan
pergantian alatcara KB bisa mengindikasikan bahwa diperlukan perbaikan dalam
pemberian konseling tentang pemilihan alatcara KB pelayanan lanjutan dan
penyediaan pelayanan yang lebih luas
42 Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi Tabel 42 Tidak Terpenuhi Sedang Pakai dan Ingin ber KB
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 11
Tabel 42 menunjukkan pada tahun 2012 angka unmet need di Bengkulu mengalami
peningkatan dari 74 menjadi 91 dibanding SDKI 1997 PUS yang sedang
menggunakan alat kontrasepsi turun dari 666 menjadi 642 dan PUS yang ingin ber
KB juga turun dari 758 menjadi 733
Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa wanita berstatus kawin usia 15 ndash 49 yang
tidak terpenuhi keinginan ber KB sedang pakai dan ingin ber KB sebagai berikut
a Kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi PUS yang sebenarnya tidak ingin
punya anak lagi atau ingin menunda kelahiran anak berikutnya tetapi karena
berbagai alasan tidak memakai kontrasepsi
- Untuk menjarangkan kelahiran 40
- Untuk membatasi kelahiran 51
- Jumlah 91
Pasangan usia subur yang tidak ingin anak lagi dan ingin menunda kelahiran
tetapi tidak menggunakan suatu alatcara KB modern (unmet need KB)
merupakan suatu peluang untuk meningkatkan peserta KB karena apabila
kelompok PUS (Pasangan Usia Subur) tersebut dapat di diberikan KIE
(Komunikasi Informasi dan Edukasi) yang memadai dan dapat dilayani dengan
baik maka mereka merupakan calon-calon akseptor KB yang potensial
b Kebutuhan ber KB yang terpenuhi
- Untuk menjarangkan kelahiran 25
- Untuk membatasi kelahiran 392
- Jumlah 642
c Jumlah yang ingin ber KB
- Untuk menjarangkan kelahiran 29
- Untuk membatasi kelahiran 444
- Jumlah 733
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 12
Mengapa pasangan usia subur tidak memakai kontrasepsi hal ini berkaitan
dengan tingkat pengetahuan akses kualitas pelayanan dan ketersediaan kontrasepsi
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan suatu pendekatan KIE dan
peningkatan kualitas pelayanan dan pendekatan perluasan jejaring dengan
memanfaatkan seluruh jaringan yang ada di lini lapangan
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemakaian kontrasepsi antara lain adalah
a Kualitas pelayanan yang baik memiliki peranan yang sangat besar dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerimaan dan kelangsungan
pemakaian kontrasepsi
b Rasa takut terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan
kontrasepsi akan menyebabkan penolakan terhadap pemakaian kontrasepsi
c Keterbatasan distribusi alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat
d Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap berbagai macam kontrasepsi
dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing
e Akses masyarakat terhadap pelayanan kontrasepsi
Alternative kebijakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tingginya
unmet need KB di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut
a Memperkuat KIE dan advokasi KIE dan Advokasi adalah langkah yang
dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang penggunaan berbagai
kontrasepsi serta hasil yang diharapkan dari program KB yang pelaksanaanya
diperlukan koordinasi dengan lintas sector yang terkait
b Refreshingpelatihan bagi petugas penyuluh lapangan
Refreshingpelatihan diperlukan untuk menyegarkan kembali metode-metode
dan pengetahuan antara lain bagaimana memberikan pemahaman kepada
masyarakat khususnya kepada PUS tentang pentingnya revitalisasi program
KB
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 13
c Mengaktifkan kembali kader-kader KB yang ada dilapangan
menghidupkan kembali mekanisme operasional lini lapangan dan
memberikan operasional kader-kader KB di lapangan yang memadai
d Melibatkan Tokoh agama tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam
pengelolaan dan revitalisasi program KB
e Penyediaan sarana yang memadai dan pembinaan berjenjang
43 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkulu
Menurut Davis dan Blake (1956) ada 11 variabel antara yang mempengaruhi
fertilitas Variebel-variebel tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu Variabel
hubungan seks yang terdiri dari usia kawin proporsi yang tidak pernah kawin
perpisahan pada usia kawin karena cerai ditinggal dan menjanda abstinensia
sukarela abstinensia karena terpaksa frekuensi hubungan seks Variebel kedua
adalah konsepsi yang terdiri dari kesuburan biologis pemakaian kontrasepsi
kemandulan disengaja Variebel yang terakhir adalah gestasi yang terdiri dari
keguguran yang tidak disengaja dan pengguguran yang disengaja (Singarimbun
19965)
Variabel-variabel tersebut tidak semuanya dijadikan pendekatan untuk pengendalian
kelahiran di Indonesia Adapun variabel-variabel yang dijadikan pendekatan untuk
pengendalian kelahiran melalui program KB yaitu
a Usia kawin melalui promosi pendewasaan usia perkawinan
b Pemakaian kontrasepsi
c Kemandulan disengaja melalui vasektomi dan tubektomi
a1 Pendewasaan usia perkawinan
Tujuan pendewasaan usia perkawinan selain untuk mengendalikan kelahiran
oleh karena semakin tua usia orang kawin berarti semakin sedikit waktu masa
reproduktif yang dimiliki oleh Pasangan Usia Subur (PUS) juga bermanfaat
untuk mengurangi resiko kehamilan Resiko yang mungkin dapat terjadi pada ibu
yang yang telalu muda untuk hamil antara lain keguguran tekanan darah tinggi
keracunan kehamilan timbulnya kesulitan persalinan bayi berat lahir rendah
membesarnya air seni ke vagina keluarnya gas dan feses ke vagina atau bisa
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 14
kanker leher rahim (BKKBN 20062) Anjuran melalui program KB yang
disarankan dalam pendewasaan usia perkawinan adalah meningkatkan batas usia
perkawinan minimal usia 20 tahun untuk perempuan dan minimal usia 25 tahun
untuk pria (BKKBN 199221)
Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan usia kawin pertama wanita
meningkat antara lain
a Kemiskinan
b Hidup di daerah yang padat
c Pengaruh lingkungan
Michael Thomas Sadier seorang penganut Teori Fisiologis menyatakan bahwa
ldquojika kepadatan penduduk tinggi maka daya reproduksi manusia cenderung
menurun sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah maka daya reproduksi
manusia akan meningkatrdquo (Mantra 200359)
b1 Pengaturan Kelahiran
Pengaturan jarak kelahiran antara anak pertama dengan anak kedua dan
seterusnya selain bertujuan untuk mengendalikan tingkat kelahiran melalui
penjarangan kehamilan juga bertujuan untuk mengurangi resiko negatif terhadap
bayi dan ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat Resiko-resiko yang bisa
terjadi bila kehamilan terlalu dekat antara lain
1 keguguran
2 anemia pada ibu
3 payah jantung
4 bayi bisa lahir sebelum waktunya
5 bayi bisa lahir dengan berat badan rendah
6 bayi bisa cacat bawaan serta tidak optimalnya tumbuh kembang balita
Akan sangat beresiko lagi jika kehamilan yang terlalu dekat terjadi di kalangan
keluarga miskin yang tidak mampu untuk mencukupi gizi pada saat ibu sedang
hamil Jarak kelahiran yang ideal yang dianjurkan melalui program KB minimal
2-3 tahun sehingga untuk kehamilan anak yang kedua secara fisik dan
psikhologis siibu lebih siap (BKKBN 20063)
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 15
Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu
Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an
sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan
sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)
Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung
meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi
22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian
kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan
memperkecil prevalensi kehamilan
44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu
Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu
tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target
yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga
perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102
kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16
Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015
Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-
2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari
sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-
2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih
sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan
sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk
mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan
Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat
terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu
ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait
masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian
Kesehatan2007)
Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi
Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada
masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada
masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga
kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah
syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17
aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya
maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas
2010)
Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu
pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya
Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila
didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka
mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka
kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini
disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya
Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah
wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai
jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil
SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam
periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi
30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81
Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan
belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam
terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode
risiko tinggi
Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )
dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan
kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya
penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin
mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran
antara satu anak dengan anak berikutnya
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18
Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal
TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)
Sumber SDK I 200203 2007
41 38
127
94
3
4755
81
0
2
4
6
8
10
12
14
Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak
SDKI 200203 SDKI 2007
V Hasil dan Pembahasan
Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang
didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu
disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari
rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita
hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat
51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill
Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19
Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu
Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio
(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per
100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR
Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di
bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka
perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan
pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka
kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-
provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010
masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana
pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu
Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak
2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari
2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan
persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen
tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63
kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu
sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada
saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah
melahirkan
Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah
perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari
kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan
masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35
tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35
tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun
hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur
yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun
Perhatikan Tabel 51
Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010
Variabel Persentase
Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal
Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan
Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun
23976
333667
63571365
Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu
faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu
hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda
bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan
bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya
kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan
tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60
persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh
informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif
rendah
52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21
Sumber Riskesdas 2010
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama
kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil
Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan
kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif
tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar
133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51
persen
53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes
Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010
Sumber Riskesdas 2010
Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa
kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi
Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat
rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang
melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22
melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman
adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan
cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan
bayi
Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir
Sumber Riskesdas 2010
Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau
pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan
kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit
infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu
Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu
mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan
masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya
terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa
setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan
harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai
resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan
kematian (Riskedas 2010)
Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih
relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan
menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320
persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi
0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah
melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23
persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu
44 persenPerhatikan Gambar 55
Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan
Sumber Riskesdas 2010
VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI
61 Faktor Determinan AKI
Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu
a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda
bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah
b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)
c Tempat Persalinan 60 di rumah
d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan
e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED
belum mencukupi
Faktor Yang Memperburuk
a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil
b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197
c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24
d Malaria dan TBC HIVAIDS
Penyebab Tidak Langsung
a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga
ndash Kekerasan dan Beban Ganda
ndash Perilaku konsumsi
ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan
ndash Kawin Muda
ndash Pandangan Budaya
b Pemenuhan Hak Reproduksi
ndash Kesertaan KB
ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB
ndash Peran Kesetaraan Pria
c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Faktor Dasar
a Keterbatasan Pengetahuan
ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi
ndash Pendidikan kesehatan reproduksi
ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi
b Status Perempuan
ndash Taraf Pendidikan Perempuan
ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan
ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga
c Kelembagaan
ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan
ndash Posyandu
ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25
62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI
Tabel 61 Analisa Kesenjangan
Yang harusdilakukan
Kebijakan Nasional
Upaya yang dilakukan
Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan
Pemeriksaan kehamilan
K4 90 Askeskin Biaya transportasi
Bantuan biaya transport
Ibu mendapat Pil besi
Pemberian pil besi
Pengadaan buffer stock pil besi
Konsumsi pil besi tidak sesuai
Peningkatan KIE
Persalinan ditolong oleh Nakes
90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk
Pengangkatan Bidan PTT
Persebaran belum merata
Insentif Bidan di daerah terpencil
Peningkatan kualitas dukun
- Kemitraan Bidan dengan Dukun
Kebijakan yang jelas tentang Dukun
Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda
Akses PONEK dan PONED
Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab
Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK
Dukungan peralatan dan tenaga kurang
Ekspansi PONED pelatihan tenaga
Mengurangi KDRT
UU No 232004 tentang penghapusan KDRT
Kampanye dan Sosialisasi
Belum dipahami publik dan penegak hukum
KIE tentang pengurangan KDRT
Ibu melahirkan di usia aman
UU No 1 1974 tentang Perkawinan
Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah
Kampanye KIE pendidikan Kespro
Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi
Unmet need 60
Peningkatan kualitas program KB
Unmet need mencapai 91
Revitalisasi program KB
Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan
Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan
Mendekatkan pelayanan Bidan
Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga
Siswa memperoleh
Kespro bagian dari kurikulum
KIE tentnag Kespro
Kesepakatan dan metode
Pengembangan modul dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26
pengetahuan tentang kespro
penyampaian bahan pelajaran
Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga
Pengarus utamaan gender
Kessempatan kerja bagi perempuan
VII Kesimpulan dan Rekomendasi
71 Kesimpulan
a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345
(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)
b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat
dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41
menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94
menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE
yang lebih intensif terutama diperdesaan)
c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga
penurunan AKI masih terkesan lambat
d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor
e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan
politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif
72 Rekomendasi
1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil
2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga
3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor
4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya
5 Peningkatan kelembagaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27
Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach
- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun
- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi
PemdaDinkesOrganisasi Profesi
Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab
Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK
PemdaDinkes
Pelayanan Antenatal dan Persalinan
Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi
Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT
PemdaDinkes
Pelayanan kesehatan masyarakat miskin
Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua
PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk
PemdaDinkes
Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah
Alokasi dana trasnportBank darah di RS
PemdaDinkesPMI
Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab
Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan
Rata- rata pendidikan perenpuan
DiknasPemda
Status perempuan
Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan
Perangkat hukum Meneg PPPemda
Status sosial ekonomi
Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja
Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Meneg PPPemda
Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28
untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin
meningkat Pemda
Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi
Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN
BKKBN dan Pemda
Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan
Asuransi persalinan dan transportasi
Pemda
Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga
Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat
Kemenkes
Kerjasama kelembagaan
Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga
Menguatnya peran lintas sektor
Lintas sektor
Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program
pendidikan kespro kedalam kurikulum
Metode pengajaran yang tepat
Pemda Diknas BKKBN
Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi
Aturan yang jelas tentang aborsi
Kemenkumham Pemda
Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil
Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan
Kemenag Pemda
Perkawinan usia muda
Optimalisasi batasminimal usia perkawinan
Batas usia minimal perkawinan
Kemenkumham Pemda
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29
Strategi 5 KELEMBAGAAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman
Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD
Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan
Bappenas dan Bappeda
Peraturan per undangan tentang aborsi
Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency
Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency
Lintas Sektor
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30
Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI
SOLUSI MASALAH
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31
Angka kematian Ibu melahirkan tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi
Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi
Kasus ekslampsia yang tidak tertangani
Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi
Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi
Pemantauan selama kehamilan rendah
Pengetahuan ibu masih rendah
Keterampilan tenaga penolong masih kurang
Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi
Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi
Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam
Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi
TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi
bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih
rendah
Pemberian tablet Fe masih kurang
Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan Cakupan bumil
ristikomp yang tertangani tuntas
Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin
Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK
Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes
Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4
Peningkatan cakupan Fe
Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24
jam
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
oleh satu atau lebih diantara ketiga faktor tersebut kedua kematian obstetrik tidak langsung
yaitu kematian yang diakibatkan oleh penyakit yang diderita sebelum kehamilan atau
penyakit yang berkembang selama kehamilan bukan karena sebab obtstetrik langsung tetapi
yang diperburuk oleh efek fisiologi kehamilan
Pada umumnya baik di negara berkembang maupun negara maju pencatatan dan
pelaporan kematian ibu selalu di bawah angka yang seharusnya atau selalu under reported
Di negara maju under reporting terjadi akibat kesalahan dalam mengklasifikasi sebab
kematian terutama pada kasus kematian akibat obstetrik tidak langsung yang terjadi pada
masa hamil muda Sedangkan di negara berkembang under reporting terjadi karena registrasi
vital belum berjalan baik Umumnya kematian akibat maternal tidak diketahui kecuali
apabila terjadi pada kehamilan tua atau terjadi pada waktu persalinan Dengan demikian
sampai saat ini belum ada suatu cara yang tepat untuk menilai masalah kesehatan maternal
melalui kematian maternal
Dari uraian diatas upaya penurunan AKI merupakan tantangan besar dalam mencapai
sasaran RPJM MDGs dan RPJP Dengan kecenderungan penurunan AKI saat ini sasaran
akan sulit dicapai sehingga diperlukan percepatan sesuai sasaran MDGs sebesar 102100000
kelahiran hidup
Tabel Skenario Penurunan AKI
Tahun Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Skenario 4Trend SDKI 94-02
Penurunan AKI 47 th
Penurunan AKI 65 th
Penurunan AKI 95 th
2005 262 262 262 2622010 226 207 191 1632015 195 163 140 1022020 168 129 102 642025 145 102 74 40
RPJMN RPJP MDGs
Kondisi saat ini
1 Angka Kematian Ibu 228 per 100000 KH
2 Angka Kematian Balita 44 per 1000 KH
3 Angka kematian bayi 34 per 1000 KH
4 Jumlah Persalinan 26000 ndash 27000 Thn
5 Masih tingginya Unsafe Abortion Thn
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 5
6 Masih tingginya (ASFR) 15-19 thn 351000 perempuan
7 Trend pencapaian 4 Terlalu
- Terlalu muda (3)
- Terlalu tua (47)
- Terlalu dekat (55)
- Terlalu banyak (81)
- Persalinan oleh Nakes 728
- Melahirkan pada faskes 70 (urban)
- Perkiraan persalinan berdasar tempat
- Rumah Sakit 20
- Bidan Praktek Swasta 30
- PuskesmasBidan Pedesaan 50
Sumber SDKI 2007
II Tujuan Analisis
a Mengetahui trend kesertaan ber KB trend fertilitas dan angka kematian ibu di
Bengkulu
b Mengidentifikasi factor dominan penyebab kematian ibu
c Menyusun sebuah rancangan strategi percepatan penurunan AKI
III Metodologi
31 Metode Perhitungan AKI
Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung angka kematian
maternal yaitu metode langsung (direct) maupun tidak langsung (indirect) Metode
langsung dilakukan dengan cara recall atau memanggil kembali ingatan responden
tentang kejadian kematian di dalam rumah tangganya selama beberapa waktu
sebelum sensus Namun angka kematian maternal yang diperoleh dengan metode
langsung diduga belum menggambarkan kejadian kematian maternal sebesarnya
Hal ini sesuai dengan pendapat beberapa ahli kependudukan yang menyatakan
bahwa ukuran-ukuran kematian yang didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai
yang terlalu rendah untuk Indonesia
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 6
Beberapa ahli mengembangkan metode penghitungan kematian khususnya kematian
maternal dengan cara tidak langsung (indirect method) Salah satu cara yang sudah
seringkali digunakan adalah metode General Growth Balance yang digagas oleh
Prof Kenneth Hill yang kemudian disebut metode Ken Hill Dengan menggunakan
metode ini diharapkan angka kematian maternal yang dihasilkan akan lebih
sesuaicocok dengan kejadian yang sesungguhnya Keuntungan lainnya adalah
angka kelengkapan (completeness) cakupan kematian dari hasil sensus atau survei
juga akan diperoleh
32 Konsep Definisi
Kematian maternal didefinisikan sebagai kematian perempuan pada saat
hamil saat melahirkan atau selama 42 hari setelah kehamilan berakhir
(WHO2007) Terdapat dua indikator untuk mengukur kematian maternal yaitu
Angka Kematian MaternalMaternal Mortality Rate dan Rasio Kematian
MaternalMaternal Mortality Ratio Pada umumnya indikator yang digunakan untuk
mengukur kematian maternal adalah rasio kematian maternal
33 Sumber Dataa Hasil Sensus 2010
b Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2002-2003 dan 2007
c Riskesdas 2010
d Podes 2010
34 Kerangka Pikir
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 7
Gambar 31 Kerangka Pikir Penyebab Kematian Ibu
Penyebab langsung
Faktor yg memperburuk
Faktor dasar
Sumber Unicef 2004
Gambar 32 Kontribusi Gizi Pendidikan UKP dan KB dalam Menurunkan AKI
Sumber Kemenkes
Gambar 33 Pengaruh Program KB terhadap AKI Menurut Fortney
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 8
Kematian Ibu
Keterbatasan pengetahuan
Komplikasi saat melahirkan
Status Kesehatan dan gizi
Perlindungan dan perilaku dalam
keluarga
Kebutuhan terhadap tatacara
melahirkan
Akses penggunaan
layanan kesehatan
Ketersediaan SDM
Status perempuan
Perbaikan Gizi
Akses ke pelayanan KB mudah
Pendidikan perempuan
Usia Kawin Perempuan
Peningkatan Kualitas pelayanan KB
AKI Turun
Menurut Fortney program KB berpengaruh terhadap rate atau angka kematian ibu melalui 1) Menunda kehamilan sampai umur 20 tahun atau lebih 2) Memberi peluang untuk menghentikan kehamilan pada umur 35 tahun atau lebih 3) Memperkecil jumlah paritas kehamilan sampai kurang dari 4 (empat) 4) Memperpanjang jarak dari satu kehamilan ke kehamilan berikutnya minimal dua tahun 5) Mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancies) sehingga dapat mengurangi aborsi
Maine et al dengan menggunakan data World Fertility Survey menyatakan bahwa mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan (yang biasanya terjadi pada kelompok risiko tinggi) dapat menurunkan rasio kematian ibu sebesar 5 di Ivory Coast dan 62 di Bangladesh Menurunnya rate atau angka kematian ibu dalam periode mendekati survei sekitar 4 tahun terakhir kemungkinan besar karena keberhasilan meningkatnya pemakaian kontrasepsi yang menunjang faktor-faktor yang dapat menurunkan angka kematian ibu
IV Perkembangan Program KB di Bengkulu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 9
Menunda kehamilan sd umur 20 gt
Penurunan AKI
Berhenti melahirkan umur 35 th
Memperkecil jumlah anak 2
lebih baik
Memperpanjang jarak kehamilan
Mengurangi KTD (unwanted
pregnancies)
Program KB
41 Perkembangan Peserta KB per Mix Kontrasepsi
Tabel 41 Peserta KB per Mix Kontrasepsi SDKI 1997-2012
Hasil SDKI 1997 sampai dengan SDKI 2012 peserta Keluarga Berencana di
Provinsi Bengkulu masih didominasi penggunaan alat kontrasepsi jangka pendek
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 10
seperti suntik dari 469 pada SDKI 1997 menjadi 329 pada SDKI 2012 dan
pil sebesar 130 SDKI 1997 menjadi 111 SDKI 2012 Sedangkan alat
kontrasepsi jangka panjang dengan efektifitas tinggi dari SDKI 2007 dibanding
SDKI 2012 justru turun Pemakaian IUD turun dari 83 ( SDKI 2007) menjadi
34 (SDKI 2012) akseptor Implant turun dari 124 menjadi 90 MOP turun
dari 04 menjadi 00 Turunnya akseptor IUD dari 83 menjadi 34
menunjukkan bahwa program IUD sasi yang telah dicanangkan sejak tahun 2010
belum membawa hasil maksimal
Perlu upaya dan terobosan untuk perbaikan kualitas pemakaian kontrasepsi
yang merupakan salah satu tujuan dari program keluarga berencana Salah satu
ukuran dari kualitas pemakaian adalah efektifitas (kelangsungan) pemakaian
kontrasepsi yang semakin tinggi Alasan putus pakai bisa disebabkan oleh kegagalan
kontrasepsi ketidak puasan terhadap alatcara KB efek samping dan kekurang-
tersediaan alatcara KB Tingkat putus pakai yang tinggi kegagalan alatcara KB dan
pergantian alatcara KB bisa mengindikasikan bahwa diperlukan perbaikan dalam
pemberian konseling tentang pemilihan alatcara KB pelayanan lanjutan dan
penyediaan pelayanan yang lebih luas
42 Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi Tabel 42 Tidak Terpenuhi Sedang Pakai dan Ingin ber KB
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 11
Tabel 42 menunjukkan pada tahun 2012 angka unmet need di Bengkulu mengalami
peningkatan dari 74 menjadi 91 dibanding SDKI 1997 PUS yang sedang
menggunakan alat kontrasepsi turun dari 666 menjadi 642 dan PUS yang ingin ber
KB juga turun dari 758 menjadi 733
Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa wanita berstatus kawin usia 15 ndash 49 yang
tidak terpenuhi keinginan ber KB sedang pakai dan ingin ber KB sebagai berikut
a Kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi PUS yang sebenarnya tidak ingin
punya anak lagi atau ingin menunda kelahiran anak berikutnya tetapi karena
berbagai alasan tidak memakai kontrasepsi
- Untuk menjarangkan kelahiran 40
- Untuk membatasi kelahiran 51
- Jumlah 91
Pasangan usia subur yang tidak ingin anak lagi dan ingin menunda kelahiran
tetapi tidak menggunakan suatu alatcara KB modern (unmet need KB)
merupakan suatu peluang untuk meningkatkan peserta KB karena apabila
kelompok PUS (Pasangan Usia Subur) tersebut dapat di diberikan KIE
(Komunikasi Informasi dan Edukasi) yang memadai dan dapat dilayani dengan
baik maka mereka merupakan calon-calon akseptor KB yang potensial
b Kebutuhan ber KB yang terpenuhi
- Untuk menjarangkan kelahiran 25
- Untuk membatasi kelahiran 392
- Jumlah 642
c Jumlah yang ingin ber KB
- Untuk menjarangkan kelahiran 29
- Untuk membatasi kelahiran 444
- Jumlah 733
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 12
Mengapa pasangan usia subur tidak memakai kontrasepsi hal ini berkaitan
dengan tingkat pengetahuan akses kualitas pelayanan dan ketersediaan kontrasepsi
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan suatu pendekatan KIE dan
peningkatan kualitas pelayanan dan pendekatan perluasan jejaring dengan
memanfaatkan seluruh jaringan yang ada di lini lapangan
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemakaian kontrasepsi antara lain adalah
a Kualitas pelayanan yang baik memiliki peranan yang sangat besar dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerimaan dan kelangsungan
pemakaian kontrasepsi
b Rasa takut terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan
kontrasepsi akan menyebabkan penolakan terhadap pemakaian kontrasepsi
c Keterbatasan distribusi alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat
d Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap berbagai macam kontrasepsi
dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing
e Akses masyarakat terhadap pelayanan kontrasepsi
Alternative kebijakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tingginya
unmet need KB di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut
a Memperkuat KIE dan advokasi KIE dan Advokasi adalah langkah yang
dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang penggunaan berbagai
kontrasepsi serta hasil yang diharapkan dari program KB yang pelaksanaanya
diperlukan koordinasi dengan lintas sector yang terkait
b Refreshingpelatihan bagi petugas penyuluh lapangan
Refreshingpelatihan diperlukan untuk menyegarkan kembali metode-metode
dan pengetahuan antara lain bagaimana memberikan pemahaman kepada
masyarakat khususnya kepada PUS tentang pentingnya revitalisasi program
KB
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 13
c Mengaktifkan kembali kader-kader KB yang ada dilapangan
menghidupkan kembali mekanisme operasional lini lapangan dan
memberikan operasional kader-kader KB di lapangan yang memadai
d Melibatkan Tokoh agama tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam
pengelolaan dan revitalisasi program KB
e Penyediaan sarana yang memadai dan pembinaan berjenjang
43 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkulu
Menurut Davis dan Blake (1956) ada 11 variabel antara yang mempengaruhi
fertilitas Variebel-variebel tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu Variabel
hubungan seks yang terdiri dari usia kawin proporsi yang tidak pernah kawin
perpisahan pada usia kawin karena cerai ditinggal dan menjanda abstinensia
sukarela abstinensia karena terpaksa frekuensi hubungan seks Variebel kedua
adalah konsepsi yang terdiri dari kesuburan biologis pemakaian kontrasepsi
kemandulan disengaja Variebel yang terakhir adalah gestasi yang terdiri dari
keguguran yang tidak disengaja dan pengguguran yang disengaja (Singarimbun
19965)
Variabel-variabel tersebut tidak semuanya dijadikan pendekatan untuk pengendalian
kelahiran di Indonesia Adapun variabel-variabel yang dijadikan pendekatan untuk
pengendalian kelahiran melalui program KB yaitu
a Usia kawin melalui promosi pendewasaan usia perkawinan
b Pemakaian kontrasepsi
c Kemandulan disengaja melalui vasektomi dan tubektomi
a1 Pendewasaan usia perkawinan
Tujuan pendewasaan usia perkawinan selain untuk mengendalikan kelahiran
oleh karena semakin tua usia orang kawin berarti semakin sedikit waktu masa
reproduktif yang dimiliki oleh Pasangan Usia Subur (PUS) juga bermanfaat
untuk mengurangi resiko kehamilan Resiko yang mungkin dapat terjadi pada ibu
yang yang telalu muda untuk hamil antara lain keguguran tekanan darah tinggi
keracunan kehamilan timbulnya kesulitan persalinan bayi berat lahir rendah
membesarnya air seni ke vagina keluarnya gas dan feses ke vagina atau bisa
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 14
kanker leher rahim (BKKBN 20062) Anjuran melalui program KB yang
disarankan dalam pendewasaan usia perkawinan adalah meningkatkan batas usia
perkawinan minimal usia 20 tahun untuk perempuan dan minimal usia 25 tahun
untuk pria (BKKBN 199221)
Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan usia kawin pertama wanita
meningkat antara lain
a Kemiskinan
b Hidup di daerah yang padat
c Pengaruh lingkungan
Michael Thomas Sadier seorang penganut Teori Fisiologis menyatakan bahwa
ldquojika kepadatan penduduk tinggi maka daya reproduksi manusia cenderung
menurun sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah maka daya reproduksi
manusia akan meningkatrdquo (Mantra 200359)
b1 Pengaturan Kelahiran
Pengaturan jarak kelahiran antara anak pertama dengan anak kedua dan
seterusnya selain bertujuan untuk mengendalikan tingkat kelahiran melalui
penjarangan kehamilan juga bertujuan untuk mengurangi resiko negatif terhadap
bayi dan ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat Resiko-resiko yang bisa
terjadi bila kehamilan terlalu dekat antara lain
1 keguguran
2 anemia pada ibu
3 payah jantung
4 bayi bisa lahir sebelum waktunya
5 bayi bisa lahir dengan berat badan rendah
6 bayi bisa cacat bawaan serta tidak optimalnya tumbuh kembang balita
Akan sangat beresiko lagi jika kehamilan yang terlalu dekat terjadi di kalangan
keluarga miskin yang tidak mampu untuk mencukupi gizi pada saat ibu sedang
hamil Jarak kelahiran yang ideal yang dianjurkan melalui program KB minimal
2-3 tahun sehingga untuk kehamilan anak yang kedua secara fisik dan
psikhologis siibu lebih siap (BKKBN 20063)
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 15
Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu
Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an
sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan
sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)
Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung
meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi
22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian
kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan
memperkecil prevalensi kehamilan
44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu
Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu
tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target
yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga
perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102
kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16
Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015
Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-
2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari
sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-
2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih
sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan
sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk
mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan
Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat
terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu
ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait
masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian
Kesehatan2007)
Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi
Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada
masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada
masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga
kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah
syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17
aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya
maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas
2010)
Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu
pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya
Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila
didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka
mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka
kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini
disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya
Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah
wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai
jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil
SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam
periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi
30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81
Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan
belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam
terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode
risiko tinggi
Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )
dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan
kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya
penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin
mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran
antara satu anak dengan anak berikutnya
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18
Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal
TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)
Sumber SDK I 200203 2007
41 38
127
94
3
4755
81
0
2
4
6
8
10
12
14
Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak
SDKI 200203 SDKI 2007
V Hasil dan Pembahasan
Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang
didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu
disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari
rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita
hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat
51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill
Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19
Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu
Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio
(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per
100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR
Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di
bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka
perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan
pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka
kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-
provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010
masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana
pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu
Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak
2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari
2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan
persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen
tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63
kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu
sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada
saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah
melahirkan
Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah
perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari
kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan
masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35
tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35
tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun
hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur
yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun
Perhatikan Tabel 51
Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010
Variabel Persentase
Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal
Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan
Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun
23976
333667
63571365
Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu
faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu
hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda
bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan
bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya
kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan
tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60
persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh
informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif
rendah
52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21
Sumber Riskesdas 2010
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama
kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil
Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan
kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif
tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar
133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51
persen
53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes
Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010
Sumber Riskesdas 2010
Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa
kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi
Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat
rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang
melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22
melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman
adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan
cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan
bayi
Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir
Sumber Riskesdas 2010
Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau
pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan
kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit
infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu
Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu
mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan
masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya
terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa
setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan
harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai
resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan
kematian (Riskedas 2010)
Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih
relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan
menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320
persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi
0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah
melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23
persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu
44 persenPerhatikan Gambar 55
Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan
Sumber Riskesdas 2010
VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI
61 Faktor Determinan AKI
Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu
a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda
bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah
b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)
c Tempat Persalinan 60 di rumah
d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan
e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED
belum mencukupi
Faktor Yang Memperburuk
a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil
b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197
c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24
d Malaria dan TBC HIVAIDS
Penyebab Tidak Langsung
a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga
ndash Kekerasan dan Beban Ganda
ndash Perilaku konsumsi
ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan
ndash Kawin Muda
ndash Pandangan Budaya
b Pemenuhan Hak Reproduksi
ndash Kesertaan KB
ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB
ndash Peran Kesetaraan Pria
c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Faktor Dasar
a Keterbatasan Pengetahuan
ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi
ndash Pendidikan kesehatan reproduksi
ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi
b Status Perempuan
ndash Taraf Pendidikan Perempuan
ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan
ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga
c Kelembagaan
ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan
ndash Posyandu
ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25
62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI
Tabel 61 Analisa Kesenjangan
Yang harusdilakukan
Kebijakan Nasional
Upaya yang dilakukan
Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan
Pemeriksaan kehamilan
K4 90 Askeskin Biaya transportasi
Bantuan biaya transport
Ibu mendapat Pil besi
Pemberian pil besi
Pengadaan buffer stock pil besi
Konsumsi pil besi tidak sesuai
Peningkatan KIE
Persalinan ditolong oleh Nakes
90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk
Pengangkatan Bidan PTT
Persebaran belum merata
Insentif Bidan di daerah terpencil
Peningkatan kualitas dukun
- Kemitraan Bidan dengan Dukun
Kebijakan yang jelas tentang Dukun
Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda
Akses PONEK dan PONED
Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab
Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK
Dukungan peralatan dan tenaga kurang
Ekspansi PONED pelatihan tenaga
Mengurangi KDRT
UU No 232004 tentang penghapusan KDRT
Kampanye dan Sosialisasi
Belum dipahami publik dan penegak hukum
KIE tentang pengurangan KDRT
Ibu melahirkan di usia aman
UU No 1 1974 tentang Perkawinan
Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah
Kampanye KIE pendidikan Kespro
Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi
Unmet need 60
Peningkatan kualitas program KB
Unmet need mencapai 91
Revitalisasi program KB
Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan
Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan
Mendekatkan pelayanan Bidan
Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga
Siswa memperoleh
Kespro bagian dari kurikulum
KIE tentnag Kespro
Kesepakatan dan metode
Pengembangan modul dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26
pengetahuan tentang kespro
penyampaian bahan pelajaran
Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga
Pengarus utamaan gender
Kessempatan kerja bagi perempuan
VII Kesimpulan dan Rekomendasi
71 Kesimpulan
a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345
(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)
b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat
dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41
menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94
menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE
yang lebih intensif terutama diperdesaan)
c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga
penurunan AKI masih terkesan lambat
d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor
e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan
politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif
72 Rekomendasi
1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil
2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga
3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor
4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya
5 Peningkatan kelembagaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27
Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach
- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun
- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi
PemdaDinkesOrganisasi Profesi
Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab
Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK
PemdaDinkes
Pelayanan Antenatal dan Persalinan
Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi
Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT
PemdaDinkes
Pelayanan kesehatan masyarakat miskin
Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua
PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk
PemdaDinkes
Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah
Alokasi dana trasnportBank darah di RS
PemdaDinkesPMI
Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab
Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan
Rata- rata pendidikan perenpuan
DiknasPemda
Status perempuan
Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan
Perangkat hukum Meneg PPPemda
Status sosial ekonomi
Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja
Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Meneg PPPemda
Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28
untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin
meningkat Pemda
Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi
Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN
BKKBN dan Pemda
Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan
Asuransi persalinan dan transportasi
Pemda
Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga
Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat
Kemenkes
Kerjasama kelembagaan
Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga
Menguatnya peran lintas sektor
Lintas sektor
Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program
pendidikan kespro kedalam kurikulum
Metode pengajaran yang tepat
Pemda Diknas BKKBN
Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi
Aturan yang jelas tentang aborsi
Kemenkumham Pemda
Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil
Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan
Kemenag Pemda
Perkawinan usia muda
Optimalisasi batasminimal usia perkawinan
Batas usia minimal perkawinan
Kemenkumham Pemda
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29
Strategi 5 KELEMBAGAAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman
Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD
Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan
Bappenas dan Bappeda
Peraturan per undangan tentang aborsi
Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency
Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency
Lintas Sektor
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30
Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI
SOLUSI MASALAH
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31
Angka kematian Ibu melahirkan tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi
Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi
Kasus ekslampsia yang tidak tertangani
Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi
Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi
Pemantauan selama kehamilan rendah
Pengetahuan ibu masih rendah
Keterampilan tenaga penolong masih kurang
Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi
Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi
Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam
Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi
TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi
bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih
rendah
Pemberian tablet Fe masih kurang
Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan Cakupan bumil
ristikomp yang tertangani tuntas
Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin
Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK
Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes
Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4
Peningkatan cakupan Fe
Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24
jam
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
6 Masih tingginya (ASFR) 15-19 thn 351000 perempuan
7 Trend pencapaian 4 Terlalu
- Terlalu muda (3)
- Terlalu tua (47)
- Terlalu dekat (55)
- Terlalu banyak (81)
- Persalinan oleh Nakes 728
- Melahirkan pada faskes 70 (urban)
- Perkiraan persalinan berdasar tempat
- Rumah Sakit 20
- Bidan Praktek Swasta 30
- PuskesmasBidan Pedesaan 50
Sumber SDKI 2007
II Tujuan Analisis
a Mengetahui trend kesertaan ber KB trend fertilitas dan angka kematian ibu di
Bengkulu
b Mengidentifikasi factor dominan penyebab kematian ibu
c Menyusun sebuah rancangan strategi percepatan penurunan AKI
III Metodologi
31 Metode Perhitungan AKI
Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung angka kematian
maternal yaitu metode langsung (direct) maupun tidak langsung (indirect) Metode
langsung dilakukan dengan cara recall atau memanggil kembali ingatan responden
tentang kejadian kematian di dalam rumah tangganya selama beberapa waktu
sebelum sensus Namun angka kematian maternal yang diperoleh dengan metode
langsung diduga belum menggambarkan kejadian kematian maternal sebesarnya
Hal ini sesuai dengan pendapat beberapa ahli kependudukan yang menyatakan
bahwa ukuran-ukuran kematian yang didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai
yang terlalu rendah untuk Indonesia
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 6
Beberapa ahli mengembangkan metode penghitungan kematian khususnya kematian
maternal dengan cara tidak langsung (indirect method) Salah satu cara yang sudah
seringkali digunakan adalah metode General Growth Balance yang digagas oleh
Prof Kenneth Hill yang kemudian disebut metode Ken Hill Dengan menggunakan
metode ini diharapkan angka kematian maternal yang dihasilkan akan lebih
sesuaicocok dengan kejadian yang sesungguhnya Keuntungan lainnya adalah
angka kelengkapan (completeness) cakupan kematian dari hasil sensus atau survei
juga akan diperoleh
32 Konsep Definisi
Kematian maternal didefinisikan sebagai kematian perempuan pada saat
hamil saat melahirkan atau selama 42 hari setelah kehamilan berakhir
(WHO2007) Terdapat dua indikator untuk mengukur kematian maternal yaitu
Angka Kematian MaternalMaternal Mortality Rate dan Rasio Kematian
MaternalMaternal Mortality Ratio Pada umumnya indikator yang digunakan untuk
mengukur kematian maternal adalah rasio kematian maternal
33 Sumber Dataa Hasil Sensus 2010
b Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2002-2003 dan 2007
c Riskesdas 2010
d Podes 2010
34 Kerangka Pikir
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 7
Gambar 31 Kerangka Pikir Penyebab Kematian Ibu
Penyebab langsung
Faktor yg memperburuk
Faktor dasar
Sumber Unicef 2004
Gambar 32 Kontribusi Gizi Pendidikan UKP dan KB dalam Menurunkan AKI
Sumber Kemenkes
Gambar 33 Pengaruh Program KB terhadap AKI Menurut Fortney
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 8
Kematian Ibu
Keterbatasan pengetahuan
Komplikasi saat melahirkan
Status Kesehatan dan gizi
Perlindungan dan perilaku dalam
keluarga
Kebutuhan terhadap tatacara
melahirkan
Akses penggunaan
layanan kesehatan
Ketersediaan SDM
Status perempuan
Perbaikan Gizi
Akses ke pelayanan KB mudah
Pendidikan perempuan
Usia Kawin Perempuan
Peningkatan Kualitas pelayanan KB
AKI Turun
Menurut Fortney program KB berpengaruh terhadap rate atau angka kematian ibu melalui 1) Menunda kehamilan sampai umur 20 tahun atau lebih 2) Memberi peluang untuk menghentikan kehamilan pada umur 35 tahun atau lebih 3) Memperkecil jumlah paritas kehamilan sampai kurang dari 4 (empat) 4) Memperpanjang jarak dari satu kehamilan ke kehamilan berikutnya minimal dua tahun 5) Mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancies) sehingga dapat mengurangi aborsi
Maine et al dengan menggunakan data World Fertility Survey menyatakan bahwa mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan (yang biasanya terjadi pada kelompok risiko tinggi) dapat menurunkan rasio kematian ibu sebesar 5 di Ivory Coast dan 62 di Bangladesh Menurunnya rate atau angka kematian ibu dalam periode mendekati survei sekitar 4 tahun terakhir kemungkinan besar karena keberhasilan meningkatnya pemakaian kontrasepsi yang menunjang faktor-faktor yang dapat menurunkan angka kematian ibu
IV Perkembangan Program KB di Bengkulu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 9
Menunda kehamilan sd umur 20 gt
Penurunan AKI
Berhenti melahirkan umur 35 th
Memperkecil jumlah anak 2
lebih baik
Memperpanjang jarak kehamilan
Mengurangi KTD (unwanted
pregnancies)
Program KB
41 Perkembangan Peserta KB per Mix Kontrasepsi
Tabel 41 Peserta KB per Mix Kontrasepsi SDKI 1997-2012
Hasil SDKI 1997 sampai dengan SDKI 2012 peserta Keluarga Berencana di
Provinsi Bengkulu masih didominasi penggunaan alat kontrasepsi jangka pendek
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 10
seperti suntik dari 469 pada SDKI 1997 menjadi 329 pada SDKI 2012 dan
pil sebesar 130 SDKI 1997 menjadi 111 SDKI 2012 Sedangkan alat
kontrasepsi jangka panjang dengan efektifitas tinggi dari SDKI 2007 dibanding
SDKI 2012 justru turun Pemakaian IUD turun dari 83 ( SDKI 2007) menjadi
34 (SDKI 2012) akseptor Implant turun dari 124 menjadi 90 MOP turun
dari 04 menjadi 00 Turunnya akseptor IUD dari 83 menjadi 34
menunjukkan bahwa program IUD sasi yang telah dicanangkan sejak tahun 2010
belum membawa hasil maksimal
Perlu upaya dan terobosan untuk perbaikan kualitas pemakaian kontrasepsi
yang merupakan salah satu tujuan dari program keluarga berencana Salah satu
ukuran dari kualitas pemakaian adalah efektifitas (kelangsungan) pemakaian
kontrasepsi yang semakin tinggi Alasan putus pakai bisa disebabkan oleh kegagalan
kontrasepsi ketidak puasan terhadap alatcara KB efek samping dan kekurang-
tersediaan alatcara KB Tingkat putus pakai yang tinggi kegagalan alatcara KB dan
pergantian alatcara KB bisa mengindikasikan bahwa diperlukan perbaikan dalam
pemberian konseling tentang pemilihan alatcara KB pelayanan lanjutan dan
penyediaan pelayanan yang lebih luas
42 Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi Tabel 42 Tidak Terpenuhi Sedang Pakai dan Ingin ber KB
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 11
Tabel 42 menunjukkan pada tahun 2012 angka unmet need di Bengkulu mengalami
peningkatan dari 74 menjadi 91 dibanding SDKI 1997 PUS yang sedang
menggunakan alat kontrasepsi turun dari 666 menjadi 642 dan PUS yang ingin ber
KB juga turun dari 758 menjadi 733
Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa wanita berstatus kawin usia 15 ndash 49 yang
tidak terpenuhi keinginan ber KB sedang pakai dan ingin ber KB sebagai berikut
a Kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi PUS yang sebenarnya tidak ingin
punya anak lagi atau ingin menunda kelahiran anak berikutnya tetapi karena
berbagai alasan tidak memakai kontrasepsi
- Untuk menjarangkan kelahiran 40
- Untuk membatasi kelahiran 51
- Jumlah 91
Pasangan usia subur yang tidak ingin anak lagi dan ingin menunda kelahiran
tetapi tidak menggunakan suatu alatcara KB modern (unmet need KB)
merupakan suatu peluang untuk meningkatkan peserta KB karena apabila
kelompok PUS (Pasangan Usia Subur) tersebut dapat di diberikan KIE
(Komunikasi Informasi dan Edukasi) yang memadai dan dapat dilayani dengan
baik maka mereka merupakan calon-calon akseptor KB yang potensial
b Kebutuhan ber KB yang terpenuhi
- Untuk menjarangkan kelahiran 25
- Untuk membatasi kelahiran 392
- Jumlah 642
c Jumlah yang ingin ber KB
- Untuk menjarangkan kelahiran 29
- Untuk membatasi kelahiran 444
- Jumlah 733
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 12
Mengapa pasangan usia subur tidak memakai kontrasepsi hal ini berkaitan
dengan tingkat pengetahuan akses kualitas pelayanan dan ketersediaan kontrasepsi
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan suatu pendekatan KIE dan
peningkatan kualitas pelayanan dan pendekatan perluasan jejaring dengan
memanfaatkan seluruh jaringan yang ada di lini lapangan
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemakaian kontrasepsi antara lain adalah
a Kualitas pelayanan yang baik memiliki peranan yang sangat besar dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerimaan dan kelangsungan
pemakaian kontrasepsi
b Rasa takut terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan
kontrasepsi akan menyebabkan penolakan terhadap pemakaian kontrasepsi
c Keterbatasan distribusi alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat
d Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap berbagai macam kontrasepsi
dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing
e Akses masyarakat terhadap pelayanan kontrasepsi
Alternative kebijakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tingginya
unmet need KB di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut
a Memperkuat KIE dan advokasi KIE dan Advokasi adalah langkah yang
dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang penggunaan berbagai
kontrasepsi serta hasil yang diharapkan dari program KB yang pelaksanaanya
diperlukan koordinasi dengan lintas sector yang terkait
b Refreshingpelatihan bagi petugas penyuluh lapangan
Refreshingpelatihan diperlukan untuk menyegarkan kembali metode-metode
dan pengetahuan antara lain bagaimana memberikan pemahaman kepada
masyarakat khususnya kepada PUS tentang pentingnya revitalisasi program
KB
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 13
c Mengaktifkan kembali kader-kader KB yang ada dilapangan
menghidupkan kembali mekanisme operasional lini lapangan dan
memberikan operasional kader-kader KB di lapangan yang memadai
d Melibatkan Tokoh agama tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam
pengelolaan dan revitalisasi program KB
e Penyediaan sarana yang memadai dan pembinaan berjenjang
43 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkulu
Menurut Davis dan Blake (1956) ada 11 variabel antara yang mempengaruhi
fertilitas Variebel-variebel tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu Variabel
hubungan seks yang terdiri dari usia kawin proporsi yang tidak pernah kawin
perpisahan pada usia kawin karena cerai ditinggal dan menjanda abstinensia
sukarela abstinensia karena terpaksa frekuensi hubungan seks Variebel kedua
adalah konsepsi yang terdiri dari kesuburan biologis pemakaian kontrasepsi
kemandulan disengaja Variebel yang terakhir adalah gestasi yang terdiri dari
keguguran yang tidak disengaja dan pengguguran yang disengaja (Singarimbun
19965)
Variabel-variabel tersebut tidak semuanya dijadikan pendekatan untuk pengendalian
kelahiran di Indonesia Adapun variabel-variabel yang dijadikan pendekatan untuk
pengendalian kelahiran melalui program KB yaitu
a Usia kawin melalui promosi pendewasaan usia perkawinan
b Pemakaian kontrasepsi
c Kemandulan disengaja melalui vasektomi dan tubektomi
a1 Pendewasaan usia perkawinan
Tujuan pendewasaan usia perkawinan selain untuk mengendalikan kelahiran
oleh karena semakin tua usia orang kawin berarti semakin sedikit waktu masa
reproduktif yang dimiliki oleh Pasangan Usia Subur (PUS) juga bermanfaat
untuk mengurangi resiko kehamilan Resiko yang mungkin dapat terjadi pada ibu
yang yang telalu muda untuk hamil antara lain keguguran tekanan darah tinggi
keracunan kehamilan timbulnya kesulitan persalinan bayi berat lahir rendah
membesarnya air seni ke vagina keluarnya gas dan feses ke vagina atau bisa
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 14
kanker leher rahim (BKKBN 20062) Anjuran melalui program KB yang
disarankan dalam pendewasaan usia perkawinan adalah meningkatkan batas usia
perkawinan minimal usia 20 tahun untuk perempuan dan minimal usia 25 tahun
untuk pria (BKKBN 199221)
Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan usia kawin pertama wanita
meningkat antara lain
a Kemiskinan
b Hidup di daerah yang padat
c Pengaruh lingkungan
Michael Thomas Sadier seorang penganut Teori Fisiologis menyatakan bahwa
ldquojika kepadatan penduduk tinggi maka daya reproduksi manusia cenderung
menurun sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah maka daya reproduksi
manusia akan meningkatrdquo (Mantra 200359)
b1 Pengaturan Kelahiran
Pengaturan jarak kelahiran antara anak pertama dengan anak kedua dan
seterusnya selain bertujuan untuk mengendalikan tingkat kelahiran melalui
penjarangan kehamilan juga bertujuan untuk mengurangi resiko negatif terhadap
bayi dan ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat Resiko-resiko yang bisa
terjadi bila kehamilan terlalu dekat antara lain
1 keguguran
2 anemia pada ibu
3 payah jantung
4 bayi bisa lahir sebelum waktunya
5 bayi bisa lahir dengan berat badan rendah
6 bayi bisa cacat bawaan serta tidak optimalnya tumbuh kembang balita
Akan sangat beresiko lagi jika kehamilan yang terlalu dekat terjadi di kalangan
keluarga miskin yang tidak mampu untuk mencukupi gizi pada saat ibu sedang
hamil Jarak kelahiran yang ideal yang dianjurkan melalui program KB minimal
2-3 tahun sehingga untuk kehamilan anak yang kedua secara fisik dan
psikhologis siibu lebih siap (BKKBN 20063)
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 15
Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu
Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an
sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan
sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)
Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung
meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi
22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian
kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan
memperkecil prevalensi kehamilan
44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu
Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu
tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target
yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga
perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102
kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16
Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015
Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-
2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari
sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-
2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih
sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan
sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk
mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan
Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat
terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu
ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait
masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian
Kesehatan2007)
Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi
Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada
masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada
masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga
kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah
syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17
aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya
maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas
2010)
Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu
pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya
Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila
didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka
mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka
kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini
disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya
Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah
wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai
jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil
SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam
periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi
30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81
Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan
belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam
terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode
risiko tinggi
Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )
dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan
kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya
penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin
mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran
antara satu anak dengan anak berikutnya
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18
Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal
TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)
Sumber SDK I 200203 2007
41 38
127
94
3
4755
81
0
2
4
6
8
10
12
14
Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak
SDKI 200203 SDKI 2007
V Hasil dan Pembahasan
Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang
didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu
disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari
rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita
hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat
51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill
Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19
Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu
Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio
(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per
100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR
Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di
bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka
perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan
pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka
kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-
provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010
masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana
pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu
Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak
2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari
2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan
persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen
tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63
kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu
sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada
saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah
melahirkan
Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah
perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari
kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan
masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35
tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35
tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun
hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur
yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun
Perhatikan Tabel 51
Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010
Variabel Persentase
Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal
Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan
Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun
23976
333667
63571365
Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu
faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu
hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda
bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan
bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya
kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan
tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60
persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh
informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif
rendah
52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21
Sumber Riskesdas 2010
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama
kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil
Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan
kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif
tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar
133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51
persen
53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes
Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010
Sumber Riskesdas 2010
Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa
kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi
Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat
rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang
melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22
melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman
adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan
cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan
bayi
Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir
Sumber Riskesdas 2010
Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau
pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan
kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit
infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu
Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu
mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan
masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya
terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa
setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan
harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai
resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan
kematian (Riskedas 2010)
Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih
relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan
menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320
persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi
0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah
melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23
persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu
44 persenPerhatikan Gambar 55
Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan
Sumber Riskesdas 2010
VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI
61 Faktor Determinan AKI
Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu
a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda
bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah
b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)
c Tempat Persalinan 60 di rumah
d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan
e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED
belum mencukupi
Faktor Yang Memperburuk
a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil
b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197
c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24
d Malaria dan TBC HIVAIDS
Penyebab Tidak Langsung
a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga
ndash Kekerasan dan Beban Ganda
ndash Perilaku konsumsi
ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan
ndash Kawin Muda
ndash Pandangan Budaya
b Pemenuhan Hak Reproduksi
ndash Kesertaan KB
ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB
ndash Peran Kesetaraan Pria
c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Faktor Dasar
a Keterbatasan Pengetahuan
ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi
ndash Pendidikan kesehatan reproduksi
ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi
b Status Perempuan
ndash Taraf Pendidikan Perempuan
ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan
ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga
c Kelembagaan
ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan
ndash Posyandu
ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25
62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI
Tabel 61 Analisa Kesenjangan
Yang harusdilakukan
Kebijakan Nasional
Upaya yang dilakukan
Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan
Pemeriksaan kehamilan
K4 90 Askeskin Biaya transportasi
Bantuan biaya transport
Ibu mendapat Pil besi
Pemberian pil besi
Pengadaan buffer stock pil besi
Konsumsi pil besi tidak sesuai
Peningkatan KIE
Persalinan ditolong oleh Nakes
90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk
Pengangkatan Bidan PTT
Persebaran belum merata
Insentif Bidan di daerah terpencil
Peningkatan kualitas dukun
- Kemitraan Bidan dengan Dukun
Kebijakan yang jelas tentang Dukun
Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda
Akses PONEK dan PONED
Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab
Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK
Dukungan peralatan dan tenaga kurang
Ekspansi PONED pelatihan tenaga
Mengurangi KDRT
UU No 232004 tentang penghapusan KDRT
Kampanye dan Sosialisasi
Belum dipahami publik dan penegak hukum
KIE tentang pengurangan KDRT
Ibu melahirkan di usia aman
UU No 1 1974 tentang Perkawinan
Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah
Kampanye KIE pendidikan Kespro
Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi
Unmet need 60
Peningkatan kualitas program KB
Unmet need mencapai 91
Revitalisasi program KB
Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan
Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan
Mendekatkan pelayanan Bidan
Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga
Siswa memperoleh
Kespro bagian dari kurikulum
KIE tentnag Kespro
Kesepakatan dan metode
Pengembangan modul dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26
pengetahuan tentang kespro
penyampaian bahan pelajaran
Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga
Pengarus utamaan gender
Kessempatan kerja bagi perempuan
VII Kesimpulan dan Rekomendasi
71 Kesimpulan
a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345
(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)
b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat
dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41
menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94
menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE
yang lebih intensif terutama diperdesaan)
c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga
penurunan AKI masih terkesan lambat
d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor
e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan
politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif
72 Rekomendasi
1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil
2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga
3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor
4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya
5 Peningkatan kelembagaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27
Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach
- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun
- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi
PemdaDinkesOrganisasi Profesi
Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab
Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK
PemdaDinkes
Pelayanan Antenatal dan Persalinan
Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi
Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT
PemdaDinkes
Pelayanan kesehatan masyarakat miskin
Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua
PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk
PemdaDinkes
Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah
Alokasi dana trasnportBank darah di RS
PemdaDinkesPMI
Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab
Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan
Rata- rata pendidikan perenpuan
DiknasPemda
Status perempuan
Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan
Perangkat hukum Meneg PPPemda
Status sosial ekonomi
Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja
Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Meneg PPPemda
Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28
untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin
meningkat Pemda
Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi
Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN
BKKBN dan Pemda
Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan
Asuransi persalinan dan transportasi
Pemda
Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga
Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat
Kemenkes
Kerjasama kelembagaan
Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga
Menguatnya peran lintas sektor
Lintas sektor
Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program
pendidikan kespro kedalam kurikulum
Metode pengajaran yang tepat
Pemda Diknas BKKBN
Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi
Aturan yang jelas tentang aborsi
Kemenkumham Pemda
Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil
Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan
Kemenag Pemda
Perkawinan usia muda
Optimalisasi batasminimal usia perkawinan
Batas usia minimal perkawinan
Kemenkumham Pemda
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29
Strategi 5 KELEMBAGAAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman
Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD
Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan
Bappenas dan Bappeda
Peraturan per undangan tentang aborsi
Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency
Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency
Lintas Sektor
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30
Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI
SOLUSI MASALAH
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31
Angka kematian Ibu melahirkan tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi
Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi
Kasus ekslampsia yang tidak tertangani
Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi
Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi
Pemantauan selama kehamilan rendah
Pengetahuan ibu masih rendah
Keterampilan tenaga penolong masih kurang
Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi
Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi
Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam
Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi
TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi
bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih
rendah
Pemberian tablet Fe masih kurang
Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan Cakupan bumil
ristikomp yang tertangani tuntas
Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin
Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK
Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes
Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4
Peningkatan cakupan Fe
Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24
jam
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
Beberapa ahli mengembangkan metode penghitungan kematian khususnya kematian
maternal dengan cara tidak langsung (indirect method) Salah satu cara yang sudah
seringkali digunakan adalah metode General Growth Balance yang digagas oleh
Prof Kenneth Hill yang kemudian disebut metode Ken Hill Dengan menggunakan
metode ini diharapkan angka kematian maternal yang dihasilkan akan lebih
sesuaicocok dengan kejadian yang sesungguhnya Keuntungan lainnya adalah
angka kelengkapan (completeness) cakupan kematian dari hasil sensus atau survei
juga akan diperoleh
32 Konsep Definisi
Kematian maternal didefinisikan sebagai kematian perempuan pada saat
hamil saat melahirkan atau selama 42 hari setelah kehamilan berakhir
(WHO2007) Terdapat dua indikator untuk mengukur kematian maternal yaitu
Angka Kematian MaternalMaternal Mortality Rate dan Rasio Kematian
MaternalMaternal Mortality Ratio Pada umumnya indikator yang digunakan untuk
mengukur kematian maternal adalah rasio kematian maternal
33 Sumber Dataa Hasil Sensus 2010
b Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2002-2003 dan 2007
c Riskesdas 2010
d Podes 2010
34 Kerangka Pikir
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 7
Gambar 31 Kerangka Pikir Penyebab Kematian Ibu
Penyebab langsung
Faktor yg memperburuk
Faktor dasar
Sumber Unicef 2004
Gambar 32 Kontribusi Gizi Pendidikan UKP dan KB dalam Menurunkan AKI
Sumber Kemenkes
Gambar 33 Pengaruh Program KB terhadap AKI Menurut Fortney
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 8
Kematian Ibu
Keterbatasan pengetahuan
Komplikasi saat melahirkan
Status Kesehatan dan gizi
Perlindungan dan perilaku dalam
keluarga
Kebutuhan terhadap tatacara
melahirkan
Akses penggunaan
layanan kesehatan
Ketersediaan SDM
Status perempuan
Perbaikan Gizi
Akses ke pelayanan KB mudah
Pendidikan perempuan
Usia Kawin Perempuan
Peningkatan Kualitas pelayanan KB
AKI Turun
Menurut Fortney program KB berpengaruh terhadap rate atau angka kematian ibu melalui 1) Menunda kehamilan sampai umur 20 tahun atau lebih 2) Memberi peluang untuk menghentikan kehamilan pada umur 35 tahun atau lebih 3) Memperkecil jumlah paritas kehamilan sampai kurang dari 4 (empat) 4) Memperpanjang jarak dari satu kehamilan ke kehamilan berikutnya minimal dua tahun 5) Mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancies) sehingga dapat mengurangi aborsi
Maine et al dengan menggunakan data World Fertility Survey menyatakan bahwa mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan (yang biasanya terjadi pada kelompok risiko tinggi) dapat menurunkan rasio kematian ibu sebesar 5 di Ivory Coast dan 62 di Bangladesh Menurunnya rate atau angka kematian ibu dalam periode mendekati survei sekitar 4 tahun terakhir kemungkinan besar karena keberhasilan meningkatnya pemakaian kontrasepsi yang menunjang faktor-faktor yang dapat menurunkan angka kematian ibu
IV Perkembangan Program KB di Bengkulu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 9
Menunda kehamilan sd umur 20 gt
Penurunan AKI
Berhenti melahirkan umur 35 th
Memperkecil jumlah anak 2
lebih baik
Memperpanjang jarak kehamilan
Mengurangi KTD (unwanted
pregnancies)
Program KB
41 Perkembangan Peserta KB per Mix Kontrasepsi
Tabel 41 Peserta KB per Mix Kontrasepsi SDKI 1997-2012
Hasil SDKI 1997 sampai dengan SDKI 2012 peserta Keluarga Berencana di
Provinsi Bengkulu masih didominasi penggunaan alat kontrasepsi jangka pendek
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 10
seperti suntik dari 469 pada SDKI 1997 menjadi 329 pada SDKI 2012 dan
pil sebesar 130 SDKI 1997 menjadi 111 SDKI 2012 Sedangkan alat
kontrasepsi jangka panjang dengan efektifitas tinggi dari SDKI 2007 dibanding
SDKI 2012 justru turun Pemakaian IUD turun dari 83 ( SDKI 2007) menjadi
34 (SDKI 2012) akseptor Implant turun dari 124 menjadi 90 MOP turun
dari 04 menjadi 00 Turunnya akseptor IUD dari 83 menjadi 34
menunjukkan bahwa program IUD sasi yang telah dicanangkan sejak tahun 2010
belum membawa hasil maksimal
Perlu upaya dan terobosan untuk perbaikan kualitas pemakaian kontrasepsi
yang merupakan salah satu tujuan dari program keluarga berencana Salah satu
ukuran dari kualitas pemakaian adalah efektifitas (kelangsungan) pemakaian
kontrasepsi yang semakin tinggi Alasan putus pakai bisa disebabkan oleh kegagalan
kontrasepsi ketidak puasan terhadap alatcara KB efek samping dan kekurang-
tersediaan alatcara KB Tingkat putus pakai yang tinggi kegagalan alatcara KB dan
pergantian alatcara KB bisa mengindikasikan bahwa diperlukan perbaikan dalam
pemberian konseling tentang pemilihan alatcara KB pelayanan lanjutan dan
penyediaan pelayanan yang lebih luas
42 Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi Tabel 42 Tidak Terpenuhi Sedang Pakai dan Ingin ber KB
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 11
Tabel 42 menunjukkan pada tahun 2012 angka unmet need di Bengkulu mengalami
peningkatan dari 74 menjadi 91 dibanding SDKI 1997 PUS yang sedang
menggunakan alat kontrasepsi turun dari 666 menjadi 642 dan PUS yang ingin ber
KB juga turun dari 758 menjadi 733
Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa wanita berstatus kawin usia 15 ndash 49 yang
tidak terpenuhi keinginan ber KB sedang pakai dan ingin ber KB sebagai berikut
a Kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi PUS yang sebenarnya tidak ingin
punya anak lagi atau ingin menunda kelahiran anak berikutnya tetapi karena
berbagai alasan tidak memakai kontrasepsi
- Untuk menjarangkan kelahiran 40
- Untuk membatasi kelahiran 51
- Jumlah 91
Pasangan usia subur yang tidak ingin anak lagi dan ingin menunda kelahiran
tetapi tidak menggunakan suatu alatcara KB modern (unmet need KB)
merupakan suatu peluang untuk meningkatkan peserta KB karena apabila
kelompok PUS (Pasangan Usia Subur) tersebut dapat di diberikan KIE
(Komunikasi Informasi dan Edukasi) yang memadai dan dapat dilayani dengan
baik maka mereka merupakan calon-calon akseptor KB yang potensial
b Kebutuhan ber KB yang terpenuhi
- Untuk menjarangkan kelahiran 25
- Untuk membatasi kelahiran 392
- Jumlah 642
c Jumlah yang ingin ber KB
- Untuk menjarangkan kelahiran 29
- Untuk membatasi kelahiran 444
- Jumlah 733
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 12
Mengapa pasangan usia subur tidak memakai kontrasepsi hal ini berkaitan
dengan tingkat pengetahuan akses kualitas pelayanan dan ketersediaan kontrasepsi
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan suatu pendekatan KIE dan
peningkatan kualitas pelayanan dan pendekatan perluasan jejaring dengan
memanfaatkan seluruh jaringan yang ada di lini lapangan
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemakaian kontrasepsi antara lain adalah
a Kualitas pelayanan yang baik memiliki peranan yang sangat besar dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerimaan dan kelangsungan
pemakaian kontrasepsi
b Rasa takut terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan
kontrasepsi akan menyebabkan penolakan terhadap pemakaian kontrasepsi
c Keterbatasan distribusi alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat
d Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap berbagai macam kontrasepsi
dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing
e Akses masyarakat terhadap pelayanan kontrasepsi
Alternative kebijakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tingginya
unmet need KB di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut
a Memperkuat KIE dan advokasi KIE dan Advokasi adalah langkah yang
dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang penggunaan berbagai
kontrasepsi serta hasil yang diharapkan dari program KB yang pelaksanaanya
diperlukan koordinasi dengan lintas sector yang terkait
b Refreshingpelatihan bagi petugas penyuluh lapangan
Refreshingpelatihan diperlukan untuk menyegarkan kembali metode-metode
dan pengetahuan antara lain bagaimana memberikan pemahaman kepada
masyarakat khususnya kepada PUS tentang pentingnya revitalisasi program
KB
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 13
c Mengaktifkan kembali kader-kader KB yang ada dilapangan
menghidupkan kembali mekanisme operasional lini lapangan dan
memberikan operasional kader-kader KB di lapangan yang memadai
d Melibatkan Tokoh agama tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam
pengelolaan dan revitalisasi program KB
e Penyediaan sarana yang memadai dan pembinaan berjenjang
43 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkulu
Menurut Davis dan Blake (1956) ada 11 variabel antara yang mempengaruhi
fertilitas Variebel-variebel tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu Variabel
hubungan seks yang terdiri dari usia kawin proporsi yang tidak pernah kawin
perpisahan pada usia kawin karena cerai ditinggal dan menjanda abstinensia
sukarela abstinensia karena terpaksa frekuensi hubungan seks Variebel kedua
adalah konsepsi yang terdiri dari kesuburan biologis pemakaian kontrasepsi
kemandulan disengaja Variebel yang terakhir adalah gestasi yang terdiri dari
keguguran yang tidak disengaja dan pengguguran yang disengaja (Singarimbun
19965)
Variabel-variabel tersebut tidak semuanya dijadikan pendekatan untuk pengendalian
kelahiran di Indonesia Adapun variabel-variabel yang dijadikan pendekatan untuk
pengendalian kelahiran melalui program KB yaitu
a Usia kawin melalui promosi pendewasaan usia perkawinan
b Pemakaian kontrasepsi
c Kemandulan disengaja melalui vasektomi dan tubektomi
a1 Pendewasaan usia perkawinan
Tujuan pendewasaan usia perkawinan selain untuk mengendalikan kelahiran
oleh karena semakin tua usia orang kawin berarti semakin sedikit waktu masa
reproduktif yang dimiliki oleh Pasangan Usia Subur (PUS) juga bermanfaat
untuk mengurangi resiko kehamilan Resiko yang mungkin dapat terjadi pada ibu
yang yang telalu muda untuk hamil antara lain keguguran tekanan darah tinggi
keracunan kehamilan timbulnya kesulitan persalinan bayi berat lahir rendah
membesarnya air seni ke vagina keluarnya gas dan feses ke vagina atau bisa
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 14
kanker leher rahim (BKKBN 20062) Anjuran melalui program KB yang
disarankan dalam pendewasaan usia perkawinan adalah meningkatkan batas usia
perkawinan minimal usia 20 tahun untuk perempuan dan minimal usia 25 tahun
untuk pria (BKKBN 199221)
Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan usia kawin pertama wanita
meningkat antara lain
a Kemiskinan
b Hidup di daerah yang padat
c Pengaruh lingkungan
Michael Thomas Sadier seorang penganut Teori Fisiologis menyatakan bahwa
ldquojika kepadatan penduduk tinggi maka daya reproduksi manusia cenderung
menurun sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah maka daya reproduksi
manusia akan meningkatrdquo (Mantra 200359)
b1 Pengaturan Kelahiran
Pengaturan jarak kelahiran antara anak pertama dengan anak kedua dan
seterusnya selain bertujuan untuk mengendalikan tingkat kelahiran melalui
penjarangan kehamilan juga bertujuan untuk mengurangi resiko negatif terhadap
bayi dan ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat Resiko-resiko yang bisa
terjadi bila kehamilan terlalu dekat antara lain
1 keguguran
2 anemia pada ibu
3 payah jantung
4 bayi bisa lahir sebelum waktunya
5 bayi bisa lahir dengan berat badan rendah
6 bayi bisa cacat bawaan serta tidak optimalnya tumbuh kembang balita
Akan sangat beresiko lagi jika kehamilan yang terlalu dekat terjadi di kalangan
keluarga miskin yang tidak mampu untuk mencukupi gizi pada saat ibu sedang
hamil Jarak kelahiran yang ideal yang dianjurkan melalui program KB minimal
2-3 tahun sehingga untuk kehamilan anak yang kedua secara fisik dan
psikhologis siibu lebih siap (BKKBN 20063)
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 15
Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu
Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an
sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan
sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)
Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung
meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi
22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian
kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan
memperkecil prevalensi kehamilan
44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu
Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu
tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target
yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga
perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102
kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16
Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015
Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-
2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari
sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-
2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih
sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan
sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk
mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan
Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat
terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu
ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait
masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian
Kesehatan2007)
Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi
Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada
masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada
masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga
kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah
syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17
aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya
maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas
2010)
Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu
pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya
Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila
didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka
mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka
kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini
disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya
Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah
wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai
jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil
SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam
periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi
30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81
Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan
belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam
terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode
risiko tinggi
Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )
dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan
kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya
penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin
mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran
antara satu anak dengan anak berikutnya
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18
Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal
TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)
Sumber SDK I 200203 2007
41 38
127
94
3
4755
81
0
2
4
6
8
10
12
14
Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak
SDKI 200203 SDKI 2007
V Hasil dan Pembahasan
Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang
didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu
disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari
rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita
hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat
51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill
Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19
Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu
Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio
(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per
100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR
Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di
bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka
perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan
pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka
kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-
provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010
masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana
pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu
Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak
2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari
2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan
persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen
tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63
kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu
sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada
saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah
melahirkan
Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah
perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari
kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan
masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35
tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35
tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun
hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur
yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun
Perhatikan Tabel 51
Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010
Variabel Persentase
Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal
Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan
Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun
23976
333667
63571365
Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu
faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu
hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda
bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan
bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya
kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan
tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60
persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh
informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif
rendah
52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21
Sumber Riskesdas 2010
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama
kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil
Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan
kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif
tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar
133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51
persen
53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes
Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010
Sumber Riskesdas 2010
Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa
kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi
Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat
rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang
melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22
melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman
adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan
cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan
bayi
Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir
Sumber Riskesdas 2010
Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau
pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan
kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit
infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu
Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu
mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan
masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya
terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa
setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan
harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai
resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan
kematian (Riskedas 2010)
Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih
relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan
menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320
persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi
0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah
melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23
persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu
44 persenPerhatikan Gambar 55
Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan
Sumber Riskesdas 2010
VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI
61 Faktor Determinan AKI
Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu
a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda
bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah
b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)
c Tempat Persalinan 60 di rumah
d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan
e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED
belum mencukupi
Faktor Yang Memperburuk
a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil
b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197
c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24
d Malaria dan TBC HIVAIDS
Penyebab Tidak Langsung
a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga
ndash Kekerasan dan Beban Ganda
ndash Perilaku konsumsi
ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan
ndash Kawin Muda
ndash Pandangan Budaya
b Pemenuhan Hak Reproduksi
ndash Kesertaan KB
ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB
ndash Peran Kesetaraan Pria
c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Faktor Dasar
a Keterbatasan Pengetahuan
ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi
ndash Pendidikan kesehatan reproduksi
ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi
b Status Perempuan
ndash Taraf Pendidikan Perempuan
ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan
ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga
c Kelembagaan
ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan
ndash Posyandu
ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25
62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI
Tabel 61 Analisa Kesenjangan
Yang harusdilakukan
Kebijakan Nasional
Upaya yang dilakukan
Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan
Pemeriksaan kehamilan
K4 90 Askeskin Biaya transportasi
Bantuan biaya transport
Ibu mendapat Pil besi
Pemberian pil besi
Pengadaan buffer stock pil besi
Konsumsi pil besi tidak sesuai
Peningkatan KIE
Persalinan ditolong oleh Nakes
90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk
Pengangkatan Bidan PTT
Persebaran belum merata
Insentif Bidan di daerah terpencil
Peningkatan kualitas dukun
- Kemitraan Bidan dengan Dukun
Kebijakan yang jelas tentang Dukun
Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda
Akses PONEK dan PONED
Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab
Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK
Dukungan peralatan dan tenaga kurang
Ekspansi PONED pelatihan tenaga
Mengurangi KDRT
UU No 232004 tentang penghapusan KDRT
Kampanye dan Sosialisasi
Belum dipahami publik dan penegak hukum
KIE tentang pengurangan KDRT
Ibu melahirkan di usia aman
UU No 1 1974 tentang Perkawinan
Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah
Kampanye KIE pendidikan Kespro
Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi
Unmet need 60
Peningkatan kualitas program KB
Unmet need mencapai 91
Revitalisasi program KB
Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan
Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan
Mendekatkan pelayanan Bidan
Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga
Siswa memperoleh
Kespro bagian dari kurikulum
KIE tentnag Kespro
Kesepakatan dan metode
Pengembangan modul dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26
pengetahuan tentang kespro
penyampaian bahan pelajaran
Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga
Pengarus utamaan gender
Kessempatan kerja bagi perempuan
VII Kesimpulan dan Rekomendasi
71 Kesimpulan
a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345
(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)
b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat
dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41
menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94
menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE
yang lebih intensif terutama diperdesaan)
c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga
penurunan AKI masih terkesan lambat
d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor
e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan
politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif
72 Rekomendasi
1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil
2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga
3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor
4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya
5 Peningkatan kelembagaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27
Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach
- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun
- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi
PemdaDinkesOrganisasi Profesi
Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab
Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK
PemdaDinkes
Pelayanan Antenatal dan Persalinan
Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi
Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT
PemdaDinkes
Pelayanan kesehatan masyarakat miskin
Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua
PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk
PemdaDinkes
Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah
Alokasi dana trasnportBank darah di RS
PemdaDinkesPMI
Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab
Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan
Rata- rata pendidikan perenpuan
DiknasPemda
Status perempuan
Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan
Perangkat hukum Meneg PPPemda
Status sosial ekonomi
Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja
Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Meneg PPPemda
Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28
untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin
meningkat Pemda
Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi
Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN
BKKBN dan Pemda
Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan
Asuransi persalinan dan transportasi
Pemda
Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga
Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat
Kemenkes
Kerjasama kelembagaan
Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga
Menguatnya peran lintas sektor
Lintas sektor
Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program
pendidikan kespro kedalam kurikulum
Metode pengajaran yang tepat
Pemda Diknas BKKBN
Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi
Aturan yang jelas tentang aborsi
Kemenkumham Pemda
Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil
Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan
Kemenag Pemda
Perkawinan usia muda
Optimalisasi batasminimal usia perkawinan
Batas usia minimal perkawinan
Kemenkumham Pemda
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29
Strategi 5 KELEMBAGAAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman
Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD
Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan
Bappenas dan Bappeda
Peraturan per undangan tentang aborsi
Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency
Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency
Lintas Sektor
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30
Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI
SOLUSI MASALAH
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31
Angka kematian Ibu melahirkan tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi
Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi
Kasus ekslampsia yang tidak tertangani
Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi
Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi
Pemantauan selama kehamilan rendah
Pengetahuan ibu masih rendah
Keterampilan tenaga penolong masih kurang
Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi
Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi
Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam
Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi
TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi
bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih
rendah
Pemberian tablet Fe masih kurang
Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan Cakupan bumil
ristikomp yang tertangani tuntas
Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin
Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK
Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes
Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4
Peningkatan cakupan Fe
Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24
jam
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
Gambar 31 Kerangka Pikir Penyebab Kematian Ibu
Penyebab langsung
Faktor yg memperburuk
Faktor dasar
Sumber Unicef 2004
Gambar 32 Kontribusi Gizi Pendidikan UKP dan KB dalam Menurunkan AKI
Sumber Kemenkes
Gambar 33 Pengaruh Program KB terhadap AKI Menurut Fortney
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 8
Kematian Ibu
Keterbatasan pengetahuan
Komplikasi saat melahirkan
Status Kesehatan dan gizi
Perlindungan dan perilaku dalam
keluarga
Kebutuhan terhadap tatacara
melahirkan
Akses penggunaan
layanan kesehatan
Ketersediaan SDM
Status perempuan
Perbaikan Gizi
Akses ke pelayanan KB mudah
Pendidikan perempuan
Usia Kawin Perempuan
Peningkatan Kualitas pelayanan KB
AKI Turun
Menurut Fortney program KB berpengaruh terhadap rate atau angka kematian ibu melalui 1) Menunda kehamilan sampai umur 20 tahun atau lebih 2) Memberi peluang untuk menghentikan kehamilan pada umur 35 tahun atau lebih 3) Memperkecil jumlah paritas kehamilan sampai kurang dari 4 (empat) 4) Memperpanjang jarak dari satu kehamilan ke kehamilan berikutnya minimal dua tahun 5) Mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancies) sehingga dapat mengurangi aborsi
Maine et al dengan menggunakan data World Fertility Survey menyatakan bahwa mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan (yang biasanya terjadi pada kelompok risiko tinggi) dapat menurunkan rasio kematian ibu sebesar 5 di Ivory Coast dan 62 di Bangladesh Menurunnya rate atau angka kematian ibu dalam periode mendekati survei sekitar 4 tahun terakhir kemungkinan besar karena keberhasilan meningkatnya pemakaian kontrasepsi yang menunjang faktor-faktor yang dapat menurunkan angka kematian ibu
IV Perkembangan Program KB di Bengkulu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 9
Menunda kehamilan sd umur 20 gt
Penurunan AKI
Berhenti melahirkan umur 35 th
Memperkecil jumlah anak 2
lebih baik
Memperpanjang jarak kehamilan
Mengurangi KTD (unwanted
pregnancies)
Program KB
41 Perkembangan Peserta KB per Mix Kontrasepsi
Tabel 41 Peserta KB per Mix Kontrasepsi SDKI 1997-2012
Hasil SDKI 1997 sampai dengan SDKI 2012 peserta Keluarga Berencana di
Provinsi Bengkulu masih didominasi penggunaan alat kontrasepsi jangka pendek
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 10
seperti suntik dari 469 pada SDKI 1997 menjadi 329 pada SDKI 2012 dan
pil sebesar 130 SDKI 1997 menjadi 111 SDKI 2012 Sedangkan alat
kontrasepsi jangka panjang dengan efektifitas tinggi dari SDKI 2007 dibanding
SDKI 2012 justru turun Pemakaian IUD turun dari 83 ( SDKI 2007) menjadi
34 (SDKI 2012) akseptor Implant turun dari 124 menjadi 90 MOP turun
dari 04 menjadi 00 Turunnya akseptor IUD dari 83 menjadi 34
menunjukkan bahwa program IUD sasi yang telah dicanangkan sejak tahun 2010
belum membawa hasil maksimal
Perlu upaya dan terobosan untuk perbaikan kualitas pemakaian kontrasepsi
yang merupakan salah satu tujuan dari program keluarga berencana Salah satu
ukuran dari kualitas pemakaian adalah efektifitas (kelangsungan) pemakaian
kontrasepsi yang semakin tinggi Alasan putus pakai bisa disebabkan oleh kegagalan
kontrasepsi ketidak puasan terhadap alatcara KB efek samping dan kekurang-
tersediaan alatcara KB Tingkat putus pakai yang tinggi kegagalan alatcara KB dan
pergantian alatcara KB bisa mengindikasikan bahwa diperlukan perbaikan dalam
pemberian konseling tentang pemilihan alatcara KB pelayanan lanjutan dan
penyediaan pelayanan yang lebih luas
42 Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi Tabel 42 Tidak Terpenuhi Sedang Pakai dan Ingin ber KB
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 11
Tabel 42 menunjukkan pada tahun 2012 angka unmet need di Bengkulu mengalami
peningkatan dari 74 menjadi 91 dibanding SDKI 1997 PUS yang sedang
menggunakan alat kontrasepsi turun dari 666 menjadi 642 dan PUS yang ingin ber
KB juga turun dari 758 menjadi 733
Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa wanita berstatus kawin usia 15 ndash 49 yang
tidak terpenuhi keinginan ber KB sedang pakai dan ingin ber KB sebagai berikut
a Kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi PUS yang sebenarnya tidak ingin
punya anak lagi atau ingin menunda kelahiran anak berikutnya tetapi karena
berbagai alasan tidak memakai kontrasepsi
- Untuk menjarangkan kelahiran 40
- Untuk membatasi kelahiran 51
- Jumlah 91
Pasangan usia subur yang tidak ingin anak lagi dan ingin menunda kelahiran
tetapi tidak menggunakan suatu alatcara KB modern (unmet need KB)
merupakan suatu peluang untuk meningkatkan peserta KB karena apabila
kelompok PUS (Pasangan Usia Subur) tersebut dapat di diberikan KIE
(Komunikasi Informasi dan Edukasi) yang memadai dan dapat dilayani dengan
baik maka mereka merupakan calon-calon akseptor KB yang potensial
b Kebutuhan ber KB yang terpenuhi
- Untuk menjarangkan kelahiran 25
- Untuk membatasi kelahiran 392
- Jumlah 642
c Jumlah yang ingin ber KB
- Untuk menjarangkan kelahiran 29
- Untuk membatasi kelahiran 444
- Jumlah 733
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 12
Mengapa pasangan usia subur tidak memakai kontrasepsi hal ini berkaitan
dengan tingkat pengetahuan akses kualitas pelayanan dan ketersediaan kontrasepsi
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan suatu pendekatan KIE dan
peningkatan kualitas pelayanan dan pendekatan perluasan jejaring dengan
memanfaatkan seluruh jaringan yang ada di lini lapangan
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemakaian kontrasepsi antara lain adalah
a Kualitas pelayanan yang baik memiliki peranan yang sangat besar dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerimaan dan kelangsungan
pemakaian kontrasepsi
b Rasa takut terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan
kontrasepsi akan menyebabkan penolakan terhadap pemakaian kontrasepsi
c Keterbatasan distribusi alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat
d Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap berbagai macam kontrasepsi
dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing
e Akses masyarakat terhadap pelayanan kontrasepsi
Alternative kebijakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tingginya
unmet need KB di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut
a Memperkuat KIE dan advokasi KIE dan Advokasi adalah langkah yang
dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang penggunaan berbagai
kontrasepsi serta hasil yang diharapkan dari program KB yang pelaksanaanya
diperlukan koordinasi dengan lintas sector yang terkait
b Refreshingpelatihan bagi petugas penyuluh lapangan
Refreshingpelatihan diperlukan untuk menyegarkan kembali metode-metode
dan pengetahuan antara lain bagaimana memberikan pemahaman kepada
masyarakat khususnya kepada PUS tentang pentingnya revitalisasi program
KB
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 13
c Mengaktifkan kembali kader-kader KB yang ada dilapangan
menghidupkan kembali mekanisme operasional lini lapangan dan
memberikan operasional kader-kader KB di lapangan yang memadai
d Melibatkan Tokoh agama tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam
pengelolaan dan revitalisasi program KB
e Penyediaan sarana yang memadai dan pembinaan berjenjang
43 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkulu
Menurut Davis dan Blake (1956) ada 11 variabel antara yang mempengaruhi
fertilitas Variebel-variebel tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu Variabel
hubungan seks yang terdiri dari usia kawin proporsi yang tidak pernah kawin
perpisahan pada usia kawin karena cerai ditinggal dan menjanda abstinensia
sukarela abstinensia karena terpaksa frekuensi hubungan seks Variebel kedua
adalah konsepsi yang terdiri dari kesuburan biologis pemakaian kontrasepsi
kemandulan disengaja Variebel yang terakhir adalah gestasi yang terdiri dari
keguguran yang tidak disengaja dan pengguguran yang disengaja (Singarimbun
19965)
Variabel-variabel tersebut tidak semuanya dijadikan pendekatan untuk pengendalian
kelahiran di Indonesia Adapun variabel-variabel yang dijadikan pendekatan untuk
pengendalian kelahiran melalui program KB yaitu
a Usia kawin melalui promosi pendewasaan usia perkawinan
b Pemakaian kontrasepsi
c Kemandulan disengaja melalui vasektomi dan tubektomi
a1 Pendewasaan usia perkawinan
Tujuan pendewasaan usia perkawinan selain untuk mengendalikan kelahiran
oleh karena semakin tua usia orang kawin berarti semakin sedikit waktu masa
reproduktif yang dimiliki oleh Pasangan Usia Subur (PUS) juga bermanfaat
untuk mengurangi resiko kehamilan Resiko yang mungkin dapat terjadi pada ibu
yang yang telalu muda untuk hamil antara lain keguguran tekanan darah tinggi
keracunan kehamilan timbulnya kesulitan persalinan bayi berat lahir rendah
membesarnya air seni ke vagina keluarnya gas dan feses ke vagina atau bisa
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 14
kanker leher rahim (BKKBN 20062) Anjuran melalui program KB yang
disarankan dalam pendewasaan usia perkawinan adalah meningkatkan batas usia
perkawinan minimal usia 20 tahun untuk perempuan dan minimal usia 25 tahun
untuk pria (BKKBN 199221)
Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan usia kawin pertama wanita
meningkat antara lain
a Kemiskinan
b Hidup di daerah yang padat
c Pengaruh lingkungan
Michael Thomas Sadier seorang penganut Teori Fisiologis menyatakan bahwa
ldquojika kepadatan penduduk tinggi maka daya reproduksi manusia cenderung
menurun sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah maka daya reproduksi
manusia akan meningkatrdquo (Mantra 200359)
b1 Pengaturan Kelahiran
Pengaturan jarak kelahiran antara anak pertama dengan anak kedua dan
seterusnya selain bertujuan untuk mengendalikan tingkat kelahiran melalui
penjarangan kehamilan juga bertujuan untuk mengurangi resiko negatif terhadap
bayi dan ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat Resiko-resiko yang bisa
terjadi bila kehamilan terlalu dekat antara lain
1 keguguran
2 anemia pada ibu
3 payah jantung
4 bayi bisa lahir sebelum waktunya
5 bayi bisa lahir dengan berat badan rendah
6 bayi bisa cacat bawaan serta tidak optimalnya tumbuh kembang balita
Akan sangat beresiko lagi jika kehamilan yang terlalu dekat terjadi di kalangan
keluarga miskin yang tidak mampu untuk mencukupi gizi pada saat ibu sedang
hamil Jarak kelahiran yang ideal yang dianjurkan melalui program KB minimal
2-3 tahun sehingga untuk kehamilan anak yang kedua secara fisik dan
psikhologis siibu lebih siap (BKKBN 20063)
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 15
Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu
Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an
sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan
sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)
Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung
meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi
22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian
kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan
memperkecil prevalensi kehamilan
44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu
Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu
tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target
yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga
perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102
kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16
Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015
Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-
2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari
sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-
2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih
sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan
sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk
mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan
Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat
terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu
ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait
masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian
Kesehatan2007)
Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi
Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada
masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada
masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga
kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah
syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17
aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya
maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas
2010)
Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu
pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya
Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila
didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka
mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka
kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini
disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya
Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah
wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai
jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil
SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam
periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi
30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81
Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan
belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam
terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode
risiko tinggi
Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )
dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan
kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya
penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin
mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran
antara satu anak dengan anak berikutnya
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18
Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal
TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)
Sumber SDK I 200203 2007
41 38
127
94
3
4755
81
0
2
4
6
8
10
12
14
Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak
SDKI 200203 SDKI 2007
V Hasil dan Pembahasan
Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang
didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu
disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari
rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita
hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat
51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill
Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19
Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu
Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio
(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per
100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR
Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di
bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka
perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan
pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka
kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-
provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010
masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana
pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu
Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak
2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari
2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan
persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen
tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63
kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu
sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada
saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah
melahirkan
Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah
perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari
kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan
masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35
tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35
tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun
hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur
yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun
Perhatikan Tabel 51
Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010
Variabel Persentase
Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal
Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan
Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun
23976
333667
63571365
Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu
faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu
hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda
bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan
bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya
kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan
tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60
persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh
informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif
rendah
52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21
Sumber Riskesdas 2010
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama
kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil
Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan
kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif
tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar
133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51
persen
53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes
Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010
Sumber Riskesdas 2010
Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa
kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi
Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat
rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang
melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22
melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman
adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan
cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan
bayi
Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir
Sumber Riskesdas 2010
Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau
pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan
kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit
infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu
Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu
mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan
masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya
terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa
setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan
harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai
resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan
kematian (Riskedas 2010)
Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih
relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan
menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320
persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi
0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah
melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23
persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu
44 persenPerhatikan Gambar 55
Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan
Sumber Riskesdas 2010
VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI
61 Faktor Determinan AKI
Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu
a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda
bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah
b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)
c Tempat Persalinan 60 di rumah
d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan
e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED
belum mencukupi
Faktor Yang Memperburuk
a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil
b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197
c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24
d Malaria dan TBC HIVAIDS
Penyebab Tidak Langsung
a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga
ndash Kekerasan dan Beban Ganda
ndash Perilaku konsumsi
ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan
ndash Kawin Muda
ndash Pandangan Budaya
b Pemenuhan Hak Reproduksi
ndash Kesertaan KB
ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB
ndash Peran Kesetaraan Pria
c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Faktor Dasar
a Keterbatasan Pengetahuan
ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi
ndash Pendidikan kesehatan reproduksi
ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi
b Status Perempuan
ndash Taraf Pendidikan Perempuan
ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan
ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga
c Kelembagaan
ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan
ndash Posyandu
ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25
62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI
Tabel 61 Analisa Kesenjangan
Yang harusdilakukan
Kebijakan Nasional
Upaya yang dilakukan
Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan
Pemeriksaan kehamilan
K4 90 Askeskin Biaya transportasi
Bantuan biaya transport
Ibu mendapat Pil besi
Pemberian pil besi
Pengadaan buffer stock pil besi
Konsumsi pil besi tidak sesuai
Peningkatan KIE
Persalinan ditolong oleh Nakes
90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk
Pengangkatan Bidan PTT
Persebaran belum merata
Insentif Bidan di daerah terpencil
Peningkatan kualitas dukun
- Kemitraan Bidan dengan Dukun
Kebijakan yang jelas tentang Dukun
Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda
Akses PONEK dan PONED
Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab
Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK
Dukungan peralatan dan tenaga kurang
Ekspansi PONED pelatihan tenaga
Mengurangi KDRT
UU No 232004 tentang penghapusan KDRT
Kampanye dan Sosialisasi
Belum dipahami publik dan penegak hukum
KIE tentang pengurangan KDRT
Ibu melahirkan di usia aman
UU No 1 1974 tentang Perkawinan
Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah
Kampanye KIE pendidikan Kespro
Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi
Unmet need 60
Peningkatan kualitas program KB
Unmet need mencapai 91
Revitalisasi program KB
Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan
Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan
Mendekatkan pelayanan Bidan
Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga
Siswa memperoleh
Kespro bagian dari kurikulum
KIE tentnag Kespro
Kesepakatan dan metode
Pengembangan modul dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26
pengetahuan tentang kespro
penyampaian bahan pelajaran
Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga
Pengarus utamaan gender
Kessempatan kerja bagi perempuan
VII Kesimpulan dan Rekomendasi
71 Kesimpulan
a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345
(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)
b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat
dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41
menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94
menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE
yang lebih intensif terutama diperdesaan)
c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga
penurunan AKI masih terkesan lambat
d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor
e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan
politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif
72 Rekomendasi
1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil
2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga
3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor
4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya
5 Peningkatan kelembagaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27
Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach
- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun
- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi
PemdaDinkesOrganisasi Profesi
Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab
Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK
PemdaDinkes
Pelayanan Antenatal dan Persalinan
Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi
Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT
PemdaDinkes
Pelayanan kesehatan masyarakat miskin
Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua
PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk
PemdaDinkes
Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah
Alokasi dana trasnportBank darah di RS
PemdaDinkesPMI
Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab
Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan
Rata- rata pendidikan perenpuan
DiknasPemda
Status perempuan
Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan
Perangkat hukum Meneg PPPemda
Status sosial ekonomi
Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja
Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Meneg PPPemda
Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28
untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin
meningkat Pemda
Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi
Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN
BKKBN dan Pemda
Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan
Asuransi persalinan dan transportasi
Pemda
Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga
Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat
Kemenkes
Kerjasama kelembagaan
Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga
Menguatnya peran lintas sektor
Lintas sektor
Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program
pendidikan kespro kedalam kurikulum
Metode pengajaran yang tepat
Pemda Diknas BKKBN
Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi
Aturan yang jelas tentang aborsi
Kemenkumham Pemda
Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil
Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan
Kemenag Pemda
Perkawinan usia muda
Optimalisasi batasminimal usia perkawinan
Batas usia minimal perkawinan
Kemenkumham Pemda
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29
Strategi 5 KELEMBAGAAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman
Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD
Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan
Bappenas dan Bappeda
Peraturan per undangan tentang aborsi
Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency
Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency
Lintas Sektor
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30
Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI
SOLUSI MASALAH
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31
Angka kematian Ibu melahirkan tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi
Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi
Kasus ekslampsia yang tidak tertangani
Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi
Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi
Pemantauan selama kehamilan rendah
Pengetahuan ibu masih rendah
Keterampilan tenaga penolong masih kurang
Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi
Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi
Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam
Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi
TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi
bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih
rendah
Pemberian tablet Fe masih kurang
Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan Cakupan bumil
ristikomp yang tertangani tuntas
Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin
Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK
Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes
Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4
Peningkatan cakupan Fe
Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24
jam
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
Menurut Fortney program KB berpengaruh terhadap rate atau angka kematian ibu melalui 1) Menunda kehamilan sampai umur 20 tahun atau lebih 2) Memberi peluang untuk menghentikan kehamilan pada umur 35 tahun atau lebih 3) Memperkecil jumlah paritas kehamilan sampai kurang dari 4 (empat) 4) Memperpanjang jarak dari satu kehamilan ke kehamilan berikutnya minimal dua tahun 5) Mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancies) sehingga dapat mengurangi aborsi
Maine et al dengan menggunakan data World Fertility Survey menyatakan bahwa mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan (yang biasanya terjadi pada kelompok risiko tinggi) dapat menurunkan rasio kematian ibu sebesar 5 di Ivory Coast dan 62 di Bangladesh Menurunnya rate atau angka kematian ibu dalam periode mendekati survei sekitar 4 tahun terakhir kemungkinan besar karena keberhasilan meningkatnya pemakaian kontrasepsi yang menunjang faktor-faktor yang dapat menurunkan angka kematian ibu
IV Perkembangan Program KB di Bengkulu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 9
Menunda kehamilan sd umur 20 gt
Penurunan AKI
Berhenti melahirkan umur 35 th
Memperkecil jumlah anak 2
lebih baik
Memperpanjang jarak kehamilan
Mengurangi KTD (unwanted
pregnancies)
Program KB
41 Perkembangan Peserta KB per Mix Kontrasepsi
Tabel 41 Peserta KB per Mix Kontrasepsi SDKI 1997-2012
Hasil SDKI 1997 sampai dengan SDKI 2012 peserta Keluarga Berencana di
Provinsi Bengkulu masih didominasi penggunaan alat kontrasepsi jangka pendek
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 10
seperti suntik dari 469 pada SDKI 1997 menjadi 329 pada SDKI 2012 dan
pil sebesar 130 SDKI 1997 menjadi 111 SDKI 2012 Sedangkan alat
kontrasepsi jangka panjang dengan efektifitas tinggi dari SDKI 2007 dibanding
SDKI 2012 justru turun Pemakaian IUD turun dari 83 ( SDKI 2007) menjadi
34 (SDKI 2012) akseptor Implant turun dari 124 menjadi 90 MOP turun
dari 04 menjadi 00 Turunnya akseptor IUD dari 83 menjadi 34
menunjukkan bahwa program IUD sasi yang telah dicanangkan sejak tahun 2010
belum membawa hasil maksimal
Perlu upaya dan terobosan untuk perbaikan kualitas pemakaian kontrasepsi
yang merupakan salah satu tujuan dari program keluarga berencana Salah satu
ukuran dari kualitas pemakaian adalah efektifitas (kelangsungan) pemakaian
kontrasepsi yang semakin tinggi Alasan putus pakai bisa disebabkan oleh kegagalan
kontrasepsi ketidak puasan terhadap alatcara KB efek samping dan kekurang-
tersediaan alatcara KB Tingkat putus pakai yang tinggi kegagalan alatcara KB dan
pergantian alatcara KB bisa mengindikasikan bahwa diperlukan perbaikan dalam
pemberian konseling tentang pemilihan alatcara KB pelayanan lanjutan dan
penyediaan pelayanan yang lebih luas
42 Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi Tabel 42 Tidak Terpenuhi Sedang Pakai dan Ingin ber KB
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 11
Tabel 42 menunjukkan pada tahun 2012 angka unmet need di Bengkulu mengalami
peningkatan dari 74 menjadi 91 dibanding SDKI 1997 PUS yang sedang
menggunakan alat kontrasepsi turun dari 666 menjadi 642 dan PUS yang ingin ber
KB juga turun dari 758 menjadi 733
Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa wanita berstatus kawin usia 15 ndash 49 yang
tidak terpenuhi keinginan ber KB sedang pakai dan ingin ber KB sebagai berikut
a Kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi PUS yang sebenarnya tidak ingin
punya anak lagi atau ingin menunda kelahiran anak berikutnya tetapi karena
berbagai alasan tidak memakai kontrasepsi
- Untuk menjarangkan kelahiran 40
- Untuk membatasi kelahiran 51
- Jumlah 91
Pasangan usia subur yang tidak ingin anak lagi dan ingin menunda kelahiran
tetapi tidak menggunakan suatu alatcara KB modern (unmet need KB)
merupakan suatu peluang untuk meningkatkan peserta KB karena apabila
kelompok PUS (Pasangan Usia Subur) tersebut dapat di diberikan KIE
(Komunikasi Informasi dan Edukasi) yang memadai dan dapat dilayani dengan
baik maka mereka merupakan calon-calon akseptor KB yang potensial
b Kebutuhan ber KB yang terpenuhi
- Untuk menjarangkan kelahiran 25
- Untuk membatasi kelahiran 392
- Jumlah 642
c Jumlah yang ingin ber KB
- Untuk menjarangkan kelahiran 29
- Untuk membatasi kelahiran 444
- Jumlah 733
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 12
Mengapa pasangan usia subur tidak memakai kontrasepsi hal ini berkaitan
dengan tingkat pengetahuan akses kualitas pelayanan dan ketersediaan kontrasepsi
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan suatu pendekatan KIE dan
peningkatan kualitas pelayanan dan pendekatan perluasan jejaring dengan
memanfaatkan seluruh jaringan yang ada di lini lapangan
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemakaian kontrasepsi antara lain adalah
a Kualitas pelayanan yang baik memiliki peranan yang sangat besar dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerimaan dan kelangsungan
pemakaian kontrasepsi
b Rasa takut terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan
kontrasepsi akan menyebabkan penolakan terhadap pemakaian kontrasepsi
c Keterbatasan distribusi alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat
d Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap berbagai macam kontrasepsi
dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing
e Akses masyarakat terhadap pelayanan kontrasepsi
Alternative kebijakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tingginya
unmet need KB di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut
a Memperkuat KIE dan advokasi KIE dan Advokasi adalah langkah yang
dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang penggunaan berbagai
kontrasepsi serta hasil yang diharapkan dari program KB yang pelaksanaanya
diperlukan koordinasi dengan lintas sector yang terkait
b Refreshingpelatihan bagi petugas penyuluh lapangan
Refreshingpelatihan diperlukan untuk menyegarkan kembali metode-metode
dan pengetahuan antara lain bagaimana memberikan pemahaman kepada
masyarakat khususnya kepada PUS tentang pentingnya revitalisasi program
KB
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 13
c Mengaktifkan kembali kader-kader KB yang ada dilapangan
menghidupkan kembali mekanisme operasional lini lapangan dan
memberikan operasional kader-kader KB di lapangan yang memadai
d Melibatkan Tokoh agama tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam
pengelolaan dan revitalisasi program KB
e Penyediaan sarana yang memadai dan pembinaan berjenjang
43 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkulu
Menurut Davis dan Blake (1956) ada 11 variabel antara yang mempengaruhi
fertilitas Variebel-variebel tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu Variabel
hubungan seks yang terdiri dari usia kawin proporsi yang tidak pernah kawin
perpisahan pada usia kawin karena cerai ditinggal dan menjanda abstinensia
sukarela abstinensia karena terpaksa frekuensi hubungan seks Variebel kedua
adalah konsepsi yang terdiri dari kesuburan biologis pemakaian kontrasepsi
kemandulan disengaja Variebel yang terakhir adalah gestasi yang terdiri dari
keguguran yang tidak disengaja dan pengguguran yang disengaja (Singarimbun
19965)
Variabel-variabel tersebut tidak semuanya dijadikan pendekatan untuk pengendalian
kelahiran di Indonesia Adapun variabel-variabel yang dijadikan pendekatan untuk
pengendalian kelahiran melalui program KB yaitu
a Usia kawin melalui promosi pendewasaan usia perkawinan
b Pemakaian kontrasepsi
c Kemandulan disengaja melalui vasektomi dan tubektomi
a1 Pendewasaan usia perkawinan
Tujuan pendewasaan usia perkawinan selain untuk mengendalikan kelahiran
oleh karena semakin tua usia orang kawin berarti semakin sedikit waktu masa
reproduktif yang dimiliki oleh Pasangan Usia Subur (PUS) juga bermanfaat
untuk mengurangi resiko kehamilan Resiko yang mungkin dapat terjadi pada ibu
yang yang telalu muda untuk hamil antara lain keguguran tekanan darah tinggi
keracunan kehamilan timbulnya kesulitan persalinan bayi berat lahir rendah
membesarnya air seni ke vagina keluarnya gas dan feses ke vagina atau bisa
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 14
kanker leher rahim (BKKBN 20062) Anjuran melalui program KB yang
disarankan dalam pendewasaan usia perkawinan adalah meningkatkan batas usia
perkawinan minimal usia 20 tahun untuk perempuan dan minimal usia 25 tahun
untuk pria (BKKBN 199221)
Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan usia kawin pertama wanita
meningkat antara lain
a Kemiskinan
b Hidup di daerah yang padat
c Pengaruh lingkungan
Michael Thomas Sadier seorang penganut Teori Fisiologis menyatakan bahwa
ldquojika kepadatan penduduk tinggi maka daya reproduksi manusia cenderung
menurun sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah maka daya reproduksi
manusia akan meningkatrdquo (Mantra 200359)
b1 Pengaturan Kelahiran
Pengaturan jarak kelahiran antara anak pertama dengan anak kedua dan
seterusnya selain bertujuan untuk mengendalikan tingkat kelahiran melalui
penjarangan kehamilan juga bertujuan untuk mengurangi resiko negatif terhadap
bayi dan ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat Resiko-resiko yang bisa
terjadi bila kehamilan terlalu dekat antara lain
1 keguguran
2 anemia pada ibu
3 payah jantung
4 bayi bisa lahir sebelum waktunya
5 bayi bisa lahir dengan berat badan rendah
6 bayi bisa cacat bawaan serta tidak optimalnya tumbuh kembang balita
Akan sangat beresiko lagi jika kehamilan yang terlalu dekat terjadi di kalangan
keluarga miskin yang tidak mampu untuk mencukupi gizi pada saat ibu sedang
hamil Jarak kelahiran yang ideal yang dianjurkan melalui program KB minimal
2-3 tahun sehingga untuk kehamilan anak yang kedua secara fisik dan
psikhologis siibu lebih siap (BKKBN 20063)
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 15
Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu
Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an
sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan
sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)
Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung
meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi
22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian
kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan
memperkecil prevalensi kehamilan
44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu
Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu
tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target
yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga
perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102
kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16
Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015
Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-
2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari
sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-
2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih
sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan
sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk
mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan
Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat
terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu
ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait
masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian
Kesehatan2007)
Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi
Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada
masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada
masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga
kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah
syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17
aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya
maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas
2010)
Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu
pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya
Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila
didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka
mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka
kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini
disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya
Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah
wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai
jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil
SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam
periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi
30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81
Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan
belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam
terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode
risiko tinggi
Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )
dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan
kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya
penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin
mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran
antara satu anak dengan anak berikutnya
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18
Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal
TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)
Sumber SDK I 200203 2007
41 38
127
94
3
4755
81
0
2
4
6
8
10
12
14
Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak
SDKI 200203 SDKI 2007
V Hasil dan Pembahasan
Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang
didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu
disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari
rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita
hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat
51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill
Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19
Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu
Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio
(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per
100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR
Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di
bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka
perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan
pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka
kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-
provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010
masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana
pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu
Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak
2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari
2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan
persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen
tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63
kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu
sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada
saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah
melahirkan
Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah
perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari
kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan
masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35
tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35
tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun
hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur
yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun
Perhatikan Tabel 51
Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010
Variabel Persentase
Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal
Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan
Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun
23976
333667
63571365
Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu
faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu
hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda
bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan
bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya
kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan
tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60
persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh
informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif
rendah
52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21
Sumber Riskesdas 2010
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama
kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil
Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan
kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif
tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar
133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51
persen
53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes
Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010
Sumber Riskesdas 2010
Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa
kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi
Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat
rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang
melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22
melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman
adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan
cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan
bayi
Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir
Sumber Riskesdas 2010
Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau
pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan
kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit
infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu
Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu
mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan
masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya
terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa
setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan
harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai
resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan
kematian (Riskedas 2010)
Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih
relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan
menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320
persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi
0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah
melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23
persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu
44 persenPerhatikan Gambar 55
Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan
Sumber Riskesdas 2010
VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI
61 Faktor Determinan AKI
Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu
a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda
bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah
b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)
c Tempat Persalinan 60 di rumah
d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan
e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED
belum mencukupi
Faktor Yang Memperburuk
a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil
b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197
c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24
d Malaria dan TBC HIVAIDS
Penyebab Tidak Langsung
a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga
ndash Kekerasan dan Beban Ganda
ndash Perilaku konsumsi
ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan
ndash Kawin Muda
ndash Pandangan Budaya
b Pemenuhan Hak Reproduksi
ndash Kesertaan KB
ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB
ndash Peran Kesetaraan Pria
c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Faktor Dasar
a Keterbatasan Pengetahuan
ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi
ndash Pendidikan kesehatan reproduksi
ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi
b Status Perempuan
ndash Taraf Pendidikan Perempuan
ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan
ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga
c Kelembagaan
ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan
ndash Posyandu
ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25
62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI
Tabel 61 Analisa Kesenjangan
Yang harusdilakukan
Kebijakan Nasional
Upaya yang dilakukan
Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan
Pemeriksaan kehamilan
K4 90 Askeskin Biaya transportasi
Bantuan biaya transport
Ibu mendapat Pil besi
Pemberian pil besi
Pengadaan buffer stock pil besi
Konsumsi pil besi tidak sesuai
Peningkatan KIE
Persalinan ditolong oleh Nakes
90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk
Pengangkatan Bidan PTT
Persebaran belum merata
Insentif Bidan di daerah terpencil
Peningkatan kualitas dukun
- Kemitraan Bidan dengan Dukun
Kebijakan yang jelas tentang Dukun
Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda
Akses PONEK dan PONED
Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab
Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK
Dukungan peralatan dan tenaga kurang
Ekspansi PONED pelatihan tenaga
Mengurangi KDRT
UU No 232004 tentang penghapusan KDRT
Kampanye dan Sosialisasi
Belum dipahami publik dan penegak hukum
KIE tentang pengurangan KDRT
Ibu melahirkan di usia aman
UU No 1 1974 tentang Perkawinan
Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah
Kampanye KIE pendidikan Kespro
Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi
Unmet need 60
Peningkatan kualitas program KB
Unmet need mencapai 91
Revitalisasi program KB
Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan
Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan
Mendekatkan pelayanan Bidan
Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga
Siswa memperoleh
Kespro bagian dari kurikulum
KIE tentnag Kespro
Kesepakatan dan metode
Pengembangan modul dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26
pengetahuan tentang kespro
penyampaian bahan pelajaran
Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga
Pengarus utamaan gender
Kessempatan kerja bagi perempuan
VII Kesimpulan dan Rekomendasi
71 Kesimpulan
a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345
(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)
b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat
dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41
menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94
menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE
yang lebih intensif terutama diperdesaan)
c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga
penurunan AKI masih terkesan lambat
d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor
e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan
politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif
72 Rekomendasi
1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil
2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga
3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor
4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya
5 Peningkatan kelembagaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27
Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach
- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun
- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi
PemdaDinkesOrganisasi Profesi
Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab
Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK
PemdaDinkes
Pelayanan Antenatal dan Persalinan
Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi
Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT
PemdaDinkes
Pelayanan kesehatan masyarakat miskin
Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua
PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk
PemdaDinkes
Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah
Alokasi dana trasnportBank darah di RS
PemdaDinkesPMI
Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab
Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan
Rata- rata pendidikan perenpuan
DiknasPemda
Status perempuan
Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan
Perangkat hukum Meneg PPPemda
Status sosial ekonomi
Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja
Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Meneg PPPemda
Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28
untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin
meningkat Pemda
Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi
Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN
BKKBN dan Pemda
Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan
Asuransi persalinan dan transportasi
Pemda
Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga
Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat
Kemenkes
Kerjasama kelembagaan
Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga
Menguatnya peran lintas sektor
Lintas sektor
Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program
pendidikan kespro kedalam kurikulum
Metode pengajaran yang tepat
Pemda Diknas BKKBN
Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi
Aturan yang jelas tentang aborsi
Kemenkumham Pemda
Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil
Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan
Kemenag Pemda
Perkawinan usia muda
Optimalisasi batasminimal usia perkawinan
Batas usia minimal perkawinan
Kemenkumham Pemda
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29
Strategi 5 KELEMBAGAAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman
Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD
Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan
Bappenas dan Bappeda
Peraturan per undangan tentang aborsi
Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency
Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency
Lintas Sektor
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30
Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI
SOLUSI MASALAH
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31
Angka kematian Ibu melahirkan tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi
Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi
Kasus ekslampsia yang tidak tertangani
Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi
Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi
Pemantauan selama kehamilan rendah
Pengetahuan ibu masih rendah
Keterampilan tenaga penolong masih kurang
Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi
Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi
Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam
Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi
TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi
bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih
rendah
Pemberian tablet Fe masih kurang
Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan Cakupan bumil
ristikomp yang tertangani tuntas
Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin
Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK
Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes
Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4
Peningkatan cakupan Fe
Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24
jam
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
41 Perkembangan Peserta KB per Mix Kontrasepsi
Tabel 41 Peserta KB per Mix Kontrasepsi SDKI 1997-2012
Hasil SDKI 1997 sampai dengan SDKI 2012 peserta Keluarga Berencana di
Provinsi Bengkulu masih didominasi penggunaan alat kontrasepsi jangka pendek
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 10
seperti suntik dari 469 pada SDKI 1997 menjadi 329 pada SDKI 2012 dan
pil sebesar 130 SDKI 1997 menjadi 111 SDKI 2012 Sedangkan alat
kontrasepsi jangka panjang dengan efektifitas tinggi dari SDKI 2007 dibanding
SDKI 2012 justru turun Pemakaian IUD turun dari 83 ( SDKI 2007) menjadi
34 (SDKI 2012) akseptor Implant turun dari 124 menjadi 90 MOP turun
dari 04 menjadi 00 Turunnya akseptor IUD dari 83 menjadi 34
menunjukkan bahwa program IUD sasi yang telah dicanangkan sejak tahun 2010
belum membawa hasil maksimal
Perlu upaya dan terobosan untuk perbaikan kualitas pemakaian kontrasepsi
yang merupakan salah satu tujuan dari program keluarga berencana Salah satu
ukuran dari kualitas pemakaian adalah efektifitas (kelangsungan) pemakaian
kontrasepsi yang semakin tinggi Alasan putus pakai bisa disebabkan oleh kegagalan
kontrasepsi ketidak puasan terhadap alatcara KB efek samping dan kekurang-
tersediaan alatcara KB Tingkat putus pakai yang tinggi kegagalan alatcara KB dan
pergantian alatcara KB bisa mengindikasikan bahwa diperlukan perbaikan dalam
pemberian konseling tentang pemilihan alatcara KB pelayanan lanjutan dan
penyediaan pelayanan yang lebih luas
42 Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi Tabel 42 Tidak Terpenuhi Sedang Pakai dan Ingin ber KB
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 11
Tabel 42 menunjukkan pada tahun 2012 angka unmet need di Bengkulu mengalami
peningkatan dari 74 menjadi 91 dibanding SDKI 1997 PUS yang sedang
menggunakan alat kontrasepsi turun dari 666 menjadi 642 dan PUS yang ingin ber
KB juga turun dari 758 menjadi 733
Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa wanita berstatus kawin usia 15 ndash 49 yang
tidak terpenuhi keinginan ber KB sedang pakai dan ingin ber KB sebagai berikut
a Kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi PUS yang sebenarnya tidak ingin
punya anak lagi atau ingin menunda kelahiran anak berikutnya tetapi karena
berbagai alasan tidak memakai kontrasepsi
- Untuk menjarangkan kelahiran 40
- Untuk membatasi kelahiran 51
- Jumlah 91
Pasangan usia subur yang tidak ingin anak lagi dan ingin menunda kelahiran
tetapi tidak menggunakan suatu alatcara KB modern (unmet need KB)
merupakan suatu peluang untuk meningkatkan peserta KB karena apabila
kelompok PUS (Pasangan Usia Subur) tersebut dapat di diberikan KIE
(Komunikasi Informasi dan Edukasi) yang memadai dan dapat dilayani dengan
baik maka mereka merupakan calon-calon akseptor KB yang potensial
b Kebutuhan ber KB yang terpenuhi
- Untuk menjarangkan kelahiran 25
- Untuk membatasi kelahiran 392
- Jumlah 642
c Jumlah yang ingin ber KB
- Untuk menjarangkan kelahiran 29
- Untuk membatasi kelahiran 444
- Jumlah 733
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 12
Mengapa pasangan usia subur tidak memakai kontrasepsi hal ini berkaitan
dengan tingkat pengetahuan akses kualitas pelayanan dan ketersediaan kontrasepsi
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan suatu pendekatan KIE dan
peningkatan kualitas pelayanan dan pendekatan perluasan jejaring dengan
memanfaatkan seluruh jaringan yang ada di lini lapangan
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemakaian kontrasepsi antara lain adalah
a Kualitas pelayanan yang baik memiliki peranan yang sangat besar dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerimaan dan kelangsungan
pemakaian kontrasepsi
b Rasa takut terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan
kontrasepsi akan menyebabkan penolakan terhadap pemakaian kontrasepsi
c Keterbatasan distribusi alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat
d Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap berbagai macam kontrasepsi
dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing
e Akses masyarakat terhadap pelayanan kontrasepsi
Alternative kebijakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tingginya
unmet need KB di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut
a Memperkuat KIE dan advokasi KIE dan Advokasi adalah langkah yang
dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang penggunaan berbagai
kontrasepsi serta hasil yang diharapkan dari program KB yang pelaksanaanya
diperlukan koordinasi dengan lintas sector yang terkait
b Refreshingpelatihan bagi petugas penyuluh lapangan
Refreshingpelatihan diperlukan untuk menyegarkan kembali metode-metode
dan pengetahuan antara lain bagaimana memberikan pemahaman kepada
masyarakat khususnya kepada PUS tentang pentingnya revitalisasi program
KB
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 13
c Mengaktifkan kembali kader-kader KB yang ada dilapangan
menghidupkan kembali mekanisme operasional lini lapangan dan
memberikan operasional kader-kader KB di lapangan yang memadai
d Melibatkan Tokoh agama tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam
pengelolaan dan revitalisasi program KB
e Penyediaan sarana yang memadai dan pembinaan berjenjang
43 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkulu
Menurut Davis dan Blake (1956) ada 11 variabel antara yang mempengaruhi
fertilitas Variebel-variebel tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu Variabel
hubungan seks yang terdiri dari usia kawin proporsi yang tidak pernah kawin
perpisahan pada usia kawin karena cerai ditinggal dan menjanda abstinensia
sukarela abstinensia karena terpaksa frekuensi hubungan seks Variebel kedua
adalah konsepsi yang terdiri dari kesuburan biologis pemakaian kontrasepsi
kemandulan disengaja Variebel yang terakhir adalah gestasi yang terdiri dari
keguguran yang tidak disengaja dan pengguguran yang disengaja (Singarimbun
19965)
Variabel-variabel tersebut tidak semuanya dijadikan pendekatan untuk pengendalian
kelahiran di Indonesia Adapun variabel-variabel yang dijadikan pendekatan untuk
pengendalian kelahiran melalui program KB yaitu
a Usia kawin melalui promosi pendewasaan usia perkawinan
b Pemakaian kontrasepsi
c Kemandulan disengaja melalui vasektomi dan tubektomi
a1 Pendewasaan usia perkawinan
Tujuan pendewasaan usia perkawinan selain untuk mengendalikan kelahiran
oleh karena semakin tua usia orang kawin berarti semakin sedikit waktu masa
reproduktif yang dimiliki oleh Pasangan Usia Subur (PUS) juga bermanfaat
untuk mengurangi resiko kehamilan Resiko yang mungkin dapat terjadi pada ibu
yang yang telalu muda untuk hamil antara lain keguguran tekanan darah tinggi
keracunan kehamilan timbulnya kesulitan persalinan bayi berat lahir rendah
membesarnya air seni ke vagina keluarnya gas dan feses ke vagina atau bisa
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 14
kanker leher rahim (BKKBN 20062) Anjuran melalui program KB yang
disarankan dalam pendewasaan usia perkawinan adalah meningkatkan batas usia
perkawinan minimal usia 20 tahun untuk perempuan dan minimal usia 25 tahun
untuk pria (BKKBN 199221)
Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan usia kawin pertama wanita
meningkat antara lain
a Kemiskinan
b Hidup di daerah yang padat
c Pengaruh lingkungan
Michael Thomas Sadier seorang penganut Teori Fisiologis menyatakan bahwa
ldquojika kepadatan penduduk tinggi maka daya reproduksi manusia cenderung
menurun sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah maka daya reproduksi
manusia akan meningkatrdquo (Mantra 200359)
b1 Pengaturan Kelahiran
Pengaturan jarak kelahiran antara anak pertama dengan anak kedua dan
seterusnya selain bertujuan untuk mengendalikan tingkat kelahiran melalui
penjarangan kehamilan juga bertujuan untuk mengurangi resiko negatif terhadap
bayi dan ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat Resiko-resiko yang bisa
terjadi bila kehamilan terlalu dekat antara lain
1 keguguran
2 anemia pada ibu
3 payah jantung
4 bayi bisa lahir sebelum waktunya
5 bayi bisa lahir dengan berat badan rendah
6 bayi bisa cacat bawaan serta tidak optimalnya tumbuh kembang balita
Akan sangat beresiko lagi jika kehamilan yang terlalu dekat terjadi di kalangan
keluarga miskin yang tidak mampu untuk mencukupi gizi pada saat ibu sedang
hamil Jarak kelahiran yang ideal yang dianjurkan melalui program KB minimal
2-3 tahun sehingga untuk kehamilan anak yang kedua secara fisik dan
psikhologis siibu lebih siap (BKKBN 20063)
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 15
Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu
Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an
sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan
sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)
Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung
meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi
22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian
kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan
memperkecil prevalensi kehamilan
44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu
Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu
tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target
yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga
perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102
kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16
Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015
Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-
2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari
sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-
2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih
sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan
sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk
mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan
Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat
terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu
ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait
masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian
Kesehatan2007)
Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi
Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada
masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada
masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga
kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah
syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17
aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya
maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas
2010)
Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu
pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya
Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila
didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka
mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka
kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini
disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya
Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah
wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai
jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil
SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam
periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi
30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81
Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan
belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam
terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode
risiko tinggi
Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )
dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan
kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya
penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin
mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran
antara satu anak dengan anak berikutnya
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18
Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal
TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)
Sumber SDK I 200203 2007
41 38
127
94
3
4755
81
0
2
4
6
8
10
12
14
Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak
SDKI 200203 SDKI 2007
V Hasil dan Pembahasan
Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang
didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu
disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari
rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita
hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat
51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill
Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19
Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu
Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio
(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per
100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR
Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di
bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka
perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan
pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka
kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-
provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010
masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana
pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu
Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak
2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari
2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan
persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen
tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63
kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu
sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada
saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah
melahirkan
Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah
perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari
kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan
masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35
tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35
tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun
hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur
yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun
Perhatikan Tabel 51
Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010
Variabel Persentase
Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal
Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan
Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun
23976
333667
63571365
Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu
faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu
hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda
bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan
bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya
kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan
tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60
persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh
informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif
rendah
52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21
Sumber Riskesdas 2010
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama
kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil
Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan
kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif
tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar
133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51
persen
53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes
Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010
Sumber Riskesdas 2010
Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa
kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi
Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat
rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang
melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22
melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman
adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan
cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan
bayi
Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir
Sumber Riskesdas 2010
Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau
pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan
kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit
infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu
Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu
mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan
masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya
terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa
setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan
harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai
resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan
kematian (Riskedas 2010)
Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih
relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan
menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320
persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi
0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah
melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23
persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu
44 persenPerhatikan Gambar 55
Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan
Sumber Riskesdas 2010
VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI
61 Faktor Determinan AKI
Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu
a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda
bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah
b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)
c Tempat Persalinan 60 di rumah
d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan
e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED
belum mencukupi
Faktor Yang Memperburuk
a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil
b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197
c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24
d Malaria dan TBC HIVAIDS
Penyebab Tidak Langsung
a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga
ndash Kekerasan dan Beban Ganda
ndash Perilaku konsumsi
ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan
ndash Kawin Muda
ndash Pandangan Budaya
b Pemenuhan Hak Reproduksi
ndash Kesertaan KB
ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB
ndash Peran Kesetaraan Pria
c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Faktor Dasar
a Keterbatasan Pengetahuan
ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi
ndash Pendidikan kesehatan reproduksi
ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi
b Status Perempuan
ndash Taraf Pendidikan Perempuan
ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan
ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga
c Kelembagaan
ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan
ndash Posyandu
ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25
62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI
Tabel 61 Analisa Kesenjangan
Yang harusdilakukan
Kebijakan Nasional
Upaya yang dilakukan
Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan
Pemeriksaan kehamilan
K4 90 Askeskin Biaya transportasi
Bantuan biaya transport
Ibu mendapat Pil besi
Pemberian pil besi
Pengadaan buffer stock pil besi
Konsumsi pil besi tidak sesuai
Peningkatan KIE
Persalinan ditolong oleh Nakes
90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk
Pengangkatan Bidan PTT
Persebaran belum merata
Insentif Bidan di daerah terpencil
Peningkatan kualitas dukun
- Kemitraan Bidan dengan Dukun
Kebijakan yang jelas tentang Dukun
Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda
Akses PONEK dan PONED
Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab
Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK
Dukungan peralatan dan tenaga kurang
Ekspansi PONED pelatihan tenaga
Mengurangi KDRT
UU No 232004 tentang penghapusan KDRT
Kampanye dan Sosialisasi
Belum dipahami publik dan penegak hukum
KIE tentang pengurangan KDRT
Ibu melahirkan di usia aman
UU No 1 1974 tentang Perkawinan
Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah
Kampanye KIE pendidikan Kespro
Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi
Unmet need 60
Peningkatan kualitas program KB
Unmet need mencapai 91
Revitalisasi program KB
Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan
Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan
Mendekatkan pelayanan Bidan
Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga
Siswa memperoleh
Kespro bagian dari kurikulum
KIE tentnag Kespro
Kesepakatan dan metode
Pengembangan modul dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26
pengetahuan tentang kespro
penyampaian bahan pelajaran
Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga
Pengarus utamaan gender
Kessempatan kerja bagi perempuan
VII Kesimpulan dan Rekomendasi
71 Kesimpulan
a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345
(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)
b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat
dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41
menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94
menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE
yang lebih intensif terutama diperdesaan)
c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga
penurunan AKI masih terkesan lambat
d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor
e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan
politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif
72 Rekomendasi
1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil
2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga
3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor
4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya
5 Peningkatan kelembagaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27
Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach
- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun
- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi
PemdaDinkesOrganisasi Profesi
Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab
Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK
PemdaDinkes
Pelayanan Antenatal dan Persalinan
Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi
Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT
PemdaDinkes
Pelayanan kesehatan masyarakat miskin
Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua
PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk
PemdaDinkes
Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah
Alokasi dana trasnportBank darah di RS
PemdaDinkesPMI
Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab
Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan
Rata- rata pendidikan perenpuan
DiknasPemda
Status perempuan
Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan
Perangkat hukum Meneg PPPemda
Status sosial ekonomi
Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja
Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Meneg PPPemda
Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28
untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin
meningkat Pemda
Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi
Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN
BKKBN dan Pemda
Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan
Asuransi persalinan dan transportasi
Pemda
Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga
Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat
Kemenkes
Kerjasama kelembagaan
Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga
Menguatnya peran lintas sektor
Lintas sektor
Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program
pendidikan kespro kedalam kurikulum
Metode pengajaran yang tepat
Pemda Diknas BKKBN
Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi
Aturan yang jelas tentang aborsi
Kemenkumham Pemda
Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil
Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan
Kemenag Pemda
Perkawinan usia muda
Optimalisasi batasminimal usia perkawinan
Batas usia minimal perkawinan
Kemenkumham Pemda
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29
Strategi 5 KELEMBAGAAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman
Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD
Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan
Bappenas dan Bappeda
Peraturan per undangan tentang aborsi
Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency
Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency
Lintas Sektor
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30
Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI
SOLUSI MASALAH
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31
Angka kematian Ibu melahirkan tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi
Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi
Kasus ekslampsia yang tidak tertangani
Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi
Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi
Pemantauan selama kehamilan rendah
Pengetahuan ibu masih rendah
Keterampilan tenaga penolong masih kurang
Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi
Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi
Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam
Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi
TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi
bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih
rendah
Pemberian tablet Fe masih kurang
Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan Cakupan bumil
ristikomp yang tertangani tuntas
Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin
Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK
Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes
Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4
Peningkatan cakupan Fe
Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24
jam
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
seperti suntik dari 469 pada SDKI 1997 menjadi 329 pada SDKI 2012 dan
pil sebesar 130 SDKI 1997 menjadi 111 SDKI 2012 Sedangkan alat
kontrasepsi jangka panjang dengan efektifitas tinggi dari SDKI 2007 dibanding
SDKI 2012 justru turun Pemakaian IUD turun dari 83 ( SDKI 2007) menjadi
34 (SDKI 2012) akseptor Implant turun dari 124 menjadi 90 MOP turun
dari 04 menjadi 00 Turunnya akseptor IUD dari 83 menjadi 34
menunjukkan bahwa program IUD sasi yang telah dicanangkan sejak tahun 2010
belum membawa hasil maksimal
Perlu upaya dan terobosan untuk perbaikan kualitas pemakaian kontrasepsi
yang merupakan salah satu tujuan dari program keluarga berencana Salah satu
ukuran dari kualitas pemakaian adalah efektifitas (kelangsungan) pemakaian
kontrasepsi yang semakin tinggi Alasan putus pakai bisa disebabkan oleh kegagalan
kontrasepsi ketidak puasan terhadap alatcara KB efek samping dan kekurang-
tersediaan alatcara KB Tingkat putus pakai yang tinggi kegagalan alatcara KB dan
pergantian alatcara KB bisa mengindikasikan bahwa diperlukan perbaikan dalam
pemberian konseling tentang pemilihan alatcara KB pelayanan lanjutan dan
penyediaan pelayanan yang lebih luas
42 Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi Tabel 42 Tidak Terpenuhi Sedang Pakai dan Ingin ber KB
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 11
Tabel 42 menunjukkan pada tahun 2012 angka unmet need di Bengkulu mengalami
peningkatan dari 74 menjadi 91 dibanding SDKI 1997 PUS yang sedang
menggunakan alat kontrasepsi turun dari 666 menjadi 642 dan PUS yang ingin ber
KB juga turun dari 758 menjadi 733
Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa wanita berstatus kawin usia 15 ndash 49 yang
tidak terpenuhi keinginan ber KB sedang pakai dan ingin ber KB sebagai berikut
a Kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi PUS yang sebenarnya tidak ingin
punya anak lagi atau ingin menunda kelahiran anak berikutnya tetapi karena
berbagai alasan tidak memakai kontrasepsi
- Untuk menjarangkan kelahiran 40
- Untuk membatasi kelahiran 51
- Jumlah 91
Pasangan usia subur yang tidak ingin anak lagi dan ingin menunda kelahiran
tetapi tidak menggunakan suatu alatcara KB modern (unmet need KB)
merupakan suatu peluang untuk meningkatkan peserta KB karena apabila
kelompok PUS (Pasangan Usia Subur) tersebut dapat di diberikan KIE
(Komunikasi Informasi dan Edukasi) yang memadai dan dapat dilayani dengan
baik maka mereka merupakan calon-calon akseptor KB yang potensial
b Kebutuhan ber KB yang terpenuhi
- Untuk menjarangkan kelahiran 25
- Untuk membatasi kelahiran 392
- Jumlah 642
c Jumlah yang ingin ber KB
- Untuk menjarangkan kelahiran 29
- Untuk membatasi kelahiran 444
- Jumlah 733
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 12
Mengapa pasangan usia subur tidak memakai kontrasepsi hal ini berkaitan
dengan tingkat pengetahuan akses kualitas pelayanan dan ketersediaan kontrasepsi
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan suatu pendekatan KIE dan
peningkatan kualitas pelayanan dan pendekatan perluasan jejaring dengan
memanfaatkan seluruh jaringan yang ada di lini lapangan
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemakaian kontrasepsi antara lain adalah
a Kualitas pelayanan yang baik memiliki peranan yang sangat besar dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerimaan dan kelangsungan
pemakaian kontrasepsi
b Rasa takut terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan
kontrasepsi akan menyebabkan penolakan terhadap pemakaian kontrasepsi
c Keterbatasan distribusi alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat
d Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap berbagai macam kontrasepsi
dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing
e Akses masyarakat terhadap pelayanan kontrasepsi
Alternative kebijakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tingginya
unmet need KB di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut
a Memperkuat KIE dan advokasi KIE dan Advokasi adalah langkah yang
dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang penggunaan berbagai
kontrasepsi serta hasil yang diharapkan dari program KB yang pelaksanaanya
diperlukan koordinasi dengan lintas sector yang terkait
b Refreshingpelatihan bagi petugas penyuluh lapangan
Refreshingpelatihan diperlukan untuk menyegarkan kembali metode-metode
dan pengetahuan antara lain bagaimana memberikan pemahaman kepada
masyarakat khususnya kepada PUS tentang pentingnya revitalisasi program
KB
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 13
c Mengaktifkan kembali kader-kader KB yang ada dilapangan
menghidupkan kembali mekanisme operasional lini lapangan dan
memberikan operasional kader-kader KB di lapangan yang memadai
d Melibatkan Tokoh agama tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam
pengelolaan dan revitalisasi program KB
e Penyediaan sarana yang memadai dan pembinaan berjenjang
43 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkulu
Menurut Davis dan Blake (1956) ada 11 variabel antara yang mempengaruhi
fertilitas Variebel-variebel tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu Variabel
hubungan seks yang terdiri dari usia kawin proporsi yang tidak pernah kawin
perpisahan pada usia kawin karena cerai ditinggal dan menjanda abstinensia
sukarela abstinensia karena terpaksa frekuensi hubungan seks Variebel kedua
adalah konsepsi yang terdiri dari kesuburan biologis pemakaian kontrasepsi
kemandulan disengaja Variebel yang terakhir adalah gestasi yang terdiri dari
keguguran yang tidak disengaja dan pengguguran yang disengaja (Singarimbun
19965)
Variabel-variabel tersebut tidak semuanya dijadikan pendekatan untuk pengendalian
kelahiran di Indonesia Adapun variabel-variabel yang dijadikan pendekatan untuk
pengendalian kelahiran melalui program KB yaitu
a Usia kawin melalui promosi pendewasaan usia perkawinan
b Pemakaian kontrasepsi
c Kemandulan disengaja melalui vasektomi dan tubektomi
a1 Pendewasaan usia perkawinan
Tujuan pendewasaan usia perkawinan selain untuk mengendalikan kelahiran
oleh karena semakin tua usia orang kawin berarti semakin sedikit waktu masa
reproduktif yang dimiliki oleh Pasangan Usia Subur (PUS) juga bermanfaat
untuk mengurangi resiko kehamilan Resiko yang mungkin dapat terjadi pada ibu
yang yang telalu muda untuk hamil antara lain keguguran tekanan darah tinggi
keracunan kehamilan timbulnya kesulitan persalinan bayi berat lahir rendah
membesarnya air seni ke vagina keluarnya gas dan feses ke vagina atau bisa
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 14
kanker leher rahim (BKKBN 20062) Anjuran melalui program KB yang
disarankan dalam pendewasaan usia perkawinan adalah meningkatkan batas usia
perkawinan minimal usia 20 tahun untuk perempuan dan minimal usia 25 tahun
untuk pria (BKKBN 199221)
Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan usia kawin pertama wanita
meningkat antara lain
a Kemiskinan
b Hidup di daerah yang padat
c Pengaruh lingkungan
Michael Thomas Sadier seorang penganut Teori Fisiologis menyatakan bahwa
ldquojika kepadatan penduduk tinggi maka daya reproduksi manusia cenderung
menurun sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah maka daya reproduksi
manusia akan meningkatrdquo (Mantra 200359)
b1 Pengaturan Kelahiran
Pengaturan jarak kelahiran antara anak pertama dengan anak kedua dan
seterusnya selain bertujuan untuk mengendalikan tingkat kelahiran melalui
penjarangan kehamilan juga bertujuan untuk mengurangi resiko negatif terhadap
bayi dan ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat Resiko-resiko yang bisa
terjadi bila kehamilan terlalu dekat antara lain
1 keguguran
2 anemia pada ibu
3 payah jantung
4 bayi bisa lahir sebelum waktunya
5 bayi bisa lahir dengan berat badan rendah
6 bayi bisa cacat bawaan serta tidak optimalnya tumbuh kembang balita
Akan sangat beresiko lagi jika kehamilan yang terlalu dekat terjadi di kalangan
keluarga miskin yang tidak mampu untuk mencukupi gizi pada saat ibu sedang
hamil Jarak kelahiran yang ideal yang dianjurkan melalui program KB minimal
2-3 tahun sehingga untuk kehamilan anak yang kedua secara fisik dan
psikhologis siibu lebih siap (BKKBN 20063)
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 15
Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu
Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an
sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan
sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)
Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung
meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi
22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian
kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan
memperkecil prevalensi kehamilan
44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu
Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu
tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target
yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga
perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102
kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16
Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015
Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-
2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari
sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-
2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih
sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan
sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk
mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan
Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat
terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu
ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait
masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian
Kesehatan2007)
Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi
Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada
masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada
masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga
kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah
syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17
aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya
maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas
2010)
Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu
pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya
Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila
didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka
mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka
kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini
disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya
Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah
wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai
jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil
SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam
periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi
30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81
Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan
belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam
terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode
risiko tinggi
Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )
dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan
kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya
penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin
mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran
antara satu anak dengan anak berikutnya
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18
Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal
TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)
Sumber SDK I 200203 2007
41 38
127
94
3
4755
81
0
2
4
6
8
10
12
14
Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak
SDKI 200203 SDKI 2007
V Hasil dan Pembahasan
Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang
didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu
disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari
rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita
hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat
51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill
Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19
Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu
Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio
(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per
100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR
Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di
bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka
perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan
pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka
kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-
provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010
masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana
pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu
Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak
2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari
2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan
persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen
tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63
kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu
sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada
saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah
melahirkan
Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah
perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari
kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan
masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35
tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35
tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun
hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur
yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun
Perhatikan Tabel 51
Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010
Variabel Persentase
Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal
Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan
Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun
23976
333667
63571365
Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu
faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu
hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda
bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan
bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya
kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan
tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60
persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh
informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif
rendah
52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21
Sumber Riskesdas 2010
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama
kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil
Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan
kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif
tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar
133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51
persen
53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes
Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010
Sumber Riskesdas 2010
Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa
kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi
Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat
rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang
melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22
melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman
adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan
cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan
bayi
Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir
Sumber Riskesdas 2010
Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau
pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan
kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit
infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu
Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu
mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan
masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya
terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa
setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan
harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai
resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan
kematian (Riskedas 2010)
Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih
relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan
menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320
persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi
0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah
melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23
persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu
44 persenPerhatikan Gambar 55
Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan
Sumber Riskesdas 2010
VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI
61 Faktor Determinan AKI
Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu
a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda
bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah
b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)
c Tempat Persalinan 60 di rumah
d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan
e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED
belum mencukupi
Faktor Yang Memperburuk
a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil
b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197
c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24
d Malaria dan TBC HIVAIDS
Penyebab Tidak Langsung
a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga
ndash Kekerasan dan Beban Ganda
ndash Perilaku konsumsi
ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan
ndash Kawin Muda
ndash Pandangan Budaya
b Pemenuhan Hak Reproduksi
ndash Kesertaan KB
ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB
ndash Peran Kesetaraan Pria
c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Faktor Dasar
a Keterbatasan Pengetahuan
ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi
ndash Pendidikan kesehatan reproduksi
ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi
b Status Perempuan
ndash Taraf Pendidikan Perempuan
ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan
ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga
c Kelembagaan
ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan
ndash Posyandu
ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25
62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI
Tabel 61 Analisa Kesenjangan
Yang harusdilakukan
Kebijakan Nasional
Upaya yang dilakukan
Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan
Pemeriksaan kehamilan
K4 90 Askeskin Biaya transportasi
Bantuan biaya transport
Ibu mendapat Pil besi
Pemberian pil besi
Pengadaan buffer stock pil besi
Konsumsi pil besi tidak sesuai
Peningkatan KIE
Persalinan ditolong oleh Nakes
90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk
Pengangkatan Bidan PTT
Persebaran belum merata
Insentif Bidan di daerah terpencil
Peningkatan kualitas dukun
- Kemitraan Bidan dengan Dukun
Kebijakan yang jelas tentang Dukun
Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda
Akses PONEK dan PONED
Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab
Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK
Dukungan peralatan dan tenaga kurang
Ekspansi PONED pelatihan tenaga
Mengurangi KDRT
UU No 232004 tentang penghapusan KDRT
Kampanye dan Sosialisasi
Belum dipahami publik dan penegak hukum
KIE tentang pengurangan KDRT
Ibu melahirkan di usia aman
UU No 1 1974 tentang Perkawinan
Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah
Kampanye KIE pendidikan Kespro
Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi
Unmet need 60
Peningkatan kualitas program KB
Unmet need mencapai 91
Revitalisasi program KB
Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan
Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan
Mendekatkan pelayanan Bidan
Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga
Siswa memperoleh
Kespro bagian dari kurikulum
KIE tentnag Kespro
Kesepakatan dan metode
Pengembangan modul dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26
pengetahuan tentang kespro
penyampaian bahan pelajaran
Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga
Pengarus utamaan gender
Kessempatan kerja bagi perempuan
VII Kesimpulan dan Rekomendasi
71 Kesimpulan
a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345
(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)
b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat
dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41
menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94
menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE
yang lebih intensif terutama diperdesaan)
c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga
penurunan AKI masih terkesan lambat
d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor
e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan
politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif
72 Rekomendasi
1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil
2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga
3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor
4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya
5 Peningkatan kelembagaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27
Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach
- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun
- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi
PemdaDinkesOrganisasi Profesi
Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab
Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK
PemdaDinkes
Pelayanan Antenatal dan Persalinan
Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi
Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT
PemdaDinkes
Pelayanan kesehatan masyarakat miskin
Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua
PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk
PemdaDinkes
Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah
Alokasi dana trasnportBank darah di RS
PemdaDinkesPMI
Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab
Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan
Rata- rata pendidikan perenpuan
DiknasPemda
Status perempuan
Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan
Perangkat hukum Meneg PPPemda
Status sosial ekonomi
Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja
Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Meneg PPPemda
Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28
untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin
meningkat Pemda
Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi
Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN
BKKBN dan Pemda
Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan
Asuransi persalinan dan transportasi
Pemda
Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga
Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat
Kemenkes
Kerjasama kelembagaan
Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga
Menguatnya peran lintas sektor
Lintas sektor
Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program
pendidikan kespro kedalam kurikulum
Metode pengajaran yang tepat
Pemda Diknas BKKBN
Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi
Aturan yang jelas tentang aborsi
Kemenkumham Pemda
Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil
Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan
Kemenag Pemda
Perkawinan usia muda
Optimalisasi batasminimal usia perkawinan
Batas usia minimal perkawinan
Kemenkumham Pemda
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29
Strategi 5 KELEMBAGAAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman
Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD
Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan
Bappenas dan Bappeda
Peraturan per undangan tentang aborsi
Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency
Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency
Lintas Sektor
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30
Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI
SOLUSI MASALAH
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31
Angka kematian Ibu melahirkan tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi
Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi
Kasus ekslampsia yang tidak tertangani
Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi
Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi
Pemantauan selama kehamilan rendah
Pengetahuan ibu masih rendah
Keterampilan tenaga penolong masih kurang
Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi
Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi
Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam
Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi
TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi
bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih
rendah
Pemberian tablet Fe masih kurang
Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan Cakupan bumil
ristikomp yang tertangani tuntas
Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin
Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK
Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes
Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4
Peningkatan cakupan Fe
Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24
jam
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
Tabel 42 menunjukkan pada tahun 2012 angka unmet need di Bengkulu mengalami
peningkatan dari 74 menjadi 91 dibanding SDKI 1997 PUS yang sedang
menggunakan alat kontrasepsi turun dari 666 menjadi 642 dan PUS yang ingin ber
KB juga turun dari 758 menjadi 733
Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa wanita berstatus kawin usia 15 ndash 49 yang
tidak terpenuhi keinginan ber KB sedang pakai dan ingin ber KB sebagai berikut
a Kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi PUS yang sebenarnya tidak ingin
punya anak lagi atau ingin menunda kelahiran anak berikutnya tetapi karena
berbagai alasan tidak memakai kontrasepsi
- Untuk menjarangkan kelahiran 40
- Untuk membatasi kelahiran 51
- Jumlah 91
Pasangan usia subur yang tidak ingin anak lagi dan ingin menunda kelahiran
tetapi tidak menggunakan suatu alatcara KB modern (unmet need KB)
merupakan suatu peluang untuk meningkatkan peserta KB karena apabila
kelompok PUS (Pasangan Usia Subur) tersebut dapat di diberikan KIE
(Komunikasi Informasi dan Edukasi) yang memadai dan dapat dilayani dengan
baik maka mereka merupakan calon-calon akseptor KB yang potensial
b Kebutuhan ber KB yang terpenuhi
- Untuk menjarangkan kelahiran 25
- Untuk membatasi kelahiran 392
- Jumlah 642
c Jumlah yang ingin ber KB
- Untuk menjarangkan kelahiran 29
- Untuk membatasi kelahiran 444
- Jumlah 733
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 12
Mengapa pasangan usia subur tidak memakai kontrasepsi hal ini berkaitan
dengan tingkat pengetahuan akses kualitas pelayanan dan ketersediaan kontrasepsi
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan suatu pendekatan KIE dan
peningkatan kualitas pelayanan dan pendekatan perluasan jejaring dengan
memanfaatkan seluruh jaringan yang ada di lini lapangan
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemakaian kontrasepsi antara lain adalah
a Kualitas pelayanan yang baik memiliki peranan yang sangat besar dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerimaan dan kelangsungan
pemakaian kontrasepsi
b Rasa takut terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan
kontrasepsi akan menyebabkan penolakan terhadap pemakaian kontrasepsi
c Keterbatasan distribusi alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat
d Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap berbagai macam kontrasepsi
dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing
e Akses masyarakat terhadap pelayanan kontrasepsi
Alternative kebijakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tingginya
unmet need KB di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut
a Memperkuat KIE dan advokasi KIE dan Advokasi adalah langkah yang
dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang penggunaan berbagai
kontrasepsi serta hasil yang diharapkan dari program KB yang pelaksanaanya
diperlukan koordinasi dengan lintas sector yang terkait
b Refreshingpelatihan bagi petugas penyuluh lapangan
Refreshingpelatihan diperlukan untuk menyegarkan kembali metode-metode
dan pengetahuan antara lain bagaimana memberikan pemahaman kepada
masyarakat khususnya kepada PUS tentang pentingnya revitalisasi program
KB
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 13
c Mengaktifkan kembali kader-kader KB yang ada dilapangan
menghidupkan kembali mekanisme operasional lini lapangan dan
memberikan operasional kader-kader KB di lapangan yang memadai
d Melibatkan Tokoh agama tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam
pengelolaan dan revitalisasi program KB
e Penyediaan sarana yang memadai dan pembinaan berjenjang
43 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkulu
Menurut Davis dan Blake (1956) ada 11 variabel antara yang mempengaruhi
fertilitas Variebel-variebel tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu Variabel
hubungan seks yang terdiri dari usia kawin proporsi yang tidak pernah kawin
perpisahan pada usia kawin karena cerai ditinggal dan menjanda abstinensia
sukarela abstinensia karena terpaksa frekuensi hubungan seks Variebel kedua
adalah konsepsi yang terdiri dari kesuburan biologis pemakaian kontrasepsi
kemandulan disengaja Variebel yang terakhir adalah gestasi yang terdiri dari
keguguran yang tidak disengaja dan pengguguran yang disengaja (Singarimbun
19965)
Variabel-variabel tersebut tidak semuanya dijadikan pendekatan untuk pengendalian
kelahiran di Indonesia Adapun variabel-variabel yang dijadikan pendekatan untuk
pengendalian kelahiran melalui program KB yaitu
a Usia kawin melalui promosi pendewasaan usia perkawinan
b Pemakaian kontrasepsi
c Kemandulan disengaja melalui vasektomi dan tubektomi
a1 Pendewasaan usia perkawinan
Tujuan pendewasaan usia perkawinan selain untuk mengendalikan kelahiran
oleh karena semakin tua usia orang kawin berarti semakin sedikit waktu masa
reproduktif yang dimiliki oleh Pasangan Usia Subur (PUS) juga bermanfaat
untuk mengurangi resiko kehamilan Resiko yang mungkin dapat terjadi pada ibu
yang yang telalu muda untuk hamil antara lain keguguran tekanan darah tinggi
keracunan kehamilan timbulnya kesulitan persalinan bayi berat lahir rendah
membesarnya air seni ke vagina keluarnya gas dan feses ke vagina atau bisa
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 14
kanker leher rahim (BKKBN 20062) Anjuran melalui program KB yang
disarankan dalam pendewasaan usia perkawinan adalah meningkatkan batas usia
perkawinan minimal usia 20 tahun untuk perempuan dan minimal usia 25 tahun
untuk pria (BKKBN 199221)
Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan usia kawin pertama wanita
meningkat antara lain
a Kemiskinan
b Hidup di daerah yang padat
c Pengaruh lingkungan
Michael Thomas Sadier seorang penganut Teori Fisiologis menyatakan bahwa
ldquojika kepadatan penduduk tinggi maka daya reproduksi manusia cenderung
menurun sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah maka daya reproduksi
manusia akan meningkatrdquo (Mantra 200359)
b1 Pengaturan Kelahiran
Pengaturan jarak kelahiran antara anak pertama dengan anak kedua dan
seterusnya selain bertujuan untuk mengendalikan tingkat kelahiran melalui
penjarangan kehamilan juga bertujuan untuk mengurangi resiko negatif terhadap
bayi dan ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat Resiko-resiko yang bisa
terjadi bila kehamilan terlalu dekat antara lain
1 keguguran
2 anemia pada ibu
3 payah jantung
4 bayi bisa lahir sebelum waktunya
5 bayi bisa lahir dengan berat badan rendah
6 bayi bisa cacat bawaan serta tidak optimalnya tumbuh kembang balita
Akan sangat beresiko lagi jika kehamilan yang terlalu dekat terjadi di kalangan
keluarga miskin yang tidak mampu untuk mencukupi gizi pada saat ibu sedang
hamil Jarak kelahiran yang ideal yang dianjurkan melalui program KB minimal
2-3 tahun sehingga untuk kehamilan anak yang kedua secara fisik dan
psikhologis siibu lebih siap (BKKBN 20063)
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 15
Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu
Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an
sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan
sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)
Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung
meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi
22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian
kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan
memperkecil prevalensi kehamilan
44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu
Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu
tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target
yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga
perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102
kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16
Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015
Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-
2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari
sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-
2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih
sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan
sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk
mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan
Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat
terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu
ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait
masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian
Kesehatan2007)
Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi
Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada
masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada
masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga
kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah
syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17
aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya
maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas
2010)
Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu
pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya
Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila
didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka
mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka
kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini
disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya
Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah
wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai
jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil
SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam
periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi
30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81
Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan
belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam
terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode
risiko tinggi
Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )
dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan
kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya
penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin
mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran
antara satu anak dengan anak berikutnya
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18
Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal
TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)
Sumber SDK I 200203 2007
41 38
127
94
3
4755
81
0
2
4
6
8
10
12
14
Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak
SDKI 200203 SDKI 2007
V Hasil dan Pembahasan
Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang
didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu
disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari
rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita
hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat
51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill
Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19
Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu
Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio
(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per
100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR
Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di
bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka
perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan
pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka
kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-
provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010
masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana
pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu
Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak
2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari
2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan
persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen
tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63
kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu
sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada
saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah
melahirkan
Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah
perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari
kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan
masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35
tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35
tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun
hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur
yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun
Perhatikan Tabel 51
Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010
Variabel Persentase
Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal
Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan
Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun
23976
333667
63571365
Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu
faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu
hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda
bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan
bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya
kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan
tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60
persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh
informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif
rendah
52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21
Sumber Riskesdas 2010
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama
kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil
Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan
kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif
tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar
133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51
persen
53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes
Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010
Sumber Riskesdas 2010
Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa
kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi
Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat
rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang
melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22
melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman
adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan
cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan
bayi
Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir
Sumber Riskesdas 2010
Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau
pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan
kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit
infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu
Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu
mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan
masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya
terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa
setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan
harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai
resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan
kematian (Riskedas 2010)
Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih
relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan
menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320
persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi
0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah
melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23
persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu
44 persenPerhatikan Gambar 55
Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan
Sumber Riskesdas 2010
VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI
61 Faktor Determinan AKI
Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu
a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda
bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah
b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)
c Tempat Persalinan 60 di rumah
d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan
e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED
belum mencukupi
Faktor Yang Memperburuk
a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil
b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197
c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24
d Malaria dan TBC HIVAIDS
Penyebab Tidak Langsung
a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga
ndash Kekerasan dan Beban Ganda
ndash Perilaku konsumsi
ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan
ndash Kawin Muda
ndash Pandangan Budaya
b Pemenuhan Hak Reproduksi
ndash Kesertaan KB
ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB
ndash Peran Kesetaraan Pria
c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Faktor Dasar
a Keterbatasan Pengetahuan
ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi
ndash Pendidikan kesehatan reproduksi
ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi
b Status Perempuan
ndash Taraf Pendidikan Perempuan
ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan
ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga
c Kelembagaan
ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan
ndash Posyandu
ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25
62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI
Tabel 61 Analisa Kesenjangan
Yang harusdilakukan
Kebijakan Nasional
Upaya yang dilakukan
Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan
Pemeriksaan kehamilan
K4 90 Askeskin Biaya transportasi
Bantuan biaya transport
Ibu mendapat Pil besi
Pemberian pil besi
Pengadaan buffer stock pil besi
Konsumsi pil besi tidak sesuai
Peningkatan KIE
Persalinan ditolong oleh Nakes
90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk
Pengangkatan Bidan PTT
Persebaran belum merata
Insentif Bidan di daerah terpencil
Peningkatan kualitas dukun
- Kemitraan Bidan dengan Dukun
Kebijakan yang jelas tentang Dukun
Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda
Akses PONEK dan PONED
Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab
Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK
Dukungan peralatan dan tenaga kurang
Ekspansi PONED pelatihan tenaga
Mengurangi KDRT
UU No 232004 tentang penghapusan KDRT
Kampanye dan Sosialisasi
Belum dipahami publik dan penegak hukum
KIE tentang pengurangan KDRT
Ibu melahirkan di usia aman
UU No 1 1974 tentang Perkawinan
Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah
Kampanye KIE pendidikan Kespro
Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi
Unmet need 60
Peningkatan kualitas program KB
Unmet need mencapai 91
Revitalisasi program KB
Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan
Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan
Mendekatkan pelayanan Bidan
Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga
Siswa memperoleh
Kespro bagian dari kurikulum
KIE tentnag Kespro
Kesepakatan dan metode
Pengembangan modul dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26
pengetahuan tentang kespro
penyampaian bahan pelajaran
Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga
Pengarus utamaan gender
Kessempatan kerja bagi perempuan
VII Kesimpulan dan Rekomendasi
71 Kesimpulan
a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345
(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)
b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat
dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41
menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94
menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE
yang lebih intensif terutama diperdesaan)
c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga
penurunan AKI masih terkesan lambat
d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor
e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan
politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif
72 Rekomendasi
1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil
2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga
3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor
4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya
5 Peningkatan kelembagaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27
Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach
- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun
- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi
PemdaDinkesOrganisasi Profesi
Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab
Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK
PemdaDinkes
Pelayanan Antenatal dan Persalinan
Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi
Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT
PemdaDinkes
Pelayanan kesehatan masyarakat miskin
Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua
PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk
PemdaDinkes
Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah
Alokasi dana trasnportBank darah di RS
PemdaDinkesPMI
Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab
Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan
Rata- rata pendidikan perenpuan
DiknasPemda
Status perempuan
Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan
Perangkat hukum Meneg PPPemda
Status sosial ekonomi
Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja
Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Meneg PPPemda
Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28
untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin
meningkat Pemda
Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi
Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN
BKKBN dan Pemda
Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan
Asuransi persalinan dan transportasi
Pemda
Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga
Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat
Kemenkes
Kerjasama kelembagaan
Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga
Menguatnya peran lintas sektor
Lintas sektor
Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program
pendidikan kespro kedalam kurikulum
Metode pengajaran yang tepat
Pemda Diknas BKKBN
Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi
Aturan yang jelas tentang aborsi
Kemenkumham Pemda
Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil
Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan
Kemenag Pemda
Perkawinan usia muda
Optimalisasi batasminimal usia perkawinan
Batas usia minimal perkawinan
Kemenkumham Pemda
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29
Strategi 5 KELEMBAGAAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman
Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD
Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan
Bappenas dan Bappeda
Peraturan per undangan tentang aborsi
Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency
Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency
Lintas Sektor
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30
Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI
SOLUSI MASALAH
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31
Angka kematian Ibu melahirkan tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi
Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi
Kasus ekslampsia yang tidak tertangani
Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi
Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi
Pemantauan selama kehamilan rendah
Pengetahuan ibu masih rendah
Keterampilan tenaga penolong masih kurang
Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi
Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi
Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam
Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi
TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi
bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih
rendah
Pemberian tablet Fe masih kurang
Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan Cakupan bumil
ristikomp yang tertangani tuntas
Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin
Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK
Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes
Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4
Peningkatan cakupan Fe
Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24
jam
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
Mengapa pasangan usia subur tidak memakai kontrasepsi hal ini berkaitan
dengan tingkat pengetahuan akses kualitas pelayanan dan ketersediaan kontrasepsi
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan suatu pendekatan KIE dan
peningkatan kualitas pelayanan dan pendekatan perluasan jejaring dengan
memanfaatkan seluruh jaringan yang ada di lini lapangan
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemakaian kontrasepsi antara lain adalah
a Kualitas pelayanan yang baik memiliki peranan yang sangat besar dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerimaan dan kelangsungan
pemakaian kontrasepsi
b Rasa takut terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan
kontrasepsi akan menyebabkan penolakan terhadap pemakaian kontrasepsi
c Keterbatasan distribusi alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat
d Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap berbagai macam kontrasepsi
dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing
e Akses masyarakat terhadap pelayanan kontrasepsi
Alternative kebijakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tingginya
unmet need KB di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut
a Memperkuat KIE dan advokasi KIE dan Advokasi adalah langkah yang
dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang penggunaan berbagai
kontrasepsi serta hasil yang diharapkan dari program KB yang pelaksanaanya
diperlukan koordinasi dengan lintas sector yang terkait
b Refreshingpelatihan bagi petugas penyuluh lapangan
Refreshingpelatihan diperlukan untuk menyegarkan kembali metode-metode
dan pengetahuan antara lain bagaimana memberikan pemahaman kepada
masyarakat khususnya kepada PUS tentang pentingnya revitalisasi program
KB
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 13
c Mengaktifkan kembali kader-kader KB yang ada dilapangan
menghidupkan kembali mekanisme operasional lini lapangan dan
memberikan operasional kader-kader KB di lapangan yang memadai
d Melibatkan Tokoh agama tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam
pengelolaan dan revitalisasi program KB
e Penyediaan sarana yang memadai dan pembinaan berjenjang
43 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkulu
Menurut Davis dan Blake (1956) ada 11 variabel antara yang mempengaruhi
fertilitas Variebel-variebel tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu Variabel
hubungan seks yang terdiri dari usia kawin proporsi yang tidak pernah kawin
perpisahan pada usia kawin karena cerai ditinggal dan menjanda abstinensia
sukarela abstinensia karena terpaksa frekuensi hubungan seks Variebel kedua
adalah konsepsi yang terdiri dari kesuburan biologis pemakaian kontrasepsi
kemandulan disengaja Variebel yang terakhir adalah gestasi yang terdiri dari
keguguran yang tidak disengaja dan pengguguran yang disengaja (Singarimbun
19965)
Variabel-variabel tersebut tidak semuanya dijadikan pendekatan untuk pengendalian
kelahiran di Indonesia Adapun variabel-variabel yang dijadikan pendekatan untuk
pengendalian kelahiran melalui program KB yaitu
a Usia kawin melalui promosi pendewasaan usia perkawinan
b Pemakaian kontrasepsi
c Kemandulan disengaja melalui vasektomi dan tubektomi
a1 Pendewasaan usia perkawinan
Tujuan pendewasaan usia perkawinan selain untuk mengendalikan kelahiran
oleh karena semakin tua usia orang kawin berarti semakin sedikit waktu masa
reproduktif yang dimiliki oleh Pasangan Usia Subur (PUS) juga bermanfaat
untuk mengurangi resiko kehamilan Resiko yang mungkin dapat terjadi pada ibu
yang yang telalu muda untuk hamil antara lain keguguran tekanan darah tinggi
keracunan kehamilan timbulnya kesulitan persalinan bayi berat lahir rendah
membesarnya air seni ke vagina keluarnya gas dan feses ke vagina atau bisa
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 14
kanker leher rahim (BKKBN 20062) Anjuran melalui program KB yang
disarankan dalam pendewasaan usia perkawinan adalah meningkatkan batas usia
perkawinan minimal usia 20 tahun untuk perempuan dan minimal usia 25 tahun
untuk pria (BKKBN 199221)
Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan usia kawin pertama wanita
meningkat antara lain
a Kemiskinan
b Hidup di daerah yang padat
c Pengaruh lingkungan
Michael Thomas Sadier seorang penganut Teori Fisiologis menyatakan bahwa
ldquojika kepadatan penduduk tinggi maka daya reproduksi manusia cenderung
menurun sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah maka daya reproduksi
manusia akan meningkatrdquo (Mantra 200359)
b1 Pengaturan Kelahiran
Pengaturan jarak kelahiran antara anak pertama dengan anak kedua dan
seterusnya selain bertujuan untuk mengendalikan tingkat kelahiran melalui
penjarangan kehamilan juga bertujuan untuk mengurangi resiko negatif terhadap
bayi dan ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat Resiko-resiko yang bisa
terjadi bila kehamilan terlalu dekat antara lain
1 keguguran
2 anemia pada ibu
3 payah jantung
4 bayi bisa lahir sebelum waktunya
5 bayi bisa lahir dengan berat badan rendah
6 bayi bisa cacat bawaan serta tidak optimalnya tumbuh kembang balita
Akan sangat beresiko lagi jika kehamilan yang terlalu dekat terjadi di kalangan
keluarga miskin yang tidak mampu untuk mencukupi gizi pada saat ibu sedang
hamil Jarak kelahiran yang ideal yang dianjurkan melalui program KB minimal
2-3 tahun sehingga untuk kehamilan anak yang kedua secara fisik dan
psikhologis siibu lebih siap (BKKBN 20063)
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 15
Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu
Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an
sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan
sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)
Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung
meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi
22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian
kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan
memperkecil prevalensi kehamilan
44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu
Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu
tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target
yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga
perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102
kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16
Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015
Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-
2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari
sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-
2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih
sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan
sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk
mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan
Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat
terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu
ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait
masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian
Kesehatan2007)
Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi
Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada
masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada
masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga
kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah
syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17
aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya
maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas
2010)
Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu
pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya
Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila
didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka
mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka
kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini
disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya
Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah
wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai
jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil
SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam
periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi
30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81
Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan
belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam
terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode
risiko tinggi
Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )
dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan
kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya
penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin
mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran
antara satu anak dengan anak berikutnya
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18
Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal
TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)
Sumber SDK I 200203 2007
41 38
127
94
3
4755
81
0
2
4
6
8
10
12
14
Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak
SDKI 200203 SDKI 2007
V Hasil dan Pembahasan
Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang
didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu
disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari
rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita
hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat
51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill
Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19
Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu
Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio
(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per
100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR
Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di
bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka
perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan
pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka
kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-
provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010
masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana
pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu
Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak
2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari
2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan
persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen
tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63
kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu
sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada
saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah
melahirkan
Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah
perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari
kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan
masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35
tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35
tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun
hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur
yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun
Perhatikan Tabel 51
Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010
Variabel Persentase
Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal
Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan
Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun
23976
333667
63571365
Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu
faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu
hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda
bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan
bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya
kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan
tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60
persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh
informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif
rendah
52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21
Sumber Riskesdas 2010
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama
kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil
Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan
kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif
tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar
133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51
persen
53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes
Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010
Sumber Riskesdas 2010
Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa
kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi
Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat
rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang
melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22
melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman
adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan
cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan
bayi
Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir
Sumber Riskesdas 2010
Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau
pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan
kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit
infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu
Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu
mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan
masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya
terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa
setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan
harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai
resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan
kematian (Riskedas 2010)
Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih
relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan
menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320
persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi
0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah
melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23
persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu
44 persenPerhatikan Gambar 55
Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan
Sumber Riskesdas 2010
VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI
61 Faktor Determinan AKI
Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu
a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda
bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah
b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)
c Tempat Persalinan 60 di rumah
d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan
e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED
belum mencukupi
Faktor Yang Memperburuk
a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil
b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197
c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24
d Malaria dan TBC HIVAIDS
Penyebab Tidak Langsung
a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga
ndash Kekerasan dan Beban Ganda
ndash Perilaku konsumsi
ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan
ndash Kawin Muda
ndash Pandangan Budaya
b Pemenuhan Hak Reproduksi
ndash Kesertaan KB
ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB
ndash Peran Kesetaraan Pria
c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Faktor Dasar
a Keterbatasan Pengetahuan
ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi
ndash Pendidikan kesehatan reproduksi
ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi
b Status Perempuan
ndash Taraf Pendidikan Perempuan
ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan
ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga
c Kelembagaan
ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan
ndash Posyandu
ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25
62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI
Tabel 61 Analisa Kesenjangan
Yang harusdilakukan
Kebijakan Nasional
Upaya yang dilakukan
Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan
Pemeriksaan kehamilan
K4 90 Askeskin Biaya transportasi
Bantuan biaya transport
Ibu mendapat Pil besi
Pemberian pil besi
Pengadaan buffer stock pil besi
Konsumsi pil besi tidak sesuai
Peningkatan KIE
Persalinan ditolong oleh Nakes
90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk
Pengangkatan Bidan PTT
Persebaran belum merata
Insentif Bidan di daerah terpencil
Peningkatan kualitas dukun
- Kemitraan Bidan dengan Dukun
Kebijakan yang jelas tentang Dukun
Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda
Akses PONEK dan PONED
Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab
Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK
Dukungan peralatan dan tenaga kurang
Ekspansi PONED pelatihan tenaga
Mengurangi KDRT
UU No 232004 tentang penghapusan KDRT
Kampanye dan Sosialisasi
Belum dipahami publik dan penegak hukum
KIE tentang pengurangan KDRT
Ibu melahirkan di usia aman
UU No 1 1974 tentang Perkawinan
Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah
Kampanye KIE pendidikan Kespro
Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi
Unmet need 60
Peningkatan kualitas program KB
Unmet need mencapai 91
Revitalisasi program KB
Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan
Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan
Mendekatkan pelayanan Bidan
Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga
Siswa memperoleh
Kespro bagian dari kurikulum
KIE tentnag Kespro
Kesepakatan dan metode
Pengembangan modul dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26
pengetahuan tentang kespro
penyampaian bahan pelajaran
Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga
Pengarus utamaan gender
Kessempatan kerja bagi perempuan
VII Kesimpulan dan Rekomendasi
71 Kesimpulan
a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345
(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)
b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat
dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41
menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94
menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE
yang lebih intensif terutama diperdesaan)
c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga
penurunan AKI masih terkesan lambat
d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor
e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan
politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif
72 Rekomendasi
1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil
2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga
3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor
4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya
5 Peningkatan kelembagaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27
Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach
- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun
- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi
PemdaDinkesOrganisasi Profesi
Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab
Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK
PemdaDinkes
Pelayanan Antenatal dan Persalinan
Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi
Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT
PemdaDinkes
Pelayanan kesehatan masyarakat miskin
Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua
PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk
PemdaDinkes
Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah
Alokasi dana trasnportBank darah di RS
PemdaDinkesPMI
Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab
Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan
Rata- rata pendidikan perenpuan
DiknasPemda
Status perempuan
Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan
Perangkat hukum Meneg PPPemda
Status sosial ekonomi
Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja
Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Meneg PPPemda
Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28
untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin
meningkat Pemda
Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi
Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN
BKKBN dan Pemda
Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan
Asuransi persalinan dan transportasi
Pemda
Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga
Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat
Kemenkes
Kerjasama kelembagaan
Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga
Menguatnya peran lintas sektor
Lintas sektor
Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program
pendidikan kespro kedalam kurikulum
Metode pengajaran yang tepat
Pemda Diknas BKKBN
Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi
Aturan yang jelas tentang aborsi
Kemenkumham Pemda
Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil
Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan
Kemenag Pemda
Perkawinan usia muda
Optimalisasi batasminimal usia perkawinan
Batas usia minimal perkawinan
Kemenkumham Pemda
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29
Strategi 5 KELEMBAGAAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman
Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD
Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan
Bappenas dan Bappeda
Peraturan per undangan tentang aborsi
Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency
Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency
Lintas Sektor
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30
Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI
SOLUSI MASALAH
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31
Angka kematian Ibu melahirkan tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi
Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi
Kasus ekslampsia yang tidak tertangani
Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi
Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi
Pemantauan selama kehamilan rendah
Pengetahuan ibu masih rendah
Keterampilan tenaga penolong masih kurang
Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi
Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi
Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam
Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi
TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi
bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih
rendah
Pemberian tablet Fe masih kurang
Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan Cakupan bumil
ristikomp yang tertangani tuntas
Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin
Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK
Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes
Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4
Peningkatan cakupan Fe
Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24
jam
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
c Mengaktifkan kembali kader-kader KB yang ada dilapangan
menghidupkan kembali mekanisme operasional lini lapangan dan
memberikan operasional kader-kader KB di lapangan yang memadai
d Melibatkan Tokoh agama tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam
pengelolaan dan revitalisasi program KB
e Penyediaan sarana yang memadai dan pembinaan berjenjang
43 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkulu
Menurut Davis dan Blake (1956) ada 11 variabel antara yang mempengaruhi
fertilitas Variebel-variebel tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu Variabel
hubungan seks yang terdiri dari usia kawin proporsi yang tidak pernah kawin
perpisahan pada usia kawin karena cerai ditinggal dan menjanda abstinensia
sukarela abstinensia karena terpaksa frekuensi hubungan seks Variebel kedua
adalah konsepsi yang terdiri dari kesuburan biologis pemakaian kontrasepsi
kemandulan disengaja Variebel yang terakhir adalah gestasi yang terdiri dari
keguguran yang tidak disengaja dan pengguguran yang disengaja (Singarimbun
19965)
Variabel-variabel tersebut tidak semuanya dijadikan pendekatan untuk pengendalian
kelahiran di Indonesia Adapun variabel-variabel yang dijadikan pendekatan untuk
pengendalian kelahiran melalui program KB yaitu
a Usia kawin melalui promosi pendewasaan usia perkawinan
b Pemakaian kontrasepsi
c Kemandulan disengaja melalui vasektomi dan tubektomi
a1 Pendewasaan usia perkawinan
Tujuan pendewasaan usia perkawinan selain untuk mengendalikan kelahiran
oleh karena semakin tua usia orang kawin berarti semakin sedikit waktu masa
reproduktif yang dimiliki oleh Pasangan Usia Subur (PUS) juga bermanfaat
untuk mengurangi resiko kehamilan Resiko yang mungkin dapat terjadi pada ibu
yang yang telalu muda untuk hamil antara lain keguguran tekanan darah tinggi
keracunan kehamilan timbulnya kesulitan persalinan bayi berat lahir rendah
membesarnya air seni ke vagina keluarnya gas dan feses ke vagina atau bisa
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 14
kanker leher rahim (BKKBN 20062) Anjuran melalui program KB yang
disarankan dalam pendewasaan usia perkawinan adalah meningkatkan batas usia
perkawinan minimal usia 20 tahun untuk perempuan dan minimal usia 25 tahun
untuk pria (BKKBN 199221)
Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan usia kawin pertama wanita
meningkat antara lain
a Kemiskinan
b Hidup di daerah yang padat
c Pengaruh lingkungan
Michael Thomas Sadier seorang penganut Teori Fisiologis menyatakan bahwa
ldquojika kepadatan penduduk tinggi maka daya reproduksi manusia cenderung
menurun sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah maka daya reproduksi
manusia akan meningkatrdquo (Mantra 200359)
b1 Pengaturan Kelahiran
Pengaturan jarak kelahiran antara anak pertama dengan anak kedua dan
seterusnya selain bertujuan untuk mengendalikan tingkat kelahiran melalui
penjarangan kehamilan juga bertujuan untuk mengurangi resiko negatif terhadap
bayi dan ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat Resiko-resiko yang bisa
terjadi bila kehamilan terlalu dekat antara lain
1 keguguran
2 anemia pada ibu
3 payah jantung
4 bayi bisa lahir sebelum waktunya
5 bayi bisa lahir dengan berat badan rendah
6 bayi bisa cacat bawaan serta tidak optimalnya tumbuh kembang balita
Akan sangat beresiko lagi jika kehamilan yang terlalu dekat terjadi di kalangan
keluarga miskin yang tidak mampu untuk mencukupi gizi pada saat ibu sedang
hamil Jarak kelahiran yang ideal yang dianjurkan melalui program KB minimal
2-3 tahun sehingga untuk kehamilan anak yang kedua secara fisik dan
psikhologis siibu lebih siap (BKKBN 20063)
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 15
Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu
Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an
sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan
sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)
Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung
meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi
22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian
kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan
memperkecil prevalensi kehamilan
44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu
Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu
tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target
yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga
perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102
kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16
Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015
Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-
2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari
sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-
2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih
sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan
sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk
mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan
Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat
terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu
ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait
masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian
Kesehatan2007)
Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi
Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada
masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada
masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga
kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah
syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17
aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya
maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas
2010)
Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu
pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya
Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila
didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka
mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka
kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini
disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya
Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah
wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai
jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil
SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam
periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi
30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81
Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan
belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam
terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode
risiko tinggi
Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )
dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan
kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya
penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin
mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran
antara satu anak dengan anak berikutnya
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18
Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal
TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)
Sumber SDK I 200203 2007
41 38
127
94
3
4755
81
0
2
4
6
8
10
12
14
Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak
SDKI 200203 SDKI 2007
V Hasil dan Pembahasan
Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang
didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu
disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari
rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita
hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat
51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill
Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19
Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu
Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio
(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per
100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR
Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di
bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka
perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan
pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka
kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-
provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010
masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana
pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu
Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak
2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari
2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan
persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen
tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63
kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu
sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada
saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah
melahirkan
Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah
perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari
kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan
masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35
tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35
tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun
hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur
yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun
Perhatikan Tabel 51
Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010
Variabel Persentase
Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal
Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan
Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun
23976
333667
63571365
Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu
faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu
hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda
bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan
bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya
kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan
tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60
persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh
informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif
rendah
52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21
Sumber Riskesdas 2010
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama
kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil
Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan
kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif
tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar
133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51
persen
53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes
Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010
Sumber Riskesdas 2010
Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa
kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi
Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat
rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang
melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22
melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman
adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan
cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan
bayi
Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir
Sumber Riskesdas 2010
Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau
pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan
kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit
infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu
Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu
mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan
masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya
terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa
setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan
harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai
resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan
kematian (Riskedas 2010)
Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih
relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan
menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320
persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi
0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah
melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23
persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu
44 persenPerhatikan Gambar 55
Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan
Sumber Riskesdas 2010
VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI
61 Faktor Determinan AKI
Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu
a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda
bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah
b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)
c Tempat Persalinan 60 di rumah
d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan
e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED
belum mencukupi
Faktor Yang Memperburuk
a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil
b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197
c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24
d Malaria dan TBC HIVAIDS
Penyebab Tidak Langsung
a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga
ndash Kekerasan dan Beban Ganda
ndash Perilaku konsumsi
ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan
ndash Kawin Muda
ndash Pandangan Budaya
b Pemenuhan Hak Reproduksi
ndash Kesertaan KB
ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB
ndash Peran Kesetaraan Pria
c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Faktor Dasar
a Keterbatasan Pengetahuan
ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi
ndash Pendidikan kesehatan reproduksi
ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi
b Status Perempuan
ndash Taraf Pendidikan Perempuan
ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan
ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga
c Kelembagaan
ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan
ndash Posyandu
ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25
62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI
Tabel 61 Analisa Kesenjangan
Yang harusdilakukan
Kebijakan Nasional
Upaya yang dilakukan
Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan
Pemeriksaan kehamilan
K4 90 Askeskin Biaya transportasi
Bantuan biaya transport
Ibu mendapat Pil besi
Pemberian pil besi
Pengadaan buffer stock pil besi
Konsumsi pil besi tidak sesuai
Peningkatan KIE
Persalinan ditolong oleh Nakes
90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk
Pengangkatan Bidan PTT
Persebaran belum merata
Insentif Bidan di daerah terpencil
Peningkatan kualitas dukun
- Kemitraan Bidan dengan Dukun
Kebijakan yang jelas tentang Dukun
Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda
Akses PONEK dan PONED
Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab
Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK
Dukungan peralatan dan tenaga kurang
Ekspansi PONED pelatihan tenaga
Mengurangi KDRT
UU No 232004 tentang penghapusan KDRT
Kampanye dan Sosialisasi
Belum dipahami publik dan penegak hukum
KIE tentang pengurangan KDRT
Ibu melahirkan di usia aman
UU No 1 1974 tentang Perkawinan
Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah
Kampanye KIE pendidikan Kespro
Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi
Unmet need 60
Peningkatan kualitas program KB
Unmet need mencapai 91
Revitalisasi program KB
Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan
Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan
Mendekatkan pelayanan Bidan
Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga
Siswa memperoleh
Kespro bagian dari kurikulum
KIE tentnag Kespro
Kesepakatan dan metode
Pengembangan modul dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26
pengetahuan tentang kespro
penyampaian bahan pelajaran
Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga
Pengarus utamaan gender
Kessempatan kerja bagi perempuan
VII Kesimpulan dan Rekomendasi
71 Kesimpulan
a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345
(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)
b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat
dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41
menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94
menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE
yang lebih intensif terutama diperdesaan)
c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga
penurunan AKI masih terkesan lambat
d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor
e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan
politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif
72 Rekomendasi
1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil
2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga
3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor
4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya
5 Peningkatan kelembagaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27
Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach
- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun
- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi
PemdaDinkesOrganisasi Profesi
Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab
Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK
PemdaDinkes
Pelayanan Antenatal dan Persalinan
Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi
Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT
PemdaDinkes
Pelayanan kesehatan masyarakat miskin
Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua
PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk
PemdaDinkes
Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah
Alokasi dana trasnportBank darah di RS
PemdaDinkesPMI
Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab
Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan
Rata- rata pendidikan perenpuan
DiknasPemda
Status perempuan
Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan
Perangkat hukum Meneg PPPemda
Status sosial ekonomi
Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja
Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Meneg PPPemda
Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28
untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin
meningkat Pemda
Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi
Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN
BKKBN dan Pemda
Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan
Asuransi persalinan dan transportasi
Pemda
Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga
Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat
Kemenkes
Kerjasama kelembagaan
Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga
Menguatnya peran lintas sektor
Lintas sektor
Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program
pendidikan kespro kedalam kurikulum
Metode pengajaran yang tepat
Pemda Diknas BKKBN
Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi
Aturan yang jelas tentang aborsi
Kemenkumham Pemda
Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil
Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan
Kemenag Pemda
Perkawinan usia muda
Optimalisasi batasminimal usia perkawinan
Batas usia minimal perkawinan
Kemenkumham Pemda
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29
Strategi 5 KELEMBAGAAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman
Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD
Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan
Bappenas dan Bappeda
Peraturan per undangan tentang aborsi
Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency
Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency
Lintas Sektor
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30
Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI
SOLUSI MASALAH
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31
Angka kematian Ibu melahirkan tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi
Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi
Kasus ekslampsia yang tidak tertangani
Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi
Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi
Pemantauan selama kehamilan rendah
Pengetahuan ibu masih rendah
Keterampilan tenaga penolong masih kurang
Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi
Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi
Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam
Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi
TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi
bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih
rendah
Pemberian tablet Fe masih kurang
Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan Cakupan bumil
ristikomp yang tertangani tuntas
Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin
Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK
Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes
Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4
Peningkatan cakupan Fe
Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24
jam
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
kanker leher rahim (BKKBN 20062) Anjuran melalui program KB yang
disarankan dalam pendewasaan usia perkawinan adalah meningkatkan batas usia
perkawinan minimal usia 20 tahun untuk perempuan dan minimal usia 25 tahun
untuk pria (BKKBN 199221)
Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan usia kawin pertama wanita
meningkat antara lain
a Kemiskinan
b Hidup di daerah yang padat
c Pengaruh lingkungan
Michael Thomas Sadier seorang penganut Teori Fisiologis menyatakan bahwa
ldquojika kepadatan penduduk tinggi maka daya reproduksi manusia cenderung
menurun sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah maka daya reproduksi
manusia akan meningkatrdquo (Mantra 200359)
b1 Pengaturan Kelahiran
Pengaturan jarak kelahiran antara anak pertama dengan anak kedua dan
seterusnya selain bertujuan untuk mengendalikan tingkat kelahiran melalui
penjarangan kehamilan juga bertujuan untuk mengurangi resiko negatif terhadap
bayi dan ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat Resiko-resiko yang bisa
terjadi bila kehamilan terlalu dekat antara lain
1 keguguran
2 anemia pada ibu
3 payah jantung
4 bayi bisa lahir sebelum waktunya
5 bayi bisa lahir dengan berat badan rendah
6 bayi bisa cacat bawaan serta tidak optimalnya tumbuh kembang balita
Akan sangat beresiko lagi jika kehamilan yang terlalu dekat terjadi di kalangan
keluarga miskin yang tidak mampu untuk mencukupi gizi pada saat ibu sedang
hamil Jarak kelahiran yang ideal yang dianjurkan melalui program KB minimal
2-3 tahun sehingga untuk kehamilan anak yang kedua secara fisik dan
psikhologis siibu lebih siap (BKKBN 20063)
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 15
Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu
Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an
sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan
sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)
Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung
meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi
22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian
kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan
memperkecil prevalensi kehamilan
44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu
Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu
tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target
yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga
perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102
kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16
Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015
Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-
2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari
sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-
2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih
sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan
sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk
mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan
Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat
terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu
ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait
masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian
Kesehatan2007)
Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi
Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada
masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada
masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga
kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah
syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17
aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya
maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas
2010)
Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu
pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya
Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila
didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka
mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka
kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini
disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya
Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah
wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai
jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil
SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam
periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi
30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81
Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan
belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam
terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode
risiko tinggi
Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )
dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan
kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya
penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin
mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran
antara satu anak dengan anak berikutnya
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18
Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal
TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)
Sumber SDK I 200203 2007
41 38
127
94
3
4755
81
0
2
4
6
8
10
12
14
Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak
SDKI 200203 SDKI 2007
V Hasil dan Pembahasan
Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang
didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu
disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari
rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita
hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat
51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill
Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19
Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu
Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio
(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per
100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR
Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di
bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka
perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan
pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka
kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-
provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010
masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana
pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu
Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak
2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari
2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan
persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen
tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63
kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu
sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada
saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah
melahirkan
Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah
perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari
kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan
masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35
tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35
tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun
hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur
yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun
Perhatikan Tabel 51
Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010
Variabel Persentase
Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal
Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan
Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun
23976
333667
63571365
Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu
faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu
hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda
bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan
bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya
kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan
tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60
persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh
informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif
rendah
52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21
Sumber Riskesdas 2010
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama
kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil
Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan
kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif
tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar
133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51
persen
53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes
Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010
Sumber Riskesdas 2010
Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa
kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi
Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat
rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang
melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22
melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman
adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan
cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan
bayi
Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir
Sumber Riskesdas 2010
Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau
pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan
kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit
infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu
Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu
mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan
masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya
terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa
setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan
harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai
resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan
kematian (Riskedas 2010)
Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih
relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan
menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320
persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi
0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah
melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23
persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu
44 persenPerhatikan Gambar 55
Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan
Sumber Riskesdas 2010
VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI
61 Faktor Determinan AKI
Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu
a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda
bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah
b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)
c Tempat Persalinan 60 di rumah
d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan
e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED
belum mencukupi
Faktor Yang Memperburuk
a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil
b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197
c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24
d Malaria dan TBC HIVAIDS
Penyebab Tidak Langsung
a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga
ndash Kekerasan dan Beban Ganda
ndash Perilaku konsumsi
ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan
ndash Kawin Muda
ndash Pandangan Budaya
b Pemenuhan Hak Reproduksi
ndash Kesertaan KB
ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB
ndash Peran Kesetaraan Pria
c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Faktor Dasar
a Keterbatasan Pengetahuan
ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi
ndash Pendidikan kesehatan reproduksi
ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi
b Status Perempuan
ndash Taraf Pendidikan Perempuan
ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan
ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga
c Kelembagaan
ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan
ndash Posyandu
ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25
62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI
Tabel 61 Analisa Kesenjangan
Yang harusdilakukan
Kebijakan Nasional
Upaya yang dilakukan
Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan
Pemeriksaan kehamilan
K4 90 Askeskin Biaya transportasi
Bantuan biaya transport
Ibu mendapat Pil besi
Pemberian pil besi
Pengadaan buffer stock pil besi
Konsumsi pil besi tidak sesuai
Peningkatan KIE
Persalinan ditolong oleh Nakes
90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk
Pengangkatan Bidan PTT
Persebaran belum merata
Insentif Bidan di daerah terpencil
Peningkatan kualitas dukun
- Kemitraan Bidan dengan Dukun
Kebijakan yang jelas tentang Dukun
Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda
Akses PONEK dan PONED
Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab
Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK
Dukungan peralatan dan tenaga kurang
Ekspansi PONED pelatihan tenaga
Mengurangi KDRT
UU No 232004 tentang penghapusan KDRT
Kampanye dan Sosialisasi
Belum dipahami publik dan penegak hukum
KIE tentang pengurangan KDRT
Ibu melahirkan di usia aman
UU No 1 1974 tentang Perkawinan
Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah
Kampanye KIE pendidikan Kespro
Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi
Unmet need 60
Peningkatan kualitas program KB
Unmet need mencapai 91
Revitalisasi program KB
Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan
Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan
Mendekatkan pelayanan Bidan
Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga
Siswa memperoleh
Kespro bagian dari kurikulum
KIE tentnag Kespro
Kesepakatan dan metode
Pengembangan modul dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26
pengetahuan tentang kespro
penyampaian bahan pelajaran
Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga
Pengarus utamaan gender
Kessempatan kerja bagi perempuan
VII Kesimpulan dan Rekomendasi
71 Kesimpulan
a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345
(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)
b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat
dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41
menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94
menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE
yang lebih intensif terutama diperdesaan)
c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga
penurunan AKI masih terkesan lambat
d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor
e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan
politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif
72 Rekomendasi
1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil
2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga
3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor
4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya
5 Peningkatan kelembagaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27
Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach
- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun
- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi
PemdaDinkesOrganisasi Profesi
Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab
Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK
PemdaDinkes
Pelayanan Antenatal dan Persalinan
Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi
Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT
PemdaDinkes
Pelayanan kesehatan masyarakat miskin
Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua
PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk
PemdaDinkes
Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah
Alokasi dana trasnportBank darah di RS
PemdaDinkesPMI
Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab
Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan
Rata- rata pendidikan perenpuan
DiknasPemda
Status perempuan
Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan
Perangkat hukum Meneg PPPemda
Status sosial ekonomi
Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja
Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Meneg PPPemda
Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28
untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin
meningkat Pemda
Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi
Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN
BKKBN dan Pemda
Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan
Asuransi persalinan dan transportasi
Pemda
Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga
Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat
Kemenkes
Kerjasama kelembagaan
Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga
Menguatnya peran lintas sektor
Lintas sektor
Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program
pendidikan kespro kedalam kurikulum
Metode pengajaran yang tepat
Pemda Diknas BKKBN
Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi
Aturan yang jelas tentang aborsi
Kemenkumham Pemda
Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil
Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan
Kemenag Pemda
Perkawinan usia muda
Optimalisasi batasminimal usia perkawinan
Batas usia minimal perkawinan
Kemenkumham Pemda
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29
Strategi 5 KELEMBAGAAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman
Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD
Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan
Bappenas dan Bappeda
Peraturan per undangan tentang aborsi
Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency
Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency
Lintas Sektor
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30
Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI
SOLUSI MASALAH
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31
Angka kematian Ibu melahirkan tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi
Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi
Kasus ekslampsia yang tidak tertangani
Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi
Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi
Pemantauan selama kehamilan rendah
Pengetahuan ibu masih rendah
Keterampilan tenaga penolong masih kurang
Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi
Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi
Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam
Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi
TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi
bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih
rendah
Pemberian tablet Fe masih kurang
Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan Cakupan bumil
ristikomp yang tertangani tuntas
Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin
Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK
Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes
Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4
Peningkatan cakupan Fe
Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24
jam
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu
Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an
sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan
sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)
Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung
meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi
22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian
kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan
memperkecil prevalensi kehamilan
44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu
Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu
tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target
yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga
perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102
kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16
Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015
Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-
2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari
sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-
2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih
sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan
sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk
mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan
Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat
terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu
ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait
masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian
Kesehatan2007)
Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi
Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada
masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada
masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga
kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah
syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17
aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya
maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas
2010)
Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu
pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya
Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila
didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka
mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka
kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini
disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya
Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah
wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai
jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil
SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam
periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi
30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81
Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan
belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam
terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode
risiko tinggi
Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )
dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan
kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya
penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin
mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran
antara satu anak dengan anak berikutnya
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18
Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal
TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)
Sumber SDK I 200203 2007
41 38
127
94
3
4755
81
0
2
4
6
8
10
12
14
Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak
SDKI 200203 SDKI 2007
V Hasil dan Pembahasan
Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang
didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu
disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari
rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita
hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat
51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill
Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19
Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu
Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio
(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per
100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR
Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di
bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka
perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan
pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka
kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-
provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010
masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana
pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu
Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak
2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari
2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan
persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen
tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63
kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu
sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada
saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah
melahirkan
Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah
perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari
kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan
masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35
tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35
tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun
hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur
yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun
Perhatikan Tabel 51
Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010
Variabel Persentase
Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal
Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan
Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun
23976
333667
63571365
Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu
faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu
hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda
bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan
bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya
kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan
tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60
persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh
informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif
rendah
52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21
Sumber Riskesdas 2010
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama
kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil
Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan
kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif
tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar
133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51
persen
53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes
Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010
Sumber Riskesdas 2010
Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa
kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi
Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat
rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang
melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22
melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman
adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan
cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan
bayi
Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir
Sumber Riskesdas 2010
Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau
pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan
kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit
infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu
Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu
mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan
masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya
terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa
setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan
harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai
resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan
kematian (Riskedas 2010)
Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih
relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan
menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320
persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi
0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah
melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23
persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu
44 persenPerhatikan Gambar 55
Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan
Sumber Riskesdas 2010
VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI
61 Faktor Determinan AKI
Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu
a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda
bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah
b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)
c Tempat Persalinan 60 di rumah
d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan
e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED
belum mencukupi
Faktor Yang Memperburuk
a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil
b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197
c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24
d Malaria dan TBC HIVAIDS
Penyebab Tidak Langsung
a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga
ndash Kekerasan dan Beban Ganda
ndash Perilaku konsumsi
ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan
ndash Kawin Muda
ndash Pandangan Budaya
b Pemenuhan Hak Reproduksi
ndash Kesertaan KB
ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB
ndash Peran Kesetaraan Pria
c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Faktor Dasar
a Keterbatasan Pengetahuan
ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi
ndash Pendidikan kesehatan reproduksi
ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi
b Status Perempuan
ndash Taraf Pendidikan Perempuan
ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan
ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga
c Kelembagaan
ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan
ndash Posyandu
ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25
62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI
Tabel 61 Analisa Kesenjangan
Yang harusdilakukan
Kebijakan Nasional
Upaya yang dilakukan
Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan
Pemeriksaan kehamilan
K4 90 Askeskin Biaya transportasi
Bantuan biaya transport
Ibu mendapat Pil besi
Pemberian pil besi
Pengadaan buffer stock pil besi
Konsumsi pil besi tidak sesuai
Peningkatan KIE
Persalinan ditolong oleh Nakes
90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk
Pengangkatan Bidan PTT
Persebaran belum merata
Insentif Bidan di daerah terpencil
Peningkatan kualitas dukun
- Kemitraan Bidan dengan Dukun
Kebijakan yang jelas tentang Dukun
Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda
Akses PONEK dan PONED
Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab
Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK
Dukungan peralatan dan tenaga kurang
Ekspansi PONED pelatihan tenaga
Mengurangi KDRT
UU No 232004 tentang penghapusan KDRT
Kampanye dan Sosialisasi
Belum dipahami publik dan penegak hukum
KIE tentang pengurangan KDRT
Ibu melahirkan di usia aman
UU No 1 1974 tentang Perkawinan
Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah
Kampanye KIE pendidikan Kespro
Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi
Unmet need 60
Peningkatan kualitas program KB
Unmet need mencapai 91
Revitalisasi program KB
Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan
Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan
Mendekatkan pelayanan Bidan
Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga
Siswa memperoleh
Kespro bagian dari kurikulum
KIE tentnag Kespro
Kesepakatan dan metode
Pengembangan modul dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26
pengetahuan tentang kespro
penyampaian bahan pelajaran
Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga
Pengarus utamaan gender
Kessempatan kerja bagi perempuan
VII Kesimpulan dan Rekomendasi
71 Kesimpulan
a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345
(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)
b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat
dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41
menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94
menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE
yang lebih intensif terutama diperdesaan)
c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga
penurunan AKI masih terkesan lambat
d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor
e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan
politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif
72 Rekomendasi
1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil
2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga
3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor
4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya
5 Peningkatan kelembagaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27
Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach
- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun
- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi
PemdaDinkesOrganisasi Profesi
Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab
Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK
PemdaDinkes
Pelayanan Antenatal dan Persalinan
Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi
Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT
PemdaDinkes
Pelayanan kesehatan masyarakat miskin
Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua
PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk
PemdaDinkes
Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah
Alokasi dana trasnportBank darah di RS
PemdaDinkesPMI
Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab
Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan
Rata- rata pendidikan perenpuan
DiknasPemda
Status perempuan
Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan
Perangkat hukum Meneg PPPemda
Status sosial ekonomi
Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja
Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Meneg PPPemda
Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28
untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin
meningkat Pemda
Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi
Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN
BKKBN dan Pemda
Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan
Asuransi persalinan dan transportasi
Pemda
Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga
Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat
Kemenkes
Kerjasama kelembagaan
Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga
Menguatnya peran lintas sektor
Lintas sektor
Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program
pendidikan kespro kedalam kurikulum
Metode pengajaran yang tepat
Pemda Diknas BKKBN
Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi
Aturan yang jelas tentang aborsi
Kemenkumham Pemda
Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil
Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan
Kemenag Pemda
Perkawinan usia muda
Optimalisasi batasminimal usia perkawinan
Batas usia minimal perkawinan
Kemenkumham Pemda
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29
Strategi 5 KELEMBAGAAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman
Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD
Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan
Bappenas dan Bappeda
Peraturan per undangan tentang aborsi
Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency
Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency
Lintas Sektor
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30
Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI
SOLUSI MASALAH
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31
Angka kematian Ibu melahirkan tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi
Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi
Kasus ekslampsia yang tidak tertangani
Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi
Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi
Pemantauan selama kehamilan rendah
Pengetahuan ibu masih rendah
Keterampilan tenaga penolong masih kurang
Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi
Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi
Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam
Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi
TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi
bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih
rendah
Pemberian tablet Fe masih kurang
Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan Cakupan bumil
ristikomp yang tertangani tuntas
Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin
Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK
Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes
Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4
Peningkatan cakupan Fe
Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24
jam
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015
Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-
2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari
sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-
2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih
sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan
sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk
mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan
Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat
terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu
ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait
masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian
Kesehatan2007)
Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi
Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada
masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada
masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga
kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah
syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17
aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya
maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas
2010)
Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu
pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya
Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila
didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka
mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka
kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini
disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya
Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah
wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai
jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil
SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam
periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi
30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81
Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan
belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam
terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode
risiko tinggi
Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )
dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan
kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya
penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin
mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran
antara satu anak dengan anak berikutnya
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18
Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal
TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)
Sumber SDK I 200203 2007
41 38
127
94
3
4755
81
0
2
4
6
8
10
12
14
Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak
SDKI 200203 SDKI 2007
V Hasil dan Pembahasan
Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang
didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu
disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari
rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita
hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat
51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill
Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19
Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu
Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio
(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per
100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR
Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di
bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka
perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan
pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka
kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-
provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010
masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana
pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu
Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak
2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari
2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan
persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen
tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63
kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu
sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada
saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah
melahirkan
Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah
perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari
kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan
masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35
tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35
tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun
hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur
yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun
Perhatikan Tabel 51
Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010
Variabel Persentase
Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal
Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan
Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun
23976
333667
63571365
Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu
faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu
hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda
bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan
bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya
kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan
tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60
persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh
informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif
rendah
52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21
Sumber Riskesdas 2010
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama
kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil
Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan
kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif
tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar
133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51
persen
53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes
Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010
Sumber Riskesdas 2010
Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa
kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi
Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat
rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang
melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22
melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman
adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan
cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan
bayi
Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir
Sumber Riskesdas 2010
Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau
pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan
kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit
infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu
Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu
mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan
masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya
terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa
setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan
harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai
resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan
kematian (Riskedas 2010)
Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih
relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan
menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320
persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi
0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah
melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23
persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu
44 persenPerhatikan Gambar 55
Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan
Sumber Riskesdas 2010
VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI
61 Faktor Determinan AKI
Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu
a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda
bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah
b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)
c Tempat Persalinan 60 di rumah
d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan
e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED
belum mencukupi
Faktor Yang Memperburuk
a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil
b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197
c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24
d Malaria dan TBC HIVAIDS
Penyebab Tidak Langsung
a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga
ndash Kekerasan dan Beban Ganda
ndash Perilaku konsumsi
ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan
ndash Kawin Muda
ndash Pandangan Budaya
b Pemenuhan Hak Reproduksi
ndash Kesertaan KB
ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB
ndash Peran Kesetaraan Pria
c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Faktor Dasar
a Keterbatasan Pengetahuan
ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi
ndash Pendidikan kesehatan reproduksi
ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi
b Status Perempuan
ndash Taraf Pendidikan Perempuan
ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan
ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga
c Kelembagaan
ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan
ndash Posyandu
ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25
62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI
Tabel 61 Analisa Kesenjangan
Yang harusdilakukan
Kebijakan Nasional
Upaya yang dilakukan
Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan
Pemeriksaan kehamilan
K4 90 Askeskin Biaya transportasi
Bantuan biaya transport
Ibu mendapat Pil besi
Pemberian pil besi
Pengadaan buffer stock pil besi
Konsumsi pil besi tidak sesuai
Peningkatan KIE
Persalinan ditolong oleh Nakes
90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk
Pengangkatan Bidan PTT
Persebaran belum merata
Insentif Bidan di daerah terpencil
Peningkatan kualitas dukun
- Kemitraan Bidan dengan Dukun
Kebijakan yang jelas tentang Dukun
Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda
Akses PONEK dan PONED
Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab
Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK
Dukungan peralatan dan tenaga kurang
Ekspansi PONED pelatihan tenaga
Mengurangi KDRT
UU No 232004 tentang penghapusan KDRT
Kampanye dan Sosialisasi
Belum dipahami publik dan penegak hukum
KIE tentang pengurangan KDRT
Ibu melahirkan di usia aman
UU No 1 1974 tentang Perkawinan
Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah
Kampanye KIE pendidikan Kespro
Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi
Unmet need 60
Peningkatan kualitas program KB
Unmet need mencapai 91
Revitalisasi program KB
Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan
Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan
Mendekatkan pelayanan Bidan
Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga
Siswa memperoleh
Kespro bagian dari kurikulum
KIE tentnag Kespro
Kesepakatan dan metode
Pengembangan modul dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26
pengetahuan tentang kespro
penyampaian bahan pelajaran
Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga
Pengarus utamaan gender
Kessempatan kerja bagi perempuan
VII Kesimpulan dan Rekomendasi
71 Kesimpulan
a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345
(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)
b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat
dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41
menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94
menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE
yang lebih intensif terutama diperdesaan)
c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga
penurunan AKI masih terkesan lambat
d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor
e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan
politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif
72 Rekomendasi
1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil
2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga
3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor
4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya
5 Peningkatan kelembagaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27
Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach
- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun
- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi
PemdaDinkesOrganisasi Profesi
Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab
Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK
PemdaDinkes
Pelayanan Antenatal dan Persalinan
Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi
Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT
PemdaDinkes
Pelayanan kesehatan masyarakat miskin
Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua
PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk
PemdaDinkes
Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah
Alokasi dana trasnportBank darah di RS
PemdaDinkesPMI
Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab
Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan
Rata- rata pendidikan perenpuan
DiknasPemda
Status perempuan
Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan
Perangkat hukum Meneg PPPemda
Status sosial ekonomi
Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja
Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Meneg PPPemda
Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28
untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin
meningkat Pemda
Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi
Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN
BKKBN dan Pemda
Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan
Asuransi persalinan dan transportasi
Pemda
Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga
Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat
Kemenkes
Kerjasama kelembagaan
Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga
Menguatnya peran lintas sektor
Lintas sektor
Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program
pendidikan kespro kedalam kurikulum
Metode pengajaran yang tepat
Pemda Diknas BKKBN
Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi
Aturan yang jelas tentang aborsi
Kemenkumham Pemda
Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil
Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan
Kemenag Pemda
Perkawinan usia muda
Optimalisasi batasminimal usia perkawinan
Batas usia minimal perkawinan
Kemenkumham Pemda
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29
Strategi 5 KELEMBAGAAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman
Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD
Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan
Bappenas dan Bappeda
Peraturan per undangan tentang aborsi
Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency
Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency
Lintas Sektor
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30
Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI
SOLUSI MASALAH
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31
Angka kematian Ibu melahirkan tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi
Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi
Kasus ekslampsia yang tidak tertangani
Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi
Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi
Pemantauan selama kehamilan rendah
Pengetahuan ibu masih rendah
Keterampilan tenaga penolong masih kurang
Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi
Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi
Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam
Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi
TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi
bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih
rendah
Pemberian tablet Fe masih kurang
Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan Cakupan bumil
ristikomp yang tertangani tuntas
Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin
Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK
Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes
Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4
Peningkatan cakupan Fe
Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24
jam
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya
maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas
2010)
Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu
pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya
Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila
didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka
mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka
kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini
disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya
Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah
wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai
jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil
SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam
periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi
30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81
Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan
belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam
terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode
risiko tinggi
Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )
dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan
kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya
penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin
mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran
antara satu anak dengan anak berikutnya
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18
Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal
TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)
Sumber SDK I 200203 2007
41 38
127
94
3
4755
81
0
2
4
6
8
10
12
14
Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak
SDKI 200203 SDKI 2007
V Hasil dan Pembahasan
Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang
didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu
disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari
rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita
hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat
51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill
Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19
Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu
Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio
(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per
100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR
Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di
bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka
perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan
pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka
kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-
provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010
masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana
pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu
Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak
2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari
2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan
persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen
tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63
kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu
sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada
saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah
melahirkan
Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah
perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari
kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan
masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35
tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35
tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun
hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur
yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun
Perhatikan Tabel 51
Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010
Variabel Persentase
Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal
Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan
Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun
23976
333667
63571365
Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu
faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu
hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda
bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan
bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya
kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan
tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60
persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh
informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif
rendah
52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21
Sumber Riskesdas 2010
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama
kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil
Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan
kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif
tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar
133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51
persen
53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes
Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010
Sumber Riskesdas 2010
Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa
kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi
Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat
rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang
melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22
melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman
adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan
cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan
bayi
Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir
Sumber Riskesdas 2010
Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau
pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan
kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit
infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu
Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu
mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan
masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya
terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa
setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan
harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai
resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan
kematian (Riskedas 2010)
Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih
relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan
menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320
persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi
0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah
melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23
persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu
44 persenPerhatikan Gambar 55
Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan
Sumber Riskesdas 2010
VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI
61 Faktor Determinan AKI
Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu
a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda
bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah
b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)
c Tempat Persalinan 60 di rumah
d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan
e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED
belum mencukupi
Faktor Yang Memperburuk
a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil
b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197
c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24
d Malaria dan TBC HIVAIDS
Penyebab Tidak Langsung
a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga
ndash Kekerasan dan Beban Ganda
ndash Perilaku konsumsi
ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan
ndash Kawin Muda
ndash Pandangan Budaya
b Pemenuhan Hak Reproduksi
ndash Kesertaan KB
ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB
ndash Peran Kesetaraan Pria
c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Faktor Dasar
a Keterbatasan Pengetahuan
ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi
ndash Pendidikan kesehatan reproduksi
ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi
b Status Perempuan
ndash Taraf Pendidikan Perempuan
ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan
ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga
c Kelembagaan
ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan
ndash Posyandu
ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25
62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI
Tabel 61 Analisa Kesenjangan
Yang harusdilakukan
Kebijakan Nasional
Upaya yang dilakukan
Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan
Pemeriksaan kehamilan
K4 90 Askeskin Biaya transportasi
Bantuan biaya transport
Ibu mendapat Pil besi
Pemberian pil besi
Pengadaan buffer stock pil besi
Konsumsi pil besi tidak sesuai
Peningkatan KIE
Persalinan ditolong oleh Nakes
90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk
Pengangkatan Bidan PTT
Persebaran belum merata
Insentif Bidan di daerah terpencil
Peningkatan kualitas dukun
- Kemitraan Bidan dengan Dukun
Kebijakan yang jelas tentang Dukun
Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda
Akses PONEK dan PONED
Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab
Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK
Dukungan peralatan dan tenaga kurang
Ekspansi PONED pelatihan tenaga
Mengurangi KDRT
UU No 232004 tentang penghapusan KDRT
Kampanye dan Sosialisasi
Belum dipahami publik dan penegak hukum
KIE tentang pengurangan KDRT
Ibu melahirkan di usia aman
UU No 1 1974 tentang Perkawinan
Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah
Kampanye KIE pendidikan Kespro
Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi
Unmet need 60
Peningkatan kualitas program KB
Unmet need mencapai 91
Revitalisasi program KB
Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan
Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan
Mendekatkan pelayanan Bidan
Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga
Siswa memperoleh
Kespro bagian dari kurikulum
KIE tentnag Kespro
Kesepakatan dan metode
Pengembangan modul dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26
pengetahuan tentang kespro
penyampaian bahan pelajaran
Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga
Pengarus utamaan gender
Kessempatan kerja bagi perempuan
VII Kesimpulan dan Rekomendasi
71 Kesimpulan
a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345
(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)
b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat
dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41
menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94
menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE
yang lebih intensif terutama diperdesaan)
c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga
penurunan AKI masih terkesan lambat
d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor
e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan
politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif
72 Rekomendasi
1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil
2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga
3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor
4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya
5 Peningkatan kelembagaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27
Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach
- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun
- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi
PemdaDinkesOrganisasi Profesi
Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab
Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK
PemdaDinkes
Pelayanan Antenatal dan Persalinan
Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi
Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT
PemdaDinkes
Pelayanan kesehatan masyarakat miskin
Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua
PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk
PemdaDinkes
Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah
Alokasi dana trasnportBank darah di RS
PemdaDinkesPMI
Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab
Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan
Rata- rata pendidikan perenpuan
DiknasPemda
Status perempuan
Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan
Perangkat hukum Meneg PPPemda
Status sosial ekonomi
Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja
Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Meneg PPPemda
Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28
untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin
meningkat Pemda
Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi
Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN
BKKBN dan Pemda
Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan
Asuransi persalinan dan transportasi
Pemda
Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga
Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat
Kemenkes
Kerjasama kelembagaan
Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga
Menguatnya peran lintas sektor
Lintas sektor
Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program
pendidikan kespro kedalam kurikulum
Metode pengajaran yang tepat
Pemda Diknas BKKBN
Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi
Aturan yang jelas tentang aborsi
Kemenkumham Pemda
Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil
Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan
Kemenag Pemda
Perkawinan usia muda
Optimalisasi batasminimal usia perkawinan
Batas usia minimal perkawinan
Kemenkumham Pemda
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29
Strategi 5 KELEMBAGAAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman
Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD
Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan
Bappenas dan Bappeda
Peraturan per undangan tentang aborsi
Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency
Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency
Lintas Sektor
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30
Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI
SOLUSI MASALAH
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31
Angka kematian Ibu melahirkan tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi
Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi
Kasus ekslampsia yang tidak tertangani
Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi
Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi
Pemantauan selama kehamilan rendah
Pengetahuan ibu masih rendah
Keterampilan tenaga penolong masih kurang
Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi
Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi
Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam
Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi
TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi
bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih
rendah
Pemberian tablet Fe masih kurang
Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan Cakupan bumil
ristikomp yang tertangani tuntas
Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin
Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK
Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes
Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4
Peningkatan cakupan Fe
Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24
jam
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal
TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)
Sumber SDK I 200203 2007
41 38
127
94
3
4755
81
0
2
4
6
8
10
12
14
Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak
SDKI 200203 SDKI 2007
V Hasil dan Pembahasan
Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang
didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu
disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari
rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita
hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat
51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill
Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19
Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu
Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio
(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per
100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR
Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di
bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka
perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan
pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka
kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-
provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010
masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana
pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu
Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak
2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari
2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan
persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen
tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63
kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu
sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada
saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah
melahirkan
Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah
perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari
kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan
masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35
tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35
tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun
hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur
yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun
Perhatikan Tabel 51
Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010
Variabel Persentase
Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal
Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan
Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun
23976
333667
63571365
Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu
faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu
hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda
bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan
bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya
kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan
tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60
persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh
informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif
rendah
52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21
Sumber Riskesdas 2010
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama
kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil
Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan
kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif
tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar
133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51
persen
53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes
Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010
Sumber Riskesdas 2010
Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa
kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi
Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat
rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang
melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22
melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman
adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan
cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan
bayi
Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir
Sumber Riskesdas 2010
Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau
pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan
kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit
infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu
Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu
mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan
masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya
terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa
setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan
harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai
resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan
kematian (Riskedas 2010)
Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih
relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan
menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320
persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi
0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah
melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23
persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu
44 persenPerhatikan Gambar 55
Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan
Sumber Riskesdas 2010
VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI
61 Faktor Determinan AKI
Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu
a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda
bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah
b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)
c Tempat Persalinan 60 di rumah
d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan
e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED
belum mencukupi
Faktor Yang Memperburuk
a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil
b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197
c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24
d Malaria dan TBC HIVAIDS
Penyebab Tidak Langsung
a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga
ndash Kekerasan dan Beban Ganda
ndash Perilaku konsumsi
ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan
ndash Kawin Muda
ndash Pandangan Budaya
b Pemenuhan Hak Reproduksi
ndash Kesertaan KB
ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB
ndash Peran Kesetaraan Pria
c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Faktor Dasar
a Keterbatasan Pengetahuan
ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi
ndash Pendidikan kesehatan reproduksi
ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi
b Status Perempuan
ndash Taraf Pendidikan Perempuan
ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan
ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga
c Kelembagaan
ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan
ndash Posyandu
ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25
62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI
Tabel 61 Analisa Kesenjangan
Yang harusdilakukan
Kebijakan Nasional
Upaya yang dilakukan
Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan
Pemeriksaan kehamilan
K4 90 Askeskin Biaya transportasi
Bantuan biaya transport
Ibu mendapat Pil besi
Pemberian pil besi
Pengadaan buffer stock pil besi
Konsumsi pil besi tidak sesuai
Peningkatan KIE
Persalinan ditolong oleh Nakes
90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk
Pengangkatan Bidan PTT
Persebaran belum merata
Insentif Bidan di daerah terpencil
Peningkatan kualitas dukun
- Kemitraan Bidan dengan Dukun
Kebijakan yang jelas tentang Dukun
Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda
Akses PONEK dan PONED
Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab
Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK
Dukungan peralatan dan tenaga kurang
Ekspansi PONED pelatihan tenaga
Mengurangi KDRT
UU No 232004 tentang penghapusan KDRT
Kampanye dan Sosialisasi
Belum dipahami publik dan penegak hukum
KIE tentang pengurangan KDRT
Ibu melahirkan di usia aman
UU No 1 1974 tentang Perkawinan
Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah
Kampanye KIE pendidikan Kespro
Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi
Unmet need 60
Peningkatan kualitas program KB
Unmet need mencapai 91
Revitalisasi program KB
Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan
Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan
Mendekatkan pelayanan Bidan
Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga
Siswa memperoleh
Kespro bagian dari kurikulum
KIE tentnag Kespro
Kesepakatan dan metode
Pengembangan modul dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26
pengetahuan tentang kespro
penyampaian bahan pelajaran
Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga
Pengarus utamaan gender
Kessempatan kerja bagi perempuan
VII Kesimpulan dan Rekomendasi
71 Kesimpulan
a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345
(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)
b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat
dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41
menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94
menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE
yang lebih intensif terutama diperdesaan)
c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga
penurunan AKI masih terkesan lambat
d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor
e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan
politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif
72 Rekomendasi
1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil
2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga
3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor
4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya
5 Peningkatan kelembagaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27
Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach
- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun
- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi
PemdaDinkesOrganisasi Profesi
Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab
Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK
PemdaDinkes
Pelayanan Antenatal dan Persalinan
Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi
Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT
PemdaDinkes
Pelayanan kesehatan masyarakat miskin
Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua
PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk
PemdaDinkes
Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah
Alokasi dana trasnportBank darah di RS
PemdaDinkesPMI
Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab
Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan
Rata- rata pendidikan perenpuan
DiknasPemda
Status perempuan
Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan
Perangkat hukum Meneg PPPemda
Status sosial ekonomi
Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja
Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Meneg PPPemda
Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28
untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin
meningkat Pemda
Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi
Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN
BKKBN dan Pemda
Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan
Asuransi persalinan dan transportasi
Pemda
Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga
Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat
Kemenkes
Kerjasama kelembagaan
Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga
Menguatnya peran lintas sektor
Lintas sektor
Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program
pendidikan kespro kedalam kurikulum
Metode pengajaran yang tepat
Pemda Diknas BKKBN
Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi
Aturan yang jelas tentang aborsi
Kemenkumham Pemda
Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil
Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan
Kemenag Pemda
Perkawinan usia muda
Optimalisasi batasminimal usia perkawinan
Batas usia minimal perkawinan
Kemenkumham Pemda
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29
Strategi 5 KELEMBAGAAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman
Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD
Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan
Bappenas dan Bappeda
Peraturan per undangan tentang aborsi
Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency
Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency
Lintas Sektor
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30
Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI
SOLUSI MASALAH
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31
Angka kematian Ibu melahirkan tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi
Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi
Kasus ekslampsia yang tidak tertangani
Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi
Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi
Pemantauan selama kehamilan rendah
Pengetahuan ibu masih rendah
Keterampilan tenaga penolong masih kurang
Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi
Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi
Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam
Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi
TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi
bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih
rendah
Pemberian tablet Fe masih kurang
Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan Cakupan bumil
ristikomp yang tertangani tuntas
Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin
Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK
Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes
Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4
Peningkatan cakupan Fe
Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24
jam
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu
Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio
(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per
100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR
Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di
bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka
perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan
pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka
kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-
provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010
masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana
pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu
Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak
2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari
2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan
persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen
tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63
kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu
sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada
saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah
melahirkan
Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah
perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari
kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan
masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35
tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35
tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun
hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur
yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun
Perhatikan Tabel 51
Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010
Variabel Persentase
Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal
Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan
Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun
23976
333667
63571365
Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu
faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu
hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda
bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan
bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya
kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan
tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60
persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh
informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif
rendah
52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21
Sumber Riskesdas 2010
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama
kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil
Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan
kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif
tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar
133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51
persen
53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes
Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010
Sumber Riskesdas 2010
Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa
kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi
Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat
rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang
melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22
melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman
adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan
cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan
bayi
Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir
Sumber Riskesdas 2010
Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau
pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan
kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit
infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu
Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu
mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan
masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya
terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa
setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan
harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai
resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan
kematian (Riskedas 2010)
Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih
relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan
menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320
persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi
0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah
melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23
persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu
44 persenPerhatikan Gambar 55
Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan
Sumber Riskesdas 2010
VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI
61 Faktor Determinan AKI
Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu
a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda
bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah
b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)
c Tempat Persalinan 60 di rumah
d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan
e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED
belum mencukupi
Faktor Yang Memperburuk
a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil
b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197
c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24
d Malaria dan TBC HIVAIDS
Penyebab Tidak Langsung
a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga
ndash Kekerasan dan Beban Ganda
ndash Perilaku konsumsi
ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan
ndash Kawin Muda
ndash Pandangan Budaya
b Pemenuhan Hak Reproduksi
ndash Kesertaan KB
ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB
ndash Peran Kesetaraan Pria
c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Faktor Dasar
a Keterbatasan Pengetahuan
ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi
ndash Pendidikan kesehatan reproduksi
ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi
b Status Perempuan
ndash Taraf Pendidikan Perempuan
ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan
ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga
c Kelembagaan
ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan
ndash Posyandu
ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25
62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI
Tabel 61 Analisa Kesenjangan
Yang harusdilakukan
Kebijakan Nasional
Upaya yang dilakukan
Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan
Pemeriksaan kehamilan
K4 90 Askeskin Biaya transportasi
Bantuan biaya transport
Ibu mendapat Pil besi
Pemberian pil besi
Pengadaan buffer stock pil besi
Konsumsi pil besi tidak sesuai
Peningkatan KIE
Persalinan ditolong oleh Nakes
90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk
Pengangkatan Bidan PTT
Persebaran belum merata
Insentif Bidan di daerah terpencil
Peningkatan kualitas dukun
- Kemitraan Bidan dengan Dukun
Kebijakan yang jelas tentang Dukun
Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda
Akses PONEK dan PONED
Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab
Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK
Dukungan peralatan dan tenaga kurang
Ekspansi PONED pelatihan tenaga
Mengurangi KDRT
UU No 232004 tentang penghapusan KDRT
Kampanye dan Sosialisasi
Belum dipahami publik dan penegak hukum
KIE tentang pengurangan KDRT
Ibu melahirkan di usia aman
UU No 1 1974 tentang Perkawinan
Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah
Kampanye KIE pendidikan Kespro
Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi
Unmet need 60
Peningkatan kualitas program KB
Unmet need mencapai 91
Revitalisasi program KB
Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan
Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan
Mendekatkan pelayanan Bidan
Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga
Siswa memperoleh
Kespro bagian dari kurikulum
KIE tentnag Kespro
Kesepakatan dan metode
Pengembangan modul dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26
pengetahuan tentang kespro
penyampaian bahan pelajaran
Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga
Pengarus utamaan gender
Kessempatan kerja bagi perempuan
VII Kesimpulan dan Rekomendasi
71 Kesimpulan
a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345
(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)
b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat
dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41
menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94
menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE
yang lebih intensif terutama diperdesaan)
c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga
penurunan AKI masih terkesan lambat
d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor
e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan
politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif
72 Rekomendasi
1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil
2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga
3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor
4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya
5 Peningkatan kelembagaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27
Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach
- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun
- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi
PemdaDinkesOrganisasi Profesi
Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab
Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK
PemdaDinkes
Pelayanan Antenatal dan Persalinan
Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi
Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT
PemdaDinkes
Pelayanan kesehatan masyarakat miskin
Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua
PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk
PemdaDinkes
Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah
Alokasi dana trasnportBank darah di RS
PemdaDinkesPMI
Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab
Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan
Rata- rata pendidikan perenpuan
DiknasPemda
Status perempuan
Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan
Perangkat hukum Meneg PPPemda
Status sosial ekonomi
Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja
Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Meneg PPPemda
Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28
untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin
meningkat Pemda
Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi
Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN
BKKBN dan Pemda
Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan
Asuransi persalinan dan transportasi
Pemda
Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga
Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat
Kemenkes
Kerjasama kelembagaan
Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga
Menguatnya peran lintas sektor
Lintas sektor
Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program
pendidikan kespro kedalam kurikulum
Metode pengajaran yang tepat
Pemda Diknas BKKBN
Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi
Aturan yang jelas tentang aborsi
Kemenkumham Pemda
Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil
Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan
Kemenag Pemda
Perkawinan usia muda
Optimalisasi batasminimal usia perkawinan
Batas usia minimal perkawinan
Kemenkumham Pemda
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29
Strategi 5 KELEMBAGAAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman
Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD
Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan
Bappenas dan Bappeda
Peraturan per undangan tentang aborsi
Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency
Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency
Lintas Sektor
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30
Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI
SOLUSI MASALAH
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31
Angka kematian Ibu melahirkan tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi
Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi
Kasus ekslampsia yang tidak tertangani
Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi
Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi
Pemantauan selama kehamilan rendah
Pengetahuan ibu masih rendah
Keterampilan tenaga penolong masih kurang
Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi
Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi
Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam
Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi
TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi
bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih
rendah
Pemberian tablet Fe masih kurang
Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan Cakupan bumil
ristikomp yang tertangani tuntas
Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin
Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK
Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes
Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4
Peningkatan cakupan Fe
Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24
jam
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur
yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun
Perhatikan Tabel 51
Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010
Variabel Persentase
Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal
Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan
Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun
23976
333667
63571365
Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu
faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu
hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda
bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan
bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya
kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan
tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60
persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh
informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif
rendah
52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21
Sumber Riskesdas 2010
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama
kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil
Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan
kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif
tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar
133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51
persen
53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes
Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010
Sumber Riskesdas 2010
Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa
kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi
Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat
rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang
melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22
melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman
adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan
cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan
bayi
Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir
Sumber Riskesdas 2010
Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau
pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan
kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit
infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu
Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu
mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan
masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya
terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa
setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan
harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai
resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan
kematian (Riskedas 2010)
Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih
relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan
menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320
persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi
0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah
melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23
persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu
44 persenPerhatikan Gambar 55
Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan
Sumber Riskesdas 2010
VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI
61 Faktor Determinan AKI
Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu
a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda
bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah
b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)
c Tempat Persalinan 60 di rumah
d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan
e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED
belum mencukupi
Faktor Yang Memperburuk
a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil
b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197
c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24
d Malaria dan TBC HIVAIDS
Penyebab Tidak Langsung
a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga
ndash Kekerasan dan Beban Ganda
ndash Perilaku konsumsi
ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan
ndash Kawin Muda
ndash Pandangan Budaya
b Pemenuhan Hak Reproduksi
ndash Kesertaan KB
ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB
ndash Peran Kesetaraan Pria
c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Faktor Dasar
a Keterbatasan Pengetahuan
ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi
ndash Pendidikan kesehatan reproduksi
ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi
b Status Perempuan
ndash Taraf Pendidikan Perempuan
ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan
ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga
c Kelembagaan
ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan
ndash Posyandu
ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25
62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI
Tabel 61 Analisa Kesenjangan
Yang harusdilakukan
Kebijakan Nasional
Upaya yang dilakukan
Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan
Pemeriksaan kehamilan
K4 90 Askeskin Biaya transportasi
Bantuan biaya transport
Ibu mendapat Pil besi
Pemberian pil besi
Pengadaan buffer stock pil besi
Konsumsi pil besi tidak sesuai
Peningkatan KIE
Persalinan ditolong oleh Nakes
90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk
Pengangkatan Bidan PTT
Persebaran belum merata
Insentif Bidan di daerah terpencil
Peningkatan kualitas dukun
- Kemitraan Bidan dengan Dukun
Kebijakan yang jelas tentang Dukun
Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda
Akses PONEK dan PONED
Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab
Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK
Dukungan peralatan dan tenaga kurang
Ekspansi PONED pelatihan tenaga
Mengurangi KDRT
UU No 232004 tentang penghapusan KDRT
Kampanye dan Sosialisasi
Belum dipahami publik dan penegak hukum
KIE tentang pengurangan KDRT
Ibu melahirkan di usia aman
UU No 1 1974 tentang Perkawinan
Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah
Kampanye KIE pendidikan Kespro
Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi
Unmet need 60
Peningkatan kualitas program KB
Unmet need mencapai 91
Revitalisasi program KB
Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan
Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan
Mendekatkan pelayanan Bidan
Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga
Siswa memperoleh
Kespro bagian dari kurikulum
KIE tentnag Kespro
Kesepakatan dan metode
Pengembangan modul dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26
pengetahuan tentang kespro
penyampaian bahan pelajaran
Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga
Pengarus utamaan gender
Kessempatan kerja bagi perempuan
VII Kesimpulan dan Rekomendasi
71 Kesimpulan
a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345
(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)
b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat
dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41
menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94
menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE
yang lebih intensif terutama diperdesaan)
c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga
penurunan AKI masih terkesan lambat
d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor
e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan
politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif
72 Rekomendasi
1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil
2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga
3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor
4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya
5 Peningkatan kelembagaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27
Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach
- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun
- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi
PemdaDinkesOrganisasi Profesi
Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab
Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK
PemdaDinkes
Pelayanan Antenatal dan Persalinan
Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi
Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT
PemdaDinkes
Pelayanan kesehatan masyarakat miskin
Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua
PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk
PemdaDinkes
Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah
Alokasi dana trasnportBank darah di RS
PemdaDinkesPMI
Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab
Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan
Rata- rata pendidikan perenpuan
DiknasPemda
Status perempuan
Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan
Perangkat hukum Meneg PPPemda
Status sosial ekonomi
Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja
Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Meneg PPPemda
Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28
untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin
meningkat Pemda
Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi
Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN
BKKBN dan Pemda
Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan
Asuransi persalinan dan transportasi
Pemda
Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga
Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat
Kemenkes
Kerjasama kelembagaan
Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga
Menguatnya peran lintas sektor
Lintas sektor
Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program
pendidikan kespro kedalam kurikulum
Metode pengajaran yang tepat
Pemda Diknas BKKBN
Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi
Aturan yang jelas tentang aborsi
Kemenkumham Pemda
Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil
Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan
Kemenag Pemda
Perkawinan usia muda
Optimalisasi batasminimal usia perkawinan
Batas usia minimal perkawinan
Kemenkumham Pemda
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29
Strategi 5 KELEMBAGAAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman
Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD
Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan
Bappenas dan Bappeda
Peraturan per undangan tentang aborsi
Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency
Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency
Lintas Sektor
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30
Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI
SOLUSI MASALAH
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31
Angka kematian Ibu melahirkan tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi
Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi
Kasus ekslampsia yang tidak tertangani
Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi
Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi
Pemantauan selama kehamilan rendah
Pengetahuan ibu masih rendah
Keterampilan tenaga penolong masih kurang
Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi
Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi
Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam
Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi
TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi
bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih
rendah
Pemberian tablet Fe masih kurang
Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan Cakupan bumil
ristikomp yang tertangani tuntas
Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin
Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK
Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes
Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4
Peningkatan cakupan Fe
Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24
jam
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
Sumber Riskesdas 2010
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama
kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil
Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan
kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif
tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar
133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51
persen
53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes
Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010
Sumber Riskesdas 2010
Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa
kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi
Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat
rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang
melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22
melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman
adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan
cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan
bayi
Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir
Sumber Riskesdas 2010
Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau
pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan
kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit
infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu
Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu
mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan
masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya
terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa
setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan
harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai
resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan
kematian (Riskedas 2010)
Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih
relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan
menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320
persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi
0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah
melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23
persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu
44 persenPerhatikan Gambar 55
Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan
Sumber Riskesdas 2010
VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI
61 Faktor Determinan AKI
Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu
a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda
bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah
b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)
c Tempat Persalinan 60 di rumah
d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan
e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED
belum mencukupi
Faktor Yang Memperburuk
a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil
b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197
c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24
d Malaria dan TBC HIVAIDS
Penyebab Tidak Langsung
a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga
ndash Kekerasan dan Beban Ganda
ndash Perilaku konsumsi
ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan
ndash Kawin Muda
ndash Pandangan Budaya
b Pemenuhan Hak Reproduksi
ndash Kesertaan KB
ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB
ndash Peran Kesetaraan Pria
c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Faktor Dasar
a Keterbatasan Pengetahuan
ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi
ndash Pendidikan kesehatan reproduksi
ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi
b Status Perempuan
ndash Taraf Pendidikan Perempuan
ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan
ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga
c Kelembagaan
ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan
ndash Posyandu
ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25
62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI
Tabel 61 Analisa Kesenjangan
Yang harusdilakukan
Kebijakan Nasional
Upaya yang dilakukan
Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan
Pemeriksaan kehamilan
K4 90 Askeskin Biaya transportasi
Bantuan biaya transport
Ibu mendapat Pil besi
Pemberian pil besi
Pengadaan buffer stock pil besi
Konsumsi pil besi tidak sesuai
Peningkatan KIE
Persalinan ditolong oleh Nakes
90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk
Pengangkatan Bidan PTT
Persebaran belum merata
Insentif Bidan di daerah terpencil
Peningkatan kualitas dukun
- Kemitraan Bidan dengan Dukun
Kebijakan yang jelas tentang Dukun
Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda
Akses PONEK dan PONED
Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab
Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK
Dukungan peralatan dan tenaga kurang
Ekspansi PONED pelatihan tenaga
Mengurangi KDRT
UU No 232004 tentang penghapusan KDRT
Kampanye dan Sosialisasi
Belum dipahami publik dan penegak hukum
KIE tentang pengurangan KDRT
Ibu melahirkan di usia aman
UU No 1 1974 tentang Perkawinan
Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah
Kampanye KIE pendidikan Kespro
Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi
Unmet need 60
Peningkatan kualitas program KB
Unmet need mencapai 91
Revitalisasi program KB
Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan
Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan
Mendekatkan pelayanan Bidan
Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga
Siswa memperoleh
Kespro bagian dari kurikulum
KIE tentnag Kespro
Kesepakatan dan metode
Pengembangan modul dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26
pengetahuan tentang kespro
penyampaian bahan pelajaran
Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga
Pengarus utamaan gender
Kessempatan kerja bagi perempuan
VII Kesimpulan dan Rekomendasi
71 Kesimpulan
a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345
(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)
b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat
dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41
menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94
menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE
yang lebih intensif terutama diperdesaan)
c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga
penurunan AKI masih terkesan lambat
d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor
e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan
politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif
72 Rekomendasi
1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil
2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga
3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor
4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya
5 Peningkatan kelembagaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27
Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach
- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun
- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi
PemdaDinkesOrganisasi Profesi
Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab
Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK
PemdaDinkes
Pelayanan Antenatal dan Persalinan
Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi
Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT
PemdaDinkes
Pelayanan kesehatan masyarakat miskin
Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua
PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk
PemdaDinkes
Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah
Alokasi dana trasnportBank darah di RS
PemdaDinkesPMI
Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab
Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan
Rata- rata pendidikan perenpuan
DiknasPemda
Status perempuan
Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan
Perangkat hukum Meneg PPPemda
Status sosial ekonomi
Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja
Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Meneg PPPemda
Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28
untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin
meningkat Pemda
Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi
Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN
BKKBN dan Pemda
Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan
Asuransi persalinan dan transportasi
Pemda
Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga
Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat
Kemenkes
Kerjasama kelembagaan
Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga
Menguatnya peran lintas sektor
Lintas sektor
Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program
pendidikan kespro kedalam kurikulum
Metode pengajaran yang tepat
Pemda Diknas BKKBN
Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi
Aturan yang jelas tentang aborsi
Kemenkumham Pemda
Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil
Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan
Kemenag Pemda
Perkawinan usia muda
Optimalisasi batasminimal usia perkawinan
Batas usia minimal perkawinan
Kemenkumham Pemda
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29
Strategi 5 KELEMBAGAAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman
Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD
Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan
Bappenas dan Bappeda
Peraturan per undangan tentang aborsi
Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency
Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency
Lintas Sektor
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30
Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI
SOLUSI MASALAH
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31
Angka kematian Ibu melahirkan tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi
Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi
Kasus ekslampsia yang tidak tertangani
Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi
Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi
Pemantauan selama kehamilan rendah
Pengetahuan ibu masih rendah
Keterampilan tenaga penolong masih kurang
Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi
Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi
Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam
Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi
TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi
bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih
rendah
Pemberian tablet Fe masih kurang
Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan Cakupan bumil
ristikomp yang tertangani tuntas
Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin
Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK
Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes
Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4
Peningkatan cakupan Fe
Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24
jam
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman
adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan
cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan
bayi
Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir
Sumber Riskesdas 2010
Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau
pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan
kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit
infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu
Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu
mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan
masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya
terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa
setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan
harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai
resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan
kematian (Riskedas 2010)
Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih
relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan
menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320
persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi
0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah
melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23
persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu
44 persenPerhatikan Gambar 55
Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan
Sumber Riskesdas 2010
VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI
61 Faktor Determinan AKI
Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu
a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda
bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah
b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)
c Tempat Persalinan 60 di rumah
d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan
e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED
belum mencukupi
Faktor Yang Memperburuk
a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil
b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197
c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24
d Malaria dan TBC HIVAIDS
Penyebab Tidak Langsung
a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga
ndash Kekerasan dan Beban Ganda
ndash Perilaku konsumsi
ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan
ndash Kawin Muda
ndash Pandangan Budaya
b Pemenuhan Hak Reproduksi
ndash Kesertaan KB
ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB
ndash Peran Kesetaraan Pria
c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Faktor Dasar
a Keterbatasan Pengetahuan
ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi
ndash Pendidikan kesehatan reproduksi
ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi
b Status Perempuan
ndash Taraf Pendidikan Perempuan
ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan
ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga
c Kelembagaan
ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan
ndash Posyandu
ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25
62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI
Tabel 61 Analisa Kesenjangan
Yang harusdilakukan
Kebijakan Nasional
Upaya yang dilakukan
Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan
Pemeriksaan kehamilan
K4 90 Askeskin Biaya transportasi
Bantuan biaya transport
Ibu mendapat Pil besi
Pemberian pil besi
Pengadaan buffer stock pil besi
Konsumsi pil besi tidak sesuai
Peningkatan KIE
Persalinan ditolong oleh Nakes
90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk
Pengangkatan Bidan PTT
Persebaran belum merata
Insentif Bidan di daerah terpencil
Peningkatan kualitas dukun
- Kemitraan Bidan dengan Dukun
Kebijakan yang jelas tentang Dukun
Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda
Akses PONEK dan PONED
Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab
Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK
Dukungan peralatan dan tenaga kurang
Ekspansi PONED pelatihan tenaga
Mengurangi KDRT
UU No 232004 tentang penghapusan KDRT
Kampanye dan Sosialisasi
Belum dipahami publik dan penegak hukum
KIE tentang pengurangan KDRT
Ibu melahirkan di usia aman
UU No 1 1974 tentang Perkawinan
Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah
Kampanye KIE pendidikan Kespro
Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi
Unmet need 60
Peningkatan kualitas program KB
Unmet need mencapai 91
Revitalisasi program KB
Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan
Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan
Mendekatkan pelayanan Bidan
Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga
Siswa memperoleh
Kespro bagian dari kurikulum
KIE tentnag Kespro
Kesepakatan dan metode
Pengembangan modul dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26
pengetahuan tentang kespro
penyampaian bahan pelajaran
Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga
Pengarus utamaan gender
Kessempatan kerja bagi perempuan
VII Kesimpulan dan Rekomendasi
71 Kesimpulan
a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345
(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)
b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat
dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41
menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94
menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE
yang lebih intensif terutama diperdesaan)
c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga
penurunan AKI masih terkesan lambat
d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor
e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan
politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif
72 Rekomendasi
1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil
2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga
3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor
4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya
5 Peningkatan kelembagaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27
Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach
- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun
- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi
PemdaDinkesOrganisasi Profesi
Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab
Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK
PemdaDinkes
Pelayanan Antenatal dan Persalinan
Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi
Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT
PemdaDinkes
Pelayanan kesehatan masyarakat miskin
Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua
PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk
PemdaDinkes
Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah
Alokasi dana trasnportBank darah di RS
PemdaDinkesPMI
Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab
Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan
Rata- rata pendidikan perenpuan
DiknasPemda
Status perempuan
Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan
Perangkat hukum Meneg PPPemda
Status sosial ekonomi
Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja
Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Meneg PPPemda
Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28
untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin
meningkat Pemda
Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi
Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN
BKKBN dan Pemda
Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan
Asuransi persalinan dan transportasi
Pemda
Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga
Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat
Kemenkes
Kerjasama kelembagaan
Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga
Menguatnya peran lintas sektor
Lintas sektor
Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program
pendidikan kespro kedalam kurikulum
Metode pengajaran yang tepat
Pemda Diknas BKKBN
Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi
Aturan yang jelas tentang aborsi
Kemenkumham Pemda
Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil
Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan
Kemenag Pemda
Perkawinan usia muda
Optimalisasi batasminimal usia perkawinan
Batas usia minimal perkawinan
Kemenkumham Pemda
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29
Strategi 5 KELEMBAGAAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman
Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD
Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan
Bappenas dan Bappeda
Peraturan per undangan tentang aborsi
Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency
Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency
Lintas Sektor
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30
Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI
SOLUSI MASALAH
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31
Angka kematian Ibu melahirkan tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi
Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi
Kasus ekslampsia yang tidak tertangani
Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi
Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi
Pemantauan selama kehamilan rendah
Pengetahuan ibu masih rendah
Keterampilan tenaga penolong masih kurang
Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi
Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi
Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam
Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi
TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi
bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih
rendah
Pemberian tablet Fe masih kurang
Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan Cakupan bumil
ristikomp yang tertangani tuntas
Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin
Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK
Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes
Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4
Peningkatan cakupan Fe
Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24
jam
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu
44 persenPerhatikan Gambar 55
Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan
Sumber Riskesdas 2010
VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI
61 Faktor Determinan AKI
Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu
a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda
bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah
b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)
c Tempat Persalinan 60 di rumah
d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan
e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED
belum mencukupi
Faktor Yang Memperburuk
a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil
b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197
c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24
d Malaria dan TBC HIVAIDS
Penyebab Tidak Langsung
a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga
ndash Kekerasan dan Beban Ganda
ndash Perilaku konsumsi
ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan
ndash Kawin Muda
ndash Pandangan Budaya
b Pemenuhan Hak Reproduksi
ndash Kesertaan KB
ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB
ndash Peran Kesetaraan Pria
c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Faktor Dasar
a Keterbatasan Pengetahuan
ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi
ndash Pendidikan kesehatan reproduksi
ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi
b Status Perempuan
ndash Taraf Pendidikan Perempuan
ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan
ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga
c Kelembagaan
ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan
ndash Posyandu
ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25
62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI
Tabel 61 Analisa Kesenjangan
Yang harusdilakukan
Kebijakan Nasional
Upaya yang dilakukan
Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan
Pemeriksaan kehamilan
K4 90 Askeskin Biaya transportasi
Bantuan biaya transport
Ibu mendapat Pil besi
Pemberian pil besi
Pengadaan buffer stock pil besi
Konsumsi pil besi tidak sesuai
Peningkatan KIE
Persalinan ditolong oleh Nakes
90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk
Pengangkatan Bidan PTT
Persebaran belum merata
Insentif Bidan di daerah terpencil
Peningkatan kualitas dukun
- Kemitraan Bidan dengan Dukun
Kebijakan yang jelas tentang Dukun
Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda
Akses PONEK dan PONED
Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab
Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK
Dukungan peralatan dan tenaga kurang
Ekspansi PONED pelatihan tenaga
Mengurangi KDRT
UU No 232004 tentang penghapusan KDRT
Kampanye dan Sosialisasi
Belum dipahami publik dan penegak hukum
KIE tentang pengurangan KDRT
Ibu melahirkan di usia aman
UU No 1 1974 tentang Perkawinan
Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah
Kampanye KIE pendidikan Kespro
Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi
Unmet need 60
Peningkatan kualitas program KB
Unmet need mencapai 91
Revitalisasi program KB
Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan
Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan
Mendekatkan pelayanan Bidan
Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga
Siswa memperoleh
Kespro bagian dari kurikulum
KIE tentnag Kespro
Kesepakatan dan metode
Pengembangan modul dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26
pengetahuan tentang kespro
penyampaian bahan pelajaran
Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga
Pengarus utamaan gender
Kessempatan kerja bagi perempuan
VII Kesimpulan dan Rekomendasi
71 Kesimpulan
a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345
(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)
b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat
dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41
menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94
menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE
yang lebih intensif terutama diperdesaan)
c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga
penurunan AKI masih terkesan lambat
d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor
e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan
politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif
72 Rekomendasi
1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil
2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga
3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor
4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya
5 Peningkatan kelembagaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27
Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach
- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun
- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi
PemdaDinkesOrganisasi Profesi
Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab
Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK
PemdaDinkes
Pelayanan Antenatal dan Persalinan
Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi
Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT
PemdaDinkes
Pelayanan kesehatan masyarakat miskin
Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua
PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk
PemdaDinkes
Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah
Alokasi dana trasnportBank darah di RS
PemdaDinkesPMI
Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab
Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan
Rata- rata pendidikan perenpuan
DiknasPemda
Status perempuan
Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan
Perangkat hukum Meneg PPPemda
Status sosial ekonomi
Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja
Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Meneg PPPemda
Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28
untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin
meningkat Pemda
Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi
Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN
BKKBN dan Pemda
Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan
Asuransi persalinan dan transportasi
Pemda
Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga
Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat
Kemenkes
Kerjasama kelembagaan
Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga
Menguatnya peran lintas sektor
Lintas sektor
Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program
pendidikan kespro kedalam kurikulum
Metode pengajaran yang tepat
Pemda Diknas BKKBN
Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi
Aturan yang jelas tentang aborsi
Kemenkumham Pemda
Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil
Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan
Kemenag Pemda
Perkawinan usia muda
Optimalisasi batasminimal usia perkawinan
Batas usia minimal perkawinan
Kemenkumham Pemda
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29
Strategi 5 KELEMBAGAAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman
Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD
Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan
Bappenas dan Bappeda
Peraturan per undangan tentang aborsi
Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency
Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency
Lintas Sektor
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30
Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI
SOLUSI MASALAH
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31
Angka kematian Ibu melahirkan tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi
Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi
Kasus ekslampsia yang tidak tertangani
Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi
Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi
Pemantauan selama kehamilan rendah
Pengetahuan ibu masih rendah
Keterampilan tenaga penolong masih kurang
Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi
Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi
Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam
Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi
TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi
bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih
rendah
Pemberian tablet Fe masih kurang
Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan Cakupan bumil
ristikomp yang tertangani tuntas
Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin
Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK
Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes
Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4
Peningkatan cakupan Fe
Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24
jam
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
d Malaria dan TBC HIVAIDS
Penyebab Tidak Langsung
a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga
ndash Kekerasan dan Beban Ganda
ndash Perilaku konsumsi
ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan
ndash Kawin Muda
ndash Pandangan Budaya
b Pemenuhan Hak Reproduksi
ndash Kesertaan KB
ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB
ndash Peran Kesetaraan Pria
c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Faktor Dasar
a Keterbatasan Pengetahuan
ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi
ndash Pendidikan kesehatan reproduksi
ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi
b Status Perempuan
ndash Taraf Pendidikan Perempuan
ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan
ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga
c Kelembagaan
ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan
ndash Posyandu
ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25
62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI
Tabel 61 Analisa Kesenjangan
Yang harusdilakukan
Kebijakan Nasional
Upaya yang dilakukan
Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan
Pemeriksaan kehamilan
K4 90 Askeskin Biaya transportasi
Bantuan biaya transport
Ibu mendapat Pil besi
Pemberian pil besi
Pengadaan buffer stock pil besi
Konsumsi pil besi tidak sesuai
Peningkatan KIE
Persalinan ditolong oleh Nakes
90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk
Pengangkatan Bidan PTT
Persebaran belum merata
Insentif Bidan di daerah terpencil
Peningkatan kualitas dukun
- Kemitraan Bidan dengan Dukun
Kebijakan yang jelas tentang Dukun
Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda
Akses PONEK dan PONED
Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab
Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK
Dukungan peralatan dan tenaga kurang
Ekspansi PONED pelatihan tenaga
Mengurangi KDRT
UU No 232004 tentang penghapusan KDRT
Kampanye dan Sosialisasi
Belum dipahami publik dan penegak hukum
KIE tentang pengurangan KDRT
Ibu melahirkan di usia aman
UU No 1 1974 tentang Perkawinan
Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah
Kampanye KIE pendidikan Kespro
Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi
Unmet need 60
Peningkatan kualitas program KB
Unmet need mencapai 91
Revitalisasi program KB
Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan
Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan
Mendekatkan pelayanan Bidan
Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga
Siswa memperoleh
Kespro bagian dari kurikulum
KIE tentnag Kespro
Kesepakatan dan metode
Pengembangan modul dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26
pengetahuan tentang kespro
penyampaian bahan pelajaran
Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga
Pengarus utamaan gender
Kessempatan kerja bagi perempuan
VII Kesimpulan dan Rekomendasi
71 Kesimpulan
a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345
(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)
b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat
dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41
menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94
menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE
yang lebih intensif terutama diperdesaan)
c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga
penurunan AKI masih terkesan lambat
d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor
e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan
politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif
72 Rekomendasi
1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil
2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga
3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor
4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya
5 Peningkatan kelembagaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27
Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach
- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun
- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi
PemdaDinkesOrganisasi Profesi
Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab
Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK
PemdaDinkes
Pelayanan Antenatal dan Persalinan
Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi
Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT
PemdaDinkes
Pelayanan kesehatan masyarakat miskin
Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua
PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk
PemdaDinkes
Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah
Alokasi dana trasnportBank darah di RS
PemdaDinkesPMI
Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab
Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan
Rata- rata pendidikan perenpuan
DiknasPemda
Status perempuan
Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan
Perangkat hukum Meneg PPPemda
Status sosial ekonomi
Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja
Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Meneg PPPemda
Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28
untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin
meningkat Pemda
Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi
Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN
BKKBN dan Pemda
Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan
Asuransi persalinan dan transportasi
Pemda
Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga
Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat
Kemenkes
Kerjasama kelembagaan
Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga
Menguatnya peran lintas sektor
Lintas sektor
Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program
pendidikan kespro kedalam kurikulum
Metode pengajaran yang tepat
Pemda Diknas BKKBN
Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi
Aturan yang jelas tentang aborsi
Kemenkumham Pemda
Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil
Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan
Kemenag Pemda
Perkawinan usia muda
Optimalisasi batasminimal usia perkawinan
Batas usia minimal perkawinan
Kemenkumham Pemda
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29
Strategi 5 KELEMBAGAAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman
Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD
Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan
Bappenas dan Bappeda
Peraturan per undangan tentang aborsi
Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency
Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency
Lintas Sektor
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30
Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI
SOLUSI MASALAH
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31
Angka kematian Ibu melahirkan tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi
Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi
Kasus ekslampsia yang tidak tertangani
Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi
Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi
Pemantauan selama kehamilan rendah
Pengetahuan ibu masih rendah
Keterampilan tenaga penolong masih kurang
Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi
Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi
Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam
Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi
TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi
bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih
rendah
Pemberian tablet Fe masih kurang
Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan Cakupan bumil
ristikomp yang tertangani tuntas
Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin
Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK
Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes
Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4
Peningkatan cakupan Fe
Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24
jam
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI
Tabel 61 Analisa Kesenjangan
Yang harusdilakukan
Kebijakan Nasional
Upaya yang dilakukan
Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan
Pemeriksaan kehamilan
K4 90 Askeskin Biaya transportasi
Bantuan biaya transport
Ibu mendapat Pil besi
Pemberian pil besi
Pengadaan buffer stock pil besi
Konsumsi pil besi tidak sesuai
Peningkatan KIE
Persalinan ditolong oleh Nakes
90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk
Pengangkatan Bidan PTT
Persebaran belum merata
Insentif Bidan di daerah terpencil
Peningkatan kualitas dukun
- Kemitraan Bidan dengan Dukun
Kebijakan yang jelas tentang Dukun
Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda
Akses PONEK dan PONED
Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab
Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK
Dukungan peralatan dan tenaga kurang
Ekspansi PONED pelatihan tenaga
Mengurangi KDRT
UU No 232004 tentang penghapusan KDRT
Kampanye dan Sosialisasi
Belum dipahami publik dan penegak hukum
KIE tentang pengurangan KDRT
Ibu melahirkan di usia aman
UU No 1 1974 tentang Perkawinan
Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah
Kampanye KIE pendidikan Kespro
Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi
Unmet need 60
Peningkatan kualitas program KB
Unmet need mencapai 91
Revitalisasi program KB
Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan
Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan
Mendekatkan pelayanan Bidan
Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga
Siswa memperoleh
Kespro bagian dari kurikulum
KIE tentnag Kespro
Kesepakatan dan metode
Pengembangan modul dan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26
pengetahuan tentang kespro
penyampaian bahan pelajaran
Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga
Pengarus utamaan gender
Kessempatan kerja bagi perempuan
VII Kesimpulan dan Rekomendasi
71 Kesimpulan
a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345
(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)
b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat
dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41
menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94
menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE
yang lebih intensif terutama diperdesaan)
c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga
penurunan AKI masih terkesan lambat
d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor
e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan
politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif
72 Rekomendasi
1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil
2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga
3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor
4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya
5 Peningkatan kelembagaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27
Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach
- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun
- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi
PemdaDinkesOrganisasi Profesi
Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab
Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK
PemdaDinkes
Pelayanan Antenatal dan Persalinan
Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi
Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT
PemdaDinkes
Pelayanan kesehatan masyarakat miskin
Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua
PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk
PemdaDinkes
Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah
Alokasi dana trasnportBank darah di RS
PemdaDinkesPMI
Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab
Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan
Rata- rata pendidikan perenpuan
DiknasPemda
Status perempuan
Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan
Perangkat hukum Meneg PPPemda
Status sosial ekonomi
Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja
Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Meneg PPPemda
Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28
untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin
meningkat Pemda
Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi
Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN
BKKBN dan Pemda
Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan
Asuransi persalinan dan transportasi
Pemda
Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga
Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat
Kemenkes
Kerjasama kelembagaan
Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga
Menguatnya peran lintas sektor
Lintas sektor
Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program
pendidikan kespro kedalam kurikulum
Metode pengajaran yang tepat
Pemda Diknas BKKBN
Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi
Aturan yang jelas tentang aborsi
Kemenkumham Pemda
Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil
Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan
Kemenag Pemda
Perkawinan usia muda
Optimalisasi batasminimal usia perkawinan
Batas usia minimal perkawinan
Kemenkumham Pemda
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29
Strategi 5 KELEMBAGAAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman
Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD
Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan
Bappenas dan Bappeda
Peraturan per undangan tentang aborsi
Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency
Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency
Lintas Sektor
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30
Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI
SOLUSI MASALAH
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31
Angka kematian Ibu melahirkan tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi
Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi
Kasus ekslampsia yang tidak tertangani
Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi
Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi
Pemantauan selama kehamilan rendah
Pengetahuan ibu masih rendah
Keterampilan tenaga penolong masih kurang
Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi
Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi
Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam
Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi
TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi
bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih
rendah
Pemberian tablet Fe masih kurang
Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan Cakupan bumil
ristikomp yang tertangani tuntas
Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin
Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK
Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes
Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4
Peningkatan cakupan Fe
Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24
jam
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
pengetahuan tentang kespro
penyampaian bahan pelajaran
Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga
Pengarus utamaan gender
Kessempatan kerja bagi perempuan
VII Kesimpulan dan Rekomendasi
71 Kesimpulan
a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345
(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)
b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat
dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41
menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94
menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE
yang lebih intensif terutama diperdesaan)
c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga
penurunan AKI masih terkesan lambat
d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor
e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan
politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif
72 Rekomendasi
1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil
2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga
3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor
4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya
5 Peningkatan kelembagaan
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27
Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach
- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun
- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi
PemdaDinkesOrganisasi Profesi
Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab
Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK
PemdaDinkes
Pelayanan Antenatal dan Persalinan
Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi
Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT
PemdaDinkes
Pelayanan kesehatan masyarakat miskin
Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua
PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk
PemdaDinkes
Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah
Alokasi dana trasnportBank darah di RS
PemdaDinkesPMI
Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab
Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan
Rata- rata pendidikan perenpuan
DiknasPemda
Status perempuan
Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan
Perangkat hukum Meneg PPPemda
Status sosial ekonomi
Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja
Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Meneg PPPemda
Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28
untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin
meningkat Pemda
Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi
Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN
BKKBN dan Pemda
Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan
Asuransi persalinan dan transportasi
Pemda
Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga
Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat
Kemenkes
Kerjasama kelembagaan
Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga
Menguatnya peran lintas sektor
Lintas sektor
Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program
pendidikan kespro kedalam kurikulum
Metode pengajaran yang tepat
Pemda Diknas BKKBN
Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi
Aturan yang jelas tentang aborsi
Kemenkumham Pemda
Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil
Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan
Kemenag Pemda
Perkawinan usia muda
Optimalisasi batasminimal usia perkawinan
Batas usia minimal perkawinan
Kemenkumham Pemda
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29
Strategi 5 KELEMBAGAAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman
Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD
Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan
Bappenas dan Bappeda
Peraturan per undangan tentang aborsi
Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency
Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency
Lintas Sektor
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30
Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI
SOLUSI MASALAH
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31
Angka kematian Ibu melahirkan tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi
Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi
Kasus ekslampsia yang tidak tertangani
Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi
Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi
Pemantauan selama kehamilan rendah
Pengetahuan ibu masih rendah
Keterampilan tenaga penolong masih kurang
Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi
Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi
Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam
Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi
TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi
bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih
rendah
Pemberian tablet Fe masih kurang
Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan Cakupan bumil
ristikomp yang tertangani tuntas
Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin
Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK
Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes
Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4
Peningkatan cakupan Fe
Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24
jam
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach
- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun
- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi
PemdaDinkesOrganisasi Profesi
Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab
Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK
PemdaDinkes
Pelayanan Antenatal dan Persalinan
Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi
Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT
PemdaDinkes
Pelayanan kesehatan masyarakat miskin
Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua
PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk
PemdaDinkes
Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah
Alokasi dana trasnportBank darah di RS
PemdaDinkesPMI
Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab
Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan
Rata- rata pendidikan perenpuan
DiknasPemda
Status perempuan
Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan
Perangkat hukum Meneg PPPemda
Status sosial ekonomi
Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja
Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Meneg PPPemda
Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28
untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin
meningkat Pemda
Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi
Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN
BKKBN dan Pemda
Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan
Asuransi persalinan dan transportasi
Pemda
Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga
Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat
Kemenkes
Kerjasama kelembagaan
Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga
Menguatnya peran lintas sektor
Lintas sektor
Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program
pendidikan kespro kedalam kurikulum
Metode pengajaran yang tepat
Pemda Diknas BKKBN
Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi
Aturan yang jelas tentang aborsi
Kemenkumham Pemda
Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil
Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan
Kemenag Pemda
Perkawinan usia muda
Optimalisasi batasminimal usia perkawinan
Batas usia minimal perkawinan
Kemenkumham Pemda
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29
Strategi 5 KELEMBAGAAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman
Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD
Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan
Bappenas dan Bappeda
Peraturan per undangan tentang aborsi
Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency
Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency
Lintas Sektor
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30
Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI
SOLUSI MASALAH
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31
Angka kematian Ibu melahirkan tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi
Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi
Kasus ekslampsia yang tidak tertangani
Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi
Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi
Pemantauan selama kehamilan rendah
Pengetahuan ibu masih rendah
Keterampilan tenaga penolong masih kurang
Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi
Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi
Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam
Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi
TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi
bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih
rendah
Pemberian tablet Fe masih kurang
Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan Cakupan bumil
ristikomp yang tertangani tuntas
Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin
Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK
Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes
Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4
Peningkatan cakupan Fe
Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24
jam
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin
meningkat Pemda
Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi
Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN
BKKBN dan Pemda
Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan
Asuransi persalinan dan transportasi
Pemda
Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga
Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat
Kemenkes
Kerjasama kelembagaan
Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga
Menguatnya peran lintas sektor
Lintas sektor
Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program
pendidikan kespro kedalam kurikulum
Metode pengajaran yang tepat
Pemda Diknas BKKBN
Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi
Aturan yang jelas tentang aborsi
Kemenkumham Pemda
Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil
Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan
Kemenag Pemda
Perkawinan usia muda
Optimalisasi batasminimal usia perkawinan
Batas usia minimal perkawinan
Kemenkumham Pemda
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29
Strategi 5 KELEMBAGAAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman
Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD
Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan
Bappenas dan Bappeda
Peraturan per undangan tentang aborsi
Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency
Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency
Lintas Sektor
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30
Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI
SOLUSI MASALAH
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31
Angka kematian Ibu melahirkan tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi
Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi
Kasus ekslampsia yang tidak tertangani
Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi
Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi
Pemantauan selama kehamilan rendah
Pengetahuan ibu masih rendah
Keterampilan tenaga penolong masih kurang
Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi
Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi
Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam
Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi
TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi
bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih
rendah
Pemberian tablet Fe masih kurang
Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan Cakupan bumil
ristikomp yang tertangani tuntas
Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin
Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK
Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes
Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4
Peningkatan cakupan Fe
Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24
jam
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
Strategi 5 KELEMBAGAAN
Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman
Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD
Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan
Bappenas dan Bappeda
Peraturan per undangan tentang aborsi
Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency
Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency
Lintas Sektor
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30
Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI
SOLUSI MASALAH
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31
Angka kematian Ibu melahirkan tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi
Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi
Kasus ekslampsia yang tidak tertangani
Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi
Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi
Pemantauan selama kehamilan rendah
Pengetahuan ibu masih rendah
Keterampilan tenaga penolong masih kurang
Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi
Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi
Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam
Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi
TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi
bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih
rendah
Pemberian tablet Fe masih kurang
Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan Cakupan bumil
ristikomp yang tertangani tuntas
Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin
Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK
Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes
Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4
Peningkatan cakupan Fe
Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24
jam
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI
SOLUSI MASALAH
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31
Angka kematian Ibu melahirkan tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi
Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi
Kasus ekslampsia yang tidak tertangani
Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi
Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi
Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi
Pemantauan selama kehamilan rendah
Pengetahuan ibu masih rendah
Keterampilan tenaga penolong masih kurang
Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi
Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi
Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam
Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi
TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi
bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih
rendah
Pemberian tablet Fe masih kurang
Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan Cakupan bumil
ristikomp yang tertangani tuntas
Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin
Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK
Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes
Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4
Peningkatan cakupan Fe
Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24
jam
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
Keterangan Diagram
A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus
B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus
C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100
D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature
E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32
Gizi bumil yang masih rendah
Peningkatan persentase pelayanan farmasi
Perbaikan Gizi Bumil
Peningkatan ketersediaan obat bumil
Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup
Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan
Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu
Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu
I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta
J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-
Referensi
Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4
Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers
emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why
The Lancet Maternal Survival 13-24
PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34
- SOLUSI MASALAH
-