analisa-dampak-fertilitas-terhadap-aki-seo

48
KATA PENGANTAR Buku laporan ini mencoba menganalisis pengaruh program KB dalam menurunkan fertilitas dan dampaknya terhadap upaya menurunkan angka kematian ibu serta faktor-faktor yang mempengaruhi angka kematian ibu di Provinsi Bengkulu. Informasi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para penentu kebijakan, pengambil keputusan, dan pengelola program kesehatan dan program KB, khususnya dalam peningkatan upaya kesehatan ibu dan anak. Apabila dihitung dengan menggunakan AKI 228/100.000/KH dan jumlah kelahiran hidup 4,5 juta pertahun. Berarti Setiap tahun ada 10.260 kematian ibu, Setiap bulan ada 855 kematian ibu, Setiap minggu ada 214 kematian ibu, Setiap hari ada 8 kematian ibu, Setiap 3 jam ada 1 kematian ibu. Padahal 80-90% penyebab kematian ibu dapat dicegah dengan teknologi sederhana, yang tersedia di tingkat Puskesmas dan jaringannya. Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah 4 terlalu yaitu : terlalu muda melahirkan (<20 Tahun), terlalu tua melahirkan (>35 Tahun), terlalu dekat jarak melahirkan (<2 Tahun) dan terlalu banyak (>3). BKKBN secara berkelanjutan melakukan advokasi dan KIE bahwa dengan mencegah kehamilan berarti mengurangi resiko kematian karena melahirkan; BKKBN juga melakukan promosi pengaturan kehamilan sehingga tidak terjadi Unwanted Pregnancy dan aborsi, melakukan sosilisasi melahirkan 3 kali atau lebih akan meningkatkan resiko kematian ibu, melakukan kegiatan Sosialisasi penggunaan kontrasepsi akan mengurangi resiko kematian ibu anemia karena perdarahan serta sosialisasi mengurangi kehamilan beresiko tinggi dengan mencegah 4 Terlalu. Menurut World Health Organization (WHO) sekitar 88-98 % kematian ibu dapat dicegah, antara lain dengan peningkatan gizi, dan kombinasi antara pendidikan dan status pernikahan pada wanita, serta perbaikan pelayanan keluarga berencana. Tersedianya alat kontrasepsi, dan kemudahan untuk memperoleh pelayanan Keluarga Berencana (KB) mempunyai dampak yang besar pada penurunan AKI. PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 1

Upload: eef-bengkulu

Post on 12-Aug-2015

636 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Analisis Dampak

TRANSCRIPT

Page 1: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

KATA PENGANTAR

Buku laporan ini mencoba menganalisis pengaruh program KB dalam menurunkan fertilitas dan dampaknya terhadap upaya menurunkan angka kematian ibu serta faktor-faktor yang mempengaruhi angka kematian ibu di Provinsi Bengkulu Informasi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para penentu kebijakan pengambil keputusan dan pengelola program kesehatan dan program KB khususnya dalam peningkatan upaya kesehatan ibu dan anak

Apabila dihitung dengan menggunakan AKI 228100000KH dan jumlah kelahiran hidup 45 juta pertahun Berarti Setiap tahun ada 10260 kematian ibu Setiap bulan ada 855 kematian ibu Setiap minggu ada 214 kematian ibu Setiap hari ada 8 kematian ibu Setiap 3 jam ada 1 kematian ibu Padahal 80-90 penyebab kematian ibu dapat dicegah dengan teknologi sederhana yang tersedia di tingkat Puskesmas dan jaringannya Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah 4 terlalu yaitu terlalu muda melahirkan (lt20 Tahun) terlalu tua melahirkan (gt35 Tahun) terlalu dekat jarak melahirkan (lt2 Tahun) dan terlalu banyak (gt3)

BKKBN secara berkelanjutan melakukan advokasi dan KIE bahwa dengan mencegah kehamilan berarti mengurangi resiko kematian karena melahirkan BKKBN juga melakukan promosi pengaturan kehamilan sehingga tidak terjadi Unwanted Pregnancy dan aborsi melakukan sosilisasi melahirkan 3 kali atau lebih akan meningkatkan resiko kematian ibu melakukan kegiatan Sosialisasi penggunaan kontrasepsi akan mengurangi resiko kematian ibu anemia karena perdarahan serta sosialisasi mengurangi kehamilan beresiko tinggi dengan mencegah 4 Terlalu

Menurut World Health Organization (WHO) sekitar 88-98 kematian ibu dapat dicegah antara lain dengan peningkatan gizi dan kombinasi antara pendidikan dan status pernikahan pada wanita serta perbaikan pelayanan keluarga berencana Tersedianya alat kontrasepsi dan kemudahan untuk memperoleh pelayanan Keluarga Berencana (KB) mempunyai dampak yang besar pada penurunan AKI

Akhirnya saya ucapkan terima kasih kepada Ikatan Peminat dan Ahli Demografi Provinsi Bengkulu yang telah melakukan kajian analisis Dampak Fertilitas Terhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu Dari analisis ini diharapkan dapat disusun sebuah rancang bangun strategi percepatan penurunan AKI identifikasi faktor dominan formulasi strategi diseminasi dan advokasi sehingga sasaran MDGs tahun 2015 dapat tercapai

Bengkulu Pebuari 2013Perwakilan BKKBN Provinsi BengkuluKepala

Dra Widati MM

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 1

DAFTAR ISI

HalamanAbstrakhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1

I Pendahuluanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 2

II Tujuan Analisishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 4

III Metodologihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 411Metode Perhitunganhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip412Konsep Defenisihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 513Sumber Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 514Kerangka Pikirhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

IV Perkembangan Program KB di Bengkuluhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 811 Perkembangan Peserta KB per Mix Kontrasepsihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 812 Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 913 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkuluhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1214 Perkembangan Angka Kematian Ibudan Bayihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 14

V Hasil dan Pembahasanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1711 Angka Kematian Ibu dan Bayi (AKI) Metode Ken Hillhelliphelliphelliphelliphelliphellip 1712 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Generasi Bahaya Kehamilanhellip 1913 Pemeriksaan Tempat Persediaan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes 20

VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 2211 Faktor Determinan Angka Kematian Ibu dan Bayihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 2212 Analisa Kesenjangan Penyebab Angka Kematian Ibu dan Bayihellip 24

VII Kesimpulan dan Rekomendasihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 2511 Kesimpulanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 2512 Rekomendasihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 25

Lampiran

Strategi 1 Aksesibilitas dan Kualitas Cakupan Pelayananhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26Strategi 2 Pemberdayaan Perempuan dan Keluargahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26Strategi 3 Kemitraan Lintas Sektorhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27Strategi 4 Pendekatan Budayahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27Strategi 5 Kelembagaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 28Diagram Solusi untuk Mengatasi Masalah Penanganan AKIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 29Keterangan Diagramhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 30Referensihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 2

DAMPAK FERTILITAS TERHADAP UPAYA PENURUNAN

KEMATIAN IBU DI PROVINSI BENGKULU

HASIL SDKI DAN SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010

IPADI CABANG BENGKULU

Abstrak

Angka Kematian Ibu (AKI) di Bengkulu masih cukup tinggi upaya untuk menurunkan angka kematian Ibu merupakan tantangan yaitu untuk mencapai sasaran RPJM MDGs dan RPJP Dengan kecenderungan saat ini sasaran akan sulit dicapai sehingga diperlukan upaya percepatan penurunan angka kematian ibu Walaupun angka kematian ibu di Provinsi Bengkulu berada dibawah angka nasional namun angka ini masih sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 yakni menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 kematian per 100000 kelahiran hidup Program KB telah berdampak menurunkan TFR dari 345 pada SDKI 1994 menjadi 22 pada SDKI 2012 Melalui advokasi dan KIE 4 T program KB memberikan kontribusi terhadap penurunan kehamilan terlalu muda dari 41 menjadi 38 Kehamilan dengan jarak terlalu dekat ( kurang 2 tahun) turun dari 127 menjadi 55 dan kelahiran terlalu banyak ( 3 lebih) turun dari 94 menjadi 81 Upaya yang lebih intensif perlu dilakukan pada KIE untuk menurunkan kehamilan pada usia tua karena angkanya meningkat dari 38 menjadi 47( Sumber SDKI 2002 dan 2007)Dari analisis ini diharapkan dapat disusun sebuah rancang bangun strategi percepatan penurunan AKI identifikasi factor dominant menyusun formulasi strategi diseminasi dan advokasi

Kata Kunci KB fertilitas angka kematian ibu

Abstract

Maternal Mortality Rate (MMR) in Bengkulu is still quite high efforts to reduce mother mortality rate is a challenge which is to achieve the Development Plan MDGs and RPJP With current trends the goal will be difficult to achieve so that the necessary efforts to accelerate the reduction in maternal mortality Although maternal mortality in Bengkulu province is under the national average but the number is still very far from the target of the MDGs by 2015 to reduce maternal mortality to 102 deaths per 100000 live births The family planning program has impacted lower TFR of 345 in 1994 to 22 in IDHS IDHS 2012 Through advocacy and IEC 4 T the family planning program contributed to the decline in the pregnancy too young from 41 to 38 Pregnancy at a distance too close (less than 2 years) dropped from 127 to 55 and the birth of too many (3 more) fell from 94 to 81 More intensive efforts need to be done on Information Education and Communication (IEC) to lower the pregnancy at an older age because the figure increased from 38 to 47 (Source IDHS 2002 and 2007)

From this analysis is expected to be drafted a plan to build speed reduction strategy AKI identification dominant factor formulate strategies dissemination and advocacy

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 3

I Pendahuluan

Kematian ibu merupakan salah satu indikator utama yang digunakan untuk mengukur

derajat kesehatan masyarakat di suatu negara Selain itu kematian ibu juga terkait dengan

kematian bayi serta dapat menunjukkan kinerja sistem kesehatan di suatu negara Kematian

ibu merupakan masalah yang penting karena pertama tingkat variasi angkanya sangat

berbeda antar negara menurut beberapa sumber kedua perbedaan yang sangat mencolok

antara negara yang sedang berkembang dengan negara industri

World Health Organization (WHO) memperkirakan tiap tahun terjadi 500000

kematian ibu yang sebagian besar (lebih dari 98 ) terdapat di negara yang sedang

berkembang Diperkirakan angka kematian ibu (AKI) di negara yang sedang berkembang

terjadi 100-200 kali lebih tinggi dibandingkan negara maju (industri) Perbedaan kematian

ibu antara negara maju dengan negara yang sedang berkembang jauh lebih besar dari

perbedaan angka kematian bayi1 ketiga kematian ibu (maternal) kurang lebih sepertiga

hingga setengah nya berusia 15-49 tahun dari total kematian ibu keempat sekitar 88-98

kematian ibu dapat dicegah antara lain dengan peningkatan gizi dan kombinasi antara

pendidikan dan status pernikahan pada wanita serta perbaikan pelayanan keluarga berencana

Tersedianya alat kontrasepsi dan kemudahan untuk memperoleh pelayanan Keluarga

Berencana (KB) mempunyai dampak yang besar pada penurunan AKI Indikator kematian

ibu yang diwakili oleh AKI (rate atau rasio) dipakai sebagai gambaran keberhasilan upaya

peningkatan kesehatan ibu

Definisi kematian ibu menurut WHO adalah kematian yang berkaitan dengan

kehamilan dan persalinan oleh sebab apapun tetapi bukan karena kematian yang disebabkan

kecelakaan atau kelalaian dan terjadi selama kehamilan sampai dengan 42 hari setelah

melahirkan (masa nifas) serta tidak tergantung umur maupun letak kehamilan

Hingga saat ini AKI di Indonesia masih relatif tinggi tertinggi di Asia Tenggara

Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986 rasio AKI sebesar 450 per 100000

kelahiran hidup Angka ini sedikit menurun menjadi 421 per 100000 kelahiran hidup pada

tahun 1992 Kematian ibu dapat dibagi dalam dua kelompok pertama kematian obstetrik

langsung sebagai kematian akibat komplikasi pada waktu kehamilan (termasuk kehamilan

melahirkan dan masa nifas) dari perlakuan-perlakuan yang diberikan gejala risiko tinggi

yang tidak terdeteksi dan kesalahan penanganan atau serangkaian kejadian yang diakibatkan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 4

oleh satu atau lebih diantara ketiga faktor tersebut kedua kematian obstetrik tidak langsung

yaitu kematian yang diakibatkan oleh penyakit yang diderita sebelum kehamilan atau

penyakit yang berkembang selama kehamilan bukan karena sebab obtstetrik langsung tetapi

yang diperburuk oleh efek fisiologi kehamilan

Pada umumnya baik di negara berkembang maupun negara maju pencatatan dan

pelaporan kematian ibu selalu di bawah angka yang seharusnya atau selalu under reported

Di negara maju under reporting terjadi akibat kesalahan dalam mengklasifikasi sebab

kematian terutama pada kasus kematian akibat obstetrik tidak langsung yang terjadi pada

masa hamil muda Sedangkan di negara berkembang under reporting terjadi karena registrasi

vital belum berjalan baik Umumnya kematian akibat maternal tidak diketahui kecuali

apabila terjadi pada kehamilan tua atau terjadi pada waktu persalinan Dengan demikian

sampai saat ini belum ada suatu cara yang tepat untuk menilai masalah kesehatan maternal

melalui kematian maternal

Dari uraian diatas upaya penurunan AKI merupakan tantangan besar dalam mencapai

sasaran RPJM MDGs dan RPJP Dengan kecenderungan penurunan AKI saat ini sasaran

akan sulit dicapai sehingga diperlukan percepatan sesuai sasaran MDGs sebesar 102100000

kelahiran hidup

Tabel Skenario Penurunan AKI

Tahun Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Skenario 4Trend SDKI 94-02

Penurunan AKI 47 th

Penurunan AKI 65 th

Penurunan AKI 95 th

2005 262 262 262 2622010 226 207 191 1632015 195 163 140 1022020 168 129 102 642025 145 102 74 40

RPJMN RPJP MDGs

Kondisi saat ini

1 Angka Kematian Ibu 228 per 100000 KH

2 Angka Kematian Balita 44 per 1000 KH

3 Angka kematian bayi 34 per 1000 KH

4 Jumlah Persalinan 26000 ndash 27000 Thn

5 Masih tingginya Unsafe Abortion Thn

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 5

6 Masih tingginya (ASFR) 15-19 thn 351000 perempuan

7 Trend pencapaian 4 Terlalu

- Terlalu muda (3)

- Terlalu tua (47)

- Terlalu dekat (55)

- Terlalu banyak (81)

- Persalinan oleh Nakes 728

- Melahirkan pada faskes 70 (urban)

- Perkiraan persalinan berdasar tempat

- Rumah Sakit 20

- Bidan Praktek Swasta 30

- PuskesmasBidan Pedesaan 50

Sumber SDKI 2007

II Tujuan Analisis

a Mengetahui trend kesertaan ber KB trend fertilitas dan angka kematian ibu di

Bengkulu

b Mengidentifikasi factor dominan penyebab kematian ibu

c Menyusun sebuah rancangan strategi percepatan penurunan AKI

III Metodologi

31 Metode Perhitungan AKI

Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung angka kematian

maternal yaitu metode langsung (direct) maupun tidak langsung (indirect) Metode

langsung dilakukan dengan cara recall atau memanggil kembali ingatan responden

tentang kejadian kematian di dalam rumah tangganya selama beberapa waktu

sebelum sensus Namun angka kematian maternal yang diperoleh dengan metode

langsung diduga belum menggambarkan kejadian kematian maternal sebesarnya

Hal ini sesuai dengan pendapat beberapa ahli kependudukan yang menyatakan

bahwa ukuran-ukuran kematian yang didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai

yang terlalu rendah untuk Indonesia

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 6

Beberapa ahli mengembangkan metode penghitungan kematian khususnya kematian

maternal dengan cara tidak langsung (indirect method) Salah satu cara yang sudah

seringkali digunakan adalah metode General Growth Balance yang digagas oleh

Prof Kenneth Hill yang kemudian disebut metode Ken Hill Dengan menggunakan

metode ini diharapkan angka kematian maternal yang dihasilkan akan lebih

sesuaicocok dengan kejadian yang sesungguhnya Keuntungan lainnya adalah

angka kelengkapan (completeness) cakupan kematian dari hasil sensus atau survei

juga akan diperoleh

32 Konsep Definisi

Kematian maternal didefinisikan sebagai kematian perempuan pada saat

hamil saat melahirkan atau selama 42 hari setelah kehamilan berakhir

(WHO2007) Terdapat dua indikator untuk mengukur kematian maternal yaitu

Angka Kematian MaternalMaternal Mortality Rate dan Rasio Kematian

MaternalMaternal Mortality Ratio Pada umumnya indikator yang digunakan untuk

mengukur kematian maternal adalah rasio kematian maternal

33 Sumber Dataa Hasil Sensus 2010

b Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2002-2003 dan 2007

c Riskesdas 2010

d Podes 2010

34 Kerangka Pikir

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 7

Gambar 31 Kerangka Pikir Penyebab Kematian Ibu

Penyebab langsung

Faktor yg memperburuk

Faktor dasar

Sumber Unicef 2004

Gambar 32 Kontribusi Gizi Pendidikan UKP dan KB dalam Menurunkan AKI

Sumber Kemenkes

Gambar 33 Pengaruh Program KB terhadap AKI Menurut Fortney

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 8

Kematian Ibu

Keterbatasan pengetahuan

Komplikasi saat melahirkan

Status Kesehatan dan gizi

Perlindungan dan perilaku dalam

keluarga

Kebutuhan terhadap tatacara

melahirkan

Akses penggunaan

layanan kesehatan

Ketersediaan SDM

Status perempuan

Perbaikan Gizi

Akses ke pelayanan KB mudah

Pendidikan perempuan

Usia Kawin Perempuan

Peningkatan Kualitas pelayanan KB

AKI Turun

Menurut Fortney program KB berpengaruh terhadap rate atau angka kematian ibu melalui 1) Menunda kehamilan sampai umur 20 tahun atau lebih 2) Memberi peluang untuk menghentikan kehamilan pada umur 35 tahun atau lebih 3) Memperkecil jumlah paritas kehamilan sampai kurang dari 4 (empat) 4) Memperpanjang jarak dari satu kehamilan ke kehamilan berikutnya minimal dua tahun 5) Mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancies) sehingga dapat mengurangi aborsi

Maine et al dengan menggunakan data World Fertility Survey menyatakan bahwa mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan (yang biasanya terjadi pada kelompok risiko tinggi) dapat menurunkan rasio kematian ibu sebesar 5 di Ivory Coast dan 62 di Bangladesh Menurunnya rate atau angka kematian ibu dalam periode mendekati survei sekitar 4 tahun terakhir kemungkinan besar karena keberhasilan meningkatnya pemakaian kontrasepsi yang menunjang faktor-faktor yang dapat menurunkan angka kematian ibu

IV Perkembangan Program KB di Bengkulu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 9

Menunda kehamilan sd umur 20 gt

Penurunan AKI

Berhenti melahirkan umur 35 th

Memperkecil jumlah anak 2

lebih baik

Memperpanjang jarak kehamilan

Mengurangi KTD (unwanted

pregnancies)

Program KB

41 Perkembangan Peserta KB per Mix Kontrasepsi

Tabel 41 Peserta KB per Mix Kontrasepsi SDKI 1997-2012

Hasil SDKI 1997 sampai dengan SDKI 2012 peserta Keluarga Berencana di

Provinsi Bengkulu masih didominasi penggunaan alat kontrasepsi jangka pendek

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 10

seperti suntik dari 469 pada SDKI 1997 menjadi 329 pada SDKI 2012 dan

pil sebesar 130 SDKI 1997 menjadi 111 SDKI 2012 Sedangkan alat

kontrasepsi jangka panjang dengan efektifitas tinggi dari SDKI 2007 dibanding

SDKI 2012 justru turun Pemakaian IUD turun dari 83 ( SDKI 2007) menjadi

34 (SDKI 2012) akseptor Implant turun dari 124 menjadi 90 MOP turun

dari 04 menjadi 00 Turunnya akseptor IUD dari 83 menjadi 34

menunjukkan bahwa program IUD sasi yang telah dicanangkan sejak tahun 2010

belum membawa hasil maksimal

Perlu upaya dan terobosan untuk perbaikan kualitas pemakaian kontrasepsi

yang merupakan salah satu tujuan dari program keluarga berencana Salah satu

ukuran dari kualitas pemakaian adalah efektifitas (kelangsungan) pemakaian

kontrasepsi yang semakin tinggi Alasan putus pakai bisa disebabkan oleh kegagalan

kontrasepsi ketidak puasan terhadap alatcara KB efek samping dan kekurang-

tersediaan alatcara KB Tingkat putus pakai yang tinggi kegagalan alatcara KB dan

pergantian alatcara KB bisa mengindikasikan bahwa diperlukan perbaikan dalam

pemberian konseling tentang pemilihan alatcara KB pelayanan lanjutan dan

penyediaan pelayanan yang lebih luas

42 Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi Tabel 42 Tidak Terpenuhi Sedang Pakai dan Ingin ber KB

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 11

Tabel 42 menunjukkan pada tahun 2012 angka unmet need di Bengkulu mengalami

peningkatan dari 74 menjadi 91 dibanding SDKI 1997 PUS yang sedang

menggunakan alat kontrasepsi turun dari 666 menjadi 642 dan PUS yang ingin ber

KB juga turun dari 758 menjadi 733

Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa wanita berstatus kawin usia 15 ndash 49 yang

tidak terpenuhi keinginan ber KB sedang pakai dan ingin ber KB sebagai berikut

a Kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi PUS yang sebenarnya tidak ingin

punya anak lagi atau ingin menunda kelahiran anak berikutnya tetapi karena

berbagai alasan tidak memakai kontrasepsi

- Untuk menjarangkan kelahiran 40

- Untuk membatasi kelahiran 51

- Jumlah 91

Pasangan usia subur yang tidak ingin anak lagi dan ingin menunda kelahiran

tetapi tidak menggunakan suatu alatcara KB modern (unmet need KB)

merupakan suatu peluang untuk meningkatkan peserta KB karena apabila

kelompok PUS (Pasangan Usia Subur) tersebut dapat di diberikan KIE

(Komunikasi Informasi dan Edukasi) yang memadai dan dapat dilayani dengan

baik maka mereka merupakan calon-calon akseptor KB yang potensial

b Kebutuhan ber KB yang terpenuhi

- Untuk menjarangkan kelahiran 25

- Untuk membatasi kelahiran 392

- Jumlah 642

c Jumlah yang ingin ber KB

- Untuk menjarangkan kelahiran 29

- Untuk membatasi kelahiran 444

- Jumlah 733

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 12

Mengapa pasangan usia subur tidak memakai kontrasepsi hal ini berkaitan

dengan tingkat pengetahuan akses kualitas pelayanan dan ketersediaan kontrasepsi

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan suatu pendekatan KIE dan

peningkatan kualitas pelayanan dan pendekatan perluasan jejaring dengan

memanfaatkan seluruh jaringan yang ada di lini lapangan

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemakaian kontrasepsi antara lain adalah

a Kualitas pelayanan yang baik memiliki peranan yang sangat besar dalam

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerimaan dan kelangsungan

pemakaian kontrasepsi

b Rasa takut terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan

kontrasepsi akan menyebabkan penolakan terhadap pemakaian kontrasepsi

c Keterbatasan distribusi alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat

d Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap berbagai macam kontrasepsi

dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing

e Akses masyarakat terhadap pelayanan kontrasepsi

Alternative kebijakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tingginya

unmet need KB di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut

a Memperkuat KIE dan advokasi KIE dan Advokasi adalah langkah yang

dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang penggunaan berbagai

kontrasepsi serta hasil yang diharapkan dari program KB yang pelaksanaanya

diperlukan koordinasi dengan lintas sector yang terkait

b Refreshingpelatihan bagi petugas penyuluh lapangan

Refreshingpelatihan diperlukan untuk menyegarkan kembali metode-metode

dan pengetahuan antara lain bagaimana memberikan pemahaman kepada

masyarakat khususnya kepada PUS tentang pentingnya revitalisasi program

KB

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 13

c Mengaktifkan kembali kader-kader KB yang ada dilapangan

menghidupkan kembali mekanisme operasional lini lapangan dan

memberikan operasional kader-kader KB di lapangan yang memadai

d Melibatkan Tokoh agama tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam

pengelolaan dan revitalisasi program KB

e Penyediaan sarana yang memadai dan pembinaan berjenjang

43 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkulu

Menurut Davis dan Blake (1956) ada 11 variabel antara yang mempengaruhi

fertilitas Variebel-variebel tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu Variabel

hubungan seks yang terdiri dari usia kawin proporsi yang tidak pernah kawin

perpisahan pada usia kawin karena cerai ditinggal dan menjanda abstinensia

sukarela abstinensia karena terpaksa frekuensi hubungan seks Variebel kedua

adalah konsepsi yang terdiri dari kesuburan biologis pemakaian kontrasepsi

kemandulan disengaja Variebel yang terakhir adalah gestasi yang terdiri dari

keguguran yang tidak disengaja dan pengguguran yang disengaja (Singarimbun

19965)

Variabel-variabel tersebut tidak semuanya dijadikan pendekatan untuk pengendalian

kelahiran di Indonesia Adapun variabel-variabel yang dijadikan pendekatan untuk

pengendalian kelahiran melalui program KB yaitu

a Usia kawin melalui promosi pendewasaan usia perkawinan

b Pemakaian kontrasepsi

c Kemandulan disengaja melalui vasektomi dan tubektomi

a1 Pendewasaan usia perkawinan

Tujuan pendewasaan usia perkawinan selain untuk mengendalikan kelahiran

oleh karena semakin tua usia orang kawin berarti semakin sedikit waktu masa

reproduktif yang dimiliki oleh Pasangan Usia Subur (PUS) juga bermanfaat

untuk mengurangi resiko kehamilan Resiko yang mungkin dapat terjadi pada ibu

yang yang telalu muda untuk hamil antara lain keguguran tekanan darah tinggi

keracunan kehamilan timbulnya kesulitan persalinan bayi berat lahir rendah

membesarnya air seni ke vagina keluarnya gas dan feses ke vagina atau bisa

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 14

kanker leher rahim (BKKBN 20062) Anjuran melalui program KB yang

disarankan dalam pendewasaan usia perkawinan adalah meningkatkan batas usia

perkawinan minimal usia 20 tahun untuk perempuan dan minimal usia 25 tahun

untuk pria (BKKBN 199221)

Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan usia kawin pertama wanita

meningkat antara lain

a Kemiskinan

b Hidup di daerah yang padat

c Pengaruh lingkungan

Michael Thomas Sadier seorang penganut Teori Fisiologis menyatakan bahwa

ldquojika kepadatan penduduk tinggi maka daya reproduksi manusia cenderung

menurun sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah maka daya reproduksi

manusia akan meningkatrdquo (Mantra 200359)

b1 Pengaturan Kelahiran

Pengaturan jarak kelahiran antara anak pertama dengan anak kedua dan

seterusnya selain bertujuan untuk mengendalikan tingkat kelahiran melalui

penjarangan kehamilan juga bertujuan untuk mengurangi resiko negatif terhadap

bayi dan ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat Resiko-resiko yang bisa

terjadi bila kehamilan terlalu dekat antara lain

1 keguguran

2 anemia pada ibu

3 payah jantung

4 bayi bisa lahir sebelum waktunya

5 bayi bisa lahir dengan berat badan rendah

6 bayi bisa cacat bawaan serta tidak optimalnya tumbuh kembang balita

Akan sangat beresiko lagi jika kehamilan yang terlalu dekat terjadi di kalangan

keluarga miskin yang tidak mampu untuk mencukupi gizi pada saat ibu sedang

hamil Jarak kelahiran yang ideal yang dianjurkan melalui program KB minimal

2-3 tahun sehingga untuk kehamilan anak yang kedua secara fisik dan

psikhologis siibu lebih siap (BKKBN 20063)

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 15

Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu

Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an

sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan

sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)

Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung

meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi

22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian

kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan

memperkecil prevalensi kehamilan

44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu

Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat

sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu

tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target

yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga

perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102

kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16

Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015

Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu

Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-

2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari

sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-

2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih

sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan

sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk

mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan

Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat

terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu

ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait

masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian

Kesehatan2007)

Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi

Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada

masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada

masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga

kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah

syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang

ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17

aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya

maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas

2010)

Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu

pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya

Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila

didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka

mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka

kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini

disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya

Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah

wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai

jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil

SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam

periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi

30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81

Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan

belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam

terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode

risiko tinggi

Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )

dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan

kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya

penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin

mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran

antara satu anak dengan anak berikutnya

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18

Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal

TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)

Sumber SDK I 200203 2007

41 38

127

94

3

4755

81

0

2

4

6

8

10

12

14

Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak

SDKI 200203 SDKI 2007

V Hasil dan Pembahasan

Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang

didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu

disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari

rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita

hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat

51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill

Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19

Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu

Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio

(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per

100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR

Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di

bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka

perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan

pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka

kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-

provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010

masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana

pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu

Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak

2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari

2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan

persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen

tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63

kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu

sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada

saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah

melahirkan

Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah

perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari

kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan

masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35

tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35

tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun

hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur

yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun

Perhatikan Tabel 51

Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010

Variabel Persentase

Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal

Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan

Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun

23976

333667

63571365

Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu

faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu

hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda

bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan

bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya

kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan

tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60

persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh

informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif

rendah

52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21

Sumber Riskesdas 2010

Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil

melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama

kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil

Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan

kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif

tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar

133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51

persen

53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes

Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010

Sumber Riskesdas 2010

Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa

kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi

Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat

rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang

melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22

melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman

adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan

cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan

bayi

Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir

Sumber Riskesdas 2010

Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau

pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan

kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit

infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu

Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu

mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan

masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya

terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa

setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan

harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai

resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan

kematian (Riskedas 2010)

Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih

relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan

menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320

persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi

0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah

melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23

persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu

44 persenPerhatikan Gambar 55

Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan

Sumber Riskesdas 2010

VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI

61 Faktor Determinan AKI

Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu

a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda

bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah

b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)

c Tempat Persalinan 60 di rumah

d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan

e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED

belum mencukupi

Faktor Yang Memperburuk

a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil

b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197

c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24

d Malaria dan TBC HIVAIDS

Penyebab Tidak Langsung

a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga

ndash Kekerasan dan Beban Ganda

ndash Perilaku konsumsi

ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan

ndash Kawin Muda

ndash Pandangan Budaya

b Pemenuhan Hak Reproduksi

ndash Kesertaan KB

ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB

ndash Peran Kesetaraan Pria

c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Faktor Dasar

a Keterbatasan Pengetahuan

ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi

ndash Pendidikan kesehatan reproduksi

ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi

b Status Perempuan

ndash Taraf Pendidikan Perempuan

ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan

ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga

c Kelembagaan

ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan

ndash Posyandu

ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25

62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI

Tabel 61 Analisa Kesenjangan

Yang harusdilakukan

Kebijakan Nasional

Upaya yang dilakukan

Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan

Pemeriksaan kehamilan

K4 90 Askeskin Biaya transportasi

Bantuan biaya transport

Ibu mendapat Pil besi

Pemberian pil besi

Pengadaan buffer stock pil besi

Konsumsi pil besi tidak sesuai

Peningkatan KIE

Persalinan ditolong oleh Nakes

90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk

Pengangkatan Bidan PTT

Persebaran belum merata

Insentif Bidan di daerah terpencil

Peningkatan kualitas dukun

- Kemitraan Bidan dengan Dukun

Kebijakan yang jelas tentang Dukun

Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda

Akses PONEK dan PONED

Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab

Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK

Dukungan peralatan dan tenaga kurang

Ekspansi PONED pelatihan tenaga

Mengurangi KDRT

UU No 232004 tentang penghapusan KDRT

Kampanye dan Sosialisasi

Belum dipahami publik dan penegak hukum

KIE tentang pengurangan KDRT

Ibu melahirkan di usia aman

UU No 1 1974 tentang Perkawinan

Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah

Kampanye KIE pendidikan Kespro

Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi

Unmet need 60

Peningkatan kualitas program KB

Unmet need mencapai 91

Revitalisasi program KB

Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan

Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan

Mendekatkan pelayanan Bidan

Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga

Siswa memperoleh

Kespro bagian dari kurikulum

KIE tentnag Kespro

Kesepakatan dan metode

Pengembangan modul dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26

pengetahuan tentang kespro

penyampaian bahan pelajaran

Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga

Pengarus utamaan gender

Kessempatan kerja bagi perempuan

VII Kesimpulan dan Rekomendasi

71 Kesimpulan

a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345

(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)

b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat

dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41

menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94

menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE

yang lebih intensif terutama diperdesaan)

c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga

penurunan AKI masih terkesan lambat

d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor

e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan

politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif

72 Rekomendasi

1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil

2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga

3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor

4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya

5 Peningkatan kelembagaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27

Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach

- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun

- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi

PemdaDinkesOrganisasi Profesi

Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab

Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK

PemdaDinkes

Pelayanan Antenatal dan Persalinan

Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi

Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT

PemdaDinkes

Pelayanan kesehatan masyarakat miskin

Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua

PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk

PemdaDinkes

Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah

Alokasi dana trasnportBank darah di RS

PemdaDinkesPMI

Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab

Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan

Rata- rata pendidikan perenpuan

DiknasPemda

Status perempuan

Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan

Perangkat hukum Meneg PPPemda

Status sosial ekonomi

Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja

Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat

Meneg PPPemda

Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28

untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin

meningkat Pemda

Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi

Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN

BKKBN dan Pemda

Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan

Asuransi persalinan dan transportasi

Pemda

Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga

Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat

Kemenkes

Kerjasama kelembagaan

Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga

Menguatnya peran lintas sektor

Lintas sektor

Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program

pendidikan kespro kedalam kurikulum

Metode pengajaran yang tepat

Pemda Diknas BKKBN

Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi

Aturan yang jelas tentang aborsi

Kemenkumham Pemda

Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil

Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan

Kemenag Pemda

Perkawinan usia muda

Optimalisasi batasminimal usia perkawinan

Batas usia minimal perkawinan

Kemenkumham Pemda

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29

Strategi 5 KELEMBAGAAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman

Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD

Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan

Bappenas dan Bappeda

Peraturan per undangan tentang aborsi

Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency

Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency

Lintas Sektor

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30

Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI

SOLUSI MASALAH

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31

Angka kematian Ibu melahirkan tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi

Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi

Kasus ekslampsia yang tidak tertangani

Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi

Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi

Pemantauan selama kehamilan rendah

Pengetahuan ibu masih rendah

Keterampilan tenaga penolong masih kurang

Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi

Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi

Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam

Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi

TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi

bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih

rendah

Pemberian tablet Fe masih kurang

Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang

Pemberdayaan masyarakat

Peningkatan Cakupan bumil

ristikomp yang tertangani tuntas

Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin

Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK

Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes

Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4

Peningkatan cakupan Fe

Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24

jam

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 2: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

DAFTAR ISI

HalamanAbstrakhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1

I Pendahuluanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 2

II Tujuan Analisishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 4

III Metodologihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 411Metode Perhitunganhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip412Konsep Defenisihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 513Sumber Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 514Kerangka Pikirhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

IV Perkembangan Program KB di Bengkuluhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 811 Perkembangan Peserta KB per Mix Kontrasepsihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 812 Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 913 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkuluhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1214 Perkembangan Angka Kematian Ibudan Bayihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 14

V Hasil dan Pembahasanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1711 Angka Kematian Ibu dan Bayi (AKI) Metode Ken Hillhelliphelliphelliphelliphelliphellip 1712 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Generasi Bahaya Kehamilanhellip 1913 Pemeriksaan Tempat Persediaan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes 20

VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 2211 Faktor Determinan Angka Kematian Ibu dan Bayihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 2212 Analisa Kesenjangan Penyebab Angka Kematian Ibu dan Bayihellip 24

VII Kesimpulan dan Rekomendasihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 2511 Kesimpulanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 2512 Rekomendasihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 25

Lampiran

Strategi 1 Aksesibilitas dan Kualitas Cakupan Pelayananhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26Strategi 2 Pemberdayaan Perempuan dan Keluargahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26Strategi 3 Kemitraan Lintas Sektorhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27Strategi 4 Pendekatan Budayahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27Strategi 5 Kelembagaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 28Diagram Solusi untuk Mengatasi Masalah Penanganan AKIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 29Keterangan Diagramhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 30Referensihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 2

DAMPAK FERTILITAS TERHADAP UPAYA PENURUNAN

KEMATIAN IBU DI PROVINSI BENGKULU

HASIL SDKI DAN SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010

IPADI CABANG BENGKULU

Abstrak

Angka Kematian Ibu (AKI) di Bengkulu masih cukup tinggi upaya untuk menurunkan angka kematian Ibu merupakan tantangan yaitu untuk mencapai sasaran RPJM MDGs dan RPJP Dengan kecenderungan saat ini sasaran akan sulit dicapai sehingga diperlukan upaya percepatan penurunan angka kematian ibu Walaupun angka kematian ibu di Provinsi Bengkulu berada dibawah angka nasional namun angka ini masih sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 yakni menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 kematian per 100000 kelahiran hidup Program KB telah berdampak menurunkan TFR dari 345 pada SDKI 1994 menjadi 22 pada SDKI 2012 Melalui advokasi dan KIE 4 T program KB memberikan kontribusi terhadap penurunan kehamilan terlalu muda dari 41 menjadi 38 Kehamilan dengan jarak terlalu dekat ( kurang 2 tahun) turun dari 127 menjadi 55 dan kelahiran terlalu banyak ( 3 lebih) turun dari 94 menjadi 81 Upaya yang lebih intensif perlu dilakukan pada KIE untuk menurunkan kehamilan pada usia tua karena angkanya meningkat dari 38 menjadi 47( Sumber SDKI 2002 dan 2007)Dari analisis ini diharapkan dapat disusun sebuah rancang bangun strategi percepatan penurunan AKI identifikasi factor dominant menyusun formulasi strategi diseminasi dan advokasi

Kata Kunci KB fertilitas angka kematian ibu

Abstract

Maternal Mortality Rate (MMR) in Bengkulu is still quite high efforts to reduce mother mortality rate is a challenge which is to achieve the Development Plan MDGs and RPJP With current trends the goal will be difficult to achieve so that the necessary efforts to accelerate the reduction in maternal mortality Although maternal mortality in Bengkulu province is under the national average but the number is still very far from the target of the MDGs by 2015 to reduce maternal mortality to 102 deaths per 100000 live births The family planning program has impacted lower TFR of 345 in 1994 to 22 in IDHS IDHS 2012 Through advocacy and IEC 4 T the family planning program contributed to the decline in the pregnancy too young from 41 to 38 Pregnancy at a distance too close (less than 2 years) dropped from 127 to 55 and the birth of too many (3 more) fell from 94 to 81 More intensive efforts need to be done on Information Education and Communication (IEC) to lower the pregnancy at an older age because the figure increased from 38 to 47 (Source IDHS 2002 and 2007)

From this analysis is expected to be drafted a plan to build speed reduction strategy AKI identification dominant factor formulate strategies dissemination and advocacy

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 3

I Pendahuluan

Kematian ibu merupakan salah satu indikator utama yang digunakan untuk mengukur

derajat kesehatan masyarakat di suatu negara Selain itu kematian ibu juga terkait dengan

kematian bayi serta dapat menunjukkan kinerja sistem kesehatan di suatu negara Kematian

ibu merupakan masalah yang penting karena pertama tingkat variasi angkanya sangat

berbeda antar negara menurut beberapa sumber kedua perbedaan yang sangat mencolok

antara negara yang sedang berkembang dengan negara industri

World Health Organization (WHO) memperkirakan tiap tahun terjadi 500000

kematian ibu yang sebagian besar (lebih dari 98 ) terdapat di negara yang sedang

berkembang Diperkirakan angka kematian ibu (AKI) di negara yang sedang berkembang

terjadi 100-200 kali lebih tinggi dibandingkan negara maju (industri) Perbedaan kematian

ibu antara negara maju dengan negara yang sedang berkembang jauh lebih besar dari

perbedaan angka kematian bayi1 ketiga kematian ibu (maternal) kurang lebih sepertiga

hingga setengah nya berusia 15-49 tahun dari total kematian ibu keempat sekitar 88-98

kematian ibu dapat dicegah antara lain dengan peningkatan gizi dan kombinasi antara

pendidikan dan status pernikahan pada wanita serta perbaikan pelayanan keluarga berencana

Tersedianya alat kontrasepsi dan kemudahan untuk memperoleh pelayanan Keluarga

Berencana (KB) mempunyai dampak yang besar pada penurunan AKI Indikator kematian

ibu yang diwakili oleh AKI (rate atau rasio) dipakai sebagai gambaran keberhasilan upaya

peningkatan kesehatan ibu

Definisi kematian ibu menurut WHO adalah kematian yang berkaitan dengan

kehamilan dan persalinan oleh sebab apapun tetapi bukan karena kematian yang disebabkan

kecelakaan atau kelalaian dan terjadi selama kehamilan sampai dengan 42 hari setelah

melahirkan (masa nifas) serta tidak tergantung umur maupun letak kehamilan

Hingga saat ini AKI di Indonesia masih relatif tinggi tertinggi di Asia Tenggara

Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986 rasio AKI sebesar 450 per 100000

kelahiran hidup Angka ini sedikit menurun menjadi 421 per 100000 kelahiran hidup pada

tahun 1992 Kematian ibu dapat dibagi dalam dua kelompok pertama kematian obstetrik

langsung sebagai kematian akibat komplikasi pada waktu kehamilan (termasuk kehamilan

melahirkan dan masa nifas) dari perlakuan-perlakuan yang diberikan gejala risiko tinggi

yang tidak terdeteksi dan kesalahan penanganan atau serangkaian kejadian yang diakibatkan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 4

oleh satu atau lebih diantara ketiga faktor tersebut kedua kematian obstetrik tidak langsung

yaitu kematian yang diakibatkan oleh penyakit yang diderita sebelum kehamilan atau

penyakit yang berkembang selama kehamilan bukan karena sebab obtstetrik langsung tetapi

yang diperburuk oleh efek fisiologi kehamilan

Pada umumnya baik di negara berkembang maupun negara maju pencatatan dan

pelaporan kematian ibu selalu di bawah angka yang seharusnya atau selalu under reported

Di negara maju under reporting terjadi akibat kesalahan dalam mengklasifikasi sebab

kematian terutama pada kasus kematian akibat obstetrik tidak langsung yang terjadi pada

masa hamil muda Sedangkan di negara berkembang under reporting terjadi karena registrasi

vital belum berjalan baik Umumnya kematian akibat maternal tidak diketahui kecuali

apabila terjadi pada kehamilan tua atau terjadi pada waktu persalinan Dengan demikian

sampai saat ini belum ada suatu cara yang tepat untuk menilai masalah kesehatan maternal

melalui kematian maternal

Dari uraian diatas upaya penurunan AKI merupakan tantangan besar dalam mencapai

sasaran RPJM MDGs dan RPJP Dengan kecenderungan penurunan AKI saat ini sasaran

akan sulit dicapai sehingga diperlukan percepatan sesuai sasaran MDGs sebesar 102100000

kelahiran hidup

Tabel Skenario Penurunan AKI

Tahun Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Skenario 4Trend SDKI 94-02

Penurunan AKI 47 th

Penurunan AKI 65 th

Penurunan AKI 95 th

2005 262 262 262 2622010 226 207 191 1632015 195 163 140 1022020 168 129 102 642025 145 102 74 40

RPJMN RPJP MDGs

Kondisi saat ini

1 Angka Kematian Ibu 228 per 100000 KH

2 Angka Kematian Balita 44 per 1000 KH

3 Angka kematian bayi 34 per 1000 KH

4 Jumlah Persalinan 26000 ndash 27000 Thn

5 Masih tingginya Unsafe Abortion Thn

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 5

6 Masih tingginya (ASFR) 15-19 thn 351000 perempuan

7 Trend pencapaian 4 Terlalu

- Terlalu muda (3)

- Terlalu tua (47)

- Terlalu dekat (55)

- Terlalu banyak (81)

- Persalinan oleh Nakes 728

- Melahirkan pada faskes 70 (urban)

- Perkiraan persalinan berdasar tempat

- Rumah Sakit 20

- Bidan Praktek Swasta 30

- PuskesmasBidan Pedesaan 50

Sumber SDKI 2007

II Tujuan Analisis

a Mengetahui trend kesertaan ber KB trend fertilitas dan angka kematian ibu di

Bengkulu

b Mengidentifikasi factor dominan penyebab kematian ibu

c Menyusun sebuah rancangan strategi percepatan penurunan AKI

III Metodologi

31 Metode Perhitungan AKI

Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung angka kematian

maternal yaitu metode langsung (direct) maupun tidak langsung (indirect) Metode

langsung dilakukan dengan cara recall atau memanggil kembali ingatan responden

tentang kejadian kematian di dalam rumah tangganya selama beberapa waktu

sebelum sensus Namun angka kematian maternal yang diperoleh dengan metode

langsung diduga belum menggambarkan kejadian kematian maternal sebesarnya

Hal ini sesuai dengan pendapat beberapa ahli kependudukan yang menyatakan

bahwa ukuran-ukuran kematian yang didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai

yang terlalu rendah untuk Indonesia

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 6

Beberapa ahli mengembangkan metode penghitungan kematian khususnya kematian

maternal dengan cara tidak langsung (indirect method) Salah satu cara yang sudah

seringkali digunakan adalah metode General Growth Balance yang digagas oleh

Prof Kenneth Hill yang kemudian disebut metode Ken Hill Dengan menggunakan

metode ini diharapkan angka kematian maternal yang dihasilkan akan lebih

sesuaicocok dengan kejadian yang sesungguhnya Keuntungan lainnya adalah

angka kelengkapan (completeness) cakupan kematian dari hasil sensus atau survei

juga akan diperoleh

32 Konsep Definisi

Kematian maternal didefinisikan sebagai kematian perempuan pada saat

hamil saat melahirkan atau selama 42 hari setelah kehamilan berakhir

(WHO2007) Terdapat dua indikator untuk mengukur kematian maternal yaitu

Angka Kematian MaternalMaternal Mortality Rate dan Rasio Kematian

MaternalMaternal Mortality Ratio Pada umumnya indikator yang digunakan untuk

mengukur kematian maternal adalah rasio kematian maternal

33 Sumber Dataa Hasil Sensus 2010

b Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2002-2003 dan 2007

c Riskesdas 2010

d Podes 2010

34 Kerangka Pikir

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 7

Gambar 31 Kerangka Pikir Penyebab Kematian Ibu

Penyebab langsung

Faktor yg memperburuk

Faktor dasar

Sumber Unicef 2004

Gambar 32 Kontribusi Gizi Pendidikan UKP dan KB dalam Menurunkan AKI

Sumber Kemenkes

Gambar 33 Pengaruh Program KB terhadap AKI Menurut Fortney

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 8

Kematian Ibu

Keterbatasan pengetahuan

Komplikasi saat melahirkan

Status Kesehatan dan gizi

Perlindungan dan perilaku dalam

keluarga

Kebutuhan terhadap tatacara

melahirkan

Akses penggunaan

layanan kesehatan

Ketersediaan SDM

Status perempuan

Perbaikan Gizi

Akses ke pelayanan KB mudah

Pendidikan perempuan

Usia Kawin Perempuan

Peningkatan Kualitas pelayanan KB

AKI Turun

Menurut Fortney program KB berpengaruh terhadap rate atau angka kematian ibu melalui 1) Menunda kehamilan sampai umur 20 tahun atau lebih 2) Memberi peluang untuk menghentikan kehamilan pada umur 35 tahun atau lebih 3) Memperkecil jumlah paritas kehamilan sampai kurang dari 4 (empat) 4) Memperpanjang jarak dari satu kehamilan ke kehamilan berikutnya minimal dua tahun 5) Mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancies) sehingga dapat mengurangi aborsi

Maine et al dengan menggunakan data World Fertility Survey menyatakan bahwa mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan (yang biasanya terjadi pada kelompok risiko tinggi) dapat menurunkan rasio kematian ibu sebesar 5 di Ivory Coast dan 62 di Bangladesh Menurunnya rate atau angka kematian ibu dalam periode mendekati survei sekitar 4 tahun terakhir kemungkinan besar karena keberhasilan meningkatnya pemakaian kontrasepsi yang menunjang faktor-faktor yang dapat menurunkan angka kematian ibu

IV Perkembangan Program KB di Bengkulu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 9

Menunda kehamilan sd umur 20 gt

Penurunan AKI

Berhenti melahirkan umur 35 th

Memperkecil jumlah anak 2

lebih baik

Memperpanjang jarak kehamilan

Mengurangi KTD (unwanted

pregnancies)

Program KB

41 Perkembangan Peserta KB per Mix Kontrasepsi

Tabel 41 Peserta KB per Mix Kontrasepsi SDKI 1997-2012

Hasil SDKI 1997 sampai dengan SDKI 2012 peserta Keluarga Berencana di

Provinsi Bengkulu masih didominasi penggunaan alat kontrasepsi jangka pendek

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 10

seperti suntik dari 469 pada SDKI 1997 menjadi 329 pada SDKI 2012 dan

pil sebesar 130 SDKI 1997 menjadi 111 SDKI 2012 Sedangkan alat

kontrasepsi jangka panjang dengan efektifitas tinggi dari SDKI 2007 dibanding

SDKI 2012 justru turun Pemakaian IUD turun dari 83 ( SDKI 2007) menjadi

34 (SDKI 2012) akseptor Implant turun dari 124 menjadi 90 MOP turun

dari 04 menjadi 00 Turunnya akseptor IUD dari 83 menjadi 34

menunjukkan bahwa program IUD sasi yang telah dicanangkan sejak tahun 2010

belum membawa hasil maksimal

Perlu upaya dan terobosan untuk perbaikan kualitas pemakaian kontrasepsi

yang merupakan salah satu tujuan dari program keluarga berencana Salah satu

ukuran dari kualitas pemakaian adalah efektifitas (kelangsungan) pemakaian

kontrasepsi yang semakin tinggi Alasan putus pakai bisa disebabkan oleh kegagalan

kontrasepsi ketidak puasan terhadap alatcara KB efek samping dan kekurang-

tersediaan alatcara KB Tingkat putus pakai yang tinggi kegagalan alatcara KB dan

pergantian alatcara KB bisa mengindikasikan bahwa diperlukan perbaikan dalam

pemberian konseling tentang pemilihan alatcara KB pelayanan lanjutan dan

penyediaan pelayanan yang lebih luas

42 Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi Tabel 42 Tidak Terpenuhi Sedang Pakai dan Ingin ber KB

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 11

Tabel 42 menunjukkan pada tahun 2012 angka unmet need di Bengkulu mengalami

peningkatan dari 74 menjadi 91 dibanding SDKI 1997 PUS yang sedang

menggunakan alat kontrasepsi turun dari 666 menjadi 642 dan PUS yang ingin ber

KB juga turun dari 758 menjadi 733

Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa wanita berstatus kawin usia 15 ndash 49 yang

tidak terpenuhi keinginan ber KB sedang pakai dan ingin ber KB sebagai berikut

a Kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi PUS yang sebenarnya tidak ingin

punya anak lagi atau ingin menunda kelahiran anak berikutnya tetapi karena

berbagai alasan tidak memakai kontrasepsi

- Untuk menjarangkan kelahiran 40

- Untuk membatasi kelahiran 51

- Jumlah 91

Pasangan usia subur yang tidak ingin anak lagi dan ingin menunda kelahiran

tetapi tidak menggunakan suatu alatcara KB modern (unmet need KB)

merupakan suatu peluang untuk meningkatkan peserta KB karena apabila

kelompok PUS (Pasangan Usia Subur) tersebut dapat di diberikan KIE

(Komunikasi Informasi dan Edukasi) yang memadai dan dapat dilayani dengan

baik maka mereka merupakan calon-calon akseptor KB yang potensial

b Kebutuhan ber KB yang terpenuhi

- Untuk menjarangkan kelahiran 25

- Untuk membatasi kelahiran 392

- Jumlah 642

c Jumlah yang ingin ber KB

- Untuk menjarangkan kelahiran 29

- Untuk membatasi kelahiran 444

- Jumlah 733

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 12

Mengapa pasangan usia subur tidak memakai kontrasepsi hal ini berkaitan

dengan tingkat pengetahuan akses kualitas pelayanan dan ketersediaan kontrasepsi

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan suatu pendekatan KIE dan

peningkatan kualitas pelayanan dan pendekatan perluasan jejaring dengan

memanfaatkan seluruh jaringan yang ada di lini lapangan

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemakaian kontrasepsi antara lain adalah

a Kualitas pelayanan yang baik memiliki peranan yang sangat besar dalam

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerimaan dan kelangsungan

pemakaian kontrasepsi

b Rasa takut terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan

kontrasepsi akan menyebabkan penolakan terhadap pemakaian kontrasepsi

c Keterbatasan distribusi alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat

d Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap berbagai macam kontrasepsi

dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing

e Akses masyarakat terhadap pelayanan kontrasepsi

Alternative kebijakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tingginya

unmet need KB di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut

a Memperkuat KIE dan advokasi KIE dan Advokasi adalah langkah yang

dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang penggunaan berbagai

kontrasepsi serta hasil yang diharapkan dari program KB yang pelaksanaanya

diperlukan koordinasi dengan lintas sector yang terkait

b Refreshingpelatihan bagi petugas penyuluh lapangan

Refreshingpelatihan diperlukan untuk menyegarkan kembali metode-metode

dan pengetahuan antara lain bagaimana memberikan pemahaman kepada

masyarakat khususnya kepada PUS tentang pentingnya revitalisasi program

KB

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 13

c Mengaktifkan kembali kader-kader KB yang ada dilapangan

menghidupkan kembali mekanisme operasional lini lapangan dan

memberikan operasional kader-kader KB di lapangan yang memadai

d Melibatkan Tokoh agama tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam

pengelolaan dan revitalisasi program KB

e Penyediaan sarana yang memadai dan pembinaan berjenjang

43 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkulu

Menurut Davis dan Blake (1956) ada 11 variabel antara yang mempengaruhi

fertilitas Variebel-variebel tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu Variabel

hubungan seks yang terdiri dari usia kawin proporsi yang tidak pernah kawin

perpisahan pada usia kawin karena cerai ditinggal dan menjanda abstinensia

sukarela abstinensia karena terpaksa frekuensi hubungan seks Variebel kedua

adalah konsepsi yang terdiri dari kesuburan biologis pemakaian kontrasepsi

kemandulan disengaja Variebel yang terakhir adalah gestasi yang terdiri dari

keguguran yang tidak disengaja dan pengguguran yang disengaja (Singarimbun

19965)

Variabel-variabel tersebut tidak semuanya dijadikan pendekatan untuk pengendalian

kelahiran di Indonesia Adapun variabel-variabel yang dijadikan pendekatan untuk

pengendalian kelahiran melalui program KB yaitu

a Usia kawin melalui promosi pendewasaan usia perkawinan

b Pemakaian kontrasepsi

c Kemandulan disengaja melalui vasektomi dan tubektomi

a1 Pendewasaan usia perkawinan

Tujuan pendewasaan usia perkawinan selain untuk mengendalikan kelahiran

oleh karena semakin tua usia orang kawin berarti semakin sedikit waktu masa

reproduktif yang dimiliki oleh Pasangan Usia Subur (PUS) juga bermanfaat

untuk mengurangi resiko kehamilan Resiko yang mungkin dapat terjadi pada ibu

yang yang telalu muda untuk hamil antara lain keguguran tekanan darah tinggi

keracunan kehamilan timbulnya kesulitan persalinan bayi berat lahir rendah

membesarnya air seni ke vagina keluarnya gas dan feses ke vagina atau bisa

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 14

kanker leher rahim (BKKBN 20062) Anjuran melalui program KB yang

disarankan dalam pendewasaan usia perkawinan adalah meningkatkan batas usia

perkawinan minimal usia 20 tahun untuk perempuan dan minimal usia 25 tahun

untuk pria (BKKBN 199221)

Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan usia kawin pertama wanita

meningkat antara lain

a Kemiskinan

b Hidup di daerah yang padat

c Pengaruh lingkungan

Michael Thomas Sadier seorang penganut Teori Fisiologis menyatakan bahwa

ldquojika kepadatan penduduk tinggi maka daya reproduksi manusia cenderung

menurun sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah maka daya reproduksi

manusia akan meningkatrdquo (Mantra 200359)

b1 Pengaturan Kelahiran

Pengaturan jarak kelahiran antara anak pertama dengan anak kedua dan

seterusnya selain bertujuan untuk mengendalikan tingkat kelahiran melalui

penjarangan kehamilan juga bertujuan untuk mengurangi resiko negatif terhadap

bayi dan ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat Resiko-resiko yang bisa

terjadi bila kehamilan terlalu dekat antara lain

1 keguguran

2 anemia pada ibu

3 payah jantung

4 bayi bisa lahir sebelum waktunya

5 bayi bisa lahir dengan berat badan rendah

6 bayi bisa cacat bawaan serta tidak optimalnya tumbuh kembang balita

Akan sangat beresiko lagi jika kehamilan yang terlalu dekat terjadi di kalangan

keluarga miskin yang tidak mampu untuk mencukupi gizi pada saat ibu sedang

hamil Jarak kelahiran yang ideal yang dianjurkan melalui program KB minimal

2-3 tahun sehingga untuk kehamilan anak yang kedua secara fisik dan

psikhologis siibu lebih siap (BKKBN 20063)

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 15

Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu

Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an

sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan

sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)

Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung

meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi

22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian

kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan

memperkecil prevalensi kehamilan

44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu

Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat

sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu

tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target

yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga

perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102

kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16

Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015

Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu

Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-

2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari

sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-

2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih

sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan

sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk

mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan

Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat

terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu

ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait

masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian

Kesehatan2007)

Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi

Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada

masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada

masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga

kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah

syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang

ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17

aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya

maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas

2010)

Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu

pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya

Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila

didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka

mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka

kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini

disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya

Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah

wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai

jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil

SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam

periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi

30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81

Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan

belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam

terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode

risiko tinggi

Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )

dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan

kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya

penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin

mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran

antara satu anak dengan anak berikutnya

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18

Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal

TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)

Sumber SDK I 200203 2007

41 38

127

94

3

4755

81

0

2

4

6

8

10

12

14

Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak

SDKI 200203 SDKI 2007

V Hasil dan Pembahasan

Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang

didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu

disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari

rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita

hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat

51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill

Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19

Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu

Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio

(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per

100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR

Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di

bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka

perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan

pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka

kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-

provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010

masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana

pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu

Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak

2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari

2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan

persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen

tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63

kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu

sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada

saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah

melahirkan

Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah

perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari

kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan

masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35

tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35

tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun

hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur

yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun

Perhatikan Tabel 51

Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010

Variabel Persentase

Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal

Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan

Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun

23976

333667

63571365

Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu

faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu

hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda

bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan

bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya

kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan

tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60

persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh

informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif

rendah

52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21

Sumber Riskesdas 2010

Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil

melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama

kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil

Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan

kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif

tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar

133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51

persen

53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes

Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010

Sumber Riskesdas 2010

Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa

kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi

Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat

rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang

melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22

melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman

adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan

cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan

bayi

Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir

Sumber Riskesdas 2010

Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau

pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan

kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit

infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu

Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu

mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan

masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya

terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa

setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan

harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai

resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan

kematian (Riskedas 2010)

Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih

relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan

menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320

persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi

0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah

melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23

persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu

44 persenPerhatikan Gambar 55

Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan

Sumber Riskesdas 2010

VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI

61 Faktor Determinan AKI

Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu

a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda

bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah

b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)

c Tempat Persalinan 60 di rumah

d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan

e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED

belum mencukupi

Faktor Yang Memperburuk

a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil

b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197

c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24

d Malaria dan TBC HIVAIDS

Penyebab Tidak Langsung

a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga

ndash Kekerasan dan Beban Ganda

ndash Perilaku konsumsi

ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan

ndash Kawin Muda

ndash Pandangan Budaya

b Pemenuhan Hak Reproduksi

ndash Kesertaan KB

ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB

ndash Peran Kesetaraan Pria

c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Faktor Dasar

a Keterbatasan Pengetahuan

ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi

ndash Pendidikan kesehatan reproduksi

ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi

b Status Perempuan

ndash Taraf Pendidikan Perempuan

ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan

ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga

c Kelembagaan

ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan

ndash Posyandu

ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25

62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI

Tabel 61 Analisa Kesenjangan

Yang harusdilakukan

Kebijakan Nasional

Upaya yang dilakukan

Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan

Pemeriksaan kehamilan

K4 90 Askeskin Biaya transportasi

Bantuan biaya transport

Ibu mendapat Pil besi

Pemberian pil besi

Pengadaan buffer stock pil besi

Konsumsi pil besi tidak sesuai

Peningkatan KIE

Persalinan ditolong oleh Nakes

90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk

Pengangkatan Bidan PTT

Persebaran belum merata

Insentif Bidan di daerah terpencil

Peningkatan kualitas dukun

- Kemitraan Bidan dengan Dukun

Kebijakan yang jelas tentang Dukun

Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda

Akses PONEK dan PONED

Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab

Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK

Dukungan peralatan dan tenaga kurang

Ekspansi PONED pelatihan tenaga

Mengurangi KDRT

UU No 232004 tentang penghapusan KDRT

Kampanye dan Sosialisasi

Belum dipahami publik dan penegak hukum

KIE tentang pengurangan KDRT

Ibu melahirkan di usia aman

UU No 1 1974 tentang Perkawinan

Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah

Kampanye KIE pendidikan Kespro

Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi

Unmet need 60

Peningkatan kualitas program KB

Unmet need mencapai 91

Revitalisasi program KB

Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan

Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan

Mendekatkan pelayanan Bidan

Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga

Siswa memperoleh

Kespro bagian dari kurikulum

KIE tentnag Kespro

Kesepakatan dan metode

Pengembangan modul dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26

pengetahuan tentang kespro

penyampaian bahan pelajaran

Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga

Pengarus utamaan gender

Kessempatan kerja bagi perempuan

VII Kesimpulan dan Rekomendasi

71 Kesimpulan

a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345

(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)

b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat

dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41

menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94

menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE

yang lebih intensif terutama diperdesaan)

c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga

penurunan AKI masih terkesan lambat

d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor

e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan

politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif

72 Rekomendasi

1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil

2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga

3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor

4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya

5 Peningkatan kelembagaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27

Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach

- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun

- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi

PemdaDinkesOrganisasi Profesi

Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab

Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK

PemdaDinkes

Pelayanan Antenatal dan Persalinan

Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi

Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT

PemdaDinkes

Pelayanan kesehatan masyarakat miskin

Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua

PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk

PemdaDinkes

Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah

Alokasi dana trasnportBank darah di RS

PemdaDinkesPMI

Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab

Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan

Rata- rata pendidikan perenpuan

DiknasPemda

Status perempuan

Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan

Perangkat hukum Meneg PPPemda

Status sosial ekonomi

Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja

Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat

Meneg PPPemda

Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28

untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin

meningkat Pemda

Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi

Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN

BKKBN dan Pemda

Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan

Asuransi persalinan dan transportasi

Pemda

Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga

Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat

Kemenkes

Kerjasama kelembagaan

Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga

Menguatnya peran lintas sektor

Lintas sektor

Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program

pendidikan kespro kedalam kurikulum

Metode pengajaran yang tepat

Pemda Diknas BKKBN

Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi

Aturan yang jelas tentang aborsi

Kemenkumham Pemda

Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil

Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan

Kemenag Pemda

Perkawinan usia muda

Optimalisasi batasminimal usia perkawinan

Batas usia minimal perkawinan

Kemenkumham Pemda

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29

Strategi 5 KELEMBAGAAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman

Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD

Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan

Bappenas dan Bappeda

Peraturan per undangan tentang aborsi

Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency

Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency

Lintas Sektor

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30

Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI

SOLUSI MASALAH

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31

Angka kematian Ibu melahirkan tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi

Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi

Kasus ekslampsia yang tidak tertangani

Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi

Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi

Pemantauan selama kehamilan rendah

Pengetahuan ibu masih rendah

Keterampilan tenaga penolong masih kurang

Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi

Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi

Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam

Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi

TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi

bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih

rendah

Pemberian tablet Fe masih kurang

Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang

Pemberdayaan masyarakat

Peningkatan Cakupan bumil

ristikomp yang tertangani tuntas

Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin

Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK

Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes

Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4

Peningkatan cakupan Fe

Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24

jam

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 3: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

DAMPAK FERTILITAS TERHADAP UPAYA PENURUNAN

KEMATIAN IBU DI PROVINSI BENGKULU

HASIL SDKI DAN SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010

IPADI CABANG BENGKULU

Abstrak

Angka Kematian Ibu (AKI) di Bengkulu masih cukup tinggi upaya untuk menurunkan angka kematian Ibu merupakan tantangan yaitu untuk mencapai sasaran RPJM MDGs dan RPJP Dengan kecenderungan saat ini sasaran akan sulit dicapai sehingga diperlukan upaya percepatan penurunan angka kematian ibu Walaupun angka kematian ibu di Provinsi Bengkulu berada dibawah angka nasional namun angka ini masih sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 yakni menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 kematian per 100000 kelahiran hidup Program KB telah berdampak menurunkan TFR dari 345 pada SDKI 1994 menjadi 22 pada SDKI 2012 Melalui advokasi dan KIE 4 T program KB memberikan kontribusi terhadap penurunan kehamilan terlalu muda dari 41 menjadi 38 Kehamilan dengan jarak terlalu dekat ( kurang 2 tahun) turun dari 127 menjadi 55 dan kelahiran terlalu banyak ( 3 lebih) turun dari 94 menjadi 81 Upaya yang lebih intensif perlu dilakukan pada KIE untuk menurunkan kehamilan pada usia tua karena angkanya meningkat dari 38 menjadi 47( Sumber SDKI 2002 dan 2007)Dari analisis ini diharapkan dapat disusun sebuah rancang bangun strategi percepatan penurunan AKI identifikasi factor dominant menyusun formulasi strategi diseminasi dan advokasi

Kata Kunci KB fertilitas angka kematian ibu

Abstract

Maternal Mortality Rate (MMR) in Bengkulu is still quite high efforts to reduce mother mortality rate is a challenge which is to achieve the Development Plan MDGs and RPJP With current trends the goal will be difficult to achieve so that the necessary efforts to accelerate the reduction in maternal mortality Although maternal mortality in Bengkulu province is under the national average but the number is still very far from the target of the MDGs by 2015 to reduce maternal mortality to 102 deaths per 100000 live births The family planning program has impacted lower TFR of 345 in 1994 to 22 in IDHS IDHS 2012 Through advocacy and IEC 4 T the family planning program contributed to the decline in the pregnancy too young from 41 to 38 Pregnancy at a distance too close (less than 2 years) dropped from 127 to 55 and the birth of too many (3 more) fell from 94 to 81 More intensive efforts need to be done on Information Education and Communication (IEC) to lower the pregnancy at an older age because the figure increased from 38 to 47 (Source IDHS 2002 and 2007)

From this analysis is expected to be drafted a plan to build speed reduction strategy AKI identification dominant factor formulate strategies dissemination and advocacy

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 3

I Pendahuluan

Kematian ibu merupakan salah satu indikator utama yang digunakan untuk mengukur

derajat kesehatan masyarakat di suatu negara Selain itu kematian ibu juga terkait dengan

kematian bayi serta dapat menunjukkan kinerja sistem kesehatan di suatu negara Kematian

ibu merupakan masalah yang penting karena pertama tingkat variasi angkanya sangat

berbeda antar negara menurut beberapa sumber kedua perbedaan yang sangat mencolok

antara negara yang sedang berkembang dengan negara industri

World Health Organization (WHO) memperkirakan tiap tahun terjadi 500000

kematian ibu yang sebagian besar (lebih dari 98 ) terdapat di negara yang sedang

berkembang Diperkirakan angka kematian ibu (AKI) di negara yang sedang berkembang

terjadi 100-200 kali lebih tinggi dibandingkan negara maju (industri) Perbedaan kematian

ibu antara negara maju dengan negara yang sedang berkembang jauh lebih besar dari

perbedaan angka kematian bayi1 ketiga kematian ibu (maternal) kurang lebih sepertiga

hingga setengah nya berusia 15-49 tahun dari total kematian ibu keempat sekitar 88-98

kematian ibu dapat dicegah antara lain dengan peningkatan gizi dan kombinasi antara

pendidikan dan status pernikahan pada wanita serta perbaikan pelayanan keluarga berencana

Tersedianya alat kontrasepsi dan kemudahan untuk memperoleh pelayanan Keluarga

Berencana (KB) mempunyai dampak yang besar pada penurunan AKI Indikator kematian

ibu yang diwakili oleh AKI (rate atau rasio) dipakai sebagai gambaran keberhasilan upaya

peningkatan kesehatan ibu

Definisi kematian ibu menurut WHO adalah kematian yang berkaitan dengan

kehamilan dan persalinan oleh sebab apapun tetapi bukan karena kematian yang disebabkan

kecelakaan atau kelalaian dan terjadi selama kehamilan sampai dengan 42 hari setelah

melahirkan (masa nifas) serta tidak tergantung umur maupun letak kehamilan

Hingga saat ini AKI di Indonesia masih relatif tinggi tertinggi di Asia Tenggara

Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986 rasio AKI sebesar 450 per 100000

kelahiran hidup Angka ini sedikit menurun menjadi 421 per 100000 kelahiran hidup pada

tahun 1992 Kematian ibu dapat dibagi dalam dua kelompok pertama kematian obstetrik

langsung sebagai kematian akibat komplikasi pada waktu kehamilan (termasuk kehamilan

melahirkan dan masa nifas) dari perlakuan-perlakuan yang diberikan gejala risiko tinggi

yang tidak terdeteksi dan kesalahan penanganan atau serangkaian kejadian yang diakibatkan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 4

oleh satu atau lebih diantara ketiga faktor tersebut kedua kematian obstetrik tidak langsung

yaitu kematian yang diakibatkan oleh penyakit yang diderita sebelum kehamilan atau

penyakit yang berkembang selama kehamilan bukan karena sebab obtstetrik langsung tetapi

yang diperburuk oleh efek fisiologi kehamilan

Pada umumnya baik di negara berkembang maupun negara maju pencatatan dan

pelaporan kematian ibu selalu di bawah angka yang seharusnya atau selalu under reported

Di negara maju under reporting terjadi akibat kesalahan dalam mengklasifikasi sebab

kematian terutama pada kasus kematian akibat obstetrik tidak langsung yang terjadi pada

masa hamil muda Sedangkan di negara berkembang under reporting terjadi karena registrasi

vital belum berjalan baik Umumnya kematian akibat maternal tidak diketahui kecuali

apabila terjadi pada kehamilan tua atau terjadi pada waktu persalinan Dengan demikian

sampai saat ini belum ada suatu cara yang tepat untuk menilai masalah kesehatan maternal

melalui kematian maternal

Dari uraian diatas upaya penurunan AKI merupakan tantangan besar dalam mencapai

sasaran RPJM MDGs dan RPJP Dengan kecenderungan penurunan AKI saat ini sasaran

akan sulit dicapai sehingga diperlukan percepatan sesuai sasaran MDGs sebesar 102100000

kelahiran hidup

Tabel Skenario Penurunan AKI

Tahun Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Skenario 4Trend SDKI 94-02

Penurunan AKI 47 th

Penurunan AKI 65 th

Penurunan AKI 95 th

2005 262 262 262 2622010 226 207 191 1632015 195 163 140 1022020 168 129 102 642025 145 102 74 40

RPJMN RPJP MDGs

Kondisi saat ini

1 Angka Kematian Ibu 228 per 100000 KH

2 Angka Kematian Balita 44 per 1000 KH

3 Angka kematian bayi 34 per 1000 KH

4 Jumlah Persalinan 26000 ndash 27000 Thn

5 Masih tingginya Unsafe Abortion Thn

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 5

6 Masih tingginya (ASFR) 15-19 thn 351000 perempuan

7 Trend pencapaian 4 Terlalu

- Terlalu muda (3)

- Terlalu tua (47)

- Terlalu dekat (55)

- Terlalu banyak (81)

- Persalinan oleh Nakes 728

- Melahirkan pada faskes 70 (urban)

- Perkiraan persalinan berdasar tempat

- Rumah Sakit 20

- Bidan Praktek Swasta 30

- PuskesmasBidan Pedesaan 50

Sumber SDKI 2007

II Tujuan Analisis

a Mengetahui trend kesertaan ber KB trend fertilitas dan angka kematian ibu di

Bengkulu

b Mengidentifikasi factor dominan penyebab kematian ibu

c Menyusun sebuah rancangan strategi percepatan penurunan AKI

III Metodologi

31 Metode Perhitungan AKI

Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung angka kematian

maternal yaitu metode langsung (direct) maupun tidak langsung (indirect) Metode

langsung dilakukan dengan cara recall atau memanggil kembali ingatan responden

tentang kejadian kematian di dalam rumah tangganya selama beberapa waktu

sebelum sensus Namun angka kematian maternal yang diperoleh dengan metode

langsung diduga belum menggambarkan kejadian kematian maternal sebesarnya

Hal ini sesuai dengan pendapat beberapa ahli kependudukan yang menyatakan

bahwa ukuran-ukuran kematian yang didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai

yang terlalu rendah untuk Indonesia

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 6

Beberapa ahli mengembangkan metode penghitungan kematian khususnya kematian

maternal dengan cara tidak langsung (indirect method) Salah satu cara yang sudah

seringkali digunakan adalah metode General Growth Balance yang digagas oleh

Prof Kenneth Hill yang kemudian disebut metode Ken Hill Dengan menggunakan

metode ini diharapkan angka kematian maternal yang dihasilkan akan lebih

sesuaicocok dengan kejadian yang sesungguhnya Keuntungan lainnya adalah

angka kelengkapan (completeness) cakupan kematian dari hasil sensus atau survei

juga akan diperoleh

32 Konsep Definisi

Kematian maternal didefinisikan sebagai kematian perempuan pada saat

hamil saat melahirkan atau selama 42 hari setelah kehamilan berakhir

(WHO2007) Terdapat dua indikator untuk mengukur kematian maternal yaitu

Angka Kematian MaternalMaternal Mortality Rate dan Rasio Kematian

MaternalMaternal Mortality Ratio Pada umumnya indikator yang digunakan untuk

mengukur kematian maternal adalah rasio kematian maternal

33 Sumber Dataa Hasil Sensus 2010

b Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2002-2003 dan 2007

c Riskesdas 2010

d Podes 2010

34 Kerangka Pikir

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 7

Gambar 31 Kerangka Pikir Penyebab Kematian Ibu

Penyebab langsung

Faktor yg memperburuk

Faktor dasar

Sumber Unicef 2004

Gambar 32 Kontribusi Gizi Pendidikan UKP dan KB dalam Menurunkan AKI

Sumber Kemenkes

Gambar 33 Pengaruh Program KB terhadap AKI Menurut Fortney

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 8

Kematian Ibu

Keterbatasan pengetahuan

Komplikasi saat melahirkan

Status Kesehatan dan gizi

Perlindungan dan perilaku dalam

keluarga

Kebutuhan terhadap tatacara

melahirkan

Akses penggunaan

layanan kesehatan

Ketersediaan SDM

Status perempuan

Perbaikan Gizi

Akses ke pelayanan KB mudah

Pendidikan perempuan

Usia Kawin Perempuan

Peningkatan Kualitas pelayanan KB

AKI Turun

Menurut Fortney program KB berpengaruh terhadap rate atau angka kematian ibu melalui 1) Menunda kehamilan sampai umur 20 tahun atau lebih 2) Memberi peluang untuk menghentikan kehamilan pada umur 35 tahun atau lebih 3) Memperkecil jumlah paritas kehamilan sampai kurang dari 4 (empat) 4) Memperpanjang jarak dari satu kehamilan ke kehamilan berikutnya minimal dua tahun 5) Mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancies) sehingga dapat mengurangi aborsi

Maine et al dengan menggunakan data World Fertility Survey menyatakan bahwa mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan (yang biasanya terjadi pada kelompok risiko tinggi) dapat menurunkan rasio kematian ibu sebesar 5 di Ivory Coast dan 62 di Bangladesh Menurunnya rate atau angka kematian ibu dalam periode mendekati survei sekitar 4 tahun terakhir kemungkinan besar karena keberhasilan meningkatnya pemakaian kontrasepsi yang menunjang faktor-faktor yang dapat menurunkan angka kematian ibu

IV Perkembangan Program KB di Bengkulu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 9

Menunda kehamilan sd umur 20 gt

Penurunan AKI

Berhenti melahirkan umur 35 th

Memperkecil jumlah anak 2

lebih baik

Memperpanjang jarak kehamilan

Mengurangi KTD (unwanted

pregnancies)

Program KB

41 Perkembangan Peserta KB per Mix Kontrasepsi

Tabel 41 Peserta KB per Mix Kontrasepsi SDKI 1997-2012

Hasil SDKI 1997 sampai dengan SDKI 2012 peserta Keluarga Berencana di

Provinsi Bengkulu masih didominasi penggunaan alat kontrasepsi jangka pendek

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 10

seperti suntik dari 469 pada SDKI 1997 menjadi 329 pada SDKI 2012 dan

pil sebesar 130 SDKI 1997 menjadi 111 SDKI 2012 Sedangkan alat

kontrasepsi jangka panjang dengan efektifitas tinggi dari SDKI 2007 dibanding

SDKI 2012 justru turun Pemakaian IUD turun dari 83 ( SDKI 2007) menjadi

34 (SDKI 2012) akseptor Implant turun dari 124 menjadi 90 MOP turun

dari 04 menjadi 00 Turunnya akseptor IUD dari 83 menjadi 34

menunjukkan bahwa program IUD sasi yang telah dicanangkan sejak tahun 2010

belum membawa hasil maksimal

Perlu upaya dan terobosan untuk perbaikan kualitas pemakaian kontrasepsi

yang merupakan salah satu tujuan dari program keluarga berencana Salah satu

ukuran dari kualitas pemakaian adalah efektifitas (kelangsungan) pemakaian

kontrasepsi yang semakin tinggi Alasan putus pakai bisa disebabkan oleh kegagalan

kontrasepsi ketidak puasan terhadap alatcara KB efek samping dan kekurang-

tersediaan alatcara KB Tingkat putus pakai yang tinggi kegagalan alatcara KB dan

pergantian alatcara KB bisa mengindikasikan bahwa diperlukan perbaikan dalam

pemberian konseling tentang pemilihan alatcara KB pelayanan lanjutan dan

penyediaan pelayanan yang lebih luas

42 Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi Tabel 42 Tidak Terpenuhi Sedang Pakai dan Ingin ber KB

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 11

Tabel 42 menunjukkan pada tahun 2012 angka unmet need di Bengkulu mengalami

peningkatan dari 74 menjadi 91 dibanding SDKI 1997 PUS yang sedang

menggunakan alat kontrasepsi turun dari 666 menjadi 642 dan PUS yang ingin ber

KB juga turun dari 758 menjadi 733

Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa wanita berstatus kawin usia 15 ndash 49 yang

tidak terpenuhi keinginan ber KB sedang pakai dan ingin ber KB sebagai berikut

a Kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi PUS yang sebenarnya tidak ingin

punya anak lagi atau ingin menunda kelahiran anak berikutnya tetapi karena

berbagai alasan tidak memakai kontrasepsi

- Untuk menjarangkan kelahiran 40

- Untuk membatasi kelahiran 51

- Jumlah 91

Pasangan usia subur yang tidak ingin anak lagi dan ingin menunda kelahiran

tetapi tidak menggunakan suatu alatcara KB modern (unmet need KB)

merupakan suatu peluang untuk meningkatkan peserta KB karena apabila

kelompok PUS (Pasangan Usia Subur) tersebut dapat di diberikan KIE

(Komunikasi Informasi dan Edukasi) yang memadai dan dapat dilayani dengan

baik maka mereka merupakan calon-calon akseptor KB yang potensial

b Kebutuhan ber KB yang terpenuhi

- Untuk menjarangkan kelahiran 25

- Untuk membatasi kelahiran 392

- Jumlah 642

c Jumlah yang ingin ber KB

- Untuk menjarangkan kelahiran 29

- Untuk membatasi kelahiran 444

- Jumlah 733

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 12

Mengapa pasangan usia subur tidak memakai kontrasepsi hal ini berkaitan

dengan tingkat pengetahuan akses kualitas pelayanan dan ketersediaan kontrasepsi

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan suatu pendekatan KIE dan

peningkatan kualitas pelayanan dan pendekatan perluasan jejaring dengan

memanfaatkan seluruh jaringan yang ada di lini lapangan

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemakaian kontrasepsi antara lain adalah

a Kualitas pelayanan yang baik memiliki peranan yang sangat besar dalam

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerimaan dan kelangsungan

pemakaian kontrasepsi

b Rasa takut terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan

kontrasepsi akan menyebabkan penolakan terhadap pemakaian kontrasepsi

c Keterbatasan distribusi alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat

d Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap berbagai macam kontrasepsi

dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing

e Akses masyarakat terhadap pelayanan kontrasepsi

Alternative kebijakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tingginya

unmet need KB di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut

a Memperkuat KIE dan advokasi KIE dan Advokasi adalah langkah yang

dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang penggunaan berbagai

kontrasepsi serta hasil yang diharapkan dari program KB yang pelaksanaanya

diperlukan koordinasi dengan lintas sector yang terkait

b Refreshingpelatihan bagi petugas penyuluh lapangan

Refreshingpelatihan diperlukan untuk menyegarkan kembali metode-metode

dan pengetahuan antara lain bagaimana memberikan pemahaman kepada

masyarakat khususnya kepada PUS tentang pentingnya revitalisasi program

KB

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 13

c Mengaktifkan kembali kader-kader KB yang ada dilapangan

menghidupkan kembali mekanisme operasional lini lapangan dan

memberikan operasional kader-kader KB di lapangan yang memadai

d Melibatkan Tokoh agama tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam

pengelolaan dan revitalisasi program KB

e Penyediaan sarana yang memadai dan pembinaan berjenjang

43 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkulu

Menurut Davis dan Blake (1956) ada 11 variabel antara yang mempengaruhi

fertilitas Variebel-variebel tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu Variabel

hubungan seks yang terdiri dari usia kawin proporsi yang tidak pernah kawin

perpisahan pada usia kawin karena cerai ditinggal dan menjanda abstinensia

sukarela abstinensia karena terpaksa frekuensi hubungan seks Variebel kedua

adalah konsepsi yang terdiri dari kesuburan biologis pemakaian kontrasepsi

kemandulan disengaja Variebel yang terakhir adalah gestasi yang terdiri dari

keguguran yang tidak disengaja dan pengguguran yang disengaja (Singarimbun

19965)

Variabel-variabel tersebut tidak semuanya dijadikan pendekatan untuk pengendalian

kelahiran di Indonesia Adapun variabel-variabel yang dijadikan pendekatan untuk

pengendalian kelahiran melalui program KB yaitu

a Usia kawin melalui promosi pendewasaan usia perkawinan

b Pemakaian kontrasepsi

c Kemandulan disengaja melalui vasektomi dan tubektomi

a1 Pendewasaan usia perkawinan

Tujuan pendewasaan usia perkawinan selain untuk mengendalikan kelahiran

oleh karena semakin tua usia orang kawin berarti semakin sedikit waktu masa

reproduktif yang dimiliki oleh Pasangan Usia Subur (PUS) juga bermanfaat

untuk mengurangi resiko kehamilan Resiko yang mungkin dapat terjadi pada ibu

yang yang telalu muda untuk hamil antara lain keguguran tekanan darah tinggi

keracunan kehamilan timbulnya kesulitan persalinan bayi berat lahir rendah

membesarnya air seni ke vagina keluarnya gas dan feses ke vagina atau bisa

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 14

kanker leher rahim (BKKBN 20062) Anjuran melalui program KB yang

disarankan dalam pendewasaan usia perkawinan adalah meningkatkan batas usia

perkawinan minimal usia 20 tahun untuk perempuan dan minimal usia 25 tahun

untuk pria (BKKBN 199221)

Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan usia kawin pertama wanita

meningkat antara lain

a Kemiskinan

b Hidup di daerah yang padat

c Pengaruh lingkungan

Michael Thomas Sadier seorang penganut Teori Fisiologis menyatakan bahwa

ldquojika kepadatan penduduk tinggi maka daya reproduksi manusia cenderung

menurun sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah maka daya reproduksi

manusia akan meningkatrdquo (Mantra 200359)

b1 Pengaturan Kelahiran

Pengaturan jarak kelahiran antara anak pertama dengan anak kedua dan

seterusnya selain bertujuan untuk mengendalikan tingkat kelahiran melalui

penjarangan kehamilan juga bertujuan untuk mengurangi resiko negatif terhadap

bayi dan ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat Resiko-resiko yang bisa

terjadi bila kehamilan terlalu dekat antara lain

1 keguguran

2 anemia pada ibu

3 payah jantung

4 bayi bisa lahir sebelum waktunya

5 bayi bisa lahir dengan berat badan rendah

6 bayi bisa cacat bawaan serta tidak optimalnya tumbuh kembang balita

Akan sangat beresiko lagi jika kehamilan yang terlalu dekat terjadi di kalangan

keluarga miskin yang tidak mampu untuk mencukupi gizi pada saat ibu sedang

hamil Jarak kelahiran yang ideal yang dianjurkan melalui program KB minimal

2-3 tahun sehingga untuk kehamilan anak yang kedua secara fisik dan

psikhologis siibu lebih siap (BKKBN 20063)

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 15

Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu

Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an

sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan

sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)

Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung

meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi

22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian

kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan

memperkecil prevalensi kehamilan

44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu

Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat

sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu

tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target

yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga

perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102

kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16

Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015

Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu

Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-

2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari

sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-

2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih

sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan

sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk

mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan

Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat

terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu

ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait

masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian

Kesehatan2007)

Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi

Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada

masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada

masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga

kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah

syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang

ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17

aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya

maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas

2010)

Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu

pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya

Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila

didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka

mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka

kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini

disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya

Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah

wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai

jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil

SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam

periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi

30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81

Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan

belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam

terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode

risiko tinggi

Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )

dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan

kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya

penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin

mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran

antara satu anak dengan anak berikutnya

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18

Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal

TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)

Sumber SDK I 200203 2007

41 38

127

94

3

4755

81

0

2

4

6

8

10

12

14

Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak

SDKI 200203 SDKI 2007

V Hasil dan Pembahasan

Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang

didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu

disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari

rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita

hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat

51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill

Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19

Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu

Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio

(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per

100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR

Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di

bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka

perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan

pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka

kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-

provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010

masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana

pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu

Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak

2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari

2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan

persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen

tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63

kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu

sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada

saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah

melahirkan

Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah

perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari

kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan

masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35

tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35

tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun

hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur

yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun

Perhatikan Tabel 51

Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010

Variabel Persentase

Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal

Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan

Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun

23976

333667

63571365

Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu

faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu

hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda

bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan

bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya

kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan

tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60

persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh

informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif

rendah

52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21

Sumber Riskesdas 2010

Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil

melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama

kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil

Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan

kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif

tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar

133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51

persen

53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes

Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010

Sumber Riskesdas 2010

Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa

kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi

Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat

rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang

melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22

melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman

adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan

cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan

bayi

Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir

Sumber Riskesdas 2010

Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau

pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan

kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit

infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu

Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu

mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan

masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya

terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa

setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan

harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai

resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan

kematian (Riskedas 2010)

Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih

relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan

menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320

persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi

0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah

melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23

persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu

44 persenPerhatikan Gambar 55

Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan

Sumber Riskesdas 2010

VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI

61 Faktor Determinan AKI

Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu

a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda

bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah

b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)

c Tempat Persalinan 60 di rumah

d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan

e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED

belum mencukupi

Faktor Yang Memperburuk

a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil

b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197

c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24

d Malaria dan TBC HIVAIDS

Penyebab Tidak Langsung

a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga

ndash Kekerasan dan Beban Ganda

ndash Perilaku konsumsi

ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan

ndash Kawin Muda

ndash Pandangan Budaya

b Pemenuhan Hak Reproduksi

ndash Kesertaan KB

ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB

ndash Peran Kesetaraan Pria

c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Faktor Dasar

a Keterbatasan Pengetahuan

ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi

ndash Pendidikan kesehatan reproduksi

ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi

b Status Perempuan

ndash Taraf Pendidikan Perempuan

ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan

ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga

c Kelembagaan

ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan

ndash Posyandu

ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25

62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI

Tabel 61 Analisa Kesenjangan

Yang harusdilakukan

Kebijakan Nasional

Upaya yang dilakukan

Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan

Pemeriksaan kehamilan

K4 90 Askeskin Biaya transportasi

Bantuan biaya transport

Ibu mendapat Pil besi

Pemberian pil besi

Pengadaan buffer stock pil besi

Konsumsi pil besi tidak sesuai

Peningkatan KIE

Persalinan ditolong oleh Nakes

90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk

Pengangkatan Bidan PTT

Persebaran belum merata

Insentif Bidan di daerah terpencil

Peningkatan kualitas dukun

- Kemitraan Bidan dengan Dukun

Kebijakan yang jelas tentang Dukun

Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda

Akses PONEK dan PONED

Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab

Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK

Dukungan peralatan dan tenaga kurang

Ekspansi PONED pelatihan tenaga

Mengurangi KDRT

UU No 232004 tentang penghapusan KDRT

Kampanye dan Sosialisasi

Belum dipahami publik dan penegak hukum

KIE tentang pengurangan KDRT

Ibu melahirkan di usia aman

UU No 1 1974 tentang Perkawinan

Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah

Kampanye KIE pendidikan Kespro

Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi

Unmet need 60

Peningkatan kualitas program KB

Unmet need mencapai 91

Revitalisasi program KB

Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan

Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan

Mendekatkan pelayanan Bidan

Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga

Siswa memperoleh

Kespro bagian dari kurikulum

KIE tentnag Kespro

Kesepakatan dan metode

Pengembangan modul dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26

pengetahuan tentang kespro

penyampaian bahan pelajaran

Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga

Pengarus utamaan gender

Kessempatan kerja bagi perempuan

VII Kesimpulan dan Rekomendasi

71 Kesimpulan

a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345

(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)

b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat

dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41

menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94

menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE

yang lebih intensif terutama diperdesaan)

c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga

penurunan AKI masih terkesan lambat

d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor

e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan

politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif

72 Rekomendasi

1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil

2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga

3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor

4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya

5 Peningkatan kelembagaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27

Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach

- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun

- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi

PemdaDinkesOrganisasi Profesi

Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab

Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK

PemdaDinkes

Pelayanan Antenatal dan Persalinan

Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi

Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT

PemdaDinkes

Pelayanan kesehatan masyarakat miskin

Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua

PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk

PemdaDinkes

Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah

Alokasi dana trasnportBank darah di RS

PemdaDinkesPMI

Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab

Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan

Rata- rata pendidikan perenpuan

DiknasPemda

Status perempuan

Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan

Perangkat hukum Meneg PPPemda

Status sosial ekonomi

Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja

Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat

Meneg PPPemda

Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28

untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin

meningkat Pemda

Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi

Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN

BKKBN dan Pemda

Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan

Asuransi persalinan dan transportasi

Pemda

Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga

Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat

Kemenkes

Kerjasama kelembagaan

Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga

Menguatnya peran lintas sektor

Lintas sektor

Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program

pendidikan kespro kedalam kurikulum

Metode pengajaran yang tepat

Pemda Diknas BKKBN

Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi

Aturan yang jelas tentang aborsi

Kemenkumham Pemda

Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil

Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan

Kemenag Pemda

Perkawinan usia muda

Optimalisasi batasminimal usia perkawinan

Batas usia minimal perkawinan

Kemenkumham Pemda

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29

Strategi 5 KELEMBAGAAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman

Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD

Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan

Bappenas dan Bappeda

Peraturan per undangan tentang aborsi

Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency

Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency

Lintas Sektor

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30

Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI

SOLUSI MASALAH

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31

Angka kematian Ibu melahirkan tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi

Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi

Kasus ekslampsia yang tidak tertangani

Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi

Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi

Pemantauan selama kehamilan rendah

Pengetahuan ibu masih rendah

Keterampilan tenaga penolong masih kurang

Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi

Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi

Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam

Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi

TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi

bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih

rendah

Pemberian tablet Fe masih kurang

Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang

Pemberdayaan masyarakat

Peningkatan Cakupan bumil

ristikomp yang tertangani tuntas

Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin

Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK

Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes

Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4

Peningkatan cakupan Fe

Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24

jam

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 4: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

I Pendahuluan

Kematian ibu merupakan salah satu indikator utama yang digunakan untuk mengukur

derajat kesehatan masyarakat di suatu negara Selain itu kematian ibu juga terkait dengan

kematian bayi serta dapat menunjukkan kinerja sistem kesehatan di suatu negara Kematian

ibu merupakan masalah yang penting karena pertama tingkat variasi angkanya sangat

berbeda antar negara menurut beberapa sumber kedua perbedaan yang sangat mencolok

antara negara yang sedang berkembang dengan negara industri

World Health Organization (WHO) memperkirakan tiap tahun terjadi 500000

kematian ibu yang sebagian besar (lebih dari 98 ) terdapat di negara yang sedang

berkembang Diperkirakan angka kematian ibu (AKI) di negara yang sedang berkembang

terjadi 100-200 kali lebih tinggi dibandingkan negara maju (industri) Perbedaan kematian

ibu antara negara maju dengan negara yang sedang berkembang jauh lebih besar dari

perbedaan angka kematian bayi1 ketiga kematian ibu (maternal) kurang lebih sepertiga

hingga setengah nya berusia 15-49 tahun dari total kematian ibu keempat sekitar 88-98

kematian ibu dapat dicegah antara lain dengan peningkatan gizi dan kombinasi antara

pendidikan dan status pernikahan pada wanita serta perbaikan pelayanan keluarga berencana

Tersedianya alat kontrasepsi dan kemudahan untuk memperoleh pelayanan Keluarga

Berencana (KB) mempunyai dampak yang besar pada penurunan AKI Indikator kematian

ibu yang diwakili oleh AKI (rate atau rasio) dipakai sebagai gambaran keberhasilan upaya

peningkatan kesehatan ibu

Definisi kematian ibu menurut WHO adalah kematian yang berkaitan dengan

kehamilan dan persalinan oleh sebab apapun tetapi bukan karena kematian yang disebabkan

kecelakaan atau kelalaian dan terjadi selama kehamilan sampai dengan 42 hari setelah

melahirkan (masa nifas) serta tidak tergantung umur maupun letak kehamilan

Hingga saat ini AKI di Indonesia masih relatif tinggi tertinggi di Asia Tenggara

Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986 rasio AKI sebesar 450 per 100000

kelahiran hidup Angka ini sedikit menurun menjadi 421 per 100000 kelahiran hidup pada

tahun 1992 Kematian ibu dapat dibagi dalam dua kelompok pertama kematian obstetrik

langsung sebagai kematian akibat komplikasi pada waktu kehamilan (termasuk kehamilan

melahirkan dan masa nifas) dari perlakuan-perlakuan yang diberikan gejala risiko tinggi

yang tidak terdeteksi dan kesalahan penanganan atau serangkaian kejadian yang diakibatkan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 4

oleh satu atau lebih diantara ketiga faktor tersebut kedua kematian obstetrik tidak langsung

yaitu kematian yang diakibatkan oleh penyakit yang diderita sebelum kehamilan atau

penyakit yang berkembang selama kehamilan bukan karena sebab obtstetrik langsung tetapi

yang diperburuk oleh efek fisiologi kehamilan

Pada umumnya baik di negara berkembang maupun negara maju pencatatan dan

pelaporan kematian ibu selalu di bawah angka yang seharusnya atau selalu under reported

Di negara maju under reporting terjadi akibat kesalahan dalam mengklasifikasi sebab

kematian terutama pada kasus kematian akibat obstetrik tidak langsung yang terjadi pada

masa hamil muda Sedangkan di negara berkembang under reporting terjadi karena registrasi

vital belum berjalan baik Umumnya kematian akibat maternal tidak diketahui kecuali

apabila terjadi pada kehamilan tua atau terjadi pada waktu persalinan Dengan demikian

sampai saat ini belum ada suatu cara yang tepat untuk menilai masalah kesehatan maternal

melalui kematian maternal

Dari uraian diatas upaya penurunan AKI merupakan tantangan besar dalam mencapai

sasaran RPJM MDGs dan RPJP Dengan kecenderungan penurunan AKI saat ini sasaran

akan sulit dicapai sehingga diperlukan percepatan sesuai sasaran MDGs sebesar 102100000

kelahiran hidup

Tabel Skenario Penurunan AKI

Tahun Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Skenario 4Trend SDKI 94-02

Penurunan AKI 47 th

Penurunan AKI 65 th

Penurunan AKI 95 th

2005 262 262 262 2622010 226 207 191 1632015 195 163 140 1022020 168 129 102 642025 145 102 74 40

RPJMN RPJP MDGs

Kondisi saat ini

1 Angka Kematian Ibu 228 per 100000 KH

2 Angka Kematian Balita 44 per 1000 KH

3 Angka kematian bayi 34 per 1000 KH

4 Jumlah Persalinan 26000 ndash 27000 Thn

5 Masih tingginya Unsafe Abortion Thn

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 5

6 Masih tingginya (ASFR) 15-19 thn 351000 perempuan

7 Trend pencapaian 4 Terlalu

- Terlalu muda (3)

- Terlalu tua (47)

- Terlalu dekat (55)

- Terlalu banyak (81)

- Persalinan oleh Nakes 728

- Melahirkan pada faskes 70 (urban)

- Perkiraan persalinan berdasar tempat

- Rumah Sakit 20

- Bidan Praktek Swasta 30

- PuskesmasBidan Pedesaan 50

Sumber SDKI 2007

II Tujuan Analisis

a Mengetahui trend kesertaan ber KB trend fertilitas dan angka kematian ibu di

Bengkulu

b Mengidentifikasi factor dominan penyebab kematian ibu

c Menyusun sebuah rancangan strategi percepatan penurunan AKI

III Metodologi

31 Metode Perhitungan AKI

Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung angka kematian

maternal yaitu metode langsung (direct) maupun tidak langsung (indirect) Metode

langsung dilakukan dengan cara recall atau memanggil kembali ingatan responden

tentang kejadian kematian di dalam rumah tangganya selama beberapa waktu

sebelum sensus Namun angka kematian maternal yang diperoleh dengan metode

langsung diduga belum menggambarkan kejadian kematian maternal sebesarnya

Hal ini sesuai dengan pendapat beberapa ahli kependudukan yang menyatakan

bahwa ukuran-ukuran kematian yang didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai

yang terlalu rendah untuk Indonesia

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 6

Beberapa ahli mengembangkan metode penghitungan kematian khususnya kematian

maternal dengan cara tidak langsung (indirect method) Salah satu cara yang sudah

seringkali digunakan adalah metode General Growth Balance yang digagas oleh

Prof Kenneth Hill yang kemudian disebut metode Ken Hill Dengan menggunakan

metode ini diharapkan angka kematian maternal yang dihasilkan akan lebih

sesuaicocok dengan kejadian yang sesungguhnya Keuntungan lainnya adalah

angka kelengkapan (completeness) cakupan kematian dari hasil sensus atau survei

juga akan diperoleh

32 Konsep Definisi

Kematian maternal didefinisikan sebagai kematian perempuan pada saat

hamil saat melahirkan atau selama 42 hari setelah kehamilan berakhir

(WHO2007) Terdapat dua indikator untuk mengukur kematian maternal yaitu

Angka Kematian MaternalMaternal Mortality Rate dan Rasio Kematian

MaternalMaternal Mortality Ratio Pada umumnya indikator yang digunakan untuk

mengukur kematian maternal adalah rasio kematian maternal

33 Sumber Dataa Hasil Sensus 2010

b Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2002-2003 dan 2007

c Riskesdas 2010

d Podes 2010

34 Kerangka Pikir

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 7

Gambar 31 Kerangka Pikir Penyebab Kematian Ibu

Penyebab langsung

Faktor yg memperburuk

Faktor dasar

Sumber Unicef 2004

Gambar 32 Kontribusi Gizi Pendidikan UKP dan KB dalam Menurunkan AKI

Sumber Kemenkes

Gambar 33 Pengaruh Program KB terhadap AKI Menurut Fortney

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 8

Kematian Ibu

Keterbatasan pengetahuan

Komplikasi saat melahirkan

Status Kesehatan dan gizi

Perlindungan dan perilaku dalam

keluarga

Kebutuhan terhadap tatacara

melahirkan

Akses penggunaan

layanan kesehatan

Ketersediaan SDM

Status perempuan

Perbaikan Gizi

Akses ke pelayanan KB mudah

Pendidikan perempuan

Usia Kawin Perempuan

Peningkatan Kualitas pelayanan KB

AKI Turun

Menurut Fortney program KB berpengaruh terhadap rate atau angka kematian ibu melalui 1) Menunda kehamilan sampai umur 20 tahun atau lebih 2) Memberi peluang untuk menghentikan kehamilan pada umur 35 tahun atau lebih 3) Memperkecil jumlah paritas kehamilan sampai kurang dari 4 (empat) 4) Memperpanjang jarak dari satu kehamilan ke kehamilan berikutnya minimal dua tahun 5) Mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancies) sehingga dapat mengurangi aborsi

Maine et al dengan menggunakan data World Fertility Survey menyatakan bahwa mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan (yang biasanya terjadi pada kelompok risiko tinggi) dapat menurunkan rasio kematian ibu sebesar 5 di Ivory Coast dan 62 di Bangladesh Menurunnya rate atau angka kematian ibu dalam periode mendekati survei sekitar 4 tahun terakhir kemungkinan besar karena keberhasilan meningkatnya pemakaian kontrasepsi yang menunjang faktor-faktor yang dapat menurunkan angka kematian ibu

IV Perkembangan Program KB di Bengkulu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 9

Menunda kehamilan sd umur 20 gt

Penurunan AKI

Berhenti melahirkan umur 35 th

Memperkecil jumlah anak 2

lebih baik

Memperpanjang jarak kehamilan

Mengurangi KTD (unwanted

pregnancies)

Program KB

41 Perkembangan Peserta KB per Mix Kontrasepsi

Tabel 41 Peserta KB per Mix Kontrasepsi SDKI 1997-2012

Hasil SDKI 1997 sampai dengan SDKI 2012 peserta Keluarga Berencana di

Provinsi Bengkulu masih didominasi penggunaan alat kontrasepsi jangka pendek

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 10

seperti suntik dari 469 pada SDKI 1997 menjadi 329 pada SDKI 2012 dan

pil sebesar 130 SDKI 1997 menjadi 111 SDKI 2012 Sedangkan alat

kontrasepsi jangka panjang dengan efektifitas tinggi dari SDKI 2007 dibanding

SDKI 2012 justru turun Pemakaian IUD turun dari 83 ( SDKI 2007) menjadi

34 (SDKI 2012) akseptor Implant turun dari 124 menjadi 90 MOP turun

dari 04 menjadi 00 Turunnya akseptor IUD dari 83 menjadi 34

menunjukkan bahwa program IUD sasi yang telah dicanangkan sejak tahun 2010

belum membawa hasil maksimal

Perlu upaya dan terobosan untuk perbaikan kualitas pemakaian kontrasepsi

yang merupakan salah satu tujuan dari program keluarga berencana Salah satu

ukuran dari kualitas pemakaian adalah efektifitas (kelangsungan) pemakaian

kontrasepsi yang semakin tinggi Alasan putus pakai bisa disebabkan oleh kegagalan

kontrasepsi ketidak puasan terhadap alatcara KB efek samping dan kekurang-

tersediaan alatcara KB Tingkat putus pakai yang tinggi kegagalan alatcara KB dan

pergantian alatcara KB bisa mengindikasikan bahwa diperlukan perbaikan dalam

pemberian konseling tentang pemilihan alatcara KB pelayanan lanjutan dan

penyediaan pelayanan yang lebih luas

42 Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi Tabel 42 Tidak Terpenuhi Sedang Pakai dan Ingin ber KB

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 11

Tabel 42 menunjukkan pada tahun 2012 angka unmet need di Bengkulu mengalami

peningkatan dari 74 menjadi 91 dibanding SDKI 1997 PUS yang sedang

menggunakan alat kontrasepsi turun dari 666 menjadi 642 dan PUS yang ingin ber

KB juga turun dari 758 menjadi 733

Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa wanita berstatus kawin usia 15 ndash 49 yang

tidak terpenuhi keinginan ber KB sedang pakai dan ingin ber KB sebagai berikut

a Kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi PUS yang sebenarnya tidak ingin

punya anak lagi atau ingin menunda kelahiran anak berikutnya tetapi karena

berbagai alasan tidak memakai kontrasepsi

- Untuk menjarangkan kelahiran 40

- Untuk membatasi kelahiran 51

- Jumlah 91

Pasangan usia subur yang tidak ingin anak lagi dan ingin menunda kelahiran

tetapi tidak menggunakan suatu alatcara KB modern (unmet need KB)

merupakan suatu peluang untuk meningkatkan peserta KB karena apabila

kelompok PUS (Pasangan Usia Subur) tersebut dapat di diberikan KIE

(Komunikasi Informasi dan Edukasi) yang memadai dan dapat dilayani dengan

baik maka mereka merupakan calon-calon akseptor KB yang potensial

b Kebutuhan ber KB yang terpenuhi

- Untuk menjarangkan kelahiran 25

- Untuk membatasi kelahiran 392

- Jumlah 642

c Jumlah yang ingin ber KB

- Untuk menjarangkan kelahiran 29

- Untuk membatasi kelahiran 444

- Jumlah 733

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 12

Mengapa pasangan usia subur tidak memakai kontrasepsi hal ini berkaitan

dengan tingkat pengetahuan akses kualitas pelayanan dan ketersediaan kontrasepsi

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan suatu pendekatan KIE dan

peningkatan kualitas pelayanan dan pendekatan perluasan jejaring dengan

memanfaatkan seluruh jaringan yang ada di lini lapangan

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemakaian kontrasepsi antara lain adalah

a Kualitas pelayanan yang baik memiliki peranan yang sangat besar dalam

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerimaan dan kelangsungan

pemakaian kontrasepsi

b Rasa takut terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan

kontrasepsi akan menyebabkan penolakan terhadap pemakaian kontrasepsi

c Keterbatasan distribusi alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat

d Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap berbagai macam kontrasepsi

dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing

e Akses masyarakat terhadap pelayanan kontrasepsi

Alternative kebijakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tingginya

unmet need KB di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut

a Memperkuat KIE dan advokasi KIE dan Advokasi adalah langkah yang

dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang penggunaan berbagai

kontrasepsi serta hasil yang diharapkan dari program KB yang pelaksanaanya

diperlukan koordinasi dengan lintas sector yang terkait

b Refreshingpelatihan bagi petugas penyuluh lapangan

Refreshingpelatihan diperlukan untuk menyegarkan kembali metode-metode

dan pengetahuan antara lain bagaimana memberikan pemahaman kepada

masyarakat khususnya kepada PUS tentang pentingnya revitalisasi program

KB

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 13

c Mengaktifkan kembali kader-kader KB yang ada dilapangan

menghidupkan kembali mekanisme operasional lini lapangan dan

memberikan operasional kader-kader KB di lapangan yang memadai

d Melibatkan Tokoh agama tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam

pengelolaan dan revitalisasi program KB

e Penyediaan sarana yang memadai dan pembinaan berjenjang

43 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkulu

Menurut Davis dan Blake (1956) ada 11 variabel antara yang mempengaruhi

fertilitas Variebel-variebel tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu Variabel

hubungan seks yang terdiri dari usia kawin proporsi yang tidak pernah kawin

perpisahan pada usia kawin karena cerai ditinggal dan menjanda abstinensia

sukarela abstinensia karena terpaksa frekuensi hubungan seks Variebel kedua

adalah konsepsi yang terdiri dari kesuburan biologis pemakaian kontrasepsi

kemandulan disengaja Variebel yang terakhir adalah gestasi yang terdiri dari

keguguran yang tidak disengaja dan pengguguran yang disengaja (Singarimbun

19965)

Variabel-variabel tersebut tidak semuanya dijadikan pendekatan untuk pengendalian

kelahiran di Indonesia Adapun variabel-variabel yang dijadikan pendekatan untuk

pengendalian kelahiran melalui program KB yaitu

a Usia kawin melalui promosi pendewasaan usia perkawinan

b Pemakaian kontrasepsi

c Kemandulan disengaja melalui vasektomi dan tubektomi

a1 Pendewasaan usia perkawinan

Tujuan pendewasaan usia perkawinan selain untuk mengendalikan kelahiran

oleh karena semakin tua usia orang kawin berarti semakin sedikit waktu masa

reproduktif yang dimiliki oleh Pasangan Usia Subur (PUS) juga bermanfaat

untuk mengurangi resiko kehamilan Resiko yang mungkin dapat terjadi pada ibu

yang yang telalu muda untuk hamil antara lain keguguran tekanan darah tinggi

keracunan kehamilan timbulnya kesulitan persalinan bayi berat lahir rendah

membesarnya air seni ke vagina keluarnya gas dan feses ke vagina atau bisa

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 14

kanker leher rahim (BKKBN 20062) Anjuran melalui program KB yang

disarankan dalam pendewasaan usia perkawinan adalah meningkatkan batas usia

perkawinan minimal usia 20 tahun untuk perempuan dan minimal usia 25 tahun

untuk pria (BKKBN 199221)

Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan usia kawin pertama wanita

meningkat antara lain

a Kemiskinan

b Hidup di daerah yang padat

c Pengaruh lingkungan

Michael Thomas Sadier seorang penganut Teori Fisiologis menyatakan bahwa

ldquojika kepadatan penduduk tinggi maka daya reproduksi manusia cenderung

menurun sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah maka daya reproduksi

manusia akan meningkatrdquo (Mantra 200359)

b1 Pengaturan Kelahiran

Pengaturan jarak kelahiran antara anak pertama dengan anak kedua dan

seterusnya selain bertujuan untuk mengendalikan tingkat kelahiran melalui

penjarangan kehamilan juga bertujuan untuk mengurangi resiko negatif terhadap

bayi dan ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat Resiko-resiko yang bisa

terjadi bila kehamilan terlalu dekat antara lain

1 keguguran

2 anemia pada ibu

3 payah jantung

4 bayi bisa lahir sebelum waktunya

5 bayi bisa lahir dengan berat badan rendah

6 bayi bisa cacat bawaan serta tidak optimalnya tumbuh kembang balita

Akan sangat beresiko lagi jika kehamilan yang terlalu dekat terjadi di kalangan

keluarga miskin yang tidak mampu untuk mencukupi gizi pada saat ibu sedang

hamil Jarak kelahiran yang ideal yang dianjurkan melalui program KB minimal

2-3 tahun sehingga untuk kehamilan anak yang kedua secara fisik dan

psikhologis siibu lebih siap (BKKBN 20063)

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 15

Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu

Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an

sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan

sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)

Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung

meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi

22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian

kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan

memperkecil prevalensi kehamilan

44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu

Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat

sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu

tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target

yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga

perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102

kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16

Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015

Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu

Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-

2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari

sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-

2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih

sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan

sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk

mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan

Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat

terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu

ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait

masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian

Kesehatan2007)

Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi

Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada

masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada

masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga

kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah

syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang

ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17

aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya

maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas

2010)

Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu

pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya

Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila

didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka

mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka

kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini

disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya

Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah

wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai

jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil

SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam

periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi

30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81

Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan

belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam

terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode

risiko tinggi

Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )

dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan

kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya

penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin

mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran

antara satu anak dengan anak berikutnya

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18

Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal

TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)

Sumber SDK I 200203 2007

41 38

127

94

3

4755

81

0

2

4

6

8

10

12

14

Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak

SDKI 200203 SDKI 2007

V Hasil dan Pembahasan

Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang

didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu

disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari

rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita

hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat

51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill

Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19

Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu

Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio

(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per

100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR

Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di

bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka

perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan

pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka

kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-

provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010

masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana

pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu

Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak

2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari

2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan

persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen

tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63

kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu

sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada

saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah

melahirkan

Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah

perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari

kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan

masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35

tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35

tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun

hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur

yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun

Perhatikan Tabel 51

Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010

Variabel Persentase

Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal

Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan

Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun

23976

333667

63571365

Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu

faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu

hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda

bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan

bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya

kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan

tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60

persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh

informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif

rendah

52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21

Sumber Riskesdas 2010

Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil

melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama

kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil

Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan

kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif

tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar

133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51

persen

53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes

Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010

Sumber Riskesdas 2010

Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa

kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi

Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat

rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang

melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22

melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman

adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan

cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan

bayi

Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir

Sumber Riskesdas 2010

Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau

pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan

kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit

infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu

Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu

mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan

masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya

terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa

setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan

harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai

resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan

kematian (Riskedas 2010)

Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih

relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan

menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320

persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi

0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah

melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23

persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu

44 persenPerhatikan Gambar 55

Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan

Sumber Riskesdas 2010

VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI

61 Faktor Determinan AKI

Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu

a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda

bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah

b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)

c Tempat Persalinan 60 di rumah

d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan

e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED

belum mencukupi

Faktor Yang Memperburuk

a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil

b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197

c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24

d Malaria dan TBC HIVAIDS

Penyebab Tidak Langsung

a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga

ndash Kekerasan dan Beban Ganda

ndash Perilaku konsumsi

ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan

ndash Kawin Muda

ndash Pandangan Budaya

b Pemenuhan Hak Reproduksi

ndash Kesertaan KB

ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB

ndash Peran Kesetaraan Pria

c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Faktor Dasar

a Keterbatasan Pengetahuan

ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi

ndash Pendidikan kesehatan reproduksi

ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi

b Status Perempuan

ndash Taraf Pendidikan Perempuan

ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan

ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga

c Kelembagaan

ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan

ndash Posyandu

ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25

62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI

Tabel 61 Analisa Kesenjangan

Yang harusdilakukan

Kebijakan Nasional

Upaya yang dilakukan

Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan

Pemeriksaan kehamilan

K4 90 Askeskin Biaya transportasi

Bantuan biaya transport

Ibu mendapat Pil besi

Pemberian pil besi

Pengadaan buffer stock pil besi

Konsumsi pil besi tidak sesuai

Peningkatan KIE

Persalinan ditolong oleh Nakes

90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk

Pengangkatan Bidan PTT

Persebaran belum merata

Insentif Bidan di daerah terpencil

Peningkatan kualitas dukun

- Kemitraan Bidan dengan Dukun

Kebijakan yang jelas tentang Dukun

Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda

Akses PONEK dan PONED

Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab

Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK

Dukungan peralatan dan tenaga kurang

Ekspansi PONED pelatihan tenaga

Mengurangi KDRT

UU No 232004 tentang penghapusan KDRT

Kampanye dan Sosialisasi

Belum dipahami publik dan penegak hukum

KIE tentang pengurangan KDRT

Ibu melahirkan di usia aman

UU No 1 1974 tentang Perkawinan

Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah

Kampanye KIE pendidikan Kespro

Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi

Unmet need 60

Peningkatan kualitas program KB

Unmet need mencapai 91

Revitalisasi program KB

Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan

Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan

Mendekatkan pelayanan Bidan

Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga

Siswa memperoleh

Kespro bagian dari kurikulum

KIE tentnag Kespro

Kesepakatan dan metode

Pengembangan modul dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26

pengetahuan tentang kespro

penyampaian bahan pelajaran

Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga

Pengarus utamaan gender

Kessempatan kerja bagi perempuan

VII Kesimpulan dan Rekomendasi

71 Kesimpulan

a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345

(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)

b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat

dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41

menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94

menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE

yang lebih intensif terutama diperdesaan)

c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga

penurunan AKI masih terkesan lambat

d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor

e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan

politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif

72 Rekomendasi

1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil

2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga

3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor

4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya

5 Peningkatan kelembagaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27

Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach

- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun

- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi

PemdaDinkesOrganisasi Profesi

Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab

Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK

PemdaDinkes

Pelayanan Antenatal dan Persalinan

Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi

Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT

PemdaDinkes

Pelayanan kesehatan masyarakat miskin

Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua

PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk

PemdaDinkes

Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah

Alokasi dana trasnportBank darah di RS

PemdaDinkesPMI

Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab

Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan

Rata- rata pendidikan perenpuan

DiknasPemda

Status perempuan

Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan

Perangkat hukum Meneg PPPemda

Status sosial ekonomi

Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja

Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat

Meneg PPPemda

Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28

untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin

meningkat Pemda

Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi

Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN

BKKBN dan Pemda

Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan

Asuransi persalinan dan transportasi

Pemda

Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga

Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat

Kemenkes

Kerjasama kelembagaan

Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga

Menguatnya peran lintas sektor

Lintas sektor

Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program

pendidikan kespro kedalam kurikulum

Metode pengajaran yang tepat

Pemda Diknas BKKBN

Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi

Aturan yang jelas tentang aborsi

Kemenkumham Pemda

Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil

Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan

Kemenag Pemda

Perkawinan usia muda

Optimalisasi batasminimal usia perkawinan

Batas usia minimal perkawinan

Kemenkumham Pemda

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29

Strategi 5 KELEMBAGAAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman

Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD

Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan

Bappenas dan Bappeda

Peraturan per undangan tentang aborsi

Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency

Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency

Lintas Sektor

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30

Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI

SOLUSI MASALAH

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31

Angka kematian Ibu melahirkan tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi

Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi

Kasus ekslampsia yang tidak tertangani

Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi

Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi

Pemantauan selama kehamilan rendah

Pengetahuan ibu masih rendah

Keterampilan tenaga penolong masih kurang

Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi

Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi

Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam

Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi

TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi

bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih

rendah

Pemberian tablet Fe masih kurang

Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang

Pemberdayaan masyarakat

Peningkatan Cakupan bumil

ristikomp yang tertangani tuntas

Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin

Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK

Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes

Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4

Peningkatan cakupan Fe

Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24

jam

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 5: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

oleh satu atau lebih diantara ketiga faktor tersebut kedua kematian obstetrik tidak langsung

yaitu kematian yang diakibatkan oleh penyakit yang diderita sebelum kehamilan atau

penyakit yang berkembang selama kehamilan bukan karena sebab obtstetrik langsung tetapi

yang diperburuk oleh efek fisiologi kehamilan

Pada umumnya baik di negara berkembang maupun negara maju pencatatan dan

pelaporan kematian ibu selalu di bawah angka yang seharusnya atau selalu under reported

Di negara maju under reporting terjadi akibat kesalahan dalam mengklasifikasi sebab

kematian terutama pada kasus kematian akibat obstetrik tidak langsung yang terjadi pada

masa hamil muda Sedangkan di negara berkembang under reporting terjadi karena registrasi

vital belum berjalan baik Umumnya kematian akibat maternal tidak diketahui kecuali

apabila terjadi pada kehamilan tua atau terjadi pada waktu persalinan Dengan demikian

sampai saat ini belum ada suatu cara yang tepat untuk menilai masalah kesehatan maternal

melalui kematian maternal

Dari uraian diatas upaya penurunan AKI merupakan tantangan besar dalam mencapai

sasaran RPJM MDGs dan RPJP Dengan kecenderungan penurunan AKI saat ini sasaran

akan sulit dicapai sehingga diperlukan percepatan sesuai sasaran MDGs sebesar 102100000

kelahiran hidup

Tabel Skenario Penurunan AKI

Tahun Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Skenario 4Trend SDKI 94-02

Penurunan AKI 47 th

Penurunan AKI 65 th

Penurunan AKI 95 th

2005 262 262 262 2622010 226 207 191 1632015 195 163 140 1022020 168 129 102 642025 145 102 74 40

RPJMN RPJP MDGs

Kondisi saat ini

1 Angka Kematian Ibu 228 per 100000 KH

2 Angka Kematian Balita 44 per 1000 KH

3 Angka kematian bayi 34 per 1000 KH

4 Jumlah Persalinan 26000 ndash 27000 Thn

5 Masih tingginya Unsafe Abortion Thn

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 5

6 Masih tingginya (ASFR) 15-19 thn 351000 perempuan

7 Trend pencapaian 4 Terlalu

- Terlalu muda (3)

- Terlalu tua (47)

- Terlalu dekat (55)

- Terlalu banyak (81)

- Persalinan oleh Nakes 728

- Melahirkan pada faskes 70 (urban)

- Perkiraan persalinan berdasar tempat

- Rumah Sakit 20

- Bidan Praktek Swasta 30

- PuskesmasBidan Pedesaan 50

Sumber SDKI 2007

II Tujuan Analisis

a Mengetahui trend kesertaan ber KB trend fertilitas dan angka kematian ibu di

Bengkulu

b Mengidentifikasi factor dominan penyebab kematian ibu

c Menyusun sebuah rancangan strategi percepatan penurunan AKI

III Metodologi

31 Metode Perhitungan AKI

Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung angka kematian

maternal yaitu metode langsung (direct) maupun tidak langsung (indirect) Metode

langsung dilakukan dengan cara recall atau memanggil kembali ingatan responden

tentang kejadian kematian di dalam rumah tangganya selama beberapa waktu

sebelum sensus Namun angka kematian maternal yang diperoleh dengan metode

langsung diduga belum menggambarkan kejadian kematian maternal sebesarnya

Hal ini sesuai dengan pendapat beberapa ahli kependudukan yang menyatakan

bahwa ukuran-ukuran kematian yang didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai

yang terlalu rendah untuk Indonesia

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 6

Beberapa ahli mengembangkan metode penghitungan kematian khususnya kematian

maternal dengan cara tidak langsung (indirect method) Salah satu cara yang sudah

seringkali digunakan adalah metode General Growth Balance yang digagas oleh

Prof Kenneth Hill yang kemudian disebut metode Ken Hill Dengan menggunakan

metode ini diharapkan angka kematian maternal yang dihasilkan akan lebih

sesuaicocok dengan kejadian yang sesungguhnya Keuntungan lainnya adalah

angka kelengkapan (completeness) cakupan kematian dari hasil sensus atau survei

juga akan diperoleh

32 Konsep Definisi

Kematian maternal didefinisikan sebagai kematian perempuan pada saat

hamil saat melahirkan atau selama 42 hari setelah kehamilan berakhir

(WHO2007) Terdapat dua indikator untuk mengukur kematian maternal yaitu

Angka Kematian MaternalMaternal Mortality Rate dan Rasio Kematian

MaternalMaternal Mortality Ratio Pada umumnya indikator yang digunakan untuk

mengukur kematian maternal adalah rasio kematian maternal

33 Sumber Dataa Hasil Sensus 2010

b Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2002-2003 dan 2007

c Riskesdas 2010

d Podes 2010

34 Kerangka Pikir

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 7

Gambar 31 Kerangka Pikir Penyebab Kematian Ibu

Penyebab langsung

Faktor yg memperburuk

Faktor dasar

Sumber Unicef 2004

Gambar 32 Kontribusi Gizi Pendidikan UKP dan KB dalam Menurunkan AKI

Sumber Kemenkes

Gambar 33 Pengaruh Program KB terhadap AKI Menurut Fortney

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 8

Kematian Ibu

Keterbatasan pengetahuan

Komplikasi saat melahirkan

Status Kesehatan dan gizi

Perlindungan dan perilaku dalam

keluarga

Kebutuhan terhadap tatacara

melahirkan

Akses penggunaan

layanan kesehatan

Ketersediaan SDM

Status perempuan

Perbaikan Gizi

Akses ke pelayanan KB mudah

Pendidikan perempuan

Usia Kawin Perempuan

Peningkatan Kualitas pelayanan KB

AKI Turun

Menurut Fortney program KB berpengaruh terhadap rate atau angka kematian ibu melalui 1) Menunda kehamilan sampai umur 20 tahun atau lebih 2) Memberi peluang untuk menghentikan kehamilan pada umur 35 tahun atau lebih 3) Memperkecil jumlah paritas kehamilan sampai kurang dari 4 (empat) 4) Memperpanjang jarak dari satu kehamilan ke kehamilan berikutnya minimal dua tahun 5) Mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancies) sehingga dapat mengurangi aborsi

Maine et al dengan menggunakan data World Fertility Survey menyatakan bahwa mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan (yang biasanya terjadi pada kelompok risiko tinggi) dapat menurunkan rasio kematian ibu sebesar 5 di Ivory Coast dan 62 di Bangladesh Menurunnya rate atau angka kematian ibu dalam periode mendekati survei sekitar 4 tahun terakhir kemungkinan besar karena keberhasilan meningkatnya pemakaian kontrasepsi yang menunjang faktor-faktor yang dapat menurunkan angka kematian ibu

IV Perkembangan Program KB di Bengkulu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 9

Menunda kehamilan sd umur 20 gt

Penurunan AKI

Berhenti melahirkan umur 35 th

Memperkecil jumlah anak 2

lebih baik

Memperpanjang jarak kehamilan

Mengurangi KTD (unwanted

pregnancies)

Program KB

41 Perkembangan Peserta KB per Mix Kontrasepsi

Tabel 41 Peserta KB per Mix Kontrasepsi SDKI 1997-2012

Hasil SDKI 1997 sampai dengan SDKI 2012 peserta Keluarga Berencana di

Provinsi Bengkulu masih didominasi penggunaan alat kontrasepsi jangka pendek

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 10

seperti suntik dari 469 pada SDKI 1997 menjadi 329 pada SDKI 2012 dan

pil sebesar 130 SDKI 1997 menjadi 111 SDKI 2012 Sedangkan alat

kontrasepsi jangka panjang dengan efektifitas tinggi dari SDKI 2007 dibanding

SDKI 2012 justru turun Pemakaian IUD turun dari 83 ( SDKI 2007) menjadi

34 (SDKI 2012) akseptor Implant turun dari 124 menjadi 90 MOP turun

dari 04 menjadi 00 Turunnya akseptor IUD dari 83 menjadi 34

menunjukkan bahwa program IUD sasi yang telah dicanangkan sejak tahun 2010

belum membawa hasil maksimal

Perlu upaya dan terobosan untuk perbaikan kualitas pemakaian kontrasepsi

yang merupakan salah satu tujuan dari program keluarga berencana Salah satu

ukuran dari kualitas pemakaian adalah efektifitas (kelangsungan) pemakaian

kontrasepsi yang semakin tinggi Alasan putus pakai bisa disebabkan oleh kegagalan

kontrasepsi ketidak puasan terhadap alatcara KB efek samping dan kekurang-

tersediaan alatcara KB Tingkat putus pakai yang tinggi kegagalan alatcara KB dan

pergantian alatcara KB bisa mengindikasikan bahwa diperlukan perbaikan dalam

pemberian konseling tentang pemilihan alatcara KB pelayanan lanjutan dan

penyediaan pelayanan yang lebih luas

42 Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi Tabel 42 Tidak Terpenuhi Sedang Pakai dan Ingin ber KB

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 11

Tabel 42 menunjukkan pada tahun 2012 angka unmet need di Bengkulu mengalami

peningkatan dari 74 menjadi 91 dibanding SDKI 1997 PUS yang sedang

menggunakan alat kontrasepsi turun dari 666 menjadi 642 dan PUS yang ingin ber

KB juga turun dari 758 menjadi 733

Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa wanita berstatus kawin usia 15 ndash 49 yang

tidak terpenuhi keinginan ber KB sedang pakai dan ingin ber KB sebagai berikut

a Kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi PUS yang sebenarnya tidak ingin

punya anak lagi atau ingin menunda kelahiran anak berikutnya tetapi karena

berbagai alasan tidak memakai kontrasepsi

- Untuk menjarangkan kelahiran 40

- Untuk membatasi kelahiran 51

- Jumlah 91

Pasangan usia subur yang tidak ingin anak lagi dan ingin menunda kelahiran

tetapi tidak menggunakan suatu alatcara KB modern (unmet need KB)

merupakan suatu peluang untuk meningkatkan peserta KB karena apabila

kelompok PUS (Pasangan Usia Subur) tersebut dapat di diberikan KIE

(Komunikasi Informasi dan Edukasi) yang memadai dan dapat dilayani dengan

baik maka mereka merupakan calon-calon akseptor KB yang potensial

b Kebutuhan ber KB yang terpenuhi

- Untuk menjarangkan kelahiran 25

- Untuk membatasi kelahiran 392

- Jumlah 642

c Jumlah yang ingin ber KB

- Untuk menjarangkan kelahiran 29

- Untuk membatasi kelahiran 444

- Jumlah 733

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 12

Mengapa pasangan usia subur tidak memakai kontrasepsi hal ini berkaitan

dengan tingkat pengetahuan akses kualitas pelayanan dan ketersediaan kontrasepsi

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan suatu pendekatan KIE dan

peningkatan kualitas pelayanan dan pendekatan perluasan jejaring dengan

memanfaatkan seluruh jaringan yang ada di lini lapangan

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemakaian kontrasepsi antara lain adalah

a Kualitas pelayanan yang baik memiliki peranan yang sangat besar dalam

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerimaan dan kelangsungan

pemakaian kontrasepsi

b Rasa takut terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan

kontrasepsi akan menyebabkan penolakan terhadap pemakaian kontrasepsi

c Keterbatasan distribusi alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat

d Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap berbagai macam kontrasepsi

dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing

e Akses masyarakat terhadap pelayanan kontrasepsi

Alternative kebijakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tingginya

unmet need KB di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut

a Memperkuat KIE dan advokasi KIE dan Advokasi adalah langkah yang

dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang penggunaan berbagai

kontrasepsi serta hasil yang diharapkan dari program KB yang pelaksanaanya

diperlukan koordinasi dengan lintas sector yang terkait

b Refreshingpelatihan bagi petugas penyuluh lapangan

Refreshingpelatihan diperlukan untuk menyegarkan kembali metode-metode

dan pengetahuan antara lain bagaimana memberikan pemahaman kepada

masyarakat khususnya kepada PUS tentang pentingnya revitalisasi program

KB

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 13

c Mengaktifkan kembali kader-kader KB yang ada dilapangan

menghidupkan kembali mekanisme operasional lini lapangan dan

memberikan operasional kader-kader KB di lapangan yang memadai

d Melibatkan Tokoh agama tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam

pengelolaan dan revitalisasi program KB

e Penyediaan sarana yang memadai dan pembinaan berjenjang

43 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkulu

Menurut Davis dan Blake (1956) ada 11 variabel antara yang mempengaruhi

fertilitas Variebel-variebel tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu Variabel

hubungan seks yang terdiri dari usia kawin proporsi yang tidak pernah kawin

perpisahan pada usia kawin karena cerai ditinggal dan menjanda abstinensia

sukarela abstinensia karena terpaksa frekuensi hubungan seks Variebel kedua

adalah konsepsi yang terdiri dari kesuburan biologis pemakaian kontrasepsi

kemandulan disengaja Variebel yang terakhir adalah gestasi yang terdiri dari

keguguran yang tidak disengaja dan pengguguran yang disengaja (Singarimbun

19965)

Variabel-variabel tersebut tidak semuanya dijadikan pendekatan untuk pengendalian

kelahiran di Indonesia Adapun variabel-variabel yang dijadikan pendekatan untuk

pengendalian kelahiran melalui program KB yaitu

a Usia kawin melalui promosi pendewasaan usia perkawinan

b Pemakaian kontrasepsi

c Kemandulan disengaja melalui vasektomi dan tubektomi

a1 Pendewasaan usia perkawinan

Tujuan pendewasaan usia perkawinan selain untuk mengendalikan kelahiran

oleh karena semakin tua usia orang kawin berarti semakin sedikit waktu masa

reproduktif yang dimiliki oleh Pasangan Usia Subur (PUS) juga bermanfaat

untuk mengurangi resiko kehamilan Resiko yang mungkin dapat terjadi pada ibu

yang yang telalu muda untuk hamil antara lain keguguran tekanan darah tinggi

keracunan kehamilan timbulnya kesulitan persalinan bayi berat lahir rendah

membesarnya air seni ke vagina keluarnya gas dan feses ke vagina atau bisa

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 14

kanker leher rahim (BKKBN 20062) Anjuran melalui program KB yang

disarankan dalam pendewasaan usia perkawinan adalah meningkatkan batas usia

perkawinan minimal usia 20 tahun untuk perempuan dan minimal usia 25 tahun

untuk pria (BKKBN 199221)

Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan usia kawin pertama wanita

meningkat antara lain

a Kemiskinan

b Hidup di daerah yang padat

c Pengaruh lingkungan

Michael Thomas Sadier seorang penganut Teori Fisiologis menyatakan bahwa

ldquojika kepadatan penduduk tinggi maka daya reproduksi manusia cenderung

menurun sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah maka daya reproduksi

manusia akan meningkatrdquo (Mantra 200359)

b1 Pengaturan Kelahiran

Pengaturan jarak kelahiran antara anak pertama dengan anak kedua dan

seterusnya selain bertujuan untuk mengendalikan tingkat kelahiran melalui

penjarangan kehamilan juga bertujuan untuk mengurangi resiko negatif terhadap

bayi dan ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat Resiko-resiko yang bisa

terjadi bila kehamilan terlalu dekat antara lain

1 keguguran

2 anemia pada ibu

3 payah jantung

4 bayi bisa lahir sebelum waktunya

5 bayi bisa lahir dengan berat badan rendah

6 bayi bisa cacat bawaan serta tidak optimalnya tumbuh kembang balita

Akan sangat beresiko lagi jika kehamilan yang terlalu dekat terjadi di kalangan

keluarga miskin yang tidak mampu untuk mencukupi gizi pada saat ibu sedang

hamil Jarak kelahiran yang ideal yang dianjurkan melalui program KB minimal

2-3 tahun sehingga untuk kehamilan anak yang kedua secara fisik dan

psikhologis siibu lebih siap (BKKBN 20063)

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 15

Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu

Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an

sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan

sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)

Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung

meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi

22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian

kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan

memperkecil prevalensi kehamilan

44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu

Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat

sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu

tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target

yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga

perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102

kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16

Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015

Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu

Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-

2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari

sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-

2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih

sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan

sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk

mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan

Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat

terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu

ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait

masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian

Kesehatan2007)

Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi

Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada

masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada

masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga

kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah

syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang

ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17

aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya

maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas

2010)

Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu

pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya

Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila

didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka

mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka

kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini

disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya

Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah

wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai

jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil

SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam

periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi

30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81

Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan

belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam

terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode

risiko tinggi

Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )

dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan

kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya

penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin

mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran

antara satu anak dengan anak berikutnya

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18

Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal

TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)

Sumber SDK I 200203 2007

41 38

127

94

3

4755

81

0

2

4

6

8

10

12

14

Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak

SDKI 200203 SDKI 2007

V Hasil dan Pembahasan

Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang

didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu

disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari

rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita

hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat

51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill

Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19

Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu

Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio

(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per

100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR

Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di

bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka

perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan

pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka

kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-

provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010

masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana

pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu

Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak

2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari

2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan

persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen

tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63

kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu

sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada

saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah

melahirkan

Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah

perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari

kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan

masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35

tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35

tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun

hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur

yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun

Perhatikan Tabel 51

Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010

Variabel Persentase

Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal

Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan

Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun

23976

333667

63571365

Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu

faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu

hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda

bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan

bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya

kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan

tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60

persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh

informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif

rendah

52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21

Sumber Riskesdas 2010

Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil

melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama

kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil

Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan

kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif

tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar

133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51

persen

53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes

Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010

Sumber Riskesdas 2010

Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa

kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi

Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat

rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang

melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22

melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman

adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan

cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan

bayi

Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir

Sumber Riskesdas 2010

Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau

pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan

kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit

infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu

Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu

mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan

masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya

terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa

setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan

harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai

resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan

kematian (Riskedas 2010)

Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih

relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan

menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320

persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi

0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah

melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23

persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu

44 persenPerhatikan Gambar 55

Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan

Sumber Riskesdas 2010

VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI

61 Faktor Determinan AKI

Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu

a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda

bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah

b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)

c Tempat Persalinan 60 di rumah

d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan

e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED

belum mencukupi

Faktor Yang Memperburuk

a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil

b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197

c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24

d Malaria dan TBC HIVAIDS

Penyebab Tidak Langsung

a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga

ndash Kekerasan dan Beban Ganda

ndash Perilaku konsumsi

ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan

ndash Kawin Muda

ndash Pandangan Budaya

b Pemenuhan Hak Reproduksi

ndash Kesertaan KB

ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB

ndash Peran Kesetaraan Pria

c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Faktor Dasar

a Keterbatasan Pengetahuan

ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi

ndash Pendidikan kesehatan reproduksi

ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi

b Status Perempuan

ndash Taraf Pendidikan Perempuan

ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan

ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga

c Kelembagaan

ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan

ndash Posyandu

ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25

62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI

Tabel 61 Analisa Kesenjangan

Yang harusdilakukan

Kebijakan Nasional

Upaya yang dilakukan

Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan

Pemeriksaan kehamilan

K4 90 Askeskin Biaya transportasi

Bantuan biaya transport

Ibu mendapat Pil besi

Pemberian pil besi

Pengadaan buffer stock pil besi

Konsumsi pil besi tidak sesuai

Peningkatan KIE

Persalinan ditolong oleh Nakes

90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk

Pengangkatan Bidan PTT

Persebaran belum merata

Insentif Bidan di daerah terpencil

Peningkatan kualitas dukun

- Kemitraan Bidan dengan Dukun

Kebijakan yang jelas tentang Dukun

Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda

Akses PONEK dan PONED

Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab

Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK

Dukungan peralatan dan tenaga kurang

Ekspansi PONED pelatihan tenaga

Mengurangi KDRT

UU No 232004 tentang penghapusan KDRT

Kampanye dan Sosialisasi

Belum dipahami publik dan penegak hukum

KIE tentang pengurangan KDRT

Ibu melahirkan di usia aman

UU No 1 1974 tentang Perkawinan

Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah

Kampanye KIE pendidikan Kespro

Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi

Unmet need 60

Peningkatan kualitas program KB

Unmet need mencapai 91

Revitalisasi program KB

Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan

Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan

Mendekatkan pelayanan Bidan

Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga

Siswa memperoleh

Kespro bagian dari kurikulum

KIE tentnag Kespro

Kesepakatan dan metode

Pengembangan modul dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26

pengetahuan tentang kespro

penyampaian bahan pelajaran

Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga

Pengarus utamaan gender

Kessempatan kerja bagi perempuan

VII Kesimpulan dan Rekomendasi

71 Kesimpulan

a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345

(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)

b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat

dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41

menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94

menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE

yang lebih intensif terutama diperdesaan)

c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga

penurunan AKI masih terkesan lambat

d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor

e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan

politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif

72 Rekomendasi

1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil

2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga

3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor

4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya

5 Peningkatan kelembagaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27

Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach

- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun

- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi

PemdaDinkesOrganisasi Profesi

Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab

Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK

PemdaDinkes

Pelayanan Antenatal dan Persalinan

Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi

Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT

PemdaDinkes

Pelayanan kesehatan masyarakat miskin

Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua

PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk

PemdaDinkes

Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah

Alokasi dana trasnportBank darah di RS

PemdaDinkesPMI

Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab

Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan

Rata- rata pendidikan perenpuan

DiknasPemda

Status perempuan

Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan

Perangkat hukum Meneg PPPemda

Status sosial ekonomi

Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja

Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat

Meneg PPPemda

Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28

untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin

meningkat Pemda

Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi

Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN

BKKBN dan Pemda

Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan

Asuransi persalinan dan transportasi

Pemda

Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga

Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat

Kemenkes

Kerjasama kelembagaan

Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga

Menguatnya peran lintas sektor

Lintas sektor

Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program

pendidikan kespro kedalam kurikulum

Metode pengajaran yang tepat

Pemda Diknas BKKBN

Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi

Aturan yang jelas tentang aborsi

Kemenkumham Pemda

Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil

Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan

Kemenag Pemda

Perkawinan usia muda

Optimalisasi batasminimal usia perkawinan

Batas usia minimal perkawinan

Kemenkumham Pemda

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29

Strategi 5 KELEMBAGAAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman

Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD

Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan

Bappenas dan Bappeda

Peraturan per undangan tentang aborsi

Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency

Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency

Lintas Sektor

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30

Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI

SOLUSI MASALAH

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31

Angka kematian Ibu melahirkan tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi

Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi

Kasus ekslampsia yang tidak tertangani

Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi

Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi

Pemantauan selama kehamilan rendah

Pengetahuan ibu masih rendah

Keterampilan tenaga penolong masih kurang

Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi

Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi

Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam

Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi

TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi

bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih

rendah

Pemberian tablet Fe masih kurang

Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang

Pemberdayaan masyarakat

Peningkatan Cakupan bumil

ristikomp yang tertangani tuntas

Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin

Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK

Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes

Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4

Peningkatan cakupan Fe

Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24

jam

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 6: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

6 Masih tingginya (ASFR) 15-19 thn 351000 perempuan

7 Trend pencapaian 4 Terlalu

- Terlalu muda (3)

- Terlalu tua (47)

- Terlalu dekat (55)

- Terlalu banyak (81)

- Persalinan oleh Nakes 728

- Melahirkan pada faskes 70 (urban)

- Perkiraan persalinan berdasar tempat

- Rumah Sakit 20

- Bidan Praktek Swasta 30

- PuskesmasBidan Pedesaan 50

Sumber SDKI 2007

II Tujuan Analisis

a Mengetahui trend kesertaan ber KB trend fertilitas dan angka kematian ibu di

Bengkulu

b Mengidentifikasi factor dominan penyebab kematian ibu

c Menyusun sebuah rancangan strategi percepatan penurunan AKI

III Metodologi

31 Metode Perhitungan AKI

Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung angka kematian

maternal yaitu metode langsung (direct) maupun tidak langsung (indirect) Metode

langsung dilakukan dengan cara recall atau memanggil kembali ingatan responden

tentang kejadian kematian di dalam rumah tangganya selama beberapa waktu

sebelum sensus Namun angka kematian maternal yang diperoleh dengan metode

langsung diduga belum menggambarkan kejadian kematian maternal sebesarnya

Hal ini sesuai dengan pendapat beberapa ahli kependudukan yang menyatakan

bahwa ukuran-ukuran kematian yang didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai

yang terlalu rendah untuk Indonesia

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 6

Beberapa ahli mengembangkan metode penghitungan kematian khususnya kematian

maternal dengan cara tidak langsung (indirect method) Salah satu cara yang sudah

seringkali digunakan adalah metode General Growth Balance yang digagas oleh

Prof Kenneth Hill yang kemudian disebut metode Ken Hill Dengan menggunakan

metode ini diharapkan angka kematian maternal yang dihasilkan akan lebih

sesuaicocok dengan kejadian yang sesungguhnya Keuntungan lainnya adalah

angka kelengkapan (completeness) cakupan kematian dari hasil sensus atau survei

juga akan diperoleh

32 Konsep Definisi

Kematian maternal didefinisikan sebagai kematian perempuan pada saat

hamil saat melahirkan atau selama 42 hari setelah kehamilan berakhir

(WHO2007) Terdapat dua indikator untuk mengukur kematian maternal yaitu

Angka Kematian MaternalMaternal Mortality Rate dan Rasio Kematian

MaternalMaternal Mortality Ratio Pada umumnya indikator yang digunakan untuk

mengukur kematian maternal adalah rasio kematian maternal

33 Sumber Dataa Hasil Sensus 2010

b Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2002-2003 dan 2007

c Riskesdas 2010

d Podes 2010

34 Kerangka Pikir

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 7

Gambar 31 Kerangka Pikir Penyebab Kematian Ibu

Penyebab langsung

Faktor yg memperburuk

Faktor dasar

Sumber Unicef 2004

Gambar 32 Kontribusi Gizi Pendidikan UKP dan KB dalam Menurunkan AKI

Sumber Kemenkes

Gambar 33 Pengaruh Program KB terhadap AKI Menurut Fortney

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 8

Kematian Ibu

Keterbatasan pengetahuan

Komplikasi saat melahirkan

Status Kesehatan dan gizi

Perlindungan dan perilaku dalam

keluarga

Kebutuhan terhadap tatacara

melahirkan

Akses penggunaan

layanan kesehatan

Ketersediaan SDM

Status perempuan

Perbaikan Gizi

Akses ke pelayanan KB mudah

Pendidikan perempuan

Usia Kawin Perempuan

Peningkatan Kualitas pelayanan KB

AKI Turun

Menurut Fortney program KB berpengaruh terhadap rate atau angka kematian ibu melalui 1) Menunda kehamilan sampai umur 20 tahun atau lebih 2) Memberi peluang untuk menghentikan kehamilan pada umur 35 tahun atau lebih 3) Memperkecil jumlah paritas kehamilan sampai kurang dari 4 (empat) 4) Memperpanjang jarak dari satu kehamilan ke kehamilan berikutnya minimal dua tahun 5) Mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancies) sehingga dapat mengurangi aborsi

Maine et al dengan menggunakan data World Fertility Survey menyatakan bahwa mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan (yang biasanya terjadi pada kelompok risiko tinggi) dapat menurunkan rasio kematian ibu sebesar 5 di Ivory Coast dan 62 di Bangladesh Menurunnya rate atau angka kematian ibu dalam periode mendekati survei sekitar 4 tahun terakhir kemungkinan besar karena keberhasilan meningkatnya pemakaian kontrasepsi yang menunjang faktor-faktor yang dapat menurunkan angka kematian ibu

IV Perkembangan Program KB di Bengkulu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 9

Menunda kehamilan sd umur 20 gt

Penurunan AKI

Berhenti melahirkan umur 35 th

Memperkecil jumlah anak 2

lebih baik

Memperpanjang jarak kehamilan

Mengurangi KTD (unwanted

pregnancies)

Program KB

41 Perkembangan Peserta KB per Mix Kontrasepsi

Tabel 41 Peserta KB per Mix Kontrasepsi SDKI 1997-2012

Hasil SDKI 1997 sampai dengan SDKI 2012 peserta Keluarga Berencana di

Provinsi Bengkulu masih didominasi penggunaan alat kontrasepsi jangka pendek

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 10

seperti suntik dari 469 pada SDKI 1997 menjadi 329 pada SDKI 2012 dan

pil sebesar 130 SDKI 1997 menjadi 111 SDKI 2012 Sedangkan alat

kontrasepsi jangka panjang dengan efektifitas tinggi dari SDKI 2007 dibanding

SDKI 2012 justru turun Pemakaian IUD turun dari 83 ( SDKI 2007) menjadi

34 (SDKI 2012) akseptor Implant turun dari 124 menjadi 90 MOP turun

dari 04 menjadi 00 Turunnya akseptor IUD dari 83 menjadi 34

menunjukkan bahwa program IUD sasi yang telah dicanangkan sejak tahun 2010

belum membawa hasil maksimal

Perlu upaya dan terobosan untuk perbaikan kualitas pemakaian kontrasepsi

yang merupakan salah satu tujuan dari program keluarga berencana Salah satu

ukuran dari kualitas pemakaian adalah efektifitas (kelangsungan) pemakaian

kontrasepsi yang semakin tinggi Alasan putus pakai bisa disebabkan oleh kegagalan

kontrasepsi ketidak puasan terhadap alatcara KB efek samping dan kekurang-

tersediaan alatcara KB Tingkat putus pakai yang tinggi kegagalan alatcara KB dan

pergantian alatcara KB bisa mengindikasikan bahwa diperlukan perbaikan dalam

pemberian konseling tentang pemilihan alatcara KB pelayanan lanjutan dan

penyediaan pelayanan yang lebih luas

42 Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi Tabel 42 Tidak Terpenuhi Sedang Pakai dan Ingin ber KB

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 11

Tabel 42 menunjukkan pada tahun 2012 angka unmet need di Bengkulu mengalami

peningkatan dari 74 menjadi 91 dibanding SDKI 1997 PUS yang sedang

menggunakan alat kontrasepsi turun dari 666 menjadi 642 dan PUS yang ingin ber

KB juga turun dari 758 menjadi 733

Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa wanita berstatus kawin usia 15 ndash 49 yang

tidak terpenuhi keinginan ber KB sedang pakai dan ingin ber KB sebagai berikut

a Kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi PUS yang sebenarnya tidak ingin

punya anak lagi atau ingin menunda kelahiran anak berikutnya tetapi karena

berbagai alasan tidak memakai kontrasepsi

- Untuk menjarangkan kelahiran 40

- Untuk membatasi kelahiran 51

- Jumlah 91

Pasangan usia subur yang tidak ingin anak lagi dan ingin menunda kelahiran

tetapi tidak menggunakan suatu alatcara KB modern (unmet need KB)

merupakan suatu peluang untuk meningkatkan peserta KB karena apabila

kelompok PUS (Pasangan Usia Subur) tersebut dapat di diberikan KIE

(Komunikasi Informasi dan Edukasi) yang memadai dan dapat dilayani dengan

baik maka mereka merupakan calon-calon akseptor KB yang potensial

b Kebutuhan ber KB yang terpenuhi

- Untuk menjarangkan kelahiran 25

- Untuk membatasi kelahiran 392

- Jumlah 642

c Jumlah yang ingin ber KB

- Untuk menjarangkan kelahiran 29

- Untuk membatasi kelahiran 444

- Jumlah 733

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 12

Mengapa pasangan usia subur tidak memakai kontrasepsi hal ini berkaitan

dengan tingkat pengetahuan akses kualitas pelayanan dan ketersediaan kontrasepsi

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan suatu pendekatan KIE dan

peningkatan kualitas pelayanan dan pendekatan perluasan jejaring dengan

memanfaatkan seluruh jaringan yang ada di lini lapangan

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemakaian kontrasepsi antara lain adalah

a Kualitas pelayanan yang baik memiliki peranan yang sangat besar dalam

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerimaan dan kelangsungan

pemakaian kontrasepsi

b Rasa takut terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan

kontrasepsi akan menyebabkan penolakan terhadap pemakaian kontrasepsi

c Keterbatasan distribusi alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat

d Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap berbagai macam kontrasepsi

dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing

e Akses masyarakat terhadap pelayanan kontrasepsi

Alternative kebijakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tingginya

unmet need KB di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut

a Memperkuat KIE dan advokasi KIE dan Advokasi adalah langkah yang

dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang penggunaan berbagai

kontrasepsi serta hasil yang diharapkan dari program KB yang pelaksanaanya

diperlukan koordinasi dengan lintas sector yang terkait

b Refreshingpelatihan bagi petugas penyuluh lapangan

Refreshingpelatihan diperlukan untuk menyegarkan kembali metode-metode

dan pengetahuan antara lain bagaimana memberikan pemahaman kepada

masyarakat khususnya kepada PUS tentang pentingnya revitalisasi program

KB

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 13

c Mengaktifkan kembali kader-kader KB yang ada dilapangan

menghidupkan kembali mekanisme operasional lini lapangan dan

memberikan operasional kader-kader KB di lapangan yang memadai

d Melibatkan Tokoh agama tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam

pengelolaan dan revitalisasi program KB

e Penyediaan sarana yang memadai dan pembinaan berjenjang

43 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkulu

Menurut Davis dan Blake (1956) ada 11 variabel antara yang mempengaruhi

fertilitas Variebel-variebel tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu Variabel

hubungan seks yang terdiri dari usia kawin proporsi yang tidak pernah kawin

perpisahan pada usia kawin karena cerai ditinggal dan menjanda abstinensia

sukarela abstinensia karena terpaksa frekuensi hubungan seks Variebel kedua

adalah konsepsi yang terdiri dari kesuburan biologis pemakaian kontrasepsi

kemandulan disengaja Variebel yang terakhir adalah gestasi yang terdiri dari

keguguran yang tidak disengaja dan pengguguran yang disengaja (Singarimbun

19965)

Variabel-variabel tersebut tidak semuanya dijadikan pendekatan untuk pengendalian

kelahiran di Indonesia Adapun variabel-variabel yang dijadikan pendekatan untuk

pengendalian kelahiran melalui program KB yaitu

a Usia kawin melalui promosi pendewasaan usia perkawinan

b Pemakaian kontrasepsi

c Kemandulan disengaja melalui vasektomi dan tubektomi

a1 Pendewasaan usia perkawinan

Tujuan pendewasaan usia perkawinan selain untuk mengendalikan kelahiran

oleh karena semakin tua usia orang kawin berarti semakin sedikit waktu masa

reproduktif yang dimiliki oleh Pasangan Usia Subur (PUS) juga bermanfaat

untuk mengurangi resiko kehamilan Resiko yang mungkin dapat terjadi pada ibu

yang yang telalu muda untuk hamil antara lain keguguran tekanan darah tinggi

keracunan kehamilan timbulnya kesulitan persalinan bayi berat lahir rendah

membesarnya air seni ke vagina keluarnya gas dan feses ke vagina atau bisa

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 14

kanker leher rahim (BKKBN 20062) Anjuran melalui program KB yang

disarankan dalam pendewasaan usia perkawinan adalah meningkatkan batas usia

perkawinan minimal usia 20 tahun untuk perempuan dan minimal usia 25 tahun

untuk pria (BKKBN 199221)

Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan usia kawin pertama wanita

meningkat antara lain

a Kemiskinan

b Hidup di daerah yang padat

c Pengaruh lingkungan

Michael Thomas Sadier seorang penganut Teori Fisiologis menyatakan bahwa

ldquojika kepadatan penduduk tinggi maka daya reproduksi manusia cenderung

menurun sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah maka daya reproduksi

manusia akan meningkatrdquo (Mantra 200359)

b1 Pengaturan Kelahiran

Pengaturan jarak kelahiran antara anak pertama dengan anak kedua dan

seterusnya selain bertujuan untuk mengendalikan tingkat kelahiran melalui

penjarangan kehamilan juga bertujuan untuk mengurangi resiko negatif terhadap

bayi dan ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat Resiko-resiko yang bisa

terjadi bila kehamilan terlalu dekat antara lain

1 keguguran

2 anemia pada ibu

3 payah jantung

4 bayi bisa lahir sebelum waktunya

5 bayi bisa lahir dengan berat badan rendah

6 bayi bisa cacat bawaan serta tidak optimalnya tumbuh kembang balita

Akan sangat beresiko lagi jika kehamilan yang terlalu dekat terjadi di kalangan

keluarga miskin yang tidak mampu untuk mencukupi gizi pada saat ibu sedang

hamil Jarak kelahiran yang ideal yang dianjurkan melalui program KB minimal

2-3 tahun sehingga untuk kehamilan anak yang kedua secara fisik dan

psikhologis siibu lebih siap (BKKBN 20063)

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 15

Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu

Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an

sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan

sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)

Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung

meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi

22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian

kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan

memperkecil prevalensi kehamilan

44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu

Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat

sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu

tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target

yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga

perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102

kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16

Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015

Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu

Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-

2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari

sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-

2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih

sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan

sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk

mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan

Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat

terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu

ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait

masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian

Kesehatan2007)

Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi

Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada

masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada

masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga

kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah

syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang

ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17

aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya

maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas

2010)

Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu

pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya

Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila

didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka

mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka

kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini

disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya

Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah

wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai

jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil

SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam

periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi

30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81

Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan

belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam

terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode

risiko tinggi

Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )

dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan

kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya

penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin

mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran

antara satu anak dengan anak berikutnya

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18

Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal

TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)

Sumber SDK I 200203 2007

41 38

127

94

3

4755

81

0

2

4

6

8

10

12

14

Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak

SDKI 200203 SDKI 2007

V Hasil dan Pembahasan

Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang

didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu

disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari

rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita

hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat

51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill

Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19

Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu

Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio

(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per

100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR

Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di

bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka

perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan

pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka

kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-

provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010

masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana

pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu

Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak

2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari

2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan

persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen

tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63

kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu

sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada

saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah

melahirkan

Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah

perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari

kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan

masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35

tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35

tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun

hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur

yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun

Perhatikan Tabel 51

Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010

Variabel Persentase

Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal

Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan

Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun

23976

333667

63571365

Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu

faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu

hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda

bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan

bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya

kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan

tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60

persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh

informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif

rendah

52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21

Sumber Riskesdas 2010

Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil

melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama

kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil

Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan

kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif

tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar

133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51

persen

53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes

Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010

Sumber Riskesdas 2010

Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa

kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi

Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat

rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang

melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22

melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman

adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan

cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan

bayi

Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir

Sumber Riskesdas 2010

Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau

pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan

kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit

infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu

Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu

mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan

masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya

terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa

setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan

harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai

resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan

kematian (Riskedas 2010)

Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih

relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan

menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320

persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi

0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah

melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23

persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu

44 persenPerhatikan Gambar 55

Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan

Sumber Riskesdas 2010

VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI

61 Faktor Determinan AKI

Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu

a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda

bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah

b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)

c Tempat Persalinan 60 di rumah

d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan

e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED

belum mencukupi

Faktor Yang Memperburuk

a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil

b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197

c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24

d Malaria dan TBC HIVAIDS

Penyebab Tidak Langsung

a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga

ndash Kekerasan dan Beban Ganda

ndash Perilaku konsumsi

ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan

ndash Kawin Muda

ndash Pandangan Budaya

b Pemenuhan Hak Reproduksi

ndash Kesertaan KB

ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB

ndash Peran Kesetaraan Pria

c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Faktor Dasar

a Keterbatasan Pengetahuan

ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi

ndash Pendidikan kesehatan reproduksi

ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi

b Status Perempuan

ndash Taraf Pendidikan Perempuan

ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan

ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga

c Kelembagaan

ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan

ndash Posyandu

ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25

62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI

Tabel 61 Analisa Kesenjangan

Yang harusdilakukan

Kebijakan Nasional

Upaya yang dilakukan

Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan

Pemeriksaan kehamilan

K4 90 Askeskin Biaya transportasi

Bantuan biaya transport

Ibu mendapat Pil besi

Pemberian pil besi

Pengadaan buffer stock pil besi

Konsumsi pil besi tidak sesuai

Peningkatan KIE

Persalinan ditolong oleh Nakes

90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk

Pengangkatan Bidan PTT

Persebaran belum merata

Insentif Bidan di daerah terpencil

Peningkatan kualitas dukun

- Kemitraan Bidan dengan Dukun

Kebijakan yang jelas tentang Dukun

Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda

Akses PONEK dan PONED

Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab

Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK

Dukungan peralatan dan tenaga kurang

Ekspansi PONED pelatihan tenaga

Mengurangi KDRT

UU No 232004 tentang penghapusan KDRT

Kampanye dan Sosialisasi

Belum dipahami publik dan penegak hukum

KIE tentang pengurangan KDRT

Ibu melahirkan di usia aman

UU No 1 1974 tentang Perkawinan

Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah

Kampanye KIE pendidikan Kespro

Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi

Unmet need 60

Peningkatan kualitas program KB

Unmet need mencapai 91

Revitalisasi program KB

Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan

Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan

Mendekatkan pelayanan Bidan

Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga

Siswa memperoleh

Kespro bagian dari kurikulum

KIE tentnag Kespro

Kesepakatan dan metode

Pengembangan modul dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26

pengetahuan tentang kespro

penyampaian bahan pelajaran

Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga

Pengarus utamaan gender

Kessempatan kerja bagi perempuan

VII Kesimpulan dan Rekomendasi

71 Kesimpulan

a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345

(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)

b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat

dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41

menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94

menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE

yang lebih intensif terutama diperdesaan)

c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga

penurunan AKI masih terkesan lambat

d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor

e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan

politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif

72 Rekomendasi

1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil

2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga

3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor

4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya

5 Peningkatan kelembagaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27

Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach

- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun

- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi

PemdaDinkesOrganisasi Profesi

Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab

Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK

PemdaDinkes

Pelayanan Antenatal dan Persalinan

Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi

Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT

PemdaDinkes

Pelayanan kesehatan masyarakat miskin

Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua

PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk

PemdaDinkes

Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah

Alokasi dana trasnportBank darah di RS

PemdaDinkesPMI

Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab

Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan

Rata- rata pendidikan perenpuan

DiknasPemda

Status perempuan

Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan

Perangkat hukum Meneg PPPemda

Status sosial ekonomi

Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja

Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat

Meneg PPPemda

Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28

untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin

meningkat Pemda

Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi

Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN

BKKBN dan Pemda

Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan

Asuransi persalinan dan transportasi

Pemda

Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga

Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat

Kemenkes

Kerjasama kelembagaan

Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga

Menguatnya peran lintas sektor

Lintas sektor

Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program

pendidikan kespro kedalam kurikulum

Metode pengajaran yang tepat

Pemda Diknas BKKBN

Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi

Aturan yang jelas tentang aborsi

Kemenkumham Pemda

Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil

Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan

Kemenag Pemda

Perkawinan usia muda

Optimalisasi batasminimal usia perkawinan

Batas usia minimal perkawinan

Kemenkumham Pemda

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29

Strategi 5 KELEMBAGAAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman

Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD

Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan

Bappenas dan Bappeda

Peraturan per undangan tentang aborsi

Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency

Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency

Lintas Sektor

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30

Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI

SOLUSI MASALAH

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31

Angka kematian Ibu melahirkan tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi

Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi

Kasus ekslampsia yang tidak tertangani

Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi

Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi

Pemantauan selama kehamilan rendah

Pengetahuan ibu masih rendah

Keterampilan tenaga penolong masih kurang

Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi

Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi

Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam

Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi

TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi

bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih

rendah

Pemberian tablet Fe masih kurang

Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang

Pemberdayaan masyarakat

Peningkatan Cakupan bumil

ristikomp yang tertangani tuntas

Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin

Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK

Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes

Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4

Peningkatan cakupan Fe

Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24

jam

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 7: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

Beberapa ahli mengembangkan metode penghitungan kematian khususnya kematian

maternal dengan cara tidak langsung (indirect method) Salah satu cara yang sudah

seringkali digunakan adalah metode General Growth Balance yang digagas oleh

Prof Kenneth Hill yang kemudian disebut metode Ken Hill Dengan menggunakan

metode ini diharapkan angka kematian maternal yang dihasilkan akan lebih

sesuaicocok dengan kejadian yang sesungguhnya Keuntungan lainnya adalah

angka kelengkapan (completeness) cakupan kematian dari hasil sensus atau survei

juga akan diperoleh

32 Konsep Definisi

Kematian maternal didefinisikan sebagai kematian perempuan pada saat

hamil saat melahirkan atau selama 42 hari setelah kehamilan berakhir

(WHO2007) Terdapat dua indikator untuk mengukur kematian maternal yaitu

Angka Kematian MaternalMaternal Mortality Rate dan Rasio Kematian

MaternalMaternal Mortality Ratio Pada umumnya indikator yang digunakan untuk

mengukur kematian maternal adalah rasio kematian maternal

33 Sumber Dataa Hasil Sensus 2010

b Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2002-2003 dan 2007

c Riskesdas 2010

d Podes 2010

34 Kerangka Pikir

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 7

Gambar 31 Kerangka Pikir Penyebab Kematian Ibu

Penyebab langsung

Faktor yg memperburuk

Faktor dasar

Sumber Unicef 2004

Gambar 32 Kontribusi Gizi Pendidikan UKP dan KB dalam Menurunkan AKI

Sumber Kemenkes

Gambar 33 Pengaruh Program KB terhadap AKI Menurut Fortney

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 8

Kematian Ibu

Keterbatasan pengetahuan

Komplikasi saat melahirkan

Status Kesehatan dan gizi

Perlindungan dan perilaku dalam

keluarga

Kebutuhan terhadap tatacara

melahirkan

Akses penggunaan

layanan kesehatan

Ketersediaan SDM

Status perempuan

Perbaikan Gizi

Akses ke pelayanan KB mudah

Pendidikan perempuan

Usia Kawin Perempuan

Peningkatan Kualitas pelayanan KB

AKI Turun

Menurut Fortney program KB berpengaruh terhadap rate atau angka kematian ibu melalui 1) Menunda kehamilan sampai umur 20 tahun atau lebih 2) Memberi peluang untuk menghentikan kehamilan pada umur 35 tahun atau lebih 3) Memperkecil jumlah paritas kehamilan sampai kurang dari 4 (empat) 4) Memperpanjang jarak dari satu kehamilan ke kehamilan berikutnya minimal dua tahun 5) Mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancies) sehingga dapat mengurangi aborsi

Maine et al dengan menggunakan data World Fertility Survey menyatakan bahwa mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan (yang biasanya terjadi pada kelompok risiko tinggi) dapat menurunkan rasio kematian ibu sebesar 5 di Ivory Coast dan 62 di Bangladesh Menurunnya rate atau angka kematian ibu dalam periode mendekati survei sekitar 4 tahun terakhir kemungkinan besar karena keberhasilan meningkatnya pemakaian kontrasepsi yang menunjang faktor-faktor yang dapat menurunkan angka kematian ibu

IV Perkembangan Program KB di Bengkulu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 9

Menunda kehamilan sd umur 20 gt

Penurunan AKI

Berhenti melahirkan umur 35 th

Memperkecil jumlah anak 2

lebih baik

Memperpanjang jarak kehamilan

Mengurangi KTD (unwanted

pregnancies)

Program KB

41 Perkembangan Peserta KB per Mix Kontrasepsi

Tabel 41 Peserta KB per Mix Kontrasepsi SDKI 1997-2012

Hasil SDKI 1997 sampai dengan SDKI 2012 peserta Keluarga Berencana di

Provinsi Bengkulu masih didominasi penggunaan alat kontrasepsi jangka pendek

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 10

seperti suntik dari 469 pada SDKI 1997 menjadi 329 pada SDKI 2012 dan

pil sebesar 130 SDKI 1997 menjadi 111 SDKI 2012 Sedangkan alat

kontrasepsi jangka panjang dengan efektifitas tinggi dari SDKI 2007 dibanding

SDKI 2012 justru turun Pemakaian IUD turun dari 83 ( SDKI 2007) menjadi

34 (SDKI 2012) akseptor Implant turun dari 124 menjadi 90 MOP turun

dari 04 menjadi 00 Turunnya akseptor IUD dari 83 menjadi 34

menunjukkan bahwa program IUD sasi yang telah dicanangkan sejak tahun 2010

belum membawa hasil maksimal

Perlu upaya dan terobosan untuk perbaikan kualitas pemakaian kontrasepsi

yang merupakan salah satu tujuan dari program keluarga berencana Salah satu

ukuran dari kualitas pemakaian adalah efektifitas (kelangsungan) pemakaian

kontrasepsi yang semakin tinggi Alasan putus pakai bisa disebabkan oleh kegagalan

kontrasepsi ketidak puasan terhadap alatcara KB efek samping dan kekurang-

tersediaan alatcara KB Tingkat putus pakai yang tinggi kegagalan alatcara KB dan

pergantian alatcara KB bisa mengindikasikan bahwa diperlukan perbaikan dalam

pemberian konseling tentang pemilihan alatcara KB pelayanan lanjutan dan

penyediaan pelayanan yang lebih luas

42 Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi Tabel 42 Tidak Terpenuhi Sedang Pakai dan Ingin ber KB

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 11

Tabel 42 menunjukkan pada tahun 2012 angka unmet need di Bengkulu mengalami

peningkatan dari 74 menjadi 91 dibanding SDKI 1997 PUS yang sedang

menggunakan alat kontrasepsi turun dari 666 menjadi 642 dan PUS yang ingin ber

KB juga turun dari 758 menjadi 733

Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa wanita berstatus kawin usia 15 ndash 49 yang

tidak terpenuhi keinginan ber KB sedang pakai dan ingin ber KB sebagai berikut

a Kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi PUS yang sebenarnya tidak ingin

punya anak lagi atau ingin menunda kelahiran anak berikutnya tetapi karena

berbagai alasan tidak memakai kontrasepsi

- Untuk menjarangkan kelahiran 40

- Untuk membatasi kelahiran 51

- Jumlah 91

Pasangan usia subur yang tidak ingin anak lagi dan ingin menunda kelahiran

tetapi tidak menggunakan suatu alatcara KB modern (unmet need KB)

merupakan suatu peluang untuk meningkatkan peserta KB karena apabila

kelompok PUS (Pasangan Usia Subur) tersebut dapat di diberikan KIE

(Komunikasi Informasi dan Edukasi) yang memadai dan dapat dilayani dengan

baik maka mereka merupakan calon-calon akseptor KB yang potensial

b Kebutuhan ber KB yang terpenuhi

- Untuk menjarangkan kelahiran 25

- Untuk membatasi kelahiran 392

- Jumlah 642

c Jumlah yang ingin ber KB

- Untuk menjarangkan kelahiran 29

- Untuk membatasi kelahiran 444

- Jumlah 733

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 12

Mengapa pasangan usia subur tidak memakai kontrasepsi hal ini berkaitan

dengan tingkat pengetahuan akses kualitas pelayanan dan ketersediaan kontrasepsi

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan suatu pendekatan KIE dan

peningkatan kualitas pelayanan dan pendekatan perluasan jejaring dengan

memanfaatkan seluruh jaringan yang ada di lini lapangan

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemakaian kontrasepsi antara lain adalah

a Kualitas pelayanan yang baik memiliki peranan yang sangat besar dalam

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerimaan dan kelangsungan

pemakaian kontrasepsi

b Rasa takut terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan

kontrasepsi akan menyebabkan penolakan terhadap pemakaian kontrasepsi

c Keterbatasan distribusi alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat

d Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap berbagai macam kontrasepsi

dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing

e Akses masyarakat terhadap pelayanan kontrasepsi

Alternative kebijakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tingginya

unmet need KB di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut

a Memperkuat KIE dan advokasi KIE dan Advokasi adalah langkah yang

dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang penggunaan berbagai

kontrasepsi serta hasil yang diharapkan dari program KB yang pelaksanaanya

diperlukan koordinasi dengan lintas sector yang terkait

b Refreshingpelatihan bagi petugas penyuluh lapangan

Refreshingpelatihan diperlukan untuk menyegarkan kembali metode-metode

dan pengetahuan antara lain bagaimana memberikan pemahaman kepada

masyarakat khususnya kepada PUS tentang pentingnya revitalisasi program

KB

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 13

c Mengaktifkan kembali kader-kader KB yang ada dilapangan

menghidupkan kembali mekanisme operasional lini lapangan dan

memberikan operasional kader-kader KB di lapangan yang memadai

d Melibatkan Tokoh agama tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam

pengelolaan dan revitalisasi program KB

e Penyediaan sarana yang memadai dan pembinaan berjenjang

43 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkulu

Menurut Davis dan Blake (1956) ada 11 variabel antara yang mempengaruhi

fertilitas Variebel-variebel tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu Variabel

hubungan seks yang terdiri dari usia kawin proporsi yang tidak pernah kawin

perpisahan pada usia kawin karena cerai ditinggal dan menjanda abstinensia

sukarela abstinensia karena terpaksa frekuensi hubungan seks Variebel kedua

adalah konsepsi yang terdiri dari kesuburan biologis pemakaian kontrasepsi

kemandulan disengaja Variebel yang terakhir adalah gestasi yang terdiri dari

keguguran yang tidak disengaja dan pengguguran yang disengaja (Singarimbun

19965)

Variabel-variabel tersebut tidak semuanya dijadikan pendekatan untuk pengendalian

kelahiran di Indonesia Adapun variabel-variabel yang dijadikan pendekatan untuk

pengendalian kelahiran melalui program KB yaitu

a Usia kawin melalui promosi pendewasaan usia perkawinan

b Pemakaian kontrasepsi

c Kemandulan disengaja melalui vasektomi dan tubektomi

a1 Pendewasaan usia perkawinan

Tujuan pendewasaan usia perkawinan selain untuk mengendalikan kelahiran

oleh karena semakin tua usia orang kawin berarti semakin sedikit waktu masa

reproduktif yang dimiliki oleh Pasangan Usia Subur (PUS) juga bermanfaat

untuk mengurangi resiko kehamilan Resiko yang mungkin dapat terjadi pada ibu

yang yang telalu muda untuk hamil antara lain keguguran tekanan darah tinggi

keracunan kehamilan timbulnya kesulitan persalinan bayi berat lahir rendah

membesarnya air seni ke vagina keluarnya gas dan feses ke vagina atau bisa

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 14

kanker leher rahim (BKKBN 20062) Anjuran melalui program KB yang

disarankan dalam pendewasaan usia perkawinan adalah meningkatkan batas usia

perkawinan minimal usia 20 tahun untuk perempuan dan minimal usia 25 tahun

untuk pria (BKKBN 199221)

Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan usia kawin pertama wanita

meningkat antara lain

a Kemiskinan

b Hidup di daerah yang padat

c Pengaruh lingkungan

Michael Thomas Sadier seorang penganut Teori Fisiologis menyatakan bahwa

ldquojika kepadatan penduduk tinggi maka daya reproduksi manusia cenderung

menurun sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah maka daya reproduksi

manusia akan meningkatrdquo (Mantra 200359)

b1 Pengaturan Kelahiran

Pengaturan jarak kelahiran antara anak pertama dengan anak kedua dan

seterusnya selain bertujuan untuk mengendalikan tingkat kelahiran melalui

penjarangan kehamilan juga bertujuan untuk mengurangi resiko negatif terhadap

bayi dan ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat Resiko-resiko yang bisa

terjadi bila kehamilan terlalu dekat antara lain

1 keguguran

2 anemia pada ibu

3 payah jantung

4 bayi bisa lahir sebelum waktunya

5 bayi bisa lahir dengan berat badan rendah

6 bayi bisa cacat bawaan serta tidak optimalnya tumbuh kembang balita

Akan sangat beresiko lagi jika kehamilan yang terlalu dekat terjadi di kalangan

keluarga miskin yang tidak mampu untuk mencukupi gizi pada saat ibu sedang

hamil Jarak kelahiran yang ideal yang dianjurkan melalui program KB minimal

2-3 tahun sehingga untuk kehamilan anak yang kedua secara fisik dan

psikhologis siibu lebih siap (BKKBN 20063)

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 15

Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu

Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an

sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan

sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)

Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung

meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi

22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian

kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan

memperkecil prevalensi kehamilan

44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu

Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat

sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu

tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target

yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga

perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102

kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16

Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015

Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu

Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-

2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari

sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-

2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih

sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan

sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk

mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan

Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat

terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu

ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait

masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian

Kesehatan2007)

Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi

Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada

masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada

masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga

kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah

syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang

ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17

aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya

maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas

2010)

Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu

pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya

Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila

didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka

mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka

kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini

disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya

Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah

wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai

jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil

SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam

periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi

30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81

Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan

belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam

terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode

risiko tinggi

Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )

dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan

kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya

penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin

mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran

antara satu anak dengan anak berikutnya

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18

Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal

TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)

Sumber SDK I 200203 2007

41 38

127

94

3

4755

81

0

2

4

6

8

10

12

14

Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak

SDKI 200203 SDKI 2007

V Hasil dan Pembahasan

Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang

didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu

disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari

rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita

hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat

51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill

Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19

Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu

Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio

(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per

100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR

Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di

bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka

perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan

pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka

kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-

provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010

masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana

pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu

Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak

2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari

2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan

persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen

tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63

kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu

sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada

saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah

melahirkan

Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah

perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari

kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan

masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35

tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35

tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun

hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur

yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun

Perhatikan Tabel 51

Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010

Variabel Persentase

Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal

Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan

Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun

23976

333667

63571365

Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu

faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu

hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda

bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan

bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya

kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan

tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60

persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh

informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif

rendah

52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21

Sumber Riskesdas 2010

Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil

melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama

kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil

Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan

kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif

tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar

133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51

persen

53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes

Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010

Sumber Riskesdas 2010

Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa

kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi

Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat

rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang

melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22

melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman

adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan

cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan

bayi

Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir

Sumber Riskesdas 2010

Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau

pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan

kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit

infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu

Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu

mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan

masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya

terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa

setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan

harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai

resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan

kematian (Riskedas 2010)

Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih

relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan

menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320

persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi

0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah

melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23

persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu

44 persenPerhatikan Gambar 55

Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan

Sumber Riskesdas 2010

VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI

61 Faktor Determinan AKI

Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu

a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda

bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah

b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)

c Tempat Persalinan 60 di rumah

d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan

e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED

belum mencukupi

Faktor Yang Memperburuk

a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil

b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197

c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24

d Malaria dan TBC HIVAIDS

Penyebab Tidak Langsung

a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga

ndash Kekerasan dan Beban Ganda

ndash Perilaku konsumsi

ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan

ndash Kawin Muda

ndash Pandangan Budaya

b Pemenuhan Hak Reproduksi

ndash Kesertaan KB

ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB

ndash Peran Kesetaraan Pria

c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Faktor Dasar

a Keterbatasan Pengetahuan

ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi

ndash Pendidikan kesehatan reproduksi

ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi

b Status Perempuan

ndash Taraf Pendidikan Perempuan

ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan

ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga

c Kelembagaan

ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan

ndash Posyandu

ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25

62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI

Tabel 61 Analisa Kesenjangan

Yang harusdilakukan

Kebijakan Nasional

Upaya yang dilakukan

Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan

Pemeriksaan kehamilan

K4 90 Askeskin Biaya transportasi

Bantuan biaya transport

Ibu mendapat Pil besi

Pemberian pil besi

Pengadaan buffer stock pil besi

Konsumsi pil besi tidak sesuai

Peningkatan KIE

Persalinan ditolong oleh Nakes

90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk

Pengangkatan Bidan PTT

Persebaran belum merata

Insentif Bidan di daerah terpencil

Peningkatan kualitas dukun

- Kemitraan Bidan dengan Dukun

Kebijakan yang jelas tentang Dukun

Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda

Akses PONEK dan PONED

Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab

Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK

Dukungan peralatan dan tenaga kurang

Ekspansi PONED pelatihan tenaga

Mengurangi KDRT

UU No 232004 tentang penghapusan KDRT

Kampanye dan Sosialisasi

Belum dipahami publik dan penegak hukum

KIE tentang pengurangan KDRT

Ibu melahirkan di usia aman

UU No 1 1974 tentang Perkawinan

Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah

Kampanye KIE pendidikan Kespro

Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi

Unmet need 60

Peningkatan kualitas program KB

Unmet need mencapai 91

Revitalisasi program KB

Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan

Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan

Mendekatkan pelayanan Bidan

Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga

Siswa memperoleh

Kespro bagian dari kurikulum

KIE tentnag Kespro

Kesepakatan dan metode

Pengembangan modul dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26

pengetahuan tentang kespro

penyampaian bahan pelajaran

Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga

Pengarus utamaan gender

Kessempatan kerja bagi perempuan

VII Kesimpulan dan Rekomendasi

71 Kesimpulan

a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345

(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)

b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat

dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41

menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94

menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE

yang lebih intensif terutama diperdesaan)

c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga

penurunan AKI masih terkesan lambat

d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor

e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan

politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif

72 Rekomendasi

1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil

2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga

3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor

4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya

5 Peningkatan kelembagaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27

Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach

- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun

- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi

PemdaDinkesOrganisasi Profesi

Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab

Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK

PemdaDinkes

Pelayanan Antenatal dan Persalinan

Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi

Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT

PemdaDinkes

Pelayanan kesehatan masyarakat miskin

Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua

PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk

PemdaDinkes

Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah

Alokasi dana trasnportBank darah di RS

PemdaDinkesPMI

Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab

Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan

Rata- rata pendidikan perenpuan

DiknasPemda

Status perempuan

Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan

Perangkat hukum Meneg PPPemda

Status sosial ekonomi

Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja

Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat

Meneg PPPemda

Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28

untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin

meningkat Pemda

Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi

Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN

BKKBN dan Pemda

Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan

Asuransi persalinan dan transportasi

Pemda

Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga

Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat

Kemenkes

Kerjasama kelembagaan

Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga

Menguatnya peran lintas sektor

Lintas sektor

Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program

pendidikan kespro kedalam kurikulum

Metode pengajaran yang tepat

Pemda Diknas BKKBN

Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi

Aturan yang jelas tentang aborsi

Kemenkumham Pemda

Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil

Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan

Kemenag Pemda

Perkawinan usia muda

Optimalisasi batasminimal usia perkawinan

Batas usia minimal perkawinan

Kemenkumham Pemda

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29

Strategi 5 KELEMBAGAAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman

Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD

Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan

Bappenas dan Bappeda

Peraturan per undangan tentang aborsi

Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency

Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency

Lintas Sektor

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30

Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI

SOLUSI MASALAH

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31

Angka kematian Ibu melahirkan tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi

Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi

Kasus ekslampsia yang tidak tertangani

Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi

Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi

Pemantauan selama kehamilan rendah

Pengetahuan ibu masih rendah

Keterampilan tenaga penolong masih kurang

Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi

Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi

Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam

Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi

TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi

bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih

rendah

Pemberian tablet Fe masih kurang

Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang

Pemberdayaan masyarakat

Peningkatan Cakupan bumil

ristikomp yang tertangani tuntas

Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin

Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK

Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes

Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4

Peningkatan cakupan Fe

Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24

jam

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 8: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

Gambar 31 Kerangka Pikir Penyebab Kematian Ibu

Penyebab langsung

Faktor yg memperburuk

Faktor dasar

Sumber Unicef 2004

Gambar 32 Kontribusi Gizi Pendidikan UKP dan KB dalam Menurunkan AKI

Sumber Kemenkes

Gambar 33 Pengaruh Program KB terhadap AKI Menurut Fortney

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 8

Kematian Ibu

Keterbatasan pengetahuan

Komplikasi saat melahirkan

Status Kesehatan dan gizi

Perlindungan dan perilaku dalam

keluarga

Kebutuhan terhadap tatacara

melahirkan

Akses penggunaan

layanan kesehatan

Ketersediaan SDM

Status perempuan

Perbaikan Gizi

Akses ke pelayanan KB mudah

Pendidikan perempuan

Usia Kawin Perempuan

Peningkatan Kualitas pelayanan KB

AKI Turun

Menurut Fortney program KB berpengaruh terhadap rate atau angka kematian ibu melalui 1) Menunda kehamilan sampai umur 20 tahun atau lebih 2) Memberi peluang untuk menghentikan kehamilan pada umur 35 tahun atau lebih 3) Memperkecil jumlah paritas kehamilan sampai kurang dari 4 (empat) 4) Memperpanjang jarak dari satu kehamilan ke kehamilan berikutnya minimal dua tahun 5) Mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancies) sehingga dapat mengurangi aborsi

Maine et al dengan menggunakan data World Fertility Survey menyatakan bahwa mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan (yang biasanya terjadi pada kelompok risiko tinggi) dapat menurunkan rasio kematian ibu sebesar 5 di Ivory Coast dan 62 di Bangladesh Menurunnya rate atau angka kematian ibu dalam periode mendekati survei sekitar 4 tahun terakhir kemungkinan besar karena keberhasilan meningkatnya pemakaian kontrasepsi yang menunjang faktor-faktor yang dapat menurunkan angka kematian ibu

IV Perkembangan Program KB di Bengkulu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 9

Menunda kehamilan sd umur 20 gt

Penurunan AKI

Berhenti melahirkan umur 35 th

Memperkecil jumlah anak 2

lebih baik

Memperpanjang jarak kehamilan

Mengurangi KTD (unwanted

pregnancies)

Program KB

41 Perkembangan Peserta KB per Mix Kontrasepsi

Tabel 41 Peserta KB per Mix Kontrasepsi SDKI 1997-2012

Hasil SDKI 1997 sampai dengan SDKI 2012 peserta Keluarga Berencana di

Provinsi Bengkulu masih didominasi penggunaan alat kontrasepsi jangka pendek

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 10

seperti suntik dari 469 pada SDKI 1997 menjadi 329 pada SDKI 2012 dan

pil sebesar 130 SDKI 1997 menjadi 111 SDKI 2012 Sedangkan alat

kontrasepsi jangka panjang dengan efektifitas tinggi dari SDKI 2007 dibanding

SDKI 2012 justru turun Pemakaian IUD turun dari 83 ( SDKI 2007) menjadi

34 (SDKI 2012) akseptor Implant turun dari 124 menjadi 90 MOP turun

dari 04 menjadi 00 Turunnya akseptor IUD dari 83 menjadi 34

menunjukkan bahwa program IUD sasi yang telah dicanangkan sejak tahun 2010

belum membawa hasil maksimal

Perlu upaya dan terobosan untuk perbaikan kualitas pemakaian kontrasepsi

yang merupakan salah satu tujuan dari program keluarga berencana Salah satu

ukuran dari kualitas pemakaian adalah efektifitas (kelangsungan) pemakaian

kontrasepsi yang semakin tinggi Alasan putus pakai bisa disebabkan oleh kegagalan

kontrasepsi ketidak puasan terhadap alatcara KB efek samping dan kekurang-

tersediaan alatcara KB Tingkat putus pakai yang tinggi kegagalan alatcara KB dan

pergantian alatcara KB bisa mengindikasikan bahwa diperlukan perbaikan dalam

pemberian konseling tentang pemilihan alatcara KB pelayanan lanjutan dan

penyediaan pelayanan yang lebih luas

42 Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi Tabel 42 Tidak Terpenuhi Sedang Pakai dan Ingin ber KB

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 11

Tabel 42 menunjukkan pada tahun 2012 angka unmet need di Bengkulu mengalami

peningkatan dari 74 menjadi 91 dibanding SDKI 1997 PUS yang sedang

menggunakan alat kontrasepsi turun dari 666 menjadi 642 dan PUS yang ingin ber

KB juga turun dari 758 menjadi 733

Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa wanita berstatus kawin usia 15 ndash 49 yang

tidak terpenuhi keinginan ber KB sedang pakai dan ingin ber KB sebagai berikut

a Kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi PUS yang sebenarnya tidak ingin

punya anak lagi atau ingin menunda kelahiran anak berikutnya tetapi karena

berbagai alasan tidak memakai kontrasepsi

- Untuk menjarangkan kelahiran 40

- Untuk membatasi kelahiran 51

- Jumlah 91

Pasangan usia subur yang tidak ingin anak lagi dan ingin menunda kelahiran

tetapi tidak menggunakan suatu alatcara KB modern (unmet need KB)

merupakan suatu peluang untuk meningkatkan peserta KB karena apabila

kelompok PUS (Pasangan Usia Subur) tersebut dapat di diberikan KIE

(Komunikasi Informasi dan Edukasi) yang memadai dan dapat dilayani dengan

baik maka mereka merupakan calon-calon akseptor KB yang potensial

b Kebutuhan ber KB yang terpenuhi

- Untuk menjarangkan kelahiran 25

- Untuk membatasi kelahiran 392

- Jumlah 642

c Jumlah yang ingin ber KB

- Untuk menjarangkan kelahiran 29

- Untuk membatasi kelahiran 444

- Jumlah 733

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 12

Mengapa pasangan usia subur tidak memakai kontrasepsi hal ini berkaitan

dengan tingkat pengetahuan akses kualitas pelayanan dan ketersediaan kontrasepsi

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan suatu pendekatan KIE dan

peningkatan kualitas pelayanan dan pendekatan perluasan jejaring dengan

memanfaatkan seluruh jaringan yang ada di lini lapangan

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemakaian kontrasepsi antara lain adalah

a Kualitas pelayanan yang baik memiliki peranan yang sangat besar dalam

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerimaan dan kelangsungan

pemakaian kontrasepsi

b Rasa takut terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan

kontrasepsi akan menyebabkan penolakan terhadap pemakaian kontrasepsi

c Keterbatasan distribusi alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat

d Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap berbagai macam kontrasepsi

dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing

e Akses masyarakat terhadap pelayanan kontrasepsi

Alternative kebijakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tingginya

unmet need KB di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut

a Memperkuat KIE dan advokasi KIE dan Advokasi adalah langkah yang

dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang penggunaan berbagai

kontrasepsi serta hasil yang diharapkan dari program KB yang pelaksanaanya

diperlukan koordinasi dengan lintas sector yang terkait

b Refreshingpelatihan bagi petugas penyuluh lapangan

Refreshingpelatihan diperlukan untuk menyegarkan kembali metode-metode

dan pengetahuan antara lain bagaimana memberikan pemahaman kepada

masyarakat khususnya kepada PUS tentang pentingnya revitalisasi program

KB

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 13

c Mengaktifkan kembali kader-kader KB yang ada dilapangan

menghidupkan kembali mekanisme operasional lini lapangan dan

memberikan operasional kader-kader KB di lapangan yang memadai

d Melibatkan Tokoh agama tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam

pengelolaan dan revitalisasi program KB

e Penyediaan sarana yang memadai dan pembinaan berjenjang

43 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkulu

Menurut Davis dan Blake (1956) ada 11 variabel antara yang mempengaruhi

fertilitas Variebel-variebel tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu Variabel

hubungan seks yang terdiri dari usia kawin proporsi yang tidak pernah kawin

perpisahan pada usia kawin karena cerai ditinggal dan menjanda abstinensia

sukarela abstinensia karena terpaksa frekuensi hubungan seks Variebel kedua

adalah konsepsi yang terdiri dari kesuburan biologis pemakaian kontrasepsi

kemandulan disengaja Variebel yang terakhir adalah gestasi yang terdiri dari

keguguran yang tidak disengaja dan pengguguran yang disengaja (Singarimbun

19965)

Variabel-variabel tersebut tidak semuanya dijadikan pendekatan untuk pengendalian

kelahiran di Indonesia Adapun variabel-variabel yang dijadikan pendekatan untuk

pengendalian kelahiran melalui program KB yaitu

a Usia kawin melalui promosi pendewasaan usia perkawinan

b Pemakaian kontrasepsi

c Kemandulan disengaja melalui vasektomi dan tubektomi

a1 Pendewasaan usia perkawinan

Tujuan pendewasaan usia perkawinan selain untuk mengendalikan kelahiran

oleh karena semakin tua usia orang kawin berarti semakin sedikit waktu masa

reproduktif yang dimiliki oleh Pasangan Usia Subur (PUS) juga bermanfaat

untuk mengurangi resiko kehamilan Resiko yang mungkin dapat terjadi pada ibu

yang yang telalu muda untuk hamil antara lain keguguran tekanan darah tinggi

keracunan kehamilan timbulnya kesulitan persalinan bayi berat lahir rendah

membesarnya air seni ke vagina keluarnya gas dan feses ke vagina atau bisa

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 14

kanker leher rahim (BKKBN 20062) Anjuran melalui program KB yang

disarankan dalam pendewasaan usia perkawinan adalah meningkatkan batas usia

perkawinan minimal usia 20 tahun untuk perempuan dan minimal usia 25 tahun

untuk pria (BKKBN 199221)

Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan usia kawin pertama wanita

meningkat antara lain

a Kemiskinan

b Hidup di daerah yang padat

c Pengaruh lingkungan

Michael Thomas Sadier seorang penganut Teori Fisiologis menyatakan bahwa

ldquojika kepadatan penduduk tinggi maka daya reproduksi manusia cenderung

menurun sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah maka daya reproduksi

manusia akan meningkatrdquo (Mantra 200359)

b1 Pengaturan Kelahiran

Pengaturan jarak kelahiran antara anak pertama dengan anak kedua dan

seterusnya selain bertujuan untuk mengendalikan tingkat kelahiran melalui

penjarangan kehamilan juga bertujuan untuk mengurangi resiko negatif terhadap

bayi dan ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat Resiko-resiko yang bisa

terjadi bila kehamilan terlalu dekat antara lain

1 keguguran

2 anemia pada ibu

3 payah jantung

4 bayi bisa lahir sebelum waktunya

5 bayi bisa lahir dengan berat badan rendah

6 bayi bisa cacat bawaan serta tidak optimalnya tumbuh kembang balita

Akan sangat beresiko lagi jika kehamilan yang terlalu dekat terjadi di kalangan

keluarga miskin yang tidak mampu untuk mencukupi gizi pada saat ibu sedang

hamil Jarak kelahiran yang ideal yang dianjurkan melalui program KB minimal

2-3 tahun sehingga untuk kehamilan anak yang kedua secara fisik dan

psikhologis siibu lebih siap (BKKBN 20063)

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 15

Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu

Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an

sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan

sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)

Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung

meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi

22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian

kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan

memperkecil prevalensi kehamilan

44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu

Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat

sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu

tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target

yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga

perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102

kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16

Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015

Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu

Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-

2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari

sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-

2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih

sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan

sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk

mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan

Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat

terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu

ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait

masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian

Kesehatan2007)

Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi

Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada

masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada

masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga

kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah

syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang

ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17

aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya

maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas

2010)

Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu

pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya

Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila

didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka

mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka

kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini

disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya

Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah

wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai

jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil

SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam

periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi

30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81

Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan

belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam

terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode

risiko tinggi

Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )

dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan

kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya

penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin

mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran

antara satu anak dengan anak berikutnya

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18

Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal

TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)

Sumber SDK I 200203 2007

41 38

127

94

3

4755

81

0

2

4

6

8

10

12

14

Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak

SDKI 200203 SDKI 2007

V Hasil dan Pembahasan

Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang

didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu

disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari

rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita

hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat

51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill

Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19

Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu

Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio

(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per

100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR

Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di

bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka

perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan

pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka

kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-

provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010

masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana

pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu

Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak

2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari

2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan

persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen

tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63

kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu

sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada

saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah

melahirkan

Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah

perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari

kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan

masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35

tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35

tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun

hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur

yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun

Perhatikan Tabel 51

Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010

Variabel Persentase

Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal

Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan

Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun

23976

333667

63571365

Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu

faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu

hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda

bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan

bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya

kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan

tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60

persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh

informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif

rendah

52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21

Sumber Riskesdas 2010

Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil

melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama

kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil

Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan

kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif

tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar

133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51

persen

53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes

Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010

Sumber Riskesdas 2010

Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa

kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi

Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat

rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang

melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22

melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman

adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan

cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan

bayi

Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir

Sumber Riskesdas 2010

Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau

pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan

kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit

infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu

Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu

mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan

masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya

terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa

setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan

harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai

resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan

kematian (Riskedas 2010)

Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih

relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan

menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320

persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi

0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah

melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23

persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu

44 persenPerhatikan Gambar 55

Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan

Sumber Riskesdas 2010

VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI

61 Faktor Determinan AKI

Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu

a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda

bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah

b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)

c Tempat Persalinan 60 di rumah

d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan

e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED

belum mencukupi

Faktor Yang Memperburuk

a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil

b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197

c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24

d Malaria dan TBC HIVAIDS

Penyebab Tidak Langsung

a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga

ndash Kekerasan dan Beban Ganda

ndash Perilaku konsumsi

ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan

ndash Kawin Muda

ndash Pandangan Budaya

b Pemenuhan Hak Reproduksi

ndash Kesertaan KB

ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB

ndash Peran Kesetaraan Pria

c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Faktor Dasar

a Keterbatasan Pengetahuan

ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi

ndash Pendidikan kesehatan reproduksi

ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi

b Status Perempuan

ndash Taraf Pendidikan Perempuan

ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan

ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga

c Kelembagaan

ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan

ndash Posyandu

ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25

62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI

Tabel 61 Analisa Kesenjangan

Yang harusdilakukan

Kebijakan Nasional

Upaya yang dilakukan

Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan

Pemeriksaan kehamilan

K4 90 Askeskin Biaya transportasi

Bantuan biaya transport

Ibu mendapat Pil besi

Pemberian pil besi

Pengadaan buffer stock pil besi

Konsumsi pil besi tidak sesuai

Peningkatan KIE

Persalinan ditolong oleh Nakes

90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk

Pengangkatan Bidan PTT

Persebaran belum merata

Insentif Bidan di daerah terpencil

Peningkatan kualitas dukun

- Kemitraan Bidan dengan Dukun

Kebijakan yang jelas tentang Dukun

Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda

Akses PONEK dan PONED

Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab

Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK

Dukungan peralatan dan tenaga kurang

Ekspansi PONED pelatihan tenaga

Mengurangi KDRT

UU No 232004 tentang penghapusan KDRT

Kampanye dan Sosialisasi

Belum dipahami publik dan penegak hukum

KIE tentang pengurangan KDRT

Ibu melahirkan di usia aman

UU No 1 1974 tentang Perkawinan

Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah

Kampanye KIE pendidikan Kespro

Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi

Unmet need 60

Peningkatan kualitas program KB

Unmet need mencapai 91

Revitalisasi program KB

Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan

Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan

Mendekatkan pelayanan Bidan

Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga

Siswa memperoleh

Kespro bagian dari kurikulum

KIE tentnag Kespro

Kesepakatan dan metode

Pengembangan modul dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26

pengetahuan tentang kespro

penyampaian bahan pelajaran

Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga

Pengarus utamaan gender

Kessempatan kerja bagi perempuan

VII Kesimpulan dan Rekomendasi

71 Kesimpulan

a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345

(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)

b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat

dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41

menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94

menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE

yang lebih intensif terutama diperdesaan)

c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga

penurunan AKI masih terkesan lambat

d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor

e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan

politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif

72 Rekomendasi

1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil

2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga

3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor

4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya

5 Peningkatan kelembagaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27

Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach

- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun

- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi

PemdaDinkesOrganisasi Profesi

Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab

Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK

PemdaDinkes

Pelayanan Antenatal dan Persalinan

Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi

Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT

PemdaDinkes

Pelayanan kesehatan masyarakat miskin

Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua

PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk

PemdaDinkes

Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah

Alokasi dana trasnportBank darah di RS

PemdaDinkesPMI

Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab

Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan

Rata- rata pendidikan perenpuan

DiknasPemda

Status perempuan

Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan

Perangkat hukum Meneg PPPemda

Status sosial ekonomi

Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja

Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat

Meneg PPPemda

Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28

untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin

meningkat Pemda

Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi

Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN

BKKBN dan Pemda

Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan

Asuransi persalinan dan transportasi

Pemda

Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga

Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat

Kemenkes

Kerjasama kelembagaan

Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga

Menguatnya peran lintas sektor

Lintas sektor

Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program

pendidikan kespro kedalam kurikulum

Metode pengajaran yang tepat

Pemda Diknas BKKBN

Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi

Aturan yang jelas tentang aborsi

Kemenkumham Pemda

Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil

Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan

Kemenag Pemda

Perkawinan usia muda

Optimalisasi batasminimal usia perkawinan

Batas usia minimal perkawinan

Kemenkumham Pemda

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29

Strategi 5 KELEMBAGAAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman

Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD

Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan

Bappenas dan Bappeda

Peraturan per undangan tentang aborsi

Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency

Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency

Lintas Sektor

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30

Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI

SOLUSI MASALAH

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31

Angka kematian Ibu melahirkan tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi

Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi

Kasus ekslampsia yang tidak tertangani

Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi

Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi

Pemantauan selama kehamilan rendah

Pengetahuan ibu masih rendah

Keterampilan tenaga penolong masih kurang

Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi

Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi

Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam

Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi

TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi

bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih

rendah

Pemberian tablet Fe masih kurang

Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang

Pemberdayaan masyarakat

Peningkatan Cakupan bumil

ristikomp yang tertangani tuntas

Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin

Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK

Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes

Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4

Peningkatan cakupan Fe

Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24

jam

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 9: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

Menurut Fortney program KB berpengaruh terhadap rate atau angka kematian ibu melalui 1) Menunda kehamilan sampai umur 20 tahun atau lebih 2) Memberi peluang untuk menghentikan kehamilan pada umur 35 tahun atau lebih 3) Memperkecil jumlah paritas kehamilan sampai kurang dari 4 (empat) 4) Memperpanjang jarak dari satu kehamilan ke kehamilan berikutnya minimal dua tahun 5) Mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancies) sehingga dapat mengurangi aborsi

Maine et al dengan menggunakan data World Fertility Survey menyatakan bahwa mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan (yang biasanya terjadi pada kelompok risiko tinggi) dapat menurunkan rasio kematian ibu sebesar 5 di Ivory Coast dan 62 di Bangladesh Menurunnya rate atau angka kematian ibu dalam periode mendekati survei sekitar 4 tahun terakhir kemungkinan besar karena keberhasilan meningkatnya pemakaian kontrasepsi yang menunjang faktor-faktor yang dapat menurunkan angka kematian ibu

IV Perkembangan Program KB di Bengkulu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 9

Menunda kehamilan sd umur 20 gt

Penurunan AKI

Berhenti melahirkan umur 35 th

Memperkecil jumlah anak 2

lebih baik

Memperpanjang jarak kehamilan

Mengurangi KTD (unwanted

pregnancies)

Program KB

41 Perkembangan Peserta KB per Mix Kontrasepsi

Tabel 41 Peserta KB per Mix Kontrasepsi SDKI 1997-2012

Hasil SDKI 1997 sampai dengan SDKI 2012 peserta Keluarga Berencana di

Provinsi Bengkulu masih didominasi penggunaan alat kontrasepsi jangka pendek

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 10

seperti suntik dari 469 pada SDKI 1997 menjadi 329 pada SDKI 2012 dan

pil sebesar 130 SDKI 1997 menjadi 111 SDKI 2012 Sedangkan alat

kontrasepsi jangka panjang dengan efektifitas tinggi dari SDKI 2007 dibanding

SDKI 2012 justru turun Pemakaian IUD turun dari 83 ( SDKI 2007) menjadi

34 (SDKI 2012) akseptor Implant turun dari 124 menjadi 90 MOP turun

dari 04 menjadi 00 Turunnya akseptor IUD dari 83 menjadi 34

menunjukkan bahwa program IUD sasi yang telah dicanangkan sejak tahun 2010

belum membawa hasil maksimal

Perlu upaya dan terobosan untuk perbaikan kualitas pemakaian kontrasepsi

yang merupakan salah satu tujuan dari program keluarga berencana Salah satu

ukuran dari kualitas pemakaian adalah efektifitas (kelangsungan) pemakaian

kontrasepsi yang semakin tinggi Alasan putus pakai bisa disebabkan oleh kegagalan

kontrasepsi ketidak puasan terhadap alatcara KB efek samping dan kekurang-

tersediaan alatcara KB Tingkat putus pakai yang tinggi kegagalan alatcara KB dan

pergantian alatcara KB bisa mengindikasikan bahwa diperlukan perbaikan dalam

pemberian konseling tentang pemilihan alatcara KB pelayanan lanjutan dan

penyediaan pelayanan yang lebih luas

42 Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi Tabel 42 Tidak Terpenuhi Sedang Pakai dan Ingin ber KB

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 11

Tabel 42 menunjukkan pada tahun 2012 angka unmet need di Bengkulu mengalami

peningkatan dari 74 menjadi 91 dibanding SDKI 1997 PUS yang sedang

menggunakan alat kontrasepsi turun dari 666 menjadi 642 dan PUS yang ingin ber

KB juga turun dari 758 menjadi 733

Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa wanita berstatus kawin usia 15 ndash 49 yang

tidak terpenuhi keinginan ber KB sedang pakai dan ingin ber KB sebagai berikut

a Kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi PUS yang sebenarnya tidak ingin

punya anak lagi atau ingin menunda kelahiran anak berikutnya tetapi karena

berbagai alasan tidak memakai kontrasepsi

- Untuk menjarangkan kelahiran 40

- Untuk membatasi kelahiran 51

- Jumlah 91

Pasangan usia subur yang tidak ingin anak lagi dan ingin menunda kelahiran

tetapi tidak menggunakan suatu alatcara KB modern (unmet need KB)

merupakan suatu peluang untuk meningkatkan peserta KB karena apabila

kelompok PUS (Pasangan Usia Subur) tersebut dapat di diberikan KIE

(Komunikasi Informasi dan Edukasi) yang memadai dan dapat dilayani dengan

baik maka mereka merupakan calon-calon akseptor KB yang potensial

b Kebutuhan ber KB yang terpenuhi

- Untuk menjarangkan kelahiran 25

- Untuk membatasi kelahiran 392

- Jumlah 642

c Jumlah yang ingin ber KB

- Untuk menjarangkan kelahiran 29

- Untuk membatasi kelahiran 444

- Jumlah 733

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 12

Mengapa pasangan usia subur tidak memakai kontrasepsi hal ini berkaitan

dengan tingkat pengetahuan akses kualitas pelayanan dan ketersediaan kontrasepsi

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan suatu pendekatan KIE dan

peningkatan kualitas pelayanan dan pendekatan perluasan jejaring dengan

memanfaatkan seluruh jaringan yang ada di lini lapangan

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemakaian kontrasepsi antara lain adalah

a Kualitas pelayanan yang baik memiliki peranan yang sangat besar dalam

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerimaan dan kelangsungan

pemakaian kontrasepsi

b Rasa takut terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan

kontrasepsi akan menyebabkan penolakan terhadap pemakaian kontrasepsi

c Keterbatasan distribusi alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat

d Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap berbagai macam kontrasepsi

dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing

e Akses masyarakat terhadap pelayanan kontrasepsi

Alternative kebijakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tingginya

unmet need KB di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut

a Memperkuat KIE dan advokasi KIE dan Advokasi adalah langkah yang

dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang penggunaan berbagai

kontrasepsi serta hasil yang diharapkan dari program KB yang pelaksanaanya

diperlukan koordinasi dengan lintas sector yang terkait

b Refreshingpelatihan bagi petugas penyuluh lapangan

Refreshingpelatihan diperlukan untuk menyegarkan kembali metode-metode

dan pengetahuan antara lain bagaimana memberikan pemahaman kepada

masyarakat khususnya kepada PUS tentang pentingnya revitalisasi program

KB

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 13

c Mengaktifkan kembali kader-kader KB yang ada dilapangan

menghidupkan kembali mekanisme operasional lini lapangan dan

memberikan operasional kader-kader KB di lapangan yang memadai

d Melibatkan Tokoh agama tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam

pengelolaan dan revitalisasi program KB

e Penyediaan sarana yang memadai dan pembinaan berjenjang

43 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkulu

Menurut Davis dan Blake (1956) ada 11 variabel antara yang mempengaruhi

fertilitas Variebel-variebel tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu Variabel

hubungan seks yang terdiri dari usia kawin proporsi yang tidak pernah kawin

perpisahan pada usia kawin karena cerai ditinggal dan menjanda abstinensia

sukarela abstinensia karena terpaksa frekuensi hubungan seks Variebel kedua

adalah konsepsi yang terdiri dari kesuburan biologis pemakaian kontrasepsi

kemandulan disengaja Variebel yang terakhir adalah gestasi yang terdiri dari

keguguran yang tidak disengaja dan pengguguran yang disengaja (Singarimbun

19965)

Variabel-variabel tersebut tidak semuanya dijadikan pendekatan untuk pengendalian

kelahiran di Indonesia Adapun variabel-variabel yang dijadikan pendekatan untuk

pengendalian kelahiran melalui program KB yaitu

a Usia kawin melalui promosi pendewasaan usia perkawinan

b Pemakaian kontrasepsi

c Kemandulan disengaja melalui vasektomi dan tubektomi

a1 Pendewasaan usia perkawinan

Tujuan pendewasaan usia perkawinan selain untuk mengendalikan kelahiran

oleh karena semakin tua usia orang kawin berarti semakin sedikit waktu masa

reproduktif yang dimiliki oleh Pasangan Usia Subur (PUS) juga bermanfaat

untuk mengurangi resiko kehamilan Resiko yang mungkin dapat terjadi pada ibu

yang yang telalu muda untuk hamil antara lain keguguran tekanan darah tinggi

keracunan kehamilan timbulnya kesulitan persalinan bayi berat lahir rendah

membesarnya air seni ke vagina keluarnya gas dan feses ke vagina atau bisa

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 14

kanker leher rahim (BKKBN 20062) Anjuran melalui program KB yang

disarankan dalam pendewasaan usia perkawinan adalah meningkatkan batas usia

perkawinan minimal usia 20 tahun untuk perempuan dan minimal usia 25 tahun

untuk pria (BKKBN 199221)

Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan usia kawin pertama wanita

meningkat antara lain

a Kemiskinan

b Hidup di daerah yang padat

c Pengaruh lingkungan

Michael Thomas Sadier seorang penganut Teori Fisiologis menyatakan bahwa

ldquojika kepadatan penduduk tinggi maka daya reproduksi manusia cenderung

menurun sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah maka daya reproduksi

manusia akan meningkatrdquo (Mantra 200359)

b1 Pengaturan Kelahiran

Pengaturan jarak kelahiran antara anak pertama dengan anak kedua dan

seterusnya selain bertujuan untuk mengendalikan tingkat kelahiran melalui

penjarangan kehamilan juga bertujuan untuk mengurangi resiko negatif terhadap

bayi dan ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat Resiko-resiko yang bisa

terjadi bila kehamilan terlalu dekat antara lain

1 keguguran

2 anemia pada ibu

3 payah jantung

4 bayi bisa lahir sebelum waktunya

5 bayi bisa lahir dengan berat badan rendah

6 bayi bisa cacat bawaan serta tidak optimalnya tumbuh kembang balita

Akan sangat beresiko lagi jika kehamilan yang terlalu dekat terjadi di kalangan

keluarga miskin yang tidak mampu untuk mencukupi gizi pada saat ibu sedang

hamil Jarak kelahiran yang ideal yang dianjurkan melalui program KB minimal

2-3 tahun sehingga untuk kehamilan anak yang kedua secara fisik dan

psikhologis siibu lebih siap (BKKBN 20063)

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 15

Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu

Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an

sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan

sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)

Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung

meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi

22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian

kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan

memperkecil prevalensi kehamilan

44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu

Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat

sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu

tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target

yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga

perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102

kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16

Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015

Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu

Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-

2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari

sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-

2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih

sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan

sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk

mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan

Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat

terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu

ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait

masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian

Kesehatan2007)

Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi

Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada

masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada

masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga

kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah

syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang

ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17

aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya

maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas

2010)

Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu

pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya

Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila

didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka

mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka

kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini

disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya

Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah

wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai

jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil

SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam

periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi

30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81

Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan

belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam

terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode

risiko tinggi

Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )

dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan

kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya

penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin

mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran

antara satu anak dengan anak berikutnya

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18

Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal

TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)

Sumber SDK I 200203 2007

41 38

127

94

3

4755

81

0

2

4

6

8

10

12

14

Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak

SDKI 200203 SDKI 2007

V Hasil dan Pembahasan

Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang

didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu

disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari

rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita

hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat

51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill

Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19

Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu

Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio

(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per

100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR

Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di

bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka

perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan

pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka

kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-

provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010

masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana

pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu

Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak

2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari

2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan

persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen

tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63

kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu

sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada

saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah

melahirkan

Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah

perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari

kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan

masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35

tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35

tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun

hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur

yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun

Perhatikan Tabel 51

Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010

Variabel Persentase

Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal

Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan

Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun

23976

333667

63571365

Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu

faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu

hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda

bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan

bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya

kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan

tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60

persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh

informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif

rendah

52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21

Sumber Riskesdas 2010

Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil

melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama

kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil

Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan

kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif

tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar

133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51

persen

53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes

Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010

Sumber Riskesdas 2010

Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa

kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi

Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat

rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang

melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22

melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman

adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan

cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan

bayi

Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir

Sumber Riskesdas 2010

Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau

pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan

kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit

infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu

Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu

mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan

masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya

terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa

setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan

harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai

resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan

kematian (Riskedas 2010)

Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih

relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan

menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320

persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi

0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah

melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23

persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu

44 persenPerhatikan Gambar 55

Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan

Sumber Riskesdas 2010

VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI

61 Faktor Determinan AKI

Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu

a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda

bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah

b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)

c Tempat Persalinan 60 di rumah

d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan

e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED

belum mencukupi

Faktor Yang Memperburuk

a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil

b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197

c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24

d Malaria dan TBC HIVAIDS

Penyebab Tidak Langsung

a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga

ndash Kekerasan dan Beban Ganda

ndash Perilaku konsumsi

ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan

ndash Kawin Muda

ndash Pandangan Budaya

b Pemenuhan Hak Reproduksi

ndash Kesertaan KB

ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB

ndash Peran Kesetaraan Pria

c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Faktor Dasar

a Keterbatasan Pengetahuan

ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi

ndash Pendidikan kesehatan reproduksi

ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi

b Status Perempuan

ndash Taraf Pendidikan Perempuan

ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan

ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga

c Kelembagaan

ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan

ndash Posyandu

ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25

62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI

Tabel 61 Analisa Kesenjangan

Yang harusdilakukan

Kebijakan Nasional

Upaya yang dilakukan

Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan

Pemeriksaan kehamilan

K4 90 Askeskin Biaya transportasi

Bantuan biaya transport

Ibu mendapat Pil besi

Pemberian pil besi

Pengadaan buffer stock pil besi

Konsumsi pil besi tidak sesuai

Peningkatan KIE

Persalinan ditolong oleh Nakes

90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk

Pengangkatan Bidan PTT

Persebaran belum merata

Insentif Bidan di daerah terpencil

Peningkatan kualitas dukun

- Kemitraan Bidan dengan Dukun

Kebijakan yang jelas tentang Dukun

Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda

Akses PONEK dan PONED

Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab

Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK

Dukungan peralatan dan tenaga kurang

Ekspansi PONED pelatihan tenaga

Mengurangi KDRT

UU No 232004 tentang penghapusan KDRT

Kampanye dan Sosialisasi

Belum dipahami publik dan penegak hukum

KIE tentang pengurangan KDRT

Ibu melahirkan di usia aman

UU No 1 1974 tentang Perkawinan

Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah

Kampanye KIE pendidikan Kespro

Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi

Unmet need 60

Peningkatan kualitas program KB

Unmet need mencapai 91

Revitalisasi program KB

Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan

Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan

Mendekatkan pelayanan Bidan

Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga

Siswa memperoleh

Kespro bagian dari kurikulum

KIE tentnag Kespro

Kesepakatan dan metode

Pengembangan modul dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26

pengetahuan tentang kespro

penyampaian bahan pelajaran

Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga

Pengarus utamaan gender

Kessempatan kerja bagi perempuan

VII Kesimpulan dan Rekomendasi

71 Kesimpulan

a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345

(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)

b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat

dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41

menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94

menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE

yang lebih intensif terutama diperdesaan)

c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga

penurunan AKI masih terkesan lambat

d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor

e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan

politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif

72 Rekomendasi

1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil

2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga

3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor

4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya

5 Peningkatan kelembagaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27

Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach

- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun

- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi

PemdaDinkesOrganisasi Profesi

Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab

Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK

PemdaDinkes

Pelayanan Antenatal dan Persalinan

Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi

Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT

PemdaDinkes

Pelayanan kesehatan masyarakat miskin

Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua

PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk

PemdaDinkes

Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah

Alokasi dana trasnportBank darah di RS

PemdaDinkesPMI

Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab

Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan

Rata- rata pendidikan perenpuan

DiknasPemda

Status perempuan

Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan

Perangkat hukum Meneg PPPemda

Status sosial ekonomi

Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja

Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat

Meneg PPPemda

Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28

untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin

meningkat Pemda

Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi

Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN

BKKBN dan Pemda

Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan

Asuransi persalinan dan transportasi

Pemda

Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga

Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat

Kemenkes

Kerjasama kelembagaan

Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga

Menguatnya peran lintas sektor

Lintas sektor

Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program

pendidikan kespro kedalam kurikulum

Metode pengajaran yang tepat

Pemda Diknas BKKBN

Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi

Aturan yang jelas tentang aborsi

Kemenkumham Pemda

Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil

Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan

Kemenag Pemda

Perkawinan usia muda

Optimalisasi batasminimal usia perkawinan

Batas usia minimal perkawinan

Kemenkumham Pemda

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29

Strategi 5 KELEMBAGAAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman

Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD

Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan

Bappenas dan Bappeda

Peraturan per undangan tentang aborsi

Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency

Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency

Lintas Sektor

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30

Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI

SOLUSI MASALAH

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31

Angka kematian Ibu melahirkan tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi

Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi

Kasus ekslampsia yang tidak tertangani

Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi

Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi

Pemantauan selama kehamilan rendah

Pengetahuan ibu masih rendah

Keterampilan tenaga penolong masih kurang

Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi

Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi

Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam

Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi

TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi

bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih

rendah

Pemberian tablet Fe masih kurang

Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang

Pemberdayaan masyarakat

Peningkatan Cakupan bumil

ristikomp yang tertangani tuntas

Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin

Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK

Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes

Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4

Peningkatan cakupan Fe

Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24

jam

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 10: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

41 Perkembangan Peserta KB per Mix Kontrasepsi

Tabel 41 Peserta KB per Mix Kontrasepsi SDKI 1997-2012

Hasil SDKI 1997 sampai dengan SDKI 2012 peserta Keluarga Berencana di

Provinsi Bengkulu masih didominasi penggunaan alat kontrasepsi jangka pendek

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 10

seperti suntik dari 469 pada SDKI 1997 menjadi 329 pada SDKI 2012 dan

pil sebesar 130 SDKI 1997 menjadi 111 SDKI 2012 Sedangkan alat

kontrasepsi jangka panjang dengan efektifitas tinggi dari SDKI 2007 dibanding

SDKI 2012 justru turun Pemakaian IUD turun dari 83 ( SDKI 2007) menjadi

34 (SDKI 2012) akseptor Implant turun dari 124 menjadi 90 MOP turun

dari 04 menjadi 00 Turunnya akseptor IUD dari 83 menjadi 34

menunjukkan bahwa program IUD sasi yang telah dicanangkan sejak tahun 2010

belum membawa hasil maksimal

Perlu upaya dan terobosan untuk perbaikan kualitas pemakaian kontrasepsi

yang merupakan salah satu tujuan dari program keluarga berencana Salah satu

ukuran dari kualitas pemakaian adalah efektifitas (kelangsungan) pemakaian

kontrasepsi yang semakin tinggi Alasan putus pakai bisa disebabkan oleh kegagalan

kontrasepsi ketidak puasan terhadap alatcara KB efek samping dan kekurang-

tersediaan alatcara KB Tingkat putus pakai yang tinggi kegagalan alatcara KB dan

pergantian alatcara KB bisa mengindikasikan bahwa diperlukan perbaikan dalam

pemberian konseling tentang pemilihan alatcara KB pelayanan lanjutan dan

penyediaan pelayanan yang lebih luas

42 Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi Tabel 42 Tidak Terpenuhi Sedang Pakai dan Ingin ber KB

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 11

Tabel 42 menunjukkan pada tahun 2012 angka unmet need di Bengkulu mengalami

peningkatan dari 74 menjadi 91 dibanding SDKI 1997 PUS yang sedang

menggunakan alat kontrasepsi turun dari 666 menjadi 642 dan PUS yang ingin ber

KB juga turun dari 758 menjadi 733

Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa wanita berstatus kawin usia 15 ndash 49 yang

tidak terpenuhi keinginan ber KB sedang pakai dan ingin ber KB sebagai berikut

a Kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi PUS yang sebenarnya tidak ingin

punya anak lagi atau ingin menunda kelahiran anak berikutnya tetapi karena

berbagai alasan tidak memakai kontrasepsi

- Untuk menjarangkan kelahiran 40

- Untuk membatasi kelahiran 51

- Jumlah 91

Pasangan usia subur yang tidak ingin anak lagi dan ingin menunda kelahiran

tetapi tidak menggunakan suatu alatcara KB modern (unmet need KB)

merupakan suatu peluang untuk meningkatkan peserta KB karena apabila

kelompok PUS (Pasangan Usia Subur) tersebut dapat di diberikan KIE

(Komunikasi Informasi dan Edukasi) yang memadai dan dapat dilayani dengan

baik maka mereka merupakan calon-calon akseptor KB yang potensial

b Kebutuhan ber KB yang terpenuhi

- Untuk menjarangkan kelahiran 25

- Untuk membatasi kelahiran 392

- Jumlah 642

c Jumlah yang ingin ber KB

- Untuk menjarangkan kelahiran 29

- Untuk membatasi kelahiran 444

- Jumlah 733

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 12

Mengapa pasangan usia subur tidak memakai kontrasepsi hal ini berkaitan

dengan tingkat pengetahuan akses kualitas pelayanan dan ketersediaan kontrasepsi

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan suatu pendekatan KIE dan

peningkatan kualitas pelayanan dan pendekatan perluasan jejaring dengan

memanfaatkan seluruh jaringan yang ada di lini lapangan

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemakaian kontrasepsi antara lain adalah

a Kualitas pelayanan yang baik memiliki peranan yang sangat besar dalam

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerimaan dan kelangsungan

pemakaian kontrasepsi

b Rasa takut terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan

kontrasepsi akan menyebabkan penolakan terhadap pemakaian kontrasepsi

c Keterbatasan distribusi alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat

d Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap berbagai macam kontrasepsi

dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing

e Akses masyarakat terhadap pelayanan kontrasepsi

Alternative kebijakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tingginya

unmet need KB di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut

a Memperkuat KIE dan advokasi KIE dan Advokasi adalah langkah yang

dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang penggunaan berbagai

kontrasepsi serta hasil yang diharapkan dari program KB yang pelaksanaanya

diperlukan koordinasi dengan lintas sector yang terkait

b Refreshingpelatihan bagi petugas penyuluh lapangan

Refreshingpelatihan diperlukan untuk menyegarkan kembali metode-metode

dan pengetahuan antara lain bagaimana memberikan pemahaman kepada

masyarakat khususnya kepada PUS tentang pentingnya revitalisasi program

KB

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 13

c Mengaktifkan kembali kader-kader KB yang ada dilapangan

menghidupkan kembali mekanisme operasional lini lapangan dan

memberikan operasional kader-kader KB di lapangan yang memadai

d Melibatkan Tokoh agama tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam

pengelolaan dan revitalisasi program KB

e Penyediaan sarana yang memadai dan pembinaan berjenjang

43 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkulu

Menurut Davis dan Blake (1956) ada 11 variabel antara yang mempengaruhi

fertilitas Variebel-variebel tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu Variabel

hubungan seks yang terdiri dari usia kawin proporsi yang tidak pernah kawin

perpisahan pada usia kawin karena cerai ditinggal dan menjanda abstinensia

sukarela abstinensia karena terpaksa frekuensi hubungan seks Variebel kedua

adalah konsepsi yang terdiri dari kesuburan biologis pemakaian kontrasepsi

kemandulan disengaja Variebel yang terakhir adalah gestasi yang terdiri dari

keguguran yang tidak disengaja dan pengguguran yang disengaja (Singarimbun

19965)

Variabel-variabel tersebut tidak semuanya dijadikan pendekatan untuk pengendalian

kelahiran di Indonesia Adapun variabel-variabel yang dijadikan pendekatan untuk

pengendalian kelahiran melalui program KB yaitu

a Usia kawin melalui promosi pendewasaan usia perkawinan

b Pemakaian kontrasepsi

c Kemandulan disengaja melalui vasektomi dan tubektomi

a1 Pendewasaan usia perkawinan

Tujuan pendewasaan usia perkawinan selain untuk mengendalikan kelahiran

oleh karena semakin tua usia orang kawin berarti semakin sedikit waktu masa

reproduktif yang dimiliki oleh Pasangan Usia Subur (PUS) juga bermanfaat

untuk mengurangi resiko kehamilan Resiko yang mungkin dapat terjadi pada ibu

yang yang telalu muda untuk hamil antara lain keguguran tekanan darah tinggi

keracunan kehamilan timbulnya kesulitan persalinan bayi berat lahir rendah

membesarnya air seni ke vagina keluarnya gas dan feses ke vagina atau bisa

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 14

kanker leher rahim (BKKBN 20062) Anjuran melalui program KB yang

disarankan dalam pendewasaan usia perkawinan adalah meningkatkan batas usia

perkawinan minimal usia 20 tahun untuk perempuan dan minimal usia 25 tahun

untuk pria (BKKBN 199221)

Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan usia kawin pertama wanita

meningkat antara lain

a Kemiskinan

b Hidup di daerah yang padat

c Pengaruh lingkungan

Michael Thomas Sadier seorang penganut Teori Fisiologis menyatakan bahwa

ldquojika kepadatan penduduk tinggi maka daya reproduksi manusia cenderung

menurun sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah maka daya reproduksi

manusia akan meningkatrdquo (Mantra 200359)

b1 Pengaturan Kelahiran

Pengaturan jarak kelahiran antara anak pertama dengan anak kedua dan

seterusnya selain bertujuan untuk mengendalikan tingkat kelahiran melalui

penjarangan kehamilan juga bertujuan untuk mengurangi resiko negatif terhadap

bayi dan ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat Resiko-resiko yang bisa

terjadi bila kehamilan terlalu dekat antara lain

1 keguguran

2 anemia pada ibu

3 payah jantung

4 bayi bisa lahir sebelum waktunya

5 bayi bisa lahir dengan berat badan rendah

6 bayi bisa cacat bawaan serta tidak optimalnya tumbuh kembang balita

Akan sangat beresiko lagi jika kehamilan yang terlalu dekat terjadi di kalangan

keluarga miskin yang tidak mampu untuk mencukupi gizi pada saat ibu sedang

hamil Jarak kelahiran yang ideal yang dianjurkan melalui program KB minimal

2-3 tahun sehingga untuk kehamilan anak yang kedua secara fisik dan

psikhologis siibu lebih siap (BKKBN 20063)

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 15

Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu

Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an

sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan

sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)

Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung

meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi

22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian

kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan

memperkecil prevalensi kehamilan

44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu

Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat

sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu

tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target

yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga

perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102

kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16

Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015

Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu

Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-

2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari

sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-

2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih

sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan

sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk

mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan

Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat

terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu

ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait

masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian

Kesehatan2007)

Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi

Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada

masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada

masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga

kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah

syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang

ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17

aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya

maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas

2010)

Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu

pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya

Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila

didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka

mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka

kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini

disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya

Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah

wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai

jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil

SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam

periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi

30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81

Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan

belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam

terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode

risiko tinggi

Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )

dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan

kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya

penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin

mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran

antara satu anak dengan anak berikutnya

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18

Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal

TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)

Sumber SDK I 200203 2007

41 38

127

94

3

4755

81

0

2

4

6

8

10

12

14

Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak

SDKI 200203 SDKI 2007

V Hasil dan Pembahasan

Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang

didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu

disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari

rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita

hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat

51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill

Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19

Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu

Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio

(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per

100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR

Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di

bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka

perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan

pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka

kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-

provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010

masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana

pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu

Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak

2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari

2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan

persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen

tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63

kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu

sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada

saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah

melahirkan

Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah

perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari

kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan

masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35

tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35

tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun

hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur

yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun

Perhatikan Tabel 51

Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010

Variabel Persentase

Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal

Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan

Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun

23976

333667

63571365

Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu

faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu

hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda

bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan

bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya

kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan

tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60

persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh

informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif

rendah

52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21

Sumber Riskesdas 2010

Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil

melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama

kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil

Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan

kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif

tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar

133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51

persen

53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes

Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010

Sumber Riskesdas 2010

Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa

kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi

Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat

rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang

melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22

melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman

adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan

cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan

bayi

Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir

Sumber Riskesdas 2010

Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau

pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan

kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit

infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu

Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu

mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan

masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya

terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa

setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan

harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai

resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan

kematian (Riskedas 2010)

Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih

relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan

menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320

persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi

0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah

melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23

persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu

44 persenPerhatikan Gambar 55

Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan

Sumber Riskesdas 2010

VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI

61 Faktor Determinan AKI

Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu

a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda

bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah

b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)

c Tempat Persalinan 60 di rumah

d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan

e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED

belum mencukupi

Faktor Yang Memperburuk

a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil

b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197

c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24

d Malaria dan TBC HIVAIDS

Penyebab Tidak Langsung

a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga

ndash Kekerasan dan Beban Ganda

ndash Perilaku konsumsi

ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan

ndash Kawin Muda

ndash Pandangan Budaya

b Pemenuhan Hak Reproduksi

ndash Kesertaan KB

ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB

ndash Peran Kesetaraan Pria

c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Faktor Dasar

a Keterbatasan Pengetahuan

ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi

ndash Pendidikan kesehatan reproduksi

ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi

b Status Perempuan

ndash Taraf Pendidikan Perempuan

ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan

ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga

c Kelembagaan

ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan

ndash Posyandu

ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25

62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI

Tabel 61 Analisa Kesenjangan

Yang harusdilakukan

Kebijakan Nasional

Upaya yang dilakukan

Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan

Pemeriksaan kehamilan

K4 90 Askeskin Biaya transportasi

Bantuan biaya transport

Ibu mendapat Pil besi

Pemberian pil besi

Pengadaan buffer stock pil besi

Konsumsi pil besi tidak sesuai

Peningkatan KIE

Persalinan ditolong oleh Nakes

90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk

Pengangkatan Bidan PTT

Persebaran belum merata

Insentif Bidan di daerah terpencil

Peningkatan kualitas dukun

- Kemitraan Bidan dengan Dukun

Kebijakan yang jelas tentang Dukun

Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda

Akses PONEK dan PONED

Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab

Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK

Dukungan peralatan dan tenaga kurang

Ekspansi PONED pelatihan tenaga

Mengurangi KDRT

UU No 232004 tentang penghapusan KDRT

Kampanye dan Sosialisasi

Belum dipahami publik dan penegak hukum

KIE tentang pengurangan KDRT

Ibu melahirkan di usia aman

UU No 1 1974 tentang Perkawinan

Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah

Kampanye KIE pendidikan Kespro

Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi

Unmet need 60

Peningkatan kualitas program KB

Unmet need mencapai 91

Revitalisasi program KB

Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan

Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan

Mendekatkan pelayanan Bidan

Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga

Siswa memperoleh

Kespro bagian dari kurikulum

KIE tentnag Kespro

Kesepakatan dan metode

Pengembangan modul dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26

pengetahuan tentang kespro

penyampaian bahan pelajaran

Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga

Pengarus utamaan gender

Kessempatan kerja bagi perempuan

VII Kesimpulan dan Rekomendasi

71 Kesimpulan

a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345

(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)

b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat

dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41

menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94

menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE

yang lebih intensif terutama diperdesaan)

c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga

penurunan AKI masih terkesan lambat

d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor

e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan

politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif

72 Rekomendasi

1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil

2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga

3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor

4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya

5 Peningkatan kelembagaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27

Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach

- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun

- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi

PemdaDinkesOrganisasi Profesi

Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab

Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK

PemdaDinkes

Pelayanan Antenatal dan Persalinan

Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi

Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT

PemdaDinkes

Pelayanan kesehatan masyarakat miskin

Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua

PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk

PemdaDinkes

Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah

Alokasi dana trasnportBank darah di RS

PemdaDinkesPMI

Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab

Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan

Rata- rata pendidikan perenpuan

DiknasPemda

Status perempuan

Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan

Perangkat hukum Meneg PPPemda

Status sosial ekonomi

Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja

Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat

Meneg PPPemda

Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28

untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin

meningkat Pemda

Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi

Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN

BKKBN dan Pemda

Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan

Asuransi persalinan dan transportasi

Pemda

Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga

Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat

Kemenkes

Kerjasama kelembagaan

Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga

Menguatnya peran lintas sektor

Lintas sektor

Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program

pendidikan kespro kedalam kurikulum

Metode pengajaran yang tepat

Pemda Diknas BKKBN

Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi

Aturan yang jelas tentang aborsi

Kemenkumham Pemda

Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil

Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan

Kemenag Pemda

Perkawinan usia muda

Optimalisasi batasminimal usia perkawinan

Batas usia minimal perkawinan

Kemenkumham Pemda

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29

Strategi 5 KELEMBAGAAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman

Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD

Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan

Bappenas dan Bappeda

Peraturan per undangan tentang aborsi

Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency

Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency

Lintas Sektor

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30

Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI

SOLUSI MASALAH

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31

Angka kematian Ibu melahirkan tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi

Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi

Kasus ekslampsia yang tidak tertangani

Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi

Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi

Pemantauan selama kehamilan rendah

Pengetahuan ibu masih rendah

Keterampilan tenaga penolong masih kurang

Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi

Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi

Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam

Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi

TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi

bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih

rendah

Pemberian tablet Fe masih kurang

Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang

Pemberdayaan masyarakat

Peningkatan Cakupan bumil

ristikomp yang tertangani tuntas

Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin

Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK

Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes

Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4

Peningkatan cakupan Fe

Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24

jam

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 11: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

seperti suntik dari 469 pada SDKI 1997 menjadi 329 pada SDKI 2012 dan

pil sebesar 130 SDKI 1997 menjadi 111 SDKI 2012 Sedangkan alat

kontrasepsi jangka panjang dengan efektifitas tinggi dari SDKI 2007 dibanding

SDKI 2012 justru turun Pemakaian IUD turun dari 83 ( SDKI 2007) menjadi

34 (SDKI 2012) akseptor Implant turun dari 124 menjadi 90 MOP turun

dari 04 menjadi 00 Turunnya akseptor IUD dari 83 menjadi 34

menunjukkan bahwa program IUD sasi yang telah dicanangkan sejak tahun 2010

belum membawa hasil maksimal

Perlu upaya dan terobosan untuk perbaikan kualitas pemakaian kontrasepsi

yang merupakan salah satu tujuan dari program keluarga berencana Salah satu

ukuran dari kualitas pemakaian adalah efektifitas (kelangsungan) pemakaian

kontrasepsi yang semakin tinggi Alasan putus pakai bisa disebabkan oleh kegagalan

kontrasepsi ketidak puasan terhadap alatcara KB efek samping dan kekurang-

tersediaan alatcara KB Tingkat putus pakai yang tinggi kegagalan alatcara KB dan

pergantian alatcara KB bisa mengindikasikan bahwa diperlukan perbaikan dalam

pemberian konseling tentang pemilihan alatcara KB pelayanan lanjutan dan

penyediaan pelayanan yang lebih luas

42 Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi Tabel 42 Tidak Terpenuhi Sedang Pakai dan Ingin ber KB

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 11

Tabel 42 menunjukkan pada tahun 2012 angka unmet need di Bengkulu mengalami

peningkatan dari 74 menjadi 91 dibanding SDKI 1997 PUS yang sedang

menggunakan alat kontrasepsi turun dari 666 menjadi 642 dan PUS yang ingin ber

KB juga turun dari 758 menjadi 733

Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa wanita berstatus kawin usia 15 ndash 49 yang

tidak terpenuhi keinginan ber KB sedang pakai dan ingin ber KB sebagai berikut

a Kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi PUS yang sebenarnya tidak ingin

punya anak lagi atau ingin menunda kelahiran anak berikutnya tetapi karena

berbagai alasan tidak memakai kontrasepsi

- Untuk menjarangkan kelahiran 40

- Untuk membatasi kelahiran 51

- Jumlah 91

Pasangan usia subur yang tidak ingin anak lagi dan ingin menunda kelahiran

tetapi tidak menggunakan suatu alatcara KB modern (unmet need KB)

merupakan suatu peluang untuk meningkatkan peserta KB karena apabila

kelompok PUS (Pasangan Usia Subur) tersebut dapat di diberikan KIE

(Komunikasi Informasi dan Edukasi) yang memadai dan dapat dilayani dengan

baik maka mereka merupakan calon-calon akseptor KB yang potensial

b Kebutuhan ber KB yang terpenuhi

- Untuk menjarangkan kelahiran 25

- Untuk membatasi kelahiran 392

- Jumlah 642

c Jumlah yang ingin ber KB

- Untuk menjarangkan kelahiran 29

- Untuk membatasi kelahiran 444

- Jumlah 733

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 12

Mengapa pasangan usia subur tidak memakai kontrasepsi hal ini berkaitan

dengan tingkat pengetahuan akses kualitas pelayanan dan ketersediaan kontrasepsi

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan suatu pendekatan KIE dan

peningkatan kualitas pelayanan dan pendekatan perluasan jejaring dengan

memanfaatkan seluruh jaringan yang ada di lini lapangan

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemakaian kontrasepsi antara lain adalah

a Kualitas pelayanan yang baik memiliki peranan yang sangat besar dalam

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerimaan dan kelangsungan

pemakaian kontrasepsi

b Rasa takut terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan

kontrasepsi akan menyebabkan penolakan terhadap pemakaian kontrasepsi

c Keterbatasan distribusi alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat

d Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap berbagai macam kontrasepsi

dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing

e Akses masyarakat terhadap pelayanan kontrasepsi

Alternative kebijakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tingginya

unmet need KB di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut

a Memperkuat KIE dan advokasi KIE dan Advokasi adalah langkah yang

dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang penggunaan berbagai

kontrasepsi serta hasil yang diharapkan dari program KB yang pelaksanaanya

diperlukan koordinasi dengan lintas sector yang terkait

b Refreshingpelatihan bagi petugas penyuluh lapangan

Refreshingpelatihan diperlukan untuk menyegarkan kembali metode-metode

dan pengetahuan antara lain bagaimana memberikan pemahaman kepada

masyarakat khususnya kepada PUS tentang pentingnya revitalisasi program

KB

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 13

c Mengaktifkan kembali kader-kader KB yang ada dilapangan

menghidupkan kembali mekanisme operasional lini lapangan dan

memberikan operasional kader-kader KB di lapangan yang memadai

d Melibatkan Tokoh agama tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam

pengelolaan dan revitalisasi program KB

e Penyediaan sarana yang memadai dan pembinaan berjenjang

43 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkulu

Menurut Davis dan Blake (1956) ada 11 variabel antara yang mempengaruhi

fertilitas Variebel-variebel tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu Variabel

hubungan seks yang terdiri dari usia kawin proporsi yang tidak pernah kawin

perpisahan pada usia kawin karena cerai ditinggal dan menjanda abstinensia

sukarela abstinensia karena terpaksa frekuensi hubungan seks Variebel kedua

adalah konsepsi yang terdiri dari kesuburan biologis pemakaian kontrasepsi

kemandulan disengaja Variebel yang terakhir adalah gestasi yang terdiri dari

keguguran yang tidak disengaja dan pengguguran yang disengaja (Singarimbun

19965)

Variabel-variabel tersebut tidak semuanya dijadikan pendekatan untuk pengendalian

kelahiran di Indonesia Adapun variabel-variabel yang dijadikan pendekatan untuk

pengendalian kelahiran melalui program KB yaitu

a Usia kawin melalui promosi pendewasaan usia perkawinan

b Pemakaian kontrasepsi

c Kemandulan disengaja melalui vasektomi dan tubektomi

a1 Pendewasaan usia perkawinan

Tujuan pendewasaan usia perkawinan selain untuk mengendalikan kelahiran

oleh karena semakin tua usia orang kawin berarti semakin sedikit waktu masa

reproduktif yang dimiliki oleh Pasangan Usia Subur (PUS) juga bermanfaat

untuk mengurangi resiko kehamilan Resiko yang mungkin dapat terjadi pada ibu

yang yang telalu muda untuk hamil antara lain keguguran tekanan darah tinggi

keracunan kehamilan timbulnya kesulitan persalinan bayi berat lahir rendah

membesarnya air seni ke vagina keluarnya gas dan feses ke vagina atau bisa

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 14

kanker leher rahim (BKKBN 20062) Anjuran melalui program KB yang

disarankan dalam pendewasaan usia perkawinan adalah meningkatkan batas usia

perkawinan minimal usia 20 tahun untuk perempuan dan minimal usia 25 tahun

untuk pria (BKKBN 199221)

Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan usia kawin pertama wanita

meningkat antara lain

a Kemiskinan

b Hidup di daerah yang padat

c Pengaruh lingkungan

Michael Thomas Sadier seorang penganut Teori Fisiologis menyatakan bahwa

ldquojika kepadatan penduduk tinggi maka daya reproduksi manusia cenderung

menurun sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah maka daya reproduksi

manusia akan meningkatrdquo (Mantra 200359)

b1 Pengaturan Kelahiran

Pengaturan jarak kelahiran antara anak pertama dengan anak kedua dan

seterusnya selain bertujuan untuk mengendalikan tingkat kelahiran melalui

penjarangan kehamilan juga bertujuan untuk mengurangi resiko negatif terhadap

bayi dan ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat Resiko-resiko yang bisa

terjadi bila kehamilan terlalu dekat antara lain

1 keguguran

2 anemia pada ibu

3 payah jantung

4 bayi bisa lahir sebelum waktunya

5 bayi bisa lahir dengan berat badan rendah

6 bayi bisa cacat bawaan serta tidak optimalnya tumbuh kembang balita

Akan sangat beresiko lagi jika kehamilan yang terlalu dekat terjadi di kalangan

keluarga miskin yang tidak mampu untuk mencukupi gizi pada saat ibu sedang

hamil Jarak kelahiran yang ideal yang dianjurkan melalui program KB minimal

2-3 tahun sehingga untuk kehamilan anak yang kedua secara fisik dan

psikhologis siibu lebih siap (BKKBN 20063)

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 15

Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu

Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an

sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan

sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)

Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung

meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi

22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian

kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan

memperkecil prevalensi kehamilan

44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu

Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat

sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu

tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target

yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga

perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102

kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16

Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015

Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu

Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-

2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari

sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-

2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih

sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan

sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk

mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan

Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat

terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu

ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait

masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian

Kesehatan2007)

Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi

Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada

masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada

masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga

kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah

syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang

ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17

aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya

maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas

2010)

Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu

pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya

Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila

didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka

mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka

kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini

disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya

Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah

wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai

jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil

SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam

periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi

30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81

Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan

belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam

terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode

risiko tinggi

Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )

dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan

kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya

penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin

mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran

antara satu anak dengan anak berikutnya

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18

Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal

TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)

Sumber SDK I 200203 2007

41 38

127

94

3

4755

81

0

2

4

6

8

10

12

14

Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak

SDKI 200203 SDKI 2007

V Hasil dan Pembahasan

Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang

didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu

disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari

rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita

hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat

51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill

Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19

Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu

Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio

(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per

100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR

Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di

bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka

perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan

pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka

kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-

provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010

masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana

pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu

Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak

2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari

2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan

persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen

tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63

kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu

sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada

saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah

melahirkan

Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah

perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari

kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan

masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35

tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35

tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun

hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur

yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun

Perhatikan Tabel 51

Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010

Variabel Persentase

Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal

Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan

Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun

23976

333667

63571365

Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu

faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu

hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda

bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan

bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya

kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan

tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60

persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh

informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif

rendah

52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21

Sumber Riskesdas 2010

Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil

melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama

kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil

Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan

kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif

tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar

133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51

persen

53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes

Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010

Sumber Riskesdas 2010

Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa

kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi

Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat

rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang

melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22

melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman

adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan

cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan

bayi

Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir

Sumber Riskesdas 2010

Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau

pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan

kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit

infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu

Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu

mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan

masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya

terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa

setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan

harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai

resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan

kematian (Riskedas 2010)

Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih

relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan

menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320

persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi

0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah

melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23

persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu

44 persenPerhatikan Gambar 55

Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan

Sumber Riskesdas 2010

VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI

61 Faktor Determinan AKI

Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu

a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda

bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah

b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)

c Tempat Persalinan 60 di rumah

d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan

e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED

belum mencukupi

Faktor Yang Memperburuk

a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil

b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197

c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24

d Malaria dan TBC HIVAIDS

Penyebab Tidak Langsung

a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga

ndash Kekerasan dan Beban Ganda

ndash Perilaku konsumsi

ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan

ndash Kawin Muda

ndash Pandangan Budaya

b Pemenuhan Hak Reproduksi

ndash Kesertaan KB

ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB

ndash Peran Kesetaraan Pria

c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Faktor Dasar

a Keterbatasan Pengetahuan

ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi

ndash Pendidikan kesehatan reproduksi

ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi

b Status Perempuan

ndash Taraf Pendidikan Perempuan

ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan

ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga

c Kelembagaan

ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan

ndash Posyandu

ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25

62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI

Tabel 61 Analisa Kesenjangan

Yang harusdilakukan

Kebijakan Nasional

Upaya yang dilakukan

Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan

Pemeriksaan kehamilan

K4 90 Askeskin Biaya transportasi

Bantuan biaya transport

Ibu mendapat Pil besi

Pemberian pil besi

Pengadaan buffer stock pil besi

Konsumsi pil besi tidak sesuai

Peningkatan KIE

Persalinan ditolong oleh Nakes

90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk

Pengangkatan Bidan PTT

Persebaran belum merata

Insentif Bidan di daerah terpencil

Peningkatan kualitas dukun

- Kemitraan Bidan dengan Dukun

Kebijakan yang jelas tentang Dukun

Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda

Akses PONEK dan PONED

Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab

Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK

Dukungan peralatan dan tenaga kurang

Ekspansi PONED pelatihan tenaga

Mengurangi KDRT

UU No 232004 tentang penghapusan KDRT

Kampanye dan Sosialisasi

Belum dipahami publik dan penegak hukum

KIE tentang pengurangan KDRT

Ibu melahirkan di usia aman

UU No 1 1974 tentang Perkawinan

Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah

Kampanye KIE pendidikan Kespro

Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi

Unmet need 60

Peningkatan kualitas program KB

Unmet need mencapai 91

Revitalisasi program KB

Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan

Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan

Mendekatkan pelayanan Bidan

Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga

Siswa memperoleh

Kespro bagian dari kurikulum

KIE tentnag Kespro

Kesepakatan dan metode

Pengembangan modul dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26

pengetahuan tentang kespro

penyampaian bahan pelajaran

Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga

Pengarus utamaan gender

Kessempatan kerja bagi perempuan

VII Kesimpulan dan Rekomendasi

71 Kesimpulan

a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345

(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)

b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat

dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41

menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94

menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE

yang lebih intensif terutama diperdesaan)

c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga

penurunan AKI masih terkesan lambat

d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor

e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan

politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif

72 Rekomendasi

1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil

2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga

3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor

4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya

5 Peningkatan kelembagaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27

Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach

- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun

- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi

PemdaDinkesOrganisasi Profesi

Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab

Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK

PemdaDinkes

Pelayanan Antenatal dan Persalinan

Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi

Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT

PemdaDinkes

Pelayanan kesehatan masyarakat miskin

Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua

PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk

PemdaDinkes

Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah

Alokasi dana trasnportBank darah di RS

PemdaDinkesPMI

Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab

Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan

Rata- rata pendidikan perenpuan

DiknasPemda

Status perempuan

Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan

Perangkat hukum Meneg PPPemda

Status sosial ekonomi

Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja

Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat

Meneg PPPemda

Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28

untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin

meningkat Pemda

Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi

Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN

BKKBN dan Pemda

Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan

Asuransi persalinan dan transportasi

Pemda

Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga

Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat

Kemenkes

Kerjasama kelembagaan

Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga

Menguatnya peran lintas sektor

Lintas sektor

Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program

pendidikan kespro kedalam kurikulum

Metode pengajaran yang tepat

Pemda Diknas BKKBN

Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi

Aturan yang jelas tentang aborsi

Kemenkumham Pemda

Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil

Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan

Kemenag Pemda

Perkawinan usia muda

Optimalisasi batasminimal usia perkawinan

Batas usia minimal perkawinan

Kemenkumham Pemda

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29

Strategi 5 KELEMBAGAAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman

Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD

Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan

Bappenas dan Bappeda

Peraturan per undangan tentang aborsi

Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency

Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency

Lintas Sektor

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30

Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI

SOLUSI MASALAH

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31

Angka kematian Ibu melahirkan tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi

Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi

Kasus ekslampsia yang tidak tertangani

Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi

Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi

Pemantauan selama kehamilan rendah

Pengetahuan ibu masih rendah

Keterampilan tenaga penolong masih kurang

Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi

Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi

Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam

Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi

TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi

bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih

rendah

Pemberian tablet Fe masih kurang

Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang

Pemberdayaan masyarakat

Peningkatan Cakupan bumil

ristikomp yang tertangani tuntas

Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin

Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK

Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes

Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4

Peningkatan cakupan Fe

Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24

jam

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 12: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

Tabel 42 menunjukkan pada tahun 2012 angka unmet need di Bengkulu mengalami

peningkatan dari 74 menjadi 91 dibanding SDKI 1997 PUS yang sedang

menggunakan alat kontrasepsi turun dari 666 menjadi 642 dan PUS yang ingin ber

KB juga turun dari 758 menjadi 733

Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa wanita berstatus kawin usia 15 ndash 49 yang

tidak terpenuhi keinginan ber KB sedang pakai dan ingin ber KB sebagai berikut

a Kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi PUS yang sebenarnya tidak ingin

punya anak lagi atau ingin menunda kelahiran anak berikutnya tetapi karena

berbagai alasan tidak memakai kontrasepsi

- Untuk menjarangkan kelahiran 40

- Untuk membatasi kelahiran 51

- Jumlah 91

Pasangan usia subur yang tidak ingin anak lagi dan ingin menunda kelahiran

tetapi tidak menggunakan suatu alatcara KB modern (unmet need KB)

merupakan suatu peluang untuk meningkatkan peserta KB karena apabila

kelompok PUS (Pasangan Usia Subur) tersebut dapat di diberikan KIE

(Komunikasi Informasi dan Edukasi) yang memadai dan dapat dilayani dengan

baik maka mereka merupakan calon-calon akseptor KB yang potensial

b Kebutuhan ber KB yang terpenuhi

- Untuk menjarangkan kelahiran 25

- Untuk membatasi kelahiran 392

- Jumlah 642

c Jumlah yang ingin ber KB

- Untuk menjarangkan kelahiran 29

- Untuk membatasi kelahiran 444

- Jumlah 733

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 12

Mengapa pasangan usia subur tidak memakai kontrasepsi hal ini berkaitan

dengan tingkat pengetahuan akses kualitas pelayanan dan ketersediaan kontrasepsi

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan suatu pendekatan KIE dan

peningkatan kualitas pelayanan dan pendekatan perluasan jejaring dengan

memanfaatkan seluruh jaringan yang ada di lini lapangan

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemakaian kontrasepsi antara lain adalah

a Kualitas pelayanan yang baik memiliki peranan yang sangat besar dalam

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerimaan dan kelangsungan

pemakaian kontrasepsi

b Rasa takut terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan

kontrasepsi akan menyebabkan penolakan terhadap pemakaian kontrasepsi

c Keterbatasan distribusi alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat

d Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap berbagai macam kontrasepsi

dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing

e Akses masyarakat terhadap pelayanan kontrasepsi

Alternative kebijakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tingginya

unmet need KB di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut

a Memperkuat KIE dan advokasi KIE dan Advokasi adalah langkah yang

dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang penggunaan berbagai

kontrasepsi serta hasil yang diharapkan dari program KB yang pelaksanaanya

diperlukan koordinasi dengan lintas sector yang terkait

b Refreshingpelatihan bagi petugas penyuluh lapangan

Refreshingpelatihan diperlukan untuk menyegarkan kembali metode-metode

dan pengetahuan antara lain bagaimana memberikan pemahaman kepada

masyarakat khususnya kepada PUS tentang pentingnya revitalisasi program

KB

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 13

c Mengaktifkan kembali kader-kader KB yang ada dilapangan

menghidupkan kembali mekanisme operasional lini lapangan dan

memberikan operasional kader-kader KB di lapangan yang memadai

d Melibatkan Tokoh agama tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam

pengelolaan dan revitalisasi program KB

e Penyediaan sarana yang memadai dan pembinaan berjenjang

43 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkulu

Menurut Davis dan Blake (1956) ada 11 variabel antara yang mempengaruhi

fertilitas Variebel-variebel tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu Variabel

hubungan seks yang terdiri dari usia kawin proporsi yang tidak pernah kawin

perpisahan pada usia kawin karena cerai ditinggal dan menjanda abstinensia

sukarela abstinensia karena terpaksa frekuensi hubungan seks Variebel kedua

adalah konsepsi yang terdiri dari kesuburan biologis pemakaian kontrasepsi

kemandulan disengaja Variebel yang terakhir adalah gestasi yang terdiri dari

keguguran yang tidak disengaja dan pengguguran yang disengaja (Singarimbun

19965)

Variabel-variabel tersebut tidak semuanya dijadikan pendekatan untuk pengendalian

kelahiran di Indonesia Adapun variabel-variabel yang dijadikan pendekatan untuk

pengendalian kelahiran melalui program KB yaitu

a Usia kawin melalui promosi pendewasaan usia perkawinan

b Pemakaian kontrasepsi

c Kemandulan disengaja melalui vasektomi dan tubektomi

a1 Pendewasaan usia perkawinan

Tujuan pendewasaan usia perkawinan selain untuk mengendalikan kelahiran

oleh karena semakin tua usia orang kawin berarti semakin sedikit waktu masa

reproduktif yang dimiliki oleh Pasangan Usia Subur (PUS) juga bermanfaat

untuk mengurangi resiko kehamilan Resiko yang mungkin dapat terjadi pada ibu

yang yang telalu muda untuk hamil antara lain keguguran tekanan darah tinggi

keracunan kehamilan timbulnya kesulitan persalinan bayi berat lahir rendah

membesarnya air seni ke vagina keluarnya gas dan feses ke vagina atau bisa

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 14

kanker leher rahim (BKKBN 20062) Anjuran melalui program KB yang

disarankan dalam pendewasaan usia perkawinan adalah meningkatkan batas usia

perkawinan minimal usia 20 tahun untuk perempuan dan minimal usia 25 tahun

untuk pria (BKKBN 199221)

Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan usia kawin pertama wanita

meningkat antara lain

a Kemiskinan

b Hidup di daerah yang padat

c Pengaruh lingkungan

Michael Thomas Sadier seorang penganut Teori Fisiologis menyatakan bahwa

ldquojika kepadatan penduduk tinggi maka daya reproduksi manusia cenderung

menurun sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah maka daya reproduksi

manusia akan meningkatrdquo (Mantra 200359)

b1 Pengaturan Kelahiran

Pengaturan jarak kelahiran antara anak pertama dengan anak kedua dan

seterusnya selain bertujuan untuk mengendalikan tingkat kelahiran melalui

penjarangan kehamilan juga bertujuan untuk mengurangi resiko negatif terhadap

bayi dan ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat Resiko-resiko yang bisa

terjadi bila kehamilan terlalu dekat antara lain

1 keguguran

2 anemia pada ibu

3 payah jantung

4 bayi bisa lahir sebelum waktunya

5 bayi bisa lahir dengan berat badan rendah

6 bayi bisa cacat bawaan serta tidak optimalnya tumbuh kembang balita

Akan sangat beresiko lagi jika kehamilan yang terlalu dekat terjadi di kalangan

keluarga miskin yang tidak mampu untuk mencukupi gizi pada saat ibu sedang

hamil Jarak kelahiran yang ideal yang dianjurkan melalui program KB minimal

2-3 tahun sehingga untuk kehamilan anak yang kedua secara fisik dan

psikhologis siibu lebih siap (BKKBN 20063)

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 15

Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu

Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an

sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan

sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)

Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung

meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi

22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian

kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan

memperkecil prevalensi kehamilan

44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu

Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat

sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu

tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target

yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga

perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102

kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16

Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015

Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu

Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-

2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari

sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-

2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih

sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan

sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk

mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan

Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat

terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu

ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait

masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian

Kesehatan2007)

Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi

Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada

masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada

masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga

kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah

syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang

ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17

aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya

maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas

2010)

Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu

pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya

Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila

didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka

mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka

kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini

disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya

Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah

wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai

jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil

SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam

periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi

30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81

Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan

belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam

terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode

risiko tinggi

Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )

dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan

kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya

penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin

mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran

antara satu anak dengan anak berikutnya

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18

Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal

TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)

Sumber SDK I 200203 2007

41 38

127

94

3

4755

81

0

2

4

6

8

10

12

14

Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak

SDKI 200203 SDKI 2007

V Hasil dan Pembahasan

Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang

didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu

disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari

rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita

hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat

51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill

Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19

Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu

Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio

(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per

100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR

Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di

bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka

perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan

pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka

kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-

provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010

masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana

pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu

Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak

2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari

2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan

persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen

tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63

kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu

sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada

saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah

melahirkan

Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah

perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari

kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan

masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35

tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35

tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun

hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur

yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun

Perhatikan Tabel 51

Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010

Variabel Persentase

Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal

Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan

Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun

23976

333667

63571365

Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu

faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu

hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda

bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan

bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya

kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan

tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60

persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh

informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif

rendah

52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21

Sumber Riskesdas 2010

Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil

melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama

kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil

Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan

kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif

tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar

133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51

persen

53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes

Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010

Sumber Riskesdas 2010

Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa

kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi

Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat

rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang

melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22

melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman

adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan

cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan

bayi

Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir

Sumber Riskesdas 2010

Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau

pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan

kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit

infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu

Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu

mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan

masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya

terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa

setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan

harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai

resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan

kematian (Riskedas 2010)

Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih

relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan

menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320

persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi

0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah

melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23

persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu

44 persenPerhatikan Gambar 55

Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan

Sumber Riskesdas 2010

VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI

61 Faktor Determinan AKI

Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu

a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda

bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah

b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)

c Tempat Persalinan 60 di rumah

d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan

e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED

belum mencukupi

Faktor Yang Memperburuk

a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil

b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197

c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24

d Malaria dan TBC HIVAIDS

Penyebab Tidak Langsung

a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga

ndash Kekerasan dan Beban Ganda

ndash Perilaku konsumsi

ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan

ndash Kawin Muda

ndash Pandangan Budaya

b Pemenuhan Hak Reproduksi

ndash Kesertaan KB

ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB

ndash Peran Kesetaraan Pria

c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Faktor Dasar

a Keterbatasan Pengetahuan

ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi

ndash Pendidikan kesehatan reproduksi

ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi

b Status Perempuan

ndash Taraf Pendidikan Perempuan

ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan

ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga

c Kelembagaan

ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan

ndash Posyandu

ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25

62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI

Tabel 61 Analisa Kesenjangan

Yang harusdilakukan

Kebijakan Nasional

Upaya yang dilakukan

Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan

Pemeriksaan kehamilan

K4 90 Askeskin Biaya transportasi

Bantuan biaya transport

Ibu mendapat Pil besi

Pemberian pil besi

Pengadaan buffer stock pil besi

Konsumsi pil besi tidak sesuai

Peningkatan KIE

Persalinan ditolong oleh Nakes

90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk

Pengangkatan Bidan PTT

Persebaran belum merata

Insentif Bidan di daerah terpencil

Peningkatan kualitas dukun

- Kemitraan Bidan dengan Dukun

Kebijakan yang jelas tentang Dukun

Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda

Akses PONEK dan PONED

Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab

Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK

Dukungan peralatan dan tenaga kurang

Ekspansi PONED pelatihan tenaga

Mengurangi KDRT

UU No 232004 tentang penghapusan KDRT

Kampanye dan Sosialisasi

Belum dipahami publik dan penegak hukum

KIE tentang pengurangan KDRT

Ibu melahirkan di usia aman

UU No 1 1974 tentang Perkawinan

Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah

Kampanye KIE pendidikan Kespro

Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi

Unmet need 60

Peningkatan kualitas program KB

Unmet need mencapai 91

Revitalisasi program KB

Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan

Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan

Mendekatkan pelayanan Bidan

Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga

Siswa memperoleh

Kespro bagian dari kurikulum

KIE tentnag Kespro

Kesepakatan dan metode

Pengembangan modul dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26

pengetahuan tentang kespro

penyampaian bahan pelajaran

Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga

Pengarus utamaan gender

Kessempatan kerja bagi perempuan

VII Kesimpulan dan Rekomendasi

71 Kesimpulan

a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345

(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)

b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat

dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41

menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94

menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE

yang lebih intensif terutama diperdesaan)

c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga

penurunan AKI masih terkesan lambat

d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor

e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan

politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif

72 Rekomendasi

1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil

2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga

3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor

4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya

5 Peningkatan kelembagaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27

Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach

- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun

- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi

PemdaDinkesOrganisasi Profesi

Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab

Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK

PemdaDinkes

Pelayanan Antenatal dan Persalinan

Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi

Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT

PemdaDinkes

Pelayanan kesehatan masyarakat miskin

Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua

PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk

PemdaDinkes

Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah

Alokasi dana trasnportBank darah di RS

PemdaDinkesPMI

Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab

Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan

Rata- rata pendidikan perenpuan

DiknasPemda

Status perempuan

Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan

Perangkat hukum Meneg PPPemda

Status sosial ekonomi

Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja

Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat

Meneg PPPemda

Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28

untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin

meningkat Pemda

Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi

Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN

BKKBN dan Pemda

Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan

Asuransi persalinan dan transportasi

Pemda

Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga

Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat

Kemenkes

Kerjasama kelembagaan

Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga

Menguatnya peran lintas sektor

Lintas sektor

Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program

pendidikan kespro kedalam kurikulum

Metode pengajaran yang tepat

Pemda Diknas BKKBN

Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi

Aturan yang jelas tentang aborsi

Kemenkumham Pemda

Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil

Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan

Kemenag Pemda

Perkawinan usia muda

Optimalisasi batasminimal usia perkawinan

Batas usia minimal perkawinan

Kemenkumham Pemda

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29

Strategi 5 KELEMBAGAAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman

Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD

Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan

Bappenas dan Bappeda

Peraturan per undangan tentang aborsi

Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency

Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency

Lintas Sektor

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30

Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI

SOLUSI MASALAH

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31

Angka kematian Ibu melahirkan tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi

Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi

Kasus ekslampsia yang tidak tertangani

Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi

Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi

Pemantauan selama kehamilan rendah

Pengetahuan ibu masih rendah

Keterampilan tenaga penolong masih kurang

Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi

Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi

Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam

Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi

TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi

bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih

rendah

Pemberian tablet Fe masih kurang

Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang

Pemberdayaan masyarakat

Peningkatan Cakupan bumil

ristikomp yang tertangani tuntas

Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin

Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK

Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes

Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4

Peningkatan cakupan Fe

Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24

jam

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 13: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

Mengapa pasangan usia subur tidak memakai kontrasepsi hal ini berkaitan

dengan tingkat pengetahuan akses kualitas pelayanan dan ketersediaan kontrasepsi

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan suatu pendekatan KIE dan

peningkatan kualitas pelayanan dan pendekatan perluasan jejaring dengan

memanfaatkan seluruh jaringan yang ada di lini lapangan

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemakaian kontrasepsi antara lain adalah

a Kualitas pelayanan yang baik memiliki peranan yang sangat besar dalam

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerimaan dan kelangsungan

pemakaian kontrasepsi

b Rasa takut terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan

kontrasepsi akan menyebabkan penolakan terhadap pemakaian kontrasepsi

c Keterbatasan distribusi alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat

d Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap berbagai macam kontrasepsi

dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing

e Akses masyarakat terhadap pelayanan kontrasepsi

Alternative kebijakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tingginya

unmet need KB di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut

a Memperkuat KIE dan advokasi KIE dan Advokasi adalah langkah yang

dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang penggunaan berbagai

kontrasepsi serta hasil yang diharapkan dari program KB yang pelaksanaanya

diperlukan koordinasi dengan lintas sector yang terkait

b Refreshingpelatihan bagi petugas penyuluh lapangan

Refreshingpelatihan diperlukan untuk menyegarkan kembali metode-metode

dan pengetahuan antara lain bagaimana memberikan pemahaman kepada

masyarakat khususnya kepada PUS tentang pentingnya revitalisasi program

KB

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 13

c Mengaktifkan kembali kader-kader KB yang ada dilapangan

menghidupkan kembali mekanisme operasional lini lapangan dan

memberikan operasional kader-kader KB di lapangan yang memadai

d Melibatkan Tokoh agama tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam

pengelolaan dan revitalisasi program KB

e Penyediaan sarana yang memadai dan pembinaan berjenjang

43 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkulu

Menurut Davis dan Blake (1956) ada 11 variabel antara yang mempengaruhi

fertilitas Variebel-variebel tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu Variabel

hubungan seks yang terdiri dari usia kawin proporsi yang tidak pernah kawin

perpisahan pada usia kawin karena cerai ditinggal dan menjanda abstinensia

sukarela abstinensia karena terpaksa frekuensi hubungan seks Variebel kedua

adalah konsepsi yang terdiri dari kesuburan biologis pemakaian kontrasepsi

kemandulan disengaja Variebel yang terakhir adalah gestasi yang terdiri dari

keguguran yang tidak disengaja dan pengguguran yang disengaja (Singarimbun

19965)

Variabel-variabel tersebut tidak semuanya dijadikan pendekatan untuk pengendalian

kelahiran di Indonesia Adapun variabel-variabel yang dijadikan pendekatan untuk

pengendalian kelahiran melalui program KB yaitu

a Usia kawin melalui promosi pendewasaan usia perkawinan

b Pemakaian kontrasepsi

c Kemandulan disengaja melalui vasektomi dan tubektomi

a1 Pendewasaan usia perkawinan

Tujuan pendewasaan usia perkawinan selain untuk mengendalikan kelahiran

oleh karena semakin tua usia orang kawin berarti semakin sedikit waktu masa

reproduktif yang dimiliki oleh Pasangan Usia Subur (PUS) juga bermanfaat

untuk mengurangi resiko kehamilan Resiko yang mungkin dapat terjadi pada ibu

yang yang telalu muda untuk hamil antara lain keguguran tekanan darah tinggi

keracunan kehamilan timbulnya kesulitan persalinan bayi berat lahir rendah

membesarnya air seni ke vagina keluarnya gas dan feses ke vagina atau bisa

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 14

kanker leher rahim (BKKBN 20062) Anjuran melalui program KB yang

disarankan dalam pendewasaan usia perkawinan adalah meningkatkan batas usia

perkawinan minimal usia 20 tahun untuk perempuan dan minimal usia 25 tahun

untuk pria (BKKBN 199221)

Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan usia kawin pertama wanita

meningkat antara lain

a Kemiskinan

b Hidup di daerah yang padat

c Pengaruh lingkungan

Michael Thomas Sadier seorang penganut Teori Fisiologis menyatakan bahwa

ldquojika kepadatan penduduk tinggi maka daya reproduksi manusia cenderung

menurun sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah maka daya reproduksi

manusia akan meningkatrdquo (Mantra 200359)

b1 Pengaturan Kelahiran

Pengaturan jarak kelahiran antara anak pertama dengan anak kedua dan

seterusnya selain bertujuan untuk mengendalikan tingkat kelahiran melalui

penjarangan kehamilan juga bertujuan untuk mengurangi resiko negatif terhadap

bayi dan ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat Resiko-resiko yang bisa

terjadi bila kehamilan terlalu dekat antara lain

1 keguguran

2 anemia pada ibu

3 payah jantung

4 bayi bisa lahir sebelum waktunya

5 bayi bisa lahir dengan berat badan rendah

6 bayi bisa cacat bawaan serta tidak optimalnya tumbuh kembang balita

Akan sangat beresiko lagi jika kehamilan yang terlalu dekat terjadi di kalangan

keluarga miskin yang tidak mampu untuk mencukupi gizi pada saat ibu sedang

hamil Jarak kelahiran yang ideal yang dianjurkan melalui program KB minimal

2-3 tahun sehingga untuk kehamilan anak yang kedua secara fisik dan

psikhologis siibu lebih siap (BKKBN 20063)

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 15

Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu

Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an

sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan

sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)

Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung

meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi

22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian

kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan

memperkecil prevalensi kehamilan

44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu

Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat

sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu

tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target

yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga

perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102

kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16

Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015

Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu

Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-

2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari

sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-

2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih

sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan

sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk

mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan

Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat

terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu

ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait

masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian

Kesehatan2007)

Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi

Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada

masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada

masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga

kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah

syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang

ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17

aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya

maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas

2010)

Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu

pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya

Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila

didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka

mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka

kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini

disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya

Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah

wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai

jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil

SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam

periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi

30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81

Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan

belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam

terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode

risiko tinggi

Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )

dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan

kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya

penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin

mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran

antara satu anak dengan anak berikutnya

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18

Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal

TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)

Sumber SDK I 200203 2007

41 38

127

94

3

4755

81

0

2

4

6

8

10

12

14

Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak

SDKI 200203 SDKI 2007

V Hasil dan Pembahasan

Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang

didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu

disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari

rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita

hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat

51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill

Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19

Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu

Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio

(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per

100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR

Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di

bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka

perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan

pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka

kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-

provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010

masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana

pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu

Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak

2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari

2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan

persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen

tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63

kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu

sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada

saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah

melahirkan

Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah

perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari

kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan

masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35

tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35

tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun

hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur

yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun

Perhatikan Tabel 51

Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010

Variabel Persentase

Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal

Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan

Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun

23976

333667

63571365

Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu

faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu

hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda

bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan

bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya

kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan

tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60

persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh

informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif

rendah

52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21

Sumber Riskesdas 2010

Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil

melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama

kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil

Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan

kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif

tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar

133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51

persen

53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes

Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010

Sumber Riskesdas 2010

Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa

kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi

Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat

rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang

melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22

melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman

adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan

cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan

bayi

Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir

Sumber Riskesdas 2010

Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau

pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan

kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit

infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu

Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu

mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan

masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya

terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa

setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan

harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai

resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan

kematian (Riskedas 2010)

Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih

relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan

menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320

persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi

0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah

melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23

persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu

44 persenPerhatikan Gambar 55

Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan

Sumber Riskesdas 2010

VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI

61 Faktor Determinan AKI

Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu

a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda

bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah

b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)

c Tempat Persalinan 60 di rumah

d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan

e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED

belum mencukupi

Faktor Yang Memperburuk

a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil

b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197

c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24

d Malaria dan TBC HIVAIDS

Penyebab Tidak Langsung

a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga

ndash Kekerasan dan Beban Ganda

ndash Perilaku konsumsi

ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan

ndash Kawin Muda

ndash Pandangan Budaya

b Pemenuhan Hak Reproduksi

ndash Kesertaan KB

ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB

ndash Peran Kesetaraan Pria

c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Faktor Dasar

a Keterbatasan Pengetahuan

ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi

ndash Pendidikan kesehatan reproduksi

ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi

b Status Perempuan

ndash Taraf Pendidikan Perempuan

ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan

ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga

c Kelembagaan

ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan

ndash Posyandu

ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25

62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI

Tabel 61 Analisa Kesenjangan

Yang harusdilakukan

Kebijakan Nasional

Upaya yang dilakukan

Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan

Pemeriksaan kehamilan

K4 90 Askeskin Biaya transportasi

Bantuan biaya transport

Ibu mendapat Pil besi

Pemberian pil besi

Pengadaan buffer stock pil besi

Konsumsi pil besi tidak sesuai

Peningkatan KIE

Persalinan ditolong oleh Nakes

90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk

Pengangkatan Bidan PTT

Persebaran belum merata

Insentif Bidan di daerah terpencil

Peningkatan kualitas dukun

- Kemitraan Bidan dengan Dukun

Kebijakan yang jelas tentang Dukun

Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda

Akses PONEK dan PONED

Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab

Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK

Dukungan peralatan dan tenaga kurang

Ekspansi PONED pelatihan tenaga

Mengurangi KDRT

UU No 232004 tentang penghapusan KDRT

Kampanye dan Sosialisasi

Belum dipahami publik dan penegak hukum

KIE tentang pengurangan KDRT

Ibu melahirkan di usia aman

UU No 1 1974 tentang Perkawinan

Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah

Kampanye KIE pendidikan Kespro

Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi

Unmet need 60

Peningkatan kualitas program KB

Unmet need mencapai 91

Revitalisasi program KB

Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan

Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan

Mendekatkan pelayanan Bidan

Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga

Siswa memperoleh

Kespro bagian dari kurikulum

KIE tentnag Kespro

Kesepakatan dan metode

Pengembangan modul dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26

pengetahuan tentang kespro

penyampaian bahan pelajaran

Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga

Pengarus utamaan gender

Kessempatan kerja bagi perempuan

VII Kesimpulan dan Rekomendasi

71 Kesimpulan

a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345

(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)

b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat

dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41

menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94

menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE

yang lebih intensif terutama diperdesaan)

c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga

penurunan AKI masih terkesan lambat

d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor

e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan

politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif

72 Rekomendasi

1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil

2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga

3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor

4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya

5 Peningkatan kelembagaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27

Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach

- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun

- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi

PemdaDinkesOrganisasi Profesi

Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab

Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK

PemdaDinkes

Pelayanan Antenatal dan Persalinan

Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi

Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT

PemdaDinkes

Pelayanan kesehatan masyarakat miskin

Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua

PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk

PemdaDinkes

Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah

Alokasi dana trasnportBank darah di RS

PemdaDinkesPMI

Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab

Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan

Rata- rata pendidikan perenpuan

DiknasPemda

Status perempuan

Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan

Perangkat hukum Meneg PPPemda

Status sosial ekonomi

Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja

Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat

Meneg PPPemda

Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28

untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin

meningkat Pemda

Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi

Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN

BKKBN dan Pemda

Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan

Asuransi persalinan dan transportasi

Pemda

Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga

Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat

Kemenkes

Kerjasama kelembagaan

Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga

Menguatnya peran lintas sektor

Lintas sektor

Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program

pendidikan kespro kedalam kurikulum

Metode pengajaran yang tepat

Pemda Diknas BKKBN

Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi

Aturan yang jelas tentang aborsi

Kemenkumham Pemda

Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil

Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan

Kemenag Pemda

Perkawinan usia muda

Optimalisasi batasminimal usia perkawinan

Batas usia minimal perkawinan

Kemenkumham Pemda

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29

Strategi 5 KELEMBAGAAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman

Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD

Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan

Bappenas dan Bappeda

Peraturan per undangan tentang aborsi

Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency

Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency

Lintas Sektor

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30

Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI

SOLUSI MASALAH

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31

Angka kematian Ibu melahirkan tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi

Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi

Kasus ekslampsia yang tidak tertangani

Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi

Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi

Pemantauan selama kehamilan rendah

Pengetahuan ibu masih rendah

Keterampilan tenaga penolong masih kurang

Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi

Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi

Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam

Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi

TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi

bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih

rendah

Pemberian tablet Fe masih kurang

Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang

Pemberdayaan masyarakat

Peningkatan Cakupan bumil

ristikomp yang tertangani tuntas

Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin

Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK

Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes

Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4

Peningkatan cakupan Fe

Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24

jam

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 14: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

c Mengaktifkan kembali kader-kader KB yang ada dilapangan

menghidupkan kembali mekanisme operasional lini lapangan dan

memberikan operasional kader-kader KB di lapangan yang memadai

d Melibatkan Tokoh agama tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam

pengelolaan dan revitalisasi program KB

e Penyediaan sarana yang memadai dan pembinaan berjenjang

43 Perkembangan Fertilitas di Provinsi Bengkulu

Menurut Davis dan Blake (1956) ada 11 variabel antara yang mempengaruhi

fertilitas Variebel-variebel tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu Variabel

hubungan seks yang terdiri dari usia kawin proporsi yang tidak pernah kawin

perpisahan pada usia kawin karena cerai ditinggal dan menjanda abstinensia

sukarela abstinensia karena terpaksa frekuensi hubungan seks Variebel kedua

adalah konsepsi yang terdiri dari kesuburan biologis pemakaian kontrasepsi

kemandulan disengaja Variebel yang terakhir adalah gestasi yang terdiri dari

keguguran yang tidak disengaja dan pengguguran yang disengaja (Singarimbun

19965)

Variabel-variabel tersebut tidak semuanya dijadikan pendekatan untuk pengendalian

kelahiran di Indonesia Adapun variabel-variabel yang dijadikan pendekatan untuk

pengendalian kelahiran melalui program KB yaitu

a Usia kawin melalui promosi pendewasaan usia perkawinan

b Pemakaian kontrasepsi

c Kemandulan disengaja melalui vasektomi dan tubektomi

a1 Pendewasaan usia perkawinan

Tujuan pendewasaan usia perkawinan selain untuk mengendalikan kelahiran

oleh karena semakin tua usia orang kawin berarti semakin sedikit waktu masa

reproduktif yang dimiliki oleh Pasangan Usia Subur (PUS) juga bermanfaat

untuk mengurangi resiko kehamilan Resiko yang mungkin dapat terjadi pada ibu

yang yang telalu muda untuk hamil antara lain keguguran tekanan darah tinggi

keracunan kehamilan timbulnya kesulitan persalinan bayi berat lahir rendah

membesarnya air seni ke vagina keluarnya gas dan feses ke vagina atau bisa

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 14

kanker leher rahim (BKKBN 20062) Anjuran melalui program KB yang

disarankan dalam pendewasaan usia perkawinan adalah meningkatkan batas usia

perkawinan minimal usia 20 tahun untuk perempuan dan minimal usia 25 tahun

untuk pria (BKKBN 199221)

Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan usia kawin pertama wanita

meningkat antara lain

a Kemiskinan

b Hidup di daerah yang padat

c Pengaruh lingkungan

Michael Thomas Sadier seorang penganut Teori Fisiologis menyatakan bahwa

ldquojika kepadatan penduduk tinggi maka daya reproduksi manusia cenderung

menurun sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah maka daya reproduksi

manusia akan meningkatrdquo (Mantra 200359)

b1 Pengaturan Kelahiran

Pengaturan jarak kelahiran antara anak pertama dengan anak kedua dan

seterusnya selain bertujuan untuk mengendalikan tingkat kelahiran melalui

penjarangan kehamilan juga bertujuan untuk mengurangi resiko negatif terhadap

bayi dan ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat Resiko-resiko yang bisa

terjadi bila kehamilan terlalu dekat antara lain

1 keguguran

2 anemia pada ibu

3 payah jantung

4 bayi bisa lahir sebelum waktunya

5 bayi bisa lahir dengan berat badan rendah

6 bayi bisa cacat bawaan serta tidak optimalnya tumbuh kembang balita

Akan sangat beresiko lagi jika kehamilan yang terlalu dekat terjadi di kalangan

keluarga miskin yang tidak mampu untuk mencukupi gizi pada saat ibu sedang

hamil Jarak kelahiran yang ideal yang dianjurkan melalui program KB minimal

2-3 tahun sehingga untuk kehamilan anak yang kedua secara fisik dan

psikhologis siibu lebih siap (BKKBN 20063)

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 15

Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu

Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an

sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan

sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)

Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung

meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi

22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian

kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan

memperkecil prevalensi kehamilan

44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu

Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat

sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu

tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target

yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga

perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102

kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16

Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015

Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu

Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-

2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari

sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-

2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih

sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan

sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk

mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan

Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat

terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu

ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait

masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian

Kesehatan2007)

Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi

Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada

masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada

masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga

kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah

syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang

ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17

aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya

maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas

2010)

Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu

pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya

Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila

didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka

mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka

kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini

disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya

Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah

wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai

jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil

SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam

periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi

30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81

Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan

belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam

terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode

risiko tinggi

Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )

dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan

kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya

penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin

mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran

antara satu anak dengan anak berikutnya

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18

Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal

TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)

Sumber SDK I 200203 2007

41 38

127

94

3

4755

81

0

2

4

6

8

10

12

14

Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak

SDKI 200203 SDKI 2007

V Hasil dan Pembahasan

Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang

didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu

disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari

rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita

hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat

51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill

Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19

Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu

Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio

(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per

100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR

Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di

bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka

perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan

pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka

kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-

provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010

masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana

pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu

Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak

2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari

2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan

persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen

tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63

kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu

sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada

saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah

melahirkan

Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah

perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari

kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan

masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35

tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35

tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun

hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur

yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun

Perhatikan Tabel 51

Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010

Variabel Persentase

Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal

Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan

Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun

23976

333667

63571365

Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu

faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu

hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda

bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan

bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya

kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan

tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60

persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh

informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif

rendah

52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21

Sumber Riskesdas 2010

Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil

melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama

kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil

Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan

kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif

tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar

133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51

persen

53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes

Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010

Sumber Riskesdas 2010

Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa

kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi

Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat

rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang

melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22

melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman

adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan

cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan

bayi

Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir

Sumber Riskesdas 2010

Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau

pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan

kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit

infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu

Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu

mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan

masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya

terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa

setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan

harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai

resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan

kematian (Riskedas 2010)

Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih

relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan

menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320

persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi

0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah

melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23

persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu

44 persenPerhatikan Gambar 55

Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan

Sumber Riskesdas 2010

VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI

61 Faktor Determinan AKI

Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu

a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda

bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah

b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)

c Tempat Persalinan 60 di rumah

d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan

e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED

belum mencukupi

Faktor Yang Memperburuk

a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil

b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197

c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24

d Malaria dan TBC HIVAIDS

Penyebab Tidak Langsung

a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga

ndash Kekerasan dan Beban Ganda

ndash Perilaku konsumsi

ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan

ndash Kawin Muda

ndash Pandangan Budaya

b Pemenuhan Hak Reproduksi

ndash Kesertaan KB

ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB

ndash Peran Kesetaraan Pria

c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Faktor Dasar

a Keterbatasan Pengetahuan

ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi

ndash Pendidikan kesehatan reproduksi

ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi

b Status Perempuan

ndash Taraf Pendidikan Perempuan

ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan

ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga

c Kelembagaan

ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan

ndash Posyandu

ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25

62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI

Tabel 61 Analisa Kesenjangan

Yang harusdilakukan

Kebijakan Nasional

Upaya yang dilakukan

Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan

Pemeriksaan kehamilan

K4 90 Askeskin Biaya transportasi

Bantuan biaya transport

Ibu mendapat Pil besi

Pemberian pil besi

Pengadaan buffer stock pil besi

Konsumsi pil besi tidak sesuai

Peningkatan KIE

Persalinan ditolong oleh Nakes

90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk

Pengangkatan Bidan PTT

Persebaran belum merata

Insentif Bidan di daerah terpencil

Peningkatan kualitas dukun

- Kemitraan Bidan dengan Dukun

Kebijakan yang jelas tentang Dukun

Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda

Akses PONEK dan PONED

Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab

Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK

Dukungan peralatan dan tenaga kurang

Ekspansi PONED pelatihan tenaga

Mengurangi KDRT

UU No 232004 tentang penghapusan KDRT

Kampanye dan Sosialisasi

Belum dipahami publik dan penegak hukum

KIE tentang pengurangan KDRT

Ibu melahirkan di usia aman

UU No 1 1974 tentang Perkawinan

Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah

Kampanye KIE pendidikan Kespro

Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi

Unmet need 60

Peningkatan kualitas program KB

Unmet need mencapai 91

Revitalisasi program KB

Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan

Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan

Mendekatkan pelayanan Bidan

Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga

Siswa memperoleh

Kespro bagian dari kurikulum

KIE tentnag Kespro

Kesepakatan dan metode

Pengembangan modul dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26

pengetahuan tentang kespro

penyampaian bahan pelajaran

Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga

Pengarus utamaan gender

Kessempatan kerja bagi perempuan

VII Kesimpulan dan Rekomendasi

71 Kesimpulan

a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345

(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)

b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat

dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41

menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94

menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE

yang lebih intensif terutama diperdesaan)

c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga

penurunan AKI masih terkesan lambat

d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor

e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan

politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif

72 Rekomendasi

1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil

2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga

3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor

4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya

5 Peningkatan kelembagaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27

Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach

- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun

- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi

PemdaDinkesOrganisasi Profesi

Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab

Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK

PemdaDinkes

Pelayanan Antenatal dan Persalinan

Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi

Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT

PemdaDinkes

Pelayanan kesehatan masyarakat miskin

Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua

PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk

PemdaDinkes

Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah

Alokasi dana trasnportBank darah di RS

PemdaDinkesPMI

Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab

Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan

Rata- rata pendidikan perenpuan

DiknasPemda

Status perempuan

Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan

Perangkat hukum Meneg PPPemda

Status sosial ekonomi

Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja

Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat

Meneg PPPemda

Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28

untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin

meningkat Pemda

Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi

Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN

BKKBN dan Pemda

Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan

Asuransi persalinan dan transportasi

Pemda

Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga

Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat

Kemenkes

Kerjasama kelembagaan

Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga

Menguatnya peran lintas sektor

Lintas sektor

Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program

pendidikan kespro kedalam kurikulum

Metode pengajaran yang tepat

Pemda Diknas BKKBN

Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi

Aturan yang jelas tentang aborsi

Kemenkumham Pemda

Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil

Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan

Kemenag Pemda

Perkawinan usia muda

Optimalisasi batasminimal usia perkawinan

Batas usia minimal perkawinan

Kemenkumham Pemda

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29

Strategi 5 KELEMBAGAAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman

Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD

Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan

Bappenas dan Bappeda

Peraturan per undangan tentang aborsi

Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency

Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency

Lintas Sektor

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30

Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI

SOLUSI MASALAH

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31

Angka kematian Ibu melahirkan tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi

Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi

Kasus ekslampsia yang tidak tertangani

Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi

Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi

Pemantauan selama kehamilan rendah

Pengetahuan ibu masih rendah

Keterampilan tenaga penolong masih kurang

Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi

Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi

Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam

Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi

TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi

bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih

rendah

Pemberian tablet Fe masih kurang

Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang

Pemberdayaan masyarakat

Peningkatan Cakupan bumil

ristikomp yang tertangani tuntas

Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin

Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK

Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes

Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4

Peningkatan cakupan Fe

Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24

jam

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 15: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

kanker leher rahim (BKKBN 20062) Anjuran melalui program KB yang

disarankan dalam pendewasaan usia perkawinan adalah meningkatkan batas usia

perkawinan minimal usia 20 tahun untuk perempuan dan minimal usia 25 tahun

untuk pria (BKKBN 199221)

Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan usia kawin pertama wanita

meningkat antara lain

a Kemiskinan

b Hidup di daerah yang padat

c Pengaruh lingkungan

Michael Thomas Sadier seorang penganut Teori Fisiologis menyatakan bahwa

ldquojika kepadatan penduduk tinggi maka daya reproduksi manusia cenderung

menurun sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah maka daya reproduksi

manusia akan meningkatrdquo (Mantra 200359)

b1 Pengaturan Kelahiran

Pengaturan jarak kelahiran antara anak pertama dengan anak kedua dan

seterusnya selain bertujuan untuk mengendalikan tingkat kelahiran melalui

penjarangan kehamilan juga bertujuan untuk mengurangi resiko negatif terhadap

bayi dan ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat Resiko-resiko yang bisa

terjadi bila kehamilan terlalu dekat antara lain

1 keguguran

2 anemia pada ibu

3 payah jantung

4 bayi bisa lahir sebelum waktunya

5 bayi bisa lahir dengan berat badan rendah

6 bayi bisa cacat bawaan serta tidak optimalnya tumbuh kembang balita

Akan sangat beresiko lagi jika kehamilan yang terlalu dekat terjadi di kalangan

keluarga miskin yang tidak mampu untuk mencukupi gizi pada saat ibu sedang

hamil Jarak kelahiran yang ideal yang dianjurkan melalui program KB minimal

2-3 tahun sehingga untuk kehamilan anak yang kedua secara fisik dan

psikhologis siibu lebih siap (BKKBN 20063)

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 15

Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu

Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an

sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan

sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)

Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung

meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi

22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian

kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan

memperkecil prevalensi kehamilan

44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu

Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat

sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu

tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target

yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga

perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102

kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16

Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015

Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu

Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-

2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari

sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-

2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih

sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan

sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk

mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan

Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat

terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu

ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait

masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian

Kesehatan2007)

Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi

Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada

masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada

masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga

kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah

syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang

ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17

aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya

maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas

2010)

Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu

pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya

Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila

didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka

mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka

kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini

disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya

Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah

wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai

jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil

SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam

periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi

30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81

Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan

belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam

terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode

risiko tinggi

Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )

dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan

kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya

penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin

mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran

antara satu anak dengan anak berikutnya

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18

Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal

TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)

Sumber SDK I 200203 2007

41 38

127

94

3

4755

81

0

2

4

6

8

10

12

14

Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak

SDKI 200203 SDKI 2007

V Hasil dan Pembahasan

Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang

didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu

disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari

rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita

hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat

51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill

Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19

Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu

Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio

(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per

100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR

Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di

bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka

perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan

pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka

kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-

provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010

masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana

pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu

Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak

2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari

2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan

persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen

tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63

kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu

sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada

saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah

melahirkan

Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah

perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari

kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan

masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35

tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35

tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun

hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur

yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun

Perhatikan Tabel 51

Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010

Variabel Persentase

Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal

Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan

Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun

23976

333667

63571365

Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu

faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu

hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda

bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan

bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya

kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan

tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60

persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh

informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif

rendah

52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21

Sumber Riskesdas 2010

Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil

melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama

kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil

Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan

kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif

tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar

133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51

persen

53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes

Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010

Sumber Riskesdas 2010

Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa

kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi

Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat

rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang

melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22

melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman

adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan

cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan

bayi

Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir

Sumber Riskesdas 2010

Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau

pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan

kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit

infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu

Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu

mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan

masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya

terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa

setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan

harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai

resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan

kematian (Riskedas 2010)

Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih

relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan

menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320

persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi

0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah

melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23

persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu

44 persenPerhatikan Gambar 55

Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan

Sumber Riskesdas 2010

VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI

61 Faktor Determinan AKI

Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu

a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda

bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah

b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)

c Tempat Persalinan 60 di rumah

d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan

e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED

belum mencukupi

Faktor Yang Memperburuk

a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil

b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197

c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24

d Malaria dan TBC HIVAIDS

Penyebab Tidak Langsung

a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga

ndash Kekerasan dan Beban Ganda

ndash Perilaku konsumsi

ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan

ndash Kawin Muda

ndash Pandangan Budaya

b Pemenuhan Hak Reproduksi

ndash Kesertaan KB

ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB

ndash Peran Kesetaraan Pria

c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Faktor Dasar

a Keterbatasan Pengetahuan

ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi

ndash Pendidikan kesehatan reproduksi

ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi

b Status Perempuan

ndash Taraf Pendidikan Perempuan

ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan

ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga

c Kelembagaan

ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan

ndash Posyandu

ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25

62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI

Tabel 61 Analisa Kesenjangan

Yang harusdilakukan

Kebijakan Nasional

Upaya yang dilakukan

Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan

Pemeriksaan kehamilan

K4 90 Askeskin Biaya transportasi

Bantuan biaya transport

Ibu mendapat Pil besi

Pemberian pil besi

Pengadaan buffer stock pil besi

Konsumsi pil besi tidak sesuai

Peningkatan KIE

Persalinan ditolong oleh Nakes

90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk

Pengangkatan Bidan PTT

Persebaran belum merata

Insentif Bidan di daerah terpencil

Peningkatan kualitas dukun

- Kemitraan Bidan dengan Dukun

Kebijakan yang jelas tentang Dukun

Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda

Akses PONEK dan PONED

Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab

Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK

Dukungan peralatan dan tenaga kurang

Ekspansi PONED pelatihan tenaga

Mengurangi KDRT

UU No 232004 tentang penghapusan KDRT

Kampanye dan Sosialisasi

Belum dipahami publik dan penegak hukum

KIE tentang pengurangan KDRT

Ibu melahirkan di usia aman

UU No 1 1974 tentang Perkawinan

Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah

Kampanye KIE pendidikan Kespro

Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi

Unmet need 60

Peningkatan kualitas program KB

Unmet need mencapai 91

Revitalisasi program KB

Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan

Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan

Mendekatkan pelayanan Bidan

Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga

Siswa memperoleh

Kespro bagian dari kurikulum

KIE tentnag Kespro

Kesepakatan dan metode

Pengembangan modul dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26

pengetahuan tentang kespro

penyampaian bahan pelajaran

Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga

Pengarus utamaan gender

Kessempatan kerja bagi perempuan

VII Kesimpulan dan Rekomendasi

71 Kesimpulan

a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345

(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)

b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat

dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41

menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94

menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE

yang lebih intensif terutama diperdesaan)

c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga

penurunan AKI masih terkesan lambat

d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor

e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan

politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif

72 Rekomendasi

1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil

2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga

3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor

4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya

5 Peningkatan kelembagaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27

Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach

- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun

- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi

PemdaDinkesOrganisasi Profesi

Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab

Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK

PemdaDinkes

Pelayanan Antenatal dan Persalinan

Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi

Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT

PemdaDinkes

Pelayanan kesehatan masyarakat miskin

Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua

PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk

PemdaDinkes

Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah

Alokasi dana trasnportBank darah di RS

PemdaDinkesPMI

Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab

Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan

Rata- rata pendidikan perenpuan

DiknasPemda

Status perempuan

Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan

Perangkat hukum Meneg PPPemda

Status sosial ekonomi

Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja

Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat

Meneg PPPemda

Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28

untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin

meningkat Pemda

Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi

Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN

BKKBN dan Pemda

Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan

Asuransi persalinan dan transportasi

Pemda

Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga

Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat

Kemenkes

Kerjasama kelembagaan

Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga

Menguatnya peran lintas sektor

Lintas sektor

Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program

pendidikan kespro kedalam kurikulum

Metode pengajaran yang tepat

Pemda Diknas BKKBN

Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi

Aturan yang jelas tentang aborsi

Kemenkumham Pemda

Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil

Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan

Kemenag Pemda

Perkawinan usia muda

Optimalisasi batasminimal usia perkawinan

Batas usia minimal perkawinan

Kemenkumham Pemda

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29

Strategi 5 KELEMBAGAAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman

Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD

Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan

Bappenas dan Bappeda

Peraturan per undangan tentang aborsi

Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency

Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency

Lintas Sektor

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30

Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI

SOLUSI MASALAH

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31

Angka kematian Ibu melahirkan tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi

Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi

Kasus ekslampsia yang tidak tertangani

Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi

Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi

Pemantauan selama kehamilan rendah

Pengetahuan ibu masih rendah

Keterampilan tenaga penolong masih kurang

Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi

Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi

Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam

Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi

TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi

bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih

rendah

Pemberian tablet Fe masih kurang

Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang

Pemberdayaan masyarakat

Peningkatan Cakupan bumil

ristikomp yang tertangani tuntas

Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin

Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK

Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes

Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4

Peningkatan cakupan Fe

Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24

jam

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 16: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

Tabel 43 Trend TFR Provinsi Bengkulu

Keberhasilan program KB yang di Bengkulu baru dimulai dari tahun 1980-an

sampai saat ini melalui peningkatan pemakaian kontrasepsi telah memberikan

sumbangan yang cukup besar terhadap penurunan angka fertilitas total (TFR)

Prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin yang cenderung

meningkat telah mendukung penurunan TFR dari 345 (SDKI 1994 ) menjadi

22 (SDKI 2012 Sumbangan keberhasilan program KB melalui pemakaian

kontrasepsi cukup besar terhadap penurunan angka kematian ibu dengan

memperkecil prevalensi kehamilan

44 Perkembangan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu

Kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat

sehat seorang perempuan Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu

tujuan MDGs yakni tujuan kelima Meningkatkan Kesehatan Ibu Sedangkan target

yang akan dicapai Indonseia adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga

perempatnya antara 1990-2015 atau menurunkan angka kematian ibu menjadi 102

kematian ibuper 100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Perhatikan Gambar 1

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 16

Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015

Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu

Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-

2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari

sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-

2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih

sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan

sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk

mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan

Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat

terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu

ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait

masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian

Kesehatan2007)

Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi

Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada

masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada

masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga

kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah

syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang

ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17

aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya

maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas

2010)

Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu

pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya

Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila

didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka

mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka

kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini

disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya

Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah

wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai

jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil

SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam

periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi

30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81

Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan

belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam

terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode

risiko tinggi

Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )

dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan

kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya

penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin

mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran

antara satu anak dengan anak berikutnya

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18

Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal

TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)

Sumber SDK I 200203 2007

41 38

127

94

3

4755

81

0

2

4

6

8

10

12

14

Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak

SDKI 200203 SDKI 2007

V Hasil dan Pembahasan

Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang

didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu

disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari

rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita

hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat

51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill

Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19

Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu

Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio

(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per

100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR

Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di

bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka

perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan

pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka

kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-

provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010

masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana

pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu

Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak

2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari

2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan

persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen

tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63

kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu

sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada

saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah

melahirkan

Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah

perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari

kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan

masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35

tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35

tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun

hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur

yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun

Perhatikan Tabel 51

Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010

Variabel Persentase

Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal

Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan

Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun

23976

333667

63571365

Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu

faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu

hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda

bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan

bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya

kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan

tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60

persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh

informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif

rendah

52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21

Sumber Riskesdas 2010

Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil

melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama

kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil

Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan

kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif

tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar

133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51

persen

53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes

Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010

Sumber Riskesdas 2010

Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa

kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi

Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat

rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang

melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22

melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman

adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan

cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan

bayi

Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir

Sumber Riskesdas 2010

Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau

pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan

kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit

infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu

Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu

mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan

masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya

terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa

setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan

harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai

resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan

kematian (Riskedas 2010)

Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih

relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan

menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320

persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi

0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah

melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23

persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu

44 persenPerhatikan Gambar 55

Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan

Sumber Riskesdas 2010

VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI

61 Faktor Determinan AKI

Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu

a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda

bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah

b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)

c Tempat Persalinan 60 di rumah

d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan

e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED

belum mencukupi

Faktor Yang Memperburuk

a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil

b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197

c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24

d Malaria dan TBC HIVAIDS

Penyebab Tidak Langsung

a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga

ndash Kekerasan dan Beban Ganda

ndash Perilaku konsumsi

ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan

ndash Kawin Muda

ndash Pandangan Budaya

b Pemenuhan Hak Reproduksi

ndash Kesertaan KB

ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB

ndash Peran Kesetaraan Pria

c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Faktor Dasar

a Keterbatasan Pengetahuan

ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi

ndash Pendidikan kesehatan reproduksi

ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi

b Status Perempuan

ndash Taraf Pendidikan Perempuan

ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan

ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga

c Kelembagaan

ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan

ndash Posyandu

ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25

62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI

Tabel 61 Analisa Kesenjangan

Yang harusdilakukan

Kebijakan Nasional

Upaya yang dilakukan

Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan

Pemeriksaan kehamilan

K4 90 Askeskin Biaya transportasi

Bantuan biaya transport

Ibu mendapat Pil besi

Pemberian pil besi

Pengadaan buffer stock pil besi

Konsumsi pil besi tidak sesuai

Peningkatan KIE

Persalinan ditolong oleh Nakes

90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk

Pengangkatan Bidan PTT

Persebaran belum merata

Insentif Bidan di daerah terpencil

Peningkatan kualitas dukun

- Kemitraan Bidan dengan Dukun

Kebijakan yang jelas tentang Dukun

Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda

Akses PONEK dan PONED

Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab

Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK

Dukungan peralatan dan tenaga kurang

Ekspansi PONED pelatihan tenaga

Mengurangi KDRT

UU No 232004 tentang penghapusan KDRT

Kampanye dan Sosialisasi

Belum dipahami publik dan penegak hukum

KIE tentang pengurangan KDRT

Ibu melahirkan di usia aman

UU No 1 1974 tentang Perkawinan

Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah

Kampanye KIE pendidikan Kespro

Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi

Unmet need 60

Peningkatan kualitas program KB

Unmet need mencapai 91

Revitalisasi program KB

Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan

Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan

Mendekatkan pelayanan Bidan

Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga

Siswa memperoleh

Kespro bagian dari kurikulum

KIE tentnag Kespro

Kesepakatan dan metode

Pengembangan modul dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26

pengetahuan tentang kespro

penyampaian bahan pelajaran

Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga

Pengarus utamaan gender

Kessempatan kerja bagi perempuan

VII Kesimpulan dan Rekomendasi

71 Kesimpulan

a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345

(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)

b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat

dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41

menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94

menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE

yang lebih intensif terutama diperdesaan)

c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga

penurunan AKI masih terkesan lambat

d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor

e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan

politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif

72 Rekomendasi

1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil

2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga

3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor

4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya

5 Peningkatan kelembagaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27

Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach

- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun

- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi

PemdaDinkesOrganisasi Profesi

Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab

Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK

PemdaDinkes

Pelayanan Antenatal dan Persalinan

Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi

Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT

PemdaDinkes

Pelayanan kesehatan masyarakat miskin

Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua

PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk

PemdaDinkes

Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah

Alokasi dana trasnportBank darah di RS

PemdaDinkesPMI

Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab

Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan

Rata- rata pendidikan perenpuan

DiknasPemda

Status perempuan

Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan

Perangkat hukum Meneg PPPemda

Status sosial ekonomi

Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja

Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat

Meneg PPPemda

Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28

untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin

meningkat Pemda

Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi

Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN

BKKBN dan Pemda

Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan

Asuransi persalinan dan transportasi

Pemda

Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga

Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat

Kemenkes

Kerjasama kelembagaan

Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga

Menguatnya peran lintas sektor

Lintas sektor

Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program

pendidikan kespro kedalam kurikulum

Metode pengajaran yang tepat

Pemda Diknas BKKBN

Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi

Aturan yang jelas tentang aborsi

Kemenkumham Pemda

Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil

Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan

Kemenag Pemda

Perkawinan usia muda

Optimalisasi batasminimal usia perkawinan

Batas usia minimal perkawinan

Kemenkumham Pemda

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29

Strategi 5 KELEMBAGAAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman

Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD

Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan

Bappenas dan Bappeda

Peraturan per undangan tentang aborsi

Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency

Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency

Lintas Sektor

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30

Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI

SOLUSI MASALAH

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31

Angka kematian Ibu melahirkan tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi

Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi

Kasus ekslampsia yang tidak tertangani

Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi

Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi

Pemantauan selama kehamilan rendah

Pengetahuan ibu masih rendah

Keterampilan tenaga penolong masih kurang

Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi

Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi

Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam

Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi

TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi

bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih

rendah

Pemberian tablet Fe masih kurang

Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang

Pemberdayaan masyarakat

Peningkatan Cakupan bumil

ristikomp yang tertangani tuntas

Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin

Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK

Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes

Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4

Peningkatan cakupan Fe

Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24

jam

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 17: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

Gambar 4 1 MMR Indonesia 2002-2010 dan Target MDGs Kematian Ibu tahun 2015

Sumber BPS dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu

Pada Gambar 41 tampak bahwa MMR Indonesia pada kurun waktu 2002-

2010 mengalami fluktuasi Pada kurun waktu 2002-2007 MMR Indonesia turun dari

sebesar 307 tahun 2002 menjadi 228 tahun 2007 kemudian pada kurun waktu 2007-

2010 naik dari 228 menjadi 259 pada tahun 2010 (Ken Hill 2010) Angka ini masih

sangat jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana MMR Indonesia ditargetkan

sebesar 102 Kondisi itu mengungkapkan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk

mencapai target MDGs tersebut dalam kurun waktu sisa tiga tahun ke depan

Kematian ibu pada masa kehamilan proses melahirkan dan masa nifas dapat

terjadi karena kehamilan yang beresiko baik akibat dari penyakit yang diderita ibu

ataupun akibat dari kehamilannya Faktor penyebab kematian ibu lainnya terkait

masalah kehamilan persalinan dan nifas adalah eklamsia dan infeksi (Kementrian

Kesehatan2007)

Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi

Kompilkasi pada masa kehamilan dapat berdampak negatif pada

masapersalinanyakni mengakibatkan kematian ibu Oleh karena itu komplikasi pada

masa kehamilan sekecil mungkin harus dihindari Penolong persalinan oleh tenaga

kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan untuk melahirkan yang memadai adalah

syarat aman untuk mencegah kematian pada saat melahirkan Persalinan yang

ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap mememenuhi persyaratan sterilisasi dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 17

aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya

maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas

2010)

Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu

pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya

Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila

didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka

mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka

kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini

disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya

Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah

wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai

jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil

SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam

periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi

30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81

Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan

belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam

terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode

risiko tinggi

Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )

dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan

kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya

penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin

mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran

antara satu anak dengan anak berikutnya

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18

Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal

TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)

Sumber SDK I 200203 2007

41 38

127

94

3

4755

81

0

2

4

6

8

10

12

14

Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak

SDKI 200203 SDKI 2007

V Hasil dan Pembahasan

Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang

didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu

disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari

rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita

hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat

51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill

Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19

Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu

Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio

(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per

100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR

Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di

bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka

perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan

pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka

kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-

provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010

masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana

pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu

Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak

2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari

2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan

persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen

tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63

kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu

sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada

saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah

melahirkan

Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah

perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari

kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan

masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35

tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35

tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun

hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur

yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun

Perhatikan Tabel 51

Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010

Variabel Persentase

Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal

Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan

Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun

23976

333667

63571365

Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu

faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu

hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda

bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan

bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya

kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan

tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60

persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh

informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif

rendah

52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21

Sumber Riskesdas 2010

Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil

melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama

kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil

Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan

kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif

tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar

133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51

persen

53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes

Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010

Sumber Riskesdas 2010

Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa

kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi

Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat

rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang

melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22

melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman

adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan

cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan

bayi

Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir

Sumber Riskesdas 2010

Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau

pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan

kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit

infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu

Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu

mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan

masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya

terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa

setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan

harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai

resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan

kematian (Riskedas 2010)

Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih

relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan

menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320

persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi

0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah

melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23

persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu

44 persenPerhatikan Gambar 55

Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan

Sumber Riskesdas 2010

VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI

61 Faktor Determinan AKI

Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu

a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda

bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah

b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)

c Tempat Persalinan 60 di rumah

d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan

e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED

belum mencukupi

Faktor Yang Memperburuk

a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil

b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197

c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24

d Malaria dan TBC HIVAIDS

Penyebab Tidak Langsung

a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga

ndash Kekerasan dan Beban Ganda

ndash Perilaku konsumsi

ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan

ndash Kawin Muda

ndash Pandangan Budaya

b Pemenuhan Hak Reproduksi

ndash Kesertaan KB

ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB

ndash Peran Kesetaraan Pria

c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Faktor Dasar

a Keterbatasan Pengetahuan

ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi

ndash Pendidikan kesehatan reproduksi

ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi

b Status Perempuan

ndash Taraf Pendidikan Perempuan

ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan

ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga

c Kelembagaan

ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan

ndash Posyandu

ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25

62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI

Tabel 61 Analisa Kesenjangan

Yang harusdilakukan

Kebijakan Nasional

Upaya yang dilakukan

Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan

Pemeriksaan kehamilan

K4 90 Askeskin Biaya transportasi

Bantuan biaya transport

Ibu mendapat Pil besi

Pemberian pil besi

Pengadaan buffer stock pil besi

Konsumsi pil besi tidak sesuai

Peningkatan KIE

Persalinan ditolong oleh Nakes

90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk

Pengangkatan Bidan PTT

Persebaran belum merata

Insentif Bidan di daerah terpencil

Peningkatan kualitas dukun

- Kemitraan Bidan dengan Dukun

Kebijakan yang jelas tentang Dukun

Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda

Akses PONEK dan PONED

Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab

Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK

Dukungan peralatan dan tenaga kurang

Ekspansi PONED pelatihan tenaga

Mengurangi KDRT

UU No 232004 tentang penghapusan KDRT

Kampanye dan Sosialisasi

Belum dipahami publik dan penegak hukum

KIE tentang pengurangan KDRT

Ibu melahirkan di usia aman

UU No 1 1974 tentang Perkawinan

Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah

Kampanye KIE pendidikan Kespro

Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi

Unmet need 60

Peningkatan kualitas program KB

Unmet need mencapai 91

Revitalisasi program KB

Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan

Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan

Mendekatkan pelayanan Bidan

Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga

Siswa memperoleh

Kespro bagian dari kurikulum

KIE tentnag Kespro

Kesepakatan dan metode

Pengembangan modul dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26

pengetahuan tentang kespro

penyampaian bahan pelajaran

Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga

Pengarus utamaan gender

Kessempatan kerja bagi perempuan

VII Kesimpulan dan Rekomendasi

71 Kesimpulan

a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345

(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)

b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat

dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41

menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94

menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE

yang lebih intensif terutama diperdesaan)

c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga

penurunan AKI masih terkesan lambat

d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor

e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan

politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif

72 Rekomendasi

1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil

2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga

3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor

4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya

5 Peningkatan kelembagaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27

Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach

- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun

- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi

PemdaDinkesOrganisasi Profesi

Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab

Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK

PemdaDinkes

Pelayanan Antenatal dan Persalinan

Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi

Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT

PemdaDinkes

Pelayanan kesehatan masyarakat miskin

Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua

PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk

PemdaDinkes

Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah

Alokasi dana trasnportBank darah di RS

PemdaDinkesPMI

Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab

Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan

Rata- rata pendidikan perenpuan

DiknasPemda

Status perempuan

Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan

Perangkat hukum Meneg PPPemda

Status sosial ekonomi

Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja

Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat

Meneg PPPemda

Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28

untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin

meningkat Pemda

Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi

Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN

BKKBN dan Pemda

Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan

Asuransi persalinan dan transportasi

Pemda

Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga

Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat

Kemenkes

Kerjasama kelembagaan

Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga

Menguatnya peran lintas sektor

Lintas sektor

Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program

pendidikan kespro kedalam kurikulum

Metode pengajaran yang tepat

Pemda Diknas BKKBN

Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi

Aturan yang jelas tentang aborsi

Kemenkumham Pemda

Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil

Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan

Kemenag Pemda

Perkawinan usia muda

Optimalisasi batasminimal usia perkawinan

Batas usia minimal perkawinan

Kemenkumham Pemda

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29

Strategi 5 KELEMBAGAAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman

Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD

Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan

Bappenas dan Bappeda

Peraturan per undangan tentang aborsi

Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency

Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency

Lintas Sektor

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30

Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI

SOLUSI MASALAH

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31

Angka kematian Ibu melahirkan tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi

Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi

Kasus ekslampsia yang tidak tertangani

Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi

Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi

Pemantauan selama kehamilan rendah

Pengetahuan ibu masih rendah

Keterampilan tenaga penolong masih kurang

Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi

Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi

Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam

Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi

TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi

bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih

rendah

Pemberian tablet Fe masih kurang

Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang

Pemberdayaan masyarakat

Peningkatan Cakupan bumil

ristikomp yang tertangani tuntas

Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin

Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK

Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes

Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4

Peningkatan cakupan Fe

Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24

jam

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 18: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

aman sebabapabilaseorang ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinannya

maka penanganan atau pertolongan pertama akan dapat segera dilakukan (Riskesdas

2010)

Evaluasi pencapaian penurunan angka kematian ibu dari waktu ke waktu

pada suatu daerah hanya dapat dilakukan dari ketersediaan angka MMR-nya

Demikian pula program peningkatan kesehatan ibu akan lebih akurat dilakukan bila

didukung tersedianya data MMR Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka

mengevaluasi keberhasilan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menurunkan angka

kematian ibu yang diukur dari besaran MMR Provinsi Bengkulu dalam paper ini

disajikan hasil perhitungan MMR Provinsi Bengkulu 2010 beserta analisisnya

Selama ini dalam program KB dikenal bahwa risiko tinggi melahirkan adalah

wanita yang berumur kurang dari 18 tahun dan di atas 34 tahun yang mempunyai

jarak kelahiran kurang dari dua tahun dan mempunyai paritas lebih dari tiga Hasil

SDKI menunjukkan risiko tinggi melahirkan di antara wanita status kawin dalam

periode 5 tahun sebelum survei menurun pada kategori terlalu muda dari 41 menjadi

30 terlalu dekat dari 121 menjadi 55 dan terlalu banyak dari 94 menjadi 81

Namun pada kategori terlalu tua justru meningkat dari 38 menjadi 47 Alasan

belum dapat diketahui dengan pasti karena perlu dilakukan studi lebih mendalam

terkait dengan faktor yang menyebabkan wanita status kawin melahirkan periode

risiko tinggi

Perilaku wanita kawin yang melahirkan dalam risiko tinggi ( terlalu tua )

dapat dikaitkan dengan upaya KIE yang terkait dengan keluarga berencana dan

kesehatan Semakin sering akses terhadap KIE keluarga berencana khususnya

penundaan usia perkawinan dapat menjadikan seorang wanita berstatus kawin

mengatur umur perkawinan melahirkan anak pertama kali dan selang kelahiran

antara satu anak dengan anak berikutnya

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 18

Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal

TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)

Sumber SDK I 200203 2007

41 38

127

94

3

4755

81

0

2

4

6

8

10

12

14

Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak

SDKI 200203 SDKI 2007

V Hasil dan Pembahasan

Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang

didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu

disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari

rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita

hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat

51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill

Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19

Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu

Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio

(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per

100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR

Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di

bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka

perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan

pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka

kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-

provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010

masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana

pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu

Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak

2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari

2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan

persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen

tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63

kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu

sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada

saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah

melahirkan

Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah

perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari

kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan

masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35

tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35

tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun

hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur

yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun

Perhatikan Tabel 51

Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010

Variabel Persentase

Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal

Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan

Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun

23976

333667

63571365

Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu

faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu

hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda

bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan

bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya

kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan

tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60

persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh

informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif

rendah

52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21

Sumber Riskesdas 2010

Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil

melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama

kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil

Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan

kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif

tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar

133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51

persen

53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes

Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010

Sumber Riskesdas 2010

Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa

kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi

Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat

rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang

melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22

melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman

adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan

cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan

bayi

Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir

Sumber Riskesdas 2010

Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau

pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan

kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit

infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu

Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu

mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan

masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya

terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa

setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan

harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai

resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan

kematian (Riskedas 2010)

Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih

relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan

menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320

persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi

0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah

melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23

persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu

44 persenPerhatikan Gambar 55

Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan

Sumber Riskesdas 2010

VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI

61 Faktor Determinan AKI

Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu

a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda

bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah

b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)

c Tempat Persalinan 60 di rumah

d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan

e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED

belum mencukupi

Faktor Yang Memperburuk

a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil

b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197

c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24

d Malaria dan TBC HIVAIDS

Penyebab Tidak Langsung

a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga

ndash Kekerasan dan Beban Ganda

ndash Perilaku konsumsi

ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan

ndash Kawin Muda

ndash Pandangan Budaya

b Pemenuhan Hak Reproduksi

ndash Kesertaan KB

ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB

ndash Peran Kesetaraan Pria

c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Faktor Dasar

a Keterbatasan Pengetahuan

ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi

ndash Pendidikan kesehatan reproduksi

ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi

b Status Perempuan

ndash Taraf Pendidikan Perempuan

ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan

ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga

c Kelembagaan

ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan

ndash Posyandu

ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25

62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI

Tabel 61 Analisa Kesenjangan

Yang harusdilakukan

Kebijakan Nasional

Upaya yang dilakukan

Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan

Pemeriksaan kehamilan

K4 90 Askeskin Biaya transportasi

Bantuan biaya transport

Ibu mendapat Pil besi

Pemberian pil besi

Pengadaan buffer stock pil besi

Konsumsi pil besi tidak sesuai

Peningkatan KIE

Persalinan ditolong oleh Nakes

90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk

Pengangkatan Bidan PTT

Persebaran belum merata

Insentif Bidan di daerah terpencil

Peningkatan kualitas dukun

- Kemitraan Bidan dengan Dukun

Kebijakan yang jelas tentang Dukun

Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda

Akses PONEK dan PONED

Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab

Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK

Dukungan peralatan dan tenaga kurang

Ekspansi PONED pelatihan tenaga

Mengurangi KDRT

UU No 232004 tentang penghapusan KDRT

Kampanye dan Sosialisasi

Belum dipahami publik dan penegak hukum

KIE tentang pengurangan KDRT

Ibu melahirkan di usia aman

UU No 1 1974 tentang Perkawinan

Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah

Kampanye KIE pendidikan Kespro

Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi

Unmet need 60

Peningkatan kualitas program KB

Unmet need mencapai 91

Revitalisasi program KB

Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan

Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan

Mendekatkan pelayanan Bidan

Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga

Siswa memperoleh

Kespro bagian dari kurikulum

KIE tentnag Kespro

Kesepakatan dan metode

Pengembangan modul dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26

pengetahuan tentang kespro

penyampaian bahan pelajaran

Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga

Pengarus utamaan gender

Kessempatan kerja bagi perempuan

VII Kesimpulan dan Rekomendasi

71 Kesimpulan

a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345

(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)

b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat

dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41

menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94

menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE

yang lebih intensif terutama diperdesaan)

c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga

penurunan AKI masih terkesan lambat

d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor

e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan

politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif

72 Rekomendasi

1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil

2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga

3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor

4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya

5 Peningkatan kelembagaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27

Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach

- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun

- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi

PemdaDinkesOrganisasi Profesi

Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab

Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK

PemdaDinkes

Pelayanan Antenatal dan Persalinan

Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi

Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT

PemdaDinkes

Pelayanan kesehatan masyarakat miskin

Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua

PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk

PemdaDinkes

Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah

Alokasi dana trasnportBank darah di RS

PemdaDinkesPMI

Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab

Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan

Rata- rata pendidikan perenpuan

DiknasPemda

Status perempuan

Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan

Perangkat hukum Meneg PPPemda

Status sosial ekonomi

Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja

Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat

Meneg PPPemda

Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28

untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin

meningkat Pemda

Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi

Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN

BKKBN dan Pemda

Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan

Asuransi persalinan dan transportasi

Pemda

Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga

Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat

Kemenkes

Kerjasama kelembagaan

Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga

Menguatnya peran lintas sektor

Lintas sektor

Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program

pendidikan kespro kedalam kurikulum

Metode pengajaran yang tepat

Pemda Diknas BKKBN

Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi

Aturan yang jelas tentang aborsi

Kemenkumham Pemda

Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil

Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan

Kemenag Pemda

Perkawinan usia muda

Optimalisasi batasminimal usia perkawinan

Batas usia minimal perkawinan

Kemenkumham Pemda

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29

Strategi 5 KELEMBAGAAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman

Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD

Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan

Bappenas dan Bappeda

Peraturan per undangan tentang aborsi

Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency

Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency

Lintas Sektor

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30

Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI

SOLUSI MASALAH

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31

Angka kematian Ibu melahirkan tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi

Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi

Kasus ekslampsia yang tidak tertangani

Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi

Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi

Pemantauan selama kehamilan rendah

Pengetahuan ibu masih rendah

Keterampilan tenaga penolong masih kurang

Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi

Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi

Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam

Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi

TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi

bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih

rendah

Pemberian tablet Fe masih kurang

Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang

Pemberdayaan masyarakat

Peningkatan Cakupan bumil

ristikomp yang tertangani tuntas

Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin

Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK

Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes

Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4

Peningkatan cakupan Fe

Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24

jam

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 19: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

Tabel 44 Trend Persentase Kehamilan Tidak Ideal

TREND PERSENTASE KEHAMILAN YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)

Sumber SDK I 200203 2007

41 38

127

94

3

4755

81

0

2

4

6

8

10

12

14

Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak

SDKI 200203 SDKI 2007

V Hasil dan Pembahasan

Menurut pendapat beberapa ahli kependudukan ukuran-ukuran kematian yang

didapatkan dari Hasil SP2010 memiliki nilai yang terlalu rendah untuk Indonesia Hal itu

disebabkan ketidak lengkapan laporan kejadian kematian maternal yang diperoleh dari

rumah tangga seperti kejadian kematian yang terjadi diluar rumah tangga bagi wanita

hamil yang indekost kemungkinan besar tidak akan tercatat

51 Angka Kematian Ibu menurut Metode Ken Hill

Gambar 51 MMR Provinsi Tahun 2010 Menurut Metode Ken Hill

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 19

Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu

Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio

(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per

100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR

Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di

bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka

perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan

pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka

kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-

provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010

masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana

pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu

Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak

2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari

2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan

persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen

tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63

kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu

sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada

saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah

melahirkan

Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah

perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari

kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan

masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35

tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35

tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun

hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur

yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun

Perhatikan Tabel 51

Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010

Variabel Persentase

Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal

Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan

Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun

23976

333667

63571365

Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu

faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu

hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda

bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan

bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya

kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan

tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60

persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh

informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif

rendah

52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21

Sumber Riskesdas 2010

Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil

melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama

kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil

Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan

kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif

tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar

133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51

persen

53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes

Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010

Sumber Riskesdas 2010

Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa

kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi

Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat

rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang

melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22

melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman

adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan

cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan

bayi

Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir

Sumber Riskesdas 2010

Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau

pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan

kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit

infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu

Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu

mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan

masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya

terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa

setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan

harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai

resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan

kematian (Riskedas 2010)

Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih

relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan

menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320

persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi

0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah

melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23

persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu

44 persenPerhatikan Gambar 55

Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan

Sumber Riskesdas 2010

VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI

61 Faktor Determinan AKI

Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu

a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda

bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah

b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)

c Tempat Persalinan 60 di rumah

d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan

e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED

belum mencukupi

Faktor Yang Memperburuk

a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil

b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197

c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24

d Malaria dan TBC HIVAIDS

Penyebab Tidak Langsung

a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga

ndash Kekerasan dan Beban Ganda

ndash Perilaku konsumsi

ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan

ndash Kawin Muda

ndash Pandangan Budaya

b Pemenuhan Hak Reproduksi

ndash Kesertaan KB

ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB

ndash Peran Kesetaraan Pria

c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Faktor Dasar

a Keterbatasan Pengetahuan

ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi

ndash Pendidikan kesehatan reproduksi

ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi

b Status Perempuan

ndash Taraf Pendidikan Perempuan

ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan

ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga

c Kelembagaan

ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan

ndash Posyandu

ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25

62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI

Tabel 61 Analisa Kesenjangan

Yang harusdilakukan

Kebijakan Nasional

Upaya yang dilakukan

Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan

Pemeriksaan kehamilan

K4 90 Askeskin Biaya transportasi

Bantuan biaya transport

Ibu mendapat Pil besi

Pemberian pil besi

Pengadaan buffer stock pil besi

Konsumsi pil besi tidak sesuai

Peningkatan KIE

Persalinan ditolong oleh Nakes

90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk

Pengangkatan Bidan PTT

Persebaran belum merata

Insentif Bidan di daerah terpencil

Peningkatan kualitas dukun

- Kemitraan Bidan dengan Dukun

Kebijakan yang jelas tentang Dukun

Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda

Akses PONEK dan PONED

Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab

Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK

Dukungan peralatan dan tenaga kurang

Ekspansi PONED pelatihan tenaga

Mengurangi KDRT

UU No 232004 tentang penghapusan KDRT

Kampanye dan Sosialisasi

Belum dipahami publik dan penegak hukum

KIE tentang pengurangan KDRT

Ibu melahirkan di usia aman

UU No 1 1974 tentang Perkawinan

Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah

Kampanye KIE pendidikan Kespro

Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi

Unmet need 60

Peningkatan kualitas program KB

Unmet need mencapai 91

Revitalisasi program KB

Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan

Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan

Mendekatkan pelayanan Bidan

Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga

Siswa memperoleh

Kespro bagian dari kurikulum

KIE tentnag Kespro

Kesepakatan dan metode

Pengembangan modul dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26

pengetahuan tentang kespro

penyampaian bahan pelajaran

Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga

Pengarus utamaan gender

Kessempatan kerja bagi perempuan

VII Kesimpulan dan Rekomendasi

71 Kesimpulan

a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345

(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)

b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat

dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41

menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94

menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE

yang lebih intensif terutama diperdesaan)

c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga

penurunan AKI masih terkesan lambat

d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor

e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan

politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif

72 Rekomendasi

1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil

2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga

3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor

4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya

5 Peningkatan kelembagaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27

Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach

- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun

- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi

PemdaDinkesOrganisasi Profesi

Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab

Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK

PemdaDinkes

Pelayanan Antenatal dan Persalinan

Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi

Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT

PemdaDinkes

Pelayanan kesehatan masyarakat miskin

Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua

PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk

PemdaDinkes

Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah

Alokasi dana trasnportBank darah di RS

PemdaDinkesPMI

Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab

Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan

Rata- rata pendidikan perenpuan

DiknasPemda

Status perempuan

Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan

Perangkat hukum Meneg PPPemda

Status sosial ekonomi

Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja

Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat

Meneg PPPemda

Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28

untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin

meningkat Pemda

Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi

Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN

BKKBN dan Pemda

Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan

Asuransi persalinan dan transportasi

Pemda

Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga

Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat

Kemenkes

Kerjasama kelembagaan

Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga

Menguatnya peran lintas sektor

Lintas sektor

Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program

pendidikan kespro kedalam kurikulum

Metode pengajaran yang tepat

Pemda Diknas BKKBN

Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi

Aturan yang jelas tentang aborsi

Kemenkumham Pemda

Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil

Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan

Kemenag Pemda

Perkawinan usia muda

Optimalisasi batasminimal usia perkawinan

Batas usia minimal perkawinan

Kemenkumham Pemda

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29

Strategi 5 KELEMBAGAAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman

Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD

Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan

Bappenas dan Bappeda

Peraturan per undangan tentang aborsi

Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency

Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency

Lintas Sektor

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30

Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI

SOLUSI MASALAH

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31

Angka kematian Ibu melahirkan tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi

Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi

Kasus ekslampsia yang tidak tertangani

Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi

Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi

Pemantauan selama kehamilan rendah

Pengetahuan ibu masih rendah

Keterampilan tenaga penolong masih kurang

Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi

Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi

Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam

Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi

TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi

bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih

rendah

Pemberian tablet Fe masih kurang

Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang

Pemberdayaan masyarakat

Peningkatan Cakupan bumil

ristikomp yang tertangani tuntas

Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin

Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK

Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes

Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4

Peningkatan cakupan Fe

Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24

jam

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 20: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

Sumber BPS diolah oleh IPADI Bengkulu

Berdasarkan perhitungan dengan metode Ken Hill Martenal Mortality Rasio

(MMR) Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 199 kematian per

100000 kelahiran hidup Dibandingan dengan 33 provinsi lainnya angka MMR

Provinsi Bengkulu berada diposisi ke tujuh terendah di Indonesia serta berada di

bawah angka MMR nasional yang sebesar 230 (perhatikan Gambar 2) Angka

perbandingan antar provinsi tersebut menggambar bahwa upaya yang telah dilakukan

pemerintah Provinsi Bengkulu di bidang kesehatan untuk menurunkan angka

kematian ibu relatif lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan provinsi-

provinsi lainnya di Indonesia Namun angka MMR Provinsi Bengkulu tahun 2010

masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 di mana

pada tahun 2015 MMR Indonesia ditargetkan sebesar 102 kematian ibu

Berdasarkan hasil SP2010 dan seperti tampak pada Tabel 1 dari sebanyak

2657 perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang meninggal sejak 1 Januari

2009 sebesar 23 persennya diantaranya mengalami kematian pada masa kehamilan

persalinan dan masa nifas (2 bulan setelah melahirkan) maternal dan 976 persen

tidak mengalami kematian maternal Secara absolut kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu yang kejadiannya dicatat sejak 1 januari 2009 yakni sebanyak 63

kejadianSebaran kejadian kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yaitu

sebesar 190 persen terjadi pada masa kehamilan sebesar 365 persen terjadi pada

saat proses melahirkan dan sebesar 444 persen terajdi pada masa dua bulan setelah

melahirkan

Dilihat sebaran menurut wilayah dari 63 kejadian kematian maternal di

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 333 persen kejadian didaerah

perkotaan dan 667 persen kejadian di daerah perdesaan Sementaradilihat dari

kelompok umur ibu yang meninggal pada waktu masa kehamilan melahirkan dan

masa nifas persentase kematian ibu tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35

tahun sebesar 571 persen kemudian disusul pada kelompok umur lebih dari 35

tahun sebesar 365 persen Sedangkan pada kelompok umur kurang dari 20 tahun

hanya sebesar 63 persen Apabila dikaji lebih lanjut maka kejadian kematian ibu di

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 20

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur

yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun

Perhatikan Tabel 51

Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010

Variabel Persentase

Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal

Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan

Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun

23976

333667

63571365

Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu

faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu

hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda

bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan

bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya

kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan

tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60

persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh

informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif

rendah

52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21

Sumber Riskesdas 2010

Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil

melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama

kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil

Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan

kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif

tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar

133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51

persen

53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes

Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010

Sumber Riskesdas 2010

Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa

kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi

Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat

rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang

melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22

melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman

adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan

cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan

bayi

Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir

Sumber Riskesdas 2010

Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau

pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan

kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit

infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu

Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu

mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan

masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya

terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa

setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan

harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai

resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan

kematian (Riskedas 2010)

Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih

relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan

menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320

persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi

0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah

melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23

persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu

44 persenPerhatikan Gambar 55

Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan

Sumber Riskesdas 2010

VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI

61 Faktor Determinan AKI

Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu

a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda

bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah

b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)

c Tempat Persalinan 60 di rumah

d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan

e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED

belum mencukupi

Faktor Yang Memperburuk

a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil

b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197

c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24

d Malaria dan TBC HIVAIDS

Penyebab Tidak Langsung

a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga

ndash Kekerasan dan Beban Ganda

ndash Perilaku konsumsi

ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan

ndash Kawin Muda

ndash Pandangan Budaya

b Pemenuhan Hak Reproduksi

ndash Kesertaan KB

ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB

ndash Peran Kesetaraan Pria

c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Faktor Dasar

a Keterbatasan Pengetahuan

ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi

ndash Pendidikan kesehatan reproduksi

ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi

b Status Perempuan

ndash Taraf Pendidikan Perempuan

ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan

ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga

c Kelembagaan

ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan

ndash Posyandu

ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25

62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI

Tabel 61 Analisa Kesenjangan

Yang harusdilakukan

Kebijakan Nasional

Upaya yang dilakukan

Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan

Pemeriksaan kehamilan

K4 90 Askeskin Biaya transportasi

Bantuan biaya transport

Ibu mendapat Pil besi

Pemberian pil besi

Pengadaan buffer stock pil besi

Konsumsi pil besi tidak sesuai

Peningkatan KIE

Persalinan ditolong oleh Nakes

90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk

Pengangkatan Bidan PTT

Persebaran belum merata

Insentif Bidan di daerah terpencil

Peningkatan kualitas dukun

- Kemitraan Bidan dengan Dukun

Kebijakan yang jelas tentang Dukun

Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda

Akses PONEK dan PONED

Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab

Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK

Dukungan peralatan dan tenaga kurang

Ekspansi PONED pelatihan tenaga

Mengurangi KDRT

UU No 232004 tentang penghapusan KDRT

Kampanye dan Sosialisasi

Belum dipahami publik dan penegak hukum

KIE tentang pengurangan KDRT

Ibu melahirkan di usia aman

UU No 1 1974 tentang Perkawinan

Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah

Kampanye KIE pendidikan Kespro

Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi

Unmet need 60

Peningkatan kualitas program KB

Unmet need mencapai 91

Revitalisasi program KB

Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan

Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan

Mendekatkan pelayanan Bidan

Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga

Siswa memperoleh

Kespro bagian dari kurikulum

KIE tentnag Kespro

Kesepakatan dan metode

Pengembangan modul dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26

pengetahuan tentang kespro

penyampaian bahan pelajaran

Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga

Pengarus utamaan gender

Kessempatan kerja bagi perempuan

VII Kesimpulan dan Rekomendasi

71 Kesimpulan

a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345

(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)

b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat

dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41

menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94

menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE

yang lebih intensif terutama diperdesaan)

c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga

penurunan AKI masih terkesan lambat

d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor

e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan

politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif

72 Rekomendasi

1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil

2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga

3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor

4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya

5 Peningkatan kelembagaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27

Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach

- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun

- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi

PemdaDinkesOrganisasi Profesi

Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab

Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK

PemdaDinkes

Pelayanan Antenatal dan Persalinan

Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi

Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT

PemdaDinkes

Pelayanan kesehatan masyarakat miskin

Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua

PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk

PemdaDinkes

Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah

Alokasi dana trasnportBank darah di RS

PemdaDinkesPMI

Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab

Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan

Rata- rata pendidikan perenpuan

DiknasPemda

Status perempuan

Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan

Perangkat hukum Meneg PPPemda

Status sosial ekonomi

Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja

Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat

Meneg PPPemda

Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28

untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin

meningkat Pemda

Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi

Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN

BKKBN dan Pemda

Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan

Asuransi persalinan dan transportasi

Pemda

Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga

Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat

Kemenkes

Kerjasama kelembagaan

Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga

Menguatnya peran lintas sektor

Lintas sektor

Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program

pendidikan kespro kedalam kurikulum

Metode pengajaran yang tepat

Pemda Diknas BKKBN

Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi

Aturan yang jelas tentang aborsi

Kemenkumham Pemda

Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil

Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan

Kemenag Pemda

Perkawinan usia muda

Optimalisasi batasminimal usia perkawinan

Batas usia minimal perkawinan

Kemenkumham Pemda

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29

Strategi 5 KELEMBAGAAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman

Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD

Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan

Bappenas dan Bappeda

Peraturan per undangan tentang aborsi

Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency

Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency

Lintas Sektor

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30

Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI

SOLUSI MASALAH

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31

Angka kematian Ibu melahirkan tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi

Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi

Kasus ekslampsia yang tidak tertangani

Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi

Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi

Pemantauan selama kehamilan rendah

Pengetahuan ibu masih rendah

Keterampilan tenaga penolong masih kurang

Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi

Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi

Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam

Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi

TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi

bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih

rendah

Pemberian tablet Fe masih kurang

Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang

Pemberdayaan masyarakat

Peningkatan Cakupan bumil

ristikomp yang tertangani tuntas

Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin

Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK

Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes

Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4

Peningkatan cakupan Fe

Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24

jam

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 21: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 lebih banyak terdapat dalam kelompok umur

yang tidak berisiko tinggi untuk melahirkan atau kelompok umur 20-25 tahun

Perhatikan Tabel 51

Tabel 51 Kematian Maternal di Provinsi Bengkulu tahun 2010 hasil SP2010

Variabel Persentase

Kejadian Kematian Ibu- Kematian maternal- Bukan kematian maternal

Kematian Maternal - Perkotaan - Perdesaan

Umur Pada saat Meninggal- lt 20 tahun- 20-35 Tahun - gt 35 tahun

23976

333667

63571365

Masih tingginya MMR Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 salah satu

faktor penyebabnyaadalah masih rendahnya tingkat kesadaran atau kepedulian ibu

hamil dalam mendapat informasi tentang perawatan kesehatan dan tanda-tanda

bahaya kehamilan pada masa kehamilan Hasil Riskesda tahun 2010 memperlihatkan

bahwa persentase ibu yang pernah mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya

kehamilan hanya sebesar 397 persen sedangkan tidak mendapatkan penjelasan

tanda-tanda bahaya kehamilan sebesar 543 persen dan tidak tahu sebesar 60

persenKondisi itu dapat juga mengungkapkan bahwa akses dalam memperoleh

informasi tentang perawatan kehamilan khususnya di daerah pedesaan masih relatif

rendah

52 Ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

Gambar 52 Persentase ibu yang Mendapatkan Penjelasan Mengenai Bahaya Kehamilan di Provinsi Bengkulu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 21

Sumber Riskesdas 2010

Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil

melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama

kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil

Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan

kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif

tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar

133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51

persen

53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes

Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010

Sumber Riskesdas 2010

Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa

kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi

Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat

rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang

melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22

melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman

adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan

cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan

bayi

Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir

Sumber Riskesdas 2010

Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau

pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan

kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit

infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu

Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu

mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan

masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya

terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa

setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan

harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai

resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan

kematian (Riskedas 2010)

Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih

relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan

menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320

persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi

0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah

melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23

persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu

44 persenPerhatikan Gambar 55

Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan

Sumber Riskesdas 2010

VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI

61 Faktor Determinan AKI

Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu

a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda

bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah

b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)

c Tempat Persalinan 60 di rumah

d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan

e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED

belum mencukupi

Faktor Yang Memperburuk

a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil

b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197

c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24

d Malaria dan TBC HIVAIDS

Penyebab Tidak Langsung

a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga

ndash Kekerasan dan Beban Ganda

ndash Perilaku konsumsi

ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan

ndash Kawin Muda

ndash Pandangan Budaya

b Pemenuhan Hak Reproduksi

ndash Kesertaan KB

ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB

ndash Peran Kesetaraan Pria

c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Faktor Dasar

a Keterbatasan Pengetahuan

ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi

ndash Pendidikan kesehatan reproduksi

ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi

b Status Perempuan

ndash Taraf Pendidikan Perempuan

ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan

ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga

c Kelembagaan

ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan

ndash Posyandu

ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25

62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI

Tabel 61 Analisa Kesenjangan

Yang harusdilakukan

Kebijakan Nasional

Upaya yang dilakukan

Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan

Pemeriksaan kehamilan

K4 90 Askeskin Biaya transportasi

Bantuan biaya transport

Ibu mendapat Pil besi

Pemberian pil besi

Pengadaan buffer stock pil besi

Konsumsi pil besi tidak sesuai

Peningkatan KIE

Persalinan ditolong oleh Nakes

90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk

Pengangkatan Bidan PTT

Persebaran belum merata

Insentif Bidan di daerah terpencil

Peningkatan kualitas dukun

- Kemitraan Bidan dengan Dukun

Kebijakan yang jelas tentang Dukun

Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda

Akses PONEK dan PONED

Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab

Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK

Dukungan peralatan dan tenaga kurang

Ekspansi PONED pelatihan tenaga

Mengurangi KDRT

UU No 232004 tentang penghapusan KDRT

Kampanye dan Sosialisasi

Belum dipahami publik dan penegak hukum

KIE tentang pengurangan KDRT

Ibu melahirkan di usia aman

UU No 1 1974 tentang Perkawinan

Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah

Kampanye KIE pendidikan Kespro

Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi

Unmet need 60

Peningkatan kualitas program KB

Unmet need mencapai 91

Revitalisasi program KB

Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan

Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan

Mendekatkan pelayanan Bidan

Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga

Siswa memperoleh

Kespro bagian dari kurikulum

KIE tentnag Kespro

Kesepakatan dan metode

Pengembangan modul dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26

pengetahuan tentang kespro

penyampaian bahan pelajaran

Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga

Pengarus utamaan gender

Kessempatan kerja bagi perempuan

VII Kesimpulan dan Rekomendasi

71 Kesimpulan

a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345

(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)

b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat

dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41

menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94

menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE

yang lebih intensif terutama diperdesaan)

c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga

penurunan AKI masih terkesan lambat

d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor

e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan

politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif

72 Rekomendasi

1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil

2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga

3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor

4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya

5 Peningkatan kelembagaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27

Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach

- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun

- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi

PemdaDinkesOrganisasi Profesi

Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab

Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK

PemdaDinkes

Pelayanan Antenatal dan Persalinan

Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi

Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT

PemdaDinkes

Pelayanan kesehatan masyarakat miskin

Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua

PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk

PemdaDinkes

Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah

Alokasi dana trasnportBank darah di RS

PemdaDinkesPMI

Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab

Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan

Rata- rata pendidikan perenpuan

DiknasPemda

Status perempuan

Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan

Perangkat hukum Meneg PPPemda

Status sosial ekonomi

Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja

Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat

Meneg PPPemda

Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28

untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin

meningkat Pemda

Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi

Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN

BKKBN dan Pemda

Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan

Asuransi persalinan dan transportasi

Pemda

Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga

Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat

Kemenkes

Kerjasama kelembagaan

Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga

Menguatnya peran lintas sektor

Lintas sektor

Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program

pendidikan kespro kedalam kurikulum

Metode pengajaran yang tepat

Pemda Diknas BKKBN

Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi

Aturan yang jelas tentang aborsi

Kemenkumham Pemda

Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil

Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan

Kemenag Pemda

Perkawinan usia muda

Optimalisasi batasminimal usia perkawinan

Batas usia minimal perkawinan

Kemenkumham Pemda

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29

Strategi 5 KELEMBAGAAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman

Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD

Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan

Bappenas dan Bappeda

Peraturan per undangan tentang aborsi

Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency

Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency

Lintas Sektor

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30

Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI

SOLUSI MASALAH

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31

Angka kematian Ibu melahirkan tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi

Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi

Kasus ekslampsia yang tidak tertangani

Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi

Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi

Pemantauan selama kehamilan rendah

Pengetahuan ibu masih rendah

Keterampilan tenaga penolong masih kurang

Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi

Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi

Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam

Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi

TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi

bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih

rendah

Pemberian tablet Fe masih kurang

Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang

Pemberdayaan masyarakat

Peningkatan Cakupan bumil

ristikomp yang tertangani tuntas

Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin

Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK

Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes

Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4

Peningkatan cakupan Fe

Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24

jam

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 22: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

Sumber Riskesdas 2010

Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil

melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan salama

kehamilan(Depkes RI 2001a) Seperti tampak pada Gambar 4 berdasarkan hasil

Riskesdas 2010 persentase perempuan 10-49 tahun yang melakukan pemeriksaan

kehamilan pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu melalui tenaga kesehatan relatif

tinggi mencapaisebesar 788 persen melalui tenaga kesehatan dan dukun sebesar

133 persen melalui dukun 28 persen dan tidak memeriksakan kehamilannya 51

persen

53 Pemeriksaan Tempat Persalinan dan Kunjungan Nifas oleh Nakes

Gambar 53 Persentase Perempuan 10-59 tahun yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Tenaga yang Memeriksa 2010

Sumber Riskesdas 2010

Selain masih rendahnya kesadaran mengenai bahayakomplikasi pada masa

kehamilan persalinan dan masa nifas tingkat kesadaran masyarakat di Provinsi

Bengkulu untuk membawa ibu melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih sangat

rendah Pada Gambar 5 tampak bahwa pada tahun 2010 persentase ibu yang

melahirkan anak terakhir difasilitas kesehatan hanya 271 persensedangkan yang

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 22

melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman

adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan

cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan

bayi

Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir

Sumber Riskesdas 2010

Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau

pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan

kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit

infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu

Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu

mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan

masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya

terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa

setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan

harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai

resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan

kematian (Riskedas 2010)

Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih

relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan

menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320

persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi

0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah

melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23

persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu

44 persenPerhatikan Gambar 55

Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan

Sumber Riskesdas 2010

VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI

61 Faktor Determinan AKI

Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu

a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda

bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah

b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)

c Tempat Persalinan 60 di rumah

d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan

e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED

belum mencukupi

Faktor Yang Memperburuk

a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil

b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197

c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24

d Malaria dan TBC HIVAIDS

Penyebab Tidak Langsung

a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga

ndash Kekerasan dan Beban Ganda

ndash Perilaku konsumsi

ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan

ndash Kawin Muda

ndash Pandangan Budaya

b Pemenuhan Hak Reproduksi

ndash Kesertaan KB

ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB

ndash Peran Kesetaraan Pria

c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Faktor Dasar

a Keterbatasan Pengetahuan

ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi

ndash Pendidikan kesehatan reproduksi

ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi

b Status Perempuan

ndash Taraf Pendidikan Perempuan

ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan

ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga

c Kelembagaan

ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan

ndash Posyandu

ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25

62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI

Tabel 61 Analisa Kesenjangan

Yang harusdilakukan

Kebijakan Nasional

Upaya yang dilakukan

Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan

Pemeriksaan kehamilan

K4 90 Askeskin Biaya transportasi

Bantuan biaya transport

Ibu mendapat Pil besi

Pemberian pil besi

Pengadaan buffer stock pil besi

Konsumsi pil besi tidak sesuai

Peningkatan KIE

Persalinan ditolong oleh Nakes

90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk

Pengangkatan Bidan PTT

Persebaran belum merata

Insentif Bidan di daerah terpencil

Peningkatan kualitas dukun

- Kemitraan Bidan dengan Dukun

Kebijakan yang jelas tentang Dukun

Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda

Akses PONEK dan PONED

Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab

Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK

Dukungan peralatan dan tenaga kurang

Ekspansi PONED pelatihan tenaga

Mengurangi KDRT

UU No 232004 tentang penghapusan KDRT

Kampanye dan Sosialisasi

Belum dipahami publik dan penegak hukum

KIE tentang pengurangan KDRT

Ibu melahirkan di usia aman

UU No 1 1974 tentang Perkawinan

Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah

Kampanye KIE pendidikan Kespro

Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi

Unmet need 60

Peningkatan kualitas program KB

Unmet need mencapai 91

Revitalisasi program KB

Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan

Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan

Mendekatkan pelayanan Bidan

Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga

Siswa memperoleh

Kespro bagian dari kurikulum

KIE tentnag Kespro

Kesepakatan dan metode

Pengembangan modul dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26

pengetahuan tentang kespro

penyampaian bahan pelajaran

Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga

Pengarus utamaan gender

Kessempatan kerja bagi perempuan

VII Kesimpulan dan Rekomendasi

71 Kesimpulan

a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345

(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)

b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat

dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41

menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94

menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE

yang lebih intensif terutama diperdesaan)

c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga

penurunan AKI masih terkesan lambat

d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor

e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan

politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif

72 Rekomendasi

1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil

2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga

3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor

4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya

5 Peningkatan kelembagaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27

Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach

- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun

- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi

PemdaDinkesOrganisasi Profesi

Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab

Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK

PemdaDinkes

Pelayanan Antenatal dan Persalinan

Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi

Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT

PemdaDinkes

Pelayanan kesehatan masyarakat miskin

Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua

PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk

PemdaDinkes

Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah

Alokasi dana trasnportBank darah di RS

PemdaDinkesPMI

Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab

Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan

Rata- rata pendidikan perenpuan

DiknasPemda

Status perempuan

Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan

Perangkat hukum Meneg PPPemda

Status sosial ekonomi

Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja

Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat

Meneg PPPemda

Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28

untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin

meningkat Pemda

Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi

Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN

BKKBN dan Pemda

Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan

Asuransi persalinan dan transportasi

Pemda

Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga

Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat

Kemenkes

Kerjasama kelembagaan

Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga

Menguatnya peran lintas sektor

Lintas sektor

Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program

pendidikan kespro kedalam kurikulum

Metode pengajaran yang tepat

Pemda Diknas BKKBN

Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi

Aturan yang jelas tentang aborsi

Kemenkumham Pemda

Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil

Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan

Kemenag Pemda

Perkawinan usia muda

Optimalisasi batasminimal usia perkawinan

Batas usia minimal perkawinan

Kemenkumham Pemda

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29

Strategi 5 KELEMBAGAAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman

Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD

Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan

Bappenas dan Bappeda

Peraturan per undangan tentang aborsi

Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency

Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency

Lintas Sektor

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30

Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI

SOLUSI MASALAH

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31

Angka kematian Ibu melahirkan tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi

Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi

Kasus ekslampsia yang tidak tertangani

Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi

Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi

Pemantauan selama kehamilan rendah

Pengetahuan ibu masih rendah

Keterampilan tenaga penolong masih kurang

Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi

Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi

Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam

Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi

TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi

bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih

rendah

Pemberian tablet Fe masih kurang

Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang

Pemberdayaan masyarakat

Peningkatan Cakupan bumil

ristikomp yang tertangani tuntas

Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin

Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK

Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes

Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4

Peningkatan cakupan Fe

Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24

jam

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 23: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

melahirkan di rumahlainnya sebanyak 729 persen Padahal persalinan yang aman

adalah di fasilitas kesehatan sebab bila terjadi bahaya pada proses persalinan akan

cepat mendapatkan pertolongan dan tindakan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan

bayi

Gambar 54 Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan Lima Tahun Terakhir

Sumber Riskesdas 2010

Kegiatan perawatan dan pemeriksaan kesehatan ibu pasca melahirkan atau

pada masa nifas sangat diperlukan sebab pada masa 2 bulan setelah melahirkan

kondisi fisik ibu masih belum pulih total sehingga rentan terhadap berbagai penyakit

infeksi yang terkait dengan persalinan serta dapat menimbulkan resiko kematian ibu

Hasil SP2010 menunjukan bahwa kematian pada masa nifas di Provinsi Bengkulu

mencapai sebesar 444 persen Faktor penyebabnya antara lain kebanyakan

masyarakat atau ibu beranggapan bahwa bahaya atau resiko kematian ibu hanya

terjadi pada proses melahirkan Anggapan seperti itu sangat keliru karena masa

setelah melahirkan adalah masa yang paling kritis dan kesehatan ibu melahirkan

harus dipantau secara intensif Pada masatersebut ibu melahirkan masih mempunyai

resiko untuk mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan

kematian (Riskedas 2010)

Hasil Riskedas 2010 memperlihatkan bahwa di Provinsi Bengkulu masih

relatif tinggi persentase pada masa nifas yang tidak dikunjungi tenaga kesehatan

menurut waktu kunjungan yang pertama kali setelah melahirkan yakni sebesar 320

persen Secara rinci kunjungan tenaga kesehatan pada masa nifas yaitu mengunjungi

0-1 hari setelah melahirkan sebesar 353 persenmengunjungi 2 hari setelah

melahirkan sebesar 187 persen mengunjungi 3-7 hari setelah melahirkan sebesar 84

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 23

persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu

44 persenPerhatikan Gambar 55

Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan

Sumber Riskesdas 2010

VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI

61 Faktor Determinan AKI

Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu

a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda

bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah

b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)

c Tempat Persalinan 60 di rumah

d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan

e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED

belum mencukupi

Faktor Yang Memperburuk

a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil

b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197

c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24

d Malaria dan TBC HIVAIDS

Penyebab Tidak Langsung

a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga

ndash Kekerasan dan Beban Ganda

ndash Perilaku konsumsi

ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan

ndash Kawin Muda

ndash Pandangan Budaya

b Pemenuhan Hak Reproduksi

ndash Kesertaan KB

ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB

ndash Peran Kesetaraan Pria

c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Faktor Dasar

a Keterbatasan Pengetahuan

ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi

ndash Pendidikan kesehatan reproduksi

ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi

b Status Perempuan

ndash Taraf Pendidikan Perempuan

ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan

ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga

c Kelembagaan

ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan

ndash Posyandu

ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25

62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI

Tabel 61 Analisa Kesenjangan

Yang harusdilakukan

Kebijakan Nasional

Upaya yang dilakukan

Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan

Pemeriksaan kehamilan

K4 90 Askeskin Biaya transportasi

Bantuan biaya transport

Ibu mendapat Pil besi

Pemberian pil besi

Pengadaan buffer stock pil besi

Konsumsi pil besi tidak sesuai

Peningkatan KIE

Persalinan ditolong oleh Nakes

90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk

Pengangkatan Bidan PTT

Persebaran belum merata

Insentif Bidan di daerah terpencil

Peningkatan kualitas dukun

- Kemitraan Bidan dengan Dukun

Kebijakan yang jelas tentang Dukun

Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda

Akses PONEK dan PONED

Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab

Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK

Dukungan peralatan dan tenaga kurang

Ekspansi PONED pelatihan tenaga

Mengurangi KDRT

UU No 232004 tentang penghapusan KDRT

Kampanye dan Sosialisasi

Belum dipahami publik dan penegak hukum

KIE tentang pengurangan KDRT

Ibu melahirkan di usia aman

UU No 1 1974 tentang Perkawinan

Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah

Kampanye KIE pendidikan Kespro

Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi

Unmet need 60

Peningkatan kualitas program KB

Unmet need mencapai 91

Revitalisasi program KB

Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan

Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan

Mendekatkan pelayanan Bidan

Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga

Siswa memperoleh

Kespro bagian dari kurikulum

KIE tentnag Kespro

Kesepakatan dan metode

Pengembangan modul dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26

pengetahuan tentang kespro

penyampaian bahan pelajaran

Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga

Pengarus utamaan gender

Kessempatan kerja bagi perempuan

VII Kesimpulan dan Rekomendasi

71 Kesimpulan

a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345

(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)

b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat

dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41

menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94

menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE

yang lebih intensif terutama diperdesaan)

c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga

penurunan AKI masih terkesan lambat

d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor

e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan

politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif

72 Rekomendasi

1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil

2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga

3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor

4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya

5 Peningkatan kelembagaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27

Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach

- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun

- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi

PemdaDinkesOrganisasi Profesi

Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab

Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK

PemdaDinkes

Pelayanan Antenatal dan Persalinan

Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi

Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT

PemdaDinkes

Pelayanan kesehatan masyarakat miskin

Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua

PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk

PemdaDinkes

Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah

Alokasi dana trasnportBank darah di RS

PemdaDinkesPMI

Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab

Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan

Rata- rata pendidikan perenpuan

DiknasPemda

Status perempuan

Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan

Perangkat hukum Meneg PPPemda

Status sosial ekonomi

Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja

Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat

Meneg PPPemda

Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28

untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin

meningkat Pemda

Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi

Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN

BKKBN dan Pemda

Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan

Asuransi persalinan dan transportasi

Pemda

Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga

Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat

Kemenkes

Kerjasama kelembagaan

Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga

Menguatnya peran lintas sektor

Lintas sektor

Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program

pendidikan kespro kedalam kurikulum

Metode pengajaran yang tepat

Pemda Diknas BKKBN

Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi

Aturan yang jelas tentang aborsi

Kemenkumham Pemda

Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil

Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan

Kemenag Pemda

Perkawinan usia muda

Optimalisasi batasminimal usia perkawinan

Batas usia minimal perkawinan

Kemenkumham Pemda

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29

Strategi 5 KELEMBAGAAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman

Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD

Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan

Bappenas dan Bappeda

Peraturan per undangan tentang aborsi

Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency

Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency

Lintas Sektor

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30

Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI

SOLUSI MASALAH

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31

Angka kematian Ibu melahirkan tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi

Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi

Kasus ekslampsia yang tidak tertangani

Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi

Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi

Pemantauan selama kehamilan rendah

Pengetahuan ibu masih rendah

Keterampilan tenaga penolong masih kurang

Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi

Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi

Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam

Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi

TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi

bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih

rendah

Pemberian tablet Fe masih kurang

Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang

Pemberdayaan masyarakat

Peningkatan Cakupan bumil

ristikomp yang tertangani tuntas

Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin

Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK

Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes

Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4

Peningkatan cakupan Fe

Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24

jam

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 24: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

persen mengunjungi 8-42 hari setelah melahirkan sebesar 12 persen dan tidak tahu

44 persenPerhatikan Gambar 55

Gambar 55 Persentase Kunjungan Nifas OlehTenaga Kesehatan Menurut Waktu Kunjungan PertamaKali Setelah Melahirkan

Sumber Riskesdas 2010

VI Analisa Kesenjangan Penanganan AKI

61 Faktor Determinan AKI

Faktor Penyebab Langsung Kematian Ibu

a Pelayanan Antenatal pemeriksaan kehamilan persiapan persalinan informasi tanda

bahaya imunisasi pencegahan unwanted pregnancy ketersediaan darah

b Persalinan oleh tenaga kesehatan (723)

c Tempat Persalinan 60 di rumah

d Dukun 2 x lipat jumlah bidan menangani 315 persalinan

e Pelayanan Obstetri Emergency ketersediaan Puskesmas PONEK dan RS PONED

belum mencukupi

Faktor Yang Memperburuk

a Anemia Gizi Besi 401 ibu hamil

b Wanita usia subur yang kekurangan energi kronik 197

c Kekurangan zat gizi mikro Vit A yodium dll

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 24

d Malaria dan TBC HIVAIDS

Penyebab Tidak Langsung

a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga

ndash Kekerasan dan Beban Ganda

ndash Perilaku konsumsi

ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan

ndash Kawin Muda

ndash Pandangan Budaya

b Pemenuhan Hak Reproduksi

ndash Kesertaan KB

ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB

ndash Peran Kesetaraan Pria

c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Faktor Dasar

a Keterbatasan Pengetahuan

ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi

ndash Pendidikan kesehatan reproduksi

ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi

b Status Perempuan

ndash Taraf Pendidikan Perempuan

ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan

ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga

c Kelembagaan

ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan

ndash Posyandu

ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25

62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI

Tabel 61 Analisa Kesenjangan

Yang harusdilakukan

Kebijakan Nasional

Upaya yang dilakukan

Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan

Pemeriksaan kehamilan

K4 90 Askeskin Biaya transportasi

Bantuan biaya transport

Ibu mendapat Pil besi

Pemberian pil besi

Pengadaan buffer stock pil besi

Konsumsi pil besi tidak sesuai

Peningkatan KIE

Persalinan ditolong oleh Nakes

90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk

Pengangkatan Bidan PTT

Persebaran belum merata

Insentif Bidan di daerah terpencil

Peningkatan kualitas dukun

- Kemitraan Bidan dengan Dukun

Kebijakan yang jelas tentang Dukun

Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda

Akses PONEK dan PONED

Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab

Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK

Dukungan peralatan dan tenaga kurang

Ekspansi PONED pelatihan tenaga

Mengurangi KDRT

UU No 232004 tentang penghapusan KDRT

Kampanye dan Sosialisasi

Belum dipahami publik dan penegak hukum

KIE tentang pengurangan KDRT

Ibu melahirkan di usia aman

UU No 1 1974 tentang Perkawinan

Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah

Kampanye KIE pendidikan Kespro

Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi

Unmet need 60

Peningkatan kualitas program KB

Unmet need mencapai 91

Revitalisasi program KB

Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan

Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan

Mendekatkan pelayanan Bidan

Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga

Siswa memperoleh

Kespro bagian dari kurikulum

KIE tentnag Kespro

Kesepakatan dan metode

Pengembangan modul dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26

pengetahuan tentang kespro

penyampaian bahan pelajaran

Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga

Pengarus utamaan gender

Kessempatan kerja bagi perempuan

VII Kesimpulan dan Rekomendasi

71 Kesimpulan

a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345

(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)

b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat

dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41

menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94

menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE

yang lebih intensif terutama diperdesaan)

c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga

penurunan AKI masih terkesan lambat

d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor

e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan

politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif

72 Rekomendasi

1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil

2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga

3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor

4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya

5 Peningkatan kelembagaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27

Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach

- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun

- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi

PemdaDinkesOrganisasi Profesi

Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab

Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK

PemdaDinkes

Pelayanan Antenatal dan Persalinan

Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi

Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT

PemdaDinkes

Pelayanan kesehatan masyarakat miskin

Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua

PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk

PemdaDinkes

Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah

Alokasi dana trasnportBank darah di RS

PemdaDinkesPMI

Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab

Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan

Rata- rata pendidikan perenpuan

DiknasPemda

Status perempuan

Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan

Perangkat hukum Meneg PPPemda

Status sosial ekonomi

Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja

Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat

Meneg PPPemda

Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28

untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin

meningkat Pemda

Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi

Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN

BKKBN dan Pemda

Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan

Asuransi persalinan dan transportasi

Pemda

Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga

Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat

Kemenkes

Kerjasama kelembagaan

Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga

Menguatnya peran lintas sektor

Lintas sektor

Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program

pendidikan kespro kedalam kurikulum

Metode pengajaran yang tepat

Pemda Diknas BKKBN

Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi

Aturan yang jelas tentang aborsi

Kemenkumham Pemda

Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil

Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan

Kemenag Pemda

Perkawinan usia muda

Optimalisasi batasminimal usia perkawinan

Batas usia minimal perkawinan

Kemenkumham Pemda

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29

Strategi 5 KELEMBAGAAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman

Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD

Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan

Bappenas dan Bappeda

Peraturan per undangan tentang aborsi

Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency

Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency

Lintas Sektor

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30

Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI

SOLUSI MASALAH

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31

Angka kematian Ibu melahirkan tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi

Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi

Kasus ekslampsia yang tidak tertangani

Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi

Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi

Pemantauan selama kehamilan rendah

Pengetahuan ibu masih rendah

Keterampilan tenaga penolong masih kurang

Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi

Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi

Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam

Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi

TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi

bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih

rendah

Pemberian tablet Fe masih kurang

Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang

Pemberdayaan masyarakat

Peningkatan Cakupan bumil

ristikomp yang tertangani tuntas

Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin

Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK

Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes

Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4

Peningkatan cakupan Fe

Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24

jam

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 25: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

d Malaria dan TBC HIVAIDS

Penyebab Tidak Langsung

a Perlindungan dan Perilaku Dalam Keluarga

ndash Kekerasan dan Beban Ganda

ndash Perilaku konsumsi

ndash Aborsi dan Perawatan Persalinan

ndash Kawin Muda

ndash Pandangan Budaya

b Pemenuhan Hak Reproduksi

ndash Kesertaan KB

ndash Akses dan Kualitas Pelayanan KB

ndash Peran Kesetaraan Pria

c Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Faktor Dasar

a Keterbatasan Pengetahuan

ndash Pengetahuan dan Budaya Kesehatan Reproduksi

ndash Pendidikan kesehatan reproduksi

ndash Pendidik Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi

b Status Perempuan

ndash Taraf Pendidikan Perempuan

ndash Status Sosial Ekonomi Perempuan

ndash Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga

c Kelembagaan

ndash Kelembagaan KB dan Pemberdayaan Perempuan

ndash Posyandu

ndash Institusi Pendidikan dan Keagamaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 25

62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI

Tabel 61 Analisa Kesenjangan

Yang harusdilakukan

Kebijakan Nasional

Upaya yang dilakukan

Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan

Pemeriksaan kehamilan

K4 90 Askeskin Biaya transportasi

Bantuan biaya transport

Ibu mendapat Pil besi

Pemberian pil besi

Pengadaan buffer stock pil besi

Konsumsi pil besi tidak sesuai

Peningkatan KIE

Persalinan ditolong oleh Nakes

90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk

Pengangkatan Bidan PTT

Persebaran belum merata

Insentif Bidan di daerah terpencil

Peningkatan kualitas dukun

- Kemitraan Bidan dengan Dukun

Kebijakan yang jelas tentang Dukun

Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda

Akses PONEK dan PONED

Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab

Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK

Dukungan peralatan dan tenaga kurang

Ekspansi PONED pelatihan tenaga

Mengurangi KDRT

UU No 232004 tentang penghapusan KDRT

Kampanye dan Sosialisasi

Belum dipahami publik dan penegak hukum

KIE tentang pengurangan KDRT

Ibu melahirkan di usia aman

UU No 1 1974 tentang Perkawinan

Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah

Kampanye KIE pendidikan Kespro

Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi

Unmet need 60

Peningkatan kualitas program KB

Unmet need mencapai 91

Revitalisasi program KB

Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan

Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan

Mendekatkan pelayanan Bidan

Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga

Siswa memperoleh

Kespro bagian dari kurikulum

KIE tentnag Kespro

Kesepakatan dan metode

Pengembangan modul dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26

pengetahuan tentang kespro

penyampaian bahan pelajaran

Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga

Pengarus utamaan gender

Kessempatan kerja bagi perempuan

VII Kesimpulan dan Rekomendasi

71 Kesimpulan

a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345

(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)

b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat

dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41

menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94

menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE

yang lebih intensif terutama diperdesaan)

c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga

penurunan AKI masih terkesan lambat

d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor

e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan

politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif

72 Rekomendasi

1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil

2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga

3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor

4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya

5 Peningkatan kelembagaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27

Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach

- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun

- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi

PemdaDinkesOrganisasi Profesi

Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab

Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK

PemdaDinkes

Pelayanan Antenatal dan Persalinan

Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi

Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT

PemdaDinkes

Pelayanan kesehatan masyarakat miskin

Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua

PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk

PemdaDinkes

Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah

Alokasi dana trasnportBank darah di RS

PemdaDinkesPMI

Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab

Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan

Rata- rata pendidikan perenpuan

DiknasPemda

Status perempuan

Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan

Perangkat hukum Meneg PPPemda

Status sosial ekonomi

Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja

Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat

Meneg PPPemda

Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28

untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin

meningkat Pemda

Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi

Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN

BKKBN dan Pemda

Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan

Asuransi persalinan dan transportasi

Pemda

Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga

Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat

Kemenkes

Kerjasama kelembagaan

Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga

Menguatnya peran lintas sektor

Lintas sektor

Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program

pendidikan kespro kedalam kurikulum

Metode pengajaran yang tepat

Pemda Diknas BKKBN

Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi

Aturan yang jelas tentang aborsi

Kemenkumham Pemda

Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil

Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan

Kemenag Pemda

Perkawinan usia muda

Optimalisasi batasminimal usia perkawinan

Batas usia minimal perkawinan

Kemenkumham Pemda

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29

Strategi 5 KELEMBAGAAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman

Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD

Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan

Bappenas dan Bappeda

Peraturan per undangan tentang aborsi

Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency

Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency

Lintas Sektor

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30

Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI

SOLUSI MASALAH

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31

Angka kematian Ibu melahirkan tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi

Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi

Kasus ekslampsia yang tidak tertangani

Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi

Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi

Pemantauan selama kehamilan rendah

Pengetahuan ibu masih rendah

Keterampilan tenaga penolong masih kurang

Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi

Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi

Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam

Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi

TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi

bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih

rendah

Pemberian tablet Fe masih kurang

Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang

Pemberdayaan masyarakat

Peningkatan Cakupan bumil

ristikomp yang tertangani tuntas

Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin

Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK

Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes

Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4

Peningkatan cakupan Fe

Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24

jam

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 26: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

62 Analisa Kesenjangan Penyebab AKI

Tabel 61 Analisa Kesenjangan

Yang harusdilakukan

Kebijakan Nasional

Upaya yang dilakukan

Kesenjangan Mengatasi Kesenjangan

Pemeriksaan kehamilan

K4 90 Askeskin Biaya transportasi

Bantuan biaya transport

Ibu mendapat Pil besi

Pemberian pil besi

Pengadaan buffer stock pil besi

Konsumsi pil besi tidak sesuai

Peningkatan KIE

Persalinan ditolong oleh Nakes

90 persalinan ditolong Nakes 100 Bidan 100000 penduduk

Pengangkatan Bidan PTT

Persebaran belum merata

Insentif Bidan di daerah terpencil

Peningkatan kualitas dukun

- Kemitraan Bidan dengan Dukun

Kebijakan yang jelas tentang Dukun

Identifikasi peran Dukun peningkatan peran Bidan Muda

Akses PONEK dan PONED

Seluruh RS PONEK 4 Puskesmas PONED di Kab

Pengembangan Puskesmas PONED dan RS PONEK

Dukungan peralatan dan tenaga kurang

Ekspansi PONED pelatihan tenaga

Mengurangi KDRT

UU No 232004 tentang penghapusan KDRT

Kampanye dan Sosialisasi

Belum dipahami publik dan penegak hukum

KIE tentang pengurangan KDRT

Ibu melahirkan di usia aman

UU No 1 1974 tentang Perkawinan

Terjadi karena masalah budaya dan pendidikan rendah

Kampanye KIE pendidikan Kespro

Kebutuhan ber KB masyarakat terpenuhi

Unmet need 60

Peningkatan kualitas program KB

Unmet need mencapai 91

Revitalisasi program KB

Masyarakat mempunyai akses ke sarana pelayanan kesehatan

Masyarakat mudah mengakses pelayanan kesehatan

Mendekatkan pelayanan Bidan

Fasilitas kesehatan daerah terpencil kekurangan tenaga

Siswa memperoleh

Kespro bagian dari kurikulum

KIE tentnag Kespro

Kesepakatan dan metode

Pengembangan modul dan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 26

pengetahuan tentang kespro

penyampaian bahan pelajaran

Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga

Pengarus utamaan gender

Kessempatan kerja bagi perempuan

VII Kesimpulan dan Rekomendasi

71 Kesimpulan

a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345

(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)

b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat

dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41

menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94

menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE

yang lebih intensif terutama diperdesaan)

c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga

penurunan AKI masih terkesan lambat

d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor

e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan

politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif

72 Rekomendasi

1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil

2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga

3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor

4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya

5 Peningkatan kelembagaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27

Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach

- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun

- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi

PemdaDinkesOrganisasi Profesi

Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab

Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK

PemdaDinkes

Pelayanan Antenatal dan Persalinan

Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi

Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT

PemdaDinkes

Pelayanan kesehatan masyarakat miskin

Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua

PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk

PemdaDinkes

Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah

Alokasi dana trasnportBank darah di RS

PemdaDinkesPMI

Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab

Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan

Rata- rata pendidikan perenpuan

DiknasPemda

Status perempuan

Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan

Perangkat hukum Meneg PPPemda

Status sosial ekonomi

Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja

Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat

Meneg PPPemda

Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28

untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin

meningkat Pemda

Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi

Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN

BKKBN dan Pemda

Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan

Asuransi persalinan dan transportasi

Pemda

Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga

Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat

Kemenkes

Kerjasama kelembagaan

Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga

Menguatnya peran lintas sektor

Lintas sektor

Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program

pendidikan kespro kedalam kurikulum

Metode pengajaran yang tepat

Pemda Diknas BKKBN

Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi

Aturan yang jelas tentang aborsi

Kemenkumham Pemda

Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil

Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan

Kemenag Pemda

Perkawinan usia muda

Optimalisasi batasminimal usia perkawinan

Batas usia minimal perkawinan

Kemenkumham Pemda

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29

Strategi 5 KELEMBAGAAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman

Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD

Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan

Bappenas dan Bappeda

Peraturan per undangan tentang aborsi

Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency

Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency

Lintas Sektor

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30

Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI

SOLUSI MASALAH

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31

Angka kematian Ibu melahirkan tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi

Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi

Kasus ekslampsia yang tidak tertangani

Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi

Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi

Pemantauan selama kehamilan rendah

Pengetahuan ibu masih rendah

Keterampilan tenaga penolong masih kurang

Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi

Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi

Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam

Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi

TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi

bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih

rendah

Pemberian tablet Fe masih kurang

Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang

Pemberdayaan masyarakat

Peningkatan Cakupan bumil

ristikomp yang tertangani tuntas

Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin

Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK

Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes

Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4

Peningkatan cakupan Fe

Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24

jam

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 27: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

pengetahuan tentang kespro

penyampaian bahan pelajaran

Perempuan berperan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga

Pengarus utamaan gender

Kessempatan kerja bagi perempuan

VII Kesimpulan dan Rekomendasi

71 Kesimpulan

a Program KB di Bengkulu telah berhasil menurunkan angka fertilitas dari 345

(SDKI 1994) menjadi 22 (SDKI 2012)

b Kontribusi Program KB dalam menurunkan angka kematian ibu dapat dilihat

dari menurunnya angka kehamilan yang tidak ideal ( terlalu muda turun dari 41

menjadi 30 terlalu dekat dari 127 menjadi 55 dan terlalu banyak turun dari 94

menjadi 81 untuk kehamilan terlalu tua masih perlu intervensi melalui KIE

yang lebih intensif terutama diperdesaan)

c Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan implementasinya sehingga

penurunan AKI masih terkesan lambat

d Percepatan Penurunan AKI memerlukan pendekatan terintegrasi antar sektor

e Untuk mencapai target MDG di 2015 harus ada terobosan dalam kebijakan dan

politik serta diperlukan komitmen politik eksekutif maupun legislatif

72 Rekomendasi

1 Perlu peningkatan akses dan kualitas cakupan pelayanan ibu hamil

2 Perlu peningkatan pemberdayaan perempuan dan keluarga

3 Perlu peningkatan kemitraan lintas sektor

4 Perlu dilakukan melalui pendekatan budaya

5 Peningkatan kelembagaan

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 27

Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach

- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun

- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi

PemdaDinkesOrganisasi Profesi

Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab

Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK

PemdaDinkes

Pelayanan Antenatal dan Persalinan

Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi

Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT

PemdaDinkes

Pelayanan kesehatan masyarakat miskin

Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua

PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk

PemdaDinkes

Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah

Alokasi dana trasnportBank darah di RS

PemdaDinkesPMI

Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab

Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan

Rata- rata pendidikan perenpuan

DiknasPemda

Status perempuan

Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan

Perangkat hukum Meneg PPPemda

Status sosial ekonomi

Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja

Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat

Meneg PPPemda

Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28

untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin

meningkat Pemda

Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi

Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN

BKKBN dan Pemda

Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan

Asuransi persalinan dan transportasi

Pemda

Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga

Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat

Kemenkes

Kerjasama kelembagaan

Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga

Menguatnya peran lintas sektor

Lintas sektor

Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program

pendidikan kespro kedalam kurikulum

Metode pengajaran yang tepat

Pemda Diknas BKKBN

Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi

Aturan yang jelas tentang aborsi

Kemenkumham Pemda

Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil

Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan

Kemenag Pemda

Perkawinan usia muda

Optimalisasi batasminimal usia perkawinan

Batas usia minimal perkawinan

Kemenkumham Pemda

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29

Strategi 5 KELEMBAGAAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman

Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD

Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan

Bappenas dan Bappeda

Peraturan per undangan tentang aborsi

Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency

Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency

Lintas Sektor

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30

Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI

SOLUSI MASALAH

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31

Angka kematian Ibu melahirkan tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi

Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi

Kasus ekslampsia yang tidak tertangani

Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi

Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi

Pemantauan selama kehamilan rendah

Pengetahuan ibu masih rendah

Keterampilan tenaga penolong masih kurang

Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi

Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi

Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam

Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi

TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi

bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih

rendah

Pemberian tablet Fe masih kurang

Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang

Pemberdayaan masyarakat

Peningkatan Cakupan bumil

ristikomp yang tertangani tuntas

Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin

Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK

Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes

Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4

Peningkatan cakupan Fe

Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24

jam

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 28: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

Strategi 1 AKSESIBILITAS DAN KUALITAS CAKUPAN PELAYANAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabTenaga Kesehatan Outreach

- Akreditasi- Peningkatan kompetensi bidan- Reorientasi dukun

- Bidan di setiapdesa- Institusi kebidananterakreditasi

PemdaDinkesOrganisasi Profesi

Fasilitas kesehatan Polindes dilengkapi bidan Peningkatan Puskesmas PONED 24 jam PONEK 24jam di RS Kab

Polindes dg BidanBerfungsinyaPONED dan PONEK

PemdaDinkes

Pelayanan Antenatal dan Persalinan

Peningkatan ketram pilan komunikasi dan konseling Edu kasi gizi imunisasi

Persalinan olehnakes ANC PilBesi Imunisasi TT

PemdaDinkes

Pelayanan kesehatan masyarakat miskin

Sosialisasi askeskinJampersal pelaya nan obstetri emer jensi gratis di RS ke las 3 untuk semua

PenggunaanAskeskin Jampersal Kasusyang dirujuk

PemdaDinkes

Faktor pendukung Bantuan transport masyarakatmiskin bank darah

Alokasi dana trasnportBank darah di RS

PemdaDinkesPMI

Strategi 2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung Jawab

Pendidikan Peningkatan aksespendidikan bagi perempuan

Rata- rata pendidikan perenpuan

DiknasPemda

Status perempuan

Mengembangkansumberdaya perempuanPeningkatkan keterlibatankeluarga dan perempuan

Perangkat hukum Meneg PPPemda

Status sosial ekonomi

Peningkatan kesempatandan peran perempuan didunia kerja

Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat

Meneg PPPemda

Kesadaran Penyediaan alat Jumlah peserta KB BKKBN

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 28

untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin

meningkat Pemda

Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi

Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN

BKKBN dan Pemda

Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan

Asuransi persalinan dan transportasi

Pemda

Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga

Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat

Kemenkes

Kerjasama kelembagaan

Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga

Menguatnya peran lintas sektor

Lintas sektor

Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program

pendidikan kespro kedalam kurikulum

Metode pengajaran yang tepat

Pemda Diknas BKKBN

Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi

Aturan yang jelas tentang aborsi

Kemenkumham Pemda

Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil

Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan

Kemenag Pemda

Perkawinan usia muda

Optimalisasi batasminimal usia perkawinan

Batas usia minimal perkawinan

Kemenkumham Pemda

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29

Strategi 5 KELEMBAGAAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman

Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD

Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan

Bappenas dan Bappeda

Peraturan per undangan tentang aborsi

Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency

Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency

Lintas Sektor

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30

Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI

SOLUSI MASALAH

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31

Angka kematian Ibu melahirkan tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi

Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi

Kasus ekslampsia yang tidak tertangani

Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi

Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi

Pemantauan selama kehamilan rendah

Pengetahuan ibu masih rendah

Keterampilan tenaga penolong masih kurang

Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi

Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi

Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam

Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi

TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi

bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih

rendah

Pemberian tablet Fe masih kurang

Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang

Pemberdayaan masyarakat

Peningkatan Cakupan bumil

ristikomp yang tertangani tuntas

Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin

Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK

Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes

Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4

Peningkatan cakupan Fe

Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24

jam

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 29: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

untuk ber KB kontrasepsi yang cukup bagi penduduk miskin

meningkat Pemda

Strategi 3 KEMITRAAN LINTAS SEKTOR

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPeran BKKBN Revitalisasi

Program KBMeningkatnya peran dan fungsi BKKBN

BKKBN dan Pemda

Peran Masyarakat Pelibatan masyarakatdalam upaya persalinan

Asuransi persalinan dan transportasi

Pemda

Organisasi profesi Peran IBI FOGI amp ProfesiGizi dalam sertifikasitenaga

Peran IBI FOGIamp profesi Gizimenguat

Kemenkes

Kerjasama kelembagaan

Peningkatan kerja samalintas sektor dan lintaslembaga

Menguatnya peran lintas sektor

Lintas sektor

Strategi 4 PENDEKATAN BUDAYA

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabPendidikan Kespro Integrasi program

pendidikan kespro kedalam kurikulum

Metode pengajaran yang tepat

Pemda Diknas BKKBN

Pemicu aborsi Menyusun peraturan hukum tentang aborsi

Aturan yang jelas tentang aborsi

Kemenkumham Pemda

Mitos dan tradisi Penguatan tradisi yang mendukung keselamatanibu hamil

Berubahnyamitos masyarkattentang ibu hamildan melahirkan

Kemenag Pemda

Perkawinan usia muda

Optimalisasi batasminimal usia perkawinan

Batas usia minimal perkawinan

Kemenkumham Pemda

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 29

Strategi 5 KELEMBAGAAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman

Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD

Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan

Bappenas dan Bappeda

Peraturan per undangan tentang aborsi

Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency

Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency

Lintas Sektor

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30

Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI

SOLUSI MASALAH

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31

Angka kematian Ibu melahirkan tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi

Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi

Kasus ekslampsia yang tidak tertangani

Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi

Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi

Pemantauan selama kehamilan rendah

Pengetahuan ibu masih rendah

Keterampilan tenaga penolong masih kurang

Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi

Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi

Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam

Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi

TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi

bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih

rendah

Pemberian tablet Fe masih kurang

Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang

Pemberdayaan masyarakat

Peningkatan Cakupan bumil

ristikomp yang tertangani tuntas

Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin

Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK

Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes

Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4

Peningkatan cakupan Fe

Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24

jam

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 30: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

Strategi 5 KELEMBAGAAN

Isu Opsi Intervensi Indikator Penanggung JawabKebijakan KIA Pencantuman

Kebijkan KIAdalam RPJPN RPJMNRKP RPJPD RPJMDRKPD

Kebijakan KIA tercantum dalam dokumen kebijakan

Bappenas dan Bappeda

Peraturan per undangan tentang aborsi

Penetapan aturan aborsi kawin muda secara operasionalPenyempurnaan peraturan Pela yanan medisPengembanganPerdaKepmen jaminan biaya transportasi prosespersalinan emergency

Aturan aborsi ampkawin mudaoperasional1048707 Peraturan yanmedisdisempurnakan1048707 PerdaKepmenjaminan biayatransport persalinanemergency

Lintas Sektor

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 30

Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI

SOLUSI MASALAH

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31

Angka kematian Ibu melahirkan tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi

Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi

Kasus ekslampsia yang tidak tertangani

Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi

Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi

Pemantauan selama kehamilan rendah

Pengetahuan ibu masih rendah

Keterampilan tenaga penolong masih kurang

Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi

Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi

Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam

Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi

TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi

bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih

rendah

Pemberian tablet Fe masih kurang

Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang

Pemberdayaan masyarakat

Peningkatan Cakupan bumil

ristikomp yang tertangani tuntas

Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin

Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK

Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes

Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4

Peningkatan cakupan Fe

Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24

jam

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 31: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

Diagram Solusi untuk mengatasi masalah penanganan AKI

SOLUSI MASALAH

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 31

Angka kematian Ibu melahirkan tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu masih tinggi

Penyakit infeksi pada ibu hamil yang masih tinggi

Kasus ekslampsia yang tidak tertangani

Kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi

Kasus Perdarahan pada Ibu melahirkan masih tinggi

Kasus Perdarahan post partum Ibu masih tinggi

Pemantauan selama kehamilan rendah

Pengetahuan ibu masih rendah

Keterampilan tenaga penolong masih kurang

Kejadian retentio plasenta masih tinggiKejadian atonia uteri masih tinggi

Kejadian Terlambat merujuk yang masih tinggi

Sarana transportasi untuk merujuk yang tidak tersedia 24 jam

Kejadian penyakit menular pada bumil masih tinggi

TBC pada bumil tinggi Malaria pada bumil tinggi

bumil yang rentan kena penyakit (imunitas rendah) Pelayanan farmasi ibu hamil masih

rendah

Pemberian tablet Fe masih kurang

Ketersediaan obat untuk bumil masih kurang

Pemberdayaan masyarakat

Peningkatan Cakupan bumil

ristikomp yang tertangani tuntas

Peningkatan akses ketersediaan darah untuk bulin

Peningkatan sarana kesehatan PONED dan PONEK

Peningkatan ketrampilan dan kompetensi nakes

Penyuluhan Pentingnya K1 dan K4

Peningkatan cakupan Fe

Peningkatan Sarkes dengan UGD kebidanan yang dapat di akses 24

jam

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 32: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

Keterangan Diagram

A Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan persalinan dan masa nifas Rumus

B Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan Tingkat persediaan obat di instalasi farmasi KabupatenKota untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar di suatu KabupatenKota pada kurun waktu tertentu Rumus

C Cakupan ibu hamil mendapat Fe 1 (3) Jumlah Ibu hamil yang mendapat 30 (90) tablet Fe selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di bagi jumlah ibu hamil kemudian dikalikan 100

D RistiKomplikasi Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb lt 8 g tekanan darah tinggi (systole gt 140 mmHg dan diastole gt 90 mmHg) oedema nyata ekslampsia perdarahan pervaginam ketuban pecah dini letak lintang pada usia kehamilan gt 32 minggu letak sungsang pada primigravida infeksi beratsepsis persalinan premature

E Ibu hamil ristikomp yang tertangani ibu hamil ristikomplikasi disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintahswasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

F PONED Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Dasar

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 32

Gizi bumil yang masih rendah

Peningkatan persentase pelayanan farmasi

Perbaikan Gizi Bumil

Peningkatan ketersediaan obat bumil

Angka Kematian Ibu per = 100000 kelahiran hidup

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu selama satu tahun

Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama

X 100 Ketersediaan obat sesuai = kebutuhan

Jumlah item obat yang dapat disediakan oleh pemda untuk yankesdas kab pada kurun waktu tertentu

Jumlah item obat yang dibutuhkan oleh yankesdas di kab pada kurun waktu tertentu

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 33: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

G PONEK Pelayanan Obsetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif

H Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat dengan indicator cakupan sarana kesehatan (Rumah bersalin Puskesmas dan RS) yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu

I Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dengan indikator ibu hamil dan post pastum yang dirujuk dan mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya di Rumah Sakit pemerintah dan swasta

J Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan indicator Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

K Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang memiliki kompetensi kebidanan dengan indicator cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 33

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH
Page 34: Analisa-Dampak-Fertilitas-Terhadap-AKI-seo

Referensi

Hill K Stanton C and Gupta N (2001)Measuring Maternal Mortality From a Census Guidelines for Potential Users Carolina Population CenterMEASURE Evaluation Manual Series No 4

Preston SH Heuveline P and Guillot M (2001)Demography Measuring and Modeling Popupaltion Processes Oxford Blackwell Publishers

emspRosmans C and Graham WJ (2006) Maternal Mortality Who When Where and Why

The Lancet Maternal Survival 13-24

PengaruhProgram KB Dalam Menurunkan Fertilitas dan DampaknyaTerhadap Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu 34

  • SOLUSI MASALAH