anak adopsi

Upload: poppy-indriasari

Post on 03-Mar-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

refarat anak adopsi

TRANSCRIPT

Refarat Psikiatri

Kepada Yth:Adopsi AnakPenyaji

: dr. Rika HaryantiPembimbing

: Prof.dr.H.M. Joesoef Simbolon Sp KJ (K-AR)

Moderator : Dr. Surya Husada, Sp.KJ

Hari/ Tanggal: Selasa, 19 Maret 2013Tempat : Gedung Pendidikan Dokter Lt II BLUD Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara

PENDAHULUANAdopsi merupakan fenomena sosial yang kompleks, erat kaitannya dengan keluarganya, kerangka hukum dan dibentuk oleh tekanan yang mempengaruhi keluarga dalam konteks social yang mencerminkan perubahan dalam kehidupan keluarga serta upaya hukum keluarga untuk mengatasi perubahan tersebut.1Sekitar 2,5 juta orang di bawah usia 18 tahun yang diadopsi setiap tahun. Anak-anak yang diadopsi, 25 persen yang diadopsi oleh orang-orang yang tidak berhubungan dengan mereka dengan kelahiran atau perkawinan, dan sisanya diadopsi oleh kerabat atau orang tua tiri. Sebagian besar anak yang diadopsi lahir di luar nikah, dan 40 persen dari semua anak-anak tersebut lahir dari ibu antara 15 dan 19 tahun.2Orang tua angkat paling sering memberitahu status anak mereka antara usia 2 dan 4 tahun dimana dengan menginformasikannya anak tentang status adopsi mereka dapat mengurangi kemungkinan anak belajar itu dari sumber ekstrafamilial dan kemudian merasa dikhianati oleh orang tua angkat mereka dan ditinggalkan oleh orang tua biologis mereka. Gangguan emosi dan perilaku, seperti perilaku agresif, mencuri, dan gangguan belajar, telah dilaporkan lebih tinggi pada anak adopsi daripada anak tidak adopsi dimana semakin tua usia anak saat diadopsi meningkatkan insiden gangguan dan masalah perilaku yang lebih tinggi.2 Interpretasi konseptual adopsi yang diterima membahas tindakan dari pengadopsi yaitu penerimaan sukarela tanggung jawab untuk melindungi, memelihara dan meningkatkan perkembangan anak lain sampai dewasa yang merupakan tujuan pokok dari adopsi tindakan yang membawa anak itu ke dalam keluarga pengadopsi dengan semua implikasi untuk berbagi dalam nama keluarga, rumah, aset dan kekerabatan dimana hubungan yang demikian mensyaratkan sebuah konsekuensi bahwa pengadopsi bertindak dan memperlakukan sama antara anak adopsi dan keluarga kandungnya.1Sepanjang masa kanak-kanak dan remaja, anak-anak dapat sibuk dengan fantasi dari dua pasang orangtua. Seorang anak angkat dapat membagi dua pasang orangtua menjadi orang tua yang baik dan buruk. Anak angkat biasanya memiliki keinginan yang kuat untuk mengenal orang tua biologis mereka, beberapa pola anak-anak sendiri setelah fantasi mereka orang tua biologis mereka tidak hadir dan menciptakan konflik dengan orang tua angkat mereka. Dalam kebanyakan kasus di mana anak adopsi mencoba keluar dan bertemu orang tua biologis mereka (dan sebaliknya), pengalaman umumnya positif, terutama jika anak pada masa remaja akhir atau dewasa awal.2

Tujuan penulisan refarat ini adalah untuk menjelaskan tentang definisi, etiologi, epidemiologi, prevalensi, prinsip, dasar hukum, gangguan perilaku yang terjadi pada adopsi anakTINJAUAN KEPUSTAKAANDEFINISIPengertian adopsi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu pengertian

secara etimologi dan terminologi a. Secara Etimologi

Adopsi berasal dari kata adoptie dalam Bahasa Belanda, atau adopt (adoption) dalam Bahasa Inggris yang berarti mengangkat anak /pengangkatan anak sebagai anak kandung. Istilah tersebut dalam kenyataannya secara utuh dialihkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi adopsi yang sama artinya dengan mengangkat anak/pengangkatan anak. Jadi,penekanannya pada persamaan status anak angkat dari hasil pengangkatan anak sebagai anak kandung.Dalam Bahasa Arab disebut tabbanni yang menurut Mahmud Yunus diartikan dengan mengambil anak angkat, sedangkan dalam Kamus Munjid diartikan ittikhadzahu ibnan, yaitu menjadikannya sebagai anak.b. Secara Terminologi

Menurut Wirjono Projodikoro, anak angkat adalah seorang bukan keturunan dua orang suami istri, yang diambil dan dipelihara dan diperlakukan sebagai anak keturunannya sendiri dan akibat hukum dari pengangkatan tersebut bahwa anak itu mempunyai kedudukan hukum

terhadap yang mengangkatnya, yang sama sekali tidak berbeda dengan kedudukan hukum anak keturunan sendiri. Sedangkan Menurut Poerwadarmanta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dijumpai arti anak angkat, yaitu anak orang lain yang diambil dan disamakan dengan anaknya sendiri.3Menurut PP No. 54 tahun 2007 Adopsi adalah suatu perbuatan hukum yang mengalihkan seorang anak dari lingkungan kekuasaan orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut, ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkat.4ETIOLOGI Perdebatan tentang etiologi kemungkinan peningkatan risiko psikologis pada anak-anak yang diadopsi dibandingkan dengan anak bukan adopsi telah muncul dalam literatur profesional dimana sebuah literatur tinjauan selektif menunjukkan bahwa, meskipun sebagian besar anak adopsi dapat berfungsi dan bertindak dalam kisaran normal tetapi mereka merupakan kelompok yang lebih rentan terhadap berbagai gangguan emosi, masalah perilaku, dan akademik daripada mereka yang bukan anak adopsi yang tinggal di rumah utuh dengan orang tua biologis mereka.5Asumsi utama dari model ini (Lihat gambar 1) adalah bahwa penyesuaian anak adopsi ditentukan terutama oleh bagaimana mereka melihat atau menilai pengalaman adopsi mereka dimana jenis mekanisme koping mereka gunakan untuk berurusan dengan adopsi terkait stres. Hal ini diasumsikan bahwa, ketika anak melihat adopsi sebagai stigma, mengancam atau melibatkan kerugian, pola emosi negatif yang terkait dengan stres misalnya, kebingungan, kecemasan, sedih, malu, kemungkinan kemarahan akan dialami. Ketika anak mengalami ini mereka menganggap emosi mengatasi berbagai pilihan dan akhirnya memilih satu atau lebih untuk mengurangi penderitaan mereka. Dengan demikian, anak-anak yang merasa kecewa dengan adopsi mereka mungkin memilih untuk berbicara dengan teman atau orang tua, atau mereka mungkin berpikir tentang adopsi mereka dalam cara baru sehingga tidak sedih atau marah, anak lain coba menyimpan atau menghindari sesuatu yang mengingatkan atas adopsi mereka.5

Gambar 1.stres dan coping model dari penyesuaian anak adopsi.5EPIDEMIOLOGIJumlah adopsi secara internasional di Amerika Serikat telah meningkat secara signifikan dibeberapa tahun terakhir antara tahun 1990 dan 2005 lebih dari 226 000 anak diadopsi dari negara diluar AS dimana pada tahun 2005 , lebih dari 22.000 anak yang diadopsi dari negara lain meningkat jumlahnya menjadi tiga kali lipat yang diadopsi dalam 1990 dan dua kali jumlah yang diadopsi pada tahun 1996 (Centers for Disease Control dan Pencegahan [CDC], 2009).6 PRINSIP ADOPSIYang paling awal bahwa adopsi sebagai proses hukum pengadilan yang jelas dengan tiga prinsip turut menentukan keputusan untuk memberikan perintah adopsi :

Pertama, pengadilan harus yakin bahwa adopsi adalah untuk kepentingan dan kesejahteraan anak yang bersangkutan. Kedua, informed consent dari orang tua kandung harus diberikan secara bebas atau kebutuhan lain harus ditiadakan. Akhirnya, pengadopsi harus mendapat hak sepenuhnya sebagai orangtua yang diperlukan untuk menjaga kesejahteraan anak sampai anak mampu atau matang.1Di Indonesia adopsi anak dilakukan melalui Dinas Sosial dan diatur dalam Ketentuan Umum angka 6 Keputusan Menteri Sosial Nomor 40/HUK/KEP/IX/1980 tentang Organisasi Sosial yang menyatakan bahwa Organisasi sosial/lembaga pelayanan sosial adalah lembaga kesejahteraan sosialDasar Hukum 1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak2) Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang KewarganegaraanRepublik Indonesia3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak4) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial 5) Pasal 12 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak adalah melalui lembaga adopsi atau pengangkatan anak Dalam Pasal 12 ayat (1) undang-undang tersebut diatur bahwapengangkatan anak untuk kepentingan kesejahteraan anak yang dilakukan di luar adat kebiasaan, dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan.Ada beberapa golongan anak, yaitu :a. Anak kandung : anak yang dilahirkan dari pasangan suami istri yang sah

dan memiliki hubungan darah terhadap orang tuanya.

b. Anak angkat : anak yang diambil oleh sesorang sebagai anaknya, dipelihara, dipenuhi segala kebutuhannya, serta diperlakukan sebagai anak sendiri dan berhak atas warisan orang yang mengangkatnya, apabila orang tua

angkatnya meninggal.

c. Anak piaraan : anak yang dipelihara oleh seseorang supaya tumbuh

menjadi dewasa dan sehat.

d. Anak tiri : anak yang ada karena hasil pernikahan lagi salah satu

orang tuanya. Misalnya A duda, dan istrinya meninggal.

A memiliki anak C, D, E. A menikah lagi dengan B. C,D, E ini

terhadap B adalah anak tiri.

e. Anak di luar nikah : anak yang dilahirkan sebelum ibunya kawin dengan

orang yang menghamilinya.6

Dalam pengangkatan anak, syarat yang wajib dipenuhi demi kepentingan

anak menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 adalah sebagai berikut :

Pasal 29

(1) Pengangkatan anak hanya dapat dilakukan untuk kepentingan yang terbaik

bagi anak dan dilakukan berdasarkan adat kebiasaan setempat dan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Pengangkatan anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak

memutuskan hubungan darah antara anak yang diangkat dan orang tua

kandungnya.

(3) Calon orang tua angkat harus seagama dengan agama yang dianut oleh

calon anak angkat.

(4) Pengangkatan anak oleh warga negara asing hanya dapat dilakukan sebagai

upaya terakhir.

(5) Dalam hal asal usul anak tidak diketahui, maka agama anak disesuaikan

dengan agama mayoritas penduduk setempat.3Persyaratan orang tua angkatPersyaratan Bagi Calon Orang Tua Adopsi diantaranya : 31. Umur calon orang tua adopsi minimal 30 (tiga puluh) tahun dan maksimal

50 (lima puluh) tahun berdasarkan identitas diri yang sah2. Calon orang tua adopsi telah menikah sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun3. Selama menjalani pernikahan calon orang tua adopsi belum mempunyaianak atau hanya mempunyai seorang anak4. Calon orang tua adopsi dalam keadaan mampu secara ekonomi5. Calon orang tua adopsi dalam keadaan sehat jasmani berdasarkan keterangandari dokter pemerintahOrangtua angkat mempunyai kewajiban seperti yang telah diatur dalam Pasal 40 yang menyebutkan :

(1) Orang tua angkat wajib memberitahukan kepada anak angkatnya mengenai

asal usul dan orang tua kandungnya

(2) Pemberitahuan asal usul dan orang tua kandungnya sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan kesiapan anak yang

bersangkutan.3

Tujuan adopsi anak

Motif pengangkatan anak dalam Undang-Undang Kesejahteraan Anak

diatur dalam Pasal 12, yang berbunyi :

(1) Pengangkatan anak yang menurut hukum adat dan kebiasaan dengan

mengutamakan kepentingan kesejahteraan anak.

(2) Kepentingan kesejahteraan anak yang termaksud dalam ayat (1) diatur

dengan Peraturan Pemerintah.

(3) Pengangkatan anak untuk kepentingan kesejahteraan anak yang dilakukan di

luar adat dan kebiasaan, dilaksanakan peraturan perundang-undangan.3Gangguan perilaku pada anak adopsi

Gangguan emosi dan perilaku, seperti perilaku agresif, mencuri, dan gangguan belajar, telah dilaporkan lebih tinggi pada anak adopsi daripada anak bukan adopsi dimana semakin tua usia anak saat diadopsi meningkatkan insiden gangguan dan masalah perilaku yang lebih tinggi.2 Selain itu manifestasi yang sering dijumpai pada anak adopsi pada tingkat gangguan kepribadian (misalnya, antisosial kepribadian, batas kepribadian), penyalahgunaan obat, gangguan makan, gangguan belajar dan gangguan perhatian dan konsentrasi, juga ada kecenderungan skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya,serta "Internalisasi" gejala seperti anxietas dan depresi.5Suatu studi penelitian menemukan usia yang lebih muda pada anak adopsi saat kunjungan pertama kali ke rumah sakit jiwa dengan riwayat memiliki masalah kejiwaan sebelum dibawa ke rumah sakit, lama hari rawatan yang lebih panjang, menolak berhubungan dekat dengan petugas rumah sakit maupun teman serta ada kemungkinan melarikan diri.7 Studi lain berfokus pada bayi, balita dan anak prasekolah belum menemukan perbedaan temperamen, mental , fungsi motorik, perkembangan komunikasi antara anak adopsi dan bukan adopsi begitu juga beberapa penelitian pada anak dan remaja gagal menemukan bukti meningkatnya masalah psikologis atau perbedaan pola karakteristik perilaku dan kepribadian antara anak adopsi dibandingkan dengan bukan adopsi.

RINGKASANBanyak kontroversi dan perdebatan mengenai wacana mengadopsi anak dimana pendukung adopsi menekankan manfaat yang didapatkan anak-anak ini, baik dari pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan dari orangtua atau keluarga angkat maupun institusi yang membesarkan dibandingkan kehidupan dengan ambivalen dan mungkin tidak peduli, lalai, dan perilaku kasar orang tua biologis. Meski tak bisa dipungkiri adanya masalah yang dialami anak dikeluarga angkatnya yang terkait dengan adopsi itu sendiri dimana kedua sisi memiliki poin yang relevan dan penting.DAFTAR PUSTAKA1. Sadock BJ, Sadock VA. Pervasive Developmental Disorders. In: Sadock BJ, Sadock VA, editor. Kaplan & Sadock Synopsis of Psychiatry Behavioral Sciences/ Clinical Psychiatry. 10th Ed. Philadelphia. Lippincott William & Wilkins. 2007.h 1191-12052. Valkmar FR. Autism and Pervasive Developmental Disorders. In: Lewis M editor. Child and Adolescent Psyciatry: A Comprehensive Textbook. 3rd. Ed.Baltimore. William. & Wilkin. 1996.h. 489-973. Prachi ES, Richard D, Nel WB. Pervasive Developmental Disorders and Childhood Psikosis. In: Kliegman, Behrman, Jenson, Stanton. Nelson Textbook of Pediatric. 18th Ed. Saunders of Elsevier. 2007.h 239-2504. Jerald K, Allan T, Chidhood Disorders: The Autism Spectrum Disorders. In: Jerald K, Allan T. Essential of Psychiatry. 8th Ed. USA. John Wley & Sons, 2006.h. 308-3165. Childhood Disintegrative Disoders. Diunduh dari www,mayoclinic.com6. Nurcombe B, Wolraich ML, Tramontana M, Stone W. Disorders Usually First Diagnosed in Infancy, Childhood, or Adolescence. In: Current Diagnosis & Treatment in Psychiatry. USA. McGraw-Hill. 2000.h 70-80. 7. Pediatric Pharmacology and Psychopharmacology. Brown RT. Handbook of paediatrics psychology. Roberts MC. New York. The Guilford Press. 2009. 12;189-.2048. Childhood Disintegrative Disorders. Diunduh dari www,emedicine.com 9. Hirtz DG, Wagner A, Filipek PA. Autistic Spectrum disorders. In: Swaiman KF, Ashwal S Ferriero, editors. Pediatric Neurology principles & Practice. 3rd Ed. Philadelphia. Mosby, 905-12

1