an keclk jkt puncak bdg

Upload: endang-widjajanti-soemari-wiwin

Post on 16-Jul-2015

37 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Analisis Kecelakaan Pada Jalan Nasional Jakarta-Puncak-BandungIr. Endang Widjajanti, MT Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil, FTSP Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN) Jl. Moh. Kahfi II, Jagakarsa-Jakarta 12620 Telp./Fax: 021-78880275 e-mail: [email protected]

ABSTRAK Jalan nasional pada jalur Jakarta-Puncak-Bandung sangat strategis dalam menunjang aktivitas perekonomian nasional. Jalur ini termasuk jalur padat lalu lintas dan melintasi kawasan wisata Puncak. Kecelakaan yang terjadi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya faktor manusia, kendaraan, kondisi alam pegunungan yang banyak tikungan dan kemiringan tajam, kelengkapan prasarana yang kurang mendukung serta lemahnya manajemen terutama koordinasi antar instansi yang terkait dalam penanganan lalu lintas dan jalan raya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui karakteristik kecelakaan lalu lintas dan lokasi rawan kecelakaan di jalan nasional Jakarta-Puncak-Bandung pada tahun 1999-2001 Metodologi yang digunakan untuk analisis kecelakaan dan penentuan lokasi rawan kecelakaan merupakan metodologi yang dikembangkan dari metodologi audit keselamatan jalan. Hasil analisis diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam peningkatan keselamatan lalu lintas di jalan nasional yang melintasi kawasan wisata. Kata Kunci: kecelakaan, jalan nasional, kawasan wisata

1.

LATAR BELAKANG

Jalan nasional pada jalur Jakarta-Puncak-Bandung sangat strategis dalam menunjang aktivitas perekonomian nasional. Jalur ini termasuk jalur padat lalu lintas yang rawan kecelakaan. Kecelakaan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya kondisi alam pegunungan yang banyak tikungan dan kemiringan tajam, kelengkapan prasarana yang kurang mendukung serta lemahnya manajemen terutama koordinasi antar instansi yang terkait dalam penanganan lalu lintas dan jalan raya, seperti DLLAJ, Depkimpraswil (cq Ditjen Prasarana Wilayah), Polantas, Organda dan Pemda setempat. Lokasi rawan atau black-spot pada jalur Jakarta-Puncak-Bandung akan menurunkan kinerja ruas jalan pada jalur tersebut, mengurangi kenyamanan dan bahkan membahayakan keamanan dan keselamatan pengguna jalan. 2. TUJUAN Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui karakteristik kecelakaan lalu lintas di jalan nasional Jakarta-Puncak-Bandung pada tahun 1999-2001 . Hasil analisis diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam peningkatan keselamatan lalu lintas di jalan nasional yang melintasi lokasi pariwisata. 3. RUANG LINGKUP Analisis kecelakaan dilakukan berdasarkan data kecelakaan yang dicatat oleh instansi Kepolisian Resort Bogor, Cianjur dan Bandung. Informasi yang disampaikan dari hasil kompilasi meliputi waktu dan tempat kejadian kecelakaan, karakteristik korban, dan tipe kecelakaan. 4. METODOLOGI PENDEKATAN Metodologi yang dikembangkan untuk menyelesaikan pekerjaan ini disajikan pada Gambar 1 berikut. Bagan alir pada Gambar 1 tersebut merupakan dasar dari metodologi audit keselamatan jalan.

Simposium ke-6 FSTPT, Universitas Hasanudin Makassar, 4-5 September 2003

Pengumpulan data sekunder & Penentuan Lokasi rawan Penerapan daftar pemeriksaan AKJ di lapangan Evaluasi Hasil Penerapan-Identifikasi Persoalan

Penerapan Konsep Pencegahan Kecelakanan melalui penataan sarana dan prasarana Penerapan Konsep Perencanaan Jalan ( Planning )

Penerapan Konsepn Perancangan Teknik Penataan Prasarana

Rekomendasi Penataan Sarana dan Prasarana di sekitar Lokasi Rawan Kecelakaan pada Jalan Nasional Jakarta-Puncak-Bandung

Gambar 1. Metodologi Pendekatan

4.1. Pengumpulan Data Pengumpulan data kecelakaan sepanjang Jalan Nasional Jakarta-Bogor-Puncak-Bandung dilakukan pada Kepolisian (Polres dan Ditlantas Polda), , merupakan catatan harian yang berisikan data umum kecelakaan seperti; waktu dan tempat kejadian kecelakaan, karakteristik korban, tipe-tipe kecelakaan. 4.2. Angka Kecelakaan a. Angka kejadian kecelakaan: dihitung dengan menjumlahkan kejadian kecelakaan yang terjadi pada setiap kilometer sepanjang jalan. b. Angka tingkat kecelakaan per-km, berdasarkan karakteristik/tingkat korban kecelakaan per kilometer jalan, kemudian dikalikan nilai bobot sesuai tingkat keparahannya (TK). Nilai pembobotannya diambil dari hasil Transport Research Laboratory tingkat korban; Mati (M)=12, Luka Berat (LB) =3, Luka Ringan (LR) =3, Kerusakan (K) = 1. 4.3. Penentuan Lokasi Rawan Kecelakaan Data kecelakaan dianalisis kemudian dihitung untuk menentukan lokasi rawan kecelakaan yang ditetapkan sebagai lokasi pelaksanaan audit keselamatan jalan. Karena keterbatasn data, penentuan lokasi rawan kecelakaan dilakukan atas asumsi : a. Angka kecelakaan berdasarkan tingkat korban kecelakaan tiap kilometer jalan yang memiliki jumlah nilai bobot, melebihi suatu batas kontrol atas (BKA), c. Angka kecelakaan melebihi suatu batas atas (BKA). Nilai Batas Kontrol Atas (BKA) dihitung dengan persamaan = C + 3 C, dimana C adalah rata-rata angka kecelakaan (sesuai angka kecelakaan yang ditinjau). 4.4. Penerapan Daftar Pemeriksaan di Lapangan 2

Simposium ke-6 FSTPT, Universitas Hasanudin Makassar, 4-5 September 2003

Setelah lokasi rawan kecelakaan dan penyebab kecelakaan dapat diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah melakukan survey inventarisasi jalan, meliputi pemeriksaan terhadap : (a) Tanaman/pohon; apakah sesuai dengan lajur tanaman, dan ruang bebas jalan, (b) Parkir; masalah parkir yang tidak sesuai lajur parkir dan operasional lalu lintas, (c) Cahaya (lampu) menyilaukan; masalah yang berkaitan dengan cahaya (lampu) yang menyilaukan seperti pada jalan dua arah.(d) Kelayakan jarak pandang; kesesuaian jarak pandang dengan kecepatan lalu lintas,

(e) (f) (g)

Alinyemen jalan; masalah desain alinyemen jalan sesuai dengan kecepatan rencana jalan, Potongan melintang jalan; jumlah dan lebar jalur jalan, lebar bahu jalan, kemiringan, Desain persimpangan; lokasi dan tapak persimpangan jelas bagi seluruh pengguna jalan, ketersediaan jari-jari belokan, tapers, jarak antara garis stop dan penyeberang jalan, (h) Lajur tambahan dan lajur putar; lokasi taper, desain taper, desain lajur tambahan untuk kendaraan membelok (U-turn), alinyemen kerb, pulau lalu lintas dan median, (i) Lalu lintas kendaraan tak bermotor; konflik pejalan kaki dengan lalu lintas yang ada pada persimpangan/jalan akses akibat dari tidak tersedianya fasilitas penyebrang jalan, (j) Lampu penerangan; ketersediaan lampu penerangan jalan pada persimpangan, bundaran, penyeberangan jalan, ketersediaan lampu untuk penerangan rambu/tanda. (k) Rambu lalu lintas; penempatan rambu yang mendukung sebagai panduan lalu lintas kendaraan; peringatan tambahan saat mendekati tempat berbahaya. (termasuk petunjuk lokasi/tempat-tempat penting), rambu yang berlebihan/membingungkan, (l) Lampu lalu lintas; jumlah dan lokasi lampu lampu lalu lintas serta sistem operasionalnya, (m) Objek fisik; ketersediaan ruang bebas jalan untuk penempatan pagar penghalang/barrier, (n) Marka jalan dan deliniasi; keberadaan marka jalan, penempatan marka, (o) Penghentian bus/kendaraan umum; lokasi dan operasional tempat henti bus dan fasilitas pendukungnya yang sesuai kebutuhan serta aman terlindung bagi akses bagi pejalan kaki . 4.4. Evaluasi dan Identifikasi Permasalahan Persoalan di tiap lokasi, di presentasikan dalam bentuk matrik hubungan antara lokasi dengan permasalahan. Masing-masing permasalahan yang ada pada tiap lokasi diberi nilai skor. Nilai skor = 1 (satu) bila ada persoalan , dan nilai skor = 0 (Nol) bila tidak terdapat persoalan. Untuk memperoleh peringkat persoalan-persoalan yang paling berpotensi penyebab kecelakaan dilakukan dengan menjumlahkan nilai skor masing-masing persoalan. 4.5. Usulan Penangangan dan Perbaikan Penanganan Hasil pembahasan tiap persoalan yang ada, di presentasikan dalam bentuk tabel dan gambar. Kemudian di bahas, untuk memperoleh jenis-jenis penanganan yang sesuai dengan peringkat persoalannya.Usulan penanganan dan perbaikan yang perlu dilakukan ditetapkan berdasarkan hasil identifikasi permasalahan. 5. STATUS JALAN, FUNGSI JALAN DAN WILAYAH KEPOLISIAN Fungsi dan panjang jalan serta wilayah kepolisian yang membawahi ruas jalan yang distudi disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Ruas Jalan Pada jalan Nasional Jakarta-Puncak-BandungNo. 1. 2. 3. 4. 5. Nama Ruas Gandaria-Bogor Bogor-Ciawi Ciawi-Puncak-Cianjur Cianjur-Padalarang Padalarang-BandungSumber : Hasil Survei, 2002

Panjang (km) 26,63 5,25 48,93 44,54 13,97

Fungsi Arteri Primer Arteri Primer Kolektor Primer Arteri Primer Arteri Primer

Wilayah Kepolisian Polres Bogor Polres Bogor Polres Bogor/Cianjur Polres Cianjur/Bandung Polres Bandung

3

Simposium ke-6 FSTPT, Universitas Hasanudin Makassar, 4-5 September 2003

6. PERMASALAHAN UMUM Permasalahan umum pada masing-masing ruas jalan adalah sebagai berikut: 1. Ruas Jalan Jakarta-Bogor-Ciawi a. Tata guna lahan di sisi jalan tidak mendukung lalu lintas regional yang bersifat menerus (pasar, pertokoan dan kios-kios baik formal maupun informal). b. Hambatan samping tinggi (pejalan kaki, angkot & ojeg berhenti dan pedagang informal). c. Patok dan petunjuk kilometer banyak yang hilang. d. Pada segmen Cibinong-Bogor kecepatan cenderung tinggi karena hambatan samping berkurang, hal ini berpotensi menimbulkan kecelakaan. e. Pada beberapa titik rambu-rambu dan marka jalan kurang lengkap. f. Lebar perkerasan jalan tidak seragam dan tidak memenuhi standard (sebagian < 7 meter). 2. Ruas Jalan Ciawi-Cianjur a. Beberapa tikungan memiliki radius yang sangat kecil, jarak pandang terbatas dan alinyemen vertikal dengan gradien tinggi. b. Hambatan samping penyeberang jalan membahayakan keselamatan jalan terutama pada segmen jalan dengan kecepatan tinggi. c. Lampu penerangan jalan tidak berfungsi dan pada segmen tertentu tidak ada d. Akses jalan masuk ke permukiman relatif banyak, sehingga keluar masuk kendaraan mengganggu dan membahayakan lalu lintas menerus. e. Rambu-rambu dan marka jalan pada tikungan berbahaya cenderung kurang lengkap f. Patok dan petunjuk kilometer banyak yang hilang. g. Lebar perkerasan jalan tidak seragam dan tidak memenuhi standard (sebagian < 7 meter). 3. Ruas Jalan Cianjur-Padalarang a. Kecepatan kendaraan relatif tinggi karena jalan datar yang dapat menimbulkan kelengahan pengemudi. b. Rambu-rambu dan marka jalan pada tikungan berbahaya cenderung kurang lengkap (terutama di sekitar Cipatat) c. Patok dan petunjuk kilometer banyak yang hilang. d. Pada daerah Cipatat tidak ada lampu penerangan jalan e. Lebar perkerasan jalan tidak seragam dan tidak memenuhi standard (sebagian < 7 meter). 4. Ruas Jalan Padalarang- Perbatasan Bandung a. Pada segmen mendekati perbatasan Bandung memiliki hambatan samping tinggi (pejalan kaki, angkutan umum berhenti dan pedagang informal) b. Patok dan petunjuk kilometer banyak yang hilang. 7. KARAKTERISTIK KECELAKAAN 7.1. Jumlah Korban Kecelakaan Kecelakaan dengan kendaraan rusak memiliki persentase terbesar di Kab.Bogor dan Bandung, sedangkan di Kab. Cianjur korban yang terbesar adalah Korban luka (luka berat dan luka ringan). Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat korban pada ruas jalan nasional di kab. Cianjur cenderung lebih serius.

4

Simposium ke-6 FSTPT, Universitas Hasanudin Makassar, 4-5 September 2003

Tabel 2. Jumlah dan Persentase Korban Kecelakaan Tahun 2001Jenis Korban Meninggal Dunia Luka Berat Luka Ringan Kendaraan RusakSumber : Hasil Analisis, 2002

Kab. Bogor Jumlah 7 26 19 31 83 % 8% 31% 23% 37% 100%

Kab. Cianjur Jumlah 49 64 64 28 205 % 24% 31% 31% 14% 100%

Kab. Bandung Jumlah 24 32 7 62 125 % 19% 26% 6% 50% 100%

Total

7.2. Frekuensi Kecelakaan Pada frekuensi kendaraan menurut hari, terlihat bahwa pada hari Senin merupakan hari terbesar frekuensi kecelakaan di Kabupaten Bogor (Gambar 4), hari Jumat merupakan frekuensi terbesar di Kabupaten Bandung (Gambar 6) dan hari Rabu (Gambar 5) merupakan frekuensi kecelakaan terbesar di Kabupaten Cianjur. Kondisi ini menunjukkan bahwa kecelakaan cenderung terjadi pada hari kerja, dimana lalu lintas relatif lengang, dibandingkan dengan hari libur. 7.3. Jenis Kendaraan Terlibat Jenis kendaraan yang terlibat pada kecelakaan terbesar di ketiga kabupaten adalah sepeda motor. Truk dan bus juga relatif tinggi dalam frekuensi kecelakaan. Jenis kendaraan yang terlibat disajikan pada Gambar 7 sampai gambar 9 berikut. 8. LOKASI RAWAN KECELAKAAN Lokasi rawan kecelakaan ditentukan berdasarkan frekuensi dan tingginya korban kecelakaan di sepanjang ruas jalan wilayah studi. Perhitungan Tingkat Keparahan (TK) berdasarkan total nilai pembobotan yang diambil dari hasil Transport Research Laboratory tingkat korban; Meninggal Dunia (MD)=12, Luka Berat (LB) =3, Luka Ringan (LR) =3, Kerusakan (K) = 1. Perhitungan Batas Kontrol Atas (BKA) yang didapatkan dari rumus seperti diuraikan pada sub bab 1.3.2. disajikan pada Tabel 3. Dari Tabel tersebut terlihat bahwa lokasi No 3, 8, 9 dan 10 memiliki Tingkat Keparahan yang melampaui Batas Kontrol Atas angka kecelakaan Tabel 3. Tingkat Keparahan dan Batas Kontrol Atas (BKA)No. Km.(dr. Bandung) Nama Jalan Kecl.4

M

LB

LR

KR

Jml.TK

BKA

1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

2 018+009 020+000 032+600 047+800 060+400 079+050 085+018 087+050 093+450 097+150 103+150 163+700

3 Jl. Padalarang Cianjur Jl. Padalarang Cianjur Jl. Padalarang Cianjur Jl. Padalarang Cianjur Jl. Padalarang Cianjur Jl. Ciawi - Cianjur Jl. Ciawi - Cianjur Jl. Ciawi - Cianjur Jl. Ciawi - Cianjur Jl. Ciawi - Cianjur Jl. Ciawi - Cianjur Jl. Gandaria - Bogor

5 2 2 9 1 0 1 1 20 1 2 0 1 1 2 5 1 3 0 0 40 18 5 2 3 0 0 0 1 1 1 6 38 22 28 5 1 5 3 4 0 1 2 0 5 2 23 8 3

6 32 33 127 18 13 17 30 479 134 146 29 27

7 119 119 119 119 119 119 119 119 119 119 119 119

5 3 17 2 5 2 2 4 2 5 3 3

Sumber : Hasil Analisis, 2002

5

Simposium ke-6 FSTPT, Universitas Hasanudin Makassar, 4-5 September 2003

Gambar. 1 Frekuensi Kecelakaan Arah UtaraJUMLAH KECELAKAAN

Gambar 2 Frekuensi Kecelakaan Arah SelatanJUMLAH KECELAKAAN

20 15 10 5 0 Bogor 2 8 2 14

16 162000 2001 2002

25 20 15 10 5 0 BogorGambar 4

20

222000

7 2

7 0 Bandung

2001 2002

Bandung

Gambar. 3 Frekuensi Kecelakaan Ruas Jalan Cianjur (Utara-Selatan) JUMLAH KECELAKAAN

Frekuensi Kec elakaan Menurut Hari Kab.Bogor 20013.5 3

50 40 30 20 10 0 15

45 242000 2001 2002

3 2 1 1 2 2 11 11Utara Selatan

2.5 2 1.5 1 0.5 0

Senin

Selasa

Rabu

Kam is

J um at

Sabtu

Minggu

Cianjur

10 8 6 4 2 0

Gambar 5 Frekue nsi Kece lakaan Me nurut hari Kab.Cianjur 2001 9 8 7 7 5 4 5

Gambar 6 Frekuensi Kec elakaan Menurut Hari Kab.Bandung 200110 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 3 2 1 1 5 4 3 2 2 6 6 8 9

utara selatan

Senin

Selasa

Rabu

kamis

J umat

Sabtu

minggu

Senin

Selasa

Rabu

Kam is

J um at

Sabtu

Minggu

Gambar 7 Kendaraan Terlibat Kec elakaan Kab. Bogor 2001

Gambar 8. Kendar aan T er l i bat 2001 Kab. C i anj ur 20 18 16 18 17

10 8 6 4 2 0Angkot

9 5 3 1Bus

6 4 2

14 12 10 8 6 4 2 0

11 7 3 1Angkot box Bus Bus Sedang J eep M i i us nb

6 4

6

7

1J eep Minibus

1P i k up c S edan Sepeda m or ot St . Wagon T ruk

Je nis Ke ndaraan

Sedan

Sepeda m otor

St. Wagon

Truk

J enis Kendaraan

Gambar 92.15. Gambar Jenis Kendaraan Terlibat 2001 Polres Bandung18

umlah Kendaraan

16 14

16 14 12 10 8 6 4 2 0 A ngkot B ox B us B us Sedang data ti dak lengkap J eep T i dak dikenal i M ini bus P i ck up Sedan Sepeda M otor St. Wagon T r ai l er

8 6 4 3 2 1 2 2 2 2 1 2

T r uk

Jenis Kendaraan

6

Simposium ke-6 FSTPT, Universitas Hasanudin Makassar, 4-5 September 2003

10. DATA GEOMETRIK JALAN Hasil inventarisasi kondisi lingkungan disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Inventarisasi Kondisi LingkunganNo 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11 12 Km (dr Bdg) 2 018+009 020+000 032+600 047+800 060+400 079+050 085+018 087+050 093+450 097+150 103+150 163+700 a 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 b 4 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 c 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 d 6 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 e 7 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 f 8 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 g 9 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 h 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 i 11 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 j 12 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 k 13 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 l 14 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 m 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 n 16 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 o 17 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Tot 18 6 4 4 4 6 6 4 4 2 4 3 3

Sumber : Hasil Survei, 2002.

11.

PERMASALAHAN KECELAKAAN

DAN USULAN PENANGANGAN LOKASI RAWAN

Selain lokasi rawan kecelakaan, konsultan juga menginventarisasi lokasi-lokasi yang secara geometrik jalan berpotensi menimbulkan kecelakaan, sekalipun belum terjadi kecelakaan pada lokasi tersebut. Lokasi-lokasi ini dinyatakan sebagai lokasi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan. Permasalahan dan usulan penanganan pada lokasi rawan kecelakaan disajikan pada Tabel 3.1 dan permasalahan pada lokasi-lokasi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan (sekalipun frekuensi kecelakaan tidak tinggi) disajikan pada Tabel 5. Usulan penanganan yang dianalisis bersifat single sites yaitu penanganan pada lokasi atau ruas pada jalan di mana kecelakaan terjadi berulang-ulang dan bersifat mass action yaitu penanganan yang umum terhadap lokasi-lokasi dengan faktor penyebab yang sudah umum. Penanganan yang perlu dilakukan di sepanjang ruas jalan adalah pemasangan patok jalan serta petunjuk kilometer jalan. Hal ini sangat perlu dilakukan untuk mempermudah petugas pencatat kecelakaan dalam mendenisikan lokasi kecelakaan, sehingga lokasi kecelakaan tidak dinyatakan dengan nama desa.

7

Simposium ke-6 FSTPT, Universitas Hasanudin Makassar, 4-5 September 2003

Tabel 5. Permasalahan dan Usulan Penanganan Pada Lokasi Rawan KecelakaanNo. Km (dari Bandung) 018+009 Kp. Tagog Nama Ja la n Jl. Padalarang Cianjur Permasalahan Usulan Penanganan

1.

Lebar lajur lalu lintas terbatas Banyak Penyeberang Jalan Rambu kurang lengkap Marka jalan tidak jelas Tidak ada lampu penerangan jalan angkutan umum berhenti dan parkir pada bahu jalan Jalan Tinggi Lurus, kecepatan

2.

020+000 Kp. Ciburuy

Jl. Padalarang Cianjur

Tidak ada marka jalan Penyeberang jalan dan pejalan kaki Tidak ada lampu penerangan jalan Tidak ada rambu lalu lintas Jalan Tinggi Lurus, kecepatan

3.

032+600 Kp. Cipatat

Jl. Padalarang Cianjur

Tidak ada marka jalan Penyeberang jalan dan pejalan kaki Tidak ada lampu penerangan jalan Tidak ada rambu lalu lintas Jalan Tinggi Lurus, kecepatan

Perbaikan geometrik jalan dan persimpangan Pembuatan fasilitas jembatan penyeberangan Pemasangan rambu peringatan Pemasangan marka Pengaturan sistem parkir Pengaturan sistem angkutan umum Pemasangan rambu pengaturan kecepatan kendaraan Pemasangan marka jalan Melengkapi fasilitas penyeberangan Melengkapi fasilitas pejalan kaki Pemasangan lampu penerangan jalan Pemasangan rambu pengaturan kecepatan kendaraan Pemasangan marka jalan Melengkapi fasilitas penyeberangan Melengkapi fasilitas pejalan kaki Pemasangan lampu penerangan jalan

4.

047+800 Kp. Sipon

Jl. Padalarang Cianjur

Tidak ada marka jalan Penyeberang jalan dan pejalan kaki Tidak ada lampu penerangan jalan Tidak ada rambu lalu lintas Jalan Tinggi Lurus, kecepatan

5.

060+400 Kp. Bojong

Jl. Padalarang Cianjur

Tidak ada marka jalan Penyeberang jalan dan pejalan kaki Tidak ada lampu penerangan jalan Tidak ada rambu lalu lintas

Pemasangan rambu pengaturan kecepatan kendaraan Pemasangan marka jalan Melengkapi fasilitas penyeberangan Melengkapi fasilitas pejalan kaki Pemasangan lampu penerangan jalan Pemasangan rambu pengaturan kecepatan kendaraan Pemasangan marka jalan Melengkapi fasilitas penyeberangan Melengkapi fasilitas pejalan kaki Pemasangan lampu penerangan jalan

8

Simposium ke-6 FSTPT, Universitas Hasanudin Makassar, 4-5 September 2003 No. 6. Km (dari Bandung) 079+050 Kp. Cipendawa Nama Ja la n Jl. Ciawi - Cianjur Permasalahan Usulan Penanganan

Jalan menanjak, jari-jari tikungan Kecil (R=60) Kecepatan relatif tinggi pada arah menurun Tidak ada rambu lalu lintas Banyak penyeberang jalan Tidak ada lampu penerangan jalan Tidak ada marka jalan

7.

085+018

Jl. Ciawi - Cianjur

8.

087+050 Kp. Bondol

Jl. Ciawi - Cianjur

Jalan menurun (-11,8%), terdapat jembatan dan tanjakan (+7%) Kecepatan relatif tinggi pada arah menurun Tidak ada lampu penerangan jalan Tidak ada rambu lalu lintas Jari-jari tikungan Kecil (R=55), Jalan menurun (-12,8%) Tidak dilengkapi rambu lalu lintas, Jarak pandang terbatas (terhalang tebing) Tidak ada lampu penerangan jalan

Pemasangan cermin cembung pada tikungan tajam Pemasangan rambu pengaturan kecepatan kendaraan Melengkapi rambu-rambu yang diperlukan Melengkapi fasilitas penyeberangan yang aman Pemasangan marka jalan Pemasangan lampu penerangan jalan Melengkapi rambu tanda daerah turunan/tanjakan Pemasangan rambu pengaturan kecepatan kendaraan Pemasangan lampu penerangan jalan

9.

093+450 Kp. Gunung Mas

Jl. Ciawi - Cianjur

Jalan (7,5%)

menurun/tanjakan

10.

097+150 Kp. Sampay

Jl. Ciawi - Cianjur

Kecepatan relatif tinggi pada arah menurun Tidak ada rambu lalu lintas Tidak ada lampu penerangan jalan Jalan menikung dan menurun (-9,5%) dan terdapat jembatan lalu menanjak (+7,4%), Kecepatan relatif tinggi pada arah menurun Tidak ada rambu lalu lintas Lampu penerangan jalan tidak berfungsi

Pemasangan cermin cembung pada tikungan tajam Pemasangan guard-rall yang dilengkapi dengan reflektor penunjuk arah Melengkapi rambu tanda daerah turunan/tanjakan Pemasangan rambu pengaturan kecepatan kendaraan Pemasangan lampu penerangan jalan Melengkapi rambu tanda daerah turunan/tanjakan Pemasangan rambu pengaturan kecepatan kendaraan Pemasangan lampu penerangan jalan Melengkapi rambu tanda daerah turunan/tanjakan Pemasangan rambu pengaturan kecepatan kendaraan Pemasangan lampu penerangan jalan

9

Simposium ke-6 FSTPT, Universitas Hasanudin Makassar, 4-5 September 2003 No. 11. Km (dari Bandung) 103+150 Kp. Leuwi Malang Nama Ja la n Jl. Ciawi - Cianjur Permasalahan Usulan Penanganan

menurun, jembatan, (-13,9%)

Jalan terdapat

12.

163+700 Kp. Kandang Roda

Jl. Gandaria - Bogor

Kecepatan relatif tinggi pada arah menurun Tidak ada rambu lalu lintas Lampu penerangan jalan tidak berfungsi Jalan lurus. Kecepatan relatif tinggi pada arah menurun Banyak penyeberang dan pejalan kaki Parkir pada bahu jalan

Melengkapi rambu tanda daerah turunan/tanjakan Pemasangan rambu pengaturan kecepatan kendaraan Pemasangan lampu penerangan jalan

Pemasangan rambu pengaturan kecepatan kendaraan Pembuatan fasilitas penyeberangan dan pejalan kaki Pemasangan rambu peringatan dan marka jalan Pengaturan sistem parkir dan sistem penghentian kenda-raan umum

Sumber : Hasil Analisis, 2002

10

Simposium ke-6 FSTPT, Universitas Hasanudin Makassar, 4-5 September 2003

12. 13

KESIMPULAN Frekuensi kecelakaan pada jalan nasional Jakarta-Puncak-Bandung menurut hari cenderung terjadi pada hari kerja dibandingkan dengan hari libur. Sementara menurut waktu cenderung terjadi pada malam hari (Pk. 18.00 - 24.00). Kejadian kecelakaan menurut jumlah korban menunjukkan bahwa kecelakaan dengan korban luka berat dan meninggal dunia cenderung tinggi dalam prosentase ( > 30 %). Jenis kendaraan yang banyak terlibat adalah sepeda motor. Disini terlihat bahwa pengaruh lalu lintas lokal mempengaruhi jenis kendaraan yang terlibat. REKOMENDASI Pemasangan patok dan petunjuk kilometer di sepanjang ruas jalan nasional Jakarta Puncak Bandung. Usulan penanganan pada lokasi rawan kecelakaan seperti

diuraikan pada Tabel 3.1. Sosialisasi dan koordinasi antara instansi yang menangani kecelakaan lalu lintas agar dicapai pencatatan kecelakaan dengan format yang seragam dan berguna bagi pihak-pihak yang terkait.

DAFTAR PUSTAKA a. Departemen Pekerjaan Umum, 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). b. Hobbs F.D, 1979, Traffic Planning And Engineering , Pergamon Press c. Pignataro L.J, 1973, Traffic Engineering Theory and Practice, Prentice-Hall Inc, Englewood Cliffs, New Jersey.

11