amung proposal

Download Amung Proposal

If you can't read please download the document

Upload: jj-okto

Post on 07-Dec-2014

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

PENGARUH TYPE TWO TERHADAP

METODE KOOPERATIVE STAY TWO STRAY (TSTS) KEMAMPUAN MENULIS

NASKAH DRAMA PADA SISWA KELAS VIII SMPN 1 JIPUT TAHUN PELAJARAN 2012/2013I.

PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia, dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan potensi yang dimilikinya, mengubah tingkah laku ke arah yang lebih baik. Pendidikan juga dapat mencetak manusia menjadi sumber daya manusia yang handal dan terampil di bidangnya. Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Bakar (2008:11) bahwa: Pendidikan adalah daya upaya untuk memberi tuntunan pada segala kekuatan kodrat yang ada pada anakanak, agar mereka baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup lahir dan batin yang setinggi-tingginya. Pendidikan sebenarnya merupakan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks. Peristiwa tersebut merupakan suatu rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Selain itu dalam dunia pendidikan, proses belajar mengajar merupakan proses yang bisa diterapkan.

2

Mengajar dan belajar merupakan proses kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Proses belajar mengajar yang berkembang di kelas umumnya ditentukan oleh peran guru dan siswa sebagai individu-individu yang terlibat langsung di dalam proses tersebut. Prestasi belajar siswa itu sendiri sedikit banyak tergantung pada cara guru menyampaikan pelajaran pada anak didiknya. Oleh karena itu kemampuan serta kesiapan guru dalam mengajar memegang peranan penting bagi keberhasilan proses belajar mengajar pada siswa. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan antara prestasi belajar siswa dengan metode mengajar yang digunakan oleh guru. Pelajaran Bahasa Indoneisa dipelajari mulai dari awal masuk sekolah dasar sampai tingkat SMA bahkan sampai perguruan tinggi, dalam pelajaran bahasa Indonesia kebanyakla siswa menganggap bahwa pelajaran bahasa Indonesia itu mudah, pada umumnya tidak dianggap oleh siswa sebagai pelajaran yang sukar. Para siswa tidak pernah

mengategorikan sebagai momok seperti halnya pelajaran Matematika, Fisika, Bahasa Inggris, dan lain-lain. Tetapi pada kenyataannya, nilai hasil belajar menulis naskah drama pada mata pelajaran bahasa Indonesia tidak lebih baik dari mata pelajaran yang dianggap sukar. Permasalahan ini muncul bukan hanya karena kemampuan dan motivasi belajar siswa yang kurang, tetapi juga disebabkan oleh faktor lingkungan belajar yang kurang mendukung. Hal ini kreativitas guru bahasa Indonesia dalam mengelola pembelajaran mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

3

meningkatkan hasil belajar menulis naskah drama pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian awal yang dilakukan di kelas VIII SMPN 1 Jiput, menunjukkan bahwa nilai-nilai rata-rata ulangan harian mata pelajaran bahasa Indonesia belum mencapai hasil yang maksimal. Dari 135 siswa sebanyak 71 siswa tuntas dalam belajar, dan masih ada 62 siswa belum tuntas. Standart Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) yang ditetapkan di SMPN 1 Jiput untuk mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu 70. Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, guru sebagai pengelola pembelajaran harus mengemas pembelajaran yang efektif dan bermakna bagi siswa. Pembelajaran akan memiliki makna, jika pembelajaran yang dikemas guru dapat dinikmati oleh siswa dan dapat memotivasi siswa. Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari (Mulyasa, 2009: 38) Proses pengajaran yang baik, dapat menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dengan adanya komunikasi dua arah antara guru dengan peserta didik yang tidak hanya menekan pada apa yang dipelajari tetapi menekan bagaimana ia harus belajar. Salah satu alternatif untuk pengajaran tersebut adalah menggunakan model pembelajaran yang

bervariasi sehingga akan mengatasi kejenuhan siswa sehingga dapat

4

dikatakan bahwa model pembelajaran sangat berpengaruh terhadap tingkat pemahaman dan kemampuan siswa. Model pembelajaran yang tepat dapat memberikan motivasi belajar yang tinggi, dimana sangat berpengaruh sekali pada pembentukan jiwa anak. Motivasi belajar yang membangkitkan dan memberi arah pada dorongan yang menyebabkan individu melakukan perbuatan belajar. Guru dituntut untuk menguasai bermacam model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa. Dalam memilih model pembelajaran, kadar keaktifan siswa harus selalu diupayakan tercipta dan berjalan terus dengan menggunakan beragam model dan metode pembelajaran. Keaktifan siswa di kelas sangat diperlukan karena proses kerja sistem memori sangat membantu perkembangan emosional siswa. Dengan model belajar aktif, siswa akan mampu memecahkan masalahnya sendiri, yang paling penting melakukan tugasnya sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki. Persoalannya bagaimana mengaktifkan siswa agar secara sukarela tumbuh kesadaran mau dan senang belajar, guru harus mempunyai strategi yang baik supaya pendidikan dan pengajaran yang disampaikan memperoleh respon positif, menarik perhatian, dapat dikembangkan dan terimplementasi dalam sikap yang positif pula. Untuk mencapainya,

seorang guru harus dapat memilih model pembelajaran yang menarik

5

karena model pembelajaran yang biasa diterapkan monoton hanya terfokus pada materi saja. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran dalam kelas, banyak faktor yang harus dipertimbangkan diantaranya yaitu dalam hal penyampaian materi dari sumber melalui saluran atau media tertentu ke penerimaan siswa, sedangkan model pembelajaran yang digunakan di sekolah dirasakan masih kurang menciptakan suasana kondusif dan siswa terkesan pasif. Hanya mendengarkan penjelasan guru tanpa ada respon dari siswa, sehingga yang diketahui siswa hanya tersimpan dalam memori saja, tidak diungkapkan. Penyebab dari kepasifan siswa di kelas yaitu takut salah atau tidak percaya diri dan siswa cenderung malu mengungkapkan pendapatnya. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh seorang guru guna lebih mengaktifkan belajar siswa di kelas yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative type Two Stay Two Stray. Strategi ini dapat diterapkan pada pembelajaran Bahasa Indonesia untuk mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan dan diketahui siswa dengan membagikan bahan ajar yang lengkap. Dalam strategi ini, siswa dibagi secara kelompok, siswa dapat mendiskusikan dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat orang, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain kelompok lain, dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka, tamu mohon diri dan

6

kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain, kelompok mencocokkan dan membahas hasilhasil kerja mereka, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka. Berpijak pada uraian latar belakang di atas, maka perlu kiranya diadakan suatu penelitian pendidikan. Dalam hal ini, penulis ingin mengangkat satu judul yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi saat ini, yaitu: Pengaruh Metode Cooperative Type Two Stay Two Stray (TSTS) Terhadap Kemampuan Menulis Naskah Drama Pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Jiput Tahun Pelajaran 2012/2013.B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:1. Kurangnya keaktifan siswa di dalam kelas, karena secara umum guru

masih menggunakan metode pembelajaran satu arah.2. Penggunaan metode belajar mengajar saat ini belum dilaksanakan

secara maksimal, kecendrungan penggunaan metode konvensional masih sangat mendominasi dalam proses belajar mengajar.3. Pemilihan model pembelajaran yang kurang tepat. C. Batasan Masalah

7

Agar masalah yang dikaji lebih fokus dan terarah maka penulis membatasi masalah-masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:1. Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray

Pada pelajaran Bahasa Indoseia pokok bahasan menulis naskah drama di Kelas VIII SMPN Jiput2. Kemampuan siswa dalam menulis naskah drama di Kelas VIII SMPN

JiputD. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas maka dapat dikemukakan beberapa permasalahan sebagai berikut:1. Bagaimana efektifitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Two Stay Two Stray Pada pelajaran Bahasa Indoseia pokok bahasan menulis naskah drama di Kelas VIII SMPN 1 Jiput?2. Bagaimana pengaruh pembelajaran Model kooperatif tipe Two Stay

Two Stray terhadap kemampuan menulis naskah drama pada siswa kelas VIII SMPN 1 Jiput?E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

8

1. Untuk

mengetahui

efektifitas

penerapan

model

pembelajaran

kooperatif tipe Two Stay Two Stray Pada pelajaran Bahasa Indoseia pokok bahasan menulis naskah drama di Kelas VIII SMPN 1 Jiput2. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran Model kooperatif tipe Two

Stay Two Stray terhadap kemampuan menulis naskah drama pada siswa kelas VIII SMPN 1 JiputF. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa a. Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa

lebih termotivasi dalam belajar.b. Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia sehingga iklim kelas menjadi kondusif.c. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis naskah drama . 2. Bagi Guru a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dalam pemilihan

model pembelajaran dalam mengajar sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran (khususnya performace guru dalam kelas).b. Memberi masukan pada guru agar lebih memperhatikan masalah-

masalah yang terkait dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan mutu proses belajar mengajar

9

3. Bagi Sekolah a. Meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai

upaya pemenuhan standar proses pada delapan Standar Nasional Pendidikan sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005.b. Feed back bagi sekolah dalam upaya pengembangan kualitas

pembelajaran di sekolah.II. KERANGKA

TEORI,

KERANGKA

BERFIKIR,

HIPOTESIS

PENELITIANA. Kerangka Teori 1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata belajar merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Menurut Benny (2009:6) Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar memiliki kompetensi berupa

keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan. Belajar juga dapat dipandang sebagai sebuah proses elaborasi dalam upaya pencarian makna yang dilakukan oleh individu. Proses belajar pada dasarnya dilakukan untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensi personal.

10

Sedangkan menurut Muhibin (2009:68) belajar dapat dipahami sebagai tahapan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sehubungan dengan pengertian ini perlu diutarakan sekali lagi bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan fisik, keadaan mabuk, lelah, dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai proses belajar. Dalam belajar siswa akan mengalami proses perubahan tingkah laku baik itu perubahan kognitif, afektif maupun

psikomotorik. Slameto (2010:2) mengemukakan Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi dalam hal ini banyak sekali, dan tentunya tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses untuk memahami, mengerti, dan menelaah hal-hal yang baru maupun yang sudah ada dari interaksi dengan lingkungan dan orang-orang di sekitar sehingga dapat memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai 8 yang ditandai dengan terjadinya perubahan mental dan perilaku dalam diri seseorang2. Hakikat Belajar

11

Pada pembahasan terdahulu telah dibahas mengenai pengertian belajar. Pada bagian ini akan dibicarakan masalah hakikat belajar. Hakikat belajar ini sangat penting diketahui untuk dijadikan pegangan secara mendalam masalah belajar. Dari sejumlah pengertian belajar yang telah diuraikan, ada kata yang sangat penting untuk dibahas, yakni kata perubahan. Perubahan yang dimaksudkan tentu saja perubahan yang sesuai dengan perubahan yang dikehendaki oleh pengertian belajar. Oleh karena itu, seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan dikhir dari aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan dalam dirinya dengan pemilikan pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar. Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa hakikat belajar adalah perubahan dan tidak setiap perubahan adalah sebagai hasil belajar (Djamarah,2011:14).

3. Metode Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray

Salah satu teknik atau metode pembelajaran kooperatif adalah metode Two Stay Two Stray. Model pembelajaran Two Stay Two Stray ini dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Struktur Two Stay Two Stray memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar menagajar yang diwarnai dengan

12

kegiatan-kegiatan

individu.

Siswa

bekerja

sendiri

dan

tidak

diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama lain. Pembagian kelompok dalam pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray memperhatikan kemampuan akademis siswa. Guru membuat kelompok yang heterogen dengan alasan memberi kesempatan siswa untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling mendukung, meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, etnik dan gender serta memudahkan pengelolaah kelas karena masing-masing kelompok memiliki siswa yang berkemampuan tinggi, yang dapat membantu teman lainnya dalam memecahkan suatu permasalahan dalam kelompok. Langkah-langkah metode pembelajaran Two Stay Two Stray (Huda, 141) adalah sebagai berikut; (1) Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah empat orang siswa; (2) Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan

kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok lain; (3) Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka; (4) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain dan; (5) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka

13

Pembelajaran kooperatif metode Two Stay Two Stray terdiri dari 5 tahapan yaitu; (1) Persiapan: Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), sistem penilaian, menyiapkan hand out dan membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan setiap anggota kelompok harus heterogen dalam jenis kelamin dan prestasi akademik siswa; (2)Presentasi Guru: Pada tahap ini, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan materi sesuai dengan RPP yang telah dibuat sebelumnya; (3) Kegiatan Kelompok: Dalam kegiatan ini, pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam kelompok kecil yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesaikan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Masing-masing siswa boleh mengajukan pertanyaan dan mengajukan pertanyaan dari temannya. Kemudian dua dari empat anggota masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain, sementara dua anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu

14

mereka. Setelah memperoleh informasi dari dua anggota yang tinggal, tamu mohon didri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya dari kelompok lain tadi serta mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka; (4) Presentasi Kelompok: Setelah belajar dengan kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan, salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan dan didiskusikan dengan kelompok lainnya. Dalam hal ini masing-masing siswa boleh mengajukan pertanyaan dan memberikan tanggapan kepada kelompok yang sedang mempresentasikan hasil diskusinya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan diskusi siswa ke bentuk formal; (5) Evaluasi Kelompok dan Penghargaan: Pada tahap evaluasi ini, untuk mengertahui seberapa besar kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diberikan dapat dilihat dari seberapa banyak pertanyaan yang diajukan dan ketetapan jawaban yang diberikan, kemudian dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan nilai rata-rata tertinggi. Adapun kelebihan dan kekurang teknik two stay-two stray adalah sebagai berikut: Kelemahan teknik two stay two stray; 1. diperlukan waktu yang cukup lama untuk melakukan diskusi; 2. seperti kelompok biasa, siswa yang pandai menguasai jalannya diskusi, sehingga siswa yang kurang pandai memiliki kesempatan yang sedikit untuk mengeluarkan

15

pendapatnya; 3. yang tidak terbiasa belajar kelompok merasa asing dan sulit untuk bekerjasama. Kelebihan teknik two stay two stray; 1. memberikan kesempatan terhadap siswa untuk menentukan konsep sendiri dengan cara memecahkan masalah; 2. memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan kreatifitas dalam melakukan komunikasi dengan tema sekelompoknya; 3. membiasakan siswa untuk bersikap terbuka terhadap teman; 4. meningkatkan motivasi belajar siswa; dan 5. membantu guru dalam pencapaian pembelajaran, karena langkah pembelajaran kooperatif mudah diterapkan di sekolah.4. Kemampuan Menulis naskah drama

Kemampuan berasal dari kata mampu yang menurut kamus bahasa Indonesia mampu adalah sanggup. Jadi kemampuan adalah sebagai keterampilan (skiil) yang dimiliki seseorang untuk dapat menyelesaikan suatu Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Tarigan, 2008: 21). Djibran (2008: 17) menyatakan bahwa menulis adalah mengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman, dan hasil bacaan dalam bentuk tulisan, bukan dalam bentuk tutur.

16

Menulis menurut Gie (2002: 3) diistilahkan mengarang, yaitu segenap rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami. Dalam kehidupan modern ini jelas bahwa keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Menulis dipergunakan sesorang untuk mencatat atau merekam, meyakinkan, melaporkan atau memberitahukan, dan mempengaruhi orang lain. Maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas, kejelasan ini tergantung pada pikiran, organisasi, dan pemakaian katakata yang jelas dan baik. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis drama adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengungkapkan ide, gagasan atau buah pikiran untuk naskah drama melalui tulisan. Buah pikiran tersebut dapat berupa pendapat, pengetahuan, pengalaman, keinginan, atau pun perasaan seseorang. Menulis tidak hanya mengungkapkan gagasan melalui bahasa tulis melalui media bahasa tulis saja tetapi meramu tulisan tersebut agar dapat dipahami pembaca.B. Kerangka Berfikir

Belajar mengajar sebagai statu sistem intruksional mengacu lepada pengertian sebagai seperangkat komponen yang saling bergantung satu

17

sama lain untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran seorang guru memperhatikan komponen-komponen yang berhubungan dengan pembelajaran. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku bersifat pengalaman dan latihan. Proses belajar akan berjalan baik apabila proses penyampaian dilakukan baik pula. Metode pembelajaran adalah salah satu komponen yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Pendidikan Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah. Tak heran apabila mata pelajaran ini kemudian diberikan sejak masih di bangku SD hingga lulus SMA. Dari situ diharapkan siswa mampu menguasai, memahami dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa. Seperti membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Kemudian pada saat SMP dan SMA siswa juga mulai dikenalkan pada dunia kesastraan. Dimana

dititikberatkan pada tata bahasa, ilmu bahasa, dan berbagai apresiasi sastra Di dalam menulis naskah drama untuk siswa SMP membutuhkan latihan yang cukup. Karena itu, jika metode Cooperative type Two Stay Two Stray digunakan dalam pembelajaran menulis naskag, maka akan lebih banyak latihan dilakukan oleh siswa. Karena itu diduga terdapat pengaruh metode Cooperative type Two Stay Two Stray terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia pokok bahasan menulis naskah drama.

18

Metode pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two tray merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerjasama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah dan saling mendorong untuk berprestasi. Metode ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik. Dengan demikian metode kooperatif tipe Two Stay Two tray dapat merangsang kreativitas siswa untuk berpikir dan melatih dalam menulis naskah drama.C. Hipotesis Penelitian.

Berdasarkan landasan teori dan uraian sebelumnya maka dapat ditarik suatu hipotesis sebagai berikut : Metode kooperatif tipe Two Stay Two tray berpengaruh positif secara signifikan terhadap kemampuan menulis drama siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jiput tahun pelajaran 2012/2013.III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Semester II tahun 2012/2013 mulai dari bulan Maret sampai dengan Juni 2013.

2. Tempat Penelitian

19

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Jiput Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten tahun 2013. yang beralamat di Jl Raya Jiput km 3 Kiput Pandeglang. B. Populasi dan sampel. 1. Populasi Menurut Arikunto (2002;108) populasi adalah keseluruhan objek dalam penelitian. Sedangkan menurut Usman dan Akbar (1995;43) populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas. Populasi juga merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005;55). Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jiput. 2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002:109). Sementara pendapat lainnya mengatakan bahwa sampel adalah bagian dari kelompok besar (Ali, 1993 : 45). Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2005;56). Sampel dari penelitian ini adalah kelas VIII A dan kelas VIII B.

20

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling artinya teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2005;57). Perlakuan terhadap sampel adalah sebagai berikut : dipilih satu kelas sebagai kelas eksperimen, yaitu kelas VIII A yang berjumlah 30 siswa dan kelas kontrol, yaitu kelas VIII B yang berjumlah 30 siswa. Jadi jumlah keseluruhan sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 60 orang. C. Instrumen Penelitian Instrumen utama penelitian ini adalah soal tes. Soal tes digunakan terhadap siswa untuk memperoleh data hasil belajar Bahasa Indonesia. 1. Definisi konseptual yaitu hasil belajar Bahasa Indonesia dalam penelitian ini adalah kemampuan belajar siswa setelah mempelajari pokok bahasan menulis naskah drama. 2. Definisi operasional yang dimaksud hasil belajar bahasa Indonesia dalam penelitian ini adalah skor nilai hasil ulangan harian pada pokok bahasan menulis naskah drama. 3. Uji Validitas Sebelum data dianalisis dengan menggunakan rumus uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji validitas. Hal ini dilakukan agar instrumen yang penulis gunakan bersifat valid/sah. Uji validitas ini

21

dengan menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar (Arikunto, 2007:72):N XY ( X ) ( Y )

r xy =

{ N X 2 ( X 2 } {N Y 2 ( Y ) 2 }

Keterangan : rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan. 4. Uji Reliabilitas Setelah dilakukan uji validitas kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji reliabilitas untuk mengukur sejauhmana keterandalan atau keajegan dari instrumen penelitian tersebut. Uji reliabilitas untuk soal tes isian singkat penulis menggunakan rumus Alpha sebagai berikut : n r11 = (n 1) 12 1 12

Keterangan : r11 = reliabilitas yang dicari n = jumlah item = jumlah varians skor tiap-tiap item (Arikunto, 2007 : 109) 12

12 = varians total

C. Teknik Analisis Data1. Uji Normalitas

Dalam penelitian ini penulis juga melakukan uji normalitas dan homogenitas data. Kedua uji analisis ini merupakan uji persyaratan

22

untuk melakukan uji hipotesis. Adapun rumus yang digunakan dalam perhitungan normalitas data adalah dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat (x2), yaitu : x2 = i =l k

(Oi Ei ) 2 Ee

Keterangan : X2 = Chi Kuadrat Oi = Frekuansi yang diobservasi (frekuensi empiris) Ei = frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis) (Sujana, 2002 : 132)2. Uji Homogenitas

Sedangkan untuk menguji homogenitas digunakan rumus dari Fisher, yaitu :

F=

1 S2 2 S2

Keterangan : F = Homogenitas yang dicari S1 S2 = Varian skor kelas eksperimen = Varian skor kelas kontrol Kriteria uji homogenitas sebagai berikut :

23

Jika Fh Ft 1 % maka harga Fo yang diperoleh sangat signifikan Jika Fh Ft 5 % maka harga Fo yang diperoleh signifikan Jika Fh > Ft 5 % maka harga Fo yang diperoleh tidak signifikan (Arikunto, 2002 : 293)3. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis dilakukan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : a. Jika data berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji dengan menggunakan statistik parametrik dengan langkah langkahlangkah sebagai berikut : Mencari standar deviasi gabungan (n1 1)v1 + (n2 1)v 2 n1 + n2 2

dsg =

(Endi

Nugrana,

1985:25) Mencari nilai t hitung t= x1 x2 1 1 dsg + n1 n2

(Endi Nugrana, 1985:25)

Dengan kriteria : Jika thitung

berada pada interval tabel < t hitung < ttabel, maka

hipotesis nol diterima Jika thitung

berada diluar interval tabel < t hitung < ttabel, maka

hipotesis alternatif diterima

24

b. Jika salah satu atau kedua distribusi tersebut tidak normal, langkah selanjutnya menggunakan statistik non parametrik, dalam hal ini tes Wilcoxon dengan langkah-langkah sebagai berikut : Membuat daftar rank Menentukan nilai W, dengan rumus :W = n(n + 1) x (n + 1)(2n + 1) 4 24 (Endi Nugrana, 1985:29)

-

Menentukan nilai W dari daftar, dengan kriteria : Jika W W (n), maka kedua perlakuan berbeda Jika W W (n), maka kedua perlakuan tidak berbeda

c. Jika kedua distribusi tersebut normal tetapi variansnya tidak homogen, dilanjutkan dengan tes, dengan langkah-langkah sebagai berikut : Mencari nilai t dengan rumus : t' ' = X1 X 2 V1 V2 + n2 n2

(Endi Nugrana, 1985:27-31)

-

Menghitung milai kritis t dan pengujian hipotesis dengan rumus :nkt = W1t1 + W2t2 W1 + W2

(Endi Nugrana, 1985:25)

Dengan kriteria D. Hipotesis Statistik

1 = 2

25

1 = 2

Hipotesis statistik yang diuji dalam penelitian ini adalah :

1 > 21 > 2

Ho H1:

:

DAFTAR PUSTAKA Anonim., (2012), Ekosistem, http://id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem, tanggal akses 25 Februari 2012. Arikunto, S., (2011), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Penerbit: Rineka Cipta, Jakarta. Bakar, Rosdiana A., (2008), Pendidikan Suatu Pengantar. Penerbit Citapustaka Media, Bandung. Benny A., (2009) Model Desain Sistem Pembelajaran, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri., (2011), Psikoligi Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Gordon, T., (1997), Guru yang Efektif:Cara untuk mengatasi kesulitan Dalam Kelas, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta. Rustaman, N.Y., (2003), Strategi Belajar Mengajar, UPI, Bandung. Slameto., (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rhineka Cipta, Jakarta. Sudjana., (2005), Metode Statistik, Tarsito, Bandung. Syah, Muhibin., (2009), Psikologi Belajar, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta..