nindhirarasthi.files.wordpress.com · web viewteknik yang digunakan dalam pembuatan keranjang duren...
Post on 30-Aug-2020
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Keranjang Duren, Satu Lagi Tambahan Nilai Plus Untuk
Madura
Indonesia merupakan negara yang indah nan kaya akan budaya. Begitu banyak
kearifan lokal dan kearifan budaya yang terpatri dalam bumi Indonesia. Kekayaan Indonesia
begitu lengkap dengan budaya dan keterampilan serta kerajinan-kerajinan yang luar biasa.
Dari jejeran pulau di Indonesia, ada satu pulau yang memiliki kerajinan unik dan menawan,
tapi malah mulai ditinggalkan. Yaitu, Madura. Ujung timur pulau Madura, Sumenep. Di
Batang-Batang (salah satu kecamatan di Sumenep) banyak penduduk yang
bermatapencaharian sebagai seorang pengrajin “Keranjang Duren”. Keranjang cantik yang
memiliki nilai seni tinggi.
Pada kesempatan kali ini, kami akan menceritakan bagaimana serunya belajar
membuat keranjang duren dan bagaimana indahnya keranjang duren.
Senin, 21 Maret 2015, kami melakukan perjalanan Study Tour yang sangattt
menyenangkan. Dimulai dengan makan pagi bersama yang penuh canda dan tawa. Lalu, kami
memulai perjalanan dengan iringan musik karaoke. Sekitar 1,5 jam kami melakukan
perjalanan, saat sudah mulai memasuki kawasan desa, pemandangan indah tersuguh di depan
mata. Hamparan sawah yang dipenuhi padi serta pepohonan besar di sisi jalan menjadi kawan
setia perjalanan kami.
Setelah selesai dari tempat tujuan pertama, kami menuju balai desa yang menjadi
tempat tujuan kedua kami. Nah, di sinilah kami belajar membuat keranjang duren. Dengan
oleh-oleh sekotak roti, kami turun dengan senyum dari bis memasuki balai desa. Di sana,
sudah ada bapak Mistur yang akan menjadi narasumber kami. Beliau adalah salah satu
pengrajin keranjang duren di desa tersebut.
Keranjang duren merupakan keranjang yang menggunakan daun lontar yang telah
diwarnai dan dikeringkan. Pada kunjungan kami saat itu, Tour gaet kami menjelaskan bahwa
bahan-bahan membuat keranjang duren sangatlah sederhana. Hanya membutuhkan daun
lontar dan pewarna. Alat-alat yang dibutuhkan pun hanya pisau. Yang terpenting dalam
membuat keranjang duren adalah kemauan dan kelihaian tangan.
Tahap pertama adalah mengambil daun lontar/siwalan atau kata orang Madura daun
ta’al yang masih muda. Kenapa menggunakan daun yang masih muda? Karena, daun yang
masih muda akan lebih lentur dan mudah dibentuk. Daun yang sudah tua akan kaku dan sulit
untuk dibentuk. Lalu, daun yang telah diambil dijemur hingga kering. Biasanya, jika musim
kemarau hanya memerlukan waktu sehari untuk proses penjemuran dan saat musim
penghujan memerlukan waktu hingga dua atau tiga hari. Keuntungan menjemur di musim
kemarau selain waktu yang lebih cepat adalah, warna daun yang dijemur akan lebih bagus.
Setelah penjemuran, daun diwarnai atau diberi kesumba. Biasanya, warna yang digunakan
adalah warna merah dan hijau. Pemilihan warna tersebut dirasa paling pas dan paling bagus
untuk pembuatan keranjang duren. setelah pewarnaan ini, daun dijemur kembali.
Teknik yang digunakan dalam pembuatan keranjang duren ini, kami beri nama anyam
tanduk di mana daun lontar diselipkan pada lidi lalu dilipat ke atas, ditekan, lalu dilipat
kembali ke bawah, dan dilakukan secara terus-menerus secara berputar hingga membentuk
lingkaran yang luas, setelah dirasa cukup dibentuk menyerupai duren, saatnya membuat tutup
keranjang dengan teknik yang sama seperti membuat badan keranjang, dan jangan lupa
membuat pegangan untuk keranjang. Keranjang duren, selesai!
Di balai desa tersebut, awalnya kami mendengarkan terlebih dahulu penjelasan Tour
guide kami, lalu melihat kelihaian Pak Mistur dalam membuat keranjang duren. Nah, baru
kami mencoba untuk membuat keranjang duren. dan, Perlu diingat, membuat keranjang duren
itu tidak semudah kelihatannya! Perlu ketelitian dan kesabaran dalam membuatnya.
Sambil belajar, sesekali kami bercengkrama dengan Pak Mistur dan Tour guide kami.
Dalam perbincangan ini, kami memperoleh informasi bahwa ternyata usaha pembuatan
keranjang duren ini sudah ada sejak dulu. Jauh sebelum ada revolusi industri yang
mendorong gerakan imperialis. Keranjang duren ini sudah digunakan sebelum ada kantong
plastik dan jenis tas-tas lainnya. Usaha ini sudah ada sejak zaman Belanda dan merupakan
usaha turun-temurun di desa tersebut. Keranjang duren biasa digunakan untuk tempat kue
atau jajanan, tempat makanan saat pengajian, atau sebagai suvenir. Harganya pun sangat
murah. Ukuran kecil hanya Rp. 3000, ukuran sedang Rp. 5000, dan ukuran besar seharga Rp.
7.000. Tapi, bentuk keranjang duren ini bukan hanya berbentuk lingkaran. Bisa juga
berbentuk mobil atau bentuk apapun sesuai pesanan. Jadi, harga juga dipengaruhi oleh
kerumitan pembuatan.
Sayangnya, keranjang duren ini sudah mulai ditinggalkan.karena dianggap sudah
kalah praktis dibandingkan tempat/keranjang lain. Anggapan-anggapan seperti inilah yang
membuat posisi keranjang duren mulai tergeser. Kerajinan yang menjadi salah satu kearifan
budaya Madura ini mulai terlupakan atau bisa dikatakan memang sengaja ditinggalkan.
Banyak masyarakat yang sudah tidak memiliki rasa ketertarikan lagi terhadap keranjang
duren. Padahal, keranjang duren bisa diangkat sebagai salah satu ikon Madura khusunya
daerah Sumenep. Keranjang duren bisa menambah income bagi masyarakat yang berprofesi
sebagai pengrajinnya.
Memang, proses pembuatan yang cukup rumit serta pemasaran yang begitu-begitu
saja menjadi salah satu faktor yang membuat keranjang duren mulai terlupakan.
Pemasarannya saja hanya di wilayah itu-itu saja, pembuatan keranjang duren juga hanya
dibuat saat ada pesanan. Jadi, keranjang duren makin kalah nilai jualnya.
Sangat disayangkan, keranjang duren yang menarik, unik, dan merupakan kearifan
lokal malah ditinggalkan. Satu kekayaan budaya Madura malah terlupakan. Dan malah
tergantikan oleh tempat-tempat atau keranjang modern yang tidak memiliki unsur budaya di
dalamnya.
Kita sebagai pelajar harusnya mempertahankan dan melestarikan kebudayaan yang
telah kita miliki, dan juga dengan kekayaan berupa budaya ini kita lebih bangga dan cinta
terhadap produk dalam negeri, dan jangan terlalu tergantung terhadap produk-produk luar
negeri. Karena kita tahu sendiri dengan kemajuan teknologi serta arus globalisasi yang
semakin hari menjadi racun bagi masyarakat Indonesia sehingga budaya yang telah kita
miliki lebih mudah tergantikan dengan gaya hidup orang barat.
Dan perjalanan ini kami tutup dengan melewati senja di bumi sumekar. Dengan
hamparan padi dan langit Jingga di perjalanan. Serta hembusan angin yang selalu terbersit
dalam memori. Detik yang telah berlalu pada perjalanan ini, menjadi catatan sejarah yang
melekat dalam hati. Semoga, tulisan ini menjadi inspirasi bagi kita semua, anak bangsa
Indonesia.
top related