vi. pfefferkorn
Post on 14-Jul-2016
259 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Laboratorium Teknologi Silikat FT-UMJ
LAPORAN PRAKTIKUM MODUL 6
PENENTUAN PLASTISITAS DENGAN ALAT PFEFFERKORN
I. Prinsip Percobaan
1. Menurut Pfefferkorn, plastisitas dari clay ditentukan oleh angka kompresi dari
sampel clay yang dijatuhi pemberat. Sampel mempunyai ukuran tertentu dengan
kadar air yang berbeda-beda. Koefisien plastisitas adalah persen kadar air dalam
sampel yang dikompresi menjadi 30 % ketinggian awal.
2. Membuat kurva antara a = ho/h1 (ho= ketinggian sampel sebelum uji, h1=
ketinggian sampel setelah uji) terhadap kadar air. Dimana a sebagai absis (sumbu x)
dan kadar air sebagai ordinat (sumbu y).
3. Koefisien plastisitas diperoleh dengan menarik garis dari a = 3.3 vertikal
keatas memotong grafik lalu ditarik garis horizontal kekiri sehingga didapat
kadar air di sumbu y yang merupakan angka plastisitas.
a. Jika a < 2,5, sampel clay sulit digunakan karena terlalu kering
b. Jika 2,5 < a < 4, clay termasuk grup yang memiliki deformabiliti baik
c. Jika a > 4, clay mulai menjadi sticky (lengket)
II. Tujuan dan Sasaran Percobaan
1. Untuk menentukan plastisitas clay dengan menggunakan Pfefferkorn.
2. Untuk memilih clay dengan plastisitas yang baik untuk tiap-tiap jenis bodi
keramik.
Misalnya clay untuk sanitary ware harus mempunyai plastisitas yang lebih tinggi
daripada clay untuk table ware atau WT dan FT. Dengan demikian, percobaan ini
juga bertujuan menentukan jenis clay yang tidak dapat dipakai untuk jenis bodi
tertentu.
VI - 1
III. Alat dan Bahan Percobaan
1. Alat
a. Cetakan metal untuk membuat sampel silinder
b. Diameter 33 mm dan tinggi 40 mm.
c. Saringan 0,4 mm
d. Alat Pfefferkorn
2. Bahan:
a. Clay/Lempung/bodi keramik
b. Air
IV. Teori Percobaan
Keplastisan adalah sifat yang memungkinkan lempung basah dapat diberi bentuk
tanpa retak-retak dan bentuk tesebut akan tetap tinggal setelah gaya pembentuk dihilangkan.
Sifat ini memungkinkan lempung untuk dapat diberi bentuk menurut keinginan. Lempung
menunjukkan derajat keplastisan yang berbeda-beda.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keplastisan adalah:
1. Pengaruh air bahan-bahan padat dan gejala koloid yang menyertai
2. Ukuran dan komposisi partikel-partikel padat
3. Bentuk partikel-partikel padat dan struktur dalamnya
4. Keadaan agregasi partikel padat
5. Jumlah luas permukaan partikel padat dan tarik menarik inter partikel
6. Adanya bahan lain yang dapat mempengaruhi sifat-sifat partikel
7. Orientasi partikel-partikel di dalam masa
Di dalam pembuatan bahan keramik, keplatisan merupakan faktor yang sangat
penting karena akan sangat menunjang proses pembentukan serta proses yang mengikuti
sehingga perlu dilakukan usaha-usaha peningkatan keplastisan. Usaha-usaha tersebut antara
lain:
1. Mencari kadar air optimum
2. Pencampuran yang lebih sempurna antara lempung dan air
3. Menghilangkan atau mengurangi bahan-bahan non plastis dari lempung
VI - 2
4. Menambahkan flokulan kedalam bahan lempung
5. Menambahkan bahan-bahan koloid
6. Proses penggilingan yang lebih baik
7. Menghalau udara yang terperangkap di dalam lempung dengan vakum
8. Mengembangkan kondisi thexotrofi dalam lempung
9. Melakukan aging atau souring
Angka Keplastisan dapat dicari dengan menggunakan rumus:
a = ho/h1
dimana:
ho = ketinggian sampel sebelum uji
h1 = ketinggian sampel setelah dijatuhi pemberat
Kebasahan clay sampel yang dipakai antara 22–31 %. Apabila angka a makin
tinggi, berarti clay makin plastis. Koefisien plastisitas adalah persen kadar air dalam sampel
yang dikompressi menjadi 30 % dari ketinggian awal.
Gambar 6.1 Alat Pfefferkorn
V. Prosedur Percobaan
1. Pembuatan sampel
a. Clay/lempung diaduk dengan air sampai menjadi slip kemudian disaring
dengan saringan 0.4 mm.
b. Slip dituang dalam Slab gips untuk mengurangi kadar air.
c. Clay dicetak dalam mold dengan 4 kadar air yang terletak antara 23-27 %.
VI - 3
d. Masing-masing sampel basah dengan persentasi tertentu tersebut ditimbang
untuk mengetahui kadar kebasahannya.
e. Dilakukan uji keplastisan untuk 4 jenis clay.
f. Setelah dites, sampel dikeringkan 110oC sampai berat konstan dan ditimbang
kemudian dihitung kadar air masing-masing.
2. Penggunaan Alat Pfefferkorn
a. Mold diberi minyak agar sampel clay tidak lengket.
b. Sampel dicetak lalu dikeluarkan dari mold.
c. Sampel kemudian diletakkan pada pusat plate bawah.
d. Tarik kunci pemberat sehingga pemberat menimpa sampel.
e. Baca ketinggian sampel setelah dilakukan tes lalu dibandingkan dengan
ketinggian sebelum tes.
f. Tes dilakukan minimal 4 kali dengan kebasahan berbeda antara 23-27 %.
VI. Data dan Perhitungan
1. Perhitungan untuk Clay B
a. Menghitung % kebasahan
i. Bobot cawan kosong = 68.077 gram
ii. Bobot cawan + sampel = 78.159 gram
iii. Bobot cawan+ sampel setelah dioven = 77.951 gram
iv. % kebasahan =
b. Komposisi clay B
i. 23% = 150.649 gram
ii. 25% = 150.066 gram
iii. 27% = 150.059 gram
c. Komposisi air
i. 23% =
ii. 25% =
iii. 27% =
d. Menghitung berat kering dengan % kebasahan
i. 23% =
Berat kering = (150.649 – 3.088)gr = 147.561 gr
ii. 25% =
Berat kering = (150.066 – 3.076)gr = 146.990 gr
iii. 27% =
Berat kering = (150.059 – 3.076)gr = 146.983 gr
e. Menghitung penambahan air
i. 23% =
Penambahan air = (44.076 – 3.088)gr = 40.988 gr
ii. 25% =
Penambahan air = (48.992 – 3.076)gr = 45.915 gr
iii. 27% =
Penambahan air = (54.369 – 3.076)gr = 51.293 gr
f. Tinggi sebelum diuji dan berat sebelum dioven
Tinggi (cm) Berat (gram)
23% 2.26 36.443
2.26 35.727
2.032 35.314
VI - 4
2.083 33.766
2.416 38.907
25%
1.529 24.024
1.242 19.823
1.690 25.547
1.840 28.478
1.898
28.206
3.218 50.527
27%
2.198 3.527
2.010 28.781
1.867 22.700
2.311 35.174
2.500 37.252
g. Tinggi setelah diuji dan berat setelah dioven
Tinggi (cm) Berat (gram)
23%
1.052 28.4
1.436 28.7
0.998 26.1
0.870 26.2
1.128 30.5
25% 0.454 18.0
VI - 5
0.366 14.8
0.581 18.0
0.626 21.6
0.538 21.4
1.680 38.0
27%
0.502 28.1
- -
- -
0.414
24.3
0.376 21.6
h. Menghitung plastisitas
w =
a =
w A
23%
VI - 6
25%
27%
- -
- -
VI - 7
2. Perhitungan untuk kaolin
a. Menghitung % kebasahan
i. Bobot cawan kosong = 68.737 gram
ii. Bobot cawan + sampel = 78.807 gram
iii. Bobot cawan+ sampel setelah dioven = 78.728 gram
iv. % kebasahan =
b. Komposisi kaolin
i. 23% = 150.992 gram
ii. 25% = 150.247 gram
iii. 27% = 150.572 gram
c. Komposisi air
i. 23% =
ii. 25% =
iii. 27% =
d. Menghitung berat kering dengan % kebasahan
i. 23% =
Berat kering = (150.992 – 1.178)gr = 149.814 gr
ii. 25% =
Berat kering = (150.247 – 1.172)gr = 149.075 gr
iii. 27% =
Berat kering = (150.572 – 1.174)gr = 149.398 gr
e. Menghitung penambahan air
VI - 8
i. 23% =
Penambahan air = (44.749 – 1.178)gr = 43.571 gr
ii. 25% =
Penambahan air = (49.687 – 1.172)gr = 48.515 gr
iii. 27% =
Penambahan air = (55.262 – 1.174)gr = 54.088 gr
f. Tinggi sebelum diuji dan berat sebelum dioven
Tinggi (cm) Berat (gram)
23%
1.557 20.476
1.942 22.648
1.611 21.115
1.682 22.314
1.620 20.565
1.756 21.991
25%
1.318 16.257
1.031 11.836
1.196 13.236
1.192 15.027
1.126 13.769
1.327 14.867
27% 1.692 23.141
1.712
22.687
2.140 26.109
2.008 28.116
2.164 29.460
2.044 28.490
g. Tinggi setelah diuji dan berat setelah dioven
Tinggi (cm) Berat (gram)
23%
1.310 12.3
1.362 9.0
1.322 11.0
- 17.2
1.240 8.9
- 17.0
25%
0.940 7.2
0.976 8.9
1.180 9.9
0.976 9.6
0.846 8.0
0.856 7.2
27% 1.334 11.7
VI - 9
1.396 16.6
1.556 17.9
1.638 20.6
1.716
21.5
1.654 20.8
h. Menghitung plastisitas
w =
a =
w A
23%
-
VI - 1
-
25%
VII. Hasil dan Analisis
VI - 11
1. Kualitas keplastisan beberapa jenis tanah liat beragam, tergantung pada ukuran
dan kehalusan partikel. Di samping itu, semakin tanah liat diperam, semakin baik
pencampuran yang berlangsung relatif cukup lama melalui tahap pemeraman,
karena enzim-enzim yang bercampur dengan air plastisitas akan melapisi setiap
partikel dan membantu memudahkan setiap partikel untuk saling menggelincir
bila mendapat tekanan.
VIII. Daftar Pustaka
Pfefferkorn Operating Manual
Bahan Mentah untuk Pembuatan Keramik, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Industri Keramik, YMV. Hartono
VI - 12
top related