vi. perumusan strategi - ipb repositoryrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/43252/bab...
Post on 06-Mar-2018
226 Views
Preview:
TRANSCRIPT
VI. PERUMUSAN STRATEGI
Formulasi alternatif strategi pengernbangan komoditas unggulan di Larnpung
Barat dilakukan rnelalui tiga tahap yaitu tahap identifikasi faktor internal dan
eksternal, tahap pencocokan dan pernaduan yang layak dengan rnencocokkan
faktor internal dan eksternal serta tahap keputusan. Metode yang dipilih dalarn
kajian ini yang ditujukan untuk rnenformulasikan strategi tersebut adalah rnatrik
faktor internal dan eksternal (IFE-EFE Matrix1 Internal Factors Evaluation-
External Factor Evaluation Matrix), analisis rnatrik kekuatan- kelernahan-
ancarnan-peluang (SWOT) dan analisis Matrik Perencanaan Strategis Kuantitatif
(Quantitative Strategic Planning Matrix-QSPM)
6.1 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal
6.1.1 Analisis Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal ditujukan untuk rnengindentifikasi faktor-faktor
yang dapat rnenjadi kekuatan dan kelemahan dalarn pengernbangan kecarnatan
sebagai pusat perturnbuhan ekonorni di Larnpung Barat. Faktor-faktor strategis
internal tersebut adalah:
a. Kekuatan
Faktor-faktor yang menjadi kekuatan yang dapat dimanfaatkan dalarn
pelaksanaan pengernbangan kornoditas unggulan kecarnatan di Kabupaten
Larnpung Barat antara lain:
1) Kebijakan Pernbangunan Pernerintah Kabupaten Larnpung Barat
Kebijakan Pernerintah Kabupaten Larnpung Barat dalarn pengernbangan
kornoditas unggulan rnerupakan kekuatan bagi pengernbangan kornoditas
unggulan kecarnatan karena ha1 tersebut berhubungan dengan alokasi
angggaran pengernbangan kornoditas. Selain itu kebijakan ini dapat berupa
peraturan ataupun kornitrnen. Kebijakan Pemkab Larnpung Barat dalarn
pengernbangan kornoditas unggulan Larnpung Barat telah banyak diluncurkan
seperti pernberian bantuan bibit unggul, pembangunan sarana prasarana
pertanian sepertai irigasi, permodalan serta rnernfasilitasi kerjasarna dengan
pihak swasta ataupun lernbaga-lembaga penelitian rnaupun perguruan tinggi
dalam rangka peningkatan kualitas dan produksi kornoditas unggulan.
2) Ketersediaan lahan yang cukup luas
Lahan pertanian di Lampung Barat masih cukup luas untuk diusahakan.
Hal ini merupakan kekuatan wilayah dalam pengembangan komoditas unggulan.
Lahan pertanian ini terdapat di seluruh kecamatan di Lampung Barat.
3) Ketersediaan tenaga kerja di sektor pertanian
Struktur ekonomi Lampung Barat yang didominasi oleh sektor pertanian
(61%) memberi gambaran bahwa sebagian besar penduduk bekerja di sektor ini.
Data BPS Lampung Barat menyebutkan jumlah ~ m a h tangga pertanian,
sebagian besar rumah tangga petani yang ada di Kabupaten Lampung Barat
39.72% rumah tangga petani menggeluti sektor perkebunan diikuti 37.18%
adalah rumah tangga petani padi palawija dan hortikultura, 13.27% rumah tangga
peternakan, tanaman hutan 8.19%, perikanan 1.64%. Jumlah rumah tangga
pertanian di Kabupaten Lampung Barat hasil adalah 82.595 rumah tangga (BPS
Lampung Barat. 2007)
4) Adanya tenaga penyuluh lapangan
Peran tenaga penyuluh lapangan dalam meningkatkan produksi sangat
penting. Keberadaan para penyuluh ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan petani tentang budidaya produk unggulan. Di Lampung Barat
setiap kecamatan rata-rata terdapat 3 orang penyuluh.
5) Dukungan budaya lokal terhadap kharakteristik produk
Dukuilgan budaya lokal ini dimaksudkan adalah bahwa produk-produk
unggulan Lampung Barat telah diusahakan masyarakat secara turun temurun.
Damar misalnya sudah diusahakan masyarakat sejak ratusan tahun silam. Kopi
dan Iada merupakan produk khas masyarakat Lampung terrnasuk masyarakat
Lampung Barat. Hampir seluruh masyarakat Lampung Barat mempunyai kebun
kopi. Hal ini dukung fakta bahwa kopi merupakan penyumbang terbesar dalam
nilai tambah bruto (NTB) terhadap PDRD (Tabel 9).
6 ) Kelemahan Berdasarkan analisis lingkungan internal diperoleh faktor-faktor kelemahan
yang harus diatasi yaitu:
1) Penangananpascapanen
Penanganan pasca panen yang dilakukan masyarakat terhadap produk
unggulan Lampung Barat masih sangat tradisional. Bahkan banyak masyarakat
menjemur kopi di jalan raya. Akibatnya adalah rendahnya mutu produk.
2) Kurang pemahaman terhadap teknik budidaya
Teknik budidaya pertanian banyak kurang bahkan tidak dipahami oleh
masyarakat petani. Salah satu contoh adalah penggunaan bibii yang kurang
berkualitas. Biasanya masyarakat mengambil bibit dari kebun sendiri dengan
cara mengambil bibit dari pohon yang dianggap baik. Penggunaan bibit seperti
ini mengakibatkan produksi tidak maksimal. Contohnya adalah Kopi Robusta
mempunyai sifat menyerbuk silang (Self Sterile, Heterozygous), sehingga apabila
diperbanyak dengan benih tidak dapat mempertahankan sifat genetiknya, oleh
karenanya perbanyakannya dilakukan secara vegetatii. Pengetahuan seperti ini
banyak tidak diketahui oleh para petani.
3) Kelembagaan petani kurang berfungsi
Salah satu faktor kelemahan yang dianggap penting dalam
pengembangan produk unggulan adalah kelembagaan. Kelembagaan ini selain
berfungsi sebagai wadah pemersatu petani juga merupakan wadah
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggotanya. Dengan
kakelembagaan yang baik diharapkan para petani dapat meningkatkan taraf
hidupnya. Untuk itu kiranya penting untuk menguatkan kelembagaan petani.
4) Kurangnya permodalan
Modal adalah kelemahan masyarakat dalam mengembangkan produk
unggulan. Kendala ini sering dihadapi oleh petani komoditas dengan jangka
panen panjang seperti kopi dan lada. Para petani sering terjebak utang dengan
para pedagang pengempul (tengkulak) baik untuk proses produksi maupun
keperluan sehari-hari. Ketika panen tiba mau tidak mau mereka harus menjual
hasil panennya kepada pedagang pengepul yang meminjamkan uangnya kepada
rnereka.
5) Kurangnya sarana dan prasarana pendukung
Sarana dan prasana pendukung disini dapat dilihat pada hasil analisis
skalogram. Ketersediaan fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan tidak
merata di setiap kecamatan (Tabel 17). Bahkan beberapa kecamatan
rnempunyai fasilitas yang sangat minim. Minimnya fasilitas-fasilitas ini berakibat
pada kurangnya pelayanan publik. Selain itu, sarana seperti irigasi dan energi
juga tidak merata di setiap kecamatan.
6.1.2 Analisis Lingkungan Eksternal a. Peluang
1) Terbukanya peluang pasar
Hasil analisis LQ pada bab sebelurnnya rnenunjukkan kornoditas
unggulan Larnpung Barat terdiri dari kopi, darnar, ikan, padi dan lada (Tabel 19).
Kornoditas-kornoditas ini rnasih rnernpunyai peluang pasar yang besar. Produk-
produk seperti darnar dan kopi bahkan rnenjangkau pasar internasional.
Sernentara pasar komoditas lainya masih terbuka pada pasar regional rnaupun
nasional.
2) Dukungan iklirn yang sesuai dengan pengernbangan produk
lklirn di Larnpung Barat sangat rnendukung bagi pengernbangan
kornoditas unggulan Larnpung Barat. Bagi wilayah pegunungan sangat cocok
bagi tanarnan kopi serta di pesisir sangat cocok bagi pengernbangan lada,
darnar dan padi.
3) Kejasarna dengan pihak swasta (produsen) dan lernbaga lainnya.
Kerjasarna ini rne~pakan peluang dalarn rangka rneningkatkan
pengetahuan, produktivitas rnaupun kepastian harga. Kerjasarna dilakukan
dalarn bentuk kernitraan, dirnana keduabelah pihak sarna-sarna rnemperoleh
keutungan. Beberapa lernbaga Mitra (International Buyers) yang sudah
beroperasi di Larnpung Barat adalah Nestle, lndocomp Citra Persada, dan
Indocafco.
4) Situasi kearnanan yang kondusif
Situasi kearnanan Larnpung Barat sangat kondusif, ha1 ini ditandai
dengan sedikinya kasus kejahatan yang terjadi. rata-rata tiap bulan hanya 13
kasus kejahatan. Kondisi ini rnernbuat tenang para pelaku ekonowi, terrnasuk
didalarnnya adalah para petani dalarn pengernbangan pmduk-produk unggulan
Larnpung Barat.
5) Larnpung Barat dilalui jalur lintas barat Surnatera
Larnpung Barat dilalui jalur lintas barat Surnatera. Jalur ini sepanjang
daerah pesisir Larnpung Barat. Adanya jalur ini rnenjadi peluang bagi
pernasaran produk rnaupun jangkauan pasar regional rnaupun nasional. Karena
jalur trans surnatera ini rnerupakan jalan nasional dirnana kualitas jalan nasional
lebih baik dari jalan provinsi.
b. Ancaman 1) Serangan hama
Serangan hama terhadap komoditas unggulan merupakan ancaman,
pada tahun 2007, padi di pesisir Larnpung Barat pernah diserang hama wereng
yang akibat gagal panen (puso) dan berakibat kerugian petani. Komoditas lain
pun tidak lepas dari ancaman serangan hama.
2) Produk sejenis dari daerah lain (persaingan antar daerah)
Ancamana lain dalam pengembangan produk unggulan di Larnpung
Barat adalah produk sejenis dari daerah lainlpersaingan antar daerah. Ancaman
ini harus dapat diatasi Larnpung Barat dengan meningkatkan mutu produk.
Produksi sejenis adalah kopi dari Kabupaten Tanggamus dan daerah lainnya.
3) Mahalnya harga pupuk dan insektisida
Mahalnya harga pupuk dan insektisida membuat petani terkadang
pasrah dengan keadaan karena ketidakmampuan ekonomi. Proses produksi
dilaksanakan secara tradisional dan terkadang tidak dilakukan pemupukan.
4) Panjangnya rantai pernasaran
Mekanisrne pasar dari penjualan petani hingga di tingkat konsurnen harnpir
sama seperti pada setiap penjualan komodiii perkebunan lainnya, dimana
peranan tengkulak atau pedagang pengurnpul sangat dominan, bahkan peranan
pelaku ijon atau pelepas uang sangat besar. Pelepas uang adalah istilah dimana
para tengkulak rnemberi pinjaman berupa uang rnaupun sembako kepada para
petani sebelum rnasa panen
5) Isu konsewasi
Isu konsewasi sangat mernpengarui pengembangan produk unggulan di
Lampung Barat temtama sub sektor perkebunan. Hal ini karena 76% wilayah
Larnpung Barat adalah kawasan hutan. Dengan hutan seluas itu, kemungkinan
perambahan sangat mungkin terjadi. Salah satu contoh adalah laporan WWF
pada tahun 2007. World Wild Funf for Nature (WWF) Indonesia, menernukan
45,1% dari total ekspor kopi Lampung yang mencapai 216.271 ton pada tahun
2003 berasal dari Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), kawasan
konsewasi yang menjadi habitat harirnau, gajah, dan badak. WWF rnenyebutkan
17% atau 60 hektare areal TNBBS dikonversi menjadi lahan pertanian, sebagian
besar rnenjadi kebun kopi. Laporan itu menyebutkan akibat perdagangan kopi
ilegal ini memicu rusaknya habitat badak, gajah, dan harimau Sumatera di
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Sumatera, Indonesia.
Studi WWF mengenai jalur perdagangan kopi dari TNBBS ke pernbeli di tingkat
internasional rnenemukan kopi dari TNBBS rnernasuki pasar internasional
rnelalui rantai perdagangan umurn. Penelusuran jalur perdagangan dilakukan
dari petani kopi di TNBBS ke pedagang lokal di tingkat desa, kecarnatan,
kabupaten, hingga ke eksportir di Bandar Lampung. Studi yang berlangsung
Oktober 2003 sampai Juni 2004 tersebut menemukan suplai kopi dari 40
eksportir kopi di Lampung tercampur kopi TNBBS dan kopi tersebut diekspor ke
52 negara di Eropa, Asia, Amerika, Afrika dan Australia. (www.wwf.or.id)
6.2 Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal
Dalam tahap masukan ini dilakukan analisis IFE dan analisis EFE yang
didasarkan pada hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan yang rnerupakan
faktor strategis internal dan eksternal . Pengisian rnatriks EFE-IFE dilakukan
dengan mernberi bobot dan rating pada setiap faktor eksternal dan internal
tersebut.
6.2.1 Evaluasi Faktor lnternal
Evaluasi Faktor lnternal (IFE) menrpakan hasil dari identifikasi faktor-
faktor strategis internal Kabupaten Lampung Barat berupa kekuatan dan
kelernahan yang berpenganrh terhadap pengembangan kecarnatan sebagai
pusat pertumbuhan. Hasil evaluasi faktor internal berdasarkan jawaban dari
responden diperoleh skor dari perkalian bobot dan rating di masing-masing faktor
pada kekuatan dan kelemahan. Matnks evaluasi Faktor lnternal secara lengkap
disajikan pada Tabel 31.
Tabel 31. Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) pengembangan produk unggulan Lampung Barat
No Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor
Kekuatan 1,599
1 Kebijakan Pembangunan Pemkab Lampung Barat 0.123
4 0.492 Potensi kesuburan tanah 0.088
2 3 0,264
3 Ketersediaan tenaga keja di sektor pertanian 0.099 3 0.297 Adanya tenaga penyuluh pertanian 0.086
4 3 0,258 dukungan budaya iokal terhadap karakteristik produk 0.096
5 3 0.288 Kelemahan , Penangananpascapanen
Rendahnya teknologi budidaya - Z
Kelembagaan petani kurang berfungsi - 3
Kurangnya permodalan 4
Kurangnya sarana dan prasarana pendukung 0,089 5 . . . . .. ~~~~~~~~ ~~ ~~ . 1 ~ .~ 0,089 ..
Jumlah 1,000 2.21 ~ ~~ ~.~~ . ~ ~~~~~~ ~p~
Sumber : Lampiran 1 I
Dari hasil analisis IFE seperti ditunjukkan Tabel 31 diperoleh total skor 2.21.
Jumlah skor yang lebih rendah dari rata-rata tersebut (rata-rata=2,5) menunjukan
bahwa Kabupaten Lampung Barat dalam pengembangan produk unggulan
kecamatan secara internal masih lemah. Secara rinci, jumlah nilai terbobot untuk
elemen kekuatan adalah 1,60 dan elernen kelemahan 0.61.
Pada Tabel 31 menunjukan kekuatan utama adalah kebijakan
pembangunan Pemkab. Kekuatan ini memiliki skor 0.50. Kebbakan ini sangat
penting, karena pemerintah mempunyai tugas alokasi, distribusi dan stabilisasi.
Fungsi ekonomi pemerintah menurut pandangan ekonomi publik ada tiga fungsi
ekonomi yang pokok yaitu: fungsi alokasi, fungsi distribusi dan fungsi stabilisasi.
Masing-masing fungsi memiliki keterkaitan yang berbeda dalam perlakuanmya.
Fungsi alokasi memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan penyediaan dan
pelayanan barang-barang publik yang peruntukannya secara komunal dan tidak
dapat dimiliki secara perorangan: Fungsi distribusi rnemiliki keterkaitan erat
dengan perataan kesejahteraan masyarakat dalam arti proporsial tetap menjadi
perhatian dalam rangka mendorong tercapainya pertumbuhan yang optimal.
Kemudian Fungsi stabilisasi memiliki keterkaitan erat dengan fungsi mengatur
variable ekonomi makro dengan sasaran untuk mencapai stabilitas ekonomi
secara nasional. Ketiga fungsi tersebut kiranya dua fungsi pertarna yang dapat
secara optimal dilakukan pernerintah daerah. Artinya bagairnana Pernkab
Larnpung Barat dapat rnengalokasikan anggaran guna pengernbangan
kornoditas unggulan dan rnendistribusikan berbagai fasilitas pendukung.
Kekuatan yang rnenernpati urutan kedua adalah ketersediaan tenaga
kerja di sektor pertanian. Kekuatan ini rnerniliki skor 0.30. Struktur ekonorni
Larnpung Barat yang didorninasi oleh sektor pertanian (61%) rnernberi gambaran
bahwa sebagian besar penduduk bekerja di sektor ini. Data BPS Larnpung Barat
rnenyebutkan jurnlah rurnah tangga pertanian, sebagian besar rurnah tangga
petani yang ada di Kabupaten Larnpung Barat 39.72% rurnah tangga petani
rnenggeluti sektor perkebunan diikuti 37.18% adalah rurnah tangga petani padi
palawija dan hortikultura, 13.27% ~ r n a h tangga peternakan, tanarnan hutan
8.19%, perikanan 1.64%. Jumlah rurnah tangga pertanian di Kabupaten
Larnpung Barat hasil adalah 82.595 rurnah tangga (BPS Larnpung Barat,2007).
Sernentara itu berdasarkan hasil Susenas 2005 bahwa tenaga kerja yang
terserap oleh sektor pertanian rnencapai 91.62% dari total rnereka yang bekerja.
Kekuatan ketiga adalah adalah dukungan budaya lokal terhadap
karakteristik produk dengan skor 0,29. Dukungan budaya lokal tersebut dalarn
arti apa yang rnenjadi kornoditas unggulan rne~pakan tanaman t u ~ n ternurun.
Dengan dernikian dalarn pengernbangnya lebih rnudah. Karena kornoditas-
kornoditas itu rnerupakan tulang punggung ekonorni rakyat. Seperti kopi dan
darnar yang rnerupakan tanarnan turun ternurun.
Kekuatan keernpat adalah Kesuburan tanah Larnpung Barat sangat cocok
bagi pengernbangan produk-produk unggulan. Kesuburan tanah ini rnerupakan
modal berharga, karena dengan dernikian penggunaan pupuk bisa lebih ditekan.
Yang perlu diperhatikan adalah pernberian wawasan kepada para petani agar
dapat rnernelihara kesuburan tanah tersebut.
Kekuatan kelirna adalah ketersedian penyuluh lapanyan. Penyuluh
lapangan dapat rnernberi tarnbahan pengetahuan dan rnernonitor perkernbangan
dan segala kendala yang dihadapi di lapangan agar dapat segera diupayakan
penyelesaiannya. Penyuluh lapangan juga dapat berperan sebagai fasilitator
bagi penguatan kelernbagaan petani. Di Larnpung Barat terdapat 130 orang
penyuluh yang tersebar di 17 Kecarnatan.
Selain kekuatan, Kabupaten Larnpung Barat juga rnerniliki kelernahan.
Kelernahan utarna Kabupaten Lampung Barat adalah penanganan rnasa panen
dengan skor 0,21. Penanganan pasca panen yang dilakukan rnasyarakat rnasih
tradisional. Hal ini rnernbuat mutu produk rnenjadi sangat rendah. Akibatnya
harga yang diterirna masyarakat jauh dibawah harga pasar. Selain itu, rnutu
produk tidak dapat bersaing dengan produk dari daerah lain. Perlu pembinaan
yang terus menerus dari pernerintah daerah agar masyarakat sadar pentingnya
penanganan pasca panen yang baik. Proses pasca panen disini mulai dari
panen, pengangkutan sarnpai sampai proses penyirnpanan.
Kelemahan kedua adalah kurangnya permedalan dengan skor 0 , l l .
Kelemahan ini berakibat sangat berpengaruh produksi komoditas. Ketiadaaan
modal membuat petani tidak menggunakan pupuk dan ketika terserang harna
pun mereka hanya bisa pasrah. Barat tidak memiliki nilai tawar tinggi dalarn
rnenentukan harga komoditas. Yang lebih parah lagi adalah saat tidak ada
panen, rnereka akan merninjarn uang atau sembako kepada para tengkulak yang
dibayar pada saat panen. Bila sudah dernikian maka para petani saat panen
harus menjual hasil panennya kepada tengkulak tersebut tanpa bisa dengan
harga sepenuhnya ditentukan oleh tengkulak. Bantuan permodalan dengan
kredit lunak diharapkan dapat mengatasi kelemahan ini.
Kelernahan ketiga adalah kelembagaan petani kurang berfungsi dengan
skor 0.10. Kurang berfungsinya kelembagaan petani ini mengakibatkan petani
kurang memiliki nilai tawar. Selain itu, dengan lemahnya lembaga-lembaga
petani seperti kelornpok tani juga berakibat sulitnya pernberdayaan petani.
Kelembagaan petani juga berfungsi sebagai wadah pemersatu petani dengan
demikian segala persoalaan dapat diselesaikan secara bersama-sama.
Kelernahan keernpat aadalah rendahnya teknologi budidaya dengan skor
0.09. Teknologi budidaya masyarakat masih sangat tradisional. Belum
rnenggunakan teknik budidaya yang modem. Hal ini bisa dilihat dari hasil produk
yang belurn rnaksimal. Contohnya adalah hasil produksi padi di Lampung Barat
rnasih 4-5 ton ihektar. Padahal produksi ini masih bisa meningkat rnencapai 8-10
ton per hektar bila rnenggunakan teknik budidaya yang baik. Dalam penggunaan
bibit rnisalnya. Masyarakat banyak menggunakan bibit yang kuran berkualitas
rnenyebabkan proses produksi menjadi larnbat dan hasilnya kurang memuaskan.
Hal ini diakibatkan ketidaktahuan masyarakat dan lernahnya permodalan
rnasyarakat. Bibit yang digunakan masyarakat biasanya diarnbil dari hasil panen
sebelumnya yang dianggap bagus.
Kelemahan lain adalah kurangnya sarana dan prasarana pendukung.
Kelemahan ini rnenciptakan biaya tinggi. Saat musirn kemarau misalnya, para
petani harus rnengeluarkan biaya ekstra untuk menyewa pompa air agar
mendapatkan air guna mengairi lahan karena tidak adanya irigasi. Sarana jalan
yang masih buruk hingga menimbulkan biaya tambahan untuk transportasi
produk ditambah lokasi pasar yang terlalu jauh. Hasil analisis scalogram
menunjukan penyebaran fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan yang tidak
rnerata, hanya Kecamatan Balik Bukii, Pesisir Tengah dan Sumber Jaya yang
mempunyai nilai tertinggi dalam arti ketiga kecamatan tersebut mernliki
kelengkapar~ fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan. Sementara kecarnatan
lainnya masih sangat minim.
6.2.2 Evaluasi Faktor Eksternal
Evaluasi Faktor Eksternal merupakan hasil dari identifikasi faktor-faktor
strategis eksternal Kabupaten Lampung Barat berupa peluang dan ancaman
yang telah diberi bobot dan rating.
Hasil analisis matriks evaluasi faktor eksternal di peroleh total skor 2.62
dengan skor elemen peluang sebesar 1,85 dan elemen ancaman sebesar 0,77.
Nilai total skor yang lebih dari 2,5 menunjukkan bahwa Kabupaten Lampung
Barat mampu rnernanfaatkan peluang eksternal untuk rnenghadapi ancaman.
Lebih rinci pada Tabel 32.
Tabel 32. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE rnatriks) Kabupaten Larnpung Barat
Faktor Strategis Eksternal bobot rating skor
Peluang 1,847 0.121
1. Terbukanya peluang pasar 3 0,364 0 075 .
2.Dukungan iklim yang sesuai dengan pengembangan produk 3 0.225 0.124
3. Kejasama dengan pihak swasfa (produsen) dan lembaga lainnya. 4 0,496 0.110
4. Situasi keamanan yang kondusif 3 0.330 0.107
5. Lampung Barat dilalui jalur lintas barat Sumatera 3 0,322
Ancaman 0,769 0.121
1. Isu Konservasi 2 0,242 0,075
2. Produk sejenis dari daerah lain (penaingan antar daerah) 1 0,075 0.124
3. Mahalnya harga pupuk dan insektisida 1 0,124 0.110
4.Panjangnya rantai pemasaran 2 0.220 n rn7 -..-.
5. Serangan hama 1 0.107
Jumlah 1,000 2,616 Somber: lamniran 12
Peluang pertarna adalah kerjasarna dengan pihak swasta dengan skor
0,50. Peluang ini dalarn rangka peningkatan rnutu dan produktivitas produk.
Beberapa lernbaga Mitra (International Buyers) yang sudah rnelakukan kerjasarn
untuk komoditas kopi adalah Nestle, lndocomp Citra Perzada, dan lndocafco ke
depan diproyeksikan akan bertarnbah rnenjadi lirna rnitra eksportir dengan
rnasuknya 2 rnitra baru yaitu Olam-Kraff International dan Group Kapal Api.
Keuntungan pengembangan kernitraan yang dirasakan petani, antara lain:
1. MitraIEksportir rnenanggung biaya sertifikasi produk petani untuk setiap
kelornpok penghasil (biaya sertifikasi rnencapai 700 juta rupiah sld 1 rnilyard
untuk tiap sertifikat).
2. Proses analisa rnutu dan reject produk yang tidak rnernenuhi standar rnutu
internasional dilakukan di lokasi petani.
3. Margin harga yang rnencapai 2.50M.500 per kg dibanding pasar lokal.
4. Kewajiban eksportir untuk rnelakukan pernbinaan dan pelatihan kepada
kelornpok binaannya dalarn konteks kepentingan bersarna, sebagai pra-
syarat Mitra eksport.
5. Adanya kornitmen-fee eksportir kepada kelompok tani sebagai dana fasilitasi
pertemuan kelornpok untuk penguatan kelembagaan (Rp100 . . dari tiap . kg .
produksi petani) yang diberikan setiap akhir tahun panen.
6. Untuk setiap perubahan kualifikasi produk yang diinginkan Mitra
berkewajiban rnernberikan bimbingan teknis dan bantuan peralatan unit
peningkatan mutu produk, selama periode 2006-2007 disalurkan terpal
lantai jernur rnencapai 2.500 lembar, peralatan penyernprotan, ware-pack,
dan pemeliharaan tanaman pada setiap kelornpok rnitra.
7. Packing produk (Pengarungan) di subsidi oleh eksportir dalarn bentuk
pernbagian karung yang sudah rnerniliki segel sertifikasi internasional untuk
tujuan terminal london dan New Zealand.
Selarna Periode 2005-2007 total produksi yang dipasarkan melalui pola
kernitraan rnencapai 150-200 ton per tahun panen. Untuk periode tahun
produksi 2008 pihak eksportir menargetkan 1.300-1.500 ton.
Peluang kedua adalah terbukanya peluang pasar dengan skor 0,36.
Pasar kornoditas unggulan Larnpung Barat rnasih sangat terbuka. Kornoditas
ungulan Lampung Barat seperti kopi, lada, damar dan ikan sangat dibutuhkan
oleh pasar baik pasar domestik rnaupun internasional. Yang perlu mendapat
perhatian adalah bagairnana meningkatkan mutu produk tersebut, agar bersaing
dengan produk dari daerah lain bahkan dari negara lain, artinya daya saing
produk rnenentukan apakah produk tersebut diterima pasar atau tidak. Kondisi ini
menuntut setiap daerah dapat rneningkatkan daya saingnya. Untuk
meningkatkan daya saing banyak faktor yang harus dibenahi seperti perbaikan
kinerja pernerintah, kualitas surnber daya manusia, dan lain-lain.
Peluang ketiga adalah situasi kearnanan yang kondusif (0.33). Keamanan
yang kondusif ini ditunjukan dengan rata-rata kejahatan yang terjadi hanya 13
kasus setiap bulannya (Lampung Barat dalam Angka, 2008). Situasi ini tentunya
rnernbuat para pelaku usaha lebih nyaman dalam berusaha, tidak ada perasaan
was-was karena tindak kejahatan.
Peluang keempat adalah dilaluinya Larnpung Barat oleh jalan lintas barat
Surnatera. Sarana jalan nasional ini rnernbuka peluang berbagai usaha ekonorni
bagi pengembangan produk unggulan. Selain itu juga mempermudah jangkauan
pasar terutama ke ibu kota provinsi Lampung. Akses yang mudah merupakan
modal bagi suatu daerah dalam mengembangkan perekonorniannya. Jalan lintas
barat ini diharapkan menjadi modal utama bagi Lampung Barat terutarna wilayah
pesisir (karena jalan ini hanya rnelintasi wilayah pesisir Larnpung Barat) akan
rnernpermudah akses keluar masuk barang dan jasa.
Peiuang kelirna adalah dukungan iklirn yang sesuai dengan
pengernbangan produk dengan skor 0,23. Dukungan iklirn ini rnernberi rnanfaat
dalarn pengernbangan produk unggulan. Wilayah pegunungan Larnpung Barat
sangat cocok untuk budidaya kopi. Hasil analisis LQ rnernperlihatkan hampir
seluruh kecarnatan di wilayah pegunungan rnenjadikan kopi sebagai sektor
basis.
Selain peluang, ancaman yang dihadapi Larnpung Barat adalah isu
konservasi dengan skor 0,24. Hal ini karena Wilayah Lampung Barat yang
sebagian besar wilayahnya (76%) adalah kawasan hutan. Seperti di laporankan
WWF Indonesia bahwa ada 60% hutan TNBBSS di konvesrsi menjadi kebun
kopi. Isu cukup rneresahkan karena sernpat rnenurunkan harga kopi Larnpung
Barat. Isu ini harus dapat di jawab oleh Pemkab bagaimana rnelestarikan hutan
narnun rnasyarakat tetap sejahtera.
Ancarnan kedua adalah adalah panjangnya rantai pernasaran dengan
skor 0,22. Mekanisrne pasar dari penjualan dari petani hingga di tingkat
konsurnen harnpir sarna seperti pada setiap penjualan kornoditi, dirnana peranan
tengkulak atau pedagang pengumpul sangat dorninan, bahkan peranan pelaku
ijon atau pelepas uang sangat besar.
Ancarnan ketiga adalah rnahalnya harga pupuk dan insetisida dengan
skor 0,12. Ancarnan ini sebenarnya karena pola tanarn yang salah dari petani
karena rnenggunakan pupuk dan insektisida tanpa takaran yang tepat.
Akibatnya justru kesuburan tanah hilang dan kebalnya beberapa penyakit
terhadap insektisida. Akibatnya petani harus mengeluarkan biaya lebih tinggi
karena rnenggunakan pupuk lebih banyak dan insektisida yang rnahal.
Ancarnan keernpat adalah serangan harna dengan skor 0, l l . Serangan
harna sering rnembuat petani tak berdaya dan menderita kerugian besar. Harna
terjadi karena ketidakseirnbagan alarn. Banyak predator alarni punah akibat
penggunaan insektisida yang berlebihan.
Ancarnan kelirna adalah produk sejenis dari daerah lain (persaingan antar
daerah). (0,07). Menjadi ancarnan ketika kornoditas unggulan tidak rnarnpu
bersaing dengan daerah lain. Artinya disini daerah harus mernpunyai daya saing.
Daya saing ini rnencakup peningkatan kopentesi petani, sistern pernasaran.
kondisi perrnintaan dan pengelolaan kelernbagaan.
6.3 Evaluasi Faktor Internal - Eksternal
Evaluasi faktor internal - ekstemal rnenghasilkan profil strategi
pengembangan produk unggulan Kabupaten Lampung Barat. Kerangka kerja
empat kuadran mengindikasikan apakah strategi yang cocok adalah strategi
yang agresif, konservasif, defensive atau kompetitif.
Tahap yang dibutuhkan untuk membentuk profil strategi ini adalah:
menempatkan nilai skor akhir dari matriks IFE dan EFE untuk surnbu yang
sesuai, menambahkan dua nilai pada sumbu y dan menggambarkan titik hasil
pada Y, menggambarkan perpotongan X dan Y, dan menggarnbarkan arah
vektor dari titik asal melalui titik perpotongan yang baru. Vektor arah yang
diasosiasikan dengan masing-masing profil menyiratkan tipe strategi yang haws
dijalankan.
Berdasarkan rnatriks IFE, skor untuk kekuatan adalah 1,60 sedangkan
skor untuk kelemahan adalah 0,60 sehingga selisih antara keduanya adalah
bernilai 1,08. Nilai tersebut ditempatkan pada surnbu X. Selanjutnya nilai peluang
adalah 1.73 dan nilai ancaman adalah 0,77 dengan demikian selisihnya adalah
0,88 yang kemudian nilai tersebut ditempatkan pada surnbu Y. perpotongan
antara X dan Y tersebut berada pada di kuadran II dengan tipe strategi
aggressive. Berdasarkan analisis tersebut maka profil strategi yang muncul
adalah strategi S-0, yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk
memanfaatkan peluang eksternal untuk rnernperoleh keuntungan dalam
pelaksanaan pengembangan produk unggulan di Larnpung Barat. Lebih rinci
pada Garnbar 8.
Gambar 8. Profil strategi pengembangan produk unggulan di Larnpung Barat
0 Agresissive
Conservative
-0,72 1,60 W S
6.4 Perumusan Strategi
Tahap selanjutnya dalam penyusunan strategi pengembangan
kecamatan sebagai pusat pertumbuhan adalah tahap penggabungan (matching
stage) dengan analisis SWOT. Analisis SWOT digunakan dengan rnenggabung
antara faktor internal (kelemahan dan kekuatan) dengan faktor eksternal
(peluang dan ancarnan). Hal ini dirnaksudkan untuk rnenentukan strategi yang
layak dalam Pengernbangan produk unggulan Kabupaten Larnpung Barat. Dari
hasii analisis SWOT diperoleh strategi aiternatif dalam pengembangan produk
unggulan Kabupaten Larnpung Barat diperoleh 9 alternatif strategi. Matriks
SWOT tersebut dapat dilihat pada Tabel 33.
Pevensive Diversive
T
Tabel 33. Matriks SWOT pengernbangan produk unggulan Larnpung Barat
6.4.1 Strategi Strength-Opportunities S-0
Strategi S-0 rnerupakan penggabungan antara faktor internal kekuatan
dengan faktor eksternal peluang dengan cara mernanfaatkan peluang dengan
rnenggunakan kekuatan. Adapun beberap strategi yang dihasilkan adalah:
1. lsu konsewasi 2. Produk sejenis dari daerah lain
(persaingan antar daerah) 3. Mahalnya harga pupuk dan
insektisida 4. Panjangnya rantai pemasaran 5. Serangan hama
1. Pengernbangan kornpetensi inti daerah
Pengernbangan kopetensi inti daerah bertujuan untuk rnembangun daya saing
daerah. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pernerintahan Daerah
rnengarnanatkan pada pemerintah daerah dalarn ha1 ini Pernerintah
KabupatenlKota untuk rneningkatkan kernandinan lokal rnelalui pernanfaatan
surnberdaya alam yang dimiliki secara efisien dan optimal dalam rangka
mernbangun daya saing daerah. Kompetensi inti disini adalah suatu produk yang
khas dari daerah yang khas dan sulit ditiru daerah lain. Pernerintah Kabupaten
Larnpung Barat perlu untuk mengidentifikasi pmduk-produk atau kornoditas
unggulan yang dapat rnenjadi kornpetensi inti. Dengan demikian diharapkan
daerah dalarn ha1 ini Kabupaten Larnpung Barat rnempunyai daya saing tinggi
(W) eakness-kelemahan
1. Penangganan pasca panen 2. Rendahnya teknologi budidaya 3. Keiernbagaan petani kurang
beifungsi 4. Kurangnya permodalan 5. Kurangnya sarana dan
prasarana pendukung
STRATEGI W-O
1. Modernisasi Peralatan dan Teknolgi (WI,W2,W3.01)
2. Penguatan kelembagaan (WI,W2,W4,W5,03)
3. Pengembangan fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintah (W5,W6,02,03.04,05)
STRATEGI W-T
Faktor Internal
Faktor Eksternal
(0)pportunities - Peluang
1. Terbukanya peluang pasar 2. Dukungan iklim yang sesuai dengan
pengembangan produk 3. Kerjasama dengan pihak swasta
(produsen) dan lernbaga lainnya. 4. Situasi keamanan yang kondusif 5. Lampung Barat dilalui jalur lintas
barat Sumatera
(T) hreats
(S)trength - kekuatan
1. Kebijakan Pembangunan Pemkab 2. Potensi kesuburan tanah 3. Ketersediaan tenaga kerja di sektor
pertanian 4. Adanya tenaga penyuluh pertanian 5. Dukungan budaya lokal terhadap
kharakteristik produk
STRATEGI S-O
1. Pengembangan kompetensi inti daerah (S1.S2,S3,s,S5, 01,02,03,04,05)
2. Pengembanan kejasamalkwnitraan dengan swasta Ilembaga lainnya(SI,S2.S3,S4. S5.01,03)
STRATEGI S-T
6. Peningkatan mutu produk (S1.S2.S3.~,S5,TI.T2,T5)
7. Pendptaan jejaring pernasaran (S1.52. S3. S4.S5,T4,)
8. Peningkatan kapasitas SDM (W1 .W2,W3,W4.T1 ,TZ8T3.T4.T5)
9. Penguatan modal usaha melalui pembentukan dan perrnbedayaan koperasi (W5.W6. T3)
dan sulit disaingi oleh daerah lain. Operasional dari strategi ini bisa diterapkan
dalarn bentuk klaster.
Kriteria keunggulan Kornpetitif yang berdaya tahan yakni 1) Bernilai artinya
kapabilitas yang rnenciptakan nilai bagi suatu perusahaanllernbaga dengan
rnengeksploitasi peluang-peluang atau menetralisir ancaman-ancaman dalarn
liingkungan eksternal perusahaan. 2) Langka artinya kapabilitas yang dirniliki
oleh sedikit, jika ada, pesaing saat ini atau potensial. Keunggulan kornpetitif
dihasilkan hanya ketika perusahaan rnengernbangkan dan rnengeksploitasi
kapabilitas yang berbeda dari para pesaingnya. 3) Terlalu rnahal untuk ditim
kapabilitas yang tidak mudah dikernbangkan oleh perusahaan-perusahaan lain.
4) Tidak ada produk pengganti kapabilitas yang tidak rnerniliki ekuivalen
strategis.
2. Pengernbangan kerjasarndkernitraan dengan swasta dan lernbaga lainnya.
Berbagai keterbatasan yang dirniliki Pernerintah Kabupaten Larnpung Barat
dalarn pengernbangan kornoditas unggulan dapat diatasi dengan rnelakukan
kerjasarna terutarna kerjasarn kernitraan dengan swasta. Kerjasarna ini banyak
rnerniliki keuntungan yakni penetapan harga dilakukan oleh keduabelah pihak,
peningkatan ketrarnpilan dan pengetahuan rnasyarakat, karena untuk rnernenuhi
standar produk perusahaan, pihak swasta akan rnelakukan pernbinaan terhadap
para petani. Dengan dernikian diharapkan akan ada peningkatan kesejahteraan.
Selanjutnya adalah bagairnana Pernerintah Kabupaten Larnpung Barat rnarnpu
rnencari pihak swasta yang bersedia bermitra dengan rnasyarakat Larnpung
Barat dalarn pengernbangan kornoditas unggulan tentunya dengan berbagai
fasilitas dan kernudahan serta iklirn investasi yang kondusif. Pengernbangan
kerjasarna (aliansi) ini sebenarnya tidak terbatas dengan pihak swasta tapi juga
dengan berbagai pihak, seperti lernbaga keuangan, lernbaga penelitian dan
pengernbangan, termasuk dengan pernerintah kabupaten perbatasan,
Pernerintah Provinsi Larnpung, dan Pernerintah Pusat serta perguruan tinggi.
6.4.2 Strategi Weakness - Opportunities (W-O)
Strategi W-0 adalah strategi yang disusun untuk rnengatasi kelernahan
dengan rnernanfaatkan peluang yang ada. Beberapa alternatif yang dihasilkan
adalah :
1. Modernisasi Peralatan dan Teknologi
Salah satu kelernahan pengernbangan kornoditas unggulan di Larnpung
Barat adalah penggunaan peralatan dan teknologi yang rendah. Peralatan
dalarn rnernproduksi kornoditas rnasih sangat tradisional. Salah satu contoh
adalah dalarn sub sektor perikanan. Nelayan di pesisir Larnpung Barat rnasih
rnenggunakan perahu dan alat tangkap sederhana. Akibatnya potensi tangkap
yang rnencapi 90.000 tonltahun baru tercapai 7.000 ton. Dernikian juga yang
terjadi pada kornoditas unggulan lainnya. Kernudian dalarn penerapan teknologi
juga rnasih sederhana. Teknologi disini temlasuk teknologi budidaya yang rnasih
rnenggunakan kebiasaan lama yang didapat secara turun ternurun saja. Wajar
bila produktivitas kornoditas unggulan Larnpung Barat rnasih rendah.
Modernisasi peralatan dan teknologi diharapkan rnengubah prilaku rnasyarakat
dalarn rnernproduksi produk unggulan serta rneningkatkan produktivitas serta
rnutu produk.
2. Penguatan kelembagaan
Penguatan kelembagaan disini rnenyangkut seluruh kelernbagan yang
berhubungan dengan pengernbangan kornoditas unggulan. Mulai dari
kelembagaan petani, kelembagaan pernerintah seperti penyediaan balai benih,
balai penelitian dan lain-lain. Penguatan lernbaga ini perlu dilakukan agar strategi
dan program pengembangan kornoditas unggulan dapat berjalan dengan baik.
Penguatan kelernbagaan ini juga sangat berhubungan dengan partisipasi
masyarakat. Artinya strategi pengembangan produk unggulan tidak akan berjalan
tanpa partisipasi aktif rnasyarakat sebagai pelaku utarnanya.
3. Pengernbangan fasilitas ekonorni, sosial dan pernerintahan
Hasil analisis scalogram y2n9 dibahas pada bab terdahulu rnenunjukkan
bahwa wilayahlkecarnatan yang rnemiliki fasilitas ekonorni, sosial dan
pemerintahan lengkap hanya 2 kecarnatan yakni Kecarnatan Balik Bukit dan
Kecarnatan Pesisir Tengah. Hal ini berarti rnasih banyak rnasyarakat yang belurn
dapat rnenikmati pelayanan secara rnudah. Dengan fasilitas lengkap terutarna
fasilitas ekonorni, akan rnernudahkan rnasyarakat dalarn bertransaksi dan
rnenekan biaya ekonorni. Dukungan infrastruktur urnurn harus dikernbangkan
rnulai dari jalan, air bersih, listrik dan telekornunikasi. Peranan Pemerintah dalarn
rnernberikan layanan fasilitas urnurn ini sangat penting dalarn rnengembangkan
produk unggulan.
6.4.3 Strategi Strengths-Threats (S-T)
Strategi S-T merupakan strategi yang rnenggunakan kekuatan internal
untuk menghindari atau mengurangi darnpak ancarnan eksternal bagi
pembangunan Kabupaten Lampung Barat. Beberapa alternative strategi S-T
yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan mutu produk
Peningkatan mutu produk dalam pengembangan produk unggulan mutlak
dilakukan. Peningkatan mutu produk dapat dilakukan mulai dari tahap
pembimbitan, pemeliharaan, panen, dan penangan pasca panen. Dengan
pembinaan dan dukungan peralatan serta teknologi yang memadai, upaya dapat
dilakukan. Denga mutu produk yang tinggi, tentu akan meningkatkan daya saing
daerah.
2. Penciptakan jejaring pemasaran
Salah satu ha1 yang mesti di iakukan untuk pengembangan komoditas adalah
dengan mencipatkan jejaring pemasaran. Bagaimana pernerintah daerah dapat
menjajaki berbagai pasar baik regional, nasional maupun global. Penciptaan
jejaring ini salah satu upaya adalah melalui promosi baik mellaui event-event
pameran maupun pemanfaatan teknologi inforrnasi. Penguasaan jaringan
pemasaran suatu produk sangat berguna. Contohnya. Lampung Barat
menetapkan tanaman kopi sebagai unggulan, maka yang harus dilakukan adalah
menguasai jaringan pemasaran kopi tersebut.
6.3.4 Strategi weakness- threats (W-T)
Strategi W-T merupakan strategi yang diusulkan untuk mengurangi
kelemahan internal dan menghindari ancarnan eksternal yang ada. Alternatif
strategi W-T yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan kapasitas SDM
Peningkatan SDM, tidak hanya pada pihak masyarakat (petani) tapi juga
SDM yang terlibat dalarn pengernbangan komoditas unggulan seperti para
penyuluh. Peningkatan kapasitas SDM tidak hanya sekedar pengusaan teknologi
tapi penguasaan dalam pengorganisasian lembaga. Dengan demikian para
pelaku dalam pengembangan komoditas unggulan benar-benar dapat
melaksanakan berbagai program pengembangan komoditas unggulan.
2. Penguatan modal usaha melalui pembentukan dan pemberdayaan koperasi
peningkatan ketersediaan dana bagi pengembangan komoditas unggulan
dapat dilakukan melalui melalui lembaga perbankan, maupun sumber lain seperti
BUMD, swasta atau bahkan bantuan luar negeri, penguatan modal juga
dilakukan dengan peningkatan akses terhadap sumber dana. Sumber dana ini
juga bisa menggunaka sistem resi gudang. Namun sistem resi gudang ini perlu
kajian kembali dalam pelaksanaannya.
6.5 Penentuan prioritas strategi
Tahap pengambilan keputusan rnerupakan tahap selanjutnya dari
perumusan strategi dengan menggunakan analisis QSPM (Quantitative Strategic
Planning Matrix). Analisis ini ditujukan untuk menentukan prioritas strategi
pengembangan kecamatan di Kabupaten Lampung Barat.
Analisis QSPM dilakukan dengan cara memberikan nilai kemenarikan
relatif (Attractive Score = AS) pada masing-masing faktor internal maupun
eksternal. Strategi yang mempunyai total nilai kernenarikan relatif (Total
Attractive Score=TAS) yang tertinggi merupakan prioritas strategi. Setelah
dilakukan perhitungan nilai TAS seperti pada Lampiran. maka diperoleh hasil
QSPM seperti disajikan pada Tabel 34 di bawah ini.
Tabel 34. Hasil analisis QSPM dalam perumusan strategi pengembangan produk unggulan.
no alternatif strategi Nilai TAS Prioritas
1 Pengembangan komptensi inti daerah 11,073 1 2 Pengembangan Kemitraan dengan swastallembaga lain 10,914 2 3 Modernisasi peralatan dan teknologi 10,426 3 4 Penquatan kelembagaan 7,635 8 - 5 Pengembangan fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan 9,986 4 6 Peningkatan rnutu produk 2.328 9
7 Penciptaan jejaring pemasaran 8.964 5
8 Peningkatan kapasitas SDM 8.463 6 9 Penguatan modal usaha melaiui pembentukan koperasi 8,297 7
Surnber: Larnpiran 15
Hasil dari analisis QSPM menghasilkan urutan strategi sebagai berikut :
1. Pengembangan kompetensi inti daerah
2. Pengembangan kemitraan dengan swastdlembaga lain
3. Modernisasi peralatan dan teknologi
4. Pengembangan fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan
5. Penciptaan jejaring pemasaran
6. Peningkatan kapasitas SDM
7. Penguatan modal usaha melalui pembentukan koperasi
8. Penguatan kelembagaan
9. Peningkatan mutu produk
top related