upaya pasangan suami istri tunanetra...
Post on 13-Jan-2020
18 Views
Preview:
TRANSCRIPT
UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA
MEMBENTUK KELUARGA SAKINAH DI YAYASAN
RAUDLATUL MAKFUFIN SERPONG – TANGERANG SELATAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh :
AINUROHMANNIM. 1113044000067
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
2019 M / 1440 H
ABSTRAK
Ainurohman. NIM 1113044000067. UPAYA PASANGAN SUAMIISTRI TUNANETRA MEMBENTUK KELUARGA SAKINAH DIYAYASAN RAUDLATUL MAKFUFIN SERPONG – TANGERANGSELATAN. Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019M/1440H. viii+91halaman.
Keluarga sakinah merupakan tujuan dari setiap pernikahan dan tentumenjadi dambaan bagi setiap pasangan suami istri, tak terkecuali dengan pasangansuami istri tunanetra, tentu cara pasangan suami istri tunanetra membentukkeluarga sakinah berbeda dengan pasangan suami istri normal pada umumnya.Tujuan dari penelitian ini adalah: Pertama untuk mengetahui pemahamanpasangan suami istri tunanetra tentang keluarga sakinah, Kedua untuk mengetahuiupaya pasangan suami istri tunanetra membentuk keluarga sakinah.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu field research (penelitian lapangan),dengan Pendekatan Normatif. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dariYayasan Raudlatul Makfufin Serpong. Penelitian ini bersifat deskriptif analitikdengan mengumpulkan data yang valid melalui sumber-sumber terpercaya.Teknik pengumpulan data berupa wawancara dengan lima pasangan suami istritunanetra dan satu orang pengurus Yayasan Raudlatul Makfufin. Analisis datamenggunakan analisis deskriptif kualitatif.
Hasil studi dari penelitian ini yaitu pertama, pemahaman pasangan suamiistri tunanetra tentang keluarga sakinah terbagi menjadi empat, yaitu 1) keluargayang diliputi dengan kasih sayang dan jarang bertengkar. 2) Keluarga yang selaluberpegang pada ajaran agama Islam. 3) Keluarga yang ekonomi berkecukupanserta pendidikan yang layak, dan 4) Keluarga yang terjamin dalam kesehatan sertaaktif dalam hidup bersosial. Dengan demikian, pasangan suami istri tunanetra diYayasan Raudlatul Makfufin serpong, memahami bahwa keluarga sakinah itutidak dinilai dari sempurnanya fisik pasangan. Kedua, upaya pasangan suami istritunanetra membentuk keluarga sakinah adalah dengan: 1) ekonomi, para pasangansuami istri tunanetra tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga,diantaranya sebagai guru dan karyawan, 2) pengasuhan anak, sebagian pasangantunanetra tersebut ada yang mandiri dalam mengasuh anak, dan ada pula yangdibantu dengan orang lain, 3) hubungan biologis, pasangan suami istri tunanetrasaling menerima satu sama lain tanpa melihat adanya kekurangan padapasangannya, serta 4) pengurusan tugas rumah tangga, sebagian pasangantunanetra mengurus rumah tangga secara mandiri, namun adapula yang dibantuorang lain.
Kata Kunci : Keluarga Sakinah, Tunanetra, Yayasan Raudlatul Makfufin
Pembimbing : Dr. Hj. Mesraini, M.AgDaftar Pustaka : 1973 s.d. 2015
vi
KATA PENGANTAR
بسم هللا الحمن الحيم
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA MEMBENTUK
KELUARGA SAKINAH DI YAYASAN RAUDLATUL MAKFUFIN
SERPONG – TANGERANG SELATAN. Sholawat serta salam tak lupa kita
curahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta para
keluarga dan sahabatnya, yang telah mendidik kita sebagai umatnya untuk menuju
jalan kebenaran.
Penulis sadar bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak luput dari
dukungan, arahan dan bantuan banyak pihak, dengan segala kerendahan hati dan
rasa syukur penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, MA., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. H. Abdul Halim, M.Ag. dan Indra Rahmatullah S.H.I., M.H.,
Ketua dan Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Dr. Hj. Mesraini, M.Ag., Pembimbing skripsi yang dengan tulus ikhlas
meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan arahan serta
saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Hj. Hotnidah Nasution, MA., Dosen Penasihat Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis.
5. Budi Santoso, S.Sos.I., Ketua Umum Yayasan Raudlaul Makfufin
yang telah mengizinkan kepada penulis atas diadakannya penelitian
ini, serta kepada Rafiq Akbar yang telah berkenan menjadi narasumber
dalam skripsi ini.
6. Bapak. Ade Ismail dan Istri, Yanto dan Istri, Abdul Hay dan Istri,
Abdurrahman dan Istri serta Juanda dan Istri yang telah berkenan
vii
menjadi narasumber dalam skripsi ini. Serta memberikan banyak
insprasi juga motivasi kepada penulis
7. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staff pengajar pada lingkungan
program studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum yang
telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama duduk
di bangku perkuliahan.
8. Staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Staff
Perpustakaan Fakultas Syarifah dan Hukum, yang telah memberikan
fasilitas kepada penulis untuk mengadakan studi kepustakaan guna
menyelesaikan skripsi ini.
9. Orang tua Penulis ayahanda tercinta H. M. Idris dan Ibunda Hj.
Rodiah, Kakak-kakak Penulis, Ratna Puspita, Rita Astuti, Lukmanul
Hakim dan Belda Edrit yang telah memberikan kasih sayang,
dukungan dan doanya untuk kesuksesan penulis,
10. Suheri, Abdul Wahid, M. Irsyad, M. Fadli dan Para sahabat dan kawan
seperjuangan Administrasi Keperdataan Islam, dan Hukum Keluarga
2013,
11. Naicerline Sandhy, Putri Dwi dan Kawan-kawan KKN Lintang Kerti
2016 di Desa Bojongloa Cisoka yang telah memberikan banyak
pelajaran dan pengalaman kepada penulis selama di KKN.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini semoga Allah membalasnya. Aamiin.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya khususnya
untuk mahasiswa/i Fakultas Syariah dan Hukum.
Jakarta, 1 April 2019
Penulis
Ainurohman
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .............................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 4
C. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................................ 5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 6
E. Metode Penelitian ................................................................................. 6
F. Review Studi Terdahulu ..................................................................... 10
G. Sistematika Penulisan ......................................................................... 11
BAB II PERNIKAHAN, KELUARGA SAKINAH DAN TUNANETRA
A. Pengertian Pernikahan
1. pengertian pernikahan ..................................................................... 13
2. Tujuan Pernikahan........................................................................... 17
3. Rukun dan Syarat Pernikahan ......................................................... 19
4. Hukum Pernikahan .......................................................................... 21
5. Hak dan Kewajiban suami istri dalam Pernikahan ......................... 25
B. Keluarga Sakinah
1. Pengertian Keluarga sakinah ........................................................... 30
2. Unsur-unsur Keluarga Sakinah ....................................................... 33
3. Kriteria dan Tahapan Keluarga Sakinahn ....................................... 35
4. Proses Pembentukan Keluarga Sakinah .......................................... 39
ix
C. Tunanetra
1. Pengertian Tunanetra....................................................................... 41
2. Klasifikasi Tunanetra ...................................................................... 42
3. Dampak Tunanetra .......................................................................... 44
BAB III GAMBARAN UMUM KEHIDUPAN PASANGAN TUNANETRA
DI YAYASAN DARUL MAKFUFIN
A. Deskripsi Singkat Yayasan Raudlatul Makfufin
1. Profil Umum Lembaga .................................................................... 46
2. Sejarah Lembaga ............................................................................. 48
3. Struktur Organisasi Lembaga .......................................................... 50
4. Program Kegiatan Lembaga ............................................................ 53
B. Deskripsi Singkat Penghuni Yayasan Raudlatul Makfufin ................ 54
C. Deskripsi Singkat Kehidupan Pasangan Tunanetra di Yayasan
Raudlatul Makfufin
1. Pasangan 1 ....................................................................................... 56
2. Pasangan 2 ....................................................................................... 57
3. Pasangan 3 ....................................................................................... 59
4. Pasangan 4 ....................................................................................... 60
5. Pasangan 5 ....................................................................................... 62
BAB IV KELUARGA SAKINAH : PENGALAMAN PASANGAN
TUNANETRA DI YAYASAN RAUDLATUL MAKFUFIN
A. Pemahaman pasangan suami istri tunanetra tentang keluarga
sakinah ……………………………………………………………...65
B. Upaya pasangan suami istri tunanetra dalam membentuk keluarga
sakinah ............................................................................................... 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 89
B. Saran ................................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 92
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang mensyariatkan pernikahan, dalam islam
pernikahan tidaklah hanya semata-mata sebagai hubungan atau kontrak
keperdataan biasa, akan tetapi ia mempunyai nilai ibadah, maka, amatlah tepat
jika kompilasi hukum islam menegaskan bahwa pernikahan sebagai akad yang
sangat kuat untuk mentaati perintah Allah, dan melaksanakannya merupakan nilai
ibadah. pernikahan dalam islam bertujuan untuk mewujudkan keluarga yang
sakinah, sebagaimana di jelaskan pada surat Ar-Rum (30): 21:
ة إن في ذلك ومن آياته أن خلق لكم من أنفسكم أزواجا لتسكنوا إليها وجعل بينكم مودة ورحم
آليات لقوم يتفكرون
Artinya:”Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tentram kepadanya, dan dijadikan diantaramu rasa kasih sayang, sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berpikir”.
Keluarga sakinah adalah keluarga yang tenang, tentram, rukun dan damai.
Dalam keluarga itu terjalin hubungan mesra dan harmonis diantara semua anggota
keluarga dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.1 Sedangkan dalam
keputusan Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor:
D/71/1999 tentang Pelaksanaan Pembinaan Keluarga Sakinah Bab III Pasal 3
menyatakan bahwa keluarga sakinah adalah keluarga yang dibina atas
perkawinan yang sah mampu memenuhi hajat spiritual dan material secara layak
dan seimbang diliputi suasana kasih sayang antar anggota keluarga dan
1 Hasan Basri, Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: Pustaka Antara, 1996), cet. Ke-4, h.,
16
2
lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati
dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia.2
Rasulullah SAW bersabda dalam hadist riwayat Ad-Dailami dari Anas
menyatakan “Tatkala Allah menghendaki anggota keluarga menjadi baik, maka
Dia memahamkan mereka tentang agama, mereka saling menghargai. Yang muda
menghormati yang tua, Dia memberikan rizki dalam kehidupan mereka, hemat
dalam perbenlanjaan mereka, dan mereka saling menyadari kekurangan-
kekurangan lantas mereka memperbaikinya, dan apabila Dia menghendaki
sebaliknya, maka Dia meninggalkan mereka dalam keadaan merana”. (HR. Ad-
Dailami dari Anas)3
Ayat dan hadist diatas menjelaskan bahwa keluarga sakinah menjadi
dambaan dan idaman setiap keluarga, keluarga sakinah merupakan impian dan
harapan setiap insan yang merencanakan dan melangsungkan pernikahan, serta
menjadi tujuan dari pernikahan itu sendiri
Untuk mewujudkan keluarga sakinah perlu ditetapkan hak dan kewajiban
antara suami dan istri. Jika suami istri sama-sama menjalankan tanggung
jawabnya masing-masing, maka akan terwujudlah ketentraman dan ketenangan
hati, sehingga sempurnalah kebahagiaan hidup berumah tangga. Dengan demikian
tujuan pernikahan akan terwujud sesuai tuntutan agama, yaitu sakinah, mawaddah
wa rahmah. Berbicara tentang hak pasti dibarengi dengan berbicara tentang
kewajiban. Hak dan kewajiban ibarat dua sisi satu mata uang. Luas dan fungsinya
juga sama dan berimbang. Bila terjadi ketimpangan di mana hak lebih ditekankan
atau lebih luas dari kewajiban, atau sebaliknya, niscaya akan tercipta ketidak
adilan. Dalam lingkungan keluarga, hak dan kewajiban yang berjalan seimbang
amat menentukan keberlangsungan dan keharmonisan hubungan keduanya. Islam
sangat memperhatikan hak dan kewajiban dalam ikatan keluarga, hak dan
kewajiban suami istri dalam Islam sudah diatur sedemikian rupa, yaitu meliputi
2 Departemen Agama Kantor Wilayah Provinsi Jawa Barat, Petunjuk Pelaksanaan
Pembinaan Keluarga Sakinah, (Bandung: Departemen Agama Provinsi Jawa Barat, 2004), h., 21 3 Hasan Basri, Membina Keluarga Sakinah, h.,18
3
hak dan kewajiban suami terhadap istri, hak dan kewajiban istri terhadap suami
serta hak dan kewajiban bersama suami istri. Adanya hak dan kewajiban antara
suami istri dalam kehidupan rumah tangga itu dapat dilihat pada surat Al-Baqarah
(2): 228:
جال ع ولهن مثل الذي عليهن بالمعروف وللر زيز حكيم عليهن درجة وللا
Artinya: “Dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya
menurut cara yang ma’ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan
kelebihan daripada istrinya, Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
Pentingnya hak dan kewajiban dalam berumah tangga haruslah sangat di
perhatikan, karna tak jarang salah satu penyebab munculnya kegoncangan pada
keluarga yaitu perselisihan dan pertengkaran yang disebabkan tidak adanya
pengetahuan suami dan istri terhadap haknya masing-masing atau pengabaian hak
pasangan. Oleh karena itu untuk menciptakan keluarga sakinah, suami istri
dituntut untuk mengerti, memahami serta melaksanakan kewajibannya terhadap
pasangannya. Yang dimaksud dengan kewajiban disini adalah hal-hal yang wajib
dilakukan atau diadakan oleh salah seorang dari suami atau istri untuk memenuhi
hak dari pihak lain. Suatu pekerjaan melaksanakan kewajiban guna memenuhi
hak-hak antara suami istri inilah yang disebut fungsi keluarga, adalah pekerjaan
atau tugas yang harus dilakukan didalam atau diluar keluarga. Masalah krisis
keluarga dapat diduga muncul sebagai akibat tidak berfungsinya tugas dan
peranan keluarga yang sudah ditetapkan dalam hak dan kewajiban. Dalam buku
pegangan kursus pra nikah untuk calon pengantin disebutkan bahwa terdapat 8
(delapan) fungsi keluarga diantaranya adalah fungsi keagamaan, fungsi sosial-
budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi
sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi pembinaan lingkungan4.
4 Departemen Agama Kantor Wilayah Provinsi Jawa Barat, Petunjuk Pelaksanaan
Pembinaan Keluarga Sakinah, h., 24
4
Apabila setiap keluarga menerapkan fungsi-fungsi yang seharusnya
berjalan didalam kehidupan keluarga, maka keluarga sakinah yang merupakan
tujuan pernikahan pun akan tercapai. Namun permasalahannya bagaimana jika
dalam sebuah keluarga terdiri dari pasangan suami istri tunanetra? Bagaimana
pasangan tersebut mampu menjalankan hak dan kewajibannya dalam keluarga?
Bagaimana cara suami tunanetra menjalankan kewajibannya sebagai kepala
keluarga? Bagaimana cara suami istri menyelesaikan permasalahan dalam
keluarga? Bagaimana pasangan suami istri tunanetra menciptakan keluarga yang
sakinah? Apa pemahaman suami istri tunanetra terhadap keluarga sakinah?
Di Yayasan Raudlatul Makfufin, Kelurahan Buaran Kecamatan Serpong
Kota Tangerang Selatan terdapat 8 (Delapan) Pasang suami istri tunanetra yang
telah menjalani hidup berumah tangga selama beberapa tahun pernikahan, dalam
sebuah keluarga pasangan ini pasti terdapat permasalahan dan tantangan yang
dihadapi dalam memebentuk keluarga sakinah, tentu berbeda dengan keluarga lain
pada umumnya, bahkan mungkin lebih sulit, mengingat kondisi salah satu atau
keduanya yang kurang sempurna. Meskipun demikian, kenyataan membuktikan
bahwa pasangan ini masih bisa mempertahankan keluarganya dengan cukup baik
hingga saat ini, hal ini menjadi menarik, mengingat dalam upaya membentuk
keluarga sakinah sangat dibutuhkan usaha dan kerja keras, lalu bagaimana upaya
keluarga tunanetra ini dalam membentuk keluarga sakinah. Berdasarkan realita
tersebut, Penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh yang dituangkan dalam bentuk
skripsi dengan judul “Upaya Pasangan Suami Istri Tunanetra membentuk
Keluarga Sakinah di Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong – Tangerang
Selatan”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat di identifikasi
beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Apa makna keluarga sakinah yang dipahami oleh pasangan tunanetra?
5
2. Bagaimana pelaksanaan hak dan kewajiban suami istri bagi pasangan yang
tunanetra?
3. Apa saja upaya yang dilakukan oleh pasangan suami istri tunanetra dalam
membentuk keluarga sakinah?
4. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pasangan tunanetra dalam
membentuk keluarga sakinah?
5. Bagaimana sikap negara bagi pasangan tunanetra dalam mewujudkan
keluarga sakinah?
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini untuk menghindari pembahasan yang terlalu melebar,
penulis membatasi masalah yang dikaji hanya berkaitan dengan pemahaman
pasangan suami istri tunanetra terhadap keluarga sakinah dan upaya mereka dalam
membentuk keluarga sakinah. Dalam skripsi ini yang dimaksud dengan pasangan
suami istri tunanetra adalah pasangan suami istri yang keduanya tunanetra, suami
normal sedangkan istri tunanetra, dan suami tunanetra sedangkan istri normal.
Kemudian yang dimaksud dengan keluarga sakinah adalah sebuah keluarga yang
dibina atas perkawinan yang sah mampu memenuhi hajat spiritual dan material
secara layak dan seimbang diliputi suasana kasih sayang antar anggota keluarga
dan lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan,
menghayati dan memperdalam nilai-nilai keimanan , ketakwaan dan akhlak mulia.
Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong
Tangerang Selatan, mulai Januari 2018 sampai Maret 2018.
2. Rumusan Masalah
Permasalahan yang diteliti dalam skripsi ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
a. Bagaimana pemahaman pasangan suami istri tunanetra di Yayasan
Raudlatul Makfufin Serpong mengenai keluarga sakinah?
6
b. Apa upaya pasangan suami istri tunanetra di Yayasan Raudlatul
Makfufin Serpong dalam pembentukan keluarga sakinah?
D. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka yang menjadi tujuan
dari kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pemahaman pasangan suami istri tunanetra di Yayasan
Raudlatul Makfufin Serpong mengenai keluarga sakinah
b. Untuk mengetahui upaya pasangan suami istri tunanetra di Yayasan
Raudlatul Makfufin Serpong dalam membentuk keluarga sakinah
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
a. Penelitian ini selain bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca
pada umumnya, bahwa betapa pentingnya berkeluarga, rasa pengertian dan
saling menerima kondisi pasangan, sehingga tercipta suatu keluarga yang
tentram dan kuat dalam menghadapi tiap permasalahan yang ada dalam
membentuk keluarga sakinah
b. Sebagai sumbangan untuk memperkaya khazanah keilmuan khususnya
pada pembahasan keluarga sakinah bagi pasangan tunanetra, sehingga
kelak dapat dijadikan motivasi bagi penulis dan pembaca
.
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan “yuridis
sosiologis”. Secara yuridis yang ditelaah yakni tentang peraturan perundang-
undangan hukum perdata khususnya dalam masalah pernikahan. Sedangkan dari
segi sosiologisnya dengan mengamati pendapat/tanggapan pasangan suami istri
tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan mengenai
upaya pasangan suami istri tunanetra dalam membentuk keluarga sakinah,
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah field research (studi
lapangan), yaitu peneliti langsung ke lapangan guna mengadakan penelitian pada
7
objek yang dibahas, yakni dimaksudkan untuk mempelajari secara mendalam
mengenai suatu cara unit sosial. Dalam hal ini peneliti mencoba memahami
berbagai pendapat serta pengalaman pasangan suami istri tunanetra di Yayasan
Raudlatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan tentang keluarga sakinah serta
upaya pasangan suami istri tunanetra tersebut dalam membentuk keluarga
sakinah.
2. Sumber Data
a. Sumber Data Primer, yakni data-data yang diperoleh langsung dari
sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya, yang diperoleh
berupa data atau pendapat dari hasil wawancara dengan pasangan
suami istri tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong
Tangerang Selatan dan juga para pihak yang berkompeten.
b. Sumber Data Sekunder, yaitu data-data yang bukan diusahkan sendiri
oleh penelitii. Data sekunder ini meliputi dokumen-dokumen resmi,
buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian,
dan lainnya. Data sekunder ini membantu peneliti untuk mendapatkan
bukti maupun bahan yang akan di teliti, sehingga peneliti dapat
memecahkan atau menyelesaikan suatu penelitian yang baik.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis,
karena tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan data. Bila dilihat dari
sumber datanya, maka pengumpulan data menggunakan interview atau
wawancara
Metode interview dalam pengumpulan data pada penelitian ini merupakan
primer atau utama. Adapun teknik yang digunakan adalah interview bebas
terpimpin, yaitu kombinasi antara interview terpimpin dalam pelaksanannya
pewawancara membawa serentetan pertanyaan lengkap dan terperinci, serta
8
dilaksanakan dalam suasana santai namun serius.5 Dengan kata lain, pewawancara
mengajukan pertanyaan yang telah disusun sebelumnya, dan informan dapat
menjawab dengan bebas (tidak di tentukan oleh pewawancara tentang alternatif
jawabannya).
Di Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong terdapat 8 (Delapan) Pasang
suami istri tunanetra, yang menjadi objek penelitian ini adalah sejumlah. 5 (Lima)
Pasang. Pasangan yang diteliti ditentukan oleh pengelola Yayasan Raudlatul
Makfufin dengan syarat memenuhi kriteria yaitu,
1) Suami Tunanetra & Istri Tunanetra berjumlah 2 pasang
2) Suami Tunanetra & Istri Normal berjumlah 3 Pasang.6
Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan, dengan
mengumpulkan dan menganalisis hal-hal yang berupa buku, makalah, artikel dan
sebagainya.
4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data diproses dengan proses diatas, maka tahapan selanjutnya
adalah pengolahan data. Dan untuk menghindari agar tidak terjadi banyak
kesalahan dan mempermudah pemahaman maka peneliti dalam menyusun
penelitian ini akan melakukan beberapa upaya diantaranya adalah:
a. Editing
Editing merupakan proses penelitian kembali terhadap catatan,
berkas-berkas, informasi dikumpulkan oleh pencari data.7 Dalam hal
ini peneliti menganalisis kembali hasil penelitian yang didapatkan
5 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Sebuah Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1993), h., 127-128 6 Pada dasarnya peneliti memberikan tiga kriteria pasangan untuk menjadi objek
penelitian, yaitu Suami&Istri tunaetra, suami Tunanetra & istri normal dan suami normal & istri
tunanetra, akan tetapi untuk kriteria ke-3 (suami normal & istri tunanetra) penulis tidak
mendapatkannya di lapangan. 7 Amiruddin, Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2006), h., 45
9
seperti wawancara, observasi ataupun dokumentasi. Proses editing
diharapkan mampu meningkatkan kualitas data yang hendak diolah
dan dianalisis, karena bila data yang dihasilkan berkualitas, maka
informasi yang dibawapun juga ikut berkualitas.
b. Klasifikasi (pengelompokan)
Klasifikasi adalah mereduksi data yang ada dengan cara menyusun
dan mengklasifikasikan data yang diperoleh kedalam pola tertentu atau
permasalahan tertentu untuk mempermudah pembahasannya. Pada
penelitian ini, setelah proses pemeriksaan atas data-data yang diambil
dari masyarakat Kotalama selesai, kemudian data-data tersebut
dikelompokkan berdasarkan kategori-kategori kebutuhan akan data-
data penelitian dimaksud, dengan tujuan agar lebih mudah dalam
melakukan pembacaan dan penelaahan. Disini peneliti menelaah
kembali data yang dihasilkan kemudian mengklasifikasikan sesuai
dengan data yang diperlukan.
c. Pemeriksaan (Verifying) Data
Setelah diklasifikasikan langkah yang kemudian dilakukan adalah
verifiikasi (pemeriksaan) data yaitu mengecek kembali dari data-data
yang sudah terkumpul untuk mengetahui keabsahan datanya apakah
benar-benar sudah valid dan sesuai dengan yang diharapkan oleh
peneliti. Dalam tahap verifikasi, peneliti dapat meneliti kembali
mengenai keabsahan datanya di mulai dari responden, apakah
responden tersebut termasuk yang diharapkan peneliti atau tidak.
d. Analisis Data
Langkah selanjutnya adalah menganalisis data-datayang sudah
terkumpul kemudian mengkaitkan antara data-data yang sudah
terkumpul dari proses pengumpulan data yaitu melalui wawancara dan
observasi dengan sumber datanya seperti buku-buku Ensiklopedi,
kitab-kitab, jurnal dan lain sebagainya untuk memperoleh hasil yang
lebih efisien dan sempurna sesuai dengan yang peneliti harapkan.
10
Metode analisis yang dipakai penulis adalah deskriptif kualitatif,
yaitu analisis yang menggambarkan keadaan atau status fenomena
dengan kata-kata atau kalimat, kemudian dipisah-pisahkan menurut
kategori untuk memperoleh kesimpulan.
e. Kesimpulan
Setelah proses analisa data selesei, maka dilakukan kesimpulan
dari analisis data untuk menyempurnakan penelitian tersebut, dengan
tujuan untuk mendapatkan suatu jawaban dari hasil penelitian yang
dilakukan
5. Teknik Penulisan
Adapun Teknik penulisan menggunakan buku “Pedoman Penulisan
Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2017”
F. Review Studi Terdahulu
Dalam melakukan penelitian ini, penulis juga membaca, menelaah serta
mengambil teori dari studi-studi terdahulu, diantaranya :
1. Skripsi dengan judul “Konsep Keluarga Sakinah Menurut Keluarga Single
Parent”(Studi kasus di Desa Gumeng Kecamatan Bungah Kabupaten
Gresik) oleh Lailatul Furqoniyah, mahasiswa Peradilan Agama Fakultas
Syariah dan Hukum, Tahun 2014 dibawah bimbingan Drs. Abu Thamrin,
SH., M.Hum. Skripsi ini membahas terkait bagaimana keluarga single
parent dalam memandang keluarga sakinah . Kesimpulannya adalah, para
pelaku single parent memahami konsep keluarga sakinah, hanya saja
dalam kenyataanya, para suami atau istri pekaku single parent harus
menjalani peran ganda, baik sebagai suami maupun istri.
2. Skripsi dengan judul “Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam Kehidupan
Perkawinan Keluarga/Pasangan Tunanetra” (Studi di ITMI (Ikatan
Tunanetra Muslim Indonesia) Kabupaten Sleman) oleh Rusia Ningsih,
mahasiswa Al Akhwal Asy Syakhsiyyah Fakultas Syariah, UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta Tahun 2009 dibawah bimbingan Lebba, S.Ag., M.Si.
11
Skripsi ini membahas terkait bagaimana pasangan suami istri tunanetra
dalam menjalankan kehidupannya, yang berkaitan dengan hak dan
kewajibannya dalam keluarga. Kesimpulan nya adalah, pasangan suami
istri harus menerima satu sama lain, saling menjaga, memahami,
pengertian dan tak banyak menuntut, sehingga tercipta saling menjalankan
kewajiban serta mendapatkan hak dalam keluarga.
Dari 2 (dua) penelitian tersebut penulis mendapatkan kesimpulan
bahwasanya tampak bahwa apa yang penulis lakukan berbeda dengan apa yang
sudah dilakukan keduanya. Mereka menitik beratkan kepada hal-hal yang
mengenai pemenuhan hak dan kewajiban suami istri, sedangkan penulis lebih
kepada bagimana pemahaman suami istri tunanetra tentang keluarga sakinah dan
apa upaya keduanya untuk membentuk keluarga sakinah.
Disamping perbedaan pembahasan penelitian, perbedaan juga terdapat
pada lokasi penelitian. Keduanya melakukan penelitian di Desa Gumeng
Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik dan di ITMI (Ikatan Tunanetra Muslim
Indonesia) Kabupaten Sleman. Sedangkan penulis melakukan penelitian di
Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, Peneliti akan memberikan gambaran
mengenai hal apa saja yang akan dilakukan. Maka secara garis besar gambaran
tersebut dapat dilihat melalui sistematika skripsi berikut ini :
Bab pertama, merupakan Pendahuluan yang berisikan latar belakang
masalah, Identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metode penelitian, review studi terdahulu serta sistematika
penulisan.
Bab kedua berisikan tinjauan umum tentang Pernikahan, Keluarga Sakinah
dan Tunanetra, diawali dari pengertian pernikahan, tujuan pernikahan, rukun dan
syarat pernikahan, hukum pernikahan serta hak dan kewajiban suami istri dalam
pernikahan. Kemudian membahas keluarga sakinah, diawali dari penegertian
12
keluarga sakinah, unsur-unsur keluarga sakinah, kriteria keluarga sakinah serta
upaya pembentukan keluarga sakinah. Selanjutnya membahas tunanetra, diawali
dengan pengertian tunanetra, klasifikasi tunanetra dan dampak tunanetra.
Bab ketiga berisikan gambaran umum tentang Yayasan Raudlatul
Makfufin dimulai dari deskripsi singkat Yayasan Raudlatul Makfufin yang berisi
letak geografis, kedudukan lembaga, tugas dan wewenang serta struktur
organisasi dan kegiatan lembaga, selanjutnya membahas Deskripsi Singkat
Penghuni Yayasan Raudlatul Makfufin yang berisi kondisi umum penghuni,
kondisi sosial pendidikan, kondisi sosial keagamaan dan kondisi sosial ekonomi,
selanjutnya membahas deskripsi singkat kehidupan pasangan tunanetra di
Yayasan Raudlatul Makfufin yang berisi pengalaman hidup dari 5 (Lima)
pasangan suami istri tunanetra
Bab keempat berisikan tentang Pengalaman Pasangan Tunanetra di
Yayasan Raudlatul Makfufin yang berisi hasil penelitian dan analisis, seperti
pemahaman pasangan suami istri tunanetra tentang keluarga sakinah, serta upaya
mereka dalam membentuk keluarga sakinah
Bab kelima, penutup. Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan
kesimpulan dan saran-saran
13
BAB II
PERNIKAHAN, KELUARGA SAKINAH DAN TUNANETRA
A. Pernikahan
1. Pengertian Pernikahan
Nikah berasal dari kata nakaha, yankihu, nikahan yang berarti
mengumpulkan. Menurut bahasa, nikah berarti suatu ikatan (akad) pernikahan
dengan ketentuan hukum dan ajaran agama.1 Nikah juga berarti penggabungan
dan percampuran. dan bisa juga berarti kebersamaan, berkumpul, dan menjalin
ikatan antara suami istri.2
Nikah menurut bahasa adalah al-jam’u dan ad-dhamu yang artinya
kumpul atau bercampur. Maka nikah (zawaj) bisa diartikan dengan aqdu at-tazwij
yang artinya akad nikah. Juga bisa diartikan wath’u al-zaujah yang bermakna
menyetubuhi istri.3
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, nikah berarti perjanjian antara
seorang laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri secara resmi.4 Sedangkan
kata nikah menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis,
melakukan hubungan kelamin atau persetubuhan.5
Sedangkan menurut istilah syara’ nikah adalah akad yang meliputi rukun-
rukun dan syarat-syarat dengan tujuan istima’, menjalin rasa kasih sayang untuk
mencaai kepuasan lahir batin untuk menghindari pandangan mata yang haram
serta melestarikan keturunan yang shaleh.6 Dalam keterangan lain, nikah adalah
akad serah terima antara laki-laki dan perempuan dengan tujuan untuk saling
1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai pustaka, 1994), Cet. Ke-3, edisi ke-2, h., 179 2 Musifin As’ad dan H.Salim Basyarahil, Pernikahan dan Masalahnya.(Jakarta : Pustaka
Al-kautsar, 2002), hal., 17 3 Amir Nurudin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta:
Kencana, 2004), h., 37 4 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h., 614 5 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h., 456 6 Syamsudin Abu Abdillah, Terjemah Fathul Qarib, Pengantar Fiqih Imam Syafi’I,
(Surabaya: Mutiara Ilmu, 2010), h., 247
14
memuaskan satu sama lainnya dan untuk membentuk sebuah bahtera rumah
tangga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah.7
Dalam Islam pernikahan merupakan sunatullah yang sangat dianjurkan
karena hal itu merupakan cara yang dipilih Allah SWT untuk melestarikan
kehidupan manusia dalam mencapai kemaslahatan dan kebahagiaan hidup.8
Di dalam Al-Qur’an pernikahan banyak terdapat dalam beberapa ayat,
diantaranya dalam surat yasin (36): 36:
ا تنبت ال ا ال يعلم نفسهم وم رض ومن أ سبحان الذي خلق الزواج كلها مم ون م
Artinya: “Maha suci tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya,
baik apa yang ditumbuhkan dari bumi dan dari diri mereka maupun apa yang
tidak mereka ketahui”.
Dalam surat An Nisa (4): 1:
اس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة وخلق منها زوجها وبث منهما يا أيها الن
ثيرا ونساء رجاال ك
Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya,
dan dari keduanya Allah mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak”.
Dalam surat an nahl (16): 72:
جا وجعل لكم ن أنفسكم أزو جعل لكم م جكم م وٱلل بنين وحفدة ن أزو
Artinya: “Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kami sendiri dan
menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu anak-anak dan cucu-cucu”
Dalam Al-Quran sebagaimana diatas sudah jelas bahwa status ikatan
pernikahan adalah merupakan ikatan yang kokoh dan perjanjian yang kokoh
7 M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga Dalam Islam, (Jakarta: Prenada
Media, 2004), h., 12 8 As-Sayid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, (Beirut: Dar Al-Kitab Al-Anabi, 1973), h., 6
15
(mitsaqan ghalidzan), oleh karena itu, maka pernikahan harus dilakukan secara
benar.
Secara istilah nikah dapat didefinisikan sebagaimana yang dijelaskan oleh
beberapa ulama, yaitu :
a. Imam Jalaluddin al-Mahalli dalam kitabnya al-Mahalli
وشرعا يتضمن اباحة وطئ بلفظ انكاح او تزويج
“Nikah menurut syara’ (istilah) adalah suatu akad yang membolehkan
wath’I (hubungan seksual) dengan menggunakan lafadz Inkah atau
Tazwij”.9
b. Menurut Imam Syafi’I :
ن ملك وط ما انكاح او تزويج او معناه ئ بلفظ النكاح بانه عقد يتضم
“Adakalanya suatu akad yang mencangkup kepemilikan terhadap wath’I
dengan lafadz inkah atau tazwij atau dengan menggunakan lafaz yang
semakna dengan keduanya”.10
c. Menurut Imam Hambali
ى منفعة االستمتاع عقد بلفظ انكاح او تزويج علالنكاح هو
“suatu akad yang dilakukan dengan menggunakan lafaz inkah atau tazwij
untuk mengambil kenikmatan (kesenangan).11
d. Menurut Imam Maliki
بينة قبلة غيرية غير موجب قيمتها بالنكاح بانه عقد على مجرد متعة التلدد بادم
“nikah adalah suatu akad yang mengandung ketentuan hukum semata-
mata untuk membolehkan watha’, bersenang-senang dan menikmati apa
yang ada pada diri seseorang perempuan yang boleh dinikahinya.
e. Menurut Imam Hanifah
اح بانه عقد يفيد ملك المتعة قصداالنك
“Nikah adalah suatu akad dengan tujuan memiliki kesenangan dengan
sengaja”.
9 Jalaluddin Al-Mahalli, Al-Mahalli, Juz III, (Indonesia, Nur Asia, t,th), h., 206 10 Jalaluddin Al-Mahalli, Al-Mahalli, h., 3 11 Jalaluddin Al-Mahalli, Al-Mahalli,, h., 4
16
Adapun asas pernikahan dalam Islam adalah monogami (tawahud al-
zawj), sedangkan prinsip pernikahan adalah kerelaan (al-taraadli), kesetaraan (al-
musawah), keadilan (al-adalah) , kemaslahatan (al-maslahah), pluralisme (al-
ta’addudiyah), dan demokrasi (al-muqrathiyah). Asas-asas dan prinsip pernikahan
tersebut berpegang pada konsep al-kulliyatu al-khams/ad-dharuriyat al-khams
yaitu menjaga agama, akal. Jiwa, keturunan dan harta sebagai dasar filosofinya.12
Dalam hukum positif pernikahan di jelaskan dalam Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yaitu : “Perkawinan adalah ikatan lahir
batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami-istri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarakan
Ketuhanan Yang Maha Esa”.13
Ada beberapa hal dari rumusan tersebut yang perlu di perhatikan :14
Pertama, digunakannya kata “seorang pria dengan seorang wanita”
mengandung arti bahwa pernikahan itu hanyalah antara jenis kelamin yang
berbeda. Hal ini menolak pernikahan sesame jenis yang waktu ini telah dilegalkan
oleh beberapa negara barat.
Kedua, digunakannya ungkapan “sebagai suami istri” mengandung arti
pernikahanitu adalah bertemunya jenis kelamin yang berbeda dalam suatu rumah
tangga, bukan hanya dalam istilah “hidup bersama”.
Ketiga, dalam definisi tersebut disebutkan tujuan pernikahan, yaitu
membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal, yang menafikan sekaligus
pernikahan temporal sebagaimana yang berlaku dalam pernikahan mut’ah dan
pernikahan tahlil.
Keempat, disebutkannya berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
menunjukan bahwa pernikahan itu bagi Islam adalah peristiwa agama dan
dilakukan untuk memenuhi perintah agama.
12 Tim Pengurus Utama Gender, Pembaruan Hukum Islam, CLD KHI, (Jakarta: Depag
RI, 2004), h., 142 13 Undang-undang perkawinan: UU No, 1 Th. 1974, PP No.9 Th. 197, PP No.10 Th.1983,
(Semarang:Beringin Jaya), h., 7 14 Mardani, Hukum Pernikahan Islam di Dunia Islam Modern, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011), h., 5
17
Pencantuman berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa adalah karena
Negara Indonesia berdasarkan kepada pancasila yang sila pertamanya berbunyi
Ketuhanan Yang Maha Esa. Sampai disini tegas dinyatakan bahwa pernikahan
mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama, kerohanian, sehingga
pernikahan bukan saja mempunyai unsur lahir atau jasmani tetapi juga memiliki
unsur batin atau rohani.15
Sedangkan dalam pasal 2 Kompilasi Hukum Islam tentang Dasar-dasar
Pernikahan menyebutkan bahwa : “Pernikahan adalah akad yang sangat kuat atau
mitsaqon ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya
merupakan ibadah”.16 Kata mitsaqan ghalidzan tersebut diambil dari firman
Allah SWT dalam surat An-Nisa (4): 21:
اقا غليظاذن منكم ميث أفضى بعضكم إلى بعض وأخ وكيف تأخذونه وقد
Artinya: “Bagaimana kamu akan mengambil mahar yang telah kamu berikan
kepada istrimu, padahal. Sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang
lain sebagi suami istri , dan merka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu
perjanjian yang kuat (mitsaqan ghalidzan)”.
2. Tujuan Pernikahan
Tujuan pernikahan menurut agama Islam ialah untuk memenuhi petunjuk
agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia.
Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota keluarga. Sejahtera
artinya terciptanya ketenangan lahir dan batinnya, sehingga timbullah
kebahagiaan, yakni kasih sayang antar anggota keluarga.17
Dalam keterangan lain, tujuan pernikahan dalam Islam adalah untuk
memenuhi tuntutan hajat tabiat kemanusiaan, untuk berhubungan antara laki-laki
dan perempuan dalam rangka mewujudkan suatu keluarga yang bahagia dengan
dorongan dasar cinta kasih, serta untuk memperoleh keturunan yang sah dalam
15 Amir Nurudin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia,
(Jakarta: Kencana, 2004), h., 43 16 Tim Tedaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Nuansa Aulia, 2011),
h., 2 17 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h., 22
18
masyarakat dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh syariah
sehingga dari keluarga-keluarga itu akan membentuk suatu umat, yaitu umat
Islam.18
Selain itu ada pendapat yang mengatakan bahwa tujuan pernikahan dalam
Islam selain untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani manusia, juga
sekaligus untuk membentuk keluarga dan memelihara serta meneruskan keturunan
dalam menjalankan hidupnya di dunia ini, juga untuk mencegah perzinahan, agar
tercipta ketenangan dan ketentraman jiwa bagi yang bersangkutan, ketentraman
keluarga dan masyarakat.19.
Dalam hukum positif, tujuan pernikahan tertera jelas dalam Undang-
undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, yang merumuskan bahwa:
“Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarakan Ketuhanan Yang Maha Esa”
Dari rumusan tersebut dapat dimengerti bahwa tujuan pokok pernikahan
adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Untuk itu suami istri perlu
saling membantu agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya,
membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan material. Selain itu, tujuan
material yang akan diperjuangkan oleh suatu perjanjian pernikahan mempunyai
hubungan yang erat sekali dengan agama, sehingga bukan saja mempunyai unsur
lahir atau jasmani, tetapi unsur batin atau rohani juga yang mempunyai peranan
penting.
Jadi, pernikahan adalah suatu perjanjian yang dilakukan oleh dua orang
laki-laki dan perempuan dengan tujuan material, yaitu membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,
sebagai asas pertama dalam pancasila. Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan
pernikahan dapat dirumuskan sebagai berikut :20
18 M. Thalib, Analisa dan Bimbingan Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1987), h., 119 19 Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Pernikahan, (Jakarta: Bulan
Bintang,1987), h., 13 20 Idris Ramulyo, Hukum Pernikahan Islam Suatu Analisis Drai Undang-Undang No. 1
Tahun 1974, (Jakarta: Bumi Askara, 1996), h., 21
19
a. Melaksanakan ikatan pernikahan antara pria dan wanita yang
sudahdewasa guna membentuk kehidupan rumah tangga
b. Mengatur kehidupan seksual antar seorang laik-laki dan perempuan
sesuai dengan ajaran dan firman Tuhan Yang Maha Esa
c. Memperoleh keturunan untuk melanjutkan kehidupan kemanusiaan
dan selanjutnya memelihara pembinaan terhadap anak-anak untuk
masa depan
d. Memberikan ketetapan tentang hak kewajiban suami dan istri dalam
membina kehidupan keluarga
e. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang terartur, tentram dan damai
dalam suatu ikatan pernikahan
3. Rukun dan Syarat Pernikahan
Rukun adalah sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah atau tidaknya
sesuatu pekerjaan, dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian perkerjaan itu.21
Adapun rukun nikah adalah:
a. Mempelai laki-laki
b. Mempelai perempuan
c. Wali
d. Dua orang saksi
e. Sighat ijab Kabul
Sedangkan syarat adalah sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah
atau tidaknya suatu pekerjaan, tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkaian
pekerjaan itu.
Adapun syarat pernikahan adalah :
a. Syarat-syarat suami
1) Bukan mahram dari calon istri
2) Tidak terpaksa atas kemauan sendiri
3) Orang nya tertentu, jelas orangnya
21 Ahmad Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, (Jakarta: Rajawali Press, 2009),
h., 12
20
4) Tidak sedang ihram
b. Syarat-syarat istri
1) Tidak ada halangan syarak, yaitu tidak bersuami, bukan
mahram, tidak sedang dalam iddah
2) Merdeka, atas kemauan sendiri
3) Jelas orangnya
4) Tidak sedang berihram
c. Syarat-syarat wali
1) Laki-laki
2) Baligh
3) Waras akalnya
4) Tidak dipaksa
5) Adil
6) Tidak sedang ihram
d. Syarat-syarat saksi
1) Laki-laki
2) Baligh
3) Waras akalnya
4) Adil
5) Dapat mendengar dan melihat
6) Bebas, tidak dipaksa
7) Tidak sedang mengerjakan ihram
8) Memahami bahasa yang dipergunakan untuk ijab kabul
4. Hukum Pernikahan
Syariat nikah berupa anjuran dan beberapa keutamaannya merupakan
realita yang tidak ada perdebatan di dalamnya. Nikah pada satu sisi adalah sunnah
yang dilakukan para Nabi dan Rasul dalam upaya penyebaran dan penyampaian
Risalah Illahiyah. Nikah pada sisi yang lain, berfungsi sebagai penyambung
21
keturunan agar silsilah keluarga tidak terputus yang berarti terputusnya mata
rantai sejarah dan hilangnya keberadaan status sosial seseorang.22
Kesinambungan mata rantai sebuah keluarga amat penting bagi generasi
hadapan agar mereka berkaca dan meneladani hal-halyang baik dan menjauhi hal-
hal yang buruk. Meskipun demikian, tidak berarti diambil kesimpulan bahwa
menikah menjadi sesuatu hal yang mutlak adanya tanpa melihat beberapa kondisi
pendukungnya.
Untuk mengetahui kedudukan nikah dilihat dari sudut pandang hukum
perlu dikemukakan beberapa hukum nikah. Menurut perspektif fikih, nikah
disyariatkan dalam Islam berdasarkan Al-Quran, As-Sunnah dan Ijma’. Ayat
yang menunjukan nikah disyariatkan adalah firman Allah dalam surat An-Nur
(24): 32, berikut :23
الحين من عبادكم و إمائكم إن يكونوا فقراء يغنهم هللا و أنكحوا اليامى منكم و الص
ليم واسع ع من فضله و هللا
Artinya: "Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-
orang yang layak (untuk kawin) diantara hamba-hamba sahayamu yang laki-laki
dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan
memeberikan kemampuan kepada merek adengan karunia-Nya".
Tentang hukum melakukan pernikahan, Ibnu Rusyd menjelaskan
segolongan fuqoha, yakni jumhur ulama berpendapat bahwa nikah itu hukumnya
sunnah, golongan Zahiriah berpendapat bahwa nikah itu hukumnya wajib, para
ulama Malikiyah Mutaakhiriin berpendapat bahwa nikah itu wajib untuk sebagian
orang, sunnat untuk sebagian lainnya dan mubah bagi segolongan yang lain.24
Hukum nikah sangat erat hubungannya dengan pelakunya, dilihat dari segi
kondisi orang yang melaksanakan serta tujuan melaksanakannya, maka
22 Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan, .(Jakarta : Prima Heza Lestari), h., 7 23 Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga,
(Jakarta:Elsas, 2008), h.,4-5 24 Abdul Rahman Ghozali, Fikih Munakaha., h., 16
22
melakukan pernikahan itu dapat dikenakan hukum wajib, sunat, haram, makruh
ataupun mubah.25
a. Hukum wajib mekakukan pernikahan
Orang yang diwajibkan kawin, ialah orang yang sanggup untuk kawin,
sedang ia khawatir terhadap dirinya akan melakukan p0erbuatan yang dilarang
Allah melakukannya. Sehingga melakukan pernikahan merupakan satu-satunya
jalan baginya untuk menhindakan diri dari perbuatan yang dilarang Allah,
berdasarkan hadist Nabi SAW :
عن عبد هللا بن مسعود قال : قال لنا رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يا معشر الشباب ،
، ومن لم يستطع من استطاع منكم الباءة فليتزوج فإنه أغض للبصر ، وأحصن للفرج
فعليه بالصوم فإنه له وجاء )رواه بخارئ مسلم(
Artinya: “Dari Abdullah bin Mas’ud berkata, telah berkata kepada kami
Rasulullah SAW: “Hai sekalian pemuda, barang siapa diantara kamu yang telah
sanggup kawin, maka hendaklah ia kawin, maka sesungguhnya kawin itu
menghalangi pandangan (terhadap yang dilarang oleh agama) dan memlihara
faraj. Dan barang siapa yang tidak sanggup, hendaklah ia bepuasa, karena puasa
itu adalah perasai baginya”. (HR. Bukhori dan Muslim).26
b. Hukum Sunnah melakukan pernikahan
Orang yang telah memiliki kemauan dan kemampuan untuk
melangsungkan pernikahan, tetapi kalau tidak nikah tidak dikhawatirkan berbuat
zina, maka melakukan pernikahan bagi orang tersebut adalah sunnat. Alasannya
anjuran Al-Quran seperti dalam surat An-Nur ayat 32 dan hadist Nabi yang
diriwayatkan Bukhori dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud tersebut berbentuk
perintah, tetapi berdasarkan qarinah-qarinah yang ada, perintah Nabi tidak
memfaedahkan hukum wajib, tetapi hukum sunnat saja.27
25 Abdul Rahman Ghozali, Fikih Munakahat, h., 18 26 Imam Muslim, Shahih Muslim, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiah, t.th), h., 304 27 Abdul Rahman Ghozali, Fikih Munakahat, h., 20
23
c. Hukum Haram melakukan pernikahan
Melakukan pernikahan menjadi haram apabila orang yang melakukannya
tidak mempunyai keinginan dan kemampuan, serta tanggung jawab untuk
menjalankan kewajiban-kewajibandalam berkeluarga. Disamping itu haram
hukumnya bagi orang yang yakin akan menzalimi dan membawa mudharat
kepada istrinya karena ketidakmampuan dalam member nafkah lahir batin.28 Allah
SWT berfirman dalam surat al-baqarah (2): 195 :
لى التهلكة وال تلقوا بأيديكم إ
Artinya: "Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan".
d. Hukum makruh melakukan pernikahan
Orang yang makruh melakukan pernikahan ialah orang yang tidak
mempunyai kesanggupan untuk kawin (dibolehkan melakukan pernikahan tetapi
ia dikhawatirkan tidak dapat mencapai tujuan pernikahannya),29 karena itu
dianjurkan sebaiknya ia tidak melakukan pernikahan. Firman Allah SWT dalam
surat An-Nur (24): 33 :
هللا من فضله ا حتى يغنيهم و ليستعفف الذين ال يجدون نكاح
Artinya: Hendaklah menahan diri orang-orang yang tidak memperoleh (alat-alat)
utnuk nikah, hingga Allah mencukupkan dengan sebahagiaan karunia-Nya”.
e. Hukum Mubah melakukan Pernikahan
Bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukannya, tetapi
apabila tidak melakukannya tidak khawatir akan berbuat zina dan apabila
melakukannya juga tidak akan menelantarkan istri. Pernikahan orang tersebut
hanya didasarkan untuk meemnuhi kesenangan bukan dengan tujuan menjaga
kehormatan agamanya dan membina keluarga sejahtera. Hukum mubah ini juga
28 Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, h., 6 29 Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam tentang Pernikahan, h., 24
24
ditujukan bagi orang yang antara pendorong dan penghambatnya itu sama,
sehingga menimbulkan keraguan orang yang akan melakukan kawin.30
Sedangkan, jika dilihat dari hukum Indonesia, maka tak lepas dari
Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan, berdasarkan pasal 2 ayat
(1), perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
agama dan kepercayaannya. Serta pasal dua ayat (2), menyatakan tiap-tiap
perkawinan dicatat menurut peraturan perundangan yang berlaku. Sehingga,
setiap perkawinan harus tercatat di Kantor Urusan Agama.31.
Hukum pernikahan didasarkan pada alasan pernikahan, yang
dikelompokan menjadi lima, yaitu:
1) Wajib, bagi seseorang yang sudah cukup umur, mampu member
nafkah, dan khawatir tidak mampu menahan nafsu atau takut berzina
2) Sunnah, bagi seseorang yang sudah mempunyai kemampuan member
nafkah dan berkeinginan melangsungkan pernikahan
3) Haram. Bagi seseorang yang mempunyai maksud menyakiti hati
suami/istri atau menyia-nyiakannya
4) Mubah, bagi seseorang yang belum mampu memberi nafkah,
sementara dirinya tidak mampu menahan nafsu dan khawatir akan
berzina
5) Makruh, bagi orang yang belum sanggup memberikan nafkah,
sementara dia masih mampu menahan nafsu yang mengarah pada
zina.32
30 Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam tentang Pernikahan, h., 25 31 BKKBN, Buku Pegangan Petugas BP4 tentang Kursus Calon Pengantin, (Jakarta:
BKKBN, 2004), h., 3 32 BKKBN, Buku Pegangan Petugas BP4 tentang Kursus Calon Pengantin, h., 4
25
Melihat dari penjelasan diatas, menurut penulis seseorang dapat dihukumi
wajib, sunah, haram, makruh ataupun mubah dalam melakukan pernikahan yaitu
dengan melihat dari kondisi orang tersebut.
5. Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam Pernikahan
Apabila akad nikah telah berlangsung dan memenuhi syarat rukunnya,
maka menimbulkan akibat hukum. Dengan demikian, akad tersebut menimbulkan
juga hak serta kewajibannya selaku suami istri dalam keluarga, yang meliputi hak
suami istri secara bersama, hak suami atas istri, dan hak istri atas suami,
diantaranya:33
a. Hak dan kewajiban suami istri
Jika suami istri sama-sama menjalankan tanggung jawabnya
masing-masing, maka akan terwujudlah ketentraman dan ketenangan
hatisehingga sempurnalah kebahagiaan hidup berumah tangga. Dengan
demikian, tujuan hidup berkeluarga akan terwujud sesuai dengan
tuntunan agama, yaitu sakinah, mawadah, dan rahmah.
1) Hak bersama suami istri
Dengan adanya akad nikah, maka antara suami dan istri
mempunyai hak dan tanggung jawab secara bersama, yaitu sebagai
berikut:34
a) Suami dan istri dihalalkan mengadakan hubungan seksual.
Perbuatan ini merupakan kebutuhan suami istri yang
dihalalkan secara timbale balik, suami halal melakuka apa saja
terhadap istrinya, demikian pula sebaliknya. Mengadakan
kenikmatan hubungan merupakan hak bagi suami istri yang
dilakukan secraa bersamaan
33 Ahmad Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, h.,153 34 Ahmad Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, h.,155
26
b) Haram melakukan pernikahan, artinya baik suami maupun
istri tidak boleh melakukan pernikahan dengan saudaranya
masing-masing
c) Dengan adanya ikatan pernikahan, kedua belah pihak saling
mewarisi apabila salah seorang diantara keduanya telah
meninggal meskipun belum bersetubuh
d) Anak mempunyai nasab yang jelas
e) Kedua belah pihak wajib bertingkah laku dengan baik
sehingga dapat melahirkan kemesraan dalam kedamaian
hidup.
2) Kewajiban bersama suami istri
Dalam Kompilasi Hukum Islam disebutkan bahwa, kewajiban
suami istri, secara rinci adalah sebagai berikut:35
a) Suami istri memilkul kewajiban yang luhur untuk menegakan
rumah tangga yang sakinah, mawadah dan rahmah yang
menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat
b) Suami istri wajib saling mencintai, menghormati, setia, dan
memberi bantuan lahir batin
c) Suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan
memelihara anak-anak mereka, baik mengenai pertumbuhan
jasmani, rohani, maupun kecerdasannya, serta pendidikan
agamanya
d) Suami istri wajib memelihara kehormatannya
e) Jika suami istri melalaikan kewajibannya, masing-masing
dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Agama.
35 Ahmad Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat., h.155
27
3) Hak dan Kewajiban Suami terhadap Istri
a) Hak suami atas istri
Diantara beberapa hak suami terhadap istrinya, yang paling
pokok adalah :
(1) Ditaati dalam hal-hal yang tidak maksiat
(2) Istri menjaga dirinya sendiri dan harta suami
(3) Menjauhkan diri dari mencampuri sesuatu yang dapat
menyusahkan suami
(4) Tidak bermuka masam di hadapan suami
(5) Tidak menunjukan keadaan yang tidak disenangi suami36
b) Kewajiban Suami terhadap Istri
Kewajiban suami terhadap istri mencangkup kewajiban materi
berupa kebendaan dan kewajiban non materi yang bukan berupa
kebendaan. Kewajiban materi berupa kebendaan tentu sesuai dengan
penghasilan suami, kewajiban materi berupa kebedaan seperti:
(1) Memberi nafkah, pakaian dan tempat tinggal
(2) Biaya rumah tangga, biaya perawatan, dan biaya pengobatan
bagi istri dan anak
(3) Biaya pendidikan bagi anak
c) Kewajiban Istri terhadap Suami
Diantara beberapa kewajiban seorang istri terhadap suami adalah
sebagai berikut:
36 Ahmad Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, h., 158
28
(1) Taat dan patuh kepada suami
(2) Pandai mengambil hati suami melalui makanan dan minuman
(3) Mengatur rumah dengan baik
(4) Menghormati keluarga suami
(5) Bersikap sopan, penuh senyum kepada suami
(6) Tidak mempersulit suami, dan selalu mendorong suami untuk
maju
(7) Ridha dan syukur terhadap apa yang diberikan suami
(8) Selalu berhemat dan suka menabung
(9) Selalu berhias, bersolek untuk atau di hadapan suami
(10) Jangan selalu cemburu buta
Selain penjelasan diatas, dalam Undang-undang Perkawinan ada Bab
tersendiri yang mengatur mengenai Hak dan Kewajiban Suami Istri, yaitu
berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tetang Perkawinan, suami istri
memiliki kewajiban sebagai berikut :37
a. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan
suami dalam kehidupan berumah tangga dan pergaulan hidup
bermasyarakat
b. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum
c. Suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga
d. Suami istri mempunyai tempat kediaman yang tetap
e. Suami istri wajib saling mencintai, hormat-menghormati. Setia
member bantuan kahir, dan batin kepada pasangannya
37 BKKBN, Buku Pegangan Petugas BP4 tentang Kursus Calon Pengantin, (Jakarta:
BKKBN, 2004), h., 5
29
f. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala keperluan
hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya
g. Istri wajib mengatur urusan rumah tangga dengan sebaik-baiknya
h. Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya, masing-masing dapat
mengajukan gugatan kepada Pengadilan Agama.
Bagaimanapun hak dan kewajiban tersebut hendaklah dilakukan
sebagaimana yang tertuang dalam pasal 33 undang-undang perkawinan, dimana
suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia, dan
memberikan bantuan lahir batin yang satu pada yang lain.
Dalam satu keluarga, tak lengkap jika rasanya hanya terdiri dari pasangan
suami-istri, tentu hadirnya seorang anak akan melengkapi susunan keluarga
tersebut, namun hal ini tentu berlaku otomatis bagi orangtua untuk melaksanakan
kewajibannya terhadap anak, dan anak itu sendiri berhak mendapatkan hak-
haknya sebagai seorang anak. Di Indonesia, anak-anak dilindungi oleh Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak
(UUPA). Dan kewajiban anak terhadap orang tua pun terdapat didalamnya, yaitu
pada Pasal 26 Ayat 1UUPA yang menyebutkan bahwa “orang tua berkewajiban
dan bertanggungjawab untuk mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi
anak; membiayai mulai dari pangan, sandang, pendidikan; menumbuh
kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya; dan mencegah
terjadinya perkawinan pada usia anak-anak”.38
Oleh karena itu, ayah ibu dan anak merupakan satu paket lengkap dalam
sebuah keluarga, seperti yangtelah tertuang pada UU No. 52 Tahun 2009 tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga, disebutkan bahwa
“keluarga adalah untit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau
suami, istri dan anak, atau ayah dan anak, atau ibu dan anak. Tugas utama
keluarga adalah memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial anggota
keluarganya mencangkup pemeliharaan dan perawatan anak-anak, pembimbingan
38 BKKBN, Buku Pegangan Petugas BP4 tentang Kursus Calon Pengantin, h., 8
30
perkembangan kepribadian anak-anak, dan memenuhi kebutuhan emosional
anggota keluarganya”.39
B. Keluarga Sakinah
1. Pengertian Keluarga Sakinah
Keluarga sakinah terdiri dari dua kata, yaitu kata keluarga dan sakinah.
Keluarga dalam istilah fikih disebut Usrah atau Qirabah yang telah menjadi
bahasa Indonesia yakni kerabat.40 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
keluarga adalah sanak saudara.41 Sedangkan kata sakinah dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah damai, tempat yang aman dan damai. Sakinah berasal
dari kata “sakana-yaskunu-sakinatan” yang berarti rasa tentram, rasa aman, dan
damai.42
Kata sakinah berasal dari sakana yang mempunyai makna berlawanan
(antonim) dari guncangan atau gerakan. Dari sini muncul kata sakan (tempat
tinggal menetap) yang berarti segala sesuatu yang membuat seseorang menetap
padanya karena kecintaan. Begitu pula kata sikkin (pisau) karena dipakai
menyembelih dan karenanya mendiamkan semua gerakan sembelihan, lalu kata
sakinah yang berarti ketenangan atau kedamaian (al-waqar). Menurut Ibnu
Abbas, sebagaimana dikutip dalam Tajul-‘Arus min Jawahiril-Qamus, bahwa
semua kata sakinah dalam Al-Qur’an mempunyai makna tenteram, damai, tenang
(tuma’ninah).43
Secara terminologi, keluarga sakinah adalah keluarga yang tenang,
tentram, rukun, dan damai. Dalam keluarga itu terjalin hubungan mesra dan
39 BKKBN, Buku Pegangan Petugas BP4 tentang Kursus Calon Pengantin, h., 14 40 Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Ilmu Fiqh, (Jakarta:
Departemen Agama, 1984/1985), Jilid II, Cet. Ke-2, h., 156 41 Muhamad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Modern, (Jakarta: Pustaka Amani, tt), h., 175 42 Poewadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976) h.,
851 43Departemen Agama RI, Membangun Keluarga Harmonis (Tafsir Al-Qur’an Tematik),
(Jakarta: Departemen Agama RI, 2008), h., 2-4.
31
harmonis, diantara semua anggota keluarga dengan penuh kelembutan dan
kasih sayang.44
Keluarga sakinah adalah keluarga yang mebndapatkan limpahan rahmat
dan berkah dari Allah, menjadi dambaan dan idaman setiap insane sejak
merencanakan pernikahan, serta merupakan tujuan dari pernikahan itu sendiri.45
firman Allah dalam Surat Ar-Rum (30): 21 :
ة إن ومن آياته أن خلق لكم من أنفسكم أزواجا لتسكنوا إليها وجعل بينكم مودة ورحم
في ذلك آليات لقوم يتفكرون
Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tentram kepadanya, dan dijadikan diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir”.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa keluarga sakinah merupakan impian dan
harapan setiap muslim yang melangsungkan pernikahan dalam rangka melakukan
pembinaan keluarga. Demikan pula dalam keluarga terdapat peraturan-peraturan
baik yang secara rinci maupun global yang mengatur tiap individu maupun
keseluruhanya sebagai kesatuan. Islam memberikan ajaran agar rumah tangga
menjadi surga yang dapat menciptakan ketentraman, ketenangan dan kebahagiaan.
Dalam upaya mengantisipasi pengaruh budaya luar yang negativ. Demikanlah ciri
khas keluarga sakinah yang Islami. Mereka (suami- istri) berserikat dalam rumah
tangga itu untuk berkhidmat pada aturan dan beribadah kepada Allah SWT.46
Berdasarkan Keputusan Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan
Haji Nomor : D/71/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Keluarga
Sakinah Bab III Pasal 3 menyatakan bahwa Keluarga Sakinah adalah keluarga
yang dibina atas pernikahan yang sahm mampu memenuhi hajat spiritual dan
material secara layak dan seimbang, diliputi suasana kasih sayang antara anggota
44 Hasan Basri, Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: Pustaka Antara, 1996), cet. Ke-4,
h., 16 45 Hasan Basri, Membina Keluarga Sakinah, h., 17 46 Cahyadi Takariawan, Pernik-pernik Rumah Tangga Islami, (Surakarta: Intermedia,
2001), Cet Ke-3, h., 37
32
keluarga dan lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan,
menghayati dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlak
mulia.47
Dalam beberapa definisi diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
keluarga sakinah adalah sebuah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak yang hidup secara harmonis, diliputi rasa kasih sayang,
terpenuhinya kebutuhan setiap anggota keluarga, baik lahir maupun batin secara
seimbang dan didalamnya terdapat ketenangan, kedamaian serta mengamalkan
ajaran agama sekaligus merealisasikan akhlak mulia.
2. Unsur-unsur Keluarga Sakinah
Suatu keluarga dapat disebut keluarga sakinah apabila telah memenuhi
kriteria antara lain:48 kehidupan keagamaan dalam keluarga, dari segi
keimanannya kepada Allah murni tidak melakukan kesyirikan, taat terhadap
ajaran Allah dan Rasul-Nya, cinta kepada Rasulullah dengan mengamalkan
misinyang diembannya, mengimani kitab-kitab Allah dan Al-Qur’an, mempelajari
dan memperdalam maknanya, mengimani yang ghaib, hari pembalasan serta
mengimani qadla dan qadar, sehingga ia berupaya untuk mencapai yang terbaik,
sabar dan tawakal menerima qadar Allah. Dari segi ibadah, mampu melaksanakan
ibadah sunnah seperti shalat dhuha, puasa sunnah senin dan kamis dan
sebagainya.
Dari segi pengetahuan agama, memiliki semangat untuk memepelajari,
memahami dan memperdalam ajaran islam, taat melaksanakan tuntunan akhlak
yang mulia, disamping itu kondisi rumah nya islami.
Di samping itu pendidikan keluarga dalam suatu keluarga, orang tua
mempunyai kewajiban untuk memberikan motivasi terhadap pendidikan formal
bagi setiap anggota keluarga, membudayakan suka membaca, mendorong anak-
47 Departemen Agama Kantor Wilayah Propvinsi Jawa Barat Bidang Urusan Agama
Islam, Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Keluarga Sakinah, (Bandung: Departemen Agama
Provinsi Jawa Barat, 2004), h., 21 48 Imam Musbikin, Membangun Keluarga Sakinah,(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2007) h.,
8
33
anak untuk melanjutkan dan menyelesaikan sekolahnya terutama bila mampu
sampai tingkat sarjana
Selanjutnya kesehatan keluarga, semua anggota keluarga menyukai
olahraga, sehingga tidak mudah sakit, kalau ada yang sakit segera menggunakan
pertolongan puskesmas atau dokter, mendapatkan imunisasi pokok, keadaan
rumah dan lingkungan memenuhi kriteria lingkungan rumah sehat, mendapatkan
cahaya matahari yang cukup, sanitasi lengkap dan lancar, lingkungan rumah
bersih ada saluran pembuangan air, tidak terdapat sarang nyamuk dan sebagainya.
Kemudian ekonomi keluarga, suami atau istri mempunyai penghasilan
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok, pengeluaran tidak melebihi
penghasilan yang cukup mampu menabung, kebutuhan pokok yang harus
dipenuhi kebutuhan makan sehari-hari, sandang, tempat tinggal, pendidikan,
kesehatan dan sebagainya
Terakhir hubungan sosial keluarga yang harmonis, hubungan suami istri
saling mencintai, menyayangi, menghormati, mempercayai, membantu, saling
terbuka dan bermusyawarah bila mempunyai masalah dan saling memaafkan.
Demikian pula hubungannorang tua tehadap anak, orang tua mampu menunjukan
rasa cinta dan kasih sayangnya, memberikan perhatian, bersikap adil, mampu
membuat suasana terbuka sehingga anak merasa bebas mengutarakan
permasalahannya sehingga suasana rumah tangga itu mampu menjadi tempat
bernaung yang indah, aman dan segar.49
Begitu pula hubungan anak dan orang tua, anak terhadap orang tua
berkewajiban menghormati, mentaati dan menunjukan cinta dan kasih sayangnya
terhadap orang tua dan tak kalah pentingnya si anak selalu mendoakannya.
Sedangkan hubungan dengan tetangga, diupayakan menjaga keharmonisan
dengan jalan saling menolong, menghormati, mempercayai dan mampu ikut
berbahagia terhadap kebahagiaan tetangganya dan ikut berduka atas duka
tetangganya, mampu tidak bermusuhan dan mampu saling memaafkan
Keluarga sakinah dapat tercipta apabila lima aspek pokok kehidupan
keluarga terpenuhi dengan mewujudkan kehidupan bersama, menciptakan suasana
49 Imam Musbikin, Membangun Keluarga Sakinah, h., 15
34
keislaman, pendidikan keluarga yang mantap, kesehatan yang terjamin, ekonomi
keluarga yang stabil, hubungan intern dan antar keluarga harmonis dan terjalin
hubungan yang baik. Inilah gambaran keluarga sakinah sebagai upaya membina
bangsa, sebab keluarga merupakan miniature masyarakat dan bangsa.50
3. Kriteria dan Tahapan Keluarga Sakinah
Dalam Program Pembinaan Keluarga Sakinah disusun kriteria-kriteria
umum keluarga sakinah yang terdiri dari Keluarga Pra Sakinah, Keluarga Sakinah
I, Keluarga Sakinah II, Keluarga Sakinah III, dan Keluarga Sakinah III Plus yang
dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan kondisi masing-masing daerah.
Uraian masing-masing kriteria sebagai berikut :51
a. Keluarga Pra Sakinah: yaitu keluarga yang dibentuk bukan melalui
ketentuan pernikahan yang sah, tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar
spiritual dan material (basic need) secara mnimal, sepeti keimanan,
shalat, zakat fitrah, puasa, sndang, pangan, papan dan kesehatan.
b. Keluarga Sakinah I: yaitu keluarga yang dibangun atas pernikahan
yang sah dan telah dapat memenuhi kebutuhan spiritual dan material
secara minimal tetapi masih belum bisa memenuhi psikologisnya
seperti kebutuhan akan pendidikan, bimbingan keagamaan dalam
keluarganya, mengikuti interaksi sosial keagamaan dengan
lingkungannya.
c. Keluarga Sakinah II: yaitu keluarga yang dibangun atas pernikahan
yang sah dan disamping telah dapat memenuhi kebutuhan
kehidupannya juga telah mampu memahami pentingnya pelaksanaan
ajaran agama serta bimbingan keagamaan dalam keluarga serta mampu
mengadakan interaksi sosial keagamaan dengan lingkungannya, tetapi
belum mampu mengahayati serta mengembangkan nilai-niali
keimanan, ketaqwaan, dan akhlaqul karimah, infaq, zakat, amal
jariyah, menabung dan sebagainya.
50 Imam Musbikin, Membangun Keluarga Sakinah, h., 9 51 Departemen Agama Kantor Wilayah Propvinsi Jawa Barat Bidang Urusan Agama
Islam, Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Keluarga Sakinah, h., 21-25
35
d. Keluarga Sakinah III: yaitu keluarga yang dapat memenuhi seluruh
kebutuhan keimanan, ketaqwan, akhlaqul karimah, sosial psikologis,
dan pengembangan keluarganya, tetepi belum mampu menjadi suri
tauladan bagi lingkungannya
e. Keluarga Sakinah III Plus: yaitu keluarga yang telah dapat memeuhi
seluruh kebutuhan keimanan, ketaqwaan, dan akhlaqul karimah secara
sempurna, kebutuhan sosial psikologis, dan pengembangannya serta
dapat menjadi suri teladan bagi lingkungannya.
Untuk mengukur keberhasilan program keluarga sakinah tersebut
ditentukan tolak ukur masing-masing tingkatan. Tolak ukur ini juga dapat
dikembangkan sesuai situasi dan kondisi di sekitarnya. Adapun tolak ukur umum
adalah sebagai berikut:52
a. Keluarga Pra Sakinah
1. Keluarga dibentuk tidak melalui pernikahan yang sah
2. Tidak sesuai ketentuan undang-undang yang berlaku
3. Tidak memiliki dasar keimanan
4. Tidak melakukan shalat wajib
5. Tidak mengeluarkan zakat fitrah
6. Tidak menjalankan puasa wajib
7. Tidak tamat SD, dan tidak dapat baca tulis
8. Termasuk kategori fakir atau miskin
9. Berbuat asusila
10. Terlibat perkara-perkara kriminal
b. Keluarga Sakinah I
1. Pernikahan sesuai dengan peraturan syariat dan UU nomor 1 tahun
1974 tentang pernikahan
52 Departemen Agama Kantor Wilayah Propvinsi Jawa Barat Bidang Urusan Agama
Islam, Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Keluarga Sakinah., h. 21-25. Lihat juga: Sutarmadi,
Memberdayakan Keluarga Sakinah Menuju Indonesia 2020, (BP4 Bekerjasama dengan BKM
Jawa Timur, 1997), h., 11-13
36
2. Keluarga memiliki surat nikah atau bukti lain sebagai bukti
pernikahan yang syah
3. Mempunyai perangkat shalat sebagai bukti melaksanakan shalat
wajib dan dasar keimanan
4. Terpenuhi kebutuhan makanan pokok, sebagai tanda bukan
tergolong orang yang fakir miskin
5. Masih sering meninggalkan shalat
6. Jika sakit sering pergi ke dukun
7. Percaya pada tahayul
8. Tidak datang di pengajian/majelis taklim
9. Rata-rata keluarga tamat atau memiliki ijazah SD
c. Keluarga Sakinah II
1. Tidak terjadi perceaian, kecuali sebab kematian atau hal sejenis
lainnya yang mengharuskan terjadinya perceraian tersebut.
2. Penghasilan keluarga melebihi kebutuhan pokok, sehingga bisa
menabung
3. Rata-rata keluarga memiliki ijazah SMP
4. Memiliki rumah sendiri meskipun sederhana
5. Keluarga aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan sosial
keagamaan
6. Mampu memenuhi standar makanan yang sehat/ memenuhi 4 sehat
5 sempurna
7. Tidak terlibat perkara kriminal, judi, mabuk, prostitusi dan
perbuatan amoral lainnya.
d. Keluarga Sakinah III
1. Aktif dalam upaya meningkatkan kegiatan dan gairah keagamaan
di masjid-masjid maupun dalam keluarga
2. Keluarga aktif menjadi pengurus kegiatan keagamaan dan sosial
kemasyarakatan
37
3. Aktif memberikan dorongan dan motivasi untuk meningkatkan
kesehatan ibu dan anak serta kesehatan masyarakat pada umumnya
4. Rata-rata keluarga memiliki ijazah SLTA keatas
5. Pengeluaran zakat, infaq dan wakaf senantiasa meningkat
6. Meningkatnya pengeluaran qurban
7. Melaksanakan ibadah haji secara baik dan benar, sesuai tuntunan
agama dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
e. Keluarga Sakinah III Plus
1. Keluarga yang telah melaksanakan haji dapat memenuhi kriteria
haji mabrur
2. Menjadi tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh organisasi yang
dicintai oleh masyarakat dan keluarganya
3. Pengeluaran zakat, infaq, sodaqoh, jariyah, wakaf meningkat baik
secara kualitatif maupun kuantitatif
4. Meningkatnya kemampuan keluarga dan masyakat sekelilingnya
dalam memenuhi ajaran agama
5. Keluarga mampu mengembangkan ajaran agama
6. Rata-rata anggota keluarga memiliki ijazah sarjana
7. Nilai-nilai ketaqwaan, keimanan dan akhlaqul karimah tertanam
dalam kehidupan pribadi dan keluarganya
8. Tumbuh berkembang perasaan cinta kasih sayang secara selaras,
serasi dan seimbang dalam anggota keluarga dan lingkunganya
9. Mampu mejadi suri tauladan masyarakat sekitarnya.
Yang menjadi karakteristik dari keluarga sakinah atau ciri-ciri keluarga
sakinah antara lain:53
a. Adanya ketenangan jiwa yang ditandai dengan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa
53 Danuri, Pertambahan Penduduk dan Kehidupan Keluarga, (Yogyakarta: LPPK IKIP,
1976), h., 19
38
b. Adanya hubungan yang harmonis antara individu dengan individu lain
dan antara idivbidu dengan masyarakat
c. Terjamin kesehatan dan rohani serta sosial
d. Cukup sandang, pangan dan papan
e. Adanya jaminan hukum terutama hak asasi manusia
f. Tersedianya pelayanan pendidikan yang wajar
g. Adanya jaminan di hari tua
h. Tersedianya fasilitas rekreasi yang wajar.
4. Proses Pembentukan Keluarga Sakinah
Dalam suatu perjalanan rumah tangga tidak selalu berisikan senyum dan
tawa, tetapi sesekali terdapat perselisihan antara suami dan isteri. Karena itulah,
ketika hendak melangkah ke jenjang pernikahan dianjurkan memilih jodoh yang
baik (sholeh atau sholehah), hal ini tidak lain hanya untuk bertujuan dalam
membina pernikahan yang bahagia, sakinah dan harmonis. Untuk itu, dalam
upaya membina keluarga yang sakinah perlu diperhatikan berbagai aspek secara
menyeluruh, di antaranya peranan masing-masing suami dan isteri, baik yang
individual maupun yang dimiliki bersama.54
Namun selain mengetahui peranan masing-masing suami dan isteri,
terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh dalam membentuk keluarga
sakinah, yaitu:
a. Saling pengertian.
b. Saling sabar.
c. Saling terbuka.
d. Toleransi.
e. Kasih sayang.
f. Komunikasi.
g. Adanya kerjasama55
54 Dedi Junaedi, Pernikahan Membina Keluarga Sakinah menurutAl-Qur’an dan As-
sunah, (Jakarta: Akademika Pressindo,2003) h., 220 55 Ali Qaimi,Single Parent Peran Ganda Ibu dalam Mendidik Anak, (Bogor: Cahaya,
2003), h., 178
39
Ahmadi Sofyan mengatakan ada empat kiat minimal menuju keluarga
yang sakinah:56
a. Jadikan rumah tangga sebagai pusat ketentraman bathin dan
ketenangan jiwa. Keluarga/rumah tangga adalah sebuah institusi
terkecil di dalam masyarakat yang berfungsi sebagai wahana untuk
mewujudkan kehidupan yang tentram, aman, damai, dan sejahtera
dalam suasana cinta dan kasih sayang diantara anggota-anggotanya.
Sesungguhnya rumah tangga itu bisa dijadikan pusat ketenangan,
ketentraman dan kenyamanan bathin para penghuninya. Sehingga
ketika sang suami sudah berlumuran keringat, bersimbah peluh,
bekerja keras, ia akan selalu merindukan untuk pulang ke rumah.
Ketika rumah mampu dijadikan sebagai pusat ketentraman bathin dan
ketenangan jiwa, maka anak-anak pun akan rindu berkumpul bersama
dengan orang tuanya. Menciptakan rumah sebagai pusat ketenangan
bathin dan ketenangan jiwa, akan mampu menjadi pelepas dahaga.
b. Jadikan rumah tangga sebagai pusat ilmu rumah tangga yang
ditingkatkan derajatnya oleh Allah swt. Bukanlah rumah tangga yang
memiliki status sosial keduniawian. Tidak pula rumah tangga yang
para penghuninya adalah penuh dengan deretan titel dan gelar. Bahkan
justru hal seperti itu seringkali memisahkan kita dengan kebahagiaan
bathin dan ketentraman jiwa. Tidak jarang pula rumah tangga yang
berlimpah dengan kekayaan justru membuat penghuninya
di.miskinkan. oleh keinginan-keinginan, diperbudak dan dinistakan
oleh apa yang dimilikinya. Hendaknya sesudah memantapkan niat kita
kepada Allah untuk mengarungi bahtera rumah tangga, maka kekayaan
yang harus dimiliki dalam berkeluarga adalah ilmu. Merawat dan
mendidik anak merupakan tugas bersama suami istri.
c. Jadikan rumah tangga sebagai pusat nasehat, suami istri hendaknya
mengetahui bahwa semakin hari semakin banyak yang harus
56 Ahmadi Sofyan, The Best Husband in Islam,(Jakarta: Lintas Pustaka, 2006), h., 37
40
dilakukan. Untuk itulah kita membutuhkan orang lain agar bisa
melengkapi kekurangan kita guna memperbaiki kesalahan kita. Rumah
tangga bahagia adalah rumah tangga yang dengan sadar menjadikan
sikap saling menasehati, saling memperbaiki, serta saling mengoreksi
dalam kebenaran dan kesabaran sebagai kekayaan yang berharga
dalam rumah tangga. Suami yang baik adalah suami yang mau
dinasehatin oleh sang istri, begitu pula sebaliknya. Karena keduanya
tidaklah boleh merasa lebih baik dan lebih berjasa dalam membangun
rumah tangga. Apabila sebuah rumah tangga mulai saling menasehati,
maka rumah tangga tersebut bagaikan cermin, yang tentu cermin akan
mampu membuat sebuah penampilan penghuninya menjadi lebih baik.
Tidak ada koreksi yang paling aman selain koreksi dari keluarga kita
sendiri.
d. Jadikan rumah tangga sebagai pusat kemuliaan, hendaknya suami istri
mampu menjadikan rumah tangga seperti cahaya matahari. Menerangi
kegelapan, menumbuhkan bibit-bibit, menyegarkan yang layu, selalu
dinanti cahayanya dan membuat gembira bagi yang terkena pancaran
cahayanya. Keluarga yang mulia adalah keluarga yang bisa menjadi
contoh kebaikan bagi keluarga yang lainnya. Sehingga tidak ada yang
diucapkan selain kebaikan tentang keluarga yang telah dibangun.
Empat kiat upaya menuju keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah diatas
hendaknya dilakukan oleh keluarga muslim di era modern ini. Karena betapa
memilukan sekaligus memalukan jika ada keluarga muslim yang melakukan
tindakan kekerasan rumah tangga seperti yang akhir-akhir ini terjadi.
C. Tunanetra
1. Pengertian Tunanetra
Tunanetra dilihat dari segi etimologi bahasa, tuna berarti rugi dan netra
berarti mata atau cacat mata, istilah tunanetra yang mulai populer dalam dunia
pendidikan dirasa cukup tepat untuk menggambarkan keadaan penderita yang
41
mengalami kelainan indera pengelihatan, baik kelainan itu bersifat berat maupun
ringan. Sedangkan istilah buta pada umumnya melukiskan keadaan mata yang
rusak, baik sebagian (setengah) maupun seluruhnya (kedua-duanya), sehingga
mata itu tidak lagi dapat berfungsi sebagaimana mestinya.57
Menurut Agustyawati dan Solicha, tunanetra adalah salah satu jenis
hambatan fisik yang ditandai dengan ketidakmampuan seseorang untuk melihat,
baik menyeluruh (total blind) ataupun sebagian (low vision). Dengan kata lain
tunanetra adalah seseorang yang mengalami gangguan fungsi penglihatan
sedemikian rupa sehingga tidak dapat menggunakan indera penglihatannya secara
fungsional.58
2. Klasifikasi Tunanetra
Secara garis besar tunanetra diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu
total blind (buta) dan low vision:59
a. Total Blind (Buta), Dikatakan buta apabila sama sekali tidak mampu
menerima rangsangan cahaya dari luar
b. Low Vision, Bila masih mampu menerima rangsangan cahaya dari luar,
tetapi ketajamannya lebih dari 6/21, atau berdasarkan tes anak hanya
mampu membaca huruf pada jarak 6 meter yang oleh orang awas dapat
dibaca pada jarak 21 meter.
Selain dua klasifikasi besar tersebut, tunanetra juga dapat diklasifikasikan
menjadi empat , yaitu:60
1) Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan
a) Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka yang sama sekali
tidak memiliki pengalaman penglihatan.
57 Soekini Pradopo, Suharto dan L Tobing, Pendidikan Anak-Anak Tunanetra, (Bandung:
Masa Baru,t.tp.), h., 12. 58 Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus,(Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h., 5 59 Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, h., 10-12 60 Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, h., 13
42
b) Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka telah memiliki
kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah
terlupakan.
c) Tunanetra pada usia sekolahatau pada masa remaja; mereka telah
memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang
mendalam terhadap proses perkembangan pribadi.
d) Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya mereka yang dengan
segala kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian
diri.
e) Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah sulit mengikuti
latihan-latihan penyesuaian diri.
2) Berdasarkan kemampuan daya penglihatan
a) Tunanetra ringan (defective vision/low vision), yakni mereka yang
memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih
dapat mengikuti program pendidikan dan mampu melakukan
pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan.
b) Tunanetra setengah berat (partially sighted), yakni mereka yang
kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan
menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa
atau membaca tulisan yang bercetak tebal.
c) Tunanetra berat (totally blind), yakni mereka yang sama sekali
tidak dapat melihat
3) Berdasarkan kelainan-kelainan pada mata
a) Myopia: adalah penglihatan jarak dekat, bayangan tidak terfokus
dan jatuh di belakang retina. Penglihatan akan menjadi jelas kalau
objek didekatkan.
b) Hyperopia: adalah penglihatan jarak jauh, bayangan tidak terfokus
dan jatuh di depan retina. Penglihatan akan menjadi jelas jika objek
dijauhkan.
43
c) Astigmatisme: adalah penyimpangan atau penglihatan kabur yang
disebabkan karena ketidakberesan pada kornea mata atau pada
permukaan lain pada bola mata sehingga bayangan benda baik
pada jarak jauh maupun dekat tidak terfokus jatuh pada retina.
3. Dampak Ketunanetraan
Ketunanetraan memiliki dampak baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap penyandangnya. Dampak secara langsung menyebabkan
tunanetra tidak dapat menggunakan penglihatan dalam kegiatan sehari-hari seperti
membaca, menulis berjalan dan sebagainya. Sebagai gantinya mereka harus
menggunakan indera perabaan untuk melakukan aktifitasnya. Sedangkan dampak
secara tidak langsung sangat tergantung pada banyak faktor, misalnya seberapa
berat ketunanetraan yang dialami, kapan ketunanetraan terjadi, serta bagaimana
sikap keluarga dan masyarakat terhadap penyandang tunanetra tersebut. Dampak
tidak langsung inilah yang justru sering kali menimbulkan dampak negatif. 61
Ketika lingkungan dapat melakukan aktiftas sehari-hari dengan cara yang
efektif maka lain halnya dengan penyandang tunanetra, mereka sangat bergantung
dengan lingkungan sekitar, tak jarang pandangan negative lingkungan sekitar
dapat mempengaruhi psikologis tunantera. Oleh karena itu, dukungan moral dari
lingkungan sekitar bagi penyandang tunanetra sangatlah dibutuhkan.
Ketunanetraan memberi dampak yang tidak begitu baik bagi keluarga. Salah
satu contoh dampak ketunanetraan bagi keluarga, yaitu:
a. Sebagian orang awam (kurang mengerti) menganggap bahwa
ketunanetraan yang terjadi pada anak diakibatkan oleh dosa orang
tuanya sehingga anak menjadi “wadal” dari dosa yang diperbuat
orang tua. Asumsi sebagian masyarakat tersebut seringkali
dijadikan bahan olok-olokan bagi konsumsi masyarakat.
b. Sebagian orang berpendapat pula bahwa ketunanetraan yang
terjadi pada diakibatkan oleh penyakit atau kelainan yang diderita
61 Affifah Azzahro, Dampak Ketunanetraan Terhadap Kegiatan Kehidupan Sehari-Hari,
(Bandung: Makalah Universitas Pendidikan Indonesia, 2014), h., 7
44
orang tuanya, misalkan kedua orang tuanya merupakan penderita
tunanetra.62
Sedangkan dampak yang diakibatkan ketunanetraan bagi masyarakat,
yaitu:
a. Ketidakpercayaan masyarakat kepada penderita tunanetra
mengenai segala aspek yang dimilikinya, seperti keterampilan,
kelayakan untuk bekerja dan lain-lain sehingga asumsi ini lebih
merugikan penderita tunanetra.
b. Melalui sistem pendidikan yang lebih terbuka (segresi ke integrasi
hingga inklusif) memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi
setiap individu tanpa pandang bulu untuk mendapat pendidikan
yang bermutu sesuai kondisi dan kebutuhan masing-masing
individu.63
62 Affifah Azzahro, Dampak Ketunanetraan Terhadap Kegiatan Kehidupan Sehari-Hari,
h., 8 63 Anak Berkelainan Mata (Tunanetra), azwarfikum.blogspot.co.id/2017/03/gangguan-
penglihatan-ketunanetraan.html.
45
BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN RAUDLATUL MAKFUFIN
A. Deskripsi Singkat Yayasan Raudlatul Makfufin
1. Profil Umum Lembaga
Sesuai namanya Raudlatul Makfufin yang berarti taman tunanetra. Itu
artinya, sejumlah santri yang mukim maupun yang tidak mukim di yayasan
Raudlatul Makfufin adalah para penyandang tunanetra. Mereka berasal dari
berbagai wilayah di Indonesia. Tiada mata tak hilang cahaya adalah ungkapan
yang pantas untuk mereka karena di Yayasan Raudlatul Makfufin inilah, mereka
yang ditakdirkan Allah SWT memiliki keterbatasan dalam penglihatan, justru
memiliki keluasan dan kelapangan mata hati untuk menimba ilmu dan
menebarkannya terkhusus ilmu agama. Yayasan Raudlatul Makfufin bergerak
dalam bidang pembinaan agama dan mental serta kesejahteraan yang didirikan
atas dasar kepedulian sosial terhadap orang-orang penyandang tunanetra.Karena
pada saat itu, belum ada satupun lembaga di Tangerang Selatan yang secara
khusus menangani pembinaan agama. Pada umumnya lembaga ketunanetraan
lebih banyak bergiat di bidang rehabilitasi dan pendidikan atau latihan serta upaya
kesejahteraan sosial dalam arti umum dan yayasan ini juga memproduksi al-
Qur’an braille yang terbitannya menjadi rujukan penulisan dan penerbitan al-
Qur’an braille di Indonesia.
Yayasan ini terletak di JL. H. Jamat, Gg. Masjid, Kp. Jati No. 10A RT.
02/05, Kelurahan Buaran, Kecamatan Serpong, kota Tangerang Selatan, Provinsi
Banten 15316. Lokasinya yang cukup jauh dari jalan utama, dan tidak ada
kendaraan yang berlalu-lalang di sekitar daerah tersebut, lingkungan yang asri dan
sepi dari keramaian membuat kenyamanan tersendiri bagi santri Raudlatul
Makfufin.
Visi Yayasan Raudlatul Makfufin adalah terwujudnya peningkatan
kualitas kehidupan beragama dan kesejahteraan sosial tunanetra muslim menuju
pada kebahagiaan dunia akhirat melalui pendidikan, pembinaan agama,
peningkatan keterampilan berusaha dan bantuan kesejahteraan sosial yang diikuti
46
dengan penyediaan sarana atau layanan khusus. Sedangkan Misi Yayasan
Raudlatul Makfufin yaitu:
1) Menyelenggarakan pendidikan formal maupun non formal dan kursus-
kursus keagamaan dan dakwah.
2) Menyediakan buku-buku sumber agama dalam huruf braille atau
rekaman dan penyiapan tenaga pelaksana yang profesional.
3) Menyelenggarakan kursus keterampilan usaha.
4) Mengupayakan bantuan sosial bagi tunanetra yang membutuhkan.1
Kegiatan di yayasan Raudlatul Makfufin antara lain yakni menghafal al-
Qur’an, muraja’ah, ilmu tajwij, kajian kitab-kitab seperi Riyadu as sholihin,
Aqidatu al Awwamu, Fiqhul Ibadah2 dan ilmu agama lainnya. Keterampilan seni
musik islami seperti marawis, hadrah, kemudian pelatihan mengetik 10 jari,
pelatihan komputer dengan screen reader, dan pendidikan kejar paket A, B, dan
C. Ada satu lagi kegiatan di yayasan Raudlatul Makfufin yang sangat bermanfaat,
inspiratif sekaligus serta memotivasi. Kegiatan itu adalah penyusunan dan
pencetakan al-Qur’an menggunakan huruf braille. Untuk penyusunannya,
sebenarnya sudah berlangsung sejak 1996 lalu, sementara pencetakannya baru
dimulai pada tahun 2000, dan masih dilakukan hingga kini.
Tahun 2016 Yayasan Raudlatul Makfufin memulai rintisan pendirian
SKh-IT Yarfin (Sekolah Khusus Islam Terpadu Yayasan Raudlatul Makfufin)
untuk tunanetra muslim dengan keunggulan dalam hafalan (tahfidz) al-Qur’an dan
hadist, hingga penelitian ini dilakukan jumlah anak didik SKh-IT Yarfin
berjumlah 12 siswa, dengan rincian 11 siswa laki-laki dan 4 siswi perempuan.3
1 https://makfufin.id/profil/ 2 Rafiq Akbar, Sekretaris Yayasan Raudlatul Makfufin, Interview Pribadi, Serpong, 4
Februari 2018 3 Rafiq Akbar, Sekretaris Yayasan Raudlatul Makfufin, Interview Pribadi, Serpong, 4
Februari 2018
47
2. Sejarah Berdirinya Yayasan Raudlatul Makfufin
Yayasan Raudlatul Makfufin didirikan pada tanggal 26 November
1983 di Jakarta Timur oleh R.M. Halim (Alm) bersama beberapa rekan
tunanetra dan non tunanetra, karena pada saat itu belum ada satupun
lembaga di Jakarta yang secara khusus menangani pembinaan agama bagi
tunanetra. Saat itu yayasan belum memiliki kantor sekretariat sendiri, jadi
masih berpindah. Pada tahun 1991, Bapak Munawir Sjadzali, yang waktu itu
menjabat Menteri Agama, memiliki perhatian khusus, dengan memberikan
pinjaman sebidang tanah milik Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di
kawasan Kertamukti, Ciputat, atau seberang gedung kampus Pascasarjana
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berada. Tak hanya itu, Bapak Munawir juga
ikut andil dalam mensukseskan pembangunan gedung untuk pusat kegiatan
yayasan Raudlatul Makfufin. Pada 1992, pak Munawir juga yang
meresmikan kantor sekretariat yayasan Raudlatul Makfufin. Sejak saat itu,
seluruh kegiatan yayasan Raudlatul Makfufin dapat terpusat di satu lokasi.4
Seiring waktu berjalan, pada 2009, muncul kebijakan dari
Pemerintah yang mengharuskan yayasan Raudlatul Makfufin berpindah
lokasi. Kebijakan ini memang mengharuskan seluruh aset-aset negara,
termasuk lahan yang ditempati sebagai kantor sekretariat yayasan Raudlatul
Makfufin, dikembalikan lagi kepada negara, dalam hal ini Departemen
Agama untuk kepentingan pembangunan Kampus UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Menurut Rafiq Akbar, tanah yayasan yang awalnya memang hanya
sebatas hak guna pakai, maka ketika si pemilik tanah akan mengambilnya,
maka yayasan harus memberikannya, Rafiq Akbar menegaskan bahwa
“Kami sepenuhnya menyadari, tanah yang selama ini dimanfaatkan
yayasan Raudlatul Makfufin hanya sebatas pinjaman dengan status hak
guna pakai, jadinya ketika lahan tanah ini diminta kembali, sudah tentu
kami kembalikan kepada yang memang berhak memilikinya.”5
4 https://makfufin.id/profil/ 5Rafiq Akbar, Sekretaris Yayasan Raudlatul Makfufin, Interview Pribadi, Serpong, 4
Februari 2018
48
Kebijakan pengembalian lahan tanah pinjaman tadi memang
mengharuskan yayasan Raudlatul Makfufin berpikir keras untuk mencari
lokasi baru dan membangun kembali gedung sekretariat baru. Masalahnya,
untuk membangun kembali gedung sekretariat baru, tentu butuh dana yang
tidak sedikit. Melalui jalur perundingan dengan pimpinan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, akhirnya disepakati bahwa UIN Syarif Hidayatullah
akan membantu pembangunan gedung sekretariat baru saja. Artinya, tanpa
disertai upaya pengadaan lahan tanahnya, Alhamdulillah, kami mendapatkan
tanah wakaf dari seorang hamba Allah, seluas 1.000 meter persegi, yang
kami tempati sekarang ini. Itu berarti, lahan tanahnya sudah ada, tinggal
membangun gedungnya. Bersyukur, pihak UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
aktif mengumpulkan dana sosial dengan tujuan pembangunan gedung
sekretariat yayasan Raudlatul Makfufin, salah satu caranya dengan
melaksanakan fund raising ke banyak pihak. Sekaligus ini membuktikan
tanggung jawab pihak kampus UIN Syarif Hidayatullah untuk mengganti
bangunan gedung yayasan Raudlatul Makfufin sebelumnya. Pembangunan
gedung baru sekretariat yayasan Raudlatul Makfufin akhirnya terlaksana
secara baik hingga akhirnya, pada 2010, Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Prof Komaruddin Hidayat membubuhkan tanda tangannya dengan
tinta emas di atas batu prasasti berwarna hitam, sebagai pertanda peresmian
gedung. Akan tetapi menurut pengurus yayasan, kehadiran Rektor UIN pada
saat itu tidak ada hubungan Formalitas antara yayasan Raudlatul Makfufin
dengan UIN Jakarta, dengan kata lain hanya sebatas peresmian gedung.
Rafiq Akbar menegaskan bahwa
“Ya meski diresmikan oleh Rektor UIN waktu itu, tapi yayasan tidak
ada sangkut pautnya secara formal dengan Kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Kehadiran Pak Komaruddin waktu itu, cuma
ngerismiin gedung baru, sebagai tindak lanjut dari kebijakan perapihan aset
milik negara dan sekretariat lama yayasan Darul Makfufin dibongkar. Tapi
sampai sekarang, hubungan secara nonformal dengan Kampus UIN Syarif
49
Hidayatullah tetap terjalin baik,”6
Kemudian alasan dasar pendirian yayasan Raudlatul Makfufin
karena:
a. Kemiskinan dan kebodohan dekat dengan kekufuran
b. Ketunanetraan tidak menanggalkan kewajiban beribadah
c. Perlu strategi, metodologi dan sarana khusus untuk tunanetra
belajar agama
d. Pendekatan agama cara efektif memahami makna penderitaan atau
musibah
e. Tunanetra berbakat berpeluang untuk mengabdikan diri dibidang
agama jika diberi kesempatan dan didukung sarana yang memadai
f. Perlu lembaga pengelola dana masyarakat untuk kesejahteraan sosial
tunanetra.7
3. Struktur Organisasi Yayasan Raudlatul Makfufin
Susunan pengurus disebuah lembaga berperan penting demi
tercapainya tujuan bersama. Setiap bagian serta posisi suatu susunan dan
hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau
perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan.
a. Dewan penyantun:
1) Hj. Lea Irawan (ketua)
2) Dr.H. Marzuki Usman,SE.
3) Prof. Dr. Komaruddin Hidayat
4) dr. Hj. Okke Hattarajasa
5) dr. Eko Prihaningsih
6) Hj. Lina Liputri
7) Hj. Ningrum Maurice Nugroho
6 Rafiq Akbar, Sekretaris Yayasan Raudlatul Makfufin, Interview Pribadi, Serpong, 4
Februari 2018. 7 https://makfufin.id/profil
50
b. Dewan Pembina:
1) Ahmad Joni Watimena (Ketua)
2) Drs. Nur Kholiq, S.Q.
3) Drs. Ngatija AS.
c. Dewan Pengawas
1) Ade Ismail,S.Pd. (Ketua)
2) H. Akrom Hasani, S.Ag
3) H. Abas Sukardi, S.Pd.I
d. Dewan Pengurus
1) Ketua Umum BudiSantoso,S. Sos. I.
2) Sekretaris Umum : Rafik Akbar, S.Pd.I
3) Bendahara Umum :Diah Rahmawati,S. Pd.I
e. Kepala Bidang :
1) Bidang Organisasi & Kesejahteraan Umat : Ahmad Joni Watimena
2) Bidang Diklat & Pengembangan Seni Budaya Islam : Rantiani
Permata, S.Pd
3) Bidang Pesantren & Dakwah : H. Muhyi Khoirudin S.Q
4) Bidang Pengembangan Usaha dan Ekonomi Kreatif : Aryani Sri
Ramadhani
5) Bidang Hubungan Masyarakat : Despa Dendi Irawan
f. Unit Pelaksana :
1) Kepala Percetakan Braille : Agus Sulaiman, S.Pd.
2) Kepala Pesantren Al Quran : Sapto Wibowo S.Sos
3) Kepala Sekolah Khusus Islam Terpadu : Drs. Ngatijo
51
TABEL 3.1
Susunan Pengurus Yayasan Raudlatul Makhfufin
DEWAN PENGURUS
1. Budi Santoso, S.Sos.I
(Ketua)
2. Rafik Akbar, S.Pd.I
(Sekretaris)
3. Diah Rahmawati,
S.Pd.I (Bendahara)
DEWAN
PENGAWAS
1. Ade Ismail, S.Pd
2. H. Akrom Hasani,
S.Pd
3. H. Abbas Sukardi,
S.Pd. I
DEWAN PEMBINA
1. Ahmad Joni W.
(Ketua)
2. Drs. Nur Kholiq, S.Q.
3. Drs. Ngatija
DEWAN PENYANTUN
1. Hj. Lea Irawan(Ketua)
2. Prof. Dr. KomaruddinHidayat
3. Dr. H. MarjukiUsman,SE.
4. dr. Hj. Okke Hattarajasa
5. dr. Eko Prihaningsih
6. Hj. LinaLiputri
7. Hj. Ningrum Maurice N.
UNIT PELAKSANA
1. Kepala SKh-IT Yarfin: Drs. Ngatija
2. Kepala Pesantren: Sapto Wibowo, S. Sos
3. Kepala Percetakan
Braille: Agus Sulaiman, S.Pd
PENGURUS IKJAR
(Ikatan Jamaah Raudlatul Makfufin)
1. Abdurrahman (Ketua)
2. Sena Rusli
3. Ja’far Gumelar
4. Marlina
5. Nur Kholidah, S.Pd
KEPALA BIDANG
1. Bidang Organisasi &
Kesejahteraan Umat:
Ahmad Joni W.
2. Bidang Diklat &
Pengembangan Seni
BudayaIslam:
Rantiani Permata, S.Pd
3. Bidang Pesantren &
Dakwah:
H. Muhyi Khoirudin, SQ.
4. Bidang Pengembangan
Usaha & Ekonomi
Kreatif:
Aryani Sri Ramadhani
52
4. Program Kegiatan Yayasan Raudlatul Makfufin
Guna mewujudkan visi dan misi yang tersebut di atas, Yayasan Raudlatul
Makfufin melaksanakan beberapa program, diantaranya:
a. Pesantren Al Quran.
- Pembinaan baca-tulis Al Quran Braille
- Pembinaan menghafal AL Quran 30 juz.
- Pembinaan pengetahuan Islam seperti aqidah, akhlak, tajwid dan
fiqih.
- Pembinaan keterampilan dakwah.
b. Ikatan Jama’ah Raudlatul Makfufin (Majelis Ta’lim Tunanetra).
- Program pemberantasan buta huruf Al Quran Braille.
- Pembinaan seni musik Islam seperti marawis dan hadroh.
- Pembinaan seni baca al qur’an (tilawatil qur’an).
- Pembinaan pengetahuan Islam seperti Bahasa Arab, Hadits,
Terjemah Quran dan sejarah Islam.
c. Sekolah Khusus Islam Terpadu (SKH-IT)
- Pelayanan pendidikan formal usia sekolah mulai tingkat dasar
hingga menengah atas.
- Pelayanan pendidikan formal usia nonsekolah (kejar paket), mulai
tingkat dasar hinga menengah atas.
d. Percetakan Braille.
- Pengadaan dan pendistribusian Al Quran Braille.
- Pengadaan dan pendistribusian buku-buku sumber Keislaman
Braille).8
8https://makfufin.id/profil.
53
Selain program kegiatan diatas, Yayasan Raudlatul Makfufin juga
melakukan kegiatan-kegiatan sosial diantaranya :
a. Memberikan Al-Qur’an Braille cuma-cuma keseluruh tunanetra
yang membutuhkan.
b. Berkurban tiap hari Raya Idul Adha untuk saling membantu.
c. Pelatihan membaca al-Qur’an braille.
d. Memberikan buku-buku keagamaan dalam bentuk huruf braille
kepada yang membutuhkan.
e. Pengadaan pengajian-pengajian keagamaan
B. Deskripsi Singkat Penghuni Yayasan Raudlatul Makfufin
Penghuni yayasan Raudlatul Makfufin berjumlah 21 orang, dengan 15
orang santri dan 6 orang pengurus yayasan, dengan rincian 15 orang laki-laki dan
6 orang perempuan, dengan usia antara 14 – 23 tahun.9
Tabel 3.2
Jumlah Penghuni Yayasan Raudlatul Makfufin
Jumlah Laki – laki 15 orang
Perempuan 6 orang
Usia
14 – 17 tahun 6 orang
18 – 21 9 orang
21 – 27 6 orang
Dalam hal pendidikan, pendidikan merupakan hal penting yang mutlak
harus didapatkan warga negara Indonesia, tanpa terkecuali. Oleh karena itu,
disamping pendidikan keagamaan (pesantren) sejak 2016 Yayasan Raudlatul
Makfufin membentuk sekolah khusus islam terpadu. Hingga saat penulis
9 Rafiq Akbar, Sekretaris Yayasan Raudlatul Makfufin, Interview Pribadi, Serpong, 4
Febreuari 2018.
54
melakukan penelitian, jumlah murid sekolah khusus Islam terpadu Yayasan
Raudlatul Makfufin berjumlah 12 siswa, yang seluruhnya adalah penghuni tetap
Yayasan Raudlatul Makfufin.10
Tabel 3.3
Jumlah Siswa SKh-IT Yayasan Raudlatul Makfufin
Tingkat 1 5 siswa
Tingkat 2 7 siswa
Sarjana 4 orang pengurus Yayasan
Lain halnya dengan faktor keagamaan, bagi penghuni (santri) Yayasan
Raudlatul Makfufin sangatlah diutamakan, seperti membacan dan menghafal Al
Qur’an dan pengetahuan ilmu-ilmu agama lainnya, hal ini menjadi kegiatan
sehari-hari penghuni yayasan Raudlatul Makfufin selepas melaksanakan kegiatan
belajar di sekolah.
Tabel 3.4
Kegiatan Keagamaan Penghuni Yayasan Raudlatul Makfufin
Hari Jam Kegiatan
Sabtu– Kamis
05.00– 06.00 Belajar Ilmu Al Qur’an (Tahfidz,
Tajwiz dan Murojaah)
18.30– 20.00
Belajar Kitab-kitab Agama (Aqidatul
Awwam, Riyadlus Solihin dan Fikih
Ibadah)
Ahad 11.00– 12.00 Ta’lim Ahad untuk umum
Dalam segi ekonomi dan kebutuhan hidup, para penghuni yayasan
Raudlatul Makfufin masih mendapatkan uang saku dari orang tua mereka masing-
10 Rafiq Akbar, Sekretaris Yayasan Raudlatul Makfufin, Interview Pribadi, Serpong, 4
Februari 2018.
55
masing, terkecuali bagi penghuni yang sudah memiliki sumber biaya hidup
tersendiri, seperti para pengurus yayasan yang memiliki biaya tambahan dari
pekerjaannya, seperti mengajar, dan berwirausaha.
C. Deskripsi Singkat Kehidupan Pasangan Tunanetra Di Yayasan Raudlatul
Makfufin
Dalam penelitian ini, peneliti menemui beberapa informan untuk
memperoleh data guna melengkapi pembahasan dalam penelitian ini. Beberapa
informan yang dipilih berasal dari beragam latar belakang pekerjaan, usia, dan
usia pernikahan. Hal ini dilakukan untuk memperkaya data dalam penelitian ini.
Informan-informan tersebut antara lain adalah:
1. Pasangan Ade Ismail dan Tri
Ade Ismail (I.1) adalah salah satu orang yang di-tuakan di Yayasan
Raudlatul Makfufin. Berbekal pengalaman dan latar belakang pendidikannya yang
merupakan lulusan sarjana pendidikan, pria umur 34 tahun ini dipercaya untuk
mengampu sebagai pengajar pelajaran agama di YRM sebagaimana sama dengan
kurikulum yang diterapkan di SLB (Sekolah Luar Biasa) di luar sana.
Karakterisktik informan ini ketika ditemui oleh peneliti sangat bersahabat.
Beliau menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dengan detail.
Peneliti memilih informan ini atas rekomendasi dari pengurus YRM. Benar saja,
rupanya Kak Ade begitu beliau disapa, menderita ketunanetraan sejak berusia dua
tahun karena penyakit campak ini telah menjalani kehidupan berumah tangga,
beliau jatuh hati pada seorang wanita bernama Tri (I.2), umur 32 tahun, dengan
pendidikan terakhir lulusan sekolah menengah atas, dengan penglihatan yang
normal sehingga dirinya dipercaya sebagai bagian administrasi di YRM,
Keduanya bertemu disebuah yayasan di bilangan Jakarta Barat. Dan telah
,menjalani hidup bersama sebagai pasangan suami istri selama 1,5 tahun. Hingga
kini keduanya tinggal disebuah rumah kontrakan di belakang yayasan YRM.
Pasangan yang tengah bahagia karena sedang menanti anak pertamanya ini
memaparkan bahwa , kunci untuk membina keluarga sakinah adalah dengan cara
saling memahami satu sama lain, saling menjaga komunikasi dan menhindari hal-
56
hal yang menyebabkan pertengkaran. Menurut Ade, “yang saya ketahui tentang
keluaga sakinah itu adalah keluarga yang tenang, bahagia dan berkah”11. Hal
yang sama pun disampaikan oleh Tri ketika ditanyabtentang kiat-kiat menciptakan
keluarga sakinah, menurut dia, “ya kita mah berusaha untuk saling memahami
kekurangan masing-masing, dan juga ngejauhin hal-hal yang bisa bikin kita
berantem”12
Banyak sekali pelajaran dan nasehat yang peneliti terima sembari
mewawancarai informan. Salah satunya adalah pesan untuk menerima segala
kekurangan pasangan karena kekurangan pasangan adalah kekurangan kita juga.
Beliau juga menuturkan bagaimana tips menyelesaikan masalah dalam rumah
tangga, karena sangat wajar bila di dalam rumah tangga timbul suatu masalah.
Namun, masalah tersebut hendaknya jangan diperbesar dan harus segera
diselesaikan. Ade menegaskan bahwa.“masalah dalam rumah tangga ya pasti
terjadi, namun kita harus cepat menyelesaikan nya, misalkan dengan langsung
minta maaf, dan tidak mengulanginya lagi”.13
2. Pasangan Yanto dan Yuliasari
Informan selanjutnya yang peneliti pilih bernama Yanto (I.3), Pria
berumur 42 tahun yang juga lulusan SMA ini mengalami tunanetra sejak remaja
karena mengalami kecelakaan, kini ia bekerja sebagai marketing sebuah Bank
ternama di Jakarta, Beliau adalah salah satu orang yang menemukan tambatan hati
di YRM, Yanto jatuh hati pada seorang wanita berumur 30 tahun bernama
Yuliasari(I.4), atau lebih akrab di panggil Yuli, yang juga lulusan SMA ini telah
menjalani hidup dengan tunantra sejak kecil. Keduanya bertemu pada pengajian
ahad pagi yang memang terbuka untuk umum. Terdapat hal yang menarik bagi
peneliti adalah cara kedua pasangan ini bisa saling jatuh cinta dan memutuskan
untuk menjadi pasangan suami istri adalah dengan mendengar suaranya. Anto
menyatakan bahwa. “awalnya saya juga enggak menyangka, bisa berjodoh
dengan dia, tapi ketika saya mendengar suaranya, saya merasa enak aja gitu,
11 Ade Ismail, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018 12 Tri, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018. 13 Ade Ismail, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018
57
enak didengar, lembut, dan ketika saya ngobrol dengan dia, saya nyaman aja”14.
Berbeda halnya dengan Yuli, yang menyatakan bahwa Ia tertarik dengan Yanto
karena tegas dan berwibawa.“saya merasakan Mas anto itu orang nya
berwibawa, sabar dan tegas, terdengar dari suaranya dan cerita dari teman-
teman nya, sehingga saya bisa menerima dia sebagai suami”.15
Keduanya telah menjalani hidup bersama selama 1 tahun, dan sedang
menanti kehadiran anak pertama, pernikahan keduanya tercatat di KUA
Kecamatan Pamulang yang juga domisili tempat tinggal istri.
Karakterisktik informan ini ketika ditemui oleh peneliti sangat bersahabat.
Beliau menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dengan detail.
Adapun ketika ditanya tentang keluarga sakinah, mereka menyatakan bahwa
keluarga sakinah adalah keluarga yang saling menyayangi dan bahagia. Yanto
menyatakan bahwa.“keluarga sakinah itu keluarga yang bahagia, saling
menyayangi, pengertian, jarang berantem, ya pokoknya keluarga yang bahagia
dah”.16 Sedangkan ketika ditanya tentang pemenuhan nafkah lahir dan batin
antara suami istri, keduanya mengaku cukup terpenuhi dan tak ada
kendala.sebagaimana yang dikatakan oleh Yuli. “kalau nafkah, saya sangat
terpenuhi, Mas Anto kan bekerja sebagai marketing bank, yang mana penghasilan
nya cukup untuk kami berdua, atau bahkan lebih, karena kami masih tinggal
berdua”.17
Banyak sekali hal-hal yang dapat menjadi pelajaran dan inspirasi bagi
peneliti terutama bagaimana menjalani kehidupan rumah tangga dalam
ketunanetraan, seperti apa yang diungkapkan oleh Yanto. “Dalam rumah tangga
kami, meskipun kami tunanetra, tapi kami tidak merasa tunanetra, kami
menjalani hidup selayaknya orang normal, karena tunanetra itu bukan
kekurangan mas, itu kelebihan yang patut disyukuri, yang penting saling menjaga
satu sama lain”.18
14 Yanto, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018. 15 Yuliasari, Informan Peneliti. Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018. 16 Yanto, Informan Peneliti. Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018. 17 Yuliasari, Informan Peneliti. Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018. 18 Yanto, Informan Peneliti. Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018.
58
3. Pasangan Abdul Hay dan Murni
Informan ketiga yang peneliti pilih bernama Abdul Hay (I.5). Laki-laki
yang lebih akrab disapa Dul ini berumur 40 tahun dan lulusan pondok pesantren
ini adalah salah satu tunantera yang dihormati di YRM, beliau bukanlah salah satu
pengurus yayasan, akan tetapi seorang guru pengajar tahfidz quran di YRM.
Dirinya mengalami tunanetra sejak kecil, sehingga sudah kenyang menjalani
hidup sebagai tunanetra.“Saya tunanetra sejak kecil Mas, dulu tinggal di Jawa,
lalu pergi ke Jakarta , saya sudah kenyang menelan asam garam kehidupan
sebagai tunanetra, jatuh bangun sebagai tunantera dan menemukan jodohpun di
yayasan tunanatera”.19
Sebagaimana paparan beliau diatas, Abdul menemukan jodoh nya 12
tahun yang lalu, keduanya bertemu di YRM yang kala itu masih berlokasi di
Kertamukti Ciputat-Tangerang Selatan. Istri beliau bernama Murni (I.6),
perempuan 41 tahun dengan penglihatan yang normal. Dengan hanya berijazah
SMA sehingga pekerjaannya hanya sebagai ibu rumah tangga namun terkadang ia
juga diminta untuk menjadi cleaning service di sekolah yang juga menjadi tempat
suaminya mengajar. Keduanya menikah pada tahun 2006 dan telah dikaruniai 3
orang anak. Dan kini mereka tinggal di Bambu Apus Pamulang Tangerang
Selatan.
Ketika ditanya tentang keluarga sakinah keduanya kompak memaparkan
bahwa keluarga sakinah adalah keluarga yang sesuai dengan ajaran islam,dan
selalu bertujuan untuk mencari keridhoan Allah SWT. Seperti yang diungkapkan
oleh Abdul bahwa. “Keluarga sakinah adalah keluarga yang sesuai dengan
ajaran agama Islam, yakni keluarga yang bahagia, saling menyayangi, saling
mengerti, tidak melenceng dari ajaran agama dan selalu mengikuti apa yang
diperintahkan Allah dan Rasulnya”.20
Menjalani kehidupan rumah tangga dengan kondisi tunanetra tentu
menjadi tantangan tersendiri bagi Abdul dan istri, bagaimana dirinya dan istri
19 Abdul Hay, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018. 20 Abdul Hay, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018.
59
merawat serta mendidik anak adalah ispirasi tersendiri bagi peneliti. Sebagaiman
yang diungkapkan oleh Murni bahwa.
“Anak-anak saya sudah diberi pengertian dan pemahaman sejak kecil, baik
oleh saya maupun suami, bahwa dia harus menerima dan memahami bahwa
ayahnya adalah seorang tunanetra, dan harus saling menguatkan satu sama lain,
dan Alhamdulillah mas, 16 tahun saya menjalani rumah tangga semua terasa
baik-baik saja”.21
Banyak sekali pelajaran dan nasehat yang peneliti terima sembari
mewawancarai informan. Salah satunya adalah pesan untuk menerima segala
kekurangan pasangan karena kekurangan pasangan adalah kekurangan kita juga.
Dan selalu menjaga pasangan karena itu adalah amanah dari Allah SWT. Seperti
apa yang dikatakan oleh Abdul Hay bahwa. Istri dan anak-anak itu adalah
amanah dari Allah mas, jadi saya harus menjaga mereka dalam kondisi apapun,
insya Allah kalau kita menuntun keluarga kita sebagaimana yang diperintahkan
Allah dan Rauslnya, maka Allah pun akan menjaga keluarga kita”.22
4. Pasangan Bapak Abdurrohman dan Ibu Fitriyani
Informan keempat yang peneliti pilih bernama Abdurohman (I.7), atau
lebih dikenal dengan Rohman, seorang laki-laki 32 tahun yang juga lulusan SMK
ini mengalami penglihatan yang low vision. Menikah dengan Fitriyani (I.8),
perempuan yang juga seorang Guru ini berusia 33 tahun yang hanya lulusan SMA
dan dengan penglihatan yang normal, Keduanya sudah menjalani bahtera rumah
tangga selama 6 tahun dan belum memiliki anak. Dan kini keduanya tinggal di
sebuah kontrakan yang terletak persis di belakang YRM.
Rohman bekerja sebagai karyawan swasta di sebuah perusahaan travel haji
dan umroh, selain itu beliau juga aktif sebagai ketua Ikatan Jamaah Raudlatul
Makfufin. Sedangkan istrinya, Fitri hanya mengaku sebagai ibu rumah tangga,
meskipun terkadang ia juga bantu-bantu di YRM, ketika disinggung tentang
keluarga sakinah, keduanya mengaku cukup familiar dengan dua kata tersebut,
21 Murni, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018. 22 Abdul Hay, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018.
60
akan tetapi bingung untuk mengutarakannya. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Rohman, “apa ya, yang saya tahu sih mas, keluarga sakinah itu adalah
keluarga yang harmonis, tidak pernah berpatok pada materi, tidak pernah cekcok
dan selalu penuh dengan kekeluargaan”.23
Berbeda halnya dengan penuturan Fitri yang menyatakan bahwa keluarga
sakinah itu adalah keluarga yang bahagia, saling menyayangi dan selalu
berpegangan pada ajaran Islam.“kalau menurut saya, keluarga sakinah adalah
keluarga yang selalu berpegang teguh pada ajaran Islam, yang pastinya diliputi
dengan kasih sayang agar jadi keluarga yang bahagia”.24
Kemudian penulis menyinggung bagaimana kedua pasangan tersebut
menjalani hak dan kewajibannya sebagai suami istri, seperti kewajiban suami
yang menafkahi lahir serta batin sang istri, ataupun kewajiban istri sebagai ibu
rumah tangga. Keduanya mengaku bahwa hak dan kewajiban masing-masing
sudah dijalankan meskipun dengan kekurangan penglihatan, seperti yang
diungkapkan oleh Rohman. “Alhamdulillah mas, saya merasa istri saya sudah
menjalankan peran sebagai istri dengan baik, menjadi ibu rumah tangga yang
baik, justru saya salut sama dia mas, bisa bertahan selama ini hidup dengan saya
yang tunanetra”.25 Senada dengan apa yang diungkapkan suaminya, Fitri pun
merasa bahwa meskipun memiliki suami tunanetra, akan tetapi haknya tercukupi.
“saya juga begitu mas, saya bangga memiliki suami seperti beliau, meskipun
memiliki kekurangan di penglihatan, tapi beliau tetap berusaha menjalankan
peran sebagai suami dengan sebaik mungkin, seperti mencari nafkah, bergaul
sama warga”.26
5. Pasangan Muhammad Firman dan Ibu Tihana
Informan kelima yang peneliti pilih adalah Muhammad Firman (I.9),
seorang pria lulusan SMK berumur 33 tahun yang juga penyandang tunanetra low
vision, Firman begitu beliau akrab disapa, bekerja sebagai Staff Telefunding Bank
23 Abdurrohman, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018. 24 Fitriyani, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018. 25 Abdurrohman, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018. 26 Fitriyani, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018.
61
CIMB Gajah Mada, dan telah menjalani hidup berumahtangga dengan Tihana
atau Ana (I.10), seorang perempuan 35tahun yang juga lulusan SMA ini
merupakan penyandang tunantera total yang berprofesi sebagai pengajar SLB El
Saffan, Jakarta Timur.
Keduanya bertemu di pengajian Ahad YRM sembilan tahun silam dan
mantap untuk memutuskan hidup bersama setahun kemudian, delapan tahun
sudah keduanya bidup bersama .Dalam perjalanan menjalani kehidupan bersama,
rupanya pasangan ini belum dikaruniai putra. Mereka dengan sabar hingga waktu
yang tepat Allah SWT menitipkan amanah berupa anak kepada mereka. Ketika
disinggung tentang keluarga sakinah, Firman menuturkan bahwa keluarga sakinah
adalah keluarga yang bahagia dan merupakan amanah dari Allah. “Keluarga
sakinah adalah keluarga yang jarang cekcok kali ya, intinya sama-sama saling
tebuka, saling pengertian dan komunikasi antara suami istri itu gaboleh putus”. 27
Lain halnya dengan Ana, ia memaparkan bahwa keluarga sakinah merupakan
tujuan bagi terbentuknya sebuah keluarga, “Keluarga sakinah menurut saya itu,
keluarga yang tenang sih ya, terutama kalau lagi ada masalah, karena engga
semua masalah yang kita hadapi itu semua orang harus tahu, apalagi ke keluarga
terdekat, ya pokoknya tunjukan yang baik-baik saja lah”.28
Kemudian ketika disinggung terkait kiat-kiat khusus menjalani rumah
tangga yang sakinah, keduanya tampak tersenyum dan malu menjawab, Ana
menyatakan bahwa salah satu kiat rumah tangga sakinah adalah tetap menjalani
tugas sebagai istri walaupun sibuk dalam pekerjaan.“kalau saya sih ya mas,
sesibuk apapun seorang istri di luar rumah ia harus tetap ingat akan kewajiban
utamanya pada suami, berusaha menjadi istri yang baik, ya itu salah satu cara
saya agar menjadi keluarga sakinah”.29 Berbeda dengan apa yang diungkapkan
oleh Firman,yang mengatakan bahwa kunci sakinah dalam rumah tangga adalah
adanya kekompakan antara suami istri dalam menjalani hak dan kewajiban.“kalau
meurut saya, cara untuk menciptakan keluarga sakinah adalah adanya
27 Muhammad Firman, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Maret 2018. 28 Tihana, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Maret 2018. 29 Tihana, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Maret 2018.
62
kekompakan dalam keluarga tersebut, masing-masing menjalankan hak nya
masing-masing tanpa melupakan kewajibannya masing-masing”.30
Identitas informan dalam penelitian ini, peneliti sajikan dalam tabel
berikut :
Tabel 3.5
Ket Nama Usia Agama Pekerjaan Status
I.1 Ade Ismail 35 tahun Islam Guru Tunanetra
I.2 Tri 33 tahun Islam Karyawan Normal
I.3 Yanto 42 tahun Islam Karyawan Tunanetra
I.4 Yulia Sari 37 tahun Islam IRT Tunanetra
I.5 Abdul Hay 40 tahun Islam Guru Tunanetra
I.6 Murni 41 tahun Islam Karyawan Normal
I.7 Abdurrohman 33 tahun Islam Karyawan Tunanetra
I.8 Fitriyani 33 tahun Islam Guru Normal
I.9 Muhamad Firman 33 tahun Islam Karyawan Tunanetra
I.10 Anna 35 tahun Islam Guru Tunanetra
30 Muhammad Firman, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Maret 2018.
63
BAB IV
KELUARGA SAKINAH
PENGALAMAN PASANGAN TUNANETRA DI YAYASAN
RAUDLATUL MAKFUFIN
A. Pemahaman Pasangan Suami Istri Tunanetra tentang keluarga sakinah
Keluarga sakinah adalah keluarga yang tenang, tentram, rukun, dan damai.
Dalam keluarga sakinah terjalin hubungan mesra dan harmonis diantara semua
anggota keluarga dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.1
Dalam Al-Qur’an telah tertulis bahwa ciri-ciri keluarga sakinah adalah
keluarga yang tentram dan penuh kasih sayang, sebagaimana tertera dalam surat
Ar-Rum (30): 21 :
ة إن في ذلك ومن آياته أن خلق لكم من أنفسكم أزواجا لتسكنوا إليها وجعل بينكم مودة ورحم
آليات لقوم يتفكرون
Artinya: “dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri , supaya kamu cenderung dan merasa
tentram kepadanya, dan dijadikan diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir”.
Sedangkan menurut keputusan Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Urusan Haji Nomor : D/71/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan
Keluarga Sakinah Bab III Pasal 3 menyatakan bahwa Keluarga Sakinah adalah
“keluarga yang dibina atas pernikahan yang sah mampu memenuhi hajat
spiritual dan material secara layak dan seimbang, diliputi suasana kasih sayang
antara anggota keluarga dan lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu
1 Hasan Basri, Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: Pustaka Antara, 1996), cet. Ke-4, h.,
16
64
mengamalkan, menghayati dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketaqwaan
dan akhlak mulia”.2
Dalam pemaparan diatas, peneliti menyimpulkan bahwasanya keluarga
sakinah adalah sebuah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak yang hidup secara harmonis, diliputi rasa kasih sayang, terpenuhinya
kebutuhan setiap anggota keluarga, baik lahir maupun batin secara seimbang dan
didalamnya terdapat ketenangan, kedamaian serta mengamalkan ajaran agama
sekaligus merealisasikan akhlak mulia.
Dari beberapa pengertian diatas, wajarlah bila keluarga sakinah merupakan
dambaan bagi setiap pasangan dalam membina rumah tangga, atau mungkin
menjadi tujuan dari setiap perencanaan pernikahan. Akan tetapi sebelum
mencapai tujuan tersebut, alangkah lebih baik untuk mengerti dan memahami apa
arti dari tujuan tersebut, maksudnya, ketika seorang laki-laki dan perempuan
memutuskan untuk melaksanakan pernikahan dengan tujuan membentuk keluarga
sakinah, maka mereka haruslah mengetahui terlebih dahulu apa itu keluarga
sakinah, unsur-unsur keluarga sakinah serta cara untuk menciptakan keluarga
sakinah.
Begitupula dengan para keluarga tunanetra, keluarga sakinah menjadi
tujuan serta dambaan bagi mereka, ketika ditanya tentang keluarga sakinah,
masing-masing pasangan tunanetra memiliki teori tersendiri dalam memahami apa
itu keluarga sakinah, ada yang menyebutkan bahwasanya keluarga sakinah adalah
keluarga yang tenang dan bahagia. Seperti yang dijelaskan oleh pasangan Ade
Ismail dan Tri : “yang saya ketahui, keluarga sakinah itu adalah keluarga yang
tenang, tentram dan berkah.”3
Sejalan dengan pemahaman pasangan diatas, pasangan Yanto dan istri pun
menjelaskan bahwa keluarga sakinah adalah keluarga yang bahagia, tentram dan
jarang bertengkar, “keluarga sakinah itu keluarga yang bahagia, saling
2 Departemen Agama Kantor Wilayah Propvinsi Jawa Barat Bidang Urusan Agama
Islam, Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Keluarga Sakinah, (Bandung: Departemen Agama
Provinsi Jawa Barat, 2004), h. 21 3 Ade Ismail, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018
65
menyayangi, saling pengertian dan jarang berantem, ya pokoknya keluarga yang
bahagia dah”.4
Dengan demikian tampak bahwa pemahaman tentang keluarga sakinah
menurut dua pasangan di atas adalah lebih mengedapankan saling menyayangi,
dan jarang berantem, hal inipun di amini oleh pasangan Firman dan istri yang
memahami dengan hal serupa.“keluarga sakinah adalah keluarga yang jarang
cekcok”.5
. Akan tetapi ada satu pemahaman lain tentang keluarga sakinah yang
dipahami oleh pasangan tunanetra lainya, yaitu oleh pasangan Abul Hay dan istri
dan Pasangan Abdurahman dan istri, yang lebih menitik beratkan keluarga
sakinah kepada ajaran agama.“keluarga sakinah adalah keluarga yang sesuai
dengan ajaran agama Islam, yakni keluarga yang bahagia, saling mengerti dan
menyayangi, serta tidak melenceng dari ajaran agama dan selalu mengikuti apa
yang dperintahkan Allah dan Rasulnya”.6
Begitupula dengan apa yang di ucapkan oleh Abdul Hay :“kalau menurut
saya, keluarga sakinah adalah keluarga yang selalu berpegang teguh pada
ajaran Islam, yang pastinya diliputi dengan kasih sayang agar jadi keluarga yang
bahagia”.7
Kemudian untuk memperdalam pemahaman keluarga tunanetra tentang
keluarga sakinah, peneliti menggali pemahaman mereka tentang beberapa bagian
yang termasuk dalam unsur-unsur keluarga sakinah seperti agama, pendidikan,
kesehatan, ekonomi dan hubungan sosial.
1. Agama
Agama adalah kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang ada sejak dalam
kandungan, keluarga adalah tempat pertama seorang anak mengenal agama.
Pemahaman agama dalam sebuah keluarga haruslah sangat diperhatikan, terlebih
4 Yanto, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018 5 Firman, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Maret 2018 6 Abdul Hay, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018 7 Abdurrohman, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018
66
dari segi keimanannya kepada Allah murni tidak melakukan kesyirikan, taat
terhadap ajaran Allah dan Rasul-Nya, dan dari segi pengetahuan agamanyapun
sebuah keluarga haruslah memiliki semangat untuk memepelajari, memahami dan
memperdalam ajaran islam, taat melaksanakan tuntunan akhlak yang mulia,
disamping itu kondisi rumah nya islami. Agama juga menjadi dasar bagi setiap
keluarga untuk menjalani hidup menajdi teratur dan juga untuk mencapai
kebahagiaan.
Pentingnya agama dalam pembentukan keluarga sakinah pun tetera dalam
potongan Keputusan Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji
Nomor: D/71/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Keluarga Sakinah
Bab III Pasal 3 yang menyebutkan bahwa “keluarga sakinah harus mampu
mengamalkan, menghayati dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketaqwaan
dan akhlak mulia”.8
Sejalan dengan pemahaman diatas, ke-lima pasangan tunanetra yang
menjadi informan peneliti juga menyatakan bahwa agama adalah faktor yang
sangat penting dalam sebuah keluarga, seperti yang diutarakan oleh Ade Ismail
(I.1), “Sangat penting dong, karena semua segalanya sudah diatur di dalam
agama.”9
Begitu pula dengan Firman (I.9) yang menyatakan bahwa agama adalah
pedoman, dan patokan dalam keluarga. “Sangat penting itu, ibaratnya agama itu
sebagai buku pedoman bagi keluarga, karena kan kalau kita jauh dari agama,
Allah ga ridho, bisa jadi ke keluarga tuh imbasnya”.10.
Berbeda dengan pemahaman diatas, Abdul Hay (I.5) lebih menitik
beratkan agama kepada anak-anak, “Sangat penting, apalagi jaman sekarang,
kalau anak-anak kita ga dibekali dasar agama yang baik, duh, bisa kacau dah.
pergaulan bebas ga bisa dihindari.”11
8 Departemen Agama Kantor Wilayah Propvinsi Jawa Barat Bidang Urusan Agama
Islam, Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Keluarga Sakinah, h., 21 9 Ade Ismail, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018 10 Firman, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Maret 2018 11 Abdul Hay, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018
67
Menurutnya, pemahaman agama itu haruslah dimulai dari keluarga dan
diawali dari anak-anak kita, sehingga anak mengetahui batasan-batasan yang
diajari dalam agama, sehingga tidak terjerumus ke jalan yang salah.
2. Pendidikan
Pendidikan keluarga merupakan salah satu faktor yang penting dalam
suatu keluarga, baik itun pendidikan agama, maupun pendidikan ilmu
pengetahuan lainnya. orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-
anaknya. Hal ini pula yang Allah perintahkan kepada Luqman untuk memberi
pendidikan kepada anaknya, sebagaimana yang tertera pada surat Luqman (31):
13:
رك لظلم عظيم تشرك وإذ قال لقمان لبنه وهو يعظه يا بني ل إن الش بالل
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika ia
member pelajaran kepadanya, Wahai anakku! Janganlah engkau
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-
benar kezhaliman yang besar.
Selain berfungsi sebagai pendidik, dan pendamping dalam tumbuh
kembang anak. Orang tua mempunyai kewajiban untuk memberikan motivasi
terhadap pendidikan formal bagi setiap anggota keluarga, membudayakan suka
membaca, mendorong anak-anak untuk melanjutkan dan menyelesaikan
sekolahnya terutama bila mampu sampai tingkat sarjana, hal itu tertera dalam
Undang-undang Perlindungan Anak (UUPA) pasal 26 yang menyatakan bahwa
“orang tua berkewajiban dan bertanggungjawab untuk mengasuh, memelihara,
mendidik dan melindungi anak”. Dalam UUPA juga dijelaskan bahwa salah satu
hak anak adalah “hak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadi dan tingkat kecerdasan sesuai minat dan
bakatnya”.12
Sejalan dengan pemahaman diatas, beberapa pasangan tunanetra
menyatakan bahwa pentingnya faktor pendidikan dalam sebuah keluarga, baik
12 BKKBN, Buku Pegangan Petugas BP4 tentang Kursus Calon Pengantin, h., 10
68
pendidikan bagi dirinya sendiri maupun kepada anak-anaknya, hal ini dibuktikan
oleh Murni (I.6) yang ketiga anaknya telah mendapatkan pendidikan yang layak,
mulai dari pendidikan usia dini sampai sekolah Dasar,“yang paling besar 10tahun
sudah SD, yang paling kecil masih di PAUD”.13
Pemahaman keluarga tunanetra tentang pentingnya pendidikan dalam
keluarga pun dibuktikan dengan masih adanya hasrat dan keinginan mereka untuk
melanjutkan pendidikan, sebagaimana yang dirasakan oleh Yuli (I.4) yang ingin
melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, “saya ingin sekolah lagi
ini, gak sampe SMA, pengen S1”.14
selain hasrat dan keinginan untuk melanjutkan pendidikan sebagaimana
diatas, ada pula penyesalan dalam putusnya pendidikan, sebagaimana yang
dirasakan oleh Abdurohman (I.7) yang menyatakan bahwa beliau menyesal ketika
berhenti kuliah yang saat itu sudah semester 3. “Saya nyesel juga itu berenti
kuliah, pengen nya sampe S1”.15
3. Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam sebuah keluarga,
lingkungan rumah yang bersih, sehingga tidak mudah sakit, kalau ada yang sakit
segera menggunakan pertolongan puskesmas atau dokter, mendapatkan imunisasi
pokok, keadaan rumah dan lingkungan memenuhi kriteria lingkungan rumah
sehat, mendapatkan cahaya matahari yang cukup, sanitasi lengkap dan lancar,
lingkungan rumah bersih ada saluran pembuangan air, tidak terdapat sarang
nyamuk dan sebagainya. Begitupun dengan anggota keluarganya, kesehatan
anggota keluarga akan mempengaruhi keadaan keluarga tersebut, terutama
kesehatam anak, yang memang menjadi haknya untuk hidup sehat, dalam hal ini
pemerintah tekankan dalam UUPA yang menjelaskan salah satu hak anak adalah
“hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial”.16
13 Murni, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018 14 Yuliasari, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018 15 Abdurrohman, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018 16 BKKBN, Buku Pegangan Petugas BP4 tentang Kursus Calon Pengantin, h., 10
69
Pentingnya kesehatan dalam keluargapun menjadi perhatian pemerintah
dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Bab 5 Pasal 12
ayat 1 yang menyatakan bahwa “ kesehatan keluarga diselenggarakan untuk
mewujudkan keluarga sehat, kecil, bahagia dan sejahtera”.
Sejalan dengan pemahaman diatas tentang pentingnya kesehatan dalam
keluarga, para pasangan tunanetra juga menyatakan bahwa kesehatan adalah salah
satu faktor yang sangat penting dalam keluarga, sebagaimana yang diutarakan
oleh Fitri (I.8) “kesehatan diri, kesehatan lingkungan penting juga tuh, karena
kan kalau sakit, kita ga Cuma ngerepotin pasangan, tapi juga keluarga besar”.17
Bagi Fitri kesehatan lingkungan yang berdampak pada keshetan keluarga
adalah hal yang penting, karena jika salah satu dari mereka sakit, maka akan
merepotkan pasangannya, atau bahkan sampai keluarga besarnya.
Peran dan tindakan yang cepat ketika salah satu anggota keluarga
menderita sakit pun dirasa sangatlah penting, hal inilah yang dilakukan oleh
pasangan Abdul Hay (I.5) dan Istri, dimana ketika salah satu anakya menderita
sakit, maka keduanya langsung membawa anaknya ke pelayanan kesehatan
terdekat, “kalau anak sakit, langsung saya bawa ke puskesmas. Atau seenggaknya
dengan obat warung dulu”18
Hal tersebut sangatlah harus diperhatikan bagi setiap orang tua, karena
orang tua memiliki tanggungjawab untuk mendidik membimbing, mengasuh dan
memperhatikan kesehatan anaknya.
4. Ekonomi
Faktor ekonomi adalah salah satu yang terpenting dalam sebuah keluarga,
ketika ekonomi dalam sebuah keluarga lancar dan teratur, maka keluarga itupun
akan tenang dan sejahtera, namun sebaliknya, jika ekonomi tersebut tersendat dan
tidak teratur, maka tak ayal, keretakan dalam rumah tangga pun terkadang tidak
dapat dihindari. Berbagai macam contoh pemenuhan ekonomi dalam keluarga,
misalnya suami atau istri mempunyai penghasilan yang cukup untuk memenuhi
17 Fitriyani, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Maret 2018 18 Abdul Hay, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018
70
kebutuhan pokok, pengeluaran tidak melebihi penghasilan yang cukup mampu
menabung, kebutuhan pokok yang harus dipenuhi kebutuhan makan sehari-hari,
sandang, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan dan sebagainya.
Dalam Al-Qur’an pada surat Al-Baqarah (2) ayat 233 menjelaskan bahwa
salah satu tugas suami adalah memenuhi kebutuhan keluarganya.
وعلى المولود له رزقهن وكسوتهن بالمعروف
“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada istrinya
dengan cara yang ma’ruf”.
Dalam UU No.1 tahun 1974 pasal 34 ayat 1 tentang perkawinan juga telah
disebutkan bahwa salah satu kewajiban suami adalah “melindungi istrinya dan
memberikan segala keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan
kemampuannya”.19
Sejalan dengan pemaparan diatas terkait pentingnya ekonomi dalam
keluarga, para pasangan tunanetra pun sangat paham akan pentingnya ekonomi,
bahkan mereka seakan kompak menyatakan bahwa ekonomi adalah hal yang
utama dan terpenting dalam keluarga, bahkan ketika ekonomi dalam keluarga
tidak jalan, maka dampaknya adalah kleuarga menjadi amburadul. Seperti yang
diungkapkan oleh Yanto (I.3) yang menyatakan bahwa ekonomi merupakan hal
yang sangat penting, “kalau ini sangat penting mas, kalau ekonomi gak berjalan,
keluarga juga jadi amburadul nantinya”.20
Seakan sejalan dengan apa yang diutarakan Bapak Anto, Bapak Abdul
Hay (I.5) juga sangatlah menyadari akan pentingnya ekonomi keluarga, bahkan ia
menyadari bahwasanya salah satu faktor perceraian dalam keluarga adalah
ekonomi, “kalau itu sangat penting. Ekonomi sangat mempengaruhi keluarga,
jangankan kita yang keluarga tunanetra, yang keluarga normal aja bisa putus
ditengah jalan gara-gara ekonomi”.21
Begitu pentingnya ekonomi bagi kehidupan berkeluarga, maka tak jarang
kegiatan bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga tidak hanya dilakukan
19 BKKBN, Buku Pegangan Petugas BP4 tentang Kursus Calon Pengantin, h., 4 20 Yanto, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Maret 2018 21 Abdul Hay, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018
71
oleh suami saja, terkadang istri pun ikut bekerja, hal ini pula lah yang terjadi pada
Pasangan Firman (I9) dan Anna (I.10) dan juga pasangan Abdurrahman (I.7) dan
Fitri (I.8) yang mana para suami mengijinkan istri untuk ikut bekerja mencari
nafkah guna membantu suami untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Hubungan Sosial
Hubungan sosial haruslah ada dalam setiap keluarga, karena pada
dasarnya, manusia adalah mahluk sosial. Artinya, manusia dalam kehidupannya
saling membutuhkan bantuan satu sama lain, hidup secara berkelompok dan
bermasyarakat, setiap manusia mempunyai sistem sosial terkecil yaitu keluarga,
hubungan suami istri saling mencintai, menyayangi, menghormati, mempercayai,
membantu, saling terbuka dan bermusyawarah bila mempunyai masalah dan
saling memaafkan.
Bahkan Allah mengibaratkan suami istri itu seperti pakaian, yang mana
berarti sebagai pelindung serta penutup bagi pasangannya, sebagaimana yang
terulis pada surat Al-Baqarah (2): 718 :
هن لباس لكم وأنتم لباس لهن
Artinya: “mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi
mereka”
Demikian pula hubungan orang tua terhadap anak, orang tua mampu
menunjukan rasa cinta dan kasih sayangnya, memberikan perhatian, bersikap adil,
mampu membuat suasana terbuka sehingga anak merasa bebas mengutarakan
permasalahannya sehingga suasana rumah tangga itu mampu menjadi tempat
bernaung yang indah, aman dan segar. begitu pula, hubungan dengan tetangga,
diupayakan menjaga keharmonisan dengan jalan saling menolong, menghormati,
mempercayai dan mampu ikut berbahagia terhadap kebahagiaan tetangganya dan
ikut berduka atas duka tetangganya, mampu tidak bermusuhan dan mampu saling
memaafkan.
Sejalan dengan pemahaman diatas, para pasangan tunanetra pun
menyatakan pentingnya bersosial dalam kehidupan, baik dalam keluarga maupun
kepada lingkungan sekitar. Seperti yang di utarakan oleh Ade Ismail (I.1) yang
72
menyatakan bahwa ia sebagai tunanetra sangatlah butuh akan bantuan lingkungan
sekitar.“Sangat penting, apalagi sayakan tunanetra, jadi sangat butuh dengan
orang lain.22
Begitupula yang dilakukan oleh Abdul Hay (I.5) yang selalu menekankan
kepada istri dan anak-anaknya akan pentingnya menjaga persaudaraan dengan
keluarga besarnya, karena baginya, silaturahim dan hubungan sosial kepada
lingkungan sekitar akan berdampak baik bagi dirinya dan keluarga.“penting juga
sih itu, saya selalu bilang ke istri dan anak-anak, jangan sampai putusin
silaturahmi sama keluarga besar, kaya kakek-neneknya, uwa, mamang, bibi,
karena pasti kita butuh mereka suatu saat nanti.”23
Dari beberapa pemaparan dari pengertian keluarga sakinah diatas, ketika
ditanyakan kepada pasangan suami istri tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin
Serpong dapat disimpulkan bahwa ternyata mereka memiliki pemahaman yang
sama meskipun mereka memaparkan dengan bahasa yang berbeda. Bahwa yang
mereka maksud tentang keluarga sakinah adalah keluarga yang penuh dengan
kasih sayang, jarang bertengkar, berpegang teguh pada agama, keluarga yang
eknomi berkecukupan, berpendidikan, sehat dan aktif bersosial. Hal ini jelas
sesuai dengan apa yang tertera pada surat Ar-Rum ayat 21 diatas, bahwa keluarga
sakinah adalah keluarga yang cenderung tentram, dan penuh rasa kasih sayang,
begitu pula dengan apa yang tertulis dalam keputusan Jenderal Bimas Islam dan
Urusan Haji nomor D/71/1999 tentang petunjuk pelaksaan keluarga sakinah, yang
menyatakan bahwa keluarga sakinah adalah keluarga yang tercukupi hajat
spiritual dan material, diliputi rasa kasih sayang antar anggota keluarga dan
lingkungannya, serta mampu mengamalkan ajaran-ajaran agama.
B. Upaya Pasangan Suami Istri Tunanetra Dalam Membentuk Keluarga
Sakinah
Dalam suatu perjalanan rumah tangga tidak selalu berisikan senyum dan
tawa, tetapi sesekali terdapat perselisihan antara suami dan isteri. Karena itulah,
22 Ade Ismail, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018 23 Abdul Hay, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018
73
ketika hendak melangkah ke jenjang pernikahan dianjurkan memilih jodoh yang
baik (sholeh atau sholehah), hal ini tidak lain hanya untuk bertujuan dalam
membina pernikahan yang bahagia, sakinah dan harmonis. Untuk itu, dalam
upaya membina keluarga yang sakinah perlu diperhatikan berbagai aspek secara
menyeluruh, di antaranya peranan masing-masing suami dan istri, baik yang
individual maupun yang dimiliki bersama. Namun selain mengetahui peranan
masing-masing suami dan isteri, terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh
dalam membentuk keluarga sakinah, yaitu saling pengertian, saling sabar, saling
terbuka, saling meningkatkan kasih sayang, komunikasi yang terjalin dengan baik
serta adanya kerjasama antara suami, istri maupun anak.
Banyak faktor penting yang dapat mempengaruhi terbentuknya keluarga
sakinah, seperti sisi agama, yang diawali dengan perkawinan yang sah, serta
mampu melaksanakan kewajibannya seperti shalat, puasa zakat. Dan juga aktif di
kegiatan sosial maupun keagamaan di masyarakat. Selanjutnya dilihat dari sisi
ekonomi, keluarga sakinah dapat tercipta jika ekonomi dalam suatu keluarga
tercukupi, misalkan, pemasukan perbulan jelas dan tetap, serta pengeluaran
bulanan yang tidak lebih besar dari pemasukan itu sendiri, bisa menabung atau
tidak, suami bekerja atau istri ikut bekerja, dan juga hubungan sosial dalam
keluarga, komunikasi yang terjalin baik antar anggota keluarga merupakan salah
satu kunci terbentuknya keluarga sakinah, selain itu, hubungan sosial dengan
lingkungan sekitar pun patut di perhatikan, terutama bagi keluarga tunanetra yang
memang sangat butuh akan bantuan orang lain.
Upaya membentuk keluarga sakinah yang dilakukan keluarga tunanetra
tentu tidaklah sama dengan keluarga normal lainnya, pasti terdapat tantangan
tersendir untuk mewujudkannya, akan tetapi keluarga tunanetra tentu memiliki
cara dan upaya tersendiri dalam mewujudkan keluarga sakinah. Dalam hal ini
peneliti membagi dalam beberapa faktor yang menurut peneliti merupakan hal
yang penting dalam terbentuknya keluarga sakinah, seperti ekonomi, pengasuhan
anak, hubungan biologis, dan aktivitas dalam. rumah tangga.
74
1. Ekonomi keluarga
Dalam segi ekonomi keluarga, pemahaman keluarga tunanetra pun tak
berbeda pada keluarga umum lainnya, para suami dalam keluarga tunanetra juga
menyadari bahwa mencari nafkah guna menafkahi keluarga adalah kewajibannya.
Tentu hal ini sangatlah sesuai dengan apa yang di jelaskan dalam Al-Qur’an pada
surat Al-Baqarah (2): 233 :
وعلى المولود له رزقهن وكسوتهن بالمعروف
Artinya: “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada istrinya
dengan cara yang ma’ruf”.
Berdasarkan penelitian dilapangan ada beberapa pekerjaan yang dilakukan
para informan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya, diantaranya:
a. Guru/Pendidik
Sebagai guru atau pendidik adalah salah satu pekerjaan yang cukup
banyak dilakukan oleh Informan, seperti Ade Ismail (I.1), Abdul Hay (I.5),
Fitriyani (I.8) dan Anna (I.10), lokasi mengajar nya pun berbeda-beda, Ade dan
Fitri mengajar di Yayasan Raudlatul Makfufin, Abdul Hay mengajar di SD
Ashidiqiyah Pamulang, dan Anna mengajar di SLB El Shaffa Jakarta. Akan tetapi
ketika peneliti singgung tentang besaran pendapatan perbulan dari mengajar,
hanya Tri (Suami Ade) saja yang menyebutkan bahwa besaran hasil dari
suaminya mengajar adalah kisaran 1-2 juta perbulan, “kalau Mas Ade, dia ngajar
disini, Alhamdulillah pengasilan 1-2juta per bulan”. 24
Sedangkan ketiga informan lainnya enggan untuk menyebutkan
besarannya, mereka hanya menyatakan cukup, bersyukur dan Alhamdulillah.
“kalau penghasilan, cukuplah”.25
b. Karyawan
Menjadi karyawan sebuah lembaga atau perusahaan dalah salah satu jalan
yang diambil sebagian informan untuk mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan
keluarga, seperti Firman (I.9) dan Yanto (I.3) yang berkerja sebagai staff
24 Tri, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018 25 Abdul Hay, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018
75
telefunding di Bank CIMB Gajah Mada Jakarta, dan juga Abdurrohman (I.7) yang
berkerja sebagai salah satu karyawan di perusahaan konveksi di daerah tangerang,
selain itu, ia juga berkerja sebagai marketing pada sebuah perusahaan Travel Haji
dan Umroh di Pamulang. Ketika peneliti singgung tentang kisaran pendapatan
bulanan, ketiga informan tersebut kompak bahwa penghasilan bulanan mereka
sesuai dengan besaran UMR masing-masing daerah. “kalau penghasilan, sekitar
UMR lah”.26
Menjadi karyawan sebuah lembaga juga dijadikan sebagai salah satu
sumber penghasilan bulanan, adalah Ibu Tri (I.2) yang bekerja sebagai staff
administrasi di Yayasan Raudlatul Makfufin, tetapi beliau tidak ingin mengatakan
besaran pendapatannya, ia hanya mengatakan “Alhamdulillah dan cukup”.27
c. Cleaning Service
Cleaning service menjadi salah satu jalan yang diambil oleh asalah satu
informan, adalah Murni (I.6) yang menjadi Cleaning Service di SD Ashidiqiyah
pamulang, hal itu ia lakukan guna membantu suaminya dalam memenuhi
kebutuhan rumah tangga, akan tetapi sama dengan beberapa informan diatas, Ibu
Murni pun tidak ingin memberikan berapa kisaran pedapatan bulanan dari
pekerjaannya. “Kalau penghasilan, jangan disebutin ah, alhamduillah cukup
pokoknya.”28
26 Firman, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Maret 2018 27 Tri, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018 28 Murni, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018
76
Pekerjaan informan dalam penelitian ini, peneliti sajikan dalam tabel
berikut :
Tabel 4.1
No Nama Pekerjaan Jumlah Pendapatan
1 Bapak Ade Ismail Guru 1-2 juta/bulan
2 Bapak Abdul Hay Guru Cukup
3 Ibu Fitri Karyawan Cukup
4 Ibu Anna Guru Cukup
5. Bapak Firman Karyawan UMR
6. Bapak Anto Karyawan UMR
7. Bapak Abdurrohman Karyawan UMR
8 Ibu Tri Karyawan Cukup
9. Ibu Murni Cleaning Service Cukup
Berdasarakan data-data diatas, bekerja untuk memenuhi ekonomi keluarga
tidak hanya dilakukan oleh suami, akan tetapi istri juga ikut turun tangan berkerja
untuk memenuhi kebutuhan keluarga. padahal hukum tertulis menyatakan bahwa
mencari nafkah untuk keperluan hidup adalah kewajiban suami, seperti yang telah
diuraikan diatas pada UU No, 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 34 ayat 1,
yang menjelaskan bahwa “suami wajib melindungi istrinya dan memberikan
segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan
kemampuannya.”29 Begitu juga yang tertera pada KHI pasal 80 ayat 2 yang
menjelaskan bahwa “suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala
keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya”30 akan tetapi
dalam konteks lain, istri diperbolehkan bekerja guna membantu suami memenuhi
biaya rumah tangga dengan catatan ada izin dari suami tersebut
29 BKKBN, Buku Pegangan Petugas BP4 tentang Kursus Calon Pengantin, h., 4 30 Ahmad Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Minakahat, h., 160
77
2. Pengasuhan Anak
Keluarga merupakan tempat pertama dalam kehidupan anak, tempat anak
belajar dan berperan sebagai mahluk sosial, di Indonesia anak-anak dilindungi
oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak, dan berdasarkan UU Perlindungan Anak (UUPA) pasal 26
menyatakan bahwa “orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk
mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak”.31
Agama Islam pun sangat memeperhatikan tentang pengasuhan anak,
seperti yang tercantum pada surat An Nisa (4): 9 :
وليقولوا قول وليخش الذين من خل ية ضعافا خافوا عليهم فليتقوا للا فهم لو تركوا من خلفهم ذر
سديدا
Artinya: “Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah, bila seandainya mereka
meninggalkan anak-anaknya yang dalam keadaan lemah, yang mereka
khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebabitu, hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar”
Berdasarkan pemaparan diatas, tampaklah bahwa didalam sebuah
keluarga orang tua wajib menciptakan lingkungan yang harmonis dan sejuk bagi
anak. Serta wajib memberikan pola pengasuhan kepada anak. Hal itu pula yang
wajib dilakukan oleh keluarga tunanetra, berdasarkan fakta dilapangan, dari ke-
lima pasangan tunanetra yang menjadi informan peneliti, hanya satu pasangan
yang sudah memiliki anak, dua pasang sedang menunggu kedatangan sang buah
hati, lalu dua pasang lainnya masih belum ada tanda-tanda akan hadirnya sang
anak. Kemudian lebih jauh peneliti membagi upaya keluarga tunanetra dalam
mengasuh anak kepada beberapa bagian, diantaranya
a. Pengasuhan anak dilakukan oleh Istri
Dalam konteks ini isteri mempunyai andil yang lebih besar dalam
pengasuhan anak disbanding suami, segala urusan dan kebutuhan anak dilakukan
sepenuhnya oleh isteri sedangkan suami hanya bertugas mencari nafkah untuk
kebutuhan keluarganya. Hal ini tentu dilakukan oleh pasangan tunanetra yang
31 BKKBN, Buku Pegangan Petugas BP4 tentang Kursus Calon Pengantin, h., 8
78
kategori B (Suami Tunanetra & Isteri Normal), seperti pasangan Ade Ismail dan
Tri (I.1 dan I.2) yang sudah memasuki usia kandungan 8 bulan, pasangan
Abdurohman dan Fitriyani (I.7 dan I.8) yang masih menunggu hadirnya sang
anak, dan juga pasangan Abdul Hay dan Murni (I.5 dan I.6) yang sudah memiliki
3 orang anak.seperti yang di ucapkan oleh Abdul Hay. “Ya kalau itu urusan istri
saya dah mas, saya kan gabisa melihat”.32
b. Pengasuhan anak dibantu oleh orang lain
Dalam konteks ini, pengasuhan anak tak sepenuhnya dapat dilakukan oleh
pasangan suami istri tunanetra, sehingga mereka butuh adanya bantuan orang lain
dalam melaksanakan pengasuhan anak, baik itu orang tua, saudara maupun
tetangga. Hal ini tentu dilakukan oleh pasangan tunanetra kategori A (Suami
tunanetra & Istri Tunanetra). Seperti yang direncanakan oleh pasangan Anto dan
Yuliasari (I.3 dan I.4) yang sudah memasuki usia kandungan 3 bulan, dan juga
pasangan Firman dan Anna (I.9 dan I.10) yang masih menunggu hadirnya sang
buah hati, kedua pasangan tersebut berencana akan meminta bantuan orang tua
dan saudara dalam melakukan pengurusan anak.“ya, nanti pasti ada caranya,
minta dibantu sama orang tua mungkin ya”33
3. Hubungan Biologis
Hubungan biologis yang dimaksud disini adalah upaya mereka
menciptakan keluarga sakinah dalam sisi pribadi antara suami dan istri,
bagiamanakah pasangan suami-istri tunanetra dapat mampu menerima
pasangannya dari segala arah, seperti nafkah lahir dan nafkah bathin, bagaimana
cara mereka menyikapi perselisihan dalam rumah tangga serta puas atau tidaknya
menjalani hidup dengan pasangannya, serta apa saja bumbu-bumbu cinta diantara
mereka sehingga dapat mewujudkan keluarga sakinah, dalam surat Al-Baqarah
(2): 187 :
32 Abdul Hay, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018 33 Anna, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Maret 2018
79
هن لباس لكم وأنتم لباس لهن
Artinya: “mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi
mereka”
Ayat diatas sangat jelas bahwa Islam sangat memperhatikan ikatan
biologis antara suami istri, dengan analogi sebuah pakaian, Islam menggambarkan
bahwasanya suami suami istri itu adalah sebuah pakian yang menyatu dalam diri,
saling melindungi, saling melengkapi, membuat pantas, pakaian yang pas dan
bagus tentunya akan sedap dipandang dan terasa nyaman. Tetapi Karena terus
digunakan, pakaian bisa lusuh juga, tentu disinilah bagaimana seorang suami istri
harus pandai merawatnya.
Berdasarkan fakta dilapangan, peneliti mendapatkan bahwa dalam segi
nafkah lahir dan juga bathin, ke-lima pasangan suami istri tunanetra yang menjadi
informan peneliti, mengatakan bahwa mereka puas dengan nafkah lahir bathin
yang diberikan oleh pasangannya masing-masing, seperti yang di uraikan oleh
Abdul Hay (I.5) bahwasanya meskipun ia tunanetra akan tetapi dalam berumah
tangga ia selalu melakukan kewajibannya kepada isteri dan sebaliknya, isterinya
pun melakukan kewajibannya kepada suami, rasa cinta yang sudah tumbuh dalam
hati masing-masing itu mereka buktikan dengan bertahan nya rumah tangga
selama 12 tahun.“Alhamdulillah, terpenuhi lahir bathin, ya buktinya kami sudah
12 tahun berumah tangga”.34
Hubungan biologis juga menyinggung bagaimana si isteri dapat menerima
pemberian nafkah suami dengan sukarela apa adanya, hal inilah yang diutarakan
oleh Yuliasari (I.4) yang menyatakan bahwa dirinya menerima sepenuh hati
berapapun penghasilan sang suami, baginya, yang penting masih bisa makan
berdua dan cukup untuk kebutuhan keluarga.“Saya mah terima saja berapapun
penghasilan suami, yang penting bisa makan buat saya dan suami dan cukup juga
untuk kebutuhan keluarga”.35
Hubungan biologis juga mencangkup tentang bagaimana cara pasangan
suami isteri tunanetra menyikapi masalah-masalah yang timbul dalam keluarga,
34 Abdul Hay, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018 35 Yuliasari, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018
80
karena jangankan mereka yang tunanetra, pasangan suami isteri yang normal pun
kadang menemukan persilisihan dalam rumah tangga, bahkan jika tidak
diselesaikan bisa menimbulkan perceraian. Lalu apa yang dilakukan oleh
pasangan suami istri tunanetra ketika ada perselisihan diantara mereka.
Berdasarkan hasil yang ditemui peneliti, ada beberapa cara yang dilakukan
pasangan suami istri tunanetra dalam mengatasi perselisihan dalam rumah tangga,
diantaranya: pertama rasa cinta dan rasa mengalah adalah kunci bagi redamnya
perselisihan diantara mereka, maksudnya, ketika terjadi perselisihan atau
pertengkaran diantara pasangan suami istri tunanetra tersebut, maka salah satu
diantara mereka haruslah ada yang mengalah, lebih tenang, lebih kalem dan sabar.
Sehingga tidak menimbulkan emosi yang berlebih. Hal ini pulalah yang dilakukan
oleh pasangan Firman dan Anna “Ya saling ngobrol aja, kadang kita cekcok
karena masalah hal sepele, tapi ya gitu harus ada yang ngalah salah satunya”.36.
Yang kedua, memperbaiki komunikasi diantara kedua pasangan adalah salah satu
obat pereda dalam panasnya perselisihan rumah tangga, hal ini diterapkan oleh
pasangan Yanto dan Yuli, karena bagi mereka, tak jarang pertengkaran yang
terjadi diantara mereka adalah berawal dari komunikasi, oleh karena itu
memperbaiki komunikasi adalah salah satu cara agar menghindari perselisihan
dalam keluarga. “Kalau saya sih, paling memperbaiki komunikasi aja kali ya,
saling dijelasin maunya apa, gitu”.37
4. Pembagian Tugas Rumah Tangga
Tugas rumah tangga merupakan tanggung jawab keluarga itu sendiri, baik
tugas sejak bangun tidur sampai tidur lagi pun itu menjadi tugas yang wajib
dilaksanakan oleh anggota keluarga masing-masing. Lantas bagiamana dengan
keluarga tunanetra, keterbatasan yang mereka miliki apakah berpengaruh bagi
mereka dalam melaksanakan aktifitas tugas rumah tangga, dalam hal ini
berdasarkan fakta dilapangan, peneliti membagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Dilakukan oleh kedua pasangan tunanetra
36 Firman, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018 37 Yuliasari, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018
81
Hal ini dilakukan oleh hampir semua pasangan tunanetra. Bagi mereka
pembagian tugas rumah tangga adalah tanggung jawab mereka tanpa
mengesampingkan kewajiban masing-masing. Contoh misalkan yang dilakukan
oleh Anna (I.10) yang juga yang harus melakukan tugasnya sebagai istri dan juga
sebagai ibu rumah tangga, Ia merasa harus bangun lebih awal sebelum suami, dan
menyiapkan sarapan untuk suami sebelum suami berangkat kerja. “saya sebagai
istri minimal harus bangun lebih dulu, siapin sarapan sebelum dia berangkat
kerja dan lain-lain”.38
Ketika disinggung bagaimana cara melakukan itu semua ditengah
keterbatasanyang dimiliki, ternyata jawabannya adalah karena ia sudah
mengetahui dimana letak barang-barangnya dan yang paling utama, ia sudah
terbiasa melakukannya.“Ya, kita kan sudah tahu letak barang-barang kita, dan
gaboleh pindah posisi, misalkan sapu, itu ada disini, gelas disini, ya begitu”.39
b. Dibantu Orang Lain
Ditengah keterbatasan yang dimilkinya, wajar bila para penyandang
tunanetra meminta atau menharapkan bantuan dari orang lain, begitu pula dengan
apa yang dilakukan oleh Yuli (I.4) yang menyatakan bahwa pembagian tugas
rumah tangga terkadang Ia dibantu oleh orang tuanya, hal ini pun menjadi hal
yang lumrah dikarenakan Yuli tinggal satu rumah dengan orang tuanya.
“Pembagian tugasnya ya itu mas, paling saya urus rumah, sama orang tua
disana”.40
Dari beberapa pemamaparan tentang upaya pasangan suami istri tunanetra
dalam membentuk keluaga sakinah diatas, dapat disimpulkan bahwa a) terkait
ekonomi, para pasangan suami istri tunanetra tetap bekerja untuk memenuhi
kebutuhan keluarga, dan tidak bergantung kepada orang lain, diantaranya sebagai
guru dan karyawan, b) berkaitan pengasuhan anak, sebagian pasangan tunanetra
tersebut ada yang mandiri dalam mengasuh anak, namun ada pula yang dibantu
dengan orang lain, c) terkait hubungan biologis, pasangan suami istri tunanetra
38 Anna, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018 39 Anna, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018 40 Yuliasari, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018
82
saling menerima satu sama lain tanpa melihat adanya kekurangan pada
pasangannya, dan mengaku puas menjalani dalam hidup bersama pasangannya
serta d) terkait pengurusan tugas rumah tangga, sebagian pasangan tunanetra
mengurus rumah tangga secara mandiri, namun adapula yang pengurusannya
dibantu orang lain.
Berikut penulis ingin mendudukan bagaimana status pasangan suami isteri
tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin masuk ke kriteria keluarga sakinah
manakah, karena dalam Program Pembinaan Keluarga Sakinah disusun kriteria-
kriteria umum keluarga sakinah yang terdiri dari Keluarga Pra Sakinah, Keluarga
Sakinah I, Keluarga Sakinah II, Keluarga Sakinah III, dan Keluarga Sakinah III
Plus. Uraian masing-masing kriteria sebagai berikut :41
a. Keluarga Pra Sakinah: yaitu keluarga yang dibentuk bukan melalui
ketentuan pernikahan yang sah, tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar
spiritual dan material (basic need) secara mnimal, sepeti keimanan, shalat,
zakat fitrah, puasa, sandang, pangan, papan dan kesehatan.
Tolak ukur Keluarga Pra Sakinah Keluarga Pra Sakinah adalah 1).
Keluarga dibentuk tidak melalui pernikahan yang sah, 2). Tidak sesuai
ketentuan undang-undang yang berlaku, 3). Tidak memiliki dasar
keimanan, 4). Tidak melakukan shalat wajib, 5). Tidak mengeluarkan
zakat fitrah, 6). Tidak menjalankan puasa wajib, 7). Tidak tamat SD, dan
tidak dapat baca tulis, 8). Termasuk kategori fakir atau miskin, 9). Berbuat
asusiladan 10). Terlibat perkara-perkara kriminal
b. Keluarga Sakinah I: yaitu keluarga yang dibangun atas pernikahan yang
sah dan telah dapat memenuhi kebutuhan spiritual dan material secara
minimal tetapi masih belum bisa memenuhi psikologisnya seperti
kebutuhan akan pendidikan, bimbingan keagamaan dalam keluarganya,
mengikuti interaksi sosial keagamaan dengan lingkungannya.
41 Departemen Agama Kantor Wilayah Propvinsi Jawa Barat Bidang Urusan Agama
Islam, Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Keluarga Sakinah, h., 21-25
83
Tolak ukur Keluarga Sakinah I adalah, 1) Pernikahan sesuai
dengan peraturan syariat dan UU nomor 1 tahun 1974 tentang pernikahan,
2). Keluarga memiliki surat nikah atau bukti lain sebagai bukti pernikahan
yang sah, 3). Mempunyai perangkat shalat sebagai bukti melaksanakan
shalat wajib dan dasar keimanan, 4). Terpenuhi kebutuhan makanan
pokok, sebagai tanda bukan tergolong orang yang fakir miskin, 5). Masih
sering meninggalkan shalat, 6). Jika sakit sering pergi ke dukun, 7).
Percaya pada tahayul, 8). Tidak datang di pengajian/majelis taklim, dan 9).
Rata-rata keluarga tamat atau memiliki ijazah SD
c. Keluarga Sakinah II: yaitu keluarga yang dibangun atas pernikahan yang
sah dan disamping telah dapat memenuhi kebutuhan kehidupannya juga
telah mampu memahami pentingnya pelaksanaan ajaran agama serta
bimbingan keagamaan dalam keluarga serta mampu mengadakan interaksi
sosial keagamaan dengan lingkungannya, tetapi belum mampu
mengahayati serta mengembangkan nilai-niali keimanan, ketaqwaan, dan
akhlaqul karimah, infaq, zakat, amal jariyah, menabung dan sebagainya.
Tolak ukur Keluarga Sakinah II adalah 1). Tidak terjadi perceaian,
kecuali sebab kematian atau hal sejenis lainnya yang mengharuskan
terjadinya perceraian tersebut, 2) Penghasilan keluarga melebihi
kebutuhan pokok, sehingga bisa menabung, 3) Rata-rata keluarga memiliki
ijazah SMP, 4) Memiliki rumah sendiri meskipun sederhana, 5) Keluarga
aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan sosial keagamaan, 6). Mampu
memenuhi standar makanan yang sehat/ memenuhi 4 sehat 5 sempurna,
dan 7) Tidak terlibat perkara kriminal, judi, mabuk, prostitusi dan
perbuatan amoral lainnya
d. Keluarga Sakinah III: yaitu keluarga yang dapat memenuhi seluruh
kebutuhan keimanan, ketaqwaan, akhlaqul karimah, sosial psikologis, dan
pengembangan keluarganya, tetepi belum mampu menjadi suri tauladan
bagi lingkungannya
84
Tolak ukur Keluarga Sakinah III adalah Aktif dalam upaya
meningkatkan kegiatan dan gairah keagamaan di masjid-masjid maupun
dalam keluarga. 1) Keluarga aktif menjadi pengurus kegiatan keagamaan
dan sosial kemasyarakatan, 2) Aktif memberikan dorongan dan motivasi
untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak serta kesehatan masyarakat
pada umumnya, 3) Rata-rata keluarga memiliki ijazah SLTA keatas, 4)
Pengeluaran zakat, infaq dan wakaf senantiasa meningkat, 5)
Meningkatnya pengeluaran qurban, dan 6) Melaksanakan ibadah haji
secara baik dan benar, sesuai tuntunan agama dan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
e. Keluarga Sakinah III Plus: yaitu keluarga yang telah dapat memeuhi
seluruh kebutuhan keimanan, ketaqwaan, dan akhlaqul karimah secara
sempurna, kebutuhan sosial psikologis, dan pengembangannya serta dapat
menjadi suri teladan bagi lingkungannya.
Tolak ukur Keluarga Sakinah III Plus adalah 1) Keluarga yang telah
melaksanakan haji dapat memenuhi kriteria haji mabrur, 2) Menjadi tokoh
agama, tokoh masyarakat dan tokoh organisasi yang dicintai oleh
masyarakat dan keluarganya, 3) Pengeluaran zakat, infaq, sodaqoh,
jariyah, wakaf meningkat baik secara kualitatif maupun kuantitatif, 4)
Meningkatnya kemampuan keluarga dan masyakat sekelilingnya dalam
memenuhi ajaran agama, 5) Keluarga mampu mengembangkan ajaran
agama, 6) Rata-rata anggota keluarga memiliki ijazah sarjana, 7) Nilai-
nilai ketaqwaan, keimanan dan akhlaqul karimah tertanam dalam
kehidupan pribadi dan keluarganya, 8) Tumbuh berkembang perasaan
cinta kasih sayang secara selaras, serasi dan seimbang dalam anggota
keluarga dan lingkunganya dan 9) Mampu mejadi suri tauladan
masyarakat sekitarnya
85
Dari kelima kriteria keluara sakinah diatas, dapat disimpulkan bahwa dari
lima pasangan suami istri tunanetra yang ada di Yayasan Raudlatul Makfufin
tidak ada satupun yang masuk ke dalam kriteria Keluarga Pra Sakinah
dikarenakan semua tolak ukur yang ada pada Keluarga Pra Sakinah tidak sesuai
dengan kehidupan pasangan tunanetra, begitu pula dengan tolak ukur pada
Keluarga Sakinah I, meskipun ada sebagian yang telah terpenuhi oleh pasangan
tunanetra, seperti pernikahan sesuai aturan, keluarga memiliki surat nikah,
terpenuhi kebutuhan pokok, akan tetapi ada beberapa tolak ukur yang juga tidak
sesuai dengan kehidupan pasangan tunanetra, seperti percaya pada tahayyul, pergi
ke dukun dan rata-rata berijazah SD. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa
tidak ada satupun dari lima pasangan suami istri tunanetra yang masuk kedalam
kriteria Keluarga Sakinah I.
Begitu juga tidak ada satupun dari lima pasangan tunanetra yang masuk
kedalam kategori Keluarga Sakinah III Plus, dikarenakan ada beberapa tolak ukur
yang tidak terpenuhi, seperti telah melaksanakan haji, menjadi tokoh agama,
pengeluaran zakat, infaq dan wakaf yang terus meningkat, serta rata-rata anggota
keluarga memiliki ijazah sarjana.
Pasangan suami istri tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin ternyata
masuk kedalam kriteria sebagai berikut:
1. Keluarga Sakinah II
Keluarga pasangan suami istri tunanetra yang masuk dalam kategori
Keluarga Sakinah II adalah :
a. Pasangan Yanto dan Ibu Yuliasari
b. Pasangan Abdurrohman dan Ibu Fitriyani
c. Pasangan Firman dan Anna
Hal ini didasari oleh penilaian peneliti yang tentu menyesuaikan ketiga
pasangan tersebut dengan ciri-ciri atau tolak ukur dalam kriteria Keluarga Sakinah
II seperti penghasilan keluarga melebihi kebutuhan pokok, sehingga bisa
menabung, keluarga aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan sosial keagamaan,
86
mampu memenuhi standar makanan yang sehat, serta tidak terlibat dalam perkara-
perkara kriminal.
2. Keluarga Sakinah III
Keluarga pasangan suami istri tunanetra yang masuk dalam kategori
Keluarga Sakinah III adalah :
a. Pasangan Ade Ismail dan Tri
b. Pasangan Abdul Hay dan Murni
Masuknya kedua pasangan diatas kedalam kategori Keluarga Sakinah III
didasari karena keduanya aktif dalam upaya meningkatkan kegiatan dan gairah
keagamaan di masjid-masjid maupun dalam keluarga, aktif menjadi pengurus
kegiatan keagamaan dan sosial di masyarakat, aktif memberikan dorongan kepada
lingkungan sekitar dalam segi kesehatan dan keagamaan, dan sudah melaksanakan
ibadah Umroh atau Haji
86
BAB V
PENUTUP
Upaya Pasangan Suami Istri Tunanetra
Membentuk Keluarga Sakinah Di Yayasan
Raudlatul Makfufin Serpong – Tangerang Selatan
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti tentang upaya
pasangan suami istri tunanetra dalam membentuk keluarga sakinah di Yayasan
Raudlatul Makfufin, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pemahaman pasangan suami istri tunanetra tentang keluarga sakinah
tampak bahwa mereka memiliki pemahaman yang tidak jauh berbeda dengan apa
yang disebutkan dalam keputusan Jenderal Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor
D/71/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Keluarga Sakinah.
Keluarga sakinah menurut pasangan suami istri tunanetra adalah Keluarga
yang diliputi dengan kasih sayang dan jarang bertengkar, Keluarga yang selalu
berpegang pada ajaran agama Islam, Keluarga yang ekonomi berkecukupan serta
pendidikan yang layak dan Keluarga yang terjamin dalam kesehatan serta aktif
dalam hidup bersosial.
Upaya membentuk keluarga sakinah yang dilakukan keluarga tunanetra
adalah:
a. Ekonomi keluarga. Ekonomi merupakan hal utama dalam keluarga,
begitupula dengan keluarga tunanetra yang tetap bekerja dengan
berbagai profesi demi mememuhi kebutuhan dalam rumah tangganya,
seperti sebagai tenaga pengajar (4 orang), karyawan (4 orang) dan
cleaning service (1 orang).
b. Pola pengasuhan anak. Pola asuh anak yang diterapkan oleh pasangan
suami istri tunanetra adalah :
1) Pengasuhan dilakukan oleh istri, hal ini dilakukan oleh tiga pasang
keluarga, yang mana masuk pada kategori B (suami tunanetra &
istri normal)
87
2) Pengasuhan dibantu orang lain, hal ini dilakukan oleh dua pasang
keluarga yang masuk dalam kategori A (suami tunanetra & istri
tunanetra), dan pengasuhan dibantu oleh oranglain, seperti orang
tua, ataupun kerabat lainnya.
c. Hubungan biologis. Pasangan suami istri tunanetra sangat merasa puas
serta bahagia dalam menjalani biduk rumah tangga bersama
pasangannya masing-masing, hal ini tentu menjadi kunci terciptanya
keluarga sakinah.
d. Pembagian tugas rumah tangga. Pembagian tuga srumah tangga yang
diterapkan oleh pasangan suami istri tunanetra adalah:
1) Dilakukan oleh kedua pasangan tunanetra. Ini terjadi hampir
disemua pasangan tunanetra, dengan kata kunci mereka sudah
hapal betul dimana letak serta posisi barang yang akan mereka
gunakan.
2) Dibantu orang lain, ini terjadi disebagian pasangan tunanetra,
dalam hal ini pekerjaan tugas rumah tangga dilakukan oleh orang
tua atau kerabat lainnya.
Berdasarakan Keputusan Jenderal Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor :
D/71/1999 tentang petunjuk pelaksanaan pembinaan keluarga sakinah, klasifikasi
pasangan suami istri tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin terbagi menjadi
dua, yaitu keluarga sakinah II yang berisi tiga pasang, dan dua pasang lainnya
masuk kedalam kategori keluarga sakinah III.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian mengenai upaya pasangan suami istri
tunanetra membentuk keluarga sakinah di Yayasan Raudlatul Makfufin, maka
penenliti memiliki beberapa saran, antara lain:
1. Saran Akademik
penelitian ini kiranya dapat memberikan saran untuk pengembangan ilmu
hukum keluarga khususnya mengenai keluarga sakinah, terutama dalam pasangan
88
suami-istri tunanetra. Harapan peneliti adalah dengan diketahui pemahaman serta
upaya pasangan suami istri tunanetra membentuk keluarga sakinah dapat
membantu pasangan suami istri tunanetra dalam usaha dan membentuk keluarga
sakinah. Saran peneliti, hendaknya dilakukan kajian lebih dalam mengenai hukum
keluarga pada pasangan suami istri tunanetra, tidak hanya sekadar keluarga
sakinah saja. Hal ini akan bermanfaat untuk yayasan tunanetra, pasangan suami
istri tunanetra, orang tua yang memiliki anak tunanetra dan aktivis yang
menangani kegiatan sosial untuk para tunanetra. Pada akhirnya semoga penelitian
ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian sejenis dan dapat diteliti lebih lanjut.
2. Saran Praktis
a. Kepada Dinas Sosial
Pihak Dinas Sosial diharapkan dapat mengadakan seminar pra-nikah ,
pelatihan mengurus bayi newborn, dan seminar parenting yang diperuntukan
khusus untuk para penyandang tunanetra. Hal ini peneliti rasa perlu dilakukan
agar para pasangan tunanetra mendapatkan ilmu yang memadai untuk menjalani
kehidupan rumah tangga mereka dan bersosialisasi dengan masyarakat.
b. Kepada Yayasan Raudlatul Makfufin
Yayasan Raudlatul Makfufin diharapkan dapat mengadakan kegiatan
rutin mingguan maupun bulanan untuk para pasangan suami istri tunanetra guna
menyambung silaturahmi dan melatih keterampilan wirausaha untuk membantu
memenuhi kebutuhan tangga para pasangan suami istri tunanetra.
c. Kepada Pasangan Suami Istri Tunanetra
Para pasangan tunanetra hendaknya memperbanyak sosialisasi dengan
masyarakat agar dapat meruntuhkan stigma negatif tentang pasangan
tunanetra yang ada di masyarakat. Peneliti juga menyarakan para pasangan
tunanetra untuk rutin mengikuti kajian, seminar, dan pelatihan yang
berhubungan dengan kehidupan rumah tangga. Hal ini peneliti rasa akan
bermanfaat untuk meminimalisir konflik dalam rumah tangga pasangan suami
istri tunanetra.
89
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Ahmad Sudirman, Pengantar Pernikahan, Jakarta: Prima Heza Lestari,
2008.
Abdillah, Syamsudin Abu, Terjemah Fathul Qarib, Pengantar Fiqih Imam
Syafi’I, Surabaya: Mutiara Ilmu, 2010
Ali, Muhamad, Kamus Lengkap Bahasa Modern, Jakarta: Pustaka Amani, tt.
Agustyawati, dan Solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus,
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.
Al-Mahalli, Jalaluddin, Al-Mahalli, Juz III, Indonesia: Nur Asia, t.th
Amiruddin, dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta:
Rajawali Pers, 2006
Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Sebuah Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 1993.
As’ad, Musifin, dan H. Salim Basyarahil, Pernikahan dan Masalahnya, Jakarta:
Pustaka Al-kautsar, 2002).
azwarfikunm.blogspot.co.id/2017/03/gangguan-penglihatan-ketunanetraan.html,
diakses pada 25 Mei 2018
Azzahro Affifah, " Dampak Ketunanetraan Terhadap Kegiatan Kehidupan Sehari-
Hari", Bandung: Makalah Universitas Pendidikan Indonesia, 2014
Basri, Hasan, Membina Keluarga Sakinah, Jakarta: Pustaka Antara, 1996.
BKKBN, Buku Pegangan Petugas BP4 tentang Kursus Calon Pengantin, Jakarta:
BKKBN, 2004.
Danuri, Pertambahan Penduduk dan Kehidupan Keluarga, Yogyakarta: LPPK
IKIP, 1976
Departemen Agama Kantor Wilayah Provinsi Jawa Barat, Petunjuk Pelaksanaan
Pembinaan Keluarga Sakinah, Bandung: Departemen Agama Provinsi Jawa
Barat, 2004.
Departemen Agama RI, Membangun Keluarga Harmonis (Tafsir Al-Qur’an
Tematik), Jakarta: Departemen Agama RI, 2008.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai pustaka, 1994
Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Ilmu Fiqh, Jakarta:
Departemen Agama, 1984/1985.
90
Ghazaly, Abd. Rahman, Fiqh Munakahat, Jakarta: Kencana, 2003.
Hasan M. Ali, Pedoman Hidup Berumah Tangga Dalam Islam, Jakarta: Prenada
Media, 2004
Interview Pribadi dengan Rafiq Akbar, Sekretaris YRM, Serpong, 5 Februari 2018
Interview Pribadi dengan Ade Ismail, Informan Peneliti, Serpong, 18 Februari
2018
Interview Pribadi dengan Tri, Informan Peneliti, Serpong, 18 Februari 2018
Interview Pribadi dengan Yanto, Informan Peneliti, Serpong, 18 Februari 2018
Interview Pribadi dengan Yuliasari, Informan Peneliti, Serpong, 18 Februari 2018
Interview Pribadi dengan Abdul Hay, Informan Peneliti, Serpong, 4 Maret 2018
Interview Pribadi dengan Murni, Informan Peneliti, Serpong, 4 Maret 2018
Interview Pribadi dengan Abdurrahman, Informan Peneliti, Serpong, 4 Maret
2018
Interview Pribadi dengan Fitriyani, Informan Peneliti, Serpong, 4 Maret 2018
Interview Pribadi dengan Firman, Informan Peneliti, Serpong, 18 Maret 2018
Interview Pribadi dengan Tihanna, Informan Peneliti, Serpong, 18 Maret 2018
Junaedi, Dedi, Pernikahan Membina Keluarga Sakinah menurutAl-Qur’an dan
As-sunah, Jakarta: Akademika Pressindo,2003.
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: PT Sinergi Pustaka
Indonesia, 2012
Keputusan Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor
D/71/1991 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Keluarga Sakinah
makfufin.id/profil, diakses pada tanggal 27 mei 2018
Mardani, Hukum Pernikahan Islam di Dunia Islam Modern, Yogyakarta: Graha
Ilmu , 2011.
Mukhtar, Kamal, Asas-asas Hukum Islam Tentang Pernikahan, Jakarta: Bulan
Bintang,1987
Musbikin, Imam, Membangun Keluarga Sakinah,Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2007
Muslim, Imam, Shahih Muslim, Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiah. T.th
Nurudin, Amir, dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia,
Jakarta: Kencana, 2004).
Poewadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976.
Pradopo, Soekini, Suharto dan L Tobing, Pendidikan Anak-Anak Tunanetra,
Bandung: Masa Baru, t.tp
91
Qaimi, Ali, Single Parent Peran Ganda Ibu dalam Mendidik Anak, (Bogor:
Cahaya, 2003.
Ramulyo, Idris, Hukum Pernikahan Islam Suatu Analisis Dari Undang-Undang
No. 1 Tahun 1974, Jakarta: Bumi Askara, 1996.
Sabiq, As-Sayid, Fiqh Al-Sunnah, Beirut: Dar Al-Kitab Al-Anabi, 1973.
Sholeh, Asrorun Ni’am, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga,
Jakarta: Elsas, 2008
Sofyan, Ahmadi, The Best Husband in Islam, Jakarta: Lintas Pustaka, 2006.
Takariawan, Cahyadi, Pernik-pernik Rumah Tangga Islami, Surakarta:
Intermedia, 2001.
Thalib, Muhamad, Analisa dan Bimbingan Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1987.
Tihami, Ahmad dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, Jakarta: Rajawali Press,
2009.
Tim Pengurus Utama Gender, Pembaruan Hukum Islam, CLD KHI, Jakarta:
Depag RI, 2004.
Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam, Bandung: Nuansa Aulia,
2011.
Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
LAMPIRAN
Transkrip Wawancara Penelitian dengan Pasangan Suami Istri Tunanetra di
Yayasan Raudlatul Makhfufin Tangerang Selatan
Transkrip 01
Peneliti : Ainurohman
Subjek : Rafiq Akbar (Pengurus Yayasan Raudlatul
Makfufin)
Tipe Subjek : Tunanetra
Topik : Kondisi Penghuni Yayasan Raudlatul Makfufin
Waktu Wawancara : Minggu, 4 Februari 2018, Pukul 14.38 WIB
Tempat : Halaman Teras Yayasan Raudlatul Makhfufin
Tipe Wawancara : Wawancara Tatap Muka
Situasi Wawancara:
Berada di halaman teras Yayasan Raudlatul Makhfufin, informan sangat terbuka
dengan pertanyaan dari peneliti, suasana bersahabat, dan sangat cair.
Peneliti : Assalamualaikum, Mas Rafiq, saya mau tanya-tanya tentang
yayasan nih
Mas Rafiq
:
Waalaikum salam, oiya silahkan, nanti yang bisa saya jawab ya
Peneliti
Mas Rafiq
Penliti
Mas Rafiq
Penliti
Mas Rafiq
:
:
:
:
:
:
Mas Rafiq mulai masuk ke Yayasan sejak masih di ciputat sana
apa sudah di serpong?
Saya masuk sejak yayasan amsih di kertamuki sana
Lalu ketika dipondahkan kesini, apa tidak ada yang complain mas?
Ya gimana ya, Kami sepenuhnya menyadari, tanah yang selama ini
dimanfaatkan yayasan Raudlatul Makfufin hanya sebatas pinjaman
dengan status hak guna pakai, sehingga ketika lahan tanah ini
diminta kembali, sudah tentu kami kembalikan kepada yang
memang berhak memilikinya
Yang saya tahu, gedung baru ini di resmikan oleh Rektor UIN, apa
yayasan ini masih satu lembaga sama UIN mas?
Ya meski diresmikan oleh Rektor UIN waktu itu, tapi yayasan
tidak ada sangkut pautnya secara formal dengan Kampus UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Kehadiran Pak Komaruddin waktu itu,
cuma ngerismiin gedung baru, sebagai tindak lanjut dari kebijakan
perapihan aset milik negara dan sekretariat lama yayasan Darul
Peneliti
:
Makfufin dibongkar. Tapi sampai sekarang, hubungan secara
nonformal dengan Kampus UIN Syarif Hidayatullah tetap terjalin
baik”,
Jumlah penghuni di yayasan ini ada berapa mas ?
Mas Rafiq : Kalau jumlah, itu ada 21, yang cewe nya 6, sisanya cowo,
Peneliti : Kalau kisaran umur, rata-rata penghuni yayasan itu berapa aja
mas?
Mas Rafiq :
Kalau umur, jika di rata-ratakan itu sekitar 16 – 19, kalau yang
paling kecil itu ada yang 14, kalau yang paling besar itu 37, kalau
yang sekolah aja, itu ada 12 orang
Peneliti : Disini sudah ada yang berkeluarga mas? Maksudnya berkeluarga
dan tinggal di Yayasan
Mas Rafiq
Peneliti
Mas Rafiq
:
:
:
Disini belum ada yang berkeluarga, dan memang kalau ada yang
sudah berkeluargapun, ga bisa lama-lama disini,
Kalau mau jajan kayak gitu, apa ngga ketuker tuh mas rafiq?
(melihat salah satu santri tunanetra sedang jajan)
Ya ada trik nya, misalkan uang 5rb ditaro dikantong sebelah
kanan, yang laen di sebelah kiri
Peneliti : Kalau kegiatan santri itu apa aja mas? Mulai dari abangun tidur
sampai tidur lagi.
Mas Rafiq : Santri itu bangun jam 4, lalu shalat subuh
Peneliti : Di masjid depan itu?
Mas Rafiq : Iya disitu, habis subuh lalu kalau dari senin dan kamis itu hafalan
quran, terus selasa pagi, murojaah, rabu pagi belajar tajwij,
Peneliti : Kalau kegiatan sekolah itu dimulai jam berapa mas?
Mas Rafiq : Nah itu, kegiatan ngaji tadi beres jam 6, lalu santri mandi dan
sarapan, nah jam 07.30 itu yang sekolah, ya ikut sekolah dah
Peneliti : Guru nya dari luar?
Mas Rafiq : Kalau sekolah itu kebanyakan dari yayasan ini, tapi ada sebagian
dari luar
Peneliti : Apa ada kendala tersendiri mas di dalam kegiatan belajar
mengajar?
Mas Rafiq : Paling ada kendalanya itu di media ya, misalkan kita mau belajar
mengenal bangun ruang, kubus misalkan. itu kan kita gabisa
dikasih gambar, minimal harus ada miniaturnya, paling ga , ada
bendanya gitulah.
Peneliti : Kurikulum nya bagaimana mas? Apa sama dengan sekolah di luar?
Mas Rafiq : Ya sama, kita mengikuti aturan kemendikbud itu.
Peneliti : Kegiatan disini setiap hari mas? Apa ada liburnya?
Mas Rafiq
Peneliti
Mas Rafiq
:
:
:
Kalau kita disini libur nya itu Jum’at, jadi kegiatan itu mulai sabtu
sampe kamis,.
Kalau pasangan suami istri tunanetra, itu adanya setiap hari apa
mas?
Pasangan tunanetra itu datang setiap minggu, karena detiap
minggun itu kan ada ta’lim ahad, untuk umum, jadi siapa aja boleh
datang, dari dalam maupun dari luar, nah biasanya yang udah
berkeluarga padadateng dah tuh.
Peneliti : Kalau jumlah pasangan tunanetra di yayasan ini ada berapa mas?
Mas Rafiq
Peneliti
Mas Rafiq
Peneliti
Mas Rafiq
:
:
:
:
:
:
Waduh berapa ya, sekitar 20 lebih lah, tapi yang aktif itu dibawah
10 lah, sekarang sudah jarang yang aktif sih
Itu macam-macam mas? Ga semuanya tunanetra?
ya iya, macem-macem, ada yang dua-aduanya tunanetra, suami
nya aja, atau istrinya aja juga ada
rata-rata sudah punya anak semua tuh mas?
Belum juga sih, rata2 masih pada baru-nikah nya, apalagi tahun
kemaren tuh, lumayan banyak juga, ada 2 apa 3 gitu yang nikah
Peneliti
Mas Rafiq
:
:
Nikahnya disini mas?
Kalau itu sih kita serahkan ke keluarga masing-masing ya
Serpong, 4 Frbruari 2018
Ttd
Rafiq Akbar
Transkrip Wawancara Penelitian dengan Pasangan Suami Istri Tunanetra di
Yayasan Raudlatul Makhfufin Tangerang Selatan
Transkrip 02
Peneliti : Ainurohman
Subjek : Ade Ismail dan Tri (I.1 dan I.2)
Tipe Subjek : Suami Tunanetra dan Istri Normal
Topik : Upaya pasangan suami istri tunanetra membentuk
keluarga sakinah
Waktu Wawancara : Minggu, 18 Februari 2018, Pukul 14.15 WIB
Tempat : Ruang Tamu Yayasan Raudlatul Makhfufin
Tipe Wawancara : Wawancara Tatap Muka
Situasi Wawancara:
Berada di ruang kelas Yayasan Raudlatul Makhfufin, informan sangat terbuka
dengan pertanyaan dari peneliti, suasana bersahabat, dan sangat cair.
Peneliti : Assalamualaikum, Mas Ade, dan Mba Tri Mohon maaf
sebelumnya, apa yang menyebabkan Mas menjadi tunanetra? Dan
sudah berapa lama?
I.1 : Dulu saya sempat bisa melihat mas, tapi saat umur 2 tahun, saya
sakit, dan berakhir dengan ya ini, tunanetra.
Peneliti : Pertama kali Mas dan Mba bertemu dan akhirnya memutuskan
untuk saling menikah itu gimana ?
I.2 : Saya bertemu Mas Ade itu di Yayasan Mitranetra, saya bekerja
disana, bantu-bantu, dan waktu itu Mas Ade sedang berkunjung
kesana, lalu berkenalan dan beberapa bulan kemudian kami
memutuskan menikah
Peneliti : Sudah menikah berapa lama Mas dan Mba? Tercatat dimana waktu
itu?
I.2 : Sudah 1,5 tahun, dan tercatat di KUA kampung saya, di
Purwokerto
Peneliti : Sudah punya rumah sendiri Mas dan Mba? Di rumah tinggal
dengan siapa saja? Apa sudah memiliki anak?
I.2 : Belum, kami masih mengontrak di belakang yayasan, dan tinggal
Peneliti
I.2
:
:
hanya saya aja sama suami berdua, kalau anak, ini saya lagi
mengandung, Alhamdulillah sudah 8 bulan
Wah, bentar lagi ya Mba,
Iya nih, semoga lancar, mohon doanya ya mas
Peneliti : Lalu bagaimana nanti cara mengurus anaknya? Dibantu Mas Ade
juga?
I.2 : Ya seperti biasanya, paling nanti saya ajarkan Mas Ade cara-cara
mengurus anak, ya seperti gantiin baju, ganti popok dan lain-lain
Peneliti : Kita sudah masuk ke inti pertanyaan nih Mba, Untuk keagamaan,
apakah Mas dan Mba selalu menjalankan perintah Allah ? seperti
shalat, puasa, zakat, berqurban atau apakah sudah Haji?
I.2 : Alhamdulillah mas, kalau soal itu, saya dan suami selalu
menjalankan, ga pernah ditinggal, kalau Haji, kita belum, paling
Suami saya saja yang udah Umroh
Peneliti : Lalu terkait pendidikan, pendidikan terakhir Mas dan Mba apa ya?
I.2 : Kalau saya lulusan SMK, kalau Mas Ade sih S1, di UNJ kalau
tidak salah
Peneliti : Apakah Mas atau Mba pernah terlibat perkara criminal?
I.2 : Alhamdulillah tidak pernah
Peneliti : Terkait ekonomi nih Mas dan Mba, apa pekerjaan nya sekarang?
Lalu berapa penghasilannya?
I.2 : Kalau sayasih sebagai bantu-bantu administrasi disini, gaji sih
Alhamdulillah, kalau Mas Ade, dia ngajar disini, Alhamdulillah
pengasilan 1-2juta per bulan
Peneliti : Dengan kondisi mas Ade yang tunantera seperti itu, apakah ada
pengaruh nya terhadap pekerjaan?
I.2 : Yang saya lihat sih, ngga ada ya. Saya melihat Mas Ade kaya
normal aja gitu
Peneliti : Menurut Mas dan Mbak, keluarga sakinah itu apa sih?
I.2
Peneliti
:
:
Wah kalau itu, saya gak tau, biar suami saya aja yang jawab ya.
Nah loh, bagaimana tuh Mas Ade, apa yang mas tahu dari keluarga
I.1
:
sakinah?
Apa ya, yang saya ketahui tentang keluaga sakinah itu adalah
keluarga yang tenang, bahagia dan berkah dah pokoknya
Peneliti : Sebagai pasangan tunanetra bagaimana Mas dan Istri membagi
tugas dalam keluarga?
I.1 : Ya seperti biasanya mas, tapi kalo ngurus rumah, lebih ke istri
saya, kalau saya cari nafkah semampunya.
Peneliti : Apakah nafkah lahir dan bathin mas dan mba selalu terpenuhi?
I.1 : Kalau soal itu, Alhamdulillah terpenuhi
Peneliti : Apabila terjadi pertengkaran dalam keluarga, apa yang dilakukan?
I.1
Peneliti
I.2
:
:
:
masalah dalam rumah tangga ya pasti terjadi, namun kita harus
cepat menyelesaikannya, misalkan dengan langsung minta maaf,
dan tidak mengulanginya
Nah, kalau menurut Mba, bagaimana tuh?
Kalau, menurut saya sih mas, cara menyelesaikan masalah dalam
rumah tangga ya dengan saling memperbaiki komunikasi, karena
kadang-kadang masalah itu muncul karena kurangnya komunikasi
antara sesama, terus, Ya kita mah berusaha untuk saling
memahami kekurangan masing-masing, dan juga ngejauhin hal-hal
yang bisa bikin kita berantem
Peneliti : Apakah Mas dan Mba sudah merasa puas satu sama lain dalam
membina keluarga?
I.1 : Alhamdulillah, sangat puas.
Peneliti : Selanjutnya, menurut Mas Ade, Apakah faktor agama sangat
penting dalam keluarga?
I.1 : Sangat penting dong, karena semua segalanya sudah diatur di
dalam agama
Peneliti : Kalau pendidikan, apakah menurut Mas juga penting?
I.1 : Iya, penting juga itu, apalagi di jaman sekarang,
Peneliti : Kalau kesehatan, apakah menurut Mas penting dalam keluarga?
I.1 : Penting juga, kalau sakit, makin repot nanti keluarga kita,
Peneliti : Kemudian ekonomi, apakah itu juga penting menurut mas dan
mba?
I.1 : Kalau ekonomi, sangat penting, kalau ekonomi gak berjalan. Mau
makan apa kita.
Peneliti : Selanjutnya hubungan sosial, apakah penting juga menurut Mas
dan Mba?
I.1 : Nah ini sangatpenting, apalagi sayakan tunanetra, jadi sangat
butuh dengan orang lain.
Peneliti : Yang terakhir Mas Ade, apa trik dan upaya Mas dan Mba dalam
menciptakan keluarga sakinah?
I.1 : Kalau kami sih, berjalan apa adanya aja ya, menghindari segala
sesuatu yang bisa bikin berantem, dan menciptakan sesuatu yang
bisa bikin harmonis, gitu aja.
Peneliti : Apa pesan untuk saya dan yang lainnya bagi yang ingin menikah?
I.1 : pesan saya, jangan takut untuk menikah, nikah aja dulu dah, rezeki
dan jalan hidup mah udah diatur sama Allah.
Serpong, 18 Maret 2018
Ttd
Ade Ismail
Transkrip Wawancara Penelitian dengan Pasangan Suami Istri Tunanetra di
Yayasan Raudlatul Makhfufin Tangerang Selatan
Transkrip 03
Peneliti : Ainurohman
Subjek : Yanto dan Yuliasari (I.3 dan I.4)
Tipe Subjek : Suami Tunanetra dan Isteri Tunanetra
Topik : Upaya pasangan suami istri tunanetra membentuk
keluarga sakinah
Waktu Wawancara : Minggu, 18 Februari 2018, Pukul 15.48 WIB
Tempat : Ruang Kelas Yayasan Raudlatul Makhfufin
Tipe Wawancara : Wawancara Tatap Muka
Situasi Wawancara:
Berada di ruang kelas Yayasan Raudlatul Makhfufin, informan sangat terbuka
dengan pertanyaan dari peneliti, suasana bersahabat, dan sangat cair.
Peneliti : Assalamualaikum, Mas Anto, dan Mba Yuli Mohon maaf
sebelumnya, apa yang menyebabkan Mas dan Mba menjadi
tunanetra? Dan sudah berapa lama?
IU.3
IU.4
:
:
Kalau saya sejak SMA mengalami tunanetra
Kalau saya dari kecil sudah tuananetra, karna sakit awalnya,
Peneliti : Pertama kali Mas dan Mba bertemu dan akhirnya memutuskan
untuk saling menikah itu gimana ?
I.3
Peneliti
I.3
Peneliti
I.4
:
:
:
:
:
Kita bertemu tuh ya disini, di pengajian yang hari minggu itu.
Wah, kalau saya boleh tau, bagaimana ceritanya Mas? Bisa yakin
kalau Mba Yuli itu jodoh Mas gitu
Awalnya saya juga enggak menyangka, bisa berjodoh dengan dia,
tapi ketika saya ngedenger suaranya, saya ngerasa enak aja gitu,
enak didenger, lembut dan ketika saya ngobrol sama dia, saya
nyaman aja.
Kalau Mba Yuli gimana tuh?
Saya merasakan kalau Mas Anto itu orang nya berwibawa, sabar
dan tegas, terdengar dari suaranya dan cerita dari teman-temannya,
sehingga saya bisa nerima mas Anto sebagai suami.
Peneliti : Sudah menikah berapa lama Mas dan Mba? Tercatat dimana waktu
itu?
I.3 : Alhamdulillah sudah 1 tahun, tercatat di KUA Pamulang, karna
istri saya tinggal di pamulang
Peneliti : Sudah punya rumah sendiri Mas dan Mba? Di rumah tinggal
dengan siapa saja? Apa sudah memiliki anak?
I.3
I.4
:
:
Belum, kalau saya kost di daerah gajah mada, kalau istri tinggal di
rumah orang tuanya di pamulang.
Kalau anak, belum ada, tapi kata dokter saya sedang hamil 3 bulan
Peneliti : Lalu bagaimana nanti cara mengurus anaknya?
I.4 : Ya paling nanti saya minta dibantu sama orang tua mas.
Peneliti : Untuk keagamaan, apakah Mas dan Mba selalu menjalankan
perintah Allah ? seperti shalat, puasa, zakat, berqurban atau apakah
sudah Haji?
I.4 : Alhamdulillah kalau itu mas, insya Allah puasa zakat selalu, kalau
kurban paling istri saya aja yang sudah, kalau haji, masih
kepengen aja sih.
Peneliti : Lalu terkait pendidikan, pendidikan terakhir Mas dan Mba apa ya?
I.4 : Kita berdua terakhir SMA ya mas (kepada suaminya)
Peneliti : Apakah Mas atau Mba pernah terlibat perkara kriminal?
I.4 : Alhamdulillah ga pernah, dan jangan sampe sih ya
Peneliti : Terkait ekonomi nih Mas dan Mba, apa pekerjaan nya sekarang?
Lalu berapa penghasilannya?
I.3
I.4
:
:
Kalau saya kerja di bank CIMB Niaga sebagai staff telefunding,
Alhamdulillah pengahasilan UMR Jakarta,
Kalau saya sebagai ibu rumah tangga saja mas,
Peneliti : Dengan kondisi mas dan mba yang tunantera seperti ini, apakah
ada pengaruh nya terhadap pekerjaan? Terutama mas nya nih.
I.3 : Saya merasa gak ada sih ya, semua lancar-lancar saja, karna
memang ada pelatihan dulu sebelumnya, jadi sudah terbiasa.
Peneliti : Menurut Mas dan Mbak, keluarga sakinah itu apa sih?
I.3 : Menurut saya, keluarga sakinah itu keluarga yang bahagia, saling
I.4
:
menyayangi, pengertian, jarang berantem, ya pokoknya keluarga
yang bahagia dah,
Kalau menurut saya, keluarga sakinah itu adalah keluarga yang
saling pengertian, saling sayang menyayangi, dan saling mengisi
kekurangan satu sama lain.
Peneliti : Sebagai pasangan tunanetra bagaimana Mas dan Mba membagi
tugas dalam keluarga?
I.4 : Pembagian tugasnya ya itu mas, paling saya urus rumah, sama
orang tua disana, sedangkan suami saya cari nafkah.
Peneliti : Apakah nafkah lahir dan bathin mas dan mba selalu terpenuhi?
I.3
I.4
:
:
Alhamdulillah, kita ngerasa terpenuhi, baik lahir maupun bathin,
karna kan saya juga pulang semingu sekali ke rumah istri
Kalau nafkah, saya sangat terpenuhi, mas Anto kan bekerja
sebagai marketing bank, dan penghasilannya cukup untuk kami
berdua, atau kadang lebih, kan kami masih tinggal berdua. Saya
mah terima saja berapapun penghasilan suami, yang penting bisa
makan buat saya dan suami dan cukup juga untuk kebutuhan
keluarga.
Peneliti : Apabila terjadi pertengkaran dalam keluarga, apa yang dilakukan?
I.3
I.4
:
:
Kalau saya pribadi sih, saya sendiri yang lebih adem gitu, saya
sendiri yang duluan minta maaf sama dia, lebih mengalah sih lebih
tepatnya
Kalau saya sih, paling memperbaiki komunikasi aja kali ya, saling
dijelasin maunya apa, gitu
Peneliti : Apakah Mas dan Mba sudah merasa puas satu sama lain dalam
membina keluarga?
I.3 : Alhamdulillah, kalau itu gak perlu ditanya dah, pokonya puas lahir
bathin
Peneliti : Apakah faktor agama sangat penting dalam keluarga?
I.3 : Kalau menurut saya sih sangat penting, karena tujuan berkeluarga
pun karena ibadah ya, jadi faktor agama sangat penting dalam
keluarga
Peneliti : Kalau pendidikan, apakah menurut Mba juga penting?
I.4 : Penting sih, malah saya ingin sekolah lagi ini, gak sampe SMA,
pengen S1, biar bisa cari kerja dan bantu suami.
Peneliti : Kalau kesehatan, apakah menurut Mas dan Mba penting dalam
keluarga?
I.3 : Itu juga penting, kalau salah satu dari kita sakit kan yang jadi
ngerepotin yang lain nya.
Peneliti : Kemudian ekonomi, apakah itu juga penting menurut mas dan
mba?
I.3 : Wah, kalau ini sangat penting mas, kalau ekonomi gak berjalan,
keluarga juga jadi amburadul nantinya
Peneliti : Selanjutnya hubungan sosial, apakah penting juga menurut Mas
dan Mba?
I.3 : Bagi saya cukup penting sih, meskipun saya tunanetra, tapi saya
ngerasa juga butuh bersosial
Peneliti : Yang terakhir, apakah trik dan upaya Mas dan Mba dalam
menciptakan keluarga sakinah?
I.3
I.4
Peneliti
I.3
:
:
:
:
Ya kalau kita sih komunikasi ya, karna kita kan tunanetra,
bahasanya pun bahasa suara, jadi apapun keinginan dan
permasalahan harus di komunikasiin dulu,
Kalau saya ya sama, komunikasi, paling ditambah dengan saling
terbuka, ga ada yang di tutup-tutupin, dan saling memahami aja
satu sama lain
Ada tambahan Mas? Sebagai kata-kata penutup
Apa ya, dalam rumah tangga kami, meskipun kami tunanetra, tapi
kami tidak merasa tunanetra, kami menjalani hidup selayaknya
orang normal aja gitu, karena tunanetra itu bukan kekurangan sih
ya mas, itu kelebihan yang patut di syukuri, yang penting saling
menjaga satu sama lain. Itu aja sih.
Serpong, 18 Februari 2018
Ttd.
Yanto
Transkrip Wawancara Penelitian dengan Pasangan Suami Istri Tunanetra di
Yayasan Raudlatul Makhfufin Tangerang Selatan
Transkrip 04
Peneliti : Ainurohman
Subjek : Abdul Hay dan Murni (I.5 dan I.6)
Tipe Subjek : Suami Tunanetra dan Istri Normal
Topik : Upaya pasangan suami istri tunanetra membentuk
keluarga sakinah
Waktu Wawancara : Minggu, 4 Maret 2018, Pukul 16.05
Tempat : Ruang Kelas Yayasan Raudlatul Makhfufin
Tipe Wawancara : Wawancara Tatap Muka
Situasi Wawancara:
Berada di ruang kelas Yayasan Raudlatul Makhfufin, informan sangat terbuka
dengan pertanyaan dari peneliti, suasana bersahabat, dan sangat cair.
Peneliti : Assalamualaikum, Bang Dul, Mohon maaf sebelumnya, apa yang
menyebabkan Bang Dul menjadi tunanetra? Dan sudah berapa
lama?
IU.5
: Waalaikum salam, saya tunanetra sejak kecil mas, dulu tinggal di
Jawa, lalu pindah ke Jakarta, saya udah kenyang menelan asam
garam kehidupan sebagai tunanetra, jatuh bangun sebagai
tunanetra, dan menemukan jodohpun di yayasan tunanetra
Peneliti : Pertama kali Bang Dul dan Mba bertemu dan akhirnya
memutuskan untuk saling menikah itu gimana ?
I.5
I.6
:
:
Kita bertemu tuh di Raudlatul Makfufin, tapi masih di gedung
yang lama, yang masih di ciputat dulu, bener gak bu?
Iya waktu itu saya lagi anterin temen disana, lalu ketemu sama
suami saya ini, sempat kenal beberapa bulan, langsung kami
menikah
Peneliti : Bang Dul dan Mba Murni sudah menikah berapa lama ya?
Tercatat dimana waktu itu?
I.5 : Saya menikah sama istri tuh tahun 2006, sudah 12 tahun berarti
yah, kalau tercatatnya, di KUA Magetan, di kampung nya istri
Peneliti : Sudah punya rumah sendiri Bang? Di rumah tinggal dengan siapa
saja? Apa sudah memiliki anak?
I.5
I.6
:
:
Alhamdulillah, itu rumah saya disana, di Bambu Apus Pamulang,
dekat sekolah ashidiqiyah, kebetulan saya juga ngajar disana,
ngajar tahsin
Kalau anak, sudah ada 3, yang paling besar 10tahun sudah SD,
yang paling kecil masih di PAUD.
Peneliti : Lalu bagaimana cara mengurus anaknya?
I.5
Peneliti
I.6
I.5
:
:
:
:
Ya kalau itu urusan istri saya dah mas, saya kan gabisa melihat,
(sambil tertawa),
Kalau menurut Mba bagaimana?
Ya saya urus anak sama seperti yang lain saja, tapi ya tetap, anak-
anak saya sudah diberi pengertian sejak kecil, baik oleh saya
maupun suami, bahwa dia harus menerima kalau ayahnya adalah
seorang tunanetra, dan harus saling menguatkan satu sama lain,
dan Alhamdulillah mas, 16 tahun saya menjalani rumah tangga
semua terasa baik-baik saja.
Pernah sesekali saya dengar cerita istri kalau anak saya nangis
setelah pulang bermain karena diejek temen-temennya karena
ayahnya tunanetra, ya namanya juga anak-anak ya, akhirnya diberi
pengertian dan motivasi oleh istri saya
Peneliti : Untuk keagamaan, apakah Bang Dul dan Mba selalu menjalankan
perintah Allah ? seperti shalat, puasa, zakat, berqurban atau apakah
sudah Haji?
I.5 : Alhamdulillah, karena saya juga seorang guru tahfidz juga ya,
kadang jadi imam di masjid, insya Allah, kalau agama saya dan
keluarga selalu menjaganya. Kalau haji, masih menjadi keinginan,
cita-cita mungkin ya.
Peneliti : Lalu terkait pendidikan, pendidikan terakhir Bang Dul dan Mba
apa ya?
I.6 : Saya lulusan SMP, kalau suami, lulusan Aliyah
Peneliti : Apakah Bang Dul atau Mba pernah terlibat perkara kriminal?
I.6 : Alhamdulillah ngga pernah, nauzubillah sih ya,
Peneliti : Terkait ekonomi nih Bang Dul dan Mba, apa pekerjaan nya
sekarang? Lalu berapa penghasilannya?
I.5
I.6
:
:
Kalau saya sih Cuma ngajar aja, kadang disini, kadang juga di
sekolah yang dekat rumah saya itu, kalau penghasilan, cukuplah
Kalau saya hanya ibu rumah tangga aja, tapi kadang nyambi juga
jadi tukang bersih-bersih di sekolah. Kalau penghasilan, jangan
disebutin ah, alhamduillah cukup pokoknya.
Peneliti : Dengan kondisi Bang Dul yang tunantera seperti ini, apakah ada
pengaruh nya terhadap pekerjaan?
I.6 : Kalau pengaruh sih pasti ada ya mas, apalagi saya kan yang
berhadapan langsung dengan anak-anak, jadi gatau muka nya kaya
gimana, sikap dia ke saya kaya gimana, tapi ya, saya udah tebiasa,
jadi santai aja ngejalanin nya,
Peneliti : Menurut Bang Dul dan Mbak, keluarga sakinah itu apa sih?
I.5
I.6
:
:
Sakinah itu kan tenang ya, kan ada tuh dalam Al Qur’an litaskunu
ilaiha, nah taskunu nya ke sakinah yang artinya tenang, jadi ya
gitu keluarga yang tenang, lalu disambung dengan mawaddah wa
rahmah yaitu cinta dan kasih sayang.
Apa ya, keluarga sakinah adalah keluarga yang sesuai dengan
ajaran agama Islam, yakni keluarga yang bahagia, saling
menyayangi, saling mengerti, tidak melenceng dari ajaran agama
dan selalu mengikuti apa yang diperintahkan Allah dan Rasulnya.
Peneliti : Sebagai pasangan tunanetra bagaimana Mas dan Mba Murni
membagi tugas dalam keluarga?
I.5 : Pembagian tugas sih sederhana ya, urusan rumah tangga, istri saya
yang kerjain, kalau saya bantu yang saya bisa saja, terutama cari
nafkah.
Peneliti : Apakah nafkah lahir dan bathin mas dan mba selalu terpenuhi?
I.5
I.6
:
:
Tanya istri saya dah kalau itu (sambil tertawa)
Alhamdulillah, terpenuhi lahir bathin, ya buktinya kami sudah 12
tahun berumah tangga
Peneliti : Apabila terjadi pertengkaran dalam keluarga, apa yang dilakukan?
I.5 : Nah kalau saya sih gini ya, kalau yang satu panas, yang satu lagi
jangan panas juga, bisa meledak nantinya, gitu istilahnya mah, ya
pokonya kalau istri saya lagi panas, ya saya yang adem, jadi es lah
istilahnya.
Peneliti : Apakah Mas dan Mba sudah merasa puas satu sama lain dalam
membina keluarga?
I.5
I.6
: Kalau saya bukan puas lagi, sangat bersyukur saya mempunyai
istri seperti beliau ini
Alhamdulillah, bersyukur juga
Peneliti : Apakah faktor agama sangat penting dalam keluarga?
I.5 : Sangat penting, apalagi jaman sekarang, kalau anak-anak kita ga
dibekali dasar agama yang baik, duh, bisa kacau dah. pergaulan
bebas ga bisa dihindari
Peneliti : Kalau pendidikan, apakah menurut Mba juga penting?
I.6 : Penting juga sih mas, makanya anak saya sekolahkan semua,
sampe kuliah juga pengennya, jangan seperti orang tuanya yang
cuma sampe SMA
Peneliti : Kalau kesehatan, apakah menurut Mba penting dalam keluarga?
I.6 : Iya, penting juga itu, biasanya sih kalau anak sakit, langsung saya
bawa ke puskesmas. Atau seenggaknya dengan obat warung dulu
Peneliti : Kemudian ekonomi, apakah itu juga penting menurut mas ?
I.5 : Wah, kalau itu sangat penting. Ekonomi sangat mempengaruhi
keluarga, jangankan kita yang keluarga tunanetra, yang keluarga
normal aja bisa putus ditengah jalan gara-gara ekonomi
Peneliti : Selanjutnya hubungan sosial, apakah penting juga menurut Bang
Dul dan Mba?
I.5 : Ya bisa dibilang penting juga sih itu, saya selalu bilang ke istri dan
anak-anak, jangan sampai putusin silaturahmi sama keluarga besar,
kaya kakek-neneknya, uwa, mamang, bibi, karena pasti kita butuh
mereka suatu saat nanti.
Peneliti : Yang terakhir, apakah trik dan upayaBang Dul dan Mba dalam
menciptakan keluarga sakinah?
I.5 : Ya kalau menurut saya sih, saling memahami satu sama lain aja
ya, masa sih saya sudah 12 tahun menikah ga kenal kebiasaan dan
kemauan istri, begitu juga istri saya, pasti sudah hapal bener dan
sifat saya,
Peneliti : Apa pesan untuk saya dan yang lainnya bagi yang ingin menikah?
I.5
: Pesan saya sih mas, cari jodoh itu jangan berpatokan sama fisik ya,
meskipun fisik juga salah satu syarat sih ya, tapi jangan di jadikan
prioritas. Yang penting agama nya lah.dan juga, istri dan anak-
anak itu adalah amanah dari Allah mas, jadi kita harus menjaga
mereka dalam kondisi apapun, insya Allah kalau kita menuntun
keluarga kita sebagaiman yang diperintahkan Allah, maka Allah
juga akan menjaga keluarga kita.
Serpong, 4 Maret 2018
Ttd
Abdul Hay
Transkrip Wawancara Penelitian dengan Pasangan Suami Istri Tunanetra di
Yayasan Raudlatul Makhfufin Tangerang Selatan
Transkrip 06
Peneliti : Ainurohman
Subjek : Abdurrohman dan Fitriyani (I.7 dan I.8)
Tipe Subjek : Suami Tunanetra dan Istri Normal
Topik : Upaya pasangan suami istri tunanetra dalam
membentuk keluarga sakinah
Waktu Wawancara : Minggu, 4 Maret 2018, Pukul 13.47 WIB
Tempat : Ruang Kelas Yayasan Raudlatul Makfufin
Tipe Wawancara : Wawancara Tatap Muka
Situasi Wawancara:
Berada di ruang kelas Yayasan Raudlatul Makhfufin, informan sangat terbuka
dengan pertanyaan dari peneliti, suasana bersahabat, dan sangat cair.
Peneliti : Assalamualaikum, Mas Rohman, dan Mba Fitri Mohon maaf
sebelumnya, apa yang menyebabkan Mas menjadi tunanetra? Dan
sudah berapa lama?
IU.7
: Kalau saya sejak SMA mengalami tunanetra, karna sakit waktu itu,
tapi saya masih termasuk yang low vision, jadi kalau siang begini
saya masih bisa lihat, meskipun ga begitu jelas, samar-samar lah.
Peneliti : Pertama kali Mas dan Mba bertemu dan akhirnya memutuskan
untuk saling menikah itu gimana ?
I.7
I.8
:
:
Kita bertemu tuh ya disini juga di mitra juga
Iya, di dua yayasan kita ketemu, di sini sama di yayasan
mitranetra, udah kenal cukup lama sih,
Peneliti : Sudah menikah berapa lama Mas dan Mba? Tercatat dimana waktu
itu?
I.7 : Alhamdulillah sudah 7 tahun, menikah tuh tahun 2011
Peneliti : Sudah punya rumah sendiri Mas dan Mba? Di rumah tinggal
dengan siapa saja? Apa sudah memiliki anak?
I.7
:
Belum, kita mengontrak di belakang yayasan. Kalau anak, belum
ada, masih kepengen
Peniliti
I.8
:
:
Wah, semoga bisa disegerakan dan diberikan yang terbaik ya Mas
Amiinn mas
Peneliti : Lalu bagaimana nanti cara mengurus anaknya?
I.7 : Kalau pengurusan anak, saya serahin semua ke istri, beliau kan
normal bisa melihat.
Peneliti : Lalu untuk hal keagamaan, apakah Mas dan Mba selalu
menjalankan perintah Allah ? seperti shalat, puasa, zakat,
berqurban atau apakah sudah Haji?
I.8 : Alhamdulillah, tapi kalau haji belum.
Peneliti : Lalu terkait pendidikan, pendidikan terakhir Mas dan Mba apa ya?
I.7
I.8
:
:
Kalau saya SMA, sempet kuliah di UIN, di tarbiyah dulu, tapi
Cuma sampe semester 3
Kalau saya SMA juga,
Peneliti : Apakah Mas atau Mba pernah terlibat perkara kriminal?
I.8 : Ga pernah, jangan sampe pernah juga sih ya
Peneliti : Terkait ekonomi nih Mas dan Mba, apa pekerjaannya sekarang?
Lalu berapa penghasilannya?
I.7
I.8
:
:
Saya kerja di Kreo tangerang, di konveksi, packing kasur sih lebih
tepatnya. Kalau penghasilan dibawah UMR lah
Kalau saya, mengajar aja, kalau penghasilan, Alhamdulillah cukup
Peneliti : Dengan kondisi mas yang tunantera seperti ini, apakah ada
pengaruhnya terhadap pekerjaan?
I.7 : Saya ngerasa ga ada sih ya, karna emang sudah terbiasa, di awal-
awal sih rada sulit ya, tapi kesini-sini udah biasa aja gitu
Peneliti : Menurut Mas dan Mbak, keluarga sakinah itu apa sih?
I.7
Peneliti
I.8
:
:
:
Apa ya, ya keluarga sakinah itu keluarga yang harmonis, tidak
berpatok pada materi, tidak perbah cekcok dan selalu penuhdengan
kekeluargaan
Kalau menurut Mba Fitri, keluarga sakinah itu apa?
Kalau menurut saya, keluarga sakinah adalah keluarga yang selalu
berpegang teguh pada ajaran Islam, yang pastinya diliputi dengan
kasih sayang agar jadi keluaga yang bahagia
Peneliti : Sebagai pasangan tunanetra bagaimana Mas dan Mba membagi
tugas dalam keluarga?
I.7 : Untuk sementara ini ya kita jalani aja kaya keluarga yang lainnya,
bagi tugas bareng-bareng, kalau pagi sampe sore saya masih bisa
bantu-bantu, itupun sebelum atau sepulang kerja.
Peneliti : Apakah nafkah lahir dan bathin mas dan mba selalu terpenuhi?
I.7
Peneliti
I.8
:
:
:
Alhamdulillah mas, saya ngerasa istri saya udah menjalankan
tugas sebagai istri dengan baik, menjadi ibu rumah tangga yang
baik, justru saya salut sama dia mas, bisa betahan selama ini hidup
dengan saya yang tunanetra.
Kalau Mba Fitri bagaimana?
Saya juga begitu mas, saya bangga memiliki suami seperti dia,
meskipun suami saya memiliki kekurangan di penglihatan, tapi dia
tetep berusaha menjalankan peran sebagai suami dengan sebaik
mungkin, seperti mencari nafkah, bergaul sama warga juga
Peneliti : Apabila terjadi pertengkaran dalam keluarga, apa yang dilakukan?
I.7
I.8
:
:
Ya kalau menurut saya sih, harus saling memahami sih ya, dan
harus ada yang mengalah
Intinya paling harus saling memperbaiki komunikasi aja kali ya
Peneliti : Apakah Mas dan Mba sudah merasa puas satu sama lain dalam
membina keluarga?
I.7 : Alhamdulillah sangat puas
Peneliti : Apakah faktor agama sangat penting dalam keluarga?
I.7 : Sangat penting, karna emang itulah patokan kita sebagai keluarga,
kan ada tuh watawas soubil haq watawas soubil shobri yang
intinyan saling menasehati dalam kebaikan. Terutama dalam
keluarga
Peneliti : Kalau pendidikan, apakah menurut Mas dan Mba juga penting?
I.7 : Penting itu, ya gimana ya, saya nyesel juga itu berenti kuliah,
pengen nya sampe S1
Peneliti : Kalau kesehatan, apakah menurut Mba penting dalam keluarga?
I.8 : Iya penting juga itu, kalo kita sakit kan, pasti ngerepotin pasangan
kita,
Peneliti : Kemudian ekonomi, apakah itu juga penting menurut mas dan
mba?
I.7 : Wah kalau itu, sumber utama dalam keluarga mas, jangan ditanya
dah. sangat penting itu.
Peneliti : Selanjutnya hubungan sosial, apakah penting juga menurut Mas
dan Mba?
I.7
Peneliti
I.8
:
:
:
Sosial ke dunia luar maksudnya? Penting itu, istilahnya kita
semakin banyak punya kenalan dengan orang banyak, rezeki ga
putus-putus dah
Menurut mba bagaimana?
Ya penting juga sih, makanya saya liat suami saya banyak
kenalannya, reseki nya ada aja.
Peneliti : Yang terakhir, apakah trik dan upaya Mas dan Mba dalam
menciptakan keluarga sakinah?
I.7
I.8
:
:
Kalau saya sih, ya, keluarga itu harus berpatokan sama agama sih
ya, ya yang saya bilang tadi, agama sangat penting dalam keluarga.
Kalau saya sih, kembali ke pertujuan awal kita melakukan
pernikahan, yaitu ibadah, meskipun ada cekcok, berantem, ya
anggaplah itu sebagai warna warni kehidupan, yang penting kita
jadikan pernikahan itu sebagai ladang ibadah buat kita.
Serpong, 4 Maret 2018
Ttd
Abdurrahman
Transkrip Wawancara Penelitian dengan Pasangan Suami Istri Tunanetra di
Yayasan Raudlatul Makhfufin Tangerang Selatan
Transkrip 06
Peneliti : Ainurohman
Subjek : Firman dan Anna (I.9 dan I.10)
Tipe Subjek : Suami Tunanetra dan Istri Tunanetra
Topik : Upaya pasangan suami istri tunanetra membentuk
keluarga sakinah
Waktu Wawancara : Minggu, 18 Maret 2018, Pukul 13.30 WIB
Tempat : Ruang Kelas Yayasan Raudlatul Makhfufin
Tipe Wawancara : Wawancara Tatap Muka
Situasi Wawancara:
Berada di ruang kelas Yayasan Raudlatul Makhfufin, informan sangat terbuka
dengan pertanyaan dari peneliti, suasana bersahabat, dan sangat cair.
Peneliti : Assalamualaikum, Mas Firman, dan Mba Anna Mohon maaf
sebelumnya, apa yang menyebabkan Mas menjadi tunanetra? Dan
sudah berapa lama?
I.9
I.10
:
:
Kalau saya sejak lulus SMA kayanya, umur 18an lah, karena sakit
awalnya.
Kalau saya dari kecil sudah tunanetra.
Peneliti : Pertama kali Mas dan Mba bertemu dan akhirnya memutuskan
untuk saling menikah itu gimana ?
I.9
I.10
:
:
Kita bertemu tuh ya disini, di yayasan, kenal dulu, terus PDKT,
nikah dah
Ya begitu, kenal dulu PDKT tuh via watsapp, kadang telponan,
kan ketemu nya Cuma seminggu sekali
Peneliti : Kalau menikah, sudah berapa lama Mas dan Mba? Tercatat
dimana waktu itu?
I.9
I.10
:
:
Alhamdulillah saya sama istri sudah berjalan 9 tahun sih sampe
sekarang
Kalau tercatat, di KUA Pamulang sih, nikahnya juga kita di KUA
Peneliti : Kalau tempat tinggal, sudah punya rumah sendiri Mas dan Mba?
Di rumah tinggal dengan siapa saja? Apa sudah memiliki anak?
I.9
:
Belum, masih kontrak di daerah pamulang, anak juga masih belum
ada, belum dikasih mungkin ya sama Allah
Peneliti
I.10
:
:
Insya Allah sebentar lagi Mas, semoga diberi yang terbaik ya
Amiinn.
Peneliti : Lalu bagaimana nanti cara mengurus anaknya tuh Mba?
I.10 : Ya bagaimana ya, nanti pasti ada caranya, minta dibantu sama
orang tua mungkin ya, atau sebisa mungkin kita yang ngasuh.
Peneliti : Sekarang kita masuk ke pertanyaan inti nih, untuk hal keagamaan,
apakah Mas dan Mba selalu menjalankan perintah Allah ? seperti
shalat, puasa, zakat, berqurban atau apakah sudah Haji?
I.9 : Alhamdulillah, shalat ga pernah ditinggal, puasa zakat,
Alhamdulillah, kalau berqurban kita mah belum, apalagi kalau haji
mah, masih menjadi kepengen,
Peneliti : Lalu terkait pendidikan, pendidikan terakhir Mas dan Mba apa ya?
I.10 : Kalau saya sih SMA, kalau suami saya SMK
Peneliti : Apakah Mas atau Mba pernah terlibat perkara criminal?
I.10 : Alhamdulillah ga pernah
Peneliti : Terkait ekonomi nih Mas dan Mba, apa pekerjaan nya sekarang?
Lalu berapa penghasilannya?
I.10
I.9
:
:
Kalau saya kegiatan sebagai pengajar aja mas, ngajar di SLB, di
Jakarta, penghasilan cukuplah
Kalau saya, disana, di Bank CIMB sebagai staff telefunding, kalau
penghasilan, sekitar UMR
Peneliti : Dengan kondisi mas yang tunanetra seperti ini, apakah ada
pengaruh nya terhadap pekerjaan?
I.9 : Gimana ya, saya ngerasa ga ada ngaruhnya, karena kan sebelum
kerja dulu, udah ada pelatihannya juga tuh, dan bidang pekerjaan
nya yang kita juga ahli, jadi ya biasa aja.
Peneliti : Menurut Mas dan Mbak, keluarga sakinah itu apa sih?
I.10
Peneliti
I.9
:
:
:
:
Keluarga sakinah menurut saya itu, keluarga yang tenang sih ya,
terutama kalau lagi ada masalah, karena engga semua masalah
yang kita hadapi itu semua orang harus tahu, apalagi ke keluarga
terdekat, ya pokoknya tunjukan yang baik-baik saja lah,
Kalau menurut mas gimana?
Keluarga yang jarang cekcok kali ya, intinya sama-sama saling
tebuka, saling pengertian dan komunikasi antara suami istri itu
gaboleh putus.
Peneliti : Sebagai pasangan tunanetra bagaimana Mas dan Mba membagi
tugas dalam keluarga?
I.9
:
Ya itu sih masing-masing aja ya, istri kan memang tugasnya
dirumah, kalau saya sih lebih ke cari nafkah, tapi ya bantu-bantu
I.10
Peneliti
I.10
:
:
:
juga di rumah
Intinya sih kita harus tahu apa tugas masing-masing sih ya, apalagi
saya sebagai istri minimal harus bangun lebih dulu, siapin sarapan
sebelum dia berangkat kerja dan lain-lain, ya pokoknya jangan
sampe suami komplain aja.
Di tengah kondisi penglihatan seperti ini, bagaimana cara
melakukan tugas rumah tangga nya mba?
Ya, kita kan sudah tahu letak barang-barang kita, dan gaboleh
pindah posisi, misalkan sapu, itu ada disini, gelas disini, ya begitu
Peneliti : Apakah nafkah lahir dan bathin mas dan mba selalu terpenuhi?
I.9
I.10
:
:
Alhamdulillah sih Mas, nafkah lahirkan saya bekerja, udah gitu
istri saya juga bekerja, saya sih ngerasanya sudah terpenuhi
Ya gitu, sama kaya jawaban suami saya, Alhamdulillah terpenuhi
Peneliti : Apabila terjadi pertengkaran dalam keluarga, apa yang dilakukan?
I.9
I.10
:
:
Ya saling ngobrol aja, kadang kita cekcok karena masalah hal
sepele, tapi ya gitu harus ada yang ngalah salah satunya.
Sama itu kali ya, komunikasi kuncinya, kalau ada masalah, ya kita
selalu ngobrol, dicari sumber masalahnya, cari solusi nya, gitu aja
sih
Peneliti : Apakah Mas dan Mba sudah merasa puas satu sama lain dalam
membina keluarga?
I.9
I.10
:
:
Alhamdulillah, sangat puas
Alhamdulillah, ya sama, saya juga puas,
Peneliti : Apakah menurut Mas faktor agama sangat penting dalam
keluarga?
I.9 : Sangat penting itu, ibaratnya agama itu sebagai buku pedoman
bagi keluarga, karena kan kalau kita jauh dari agama, Allah ga
ridho, bisa jadi ke keluarga tuh imbasnya.
Peneliti : Kalau pendidikan, apakah menurut Mas juga penting?
I.9 : penting juga sih ya, apalagi kalau jaman sekarang, orang yang ga
pendidikan susah cari kerja juga.
Peneliti : Kalau kesehatan, apakah menurut Mba penting dalam keluarga?
I.10 : Penting juga itu, kesehatan diri, kesehatan lingkungan penting juga
tuh, karena kan kalau sakit, kita ga Cuma ngerepotin pasangan,
tapi juga keluarga besar.
Peneliti : Kemudian ekonomi, apakah itu juga penting menurut mas dan
mba?
I.9 : Sangat penting itu mas, makanya ketika istri saya minta izin untuk
kerja juga, ya saya izinin. Karena mau gak mau, kebutuhna
ekonomi itu diatas segalanya dalam keluarga,
Peneliti : Selanjutnya hubungan sosial, apakah penting juga menurut Mba?
I.10 : Bisa dibilang penting juga sih itu, kita kan manusia mahluk sosial,
juga pasti butuh tuh yang namanya orang lain.
Peneliti : Yang terakhir, apakah trik dan upaya Mas dan Mba dalam
menciptakan keluarga sakinah?
I.9
I.10
:
:
kalau meurut saya, cara untuk menciptakan keluarga sakinah
adalah adanya kekompakan dalam keluarga tersebut, masing-
masing menjalankan hak nya masing-masing tanpa melupakan
kewajibannya masing-masing
kalau saya sih ya mas, sesibuk apapun seorang istri di luar rumah
ia harus tetap ingat akan kewajiban utamanya pada suami,
berusaha menjadi istri yang baik, ya itu salah satu cara saya agar
menjadi keluarga sakinah
Serpong, 18 Maret 2018
Ttd
Firman
FOTO-FOTO DOKUMENTASI
Peneliti bersama Bapak Anto dan Istri
salah satu pasangan tunanatera di Yayasan Raudlatul Makfufin
Sumber: Foto Peneliti (Ainurohman, 2018)
Peneliti bersama Bapak Abdurrahman, Sosok seorang tunanetra yang inspratif
bagi peneliti Sumber: Foto Peneliti (Ainurohman,
2018)
Ramah dan bersahabat, dua kata yang
tepat menggambarkan sosok Mas Rafiq saat diwawancara oleh peneliti
Sumber: Foto Peneliti (Ainurohman, 2018)
Suasana ketika santri tunanetra belajar
membaca Al Quran braille Sumber: Foto Dokumentasi Yayasan
FOTO-FOTO DOKUMENTASI
Gedung Yayasan Raudlatul Makfufin
Sumber: Foto Peneliti (Ainurohman, 2018)
Suasana ketika santri tunanetra belajar
membaca Al Quran braille Sumber: Foto Dokumentasi Yayasan
Plang Nama Yayasan Raudlatul Makfufin
Sumber: Foto Peneliti (Ainurohman, 2018)
Para Santri Tunanetra sedang menuju
masjid untuk menunaikan shalat Sumber: Foto Peneliti (Ainurohman,
2018)
top related