upaya meningkatkan minat membaca materi keagamaan siswa...
Post on 04-Feb-2018
227 Views
Preview:
TRANSCRIPT
UPAYA MENINGKATKAN MINAT MEMBACA MATERI
KEAGAMAAN SISWA KELAS V DI PERPUSTAKAAN
SDN 02 PIDODOKULON KECAMATAN PATEBON KABUPATEN
KENDAL MELALUI POLA PENDAMPINGAN
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam
Ilmu Pendidikan Islam
Oleh
ROSIDI
NIM 093111451
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rosidi
NIM : 093111451
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam;
menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya
saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semaranga, Oktober 2011
Saya yang menyatakan,
Rosidi
NIM: 093111451
KEMENTERIAN AGAMA R.I.
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH
Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang
Telp. 7601295 Fax. 7615387
PENGESAHAN
Naskah skripsi dengan:
Judul : Upaya Meningkatkan Minat Membaca Materi Keagamaan
Siswa Kelas V di Perpustakaan SDN 02 Pidodokulon
Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Melalui Pola
Pendampingan Tahun Pelajaran 2010/2011
Nama : Rosidi
NIM : 093111451
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
telah diajukan dalam sidang munaqosyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.
Semarang, Desember 2011
DEWAN PENGUJI
Ketua, Sekretaris,
Wenty Dwi Yuniarti, S.Pd., M. Kom. Saminanto, S. Pd., M. Sc.
NIP 19770622 200604 2 005 NIP 19720604 200312 1 002
Penguji I, Penguji II,
Drs. Wahyudi, M. Pd Hj. Nur Khasanah, S. Pd., M. Kes
NIP 19680314 199503 1 001 NIP 19751113 200501 2 001
Pembimbing
Dra. Hj. Siti Mariam, M. Pd
NIP 19650727 199203 2 002
NOTA PEMBIMBING Semarang, Oktober 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
Di Semarang
Assalamu’alaikum wr. wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan :
Judul : Upaya Meningkatkan Minat Membaca Materi
Keagamaan Siswa Kelas V di Perpustakaan SDN 02
Pidodokulon Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal
Melalui Pola Pendampingan Tahun Pelajaran
2010/2011
Nama : Rosidi
NIM : 093111451
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam Sidang Munaqasyah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Pembimbing
Dra. Hj. Siti Mariam, M. Pd
NIP 19650727 199203 2 002
ABSTRAK
Judul : Upaya Meningkatkan Minat Membaca Materi Keagamaan
Siswa Kelas V di Perpustakaan SDN 02 Pidodokulon
Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Melalui Pola
Pendampingan Tahun Pelajaran 2010/2011 Penulis : Rosidi
NIM : 093111451
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa pola pendampingan bisa
meningkatkan minat membaca materi keagamaan siswa kelas V di perpustakaan
SDN 02 Pidodokulon Patebon Kendal.
Minat dan kebiasaan adalah dua pengertian yang berbeda tetapi berkaitan.
Minat merupakan perpaduan keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika
dimotivasi. Seseorang mungkin mempunyai minat beternak ayam misalnya, akan
tetapi, karena harga ayam dan telur sangat rendah itu menjadi tidak termotivasi.
Andai kata harganya tinggi, dia akan melaksanakannya. Harga tinggi merupakan
motivasi. Kebiasaan adalah perilaku, yaitu suatu sikap atau kegiatan yang bersifat
fisik atau mental yang mendarah daging atau membudaya dalam diri seseorang.
Terbentuknya suatu kebiasaan pada umumnya makan waktu lama dan dalam
bentuk itu minat dan motivasi tidak ada, pada umumnya kebiasaan tidak tumbuh
dan tidak berkembang. Dalam dua dekade terakhir ini perpustakaan telah menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari sekolah. Hampir di setiap sekolah mulai dari
sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi terdapat perpustakaan. Bahkan unit-unit
perpustakaan keliling (mobile library) dari Perpustakaan Wilayah mauopun
Perpustakaan Daerah tersedia di kota-kota besar guna melayani kebutuhan para
pelajar.
Jenis penelitian ini tergolong penelitian kualitatif lapangan (qualitative)
dan apabila dilihat dari tempat penelitian dilakukan. Penelitian lapangan (field
research), yaitu penelitian dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari
sasaran penelitian yang selanjutnya disebut informan atau responden melalui
instrumen pengumpulan data wawancara, observasi dan dan analisis datanya
menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Dan dengan melalui pendampingan terhadap siswa kelas V SDN 2
Pidodokulon Kendal dalam menumbuhkan minat membaca di perpustakaan
adalah sangat efektif. Yaitu dengan bukti peminjaman buku diperpustakaan oleh
siswa kelas V meningkat sangat banyak dibanding dengan sebelumnya Setelah
dilaksanakannya pola pendampingan terhadap siswa kelas V SDN 2 Pidodokulon
Kendal dalam rangka meningkatkan minat membaca mereka juga sangat tepat.
Karena setelah mereka mengikuti pendampingan ternyata prestasi PAI mereka
juga meningkat cukup baik Dan juga setelah mereka melalui pola pendampingan
untuk meningkatkan minat baca mereka, ternyata pengetahuan mereka menjadi
luas. Tidak hanya pada materi yang diberikan oleh guru saja. Hal ini dibuktikan
dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mereka sudah meluas dari materi
yang diberikan guru di kelas dan juga sangat variatif.
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan pencipta dan pemelihara
semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya
yang setia hingga Hari Pembalasan.
Salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) di
semua perguruan tinggi-termasuk di Institut Agama Islam Negeri Walisono
Semarang adalah membuat karya ilmiah dalam bentuk skripsi. Dalam rangka
itulah penulis membuat skripsi ini dengan judul .” Upaya Meningkatkan Minat
Membaca Materi Keagamaan Siswa Kelas V di Perpustakaan SDN 02
Pidodokulon Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Melalui Pola
Pendampingan Tahun Pelajaran 2010/2011”.
Selama pembuatan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
dialami oleh penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan
bahan-bahan (data) maupun pembiayaan dan sebagainya. Namun, dengan hidayah
dan inayah Allah SWT dan berkat kerja penulis disertai dorongan dan bantuan dari
berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan
sebaik-baiknya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan pada waktunya. Oleh
karena itu, seyogyanyalah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada
terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan atas terselesaikannya skripsi ini, terutama kepada
dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan nasehat, masukan dan
bimbingan yang sangat berharga bagi penulis. Terima kasih ini juga penulis
sampaikan kepada :
1. Dr. Suja’i, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang.
2. Dra. Hj. Siti Mariam, M. Pd selaku pembimbing dalam menyelesaikan skripsi
ini.
3. Kepala Sekolah Dasar Negeri 2 Pidodokulon Kecamatan Patebon Kabupaten
Kendal beserta staf dan seluruh dewan guru yang telah memberikan informasi
kepada penulis untuk penulisan skripsi ini.
4. Pimpinan dan staf perpustakaan yang telah memberikan fasilitas untuk
meminjamkan buku-buku kepustakaan.
5. Rekan-rekan seperjuangan di program DMS S. 1 PAI IAIN Walisongo
Semarang, serta segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
namanya di sini. Terima kasih atas segala bantuan dan dorongan semangat
kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Mudah-mudahan amal dan jasa baik mereka diterima oleh Allah SWT dan di
balas-Nya dengan pahala yang berlipat ganda. Amin.
Mudah-mudahan pula skripsi ini bermanfaat, khusunya bagi penulis, dan bagi
para pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN...........................................................................…. ii
PENGESAHAN.................................................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING…................................................................................…. iv
ABSTRAK…………............................................................................................. v
KATA PENGANTAR…………………………………………………….……. vi
DAFTAR ISI………………….……………………………………………….... vii
Bab I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………....................................................................... 1
B. Penegasan Istilah….…........................................................................... 2
C. Rumusan Masalah.................................................................................. 2
D. Tujuan……………...........................................................................….. 3
E. Manfaat Penelitian................................................................................. 3
Bab II MINAT MEMBACA MATERI KEAGAMAAN MELALUI POLA
PENDAMPINGAN
A. Kajian Pustaka………………………………………………………… 6
B. Minat Membaca……………………………………………………….. 8
1. Kesiapan Membaca….……….. ……………………..........…... 9
2. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Anak…............... 14
3. Pemilihan Bahan Bacaan………………………………..…… 16
4. Pemanfaatan Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar…..….…. 17
C. Upaya Meningkatkan Minat Baca Siswa………...………………..… 19
Bab III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian………………............................................................ 26
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................…....... 27
C. Sumber Penelitian……….………………………………………….. 27
D. Fokus Penelitian…………………………………………………….. 28
E. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………. 27
F. Teknik Analisis Data……………………………………………….. 29
Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum Objek Penelitian...................................................... 32
1. Profil Sekolah…………………………………………………… 32
2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah………………………………….. 32
3. Struktur Organisasi………………………………………….……33
4. Keadaan Guru dan Peserta Didik………………………….……. 34
5. Sarana dan Prasarana………………………………………….… 34
6. Perpustakaan……………………………………………………..35
7. Prestasi yang dicapai……………………………………………. 39
8. Kegiatan Ekstrakulikuler…………………………………………40
B. Upaya Guru PAI dalam Meningkatkan Minat Baca
Siswa…..………………….................................................…........... 40
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Minat Baca
Siswa..………………..……………………………………………. 43
D. Pembahasan…………………………………………………………. 44
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................... 46
B. Saran ................................................................................................... 46
C. Penutup……………………………………………………………… 48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perpustakaan sekolah merupakan bagian yang sangat penting dalam
lembaga pendidikan. Di sana menyajikan berbagai koleksi bahan ajar yang dapat
dimanfaatkan untuk menunjang proses belajar mengajar di sekolah. Perpustakaan
sekolah merupakan sumber belajar, baik secara umum maupun khusus. Dengan
adanya perpustakaan diharapkan mampu meningkatkan kegemaran dan minat
baca siswa. Yang mana seperti perintah Allah dalam firman pertamaNya kepada
nabi Muhammad, yaitu :
Artinya :"Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan kolam. Dia mengajarkan kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya". (Q.S At-Alaq / 96:3-5).1
Melalui membaca siswa bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih luas.
Baik berupa pengetahuan umum maupun pengetahuan tentang materi pelajaran.
Dan bisa melatih kemandirian siswa, karena dengan siswa membaca sendiri di
perpustakaan, siswa akan memilih buku atau pun materi yang dibaca sesuai
dengan kesenangannya. Dan akhirnya pikiran akan menerimanya dengan mudah
dan cepat.
Perpustakaan Sekolah Dasar Negeri 02 Pidodokulon Kendal sampai saat
ini masih dikelola dengan baik dan tetap dilaksanakan. Walaupun buku-bukunya
masih terbatas dengan buku-buku mata pelajaran tertentu, namun juga tersedia
buku-buku umum, majalah, dan buku-buku cerita.
Sampai sejauh ini, untuk minat baca siswa berdasarkan buku catatan
peminjaman di perpustakaan masih sangat rendah. Masih terbatas ketika ada tugas
dari guru saja siswa baru mengunjungi perpustakaan. Belum beranjak dari
kesadaran pribadi siswa tersebut.
1 Depag RI, AI-Qur.an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV Penerbit J-Art, 2005) hlm. 598
2
Kondisi inilah yang menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian
dengan mengambil judul “Upaya Meningkatkan Minat Membaca Materi
Keagamaan Siswa Kelas V di Perpustakaan SDN 02 Pidodokulon Kendal Melalui
Pola Pendampingan”.
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam mengartikan apa yang
penulis bahas nantinya maka penulis jelaskan dulu tentang istilah-istilah yang
terkandung didalam tulisan ini.
1. Perpustakaan.
Perpustakaan adalah tempat pengumpulan pustaka yang diatur dan
disusun dengan sistem tertentu, sehingga sewaktu-waktu diperlukan dapat
ditemukan dengan cepat dan mudah. Dalam pengertian tersebut dapat pula
berupa karya siswa, karangan atau nyanyian yang dikasetkan. Semua itu
dapat dikategorikan sebagai buku perpustakaan yang dapat dibaca dan
dipinjamkan.2
Jadi perpustakaan yang dimaksud adalah kumpulan buku-buku
yang diatur secara sistematis yang terdapat di SDN 02 Pidodokulon
Patebon kendal.
2. Minat Membaca
Minat adalah suatu keadaan di mana seseorang mempunyai
perhatian terhadap suatu objek dan disertai dengan keinginan untuk
mengetahui, mempelajari, dan untuk membuktikannya lebih lanjut tentang
objek tertentu dengan perngertian aktif terhadap objek tersebut.3
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang masalah di atas, maka penulis bisa
merumuskan masalah sebagai berikut :
2 Ibnu Ahmad Shaleh, Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta : Hidakarya Agung,
1987), hlm. 11 3 Thursan Hakim, Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah, (Jakarta : Gramedia,
2000), hlm. 35
3
Apakah pola pendampingan dapat meningkatkan minat baca materi
keagamaan siswa kelas V di SDN 02 Pidodokulon Kec. Patebon Kab. Kendal
tahun pelajaran 2010/2011 ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai untuk mengetahui :
pola pendampingan untuk meningkatkan minat membaca materi keagamaan
siswa kelas V di perpustakaan SDN 02 Pidodokulon Patebon Kendal tahun
pelajaran 2010/2011.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai :
a. Bahan masukan yang objektif dalam meningkatkan kemampuan membaca
siswa SDN 02 Pidodokulon Patebon Kendal.
b. Pedoman dalam mengatasi dan menanggulangi permasalahan dalam proses
belajar mengajar di sekolah.
c. Peningkatan kualitas pembelajaran terutama pada materi keagamaan yang
dihadapi oleh guru dan peserta didik khususnya.
4
BAB II
MINAT MEMBACA MATERI KEAGAMAAN MELALUI POLA
PENDAMPINGAN
A. Kajian Pustaka
Untuk menghindari duplikasi atau pengulangan penulisan, penulis
menyertakan telaah pustaka yakni beberapa buku hasil karya para pakar
pendidikan atau skripsi yang berkaitan dengan penelitian yang penulis angkat.
Adapun skripsi dan buku-buku yang dimaksud yaitu tentang perpustakaan,
minat baca dan metode pendampingan juga tentang skripsi yang menggunakan
metode penelitian tindakan kelas antara lain:
1. Hubungan Intensitas Pemanfaatan Perpustakaan dengan Hasil Belajar pada
Mata Pelajaran Fikih di MTs Al Hidayah Purwasaba Mandiraja
Banjarnegara tahun ajaran 2008/2009, yang diteliti oleh Fardaniatus
Sholekhah NIM: 3104129, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,
2009. Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwasanya perpustakaan
sangat mendukung dalam mencapai tujuan dalam proses pembelajaran.
Dengan mengoptimalkan mulai dari sarana yang ada di perpustakaan
sekolah, fasilitas di perpustakaan, pelayanan dari pihak petugas
perpustakaan, koleksi buku-buku perpustakaan dan lain sebagainya
ternyata sangat berhubungan erat dengan perkembangan pengetahuan
anak. Siswa yang sering membaca di perpustakaan memiliki pengetahuan
lebih dibanding siswa yang tidak pernah datang ke perpustakaan.
Prestasinya pun lebih bagus bagi siswa yang sering datang ke
perpustakaan dibanding siswa yang tidak pernah datang ke perpustakaan.1
2. Upaya Meningkatkan Motivasi Anak dalam Membaca Al Qur’an di TPQ
Al Azhar Ngaliyan Semarang, Kuseni NIM: 3104531, Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang, tahun 2010. Menurut hasil penelitian tentang
1 Fardaniyatus Sholekhah, NIM: 3104129, Hubungan Intensitas Pemanfaatan Perpustakaan
dengan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Fikih di MTs Al Hidayah Purwasaba Mandiraja
Banjarnegara tahun ajaran 2008/2009, Skripsi Sarjana Strata I IAIN Walisongo Semarang,
Semarang : Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009.
5
meningkatkan motivasi anak dalam membaca Al Qur’an yang dilakukan
siswa di TPQ Al Azhar Ngaliyan ini, menunjukkan bahwa motivasi anak
dalam membaca Al Qur’an khususnya harus selalu dijaga, tidak hanya
membaca latin saja yang dibiasakan. Membaca Al Qur’an harus lebih
dibiasakan karena Al Qur’an menggunakan bahasa Arab yang jarang
dipakai dalam keseharian siswa. Oleh karenanya akan lebih sulit ketika
jarang membacanya. Dalam hal ini peneliti melakukan beberapa cara
supaya siswa dalam membaca Al Qur’an bisa tetap rutin, yaitu antara lain
dengan belajar membaca dengan huruf yang ditulus pada media yang
menarik, belajar dengan CD pembelajaran, dan permainan yang diselingi
dengan membaca AL Qur’an. Dengan demikian siswa secara tidak
langsung secara rutin membaca yang nantinya akan menjadi sebuah
kebiasaan dalam membaca Al Qur’an.2
3. Upaya Menumbuhkan Perilaku Gemar Membaca Al Qur’an pada siswa
kelas V dan VI MDI Miftakhul Ulum Bumijawa Tegal, Ahmad Hasani
NIM: 3104071, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2010. Di
MDI Miftakhul Ulum Bumijawa Tegal ini para siswa dalam hal membaca
Al Qur’an berdasarkan wawancara peneliti masih rendah. Jadi pada
penelitian ini peneliti berusaha menumbuhkan perilaku gemar membaca
Al Qur’an pada kelas V dan VI. Beberapa langkah yang dilakukan peneliti
dalam hal menumbuhkan perilaku gemar membaca Al Qur’an yaitu
dengan membiasakan membaca al Qur’an di sekolah ketika pagi hari,
mengadakan perlombaan-perlombaan membaca Al Qur’an tingkat sekolah,
dan ada ekstrakulikuler sekolah tentang seni qira’ah Al Qur’an. Dengan
demikian siswa bersemangat dalam berperilaku gemar membaca Al
Qur’an.3
2 Kuseni NIM: 3104531, Upaya Meningkatkan Motivasi Anak dalam Membaca Al Qur’an di
TPQ Al Azhar Ngaliyan Semarang, Skripsi Sarjana Strata I IAIN Walisongo Semarang, Semarang
: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2010 3 Upaya Menumbuhkan Perilaku Gemar Membaca Al Qur’an pada siswa kelas V dan VI MDI
Miftakhul Ulum Bumijawa Tegal, Ahmad Hasani NIM: 3104071, 2010
6
Dari penelitian terdahulu berbeda dengan penelitian ini. Dalam penelitian
ini lebih memfokuskan pada meningkatkan minat baca siswa pada materi
keagamaan di perpustakaan sekolah melalui metode pendampingan.
B. Minat Membaca
Minat dan kebiasaan adalah dua pengertian yang berbeda tetapi berkaitan.
Minat merupakan perpaduan keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika
dimotivasi. Seseorang mungkin mempunyai minat beternak ayam misalnya, akan
tetapi, karena harga ayam dan telur sangat rendah itu menjadi tidak termotivasi.
Andai kata harganya tinggi, dia akan melaksanakannya. Harga tinggi merupakan
motivasi. Kebiasaan adalah perilaku, yaitu suatu sikap atau kegiatan yang bersifat
fisik atau mental yang mendarah daging atau membudaya dalam diri seseorang.
Terbentuknya suatu kebiasaan pada umumnya makan waktu lama dan dalam
bentuk itu minat dan motivasi tidak ada, pada umumnya kebiasaan tidak tumbuh
dan tidak berkembang.
Membaca merupakan kegiatan fisik dan mental. Melalui membaca
informasi dan pengetahuan yang berguna bagi kehidupan dapat diperoleh. Inilah
motivasi pokok yang dapat mendorong tumbuh dan kembang, maka kebiasaan
membaca pun akan berkembang. Tempat terbaik untuk menumbuhkan minat dan
mengembangkan kebiasaan membaca adalah dimulai dari rumah, kemudian
sekolah yang mendukung. Waktu yang baik adalah sedini mungkin.
1. Kesiapan Membaca
Yang dimaksud kesiapan membaca (reading readiness) ialah tingkat
kematangan seorang anak, yang memungkinkannya belajar membaca tanpa suatu
akibat negatif. Kematangan yang dimaksud disini meliputi kematangan fisik,
mental, linguistic (bahasa) dan sosial.4
Kapankah seorang anak dapat diajar membaca ?. Bagaimanakah caranya
menentukan tingkat kematangan dimaksud ? inilah diantara pertanyaan-
pertanyaan pokok yang perlu dijawab dalam memahami kesiapan membaca. Para
4 Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, (Jakarta; Rineka Cipta, 1991), hlm. 33
7
pakar pendidikan, psikologi, linguistik, dan psikolinguistik masih berbeda
pendapat mengenai kedua pertanyaan tersebut.5
Pikiran tentang kesiapan membaca mulai timbul dalam tahun 1920-an.
Salah satu hasil penelitian yang berpengaruh luas ialah yang dikemukakan oleh
Marphett dan Washburne (1931). Kedua pakar ini berpendapat bahwa umur
mental yang paling baik untuk belajar membaca ialah 6, 5, atau 6, 6 tetap.
Kemudian pendapat ini dibantah oleh Gares dan Bond (1936), dengan mengatakan
bahwa waktu optimum bagi membaca permulaan tidak semata-mata bergantung
pada keadaan anak sendiri, tetapi banyak ditentukan oleh sifat program dan
metode yang dipakai.
Pakar-pakar kontemporer seperti Spache (1969), Durkin (1970) dan
Adelman (1970) pada prinsipnya juga sependapat dengan Gates dan Band. Pilum
(1974) menyatakan bahwa semua anak yang berusia semuda-mudanya dapat
diajari membaca asalkan: mempunyai minat, dapat menyebut bunyi huruf, dapat
mengingat kata-kata, memiliki kemampuan membedakan dengan baik dan
memiliki perkembangan bahasa lisan dan kosa kata yang memadai. Penelitian-
penelitian lain seperti yang dilakukan Saderberg (1971) Dan Week (1981) juga
mengatakan bahwa anak dapat diajarkan membaca pada usia dini, yaitu sebelum
usia yang dikemukakan oleh Morphett dan Washurne diatas.
Sedangkan kesiapan anak dididik, para pakar psikologi membagi
berdasarkan beberapa faktor, antara lain berdasarkan didaktik, usia anak dibagi
menjadi beberapa fase, antara lain:
a. Menurut Johann Amos Comenius (Komensky)
Penulis buku ”Didactica Magna” serta ”Orbis Pictus” ini
membagi perkembangan anak sebagai berikut:
1) Scola Materna (sekolah ibu) usia 0;0 – 6;0, masa anak mengembangkan
organ tubuh dan panca indera di bawah asuhan ibu (keluarga)
2) Scola Vermacula (sekolah bahasa ibu) usia 6;0 – 12;0 mengembangkan
pikiran, ingatan dan perasaannya di sekolah dengan menggunakan
bahasa daerah (bahasa ibu)
5 Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, (Jakarta; Rineka Cipta, 1991), hlm. 35
8
3) Scola Latina (sekolah bahasa Latin) masa anak mengembangkan
potensinya terutama daya intelektualnya dengan bahasa asing, pada usia
12;0 – 18;0
4) Academia (akademi) adalah media pendidikan yang tepat bagi anak
usia 18;0 – 24;0 tahun
b. Jean Jacques Rousseau, dengan karya terkenalnya ”Emile eu du
I’education” (1762) buku tersebut terdiri dari lima jilid (bagian). Di
dalamnya termuat pembagian tahapan perkembangan anak antara lain:
1) Usia 0;0 – 2;0 tahun adalah masa asuhan (Nursery)
2) Usia 2;0 – 12;0 tahun masa pentingnya pendidikan jasmani dan alat-
alat indera
3) Usia 12;0 – 15;0 tahun masa perkembangan pikiran dan masa juga
terbatas
4) Usia 15;0 – 20; 0 tahun masa pentingnya pendidikan serta
pembentukan watak, kesusilaan juga pembinaan
mental agama6
Sedangkan dalam bagian kelima dalam buku itu Rousseau mengupas
tentang pendidikan kaum wanita, semboyan yang terkenal dari ilmuwan ini
adalah ”Retour alat Natuur” (kembali pada kodrat alam).
c. Dr. Maria Montessori membaginya sebagai berikut:
1) 1;0 – 7;0 masa penerimaan dan pengaturan rangsangan dari dunia
luar
2) 7;0 – 12;0 masa abstrak, dimana anak sudah mulai memperhatikan
masalah kesusilaan, mulai berfungsi perasaan ethisnya yang
bersumber dari kata hatinya. Dia mulai tahu akan
kebutuhan orang lain.
3) 12;0 – 18;0 masa penemuan diri serta kepuasan terhadap masalah-
masalah sosial.
6 Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, (Jakarta; Rineka Cipta, 1991), hlm. 37
9
4) 18;0 – 24 masa pendidikan di perguruan tinggi, masa untuk melatih
anak (mahasiswa) akan realitas kepentingan dunia. Ia harus
mampu berpikir secara jernih, jauh dari perbuatan tercela.
d. Charles E. Skinner, membaginya menjadi: Prenatal Stages, dan Postnatal
Stages, dengan perincian sebagai berikut:
1) Prenatal Stages:
a) Germinal: a fortnight after conception
b) Embryo : from the end of the second week to the sixth week
c) Fetus : the end of the sixth week until birth
2) Postnatal Stages
a) Parturate from birth until the severance of the umbilical cord
b) Neonate the first two to four weeks of life
c) Infant first two years
d) Preshool child from age two years to six years
e) Primary school child from six to nine years
f) Intermediate school pupil from nine to twelve years
g) Junior high school pupil from twelve to fifteen years of age A
periode which normally includes the onset of puberty and initiates
the stages of adolescence.7
Jadi disini bisa kita simpulkan dari beberapa pendapat tentang kapan yang
tepat untuk anak dilatih untuk belajar khususnya dalam membaca. Walau pun oleh
para ahli psikologi banyak berbeda pendapat tentang usia yang pasti, tetapi kita
bisa membuat rentang usia yang tepat untuk usia anak untuk belajar, yaitu antara
usia 2 sampai 6 tahun karena pada usia dibawah 2 merupakan penyempurnaan
panca indera. Jadi setelah 2 tahun semua indera yang dibutuhkan dalam belajar
sudah siap semua.
Menurut Al Qur’an bahwa setiap individu mulai dari lahir sudah ada
malaikat yang mengikutinya setiap saat dan selalu menjaganya, selalu memberi
pencerahan dengan kebenaran mata hatinya walau manusia belum mengetahuinya
secara ilmiyah, tetapi untuk kebenaran selalu tertanam dalam mata hati manusia.
7 Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, (Jakarta; Rineka Cipta, 1991), hlm. 38-40
10
Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya;
dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS
Ar Ra’du: 11)8
Sedang perkembangan anak dibagi berdasarkan psikologis yaitu
membahas gejala perkembangan jiwa anak, berorientasi dari sudut psikologis,
mereka sudah tidak lagi berdasar pada sudut biologis mau pun didaktis lagi.
Sehingga mengembalikkanpermasalahan kejiwaan dalam kedudukannya yang
murni. Tokoh utama pembahasan ini adalah psikolog dari Jerman Oswald Kroh,
yang nantinya diikuti oleh para ahli lainnya baik dari Jerman itu sendiri maupun
dari negara-negara lain.
a. Pendapat Kroh antara lain diungkapkannya sebagai berikut:
Bahwa pada dasarnya perkembangan jiwa anak itu berjalan secara evolutif.
Dan pada umumnya proses tersebut pada waktu-waktu tertentu mengalami
kegoncangan (aktifitas revolusi), masa kegoncangan ini oleh Kroh disebut
Trotz Periode dan biasanya tiap anak akan mengalaminya sebanyak dua
kali, yakni Trotz I sekitar usia 03/04 tahun. Trotz II sekitar usia 12 tahun
bagi putri dan usia 13 bagi putra.
Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut:
1) Dari lahir hingga trotz I disebut masa anak awal (0;0 – 03/04;0)
2) Dari trotz I hingga periode Trotz II disebut masa keserasian bersekolah
(03/04;0 – 12/13;0)
8 Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1998), hlm. 179
11
3) Dari Trotz hingga akhir masa remaja disebut masa kematangan
(12/13;0 – 21;0)
b. Charlotte Buhler, dalam bukunya ”Psychologis der Puerteitsjaran” hasil
karyanya membagi perkembangan anak menjadi lima fase yakni:
1) Fase I (0;0 – 1;0) perkembangan sikap subjektif menuju
obyektif
2) Fase II (1;0 – 4;0) makin meluasnya hubungan dengan benda-
benda sekitarnya, atau mengenal dunia
secara subyektif
3) Fase III (4;0 – 8;0) masa memasukkan diri ke dalam masyarakat
secara obyektif, adanya hubungan diri
dengan lingkungan sosial dan mulai
menyadari akan kerja tugas serta prestasi
4) Fase IV (8;0 – 13;0) munculnya minat ke dunia obyek sampai
pada puncaknya, ia mulai memisahkan diri
dari orang lain dan sekitarnya secara sadar
5) Fase V (13;0 – 19;0) masa penemuan diri dan kematangan yakni
synthesa sikap subyektif dan obyektif
Adanya pendapat PH. Kohnstman dalam bukunya ”Persoon
Leijkeid in Wording” (1929) model pembagian mencoba merangkum dari
ketiga kelompok.
Pandangan yang telah disebutkan di muka itu disebutnya
pembagian secara Eclectis. Walaupun nampak lebih berorientasi pada
dasar psikologi, yaitu:
a. 0;0 – 2;0 disebut masa vital
b. 2;0 – 7; 0 disebut masa estetis
c. 7;0 – 12/13;0 disebut masa perkembangan intelektual
d. 12/13;0 – 20;0 disebut masa sosial
Sedang dilihat berdasar psikologis ini kematangan untuk belajar
yaitu dimulai dari mulai usia 3 tahun. Jadi ketika dipadukan antara
pembagian berdasar didaktis dan psikologis, secara didaktis antara rentang
12
usia 2 sampai 6 tahun sedang secara psikologis bisa dimulai dari 3 tahun,
jadi bisa disimpulkan bahwa anak usia 3 tahun sudah mampu secara
mental dan fisik untuk memulai belajar membaca secara komplek yang
mana pastinya dimulai dari yang ringan-ringan terlebih dahulu.9
2. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Anak
Dalam proses pertumbuhan maupun perkembangan anak dalam
kenyataannya memang tidak dapat dihindari adanya beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Baik dalam proses pertumbuhan biologisnya ataupun proses
perkembangan psikisnya dari seorang anak.
Ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi pertumbuhan organ
tubuh anak, antara lain:
a. Faktor-faktor sebelum lahir, yakni adanya gejala-gejala tertentu yang
terjadi sewaktu anak masih di dalam kandungan. Contohnya: adanya gejala
kekurangan nutrisi (zaat-zat makanan untuk tubuh) pada ibu atau janin,
terkena infeksi oleh bakteri Syphilis, TBC, Diabetes Melitus, dan lain-
lainnya.
b. Faktor pada waktu lahir, yakni terjadinya suatu gangguan pada saat anak
dilahirkan. Umpamanya terjadi Defiect (kerusakan) susunan saraf pusat
karena kelahirannya dengan bantuan alat sejenis tang dan lain (Instrument
birth) atau karena dinding rahim ibu terlalu sempit, maka terjadi tekanan
yang kuat mengakibatkan pendarahan pada bagian kepala, dan lain-lain.
c. Faktor sesudah lahir, yakni peristiwa-peristiwa tertentu yang terjadi setelah
anak lahir, terkadang menimbulkan terhambatnya pertumbuhan anak.
Contohnya: adanya pengalaman anak yang traumatik (luka-luka) di kepala
pada bagian luar atau dalam, karena benturan benda keras, kekurangan
gizi/vitamin, dan masih banyak lagi contoh lainnya.
d. Faktor psikologis, yakni adanya kejadian-kejadian tertentu yang
menghambat yang berfungsinya psikis, terutama yang menyangkut
perkembangan intelegensi dan emosi anak yang berdampak pada proses
pertumbuhan anak. Dapat dicontohkan di sini antara lain: anak yang
9 Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, (Jakarta; Rineka Cipta, 1991), hlm. 42
13
terlantar, kurang perawatan baik jasmani atau rohani, kurang kasih
sayang/perhatian yang biasanya disebut dengan inatie psikis (kehambatan
psikis) anak. Kesemuanya itu dapat mengakibatkan kelambatan/retardasi
semua fungsi jasmani anak.
Sedangkan menurut Al Qur’an manusia sejak lahir sudah memiliki fitrah
atau naluri, naluri ini akan menuntun manusia tetap pada jalan Allah. Tetapi
banyak manusia yang tidak mengetahuinya, hanya menuruti hawa nafsunya saja
atau manusia itu bisa dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Artinya: ”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.”(QS Ar Rum: 30)10
Adapun tentang faktor-faktor yang mempengaruhi anak antara lain adalah:
a. Faktor hereditor, yakni keturunan atau warisan dari sejak lahir dari kedua
orangtuanya, neneknya, dan seterusnya, yang biasanya diturunkan melalui
Chromoson.
b. Faktor lingkungan, yakni segala sesuatu yang ada pada lingkungan anak
hidup (bertempat) atau bergaul. Jadi segala sesuatu yang berada di luar
dari anak di alam semesta ini baik yang berupa makhluk hidup seperti
manusia, tumbuhan, hewan, atau makhluk hidup lainnya. Dan juga karena
makhluk yang mati seperti benda-benda padat, cair, gas, juga gambar-
gambar dan lainnya.
Demikian pula disamping yang telah disebutkan di atas, sebagai benda-
benda yang bersifat kongkrit, ada juga lingkungan yang bersifat abstrak
10
Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1998) hlm. 351
14
antara lain: situasi ekonomi, sosial, politik, budaya, adat istiadat, serta
idiologi atau pandangan hidup. Kesemuanya bentuk lingkungan tersebut
dapat berdampak menguntungkan (positif) atau merugikan (negatif) bagi
proses perkembangan anak.11
Sedang menurut Al Qur’an, manusia akan menjadi baik atau buruk
tergantung pada manusia itu sendiri.
Artinya: “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa
yang Telah diusahakannya.”(QS An Najm: 39)12
3. Pemilihan Bahan Bacaan.
Sedangkan untuk memilih bacaan yang tepat untuk anak-anak pada usia
mereka, buku bacaannya pun harus disesuaikan dengan usia mereka. Khususnya
untuk usia siswa kelas I, kelas II dan seterusnya harusnya disesuaikan. Tidak sama
rata antara bacaan kelas rendah dengan kelas atas.
Untuk usia anak-anak pada taraf siswa sekolah dasar, lebih baik
menggunakan buku bacaan yang bergambar atau berbentuk komik. Karena buku
bergambar/komik merupakan media yang mempunyai sifat sederhana, jelas,
mudah dipahami. Oleh sebab itu media komik dapat berfungsi sebagai media yang
informatif dan edukatif. Sungguhpun demikian komik sebagai media pengajaran,
guru harus hati-hati sebab seringkali lebih bersifat komersil tanpa
mempertimbangkan akibat yang ditimbulkan. Oleh karenanya guru khususnya
guru PAI dalam pengadaan buku-buku di perpustakaan sekolah harus melalui
pemilihan yang tepat. Guru memilih buku-buku bergambar karena lebih menarik
minat siswa untuk membaca. Dengan melihat gambar dulu yang menarik
kemudian siswa akan tertarik pada isi buku yang akhirnya akan mencoba
membacanya.
Berdasarkan hasil survey di Pilipina yang dikemukakan oleh Andre
Rinanto (1982: 44) menunjukkan bahwa setiap minggu anak-anak yang berumur
lebih dari 14 tahun, 16 % membaca komik, 17-19 tahun sekitar 29,9 %, 20-29
11
Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, (Jakarta; Rineka Cipta, 1991), hlm. 32 12
Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1998), hlm. 142
15
tahun sekitar 24,9 %, 30-44 tahun sekitar 24,6 % dan di atas 45 tahun sekitar 14,6
% dilihat dari pendidikan pembaca komik atau cerita bergambar tersebut maka
yang berpendidikan tingkat sekolah dasar sekitar 19,1 % sekolah lanjutan sekitar
43,7 % dan perguruan tinggi sekitar 37,8 %. Dilihat dari tingkat kehidupan
sosialnya, maka golongan atas yang membaca komik ada sekitar 3,8 %, golongan
menengah sekitar 37,8 % dan golongan bawah sekitar 58,4 %. Dari jenis kelamin,
64, 3 % terdiri dari laki-laki dan 37,7 % terdiri dari perempuan.
Dilihat dari data di atas, ternyata banyak yang menyukai membaca bacaan
bergambar atau komik. Bahkan tidak hanya pada anak-anak, tetapi orang dewasa
juga lebih menyukainya. Karena dirasa ringan dalam membacanya, walau nilai
yang disampaikan akan sama dengan yang tidak bergambar.13
4. Pemanfaatan Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar.
Dalam dua dekade terakhir ini perpustakaan telah menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari sekolah. Hampir di setiap sekolah mulai dari sekolah dasar
sampai ke perguruan tinggi terdapat perpustakaan. Bahkan unit-unit perpustakaan
keliling (mobile library) dari Kementerian Pendidikan Nasional tersedia di kota-
kota besar guna melayani kebutuhan para pelajar.
Perpustakaan merupakan pusat sarana akademis. Perpustakaan
menyediakan bahan-bahan pustaka berupa barang cetakan seperti buku,
majalah/jurnal ilmiah, peta surat kabar, karya-karya tulis berupa monograf yang
belum diterbitkan, serta bahan-bahan non cetakan seperti micro fish, micro film,
film, kaset audio/video, lagu-lagu dalam piringan hitam, rekaman pidato
(dokumenter), dan lain-lain. Oleh karena itu perpustakaan dapat dimanfaatkan
oleh para mahasiswa dan masyarakat pada umumnya untuk memperoleh informasi
dalam berbagai bidang keilmuan baik untuk tujuan akademis maupun untuk
rekreasi. Bahan-bahan yang tersedia itu dapat dikelompokkan ke dalam jenis (1)
referensi, (2) reserve, (3) pinjaman.
Bahan-bahan referensi yang biasanya ditata dalam satu ruang khusus
merupakan sumber-sumber untuk fakta-fakta tertentu yang sudah baku, misalnya
ensiklopedia, kamus, statistik, buku tahunan, biografi, buku pegangan, atlas,
13
Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 55
16
indeks (tesis, disertasi, artikel ilmiah), abstrak, dan lain-lain yang sejenis. Bahan-
bahan sumber ini diperlukan oleh banyak orang sehingga tidak dipinjamkan
untuk dibawa keluar perpustakaan. Dengan demikian orang-orang yang
memerlukan informasi dari bahan dan buku-buku referensi ini hanya
diperbolehkan membacanya dalam ruangan yang telah disediakan.
Bahan-bahan reserve biasanya terdiri dari buku-buku, artikel-artikel atau
handouts untuk mata pelajaran tertentu atas permintaan tenaga pengajarnya. Ini
dimaksudkan agar semua pelajar-mahasiswa yang mengikuti mata pelajaran itu
dapat memperoleh akses terhadap bahan-bahan yang merupakan bagian dari
penyelesaian tugas-tugas yang dibebankan oleh pengajar. Dengan jumlah pelajar-
mahasiswa yang banyak, sementara buku-buku atau artikel sangat terbatas, bahan-
bahan riset hanya dapat dibaca oleh seorang pelajar-mahasiswa antara satu sampai
dua jam.
Buku-buku dalam berbagai bidang keilmuan pada umumnya siap untuk
dipinjamkan untuk jangka waktu antara dua minggu sampai satu bulan kepada
pelajar-mahasiswa atau masyarakat umum yang memiliki kartu anggota
perpustakaan. Untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan, pelajar-
mahasiswa perlu mengetahui sistematika dan penyimpanan buku-buku pada
perpustakaan. Klasifikasi buku yang umum digunakan di perpustakaan adalah
klasifikasi Desimal Dewey dan Klasifikasi Library of Congress. Klasifikasi
Desimal Dewey mengidentifikasi bidang-bidang ilmu dengan kode angka tiga
digit, sedangkan Klasifikasi Library of Congress menggunakan abjad, misalnya
bidang bahasa: 400 (desimal Dewey), P (Library of Congress). Oleh karena itu
pelajar-mahasiswa yang ingin menemukan bahan atau buku di perpustakaan harus
mengetahui nomor klasifikasi buku tersebut. Nomor klasifikasi itu terekam pada
kartu katalog, biasanya satu buku memiliki tiga kartu katalog, yaitu kartu subyek,
kartu judul, dan kartu pengarang.
Pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar secara efektif
memerlukan keterampilan sebagai berikut (Achsin, 1986):
a. Keterampilan mengumpulkan informasi, yang meliputi keterampilan (a)
mengenal sumber informasi dan pengetahuan, (b) menentukan lokasi
17
sumber informasi berdasarkan sistem klasifikasi perpustakaan, cara
menggunakan katalog dan indeks, (c) menggunakan bahan pustaka baru,
bahan referensi seperti ensiklopedia, kamus, buku tahunan, dan lain-lain.
b. Keterampilan mengambil intisari dan mengorganisasikan informasi,
seperti (a) memilih informasi yang relevan dengan kebutuhan dan masalah
dan (b) mendokumentasikan informasi dan sumbernya.
c. Keterampilan menganalisis, menginterpretasikan dan mengevaluasi
informasi, seperti (a) memahami bahan yang dibaca, (b) membedakan
antara fakta dan opini dan (c) menginterpretasikan informasi baik yang
paling mendukung maupun yang berlawanan.
d. Keterampilan menggunakan informasi, seperti (a) memanfaatkan intisari
informasi untuk mengambil keputusan dan memecahkan masalah, (b)
menggunakan informasi dalam berdiskusi, (c) menyajikan informasi dalam
bentuk tulisan.14
C. Upaya Meningkatkan Minat Baca Siswa
Usaha-usaha mengembangkan minat dan kebiasaan membaca pada anak-
anak yang akan dibicarakan dibawah ini terutama adalah kegiatan-kegiatan yang
dapat dilakukan oleh para guru di sekolah melalui perpustakaan yang ada di
sekolah. Terutama sejak anak-anak itu sudah dapat berbahasa dengan ujaran satu
kata dan apabila perkembangan mereka normal. Namun demikian sebagian dari
usaha-usaha juga dapat dilakukan para orang tua ketika di rumah.
Usaha yang dimaksud dalam tingkat yang lebih matang dan mungkin
dengan teknis yang lebih di tekankan, sebaiknya pada waktu anak-anak pada
tahun pertama dan kedua ketika masuk SD. Untuk yang belum dapat membaca
bertujuan utama menumbuhkan minat membaca, dengan sendirinya mencapai
kesiapan membaca. Bagi anak-anak yang sudah dapat membaca, usaha tersebut
bertujuan mengembangkan minat dan kebiasaan membaca. Secara khusus
perkembangan kemampuan membaca pada anak berlangsung dalam beberapa
tahap sebagai berikut:
14
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafoindo Persada, 2003), hlm. 101
18
1. Tahap Fantasi (Magical Stage)
Pada tahap ini anak sudah mulai menggunakan buku, mulai berfikir bahwa
buku itu penting, melihat atau membolak-balikkan buku dan kadang-kadang
anak membawa buku kesukaannya. Pada tahap pertama, orang tua atau guru
dapat memberikan atau menunjukkan model/contoh tentang perlunya
membaca, membacakan sesuatu pada anak, membicarakan buku pada anak.
2. Tahap Pembentukan Konsep Diri (Self Concept Stage)
Anak memandang dirinya sebagai pembaca, dan mulai melibatkan diri dalam
kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi makna pada gambar
atau pengalaman sebelumnya dengan buku, menggunakan bahasa buku
meskipun tidak cocok dengan tulisan.
Pada tahap kedua, orangtua atau guru hendaknya memberi rangsangan
dengan jalan membacakan sesuatu pada anak. Orang tua atau guru hendaknya
memberi akses pada buku-buku yang diketahui oleh anak-anak. Orang tua
atau guru juga hendaknya melibatkan anak membaca berbagai buku.
3. Tahap Membaca Gambar (Bridging Reading Stage)
Pada tahap ini anak menjadi sadar pada cetakan yang tampak serta dapat
menemukan kata yang sudah dikenalnya. Dapat mengungkapkan kata-kata
yang memiliki makna dengan dirinya, dapat mengulang kembali cerita yang
tertulis, dapat mengenal cetakan kata dari puisi atau lagu yang dikenalnya
serta sudah mengenal abjad.
Pada tahap ketiga ini, orang tua atau guru membacakan sesuatu pada anak-
anak, menghadirkan berbagai kosa kata pada lagu, puisi, memberikan
kesempatan menulis sesering mungkin.
4. Tahap Pengenalan Bacaan (Take-Off Reader Stage)
Anak mulai menggunakan tiga sistem isyarat (graphoponic/ ucapan semantik
dan syntactic/ejaan) secara bersama-sama. Anak tertarik pada bacaan, mulai
mengingat kembali cetakan pada konteknya, berusaha mengenal tanda-tanda
pada lingkungan serta membaca berbagai tanda seperti kotak susu, pasta gigi
atau papan iklan.
19
Pada tahap keempat ini, orang tua atau guru masih harus membacakan
sesuatu kepada anak-anak sehingga terdorong untuk membaca sesuatu pada
berbagai situasi. Orang tua atau guru jangan memaksa anak membaca huruf
secara sempurna.
5. Tahap Membaca Lancar (Independent Reader Stage)
Pada tahap ini, anak dapat membaca berbagai jenis buku yang berbeda-beda.
Menyusun pengertian, pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat
membuat perkiraan bahan-bahan bacaan. Bahan-bahan yang berhubungan
secara langsung dengan pengalaman anak semakin mudah dibaca.15
Pada tahap kelima ini, orang tua atau guru masih tetap membacakan berbagai
jenis buku pada anak-anak. Tindakan ini akan mendorong agar dapat
memperbaiki bacaannya. Membantu menyelesaikan bahan-bahan bacaan
yang sesuai serta mengajarkannya cerita yang berstruktur.
Untuk memberikan rangsangan positif terhadap munculnya berbagai
potensi keberbahasaan anak diatas maka permainan dan berbagai alat/ fasiltas
sarana memegang peranan penting. Lingkungan (termasuk didalamnya peranan
orangtua dan guru) seharusnya menciptakan berbagai aktifitas bermain sederhana
yang memberikan arahan dan bimbingan agar berbagai potensi yang tampak
tumbuh dan berkembang secara optimal. Perkembangan kemampuan membaca
biasanya juga beriringan dengan kemampuan menulis yang banyak kaitannya
dengan perkembangan motorik anak-anak.
Beberapa tahap perkembangan menulis anak dapat digambarkan sebagi
berikut:
1. Tahap mencoret atau membuat goresan (Scrible Stage)
Pada tahap ini akan mulai membuat tanda-tanda dengan menggunakan alat
tulis. Mereka sedang memulai belajar tentang belajar bahasa tertulis dan
bagaimana mengerjakan tulisan tersebut. Orang tua dan guru, pada tahap ini
seharusnya memberikan pada anak-anak jenis-jenis bahan untuk menulis
seperti cat, buku, kertas dan krayon. Anak-anak akan menandai suatu goresan
15
Nor Khoni, Pengaruh Minat Kebiasaan Membaca Terhadap Menulis Huruf, (Semarang:
IKIP Press, 2010), hlm. 10
20
yang sedang dikerjakan sebagai suatu tulisan. Orang tua atau guru dapat
menjadi model tulisan seperti pada halnya membaca.
2. Tahap Pengulangan Secara Linear (Linear Repetitive Stage)
Tahap selanjutnya dalam perkembangan menulis adalah tahap pengulangan
secara linear. Pada tahap ini, anak menelusuri bentuk tulisan yang horizontal.
Dalam tahap ini, anak berpikir bahwa suatu kata menunjuk pada suatu yang
besar mempunyai tali yang panjang dari pada kata yang merujuk pada suatu
hal kecil.
3. Tahap Menulis Secara Random (Random Letter Stage)
Pada tahap ini, anak belajar tentang berbagai bentuk yang dapat diterima
sebagai tulisan dan menggunakan itu semua agar dapat mengulang berbagai
kata dan kalimat. Anak-anak menghasikan tali yang berisi pesan yang tidak
mempunyai keterkaitan pada suatu bunyi dari berbagai kata.
4. Tahap Menulis Tulisan Nama (Letter-Name Writing or Phonetic Writing)
Pada tahap ini, anak mulai menyusun hubungan antara tulisan dan bunyi.
Permulaan tahap ini sering digambarkan sebagai menulis tulisan nama karena
anak-anak menulis tulisan nama dan bumyi secara bersamaan. Sebagai contoh
mereka menulis ”kamu” dengan tulisan ”u” mereka mulai menghadirkan
berbagai kata dengan suatu bentuk grafik yang secara reflek menunjukkan
tentang apa yang didengar. Dalam contoh ini dengan mudah melibatkan anak-
anak mengungkapkan kata saya dengan ”y” atau kata keluarga dengan kata
”ga”.16
Dengan berkembangnya penguasaan kosa kata anak serta kemampuan
mengkomunikasikannya pada orang lain akan memiliki dampak terhadap
perkembangan fungsi kognitifnya. Kemampuannya mengkomunikasikan sesuatu
seperti benda, orang atau binatang dengan menggunakan kata yang banyak dan
teratur akan mencerminkan kemampuan berpikir anak tentang hal tersebut.
D. Kelemahan-kelemahan Membaca yang Dihadapi Anak
16
Nor Khoni, Pengaruh Minat Kebiasaan Membaca Terhadap Menulis Huruf, (Semarang:
IKIP Press, 2010), hlm. 12
21
Kiranya dapat dimaklumi bahwa keadaan tidak selalu normal. Dapat
terjadi bahwa ada suatu kelemahan pada anak dalam membaca, mungkin terjadi
penyebab tidak berhasil pengembangan minat dan kebiasaan membaca. Para pakar
masih beda pendapat tentang berbagai jenis kelemahan membaca, sehingga
kepustakaan berbahasa Inggris disability (cacat membaca atau hendak mampu
membaca), reading retardeoness (keterbelakangan membaca) reading
backwarness (kemunduran dan keterlambatan membaca) dan reading
underachievement (kekurang berhasilan membaca).
Kelemahan membaca akan dibagi menjadi dua bagian berdasarkan faktor-
faktor yang merupakan penyebab pokok penyebab langsung yaitu: (1) kelemahan-
kelemahan yang disebabkan oleh faktor-faktor endogen, dan (2) kelemahan-
kelemahan yang disebabkan oleh faktor-faktor eksogen. Cara mengatasi
kelemahan-kelemahan itu juga akan dibicarakan secara garis besar.
1. Kelemahan-kelemahan membaca karena faktor-faktor endogen
Yang dimaksud dengan faktor-faktor endogen ialah faktor
perkembangan baik yang bersifat biologis maupun psikologis dan linguistic
(bahasa) yang timbul dalam diri anak dan juga lingkungan juga dianggap
faktor penyebab secara langsung.
Dalam patologi bahasa terdapat empat istilah berkenaan dengan
kelemahan dalam tulisan (huruf-huruf) yaitu alesia, adalah kelemahan yang
berupa sama sekali tidak mampu (belajar membaca). Diseleksia, adalah lebih
rendah tingkatannya dari alesia, secara umum dapat didefinisikan sebagai
kelemahan yang berupa kekurang mampuan membaca. Agrafia adalah
kelemahan yang berupa sama sekali tidak mampu menulis. Disgrafia adalah
kelemahan yang berupa kelemahan ketrampilan menulis. Pembahasan pada
hal ini yang berkenaan dengan kelemahan dalam membaca yaitu pada
diseleksia. Dalam hal ini yang menjadi faktor penyebab diseleksia yaitu:
a. Kasus-kasus disleksia karena kekurang normalan bahasa
b. Kasus-kasus disleksia karena kekurangan (kerusakan) tertentu dalam otak
c. Kasus-kasus disleksia karena faktor keturunan
22
d. Kasus-kasus disleksia karena faktor kognitif17
Kelompok pertama disebabkan karena tidak berfungsinya secara normal
bagian-bagian otak yang berkaitan dengan perkembangan bahasa. Kelompok
kedua disebabkan karena tidak mampu mempersepsikan mengingat yang komplek
seperti huruf secara urut serta kerancuan tentang (kiri, kanan, atas, bawah dan
lain-lain). Kelompok ketiga ditandai seperti gejala pada kelompok kedua.
Kelompok keempat kekurang mampuan membentuk konsep logis.
Sehingga dapat dikatakan disleksia adalah tidak berfungsinya bagian otak
yang berperan untuk perkembangan bahasa dan membaca keterlambatan atau
suatu kerusakan.
Sedangkan gejala-gejala psikologis yang biasa diamati adalah:
a. Persepsi aditaris lemah pendengaran kurang tajam, kurang normal
sehingga tidak mampu mengetahui melalui pendengaran
b. Ingatan jangka pendek (IJP) informasi aditaris lemah. Anak tidak mampu
mengingat informasi yang didengar
c. Memproses informasi aditaris lambat. Anak kurang menanggapi suatu
yang didengar
d. Anak mengalami kesulitan dan memperhatikan urutan-urutan obyek-obyek
hal-hal yang didengar
e. Kemampuan mengenali atau merasakan menangkap irama berupa suara
maupun gerak atau ketukan kurang
f. Kesadaran akan perilaku simbolis seperti permainan kurang, kurang
berkomunikasi atau memberi respon pada orang lain
g. Berbagai perilaku anak bersangkutan memperlihatkan kekacauan dan
ketidak teraturan (hiperaktif)
Dapat berkaitan dengan masalah-masalah kognitif berupa kelemahan
persepsi pengendalian aditaris yang mengakibatkan kekurang normalan bahasa.
Diantara gejala-gejalanya antara lain:
a. Kelambatan perkembangan bahasa
17
Nor Khoni, Pengaruh Minat Kebiasaan Membaca Terhadap Menulis Huruf, (Semarang:
IKIP Press, 2010), hlm. 56
23
Bila anak usia 4 tahun belum dapat menguraikan kata atau hanya mampu
mengujarkan satu kata dibanding dengan anak usia 1 tahun ini yang
menyebabkan keterlambatan bahasa
b. Kekurang mampuan mengujarkan bunyi atau urutan bunyi-bunyi yang
baik, walaupun usia tersebut kemampuan seharusnya sudah ada.
2. Kelemahan-kelemahan membaca karena faktor-faktor eksogen
Maksud faktor eksogen ialah hal yang keadaan di luar anak yang
mempengaruhi kelemahan membaca. Faktor eksogen yang mempengaruhi
misalnya keluarga, sekolah, lingkungan.18
18
Nor Khoni, Pengaruh Minat Kebiasaan Membaca Terhadap Menulis Huruf, (Semarang:
IKIP Press, 2010), hlm. 20
24
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan
serta alamiah dalam suatu bidang tertentu. Untuk mendapatkan fakta-fakta atau
prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan
menaikkan tingkat ilmu serta teknologi.1 Salah satu komponen penelitian yang
mempunyai arti penting dalam kaitannya dengan proses studi secara komprehensif
adalah komponen metodologi.2 Metode penelitian menjelaskan bagaimana
prosedur penelitian itu akan dilaksanakan, artinya cara bagaimana memperoleh
data empiris untuk menjawab pertanyaan penelitian.3
Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani ”Metodhos”.
Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti melalui dan
“hodhos” yang berarti jalan atau cara untuk mencapai tujuan.4
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia metode adalah cara yang teratur
dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud, cara kerja bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.5
Jadi metode penelitian disini merupakan suatu cara yang sistematis yang
digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dari penelitian.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini tergolong bersifat deskriptif kualitatif lapangan
(qualitative) apabila dilihat dari tempat penelitian dilakukan. Penelitian
lapangan (field research), yaitu penelitian dengan menggunakan informasi
yang diperoleh dari sasaran penelitian yang selanjutnya disebut informan atau
1 S. Margono, Metodologi Pendidikan, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2002 ), hlm. 1.
2 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2003 ), hlm. 52.
3 Nana Sudjana dan Ibrohim , Penelitian dan Penilaian Pendidikan, ( Bandung : Sinar Baru
Offset, 1989 ), hlm. 6. 4 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), hlm. 40 5 Kebudayaan, Indonesia, hlm. 652
25
responden melalui instrumen pengumpulan data seperti angket, wawancara,
observasi dan sebagainya.6
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Batasan pertama yang selalu muncul dalam kaitannya dengan
metodologi penelitian adalah tempat penelitian. Yang dimaksud dengan
tempat penelitian tidak lain adalah tempat dimana proses studi yang
digunakan untuk memperoleh pemecahan masalah penelitian
berlangsung.7
Adapun tempat yang digunakan sebagai lokasi penelitian ini adalah
SDN 02 Pidodokulon Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini diadakan selama satu bulan, terhitung mulai izin
penelitian lisan dan tertulis dengan surat rekomendasi dari IAIN
Walisongo Semarang. Sedangkan pelaksanaan penelitian mulai 5 Juni
sampai 5 Juli 2011.
C. Sumber Penelitian
Subjek penelitian adalah benda, hal, atau orang tempat variabel
penelitian melekat.8 Subjek penelitian merupakan sumber data dimana peneliti
dapat memperoleh data yang diperlukan dalam rangka penelitian. Metode
penentuan subjek ini menggunakan populasi. Populasi adalah sejumlah orang
yang harus kita selidiki.
Adapun populasi tersebut terdiri dari:
1. Guru PAI SDN 02 Pidodokulon Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal
(sebagai subjek, responden dan sumberdata)
6 Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000), hal. 125
7 Ibid., hlm. 53.
8 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : Rieneka Cipta, 1998), hal. 130
26
2. Para Staf dan karyawan SDN 02 Pidodokulon Kecamatan Patebon
Kabupaten Kendal (sebagai responden dan sumber data)
3. Siswa kelas V SDN 02 Pidodokulon Kecamatan Patebon Kabupaten
Kendal (sebagai subjek, responden dan sumber data)
Karena jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian
kualitatif, maka teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sampel bertujuan (purposive sampling). Maksudnya adalah pengambilan
sampel tersebut sesuai dengan tujuan penelitian. Yang menjadi salah satu ciri
sampel bertujuan adalah: dari mana atau dari siapa pengambilan sampel itu di
mulai tidak menjadi persoalan, tetapi bila hal itu sudah berjalan, maka
pemilihan berikutnya bergantung pada apa keperluan peneliti.
Dalam penelitian kualitatif ini peneliti sangat erat kaitannya dengan
faktor-faktor kontekstual, jadi maksud sampling dalam hal ini adalah untuk
menjaring sebanyak mungkin informasi dari perbagai macam sumber. Jika
tidak ada lagi informasi yang dapat dijaring, maka penarikan sampel dapat
diakhiri. Jadi kuncinya di sini adalah jika sudah terjadi pengulangan informasi,
maka penarikan sampel sudah harus dihentikan.9
D. Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan sesuatu yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian. Yang mana pada penelitian ini adalah peran perpustakaan SDN 02
Pidodokulon Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal dalam meningkatkan
minat baca siswa kelas V melalui pola pendampingan yang dilakukan oleh
guru dan petugas perpustakaan khususnya pada materi keagamaan
Dengan indikator pencapaian peningkatan minat baca siswa sebagai
berikut:
1. Pelayanan perpustakaan, yaitu pelayanan dari petugas perpustakaan yang
baik terhadap pengunjung, dalam hal ini adalah para siswa khususnya
9 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998),
hal.166
27
siswa kelas V SDN 02 Pidodokulon Kecamatan Patebon Kabupaten
Kendal.
2. Penyediaan buku-buku bacaan. Penyediaan buku bacaan sangatlah
penting, karena sangat mempengaruhi minat baca siswa untuk datang ke
perpustakaan. Yang akan berakibat minat baca siswa kurang. Dalam hal ini
yang peneliti lakukan dengan peremajaan buku dan memvariasi jenis buku
dengan yang membuat siswa merasa tidak bosan tetapi dengan substansi
isi yang sama.
3. Keaktifan siswa datang ke perpustakaan. Minat baca siswa secara tidak
langsung bisa diukur dengan keaktifan datang ke perpustakaan. Karena
dengan datang ke perpustakaan tidak lain dengan tujuan untuk membaca
maupun mencari buku yang mana tidak lepas dari aktifitas membaca.
4. Intensitas peminjaman. Pengukuran minat baca selanjutnya yaitu dengan
sering tidaknya meminjam buku di perpustakaan. Dengan meminjam buku
di perpustakaan berarti tidak lah lain pastinya akan membaca buku yang ia
pinjam. Jadi keintensitasan peminjaman buku di perpustakaan bisa
digunakan sebagai ukuran minat baca siswa.
E. Pengumpulan Data Penelitian
Untuk mendapatkan data yang cukup dan sesuai dengan pokok
permasalahan yang diteliti, maka penulis menggunakan beberapa metode
pengumpulan data yang mana satu sama lainnya saling melengkapi, metode
tersebut antara lain:
1. Observasi
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti.10
10
Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1996), hal. 54
28
Metode ini antara lain penulis gunakan untuk mengamati situasi dan
kondisi SDN 02 Pidodokulon Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal serta
keadaan perpustakaan secara khusus
2. Wawancara
Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi
semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.11
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data yang pada umumnya
hanya dapat diperoleh dengan komunikasi secara langsung.
3. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data
yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.12
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang hal-hal
yang berhubungan dengan penelitian seperti: gambaran umum, letak
geografis, sejarah singkat berdirinya, struktur organisasi, keadaan guru dan
siswa, serta sarana dan prasarana.
F. Analisis Data Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik deskriptif untuk
menganalisis data yang terkumpul, penulis menggunakan metode analisis
kualitatif.
Analisis deskriptif kualitatif adalah cara analisis yang cenderung
menggunakan kata-kata untuk menjelaskan (describe) fenomena ataupun data
yang didapatkan.13
Untuk data kualitatif/non angka yang diperoleh penulis dari penelitian,
akan penulis olah dengan menggunakan metode deskriptif analitis non statistik
dengan cara:
11
S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 113 12
Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, op. cit, hal. 73 13
Drajad Suharjo, Metodologi Penelitian Dan Penulisan Laporan Ilmiah, (Yogyakarta: UII
Press, 2003), hal. 12
29
1. Metode induktif, yaitu cara berfikir yang bertolak dari fakta-fakta yang
khusus kemudian kita tarik kesimpulan yang bersifat umum.14
2. Metode Deduktif, Yaitu perolehan data atau keterangan yang bersifat
umum, kemudian diolah untuk mendapatkan rincian yang bersifat
khusus.15
Selain analisis kualitatif penulis juga menggunakan analisis isi atau
analisis dokumentasi (content analisis) yaitu penelitian yang dilakukan
terhadap informasi yang didokumentasikan. Maksudnya adalah mengolah data
yang terkumpul dan sudah menjadi dokumen dengan cara menganalisis isinya,
misalnya dari hasil beberapa observasi atau interview telah terkumpul atau
sudah didokumentasikan kemudian diolah dan dianalisis sesuai dengan isinya
tetapi perlu diingat bahwa data itu harus diseleksi atas dasar realibilitasnya dan
validitasnya dan baru kemudian didiskripsikan.
14
Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasih, 1989), hal.
44 15
Ibid, hal. 200
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Umum Objek Penelitian
1. Profil Singkat Sekolah
Profil singkat SDN 2 Pidodokulon Kecamatan Patebon Kabupaten
Kendal adalah sebagai berikut:
a. Nama : SDN 2 Pidodokulon
b. Alamat : jl. Laut
c. Desa/Kelurahan : Pidodokulon
d. Kecamatan : Patebon
e. Kabupaten/Kota : Kendal
f. Provinsi : Jawa Tengah
g. Kode POS : 51351
h. Status Sekolah : Negeri
i. Status Akreditasi : A
j. NSS : 101032414024
k. Tahun Berdiri : 1977
l. Luas Tanah dan Bangunan : 3015 m²
2. Visi dan Misi Sekolah
a. Visi
“Terwujudnya sekolah unggulan baik imtaq, maupun
iptek, berwawasan kebangsaan disiplin tinggi, dan tanggap
lingkungan”
b. Misi
Untuk dapat mencapai visi yang telah dijabarkan di atas maka
perlu dijabarkan dalam langkah yang lebih jelas lagi yaitu sebagai
berikut:
1) Meningkatkan prestasi akademik maupun non akademik sesuai
dengan perkembangan IPTEK dan tuntutan masyarakat
31
2) Menyelenggarakan pendidikan akademik, akhlak dan skill anak.
Karena untuk membekali kecakapan hidup bagi siswa yang
melanjutkan maupun bagi siswa yang tidak melanjutkan ketingkat
yang lebih tinggi
3) Menumbuhkan iklim sekolah dan menejemen sekolah yang
kondusif bagi tubuh kembangnya kecakapan hidup siswa
4) Menumbuhkan semangat religius, disiplin dan kekeluargaan pada
seluruh warga sekolah
5) Menumbuhkan semangat patriotisme melalui peringatan hari-hari
besar nasional
6) Menyiaapkan siswa untuk dapat melanjutkan pendidikan yang
lebih tinggi
3. Struktur Organisasi
Komite Sekolah
Afandi Yusuf
Gambar 1. Struktur Organisasi SDN 02 Pidodokulon
Kepala Sekolah
Parbowo
Guru Kelas I
Sutinem
Guru Kelas II
Nasirotul Ulya
Guru Kelas III
Achmad Zin
Guru Kelas IV
Yuni Nurhayati
Guru Kelas V
Aminah
Guru Kelas VI
Tri Budiyanto
Guru PAI
Rosidi
Siswa
Guru OR
Ahmad
32
4. Keadaan Guru
a. Keadaan Guru
1) Jumlah Guru Keseluruhan : 9 orang
2) Guru Wiyata Bhakti : 2 orang
3) Guru PNS : 7orang
4) Penjaga : 1 Orang
Tabel 1
Keadaan Guru SDN 02 Pidodokulon
No Nama L/P Ijazah Jabatan
1. Parbowo, S. Pd. SD L S1 Kepala Sekolah
2. Achmad Zin, S. Pd. SD L S1 Guru Kelas III
3. Sutinem P D2 Guru Kelas I
4. Aminah, S. Pd. SD P S1 Guru Kelas V
5. Tri Budiyanto, A. Ma. Pd L D2 Guru Kelas VI
6. Rosidi, A. Ma L D2 Guru PAI
7. Ahmad, S. Pd L S1 Guru OR
8. Yuni Nurhayati, S. Ag P S1 Guru Kelas IV
9. Nasirotul Ulya, A. Ma P D2 Guru Kelas II
Tabel 2
Data Pegawai dan Karyawan SDN 02 Pidodokulon
No Nama Jabatan
1 Ambyah Penjaga
5. Keadaan Sarana dan Prasarana
Keadaan sarana dan prasarana dalam menunjang proses belajar
mengajar dengan baik, SDN 2 Pidodokulon Kecamatan Patebon
Kabupaten Kendal, dapat dikatakan memiliki sarana dan prasarana
yang cukup baik dan memadai walaupun tentunya masih terdapat
adanya kekurangan, namun beberapa kekurangan tersebut tetap terus
diusahakan guna kelancaran dan tercapainya tujuan dalam pembelajaran
sekolah tersebut.
33
Adapun jenis serta keadaan sarana dan prasarana tersebut dapat
dilihat dari tabel berikut.
Tabel 3
Sarana Prasarana1
No Nama Barang Jumlah Keterangan
1 Ruang Kepala Sekolah 1 Baik
2 Ruang Guru 1 Baik
3 Ruang TU dan Karyawan 1 Baik
4 Ruang Kelas 6 1 rusak
5 Ruang Pramuka 1 Baik
6 Ruang UKS 1 Baik
7 Ruang Penjaga 1 Baik
8 Perpustakaan 1 Baik
9 Ruang Komputer 1 Baik
10 Kamar Kecil Guru 1 baik
11 Almari Guru 3 Standar
12 Peralatan Olah raga 12 Baik
13 Lapangan Olah Raga 2 Baik
14 Mushola 1 Baik
15 Koperasi Sekolah 1 Baik
16 Kantin Sekolah 1 Baik
17 Halaman Sekolah 1 Baik
18 Tempat Parkir sepeda 1 Baik
19 Kamar Kecil siswa 6 Baik
20 Gudang 1 Baik
6. Perpustakaan
a. Tempat Perpustakaan
Lokasi perpustakaan SDN 2 Pidodokulon cukup strategis. Hal
ini jika dilihat dari tempat perpustakaan sekolah yang memenuhi
beberapa hal yaitu:
1) Perpustakaan sekolah mudah dijangkau oleh siswa, karena letaknya
di tengah-tengah sekolah yaitu berada di sebelah ruang guru
2) Suasana di sekitar dan di dalam perpustakaan tenang, yang
menyebabkan siswa betah di perpustakaan
1 Dokumentasi, SDN I Blorok Kendal
34
3) Lokasi di belakang ruang perpustakaan masih ada tempat cukup luas,
sehingga memungkinkan perpustakaan berkembang
4) Udara dalam perpustakaan baik dan memperoleh cahaya/penerangan
yang cukup, baik dari waktu siang maupun malam hari
b. Tenaga Perpustakaan
Untuk tenaga pelaksana di perpustakaan SDN 2 Pidodokulon
secara khusus belum ada. Sehingga secara praktis dilaksanakan oleh
seorang guru yaitu guru kelas IV Ibu Yuni Nurhayati, S. Ag yang
dibantu oleh beberapa murid kelas V dan VI. Untuk meningkatkan
mutu pengetahuan dan keterampilan tenaga pelaksana tersebut belum
dapat dilaksanakan. Karena dengan pertimbangan biaya yang belum
ada, serta masih belum tepat jika guru ditunjuk sebagai pelaksana
perpustakaan karena tugas utamanya adalah mengajar.
Petugas perpustakaan masih kurang, sehingga SDN 2
Pidodokulon memberikan kepercayaan kepada siswa untuk
membantunya. Umpamanya di dalam hal pengembalian serta
memasukkan kartu-kartu buku dalam kotaknya. Anak-anak didik yang
bertugas bergilir, yaitu 3 orang dalam seminggu pada waktu tertentu,
sehingga tidak terganggu pelajarannya.
c. Waktu Kunjungan
Untuk waktu kunjungan ke perpustakaan di SDN 2 Pidodokulon
sudah berjalan dengan baik. Waktu yang digunakan perpustakaan dalam
membuka pelayanan pada waktu:
Tabel 4
Jadwal Kunjungan Ke Perpustakaan SDN 2 Pidodokulon
No Waktu Kelas
Hari 1 2 3 4 5 6
1. 06.30 – 07.00 √ √ Senin, Sabtu
2. 09.00 – 09.30 √ √ Rabu, Jum’at
3. 11.00 – 11. 30 √ √ Selasa, Kamis
35
d. Struktur Organisasi Perpustakaan
Sedang untuk susunan petugasnya adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Struktur organisasi perpustakaan SDN 02 Pidodokulon
Tugas-tugas dari bagan di SDN 2 Pidodokulon Kendal adalah
sebagai berikut:
1) Kepala Sekolah
Kepala sekolah bertugas dan bertanggung jawab penuh tentang
penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran yang telah
diprogramkan.
2) Dewan Guru
Menyediakan sarana, memberikan pengarahan/nasihat pertimbangan,
kritik kepada kedua bagian perpustakaansekolah baik diminta atau
tidak.
3) Bagian Perpustakaan
a) Bertugas dan bertanggung jawab penuh tentang penyelenggaraan
dan pengelolaan seluruh unit perpustakaan di SDN 2 Pidodokulon
Kendal
Kepala Sekolah
Dewan Guru
Bagian Perpustakaan
Urusan
Pengadaan
Urusan
Pengelolaan
Urusan
Pemeliharaan
Urusan
Pelayanan
Siswa
36
b) Mengorganisir dan mengkordinir tata kerja dan tata hubungan
yang terlibat dalam perpustakaan SDN 2 Pidodokulon Kendal
c) Menetapkan kebijaksanaan intern yang khusus dalam bidangnya
4) Urusan Pengadaan
Urusan ini mempunyai tugas:
a) Menambah koleksi perpustakaan SDN 2 Pidodokulon Kendal
b) Menyeleksi koleksi perpustakaan SDN 2 Pidodokulon Kendal
c) Menerima saran dan permintaan dari pemakai
d) Memperhatikan dan menanggapi selera pemakai
e) Mengadakan kerja sama dengan instansi lain
5) Urusan Pengelolaan
Urusan pengelolaan bertugas untuk memproses buku yang
diterima sehingga siap digunakan, yang meliputi:
a) Membubuhi cap
b) Menetapkan nomor klasifikasi buku
c) Membubuhi nomor buku
d) Menyiapkan kartu katalog, kartu buku, kantong kartu buku, kartu
tanggal
6) Urusan Pemeliharaan
Urusan pemeliharaan perpustakaan SDN 2 Pidodokulon Kendal
bertugas untuk:
a) Mengatur buku
b) Menjaga kebersihan
c) Menjaga keselamatan buku
d) Memperbaiki kerusakan-kerusakan buku
e) Menjilid buku, majalah, surat kabar dan lain sebagainya
7) Urusan Pelayanan
a) Melayani permintaan kartu anggota
b) Melayani pengunjung kartu anggota
c) Melayani peminjaman kartu anggota
d) Melakukan penagihan
37
e) Membuat laporan kegiatan
e. Format Kelengkapan Buku Administrasi
Untuk mempermudah dalam pelayanan kepada siswa,
perpustakaan mempersiapkan kelengkapan buku-buku administrasi
sebelum dipinjamkan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan
keselamatan terhadap buku-buku yang akan dipinjamkan. Kelengkapan
buku administrasi tersebut adalah menyediakan kartu buku, kertas slip
dan kartu peminjam buku.
f. Sumber Keuangan
Sumber keuangan untuk membiayai perpustakaan di SDN 2
Pidodokulon, di samping sumbangan dari pemerintah juga diperoleh
dari sumbangan siswa yang telah tamat atau murid yang baru masuk.
g. Jumlah Buku
Jumlah buku yang ada di perpustakaan SDN 2 Pidodokulon
adalah sebagai berikut:
Tabel 5
Jenis Buku
No Nama Buku/ Majalah Jumlah
1. Karya Umum 10
2. Filsafat dan Psikologi 8
3. Agama 25
4. Ilmu Pengetahuan Sosial 37
5. Bahasa 27
6. Ilmu Pasti dan Alam 15
7. Teknologi 9
8. Kesenian, Olah Raga, Hiburan 13
9. Kesusastraan 10
10. Sejarah, Ilmu Bumi 19
11. Periodesasi Sejarah Indonesia 3
12. Pembagian Daerah di Indonesia 12
38
7. Prestasi Yang Dicapai
Sejalan dengan perkembangan waktu, maka SDN 2 Pidodokulon
juga telah banyak prestasi yang diraihnya. Bahkan pada tahun ajaran
2010/2011 sekolah ini menjadi 5 besar nilai UN di tingkat Kecamatan.
Selain prestasi tersebut juga pernah meraih prestasi lain di tingkat
Kecamatan, yaitu antara lain:
Tabel 6
Prestasi Siswa
No Jenis Lomba/Kegiatan Juara
1. Ilmu Pengetahuan II
2. Kebersihan I
3. SKJ III
4. Pramuka I
5. Cerdas Cermat II
6. Atletik III
8. Kegiatan Ekstrakurikuler
Seperti telah disebutkan pada landasan teori, bahwa hasil belajar
salah satunya adalah disebabkan oleh faktor latihan. Mengutip dari
pengertian tersebut, maka SDN 2 Pidodokulon juga diadakan latihan-
latihan atau kegiatan yang termasuk dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan ini diantaranya adalah: keterampilan, PMR, pramuka, dan seni
tari yang dibimbing langsung oleh guru yang mengajar di SDN 2
Pidodokulon. Kegiatan ekstrakurikuler ini dilaksanakan pada sore hari
yang diikuti oleh para siswa.
B. Upasya Guru PAI dalam Meningkatkan Minat Baca Siswa Kelas V SDN 2
Pidodokulon Patebon Kendal
Upaya adalah usaha (syarat) untuk menyampaikan suatu maksud, atau
ikhtiar. Dalam hal mencapai tujuan pendidikan di SDN 2 Pidodokulon, guru PAI
selaku pelaksana pendidikan melakukan ikhtiar atau usaha untuk mencapai cita-
cita tersebut. Yaitu supaya siswa-siswi menjadi anak yang berakhlakul karimah,
bisa bersaing secara intelektual dan bisa bertaqwa. Upaya yang dilakukan oleh
guru PAI dalam mencapai peningkatan dalam prestasi siswa di SDN 2
39
Pidodokulon baik yang bersifat akademik maupun yang bersifat non akademik
dapat berupa upaya secara formal dan non formal.
Upaya secara formal adalah upaya yang ditempuh dalam bentuk fisik dan
dapat dilihat. Hal tersebut dapat dilihat melalui kegiatan pembelajaran yang
intensif, kegiatan les, kegiatan pelatihan-pelatihan ketrampilan siswa dan lain
sebagainya yang bersifat akademik. Sedangkan upaya non formal adalah upaya
dalam bentuk kegiatan kerohaniahan atau upaya yang dilakukan di luar kegiatan
akademik.
Dalam hal ini kegiatan yang berkaitan dengan upaya meningkatkan minat
baca materi keagamaan dilakukan secara non formal. Kegitan tersebut berupa
kegiatan kunjungan ke perpustakaan sekolah. Hal ini tidak lain adalah bertujuan
untuk meningkatkan minat membaca siswa untuk keberhasilan dalam pendidikan
di SDN 2 Pidodokulon Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal.
Guru PAI sebagai pelaksana dalam pendidikan keagamaan bertanggung
jawab terhadap keberhasilan pendidikan khususnya dalam bidang keagamaan.
Guru PAI tidak secara individual dalam meningkatkan kualitas pendidikan yaitu
prestasi siswa. Dalam hal ini guru PAI dan guru-guru yang lain merupakan
elemen penting yang saling bekerja sama dalam menciptakan prestasi dalam diri
peserta didik di lembaga pendidikan yang diajarnya. Di samping itu peranan orang
tua siswa dalam mengontrol kegiatan belajar siswa di rumah juga sangat
membantu dalam peningkatan prestasi siswa. Begitu pula sarana yang ada di
sekolah juga sangat akan membantu guna menunjang lancarnya pelaksanaan
pembelajaran di sekolah. Yaitu salah satunya adalah perpustakaan.
Perpustakaan merupakan salah satu sarana yang ada di sekolah yang
sangat potensial untuk mengembangkan dan memperluas pengetahuan yang telah
didapat dari guru di dalam kelas. Tetapi jika tidak digunakan juga tidak ada
gunanya. Di perpustakaan tersimpan berjuta pengetahuan dari berbagai ilmu
pengetahuan, tetapi jika para siswa malas akan membacanya pastilah tidak akan
ada gunanya juga. Untuk itu para siswa harus mempunyai kemauan untuk
membaca buku-buku yang ada di perpustakaan. Dan guru pun mendukung untuk
40
membantu para siswa agar ada kemauan untuk membaca buku-buku di
perpustakaan.
Untuk itu guru PAI di SDN 2 Pidodokulon Kecamatan Patebon Kabupaten
Kendal dalam rangka membantu siswa menumbuhkan minat membaca khususnya
membaca buku-buku keagamaan yang ada di perpustakaan dengan cara
mendampingi para siswa untuk berkunjung ke perpustakaan untuk membaca
buku. Ada pun secara rinci langkah-langkah guru yang dilakukan yaitu:
1. Ketika pelajaran materi yang sekiranya ada buku di perpustakaan, guru
memberi tugas siswa untuk mencari jawabannya dengan membaca buku di
perpustakaan.
2. Memberi tugas khusus untuk membaca di perpustakaan yang nantinya
meringkas apa yang sudah dibaca di perpustakaan dan menyampaikannya
di depan kelas
3. Membuat jadwal kunjungan khusus bagi siswa untuk wajib mengunjungi
ketika ada jadwalnya
4. Melaksanakan pembelajaran di dalam perpustakaan ketika materinya
mendukung dilaksanakan di perpustakaan
5. Mengharuskan siswa untuk meminjam buku dan dibawa pulang ke rumah
untuk dibaca di rumah, sehingga di rumah pun sambil belajar tidak banyak
waktu yang digunakan untuk bermain saja.
Namun begitu guru PAI tidaklah bisa sukses dengan hanya demikian, oleh
karenanya juga perlu bantuan dari pihak sekolah. Sekolah dalam memandang
perpustakaan sekolah harus diperhatikan, lebih-lebih dalam pengadaan buku.
Buku-buku yang ada di perpustakaan setidaknya yang sesuai dan yang semenarik
mungkin untuk dibaca oleh anak-anak. Yang paling penting lagi adalah kesediaan
jumlah buku yang ada sehingga ketika siswa akan meminjamnya masih ada, tidak
dalam masa dipinjam oleh orang lain terus. Dan dari pelayanan petugas
perpustakaan ketika melayani para peminjam setidaknya dilayani dengan sepenuh
hati, sehingga siswa senang meminjam buku di perpustakaan. Orang tua pun tidak
41
lepas akan perannya dalam menumbuhkan minat membaca siswa. Di rumah orang
tua juga harus memantau belajar anak. Dibuatkan jadwal belajar, ditunggui dan
dibimbing ketika belajar dan yang pasti dibudayakan akan gemar membaca.
Dengan begitu siswa akan terbiasa dengan kebiasaan membaca yang akhirnya
merasa senang dengan membaca.
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Minat Baca Siswa di
SDN 2 Pidodokulon Patebon Kendal
Dalam pembelajaran pastilah ada faktor yang mendukung maupun yang
menghambat dalam pelaksanaan maupun dalam perencanaan dan sebagainya.
Dengan kita mengetahui faktor pendukung dan penghambat, nantinya bisa dicari
solusi terbaik untuk mengatasi dari masalah-masalah yang dihadapinya.
1. Faktor Pendukung
a. Tersedianya perpustakaan yang cukup baik untuk mendukung proses
belajar mengajar
b. Buku-buku yang beraneka ragam jenis dan jumlah yang memenuhi
dalam peminjamannya
c. Tempat perpustakaan yang bersih dan nyaman untuk digunakan
membaca
d. Perpustakaan dengan ukuran yang cukup luas untuk siswa membaca di
perpustakaan
e. Pelayanan yang sudah sistematis
2. Faktor Penghambat
a. Petugas perpustakaan yang jumlahnya masih kekurangan
b. Petugas perpustakaan yang tidak dari khusus pendidikan kepustakaan
c. Jumlah buku yang sudah lama-lama karena merupakan koleksi dari
dulu
42
d. Tempat yang masih menjadi satu dengan kantor guru, belum memiliki
gedung tersendiri
e. Kurangnya buku-buku, karena siswa setiap tahun ajaran baru ada
peningkatan
Jalan keluar untuk memecahkan masalah yang dihadapi adalah dengan cara:
1. Perpustakaan memaksimalkan pelayanan dengan jalan menambah jumlah
guru dan siswa yang membantu di perpustakaan
2. Jumlah buku-buku yang ada di perpustakaan terus diperbanyak
3. Perpustakaan berupaya menyediakan buku-buku bacaan yang baru
D. Pembahasan
Setelah berbagai upaya yang telah guru lakukan untuk meningkatkan
minat membaca siswa khususnya kelas V SDN 2 Pidodokulon Kecamatan
Patebon Kabupaten Kendal selama satu bulan, merupakan sebuah usaha yang
sudah dilakukan semaksimal mungkin. Walaupun begitu, pastilah sesuatu itu ada
kekurangan dan kelebihannya. Untuk memperoleh data tentang kemajuan siswa
tentang minat membaca materi keagamaan di perpustakaan SDN 2 Pidodokulon
Kendal adalah guru melakukan wawancara terhadap beberapa sumber yang
berkaitan dalam pelaksanaan upaya peningkatan minat membaca siswa kelas V
materi keagamaan di perpustakaan SDN 2 Pidodokulon Kendal melalui pola
pendampingan. Setelah diadakannya wawancara dapat diperoleh beberapa
informasi sebagai berikut:
1. Dengan melalui pola pendampingan dalam rangka meningkatkan minat
membaca siswa kelas V SDN 2 Pidodokulon Kendal, kedatangan siswa ke
perpustakaan semakin meningkat menurut daftar hadir yang ada di
perpustakaan. Dengan seringnya datang keperpustakaan tidaklah lain jikalau
tidak untuk membaca buku-buku di perpustakaan juga untuk meminjam
buku-buku yang ada di perpustakaan untuk dibaca di rumah masing-masing
43
2. Dengan melalui pendampingan terhadap siswa kelas V SDN 2 Pidodokulon
Kendal dalam menumbuhkan minat membaca di perpustakaan adalah sangat
efektif. Yaitu dengan bukti peminjaman buku diperpustakaan oleh siswa kelas
V meningkat sangat banyak dibanding dengan sebelumnya
3. Setelah dilaksanakannya pola pendampingan terhadapa siswa kelas V SDN 2
Pidodokulon Kendal dalam rangka meningkatkan minat membaca mereka
juga sangat tepat. Karena setelah mereka mengikuti pendampingan ternyata
prestasi PAI mereka juga meningkat cukup baik
4. Dan juga setelah mereka melalui pola pendampingan untuk meningkatkan
minat baca mereka, ternyata pengetahuan mereka menjadi luas. Tidak hanya
pada materi yang diberikan oleh guru saja. Hal ini dibuktikan dengan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mereka sudah meluas dari materi yang
diberikan guru di kelas dan juga sangat variatif
44
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan:
Dengan melalui pola pendampingan dalam rangka meningkatkan minat membaca
siswa kelas V SDN 2 Pidodokulon Kendal, kedatangan siswa ke perpustakaan
semakin meningkat menurut daftar hadir yang ada di perpustakaan. Dengan seringnya
datang keperpustakaan tidaklah lain jikalau tidak untuk membaca buku-buku di
perpustakaan juga untuk meminjam buku-buku yang ada di perpustakaan untuk
dibaca di rumah masing-masing Dan dengan melalui pendampingan terhadap siswa
kelas V SDN 2 Pidodokulon Kendal dalam menumbuhkan minat membaca di
perpustakaan adalah sangat efektif, yaitu dengan bukti peminjaman buku
diperpustakaan oleh siswa kelas V meningkat sangat banyak dibanding dengan
sebelumnya Setelah dilaksanakannya pola pendampingan terhadap siswa kelas V
SDN 2 Pidodokulon Kendal dalam rangka meningkatkan minat membaca mereka
juga sangat tepat. Karena setelah mereka mengikuti pendampingan ternyata prestasi
PAI mereka juga meningkat cukup baik Dan juga setelah mereka melalui pola
pendampingan untuk meningkatkan minat baca mereka, ternyata pengetahuan mereka
menjadi luas. Tidak hanya pada materi yang diberikan oleh guru saja. Hal ini
dibuktikan dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mereka sudah meluas dari
materi yang diberikan guru di kelas dan juga sangat variatif
B. Saran
Mengingat pentingnya membaca untuk anak-anak, maka guru harus lebih giat
dalam melaksanakan pendampingan tentang membaca di perpustakaan untuk
meningkatkan kesadaran akan pentingnya membaca pada peserta didik, peneliti
45
mengharapkan beberapa hal yang berhubungan dengan masalah tersebut diatas
sebagai berikut.
1. Kepada Guru PAI
a. Hendaknya dalam pendampingan dalam membaca pada siswa, guru harus
benar-benar menyiapkan berbagai persiapan yang hendak disiapkan guna
mendukung pelaksanaannya dengan sebaik mungkin, agar pelaksanaan bisa
terlaksana secara maksimal
b. Dalam pelaksanaannya guru harus mampu memilih model dan jenis buku
yang cocok dan menarik untuk dibaca para siswa dan sesuai dengan usia anak
untuk dibaca mereka
c. Hendaknya dalam rangka pendampingan membaca di perpustakaan sekolah
guru memperkaya variasi buku, dari buku pelajaran, buku komik, buku cerita
dan ensiklopedia dan lain sebagainya. Hal ini untuk mengantisipasi kejenuhan
yang dialami oleh peserta didik.
2. Pihak sekolah
a. Hendaknya seluruh pihak sekolah mendukung dalam kegiatan yang
berlangsung.
b. Memfasilitasi proses pembelajaran dengan melengkapi sarana dan prasarana
yang dibutuhkan.
c. Kepada semua pihak sekolah terutama para guru, sudah seharusnya
meningkatkan kompetensi termasuk kompetensi professional serta membekali
diri dengan pengetahuan yang luas, karena sesungguhnya kompetensi yang
dimiliki oleh guru sangat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran,
yang akhirnya akan dapat menghasilkan peserta didik yang berprestasi,
berbudi pekerti luhur, dan berakhlaqul karimah yang mampu berdampak
positif pada perkembangan dan kemajuan sekolah.
46
C. Penutup
Dengan terselesaikannya penulisan skripsi ini, peneliti tak lupa mengucapkan
puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas Rahmat, Taufiq dan Hidayah-
Nya.
Peneliti menyadari adanya kekurangan dan kelemahan yang ada dalam skripsi
ini, oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak tetap peneliti harapkan.
Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi peneliti pada khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Akhirnya tak lupa peneliti sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu sepenuhnya dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga amal
ibadahnya diterima oleh Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu, Psikologi Perkembangan, Jakarta; Rineka Cipta, 1991
Ali Muhammad, Strategi Penelitian Pendidikan Statistik, Bandung, Bumi Aksara,
1993
Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Pers, 2002
Arikunto Suharsimi, Manajemen Penelitian, Jakarta : Rieneka Cipta, 1998
Arsyad Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafoindo Persada, 2003
Depag RI, AI-Qur.an dan Terjemahnya, Jakarta: CV Penerbit J-Art, 2005
Hasan Iqbal, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, Jakarta: Bumi Aksara,
2004
Khoni Nor, Pengaruh Minat Kebiasaan Membaca Terhadap Menulis Huruf,
Semarang: IKIP Press, 2010
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT. Gramedia,
1991
Moleong Lexi J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,
1998
Muhajir Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasih,
1989
Nata Abudin, Metodologi Studi Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000
S. Margono, Metodologi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 2002
S. Nasution, Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara, 1996
Shaleh Ibnu Ahmad, Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, Jakarta : Hidakarya
Agung, 1987
Sudjana Nana dan Ibrohim , Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung :
Sinar Baru Offset, 1989
Suharjo Drajad, Metodologi Penelitian Dan Penulisan Laporan Ilmiah,
Yogyakarta: UII Press, 2003
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 2003
Sukmadinata Nana Syaodih , Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Remaja
Rosda Karya, 2005
Thursan Hakim, Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah, Jakarta :
Gramedia, 2000
Usman Basyiruddin, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers, 2002
Usman Husaini dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial,
Jakarta: Bumi Aksara, 1996
top related