untuk presentasi
Post on 03-Jul-2015
38 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PEMIKIRAN HUKUM ISLAM
Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari Al-qur’an sdan menjadi bagian dari
agama Islam, sebagai sistem hukum ia mempunyai beberapa istilah kunci yang perlu dijelaskan
lebih dulu kadang kala membingungkan kalau tidak tahu persis maknanya, dalam kajian
makalah studi hukum Islam ini penulis akan mengawali pembahasan dari istilah-istilah kunci
dalan hukum Islam (Syari’ah, Fiqh, Ushul al-Fiqh, Mazhab, Fatwa, Qaul), Islam sebagai norma
hukum dan etika, mazhab utama dan pendekatan hukum yang mereka pakai terhadap kajian
hukum Islam sampai kepada disiplin-disiplin utama studi hukum dan cabang cabangnya serta
yang terakhir mengenai tokoh dan karya terpenting dalam perkembangan mutakhir kajian -kajian
hukum Islam. Semoga bermanfaat.
A. PEMIKIRAN HUKUM MADZHAB HANAFI
a) Riwayat hidup Abu Hanifah
Imam Abu Hanifah an-Nu’man bin Tsabit al-Kufiy merupakan orang yang faqih di
negara Irak, beliau adalah salah satu dari empat Imam yang mempunyai Madzhab. Di kalangan
umat Islam, beliau lebih dikenal dengan nama Imam Hanafi. Beliau adalah keturunan Persia
yang dilahirkan 80 H.
Abu Hanifah memiliki tinggi badan yang sedang, memiliki postur tubuh yang bagus,
jelas dalam berbicara, dan selalu memakai wewangian. Beliau wafat bertepatan pada bulan
Rajab pada usia ke-70 pada tahun 150 H.
b) Madzhab Imam Hanafi
Sunni, dan bercorak rasional yang berkedudukan di Kufah. Madzhab fiqh ini dibentuk
oleh Nu’manbin Tsabit bin Zutha (80-150H), yang populer dengan nama Abu Hanifah. Gelarnya
ini diberikan oleh masyarakat Kufah karena ketekunannya dalam beribadah, kejujuran serta
kecenderungannya pada kebenaran.
Di samping itu, Abu Hanifah juga mempelajari fiqh dengan teori-teori kajiannya dari
Hammadbin Abu Sulaimansalah seorang ulama’ fiqh dari aliran rasional di Ku fah. Beliau belajar
dengan Hammad dalam tempo yang tidak kurang dari 18 tahun.
Pemikiran Hukum Islam yang menjadi objek pencarian Imam Abu Hanifah adalah
sebagai berikut :
a. Fiqih Umar bin al – Khathab, yang di dasarkan pada maslahah (Kebaikan umum)
b. Fiqih Imam Ali bin Abi Thalin, yang didasarkan pada penggalian hukum secara
mendalam untuk menemukan hakekat – hekekat Syari’ah
c. Fiqih Abdullah bin Mas’ud, yang didasarkan pada takhrij terhadap berbagai pendapat
d. Fiqih Abdullah bin Abbas yang didasarkan pada tafsir al – Qur’an.1
Pemikiran hukum Imam Abu Hanafi adalah sebagai berikut :
a. Al – Qur’an adalah sumber segala ketentuan syari’ah yang dijadikan rujukan dalam
proses analogis atau legislasi terhadap berbagai metode kajian hukum yang
dirumuskan.
b. Al – Sunnah merupakan sumber hukum kedua setelah Al – Qur’an yang berperan
sebagai penjelas terhadap berbagai ketentuan hukum dari Al – Qur’an yang masih
belum jelas maksudnya.
c. Pendapat sahabat memperoleh posisi yang kuat, karena mereka adalah orang – orang
yang membawa ajaran Nabi kepada generasi sesudahnya. Ketetapan sahabat itu ada
dua bentuk, yaitu ketentuan hukum ang ditetapkan dalam bentuk fatwa.
Ketentuanhukum yang ditetapkan lewat ijma’ mengikat, sementara yang ditetapkan
lewat fatwa tidak mengikat.
1 Studi Hukum Islam (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press,Tim Penyusun MKD UIN Sunan
Ampel, 2013), Hlm 179
d. Qiyas dilakukan bila Al – Qur’an dan Al – Sunnah tidak menyatakan secara eksplisit
tentang kententuan hukum bagi persoalan – persoalan yang dihadapinya. Qiyas adalah
menghubungkan kasus hukum (furu’) kepada dalil (ashl) yang telah ditetapkan
hukumnya (hukmashl) dengan melihat kesamaan – kesamaan alasan hukum (‘illat),
sehingga hukum dalam dalil untuk hukum dalam kasus.
e. Istihsan diajukan kalau hasil Qiyas itu terlehat kurangsesuai dengan kebutuhan sosial
dilihat dari sisi kebaikan umumnya.2
Pengaruh Madzhab Imam Hanafi
Secara umum murid Imam Abu Hanifah, di bagi menjadi dua kelompok besar, yaitu :
kelompok yang tidak selalu mendampinginya dan kelompok yang selalu mendampinginya
(Mulazamah Daimah) sekaligus mengambil ilmu darinya sampai Imam Abu Hanifah meninggal
dunia.
Diantara muridnya yang berjasa ada dua orang yaitu Imam Abu Yusuf dan Muhammad
bin al – Hasan asy – Syaibani. Imam Abu yusuf telah membukukan pendapat – pendapat Imam
Abu Hanifah dalam karya – karya berikut :
a. Kitab al – Atsar, kitab ini berisi mengenai fatwa murid sahabat Nabi (Tabi’in) dari
kalangan akar fiqih daerah Iraq
b. Ikhlifah ibn Abi Laila, kitab ini berisi peebedaan pendangan hukum antara Imam Abu
Hanifah dengan Ibn Abi Laila, kitab ini memenangkan pendapat Imam Abu Hanifah.
c. Ar – Radd ‘ala Siyar al – Auza’i, kita ini berisi pendapat al – Auza’i tentang hubungan
antara kaum muslimin dan non muslim pada saat perang jihad.
2 Ibid, Hlm 180 – 183
d. Kitab al – Kharaj, buku ini berisi sistem keuangan bagi Negara Islam. Imam Abu Yusuf
kadang – kadang berbeda pendapat dengan gurunya Imam Abu Hanifah, dan kadang –
kadang membela pendapat gurunya dengan argumentasi yang mendetail.3
B. PEMIKIRAN HUKUM MADZHAB MALIKI
a) Riwayat Hidup
Iman malik adalah pendiri Madzhab Maliki. Terkenal juga dengan sebutan Imam Dar
Al-Hijrah. Menurut buku ulumul hadist mengatakan “Ia lahir pada tahun 94 H /712 M” tetapi
pendapat mayoritas adalah beliau lahir pada 93 H4, di kota Madinah daerah Hijaz. Dari riwayat
ini, ia adalah keturunan Arab dari dusun Dzu Ashbah, sebuah dusun di ko ta Hamyar.5 Beliau
Wafat setelah 22 hari didera kesakitan hingga tepat pada hari minggu tanggal 10 rabi’ul awal
179 Hijaiyyah 800 Miladiyah beliau wafat.
b) Madzhab Imam Maliki
Sejak kecil beliau telah rajin menghadiri majelis -majelis ilmu pengetahuan, sehingga
sejak kecil itu pula beliau telah hafal al-Qur’an. Pada mulanya beliau belajar dari Ribiah,
seorang ulama’ yang sangat terkenal pada waktu itu. Selain itu, beliau juga mempelajari ilmu
fiqih dari para sahabat.
Imam Malik dikenal mempunyai daya ingat yang sangat kuat. Pernah, beliau
mendengar tiga puluh satu hadits dari Ibn Syihab tanpa menuliskannya. Ketika kepadanya
diminta mengulangi seluruh hadits tersebut, tak satupun dilupakannya.
3 Ibid, Hlm 185 – 186 4 Hukum Islam dan Pranata Sosial (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Dede Rosyada,
1995),hlm.179 5 Ulumul Hadis (Bandung: Cv.Mustika Abadi, M.Agus Solahudin & Agus Suyadi, 2008),hlm.
224-226
Imam Malik adalah seorang ulama’ yang sangat terkemuka, terutama dalam ilmu hadits
an fiqih. Beliau mencapai tingkat yang sangat tinggi dalam kedua cabang ilmu itu . Imam Malik
menulis kitab al-Muwaththa’, yang merupakan kitab hadits dan fiqih. Imam Malik meninggal
dunia pada usia 86 tahun.
Berdasarkan pengetahuan dan pengalamnya, pemikiran hukum islam Imam Malik
cenderung mengutamakan riwayat, yakni mengedepankan hadis dan fatwa sahabat.
Pemikiran Imam Malik tentang Mashlahah Mursalah (kebaikan yang tidak ditegaskan
dalam sumber hukum islam) mengemuka. Secara sis tematis, pola pemikian hukum islam Imam
Malik dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. Al – Qur’an sebagai sumber hukum yang pertama dana berada di atas yang lainnya.
b. Al – Sunnah merupakan sumber hukum kedua setelah Al – Qur’an, karena fungsinya
adalah menjelaskan ayat – ayat Al – Qur’an serta menetapkan hukum tersendiri. Imam
Malik lebih mengutamakan Sunnah Mutawatir, kemudian Sunnah Masyhur. Sedangkan
Sunnah Ahad ditinggalkan jika bertentangan dengan tradisi masyarakat Madinah.
c. Tradisi masyarakat Madinah adalah sejumlah norma adat yang ditaati eluruh
masyarakat kota ini. Oleh karena iitu, tradisi tersebut bisa juga sebagai kesepakatan
(ijma’) masyarakat Madinah.
d. Ijma’ seluruh para pakar hukum islam dan pakar lainnya yang bekaitan dengan masalah
umat. Ijma’ seringkali terjadi ketika masalah – masalah tidak memiliki pijakan dalam
sumber hukum al – qur’an dan sunnah Nabi. Ijma’ juga diperlukan untuk menjelaskan
sumber hukum tersebut.
e. Fatwa sahabat yang dipandang oleh Imam Malik sebagai hadis. Namun, hadis seperti
ini lemah, karena sanadnya terhenti pada sahabat. Oleh karena itu, kalau bertentangan
dengan hadis marfu’ (langsung bersumber dari Nabi), otomatis hadis – hadis tersebut
tertolak.
f. Qiyas, bagi Imam Malik mencakup tiga hal. Pertama, menyampaikan hukum kasus
dengan sumber hukum karena terdapat alasan yang sama (Qiyas Ishthilahi). Kedua
menguatkan hukum yang di kehendaki oleh kebaikan individu atas hukum yang
dimunculkan oleh Qiyas (Istihsan Ishthilahi). Ketiga, kebaikna umumyang tidaj di
tegaskan oleh sumber hukum, namun ia ambil untuk menghindari kesulitan (al –
mashlahah al - mursalah).
g. Al – Mashlahah al – Mursalah menetapkan hukum untuk kasus hukum dengan
mempertimbangkan tujuan Syari’ah yakni memelihara agama, jiwa akal, harta dan
keturunan, yang proses anaisisnya lebih banyak ditentukan oleh nalar pakar hukum
islam sendiri.
h. Istihsan, menurut Imam Malik adalah menetapakn hukum berdasarkan kebaikan umum
(Maslahah) bila ditemukan jawabannya dalam sumber hukum, karena Syariat hanya
hadir demi kemaslahatan
i. Sadd al – Dzari’ah (menutup sarana kerusakan) adalah menutup sarana atau jalan
maksiat atas menimbulkan kerusakan. Imam Malik sering menetapkan hukum dengan
melihat kemungkinan – kemungkinan akibat yang timbul dari sesuatu perbuatan.
Pengaruh Madzhab Imam Malik
Pemikiran hukum Imam Malik dikembangkan kepada generasi selanjutnya melalui dua
jalan, yaitu melalui kitab yang ditulis Imam Malikterutama al – Muwatha’ serta melalui para
muridnya.
Imam Malik tidak pernah meninggalkan Madinah, kecuali untuk menunaikan ibadah
Haj. Pada saat itu, pengunjung Madinah bertemu dengan Imam Malikyang mengadakan
pengajian di Masjid nabi dan tertarik untuk mengikuti pengajiannya.
Imam Malik memiliki murid – murid yang termukadan berperan penting dalam
penyebaran Madzhab Maliki.
a) Abdullah bin Wahib ia belajar kepada Imam Malik selama 20 tahun dan menyebarkan
Madzhab Maliki di Mesir.
b) Abdurrahman bin Qasim ia belajar bersama Imam Malik selam 20 tahun. Ia merupakan
murid yang palaing berjasa dalam membukukan pendapat Imam Malik juga memiliki
beberapa pendapat yang berbeda dengan Imam Malik.
c) Asyhab bin Abdul Aziz al – Qaisi al – Amiri. Ia merupakan murid Imam malik yang
memiliki hubungan pertemanan akrab dengan Imam Syafi’i. Ia telah menyusun kitab
yang dinamakan “Mudawwanah Asyhab” atau “Kutub Asyab”.
d) Asad bin Fuat bin Sinan
e) Abdul Malik bin al – Majisun.
f) Imam Syafi’in. Pendiri madzhab Syafi’i.
top related