uji ketahanan beberapa varietas padi(oryza sativa l
Post on 01-Oct-2021
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI(Oryza sativa L.) TERHADAP HAMA KEPIK HITAMParaeucosmetus pallicornis Dallas.
(Hemiptera: Lygaeidae)DI RUMAH KASA
SKRIPSI
OLEH:
CICI KHAIRI GUSNARSIH 130301024
AGROTEKNOLOGI / HPT
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
Universitas Sumatera Utara
UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI(Oryza sativa L.) TERHADAP HAMA KEPIK HITAMParaeucosmetus pallicornis Dallas.
(Hemiptera: Lygaeidae)DI RUMAH KASA
SKRIPSI
OLEH:
CICI KHAIRI GUSNARSIH 130301024
AGROTEKNOLOGI / HPT
Skripsi Sebagai Salah Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara,Medan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
Universitas Sumatera Utara
Judul : Uji ketahanan beberapa varietas padi (Oryza sativa L.) terhadap hama kepik hitam Paraeucosmetus pallicornis Dallas. (Hemiptera: Lygaeidae) di rumah kasa
Nama : Cici Khairi Gusnarsih NIM : 130301024 Program Studi : Agroteknologi
Disetujui Oleh: Ketua Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Dra. Maryani Cyccu Tobing, MS.)(Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr.Ketua Anggota
)
Diketahui Oleh:
(Dr. Ir. Sarifuddin, MP.
Ketua Program Studi )
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Cici Khairi Gusnarsih. 2017. “Resistence Test of Rice (Oryza sativa) Varieties by Paraeucosmetus pallicornis Dallas. Pest at Screen House”. Supervised by Maryani Cyccu Tobing and Mukhtar Iskandar Pinem. Paraeucosmetus pallicornis is new pest on rice cultivatione and this pest can reduce rice production in Indonesia. This research was study to determine resistence of rice plant varieties against Paraeucosmetus pallicornis at screen house. This research had been conducted at screen house of Universitas Sumatera Utara for April-November 2017 using cohort randomized design (CRD) factorial with two factor and four repeated. The first factor is time introduction (W1,W2,W3, dan W4) and the second factor is rice varieties (Ciherang, Inpari 32, Mekongga, dan Mapan P-05). The results showed that all of the varieties of rice plant can be attacted by Paraeucosmetus pallicornis Dallas., all varieties resistance (varieties Ciherang, Mekongga, Inpari 32, and Mapan P-05 toward agains Paraeucosmetus pallicornis Dallas. Key words :Paraeucosmetus pallicornis, rice, plant resistence, varieties
Fv c c
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Cici Khairi Gusnarsih. 2017. ”Uji Ketahanan Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa) Terhadap Hama Kepik Hitam (Paraeucosmetus pallicornisDallas. ) di Rumah Kasa”. Di bawah bimbingan Maryani Cyccu Tobing dan Mukhtar Iskandar Pinem. Paraeucosmetus pallicornis merupakan salah satu hama baru pada pertanaman padi yang dapat menurunkan produksi dan kualitas beras di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan beberapa varietas padi terhadap hama kepik hitam (Paraeucosmetus pallicornis )di rumah kasa. Penelitian dilaksanakan di rumah kasa fakultas petanian Universitas Sumatera Utara pada bulan April-November 2017 menggunakan rancangan acak kelompok factorial dengan dua factor dan empat ulangan. Faktor pertama waktu introduksi hama (W1,W2,W3, dan W4) dan faktor kedua yaitu varietas padi (Ciherang, Inpari 32, Mekongga, dan Mapan P-05). Hasil menunjukkan seluruh varietas dapat terserang oleh Paraeucosmetus pallicornis, terdapat seluruh varietas tahan (Ciherang, Inpari 32, Mekongga, dan Mapan P-05), terhadap serangan Paraeucosmetus pallicornisDallas. Kata Kunci :Paraeucosmetus pallicornis, padi, ketahanan tanaman, varietas
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Penulis (Cici Khairi Gusnarsih) dilahirkan di Pematang Siantar pada
tanggal 17 Agustus 1995, anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan
Khairianto dan Ritayani Sinaga, Spd.
Adapun pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sekolah dasar di
SD Negeri 091510 TanggaBatu tamat pada tahun 2007, sekolah menengah
pertama di SMP Negeri 1 Hatonduhan tamat pada tahun 2010, sekolah menengah
atas di SMA Negeri 4 Pematang Siantar tamat pada tahun 2013 dan tahun yang
sama diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur
SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).
Penulis aktif dalam unit kegiatan mahasiswa kampus Universitas Sumatera
Utara yaitu UKM Himadita Nursery Fakultas Pertanian (2014-2017), serta UKM
Mahasiswa Perlindungan Tanaman (IMAPTAN) Universitas Sumatera Utara. dan
organisasi kampus Universitas Sumatera Utara berupa BKM Al-Mukhlisin
Fakultas Pertanian (2015-2016), Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi
(HIMAGROTEK) Universitas Sumatera Utara. Selama perkuliahan penulis juga
merupakan asisten pada praktikum Pengendalian Hayati (Tahun 2017). Penulis
juga merupakan penerima beasiswa Bidikmisi 2013-2017.
Penulis pernah mengikuti seminar nasional, menjadi panitia seminar
Tambulampot (2013), seminar nasional Explore Durian (2014), seminar nasional
Pemanfaatan Pekarangan Kota Menjadi Pertanian Pintar (2015) yang diadakan di
Universitas Sumatera Utara oleh UKM Himadita Nursery.
Universitas Sumatera Utara
Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT. PP London
Sumatera Indonesia, Tbk. Bah Lias Estate, Simalungun, Sumatera Utara pada
tahun 2016.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini.
Skripsi yang berjudul“Uji Ketahanan Beberapa Varietas Padi (Oryza
sativa L.) Terhadap Hama Kepik Hitam Paraeucosmetus pallicornis Dallas.
(Hemiptera: Lygaeidae)di Rumah Kasa” merupakan salah satu syarat untuk dapat
memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi pembimbingProf. Dr.
Dra. Maryani Cyccu Tobing, MS. Sebagai Ketua dan Ir.
Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr. sebagai Anggota yang telah memberi saran dan
bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, November 2017
Penulis
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRACT .................................................................................................. i
ABSTRAK .................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ............................................................................................. 1 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 3 Kegunaan Penelitian...................................................................................... 3 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Kepik Hitam Paraeucosmetus pallicornis ....................................... 4 Gejala Serangan ............................................................................................ 5 Ketahanan Tanaman ............................................................................... 6 Dekripsi Varietas Padi .......................................................................... 6 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 9 Bahan dan Alat ............................................................................................. 9 Metode Penelitian......................................................................................... 9 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................... 12 Penyediaan Hama Kepik Hitam Paraeucosmetus pallicornis ............ 12 Persiapan Media Tanam .................................................................. 12 Persemaian dan Penanaman ............................................................ 12 Pemeliharaan ................................................................................... 13 Pengaturan Air ................................................................................ 13 Pemupukan ...................................................................................... 13 Introduksi imago Kepik Hitam ke Tanaman Uji ............................. 13 Peubah Amatan ..................................................................................... 14 Diameter Batang Tanaman Padi (mm) ................................................ 14 Jumlah anakan/rumpun ........................................................................ 14 Persentase gabah hampa/malai (%) ............................................................... 15
Universitas Sumatera Utara
Bobot 100 butir gabah ................................................................................... 16 Bobot Kering Tanaman........................................................................ 16 Jumlah Popolasi Akhir Setelah Introduksi .......................................... 16 Intensitas serangan (%) ........................................................................ 16 HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 17 KESIMPULAN Kesimpulan .......................................................................................... 35 Saran .................................................................................................... 35 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman 1 Rataan Intensitas serangan pada setiap Waktu Introduksi (%) 24 2 Rataan Diameter batang tanaman padi berbagai varietas (mm) 27 3 4
Rataan Jumlah anakan padi berbagai varietas pada 5 - 11 mst (batang) Rataan Bobot kering tajuk tanaman padi berbagai varietas (g)
28
30 5 Rataan Bobot 100 bulir tanaman padi berbagai varietas (g) 32 6 Rataan Persentase gabah hampa tanaman padi (g) 33 7 8
Rataan Jumlah populasi akhir P. pallicornis Ketahanan berbagai varietas padi terhadap P. pallicornis
34 36
DAFTAR GAMBAR
Universitas Sumatera Utara
No Teks Halaman 1 Gambar Imago P. Pallicornis 6 a. Imago Jantan P. pallicornis 6 b. Imago Betina P. pallicornis 6 2 Bagian batang dan bulir padi yang terserang P. pallicornis 7 3 Tanaman padi yang terserang jamur P. pallicornis 23 a. Bagian bulir yang menunjukkan gejala 23 b. Bagian daun yang menujukkan gejala 23 4 Histogram persentase rata-rata intensitas serangan yang
disebabkan oleh P. pallicornis (5 mst sampai dengan 11 mst) 25
DAFTAR LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
No Teks Halaman 1 Bagan Penelitian 40 2 Deskripsi Varietas Mekongga 41 3 Deskripsi Varietas Mapan P-05 42 4 Deskripsi Varietas Ciherang 43 5 Deskripsi Varietas Inpari 32 44 6 Diameter Batang Tanaman Padi pada Berbagai Varietas 45 7 Jumlah Anakan Tanaman Padi Berbagai Varietas 46 8 Bobot 100 Bulir Tanaman Padi Berbagai Varietas 47 9 Bobot Kering Tajuk Tanaman Padi pada Berbagai Varietas 48 10 Persentase Gabah Hampa tanaman padi berbagai varietas 49 11 Jumlah populasi akhir P. pallicornis setelah introduksi 50 12 Intensitas SeranganP. pallicornis(%) 51 13 Rataan Berat Kering Tajuk 52 14 Sidik Ragam Berat Kering Tajuk 53 15 Bagan Penelitian 54 16 Jadwal Penelitian 55
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Universitas Sumatera Utara
Padi merupakan salah satu tanaman budidaya yang memiliki peranan
penting disepanjang peradaban manusia. Produksi padi dunia menempati urutan
ketiga dari seluruh jenis tanaman serealia setelah jagung dan gandum. Namun
demikian, padi masih merupakan sumber karbohidrat utama bagi sebagian besar
penduduk dunia (Roy et al., 2011). Berdasarkan data FAO (2001) di negara-
negara di Asia yang memiliki jumlah penduduk yang cukup besar, seperti India,
Indonesia, Bangladesh, Burma, Kamboja, Laos, Filipina, dan Vietnam, padi
merupakan bahan pangan utama. Sekitar 75% kebutuhan kalori tiap hari diperoleh
dari padi dan lebih dari 50% populasi penduduk dunia menjadikan padi sebagai
sumber kalori utama.
Salah satu faktor yang menentukan naik turunnya produksi padi adalah
produktivitas. Perkembangan produksi padi di Provinsi Sumatera Utara tahun
2000-2015 mengalami pertumbuhan dengan rata-rata per tahun
mencapai 0,94%. Pertumbuhan ini didukung oleh peningkatan produksi padi
dengan rata-rata pertumbuhan per tahun 1,48%. Pada tahun 2015 Angka Tetap
(ATAP) produksi padi 4.044.829 ton gabah kering giling naik 413.790 ton
dibanding ATAP tahun 2014 (BPS, 2015).
Untuk meningkatkan produksi padi adalah memperbaiki kultur teknik
budidaya padi sawah dan menanam padi hibrida atau varietas unggul bersertifikat.
Varietas unggul berperan penting dalam program peningkatan produksi padi.
Selain memiliki hasil lebih tinggi 5–8 ton/ha, berumur pendek, 110–135 hari,
dengan umur yang lebih pendek, petani dapat meningkatkan intensitas penanaman
dari satu menjadi dua kali padi atau lebih pertahun. Varietas unggul memiliki
keunggulan seperti tahan terhadap hama, penyakit tertentu, rasa nasi dan respon
Universitas Sumatera Utara
terhadap pupuk. Dibandingkan dengan benih padi varietas unggul murni (inbrida),
benih padi varietas hibrida berbeda dari segi konstruksi genetiknya, harga benih,
dan status biji turunan (F2) bila akan dijadikan benih lagi. Potensi hasil yang lebih
tinggi pada umumnya menjadi alasan utama untuk menanam benih hibrida.
Dibandingkan dengan varietas inbrida, kenaikan produksi padi varietas hibrida
yang sering dilaporkan adalah 15-20%. Namun potensi hasil padi hibrida yang
tinggi tersebut masih harus dibuktikan di lahan petani dengan teknologi budidaya
yang sesuai dengan kemampuan petani (Sumarno et al., 2008).
Berbagai kendala ditemukan oleh petani dalam meningkatkan produksi
padi, salah satu diantaranya adalah hama yang dapat menyebabkan rendahnya
produktivitas padi per hektar, bahkan dapat menyebabkan gagal panen atau puso.
Rata-rata kehilangan hasil tanaman padi karena hama sekitar 20 - 25% setiap
tahun (Untung, 2010).
Berbagai jenis hama menyerang tanaman padi yang dapat mempengaruhi
produksi padi. Beberapa hama-hama penting pada tanaman padi yaitu Penggerek
batangpadiScirpophaga interculas (Walker.), wereng coklat (Nilaparvata
lugensStal.), wereng hijau (Nephotettix virescens Distans.), kepinding
tanah(Scotinophara coarctata Fabricus.), tikus (Rattus argentiventer), dan keong
mas (Pomacea canaliculata Lamarck.) (IRRI, 2005).
Diantara beberapa hama padi terdapat hama baru yang ditemukan yaitu
kepik hitam Paraeucosmetus pallicornis (Dallas.) (Hemiptera: Lygaeidae), yang
biasanya merupakan hama pada tanaman kacang-kacangan tetapi saat ini telah
menyebar luas menjadi hama baru pada tanaman padi khususnya pada padi irigasi
(Manalo et al., 2014). Menurut Risnandi (2011) serangan yang ditimbulkan oleh
Universitas Sumatera Utara
hama P. pallicornis ialah dengan menghisap bulir padi mengakibatkan padi
menjadi hampa, jika masih ada yang dipanen tidak laku terjual karena beras
setelah digiling berwarna hitam dan terasa pahit. Kepik hitam dianggap sebagai
hama baru dan masalah baru pada tanaman padi yang banyak tersebar di Sulawesi
Tenggara. Hal ini menyebabkan butir beras cenderung pahit dalam rasa, rawan
rusak dan tidak enak untuk dikonsumsi manusia (Rahayu et al., 2015).
Hama kepik hitam P. pallicornis pada pertanaman padi menyerang pada
fase vegetatif dan generatif tanaman serta perkembangan P. pallicornis
berlangsung mengikuti fase pertumbuhan tanaman padi. Akhir-akhir ini di
beberapa daerah Provinsi seperti Gorontalo, Kalimantan Timur, bahkan di
Kabupaten Manggarai (NTT) dilaporkan adanya serangan hama barukepik
penghisap bulir padi yaitu pada pertanaman padi fase generatif ditemukan
populasi P.pallicornis cukup tinggi. Luas hamparan sekitar 5 ha, populasi 2 – 20
ekor per rumpun dengan tingkat serangan 50% (Rauf et al., 2010).
Berdasarkan informasi dari Balai Karantina Pertanian Provinsi Sumatera
Utara yang terdapat di Kualanamu bahwa di daerah Kabupaten Langkat dan
sekitarnya terdapat hama baru yaitu kepik hitam yang menyerang batang tanaman
padi serta bulirnya. Akibat dari serangan hama tersebut yaitu bulir padi tampak
berwarna coklat kehitaman dan terasa hampa pada bulir padi sehingga dapat
menurunkan produktivitas padi. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan menguji ketahanan beberapa varietas padi terhadap hama kepik
hitam (Paraeucosmetus pallicornis Dallas.).
Tujuan Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini bertujuan untuk menguji ketahanan beberapa varietas padi
terhadap hama kepik hitam Paraeucosmetus pallicornis Dallas.
(Hemiptera: Lygaeidae) di Rumah Kasa.
Hipotesis Penelitian
Terdapat varietas padi yang tahan terhadap hama kepik hitam
Paraeucosmetus pallicornis (Hemiptera: Lygaeidae).
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
varietas padi yang tahan terhadap hama kepik hitam
Paraeucosmetus pallicornis Dallas. (Hemiptera: Lygaeidae) serta sebagai salah
satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di program studi
Agroekotenologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Kepik HitamParaeucosmetus pallicornis Dallas. (Hemiptera: Lygaeidae)
Menurut Estoy et al (2013) bahwa P. pallicornis (Dallas) meletakkan telur
tunggal di bawah tanah kering yang tipis dan transparan. Telur P. pallicornis
memiliki panjang dengan ukuran yaitu rata-rata 1 mm. Total masa perkembangan
dari telur sampai dewasa berkisar 35-39 hari.Menurut hasil penelitian Rahayu et
al (2015) telurnya berwarna putih susu dan bulat panjang serta mudah dilepas
atau jatuh bila disentuh. Apabila telur akan menetas maka telur berwarna merah
bata.
Nimfa P. pallicornismemiliki penampilan seperti semut dan berwarna
hitam. Tahap nimfa merupakan tahap yang terpanjang, berlangsung selama sekitar
dua kali lipat dari tahapan individu pada pasca embrio (Estoy et al., 2013). Nimfa
instar berwarna merah dan kepala berwarna hitam. Nimfa terdiri dari 5 (lima)
instar. Instar dua sampai limaberwarna hitam kecoklatandan sedikit berwarna
emas pada tubuhnya.Menurut penelitian Patihong (2011) periode nimfa terdiri
atas 5 instar. Nimfa-1 lamanya 4–6 hari (4.61 hari), nimfa-2 lamanya 2–3 hari
(2.6 hari), nimfa-3 lamanya 2–4 hari (2.77 hari), nimfa-4 lamanya 2–5 hari (3.3
hari) dan nimfa 5 lamanya 4–5 hari (4.28 hari). Periode imago berkisar 6–21 hari .
Menurut hasil penelitian Rauf dan Lanya(2009), imago P. pallicornis
aktif pada pagi dan sore hari. Warna dari imago didominasi oleh hitam dan sedikit
emas. Ukuran tubuh imago betina agak lebih besar dari imago jantan. Betina
dewasa jika dilihat dari ventral abdomennya ada tonjolan dan garis putih sedikit
lebih terang daripada imago jantan. Antena terdiri dari empat ruas. Mata majemuk
menonjol, kaki depan agak besar dibandingkan dengan dua pasang kaki belakang.
Universitas Sumatera Utara
Secara umum hama ini bertelur di malam hari. Menurut Balai Karantina Pertanian
Gorontalo (2014), pada siang hari nimfa dan imago bersembunyi pada pangkal
batang. Imago merusak bulir dengan menusukkan stiletnya ke dalam bulir sambil
menghisap cairan gabah dan pangkal batang tanaman padi. Imago jantan
berukuran 7,32 mm dan betina berukuran 7,41 mm (Rahayu et al., 2015).
P. pallicornis menyukai lingkungan yang sejuk sebagai habitatnya,
sebelum pindah ke pertanaman padi kepik hitam akan tinggal di rumput baik itu
dipematang ataupun kebun kebun sebagai inangnya dan akan pindah ke
pertanaman padi pada saat padi memasuki fase generatif. P. pallicornis biasanya
muncul kepermukaan untuk mengisap bulir padi pada pagi dan sore hari. Pada
siang hari lebih cenderung dipangkal batang padi untuk menghindari terik
matahari (Patihong, 2011).
Gambar 1. Imago a. Jantan b. Betina (Sumber Australian Journal of Basic and Applied Sciences,
www.ajbasweb.com)
Universitas Sumatera Utara
Gejala Serangan
Kerusakan yang ditimbulkan oleh P. pallicornis antara lain yaitu beras
menjadi coklat kehitaman, mudah hancur apabila digiling dan setelah dimasak
terasa pahit.Serangga cenderung mengisap bulir-bulir padi pada pagi hari,
sebagian pada daun maupun batang. Serangga dapat ditemukan pada tanaman
muda sampai dengan menjelang panen. Pada sore hari serangga sangat aktif
bergerak di bagian tanaman dan di bagian tanah, sebagian lagi cenderung
bersembunyi di rekahan tanah. Pada setiap rumpun dapat ditemukan 10–20 ekor
serangga dengan berbagai stadia. Kepik hitam menyerang pada stadia vegetatif
dan generatif (Balai Karantina Pertanian Gorontalo, 2013).
Gambar 2. Serangan P. pallicornis pada batang dan bulir padi (Sumber : Balai Karantina Pertanian Gorontalo)
Hasil penelitian Salaki dan Senewe (2012) di lapangan menunjukkan
bahwa serangga hama P. pallicornis baik stadia nimfa maupun imago aktif di
permukaan tanaman pada malai padi dan ujung-ujung daun. Aktifitas dari
Universitas Sumatera Utara
serangga ini pada siang hari nimfa dan imago turun ke bagian bawah tanaman
untuk berlindung dan beristirahat di antara daun dan tanaman padi. P. pallicornis
merusak isi bulir tanaman padi sehingga menyebabkan biji menjadi ramping.
Hama ini mulai berada di pertanaman saat padi berada dalam fase bunting sampai
saat panen. Gejala serangan P. pallicornis yaitu terdapatnya bintik hitam bekas
tusukanstilet dan terjadinya perubahan warna bulirmenjadi coklat kehitaman
(Kaparang et al., 2011).
Intensitas kerusakan pada umumnya mengikuti keadaan populasi
organisme penyebab kerusakan. Makin tinggi populasi organisme pengganggu
tanaman maka semakin besar kerusakan yang ditimbulkannya. Beberapa jenis
serangga dapat menyebabkan kerusakan yang sangat serius walaupun populasinya
di alam sedikit. Tingginya kerusakan tanaman oleh organisme pengganggu
tanaman dapat dipengaruhi oleh populasi dan kemampuan merusak dari
organisme tersebut. Serangga vektor penyakit seperti hama wereng kerusakan
akibat tusukan alat mulutnya terhadap bagian tanaman tidak berarti dibandingkan
jenis virus yang ditularkan yang dapat mengakibatkan puso (Rondonuwu, 2007).
Bagian tanaman padi yang diserang juga berpengaruh terhadap populasi
serangga hama tersebut. Sehingga dengan tingginya tingkat populasi hama maka
akan meningkat pula tingkat serangan pada tanaman padi oleh serangga hama
tersebut. Gejala serangan hama kepik terlihat pada daun tanaman padi menjadi
berwarna jingga kekuningan dan tanaman menjadi kering. Serangan hama terlihat
pada bulir padi yang berubah menjadi berwarna coklat kehitaman pada bekas
hisapan dan bulir yang terserang menjadi hampa (Anggraini et al., 2014).
Universitas Sumatera Utara
Ketahanan Tanaman
Ketahanan tanaman memiliki berbagai bentuk. Suatu tanaman mungkin
saja tahan terhadap infeksi dari sesuatu penyakit atau patogen. Sebaliknya, ada
kemungkinan pula bahwa tanaman yang tahan itu dapat mengalami atau kena
infeksi, tetapi tanaman tersebut dapat mengatasi aktivitas dari patogennya,
sehingga patogen itu tidak dapat membiak atau berkembang dengan bebas
padanya, dan tidak dapat menyebabkan kerusakan yang berat atau yang
menyebabkan kerugian yang berarti, hingga pertanaman dalam keseluruhannya
menjadi bebas dari penyakit (Djafaruddin, 2008).
Kerusakan tanaman oleh hama dapat mencapai lebih dari 50%, tetapi
belum pernah ada dalam sejarah bahwa suatu spesies tanaman musnah dari alam,
semata mata disebabkan oleh hama. Hal ini menggambarkan bahwa secara
alamiah tanaman mempunyai sistem perlindungan terhadap hama sehingga
menjadi tahan. Suatu varietas disebut tahan apabila memiliki sifat-sifat yang
memungkinkan tanaman itu menghindar, atau pulih kembali dari serangan hama
ada keadaan yang akan mengakibatkan kerusakan pada varietas lain yang tidak
tahan, memiliki sifat-sifat genetik yang dapat mengurangi tingkat kerusakan yang
disebabkan oleh serangan hama memiliki sekumpulan sifat yang dapat
diwariskan, yang dapat mengurangi kemungkinan hama untuk menggunakan
tanaman tersebut sebagai inang mampu menghasilkan produk yang lebih banyak
dan lebih baik dibandingkan dengan varietas lain pada tingkat populasi hama yang
sama (Ma’rufah, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Resistensi tanaman terhadap hama/penyakit adalah sekelompok faktor
yang pada hakekatnya telah terkandung dalam tanaman dan diperoleh secara
alamiah, sedang sifatnya adalah menolak, mencegah atau mentolerir serangan
hama/penyakit. Faktor yang mengendalikan sifat resistensi, sampai saat ini belum
diketahui dengan pasti, tetapi diduga adalah faktor fisis, kimiawi, anatomis,
fisiologis dan genetis (Sodiq, 2009).
Ketahanan padi terhadap hama tergantung stadia dan populasi hama yang
menyerangnya. Demikian juga dengan populasi yang sama ketahanan padi saat
pesemaian, anakan maksimum, premordia, berbunga, pengisian bulir, dan
pematangan sangat berbeda. Ketahanan padi terhadap hama yang diterakan dalam
deskripsi varietas adalah ketahan relatif dan bukan absolut. Ketahan yang
dimaksud adalah ketahanan relatif (tidak permanen) bila populasi hama atau
jumlah hama berada pada ambang kerusakan maupun ambang ekonomi.
Ketahanan dapat bervariasi antara dua kutub ekstrim imun dan sangat rentan.
Tanaman imun tidak akan menjadi tanaman inang bagi pemakan tumbuhan
(herbivora) dan biasanya berada di laur kisaran tanaman inang untuk serangga.
Sehubungan dengan tanaman tahan mungkin diklasifikasikan sebagai ketahanan
genetik yang sifat ketahanannya dikendalikan terutama oleh faktor genetik dan
ketahanan lingkungan yang sifat ketahanannya dikendalikan terutama oleh
lingkungan (Sinar Tani, 2014).
Perbedaan ketahanan tanaman terhadap serangga tertentu banyak sekali
disebabkan oleh faktor kimia yang terdapat pada tanaman, baik secara kualitatif
maupun secara kuantitatif. Faktor biokimia ini dalam dua golongan, yaitu yang
menghambat proses fisiologi dan kurangnya salah satu unsur pakan yang
Universitas Sumatera Utara
diperlukan oleh serangga pada tanaman. Penghambat fisiologi antara lain adalah
alkaloida beracun yang banyak pada tumbuhan. Unsur pakan (gizi) berpengaruh
terhadap kehidupan serangga. Bagi serangga, karbohidrat (sukrose, fuktose)
merupakan sumber energi terbesar guna keperluan sistem reproduksi dan lama
hidup (Sodiq, 2009).
Berdasarkan efek yang dapat dilihat, mengelompokkan sistem ketahanan
tanaman terhadap serangga herbivora menjadi tiga, yaitu antixenosis, antibiosis,
dan toleran. Antixenosis merupakan proses penolakan tanaman terhadap serangga
ketika proses pemilihan inang karena terhalang oleh adanya struktur morfologi
tanaman seperti trikoma pada batang, daun, dan kulit yang tebal dan keras yang
bertindak sebagai barier mekanis bagi serangga hama (Suharsono, 2006).
Kerusakan tanaman oleh hama dapat mencapai lebih dari 50%, tetapi
belum pernah ada dalam sejarah bahwa suatu spesies tanaman musnah dari alam,
disebabkan oleh hama. Hal ini menggambarkan bahwa secara alamiah tanaman
mempunyai sistem perlindungan terhadap hama sehingga menjadi tahan. Suatu
varietas disebut tahan apabila : (1) Memiliki sifat-sifat yang memungkinkan
tanaman itu menghindar, atau pulih kembali dari serangan hama pada keadaan
yang akan mengakibatkan kerusakan pada varietas lain yang tidak tahan, (2)
Memiliki sifat-sifat genetik yang dapat mengurangi tingkat kerusakan yang
disebabkan oleh serangan hama, (3) Memiliki sekumpulan sifat yang dapat
diwariskan, yang dapat mengurangi kemungkinan hama untuk menggunakan
tanaman tersebut sebagai inang, atau (4) Mampu menghasilkan produk yang lebih
banyak dan lebih baik dibandingkan dengan varietas lain pada tingkat populasi
hama yang sama (Muhuria, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Salah satu upaya dalam peningkatan ketahanan tanaman adalah varietas
yang digunakan dalam budidaya. Varietas dengan tingkat ketahanan yang lebih
tinggi terhadap serangga hama telah berevolusi terhadap beberapa tanaman.
Strategi untuk memproduksi varietas resisten terhadap serangga adalah dengan
mengidentifikasi sumber gen resistansi untuk hama tertentu dan
menggabungkannya menjadi varietas tanaman yang lebih baik melalui silsilah /
penyulingan silang balik. Varietas tanaman tahan membantu untuk mencapai
peningkatan besar dalam produksi tanaman yang menghasilkan di banyak belahan
dunia. Varietas seperti itu telah memainkan peran penting dalam 'revolusi hijau' di
Asia Selatan dan Tenggara. Namun, strategi tersebut tidak membantu
menstabilkan hasil panen, karena varietas dibentuk untuk ketahanan suatu hama.
Ketahanan tanaman berhubungan dengan ekspresi toleransi ditentukan oleh
genetik yang melekat untuk kemampuan tanaman
(Sadasivam dan Thayumanavan, 2003).
Varietas Padi (Oryza sativa L.)
Varietas Ciherang merupakan salah satu varietas padi sawah yang berasal
dari persilangan IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1-3//4*IR64 dan
mempunyai bentuk gabah panjang ramping, warna gabah kuning bersih dan
memiliki tekstur nasi pulen dengan kadar amilosa 23% dan kadar glikemik 54%.
Tekstur nasi pulen dan rata-rata hasil 6 ton/ha. Varietas Ciherang tahan terhadap
wereng batang coklat biotipe 2 dan 3 serta tahan terhadap bakteri hawar daun
(HDB) strain III dan IV (Suprihatno et al., 2009).
Varietas Mekongga merupakan salah satu varietas padi sawah yang
berasal dari persilangan S4663-5D-KN-5-3-3-A2790/2* dan mempunyai bentuk
Universitas Sumatera Utara
gabah panjang ramping, warna gabah kuning bersih dan memiliki tekstur nasi
pulen dengan kadar amilosa 23% dan kadar glikemik 88%. Tekstur nasi pulen dan
rata-rata hasil 6 ton/ha. Varietas Mekongga agak tahan terhadap wereng batang
coklat biotipe 2 dan 3 serta agak tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri
(HDB) strain IV (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2017).
Varietas Inpari 32 merupakan salah satu varietas padi sawah yang berasal
dari persilangan BP10620F-BB4-14-BB8/IRBB*IR64 dan mempunyai bentuk
gabah panjang ramping, warna gabah kuning bersih dan memiliki tekstur nasi
pulen dengan kadar amilosa 23,46%. Tekstur nasi pulen dan rata-rata hasil 6,30
ton/ha. Varietas Inpari 32 agak tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1, 2
dan 3 serta tahan terhadap bakteri hawar daun (HDB) strain III, tahan blas ras 073,
dan agak tahan tungro ras lanrang (Wahab et al., 2017).
Varietas Mapan P-05 merupakan salah satu varietas padi hibrida yang
berasal dari persilangan antar CMS Jinzao A dengan Restorer Minghui 63 dan
mempunyai bentuk gabah ramping, warna gabah kuning bersih dan memiliki
tekstur nasi pulen dengan kadar amilosa 23,48%. Tekstur nasi pulen dan rata-rata
hasil 9,52 ton/ha. Varietas Mapan P-05 agak peka terhadap wereng batang coklat
biotipe 1, 2 dan 3 serta agak tahan terhadap tungro dan bakteri hawar daun (HDB)
strain IV dan VIII (Kementerian Pertanian, 2006).
Universitas Sumatera Utara
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di Rumah Kasa Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan (25 meter dpl) mulai bulan Juli sampai dengan November
2017.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah kepik hitam P.pallicornis sebagai objek
penelitian,benih padi varietas Ciherang, Inpari 32, Mekongga, dan Mapan P-05,
Pupuk dasar yaitu Urea, KCL dan SP36 sesuai dengan dosis anjuran, tanah sawah
yang di campur dengan bahan organik sebagai media tanam dan fungisida untuk
mencegah penyakit busuk daun (blast) pada persemaian dan penanaman.
Alat yang digunakan adalah cangkul, ember 18 liter, toples/wadah
perbanyakan hama, sungkup bulat terbuat dari kasa dan kerangka bambu
berukuran 30 x 30 x 150 cm, timbangan analitik, mistar, jangka sorong, sabit
bergerigi, plastik, karet gelang, kayu label, ajir bambu, botol film atau pial, pinset,
kuas, kamera dan alat-alat tulis.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial
dengan dua faktor yaitu dengan waktu introduksi kepik hitam dan varietas padi.
Masing-masing diulang dengan 4 ulangan.
Faktor I : waktu introduksi kepik hitam, terdiri dari :
Universitas Sumatera Utara
W0 : kontrol, tanpa P. pallicornis
W1 : introduksi P. pallicornis saat tanaman padi berumur 4 (mst)
W2 : introduksi P. pallicornis saat tanaman padi berumur 6 (mst)
W3 : introduksi P. pallicornis saat tanaman padi berumur 8 (mst)
W4 : introduksi P. pallicornis saat tanaman padi berumur 10 (mst)
Faktor II : Varietas Padi, yaitu terdiri dari :
V1 :Padi varietas Ciherang (tahan WBC biotipe 2, agak tahan WBC biotipe 3)
V2 :Padi varietas Inpari 32 (tahan WBC biotipe 1,2, agak tahan WBC
biotipe3)
V3 : Padi varietas Mekongga (agak tahan WBC biotipe 2 dan 3)
V4 : Padi varietas Mapan P-05 (agak rentan WBC 1,2 dan 3, agak tahan
tungro)
Masing-masing varietas padi yang akan diuji, ditanam pada ember
volume 18 liter dengan jumlah 1 tanaman per ember dan diulang empat kali,
sehingga didapatkan populasi 80 ember tanaman.
Jumlah ulangan sebanyak 4ulangan ,dua ulangan yang diperoleh dari:
(t-1) (r-1) ≥ 15
15r – 19 ≥ 15
19r ≥ 34
r ≥ 34/19
r ≥ 1,8
Jumlah tanaman seluruhnya : 80 tanaman
Model linier dari rancangan yang digunakan adalah:
Universitas Sumatera Utara
Yij = µ + αi + ∑ij
Dimana:
Yij : Nilai pengamatan pada suatu percobaan yang memproleh
perlakuan taraf ke-i dan taraf ke-j dari ulangan
µ : Nilai tengah umum
αi : pengaruh taraf ke-i dari perlakuan
∑ijk : pengaruh galat suatu percobaan yang memproleh perlakuan taraf
ke-i dan taraf ke-j dari ulangan.
Data hasil penelitian dianálisis secara statistik dengan menggunakan sidik
ragam. Terhadap sidik ragam yang nyata, maka dilanjutkan analisis lanjutan
dengan menggunakan UJGD (Uji Jarak Ganda Duncan) dengan taraf 5% (Stell
dan Torrie, 1993).
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaan Penelitian
Pengisian Media Tanam
Media tanam berupa ember berjumlah 80 ember dengan ukuran 22 liter
yang berisi tanah sawah yang telah dicampur dengan pupuk organik dengan
perbandingan 3 : 1. Tanah dimasukkan ke dalam ember sebanyak 4/5 bagian,
dengan menggunakan cangkul. Selanjutnya diberi pupuk dasar yang terdiri dari
Urea, KCL dan SP36 sesuai dengan dosis anjuran.
Persemaian dan Penananam
Untuk mencegah penyakit busuk daun (blast), sebelum benih ditabur
terlebih dahulu dicampur fungisida yang mengandung bahan aktif Simoksanil 8%
dan Mankozeb 64% dengan dosis 8 g/kg benih. Selanjutnya benih disemai
diwadah persemaian kemudian saat bibit berdaun 2 – 3 atau berumur 10 – 15 hari
bibit dari persemaian dipindahkan ke ember yang telah berisi media tanam. Pada
kondisi ini tanaman baru pindah tanam, dan menjadi dasar penghitungan hari
setelah tanam (hst). Setiap ember diberi air hingga ketinggian 3 cm.
Pemeliharaan
Pengelolaan hama dan penyakit dilakukan secara intensif, dimulai dengan
perlakuan benih. Untuk pengendalian gulma dilakukan sesuai dengan kondisi
pertanaman.
Pengaturan Air
Pengairan diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan saat introduksi
Universitas Sumatera Utara
hama, air diberikan secukupnya sehingga kondisi macak-macak.
Pemupukan
Pemupukan Urea dilakukan 3 kali dengan dosis 2 gr/ember yang diberikan
masing-masing pada 7 hst, 21 hst dan 42 hst. Pemberian SP36 dan KCl sebanyak
3 kali dan dilakukan bersama-sama dengan dosis sesuai anjuran. Urea pada tahap
kedua didasarkan pada BWD sesuai rekomendasi jenis pupuk dan dosis
pemupukan.
Penyediaan Paraeucosmetus pallicornis
P. pallicornis yang digunakan dalam penelitian berasal dari sentra
pertanaman padi di Kabupaten Langkat.P. pallicornis diambil dari lapangan
dengan menggunakan jaring serangga atau penangkapan secara langsung dari
pangkal batang dan bulir padi.Serangga uji diperoleh dengan mengumpulkan
serangga nimfa dari lahan pertanian padi sawah di Kabupaten Langkat Desa
Padang Cermin kemudian dipelihara sampai serangga menjadi imago dengan
memberi pakannya yaitu batang dan bulir padi.
Inokulasi Imago Paraeucosmetus pallicornis ke Tanaman Uji
Imago P. pallicornis diinokulasi dengan cara memasukkan 3 pasang kepik
hitam/ember ke bagian pangkal daun dekat batang sesuai dengan masing-masing
perlakuan. Selanjutnya setiap tanaman disungkup dan pengamatan dilakukan
seminggu sekali setelah introduksi.
Universitas Sumatera Utara
Peubah Amatan
1. Diameter batang tanaman padi
Pengamatan ketebalan batang tanaman padi menggunakan jangka sorong
digital dengan mengukur ketebalan batang tanaman padi tepat dibawah titik
tumbuh daun pertama.
2. Jumlah anakan/rumpun
Jumlah anakan/rumpun dihitung tiap rumpun yang ditetapkan dengan cara
menghitung semua jumlah batang dikurangi dua batang. Penghitungan jumlah
anakan per rumpun dilakukan pada setiap perlakuan.
3. Persentase gabah hampa/malai (%)
Gabah hampa dipisahkan dari gabah yang bernas atau berisi, kemudian
dihitung persentase gabah hampa dengan rumus sebagai berikut :
100%
4. Bobot 100 butir gabah
Sampel gabah bernas diambil secara acak pada setiap kombinasi
perlakuan, selanjutnya dikeringkan menggunakan oven sampai kadar air +13%
dan ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik.
5. Jumlah populasi P. pallicornis setelah introduksi
Populasi dari P. pallicornisdihitung pada setiap kombinasi perlakuan
dengan cara menghitung satu persatu pada setiap tanaman.
6. Bobot Kering Tanaman
Persentase gabah hampa = Jumlah gabah hampa x 100% Jumlah gabah total
Universitas Sumatera Utara
Seluruh tajuk tanaman dikeringkan dalam oven kemudian ditimbang
dengan menggunakan timbangan analitik.
7. Intensitas Serangan (%)
Kerusakan akibat serangan kepik hitam dikategorikan pada kerusakan
mutlak sebagaimana pada serangan WBC. Sehingga, intensitas serangan dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
𝐼𝐼 =Σ𝑖𝑖=0𝑧𝑧 (𝑛𝑛1𝑣𝑣1)𝑍𝑍.𝑁𝑁
× 100%
Keterangan :
I : Intensitas serangan kerusakan tanaman (%)
ni : Banyaknya bagian tanaman dengan contoh skala kerusakan ke -i
vi : Nilai skala kerusakan contoh ke-i
N : Jumlah tanaman atau bagian tanaman yang diamati
Z : Nilai skala kerusakan tertinggi. (Sumber : Deptan, 2007)
Penghitungan intensitas dilakukan seminggu setelah serangga
diinokulasikan pada setiap perlakuan. Nilai skala kerusakan akibat serangan kepik
hitam berpedoman terhadap skala kerusakan yang ditetapkan oleh Deptan (2007)
yaitu sebagai berikut :
0 : tanaman sampel tidak menunjukkan gejala kerusakan
1 : sebagian daun pertama menguning, belum terjadi kelayuan tanaman
3 : sebagian daun pertama dan kedua menguning, daun agak layu
5 : sebagian besar daun menguning, bagian bawah layu, tanaman agak kerdil
atau 10–25% bagian tanaman layu.
Universitas Sumatera Utara
7 : daun mengeriting dan hampir layu semua, tanaman sangat kerdil atau
lebih dari setengah tanaman layu.
9 : layu sempurna, tanaman mati. (Sumber : Deptan, 2007).
Secara kuantitatif, kerusakan akibat serangan hama tanaman padi
dikategorikan dalam : kerusakan ringan (intensitas serangan < 25 %), kerusakan
sedang (intensitas serangan 25 – 50 %), kerusakan berat (intensitas serangan 50 –
90%), dan kategori puso bila kerusakan > 90 % (Deptan, 2007).
Tingkat ketahanan terhadap hama dihitung dengan menggunakan skoring
sebagai berikut :
Intensitas serangan Skala Ketereangan 0 0 sangat tahan
1- 20 1 tahan 21 – 40 2 agak tahan 41 – 60 3 agak peka 61 – 80 4 peka 81 - 100 5 sangat peka
Sumber : International Rice Research Institute (IRRI), 2005.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gejala Serangan Paraeucosmetus pallicornis
Hasil pengamatan terhadap tanaman yang diintroduksi Paraeucosmetus
pallicornismenunjukkan gejala dibagian permukaan daun dan bulir padi. Gejala
yang ditimbulkan oleh hama ini adalah adanya bercak kehitaman akibat tusukan
stilet pada permukaan daun pada fase vegetatif dan bulir berwarna hitam serta
hampa pada fase generatif. Pada berbagai varietas yang diuji persentase tertinggi
dari serangan P. pallicornis adalah varietas Mapan P-05 dengan rataan intensitas
serangan 7,48% dan tingkat terendah yaitu varietas Ciherang dengan rataan
intensitas serangan 2,29%. Padavarietas Ciherang gejala terdapat pada helaian
daun dan bulir tetapi gejalanya tidak terlalu luas, sedangkan pada varietas Mapan
p-05 gejala terdapat pada daun dan juga bulir tetapi gejala serangan yang jelas
terlihat terdapat dibagian bulir padi dan serangannya begitu tampak jelas. Helaian
daun terlihat bintik-bintik kehitaman bekas dari tusukan stilet P. pallicornis dan
bulir berwarna kehitaman serta isi dari bulir menjadi hampa. Salaki dan senewe
(2012) menyatakan bahwa intensitas serangan ditunjukan adanya bercak di bagian
daun dan pangkal batang serta adanya kerusakan bulir yang terdapat pada malai
tanaman padi. Sedangkan gejala serangannya yaitu berupa tusukan stilet berwarna
bintik hitam dan perubahan warna bulir tanaman padi menjadi coklat kehitaman.
Gejala serangan pada tanaman padi dapat dilihat pada Gambar 3.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Tanaman padi yang terserang hamaP. pallicornis(a) bagian bulir yang menunjukkan gejala (b) bagian daun yang menunjukkan gejala
Pengaruh Jenis Varietas terhadap intensitas serangan P. pallicornispada
tanaman padi
Hasil analisis statistik diperoleh bahwa intensitas serangan berpengaruh
nyata terhadap varietas yang diuji. Tabel 1 menunjukkan bahwa pada pengamatan
W1 (4 mst) intensitas serangan tertinggi P. pallicornisterdapat pada perlakuan V4
(varietas Mapan P-05) sebesar 13,49% dan terendah pada perlakuan V1 (varietas
Ciherang) sebesar 1,35%. Pada pengamatan W4 (11 mst) intensitas serangan
tertinggi P. pallicornisterdapat pada perlakuan V4 (varietas Mapan P-05) sebesar
14,50%, V2 (varietas Inpari 32) sebesar 7,91%, V1 (Varietas Ciherang) sebesar
7,62%, dan terendah pada perlakuan V3 (varietas Mekongga) sebesar 7,53%. Hal
ini menunjukkan bahwa jenis varietas yang lebih baik digunakan untuk
mengendalikan P. pallicornisadalah varietas Ciherang. Hal ini sesuai dengan
pernyataanSalaki dan Senewe (2012) bahwa P. pallicornismenyerang bulir
a b
a b
Universitas Sumatera Utara
tanaman padi mulai pengisian susu, matangsusu sampai padi mulai menguning.
Jadi terlihat terjadi kompetisi dalam memperebutkan makanan karena adanya
keinginan untuk mempertahankan kelangsungan hidup.
Intensitas serangan (%)
Tabel 1. Rataan Intensitas serangan pada setiap waktu introduksi
Varietas
Waktu Infestasi 4 MST (W1)
6 MST (W2)
8 MST (W3)
10 MST (W4) Rataan
-----------------------Intensitas serangan (%)------------------
Ciherang (V1) 1.35 cd 1.29 cd 1.22 cd 7.62 ab 2.29 Inpari 32 (V2) 1.50 cd 1.43 cd 2.79 cd 7.91 ab 2.73
Mekongga (V3) 3.61 c 1.10 cd 3.21 cd 3.61 bc 3.09 Mapan P-05 (V4) 13.49 ab 1.41 cd 8.00 ab 14.50 a 7.48
Rataan 4.99 1.31 3.81 9.39 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukkan berbeda nyata pada Uji Duncan taraf 5%.
Dari Tabel 1 di atas dan berdasarkan analisa sidik ragam intensitas
serangan (Lampiran 6), menunjukkan bahwa varietas padi berpengaruh nyata
terhadap intensitas serangan P. pallicornis. Intensitas serangan pada varietas
Mapan P-05 pada perlakuan W1 lebih besar dan berbeda nyata berdasarkan uji
lanjut dibandingkan varietas lainnya sejak pengamatan pertama hingga terakhir
(11 mst). Sedangkan pada perlakuan W2, intensitas serangan tertinggi varietas
Inpari 32 dan tidak berbeda nyata dengan varietas lainnya pada pengamatan W2.
Selanjutnya pada pengamatan W3 dan W4 cenderung intensitas tertinggi adalah
varietas Mapan P-05 dan bebrbeda nyata berdasarkan uji lanjut dibandingkan
varietas lainnya pada pengamatan W3 dan W4 sampai pengatan terakhir yaitu 11
mst. Varietas yang memiliki intensitas serangan terendah pada pengamatan 1
mingguan pada setiap perlakuan waktu introduksi cenderung berubah-ubah.
Namun secara umum, V1 (Ciherang) memiliki tingkat serangan yang relatif lebih
Universitas Sumatera Utara
rendah dibandingkan rataan umum serangan pada varietas lainnya. Namun
demikian, berdasarkan skoring yang ditetapkan oleh Deptan (2007), dari keempat
varietas yang diuji sampai pada pengamatan 11 mst pada setiap perlakuan W
maka keempat varietas dapat dikategorikan pada skala 1 (tahan). Terdapat
perbedaan intensitas serangan pada varietas padi yang diuji, hal ini
mengindikasikan adanya perbedaan ketahanan varietas tersebut terhadap
P. pallicornis. Smith (2005) menyatakan bahwa ketebalan jaringan pembuluh
pada tanaman merupakan bentuk reaksi pertahanan tanaman terhadap gangguan
serangga. Ketebalan dan bentuk dinding sel merupakan struktur fisik yang dapat
menjadi penghalang bagi aktifitas makan serangga.
Dari Tabel 1 berdasarkan sidik ragam intensitas serangan (lampiran 6)
bahwa seluruh tanaman dari berbagai varietas yang diuji terserang hamaP.
pallicornishal ini dapat dilihat dari grafik pengamatan pada minggu intensitas
serangan hama dari W1 (5 mst) sampai dengan W4 (11 mst).Persentase intensitas
serangan hamadilihat di Gambar 3.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
V1 V2 V3 V4
Inte
nsita
s ser
anga
n (%
)
Perlakuan
W0
W1
W2
W3
W4
V1 : Ciherang V2 : Inpari 32 V3 : Mekongga V4 : Mapan P-05
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Histogram persentase intensitas serangan yang disebabkan oleh P. pallicornis (5 mst sampai dengan 11 mst)
Pada Gambar 3 menunjukkan bahwa padaW1 (5 mst) sudah ada intensitas
serangan pada seluruh varietas yang diuji. Pada perlakuan W1 (5 mst) sebesar
1,35% mulai muncul tanaman yang terserang. Pada perlakuan Mapan P-05
sebesar 14,50% yang memiliki intensitas tertinggi kemudian menyusul dengan
perlakuan mekongga, inpari 32, dan ciherang sebesar 7,62% pada W4 (11 mst).
Dari W1-W4 menunjukkan hasil yang berbeda nyata antar varietasnya. Pada 5
mstintensitas serangan tertinggi di perlakuan Mapan P-05 dan Mekongga.
Untung (2010) menyatakan adanya populasi serangga hama di suatu tanaman
akan menimbulkan luka (njury) pada tanaman. Dimana setiap bentuk
penyimpangan fisiologis tanaman sebagai akibat aktivitas serangga hama yang
hidup, berada dan makan pada tanaman tersebut. Luka tanaman dapat
mengakibatkan terjadinya kerusakan. Kerusakan adalah kehilangan hasil yang
dirasakan oleh tanaman (petani) akibat adanya populasi hama atau serangan hama
antara lain dalam bentuk penurunan kuantitas dan kualitas hasil.
Hasil studi Ashari dan Rusastra (2014) menunjukkan bahwa secara teori
dan faktual di beberapa negara lain padi hibrida memiliki potensi hasil lebih tinggi
dari inbrida asalkan memenuhi persyaratan agronomis. Namun demikian,
pengembangan hibrida di luar negara Cina secara umum masih menghadapi
sejumlah kendala di antaranya ketidakstabilitan produksi, kerentanan terhadap
hama penyakit, harga benih yang mahal, kualitas gabah yang rendah, dan rasa nasi
yang belum sesuai dengan keinginan konsumen. Dalam konteks Indonesia, di
mana padi hibrida masih menjadi komoditas yang relatif baru (inovasi), maka
dalam pengembangan memerlukan tahapan-tahapan yang terencana dan proses
Universitas Sumatera Utara
sosialisasi yang matang. Massalisasi padi hibrida melalui program dan hanya
berorientasi pada target realisasi menyebabkan ketidakefektifan baik dari sisi
capaian output maupun anggaran. Kondisi agroekosistem serta karakteristik petani
baik aspek sosial, ekonomi dan budaya menjadi faktor kunci bagi keberhasilan
pengembangan padi hibrida ke depan.
Diameter Batang Tanaman Padi Berbagai Varietas (mm)
Data pengamatan diameter batang diambil dengan menggunakan jangka
sorong digital pada batang tanaman padi. Diameter batang tanaman padi berbagai
tebu varietas dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan diameter batang pada setiap varietas dan waktu introduksi
Varietas
Waktu Infestasi Tanpa
Infestasi (W0)
4 MST (W1)
6 MST (W2)
8 MST (W3)
10 MST (W4) Rataan
-------------------- Diameter Batang (mm)----------
Ciherang (V1) 3.95 f 4.19 ef 4.67 ef 8.48 bc 9.54 a 6.17 Inpari 32 (V2) 3.95 f 4.69 ef 4.12 ef 8.68 abc 7.42 d 5.78
Mekongga (V3) 3.98 f 4.45 ef 4.15 ef 9.06 ab 8.36 bcd 6.00 Mapan P-05 (V4) 4.13 ef 5.02 e 4.84 ef 9.05 ab 9.04 ab 6.42
Rataan 4.00 4.59 4.45 8.82 8.60 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukkan berbeda nyata pada Uji Duncan taraf 5%.
Dari Tabel 2 di atas dan berdasarkan analisa sidik ragam ketebalan diameter
batang tanaman padi (Lampiran 7), menunjukkan bahwa varietas padi
berpengaruh nyata terhadap diameter batang tanaman padi. Diameter batang
tanaman padi pada varietas Mapan P-05 pada W0, W1 dan W2 cenderung lebih
tebal dan berbeda nyata berdasarkan uji lanjut dibandingkan diameter batang
varietas lainnya. Sedangkan pada perlakuan W3, diameter batang tanaman padi
tertinggi pada varietas Mekongga dan tidak berbeda nyata terhadap varietas
Universitas Sumatera Utara
lainnya. Selanjutnya pada pengamatan W4 diamater batang tertinggi pada varietas
ciherang dan berbeda nyata terhadap varietas lainnya. Varietas yang memiliki
ketebalan diameter terendah pada pengamtan 1 mingguan pada setiap perlakuan
cenderung berubah-ubah.
Pada pengamatan yang telah dilakukan diameter batang tanaman dengan
hasil tertinggi pada varietas Mapan P-05 (6,42 mm) dan diameter batang tanaman
terendah pada varietas Inpari 32 (5,78 mm). Besarnya diameter batang tentu
dipengaruhi oleh pertumbuhan setiap varietas yang berbeda dikarenakan pada
pembentukan pertumbuhan batang, dimana setiap varietas memiliki daya
konsumsi hara yang berbeda. Kerusakan langsung terjadi yang diakibatkan oleh
organisme pengganggu tanaman dapat mengakibatkan kerusakan pada batang,
daun, bunga, biji, dan cabang yang akhirnya membuat jaringan pada bagian
tanaman sulit untuk mengalami pertumbuhan kemudian tanaman layu (Kavitha
dan Reddy, 2012).
Jumlah Anakan Tanaman Padi Berbagai Varietas pada 5 - 11 MST (batang)
Hasil pengamatan jumlah anakan tanaman padi yang diuji pada 5-11 mst
dilakukan dengan cara menghitung anakan keseluruhan dikurangi 2 anakan yang
sebagai anakan utama. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa jumlah anakan
berpengaruh nyata. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Rataan jumlah anakan pada setiap varietas dan waktu introduksi
Varietas
Waktu Infestasi Tanpa
Infestasi (W0)
4 MST (W1)
6 MST (W2)
8 MST (W3)
10 MST (W4) Rataan
---------------------- Jumlah Anakan (Batang)---------
Ciherang (V1) 10.50 g 7.50 i 12.75 ef 14.75 bc 15.75 a 12.25 Inpari 32 (V2) 9.00 h 6.50 j 9.25 h 12.25 f 13.50 de 10.10
Mekongga (V3) 10.75 g 7.75 i 15.25 ab 14.50 bc 15.00 abc 12.65 Mapan P-05 (V4) 9.50 h 9.50 h 13.00 ef 13.50 de 14.25 cd 11.95
Rataan 9.94 7.81 12.56 13.75 14.63 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukkan berbeda nyata pada Uji Duncan taraf 5%. Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah anakan pada berbagai verietas padi
dengan jumlah anakan tertinggi yaitu varietas Mekongga (12,65 batang) berbeda
nyata dengan varietas Inpari 32 (10,10 batang). Perbedaan pada jumlah anakan
tanaman padi dipengaruhi oleh jenis varietas serta morfologi dari varietas padi
tersebut. Pada varietas Mekongga, dalam deskripsi varietas berdasarkan Balai
Besar Tanaman Padi (2010) menyatakan bahwa jumlah anakan varietas ini
tergolong sedang(13-16 batang) (Lampiran 2). Banyaknya jumlah anakan padi
tentu berpengaruh pada produksi padi. Pengelolaan tanaman yang dapat
mengontrol munculnya anakan tanaman padi dapat meningkatkan jumlah biji
secara nyata, yang dapat memacu pembentukan gabah isi tiap malai (Lafarge et
al., 2004). Varietas Mekongga memiliki rumpun yang banyak walaupun
produksinya belum termasuk kategori produksi tertinggi dalam penelitian ini.
Jumlah anakan terendah didapatkan pada varietas Inpari 32 (10,10 batang)
Pada perlakuan ini persentase serangan hamahanya sebesar 5,38%. Intensitas
serangan hama pada varietas mekongga lebih rendah dari perlakuan varietas
Universitas Sumatera Utara
Mapan P-05. Kemungkinan hal ini dikarenakan sifat genetis dari ketahanan
varietas pada tanaman tersebut.
Bobot Kering Tajuk Tanaman Padi Berbagai Varietas (g)
Cara pengambilan tajuk tanaman adalah dengan memotong pangkal batang
tanaman padi agar terpisah dari akar dengan menggunakan alat pemotong berupa
pisau agar tajuk dapat terpisah dari akar. Tajuk tanaman dikeringkan di dalam
oven kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitik yang bermerk Kenko.
Bobot kering tajuk tanaman tiap varietas dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan bobot kering tajuk pada setiap varietas dan waktu introduksi
Varietas
Waktu Infestasi Tanpa
Infestasi (W0)
4 MST (W1)
6 MST (W2)
8 MST (W3)
10 MST (W4) Rataan
--------------------- Bobot Kering Tajuk(g)---------
Ciherang (V1) 104.65a 70.96 i 80.45 h 70.15 ij 67.03 l 78.65 Inpari 32 (V2) 86.95 fg 69.80 j 91.25 e 60.62 n 64.22 m 74.57 Mekongga (V3) 57.70 o 67.97 k 80.97 gh 66.32 l 53.66 v 65.33 Mapan P-05 (V4) 101.22c 94.30 d 102.95 b 81.87 g 64.40 m 88.95
Rataan 87.63 75.76 88.91 69.74 62.33 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukkan berbeda nyata pada Uji Duncan taraf 5%. Dari Tabel 4 di atas dan berdasarkan analisa sidik ragam bobot kering
tanaman padi intensitas serangan (Lampiran 9), menunjukkan bahwa varietas padi
berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman padi. Bobot kering tajuk
tanaman padi pada varietas ciherang tertinggi terdapat di perlakuan W0 dan
berbeda nyata terhadap bobot kering tajuk pada varietas lainnya. Selanjutnya
Mapan P-05 pada W1, W2 dan W3 cenderung lebih berat dan berbeda nyata
berdasarkan uji lanjut dibandingkan bobot kering tajuk varietas lainnya.
Sedangkan pada perlakuan W4, bobot kering tajuk tanaman padi tertinggi pada
varietas Ciherang dan berbeda nyata terhadap varietas lainnya. Varietas yang
Universitas Sumatera Utara
memiliki bobot kering tajuk tertinggi pada setiap mingguan perlakuan cenderung
berubah-ubah.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa bobot kering tajuk pada berbagai
varietas tanaman padi tertinggi pada varietas Mapan P-05 (88,95g) dan berbeda
nyata dengan varietas Mekongga (65,33 g). Pada varietas memiliki rata-rata bobot
berat kering yang lebih berat dikarenakan pada varietas Mapan P-05 memiliki
daun yang banyak serta ketinggian tanaman varietas ini lebih tinggi dibandingkan
dengan varietas lain, dikarenakan ketinggian tanaman mempengaruhi bobot dari
tajuk tanaman. Sedangkan pada varietas Mekongga, tinggi tanamannya masih
dibawah tinggi tanaman varietas lainnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Yulianingtyas et al. (2015) dan Siregar (2010) bobot kering total tanaman
dan bobot segar total tanaman saling mempengaruhi. Semakin besar bobot segar
total tanaman, maka nilai bobot kering total tanaman juga semakin besar serta
ukuran benih memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat kering tanaman.
Bobot 100 bulir Tanaman Padi Berbagai Varietas (g)
Pengambilan data bobot 100 bulir dengan cara bulir yang sudah dipanen
dikering ovenkan selama 24 jam dalam suhu 105 o
Tabel 5. Rataan bobot 100 bulir pada setiap varietas dan waktu introduksi
c. setelah di oven, ditimbang
dengan timbangan analitik yang bermerk Kenko. Bobot 100 bulir tanaman padi
berbagai varietas dapat dilihat pada Tabel 5.
Varietas
Waktu Infestasi Tanpa
Infestasi (W0)
4 MST (W1)
6 MST (W2)
8 MST (W3)
10 MST (W4) Rataan
-----------------------Bobot 100 bulir (g)-------------
Ciherang (V1) 1.87 f 2.10 ef 2.00 ef 2.05 bc 2.02 a 2.01 Inpari 32 (V2) 2.12 f 2.22 ef 2.22 ef 2.12 abc 1.92 d 2.12 Mekongga (V3) 1.80 cd 2.22 ef 1.77 ef 2.17 ab 1.85 ab 1.97
Universitas Sumatera Utara
Mapan P-05 (V4) 1.77 ef 1.37 e 0.67 ef 2.20 ab 1.12 ab 1.43 Rataan 1.89 1.98 1.67 2.14 1.73
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada Uji Duncan taraf 5%.
Tabel 5 menunjukkan bahwa bobot 100 bulir berbagai varietas tanaman
padi dengan bobot tertinggi pada varietas Inpari 32 yang berbedanyata dengan
varietas Mapan P-05. Sesuai dengan deskripsi varietas bobot padi Inpari 32
memiliki bobot yang tergolong sedang dikarenakan varietas ini merupakan
VUB(varietas unggul baru), dari deskripsi ini maka bobot 100 bulir berpengaruh
nyata dengan introduksi P. pallicornis.Wahyuni et al., (2010) menyatakanhasil
dari pertanaman padi (gabah) dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu genetik,
kondisi abiotik dan biotik. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa hasil gabah
(GKP) sangat dipengaruhi oleh kesesuaian varietas yang ditanam, keberadaan dan
keparahan serangan hama penyakit dan kondisi lingkungan tumbuh (ketersediaan
air, pemupukan yang sesuai, kerebahan tanaman karena angin)(Wahyuni et
al.,2010).
Bobot terendah didapat pada varietas Mapan P-05 (1,43 g) yang berbeda
nyata dengan varietas Inpari 32 (2,12 g), Ciherang (2,01 g), dan varietas
Mekongga (1,97 g). Terjadi pergeseran bobot berat yaitu pada deskripsi varietas
Mapan P-05 (3,7). Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan faktor genetik yang yang
mempengaruhi hasil gabah mencakup sifat fisiologik, morfologi tanaman,
danketahanan terhadap hama penyakit. Setiap karakter fisiologik tanaman dapat
mempengaruhi hasil dalam berbagai cara seperti efisiensi fisiologis tanaman
dalamsistem produksi, termasuk tingkat kegagalan dan sterilitas gabah. Hasil
gabah dipengaruhi oleh potensi genetik dari suatu varietas (Singh et al., 2013).
Universitas Sumatera Utara
Gabah Hampa Tanaman Padi Berbagai Varietas (%)
Persentase gabah hampa dihitung dengan cara memisahkan gabah hampa
dari gabah yang bernas/berisi, kemudian dihitung dengan menggunakan rumus.
Persentase gabah hampa tanaman padi dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan persentase gabah hampa pada setiap varietas dan waktu introduksi
Varietas
Waktu Infestasi Tanpa
Infestasi (W0)
4 MST (W1)
6 MST (W2)
8 MST (W3)
10 MST (W4) Rataan
--------------Rataan Persentase gabah hampa (%)---------
Ciherang (V1) 27.19 i 21.71 k 15.10 m 27.43 i 21.27 k 22.54 Inpari 32 (V2) 20.65 k 24.78 j 40.38 f 32.84 h 42.28 e 32.19 Mekongga (V3) 24.98 j 27.99 i 18.56 l 37.08 g 25.69 j 26.87 Mapan P-05 (V4) 52.42 c 54.75 b 72.06 a 44.89 d 45.12 d 53.86
Rataan 31.31 32.31 36.53 35.56 33.60 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukkan berbeda nyata pada Uji Duncan taraf 5%.
Dari Tabel 6 di atas dan berdasarkan analisa sidik ragam persentase gabah
hampa tanaman padi (Lampiran 10), menunjukkan bahwa varietas padi
berpengaruh nyata terhadap persentase gabah hampa. Persentase gabah hampa
padi pada varietas mapan p-05 tertinggi terdapat pada perlakuan W0 dan berbeda
nyata terhadap varietas lainnya. Selanjutnya pada pengamatan W1 sampai dengan
W4 rataan persentase gabah hampa cenderung tertinggi terdapat pada varietas
Mapan P-05. Pada Pengamatan rataan mingguan persentase gabah hampa tertinggi
pada pengamatan introduksi W4 dan rataan persentase gabah hampa berdasarkan
perlakuan terdapat pada perlakuan W0 (tanpa introduksi).
Universitas Sumatera Utara
Pada hasil pengamatan menunjukkan bahwa persentase gabah tanaman
padi dengan persentase tertinggi didapat pada varietas mapan p-05 (53,86%) dan
berbeda nyata dengan varietas ciherang (22,54%). Dari hasil penelitian P.
pallicornis lebih nenyukai varietas Mapan P-05. Varietas ini merupakan varietas
hibridayang memiliki deskripsi bobot bulir 100 gram yaitu 3,7 gram. Dari
deskripsi tersebut maka bobot 100 bulir berpengaruh nyata terhadap introduksi
hama dan berbeda nyata terhadap varietas. Hal ini sesuai dengan literatur Salaki
dan Senewe (2012) yang menyatakan bahwa serangga Paraeucosmetus sp.
merupakan salah satu hama tanaman padi yang merusak isi bulir tanaman padi
sampai matang. Populasi dan tingkat serangan hama ini telah tersebar di beberapa
lokasi sentra produksi tanaman padi.
Populasi P. pallicornis setelah introduksi (ekor)
Jumlah populasi akhir P. pallicornisdihitung pada saat pemanenan bulir dan
tajuk tanaman dengan menghitung populasi setiap perlakuan. Jumlah populasi
akhir P. pallicornis dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan populasi akhir pada setiap varietas dan waktu introduksi
Varietas
Waktu Infestasi 4 MST (W1)
6 MST (W2)
8 MST (W3)
10 MST (W4) Rataan
----------------------------(ekor)-------------------------
Ciherang (V1) 16.00 c 11.50 f 11.50 f 6.75 g 9.15 Inpari 32 (V2) 12.50 ef 12.50 ef 14.50 d 12.00 f 10.3 Mekongga (V3) 16.00 c 13.25 e 14.75 d 16.50 c 12.1 Mapan P-05 (V4) 20.00 b 21.00 b 21.00 b 23.50 a 17.1
Rataan 16.125 14.5625 15.4375 14.6875 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukkan berbeda nyata pada Uji Duncan taraf 5%. Dari Tabel 7 di atas dan berdasarkan analisa sidik ragam populasi akhir P.
pallicornis (Lampiran 12), menunjukkan bahwa varietas padi berpengaruh nyata
Universitas Sumatera Utara
terhadap populasi akhir P. pallicornis. Populasi akhir P. pallicornis pada varietas
Mapan P-05 tertinggi terdapat pada perlakuan W1 dan berbeda nyata terhadap
varietas lainnya. Selanjutnya pada pengamatan W1 sampai dengan pengamatan
W4 populasi akhir P. pallicornis cenderung tertinggi terdapat pada varietas
Mapan P-05 dan berbeda nyata terhadap varietas lainnya. Populasi akhir P.
pallicornisterendah pada setiap rataan perlakuan varietas terdapat pada varietas
ciherang dan populasi akhir P. pallicornisterendah pada rataan perlakuan W
terdapat pada W2 (6 MST).
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa populasitertinggi terdapat pada
varietas Mapan P-05 (17,10 ekor) dan berbeda nyata dengan varietas Ciherang
(9,15 ekor) dan Inpari 32 (10,130 ekor). Perbedaan jumlah populasi P. pallicornis
dipengaruhi oleh perkembangbiakan hama pada tiap varietas. persentase gabah
hampa dipengaruhi oleh banyak hal. Diantaranya perbedaan salah satunya ialah
daya tarik hama terhadap varietas. Dari hasil penelitian P. pallicornis lebih
nenyukai varietas Mapan P-05. Perbedaan jumlah populasi dipengaruhi oleh
banyak hal. Anggraini et al., (2014) menyatakan tinggi rendahnya serangan hama
pada tanaman padi bergantung pada bagian tanaman padi yang diserang, baik
pada fase vegetatif atau pada fase generatif. Bagian tanaman padi yang diserang
juga berpengaruh terhadap populasi serangga hama tersebut. Sehingga dengan
tingginya tingkat populasi hama maka akan meningkat pula tingkat serangan pada
tanaman padi oleh serangga hama tersebut.
Tinggi populasi hama pada varietas Mapan P-05 dikarenakan pada varietas
ini merupahan varietas hibrida. Dimana deskripsi ketahanan hama terhadap
varietas ini ialah agak peka. Satoto et al.,(2009) menyebutkan bahwa kendala
Universitas Sumatera Utara
utama yang aktual adalah beberapa varietas padi hibrida ada yang rentan terhadap
beberapa hama penyakit utama serta benih sulit diperoleh. Di samping itu, varietas
padi hibrida umumnya masih rentan terhadap hama dan penyakit menjadi
penghambat minat petani untuk adopsi. Selanjutnya, keragaman hasil panen pun
masih tidak stabil atau fluktuatif baik antarlokasi dan antarmusim. Sementara dari
sisi petani, sebagian belum memahami teknik budidaya padi hibrida dengan baik
dan benar.
Kriteria Ketahanan Berbagai Varietas pada Tanaman Padi
Penetapan ketahanan tanaman padi terhadap hamaP. pallicornis dilakukan
berdasarkan Standard Evaluation System for Rice (IRRI 2002)yaitu dengan
persentase intensitas serangan hama. Kriteria ketahanan 4 varietas diuji dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Ketahanan 4 varietas padi terhadap P.pallicornis Varietas Ketahanan Ciherang Tahan Inpari 32 Tahan Mekongga Tahan Mapan P-05 Tahan
Dari hasil penelitian didapatkan ketahanan beberapa varietas yang diujitahan
terhadap serangan P. pallicornis walaupun persentase intensitas serangan setiap
varietas berbeda. Seluruh varietas yang diuji diduga dikategorikan sebagai
kerusakan ringan.
Varietas Ciherang merupakan varietas yang tahan terhadap wereng coklat
biotipe 2 dan agak tahan dengan biotipe 3 (Lampiran 4), sehingga sesuai dengan
penelitian ini yang menunjukkan tahan. Ketahanan P. pallicornis dengan
intensitas serangannya sampai 50% disesuaikan dengan ketahanan tanaman
terhadap wereng coklat (Kaparang, 2011). Varietas Mekongga, Inpari 32 dan
Universitas Sumatera Utara
Mapan P-05 dari deskripsi tanaman agak tahan terhadap wereng coklat, maka
pada penelitian ini terjadi pergeseran ketahanan menjadi tahan terhadap P.
pallicornis. Berdasarkan penelitian ini terlihat bahwa beberapa varietas yang diuji
semula agak tahan (Lampiran 5) ternyata mengalami pergeseran menjadi tahan.
Keller et al., (2000) menyatakan terjadinya pergeseran ketahanan ini diduga
karena adanya perbedaan ketahanan hanya bersifat semu, yang akhirnya pada
suatu saat akan muncul kembali sifat rentan terhadap patogen. Disamping itu P.
pallicornismempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan
sehingga dapat mematahkan ketahanan varietas yang semula.
Berdasarkan hasil pengamatan dengan berbagai peubah amatan seperti
diameter batang, berat kering tajuk, jumlah anakan, bobot 100 bulir menunjukkan
hasil yang hampir sama. Varietas yang memiliki hasil cenderung tertinggi pada
berbagai peubah amatan tersebut. Intensitas serangan pada varietas-varietas
tersebut menunjukkan persentase yang cukup rendah secara berturut-turut (7,48%,
3,09%, 2,73%, dan 2,30%). Chamzurni et al., (2010) menyatakan hal ini diduga
karena tanaman memiliki ketahanan yang baik dari segi morfologinya. Hal ini
sesuai dengan mekanisme perlawanan yang diekspresikan oleh tanaman inang
baik perlawanan dalam bentuk ketahanan morfologi maupun biokimia .
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Gejala serangan hama kepik hitam Paraeucosmetus pallicornis adalah
adanya bintik kehitaman bekas tusukan stilet pada daun dan bulir
berwarna coklat kehitaman serta bulir menjadi hampa.
2. Intensitas serangan disebabkan olehP. pallicornislebih tinggi diperoleh
pada varietas Mapan P-05 pada 11 mst.
3. Pada berbagai peubah amatan agronomis menunjukkan hasil yang
hampir sama. Varietas yang berdasarkan deskripsitahan (Ciherang),
agak tahan (Mekongga), agak rentan (Inpari 32), agak peka (Mapan P-
05) menjadi varietas yang tahan terhadap serangan P. pallicornis.
4. Ketahanan tanaman terhadap P. pallicornisberdasarkan hasil
pengamatan bahwa empat varietas yang diuji menunjukkan bahwa
varietas yang diuji tahanterhadap P. pallicornis dengan persentase
intensitas serangan berbeda dan dalam kategori serangan ringan.
5. Pergeseran ketahanan pada beberapa varietas diduga karena faktor
lingkungan serta genetik yang berbeda tiap varietas.
Universitas Sumatera Utara
Saran
1. Varietas Ciherang dan Inpari 32 dapat menjadi pilihan dalam budidaya
padi dengan pola rotasi setiap musim tanam, untuk menghindari kerugian
yang lebih besar akibat serangan P. pallicornis.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penentuan skala
kerusakan pada tanaman padi secara lebih akurat karena sampai saat ini
skala kerusakan masih disamakan dengan skala kerusakan akibat WBC.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, S., Herlinda, S., Irsan, C., dan Umayah., A. 2014. Serangan Hama Wereng dan Kepik pada Tanaman Padi di Sawah Lebak Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal. Palembang. Ashari ., Rusastra I. W. 2014. Hybrid Rice Development: Lessons Learned from Asia’s Experience and Its Prospect for Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Bogor. 32(2):103-121. Balai Karantina Pertanian Gorontalo, 2013. Ancaman Kepik Hitam Paraeucosmetus pallicornis (Dallas) pada Pertanaman Padi. Diakses dari http://gorontalo.karantina.pertanian.go.id
(07 Maret 2017).
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2017. Deskripsi Varietas Padi Unggul Baru. Diakses dari http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/. (12 Desember 2017).
BPS. 2015. Statistik Tanaman Padi dan Palawija Kabupaten Langkat. Diakses dari
http:/bps.go.id
(01 Maret 2017).
Champagne, ET. 2004. Rice Chemistry and Technology. Minnesota: American Association of Cereal Chemists, Inc.
Chamzurni, T, Ulim, MA, Dinnur, E. 2010. Uji Ketahanan Beberapa Varietas
Tomat Terhadap Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysporum f.sp lycopersici). J. Agrista. 14(2):62-6.
Deptan. 2007. Pedoman Pengamatan dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Jakarta. Djafaruddin. 2008. Dasar-dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. Bumi Aksara.
Jakarta. Estoy, G.F., J. R., B.M. Tabudlong, 2013. Biology of the Rice Grain Bug, Paraeucosmetuspallicornis (Dallas) (Hemiptera:Lygaeidae), A new Emerging Innsect Pest Of Rice. Abstracts of Paper Poster Paper Presentation. J.EntomolPhilipp.27(2):199-215. FAO. 2001. Rice in the World. In Report of the Fifth ExternalProgramme and Management Review of the International Plant Genetic Resources Institute. Http://www.fao.org/wairdocs/tac/x5801e/x5801e08.htm (accessed on 18 November 2017). IRRI Rice Knowledge Bank , 2005. Informasi Ringkas Teknologi Padi. Diakses dari http : // balitpa. litbang.deptan.go.id. (30 Januari 2017).
Universitas Sumatera Utara
Kaparang, C.L., Pelealu., Salaki. Ch. L. 2011. Populasi dan Intensitas Serangan Paraeucosmetuspallicornis Pada Tanaman Padi di Kabupaten Minahasa Selatan. J. Eugenia. 17(3):173-176.
Kavitha, K., Dharma K. Reddy. 2013. Screening Techniques for Different Insect Pests in Crop Plants. Intern J. Biores Stress Manag. 3(2):188-195. Kementerian Pertanian. 2006. Pelepasan Galur Padi Hibrida P.05 Sebagai
Varietas Unggul Dengan Nama Varietas Mapan-P.05. Diakses dari http://perundangan.pertanian.go.id/. (12 Desember 2017).
Lafarge, T., B. Tubana., and E. Pasuquin. 2004. Yield advantage of hybrid rice
induced by its higher control in tiller emergence, New direction for a diverse planet: Proceedings of the 4th International Crop Science Congress. Brisbane, Australia.Http:// cropscience. org.au/icsc2004 /poster/2/7/1/862_lafargeta.htm
. Diakses (11 November 2017).
Ma’rufah, D. 2008. Mekanisme Ketahanan, Pola Pewarisan Genetik dan Screening pada Varietas Unggul Tahan Hama. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret Press. Surakarta. Manalo A. J., Berto C J., Layaoen G M. Abdilla E S. dan Briones T C. 2014. Milestones. Philippine Rice Research Institute (PhilRice)Maligaya, Science City of Muñoz. Nueva Ecija. Muhuria, L. 2003. Strategi Perakitan Gen-Gen Ketahanan Terhadap Hama. Pengantar Falsafah Sains. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Patihong, R. 2011. Mengenal Biologi Kepik Hitam (Paraeucosmetus pallicornisDallas), Hemiptera: Lygaeidea.sebagai OPT Baru pada Tanaman Padi Di Sulawesi Selatan. IP3 OPT. Sulawesi. Rahayu, M., Taufik M., Karimuna A., and Khaeruni A. 2015. The Biology of Black Ladybug (Paraeucosmetus pallicornis Dallas): A New Pest on Rice in Southeast Sulawesi. Australian J. 9(23):282-286.
Rauf, A. H., dan Lanya. 2009. Ekspedisi Kepik Hitam di Sulawesi Utara. Buletin Peramalam OPT. Sulawesi Utara. Risnandi. 2011. Kajian Perilaku Paraeucosmetus pallicornis di Kabupaten Wajo dan PinrangSulawesi Selatan. Buletin Peramalan OPT. Jatisari. Jawa Barat. Rondonuwu, S. L. 2007. Ekologi Serangga. Bahan Ajar Program Semi-Que. Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Universitas Sumatera Utara
Roy, P., T. Orikasa., H. Okadome., N. Nakamura., and T. Shiina. 2011. Processing Conditions, Rice Properties, Health and Environment. Intern J. Environ Res Public Health. 8:1957-1976. Sadasivam, S., and B. Thayumanavan. 2003. Molecular Host Plant Resistance to Pest. Marcel Dekker, Inc.New York. Satoto, B., Sutaryo., B., Suprihatno. 2009. Prospek Pengembangan Varietas Padi Hibrida. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Karawang. Http://www.litbang.deptan.go.id/special/-padi/bbpadi_2009_itp_02.pdf. Diakses Tanggal 11 November 2017. Sinar Tani. 2014. Mekanisme Dan Type Ketahanan Tanaman. Diakses dari http://www.litbang.pertanian.go.id (15 Februari 2017). Salaki. 2011. Populasi dan Intensitas Serangan Paeucosmetus pallicornis (Hemiptera: Lygaedae) pada Tanaman Padi di Kabupaten Minahasa Selatan. J. Eugenia. 17(3):171-177. Singh, Y. V., Singh, K.K., Sharma, S.K. 2013. Influence of crop nutrition on grain yield, seed quality and water productivity under two rive cultivation system. J. Intern Rice Science. 20(2):129-138. Siregar, N. 2010. Pengaruh ukuran benih terhadap perkecambahan benih terhadap perkecambahan benih dan pertumbuhan bibit Gmelina(Gmelina arborea Linn.). J. Tekno Tanaman. 3(1):32-40. Sumarno., Wargiono., J., U.G. Kartasasmita., Ismail. G. G.I., U.G. Soejotno., J. 2008. Pemahaman dan Kesiapan Petani Mengabdopsi Padi Hibrida. Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Iptek Tanaman Pangan. 3(2):167-168. Sodiq, M. 2009. Ketahanan Tanaman terhadap Hama.UPN Press. Jawa Timur. Suharsono. 2006. Antixenosis Morfologis Salah Satu Faktor Ketahanan Kedelai Terhadap Hama Pemakan Polong. Buletin Palawija. 12:29-34. Suprihatno, B., Daradjat. A.A., Satoto., Baehaki., Widiarta. N.A., Setyono., Indrasari, D.S., Lesmana, O.S., Sembiring, H. 2009. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Jawa Barat. Untung, K. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Hama Tanaman.Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Watung, F. W. 1996. Morfologi dan Biologi Paraeucosmetus pallicornis sp. (Hemiptera: Lygaedae) yang hidup pada tanaman padi dan rumput paspalum (Paspalum conjugatum Berg.). Tesis Fakultas Pascasarjana IPB. Bogor.
Universitas Sumatera Utara
Wahab, I. M., Satoto, Rachmat, R., Guswara, A., dan Suharna. 2017. Deskripsi Varietas Unggul Padi. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jawa Barat. Yulianingtyas, AP. Sebayang, HT. Tyasmoro, SY. 2015. Pengaruh komposisi media tanam dan ukuran bibit pada pertumbuhan bibit tebu (Saccharum officinarum L.). J. Produksi Tanaman. 3(5):362-369.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Bagan Penelitian 50 cm
U1 U2 U3
V2W0 V4W2 V2W0
V2W1 V4W1 V2W1
V2W3 V4W3 V2W3
V2W2 V4W0 V2W2
V2W4 V4W4 V2W4
V3W0 V2W2 V3W0
V3W1 V2W1 V3W1
V3W2 V2W0 V3W2
V3W3 V2W3 V3W3
U4
V4W1
V4W2
V4W3
V4W0
V2W3
V4W4
V2W1
V2W2
V2W0
W3W4 V2W4 W3W4
V1W0 V3W2 V1W0
V1W1 V3W1 V1W1
V1W3 V3W3 V1W3
V1W2 V3W0 V1W2
V2W4
V3W1
V3W2
V3W3
V3W0
Universitas Sumatera Utara
V1W4 V3W3 V1W4
V4W0 V1W2 V4W0
V4W1 V1W1 V4W1
V4W2 V1W0 V4W2
V4W3 V1W3 V4W3
V1W3
V3W3
V1W1
V1W2
V1W0
V4W4 V1W4 V4W4
V1W4
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Deskripsi Varietas Padi
Deskripsi Varietas Mekongga Nomor seleksi : S4663-5D-KN-5-3-3 Asal persilangan : A2790/2 *IR64 Golongan : Cere Umur tanaman : 116-125 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 91-106 cm Anakan produktif : 13-16 batang Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau Muka daun : Agak kasar Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak Bentuk gabah : Ramping panjang Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 23 % Indeks glikemik : 88 Bobot 1000 butir : 28 g Rata-rata hasil : 6,0 t/ha Potensi hasil : 8,4 t/ha Ketahanan terhadap Hama : • Agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan
3 dan, Penyakit • Agak tahan terhadap hawar daun bakteri strain IV
Anjuran tanam :Baik ditanam di lahan sawah dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl
Instansi pengusul : Balitpa dan BPTP Sultra Pemulia : Z. A. Simanullang, Idris Hadade, Aan A. Daradjat, dan Sahardi
Tim peneliti : B. Suprihatno, Y. Samaullah, Atito DS., Ismail B. P., Triny S. Kadir, dan A. Rifki
Teknisi : M. Suherman , Abd. Rauf Sery, Uan D., S. Toyib S. M., Edi S. MK, M. Sailan, Sail Hanafi, Z. Arifin, Suryono, Didi dan Neneng S.
Dilepas tahun : 2004 Sumber : Balai Besar Tanaman Padi, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Departemen Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3.
Deskripsi Varietas Padi Hibrida Mapan P.05 Nomor seleksi : P.05 Asal : Hasil persilangan antara CMS Jinzao A dengan Restorer Minghui 63 Golongan : Indica Umur tanaman : 113 – 115 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 103 cm Anakan produktif : 7 – 19 batang per rumpun Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau Muka daun : Kasar Posisi daun : Tegak Daun bendera : Miring Bentuk gabah : Ramping Warna gabah : Kuning bersih Tipe endosperm : Tidak berperut Kesuburan malai : Fertil Jumlai gabah isi per malai : 169 butir Kerontokan : Mudah rontok Kerebahan : Tahan Tekstur nasi : Pulen Bobot 1000 butir gabah : 30,70 gram Kadar amilosa : 23,48 % Potensi hasil : 9,52 ton / ha gabah kering giling Rata-rata hasil : 7,79 ton / ha gabah kering giling Ketahanan terhadap hama : Agak peka terhadap wereng coklat biotipe 1,2,3 Ketahanan terhadap penyakit : Agak tahan terhadap tungro dan peka terhadap HDB strain IV dan VIII Pemulia Utama : Li Yuan Ping dan Liu Zu Han Sumber : Balai Besar Tanaman Padi, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Departemen Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4.
Deskripsi Varietas Ciherang Nomor seleksi : S3383-1D-PN-41-3-1 Asal persilangan :IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1-
3//4 *IR64 Golongan : Cere Umur tanaman : 116-125 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 107-115 cm Anakan produktif : 14-17 batang Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau Muka daun : Kasar pada sebelah bawah Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak Bentuk gabah : Panjang ramping Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Kerebahan : Sedang Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 23% Indeks Glikemik : 54 Bobot 1000 butir : 28 g Rata-rata hasil : 6,0 t/ha Potensi hasil : 8,5 t/ha Ketahanan terhadap Hama Penyakit : • Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3 • Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 500 m dpl. Pemulia : Tarjat T, Z. A. Simanullang, E. Sumadi dan Aan A. Daradjat Dilepas tahun : 2000 Sumber : Balai Besar Tanaman Padi, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Departemen Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5.
Deskripsi Varietas Inpari 32 Nomor seleksi : BP10620F-BB4-14-BB8 Asal persilangan : Ciherang/IRBB64 Golongan : Cere Umur tanaman : ±120 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : ±97 cm Anakan produktif : 14-17 batang Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau Muka daun : Kasar pada sebelah bawah Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak Bentuk gabah : Panjang ramping Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Kerebahan : Agak tahan Tekstur nasi : Sedang Kadar amilosa : 23,46% Bobot 1000 butir : 27,1 g Rata-rata hasil : 6,0 t/ha Potensi hasil : 8,4 t/ha Ketahanan terhadap Hama Penyakit : • Agak rentan terhadap wereng coklat
biotipe 1,2dan 3 dan tahan Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III
Anjuran tanam : Cocok ditanam diekosistem tanah dataran rendah sampai ketinggian 600 mdpl
Pemulia : Aan A. Darajat, Cucu Gunarsih, Trias Sitaresmi, Nafisah
Dilepas tahun : 2013 Sumber : Balai Besar Tanaman Padi, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Departemen Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Diameter Batang Tabel Diameter batang tanaman padi berbagai varietas( 5 mst-11 mst)
Tabel Sidik Ragam
SK db JK KT FH ket F 0.05 F 0.01 Blok 3 0.89995 0.299983 0.933281 * 2.76643793 4.145066 perlakuan 19 382.4606 20.1295 62.62512 * 1.77197184 2.240626 Varietas (V) 3 4.43749 1.479163 4.601841 * 2.76643793 4.145066 Umur (w) 4 368.1765 92.04413 286.3595 * 2.53358327 3.667447 V x W 12 9.846573 0.820548 2.552815 * 1.92634081 2.513445 Galat 57 53.29515 0.321429
T 79 436.6557 FK 5800.321
KK 3.94% Keterangan: tn = tidak nyata
* = nyata
Perlakuan Blok Total Rataan I II III IV V1W0 4.03 3.97 3.59 4.22 15.81 3.9525 V1W1 3.72 4.78 3.93 4.36 16.79 4.1975 V1W2 3.9 3.67 5.71 5.42 18.7 4.675 V1W3 9.25 8.21 7.93 8.53 33.92 8.48 V1W4 9.29 8.38 11.81 8.71 38.19 9.5475 V2W0 3.86 2.32 5.46 4.17 15.81 3.9525 V2W1 4.84 5.02 5.7 3.22 18.78 4.695 V2W2 4.52 4.21 3.53 4.23 16.49 4.1225 V2W3 8.71 9.34 8.4 8.3 34.75 8.6875 V2W4 8.8 6.38 6.93 7.6 29.71 7.4275 V3W0 3.32 5.77 2.61 4.22 15.92 3.98 V3W1 5.29 2.41 5.76 4.37 17.83 4.4575 V3W2 2.76 5.04 4.55 4.28 16.63 4.1575 V3W3 9.21 8.73 7.35 10.95 36.24 9.06 V3W4 8.1 8.22 8.75 8.37 33.44 8.36 V4W0 4.12 3.39 4.46 4.56 16.53 4.1325 V4W1 4.91 5.77 5.31 4.12 20.11 5.0275 V4W2 5.28 4.84 5.24 4.02 19.38 4.845 V4W3 9.53 9.54 8.65 8.51 36.23 9.0575 V4W4 7.61 9.69 9.7 9.18 36.18 9.045
Total 121.05 119.68 125.37 121.34 487.44 Rataan 6.0525 5.984 6.2685 6.067 6.093
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Jumlah Anakan
Tabel Jumlah Anakan tanaman padi berbagai varietas( 5 mst-11 mst)
Tabel Sidik Ragam
SK db JK KT FH ket F 0.05 F 0.01 Blok 3 87.4375 29.14583 90.67593 * 2.76643793 4.145066 perlakuan 19 634.7375 33.40724 103.9336 * 1.77197184 2.240626 Varietas (V) 3 76.4375 25.47917 79.26852 * 2.76643793 4.145066 Umur (w) 4 507.425 126.8563 394.6639 * 2.53358327 3.667447 V x W 12 50.875 4.239583 13.18981 * 1.92634081 2.513445 Galat 57 317.3125 0.321429
T 79 1039.488
FK 580032%
KK 4% Keterangan: tn = tidak nyata
* = nyata
Perlakuan Blok Total Rataan I II III IV V1W0 12 11 9 10 42 10.5 V1W1 6 9 8 7 30 7.5 V1W2 11 19 13 8 51 12.75 V1W3 12 17 14 16 59 14.75 V1W4 13 18 16 16 63 15.75 V2W0 11 8 10 7 36 9 V2W1 8 4 7 7 26 6.5 V2W2 12 9 12 4 37 9.25 V2W3 15 13 10 11 49 12.25 V2W4 16 15 10 13 54 13.5 V3W0 13 15 7 8 43 10.75 V3W1 10 7 8 6 31 7.75 V3W2 14 19 16 12 61 15.25 V3W3 16 13 12 17 58 14.5 V3W4 17 16 12 15 60 15 V4W0 13 10 8 7 38 9.5 V4W1 11 9 8 10 38 9.5 V4W2 14 12 13 13 52 13 V4W3 17 15 12 10 54 13.5 V4W4 18 13 10 16 57 14.25
Total 259 252 215 213 939 Rataan 12.95 12.6 10.75 10.65 11.7375
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Bobot 100 Bulir Tabel Bobot 100 Bulir tanaman padi berbagai varietas( 5 mst-11 mst)
Perlakuan Blok Total Rataan I II III IV V1W0 1.8 1.7 1.9 2.1 7.5 1.875 V1W1 3.1 2.5 1.7 1.1 8.4 2.1 V1W2 1.8 2.2 2.1 1.9 8 2 V1W3 2 2.1 2.1 2 8.2 2.05 V1W4 2.1 2.2 1.8 2 8.1 2.025 V2W0 2.4 1.8 1.9 2.4 8.5 2.125 V2W1 2.39 2.3 2.2 2 8.89 2.2225 V2W2 2.1 2.3 2.4 2.1 8.9 2.225 V2W3 2 2 2.1 2.4 8.5 2.125 V2W4 2.2 2.1 1.2 2.2 7.7 1.925 V3W0 1 2.1 1.9 2.2 7.2 1.8 V3W1 2.2 2.2 2.2 2.3 8.9 2.225 V3W2 1.8 1.2 2.3 1.8 7.1 1.775 V3W3 2.3 2.3 1.8 2.3 8.7 2.175 V3W4 1.1 2.4 1.9 2 7.4 1.85 V4W0 1 1.7 2.5 1.9 7.1 1.775 V4W1 1.8 1 2.1 0.6 5.5 1.375 V4W2 0.2 1.3 1.1 0.1 2.7 0.675 V4W3 2.2 2.4 2 2.2 8.8 2.2 V4W4 0.1 0.2 1.8 2.4 4.5 1.125
Total 35.59 38 39 38 150.59 Rataan 1.7795 1.9 1.95 1.9 1.882375
Tabel Sidik Ragam SK Db JK KT FH ket F 0.05 F 0.01 Blok 3 0.315554 0.105185 0.327241 * 2.76643793 4.145066 Perlakuan 19 12.34367 0.649667 2.021186 * 2.76643793 4.145066 Varietas(V) 3 5.727654 1.909218 5.939789 * 2.76643793 4.145066 Umur (w) 4 2.29353 0.573383 1.783857 * 2.76643793 4.145066 V x W 12 4.32249 0.360207 1.120646 * 2.76643793 4.145066 Galat 57 13.94602 0.321429
T 79 26.60525 FK 580032%
KK 4% Keterangan: tn = tidak nyata
* = nyata
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9 Tabel Bobot Kering Tajuktanaman padi berbagai varietas ( 5 mst-11 mst)
Tabel Sidik Ragam
SK db JK KT FH ket F 0.05 F 0.01 Blok 3 21328.72 7109.574 22118.67 * 2.76643793 4.145066 perlakuan 19 22759.05 1197.845 3726.629 * 1.77197184 2.240626 Varietas(V) 3 5975.965 1991.988 6197.297 * 2.76643793 4.145066 Umur (w) 4 10850.41 2712.602 8439.206 * 2.53358327 3.667447 V x W 12 5932.681 494.39 1538.102 * 1.92634081 2.513445 Galat 57 56651.63 0.321429
T 79 100739.4 FK 580032%
KK 4%
Perlakuan Blok Total Rataan
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10 Persentase Gabah Hampa (%) Tabel Persentase Gabah Hampa tanaman padi berbagai varietas( 5 mst-11 mst)
I II III IV V1W0 95.3 130.9 102.6 89.8 418.6 104.65 V1W1 97.7 33 77,,5 82.2 212.9 70.96667 V1W2 79.7 38.2 78.3 125.6 321.8 80.45 V1W3 74.5 50.9 82.3 72.9 280.6 70.15 V1W4 92.4 52.5 25,,6 56.2 201.1 67.03333 V2W0 153 109.3 47.5 38 347.8 86.95 V2W1 85.6 65.2 100.9 27.5 279.2 69.8 V2W2 81.6 27.1 84 172.3 365 91.25 V2W3 58.9 81.8 76.1 25.7 242.5 60.625 V2W4 68.5 34.9 32.3 121.2 256.9 64.225 V3W0 59.9 55.7 26.5 88.7 230.8 57.7 V3W1 80.8 67 22.7 101.4 271.9 67.975 V3W2 54.0 89.7 57.2 123 323.9 80.975 V3W3 125.8 35.3 47.9 56.3 265.3 66.325 V3W4 60.2 19.7 47.4 87.37 214.67 53.6675 V4W0 164.4 76.5 65.6 98.4 404.9 101.225 V4W1 113.4 67.5 62.8 133.5 377.2 94.3 V4W2 156 67.8 77.3 110.7 411.8 102.95 V4W3 115.3 82 47.9 82.3 327.5 81.875 V4W4 75.2 54.6 66.3 61.5 257.6 64.4
Total 1892.2 1239.6 1125.6 1754.57 6011.97 Rataan 94.61 61.98 62.53333 87.7285 77.07654
Perlakuan Blok Total Rataan I II III IV V1W0 17.69 32.63 23.64 34.83 108.79 27.1975 V1W1 15.93 21.71 33.71 15.49 86.84 21.71 V1W2 7.42 12.7 24.77 15.53 60.42 15.105 V1W3 30.19 28.39 37.2 13.95 109.73 27.4325 V1W4 27.8 11.15 31.2 14.95 85.1 21.275 V2W0 12.94 35.48 12.68 21.5 82.6 20.65 V2W1 19.39 25.15 27.29 27.29 99.12 24.78 V2W2 26.04 26.58 51.08 57.83 161.53 40.3825 V2W3 42.84 29.2 40.63 18.7 131.37 32.8425 V2W4 24.34 47.23 76.79 20.77 169.13 42.2825 V3W0 19.46 22.62 37.01 20.84 99.93 24.9825 V3W1 26.56 35.16 16.05 34.2 111.97 27.9925 V3W2 24.46 15.52 22.46 11.83 74.27 18.5675 V3W3 23.61 32.37 47.61 44.75 148.34 37.085 V3W4 12.86 16.76 35.62 37.55 102.79 25.6975
Universitas Sumatera Utara
Tabel Sidik Ragam SK db JK KT FH ket F 0.05 F 0.01 Blok 3 177.0186 59.00621 183.5749 * 2.76643793 4.145066 perlakuan 19 16117.02 848.264 2639.044 * 1.77197184 2.240626 Varietas(V) 3 11592.38 3864.127 12021.73 * 2.76643793 4.145066 Umur (w) 4 303.6495 75.91237 236.1718 * 2.53358327 3.667447 V x W 12 4220.985 351.7487 1094.329 * 1.92634081 2.513445 Galat 57 15405.35 0.321429
T 79 31699.39
FK 580032.1%
KK 4% Keterangan: tn = tidak nyata
* = nyata
Lampiran 11. Jumlah populasi akhir setelah introduksi Tabel Jumlah populasi akhir setelah introduksi (5 mst-11 mst)
Perlakuan Blok Total Rataan I II III IV V1W1 9 15 17 23 64 16 V1W2 13 13 11 9 46 11.5 V1W3 9 13 15 9 46 11.5 V1W4 9 6 6 6 27 6.75 V2W1 9 9 13 19 50 12.5 V2W2 9 9 17 15 50 12.5 V2W3 17 13 13 15 58 14.5 V2W4 17 11 9 11 48 12 V3W1 15 17 9 23 64 16 V3W2 12 9 13 19 53 13.25 V3W3 11 14 13 21 59 14.75 V3W4 12 9 25 20 66 16.5 V4W1 19 27 17 17 80 20 V4W2 21 21 21 21 84 21 V4W3 21 19 19 25 84 21 V4W4 27 25 19 23 94 23.5
V4W0 36.85 36.79 58.54 77.5 209.68 52.42 V4W1 44.55 76.85 13.36 84.34 219.1 54.775 V4W2 90.9 56.7 74.4 66.26 288.26 72.065 V4W3 59.41 70.16 33.12 16.88 179.57 44.8925 V4W4 71.39 69.46 10.32 29.34 180.51 45.1275
Total 634.63 702.61 707.48 664.33 2709.05 Rataan 31.7315 35.1305 35.374 33.2165 33.86313
Universitas Sumatera Utara
Total 230 230 237 276 973 Rataan 11.5 11.5 11.85 13.8 12.1625
Tabel Sidik Ragam
SK db JK KT FH ket F 0.05 F 0.01 Blok 3 73.138 24.379 75.846 * 2.766 4.145 perlakuan 19 4119.638 216.823 674.561 * 1.772 2.241 Varietas(V) 3 738.538 246.179 765.891 * 2.766 4.145 Umur (w) 4 2983.825 745.956 2320.753 * 2.534 3.667 V x W 12 397.275 33.106 102.997 * 1.926 2.513 Galat 57 734.112 0.321
T 79 4926.888
FK 580032
% KK 4% Keterangan: tn = tidak nyata
* = nyata
Lampiran 12. Intensitas seranganP. pallicornis (5mst-11mst)
Tabel intensitas serangan (%) (5mst-11mst)
Perlakuan Blok Total Rataan I II III IV V1W1 1.11 1.02 1.58 1.72 5.43 1.3575 V1W2 1.23 0.92 0.98 2.04 5.17 1.2925 V1W3 1.12 0.89 1.69 1.19 4.89 1.2225 V1W4 7.81 7.81 7.65 7.22 30.49 7.6225 V2W1 1.36 1.36 1.58 1.72 6.02 1.505 V2W2 1.27 1.38 1.01 2.06 5.72 1.43 V2W3 1.15 1.36 7.17 1.51 11.19 2.7975 V2W4 8.92 7.73 7.73 7.29 31.67 7.9175 V3W1 1.85 2.06 2.22 8.33 14.46 3.615 V3W2 0.89 0.68 0.91 1.92 4.4 1.1 V3W3 2.19 1.58 1.85 7.22 12.84 3.21 V3W4 6.28 7.93 8.88 7.05 30.14 7.535 V4W1 9.44 10.67 23.45 10.41 53.97 13.4925 V4W2 1.12 1.14 1.36 2.04 5.66 1.415
Universitas Sumatera Utara
V4W3 7.22 8.43 7.45 8.92 32.02 8.005 V4W4 7.51 8.33 28.84 13.33 58.01 14.5025
Total 60.47 63.29 104.35 83.97 312.08 Rataan 3.0235 3.1645 5.2175 4.1985 3.901
Tabel Sidik Ragam SK db JK KT FH ket F 0.05 F 0.01 Blok 3 62.682 20.894 65.004 * 2.766 4.145 perlakuan 19 1493.552 78.608 244.558 * 1.772 2.241 Varietas(V) 3 348.457 116.152 361.363 * 2.766 4.145 Umur (w) 4 852.982 213.245 663.430 * 2.534 3.667 V x W 12 292.113 24.343 75.733 * 1.926 2.513 Galat 57 452.285 0.321
T 79 2008.519
FK 580032
% KK 4%
Keterangan: tn = tidak nyata
* = nyata
Universitas Sumatera Utara
top related