tx bermain kel.d
Post on 01-Dec-2015
36 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji daan syukur kami ucapkan pada Tuhan yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan proposal terapi bermain pada
anak usia sekolah (7-12 tahun) tepat pada waktunya. Pada penyusunan proposal
ini kelompok telah mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik
dalam hal materi maupun moril sehingga pada kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati kelompok menyampaikan rasa terima kasih kepada
1. Ibu Kristiawati, S.Kp.,M.Kep.Sp.Kep.An
2. Ibu Sri Yuniarti, SST.
3. Teman – teman yang telah memberi motivasi dalam penyusunan
proposal ini yang tidak dapat kami sebutkan satu – persatu.
Kami sadar bahwa proposal yang kami buat ini masih jauh dari sempurna,
karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
menyempurnakan proposal ini menjadi lebih baik lagi.
Demikian proposal ini kami buat, semoga proposal ini dapat memberikan
manfaat dan menambah pengetahuan terutama bagi kelompok kami dan
mahasiswa fakultas keperawatan airlangga Surabaya.
Surabaya, Juni 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover ....................................................................................................................... iKata pengantar ......................................................................................................... iiDaftar Isi ................................................................................................................. iii
Bab 1 : TERAPI BERMAIN “CLAY” ATAU “PLASTISIN”1.1 Latat Belakang ................................................................................................... 11.2 Tujuan ................................................................................................................ 2
Bab 2 : TINJAUAN TEORI2.1 Pengertian Bermain ............................................................................................ 32.2 Kategori Bermain ............................................................................................... 32.3 Ciri – Ciri Bermain ............................................................................................. 42.4 Klasifikasi Bermain Menurut Isi ........................................................................ 42.5 Klasifikasi Bermain Menurut Karakteristik Sosial ............................................ 52.6 Fungsi Bermain .................................................................................................. 62.7 Faktor Yang Mempengaruhi Aktifitas Bermain ................................................ 72.8 Tahap Perkembangan Bermain .......................................................................... 72.9 Tahap Tumbuh Kembang dan Karakteristik Bermain Usia Toddler .................. 82.10 Bermain di Rumah Sakit .................................................................................. 102.11 Bermain Clay ................................................................................................... 11
Bab 3 : Satuan Acara kegiatan Terapi Bermain Clay ......................................... 14
Daftar Pustaka ........................................................................................................ 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dunia anak adalah dunia bermain. Bermain pada anak merupakan sarana untuk belajar
sebab bagi anak bermain dan belajar merupakan suatu kesatuan dan suatu proses yang terus
menerus terjadi dalam kehidupannya. Melalui bermain, anak dapat mengorganisasikan
berbagai pengalaman dan kemampuan kognitifnya dalam upaya menyusun kembali gagasan-
gagasannya yang indah. Dengan kata lain, bermain merupakan tahap awal dari proses belajar
pada anak yang dialami semua manusia.
“Bermain” (play) merupakan istilah yang digunakan secara bebas sehingga arti utamanya
mungkin hilang. Arti yang paling tepat ialah setiap kegiatan yang dilakukan untuk
kesenangan yang ditimbulkan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan
secara suka rela, dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban (Hurlock,
1978).
Pada saat anak-anak memasuki masa sekolah, permainan anak menggunakan dimensi
baru yang merefleksikan tingkat perkembangan anak yang baru. Bermain tidak hanya
meningkatkan keterampilan fisik, kamampuan intelektual dan fantasi anak tetapi juga
mengembangkan rasa memiliki terhadap tim atau klubnya pada saat mereka membentuk
kelompok. Rasa memiliki kelompok merupakan bangian yang sangat penting. Anak usia
sekolah mengembangkan keterampilan mengklarifikasi. Mereka mampu memisahkan dan
mengelompokkan benda-benda menurut kesamaan atribut, meletakkan sesuatu dalam
susunan yang pantas dan logis.
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak mengalami berbagai perasaan yang tidak
menyenangkan seperti marah, takut, cemas, sedih dan nyeri. Perasaan ini merupakan dampak
dari hospitalisasi yang dialami anak karena mengahadapi beberapa stressor di rumah sakit.
Bermain dapat melepaskan ketegangan dan stres yang dialami oleh anak. Tujuan bermain di
rumah sakit adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara
optimal, mengembangkan kreativitas anak dan anak mampu beradaptasi lebih efektif
terhadap stres.
2. Tujuan
2.1 Tujuan Umum
Meminimalkan dampak hospitalisasi
2.2 Tujuan Khusus
1. Menurunkan tingkat kecemasan pada anak
2. Mengembangkan imajinasi pada anak.
3. Mampu menggunakan proses pikir
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Bermain
“Bermain” (play) merupakan istilah yang digunakan secara bebas sehingga arti utamanya
mungkin hilang. Arti yang paling tepat ialah setiap kegiatan yang dilakukan untuk
kesenangan yang ditimbulkan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan
secara suka rela, dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban (Hurlock,
1978).
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak
disadari (Wholey and Wong, 1991). Jadi bermain adalah cara untuk memperoleh kesenangan
tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
2.2 Kategori Bermain
1. Bermain Aktif
Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri.
Contoh: bermain sepak bola.
2. Bermain Pasif
Energi yang dikeluatkan sedikit, anak tidak perlu melakukan aktivitas (hanya
melihat).
Contoh: memberikan support.
2.3 Ciri-Ciri Bermain
1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
2. Selalu ada timbal balik interaksi
3. Selalu dinamis
4. Ada peraturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu.
2.4 Klasifikasi Bermain Menurut Isi
1. Social affective play
Anak belajar memberikan respon terhadap respon yang diberikan lingkungan dalam
bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa senang,
dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
2. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu objek yang ada disekitarnya, dengan
bermain dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air atau pasir.
3. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh keterampilan tertentu dan
anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai sepeda.
4. Dramatika play atau role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.
2.5 Klasifikasi Bermain Menurut Karakteristik Sosial
1. Solitary Play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain
yang bermain disekitarnya. Biasanya dilakukan oleh toddler.
2. Paralel Play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing
mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada
interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak pre school.
Contoh: bermain balok.
3. Asosiatif Play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang sama
tetapi belum teroraganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak
bermain sesukanya.
4. Cooperative Play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan
terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah.
2.6 Fungsi Bermain
1. Perkembangan Sensoris-motorik
Pada saat melakukan permainan aktivitas sensoris-motoris merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak sehingga kemampuan penginderaan anak
dimulai meningkat dengan adanya stimulasi-stimulasi yang diterima anak seperti:
stimulasi visual, stimulasi pendengaran, stimulasi taktil (sentuhan) dan stimulasi
kinetik.
2. Perkembangan Intelektual (Kognitif)
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan memanipulasi segala
sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran,
tekstur dan membedakan objek.
3. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima.
Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan
sosial dan belajar memecahkan masalah dari hubungan sosial dan belajar
memecahkan masalah dari hubungan tersebut.
4. Perkembangan Kreativitas
Dimana melalui kegiatan bermain anak akan belajar mengembangkan
kemampuannya dan mencoba merealisasikan ide-idenya.
5. Perkembangan Kesadaran diri
Melalui bermain anak akan mengembangkan kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba
peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.
6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai yang benar dan salah dari lingkungan, terutama dari
orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapat
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di
lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada
dalam lingkungannya.
7. Bermain sebagai Terapi
Pada saat anak dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti : marah, takut, cemas, sedih dan
nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak
karena menghadapi beberapa stresor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu,
dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stres yang
dialaminya karena dengan melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa
sakitnya pada permainannya (distraksi).
8. Komunikasi
Sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat mengatakan
secara verbal. Misalnya: melukis, menggambar, bermain peran.
2.6 Prinsip dalam Aktivitas Bermain
Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal, maka
diperlukan hal-hal seperti:
a. Ekstra energi, untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit
kecil kemungkinan untuk melakukan permainan.
b. Waktu, anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga
stimulus yang diberikan dapat optimal.
c. Alat permainan, untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia
dan tahap perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.
d. Ruang untuk bermain, bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu,
halaman, bahkan di tempat tidur.
e. Pengetahuan cara bermain, dengan mengetahui cara bermain maka anak akan
lebih terarah dan pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam
menggunakan alat permainan tersebut.
f. Teman bermain, teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi
anak dan membantu anak dalam menghadapi perbedaan.
2.7 Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
Menurut Supartini (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak dalam
bermain yaitu:
a. Tahap perkembangan anak, aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak yaitu harus
sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada dasarnya
permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
b. Status kesehatan anak, untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi bukan
berarti anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang sakit.
c. Jenis kelamin anak, semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki atau
anak perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi, kreativitas dan
kemampuan sosial anak. Akan tetapi, permainan adalah salah satu alat untuk
membantu anak mengenal identitas diri.
d. Lingkungan yang mendukung, dapat menstimulasi imajinasi anak dan kreativitas anak
dalam bermain.
e. Alat dan jenis permainan yang cocok, harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang
anak.
f. Intelegensia dan status sosial ekonomi
2.9 Tahap Tumbuh Kembang dan Karakteristik Bermain Anak Usia Sekolah
Tahap Perkembangan
a. Perkembangan Psikoseksual menurut (Sigmund Freud)
Periode laten yaitu waktu tenang antara Odipus pada masa kanak-kanak awal dan
oritisisme masa remaja. Selama waktu ini, anak-anak membina hubungan dengan
teman sebaya sesama jenis setelah pengabaian pada tahun-tahun sebelumnya dan
didahului ketertarikan pada lawan jenis yang menyertai pubertas.
b. Perkembangan Psikososial (Erikson)
Rasa industri atau tahap pencapaian, anak usia sekolah ingin sekolah mengembangkan
keterampilan dan berpartisipasi dalam pekerjaan yang berarti dan berguna secara
sosial.
c. Perkembangan Kognitif (Piaget)
Operasional konkret, anak mampu menggunakan proses pikir untuk mengalami
peristiwa dan tindakan. Proses pikiran yang memungkinkan anak melihat sesuatu dari
sudut pandang orang lain.
d. Perkembangan moral (Kohlberg)
Anak memiliki pola pikir yang logis, anak mempercayai bahwa standart perilaku
berasal dari diri sendiri tetapi lebih mempercayai bahwa peraturan ditetapkan dan
diatur oleh orang lain.
Kemampuan sosial anak pada usia ini sudah semakin meningkat, dimana anak sudah
mampu untuk bekerja sama dengan teman sepermainannya. Dalam hal ini, sering sekali
pergaulan dengan teman menjadi tempat belajar mengenal norma baik atau buruk.
Karakteristik permainan untuk anak usia sekolah dibedakan menurut jenis kelaminnya. Anak
laki-laki lebih tepat jika diberikan mainan jenis mekanik yang akan menstimulasi
kemampuan kreativitasnya dalam berkreasi sebagai laki-laki seperti mobil-mobilan. Anak
perempuan lebih tepat diberikan permainan yang dapat menstimulasi perasaan, pemikiran dan
sikap dalam menjalankan peran sebagai seorang perempuan seperti memasak dan boneka
(Supartini, 2004).
Jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia sekolah adalah “Cooperative
Play”. Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan terencana
dan ada aturan tertentu. Karakteristik bermain lainnya seperti: bermain menjadi lebih
terorganisir dan aturannya dan ada yang memimpin, mempunyai kesadaran terhadap aturan
main, tingkat yang lebih tinggi yaitu keterampilan berpikir dan mulai olah raga kompetitif.
Contoh permainan dan aktivitas seperti: perminan tebak-tebakan, menggambar, koleksi,
peran aktivitas seksual (memasak dan lainnya), permainan fisik, permainan kompetitif,
membaca, video game, radio dan TV serta bermain sepeda (Suriadi, 2006).
2.10 Bermain di Rumah Sakit
a. Tujuan
1. melanjukan tugas perkembangan selama perawatan
2. mengembangkan kreativitas melalui pengalaman permainan yang tepat.
3. beradaptasi lebih efektif terhadap sters karena sakit atau dirawat.
b. Prinsip
1. tidak banyak energi, singkat dan sederhana
2. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang
3. kelompok umur sama
4. melibatkan keluarga atau orang tua.
c. Upaya Perawatan Dalam Pelaksanaan Bermain
1. lakukan saat tindakan keperawatan
2. Sengaja mencari kesempatan khusus
d.Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan
1. Alat bermain
2. Tempat bermain
e. Pelaksanaan Bermain di RS Dipengaruhi Oleh:
1. Faktor Pendukung
Pengetahuan perawat, fasilitas kebijakan RS, kerjasama tim dan keluarga
2. Faktor Penghambat
Tidak semua RS mempunyai fasilitas bermain.
2.11 Mennggunting dan menempel gambar
Menggunting dan menempel gambar merupakan terapi bermain yang dapat diterapkan
sebagai upaya yang dilakukan secara sengaja untuk menstimulasi seseorang dalam
meningkatkan kemampuan dalam perkembangan motorik kasar dan halus, kognitif, logika,
argumentasi dan komunikasi, dan keterampilan dan imajinasi. Menggunting dan menempel
gambar dapat diaplikasikan dengan pengguntingan gambar yang berwarna kemudian
diatempelkan pada media yang telah disediakan, permainan ini dapat menarik perhatian dan
memberikan manfaat bagi anak.
SATUAN ACARA KEGIATAN
TERAPI BERMAIN “MENGGUNTING DAN MENEMPEL GAMBAR”
DI RUANG BEDAH HERBRA RSUD Dr. SOETOMO
Judul : Terapi bermain “Menggunting dan Menempel Gambar”
Tanggal : 14 Juni 2013
Waktu : 09.00-09.30 WIB
Tempat : Ruang Bedah Herbra
Peserta : Seluruh anak usia sekolah yang dirawat di ruang Bedah Herbra
Tujuan
1. Tujuan Umum : Meminimalkan dampak hospitalisasi
2. Tujuan Khusus :
a. Menurunkan tingkat kecemasan pada anak
b. Menstimulasi perkembangan kognitif.
c. Menstimulasi perkembangan sosial
SASARAN
1. Anak usia sekolah
2. Anak yang dirawat di ruang Bedah Herbra
3. Tidak mempunyai keterbatasan fisik yang dapat menghalangi proses terapi bermain.
4. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai
MEDIA
1. Gunting
2. Lem
3. Gambar yang dipotong
4. Media penempelan gambar
5. Lembar penilaian
STRATEGI PELAKSANAAN
NO WAKTU KEGIATAN PESERTA
1. 5 Menit Pembukaan:
1. Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan dari terapi
Menjawab salam
Mendengarkan
bermain
4. Kontrak waktu dengan anak
dan orang tua
Memperhatikan
Memperhatikan
2. 15 Menit Pelaksanaan:
1. Menjelaskan tata cara
pelaksanaan terapi bermain
menggunting dan menempel
gambar kepada anak.
2. Memberikan kesempatan
kepada anak untuk bertanya
jika belum jelas.
3. Melaksanakan pengguntingan
dan penempelan gambar
4. Fasilitator mendampingi anak
Memperhatikan
Bertanya
Antusias
Memulai
pengguntingan
dan penempelan
gambar
3. 10 menit Evaluasi
1. Menilai hasil kerja anak-anak
2. Memilih yang terbaik dari
hasil penempelan
3. Membagikan reward kepada
seluruh peserta
Antusias
Gembira
4. 5 Menit Terminasi
1. Memberikan motivasi dan
pujian kepada seluruh anak
yang telah mengikuti program
terapi bermain.
2. Mengucapkan terima kasih
kepada anak dan orang tua
3. Mengucapkan salam penutup
Memperhatikan
Mendengarkan
Menjawab salam
SETTING TEMPAT
KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Anak hadir diruangan minimal 6 orang
b. Penyelenggara terapi bermain di ruang Bedah Herbra
c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi proses
a. Anak antusias menonton video.
b. Anak mengikuti terapi bermain dari awal samapi akhir
c. Tidak terdapat anak yang rewel atau malas untuk melihat video.
3. Kriteria Hasil
a. Anak terlihat senang dan gembira
b. Kecemasan anak berkurang
c. Anak menceritakan ulang isi video yang diputar.
PM
Keterangan :
: Leader
: Fasilitator
: Pasien
: Observer
: Media
: Notulen
: Moderator
PENGORGANISASIAN
1. Pembimbing Klinik : Sri Yuniarti, SST.
2. Pembimbing Pendidikan : Kristiawati
3. Leader : Yeni Widyastuti
4. Moderator : Anjar Supriyono
5. Fasilitator : Ari Oktiweni
Anik Widayati
Wuryani
6. Notulen : Fitria Ningsih
7. Observer : Diptanala P.R.
Tugas Masing-Masing
1. Moderator : memandu jalannya acara
2. Leader : memimpin jalannya program terapi.
3. Fasilitator : mendampingi dan mengarahkan saat anak terapi.
4. Notulen : mencatat hal-hal penting dan mengingatkan ketepatan waktu
5. Observer : mengevaluasi pelaksanaan kegiatan
Perkiraan Hambatan
1. Jadwal terapi yang kurang sesuai (lebih lambat dari yang dijadwalkan).
2. Anak rewel atau ingin keluar dari terapi bermain.
Antisipasi Hambatan/ Masalah
1. Jadwal terapi bermain disesuaikan
2. Melakukan kerjasama dengan orang tua untuk mendampingi anak selama program
terapi.
DAFTAR PUSTAKA
Riyadi dan Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Soetjiningsih. 1995. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC
Wong. 2001. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 1. Jakarta: EGC
top related