tutor 1anastesi lokal
Post on 26-Oct-2015
75 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Vital Sign adalah tanda-tanda vital yang sangat menentukan kondisi dari seseorang. pemeriksaan tanda vital (vital sign) meliputi pengukuran suhu tubuh, denyut nadi, tekanan darah, dan pernapasan. Normal vital sign dipengaruhi oleh : umur, sex (jenis kelamin), berat badan, aktivitas, dan kondisi (sehat/sakit).
PEMERIKSAAN VITAL SIGN1. Denyut NadiNadi adalah sensasi denyutan seperti gelombang yang dapat dirasakan/dipalpasi di arteri perifer, terjadi karena gerakan atau aliran darah ketika kontraksi jantung.2. Tekanan DarahTekanan darah pada arteri bervariasia sesuai dengan siklus jantung, yaitu memuncak pada waktu sistole dan sedikit menurun pada waktu diastole. Pada saat ventrikel berkontraksi, darah akan dipompa ke seluruh tubuh, hal ini disebut tekanan darah sistole, dan pada saat ventrikel rileks darah dari atrium masuk ke ventrikel, tekanan aliran darah pada waktu ventrikel sedang rileks tersebut disebut tekanan darah diastole. Tingginya tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya aktivitas fisik, keadaan emosi, rasa sakit, suhu sekitar, pengunaan kopi, tembakau, dll.
3. Pernapasan Normal : 16-24 kali/menit (tetapi ada juga referensi yang menyatakan 12-20 kali/menit).4. Suhu TubuhSuhu tubuh diperiksa dengan termometer badan, dan dapat berupa termometer air raksa atau termometer elektrik. pemeriksaan dapat dilakukan pada mulut, aksila atau rektum. pengukuran suhu melalui mulutbiasanya lebih mudah dan hasilnya lebih tepat dibandingkan melalui rectum. Suhu aksila 0,5˚C lebih rendah dari suu mulutSuhu tubuh normal : 36,6 derajat celcius - 37,2 derajat celcius. Pada cuaca yang panas dapat meningkatkan hingga 0,5 derajat celcius suhu normal. Suhu aksila 0,5 derajat celcius lebih rendah dari suhu mulut.
EKSODONSI
A Eksodonsia : Adalah salah satu cabang ilmu bedah mulut yang bertujuan untuk mengeluarkan seluruh bagian gigi bersama jaringan pathologisnya dari dalam socket gigi serta menanggulangi komplikasi yang mungkin timbul.
Eksodonsia yang sempurna menunjukan bahwa bagian gigi dan jaringan pathologisnya yang melekat seluruhnya harus ikut terambil keluar dari dalam socket. Sisa akar gigi granuloma apikalis dan serpihan jaringan gigi serta tulang alveolar harus diangkat keluar socket. Eksodonsia merupakan suatu tindakan bedah dan oleh karena itu segala langkah yang dilakukan harus berdasarkan prinsip yang sama dengan prinsip tindakan bedah pada umumnya. Perkembangan ilmu bedah mulut diawali dengan eksodonsia ini. Perkembangan selanjutnya adalah bahwa bedah mulut saat ini telah berkembang menjadi ilmu bedah oromaksilofacial.
Pada eksodonsia dipelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan pencabutan gigi, yaitu :1. Alat – alat yang dipergunakan2. Teknik dan Manipulasi3. Anestesi ( lokal dan umum )4. Perawatan pasca bedah5. Komplikasi yang mungkin timbulExodontia merupakan ilmu yang mempelajari tentang pencabutan gigi yang baik dan benar, yakni aman, higienis, dan tanpa rasa sakit disertai penanggulangankomplikasi baik sebelum, saat, dan setelah tindakan.Exodontia adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang bagaimana caramengeluarkan (ekstraksi) gigi secara efektif dan segala perawatan yangmenyertainya (Inneke, 1998)
Eksodonsia ( Pencabutan Gigi )Cabang ilmu bedah mulut yangmempelajari hal-hal yang berhubungandengan tindakan bedah gigi.dilakukan untuk mengeluarkan seluruhbagian gigi bersama jaringanpatologisnya dari dalam soket serta menanggulangi komplikasi yang mungkinterjadi
Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari tulang alveolar, dimanan pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan gigi juga adalah operasi bedah yang melibatkan jaringan bergerak dan jaringan lunak dari rongga mulut, akses yang dibatasi oleh bibir dan pipi, dan selanjutnya dihubungkan/disatukan oleh gerakan lidah dan rahang.
Definisi pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan tanpa rasa sakit satu gigi utuh atau akar gigi dengan trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi, sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak terdapat masalah prostetik di masa mendatang. extraksi gigi, pencabutan gigi, merupakan suatu tindakan pembedahan yang melibatkan jaringan tulang dan jaringan lunak dari rongga mulut, tindakan tersebut dibatasi oleh bibir dan pipi dan terdapat faktor yang dapat mempersulit dengan adanya gerakan dari lidah. Terdapat pula hal yang dapat membahayakan tindakan tersebut yaitu adanya hubungan antara rongga mulut dengan pharynk, larynx dan oeshophagus. Lebih lanjut daerah mulut selalu dibasahi oleh saliva dimana terdapat berbagai macam jenis mikroorganisme yang terdapat pada tubuh manusia. Tindakan pencabutan gigi merupakan tindakan yang dapat menimbulkan bahaya bagi penderita, dasar pembedahan harus dipahami, walaupun sebagian besar tindakan pencabutan gigi dapat dilakukan ditempat praktek.· Indikasi :1. Gigi yang sudah karies dan tidak dapat diselamatkan dengan perawatan apapun.2. Pulpitis atau gigi dengan pulpa non-vital yang harus dicabut jika perawatan endodontic tidak dapat dilakukan.3. Periodontitis apical. Gigi posterior non-vital dengan penyakit periapikal sering harus dilakukan pencabutan.
4. Penyakit periodontal. Sebagai panduan, kehilangan setengah dari kedalaman tulang alveolar yang normal atau ekstensi poket ke bifurkasi akar gigi bagian posterior atau mobilitas yang jelas berarti pencabutan gigi tidak bias dihindari lagi.5. Gigi pecah atau patah. Dimana garis pecah setengah mahkota dari akar.6. Rahang pecah. Jika garis gigi peca mungkin harus dilakukan pencabutan untuk mencegah infeksi tulang.7. Untuk perawatan ortodonsi8. Supernumerary teeth9. Gigi yang merusak jaringan lunak, jika pengobatan atau terapi lainnya tidak mecegah trauma atau kerusakan.10. Salah tempat dan dampaknya. Harus dilakukan pencabutan ketika gigi menjadi karies, menyebabkan nyeri, atau kerusakan batas gigi.11. Gigi yang tidak dapat disembuhkan dengan ilmu konservasi12. Gigi impaksi dan gigi non erupsi (tidak semua gigi impaksi dan non erupsi dicabut)13. Gigi utama yang tertahan apabila gigi permanen telah ada dan dalam posisi normal.14. Persiapan radioterapi. Sebelum radiasi tumor oral, gigi yang tidak sehat membutuhkan pencabutan, atau pengangkatan untuk mereduksi paparan radiasi yang berhubungan dengan osteomelitis.· Kontraindikasi :1. Apabila pasien tidak menghendaki giginya dicabut2. Pendarahan yang tidak diinginkan3. Alergi pada anastesi local4. Hipertensi jika pendarahan tidak terkontrol5. Diabetes yang tidak terkontrol sangat mempengaruhi penyembuhan luka6. Gigi yang masih dapat dirawat/dipertahnkan dengan perawatan konservasi, endodontic dan sebagainya.
INSTRUMEN UNTUK EKSODONSIA1. Peralatan diagnostik
Alat-alat dasar yang digunakan pada waktu pemeriksaan ialah :a. Pinset KG dengan atau tanpa permukaan yang bergores pada ujung penjepit.
Digunkan untuk mengambil atau menjepit kapas atau tampon.b. Sonde (dental Probe) lurus dan bengkok digunakan untuk pemeriksaan
kedalam karies dan mengetahui vitalitas gigi.c. Kaca mulut dalam beberapa ukuran (mm) digunkan untuk melihat objek di
rongga mulut.d. Eksavatore. Neirbeken
2. Peralatan pencabutan gigia. Forcep (tang pencabutan) mendorong atau menarik
Tang Rahang Atas Bentuk Lurus untuk pencabutan gigi anterior bermahkota dan sisa
akar.
Bentuk S untuk pencabutan gigi yang letaknya ditengah (premolar atau molar) bermahkota atau sisa akar.
Bentuk Bayonet untuk pencabutan M3 atau sisa akar.Tang untuk pencabutan gigi molar rahang atas bermahkota dibedakan atas kiri dan kanan sesuai dengan bentuk paruh. Sedang untuk gigi I, C, dan P tidak dibedakan.Tang Rahang BawahTang yang digunakan untuk gigi-gigi RB mempunyai ciri antara paruh dan pegangan membentuk sudut 90 derajat atau dimodifikasi lebih dari 90 derajat (untuk gigi yang letaknya di sudut mulut).Tang rahang bawah umumnya tidak dibedakan antara kanan dan kiri, tapi ada juga yang dibedakan. Untuk gigi I, C, dan P bentuk beak pada umumnya tumpul, yang membedakannya terletak pada lebar paruh (beak) dalam ukuran mesio-distal. Untuk tang molar ditandai yaitu pada beaknya ada ujung yang tajam pada kedua sisi dan tengah.
Tang Trismus yaitu tang rahang bawah dengan pembukaan horizontal biasanya dipakai untuk pencabutan gigi pada penderita yang sukar membuka mulut.
Tang Tanduk / Cow Horn yaitu yang dipergunakan untuk mencabut gigi yang tidak bermahkota dimana bifurkasi masih baik.
Tang modifikasi yaitu bentuk beak dan handle tidak membentuk sudut 90 derajat.
Tang Split / separasi yang digunkan untuk memecah bifurkasi.b. Elevator (pengungkit)
Alat ini digunakan untuk mengungkit gigi dari alvoelaris. Pergerakan dapat berupa mendorong atau menarik untuk mengeluarkan objek ke arah atas.Menurut bentuknya :
Straight (lurus) Elevator Lecluse dengan bentuk blade yang data/rata. Digunakan
untuk rahang bawah. Elevator Barry dengan bentuk handle dan shank lebih 90 derajat.
Untuk sisa akar RB. Elevator Cryer-White dengan blade dan shank lebih luas. Digunkan
untuk sisa akar RB.Menurut penggunaannnya :
Elevator yang didesain untuk menyingkirkan segala gigi. Elevator yang didesain untuk akar gigi setinggi gingiva line. Elevator yang didesain untuk akar yang fraktur 1/3 panjang akar. Elevator yang didesain untuk menyingkirkan mjukoperiosteal sebelum
penggunaan tang ekstrtaksi.Indikasi penggunaan :
Menggoyangkan dan menyingkirkan gigi yang tidak tercakup dengan forcep seperti gigi malposis atau impaksi
Menyingkirkan akar gigi yang disebabkan oleh fraktur atau karies.
Melepaskan gigi dari jaringan periodontal sebelum dicakup dengan forcep.
Beberapa tang khusus :1. Tang trismus2. Tang M3 Rahang Atas3. Tang cow horn
KONTRA INDIKASI EKSOKONTRA INDIKASI SISTEMIKPasien dengan kontra indikasi yang bersifat sistemik memerlukan pertimbangan khusus untuk dilakukan eksodonsi. Bukan kontra indikasi mutlak dari eksodonsi. Faktor-faktor ini meliputi pasien-pasien yang memiliki riwayat penyakit khusus. Dengan kondisi riwayat penyakit tersebut, eksodonsi bisa dilakukan dengan persyaratan bahwa pasien sudah berada dalam pengawasan dokter ahli dan penyakit yang menyertainya bisa dikontrol dengan baik. Hal tersebut penting untuk menghindari terjadinya komplikasi sebelum pencabutan, saat pencabutan, maupun setelah pencabutan gigi.
1. DIABETES MELLITUSMalfungsi utama dari diabetes melitus adalah penurunan absolute atau relative
kadar insulin yang mengakibatkan kegagalan metabolisme glukosa. Penderita diabetes melitus digolongkan menjadi:
1. Diabetes Melitus ketergantungan insulin (IDDM, tipe 1, juvenile,ketotik, britlle).Terjadi setelah infeksi virus dan produksi antibodi autoimun pada orang yang predisposisi antigen HLA. Biasanya terjadi pada pasien yang berumur di bawah 40 tahun.2. Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (NDDM, tipe 2, diabetes dewasa stabil).Diturunkan melalui gen dominan dan biasanya dikaitkan dengan kegemukan. Lebih sering terjadi pada umur di atas 40 tahun.
Pembedahan dentoalveolar yang dilakukan pada pasien diabetes tipe 2 dengan menggunakan anestesi local biasanya tidak memerlukan tambahan insulin atau hipoglikemik oral. Pasien diabetes tipe 1 yang terkontrol harus mendapat pemberian insulin seperti biasanya sebelum dilakukan pembedahan; dan makan karbohidrat dalam jumlah yang cukup. Perawatan yang terbaik untuk pasien ini adalah pagi hari sesudah makan pagi. Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik, yang sering disebabkan oleh karena sulit mendapatkan insulin, harus dijadikan terkontorl lebih dahulu sebelum dilakukan pembedahan. Ini biasanya memerlukan rujukan dan kemungkinan pasien harus rawat inap.
Diabetes dan Infeksi
Diabetes yang terkontrol dengan baik tidak memerlukan terapi antibiotik profilaktik untuk pembedahan rongga mulut. Pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol akan mengalami penyembuhan lebih lambat dan cenderung mengalami infeksi, sehingga memerlukan pemberian antibiotik profilaksis. Sebaliknya, infeksi orofasial menyebabkan kendala dalam pengaturan dan pengontrolan diabetes, misalnya meningkatnya kebutuhan insulin. Pasien dengan riwayat kehilangan berat badan yang penyebabnya
tidak diketahui, yang terjadi bersamaan dengan kegagalan penyembuhan infeksi dengan terapi yang biasa dilakukan, bisa dicurigai menderita diabetes.
2. KEHAMILANPregnancy bukan kontraindikasi terhadap pembersihan kalkulus ataupun ekstraksi gigi, karena tidak ada hubungan antara pregnancy dengan pembekuan darah. Perdarahan pada gusi mungkin merupakan manifestasi dari pregnancy gingivitis yang disebabkan pergolakan hormon selama pregnancy.
Yang perlu diwaspadai adalah sering terjadinya kondisi hipertensi dan diabetes mellitus yang meskipun sifatnya hanya temporer, akan lenyap setelah melahirkan, namun cukup dapat menimbulkan masalah saat dilakukan tindakan perawatan gigi yang melibatkan perusakan jaringan dan pembuluh darah. Jadi, bila ada pasien dalam keadaan pregnant bermaksud untuk scaling kalkulus atau ekstraksi, sebaiknya di-refer dulu untuk pemeriksaan darah lengkap, laju endap darah, dan kadar gula darahnya. Jangan lupa sebelum dilakukan tindakan apapun, pasien dilakukan tensi dulu.
Kalau memang ada gigi yang perlu diekstraksi (dimana hal itu tidak bisa dihindari lagi, pencabutan gigi (dan juga tindakan surgery akut lainnya seperti abses,dll) bukanlah suatu kontraindikasi waktu hamil. Hati-hati bila pada 3 bulan pertama. rontgen harus dihindari saja kecuali kasus akut (politrauma, fraktur ,dll). Hati-hati bila menggunakan obat bius dan antibiotic, (ada daftarnya mana yang boleh dan mana yang tidak boleh (FDA) sedative (nitrous oxide, dormicum itu tidak dianjurkan). Kalau memang harus dicabut giginya atau scalling pada ibu hamil, waspada dengan posisi tidurnya jangan terlalu baring, karena bisa bikin kompresi vena cafa inferior.
Kalau memang riskan, dan perawatan gigi-mulut tidak dapat ditunda sampai post-partus, maka sebaiknya tindakan dilakukan di kamar operasi dengan bekerja sama dengan tim code blue, atau tim resusitasi. Ekstraksi gigi pada pasien hamil yang ’sehat’ bisa dilakukan dengan baik dan aman di praktek, clinic biasa, atau rumah sakit.
Kesulitan yang sering timbul pada ekstraksi gigi pada ibu hamil adalah keadaan psikologisnya yang biasanya tegang, dll. Seandainya status umum pasien yang kurang jelas sebaiknya di konsulkan dulu ke dokter obsgin-nya.
3. PENYAKIT KARDIOVASKULERSebelum menangani pasien ketika berada di klinik, kita memang harus mengetahui riwayat kesehatan pasien baik melalui rekam medisnya atau wawancara langsung dengan pasien. Jika ditemukan pasien dengan tanda-tanda sesak napas, kelelahan kronis, palpitasi, sukar tidur dan vertigo maka perlu dicurigai bahwa pasien tersebut menderita penyakit jantung. Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan lanjut yang teliti dan akurat, misalnya pemeriksaan tekanan darah. Hal ini dimaksudkan untuk mendukung diagnosa sehingga kita dapat menyusun rencana perawatan yang tepat dan tidak menimbulkan akibat yang tidak diinginkan.
Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat, tekanan darah pasien naik menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong sehingga terjadi perdarahan.
Pasien dengan penyakit jantung termasuk kontra indikasi eksodonsi. Kontra indikasi eksodonsi di sini bukan berarti kita tidak boleh melakukan tindakan eksodonsi pada pasien ini, namun dalam penangannannya perlu konsultasi pada para ahli, dalam hal ini dokter spesialis jantung. Dengan berkonsultasi, kita bisa mendapatkan rekomendasi atau izin dari dokter spesialis mengenai waktu yang tepat bagi pasien untuk menerima tindakan eksodonsi tanpa terjadi komplikasi yang membahayakan bagi jiwa pasien serta tindakan pendamping yang diperlukan sebelum atau sesudah dilakukan eksodonsi, misalnya saja penderita jantung rema harus diberi penicillin sebelum dan sesudah eksodonsi dilakukan.
4. KELAINAN DARAHc. Anemia
Ciri-ciri anemia yaitu rendahnya jumlah hemoglobin dalam darah sehingga kemampuan darah untuk mengangkut oksigen menjadi berkurang. Selain itu, penderita anemia memiliki kecenderungan adanya kerusakan mekanisme pertahanan seluler.
d. HemofiliaSetelah tindakan ekstraksi gigi yang menimbulkan trauma pada pembuluh darah, hemostasis primer yang terjadi adalah pembentukan platelet plug (gumpalan darah) yang meliputi luka, disebabkan karena adanya interaksi antara trombosit, faktor-faktor koagulasi dan dinding pembuluh darah. Selain itu juga ada vasokonstriksi pembuluh darah. Luka ekstraksi juga memicu clotting cascade dengan aktivasi thromboplastin, konversi dari prothrombin menjadi thrombin, dan akhirnya membentuk deposisi fibrin.
Pada pasien hemofilli A (hemofilli klasik) ditemukan defisiensi factor VIII. Pada hemofilli B (penyakit Christmas) terdapat defisiensi faktor IX. Sedangkan pada von Willebrand’s disease terjadi kegagalan pembentukan platelet, tetapi penyakit ini jarang ditemukan.
Agar tidak terjadi komplikasi pasca eksodonsia perlu ditanyakan adakah kelainan perdarahan seperti waktu perdarahan dan waktu penjendalan darah yg tdk normal pada penderita
5. HIPERTENSIBila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor, pembuluh darah akan menyempit menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh darah kecil akan pecah, sehingga terjadi perdarahan. Apabila kita menggunakan anestesi lokal yang tidak mengandung vasokonstriktor, darah dapat tetap mengalir sehingga terjadi perdarahan pasca ekstraksi.Penting juga ditanyakan kepada pasien apakah dia mengkonsumsi obat-obat tertentu
seperti obat antihipertensi, obat-obat pengencer darah, dan obat-obatan lain karena juga dapat menyebabkan perdarahan. 6. JAUNDICETanda-tandanya adalah ( Archer, 1961 ) ialah kulit berwarna kekuning-kuningan disebut bronzed skin, conjuntiva berwarna kekuning-kuningan, membrana mukosa berwarna kuning, juga terlihat pada cairan tubuh ( bila pigmen yang menyebabakan warna menjadi kuning ).
Tindakan eksodonsi pada penderita ini dapat menyebabkan “prolonged hemorrahage” yaitu perdarahan yang terjadi berlangsung lama sehingga bila penderita akan menerima pencabutan gigi sebaiknya dikirimkan dulu kepada dokter ahli yang merawatnya atau sebelum eksodonsi lakukan premediksi dahulu dengan vitamin K.
7. AIDSLesi oral sering muncul sebagai tanda awal infeksi HIV. Tanpa pemeriksaan secara hati-hati, sering lesi oral tersebut tidak terpikirkan, karena lesi oral sering tidak terasa nyeri. Macam-macam manifestasi infeksi HIV pada oral dapat berupa infeksi jamur, infeksi bakteri, infeksi virus dan neoplasma.
Pada penderita AIDS terjadi penghancuran limfosit sehingga sistem kekebalan tubuh menjadi berkurang. Pada tindakan eksodonsi dimana tindakan tersebut melakukan perlukaan pada jaringan mulut, maka akan lebih mudah mengalami infeksi yang lebih parah.Bila pasien sudah terinfeksi dan memerlukan premedikasi, maka upayakan untuk mendapatkan perawatan medis dulu. Tetapi bila belum terinfeksi bisa langsung cabut gigi.
Dengan demikian, apabila dokter gigi sudah menemui gejala penyakit mematikan ini pada pasiennya, maka dokter bisa langsung memperoteksi diri sesuai standar universal precautaion (waspada unievrsal). Perlindungan ini bisa memakai sarung tangan, masker, kacamata, penutup wajah, bahkan juga sepatu. Karena hingga kini belum ditemukan vaksin HIV.
8. SIFILISSifilis adalah penyakit infeksi yang diakibatkan Treponema pallidum. Pada penderita sifilis, daya tahan tubuhnya rendah, sehingga mudah terjadi infeksi sehingga penyembuhan luka terhambat.
11. HIPERSENSITIVITASBagi pasien dengan alergi pada beberapa jenis obat, dapat mengakibatkan shock anafilaksis apabila diberi obat-obatan pemicu alergi tersebut. Oleh karena itu, seorang dokter gigi perlu melakukan anamnesis untuk mengetahui riwayat kesehatan dan menghindari obat-obatan pemicu alergi.
KONTRA INDIKASI LOKALKontraindikasi eksodonsi yang bersifat setempat umumnya menyangkut suatu infeksi akut jaringan di sekitar gigi.
1. Infeksi gingival akutInfeksi gingival akut biasa juga disebut dengan acute necrotizing ulcerative gingivitis (ANUG) atau fusospirochetal gingivitis. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri fusospirochaetal atau streptococcus. Ciri-ciri penderita infeksi gingival akut adalah :
a. memiliki OH yg jelekb. perdarahan pada gusi c. radang pada gusid. sakite. nafas tidak sedap (adanya akumulasi plak)
2. Infeksi perikoronal akutMerupakan infeksi yang terjadi pada jaringan lunak di sekitar mahkota gigi molar yang terpendam (gigi impaksi). Perikoronitis dapat terjadi ketika gigi molar 3 bererupsi sebagian (hanya muncul sedikit pada permukaan gusi). Keadaan ini menyebabkan bakteri dapat masuk ke sekitar gigi dan menyebabkan infeksi. Pada perikoronitis, makanan / plak dapat tersangkut di bawah flap gusi di sekitar gigi sehingga dapat mengiritasi gusi, pembengkakan dan infeksi dapat meluas di sekitar pipi, leher, dan rahang. Selain itu, faktor-faktor yang juga menyebabkan infeksi adalah trauma dari gigi di sebelahnya, merokok dan infeksi saluran pernapasan bagian atas.
Alasan melarang eksodonsi dengan keadaan seperti tersebut diatas adalah bahwa infeksi akut yang berada di sekitar gigi, akan menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh dan terjadi keadaan septikemia. Septikemia adalah suatu keadaan klinis yang disebabkan oleh infeksi dengan tanda-tanda respon sistemik, septikimia juga biasa diartikan dengan infeksi berat pada darah. Infeksi dalam rongga mulut bila tidak ditangani secara adekuat dapat menjadi suatu induksi untuk terjadinya sepsis. Bila pasien telah mengalami sepsis dan tidak segera ditangani maka keadaan sepsis ini akan berlanjut menjadi syok septic dan dapat mengakibatkan kematian pasien. Tanda-tanda respon sistemik sepsis :
a. Takhipne (respirasi > 20 kali/menitb. Takhikardi (denyut nadi > 90 kali/menit)c. Hipertermi (suhu badan rektal > 38,3)
PERSIAPAN EXONDONSIA DAN ANASTESITahap-tahap preoperasi meliputi beberapa persiapan yang harus dilakukan, antara lain persiapan pasien, persiapan alat-alat dan ruangan serta persiapan operator.a. Persiapan pasien Evaluasi dan seleksi pasien yang akan dilakukan tindakan. Persiapan fisik dan mental pasien. Dokter gigi akan mengomunikasikan dengan
pasien perawatan yang akan dilakukan dan segala komplikasinya. Hal tersebut tertuang dalam perjanjian perawatan yang disebut Informed Conseent.
Riwayat medis pasien (anamnesa)
Pre-operative Laboratory sebagai penunjang keberhasilan perawatan. Bisa meliputi pemeriksaan darah, RO dan tes sensitivitas obat.
Physical Examination yang meliputi vutak sign, TD, pulse nadi, respirasi, suhu badan. Serta pemeriksaan extra oral yang meliputi wajah-leher, kelenjar getah bening dan TMJ. Untuk intra oral juga perlu diperiksa.
Kontrol infeksi dan rasa sakit. Dokter gigi harus memutusakan apakah harus dilakukan kontrol infelsi, prophilaksis dengan antibiotika ataupun rasa sakit dengan pemberian obat penghilang rasa sakit.
b. Persiapan alat dan ruanganPersiapan alat-alat dan ruangan operasi dilakukan sebellum penderita masuk ke ruangan operasi. Alat-alat yang diperlukan untuk tindakan operasi harus sudah ditentukan dengan benar, steril dan tertutup. Begitu juga kamar operasi, kebersihan, penerangan dan pengatur suhu ruangan serta ketenangan dan kenyamanan sudah ditata dengan baik sehingga pasien dapat rileks dan nyaman masuk ruang operrasi.
c. Persiapan operatorOperator dan asop harus memahami sepsis dan asepsis. Sepsis adalah segala mikroba dan produknya yang dapat masuk kedalam tubuh penderita pada saat operasi yang dapat menimbulkan komplikasi pada penderita ataupun kematian. Untuk itu operator dan asop harus melakukan asepsis, yaitu menghilangkan seluruh faktor-faktor yang dapat menyebabkan sepsis seperti sterilisasi alat dan menggunakan bahan disinfektan. Selain itu harus menggunakan masker, baju operasi yang steril dan hanscond. Ruangan juga harus disterilkan dengan bahan disinfektan.
TEKNIK EKSODONSIASurgical method
Semua operasi bedah minor mulut mengikuti urutan tahap yang sama, yang merupakan dasar sistematis . Kepatuhan terhadap rencana keseluruhan merupakan bantuan besar ketika kesulitan muncul. Tahapan dalam pencabutan secara bedah adalah sebagai berikut. 1. Retraksi
Prosedur pertama adalah penempatan retraktor yang cocok sehingga daerah operasi dapat dilihat tanpa halangan oleh bibir, pipi dan lidah. Retractor pipi Kilner akan mengontrol kedua bibir dan pipi, jika diletakkan di sudut yang tepat. Ketika retraktor penempatannya sudah tepat, pemeriksaan akhir yang harus dilakukan adalah posisi pasien, operator, asisten, dan cahaya.
2. IncisionBentuk sayatan harus direncanakan dengantepat, dimana perlu diperhatikan
sayatan tersebut dapat memisahkan mukosa dan periosteum dan nantinya dapat ditutup kembali. Sebuah sayatan yang panjang penyembuhannya semudah yang pendek, sehingga penyayatan tidak hendaknya tidak terlalu sedikit. saraf mental adalah satu-satunya struktur yang berisiko terganggu, oleh karena itu penempatan bijaksana sayatan dapat mengurangi perdarahan. kebanyakan sayatan dapat dibuat ke tulang di bawahnya, dan ini memastikan pemisahan baik mukosa dan periosteal.
Pisau bedah dipegang dengan teknik pengrasp dan Sayatan kadang-kadang dengan mudah dapat diperpanjang dengan gunting bedah.
3. RefleksiFlap mucoperiosteal dicerminkan ke mukosa dibawahnya dengan elevator
periosteal. dua elevator dapat digunakan untuk keuntungan pada tahap ini, satu bekerja dan yang lain membantu retraksi di pesawat subperiosteal. Penyayatan yang baik pada tepi margin luka dapat digunakan untuk memobilisasi flap. Refleksi ini dapat mengurangi trauma dan luka lebih lanjut.
4. Bone removal Penyingkiran tulang biasanya diperlukan dalam kepentingan untuk mengurangi
trauma pengangkatan dengan kekuatan berlebihan, pengurangan tulang hendaknya disesuaikan dan tidak terlalu sedikit. Hal ini paling mudah dicapai dengan menggunakan handpiece kecepatan lambat sampai sedang. penghapusan tulang harus dihitung dan tidak merusak membabi buta. Tujuan utama harus menjadi akses untuk pencabutan, pendirian dari titik aplikasi untuk bein (atau tang), dan penghapusan halangan untuk gerakan gigi atau akar. semua tujuan-tujuan ini dapat dicapai secara bersamaan, tetapi semua tujuan tersebut harus dikerjakan dengan tertib. Slot atau selokan sekitar gigi atau akar harus dalam dan sempit sehingga untuk mempertahankan titik tumpu untuk leverage. Selain itu bentuk gigi harus diingat, baik ketika kliring kardinal poin dari mahkota dan memungkinkan untuk kelengkungan dan angulasi dari akar.
5. Seksi gigipemotongan gigi menjadi beberapa segmen dapat menyelesaikan konflik jalan
pencabutan, atau menghilangkan impaksi. Hal ini paling baik dicapai dengan cara mengebur permukaan dengan bur bulat, yang kemudian diteruskan dengan bur fissure. Pemotongan yang lebih efisien dengan menggunakan tungsten karbid. Kedalaman semua potongan harus diperkirakan sehingga mempertahankan substansi gigi, dan untuk menghindari kerusakan pada struktur tetangga. Akhir pemisahan ini dicapai dengan Levering dalam slot dengan elevator rata sampai gigi retak terpisah. untuk menghindari retak merambat ke tulang, lebih aman untuk mendapatkan gerakan terbatas dari gigi dalam soket sebelum di seksi.
6. PencabutanKetika pennyingkiran tulang dan seksi gigi selesai, gigi atau akar dicabut,
biasanya oleh leverage dengan elevator. Ketika bentuk akar rumit, penarikan dengan forsep mungkin lebih mudah, asalkan dapat diterapkan. Pencabutan yang sukses merupakan penyebab kepuasan pasien, namun ini tidak mewakili akhir operasi!, masih ada tahap untuk memastikan tidak ada gangguan penyembuhan.
7. PembersihanSoket, atau cacat tulang lainnya, harus diperiksa adanya debris puing enamel,
amalgam, kalkulus atau potongan tulang. Hal tersebut dapat menunda penyembuhan
sampai diangkat semuanya.. Irigasi yang berlebihan tidak perlu dilakukan, hanya irigasi ini harus mampu menyapu darah beku. perdarahan mungkin perlu dijepit tapi, untungnya, perdarahan berlebihan sangat langka. Ketika perdarahan dikendalikan, dan luka bersih, siap untuk penutupan.
8. Penutupanflap yang dibentuk kemudian dilakukan penjahitan kembali. Tujuannya adalah
untuk tidak membuat segel yang terlalu ketat, melainkan untuk mendukung mereka dalam posisi dan mencegah perpindahan pada fase awal penyembuhan. Mengurangi ternganga cacat juga berfungsi untuk mengurangi kemungkinan masuknya sisa makanan, dan traksi lembut pada jaringan akan memegang mereka teguh permukaan tulang dan menghentikan perdarahan. Semakin minimal jumlah jahitan yang digunakan untuk menghasilkan hasil yang diinginkan, semakin baik. Penyisipan terlalu banyak jahitan tidak perlu, karena akan mengakibatkan benang jahit kusut dan cenderung plak menumpuk dan mengakibatkan peradangan. Bagian akhir Jahitan tidak harus dipotong terlalu pendek, meninggalkan sedikit sisa untuk pengambilan kembali jahitan. Bahan jahit resorbable lebih disukai oleh banyak operator, dan bahan-bahan seperti softgut dan polyglactin 910 yang cocok untuk tujuan tersebut.
9. Check-upPada saat penyelesaian penjahitan, benang yang terlalu ketat harus dilepaskan dan penjahitan diulang luka yang masih menganga. Pasien diinstruksikan menggigit lembut pada kapas lembab, yang akan memastikan penghentian akhir perdarahan. Selama waktu ini, instruksi pascaoperasi dapat dibahas. Pasien harus memahami bagaimana menjaga luka bersih, dengan sering berkumur larutan garam, dan tahu bagaimana untuk berlebihan. Analgesik yang sesuai harus diberikan, atau diresepkan, pembatasan aktivitas dan istirahat di rumah semalam disarankan.
10. KontrolKontrol biasanya dilakukan seminggu setelah ekstraksi dilakukan. Biasanya
pada saat ini dilakukan pengambilan benang jahit, dan pemeriksaan penyembuhan daerah operatif.
11. PencacatanSingkat, tapi akurat, catatan operasi harus dibuat untuk mencatat prosedur
yang digunakan, dan untuk dicatat variasi dari teknik biasa. keterlibatan pembuluh darah atau saraf, kerusakan apeks dan jumlah jahitan, semua sangat penting. Sebuah deskripsi dramatis tidak perlu dan yang terbaik adalah lebih untuk berkonsentrasi pada faktor-faktor yang paling penting untuk menjadi signifikan dalam tindak lanjut jangka panjang. Semua catatan tersebut harus, mencantumkan tanggal dan jelas ditandatangani, karena mereka merupakan hukum serta catatan klinis operasi.
TEKNIK PENCABUTAN GIGI SULUNG
Teknik pencabutan tidak berbeda dengan orang dewasa. Karena pada anak ukuran gigi dan mulut lebih kecil dan tidak memerlukan tenaga yang besar, maka bentuk tang ekstraksi lebih kecil ukurannya. Harus diingat juga bentuk akar gigi sulung yang menyebar dan kadang-kadang resorpsinya tidak beraturan dan adanya benih gigi permanen yang ada di bawah akar gigi sulung. Seperti juga orang dewasa, pada waktu melakukan pencabutan perlu dilakukan fiksasi rahang dengan tangan kiri. Jika resorpsi akar telah banyak, pencabutan sangat mudah, tetapi jika resorpsi sedikit terutama gigi molar pencabutan mungkin sulit dilakukan, apalagi bila terhalang benih gigi permanen di bawahnya.
Untuk gigi sulung berakar tunggal :Gerakan rotasi dengan satu jurusan diikuti dengan gerakan ekstraksi (penarikan).
Untuk gigi berakar ganda :Gerakan untuk melakukan pencabutan adalah gerakan luksasi pelan-pelan juga. Gerakan luksasi ini ke arah bukal dan ke arah palatal, diulang dan juga harus hati-hati serta tidak dengan kekuatan yang besar. Gerakan luksasi diikuti dengan gerakan ekstraksi.
Bila pada gambaran roentgen terlihat benih gigi tetap berada pada akar gigi sulung sebaiknya pencabutan dilakukan dengan membagi mahkota menjadi dua bagian dan mencabutnya satu demi satu. Hal ini dilakukan untuk menghindari terangkatnya benih gigi tetap dibawahnya.
Komplikasi EksodonsiaBeberapa komplikasi yang sering terjadi pasca pencabutan gigi:1. Oedema (dibaca: "udem"), pembengkakan yang tidak wajar, keadaan ini merupakan kondisi bengkak pada bagian tempat gigi yang dicabut. Ini bisa terjadi karena bermacam hal, seperti; trauma pada luka pencabutan, infeksi sekunder, proses inflamasi yang tidak terkontrol.2. Perdarahan (hemorragie), keadaan ini merupakan terjadinya perdarahan yang hebat saat pencabutan gigi. Ini terjadi karena bermacam hal, seperti; kelainan sistemik pada pasien (misalnya hipertensi yang tidak terkontrol).3. Dry socket, kondisi ini merupakan kondisi soket bekas pencabutan gigi tidak mengeluarkan darah, bisa disertai dengan bau, sakit hebat. Ini terjadi karena bermacam hal, seperti; adanya infeksi sekunder, penggunaan obat tertentu diluar ketentuan dokter/dokter gigi.4. Patah tulang mandibula atau maksila, kondisi ini terjadinya fraktur (patah tulang) yang tidak diharapkan dari bagian soket gigi, atau bahkan tulang mandibula atau maksila tempat melekatnya tulang alveolar berada. Paling umum terjadi dikarenakan kesalahan tehnik operator saat melakukan pencabutan gigi. Oleh karena itu operator diharuskan memiliki tehnik yang benar dan bisa memperhitungkan seberapa besar penggunaan tenaga saat mencabut gigi dan cara menggunakan alat dengan tepat.5. Bila masih terjadi infeksi akut ditakutkan terjadinya septikemi karena bakteri masuk ke dalam saluran darah
top related