tugas mata kuliah kewirausahaan - wirausaha … · web viewdi indonesia benih non hibrida dikenal 4...
Post on 24-Mar-2019
244 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan Medan, Desember
2009
WIRAUSAHA BENIH DAN UMBI WORTEL
Dosen Pengasuh :Dr. Budi Utomo, SP, MP
Oleh :Afriyanti br Sembiring 061201002Friska Hutasoit 061201014Melyana Anggraini 061201022
DEPARTEMEN KEHUTANANFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada hadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Kewirausahaan ini tepat pada waktunya.
Laporan ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir
Semester Mata Kuliah Kewirausahaan di Departemen Kehutanan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Dr. Budi Utomo, SP. MP selaku dosen penanggung jawab mata kuliah
Kewirausahaan yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis
hingga dapat menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan,
sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat dibutuhkan demi kesempurnaan
tugas ini ke depannya.
Semoga tugas ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Medan, Desember
2009
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
PENDAHULUAN..................................................................................... 1
ISIA. PEMILIHAN TANAMAN INDUK................................................ 3B. PERSEMAIAN ............................................................................... 3C. PERSIAPAN LAHAN..................................................................... 7D. PENANAMAN................................................................................ 8E. PEMELIHARAAN........................................................................... 9F. SELEKSI.......................................................................................... 11G. PERTANAMAN KEDUA............................................................... 12H. PANEN............................................................................................ 12I. PENGOLAHAN BENIH.................................................................. 13J. PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN BENIH.......................... 13K. PENYIMPANAN............................................................................. 14L. PENGUJIAN BENIH....................................................................... 15
ANALISIS USAHA PRODUKSI BENIH WORTEL............................ 16
PENDAHULUAN
Benih merupakan sarana penting dalam produksi pertanian dan menjadi
pembawa perubahan teknologi dalam pertanian. Peningkatan produksi tanaman
hortikultura disebabkan oleh penggunaan benih varietas unggul disertai teknik
budidaya yang lebih baik dibandingkan massa sebelumnya. Benih-benih varietas
unggul dapat diperoleh melalui seleksi dan hibridisasi tanaman, baik yang
dilakukan oleh lembaga penelitian pemerintah maupun industry benih swasta
yang mempunyai divisi litbang (penelitian dan pengembangan).
Produksi benih komersial perlu didukung oleh program produksi benih
sumber secara terus menerus agar dapat menjamin kontinuitas ketersediaan benih
bagi petani pengguna. Di Indonesia benih non hibrida dikenal 4 kelas benih, yaitu
benih penjenis, benih dasar, benih pokok, dan benih sebar.
Hasil seleksi dan hibridisasi tanaman berupaya varietas baru mempunyai
keunggulan yang harus dipertahankan pada generasi berikutnya melalui
perbanyakan, sekaligus mempertahankan kemurnian genetic dan mutu benihnya.
Bidang produksi benih dapat dikelompokkan menjadi produksi benih sumber dan
produksi benih komersial.
Benih sumber sama dengan benih inti. Benih hanya diperbanyak oleh para
breeder (pemulia) yang ada di instansi pemerintah, perusahaan swasta, maupun
perorangan. Benih sumber diproduksi dalam jumlah sedikit untuk perbanyakan
benih penjenis atau bahan persilangan. Panen benih dipisahkan untuk setiap
tanaman, buah, atau polong. Hasil benih sumber tidak diperjualbelikan. Sementara
benih komersial adalah benih yang diperbanyak oleh para breeder, produsen
benih, penangkar benih, maupun perorangan dalam jumlah banyak. Hasil panen
benih komersial dengan cara tiap tanaman disatukan dan diperjualbelikan.
Produksi benih komersial perlu didukung oleh program produksi benih
sumber secara terus-menerus agar dapat menjamin kontinuitas ketersediaan benih
bagi petani pengguna. Di Indonesia, benih nonhibrida dikenal empat kelas benih,
yaitu benih penjenis (breeder seed/BS), benih dasar (foundation seed/FS), benih
pokok (stock seek/SS), dan benih sebar (extension seed/ES)/
Selama memproduksi benih diupayakan agar diperoleh benih bermutu
tinggi. Beberapa faktor yang berperan dalam keberhasilan produksi benih adalah
mutu bebih sumber (benih inti), areal produksi, kondisi iklim dan musim yang
tepat, teknik memproduksi benih, serta penanganan panen dan pascapanen. Semua
faktor dan tahap produksi benih perlu dikendalikan agar diperoleh benih dengan
kualitas dan kuantitas yang tinggi.
ISI
A. PEMILIHAN TANAMAN INDUK
Tanaman induk adalah tanaman yang hasil produksi benihnya digunakan
untuk pertanaman berikutnya atau disebut juga benih sumber. Pemilihan tanaman
induk dilihat dari vigornya yang sangat tinggi/sehat, kuat dan seragam ; bebas
penyakit, terutama penyakit yang menular ke benih seperti layu, virus, serta
identitas vegetative dan generatifnya sesuai dengan deskripsi. Tanaman induk
wortel dipilih saat panen konsumsi. Biasanya umbi wortel yang terpilih sekitar
30% dari luasan 1 ha untuk tanaman induk. Kriteria umbi wortel yang dipilih
adalah tidak cacat, tidak berbulu, tidak bercabang, lurus, serta bentuk dan warna
sesuai dengan identitas varietasnya.
B. PERSEMAIAN
Tanaman sayuran sangat beragam dalam hal ukuran benih, cara tanaman,
jarak tanam, dan teknologi budi daya, baik untuk tujuan konsumsi Maupin
produksi benih. Cara penanaman benih sayuran untuk produksi benih ada dua
cara, yaitu penanaman langsung atau melalui penyemaian.
Penanaman benih langsung di lahan umumnya untuk benih berukuran
besar. Benih yang dapat ditanam langsung seperti kacang panjang, kacang buncis,
kangkung, dan mentimun. Benih yang berukuran kecil dapat ditanam langsung
dengan cara disebar, asalkan jarak tanamnya rapat seperti pada benih wortel.
Benih yang harus disemai umumnya berukuran kecil dan membutuhkan
jarak penanaman yang cukup renggang. Bila ditanam langsung, terkadang benih
gagal tumbuh atau mati karena kondisi lingkungan tidak sesuai. Selain itu, benih
yang berukuran kecil mudah terbawa air bila musim hujan atau saat penyiraman
dan tidak tumbuh karena ditanam terlalu dalam atau tanah keras sehingga
menghambat perkecambahan dan pertumbuhan.
1. Lahan Persemaian
Persemaian dibuat untuk melindungi bebih/bibit tanaman yang masih
muda dari terik matahari, air hujan, dan serangan hama penyakit. Persemaian
bias dibuat secara sederhana maupun permanen.
a. Persemaian sederhana
Model persemaian ini biasanya digunakan dalam penanaman skala
kecil, yaitu kurang dari 1 hektar dan bersifat musiman (setelah selesai
tanam persemaian dibongkar). Persemaian yang sederhana dapat
berukuran 5-10 cm x 100-120 cm x 75-100 cm. Atap diberi rangka bambu
dengan bentuk melengkung (melingkar) dan penutup dari plastic
benih/transparan. Atap tersebut dapat dibuka-tutup. Atap dibuka pada pagi
hari sampai pukul 11.00 dan ditutup kembali sampai pagi hari. Bila hujan
deras, meskipun pagi hari, atap harus ditutup karena kecambah, benih, atau
bibit yang masih muda tidak tahan hujan berlebih.
b. Persemaian permanen
Panjang dan arah bangunan persemaian dibuat utara-selatan dengan
panjang 15-30 cm dan lebar 110 cm. Tinggi sebelah timur 1,2 m agar
cahaya matahari pagi masuk ke lahan persemaian. Sementara tinggi
sebelah barat dibuat 1 m agar tidak terkena cahaya siang hingga sore hari
karena penyinaran pada jam tersebur kurang baik bagi pertumbuhan
tanaman muda. Tiang-tiang penyangga dibuat dari besi atau kayu. Panjang
dan lebar persemaian dibatasi dari besi atau kayu. Panjang dan lebar
persemaian dibatasi bata/tembok sekitar 20 cm media semai tidak
berhamburan.
2. Media Persemaian
Untuk memperoleh bibit yang sehat maka media tumbuh
persemaian harus bebas dari hama dan penyakit. Media tumbuh harus
disterilkan dengan cara dikukus atau dicampur dengan bahan kimia. Berikut
ini bahan dan alat yang digunakan untuk persemaian :
Pupuk kandang yang sudah matang dengan ciri berwarna hitam seperti
tanah.
Tanah lapisan subsoil (yang terletak di bawah lapisan olah tanah/topsoil).
Tanah ini didapat pada kedalaman sekitar 60 cm. Tanah subsoil bagus
untuk campuran media tumbuh persemaian karena belum terkontaminasi
penyakit.
Basanid 36
Air
Minyak tanah
Plastik
Sekop/cangkul
Ayakan ram kawat
Kompor gas
Drum
Alat sterilisasi permanen
Cerangka (keranjang dari bamboo, kapasitas 50-60 kg)
Ada dua cara sterilisasi media persemaian, yaitu dengan cara dikukus dan
cara kimia.
a. Cara dikukus
1) Campur tanah subsoil dan pupuk kandang yang telah masak.
2) Ayak campuran tanah dan pupuk kandang dengan ram kawat agar halus.
Masukkan campuran media tersebut ke dalam cerangka.
3) Masukkan cerangka berisi media ke dalam drum berisi air sebanyak
seperempat bagian. Antara air dan campuran media ada pembatas dari
logam yang berlubang-lubang kecil.
4) Nyalakan kompor gas, tutup drum, biarkan 2-3 jam sampai suhu media
mencapai 70ºC.
5) Angkat media yang sudah dikukus, lalu dinginkan sehari semalam.
b. Cara kimia
1) Campur secara merata media persemaian yang sudah halus dengan
Basamid 36, perbandingan 70 gr/m3
2) Tutup dengan plastic selama 10 hari.
3) Diamkan media selama tiga hari sebelum dipakai.
3. Teknik penyemaian
Teknik penyemaian yang benar akan menentukan tingkat
keberhasilan benih menjadi bibit yang sehat. Berikut ini tahap-tahap
penyemaian sampai bibit siap ditanam di lapangan.
a) Masukkan benih yang akan disemai ke kantong-kantong kain kasa
halus.
b) Rendam kantong benih dalam air hangat (32°C) atau larutan Precivur
N 5 cc/liter air selama 15 menit agar penyakit yang ada di permukaan
benih hilang.
c) Angkat dan tiriskan kantong-kantong benih di tempat teduh sambil
menunggu persiapan media sebar.
d) Masukkan media steril ke bak persemaian setebal 10 cm.
e) Siram dengan air sampai bersih.
f) Tebarkan benih sampai merata, jangan terlalu rapat. Benih yang
ditebarkan sebanyak 10 g untuk tiap 1 m2.
g) Beri jarak atau pembatas antara jenis benih yang satu dengan lainnya
agar tidak tercampur.
h) Tutup benih tersebut dengan media tanam steril setebal 2 cm. media
tanam steril diayak di atas bak persemaian dengan ayakan bamboo.
i) Tutup bak persemaian dengan plastik atau daun pisang agar suhu dan
kelembaban stabil dan merata sehingga perkecambahan akan merata
pula.
j) Setelah 3-4 hari (setelah benih berkecambah), buka penutup benih agar
kecambah tumbuh kuat.
k) Siram kecambah dengan air menggunakan hand sprayer setiap hari
agar kecambah tidak rusak.
l) Setelah bibit berumur 7-10 hari (berdaun 2-3 helai), pindahkan/sapih
satu per satu ke dalam bumbunan yang terbuat dari daun pisang.
Bumbunan dibuat melingkar dan distepler. Diameter bumbunan 3-5
cm dengan tinggi 5cm.Bumbunan berisi media steril.
m) Siram bibit dalam bunbunan setiap pagi dansore hari.Gunakan
fungsida dan insektisida 0,1-0,2% setiap 3 harisekali.Setelah 15-30
hari(tergantung jenis tanah)atau setelah bibit berdaun 5-9 helai,bibit
siap ditanam ke lapang.
C. PERSIAPAN LAHAN
Persiapan lahan untuk produksi benih umumnya sama dengan persiapan
lahan untuk produksi buah/polong/umbi yang di konsumsi. Berikut ini tahap-
tahap persiapan yang dilakukan.
1. Olah lahan dengan bajak atau cangkul sedalam 20-40 cm.Bersihkan lahan
dari rerumputan (gulma).Untuk drainase,buat parit pembuangan air
didekeliling areal tanaman sedalam 50-80 cm dan lebar 50-60 cm. Bila pH
tanah kurang dari 5,5 beri kapur dolomite /kapstan sebanyak 1-2 ton/ha.Kapur
diaduk dengan lapisan tanah sekitar 20 cm danbiarkan selama 1bulan.
2. Buat bedengan dengan lebar 1,1m. Panjang bedengan maksimal 30m (untuk
memudahkan pemasangan mulsaplastik perak hitam). Jarak antara bedengan
50 cm. Dibuat garitan dibuat pada jarak 25 cm dari tepi untuk tempat pupuk
kandang dan pupuk buatan. garitan Beri pupuk kandang yang sudah masak
kedalam garitan/alur.
3. Beri pupuk kandang yang sudah masak ke dalam garitan/ alur.
4. Beri pupuk TSP bersamaan dengan pupuk kandang, pupuk KCL diberikan
dua kali, setengah dosis bersama pupuk kandang dan TSP, sisanya setelah
tanaman berumur 30 hari setelah tanam. Pemupukan pada wortel di berikan
saat pertanaman kedua.Tutup bedengan dengan tanah setebal 5-10 cm yang
diambil dari kiri dan kanan bedengan. Ratakan dan siram sampai basah
merata.
5. Tutup bedengan dengan mulsa plastic perak hitam. Pemasangan plastik
jangan sampai terbalik, bagian plastik yang berwarna perak berada diatas
permukaan tanah.pemasangan mulsa sebaliknya dilakukan saat kondisi terang
atau panas agar plastik mudah dibentangkan, dan merata.
6. Buat lubang tanam dengan jarak 50 cm x 30 cm. Diameter lubang tanah 10
cm. Alat yang digunakan berupa kaleng susu bekas yang bagian bawah dan
sekeliling kaleng diberi lubang-lubang kecil dari paku, kaleng diberi
pegangan. Panasi kaleng dengan arang yang dibakar. Setelah panas, letakkan
kaleng ke mulsa plastik yang sudah diberi tanda jarak tanaman dengan spidol
atau tusukan bambu kecil. Mulsa plastik akan berlubang dan bagian pinggir
lubang akan bergelintik akibat panas sehingga mulsa tidak mudah sobek.
D. PENANAMAN
Setelah lahan pertanian siap dipakai maka benih wortel langsung ditanam
di lapangan.
1. Waktu Tanaman.
Waktu tanam yang bagus, dilakukan pada pagi hari atau sore hari dalam
keadaan udara sejuk, dengan maksud supaya bibit yang dipindahkan tidak
layu. Sementara musim tanam yang baik untuk produksi benih dilakukan
pada akhir musim penghujan, dan waktu panen buah diharapkan pada
musim kemarau sehingga tingkat kerusakan biji dapat dihindari sekecil
mungkin.
2. Cara pemanasan
a. Pilih bibit yang siap dipindahkan kelapangan dengan tinggi relative
seragam agar pertumbuhan seragam pula.
b. Buat lubang tanam disetiap lubang mulsa dengan tugal ( kayu
runcing ), kedalaman lubang sekitar 7 cm.
c. Buka pembungkus bumbunan media tumbuh agar perakaran bibit
tumbuh dan berkembang normal.
d. Tanam bibit dilubang tanam, tekan permukaan tanah disekitar bibit agar
dapat berdiri tegak. Tiap lubang tanam berisi satu bibit. Selanjutnya
bedengan yang siap tanam digarit memanjang menggunakan kored
dengan lebar 2,5 cm dan kedalaman sekitar 5 cm. Lalu tutup benih
dengan abu sekam agar mudah tumbuh.
e. Semprot tanaman yang baru ditanam dan lubang tanam dengan
fungisida (antracol, Dithane, atau Daconil) dan insektisida (Ambhus,
Serva, Curacron, Decis) dengan dosis 0,1 – 0,2 %/ liter air.
Penyemprotan dilakukan seminggu sekali.
E. PEMELIHARAAN
Pemeliharaan tanaman sejak dipersemaian, di lapangan, sampai pada tahap
pemanenan harus diperhatikan sedemikian rupa, hal ini dikarenakan terdapat
korelasi positif antara kesehatan tanaman dan buah/ polong dengan kualitas benih.
Begitu pula produksi buah/ polong dengan benih yang dihasilkan. Pemeliharaan
tanaman untuk produksi benih relatih sama dengan pemeliharaan untuk produksi
konsumsi.
1. Pemupukan
Benih berkualitas tinggi diperoleh apabila kebutuhan unsur hara dapat
dipenuhi selama penanaman sehingga pertumbuhan tanaman optimal. Selain
pupuk dasar (pupuk kandang), benih sayuran memerlukan unsur hara makro,
terutama fosfor dan kalium. Aplikasi unsur fosfor dapat meningkatkan vigor
benih, perkecambahan benih, dan tanaman yang dihasilkan lebih besar
dibandingkan dengan benih yang kekurangan fosfor. Apabila unsur hara yang
dibutuhkan tanaman optimal maka produksi yang dihasilkan juga akan
optimal.
Pemupukan susulan diaplikasikan dengan cara penugalan diantara tanaman
dengan jarak 5 – 10 cm. Bila musim kemarau, pupuk susulan dicairkan
dengan dosis 50 gr/10 liter air untuk 50 lubang tanam.
2. Penyulaman
Bibit yang baru ditanam, tidak semuanya dapat tumbuh dan dapat bertahan
menjadi tanaman dewasa. Kondisi ini dipengaruhi oleh factor lingkungan
( cuaca, panas, hujan lebat ), serangan hama, atau bibit mnempel pada mulsa
plastic. Bibit tanaman yang mati harus disulam ( diganti ) dengan sisa bbit /
benih yang ada di persemaian. Penyulaman dilakukan pada pagi hari/ sore
hari yang diikuti dengan penyiraman. Penyiraman dilakukan setiap hari
selama 10 hari sejak tanam. Pembatasan waktu penyulaman tersebut untuk
menghindari perbedaan pertumbuhan.
3. Pengairan
Pada musim kemarau, tanaman perlu diairi setiap hari sejak tanam sampai
umur 1 bulan dan selanjutnya diairi 3 hari sekali. Untuk pertumbuhan
vegetative dan generative, tanaman memerlukan air yang cukup banyak,
karena tanaman ini mengandung 70-90 % air. Cara pengairan bisa digunakan
mesin sprinkler, cara manualnya dengan selang karet, atau diair perindividu
tanaman. Pada musim penghujan drainase perlu diperhatikan jangan sampai
air menggenangi tanaman. Tanaman yang terendam air dapat terinfeksi
cendawan Fusarium oxysforum dan bakteri Pseudomonas solanasearum.
4. Pemangkasan
Produksi dan kualitas benih, selain dipengaruhi faktor genetik, penggunaan
benih bermutu, dan pemberian unsure hara, juga dipengaruhi oleh
pemangkasan. Pada tanaman wortel pemangkasan dilakukan di bagian
batang,dan umbel-umbel tersier. Pemangkasan dapat meningkatkan diameter
buah dan bobot satu umbel. Benih/bibit yang berukuran besar dan berat
memiliki viabilitas dan vigor benih yang lebih baik dibandingkan dengan
benih yang berukuran kecil. Pemangkasan bermanfaat pula dalam beberapa
hal, yaitu:
a. Mengurangi persaingan antara daun dan umbel.
b. Mengurangi kelembaban iklim mikro disekitar tanaman dan mengurangi
serangan penyakit.
c. Meningkatkan hasil panen.
d. Dapat menghasilkan dominasi umbel dalam pengambilan energy
fotosintat. Dengan demikian kualitas benih yang dihasilkan meningkat.
Cara pemangkasan pada tanaman wortel adalah: dipelihara 5 ruas batang
utama dan umbel-umbel sekunder. Sementara yang dipangkas/ dibuang adalah
umbel-umbel tersier.
5. Pemasangan ajir/stik
Agar tanaman tegak perlu dipasang ajir/stik. Ajir dipasang sedini mungkin
setelah tanaman berumur 10 hari setelah tanam dan 10 hari setelah tumbuh,
dimana panjang ajirnya 1,5 m. Agar kuat, setiap ajir diikat berpasangan
kemudian diberi lagi ajir di atasnya.
6. Sanitasi lahan produksi
Lahan produksi benih sayuran harus dibersihkan dari gulma dan sumber
penularan hama dan penyakit. Rumput yang tumbuh di sekitar lubang tanam
dicabut sedini mungkin dan yang tumbuh di sekitar selokan disiangi dengan
menggunakan cangkul. Daun dan tanaman yang menguning atau yang mulai
terserang penyakit dipangkas/dibersihkan dan dibuang. Begitu pula bila sudah
berbuah, buah-buah yang sudah terserang hama dan penyakit
dibersihkan/dibuang. Pekerjaan sanitasi ini dilakukan dan dikontrol setiap
hari.
7. Pengendalian hama dan penyakit tanaman
Pestisida adalah salah satu teknik pengendalian hama terpadu (PHT) secara
kimiawi. Hal yang harus diperhatikan adalah orang yang menyemprotkannya
harus memakai pakaian tertutup, masker (penutup muka), sarung tangan,
sepatu dan topi. Penyemprotan jangan melawan arah angin. Waktu
penyemprotan sebaiknya pagi hari (pukul 07.00-10.00) atau sore hari (pukul
15.00-17.00). pestisida yang digunakan dapat berupa insektisida dan fungisida
dengan dosis 0,1-0,2% per liter air. Interval penyemprotan protan seminggu
sekali atau tergantung gejala serangan hama dan penyakit.
F. SELEKSI
Seleksi adalah memilih tanaman, buah, polong, umbi serta biji yang sehat
dan tidak cacat sesuai dengan identitas varieties. Seleksi juga diartikan membuang
tanaman, buah polong, umbi, curd, dan benih yang tidak sehat, cacat, atau
menyimpang dari identitas varietasnya.
1. Seleksi tanaman
Sebelum melakukan seleksi tanaman, hendaknya mengetahui minimal
membawa identitas/deskripsi/karakter varietas tanaman yang diusahakan
(diproduksi). Benih bermutu dijunjukkan dengan tingkat kemurnian benih
yang tinggi.
Seleksi pada tanaman wortel dilakukan pada saat panen, yaitu memilih
umbi wortel yang lurus, tidak bercabang, tidak berbulu, ditanam di
pertanaman kedua, tangkai daun umbi wortel yang terseleksi dipotong,
disisakan sekitar 10 cm. Ujung umbi dipotong 1/3 bagian, lalu bekas potongan
tersebut dicelupkan ke dalam larutan fungisida. Selanjutnya, wortel yang telah
deberi perlakuan tersebut disimpan di suhu kamar (240 C) selama 7-10 hari.
2. Seleksi biji
Seleksi biji dilakukan pada saat pengolahan benih. Seleksi biji yang
dilakukan pada tanaman wortel yakni pada saat pengolahan, dengan
memisahkan biji dari kotoran serta membuang biji yang cacat dan berukuran
kecil.
G. PERTANAMAN KEDUA
Produksi benih tanaman wortel perlu disiapkan lahan pertanaman kedua,
yaitu berbentuk bedengan dengan lebar 1,5 m, panjang tergantung keadaan lahan.
Bedengan dibuat dengan arah utara-selatan, persis seperti bedeng persemaian.
Bedengan diberi naungan plastic transparan dengan tinggi sekitar 1,2 m bila
penanaman kedua berlangsung pada musim penghujan. Bila kedua terjadi pada
musim kemarau tidak perlu diberi naungan. Lubang tanam yang dibuat sebanyak
1 kg/tanaman dan pupuk buatan.
H. PANEN
Bunga wortel untuk benih dipilih yang sudah mekar/gugur, umbel
berwarna cokelat muda (perubahan dari warna hijau ke cokelat), dan biji belum
rontok. Umbel wortel yang sehat dipanen bersama tangkainya dengan cara
dipotong menggunakan gunting stek. Hasil panen dimasukkan ke kantong plastik
yang sudah disediakan. Waktu panen yang baik dilakukan setelah tidak ada
embun (dalam keadaan kering) agar tidak terjadi pembusukan dan perkecambahan
dalam karung-karung plastik. Ketepatan panen benih wortel sangat penting karena
umbel mudah rontok dan mudan pecah sehingga banyak benih yang hilang di
lapangan. Setelah panen, umbel dikeringkan di bawah sinar matahari atau dengan
pengering buatan (blower dan heatel dengan suhu 35oC). Alas pengering diberi
terpal, plastic atau dilakukan di ruang bertegel. Hal ini dikarenakan sebagian
bahan akan pecah selama pengeringan.
I. PENGOLAHAN BENIH
1. Panen bunga (umbel) wortel yang sudah tua (berwarna keabu-abuan) tetapi
bijinya belum rontok
2. Keringkan bunga di bawah panas matahari sekitar 3-4 jam selama 4 hari
sampai bijinya mudah dirontokkan.
3. Rontokkan biji-biji dengan menggunakan tangan.
4. Pisahkan kotoran dengan biji.
5. Keringkan kembali sampai kadar air 6-9% dengan panas buatan pada suhu 30-
350C selama 12 jam.
6. Kemas benih yang sudah dikeringkan tersebut.
J. PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN BENIH
Pengemasan dan penyimpanan benih merupakan bagian akhir dari
penanganan benih. Kegiatan ini selalu dilakukan karena benih memiliki perbedaan
waktu panen, tempat panen, dan penanaman. Selain itu, penyimpanan juga
diperlukan bagi benih yang mengalami dormansi. Selama penyimpanan, benih
akan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Interaksi antar benih dan
lingkungan akan mempengaruhi tingkat kerusakan benih. Tingkat kerusakan
benih menyebabkan kemampuan benih menurun dari keadaan sebelumya. Sifat ini
mutlak dan tidak dapat dihentikan. Jenis pengemasan dan ruang penyimpanan
merupakan bagian dari lingkungan benih yang dapat dikendalikan sehingga laju
deteriorasi beinih tetap rendah. Pengemasan akan melindungi benih dari
pencampuran benih lain, kerusakan fisik, dan memudahkan penanganan
selanjutnya. Penyimpanan yang baik akan mempertahankan tingkat daya
kecambah binih dengan menekan laju deteriorasi seminimal mungkin.
Tujuan pengemasan benih yakni :
1. Mempertahankan kondisi lingkungan di sekitar benih agar sesuai dengan yang
dikehendaki.
2. Menghindari benih dari kontaminasi dana pencampuran dengan benih lain.
3. Melindungi benih dari kerusakan fisik, baik yang disebabkan oleh kerusakan
mekanik maupun serangan hama penyakit.
4. Menjaga kehilangan benih dan mempertahankan perlakuan benih.
5. Memudahkan dalam penanganan selanjutnya.
6. Sebagai media informasi dan iklan bagi benih di dalam kemasan.
Dalam memenuhi tujuan pengemasan maka perlu diperhatikan bahan-
bahan yang akan digunakan unuk kemasan. Bahan kemasan terbaik adalah yang
resisten terhadap uap dan gas. Namun, bahan lain yang lebih porous juga dapat
digunakan tergantung jenis benih dan penanganan yang akan dilakukan. Beberapa
bahan yang biasa digunakan sebagai pengemas benih di antaranya kain (belacu),
kertas, polietilen (plastik), aluminium foil, dan bahan logam (kaleng).
K. PENYIMPANAN
Penyimpanan benih pada dasarnya merupakan upaya untuk
mempertahankan viabilitas maksimum selama mungkin yang dicapai pada saat
masak fisiologis selama peroide simpan. Penyimpanan dilakukan untuk mengatasi
kemungkinan tidak tersedianya benih bermutu tinggi. Hal ini dikarenakan tidak
semua tempat memiliki benih bermutu tinggi. Tujuan yang ingin dicapai dengan
penyimpanan benih adalah sebagai berikut :
1. Benih bermutu tinggi dapat tersedian pada saat dikehendaki.
2. Dapat dikumpulkan benih dari kulticar yang dikehendaki untuk penanaman
tahun berikutnya.
3. Sebagai pelestarian plasma nutfah.
Sistem penyimpanan benih
Dalam pelaksanaanya, penyimpanan benih terdiri dari penyimpanan
berbuka dan penyimpanan tertutup, tergantung jenis benih, tujuan penyimpanan
benih, dan ketersediaan tempat penyimpanan.
a. Penyimpanan benih terbuka (opened storage)
Sistem penyimpanan terbuka berarti tidak ada perlakuan terhadap kondisi
lingkungan penyimpanan. Daya simpan benih tergantung pada lingkungan
penyimpanan. Di daerah dengan iklim lembab dan suhu tinggi, daya simpan
benih akan cepat menurun. Sementara di daerah beriklim kering dan dingin,
benih bias tahan lama disimpan. Pada sistem penyimpanan ini biasanya benih
dikemas dalam wadah yang tidak kedap seperti kain blacu, karung goni, kertas
semen, dan bahan porous lainnya. Wadah tersebut hanya cocok sebagai tempat
penyimpanan benih jangka pendek (kurang dari 3 bulan). Daya simpan benih
pada wadah dedap udara seperti aluminium foik dan kaleng bias mencapai 1-2
tahun.
b. Penyimpanan benih terkendali (conditioned storage)
Pada sistem penyimpanan benih terkendali, lingkungan ruang penyimpanan
dikontrol atau dikendalikan sehingga daya hidup benih dapat dipertahankan
sesuai dengan yang diinginkan.
L. PENGUJIAN BENIH
Pengujian mutu benih merupakan bagian penting yang tidak dapat
dipisahkan dari sistem pembenihan. Pengujian mutu benih memberikan informasi
yang diperlukan oleh produsen, pedagang, pengguna/petani, dan lembaga
pembenihan dalam menetapkan langkah atau kebijakan selanjutnya. Analisis mutu
benih sering dipakai sebatas pengujian benih.
Adapun pelaksanaan pengujian adalah metode penanaman, 400 benih butir
benih ditanam dalam beberapa ulangan. Tiap ulangan terdiri dari 100, 50 atau 25
butir, tergantung jenis benih dan luasan substrat yang digunakan. Benih ditanam
dengan teratur sehingga akar atau bakal batang yang akan tumbuh tidak bertautan
satu sama lain. Untuk lebih memudahkan evaluasi dan penghitungan ada beberapa
metode penanaman benih yakni uji pada kertas, uji antar kertas, uji antar kertas
lipat, uji pada pasir, uji dalam pasir, uji dengan metode UDMK.
Evaluasi kecambah dilaksanakan terhadap kecambah yang tumbuh dengan
kondisi optimum di laboratorium. Kecambah yang dievaluasi dibagi dalam tiga
kategori yakni kecambah dengan pertumbuhan sempurna, kecambah dengan
infeksi sekunder, serta kecambah abnormal.
ANALISIS USAHA PRODUKSI BENIH WORTEL
1. Biaya
a. Biaya tetap
No. KeteranganJumlah
(Rp)
1.Sewa lahan 6 bulan @ Rp 4.500.000,00/ha/tahun 2.250.000,00
2. Penyusutan alat-alat
a. Pengering buatan 1.250.000,00b. Pengolahan 250.000,00c. Kemasan 1.000.000,00d. Uji laboratorium 1.000.000,00e. Gudang penyimpanan 1.500.000,00
Total biaya tetap 7.500.000,00
b. Biaya tidak tetap
No. Keterangan Kebutuhan Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
1. Benih sumber 300 g 1.500,00 450.000,002. Pupuk a. Pupuk kandang 30 ton 40.000,00 1.200.000,00 b. Pupuk buatan (NPK) 1.310 kg 2.000,00 2.620.000,003. Pestisida a. Fungisida 50 kg 50.000,00 2.500.000,00 b. Insektisida 10 liter 90.000,00 900.000,00 c. Akarisida 10 liter 75.000,00 750.000,004. Mulsa plastik 350 kg 12.000,00 4.200.000,005. Stik/musim 22.000 buah 50,00 1.100.000,006. Kantong kemasan 15.000 buah 500,00 7.500.000,007. ZPT 10 liter 60.000,00 600.000,00
8. Persemaian 30.000 bumbunan 50,00 1.500.000,00
9. Tenaga Kerja a. Pengolahan tanah 100 HOK 10.000,00 1.000.000,00 b. Pembuatan bedengan 50 HOK 10.000,00 500.000,00 c. Pembersihan gulma 30 HOK 10.000,00 300.000,00
d. Pemupukan 70 HOK 10.000,00 700.000,00 e. Pemupukan susulan 3 x 20 HOK 10.000,00 700.000,00 f. Pemasangan mulsa 30 HOK 10.000,00 300.000,00 g. Pembuatan lubang tanam 20 HOK 10.000,00 200.000,00 h. Penanaman 20 HOK 10.000,00 200.000,00 i. Pengairan 24 x 5 HOK 10.000,00 1.200.000,00 j. Penyiangan 50 HOK 10.000,00 500.000,00 k. Pemasangan stik/turus 20 HOK 10.000,00 200.000,00
l. Pemangkasan, pengikatan, prunning 5 x 10 HOK 10.000,00 500.000,00
m. Proteksi hama penyakit 15 x 5 HOK 10.000,00 750.000,00 n. Seleksi/roguing 10 x 5 HOK 10.000,00 500.000,00 o. Panen 10 x 50 HOK 10.000,00 5.000.000,00 p. Pengolahan 10 x 50 HOK 10.000,00 5.000.000,00 q. Pengeringan 10 x 2 HOK 10.000,00 200.000,00 r. Pengujian 10 x 2 HOK 10.000,00 200.000,00 s. Packing (pengemasan) 50 HOK 10.000,00 500.000,00
Total biaya tidak tetap 41.670.000,00
2. Penerimaan hasil penjualan benih
Dalam satu periode penanaman, yaitu sekitar 6 bulan akan dihasilkan rata-
rata produksi umbi untuk konsumsi per ha adalah 70% x 20 ton x Rp 1.000,00 =
Rp 14.000.000,00. Sementara rata-rata benih yang dihasilkan = 30% x 33.000
tanaman x 50 g = 500 kg benih. Pengemasan sebanyak 50 g benih/pak = 500 kg :
50 g = 10.000 pak. Harga jual benih sekitar Rp 7.500,00/pak.
a. Penerimaan (benih) = Harga x Produksi
= Rp 7.500,00/pak x 10.000 pak
= Rp 75.000.000,00
Total penerimaan (umbi dan benih)
= Rp 75.000.000,00 + Rp 14.000.000,00
= Rp 89.000.000,00
b. Keuntungan = Penerimaan – Biaya produksi
= Rp 89.000.000,00 – Rp 48.100.000,00
= Rp 40.900.000,00
Bunga bank = 1,5% x 6 bulan x Rp 40.900.000,00
= Rp 3.681.000,00
Keuntungan bersih= Keuntungan – Bunga bank
= Rp 40.900.000,00 – Rp 3.681.000,00
= Rp 37.219.000,00
Kelayakan usaha
Untuk mengukur kelayakan usaha dapat digunakan parameter BEP dan R/C.
a. Break even point (BEP)
BEP merupakan titik impas, yaitu suatu titik di saat usaha produksi benih
tidak mengalami keuntungan dan kerugian. Perhitungan BEP dilakukan untuk
produksi dan harga.
1) BEP Produksi = Total biaya = Rp. 48.100.000,00 Harga 7.500,00
= 6.413,3 pak
Hasil tersebut menandakan bahwa pada saat produksi mencapai 6.413,3
pak usaha tersebut tidak mengalami kerugian maupun keuntungan.
2) BEP harga = Total biaya = Rp. 48.100.000,00 Produksi 10.000
= Rp. 4.810,00
Hasil tersebut menandakan bahwa pada saat harga mencapai Rp. 4.810,00
usaha tersebut tidak mengalami kerugian maupun keuntungan.
3) R/C
R/C = Total penerimaan = Rp. 89.000.000,00 Total biaya Rp. 48.100.000,00= 1,85
Artinya dari setiap Rp. 1,00 biaya yang dikeluarkan untuk usaha produksi
benih dan umbi wortel akan diperoleh penerimaan sebesar Rp 1,85.
top related